Upload
others
View
21
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
109
G A G A S A N D A N H A R A P A N P A R A P R O F E S O R U N P A D U N T U K U N P A D M A S A D E P A N
PENELITIAN MULTIDISIPLIN UNTUK MENUJU PENINGKATAN DAYA
SAING UNIVERSITAS PADJADJARAN DI TINGKAT NASIONAL
Prof. Dr. Ir. Edy Sunardi, M.Sc.(Fakultas Teknik Geologi)
Pendahuluan
Penelitian multidisiplin adalah suatu pendekatan terhadap suatu ‘common platform’ permasalahan yang hendak dipecahkan. Suatu gagasan riset digali, dan kemudian perangkat institusionalnya
dibentuk atas dasar suatu kebutuhan, berdasarkan kepada adanya suatu proyeksi tentang ‘dunia masa depan’ dengan segala aspek peripheralnya.
Situasi yang kita hadapi saat ini telah
memengaruhi cara pandang kita, pola tin-
dakan kita, dan juga penilaian-penilaian
kita tentang suatu situasi dalam kasus-kasus ter-
tentu, termasuk terhadap idealisme kita tentang
penelitian multidisiplin, baik visi, objek formal
yang akan dikaji, maupun yang sifatnya teknis.
Sudut pandang prospek penelitian multidisi-
plin dipandang berdasarkan konteks peranan
(‘play a role as atau in’), selaku ilmuwan yang
memang dituntut untuk melihat segala sesuatu
G A G A S A N D A N H A R A P A N P A R A P R O F E S O R U N P A D U N T U K U N P A D M A S A D E P A N
110
dalam konstelasi yang utuh, dan selalu terbuka
terhadap pemikiran-pemikiran serta perkembang-
an baru.
LATAR BELAKANG PENELITIAN MULTIDISIPLIN
Manusia diberi kelebihan atau rachmat oleh
Yang Maha Kuasa berupa akal budi dan pikiran,
sehingga kita memiliki kepekaan, integritas,
tanggung jawab yang inheren, dan selalu berupaya
menuju dan mengembangkan suatu kegiatan
yang kiranya dapat memberikan sumbangan bagi
terciptanya kebaikan dan perbaikan kehidupan
ummat manusia.
Dorongan-dorongan itu jugalah yang sesung-
guhnya memotivasi kita semua sampai pada suatu
tahap yang menjadi takdir kita untuk meniatkan
sesuatu, serta menyampaikan harapan untuk
Universitas Padjadjaran menjadi lebih baik lagi
dalam mengemban misinya mencapai visi dan
cita-cita luhur. Dalam konteks tersebut, Penulis
mengusulkan pentingnya Universitas Padjadjaran
untuk menggunakan pendekatan “Penelitian
MultidisiplinUntukMenujuPeningkatanDaya
Saing Universitas Padjadjaran di Tingkat Na-
sional”. Melalui pendekatan ini, diharapkan thema
ini dapat dijadikan sebagai suatu momentum yang
relevan untuk melakukan review dan evaluasi bagi
Civitas Akademika Universitas Padjadjaran dalam
memberikan kontribusi terhadap perkembangan
sains dan tentunya perbaikan kehidupan ummat
manusia.
Tema tersebut dipilih karena beberapa ala-
san mendasar, terutama dalam relevansinya de-
ngan situasi, perkembangan serta perubahan-
perubahan yang terjadi sepanjang tahun-tahun
terakhir, baik dalam skala lokal, regional, maupun
global. Sebagai contoh adalah adanya perubahan
dari subjek dan pola riset yang terjadi dalam
akselerasitas-nya yang tinggi pada 50 sampai 10
tahun terakhir. Hal ini sesungguhnya telah diini-
siasi oleh serangkaian momentum signifikan
sepanjang awal abad lalu melalui beberapa
scientific milestone.
Sesuai dengan usulan thema, serta dalam ka-
pasitasnya yang terkait, maka isi dari makalah ini
akan menyampaikan semacam pengantar baik
dalam cara implisit, maupun eksplisit, sebagai
suatu bentuk komitmen terhadap penelitian mul-
tidisiplin di lingkungan Universitas Padjadjaran.
