29
Penelitian Etnografik (Ethnographic Research) Pengertian Etnografi Etnografi merupakan salah satu dari sekian pendekatan dalam Penelitian Kualitatif yang sering digunakan dalam ilmu sosial, terutama dalam antropologi dan beberapa cabang sosiologi, juga dikenal sebagai bagian dari ilmu sejarah yang mempelajari masyarakat, kelompok etnis dan formasi etnis lainnya. istilah etnografi sebenarnya merupakan istilah antropologi. Etnografi merupakan embrio dari antropologi, yaitu lahir pada tahap pertama dari perkembangannya, yaitu sebelum tahun 1800-an. Etnografi merupakan hasil-hasil catatan penjelajah Eropa tatkala mencari rempah-rempah ke Indonesia. Mereka mencatat semua fenomena menarik yang dijumpai selama perjalanannya, antara lain berisi tentang adat-istiadat, susunan masyarakat, bahasa dan ciri- ciri fisik dari sukusuku bangsa tersebut (Koentjaraningrat, 1989). Menurut Burhan Bungin ( 2008:220) Etnografi sendiri merupakan embrio dari antropologi., berarti sebuah deskripsi mengenai orang-orang atau, secara harfiah, “penulisan budaya” (Atkinson, 1992).Dalam perspektif keilmuan, tipe penelitian etnografi menurut Ember dan Ember (1990) mengemukakan bahwa etnografi adalah salah satu tipe penelitian antropologi budaya. Hal serupa dinyatakan oleh Neuman (2000), yaitu bahwa etnografi muncul dari antropologi budaya. Istilah etnografi berasal dari kata Ethnos (bangsa) berarti orang atau folk, sementara Graphein (menguraikan) mengacu pada penggambaran 1

Penelitian Etnografik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

penjelasan penelitian etnografik

Citation preview

Page 1: Penelitian Etnografik

Penelitian Etnografik (Ethnographic Research)

Pengertian Etnografi

Etnografi merupakan salah satu dari sekian pendekatan dalam Penelitian Kualitatif

yang sering digunakan dalam ilmu sosial, terutama dalam antropologi dan beberapa

cabang sosiologi, juga dikenal sebagai bagian dari ilmu sejarah yang mempelajari

masyarakat, kelompok etnis dan formasi etnis lainnya. istilah etnografi sebenarnya

merupakan istilah antropologi. Etnografi merupakan embrio dari antropologi, yaitu lahir pada

tahap pertama dari perkembangannya, yaitu sebelum tahun 1800-an. Etnografi merupakan

hasil-hasil catatan penjelajah Eropa tatkala mencari rempah-rempah ke Indonesia. Mereka

mencatat semua fenomena menarik yang dijumpai selama perjalanannya, antara lain berisi

tentang adat-istiadat, susunan masyarakat, bahasa dan ciri-ciri fisik dari sukusuku bangsa

tersebut (Koentjaraningrat, 1989).

Menurut Burhan Bungin ( 2008:220) Etnografi sendiri merupakan embrio dari

antropologi., berarti sebuah deskripsi mengenai orang-orang atau, secara harfiah, “penulisan

budaya” (Atkinson, 1992).Dalam perspektif keilmuan, tipe penelitian etnografi menurut

Ember dan Ember (1990) mengemukakan bahwa etnografi adalah salah satu tipe penelitian

antropologi budaya. Hal serupa dinyatakan oleh Neuman (2000), yaitu bahwa etnografi

muncul dari antropologi budaya. Istilah etnografi berasal dari kata Ethnos (bangsa) berarti

orang atau folk, sementara Graphein (menguraikan) mengacu pada penggambaran sesuatu.

Oleh karena itu etnografi merupakan penggambaran suatu budaya atau cara hidup orang-

orang dalam sebuah komunitas tertentu.

Etnografi adalah usaha untuk menjelaskan suatu budaya atau suatu aspek dari budaya.

Secara lebih khusus, etnografi berusaha memahami tingkah laku manusia ketika mereka

berinteraksi dengan sesamanya di suatu komunitas. Singkatnya, etnografer berusaha

memahami budaya atau aspek budaya melalui serangkaian pengamatan dan interpretasi

perilaku manusia, yang berinteraksi dengan manusia lain. Frey et al (1992) berpendapat

etnografi digunakan untuk meneliti perilaku manusia dalam lingkungan spesifik alamiah.

Etnografer berusaha menangkap sepenuh mungkin, dan berdasarkan perspektif orang

yang diteliti, cara orang menggunakan dalam konteks spesifik. Etnografi sering dikaitkan

dengan hidup secara intim dan untuk waktu yang lama dengan suatu komunitas pribumi yang

diteliti yang bahasanya dikuasai peneliti. Sarantakos (1993) mengemukakan bahwa budaya

merupakan konsep sentral dari etnografi. Budaya dipelajari sebagai sebuah kesatuan. Entitas

1

Page 2: Penelitian Etnografik

budaya adalah sistem yang digunakan bersama oleh komunitas. Para anggota budaya ini

mempelajari unsur-unsur dan konfigurasinya melalui interaksi, serta dengan cara hidup dalam

budaya lain. Guna mencapai hal itu, kerja etnografer tak dapat dilakukan di tataran

permukaan, ia perlu melakukan in-depth studies. Cara ini menjadi jaminan kedalaman

informasi yang diperoleh peneliti, sekaligus kedalaman penghayatan atas pengalaman budaya

yang dimiliki oleh subjek penelitian.

Etnografi yang akarnya antropologi pada dasarnya adalah kegiatan penelitian untuk

memahami cara orang-orang berinteraksi dan bekerjasama melalui fenomena teramati

kehidupan sehari-hari (Symon dan Cassell, 1998). Ini berarti, sebagai sebuah disiplin riset,

etnografi didasarkan pada kultur konsep yang tersusun, menggunakan kombinasi teknik-

teknik pengamatan, wawancara, dan ana lisis dokumen, untuk merekam komunikasi dan

perilaku orang-orang dalam latar sosial tertentu.

Etnografi, Kebudayaan dan Masyarakat

Secara umum etnografi disebut sebagai ‘menuliskan tentang kelompok masyarakat’.

