Upload
others
View
27
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENDATAAN KOMODITAS EKSPOR PERTANIAN
(KOMODITAS HORTIKULTURA, PERKEBUNAN, SEMUSIM DAN
TAHUNAN PADA TAHUN 2018)
BIDANG PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
(LITBANG)
DPP POPMASEPI 2019-2021
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan
pendataan ekspor yang berjudul ‘Pendatan Komoditas Ekspor Pertanian (Komoditas
Hortikultura, Perkebunan, Semusim dan Tahunan pada tahun 2018)” pada triwulan
pertama.
Adapun tujuan dari penulisan pendataan ekspor ini adalah untuk memenuhi program
kerja bidang DPP Penelitian dan Pengembangan (Litbang) POPMASEPI. Selain itu, pendataan
ekspor ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang data ekspor bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan pendataan ekspor ini.
Penulis menyadari, pendataan ekspor yang penulis tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi
kesempurnaan pendataan ekspor ini.
09 Mei 2020
Penulis
KATA PENGANTAR
3
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR……………………………………….. .... 2
DAFTAR ISI………...………………………………………... .3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………….. .............................. 4
1.2 Tujuan Penulisan…………………………………………..4
1.3 Data dan Sumber Data……………………………………. 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Ekspor Indonesia………….………………5
2.2 Komoditas Tanaman Semusim, Tahunan dan Pengembangbiakan
Tanaman………………………………………………………...6
2.3 Pertanian Hortikultura…………………………………….7
2.4 Pertanian Perkebunan……………………………………..8
2.4.1 Tembakau………………………………………….8
2.4.2 Kopi ......................................................................11
2.4.3 Karet……………………………………………...13
2.4.4 Kakao…………………… ...……………………. 15
DAFTAR ISI
4
1.1 Latar Belakang
Ekspor adalah penjualan barang ke luar negeri dengan menggunakan sistem pembayaran,
kualitas, kuantitas dan syarat penjualan lainnya yang telah disetujui oleh pihak eksportir dan
importer. Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau
komoditas dari dalam negeri untuk memasukannya ke negara lain. Menurut rekomendasi yang
tercantum dalam manual International Merchandise Trade Statistics (IMTS) 2010, statistik
perdagangan internasional mencatat semua barang yang menambah atau mengurangi stok
sumber daya suatu negara dengan cara masuk (impor) atau keluar (ekspor) ke/dari wilayah
teritorial ekonominya. Bisa juga dikatakan bahwa ekspor adalah seluruh barang yang dibawa
keluar dari wilayah suatu negara, baik bersifat komersial maupun bukan komersial (barang
hibah, sumbangan, hadiah), serta barang yang akan diolah di luar negeri dan hasilnya
dimasukkan kembali ke negara tersebut secara legal. Seiring dengan perkembangan globalisasi,
kegiatan ekspor menjadi semakin penting karena merupakan salah satu penggerak
perekonomian bagi suatu negara. Era globalisasi dan perdagangan bebas telah mendorong
persaingan antarnegara menjadi semakin ketat. Setiap negara, termasuk Indonesia, berusaha
terus meningkatkan kuantitas dan juga kualitas ekspornya. Setiap negara terus meningkatkan
daya saing produknya agar lebih efisien dan laku di pasar internasional.
1.2 Tujuan Penulisan
Informasi mengenai data ekspor komoditas pertanian Indonesia 2017-2019 yang datanya
diperoleh oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia diolah oleh DPP Litbang POPMASEPI
bertujuan untuk member informasi terkait perkembangan ekspor Indonesia, menjadi bahan
acuan ketika melaksanakan kegiatan mitra desa DPP maupun DPW dan sebagai bahan
informasi public mengenai komoditas ekspor pertaniana Indonesia. Adapun ruang lingkup
dalam pendataan ini adalah komoditas ekspor hasil pertanian Indonesia.
1.3 Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data ekspor Indonesia selama tahun 2012
sampai 2018. Data ekspor Indonesia tersebut bersumber dari dokumen Pemberitahuan Ekspor
Barang (PEB) dan data Non-PEB yang selanjutnya dikompilasi dan diolah oleh Badan Pusat
Statistik (BPS) lalu diolah kembali oleh DPP Litbang POPMASEPI . Data tahun 2012 sampai
dengan 2018 menggunakan kode Harmonized System (HS) 2017 tapi dalam pengambilan data
tersebut hanya berpacu pada komoditas ekspor pertanian Indonesia tahun 2018.
