57
i PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS ARKEOLOGI FOSIL BERDASARKAN DATA MAGNETIK DI SEKITAR MUSEUM MANUSIA PURBA SANGIRAN SRAGEN Skripsi Disusun sebagai satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Program Studi Fisika Oleh Siti Zulekho 4211411058 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015

PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

i

i

PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS ARKEOLOGI FOSIL

BERDASARKAN DATA MAGNETIK DI SEKITAR MUSEUM MANUSIA

PURBA SANGIRAN SRAGEN

Skripsi

Disusun sebagai satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains Program Studi Fisika

Oleh

Siti Zulekho

4211411058

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015

Page 2: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

ii

ii

Page 3: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

iii

iii

Page 4: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

iv

iv

Page 5: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

v

v

MOTTO

Sebaik-baik manusia adalah yang lebih memberi manfaat pada sesamanya.

Berfikir jernih akan membawa keberkahan hidup.

(Penulis)

Ojo Lali Sejomu Soko Omah

فعــتـقد لم ينــوقل من لم يتع ــبعته رفــسـفة حـــاذال

Seseorang pemuda akan ditinggikan derajatnya sesuai tekad kuat yang dimilikinya

dan setiap pemuda yang tidak memiliki tekad maka tidaklah ia menjadi orang yang

bermanfaat.

(Syekh Sarifudin Yahya Al-Imrithi)

Jika suatu amal tidak dilandasi keikhlasan maka tidak akan tambah kecuali kegelapan

di dalam hati, barang siapa yang berserah diri pada Allah maka Allah akan memihak

kepadanya.

(Kitab at tanbihat al wajibat hal: 59-60)

PERSEMBAHAN

Spesial untuk Ibu dan Bapak (alm), Kang Mip, Kang Sep, Kang Subhan,dan Bidah,

Segenap anggota keluarga besar Mbah Rapingi dan Mbah Muri,

Sahabat dan semua yang mendukung dalam penelitian ini

Page 6: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

vi

vi

PRAKATA

Bismillahirrohmanirrohim,

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-

Nya pada kita semua.Atas rahmat dan bimbingan-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Sholawat serta salam senantiasa

terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing dan

meluruskan umat manusia. Skripsi ini merupakan hasil studi pendugaan arkeologi

fosil di daerah Sangiran berdasarkan data magnetik.Penelitian dimaksudkan untuk

menambahkan informasi basis pendugaan arkeologi di Indonesia.

Penyusun skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan motivasi dari berbagai

pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Semarang

2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si. sebagai Dekan FMIPA Universitas Negeri

Semarang.

3. Dr. Khumaedi, M.Si. selaku ketua Jurusan Fisika.

4. Dr. Khumaedi, M.Si. dan Dr. Agus Yulianto, M.Si. selaku pembimbing

skripsi yang telah meluangkan waktu, nasehat, saran, dan motivasi selama

penyusunan skripsi.

5. Dr. Suharto Linuwih, M.Si. Selaku dosen penguji yang telah memberikan

saran kepada penulis

6. Dr. Isa Akhlis M.Si. selaku dosen wali yang telah membimbing dan

memberikan saran dalam perkuliahan.

7. Segenap Bapak dan Ibu Dosen, teknisi laboratorium, dan staf Jurusan Fisika

Universitas Negeri Semarang.

8. Bapak Sunaryo(alm), Ibu Siti Khuzaemah, Kakak dan Adikku yang telah

memberi dukungan, do’a, dan kesempatan penulis untuk belajar.

9. Segenap guru dan wali kelas penulis selama menempuh jenjang pendidikan,

serta KH. Irfan Aziz.

Page 7: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

vii

vii

Page 8: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

viii

viii

ABSTRAK

Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan

Data Magnetik Di sekitar Museum Manusia Purba Sangiran Sragen. Skripsi, Jurusan

Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Semarang. Pembimbing I, Dr. Khumaedi, M. Si. dan pembimbing II, Dr. Agus

Yulianto, M. Si.

Kata kunci: anomali magnetik, geomagnetik, fosil.

Situs arkeologi merupakan suatu peninggalan benda bersejarah masa lampau

yang memiliki nilai budaya yang perlu dilestarikan.Salah satunya adalah situs

manusia purba di Sangiran. Minimnya informasi bawah permukaan situs arkeologi

untuk membantu proses eskavasi arkeologi yang masih terkubur, salah satunya

dengan menggunakan metode magnetik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

respon anomali magnetik terhadap arkeologi fosil, intensitas magnet total dan posisi

fosil. Pengambilan data geomagnetik dilakukan pada koordinat UTM X 480000

sampai 486000 dan UTM Y 9175000 sampai 9179000. Pengambilan data dilakukan

menggunakan Proton Precession Magnetometer (PPM) model GSM-19T produk

GEM System dengan sensitivitas 0,05 nT, Global Positioning system (GPS), dan

kompas geologi. Data intensitas medan magnet total hasil pengukuran diolah dengan

melakukan koreksi harian, koreksi IGRF, kontinuasi ke atas, dan reduksi ke kutub.

Intensitas medan magnet total daerah penelitian berada pada rentang nilai 40.061 nT

sampai 48.177 nT. Hasil pengolahan data diperoleh anomali magnetik di daerah

penelitian dengan rentang -2.200 nT sampai 2.600 nT dan didominasi oleh nilai

anomali magnetik tinggi. Pola anomali magnetik tertinggi terletak pada titik

penelitian di atas singkapan arkeologi fosil.Arkeologi fosil ditemukan pada lapisan

tanah pasir kasar pada kedalaman 0-3 m pada formasi Pucangan.Anomali magnetik

tinggi pada daerah penelitian merupakan respon akibat kenaikan sifat kemagnetan

batuan terhadap lingkungan sekitar situs arkeologi Sangiran.

Page 9: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

ix

ix

ABSTRACT

Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan

Data Magnetik Di sekitar Museum Manusia Purba Sangiran Sragen. Skripsi, Jurusan

Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Semarang. Pembimbing I, Dr. Khumaedi, M. Si. dan pembimbing II, Dr. Agus

Yulianto, M. Si.

Key word: magnetic anomalous, geomagnetic, fossil.

The archeological siteis arelic ofhistorical objectsthathas cultural values that

need to be preserved. One of archeology that found is early man in Sangiran. The lack

of information about subsurface archaeological site stoassist the process of

archaeological excavation that is still buried, one using geomagnetic survey. The

purpose of research is to investigate the response of the magnetic anomaly concern to

archeological fossil, the total magnetic intensity and position of fossils. The retrieval

of data geomagnetic is done in coordinates UTM X 480.000 to 486.000 and UTM Y

9175000 to 9179000. Data was collected by Proton Precession Magnetometer (PPM)

model GSM-19T product GEM System with sensitivity of 0.05 nT, Global

Positioning System (GPS), and geological compass. The result of geomagnetic

measurement is total magnetic field intensity that proceess with diurnal correction,

main field correction, upward continuation, and reduction to the pole. Total magnetic

field intensity in research area is spread between 48.177 nT to 40.061 nT. After

processing,magnetic anomalous in this research area is spread out between -2200 to

2600 nT and dominated by the high magnetic anomalous value. Magnetic anomalous

pattern located on the highest point of archaeological research on fossil outcrops.

Archaeological fossils were found in a layer of coarse sand soil at a depth of 0-3 m on

Pucangan formation. The highest magnetic anomalous in the research area is a

response due to the increase in magnetic properties of rocks on the surrounding

environment Sangiran archaeological sites.

