Upload
others
View
21
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENERAPAN METODE BAGDADI DALAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-
QURˊAN DI PPQ AL-MUHAJIRIN BUKIT PAMULANG
INDAH
Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd)
Oleh:
Nenden Fachriyah
NIM. 12311124
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN JAKARTA
1437 H / 2016 M
iv
MOTTO
“Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan,
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
“Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi
orang lain”
v
KATA PENGANTAR
Bismillâhirrahmânirrahîm
Alhamdulillah, Puji serta syukur penulis limpahkan
hanya kepada Allah SWT. yang senantiasa telah melimpahkan
segala rahmat dan karunia-Nya, membimbing penulis untuk
selalu berusaha dan berpikir positif hingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada junjungan suri tauladan manusia Nabi
Muhammad SAW. semoga syafaatnya selalu tercurah kepada
kita hingga akhir nanti. Âmîn.
Setelah melalui proses yang cukup panjang akhirnya
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Penerapan
Metode Bagdadi dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca
Al-Qurˊan di PPQ Al-Muhajirin Bukit Pamulang Indah”
dengan arahan, bantuan, motivasi serta bimbingan dari semua
pihak baik secara materi mapupun non materi serta doa. Untuk
itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Rektor Institut Ilmu Al-Qurˊan (IIQ) Jakarta Ibu DR.
Hj. T. Yanggo, MA.
vi
2. Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qurˊan (IIQ)
Jakarta, Ibu Hj. Umi Khusnul Khotimah, MA.
3. Ibu Hj. Romlah Widayati, M.Ag selaku dosen
pembimbing yang dengan ketelatenan dan
kesabarannya telah bersedia membimbing penulis
dalam menyusun skripsi, sehingga dapat terselesaikan
sebagai sarana untuk mendapatkan gelar sarjana strata
satu (S.Pd.I) di Institut Ilmu Al-Qurˊan (IIQ) Jakarta.
4. Seluruh Instruktur tahfidz Al-Qurˊan yang telah
membimbing dengan sabar dan memberikan motivasi
kepada penulis untuk senantiasa istiqamah menghafal
Al-Qurˊan dan mengamalkannya.
5. Seluruh dosen Fakultas Tarbiyah yang telah menransfer
ilmunya kepada penulis, semoga senantiasa menjadi
amal kebaikan serta imu yang manfaat dan barakah.
Juga kepada staf Fakultas yang senantiasa membantu
dalam melayani segala kebutuhan penulis dengan baik.
6. Bapak Bambang Cahyono selaku ketua Yayasan Al-
Munawwarah beserta seluruh jajarannya yang telah
membantu dan memberikan kesempatan kepada penulis
dalam melaksanakan penelitian.
7. Kedua orang tua tercinta Bapak Fahrul Muhtadin dan
Mama Neng Teti Herawati yang selalu megiringi
vii
perjalanan penulis dengan cinta dan kasih sayangnya
serta doa yang di panjatkan. Terimakasih atas segala
pengorbanan yang begitu tulus sehingga penulis dapat
merasakan nikmatnya menuntut ilmu hingga sampai
saat ini. Semoga Allah selalu memberkahi keduanya,
diberikan kebahagiaan dunia dan akhirat, serta selalu
dalam naungan dan ridha-Nya.
8. Suamiku tercinta Rizky Rachman, S.Pi. yang senantiasa
mendampingi, mencintai, membimbing dan
memberikan motivasi dalam perjalanan penyusunan
skripsi, serta ridha dan kasih sayangnya. Semoga selalu
menjadi imam terbaik yang shalih dan membimbing
menuju ridha-Nya.
9. Papa Zainal Arifin dan Mama Aisyah Chotib, yang
senantiasa memberikan kasih sayang dan memberikan
motivasi kepada penulis, semoga Allah memberkahi
usia keduanya, selalu dalam naungan dan ridha-Nya,
serta di berikan kebahagiaan dunia dan akhirat.
10. Adik-adik tercinta, M. Iqbal Fauzi, Andini
Fachrissyiami, Chica Salwa Fachira, yang penulis
cintai, senantiasa selalu memberikan keceriaan,
motivasi serta doa kepada penulis, semoga menjadi
anak-anak yang shalih dan shalihah.
viii
11. Kakanda Zainal Mustaqim yang turut membantu serta
memberikan motivasi kepada penulis dalam perjalanan
penulisan skripsi ini, semoga Allah membalas segala
kebaikan dan selalu dalam naungan dan ridha-Nya.
12. Sahabat-sahabat Fakultas tarbiyah A 2012, yang telah
memberikan banyak warna dalam perjalanan menuntut
Ilmu di Institut Ilmu Al-Qurˊan (IIQ) Jakarta hingga
sampai saat ini, semoga persahabatan kita menjadi
persahabatan yang berkah hingga akhirat nanti.
13. Sahabat seperjuangan Institut Ilmu Al-Qurˊan (IIQ)
Jakarta angkatan Tahun 2012, semoga persahabatan
kita menjadi jalinan yang berkah.
14. Dewan Guru serta adik-adik tercinta keluarga besar
PPQ Al-Muhajirin, yang selalu memberikan semangat
dan senyum terbaik di setiap pertemuannya.
15. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tak
dapat di sebutkan satu persatunya, terimakasih banyak
atas bantuan dan jasanya, semoga Allah senantiasa
membalas dan melimpahkan rahmat dan ridha-Nya
untuk kita semua. Aamiin.
Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis, umumnya bagi pembaca. Penulis
ix
menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu, kritik dan saran dari pembaca sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan karya selanjutnya.
