86
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat Guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam Oleh : JUNARDI (073111099) FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF

SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

Guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam

Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh :

JUNARDI

(073111099)

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2011

Page 2: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Junardi

NIM : 073111099

Jurusan/ Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/ karya saya sendiri,

kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Semarang, 12 November 2011

Saya yang menyatakan,

Junardi

NIM.073111099

Page 3: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

iii

Page 4: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

iv

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

FAKULTAS TARBIYAH

Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus II Ngaliyan, Semarang, Telp. (024)7601295

Fax7615387 Semarang 50185

NOTA PEMBIMBING Semarang, November 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo

di Semarang

assalamu ‘alaikum wr. Wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah

skripsi denagan :

Judul : Pendidikan Karakter Perspektif Surat Ash-Shaff Ayat 2-3

Nama : Junardi

NIM : 073111099

Jurusan/ Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas

Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah.

Wassalamu ‘alaikum wr. Wb.

Pembimbing I

Drs. H. Mat Sholikhin, M. Ag

NIP. 19600524 199203 1 001

Page 5: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

v

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

FAKULTAS TARBIYAH

Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus II Ngaliyan, Semarang, Telp. (024)7601295

Fax7615387 Semarang 50185

NOTA PEMBIMBING Semarang, November 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo

di Semarang

assalamu ‘alaikum wr. Wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah

skripsi denagan :

Judul : Pendidikan Karakter Perspektif Surat Ash-Shaff Ayat 2-3.

Nama : Junardi

NIM : 073111099

Jurusan/ Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas

Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah.

Wassalamu ‘alaikum wr. Wb.

Pembimbing II

Dr. H. Hamdani, M.Ag

NIP. 19720405 199903 1 001

Page 6: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

vi

ABSTRAK

Junardi ( NIM: 073111099 ), Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Surat Ash-

Shaff, Skripsi. Semarang: Program Strata I Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN

Walisongo Semarang, 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Apakah pendidikan karakter itu?, dan

bagaimanakah pendidikan karakter dalam perspektif surat Ash-Shaff ayat 2-3? “

Penelitian ini menggunakan metode riset kepustakaan (library research) dengan teknik

analisis deskriftif kualitatif. Kemudian data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan

metode Maudlu’i dan Tahlili. Sumber data primer yaitu Al-Qur’an, sedangkan data

sekundernya yaitu literatur-literatur lainnya yang berkaitan denga judul di atas seperti halnya

tafsir-tafsir, dan buku-buku lainnya.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: Surat Ash-Shaff ayat 2-3 dalam penjelasannya

adalah mengenai konsistensi dan keterpaduan antara perkataan dan perbuatan seseorang,

jujur, berani berjuang, bertanggungjawab serta menghindari sifat munafik yang mana sifat

munafik tersebut termasuk sifat yang tercela dan sangat berbahaya kepada pribadi pelakunya,

dan bahkan berdampak buruk kepada orang lain.

Pendidikan karakter di sini pada hakikatnya ingin membentuk individu menjadi

seorang pribadi bermoral dan berakhlaq al-karimah yang dapat menghayati kebebasan dan

tanggung jawabnya, dalam relasinya dengan orang lain dan dunianya di dalam komunitas

pendidikan. Komunitas pendidikan ini bisa memiliki cakupan lokal, nasional, maupun

internasional (antar negara). Dengan demikian, pendidikan karakter senantiasa mengarahkan

diri pada pembentukan individu bermoral, jauh dan waspada dari sifat-sifat kemunafikan dan

sifat tercela, cakap mengambil keputusan yang tampil dalam perilakunya, sekaligus mampu

berperan aktif dalam membangun kehidupan bersama. Singkatnya, bagaimana membentuk

individu yang menghargai kearifan nilai-nilai local, budaya dan adat istiadat sekaligus

menjadi warganegara dalam masyarakat global dengan berbagai macam nilai yang

menyertainya.

Page 7: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

vii

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الرحمن الرحيم

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang

telah menganugerahkan rahmat dan hidayah- Nya, sehingga menjadikan lebih bermakna

dalam menjalani hidup ini. Terlebih lagi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada nabi Muhammad SAW, yang

telah membawa cahaya ilahi kepada umat manusia sehingga dapat mengambil manfaatnya

dalam memnuhi tugasnya sebagai khalifah dimuka bumi.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan , saran –

saran serta motivasi dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

Suatu keharusan bagi pribadi penulis untuk menyampaikan terimakasih kepada:

1. Suja’i, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah

merestui pembahasan skripsi ini.

2. Drs. Darmu’in, M. Ag, selaku Dosen Wali Studi yang telah banyak berjasa kepada penulis

untuk membimbing selama masa studi.

3. Drs. H. Mat Sholikhin, M.Ag dan Dr. H. Hamdani, M.Ag selaku pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan,

pengarahan, petunjuk dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

4. Para dosen di lingkungan Fakultas Tarbiyah yang telah membekali berbagai ilmu

pengetahuan selama menempuh studi di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

5. Bapak / Ibu karyawan perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan perpustakaan IAIN Walisongo

Semarang atas pelayanan buku selama penyusunan skripsi.

6. Ayahanda Tamso dan Ibunda Suharni tercinta yang tidak pernah lelah menyanyangiku dan

membalas kebandelan, kenakalan juga kecerobohanku dengan belaian kasih serta untaian

kata sayang demi keberhasilan dan kesuksesanku.

7. Kakak-kakak dan adikku: Rustiami, Ahmad Zaeni, M. Arifin dan Uswatun Chasanah serta

saudara-saudara keponakanku dan semua yang senantiasa memberikan semangat dan

memperjuangkan segalanya demi suksesnya penulis menuntut ilmu.

8. Shahabat-shahabatku Ahmad Yusuf, Saikhul Aris, Azka Fahmi, Muh. Badruzzaman, M.

Rifai, Akhla Syafi, dan teman-teman senasib seperjuangan yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu.

Page 8: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

viii

Harapan dan do’a penulis, semoga amal dan jasa-jasa baik dari mereka semua dapat

diterima di sisi Allah SWT dan mendapat balasan pahala yang lebih baik serta mendapat

kesuksesan baik itu di dunia dan di akhirat kelak. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum

mencapai kesempurnaan dalam makna yang sesungguhnya, akan tetapi penulis berharap

semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat, baik bagi penulis maupun bagi pembaca pada

umumnya. Amin.

Semarang,12 November 2011

Penulis

Junardi

NIM. 073111099

Page 9: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL. ........................................................................................... ................i

PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................. ...............ii

PENGESAHAN .................................................................................................... ..............iii

NOTA PEMBIMBING ......................................................................................... ..............iv

ABSTRAK ............................................................................................................ ..............vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................... .............vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ..............ix

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah ................................................................... ...............1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ ...............4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ ...............5

D. Kajian Pustaka ................................................................................. ...............5

E. Kerangka Teoritik........................................................................................6

F. Metode Penelitian........................................................................................7

BAB II : URGENSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN KARAKTER

A. Pengertian Pendidikan Karakter...................................................................9

B. Urgensi Pendidikan Karakter ........................................................... ..............18

C. Tujuan Pendidikan Karakter ............................................................ ..............26

D. Pendidikan Karakter di Sekolah ..................................................... ..............32

BAB III : DESKRIPSI SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3

A. Teks dan Terjemahan Surat Ash-Shaff Ayat 2-3

1. Redaksi Teks ............................................................................. ..............40

2. Arti Teks Ayat ........................................................................... ..............40

B. Mufradat ................................................................................................. ..............40

C. Asbab Al-Nuzul ............................................................................... ..............41

D. Munasabah ....................................................................................... ..............44

Page 10: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

x

E. Isi Kandungan Surat Ash-Shaff Ayat 2-3 ........................................ ..............47

BAB IV : ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT

ASH-SHAFF AYAT 2-3....................................................................................55

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... ...............69

B. Saran-Saran ..................................................................................... ...............69

C. Penutup ........................................................................................... ...............71

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 11: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia bertubi-tubi terkena musibah, tidak hanya musibah

alam berupa guncangan gempa diberbagai daerah tetapi juga gempa-gempa

sosial, agama, politik, ekonomi dan hukum. Munculnya peristiwa satu dan

yang lainnya hampir-hampir tidak berjarak. Belum lepas dari ingatan bangsa

Indonesia bagaimana dahsyatnya musibah tsunami Aceh, gempa dahsyat di

Yogya, Tasikmalaya dan Padang, kemudian diiringi dengan peristiwa bom

bunuh diri di berbagai daerah.

Disusul pemilihan umum dan pemilukada yang diwarnai money politik

dngan berbagai intrik-intrik dan kecurangan yang melekat didalamnya,

diselingi kekerasan yang berbasis ideologi agama, tawuran antar kelompok

pemuda dan warga desa, diramaikan pula dengan ledakan bank centuri yang

mengguncang dunia politik serta makelar kasus dan mafia peradilan

perpajakan yang menyeret Gayus dengan kekayaannya yang fantastis dengan

melibatkan aparat penegak hukum baik di kepolisian, kejaksaan maupun

kehakiman. Kemudian yang paling baru adalah kasus mantan bendahara

Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin yang merupakan otak suap wisma

atlet yang melibatkan orang-orang dibelakangnya termasuk Sekretaris

Menpora dan tersangka lainnya.1

Lengkaplah sudah gempa alam, sosial, agama, politik dan hukum

yang diderita bangsa ini, sehingga masuk rangking tertinggi dalam daftar urut

negara terkorup di Dunia. Hal-hal tersebut menunjukkan betapa rendahnya

kualitas karakter manusia Indonesia. Krisis multidimensi, krisis etika, krisis

kepercayaan diri, krisis kepercayaan sosial belum berakhir dan cenderung

menjadi-jadi.

1 Koran Suara Merdeka, (Jawa Tengah, 25 Juli 2011 ), hlm.1

Page 12: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

2

Mengapa bangsa dan manusia Indonesia, yang biasa mengklaim

dirinya religius, mengidap penyakit akut “Split of personality” (Kepribadian

yang terpecah)? Yaitu, keterpecahan atau tidak kemampuan menyatukan

perkataan dan perbuatan, antara teori dan praktek.2 Semua orang (bisa jaksa,

guru, polisi, hakim, guru, dosen, pejabat negara), bahkan orang-orang

beragama, tokoh partai, tokoh organisasi dan lain sebagainya yang hafal

tentang rumus-rumus, undang-undang, ayat-ayat, tetapi tidak mampu

melaksanakan apa yang ia ketahui dan ia hafal dalam kehidupan sehari-hari,

mudah tergoda oleh berbagai bujuk rayu, iming-iming, kepentingan golongan,

ekonomi agama, partai dan lain sebagainya.

Penyakit Split of Personality ini dalam Al-Qur’an Surat Ash-Shaff

(61), ayat 2-3, sebagai berikut:

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan

sesuatu yang tidak kamu kerjakan?. Amat besar kebencian di sisi

Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu

kerjakan.”3

Melihat pada keadaan di Indonesia saat ini, dengan menoleh atas

beberapa hal tersebut di atas, bangsa Indonesia sangat memerlukan sumber

manusia dalam jumlah dan mempunyai kualitas karakter yang memadai

sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumber

daya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting, untuk

menggugah bangsa ini dan warga negaranya serta masyarakat sipil, pejabat

negara, institusi sosial kemasyarakatan dan keagamaan untuk instropeksi diri

2 http://aminabdullah.wordpress.com/pendidikan-karakter-mengasah-kepekaan-hati-nurani/

29 Juli 2011 3 Teungku Muh. Hasbi Ash-Shaddiqie, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur, (Semarang: PT

Pustaka Rizki Putra, 2003), Cet.II, hlm.4205

Page 13: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

3

serta melakukan langkah-langkah perbaikan menangani krisis

multidimensional bangsa ini.

Menurut UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.4

Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa

pendidikan di setiap jenjang harus diselenggarakan secara sistematis guna

mencapai tujuan tersebut. Penyelenggaraan sistem pendidikan ini merupakan

upaya perubahan terencana untuk meningkatkan sumber daya manusia serta

dapat membuka pengetahuan, kesadaran dan pemahaman mengenai diri

maupun lingkungan di sekitarnya, sehingga bermanfaat dalam melakukan

perubahan yang lebih baik.5

Hal tersebut berkaitan juga dengan pembentukan karakter peserta

didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan

berinteraksi dengan masyarakat. Berdasarkan penelitian di Harvard

University Amerika Serikat (ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan

semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi

lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini

mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard

skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di

dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill

daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter

peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.

4 Undang-Undang SISDIKNAS (UU RI No 20 Th. 2003), (Jakarta:Sinar Grafika, 2009),

hlm.7 5 Iskandar Agung dan Nadirah Rumtini, Pendidikan Membangun Karakter Bangsa, (Jakarta:

Bestari Buana Murni, 2011), hlm.56

Page 14: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

4

Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku

yang membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga,

masyarakat, dan bernegara dan membantu mereka untuk membuat keputusan

yang dapat di pertanggung jawabkan. Dengan kata lain pendidikan karakter

mengajarkan anak didik berpikir cerdas, mengaktifasi otak tengah secara

alami.6

Dalam pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama

dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah

membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga

masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang

baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu

masyarakat atau bangsa, secara umum adalah kepatuhan akan nilai-nilai

sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan

bangsanya.

Pendidikan karakter disini dalam rangka menanggapi atau merespon

atas isi kandungan Surat As-Shaff ayat 2-3, agar tercapainya tujuan

pendidikan yang berpijak pada karakter dasar manusia, yang bersumber dari

nilai moral universal (bersifat absolut) serta bersumber dari agama seperti

halnya cinta kepada Allah dan ciptaann-Nya (alam dengan isinya), tanggung

jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli dan kerjasama, percaya

diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan;

baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan cinta persatuan.7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut maka penulis akan

kemukakan rumusan masalah yaitu “Bagaimana pendidikan karakter dalam

perspektif surat Ash-Shaff ayat 2-3.”

6 D. Yahya Khan, Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri, (Yogyakarta: Pelangi

Publishing, 2010), hlm. 1-2 7 Fihris, Pendidikan Karakter di Madrasah Salafiyah, (Semarang: IAIN Walisongo

Semarang, 2010), hlm.39

Page 15: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan yang

hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah: “Untuk mengetahui

bagaimana pendidikan karakter dalam perspektif surat Ash-Shaff ayat 2-3”.

Sedangkan manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara akademik, penelitian ini bisa memperkaya wawasan keilmuan,

khususnya kajian pendidikan dan memberikan suatu pandangan atau

warna baru.

2. Sebagai sumbangan pikiran dalam rangka peningkatan pendidikan agama

Islam.

D. Kajian Pustaka

Dalam sebuah kegiatan penelitian, baik lapangan maupun literal, maka

tidak lepas dari penelitian atau berangkat dari landasan teori yang merupakan

hasil penelitian atau pemikiran sebelumnya. Dengan demikian penelitian yang

dilakukan saat ini berangkat dari teori yang sebelumnya telah membahas

penelitian terhadapnya.

Beberapa buah karya yang telah membahas mengenai pendidikan

karakter antara lain sebagai berikut:

a. M. Sofyan al-Nashr dalam skripsinya Pendidikan karakter berbasis

kearifan lokal telaah pemikiran KH. Abdurrahman Wahid menunjukkan

bahwa penanaman nilai-nilai moral moral khas Indonesia dapat

dilakukan melalui pendidikan, maka kearifan lokal (tradisi dan ajaran

agama Islam) harus dijadikan ruh dalam proses pendidikan tersebut. Dan

representasi dari pendidikan karakter berbasis kearifan lokal terdapat

dalam pesantren (yang oleh Gus Dur dikatakan sebagai subkultur

kehidupan masyarakat), sebuah model pendidikan yang dianggap kolot,

jadul dan ketinggalan zaman. Akan tetapi, nilai-nilai hidup yang

berkarakter khas Indonesia masih tetap terjaga di pesantren.8

8 M.Sofyan al-Nashr, Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal, Skripsi (Semarang:

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2010 )

Page 16: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

6

b. Fihris dalam dalam buku laporan individunya Pendidikan Karakter Di

Madrasah Salafiyah (Studi Kasus Madrasah Salafiyah Girikusumo

Demak) yang menjelaskan bahwa; salah satu model pendidikan karakter

yang diyakini efektif oleh banyak kalangan sekarang ini adalah model

pendidikan “Madrasah berbasis pesantren” atau boarding school dengan

beragam variasinya sebagai sistem pendidikan tertua dalam sejarah

pendidikan negeri ini. Sistem pendidikan ini bukan saja memberikan

pengetahuan kognitif kepada santri, tetapi juga sekaligus bersama-sama

belajar membudayakan ilmu dalam kehidupan sehari-hari, suatu

kombinasi antara ilmu pengetahuan dan budaya, antara learning to know

dengan learning to do.9

c. Doni Koesoema A. yang berjudul Pendidikan Karakter; Strategi

Mendidik Anak di Zaman Global : 2010. D. Yahya Khan yang berjudul

Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri : 2010. Masnur Muslich,

Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional:

2011. Serta buku-buku yang membahas tentang pendidikan karakter dan

penjelasan-penjelasan dari surat Ash Shafh ayat 2-3.

E. Kerangka Teoritik

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku yang berhubungan dengan

Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan

kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan

perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan

adat istiadat. Menurut pendapat Qodri Azizy pendidikan adalah suatu usaha

sadar untuk mengembangkan kepribadian peserta didik.10

Pendidikan dalam

hal ini lebih bermakna luas, yakni segala usaha dan perbuatan yang bertujuan

mengembangkan potensi diri menjadi lebih dewasa. Jadi bukan sekedar

pendidikan formal sekolah yang terbelenggu dalam ruang kelas.

9 Fihris, Pendidikan Karakter di Madrasah Salafiyah, hlm.iii

10 Qodri Azizy, Membangun Integritas Bangsa, (Jakarta: Renaisan, 2004), hlm.73

Page 17: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

7

Menurut Doni A. Koesoema pendidikan karakter adalah usaha yang

dilakukan secara individu dan sosial dalam menciptakan lingkungan yang

kondusif bagi pertumbuhan kebebasan individu itu sendiri.11

Pendidikan ini

merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter yang meliputi

komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk

melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan, diri sendiri, sesama,

lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia yang berakhlak

mulia.

Jadi, karakter merupakan cara berpikir dan berperilaku yang menjadi

ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup

keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik

adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap

mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.

Dalam pendidikan karakter ada yang berupa berbasis potensi diri,

merupakan pendidikan yang tidak saja membimbing dan membina setiap

anak didik untuk memiliki kompetensi intelektual (kognitif), kompetensi

ketrampilan mekanik (pshicomotoric), tetapi juga berfokus pada pencapaian

pembangunan karakter (affective).12

F. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan riset kepustakaan (Library

Research) yaitu suatu riset kepustakaan atau penelitian kepustakaan murni.13

Metode riset ini dipakai untuk mengkaji sumber-sumber tertulis. Sebagai data

primernya adalah Al-Quran dan buku-buku tafsir. Di samping juga tanpa

mengabaikan sumber-sumber lain dan tulisan valid yang telah dipublikasikan

untuk melengkapi data-data yang diperlukan. Misalnya kitab-kitab, buku-

11

Doni Koesoema A., Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik anak di Zaman Global,

(Jakarta: Grafindo, 2010), cet. II, hlm.194. 12

D. Yahya Khan, Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri, (Yogyakarta: Pelangi

Publishing, 2010), hlm. 14 13

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2001), hlm.9

Page 18: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

8

buku, dan lain sebagainya yang ada kaitannya dengan masalah yang penulis

teliti sebagai data sekunder.14

Sedang dalam menganalisis dan menelaah data, peneliti menggunakan

metode tahlili. Metode tahlili berarti mejelaskan ayat-ayat Al-Qur'an dengan

meneliti aspeknya dan menyingkap seluruh aspeknya, mulai dari uraian

makna kosa kata, makna kalimat, maksud setiap ungkapan, kaitan antar

pemisah (munasabat), hingga sisi keterkaitan antar pemisah itu (wajh al-

munasabat) dengan bantuan asbab an-nuzul, munasabat15

(keterkaitan ayat

dengan ayat, surat dengan surat dan seterusnya ) riwayat-riwayat berasal dari

Nabi SAW, sahabat, dan tabi’in. Prosedur ini dilakukan dengan mengikuti

susunan muskhaf, ayat perayat, dan surat-persurat. Metode ini terkadang

menyertakan pula perkembangan kebudayaan generasi nabi sampai tabi’in;

terkadang pula di isi dengan uraian-uraian kebahasaan dan materi-materi

khusus lainnya yang kesemuanya ditujukan untuk memahami al-Qur'an yang

mulia ini.16

14

Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian, (jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm.10 15

Syahrin Harahap, Islam Dinamis, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1997), hlm.49 16

Abdul Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir Maudlu’i dan Cara Penerapannya, terj. Rosihon

Anwar , (Bandung: CV Pustaka Setia, 2002), hlm. 23;24.

