Upload
novitasari
View
291
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PENELITIAN KUANTITATIF
HALAMAN JUDUL
OLEH:
1. NOVITASARI 103174001
2. IGA ERIEANI LAILY 103174024
3. KHARITSA AULIA 103174028
4. YUNITA KURNIA W. 103174036
5. TRI SUTRISNO 103174044
2010A
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN MATEMATIKA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA / 2010A
2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
A. Pengertian Penelitian Kuantitatif......................................................................1
1. Proses Penelitian Kuantitatif......................................................................1
2. Masalah.......................................................................................................2
3. Rumusan Masalah......................................................................................3
4. Variabel Penelitian.....................................................................................5
5. Paradigma Penelitian..................................................................................5
6. Menemukan Masalah..................................................................................9
B. Penelitian Eksperimen....................................................................................10
C. Variabel Penelitian.........................................................................................12
D. Validitas Penelitian.........................................................................................14
E. Skala Pengukuran dan Instrumen Penelitian..................................................16
1. Macam-macam Skala Pengukuran...........................................................16
2. Instrumen Penelitian.................................................................................19
3. Cara Menyusun Instrumen.......................................................................20
4. Validitas dan Reliabilitas Instrumen........................................................20
F. Populasi dan Sampel.......................................................................................21
1. Populasi....................................................................................................21
2. Sampel......................................................................................................22
3. Teknik Sampling......................................................................................23
4. Kesalahan penarikan simpulan.................................................................24
G. Landasan Teori dan Kerangka Berfikir..........................................................25
1. Pengertian Teori.......................................................................................25
2. Tingkat dan Fokus Teori..........................................................................26
ii
3. Kegunaan Teori dalam Pendidikan..........................................................26
4. Deskripsi Teori.........................................................................................27
5. Kerangka Berfikir.....................................................................................28
H. Hipotesis.........................................................................................................28
I. Rancangan Penelitian Eksperimen.................................................................29
1. Rancangan Pra Eksperimen......................................................................30
2. Rangcangan Eksperimen Semu................................................................31
3. Rancangan Eksperimen Sebenarnya.........................................................33
J. Teknik Pengumpulan Data.............................................................................36
1. Interview (Wawancara)............................................................................37
2. Kuesiener (Angket)..................................................................................39
3. Observasi (Pengamatan)...........................................................................41
K. Analisis Data..................................................................................................43
1. Statistik Deskriptif dan Inferensial...........................................................43
2. Statistik Parametris dan Nonparametris...................................................44
3. Judul Penelitian dan Statistik yang Digunakan Untuk Analisis...............49
4. Konsep Dasar Pengujian Hipotesis..........................................................51
L. Pengujian Statistik..........................................................................................55
M. Penelitian Ex post Facto.................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................57
iii
A. Pengertian Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif pada awalnya merupakan penelitian untuk ilmu alam
yang digunakan untuk menyelidiki fenomena-fenomena alam. Akan tetapi dalam
perkembangannya, metode tersebut diterima ilmu sosial termasuk dalam
pendidikan. Penelitian kuantitatif menggunakan pola pikir kuantitatif yang terukur
dan teramati, kerangka teori dirumuskan secara spesifik, dan bertujuan menyusun
generalisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, memverifikasi atau
menguji suatu gejala.
Penelitian ini mengikuti paradigma empirisme dalam menjelaskan suatu
gejala. Langkah penelitiannya dimulai dengan penetapan objek studi yang
spesifik, kerangka teori sesuai dengan objek studi, dimunculkan hipotesis,
instrumentasi pengumpul data, teknik sampling, dan teknik analisis. Penelitian
kuantitatif meliputi penelitian yang bersifat non eksperimen dan eksperimen.
Penelitian non eksperimen dilakukan tanpa memberikan perlakuan
(treatment) atau intervensi terhadap variabel-variabel yang diteliti. Sebaliknya,
pada penelitian eksperimen dilakukan intervensi atau perlakuan terhadap suatu
variabel penelitian. Penelitian kuantitatif non eksperimen termasug juga penelitian
deskriptif, yaitu penelitian yang mendeskripsikan suatu gejala secara kuantitatif
(memakai statistik) atau mendeskripsikan secara konseptual (kualitatif). Penelitian
eksperimen meliputi eksperimen sebenarnya, eksperimen semu (quasi-
eksperimental), pra-eksperimen.
1. Proses Penelitian Kuantitatif
Dalam penelitian kuantitatif, masalah yang dibawa oleh peneliti harus
sudah jelas. Setelah masalah diidentifikasikan dan dibatasi, maka selanjutnya
masalah tersebut dirumuskan. Berdasarkan rumusan masalah tersebut,berbagai
teori dalam penelitian kuantitatif ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah
penelitian tersebut. Jawaban terhadap rumusan masalah yang menggunakan teori
dinamakan hipotesis.
Hipotesis masih merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
tersebut, selanjutnya akan dibuktikan kebenarannya secara empiris berdasarkan
data dari lapangan. Pengumpulan data dilakukan pada populasi tertentu yang telah
1
ditetapkan oleh peneliti. Bila populasi terlalu luas, sedangkan peneliti memiliki
keterbatasan waktu,dana dan tenaga, maka peneliti dapat menggunakan sampel
yang diambil dari populasi tersebut.
Meneliti adalah mencari data yang teliti/akurat. Untuk itu peneliti perlu
menggunakan instrumen penelitian. Agar instrumen dapat dipercaya, maka harus
diuji validitas dan relibilitasnya. Setelah instrumen teruji validitas dan
relibilitasnya, maka dapat digunakan untuk mengukur variabel yang telah
ditetapkan untuk diteliti. Instrumen untuk pengumpulan data dapat berbentuk test
dan nontest. Untuk instrumen yang berbentuk nontest, dapat digunakan sebagai
kuesioner,pedoman observasi dan wawancara.
Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis. Analisis diarahkan untuk
menjawab rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan. Dalam penelitian
kuantitatif analisis data menggunakan statistik. Statistik yang digunakan dapat
berupa statistik deskriptif dan inferensial/induktif. Statistik inferensial dapat
burupa statistik parametris dan statistik nonparametris, statistik inferensial
dilakukan pada sampel yang diambil secara random.
Data hasil analisis selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan.
Penyajian data dapat menggunakan tabel, tabel distribusi frekuensi, grafik garis,
grafik batang, piechrat (diagram lingkaran) dan pictogram. Setelah hasil
penelitian diberikan pembahasan, maka selanjutnya dapat disimpulkan.
Kesimpulan berisi jawaban singkat terhadap setiap rumusan masalah berdasarkan
data yang telah terkumpul. Karena peneliti melakukan penelitian bertujuan untuk
memecahkan masalah, maka peneliti berkewajiban untuk memberikan saran-saran
yang harus berdasarkan kesimpulan hasil penelitian.
2. Masalah
Seperti telah dikemukakan bahwa pada dasarnya penelitian itu dilakukan
dengan tujuan untuk mendapatkan data yang antara lain dapat digunakan untuk
memecahkan masalah. Emory (1985), bahwa baik penelitian murni maupun
terapan, semuanya berangkat dari masalah, hanya untuk penelitian terapan
hasilnya langsung dapat digunakan untuk membuat keputusan.
Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang
seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi, antar teori dengan
2
praktek,antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaan.
Stonner (1982), mengemukakan bahwa masalah-masalah dapat diketahui
atau dicari apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan
kenyataan, antara apa yang direncanakan, adanya pengaduan dan kompetisi.
3. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berbeda dengan masalah. Masalah merupakan
kesenjangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi, maka rumusan masalah
merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui
pengumpulan data. Namun demikian terdapat kaitan erat antara masalah dan
rumusan masalah, karena setiap rumusan masalah penelitian harus didasarkan
pada masalah. Berikut ini adalah bentuk-bentuk rumusan masalah.
a. Rumusan masalah deskriptif
Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang
berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya
pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Contoh rumusan
masalahnya sebagai berikut:
Seberapa tinggi efektivitas kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah di
Indonesia?
Seberapa tinggi minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid-murid
sekolah di Indonesia?
b. Rumusan masalah komperatif
Rumusan komperatif adalah rumusan masalah penelitian yang
membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel
yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Contoh rumusan masalahnya
sebagai berikut:
Adakah perbedaan prestasi belajar antara murid dari Sekolah Negeri dan
Swasta? (variabel penelitian adalah prestasi belajar pada dua sampel yaitu
Sekolah Negeri dan Swasta )
Adakah perbedaan kompetensi profesional guru dan kepala sekolah antara
SD, SMP dan SLTA. (satu variabel untuk dua kelompok, pada tiga sampel)
3
c. Rumusan masalah asosiatif
Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang
bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga
bentuk hubungan yaitu:
1) Hubungan simetris
Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau
lebih yang kebetulan munculnya bersama. Contoh masalahanya sebagai
berikut:
Adakah hubungan antara jumlah es yang terjual dengan jumlah kejahatan
terhadap murid sekolah? (variabel pertama adalah penjual es dan ke dua
adalah kejahatan)
Adakah hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan jumlah
penduduk yang sekolah?
2) Hubungan kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi
disini ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen
(dipengaruhi). Contoh masalahanya sebagai berikut:
Adakah pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak?
(pendidikan orang tua variabel independen dan prestasi belajar variabel
dependen)
Seberapa besar pengaruh kurikulum, media pendidikan dan kualitas guru
terhadap kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah? (kurikulum,
media pendidikan dan kualitas guru sebagai variabel independen dan
kualitas SDM sebagai variabel dependen)
3) Hubungan interaktif/resiprocal/timbal balik
Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi.
Disini tidak diketahui mana variabel independen dan dependen. Contoh
masalahnya sebagai berikut:
Hubungan antara motivasi dan prestasi belajar anak SD di Kecamatan A.
Disini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi tetapi juga
prestasi dapat mempengaruhi motivasi.
4
Hubungan antara keceredasan dengan kekayaan. Kecerdasan dapat
menyebabkan kaya, demikian juga orang yang kaya dapat meningkatkan
kecerdasan karena gizi terpenuhi.
4. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Berikiut ini
macam-macam variabel.
a. Variabel Independen
Variabel independenden atau variabel bebas merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (terikat).
b. Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
c. Variabel Moderator
Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan
memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen.
d. Variabel Intervening
Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi
hubungan antara variabel independen dengan dependen menjadi hubungan
yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur.
e. Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga hubungan variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi
oleh faktor luar yang tidak diteliti.
5. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan
antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah
rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan
5
untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis
statistik yang akan digunakan.
a. Paradigma Sederhana
Paradigma penelitian ini terdiri atas satu variabel independen dan
dependen.
X = Kualitas Guru Y = prestasi belajar murid
Berdasarkan paradigma tersebut, maka dapat ditentukan:
Jumlah rumusan masalah deskriptif ada dua, dan asosiatif ada satu
Teori yang digunakan ada dua, yaitu teori tentang media pendidikan dan
prestasi belajar
Hipotesis yang dirumuskan ada dua macam, hipotesis deskriptif ada dua
dan hipotesis asosiatif ada satu (hipotesis deskriptif sering tidak
dirumuskan)
Teknik analisis data
b. Paradigma Sederhana Berurutan
Dalam paradigma ini terdapat lebih dari dua variabel, tetapi hubungannya
sederhana.
X1 = Kualitas input X3 = Kualitas output
X2 = Kualitas proses Y = Kualitas outcome
Paradigma sederhana, menunjukkan hubungan antara satu variabel
independen dengan satu variabel dependen secara berurutan. Untuk mencari
hubungan antar variabel (X1 dengan X2; X2 dengan X3 dan X3 dengan Y) tersebut
digunakan teknik korelasi sederhana. Naik turun harga Y dapat diprediksi melalui
persamaan regresi Y atas X3, dengan persamaan Y = a + bX3.
6
X
X
Y
X
X1 X2 X3 Y
c. Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen
Dalam paradigma ini terdapat dua variabel independen dan satu dependen.
Dalam paradigma ini terdapat 3 rumusan masalah deskriptif, dan 4 rumusan
masalah asosiatif (3 korelasi sederhana dan 1 korelasi ganda).