Jakarta, 15 Agustus 2016
Penulis
Nenden Fachriyah
x
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan .............................................................. i
Lembar Pengesahan ............................................................. ii
Pernyataan Penulis ............................................................... iii
Kata Pengantar ..................................................................... v
Daftar Isi .............................................................................. x
Abstrak ................................................................................. xiii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah ............................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................. 7
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................... 8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................ 8
E. Tinjau pustaka .......................................................... 10
F. Sistematika Penulisan ............................................... 14
BAB II : KAJIAN TEORI
A. Seputar Metode Bagdadi .......................................... 16
1. Pengertian dan Sejarah Metode Bagdadi ........... 16
2. Karakteristik Metode Bagdadi ........................... 19
3. Kekurangan dan Kelebihan Metode Bagdadi .... 20
xi
B. Kemampuan Membaca Al-Qurˊan ........................... 21
1. Pengertian Kemampuan ..................................... 21
2. Pengertian Membaca Al-Qurˊan ........................ 22
3. Tingkatan dalam Membaca Al-Qurˊan .............. 51
4. Keutamaan Membaca Al-Qurˊan ....................... 55
5. Fungsi Al-Qurˊan ............................................... 58
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................. 65
B. Metode Penelitian .................................................... 65
C. Populasi dan Sampel ................................................ 66
D. Sumber Data ............................................................. 67
E. Teknik Pengumpulan Data ....................................... 67
F. Teknik Analisis Data ................................................ 71
BAB IV : HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pusat Pembelajaran
Al-Qurˊan (PPQ) Al-Muhajirin Bukit
Pamulang Indah ....................................................... 73
B. Deskripsi Data .......................................................... 75
1. Hasil Observasi .................................................. 75
2. Hasil Wawancara ............................................... 76
3. Hasil Penilaian Tes Lisan .................................... 80
xii
BAB V : PENUTUP
A. Simpulan .................................................................. 87
B. Saran ........................................................................ 88
DAFTAR PUSTAKA ......................................................... 89
xiii
ABSTRAK
Nenden Fachriyah, NIM: 12311124 dengan penelitian
yang berjudul “Penerapan Metode Bagdadi dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qurˊan di PPQ Al-
Muhajirin Bukit Pamulang Indah”.
Metode Bagdadi merupakan panduan membaca Al-
Qurˊan tertua yang pada umumnya biasa disebut dengan
metode “Eja”. PPQ (Pusat Pembelajaran Al-Qurˊan) Al-
Muhajirin Bukit Pamulang Indah telah menggunakan Metode
Bagdadi untuk pengenalan dasar huruf-huruf hijaiyah beserta
makhraj dan sifatnya dalam mempelajari bacaan Al-Qurˊan.
Melalui penelitian ini penulis ingin mengetahui penerapan
Metode Bagdadi dalam upaya meningkatkan kemampuan
membaca Al-Qurˊan.
Dari kajian teoritis, penulis memaparkan sejarah
penyusunan, pengertian, karakteristik, serta kekurangan dan
kelebihan seputar Metode Bagdadi. Peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif, teknik pengumpulan datanya
menggunakan wawancara, observasi, dan tes lisan bacaan Al-
Qurˊan . Adapun teknik analisis data penulis melaui triangulasi
data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan
membaca Al-Qurˊan dengan diiringi pembelajaran metode
bagdadi hasilnya cukup baik. Dimana perolehan nilai rata-rata
hasil tes kemampuan membaca Al-Qurˊan dengan skor 61-70
(rendah) kelancaran 7.8%, tajwid 5.2%, dan makhraj 5.2%.
Skor 71-80 (sedang) mencapai nilai kelancaran 18.4%, tajwid
47.3%, dan makhraj 42.1%. Skor 81-90 (tinggi) dengan nilai
kelancaran 73.6%, tajwid 47.3%, dan makhraj 52.6%.
Sistem Transliterasi
Sistem transliterasi ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Institut Ilmu Al-Qurˊan Jakarta” terbitan tahun 2011.
1. Konsonan th : ط a : أ zh : ظ b : ب ‘ : ع t : ت gh : غ ts : ث f : ف j : ج q : ق h : ح k : ك kh : خ l : ل d : د m : م dz : ذ n : ن r : ر w : و z : ز h : ه s : س ` : ء sy : ش y : ي sh : ص dh : ض
2. Vokal Vokal tunggal Fathah : a Kasrah : i Dhammah : u
Vokal Panjang â : أ î : ي û : و Vokal Rangkap ai : ...ي au : ...و
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah telah menurunkan wahyu kepada Nabi
Muhammad SAW. melalui malaikat Jibril berupa Al-
Qurˊan, yaitu firman Allah SWT. bagi siapa saja yang
membacanya merupakan suatu ibadah. Al-Qurˊan
merupakan risalah Allah sebagai pedoman dan petunjuk
untuk seluruh umat manusia.
Manusia, Al-Qurˊan, dan alam semesta merupakan tiga unsur yang tidak dapat dipisahkan. Tanpa manusia, Al-Qurˊan dan alam semesta tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Karena pada hakikatnya Allah SWT. menciptakan alam semesta dan segala isinya diperuntukan bagi manusia. Begitu pula sebaliknya, tanpa alam semesta, manusia tidak akan mampu menjalankan fungsinya sabagai khalifah yang bertugas memakmurkan bumi. Karena sebagai khalifah, manusia berfungsi untuk memelihara dan memakmurkan alam semesta. Akan tetapi, tanpa Al-Qurˊan yang diaplikasikan sebagai pedoman hidup maka akan terjadi kerusakan pada alam semesta dan manusia berada dalam kesesatan, karena Al-Qurˊan merupakan firman Allah yang membimbing manusia ke jalan yang benar dan menciptakan kemaslahatan di muka bumi.1
1 Amirullah Syarbini dan Sumantri Jamhari, Kedahsyatan
Membaca Al-Qur`an, (Bandung: Ruang Kata, 2012), h. 48
2
Al-Qurˊan adalah Kalamullah yang memiliki
sifat-sifat yang agung. Maka siapa yang menginginkan
anugerah besar dari-Nya sudah seharusnya senantiasa
mengisi hari-harinya dengan membaca, mempelajari, serta
mengamalkan kandungannya.
Di dalam Al-Qurˊan terdapat berbagai macam
ilmu untuk di pelajari serta diamalkan. Dijelaskan dalam
wahyu yang pertama, yaitu Q.S. Al-‘Alaq (96): 1-5 yang
menyatakan kewajiban manusia untuk selalu menuntut
ilmu. Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap
orang baik laki-laki maupun perempuan, dari sejak kecil
hingga tutup usia. Hal ini berdasarkan sabda Nabi
Muhammad SAW. “Tuntutlah ilmu dari semenjak buaian
sampai ke liang lahat”.
Perintah menuntut ilmu ini tidak hanya untuk
kepentingan akhirat. Karena Islam sendiri menyerukan
kepada umatnya untuk menyeimbangkan antara kehidupan
dunia dan akhirat. Oleh karena itu, disamping perintah
Allah pada hamba-Nya untuk menuntut ilmu dan
mengamalkan segala sesuatunya di dunia, Allah juga
menyeru atas mereka untuk mempelajari ilmu agama yang
semuanya terkandung dalam Al-Qurˊan dan hadits.
3
Membaca Al-Qurˊan merupakan ibadah yang
tidak di tentukan oleh batas usia dan waktu. Belajar dan
mengajarkan Al-Qurˊan merupakan hal yang pokok dalam
Islam. Baik usia dini, remaja, dewasa, bahkan usia lanjut.
Sebaik-baik dari kita adalah yang mau belajar Al-Qurˊan
dan mengajarkannya. Sabda Rasulullah SAW.
