Upload
trinhdan
View
240
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
http://sumut.kemenag.go.id/
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( PAI ) ASPEK FIQIH ( TATA CARA PUASA)
DI SEKOLAH DASAR ( SD )
Oleh Muhammad Siddik Widyaiswara Madya Balai Diklat Keagamaan Medan e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Permendiknas No. 22 /2006 tentang standar isi telah meletakkan acuan minimal materi ajar yang akan disampaikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan dan di antaranya Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar (SD). Dimana kita ketahui bahwa fikih adalah salah satu aspek materi pembelajaran PAI. Fiqih merupakan aspek yang menjadi perhatian serius dalam ajaran agama Islam, karena di dalamnya syarat dengan aturan hidup manusia baik urusan duniawi maupun ukhrawi (ibadah dan mu’amalah, ekonomi, sosial dan politik). Pembahasan dalam makalah ini meliputi pengertian puasa, syarat-syarat puasa, rukun puasa, sunat-sunat puasa, yang membatalkan puasa dan fadhilah puasa. Tujuan pembahasan materi tersebut untuk membantu para guru Pendidikan Agama Islam (PAI) SD dalam menyiapkan materi pembelajaran di sekolah, agar proses kegiatan pembelejaran berjalan dengan baik dan lancer. Kata Kunci: Pendalaman materi fiqih (tata cara puasa) bagi guru PAI
Sekolah Dasar. A. PENDAHULUAN
Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk
http://sumut.kemenag.go.id/
mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem
pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan
pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen
pendidikan. Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program wajib
belajar 9 tahun. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan
kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olahhati, olahpikir, olahrasa dan
olahraga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global.
Peningkatan relevansi pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang
sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam Indonesia.
Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui penerapan
manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara
terencana, terarah, dan berkesinambungan.
Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan untuk
membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi
pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.
Pembahasan dalam makalah ini meliputi pengertian puasa, syarat-syarat
puasa, rukun puasa, sunat-sunat puasa, yang membatalkan puasa dan fadhilah
puasa. Tujuan pembahasan materi tersebut untuk membantu para guru Pendidikan
Agama Islam (PAI) SD dalam menyiapkan materi pembelajaran di sekolah, agar
proses kegiatan pembelejaran berjalan dengan baik dan lancar.
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Puasa
Berikut ini Saudara dapat membaca arti puasa menurut bahasa dan syar’i
begitu juga dalil mewajibkan puasa, baik dari Al-Qur’an maupun dari hadits
akan dikemukakan. Adapun Puasa menurut bahasa menahan, sedangkan
pengertian secara istilah syar'i bahwa puasa adalah suatu ibadah kepada Allah
dengan menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa dimulai sejak
http://sumut.kemenag.go.id/
terbit fajar sampai tenggelam matahari. Sepakat para fuqaha bahwa puasa itu
hukumnya fardu ain bagi setiap muslim yang mukallaf. (Muhammad Jawad
Mughniyah, 1996:157). Sebagai landasan kewajiban puasa terssebut termaktub
dalam surat Albaqarah:183:
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa.
Dalil dari sunnah sebagai berikut:
ع ل ط ن ح ة ع ن ب بـ ي ن أ اهللا د ر ال ج الن ل أ س ىب ل ى اهللا ع ل ص ه ي و ل س م فـ ق : ال ي ار س ل و أ اهللا خ بـ ر ىن م افـ ر ض م ى ل ع اهللا الص ن ي ام؟ فـ ش : ال ق ه ر ر ض م ،ان ه غ ىل ع ـل ري ه : ال ؟ ق ،ال ن أ ال إ . ع و ط ت
Dari Thalhah bin ‘Ubaidillah, bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Nabi saw.Ya Rasulullah, katakan kepadaku puasa yang diwajibkan Allah kepadaku. Nabi saw. bersabda: Puasa Ramadhan. Tanya laki-laki itu lagi. Apakah ada lagi yang wajib atasku? Tidak ada, kecuali engkau berpuasa sunat. Puasa Ramadhan disyari’atkan pada hari Senin tanggal 1 Sya’ban tahun
kedua hijrah. (Sayyid Sabiq,2008:29).