BAB I
PENDAHULUAN
5
Ribu ton Juta US$
800
700
600
500
400
300
200
100
-
190,0 182,6 176,0 180,0
168,8
150,4 145,1
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
-
2012 2013 2014
Berat (ribu ton)
2015 2016 2017 2018
Nilai FOB (juta US$)
2.1 Perkembangan Ekspor Indonesia
Pada tahun 2012 nilai ekspor Indonesia mencapai US$190,0 miliar. Nilai ekspor Indonesia
kemudian terus mengalami penurunan sampai tahun 2016. Pada tahun 2016 nilai ekspor
Indonesia mencapai US$145,1 miliar. Selama 2012‒2018, penurunan nilai ekspor yang terbesar
terjadi pada tahun 2015 yaitu 14,55 persen. Pada tahun 2017 dan 2018 nilai ekspor Indonesia
sudah menunjukkan perbaikan. Tahun 2017 nilai ekspor meningkat 16,33 persen, tahun 2018
meningkat 6,62 persen. Data mengenai nilai ekspor selama periode 2012‒2018 dapat dilihat
pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 Perkembangan Nilai dan Berat Ekspor Indonesia tahun 2012-2018
Sumber: Data BPS menurut dokumen PEB dan Non PEB
Pada tahun 2018 nilai ekspor Indonesia mencapai nilai US$180,0 miliar, sementara
beratnya mencapai 608,9 juta ton. Dibandingkan dengan tahun 2017, nilai dan berat ekspor
Indonesia masing-masing mengalami peningkatan 6,62 persen dan 11,55 persen. Jika dilihat ke
dalam komoditas ekspornya, peningkatan nilai ekspor pada tahun 2018 disebabkan oleh
peningkatan nilai ekspor komoditas migas sebesar 9,07 persen dan komoditas nonmigas sebesar
BAB II
PENDATAAN EKSPOR
6
Juta US$
3 000
2 500
2 000
1 500
1 000
500
0
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Tanaman Semusim Tanaman Tahunan Tanaman Hias dan Lainnya
6,37 persen. Selanjutnya peningkatan berat ekspor Indonesia disebabkan oleh peningkatan berat
ekspor komoditas nonmigas sebesar 13,61 persen, sedangkan berat ekspor komoditas migas
mengalami penurunan sebesar 12,82 persen.
2.2 Komoditas Tanaman Semusim, Tahunan dan Pengembangbiakan Tanaman
Komoditas tanaman semusim mencakup penanaman tanaman yang tidak berlangsung lebih
dari dua musim. Termasuk di dalamnya adalah penanaman tanaman dalam berbagai media dan
budidaya tanaman secara genetik dan juga penanaman untuk tujuan pembibitan dan
pembenihan, contohnya adalah beberapa jenis sayur-sayuran. Adapun komoditas tanaman
tahunan mencakup penanaman tanaman yang berlangsung lebih dari dua musim tanam, baik
tanaman yang setiap musim mati atau tanaman yang tumbuh terus menerus, termasuk
penanaman tanaman untuk keperluan pembibitan dan pembenihan. Golongan ini juga mencakup
kegiatan penanaman tanaman pertanian hortikultura dan perkebunan.
Gambar 2.2
Nilai Ekspor Tanaman Semusim, Tahunan, Hias dan Pengembangbiakan Tanaman Tahun
2012–2018
Sumber: Data BPS menurut dokumen PEB dan Non PEB
Komoditas tanaman hias mencakup kegiatan pengembangbiakan tanaman secara
vegetatif yang meliputi penyetekan batang dan penyemaian untuk perkembangbiakan
tanaman secara langsung atau mendapatkan batang okulasi tanaman pada keturunan terpilih
yang diokulasi yang pada akhirnya ditanam untuk menghasilkan tanaman. Termasuk di
dalam komoditas tanaman hias adalah pertanian tanaman hias dan kegiatan pembibitan.