Page 19: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

9

BAB II

PENDIDIKAN KARAKTER

A. Pengertian Pendidikan Karakter

Pengertian pendidikan secara sempit atau sederhana adalah sekolah,

pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan

formal.1 Pendidikan dalam arti teoritik filosofis adalah pemikiran manusia

terhadap masalah-masalah kependidikan untuk memecahkan dan menyusun

teori-teori baru dengan mendasarkan kepada pemikiran normatif, spekulatif,

rasional empirik, rasional filosofik, maupun historik filosofik. Pendidikan

dalam arti praktik adalah suatu proses pemindahan pengetahuan atau

pengembangan potensi-potensi yang dimiliki subyek didik untuk mencapai

perkembangan secara optimal, serta membudayakan manusia melalui proses

transformasi nilai-nilai yang utama.2

Menurut pendapat Qodri Azizy pendidikan adalah suatu usaha sadar

untuk mengembangkan kepribadian peserta didik.3 Pendidikan dalam hal ini

lebih bermakna luas, yakni segala usaha dan perbuatan yang bertujuan

mengembangkan potensi diri menjadi lebih dewasa. Jadi bukan sekedar

pendidikan formal sekolah yang terbelenggu dalam ruang kelas.

Pendidikan menurut John Dewey4 merupakan proses pembentukan

kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan

sesama manusia. Tujuan pendidikan dalam hal ini agar generasi muda sebagai

penerus generasi tua dapat menghayati, memahami, mengamalkan nilai-nilai

atau norma-norma tersebut dengan cara mewariskan segala pengalaman,

1 Ara Hidayat & Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Educa,

2010), hlm.30 2 Mursid, Kurikulum dan pendidikan Anak Usia Dini, (Semarang: Akfi Media, 2009), hlm.56

3 Qodri Azizy, Membangun Integritas Bangsa, (Jakarta: Renaisan, 2004), hlm.73

4 John Dewey adalah seorang filsuf dari Amerika Serikat, yang termasuk Mazhab

Pragmatisme. Selain sebagai filsuf, Dewey juga dikenal sebagai kritikus sosial dan pemikir dalam

bidang pendidikan. Dewey dilahirkan di Burlington pada tahun 1859. Setelah menyelesaikan

studinya di Baltimore, ia menjadi guru besar dalam bidang filsafat dan juga dalam bidang

pendidikan di beberapa universitas. Sepanjang kariernya, Dewey menghasilkan 40 buku dan lebih

dari 700-an artikel. Dewey meninggal dunia pada tahun 1952.

Page 20: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

10

pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan yang melatarbelakangi nilai-nilai

dan norma-norma hidup dan kehidupan.5

Pendidikan merupakan proses perubahan atau pengembangan diri

anak didik dalam segala aspek kehidupan sehingga terbentuklah suatu

kepribadian yang utuh (insan kamil) baik sebagai makhluk sosial, maupun

makhluk individu, sehingga dapat beradaptasi dan hidup dalam masyarakat

luas dengan baik. Termasuk bertanggung jawab kepada diri sendiri, orang

lain, dan Tuhannya.6

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional,7 pendidikan

diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Noeng

Muhadjir8 mensyaratkan bahwa aktivitas pendidikan adalah aktifitas interaktif

antara antara pendidik dengan subyek yang dididik untuk mencapai tujuan

yang baik dengan cara yang baik dan dalam konteks positif.9

Sedangkan, karakter dalam kamus besar bahasa Indonesia, berarti

watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlaq atau budi pekerti yang membedakan

seseorang dengan orang yang lain.10

Karakter juga bisa diartikan tabiat, yaitu

peringai atau perbuatanyang selalu dilakukan atau kebiasaan, ataupun bisa

5 Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,

(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 67 6 Hasan Hafidz, Dasar-dasar Pendidikan dan Ilmu Jiwa, (Solo: Ramadhani, 1989), hlm. 12.

7 Undang-Undang SISDIKNAS (UU RI No 20 Th. 2003), (Jakarta:Sinar Grafika, 2009),

hlm.3 8 Noeng Muhadjir adalah Pakar Kebijakan Pendidikan, mantan Rektor Universitas Ahmad

Dahlan dan Guru Besar Pascasarjana dalam Filsafat Ilmu, Penelitian, dan Kebijakan di Program

Pascasarjana berbagai Perguruan Tinggi sejak 1984., Lahir di Bukittinggi, 13 Nopember 1930.

Setelah SMA beliau masuk Fakultas Sastra, Pedagogik, dan Filsafat di UGM (1952) beliau juga

menyelesaikan S3 ditempat yang sama. Setelah menjadi Dekan di almamaternya selama 3 periode,

beliau mempergunakan waktu untuk studi keluar negeri seperti : Oklahoma State University

(1973), Harvard University (1978) untuk studi Administration for higher education dan policy and

planning dan University of Iowa (1994). 9 Mursid, Kurikulum dan pendidikan Anak Usia Dini, hlm.57

10 Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai pustaka, 1998), hlm.389

Page 21: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

11

diartikan watak, yaitu sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap

pikiran dan tingkah laku atau kepribadian.11

Sebagaimana yang termaktub dalam Al-Qur‟an, manusia adalah

makhluk dengan berbagai karakter. Dalam kerangka besar manusia

mempunyai dua karakter yang berlawanan, yaitu karakter baik dan buruk.

Artinya: “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kejahatan dan

ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan

jiwa itu. Dan Sesungguhnya merugilah orang yang

mengotorinya.”(QS. Asy-Syam: 8-10).12

Karakter juga merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang

berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,

lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,

perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata

krama, budaya, dan adat istiadat.13

Sedangkan menurut Suyanto14, karakter merupakan cara berpikir dan

berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan

bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan

dan siap mempertanggung jawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.15

Ratna Megawangi16 menyampaikan bahwa istilah karakter ini

diambil dari bahasa yunani yang berarti „to mark‟ (menandai). Istilah ini lebih

11

Najib sulhan, Pendidikan Berbasis Karakter, (Surabaya: PT JePe Press Media Utama,

2010), hlm.1 12

Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqi, Tafsir Al Bayan, (Semarang: Pustaka Rizki

Putra, 2002), hlm. 1032 13

Agus Prasetyo dan Emusti Rivasintha, http://edukasi.kompasiana.com/konsep-urgensi-dan-

implementasi - pendidikan-karakter-di-sekolah/ 29 September 2011 14

Suyanto yaitu pakar pendidikan Indonesia, mantan Rektor UNY Jogjakarta serta Dirjen

Manajemen Pendidikan Dasar Menengah KemenDikNas. Beliau lahir di Magetan, Jatim, 2 Maret

1953. Beliau dikenal sebagai cendekiawan tanah air, lulusan S-3 di College of Education,

Michigan State University, AS (1986), dan banyak menelurkan ide-ide unik seputar dunia

pendidikan. 15

Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,

hlm.67 16

Ratna Megawangi lahir di Jakarta, 24 Agustus 1958. Dia perempuan cerdas dan

berkarakter kuat. Muslimah bergelar doktor dan post doctoral ini adalah pelopor pendidikan

Page 22: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

12

fokus pada tindakan atau tingkah laku. Ada dua pengertian tentang karakter.

Pertama, ia menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila

seseorang berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus, tentu saja orang tersebut

memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya apabila seseorang berperilaku

jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan karakter

mulia.

Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang

potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri,

rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat,

bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani,

dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah,

pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti,

berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja,

bersemangat, dinamis, sportif, tabah, hemat/efisien, menghargai waktu,17

pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan

(estetis), terbuka, tertib. Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang

terbaik atau unggul, dan individu juga mampu bertindak sesuai potensi dan

kesadarannya tersebut. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif

sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku).

Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang

berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya,

sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada

umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai

dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya).18

holistik berbasis karakter di Indonesia. Pendiri dan Direktur Eksekutif Indonesia Heritage

Foundation (Yayasan Warisan Luhur Indonesia), yang mengelola hampir 100 sekolah karakter di

berbagai penjuru tanah air, ia juga seorang penulis terkemuka. Buku dan artikel dosen dan lulusan

terbaik IPB (1982) ini sering menjadi perdebatan hangat dan best seller salah satunya adalah

“Membiarkan Berbeda? Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender”. 17

Fihris, Pendidikan Karakter di Madrasah Salafiyah, (Semarang: IAIN Walisongo

Semarang, 2010), hlm.24 18

Fihris, Pendidikan Karakter di Madrasah Salafiyah, hlm.24-25

Page 23: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

13

Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan „personality‟,

Seseorang baru bisa disebut „orang yang berkarakter‟ (a person of character)

apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral. Adapun berkarakter menurut

Fihris yaitu berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”.

Tadkiroatun Musfiroh19 (UNY, 2008) menyatakan bahwa; karakter mengacu

kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi

(motivations), dan keterampilan (skills).20

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakter itu

berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi positif, bukan netral. Jadi

orang berkarakter adalah orang yang memiliki kualitas moral (tertentu)

positif. Dengan demikian, pendidikan adalah membangun karakter, yang

secara implisit mengandung arti membangun sifat atau pola perilaku yang

didasari atau berkaitan dengan dimensi moral yang yang positif atau yang

baik, bukan yang negatif atau yang buruk.

Hal ini didukung oleh pakar pendidikan Amerika Serikat, Peterson

dan Seligman21

yang mengaitkan secara langsung character strenght dengan

kebajikan. Character strenght dipandang sebagai unsur-unsur psikologis yang

membangun kebajikan (virtues). Salah satu kriteria utama dari character

strenght adalah karakter tersebut berkontribusi besar dalam mewujudkan

sepenuhnya potensi dan cita-cita seseorang dalam membangun kehidupan

yang baik, dan bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain.22

Sebenarnya pembangunan karakter bangsa dikumandangkan sejak

awal negara ini lahir. Tetapi, program ini belum selesai karena banyak pihak-

19

Tadkiroatun Musfiroh adalah seorang ahli di bidang pendidikan dan Staff Site UNY, beliau

banyak menulis hasil karya ilmiah di bidang pendidikan dan linguistik, S1 di IKIP Yogyakarta

bidang PBSI, S2 dan S3 di Pasca Sarjana UGM. 20

Fihris, Pendidikan Karakter di Madrasah Salafiyah, hlm.24 21

Christopher Peterson dan Martin Seligmen adalah Ahli pendidikan dan psykologi America.

Seligman mengambil S3nya dalm bidang Psykologi di Universitas Pensylvania, Amerika Serikat.

Mereka bekerja bersama-sama khususnya dalam bidang pendidikan terutama masalah penguatan

karakter bangsa. Yang diharapkan olehnya, bangsanya punya karakter yang kuat agar tidak goyah

akan era modernisasi yang menurut mereka membawa dampak yang buruk pada masyarakatnya.

Buku yang dibuat oleh Peterson dan Seligman yang terkenal yaitu, 'Character Strength and

Virtue'. 22

Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,

hlm.72

Page 24: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

14

pihak yang merasa dirugikan. Indonesia dengan kekayaan alamnya akan sulit

dikuasai manakala bangsanya memiliki karaker yang kuat. Oleh karena itu,

kondisi bangsa kita dibuat semakin tajam krisis karakternya. Menurut Masnur

Muslich, krisis karakter bangsa kita disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

a. Terlampau terlena oleh sumber daya alam yang melimpah

b. Pembangunan ekonomi yang terlalu bertumpu pada modal fisik

c. Surutnya idealisme, berkembangnya pragmatisme „overdosis‟

d. Kurang berhasil belajar dari bangsa sendiri23

Selain memperkecil resiko kehancuran, karakter juga menjadi modal

yang sangat penting untuk bersaing dan bekerjasama secara tangguh dan

terhormat di tengah- tengah bangsa lain. Karakterlah yang membuat bangsa

jepang cepat bangkit sesudah kekalahannya dalam Perang Dunia II dan

meraih kembali martabatnya di dunia internasional. Karakterlah yang

membuat bangsa Vietnam tidak bisa ditaklukkan, bahkan mengalahkan dua

bangsa yang secara teknologi dan ekonomi jauh lebih maju yaitu Prancis dan

Amerika. Pembangunan karakterlah yang membuat Korea Selatan sekarang

jauh lebih maju dari Indonesia, walaupun pada tahun 1962 keadaan kedua

negara secara ekonomi dan teknologi hampir sama. Pembangunan karakterlah

yang membuat para pejuang kemerdekaan berhasil menghantar bangsa

Indonesia ke gerbang kemerdekaannya.

Terma tersebut bila dirangkai dengan terma pendidikan, maka dapat

dimaknai dengan beragam pengertian, sekalipun secara substantif itu

sebenarnya sama. Di antaranya ada yang mengartikan pendidikan karakter

adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek

pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action).24

Menurut

Thomas Lickona,25

tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak

akan efektif.

23

Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,

hlm.72 24

Fihris, Pendidikan Karakter di Madrasah Salafiyah, hlm.18 25

Thomas Lickona adalah seorang pakar dan profesor pendidikan dari Cortland University,

Amerika Serikat yang menulis buku “Educating for Character”, mengungkapkan tentang sepuluh

tanda-tanda zaman yang menggambarkan kemerosotan nilai-nilai moral di suatu bangsa yang

Page 25: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

15

Menurut Doni A. Koesoema pendidikan karakter adalah usaha yang

dilakukan secara individu dan sosial dalam menciptakan lingkungan yang

kondusif bagi pertumbuhan kebebasan individu itu sendiri.26

Pendidikan

karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter yang meliputi

komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk

melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan, diri sendiri, sesama,

lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia yang berakhlaq

mulia.

Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan

berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan

emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong

masa depan, karena seseorang lebih mudah dan berhasil rnenghadapi segala

macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara

akademis.

Menurut Masnur Muslich, Pendidikan karakter juga merupakan

alih- alih dari pendidikan budi pekerti, sebagai pendidikan nilai-moralitas

manusia yang disadari dan dilakukan dalam tindakan nyata. Di sini ada unsur

pembentukan nilai tersebut dan sikap yang didasari pada pengetahuan

mengapa nilai itu dilakukan. Dan semua nilai moralitas yang disadari dan

dilakukan itu bertujuan untuk membantu manusia menjadi manusia yang

lebih utuh. Nilai itu adalah nilai yang membantu orang dapat lebih baik hidup

bersama dengan orang lain dan dunianya (learning to live together) untuk

menuju kesempurnaan. Nilai itu menyangkut berbagai bidang kehidupan

seperti hubungan sesama (orang lain, keluarga), diri sendiri (learning to be),

hidup bernegara, alam dunia dan Tuhan. Dalam penanaman nilai moralitas

tersebut unsur kognitif (pikiran, pengetahuan, kesadaran), dan unsur afektif

(perasaan) juga unsur psikomotorik (perilaku).

akhirnya menjadi inspirasi bagi banyak negara di dunia untuk menerapkan pendidikan karakter

dengan melibatkan seluruh elemen bangsa. 26

Doni Koesoema A., Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik anak di Zaman Global,

(Jakarta: Grafindo, 2010), cet. II, hlm.194.

Page 26: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

16

Menurut T. Ramli, dalam pendidikan karakter memiliki esensi dan

makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak.27

Dari

sini akhlak yang berasal dari bahasa Arab, bentuk jamak dari kata mufrad

khuluq yang berarti budi pekerti.28

Sinonimnya adalah etika dan moral. Etika

berasal dari bahasa Latin, etos, yang berarti kebiasaaan, sedangkan moral

berasal dari bahasa latin juga, mores, yang berarti kebiasaan.29

Di sisi lain

ada yang memberi pengertian bahwa kata akhlak berasal dari kata khalaqa

dengan akar bahasa khuluqun (bahasa Arab) yang berarti perangai, tabiat,

atau juga dari kata khalqun yang berarti kejadian atau ciptaan.30

Akhlak atau budi pekerti perlu dijabarkan satu persatu. Budi adalah

hal yang ada pada manusia yang berhubungan dengan kesadaran, yang

didorong oleh pemikiran, rasio, yang disebut karakter. Pekerti ialah apa yang

terlihat pada manusia, karena didorong oleh perasaan hati, yang disebut

dengan behaviour. Jadi menurut Djatnika, budi pekerti merupakan pepaduan

hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia.

Menurut Nasruddin Razak, akhlak adalah perbuatan suci yang timbul

dari jiwa yang terdalam, karenanya perbuatan suci tersebut mempunyai

kekuatan yang hebat. Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, dari jiwa

timbul perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan pikiran.

Dengan fenomena tersebut, akhlak merupakan sikap mental dan laku

perbuatan yang luhur, mempunyai hubungan dengan Dzat Yang Maha Kuasa,

dan merupakan produk dari keyakinan atas kekuasaan dan ke-Esaan Tuhan

(tauhid).31

Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi

manusia yang baik, warga masyarakat dan warga negara yang baik. Adapun

kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara

27

Fihris, Pendidikan Karakter di Madrasah Salafiyah, hlm.27 28

Hamzah Ya‟kub, Etika Islam, (Bandung: Diponegoro, 1993), hlm. 11. 29

Rahmat Djatnika, Sistem Etika Islam, (Jakarta: Panjimas, 1992), hlm.26. 30

Muslim Nurdin, dkk., Moral dan Kognisi Islam, (Bandung: Alfabeta, 1993, hlm. 205. Lihat

juga Barmarie Umary, Materia Akhlak, (Solo: Ramadhani, 1991), Cet.X, hlm.1. 31

Nasruddin Razak, Dienul Islam, al-Ma‟arif, Bandung, 1989, hlm.35-39.

Page 27: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

17

yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah kepatuhan

akan nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya

masyarakat dan bangsanya.32

Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan

karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai,

yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa

Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda.33

Terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur

universal, yaitu: pertama, karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya;

kedua, kemandirian dan tanggungjawab; ketiga, kejujuran/amanah,

diplomatis; keempat, hormat dan santun; kelima, dermawan, suka tolong-

menolong dan gotongroyong/kerjasama; keenam, percaya diri dan pekerja

keras; ketujuh, kepemimpinan dan keadilan; kedelapan, baik dan rendah hati,

dan; kesembilan, karakter toleransi, kedamaian dan kesatuan.