ثنا شعبة قال: أخبرنى علقمة بن مرثد اج بن منھال حد حدثنا حج
لمى عن عثمان حمن الس سمعت سعد بن عبیدة عن ابى عبد الر
خیركم من تعلم قال: رضي الله عنھ عن النبي صل الله علیھ وسلم
حمن في إمرة عثمان حتى كان القرآن وعلمھ قال وأقرأ أبو عبد الر
اج قال وذاك الذي أقعدني مقعدي ھذا الحج
“Orang yg paling baik di antara kalian adalah seorang yang belajar Al-Qurˊan dan mengajarkannya. Abu Abdirrahman membacakan (Al-Qur’an) pada masa Utsman hingga Hajjaj pun berkata, Dan hal itulah yg menjadikanku duduk di tempat dudukku ini.” (HR. Bukhari)2
Firman Allah SWT.
2 Al Imam Al Hafizh Ibnu Hajar al ‘Asqolani, Fathul Baari bi
Syarhi Shohih al Bukhari, (Mesir: Darul Hadits, 2004) cet. 9, h, 85
4
”Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami Telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.” (Q.S. Al-Qiyamah[75]: 17-18).
Mengajarkan Al-Qurˊan sejak dini merupakan hal
yang pokok. Hal ini dikarenakan keadaan otak pada anak
usia dini masih fresh untuk menerima apa-apa yang
ditangkapnya. Hendaknya anak lebih banyak dikenalkan
pada amalan kebaikan dan pendidikan yang bermanfaat
pada usianya yang lebih dini agar ia senantiasa terbiasa
dengan kebaikan. “Agar anak didik dibesarkan dalam
nuansa fitrah yang putih lagi bersih dan kalbu mereka telah
diisi terlebih dahulu oleh cahaya hikmah sebelum hawa
nafsu menguasai dirinya yang akan menghitamkannya
karena pengaruh kekeruhan, kedurhakaan, dan kesesatan.”3
Secara fitrah seorang anak diciptakan dalam
keadaan siap untuk menerima kebaikan atau keburukan
tergantung pada kedua orang tuanya yang kelak merubah
dan akan membimbingnya untuk cenderung pada salah satu
dari keduanya.
“Dalam pandangan Islam, fitrah adalah potensi
yang dapat dikembangkan melalui peranan lingkungan,
3 Bahrun Abu Bakar Ihsan Zubaidi, Tahapan Mendidik Anak, (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2005), h. 410
5
entah lingkungan keluarga, sekolah, atau masyarakat. Oleh
karena itu, peranan pendidikan sangat signifikan dalam ikut
menumbuhkembangkan fitrah yang dibawa sejak anak
dilahirkan.”4 Hal ini jelas menekankan bahwa lingkungan
dan pendidikan sangat berpengaruh dalam pembentukan
karakter anak, akan menjadi seperti apa nantinya.
“Perkembangan agama pada anak sangat
ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang telah atau
sedang dilaluinya, terutama pada masa-masa pertumbuhan
yang pertama yaitu masa anak-anak yang dimulai dari umur
0-12 tahun.”5 Di usia ini lah anak masih semangat mencari
pengetahuan baru dan selalu memiliki rasa ingin tahu.
Sesungguhnya belajar Al-Qurˊan itu sesuatu yang
mudah, tidak ada kata sulit dalam mempelajari Al-Qurˊan
selama ada kemauan. Niat dan tekad belajar dengan
sungguh-sungguh serta meluangkan waktu untuk belajar
adalah kunci utama untuk sukses membaca Al-Qurˊan
dengan baik dan benar.
4Syaiful Bahri Djamarah, Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi
dalam Keluarga, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2014), h. 172 5Nafia Wafiqni dan Asep Ediana, Psikologi Perkembangan Anak
Usia MI/SD, (Jakarta: UIN Press,2015), h. 242
6
“Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar[54]: 17).
Dalam belajar membaca Al-Qurˊan terdapat
kaidah dan aturan tersendiri. Biasanya di awali dengan
pengenalan huruf serta makhraj (tempat keluar) nya
kemudian harakat serta tajwidnya. Terdapat berbagai
macam metode dalam mengaplikasikan kaidah-kaidah
tersebut dalam mempelajari Al-Qurˊan.
Upaya memacu minat belajar Al-Qurˊan dan
untuk mempermudah proses belajar mengajar Al-Qurˊan,
diperlukan metode yang tepat, efektif dan efisien.
Penggunaan metode yang tepat dalam proses belajar
mengajar merupakan salah satu faktor pendukung demi
tercapainya tujuan keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
Terdapat berbagai macam metode dalam pengembangan
pembelajaran Al-Qurˊan ini, diantaranya Metode
Bagdadiyah, metode ummi, metode hattaiyah, metode iqra,
metode al-barqy, dan sebagainya. Disini penulis akan
meneliti mengenai salah satu penggunaan metode yaitu
bagdadi.
Pusat Pembelajaran Al-Qurˊan (PPQ) Al-
Muhajirin Bukit Pamulang Indah merupakan lembaga non
7
formal yang memberikan perhatian dalam pengembangan
pendidikan Al-Qurˊan. Menghidupkan kegiatan belajar Al-
Qurˊan di lingkungan sekitar dengan beranggotakan peserta
didik tanpa batasan usia. Dimulai dari usia dini, remaja,
dewasa, hingga usia lanjut. Oleh Karena itu peneliti ingin
mengetahui bagaimana perkembangan prestasi peserta
didik dalam belajar Al-Qurˊan.
Berdasarkan latar belakang ini, maka penulis akan
melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Metode
Bagdadi Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-
Qurˊan Di PPQ Al-Muhajirin Bukit Pamulang Indah”
B. Identifikasi Masalah
Terkait dengan latar belakang masalah tersebut,
maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut.
1. Pelaksanaan Metode Bagdadi dalam meningkatkan
kemampuan membaca Al-Qurˊan di PPQ Al-Muhajirin
Bukit Pamulang Indah.
2. Faktor penghambat dan pendukung dalam keberhasilan
membaca Al-Qurˊan anak dengan Metode Bagdadi.
3. Sejauh mana peran penerapan Metode Bagdadi dalam
meningkatkan kemampuan membaca Al-Qurˊan.
4. Efektifitas Metode Bagdadi dalam meningkatkan
kemampuan membaca Al-Qurˊan.
8
5. Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
membaca Al-Qurˊan.