Dari Gambar dapat dilihat nilai ekspor komoditas tanaman tahunan mendominasi
7
dibandingkan ekspor tanaman semusim dan hias dan lainnya. Pada tahun 2015 tiga
kelompok komoditas ini mengalami peningkatan yang positif baik dari sisi berat maupun
nilai. Komoditas tanaman hias dan pengembangbiakan tanaman memiliki peningkatan
paling tinggi dari sisi berat yaitu sebesar 24,60 persen. Sedangkan komoditas tanaman
tahunan memiliki peningkatan paling tinggi dari sisi nilai yaitu sebesar 18,34 persen. Pada
tahun 2016 tiga kelompok komoditas ini mengalami penurunan dari sisi nilai yaitu tanaman
semusim sebesar 39,56 persen, tanaman tahunan sebesar 10,06 persen, dan tanaman hias
dan pengembangbiakan tanaman sebesar 6,66 persen. Namun pada tahun 2017 ketiga
kelompok komoditas tersebut mengalami peningkatan dari segi nilainya yaitu tanaman
semusim 4,94 persen, tanaman tahunan sebesar 6,18 persen dan tanaman hias dan
pengembangbiakan tanaman sebesar 1,38 persen.
Pada tahun 2018 tanaman tahunan mengalami penurunan baik dari segi nilai maupun
beratnya yaitu berturut-turut sebesar 17,98 persen dan 20,90 persen. Sementara itu tanaman
semusim dan tanaman hias mengalami peningkatan dari segi nilainya dibandingkan tahun 2017
yaitu masing-masing sebesar 57,04 persen dan 10,25 persen
2.3 Pertanian Hortikultura
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil sayuran dan buah-buahan semusim.
Tahun 2018, lima komoditas sayuran semusim dengan produksi terbesar secara berurutan
adalah bawang merah, kubis, cabai rawit, kentang, dan cabai besar. Bisa dilihat pada table
dibawah ini tentang perbandingan luas panen, hasil panen dan hasil tanaman per hektar tahun
2017.
Tabel 2.1
Perbandingan Luas Panen, Luas Produksi dan Hasil Produksi 2017-2018
Tahun : 2017 / Year : 2017 Tahun : 2018 / Year : 2018
Komoditas Luas Panen Produksi Hasil Luas Panen Produksi Hasil
Commodity Harvested Area Production Yield Harvested Area Production Yield
(Ha) (Ton) (Ton/Ha) (Ha) (Ton)
(Ton/Ha)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Bawang Daun/ Welch Onion 60 953 510 476 8,37 63 261 573 245 9,06
2 Bawang Merah/ Shallot 158 172 1 470 155 9,29 156 779 1 503 446 9,59
3 Bawang Putih/ Garlic 2 146 19 510 9,09 5 013 39 301 7,84
4 Kacang Merah/ Red Bean 13 596 74 364 5,47 13 064 67 876 5,20
5 Kembang Kol/ Cauliflower 13 466 152 869 11,35 12 531 152 135 12,14
6 Kentang/ Potato 75 611 1 164 738 15,4 68 683 1 284 773 18,71
7 Kubis/ Cabbage 90 838 1 442 624 15,88 66 110 1 407 940 21,30
8 Lobak/ Radish 3 052 22 417 7,35 1 499 27 243 18,17
8
Sumber: Badan Pusat Statistik, Statistik Tanaman Sayuran dan Buahan Semusim
Produksi bawang merah, cabai rawit, kentang, dan cabai rawit pada tahun 2018
mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2017. Hanya produksi kubis pada tahun
2018 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai produktivitas dari
lima komoditas tersebut mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2017. Adapun
komoditi yang terunggul dalam produksi tahun 2018 yaitu bawang merah, Kubis,
Kentang, Cabe Rawit dan Cabe Besar.
Ekspor komoditas ini dari tahun ke tahun menunjukkan kenaikan kecuali pada tahun
2013, 2016 dan 2018. Selama periode tahun 2012-2018 berat ekspor komoditas ini
cenderung fluktuatif. Pada tahun 2012 nilai ekspornya naik sebesar 66,51 persen menjadi
US$76,0 juta, sedangkan beratnya naik sebesar 123,99 persen menjadi 168,2 ribu ton.
