93
PENELITIAN KUANTITATIF HALAMAN JUDUL OLEH: 1. NOVITASARI 103174001 2. IGA ERIEANI LAILY 103174024 3. KHARITSA AULIA 103174028 4. YUNITA KURNIA W. 103174036 5. TRI SUTRISNO 103174044 2010A

PENELITIAN KUANTITATIF

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENELITIAN KUANTITATIF

PENELITIAN KUANTITATIF

HALAMAN JUDUL

OLEH:

1. NOVITASARI 103174001

2. IGA ERIEANI LAILY 103174024

3. KHARITSA AULIA 103174028

4. YUNITA KURNIA W. 103174036

5. TRI SUTRISNO 103174044

2010A

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN MATEMATIKA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA / 2010A

2013

Page 2: PENELITIAN KUANTITATIF

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

A. Pengertian Penelitian Kuantitatif......................................................................1

1. Proses Penelitian Kuantitatif......................................................................1

2. Masalah.......................................................................................................2

3. Rumusan Masalah......................................................................................3

4. Variabel Penelitian.....................................................................................5

5. Paradigma Penelitian..................................................................................5

6. Menemukan Masalah..................................................................................9

B. Penelitian Eksperimen....................................................................................10

C. Variabel Penelitian.........................................................................................12

D. Validitas Penelitian.........................................................................................14

E. Skala Pengukuran dan Instrumen Penelitian..................................................16

1. Macam-macam Skala Pengukuran...........................................................16

2. Instrumen Penelitian.................................................................................19

3. Cara Menyusun Instrumen.......................................................................20

4. Validitas dan Reliabilitas Instrumen........................................................20

F. Populasi dan Sampel.......................................................................................21

1. Populasi....................................................................................................21

2. Sampel......................................................................................................22

3. Teknik Sampling......................................................................................23

4. Kesalahan penarikan simpulan.................................................................24

G. Landasan Teori dan Kerangka Berfikir..........................................................25

1. Pengertian Teori.......................................................................................25

2. Tingkat dan Fokus Teori..........................................................................26

ii

Page 3: PENELITIAN KUANTITATIF

3. Kegunaan Teori dalam Pendidikan..........................................................26

4. Deskripsi Teori.........................................................................................27

5. Kerangka Berfikir.....................................................................................28

H. Hipotesis.........................................................................................................28

I. Rancangan Penelitian Eksperimen.................................................................29

1. Rancangan Pra Eksperimen......................................................................30

2. Rangcangan Eksperimen Semu................................................................31

3. Rancangan Eksperimen Sebenarnya.........................................................33

J. Teknik Pengumpulan Data.............................................................................36

1. Interview (Wawancara)............................................................................37

2. Kuesiener (Angket)..................................................................................39

3. Observasi (Pengamatan)...........................................................................41

K. Analisis Data..................................................................................................43

1. Statistik Deskriptif dan Inferensial...........................................................43

2. Statistik Parametris dan Nonparametris...................................................44

3. Judul Penelitian dan Statistik yang Digunakan Untuk Analisis...............49

4. Konsep Dasar Pengujian Hipotesis..........................................................51

L. Pengujian Statistik..........................................................................................55

M. Penelitian Ex post Facto.................................................................................56

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................57

iii

Page 4: PENELITIAN KUANTITATIF

A. Pengertian Penelitian Kuantitatif

Penelitian kuantitatif pada awalnya merupakan penelitian untuk ilmu alam

yang digunakan untuk menyelidiki fenomena-fenomena alam. Akan tetapi dalam

perkembangannya, metode tersebut diterima ilmu sosial termasuk dalam

pendidikan. Penelitian kuantitatif menggunakan pola pikir kuantitatif yang terukur

dan teramati, kerangka teori dirumuskan secara spesifik, dan bertujuan menyusun

generalisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, memverifikasi atau

menguji suatu gejala.

Penelitian ini mengikuti paradigma empirisme dalam menjelaskan suatu

gejala. Langkah penelitiannya dimulai dengan penetapan objek studi yang

spesifik, kerangka teori sesuai dengan objek studi, dimunculkan hipotesis,

instrumentasi pengumpul data, teknik sampling, dan teknik analisis. Penelitian

kuantitatif meliputi penelitian yang bersifat non eksperimen dan eksperimen.

Penelitian non eksperimen dilakukan tanpa memberikan perlakuan

(treatment) atau intervensi terhadap variabel-variabel yang diteliti. Sebaliknya,

pada penelitian eksperimen dilakukan intervensi atau perlakuan terhadap suatu

variabel penelitian. Penelitian kuantitatif non eksperimen termasug juga penelitian

deskriptif, yaitu penelitian yang mendeskripsikan suatu gejala secara kuantitatif

(memakai statistik) atau mendeskripsikan secara konseptual (kualitatif). Penelitian

eksperimen meliputi eksperimen sebenarnya, eksperimen semu (quasi-

eksperimental), pra-eksperimen.

1. Proses Penelitian Kuantitatif

Dalam penelitian kuantitatif, masalah yang dibawa oleh peneliti harus

sudah jelas. Setelah masalah diidentifikasikan dan dibatasi, maka selanjutnya

masalah tersebut dirumuskan. Berdasarkan rumusan masalah tersebut,berbagai

teori dalam penelitian kuantitatif ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah

penelitian tersebut. Jawaban terhadap rumusan masalah yang menggunakan teori

dinamakan hipotesis.

Hipotesis masih merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

tersebut, selanjutnya akan dibuktikan kebenarannya secara empiris berdasarkan

data dari lapangan. Pengumpulan data dilakukan pada populasi tertentu yang telah

1

Page 5: PENELITIAN KUANTITATIF

ditetapkan oleh peneliti. Bila populasi terlalu luas, sedangkan peneliti memiliki

keterbatasan waktu,dana dan tenaga, maka peneliti dapat menggunakan sampel

yang diambil dari populasi tersebut.

Meneliti adalah mencari data yang teliti/akurat. Untuk itu peneliti perlu

menggunakan instrumen penelitian. Agar instrumen dapat dipercaya, maka harus

diuji validitas dan relibilitasnya. Setelah instrumen teruji validitas dan

relibilitasnya, maka dapat digunakan untuk mengukur variabel yang telah

ditetapkan untuk diteliti. Instrumen untuk pengumpulan data dapat berbentuk test

dan nontest. Untuk instrumen yang berbentuk nontest, dapat digunakan sebagai

kuesioner,pedoman observasi dan wawancara.

Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis. Analisis diarahkan untuk

menjawab rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan. Dalam penelitian

kuantitatif analisis data menggunakan statistik. Statistik yang digunakan dapat

berupa statistik deskriptif dan inferensial/induktif. Statistik inferensial dapat

burupa statistik parametris dan statistik nonparametris, statistik inferensial

dilakukan pada sampel yang diambil secara random.

Data hasil analisis selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan.

Penyajian data dapat menggunakan tabel, tabel distribusi frekuensi, grafik garis,

grafik batang, piechrat (diagram lingkaran) dan pictogram. Setelah hasil

penelitian diberikan pembahasan, maka selanjutnya dapat disimpulkan.

Kesimpulan berisi jawaban singkat terhadap setiap rumusan masalah berdasarkan

data yang telah terkumpul. Karena peneliti melakukan penelitian bertujuan untuk

memecahkan masalah, maka peneliti berkewajiban untuk memberikan saran-saran

yang harus berdasarkan kesimpulan hasil penelitian.

2. Masalah

Seperti telah dikemukakan bahwa pada dasarnya penelitian itu dilakukan

dengan tujuan untuk mendapatkan data yang antara lain dapat digunakan untuk

memecahkan masalah. Emory (1985), bahwa baik penelitian murni maupun

terapan, semuanya berangkat dari masalah, hanya untuk penelitian terapan

hasilnya langsung dapat digunakan untuk membuat keputusan.

Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang

seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi, antar teori dengan

2

Page 6: PENELITIAN KUANTITATIF

praktek,antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaan.

Stonner (1982), mengemukakan bahwa masalah-masalah dapat diketahui

atau dicari apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan

kenyataan, antara apa yang direncanakan, adanya pengaduan dan kompetisi.

3. Rumusan Masalah

Rumusan masalah berbeda dengan masalah. Masalah merupakan

kesenjangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi, maka rumusan masalah

merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui

pengumpulan data. Namun demikian terdapat kaitan erat antara masalah dan

rumusan masalah, karena setiap rumusan masalah penelitian harus didasarkan

pada masalah. Berikut ini adalah bentuk-bentuk rumusan masalah.

a. Rumusan masalah deskriptif

Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang

berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya

pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Contoh rumusan

masalahnya sebagai berikut:

Seberapa tinggi efektivitas kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah di

Indonesia?

Seberapa tinggi minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid-murid

sekolah di Indonesia?

b. Rumusan masalah komperatif

Rumusan komperatif adalah rumusan masalah penelitian yang

membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel

yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Contoh rumusan masalahnya

sebagai berikut:

Adakah perbedaan prestasi belajar antara murid dari Sekolah Negeri dan

Swasta? (variabel penelitian adalah prestasi belajar pada dua sampel yaitu

Sekolah Negeri dan Swasta )

Adakah perbedaan kompetensi profesional guru dan kepala sekolah antara

SD, SMP dan SLTA. (satu variabel untuk dua kelompok, pada tiga sampel)

3

Page 7: PENELITIAN KUANTITATIF

c. Rumusan masalah asosiatif

Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang

bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga

bentuk hubungan yaitu:

1) Hubungan simetris

Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau

lebih yang kebetulan munculnya bersama. Contoh masalahanya sebagai

berikut:

Adakah hubungan antara jumlah es yang terjual dengan jumlah kejahatan

terhadap murid sekolah? (variabel pertama adalah penjual es dan ke dua

adalah kejahatan)

Adakah hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan jumlah

penduduk yang sekolah?

2) Hubungan kausal

Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi

disini ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen

(dipengaruhi). Contoh masalahanya sebagai berikut:

Adakah pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak?

(pendidikan orang tua variabel independen dan prestasi belajar variabel

dependen)

Seberapa besar pengaruh kurikulum, media pendidikan dan kualitas guru

terhadap kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah? (kurikulum,

media pendidikan dan kualitas guru sebagai variabel independen dan

kualitas SDM sebagai variabel dependen)

3) Hubungan interaktif/resiprocal/timbal balik

Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi.

Disini tidak diketahui mana variabel independen dan dependen. Contoh

masalahnya sebagai berikut:

Hubungan antara motivasi dan prestasi belajar anak SD di Kecamatan A.

Disini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi tetapi juga

prestasi dapat mempengaruhi motivasi.

4

Page 8: PENELITIAN KUANTITATIF

Hubungan antara keceredasan dengan kekayaan. Kecerdasan dapat

menyebabkan kaya, demikian juga orang yang kaya dapat meningkatkan

kecerdasan karena gizi terpenuhi.

4. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Berikiut ini

macam-macam variabel.

a. Variabel Independen

Variabel independenden atau variabel bebas merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (terikat).

b. Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

c. Variabel Moderator

Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan

memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen.

d. Variabel Intervening

Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi

hubungan antara variabel independen dengan dependen menjadi hubungan

yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur.

e. Variabel Kontrol

Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan

sehingga hubungan variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi

oleh faktor luar yang tidak diteliti.

5. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan

antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah

rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan

5

Page 9: PENELITIAN KUANTITATIF

untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis

statistik yang akan digunakan.

a. Paradigma Sederhana

Paradigma penelitian ini terdiri atas satu variabel independen dan

dependen.

X = Kualitas Guru Y = prestasi belajar murid

Berdasarkan paradigma tersebut, maka dapat ditentukan:

Jumlah rumusan masalah deskriptif ada dua, dan asosiatif ada satu

Teori yang digunakan ada dua, yaitu teori tentang media pendidikan dan

prestasi belajar

Hipotesis yang dirumuskan ada dua macam, hipotesis deskriptif ada dua

dan hipotesis asosiatif ada satu (hipotesis deskriptif sering tidak

dirumuskan)

Teknik analisis data

b. Paradigma Sederhana Berurutan

Dalam paradigma ini terdapat lebih dari dua variabel, tetapi hubungannya

sederhana.

X1 = Kualitas input X3 = Kualitas output

X2 = Kualitas proses Y = Kualitas outcome

Paradigma sederhana, menunjukkan hubungan antara satu variabel

independen dengan satu variabel dependen secara berurutan. Untuk mencari

hubungan antar variabel (X1 dengan X2; X2 dengan X3 dan X3 dengan Y) tersebut

digunakan teknik korelasi sederhana. Naik turun harga Y dapat diprediksi melalui

persamaan regresi Y atas X3, dengan persamaan Y = a + bX3.

6

X

X

Y

X

X1 X2 X3 Y

Page 10: PENELITIAN KUANTITATIF

c. Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen

Dalam paradigma ini terdapat dua variabel independen dan satu dependen.

