35
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 1 - PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH MODUL PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI 5 JP (225 menit) Pendahuluan UU No. 2 Tahun 2002 Tentang Polri mengamanatkan secara eksplisit bahwa tugas pokok Polri adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, pelayan, pelindung dan pengayom masyarakat. Dalam melaksanakan tugas pokok Polri tersebut, tentunya sangat diperlukan modal berupa kode etik profesi Polri dan peraturan disiplin anggota Polri. Kode etik profesi Polri merupakan rambu-rambu atau koridor yang akan mengarahkan sikap dan perilaku anggota Polri ketika menjalankan tugas di tengah masyarakat. Sementara itu, peraturan disiplin anggota Polri adalah panduan teknis agar supaya anggota Polri tidak melakukan pelanggaran disiplin di lapangan. Penyalahgunaan wewenang anggota Polri dalam melaksanakan tugas di tengah masyarakat ini sebenarnya tidak akan terjadi apabila semua anggota Polri di tingkat polsek memahami, menguasai dan mengaktualisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam etika profesi Polri dan peraturan disiplin anggota Polri. Nilai-nilai etika profesi Polri dan peraturan disiplin anggota Polri yang diaktualisasikan secara riel dan kongkret oleh anggota Polri sebenarnya akan mampu menghindari sikap dan perilaku yang mengarah pada penyalahgunaan wewenang anggota Polri. Etika profesi Polri dan peraturan disiplin anggota Polri secara umum sudah dilaksanakan dengan baik. Namun demikian, masih ada beberapa kelemahan karena adanya oknum anggota yang melakukan pelanggaran etika profesi dan peraturan disiplin anggota Polri. Dalam bahan ajar ini memuat tentang penegakan hukum dan etika profesi Polri yang merupakan materi minimal, sedangkan yang lebih lengkap pada materi yang disampaikan oleh Pendidik.

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI MODUL

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI MODUL

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

1 -

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

MODUL

PENEGAKAN DISIPLIN

DAN ETIKA PROFESI POLRI

5 JP (225 menit)

Pendahuluan

UU No. 2 Tahun 2002 Tentang Polri mengamanatkan secara eksplisit bahwa tugas pokok Polri adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, pelayan, pelindung dan pengayom masyarakat. Dalam melaksanakan tugas pokok Polri tersebut, tentunya sangat diperlukan modal berupa kode etik profesi Polri dan peraturan disiplin anggota Polri. Kode etik profesi Polri merupakan rambu-rambu atau koridor yang akan mengarahkan sikap dan perilaku anggota Polri ketika menjalankan tugas di tengah masyarakat. Sementara itu, peraturan disiplin anggota Polri adalah panduan teknis agar supaya anggota Polri tidak melakukan pelanggaran disiplin di lapangan.

Penyalahgunaan wewenang anggota Polri dalam melaksanakan tugas di tengah masyarakat ini sebenarnya tidak akan terjadi apabila semua anggota Polri di tingkat polsek memahami, menguasai dan mengaktualisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam etika profesi Polri dan peraturan disiplin anggota Polri. Nilai-nilai etika profesi Polri dan peraturan disiplin anggota Polri yang diaktualisasikan secara riel dan kongkret oleh anggota Polri sebenarnya akan mampu menghindari sikap dan perilaku yang mengarah pada penyalahgunaan wewenang anggota Polri.

Etika profesi Polri dan peraturan disiplin anggota Polri secara umum sudah dilaksanakan dengan baik. Namun demikian, masih ada beberapa kelemahan karena adanya oknum anggota yang melakukan pelanggaran etika profesi dan peraturan disiplin anggota Polri.

Dalam bahan ajar ini memuat tentang penegakan hukum dan etika profesi Polri yang merupakan materi minimal, sedangkan yang lebih lengkap pada materi yang disampaikan oleh Pendidik.

Page 2: PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI MODUL

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

Standar Kompetensi

Memahami dan mahir menerapkan prosedur penegakan disiplin dan etika profesi Polri.

Pengantar

Dalam modul ini memuat materi tentang landasan filosofis, landasan

yuridis, tujuan norma etika, pihak-pihak yang berwenang dalam proses

penegakan hukum serta aturan hukum terkait penegakkan etika

profesi Polri.

Bertujuan agar pererta didik mampu menerapkan prosedur penegakan

disiplin etika Polri.

Kompetensi Dasar

1. Memahami kebijakan penegakkan etika profesi Polri.

Indikator hasil belajar :

a. Menjelaskan landasan filosofis;

b. Menjelaskan landasan yuridis;

c. Menjelaskan tujuan norma etika;

d. Menjelaskan aturan hukum terkait penegakkan etika profesi

Polri.

e. Menjelaskan pihak-pihak yang berwenang dalam proses

penegakkan etika profesi polri.

2. Menerapkan prosedur penegakkan etika profesi Polri.

Indikator hasil belajar :

a. Melaksanakan prosedur dan mekanisme penyelesaian disiplin anggota Polri.

Page 3: PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI MODUL

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3 -

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

b. Melaksanakan prosedur dan mekanisme penyelesaian Tindak Pidana anggota Polri.

Materi Pelajaran

1. Pokok bahasan:

Kebijakan penegakkan etika profesi Polri.

Sub Pokok Bahasan:

a. Landasan filosofis;

b. Landasan yuridis;

c. Tujuan norma etika;

d. Aturan hukum terkait penegakkan etika profesi polri.

e. Pihak-pihak yang berwenang dalam proses penegakkan etika profesi polri.

2. Pokok bahasan: Prosedur penegakkan etika profesi Polri. Sub Pokok Bahasan:

a. Prosedur dan mekanisme penyelesaian disiplin anggota Polri.

b. rosedur dan mekanisme penyelesaian Tindak Pidana anggota Polri.

Metode Pembelajaran

1. Metode Ceramah.

Metode ceramah digunakan untuk menjelaskan materi tentang:

a. Landasan filosofis;

b. Landasan yuridis;

Page 4: PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI MODUL

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

4

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

c. Tujuan norma etika;

d. Aturan hukum terkait penegakkan etika profesi polri.

e. Pihak-pihak yang berwenang dalam proses penegakkan etika profesi polri.

2. Metode Diskusi.

Metode diskusi digunakan untuk materi prosedur penegakkan etika profesi Polri

3. Metode Tanya jawab

Metode tanya jawab digunakan untuk memperdalam pemahaman tentang materi yang telah disampaikan.

4. Metode Brain storming.

Metode curah pendapat digunakan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan pendapat tentang materi yang disampaikan.

Alat / Media, Bahan dan Sumber Belajar

1. Alat/Media

a. Whiteboard.

b. Flipchart.

c. Komputer/laptop.

d. LCD dan screen.

e. Sound system

2. Bahan.

a. Kertas HVS

b. Kertas flipchart

c. Alat Tulis

3. Sumber Belajar

a. Bahan Ajar (Hanjar) Manajemen Operasional Kepolisian.

b. Perkap Nomor 6 Tahun 2017 tentang SOTK.

c. PP No 2 Tahun 2003 Tentang Peratutan Disiplin Anggota Polri.

d. Perkap 14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi Polri dan SOP Terkait Tugas.

e. Perkap 9 Tahun 2017 Tentang Usaha Bagi Anggta Polri.

Page 5: PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI MODUL

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

5 -

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

f. Perkap No. 10 Tahun 2017 Tentang Kepemilikan Barang Mewah

g. Lembar Petunjuk Penugasan (Lembar Merah).

Kegiatan Pembelajaran

1. Tahap awal : 15 menit

a. Ketua kelas laporan tentang kesiapan peserta didik untuk menerima pelajaran.

b. Pejabat senat yang ditunjuk memperkenalkan peserta didik dan membacakan riwayat hidup pendidik secara singkat.

c. Pendidik memperkenalkan diri.

d. Pendidik menyampaikan kompetensi dan indikator hasil belajar.

2. Tahap inti : 190 menit

a. Pendidik menyampaikan materi kebijakan penegakan profesi Polri. (Waktu: 90 menit)

b. Pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya/memberikan komentar terkait materi yang disampaikan. (30 menit).

c. Peserta didik mendiskusikan prosedur penegakan kode etik profesi Polri. (70 menit)

d. Pendidik memfasilitasi jalannya diskusi.

3. Tahap akhir : 20 menit

a. Penguatan materi:

Pendidik memberikan ulasan secara umum terkait dengan materi yang disampaikan.

b. Umpan Balik Cek penguasaan materi :

Pendidik memancing umpan balik penguasaan materi dari peserta didik dengan bertanya secara lisan dan acak kepada peserta didik.

Page 6: PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI MODUL

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

6

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

c. Learning point :

Pendidik merumuskan dan menyimpulkan materi pembelajaran yang telah disampaikan.

d. Ketua kelas menyampaikan terimakasih dan pemberian cindramata kepada pendidik

Tagihan / Tugas

Peserta didik dibagi untuk membuat rangkuman terkait materi yang telah disampaikan dengan tulisan tangan.

