21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan pedoman bagi kehidupan masyarakat, merupakan perangkat-perangkat acuan yang berlaku umum dan menyeluruh dalam menghadapi lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan warga masyarakat pendukung kebudayaan tersebut. 1 Dalam kebudayaan terdapat perangkat-perangkat dan keyakinan- keyakinan yang dimiliki oleh pendukung kebudayaan tersebut. Adapun tradisi keagamaan merupakan pranata primer dari kebudayaan memang sulit berubah karena keberadaannya didukung oleh kesadaran bahwa pranata tersebut menyangkut kehormatan harga diri, dan jati diri masyarakat pendukungnya. 2 Dalam makalah ini akan dibahas tentang pengaruh kebudayaan khususnya tradisi keagamaan terhadap jiwa keagamaan pada era globalisasi. Pada era globalisasi itu menunjukan bahwa kebudayaan (bidang material) sangat berpengaruh terhadap jiwa keagamaan. Sehingga memuncukan kecenderungan-kecenderungan yang membawa konsekuensi tersendiri bagi penganut agama tertentu, apa 1 Jaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 195 2 Ibid., hal. 198 1

Pendidikan Agama - Pengaruh Kebudayaan Terhadap Jiwa Keagamaan

  • Upload
    afif

  • View
    364

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pendidikan Agama - Pengaruh Kebudayaan Terhadap Jiwa Keagamaan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebudayaan merupakan pedoman bagi kehidupan masyarakat, merupakan

perangkat-perangkat acuan yang berlaku umum dan menyeluruh dalam

menghadapi lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan warga

masyarakat pendukung kebudayaan tersebut.1 Dalam kebudayaan terdapat

perangkat-perangkat dan keyakinan-keyakinan yang dimiliki oleh pendukung

kebudayaan tersebut. Adapun tradisi keagamaan merupakan pranata primer dari

kebudayaan memang sulit berubah karena keberadaannya didukung oleh

kesadaran bahwa pranata tersebut menyangkut kehormatan harga diri, dan jati diri

masyarakat pendukungnya.2 Dalam makalah ini akan dibahas tentang pengaruh

kebudayaan khususnya tradisi keagamaan terhadap jiwa keagamaan pada era

globalisasi. Pada era globalisasi itu menunjukan bahwa kebudayaan (bidang

material) sangat berpengaruh terhadap jiwa keagamaan. Sehingga memuncukan

kecenderungan-kecenderungan yang membawa konsekuensi tersendiri bagi

penganut agama tertentu, apa kecenderungan yang positif atau negatif yang lebih

bersifat destruktif. Pada kondisi itu kondisi kejiwaan penganut agama tersebut

haruslah menunjukkan jati diri sebagai penganut agama yang tetap tidak tergerus

oleh nilai-nilai yang sekuer meskipun kemajuan iptek berpengaruh pesat ditengah

arus global. Hendaknya mereka menganggap globalisasi sebagai tantangan yang

harus dihadapi sekaligus menjadikan globaisasi sebagai ancaman bila tidak

mampu menunjukan jati dirinya, karena globalisasi merupakan puncak peradaban

manusia.

1 Jaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 1952 Ibid., hal. 198

1

Page 2: Pendidikan Agama - Pengaruh Kebudayaan Terhadap Jiwa Keagamaan

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan tradisi keagamaan dan kebudayaan itu?

2. Bagaimanakah hubungan antara tradisi keagamaan dan sikap keagamaan?

3. Bagaimana pengaruh eksistensi kebudayaan di era globalisasi terhadap jiwa

keagamaan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian tradisi keagamaan dan kebudayaan.

2. Untuk mengetahui hubungan antara tradisi keagamaan dan sikap keagamaan.

3. Untuk mengetahui pengaruh eksistensi kebudayaan di era globalisasi terhadap

jiwa keagamaan.

2

Page 3: Pendidikan Agama - Pengaruh Kebudayaan Terhadap Jiwa Keagamaan

BAB II

PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP JIWA KEAGAMAAN

I. Tradisi Keagamaan dan Kebudayaan

A. Pengertian Tradisi dan Tradisi Keagamaan

Kriteria tradisi dapat lebih dibatasi dengan mempersempit

cakupannya. Dalam pengertian yang lebih sempit tradisi hanya berarti bagian-

bagian warisan sosial khusus yang memenuhi syarat saja, yakni yang tetap

bertahan hidup dimasa kini yang masih kuat ikatannya, dengan kehidupan

masa kini.3 Dalam arti sempit tradisi adalah kemampuan benda material dan

gagasan yang diberi makna khusus yang berasal dari masa lalu.4

Adapun beberapa ahli merumuskan tradisi antara lain;

1. Shils

Menurut Shils, tradisi berarti segala sesuatu yang disalurkan atau

diwariskan dari masa lalu kemasa kini.5

2. Pasurdi Suparlan, Ph. D

Menurut Pasurdi Suparlan, tradisi merupakan unsur sosial budaya

yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat dan sulit berubah.