Dalam paradigma ini terdapat 3 rumusan masalah deskriptif, dan 4 rumusan

masalah asosiatif (3 korelasi sederhana dan 1 korelasi ganda).

X1 = Kompetensi Guru Y = Prestasi Belajar

X2 = Lingkungan Sekolah

Paradigma ganda dengan dua variabel independen X1 dan X2, dan satu

variabel dependen Y . untuk mencari hubungan X1 dengan Y dan X2 dengan Y,

menggunakan teknik korelasi sederhana. Untuk mencari hubungan X1 dengan X2

secara bersama-sama terhadap Y menggunakan korelasi ganda.

d. Paradigma Ganda dengan Tiga Variabel Independen

Dalam paradigma ini terdapat tiga variabel independen (X1,X2,X3) dan satu

dependen (Y). Rumusan masalah deskriptif ada 4 dan rumusan masalah asosiatif

(hubungan) untuk yang sederhana ada 6 dan yang ganda minimal 1.

X1 = Kualitas Mesin X3 = Etos belajar

X2 = Pengalaman kerja Y = Produktivitas kerja

Untuk mencari besarnya hubungan antara X1 dengan Y; X2 dengan Y; X3

dengan Y; X1 dengan X2; X2 dengan X3; dan X1 dengan X3 dapat menggunakan

korelasi sederhana. Untuk mencari besarnya hubungan antar X1 secara bersama-

sama dengan X2 dan X3 terhadap Y digunakan korelasi ganada. Regresi sederhana,

7

X1

X2

Y

Y

X1

X2

X1

Page 11: PENELITIAN KUANTITATIF

dan ganda serta korelasi parsial dapat digunakan untuk analisis dalam paradigma

ini.

e. Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Dependen

X = Tingkat pendidikan Y1 = Karir ditempat kerja

Y2 = Disiplin kerja

Paradigma ganda dengan satu variabel independen dan dua dependen.

Untuk mencari besarnya hubungan antara X dan Y1, dan X dengan Y2 digunakan

teknik korelasi sederhana. Demikian juga untuk Y1 dengan Y2. Analisis regresi

juga dapat digunakan disini.

f. Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen dan Dua Dependen

Dalam paradigma ini terdapat dua variabel independen (X1, X2) dan dua

variabel dependen (Y1 dan Y2). Terdapat 4 rumusan masalah deskriptif, dan 6

rumusan masalah hubungan sederhana. Korelasi dan regresi ganda juga dapat

digunakan untuk menganalisis hubungan antar .

X1 = Keindahan kampus Y1 = Jumlah pendaftar

X2 = Pelayanan sekolah Y2 = Kepuasan pelayanan

Hubungan antar variabel r1, r2, r3, r4, r5 dan r6 dapat dianalisis dengan korelasi

sederhana. Hubungan antara X1 bersama-sama dengan X2 terhadap Y1 dan X1 dan

X2 bersama-sama terhadap Y2 dapat dianalisis dengan korelasi ganda. Analisis

regresi sederhana maupun ganda dapat juga digunakan untuk memprediksi jumlah

tiket yang terjual dan kepuasan penumpang kereta api.

8

X1

Y1

Y2

X1

X2

Y1

Y2

Page 12: PENELITIAN KUANTITATIF

g. Paradigma Jalur

X1 = Status Soial Ekonomi X2 = IQ

X3 = Motivasi berprestasi Y = Prestasi belajar

Terdapat variabel yang berfungsi sebagai jalur antara (X3). Dengan adanya

variabel antara ini, akan dapat digunakan untuk mengetahui apakah untuk

mencapai sasaran akhir harus melewati variabel antara itu atau bisa langsung

kesasaran akhir.

Dari gambar terlihat bahwa, murid yang berasal dari status soial ekonomi

tertentu X1, tidak bisa langsung mencapai prestasi belajar yang tinggi Y (korelasi

0,33) tetapi harus melalui peningkatan motif berprestasinya X2 (r = 0,41) dan baru

dapat mencapai prestasi Y (r = 0,50). Tetapi bila murid mempunyai IQ yang

tinggi (X2) maka mereka langsung dapat mencapai prestasi (Y) dengan r = 0,57.

(Kerlinger)

6. Menemukan Masalah

Pada dasarnya setiap orang memiliki masalah, bahkan orang yang tidak

mempunyai masalah akan dimasalahkan oleh orang lain. Oleh karena itu bila

masalah penelitian telah ditemukan, maka pekerjaan penelitian telah 50% selesai.

Untuk menemukan masalah dapat dilakukan dengan cara melakukan

analisis masalah, yaitu dengan bantuan menyusun dalam pohon masalah. Dengan

analisis masalah, maka permasalahan dapat diketahui mana masalah yang penting,

yang kurang penting, yang tidak penting dan juga dapat diketahui akar-akar

permasalahannya.

Untuk dapat melakukan analisis masalah, maka pertama peneliti harus

mampu mendudukkan masalah dalam konteks keseluruhan secara sistematik.

Dalam konteks tersebut akan terlihat hubungan antara satu masalah dengan

9

X1

X2

X3 Y

Page 13: PENELITIAN KUANTITATIF

masalah yang lain, baik masalah yang mempengaruhi secara langsung maupun

tidak langsung.

B. Penelitian Eksperimen

Penelitian eksperimen sebenarnya dilakukan peneliti dengan mengontrol

variabel-variabel secara ketat, melakukan pemilihan sampel secara acak (random),

dan data terukur secara cermat (precise). Penelitian ini biasanya dilakukan pada

laboratorium-laboratorium, seperti penelitian kimia, biologi, atau fisika. Penelitian

eksperimen semu adalah penelitian eksperimen yang kontrolnya tidak dapat

dilakukan secara ketat, derajat keacakan sampel lebih rendah daripada pada

penelitian eksperimen sebenarnya, dan kecermatan pengukuran data lebih rendah

daripada penelitian eksperimen yang dilaboratorium. Penelitian ini sering

diterapkan pada bidang sosial, termasuk pendidikan matematika. Penelitian pra-

eksperimen adalah penelitian awal yang dilakukan untuk menggali atau

mendalami suatu masalah yang dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya.

Pada penelitian eksperimen, peneliti memanipulasi satu stimulus, perlakuan,

atau kondisi-kondisi eksperimental, kemudian mengamati pengaruh atau

perubahan yang diakibatkan dari manipulasi secara sengaja dan sistematis. Untuk

mendapatkan pengaruh yang sebenar-sebenarnya dari faktor-faktor yang

dimanipulasi, maka peneliti melakukan kontrol yang cermat terhadap

kemungkinan masuknya pengaruh faktor lain.

Penelitian ini dilakukan untuk menguji hipotesis. Karena itu, setelah

masalah dibatasi dengan tegas dan operasional, peneliti perlu mengembangkan

hipotesis yang akan diujinya. Hipotesis adalah suatu jawaban sementara yang

nantinya akan diuji melalui eksperimen. Hasil pengujian dapat terjadi hipotesis

diterima atau ditolak. Jadi sifatnya probabilistik daripada kepastian.

Penelitian eksperimen itu didasarkan pada pemikiran John Stuart Mill pada

tahun 1872 yang mengatakan bahwa jika kedua situasi serba sama dalam segala

hal, kemudian ditambah suatu elemen pada salah satu situasi tadi (situasi yang

lain dibiarkan tetap), maka perbedaan yang berkembang diantara kedua situasi

merupakan akibat elemen tambahan tadi. Konsep ini memang tepat untuk bidang-

bidang ilmu alam, tetapi tidak begitu mudah diterapkan untuk bidang sosial yang

10

Page 14: PENELITIAN KUANTITATIF

berkaitan dengan tingkah laku manusia, termasuk dalam pendidikan. Hal tersebut

karena sebab-akibat pada masalah sosial sering tidak terjadi karena sebab-sebab

tunggal. Kejadian-kejadian sosial biasanya dipengaruhi interaksi berbagai

variabel. Membatasi suatu variabel atau mengisolasinya dengan variabel-variabel

lain yang berpengaruh, akan menghasilkan simpulan yangkurang memadai. Agar

menghasilkan simpulan yang cukup meyakinkan, maka variabel-variabel yang

mungkin berpengaruh perlu dipertimbangkan dengan menganalisis menggunakan

analisis varian atau kovarian.

Pada penelitian eksperimen karena tujuannya melakuakan perbandingan

suatu akibat perlakuan tertentu dengan suatu perlakuan lain yang berbeda atau

dengan yang tanpa perlakuan, maka dikenal dua kelompok perbandingan, yaitu

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen sedapat mungkin “sama” atau mendekati ciri-ciri yang sama. Pada

kelompok eksperimen ini diberikan suatu perlakuan atau kondisi tertentu

sedangkanpada kelompok kontrol tidak diberikan. Kemudian kedua kelompok

tersebut diamati untuk melihat perbedaan atau perubahan pada kelompok

eksperimen dengan membandingkan pada kelompok kontrol. Hasilnya nanti

dibandingkan secara statistik. Pada penelitian eksperimen, tidak harus

perbandingan dari dua kelompok tersebut, dapat saja semua kelompok merupakan

kelompok eksperimen yang diujikan. Contoh pada penedidikan matematika untuk

melihat efektivitas frekuensi pembereian tes (latihan), satu kelompok dirancang

satu sampai dua kali tes tiap pokok bahasan, kelompok kedua dirancang tiga

sampai empat kali, sedang kelompok ketiga lebih dari empat kali tes pokok

bahasan.

Sebuah penelitian dapat berjalan baik dan memberikan hasil yang akurat

jika dilaksanakan dengan mengikuti kaidah tertentu. Seperti halnya dengan

penelitian eksperimen, akan memberikan hasil yang valid jika dilaksanakan

dengan mengikuti syarat-syarat yang ada. Berkaitan dengan hel tersebut,

Wilhelm Wundt dalam Alsa (2004) mengemukakan syarat-syarat yang harus

dipenuhi oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian eksperimental, yaitu:

1. Peneliti harus dapat menentukan secara sengaja kapan dan di mana ia akan

melakukan penelitian;

11

Page 15: PENELITIAN KUANTITATIF

2. Penelitian terhadap hal yang sama harus dapat diulang dalam kondisi yang

sama;

3. Peneliti harus dapat memanipulasi (mengubah, mengontrol) variabel yang

diteliti sesuai dengan yang dikehendakinya;

4. Diperlukan kelompok pembanding (control grup) selain kelompok yang

diberi perlakuan (experimental grup).

Langkah-langkah dalam penelitian eksperimen pada dasarnya hampir

sama dengan penelitian lainnya. Menurut Gay (1982:201) langkah-langkah

dalam penelitian eksperimen yang perlu ditekankan adalah sebagai berikut.

a. Adanya permasalahan yang signifikan untuk diteliti.

b. Pemilihan subjek yang cukup untuk dibagi dalam kelompok eksperimen

dan

c. kelompok kontrol.

d. Pembuatan atau pengembangan instrumen.

e. Pemilihan desain penelitian.

f. Eksekusi prosedur.

g. Melakukan analisis data.

h. Memformulasikan simpulan.

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah kondisi-kondisi, karakteristik-karakteristik atau atribut

yang dimanipulasi, dikontrol, diamati, atau menjadi pusat perhatian peneliti.

Umumnya dalam eksperimen, variabel dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu

variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable).

Variabel bebas adalah suatu kondisi atau karakteristik yang merupakan

manipulasi atau perlakuan yang diberikan pada suatu kelompok untuk

menerangkan hubungan dengan fenomena yang diobservasi. Sedang variabel

terikat adalah suatu kondisi atau karakteristik yang berubah atau muncul atau

tidak muncul ketika peneliti memberikan manipulasi atau perlakuan. Dengan kata

lain variabel terikat adalah suatu kondisi yang muncul sebagai akibat dari variabel

bebas. Variabel bebas contohnya adalah metode, strategi, atau model

12

Page 16: PENELITIAN KUANTITATIF

pembelajaran tertentu, bahan belajar dengan model tertentu, atau model

penelitian tertentu. Variabel terikat misalkan hasil belajar, kesalahan-kesalahan

konsep, frekuensi pertanyaan, atau aktivitas siswa.

Variabel lain yang perlu diperhatikan antara lain, variabel organismik atau

atribut, variabel intervensi (intervening), variabel imbuhan (extraneous). Variabel

organismik atau atribut mengacu pada karakteristik-karakteristik yang tak dapat

diubah oleh peneliti. Variabel bebas seperti umur, jenis kelamin, suku atau

lainnya yang serupa, semuanya sudah sedimikian adanya tidak berubah. Contoh-

contoh itu dinamakan variabel organismik yang dapat digunakan untuk studi

eksperimen. Permasalahan seperti apakah siswa putra yang berumur 8 tahun

menunjukkan kemampuan lebih tinggi dalam geometri dibandingkan siswa putri

umur 8 tahun, menunjukkan contoh adanya variabel organismik, yaitu jenis

kelamin. Variabel itu sekaligus berfungsi sebagai variabel bebas.