X1 = Kompetensi Guru Y = Prestasi Belajar
X2 = Lingkungan Sekolah
Paradigma ganda dengan dua variabel independen X1 dan X2, dan satu
variabel dependen Y . untuk mencari hubungan X1 dengan Y dan X2 dengan Y,
menggunakan teknik korelasi sederhana. Untuk mencari hubungan X1 dengan X2
secara bersama-sama terhadap Y menggunakan korelasi ganda.
d. Paradigma Ganda dengan Tiga Variabel Independen
Dalam paradigma ini terdapat tiga variabel independen (X1,X2,X3) dan satu
dependen (Y). Rumusan masalah deskriptif ada 4 dan rumusan masalah asosiatif
(hubungan) untuk yang sederhana ada 6 dan yang ganda minimal 1.
X1 = Kualitas Mesin X3 = Etos belajar
X2 = Pengalaman kerja Y = Produktivitas kerja
Untuk mencari besarnya hubungan antara X1 dengan Y; X2 dengan Y; X3
dengan Y; X1 dengan X2; X2 dengan X3; dan X1 dengan X3 dapat menggunakan
korelasi sederhana. Untuk mencari besarnya hubungan antar X1 secara bersama-
sama dengan X2 dan X3 terhadap Y digunakan korelasi ganada. Regresi sederhana,
7
X1
X2
Y
Y
X1
X2
X1
dan ganda serta korelasi parsial dapat digunakan untuk analisis dalam paradigma
ini.
e. Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Dependen
X = Tingkat pendidikan Y1 = Karir ditempat kerja
Y2 = Disiplin kerja
Paradigma ganda dengan satu variabel independen dan dua dependen.
Untuk mencari besarnya hubungan antara X dan Y1, dan X dengan Y2 digunakan
teknik korelasi sederhana. Demikian juga untuk Y1 dengan Y2. Analisis regresi
juga dapat digunakan disini.
f. Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen dan Dua Dependen
Dalam paradigma ini terdapat dua variabel independen (X1, X2) dan dua
variabel dependen (Y1 dan Y2). Terdapat 4 rumusan masalah deskriptif, dan 6
rumusan masalah hubungan sederhana. Korelasi dan regresi ganda juga dapat
digunakan untuk menganalisis hubungan antar .
X1 = Keindahan kampus Y1 = Jumlah pendaftar
X2 = Pelayanan sekolah Y2 = Kepuasan pelayanan
Hubungan antar variabel r1, r2, r3, r4, r5 dan r6 dapat dianalisis dengan korelasi
sederhana. Hubungan antara X1 bersama-sama dengan X2 terhadap Y1 dan X1 dan
X2 bersama-sama terhadap Y2 dapat dianalisis dengan korelasi ganda. Analisis
regresi sederhana maupun ganda dapat juga digunakan untuk memprediksi jumlah
tiket yang terjual dan kepuasan penumpang kereta api.
8
X1
Y1
Y2
X1
X2
Y1
Y2
g. Paradigma Jalur
X1 = Status Soial Ekonomi X2 = IQ
X3 = Motivasi berprestasi Y = Prestasi belajar
Terdapat variabel yang berfungsi sebagai jalur antara (X3). Dengan adanya
variabel antara ini, akan dapat digunakan untuk mengetahui apakah untuk
mencapai sasaran akhir harus melewati variabel antara itu atau bisa langsung
kesasaran akhir.
Dari gambar terlihat bahwa, murid yang berasal dari status soial ekonomi
tertentu X1, tidak bisa langsung mencapai prestasi belajar yang tinggi Y (korelasi
0,33) tetapi harus melalui peningkatan motif berprestasinya X2 (r = 0,41) dan baru
dapat mencapai prestasi Y (r = 0,50). Tetapi bila murid mempunyai IQ yang
tinggi (X2) maka mereka langsung dapat mencapai prestasi (Y) dengan r = 0,57.
(Kerlinger)
6. Menemukan Masalah
Pada dasarnya setiap orang memiliki masalah, bahkan orang yang tidak
mempunyai masalah akan dimasalahkan oleh orang lain. Oleh karena itu bila
masalah penelitian telah ditemukan, maka pekerjaan penelitian telah 50% selesai.
Untuk menemukan masalah dapat dilakukan dengan cara melakukan
analisis masalah, yaitu dengan bantuan menyusun dalam pohon masalah. Dengan
analisis masalah, maka permasalahan dapat diketahui mana masalah yang penting,
yang kurang penting, yang tidak penting dan juga dapat diketahui akar-akar
permasalahannya.
Untuk dapat melakukan analisis masalah, maka pertama peneliti harus
mampu mendudukkan masalah dalam konteks keseluruhan secara sistematik.
Dalam konteks tersebut akan terlihat hubungan antara satu masalah dengan
9
X1
X2
X3 Y
masalah yang lain, baik masalah yang mempengaruhi secara langsung maupun
tidak langsung.
B. Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen sebenarnya dilakukan peneliti dengan mengontrol
variabel-variabel secara ketat, melakukan pemilihan sampel secara acak (random),
dan data terukur secara cermat (precise). Penelitian ini biasanya dilakukan pada
laboratorium-laboratorium, seperti penelitian kimia, biologi, atau fisika. Penelitian
eksperimen semu adalah penelitian eksperimen yang kontrolnya tidak dapat
dilakukan secara ketat, derajat keacakan sampel lebih rendah daripada pada
penelitian eksperimen sebenarnya, dan kecermatan pengukuran data lebih rendah
daripada penelitian eksperimen yang dilaboratorium. Penelitian ini sering
diterapkan pada bidang sosial, termasuk pendidikan matematika. Penelitian pra-
eksperimen adalah penelitian awal yang dilakukan untuk menggali atau
mendalami suatu masalah yang dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya.
Pada penelitian eksperimen, peneliti memanipulasi satu stimulus, perlakuan,
atau kondisi-kondisi eksperimental, kemudian mengamati pengaruh atau
perubahan yang diakibatkan dari manipulasi secara sengaja dan sistematis. Untuk
mendapatkan pengaruh yang sebenar-sebenarnya dari faktor-faktor yang
dimanipulasi, maka peneliti melakukan kontrol yang cermat terhadap
kemungkinan masuknya pengaruh faktor lain.
Penelitian ini dilakukan untuk menguji hipotesis. Karena itu, setelah
masalah dibatasi dengan tegas dan operasional, peneliti perlu mengembangkan
hipotesis yang akan diujinya. Hipotesis adalah suatu jawaban sementara yang
nantinya akan diuji melalui eksperimen. Hasil pengujian dapat terjadi hipotesis
diterima atau ditolak. Jadi sifatnya probabilistik daripada kepastian.
Penelitian eksperimen itu didasarkan pada pemikiran John Stuart Mill pada
tahun 1872 yang mengatakan bahwa jika kedua situasi serba sama dalam segala
hal, kemudian ditambah suatu elemen pada salah satu situasi tadi (situasi yang
lain dibiarkan tetap), maka perbedaan yang berkembang diantara kedua situasi
merupakan akibat elemen tambahan tadi. Konsep ini memang tepat untuk bidang-
bidang ilmu alam, tetapi tidak begitu mudah diterapkan untuk bidang sosial yang
10
berkaitan dengan tingkah laku manusia, termasuk dalam pendidikan. Hal tersebut
karena sebab-akibat pada masalah sosial sering tidak terjadi karena sebab-sebab
tunggal. Kejadian-kejadian sosial biasanya dipengaruhi interaksi berbagai
variabel. Membatasi suatu variabel atau mengisolasinya dengan variabel-variabel
lain yang berpengaruh, akan menghasilkan simpulan yangkurang memadai. Agar
menghasilkan simpulan yang cukup meyakinkan, maka variabel-variabel yang
mungkin berpengaruh perlu dipertimbangkan dengan menganalisis menggunakan
analisis varian atau kovarian.
Pada penelitian eksperimen karena tujuannya melakuakan perbandingan
suatu akibat perlakuan tertentu dengan suatu perlakuan lain yang berbeda atau
dengan yang tanpa perlakuan, maka dikenal dua kelompok perbandingan, yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen sedapat mungkin “sama” atau mendekati ciri-ciri yang sama. Pada
kelompok eksperimen ini diberikan suatu perlakuan atau kondisi tertentu
sedangkanpada kelompok kontrol tidak diberikan. Kemudian kedua kelompok
tersebut diamati untuk melihat perbedaan atau perubahan pada kelompok
eksperimen dengan membandingkan pada kelompok kontrol. Hasilnya nanti
dibandingkan secara statistik. Pada penelitian eksperimen, tidak harus
perbandingan dari dua kelompok tersebut, dapat saja semua kelompok merupakan
kelompok eksperimen yang diujikan. Contoh pada penedidikan matematika untuk
melihat efektivitas frekuensi pembereian tes (latihan), satu kelompok dirancang
satu sampai dua kali tes tiap pokok bahasan, kelompok kedua dirancang tiga
sampai empat kali, sedang kelompok ketiga lebih dari empat kali tes pokok
bahasan.
Sebuah penelitian dapat berjalan baik dan memberikan hasil yang akurat
jika dilaksanakan dengan mengikuti kaidah tertentu. Seperti halnya dengan
penelitian eksperimen, akan memberikan hasil yang valid jika dilaksanakan
dengan mengikuti syarat-syarat yang ada. Berkaitan dengan hel tersebut,
Wilhelm Wundt dalam Alsa (2004) mengemukakan syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian eksperimental, yaitu:
1. Peneliti harus dapat menentukan secara sengaja kapan dan di mana ia akan
melakukan penelitian;
11
2. Penelitian terhadap hal yang sama harus dapat diulang dalam kondisi yang
sama;
3. Peneliti harus dapat memanipulasi (mengubah, mengontrol) variabel yang
diteliti sesuai dengan yang dikehendakinya;
4. Diperlukan kelompok pembanding (control grup) selain kelompok yang
diberi perlakuan (experimental grup).
Langkah-langkah dalam penelitian eksperimen pada dasarnya hampir
sama dengan penelitian lainnya. Menurut Gay (1982:201) langkah-langkah
dalam penelitian eksperimen yang perlu ditekankan adalah sebagai berikut.
a. Adanya permasalahan yang signifikan untuk diteliti.
b. Pemilihan subjek yang cukup untuk dibagi dalam kelompok eksperimen
dan
c. kelompok kontrol.
d. Pembuatan atau pengembangan instrumen.
e. Pemilihan desain penelitian.
f. Eksekusi prosedur.
g. Melakukan analisis data.
h. Memformulasikan simpulan.
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah kondisi-kondisi, karakteristik-karakteristik atau atribut
yang dimanipulasi, dikontrol, diamati, atau menjadi pusat perhatian peneliti.
Umumnya dalam eksperimen, variabel dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable).
Variabel bebas adalah suatu kondisi atau karakteristik yang merupakan
manipulasi atau perlakuan yang diberikan pada suatu kelompok untuk
menerangkan hubungan dengan fenomena yang diobservasi. Sedang variabel
terikat adalah suatu kondisi atau karakteristik yang berubah atau muncul atau
tidak muncul ketika peneliti memberikan manipulasi atau perlakuan. Dengan kata
lain variabel terikat adalah suatu kondisi yang muncul sebagai akibat dari variabel
bebas. Variabel bebas contohnya adalah metode, strategi, atau model
12
pembelajaran tertentu, bahan belajar dengan model tertentu, atau model
penelitian tertentu. Variabel terikat misalkan hasil belajar, kesalahan-kesalahan
konsep, frekuensi pertanyaan, atau aktivitas siswa.
Variabel lain yang perlu diperhatikan antara lain, variabel organismik atau
atribut, variabel intervensi (intervening), variabel imbuhan (extraneous). Variabel
organismik atau atribut mengacu pada karakteristik-karakteristik yang tak dapat
diubah oleh peneliti. Variabel bebas seperti umur, jenis kelamin, suku atau
lainnya yang serupa, semuanya sudah sedimikian adanya tidak berubah. Contoh-
contoh itu dinamakan variabel organismik yang dapat digunakan untuk studi
eksperimen. Permasalahan seperti apakah siswa putra yang berumur 8 tahun
menunjukkan kemampuan lebih tinggi dalam geometri dibandingkan siswa putri
umur 8 tahun, menunjukkan contoh adanya variabel organismik, yaitu jenis
kelamin. Variabel itu sekaligus berfungsi sebagai variabel bebas.