6. Hubungan antara Metode Bagdadi dengan peningkatan
kemampuan membaca Al-Qurˊan anak.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, maka penulis
membatasi penelitian pada penerapan Metode Bagdadi
dalam meningkatkan kemampuan membaca anak di kelas
tahsin PPQ Al-Muhajirin Pamulang dan dirumuskan
menjadi: Sejauh mana penerapan Metode Bagdadi dalam
meningkatkan kemampuan membaca Al-Qurˊan di PPQ Al-
Muhajirin Bukit Pamulang Indah?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dari beberapa masalah yang penulis
rumuskan, maka penelitian ini memiliki tujuan untuk
mengetahui kemampuan membaca anak dengan Metode
Bagdadi di PPQ Al-Muhajirin Bukit Pamulang Indah.
2. Manfaat Penelitian
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan
kontribusi bagi lembaga PPQ Al-Muhajirin Bukit
Pamulang Indah dalam mencetak generasi Qurˊani
9
yang berkualitas dan berkompeten dalam membaca
Al-Qurˊan dan mampu memelihara dan menjaga
kemurnian Al-Qurˊan sesuai dengan harapan
masyarakat umat Islam pada umumnya.
b. Untuk menambah wawasan para pendidik di PPQ
Al-Muhajirin Bukit Pamulang Indah dan masyarakat
umumnya dalam rangka membebaskan buta huruf
dalam membaca Al-Qurˊan di Indonesia.
c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan atau
referensi dalam meningkatkan kemampuan membaca
Al-Qurˊan dikalangan masyarakat baik anak-anak,
remaja dan dewasa.
d. Penelitian ini merupakan langkah awal yang sedikit
banyaknya dapat memberikan kontribusi dalam
bidang pendidikan dan pengembangan ilmu
pengetahuan, khususnya dalam metode pengajaran
Al-Qurˊan dan dapat di tindak lanjuti oleh peneliti
berikutnya.
E. Tinjau Pustaka
1. Iya Alfiyah, Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qurˊan
Jakarta tahun 2008 dalam skripsinya yang berjudul
“Hubungan Metode Qiroati dengan Kemampuan
10
Membaca Al-Qurˊan Anak di TPQ Fathullah UIN
Jakarta” yang menyimpulkan bahwa Metode Qiraati
yang diterapkan LPQ Fathullah UIN Jakarta itu tidak
terdapat hubungan positif yang signifikan terhadap
kemampuan membaca siswa-siswi LPQ Fathullah UIN
Jakarta. Metodologi dalam penulisan skripsi ini yaitu
penelitian lapangan dengan pendekatan kuantitatif.
2. Ziyadatul Farihah, Fakultas Tarbiyah Intitut Ilmu Al-
Qurˊan Jakarta tahun 2010 dalam skripsinya yang
berjudul “Pelaksanaan Metode Iqra’ dalam Prestasi
Belajar Al-Qurˊan Siswa SDIT Al-Hamidiyah
Sawangan Depok” yang menyimpulkan bahwa
pelaksanaan Metode Iqra’ dalam Prestasi Belajar Al-
Qurˊan di SDIT Al-Hamidiyah dengan tenaga
kependidikan yang belum sepenuhnya mengikuti
metodologi metode iqra’ berlangsung kurang baik.
Hasil tes membaca Al-Qurˊan pada semester akhir dari
kelas III menunjukkan bahwa belajar membaca Al-
Qurˊan dengan metode iqra’ hasilnya kurang optimal,
dimana perolehan nilai rata-rata prestasi belajar Al-
Qurˊan dengan skor 61-69 (rendah) pada kelancaran
membaca 11.6%, makaharijul huruf 17.9%, tajwid
22%. Skor 71-80 (sedang) pada kelancaran membaca
11
61.2%, makharijul huruf 72.6%, tajwid 67.4%,
sedangkan skor (tinggi) 81-90 pada kelancaran
membaca 26.3%, makharijul huruf 8.4%, tajwid 10.5%.
Metodologi dalam penulisan skripsi ini menggunakan
metode penelitian kualitatif dengan metode deskriptif
analisis.
3. Siti Masngudah, Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-
Qurˊan Jakarta tahun 2011 dalam skripsinya yang
berjudul “Korelasi antara Metode Ceramah dengan
Peningkatan Motivasi Membaca Al-Qurˊan pada Siswa
SDN 2 Karangkembang, Kebumen, Jawa Tengah” yang
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara metode ceramah dengan peningkatan
motivasi membaca Al-Qurˊan pada siswa di SDN 2
Karangkembang, Kebumen, Jawa Tengah, dengan
hubungan yang bersifat kuat atau tinggi. Teknik analisa
data menggunakan rumus “r” Product Moment dengan
hasil rxy=0,747. Dengan rumus df=N-nr yaitu 30-2=28,
df sebesar 28 diperoleh r tabel (rt) baik pada taraf
signifikansi 5% yaitu 0,361 maupun pada taraf
signifikansi 1% yaitu 0,463. Ternyata rxy atau ro lebih
besar dari pada rt, maka dengan demikian Hipotesis
12
Alternatif diterima atau disetujui, sedangkan Hipotesis
Nihil ditolak.
4. Zakiyah, Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qurˊan
Jakarta tahun 2012 dalam skripsinya yang berjudul
“Pengaruh Metode QLC Terhadap Kemampuan
Membaca Al-Qurˊan Studi Kasus Pada Peserta Didik di
Lembaga Qurˊan Learning Centre Buncit Raya Jakarta
Selatan” hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa
terdapat korelasi yang signifikan antara metode QLC
terhadap kemampuan membaca Al-Qurˊan peserta didik
di Lembaga Qurˊan Learning Centre Bincit Raya
Jakarta Selatan dengan memperhatikan besarnya rxy
(0,598) merupakan korelasi yang sedang atau cukupan.
5. Moh. Amin mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2014 dalam skripsinya yang berjudul
“Efektifitas Metode Drill dalam Meningkatkan
Kemampuan Membaca Al-Qurˊan Siswa Kelas VII di
MTs Fatahillah Jakarta” yang menyimpulkan bahwa
kemampuan membaca Al-Qurˊan dengan metode drill
mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat
dilihat melalui siklus/pertemuan yang telah dilakukan.
Pada materi makharijul huruf nilai perolehan sebelum
13
diterapkan metode drill adalah 67,05 sedangkan setelah
dilakukan metode drill nilai rata-rata diperoleh 76,31.
Mengalami peningkatan sebesar 9,26 poin. Metodologi
penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan
Kelas (PTK).