Peningkatan nilai ekspor juga terjadi di tahun 2014 dan 2015. Tahun 2014 dan 2015 nilai
ekspor komoditas ini mencapai US$75,1 juta dan US$92,0 juta. Sementara itu untuk
beratnya pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 29,91 persen atau mencapai
90,5 ribu ton. Sedangkan tahun 2015 berat ekspor komoditas sayur-sayuran kembali
meningkat sebesar 98,90 persen atau 180,0 ribu ton. Adapun tabel perkembangan ekspor
sayur-sayuran tahun 2012-2018 sebagai berikut:
Tabel 2.2
Perkembangan Ekspor Sayur-Sayuran Tahun 2012‒2018
Tahun Berat Bersih
(ribu ton)
Nilai
(juta US$) % Perubahan nilai
(1) (2) (3) (4)
2012 16
8,2
76,
0 66,51
2013 12
9,1
64,
3 -15,37
2014 90,
5
75,
1 16,80
9 Petsai/Sawi/ Chinese Cabbage 61 133 627 598 10,27 61 047 635 988 10,42
10 Wortel/ Carrot 30 654 537 341 17,53 35 876 609 633 16,99
11 Bayam/ Spinach 40 608 148 295 3,65 39 725 162 309 4,09
12 Buncis/ Green Bean 23 746 279 041 11,75 25 014 304 477 12,17
13 Cabai Besar/ Chili (Capsicum A.) 142 547 1 206 272 8,46 137 596 1 206 768 8,77
14 Cabai Rawit/ Chili (Capsicum. F.) 167 600 1 153 159 6,88 172 847 1 335 624 7,73
15 Jamur/ Mushroom 475 37 020 77,94 440 31 051 70,57
16 Kacang Panjang/ Yard Long Bean 56 111 381 189 6,79 53 405 370 225 6,93
17 Kangkung/ Kangkong 47 805 276 976 5,79 48 575 289 595 5,96
18 Ketimun/ Cucumber 39 809 424 918 10,67 39 850 433 965 10,89
19 Labu Siam/ Chayote 8 917 566 852 63,57 8 002 454 010 56,74
20 Paprika/ Sweet Pepper 257 7 391 28,76 350 18 151 51,86
21 Terung/ Eggplant 43 905 535 421 12,19 44 535 551 562 12,38
22 Tomat/ Tomato 55 623 962 849 17,31 54 158 976 809 18,04
9
2015 18
0,0
92,
0 22,48
2016 11
3,2
61,
8 -32,76
2017 91,
4
71,
5 15,72
2018 91,
8
70,
5 -1,49
Sumber: Badan Pusat Statistik, Statistik Tanaman Sayuran dan Buahan Semusim
Pada tahun 2016 baik nilai dan berat ekspor komoditas sayur-sayuran mengalami penurunan
masing-masing sebesar 32,76 persen dan 37,10 persen. Namun di tahun 2017 nilai ekspor
komoditas sayur-sayuran meningkat 15,72 persen menjadi US$71,5 juta, kemudian mengalami
penurunan kembali pada tahun 2018 sebesar 1,49 persen menjadi US$70,5 juta.
Lima komoditas unggulan sayuran semusim tersebut dihasilkan hampir di setiap provinsi
di Indonesia. Provinsi penghasil kelima komoditas unggulan dengan potensi yang besar
adalah Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat.
Gambar 2.3
Presentase lima komoditas unggulan beserta provinsi tahun 2018
Sumber: Badan Pusat Statistik, Statistik Tanaman Sayuran dan Buahan Semusim
Dari data diatas, lima komoditas unggulan sayuran semusim tersebut dihasilkan hampir
di setiap provinsi di Indonesia. Provinsi penghasil kelima komoditas unggulan dengan
potensi yang besar adalah Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Tanaman
bawang merah merupakan tanaman sayuran semusim. Tahun 2018, produksi nasional
bawang merah mencapai 1,50 juta ton. Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara
Barat, Jawa Barat, dan Sumatera Barat merupakan provinsi penghasil bawang merah
10
Ribu ton
25
Juta US$
120
20 100
80 15
60
10
40
5 20
0 0
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Berat (ribu ton) Nilai (juta US$)
terbesar dengan produksi mencapai 1,31 juta ton atau 86,94 persen dari produksi nasional.
