13
Sukatman, dkk. Pendidikan Karakter Nasionalis-Religius.... Jurnal Belajar Bahasa, ISSN 2502-5864, E-ISSN 2503-0329 Volume 4, No. 1, Februari 2019 136 Halaman 136-148 PENDIDIKAN KARAKTER NASIONALIS-RELIGIUS BAGI MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DI UNIVERSITAS JEMBER STUDI KASUS Sukatman, Furoidatul Husniah, Akhmad Taufiq, Endang Sri Widayati, Anita Widjajanti, Siswanto, dan Fitri Nura Murti. Universitas Jember [email protected]; [email protected]; [email protected]; [email protected]; [email protected]; [email protected] Diterima: 27 November 2018 Publikasi: 27 Februari 2019 DOI: http://dx.doi.org/10.32528/bb.v4i1.1872 ABSTRAK Penguatan ketahanan nasional dapat dilakukan dengan pembinaan mental- ideologi kebangsaan. Kegiatan tersebut mendesak untuk dilakukan karena di Indonesia marak semangat mikro-etnis nasionlisme dan ideologi fundamentalis anti Pancasila yang berpoteni memecah belah negara. Salah satu upaya penguatan ketahan nasional itu adalah pendidikan karakter nasionalis-religius. Pendidikan tersebut menjadi tanggung jawab lembaga-lembaga pendidikan, termasuk perguruan tinggi. Kajian ini memaparkan upaya pendidikan karakter nasionalis- religius pada program studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Penelitian dilaksanakan dengan rancangan kualitatif dengan menggunakan pendekatan multidisipliner yakni pendidikan, kebudayaan, ketahanan nasioanal. Sasaran penelitian berupa pendidikan karakter nasionali-religius pada program studi pendidikan bahasa Indonesia di Universitas Jember. Data dialisis dengan menggunakan metode kualitatif-multidipliner. Hasil penelitian menunjukkan pendidikan karakter nasionalis-religius untuk mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Jember terdapat pada (1) rencana pembelajaran yaitu pada (a) standard pembelajaran karakter, (b) “learning outcome” program studi, dan (c) silabus matakuliah, (2) materi ajar, dan (3) proses pembelajaran. Sementara, evaluasi pembelajaran masih kurang menekankan pendidikan karakter nasionalis-religius. Masih terdapat mahasiswa yang cenderung “coba-coba atheis” 0,025% dan cenderung religius-radikal 1%. Untuk mengatasi hal negatif tersebut mahasiswa, program studi, dan universitas perlu bekerjasama secara terpadu. Kata Kunci: mahasiswa, pendidikan karakter, nasionalisme-religius ABSTRACT National character education for the young generation of Indonesia is urgent to do because of the rise of the national micro-ethnic spirit and the anti-Pancasila fundamentalist ideology that can divide the country. National-religious character education is the responsibility of educational institutions, including universities. This study aims to explain the efforts of the Indonesian Language Education study program to instill nationalist-religious character. The research was conducted with a qualitative- multidisciplinary design. The research target was national-religious character education in the Indonesian language education program at the University of Jember. Data were analyzed using interactive flow models. The results of the study show that national- religious character education for students is in the learning plan on the elements of character learning standards, study program learning outcomes,

PENDIDIKAN KARAKTER NASIONALIS-RELIGIUS BAGI …

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENDIDIKAN KARAKTER NASIONALIS-RELIGIUS BAGI …

Sukatman, dkk. Pendidikan Karakter Nasionalis-Religius.... Jurnal Belajar Bahasa, ISSN 2502-5864, E-ISSN 2503-0329 Volume 4, No. 1, Februari 2019

136

Halaman 136-148

PENDIDIKAN KARAKTER NASIONALIS-RELIGIUS BAGI MAHASISWA PENDIDIKAN

BAHASA INDONESIA DI UNIVERSITAS JEMBER STUDI KASUS

Sukatman, Furoidatul Husniah, Akhmad Taufiq, Endang Sri Widayati, Anita Widjajanti,

Siswanto, dan Fitri Nura Murti.

Universitas Jember

[email protected]; [email protected]; [email protected];

[email protected]; [email protected]; [email protected]

Diterima: 27 November 2018 Publikasi: 27 Februari 2019

DOI: http://dx.doi.org/10.32528/bb.v4i1.1872

ABSTRAK

Penguatan ketahanan nasional dapat dilakukan dengan pembinaan mental-ideologi kebangsaan. Kegiatan tersebut mendesak untuk dilakukan karena di Indonesia marak semangat mikro-etnis nasionlisme dan ideologi fundamentalis anti Pancasila yang berpoteni memecah belah negara. Salah satu upaya penguatan ketahan nasional itu adalah pendidikan karakter nasionalis-religius. Pendidikan tersebut menjadi tanggung jawab lembaga-lembaga pendidikan, termasuk perguruan tinggi. Kajian ini memaparkan upaya pendidikan karakter nasionalis-religius pada program studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Penelitian dilaksanakan dengan rancangan kualitatif dengan menggunakan pendekatan multidisipliner yakni pendidikan, kebudayaan, ketahanan nasioanal. Sasaran penelitian berupa pendidikan karakter nasionali-religius pada program studi pendidikan bahasa Indonesia di Universitas Jember. Data dialisis dengan menggunakan metode kualitatif-multidipliner. Hasil penelitian menunjukkan pendidikan karakter nasionalis-religius untuk mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Jember terdapat pada (1) rencana pembelajaran yaitu pada (a) standard pembelajaran karakter, (b) “learning outcome” program studi, dan (c) silabus matakuliah, (2) materi ajar, dan (3) proses pembelajaran. Sementara, evaluasi pembelajaran masih kurang menekankan pendidikan karakter nasionalis-religius. Masih terdapat mahasiswa yang cenderung “coba-coba atheis” 0,025% dan cenderung religius-radikal 1%. Untuk mengatasi hal negatif tersebut mahasiswa, program studi, dan universitas perlu bekerjasama secara terpadu.