6. Wike Ulandari, Fakultas Tarbiyah Institut lmu Al-
Qurˊan Jakarta tahun 2015 dalam skripsinya yang
berjudul “Efektifitas Metode Ummi Terhadap
Kemampuan Membaca Al-Qurˊan (Analisa Terhadap
Bacaan Siswa Kelas IV SDIT Al-Hamidiyah Pancoran
Depok Jabar” yang menyimpulkan bahwa Metode
Ummi sangat baik jika diterapkan dalam pendidikan
Islam, khususnya dalam pembelajaran Al-Qurˊan . Dari
hasil penelitian metode Scoring yang telah dilakukan
hasil perhitungannya yaitu terdapat korelasi yang
signifikan antara Metode Ummi terhadap kemampuan
membaca Al-Qurˊan Siswa kelas 4 SDIT Al-Hamidiyah
Pancoran Depok. Metodologi dalam penulisan skripsi
ini yaitu penelitian lapangan dengan pendekatan
kuantitatif.
14 F. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini berpedoman pada buku
“Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Institut
Ilmu Al-Qurˊan Jakarta” terbitan tahun 2011.
BAB I pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah, identifikasi masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
tinjauan pustaka, hipotesa penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II kerangka teori yang membahas tentang aturan
teoritis mencakup pengertian metode, pengertian
Metode Bagdadi, seputar sejarah Metode Bagdadi,
kekurangan dan kelebihan Metode Bagdadi,
karakteristik Metode Bagdadi, kemudian bagian
kedua mencakup pengertian kemampuan,
pengertian membaca Al-Qurˊan, keutamaan
membaca Al-Qurˊan, tingkatan membaca Al-
Qurˊan, dan fungsi Al-Qurˊan.
BAB III metode penelitian yang menjelaskan waktu dan
tempat penelitian, metode penelitian, populasi dan
sampel penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan data, dan teknik analisis data.
15
BAB IV hasil penelitian yang mencakup sejarah singkat
berdirinya PPQ Al-Muhajirin Pamulang, teknis
analisis data, dan pengumpulan data.
BAB V penutup yang mencakup kesimpulan dan saran.
16
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Seputar Metode Bagdadi
1. Pengertian dan Sejarah Metode Bagdadi
Sebelum membahas tentang pengertian
Metode Bagdadi, pertama penulis akan mengemukakan
mengenai pengertian metode. “Metode atau metoda
berasal dari bahasa Yunani, yaitu metha dan hodos.
Metha berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk
mencapai tujuan tertentu.”1
Metode dapat diartikan sebagai “jalan yang
dipilih untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis
untuk mencapai tujuan pembelajaran.”2 Menurut Pupuh
Fathurrahman dan M. Sobry “metode merupakan suatu
cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang
1 Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah,2011), h.
180 2 Iif Khoiru Ahmadi, dkk, Pembelajaran Akselerasi, (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2011), h. 85
17
telah ditetapkan.”3 Sedangkan menurut Syaiful Bahri
Djamarah “metode adalah salah satu cara yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.”4
Metode biasa digunakan dalam kegiatan
pembelajaran oleh pendidik untuk menarik minat
belajar peserta didik dalam proses belajar mengajar.
“Metode merupakan cara yang dapat digunakan oleh
guru dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada
peserta didik.”5
Dari berbagai macam metode, Metode
Bagdadi merupakan salah satu metode yang digunakan
dalam membaca Al-Qurˊan, khususnya tingkat dasar.
“Metode Bagdadi yaitu metode tersusun (tarkibiyah),
maksudnya yaitu suatu metode yang tersusun secara
berurutan dan merupakan sebuah proses ulang.”6
3 Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar
Mengajar Melalui Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: Refika Adimata, 2010), Cet I, h. 15
4 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), Cet I, h. 53
5 Kadar M. Yusuf, Tafsir Tarbawi Pesan-pesan Al-Qur’an Tentang Pendidikan, (Jakarta: Amzah, 2015), h. 114
6 Wike Ulandari, “Efektifitas Metode Ummi Terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an”, Skripsi, (Jakarta: Perpustakaan IIQ, 2015), h. 27, t.d.
18
Metode Bagdadi merupakan panduan
membaca Al-Qurˊan tertua di dunia yang hampir di
gunakan di setiap negara yang berpenduduk muslim
seperti Mesir, Yaman, India, dan sebagainya. Di
Indonesia sendiri, metode ini di sampaikan dengan
pengenalan huruf-huruf hijaiyah, harakat, dan beberapa
hukum tajwid, dengan cara di eja.
ومن سبـر علم أن تعليم القراءة العربية قائم على ستة دروس أساسية
وهي:
المدود -٣الحركات -٢حروف الهجاء -١ ة الشد -٦السكون -٥التنوين -٤
“Barangsiapa mengukur/menganalisa, maka akan diketahui bahwa pembelajaran membaca Al-Qurˊan itu berdiri diatas 6 dasar pembelajaran : 1)Huruf Hijaiyyah, 2)Harakat, 3)Mad, 4)Tanwîn, 5)Sukun, 6)Syiddah.”7
Masing-masing daerah memiliki cara yang berbeda dalam mengeja harakat. Di pulau Jawa, umumnya menggunakan istilah jabar-jer-fes; di luar Jawa khususnya wilayah Melayu, menggunakan istilah di atas- di bawah- di depan; pada perkembangannya istilah-istilah itu mulai di ganti dengan istilah fathah-kasrah-dlommah. Istilah-istilah harakat tersebut pada
7 Abi Nuran Hamid bin ‘Abdil Hamid, Qa‘idah Bagdadiyah, (As-
Syariqah: Maktabah Shahabah, 2005), h. 11
19
dasarnya adalah perkembangan dari tanda baca yang di buat oleh Abu Aswad ad-Du’ali atas perintah Sayyidina Ali.8
Metode Bagdadi ini pada umumnya biasa
disebut dengan metode “Eja”. Terdapat pendapat yang
mengatakan metode ini berasal dari Baghdad masa
pemerintahan khalifah Bani Abbasiyah. Mengenai siapa
tokoh yang menemukan metode ini belum diketahui,
begitu pula proses masuk dan berkembangnya di
Indonesia masih kurang jelas riwayatnya.
2. Karakteristik Metode Bagadadi
Dari berbagai macam metode, terdapat ciri
dan karakter masing-masing. Ciri khas dari Metode
Bagdadi sendiri yaitu langsung memperkenalkan
seluruh huruf-huruf, serta mengenalkan huruf-huruf
dengan harakat (fathah, kasrah, dhommah) dengan
melafalkannya menggunakan suku kata yang di eja
mempergunakan istilah aslinya.
Secara didaktik (metode pembelajaran)
Metode Bagdadi ini memiliki ciri sebagai berikut:
8 Qusyairy Sunny, jqh.or.id/qaidah-bagdadiyah/, diakses tanggal 31
Mei 2016.