Secara garis besar serta gambaran sistematik-
nya, maka point-point utama dalam makalah
ini meliputi aspek-aspek yang berhubungan de-
ngan sifat penelitian multidisiplin, pengertian
dan batasan-batasan dari prospek penelitian
multidisiplin, evaluasi tujuan, dan visi (bersama)
mengenai penelitian multidisiplin. Selain itu, kita
mencoba untuk kembali melihat secara sekilas
present day situation yang berkaitan erat dengan
soal-soal filosofis, pendidikan, optimisme dan
krisis, serta advanced research, kemudian akan
dikemukakan beberapa sudut pandang dalam
melihat prospeksi penelitian multidisiplin, serta
konteksnya.
Semua point tersebut dikemukakan terutama
dengan maksud untuk memberikan suatu diskur-
sus yang menawarkan pilihan-pilihan dengan
keleluasaan dan keterbatasannya, semacam
‘alerting’ (‘signs to be aware’), dan sangat
diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi
111
G A G A S A N D A N H A R A P A N P A R A P R O F E S O R U N P A D U N T U K U N P A D M A S A D E P A N
munculnya gagasan-gagasan baru, di samping
itu pula, untuk menyediakan ‘ruang’ sebagai kisi.
Disiplin dalam konteks Ilmu Pengetahuan atau
Keilmuan merupakan suatu kaidah atau azas
yang ditegakkan secara ketat (‘sensu stricto’)
dan bersifat koheren, sangat karakteristik atau ti-
pikal untuk suatu bidang serta melandasi setiap
aktifitas pencarian (‘basic inquiry’), tertuang
dalam serangkaian metodologi dalam bidang ter-
sebut. Dalam filsafat ilmu pengetahuan, disiplin-
disiplin tersebut dikenal sebagai suatu obyek
formal pengkajian (filsafat), sedangkan objek
materinya dalam hal ini adalah alam, manusia,
dan tujuan-tujuan primordial dari alam serta
manusia, sebagai sesuatu yang tak terpisahkan.
Penelitian multidisiplin adalah suatu pende-
katan terhadap suatu ‘common platform’ per-
masalahan yang hendak dipecahkan, secara
mudah, dengan kata lain adalah meninjau se-
suatu dari berbagai segi, karena perbedaan in-
heren dari masing-masing posisi yang setara
dari masing-masing objek formal. Sedangkan
kolaborasi, merupakan suatu bentuk kerjasama,
baik kerjasama dalam satu disiplin maupun inter-
disiplin.
Pada hakikatnya pengkotak-kotakan atau
pembatasan-pembatasan ilmu pengetahuan ter-
sebut kiranya bersifat situasional saja, diperlu-
kan dan dijadikan keyakinan secara umum
untuk kepentingan-kepentingan (artifisial) manu-
sia, dan telah dikehendaki oleh sejarah ilmu
pengetahuan kita yang cenderung berpandangan
reduksionisme, fragmentaris dan mekanistis.
Artinya, bahwa hal itu secara historis memang
harus terjadi sebagai suatu keyakinan umum
untuk suatu hikmah.
Kegagapan, serta kecanggungan kita terhadap
sesuatu yang bersifat ‘multidisiplin’, yang pada
gilirannya membuat kita tidak dapat secara lugas
mengasosiasikan konsep, menerjemahkannya ke
dalam bentuk-bentuk teknis, atau secara propor-
sional menangkap suatu makna, merupakan ma-
salah yang begitu tipikal muncul sebagai wujud
miskinnya referensi atau literasi filosofis kita.
Kemudian juga penghayatannya dan biasnya mo-
tivasi, dalam hal ini secara khusus yang berkaitan
dengan penelitian multidisiplin atau kolaborasi.
Refleksi dari sisi masing-masing objek formal,
sebagai suatu ilustrasi yang mudah kita pahami
adalah bahwa sesuatu yang kita kenal sehari-hari
sebagai suatu bidang ilmu atau disiplin, memiliki
suatu hubungan erat dengan disiplin lainnya.
Sebagai contoh, pemahaman berbagai prinsip
geologi, akan sangat tergantung terhadap
perkembangan ilmu dasar lain seperti fisika,
kimia, biologi, dan logika (matematik, atau
bentuk-bentuk simbolik ‘reasoning method’),
karena berbagai fenomena atau proses geologi
sesungguhnya merupakan gejala-gejala fisis dan
kimia.