3. Meredith Mc. Guire

Menurut Meredith Mc. Guire, ia melihat bahwa dalam masyarakat

pedesaan umumnya tradisi erat kaitannya dengan agama.

4. Prof. Dr. Kasmiran Wuryo

Menurut Kasmiran Wuryo, tradisi masyarakat merupakan bentuk

norma yang terbentuk dari bawah, sehingga sulit untuk diketahui sumber

asalnya. Adapun secara garis besarnya, tradisi sebagai kerangka acuan

norma daam masyarakat disebut pranata . pranata ini terbagi atas;

a. Pranata Skunder

3 Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Prenada, 2007), hal. 704 Ibid., hal. 715 Ibid., hal. 70

3

Page 4: Pendidikan Agama - Pengaruh Kebudayaan Terhadap Jiwa Keagamaan

Pranata ini merupakan pranata yang dapat dengan mudah

diubah struktur dan peran hubungan antar peranannya maupun dengan

norma-norma yang berkaitan dengan perhitungan rasional yang

menguntungkan dan dihadapi sehari-hari. Pranata ini bersifat

fleksibel, mudah berubah, sesuai dengan situasi yang diinginkan oleh

pendukungnya. Contohnya; pranata politik, pranata pemerintahan,

pranata ekonomi, dan pasar, berbagai pranata hukum dan keterkaitan

sosial dalam masyarakat.

b. Pranata Primer

Pranata ini merupakan kerangka acuan norma yang mendasar

dan hakiki dalam kehidupan manusia. Pranata ini berhubungan

dengan kehormatan dan harga diri, jati diri serta kelestarian

masyarakat, dan pranata ini bersifat mudah dapat berubah begitu saja.

Adapun titik tekan pranata primer adalah menekankan pada

pentingnya keyakinan dan kebersamaan serta bersifat tertutup atau

pribadi. Contohnya; pranata keluarga kekerabatan, keagamaan (tradisi

keagamaan), pertemanan, atau persahabatan.

Bila dihubungakan dengan tradisi maka tradisi (agama

Samawi) bersumber dari norma-norma yang termuat dalam kitab

suci.6 Adapun tradisi keagamaan (agama Samawi) merupakan

kontradiksi asli, yakni tradisi yang sudah ada dimasa lalu, bukan

merupakan tradisi buatan, yakni tradisi yang khayalan atau pemikiran

masa lalu.7

B. Fungsi Tradisi (Termasuk; Tradisi Keagamaan)

Adapun fungsi tradisi (tradisi keagamaan) antara lain;8

1. Dalam bahasa klise dinyatakan, tradisi (tradisi keagamaan) adalah

kebijakan turun menurun, tempatnya didalam kesadaran, keyakinan

6 Jaluddin, Psikologi Agama…, hal. 195-1977 Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan…, hal. 728 Ibid., hal. 74-76

4

Page 5: Pendidikan Agama - Pengaruh Kebudayaan Terhadap Jiwa Keagamaan

norma dan nilai yang kita anut kini serta dalam benda yang diciptakan di

masa lalu. Tradisi (tradisi keagamaan) pun menyediakan fragmen warisan

historis yang kita pandang bermanfaat. Tradisi-tradisi keagamaan seperti

gagasan dan material yang dapat digunakan orang dalam tindakan kini

dan untuk membangun masa depan berdasarkan pengalaman masa lalu.

Tradisi menyediakan cetak biru untuk bertindak. Dalam arti ia

menyediakan mereka (orang) blok bangunan yang sudah siap untuk

membentuk dunia mereka.

2. Memberikan legitimasi terhadap pandangan hidup, keyakinan, pranata

dan aturan semuanya itu memerlukan pembenaran agar dapat mengikat

anggotanya.

3. Menyediakan simbol identitas kolektif yang meyakinkan, memperkuat

loyalitas primordial terhadap bangsa, komunitas dan kelompok.