20
a. Materi-materinya diurutkan dari yang konkret ke yang abstrak, dari yang mudah ke yang sukar, dan dari yang umum sifatnya ke materi yang rinci.
b. Secara garis besar, kaidah bagdadiyah memerlukan 17 langkah. 30 huruf hijaiyah selalu ditampilkan secara utuh dalam tiap langkah. Seolah-olah jumlah tersebut menjadi tema sentral dengan berbagai variasi. Variasi dari tiap langkah menimbulkan rasa estetik bagi siswa karena bunyinya bersajak dan berirama.9
3. Kekurangan dan Kelebihan Metode Bagdadi
Metode ini adalah metode belajar Al-Qurˊan
yang cocok untuk anak-anak yang juga masih pemula,
belum mengenal huruf, atau sama sekali belum
mengetahui huruf-huruf hijaiyah. Metode ini memiliki
kekurangan dan kelebihan, diantaranya:
a. Bahan atau materi disusun secara sekuensif. b. Pola bunyi dan susunan huruf disusun secara rapi. c. Keterampilan mengeja yang dikembangkan dengan
daya tarik tersendiri. d. 30 huruf abjad hampir selalu ditampilkan pada
setiap langkah secara utuh sebagai tema sentral. e. Materi tajwid secara mendasar terintegrasi dalam
setiap langkah.
Beberapa kekurangan kaidah bagdadiyah antara lain:
9 Dwi Respatiningrum, www.edukasi.in/2015/09/metode-metode-
pembelajaran-al-quran-a.html?m=1, diakses tanggal 17 Mei 2016
21
a. Kaidah bagdadiyah yang sebenarnya (asli) sulit diketahui, karena sudah ada ditemukan kaidah bagdadiyah yang mengalami beberapa modifikasi kecil.
b. Penyajian materi terkesan menjemukan. c. Penampilan beberapa huruf yang mirip dapat
menyulitkan pengamatan siswa. d. Memerlukan waktu lama untuk mampu membaca
Al-Qurˊan.10
B. Kemampuan Membaca Al-Qurˊan
1. Pengertian Kemampuan
Dalam kamus Bahasa Indonesia, pengertian
kemampuan adalah “kesanggupan; kekuatan untuk
melakukan sesuatu; kekayaan yang dimiliki.”11 Dalam
proses pendalaman materi pada seorang siswa,
dibutuhkan kemampuan individu secara verbal maupun
non verbal untuk menghadapi kesulitan, memecahkan
kesukaran secara tepat dan cepat. Kemampuan belajar
membaca disederhanakan menjadi 5 macam
kemampuan sebagai berikut:
1) Kemampuan intelektual, yakni merupakan hasil belajar yang sangat penting dari sistem lingkungan skolastik.
10 Dwi Respatiningrum, www.edukasi.in/2015/09/metode-metode-
pembelajaran-al-quran-a.html?m=1, diakses tanggal 17 Mei 2016 11 Tim Reality, Kamus Terbaru Bahasa Indonesia, (Surabaya:
Reality Publisher, 2008), h. 433
22
2) Strategis kognitif yakni mengatur “cara belajar” dan “cara berfikir” seseorang dalam arti yang seluas-luasnya termasuk dalam kemampuan memecahkan masalah.
3) Informasi verbal, yakni pengetahuan dalam arti informasi dan fakta, dimana kemampuan ini pada umumnya lebih dikenal.
4) Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah antara lain: menulis, mengetik, menggunakan jangka dan sebagainya.
5) Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah dan intensitas emosional yang dimiliki seseorang sebagaimana dapat disimpulkan dari kecenderungan bertingkah laku terhadap orang lain, barang, atau kejadian.12
Misalnya dalam membaca Al-Qurˊan, minat
dalam membaca Al-Qurˊan akan mempengaruhi
kesuksesan belajar dengan adanya dukungan dari
kemampuan dan bakat yang dimiliki. Jadi, kesuksesan
dalam belajar dapat dicapai oleh anak apabila anak
tersebut mempunyai kemampuan terhadap sesuatu yang
dipelajari.
2. Pengertian Membaca Al-Qurˊan
Terlebih dahulu penulis akan mengemukakan
pengertian membaca dan pengertian Al-Qurˊan.
12 M. Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama
Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) h. 25
23
Pengertian membaca menurut bahasa, kata
membaca berasal dari kata dasar “baca” yang dapat
awalan “me” dan imbuhan berupa sisipan “m” sehingga
menjadi kata kerja “membaca” yang berarti “melihat
serta memahami isi dari apa yang tertulis; melafalkan
tulisan; mengetahui, meramalkan.”13
Henry Guntur Tarigan berpendapat bahwa
“membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan
yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media
kata-kata atau bahasa tulis.”14
Menurut Tampubolon “membaca pada
hakekatnya adalah kegiatan fisik dan mental untuk
menemukan makna dari tulisan.”15 Membaca juga
mempunyai pengertian “sebagai jembatan menuju
pemahaman, pengamalan, dan penerapan Al-Qurˊan
dalam kehidupan sehari-hari.”16
13 7 Tim Reality, Kamus Terbaru Bahasa Indonesia, h. 79 14 Henry Guntur Tarigan, membaca Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1979), h. 7 15 Tampubolon, Kemampuan Membaca Tenik Membaca Efektif dan
Efisien, (Bandung: Angkasa, 1986), h. 228 16 Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis dan
Mencintai Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2005), Cet ke-2, h. 49
24
Dalam mengembangkan kemampuan
membaca, guru mengembangkan sistem pembelajaran
yang dapat meningkatkan perkembangan kemampuan
membaca Al-Qurˊan lebih dini, guru memberi
kesempatan peserta didik memperoleh pengalaman
yang luas dalam mendengarkan dan membaca.
Firman Allah SWT:
“Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacakan-nya dengan bacaan yang sebenarnya, mreka itu beriman kepadanya. Dan barang siapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. (QS. Al-Baqarah[2]: 121)
Adapun definisi Al-Qurˊan terdapat dua pendekatan, yaitu secara lughawi (bahasa/etimologi) dan isthilahi (terminologi). Secara bahasa, Al-Qurˊan merupakan kata jadian (mashdar) dari kata al-qiraˊah, yaitu: qaraˊa, yaqraˊu, qiraˊatan, wa qurˊanan yang berarti menghimpun atau mengumpulkan. Sebagaimana firman Allah:
25
“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami Telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.” (QS. Al-Qiyamah [75]: 17-18)
Sedangkan secara istilah, terdapat beberapa
pendapat mengenai pengertian Al-Qurˊan. Para ulama Ushul Fiqh mendefinisikan Al-Qurˊan sebagai “kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. secara bertahap melalui perantara Malaikat Jibril dan merupakan sebuah pahala dengan membacanya, yang diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas.”17
Ada beberapa pendapat lain mengenai Al-
Qurˊan menurut istilah.