Secara etimologi, arti dan batasan-batasan
dari istilah prospek yang dipergunakan dalam
makalah ini kurang lebih di antaranya mengan-
dung makna mencari (to search), melihat ke de-
pan (looking forward), dalam perspektif, atau
dapat pula melihat kemungkinan di masa depan
(looking to the future). Definisi stipulatifnya ku-
rang lebih memiliki pengertian menerawang su-
atu peluang atau kemungkinan di depan kita da-
lam suatu arah pandang tertentu.
G A G A S A N D A N H A R A P A N P A R A P R O F E S O R U N P A D U N T U K U N P A D M A S A D E P A N
112
Pikiran-pikiran pokok yang disampaikan di ba-
wah tema latar belakang penelitian multidisiplin
ini akan berkaitan erat dengan pikiran-pikiran
penting lainnya yang akan dibahas lebih jauh
kemudian di bawah tema pokok lain berikutnya
yang lebih relevan.
EVALUASI DAN PENETAPAN TUJUAN
Beberapa proyek multidisiplin atau kolaborasi
multidisiplin terutama di luar negeri, yang telah
mapan dan memiliki bentuknya sendiri yang khas,
bahkan memiliki peran yang implikasinya secara
signifikan berpengaruh global. Hal ini umumnya
didirikan, dirintis, kemudian dikembangkan dan
dipelihara (‘maintain’) kelangsungannya atas da-
sar suatu kebutuhan yang spesifik dan bersifat
strategis, seperti contohnya berbagai proyek
yang diprakarsai dan dikelola di bawah NASA,
NATO, atau lembaga-lembaga non-pemerintah
yang disupport oleh semacam foundation.
Riset-riset yang mereka lakukan dirancang
jauh ke depan, ke dalam wilayah-wilayah bidang
penelitian yang belum terpikirkan oleh kebanyak-
an pada zamannya, dan bahkan mereka mengkre-
asi (to create atau re-create) sendiri bidang-bi-
dang atau disiplin yang boleh jadi merupakan
hal yang benar-benar baru. Seringkali berupa
subyek-subyek yang bersifat hybrid, contohnya
adalah ethno-bioteknik, biofisik, teknetronik, dan
lainnya.
Aspek substansial dari illustrasi tersebut
adalah bahwa suatu gagasan riset digali, dan
kemudian perangkat institusionalnya dibentuk
atas dasar suatu kebutuhan, karena mereka
mempunyai suatu proyeksi tentang ‘dunia masa
depan’ dengan segala aspek peripheralnya. De-
ngan demikian, riset-riset diarahkan menuju
suatu arah yang gambaran mental tentang-nya,
sesuatu yang hendak dicapai maupun master-
plan-nya sebagai panduan telah terlebih dahulu
dirumuskan. Aspek penting lain yang perlu
mendapat perhatian dalam memproyeksikan
tujuan adalah kerangka waktu (time-frame) serta
persoalan divergensi atau diversitas dan konver-
gensi atas obyek fromal yang akan dikaji.
Adalah kenyataan yang tidak dapat kita pung-
kiri bahwa dari sekian banyak institusi riset dalam
pengertian luas, tidak mampu eksis karena sifat-
sifatnya yang terlalu mementingkan formalitas
dan bentuk formalnya, daripada motivasi internal
serta idealismenya. Selain itu, hambatannya juga
umumnya bersumber dari penetapan tujuan yang
masih bias, serta visi dan pandangannya yang
tidak transparan. Faktor yang terakhir tersebut
seringkali muncul dalam bentuknya yang tipikal
sebagai konflik berbagai kepentingan daripada
suatu sinergisme.
Dengan demikian, betapa pentingnya untuk
menetapkan, menentukan, mendefinisikan dan
menyepakati terlebih dahulu visi dan tujuan yang
ingin dicapai, barulah kemudian suatu institusi
atau organisasi formal, kita bentuk untuk memfa-
silitasi tujuan atau obyek-obyek formal riset yang
telah diproyeksikan sebelumnya.