Page 10: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

x

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v

PRAKATA ....................................................................................................... vi

ABSTRAK ....................................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

BAB

1. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 4

1.3 Batasan Masalah..................................................................................... 4

1.4 Tujuan Penelitian........ ........................................................................... 4

1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................................5

1.6 Sistematika Penelitian .............................................................................5

2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................6

2.1 Geologi Daerah Sekitar .......................................................................... 6

2.2 Situs Arkeologi Sangiran....................... ................................................. 8

2.3 Teori Dasar Magnetik.............. ...............................................................11

2.3.1 Gaya Magnetik......................................................................................11

2.3.2 Kuat Medan Magnet..............................................................................11

2.4 Metode Magnetik......... ...........................................................................16

Page 11: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

xi

xi

2.5 Koreksi Data Magnetik ............................................................................20

2.5.1 Koreksi Harian........... ...........................................................................20

2.5.2 Koreksi IGRF.................. .................................................................... .21

2.5.3 Kontinuasi ke Atas...... .................................................................. ......22

2.5.4 Reduksi ke Kutub............... ...................................................................22

3. METODE PENELITIAN ............................................................................ ..24

3.1 Desain Penelitian....... ..............................................................................24

3.2 Lokasi Penelitian .....................................................................................24

3.3 Akuisisi Data ...........................................................................................25

3.4 Pengolahan Data ......................................................................................28

3.5 Interpretasi Data............ ......................................................................... 29

\4. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... .30

4.1 Peta Kontur Medan Magnet Anomali .....................................................31

4.2 Kontinuasi ke Atas. ................................................................................ 34

4.3 Reduksi ke Kutub......................... .......................................................... 36

4.4 Interpretasi Data.......................................................................................38

4.4.1 Interpretasi Kualitatif............................................................................38

4.4.2 Interpretasi Kuantitatif..........................................................................40

5. PENUTUP ......................................................................................................45

5.1 Simpulan ..................................................................................................45

5.2 Saran ........................................................................................................46

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 46

LAMPIRAN ........................................................................................................48

Page 12: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

xii

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Nilai Suseptibilitas Magnetik ..........................................................15

Tabel 3.1 Pengukuran kuat medan magnet .....................................................27

Page 13: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

xiii

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Peta AdministratifLokasi Penelitian.................................... 6

Gambar 2.2 Peta Geologi Lokasi Penelitian............................................ 7

Gambar 2.3 Arkeologi Fosil..................................................................... 8

Gambar 2.4 Tiga Elemen Medan Magnet Bumi...................................... 12

Gambar 2.5 Gambaran Model Anomali Magnetik untuk dugaan Lokasi

Arkeologi........................................................................... 19

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian........................................................ 25

Gambar 3.2 Alat Proton Precession Magnetometer.............................. 26

Gambar 4.1 Peta Kontur Anomali Medan Magnet ............................... 33

Gambar 4.2 Plot Kontur Medan Magnet anomali pada peta geologi..... 34

Gambar 4.3 Anomali Magnetik Hasil Kontinuasi ke Atas................... 36

Gambar 4.4 Hasil Koreksi Reduksi ke Kutub...................................... 37

Gambar 4.5 Model 3D Kontur Medan Magnet Anomali.................... 38

Gambar 4.6 Irisan Anomali Magentik pada peta kontur..................... 41

Gambar 4.7(a) Profil anomali medan magnet secara teori................. 42

Gambar 4.7(b) Model dugaan arkeologi dari profil anomali medan

hasil penelitian.......................................................... 43

gambar 4.8 Gambar penampang bawah permukaan situs

arkeologi Sangiran......................................................... 44

Page 14: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

xiv

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran Data Penelitian....................................................................... 50

Lampiran Dokumentasi Penelitian................................................. ....... 52

Surat Keputusan Dosen Pembimbing

Surat Ijin Penelitian

Surat Tugas Panitia Ujian Sarjana

Page 15: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan berbagai peninggalan benda

bersejarah yang bernilai budaya dan sejarah masa lampau. Salah satunya yaitu

peninggalan situs arkeolog manusia purba di daerah Sangiran Jawa Tengah.

Pembinaan dan pemeliharaan peninggalan-peninggalan arkeolog baik yang tampak

maupun yang terpendam sudah digariskan oleh pemerintah. Peninggalan yang masih

terkubur didalam tanah yang telah diakibatkan dari berbagai faktor salah satunya

yaitu aktivitas atau letusan Gunung Merapi, gempa bumi, erosi, banjir maupun

adanya pengangkatan yang disebabkan oleh tenaga endogen. Penemuan-penemuan

arkeologi tersebut digunakan untuk mempelajari sejarah kebudayaan zaman dahulu.

Situs-situs purbakala atau arkeolog pada umumnya ditemukan tanpa sengaja oleh

warga sekitar yang sedang menggali tanah untuk kepentingan tertentu, atau pada saat

terjadinya hujan yang menyebabkan tanah sekitar terkikis, yang kemudian temuan

tersebut dikaji dan dipelajari oleh ahli arkeologi atau badan pelestarian peninggalan

purbakala.

Salah satu situs manusia purba di Indonesia adalah Situs Sangiran. Sangiran

merupakan sebuah situs manusia purba terpenting diindonesia, karena termasuk salah

satu dari situs hominid dunia, situs ini memiliki luas 56 km2 terletak sekitar 15

1

Page 16: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

2

2

kilometer sebelah utara Surakarta, yang secara administratif Sangiran terletak di

Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Situs Sangiran berada pada bentang Solo Depression yang dibatasi oleh

Gunung Lawu di timur dan Gunung Merapi-Merbabu di barat, serta Pegunungan

Kendeng di utara dan Pegunungan Sewu di selatan.Situs ini merupakan sebuah kubah

yang dinamakan Kubah Sangiran. Secara geomorfologis, kubah ini terbentuk oleh

proses pengangkatan akibat tenaga endogen dan kemudian bagian puncak kubah

terbuka melalui proses erosi, sehingga membentuk cekungan besar di pusat kubah

yang diwarnai oleh perbukitan bergelombang. Pada cekungan itulah dapat ditemukan

lapisan tanah yang mengandung informasi tentang kehidupan di masa lampau,

ditinjau dari aspek paleoantropologis, paleontologis, geologis maupun arkeologis

(Widianto dan Simanjuntak, 2009).

Studi tentang peninggalan benda Arkeologi tak lepas dari informasi yang

ingin diperoleh mengenai perilaku sosial, budaya para leluhur danatau memanfaatkan

sisa artefak sebagai barang bernilai komoditi tinggiatau sejarah untuk mengetahui

peradaban. Rumah peninggalan berumur kisaran ribuan hingga jutaan tahun pada

lokasi penelitian diduga menyisakan artefak seperti kapak, keramikatau guci, dan

benda lainnya yang diduga masih terpendam di bawah permukaan tanah. Minimnya

informasi yang telah diperoleh, perihal peninggalan artefak yang terpendam di bawah

permukaan tanah merupakan suatu hambatan dalam proses eskavasi. Oleh karena itu

perlu dilakukan pengukuran dengan metode pemetaan bawah permukaandi sekitar

daerah untuk mengetahui keadaan permukaan bawah tanah yang diduga

Page 17: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

3

3

terdapatartefak dan peninggalan benda-benda arkeologi lainnya agar proses

penggalian dapat dilakukan tanpa menimbulkan kerusakan dan diperoleh hasil yang

signifikan dan efisien. Maka dalam usaha menyelamatkan dan mengembangkan warisan

budaya itu salah satunya yaitu dengan penelitian bawah permukaan di situs arkeologi

manusia purba sangiran yang berada di sragen jawa tengah dengan menggunakan ilmu

geofisika yaitu dengan metode magnetik.