Variabel intervensi adalah suatu variabel yang tak dapat dikontrol atau
diukur secara langsung, tetapi dapat memberi akibat atau pengaruh terhadap
hubungan variabel bebas dan variabel terikat. Variabel ini mengintervensi
hubungan sebab dan akibat dari variabel bebas dengan variabel terikat. Misalkan
seorang peneliti ingin meninjau pengaruh penggunaan media belajar kartu tanya
terhadap kemampuan memecahkan masalah matematika. Dalam hubungan ini
variabel intervensi misalkan kecemasan, motivasi, minat, keletihan, atau perhatian
yang sulit didefinisikan dalam istilah operasional tetapi sangat mungkin memberi
pengaruh. Variabel itu tidak dapat diabaikan, tetapi harus diperhatikan atau
menjadi bahan diskusi pembahasan hasil penelitian. Dalam penelitian eksperimen,
jika memungkinkan variabel-variabel itu dipertimbangkan atau dikendalikan.
Variabel imbuhan adalah variabel yang tak dapat dikontrol atau
dimanipulasi oleh peneliti yang mungkin mempunyai pengaruh berarti pada
variabell terikat. Contoh variabel imbuhan seperti kompetensi guru, antusias, usia,
tingkat sosial ekonomi, atau kesanggupan akademik siswa. Ketika meneliti
tentang efektivitas model pembelajaran tertentu, sangat sulit (bahkan tidak
mungkin) mengeliminir keseluruhan variabel imbuhan, terutama di ruang kelas.
Cara yang mungkin adalah menetralisir pengaruh variabel-variabel tersebut.
13
Caranya adalah dengan meniadakan variabel, penjodohan kasus, penyeimbangan
kasus, dan analisis kovarian.
Meniadakan variabel imbuhan dilakukan dengan jalan menyamakan
karakteristik dari variabel-variabel tersebut, contoh hanya memilih subjek-subjek
yang laki-laki, sehingga variabel jenis kelamin dieliminir. Tetapi harus diingat
bahwa tidak semua laki-laki mempunyai keseragaman karakteristik. Cara
berikutnya dengan memilih pasangan-pasangan individu yang sama atau
mendekati sama karakteristiknya, kemudian dikelompokkan sebagai kelompok
kontrol. Kesulitannya mencari individu yang berkesamaan dalam lebih satu
variabel. Beberapa individumungkin dikeluarkan dari eksperimen, karena tidak
memenuhi persyaratan penjodohan. Kelemahan lain karena syarat acak dalam
pemilihan kelompok eksperimen dapat tidak memuaskan. Penyeimbangan kasus
terkait dengan pemilihan subjek pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol yangdilakukan sedemikian rupa mendekati sama nilai rata-rata (mean) dan
varians diantara kedua kelompok itu. Karena penyeimbangan itu tidak identik
benar, maka peneliti harus menentukan seberapa besar penyimpangan yang dapat
ditolerir sehingga tidak menghilangkan pengontrolan yang relatif memuaskan.
Kesulitan dari cara ini adalah ketika menyamkan basis kelompok pada variabel-
variabel itu. Cara terakhir dengan analisis kovarian merupakan cara dengan
menggunakan metode statistik. Caranya dengan menggunakan pretes sebagai
kovarian.
D. Validitas Penelitian
Validitas dalam penelitian dapat dikatakan sebagai kesesuaian antara hasil
simpulan dalam penelitian dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Terdapat dua
jenis validitas, yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal
dapat diartikan sebagai validitas yang berkaitan hubungan antara faktor-faktor
yang dimanipulasi dalam variabel bebas dengan fenomena-fenomena yang terjadi
pada variabel terikat. Sedangkan yang dimaksud dengan validitas eksternal adalah
validitas yang berkaitan dengan kekuatan suatu eksperimen untuk
digeneralisasikan penemuan-penemuannya atau hubungan-hubungannya pada
populasi yang lebih luas. (Siswono, 2010:48).
14
Suatu penelitian dikatakan memberikan kontribusi yang berarti bagi
pengetahuan jika memenuhi kedua jenis validitas tersebut, yaitu validitas internal
dan eksternal. Siswono (2010:47) mengungkapkan bahwa pada bidang pendidikan
terdapat kendala untuh memenuhi kedua validitas tersebut secara tepat. Validitas
internal sulit untuk dicapai karena banyaknya variabel imbuhan yang harus
dikontrol dan apabila dilakukan pengontrolan hasilnya belum tentu sempurna.
Sedangkan validitas eksternal akan sulit dicapai jika pengontrolan tersebut
dilakukan secara ketat karena hal tersebut dapat menimbulkan suatu kondisi yang
tidak realistik.
Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mengganggu validitas internal.
1. Kematangan: Adanya perubahan baik secara biologis maupun secara fisik
yang prosesnya dapat berpengaruh
2. Peristiwa yang tiba-tiba, seperti terjadinya bencana atau ada suatu
kelompok yang tiba-tiba jatuh sakit. Hal ini dapat memengaruhi variabel
internal.
3. Proses ujian, seperti pemberian tes awal. Hal ini akan memengaruhi
validitas internal karena menyebabkan perilaku subyek penelitian akan
berubah atau menjadi lebih siap dan terampil dalam menyelesaikan tugas-
tugas yang merupakan perlakuan penelitian.
4. Instrumen pengumpulan data yang tidak stabil
5. Regresi statistik merupakan gejala yang terjadi pada pola pretes-postes.
Pada situasi pretes-postes terdapat suatu regresi normal ke arah nilai rata-
rata, yang mulanya nilai tertinggi atau terendah bukannlah yang mendapat
pencapaian tertingggi atau terendah tetapi yang tertinggi atau terendah
pada pretes.
6. Pemilihan sampel yang tidak homogen
7. Hilangnya sampel (mortalitas)
Sumber lain menyebutkan bahwa validitas internal juga dapat
terganggu karena beberapa faktor berikut.
1. Sejarah (history), yaitu peristiwa yang terjadi di masa lampau. Hal ini
dapat memengaruhi ketercapaian validitas internal
15
2. Seleksi (selection) adanya perubahan ciri-ciri atau sifat-sifat dari suatu
populasi
3. Prosedur
4. Instrumen
Sedangkan faktor-faktor yang dapat mengganggu validitas eksternal
adalah sebagai berikut.
1. Latar eksperimen yang buatan
Dengan dilakukannya control yang ketat terhadap variabel imbuhan
menyebabkan kondisi eksperimen menjadi tidak realistik atau tidak serupa
dengan kondisi yang ada di lapangan.
2. Efek placebo-hawthorne, merupakan efek yang menggambarkan suatu
kondisi dimana subyek sampel mengetahui bahwa ia sedang diteliti.
3. Kontaminasi
Hal ini dapat terjadi apabila peneliti mengetahui sebelumnya subyek-
subyek yang masuk sebagai sampel eksperimen karena dapat
menyebabkan munculnya keputusan-keputusan yang tidak obyektif.
4. Campur tangan perlakuan sebelumnya
5. Pengujian
6. Pemilihan sampel yang bias
E. Skala Pengukuran dan Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang
diteliti. Karena intrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran
dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen
harus mempunyai skala. Berikut akan dipaparkan mengenai macam-macam skala.
1. Macam-macam Skala Pengukuran
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan
untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur sehingga
alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data
kuantitatif. Dengan skala pengukuran ini variabel yang diukur dengan instrumen
tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka sehingga akan lebih akurat, efisien,
16
dan komunikatif. Skala yang dapat digunakan untuk penelitian Administrasi,
Pendidikan, dan Sosial adalah sebagai berikut.
a. Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert,
maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian
dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dpaat
berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang
menggunakan skala Likert mempunyai gradasi sangat positif sampai sangat
negatif. Berikut ini contoh skala yang berupa kata-kata.
a. Sangat baik
b. Baik
c. Tidak baik
d. Sangat tidak baik
Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam
bentuk checklist atau pilihan ganda. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka
jawaban itu dapat diberi skor, misalnya:
a. Sangat baik 4
b. Baik 3
c. Tidak baik 2
d. Sangat tidak baik 1
b. Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas, yaitu
“ya-tidak”, “benar-salah”, “pernah-tidak pernah”, dan lain-lain sehingga pada
skala Guttman hanya ada dua interval saja. Skala Guttman digunakan pada
penelitian yang memerlukan suatu jawaban yang tegas.
Skala Guttman dapat dibentuk dalam bentuk pilihan ganda atau checklist.
Jawaban dapat dibuat skor tertinggi adalah satu dan skor terendah adalah nol.
Misalnya untuk jawaban yang setuju diberi skor 1 dan tidak setuju diberi skor 0.
17
c. Semantic Differential
Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuk tidak pilihan
ganda atau checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban
“sangat positif” terletak di bagian kanan garis dan jawaban yang “sangat negatif”
terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data
interval dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik
tertentu yang dipunyai oleh seseorang.
Contoh:
Bersahabat 5 4 3 2 1 Tidak bersahabat
Tepat janji 5 4 3 2 1 Lupa janji
Bersaudara 5 4 3 2 1 Memusuhi
Memberi pujian 5 4 3 2 1 Mencela
Mempercayai 5 4 3 2 1 Mendominasi
d. Rating Scale
Dari ketiga skala pengukuran yang telah dijelaskan di muka, data yang
diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan.
Namun dengan rating scale, data yang diperoleh berupa angka kemudian
ditafsirkan atau dikualitatifkan. Dalam skala model ini, responden tidak akan
menjawab salah satu dari jawaban kualitatif tetapi menjawab salah satu jawaban
kuantitatif yang diberikan. Hal yang penting bagi penyusun instrumen dengan
model ini adalah harus dapat mengartikan setiap angka yang diberikan pada
alternative jawaban pada setiap item instrumen.
Contoh:
Seberapa baik ruang kelas di sekolah ini? Berilah jawaban dengan angka:
4 bila tata ruang sangat baik
3 bila tata ruang cukup baik
2 bila tata ruang kurang baik
1 bila tata ruang sangat tidak baik
Selain instrumen seperti yang telah dijelaskan di muka, ada instrumen
penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data nominal dan ordinal.
18
a. Instrumen untuk menjaring data nominal
Contoh:
a. Berapa jumlah guru di sekolah Anda? .........Guru
b. Berapa jumlah guru yang dapat berbahasa Inggris ? .........Guru
b. Instrumen untuk menjaring data ordinal
Contoh:
Berilah rangking terhadap presentasi belajar sepuluh murid di kelas ini!
Nama Murid Rangking Nomor
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
2. Instrumen Penelitian
Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka
harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan
instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.
Meskipun instrumen dalam penelitian pendidikan memang ada yang sudah
tersedia dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya namun instrumen tersebut
sulit untuk dicari atau dibeli. Untuk itu maka peneliti-peneliti dalam dunia
pendidikan sering kali menyusun instrumen penelitian sendiri termasuk menguji
validitas dan reliabilitasnya.
19
3. Cara Menyusun Instrumen
Titik tolak dari penyusunan instrumen adalah variabel-variabel penelitian
yang ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi
operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indikator yang dapat diukur. Dari
indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan.
Untuk memudahkan penyusunan instrumen, maka perlu digunakan “matrik
penyusunan instrumen” atau “kisi-kisi instrumen”.
Untuk bisa menetapkan indikator-indikator dari setiap variabel yang
diteliti, maka diperlukan wawasan yang luas dan mendalam tentang variabel yang
diteliti dan teori-teori yang mendukungnya. Penggunaan teori untuk menyusun
instrumen harus secermat mungkin agar diperoleh indikator yang valid. Caranya
dapat dengan membaca berbagai referensi (seperti buku, jurna), membaca hasil
penelitian sebelumnya yang sejenis, dan konsultasi dengan orang yang dipandang
ahli.
4. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Dalam hal ini perlu dibedakan antara hasil penelitian yang valid dan
reliable dengan instrumen yang valid dan reliable. Hasil penelitian yang valid bila
terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya
terjadi pada objek yang diteliti. Selanjutnya hasil penelitian yang reliable bila
terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Sedangkan instrumen yang
valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu
benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Kemudian instrumen yang
reliable adalah instrumen yang bila digunakan bebrapa kali untuk mengukur objek
sama, akan menghasilkan data yang sama.
Dengan menggunkan instrumen yang valid dan reliable dalam
mengumpulkan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan
reliabel. Hal ini tidak berarti bahwa dengan menggunakan instrumen yang telah
teruji validitas dan reliabilitasnya maka otomatis hasil penelitian akan menjadi
valid dan reliable. Hal ini dikarenakan kondisi objek yang diteliti dan kemampuan
20
orang yang menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data juga
memengaruhi hasil penelitian.