Kata Kunci: mahasiswa, pendidikan karakter, nasionalisme-religius

ABSTRACT

National character education for the young generation of Indonesia is urgent to do because of the rise of the national micro-ethnic spirit and the anti-Pancasila fundamentalist ideology that can divide the country. National-religious character education is the responsibility of educational institutions, including universities. This study aims to explain the efforts of the Indonesian Language Education study program to instill nationalist-religious character. The research was conducted with a qualitative- multidisciplinary design. The research target was national-religious character education in the Indonesian language education program at the University of Jember. Data were analyzed using interactive flow models. The results of the study show that national- religious character education for students is in the learning plan on the elements of character learning standards, study program learning outcomes,

Page 2: PENDIDIKAN KARAKTER NASIONALIS-RELIGIUS BAGI …

Sukatman, dkk. Pendidikan Karakter Nasionalis-Religius.... Jurnal Belajar Bahasa, ISSN 2502-5864, E-ISSN 2503-0329 Volume 4, No. 1, Februari 2019

137

Halaman 136-148

and course syllabus. The content of religious-nationalist characters is also found in teaching material and the learning process. In the evaluation section, learning still lacks emphasis on religious-nationalist character education. There are students who tend to "try atheists"

0.025% and those who tend to be religious-Islamic radical 1%. To overcome this negative problem, students, study programs and universities need to collaborate in an integrated manner.

Key word: student, character education, nasionalisme-religius

1. PENDAHULUAN

Penguatan ketahanan nasional

dapat dilakukan dengan pembinaan

mental-ideologi kebangsaan,

penataan lembaga kenegaraan yang

sesuai dengan UUD 1945, penataan

infrastruktur politik yang sesuai

dengan koridor kebangsaan,

pengembangan sumber Daya Manusia,

dan pemerataan pembangunan ke

seluruh wilayah Indonesia. Pembinaan

mental ideologi kebangsaan mendesak

untuk dilakukan di Indonesia karena

munculnya persaingan antarbangsa,

menyebarnya ideologi bangsa lain

yang bertentangan dengan sistem

kenegaraan Indonesia, maraknya

semangat mikro- etnis nasionlisme

yang berpoteni memecah belah

negara, dan berkembangnya ideologi

fundamentalis anti Pancasila yang

mengancam persatuan bangsa.

Masih segar dalam memori

bangsa Indonesia tentang adanya

Gerakan Aceh Merdeka, Organisasi

Papua Merdeka, lepasnya Timor

Timor dari Indonesia, kasus Poso di

Sulawesi, dan organisasi ekstrem

kanan yang anti Pancasila. Peledakan

fasilitas ibadah, hotel, dan gedung

kepolisian oleh teroris membuktikan

bahwa radikalisme betul- betul

mengancam ketahanan negara.

Penelitian Badan Intelijen Negara

(2017) mengungkap 39% mahasiswa

Indonesia terpapar faham radikal

(Liputan6.com 29 April 2018). Ini

sebuah fakta yang membahayakan

bagi keberlangsungan negara

Indonesia.

Permasalah yang muncul terkait

ketahanan ideologi di Indonesia ada

dua kelompok besar. Pertama, rasa

nasionalisme cenderung membelok ke

atheisme yang bertentangan dengan

sila Ketuhanan Yang Mahaesa, seperti

gerakan komunisme seperti PKI.

Walaupun kelompok ini cinta

Indonesia tetapi fahamnya anti agama

sehingga bertentangan dengan

Pancasila. Kelompok ini berfaham

nasionalis-atheis. Kedua, rasa

keagamaan yang kuat pada kelompok

agama Islam akan tetapi ada

kecenderungan mengganti Pancasila,

seperti gerakan Negara Islam

Indonesia. Gerakan ini mengancam

persatuan bangsa karena kelompok

agama lain merasa dikesampingkan.

Kelompok ini berfaham religius-

radikal. Dua faham di atas banyak

memunculkan masalah dan idealnya

bangsa Indonesia berpikiran

nasionalis-religius atau religius-

nasionalis.

Pendidikan karakter

nasionalis-religius menjadi tanggung

jawab lembaga pendidikan, termasuk

Page 3: PENDIDIKAN KARAKTER NASIONALIS-RELIGIUS BAGI …

Sukatman, dkk. Pendidikan Karakter Nasionalis-Religius.... Jurnal Belajar Bahasa, ISSN 2502-5864, E-ISSN 2503-0329 Volume 4, No. 1, Februari 2019

138

Halaman 136-148

perguruan tinggi. Salah satu upaya

yang dapat dilakukan untuk

membangun ketahanan nasional pada

bidang mental-ideologi adalah

pendidikan karakter kebangsaan di

sekolah dasar sampai perguruan

tinggi. Upaya ini telah lama

dilakukan, akan tetapi hasilnya masih

belum maksimal.

Kajian ini berupaya memaparkan

gambaran pendidikan karakter

nasionalis- religius atau religius-

nasionalis yang bagi mahasiswa

Program Pendidikan Bahasa Indonesia

di Universitas Jember. Kajian ini

berfokus pada rencana pembelajaran,

materi ajar, proses, dan evaluasi

pembelajaran. Hasil kajian ini

diharapkan dapat bermanfaat untuk

refleksi pendidikan, khususnya untuk

meningkatkan kualitas pendidikan

karakter di perguruan tinggi.

Kajian Teori Sejarah, ideologi,

dan ketahanan nasional. Sejarah

merupakan peristiwa yang terjadi

pada masa lampau dan menjadi

pengalaman yang kemudian dipelajari

agar memperoleh manfaat bagi

kehidupan sekarang dan mendatang.