2. Syarat-Syarat Puasa
Para fuqaha membagi syarat ini kepada syarat wajid dan syarat sah puasa.
a. Syarat wajib puasa.
1. Islam.
Kewajiban menjalankan syari’at puasa hanya muslim yaitu orang yang
beragama Islam, orang di luar Islam tidak wajib berpuasa. Orang kafir
atau murtad tidak wajib berpuasa, kecuali jika mereka telah masuk Islam
di pertengahan Ramadhan, maka kewajiban puasa bagi mereka hanya
http://sumut.kemenag.go.id/
sisa hari berikutnya dan mereka tidak wajib mengqadha puasa
sebelumnya.(Muhmmad Jawad Mugniyah,1996:160).
2. Baligh dan berakal.
Anak kecil dan orang yang hilang akal disebabkan gila, pingsan atau
mabuk tidak wajib berpuasa.
ي ل لى اهللا ع ص أن النيب ه ن ع اهللا ي ض ى ر ل ع ن قال ع لم س : ه و ثالث ن ع م ل الق ع ف ر م ل ت ىت حي ح ن الصيب ع قظ و يـ تـ س ىت ي م ح ن النائ ع و ق ي ف ىت ي ن ح و نـ ج ن امل رواه . ع
أمحد وأبوداود والرتمذىDari Ali ra.bahwa Nabi saw. bersabda: Diangkat pena (tidak berdosa) dari tiga hal yaitu orang gila hingga sembuh, orang tidur hingga bangun dan anak-anak hingga ia dewasa. HR. Ahmad, Abu Daud dan Tirmizi. ( A.Ritonga dkk,1997:158).
3. Mampu berpuasa.
Orang sakit jika mereka berpuasa akan terjadi mudrat atau
membahayakan tubuh, maka mereka tidak wajib berpuasa, namun wajib
membayar fidyah dan mengqadha puasa sebanyak hari yang ia
tinggalkan di luar bulan ramadhan. Orang tua renta yang tidak kuat lagi
berpuasa dan jika ia berpuasa akan terjadi membahayakan dirinya, maka
ia tidak wajib berpuasa dan tidak wajib qadah, hanya diwajibkan
kedpadanya membayar fidyah 1 mud satu hari sebanyak hari yang ia
tinggalkan kepada fakir atau miskin.
Orang sakit yang dalam hasil analisa medis diprediksikan tidak lagi
sembuh, maka tidak wajib berpuasa dan tidak wajib mengqadhanya,
hanya wajib membayar fidyah sebanyak hari yang ditinggalkan.(
A.Rahman Ritonga, 1997: 158). QS.aAlbaqarah: 184:
http://sumut.kemenag.go.id/
(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan. Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu Mengetahui. 4. Muqim.
Yang dimaksudkan muqim di sini adalah orang yang tidak sedang dalam
perjalanan (musafir). Bagi orang yang dalam keadaan musafir tidak
diwajibkan berpuasa, bagi mereka mendapat rukhsah (dispensasi) atau
keringanan untuk tidak melakukan puasa. Sesuai dengan Qs.185:
…
…Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu..
b. Syarat sah puasa.
Agar puasa seseorang sah dilakukan disyaratkan sebagai berikut:
1) Islam.
Puasa seseorang sah bila dilakukan oleh orang muslim, sebaliknya
puasa tidak sah dilakukan oleh orang yang non muslim.
2) Mumayyiz.
Usia mumayyiz diperkirakan berkisar 5 sampai 11 tahun, dalam
rentang waktu tersebut biasanya anak-anak telah mampu membedakan
antara yang baik dan yang buruk, maka ketika itu anak-anak telah sah
berpuasa kendati mereka belum wajib menjalankan ibadah puasa.