Menurut Schmidt(2009 :8-9) metode magnetik merupakan salah satu metode

geofisika yang di tafsirkandalam bentuk distribusi bahan magnetik yang didasarkan

pada pengukuran variasiintensitas medan magnetik di permukaan bumi. Metode ini

dilakukan denganberdasarkan pada hasil pengukuran anomali geomagnet yang

diakibatkan olehperbedaan kontras suseptibilitas, atau permeabilitas magnetik tubuh

cebakan daridaerah di sekelilingnya. Metode magnetik sering digunakan dalam

eksplorasipendahuluan minyak bumi, panas bumi, dan batuan mineral serta bisa

diterapkanpada pencarian prospeksi benda-benda arkeologi. Karena metode

geomagnetik adalah teknik geofisika pasif yang tergantung pada kontras megnetik

suatu benda dengan lingkungan sekitarnya.Menurut Rusli dan Sunaryo (2009:1)

faktor-faktor yang signifikan untuk investigasi situs-situs arkeologi adalah

magnetisasi dan suseptibilitas magnetik suatu benda. Kebanyakan material arkeolog

mengandung partikel magnetik yang akan menyebabkan anomali magnetik sehingga

bisa diperlakukan berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

Page 18: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

4

4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalahyaitu :

1. Apakah respon anomali magnetik dapat menduga adanya arkeologi fosil ?

2. Apakah data anomali magnetik dapat menunjukkan posisi arkeologi fosildi

bawah permukaan ?

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian adalah:

1. Lokasi penelitian di sekitar sub induk museum Sangiran, Desa Kalijambe

Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.

2. Penggunaan metode magnetik untuk pendugaan arkeologi fosil situs arkeologi

Sangiran.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan hasil berupa:

1. Mengetahui respon anomali magnetik sebagai dasar pendugaan situs

arkeologi di daerah Sangiran.

2. Mengetahui posisi arkeologi fosil dibawah permukaan situs arkeologi

sangiran berdasarkan data magnetik.

Page 19: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

5

5

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi Pemerintah dan Masyarakat yaitu memudahkan untuk pencarian situs

arkeolog di daerah sekitar Sangiran.

2. Bagi Peneliti, yaitu memperdalam ilmu pengetahuan tentang metode magnetik

dalammengidentifikasi situs arkeologi

3. Sebagai bahan pustaka dalam bidang penelitian yang sama.

1.6 Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan berisikan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah

tujuan penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka, merupakan dasar-dasar teori dari literatur ilmiah yang

menjadi acuan yang digunakan di dalam penulisan penelitian meliputi

sejarah situs arkeologi, tinjauan geologi, dan teori dasar metode magnetik.

Bab III Metodologi Penelitian, berisikan uraian mengenai lokasi penelitian, alat

yang digunakan, akuisisi data, pengolahan data, dan interpretasi.

Bab IV Hasil Analisis dan Pembahasan, merupakan uraian yang menjelaskan

analisis data pengamatan dalam pengolahan data dan pembahasan hasil

penelitian.

Bab V kesimpulan dan Saran, menjelaskan kesimpulan dari hasil pengukuran

dalam penelitian dan rekomendasi terkait penelitian yang dilaksanakan.

Page 20: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

6

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Geologi Daerah Sekitar

Lokasi penelitian terletak di wilayah Kecamatan Kalijambe Sragen Jawa

Tengah tepatnya di daerah Sangiran dan Gemolong. Peta lokasi penelitian seperti

dalam gambar 2.1.

Gambar 2.1. Peta lokasi penelitian

Lokasi penelitian tersusun dari formasi batuan diantaranya Formasi Kalibeng

(Tmpk), Formasi Pucangan(Qpp), Formasi Kabuh (Qpk), Formasi Notopuro (Qpn)

dan Aluvium (Qa). Peta Geologi lokasi penelitian disajikan pada Gambar 2.2

Page 21: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

7

Gambar 2.2. Peta Geologi lokasi penelitian

Formasi Kalibeng (Tmpk) berupa Nepal pejal di bagian atas, napal bersisipan

batupasir tufan dan bintal batugamping dibagian bawah. Formasi Pucangan (Qpp)

berupa batu lempung bagian atas bersisipan batupasir tufan dan tanah diatomea;

breksi di bagian bawah. Formasi Kabuh (Qpk) berupa persilangan konglomerat,

batupasir tufan dan tuf bagian atas; dan lensa kalsirudit dibagian bawah. Formasi

Notopuro (Qpn) berupa Breksi lahar dibagian bawah; persilangan tuf dengan

batupasir tufan dibagian atas. Aluvium (Qa) berupa Kerakal, kerikil, pasir dan

lempung (Sukardi dan Budhitrisna, 1992).

Formasi Kabuh

Formasi Notopuro

Formasi Pucangan

Formasi Kalibeng

alluvial

6

Page 22: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

8

2.2 Situs Arkeologi Sangiran

Situs Sangiran terletak di sebelah utara kota Surakarta dengan luas 56 km2.

Secara astronomi terletak pada koordinat 110048’36’BT hingga 110

053’24’BT dan

7024’24’LS hingga 7

030’42’LS. Situs sangiran ditetapkan sebagai cagar budaya pada

tanggal 15 Maret 1977. Sangiran merupakan salah satu situs manusia purba, lebih

dari 50% fosil hominid yang telah ditemukan didunia berasal dari Sangiran. Situs

Sangiran sangat dikenal karena menyimpan banyak bukti kehidupan purba dan bukti

pembentukan litologi (geologi). Situs Sangiran menjadi sumber data arkeologi,

geologi, dan paleontologi (Wulandari, 2012:14). Pada Gambar 2.3 adalah salah satu

arkeologi fosil di situs manusia purba Sangiran.

Gambar 2.3. Arkeologi Fosil

Page 23: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

9

Gambar diatas merupaka salah satu arkeologi fosil yang terdapat di Museum

Sangiran tepatnya di Museum sub induk Museum Manyarejo. Fosil diatas adalah fosil

tulang punggul gajah dan tengkorak kepala banteng.

Proses geomorfologi yang terjadi di Situs Sangiran dipengaruhi oleh tenaga

endogen dan eksogen. Tenaga endogen dari proses geologi dan tenaga eksogen

mendorong perlipatan struktur batuan diwilayah Situs Sangiran hingga terbentuk

struktur kubah (dome). Menurut Bemmelen sebagaimana dikutip Wulandari

(2012;15) kubah sangiran terbentuk oleh proses penggelinciran gravitatif dari bahan

vulkanik di lereng gunungapi, kubah Sangiran terbentuk akibat dari perbedaan

resistensi lapisan batuan terhadap proses pelapukan dan pengikisan yang

menghasilkan igir monoklinal dan lembah monoklinal dengan pola melingkar.

Di Situs Sangiran terekam rangkaian lapisan litologi yang lengkap serta

berkelanjutan mulai sejak akhir Kala Pliosen Atas hingga laipsan resen. Mulai dari

formasi Kalibeng yang tertua berumur sekitar 2,4-1,8 Juta tahun berupa lempung biru

dari lingkungan laut dalam. Diatasnya adalah formasi Pucangan yang berasal dari Kala

Plestosen Bawah berumur 1,8-0,73 Juta tahun berupa lahar serta endapan lempung hitam

berfasies vulkanik dan rawa. Disusul oleh formasi kabuh yang berasal dari Kala

Plestosen Tengah berumur 0,73-0,20 Juta tahun berupa endapan pasir fluvio-volkanik

yang mencerminkan lingkungan daratan. Setelah itu adalah forasi Notopuro yang berasal

dari Kala Plestosen Akhir berumur 0,25-0,12 Juta tahun berupa lahar dan pasir-gravel

fluvio-volkanik. Di bagian paling atas Situs Sangiran berupa endapan resen alluvial Kali

Cemoro, Brangkal dan Pohjajar (Simanjuntak, 2005:10).