Produksi bawang merah di lima provinsi tersebut.
Masing-masing adalah 0,45 juta ton di Jawa Tengah, 0,37 juta ton di Jawa Timur, 0,21
juta ton di Nusa Tenggara Barat, 0,17 juta ton di Jawa Barat, serta 0,11 juta ton di Sumatera
Barat. Untuk komoditi Kubis Provinsi presentase tertinggi yaitu Jawa Tengah sebanyak 21,57%
lalu Jawa Barat sebesar 19,92% lalu ketiga Jawa Timur sebesar 15,45% Provinsi kelima yaitu
Sumatera Utara senamyak 12,28%, lalu Sulawesi Utara sebanyak 5,37%. Untuk komoditi Cabe
Rawit dan Kentang Provinsi presentase yang tertinggi dicapai oleh Jawa Timur dan untuk
komoditi Cabai Besar dimiliki oleh Provinsi Jawa Barat.
2.4 Pertanian Perkebunan
2.4.1 Tembakau
Komoditas lain yang mempunyai potensi dalam mendatangkan devisa adalah tembakau.
Nilai ekspor komoditas tembakau Indonesia pada tahun 2012 sebesar US$61,6 juta. Pada tahun
2013 nilai ekspor tembakau meningkat menjadi US$97,1 juta atau naik 57,56 persen dari tahun
sebelumnya.
Gambar 2.4
Ekspor Tembakau Tahun 2012–2018
Sumber: Data BPS, menurut dokumen PEB dan Non PEB
Tahun 2014 sampai tahun 2016 nilai ekspor tembakau terus menurun, sedangkan pada
tahun 2017 dan tahun 2018 kembali menunjukkan kenaikan. Penurunan tertinggi terjadi
pada tahun 2015 yaitu sebesar 28,93 persen dengan nilai ekspor US$59,1 juta. Pada tahun
11
2017 berat ekspor tembakau menurun menjadi 11,3 ribu ton atau mengalami penurunan
11,14 persen, namun nilai ekspornya mengalami peningkatan sebesar 11,88 persen menjadi
US$55,9 juta. Tahun 2018 ekspor tembakau mengalami peningkatan baik dari segi berat
maupun nilainya. Beratnya meningkat 4,91 persen menjadi 11,8 ribu ton dan nilainya
meningkat 21,25 persen menjadi US$67,8 juta lebih tinggi dibanding tahun 2017.
Peningkatan nilai ekspor tembakau pada saat beratnya menurun mengindikasikan adanya
peningkatan harga ekspor tembakau Indonesia di pasar ekspor.
Gambar 2.5
Provinsi Penghasil Tembakau Terbesar Indonesia 2018
Sumber: Databoks, Kementan RI
Pada table diatas menjelaskan bahwa untuk penghasil Tembakau terbesar di Indonesia pada
tahun 2018 yaitu Jawa Timur menduduki peringkat tertinggi sebanyak 55,45% yang kedua
diduduki oleh Provinsi Jawa Tengan sebanyak 22,12% lalu ketiga diduduki oleh Provinsi Nusa
Tenggara Timur sebanyak 12,10% dan kemudian diduduki oleh Provinsi Jawa Barat sebanyak
3,77% Provinsi D.I Yogyakarta sebanyak 1,67% Provinsi Sumatera Utara sebanyak 1,35% dan
terakhir ada Provinsi Sulawesi Selatan sebanyak 1,31%
2.4.2 Kopi
Komoditas kopi adalah salah satu ekspor andalan pada sektor pertanian tanaman tahunan.
Pada periode 2012–2015 pertumbuhan nilai ekspor komoditas kopi cenderung berfluktuatif.