Hanya bagi kedua orang tua wajib memerintahkan berpuasa kepada
mereka dalam rangka pendidikan dan latihan.
3) Suci dari haid dan nifas.
http://sumut.kemenag.go.id/
Dalam kedaan haid atau nifas seorang perempuan tidak sah bahkan
haram melakukan puasa. Karenanya, ketika darah haid atau nifas
keluar, maka ketika itu juga wajib berniat berbuka.
3. Rukun Puasa
Ada dua rukun puasa, yang kedua-duanya merupakan unsur terpenting
ketika Saudara melakukan ibadah shaum.
a. Niat.
Berniat hukumnya wajib setiap malam, sebab tanpa berniat maka puasa
tidak sah. Waktu berniat adalah mulai terbenam matahari sampai terbit
fajar shadiq yaitu waktu shalat subuh, maka setelah masuk waktu subuh
niat puasa tidak sah lagi, namun yang bersangkutan wajib imsak
(menahan untuk tidak makan dan tidak minum) di siang hari sampai
waktu berbuka, dan puasa tersebut wajib diqadha setelah Ramadhan. Hal
ini didasarkan kepada hadits Rasulullah saw.:
لم س ه و ي ل لى اهللا ع ص ن النيب ة ع ص ف ح ن ع قال : أنه ل ب قـ ام ي الص ع م جي مل ن م ه ل ام ي فالص ر رواه أحـمـد . الفج
Dari Hafshah, dari Nabi saw. sesungguhnya beliau telah bersabda: Siapa yang tidak membulatkan niat puasanya sebelum fajar, maka puasanya tidak sah. HR. Ahmad. ( Sayyid Sabiq,2008:34).
b. Menahan.
Menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar
sampai terbenam matahari. Firman Allah SWT. QS.Albaqarah(2):187:
http://sumut.kemenag.go.id/
Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.
4. Sunat-sunat Puasa
Sunat dilakukan ketika perbuasa, di antaranya:
a. Makan sahur.
Makan sahur disunatkan bahkan dinajurkan menjelang subuh tiba. Jarak
antara makan sahur dengan waktu subuh sekitar 50 ayat membaca Al-
Qur’an. Dalil disunatkannya makan sahur seperti termaktub dalam hadits
Anas berikut:
ا : عن أنس بن مالك رضي اهللا عنه قال و ر ح تس لم س ه و ي ل لى اهللا ع قال النيب ص ة ك ر ر بـ و رواه البخارى ومسلم. فإن ىف السح
Dari Anas ra. berkata: telsh bersabda Nabi saw.: Bersahurlah kalian, sesungguhnya makan sahur itu ada berkah. HR. Bukhari dan Muslim.
http://sumut.kemenag.go.id/
b. Menyegerakan berbuka.
Berbuka puasa disegerakan setelah masuk waktu berbuka, yaitu ditandai
dengan masuknya waktu magrib di daerah kita bermukim atau di daerah
dimana kita berada pada saat berbuka puasa tersebut. Hadits berikut
sebagai dasar disunatkan berbuka puasa segera.
قال لم س ه و لي ل اهللا صلى اهللا ع و س أن ر ـد ع س ل بن ه س ن :ع ال الناس ز اليـ ـر ط واالف ل اعج م ري واه البخارى ومسلمر . خب
Dari Sahl bin Sa’ad, bahwa Rasulullah saw. bersabda: Orang senantiasa
berada dalam kebaikan selama ia menyegerakan berbuka puasa.
HR.Bukhari dan Muslim. (Sayyid Sabiq,2008:63) c. Berdo’a ketika berbuka.
