33
1 © 2005 Syamsul Hadi Posted 21 Desember 2005 Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS 702) Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana/S3 Institut Pertanian Bogor Dosen: Prof.Dr.Ir.Rudy C.Tarumingkeng PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN DI INDONESIA Oleh: Syamsul Hadi P-O62040214 [email protected] BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Good Governance merupakan suatu pendekatan baru dalam pelaksanaan sistem administrasi pemerintahan atau manajemen pembangunan. Good Governance yang pada dasarnya menerapkan prinsip-prinsip transparansi,

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN … · sistem administrasi pemerintahan atau manajemen pembangunan. Good ... ekonomi masyarakat, serta terjadinya degradasi daya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN … · sistem administrasi pemerintahan atau manajemen pembangunan. Good ... ekonomi masyarakat, serta terjadinya degradasi daya

1

© 2005 Syamsul Hadi Posted 21 Desember 2005 Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS 702) Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana/S3 Institut Pertanian Bogor Dosen: Prof.Dr.Ir.Rudy C.Tarumingkeng

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN

DI INDONESIA

Oleh:

Syamsul Hadi P-O62040214

[email protected]

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Good Governance merupakan suatu pendekatan baru dalam pelaksanaan

sistem administrasi pemerintahan atau manajemen pembangunan. Good

Governance yang pada dasarnya menerapkan prinsip-prinsip transparansi,

Page 2: PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN … · sistem administrasi pemerintahan atau manajemen pembangunan. Good ... ekonomi masyarakat, serta terjadinya degradasi daya

2

partisipasi, dan akuntabilitas telah menyebar ke seluruh dunia seiring

dengan perkembangan pemahaman masyarakat dunia terhadap

penanganan pembangunan yang mengarah pada konsep Pembangunan

Berkelanjutan. Dalam konsep ini, pembangunan harus dipahami sebagai

suatu kegiatan yang terintegrasi antara komponen ekonomi, pelestarian

lingkungan dan sumber daya alam, serta komponen pengembangan sosial.

Pendekatan good governance merupakan perkembangan dan penjabaran

lebih lanjut dari komponen sosial dalam konsep Pembangunan

Berkelanjutan, di antaranya dalam bentuk peningkatan partisipasi

masyarakat.

Penerapan good governance di Indonesia dapat dipandang sebagai koreksi

terhadap praktek-praktek pelaksanaan pembangunan di masa lalu oleh

rezim pemerintahan Orde Baru yang saat itu hanya mengembangkan

Pemerintah Yang Baik (good government), yaitu pemerintah yang kuat dan

efektif, tanpa menyertakan partisipasi masyarakat sebagai bagian dalam

proses pembangunan. Demikian juga yang terjadi dalam proses

pembangunan perkotaan (urban development) di Indonesia. Pada awalnya,

pendekatan sentralistis masih diterima dan dianggap berhasil oleh

masyarakat, karena pada waktu itu Indonesia masih mengejar tercapainya

sasaran basic need dari pelayanan infrastruktur publik secara nasional.

Namun demikian, pendekatan ini lambat laun dirasakan kekurangannya,

karena ternyata hasil pembangunan tidak sesuai dengan kebutuhan

masyarakat setempat. Pendekatan pembangunan yang bersifat top-down

ini cenderung mengarah pada pola pengelolaan pembangunan yang

seragam, kurang mengakomodasikan karakter lokal atau tidak kontekstual.

Proses pembangunan yang tidak partisipatif, terbatas dilaksanakan secara

eksklusif oleh instansi pemerintah ini mengakibatkan keterasingan

masyarakat dari hasil-hasil pembangunan.

Sejak dilakukannya reformasi politik, pemerintah Indonesia telah

menetapkan kebijakan peningkatan otonomi daerah dan pelaksanaan

pembangunan didesentralisasikan ke daerah sehingga menjadi tanggung

jawab pemerintah daerah otonom bersama masyarakatnya. Kebijakan

desentralisasi pembangunan ini pada dasarnya mencoba mendekatkan

Page 3: PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN … · sistem administrasi pemerintahan atau manajemen pembangunan. Good ... ekonomi masyarakat, serta terjadinya degradasi daya

3

proses pembangunan kepada masyarakat melalui partisipasi yang lebih

aktif. Dengan demikian kebijakan desentralisasi pembangunan pada

dasarnya merupakan penerapan terhadap sebagian dari prinsip-prinsip

good governance. Pendekatan good governance akan mendorong

pengembangan otonomi daerah, sehingga pemerintah kabupaten/kota

mengikut-sertakan stakeholder dan masyarakat dalam seluruh proses

pembangunan, dari perencanaan, pelaksanaan, hingga pengawasannya.

Melalui good governance maka diharapkan segera terwujud suatu

masyarakat madani di mana hubungan antar stakeholder, yaitu pemerintah,

swasta, dan komponen masyarakat lainnya yang terjalin menjadi suatu

hubungan yang selaras, seimbang dan dikelola secara baik.

1.2 Permasalahan Permasalahan pembangunan kota di Indonesia kian hari semakin kompleks.

Masyarakat di daerah perkotaan saat ini menghadapi berbagai

permasalahan dari aspek sosial maupun ekonomi dan bersifat

multidimensional, khususnya sejak terjadinya krisis ekonomi pada tahun

1997. Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah mempermudah

munculnya berbagai konflik di daerah perkotaan dan perdesaan. Dengan

keterbatasan sumberdaya dan kemampuan manajemen pada pemerintah

pusat maupun pemerintah daerah, maka permasalahan yang terjadi di

perkotaan dan perdesaan menjadi tidak mudah untuk diselesaikan.

Dalam rangka penanganan permasalahan perkotaan, pendekatan good

governance sudah mulai diperkenalkan dan diterapkan di Indonesia, meski

dilaksanakan dengan sifat stimulan, dalam skala kecil, dan tingkatan uji

coba di beberapa kota/kabupaten. Prinsip good governance yang dicoba

diperkenalkan di Indonesia pada umumnya menghadapi beberapa kendala,

di antaranya adalah: (i) Sistem manajemen pembangunan top-down yang

berlangsung selama pemerintahan Orde Baru telah membelenggu

pemerintah daerah dengan sikapnya yang cenderung bergantung kepada

bantuan pemerintah pusat. Budaya ketergantungan ini menghambat usaha

penerapan prinsip good governance yang berusaha membangun

kemandirian daerah; (ii) Proses pengembangan otonomi daerah yang

masih dalam masa transisi memerlukan kelengkapan dan penyempurnaan

Page 4: PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN … · sistem administrasi pemerintahan atau manajemen pembangunan. Good ... ekonomi masyarakat, serta terjadinya degradasi daya

4

perangkat peraturan dan perundangan serta sosialisasinya, sehingga setiap

tingkatan pemerintahan memahami tugas pokok dan fungsinya masing-

masing; (iii) lemahnya penerapan hukum (law enforcement); serta (iv)

keterbatasan kapasitas kelembagaan instansi pemerintah dan sumber daya

manusia.

1.3 Maksud dan Tujuan Makalah ini dimaksudkan untuk mengkaji penerapan pendekatan good

governance sebagaimana hal tersebut telah dilaksanakan melalui kebijakan

dan strategi pembangunan perkotaan di Indonesia khususnya oleh instansi

pemerintah pusat maupun melalui berbagai program capacity building oleh

pemerintah pusat dan bantuan program dari beberapa lembaga donor luar

negeri. Dari pengalaman tersebut kemudian dilakukan evaluasi dengan

mengidentifikasi permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam

penerapan good governance, serta merumuskan rekomendasi-

rekomendasi yang perlu dilakukan di masa depan.

Page 5: PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN … · sistem administrasi pemerintahan atau manajemen pembangunan. Good ... ekonomi masyarakat, serta terjadinya degradasi daya

5

BAB II

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN DI INDONESIA

2.1 Permasalahan Perkotaan di Indonesia

Penyelenggaraan pembangunan perkotaan dalam era desentralisasi dan

otonomi daerah menghadapi suatu situasi yang semakin kompleks. Situasi

perkotaan di Indonesia yang terjadi menunjukkan kecenderungan sebagai

berikut:

• Sesuai dengan hasil sensus penduduk tahun 2000, jumlah penduduk

perkotaan di Indonesia telah mencapai lebih dari 85 juta jiwa, sekitar 42

persen total penduduk Indonesia, dengan laju urbanisasi pada periode

1990 – 2000 mencapai angka sebesar 4,4 persen per tahun, jauh lebih

tinggi dibandingkan pertumbuhan rata-rata nasional sebesar 1,35 persen.