Secara khusus hal tersebut juga berarti menuliskan tentang kebudayaan sebuah kelompok

masyarakat. Disebutkan bahwa seluruh manusia, dan juga beberapa binatang,

mentransmisikan, membagi, merubah, menolak, dan menciptakan kembali budaya di dalam

sebuah kelompok. Semua peneliti etnografi memulai, dan mengakhiri penelitiannya dengan

berfokus pada pola-pola ini, dan sifat-sifat yang ‘dipersamakan’ atau ‘disepakati’ bersama,

membentuk sebuah kebudayaan masyarakat. Dokumen yang dihasilkan dari fokus tersebut

disebut dengan etnografi. 

Bicara etnografi tidak bisa dilepaskan dari permasalahan definisi kebudayaan, di

mana dari proses berbagi di dalamnya terbentuk suatu kelompok orang-orang, lembaga atau

masyarakat. Penelitian etnografi tidak bisa dilepaskan dari permasalahan kebudayaan

masyarakat di dalam setting tertentu. Etnografi itu sendiri juga menjadi sebuah cara untuk

memperbicangkan teori-teori kebudayaan melalui fenomena yang diteliti di lapangan.

Etnografi membangun teori kebudayaan atau penjelasan tentang bagaimana orang berpikir,

percaya, dan berperilaku yang disituasikan dalam ruang dan waktu setempat. 

Penelitian di lingkungan alamiah (natural setting)

Penelitian etnografi dilakukan di lingkungan alamiah (natural setting) penelitian ini

tidak dilakukan di laboratorium atau lingkungan buatan lainnya. Dalam penelitian etnografi

peneliti datang ke tempat di mana masyarakat atau kelompok tinggal untuk ‘mengalami

2

Page 3: Penelitian Etnografik

bersama’ apa yang mereka lakukan sehari-hari. Dari pengalaman bersama dengan ‘yang

diteliti’ ini diharapkan peneliti bisa memahami bagaimana kehidupan sosial dan budaya dari

sudut pandang mereka.

Peneliti tidak bisa mengubah setting alamiah dalam penelitian etnografi – misalnya

dengan membuat sawah baru, model ruang tunggu dengan alasan ‘kemudahan’ penelitian.

Namun dalam beberapa metode pengumpulan data di dalam etnografi peneliti bisa

‘mengontrol’ setting , misal: dengan mengundang beberapa anggota masyarakat ke balai

desa setempat untuk melakukan focus group interview dan focus group discussion. 

Interaksi manusia dengan lingkungan alam dan sosialnya menjadi hal yang penting

karena di dalamnya juga bisa terlihat bagaimana manusia berbagi (pengetahuan, nilai-nilai,

perilaku) yang kemudian disebut sebagai bentuk kebudayaan. Hal tersebut menjadi

pertimbangan mengapa peneliti tidak bisa mengubah setting. Metode focus group interview

juga tidak menjadi satu-satunya cara yang dipilih untuk mengumpulkan data dalam etnografi.

Sebagai sebuah penelitian yang menggunakan sejumlah teknik pengumpulan data, hasil yang

didapat dari focus group interviews akan di cek ulang dengan informasi yang didapat dari

teknik lainnya melalui observasi dan wawancara mendalam yang dilakukan di dalam setting

alamiah. 

Peneliti sebagai alat pengumpul data 

Etnografi menggunakan peneliti sebagai alat pengumpul data melalui indera

penglihatan, pendengaran, dan perasa. Melalui kegiatan wawancara dan observasi peneliti

mengumpulkan data untuk kemudian merumuskan permasalahan, dan mencari

pemecahannya. Keberadaan peneliti sebagai alat pengumpul data ini juga menimbulkan

perdebatan panjang berkenaan dengan validitas dan reliabilitas ketika etnografi dibandingkan

dengan metode penelitian lainnya terutama yang tidak menggunakan peneliti sebagai alat

pengumpul data. “Ilmu pengetahuan yang obyektif” menjadi sesuatu yang memberatkan,

ketika keberadaan peneliti, dan interaksinya dengan ‘yang diteliti’ di lapangan

memungkinkan terjadinya bias dalam data yang dihasilkan. 

Sebagian peneliti percaya bahwa metode yang digunakannya dalam penelitian

etnografi bisa dan harus netral dan bebas nilai, meskipun mereka menyadari bahwa nilai-nilai

peneliti memainkan peranan penting dalam penyeleksian pertanyaan penelitian. Para peneliti

juga menyadari bahwa nilai dan kepentingan mempengaruhi bagaimana hasil penelitian akan

digunakan. Mereka yang berpendapat demikian juga sepakat untuk menggunakan beberapa

3

Page 4: Penelitian Etnografik

metode dan teknik pengumpulan data sekaligus untuk mengatasi permasalahan obyektivitas

ini.

Pada banyak kasus, peneliti diharuskan tinggal bersama dengan ‘yang diteliti’ di

dalam setting alamiah mereka. Ketika itu pula dibangun suatu hubungan mutualisme di mana

peneliti juga harus membantu ‘yang diteliti’ untuk menyelesaikan permasalahan mereka,

yang mungkin menjadi permasalahan penelitiannya. Kedekatan yang dibangun selama berada

di lapangan dalam rangka mendapatkan jawaban yang lebih mendalam, bisa jadi akan

berpengaruh di dalamnya terutama bila peneliti harus bekerja sama dengan orang-orang di

dalam setting yang berbeda pendapat, atau saling berlawanan.

Serangkaian teknik pengumpulan data digunakan seperti observasi, wawancara,

survey dan sampel populasi, focus group interviews, metode audiovisual, pemetaan,

penelitian jaringan. Dalam satu penelitian etnografi bisa digunakan beberapa metode

pengumpulan data sekaligus dengan tujuan saling melengkapi, menghilangkan ‘bias’ menjadi

salah satu alasan di dalamnya.

Observasi dan wawancara dalam etnografi

Observasi dan wawancara adalah cara pengumpulan data yang umum dilakukan

dalam penelitian etnografi. Keduanya dilakukan bersamaan di dalam setting alamiah ‘yang

diteliti’, dan saling melengkapi untuk mendapatkan gambaran tentang ‘yang lain’. Observasi

dan wawancara menggunakan peneliti sebagai alat pengumpul data – melalui indera

(penglihatan, pendengaran, dan perasa), dan kemampuan untuk berkomunikasi. 