Skema Tentang Instrumen dan Cara-cara Pengujian Validitas dan Reliabilitas
F. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
21
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi bukan hanya orang, tetapi
juga objek atau benda-benda alam yang lain. Selain itu, populasi juga bukan
sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi
seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek/objek itu.
Menurut Arikunto (2006:130) jika dilihat dari segi jumlah populasi dapat
dibedakan antara lain:
a. Jumlah terhingga, yang terdiri dari elemen dengan jumlah tertentu, contohnya:
Semua orang yang terdaftar dalam Angkatan Laut pada hari tertentu,
Semua televisi dari tipe yang sama yang diproduksi oleh suatu pabrik
dalam satu tahun tertentu,
Semua mahasiswa yang terdaftar mengambil matakuliah tertentu.
b. Jumlah tak hingga, terdiri dari elemen yang sulit dicari jumlahnya, seperti
jumlah penonton sebuah stasiun tv, semua jenis senjata yang diperbolehkan
oleh undang-undang, dan sebagainya.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel digunakan apabila populasi besar dan peneliti tidak
mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi. Sampel yang diambil dari
populasi tersebut harus benar-benar representative (mewakili).
Menurut Teken (dalam Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi) Ciri-ciri
sample yang ideal adalah:
a. Dapat menghasilkan gambaran yang dipercaya dari seluruh populasi yang
diteliti
b. Dapat menentukan presisi (precision) dari hasil penelitian dengan
menentukan penyimpangan baku (standar) dari taksiran yang diperoleh
c. Sederhana, sehingga mudah dilaksanakan
d. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya yang
rendah.
Adapun keuntungan jika penelitian dilakukan dengan menggunakan
sampel antara lain:
a. Sampel jumlahnya lebih sedikit,
b. Jika populasi terlalu besar, khawatir akan ada yang terlewatkan,
22
c. Lebih efisien,
d. Penelitian populasi bisa terjadi ketidak akuratan data, dan
e. Lebih memungkinkan dilakukan.
(Arikunto, 2006:133)
3. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Ada beberapa
teknik dalam pengambilan sampel, namun secara garis besar dapat dibagi
menjadi dua:
Probability Sampling atau Random Sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan
peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel. Teknik ini meliputi:
a. Simple random sampling adalah pengambilan sample secara acak sederhana.
Sebuah sample yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian
atau satuan elemen dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk
dipilih menjadi sample. Metode yang dapat digunakan antara lain, yaitu
undian (digoncang seperti arisan), ordinal (angka kelipatan), dan tabel
bilangan random. (Siswono, 2010:50) mengemukakan bahwa langkah-langkah
penentuan sampel acak adalah sebagai berikut.
1) Merumuskan populasi
2) Membuat daftar semua anggota populasi
3) Memilih sampel dengan prosedur bahwa hanya faktor kebetulan saja
yang menentukan anggota sampel
b. Proportionate stratified random sampling adalah teknik yang digunakan
apabila populasi mempunyai unsur atau anggota yang tidak homogen dan
berstrata secara proporsional. Misalnya dengan siswa sebagai sampelnya,
maka perlu ada kalsifikasi siswa berdasar strata (misal kelas I, II dan III)
c. Disproportional stratified random sampling adalah teknik yang digunakan
untuk menentukan jumlah sampel jika populasi berstrata tetapi kurang
proporsional. Misalnya pegawai dari unit kerja tertentu mempunyai 3 orang
lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 100 orang lulusan S1, dan 120 orang lulusan
23
SMA. Karena orang lulusan S3 dan S2 terlalu kecil disbanding kelompok
yang lain, maka kedua kelompok tersebut diambil semuanya sebagai sampel.
d. Area Sampling, teknik pengambilan sample berdasar wilayah adalah teknik
yang digunakan untuk menentukan sampel apabila objek yang akan diteliti
atau sumber data sangat luas. Misalnya penduduk dari suatu provinsi atau
Negara.
Non-Probability Sampling.
Non-probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsure atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel.
a. Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan
dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota
populasi yang terdiri dari 100 orang, dari semua anggota itu diberikan nomor
urut, yaitu nomor 1 sampai 100.
b. Sampling kuota (quota sampling) adalahteknik sampling yang didasarkan
pada terpenuhinya jumlah sample yang diinginkan (ditentukan)
c. Sampling insidental adalah teknik penentuan sample yang diambil
berdasarkan kebetulan. Mmisalnya dengan menanyai siapa saja yang ditemui
dijalan untuk meminta pendapat tentang kenaikan harga sembako
d. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sample didasarkan atas tujuan
tertentu. (orang yang dipilih betul-betul memiliki kriteria sebagai sampel)
e. Sampling jenuh (sensus) adalah teknik penentuan sampel apabila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel.
f. Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang dimulai dari
kelompok kecil dan kemudian membesar.
4. Kesalahan penarikan simpulan
Dalam penarikan simpulan kadang terjadi kesalahan. Kesalahan tersebut
terjadi karena yang diamati pada dasarnya hanya sampel bukan populasi.
Kesalahan penarikan simpulan dirumuskan sebagai perbedaan antara parameter
populasi dan statistik sampel. Misalkan mean populasi dilambangkan μ dan mean
sampel acak dilambangkan X , maka selisih antara keduanya dinamakan kesalahan
24
penarikan simpulan yang dilambangkan dengan e. Jadi e=X−μ. Jika parameter
populasi tidak diketahui sehingga pendekatan yang ditempuh dalam statistika
inferensial adalah dengan menduga variabilitas yang diharapkan terjadi dalam
populasi yang sama.
Penarikan simpulan dipengaruhi oleh dua hal, yaitu besarnya sampel dan
simpangan baku dalam populasi, maka rumus dari simpangan baku kesalahan
penarikan simpulan adalah:
σ X=σ
√n
dengan
σ X=¿ salah baku mean
σ X adalah suatu indeks penyebaran harapan di antara mean-mean sampel yang
ditarik acak dari sutu populasi.σ = simpangan baku populasiσ adalah suatu indeks derajat penyebaran individu-individu dalam suatu populasi.
n adalah jumlah setiap sampel.
G. Landasan Teori dan Kerangka Berfikir
1. Pengertian Teori
Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam
proses penelitian(kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan
generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai
landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian. Landasan teori ini perlu
ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan
sekedar perbuatan coba-coba. Adanya landasan teoritis ini merupakan ciri
bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data.
Setiap penelitian selalu menggunakan teori. Seperti dinyatakan oleh
Neumen (2003), teori adalah seperangkat konstruk, definisi dan proposisi
yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi
hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan
meramalkan fenomena. Wiliam Wiersma (1986) menyatakan bahwa teori
adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi atau kumpulan generalisasi
25
yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara
sistematik. Cooper dan Schindler (dalam Sugiyono, 2010) mengemukakan
bahwa teori adalah seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang tersusun
secara sistematis sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan dan
meramalkan fenomena. Selanjutnya Haditono (dalam Sugiyono, 2010)
menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti yang penting, bila ia
lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan, dan meramalkan gejala yang
ada.
Mark (dalam Sugiyono, 2010) membedakan adanya tiga macam teori.
Ketiga teori yang dimaksud ini berhubungan dengan data empiris. Dengan
demikian dapat dibedakan antara lain:
a. Teori yang deduktif
b. Teori yang induktif
c. Teori yang fungsional
Berdasarkan tiga pandangan ini, dapatlah disimpulkan bahwa teori
dapat di pandang sebagai berikut:
a. Teori menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun secara logis. Hukum
ini biasanya sifat hubungan yang deduktif.
b. Suatu teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengenai suatu
kelompok hukum yang diperoleh secara empiris dalam suatu bidang tertentu.
c. Teori juga dapat menunjuk pada suatu cara menerangkan yang
menggeneralisasi.
2. Tingkat dan Fokus Teori
Numan (2003) mengemukakan tingkatan teori menjadi tiga, yaitu: micro,
meso, macro . Fokus teori dibedakan menjadi tiga, yaitu: teori subtantif, teori
formal, dan middle range theory. Teori yang digunakan untuk perumusan
hipotesis yang akan diuji melalui pengumpulan data adalah teori subtantif, karena
teori ini lebih focus berlaku untuk objek yang akan diteliti.
3. Kegunaan Teori dalam Pendidikan
Cooper dan Schindler (dalam Sugiyono, 2010) menyatakan bahwa
kegunaan teori dalam penelitian adalah:
26
a. Theory narrows the range of fact we need to study
b. Theory suggest which research approaches are likely to yield the greatest
meaning
c. Theory suggest a system for the research to impose on data in order to
classify them in the most meaningful way
d. Theory summarizes what is known about object of study and states the
uniformities that lie beyond immediate observation
e. Theory can be used to predict further fact that should be found
Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneiti harus
berbekal teori. Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan haru sudah
jelas, karena teori disini akan berfungsi untuk memperjelas masalah yang
diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi
untuk menyusun instrument penelitian. Oleh karena itu, landasan teori dalam
proposal penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang akan dipakai.
Teori pendidikan dapat dibagi menjadi 2: yaitu teori umum pendidikan
dan teori khusus pendidikan. Selanjutnya Mudyahardjo (dalam Sugiyono,
2010) mengemukakan bahwa sebuah teori pendidikan adalah sebuah system
konsep yang terpadu, menerangkan dan prediktif tentang peristiwa
pendidikan. Sebuah teori ada yang berperan sebagai asumsi atau titik tolak
pemikiran pendidikan, dan ada pula yang berperan sebagai definisi atau
keterangan yang menyatakan makna. Asumsi pokok pendidikan:
a. Pendidikan adalah actual
b. Pendidikan adalah normative
c. Pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan
4. Deskripsi Teori
Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang
teori dan hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Paling tidak
berisi tentang penjelasan terhadap terhadap variabel yang diteliti melalui
pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi,
sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar
variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan relevan.
27
Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah
sebagai berikut:
a. Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya
b. Cari sumber-sumber bacaan yang sebanyaknya dan yang relevan dengan
setiap variabel yang diteliti.
c. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap
variabel yang akan diteliti.
d. Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan,
bandingkan antara satu sumber dengan sumber lainnya, dan pilih definisi
yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
e. Baca seluruh isi topik buku sesuai dengan variabel yang akan diteliti,
lakukan analisa, renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri
tentang isi setiap sumber data yang dibaca.
f. Deskripsikan teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam
bentuk tulisan dengan bahasa sendiri.
5. Kerangka Berfikir
Uma Sekaran mengemukakan bahwa: kerangka berfikir merupakan model
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai factor yang
telah di identifikasi sebagai masalah yang penting. Penelitian yang berkenaan
dengan dua variabel atau lebih, biasanya dirumuskan hipotesis yang berbentuk
komparasi maupun hubungan. Oleh karena itu, dalam rangka menyusun hipotesis
penelitian yang berbentuk hubungan maupun komparasi, maka perlu
dikemukakan kerangka berfikir.
Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi
argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang menumbuhan hipotesis.
Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang
menjadi objek permasalahan
H. Hipotesis
Salah satu yang berperan besar dalam penelitian yaitu hipotesis.
Hipotesis digunakan sebagai upaya membangun pengetahuan yang dapat
28
dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu cara induktif dengan melalui
pengamatan dan cara deduktif dengan melalui penalaran yang logis. Hipotesis
dibagi menjadi dua bagian, yaitu hipotesis induktif dan deduktif. Hipotesis
induktif adalah hipotesis yang diperoleh secara induktif dari mengamati
tingkah laku individu. Sedangkan hipotesis deduktif adalah hipotesis yang
diperoleh dari teori atau hasil penelitian sebelumnya.
Hipotesis merupakan suatu pernyataan sementara yang diajukan untuk
memecahkan masalah atau untuk menerangkan suatu gejala. Hipotesis
mengemukakan pernyataan tentang harapan peneliti mengenai hubungan
antara variable-variabel di dalam suatu masalah. Selanjutnya hipotesis tersebut
diuji dalam penelitian sehingga diketahui apakah hipotesis diterima atau
ditolak. Berikut ini bentuk-bentuk hipotesis:
1. Hipotesis deskriptif
2. Hipotesis komparatif
3. Hipotesis asosiatif
Hipotesis menunjukkan tentang prosedur apa yang harus digunakan
dan berjenis apakah datanya tersebut. Jadi, adapun kegunaan hipotesis adalah
sebagai berikut:
1. Memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta memudahkan
perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
2. Memberikan suatu pernyataan hubungan langsung yang dapat diuji dalam
penelitian.