Perkembangan ekspor komoditas ini cenderung melambat yang dikarenakan diberlakukannya
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
Jawa Timur JawaTengah
NusaTenggara
Timur
Jawa Barat D.I.Yogyakarta
SumateraUtara
SulawesiSelatan
Provinsi Penghasil Tembakau Terbesar Indonesia 2018
12
Ribu ton
600
Juta US$
1 400 500 1
200
400 1 000
800
300
600
200 400
100 200
00 00 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Berat (ribu ton)
Nilai (juta US$)
sistem kuota, serta banyaknya negara saingan terutama negara-negara Amerika Latin dan
Afrika. Pada tahun 2014, 2016 dan 2018 ekspor komoditas ini mengalami penurunan dari segi
beratnya berturut-turut sebesar 28,07 persen; 17,46 persen; dan 40,24 persen. Namun di tahun
2012, 2013, 2015 dan 2017 ekspor komoditas ini menunjukkan peningkatan dari segi beratnya
sebesar 29,17 persen; 19,04 persen; 30,53 persen; dan 12,57 persen. Berikut adalah gambar
presentasenya pada gambar 2.5 sebagai berikut
Gambar 2.6
Presentase Perkembanan Ekspor Kopi tahun 2012-2018
Sumber: Data BPS, dokumen menurut PEB dan Non PEB
Tahun 2018 nilai ekspor kopi mencapai US$806,9 juta. Negara tujuan utama ekspor kopi
pada tahun 2018 adalah Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, Mesir, dan Italia. Nilai ekspor kopi
ke Amerika Serikat mencapai US$254,0 juta atau turun sebesar 0,91 persen jika dibandingkan
pada tahun 2017, sedangkan nilai ekspor kopi ke Jepang Sumatera Selatan merupakan lumbung
kopi terbesar di Indonesia. Provinsi dengan ibu kota Palembang tersebut memproduksi kopi
seberat 184.168 ton pada 2018. Jumlah tersebut setara dengan 25 persen total produksi nasional
yang mencapai 722.461 ton. Provinsi dengan produksi kopi terbesar kedua adalah Lampung,
yakni mencapai 106.746 ton, diikuti Jawa Timur dengan produksi 71,551 ton di urutan ketiga.
Total produksi dari 10 provinsi penghasil kopi terbesar ini mencapai 643.398 ton atau sekitar 89
persen dari total produksi nasional.
13
Gambar 2.7
Daftar 10 Provinsi Indonesia penghasil kopi terbesar.
Sumber: Databoks, Kementan RI
2.4.3 Karet
Karet adalah salah satu komoditas penting di dunia ini. Karet merupakan bahan baku
untuk produk-produk yang memerlukan kelenturan dan tahan goncangan seperti ban, tali kipas
mesin, sambungan pipa minyak, selang pipa, bola, kasur, penghapus pensil dan masih banyak
lagi. Hampir semua sektor industri menggunakan karet, mulai dari peralatan rumah, alat tulis
sekolah dan perkantoran, alat-alat pertambangan, otomotif, alat-alat kesehatan, mesin produksi
14
Ribu ton
60
Juta US$
60
50 50
40 40
30 30
20 20
10 10
0 0
2012 2013 2014
Berat (ribu ton)
2015 2016 2017
Nilai (juta US$)
2018
hingga ke peralatan militer dan luar angkasa. Karet merupakan komoditi yang diekspor Pada
periode 2012‒2018 ekspor getah karet dan sejenisnya menunjukkan tren yang berfluktuatif,
begitu pula dengan kontribusinya terhadap total ekspor pemungutan hasil hutan bukan kayu.
Ekspor komoditas ini pada tahun 2012 mengalami penurunan baik dari segi nilai maupun
beratnya. Beratnya turun sebesar 5,04 persen menjadi 31,7 ribu ton dan nilainya turun sebesar
4,66 persen menjadi US$35,1 juta. Kemudian tahun 2013 nilai ekspor getah karet dan
sejenisnya kembali meningkat baik dari segi berat maupun nilainya. Beratnya meningkat
sebesar 7,61 persen menjadi 34,2 ribu ton dan nilainya juga meningkat sebesar 14,89 persen
menjadi US$40,3 juta.