Observasi dan wawancara dalam etnografi tidak bisa dilepaskan dari partisipasi, yang

berarti peneliti hampir sepenuhnya menenggelamkan diri di dalam kehidupan bersama

masyarakat yang diteliti. Kegiatan ini kemudian dikenal sebagai pengamatan partisipatif

Dalam pengertian modern, pengamatan partisipatif tidak mengharuskan peneliti untuk terlibat

secara penuh, menjadi anggota masyarakat ‘yang diteliti’ atau penduduk tetap. Partisipasi di

sini bisa diartikan sebagai sebuah rangkaian waktu keberlanjutan.  Observasi merujuk pada

segala sesuatu yang dapat teramati melalui indera penglihatan peneliti etnografi. Observasi

selalu mengalami ‘penyaringan’, melalui kerangka interpretasi peneliti.

Observasi yang paling akurat adalah yang dibentuk melalui kerangka teoritis dan

perhatian yang teliti terhadap detail. Pengaruh lain dalam observasi adalah bias personal dan

nilai, dan teori yang tidak teratikulasikan, yang justru tidak membantu. Peneliti etnografi

harus memahami dengan seksama permasalahan peneltian dan kerangka teoritis yang

4

Page 5: Penelitian Etnografik

membentuknya, sama baiknya dengan bias-bias yang mungkin akan muncul di dalamnya

sebagai upaya untuk meminimalkan bias.

Kualitas hasil pengamatan tergantung pada kemampuan peneliti untuk mengamati,

mendokumentasikan dan menginterpretasikan apa yang bisa diamati.  Apa yang diamati oleh

peneliti etnografi akan berbeda selama berada di lapangan. Peneliti menghabiskan hari

pertamanya di lapangan untuk melakukan pengenalan terhadap situasi dan kondisi.

Selain kondisi lingkungan, peristiwa juga merupakan hal yang menjadi sasaran

pengamatan peneliti etnografi. Peristiwa didefinisikan sebagai kegiatan yang berurutan yang

terbatas pada ruang dan waktu. Peristiwa adalah kegiatan yang lebih luas, lebih lama, dan

melibatkan lebih banyak orang di dalamnya dibandingkan dengan kegiatan tunggal. Peristiwa

biasanya diselenggarakan di suatu tempat spesifik, dan mempunyai arti dan tujuan khusu

yang disepakati bersama oleh kebanyakan orang, meskipun penafsiran individu atas arti

peristiwa tersebut berbeda-beda – tergantung perbedaan di antara para informan. Peristiwa

biasanya melibatkan lebih dari satu orang, punya kesejarahan dan kepentingan, dan berulang

dalam periode waktu tertentu. Pertanyaan tentang siapa, apa yang terjadi, di mana, kapan,

mengapa dan untuk siapa merupakan hal umum yang ditanyakan untuk memperoleh

gambaran tentang peristiwa.

Wawancara dalam etnografi digunakan untuk menggali lebih dalam informasi dari

topik yang telah ditentukan, mengetahui riwayat hidup, memahami pengetahuan dan

kepercayaan, dan penjelasan tentang tindakan. Secara teknis terdapat dua macam wawancara

yang umumnya digunakan dalam etnografi, yaitu:

1) wawancara mendalam (in-depth interview)

2) wawancara terbuka (open-ended interview)

Wawancara mendalam merujuk pada eksplorasi segala dan semua aspek sebuah topik

secara detail. Sementara wawancara terbuka membiarkan respon terbuka pada penilaian yang

diwawancara dan tidak terikat pada pilihan yang disediakan oleh pewawancara atau

membatasi pada sepotong jawaban. Tidak ada jawaban yang benar , dan yang diwawancara

tidak dihadapkan pada serangkaian alternatif pilihan.Bentuk pertanyaan terbuka dan

eksploratif ini memungkinkan peneliti untuk menggunakan fleksibilitasnya secara maksimal

di dalam mengeksplorasi topik secara mendalam, dan membuka topik baru yang muncul di

dalamnya.

Tujuan utama wawancara terbuka adalah mengeksplorasi bidang yang belum

dijelaskan dalam model jaringan konsep; mengidentifikasi bidang baru; merinci bidang-

bidang ke dalam bagian faktor-faktor, dan sub-faktor; mendapatkan informasi terarah tentang

5

Page 6: Penelitian Etnografik

konteks dan sejarah tentang permasalahan yang diteliti dan lokasi penelitian; membangun

pemahaman dan hubungan positif antara pewawancara dan orang yang diwawancara. Sebuah

wawancara eksploratif membutuhkan ingatan yang selalu waspada, pemikiran logis, dan

kemampuan komunikasi yang bagus.

Dalam penelitiannya, etnograf berusaha untuk mengumpulkan artefak, bukti fisik,

ataupun yang berkaitan dengan ceritera, mitos, dan lain sebagainya sebagai bukti dan

rekaman akan aktivitas yang ada dalam kelompok tersebut. Selain itu, etnograf juga

melakukan kerja lapangan seperti melakukan observasi, wawancara, dan cara lain dalam

pengembangan deskripsi aturan budaya dalam kelompok guna menentukan pola hubungan

sosial antaranggota kelompok yang mengatur pola perilaku individu dalam kelompok

tersebut.

Dalam kerja lapangan yang dilakukan, etnograf diwajibkan sensitif terhadap masalah

akses masuk ke dalam kelompok yang tentu tidak selalu mudah untuk dilakukan. Selain itu,

keberadaan informan kunci juga perlu diketahui untuk menunjang keberhasilan dari

penelitian tersebut. Jika informasi sudah didapat, maka perlu adanya kepedulian dengan

memberikan timbal balik yang sesuai bagi orang atau sumber yang telah sudi memberikan

informasi.

Jenis Metodologis Penelitian Etnografi

Sebagai sebuah metode penelitian yang lahir dari pemahaman terhadap budaya sebuah

masyarakat, etnografi mengalami perkembangan, dalam metode ini berdasarkan

perkembangan waktu berdasarkan pemikiran Spradley mengalami perubahan dan

perkembangan dari sisi pola kerja hingga pada pola analisis yang digunakan. Berikut ini

adalah perjalanan metode etnografi sebagaimana yang disusun oleh Spradley.

a. Etnografi awal (akhir abad ke-19). 