Menurut hemat Penulis, berbagai persoalan
di atas merupakan suatu contoh klasik dari keti-
dakfahaman kita akan sesuatu yang sifatnya men-
dasar mengenai hubungan antara suatu tujuan
atau idealisme yang hendak diwujudkan dengan
suatu ‘bungkus’ formalnya. Meskipun demikian,
113
G A G A S A N D A N H A R A P A N P A R A P R O F E S O R U N P A D U N T U K U N P A D M A S A D E P A N
kita semua sepakat bahwa pada saat ini, kita ma-
sih dalam proses learning how to learn, untuk
memahami situasi dimana posisi kita sekarang
dalam ‘peta situasi’ untuk memulai, berusaha
dan bekerja.
GAMBARAN SITUASI SAAT INI (PRESENT DAY SITUATION)
Yang dimaksud dengan present day situation
atau situasi saat ini sebagai suatu latar adalah as-
pek-aspek setting secara umum, baik regional,
maupun global, dalam konteksnya yang boleh
jadi akan, atau bahkan telah mempengaruhi cara
pandang kita, mempengaruhi pola tindakan kita,
atau mungkin juga mempengaruhi penilaian-pe-
nilaian kita tentang suatu situasi dalam kasus-
kasus tertentu, sampai implikasinya terhadap
idealisme kita tentang penelitian multidisiplin,
baik visi, objek formal yang akan dikaji, maupun
yang sifatnya teknis.
Aspek-aspek latar yang merupakan gambaran
situasi saat ini yang Penulis anggap implikasinya
signifikan, meliputi persoalan-persoalan:
• adanya kecenderungan mendasar dalam
cara pandang terhadap obyek materi ilmu
pengetahuan yang memiliki implikasi ter-
hadap perubahan pola dan subyek riset,
• sesuatuyangdianggapsebagai‘avant gar-
de research’ yang baru merupakan suatu
situasi ‘advance’ dari ‘scientific inquiry’,
dan melahirkan subyek-subyek penelitian
yang sifatnya ‘frontier’;
• pada tataran filosofis, terdapat adanya
sesuatu ‘remedial’ yang akrab dikenal
berbagai kalangan sebagai krisis metafisis
dalam ilmu pengetahuan;
• krisis ekonomi, dan pengaruhnya terha-
dap sistem-sistem yang dianggap sub-ordi-
nasinya, serta krisis lainnya yang seringkali
dipertalikan dengan krisis ekonomi, baik
dipertalikan sebagai penyebab, maupun
dianggap memiliki hubungan inter-depen-
densi;
• tumbuhnyakesadaranekologisdankosmo-
logis dengan pendekatan-pendekatan ba-
ru;
• pesatnya perkembangan dan kemajuan
teknologi, terutama teknologi informasi,
serta teknologi mikro (bahkan nano-tek-
nologi);
• perseteruan yang semakin tajam antara
pihak yang berbasiskan kepada ‘public
domain’, dengan pihak yang menganut
dan menerapkan ‘private domain’ dan eks-
klusivitas untuk tujuan komersial;
• implikasi dari tumbuhnya filsafat kon-
struktivisme, terutama dalam bidang pen-
didikan;
• adanya keyakinan sebagian pihak yang
memandang krisis-krisis tersebut secara
optimis (‘blessing in disguise’), seringkali
dibicarakan di bawah suatu tajuk yang
begitu populer sebagai ‘optimisme dan
krisis’.
Dalam hal ini, kurang lebih Penulis cenderung
untuk sependapat dengan pandangan-pandangan
yang melihat bahwa sebagian besar dari aspek
G A G A S A N D A N H A R A P A N P A R A P R O F E S O R U N P A D U N T U K U N P A D M A S A D E P A N
114
latar tersebut secara historis, dalam konteks
waktu merupakan suatu pertanda ke arah satu
transformasi (yang berhubungan dengan pera-
daban atau ‘civilization’ dalam arti luas). Secara
fenomenal, hal itu seolah menampilkan dirinya
dalam berbagai media dengan kesan yang
acak dan sporadis, baik dalam waktu maupun
tempatnya.