Anjuran berdo’a ketika berbuka puasa termaktub dalam hadits berikut:
قال لم س ه و ي ل ع لى اهللا ص نه : أ◌ ام اإلم و ر ط ف ىت يـ ح م الصائ م تـه و ع د د ثالة التـر م و ل ظ ة امل و ع د ل و اد رواه الرتمذى. الع
Bahwasanya Nabi saw. bersabda: Tiga macam do’a yang tidak ditolak
oleh Allah SWT. do’a mereka yang berpuasa sehingga berbuka, do’a
pemimpin yang adil, do’a orang yang teraniaya. HR.Tirmizi.
Do’a berbuka puasa yang warid dari Nabi sebagai berikut:
ه ي ل ع لى اهللا ص ة أن النيب ر زه اذ بن ع م ن ع قال ر ا أفط ان إذ ك لم س م لك : و اللهت ر ك أفط ق ى رز ل ع ت و م رواه أبوداود. ص
Dari Mu’az bin Zuhrah, bahwa Nabi saw. adalah bila berbuka puasa
beliau berdo’a: Ya Allah ya Tuhanku, karena Engkau aku berpuasa, dan
atas rezeki-Mu aku berbuka. HR. Abu Daud.(Mu’ammal Hamidy
dkk,tt:1286)
d. Menggosok gigi.
Disunatkan menggosok gigi bagi yang berpuasa, tidak ada perbedaan
antara pagi dan sore. Hal ini sesuai dengan hadits fi’li, bahwa Nabi saw.
biasa menggosok gigi pada saat berpuasa. ( Sayyid Sabiq, 2008:65).
http://sumut.kemenag.go.id/
e. Tadarrus Al-Qur’an.
Rasulullah saw. adalah orang yang paling dermawan. Sifat dermawan itu
nlebih menonjol pada bulan Ramadhan, yaitu ketika beliau ditemui oleh
Jibril. Biasanya Jibril menemui pada setiap malam Ramadhan untuk
mempelajari Al-Qur’an. Maka Rasulullah saw. lebih murah hati
melakukan kebaikan daripada angin yang bertiup. HR. Bukhari ( Sayyid
Sabiq, 2008:66).
f. Giat beribadah pada sepuluh hari terakhir.
Nabi saw. pada malam sepuluh terakhir Ramadhan lebih giat melakukan
berbagai ibadah dan membangunkan keluarganya, seperti yang termaktub
dalam hadits berikut ini:
ا أن النيب ه نـ ع اهللا ي ض ة ر ش ائ ع ن ع ر ش الع ل ا دخ إذ لم س ه و ي ل ع لى اهللا ص ر ـز ئ الم ـد ش و ه ـل قظ أه أيـ و ل االي ي رواه البخارى ومسلم. أح
Dari Aisyah ra. bahwa Nabi saw. bila masuk sepuluh terakhir Ramadhan,
beliau menghidupkan malam (beribadah), membangunkan kelurganya
dan mengencangkan ikat pinggannya. HR. Bukhari dan Muslim.
5. Yang Membatalkan Puasa
Batal puasa jika dilakukan hal-hal berikut:
a. Makan atau minum dengan sengaja.
Bila makan atau minum karena lupa atau karena dipaksa, maka puasa tidak
batal. Sebagai dasar hadits Rasulullah saw berikut:
ة قال ر يـ ر ه أىب ن :ع م ائ ص و ه و ي نس ن م لم س ه و ي ل ع لى اهللا ص ل اهللا و س قال ر اه ق س و اهللا ه م ا أطع فإمن ه م و م ص ت ي ل فـ رب ش أو رواه اجلماعة. فأكل
Dari Abi Hurairah berkata: Rasulullah saw. bersabda: Seseorang sedang berpuasa makan atau minum dalam keadaan lupa, maka hendaklah ia sempurnakan puasanya, karena Allah telah memberinya makan dan minum untuknya. HR. Jama’ah. (Sayyid Sabiq, 2008:73)
b. Muntah dengan sengaja.