Etnografi awal dimaksudkan untuk membangun tingkat-tingkat perkembangan

evolusi budaya manusia dari masa manusia mulai muncul di permukaan bumi sampai ke

masa terkini. Seperti layaknya analisis wacana, para ilmuwan pada saat itu melakukan kajian

etnografi melalui tulisan-tulisan dan referensi dari perpustakaan yang telah ada tanpa terjun

ke lapangan. Pola kerja seperti bisa dikatakan dengan pola kerja yang dilakukan ilmuwan

sejarah/arkeologi/antropologi yang hanya terfokus pada pemahaman mereka terhadap budaya

manusia melalui naskah-naskah yang tersimpan dalam sebuah perpustakaan.

Namun, akhir abad ke-19, pola kerja dan legalitas penelitian ini mulai dipertanyakan,

mengingat tidak ada fakta yang dapat dijadikan pendukung peneliti dalam

6

Page 7: Penelitian Etnografik

mengintepretasikan data, kecuali hanya menginterpretasikan naskah yang dibaca tanpa

pernah tahu dan mengerti realitas budaya manusia yang terjadi sesungguhnya. Dengan kata

lain, muncul pemikiran baru yang mengharuskan peneliti terjun ke lapangan langsung untuk

mengetahui dan memahami budaya kelompok masyarakat dengan menjadi anggota

masyarakat secara langsung.

b. Etnografi Modern (1915-1925). 

Dipelopori oleh antropolog sosial Inggris, Radclifffe-Brown dan B. Malinowski,

etnografi modern dibedakan dengan etnografi mula-mula berdasarkan ciri penting, yakni

mereka tidak terlalu mamandang hal-ikhwal yang berhubungan dengan sejarah kebudayaan

suatu kelompok masyarakat (Spradley, 1997). Perhatian utama mereka adalah pada

kehidupan masa kini, yaitu tentang the way of life masayarakat tersebut. Menurut pandangan

dua antropolog ini tujuan etnografi adalah untuk mendeskripsikan dan membangun struktur

sosial dan budaya suatu masyarakat. Untuk itu peneliti tidak cukup hanya melakukan

wawancara, namun hendaknya berada bersama informan sambil melakukan observasi.

c. Ethnografi Baru Generasi Pertama (1960-an).

Berakar dari ranah cognitive anthropology, “etnografi baru” memusatkan usahanya

untuk menemukan bagaimana masyarakat mengorganisasikan budaya mereka dalam pikiran

mereka dan kemudian menggunakan budaya tersebut dalam kehidupan. Analisis dalam

penelitian ini tidak didasarkan semata-mata pada interpretasi peneliti tetapi merupakan

susunan pikiran dari anggota masyarakat yang dikorek keluar oleh peneliti. Karena tujuannya

adalah untuk menemukan dan menggambarkan organisasi pikiran dari suatu masyarakat,

maka pemahaman peneliti akan studi bahasa menjadi sangat penting dalam metode penelitian

ini. “Pengumpulan riwayat hidup atau suatu strategi campuran, bahasa akan muncul dalam

setiap fase dalam proses penelitian ini.

Etnografi baru jenis ini dikenal dengan nama ethnoscience yang muncul tahun awal

1960-an dan semakin popular ditahun 1970-an. Heddy Shri Ahimsa Putra (2009) menyatakan

bahwa ethnoscience berasal dari kata ethno yang berarti suku bangsa, dan science yang

berarti ilmu pengetahuan. Sehingga ethnoscience dapat dimaknai sebagai perangkat

pengetahuan dari suatu komunitas, masyarakat atau suku bangsa, mengenai berbagai macam

hal yang ada dalam lingkungan dan kehidupan mereka. Pengetahuan ini berupa cirri, sifat,

keadaan, kategorisasi-kategorisasi, aturan-aturan, nilai-nilai dan atau petunjuk-petunjuk untuk

mewujudkan tindakan tertentu. Perangkat pengetahuan inilah yang membimbing manusia

7

Page 8: Penelitian Etnografik

mewujudkan perilakunya dalam situasi dan kondisi lingkungan tertentu. Dengan demikian,

pemahaman mengenai pola-pola perilaku suatu pendukung kebudayaan akan dapat diperoleh

manakala seseorag mengetahui dengan baik perangkat pengetahuan yang mendasari pola-

pola perilaku tersebut.

d. Etnografi Baru Generasi Kedua. 

Inilah metode penelitian hasil sintesis pemikiran Spardley yang dipaparkan dalam

buku “Metode Etnografi” ini. Secara lebih spesifik, Spardley mendefinisikan budaya –

sebagai yang diamati dalam etnografi – sebagai proses belajar yang mereka gunakan untuk

megintepretasikan dunia sekeliling mereka dan menyusun strategi perilaku untuk

menghadapinya. Dalam pandangannya ini, Spardley tidak lagi menganggap etnografi sebagai

metode untuk meneliti “Other culture”, masyarakat kecil yang terisolasi, namun juga

masyarakat kita sendiri, masyarakat multicultural di seluruh dunia.

Pemikiran ini kemudian dia rangkum dalam “Alur Penelitian Maju Bertahap” yang

terdiri atas lima ,prinsip, yakni: Peneliti dianjurkan hanya menggunakan satu teknik

pengumpulan data; mengenali langkah-langkah pokok dalam teknik tersebut., misalnya 12

langkah pokok dalam wawancara etnografi dari Spardley.; setiap langkah pokok dijalankan

secara berurutan; praktik dan latihan harus selalu dilakukan; memberikan problem solving

sebagia tanggung jawab sosialnya, bukan lagi ilmu untuk ilmu.

Inti dari “Etnografi Baru” Spardley ini adalah upaya memperhatikan makna tindakan

dari kejadian yang menimpa orang yang ingin kita pahami melalui kebudayaan mereka.

Dalam melakukan kerja lapangan, etnografer membuat kesimpulan budaya manusia dari tiga

sumber: (1) dari hal yang dikatakan orang, (2) dari cara orang bertidak, (3) dari berbagai

artefak yang digunakan.