Variabel intervensi adalah suatu variabel yang tak dapat dikontrol atau

diukur secara langsung, tetapi dapat memberi akibat atau pengaruh terhadap

hubungan variabel bebas dan variabel terikat. Variabel ini mengintervensi

hubungan sebab dan akibat dari variabel bebas dengan variabel terikat. Misalkan

seorang peneliti ingin meninjau pengaruh penggunaan media belajar kartu tanya

terhadap kemampuan memecahkan masalah matematika. Dalam hubungan ini

variabel intervensi misalkan kecemasan, motivasi, minat, keletihan, atau perhatian

yang sulit didefinisikan dalam istilah operasional tetapi sangat mungkin memberi

pengaruh. Variabel itu tidak dapat diabaikan, tetapi harus diperhatikan atau

menjadi bahan diskusi pembahasan hasil penelitian. Dalam penelitian eksperimen,

jika memungkinkan variabel-variabel itu dipertimbangkan atau dikendalikan.

Variabel imbuhan adalah variabel yang tak dapat dikontrol atau

dimanipulasi oleh peneliti yang mungkin mempunyai pengaruh berarti pada

variabell terikat. Contoh variabel imbuhan seperti kompetensi guru, antusias, usia,

tingkat sosial ekonomi, atau kesanggupan akademik siswa. Ketika meneliti

tentang efektivitas model pembelajaran tertentu, sangat sulit (bahkan tidak

mungkin) mengeliminir keseluruhan variabel imbuhan, terutama di ruang kelas.

Cara yang mungkin adalah menetralisir pengaruh variabel-variabel tersebut.

13

Page 17: PENELITIAN KUANTITATIF

Caranya adalah dengan meniadakan variabel, penjodohan kasus, penyeimbangan

kasus, dan analisis kovarian.

Meniadakan variabel imbuhan dilakukan dengan jalan menyamakan

karakteristik dari variabel-variabel tersebut, contoh hanya memilih subjek-subjek

yang laki-laki, sehingga variabel jenis kelamin dieliminir. Tetapi harus diingat

bahwa tidak semua laki-laki mempunyai keseragaman karakteristik. Cara

berikutnya dengan memilih pasangan-pasangan individu yang sama atau

mendekati sama karakteristiknya, kemudian dikelompokkan sebagai kelompok

kontrol. Kesulitannya mencari individu yang berkesamaan dalam lebih satu

variabel. Beberapa individumungkin dikeluarkan dari eksperimen, karena tidak

memenuhi persyaratan penjodohan. Kelemahan lain karena syarat acak dalam

pemilihan kelompok eksperimen dapat tidak memuaskan. Penyeimbangan kasus

terkait dengan pemilihan subjek pada kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol yangdilakukan sedemikian rupa mendekati sama nilai rata-rata (mean) dan

varians diantara kedua kelompok itu. Karena penyeimbangan itu tidak identik

benar, maka peneliti harus menentukan seberapa besar penyimpangan yang dapat

ditolerir sehingga tidak menghilangkan pengontrolan yang relatif memuaskan.

Kesulitan dari cara ini adalah ketika menyamkan basis kelompok pada variabel-

variabel itu. Cara terakhir dengan analisis kovarian merupakan cara dengan

menggunakan metode statistik. Caranya dengan menggunakan pretes sebagai

kovarian.

D. Validitas Penelitian

Validitas dalam penelitian dapat dikatakan sebagai kesesuaian antara hasil

simpulan dalam penelitian dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Terdapat dua

jenis validitas, yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal

dapat diartikan sebagai validitas yang berkaitan hubungan antara faktor-faktor

yang dimanipulasi dalam variabel bebas dengan fenomena-fenomena yang terjadi

pada variabel terikat. Sedangkan yang dimaksud dengan validitas eksternal adalah

validitas yang berkaitan dengan kekuatan suatu eksperimen untuk

digeneralisasikan penemuan-penemuannya atau hubungan-hubungannya pada

populasi yang lebih luas. (Siswono, 2010:48).

14

Page 18: PENELITIAN KUANTITATIF

Suatu penelitian dikatakan memberikan kontribusi yang berarti bagi

pengetahuan jika memenuhi kedua jenis validitas tersebut, yaitu validitas internal

dan eksternal. Siswono (2010:47) mengungkapkan bahwa pada bidang pendidikan

terdapat kendala untuh memenuhi kedua validitas tersebut secara tepat. Validitas

internal sulit untuk dicapai karena banyaknya variabel imbuhan yang harus

dikontrol dan apabila dilakukan pengontrolan hasilnya belum tentu sempurna.

Sedangkan validitas eksternal akan sulit dicapai jika pengontrolan tersebut

dilakukan secara ketat karena hal tersebut dapat menimbulkan suatu kondisi yang

tidak realistik.

Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mengganggu validitas internal.

1. Kematangan: Adanya perubahan baik secara biologis maupun secara fisik

yang prosesnya dapat berpengaruh

2. Peristiwa yang tiba-tiba, seperti terjadinya bencana atau ada suatu

kelompok yang tiba-tiba jatuh sakit. Hal ini dapat memengaruhi variabel

internal.

3. Proses ujian, seperti pemberian tes awal. Hal ini akan memengaruhi

validitas internal karena menyebabkan perilaku subyek penelitian akan

berubah atau menjadi lebih siap dan terampil dalam menyelesaikan tugas-

tugas yang merupakan perlakuan penelitian.

4. Instrumen pengumpulan data yang tidak stabil

5. Regresi statistik merupakan gejala yang terjadi pada pola pretes-postes.

Pada situasi pretes-postes terdapat suatu regresi normal ke arah nilai rata-

rata, yang mulanya nilai tertinggi atau terendah bukannlah yang mendapat

pencapaian tertingggi atau terendah tetapi yang tertinggi atau terendah

pada pretes.

6. Pemilihan sampel yang tidak homogen

7. Hilangnya sampel (mortalitas)

Sumber lain menyebutkan bahwa validitas internal juga dapat

terganggu karena beberapa faktor berikut.

1. Sejarah (history), yaitu peristiwa yang terjadi di masa lampau. Hal ini

dapat memengaruhi ketercapaian validitas internal

15

Page 19: PENELITIAN KUANTITATIF

2. Seleksi (selection) adanya perubahan ciri-ciri atau sifat-sifat dari suatu

populasi

3. Prosedur

4. Instrumen

Sedangkan faktor-faktor yang dapat mengganggu validitas eksternal

adalah sebagai berikut.

1. Latar eksperimen yang buatan

Dengan dilakukannya control yang ketat terhadap variabel imbuhan

menyebabkan kondisi eksperimen menjadi tidak realistik atau tidak serupa

dengan kondisi yang ada di lapangan.

2. Efek placebo-hawthorne, merupakan efek yang menggambarkan suatu

kondisi dimana subyek sampel mengetahui bahwa ia sedang diteliti.

3. Kontaminasi

Hal ini dapat terjadi apabila peneliti mengetahui sebelumnya subyek-

subyek yang masuk sebagai sampel eksperimen karena dapat

menyebabkan munculnya keputusan-keputusan yang tidak obyektif.

4. Campur tangan perlakuan sebelumnya

5. Pengujian

6. Pemilihan sampel yang bias

E. Skala Pengukuran dan Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang

diteliti. Karena intrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran

dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen

harus mempunyai skala. Berikut akan dipaparkan mengenai macam-macam skala.

1. Macam-macam Skala Pengukuran

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan

untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur sehingga

alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data

kuantitatif. Dengan skala pengukuran ini variabel yang diukur dengan instrumen

tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka sehingga akan lebih akurat, efisien,

16

Page 20: PENELITIAN KUANTITATIF

dan komunikatif. Skala yang dapat digunakan untuk penelitian Administrasi,

Pendidikan, dan Sosial adalah sebagai berikut.

a. Skala Likert

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert,

maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian

dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dpaat

berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang

menggunakan skala Likert mempunyai gradasi sangat positif sampai sangat

negatif. Berikut ini contoh skala yang berupa kata-kata.

a. Sangat baik

b. Baik

c. Tidak baik

d. Sangat tidak baik

Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam

bentuk checklist atau pilihan ganda. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka

jawaban itu dapat diberi skor, misalnya:

a. Sangat baik 4

b. Baik 3

c. Tidak baik 2

d. Sangat tidak baik 1

b. Skala Guttman

Skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas, yaitu

“ya-tidak”, “benar-salah”, “pernah-tidak pernah”, dan lain-lain sehingga pada

skala Guttman hanya ada dua interval saja. Skala Guttman digunakan pada

penelitian yang memerlukan suatu jawaban yang tegas.

Skala Guttman dapat dibentuk dalam bentuk pilihan ganda atau checklist.

Jawaban dapat dibuat skor tertinggi adalah satu dan skor terendah adalah nol.

Misalnya untuk jawaban yang setuju diberi skor 1 dan tidak setuju diberi skor 0.

17

Page 21: PENELITIAN KUANTITATIF

c. Semantic Differential

Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuk tidak pilihan

ganda atau checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban

“sangat positif” terletak di bagian kanan garis dan jawaban yang “sangat negatif”

terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data

interval dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik

tertentu yang dipunyai oleh seseorang.

Contoh:

Bersahabat 5 4 3 2 1 Tidak bersahabat

Tepat janji 5 4 3 2 1 Lupa janji

Bersaudara 5 4 3 2 1 Memusuhi

Memberi pujian 5 4 3 2 1 Mencela

Mempercayai 5 4 3 2 1 Mendominasi

d. Rating Scale

Dari ketiga skala pengukuran yang telah dijelaskan di muka, data yang

diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan.

Namun dengan rating scale, data yang diperoleh berupa angka kemudian

ditafsirkan atau dikualitatifkan. Dalam skala model ini, responden tidak akan

menjawab salah satu dari jawaban kualitatif tetapi menjawab salah satu jawaban

kuantitatif yang diberikan. Hal yang penting bagi penyusun instrumen dengan

model ini adalah harus dapat mengartikan setiap angka yang diberikan pada

alternative jawaban pada setiap item instrumen.

Contoh:

Seberapa baik ruang kelas di sekolah ini? Berilah jawaban dengan angka:

4 bila tata ruang sangat baik

3 bila tata ruang cukup baik

2 bila tata ruang kurang baik

1 bila tata ruang sangat tidak baik

Selain instrumen seperti yang telah dijelaskan di muka, ada instrumen

penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data nominal dan ordinal.

18

Page 22: PENELITIAN KUANTITATIF

a. Instrumen untuk menjaring data nominal

Contoh:

a. Berapa jumlah guru di sekolah Anda? .........Guru

b. Berapa jumlah guru yang dapat berbahasa Inggris ? .........Guru

b. Instrumen untuk menjaring data ordinal

Contoh:

Berilah rangking terhadap presentasi belajar sepuluh murid di kelas ini!

Nama Murid Rangking Nomor

A

B

C

D

E

F

G

H

I

J

2. Instrumen Penelitian

Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka

harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan

instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.

Meskipun instrumen dalam penelitian pendidikan memang ada yang sudah

tersedia dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya namun instrumen tersebut

sulit untuk dicari atau dibeli. Untuk itu maka peneliti-peneliti dalam dunia

pendidikan sering kali menyusun instrumen penelitian sendiri termasuk menguji

validitas dan reliabilitasnya.

19

Page 23: PENELITIAN KUANTITATIF

3. Cara Menyusun Instrumen

Titik tolak dari penyusunan instrumen adalah variabel-variabel penelitian

yang ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi

operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indikator yang dapat diukur. Dari

indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan.

Untuk memudahkan penyusunan instrumen, maka perlu digunakan “matrik

penyusunan instrumen” atau “kisi-kisi instrumen”.

Untuk bisa menetapkan indikator-indikator dari setiap variabel yang

diteliti, maka diperlukan wawasan yang luas dan mendalam tentang variabel yang

diteliti dan teori-teori yang mendukungnya. Penggunaan teori untuk menyusun

instrumen harus secermat mungkin agar diperoleh indikator yang valid. Caranya

dapat dengan membaca berbagai referensi (seperti buku, jurna), membaca hasil

penelitian sebelumnya yang sejenis, dan konsultasi dengan orang yang dipandang

ahli.

4. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Dalam hal ini perlu dibedakan antara hasil penelitian yang valid dan

reliable dengan instrumen yang valid dan reliable. Hasil penelitian yang valid bila

terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya

terjadi pada objek yang diteliti. Selanjutnya hasil penelitian yang reliable bila

terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Sedangkan instrumen yang

valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu

benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Kemudian instrumen yang

reliable adalah instrumen yang bila digunakan bebrapa kali untuk mengukur objek

sama, akan menghasilkan data yang sama.