Peserta didik secara kelompok mengumpulkan hasil diskusi, dikumpulkan kepada Pendidik/Dosen melalui ketua kelas paling lambat 2 (dua) hari sejak penugasan diberikan dan diberi penilaian oleh Pendidik/Dosen.

Lembar Kegiatan

Page 7: PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI MODUL

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

7 -

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

Bahan Bacaan

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI

1. Pendahuluan

Profesi Polri adalah profesi yang mulia sebagaimana profesiprofesi terhormat lainnya yang memberikan perlindungan dan pengayoman kepada masyarakat, dan jasanya sangat dibutuhkan oleh masayarakat. Sebagai suatu profesi maka diperlukan upaya pemolisian profesi, karena polisi merupakan suatu pekerjaan yang memiliki status sosial yang tinggi dan bergengsi. Di samping itu juga merupakan suatu pengkhususan (spesialisasi) yang mempersyaratkan pendidikan formal yang dapat dipertangungjawabkan. Profesi Polri memiliki standar persyaratan yang ketat untuk masuk, dan merupakan suatu organisasi yang mengembangkan sendiri suatu pengetahuan teoritis. Kepolisian juga merupakan suatu badan yang mempunyai dan melaksanakan kode etik dan memiliki otonomi politik untuk mengontrol nasibnya sendiri.

Masyarakat selalu membutuhkan Polisi yang ramah dan lemah lembut dalam pelayanan serta tegas dalam penegakan hukum. Sebaiknya jika polisi tidak bertindak cepat untuk menolong korban dan mengabaikan perlindungan hukum maka masyarakat akan menjauhi Polisi bahkan cenderung membenci Polisi. Kecenderungan sebagian oknum Polisi yang melakukan penyimpangan sesungguhnya bukan monopoli kepolisian di Indonesia, mengingat penyimpangan yang dilakukan Polisi dinegaranegara maju pun masih dijumpai. Di inggris dimana kerahma tamahan Polisinya telah menjadi legenda, tetap saja banyak Polisi yang masih mempergunakan asas: “the end justified the means” (tujuan menghalalkan segala cara). Demikian pula di Kanada, pemerintah Kanada sampai dua kali membentuk komisi untuk memeriksa Royal Canadian Mounted Police (RCMP), yaitu pertama komisi Mac Donald (1981) dan kedua, Komisi Keable (1987). Kesaksian-kesaksian yang diberikan dihadapan kedua komisi tersebut semakin memperkuat bukti-bukti bahwa Kepolisian Kanada (RCMP) telah melakukan a wide range and illegal activities (serangkaian kejahatan dan perbuatan melanggar hukum secara luas).

Hukum memberikan kekuasaan yang luas kepada Polisi untuk bertindak sehingga Polisi memiliki wewenang untuk mengekang masyarakat apabila ada dugaan kuat telah terjadi tindak pidana. Menurut UU Kepolisian nomor 2 Tahun 2002, dalam pasal 18

Page 8: PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI MODUL

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

8

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

dijelaskan bahwa Polisi diberi wewenang dalam keadaan tertentu untuk melakukan tindakan menurut penilainnya sendiri atau biasa dikenal sebagai kekuasaan diskresi fungsional yang menepatkan pribadi-pribadi Polisi sebagai faktor sentral dalam penegakan hukum, secara lebih rinci pasal 18 UU NO 2 Tahun 2002 menyatakan :

a. Untuk kepentingan umum pejabat kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat bertindak menurut penilaiannya sendiri.

b. Pelaksanaan ketentuan Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan dalam keadaan yang sangat perlu dengan memperhatikan peraturan perundanganundangan, serta kode etik Polri.

Berdasarkan ketentuan diatas, sangat jelas bahwa peran Polri dalam mewujudkan hukum agar menjadi hidup sangat nyata dengan adanya kekuasaan diskresi-fungsional. Secara sosiologis yang terjadi adalah “it does not matter the law a says, what matter is what guy (police) interprets the law to say”. Dengan demikian bagi setiap anggota Polri, integritas moral sangat dibutuhkan agar tidak ternoda akibat terpengaruh oleh godaan untuk kepentingan pribadi. Penyimpangan yang dilakukan oleh oknum polisi dengan mengunakan selimut hukum berdasarkan kekuasaan diskresi-fungsional membutuhkan adanya pengawasan, pengamanan dan penindakan atas profesi agar tidak terjadi penyimpangan, dan penyimpangan harus ditindak secara tegas.

Berdasarkan ketentuan diatas maka sebagai penegak hukum setiap anggota Polri dalam melaksanakan tugasnya harus memiliki kemampuan profesi (pasal 31 UU Nomor 2 Tahun 2002). Selanjutnya pembinaan profesi Polri diselengarakan melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman dibidang teknis kepolisian melalui pendidikan, pelatihan dan penugasan secara berlanjut.berkaitan dengan pembinaan profesi Polri, lebih lanjut pasal 34 UU No.2 Tahun 2002 menjelaskan :

a. Sikap dan perilaku pejabat polri terikat pada kode etik profesi Polri;

b. Kode etik profesi Polri dapat menjadi pedoman bagi pengemban fungsi kepolisian lainnya dalam melaksanakan tugas sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dilingkunganya;

c. Ketentuan mengenai kode etik profesi lebih lanjut diatur dengan keputusan Kapolri.

Apabila terjadi pelangaran atas kode etik profesi Polri maka dilakukan pemeriksaan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh kapolri berdasarkan pasal 35 UU Polri yang menyebutkan “pelanggaran atas kode etik profesi oleh pejabat Polri diperiksa oleh

Page 9: PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI MODUL

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

9 -

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

komisi kode etik Polri”.Dari ketentuan tersebut jelaslah bahwa Polisi merupakan sebuah profesi yang diikat atau tunduk pada kode etik profesi yang diterbitkan oleh institusi Polri. Pelanggaran terhadap kode etik tersebut membawa konsekuensi akan diadili oleh sebuah komisi kode etik profesi. Dengan demikian sebagai sebuah profesi maka setiap pejabat Polri wajib memiliki profesionalisme dalam menjalankan tugas dan kewajibannya.

Kode etik profesi Polri untuk pertama kali ditetapkan oleh kapolri dengan Surat Keputusan Kapolri No.Skep/213/VII/1985, yang kemudian diubah dengan keputusan kaplori No.Pol:Kep/05/III/2001, tanggal 7 maret 2001, yang berisi buku petunjuk administrasi bagi komisi kode etik profesi polri4 .Terakhir diatur dengan peraturan kapolri No.7 Tahun 2006.Setiap pelanggaran terhadap kode etik profesi Polri dikenakan sanksi moral yang diberikan dalam bentuk putusan sidang komisi secara tertulis kepada terperiksa. Sanksi moral tersebut dapat berupa pernyataan putusan yang menyatakan tidak terbukti atau pernyataan putusan yang menyatakan terperiksa terbukti melakukan pelanggaran kode etik profesi.

Upaya penegakan disiplin dan Kode Etik Kepolisian sangat dibutuhkan guna terwujudnya pelaksanaan tugas yang dibebankan dan tercapainya profesionalisme Polri.Sangat tidak mungkin penegakan hukum dapat berjalan dengan baik, apabila penegak hukumnya sendiri (Polri) tidak disiplin dan tidak profesional. Ketidak disiplinan dan ketidak profesionalan Polri akan sangat berdampak dalam hal penegakan hukum atau pengungkapan kejahatan yang terjadi di masyarakat.

Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia. Sebagai pegawai negeri, maka syarat pengangkatan dan pemberhentian anggota Polri tertikat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku di lingkungan institusi Kepolisian Negara Republik Indonesia. Terkait dengan masalah pemberhentian anggota Polri dari Dinas Kepolisian Negara Republik Indonesia, berlaku ketentuan sebagai berikut:

a. Pemberhentian dengan hormat apabila :

1) Mencapai batas usia pensiun 2) Pertimbangan khusus untuk kepentingan dinas 3) Tidak memenuhi syarat jasmani dan/atau rohani; 4) Gugur, tewas, meninggal dunia atau hilang dalam tugas.

b. Pemberhentian tidak dengan hormat

1) Melakukan Tindak Pidana :

a) Dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan menurut pertimbangan pejabat yang berwenang

Page 10: PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI MODUL

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

10

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

tidak dapat dipertahankan untuk tetap berada dalam dinas Kepolisian Negara Republik Indonesia;

b) Diketahui kemudian memberikan keterangan palsu dan/atau tidak benar pada saat mendaftarkan diri sebagai calon anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia;

c) Melakukan usaha atau kegiatan yang nyata-nyata bertujuan mengubah Pancasila, terlibat dalam gerakan, atau melakukan kegiatan yang menentang negara dan/atau Pemerintah Republik Indonesia secara tidak sah. Pemberhentian Tidak Dengan Hormat sebagaimana dimaksud di atas dilakukan setelah melalui sidang Komisi Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.

2) Melakukan pelanggaran sumpah/janji anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, sumpah/janji jabatan, dan/atau Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pemberhentian ini dilakukan setelah melalui sidang Komisi Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.

3) Meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja secara berturut-turut; atau melakukan perbuatan dan berperilaku yang dapat merugikan dinas Kepolisian; atau melakukan bunuh diri dengan maksud menghindari penyidikan dan/atau tuntutan hukum atau meninggal dunia sebagai akibat tindak pidana yang dilakukannya; atau menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik. Pemberhentian ini dilakukan setelah melalui sidang Komisi Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka, penulis tertarik untuk mengkaji berbagai aspek yang terkait dengan “penegakan kode etik kepolisian terhadap tindak pidana yang dilakukan anggota kepolisian, berupa bentuk pelanggaran kode etik yang dilakukan anggota kepolisian, serta upaya polisi daerah Papua dalam menegakan kode etik kepolisian.

Tugas pokok kepolisian merupakan tugas tugas yang harus dikerjakan atau dijalankan oleh lembaga kepolisian, dengan demikian tugas lembaga yang dijalankan oleh anggota kepolisian dapat dimaknai sebagai bentuk atau jenis dari pekerjaan khusus. Jenis pekerjaan tersebut menjadi tugas dan wewenang kepolisian yang harus dijalankan dengan pengetahuan ( intelektual), keahlian atau kemahiran yang diperoleh melalui pendidikan atau training, dijalankan secara bertanggung jawab dengan keahlianya, dan berlandaskan moral dan etika.

Page 11: PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI MODUL

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

11 -

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

Organisasi Kepolisian, sebagaimana organisasi pada umumnya, memiliki “ Etika” yang menunjukkan perlunya bertingkah laku sesuai dengan peraturan-peraturan dan harapan yang memerlukan “kedisiplinan” dalam melaksanakan tugasnya sesuai misi yang diembanya selalu mempunyai aturan intern dalam rangka meningkatkan kinerja, profesionalisme, budaya organisasi serta untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dan pelaksanaan tugas sesuai tujuan, peranan, fungsi, wewenang dan tanggung jawab dimana mereka bertugas dan semua itu demi untuk masyarkat. Persoalan-persoalan etika adalah persoalan-persoalan kehidupan manusia.

Tidak bertingkah laku semata-mata menurut naluri atau dorongan hati, tetapi bertujuan dan bercita–cita dalam satu komunitas. Apakah yang dimaksud dengan Etika ? Etika berasal dari bahasa latin disebut ethos atau ethikos. Kata ini merupakan bentuk tunggal, sedangkan dalam bentuk jamak adalah ta etha istilah ini juga kadang kadang disebut juga dengan mores, mos yang juga berarti adat istiadat atau kebiasaan yang baik sehingga dari istilah ini lahir penyebutan moralitas atau moral . Menurut W.J.S Poerwadarminta pengertian Etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas asas akhlak (moral). Etika menurut I Gede A.B.Wiranata,SH.,M.H merupakan filsafat moral, yaitu pemikiran yang dilandasi oleh rasional, kritis, mendasar, sistematis, dan normative. Dalam konteks profesionalisme, etika memberikan jawaban dan sekaligus pertanggungjawaban tentang ajaran moral, yaitu bagaimana seseorang yang berprofesi harus bersikap, berprilaku dan bertanggung jawab perbuatanya

Etika Kepolisian menurut Kunarto ( 1997;91) adalah serangkaian aturan dan peraturan yang ditetapkan untuk membimbing petugas dalam menetukan, apakah tingkah laku pribadi benar atau tidak. Rangkuman Etika Polri yang dimaksud telah dituangkan dalam UU Nomor 2 tahun 2002 pasal 34 dan pasal 35. Pasal –pasal tersebut mengamanatkan agar setiap anggota Polri dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya harus dapat mencerminkan kepribadian bhayangkara Negara seutuhnya. Mengabdikan dirinya sebagai alat Negara penegak hukum, yang tugas dan wewenangnya bersangkut paut dengan hak dan kewajiban warga Negara secara langsung, diperlukan kesadaran dan kecakapan teknis yang tinggi, oleh karena itu setiap anggota Polri harus menghayati dan menjiwai etika profesi kepolisian dalam sikap dan perilakunya.

2. Landasan Filosofi.

Bahwa sebagaimana tuntutan reformasi tahun 1998 yang telah mengantarkan institusi Polri berpisah dari ABRI dengan meningkatkan status kedudukan kelembagaan yang awalnya dibawah Menteri Pertahanan dan Keamanan Panglima ABRI,

Page 12: PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI MODUL

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

12

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

sehingga menjadikan institusi Polri secara kelembagaan dan pertanggungjawaban di bawah Presiden dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia.

Perbedaan yang bersifat fundamental setelah Polri langsung di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden antara lain bahwa Polri yang awalnya bersatu dan dalam kehidupan Militeristik, telah menetapkan dan mengharuskan Polri sebagai Pegawai Negeri dan dituntut mengawal dan memastikan terselenggaranya civil society.

Eksistensi Polri sebagai organisasi sipil yang bersenjata telah menuntut kepada organisasi Polri dan para anggota Polri untuk memenuhi tuntutan antara lain adanya perubahan budaya dari mulai reformasi kultural antara lain meliputi perubahan artefak, perubahan perilaku, dan perubahan paradigma (mindset), yang secara teknis tuntutan reformasi tersebut megharuskan setiap anggota Polri mau tidak mau harus merubah paradigma yang awalnya melalui pendekatan antagonis dituntut untuk menggunakan pendekatan protagonis, yang awalnya pendekatannya reaktif dituntut untuk menggunakan pendekatan proaktif, yang awalnya mengedepankan melalui pendekatan legalitas dituntut untuk berubah dengan mengedepankan legitimasi, yang awalnya menggunakan pendekatan elitis dituntut untuk menggunakan pendekatan populis, yang awalnya bertindak arogan dituntut untuk menggunakan pendekatan humanis, yang awalnya otoriter dituntut demokratis, yang awalnya pelaksaan tupoksi secara tertutup dituntut untuk transparan, yang awalnya mengedepankan akuntabilitas vertikal dituntut untuk memenuhi standar akuntabilitas publik dan yang awalnya pendekatannya bersifat monologis dituntut pelaksanaanya secara dialogis.

Konsekuensi logis atas tuntutan reformasi tersebut mengharuskan adanya tuntutan perubahan perilaku personel Polri yang diharapkan dituntut untuk bertindak secara prosedural sesuai hukum yang berlaku, pelaksanaan tugas dan kewajiban atas tupoksi yang menjadi embanan tanggung jawab anggota polri dituntut untuk profesional terkait dengan pelaksaan teknis standar operasional prosedur dan dalam implementasi pelaksaan tugas dan kewajiban tersebut dituntut untuk bertindak adil dan proporsional dengan mengedepankan dan menjunjung tinggi nilai-nilai etika profesi dan pelaksanaanya dengan penuh kedisiplinan demi menjunjung tinggi harkat dan martabat serta kewibawaan institusi Polri.

Bahwa dalam menjamin pelaksanaanya dan menjamin terselenggaranya tuntutan-tuntutan reformasi kepada institusi Polri tersebut maka secara struktural dalam institusi Polri telah dibentuk wadah organisasi yang ditugasi untuk mengawal, mendampingi dan mengawasi pelaksaan tugas dan kewenangan oleh satuan-satuan kerja kepolisian yang disebut dan dikenal dengan organisasi profesi dan fungsi pengamanan dikenal dengan singkatan fungsi Propam yang dalam operasionalisasinya meliputi fungsi pengamanan

Page 13: PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI MODUL

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

13 -

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

internal disingkat dengan Paminal, Provos yang dibebani tanggung jawab selaku penyelenggara dan penegak peraturan disiplin anggota Polri dan fungsi pertanggungjawaban Profesi disingkat dengan Fungsi Wabprof yang dibebani tanggung jawab sebagai penyelenggara dan penegak kode etik profesi Polri.

Fungsi Propam dalam pelaksanaan tupoksinya mengemban fungsi sebagai penyelenggaraan tugas kepolisian dibidang pertanggung jawaban profesi, pengamanan internal, dan pengaman sispil secara profesional, senantiasa menumbuh kembangkan inovasi dan kreatifitas dalam memberikan pelayanan kepada anggota dan masyarakat serta melakukan gerakan moral untuk mewujudkan ketulusan dan keikhlasan dalam melaksanakan tugas sebagai pengabdian dan ibadah, bertanggung jawab baik secara administratif, hukum maupun secara moral, sehingga diharapkan tergelarnya Polri yang dipercaya masyarakat disemua lini pelayanan masyarakat, yang pada akhirnya diharapkan terwujudnya Good Governance dalam lembaga kepolisian dan terjaminnya roda pemerintahan dan roda demokrasi yang kondusif.

Bahwa dalam rangka mewujudkan tujuan misi dan visi Polri tersebut organisasi Propam sebagaimana mandat pasal 13, 20, 27, 29, 31, 32, 33, 34 dan 35 UU No. 2 Tahun 2002 Tentang Polri sehingga arah kebijakan dan strategi Polri yang terkait dengan Propam diwujudkan dalam rangka terjaminnya peninggkatan profesionalisme dan kesejahteraan anggota Polri, terjaminnya peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga kepolisian, tergelarnya pembangunan kemampuan manajemen kepolisian dan tergelarnya visi Polri yang telah ditetapkan.