Sementara itu, etnografi sebagai metode penelitian menunjukkan perkembangan

cukup berarti pada dua dasawarsa terakhir. Kondisi itu dipengaruhi oleh perkembangan ilmu

pengetahuan yang semakin akseleratif dan budaya manusia sendiri yang semakin kompleks

yang mengarah pada budaya cyber (cyberculture). Ada dua model baru dalam metode

etnografi, yaitu etnografi baru generasi ketiga, dan etnografi virtual yang bersentuhan dengan

teknologi internet.

e. Etnografi Baru Generasi Ketiga.

Etnografi baru generasi ketiga lahir sekitar tahun 2003 yang dipelopori peneliti

berkebangsaan Jepang, Paula Saokko. Etnografi jenis lebih lebih dipengaruhi oleh displin

8

Page 9: Penelitian Etnografik

keilmuan cultural studies. Karena itu yang menjadi landasan dalam etnografi ini adalah

hermeneutika dan poststrukturalisme. Istilah etnografi baru dimunculkan, karena rasa

frustasinya terhadap kerja metodologi penelitian yang tidak pernah mengungkap realitas

sosial secara objektif, selalu berpihak kepada informan yang memiliki otoritas, sementara

informan yang tak memiliki otoritas terabaikan. Penelitian itu harus adil, tidak ada

keberpihakan. Karena informan atau subjek penelitian harus juga memperhatikan individu

yang termarginalkan, karena bisa jadi apa yang mereka sampaikan merupakan kebenaran

sesungguhnya. Jadi, adil dalam konteks Paula Saokko adala keberimbangan informan yang

dipilih peneliti ketika menggali data.

Sebagai etnografi baru, Paula Saokko menolak cara kerja etnografi konvensional yang

dinilai sangat esensialis. Karena itu, selain wawancara mendalam, observasi partisipan, dan

dokumentasi sebagai teknik pengumpulan datanya, maka perspektif emik-etikpun digunakan

secara bersamaan. Dalam arti, seorang etnografer jenis ini harus menggunakan perspektif

emik dalam meneliti, sehingga ia mengerti betul apa subjek penelitiannya, dan pada saat yang

sama dia harus menggunakan perspektif etik, yaitu segera keluar dari lingkungan subjek

penelitian, untuk melakukan refleksi terhadap apa yang selama ini dilakukan. Apakah yang

etnografer tangkap, maknai, pahami telah benar-benar objektif, atau hanya emosional karena

terlalu larut menjadi orang dalam subjek penelitian.

f. Etnografi Virtual

Munculnya etnografi jenis ini berawal dari sebuah pemikiran tentang aktivitas

komunikasi manusia ketika menggunakan teknologi internet (new media, media online).

Hadirnya media baru tersebut telah memberikan keleluasaan bagi penggunanya dalam

mentransmisi dan menerima pesan tanpa terikat oleh aturan kelembagaan sebagaimana media

darkomunikasi konvensional. Tema yang dibicarakan menjadi sangat beragam, mulai dari

persoalan kekuasaan, ketidaksetaraan, gender, integrasi sosial, identitas, perubahan sosial,

pembangunan hingga persoalan-persoalan yang sifatya sepele (waste of informations). Ketika

manusia semakin “terbenam dan larut” dalam kebiasaan menggunakan media baru, maka

tanpa disadari telah melahirkan sebuah budaya baru bagi manusia. Budaya baru inilah yang

kemudian dikenal dengan istilah cyberculture.

Lahirnya budaya baru sebagai konsekuensi dari pola prilaku manusia dalam

menggunakan teknologi, telah menarik beberapa pakar untuk mengkajinya. Salah satunya

adalah Christine Hine. Menjadi persoalan besar bagi Christine Hine ketika ingin mengetahui

dan memahami budaya baru tersebut, karena metodologi penelitian yang ada (etnografi

9

Page 10: Penelitian Etnografik

konvensional) tidak memungkinkan untuk digunakan. Hal ini disebabkan oleh dua persoalan,

yaitu:

(a) posisi peneliti dan subjek penelitian yang tidak asimetris, padahal dalam penelitian

kualitatif, atau etnografis syarat posisi peneliti dan subjek penelitian harus simetris, yaitu

peneliti dan subjek penelitian harus bertatap muka (face to face).

(b) keontentikan data. Mengingat posisi peneliti dan subjek penelitian tidak asimetris,

maka bisa jadi keontentikan data yang diberikan subjek penelitian ketika melakukan

wawancara virtual, validatasnya tidak bisa terjaga, apalagi identitas subjek penelitian ketika

online dan offline tidak sama (disamarkan). Untuk menghadapi dua persoalan itu Christine

Hine menyaratkan keterlibatan etnografe virtual harus terlibat secara online dan offline,

melakukan wawancara juga dilakukan secara online dan offline. Semuanya ini dilakukan

untuk mengklarifikasi dan menjaga validitas data.

Informan Kunci

Informan kunci adalah orang-orang yang memiliki hubungan erat dengan terhormat

dan berpengetahuan dalam langkah awal penelitian. Orang semacam ini sangat dibutuhkan

bagi peneliti etnografi. Orang tersebut diperlukan untuk membukan jalan (gate keeper)

peneliti berhubungan dengan responden, dapat juga berfungsi sebagai pemberi ijin, pemberi

data, penyebar ide, dan perantara. Bahkan akan lebih baik apabila informan kunci mau

memperkenalkan peneliti kepada responden agar tidak menimbulkan kecurigaan. Bagi

peneliti memang tidak mudah menentukan informan kunci. Karena itu, berbagai hal perlu

dipertimbangkan agar jendela dan pintu masuk peneliti semakin terbuka dan peneliti mudah

dipercaya oleli responden. Pertimbangan yang harus dilakukan dalam menentukan informan

kunci, antara lain:

a. orang yang bersangkutan memiliki pengalaman pribadi tentang masalah yang

diteliti

b. usia telah dewasa

c. sehat jasmani rohani

d. bersikap netral, tidak memiliki kepentingan pribadi

e. berpengetahuan luas

Pada saat etnografer ke lapangan, mengambil data, mereka akan mendengarkan dan

mengamati langsung maupun berperan serta, lalu mengambil keksimpulan. Setiap langkah

pengambilan data akan disertai pengambilan kesimpulan sementara. Pemilihan informan

kunci ada strategi khusus, antara lain dapat melalui empat macam cara, sebagai berikut:

10

Page 11: Penelitian Etnografik

a. Secara insidental, artinya peneliti menemui seseorang yang sama sekali belum

diketahui pada salah satu wilayah penelitian. Tentu cara semacam ini kurang begitu

menguntungkan, tetapi tetap strategis dilakukan. Peneliti bias menyamar sebagai

pembeli atau penjual tertentu ke suatu wilayah. Yang penting, sikap dan perilaku

peneliti tidak menimbulkan kecurigaan.

b. Menggunakan modal orang-orang yang telah dikenal sebelumnya. Peneliti

berusaha mengubungi beberapa orang, mungkin melalui orang terdekay. Cara ini

dipandang lebih efektif, karena peneliti bisa mengemukakan maksudnya lebih leluasa.

Melalui orang dekat tersebut, peneliti bisa meyakinkan bahwa penelitiannya akan

dihargai.

c. Sistem kuota, artinya informan kunci telah dirumuskan kriterianya, misalkan ketua

organisasi, ketua RT, tokoh masyarakat dan sebagainya.

d. Secara snowball, artinya informan kunci dimulai dengan jumlah kecil (satu orang),

kemudian atas rekomendasi orang tersebut, infotman kunci menjadi semakin bersar

sampai jumlah tertentu. Informan akan berkembang terus, sampai memperoleh data

jenuh. Dari cara-cara tersebut, peneliti dapat memilih salah satu yang paling cocok.

Pemilihan didasarkan pada aspek kemudahan peneliti memasuki setting dan

pengumpulan data.

Prinsip Metodologis Penelitian Etnografi

Meski model metode etnografi cukup banyak ragamnya, namun secara prinsip

metodologis, menurut Hammersley (1990) dan Genzuk (2005) etnografi memiliki kesamaan,

yaitu :

Naturalisme, yaitu pandangan yang menyatakan bahwa tujuan dari penelitian sosial

adalah untuk menangkap karakter perilaku manusia yang muncul secara alami, dan bahwa

tujuan ini hanya dapat diperoleh melalui kontak langsung dengannya, bukan melalui inferensi

dari apa yang dilakukan orang dalam latar buatan seperti eksperimen atau dari apa yang

mereka katakana alam wawancara tentang apa yang mereka lakukan. Ini adalah alasan bahwa

ahli etnografi melakukan penelitian mereka dalam latar “alami”, latar yang ada kebebasan

proses penelitiab, bukan dalam latar yang secara spesifik dibuat untuk tujuan penelitian.

Implikasi penting lainnya dari naturalism adalah bahwa penelitian dengan latar alami, peneliti

harus berusaha meminimalkan pengaruh mereka terhadap perilaku orang-orang yang akan

mereka teliti. Di samping itu naturalism menghendaki proses dan peristiwa sosial harus

dijelaskan hubungannya dengan konteks tempat munculnya.

11

Page 12: Penelitian Etnografik

Pemahaman (verstehen), tindakan manusia berbeda dengan perilaku objek fisik,

bahkan dari makhluk lainnya. Tindakan tersebut tidak hanya berisi tanggapan stimulus, tetapi

meliputi interpretasi terhadap stimulus dan konstruksi tanggapan. Kadang-kadang tanggapan

ini mencerminkan penolakan yang lengkap terhadap konsep kausalitas sebagai tidak dapat

diterapkan dalam dunia sosial, dan desakan tegas atas karakter yang dibangun secara bebas

dar tindakan manusia dan institusi. Dari sudut pandang ini, peneliti harus mampu

menjelaskan tindakan manusia secara efektif, dengan cara ini peneliti akan memperoleh

pemahaman tentang perspektif cultural yang mendasarinya.

Penemuan (invention), salah satu prinsip penting dari penelitian etnografi adalah

mendasarkan pada proses penelitian yang berjalan secara induktif atau berdasarkan temuan

daripada dibatasi oleh pengujian hipotesis secara eksplisit. Dengan posisi ini, penelitian akan

berjalan secara alamiah tanpa rekayasa. Karena alamiah, bisa jadi dalam proses penelitian

focus persoalan menjadi dipertajam, dibatasi bahkan mungkin menjadi berubah secara

subtantif layaknya sebuah proses sosial yang terjadi pada manusia.

Alur Penelitian Etnografi

Secara prosedural, alur penelitian etnorafi cukup beragam, namun alur penelitian

etnografi yang cukup baik disampaikan oleh Spradley. Alur ini dikenal dengan nama siklus

penelitian etnografi.

Pertama, pemilihan suatu proyek etnografi. Siklus ini dimulai dengan memilih suatu

proyek penelitian etnografi dengan mempertimbangkan ruang lingkup penelitian. Ruang

lingkup penelitian dapat berjarak sepanjang satu kontinum dari etnografi makro ke etnografi

mikro. Makro etnografi dalam konteks ini dapat berupa : kompleksitas masyarakat,

multipleksitas komunitas, studi komunitas tunggal, multipleksitas institusi-institusi sosial,

institusi sosial tunggal, dan multipleksitas situasi sosial. Sementara mikro etnografi berupa

situasi sosial tunggal.

Kedua, pengajuan pertanyaan etnografi. Mengajukan pertanyaan etnografi

menunjukkann bukti yang cukup referensial ketika hendak melakukan wawancara, termasuk

ketika etnografer sedang melakukan observasi dan membuat catatan lapangan. Dalam

penelitian etngrafir, peneliti dapat mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan (1)

suatu diskripsi tentang konteks, (2) analisis tentang tema-tema utama, (3) interpretasi perilaku

cultural.

Ketiga, pengumpulan data etnografi. Tahap berikutnya dari siklus penelitian

etnografi adalah mengumpulkan data lapangan. Melalui observasi partisipan, peneliti akan

12

Page 13: Penelitian Etnografik

mengamati aktivitas oranf, karakteristik fisik situasi sosial dan apa yang akan menjadi bagian

dari tempat kejadian. Singkatnya semua data tentang kehidupan sehari-hari subjek penelitian

perlu digali dan dipahami oleh seorang peneliti melalui instrument penggali data.