Kebanyakan dari aspek-aspek latar tersebut,
umumnya secara tidak langsung timbul sebagai
suatu respon ketidakpuasan, keraguan, baik
secara reaktif dan cepat maupun lambat dan aku-
mulatif, terhadap apa yang telah dihasilkan dan
yang telah dicapai. Terutama oleh sains dan ilmu
pengetahuan serta akibat-akibatnya selama ini,
baik terhadap alam dengan sifat-sifat naturalnya,
maupun terhadap manusia, kehidupannya, serta
sifat-sifat kemanusiaannya. Sehingga kemudian,
sifat-sifat dasar, sistem nilai, demikian pula
landasan-landasan filosofis dari sains dan ilmu
pengetahuan kita selama ini, dengan karakter-
nya yang deterministik, linear, rasional, patri-
linealistik (‘paternalistic’), cenderung mereduksi,
instruksional, dan memisahkannya ke dalam
obyek dengan subyek, serta ekspansif, mulai di-
pertanyakan kembali.
Saat ini kita dihadapkan pada sesuatu yang
cenderung dioposisikan (sebaiknya dianggap
komplementer) terhadap hal-hal yang terkait per-
soalan sains, sebagaimana telah disebutkan di
atas, misalnya yang berhubungan dengan tema-
tema filsafat konstruktifisme (terutama dalam
pendidikan), sains ‘post-normal’, ‘complexity’,
fenomena fraktal, sifat-sifat non-linear dan
‘chaos’, apresiasi terhadap pandangan intuitif,
kooperatif, keyakinan yang non-barat, dan seba-
gainya.
BEBERAPA SUDUT PANDANG PROSPEKSI PENELITIAN MULTIDISIPLIN
Sudut pandang prospek penelitian multidisi-
plin yang Penulis maksudkan, dan yang akan Pe-
nulis sampaikan berikut ini adalah suatu prospek
yang dipandang berdasarkan konteks atau dalam
konteks peranan (‘play a role as atau in’). Semata-
mata demi kejelasan, fokus yang tajam sehingga
diperoleh gambaran yang konkrit, maka prospek-
prospek tersebut diproyeksikan dalam peran
‘geologist’ yang secara akrab selama ini Penulis
aktualisasikan, yaitu berturut-turut sebagai ‘geo-
logist’ selaku akademisi dan ‘geologist’ selaku
praktisi.
Sebagai bagian dari ilmu-ilmu empiris, Geologi
berkembang dan dalam sejarahnya muncul dalam
interrelasinya yang erat dengan industri atau
revolusi industri sebagai suatu kaidah-kaidah
yang diterapkan dalam pencaharian komoditi-ko-
moditi tambang terutama bahan galian logam,
dan fossil fuel atau bahan bakar fosil organik
seperti hidrokarbon. Hingga saat ini beberapa
subyek riset yang bersifat advance dari geologi,
umumnya memiliki implikasi terhadap dunia in-
dustri, dengan pemanfaatan teknologi sensor,
instrumentasi, informasi dan komputerisasi atau
komputasi. Department of Geological Sciences
(2010) secara tegas mengatakan bahwa “secara
alami, bidang ekonomi geologi itu merupakan
skop multidispliner” (http://geology.indiana.
edu/research/econgeol_brochure_2010.pdf).
Dari aspek filosofi, ontologi, epistemologi,
115
G A G A S A N D A N H A R A P A N P A R A P R O F E S O R U N P A D U N T U K U N P A D M A S A D E P A N
dan aksiologi, basic inquiry dari geologi pada
prinsipnya meliputi persoalan-persoalan seputar
establishing kerangka geologi suatu daerah
(jenis batuan, atau formasi batuan, hubungan
ruang dan waktu, struktur atau arsitektur, dan
aspek sekuensial genesisnya). Tujuan itu dica-
pai melalui berbagai pendekatan, termasuk pe-
manfaatan teknologi, untuk analisis, maupun
untuk ekstraksi sifat-sifat fisis atau kimia yang
sekiranya memiliki signifikansi geologi.
Berikut ini adalah beberapa contoh aktual
prospek penelitian multidisiplin atau studi kola-
borasi dari sudut pandang sebagai geologist, baik
orientasi praktis, maupun scientific berupa upaya
untuk melakukan suatu rekayasa instrumentasi
sensor, mengembangkan suatu metoda klasifikasi
atau merancang suatu prosedur statistik atau
matematik terhadap sifat-sifat discrete atau con-
tinuous, mengembangkan suatu model fisis atau
konseptual secara matematis terhadap suatu fe-
nomena atau proses, yang dapat diterapkan se-
bagai koroborasi atau refining model.
