5
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mual (nausea) adalah suatu sensasi atau perasaan tidak menyenangkan yang mendahului muntah (Dorland, 2002), disertai hipersalivasi, keringat dingin, pucat, takikardi, hilangnya tonus gaster, kontraksi duodenum dan refluks isi intestinal ke dalam gaster. Mual tidak selalu disertai muntah. Sedangkan retching adalah kejadian menyerupai muntah dengan penutupan glotis dan kontraksi dari otot abdomen, dinding dada dan diafragma tanpa selalu disertai ekspulsi dari isi lambung (Loadsman, 2005). Muntah (vomiting) adalah ekspulsi secara paksa isi lambung keluar melalui mulut (Sherwood, 2001), disebabkan oleh kontraksi otot-otot pernapasan yaitu diafragma (otot inspirasi utama) dan otot abdomen (otot ekspirasi aktif ). Peningkatan dari tekanan intraabdomen, penutupan glotis dan palatum akan naik, terjadi kontraksi dari pylorus dan relaksasi dari fundus, sfingter cardia dan esofagus sehingga terjadi ekspulsi yang kuat dari isi lambung (Loadsman, 2005). Insiden mual dan muntah setelah anestesi umum dan pembedahan akhir-akhir ini mendapat perhatian khusus dari dokter spesialis anestesi karena merupakan komplikasi yang sering terjadi pada anestesi yang dirasakan tidak nyaman oleh pasien dan mempunyai potensi kegawatan bila terjadi pada pasien tidak sadar. Post Operative Nausea and Vomiting (PONV) merupakan “The Big Little Problem” dalam pasca bedah. Insiden PONV terjadi pada 25-30% pasien pasca bedah dengan anestesi umum

PENDAHULUAN otopedi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pendahuluan ortopedi

Citation preview

PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangMual (nausea) adalah suatu sensasi atau perasaan tidak menyenangkan yang mendahului muntah (Dorland, 2002), disertai hipersalivasi, keringat dingin, pucat, takikardi, hilangnya tonus gaster, kontraksi duodenum dan refluks isi intestinal ke dalam gaster. Mual tidak selalu disertai muntah. Sedangkan retching adalah kejadian menyerupai muntah dengan penutupan glotis dan kontraksi dari otot abdomen, dinding dada dan diafragma tanpa selalu disertai ekspulsi dari isi lambung (Loadsman, 2005).Muntah (vomiting) adalah ekspulsi secara paksa isi lambung keluar melalui mulut (Sherwood, 2001), disebabkan oleh kontraksi otot-otot pernapasan yaitu diafragma (otot inspirasi utama) dan otot abdomen (otot ekspirasi aktif ). Peningkatan dari tekanan intraabdomen, penutupan glotis dan palatum akan naik, terjadi kontraksi dari pylorus dan relaksasi dari fundus, sfingter cardia dan esofagus sehingga terjadi ekspulsi yang kuat dari isi lambung (Loadsman, 2005).Insiden mual dan muntah setelah anestesi umum dan pembedahan akhir-akhir ini mendapat perhatian khusus dari dokter spesialis anestesi karena merupakan komplikasi yang sering terjadi pada anestesi yang dirasakan tidak nyaman oleh pasien dan mempunyai potensi kegawatan bila terjadi pada pasien tidak sadar. Post Operative Nausea and Vomiting (PONV) merupakan The Big Little Problem dalam pasca bedah. Insiden PONV terjadi pada 25-30% pasien pasca bedah dengan anestesi umum (Kovac, 2000) dan dapat mencapai 70% pada pasien dengan high risk (Mohamed, 2004). Banyak penelitian telah dilakukan untuk mencegah dan menurunkan insiden PONV. Tetapi sampai saat ini belum ditemukan obat antiemetik yang efektif untuk pencegahan mual dan muntah pasca bedah di mana dapat mencegah mual dan muntah secara total dan tanpa efek samping. Pada bedah ortopedi dengan anestesi umum sering terjadi komplikasi PONV. Untuk mencegah PONV dapat dilakukan 2 tindakan yaitu pemberian obat antiemetik dan pemberian terapi non-farmakologik.Obat antimietik adalah obat yang dapat mengatasi muntah dan mual, salah satunya dalah ondansetron. Ondansetron merupakan obat selektif terhadap reseptor antagonis 5-Hidroksi-Triptamin (5-HT3) di otak dan mungkin juga pada aferen vagal saluran cerna. Di mana selektif dan kompetitif untuk mencegah mual dan muntah setelah operasi dan radioterapi. Ondansetron memblok reseptor di gastrointestinal dan area postrema di CNS (Anderson et al., 2002). Ondansetron adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati mual dan muntah yang disebabkan oleh efek samping kemoterapi, radioterapi dan operasi. Mual dan muntah disebabkan oleh senyawa alami tubuh yang bernama serotonin. Jumlah seotonin dalam tubuh akan meningkat ketika kita menjalani kemoterapi, radioterapi dan operasi. Serotonin akan bereaksi terhadap reseptor 5-HT3 yang berada di usus kecil dan otak, dan membuat kita merasa mual. Ondansetron akan menghambat serotonin bereaksi pada reseptor sehingga membuat kita tidak mual dan berhenti muntah.Akupunktur adalah pengobatan dengan cara menusuk jarum. Secara harfiah akupunktur berasal dari kata Acus = jarum dan Puncture = tusuk (Filshie, 1998). Neiguan (Inner Pass, Pericardium 6) adalah titik yang paling sering digunakan untuk mendapatkan efek antiemetik (Langer, 1998). Titik PC-6 terletak pada meridian pericardium yaitu dua cun proksimal lipat pergelangan tangan sebelah volair, antara tendon m. palmaris longus dan tendon m. fleksor karpi radialis (Saputra, 2005).