1) Menurut Manna Al-Qaththan
“Kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. dan membacanya memperoleh
pahala.”18
17 Amirullah Syarbini dan Sumantri Jamhari, Kedahsyatan
Membaca Al-Qur’an, (Bandung: Ruang Kata, 2012), h. 3 18 Manna Cholil Al-Qaththan, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Bogor:
Litera Antar Nusa, 1986) h. 24
26
2) Menurut Al Jurjani
“Yang diturunkan kepada Rasulullah SAW. yang
ditulis di dalam mushaf dan yang diriwayatkan
secara mutawattir tanpa keraguan.”19
3) Menurut Muhammad Ali Al-Shabuni
Al-Qurˊan adalah kalam Allah yang bernilai mukjizat, yang diturunkan kepada “pungkasan” para nabi dan rasul, dengan perantara malaikat Jibril a.s. yang tertulis pada mashahif. Diriwayatkan kepada kita dengan mutawatir. Membacanya terhitung ibadah. Diawali dengan surat al-Fatihah dan ditutup dengan surat an-Nas.20
Membaca Al-Qurˊan merupakan suatu ibadah
dan mendapatkan pahala. Inilah salah satu karakteristik
dan keistimewaan yang dimiliki oleh Al-Qurˊan.
Bahkan Rasulullah SAW dalam sabdanya mengatakan
bahwa orang yang membaca satu huruf dari ayat Al-
Qur`an akan diberikan 10 kali lipat balasan oleh Allah
SWT.
بن مسعود رضى الله عنھ صلى عن عبد الله یقول قال رسول الله فلھ بھ حسنة والحسنة سلمالله علیھ و من قرأ حرفا من كتاب الله
بعشر أمثالھا لا أقول الم حرف ولكن ألف حرف ولام حرف ومیم حرف
19 Al Jurjani, A-Ta’rifat, Ath-Thaba’ah wa an-Nasyr wa At-Tauzi,
Jeddah, t.p, t.t, h. 174 20 Muhammad Ali Al-Shabuni, Attibyan fii ‘Ulumil Qur’an, ( tt.p,
Daarul Kutub Al-Islamiyah, 2003), h. 8
27
“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi)P20F
21P
Dan hadits ini sangat menûnjukan dengan
jelas, bahwa muslim siapapun yang membaca Al-
Qurˊan baik paham atau tidak paham, maka dia akan
mendapatkan ganjaran pahala sebagaimana yang
dijanjikan. Dan sesungguhnya kemuliaan
Allah Ta’ala itu Maha Luas, meliputi seluruh makhluk,
baik orang Arab atau ‘Ajam (yang bukan Arab), baik
yang bisa bahasa Arab atau tidak.
“Al-Qurˊan merupakan way of life yang akan
menûntun manusia menuju kesuksesan di dunia dan
akhirat. Orang-orang yang senantiasa membaca Al-
Qurˊan akan mendapatkan sinar hidayah dan
mengalami proses enlightment (pencerahan) dalam
hidupnya.”22
21 Al Imam Abdurrahhman bin Abdurrahim al Mubarakfury,
Tuhfatul Ahwadzi bi Syarhi Jami‘it Tirmidzi, (Mesir: Darul Hadits, 2001), cet. 7, h. 330
22 Amirullah Syarbini dan Sumantri Jamhari, Kedahsyatan Membaca Al-Qur’an, h. 49
28
Dalam mempelajari bacaan Al-Qurˊan,
terdapat beberapa tahapan yang harus di fahami dan di
pelajari untuk mencapai bacaan yang bagus dan sesuai
dengan kaidah dan ajaran nabi SAW.
Tidak sekedar membaca, Al-Qurˊan
mempunyai kaidah tersendiri dalam pelafalannya yaitu
berhubungan dengan Makhârijul hurûf, shifâtul hurûf
dan ahkâmul hurûf.
a. Makhârijul hurûf
Makhârijul hurûf dapat diartikan sebagai
bunyi huruf atau tempat keluarnya huruf. Salah satu
murid al-Khalil, Imam Syibawaih berpendapat
susunan Makhârijul hurûf terbagi pada lima bagian:
1) Hurûf halqiyyah 2) Hurûf lisâniyyah 3) Hurûf syafawîyyah 4) Hurûf jaufiyyah 5) Hurûf khaisyumiyyah23
Keterangan dari uraian diatas adalah sebagai
berikut:
23Tim Pimpinan Pusat Jam’iyyatul Qurra` wal-Huffazh,
Panduan Praktis Baca Tulis AL-Qur`an Metode Bagdadi, (Jakarta: PP-JQH-NU, 2014), h. 97
29
1) Halqiyyah (tenggorokan), bagian tenggororkan
ini terbagi tiga yaitu:
Tenggorokan bagian bawah, yaitu tempat
keluarnya hurûf hamzah dan Ha.
Tenggorokan bagian tengah, yaitu tempat
keluarnya hurûf ‘ain dan ha.
Tenggororkan bagian atas, yaitu tempat
keluarnya huruf ghain dan kha.
2) Lisâniyyah (lidah), yaitu huruf yang perangkat
bergeraknya lidah. Terbagi menjadi enam
bagian:
(a) Pangkal lidah dan langit-langit, yaitu hurûf
qâf dan kâf (bunyinya terletak di depan
makhraj qâf).
(b) Tengah-tengah lidah dengan langit-langit,
yaitu huruf jîm, syîn, yâ` dan dhâd (salah
satu/dua pinggir lidah beradu dengan salah
satu/dua geraham atas yang kiri/kanan atau
keduanya).
(c) Ujung lidah, huruf-hurufnya yaitu:
Lâm pinggir ujung lidah bertemu gusi muka
yang atas.
30
Nûn ujung lidah bertemu dengan langit-
langit bagian depan.
Râ` ujung lidah yang mengarah sedikit ke
punggung lidah sesudah makhraj nûn
bertemu dengan langit-langit bagian depan.
(d) Punggung ujung lidah bertemu pangkal dua
gigi seri muka atas, hurufnya tâ, dâl dan
thâ`.
(e) Ujung lidah berada pada halaman dua gigi
seri atas dan bawah, hanya saja lebih dekat
ke arah ujung gigi seri yang bawah,
hurufnya zai, sîn dan shâd.
(f) Punggung ujung lidah bertemu ujung dua
gigi seri atas. Hurufnya tsa, dzal, dan zha.
3) Syafawîyyah (bibir) yaitu huruf-huruf yang
perngakat bergeraknya bibir. Hurufnya:
Ba dan mîm dua perut bibir sebelah dalam.
