Upload
rozanfikri
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Hemoroid merupakan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat yang
sampai saat ini masih banyak orang yang salah mengerti tentang hemoroid dan
masalah-masalah kesehatan yang berhubungan dengan hemoroid. Hemoroid
dikenal dengan banyak istilah. Kata hemoroid sendiri berasal dari bahasa Yunani
yaitu haem : darah dan rhoos : mengalir, jadi semua perdarahan yang ada di anus
disebut hemoroid. Sedangkan di Amerika dan Inggris memakai istilah piles yang
berasal dari bahasa Latin yang berarti bola. Istilah lain yang juga sering digunakan
adalah ambeien yang berasal dari bahasa Belanda. Sedangkan di Indonesia sendiri
istilah yang paling sering digunakan adalah wasir yang pada orang awam
mempunyi arti berak darah.1
Hemoroid sudah dikenal selama berabad-abad dan diduga masih termasuk
salah satu penyakit yang umum ditemukan di mana-mana. Di Amerika Serikat,
hemoroid ditemukan dengan jumlah kasus meliputi 4,4% dari seluruh
penduduk.1,2,3 Namun sayangnya frekuensi pasti dari hemoroid sulit diketahui.
Seseorang yang menderita hemoroid cenderung malu mengutarakan penyakitnya
dan takut membayangkan tindakan yang mungkin akan dilakukan dokter. Di
samping itu, hemoroid memang bukanlah penyakit yang mematikan. Gejalanya
dapat hilang timbul, dan pada sebagian besar kasus gejala hemoroid sudah lenyap
dalam beberapa hari saja.2,3
Prevalensi hemorrhoid di Indonesia juga tergolong cukup tinggi. Di
RSCM Jakarta pada dua tahun terakhir, hemorrhoid mendominasi sebanyak 20%
dari pasien kolonoskopi. Sedangkan di RS Bhakti Wira Tamtama Semarang pada
tahun 2008 dari 1575 kasus di instalasi rawat jalan klinik bedah, kasus
hemorrhoid mencapai 16% dari seluruh total kasus di instalasi tersebut. Penelitian
yang dilakukan pada penderita hemorrhoid di rumah sakit tersebut diperoleh hasil
bahwa terdapat hubungan antara riwayat keluarga dan konstipasi dengan kejadian
hemorrhoid.3
Menurut anatomi atau letaknya, hemoroid dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu hemoroid interna dan hemoroid eksterna. Batas antara interna dan
eksterna adalah suatu garis pada anus yang disebut linea dentata atau pectinate
line. Linea dentata adalah garis pertemuan antara permukaan usus besar di sisi
dalam dan permukaan kulit di sisi luar. Jika benjolan berasal dari atas linea
dentata, maka hemoroidnya termasuk hemoroid interna. Sebaliknya jika benjolan
berasal dari bawah linea dentata, hemoroidnya termasuk hemoroid eksterna.3
Gejala hemoroid sangat mirip dengan gejala karsinoma kolorektal. Oleh
karena itu pasien yang datang dengan keluhan hemoroid harus mendapat
pemeriksaan yang adekuat untuk menyingkirkan kemungkinan adanya karsinoma
kolorektal. Selain itu pemeriksaan yang adekuat juga diperlukan untuk
menegakkan diagnosis dan klasifikasi serta derajat hemoroid sehingga
penanganan yang tepat dapat diberikan. Pengobatan hemoroid dapat dilakukan
dengan tiga modalitas utama, yaitu modifikasi gaya hidup, obat-obatan
(farmakologis), tindakan (nonfarmakologis).1
\
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidales yang
tidak merupakan keadaan patologis, hanya apabila menimbulkan keluhan atau
penyulit diperlukan tindakan.1
Hemoroid dibedakan menjadi dua, interna dan eksterna. Hemoroid interna adalah
pleksus vena hemoroidales superior diatas garis mukokutan dan ditutupi oleh
mukosa. Sering terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan depan, kanan
belakang, dan kiri lateral, sedangkan hemoroid yang lebih kecil terdapat diantara
ketiga letak primer tersebut. Hemoroid eksterna merupakan pelebaran dan
penonjolan pleksus hemoroid inferior yang terdapat di bagian distal garis
mukokutan di dalam jaringan dibawah epitel anus.2,4
2.2 Epidemiologi
Sekitar 75% orang mengalami penyakit hemoroid setidaknya sekali
seumur hidupnya, hemoroid banyak terjadi pada dewasa berusia 45 – 60 tahun,
dan juga sering terjadi pada wanita hamil. Penyakit hemoroid jarang terjadi pada
usia di bawah 20 tahun. Prevalensi meningkat pada ras Kaukasian dan individu
dengan status ekonomi tinggi. Angka prevalensi hemoroid di akhir pertengahan
abad ke 20 dilaporkan menurun. Sepuluh juta orang di Indonesia menderita
hemoroid, dengan prevalensi lebih dari 4%. Laki-laki dan perempuan mempunyai
resiko yang sama. 5
2.3 Etiologi dan Faktor Resiko
Penyebab pasti timbulnya hemoroid masih belum pasti, hanya saja ada
beberapa faktor pendukung terjadinya hemoroid, yaitu :3,5
Penuaan, akibat semakin melemahnya jaringan ikat yang terdapat disekitar
rektum dan anus
Kehamilan, pada wanita hamil terjadi peningkatan tekanan intra abdomen
yang dapat menyebabkan pembesaran vena-vena di bagian rektum bawah dan
anus.