Dengan belajar sejarah, manusia akan

memperoleh nilai positif yang perlu

diteruskan dan dikembangkan,

sedangkan nilai negatif ditinggalkan

untuk menentukan arah generasi

sekarang dan mendatang dalam

membangun negaranya. Sejarah bukan

sekedar masa lalu karena sejarah

memiliki kesinambungan antara masa

lalu, sekarang, dan masa yang datang.

Sejarah dipahami sebagai masa

lampau yang belum selesai. Sejarah

menekankan aspek kelampauan,

tetapi memiliki pengaruh untuk

perbaikan masa depan yang lebih baik.

Menurut Kartodirjo

sejarah mempunyai fungsi genetis dan

didaktik. Fungsi genetis maksudnya,

nilai-nilai luhur yang terdapat di dalam

setiap sejarah diwariskan secara turun

temurun agar dapat membentuk

watak generasi sesuai dengan harkat

dan martabatnya. Fungsi didaktik yaitu

nilai luhur yang terdapat pada sejarah

dapat digunakan untuk

mengembangkan seluruh potensi

generasi muda sehingga mampu

memberikan pelajaran hidup.

Optimalisasi fungsi sejarah

untuk pembangunan masa depan

memerlukan kesadaran sejarah.

Kesadaran sejarah akan menunjukkan

satu tingkat penghayatan bahwa masa

lalu merupakan tuntunan untuk

menghadapi masa kini dan

mendatang. Refleksi diri yang

berkesinambungan berdasarkan

kesadaran sejarah menjadi sangat

penting, karena kesadaran sejarah

merupakan orientasi intelektual dan

sikap jiwa untuk memahami

kepribadian nasional secara tepat

(Soedjatmoko, 1986:66-67).

Usaha untuk mencapai kesadaran

sejarah perlu dilakukan terus menerus

agar ”pemitosan” dan penggiringan

sejarah untuk kepentingan pribadi

atau kelompok tidak terjadi. Karena itu

perlu diciptakan kondisi yang kondusif

untuk mendorong proses belajar dari

sejarah secara benar. Karena setiap

generasi menghadapi tuntutan zaman

Page 4: PENDIDIKAN KARAKTER NASIONALIS-RELIGIUS BAGI …

Sukatman, dkk. Pendidikan Karakter Nasionalis-Religius.... Jurnal Belajar Bahasa, ISSN 2502-5864, E-ISSN 2503-0329 Volume 4, No. 1, Februari 2019

139

Halaman 136-148

yang berbeda, maka proses

pemaknaan sejarah bagi generasi baru

perlu adanya pewarisan (Widja,

2002:10-11).

Pewarisan ideologi dalam

kontek negara bangsa sama halnya

dengan pewarisan nilai budaya

bangsa. Pewarisan nilai budaya dalam

menjaga eksistensi bangsa dan

negara penting, karena nilai atau

ideologi adalah salah satu faktor

terciptanya ketahanan

nasional.

Pembinaan ideologi dilakukan

untuk mencapai kekuatan nasional

yang dilakukan secara menyeluruh dan

integral dalam berbagai aspek

kehidupan, yaitu ideologi, politik,

ekonomi, sosial budaya dan hankam.

Pembinaan ideologi dilakukan sebagai

prioritas dalam ketahanan nasional.

Ketahanan nasional adalah

kondisi dinamis Indonesia yang berisi

keuletan dan ketangguhan kekuatan

nasional dalam menghadapi serta

mengatasi segala tantangan,

ancaman, hambatan dan gangguan

yang datang dari luar maupun dari

dalam, secara langsung atau tidak

langsung membahayakan kehidupan

bangsa Indonesia (Pidato Kenegaran

Presiden 16 Agustus 1975). Untuk

mewujudkan ketahanan sosial budaya

warga negara Indonesia memerlukan

kehidupan yang (a) beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, (b) rukun, bersatu, dan cinta

tanah air, (c) maju dan sejahtera

dalam kehidupan yang serba selaras,

(d) serasi dan seimbang serta mampu

menangkal penetrasi budaya asing

yang tidak sesuai dengan kebudayaan

nasional.

Kearifan lokal berfungsi sebagai

pencegah konflik sosial dan

kenegaraan yang memperkuat

ketahanan nasional. Setiap

kebudayaan daerah mengandung

kearifan lokal yang berfugsi untuk

menetralkan pengaruh negatif budaya

asing. Kebudayaan nasional

merupakan hasil interaksi antara

budaya daerah dengan budaya asing

yang kemudian diterima sebagai nilai

bersama seluruh bangsa. Interaksi

budaya sebaiknya berjalan secara

wajar dan alamiah tanp unsur paksaan

dan dominasi budaya terhadap

budaya lainnya (Kayudha,2013).

Pembangunan nasional dalam

konteks menuju masyarakat madani

dapat menggunakan ukuran sebagai

berikut. Terpeliharanya eksistensi

agama atau ajaran-ajaran yang ada

dalam masyarakat. Terjaminnya

keamanan, ketertiban, dan

keselamatan. Tegaknya kebebasan

berpikir yang jernih dan sehat.

Terbangunnya situasi kekeluargaan

yang tenang dan tenteram dengan

penuh tenggang rasa. Terbangunnya

kondisi daerah yang demokratis,

santun, dan bermoral tinggi.

Terbangunnya kesejahteaan sosial

ekonomi masyarakat (Puguh, 2009).