Keempat, pembuatan rekaman etnografi. Tahap ini memberikan penekanan kepada

kemampuan peneliti untuk mencatat dan merekam semua kegiatan penelitian yang sedang

dan telah dilakukan. Mulai dari mencatat hasil wawancara dan observasi, mengambil

gambar/foto, membuat peta situasi. Ini semua dilakukan agar tidak terjadi gap antara hasil

observasi dengan analisis.

Kelima, analisis data etnografi. Dalam penelitian etnografi, analisis data tidak

dilakukan diakhir pekerjaan, tapi dilakukan pada saat melakukan pekerjaan. Karena analisis

data tidak perlu menunggu data terkumpul banyak. Analisis data yang diilakukan pada saat

penelitian akan memperkaya peneliti untuk menemukan pertanyaan baru terkait data yang

diperoleh, sehingga dengan munculnya pertanyaann baru ini, akan memperkaya dan

memperdalam penelitian yang dilakukan.

Keenam, penulisan sebuah etngrafi. Sebagai akhir dari pekerjaan etnografi, menjadi

kewajiban peneliti menyampaikan atau memaparkan hasil penelitiannya. Mengingat sifat

etnografi yang natural, maka pemaparan yang dilakukan harus dilakukan secara natural,

seperti layaknya proses alami yang dialami seorang manusia ketika berada dalam sebuah

lingkungan budaya.

Instrumen Pengumpul dan Paparan Data Etnografi

Sebagaimana layaknya penelitian kualitatf yang mengedepankan naturalitik dalam

mendapatkan data yang sifat deskriptif, maka penelitian etnografi juga memafaatkan teknik

pengumpulan data yang digunakan penelitian kualitatif pada umumnya, namun ada beberapa

teknik yang khas. Adapun instrumenn pengumpul data pada penelitian etnografi sebagai

berikut :

Pertama, wawancara mendalam (indepth interview) merupakan serangkaian

pertanyaan yang diajukan peneliti kepada subjek penelitian. Mengingat karakter etnografi

yang naturalistic, maka bentuk pertanyaan atau wawancara yang dilakukan merupakan

pertanyaan terbuka dan sifatnya mengalir, meski demikian untuk menjaga focus penelitian

ada baiknya seorang peneliti memiliki panduan wawancara yang sifatnya fleksibel.

Kedua, Observasi partisipan (participant observation). Untuk mengetahui secara

detail langsung bagaimana budaya yang dimiliki individu atau sekelompok masyarakat maka

seorang peneliti eetnografi harus menjadi “orang dalam”. Menjadi “orang dalam” akan

13

Page 14: Penelitian Etnografik

memberi keuntungan peneliti dalam menghasilkan data yang sifatnya natural. Peneliti akan

mengetahui dan memahami apa saja yang dilakukan subjek penelitian, prilaku keseharian,

kebiasaan – kebiasaan yang dilakukan keseharian, hingga pada pemahaman terhadap symbol-

simbol kehidupan subjek penelitian dalam keseharian yang bisa jadi orang lain tidak

memahami apa sebenarnya symbol itu.

Ketiga, Diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion), merupakan kegiatan

diskusi bersama antara peneliti dengan subjek penelitian secara terarah. Dalam konteks ini

sebenarnya kemampuan peneliti untuk menyajikan isu atau tema utama, mengemasnya dan

kemudian mendiskusikan serta mengelola diskusi itu menjadi terarah dalam arti proses

diskusi tetap berada dalam wilayah tema dan tidak terlalu melebar apalagi sampai

menyertakan emosi subjek secara berlebihan menjadi kata kunci dari proses FGD yang baik.

Proses inilah yang kemudian oleh peneliti dicatat secara rinci untuk kemudian dijadikan dasar

pijak untuk memperdalam dan memperkaya data etnografi.

Keempat, Sejarah hidup (Life history), merupakan catatan panjang dan rinci sejarah

hidup subjek penelitian. Melalui catatan sejarah hidup ini peneliti etnografi akan memahami

secara detail apa saja yang menjadi kehidupan subjek penelitian dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya termasuk budaya yang ada di lingkungannya.

Kelima, analisis dokumen (Document analysis). Analisis dokumen diperlukan untuk

menjawab pertanyaan menjadi terarah, disamping menambah pemahaman dan informasi

penelitian. Mengingat dilokasi penelitian tidak semua memiliki dokumen yang tersedia, maka

ada baiknya seorang peneliti mengajukan pertanyaan tentang informan-informan yang dapat

membantu untuk memutuskan apa jenis dokumen yang mungkin tersedia.

Setelah melakukan proses penggalian data dan menganalisisnya, maka langkah

selanjutnya yang harus dilakukan peneliti adalah membuat laporan etnografi. Ada enam

bentuk laporan etnografi yang dapat disajikan peneliti, yaitu :

a. ethnocentric descriptions adalah studi yang dibentuk dengan tidak menggunakan bahasa

asli dan mengabaikan makna yang ada. Masyarakat dan cara berperilaku

dikarakteristikkan secara stereotipe.

b. ethnocentric descriptions adalah studi yang dibentuk dengan tidak menggunakan bahasa

asli dan mengabaikan makna yang ada. Masyarakat dan cara berperilaku

dikarakteristikkan secara stereotype

c. standard ethnographies menggambarkan variasi luas yang ada pada penutur asli dan

menjelaskan konsep asli. Studi ini juga menyesuaikan kategori analitisnya pada budaya

lain

14

Page 15: Penelitian Etnografik

d. monolingual ethnographies, seorang anggota masyarakat yang dibudayakan menulis

etnografi dalam bahasa aslinya. Etnografer secara hati-hati membawa sistem semantis

bahasanya dan menterjemahkan ke dalam bahasanya

e. life histories adalah salah satu bentuk deskripsi yang menawarkan pemahaman terhadap

budaya lain. Mereka yang melakukan studi ini akan mengamati secara mendetail

kehidupan seseorang dan proses yang menunjukkan bagian penting dari budaya tersebut.

