Click here to load reader
Upload
yusuf-muflikh-r
View
105
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS FUNGSIOLEK VARIASI BAHASA DALAM BAHASA IMBAUAN: PEMAKAIAN FRASA “TERIMA KASIH”
(SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK)1
Oleh: Yusuf Muflikh Raharjo2
Abstrak
Pendahuluan
Bahasa merupakan wujud aktualisasi gagasan yang diciptakan oleh manusia
yang dapat berupa tuturan maupun tulisan. Dikatakan sebagai tuturan apabila
bahasa tersebut keluar dari organ penutur manusia. Sedangkan yang berwujud
tulisan apabila bahasa tersebut terrealisasi dalam bentuk tulis. Meskipun terwujud
dalam dua jenis, bahasa tetap memiliki tujuan yang sama, yakni bersifat
menyampaikan makna dan maksud yang menjadi gagasan seseorang kepada
mitranya.
Bahasa secara realitas memiliki keanekaragaman. Hal ini terjadi karena
bahasa dapat dipengaruhi oleh letak geografis suatu tempat terkait dengan bahasa
ibunya. Dipengaruhi oleh faktor geografis misalnya setiap negara pasti memiliki
bahasa yang berbeda dan ciri yang khas dari suatu negara tersebut.
Keanekaragaman bahasa juga dapat terjadi di lingkup intranegara, misalnya di
Indonesia yang memiliki aneka ragam bahasa karena Indonesia yang memiliki
banyak pulau yang tersebar pada 6o LU – 11o LS dan 95o BT – 141o BT. Setiap
pulau memiliki bahasa sendiri (bahasa ibu). Selain faktor geografis, bahasa juga
beragam pada faktor kemasyarakatan, situasi berbahasa, dan waktu3.
Keanekaragaman bahasa di Indonesia menjadi cikal bakal lahirnya istilah
variasi bahasa. Variasi4 ialah bentuk (rupa) yang lain. Variasi bahasa berarti
bentuk lain dari bahasa. Konkretnya, dalam bahasa Indonesia menyebut “satu”, 1 Tugas terstruktur ini disusun sebagai indikator penilaian kelulusan dalam mata kuliah Pragmatik. 2 Penulis adalah mahasiswa program S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Sebelas Maret dengan nomor registrasi mahasiswa K1210064. 3 Setiawan, Budhi (2012:80). 4 Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:1001).
bahasa Jawa menyebutnya siji, sedangkan bahasa Sunda menyebutnya hiji. Hal
serupa juga dapat ditemukan dengan mengacu pada bahasa daerah (dialek) dari
daerah lain terkait penyebutan “satu”.
Variasi bahasa pada hakikatnya terus berkembang. Saat ini, variasi bahasa
merujuk pada bentuk lain dari suatu fenomena bahasa yang terikat dimensi ruang
dan waktu tertentu. Seperti yang diungkapkan di atas bahwa variasi bahasa saat
ini dapat ditinjau dari dialek, sosiolek, fungsiolek, dan kronolek.
Fungsiolek sebagai salah satu variasi bahasa menjelaskan tentang fenomena
kebahasaan yang terikat dengan komponen tuturnya, yaitu Setting (latar),
Partisipant (peserta tutur), Ends (tujuan tutur), Act sequence (topik , uturan tutur),
Key (nada tutur), Instrument, Norms (norma tutur) dan Genre (jenis tutur) atau
dapat diakronimkan menjadi SPEAKING. Fungsiolek sendiri memiliki lima
subragam, yaitu ragam beku, formal, usaha, santai, dan akrab5.
Dari beberapa uraian mengenai variasi bahasa, penulis tertarik untuk
meneliti permasalahan variasi bahasa, khususnya fungsiolek dalam kajian
pragmatik, dengan objek penelitiannya adalah bahasa imbauan. Tertarik
mengangkat dengan objek ini karena penulis belum menjumpai penelitian variasi
bahasa terkait bahasa imbauan.