Dari beberapa konsep

tentang kesejarahan, ideologi dan

ketahanan nasional di atas, dapat

dipahami bahwa pelestarian nilai

budaya dan pemertahanan identitas

nasional berdasarkan kearifan lokal

dapat digunakan sebagai landasan

Page 5: PENDIDIKAN KARAKTER NASIONALIS-RELIGIUS BAGI …

Sukatman, dkk. Pendidikan Karakter Nasionalis-Religius.... Jurnal Belajar Bahasa, ISSN 2502-5864, E-ISSN 2503-0329 Volume 4, No. 1, Februari 2019

140

Halaman 136-148

pembangunan ketahanan nasional

dalam bidang budaya yang menjadi

perekat integrasi NKRI. Kearifan lokal

merupakan filter yang mengadaptasi

dan mengeliminasi nilai-nilai negatif

yang tidak sesuai dengan budaya

bangsa. Harapannya jati diri bangsa

tidak melemah dan hilang di

tengah arus budaya global yang

terus dipaparkan lewat berbagai cara

dan media.

Pendidikan karakter

nasionalis-religius atau religius-

nasionalis merupakan upaya

membangun ketahanan nasional pada

bidang ideologi dan budaya pada

umumnya. Kerangka Kualitas Nasional

Indonesia yang diundangkan oleh

pemerintah Republik Indonesia

menjadi standard karakter setiap

lulusan perguruan tinggi. Pedoman itu

telah dibakukan secara jelas dalam

Peraturan Presiden RI No 8 tahun

2012 (Presiden RI, 2012). Enam

karakter umum tersebut mencakup

hal-hal sebagai berikut. (1) Bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa. (2)

Memiliki moral, etika dan kepribadian

yang baik di dalam menyelesaikan

tugasnya. (3) Berperan sebagai warga

negara yang bangga dan cinta tanah

air serta mendukung perdamaian

dunia. (4) Mampu bekerja sama dan

memiliki kepekaan sosial dan

kepedulian yang tinggi terhadap

masyarakat dan lingkungannya. (5)

Menghargai keanekaragaman budaya,

pandangan, kepercayaan, dan

agama serta pendapat/temuan

original orang lain. (6) Menjunjung

tinggi penegakan hukum serta

memiliki semangat untuk

mendahulukan kepentingan bangsa

serta masyarakat luas.

Pendidikan tidak hanya

membentuk insan Indonesia yang

cerdas, tetapi juga menciptakan

manusia yang berkepribadian atau

berkarakter, sehingga akan lahir

generasi bangsa yang tumbuh

berkembang dengan karakter luhur

bangsa, cinta tanah air, dan cinta

agama. Pikiran ini selaras dengan

Lickona (2013:3-36) bahwa pendidikan

bukan hanya membuat anak cerdas

tetapi juga bermoral dan berkelakuan

baik. Enam nilai karakter kebaikan

tersebut dalam pembahasan ini

dirangkum dalam tema “pendidikan

karakter nasionalis-religius”.

Karakter nasionalis merupakan

cara berpikir, bersikap, dan berbuat

yang menunjukkan kesetiaan,

kepedulian, dan penghargaan yang

tinggi terhadap bahasa, lingkungan

fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik

bangsa, dan menempatkan

kepentingan negara di atas

kepentingan diri dan kelompoknya.

Sikap nasionalis ditunjukkan melalui

sikap apresiasi budaya bangsa sendiri,

menjaga kekayaan budaya bangsa, rela

berkorban, unggul, dan berprestasi,

cinta tanah air, menjaga lingkungan,

taat hukum, disiplin, menghormati

keragaman budaya, suku, dan agama.

Karakter religius mencerminkan

keberimanan terhadap Tuhan yang

Maha Esa. Karakter ini diwujudkan

dalam perilaku (a) melaksanakan

ajaran agama dan kepercayaan yang

dianut, (b) menghargai perbedaan

agama, (c) menjunjung tinggi sikap

Page 6: PENDIDIKAN KARAKTER NASIONALIS-RELIGIUS BAGI …

Sukatman, dkk. Pendidikan Karakter Nasionalis-Religius.... Jurnal Belajar Bahasa, ISSN 2502-5864, E-ISSN 2503-0329 Volume 4, No. 1, Februari 2019

141

Halaman 136-148

toleran terhadap pelaksanaan ibadah

agama dan kepercayaan lain, dan (d)

hidup rukun dan damai dengan

pemeluk agama lain. Implementasi

nilai karakter religius ini ditunjukkan

dalam sikap cinta damai, toleransi,

menghargai perbedaan agama dan

kepercayaan, teguh pendirian,

percaya diri, kerja sama antar pemeluk

agama dan kepercayaan, anti

perundungan dan kekerasan,

persahabatan, ketulusan, mencintai

lingkungan, dan melindungi yang

kecil dan tersisih, dan tidak

memaksakan kehendak. Misalnya,

tidak memaksa diri untuk mengganti

Pancasila.

Karakter nasionalis-religius

merupakan cara berpikir bersikap dan

berbuat yang menunjukkan

kesetiaan, kepeduliaan, dan

penghargaan yang tinggi, terhadap

bahasa, lingkungan fisik, sosial

budaya, ekonomi dan politik bangsa,

menempatkan kepentingan bangsa

dan negara di atas kepentingan diri

dan kelompoknya. Sikap

nasionalisme-religius merupakan

perpaduan antara semangat

nasionalisme dan keberagamaan.

Pancasila dan ketuhanan sama sekali

tidak berbenturan. Keduanya saling

mengisi melahirkan kekuatan yang

lebih yakni nasionalisme yang

beragama dan semangat beragama

yang nasionalis. Melalui sikap

nasionalisme-religius, persatuan dan

kesatuan bangsa menjadi lebih kuat

dan kokoh.

Sastra merupakan

ekspresi pengalaman dan citra estetis

kehidupan manusia. Sastra

menawarkan sebuah model kehidupan

yang diidealkan. Religiusitas

merupakan ciri utama sastra itu

sendiri, karena sastra tumbuh dari hal

yang bersifat religius. Atmosuwito

(1989) menyatakan banyak sastra

cenderung religius, sehingga sastra

memiliki kandungan nilai moral dan

agama (Syi’aruddin, 2018:3-11).