3. Memberikan arah pada penelitian.
4. Memberikan kerangka untuk melaporkan simpulan suatu penelitian.
Ciri-ciri hipotesis yang baik adalah sebagai berikut:
1. Harus mempunyai daya pembeda yang jelas.
2. Harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada diantara variable-variabel.
3. Harus dapat diuji.
4. Hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada.
5. Hendaknya dinyatakan sederhana dan seringkas mungkin.
I. Rancangan Penelitian Eksperimen
29
Setelah hipotesis dirumuskan dengan baik, maka selanjutnya dilakukan
perancangan penelitian yang di dalamnya terdapat pengujiannya secara empiric.
Rancangan penelitian eksperimen merupakan kerangka konseptual pelaksanaan
eksperimen. Rancangan penelitian eksperimen ini menggambarkan tentang
prosedur-prosedur yang memungkinkan peneliti menguji hipotesis penelitiannya
untuk mencapai kesimpulan yang sevalid mungkin mengenai hubungan suatu
variable bebas dan variable terikat.
Pemilihan suatu jenis eksperimen didasarkan pada tujuan eksperimen,
tipe-tipe variable yang dimanipulasikan, dan factor-faktor atau kondisi-kondisi
yang membatasi penanganan suatu eksperimen itu sendiri. Selain itu, Rancangan
penelitian eksperimen juga berkaitan dengan masalah-masalah yang praktis.
Rancangan penelitian eksperimen dikelompokkan menjadi tiga bagian,
yaitu:
1. Rancangan Pra Eksperimen
Rancangan ini kurang memadai, karena tidak adanya suatu kelompok
kontrol, atau tidak ekuivalen antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Adapun rancangan yang termasuk dalam rancangan pra eksperimen adalah
sebagai berikut:
a. Studi kasus bentuk tunggal (the one shot case study).
X T
Keterangan:
X = manipulasi/perlakuan variable eksperimen
T = Tes atau observasi
Bentuk ini kekuatannya sangat lemah untuk generalisasi dan variable
luar dapat membahayakan validitas internal dan eksternal.
b. Rancangan Pretes-Protes Kelompok Tunggal (The one group pretest-posttest
design).
T1 X T2
Keterangan:
30
X = manipulasi/perlakuan variable eksperimen
T1 = Prates
T2 = Pascates
Rancangan ini lebih baik karena dampak suatu perlakuan didasarkan
pada perbedaan antara pretes dan pascates, tetapi belum ada
pembandingan dengan kelompok control.
c. Rancangan Perbandingan Kelompok Statik (the static group comparison
design).
X T1
-- T2
Keterangan:
X = manipulasi/perlakuan variable eksperimen
T1 = Tes pada kelompok eksperimen
T2 = Tes pada kelompok control
Pada rancangan ini membandingkan suatu kelompok yang menerima
perlakuan (kelompok eksperimen) dengan kelompok lainnya yang tidak
mendapatkan perlakuan. Dalam hubungan ini kelompok-kelompoknya
menggunakan kelompok yang sudah ada, bukan buatan yang baru
disengaja agar ekuivalen.
2. Rangcangan Eksperimen Semu
Rancangan berikut lebih baik daripada kelompok yang pertama, karena
dilakukan kontrol. Tetapi terdapat kelemahan karena umumnya ekuivalensi antara
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tidak ada, karena dalam pemilihan
kelompok tidak dilakukan pemilihan secara acak.
a. Rancangan prates-pascates yang tidak Ekuivalen (the non ekuivalen,pretest-
postest design)
T1X X T2X
T1 -- T2
Keterangan :
X = manipulasi/perlakuan/treatment variable eksperimen;
31
T1X = prates pada kelompok eksperimen;
T2X= pascates pada kelompok eksperimen ;
T1 = prates pada kelompok kontrol;
T2 = pascates pada kelompok kontrol.
Rancangan ini biasanya menggunakan kelas-kelas yang sudah ada sebagai
kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Pemilihannya tidak secara
acak, tetapi diperkirakan yang kondisi/keadaannya sama. Perbedaan rata-rata
T1 dan T2 dan rata-rata T1X dan T2X di tes apakah signifikan secara statistik.
b. Rancangan prates – pascates pada kelompok tunggal yang materinya
ekuivalen (the equivalent material, single group, pretest-postest design).
Pa T1X X T2X
Pb T1 -- T2
Keterangan :
X = manipulasi/perlakuan/treatment variable eksperimen
T1X = prates pada kelompok eksperimen;
T2X = pascates pada kelompok eksperimen ;
T1 = prates pada kelompok control;
T2 = pascates pada kelompok control
Karena kesulitan administrasi dalam mendapatkan kelompok kontrol
dan eksperimen yang benar-benar ekuivalen kondisinya, maka dilakukan
kelompok/kelas yang sama baik untuk eksperimen maupun kontrol. Pada
putaran pertama digunakan sebagai kelompok eksperimen (Pa) dan pada
putaran kedua digunakan sebagai kelompok kontrol (Pb) , atau sebaliknya.
Rancangan ini dapat mengurangi pengaruh dari luar, penanganannya dapat
dipadukan dengan kegiatan rutin kelas tersebut, seperti jadwal atau guru
pengajarnya.
Rancangan ini mempunyai beberapa kelemahan antara lain;
Sering sulit mendapatkan materi pelajaran yang benar-benar setara dalam
berbagai segi seperti daya tarik, tingkat kesulitan, atau prasyarat materi
sebelumnya
32
Pada putaran kedua sebenarnya siswa sudah lebih matang daripada putaran
sebelumnya
Kejadian-kejadian khusus (eksternal) belum tentu sama baik jenis maupun
jumlahnya pada putaran satu maupun dua
Bisa terjadi pengaruh perlakuan pertama ikut bercampur pada perlakuan kedua
Prosedur tes pada putaran satu dapat mempengaruhi pencapaian pada putaran
kedua, karena pengalaman sebelumnya
Bila dilakukan cukup lama, subjek penelitian dapat saja berkurang pada
putaran kedua
Ada bahaya kontaminasi penilaian karena pengetahuan hasil putaran pertama
dapat mempengaruhi objektivitas penilaian di putaran kedua.
Untuk mengurangi keterbatasan ini, dapat dilakukan replikasi dengan
putarannya menjadi empat putaran.
P1 T1X X T2X
P2 T1 -- T2
P3 T1X X T2X
P4 T1 -- T2
Keterangan :
X = manipulasi/perlakuan/treatment variable eksperimen
T1X = prates pada kelompok eksperimen;
T2X = pascates pada kelompok eksperimen ;
T1 = prates pada kelompok kontrol;
T2 = pascates pada kelompok kontrol
P1, P2, P3, P4 : putaran ke satu,dua,tiga dan empat pada kelas yang sama.
3. Rancangan Eksperimen Sebenarnya
Berikut adalah rancangan eksperimen sebenarnya, karena prinsip
ekuivalensi antara kelompok kontrol dan eksperimen dipenuhi melalui
33
pemilihan acak dan dilakukan pengendalian. Eksperimen yang sebenarnya
dalam pendidikan cukup sulit dilakukan karena berhadapan dengan manusia
yang bukan benda mati seperti dilaboratorium. Dengan demikian tentu masih
ada kelemahan dalam validitas eksternal.
a. Rancangan hanya pascates pada kelompok ekuivalen
X T1
-- T2
Rancangan ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol
mempunyai kesamaan kondisi-kondisinya dan dipilih secara acak. Pada rancangan
ini, perbedaan rata-rata hasil tes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diuji
signifikansinya melalui tes statistik tertentu, misal tes analisis varian.
Asumsinya, kalau sampel diambil secara acak dari populasi yang sama,
maka nilai rata-ratanya akan sama. Kalau ada perbedaan, biasanya karena
kesalahan pengambilan sampel, tetapi kalau perbedaannya begitu besar
melampaui besar yang dimungkinkan karena kesalahan pengambilan sample,
maka perbedaan tersebut karena pengaruh variabel perlakuan.
b. Rancangan prates-pascates pada kelompok-kelompok ekuivalen
T1X X T2X
T1 -- T2
Rancangan ini mirip dengan sebelumnya,hanya digunakan prates
pada kedua kelompok. Pencapaian yang merupakan perbedaan atau selisih dari
pascates dan prates antara nilai rata-rata kelompok eksperimen dan kontrol diuji
menggunakan analisis varian. Bila digunakan analisis kovarian dengan nilai prates
sebagai kovariatnya, rancangan ini akan lebih efektif dan cukup kuat validitas
eksperimennya. Namun demikian rancangan ini bisa terganggu karena pengaruh
pelaksanaan tes.
c. Rancangan Empat Kelompok Solomon
T1X X T2X
T1 -- T2
34
X T3X
-- T3
Rancangan ini sebenarnya perpaduan dari rancangan dua kelompok
ekuivalen hanya pascates, dan rancangan prates-pascates. Rancangan ini
memungkinkan untuk mengevaluasi efek utama variabel eksperimental dan juga
mengetahui efek faktor-faktor yang mengancam validitas eksperimen. Rancangan
ini cukup sulit dilakukan kalau sampelnya besar.
d. Rancangan Faktorial
Desain yang disajikan sebelumnya dirancang untuk variabel yang tunggal.
Pada bidang pendidikan yang kompleks terdapat beberapa variabel yang
berinteraksi secara simultan, sehingga diperlukan rancangan yang lebih efektif.
Misalnya pada masalah efektivitas suatu model pembelajaran tertentu mungkin
bergantung pada sejumlah variable seperti tingkat kecerdasan, kepribadian guru,
suasana kelas, dan sebagainya. Rancangan faktorial digunakan untuk mengetahui
dua atau lebih variabel yang dimanipulasi secara simultan memberi efek pada
variabel terikat, disamping pengaruh yang disebabkan interaksi antara variabel-
variabel itu.
Variabel Atribut (X2)Variabel eksperimen (X1)
Perlakuan A Perlakuan B
Tingkat 1 Kotak 1 Kotak 3
Tingkat 2 Kotak 2 Kotak 4
Variabel bebas yang dimanipulasi dinamakan variabel eksperimen,
sedangkan variabel bebas yang kedua yang dibagi menjadi beberapa tingkatan
disebut variabel atribut. Pengaruh perlakuan eksperimental pokok terhadap
variabel terikat dinilai pada setiap tingkatan variabel yang lain. Jadi pada
rancangan ini, beberapa subjek tingkatan 1 menerima perlakuan A (kotak 1),
sedang yang lain menerima perlakuan B (kotak 3). Sebagai subjek tingkatan 2
menerima perlakuan A (kotak 2), sedang lain menerima perlakuan B
(kotak 4).
35
Pada rancangan ini, peneliti tertarik pada pengaruh satu variabel bebas
saja, tetapi mempertimbangkan variabel-variabel lain yang mungkin berpengaruh
pada variabel terikat. Pada umumnya variabel lain merupakan variabel atribut,
seperti jenis kelamin, kecerdasan, ras, status sosial ekonomi, atau hasil belajar.
Pengaruh variabel ini diteliti dan sekaligus dikendalikan dengan jalan
memasukkan variabel atribut pada rancangan faktorial. Di setiap “tingkatan”
variabel atribut, peneliti menilai pengaruh variabel bebas yang utama.
Kelebihan rancangan ini adalah :
Dapat menyelesaikan dalam satu kali eksperimen, mungkin desain lain bisa
lebih dari dua studi yang terpisah.
Memberikan kesempatan untuk menyelidiki interaksi yang begitu penting
dalam penelitian pendidikan.
Memberikan pengujian yang lebih kuat terhadap hipotesis.
J. Teknik Pengumpulan Data
Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian,
yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas
instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reabilitas instrumen dan
kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatam cara-cara yang
digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu, instrumen yang telah teruji
validitas dan reabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan
realibel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam
pengumpulan datanya.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai
sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan
pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan metode
eksperimen, di rumah dengan berbagi responden, pada suatu seminar, diskusi,
dijalan, dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data
dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah
sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber
sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila
36
dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan
data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket),
observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya.
Pada bab ini hanya akan dijelaskan pengumpulan data berdasarkan
tekniknya, yaitu melalui interview (wawancara), kuesioner (angket), dan
observasi (pengamatan).
1. Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil. Teknik pengumpulan
data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau
setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.