Selain dari itu dalam rangka mewujudkan mandat pasal 13, 20, 27, 29, 31, 32, 33, 34 dan 35 UU No.2 Tahun 2002 Tentang Polri maka eksistensi fungsi Propam dibebani tanggung jawab organisasi polri dalam rangka terselenggaranya dan terjaminnya polisi yang bersih, terpercaya dan dicintai masyarakat melalui pendekatan yang dapat terwujudnya Compliance (peningkatan kepatuhan terhadap peraturan-peraturan internal terkait dengan kedisiplinan dan menjunjung tinggi etika profesi, pendekatan yang consultative demi terjadinya peningkatan kwalitas kerja dan mutu pelayanan, peningkatan kerja secara koordinative sehingga terjadi peningkatan kerja sama dan menekan dan memperbaiki kesalahan (corrective).

Bahwa di dalam UU No.2 Tahun 2002 tentang Polri telah dimandatkan juga peraturan perundang-undangan yang secara eksplisit dinyatakan dalam pasal 27 yang mengamanatkan “ untuk membina persatuan dan kesatuan serta meningkatkan kerja dan moril, diadakan peraturan disiplin anggota Polri, selanjutnya dalam ayat 2 disebutkan bahwa ketentuan mengenai peraturan disiplin diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah”.

Page 14: PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI MODUL

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

14

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

Bahwa mengenai anggota Polri sebagai aparat sipil sebagaimana mandat pasal 20 UU No.2 Tahun 2002 tentang Polri yang secara eksplisit menegaskan bahwa pegawai pada Polri terdiri atas anggota Polri dan PNS Polri.

Bahwa penjabaran dari mandat pasal 34 ayat 2 UU No.2 tahun 2002 tentang Polri telah terbit dan diberlakukan Peraturan Kode Etik Profesi Polri dari mulai Kep No.32 tahun 2004 kemudian dirubah dan diganti menjadi Perkap No.7 tahun 2006 dan dirubah dan diganti lagi menjadi Perkap No.14 Tahun 2011 tentang kode etik profesi Polri yang menjadi pedoman dalam kehidupan menjunjung tinggi nilai-nilai etika sebagai anggota Polri, termasuk peraturan pelaksanaan sebagai hukum acara dalam penegakan pelanggaran peraturan disiplin berat, pidana, pelanggaran sumpah, pelanggaran desersi lebih dari 30 hari secara berturut-turut, perbuatan bunuh diri latar belakang menghindari penyidikan, penuntutan, peradilan dan kode etik profesi Polri yang diatur dalam Kep Kapolri No.33 tahun 2004 kemudian dirubah dan diganti menjadi Perkap No.8 tahun 2006 dan dirubah dan diganti lagi menjadi Perkap No.19 Tahun 2012 tentang susunan dan organisasi dan tata cara kerja komisi kode etik Polri.

3. Landasan Yuridis

a. Pembaharuan Peraturan Kode Etik Profesi.

Polri dalam upaya meningkatkan penegakan hukum disiplin anggota Polri, Kapolri telah menerbitkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia. Peraturan tersebut merupakan pembaharuan terhadap : Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. Pol.: 7 Tahun 2006 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia; Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. Pol.: 15 Tahun 2006 tentang Kode Etik Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan peraturan lain yang mengatur tentang Kode Etik Profesi di lingkungan Polri.

Peraturan Kapolri tersebut, diundangkan oleh Menteri Hukum dan HAM di Jakarta pada tanggal 4 Oktober 2011 dengan menempatkannya dalam Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 608. Berarti sudah bersesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebagaimana telah duganti dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

Page 15: PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI MODUL

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

15 -

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

Dasar pertimbangan diterbitkannya Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011, adalah sebagai berikut :

1) Bahwa pelaksanaan tugas, kewenangan, dan tanggung jawab anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia harus dijalankan secara profesional, proporsional, dan prosedural yang didukung oleh nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Tribrata dan Catur Prasetya dijabarkan dalam kode etik profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai norma berperilaku yang patut dan tidak patut;

2) Bahwa penegakan kode etik profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia harus dilaksanakan secara obyektif, akuntabel, menjunjung tinggi kepastian hukum dan rasa keadilan (legal and legitimate), serta hak asasi manusia dengan memperhatikan jasa pengabdian anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diduga melanggar kode etik profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Karena itu perlu menetapkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Kemudian sesuai ketentuan Pasal 31 Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011, Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. Pol.: 7 Tahun 2006 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia; Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. Pol.: 15 Tahun 2006 tentang Kode Etik Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan peraturan lain yang mengatur tentang Kode Etik Profesi di lingkungan Polri, dinyatakan tidak berlaku lagi.

b. Memantapkan Kiprah Propam Polri Sebagai Garda Terdepan Penegakan Hukum Disiplin Anggota Polri.

Polri sebagai garda terdepan dalam menjaga keamanan dalam negeri dan penjaga ketertiban masyarakat serta melayani, melindungi dan mengayomi masyarakat dituntut untuk selalu ada dan dibutuhkan oleh masyarakat serta dituntut mampu menciptakan rasa aman di masyarakat adalah tugas dan tanggungjawab yang sangat berat. Dimasa orde reformasi seperti sekarang ini, Polri dituntut untuk mampu mengikuti perkembangan jaman dan merubah paradigmanya dari gaya militer ke gaya sipil yang lebih mengedepankan tindakan preventif dari pada represif seperti mengedepankan tugas melindungi, pengayomi, dan melayani masyarakat daripada penegakkan hukum.

Perkembangan kemajuan masyarakat yang cukup pesat, seiring dengan merebaknya fenomena supremasi hukum, hak

Page 16: PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI MODUL

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

16

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

asasi manusia, globalisasi, demokratisasi, desentralisasi, transparansi, dan akuntabilitas, telah melahirkan berbagai paradigma baru dalam melihat tujuan, tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawab Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya menyebabkan pula tumbuhnya berbagai tuntutan dan harapan masyarakat terhadap pelaksanaan tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia yang makin meningkat dan lebih berorientasi kepada masyarakat yang dilayaninya.

Sejak ditetapkannya Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Bab XII tentang Pertahanan dan Keamanan Negara, Ketetapan MPR RI No. VI/MPR/2000 dan Ketetapan MPR RI No. VII/MPR/2000, maka secara konstitusional telah terjadi perubahan yang menegaskan rumusan tugas, fungsi, dan peran Kepolisian Negara Republik Indonesia serta pemisahan kelembagaan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing.

Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Perubahan Kedua, Ketetapan MPR RI No. VI/MPR/2000 dan Ketetapan MPR RI No. VII/MPR/2000, keamanan dalam negeri dirumuskan sebagai format tujuan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan secara konsisten dinyatakan dalam perincian tugas pokok yaitu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat. Namun, dalam penyelenggaraan fungsi kepolisian, Kepolisian Negara Republik Indonesia secara fungsional dibantu oleh kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa melalui pengembangan asas subsidiaritas dan asas partisipasi.

Pasca penyatuan kelembagaan Polri dengan TNI diharapkan Polri mampu merubah paradigma lamanya menjadi paradigma baru yang lebih profesional, proporsional dan transparan sehingga dibuatlah Undang-Undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang memiliki maksud agar Polri lebih independen, bebas dari tekanan pihak manapun dan menjadi panglima keadilan, maka sesuai pasal 8 ayat 1 Undang-Undang No.2 tahun 2002 bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia berada dibawah presiden serta anggota Polri dilarang untuk ikut dalam pemilihan umum.

Asas legalitas sebagai aktualisasi paradigma supremasi hukum, secara tegas dinyatakan dalam perincian kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia, yaitu melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya.

Page 17: PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI MODUL

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

17 -

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

Namun, tindakan pencegahan tetap diutamakan melalui pengembangan asas preventif dan asas kewajiban umum kepolisian, yaitu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. Dalam hal ini setiap pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia memiliki kewenangan diskresi, yaitu kewenangan untuk bertindak demi kepentingan umum berdasarkan penilaian sendiri.

Dalam mempersiapkan tuntutan masyarakat yang semakin modern dan menghadapi tantangan yang semakin bervariasi seperti sekarang ini, Polri harus mampu mempersiapkan program dan personil Polri yang mampu untuk bekerja mewujudkan tuntutan masyarakat. Sumber daya manusia dan sarana prasarana mulai dibenahi dan dicukupi oleh pemerintah melalui anggaran yang terus ditambah. Dari segi peningkatan sumber daya manusia, Polri berusaha mendidik calon-calon anggota Polri yang benarbenar memenuhi standar Polri baik dari segi intelektual maupun fisik serta kepribadian. Dari segi sarana dan prasaranan, pemenuhan sarana dan prasarana pendukung tugas telah dipenuhi oleh pemerintah seperti kendaraan dan peralatan lain diharapkan mampu menjawab tantangan tugas dewasa ini.