Apabila mengikuti kecenderungan yang ada, maka pada tahun 2005

penduduk perkotaan diperkirakan telah mencapai 105 juta jiwa. Pada

tahun 2025, diperkirakan total penduduk Indonesia mencapai 275,6 juta

dan penduduk kota mencapai 167,4 juta atau 60,7 persen. Kondisi

demografi ini telah ikut mendorong munculnya berbagai macam

persoalan yang dihadapi di daerah perkotaan menjadi semakin kompleks

dan multi dimensional, mencakup hampir semua aspek kehidupan sosial,

ekonomi, politik, dan lain-lain.

• Terjadinya proses marjinalisasi sebagian masyarakat dan penurunan

kondisi sosial masyarakat pada umumnya yang semakin tajam menjurus

terjadinya konflik kepentingan dan sosial di berbagai daerah. Keadaan ini

semakin dipicu oleh adanya keterbatasan sumberdaya (limitation of

resources) untuk menanganinya.

• Kawasan perkotaan mengalami penurunan kondisi sosial-ekonomi

terutama yang berbasis industri/jasa sehingga menimbulkan gejolak

Page 6: PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN … · sistem administrasi pemerintahan atau manajemen pembangunan. Good ... ekonomi masyarakat, serta terjadinya degradasi daya

6

diberbagai sektor, terutama semakin bertambahnya kemiskinan serta

munculnya kawasan-kawasan kumuh.

• Meningkatnya jumlah pengangguran yang sulit mencari pekerjaan dan

kurang terkendalinya perkembangan sektor informal di berbagai pelosok

kota-kota.

• Penurunan kualitas lingkungan perkotaan secara keseluruhan sebagai

dampak dari adanya pencemaran lingkungan akibat dari kegiatan sosial

ekonomi masyarakat, serta terjadinya degradasi daya dukung lingkungan

perkotaan.

• Keterbatasan pelayanan infrastruktur perkotaan untuk memenuhi

kebutuhan dasar dan pengembangan ekonomi lokal, serta makin

menurunnya efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pelayanan umum

di perkotaan.

• Terganggunya keamanan dan ketertiban kota akibat berbagai konflik dan

kepentingan.

• Kurang serasinya hubungan sosial ekonomi antar kota maupun antara

kota-desa lainnya serta tertinggalnya daerah pinggiran dan perdesaan

(Urban Rural Linkages).

Sementara itu, kondisi sistem pemerintahan dalam menangani masalah

perkotaan juga masih belum mantap, di mana:

• Proses desentralisasi penyelenggaraan pembangunan masih dalam

masa transisi dan perlu pemantapan lebih lanjut meski saat ini telah

ditetapkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Keseimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Ketiadaan peraturan-peraturan yang lebih operasional khususnya yang

mengatur pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan

pemerintah daerah telah menghambat kelancaran proses pelaksanaan

otonomi daerah dan desentralisasi pembangunan.

• Terbatasnya kemampuan manajemen daerah dalam penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan daerah. Termasuk di antaranya adalah

Page 7: PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN … · sistem administrasi pemerintahan atau manajemen pembangunan. Good ... ekonomi masyarakat, serta terjadinya degradasi daya

7

keterbatasan kualitas sumber daya manusia, meliputi: (i) keterbatasan

kemampuan merumuskan peraturan-peraturan, yang mengatur

pemanfaatan prasarana perkotaan; (ii) keterbatasan kemampuan

mengalokasikan anggaran pembangunan untuk pemeliharaan,

pengoperasian dan pembangunan prasarana perkotaan; (iii) keterbatasan

kemampuan memberikan bantuan teknis untuk membangun prasarana

perkotaan bersama masyarakat; (iv) keterbatasan kemampuan dalam

penyelesaian perselisihan antar daerah; dan (v) keterbatasan kemampuan

advokasi kepada masyarakat.

• Belum serasinya kerjasama antara eksekutif dan legislatif dalam

menghadapi berbagai masalah pembangunan daerah sesuai dengan

fungsi dan tugasnya masing-masing.

• Ketergantungan daerah terhadap bantuan pusat masih kuat. Kebiasaan

ketergantungan yang telah mengakar selama tiga dekade di zaman Orde

Baru, terutama bantuan sumber pendanaan pembangunan, telah

menyulitkan pemerintah daerah untuk mengembangkan seluruh

potensinya untuk mendukung pelaksanaan tugas pemerintahan di daerah.

• Lemahnya penegakan hukum yang terjadi di berbagai sektor

pembangunan, berbagai lapisan pemerintahan, dan masyarakat.

Kelemahan law enforcement ini nampak jelas dalam wujud disiplin

masyarakat yang rendah, kesemrawutan lalu lintas, tingkat kriminalitas

tinggi, dan sebagainya. Dalam pembangunan perkotaan, lemahnya law

enforcement ini nampak jelas dengan penerapan rencana tata ruang kota

yang menyimpang, sehingga terjadi kekumuhan kawasan perkotaan,

bencana banjir, degradasi lingkungan. Contoh lain adalah terjadinya

ekonomi biaya tinggi terkait pengurusan berbagai pelayanan publik dan

perijinan bisnis. Peraturan dan perundangan yang mencegah praktek

penyalah-gunaan kewenangan dapat dikatakan lengkap. Yang menjadi

masalah adalah kelemahan law enforcement-nya, sehingga praktek-

praktek penyalah-gunaan kewenangan sering terjadi di masyarakat

terutama di jajaran pemerintahan. Hal yang sama terjadi pada penerapan

kebijakan pembangunan perkotaan.

Page 8: PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN … · sistem administrasi pemerintahan atau manajemen pembangunan. Good ... ekonomi masyarakat, serta terjadinya degradasi daya

8

• Belum kondusif-nya sistem birokrasi pemerintah yang disebabkan oleh

kelemahan kelembagaan dan sumber daya manusia instansi pemerintah.

Secara umum kapasitas kerja instansi pemerintah di tingkat pusat maupun

daerah dalam kondisi tidak efektif dan efisien. Hal ini nampak dalam

rendahnya produktivitas kerja aparat pemerintah, misalnya disiplin dan etos

kerja yang rendah, banyaknya penyimpangan-penyimpangan dalam

pelaksanaan tugas, lemahnya fungsi-fungsi kontrol dalam pemerintahan,

serta kelemahan kualitas sumber daya manusia. Kelemahan ini sebagian

disebabkan oleh rendahnya gaji dan tunjangan pegawai, ketiadaan sistem

karir (career planning), kelemahan sistem rekruitmen pegawai baru, serta

kelemahan dalam pembinaan dan penguatan kapasitasnya.

• Kontrol masyarakat dan stakeholders yang lemah. Masyarakat di kawasan

perkotaan yang relatif lemah dalam menjalankan fungsi-fungsi kontrol

terhadap pemerintah termasuk keterbatasan partisipasi dalam seluruh

proses pembangunan.

2.2 Paradigma Pembangunan Perkotaan

Dalam merumuskan kebijakan pembangunan perkotaan di Indonesia, maka

telah disadari oleh pemerintah tentang adanya pergeseran paradigma

tentang pengelolaan pembangunan perkotaan yang terjadi akibat pengaruh-

pengaruh eksternal, misalnya globalisasi pasar, kemajuan teknologi, dan

tentunya paham tentang konsep Pembangunan Berkelanjutan dan prinsip-

prinsip Good governance. Beberapa pergeseran paradigma yang perlu

dipertimbangkan di antaranya adalah: (i) Pembangunan perkotaan akan

lebih ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pasar (market driven), sehingga

peran dan fungsi pemerintah diutamakan pada penciptaan lingkungan dan

iklim yang kondusif melalui fasilitasi dan stimulasi bagi tumbuhnya

kemandirian lokal; (ii) Pembangunan perkotaan tidak akan dilaksanakan

secara seragam, namun disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat

setempat dan budaya lokal, sehingga akan dapat menampakkan citra dan

ciri khas masing-masing kota sehingga bersifat kontekstual); (iii) Peran serta

masyarakat akan semakin meningkat, yaitu melalui pemberian kesempatan

kepada seluruh masyarakat kota (stakeholders) untuk ikut terlibat dalam

Page 9: PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN … · sistem administrasi pemerintahan atau manajemen pembangunan. Good ... ekonomi masyarakat, serta terjadinya degradasi daya

9

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan kotanya

masing-masing. Masyarakat perkotaan juga dituntut untuk dapat mengenali

permasalahan perkotaannya sendiri, sehingga dapat berinisiatif untuk

memecahkan persoalan yang dihadapi kotanya; (iv) Pelayanan publik

perkotaan harus dapat menyediakan kebutuhan dan kemampuan semua

lapisan masyarakat, termasuk kepada kelompok masyarakat miskin.