Kesembilan pilar karakter itu, diajarkan secara sistematis dalam

model pendidikan holistik menggunakan metode knowing the good, feeling

the good, dan acting the good, knowing the good bisa mudah diajarkan sebab

pengetahuan bersifat kognitif saja. Setelah knowing the good harus

ditumbuhkan feeling loving the good, yakni bagaimana merasakan dan

mencintai kebajikan menjadi engine yang bisa membuat orang senantiasa

mau berbuat sesuatu kebajikan. Sehingga tumbuh kesadaran bahwa, orang

mau melakukan perilaku kebajikan karena dia cinta akan perilaku kebajikan

itu. Setelah terbiasa melakukan kebajikan, maka acting the good itu berubah

menjadi kebiasaan.34

Dasar pendidikan karakter ini, sebaiknya diterapkan

sejak usia kanak-kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai

usia emas (golden age).35

Karena usia ini terbukti sangat menentukan

kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya.

32

Fihris, Pendidikan Karakter di Madrasah Salafiyah, hlm.27 33

Akhmad Sudrajat, Konsep Pendidikan Karakter. http://AkhmadSudrajat .wordpress.com./

2010/ konsep_ pendidikan_karakter, 27 Juli 2011 34

Fihris, Pendidikan Karakter di Madrasah Salafiyah, hlm.19 35

Anwar dan Arsyad Ahmad, Pendidikan Anak Usia Dini, (Bandung: Alfabeta, 2009),

hlm.20

Page 28: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

18

B. Urgensi Pendidikan Karakter

Situasi sosial, kultural masyarakat kita akhir akhir ini memang

semakin mengkhawatirkan. Ada berbagai macam peristiwa dalam pendidikan

yang semakin merendahkan harkat dan derajat manusia. Hancurnya nilai-nilai

moral, merebaknya ketidakadilan, tipisnya rasa solidaritas, dan lain-lainnya

yang telah terjadi dalam lembaga pendidikan kita. Hal ini mewajibkan kita

untuk mempertanyakan sejauh mana lembaga pendidikan kita telah mampu

menjawab dan tanggap atas berbagai macam persoalan dalam masyarakat

kita? Ada apa dengan pendidikan kita sehingga manusia dewasa yang telah

lepas dari lembaga pendidikan formal tidak mampu menghidupi gerak dan

dinamika masyarakat yang lebih membawa berkah dan kebaikan bagi semua

orang?

Ada banyak pendapat mengapa pendidikan tampaknya „kedodoran‟

dalam menjawab berbagai macam persoalan dalam masyarakat kita. Dari segi

tradisi pendidikan, dibandingkan dengan negara-negara maju, kita memiliki

tradisi pendidikan yang masih muda. Negara kita baru membuat program

pendidikan nasional secara terencana, katakanlah, baru pada pertengahan

abad ke-20 ini. Para intelektual kita sebelum kemerdekaan, seperti Soekarno,

Hatta, dan lain-lainnya, sebagian besar memperoleh pendidikan dari luar

negeri, khususnya di negeri Belanda. Baru setelah kemerdekaan, pada masa

Orde Lama, dan khususnya pada masa Orde Baru kita memiliki sistem

pendidikan nasional yang kurang lebih terprogram dan terencana.

Orde Baru telah memberikan sumbangan besar bagi berdirinya

banyak Sekolah Dasar Inpres pada tahun 80-an yang memberikan kesempatan

besar bagi anak-anak di daerah untuk memperoleh akses pendidikan.

Rupanya usaha nasional bagi perkembangan pendidikan nasional kita dengan

perbaikan sarana dan fasilitas pendidikan tidak disertai dengan perencanaan

kurikulum yag memadai sehingga sejak zaman Orde Baru sampai sekarang

kita selalu bermain „bongkar pasang‟ kurikulum. Kita kenal berbagai macam

jenis kurikulum seperti Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), Kurikulum

Page 29: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

19

Berbasis Kompetensi (KBK), dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP).36

Pada masa setelah reformasi, situasi pendidikan nasional semakin

parah. Kurikulum tetap berganti setiap pergantian menteri, dari kurikulum

2004 ke Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menekankan

pada aspek profesionalisasi bagi seorang guru.37

Sementara itu, ribuan

sekolah SD Inpres yang dibangun oleh Orde Baru pada tahun 80-an mulai

rusak dan roboh,38

program perbaikan gedung-gedung sekolah tidak terjadi

secara signifikan sehingga banyak SD negeri kita yang situasinya mirip

„kandang bebek‟. Di beberapa tempat malahan warga saking marahnya sebab

jengkel karena tidak segera ada perbaikan gedung sekolah, justru malah

merobohkan sendiri gedung sekolah itu. Mereka khawatir akan keselamatan

anak-anak mereka yang tetap belajar di sekolah yang hampir roboh tersebut.39

Dari segi sosial ekonomi, sampai akhir tahun 80-an, pertumbuhan

ekonomi kita relatif cukup baik. Dunia pendidikan, meskipun tertatih-tatih,

masih memberikan ruang bagi yang miskin untuk mengenyam pendidikan.

Namun semenjak awal tahun 90-an, situasi ekonomi yang semakin baik

rupanya disertai dengan berbagai macam ketimpangan ekonomi yang

memperlebar jurang antara yang kaya dan yang miskin. Setelah krisis

ekonomi dan reformasi tahun 1998, pendidikan kita benar benar stagnan,40

sebab tidak terlihat adanya kemauan politik pemerintah untuk memperbaiki

dunia pendidikan ditambah dengan naiknya harga bahan bakar minyak dan

harga sembilan bahan makanan pokok (sembako) yang menjadikan

bertambahnya orang miskin di negeri kita dan brarti pula banyak anak yang

36

Doni Koesoema A., Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik anak di Zaman Global,

hlm.113 37

Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung Persada

Press, 2007), hlm.4 38

Jawa Pos, (Jawa Tengah: 14 Juli 2011), hlm.8 39

Doni Koesoema A., Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik anak di Zaman Global,

hlm.113 40

http://books.google.co.id/books?id=Setelah+krisis+ekonomi+dan+reformasi+tahun+1998,

2 September 2011

Page 30: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

20

putus sekolah sebab orang tua tidak mampu membiayai sekolah anak-

anaknya. Sedangkan keadaan orang yang miskin semakin miskin.

Seperti pada masa otonomi daerah ini konsep kemandirian menjadi

tujuan dan sasaran penting pendidikan. Hal ini terlihat dalam rumusan tujuan

pendidikan nasional dan policy pemerintah41

yang menggalakkan privatisasi

perguruan tinggi dan usulan program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

dengan segala tujuannya,42

yang pada intinya ingin memberdayakan lembaga

pendidikan malah menuai buah yang pahit, sebab privatisasi perguruan tinggi

dan MBS merupakan awal uji coba pemerintah yang pelan-pelan ingin lepas

dari campur tangan terhadap dunia pendidikan dengan membebankan biaya

itu pada masyarakat. Tak heran bila MBS lantas diplesetkan menjadi

Masyarakat Bayar Sendiri.

Dari segi politik pendidikan, pemerintah semakin tidak dapat

memiliki daya tawar terhadap tuntutan persaingan global sehingga privatisasi

semakin dipercepat terutama di beberapa universitas negeri. Kebijakan politik

pendidikan ini jelas semakin jauh dari pelayanan pada rakyat sebab

universitas negeri semakin menjadi mahal dan tidak terjangkau oleh rakyat

miskin. Puncak kebobrokan kinerja politik pendidikan pemerintah pada masa

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono adalah ketika mereka dinyatakan

bersalah oleh pengadilan karena melanggar Konstitusi sebab tidak memenuhi

anggaran pendidikan 20% seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang

Dasar 1945 perubahan ke-4 pasal 31 ayat 4.43

Sekolah-sekolah kita sendiri banyak menyemai perilaku tidak adil

dan kekerasan, baik karena intervensi dari pihak luar maupun dari kalangan

insan pendidikan sendiri. Akibatnya para siswa, guru, dan masyarakat yang

menjadi korban. Banyak peristiwa mengkhawatirkan terjadi di lingkungan

pendidikan kita yang menjadikan dunia pendidikan kita semakin lumpuh.

41

Abdurrahman Mas‟ud, Menggagas pendidikan non dikotomik, (Yogyakarta: Gama Media,

2002), hlm.152 42

Farida Arroyani, Majalah Edukasi, (IAIN Walisongo Semarang, 2009), Edisi: XXXIX,

hlm.12 43

Undang-Undang SISDIKNAS (UU RI No 20 Th. 2003), (Jakarta:Sinar Grafika, 2009),

hlm.30

Page 31: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

21

Seperti halnya kasus tindakan kekerasan yang dilakukan oleh Bupati

Kampar, Riau, Telah memacetkan dunia pendidikan di Kampar selama

beberapa minggu yang merugikan proses belajar siswa. Para murid sekolah

menjadi korban kekerasan dan kejahatan entah itu karena konflik politik

maupun karena perilaku kriminal biasa, melalui pembunuhan ataupun

pelecehan seksual. Sekolah yang semestinya memberikan harapan dan

optimisme malah menjadikan anak didik kita trauma dan putus harapan,

bahkan sampai bunuh diri. Belum lagi membaca berita seputar maraknya

tawuran antar pelajar, dan kasus-kasus yang lainnya

Tentu berbagai macam demoralisasi diatas tidak semuanya terjadi

karena proses salah didik dalam lembaga pendidikan kita. Lembaga

pendidikan merupakan salah satu lembaga di antara lembaga lain yang ada

dalam masyarakat. Kita tidak bisa mengharapkan bahwa lembaga pendidikan

kita menjadi obat mujarab bagi segala penyembuh luka-luka kemanusiaan

yang telah teraniaya oleh kebijakan pemerintah maupun kebijakan sekolah

sendiri.

Namun demikian, kita juga tidak bisa serta merta menuduh bahwa

lembaga pendidikan menjadi satu-satunya penyebab demoralisasi dalam

masyarakat kita. Inilah salah satu kekeliruan dalam pendidikan modern yang

disinyalir oleh Jacques Maritain.44 Kita percaya terlalu tinggi “segala sesuatu

dapat dipelajari melalui pengajaran.” Tidak setiap hal bisa dipelajari dan

diatasi hanya dengan pergi ke sekolah. Sekolah bukanlah tempat penyembuh

segala luka kemanusiaan. Lembaga pendidikan memang sejak dahulu

memiliki peran penting bagi sumbangan perjalanan peradaban umat manusia

dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Melihat pentingnya

sumbangan lembaga pendidikan dalam kerangka proses pembudayaan

masyarakat kita, sudah sepantasnyalah bila sekolah mempertanyakan kembali

program-programnya dan mengevaluasinya secara seksama apa saja yang

44

Doni Koesoema A., Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik anak di Zaman Global,

hlm.115

Page 32: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

22

belum optimal baik kinerja guru,45 kurikulum, sarana maupun fasilitas-

fasilitas yang ada dalam sekolah tersebut melalui program-program yang

sifatnya lintas kultural dalam mendidik anak-anak kita.

Sekolah telah lama dianggap sebagai sebuah lembaga sosial yang

memiliki fokus terutama pada pengembangan intelektual dan moral bagi

siswanya. Hendaknya sekolah juga tidak terpisah dari masyarakat.46

Pengembangan karakter di tingkat sekolah tidak dapat melalaikan dua tugas

khas ini. Oleh karena itu, pendidikan karakter di dalam sekolah memiliki sifat

bidireksional, yaitu pengembangan kemampuan intelektual dan kemampuan

moral. Dua arah pengembangan ini diharapkan menjadi semacam idealisme

bagi para siswa agar mereka semakin mampu mengembangkan ketajaman

intelektual dan integritas diri sebagai pribadi yang memiliki karakter kuat.

Pendidikan karakter menjadi semakin mendesak untuk diterapkan

dalam lembaga pendidikan kita mengingat berbagai macam perilaku yang

non-edukatif kini telah merambah dalam lembaga pendidikan kita, seperti

fenomena kekerasan, pelecehan seksual, bisnis mania lewat sekolah atau

perguruan tinggi seperti halnya konversi IAIN ke UIN selain dengan niatan

konsep pengintegrasian ilmu umum dan agama (dikotomi keilmuan), tetapi

ada hal yang perlu dicermati seperti kata Guru besar Ilmu Pendidikan Islam

IAIN Walisongo Ahmadi dalam perubahan IAIN ke UIN yaitu adanya politis

pragmatis, sehingga dengan dibukanya prodi umum (tadris) tersebut institusi

menjadi laku jual karena kecenderungan masyarakat yang memilih prodi

umum karena prospeknya yang lebih cerah.47

Tanpa pendidikan karakter, kita membiarkan campur aduknya

kejernihan pemahaman akan nilai-nilai moral dan sifat ambigu yang

menyertainya, yang pada gilirannya menghambat para siswa untuk dapat

mengambil keputusan yang memiliki landasan moral kuat. Pendidikan

karakter akan memperluas wawasan para pelajar tentang nilai-nilai moral dan

45

Wawasan, (Jawa Tengah, 8 Januari 2011), hlm.15 46

E. Mulyasa, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm.60 47

Jamil, Surat Kabar Mahasiswa AMANAT, (IAIN Walisongo Semarang: Edisi 116/Juli

2011), hlm.4

Page 33: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

23

etis yang membuat mereka semakin mampu mengambil keputusan yang

secara moral dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam konteks ini pendidikan karakter yang diterapkan dalam

lembaga pendidikan kita bisa menjadi salah satu sarana pembudayaan dan

pemanusiaan. Kita ingin menciptakan sebuah lingkungan hidup yang

menghargai hidup manusia, menghargai keutuhan dan keunikan ciptaan, serta

menghasilkan sosok pribadi yang memiliki kemampuan intelektual dan moral

yang seimbang sehingga masyarakat akan menjadi semakin manusiawi.

Pendidikan karakter bukan sekadar memiliki dimensi integratif, dalam arti

mengukuhkan moral intelektual anak didik sehingga menjadi pribadi yang

kokoh dan tahan uji, melainkan juga bersifat kuratif secara personal maupun

sosial. Pendidikan karakter bisa menjadi salah satu sarana penyembuh

penyakit sosial.48

Pendidikan karakter menjadi sebuah jalan keluar bagi

proses perbaikan dalam masyarakat kita. Situasi sosial yang ada menjadi

alasan utama agar pendidikan karakter agar segera dilaksanakan dalam

lembaga pendidikan kita. Brooks dan Goble (1997) menyatakan bahwa:

Pendidikan karakter yang secara sistematis diterapkan dalam

pendidikan dasar dan menengah merupakan sebuah daya tawar berharga bagi

seluruh komunitas. Para siswa mendapatkan keuntungan dengan memperoleh

perilaku dan kebiasaan positif yang mampu meningkatkan rasa percaya dalam

diri mereka, membuat hidup mereka lebih bahagia dan lebih produktif.

Tugas-tugas guru menjadi lebih ringan dan lebih memberikan kepuasan

ketika para siswa memiliki disiplin yang lebih besar di dalam kelas. Orang

tua bergembira ketika anak-anak mereka belajar untuk menjadi lebih sopan,

meiliki rasa hormat dan produktif. Para pengelola sekolah akan menyaksikan

berbagai macam perbaikan dalam hal disiplin, kehadiran, beasiswa,

pengenalan nilai-nilai moral bagi siswa maupun guru, demikian juga

berkurangnya tindakan vandalisme didalam sekolah.49

48

http://berita.upi.edu/2011/05/31/peran-nilai-pesantren-dalam-pendidikan-karakter/2

Oktober 2011 49

Doni Koesoema A., Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik anak di Zaman Global,

hlm.116

Page 34: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

24

Memasuki abad ke-21 banyak pendidik ingin menekankan kembali

hadirnya pendidikan budi pekerti ini, untuk mempromosikan nilai-nilai positif

bagi anak-anak muda dalam kaitannya dengan merebaknya perilaku

kekerasan dalam masyarakat. Brooks dan Goble mengindikasikan bahwa,

kejahatan dan bentuk-bentuk lain perilaku tidak bertanggungjawab telah

meningkat dengan kecepatan yang sangat mengkhawatirkan dan telah

merambah menembus berbagai macam aspek kehidupan sehari-hari dan telah

menjadi proses reproduksi sosial. Masyarakat kita sedang berada dalam

ancaman tindak kekerasan, vandalisme, kejahatan di jalan, adanya geng-geng

jalanan, anak-anak yang kabur dari sekolah/bolos, kehamilan di kalangan

anak-anak muda, korupsi para politisi dan pejabat yang semakin marak

dengan segala permasalahannya,50

kehancuran dalam kehidupan rumah

tangga, hilangnya rasa hormat pada orang lain dan memupusnya etika dan

tata krama.

Situasi-situasi seperti ini membuat kita perlu mempertimbangkan

bahwa pendidikan karakter yang menumbuhkan nilai-nilai moral dan nilai-

nilai kebersamaan sebagai satu anggota komunitas manusia perlu diajarkan di

kalangan generasi mudanya. Kita tertantang untuk memberikan prioritas atas

pendidikan karakter sebagai tantangan utama bagi proyek dan program

pendidikan di dalam lembaga pendidikan kita.

Pendidikan karakter sesungguhnya bukan sekadar berurusan dengan

proses pendidikan tunas muda yang sedang mengenyam masa pembentukan

di dalam sekolah, melainkan juga bagi setiap individu di dalam lembaga

pendidikan. Sebab pada dasarnya, untuk menjadi individu yang bertanggung

jawab di dalam masyarakat, setiap individu pasti mengembangkan berbagai

macam potensi dalam dirinya, terutama mengokohkan pemahaman moral

yang akan menjadi pandu bagi praksis mereka di dalam lembaga pendidikan.

Pembentukan karakter sebenarnya merupakan salah satu tujuan

pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di

antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta

50

Warta Jateng, (Jawa Tengah: 10 September 2011), hlm.13

Page 35: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

25

didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Amanah UU

Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk

insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter,

sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang

dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama.51

Oleh karena itu, pendidikan karakter bukan semata-mata mengurusi

individu-individu, melainkan juga memperhatikan jalinan rasional antar

individu yang ada di dalam lembaga pendidikan itu sendiri dengan lembaga

lain di dalam masyarakat , seperti keluarga, masyarakat luas dan negara.

Padahal dalam corak relasional yang sifatnya kelembagaan inilah

sesungguhnya banyak terjadi penindasan terhadap kebebasan individu

sehingga mereka tidak dapat tumbuh sebagai manusia bermoral secara

maksimal.