4. Membantu menyediakan tempat pelarian dan keluhan, ketidak puasan dan

kekecewaan modern. Tradisi (tradisi keagamaan) yang mengesankan

masa lalu yang lebih bahagia menyediakan sumber pengganti kebanggaan

bila masyarakat dalam masa krisis.

C. Pengertian Kebudayaan

Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah yang

merupakan bentuk jamak kata “buddhi” yang berarti budi dan akal.

Kebudayaan diadakan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan

akal. Adapun istilah culture yang merupakan istilah bahasa asing yang sama

artinya dengan kebudayaan, berasal dari bahasa Latin colere. Artinya

mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah bertani. Dari asal arti

tersebut yaitu colere kemudian culture, diartikan sebagai daya dan kegiatan

manusia untuk mengubah dan mengolah alam.9

Adapun beberapa ahli merumuskan kebudayaan antara lain;10

9 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hal. 188

10 Ibid., hal. 188-189

5

Page 6: Pendidikan Agama - Pengaruh Kebudayaan Terhadap Jiwa Keagamaan

1. E. B Tylor (1871)

Menurut E.B Tylor, kebudayaan adalah komplek yang mencakup

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat, istiadat dan lain

kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh

manusia sebagai anggota masyarakat.

2. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi

Menurut tokoh ini, kebudayaan sebagai suatu hasil karya, rasa, dan cipta

masyarakat.

- Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebedaan

atau masyarakat.

- Kasa meliputi jiwa manusia mewujudkan segaa kaidah dan nilai-nilai

sosial yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan

dalam arti yang kuat, didalamnya termasuk agama ideologi,

kebatinan, kesenian, dan semua unsur yang merupakan hasil ekspresi

jiwa manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat.

- Cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berfikir orang-

orang yang hidup bermasyarakat yang antara lain menghasilkan

filsafat serta ilmu pengetahuan cipta bisa terwujud murni, maupun

yang telah disusun untuk berlangsung diamalkan dalam kehidupan

masyarakat.

D. Fungsi Kebudayaan

Fungsi kebudayaan sangat besar bagi manusia dan masyarakat:11

1. Manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan, baik di bidang spiritual

maupun materiil. Kebutuhan ini sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan

yang bersumber pada masyarakat itu sendiri.

2. Hasil karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan

mempunyai kegunaan utama di dalam melindungi masyarakat terhadap

lingkungan dalamnya.

11 Ibid., hal. 194-195

6

Page 7: Pendidikan Agama - Pengaruh Kebudayaan Terhadap Jiwa Keagamaan

3. Karsa masyarakat mewujudkan norma dan nilai-nilai sosial yang sangat

perlu untuk mengadakan tata tertib dalam pergaulan kemasyarakatan. Jadi

fungsi kebudayaan disini agar manusia dapat mengerti bagaimana

seharusnya bertindak, berbuat, menentukan sikapnya kalau berhubungan

dengan orang lain.

II. Tradisi Keagamaan dan Sikap Keagamaan12

Tradisi keagamaan pada dasarnya merupakan pranata keagamaan yang

sudah baku oleh masyarajkat pendukungnya. Dengan demikian tradisi keagamaan

sudah merupakan kerangka acuan norma dalam kehidupan perilakumasyarakat.

Dan tradisi keagamaan sebagai pranata primer dari kebudayaan memang sulit

untuk berubah karena keberadaannya didukung oleh bahwa pranata tersebut

menyangkut kehormatan, harga diri dan jati diri masyarakat pendukungnya.

Para ahli antropologi membagi kebudayaan dalam bentuk dan isi.

Menurut Koentjaraningrat bentuk kebudayaan terdiri atas;

1. Sistem kebudayaan (cultural system)

Sistem kebudayaan berbentuk gagasan, pikiran, konsep, nilai-nilai budaya,

norma-norma, pandangan-pandangan yang bentuknya abstrak serta berada

dalam pikiran para pemangku kebudayaan yang bersangkutan.

2. Sistem sosial (social system)

Sistem sosial berwujud aktifitas, tingkah laku, prilaku, upacara-upacara ritual-

ritual yang wujudnya lebih konkret. Sistem sosial adaah bentuk kebudayaan

dalam wujud yang telah konkret dan dapat diamati.