Page 24: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

10

Situs Sangiran memiliki nilai-nilai sumberdaya yang potensial untuk

dikembangkan dan dimanfaatkan, Situs ini mempunyai permasalahan kondisi

geografis-geologis dan kondisi sosial ekonomi dan budaya. Permasalahan ini

menunjukkan bahwa karakter Situs Sangiran adalah khas, dan berbeda dengan situs-

situs yang lain. Sehingga dalam pengolahannya dibutuhkan strategi yang

memperhatikan OUV serta nilai-nilai yang mendukung dalam bidang pengembangan,

perlindungan, dan pemanfaatan. Bukti kehidupan mengenai manusia purba dan alat-

alat batu yang merupakan peninggalan budayanya, alat-alat batu di Situs Sangiran

ditemukan di dalam lapisan-lapisan tanah yang berusia lebih dari 1,2 juta hingga

180.000 tahun yang lalu. Bukti-bukti kehidupan masa lalu tersebut telah banyak yang

terungkap namun mengingat luas Situs Sangiran yang luas dan lapisan tanah yang

sangat tebal sangat dimungkinkan masih banyak mengandung bukti yang akan

memberikan pengetahuan baru. Oleh karena itu Situs Sangiran berpotensi untuk

diteliti lebih lanjut bagi pengembangan ilmu pengetahuan (Hidayat, 2013:3-6).

Penelitian metode geofisika untuk target fosil manusia purba dan

kehidupannya mengguankan alat magnetik dan yang lainnya belum pernah dilakukan

sehingga dalam penelitian ini mengacu pada kandungan fosil untuk mempermudah

dalam membaca data dengan mengetahui nilai suseptibiltas mineral yang terkandung.

Page 25: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

11

2.3 Teori Dasar Magnetik

2.3.1 Gaya Magnetik

Teori magnetik klasik yang mendasari metode geomagnet adalah konsep gaya

magnet dimanaFadalah gaya pada p2 dalam satuan newton, kutub p1 dan p2

dinyatakan dalam Nm/A terpisah seajuh r dalam satuan meter, adalah permeabilitas

magnetik (sifat medium) dalam satuan N/A2, dan merupakan vektor satuan yang

berarah dari p1 ke p2. Besar nilai dalam SI adalah 4µ x 10-7 N/A2 Yang

dikemukakan dalam Hukum Coulomb seperti pada persamaan (2.1) berikut :

(2.1)

Seperti pada kasus elektrik, gaya magnet saling tarik menarik untuk kutub

yang berlawanan dan saling tolak menolak untuk kutub yang sejenis (Telford et al.,

1990:60).

2.3.2 Kuat Medan Magnet

Medan magnetik H yaitu kuat medan magnet didefinisikan sebagai gaya pada

satuan kutub

(2.2)

diukur dalam A/m, atau oersted yang ekivalen dengan dyne per unit kutub, dimana A/m

= 4𝜋 x 10-3oersted (Telford et al., 1990:63).

Page 26: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

12

Bahan yang diletakkan dalam medan magnet luar 𝐁 akan terpolarisasi

magnetik atau termagnetisasi, yaitu proses pensejajaran dipole magnet karena

pengaruh medan magnet luar (Wiyanto, 2008:101).

Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga

elemen medan magnet bumi seperti gambar 2.4 berikut:

Gambar 2.4. Tiga Elemen medan magnet bumi

yang dapat diukur yaitu meliputi arah dan intensitas kemagnetannya. Elemen

geomagnet juga dinyatakan dalam koordinat bola. Besar vektor magnetik diwakili

oleh kuat magnet B, dengan arah yang ditunjukkan dua sudut yaitu:

1. Deklinasi (D), yaitu sudut antara garis utara magnetik dengan garis bujur

geografis.

2. Inklinasi(I), yaitu sudut antara vektor magnetik dengan bidang horizontal,

dimana vektor magnetik berada dibawah horizontal.

I D

Y (Timur)

B

X (Utara geografis)

Utara Magnetik

Z (Vertikal)

Page 27: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

13

Koordinat kartesian (X,Y,Z) dan koordinat bola (B,D,I) yang menyusun elemen

geomagnet saling berkaitan melalui persamaan (2.3) dan (2.4) berikut (Lowrie, 2007:

305-306):

(2.3)

(

) (

√ ) (2.4)

Magnetisasi diukur dengan polarisasi magnetik intensitas magnetisasi atau

momen dipole per satuan volume. Barisan dipole internal menghasilkan sebuah

medan𝐌, yang di dalam bahan ditambahkan pada medan magnetisasi . Jika 𝐌

bernilai konstan dan searah, bahan tersebut dikatakan termagnetisasi seragam. Satuan

darimagnetisasi adalah ampere-meter2 per meter

2 (ampere per meter = A/m). Untuk

medan magnet rendah, 𝐌 sebanding dan searah dengan . Tingkat magnetisasi suatu

bahan ditentukan oleh nilai suseptibilitas magnetiknya ( ) yang didefinisikan dalam

persamaan (2.5)berikut :

M= H (2.5)

Di dalam bahan paramagnetik dan diamagnetik, magnetisasi dipengaruhi oleh

medan magnet luar. Ketika medan magnet luar H dihilangkan, tingkat magnetisasi

bahan M juga hilang (Griffiths, 1999:274). Selain itu, ada beberapa bahan yang masih

bersifat magnet walaupun bahan itu sudah tidak berada di dalam medan magnet luar.

Bahan yang bersifat seperti itu disebut feromagnetik, contohnya adalah besi. Oleh

karena itu, magnet permanen dibuat dari besi, Magnetisasi pada bahan feromagnetik

tidak bergantung pada kehadiran medan magnet luar, tetapi oleh sejarah magnetik

Page 28: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

14

dari bahan tersebut (Wiyanto, 2008:101).

Metode magnetik dalam aplikasi Geofisika akan tergantung pada pengukuran

yang akurat dari anomali medan geomagnet lokal yang dihasilkan oleh variasi

intensitas magnetisasi dalam formasi batuan. Intensitas Magnetik pada batuan

sebagian disebabkan oleh induksi dari magnet bumi dan yang lain oleh adanya

magnetisasi permanen. Intensitas dari induksi geomagnet akan bergantung pada

suseptibilitas magnetik batuannya dan gaya magnetnya, serta intensitas permanennya

pada sejarah geologi batu tersebut. Dimana adalah suseptibilitas magnetik,

nilainya bergantung pada jenis bahannya, bernilai positif untuk bahan paramagnetik

dan negatif untuk diamagnetik. Suseptibilitas magnetik merupakan parameter paling

pokok yang dimiliki batuan dalam kajian magnetik.Respon magnetik batuan dan

mineral ditentukan oleh jumlah dan suseptibilitas material magnetik di

dalamnya.Tabel nilai suseptibilitas dari beberapa material ditunjukkan dalam Tabel

2.1 (Telford et al.,1990: 64).