Berbagai macam persoalan di atas tidak akan berkurang jika kita

tidak segera memulai pendidikan karakter dalam konteks pendidikan kita,

baik secara langsung melalui kurikulum, maupun dengan menciptakan sebuah

lingkungan yang bersifat asuh secara moral dalam lingkungan pendidikan

kita. Lembaga pendidikan yang memiliki keberanian untuk menanamkan

pengertian dan praktik keutamaan akan membuat mereka semakin relevan

dalam masyarakat.52

Lembaga pendidikan demikian ini akan membantu

membangun sebuah masyarakat yang sehat daripada sekedar mencetak para

pekerja sosial, sukarelawan dan konselor yang membantu mengatasi

kemunduran sosial dalam masyarakat mereka.53

Pendidikan yang bertujuan melahirkan insan cerdas dan berkarakter

kuat itu, juga pernah dikatakan Dr. Martin Luther King, yakni; intelligence

51

Fihris, Pendidikan Karakter di Madrasah Salafiyah, hlm.2 52

Doni Koesoema A., Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik anak di Zaman Global,

hlm.118 53

Doni Koesoema A., Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik anak di Zaman Global,

hlm.118

Page 36: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

26

plus character… that is the goal of true education (kecerdasan yang

berkarakter… adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya).54

C. Tujuan Pendidikan Karakter

Memang tidak dapat diingkari bahwa sudah sangat mendesak

pendidikan karakter diterapkan dalam lembaga pendidikan kita. Alasan-

alasan kemerosotan moral, dekadensi kemanusiaan yang terjadi tidak hanya

dalam diri generasi muda kita, namun telah menjadi ciri khas abad ini,

seharusnya membuat kita perlu mempertimbangkan kembali bagaimana

lembaga pendidikan mampu menyumbangkan perannya bagi perbaikan

kultur. Sebuah kultur yang membuat peradaban kita semakin manusiawi. 55

Menurut Ahmadi, tujuan pendidikan harus dirumuskan atas dasar

nilai-nilai ideal yang diyakini dapat mengangkat harkat dan martabat

manusia, yaitu nilai-nilai ideal yang menjadi kerangka pikir dan bertindak

bagi setiap individu dan sekaligus menjadi pandangan hidup serta

memberikan arah bagi proses pendidikan.56

Tujuan pendidikan juga

merupakan kriteria atau ukuran dalam evaluasi pendidikan.57

Bagaimana meletakkan pendidikan karakter dalam kerangka

perdebatan tentang tujuan pendidikan? Meletakkan tujuan pendidikan

karakter dalam tantangan diluar kinerja pendidikan, seperti situasi

kemerosotan moral dalam masyarakat yang melahirkan kultur kemerosotan

tersebut sebagai penanda abad ini, memang bukan merupakan landasan yang

kokoh bagi pendidikan karakter itu sendiri. Sebab dengan demikian

pendidikan karakter memperhambakan diri demi tujuan korektif, kuratif

situasi masyarakat. Sekolah bukanlah hanya lembaga demi reproduksi nilai-

54

Jazuli Juwaini, http://www.google.co.id/ Pendidikan+yang+bertujuan+melahirkan+insan+

cerdas+dan+ berkarakter+ kuat, 7 Oktober 2011 55

Doni Koesoema A., Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik anak di Zaman Global,

hlm134 56

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm.91 57

Muchtar Buchori, Pendidikan Antisipatoris, (Yogyakarta: Kanisius, 2001), hlm.50

Page 37: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

27

nilai sosial,58

atau demi kepentingan korektif bagi masyarakat di luar dirinya,

melainkan memiliki dasar internal yang menjadi ciri bagi lembaga pendidikan

itu sendiri.

Pendidikan karakter semestinya adalah sebuah paradigma, bukan

mata pelajaran untuk diajarkan kepada anak. Membangun karakter tak bisa

mengandalkan mata pelajaran karakter, muatan pelajaran karakter, apalagi

sekadar penataran 100 jam ala Penataran P-4. Sebagai pelajaran, sangat

mungkin puluhan bahkan ratusan item karakter yang baik dapat dihafal anak.

Namun sikap hidup dan watak yang hendak dibangun tetap berada di dunia

lain, jauh dari kehidupan anak. Dalam hal ini, karakter menjadi hasil untung-

untungan, bukan upaya pendidikan secara sengaja (by-design).

Paradigma pendidikan karakter meniscayakan suatu desain

menyeluruh, kesinambungan proses panjang sejak usia dini, dan pembebasan

pendidikan dari segala bentuk ambisi yang menodai kemuliaan anak sebagai

manusia yang multidimensi. Desain itu harus menjamin hak anak untuk

tumbuh mengasah karakter diri tanpa intimidasi target paksa-massal oleh

sistem pendidikan yang sok tahu akan kebutuhan masa depan.

Anak berhak bebas dari stigma bodoh dari sistem yang mengacu

nilai UAN. Semulia apa pun tujuan UAN, faktanya UAN telah menanam di

alam bawah sadar guru-orang tua-anak suatu garis-garis strata definisi nasib

di masa depan. Seolah-olah nilai UAN adalah tiket masa depan, sehingga

harus dibela dengan segala cara dan segenap energi. Akibatnya, pendidikan

melahirkan manusia-manusia instan yang mengandalkan ijazah untuk naik

jenjang atau mendapatkan pekerjaan dengan mudah, bukan pribadi-pribadi

yang siap dengan bekal hidup (life skill), mampu bekerja dan siap berkarya.

Faktanya, di tengah berlimpahnya sumber daya alam, mayoritas output

pendidikan selalu berorientasi menjadi karyawan perusahaan atau pegawai

negeri.59

58

Doni Koesoema A, Pendidikan Anak: Bukan Mesin Kultur Sosial, Dalam Majalah

Kebudayaan Basis, Tahun Ke-55, Juli-Agustus 2006, hlm.62 59

http://www.tempo.co/hg/kolom/Pendidikan(Bukan-mata-pelajaran)Karakter.html, 27

September 2011

Page 38: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

28

Itu bisa dihindari seandainya pendidikan tidak didesain layaknya

restoran cepat saji yang menyuruh konsumen menyantap menu yang sudah

tertentu. Sekolah seyogianya bukan sebuah pencetakan massal-seragam,

melainkan tempat di mana setiap anak berkesempatan mengembangkan diri

sesuai dengan kecenderungan minat masing-masing dan sesuai dengan

tahapan perkembangan masing-masing (developmentally appropriate

practices).

Dalam kerangka ini, pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah

fondasi dan inti dari pendidikan karakter. Inilah periode kesempatan emas

menanamkan sikap-sikap hidup positif menjadi otomatis-logis melalui

pengalaman konkret yang terekam pada sambungan-sambungan antarsel otak.

Perekaman itu hanya mungkin melalui pemenuhan kebutuhan dan tahapan

main anak dengan baik, dari main fungsional (sensorimotor play), main

pembangunan (constructive play), main peran (role play), hingga main

dengan aturan (play with rules).

Dari situlah anak menemukan dan menanam konsep-konsep serta

keterampilan dasar kehidupan dengan akar yang kuat. Fondasi yang

diharapkan terbangun dari pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah

tuntasnya fase praoperasional dalam skala empat perkembangan kognitif Jean

Piaget. Maksudnya adalah fase ketika anak belum memiliki kemampuan

operasi mental yang memadai, masih bergantung pada benda-benda (mainan).

Bila terbangun dengan matang, pada akhir fase ini, anak meraih dasar-dasar

kemampuan untuk mengerjakan suatu proyek secara mandiri serta masih

membutuhkan pula berbagai situasi pendidikan yang mendukung baik situasi

pendidikan keluarga, masyarakat maupun sekolah. Fase ini berproses dari

usia 4 tahun hingga menjelang usia 8 tahun.60

Salah satu ciri kognitif yang menonjol pada anak yang sukses

melalui fase praoperasional, sebagaimana terlihat pada anak-anak lulusan

PAUD ber-Metode Sentra, adalah curiosity yang kuat. Di tangan guru yang

60

Mursid, Manajemen Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini, (Semarang: Akfi Media, 2009),

hlm.1

Page 39: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

29

mumpuni meladeni “kehausannya”, anak seperti itu berpeluang tumbuh

menjadi pembelajar-peneliti yang efektif. Anak-anak seperti itu, sejak kelas

IV SD, hanya membutuhkan guru-guru pemandu/pendamping proyek-proyek

belajar, bukan guru-guru penceramah yang selalu tertekan oleh beban target

kurikulum.

Selain memiliki ciri kognitif di atas, mereka beranjak dari pijakan

konkret benda-benda ke representasi konsep abstrak dalam operasi mental.

Dalam kehidupan sehari-hari, misalnya, mereka tak perlu merasakan

ditangkap pengawas untuk mengerti bahwa menyontek itu salah. Mereka tak

melakukannya karena logikanya berkata itu tak berguna dan merugikan diri.

Kelak, mereka tak butuh palang pintu besi sebagai penanda larangan

memasuki busway dengan mobil pribadi, karena simbol verboden sudah

cukup sebagai penanda abstrak yang logis. Mereka tak perlu merasakan

penjara untuk membenarkan bahwa korupsi itu perbuatan nista.61

Manusia secara natural memang memiliki potensi dalam dirinya

untuk tumbuh dan berkembang mengatasi keterbatasan dirinya dan

keterbatasan budayanya. Di lain pihak manusia juga tidak dapat abai terhadap

lingkungan sekitarnya sehingga dengan pendidikan manusia membuka diri

terhadap dunia.62

Oleh karena itu, tujuan pendidikan karakter semestinya

diletakkan dalam kerangka gerak dinamis dialektis, berupa tanggapan

individu atas impuls natural (fisik dan psikis), sosial, kultural yang

melingkupinya, untuk dapat menempa diri menjadi sempurna sehingga

potensi-potensi yang dimiliki menjadi manusiawi.

Semakin menjadi manusiawi berarti ia juga menjadi makhluk yang

mampu berelasi secara sehat dengan lingkungan diluar dirinya tanpa

kehilangan otonomi dan kebebasannya sehingga ia menjadi manusia yang

bertanggung jawab. Untuk itu, ia perlu memahami dan menghayati nilai-nilai

relevan bagi pertumbuhan dan penghargaan akan harkat dan martabat

61

http://www.tempo.co/hg/kolom/Pendidikan(Bukan-mata-pelajaran)Karakter.html, 27

September 2011 62

Doni Koesoema A., Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik anak di Zaman Global, ,

hlm.55

Page 40: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

30

manusia yang tercermin dalam usaha dirinya untuk menjadi sempurna

melalui kehadiran orang lain atau sifat toleran dalam ruang dan waktu tertentu

bagi tiap individu.

Jika dilihat dari dinamika relasi antara lembaga, pendidikan karakter

merupakan proses pendidikan manusia sebagai agen bagi perubahan tata

sosial dalam masyarakatnya berdasrkan nilai-nilai moral dan nilai-nilai

kemanusiaan pada umumnya. Pendidikan karakter dalam artian ini

membentuk pribadi bermoral yang terlibat aktif dalam masyarakat dengan

menciptakan struktur dan lingkungan yang membantu pertumbuhan moral

individu.63

Dengan menempatkan pendidikan karakter dalam kerangka

dinamika dan dialektika proses pembentukan individu, para insan pendidik

seperti guru, orang tua, staf sekolah, masyarakat dan lain-lainnya diharapkan

semakin dapat menyadari pentingnya pendidikan karakter sebagai sarana

pembentukan moral, perilaku (akhlaq) dan nilai-nilai keteladanan dengan cara

menyediakan ruang bagi figur untuk anak didik serta menciptakan lingkungan

yang kondusif dalam proses perkembangan dan pembelajarannya berupa

kenyamanan dan keamanan dalam membantu suasana pengembangan diri

antara individu satu dengan yang lainnya dalam keseluruhan dimensinya

(teknis, intelektual, psikologis, sosial, estetis dan religius).

Sedangkan untuk pertumbuhan individu secara utuh, seyogyanya

pendidikan karakter mempunyai tujuan jangka panjang yang mendasarkan

diri bagi tiap individu untuk tanggap aktif atas impuls natural sosial yang

dialami dan diterimanya yang pada gilirannya semakin mempertajam visi

hidupnya di kemudian hari.64

Salah satu tantangan berat yang akan dihadapi adalah bagaimana

meretas penindasan sekelompok individu terhadap komunitas lain, bahkan

terhadap komunitas besar yang disebut bangsa atau lembaga supranasional

yang acuh terhadap nilai moral serta anti akan nilai-nilai kemanusiaan.

63

Fihris, Pendidikan Karakter di Madrasah Salafiyah, hlm.28 64

Doni Koesoema A., Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik anak di Zaman Global,

hlm.135

Page 41: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

31

Tantangan ini mewajibkan masyarakat untuk mengaktualisasikan proyek

pendidikan karakter di dalam lembaga pendidikan, dengan perspektif baru,

yaitu nilai baru yang disebut belarasa bagi kemanusiaan. Kehadiran

pendidikan karakter mengandaikan adanya visi tentang manusia yang

integral, pemahaman tentang tujuan pendidikan yang visioner, dan

pemahaman tentang nilai-nilai yang berlaku secara unversal.65

Pendidikan karakter lebih mengutamakan pertumbuhan moral

individu yang ada dalam lembaga pendidikan. Untuk itu paradigma

pendidikan karakter merupakan satu keutuhan yang tidak dapat dipisahkan.

Penanaman nilai dalam diri siswa, dan pembaruan tata kehidupan bersama

yang lebih menghargai kebebasan individu merupakan dua wajah pendidikan

karakter dalam lembaga pendidikan. Dua hal ini jika di integrasikan akan

menjadikan pendidikan karakter sebagai pedagogi.66

Jadi, Pendidikan karakter pada hakikatnya ingin membentuk

individu menjadi seorang pribadi bermoral yang dapat menghayati kebebasan

dan tanggung jawabnya, dalam relasinya dengan orang lain dan dunianya di

dalam komunitas pendidikan. Komunitas pendidikan ini bisa memiliki

cakupan lokal, nasional, maupun internasional (antar negara).

Dengan demikian, pendidikan karakter senantiasa mengarahkan diri

pada pembentukan individu bermoral, cakap mengambil keputusan yang

tampil dalam perilakunya, sekaligus mampu berperan aktif dalam

membangun kehidupan bersama. Singkatnya, bagaimana membentuk

individu yang menghargai kearifan nilai-nilai lokal sekaligus menjadi

warganegara dalam masyarakat global dengan berbagai macam nilai yang

menyertainya.

Strategi pembinaan karakter, perlu didukung oleh tiga pilar, yaitu

lingkungan keluarga (orang tua), sekolah dan lingkungan.67

Pendidikan

65

Fihris, Pendidikan Karakter di Madrasah Salafiyah), hlm.28 66

Doni Koesoema A., Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik anak di Zaman Global,

hlm135 67

D. Yahya Khan, Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri, (Yogyakarta: Pelangi

Publishing, 2010), hlm.122

Page 42: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

32

karakter dimulai dari lingkungan keluarga karena lingkungan inilah yang

pertama kali dikenal oleh seseorang sejak ia lahir. Lingkungan keluarga

sangat berpengaruh karena merupakan dasar dari pembentukan karakter

seseorang. Selanjutnya lingkungan tempat tinggal, lingkungan pergaulan dan

lingkungan sekolah.

Dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-

upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu

peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan baik

dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, sesama

manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,

perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasrkan norma-norma agama, hukum

tata krama, budaya dan adat istiadat.68

Pendidikan karakter juga merupakan proses membangun otak secara

terpadu, dalam rangka mengantar anak mencapai tahap-tahap kematangan

multidimensinya secara utuh. Berhentilah mereduksi pendidikan hanya untuk

beberapa item akademis-kognitif dengan ukuran angka-angka yang masih

samar. Mari merdekakan anak-anak dari pengebirian sistemik sebagi peluang

masa depan mereka.

D. Pendidikan Karakter di Sekolah

Negara Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah

dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan.

Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran

yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang

Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 3 UU tersebut menyebutkan bahwa

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa.69

68

Fihris, Pendidikan Karakter di Madrasah Salafiyah, hlm.29 69

Undang-Undang SISDIKNAS (UU RI No 20 Th. 2003), hlm.7

Page 43: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

33

Saat ini mulai marak dibicarakan mengenai pendidikan karakter.

Wacana ini muncul dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menanggapai

maraknya korupsi beserta perilaku negatif lain, yang menunjukkan pelakunya

tidak berkarakter baik. Karakter yang dibangun pada siswa tidak semata-mata

tugas guru atau sekolah. Mengingat siswa beraktivitas tidak hanya di sekolah,

namun siswa juga menghabiskan waktu di rumah dan sekaligus menjadi

anggota masyarakat yang merupakan bagian dari warga negara Indonesia mau

pun warga dunia. Di satu sisi guru dituntut untuk mendidik siswa menjadi

generasi muda yang berkarakter baik, namun di sisi lain setiap hari siswa

melihat contoh orang tua di rumah yang mungkin sering tidak taat pada

peraturan.

Pendidikan karakter kini memang menjadi isu utama pendidikan.

Selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa,

pendidikan karakter ini pun diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam

meningkatkan derajat dan martabat bangsa Indonesia. Di lingkungan

Kemendiknas sendiri, pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan di

seluruh jenjang pendidikan yang dibinanya. 70

Pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk

mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat

berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, danberadab berdasarkan

falsafah Pancasila. Hal ini sekaligus menjadi upaya untuk mendukung

perwujudan cita-cita sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan

Pembukaan UUD 1945.

Di samping itu, berbagai persoalan yang dihadapi oleh bangsa kita

dewasa ini makin mendorong semangat dan upaya pemerintah untuk

memprioritaskan pendidikan karakter sebagai dasar pembangunan

pendidikan. Semangat itu secara implisit ditegaskan dalam Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2015, di mana

Pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program

70

Agus Prasetyo dan Emusti Rivasintha, http://edukasi.kompasiana.com/konsep-urgensi-dan-

implementasi -pendidikan-karakter-di-sekolah/ 29 September 2011

Page 44: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

34

prioritas pembangunan nasional. Upaya pembentukan karakter sesuai dengan

budaya bangsa ini tentu tidak semata-mata hanya dilakukan di sekolah

melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar dan luar sekolah, akan tetapi

juga melalui pembiasaan (habituasi) dalam kehidupan, seperti: religius, jujur,

disiplin, toleran, kerja keras, cinta damai, tanggung-jawab, dan sebagainya.

Pembiasaan itu bukan hanya mengajarkan (aspek kognitif) mana

yang benar dan salah, akan tetapi juga mampu merasakan (aspek afektif) nilai

yang baik dan tidak baik serta bersedia melakukannya (aspek psikomotorik)

dari lingkup terkecil seperti diri bsendiri, keluarga sampai dengan cakupan

yang lebih luas di masyarakat bangsa dan negara. Nilai-nilai tersebut perlu

ditumbuh kembangkan peserta didik yang pada akhirnya akan menjadi

pencerminan hidup bangsa Indonesia. oleh karena itu, sekolah memiliki

peranan yang besar sebagai pusat pembudayaan melalui pengembangan

budaya sekolah (school culture). Pendidikan karakter juga dapat dilakukan

melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan,

masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media

massa.

Pedoman ini ditujukan kepada semua warga pada setiap satuan

pendidikan(dasar sampai menengah) melalui serangkaian kegiatan

perencanaan, pelaksanaan dan penilaian yang bersifat komprehensif.

Perencanaan di tingkat satuan pendidikan pada dasarnya adalah melakukan

penguatan dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).

Sedangkan pelaksanaan dan penilaian tidak hanya menekankan aspek

pengetahuan saja, melainkan juga sikap perilaku yang akhirnya dapat

membentuk akhlak mulia.71

Pembentukan karakter itu dimulai dari fitrah yang diberikan Tuhan,

yang kemudian membentuk jati diri dan prilaku. Dalam prosesnya sendiri

fitrah yang alamiah ini sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, sehingga

71

http://pdf.Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter, puskurbuk, p4tk-bispar.net/.../43-

pedoman-pelaksanaan-pendidikan-karakter.html

Page 45: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

35

lingkungan memilki peranan yang cukup besar dalam membentuk jati diri dan

prilaku. Sekolah dan masyarakat sebagai bagian dari lingkungan memiliki

peranan yang sangat penting, oleh karena itu setiap sekolah dan masyarakat

harus memiliki pendisiplinan dan kebiasaan mengenai karakter yang akan

dibentuk. Para pemimpin dan tokoh masyarakat juga harus mampu

memberikan suri teladan mengenai karakter yang akan dibentuk tersebut.

Pendidikan karakter di sekolah merupakan suatu sistem penanaman

nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen

pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan

nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri,

sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi insan kamil.

Pembangunan karakter di sekolah ini harus dilandasi oleh sebuah

kebutuhan dengan mengikuti perkembangan zaman. Banyak yang bertanya,

mengapa harus karakter? Bukankah sekolah lebih mengedepankan akademis?

Mengapa sekolah harus masuk ke wilayah pembangunan karakter anak? Dari

banyaknya pertanyaan, ternyata banyak pula yang sudah mendapatkan

jawaban secara empiris.