3. Benda-benda budaya (material system)

12 Jaluddin, Psikologi Agama…, hal. 198-203

7

Page 8: Pendidikan Agama - Pengaruh Kebudayaan Terhadap Jiwa Keagamaan

Benda-benda budaya atau kebudayaan fisik atau kebudayaan material

merupakan hasil tingkah laku dan karya pemangku kebudayaan yang

bersangkutan.

Adapun isi kebudayaan menurut Koentharaningrat terdiri atas tujuh unsur,

yaitu; bahasa, sistem pengetahuan religi dan kesenian. Dengan demikian dilihat

dari bentuk dan isi. Kebudayaan merupakan lingkungan yang terbentuk oleh

norma-norma dan nilai-nilai yang dipelihara oleh masyarakat pendukungnya.

Nilai-nilai dan norma-norma menjadi pedoman hidup itu berkembang dalam

berbagai kebutuhan masyarakat, sehingga terbentuk dalam suatu sistem sosial.

Contohnya; sistem ini selanjutnya terwujud pula benda-benda kebudayaan dan

bentuk benda fisik. Contohnya adalah penyebaran agama, kenusantara yang

sampai saat ini mempengaruhi sikap keagamaan masyarakat Indonesia.

Khususnya pengaruh tradisi keagamaan masa lalu ikit mempengaruhi sikap

keagamaan masyarakat.

Menurut Robert Monk hubungan antara sikap keagamaan dan tradisi

keagamaan adalah sikap keagamaan perorangan dalam masyarakat yang

menganur suatu keyakinan agama merupakan unsur penopang bagi terbentuknya

tradisi keagamaan. Tradisi keagamaan menurut Monk menunjukan kepada

kompleksitas pola-pola tingkah laku (sikap-sikap kepercayaan atau keyakinan

yang berfungsi untuk menolak atau menanti suatu nilai penting (nilai-nilai) oleh

sekelompok orang yang dipelihara dan diteruskan secara berkesinambungan

selama periode-periode tertentu.

Tradisi keagamaan dan sikap keagamaan saling mempengaruhi sikap-

sikap keagamaan sebagai lingkungan kehidupan turut memberi nbilai-nilai,

norma-norma tingkah-laku keagamaan kepada sesamanya. Dengan demikian

tradisi keagamaan memberi pengaruh dalam membentuk pengalaman dan

kesadaran agama. Sehingga terbentuk daam sikap keagamaan pada diri seseorang

yang hidup dalam lingkungan tradisi keagamaan tertentu.

Sikap keagamaan yang terbentuk oleh tradisi keagamaan merupakan

bagian dari pernyataan jati diri seseorang dalam kaitan dengan agama yang

8

Page 9: Pendidikan Agama - Pengaruh Kebudayaan Terhadap Jiwa Keagamaan

dianutnya. Sikap keagamaan ini akan ikut mempengaruhi cara berfikir, cita, rasa

atau penilaian seseorang terhadap segaa sesuatu yang berkaitan dengan agama.

Tradisi keagamaan daam pandangannya. Robert C Monk memiliki dua fungsi

utama. Pertama adalah sebagai kekuatan yang mampu membuat kesetabilan dan

keterpaduan masyarakat maupun individu. Kedua, tradisi keagamaan berfungsi

sebagai agen perubahan dalam masyarakat atau individu.

III. Kebudayaan Dalam Era Globalisasi dan Pengaruhnya Terhadap Jiwa

Keagamaan

A. Pengertian Globalisasi

Makna globalisai menurut Anthoy Giddens dijelaskan sebagai

intensifikasi relasi sosial di seluruh dunia yang menghubungan lokalitas yang

berjauhan sehingga kejadian lokal dibentuk oleh peristiwa-peristiwa yang

terjadi dibelahan dunia lain.13

Menurut Akbar S. Ahmad dan Hasting Donnan makna globalisasi

diberi batasan yaitu pada prinsipnya mengacu pada perkembangan-

perkembangan yang cepat daam teknologi komunikasi, transformasi,

informasi yang bisa membawa bagian-bagian dunia yang jauh (menjadi hal-

hal) yang bisa dijangkau dengan mudah.14

Istilah globalisasi sering digunakan untuk mengembangkan

penyebaran dan keterkaitan produksi, komunikasi, dan teknologi seluruh

dunia. Penyebaran ini melibatkan kompleksitas kegiatan ekonomi dan

budaya. Adapun tema kunci dalam wawancara dan pengalaman globalisasi

adalah;15

1. Delokalisi dan lokalisasi

2. Inovasi teknologi informasi

3. Kebangkitan korporasi multinasional

13 ----------- , Pendidikan Manusia Indonesia, Tonny D. Widiastono (ed.), (Jakarta: Kompas, 2004), hal. 218