Kalau muntah seseorang dalam keadaan terpaksa atau tidak sengaja, seperti
akibat mabuk kendaraan, maka puasanya tidak batal. Dalil hadits berikut:
http://sumut.kemenag.go.id/
ة قال ر يـ ـر ه أىب ن ل اهللا:ع و س ◌ قال ر ن م لم س ه و ي ل ع لى اهللا ص س ي ل فـ ء القي ه ع ر ذ قض يـ ل ا فـ د م ع اء ق تـ ن اس م و اء ه قض ي ل رواه أمحدوأبوداود . ع
Dari Abi Hurairah berkata: Rasulullah saw.bersabda: Siapa yang muntah
tidak wajib qanti puasanya, dan orang yang muntah dengan sengaja maka ia
wajib mengqada (mengganti puasanya). HR. Ahmad dan Abu Daud.
c. Haid atau nifas.
Keluar darah haid atau darah nifas maka secara otomatis puasa seorang
wanita batal. Wajib mengqadha (menggantinya) sebanyak puasa yang
ditinggalkan pada hari lain di luar Ramadhan. Dan tidak wajib membayar
fidiyah.
d. Bersetubuh dengan sengaja.
Bila bersetubuh karena lupa atau dipaksa, maka puasa tidak batal dan tidak
wajib kifarat. (Muhammad Jawad Mugniyah, 1996:162)
e. Mengeluarkan mani dengan sengaja.
Kalau mani keluar tidak ada unsure kesengajaan, maka puasa tidak batal,
seperti seseorang tidur di siang Ramadhan, lalu bermimpi dan keluar mani.
Tapi jika keluar mani karena sengaja melalui onani atau sengaja melihat
aurat lawan jenisnya maka puasa batal dan wajib diganti pada hari lain di
luar Ramadhan. (Muhammad Jawad Mugniyah, 1996:163)
6. Fadhilah Puasa
a. Malam Lailatur Qadar.
Dibulan Ramadhan terdapat malam Lailatul Qadar. Keutamaannya sangat
besar sebagaimana digambarkan dalam surah al-Qadar:
الف ن م ر يـ ر خ د ة الق ل يـ ر ل ه .ش
Malam Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan.[13]
Malam Lailatul Qadar dijelaskan oleh al-Quran sebagai malam yang di
penuhi dengan berkat, rahmat dan fadhilat sebagaimana firman Allah:
http://sumut.kemenag.go.id/
ن ا م ر م ام ي ك ر ح ق كل ام ر ف ا يـ ه يـ ، ف ن ري نذ نا م ناك ة ا ك ار ب ة م ل ليـ ىف اه لن ز نا انـ نا ا ند ع ال ع ي م الس و ه نه ربك ا ة من مح ، ر ني ـل س ر نا م نا ك ا م ي ل . ع
Sesungguhnya Kami menurunkan al-Quran di malam Lailatul Qadar pada malam yang penuh berkat. Sesungguhnya Kami sentiasa memberi peringatan (kepada manusia), pada malam (penuh berkat) itu ditetapkan (dijelaskan) semua perkara dari Kami. Kerana sesungguhnya Kami sentiasa mengutus para rasul, sebagai rahmat Allah Tuhan engkau. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ad-Dukhan, 44:3-6.
Bilakah Malam Lailatlul Qadar? Dalam sebuah hadith, Rasulullah saw. bersabda:
ل و س قال ر لم س ه و ي ل ع لى اهللا ر : اهللا ص اخ ر االو ش الع ن تر م الو ر ىف د ة الق ل يـ ا ل رو حت ان ض م ر ن م
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam bersabda: Pilihlah (carilah) malam
Lailatul Qadar di (pada hari) ganjil dari sepuluh terakhir dari bulan
Ramadhan.
Ganjaran bagi orang-orang beriman yang menghidupkan malam Lailatul
Qadar dengan beramal soleh seperti membaca al-Quran. Rasulullah
saw.bersabda:
لم س ه و ي ل ع لى اهللا ل اهللا ص و س ة : قال ر ل يـ ل قام ن م ر ا غف اب تس اح ميانا و ر ا د القه نب ذ ن م دم ا تـق م ه .ل
Bersabda Rasulullah sallallahu‘alaihi wa-sallam: Sesiapa yang bangun di
malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan ihtisab, diampunkan
dosanya yang telah lalu.
b. Al-Al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadhan.