Hereditas, adanya kelemahan pada dinding pembuluh darah yang diturunkan.
Konstipasi atau diare kronik, akibat proses mengejan yang lama dan kuat.
Penggunaan toilet yang berlama-lama, misalnya duduk yang terlalu lama
Rendahnya diet serat, mengakibatkan feses yang terbentuk susah untuk
dikeluarkan.
2.4 Klasifikasi
Hemoroid dibagi menjadi 3 berdasarkan asalnya dimana linea dentate
menajdi batas histologisnya, yaitu : 2,5,6
Hemoroid eksterna : berasal dari bagian distal linea dentate dan dilapisi oleh
epitel skuamosa yang telah termodifikasi serta banyak persarafan serabut
saraf nyeri somatik
Hemoroid interna : berasal dari bagian proksimal linea dentate dan dilapisi mukosa.
Hemoroid interna dibagi lagi menjadi beberapa derajat, seperti tabel dibawah ini :
Hemoroid InternaDerajat Berdarah Menonjol Reposisi
I + - (hanya terlihat pada anoskop,
mencapai lumen anal canal)
-
II + + ( mencapai sfingter eksterna dan tampak pada
pemeriksaan)
Spontan
III + + (keluar dari anal canal)
Manual
IV + tetap Tidak dapat
Gambar 2.1 Hemoroid Interna dan Eksterna 2,3
Gambar 2.2 Derajat Hemoroid Interna 5
Hemoroid interna-eksterna : dilapisi oleh mukosa di bagian superior dan
kulit pada bagian inferior serta memiliki serabut saraf nyeri.
Gambar 2.3 Jenis Hemoroid 5
2.5 Gejala Klinis
Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis hemoroid, yaitu :2,3,6
a. Hemoroid Interna
o Perdarahan, akibat trauma oleh feses yang keras, darah berwarna merah segar
dan tidak bercampur dengan feses. Dalam keadaan perdarahan yang parah
bisa menimbulkan anemia.
o Rasa tidak nyaman dibagian anus
o Prolaps dan keluarnya mucus
o Gatal, atau pruritus anus karena kelembaban yang terus menerus dan
rangsangan mucus.
b. Hemoroid Eksterna
o Rasa terbakar
o Nyeri, jika terjadi thrombosis yang luas dengan udem dan radang.
o Gatal atau pruritus anus.
2.6 Patogenesis
Gambar 2.4 Patofisiologi Hemoroid 6
2.7 Diagnosis Banding
Diagnosa banding untuk hemoroid dapat bermacam, tabel dibawah ini
akan membaginya berdasarkan gejala klinis yang dapat muncul.4,8
Jenis Penyakit
Nyeri Perdarahan Massa Lainnya
Fisura Anal + + - Terdapat skin tag atau umbai kulit (radang kronik dengan bendungan limfe dan fibrosis pada kulit)
Karsinoma Anal
- + + Pembengkakan KGB sekitar
Abses Anorektal
+ - - Demam, leukositosis,
penderita tidak dapat duduk di sisi bokong yang sakit
Hematom Perianal Ulseratif
+ + + Sering terjadi pada orang yang mengangkat barang berat, leukositosis.
Prolaps Polip Kolorektal
- + + Adanya gejala mual, muntah,dan konstipasi yang parah (jika ukurannya besar)
Karsinoma rektum
- + + Adanya lender, diare dan konstipasi yg bergantian, ukuran feses kecil sprt kotoran kambing, tenesmus.