Prospek penelitian kolaborasi dari sudut pan-
dang akademisi, mempunyai tanggung jawab
profesi dan etik untuk berkontribusi terhadap
program-program pembangunan, baik daerah
maupun nasional. Prospek, dalam hal ini yang
paling umum adalah bentuk-bentuk advisory
atau design suatu komponen-komponen atau
penyediaan informasi-informasi dasar suatu
infrastruktur. Perkembangan tersebut terfokus
kepada kualitas lingkungan hidup, kesehatan,
serta pencarian energi alternatif.
Prospek penelitian kolaborasi dari sudut
pandang sebagai pengajar atau pendidik dalam
geologi adalah mengembangkan, merumuskan
suatu rancangan materi dan metode perkuliahan
dengan mempertimbangkan aspek-aspek kontri-
butif dari ilmu-ilmu dasar dalam suatu perspektif
filsafat pendidikan yang menampilkan karakter
konstruktifisme sebagai suatu filsafat yang la-
yak untuk dijadikan landasan. Bahkan, dengan
semakin diperlukannya tingkat keyakinan geolo-
gi misalnya, maka persoalan (geo)statistika men-
jadi alat yang ampuh dalam pengembangan
model, sehingga perkembangan kuantifikasi
geologi menjadi penting. Pengembangan model
eksplorasi semakin memerlukan bantuan ilmu
lain. Untuk menuju kondisi tersebut munculah
apa yang disebut sebagai Mathematical Geology.
Kita sampai pada suatu sudut pandang lain,
yaitu sebagai ilmuwan yang berpandangan jernih
dan selalu terbuka terhadap perkembangan baru
dalam melihat prospek penelitian multidisiplin.
Sebagai ilmuwan kita memandang sejarah
dari suatu awal untuk melewati berbagai ca-
paian (milestone) sebagai suatu jalan yang
utuh dan secara sengaja memang dihadirkan
sedemikian rupa oleh Yang Maha Kuasa untuk
kita bercermin, sehingga sesuatu yang hilang,
sesuatu yang preserved, dan sesuatu yang
muncul kemudian dipandangnya sebagai suatu
peluang lapangan pencariannya. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi telah sampai
pada suatu keadaan yang nampaknya tidak akan
pernah bersifat tunak (steady state), hingga yang
paling advance saat ini, sesuatu yang sering
dipandang sebagai avant garde adalah subyek-
subyek yang berhubungan dengan apa yang
dikenal sebagai complexity, chaos, sifat-sifat
non-linier, sains post-normal, atau kesadaran
G A G A S A N D A N H A R A P A N P A R A P R O F E S O R U N P A D U N T U K U N P A D M A S A D E P A N
116
baru akan ekologi. Pada subyek-subyek inilah
sesungguhnya kita akan mempertanyakan lagi
soal-soal esoterisme, relasi-relasi dan konstelasi
dari apa yang kita tekuni selama ini. Mungkin
pada taraf ini kita belum memperoleh suatu
rumusan yang dapat dijadikan model penelitian
multidisplin, namun pendekatan yang penting
dalam kaitannya dengan materi-materi riset baru
tersebut nampaknya tidak hanya membutuhkan
bukan hanya sesuatu yang rasional, namun juga
sentuhan-sentuhan intuitive. Misalnya bagaimana
kita berupaya untuk memahami sifat-sifat variasi
lintasan-lintasan feed-back fenomena alam se-
perti, mengenali sesuatu yang unpredictable,
serta melatih kepekaan kita untuk menangkap
sesuatu yang dalam pandangan kita sebelumnya
kejadian-kejadian tersebut bersifat independen,
tak saling berhubungan, dan saling eksklusif, ser-
ta berupaya untuk melepas keyakinan bahwa apa
yang kita cermati adalah bersifat obyektif, karena
ternyata semua bersifat subyektif, karena kita
ternyata sama sekali tidak terpisahkan dengan
obyek yang kita amati.