Dengan menggunkan instrumen yang valid dan reliable dalam

mengumpulkan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan

reliabel. Hal ini tidak berarti bahwa dengan menggunakan instrumen yang telah

teruji validitas dan reliabilitasnya maka otomatis hasil penelitian akan menjadi

valid dan reliable. Hal ini dikarenakan kondisi objek yang diteliti dan kemampuan

20

Page 24: PENELITIAN KUANTITATIF

orang yang menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data juga

memengaruhi hasil penelitian.

Skema Tentang Instrumen dan Cara-cara Pengujian Validitas dan Reliabilitas

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

21

Page 25: PENELITIAN KUANTITATIF

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi bukan hanya orang, tetapi

juga objek atau benda-benda alam yang lain. Selain itu, populasi juga bukan

sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi

seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek/objek itu.

Menurut Arikunto (2006:130) jika dilihat dari segi jumlah populasi dapat

dibedakan antara lain:

a. Jumlah terhingga, yang terdiri dari elemen dengan jumlah tertentu, contohnya:

Semua orang yang terdaftar dalam Angkatan Laut pada hari tertentu,

Semua televisi dari tipe yang sama yang diproduksi oleh suatu pabrik

dalam satu tahun tertentu,

Semua mahasiswa yang terdaftar mengambil matakuliah tertentu.

b. Jumlah tak hingga, terdiri dari elemen yang sulit dicari jumlahnya, seperti

jumlah penonton sebuah stasiun tv, semua jenis senjata yang diperbolehkan

oleh undang-undang, dan sebagainya.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Sampel digunakan apabila populasi besar dan peneliti tidak

mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi. Sampel yang diambil dari

populasi tersebut harus benar-benar representative (mewakili).

Menurut Teken (dalam Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi) Ciri-ciri

sample yang ideal adalah:

a. Dapat menghasilkan gambaran yang dipercaya dari seluruh populasi yang

diteliti

b. Dapat menentukan presisi (precision) dari hasil penelitian dengan

menentukan penyimpangan baku (standar) dari taksiran yang diperoleh

c. Sederhana, sehingga mudah dilaksanakan

d. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya yang

rendah.

Adapun keuntungan jika penelitian dilakukan dengan menggunakan

sampel antara lain:

a. Sampel jumlahnya lebih sedikit,

b. Jika populasi terlalu besar, khawatir akan ada yang terlewatkan,

22

Page 26: PENELITIAN KUANTITATIF

c. Lebih efisien,

d. Penelitian populasi bisa terjadi ketidak akuratan data, dan

e. Lebih memungkinkan dilakukan.

(Arikunto, 2006:133)

3. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Ada beberapa

teknik dalam pengambilan sampel, namun secara garis besar dapat dibagi

menjadi dua:

Probability Sampling atau Random Sampling

Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan

peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi

anggota sampel. Teknik ini meliputi:

a. Simple random sampling adalah pengambilan sample secara acak sederhana.

Sebuah sample yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian

atau satuan elemen dari populasi mempunyai kesempatan yang sama  untuk

dipilih menjadi sample. Metode yang dapat digunakan antara lain, yaitu

undian (digoncang seperti arisan), ordinal (angka kelipatan), dan tabel

bilangan random. (Siswono, 2010:50) mengemukakan bahwa langkah-langkah

penentuan sampel acak adalah sebagai berikut.

1) Merumuskan populasi

2) Membuat daftar semua anggota populasi

3) Memilih sampel dengan prosedur bahwa hanya faktor kebetulan saja

yang menentukan anggota sampel

b. Proportionate stratified random sampling adalah teknik yang digunakan

apabila populasi mempunyai unsur atau anggota yang tidak homogen dan

berstrata secara proporsional. Misalnya dengan siswa sebagai sampelnya,

maka perlu ada kalsifikasi siswa berdasar strata (misal kelas I, II dan III)

c. Disproportional stratified random sampling adalah teknik yang digunakan

untuk menentukan jumlah sampel jika populasi berstrata tetapi kurang

proporsional. Misalnya pegawai dari unit kerja tertentu mempunyai 3 orang

lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 100 orang lulusan S1, dan 120 orang lulusan

23

Page 27: PENELITIAN KUANTITATIF

SMA. Karena orang lulusan S3 dan S2 terlalu kecil disbanding kelompok

yang lain, maka kedua kelompok tersebut diambil semuanya sebagai sampel.

d. Area Sampling, teknik pengambilan sample berdasar wilayah adalah teknik

yang digunakan untuk menentukan sampel apabila objek yang akan diteliti

atau sumber data sangat luas. Misalnya penduduk dari suatu provinsi atau

Negara.

Non-Probability Sampling.

Non-probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak

memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsure atau anggota populasi

untuk dipilih menjadi sampel.

a. Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan

dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota

populasi yang terdiri dari 100 orang, dari semua anggota itu diberikan nomor

urut, yaitu nomor 1 sampai 100.

b. Sampling kuota (quota sampling) adalahteknik sampling yang didasarkan

pada terpenuhinya jumlah sample yang diinginkan (ditentukan)

c. Sampling insidental adalah teknik penentuan sample yang diambil

berdasarkan kebetulan. Mmisalnya dengan menanyai siapa saja yang ditemui

dijalan untuk meminta pendapat tentang kenaikan harga sembako

d. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sample didasarkan atas tujuan

tertentu. (orang yang dipilih betul-betul memiliki kriteria sebagai sampel)

e. Sampling jenuh (sensus) adalah teknik penentuan sampel apabila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel.

f. Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang dimulai dari

kelompok kecil  dan kemudian membesar.

4. Kesalahan penarikan simpulan

Dalam penarikan simpulan kadang terjadi kesalahan. Kesalahan tersebut

terjadi karena yang diamati pada dasarnya hanya sampel bukan populasi.

Kesalahan penarikan simpulan dirumuskan sebagai perbedaan antara parameter

populasi dan statistik sampel. Misalkan mean populasi dilambangkan μ dan mean

sampel acak dilambangkan X , maka selisih antara keduanya dinamakan kesalahan

24

Page 28: PENELITIAN KUANTITATIF

penarikan simpulan yang dilambangkan dengan e. Jadi e=X−μ. Jika parameter

populasi tidak diketahui sehingga pendekatan yang ditempuh dalam statistika

inferensial adalah dengan menduga variabilitas yang diharapkan terjadi dalam

populasi yang sama.

Penarikan simpulan dipengaruhi oleh dua hal, yaitu besarnya sampel dan

simpangan baku dalam populasi, maka rumus dari simpangan baku kesalahan

penarikan simpulan adalah:

σ X=σ

√n

dengan

σ X=¿ salah baku mean

σ X adalah suatu indeks penyebaran harapan di antara mean-mean sampel yang

ditarik acak dari sutu populasi.σ = simpangan baku populasiσ adalah suatu indeks derajat penyebaran individu-individu dalam suatu populasi.

n adalah jumlah setiap sampel.

G. Landasan Teori dan Kerangka Berfikir

1. Pengertian Teori

Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam

proses penelitian(kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan

generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai

landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian. Landasan teori ini perlu

ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan

sekedar perbuatan coba-coba. Adanya landasan teoritis ini merupakan ciri

bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data.

Setiap penelitian selalu menggunakan teori. Seperti dinyatakan oleh

Neumen (2003), teori adalah seperangkat konstruk, definisi dan proposisi

yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi

hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan

meramalkan fenomena. Wiliam Wiersma (1986) menyatakan bahwa teori

adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi atau kumpulan generalisasi

25

Page 29: PENELITIAN KUANTITATIF

yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara

sistematik. Cooper dan Schindler (dalam Sugiyono, 2010) mengemukakan

bahwa teori adalah seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang tersusun

secara sistematis sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan dan

meramalkan fenomena. Selanjutnya Haditono (dalam Sugiyono, 2010)

menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti yang penting, bila ia

lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan, dan meramalkan gejala yang

ada.

Mark (dalam Sugiyono, 2010) membedakan adanya tiga macam teori.

Ketiga teori yang dimaksud ini berhubungan dengan data empiris. Dengan

demikian dapat dibedakan antara lain:

a. Teori yang deduktif

b. Teori yang induktif

c. Teori yang fungsional

Berdasarkan tiga pandangan ini, dapatlah disimpulkan bahwa teori

dapat di pandang sebagai berikut:

a. Teori menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun secara logis. Hukum

ini biasanya sifat hubungan yang deduktif.

b. Suatu teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengenai suatu

kelompok hukum yang diperoleh secara empiris dalam suatu bidang tertentu.

c. Teori juga dapat menunjuk pada suatu cara menerangkan yang

menggeneralisasi.

2. Tingkat dan Fokus Teori

Numan (2003) mengemukakan tingkatan teori menjadi tiga, yaitu: micro,

meso, macro . Fokus teori dibedakan menjadi tiga, yaitu: teori subtantif, teori

formal, dan middle range theory. Teori yang digunakan untuk perumusan

hipotesis yang akan diuji melalui pengumpulan data adalah teori subtantif, karena

teori ini lebih focus berlaku untuk objek yang akan diteliti.

3. Kegunaan Teori dalam Pendidikan

Cooper dan Schindler (dalam Sugiyono, 2010) menyatakan bahwa

kegunaan teori dalam penelitian adalah:

26

Page 30: PENELITIAN KUANTITATIF

a. Theory narrows the range of fact we need to study

b. Theory suggest which research approaches are likely to yield the greatest

meaning

c. Theory suggest a system for the research to impose on data in order to

classify them in the most meaningful way

d. Theory summarizes what is known about object of study and states the

uniformities that lie beyond immediate observation

e. Theory can be used to predict further fact that should be found

Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneiti harus

berbekal teori. Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan haru sudah

jelas, karena teori disini akan berfungsi untuk memperjelas masalah yang

diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi

untuk menyusun instrument penelitian. Oleh karena itu, landasan teori dalam

proposal penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang akan dipakai.

Teori pendidikan dapat dibagi menjadi 2: yaitu teori umum pendidikan

dan teori khusus pendidikan. Selanjutnya Mudyahardjo (dalam Sugiyono,

2010) mengemukakan bahwa sebuah teori pendidikan adalah sebuah system

konsep yang terpadu, menerangkan dan prediktif tentang peristiwa

pendidikan. Sebuah teori ada yang berperan sebagai asumsi atau titik tolak

pemikiran pendidikan, dan ada pula yang berperan sebagai definisi atau

keterangan yang menyatakan makna. Asumsi pokok pendidikan:

a. Pendidikan adalah actual

b. Pendidikan adalah normative

c. Pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan

4. Deskripsi Teori

Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang

teori dan hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Paling tidak

berisi tentang penjelasan terhadap terhadap variabel yang diteliti melalui

pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi,

sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar

variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan relevan.

27

Page 31: PENELITIAN KUANTITATIF

Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah

sebagai berikut:

a. Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya

b. Cari sumber-sumber bacaan yang sebanyaknya dan yang relevan dengan

setiap variabel yang diteliti.

c. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap

variabel yang akan diteliti.

d. Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan,

bandingkan antara satu sumber dengan sumber lainnya, dan pilih definisi

yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.

e. Baca seluruh isi topik buku sesuai dengan variabel yang akan diteliti,

lakukan analisa, renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri

tentang isi setiap sumber data yang dibaca.

f. Deskripsikan teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam

bentuk tulisan dengan bahasa sendiri.

5. Kerangka Berfikir

Uma Sekaran mengemukakan bahwa: kerangka berfikir merupakan model

konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai factor yang

telah di identifikasi sebagai masalah yang penting. Penelitian yang berkenaan

dengan dua variabel atau lebih, biasanya dirumuskan hipotesis yang berbentuk

komparasi maupun hubungan. Oleh karena itu, dalam rangka menyusun hipotesis

penelitian yang berbentuk hubungan maupun komparasi, maka perlu

dikemukakan kerangka berfikir.

Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi

argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang menumbuhan hipotesis.

Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang

menjadi objek permasalahan

H. Hipotesis

Salah satu yang berperan besar dalam penelitian yaitu hipotesis.

Hipotesis digunakan sebagai upaya membangun pengetahuan yang dapat

28

Page 32: PENELITIAN KUANTITATIF

dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu cara induktif dengan melalui

pengamatan dan cara deduktif dengan melalui penalaran yang logis. Hipotesis

dibagi menjadi dua bagian, yaitu hipotesis induktif dan deduktif. Hipotesis

induktif adalah hipotesis yang diperoleh secara induktif dari mengamati

tingkah laku individu. Sedangkan hipotesis deduktif adalah hipotesis yang

diperoleh dari teori atau hasil penelitian sebelumnya.

Hipotesis merupakan suatu pernyataan sementara yang diajukan untuk

memecahkan masalah atau untuk menerangkan suatu gejala. Hipotesis

mengemukakan pernyataan tentang harapan peneliti mengenai hubungan

antara variable-variabel di dalam suatu masalah. Selanjutnya hipotesis tersebut

diuji dalam penelitian sehingga diketahui apakah hipotesis diterima atau

ditolak. Berikut ini bentuk-bentuk hipotesis:

1. Hipotesis deskriptif

2. Hipotesis komparatif

3. Hipotesis asosiatif

Hipotesis menunjukkan tentang prosedur apa yang harus digunakan

dan berjenis apakah datanya tersebut. Jadi, adapun kegunaan hipotesis adalah

sebagai berikut:

1. Memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta memudahkan

perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.