Tugas dan tanggungjawab yang dibebankan kepada Polri sangatlah luas dan berat, sesuai Undang-Undang No. 2 tahun 2002 Polri dalam mengemban tugas fungsi kepolisian dibantu oleh :

1) Kepolisian khusus; yaitu instansi dan/atau badan Pemerintah yang oleh atau atas kuasa undang-undang (peraturan perundang-undangan) diberi wewenang untuk melaksanakan fungsi kepolisian dibidang teknisnya masing-masing. Wewenang bersifat khusus dan terbatas dalam "lingkungan kuasa soal-soal" (zaken gebied) yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukumnya. Contoh "kepolisian khusus" yaitu Balai Pengawasan Obat dan Makanan (Ditjen POM Depkes), Polsus Kehutanan, Polsus di lingkungan Imigrasi, Polsus Kereta Api dan lain-lain.

2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil; yaitu Pegawai Negeri Sipil yang diberikan tugas untuk melakukan penyidikan khusus didalam lingkup kerjanya secara terbatas. Sebagai contoh perpajakan, Imigrasi dan lain-lain.

3) Bentuk-bentuk pengamanan swakarsa; yaitu suatu bentuk pengamanan yang diadakan atas kemauan, kesadaran, dan kepentingan masyarakat sendiri yang kemudian memperoleh pengukuhan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia, seperti satuan pengamanan lingkungan dan badan usaha di bidang jasa

Page 18: PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI MODUL

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

18

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

pengamanan. Bentuk-bentuk pengamanan swakarsa memiliki kewenangan kepolisian terbatas dalam "lingkungan kuasa tempat" (teritoir gebied/ruimte gebied) meliputi lingkungan pemukiman, lingkungan kerja, lingkungan pendidikan. Contohnya adalah satuan pengamanan lingkungan di pemukiman, satuan pengamanan pada kawasan perkantoran atau satuan pengamanan pada pertokoan. Pengaturan mengenai pengamanan swakarsa merupakan kewenangan Kapolri.

Tugas dan tanggungjawab Polri sebagai pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakkan hukum dan melayani, mengayomi serta melindungi masyarakat tertuang dalam pasal 14 ayat 1 Undang-Undang No. 2 tahun 2002, bahwa dalam melaksanakan tugas pokoknya, Polri bertugas:

1) Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan.

2) Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan.

3) Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan.

4) Turut serta dalam pembinaan hukum nasional.

5) Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum.

6) Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.

7) Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya.

8) Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian.

9) Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

10) Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang.

Page 19: PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI MODUL

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

19 -

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

11) Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian.

12) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dalam rangka penyelenggarakan tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia tersebut diatas, maka sesuai pasal 15 ayat 1 Undang-Undang No.2 tahun 2002, Polri diberi kewenangan untuk:

1) Menerima laporan dan/atau pengaduan.

2) Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum.

3) Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat ( Pekat ).

4) Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.

5) Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif kepolisian.

6) Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan.

7) Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian (TP TKP).

8) Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang.

9) Mencari keterangan dan barang bukti.

10) Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional.

11) Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat (SKCK, Laporam kehilangan dan lain-lain)

12) Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat.

13) Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.

Disamping mengemban tugas-tugas diatas, Polri berdasarkan perundangundangan yang lain masih dibebani oleh tugas lain yaitu untuk :

1) Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan masyarakat lainnya.

Page 20: PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI MODUL

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

20

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

2) Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor (STNK).

3) Memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor (SIM).

4) Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik.

5) Memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senjata tajam.

6) Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan usaha di bidang jasa pengamanan.

7) Memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian.

8) Melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan memberantas kejahatan internasional (Interpol).

9) Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait).

10) Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian internasional.

11) Melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas kepolisian.

Dalam rangka melaksanakan perintah Undang-Undang No. 2 tahun 2002, khususnya dalam bidang penegakkan hukum pidana Polri diberi kewenangan untuk:

1) Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan.

2) Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan.

3) Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan.

4) Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri.

5) Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat.

6) Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.

7) Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara.

8) Mengadakan penghentian penyidikan.

Page 21: PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI MODUL

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

21 -

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

9) Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum.

10) Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana.

11) Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum.

12) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab namun harus tetap memenuhi syarat:

a) Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum.

b) Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut dilakukan.

c) Harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya.

d) Pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa.

e) Menghormati hak asasi manusia.

Dengan berbagai macam tugas dan tanggungjawab yang dibebankan dipundak Polri serta kewenangan yang begitu luas dan besar, maka banyak oknum anggota Polri yang dengan sengaja maupun tidak disengaja telah menyalahgunakan kewenangan tersebut sehingga dibentuklah Kompolnas (Komisi Kepolisian Nasional) yang secara langsung mengawasi institusi Polri. Namun itu semua dirasa oleh Polri belum cukup, sehingga untuk mengawasi pelaksanaan tugas anggota Polri dalam memelihara Kamtibmas, Penegakkan hukum dan melayani, melindungi dan mengayomi masyarakat maka dibentuklah sebuah divisi internal yang bertugas langsung mengawasi yaitu Propam Polri yaang terdiri dari Provos Polri, Profesi Polri dan Paminal Polri.

Tugas dan tanggungjawab Propam Polri berlandaskan pada peraturan perundangundangan yang telah ada yaitu:

1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 1 tahun 2003 tentang pemberhentian anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 2 tahun 2003 tentang peraturan disiplin anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Page 22: PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI MODUL

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

22

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 3 tahun 2003 tentang pelaksanaan tehnis institusional peradilan umum bagi anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

4) Keputusan Kapolri No.Pol.: KEP/42/IX/2004 tentang atasan yang berhak menjatuhkan hukuman disiplin dilingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia.

5) Keputusan Kapolri No.Pol.: KEP/43/IX/2004 tentang tata cara penyelesaian pelanggaran disiplin anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

6) Keputusan Kapolri No.Pol.: KEP/44/IX/2004 tentang tata carasidang disilpin bagi anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

7) Peraturan Kapolri No.Pol.: 7 tahun 2006 tentang Kode etik profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.

8) Peraturan Kapolri No.Pol.: 8 tahun 2006 tentang organisasi dan tata kerja komisi kode etik Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Sebelum dibentuknya Propam Polri, Provos Polri bekerja sendiri dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap anggota Polri yang bermasalah sehingga pengawasannya dinilai sangat kurang walaupun saat masih bergabung dengan ABRI ada yang membantu mengawasi yaitu Pamsan ( pengamanan dan Sandi ) dibawah Intelpam (sekarang berganti Intelkam) namun program dan pengawasan tidak bisa maksimal dikarenakan perbedaan tugas pokoknya.

Setelah dibentuknya Propam Polri, tingkat pelanggaran anggota Polri baik pelanggaran biasa, pelanggaran kode etik dan tindak pidana yang dilakukan oleh oknum anggota Polri dapat dikurangi karena pengawasan dilaksanakan secara berjenjang dan melekat pada tiap-tiap kesatuan mulai dari Mabes Polri sampai dengan Polsek.

Tugas Propam Polri dalam memperbaiki citra Polri di masyarakat seringkali mendapat hambatan baik dari luar maupun dari dalam tubuh Polri sendiri. Masih ditemukannya oknum anggota Polri yang menjadi backing tempat hiburan atau backing illegal loging adalah sebagai bukti masih banyaknya oknum anggota Polri yang belum bisa menempatkan diri sebagai abdi negara penegak hukum.

Sesuai visi Propam Polri terwujudnya Pengamanan Internal, penegakan tata tertib, disiplin dan tegaknya hukum serta terbinanya dan terselenggaranya pertanggungjawaban Profesi sehingga terminimalisasinya penyimpangan perilaku anggota/ PNS Polri serta misi Polri ke depan dalam pelaksanaan tugas

Page 23: PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI MODUL

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

23 -

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

pokoknya, baik dibidang pembangunan kekuatan, pembinaan kekuatan maupun kegiatan operasional yaitu:

1) Menyelenggarakan fungsi pelayanan terhadap pengaduan/laporan masyarakat tentang sikap perilaku dan penyimpangan anggota/PNS Polri.

2) Menyelenggarakan dan Pengamanan Internal, meliputi Pengamanan Personil Materil, Kegiatan dan Bahan Keterangan di lingkungan Polri termasuk penyelidikan terhadap kasus dugaan pelanggaran dan penyimpangan dalam pelaksanaan tugas Polri.

3) Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat akan kinerja dan profesionalisme.

4) Menegakkan hukum secara profesional dan proporsional dengan menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak asasi manusia dengan menyelesaikan perkara dan penanganan personil Polri yang bermasalah supaya mendapat kepastian hukum dan rasa keadilan.

5) Meningkatkan upaya konsolidasi kedalam (Internal Divpropam Polri) sebagai upaya menyamakan Visi dan Misi Divpropam Polri kedepan.

6) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan personil guna peningkatan pelaksanaan tugas.