Untuk menjalankan pelaksanaan desentralisasi pembangunan secara lebih

efektif, perlu dipertimbangkan beberapa tantangan yang dihadapi untuk

mendorong daerah mempraktekkan prinsip-prinsip good governance dan

sustainable development dalam semua aspek kebijakan pengembangan

perkotaan, yaitu:

• Penataan kawasan perkotaan dan perdesaan yang lebih interaktif dan

responsif terhadap penataan ruang pada skala makro maupun mikro;

• Pengelolaan perkotaan dan perdesaan lebih ditujukan pada terwujudnya

tata pemerintahan yang baik;

• Pembangunan perkotaan yang diselenggarakan secara berkelanjutan

dan berwawasan lingkungan;

• Peningkatan keterkaitan ekonomi antara perkotaan dan perdesaan

dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.

Pemerintah juga mempunyai sasaran-sasaran pembangunan perkotaan

nasional yang dirumuskan di antaranya di dalam dokumen nasional

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) maupun Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Beberapa sasaran pembangunan perkotaan yang akan dicapai, yaitu sebagai berikut: (1)

terwujudnya lingkungan perkotaan yang layak huni, selaras dalam

kehidupan sosial budaya, untuk menciptakan masyarakat perkotaan yang

sejahtera; (2) terjaminnya fungsi internal perkotaan, khususnya pelayanan

umum, kesempatan kerja, penanggulangan kemiskinan, dan kerawanan

sosial; (3) terjaminnya fungsi eksternal perkotaan yang memperhatikan

kerjasama antar kawasan perkotaan, antara perkotaan dan perdesaan

dalam suatu wilayah sekitarnya, yang memungkinkan terbentuknya sinergi

pembangunan perkotaan dan perdesaan; (4) tersedianya sumber

Page 10: PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN … · sistem administrasi pemerintahan atau manajemen pembangunan. Good ... ekonomi masyarakat, serta terjadinya degradasi daya

10

pendanaan untuk program-program pembangunan perkotaan; (5)

terciptanya kemandirian masyarakat perkotaan, yang pada jangka panjang,

dapat menjamin kelangsungan penyediaan pelayanan umum perkotaan

dengan kekuatan masyarakat sendiri; (6) terwujudnya pengelolaan

pembangunan perkotaan berlandaskan kerjasama dan kemitraan dengan

masyarakat madani perkotaan, sesuai dengan prinsip tata pemerintahan

perkotaan yang baik (good urban governance); (7) terwujudnya kesatuan

dalam penyelenggaraan kebijakan dan strategi nasional dan lokal

pembangunan perkotaan.

2.3 Kebijakan Pembangunan Perkotaan

Suatu rumusan kebijakan pembangunan perkotaan, harus disusun dengan

mempertimbangkan berbagai aspek sebagaimana disebutkan di atas.

Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah melalui Departemen

Pekerjaan Umum, sebagai salah satu instansi pemerintah yang bertugas

melakukan pembinaan pembangunan perkotaan di Indonesia, memandang

perlu untuk mewujudkan visi pengembangan perkotaan nasional yaitu:

Terwujudnya kemandirian daerah dalam penyelenggaraan pembangunan

kawasan perkotaan dan perdesaan yang layak huni, berkeadilan sosial,

berbudaya, produktif, dan berkelanjutan serta saling memperkuat dalam

mendukung pengembangan wilayah.

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas maka secara nasional pembangunan

perkotaan mempunyai misi yang perlu menjadi acuan, yaitu:

• Meningkatkan kemampuan kelembagaan daerah dalam pengelolaan

pengembangan perkotaan yang sesuai dengan kondisi sosial budaya

lokal;

• Mendorong pemberdayaan masyarakat dalam rangka pengembangan

perkotaan yang berkelanjutan;

• Meningkatkan peran dunia usaha melalui penciptaan iklim kondusif bagi

pengembangan ekonomi daerah dan wilayah;

Page 11: PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN … · sistem administrasi pemerintahan atau manajemen pembangunan. Good ... ekonomi masyarakat, serta terjadinya degradasi daya

11

• Meningkatkan akses perdesaan terhadap pusat-pusat pertumbuhan di

perkotaan, pasar, dan teknologi tepat guna untuk mewujudkan

pertumbuhan ekonomi lokal;

• Memberikan fasilitasi dan pendampingan kepada daerah dalam rangka

pelaksanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan

menciptakan tata perkotaan dan perdesaan yang seimbang dan

terintegasi dalam pengembangan wilayah;

• Membantu daerah dalam rangka penanggulangan kemiskinan, dampak

bencana alam dan kerusuhan sosial, serta peningkatan pelayanan publik.

Dengan latar belakang tersebut di atas maka kebijakan pemerintah tentang

pengembangan perkotaan dirumuskan sebagai berikut:

• Bahwa penyelenggaraan pembangunan perkotaan perlu dilaksanakan

dengan prinsip pemerintahan dan pengelolaan yang baik (good

governance) serta kemitraan antara pemerintah, masyarakat, dan dunia

usaha;

• Penyelenggaraan pelayanan publik dan pembangunan prasarana dan

sarana perkotaan perlu dilaksanakan secara adil dan merata sesuai

dengan kondisi sosial, budaya dan ekonomi lokal;

• Pembangunan perkotaan perlu diarahkan pada terjadinya peningkatan

pertumbuhan dan produktifitas ekonomi serta pengembangan pasar yang

berbasis pada pengembangan ekonomi lokal dan pengembangan wilayah;

• Kemampuan daerah perlu diberdayakan terutama dalam pengelolaan

pelayanan publik perkotaan serta mampu menyelesaikan berbagai

masalah perubahan sosial serta bencana;

• Pembangunan perkotaan harus tetap mempertahankan daya dukung dan

keseimbangan lingkungan dalam rangka mewujudkan pembangunan

yang berkelanjutan.

Perwujudan kebijakan pengembangan perkotaan ini tentunya tidak semudah

membalikkan telapak tangan apalagi dalam era desentralisasi dan reformasi

pembangunan yang terus berkembang, di mana masyarakat semakin kritis

terhadap apapun yang dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah.

Page 12: PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN … · sistem administrasi pemerintahan atau manajemen pembangunan. Good ... ekonomi masyarakat, serta terjadinya degradasi daya

12

Oleh karena itu, pemerintah mempunyai tanggung jawab bersama dengan

pemerintah daerah untuk mengamankan (safeguarding) pembangunan

perkotaan sesuai dengan visi dan misinya untuk mewujudkan daerah

perkotaan yang berkelanjutan dan perwujudan kemandirian daerah. Dengan

kebijakan tersebut di atas, penyelenggaraan pembangunan perkotaan akan

diarahkan untuk mewujudkan peningkatan peran dan fungsi kawasan

perkotaan yang lebih layak huni (livable), lebih mempunyai daya saing

(competitiveness) dan produktif, mempunyai kemampuan dan pengelolaan

keuangan yang memadai, serta mampu mewujudkan manajemen

pembangunan perkotaan dengan prinsip tata pemerintahan yang baik (Good

Governance).

Page 13: PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN … · sistem administrasi pemerintahan atau manajemen pembangunan. Good ... ekonomi masyarakat, serta terjadinya degradasi daya

13

BAB III

KONSEP GOOD GOVERNANCE Good Governance sebagai suatu pendekatan administrasi pemerintahan atau

administrasi pembangunan telah menyebar ke seluruh dunia akibat dari makin

meluasnya penerimaan masyarakat dunia tentang konsep Pembangunan

Berkelanjutan. Dalam konsep ini, pembangunan harus dipahami sebagai suatu

kegiatan yang terintegrasi antara komponen pengembangan ekonomi, pelestarian

lingkungan hidup, serta komponen pengembangan sosial masyarakat.

Komponen lingkungan bersama komponen sosial mulai muncul dan didesakkan

oleh masyarakat dunia karena hasil-hasil pembangunan yang selama ini

dilaksanakan, yang hanya menekankan pada pengembangan ekonomi semata,

ternyata telah mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan dan eksploitasi

berlebihan terhadap sumber daya alam, serta keterasingan masyarakat dari hasil-

hasil pembangunan. Karena hasil pembangunan pada akhirnya harus ditujukan

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka penanganan komponen

sosial dianggap penting dalam pelaksanaan Pembangunan Berkelanjutan. Salah

satu bentuk kegiatan dalam komponen sosial tersebut adalah partisipasi

masyarakat dalam proses politik maupun proses pembangunan. Dalam

perkembangannya, sebagian dari komponen sosial ini telah menjelma menjadi

suatu pendekatan good governance dalam pelaksanaan administasi

pemerintahan dan pembangunan.