2. Memberikan suatu pernyataan hubungan langsung yang dapat diuji dalam

penelitian.

3. Memberikan arah pada penelitian.

4. Memberikan kerangka untuk melaporkan simpulan suatu penelitian.

Ciri-ciri hipotesis yang baik adalah sebagai berikut:

1. Harus mempunyai daya pembeda yang jelas.

2. Harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada diantara variable-variabel.

3. Harus dapat diuji.

4. Hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada.

5. Hendaknya dinyatakan sederhana dan seringkas mungkin.

I. Rancangan Penelitian Eksperimen

29

Page 33: PENELITIAN KUANTITATIF

Setelah hipotesis dirumuskan dengan baik, maka selanjutnya dilakukan

perancangan penelitian yang di dalamnya terdapat pengujiannya secara empiric.

Rancangan penelitian eksperimen merupakan kerangka konseptual pelaksanaan

eksperimen. Rancangan penelitian eksperimen ini menggambarkan tentang

prosedur-prosedur yang memungkinkan peneliti menguji hipotesis penelitiannya

untuk mencapai kesimpulan yang sevalid mungkin mengenai hubungan suatu

variable bebas dan variable terikat.

Pemilihan suatu jenis eksperimen didasarkan pada tujuan eksperimen,

tipe-tipe variable yang dimanipulasikan, dan factor-faktor atau kondisi-kondisi

yang membatasi penanganan suatu eksperimen itu sendiri. Selain itu, Rancangan

penelitian eksperimen juga berkaitan dengan masalah-masalah yang praktis.

Rancangan penelitian eksperimen dikelompokkan menjadi tiga bagian,

yaitu:

1. Rancangan Pra Eksperimen

Rancangan ini kurang memadai, karena tidak adanya suatu kelompok

kontrol, atau tidak ekuivalen antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Adapun rancangan yang termasuk dalam rancangan pra eksperimen adalah

sebagai berikut:

a. Studi kasus bentuk tunggal (the one shot case study).

X T

Keterangan:

X = manipulasi/perlakuan variable eksperimen

T = Tes atau observasi

Bentuk ini kekuatannya sangat lemah untuk generalisasi dan variable

luar dapat membahayakan validitas internal dan eksternal.

b. Rancangan Pretes-Protes Kelompok Tunggal (The one group pretest-posttest

design).

T1 X T2

Keterangan:

30

Page 34: PENELITIAN KUANTITATIF

X = manipulasi/perlakuan variable eksperimen

T1 = Prates

T2 = Pascates

Rancangan ini lebih baik karena dampak suatu perlakuan didasarkan

pada perbedaan antara pretes dan pascates, tetapi belum ada

pembandingan dengan kelompok control.

c. Rancangan Perbandingan Kelompok Statik (the static group comparison

design).

X T1

-- T2

Keterangan:

X = manipulasi/perlakuan variable eksperimen

T1 = Tes pada kelompok eksperimen

T2 = Tes pada kelompok control

Pada rancangan ini membandingkan suatu kelompok yang menerima

perlakuan (kelompok eksperimen) dengan kelompok lainnya yang tidak

mendapatkan perlakuan. Dalam hubungan ini kelompok-kelompoknya

menggunakan kelompok yang sudah ada, bukan buatan yang baru

disengaja agar ekuivalen.

2. Rangcangan Eksperimen Semu

Rancangan berikut lebih baik daripada kelompok yang pertama, karena

dilakukan kontrol. Tetapi terdapat kelemahan karena umumnya ekuivalensi antara

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tidak ada, karena dalam pemilihan

kelompok tidak dilakukan pemilihan secara acak.

a. Rancangan prates-pascates yang tidak Ekuivalen (the non ekuivalen,pretest-

postest design)

T1X X T2X

T1 -- T2

Keterangan :

X = manipulasi/perlakuan/treatment variable eksperimen;

31

Page 35: PENELITIAN KUANTITATIF

T1X = prates pada kelompok eksperimen;

T2X= pascates pada kelompok eksperimen ;

T1 = prates pada kelompok kontrol;

T2 = pascates pada kelompok kontrol.

Rancangan ini biasanya menggunakan kelas-kelas yang sudah ada sebagai

kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Pemilihannya tidak secara

acak, tetapi diperkirakan yang kondisi/keadaannya sama. Perbedaan rata-rata

T1 dan T2 dan rata-rata T1X dan T2X di tes apakah signifikan secara statistik.

b. Rancangan prates – pascates pada kelompok tunggal yang materinya

ekuivalen (the equivalent material, single group, pretest-postest design).

Pa T1X X T2X

Pb T1 -- T2

Keterangan :

X = manipulasi/perlakuan/treatment variable eksperimen

T1X = prates pada kelompok eksperimen;

T2X = pascates pada kelompok eksperimen ;

T1 = prates pada kelompok control;

T2 = pascates pada kelompok control

Karena kesulitan administrasi dalam mendapatkan kelompok kontrol

dan eksperimen yang benar-benar ekuivalen kondisinya, maka dilakukan

kelompok/kelas yang sama baik untuk eksperimen maupun kontrol. Pada

putaran pertama digunakan sebagai kelompok eksperimen (Pa) dan pada

putaran kedua digunakan sebagai kelompok kontrol (Pb) , atau sebaliknya.

Rancangan ini dapat mengurangi pengaruh dari luar, penanganannya dapat

dipadukan dengan kegiatan rutin kelas tersebut, seperti jadwal atau guru

pengajarnya.

Rancangan ini mempunyai beberapa kelemahan antara lain;

Sering sulit mendapatkan materi pelajaran yang benar-benar setara dalam

berbagai segi seperti daya tarik, tingkat kesulitan, atau prasyarat materi

sebelumnya

32

Page 36: PENELITIAN KUANTITATIF

Pada putaran kedua sebenarnya siswa sudah lebih matang daripada putaran

sebelumnya

Kejadian-kejadian khusus (eksternal) belum tentu sama baik jenis maupun

jumlahnya pada putaran satu maupun dua

Bisa terjadi pengaruh perlakuan pertama ikut bercampur pada perlakuan kedua

Prosedur tes pada putaran satu dapat mempengaruhi pencapaian pada putaran

kedua, karena pengalaman sebelumnya

Bila dilakukan cukup lama, subjek penelitian dapat saja berkurang pada

putaran kedua

Ada bahaya kontaminasi penilaian karena pengetahuan hasil putaran pertama

dapat mempengaruhi objektivitas penilaian di putaran kedua.

Untuk mengurangi keterbatasan ini, dapat dilakukan replikasi dengan

putarannya menjadi empat putaran.

P1 T1X X T2X

P2 T1 -- T2

P3 T1X X T2X

P4 T1 -- T2

Keterangan :

X = manipulasi/perlakuan/treatment variable eksperimen

T1X = prates pada kelompok eksperimen;

T2X = pascates pada kelompok eksperimen ;

T1 = prates pada kelompok kontrol;

T2 = pascates pada kelompok kontrol

P1, P2, P3, P4 : putaran ke satu,dua,tiga dan empat pada kelas yang sama.

3. Rancangan Eksperimen Sebenarnya

Berikut adalah rancangan eksperimen sebenarnya, karena prinsip

ekuivalensi antara kelompok kontrol dan eksperimen dipenuhi melalui

33

Page 37: PENELITIAN KUANTITATIF

pemilihan acak dan dilakukan pengendalian. Eksperimen yang sebenarnya

dalam pendidikan cukup sulit dilakukan karena berhadapan dengan manusia

yang bukan benda mati seperti dilaboratorium. Dengan demikian tentu masih

ada kelemahan dalam validitas eksternal.

a. Rancangan hanya pascates pada kelompok ekuivalen

X T1

-- T2

Rancangan ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol

mempunyai kesamaan kondisi-kondisinya dan dipilih secara acak. Pada rancangan

ini, perbedaan rata-rata hasil tes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diuji

signifikansinya melalui tes statistik tertentu, misal tes analisis varian.

Asumsinya, kalau sampel diambil secara acak dari populasi yang sama,

maka nilai rata-ratanya akan sama. Kalau ada perbedaan, biasanya karena

kesalahan pengambilan sampel, tetapi kalau perbedaannya begitu besar

melampaui besar yang dimungkinkan karena kesalahan pengambilan sample,

maka perbedaan tersebut karena pengaruh variabel perlakuan.

b. Rancangan prates-pascates pada kelompok-kelompok ekuivalen

T1X X T2X

T1 -- T2

Rancangan ini mirip dengan sebelumnya,hanya digunakan prates

pada kedua kelompok. Pencapaian yang merupakan perbedaan atau selisih dari

pascates dan prates antara nilai rata-rata kelompok eksperimen dan kontrol diuji

menggunakan analisis varian. Bila digunakan analisis kovarian dengan nilai prates

sebagai kovariatnya, rancangan ini akan lebih efektif dan cukup kuat validitas

eksperimennya. Namun demikian rancangan ini bisa terganggu karena pengaruh

pelaksanaan tes.

c. Rancangan Empat Kelompok Solomon

T1X X T2X

T1 -- T2

34

Page 38: PENELITIAN KUANTITATIF

X T3X

-- T3

Rancangan ini sebenarnya perpaduan dari rancangan dua kelompok

ekuivalen hanya pascates, dan rancangan prates-pascates. Rancangan ini

memungkinkan untuk mengevaluasi efek utama variabel eksperimental dan juga

mengetahui efek faktor-faktor yang mengancam validitas eksperimen. Rancangan

ini cukup sulit dilakukan kalau sampelnya besar.

d. Rancangan Faktorial

Desain yang disajikan sebelumnya dirancang untuk variabel yang tunggal.

Pada bidang pendidikan yang kompleks terdapat beberapa variabel yang

berinteraksi secara simultan, sehingga diperlukan rancangan yang lebih efektif.

Misalnya pada masalah efektivitas suatu model pembelajaran tertentu mungkin

bergantung pada sejumlah variable seperti tingkat kecerdasan, kepribadian guru,

suasana kelas, dan sebagainya. Rancangan faktorial digunakan untuk mengetahui

dua atau lebih variabel yang dimanipulasi secara simultan memberi efek pada

variabel terikat, disamping pengaruh yang disebabkan interaksi antara variabel-

variabel itu.

Variabel Atribut (X2)Variabel eksperimen (X1)

Perlakuan A Perlakuan B

Tingkat 1 Kotak 1 Kotak 3

Tingkat 2 Kotak 2 Kotak 4

Variabel bebas yang dimanipulasi dinamakan variabel eksperimen,

sedangkan variabel bebas yang kedua yang dibagi menjadi beberapa tingkatan

disebut variabel atribut. Pengaruh perlakuan eksperimental pokok terhadap

variabel terikat dinilai pada setiap tingkatan variabel yang lain. Jadi pada

rancangan ini, beberapa subjek tingkatan 1 menerima perlakuan A (kotak 1),

sedang yang lain menerima perlakuan B (kotak 3). Sebagai subjek tingkatan 2

menerima perlakuan A (kotak 2), sedang lain menerima perlakuan B

(kotak 4).

35

Page 39: PENELITIAN KUANTITATIF

Pada rancangan ini, peneliti tertarik pada pengaruh satu variabel bebas

saja, tetapi mempertimbangkan variabel-variabel lain yang mungkin berpengaruh

pada variabel terikat. Pada umumnya variabel lain merupakan variabel atribut,

seperti jenis kelamin, kecerdasan, ras, status sosial ekonomi, atau hasil belajar.

Pengaruh variabel ini diteliti dan sekaligus dikendalikan dengan jalan

memasukkan variabel atribut pada rancangan faktorial. Di setiap “tingkatan”

variabel atribut, peneliti menilai pengaruh variabel bebas yang utama.

Kelebihan rancangan ini adalah :

Dapat menyelesaikan dalam satu kali eksperimen, mungkin desain lain bisa

lebih dari dua studi yang terpisah.

Memberikan kesempatan untuk menyelidiki interaksi yang begitu penting

dalam penelitian pendidikan.

Memberikan pengujian yang lebih kuat terhadap hipotesis.

J. Teknik Pengumpulan Data

Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian,

yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas

instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reabilitas instrumen dan

kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatam cara-cara yang

digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu, instrumen yang telah teruji

validitas dan reabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan

realibel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam

pengumpulan datanya.

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai

sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan

pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan metode

eksperimen, di rumah dengan berbagi responden, pada suatu seminar, diskusi,

dijalan, dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data

dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah

sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber

sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila

36

Page 40: PENELITIAN KUANTITATIF

dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan

data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket),

observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya.

Pada bab ini hanya akan dijelaskan pengumpulan data berdasarkan

tekniknya, yaitu melalui interview (wawancara), kuesioner (angket), dan

observasi (pengamatan).