Perlu ditegaskan, secara teoretik maupun faktual konsep Kamtibmas dan penegakan hukum tidak lepas kaitannya dengan persoalan akar kejahatan yang merupakan eskalasi dari adanya persoalan sosial. Bahwa "potensi gangguan" yang tidak ditanggulangi dengan baik akan berubah menjadi “ambang gangguan” untuk kemudian menjadi “ancaman faktual” terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat. Karena itu diperlukan revitalisasi terhadap strategi penanganannya, antara lain dalam bentuk:

1) Revitalisasi tindakan pencegahan terhadap "potensi gangguan" guna mengantisipasi secara dini perkembangan semua faktor kriminogen yang berpotensi menimbulkan terjadinya gangguan Kamtibmas. Kegiatan utama yang dapat dilakukan antara lain dengan merevitalisasi pelaksanaan program Pemolisian Masyarakat (Polmas);

2) Revitalisasi tindakan penanggulangan “ambang gangguan", melalui upaya "penangkalan" dengan sasaran untuk mengurangi “faktor kesempatan” dan menurunkan “faktor niat”, melalui kegiatan pengaturan, penjagaan, pengawalan maupun patroli; dan

Page 24: PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI MODUL

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

24

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

3) Revitalisasi tindakan penegkaan hukum yang responsif, profesioanal, tegas, tidak diskriminatif, memenuhi rasa keadilan masyarakat, transparansi proses penyidikan perkara, dan adanya kepastian hukum bagi para pencari keadilan dari berbagai bentuk tindak pidana konvensional, kejahatan transnasional, kejahatan kontijensi, maupun kejahatan terhadap kekayaan negara (sumber daya alam).

Demikian beberapa upaya yang telah dilakukan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk mewujudkan jati diri Polri sebagai alat Negara pemelihara Kamtibmas, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.

4. Tujuan Norma Etika.

a. Sebagai pedoman dalam proses penegakan pelanggaran KEPP;

b. Terselenggaranya tertib administrasi dalam proses penegakan pelanggaran KEPP;

c. Terselenggaranya proses penegakan KEPP secara objektif, jujur, adil, transparan dan akuntabel;

d. Terwujudnya kepastian hukum terhadap setiap penanganan pelanggaran KEPP; dan

e. Terakomodasi hak-hak Terduga Pelanggar/Pelanggar dalam proses penegakan KEPP.

Hal tersebut untuk:

a. Mencegah dan minimalisir terjadinya tindak pidana, sebagai peringatan dini;

b. Terjaganya perilaku anggota Polri sebagai pejabat publik terkait dengan norma dan nilai-nilai budaya, hukum, agama dan sosial masyarakat.

c. Terjamin kepastian hukum.

5. Aturan Hukum Terkait Penegakkan Etika Profesi Polri.

a. Undang-undang nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri).

b. PeraturanPemerintah RI Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri.

c. Keputusan Kapolri Nomor: Kep/42/IX/2004 tanggal 30 September 2004 tentang Atasan Yang Berhak Menjatuhkan Hukuman Disiplin di Lingkungan Polri.

Page 25: PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI MODUL

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

25 -

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

d. Keputusan Kapolri Nomor: Kep/43/IX/2004 tanggal 30 September 2004 tentang Tata Cara Penyelesaian Pelanggaran Disiplin Anggota Polri.

e. Keputusan Kapolri Nomor: Kep/44/IX/2004 tanggal 30 September 2004 tentang Tata Cara Sidang Disiplin Bagi Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

f. Peraturan Kapolri No. Pol: 7 Tahun 2006 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.

g. Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Polri.

h. Peraturan Kapolri No. Pol.: 8 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Cara Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia.

i. Peraturan Kapolri Nomor 19 Tahun 2012 tentang SOTK Kode Etik Polri.

6. Pihak-Pihak Yang Berwenang Dalam Proses Penegakkan Etika Profesi Polri.

a. Lembaga Etik Polri disebut Komisi Kode Etik Polri.

b. Komisi Kode Etik bersifat Ed Hoc.

c. Dibentuk dengan Skep Kapolri sebagai pejabat pembentuk komisi KEPP dan Selaku Pejabat Tata Usaha Negara

d. Hasil putusan sidang etik bersifat relatif (Rekomendasi)

e. Pendelegasian kewenangan di kewilayahan kepada Kapolda untuk menyelenggarakan sidang etik di wilayah

7. Prosedur dan Mekanisme penyelesaian Disiplin Anggota Polri.

Penyelesaian pelanggaran disiplin bertujuan untuk terwujudnya integritas disiplin dan tercapainya kepastian hukum dalam rangka pemeliharaan disiplin dan penegakkan hukum disiplin di lingkungan Polri. Penyelesaian pelanggaran disiplin bersifat tetap dan melekat pada atasan yang berhak menghukum (Ankum). Ankum berwenang memerintahkan Provos dan/ atau Pejabat yang ditunjuk untuk melakukan pemeriksaan pelanggaran disiplin oleh anggota Polri. Pemeriksaan perkara pelanggaran disiplin didasarkan atas laporan, tertangkap tangan, temuan oleh petugas. Laporan sebagaimana dimaksud diatas disampaikan oleh setiap orang baik lisan maupun tertulis kepada petugas yang berwenang atas adanya pelanggaran disiplin. Laporan yang disampaikan, dituangkan dalam bentuk laporan Polisi yang dibuat oleh Provos. Tertangkap tangan dapat langsung diperiksa oleh Provos. Penindakan dan pemeriksaan

Page 26: PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI MODUL

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

26

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

terhadap pelaku yang tertangkap tangan, dapat dilakukan tanpa surat perintah. Temuan merupakan pelanggaran yang ditemukan oleh pejabat pengawasan fungsional maupun struktural. Hasil temuan selanjutnya diserahkan kepada Provos melalui Ankum untuk proses penyelesaiannya. Bentuk penyelesaian pelanggaran disiplin adalah pemberian sanksi disiplin berupa tindakan disiplin dan hukuman disiplin. Tindakan disiplin diberikan, kepada anggota Polri yang melakukan pelanggaran disiplin yang sedemikian ringan sifatnya, penjatuhan sanksi langsung dilaksanakan oleh Atasan tanpa melalui siding disiplin berupa teguran lisan dan tindakan fisik. Sanksi tersebut bersifat pembinaan dan tidak bertentanan dengan peraturan perundang–undangan dan tindakan disiplin tersebut tidak menghapus kewenangan Ankum untuk menjatuhkan hukuman disiplin, adapun tahapan dalam proses penyelesaian perkara pelanggaran oleh anggota Polri :

a. Penerimaan Laporan.

Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena hak atau kewajiban berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang atau diduga akan terjadinya pelanggran disiplin. Setiap adanya laporan pelanggaran disiplin anggota Polri, dituangkan dalam laporan polisi (LP). Laporan Polisi ini kemudian ditindaklanjuti dengan menerbitkan Surat Perintah Pemeriksaan (SPP). Berdasarkan SPP dilakukan pemanggilan terhadap saksi-saksi dan pelanggar guna pemeriksaan dan terhadap adanya laporan yang belun jelas perlu dilakukan penyelidikan. Dilakukan oleh anggota provos Polri atau petugas yang ditunjuk oleh ankum untuk menentukan benar tidaknya terjadi pelanggaran disiplin dan untuk mengumpulkan bukti permulaan yang cukup, guna pemeriksaan lebih lanjut. Pemanggilan dilaksanakan oleh Provos atau pejabat yang ditunjuk oleh ankum atau atasan ankum. Petugas yang menyampaikan surat pemamnggilan adalah setiap anggota Polri. Dalam hal seseorang yang dipanggil tidak berada di tempat, surat panggilan tersebut dapat diterimakan kepada keluarganya atau ketua RT atau Ketua RW atau Ketua Lingkungan atau Kepala Desa atau orang lain yang dapat dijamin bahwa surat panggilan tersebut akan disampaikan kepada yang bersangkutan. Terhadap terperiksa yaitu setiap anggota Polri yang diduga melakukan pelanggaran disiplin dan diperiksa pada tingkat pemeriksaan pendahuluan sampai dengan tingkat sidang disiplin, yang tidak memenuhi panggilan tanpa alasan yang sah atau menolak untuk menerima dan menandatangani surat panggilan serta tidak memenuhi panggilan untuk ketigakalinya, maka petugas dapat membawa disertai dengan surat perintah. Terperiksa yang tidak emmenuhi panggilan karena alasan sakit yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter dan karena dinas yang dapat

Page 27: PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI MODUL

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

27 -

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

dipertanggungjawabkan oleh atasannya, Provos dapat melakukan pemeriksaan di tempat.

b. Pemeriksaan.

Pemeriksaan pelanggaran disiplin adalah proses kegiatan yang dimulai dari pemeriksaan oleh provos Polri atau pejabat yang ditunjuk sampai dengan pemeriksaan di depan sidang disiplin. Pemeriksaan terhadap anggota Polri yang melakukan pelanggaran disiplin dilakukan dengan memperhatikan kepangkatan sebagai berikut :

1) Tantama dan bintara diperiksa oleh anggota Polri serendah-rendahnya berpangkat Bintara.

2) Perwira Pertama diperiksa oleh anggota Polri serendah-rendahnya berpangkat Bintara.

3) Perwira Menengah diperiksa oleh anggota Polri serendah-rendahnya berpangkat Perwira Pertama.