3.1 Pengertian Good Governance

Istilah good governance berasal dari kata good dan governance. Kata

“governance” berbeda dengan “government”. Government (pemerintah)

lebih berkaitan dengan lembaga yang mengemban fungsi memerintah dan

mengemban fungsi mengelola administrasi pemerintahan. Sedangkan

governance (tata pemerintahan) lebih menggambarkan pada pola

hubungan antar elemen yang ada dalam suatu kepemerintahan. Dalam hal

ini, governance dipahami sebagai "the manner in which power is exercised

in the management of a country’s economic and social resources for

Page 14: PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN … · sistem administrasi pemerintahan atau manajemen pembangunan. Good ... ekonomi masyarakat, serta terjadinya degradasi daya

14

development," di dalamnya governance dikaitkan dengan manajemen dari

proses pembangunan yang melibatkan sektor publik maupun swasta.

Dalam konsep ini, governance meliputi keberadaan institusi-institusi sektor

publik lengkap dengan fungsi dan kapasitasnya, serta kerangka hukum

sebagai landasan pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintah, masyarakat,

maupun swasta. Secara lebih luas, governance diartikan sebagai

lingkungan institusional di mana warga masyarakat saling berinteraksi

termasuk dengan institusi dan aparat pemerintah.

Pada dasarnya Good Governance atau kepemerintahan yang baik adalah

suatu bentuk manajemen atau administrasi yang efektif dari pengelolaan

perubahan masyarakat atau pengelolaan pembangunan. Definisi Good

Govenance dapat diperoleh dari rangkuman beberapa pengertian berikut:

• Penyelenggaraan kepemerintahan yang menjamin kepastian hukum,

keterbukaan, profesionalisme, dan akuntabilitas.

• Kepemerintahan yang menghormati hak-hak asasi manusia dan

pelaksanaan demokrasi.

• Kepemerintahan yang dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat,

dan mengutamakan pelayanan kepada masyarakat, tanpa diskriminasi.

• Kepemerintahan yang mengakomodasikan kontrol sosial masyarakat.

3.2 Prinsip-Prinsip Good Governance

Good Governance biasanya dikaitkan dengan pemerintahan yang bersih

dan berwibawa, di mana sistem birokrasinya memberikan pelayanan publik

yang profesional. Tipe ideal suatu pelaksanaan good governance adalah

situasi di mana terjadi suatu pengawasan yang compatible yang saling

mendukung dengan kehidupan demokrasi, kehidupan ekonomi pasar, rule

of law dan concern for the environment.

Beberapa prinsip Good Governance adalah sebagai berikut (Gambar-1):

Page 15: PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN … · sistem administrasi pemerintahan atau manajemen pembangunan. Good ... ekonomi masyarakat, serta terjadinya degradasi daya

15

Gambar 1: Karakteristik Good Governance

1. Akuntabilitas

Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan

masyarakat bertanggung-jawab kepada publik dan lembaga-lembaga

stakeholders. Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan sifat

keputusan yang dibuat, apakah keputusan tersebut untuk kepentingan

internal atau eksternal organisasi.

2. Transparansi

Transparansi dibangun atas dasar terbukanya informasi secara bebas.

Seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga yang ada dan

informasi yang perlu dapat diakses oleh semua pihak. Informasi harus

dapat dipahami oleh semua pihak dan dapat dimonitor.

3. Penegakan Aturan Hukum

Kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu,

terutama hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia.

4. Peran Serta Masyarakat

Setiap warga negara berpartisipasi dan memberikan suara dalam

pembuatan keputusan yang dilakukan secara langsung maupun melalui

intermediasi institusi yang mewakili kepentingannya. Partisipasi

menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan atas adanya kebebasan

Page 16: PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN … · sistem administrasi pemerintahan atau manajemen pembangunan. Good ... ekonomi masyarakat, serta terjadinya degradasi daya

16

untuk berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk

berpartisipasi secara konstruktif.

5. Kesetaraan/Perlakuan

Semua orang mempunyai kesempatan memperbaiki atau

mempertahankan kesejahteraannya, termasuk masyarakat yang

kurang mampu.

6. Responsiveness

Lembaga-lembaga yang terlibat dalam seluruh proses pemerintahan

harus berusaha melayani semua pihak (stakeholders).

7. Efisiensi dan efektivitas

Seluruh proses pemerintahan oleh lembaga-lembaga terkait harus

membuahkan hasil sesuai kebutuhan warga masyarakat dan dengan

menggunakan sumber-sumber daya yang ada seoptimal mungkin.

8. Adanya Visi yang Strategis

Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh

ke depan atas tata pemerintahan yang baik, serta kepekaan akan apa

saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan tersebut.

Selain itu mereka harus memiliki pemahaman atas kompleksitas

kesejarahan, budaya, dan sosial yang menjadi dasar bagi perspektif

tersebut.

9. Orientasi Mufakat

Good Governance menjadi perantara terhadap berbagai kepentingan-

kepentingan yang berbeda untuk memperoleh pilihan terbaik bagi

kepentingan yang lebih luas dalam hal kebijakan-kebijakan maupun

prosedur.

10. Profesionalisme

Meningkatkan kemampuan dan moral penyelenggara pemerintahan

agar mampu memberi pelayanan yang mudah, cepat, tepat dengan

biaya yang terjangkau.

Page 17: PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN … · sistem administrasi pemerintahan atau manajemen pembangunan. Good ... ekonomi masyarakat, serta terjadinya degradasi daya

17

3.3 Peran Stakeholder

Dalam penerapannya, Good Governance melibatkan 3 stakeholders yang

masing-masing mempunyai perannya sendiri tetapi saling berhubungan

secara sinergis, yaitu:

• Negara/the state (negara atau pemerintah), berfungsi menciptakan

lingkungan politik dan hukum yang kondusif.

• Swasta/private sector (sektor swasta dan dunia usaha), mendorong

terciptanya lapangan kerja dan pendapatan masyarakat.

• Masyarakat/citizen atau organisasi lokal/kemasyarakatan, mewadahi

interaksi sosial politik, memobilisasi kelompok dalam masyarakat untuk

berpartisipasi dalam berbagai aktivitas ekonomi, sosial, dan politik.

Beberapa contoh peran berbagai stakeholder dalam penerapan Good

Governance dapat dilihat pada Tabel-1 berikut.

Page 18: PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN … · sistem administrasi pemerintahan atau manajemen pembangunan. Good ... ekonomi masyarakat, serta terjadinya degradasi daya

18

Tabel-1: Peran Stakeholder dalam Penerapan Good Governance

Prinsip Pemerintah Swasta Masyarakat

Akuntabilitas Mempertanggungjawab-kan setiap kebijakan dan keputusan kepada publik.

Setiap usaha dan transaksi yang dilakukan para pengusaha harus berkeadilan dan dapat dipertanggung-jawabkan kepada publik.

Masyarakat perlu memantau semua kebijakan dan keputusan yang dibuat oleh pemerintah dan setiap usaha serta transaksi yang dilakukan oleh swasta agar memenuhi peraturan dan tidak merugikan masyarakat.

Transparansi Setiap proses pengambilan keputusan dan kebijakan harus transparan.

Setiap proses kegiatan dan usaha harus diketahui oleh stakeholder dan masyarakat.

Bisa mengetahui setiap proses pengambilan keputusan.

Penerapan Hukum

Menegakkan hukum yang berkeadilan dan menjunjung tinggi HAM.

Mematuhi semua peraturan perundang-undangan dan menjunjung tinggi HAM.

Percaya pada supremasi hukum dan tidak main hakim sendiri.

Kesetaraan Memperlakukan dengan adil dan setara semua warga negara.

Mendorong peningkatan prestasi dan memberi perlakukan yang sama kepada semua orang.

Memberi perlakuan yang sama pada semua etnis, agama, kelompok, dan gender.

Partisipasi Mendorong peran serta dan pemberdayaan masyarakat

Melibatkan dan meningkatkan peran serta masyarakat di setiap lingkungan dan kegiatan usaha.

Perlu partisipasi dalam segala kegiatan pembangunan perkotaan.

Responsiveness Memberi respon baik kepada swasta maupun masyarakat.

Harus peka terhadap aspirasi masyarakat yang wajar, positif dan konstruktif.

Memberi respon yang wajar, rasional terhadap kebijakan maupun kegiatan pembangunan.

Efisiensi dan Efektivitas

Harus bekerja dan bertindak secara efektif dan efisien.

Mampu melaksanakan efisiensi dalam kegiatan usaha.

Mendorong efisiensi dan efektivitas dalam kehidupan sehari-hari.

Adanya Visi yang Strategis

Mempunyai visi yang strategis dengan memperhatikan keperluan swasta dan mengutamakan kepentingan masyarakat.

Setiap kegiatan atau usaha memeiliki visi yang strategis mendukung kesejahteraan masyarakat.

Memberikan kontribusinya dalam pembentukan shared vision dan usaha pencapaiannya.

Orientasi Mufakat

Mengutamakan pendekatan musyawarah dan membuang sikap arogan.