Ketika berbicara secara parsial tentang pendidikan formal,

pendidikan di sekolah tampaknya ada sebagian orang yang hanya melihat

mutu dari salah satu sisi, yaitu sisi akademis. Sementara data empiris

menunjukkan bahwa mutu akademis akan mudah patah jika tidak dibarengi

dengan karakter secara utuh.72

Banyak kasus-kasus muncul di tengah-tengah masyarakat. Ketika

kasus itu bertolak dari fitrah manusia, lagi-lagi yang di cap kambing hitam

adalah sekolah. Sekolah dianggap gagal dalam membangun mental anak

bangsa. Sementara, tuntutan pendidikan begitu banyak untuk membuktikan

sebuah keberhasilan lembaga. Persoalan yang sering muncul adalah di tengah

hingar bingarnya pendidikan persaingan pendidikan yang dianggap

berkualitas terkadang ada yang dilupakan, yaitu bagaimana membangun anak

bangsa yang berkarakter.

72

Najib sulhan, Pendidikan Berbasis Karakter, hlm.6

Page 46: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

36

Sekolah tidak hanya mengedepankan kualitas akademik, tetapi yang

tidak kalah penting juga adalah membangun karakter anak didik. Apa artinya

memiliki anak cerdas; tetapi suka berbohong, tidak jujur, serta berani kepada

orang tua dan guru. Begitu juga sebaliknya.

Menurut Najib Sulhan, dalam membangun karakter pendidikan di

sekolah, ada tiga pilar yang perlu dijadikan pijakan. Ketiga pilar memadukan

potensi dasar anak. Ketiga pilar yang dipakai untuk mewujudkan sekolah

berkarakter yaitu meliputi tiga hal. Pertama, membangun watak, kepribadian,

atau moral. Kedua, mengembangan kecerdasn majemuk. Ketiga,

kebermaknaan pembelajaran. Agar ketiga pilar itu tetap kokoh, maka ada

kontrol, evaluasi dan perbaikan berkelanjutan.

Menyambut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang di jadikan

acuan kurikulum di sekolah sekarang, maka tidak cukup KTSP dipahami

sampulnya saja. Esensi KTSP juga harus dipahami secara utuh. KTSP lebih

memberdayakan potensi lingkungan. Untuk menyusun KTSP, hal yang sudah

harus dirumuskan terlebih dahulu oleh sekolah adalah visi, misi, dan tujuan.

Itu sebagai landasan pertama dan ditambah dengan landasan yang kedua

berupa komitmen, motivasi dan kebersamaan. Sebagai contoh;

Visi, menyiapkan kader dasar umat dan bangsa yang terampil dan

unggul dalam prestasi berdasarkan iman dan takwa.73

Misi, Tindakannya berupa:

1. Mengembangkan potensi siswa melalui pembelajaran secara efektif,

motivatif, kreatif, dan inovatif.

2. Menanamkan penghayatan terhadap nilai ajaran agama Islam sebagai

dasar perilaku dalam membentuk kepribadian.

3. Menciptakan iklim yang kondusif dalam segala aspek pembelajaran.

4. Menerapkan menejemen partisipatif dan terbuka untuk semua warga

sekolah dan masyarakat.

Tujuan, terwujudnya manusia yang bertakwa, berakhlak mulia,

cakap, percaya diri sendiri, cinta tanah air serta berguna bagi masyarakat dan

73

Najib sulhan, Pendidikan Berbasis Karakter, hlm.7-8

Page 47: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

37

negara. Beramal menuju terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur

yang diridlai oleh Allah.74

Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen

(stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan

itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas

hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah,

pelaksanaan aktivitas, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos

kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.75

Inti dari manajemen dalam

penyelenggaraan pendidikan diatas adalah untuk mencapai dan meningkatkan

efektifitas, efisiensi, dan produktivitas kerja dalam mencapai tujuan

pendidikan yang diinginkan.76

Menurut Doni Koesoema A., bahwa setiap individu yang terlibat

dalam dunia pendidikan, terlibat dalam negosiasi dan perjumpaan dengan

orang lain, seperti guru, karyawan, orang tua, siswa, masyarakat, pegawai

pemerintah dan lain-lainnya. Peristiwa perjumpaan ini sangatlah rentan

dengan konflik kepentingan. Jika konflik kepentingan ini muncul, manakah

standar moral dan etika profesi yang dipakai sebagai sarana untuk

memecahkan konflik kepentingan ini?

Tanpa standar moral dan etika profesi, lembaga pendidikan atau

sekolah hanya akan diisi oleh orang-orang yang bernafsu memuaskan

kepentingan diri dan kelompoknya, bahkan bisa jadi menindas mereka yang

tidak memiliki kekuasaan. Tanpa etika profesi, kebebasan dan individu tidak

bisa dihargai. Tanpa ada etika profesi tidak akan ada pendidikan karakter di

sekolah. Bila tidak adanya etika profesi disekolah, pendidikan karakter

apapun yang diterapkan di dalam sekolah akan mandul, sebab tidak memiliki

jiwa dan semangat yang dihayati oleh para pelaku di dalam lembaga

pendidikan itu sendiri.

Oleh karena itu, bukan hanya menjadi milik para guru semata,

melainkan juga semestinya menjiwai seluruh individu yang bekerja di dalam

74

Najib sulhan, Pendidikan Berbasis Karakter, hlm.8 75

Fihris, Pendidikan Karakter di Madrasah Salafiyah, hlm.26 76

Ara Hidayat & Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, hlm.17

Page 48: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

38

lingkup pendidikan. Petugas keamanan, para karyawan, petugas kebersihan

meskipun secara formal legal mugkin tidak memiliki ekspresi etika profesi

sebagimana dimiliki oleh seorang guru dan dokter, mereka juga memiliki

standar nilai-nilai moral yang mendukung terciptanya kultur pendidikan

karakter di sekolah.77

Pendidikan karakter di sekolah mempunyai tujuan untuk

meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang

mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta

didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan.

Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri

meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan

menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak

mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Melalui program ini

diharapkan setiap lulusan memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkarakter mulia, kompetensi akademik

yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai

norma-norma dan budaya Indonesia. Pada tataran yang lebih luas, pendidikan

karakter nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah.78

Pendidikan karakter di sekolah sangat terkait dengan manajemen atau

pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan

karakter direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan

pendidikan di sekolah secara memadai. Pengelolaan tersebut antara lain meliputi,

nilai-nilai yang perlu ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian,

pendidik dan tenaga kependidikan, dan komponen terkait lainnya. Dengan

demikian manajemen sekolah merupakan salah satu media yang efektif dalam

pendidikan karakter di sekolah.

Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada

setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau

77

Doni Koesoema A., Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik anak di Zaman Global,

hlm.162-163 78

Agus Prasetyo dan Emusti Rivasintha, http://edukasi.kompasiana.com/konsep-urgensi-dan-

implementasi-pendidikan-karakter-di-sekolah/ 29 September 2011

Page 49: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

39

nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan,

dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian

pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi

menyentuh pada internalisasi dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta

didik sehari-hari di masyarakat.

Menurut Thomas Lickona, Setidaknya ada tiga yang terlibat dalam

proses pendidikan karakter di sekolah yaitu melibatkan aspek pengetahuan

(cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action).79

Kemudian pada

tataran sekolah, kriteria pencapaian pendidikan karakter adalah terbentuknya

budaya sekolah. Budaya sekolah yang dimaksud yaitu perilaku, tradisi,

kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua

warga sekolah dan masyarakat sekitar sekolah.

Harapan ke depan, sekolah dapat menghasilkan kualitas sumber

daya manusia yang handal, baik secara iman dan takwa (imtak) maupun ilmu

dan teknologi (iptek). Untuk itulah perlu membangun kultur sekolah dengan

landasan yang kokoh, yaitu karakter. Karakter disini yang menyangkut nilai-

nilai moral agama dan kecerdasan anak yang menjadi modal dalam

bermasyarakat dan berbangsa. Kita bisa membayangkan betapa indahnya jika

kehidupan anak bangsa diwarnai kejujuran, keramahan, dan berbagi bentuk

pribadi yang mulia. Itu semua tidak lepas dari sebuah kebiasaan yang perlu

dibangun mulai dasar, baik di sekolah maupun di rumah.80

79

Fihris, Pendidikan Karakter di Madrasah Salafiyah, hlm.74 80

Najib Sulhan, Pendidikan Berbasis Karakter, (Surabaya: PT JePe Press Media Utama,

2010), hlm.7

Page 50: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

40

BAB III

DESKRIPSI SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3

A. Teks dan Terjemahan Surat Ash-Shaff Ayat 2-3

1. Redaksi Teks

2. Artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan

sesuatu yang tidak kamu kerjakan?. Amat besar kebencian di sisi Allah

bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”1

B. Mufradat

Agar lebih mudah memahami kandungan surat Ash-Shaff ayat 2-3,

penulis memandang perlu menguraikan beberapa istilah atau mufradat

yang ada dalam ayat diatas, diantaranya:

Kata ( ) lima, berarti mengapa

( ) kabura, berarti besar tetapi yang dimaksud adalah amat

keras karena sesuatu yang besar terdiri dari banyak hal/komponen. Kata

ini digunakan di sini untuk melukiskan sesuatu yag sangat aneh, yakni

mereka mengaku beriman, mereka sendiri yang meminta agar dijelaskan

tentang amalan yag paling disukai Allah untuk mereka kerjakan, lalu

setelah di jelaskan oleh-Nya, mereka mengingkari janji dan enggan

1Teungku Muh. Hasbi Ash-Shaddiqie, Tafsir Al-Qur‟anul Majid An-Nuur, (Semarang: PT

Pustaka Rizki Putra, 2003), Cet.II, hlm.4205

Page 51: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

41

melaksanakannya. Sungguh hal tersebut adalah suatu keanehan yang luar

biasa besarnya.2

( ) maqtan adalah kebencian yang sangat hebat/besar. Dari sini,

ayat ini menggabungkan dua hal yang keduanya sangat besar dan hebat

sehingga apa yang diuraikan di sini sungguh sangat mengundang murka

Allah SWT.3

C. Asbab Al-Nuzul

Menurut bahasa asbab al-nuzul. Berarati sebab-sebab turunnya ayat-

ayat Al-Qur‟an. Sedangkan asbab al-nuzul, sebagaimana dikutip oleh Al

Shalih4 adalah sesuatu yang dengan sebabnyalah turun suatu ayat atau

beberapa ayat, atau memberi jawaban tentang sebab itu, atau menerangkan

hukumnya pada masa terjadinya sebab tersebut.5

Menurut Teungku Muh. Hasbi Ash-Shiddieqy dalam Ilmu-Ilmu Al-

Qur‟an, sesuatu kejadian yang terjadi di zaman Nabi SAW atau sesuatu

pertanyaan yang dihadapkan kepada Nabi sehingga turunlah satu atau

beberapa ayat dari Allah SWT yang berhubungan dengan dengan

kejadian itu, baik peristiwa itu merupakan pertengkaran atau merupakan

kesalahan yang dilakukan maupun suatu peristiwa atau suatu keinginan

yag baik.6

Menurutnya dari definisi diatas, ayat-ayat Al-Qur‟an itu dibagi dua,

yaitu: ayat-ayat yang ada sebab nuzulnya dan ayat ayat yang tidak ada

sebab nuzulnya. Memang demikianlah ayat-ayat dalam Al-Qur‟an. Ada

2 M.Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur‟an, (jakarta:

Lentera hati, 2002), Volume 14, hlm.11-12 3 M.Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur‟an, (jakarta:

Lentera hati, 2002), Volum 14, hlm.11-12 4 Subhi Ash-Shalih, Seorang Cendekiawan Islam Timur Tengah yang berasal dari Libanon,

salah satu karyanya yang paling terkenal tentang studinya dalam kajian Al-Quran yaitu Mabahits

fi ulumil Qur‟an (Membahas Ilmu-ilmu Al-Qur‟an). 5 Ahmad Syadzaly, Ulumul Qur‟an, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm.90

6 Teungku Muh. Hasbi Ash-Shaddiqie, Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an, (Semarang: PT Pustaka Rizki

Putra, 2002), Cet.II, hlm. 19

Page 52: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

42

yang diturunkan tanpa didahului oleh sebab dan ada yang diturukan

sesudah didahului sesuatu sebab.

Pengetahuan tentang tafsir dan ayat-ayat tidak mungkin jika tidak

dilengkapi dengan pengetahuan tentang peristiwa dan penjelasan yang

berkaitan dengan diturunkannya ayat. Sementara pemahaman tentang

asbab al-nuzul ini akan sangat membantu dalam memahami konteks

turunnya ayat. Ini sangat penting untuk menerapkan ayat-ayat pada kasus

dan kesempatan yang berbeda. Peluang terjadinya kekeliruan akan

semakin besar jika mengabaikan riwayat asbab al-nuzul.7

Sementara itu asbab al-nuzul surat Ash-Shaff ayat 2-3 yaitu masih

ada hubungannya dengan ayat ke-1, yang menurut Imam at-Tirmidzi

meriwayatkan suatu riwayat, demikian juga al-Hakim yang menilainya

shahih, dari Abdullah bin Salam yang berkata. “Sekiranya saja kita

mengetahui amalan yang paling disukai oleh Allah, tentu kita akan

mengamalkannya. Allah SWT lalu menurunkan ayat, „Apa yang ada di

langit dan apa yang ada di bumi bertasbih kepada Allah; dan Dialah Yang

Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Wahai orang-orang yang beriman!

Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?‟

Rasulullah lantas membacakannya hingga akhir.”

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas riwayat yang senada

dengan di atas.8

Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa Abdullah bin Rawahah

berkata, “Para mu‟min pada masa Rasulullah sebelum jihad berkata,

„Seandainya kami mengetahui perbuatan-perbuatan yang disukai Allah,

tentu kami akan melaksanakannya.” Maka Rasulullah menyampaikan

bahwa perbuatan yang paling disukai Allah ialah beriman kepada-Nya,

berjihat menghapuskan kemaksiatan yang dapat merusak iman, dan

mengakui kebenaran risalah yang disampaikan Nabi-Nya. Setelah datang

7 M.Quraish Shihab, dkk, Sejarah dan Ulum Al-Qur‟an, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999),

hlm.79 8 Jalaluddin as-Suyuthi, Asbabun Nuzul Sebab Turunnya Ayat Al-Qur‟an; Penerjemah, Tim

Abdul Hayyie (Jakarta: Gema Insani, 2008) hlm.570

Page 53: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

43

perintah jihad, sebagian orang-orang yang beriman merasa berat

melakukannya. Maka turunlah ayat ini sebagai celaan atas sikap mereka

yang kurang baik itu.9

Sedangkan menurut riwayat Abu Shaleh, “Mereka

berkata,‟Sekiranya saja kita mengetahui amalan yang paling utama dan

paling disukai oleh Allah.‟ Setelah itu turunlah ayat ke-10 surat Ash-Shaff;

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan

suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang

pedih?. (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan

berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang

lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”(Q.S. Ash-Shaff ayat

10-11).”10

Setelah ayat di atas turun, akan tetapi mereka ternyata enggan untuk

berjihad sehingga turunlah ayat ke 2 surat Ash-Shaff. Ibnu Abi Hatim

meriwayatkan dari Ikrimah dari Ali dari Ibnu Abbas riwayat yang mirip

dengan di atas.

Ibnu Abi Hatim juga meriwayatkan dari Ikrimah dari Ibnu Abbas,

demikian juga Ibnu jarir dari jalur adh-Dhahhak yang berkata, “Ayat 2,

„Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu

yang tidak kamu kerjakan?” diturunkan berkenaan dengan seorang laki-

laki yang dalam yang dalam peperangan mengucapkan akan melakukan

tindakan-tindakan yang ternyata tidak ia lakukan, yaitu menebaskan

pedang, menusukkan tombak, serta membunuh (pihak musuh).11

9 M. Atho Mudzhar, dkk., Al-Quran dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan), (Jakarta:

Lentera Abadi, 2010), Jilid X, hlm.109-110 10

M. Atho Mudzhar, dkk., Al-Quran dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan), hlm.120 11

Jalaluddin as-Suyuthi, Asbabun Nuzul Sebab Turunnya Ayat Al-Qur‟an; Penerjemah, Tim

Abdul Hayyie, hlm.571

Page 54: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

44

Ibnu Katsir, dalam tafsirnya, menuturkan bahwa mayoritas ulama

menyatakan bahwa ayat ini turun ketika kaum muslimin mengharapkan

diwajibkannya jihad atas mereka, tetapi ketika Allah mewajibkannya,

mereka tidak melaksanakannya. Riwayat lain menyatakan bahwa ayat ini

turun sebagai kecaman terhadap mereka yang mengatakan: “Kami telah

membunuh (musuh), menikam, memukul, dan telah melakukan ini dan

itu,” padahal mereka tidak melakukannya. Dengan demikian ayat diatas

mengecam juga orang-orang munafiq yang mengucapkan kalimat syahadat

dan mengaku muslim tanpa melaksanakan secara baik dan benar tuntunan

agama Islam.12

D. Munasabah

Secara etimologi, munasabah berarti al-musyaakalah (المشاكله) dan

al-muqaarabah (المقاربه) yang mempunyai arti saling menyerupai dan

saling mendekati.13 Selain itu munasabah mempunyai arti pula

“persesuaian, hubungan atau toleransi, yaitu hubungan persesuaian antara

ayat yang satu dengan ayat yang lain atau surat sebelum atau sesudahnya.14

Secara terminologi, munasabah adalah adanya keserupaan dan

kedekatan di antara berbagai ayat, surat dan kalimat yang mengakibatkan

adanya hubungan.15

Baik hubungan dalam bentuk makna ayat-ayat dan

macam-macam hubungan, atau keniscayaan dalam berfikir. Seperti

hubungan sebab-musabab, hubungan kesetaraan dan hubungan

perlawanan. Munasabah sangat penting perannya dalam penafsiran, karena

untuk:

1. Menemukan makna yang tersirat dalam susunan dan urutan kalimat-

kalimat atau ayat-ayat dan surat-surat Al-Qur‟an, sehingga bagian dari

Al-Qur‟an saling berhubungan dan tempatnya satu rangkaian yang

utuh dan integral.

12

M.Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur‟an, hlm.11 13

Ramli Abdul Wahib, Ulumul Qur‟an I, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm.91 14

Abdul Djalal, Ulumul Qur‟an I, (Surabaya: Dunia Cinta, 2001), hlm. 154 15

Ramli Abdul Wahib, Ulumul Qur‟an I, hlm.91

Page 55: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

45

2. Mempermudah pemahaman Al-Qur‟an.

3. Memperkuat keyakinan atas kebenaran sebagai wahyu Allah

4. Menolak tuduhan bahwa susunan Al-Qur‟an kacau.16

Seperti yang telah dikemukakan di atas mengenai munasabah, para

mufasir mengingatkan agar dalam memahami/menafsirkan ayat-ayat Al-

Qur‟an khususnya yang berkaitan dengan penafsiran ilmiah, seseorang

dituntut untuk memperlihatkan segi-segi bahasa Al-Qur‟an serta korelasi

antara ayat.17

Kemudian seperti diketahui, penyusun ayat-ayat Al-Qur‟an

tidak berdasarkan pada kronologi masa turunnya, tetapi pada korelasi

makna ayat-ayatnya, sehingga kandungan ayat terlalu berkaitan dengan

kandungan ayat kemudian.