Nilai suseptibilitas batuan dapat dilihat pada Tabel 2.1 nilai Suseptibilitas

batuan dan mineral dibawah ini :

Page 29: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

15

Tabel 2.1 Nilai Suseptibilitas Magnetik beberapa bahan (Telford et al.,1990:64)

Jenis Suseptibilitas (x 103) SI

Rentang Rata-rata

Sedimen

Dolomit 0 - 0.9 0.1

Limestone 0 – 3 0.3

Sandstone 0 – 20 0.4

Shale 0.01 – 15 0.6

Rata-rata 48 batuan sedimen 0 – 18 0.9

Metamorf

Sekis 0.3 – 3 1.4

Filit 1.5

Gneiss 0.1 – 25

Kuarsa 4

Serpentinit 3 – 17

Slate 0 – 35 6

Rata-rata 61 batuan metamorf 0 – 70 4.2

Batuan Beku

Granit 0 – 50 2.5

Rhiolit 0.2 – 35

Dolorit 1 – 35 17

Diabas 1 – 160 55

Porphiri 0.3 – 200 60

Gabbro 1 - 90 70

Basalt 0.2 – 175 70

Diorit 0.6 – 120 85

Peridotite 90 – 200 150

Andesit 160

Rata-rata batuan beku asam 0 – 80 8

Rata-rata batuan beku basa 0.5 – 97 25

Mineral

Graphite 0.1

Kuarsa -0.01

Batu garam -0.01

Coal 0.02

Lempung 0.2

Siderite 1 – 4

Pyrite 0.05 – 5 1.5

Hematite 0.5 – 35 6.5

Chromite 3 – 110 7

Magnetite 1200 – 19200 6000

Page 30: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

16

Semua bahan yang memenuhi persamaan (2.5) disebut bahan liniear pada

medium ini, berlaku persamaan medan total seperti persamaan (2.6) berikut :

𝐁 𝐌 = (2.6)

Sehingga B sebanding dengan H, dimana Simbol disebut permeabilitas bahan di

dalam ruang hampa, karena tidak ada bahan termagnetisasi, maka =0, sehingga

dan disebut permeabilitas ruang hampa yaitu sebesar4π x 10-7

Wb/Am

(Griffiths, 1999: 275).

2.4 Metode Magnetik

Metode magnetik adalah salah satu metode geofisika untuk mengukur variasi

medan magnetik dipermukaan bumi yang disebabkan oleh variasi distribusi benda

termagnetisasi dibawah permukaan bumi. Variasi intensitas medan magnetik yang

terukur kemudian ditafsirkan dalam bentuk distribusi bahan magnetik dibawah

permukaan, yang kemudian dijadikan dasar bagi pendugaan keadaab geologi yang

mungkin dalam aplikasinya, metode magnetik mempertimbangkan variasi arah dan

besar vektor magnetisasi. Pengukuran intensitas medan magnetik bisa dilakukan

melalui darat, laut dan udara. Metode magnetik sering digunakan dalam eksplorasi

pendahuluan minyak bumi, panasbumi, dan batuan mineral serta bisa diterapkan pada

pencarian prospeksi benda-benda arkeologi (Lita, 2012:22-23). Metode magnetik

bekerja berdasarkan pengukuran variasi kecil intensitas medan magnet di permukaan

bumi yang disebabkan karena perbedaan antara sifat magnetisasi batuan di kerak

Page 31: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

17

bumi sehinggal meningkatkan munculnya medan magnet bumi yang tidak homogen

atau disebut anomali magnetik (Santosa, 2013). Data magnetik banyak digunakan

dalam bidang vulkanologi untuk mengetahui karakteristik kompleks dari gunung api

berkaitan dengan sifat kemagnetan batuan magmatik (Faggioniet al., 2003:525). Asal

medan magnet belum dipahami dengan jelas, tetapi secara umum dihubungkan

dengan arus listrik yang mengalir berputar di dalam inti bumi bagian luar. Medan

magnet utama bumi berasal dari sumber di dalam bumi karena adanya arus listrik

yang mengalir secara berputar di dalam inti luar dari jari-jari 1300 km hingga 1500

km. Medan magnet bumi yang terukur di permukaan bumi hampir seluruhnya

disebabkan oleh sumber dari dalam bumi (Sarkowi, 2007 :75).

Metode ini didasarkan pada perbedaan tingkat magnetisasi suatu batuan yang

diinduksi oleh medan magnet bumi. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya perbedaan

sifat kemagnetan suatu material.Kemampuan untuk termagnetisasi tergantung dari

suseptibilitas magnetik masing-masing batuan.Harga suseptibilitas ini sangat penting

di dalam pencarian benda anomali karena sifat yang khas untuk setiap jenis mineral

atau mineral logam. Harganya akan semakin besar bila jumlah kandungan mineral

magnetik pada batuan semakin banyak (Sunaryo, 2012:9).

Pengertian umum medan magnet bumi adalah medan dimana dapat dideteksi

distribusi gaya magnet. Pada tahun 1839, Gauss pertama kali melakukan analisa

harmonik dari medan magnet bumi untuk mengamati sifat-sifatnya. Analisa

selanjutnya yang dilakukan oleh para ahli mengacu pada kesimpulan umum yang

dibuat oleh Gauss, yaitu :

Page 32: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

18

a. Intensitas medan magnet bumi hampir seluruhnya dari dalam bumi

b. Medan yang teramati di permukaan bumi dapat didekati dengan persamaan

harmonik pertama berhubungan dengan potensial dipole di pusat bumi. Dipole

Gauss ini mempunyai kemiringan (menyimpang) kira-kira 11,5o terhadap

sumbu geografis (Indratmoko et al., 2009:155).

Sumber medan magnet bumi secara umum dibagi menjadi tiga, yaitu medan

magnet utama bumi (main field), medan magnet luar (external field) dan medan magnet

anomali (anomaly field). Medan magnet utama bersumber dari dalam bumi

sendiri.Medan magnet luar bersumber dari luar bumi yang merupakan hasil ionisasi di

atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari matahari. Sedangkan medan magnet

anomali dihasilkan oleh benda magnetik yang telah terinduksi oleh medan magnet utama

bumi, sehingga benda tersebut memiliki medan magnet sendiri dan ikut mempengaruhi

besar medan magnet total hasil pengukuran.

Dugaan profil anomali medan magnetik pada arkeologi ditunjukkan pada

Gambar 2.5.

Page 33: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

19

Gambar 2.5.Gambaran anomali magnetik untuk dugaan lokasi

arkeologi(Schmidt, 2009:11).

Intensitas anomali magnetik bergantung pada kekuatan kontras magnet yang

kuat pada kedalaman target, anomali magnetik disebabkan oleh efek batuan lokal

pada medan magnet bumi, medan magnet ini dihasilkan oleh batuan yang

mengandung mineral. Maka pengetahuan tentang keadaan bidang geomagnetik

diperlukan dalam pengukuran data magnetik dan interpretasi anomali yang

dihasilkan.

Lokasi arkeologi diduga terletak pada perubahan medan magnet yang secara

tiba-tiba, dengan perubahan nilai medan magnet yang drastis. Secara kualitatif, lokasi

arkeolog dapat diinterpretasikan melalui peta kontur anomali medan magnet, dimana

terdapat perselingan warna antara kuat medan tinggi dengan kuat medan rendah.

Page 34: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

20

Secara kuantitatif, lokasi arkeolog dapat diketahui melalui interpretasi jenis litologi

batuan berdasarkan nilai suseptibilitasnya.Interpretasi nilai suseptibilitas ini

disesuaikan dengan kondisi geologi daerah sekitar, dimana digunakan asumsi bahwa

nilai suseptibilitas akan sama untuk batuan dalam formasi yang sama.

2.5 Koreksi Data Magnetik

Untuk mendapatkan anomali medan magnetik yang menjadi target survei,

maka data magnetik yang telah diperoleh dikoreksi dari pengaruh beberapa medan

magnet lain. Ada beberapa koreksi yang dilakukan dalam survei medan magnetik

yaitu :

2.5.1 Koreksi Harian

Merupakan koreksi yang dilakukan terhadap data magnetik terstruktur untuk

menghilangkan pengaruh medan magnet luar yang berasal dari perputaranarus listrik

di dalam lapisan ionosfer. Ion-ion yang dihasilkan dari lapisan udara yang terionisasi

oleh matahari sehingga ion-ion yayng akan menjadi magnet ketika ada listrik di

ionosfer. Variasi harian juga dipengaruhi oleh adanya aktivitas badai matahari,

dimana akan mengakibatkan nilai magnet yang tinggi, dapat dituliskan dalam

persamaan :

(2.7)

Koreksi variasi harian dilakukan dengan menambahkan atau mengurangkan

besar data variasi harian.Jika variasi harian bernilai positif maka dilakukan operasi

Page 35: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

21

pengurangan, dan jika bernilai negatif maka dilakukan operasi penjumlahan (Kahfi &

Yulianto, 2008:130).