Hadi (1986) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh
peneliti dalam menggunakan metode interview dan juga kuesioner (angket) adalah
sebagai berikut.
i. Bahwa subjek (responden)adalah orang yang paling tahu tentang dirinya
sendiri.
ii. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan
dapat dipercaya.
iii. Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh
peneliti.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur,
dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan
menggunakan telepon.
a. Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila
peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa
yang akan diperoleh. Oleh karena itu, dalam melakukan wawancara pengumpul
data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis
yang alternatif jawbannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini
37
setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.
Dengan wawancara terstruktur ini pula, pengumpul data dapat menggunakan
beberapa pewawancara sebagai pengumpul data.Supaya setiap pewawancara
mempunyai keterampilan yang sama, maka diperlukan training kepada calon
pewawancara.
Dalam melakuan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai
pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat
bantu seperti tape recorder, gambar, brosur, dan material lain yang dapat
membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.
b. Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang
digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Wawancara tidak terstruktur atau tebuka, sering digunakan dalam
penelitian pendahuluanatau malahan untuk penelitian yanglebih mendalam
tentang responden. Pada penelitian pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkan
informasi awal tentang berbagai isu atau permaslahan yang ada pada obyek,
sehingga peneliti dapat menentukansecar pasti permaslahan atau variabel apa
yang harus di teliti. Untuk mendapatkan gambaran permaslahan yang lebih
lengkap, maka peneliti perlu melakukan wawancara kepada fihak-fihak yang
mewakili berbagai tingkatan yang ada dalam obyek.
Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara
pasti data apa yang akan diproleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan
apa yang diceriterakan oleh responden. Berdasarkan analisis terhadap setiap
jawaban dri responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai
pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada suatu tujuan.
Informasi atau data yang diperoleh dari wawancara sering bias. Bias
adalah menyimpang dari yang seharusnya, sehingga dapat dinyatakan data
tersebut subyektif atau tidak akurat. Kebiasan data ini akan bergantung pada
pewawancara, yang diwawancarai (responden) dan situasi dan kondisi pada saat
wawancara. Responden akan memberikan data yangbias, bila responden tidak
38
dapat menangkap dengan jelas apa yang ditanyakan peneliti atau pewawancara.
Oleh karena itu, peneliti jangan memberi pertanyaan yang bersifat bias. Situasi
dan kondisi seperti itu sangat mempengaruhi proses wawancar, yang pada
akhirnya juga akan mempengaruhi validitas data.
2. Kuesiener (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
efisienbila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang
bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga ccocok digunakan bila
jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat
berupa pertanyaan atau pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada
responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet.
Sekaran (1992) mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan angket
sebagai teknik pengumpulan data, yaitu prinsip penulisan, pengukuran, dan
penampilan fisik.
a. Prinsip Penulisan Angket
Prinsip ini menyangkut beberapa faktor, yaitu
Isi dan T ujuan Pertanyaan
Yang dimaksud disini adalah apakah isi pertanyaan tersebut merupakan
bentuk pengukuran atau bukan? Kalau berbentuk pengukuran, maka dalam
membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus disusun dalam skala
pengukuran dan jumlah itemnyamencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti.
Bahasa yang D igunakan
Bahasa yang digunakan dalam penulisan kuesioner (angket) harus
disesuaikan dengan kemampuan berbahas responden. Jadi bahas yang digunakan
dalam angket harus memperhatikan jenjang pendidikan responden, keadaan sosial
budaya, dan “frame of reference” dari responden.
Tipe dan B entuk P ertanyaan
Tipe pertanyaan dalam angket dapat terbuka atau tertutup, dan bentuknya
dapat menggunakan kalimat positif atau negatif. Pertanyaan terbuka adalah
pertanyaan yang mengharapkan responden untuk menuliskan jawabannya
39
berbentuk uraian tentang sesuatu hal. Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang
mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan responden untuk memilih
salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang telah tersedia. Setiap
pertanyaan angket yang mengharapkan jawabna beebentuk data nominal, ordinal,
interval, dan ratio, adalah bentuk pertanyaan tertutup.
Pertanyaan tertutup akan membantu responden untuk menjawab dengan
cepat, dan juga memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data
terhadapseluruh angket yang telah terkumpul. Pertanyaan atau pernyataan dalam
angket perlu dibuat kalimat positif dan negatif agar responden dalam memberikan
jawaban setiap pertanyaan lebih serius, dan tidak mekanistis.
Pertanyaan T idak M endua
Setiap pertanyaan dalam angket jangan mendua (double barreled) sehingga
menyulitkan responden untuk memberikan jawaban.
Tidak M enanyakan yang S udah L upa
Setiap pertanyaan dalam instrumen angket, sebaiknya juga tidak
menanyakan hal-hal yang sekirany responden sudah lupa, atau pertanyaan yang
memerlukan jawaban dengan berfikir berat.
Pertanyaan T idak M enggiring
Pertanyaan dalam angket sebaiknya juga tidak menggiring ke jawaban
yang baik saja atau ke yang jelek saja.
Panjang P ertanyaan
Pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan
membuat jenuh responden dalam mengisi. Bila jumlah variabel banyak, sehingga
memerlukan instrumen banyak, maka instrumen itu dibuat bervariasi dalam
penampilan, model skala pengukuran yang digunakan, dan cara mengisinya.
Disarankan empirik jumlah pertanyaan yang memadai adalah anatara 20 s/d 30
pertanyaan.
Urutan P ertanyaan
Urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum menuju ke hal
yang spesifik, atau dari yang mudah menuju ke hal yang sulit, atu diacak. Hal ini
perlu dipertimbangkan karana secara psikologis akan mempengaruhi semangat
responden untuk menjawab. Kalau awalnya sudah diberikan pertanyaan yang
40
sulit, atau yang spesifik, maka responden akan patah semangat untuk mengisi
angket yang telah diterima. Urutan pertanyaan yang diacak perlu dibuat bila
tingkat kematangan responden terhadap masalah yang ditanyakan sudah tinggi.
b. Prinsip Pengukuran
Angket yang diberikan kepada responden merupakan instrumen penelitian
yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Oleh karena itu,
instrumen angket tersebut harus dapat digunakan untuk mendapatkan data yang
valid dan reliabel tentang variabel yang di ukur. Supaya diperoleh data penelitian
yang valid dan reliabel, maka sebelum instrumen angket tersebut diberikan
kepada responden, perlu melakukan uji validitas dan reabilitasnya terlebih dalu.
Instrumen yang tidak valid dan reliabel bila digunakan untuk mengumpulkan data,
akan menghasilkan data yang tidak valid dan reliabel pula.
c. Prinsip Penampilan Fisik Angket
Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data akan mempengaruhi
respon atau keseriusan responden dalam mengisi angket. Angket yang dibuat
dikertas buram, akan mendapat respon yang kurang menarik bagi responden, bila
dibandingkan angket yang dicetak dikertas yang bagus dan berwarna. Tetapi
angket yang dicetak dikertas yang bagus dan berwarna akan menjadi mahal.
3. Observasi (Pengamatan)
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik
bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau
wawancara dan kuesioner, selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi
tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain.
Hadi (1986) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses
yang kompleks, suatuproses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan
psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses pengamatan dan ingatan.
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila
responden yang diamati tidak terlalu besar.
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat
dibedakan menjadi participant observation (observasi berperan) dan
nonparticipant observation. Selanjutnya dari segi instrumen yang digunakan,
41
maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak
terstruktur.
a. Observasi Berperanserta (Participant Observation)
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang
yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil
melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh sumber
data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka
data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada
tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.
b. Observasi Nonpartisipan
Kalau dalam observasi partisipan, peneliti terlibat langsung dengan
aktivitas orang-orang yang sedang diamati, maka dalam observasi nonpartisipan
peneliti tidak terlibat hanya sebagai pengamat independen. Peneliti mencata,
menganalisis, dan selanjutnya dapat membuat kesimpulan. Pengumpulan data
dengan observasi nonpatisipan ini tidak akan mendapatkan data yang mendalam,
dan tidak sampai pada tingkat makna. Makna adalah nilai di balik perilaku yang
tampak, yang terucapkan dan yang tetulis.
Observasi Terstruktur
Observasi struktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis,
tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya. Jadi observasi
terstruktur dilakukanapabila peneliti telahtahu dengan pasti tentang variabel apa
yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti menggunakan
instrumen penelitian yang telah teruji validitas dan reabilitasnya. Pedoman
wawancara terstruktur, atau angket tertutup dapat juga digunakan sebagai
pedomanuntuk melakukan observasi.
Observasi Tidak Terstruktur
Observasi tidak terstruktur adalah observasiyang tidak dipersiapkan secara
sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti
tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakuakan
pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya
berupa rambu-rambu pengamatan.
42
K. Analisis Data
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data
dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis
data mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,
mentabulasi daa berdasarkan variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk
menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis
yang telah diajukan.
Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik.
Terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam
penelitian, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial.Statistik inferensial
meliputi statistik parametris dan statisitik nonparametris.
1. Statistik Deskriptif dan Inferensial
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi. Penelitian yang dilakukan pada populasi
(tanpa diambil sampelnya) jelas akan menggunakan statistik deskriptif dalam
analisisnya. Tetapi bila penelitian dilakuakan pada sampel, maka analisisnya
dapat menggunakan statistik deskriptif maupun inferensial. Statistik deskriptif
dapat digunakan bila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data smapel, dan tidak
ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil.
Tetapi bila peniliti ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi, maka
teknik analisis yang digunakan adalah statistik inferensial.
Termasuk dalam statistik deskriptif, antar lain penyajian data melalui
tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median,
mean(pengukuran tendensi sentral), perhitungan desil, persentil, perhitungan
penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi, perhitungan
persentase. Dalam statistik deskriptif juga dapat dilakukan mencari kuatnya
hubungan anta variabel melalui analisis korelasi, melakukan prediksi dengan
analisi regresi, dan membuat perbandingan dengan membandingkan rata-ratadata
sampel atau populasi. Hanya perlu diketahui bahwa dalam analisis korelasi,
43
regresi, ataumembandingkan dua rata-arata atau lebih tidak perlu diuji
signifikansinya. Jadi secara teknis dapat diketahui bahwa, dalam statistik
deskriptif tidak ada uji signifikansi, tidak ada taraf kesalahan, karena peneliti tidak
bermaksud membuat generalisasi, sehingga tidak ada kesalahan generalisasi.
Statistik inferensial (sering disebut juga statistik induktif atau statistik
probabilitas) adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data
sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini akan cocok
digunakan bila sampel diambil dari populasi yang jelas, dan teknik pengambilan
sampel dari populasi itu dilakukan secara random.
Statistik ini disebut statistik probabilitas, karena kesimpulan yang
diberlakukan untuk populasi berdasarkan data sampel itu kebenarannya bersifat
peluang (probabbility). Suatu kesimpulan dari data sampel yang akan
diberlakukan untuk populasi itu mempunyai peluang kesalahan dan kebenaran
(kepercayaan) yang dinyatakan dalam bentuk prosentase. Bila peluang kesalahan
5% maka taraf kepercayaan 95%, bila peluang kesalahan 1%, maka taraf
kepercayaan 99%. Peluang kesalahan dan kepercayaan ini disebut dengan taraf
signifikans. Pengujian taraf signifikansi dari hasil suatu analisis akan lebih praktis
bila didasarkan pada tabel sesuai teknik analisis yang digunakan. Misalnya uji-t
akan digunkan tabel-t, uji F digunakan tabel F. Pada setiap tabel sudah disediakan
untuk taraf signifikansi berapa persen suatu hasil analisis dapat digeneralisasikan.
Jadi signifikansi adalah kemampuan untuk digeneralisasikan dengan
kesalahan tertentu. Ada hubungan signifikan berarti hubungan itu dapat
digeneralisasikan. Ada perbedaan signifikan berarti perbedaan itu dapat
digeneralisasikan. Signifikan sering diartikan dengan bermakna, tidak dapat
diabaikan, nyata, berarti.
2. Statistik Parametris dan Nonparametris
Pada statistik inferensial terdapat statistik parametris dan nonparametris.
Statistik parametris digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik
atau menguji ukuran populasi melalui data sampel.(Pengertian statistik disini
adalah data yang diperoleh dari sampel). Parameter populasi itu meliputi rata-rata
dengan notasi μ (mu), simpangan baku σ (sigma), dan varians σ 2 diuji melalui s2 .