Gambar 4.15
Ekspor Getah Karet dan Sejenisnya Tahun 2012–2018
Sumber : Dokumen PEB dan Non PEB, diolah oleh BPS
Jika dilihat dari negara tujuan ekspor getah karet dan sejenisnya, tercatat bahwa di tahun
2018 ekspor terbesar ditujukan ke India dengan nilai US$15,4 juta atau sebesar 27,23
persen dari total ekspor getah karet dan sejenisnya. Selanjutnya ekspor ke Vietnam sebesar
US$12,9 juta,T iongkok sebesar US$8,3 juta, Singapura sebesar US$3,3 juta dan
Bangladesh sebesar US$2,5 juta. Adapun presentase provinsi penghasil getah karet di
Indonesia pada tahun 2018:
15
Sumber: Databoks, Kementan RI
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia Bersama
Thailand dan Malaysia. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, produksi karet nasional pada
2018 mencapai 3,63 juta ton (angka sementara) turun 1,36% dibandingkan tahun
sebelumnya.Provinsi penghasil karet terbesar adalah Sumatera Selatan, yang menghasilkan 982
ribu ton atau sekitar 27% dari total produksi karet nasional. Di urutan kedua, Sumatera Utara
dengan produksi 461 ribu ton atau sekitar 12,7% dari total dan ketiga, Riau dengan produksi
369 ribu ton atau sekitar 9,5% dari total. Dari 10 provinsi penghasil karet terbesar, tujuh di
antaranya dari Sumatera.(Baca Databoks: Inilah 10 Negara Utama Tujuan Ekspor Karet
Indonesia)Sebanyak 3 juta ton atau lebih dari 80 persen karet Indonesia dihasilkan dari
perkebunan rakyat. Sebanyak 247 ribu ton karet nasional dihasilkan dari perkebunan besar
negara dan 378 ribu ton dari perkebunan swasta.
2.2.4 Kakao
Menurut data BPS, sepanjang 2018, nilai ekspor lemak dan minyak kakao mencapai
USD824,05 juta. Indonesia telah menjadi penyuplai bahan baku kakao terbesar ketiga di dunia.
Diharapkan, di masa depan, Indonesia bisa menjadi negara unggulan eksportir barang jadi
produk kakao, bukan lagi eksportir bahan baku. Sementara itu, Jaringan Perguruan Tinggi untuk
Pengembangan Ekspor Indonesia atau University Network for Indonesia Export Development
(UNIED) memprediksi, nilai ekspor kakao tahun ini akan tumbuh 8,3 persen dibanding tahun
lalu. Untuk melihat perkembangan hasil kakao Indoensia selama 5 tahun berturut pada tabel:
16
Sumber: Databoks, Kementan RI
Produksi kakao Indonesia sebagian besar diekspor kemancanegara dan sisanya
dipasarkan di dalam negeri. Ekspor kakao Indonesia menjangkau lima benua yaitu Asia,
Amerika, Eropa, Afrika, dan Australia dengan pangsa utama di Asia. Pada tahun 2018,
limabesar negara pengimpor kakao Indonesia adalah Malaysia, Amerika, India, China, dan
Belanda. Berikut adalah daftar provinsi penyumbang kakao terbesar di Indonesia:
Sumber: Databoks, Kementan RI
17
Sulawesi Tengah merupakan provinsi penghasil kakao terbesar pada 2018.
Menurut data Kementerian Pertanian, produksi kakao provinsi dengan ibu kota Palu
tersebut mencapai 100.702 ton. Sementara di urutan kedua Sulawesi Selatan dengan
produksi 100. 567 ton dan di posisi ketiga Sulawesi Tenggara 93.301 ton. Kakao
merupakan tanaman penghasil cokelat.Dari 10 provinsi penghasil kakao terbesar
mencapai 524.056 ton atau sekitar 88% total produksi kakao nasional sebesar 593.833
ton. Berdasarkan regional, Sulawesi merupakan penghasil utama kakao pada tahun
lalu, yakni mencapai 358.125 ton atau lebih dari 60% produksi jagung nasional. Empat
penghasil kakao terbesar berasal dari Sulawesi. Sisanya, Sumatera Barat, Lampung,
Aceh, Sumatera Utara, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur (NTT).Sebagai
informasi, Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor kakao. Pada 2017,
ekspor kakao mencapai 354.752 ton dengan nilai US$ 1,2 miliar atau setara Rp 14
triliun dengan kurs Rp 12 ribu per dolar Amerika Serikat.