2.5.2 Koreksi IGRF

IGRF (International Geomagnetic Reference Field), Data hasil pengukuran di

lapangan merupakan data medan magnet total yang masih dipengaruhi oleh IGRF dan

medan magnet luar. Untuk mendapatkan anomali medan magnet, maka pengaruh-

pengaruh tersebut dihilangkan terlebih dahulu dengan melakukan koreksi IGRF.Nilai

IGRF termasuk nilai yang ikut terukur pada saat kita melakukan pengukuran medan

magnetik di permukaan bumi, yang merupakan komponen paling besar dalam survei

magnetik, sehingga perlu dilakukan koreksi untuk menghilangkannya. Koreksi nilai

IGRF terhadap data medan magnetik hasil pengukuran dilakukan karena nilai yang

menjadi target survei magnetik adalah anomali medan magnetik .Nilai IGRF

yang diperoleh dikoreksikan terhadap data kuat medan magnetik total dari hasil

pengukuran di setiap stasiun atau titik lokasi pengukuran. Meskipun nilai IGRF tidak

menjadi target survei, namun nilai ini bersama-sama dengan nilai sudut inklinasi dan

sudut deklinasi yang sangat diperlukan pada saat memasukkan pemodelan dan

interpretasi (Sunaryo, 2012:10).

Data hasil pengukuran medan magnetik pada dasarnya adalah konstribusi

daritiga komponen dasar, yaitu medan magnetik utama bumi, medan magnetik luar

Page 36: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

22

22

dan medan anomali. Nilai medan magnetik utama ( ) tidak lain adalah nilai IGRF.

Jika

Page 37: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

23

nilai medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi harian, maka kontribusi

medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi IGRF. Koreksi IGRFdapat

dilakukan dengan cara mengurangkan nilai IGRF terhadap nilai medan magnetik total

yang telah terkoreksi harian pada setiap titik pengukuran pada posisi geografis

yangsesuai. Persamaan koreksinya dapat dituliskan sebagai berikut:

(2.8)

2.5.3 Kontinuasi ke Atas

Kontinuasi ke atas atau upward continuation merupakan proses transformasi

data medan potensial dari suatu bidang datar lainnya yang lebih tinggi. Pada

pengolahan data metode magnetik, proses ini berfungsi sebagai filter tapis rendah,

yaitu untuk menghilangkan atau mereduksi efek magnetik lokal yyang berasal dari

berbagai sumber benda magnetik yang tersebar di permukaan topografi yang tidak

terkait dengan survei. Proses kontinuasi tidak boleh terlalutinggi karena hal ini dapat

mereduksi anomali magnet lokal yang bersumber dari begnetik atau struktur geologi

yang menjadi target (Singarimbunet al., 2013:41).

2.5.4 Reduksi ke Kutub

Data anomali medan magnet total hasil kontinuasi selanjutnya direduksi ke

kutub dengan tujuan dapat melokalisasi daerah-daerah dengan anomali maksimum

tepat berada di atas tubuh benda penyebab anomali, sehingga dapat memudahka

Page 38: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

24

dalam melakukan interpretasi. Reduksi ke kutub dilakukan dengan cara membuat

sudut inklinasi benda menjadi 90o dan deklinasinya 0

o. Karena pada kutub magnetik,

medan magnet bumi dan induksi magnetisasinya berarah ke bawah. Dari data hasil

reduksi ke kutub ini, sudah dapat dilakukan interpretasi secarakualitatif. Reduksi ini

dilakukan dengan menggunakan program Magpick (Nurdiyantoet al., 2004:40-41).

Page 39: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

25

25

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian metode magnetik ini merupakan penelitian lapangan yang salah

satu metode dalam ilmu geofisika. Penelitian magnetik dimulai dengan analisis peta

geologi daerah penelitian, survei lokasi penelitian, persiapan alat, dan transportasi,

pelaksanaan penelitian serta pengolahan data.

3.2 Lokasi Penelitian

Daerah kawasan museum manusia purba Sangiran dengan adanya kawasan

terlindungi karena terdapat peninggalan benda bersejarah yaitu berupa arkeologi fosil

dan artefak. Lokasi yang menjadi target penelitian adalah daerah sekitar museum

induk dan sub induk Sangiran. Keberadaan fosil dan artefak di dukung dengan adanya

penemuan-penemuan benda bersejarah tersebut di berbagai wilayah Sangiran. Secara

administratif lokasi penelitian di wilayah Manyarejo dan Krikilan Kecamatan

Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Koordinat lokasi penelitian terletak

pada 9175000-9178000 mU (N) dan 480000-486000 mT (E) yang melalui sebagian

wilayah Manyarejo dan Krikilan tepatnya mengelilingi Museum induk dan 3 museum

sub induk. Lokasi penelitian dalam survei magnetik di tunjukkan dalam peta dengan

dilengkapi desain titik pengukuran yang ditunjukkan pada Gambar 3.1.

Page 40: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

26

Desain titik pengukuranterdiri dari 56 titik pengukuran yang menyebar,

pengukuran dialkukan secara looping, untuk memperoleh nilai kuat medan magnet

totsl pada masing-masing titik pengukuran. Umumnya untuk target regional

digunakan spasi 1-5 km. Sedangkan untuk target lokal digunakan spasi antara 50-500

m (HMGI, 2012). Jarak antar titik pengukuran akan menghasilkan data yang semakin

baik jika disusun tidak terlalu jauh, tetapi pada proses pengukuran dapat disesuaikan

dengan kondisi lapangan. Untuk kondisi lapangan yang tidak memungkinkan

mengambil jarak titik cukup dekat, dapat diambil jarak lebih jauh begitu sebaliknya

dengan mempertimbangkan lokasi titik masih berada di dalam cakupan wilayah

penelitian.

Gambar 3.1.Peta lokasi penelitian

Penentuan titik base didasarkan pada kondisi geologi daerah penelitian, dipilih

pada salah satu titik dimana lokasinya jauh dari target penelitian dan benda-benda

lain yang dimungkinkan sebagi penyebab anomali.

+: titik

pengukuran

Page 41: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

27

3.3 Akuisisi Data

Pengambilan data dilakukan secara looping, yaitu dengan memulai

pengukuran di titik base dan kemudian melakukan pengambilan data di titik-titik

pengukuran serta diakhiri dengan penagmbilan data di titik base. Alat yang digunakan

dalam pengukuran magnetik yaitu satu set alat Proton Precession Magnetometer

(PPM)Model GSM-19T produk GEM System dengan sensitivitas 0,05 nT, satu buah

Global Positioning System (GPS)tipe GPSmap 60CSx produk Garmin,untuk

mengetahui posisi geografis titik pengukuran yang meliputi bujur, lintang, ketinggian,

dan waktuserta satu buah Kompas Geologi untuk mengetahui arah utara magnetic,

alat tulis dan meteran. Gambar alat Proton Precession Magnetometer (PPM) yang

digunakan dalam penelitian disajikan dalam Gambar 3.2.

Gambar 3.2Proton Precession Magnetometer

Proton Precession Magnetometer (PPM) adalah suatu sensor untuk mengukur

induksi medan magnet total. Sensor ini berisi zat cair yang kaya akan proton,

misalnya methanol atau kerosene. Sensor ini memiliki koil atau kumparan yang

Page 42: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

28

melingkupi zat cair, koil ini dihubungkan dengan sumber arus DC dan sirkuit

penghitung frekuensi.