Karya sastra bertema nasionalis-

religius perlu dijadikan bahan analisis

sekaligus media internalisasi karakter

bagi mahasiswa. Disadari atau tidak,

pembaca akan mencoba

mengembangkan karakter dirinya

setelah membaca karya sastra.

Pembaca akan menginternalisasikan

nilai yang terkandung dalam karya

sastra ke dalam dirinya. Oleh sebab

itu, perkuliahan sastra berpotensi

sebagai media penanaman karakter

nasionalis- religius.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan

rancangan kualitatif-multidisipliner.

Pendekatan penelitian ini mencakup

pendekatan kebudayaan, ketahanan

nasional, dan pembelajaran. Dari segi

metodologis, penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan metode

kualitatif (Miles dan Huberman, 1994).

Sasaran penelitian ini adalah

pendidikan karakter nasionalis-religius

pada program studi Pendidikan Bahasa

Indonesia Universitas Jember. Fokus

penelitian pendidikan karakter ini

berupa rencana pembelajaran, materi

pembelajaran, proses belajar-

Page 7: PENDIDIKAN KARAKTER NASIONALIS-RELIGIUS BAGI …

Sukatman, dkk. Pendidikan Karakter Nasionalis-Religius.... Jurnal Belajar Bahasa, ISSN 2502-5864, E-ISSN 2503-0329 Volume 4, No. 1, Februari 2019

142

Halaman 136-148

mengajar, dan evaluasi pembelajaran

pada era pelaksanaan kurikulum

berbasis kompetensi sesuai KKNI.

Data penelitian ini dikumpulan

dengan (a) metode dokumentasi, (b)

metode observasi, dan (c) metode

wawancara bebas-mendalam. Metode

dokumentasi (Bogdan dan

Biklen, 1982:97-100) digunakan

untu memperoleh dokumen berupa

kurikulum program studi, silabus

matakuliah, materi ajar, dan alat

evaluasi. Pelaksanaan metode

dokumentasi ini dibantu dengan

instrumen pemandu pengumpulan

dokumen. Metode observasi dilakukan

dengan bantuan panduan observasi

yang digunakan untuk menggali data

berupa informasi pelaksanaan

pembelajaran pendidikan karakter di

kelas perkuliahan. Pelaksanaan

observasi berpedoman pada

instrument panduan observasi.

Metode “indepth interview”

(Milies dan Huberman, 1994)

digunakan untuk menggali data

berupa (a) pelaksanaan pembelajaran

pendidikan karakter, (b) pelaksanaan

evaluasi pendidikan karakter, dan (c)

perilaku mahasiswa terkait rasa

nasionalisme- religius dalam

kehidupan sehari-hari dan bernegara

saat kuliah dan pasca kelulusan.

Pelaksanaan wawancara bebas-

mendalam dipandu oleh instrument

panduan wawancara sesuai saran

(Hunt, 2009) dengan modifikasi

seperlunya.

Analisis data kualitatif

penelitian ini menggunakan model

analisis interaktif Miles dan Huberman

(1994) yang tahapannya (1)

pengumpulan data, (2) reduksi data,

(3) penyajian data (temuan), (4)

penyimpulan dan verifikasi temuan.

Dalam kegiatan pengumpulan data

dilakukan pengumpulan dokumen,

observasi kelas, dan wawancara bebas

mendalam dengan mahasiswa dan

dosen. Dalam reduksi data dilakukan

pengkodean data, seleksi, dan

klasifikasi data. Dalam kegiatan

penyajian data dilakukan pembuatan

deskripsi karakter nasionalis-religius,

penjelasan dan diskusi kasus,

pembuatan abstraksi temuan, dan

pengembangan bentuk sajian temuan

dalam bentuk bagan, tabel, atau

gambar sesuai kebutuhan. Dalam

kegiatan penyimpulan dan verifikasi

dilakukan kegiatan merumuskan

temuan, mengecek validitas temuan

dengan dibantu oleh konsultan

pendidikan karakter, dan validasi

temuan dengan konsultan ketahanan

nasional. Pelaksanaan analisis data

berpedoman pada instrument

pemandu analisis data.

3. PEMBAHASAN

Pendidikan karakter nasionalis-

religius untuk mahasiswa Pendidikan

Bahasa Indonesia di Universitas

Jember terdapat pada rencana

pembelajaran yaitu pada unsur

standard pembelajaran karakter,

capaian pembelajaran, program studi,

dan silabus matakuliah. Muatan nilai

yang sama juga terdapat pada materi

ajar dan proses pembelajaran. Pada

bagian evaluasi pembelajaran masih

kurang menekankan pendidikan

karakter nasionalis-religius. Berikut ini

Page 8: PENDIDIKAN KARAKTER NASIONALIS-RELIGIUS BAGI …

Sukatman, dkk. Pendidikan Karakter Nasionalis-Religius.... Jurnal Belajar Bahasa, ISSN 2502-5864, E-ISSN 2503-0329 Volume 4, No. 1, Februari 2019

143

Halaman 136-148

dipaparkan hasil penelitian pendidikan

karakter tersebut.