Harus memperhatikan kepentingan publik yang diwujudkan dalam musyawarah mufakat.

Menghindari konflik dan harus menghargai sikap serta pendapat orang lain.

Profesionalisme Meningkatkan kemampuan dan moral penyelenggara negara agar mampu memberi pelayanan yang mudah, cepat, tepat dengan biaya yang terjangkau.

Mengutamakan kualitas dan integritas sumber daya manusia.

Menghargai keahlian dan kemampuan, serta pengalaman yang dimiliki oleh setiap individu.

Page 19: PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN … · sistem administrasi pemerintahan atau manajemen pembangunan. Good ... ekonomi masyarakat, serta terjadinya degradasi daya

19

BAB IV

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN DI INDONESIA

Pemerintah telah melaksanakan reformasi sosial politik dan ekonomi melalui

kebijakan pembangunan nasional makro maupun secara mikro melalui

pembangunan perkotaan. Reformasi politik dilaksanakan dengan adanya

perubahan konstitusi UUD 1945, kelembagaan dan mekanisme penyaluran

aspirasi politik, dijaminnya kebebasan berpendapat bagi masyarakat luas, usaha

peningkatan penegakkan hukum, pemberantasan korupsi, dan sebagainya.

Dalam skala pembangunan perkotaan, reformasi politik telah mendorong

ditetapkannya kebijakan desentralisasi pembangunan dan penguatan otonomi

daerah, di antaranya melalui penerbitan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004

tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Dengan

ditetapkannya kebijakan ini, maka pembangunan perkotaan pada prinsipnya

adalah tugas dan kewajiban pemerintah daerah sendiri. Berbeda dengan masa

sebelumnya, di mana otonomi daerah hanya sebatas penyerahan kewenangan

pembangunan kepada daerah tanpa penyerahan sumber-sumber pembiayaan,

maka pada saat ini pemerintah daerah telah diberikan sumber-sumber

pembiayaan yang mencukupi, di antaranya melalui sumber Pendapatan Asli

Daerah (PAD), Dana Perimbangan dari Pusat, dan sumber dana lainnya1.

Dengan latar belakang situasi seperti tersebut di atas, pemerintah mulai

menerapkan kebijakan nasional pembangunan perkotaan dengan muatan

pendekatan good governance dengan dibiayai dari berbagai sumber, misalnya

APBN, APBD, dan sumber lainnya.

Secara simultan, intervensi dari luar negeri juga terjadi yang diwujudkan dalam

bentuk pemberian dana pinjaman dan hibah (grant) program-program bantuan

teknis untuk pelaksanaan good governance yang disalurkan melalui berbagai 1 Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, pasal 5.

Page 20: PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN … · sistem administrasi pemerintahan atau manajemen pembangunan. Good ... ekonomi masyarakat, serta terjadinya degradasi daya

20

instansi pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat di Indonesia. Dari

tahun 1997 hingga sekarang, jumlah program-program hibah luar negeri yang

disalurkan melalui instansi pemerintah telah mencapai paling kurang 25 program,

misalnya Building Institutions for Good Governance (BIGG) bantuan USAID,

Center for Local Government Innovation (CLGI), bantuan Asian Development

Bank, Initiative for Local Governance Reform (ILGR) bantuan Bank Dunia,

Indonesia Rapid Decentralization Appraisal (IRDA), Performance Oriented

Regional Management (PERFORM) bantuan USAID, Learning Innovation Loan

(LIL), Urban Quality, City Development Strategy (CDS), dan Urban Sector

Development Reform Program (USDRP) yang mendapat bantuan Bank Dunia,

serta beberapa bantuan program lainnya yang hingga saat ini masih berlangsung.

4.1 Operasionalisasi Kebijakan

Pembangunan perkotaan di Indonesia telah mengacu pada kebijakan nasional

dengan muatan yang mengandung prinsip-prinsip good governance sebagaimana

telah dibahas sebelumnya. Dalam operasionalisasinya, kebijakan tersebut perlu

dijabarkan dalam suatu program-program dan kegiatan-kegiatan terinci yang

mudah untuk dilaksanakan di lapangan.

Ruang lingkup kegiatan yang tercakup di dalam program-program good

governance pada umumnya adalah: (i) kegiatan capacity buiding bagi pemerintah

daerah, yang mencakup peningkatan kapasitas kelembagaan dan sumber daya

manusia, misalnya pelatihan dan training; (ii) pengembangan sistem informasi; (iii)

bantuan advokasi dan pendampingan dalam rangka pemberdayaan masyarakat;

dan (iv) bantuan teknis peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan

infrastruktur publik, misalnya pelayanan air bersih, sanitasi lingkungan, jalan

lingkungan, penanganan kawasan kumuh, dan sebagainya.

Jauh sebelum dana luar negeri mendesakkan program good governance ke

Indonesia, pemerintah telah menangani pembangunan perkotaan dengan

pendekatan “tri bina” yang mencakup komponen penanganan infrastruktur

lingkungan fisik, komponen sosial dalam bentuk pemberdayaan masyarakat, serta

komponen ekonomi dalam bentuk penyediaan kredit dan dana bergulir untuk

usaha kecil. Program yang menganut prinsip Pembangunan Berkelanjutan ini

telah diterapkan dalam berbagai program penanganan kawasan perkotaan,

Page 21: PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN … · sistem administrasi pemerintahan atau manajemen pembangunan. Good ... ekonomi masyarakat, serta terjadinya degradasi daya

21

misalnya revitalisasi kawasan kota, dan penanganan kawasan kumuh yang

disebut Kampung Improvement Program (KIP Plus). Program-program seperti ini

dapat dikatakan sebagai cikal bakal pelaksanaan prinsip good governance dalam

pembangunan perkotaan di Indonesia karena memang mengandung 3 komponen

utama Pembangunan Berkelanjutan. Diagram pelaksanaan pembangunan

perkotaan dengan pendekatan good governance dapat dilihat dalam Gambar-4

berikut.

Gambar-4: Pendekatan Good Governance dalam Pembangunan Perkotaan (Public, Private, and Community Partnership)

4.2 Evaluasi Pelaksanaan Good Governance

Pendekatan good governance dalam kenyataannya tidak mudah untuk

diterapkan. Berbagai kendala dan hambatan telah menghadang dalam proses

penerapannya, sehingga jiwa good governance yang termuat di dalam kebijakan

pembangunan perkotaan tidak bisa dengan mudah disosialisasikan ke daerah.

Berbagai kendala tersebut di antaranya adalah:

MANUSIA (Keluarga)

USAHA LINGKUNGAN

Good Governance

& Management

INVESTASI

• Pemberdayaan • Pendampingan • Pendidikan/Pelatihan • Cohesiveness

• Kredit Kecil • Pembinaan

UKM • Dana

Bergulir

MASYARAKAT

DUNIA USAHA PEMERINTAH

• Networking System • Good Management • Transparansi • Akuntabilitas

(Diperlukan untuk Menggerakkan kehidupan sosial ekonomi)

• Prasarana Sosek • Sarana Sosial Ekonomi • Utilitas Umum • Upgrading Slum Area • Revitalisasi • Urban- Rural Services

Page 22: PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN … · sistem administrasi pemerintahan atau manajemen pembangunan. Good ... ekonomi masyarakat, serta terjadinya degradasi daya

22

• Ketiadaan Konsensus (legal formal) antar instansi pusat dan daerah

tentang rumusan kebijakan pembangunan perkotaan. Meskipun rumusan

kebijakan dan strategi pembangunan perkotaan telah disiapkan, pada

prakteknya rumusan tersebut belum pernah dituangkan dalam suatu

produk legal formal, misalnya peraturan pemerintah, peraturan presiden,

peraturan menteri, dan sebagainya. Bentuk pengaturan legal formal ini

diperlukan oleh instansi pemerintah, karena kebijakan tersebut akan

dilaksanakan oleh berbagai instansi pemerintah pusat maupun daerah

untuk menjalankan peran dan fungsinya masing-masing. Usaha-usaha

untuk menformalkan sudah pernah dilakukan dengan melibatkan instansi

terkait, melalui berbagai rapat koordinasi, rapat Tim Teknis, dan

sebagainya, akan tetapi produk final sebagai konsensus kebijakan nasional

pembangunan perkotaan tidak pernah terwujud. Akibatnya, kebijakan ini

tidak memperoleh legitimasinya yang diperlukan sebagai acuan

pembangunan perkotaan terutama di daerah.

• Situasi ini barangkali juga disebabkan oleh ketidak-jelasan pembagian

kewenangan antar instansi pemerintah pusat maupun daerah dalam

rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi pembangunan.