Langkah-langkah dalam pengukuran medan magnet total menggunakan PPM

dan pengambilan data posisi awal dan akhir menggunakan GPS, tahapan selanjutnya

adalah pengambilan data langsung di lapangan sebagai berikut :

a. Menentukan titik awal dan akhir yang akan digunakan sebagai base,

menggunakan GPS, kemudian mengarahkan sensor magnetik ke arah

utarageografis dan melakukan pengukuran kuat medan magnet

menggunakan PPM sebanyak tiga kali di sekitar titik pengukuran untuk

mendapatkan hasil yang lebih teliti. Hasil pengukuran dicatat dalam tabel

pengukuran seperti ditunjukkan pada tabel 3.1 berikut :

Tabel 3.1 Tabel pengukuran kuat medan magnet

Titik PengamatanUTM X UTM Y Elevasi Waktu Intensitas

Medan Keterangan

Magnet

Total

1.

2.

3.

.

.

Dst

Base

b. Mencari titik pengukuran yang telah ditentukan menggunakan GPS

kemudian melakukan pengukuran seperti pada base dan mencatat dalam

tabel pengukuran.

Page 43: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

29

c. Setelah melakukan pengukuran pada beberapa titik (sebelum selang

waktu satu jam dari pengukuran kuat medan di base), pengukuran

dilakukan kembali ke base untuk mengetahui nilai variasi harian.

d. Langkah b-c dilakukan sampai titik terakhir pengukuran dalam grid

desain survey yang telah ditentukan.

3.4 Pengolahan Data

Proses pengolahan data dimulai dengan melakukan koreksi variasi harian dan

koreksi IGRF untuk memperoleh nilai anomali medan magnetik. Koreksi

dimaksudkan untuk menghilangkan pengaruh noise pada data penelitian. Data hasil

pengukuran medan magnetik pada dasarnya adalah konstribusi dari tiga komponen

dasar, yaitu medan magnetik utama bumi, medan magnetik luar dan medan anomali.

Nilai medan magnetik utama tidak lain adalah niali IGRF. Jika nilai medan magnetik

utama dihilangkan dengan koreksi harian, maka kontribusi medan magnetik utama

dihilangkan dengan koreksi IGRF. Koreksi IGRFdapat dilakukan dengan cara

mengurangkan nilai IGRF terhadap nilai medan magnetik total yang telah terkoreksi

harian pada setiap titik pengukuran pada posisi geografis yang sesuai. Data IGRF

dapat diperoleh dari software IGRF 4.0, Magpickdan internet.

Selanjutnya, data anomali medan magnetik tersebut dipetakan menggunakan

software Surfer 11dalam bentuk peta kontur.Pada peta kontur anomali medan

magnetik ini kemudian dilakukan proses kontinuasi ke atas menggunakan software

Page 44: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

30

MagPick, tujuan dari proses ini adalah untuk menghilangkan pengaruh lokal supaya

tersisa pengaruh regional. Selanjutnya, dilakukan proses reduksi ke kutub dengan

software yang sama, dengan koreksi ini akan diperoleh nilai anomali berada tepat

diatas tubuh benda penyebab anomali, agar mempermudah interpretasi

Proses reduksi ke kutub sudah menghasilkan data yang dapat diinterpretasikan

secara kualitatif, Proses ini dapat dilakukan menggunakan program MagPickdan

Mag2DC.

3.5 Interpretasi Data

Interpretasi data dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Untuk

pengukuran secara kualitatif, analisis dilakukan pada peta kontur anomali medan

magnet total dan vertikal. Hasil yang diperoleh adalah lokasi benda penyebabanomali

berdasarkan klosur konturyang bersumber dari distribusi benda-benda termagnetisasi

atau struktur geologi bawah permukaan bumi.

interpretasi untuk penafsiran kuantitatif dilakukan untuk menentukan bentuk

atau model dan kedalaman benda anomali atau strukutr geologi melalui pemodelan

matematisyaitu mencocokan kurva anomali lapangan dengan kurva model yang

dilakukan secara iteratif (trial and error)(HMGI, 2012:76-77). Di penelitian ini

digunakan untuk mengetahui posisi arkeologi fosil di bawah permukaan. Pengolahan

dan Interpretasi data dilakukan dengan software Mag2DC, Sebelum dilakukan

Page 45: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

31

interpretasi, pertama-tama harus dibuat model sayatan dari peta kontur sebelumnya

menggunakan software Surfer 11.

Interpretasi data secara kuantitatif dimulai dengan membuat profil sayatan

pada peta kontur medan magnet anomali. Profil sayatan ini dapat diinterpretasi secara

langsung untuk memperkirakan lokasi sesar sesuai informasi geologi yang

ada.Interpretasi secara tidak langsung dilakukan dengan mengolah profil sayatan ini

dengan software Mag2DC, kemudian membuat model bawah permukaan yang

disesuaikan dengan informasi geologi yang ada.Interpretasi kuantitatif ini

menghasilkan informasi tambahan berupa nilai suseptibilas batuan di lokasi

penelitian.

Page 46: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

47

47

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil interpretasistruktur bawah

permukaan di situs arkeologi sangiran dengan metode magnetik dapat

disimpulkanbahwa :

1. Metode magnetik dapat digunakan untuk menduga keberadaan arkeologi fosil

di Sangiran. Berdasarkan kenaikan nilai medan magnet anomali secara drastis

pada titik penelitian tepat di atas daerah singkapan fosil yaitu pada koordinat

UTM 9176750 mU (N) dan 4845250 mT (E).

2. Berdasarkan informasi geologi bahwa singkapan fosil tersebut ditemukan

pada lapisan batupasir kasar pada kedalaman 0 – 3 m pada formasi Pucangan.

Dengan nilai suseptibilitas magnetik rata-rata fosil yaitu 0,002.

Page 47: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

48

5.2 Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya antara lain:

(1) Untuk melakukan pemetaan pendugaan arkeologi, sebaiknya jarak antar titik

pengukuran dibuat lebih rapat yaitu sekitar 5 meter dengan lokasi penelitian yang

lebih luas sehingga diperoleh nilai medan magnet anomali secara regional.

(2) Untuk mengetahui dugaan arkeologi dapat dilakukan didaerah sekitar museum

yang tidak ada singkapan fosil menggunakan meteode magnetik.

(3) Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, sebaiknya digunakan dua alat PPM

sehingga tidak perlu kembali ke base dalam selang waktu tertentu.

(4) Penentuan arah utara magnetik sebaiknya menggunakan kompas geologi.

(5) Perlu adanya penelitian lanjutan menggunakan metode geofisika yang lain,

misalnya metode Geolistrik untuk mengetahui dugaan arkeologi secara lebih

rinci.

46

Page 48: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

49

DAFTAR PUSTAKA

Faggioni, T., A. Setyawan, S. Ehara, Y. Fujimitsu, & J. Nishijima. 2003. An Estimate

of the Resources Potential of Ungaran Geothermal Prospect for Indonesia Power

Generation. Proceedings34th World Geothermal Congress.Indonesia: Bali.

Griffiths, D.J. 1999. Introduction to Electrodynamisc.(3rd ed.). New Jersey: Prentice

Hall, Inc.

Himpunan Mahasiswa Geofisika Indonesia. 2012. Geophysical Field Camp 2012.

Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Hidayat, M. 2013. Strategi Pengelolaan Situs Sangiran Sebagai Warisan Dunia.

Jurnal Manusia Purba Sangiran, 13. Sangiran: BPSMP [diakses 19-5-2015].