Muatan Karakter Nasionalis-

religius dalam Rencana Pembelajaran

Penanaman karakter nasonalis-

religius tampak jelas dalam capaian

pembelajaran yang ada pada

kurikulum program studi. Karakter

tersebut dibangun dengan mengambil

langsung enam karakter umum lulusan

yang digariskan dalam Peraturan

Presiden Republik Indonesia Nomor 8

tahun 2012 tentang KKNI. Lulusan

program Pendidikan Bahasa

Indonesia S1 Universitas Jember

harus memenuhi syarat seperti

digambarkan dalam profil program

studi sebagai berikut. (1) Bertaqwa

kepada Tuhan Yang MahaEsa. (2)

Memiliki moral, etika dan

kepribadian yang baik di dalam

menyelesaikan tugasnya. (3) Berperan

sebagai warga negara yang bangga dan

cinta tanah air serta mendukung

perdamaian dunia. (4) Mampu bekerja

sama dan memiliki kepekaan sosial

dan kepedulian yang tinggi terhadap

masyarakat dan lingkungannya. (5)

Menghargai keanekaragaman budaya,

pandangan, kepercayaan, dan

agama serta pendapat/temuan

original orang lain. (6) Menjunjung

tinggi penegakan hukum serta

memiliki semangat untuk

mendahulukan kepentingan bangsa

serta masyarakat luas.

Paparan tentang karakter dalam

profil program studi menjiwai semua

matakuliah yang disajikan dalam

kurikulum prodi. Berangkat dari

pandangan tersebut, maka sejumlah

silabus matakuliah yang dibuat

oleh dosen program studi ada yang

tidak mencantumkan karakter

“Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa” karena dianggap redundansi,

sudah diperkuat dalam silabus

matakuliah Pendidikan Agama, dan

telah didukung dalam kegiatan ekstra

keagamaan tingkat fakultas dan

universitas. Selanjutnya, rencana

pendidikan karakter butir dua sampai

dengan enam (2--6) diterjemahkan

dalam butir-butir kompetensi yang

harus dikuasai oleh mahasiswa setiap

semester.

Penanaman karakter disiplin

dimunculkan dalam pedoman

persentase kehadiran. Misalnya,

mahasiswa boleh ikut ujian akhir

apabila memenuhi syarat kehadiran

minimal 75% dan dosen boleh menguji

apabila hadir 80%. Gambaran karakter

nasionalis-religius dalam rencana

pembelajaran Pendidikan Bahasa

Indonesia di Universitas Jember

dinyatakan secara eksplisit dan

implisit. Pernyataan secara eksplisit

maksudnya tertulis secara formal

dalam silabus matakuliah. Pernyataan

implisit maksudnya di dalam silabus

tidak dinyatakan secara formal tetapi

karakater nasinalis-religius tersebut

dipersepsi telah ada dengan

mengikuti profil karakter yang ada

pada kurikulum program studi.

Muatan Karakter Nasionalis-

religius dalam Materi Ajar Materi

pembelajaran Pendidikan Bahasa

Indonesia pada umumnya memupuk

rasa kebangsaan yang tinggi karena

berisi tentang penghargaan dan kajian

Page 9: PENDIDIKAN KARAKTER NASIONALIS-RELIGIUS BAGI …

Sukatman, dkk. Pendidikan Karakter Nasionalis-Religius.... Jurnal Belajar Bahasa, ISSN 2502-5864, E-ISSN 2503-0329 Volume 4, No. 1, Februari 2019

144

Halaman 136-148

bahasa dan sastra Indonesia. Dari

sejumlah materi matakuliah dapat

ditemukan (a) prosa dan puisi

Indonesia dan menulis kritik seni

berdasarkan pendekatan tertentu,

misalnya kritik pragmatik-religius; (b)

prosa dan drama Indonesia, misalnya

cerita Minak Jingga dan Calon Arang;

(c) sastra multikultural dalam

perspektif kultural dan agama; (d)

aspek kejiwaan tokoh dalam prosa

Indonesia dalam pandangan teori

psikologi umum, psikologi

analitis, psikologi sosial, dan psikologi

agama; (e) pengkajian sastra lisan dan

tradisi lisan berdasarkan teori

kebudayaan dan teologi sebagai

kekayaan budaya Nusantara; (f)

pembinaan dan pengembangan

Bahasa Indonesia sebagai bahasa

nasional dan bahasa negara sebagai

rasa syukur kepada Tuhan Yang

Mahaesa; (g) pengkajian aspek

linguistik, fonologi, morfologi,

sintaksis, semantik, wacana,

pragmatik Bahasa Indonesia; dan (h)

pengkajian teori-teori sastra

struktural, semiotika, resepsi sastra,

ekologi sastra, dan sastra Indonesia

sebagai salah satu warga sastra dunia.

Topik-topik kajian dalam

pembelajaran program studi secara

eksplisit memiliki muatan untuk

menguatkan karakter nasionalis-

religius. Materi seperti itu akan

mendorong pembelajaran yang sifat

dinamis sekaligus mengembangkan

rasa kebangsaan bagi mahasiswa

untuk semakin mencintai Indonesia.

Selanjutnya, rasa bangga akan bahasa

dan sastra Nusantara itu secara

eksplisit ataupun implisit mendorong

mahasiswa mensyukuri nikmat itu

kepada Tuhan, sehingga karakter

religius akan menguat dalam diri

mahasiswa. Dengan demikian karakter

nasionalis-religius akan terbentuk

pada diri mahasiswa.

Penanaman Karakter Nasionalis-

religius dalam Proses Pembelajaran

Internalisasi nilai nasionalis-religus ke

dalam diri mahasiswa terjadi

dalam proses pembelajaran dengan

menerapkan diskusi kelas, sarasehan,

bedah buku, praktik pementasan

drama, musikalisasi puisi, praktik

penelitian tradisi lisan ke lapangan,

dan praktik menulis sastra. Kegiatan

ini dilakukan dalam matakuliah

kesastraan seperti Apresiasi Drama,

Kritik Sastra, Teori Sastra, Sosiologi

Sastra, Psikologi Sastra, Tradisi Lisan

Indonesia, ekstrakurikuler dalam

lomba baca puisi, dan kegiatan budaya

berupa menulis puisi dan prosa.