KONTEKS UNIVERSITAS PADJADJARAN
Universitas Padjadjaran secara sederhana
dapat disebutkan sebagai sesuatu semacam
bangku sekolah sekaligus suatu lembaga yang
dapat membuka akses kerjasama antar institusi.
Untuk itu dalam kaitan dengan penelitian multi-
displin, diperlukan suatu formulasi struktur
atau bangunan yang luwes, tidak kaku, bersifat
adaptif, penuh inisiatif, dan independen, dan da-
lam kiprahnya senantiasa berlaku learning how
to learn. Hal yang penting adalah melakukan
usaha-usaha rintisan yang meskipun tampak
sederhana di mata kita, namun bagaimanapun
hal itu merupakan suatu prototipe penelitian
multidisiplin, yang dengan berjalannya waktu
akan menemukan bentuknya atau modelnya yang
paling sesuai dan menjadi mapan.
Kesamaan minat atau tujuan bersama dapat
secara spontan mengarah pada suatu common
platform, yang akhirnya bermuara pada bentuk-
bentuk operasional yang sinergis. Kita juga akan
menyadari bahwa regulasi sepanjang penga-
laman kita umumnya tidak dapat mengikat suatu
komitmen, sinergisme, dan kinerja suatu project.
Suatu pertanyaan yang cepat atau lambat
berpeluang untuk muncul adalah soal hubungan
antara departemen dengan unit-unit riset ataupun
inisiatif personal lainnya yang memiliki orientasi
yang serupa, dan juga penting untuk kita pahami
adalah penghargaan dan pengakomodasian
berbagai inisiatif-inisiatif pribadi.
KESIMPULAN
Beberapa pokok penting sebagai pengantar
penelitian multidisiplin dapat disimpulkan seba-
gai berikut:
1. Diperoleh suatu diskursus yang menawar-
kan pilihan, semacam alerting (signs to
be aware), dan sangat diharapkan dapat
memberikan inspirasi bagi munculnya
gagasan-gagasan baru, sekaligus menye-
diakan ‘ruang’ sebagai kisi.
2. Disiplin dalam konteks ilmu pengetahuan
atau keilmuan merupakan kaidah-kaidah
atau azas-azas yang ditegakkan secara
ketat (sensu stricto) dan bersifat koheren,
117
G A G A S A N D A N H A R A P A N P A R A P R O F E S O R U N P A D U N T U K U N P A D M A S A D E P A N
sangat karakteristik atau tipikal untuk
suatu bidang, tertuang dalam serangkaian
metodologi dalam bidang tersebut.
3. Penelitian multidisiplin dalam hal ini ada-
lah suatu pendekatan terhadap suatu
common platform permasalahan yang
hendak dipecahkan.
4. Persoalan tipikal tidak dapat secara lugas
mengasosiasikan konsep, menerjemahkan-
nya ke dalam bentuk-bentuk teknis, atau
secara proporsional menangkap suatu
makna, sebagai wujud miskinnya referensi
atau literasi filosofis kita, penghayatan dan
biasnya motivasi.
BAHAN BACAAN
Jones, Casey. 2009. “Interdisciplinary Approach
- Advantages, Disadvantages, and the
Future Bene ts of Interdisciplinary Studies,”
ESSAI: Vol. 7, Article 26. Available at: h
p://dc.cod.edu/essai/vol7/iss1/26
Lemmink, Jos. 2005. The need for more
multidisciplinary research. International
Journal of Service Industry Management
Vol. 16 No. 1, pp. 7-9.
Mooney, Siang; Young, Douglas; Cobourn,
Kelly; and Saia Islam, Sania. 2013.
Multidisciplinary Research: Implications
for Agricultural and Applied Economists.
Journal of Agricultural and Applied
Economics Vol. 45 No. pp. 187–202.
Schoot Uiterkamp, Anton J. M. and Vlek,
Charles. 2007. Practice and Outcomes
of Multidisciplinary Research for
Environmental Sustainability. Journal of
Social Issues, Vol. 63, No. 1, pp. 175—197.
van den Besselaar, Peter & Heimeriks, Gaston.
2001. Disciplinary, Multidisciplinary,
Interdisciplinary - Concepts and
Indicators. Paperfor the 8th Conference on
Scientometrics and Informetrics–ISSI2001
Sydney. Australia, July 16-20.
-tsg-