1. Interview (Wawancara)

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang

lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil. Teknik pengumpulan

data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau

setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.

Hadi (1986) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh

peneliti dalam menggunakan metode interview dan juga kuesioner (angket) adalah

sebagai berikut.

i. Bahwa subjek (responden)adalah orang yang paling tahu tentang dirinya

sendiri.

ii. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan

dapat dipercaya.

iii. Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh

peneliti.

Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur,

dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan

menggunakan telepon.

a. Wawancara Terstruktur

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila

peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa

yang akan diperoleh. Oleh karena itu, dalam melakukan wawancara pengumpul

data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis

yang alternatif jawbannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini

37

Page 41: PENELITIAN KUANTITATIF

setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.

Dengan wawancara terstruktur ini pula, pengumpul data dapat menggunakan

beberapa pewawancara sebagai pengumpul data.Supaya setiap pewawancara

mempunyai keterampilan yang sama, maka diperlukan training kepada calon

pewawancara.

Dalam melakuan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai

pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat

bantu seperti tape recorder, gambar, brosur, dan material lain yang dapat

membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.

b. Wawancara Tidak Terstruktur

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana

peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara

sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang

digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Wawancara tidak terstruktur atau tebuka, sering digunakan dalam

penelitian pendahuluanatau malahan untuk penelitian yanglebih mendalam

tentang responden. Pada penelitian pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkan

informasi awal tentang berbagai isu atau permaslahan yang ada pada obyek,

sehingga peneliti dapat menentukansecar pasti permaslahan atau variabel apa

yang harus di teliti. Untuk mendapatkan gambaran permaslahan yang lebih

lengkap, maka peneliti perlu melakukan wawancara kepada fihak-fihak yang

mewakili berbagai tingkatan yang ada dalam obyek.

Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara

pasti data apa yang akan diproleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan

apa yang diceriterakan oleh responden. Berdasarkan analisis terhadap setiap

jawaban dri responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai

pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada suatu tujuan.

Informasi atau data yang diperoleh dari wawancara sering bias. Bias

adalah menyimpang dari yang seharusnya, sehingga dapat dinyatakan data

tersebut subyektif atau tidak akurat. Kebiasan data ini akan bergantung pada

pewawancara, yang diwawancarai (responden) dan situasi dan kondisi pada saat

wawancara. Responden akan memberikan data yangbias, bila responden tidak

38

Page 42: PENELITIAN KUANTITATIF

dapat menangkap dengan jelas apa yang ditanyakan peneliti atau pewawancara.

Oleh karena itu, peneliti jangan memberi pertanyaan yang bersifat bias. Situasi

dan kondisi seperti itu sangat mempengaruhi proses wawancar, yang pada

akhirnya juga akan mempengaruhi validitas data.

2. Kuesiener (Angket)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden

untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

efisienbila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang

bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga ccocok digunakan bila

jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat

berupa pertanyaan atau pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada

responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet.

Sekaran (1992) mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan angket

sebagai teknik pengumpulan data, yaitu prinsip penulisan, pengukuran, dan

penampilan fisik.

a. Prinsip Penulisan Angket

Prinsip ini menyangkut beberapa faktor, yaitu

Isi dan T ujuan Pertanyaan

Yang dimaksud disini adalah apakah isi pertanyaan tersebut merupakan

bentuk pengukuran atau bukan? Kalau berbentuk pengukuran, maka dalam

membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus disusun dalam skala

pengukuran dan jumlah itemnyamencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti.

Bahasa yang D igunakan

Bahasa yang digunakan dalam penulisan kuesioner (angket) harus

disesuaikan dengan kemampuan berbahas responden. Jadi bahas yang digunakan

dalam angket harus memperhatikan jenjang pendidikan responden, keadaan sosial

budaya, dan “frame of reference” dari responden.

Tipe dan B entuk P ertanyaan

Tipe pertanyaan dalam angket dapat terbuka atau tertutup, dan bentuknya

dapat menggunakan kalimat positif atau negatif. Pertanyaan terbuka adalah

pertanyaan yang mengharapkan responden untuk menuliskan jawabannya

39

Page 43: PENELITIAN KUANTITATIF

berbentuk uraian tentang sesuatu hal. Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang

mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan responden untuk memilih

salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang telah tersedia. Setiap

pertanyaan angket yang mengharapkan jawabna beebentuk data nominal, ordinal,

interval, dan ratio, adalah bentuk pertanyaan tertutup.

Pertanyaan tertutup akan membantu responden untuk menjawab dengan

cepat, dan juga memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data

terhadapseluruh angket yang telah terkumpul. Pertanyaan atau pernyataan dalam

angket perlu dibuat kalimat positif dan negatif agar responden dalam memberikan

jawaban setiap pertanyaan lebih serius, dan tidak mekanistis.

Pertanyaan T idak M endua

Setiap pertanyaan dalam angket jangan mendua (double barreled) sehingga

menyulitkan responden untuk memberikan jawaban.

Tidak M enanyakan yang S udah L upa

Setiap pertanyaan dalam instrumen angket, sebaiknya juga tidak

menanyakan hal-hal yang sekirany responden sudah lupa, atau pertanyaan yang

memerlukan jawaban dengan berfikir berat.

Pertanyaan T idak M enggiring

Pertanyaan dalam angket sebaiknya juga tidak menggiring ke jawaban

yang baik saja atau ke yang jelek saja.

Panjang P ertanyaan

Pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan

membuat jenuh responden dalam mengisi. Bila jumlah variabel banyak, sehingga

memerlukan instrumen banyak, maka instrumen itu dibuat bervariasi dalam

penampilan, model skala pengukuran yang digunakan, dan cara mengisinya.

Disarankan empirik jumlah pertanyaan yang memadai adalah anatara 20 s/d 30

pertanyaan.

Urutan P ertanyaan

Urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum menuju ke hal

yang spesifik, atau dari yang mudah menuju ke hal yang sulit, atu diacak. Hal ini

perlu dipertimbangkan karana secara psikologis akan mempengaruhi semangat

responden untuk menjawab. Kalau awalnya sudah diberikan pertanyaan yang

40

Page 44: PENELITIAN KUANTITATIF

sulit, atau yang spesifik, maka responden akan patah semangat untuk mengisi

angket yang telah diterima. Urutan pertanyaan yang diacak perlu dibuat bila

tingkat kematangan responden terhadap masalah yang ditanyakan sudah tinggi.

b. Prinsip Pengukuran

Angket yang diberikan kepada responden merupakan instrumen penelitian

yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Oleh karena itu,

instrumen angket tersebut harus dapat digunakan untuk mendapatkan data yang

valid dan reliabel tentang variabel yang di ukur. Supaya diperoleh data penelitian

yang valid dan reliabel, maka sebelum instrumen angket tersebut diberikan

kepada responden, perlu melakukan uji validitas dan reabilitasnya terlebih dalu.

Instrumen yang tidak valid dan reliabel bila digunakan untuk mengumpulkan data,

akan menghasilkan data yang tidak valid dan reliabel pula.

c. Prinsip Penampilan Fisik Angket

Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data akan mempengaruhi

respon atau keseriusan responden dalam mengisi angket. Angket yang dibuat

dikertas buram, akan mendapat respon yang kurang menarik bagi responden, bila

dibandingkan angket yang dicetak dikertas yang bagus dan berwarna. Tetapi

angket yang dicetak dikertas yang bagus dan berwarna akan menjadi mahal.

3. Observasi (Pengamatan)

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik

bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau

wawancara dan kuesioner, selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi

tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain.

Hadi (1986) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses

yang kompleks, suatuproses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan

psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses pengamatan dan ingatan.

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian

berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila

responden yang diamati tidak terlalu besar.

Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat

dibedakan menjadi participant observation (observasi berperan) dan

nonparticipant observation. Selanjutnya dari segi instrumen yang digunakan,

41

Page 45: PENELITIAN KUANTITATIF

maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak

terstruktur.

a. Observasi Berperanserta (Participant Observation)

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang

yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil

melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh sumber

data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka

data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada

tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

b. Observasi Nonpartisipan

Kalau dalam observasi partisipan, peneliti terlibat langsung dengan

aktivitas orang-orang yang sedang diamati, maka dalam observasi nonpartisipan

peneliti tidak terlibat hanya sebagai pengamat independen. Peneliti mencata,

menganalisis, dan selanjutnya dapat membuat kesimpulan. Pengumpulan data

dengan observasi nonpatisipan ini tidak akan mendapatkan data yang mendalam,

dan tidak sampai pada tingkat makna. Makna adalah nilai di balik perilaku yang

tampak, yang terucapkan dan yang tetulis.

Observasi Terstruktur

Observasi struktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis,

tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya. Jadi observasi

terstruktur dilakukanapabila peneliti telahtahu dengan pasti tentang variabel apa

yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti menggunakan

instrumen penelitian yang telah teruji validitas dan reabilitasnya. Pedoman

wawancara terstruktur, atau angket tertutup dapat juga digunakan sebagai

pedomanuntuk melakukan observasi.

Observasi Tidak Terstruktur

Observasi tidak terstruktur adalah observasiyang tidak dipersiapkan secara

sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti

tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakuakan

pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya

berupa rambu-rambu pengamatan.

42

Page 46: PENELITIAN KUANTITATIF

K. Analisis Data

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data

dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis

data mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,

mentabulasi daa berdasarkan variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk

menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis

yang telah diajukan.

Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik.

Terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam

penelitian, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial.Statistik inferensial

meliputi statistik parametris dan statisitik nonparametris.

1. Statistik Deskriptif dan Inferensial

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis

data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum atau generalisasi. Penelitian yang dilakukan pada populasi

(tanpa diambil sampelnya) jelas akan menggunakan statistik deskriptif dalam

analisisnya. Tetapi bila penelitian dilakuakan pada sampel, maka analisisnya

dapat menggunakan statistik deskriptif maupun inferensial. Statistik deskriptif

dapat digunakan bila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data smapel, dan tidak

ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil.

Tetapi bila peniliti ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi, maka

teknik analisis yang digunakan adalah statistik inferensial.

Termasuk dalam statistik deskriptif, antar lain penyajian data melalui

tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median,

mean(pengukuran tendensi sentral), perhitungan desil, persentil, perhitungan

penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi, perhitungan

persentase. Dalam statistik deskriptif juga dapat dilakukan mencari kuatnya

hubungan anta variabel melalui analisis korelasi, melakukan prediksi dengan

analisi regresi, dan membuat perbandingan dengan membandingkan rata-ratadata

sampel atau populasi. Hanya perlu diketahui bahwa dalam analisis korelasi,

43

Page 47: PENELITIAN KUANTITATIF

regresi, ataumembandingkan dua rata-arata atau lebih tidak perlu diuji

signifikansinya. Jadi secara teknis dapat diketahui bahwa, dalam statistik

deskriptif tidak ada uji signifikansi, tidak ada taraf kesalahan, karena peneliti tidak

bermaksud membuat generalisasi, sehingga tidak ada kesalahan generalisasi.

Statistik inferensial (sering disebut juga statistik induktif atau statistik

probabilitas) adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data

sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini akan cocok

digunakan bila sampel diambil dari populasi yang jelas, dan teknik pengambilan

sampel dari populasi itu dilakukan secara random.

Statistik ini disebut statistik probabilitas, karena kesimpulan yang

diberlakukan untuk populasi berdasarkan data sampel itu kebenarannya bersifat

peluang (probabbility). Suatu kesimpulan dari data sampel yang akan

diberlakukan untuk populasi itu mempunyai peluang kesalahan dan kebenaran

(kepercayaan) yang dinyatakan dalam bentuk prosentase. Bila peluang kesalahan

5% maka taraf kepercayaan 95%, bila peluang kesalahan 1%, maka taraf

kepercayaan 99%. Peluang kesalahan dan kepercayaan ini disebut dengan taraf

signifikans. Pengujian taraf signifikansi dari hasil suatu analisis akan lebih praktis

bila didasarkan pada tabel sesuai teknik analisis yang digunakan. Misalnya uji-t

akan digunkan tabel-t, uji F digunakan tabel F. Pada setiap tabel sudah disediakan

untuk taraf signifikansi berapa persen suatu hasil analisis dapat digeneralisasikan.

Jadi signifikansi adalah kemampuan untuk digeneralisasikan dengan

kesalahan tertentu. Ada hubungan signifikan berarti hubungan itu dapat

digeneralisasikan. Ada perbedaan signifikan berarti perbedaan itu dapat

digeneralisasikan. Signifikan sering diartikan dengan bermakna, tidak dapat

diabaikan, nyata, berarti.

2. Statistik Parametris dan Nonparametris

Pada statistik inferensial terdapat statistik parametris dan nonparametris.