Pembagian kewenangan telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 25

Tahun 2000 berdasarkan Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah. Peraturan dan perundangan di atas

pelaksanaannya masih sulit karena terjadinya permasalahan perbedaan

pemahaman antar instansi pemerintah pusat maupun antara pusat dan

daerah, sehingga menimbulkan tumpang tindihnya kewenangan dalam

pelaksanaan kebijakan termasuk pengaturan hak-hak eksploitasi sumber

daya alam. Masalah otonomi daerah ini kemudian diatur kembali melalui

terbitnya Undang-undang No. 32 tahun 2004, sehingga ada revisi dan

perbaikan kejelasan tentang pembagian tugas dan kewajiban antar instansi

pemerintah. Akan tetapi peraturan pemerintah No. 25 Tahun 2000 belum

direvisi, sehingga situasi ketidak-jelasan kewenangan ini masih belum

sepenuhnya bisa diselesaikan.

• Keterkaitan yang lemah antara jakstra pusat-jakstra daerah. Ketiadaan

keterkaitan program pembangunan antara pusat dengan daerah yang

Page 23: PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN … · sistem administrasi pemerintahan atau manajemen pembangunan. Good ... ekonomi masyarakat, serta terjadinya degradasi daya

23

terjadi sejak berakhirnya rezim Orde Baru, telah memperlemah efektivitas

pembangunan perkotaan secara nasional. Pada masa sebelumnya,

pembangunan nasional, yang dilaksanakan oleh pusat maupun daerah,

secara keseluruhan mengacu pada satu arah dan kebijakan yang diatur

dalam dokumen Repelita-I sampai dengan Repelita-IV, yang mengatur

secara rinci arah kebijakan, strategi pembangunan, program-program dan

kegiatan, hingga pada penetapan sasaran dan lokasinya. Maka pada era

1998 hingga awal 2004, dokumen Propenas (Program Pembangunan

Nasional) tidak mengharuskan daerah untuk mengikutinya sebagai acuan

pembangunan di daerah. Dibayangi oleh eforia reformasi politik dengan

pemahaman yang berbeda menyangkut penerapan kebijakan otonomi

daerah dan desentralisasi pembangunan, mengakibatkan ketiadaan

sinkronisasi dan koordinasi antara program pembangunan sektor dengan

pembangunan daerah. Karena ketiadaan landasan perangkat hukum,

maka bagi daerah, program pembangunan jangka menengah daerah tidak

perlu disinkronkan dengan program pusat. Misi dan kebijakan pusat yang

mengandung jiwa good governance dengan sendirinya tidak tersebar ke

daerah.

• Sosialisasi Terbatas. Sosialisasi kebijakan pembangunan perkotaan tidak

dilakukan secara merata ke seluruh instansi terkait di pusat dan daerah

maupun ke masyarakat, sehingga kebijakan tersebut tidak tersebar ke

setiap aparat dan instansi yang terlibat dalam proses pembangunan

perkotaan. Ketiadaan landasan legal formal untuk kebijakan tersebut

mengakibatkan rumusan tersebut tidak dapat tersosialisasi secara bebas

sehingga tidak dipahami secara seragam dan merata oleh segenap

tingkatan birokrasi di pusat, di daerah, dan seluruh stakeholders.

Barangkali karena status yang belum legal formal, mengakibatkan instansi

yang berkepentingan dengan penyelenggaraan kebijakan ini menjadi

kurang “percaya diri” untuk mendistribusikannya ke masyarakat luas.

Distribusi dilakukan hanya di lingkungan terbatas di pusat dan daerah, dan

hanya dilakukan pada kesempatan tertentu. Sosialisasi terbatas ini

dengan sendirinya mengurangi kesempatan terdistribusinya jiwa good

governance ke instansi terkait dan masyarakat.

Page 24: PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN … · sistem administrasi pemerintahan atau manajemen pembangunan. Good ... ekonomi masyarakat, serta terjadinya degradasi daya

24

• Skala pelaksanaan relatif kecil. Keterbatasan kemampuan anggaran

pemerintah ikut menghambat tersosialisasinya pendekatan good

governance sehingga tidak segera tersebar ke seluruh pelosok tanah air.

Dengan luas negara Indonesia yang sedemikian besar, mendistribusikan

pendekatan ini secara terus menerus ke daerah tentu membutuhkan

sumber daya, terutama dana, yang sangat besar. Keterbatasan ini

mengakibatkan komponen capacity building yang dimuati prinsip good

governance seringkali kurang memperoleh prioritas dalam alokasi

anggaran pemerintah. Alokasi komponen bantuan teknis ini memang pada

umumnya kecil dan komponen ini hanya diperlakukan sebagai pelengkap

terhadap komponen utama, misalnya pembangunan fisik infrastruktur.

Bagi instansi auditor pun, komponen capacity building kurang memperoleh

perhatian yang cukup karena memang indikator komponen ini relatif lebih

sulit diukur tingkat keberhasilannya dibandingkan dengan mengukur

indikator komponen utama yang bersifat fisik. Indikator yang biasa dipakai

untuk komponen capacity building misalnya jumlah paket pelatihan, jumlah

peserta, jumlah jam pelatihan, dan sebagainya. Padahal, efektivitasnya

kegiatan ini harus dilihat dari tingkat pemahaman seseorang dan seberapa

jauh prinsip good governance dari hasil pelatihan berpengaruh terhadap

perilakunya dalam bekerja dan bersikap sehari-hari dalam menjalankan

kinerja instansinya, suatu hal yang memang relatif sulit diukur.

Page 25: PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN … · sistem administrasi pemerintahan atau manajemen pembangunan. Good ... ekonomi masyarakat, serta terjadinya degradasi daya

25

BAB V

ALTERNATIF SOLUSI

Dari evaluasi nampak bahwa penerapan pendekatan good governance

yang terkandung dalam kebijakan pembangunan perkotaan ini masih menghadapi

kendala, di antaranya adalah ketiadaan konsensus antar instansi terkait, ketidak-

jelasan pembagian kewenangan antara instansi pusat dan daerah, ketiadaan

keterkaitan kebijakan di pusat dengan di daerah, sosialisasi yang tidak mencukupi,

dan skala penerapan yang terbatas. Dengan demikian diperlukan adanya suatu

alternatif lain yang dapat memberikan solusi dan dapat memperkuat dan

memperluas penerapan good governance dalam pelaksanaan kebijakan

pembangunan perkotaan. Beberapa alternatif yang bisa ditawarkan di antaranya

adalah:

5.1 Penyempurnaan Perangkat Peraturan dan Perundangan

Salah satu alternatif yang ditawarkan adalah penyempurnaan perangkat

peraturan dan perundangan yang mengatur pembagian kewenangan, mekanisme

pelaksanaan, dan mekanisme kontrolnya. Bagi instansi pemerintah di pusat

maupun di daerah, keberadaan landasan hukum ini sangat penting agar suatu

kebijakan dapat dilaksanakan dengan efektif di lapangan. Segera merumuskan

dan menerbitkan peraturan dan perundangan yang diperlukan dalam pelaksanaan

kebijakan pembangunan perkotaan, merupakan kunci awal keberhasilan agar

kebijakan ini dapat dijalankan. Keberadaan Undang-undang Nomor 25 Tahun

2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah memberikan

sumbangan karena Undang-undang ini mencoba mengkaitkan keseluruhan

proses pembangunan dari tingkat daerah hingga nasional dan kemudian

dihubungkan dengan proses penganggarannnya. 2 Kemudian yang perlu segera

diterbitkan di antaranya adalah revisi Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun

2000, yang mengatur pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan

2 Pada masa sebelumnya, pengaturan tentang proses perencanaan pembangunan ini cukup diatur dalam suatu peraturan setingkat menteri yaitu oleh Menteri Dalam Negeri.

Page 26: PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN … · sistem administrasi pemerintahan atau manajemen pembangunan. Good ... ekonomi masyarakat, serta terjadinya degradasi daya

26

pemerintah daerah, serta peraturan-peraturan operasional lain yang mengatur

pelaksanaan otonomi daerah.

Penegakan hukum menjadi langkah penting berikutnya agar segala peraturan

perundangan yang disusun dapat dilaksanakan dan dipatuhi oleh semua pihak

terkait dalam proses pembangunan perkotaan. Law enforcement yang selama ini

menjadi titik kelemahan bagi administrasi pemerintahan dan pembangunan di

Indonesia sudah waktunya diakhiri meski pun hal ini tidak mudah dilakukan dan

memerlukan waktu yang panjang. Penerapan melalui komitmen tinggi dari para

pemimpin birokrasi serta instansi yang membidangi pelaksanaan tertib hukum

akan menjadi pendorong utama proses ini.