1.2 Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah adakah perbandingan efektivitas antara akupunktur PC-6 dan ondansetron dalam mencegah insidensi mual dan muntah pasca bedah ortopedi ?

1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umumDiketahui perbandingan efektivitas antara akupunktur PC-6 dan ondansetron dalam mencegah insidensi mual dan muntah pasca bedah ortopedi.1.3.2 Tujuan Khusus1. Diketahuinya efektivitas akupuntur PC-6 dalam mencegah insidensi mual dan muntah pasca bedah ortopedi.2. Diketahuinya efektivitas ondansetron dalam mencegah insidensi mual dan muntah pasca bedah ortopedi.3. Diketahuinya perbandingan efektivitas antara akupunktur PC-6 dan ondansetron dalam mencegah insidensi mual dan muntah pasca bedah ortopedi.

1.4 Ruang LingkupRuang lingkup penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Bedah Sentral dan Ruang Pulih Sadar Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Subjek penelitian adalah pasien yang akan melakukan pembedahan dengan anestesi umum dengan ktiteria: laki-laki atau perempuan usia 18-45 tahun, ukuran kondisi fisik pasien prabedah ASA (American Society of Anesthesiologists) I atau II, bersedia menjadi sampel penelitian melalui proses informed consent dan BMI < 30 kg.m-2. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Sampel yang digunakan adalah 30 pasien, 15 pasien pada kelompok akupunktur dan 15 pasien pada kelompok ondansetron. Penelitian ini merupakan penelitian ekperimental yakni randomized clinical trial. Data diolah dengan teknik analisis statistik yaitumenggunakan uji chi square dan uji t, dengan =0,05 / dalam tabel derajat kepercayaan 95%.1.5 Kegunaan1.5.1 Kegunaan teoritis1. Bagi penelitiMenambah pengetahuan dan wawasan tentang perbandingan efektivitas antara akupunktur PC-6 dan ondansetron dalam mencegah insidensi mual dan muntah pasca bedah ortopedi.2. Bagi perawatDiharapkan dapat mencegah insidensi mual dan muntah pasca bedah ortopedi.1.5.2 Kegunaan Praktis1. Bagi Rumah sakitMemberikan gambaran mengenai perbandingan efektivitas antara akupunktur PC-6 dan ondansetron dalam mencegah insidensi mual dan muntah pasca bedah ortopedi.2. Bagi Perawat Meningkatnya profesionalisme perawat terutama yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsinya dan dapat secara mandiri mencegah insidensi mual dan muntah pasca bedah ortopedi.3. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya terutama yang berkaitan dengan perbandingan efektivitas antara akupunktur PC-6 dan ondansetron dalam mencegah insidensi mual dan muntah pasca bedah ortopedi.