Statistik parametris digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik

atau menguji ukuran populasi melalui data sampel.(Pengertian statistik disini

adalah data yang diperoleh dari sampel). Parameter populasi itu meliputi rata-rata

dengan notasi μ (mu), simpangan baku σ (sigma), dan varians σ 2 diuji melalui s2 .

Sedangkan statistiknya adalah meliputi rata-rata X (X bar), simpangan baku s, dan

44

Page 48: PENELITIAN KUANTITATIF

varians s2 . Jadi parameter populasi yang berupa μ diuji melalui X , selanjutnya σ

diuji melalui s, dan σ 2 diuji melalui s2. Dalam statistik, pengujian parameter

melalui statistik (data sampel) tersebut dinamakan uji hipotesis statistik. Oleh

karena itu penelitian yang berhipotesis statistik adalah penelitian yang

menggunakan sampel. Dalam statistik hipotesis yang diuji adalah hipotesis nol,

karena tidak dikehendaki adanya perbedaan antara parameter populasi dan

statistik (data yang diperolehdari sampel). Statistik nonparametris tidak menguji

parameter populasi tetapi menguji distribusi.

Penggunaan statistik parametris dan nonparametris tergantung pada

asumsi dan jenis data yang akan dianalisis. Statistik parametris memerlukan

terpenuhi banyak asumsi. Asumsi yang utama adalah data yang akan dianalisis

harus berdistribusi normal. Selanjutnya dalam penggunaan salah satu tes

mengharuskan data dua kelompok atau lebih yang diuji harus homogen, dalam

regresiharus terpenuhi asumsi liniaritas. Statistik nonparametris tidak menuntut

terpenuhi banyak asumsi, misalnya data yang akan dianalisis tidak harus

berdistribusi normal. Oleh karena itu statistik nonparametris sering disebut

“distribution free” (bebas distribusi). Statistik parametrik mempunyai kekuatan

yang lebih daripada statistik nonparametris, bila asumsi yang melandasi dapat

terpenuhi.

Penggunaan kedua statistik tersebut juga tergantung pada jenis data yang

dianalisis. Statistik parametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis data

interval dan rasio, sedangkan statistik nonparametris kebanyakan digunakan

untuk menganalisis data nominal dan ordinal. Jadi untuk menguji hipotesis dalam

penelitian kuantitatif yang menggunakanstatistik, ada dua hal utama yang harus

diperhatikan, yaitu macam data dan bentuk hipotesis yang diajukan.

a. Macam Data: nominal, ordinal, interval atau ratio

b. Bentuk Hipotesis

Bentuk hipotesis ada tiga yaitu: hipotesis deskriptif, komparatif, dan

asosiatif. Dalam hipotesis komparatif, dibedakan menjadi dua, yaitu komparatif

untuk dua sampel dan lebih dari dua sampel.

Hipotesi deskriptif yang akan diuji dengan statistik parametris merupakan

dugaan terhadap nilai dalam suatu sampel (unit sampel), dibandingkan dengan

45

Page 49: PENELITIAN KUANTITATIF

standar, sedangkan hipotesis deskriptif yang akan diuji dengan statistik

nonparametris merupakan dugaan ada tidaknya perbedaan secara signifikan nilai

antar kelompok dalam satu sampel. Hipotesi komparatif merupakaan dugaan ada

tidaknya perbedaan secara signifikan nilai-nilai dua kelompok atau lebih.

Hipotesis asosiatif adalah dugaan terhadap ada tidaknya hubungan secara

signifikan antara dua variabel atau lebih.

PENGGUNAAN STATISTIK PARAMETRIS DAN

NONPARAMETRIS UNTUK MENGUJI HIPOTESIS

MACAM

DATA

BENTUK HIPOTESISDeskript

if(Satu

Variabel atau Satu

Sampel)**

Komparatif(Dua Sampel)

Komparatif(Lebih dari Dua

Sampel)Asosiatif

(Hubungan)Related

Independen

ReletedIndepende

n

Nominal

Binomial

χ2 satu sampel

Mc Nemar

Fisher Exact

Probablity

χ2 dua sampel

Cochran Q

χ2 untuk k sampel

ContingencyCoefficient C

Ordinal Run Test

Sign test

Wilcoxon

matched pairs

Median Test

Mann-Whitney

Utest

Kolomogorov

Smirnov

Wald-Woldfowitz

Friedman Two-

Way Anova

Median Extension

KruskalWallis OneWay Anova

SpearmanRank

Correlation

Kendall Tau

IntervalRasio

t-test* t-test of Related

t-test*Independent

One-Way

Anova*

Two-Way

One-Way Anova*

Two-Way Anova*

KorelasiProduct

Moment*

KorelasiParsial*

46

Page 50: PENELITIAN KUANTITATIF

Anova*

KorelasiGanda*

Regresi,Sederhana &

Ganda** Statistik Parametris

** Deskriptif untuk parametris artinya satu variabel dan untuk nonparametris artinya

satu sampel

Berdasarkan tabel diatas dapat dikemukakan disini bahwa:

1. Untuk menguji hipotesis deskriptif satu sampel (unisampel) bila datanya

berbentuk nominal, maka digunakan teknik statistik :

a. Binomial

b. Chi kuadrat satu sampel

2. Untuk menguji hipotesis deskriptif satu sampel bila datanya berbentuk

ordinal, maka digunakan teknik statistik Run Test.

3. Untuk menguji hipotesis deskriptif satu variabel (univariabel) bila datanya

berbentuk interval atau ratio, maka digunakan t-test satu sampel.

4. Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel yang berpasangan bila

datanya berbentuk nominal, maka digunakan teknik statistik Mc Nemar.

5. Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel yang berpasangan bila

datanya berbentuk ordinal, maka digunakan teknik statistik :

a. Sign Test

b. Wilcoxon matched pairs

6. Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel yang berpasangan, bila

datanya berbentuk interval atau ratio, maka digunakan t-test dua sampel.

7. Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independent bila datanya

berbentuk nominal, maka digunakan teknik statistik :

a. Fisher exact probability

b. Chi kuadrat dua sampel

8. Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independent bila datanya

berbentuk ordinal, maka digunakan teknik statistik :

a. Median Test

b. Mann-Whitney U test

47

Page 51: PENELITIAN KUANTITATIF

c. Kolmorogrov smirnov

d. Wald-Wolfowitz

9. Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel yang berpasangan, bila

datanya berbentuk interval atau ratio, maka digunakan t-test sampel

berpasangan (related).

10. Untuk menguji hipotesis komparatif k sampel yang berpasangan bila datanya

berbentuk nominal, maka digunakan teknik statistik Chocran Q.

11. Untuk menguji hipotesis komparatif k sampel yang berpasangan bila datanya

berbentuk ordinal, maka digunakan teknik statistik Friedman two-way anova.

12. Untuk menguji hipotesis komparatif k sampel yang berpasangan, bila datanya

berbentuk interval atau ratio, maka digunakan analisis varians satu jalan

maupun dua jalan (One Way dan Two Way Anova).

13. Untuk menguji hipotesis komparatif k sampel independent bila datanya

berbentuk nominal, maka digunakan teknik statistik Chi kuadrat k sampel.

14. Untuk menguji hipotesis komparatif k sampel independent bila datanya

berbentuk ordinal, maka digunakan teknik statistik :

a. Median extension

b. Kruskal-wallis one way anova

15. Untuk menguji hipotesis asosiatif atau hubungan (korelasi) bila datanya

berbentuk nominal, maka digunakan teknik statistik Koefisien kontingensi.

16. Untuk menguji hipotesis asosiatif atau hubungan (korelasi) bila datanya

berbentuk ordinal, maka digunakan teknik statistik :

a. Korelasi spearman rank

b. Korelasi kendal tau

17. Untuk menguji hipotesis asosiatif atau hubungan (korelasi) bila datanya

berbentuk interval atau ratio, maka digunakan teknik statistik :

a. Korelasi Produk Momen: untuk menguji hipotesis hubungan antara satu

variabel independen dengan satu responden.

b. Korelasi Ganda bila untuk menguji hipotesis tentang dua variabel

independen atau lebih secarabersama-sama dengan satuvariabel dependen.

c. Korelasi Parsial digunakan untuk menguji hipotesis hubungan antara dua

variabel atau lebih, bila terdapat variabel yang dikendalikan.

48

Page 52: PENELITIAN KUANTITATIF

d. Analisi Regresi digunakan untuk melakukan prediksi, bagaimana

perubahan nilai variabel dependen bila nilaiindependen dinaikkan atau

diturunkan nilainya (dimanipulasi).

Hipotesis penelitian yang akan diuji dalam penelitian berkaitan erat

dengan rumusan masalah yang diajukan, tetapi perlu diketahui bahwa setiap

penelitian tidak harus berhipotesis, namun harus merumuskan masalahnya.

Penelitian yang tersusun dalam paradigmamodel struktural, pengujian

hipotesismenggunakan SEM (Structural Equation Modeling), dimana konsep

dasar yang digunakan adalah analisis korelasi dan regresi yang berbentuk path

analisis.

3. Judul Penelitian dan Statistik yang Digunakan Untuk Analisis

Berikut ini diberikan contoh judul penelitian, berbentuk paradigma,

rumusan masalah, hipotesis, dan teknik statistik yang akan digunakan untuk

pengujian hipotesis.

a. Judul Penelitian

PENGARUH KECERDASAN EMOTIONAL TERHADAP KECEPATAN

MEMPEROLEH PEKERJAAN LULUSAN SMK DI PEMERINTAHAN

PROVINSI MADUKARA.

b. Bentuk Paradigma

X = Kecerdasan Emosional

Y=Kecepatan memperoleh pekerjaan

Berdasarkan paradigma tersebut terlihat bahwa, untuk judul penelitian

yang terdiri atas satu variabel independen dan satu dependen, terdapat dua

rumusan masalah deskriptif, dan satu masalah asosiatif. Dengan demikian juga

terdapat dua hipotesis deskriptif dan hipotesis asosiatif. (Bilaterdapat kesulitan

dalammerumuskan hipotesi deskriptif, maka hipotesis itu tidak perlu dirumuskan,

tetapi rumusan masalahnya saja yang harus dijawab dengan perhitungan statistik).

Dua hipotesis diuji dengan statistik yang sama.

Untuk mencari pengaruh varians variabel dapat digunakan teknik statistik

dengan menghitung besarnya koefisien determinasi. Koefisien determinasi

dihitung dengan mengkuadratkan koefisien korelasi yang telah ditemukan, dan

49

X Y

Page 53: PENELITIAN KUANTITATIF

selanjutnya dikalikan dengan 100%. Koefisien determinasi (penentu) dinyatakan

dalam persen.

Dari contoh di atas, besarnya pengaruh kecerdasan emotional terhadap

prestasi pegawai, pertama-tama dihitung koefisien korelasinya. Misalnya

ditemukan korelasi positif dan signifikan antar kecerdasan emotional dengan

prestasikerja pegawai sebesar 0,70, hal itu berarti koefisien determinasinya 0,72 =

0,49. Jadi dapat disimpulkan varians yang terjadi pada variabel prestasi kerja

pegawai 49%. Atau dapat dinyatakan bahwa pengaruhkecerdasan emotional

terhadap tinggi rendahnya prestasi kerja pegawai sama dengan 49%, sedangkan

sisanya 51% ditentukan oleh faktor diluar variabel kecerdasan emotional,

misalnya IQ, kedisiplinan, dan lain-lain. Korelasi positif dan signifikan antara

kecerdasan emotional dengan prestasi kerja pegawai sebesar 0,49, artinya makin

tinggi kecerdasan emotional seseorang, maka akan semakin tinggi prestasi kerja

pegawai.

c. Rumusan Masalah, Hipotesis, dan Teknik statistik untuk analisis data

RUMUSAN MASALAH, HIPOTESIS, DAN TEKNIK ANALISIS DATA

YANG DIGUNAKAN (SATU VARIABEL INDEPENDEN)

Rumusan Masalah HipotesisStatistik untuk

uji hipotesis

Berapakah rata-rata

kecerdasan emotional

pegawaidi propinsi

Madukara?

Berapakah rata-rata

kecepatan

memperoleh

pekerjaan?

Adakah hubungan

Kecerdasan emotional

(EQ) pegawai di

pemerintahan propinsi

Madukara paling

tinggi 150.

Kecepatan

memperoleh pekerjaan

lulusan SMK paling

lama 24 bulan.

Terdapat hubungan

Data yang terkumpul adalah

data rtio. Bentuk hipotesisnya

adalahdeskriptif maka teknik

uji untuk hipotesis no 1 dan2

adalah sama, yaitu t-test

(untuk satu sampel).

t- test satu sampel

Data ke dua variabel adalah

50

Page 54: PENELITIAN KUANTITATIF

yang positif dan

signifikan antara

kecerdasan emotional

dengan kecepatan

memperoleh

pekerjaan lulusan

SMK?