QS.Albaqarah: 186:
ن ، فم قان ر الف ى و د اهل ات من ن يـ بـ لناس و ى ل د آن ه ر ه الق ي انزل ف ى ان الذ ض م ر ر ه ش ه م ص ي ل فـ ر الشه م نك د م ه . ش
Bulan Ramadhan itulah bulan di dalamnya diturunkan al-Quran yang menjadi petunjuk bagi manusia, menjadi keterangan-keterangan dari
http://sumut.kemenag.go.id/
petunjuk itu sehingga membezakan antara yang hak dengan yang batil. Maka barangsiapa antara kamu melihat bulan itu hendaklah ia berpuasa.
c. Dosa diampuni.
Rasulullah saw. bersabda:
ه نب ذ ن م دم ق ا تـ م ه ل ر ا ، غف اب تس اح ميانا و ان ا ض م ر قام ن .م
Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh iman dan
ihtisab, maka akan diampunkan dosa-dosanya yang telah lalu.
d. Shalat Tarawih.
Termasuk salah satu keistimewaan Ramadhan adalah dengan adanya
shalat tarawih yang pada bulan lain shalat tersebut tidak disyari’atkan.
Sebagai dalilnya seperti yang terdapat dalam hadits berikut ini :
ا قالت ه نـ ع اهللا ي ض ة ر ش ائ ع ن لى : ع ص ي لم س ه و ي ل ع لى اهللا ل اهللا ص و س ان ر ك ه ت مح ىت ر ال ح فأط ح و ر تـ ل مث يـ اللي ات ىف ع ك ر ع ب رواه البيهقى . أر
Dari Aisyah ra. berkata: Adalah Rasulullah saw. shalat empat raka’at
pada malam hari, kemudian istirahat lama sehingg aku kasihan
kepadanya. HR. Baihaqi.
Dalam hadits lain disebutkan bahwa jumlah rakaat shalat yang
dilaksanakan oleh Nabi saw. sebanyak 11 rakat.
ا قالت ه نـ ع اهللا ي ض ة ر ش ائ ع ن : ع د ىف ي ز ان ي اك م لم س ه و ي ل ع لى اهللا ص إنه ة ع ك ة ر ر ى عش د ى إح ل ع ه غري الىف ان و ض م رواه البخارى ومسلم . ر
Dari Aisyah ra. berkata: Adalah Rasulullah saw. tidak mengerjakan
shalat malam lebih dari sebelas rakaat, baik di bulan Ramadhan
maupun di luar bulan Ramadhan. HR. Bukhari dan Muslim.
Shalat tarawih dikenal juga dengan istilah qiyamu Ramadhan.
Jumlah rakaatnya terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama salaf
dan khalaf. Ada yang berpendapat 8 rakaat 4,4 rakaat (dua kali salam)
diakhiri 3 rakaat witir, praktik shalat tersebut berdasarkan kepada dua
hadits fi’li tersebut di atas. Demikian qiyamu Ramadhan di masa Nabi
dan pada masa Khalifah Abu Bakar. Pada masa Umar shalat tarawih
http://sumut.kemenag.go.id/
menjadi 20 rakaat dan 10 kali salam diakhiri dengan 3 rakaat witir.
Selanjutnya Hanafi, Syafi’i, Hambali dan jumhur ulama mengikuti
shalat yang dilakukan oleh Umar bin Khattab, yaitu 20 rakaat tarawih
dan 3 rakaat witir. Sedangkan imam Malik mengerjakan tarawih
sebanyak 36 rakaat selain witir. (Teungku Muhammad Hasbi Ash
Shiddieqy, 2005:332-335).