Semua dicatat dalam bahasa asli, kemudian diterjemahkan dan disajikan dalam bentuk

yang sama sesuai dengan pencatatan

Langkah-langkah Etnografer

Menurut Spradley (1997) dalam buku Metode Etnografi, ada lima syarat minimal dalam

memilih dan menentukan informan, yaitu :

a. enkulturasi penuh, artinya mengetahui budaya miliknya dengan baik

b. keterlibatan langsung, artinya ia terjun langsung ke lapangan dan di dalam masalah yang

ditelitinya

c. suasana budaya yang tidak dikenal, biasanya akan semakin menerima tindak budaya

sebagaimana adanya, dia tidak akan basa basi

d. memiliki waktu yang cukup

e. non-analitis

Tentu saja, lima syarat ini merupakan idealisme, sehingga kalau peneliti kebetulan hanya

mampu memenuhi dua sampai tiga syarat pun juga sah-sah saja. Apalagi, ketika memasuki

lapangan, peneliti juga masih menduga-duga siapa yang pantas menjadi informan yang tepat

sesuai penelitiannya.

Selanjutnya Spradley juga menjelaskan hal-hal yang penting dalam etnografi yaitu

pertama, melakukan wawancara kepada informan. Sebaiknya dilakukan dengan wawancara

yang penuh persahabatan. Pada saat awal wawancara perlu menginformasikan tujuan,

penjelasan etnografis (meliputi perekaman, model wawancara, waktu dan dalam suasana

bahasa asli), penjelasan pertanyaan (meliputi pertanyaan deskriptif, struktural, dan kontras).

Wawancara hendaknya jangan sampai menimbulkan kecurigaan yang berarti pada informan.

Kedua, membuat catatan etnografis. Catatan dapat berupa laporan ringkas, laporan yang

diperluas, jurnal lapangan, dan perlu diberikan analisis atau interpretasi. Catatan ini juga

sangat fleksibel, tidak harus menggunakan kertas ini itu atau buku ini itu, melainkan cukup

sederhana saja. Yang penting, peneliti bias mencatat jelas tentang identitas informan.

15

Page 16: Penelitian Etnografik

Ketiga, mengajukan pertanyaan deskriptif. Pertanyaan ini digunakan untuk merefleksikan

setempat. Pada saat mengajukan pertanyaan, bisa dimulai dari keprihatinan, penjajagan, kerja

sama, dan partispasi. Penjajagan bisa dilakukan dengan prinsip: membuat penjelasan

berulang, menegaskan kembali yang dikatakan informan, dan jangan mencari makna

melainkan kegunaannya.

Keempat, melakukan analisis wawancara etnografis. Analisis dikaitkan dengan simbol

dan makna yang disampaikan informan. Tugas peneliti adalah memberi sandi simbol-simbol

budaya serta mengidentifikasikan aturan-aturan penyandian dan mendasari.

Kelima, membuat analisis domain. Peneliti membuat istilah pencakup dari apa yang

dinyatakan informan. Istilah tersebut seharusnya memiliki hubungan semantis yang jelas.

Keenam, mengajukan pertanyaan struktural. Yakni, pertanyaan untuk melengkapi

pertanyaan deskriptif.

Ketujuh, membuat analisis taksonomik. Taksonomi adalah upaya pemfokusan pertanyaan

yang telah diajukan.

Kedelapan, mengajukan pertanyaan kontras. Kita bisa mengajukan pertanyaan yang

kontras untuk mencari makna yang berbeda, seperti wanita, gadis, perempuan, orang dewasa,

simpanan, dan sebagainya.

Kesembilan, membuat analisis komponen. Analisis komponen sebaiknya dilakukan

ketika dan setelah di lapangan. Hal ini untuk menghindari manakala ada hal-hal yang masih

perlu ditambah, segera dilakukan wawancara ulang kepada informan.

Kesepuluh, menemukan tema-tema budaya. Penentuan tema budaya ini boleh dikatakan

merupakan puncak analisis etnografi. Keberhasilan seorang peneltii dalam menciptakan tema

budaya, berarti keberhasilan dalam penelitian. Tentu saja, akan lebih baik justru peneliti

mampu mengungkap tema-tema yang orisinal, dan bukan tema-tema yang telah banyak

dikemukakan peneliti sebelumnya.

Kesebelas, menulis etnografi. Menulis etnografi sebaiknya dilakukan secara deskriptif,

dengan bahasa yang cair dan lancar. Jika kemungkinan harus berceritera tentang suatu

fenomena, sebaiknya dilukiskan yang enak dan tidak membosankan pembaca. Penentuan

informan kunci juga penting dalam penelitian etnografi. Informan kunci dapat ditentukan

menurut konsep Benard (1994:166) yaitu orang yang dapat berceritera secara mudah, paham

terhadap informasi yang dibutuhkan, dan dengan gembira memberikan informasi kepada

peneliti.

16

Page 17: Penelitian Etnografik

KESIMPULAN

Etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok sosial.

peneliti menguji kelompok tersebut dan mempelajari pola perilaku, kebiasaan, dan cara

hidup. Etnografi adalah sebuah proses dan hasil dari sebuah penelitian. Sebagai proses,

etnografi melibatkan pengamatan yang cukup panjang terhadap suatu kelompok, dimana

dalam pengamatan tersebut peneliti terlibat dalam keseharian hidup responden atau melalui

wawancara satu per satu dengan anggota kelompok tersebut. Peneliti mempelajari arti atau

makna dari setiap perilaku, bahasa, dan interaksi dalam kelompok.

17

Page 18: Penelitian Etnografik

Sumber Buku :

- Mulyana, Deddy. 2001. metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT remaja Rosdakarya

Sumber Internet:

- http://www.menulisproposalpenelitian.com/2011/01/pendekatan-etnografi-dalam-

penelitian.html. Diunduh pada 24 September 2013, pukul 19.20

- http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/02/etnografi-antropologi-pengertian-

metode-penelitian-contoh-komunikasi.html. Diunduh pada 24 September 2013, pukul

19.22

- http://teoriantropologi.blogspot.com/2011/02/pengertian-etnografi.html. Diunduh

pada 24 September 2013, pukul 19.25

18