5.2 Reformasi Birokrasi

Birokrasi pemerintah saat ini mempunyai ciri-ciri, yaitu postur yang besar,

kualitas sumber daya manusia yang rendah, mempunyai kinerja yang lamban dan

tidak produktif, tidak efisien, etos kerja yang rendah dengan sikap mental “minta

dilayani” dari pada melayani masyarakat. Situasi seperti ini terjadi tidak hanya di

daerah, tetapi juga di pusat. Salah satu wujud dari sikap tidak produktif ini,

misalnya, suatu kebijakan pembangunan perkotaan tidak pernah bisa dirumuskan

dan dilegalisasikan dalam suatu produk hukum yang mengikat bagi semua

stakeholders. Berbagai forum pembahasan, rapat kerja, dan berbagai pertemuan

tim pengarah dan tim teknis yang melibatkan instansi terkait tidak pernah berani

menghasilkan suatu produk kebijakan nasional. Yang sering terjadi adalah suatu

instansi bersikap mengulur-ulur waktu atau sama sekali tidak memberikan

tanggapan terhadap bagian dari draft rumusan kebijakan yang terkait dengan

bidang tugasnya. Adalah suatu kebiasaan birokrasi pemerintahan Indonesia,

bahwa suatu keputusan sering harus dilakukan secara kolektif antar instansi

terkait. Karena sikap ini, maka seringkali suatu instansi tidak merasa perlu untuk

segera menetapkan keputusan atau kebijakan dan lebih menyukai untuk

menunggu dorongan atau reaksi dari instansi lainnya. Pada situasi lain, bila suatu

instansi tidak menyetujui rancangan kebijakan, hal tersebut jarang disampaikan

secara terbuka apalagi formal. Yang dilakukan adalah dengan bersikap diam

atau tidak bersikap, sehingga instansi yang menyiapkan rancangan kebijakan

menunggu-nunggu sehingga rancangan kebijakan menjadi terkatung-katung dan

Page 27: PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN … · sistem administrasi pemerintahan atau manajemen pembangunan. Good ... ekonomi masyarakat, serta terjadinya degradasi daya

27

tidak pernah selesai dilegalkan sebagai suatu produk hukum mengikat.

Permasalahan lain yang perlu diperhatikan adalah rendahnya alokasi dana

operasional (overhead) instansi pemerintah dan rendahnya tingkat kesejahteraan

(salary) pegawai negeri. Kondisi ini, harus diakui, mendorong pegawai

pemerintah mencari penghasilan tambahan, di antaranya dengan menguasai

kewenangan-kewenangan yang berpotensi menghasilkan sumber dana tambahan

bagi instansinya maupun kepentingan individual. Di pusat, misalnya, ketidak-

jelasan pembagian kewenangan terkait pembangunan perkotaan tidak semata-

mata akibat ketidak-lengkapan perangkat peraturan dan perundangan, akan tetapi

pada tingkatan tertentu diakibatkan oleh keinginan instansi-instansi untuk

mempunyai kewenangan yang notabene tidak sesuai dengan tugas pokok dan

fungsi (tupoksi) instansinya sebagaimana dirumuskan dalam peraturan

perundangan yang menetapkannya. Keinginan yang terselubung adalah

memegang kewenangan tertentu agar instansi tersebut dapat menguasai proyek-

proyek pembangunan perkotaan yang dapat menghasilkan sumber pendanaan

besar. Kondisi seperti ini menghasilkan kekisruhan tugas dan tarik menarik

kewenangan antar instansi, di mana suatu fungsi yang “basah” cenderung

diminati oleh banyak instansi sedangkan yang “kering” akan diabaikan atau tidak

ada yang mengurus.

Dalam situasi birokrasi seperti tersebut, pembinaan ke arah good governance

tidak akan menghasilkan suatu dampak yang efektif dan bersifat menyeluruh.

Birokrasi Indonesia dari daerah hingga pusat memerlukan reformasi yang

mendasar, hal ini meliputi sistem rekruitmen, sistem penggajian, sistem karier,

pembinaan etos kerja, dan sebagainya. Dengan dilakukannya reformasi ini, maka

diharapkan terjadi suatu peningkatan kinerja pemerintah di pusat maupun di

daerah. Birokrasi pemerintah perlu dibuat dengan postur yang lebih ramping,

lebih profesional, efisien dan efektif, dan bekerja dengan tujuan mengabdi kepada

masyarakat.

5.3 Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah

Tuntutan pembangunan perkotaan pada masa mendatang masih akan

berkisar pada pembangunan pelayanan publik, mendorong pembangunan ekonomi

lokal, upaya mengurangi kemiskinan, dan penyelenggaraan pemerintahan yang

Page 28: PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN … · sistem administrasi pemerintahan atau manajemen pembangunan. Good ... ekonomi masyarakat, serta terjadinya degradasi daya

28

baik. Dengan kata lain, kapasitas yang diperlukan bagi daerah, khususnya dalam

pengembangan kota adalah suatu urban development management reform

(UDMR). Lingkup UDMR ini tidak hanya pembangunan prasarana dan sarana

perkotaan, tetapi juga menyangkut kemampuan manajemen fiskal, kewiraswastaan,

komunikasi/informasi dan pengembangan masyarakat.

Untuk itu, perlu pengembangan kapasitas manajemen pembangunan daerah

dalam mewujudkan kemandirian daerah paling tidak akan meliputi 3 hal, yaitu

pengembangan kapasitas perencanaan, kapasitas keuangan serta kapasitas

SDM dan kelembagaan.

• Pengembangan Kapasitas Keuangan: Di samping hal-hal indikator

manajemen, pelayanan, dan good governance, adalah soal keuangan.

Apabila kondisi keuangan daerah baik, aksesibel dan informatif; maka postur

pembangunan daerah juga baik; sebaliknya apabila kondisi keuangan kurang

baik dan acak, maka akan terjadi hal sebaliknya. Oleh karena itu, perhatian

terhadap peningkatan kapasitas di bidang keuangan sangatlah krusial, di mana

akuntabilitas manajemen yang transparan akan dengan mudah dapat diawasi

dan dinilai kinerjanya. Dengan demikian, peningkatan kapasitas manajemen

keuangan merupakan bagian kunci untuk mewujudkan good govenance.

• Pengembangan Kapasitas SDM dan Kelembagaan: Dalam upaya

pengembangan kapasitas, pendekatan yang dilakukan haruslah "demand

driven" dari pada "supply driven". Untuk itu, pengetahuan mengenai

kebutuhan bermacam-macam dari banyak daerah haruslah diidentifikasi.

Kebutuhan peningkatan kapasitas daerah haruslah sesuai dengan

permasalahan yang dihadapi oleh daerah bersangkutan sehingga upaya

peningkatan kapasitas menjadi solusi bagi permasalahan yang dihadapi.

Sesuai dengan karakteristik daerah, permasalahan daerah juga bermacam-

macam. Namun demikian, berdasarkan kronologis perubahan yang terjadi baik

globalisasi, krisis, dan perubahan sistem pemerintahan, permasalahan yang

pokok adalah pada tataran ekonomi, lebih khusus lagi adalah masalah

pengangguran dan kemiskinan, di samping masalah pelayanan publik.

Permasalahan semacam ekonomi dan pelayanan publik sifatnya multidisiplin.

Dengan demikian, pendekatannya lebih kepada peningkatan kapasitas

manajerial dari pada teknikal. Pendekatan manajerial ini, selain sifatnya

Page 29: PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN … · sistem administrasi pemerintahan atau manajemen pembangunan. Good ... ekonomi masyarakat, serta terjadinya degradasi daya

29

komprehensif, harus ditopang sistem kelembagaan yang kondusif dan baik.

Untuk itu penciptaan situasi yang kondusif, melalui prinsi-prinsip good

governance harus dilakukan secara sistematis dan gradual.

Untuk itu, beberapa faktor yang harus diperhatikan untuk mendukung keberhasilan

pelaksanaan Good Governance, antara lain :

• Pendekatan kesejahteraan, yaitu pemberian fasilitas/kesejahteraan yang

baik;

• Adanya pimpinan yang jadi panutan atau contoh;

• Pemberian reward dan punishment

• Pemberian motivasi, melalui pendekatan mental spiritual dan sistem

pendidikan dan latihan.

5.4 Pemberdayaan Masyarakat

Penyelenggaraan pembangunan perkotaan yang berkelanjutan harus

melibatkan partisipasi masyarakat dan stakeholder lain yang bertindak sebagai

penggerak atau yang bisa disebut dengan pendekatan “community driven

planning”. Melalui pendekatan ini masyarakat akan menjadi stakeholder utama

atau sebagai “sumber bertindak” dan pemerintah akan menjadi fasilitator.

Stakeholder yang dimaksud adalah seluruh komponen masyarakat perkotaan

yang terdiri dari unsur-unsur masyarakat, usaha swasta, perguruan tinggi

setempat, pemerintah daerah, wakil legislatif, serta lembaga non-pemerintah.