Muatan Karakter Nasionalis-

religius dalam Evaluas Implementasi

pendidikan karakte nasionalis-religius

pada Program Pendidikan Bahasa

Indonesia di Universitas Jember amat

kuat pada substansi rencana

pembelajaran, materi, dan proses

pembelajaran. Penanaman karakter ini

belum kuat pada bagian penilaian.

Pembinaan karakter nasionalis dan

religius masih cenderung terpisah.

Penilaian karakater religius yang

menggambarkan ketakwaan kepada

Tuhan Yang Mahaesa sudah ada tetapi

tidak terpadu dengan rasa kebangsaan

atau nasionalisme (nasionalis-religius

Page 10: PENDIDIKAN KARAKTER NASIONALIS-RELIGIUS BAGI …

Sukatman, dkk. Pendidikan Karakter Nasionalis-Religius.... Jurnal Belajar Bahasa, ISSN 2502-5864, E-ISSN 2503-0329 Volume 4, No. 1, Februari 2019

145

Halaman 136-148

atau religius-nasionalis). Fakta yang

ada mengganti Pancasila dengan

ideologi lain. Pernah ditemukan

sat mahasiswa yang cenderung atheis

karena tidak simpati kepada Islam

karena keras. Menurut pengakuannya,

kalau dipaksa harus beragama ia

memilih Hindu, katanya lebih damai.

Akan tetapi ia tetap memilih atheis

dengan formalitas beragama Islam.

Setelah ditelusur ternyata perilaku itu

muncul karena dikhianati calon

suaminya. Ia patah hati karena

ditinggalkan tunangannya dan

terlanjur “berhubungan akrab dan

intim” dengan calon suaminya.

Setelah lulus anak ini konon bekerja

pada industri perbankan milik

pemerintah Cina di Indonesia. Anak

ini masuk dalam kategori faham

nasionalis yang cenderung atheis dan

mendesak untuk digeser ke paham

nasionalis-religius.

Karakter religius mahasiswa rata-

rata kuat, akan tetapi ada

kecenderungan dari 400 mahasiswa

ada 3—4 atau 1% mahasiswa yang

berideologi Negara Islam. Fakta ini

perlu disikapi dengan baik karena

1% ini bisa menular ke teman-

temannya lewat organisasi sosial-

keagamaan. Kelompok ini masuk

dalam kategori religius-radikal dan

mendesak untuk digeser menjadi ke

faham religius- nasionalis. Anak-anak

kategori ini masuk dalam organisasi

Islam-radikal yang telah dilarang oleh

pemerintah.

Penilaian karakter nasional

-religius secara terpadu sudah ada

tetapi relatif terbatas. Misalnya,

pada matakuliah tugas akhir berupa

skripsi. Saat ujian skripsi selesai, pada

bagian penutupan sidang, ketua

penguji menyampaikan masukan

kepada mahasiswa untuk (a) selalu

menjaga nama baik agama, (b) selalu

menjaga nama baik keluarga,

almamater, dan negara, dan (c)

bertindak lebih dewasa dan

profesional dalam menyelesaikan

segala persoalan sebagai cermin

kesarjanaannya. Saran dan evaluasi ini

disampaikan untuk seluruh mahasiswa

yang selesai ujian dan lebih

ditekankan pada mahasiswa yang

terindikasi radikal atau “coba-coba

atheis”. Pada contoh kasus ini penilai

karakter nasionalis- religius

dilaksanakan secara terpadu.

4. SIMPULAN DAN SARAN

Implementasi pendidikan

karakter nasionalisme-religius dalam

mata kuliah untuk mahasiswa

Pendidikan Bahasa Indonesia masih

terbatas pada rencana pembelajaran,

materi ajar, dan proses pembelajaran.

Pada bagian evaluasi hasil belajar, nilai

religius telah masuk dalam aspek

penilaian tetapi tidak terpadu

dengan nilai nasionalisme. Sebaliknya,

penilaian karakter nasionalis telah

dilakukan, tetapi tidak terpadu dengan

karakter religius.

Sekitar 1% mahasiswa pendidika

Bahasa Indonesia masih menganut

faham religius-Islam radikal, dan

sekitar 0,025 % mahasiswa berfaham

nasionalis-“coba- coba atheis” karena

frustrasi. Fakta ini mengabarkan

bahwa masih terdapat mahasiswa

yang nasionalis tetapi coba- coba

Page 11: PENDIDIKAN KARAKTER NASIONALIS-RELIGIUS BAGI …

Sukatman, dkk. Pendidikan Karakter Nasionalis-Religius.... Jurnal Belajar Bahasa, ISSN 2502-5864, E-ISSN 2503-0329 Volume 4, No. 1, Februari 2019

146

Halaman 136-148

atheis dan ada mahasiswa yang

religius tetapi radikal.

Agar dua gejala negatif tersebut

tidak berkembang perlu dilakukan

upaya-upaya khusus. Saran yang dapat

diberikan berdasarkan hasil kajian ini

adalah sebagai berikut. Sebaiknya

perangkat pembelajaran disiapkan

untuk memformulasikan pencapaian

karakter sampai tahap penilaiannya,

karena karakter nasionalis-religius

bukan hanya capaian pembelajaran

program studi tetapi juga capaian

pembelajaran institusional yakni

Universitas Jember. Semua matakuliah

baik kebahasaan, kesastraan, dan

pembelajaran bahasa dan sastra

Indonesia, sebaiknya lebih

menekankan pencapaian karakter

yang diwujudkan dalam sikap atau

perilaku nyata dalam kehidupan di

kampus dan masyarakat. Perlu

dibicarakan secara melembaga bahwa

karakter nasionalis -religius atau

religius-nasionalis menjadi syarat

ketat untuk lulus dari Universitas

Jember bagi setiap WNI sehingga tidak

ada alumni yang “coba-coba atheis”

atau religius-radikal.