4) Perwira Tinggi diperiksa oleh anggota Polri serendah-rendahnya berpangkat Perwira Menengah.

Pemeriksaan pelanggaran disiplin merupakan tindak lanjut dari adanya penerimaan laporan, tertangkap tangan, dan temuan oleh petugas dalam bentuk kegiatan berupa pemanggilan terperiksa dan saksi, pembuatan berita acara pemeriksaan, dan pemeriksaan saksi ahli. Pemeriksaan pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh beberapa anggota yang menyangkut 2 (dua) daerah kewilayahan atau lebihdapat dilakukan oleh Provos kesatuan yang lebih tinggi (Polwil/Polda/Mabes Polri). Pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh anggota Polri pada tingkat kewilayahan yang tidak segera ditindaklanjuti oleh kesatuan anggota pelanggar yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat, pemeriksaannya ditangani oleh Provos dari kesatuan yang lebih tinggi. Pemeriksaan oleh Provos dilaksanakan berdasakan perintah Atasan Ankum. Hasil pemeriksaan pelanggaran disiplin dibuat dalam satu berkas perkara dan diserahkan kepada Ankum guna diselesaikan perkaranya melalui sidang disiplin. Terhadap pelanggar disiplin tertentu yang sifatnya memberatkan, provos dapatmelakukan pengamanan dalam rangkakeselamatan pelanggar atau orang laindan pencegahan melakukan perbuatan yang dilarang serta kepentingan penyelesaian pemeriksaan. Hal-hal yang memberatkan sebagaimana dimaksud, apabila pelanggaran dilakukan Negara / wilayah tempat bertugas dalam keadaan darurat, dalam penugasan operasi khusus kepolisian, atau dalam kondisi siaga I. Tempat pengamanan sebagaimana dimaksud dilaksanakan di tempat yang ditentukan oleh Ankum. Pengamana dilakukan selama-lamanya 1 x 24 jam yang selanjutnya diserahkankembali pada

Page 28: PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI MODUL

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

28

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

Ankum. Guna memperkuat pembuktian, pemeriksa dapat melakukan pengambilan dan /atau penerimaan barang bukti pelanggaran disiplin. Hasil pemeriksaan terhadap saksi, terperiksa, saksi ahli, dan administrasi yang berkaitan dengan pelanggaran disiplin disusun menjadi satu berkas perneriksaan yang berbentuk berkas perkara pelanggaran disiplin. Berkas perkara pelanggaran disiplin sebagaimana dimaksud terdiri dari sampul berkas perkara pelanggaran disiplin, resume, laporan polisi, surat perintah pemeriksaan, surat panggilan, berita acara pemeriksaan terperiksa, saksi dan saksi ahli, daftar barang bukti, dan berita acara penyerahan dan penerimaan barang bukti. Berkas perkara pelanggaran disiplin dilimpahkan oleh provos kepada Ankum. Berkas perkara pelanggaran disiplin,apabila pemeriksaannya dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk diserahkan kepada provos untuk kemudian dilimpahkan kepada Ankum. Ankum setelah menerima berkas perkara pelanggaran disiplin meminta pendapat hukum, dari satuan fungsi pembinaan hukum. Pendapat hukum dimaksud selambatlarnbatnya 7 hari telah diserahkan kepada Ankum.

Pemeriksaan Dalam Sidang Disiplin Penentuan penyelesaian pelanggaran disiplin melalui sidang disiplin kewenangan Ankum.Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah menerima berkas perkara pelanggaran dari Provos, Ankum harus menyelenggarakan sidang disiplin. Untuk menyelenggarakan sidang disiplin, Ankum menetapkan perangkat sidang dan waktu pelaksanaan sidang. Susunan keanggotaan, dan parangkat sidang, serta tata cara sidang disiplin dilaksanakan berdasarkan Keputusan Kapolri tentang Sidang Disiplin Bagi Anggota Polri. Pelaksanaan hal-hal sebagaimana dimaksud berdasarkan Surat Perintah Ankum.

c. Penjatuhan Hukuman.

Penjatuhan hukuman disiplin diputuskan dalam sidang disiplin. Setelah mendengarkan dan / atau memperhatikan keterangan saksi, terperiksa, saksi ahli, pendamping terperiksa, serta barang bukti Ankum menjatuhkan putusan hukuman disiplin. Putusan hukuman yang dijatuhkan oleh Ankum tidak menghapus tuntutan pidana atas pelanggaran pidana yang dilakukan oleh Terhukum.

d. Pelaksanaan Hukuman.

Hukuman disiplin dicantumkan dalam surat keputusan hukuman disiplin. Aslinya diberikan kepada terhukumdan tembusannya diberikan kepada Pejabat Personel, Provos dan Atasan Ankum.Hukuman disiplin dimaksud rnenyebutkan waktu penundaan yang jelas dan tidak melebihi masa 1 (satu) tahun yang aslinya diberikan kepada Terhukum dan tembusannya diberikan kepada Pejabat Personel, Provos dan

Page 29: PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI MODUL

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

29 -

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

Atasan Ankum. Putusan sidang disiplin harus sudah ditindaklanjuti dengan surat keputusan oleh pejabat yang berwenang selambatlambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari yang tembusan surat keputusannva disampaikan kepada Ankum.

Pelaksanaan putusan sidang disiplin dimaksud diserahkan kepada Provos. Berakhirnya masa hukuman disiplin yang dilaksanakan Terhukum sesuai masa hukuman yang tercantum dalam surat keputusan hukuman disiplin, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah berakhirnya masa hukuman untuk hukuman disiplin anggota Polri yang telah selesai menjalani hukuman harus dikembalikan pada keadaan semula. Pelaksanaan pengawasan terhadap anggota Polri semasa menjalani hukuman disiplin dan selesai menjalani hukuman disiplin untuk jangka waktu 6 (enam) bulan dilakukan oleh Ankum yang pelaksanaan sehari-hari ditugaskan kasepada Provos guna memberikan rekomendasi penilaian dalam rangka pembinaan karier selanjutnya. Rekomendasi penilaian diberikan dalam bentuk surat rekomendasi penilaian dari Provos.

Setelah dilakukan penjatuhan hukuman bagi anggota polri yang melakukan pelanggaran disiplin kepolisian sebagaimana diuraikan di atas, kepada yang bersangkutan dilakukan pencatatan dalam data personel perseorangan. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 36 Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. Pol.: Kep/ 43/IX/2004 tentang Tata Cara Penyelesaian Pelanggaran Disiplin Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berbunyi : “Setiap penjatuhan tindakan disiplin maupun hukuman disiplin dilakukan pencatatan dalam buku Pencatatan Data Personel Perseorangan yang selanjutnya dijadikan masukan bagi pengisian Riwayat Hidup Persons Perseorangan (RHPP)”.

Buku Pencatatan Data Personel Perseorangan berisikan identitas pelanggar, waktu dan tempat pelanggaran, Jenis pelanggaran, jenis hukuman, Nomor putusan hukuman, Batas waktu pelaksanaan hukuman. Pencatatan dilaksanakan oleh fungsi Personel, Provos. Paminal, dan Ankum pelanggar. Menurut Pasal 16 Peraturan Kapolri No. 7 Tahun 2006, apabila terjadi pelanggaran kumulatif antara pelanggaran disiplin dan pelanggaran Kode Etik Profesi Polri, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Sidang Disiplin atau Sidang Komisi Kode Etik Polri berdasarkan pertimbangan atasan Ankum dari terperiksa dan pendapat serta saran hukum dari Pengemban Fungsi Pembinaan Hukum.

Penanganan pelanggaran Kode Etik Profesi Polri dilakukan jika ada laporan atau pengaduan yang diajukan oleh

Page 30: PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI MODUL

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

30

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

masyarakat, anggota Polri atau sumber lain yang dapat dipertanggung jawabkan. Pengajuan laporan atau pengaduan disampaikan kepada pengemban fungsi Propam di setiap jenjang organisasi Polri. Berdasarkan laporan atau pengaduan tersebut Propam kemudian melakukan pemeriksaan pendahuluan. Apabila dari hasil pemeriksaan pendahuluan diperoleh dugaan kuat telah terjadi pelanggaran Kode Etik Profesi Polri, maka Propam mengirimkan berkas perkara kepada Pejabat yang berwenang dan mengusulkan untuk dibentuk Komisi Kode Etik Polri untuk selanjutnya dilakukan sidang guna memeriksa Anggota Polri yang diduga melanggar Kode Etik Profesi Profesi Polri untuk dijatuhkan putusan yang bersifat final.

Pelaksanaan penegakan hukum bertujuan untuk kepastian hukum, kemanfaatan atau kegunaan hukum itu sendiri serta keadilan bagi masyarakat. Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisiabel terhadap tindakan sewenang-wenang, yang berarti seseorang akan memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu, dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib. Pelaksanaan hukum atau penegakan hukum memberi manfaat atau kegunaan bagi masyarakat, ketika hukum dilaksanakan atau ditegakkan jangan sampai malah menimbulkan keresahan dalam masyarakat, dalam unsur yang ketiga, yaitu keadilan karena masyarakat sangat berkepentingan bahwa dalam pelaksanaan atau penegakan hukum, keadilan harus benar-benar diperhatikan. Selain daripada itu perlu juga diperhatikan disini, bahwa hukum yang dilaksanakan dan ditegakkan haruslah hukum yang mengandung nilai-nilai keadilan.