Menurut Teungku Muh. Hasbi Ash-Shiddieqy, neraca yang dipegang

dalam menerangkan macam-macam munasabah antara ayat-ayat dan

surat-surat, kembali kepada derajat tamatsul dan tasyabuh antara maudlu‟-

maudlu‟nya. Maka jika munasabah itu terjadi pada urusan urusan yang

bersatu dan berkaitan awal dan akhirnya, maka itulah munasabah yang

dapat diterima akal dan dipahami. Tetapi jika munasabah itu dilakukan

terhadap ayat-ayat yang berbeda-beda sebabnya dan urusan-urusan yang

tidak ada keserasian antara satu dengan yang lain, maka tidaklah yang

demikian itu dikatakan tanasub (bersesuaian) sama sekali.18

Dalam Surat Ash-Shaff ayat 2-3 itu memiliki munasabah dengan

ayat sebelumnya yaitu ayat ke-1. Dalam ayat pertama surat Ash-Shaff

dimulai uraiannya dengan penyucian (tasbih) terhadap Allah SWT dan

mengingatkan bahwa seluruh wujud menyucikan-Nya, mengingatkan agar

yang menyimpang dari sistem yang berlaku dan yang direstui di jalan

Allah. Sedangkan ayat kedua dan ketiga, mereka yang tidak menyucikan

Allah SWT menyimpang dari sistem yang berlaku padahal semua

menyucikan-Nya, sungguh sikap mereka itu harus diluruskan. Kaum

16

Ramli Abdul Wahib, Ulumul Qur‟an I, hlm.94-95 17

M.Quraisy Shihab, Membumikan Al-Qur‟an; Fungsi dan Peran dalam Kehidupan,

(Bandung: Mizan, 1996), hlm.135 18

Teungku Muh. Hasbi Ash-Shaddiqie, Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an, hlm.42

Page 56: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

46

beriman telah menyadari hal tersebut, bahkan ada yang telah menyatakan

siap untuk berjuang (berjihad) dalam rangka untuk menyucikan Allah

SWT, tetapi ketika tiba saatnya mereka mengingkari janji.19

Dengan demikian, ayat ini serupa dengan firman-Nya dalam Q.S. Al

Baqarah ayat 246;

Artinya:“Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil

sesudah Nabi Musa, Yaitu ketika mereka berkata kepada seorang

Nabi mereka: "Angkatlah untuk Kami seorang raja supaya Kami

berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah". Nabi mereka

menjawab: "Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan

berperang, kamu tidak akan berperang". mereka menjawab:

"Mengapa Kami tidak mau berperang di jalan Allah, Padahal

Sesungguhnya Kami telah diusir dari anak-anak kami?”. Maka

tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling,

kecuali beberapa saja di antara mereka. dan Allah Maha

mengetahui siapa orang-orang yang zalim.”20

Sementara munasabah dengan ayat sesudahnya yaitu ayat keempat,

antara lain persesuaian pokok yang dibicarakan adalah masalah

perjuangan/peperangan yang dimana dalam ayat yang keempat tersebut

Allah lebih mencintai orang-orang yang berjuang di jalan-Nya dalam satu

barisan yang seakan-akan mereka bangunan yang tersusun rapi. Sayyid

mengomentari ketiga ayat di atas yaitu ayat ke-2, 3 dan 4, dengan

19

M.Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur‟an, (jakarta:

Lentera hati, 2002), Vol 14, hlm.10-11 20

M.Quraisy Shihab, dkk., Al-Quran dan Terjemahnya (Al Bayan), (Semarang: CV Asy

Syifa‟) hlm.101

Page 57: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

47

menyatakan bahwa disana terlihat penyatuan akhlaq pribadi seseorang

dengan kebutuhan masyarakat di bawah naungan akidah keagamaan.21

Kemudian Munasabah antar surat Ash-Shaff dengan surat

sebelumnya (surat Al-Mumtahanah) yaitu surat yang telah lalu Allah telah

melarang kita mengangkat orang-orang kafir menjadi pemimpin dan

mengadakan hubungan akrab dengan orang-orang kafir yang memusuhi

dan memerangi kaum muslimin.22

Dalam surat ini Tuhan menganjurkan

kita berjihad untuk memerangi orang-orang kafir yang memusuhi Allah.23

Sedangkan persesuaian surat Ash-Shaff dengan surat sesudahnya (

surat Al-Jumu‟ah), yaitu surat Ash-Shaff ini ditutup dengan perintah untuk

berjihad, yang dinamakan sebagai perniagaan. Sedangkan surat

sesudahnya (Al-Jumu‟ah) ditutup dengan perintah shalat Jum‟at dan

pemberitahuan bahwa shalat Jum‟at itu lebih baik dari pada perniagaan

duniawiyah.24

E. Isi Kandungan Surat Ash-Shaff Ayat 2-3

Surat Ash-Shaff diturunkan di Madinah dan terdiri dari 14 ayat.

Surat ini dinamakan Ash-shaff yang berarti „barisan‟ yang diambil dari

ayat ke-4.25

Surat ini dinamakan juga dengan surat Al Hawariyin dan

diturunkan sesudah surat At-Taghabun.

Surat ini mengingatkan para mukmin terhadap beberapa kewajiban,

dan menakuti para mukmin dari meniru sikap umat Musa dan Isa.

Disamping itu surat ini menandaskan, bahwa agama Allah adalah Islam

dan agama Islam pasti akan memperoleh kemenangan terhadap segala

agama.26

Dan surat ini merentang jalan petunjuk untuk menghindari azab,

yaitu iman yang murni dan jihad di jalan Allah. Pada Akhirnya surat Ash-

21

M.Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur‟an, hlm.12-13 22

M. Atho Mudzhar, dkk., Al-Quran dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan), hlm.107 23

Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqi, Tafsir Al Bayan, (Semarang: Pustaka Rizki

Putra, 2002), hlm.1329 24

Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, penerjemah: bahrun Abu Bakar ,dkk,

(Semarang: PT Karya Toha Putra, cet II, 1993), Juz XXVIII, hlm.149 25

M.Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur‟an, hlm.1 26

Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqi, Tafsir Al Bayan, hlm.1329

Page 58: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

48

Shaff memerintahkan kita untuk menolong agama Allah dan meninggikan

kalimat-Nya.

Di dalam surat Ash-Shaff berisikan tentang beberapa peringatan bagi

para muslimin terhadap kewajiban-kewajiban mereka diantaranya adalah

yang terdapat dalam ayat ke 2 dan 3 surat ini. Dalam ayat ke-2 dan 3

memberikan pengertian bahwa orang-orang yang mengaku dirinya

mukmin, seharusnya tidak berdusta dan tidak menyalahi janji. Orang yang

berdusta dan menyalahi janji tidak ada hakikat keimanan baginya. Selain

itu ayat ini mewajibkan kita agar memenuhi nazar dan janji. Dan ayat ini

mengkritik orang yang berjanji yang tidak di tepatinya.27

Dalam tafsir Al-Misbah seperti yang dikemukakan dalam riwayat at-

Tirmidzi tentang turunnya surat ini dapat dinilai sebagai kecaman, setelah

ayat pertama surat Ash-Shaff dimulai uraiannya dengan penyucian (tasbih)

terhadap Allah SWT dan mengingatkan bahwa seluruh wujud

menyucikan-Nya, mengingatkan agar yang menyimpang dari sistem yang

berlaku dan yang direstui di jalan Allah.

Sedangkan selanjutnya yaitu ayat kedua dan ketiga, mereka yang

tidak menyucikan Allah SWT menyimpang dari sistem yang berlaku,

sungguh sikap mereka itu harus diluruskan. Kaum beriman telah

menyadari hal tersebut, bahkan ada yang telah menyatakan siap untuk

berjuang dalam rangka untuk menyucikan Allah SWT, tetapi ketika tiba

saatnya untuk berjihad mereka mengingkari janji dan enggan

melakukannya. Ayat ini mengecam mereka dengan memanggil mereka

dengan panggilan keimanan sambil menyindir bahwa dengan keimanan itu

mestinya tidak berlaku demikian.28

Ayat-ayat di atas merupakan kecaman. Sementara ulama

memahaminya sebagai kecaman kepada orang-orang munafik, bukan

27

Janji menurut jumhur ulama tidak mewajibkan kita menepati janji secara mutlak, ada yang

wajib ada yang tidak. Yang wajib ialah yang hasilnya dirasakan oleh orang yang kita janjikan,

seperti berjanji akan memberikan sesuatu, maka wajib kita menepatinya. Lihat Teungku

Muhammad Hasbi Ash Shiddiqi, Tafsir Al Bayan, hlm.1331 28

M.Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur‟an, hlm.10

Page 59: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

49

orang-orang mukmin, karena sifat orang-orang mukmin sedemikian tinggi

sehingga mereka tidak perlu dikecam. Pendapat ini menurut M. Quraisy

Shihab benar, tetapi kita juga tidak dapat mengatakan bahwa yang

dikecam itu tidak hanya orang munafik, tetapi juga yang imannya masih

lemah, walaupun mereka bukan munafik. Karena itu, ayat di atas

menggunakan kata alladzina amanu, bukan al-mu‟minun. Melalui ayat-

ayat inilah mereka dididik sehingga akhirnya mencapai peringkat

keimanan yang tinggi (mu‟minun).29

Kedua ayat tersebut mengandung sanksi dari Allah SWT serta

kecaman terhadap orang beriman yang mengucapkan apa yang tidak

mereka kerjakan. Ini menggambarkan sisi pokok dari kepribadian seorang

muslim, yakni kebenaran dan istiqamah/konsistensi serta kelurusan sikap

dan batinnya sama dengan lahirnya, pengamalannya sesuai dengan

ucapannya secara mutlak.30

Jadi, ada dua macam kelemahan manusia yang dikemukakan ayat

ini, yaitu:

1. Ketidak sesuaian antara perkataan dan perbuatan mereka. Kelemahan

ini kelihatannya mudah diperbaiki, tetapi sukar dilaksanakan. Sangat

banyak manusia yang pandai berbicara, suka menganjurkan suatu

perbuatan baik, dan mengingatkan agar orang lain menjauhi larangan-

larangan Allah, tetapi ia sendiri tidak melaksanakannya.31

Thabathaba‟i menggarisbawahi perbedaan antara mengatakan

sesuatu apa yang tidak dia kerjakan, dan tidak mengerjakan apa yang

dikatakan. Yang pertama adalah kemunafikan, sedang yang kedua

adalah kelemahan tekad. Yang kedua inipun merupakan keburukan.

Allah menjadikan kebahagiaan manusia melalui amal kebajikan yang

dipilihnya sendiri, sedang kunci pelaksanaannya adalah kehendak dan

tekad, yang keduanya tidak akan memberi dampak positif kecuali jika

ia mantap dan kuat. Nah, tidak adanya realisasi perbuatan setelah

29

M.Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur‟an, hlm.12-13 30

M.Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur‟an, hlm.12-13 31

M. Atho Mudzhar, dkk., Al-Quran dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan), hlm.109

Page 60: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

50

ucapan merupakan pertanda kelemahan tekad dan ini tidak akan

menghasilkan kebajikan bagi yang bersangkutan. Demikian lebih

kurang Thabathaba‟i.32

Namun tidak berarti bahwa orang-orang tidak boleh mengatakan

kebenaran bila ia sendiri belum mampu melaksanakannya. Mengatakan

kebenaran wajib, sedangkan melaksanakannya tergantung

kemampuan.33

Allah berfirman dalam Q.S. At-Taghabun ayat 16;

Artinya: “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut

kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan

nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. dan

Barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, Maka

mereka Itulah orang-orang yang beruntung.”34

Allah memperingatkan bahwa sangat besar dosanya orang

mengatakan sesuatu, tetapi ia sendiri tidak melaksanakannya. Hal ini

berlaku baik dalam pandangan Allah maupun dalam pandangan

masyarakat.

2. Tidak menepati janji yang telah mereka buat. Suka menepati janji yang

telah ditetapkan merupakan salah satu ciri dari ciri-ciri orang-orang

yang beriman. Jika ciri itu tidak dipunyai oleh orang-orang yang

mengaku beriman kepada Allah dan rasul-Nya, berarti ia telah menjadi

orang yang munafik.35

Rasulullah SAW bersabda: “Tanda orang munafik ada tiga

macam: bila berkata, ia berdusta, bila berjanji, ia menyalahi janjinya,

dan bila dipercaya, ia berkhianat. (HR. al-Bukhari dan Muslim).36

32

M.Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur‟an, hlm.12 33

M. Atho Mudzhar, dkk., Al-Quran dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan), hlm.110 34

Fadlol Abdur Rahman, dkk, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: Al-Jumanatul Ali,

2005), hlm.558 35

M. Atho Mudzhar, dkk., Al-Quran dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan), hlm.28 36

Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, penerjemah: bahrun Abu Bakar ,dkk,

hlm.129

Page 61: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

51

Orang-orang salaf berdalil akan wajibnya menepati janji.

Kemudian Allah menjelaskan amat buruknya perbuatan itu, dan amat

dibencinya oleh Allah. Firman-Nya:

Artinya: “Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan

apa-apa yang tidak kamu kerjakan.(Qs. Ash-Shaff ayat 3)37

Itu sebabnya menepati janji merupakan bukti bagi karakter yang

baik atau akhlaq yang mulia. Dengan menepati janji itu, terwujudlah

kepercayaan di antara kelompok-kelompok, sehingga terikatlah

kelompok kelompok itu dengan ikatan cinta dan kasih sayang apa lagi

bila diterapkan dalam pendidikan, ketika sebagian individu satu

berhubungan dengan individu yang lain, sehingga mereka menjadi satu

tangan dalam mewujudkan perbuatan-perbuatan yang mereka inginkan.

Dan sebaliknya jika pada suatu umat tersiar ingkar/menyalahi

janji, maka akan kecillah kepercayaan di antara individu dan akan lepas

pula tali-tali pengikat, sehingga mereka akan menjadi ikatan-ikatan

yang bercerai-berai dan tidak bermanfaat. Jika mempunyai

lawan/musuh tidak lagi takut kepada mereka, jika krisis semakin

menghebat dan bahaya memberat, sebab mereka saling berlepas diri dan

saling tidak mempercayai.38

Ciri kepribadian muslim ini sangat ditekankan oleh Al-Qur‟an,

sunnah pun berulang-ulang menambahkan penekanannya.39

Dalam Al-

Qur‟an Allah mengecam orang-orang yahudi dalam Q.S. Al-Baqarah

ayat 44;

37

Teungku Muh. Hasbi Ash-Shaddiqie, Tafsir Al-Qur‟anul Majid An-Nuur, hlm.4205 38

Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, penerjemah: bahrun Abu Bakar ,dkk,

hlm.129 39

M.Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur‟an, hlm.13

Page 62: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

52

Artinya: “mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan)

kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu

sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka

tidaklah kamu berpikir?”40

Allah juga mengecam orang-orang munafik dengan firman-Nya

dalam Q.S. An-Nisa ayat 81;

Artinya: “Dan mereka (orang-orang munafik) mengatakan: „Kami

sepenuhnya taat.‟ tetapi apabila mereka telah pergi dari

sisimu, sebahagian dari mereka mengatur siasat di malam

hari, berbeda dengan yang telah mereka katakan tadi.”41

Juga firman-Nya dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 204-205;

Artinya: “Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang

kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya

kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, Padahal ia adalah

penantang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari

kamu), ia berjalan di bumi untuk Mengadakan kerusakan

padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak,

dan Allah tidak menyukai kebinasaan/perusakan.”42

Jadi dapat disimpulkan mengenai penjelasan ayat di atas

hubungannya dengan pendidikan karakter yaitu bahwa seorang mukmin

40

M.Quraisy Shihab, dkk., Al-Quran dan Terjemahnya (Al Bayan), hlm.17 41

M.Quraisy Shihab, dkk., Al-Quran dan Terjemahnya (Al Bayan), hlm.237 42

M.Quraisy Shihab, dkk., Al-Quran dan Terjemahnya (Al Bayan), hlm.79-80

Page 63: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

53

hendaknya menjauhi karakter-karakter yang kurang baik (akhlaq al-

mazmumah) yang nantinya menjadikan murka Allah menimpa atasnya,

diantaranya yang diterangkan dalam surat Ash-Shaff ayat 2-3 adalah

menghindari sifat-sifat munafik/kemunafikan.

Sedangkan pendidikan karakter disini memposisikan diri apabila

ada seorang muslim atau mukmin yang mempunyai karakter-karakter

yang kurang baik seperti yang diterangkan dalam ayat di atas, supaya

dapat menjauhi/menghindari sifat kemunafikan tersebut dan bertindak,

berperilaku serta berperingai layaknya orang yang beriman tanpa

adanya unsur kemunafikan didalam dirinya. Sehingga dapat tercermin

dalam tindakannya sesuai dengan apa yang diucapkannya dan juga

mempunyai sifat-sifat terpuji lain seperti halnya jujur, menepati janji,

dapat dipercaya, ikhlas, dan sifat-sifat terpuji lainnya.

Karena di sini karakter yang baik seperti halnya menepati janji

merupakan perwujudan dari iman yang kuat. Budi pekerti yang agung,

dan sikap yang yang berperikemanusiaan pada seseorang, menimbulkan

kepercayaan dan penghormatan masyarakat. Sebaliknya, perbuatan

menyalahi janji merupakan tanda iman yang lemah, serta tingkah laku

yang jelek, dan sikap yang tidak berperikemanusiaan, akan

menimbulkan sikap saling mencurigai dan dendam di dalam

masyarakat. Oleh karena itulah, agama Islam sangat mencela orang

yang suka berdusta dan menyalahi janjinya.43

Agar sifat tercela itu tidak dipunyai oleh orang-orang beriman,

alangkah baiknya jika kita menepati janji dan berkata benar itu

dijadikan tujuan pendidikan yang utama yang diajarkan kepada anak-

anak agar anak-anak nantinya mempunyai karakter yang mulia yang

tidak menyimpang dari segi agama di samping beriman kepada Allah

43

M. Atho Mudzhar, dkk., Al-Quran dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan), hlm.110

Page 64: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

54

dan rasul-Nya dan melatih diri mengerjakan berbagai bentuk ibadah

yang diwajibkan atasnya.44

44

M. Atho Mudzhar, dkk., Al-Quran dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan), hlm.111

Page 65: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

55

BAB IV

ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF

SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3

Pendidikan karakter kini memang menjadi isu utama pendidikan.

Selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa,

pendidikan karakter ini pun diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam

meningkatkan derajat dan martabat bangsa Indonesia. Di lingkungan

Kemendiknas sendiri, pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan di

seluruh jenjang pendidikan yang dibinanya. 1

Pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan

visi pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat berakhlak mulia,

bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila.

Hal ini sekaligus menjadi upaya untuk mendukung perwujudan cita-cita

sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945.

Di samping itu, berbagai persoalan yang dihadapi oleh bangsa kita

dewasa ini makin mendorong semangat dan upaya pemerintah untuk

memprioritaskan pendidikan karakter sebagai dasar pembangunan

pendidikan. Semangat itu secara implisit ditegaskan dalam Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2015, di mana

pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program

prioritas pembangunan nasional.

Selain itu juga melihat keadaan bangsa dan manusia Indonesia saat

ini, yang biasa mengklaim dirinya religius, pada kenyataannya banyak yang

mengidap penyakit akut “Split of personality” (Kepribadian yang terpecah)?

Yaitu, keterpecahan atau tidak kemampuan menyatukan perkataan dan

perbuatan (munafik), antara teori dan praktek.2

1 Agus Prasetyo dan Emusti Rivasintha, http://edukasi.kompasiana.com/konsep-urgensi-dan-

implementasi -pendidikan-karakter-di-sekolah/ 29 September 2011 2 Amin Abdullah, http://aminabdullah.wordpress.com/pendidikan-karakter-mengasah-

kepekaan-hati-nurani/ 29 Juli 2011

Page 66: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

56

Penyakit Split of Personality ini dalam Al-Qur’an Surat Ash-Shaff

(61), ayat 2-3, sebagai berikut:

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan

sesuatu yang tidak kamu kerjakan?. Amat besar kebencian di sisi

Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu

kerjakan.”3

Dengan melihat ayat diatas terdapat kelemahan dalam diri semua

orang (bisa jaksa, ustad, guru, polisi, hakim, guru, dosen, pejabat negara dan

lain sebagainya), bahkan orang-orang beragama, tokoh partai, tokoh

organisasi dan lain sebagainya yang hafal tentang rumus-rumus, undang-

undang, ayat-ayat, tetapi tidak mampu melaksanakan apa yang ia ketahui dan

ia hafal dalam kehidupan sehari-hari, korupsi, mudah tergoda oleh berbagai

bujuk rayu, iming-iming, kepentingan golongan, ekonomi agama, partai dan

lain sebagainya.