DAFTAR RUJUKAN

Satata, S., Suswandari, D., &

Suhardjono, D. W. (2012).

Bahasa Indonesia; Untuk

Penulisan Akademik di

Perguruan Tinggi. Jakarta: Mitra

Wacana Media.

Suladi. (2014). Paragraf; Seri

Penyuluhan

Bahasa Indonesia. Jakarta: Badan

Pengembangan dan Pembinaan

Bahasa. Atmosuwito,

Subijantoro.1989. Perihal

Sastra dan Religiusitas dalam

Sastra. Bandung: Sinar baru BBC

News. 2018. “Masjid di

Lingkungan Pemerintah

Terpapar Radikalisme, 17

Masuk Kategori Parah” dalam

BBCNews 18 November 2018.

Dari bbc.com diakses 20

November 2018.

BIN.2017. “BIN: 39 Persen Mahasiswa

Terpapar Radikalisme” dalam

Liputan6.com 29 April 2018.

Diakses 5 November 2018.

Burhanudin, Nunu. 2015.

“Konstruksi Nasionalisme

Religius: Relasi Cinta dan Harga

Diri dalam Karya Hamka” dalam

EPISTEME’ : Jurnal

Pengembangan Ilmu

Keislaman. Vol. 10 No. 2

2015. http://ejournal.iain-

tulungagung.ac.id/index.php/e

pis/ article/ view/87

Detiknews. 2018. “BIN Jelaskan 41

Masjid Lingkungan

Pemerintah Terpapar

Radikalisme” dalam

Detiknews 18 November

2018. Dari detik.com

diakses 20 November 2018.

Daja, Soenarjati. 2000. Kritik Sastra

Feminis Sebuah Pengantar.

Jakarta : Gramedia Pustaka

Utama. Endraswara, Suwardi.

2003. Membaca, Menulis,

Page 12: PENDIDIKAN KARAKTER NASIONALIS-RELIGIUS BAGI …

Sukatman, dkk. Pendidikan Karakter Nasionalis-Religius.... Jurnal Belajar Bahasa, ISSN 2502-5864, E-ISSN 2503-0329 Volume 4, No. 1, Februari 2019

147

Halaman 136-148

Mengjarkan Sastra. Yogyakarta:

(PPGI) DIY.

Hunt, Marjorie. 2003. The Smithsonian

Folklife and Oral History

Interviewing Guide. Wasington

DC: The Smithsonian

Institutions.

Kayudha, 2013, Upaya Memajukan

Ketahanan Nasional di dalam

Aspek Sosial Budaya. Dalam

http://kayudha.blogspot.com/2

013/05 /cara-meningkatkan-

pertahanan- nasional.html

(Diakses 9 November 2018).

Kemendikbud. 2017.

“Penguatan Pendidikan

Karakter” dalam

https://www.kemdikbud.go.id/

main/b log/2017/07/

penguatan-pendidikan-

karakter-jadi-pintu-masuk-

pembenahan-pendidikan-

nasional. Diakses 17 Oktober

2018.

Kompas.com. 2018. “Dedi

Mulyadi

Usulkan Pemecatan PNS Anti-

Pancasila” dalam KOMPAS.com

di regional.kompas.com 19

November

2018. Diakses 20 November 2018.

Lickona, Thomas. 2015.

Ecucating For

Character (Mendidik untuk

Membentuk Karakter). Diterjemahkan

oleh Juma Abdu Wamaungo.

Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Miles, Matthew B. dan Huberman,

A.

Michael. 1994. Qualitative Data

Analysis. London: Sage Publications.

Presiden RI. 2012. Peraturan

Presiden Republik Indonesia

Nomor 8 Tahun 2012 Tentang

Kerangka Kualifikasi Nasional

Indonesia. Diundangkan di

Jakarta pada tanggal 17 Januari

2012 Menteri Hukum dan

Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia.

Puguh, D.R,. 2009.

Membangun Masyarakat

Madani Berbasis Kearifan Lokal.

http://komunitas.wikispaces.co

m/file/

view/ORMAS+KEAGAMAAN+DA

LAM+P

EMBERDAYAAN+POLITIK+MASY

ARAKA T+MADANI.pdf (Diakses

31 Desember 2009).

Republika.co.id. 2018. “Masjid

Radikal dan PNS Anti Pancasila,

Bansoet: Kecolongan” dalam

Republika.co.id 20 November

2018 diakses 20 November

2018.

Soedjatmoko. 1986. Dimensi Manusia

dalam Pembangunan. Jakarta:

LP3EST

Sukatman. 2009. Butir-butir Tradisi

Lisan Indonesia. Yogyakarta:

Penerbit LaksBang.

Syi’aruddin, Mohammad Anwar.

2018.

Page 13: PENDIDIKAN KARAKTER NASIONALIS-RELIGIUS BAGI …

Sukatman, dkk. Pendidikan Karakter Nasionalis-Religius.... Jurnal Belajar Bahasa, ISSN 2502-5864, E-ISSN 2503-0329 Volume 4, No. 1, Februari 2019

148

Halaman 136-148

Sastra dan Agama: Transformasi Nilai-

nilai Ajaran Islam dalam Karya

Sastra. Diakses 14 Desember

2018 dari

https://www.academia.edu/19

076476/Sastra_dan_Agama_Tr

ansformasi_Nilainilai_Ajaran_Is

lam_dalam_Karya_Sastr

a?auto=download.

Taufiq, Akhmad. 2017. Sastra Multi

Kultur: Konstruksi Identitas dan

Praktik Diskursif Negara dalam

Perkembangan Sastra

Indonesia. Malang: Penerbit

Beranda. Widja, I Gde. 2002.

Menuju Wajah Baru Pendidikan

Sejarah. Yogyakarta:

Lappera Pustaka

Utama.