Sedangkan statistiknya adalah meliputi rata-rata X (X bar), simpangan baku s, dan
44
varians s2 . Jadi parameter populasi yang berupa μ diuji melalui X , selanjutnya σ
diuji melalui s, dan σ 2 diuji melalui s2. Dalam statistik, pengujian parameter
melalui statistik (data sampel) tersebut dinamakan uji hipotesis statistik. Oleh
karena itu penelitian yang berhipotesis statistik adalah penelitian yang
menggunakan sampel. Dalam statistik hipotesis yang diuji adalah hipotesis nol,
karena tidak dikehendaki adanya perbedaan antara parameter populasi dan
statistik (data yang diperolehdari sampel). Statistik nonparametris tidak menguji
parameter populasi tetapi menguji distribusi.
Penggunaan statistik parametris dan nonparametris tergantung pada
asumsi dan jenis data yang akan dianalisis. Statistik parametris memerlukan
terpenuhi banyak asumsi. Asumsi yang utama adalah data yang akan dianalisis
harus berdistribusi normal. Selanjutnya dalam penggunaan salah satu tes
mengharuskan data dua kelompok atau lebih yang diuji harus homogen, dalam
regresiharus terpenuhi asumsi liniaritas. Statistik nonparametris tidak menuntut
terpenuhi banyak asumsi, misalnya data yang akan dianalisis tidak harus
berdistribusi normal. Oleh karena itu statistik nonparametris sering disebut
“distribution free” (bebas distribusi). Statistik parametrik mempunyai kekuatan
yang lebih daripada statistik nonparametris, bila asumsi yang melandasi dapat
terpenuhi.
Penggunaan kedua statistik tersebut juga tergantung pada jenis data yang
dianalisis. Statistik parametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis data
interval dan rasio, sedangkan statistik nonparametris kebanyakan digunakan
untuk menganalisis data nominal dan ordinal. Jadi untuk menguji hipotesis dalam
penelitian kuantitatif yang menggunakanstatistik, ada dua hal utama yang harus
diperhatikan, yaitu macam data dan bentuk hipotesis yang diajukan.
a. Macam Data: nominal, ordinal, interval atau ratio
b. Bentuk Hipotesis
Bentuk hipotesis ada tiga yaitu: hipotesis deskriptif, komparatif, dan
asosiatif. Dalam hipotesis komparatif, dibedakan menjadi dua, yaitu komparatif
untuk dua sampel dan lebih dari dua sampel.
Hipotesi deskriptif yang akan diuji dengan statistik parametris merupakan
dugaan terhadap nilai dalam suatu sampel (unit sampel), dibandingkan dengan
45
standar, sedangkan hipotesis deskriptif yang akan diuji dengan statistik
nonparametris merupakan dugaan ada tidaknya perbedaan secara signifikan nilai
antar kelompok dalam satu sampel. Hipotesi komparatif merupakaan dugaan ada
tidaknya perbedaan secara signifikan nilai-nilai dua kelompok atau lebih.
Hipotesis asosiatif adalah dugaan terhadap ada tidaknya hubungan secara
signifikan antara dua variabel atau lebih.
PENGGUNAAN STATISTIK PARAMETRIS DAN
NONPARAMETRIS UNTUK MENGUJI HIPOTESIS
MACAM
DATA
BENTUK HIPOTESISDeskript
if(Satu
Variabel atau Satu
Sampel)**
Komparatif(Dua Sampel)
Komparatif(Lebih dari Dua
Sampel)Asosiatif
(Hubungan)Related
Independen
ReletedIndepende
n
Nominal
Binomial
χ2 satu sampel
Mc Nemar
Fisher Exact
Probablity
χ2 dua sampel
Cochran Q
χ2 untuk k sampel
ContingencyCoefficient C
Ordinal Run Test
Sign test
Wilcoxon
matched pairs
Median Test
Mann-Whitney
Utest
Kolomogorov
Smirnov
Wald-Woldfowitz
Friedman Two-
Way Anova
Median Extension
KruskalWallis OneWay Anova
SpearmanRank
Correlation
Kendall Tau
IntervalRasio
t-test* t-test of Related
t-test*Independent
One-Way
Anova*
Two-Way
One-Way Anova*
Two-Way Anova*
KorelasiProduct
Moment*
KorelasiParsial*
46
Anova*
KorelasiGanda*
Regresi,Sederhana &
Ganda** Statistik Parametris
** Deskriptif untuk parametris artinya satu variabel dan untuk nonparametris artinya
satu sampel
Berdasarkan tabel diatas dapat dikemukakan disini bahwa:
1. Untuk menguji hipotesis deskriptif satu sampel (unisampel) bila datanya
berbentuk nominal, maka digunakan teknik statistik :
a. Binomial
b. Chi kuadrat satu sampel
2. Untuk menguji hipotesis deskriptif satu sampel bila datanya berbentuk
ordinal, maka digunakan teknik statistik Run Test.
3. Untuk menguji hipotesis deskriptif satu variabel (univariabel) bila datanya
berbentuk interval atau ratio, maka digunakan t-test satu sampel.
4. Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel yang berpasangan bila
datanya berbentuk nominal, maka digunakan teknik statistik Mc Nemar.
5. Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel yang berpasangan bila
datanya berbentuk ordinal, maka digunakan teknik statistik :
a. Sign Test
b. Wilcoxon matched pairs
6. Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel yang berpasangan, bila
datanya berbentuk interval atau ratio, maka digunakan t-test dua sampel.
7. Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independent bila datanya
berbentuk nominal, maka digunakan teknik statistik :
a. Fisher exact probability
b. Chi kuadrat dua sampel
8. Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independent bila datanya
berbentuk ordinal, maka digunakan teknik statistik :
a. Median Test
b. Mann-Whitney U test
47
c. Kolmorogrov smirnov
d. Wald-Wolfowitz
9. Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel yang berpasangan, bila
datanya berbentuk interval atau ratio, maka digunakan t-test sampel
berpasangan (related).
10. Untuk menguji hipotesis komparatif k sampel yang berpasangan bila datanya
berbentuk nominal, maka digunakan teknik statistik Chocran Q.
11. Untuk menguji hipotesis komparatif k sampel yang berpasangan bila datanya
berbentuk ordinal, maka digunakan teknik statistik Friedman two-way anova.
12. Untuk menguji hipotesis komparatif k sampel yang berpasangan, bila datanya
berbentuk interval atau ratio, maka digunakan analisis varians satu jalan
maupun dua jalan (One Way dan Two Way Anova).
13. Untuk menguji hipotesis komparatif k sampel independent bila datanya
berbentuk nominal, maka digunakan teknik statistik Chi kuadrat k sampel.
14. Untuk menguji hipotesis komparatif k sampel independent bila datanya
berbentuk ordinal, maka digunakan teknik statistik :
a. Median extension
b. Kruskal-wallis one way anova
15. Untuk menguji hipotesis asosiatif atau hubungan (korelasi) bila datanya
berbentuk nominal, maka digunakan teknik statistik Koefisien kontingensi.
16. Untuk menguji hipotesis asosiatif atau hubungan (korelasi) bila datanya
berbentuk ordinal, maka digunakan teknik statistik :
a. Korelasi spearman rank
b. Korelasi kendal tau
17. Untuk menguji hipotesis asosiatif atau hubungan (korelasi) bila datanya
berbentuk interval atau ratio, maka digunakan teknik statistik :
a. Korelasi Produk Momen: untuk menguji hipotesis hubungan antara satu
variabel independen dengan satu responden.
b. Korelasi Ganda bila untuk menguji hipotesis tentang dua variabel
independen atau lebih secarabersama-sama dengan satuvariabel dependen.
c. Korelasi Parsial digunakan untuk menguji hipotesis hubungan antara dua
variabel atau lebih, bila terdapat variabel yang dikendalikan.
48
d. Analisi Regresi digunakan untuk melakukan prediksi, bagaimana
perubahan nilai variabel dependen bila nilaiindependen dinaikkan atau
diturunkan nilainya (dimanipulasi).
Hipotesis penelitian yang akan diuji dalam penelitian berkaitan erat
dengan rumusan masalah yang diajukan, tetapi perlu diketahui bahwa setiap
penelitian tidak harus berhipotesis, namun harus merumuskan masalahnya.
Penelitian yang tersusun dalam paradigmamodel struktural, pengujian
hipotesismenggunakan SEM (Structural Equation Modeling), dimana konsep
dasar yang digunakan adalah analisis korelasi dan regresi yang berbentuk path
analisis.
3. Judul Penelitian dan Statistik yang Digunakan Untuk Analisis
Berikut ini diberikan contoh judul penelitian, berbentuk paradigma,
rumusan masalah, hipotesis, dan teknik statistik yang akan digunakan untuk
pengujian hipotesis.
a. Judul Penelitian
PENGARUH KECERDASAN EMOTIONAL TERHADAP KECEPATAN
MEMPEROLEH PEKERJAAN LULUSAN SMK DI PEMERINTAHAN
PROVINSI MADUKARA.
b. Bentuk Paradigma
X = Kecerdasan Emosional
Y=Kecepatan memperoleh pekerjaan
Berdasarkan paradigma tersebut terlihat bahwa, untuk judul penelitian
yang terdiri atas satu variabel independen dan satu dependen, terdapat dua
rumusan masalah deskriptif, dan satu masalah asosiatif. Dengan demikian juga
terdapat dua hipotesis deskriptif dan hipotesis asosiatif. (Bilaterdapat kesulitan
dalammerumuskan hipotesi deskriptif, maka hipotesis itu tidak perlu dirumuskan,
tetapi rumusan masalahnya saja yang harus dijawab dengan perhitungan statistik).
Dua hipotesis diuji dengan statistik yang sama.
Untuk mencari pengaruh varians variabel dapat digunakan teknik statistik
dengan menghitung besarnya koefisien determinasi. Koefisien determinasi
dihitung dengan mengkuadratkan koefisien korelasi yang telah ditemukan, dan
49
X Y
selanjutnya dikalikan dengan 100%. Koefisien determinasi (penentu) dinyatakan
dalam persen.
Dari contoh di atas, besarnya pengaruh kecerdasan emotional terhadap
prestasi pegawai, pertama-tama dihitung koefisien korelasinya. Misalnya
ditemukan korelasi positif dan signifikan antar kecerdasan emotional dengan
prestasikerja pegawai sebesar 0,70, hal itu berarti koefisien determinasinya 0,72 =
0,49. Jadi dapat disimpulkan varians yang terjadi pada variabel prestasi kerja
pegawai 49%. Atau dapat dinyatakan bahwa pengaruhkecerdasan emotional
terhadap tinggi rendahnya prestasi kerja pegawai sama dengan 49%, sedangkan
sisanya 51% ditentukan oleh faktor diluar variabel kecerdasan emotional,
misalnya IQ, kedisiplinan, dan lain-lain. Korelasi positif dan signifikan antara
kecerdasan emotional dengan prestasi kerja pegawai sebesar 0,49, artinya makin
tinggi kecerdasan emotional seseorang, maka akan semakin tinggi prestasi kerja
pegawai.
c. Rumusan Masalah, Hipotesis, dan Teknik statistik untuk analisis data
RUMUSAN MASALAH, HIPOTESIS, DAN TEKNIK ANALISIS DATA
YANG DIGUNAKAN (SATU VARIABEL INDEPENDEN)
Rumusan Masalah HipotesisStatistik untuk
uji hipotesis
Berapakah rata-rata
kecerdasan emotional
pegawaidi propinsi
Madukara?
Berapakah rata-rata
kecepatan
memperoleh
pekerjaan?
Adakah hubungan
Kecerdasan emotional
(EQ) pegawai di
pemerintahan propinsi
Madukara paling
tinggi 150.
Kecepatan
memperoleh pekerjaan
lulusan SMK paling
lama 24 bulan.
Terdapat hubungan
Data yang terkumpul adalah
data rtio. Bentuk hipotesisnya
adalahdeskriptif maka teknik
uji untuk hipotesis no 1 dan2
adalah sama, yaitu t-test
(untuk satu sampel).
t- test satu sampel
Data ke dua variabel adalah
50
yang positif dan
signifikan antara
kecerdasan emotional
dengan kecepatan
memperoleh
pekerjaan lulusan
SMK?