2.8 Diagnosis
Diagnosis hemoroid ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.6,9
Anamnesa
Pada anamnesa biasanya didapatkan pasien mengeluhkan adanya darah
segar pada saat buang air besar, darah yang keluar bisa menetes dan bisa juga
keluar terus menerus dan tidak bercampur dengan feses. Selain itu pasien juga
akan mengeluhkan adanya gatal-gatal pada daerah anus. Serta keluhan adanya
massa pada anus dan membuatnya merasa tidak nyaman, biasanya pada hemoroid
interna derajat II dan hemoroid eksterna. Pasien juga akan mengeluhkan nyeri
pada hemoroid interna derajat IV dan hemoroid eksterna.6,9
Perdarahan yang disertai nyeri mengindikasikan hemoroid eksterna yang
sudah mengalami trombosis. Biasanya hemoroid interna mulai menimbulkan
gejala setelah terjadi prolapsus, sehingga mengakibatkan perdarahan, ulserasi,
atau trombosis. Hemoroid eksterna juga bisa terjadi tanpa gejala atau dapat
ditandai dengan nyeri akut, rasa tak nyaman, atau perdarahan akibat ulserasi dan
thrombosis.6,9
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya pembengkakan vena yang
mengindikasikan hemoroid eksterna atau hemoroid interna yang sudah mengalami
prolaps, biasanya jika berupa prolapsnya hemoroid interna akan terlihat adanya
mukus yang keluar saat pasien disuruh untuk mengedan. Jika pasien mengeluhkan
perdarahan kemungkinan bisa menyebabkan anemia sekunder yang dapat dilihat
dari konjungtiva palpebra pasien yang sedikit anemis, tapi hal ini mungkin terjadi. 6,9.
Daerah perianal juga diinspeksi untuk melihat ada atau tidaknya fisura,
fistula, polip atau tumor. Pada rectal toucher juga dinilai ukuran, perdarahan dan
tingkat keparahan inflamasi. Biasanya agak susah meraba hemoroid interna
karena tekanan vena yang tidak tinggi dan biasanya tidak nyeri. Rectal toucher
juga dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum. 6,9
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan
laboratorium untuk mendeteksi apakah terjadi anemia pada pasien dan
pemeriksaan anoskopi serta sigmoideskopi. Anoskopi dilakukan untuk menilai
mukosa rektal dan mengevaluasi tingkat pembesaran hemoroid. Hasil anoskopi
hemoroid interna yang tidak mengalami prolaps biasanya terlihat gambaran
vascular yang menonjol keluar, dan apabila pasien diminta mengejan akan terlihat
gambaran yang lebih jelas. 6,9
Sedangkan dengan menggunakan sigmoideskopi dapat mengevaluasi
kondisi lain sebagai diagnose banding untuk perdarahan rektal dan rasa tak
nyaman seperti pada fisura anal dan fistula, colitis, polip rectal, dan kanker. 6,9
2.9 Penatalaksanaan
a. Terapi Non Farmako
Dapat diberikan pada semua kasus hemoroid terutama hemoroid interna
derajat 1, disebut juga terapi konservatif, diantaranya adalah :8,10
o Koreksi konstipasi dengan meningkatkan konsumsi serat (25-30
gram sehari), dan menghindari obat-obatan yang dapat
menyebabkan konstipasi.
o Meningkatkan konsumsi cairan (6-8 gelas sehari)
o Menghindari mengejan saat buang air besar, dan segera ke kamar
mandi saat merasa akan buang air besar, jangan ditahan karena
akan memperkeras feses.
o Rendam duduk dengan air hangat yang bersih dapat dilakukan
rutin dua kali sehari selama 10 menit pagi dan sore selama 1 – 2
minggu, karena air hangat dapat merelaksasi sfingter dan spasme.