14 A. Qodri Azizy, Melawan Globalisasi Reinterpretasi Ajaran Islam (Persiapan SDM Yang Terciptanya Masyarakat Madani), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal. 19

15 ----------- , Pendidikan Manusia…, hal. 218-221

9

Page 10: Pendidikan Agama - Pengaruh Kebudayaan Terhadap Jiwa Keagamaan

4. Privatisasi dan pembentukan pasar bebas.

B. Kebudayaan Dan Era Globalisasi Dan Pengaruhnya Terhadap Jiwa

Keagamaan

Secara fenomena kebudayaan dalam era globaisasi mengarah kepada

nilai-nilai sekuler yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa

keagamaan, khususnya dikalangan generasi muda. Meskipun dalam sisi

tertentukehidupan tradisi keagamaan tampak meningkat dalam

kesemarakannya namun dalam kehidupan masyarakat global yang cenderung

sekuer barangkali akan ada pengaruhnya terhadap pertumbuhan jiwa

keagamaan para generasi muda. Paling tidak terdapat kecenderungan yang

tampak. Pertama, muncul sikap toleransi yang tinggi terhadap perbedaan

agama, dikaangan kelompok moderat. Kedua, munculnya sikap fanatic

keagamaan yang muncul pada kelompok fundamental.

Kedua kecenderungan tersebut menurut pendekatan psikologis berisi

ciri-ciri kepribadian yang ditampilkn kelompok introvert dan ekstrovert.

Gejala kejiwaan yang dimiliki orang-orang introvert lebih tertutup terhadap

perubahan yang terjadi, sedangkan ekstrovert lebih bersikap terbuka dan

mudah menerima. Tetapi yang jelas era globalisasi dipandang dari sudut

teknologi adalah era modernisasi puncak bagi peradaban manusia.

Era globalisasi memberikan perubahan besar pada tatanan dunia

secara menyeluruh dan perubahan itu dihadapi bersama sebagai suatu

perubahan yang wajar. Sebab mau tidak mau siap tidak siap perubahan

diperkirakan bakal terjadi. Dikala manusia dihadapkan pada malapetaka

sebagai dampak perkembangan dan kemajuan modernisasi dan perkembangan

teknologi itu sendiri.

Dalam kondisi seperti itu barangkali manusia mengalami konflik batin

secara besar-besaran. Konflik tersebut sebagai dampak ketidak seimbangan

antara kemampuan iptek yang menghasilkan kebudayaan materi yang

kosongan ruhani. Kegoncangan batin ini barangkali akan mempengaruhi

10

Page 11: Pendidikan Agama - Pengaruh Kebudayaan Terhadap Jiwa Keagamaan

kehidupan psikologi manusia. Pada kondisi ini manusia akan mencari

ketentraman batin antara lain agama.

Era global bertepatan dengan millennium III ditandai dengan

kemajuan iptek terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi. Serta

terjadinya lintas budaya. Selain itu dampak dan mobilitas manusia semakin

tinggi menyebabkan apa yang terjadi disuatu tempat diwilayah tertentu

dengan mudah dan cepat tersebar dan diketahui masyarakat dunia hampir tak

ada yang tersembunyi. Pengaruh ini ikut malahirkan pandangan yang serba

boleh (perssiviness) apa yang sebelumnya dianggap tabu, seanjutnya dapat

diterima.

Sementara itu nilai-nilai tradisional mengalami pengerusan mulai

kehilangan pegangan hidup yang bersumber dari tradisi masyarakat, termasuk

kedalam sistem nilai yang bersumber dari ajaran agama. Dipihak lain manusia

juga dihadapkan pada upaya untuk mempertahankan sistem nilai yang mereka

anut sementara itu era global menawarkan alternatif baru (kekaguman dari

hasil rekayasa iptek) yang menawarkan kenikmatan duniawi. Hal ini

menimbulkan keraguan dan kecemasan kemanusiaan (human anxiety) adapun

kemungkinan yang terjadi pada manusia adalah; pertama, mereka yang tidak

ikut larut alam pengaguman yang berlebihan terhadap teknologi dan tetap

berpegang teguh pada nilai-nilai kegamaan, kemungkinan akan lebih

meyakini kebenaran agama. Kedua, golongan yang longgar dari nilai-nilai

ajaran agama akan kekosongan jiwa. Golongan kedua ini di era global akan

diperkirakan memuncukan tiga kecenderungan agama, yaitu;

1. Kecenderungan berupa arus kembali ke tradisi agama yang liberal

2. Kecenderungan ke tradisi keagamaan pada aspek mistis

3. Kecenderungan munculnya gerakan sempalan yang mengatas namakan

agama.