Bagaimana pengaruh

kecerdasan emotional

terhadap prestasi

kerja pegawai?

yang positif dan

signifikan antara

kecerdasan emotional

dengan kecepatan

memperoleh pekerjaan

Kecerdasan emotional

berpengaruh positif

terhadap kecepatan

memperoleh

pekerjaan.

data ratio, oleh karena itu

teknik statistik yang

digunakan untuk menguji

hipotesis adalah Korelasi

Pearson

Product Momen

Koefisien diterminasi, dan

analisis regresi sederhana.

4. Konsep Dasar Pengujian Hipotesis

Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian. Kebenaran dari hipotesisi itu harus dibuktikan melalui data yang

terkumpul. Pengertian hipotesis tersebut adalah untuk hipotesis penelitian.

Sedangkan secara statistik hipotesis diartikan sebagai pernyataan mengenai

keadaan populasi (parameter) yangakan diuji kebenarannya berdasarkan data

yang diperoleh dari sampel penelitian (statistik). Oleh karena itu dalam statistik

yang diuji adalah hipotesis nol. Jadi hipotesis nol adalah pernyataan tidak adanya

perbedaan antara parameter dengan statistik (data sampel). Lawan dari hipotesis

nol adalah hipotesis alternatif, yang menyatakan ada perbedaan atara parameter

dan statistik. Hipotesis nol diberi notasi Ho dan hipotesis alternatif diberi notasi

Ha.

a. Taraf Kesalahan

Pada dasarnya menguji hipotesis itu adalah menaksir parameter populasi

berdasarkan data sampel. Terdapat dua cara menaksair, yaitu a point estimate

dan interval estimate. A point estimate (titik taksiran) adalah suatu taksiran

51

Page 55: PENELITIAN KUANTITATIF

parameter populasi berdasarkan suatu nilai dari rata-rata data sampel. Sedangkan

interval estimate (taksiran interval) adalah suatu taksiran parameter populasi

berdasarkan nilai interval rata-rat data sampel.

Menaksir parameter populasi yang menggunakan nilai tunggal (point

estimate) akan mempunyai resiko kesalahan yang lebih tinggi dibandingkan

dengan yang menggunakan interval estimate. Makin besar interval taksirannya

maka akan semakin kecil kesalahannya.

b. Dua Kesalahan dalam Menguji Hipotesis

Dalam menaksir parameter populasi berdasarkan data sampel,

kemungkinan akan terdapat dua kesalahan, yaitu :

Kesalahan tipe I adalah suatu kesalahan bila menolak hipotesis nol (Ho) yang

benar (seharusnya diterima). Dalam hal ini tingkat kesalahan dinyatakan

dengan α (baca alpha).

Kesalahan tipe II adalah kesalahan bila menerima hipotesis yang salah

(seharusnya ditolak). Tingkat kesalahan ini dinyatakan dengan β (baca beta).

Berdasarkan hal tersebut, maka hubungan antara keputusan menolak atau

menerima hipotesis dapat ditabelkan sebagai berikut.

HUBUNGAN ANTARA KEPUTUSAN MENOLAK

ATAU MENERIMA HIPOTESIS

KeputusanKeadaan Sebenarnya

Hipotesis Benar Hipotesis Salah

Terima

Hipotesis

Tidak membuat

kesalahanKesalahan tipe II (β)

Menolak

HipotesisKesalahan tipe I (α)

Tidakmembuat

kesalahan

Dari tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

Keputusan menerima hipotesis nol yang benar, berarti tidak membuat

kesalahan.

Keputusan menerima hipotesis nol yang salah, berarti terjadi kesalah tipe II

(β).

52

Page 56: PENELITIAN KUANTITATIF

Membuat keputusan menolak hipotesis nol yang benar, berarti terjadi kesalah

tipe I (α).

Keputusan menolak hipotesis nol yang salah, berarti tidak membuat

kesalahan.

Bila nilai statistik (data sampel) yang diperoleh dari hasil pengumpulan

data sama dengan nilai parameter populasi atau masih berada pada nilai interval

parameter populasi, maka hipotesis yang dirumuskan 100% diterima. Jadi tidak

terdapat kesalahan. Tetapi bila nilai statistik di luar nilai parameter populasi akan

terdapat kesalahan. Kesalahan ini semakin besar bila nilai statistik jauh dari nilai

parameter populasi.

Tingkat kesalahan ini selanjutnya dinamakan level of significant atau

tingkat signifikansi. Dalam prakteknya tingkat signifikansi telah ditetapkan oleh

peneliti terlebih dahulu sebelum hipotesis diuji.Biasanya tingkat signifikansi

(tingkat kesalahan) yang diambil adalah 1% dan 5%. Suatu hipotesis terbukti

dengan mempunyai kesalahan 1% berarti bila penelitian dilakukan pada 100

sampel yang diambil dari populasi yang sama, maka akan terdapat satu

kesimpulan salah yang diberlakukan untuk populasi. (data dari satu sampel

tersebut tidak dapat diberlakukan ke populasi dimana sampel tersebut diambil)

Dalam hipotesis kebanyakan digunakan kesalahan tipe I yaitu berapa

persen kesalahan untuk menolak hipotesis nil (Ho) yang benar (yang seharusnya

diterima).

c. Macam Penguji Hipotesis

Terdapat tiga macam bentuk pengujian hipotesis, yaitu uji dua pihak (two

tail), pihak kiri, dan pihak kanan. Jenis uji mana yang akan dipakai tergantung

pada bunyi kalimat hipotesis.

Uji Dua Pihak (Two Tail Test)

Uji dua pihak digunakan bila hipotesis nol (Ho) berbunyi “sama dengan”

dan hipotesis alternatifnya (Ha) berbunyi “tidak sama dengan” (Ho= ; Ha ≠)

Contoh hipotesis deskriptif (satu sampel) :

Hipotesis nol : Daya tahan lampu merk X = 400 jam

Ho : µ = 400 jam

Hipotesis alternatif : Daya tahan lampu merk X ≠ 400 jam

53

Page 57: PENELITIAN KUANTITATIF

Ha : µ ≠ 400 jam

Ho : µ = 400 jam

Ha : µ ≠ 400 jam

Contoh hipotesis komparatif (dua sampel) :

Hipotesis nol : Daya tahan lampu merk A = merk B

Ho : µ1 = µ2 (tidak ada)

Hipotesis alternatif : Daya tahan lampu merk A ≠ merk B

Ha : µ1 ≠ µ2 (berbeda)

Ho : µ1 = µ2 (tidak ada)

Ha : µ1 ≠ µ2 (berbeda)

Contoh hipotesis asosiatif

Hipotesis nol : Tidak ada hubungan antar X dengan Y

Hipotesis alternatif : Terdapat hubungan antara X dengan Y

Ho : ρ = 0 (berarti tidak ada hubungan)

Ha : ρ ≠ 0 (berarti ada hubungan)

Uji Pihak Kiri

Uji pihak kiri digunakan apabila hipotesis nol (Ho) berbunyi “lebih besar

sama dengan” (≥) dan hipotesis alternatifnya berbunyi “lebih kecil” (¿), kata lebih

kecil atau sama dengan sinonim “kata paling sedikit atau paling kecil”.

Contoh hipotesis deskriptif (satu sampel) :

Hipotesis nol : Daya tahan lampu merk A paling rendah atau

sedikit 400 jam atau lebih besar dan sama

dengan

Hipotesis alternatif : Daya tahan lampu merk A lebih kecil 400 jam

Ho : µ ≥ 400 jam

Ha : µ ¿ 400 jam

Contoh hipotesis komparatif (dua sampel) :

Hipotesis nol : Daya tahan lampu merk A paling sedikit sama

dengan lampu merk B.

Hipotesis alternatif : Daya tahan lampu merk A lebih kecil dari merk B

Ho : µ1 ≥ µ2 µ1 : lampu merk A dan

Ha : µ1 ¿ µ2 µ2 : lampu merk B

54

Page 58: PENELITIAN KUANTITATIF

Contoh hipotesis asosiatif

Hipotesis nol :Hubungan antara X dengan Y paling sedikit (kecil)

0,65.

Hipotesis alternatif : Hubungan antara X dengan Y lebih kecil dari 0,65.

Ho : ρ ≥ 0,65

Ha : ρ ¿ 0,65

Uji Pihak Kanan

Uji pihak kanan digunakan apabila hipotesis nol (Ho) berbunyi “lebih

kecil sama dengan” (≤) dan hipotesis alternatifnya berbunyi “lebih besar” (¿),

kata lebih besar atau sama dengan sinonim “kata paling sedikit atau paling

besar”.

Contoh hipotesis deskriptif (satu sampel) :

Hipotesis nol : Daya tahan lampu merk A paling lama 400 .

Hipotesis alternatif : Daya tahan lampu merk B lebih besar dari 400 jam

Ho : µ ≤ 400 jam

Ha : µ ¿ 400 jam

Contoh hipotesis komparatif (dua sampel) :

Hipotesis nol : Daya tahan lampu merk A paling besar (tinggi)

sama dengan lampu merk B.

Hipotesis alternatif : Daya tahan lampu merk A lebih besar dari merk B

Ho : µ1 ≤ µ2 µ1 : lampu merk A dan

Ha : µ1 ¿ µ2 µ2 : lampu merk B

Contoh hipotesis asosiatif

Hipotesis nol :Hubungan antara X dengan Y paling besar (tinggi)

0,65.

Hipotesis alternatif : Hubungan antara X dengan Y lebih besar dari

0,65.

Ho : ρ ≤ 0,65

Ha : ρ ¿ 0,65

L. Pengujian Statistik

55

Page 59: PENELITIAN KUANTITATIF

Dalam melakukan penelitian eksperimen,setelah rancangan dibuat dan

dilakukan pengambilan data yang sesuai ,maka hasil tersebut akan di uji

menggunakan uji statistik.ilmu yang diterapkan adalah statistik inferensial.

Yaitu ilmu yang membuat keputusan yang masuk akal dengan menggunakan

keterangan yang terbatas. Alat utamanya sering disebut hipotesis.

Hipotesis nol adalah suatu poernyataan bahwa tidak ada hubungan

antara variabel-variabel yang dibicarakan dan setiap hubungan-hubungan yang

tampak hanyalah kebetulan saja. peneliti dalam mengambil kesimpulan bisa

jadi menolak atau menerima hipotesis. Keputusan yang diambil bisa salah dan

bisa benar. Maka peneliti benar jika menerimanya dan salah jika

menolaknya.penolakan hipotesis nol yang benar dinamakan kesalahan jenis

pertama. Jika hipotesis nol salah,peneliti salah jika menerimanya dan benar

kalau menolaknya. Penerimaan hipotesis nol yang salah dinamakan kesalahan

jenis kedua.

Untuk menghindari kesalahan jenis pertama dan kedua peneliti

sebelum eksperimen perlu menetapkan ukuran seberapa kuat bukti itu sebelum

menolak hipotesis nol. Ukuran itu dinamakan taraf signifikasi. Taraf

signifikasi adalah resiko terjadinya kesalahan jenis pertama yang siap di ambil

oleh peneliti dalam penolakan hipotesis nol. Kalau peneliti menetapkan taraf

signifikasi 0,01 berarti bahwa hipotesis nol itu akan ditolak apabila

kemungkinan hubungan yang disebabkan oleh faktor kebetulan saja adalah

satu dalam seratus.taraf signifikasi yang lazim dalam pendidikan adalah 0,01

dan 0,05.

M. Penelitian Ex post Facto

Penelitian ex post facto adalah suatu penyelidikan empiris yang

sistematis dengan tanpa pengendalian variabel bebas secara langsung karena

variabel tersebut telah terjadi atau karena variabel tersebut pada dasarnya

memang tidak dapat dimanipulasi. Penelitian ex post facto dapat digunakan

untuk menguji hipotesis tentang hubungan antara variabel bebas dan terikat,

seperti pada penelitian eksperimen yang membandingkan dua kelompok, yang

56

Page 60: PENELITIAN KUANTITATIF

sama pada semua ciri yang relevan kecuali satu, guna mengukur pengaruh ciri

itu.

57

Page 61: PENELITIAN KUANTITATIF

DAFTAR PUSTAKA

Alsa, Asmadi. 2004. Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dalam Penelitian

Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi

Revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta.

Gay, L.R. 1983. Educational Research Competencies for Analsis & Application,

2nd Edition. Ohio: A Bell & Howell Company.

Hadi, Sutrisno. 1985. Metodologi Research Jilid 4. Yogyakarta: Yayasan Penerbit

Fakultas Psikologi UGM.

Neuman, W Lawrence. 2003. Social Research Methods, Qualitative and

Quantitative Approach. New York: AB, Boston.

Siswono, Tatag Yuli Eko. 2010. Penelitian Pendidikan Matematika. Surabaya:

Unesa University Press.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Uma Sekaran. 1984. Research Methods for Business. Carbondale: Southern

illinois University.

Wiersma Wiliam. 1986. Research methods in Education; An Introduction;Forth

Edition; Allyn and Bacon Inc; Boston, London, Sydney, Toronto.

58