Dari gambaran tersebut, bangsa Indonesia sangat memerlukan sumber

manusia dalam jumlah dan mempunyai kualitas karakter yang memadai,

konsisten, jujur, kepribadian yang menyatu antara perkataan dan

perbuataanya serta bertanggungjawab sebagai pendukung utama dalam

pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut, pendidikan

memiliki peran yang sangat penting, untuk menggugah bangsa ini dan warga

negaranya serta masyarakat sipil, pejabat negara, institusi sosial

kemasyarakatan dan keagamaan untuk instropeksi diri serta melakukan

langkah-langkah perbaikan menangani krisis multidimensional bangsa ini.

Ayat Al-Qur’an diatas yaitu surat Ash-Shaff ayat 2-3 disamping

mendidik kaum muslimin dengan keimanan yang lurus, Al-Qur’an juga

sangat menaruh perhatian untuk mengarahkan mereka pada amalan yang

3 Teungku Muh. Hasbi Ash-Shaddiqie, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur, (Semarang: PT

Pustaka Rizki Putra, 2003), Cet.II, hlm.4205

Page 67: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

57

shaleh. Sebab, keimanan yang benar tidak boleh tidak harus terungkap dalam

tingkahlaku dan tindakan. Ini dilaksanakan dengan menghiasi diri dengan

akhlak yang luhur, cinta berbuat baik pada orang lain dan bersegera dalam

melaksanakan apa yang diridlai Allah dan Rasulnya.4

Menurut UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional pada pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.5

Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa

pendidikan di setiap jenjang harus diselenggarakan secara sistematis dalam

model pendidikan holistik6 guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut

berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu

bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan

masyarakat.

Upaya pembentukan karakter sesuai dengan budaya bangsa ini tentu

tidak semata-mata hanya dilakukan di sekolah melalui serangkaian kegiatan

belajar mengajar dan luar sekolah, akan tetapi juga melalui pembiasaan

(habituasi) dalam kehidupan, seperti: religius, jujur, disiplin, toleran, kerja

keras, cinta damai, tanggung-jawab, dan sebagainya.

Kemudian dalam proses pendidikan, terbentuknya karakter siswa,

secara teoritik merupakan arti dan tujuan hakiki dari pendidikan itu sendiri.

Oleh karena itu hal tersebut merupakan urgenitas kecerdasan karakter sebagai

4 M. Utsman Najati, Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, (Bandung: Perpustakaan Salman Institut

Teknologi Bandung, 1985), hlm. 203 5 Undang-Undang SISDIKNAS (UU RI No 20 Th. 2003), (Jakarta:Sinar Grafika, 2009),

hlm.7 6 Fihris, Pendidikan Karakter di Madrasah Salafiyah, (Semarang: IAIN Walisongo

Semarang, 2010), hlm.39

Page 68: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

58

tujuan akhir dari pendidikan, dan pada dasarnya merupakan penjabaran dari

missi risalah dari semua agama samawi.

Islam bahkan secara eksplisit menyatakan bahwa missi terbesar dari

agama ini adalah menyempurnakan kemuliaan karakter (makarim al-akhlaq),

yakni membentuk kepribadian yang mulia yang mencerminkan kemuliaan

akhlak yang luhur. Gagasan Islam teragung ini sudah secara berulang-ulang

telah didengungkan, dicerna, dipahami dan dipraktekkan oleh para civitas

akademika yang lebih-lebih pada sekolah yang berbasis islam dan pondok

pesantren baik santri, ustadz, guru, maupun pengelolanya sendiri.7

Dengan pendidikan karakter akan menjadikan manusia cerdas, pintar,

kreatif, inovatif, mandiri dan bertanggung jawab. Pendidikan selalu

mengajarkan, membimbing dan membina setiap manusia untuk memiliki

kompetensi intelektual (kognitif), karakter (Affective), dan kompetensi

ketrampilan mekanik (Psychomotoric) dan menggali serta memberdayakan

potensi yang dimiliki peserta didik untuk bekal hidup mereka kelak.

Pendidikan selalu mengajari sesuatu yang baik mentaati peraturan, tidak

munafik, menghindari sifat-sifat yang buruk, hidup menurut norma dan etika

sosial, jujur, tidak suka berbohong (berdusta), tidak mendlolimi orang lain,

memiliki mimpi yang indah untuk masa depan, memiliki semboyan hidup

untuk memacu dalam berjuang, dan ingin menghirup wangi harum surga.8

Pendidikan dilaksanakan juga untuk membantu anak didik untuk dapat

memuliakan hidup. Pendidikan ditantang tidak hanya membantu anak didik,

agar hidupnya berhasil tetapi lebih-lebih agar hidupnya bermakna, di samping

itu pendidikan mampu memberikan kearifan. Karena seseorang yang arif

budiman memiliki pengetahuan yang luas, kecerdasan, akal sehat, mengenal

inti-inti hal yang diketahui, bersikap hati-hati, pemahaman terhadap norma

kebenaran masyarakat, kemampuan belajar dari pengalaman hidup.9

7 Fihris, Pendidikan Karakter di Madrasah Salafiyah, hlm. 74

8 D. Yahya Khan, Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri, (Yogyakarta: Pelangi

Publishing, 2010), hlm. 23 9 Buchori Muchtar, Pendidikan Antisapatoris, (Jakarta: Kanisius, 2001), hlm.49

Page 69: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

59

Pendidikan karakter memang mempunyai problematika yang sangat

kompleks, oleh karena itu untuk pelaksanaannya dalam sebuah lembaga

pendidikan memerlukan berbagai macam pendekatan pembelajaran.

Pendekatan merupakan arahan ideal yang selanjutnya dapat dijabarkan dalam

bentuk metode, teknik, strategi pembelajaran yang dipilih dan ditetapkan

untuk melakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi ke arah tujuan

pembelajaran yag di harapkan.10

Strategi pembinaan karakter perlu didukung oleh tiga pilar yakni

orang tua, sekolah (guru) dan lingkungan. Dalam konteks tersebut, budaya

paternalistik bisa dijadikan acuan, yakni orang yang lebih tua yang disegani

oleh yang lebih muda. Melalui peran orang tua dan guru yang berwibawa,

pendidikan karakter dapat ditanamkan. Guru dalam melaksanakan proses

kegiatan pendidikan karakter ini dilakukan dengan segala daya upaya artinya

guru dalam proses pendidikan tidak hanya berperan sebagai pengajar yang

menyampaikan materi pengajaran tetapi dia juga bertindak sebagai inspirator,

inisiator, fasilitator, mediator, supervisor, evaluator, teman, sekaligus

pembimbing, lebih matang (pengalamannya), otoritas akademik, pengasuh

dan sepenuh hati dengan cinta dan kasih sayang. 11

Biasanya salah satu penyebab ketidakmampuan seseorang untuk

berperilaku baik, walaupun secara kognitif ia mengetahuinya (moral

knowing), yaitu karna ia tidak terlatih untuk melakukan kebajikan atau moral

action. Untuk itu orang tua dan guru tidak cukup memberikan pengetahuan

tentang kebaikan, tetapi harus terus membimbing anak sampai tahap

implementasi dalam kehidupan anak sehari-hari.12

Dalam pendidikan karakter penting adanya penekanan tiga komponen

yang baik (component of good character), yaitu moral knowing atau

pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral, dan

moral action atau perbuatan moral. Sedang dalam istilah yang dipakai oleh

10

D. Yahya Khan, Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri, hlm.14 11

D. Yahya Khan, Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri, hlm.2 12

Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,

hlm.133

Page 70: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

60

Fihris yaitu knowing the good, feeling the good dan acting the good.13

Hal ini

di perlukan agar anak anak mampu memahami, merasakan dan mengerjakan

sekaligus nilai-nilai kebajikan.

Moral knowing merupakan hal yang penting untuk diajarkan karena

untuk mengetahui kesadaran moral, mengetahui nilai-nilai moral moral itu

sendiri. Moral feeling adalah aspek yang lain yang harus ditanamkan kepada

anak yang merupakan sumber energi dari diri manusia untuk bertindak sesuai

dengan prinsip-prinsip moral. Terdapat enam aspek emosi yang harus mampu

dirasakan oleh seseorang untuk menjadi manusia berkarakter yaitu nurani,

percaya diri, merasakan penderitaan orang lain, mencintai kebenaran, mampu

mengontrol diri dan kerendahan hati.

Moral Action adalah bagaimana membuat pengetahuan moral dapat

diwujudkan menjadi tindakan nyata. Perbuatan tindakan moral ini merupakan

hasil dari komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong

seseorang dalam perbuatan yang baik maka harus dilihat dari tiga aspek lain

dari karakter, yaitu kompetensi, keinginan dan kebiasaan.14

Pendidikan karakter terhadap anak hendaknya menjadikan seseorang

anak terbiasa untuk berperilaku baik sehingga ia menjadi terbiasa dan akan

merasa bersalah kalau tidak melakukannya. Sebagai contoh, seorang anak

yang terbiasa mandi dua kali sehari, akan merasa tidak enak bila mandi satu

kali dalam sehari. Dengan demikian kebiasaan baik yang sudah menjadi

naluri, otomatis akan membuat seorang anak merasa bersalah bila tidak

melakukan kebiasaan baik tersebut.

Yang perlu didasari adalah mendidik kebiasaan baik saja tidak cukup.

Anak yang terbiasa berbuat baik belum tentu menghargai pentingnya nilai-

nilai moral (valuing). Misalnya, ia tidak berdusta, mencuri atau perbuatan

tercela lainnya karena ia mengetahui sanksi hukumnya, dan bukan karena ia

menjunjung tinggi nilai kejujuran. Oleh karena itu, setelah anak memiliki

pengetahuan (moral knowing), orang tua hendaknya dapat menumbuhkan

13

Fihris, Pendidikan Karakter di Madrasah Salafiyah, hlm.39 14

Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,

hlm.134

Page 71: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

61

rasa atau keinginan anak untuk berbuat baik, dalam hal ini adalah moral

action.

Pada posisi lain, keinginan untuk berbuat baik bersumber dari

kecintaan untuk berbuat baik (loving the good). Aspek kecintaan inilah

sebagai sumber energi yag secara efektif membuat seseorang mempunyai

karakter yang konsisten antara pengetahuan (moral knowing) dan tindakannya

(moral action). Oleh karena itu, aspek ini merupakan yang paling sulit untuk

diajarkan karena menyangkut moral feeling.15

Salah satu cara untuk menumbuhkan aspek moral feeling adalah

dengan cara membangkitkan kesadaran anak akan pentingnya memberikan

komitmen terhadap nilai-nilai moral. Sebagai contoh, untuk menanamkan

kecintaan anak untuk jujur dengan tidak mencontek, orang tua dan guru harus

dapat menumbuhkan rasa bersalah, malu dan tidak empati atas tindakan

mencontek tersebut. Kecintaan ini (moral feeling) akan menjadi kontrol

internal yang paling efektif, selain kontrol eksternal berupa pengawasan

orang tua terhadap tindak tanduk anak dalam keseharian.

Terlepas dari adanya moral feeling anak yang mencintai kebajikan,

orang tua tidak lantas menghilangkan perannya dalam melakukan kontrol

eksternal. Kontrol eksternal juga juga penting dan perlu diberikan orang tua,

khususnya dalam memberikan lingkungan yang kondusif kepada anak untuk

membiasakan diri berperilaku baik dan menghindari perbuatan-perbuatan

tercela salah satu diantaranya yaitu perbuatan munafik.16

Pembiasaan itu bukan hanya mengajarkan (aspek kognitif) mana

yang benar dan salah, akan tetapi juga mampu merasakan (aspek afektif) nilai

yang baik dan tidak baik serta bersedia melakukannya (aspek psikomotorik)

dari lingkup terkecil seperti diri bsendiri, keluarga sampai dengan cakupan

yang lebih luas di masyarakat bangsa dan negara. Nilai-nilai tersebut perlu

ditumbuh kembangkan peserta didik yang pada akhirnya akan menjadi

15

Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,

hlm.135 16

Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,

hlm.135

Page 72: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

62

pencerminan hidup bangsa Indonesia. oleh karena itu, sekolah memiliki

peranan yang besar sebagai pusat pembudayaan melalui pengembangan

budaya sekolah (school culture). Pendidikan karakter juga dapat dilakukan

melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan,

masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media

massa.

Pedoman ini ditujukan kepada semua warga pada setiap satuan

pendidikan (dasar sampai menengah) melalui serangkaian kegiatan

perencanaan, pelaksanaan dan penilaian yang bersifat komprehensif.

Perencanaan di tingkat satuan pendidikan pada dasarnya adalah melakukan

penguatan dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).

Sedangkan pelaksanaan dan penilaian tidak hanya menekankan aspek

pengetahuan saja, melainkan juga sikap perilaku yang akhirnya dapat

membentuk akhlak mulia.17

Pembentukan karakter itu dimulai dari fitrah yang diberikan Tuhan,

yang kemudian membentuk jati diri dan prilaku. Dalam prosesnya sendiri

fitrah yang alamiah ini sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, sehingga

lingkungan memilki peranan yang cukup besar dalam membentuk jati diri dan

prilaku. Sekolah dan masyarakat sebagai bagian dari lingkungan memiliki

peranan yang sangat penting, oleh karena itu setiap sekolah dan masyarakat

harus memiliki pendisiplinan dan kebiasaan mengenai karakter yang akan

dibentuk. Para pemimpin dan tokoh masyarakat juga harus mampu

memberikan suri teladan mengenai karakter yang akan dibentuk tersebut.

Pendidikan karakter di sekolah merupakan suatu sistem penanaman

nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen

pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan

nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri,

sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi insan kamil.

17

http://pdf.Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter, puskurbuk, p4tk-bispar.net/43-

pedoman-pelaksanaan-pendidikan-karakter.html

Page 73: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

63

Selain dari pada itu seperti yang dijelaskan dalam tafsir bab 3 pendidikan

yang ditekankan adalah menghindari sifat-sifat munafik. orang munafik adalah

pendusta dan merupakan musuh dalam selimut. Menurut terminologi Al-Qur’an

pengertian munafik merujuk pada mereka yang tidak beriman namun berpura-

pura beriman, seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an Surah Al-Munafiqun

ayat 1-3;

Artinya: “Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata:

"Kami mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul

Allah". dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu benar-

benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya

orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. Mereka itu

menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka

menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya Amat

buruklah apa yang telah mereka kerjakan. Yang demikian itu adalah

karena bahwa Sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian

menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka

tidak dapat mengerti.”18

Sedangkan menurut kamus Bahasa Indonesia munafik yaitu hanya

kelihatannya percaya tetapi sebenarnya tidak, yang diucapkan tidak seperti

apa yang ada dalam hatinya, yang dikerjakannya tidak seperti apa yang

diucapkannya (bohong).19

Orang-orang munafik itu pada lahirnya beriman kepada Allah dan

hari kemudian, tetapi sebenarnya mereka masih tetap dalam kekafiran.

Mereka ini hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman. Kalau

18

Fadlol Abdur Rahman, dkk, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Al-Jumanatul Ali,

2005), hlm.555 19

Ananda Santoso dan S. Priyanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Kartika,

1995), hlm.239

Page 74: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

64

mereka diberi nasehat dan peringatan, mereka tiada mau menerimanya.

Orang-orang munafik ini dalam keraguan. Sebenarnya mereka itu mendengar

petunjuk Al-Qur’an sebagai suluh yang menerangi hatinya. Tapi karena

mereka dipengaruhi oleh kebiasaan mereka, maka petunjuk itu tiadalah

diturutinya. 20

Orang-orang munafik itu menampakan imannya hanya diluarnya saja

akan tetapi sebenarnya mereka ingkar kepada Allah swt. Itulah sifat dari orang

munafik.dan juga diterangkan dalam surat Al-Munafiqun ayat 4 Allah berfirman;

Artinya: “Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka

menjadikan kamu kagum. dan jika mereka berkata kamu

mendengarkan Perkataan mereka. mereka adalah seakan-akan kayu

yang tersandar. mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang

keras ditujukan kepada mereka. mereka Itulah musuh (yang

sebenarnya) Maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah

membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan

(dari kebenaran)?21

Orang munafik dalam ayat diatas diumpamakan seperti kayu yang

tersandar, Maksudnya untuk menyatakan sifat mereka yang buruk meskipun

tubuh mereka bagus-bagus dan mereka pandai berbicara, akan tetapi

sebenarnya otak mereka adalah kosong tak dapat memahami kebenaran dari

ajaran-ajaran Islam. Di samping ayat diatas juga diterangkan dalam ayat yang

lain yaitu dalam surat Al-Baqarah ayat 8-10;

20

Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 2004), hlm. 4-5 21

Fadlol Abdur Rahman, dkk, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm.555

Page 75: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

65

Artinya: “Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada

Allah dan hari kemudian," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan

orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan

orang-orang yang beriman, Padahal mereka hanya menipu dirinya

sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit,

lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih,

disebabkan mereka berdusta.”22

Rasulullah SAW juga telah bersabda tentang ciri-ciri orang munafik ini

antara lain:

:آيت المنافق ثالث :عه ابي ىسيسة زضي اهلل عنو عه النبي صلى اهلل عليو و سلم قال

) البخاز زواه) اذا حدث كرب و اذا وعد اخلف و اذا اؤتمه خان

Artinya: Dari Abu hurairah Ra. Dari Nabi SAW Beliau bersabda Tanda

orang-orang munafik itu ada tiga keadaan. Pertama, apabila

berkata-kata ia berdusta. Kedua, apabila berjanji ia mengingkari.

Ketiga, apabila diberikan amanah (kepercayaan) ia

mengkhianatinya." (HR. Bukhari).23

Dalam hadist di atas nampaklah oleh kita bahwa ciri-ciri yang

dominan yag dimiliki oleh orang orang munafiq adalah dusta, ingkar janji,

khiyanat, berbeda antara yang diucapkan dengan apa yang diperbuat, dan

orang tersebut mempunyai sifat malas melaksanakan shalat berjama'ah

terutama shalat yang dijelaskan dalam hadis diatas, yang menandakan bahwa

dirinya termasuk dari golongan orang-orang munafik. Subhanallah, betapa

miripnya kemarin dengan hari ini. Di zaman ini banyak di antara kaum

muslimin yang masih bersifat dengan sifat ini, mereka sangat banyak dan

22

M.Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur’an, (jakarta:

Lentera hati, 2002), Volume 1, hlm.98 23

Al-Bukhari, Imam Abdullah bin Ismail, Shahih Bukhari Juz 1, (Beirut: Darul Fikri, 1981),

hlm.14

Page 76: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

66

diantaranya mereka merasa berat mengerjakan kedua shalat ini dengan alasan

lelah atau ngantuk sepulang kerja atau alasan lainnya.24

Ciri-ciri orang munafik tersebut sebenarnya sangat banyak terdapat

dalam Al-Qur`an dan dari Rasul SAW juga menyebutkan sebagian di

antaranya guna memperingatkan umatnya dari ciri-ciri golongan tersebut,

supaya jangan sampai mereka terjatuh ke dalamnya sehingga mereka

akhirnya menjadi mirip seperti mereka. Padahal sungguh Nabi SAW telah

menyatakan bahwa barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia

termasuk dari kaum tersebut.