Menurut Prof. Mahmud Yunus, bahwa kaifiat melaksanakan shalat
tarawih yang delapan rakaat dua kali salam, yaitu empat rakaat sekali
salam dan witir tiga rakaat sekali salam. Sedangkan 20 rakaat dengan
sepuluh kali salam, yakni tiap-tiap 2 rakaat sekali salam. Witir 3 rakaat
boleh dua kali salam dan boleh sekali salam.
C. PENUTUP
Kesimpulan 1. Makna puasa menurut bahasa menahan, sedangkan pengertian secara
istilah /syar'i bahwa puasa adalah suatu ibadah kepada Allah dengan
menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa dimulai sejak terbit
fajar sampai tenggelamnya matahari. Yang dimaksudkan dengan fajar
tersebut adalah fajar shadiq, yaitu mulai masuk waktu subuh sampai
terbenam matahari yaitu waktu maghrib.
2. Syarat puasa: Islam, mumayyiz dan suci dari haid dan nifas, sedangkan
syarat wajib puasa: Islam, baligh dan berakal, mampu berpuasa dan mukim
(tidak dalam musafir).
3. Rukun puasa: Niat dan menahan diri dari segala hal yang memabatalkan
puasa sejak dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Sedangkan sunat-
suanat puasa: makan sahur, menyegerakan berbuka, berdo’a ketika
berbuka, menggosok gigi, tadarrus Al-Qur’an dan giat beribadah pada
sepuluh hari terakhir.
4. Yang membatalkan puasa: makan atau minum dengan sengaja, muntah
dengan sengaja, haid atau nifas, bersetubuh dengan sengaja, mengeluarkan
mani dengan sengaja dan berniat berbuka.
http://sumut.kemenag.go.id/
5. Fadhilah puasa Ramadhan di antaranya: malam Lailatur Qadar, Al-Qur’an
diturunkan pada bulan Ramadhan, setan dibelenggu, dosa diampuni, pahala
ibadah dilipatgandakan dan shalat tarawih.
REFERENSI
Abu Bakar Muhammad, Drs. 1995. Terjemahan Subulussalam, Surabaya: PT Al-Ikhlas, Jilid I , Cet.I.
Al-Al-Qur’an Digital.2004. http://www.alquran-digital.com Anwar Moh, 1988. Fiqih Islam, Bandung: PT, Alma’rif. Asyiq, M, 1993. Petunjuk Lima Ibadah Pokok Dalam Islam, Surabaya: Al Ikhlas. Depertemen Agama RI, 1991. Al- Al-Qur’an dan Terjemahnya. Ibnu Rusdy, 1995. Bidayatul Mujtahid, Jakarta: Pustaka Amani, Jilid 1-5. Imron AM, Drs. Dkk, 1374 H. Terjemahan Nailul Authar Himpunan Hadits
Hukum Surabaya: PT Bina Ilmu Offset, Jilid I. M.Quraish Shihab, 2007, Tafsir Al-Misbah, Jakarta:Lentera Hati Muhammad Jawad Mugniyah, 1996. Fiqih Lima Mazhab,Jakarta: PT Lentera
Basritama Muhammad Nashiruddin Al-Albani, 2000. Sifat Shalat Nabi, Yogyakarta: Media
Hidayah. Ramli Mhd, tt. Shohih Bukhari, Terjemahan, Bandung: PT, Al Ma’arif. Rifai’, Drs, H. Moh, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, Semarang: CV Toha Putra. Ritonga, A. Rahman, Dr. Dkk. 1997. Fiqih Ibadah, Jakarta: Gaya Media Pratama Sayyid Sabiq, 2008. Fiqih Sunnah, Jakarta:Pena Pundi Aksara. Teuku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, 2005.Pedoman Shalat,Semarang: PT
Pustaka Rizki Putra. Zuhri Dipd.Talf. Drs. H. Moh. 1994. Fiqih Empat Mazhab, Semarang: Asy-
Syifa, Jilid 1-5 CV.