o Tirah baring untuk membantu mempercepat berkurangnya
pembengkakan
b. Terapi Farmako
o Salep anastetik lokal
o Kortikosteroid
o Laksatif
o Analgesik
o Suplemen flavonoid, membantu mengurangi tonus vena dan
mengurangi hiperpermeabilitas serta efek antiinflamasi (Acheson
dan Schirfield, 2008)
c. Terapi Pembedahan
Hemorrhoid Institute of South Texas (HIST) menetapkan indikasi
tatalaksana pembedahan hemoroid antara lain :
o Hemoroid interna derajat II berulang
o Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala
o Mukosa rektum menonjol keluar anus
o Hemoroid interna derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti
fisura
o Kegagalan penatalaksanaan konservatif
o Permintaan pasien
Adapun jenis pembedahan yang sering dilakukan yaitu :
o Skleroterapi
Teknik ini dilakukan dengan menginjeksikan 5 % fenol
dalam minyak nabati yang tujuannya untuk merangsang. Lokasi
injeksi adalah submukosa hemoroid. Efek dari injeksi adalah
edema, reaksi inflamasi dengan proliferasi fibroblast dan
thrombosis intravascular. Reaksi ini akan menyebabkan fibrosis
pada submukosa hemoroid sehingga akan mencegah atau
mengurangi prolapsus jaringan hemoroid. Terapi ini disertai
anjuran makanan tinggi serat dapat efektif untuk hemoroid interna
derajat I dan II. Menurut Acheson dan Scholfield pada tahun 2009,
teknik ini murah dan mudah dilakukan, tetapi jarang dilaksanakan
karena tingkat kegagalan yang tinggi.
o Ligasi dengan gelang karet (Rubber band ligation)
Biasanya teknik ini dilakukan untuk hemoroid yang besar
atau yang mengalami prolaps. Dengan bantuan anuskop, mukosa
diatas hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap
kedalam tabung ligator khusus. Efek dari teknik ini adalah nekrosis
iskemia, ulserasi, dan scarring yang akan menghasilkan fiksasi
jaringan ikat ke dinding rektum. Komplikasi nya dapat terjadi
perdarahan setelah 7-10 hari dan nyeri.
o Bedah beku
Teknik bedah beku dilakukan dengan pendinginan
hemoroid pada suhu yang sangat rendah. Teknik ini tidak dipakai
secara luas karena mukosa yg nekrosis sukar ditentukan luasnya.
Teknik ini lebih cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma rektum
yang inoperable.
o Hemoroidektomi
Teknik dipakai untuk hemoroid derajat III atau IV dengan
keluhan menahun, juga untuk penderita denga perdarahan berulang
dan anemia yang tidak sembuh dengan terapi lain yang lebih
sederhana. Prinsipnya adalah eksisi hanya dilakukan pada jaringan
yang benar-benar berlebihan, dan pada anoderm serta kulit yang
normal dengan tidak mengganggu sfingter anus. Selama
pembedahan sfingter anus biasanya dilatasi dan hemoroid diangkat
dengan klem atau diligasi dan kemudian dieksisi.
o Tindak bedah lain
o Infrared thermocoagulation
o Bipolar diathermy
o Laser haemorrhoidectomy
o Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation
o Cryotherapy
o Stappled hemorrhoidopexy
DAFTAR PUSTAKA
1. Cintron Jose R, Herand Abcarian. Benign Anorectal: Hemorrhoids.
The ASCRS Textbook of Colon and Rectal Surgery. Springer. New
York. 2007. 11:156-172.
2. Nivatvongs Santhat. Hemorrhoids. Principle and Practice of Surgery
for the Colon, Rectum, and Anus. Third Edition. Informa Health
Care. New York. 2007. 8: 144-164.
3. Rivero Shauna Lorenzo. Hemorroids: Diagnosis and Current
Management. The American Surgeon. Proquest Medical Library.
2009. 75(8): 635-642.
4. Jong WD. Usus Halus, Apendiks, Kolon, dan Rektum. Dalam: Buku
Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. 2005: 672-675.
5. Thornton SC. Hemorrhoids. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/195401-print. Last update:
March 16, 2010. Accesed: August 20, 2010.
6. Nisar PJ, Scholefield JH. Managing Haemorrhoids. BMJ. 2003. 327:
847-851.
7. Acheson GA, Scholefield JH. Management of Haemorrhoids. BMJ.
2008. 336: 380-383.
8. Gouda m. ellabban, World Journal of Colorectal Surgery, Stapled
Hemorrhoidectomy versus Traditional Hemorrhoidectomy for the
Treatment of Hemorrhoids, 2010
9. Riwanto Ign. Usus halus, apendiks, kolon, dan anorektum. Dalam:
Sjamsuhidajat R, Jong WD, penyunting. Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2010. hal. 788-792.
10. Hartoyo Darmawan, Longo Technique, Teknik Bedah bagi Penderita
Hemorroid. 2008.