Khalifah Ali RA mendengar Nabi Muhammad SAW bersabda,

''Sungguh aku tidak mengkhawatirkan seorang mukmin ataupun seorang

musyrik atas umatku. Seorang mukmin akan dipelihara Allah dengan

imannya dari perbuatan yang mengganggu mereka dan seorang musyrik akan

Allah patahkan gangguannya dengan sebab kemusyrikannya dari mereka,

Tapi, aku sangat mengkhawatirkan seorang munafik yang pandai bersilat

lidah, mengucapkan apa-apa yang kamu ketahui dan mengerjakan apa yang

kamu ingkari”. 25

Selanjutnya dijelaskan pula mengenai orang munafik ini dalam Al-

Qur’an surat At-Taubah ayat 67;

Artinya: “orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan

sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang

Munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka

menggenggamkan tangannya[kikir]. mereka telah lupa kepada Allah,

Maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik

24

Supriadi Tuangku Sinaro, http://ceramahsantri.blogspot.com/2011/08/tanda-tanda-orang-

munafik.html, 5 November 2011 25

Supriadi Tuangku Sinaro, http://ceramahsantri.blogspot.com/2011/08/tanda-tanda-orang-

munafik.html, 5 November 2011

Page 77: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

67

itu adalah orang-orang yang fasik.” (QS At-Taubah: 67).26

Sebagai umat Islam, kita perlu selalu waspada terhadap tipu daya

mereka. Jika tidak, tipu daya mereka dapat menghancurkan umat Islam itu

sendiri. Khalifah Umar bin Khattab terbunuh karena ulah orang munafik.

Demikian pula kerusuhan yang terjadi di masa Khalifah Usman bin Affan dan

perang saudara yang terjadi di masa Khalifah Ali bin Abi Thalib. Maka, tidak

menutup kemungkinan kerusuhan, kekacauan, dan perseteruan yang terjadi di

negeri kita selama ini juga karena ulah orang-orang munafik. Karenanya

wajib atas setiap muslim untuk mengetahui ciri-ciri munafik di atas dan sifat-

sifat lainnya agar bisa menjaga diri kita dari hal-hal yang tidak kita inginkan

akibat darinya.27

Sifat-sifat orang munafik yang telah digambarkan diatas adalah

termasuk sifat yang tercela dan sangat berbahaya kepada pribadi pelakunya,

dan bahkan berdampak buruk kepada orang lain, coba perhatikan kejadian

yang kita dengar dan saksikan selama ini, para koruptor, para pejabat

sebagaimana tikus-tikus berdasi, orang islam yang tidak suka memakai ajaran

islam, seluruhnya mereka adalah orang-orang munafik.

Nabi SAW juga telah memperingatkan kepada kita dengan sabdanya

di atas, tentang bahaya orang-orang munafik, yaitu orang-orang yang

'bermuka dua, lahirnya kelihatan baik, tetapi hatinya ternyata jahat, busuk,

suka menari diatas penderitaan orang lain, Secara lahir mereka baik, manis

bicaranya, elok tampilannya, baju necis, celana jens, sepatu hitam mengkilat,

bau harum, berjalan tegap, seakan-akan mereka teman kita, padahal mereka

musuh besar kita. Mereka juga pandai bersilat lidah, perkataannya sangat

menakjubkan dan meyakinkan, tetapi perbuatannya bertentangan dengan

ucapan mereka sendiri.

Di depan kita mereka mengaku pembela kebenaran, penegak keadilan,

pejuang hak asasi manusia, dan pendekar demokrasi. Tetapi, ternyata mereka

26

Fadlol Abdur Rahman, dkk, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm.198 27

http://al-atsariyyah.com/ciri-ciri-orang-munafik.html, 5 November 2011

Page 78: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

68

adalah penghalang kebenaran, perusak keadilan, pelanggar hak asasi manusia,

dan penghambat demokrasi. Mereka juga mengaku pembela rakyat dan

penolong kaum lemah, ternyata mereka adalah penipu (pengkhianat) rakyat

dan zhalim terhadap kaum lemah. Bahkan, mereka dengan mudah berani

bersumpah dengan nama Allah dan Al-Quran di atas kepalanya, tetapi

tindakan mereka ternyata menipu Allah dan bertentangan dengan petunjuk-

petunjuk Al-Qur’an dan ajaran Islam. Benar apa yang diungkapkan oleh

Direktur Pembinaan SMP, Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas),

Didik Suhardi tentang banyak keluhan dari masyarakat akan menurunnya tata

krama, etika, dan kreativitas karena melemahnya pendidikan budaya dan

karakter bangsa.28

Kesimpulannya dari penjelasan di atas yaitu bahwa karakter yang ada

pada perspektif surat Ash-Shaff ayat 2-3 adalah konsistensi dan keterpaduan

antara perkataan dan perbuatan seseorang, jujur, berani berjuang,

bertanggungjawab serta menghindari sifat munafik yang mana sifat munafik

tersebut termasuk sifat yang tercela dan sangat berbahaya kepada pribadi

pelakunya, dan bahkan berdampak buruk kepada orang lain. Oleh karna itu,

mari kita cegah sifat ini dengan tunduk dan patuh kepada ajaran allah dan

Rasulnya. Marilah kita jauhi semaksimal mungkin sifat-sifat munafik yang

tercela ini dan semoga Allah memelihara kita semua terhindar dari segala

sifat-sifat kemunafikan, karna sifat munafik ini dapat menyengsarakan

pelakunya baik di dunia dan akhirat serta kelak wajar baginya mendapat siksa

yang pedih.29

28

Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,

hlm.133 29

M.Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur’an, Vol.1,

hlm.100

Page 79: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

69

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis menerangkan secara jelas tentang segala persoalan

yang menyangkut pendidikan karakter dalam perspektif surat Ash-Shaff

ayat 2-3 dengan berbagai macam argumentasinya, maka penulis mencoba

memberikan sebuah kesimpulan sebagai intisari dari pembahasan materi

sekripsi ini.

Adapun Kesimpulannya dari penjelasan skripsi ini yaitu bahwa

pendidikan karakter yang ada dalam (perspektif) surat Ash-Shaff ayat 2-3

adalah konsistensi dan keterpaduan antara perkataan dan perbuatan

seseorang, jujur, berani berjuang, bertanggungjawab serta menghindari

sifat munafik yang mana sifat munafik tersebut termasuk sifat yang tercela

dan sangat berbahaya kepada pribadi pelakunya, dan bahkan berdampak

buruk kepada orang lain. Oleh karna itu, mari kita hindari cegah sifat ini

dengan tunduk dan patuh kepada ajaran allah dan Rasulnya. Marilah kita

jauhi semaksimal mungkin sifat-sifat munafik yang tercela ini dan semoga

Allah memelihara kita semua terhindar dari segala sifat-sifat kemunafikan,

karna sifat munafik ini dapat menyengsarakan pelakunya baik di dunia dan

akhirat serta kelak wajar baginya mendapat siksa yang pedih.

B. Saran-saran

Dengan berakhirnya skripsi ini, penulis dengan rendah hati akan

memberikan saran-saran guna kebaikan dan verifikasi terhadap penulisan

skripsi ini.

1. Memang sulit jika kita mencari orang dengan tipe munafik ini, oleh

karena itu kita harus waspada dan menjauhi sifat ini karena mereka ini

berkata hanya pada mulutnya saja, dan apa yang ia katakan itu tidak

ataupun jarang ia pikirkan dan dilaksanakan, kemudian dalam

Page 80: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

70

perbuatannya sehari-hari nampak seperti baik tapi hanya tipu daya

belaka, artinya segala amal perbuatan yang dikerjakan itu bukan

ditegakkan di atas dasar keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah, akan

tetapi hanya didasarkan pada perasaan dan hawa nafsunya semata-mata

untuk mencari muka, penampilan, mengambil hati masyarakat dan

pandangan orang belaka. Segala perbuatan baiknya itu hanya dijadikan

tempat berlindung untuk menutupi segala keburukan I’tikad dan niat

dalam hatinya.

2. Sungguh sangat memprihatinkan bila sifat ini ada pada diri kita, anak

didik kita dan masyarakat Indonesia, bila kita biarkan pastilah negeri

yang kita cintai ini lama kelamaan akan carut marut dan terpecah

karena tidak adanya kepercayaan lagi antara orang satu dengan orang

yang lain antara golongan satu dengan yang lain seperti halnya yang

terjadi pada tubuh parlemen Indonesia saat ini, para pejabat wakil

rakyat yang dipercaya oleh rakyatnya untuk mengayomi dan

menampung aspirasi rakyat, malah bertindak khiyanat mereka sesuka

hatinya duduk-duduk santai dikantor yang mewah serta mengambil

hak yang bukan miliknya (korupsi). Jika hal ini terus berlanjut niscaya

bangsa Indonesia akan hancur. Oleh karena itu “Wahai para pejabat

yang korupsi selayaknya engkau sadar sebelum maut menjemputmu

dan takutlah kepada Allah SWT akan siksanya yang amat pedih”.

3. Strategi pembinaan karakter, perlu didukung oleh tiga pilar, yaitu

lingkungan keluarga (orang tua), sekolah dan lingkungan. Pendidikan

karakter dimulai dari lingkungan keluarga, oleh karena itu lingkungan

inilah yang pertama kali dikenal oleh seseorang sejak ia lahir.

Lingkungan keluarga sangat berpengaruh karena merupakan dasar dari

pembentukan karakter seseorang. Selanjutnya lingkungan tempat

tinggal, lingkungan pergaulan dan lingkungan sekolah.

4. Untuk mengetahui pendidikan karakter perspektif surat Ash-Shaff ayat

2-3 memerlukan metode tafsir tahlily dan metode tafsir al-maudlu’i.

Untuk itu sebaiknya dalam mengkaji ayat tersebut perlu mengadakan

Page 81: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

71

penyelidikan berbagai literartur tafsir untuk mengkomparasikannya

kemudian menyimpulkannya.

5. Penulis meyakini kebenaran mutlak hanya milik Allah, maka skripsi

ini adalah karya yang banyak dipengaruhi oleh pikiran manusia,

sementara manusia memiliki keterbatasan dan kelemahan, namun

semua ini harapan penulis menjadikan skripsi sebagai dialog

intelektual dalam dunia pendidikan, sebuah usaha tidak ada “ruginya”,

sebuah kerugian adalah “tidak adanya usaha”, yang menghantarkan

pada penyesalan dan kemunduran.

C. Penutup

Dengan berakhirnya skripsi ini penulis memanjatkansyukur

kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kekuatan, kenikmatan,

hidayah dan pertolongan-Nya pada penulis, sehingga dapat mengerjakan

dan menyelesaikan penulisan skripsi ini, walaupun masih banyak

kekurangan di sana-sini. Sekali lagi penulis mengucapkan rasa syukur

kehadirat-Nya, karena berkat pertolongan-Nya skripsi yang berjudul

“Pendidikan Karakter Perspektif Surat Ash-Shaff Ayat 2-3”, dapat penulis

selesaikan.

Selanjutnya limpahan rahmat dan salam semoga mengalir

kepangkuan Rasulullah saw. yang telah memberikan bimbingan kepada

kita jalan kebenaran menuju kebahagiaan dunia akhirat melalui Al-Quran

dan sunnahnya, begitu pula para shahabat dan keluarganya beliau nabi

Muhammad saw.

Harapan penulis, semoga semua pihak yang telah membantu

penulis dalam penyelesaian skripsi ini, menjadikan amal yang baik dan

mendapatkan balasan kebaikan di sisi Allah SWT. Amin.

Page 82: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abdul, Ramli, Wahib, Ulumul Qur’an I, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.

Abdullah, Amin, http://aminabdullah.wordpress.com/pendidikan-karakter-mengasah-

kepekaan-hati-nurani/ 29 Juli 2011

Abdur, Fadlol, Rahman, dkk., Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Al-Jumanatul Ali,

2005.

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005

Agung, Iskandar dan Nadirah Rumtini, Pendidikan Membangun Karakter Bangsa, Jakarta:

Bestari Buana Murni, 2011

Al-Bukhari, Imam Abdullah bin Ismail, Shahih Bukhari Juz 1, Beirut: Darul Fikri, 1981

Al-Nashr, M. Sofyan, Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal, Skripsi Semarang:

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2010.

Amanah, H. St. Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Semarang: Cv. Asy-Syifa, 1993

Anwar dan Arsyad Ahmad, Pendidikan Anak Usia Dini, Bandung: Alfabeta, 2009

Arikunto, Suharsimi, Prosedur penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 1991.

Arroyani, Farida, Majalah Edukasi, IAIN Walisongo Semarang, 2009, Edisi: XXXIX

As-Suyuthi, Jalaluddin, Asbabun Nuzul Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an; Penerjemah; Tim

Abdul Hayyie, Jakarta: Gema Insani, 2008.

Azizy, Qodri, Membangun Integritas Bangsa, Jakarta: Renaisan, 2004

Buchori, Muchtar, Pendidikan Antisipatoris, Yogyakarta: Kanisius, 2001

Djalal, Abdul, Ulumul Qur’an I, Surabaya: Dunia Cinta, 2001.

Djatnika, Rahmat, Sistem Etika Islam, Jakarta: Panjimas, 1992

E. Mulyasa, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010

Fihris, Pendidikan Karakter di Madrasah Salafiyah, Semarang. IAIN Walisongo Semarang,

2010

Hadi, Sutrisno, metodologi Research, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2001.

Hafidz, Hasan, Dasar-dasar Pendidikan dan Ilmu Jiwa, Ramadhani, Solo, 1989

Hajar, Ibnu, Dasar-Dasar Metode Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, Jakarta:

Grafindo Persada, 1996.

Harahap, Syahrin, Islam Dinamis, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1997.

Hayy al-Farmawi, Abdul, Metode Tafsir Maudlu’i dan Cara Penerapannya, terj. Rosihon

Anwar, Bandung: CV Pustaka Setia, 2002.

Page 83: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

Hidayat, Ara & Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Educa, 2010

Http://al-atsariyyah.com/ciri-ciri-orang-munafik.html, 5 November 2011

Http://berita.upi.edu/2011/05/31/peran-nilai-pesantren-dalam-pendidikan-karakter/ 2

Oktober 2011

Http://books.google.co.id/books?id=Setelah+krisis+ekonomi+dan+reformasi+tahun+1998,

2 September 2011

Http://pdf.Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter, puskurbuk, p4tk-bispar.net./43-

pedoman-pelaksanaan-pendidikan-karakter.html

Http://www.tempo.co/hg/kolom/- Pendidikan (Bukan-mata-pelajaran) Karakter. html-, 27

September 2011

Jamil, Surat Kabar Mahasiswa AMANAT, IAIN Walisongo Semarang: Edisi 116/Juli 2011

Jawa Pos, Jawa Tengah: 14 Juli 2011

Juwaini, Jazuli, http://www.google.co.id/Pendidikan yang bertujuan melahirkan insan

cerdas dan berkarakter kuat, 7 Oktober 2011

Khan, D. Yahya, Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri, Yogyakarta: Pelangi

Publishing, 2010.

Koesoema A., Doni, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik anak di Zaman Global, Jakarta:

Grafindo, 2010, cet. II

Mas’ud, Abdurrahman, Dikotomi Ilmu Agama dan Non Agama, Semarang: IAIN

Walisongo,1999.

_______, Menggagas pendidikan non dikotomik, Yogyakarta: Gama Media, 2002

Mu’in, Fatchul, Pendidikan Karakter Konstruksi Teoritik dan Praktik, Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media, 2011

Mudzhar, M. Atho, dkk., Al-Quran dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan), Jakarta:

Lentera Abadi, 2010

Muhammad, Teungku, Hasbi Ash-Shaddiqie, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Semarang: PT Pustaka

Rizki Putra, 2002, Cet.II

_______, Tafsir Al Bayan, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002

_______, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2003),

Cet.II.

Mursid, Kurikulum dan pendidikan Anak Usia Dini, Semarang: Akfi Media, 2009

_______, Manajemen Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini, Semarang: Akfi Media, 2009

Muslich, Masnur, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,

Jakarta: Bumi Aksara, 2011

Page 84: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

Mustafa, Ahmad, Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, penerjemah: bahrun Abu Bakar, dkk,

Semarang: PT Karya Toha Putra, cet II, 1993, Juz XXVIII.

Najati, M. Ustman, Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, Bandung: Perpustakaan Salman Institut

Teknologi Bandung, 1985

Nurdin, Muslim, dkk., Moral dan Kognisi Islam, Bandung: Alfabeta, 1993.

Prasetyo, Agus & Emusti Rivasintha, http://edukasi.kompasiana.com/konsep-urgensi-dan-

implementasi-pendidikan-karakter-di-sekolah/ 29 September 2011

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2005.

Razak, Nasruddin, Dienul Islam, Bandung: Al-Ma’arif, 1989

Rozikin, Aplikasi Konsep Sabar Menurut Al-Qur’an Surat Ali Imran Ayat 200 Dalam

Pendidikan Islam, Skripsi, Semarang: fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang, 2009

Santoso, Ananda dan S. Priyanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Kartika,

1995

Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu, Bandung: Mizan,

1996

_______, dkk., Al-Quran dan Terjemahnya (Al Bayan), Semarang: CV Asy- Syifa’.

_______, dkk, Sejarah dan Ulum Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999.

_______, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera hati,

2002, Volum.14

Suara Merdeka, Jawa Tengah, 25 Juli 2011.

Sudarto, Metode Penelitian Filsafat, Jakarta: Rajawali Press, 1996.

Sudrajat, Akhmad, Konsep Pendidikan Karakter. Error! Hyperlink reference not valid. Juli

2011]

Sulhan, Najib, Pendidikan Berbasis Karakter, Surabaya: PT JePe Press Media Utama, 2010

Syadzaly, Ahmad, Ulumul Qur’an, Bandung: Pustaka Setia, 1997.

Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

Balai pustaka, 1998

Tuangku, Supriadi, Sinaro, http://ceramahsantri.blogspot.com/2011/08/tanda-tanda-orang-

munafik.html, 5 November 2011

Undang-Undang SISDIKNAS (UU RI No 20 Th. 2003), Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

Warta Jateng, Jawa Tengah: 10 September 2011

Wawasan, Jawa Tengah, 8 Januari 2011

Page 85: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

Ya’kub, Hamzah, Etika Islam, Bandung: Diponegoro, 1993

Yamin, Martinis, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, Jakarta: Gaung Persada

Press, 2007

Yunus, Mahmud, Tafsir Qur’an Karim, Jakarta: PT Hidakarya Agung, 2004.

Page 86: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF SURAT ASH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · SURAT ASH-SHAFF AYAT 2-3 SKRIPSI ... INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

1. Nama Lengkap : Junardi

2. Tempat & Tgl. Lahir : Kendal, 5 Desember 1986

3. NIM : 073111099

4. Alamat Rumah : Desa Pesawahan Rt. 02 Rw. 03, Kec. Pegandon

Kab. Kendal

Kode Pos 51357

B. Riwayat Pendidikan

1. Pendidikan Formal

a. SD Sumbersari 3 Ngampel Kendal, Lulus Tahun 1999

b. SMP N 1 Pegandon Kendal, Lulus Tahun 2002

c. SMK Bhinneka Patebon Kendal, Lulus Tahun 2005

2. Pendidikan Non- Formal

a. MDA “Mambaul Huda” Sumbersari Pegandon Kendal

b. PONPES Roudlotut Tholibin Pegandon Kendal

c. PONPES Nurul Huda Mangkang Semarang

Semarang, 12 November 2011

Junardi

NIM.073111099