Penelitian mini ini akan disusun dengan rumusan masalah: (1) Bagaimana
bentuk bahasa imbauan yang berpragmatik? (2) Bagaimana analisis fungsiolek
terhadap bahasa imbauan yang menggunakan frasa “terima kasih”?
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan menginformasikan
bentuk bahasa imbauan yang mencerminkan variasi bahasa, keetisan serta
keestetisan dalam berbahasa.
Tinjauan Pustaka
Pada bagian ini akan memaparkan berbagai sumber, baik berupa skripsi
maupun artikel ilmiah, yang membahas tentang permasalahan variasi bahasa.
Berikut adalah penjabaran dari masing-masing sumber: 5 Joos, Martin dalam Setiawan, Budhi (2012:84-85).
1. Artikel ilmiah yang berjudul Ragam Bahasa Politik: Sebuah Kajian Semantik
oleh Ida Bagus Putrayasa.
Artikel ini menyoroti dan menganalisis tentang bagaimana penggunaan
ragam bahasa politik di harian Bali Post. Bentuk eufemisme ternyata banyak
digunakan dalam ragam yang dirujuk. Ranah politik cenderung memakai
bahasa yang tidak menganut dengan makna leksikalnya (mengingat artikel ini
adalah kajian semantik). Meskipun demikian, dapat disimpulkan bahwa
terdapat juga variasi bahasa dalam ranah politik atau yang Ida sebut sebagai
ragam bahasa politik.
2. Skripsi yang berjudul Deskripsi Ragam Bahasa Rubrik “Nah Ini Dia” pada
Harian Poskota oleh Satria Pratama.
Tulisan tersebut mendeskripsikan wujud ragam bahasa yang sering
digunakan dan menjadi ciri khas rubrik NID, yakni ragam informal. Dikatakan
demikian oleh Satria karena rubrik tersebut merupakan rubrik yang
menyuguhkan informasi berkaitan dengan tindak kriminalitas yang dikemas
dengan bentuk ragam informal. Hal ini terbukti bahwa dalam rubrik tersebut
sering menggunakan interferensi bahasa (kajian sosiolinguistik). Wujud
interferensi tersebut dimaksudkan supaya pembaca tidak bosan dan lebih
mudah memahami berita yang disampaikan serta meberikan humor kepada
pembaca.
Adapun variasi bahasa yang sering muncul dalam rubrik NID adalah
menggunakan dialek, bahasa asing, dan unsur-unsur kebahasaan yang menarik
untuk dibaca. Di samping itu, rubrik NID lewat penulisnya juga
memperhatikan aspek sosial, budaya, dan sebagainya supaya apa yang
menjadi informasi dalam rubrik tersebut dapat mudah dipahami oleh pembaca.
Dari kedua sumber di atas, penulis melihat belum ada yang menganalisis
variasi bahasa dalam bahasa imbauan dengan kajian pragmatik. Objek kajian akan
fokus pada penggunaan kata “terima kasih” dalam beberapa imabauan yang sering
ditujukan kepada khalayak ramai. Penulis kaji kata tersebut karena secara leksikal,
“terima kasih” memiliki arti ucapan rasa syukur karena telah menerima kebaiakn
(KBBI, 1990:937). Realitasnya dalam bahasa imbauan, kata “terima kasih”
memiliki fungsi lain yang tidak sejalan dengan pengertian leksikalnya, seperti
ditujukan untuk melarang suatu aktivitas tertentu.
Untuk itu, penulis bermakud mengangkat sebuah tulisan yang berupa artikel
ilmiah dengan judul Analisis Fungsiolek Variasi Bahasa Dalam Bahasa Imbauan:
Pemakaian Frasa “Terima Kasih”(Sebuah Kajian Pragmatik).
Data
Penelitian ini menganalisis bahasa imbauan seperti Terima Kasih Anda tidak
Membuang Sampah Di Jalan, Terima Kasih Anda telah Tidak Merokok, Terima
Kasih Telah Mematikan Air, dan sebagainya.
Gambar 1: Contoh bahasa imbauan6
6 Sumber: http://www.pikiran-rakyat.com/ffarm/www/imagecache/625x350/ffarm/www/2011/10/30/buangs.jpg