Indratmoko, P., M.I. Nurwidyanto, & T. Yulianto. 2009. Interpretasi

BawahPermukaan Daerah Manifestasi Panas Bumi Parang Tritis Kabupaten

Bantul DIY dengan Metode Magnetik.Berkala Fisika,12(4):153-160.Tersedia di

http://ejournal.undip.ac.id [diakses 1-10-2014].

Kahfi, R.A. & T. Yulianto. 2008. Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan

Daerah Manifestasi Emas dengan Menggunakan Metode Magnetik di Papandayan

Garut Jawa Barat.BerkalaFisika,11(4):127-135.Tersedia di

http://ejournal.undip.ac.id/ [diakses 29-9-2014].

Larick, R., R.L. Clochon, &Z. Yahdi. 2000. Early Pleistocene 40

Ar/39

Ar ages for

Bapang Formation Hominins, Central Jawa, Indonesia. International Journal

PNAS 4869. vol 98 no. 9 [diakses 3-6-2015].

Lita, F, 2012. Identifikasi Anomali Magnetik di Daerah Prospek Panasbumi Arjuna-

Welirang. Skripsi. Jakarta: FMIPA Universitas Indonesia [diakses 19-11-2014].

Lowrie, W. 2007.Fundamentals of Geophysics.Second Edition. New York:

Cambridge University Press

Nurdiyanto, B., Wahyudi, & I Suyanto. 2004. Analisis Data Magnetik untuk

Mengetahui Struktur Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Airpanas di Lereng

UtaraGunungapi Ungaran.Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan ke-29 Himpunan

Ahli Geofisika Indonesia;Yogyakarta,5-7 Oktober 2004.Yogyakarta:

HimpunanAhliGeofisikaIndonesia.Hlm36-

45.Tersediadihttp://geothermal.ft.ugm.ac.id [diakses 29-9-2014].

Page 49: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

50

Rusli & Sunaryo. 2009. Pendugaan Struktur Bawah Permukaan Situs Arkeologi

Candi Jabung Probolinggo Jawa Timur berdasarkan survei Magnetik. Jurnal

Fisika 13. Malang: UIN Maliki Malang. Tersedia di http://saintek.uin-

malang.ac.id [diakses 13-10-2014].

Santosa, B. J. 2013. Magnetic Method Interpretation to Determine Subsurface

Structur Around kelud Vulcano. Indian Journal of Applied Research 3(5): 328-

331

Sarkowi, M. 2010. Pengantar teknik Geofisika. Lampung : UNILA.

Schmidt, A. 2009. Electrical and Magnetic Methods in Archeological Prospection.

In S. Campana and S. Piro (eds) Seeing the Unseen. Geophysics and Landscape

Archeology: 67-81. London: Taylor & Francis Group. Tersedia di

Http://www.GeodataWIZ.com/armin-schmidt [diakses 4-2-2014].

Simanjuntak, T. 2005. New Insight on the Tools of the Pithecanthropus”, dalam

Truman Simanjuntak, dkk. ed., Sangiran: Man, Culture, and Environment in

Pleistocene Times, pp. 154-170. Jakarta: YOI [diakses 21-9-2014].

Singarimbun, A., C.A.N. Bujung, & R.C. Fatihin. 2013. Penentuan Struktur Bawah

Permukaan Area Panas Bumi Patuha dengan Menggunakan Metode Magnetik. Jurnal

Matematika & Sains.18(2):39- 48. [diakses 11-5-2015].

Sukardi & Budhitrisna. 1992. Peta Geologi Bersistem Indonesia: Lembar Salatiga,

Jawa [peta geologi]. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. 1

lembar.

Sunaryo. 2012. Identification of Arjuno-Wilerang Volcano-Geothermal Energy

Zone By Means Of Density And Susceptibility Contrast Parameters. International

Journal of Civic and Enviromental Enginering IJCEE-IJENS. 120901-3838

IJCEE-IJENS vol 12 no.01 [diakses 17-2-2015].

Telford, W.M., L.P. Geldart,& R.E. Sheriff. 1990. Applied Geophysics ( 2nd

ed.).

New York: Cambridge University Press.

Widianto H, & T.Simanjuntak, 2009. Sangiran Menjawab Dunia, Balai Pelestarian

situs Manusia Purba Sangiran. Sangiran: BPSMP [diakses 5-1-2015].

Wiyanto. 2008. Elektromagnetika. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wulandari, 2012. Topografi Situs Sangiran. Jurnal Sangiran,1. Sangiran: BPSMP

[diakses 5-1-2015]

Page 50: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

51

Yudianto, H. &A. Setyawan. 2014. Interpretasi Struktur Bawah Permukaan Daerah

Manifestasi Panasbumi Gedong Songo Gunung Ungaran Menggunakan Metode

Magnetik. Youngster Physics Journal,2(1):39-48.Tersedia di http://ejournal-

s1.undip.ac.id [diakses 29-9-2014].

Page 51: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

52

Lampiran 1. Tabel Data penelitian

Titik UTM X UTM Y Elevasi

Intensitas Medan Magnet

Total (nT)

1 482430 9177439 182 44820,34

2 482389 9177406 181 45061,27 3 482312 9177393 175 44814,9 4 482345 9177336 178 44859,74 5 482617 9177257 171 44677,94 6 482470 9177157 166 44925,88 7 482481 9177165 165 44941,7 8 482496 9177156 162 44914,34 9 482477 9177137 165 44921,42

10 482483 9177097 164 44916,2 11 482468 9177115 164 44916,76 12 481891 9177200 171 45178,71

13 481670 9176892 167 44791,12 14 481586 9176680 165 45043,54 15 481711 9176321 136 44931,52 16 481663 9175755 155 45223,1 17 481603 9176332 138 44918,21 18 481560 9176262 138 44923,27 19 484136 9176521 169 44845,53 20 484173 9176486 166 44855,97

21 484749 9176372 132 44530,13 22 484747 9176359 128 44836,49

23 484741 9176348 128 44877,47 24 484744 9176360 129 44740,87 25 484744 9176362 129 44857,24 26 484745 9176370 133 44436,67 27 484741 9176371 134 44518,4 28 484740 9176370 134 44590,7 29 482422 9177438 186 44845,7 30 484655 9176674 156 44081,22

Page 52: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

53

53

Titik UTM X UTM Y Elevasi

Intensitas Medan Magnet

Total (nT)

32 484644 9176683 154 43487,11 33 484640 9176685 156 41870,81 34 484658 9176681 156 41751,59

35 484646 9176681 154 41362,8 36 484646 9176679 153 41580,03 37 484652 9176685 152 42286,37

38 484653 9176687 151 40160,79 39 484652 9176687 148 39800,53 40 484652 9176688 151 44359,5 41 484637 9176698 150 45441,09 42 484642 9176674 150 47252,17 43 484644 9176674 150 46375,35 44 484655 9176674 143 48198,11

45 484675 9176688 142 43963,97 46 484674 9176690 141 45056,08 47 484671 9176692 140 45065,04 48 484674 9176692 139 44058,43 49 484671 9176690 138 44471,18 50 484688 9176688 137 44792,49 51 484671 9176688 137 44460,39 52 484671 9176690 137 43854,01 53 482261 9175589 119 44285,09 54 482261 9175578 119 44858,61 55 482255 9175589 119 45230,14

56 482433 9177438 186 44800,91

Page 53: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

54

Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian

Singkapan fosil tengkorak Banteng

Singkapan fosil tulang panggul gajah

Akuisisi Data Magnetik

Page 54: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

55

Page 55: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

56

Page 56: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

57

Page 57: PENDUGAAN BAWAH PERMUKAAN SITUS …lib.unnes.ac.id/22427/1/4211411058-s.pdf · ix ix ABSTRACT Zulekho, S. 2015. Pendugaan Bawah Permukaan Situs Arkeologi Fosil Berdasarkan Data Magnetik

58