Gerakan yang dilakukan golongan ini, pada hakikatnya merupakan

tindakan kompensatif. Mereka mengalami kesendirian kekosongan nilai-nilai

ruhaniyah. Dalam kondisi kesendirian kekosongan itu terasa menyakitkan

11

Page 12: Pendidikan Agama - Pengaruh Kebudayaan Terhadap Jiwa Keagamaan

hingga mereka merasa perlu mengajak orang lain secara bersama sama larut

dalam upacara yang mereka rekayasa.

Sebagai umat beragama, khususnya umat Islam dalam era globalisasi

hendaknya;16

1. Menumbuhkan kesadaran tentang tujuan hidup menurut agama baik

sebagai hamba Allah maupun sebagai khalalifah Allah. Tetap dalam

kontek mengabdi kepada Allah dan berusaha memperoleh ridhanya dan

keselamatan di dunia dan akhirat. Disini peran iman dan taqwa sangat

penting hidup di era gobalisasi.

2. Menumbuhkan kesadaaran dalam bertanggungjawab karena kita akan

mempertanggungjawabkan apa yang diperbuat di dunia, baik formalitas

administratif sesuai yang ada di dunia sendiri maupun hakiki menurut

yang mempunyai konsekuensi akhirat kelak. Ketika kita menceburkan diri

dalam kehidupan globalisasi amka kita juga selalu sadar akan tanggung

jawab terhadap apa yang kita perbuat.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

16 A. Qodri Azizy, Melawan Globalisasi…, hal. 32-33

12

Page 13: Pendidikan Agama - Pengaruh Kebudayaan Terhadap Jiwa Keagamaan

Tradisi keagamaan sebagai pranata primer dari kebudayaan memang sulit

berubah, karena pranata tersebut disadari sebagai suatu yang penting, karena

menyangkut kehormatan, harga diri, dan jati diri masyarakat pendukungnya.

Adapun hubungan antara tradisi tersebut dan sikap keagamaan adalah tradisi

keagamaan memberi pengaruh dalam membentuk pengalaman dan kesadaran

agama sehingga terbentuk dalam sikap keagamaan pada diri seseorang yang

hidup dalam kehidupan tradisi keagamaan tertentu.

Istilah globalisasi sering digunakan untuk menggambarkan penyebaran

dan keterkaitan produksi, komunikasi dan teknologi diseluruh dunia. Penyebaran

itu menunjukkan kompleksitas kegiatan ekonomi dan budaya. Adapun pengaruh

kebudayaan dalam era gobalisasi terhadap jiwa keagamaanadalah apabila tidak

terjadi ketidak seimbangan antara kemajuan iptek dengan kemampuan individu

yang beragama daam mengahasilkan kebudayaan terutama kebudayaan materi.

Maka individu tersebut akan mengalami kekosongan rohani dan kegoncangan

batin. Hal ini mempengaruhi kehidupan psikologisnya sehingga ia akan

memerlukan agama. Adapun kemungkinan yang dapat dimungkinkan pada orang

tersebut antara lain;

1. Menyakini kebenaran agamannya

2. Golongan yang longgar terhadap nilai-nilai ajaran agama, yang meliputi

a. Orang yang cenderung kembali ke tradisi keagamaan yang liberal

b. Orang yang cenderung kembali kedalam tradisi keagamaan yang mistis

c. Orang yang cenderung memunculkan gerakan sempalan yang mengatas

namakan agama.

DAFTAR PUSTAKA

----------- . Pendidikan Manusia Indonesia, Tonny D. Widiastono (ed.), Jakarta:

Kompas, 2004

13

Page 14: Pendidikan Agama - Pengaruh Kebudayaan Terhadap Jiwa Keagamaan

Azizy, A. Qodry, Melawan Globalisasi Reinterpretasi Ajaran Islam (Persiapan SDM

Yang Terciptanya Masyarakat Madani), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004

Jaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2000

Sztompka, Piotr , Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta: Prenada, 2007

14