Hakikat penegakan hukum yang sebenarnya, menurut Soerjono Soekanto, terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabar nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Ketiga unsur tersebut harus mendapat perhatian secara proporsional seimbang, dalam praktek tidak selalu mudah mengusahakan kompromi secara proporsional seimbang antara ketiga unsur tersebut tanpa kepastian hukum orang tidak tahu apa yang harus diperbuatnya dan akhirnya timbul keresahan, tetapi terlalu menitik beratkan pada kepastian hukum jadinya terlalu ketat mentaati peraturan hukum akibatnya kaku dan akan menimbulkan rasa tidak adil. Apapun yang terjadi peraturanya demikian dan harus ditaati atau dilaksanakan dan ditegakkan. Menurut M. Friedman dalam proses bekerjanya aparatur penegak hukum itu, terdapat 3 elemen penting yang mempengaruhi, yaitu :

a. Institusi penegak hukum beserta berbagai perangkat sarana dan prasarana pendukung dan mekanisme kerja

Page 31: PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI MODUL

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

31 -

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

kelembagannya;

b. Budaya kerja yang terkait dengan aparatnya, termasuk mengenai kesejahteraan aparatnya;

c. Perangkat peraturan yang mengandung baik kinerja kelembagaanya maupun yang mengatur materi hukum yang dijadikan standar kerja, baik hukum materilnya maupun hukum acaranya.

Upaya penegakan hukum secara sistematik haruslah memperhatikan ketiga aspek itu secara simultan, sehingga proses penegakan hukum dan keadilan itu sendiri secara internal dapat diwujudkan secara nyata. Keluhan berkenaan dengan kinerja penegakan hukum di negara kita selama ini selain ketiga faktor di atas, sebenarnya juga memerlukan analisis yang lebih menyeluruh lagi. Upaya penegakan hukum hanya satu elemen saja dari keseluruhan persoalan kita sebagai negara hukum yang mencita-citakan upaya menegakkan dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia . Hukum tidak mungkin akan tegak, jika hukum itu sendiri atau belum mencerminkan perasaan atau nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakatnya. Hukum tidak mungkin menjamin keadilan jika materinya sebagian besar merupakan warisan masa lalu yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman, artinya persoalan yang kita hadapi bukan saja berkenaan dengan upaya penegakan hukum tetapi juga pembaharuan hukum atau pembuatan hukum baru. Oleh karena itu, ada empat (4) fungsi penting yang memerlukan perhatian yang seksama, yaitu : pembuatan hukum (the legislation of law atau Law and rule making), sosialisasi, penyebarluasan dan bahkan pembudayaan hukum (socialization and promulgation of law) dan penegakan hukum (the enforcement of law).

8. Prosedur dan Mekanisme Penyelesaian Perkara Tindak Pidana oleh Anggota Polri.

Adanya tindak pidana yang dilakukan oleh anggota Polri diketahui berdasarkan laporan atau pengaduan oleh masyarakat. Laporan atau pengaduan tersebut dapat melalui Direktorat Reserse Kriminal (Dir Reskrim) maupun Sub Bidang Provos untuk menangani dan memeriksa perkara anggota Polri yang diduga telah melakukan tindak pidana. Laporan yang diterima melalui Dir Reskrim diproses sesuai dengan prosedur yang berlaku dalam hal ini anggota Polri diperlakukan sama dimuka hukum seperti masyarakat biasa bisa melakukan tindak pidana.

Dalam Dir Reskrim anggota Polri pelaku tindak pidana akan dihukum melalui sidang peradilan umum. Namun apabila laporan

Page 32: PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI MODUL

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

32

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

atau pengaduan masyarakat tersebut masuk dalam Sub Bidang Provos, maka akan diproses dengan melihat apakah perbuatan tindak pidana tersebut masuk dalam sidang disiplin Polri atau Sidang Komisi Kode Etik Profesi Polri yang ditentukan oleh seorang Ankum. Apabila Ankum melihat bahwa perbuatan tindak pidana tersebut dianggap sebagai sebuah pelanggaran dan anggota Polri tersebut masih dapat dipertahankan sebagai anggota Polri maka anggota Polri tersebut terkena Sidang Disiplin. Namun apabila anggota Polri tersebut melakukan perbuatan tindak pidana yang dianggap telah membuat buruk nama institusi kepolisian dan dilihat tidak dapat lagi dipertahankan sebagai anggota Polri maka Ankum akan menjerat anggota Polri tersebut dengan hukuman melalui Sidang Kode Etik Profesi Polri.

Page 33: PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI MODUL

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

33 -

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

Rangkuman

1. Fungsi Propam dalam pelaksanaan tupoksinya mengemban fungsi sebagai penyelenggaraan tugas kepolisian di bidang pertanggung jawaban profesi, pengamanan internal, dan pengaman sispil secara profesional, senantiasa menumbuh kembangkan inovasi dan kreatifitas dalam memberikan pelayanan kepada anggota dan masyarakat serta melakukan gerakan moral untuk mewujudkan ketulusan dan keikhlasan dalam melaksanakan tugas sebagai pengabdian dan ibadah, bertanggung jawab baik secara administratif, hukum maupun secara moral, sehingga diharapkan tergelarnya Polri yang dipercaya masyarakat disemua lini pelayanan masyarakat, yang pada akhirnya diharapkan terwujudnya Good Governance dalam lembaga kepolisian dan terjaminnya roda pemerintahan dan roda demokrasi yang kondusif.

2. Dasar pertimbangan diterbitkannya Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011, adalah sebagai berikut :

a. Bahwa pelaksanaan tugas, kewenangan, dan tanggung jawab anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia harus dijalankan secara profesional, proporsional, dan prosedural yang didukung oleh nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Tribrata dan Catur Prasetya dijabarkan dalam kode etik profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai norma berperilaku yang patut dan tidak patut;

b. Bahwa penegakan kode etik profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia harus dilaksanakan secara obyektif, akuntabel, menjunjung tinggi kepastian hukum dan rasa keadilan (legal and legitimate), serta hak asasi manusia dengan memperhatikan jasa pengabdian anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diduga melanggar kode etik profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.

3. Tujuan Norma Etika.

a. Mencegah dan minimalisir terjadinya tindak pidana, sebagai peringatan dini;

b. Terjaganya perilaku anggota Polri sebagai pejabat publik terkait dengan norma dan nilai-nilai budaya, hukum, agama dan sosial masyarakat.

c. Terjamin kepastian hukum.

Page 34: PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI MODUL

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

34

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

4. Prosedur dan Mekanisme Penyelesaian Perkara Tindak Pidana oleh Anggota Polri

Adanya tindak pidana yang dilakukan oleh anggota Polri diketahui berdasarkan laporan atau pengaduan oleh masyarakat. Laporan atau pengaduan tersebut dapat melalui Direktorat Reserse Kriminal (Dir Reskrim) maupun Sub Bidang Provos untuk menangani dan memeriksa perkara anggota Polri yang diduga telah melakukan tindak pidana. Laporan yang diterima melalui Dir Reskrim diproses sesuai dengan prosedur yang berlaku dalam hal ini anggota Polri diperlakukan sama dimuka hukum seperti masyarakat biasa bisa melakukan tindak pidana. Dalam Dir Reskrim anggota Polri pelaku tindak pidana akan dihukum melalui sidang peradilan umum. Namun apabila laporan atau pengaduan masyarakat tersebut masuk dalam Sub Bidang Provos, maka akan diproses dengan melihat apakah perbuatan tindak pidana tersebut masuk dalam sidang disiplin Polri atau Sidang Komisi Kode Etik Profesi Polri yang ditentukan oleh seorang Ankum. Apabila Ankum melihat bahwa perbuatan tindak pidana tersebut dianggap sebagai sebuah pelanggaran dan anggota Polri tersebut masih dapat dipertahankan sebagai anggota Polri maka anggota Polri tersebut terkena Sidang Disiplin. Namun apabila anggota Polri tersebut melakukan perbuatan tindak pidana yang dianggap telah membuat buruk nama institusi kepolisian dan dilihat tidak dapat lagi dipertahankan sebagai anggota Polri maka Ankum akan menjerat anggota Polri tersebut dengan hukuman melalui Sidang Kode Etik Profesi Polri.

Page 35: PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI MODUL

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

35 -

PENEGAKAN DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI POLRI SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

Latihan

1. Jelaskan landasan filosofis !

2. Jelaskan landasan yuridis !

3. Jelaskan tujuan norma etika !

4. Jelaskan aturan hukum terkait penegakkan etika profesi Polri !

5. Jelaskan pihak-pihak yang berwenang dalam proses penegakkan etika profesi polri !

6. Uraikan prosedur penegakkan etika profesi Polri !