Dalam prakteknya saat ini di beberapa proyek percontohan, keterlibatan

stakeholder sebagai usaha untuk mewujudkan good governance dalam

pengelolaan perkotaan belum terjadi sebagaimana diharapkan. Berbagai usaha

perlu dilakukan untuk mensosialisasikan dan membina keterlibatan stakeholder

dalam pengelolaan perkotaan. Salah satu wujud yang disarankan adalah

pembentukan “forum kota” yang berfungsi sebagai wadah masyarakat dan

sebagai mitra untuk memberikan masukan dan saran berkenaan dengan

pengelolaan sumber daya baik yang berupa keuangan, manusia, serta ruang dan

lahan sebagai sumber daya fisik yang dimiliki suatu kota. “Forum Kota” juga akan

berfungsi sebagai pengawas bagi pelaksanaan pengelolaan perkotaan, sehingga

arah dan sasaran pengelolaan perkotaan tetap sesuai dengan kesepakatan antar

unsur-unsur stakeholder di kota yang bersangkutan.

Page 30: PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN … · sistem administrasi pemerintahan atau manajemen pembangunan. Good ... ekonomi masyarakat, serta terjadinya degradasi daya

30

BAB VI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Penerapan prinsip-prinsip good governance di Indonesia telah

dilaksanakan terutama sejak berakhirnya rezim Orde Baru sekitar tahun 1998, di

mana reformasi sosial politik dan ekonomi telah dilakukan oleh pemerintah, di

antaranya melalui kebijakan peningkatan otonomi daerah dan desentraliasi

pembangunan. Bersamaan dengan hal tersebut, maka suatu kebijakan

pembangunan perkotaan telah dirumuskan oleh pemerintah dan memuat

kebijakan tersebut di atas serta prinsip-prinsip good governance.

Pemerintah telah menerapkan kebijakan pembangunan perkotaan, yang memuat

pendekatan good governance, melalui berbagai program dan kegiatan capacity

building yang dibiayai dari dana pemerintah sendiri yaitu APBN dan APBD daerah.

Secara simultan, program-program khusus yang mempromosikan good

governance dengan dana pinjaman maupun hibah luar negeri juga dilaksanakan

oleh berbagai lembaga bantuan asing dan dilaksanakan di berbagai daerah

sebagai proyek-proyek percontohan.

Dari evaluasi pelaksanaan kebijakan pembangunan perkotaan dengan program-

program yang bermuatan prinsip-prinsip good governance, nampak bahwa

permasalahan penerapan good governance terutama terletak pada: (i) ketiadaan

konsensus antar instansi terkait sehingga rumusan kebijakan pembangunan

perkotaan tidak pernah memeperoleh legitimasinya, karena kebijakan tersebut

belum diwujudkan dalam suatu produk legal formal; (ii) ketidak-jelasan pembagian

kewenangan antar instansi terkait; (iii) keterkaitan yang lemah antara kebijakan

pusat dengan kebijakan daerah;(iv) sosialisasi yang terbatas; serta (v) skala

pelaksanaan program-program good governance yang terbatas.

Berdasarkan evaluasi terhadap kelemahan-kelemahan penerapan prinsip good

governance, maka telah diusulkan beberapa alternatif solusi, yaitu sebagai berikut:

(i) penyempurnaan perangkat peraturan dan perundangan; (ii) reformasi birokrasi

Page 31: PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN … · sistem administrasi pemerintahan atau manajemen pembangunan. Good ... ekonomi masyarakat, serta terjadinya degradasi daya

31

pemerintah; (iii) peningkatan kapasitas pemerintah daerah; serta (iv)

pemberdayaan masyarakat.

5.2 Rekomendasi

Dari uraian-uraian di atas, maka dapat diberikan suatu rekomendasi bahwa

penegakan good governance di Indonesia sebenarnya terletak pada masalah

kesadaran dan komitmen moral dari pemimpin-pemimpin masyarakat yang telah

dipilih dan diberi kepercayaan oleh masyarakat untuk memimpin mereka. Namun

demikian, membuat komitmen untuk mewujudkan good governance perlu

diperhatikan beberapa hal, yaitu sebagai berikut::

(i) Good Governance harus merupakan produk dan hasil dari suatu totalitas

pembangunan yang bersifat multidimensional. Good Governance tidak dapat

diwujudkan kalau tidak diperhitungkan segi pembangunan ekonomi dan

kesejahteraan masyarakat. Adalah sulit mewujudkan good governance tanpa

melihat dampak pendidikan, baik pendidikan formal melalui sekolah maupun

pendidikan dalam lingkungan masyarakat. Adalah suatu pemikiran yang keliru

apabila beranggapan bahwa Good Governance dapat diciptakan melalui suatu

proyek yang meletakkan good governance sebagai maksud dan tujuannya.

(ii) Good Governance harus merupakan produk dari suatu sistem dari

suatu masyarakat secara keseluruhan. Tidak mungkin diciptakan good

governance hanya di suatu daerah atau kota atau kabupaten saja, apabila tidak

terdapat good governance dalam sistem tatanan nasional secara keseluruhan.

Tidak mungkin pula menciptakan good governance hanya di suatu departemen

atau instansi, tanpa komitmen dari keseluruhan instansi pemerintahan, dan lebih

mustahil apabila ingin menciptakan good governance hanya di suatu proyek.

(iii) Good Governance merupakan komitmen bangsa dan hanya dapat

diwujudkan melalui pemimpin- pemimpin yang menghargai nilai-nilai, menjadi

panutan, dan secara aktif mengupayakan penciptaan good governance dalam

lingkungan tugas masing-masing. Dengan demikian, good governance tidak

dapat di-impor dari luar dan sulit diharapkan dapat terwujud hanya karena,

misalnya, adanya bantuan teknis dari luar negeri, yang ingin menerapkan nilai-

nilai good governance yang bersifat universal.

Page 32: PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN … · sistem administrasi pemerintahan atau manajemen pembangunan. Good ... ekonomi masyarakat, serta terjadinya degradasi daya

32

Di lingkungan pemerintah daerah, Good Governance harus merupakan komitmen

dari pimpinan, dalam hal ini adalah para pimpinan kota atau instansi di daerah.

Wujud komitmen ini dapat dalam bentuk-bentuk sebagai berikut: (i) Komitmen

harus dicerminkan dalam visi pembangunan kota, yaitu bagaimana suatu kota

dapat menciptakan good governance bersamaan dengan wajah kota yang ‘layak

huni’ (livable), mandiri, melayani masyarakatnya, serta memiliki kelayakan atau

kredibilitas dalam suatu suasana pembangunan yang berkelanjutan; (ii) Komitmen

tersebut harus diwujudkan melalui penerapan konsep manajemen kota yang tepat.

Konsep manajemen harus dapat melihat semua permasalahan pembangunan

kota secara multidimensional, tidak hanya terfokus pada salah satu segi atau

bidang permasalahan saja. Salah satu bagian yang strategis dari fungsi

manajemen kota adalah kemampuan kota untuk mengelola semua sumber daya

yang dimiliki kota tersebut, baik sumber daya yang berupa keuangan, manusia,

serta ruang dan lahan sebagai sumber daya fisik yang dimiliki suatu kota.

Page 33: PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN … · sistem administrasi pemerintahan atau manajemen pembangunan. Good ... ekonomi masyarakat, serta terjadinya degradasi daya

33

DAFTAR LITERATUR

Biasane, Achmad Natsir, 2004. Kajian Perkembangan Agenda 21. Paper matakuliah Perubahan Lingkungann Global, PS-PSL IPB.

Caldwell, Lynton K. 1990. Between Two Worlds: Science, the Environmental Movement and Policy Choice. Cambridge University Press.

Hadi, Sudharto P. 2001, Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan. Gadjah Mada University Press. Yogayakarta.

Inspektorat Jenderal, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2004. Strategi Menuju Pemerintahan yang Bersih (Clean Government), Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Jakarta.

Inspektorat Jenderal, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2004. 10 Prinsip-prinsip Good Governance, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Jakarta.

Kementerian Lingkungan Hidup, 1996. Agenda 21 Strategi Nasional untuk Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta.

Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 2005. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 494/PRT/M/2005 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Perkotaan. Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

Salim, Emil, 1989. Sustainable Development: An Indonesian Perspective. Paper presented at AISEC. Jakarta.

Salim, Emil, 2005. Bahan Matakuliah “Sustainable Development” untuk PS-PSL IPB. Bogor.

Sarosa, Wicaksono, 2002. A Framework for the Analysis of Urban Sustainability. Urban and Regional Development Paper Series, No. 2. URDI, Jakarta.

Sustainable Development International: http://www.sustdev.org.

World Commission on Environment and Development (WCED), 1987. Our Common Future. Oxford University Press, New York, USA.