Bagaimana pengaruh
kecerdasan emotional
terhadap prestasi
kerja pegawai?
yang positif dan
signifikan antara
kecerdasan emotional
dengan kecepatan
memperoleh pekerjaan
Kecerdasan emotional
berpengaruh positif
terhadap kecepatan
memperoleh
pekerjaan.
data ratio, oleh karena itu
teknik statistik yang
digunakan untuk menguji
hipotesis adalah Korelasi
Pearson
Product Momen
Koefisien diterminasi, dan
analisis regresi sederhana.
4. Konsep Dasar Pengujian Hipotesis
Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Kebenaran dari hipotesisi itu harus dibuktikan melalui data yang
terkumpul. Pengertian hipotesis tersebut adalah untuk hipotesis penelitian.
Sedangkan secara statistik hipotesis diartikan sebagai pernyataan mengenai
keadaan populasi (parameter) yangakan diuji kebenarannya berdasarkan data
yang diperoleh dari sampel penelitian (statistik). Oleh karena itu dalam statistik
yang diuji adalah hipotesis nol. Jadi hipotesis nol adalah pernyataan tidak adanya
perbedaan antara parameter dengan statistik (data sampel). Lawan dari hipotesis
nol adalah hipotesis alternatif, yang menyatakan ada perbedaan atara parameter
dan statistik. Hipotesis nol diberi notasi Ho dan hipotesis alternatif diberi notasi
Ha.
a. Taraf Kesalahan
Pada dasarnya menguji hipotesis itu adalah menaksir parameter populasi
berdasarkan data sampel. Terdapat dua cara menaksair, yaitu a point estimate
dan interval estimate. A point estimate (titik taksiran) adalah suatu taksiran
51
parameter populasi berdasarkan suatu nilai dari rata-rata data sampel. Sedangkan
interval estimate (taksiran interval) adalah suatu taksiran parameter populasi
berdasarkan nilai interval rata-rat data sampel.
Menaksir parameter populasi yang menggunakan nilai tunggal (point
estimate) akan mempunyai resiko kesalahan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan yang menggunakan interval estimate. Makin besar interval taksirannya
maka akan semakin kecil kesalahannya.
b. Dua Kesalahan dalam Menguji Hipotesis
Dalam menaksir parameter populasi berdasarkan data sampel,
kemungkinan akan terdapat dua kesalahan, yaitu :
Kesalahan tipe I adalah suatu kesalahan bila menolak hipotesis nol (Ho) yang
benar (seharusnya diterima). Dalam hal ini tingkat kesalahan dinyatakan
dengan α (baca alpha).
Kesalahan tipe II adalah kesalahan bila menerima hipotesis yang salah
(seharusnya ditolak). Tingkat kesalahan ini dinyatakan dengan β (baca beta).
Berdasarkan hal tersebut, maka hubungan antara keputusan menolak atau
menerima hipotesis dapat ditabelkan sebagai berikut.
HUBUNGAN ANTARA KEPUTUSAN MENOLAK
ATAU MENERIMA HIPOTESIS
KeputusanKeadaan Sebenarnya
Hipotesis Benar Hipotesis Salah
Terima
Hipotesis
Tidak membuat
kesalahanKesalahan tipe II (β)
Menolak
HipotesisKesalahan tipe I (α)
Tidakmembuat
kesalahan
Dari tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Keputusan menerima hipotesis nol yang benar, berarti tidak membuat
kesalahan.
Keputusan menerima hipotesis nol yang salah, berarti terjadi kesalah tipe II
(β).
52
Membuat keputusan menolak hipotesis nol yang benar, berarti terjadi kesalah
tipe I (α).
Keputusan menolak hipotesis nol yang salah, berarti tidak membuat
kesalahan.
Bila nilai statistik (data sampel) yang diperoleh dari hasil pengumpulan
data sama dengan nilai parameter populasi atau masih berada pada nilai interval
parameter populasi, maka hipotesis yang dirumuskan 100% diterima. Jadi tidak
terdapat kesalahan. Tetapi bila nilai statistik di luar nilai parameter populasi akan
terdapat kesalahan. Kesalahan ini semakin besar bila nilai statistik jauh dari nilai
parameter populasi.
Tingkat kesalahan ini selanjutnya dinamakan level of significant atau
tingkat signifikansi. Dalam prakteknya tingkat signifikansi telah ditetapkan oleh
peneliti terlebih dahulu sebelum hipotesis diuji.Biasanya tingkat signifikansi
(tingkat kesalahan) yang diambil adalah 1% dan 5%. Suatu hipotesis terbukti
dengan mempunyai kesalahan 1% berarti bila penelitian dilakukan pada 100
sampel yang diambil dari populasi yang sama, maka akan terdapat satu
kesimpulan salah yang diberlakukan untuk populasi. (data dari satu sampel
tersebut tidak dapat diberlakukan ke populasi dimana sampel tersebut diambil)
Dalam hipotesis kebanyakan digunakan kesalahan tipe I yaitu berapa
persen kesalahan untuk menolak hipotesis nil (Ho) yang benar (yang seharusnya
diterima).
c. Macam Penguji Hipotesis
Terdapat tiga macam bentuk pengujian hipotesis, yaitu uji dua pihak (two
tail), pihak kiri, dan pihak kanan. Jenis uji mana yang akan dipakai tergantung
pada bunyi kalimat hipotesis.
Uji Dua Pihak (Two Tail Test)
Uji dua pihak digunakan bila hipotesis nol (Ho) berbunyi “sama dengan”
dan hipotesis alternatifnya (Ha) berbunyi “tidak sama dengan” (Ho= ; Ha ≠)
Contoh hipotesis deskriptif (satu sampel) :
Hipotesis nol : Daya tahan lampu merk X = 400 jam
Ho : µ = 400 jam
Hipotesis alternatif : Daya tahan lampu merk X ≠ 400 jam
53
Ha : µ ≠ 400 jam
Ho : µ = 400 jam
Ha : µ ≠ 400 jam
Contoh hipotesis komparatif (dua sampel) :
Hipotesis nol : Daya tahan lampu merk A = merk B
Ho : µ1 = µ2 (tidak ada)
Hipotesis alternatif : Daya tahan lampu merk A ≠ merk B
Ha : µ1 ≠ µ2 (berbeda)
Ho : µ1 = µ2 (tidak ada)
Ha : µ1 ≠ µ2 (berbeda)
Contoh hipotesis asosiatif
Hipotesis nol : Tidak ada hubungan antar X dengan Y
Hipotesis alternatif : Terdapat hubungan antara X dengan Y
Ho : ρ = 0 (berarti tidak ada hubungan)
Ha : ρ ≠ 0 (berarti ada hubungan)
Uji Pihak Kiri
Uji pihak kiri digunakan apabila hipotesis nol (Ho) berbunyi “lebih besar
sama dengan” (≥) dan hipotesis alternatifnya berbunyi “lebih kecil” (¿), kata lebih
kecil atau sama dengan sinonim “kata paling sedikit atau paling kecil”.
Contoh hipotesis deskriptif (satu sampel) :
Hipotesis nol : Daya tahan lampu merk A paling rendah atau
sedikit 400 jam atau lebih besar dan sama
dengan
Hipotesis alternatif : Daya tahan lampu merk A lebih kecil 400 jam
Ho : µ ≥ 400 jam
Ha : µ ¿ 400 jam
Contoh hipotesis komparatif (dua sampel) :
Hipotesis nol : Daya tahan lampu merk A paling sedikit sama
dengan lampu merk B.
Hipotesis alternatif : Daya tahan lampu merk A lebih kecil dari merk B
Ho : µ1 ≥ µ2 µ1 : lampu merk A dan
Ha : µ1 ¿ µ2 µ2 : lampu merk B
54
Contoh hipotesis asosiatif
Hipotesis nol :Hubungan antara X dengan Y paling sedikit (kecil)
0,65.
Hipotesis alternatif : Hubungan antara X dengan Y lebih kecil dari 0,65.
Ho : ρ ≥ 0,65
Ha : ρ ¿ 0,65
Uji Pihak Kanan
Uji pihak kanan digunakan apabila hipotesis nol (Ho) berbunyi “lebih
kecil sama dengan” (≤) dan hipotesis alternatifnya berbunyi “lebih besar” (¿),
kata lebih besar atau sama dengan sinonim “kata paling sedikit atau paling
besar”.
Contoh hipotesis deskriptif (satu sampel) :
Hipotesis nol : Daya tahan lampu merk A paling lama 400 .
Hipotesis alternatif : Daya tahan lampu merk B lebih besar dari 400 jam
Ho : µ ≤ 400 jam
Ha : µ ¿ 400 jam
Contoh hipotesis komparatif (dua sampel) :
Hipotesis nol : Daya tahan lampu merk A paling besar (tinggi)
sama dengan lampu merk B.
Hipotesis alternatif : Daya tahan lampu merk A lebih besar dari merk B
Ho : µ1 ≤ µ2 µ1 : lampu merk A dan
Ha : µ1 ¿ µ2 µ2 : lampu merk B
Contoh hipotesis asosiatif
Hipotesis nol :Hubungan antara X dengan Y paling besar (tinggi)
0,65.
Hipotesis alternatif : Hubungan antara X dengan Y lebih besar dari
0,65.
Ho : ρ ≤ 0,65
Ha : ρ ¿ 0,65
L. Pengujian Statistik
55
Dalam melakukan penelitian eksperimen,setelah rancangan dibuat dan
dilakukan pengambilan data yang sesuai ,maka hasil tersebut akan di uji
menggunakan uji statistik.ilmu yang diterapkan adalah statistik inferensial.
Yaitu ilmu yang membuat keputusan yang masuk akal dengan menggunakan
keterangan yang terbatas. Alat utamanya sering disebut hipotesis.
Hipotesis nol adalah suatu poernyataan bahwa tidak ada hubungan
antara variabel-variabel yang dibicarakan dan setiap hubungan-hubungan yang
tampak hanyalah kebetulan saja. peneliti dalam mengambil kesimpulan bisa
jadi menolak atau menerima hipotesis. Keputusan yang diambil bisa salah dan
bisa benar. Maka peneliti benar jika menerimanya dan salah jika
menolaknya.penolakan hipotesis nol yang benar dinamakan kesalahan jenis
pertama. Jika hipotesis nol salah,peneliti salah jika menerimanya dan benar
kalau menolaknya. Penerimaan hipotesis nol yang salah dinamakan kesalahan
jenis kedua.
Untuk menghindari kesalahan jenis pertama dan kedua peneliti
sebelum eksperimen perlu menetapkan ukuran seberapa kuat bukti itu sebelum
menolak hipotesis nol. Ukuran itu dinamakan taraf signifikasi. Taraf
signifikasi adalah resiko terjadinya kesalahan jenis pertama yang siap di ambil
oleh peneliti dalam penolakan hipotesis nol. Kalau peneliti menetapkan taraf
signifikasi 0,01 berarti bahwa hipotesis nol itu akan ditolak apabila
kemungkinan hubungan yang disebabkan oleh faktor kebetulan saja adalah
satu dalam seratus.taraf signifikasi yang lazim dalam pendidikan adalah 0,01
dan 0,05.
M. Penelitian Ex post Facto
Penelitian ex post facto adalah suatu penyelidikan empiris yang
sistematis dengan tanpa pengendalian variabel bebas secara langsung karena
variabel tersebut telah terjadi atau karena variabel tersebut pada dasarnya
memang tidak dapat dimanipulasi. Penelitian ex post facto dapat digunakan
untuk menguji hipotesis tentang hubungan antara variabel bebas dan terikat,
seperti pada penelitian eksperimen yang membandingkan dua kelompok, yang
56
sama pada semua ciri yang relevan kecuali satu, guna mengukur pengaruh ciri
itu.
57
DAFTAR PUSTAKA
Alsa, Asmadi. 2004. Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dalam Penelitian
Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi
Revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta.
Gay, L.R. 1983. Educational Research Competencies for Analsis & Application,
2nd Edition. Ohio: A Bell & Howell Company.
Hadi, Sutrisno. 1985. Metodologi Research Jilid 4. Yogyakarta: Yayasan Penerbit
Fakultas Psikologi UGM.
Neuman, W Lawrence. 2003. Social Research Methods, Qualitative and
Quantitative Approach. New York: AB, Boston.
Siswono, Tatag Yuli Eko. 2010. Penelitian Pendidikan Matematika. Surabaya:
Unesa University Press.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Uma Sekaran. 1984. Research Methods for Business. Carbondale: Southern
illinois University.
Wiersma Wiliam. 1986. Research methods in Education; An Introduction;Forth
Edition; Allyn and Bacon Inc; Boston, London, Sydney, Toronto.
58