Waw antara dua perut bibir.
Fa perut bibir bawah bertemu ujung dua gigi
seri yang atas.
4) Jaufiyyah (rongga mulut) adalah tempat
keluarnya hurûf mad. Hurufnya:
Alif
31
Waw mati
Ya mati
5) Khaisyumiyyah (pangkal hidung), yaitu tempat
keluarnya ghunnah atau dengung.
Makhârijul hurûf tidak sekedar keluar bunyi
dari huruf-huruf hijaîyah, namun huruf-huruf
tersebut memiliki karakter dan sifat masing-masing
yang disebut sifat huruf.
b. Sifâtul Hurûf
Sifat huruf pada dasarnya tidak dapat
terpisahkan dari Makhârijul hurûf, karena keluarnya
suatu bunyi huruf dibarengi dengan sifatnya.
Adapun yang dimaksud dengan sifat huruf menurut
bahasa yaitu “Karakteristik dari sesuatu (watak)-
seperti warna putih, hitam, merah dan
sebagainya.”24
Untuk mencapai bacaan Al-Qurˊan yang
baik dan benar serta tepat sesuai kaidahnya, maka
harus diketahui sifat-sifat huruf yang tepat sehingga
akan sesuai dalam pelafalan Makhârijul hurûfnya.
24 Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an,
(Jakarta: Fakultas Ushuluddin Institut PTIQ, 2012), h. 3
32
Adapun penjelasan mengenai sifat-sifat huruf
diantaranya sebagai berikut:
No Sifat huruf Huruf-hurufnya
1
Hams
(berdesis/nafas
berhembus)
ص س ك ت ش خ ف ح ث ھـ
2 Jahr (Nafas ditahan) ع ظ م و ز ن ق ر ء ذ ي غ ض
ج د ط ل ب
3 Syiddah (Suara
tertahan) ء ج د ق ط ب ك ت
4 Rakhawah (Lunak) خ ذ غ ث ح ظ ف ض ش و ص
ز ي س ھـ
5
Bainiyah/Tawassuth
(Suara tidak terlepas
dengan sempurna
dan tidak tertahan
dengan sempurna)
ل ن ع م ر
6 Isti’la (Pangkal lidah
ke langit-langit) خ ص ض غ ط ق ظ
7 Istifâl (Lidah
dibawah)
ث ب ت ع ز م ن ي ج و د ح ر
ف ھـ ء ذ س ل ش ك
8 Ithbâq (Lidah ص ض ط ظ
33
bertemu dengan
langit-langit)
9
Infitâh (Trebuka
antara lidah dan
langit-langit)
م ن ء ج ذ و ج د س ع ت ف ز
ك ح ق ل ھـ ش ر ب غ ي ث
10 Idzlâq
(lancar/ringan) ف ر م ن ل ب
11 Ishmât (tidak lancar) ج ز غ س ش ح ط ص د ث ق
ت ء ذ و ع ظ ھـ ي خ ض ك
12 Shafîr (berdesir) ص ز س
13 Qalqalah (memantul) ق ط ب ج د
14 Infirâf (melenturkan
lidah) ل ر
15 Takrîr (Lidah
bergetar halus) ر
16
Istithâlah
(menggelayutkan
suara)
ض
17
Tafasysyi (Bunyi
angin kuat dari
dalam mulut)
ش
18 Ghunnah (Dengung) م ن
34
c. Ahkâmul Hurûf (Hukum-hukum huruf)
1) Hukum tafkhîm dan tarqîq
“Tafkhîm ialah sifat ketebalan pada suatu huruf di mana ketika ia di ucapkan, posisi mulut di penuhi oleh gema suaranya (seakan-akan di penuhi makanan). Sedangkan sifat sebaliknya disebut tarqîq, yakni tipis yang tentunya ketika di ucapkan posisi mulut tanpa dipenuhi oleh gema suaranya.”25 Huruf-huruf yang dibaca tafkhîm
(a) Huruf isti’la, خ ص ض غ ط ق ظ
(b) Ra’ yang berada di awal atau tengah kata
dengan syarat:
(1) Ra’ berharakat fathah
(2) Ra’ berharakat dhammah
(3) Ra’ mati terletak setelah huruf
berharakat fathah
(4) Ra’ mati terletak setelah huruf yang
berharakat dhammah
(5) Ra’ mati terletak setelah huruf yang
berkasrah ‘aridhi (tidak asli)
25 Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an,
(Jakarta: Fakultas Ushuluddin Institut PTIQ, 2012), h. 71
35
(6) Ra’ mati terletak sesudah huruf
berharakat kasrah yang berada diakhir
kata sebelumnya
(7) Sebelum ra’ mati berupa huruf yang
berharakat kasrah asliyyah dan
sesudahnya berupa huruf isti’la yang
tidak berharakat kasrah
(c) Ra’ yang berada di akhir kata, dengan
syarat:
(1) Sesudah huruf yang berharakat fathah
(2) Sesudah huruf yang berharakat
dhammah
(3) Sesudah alif
(4) Sesudah waw mati
(d) Lam lafadz الله yang sebelumnya berupa
huruf yang berharakat fathah atau dhammah
Huruf-huruf yang dibaca tarqîq diantaranya:
(a) Huruf istifal, yakni huruf-huruf selain isti’la
(b) Ra’ yang berada di awal atau tengah kata
dengan syarat ra’ berharakat kasrah dan jika
sebelum ra’ mati berupa kasrah asliyyah dan
36
sesudahnya bukan huruf isti’la, misalnya
فرعون
(c) Ra’ yang berada di akhir kata dengan syarat,
ra’ mati (aridhi/tidak asli) stelah huruf yang
berharakat kasrah, misal: قد قدر dan Ra’ mati
(aridhi/tidak asli) setelah ya’ mati, misalnya:
خبیر
(d) Lam lafadz jalalah (الله) jika sebelumnya di
dahului oleh huruf yang berharakat kasrah.
Misal: یرفع الله
Adapun yang dapat dibaca tafkhîm dan tarqîq
diantaranya:
(a) Ra’ mati di tengah kata jika sebelumnya
berupa huruf berharakat kasrah asliyyah dan
setelahnya berupa huruf isti’la yang
berharakat kasrah, misal: كل فرق
(b) Ra’ mati tidak asli di akhir kata dan huruf
sebelumnnya berupa huruf berharakat kasrah
dan di pisah oleh huruf isti’layang mati,
yaitu pada lafadz: عین القطر، مصر
37
2) Ahkâmul Mad wal Qashr
Adapun dalam pembelajaran Al-Qurˊan
harus di perhatikan juga mengenai ahkâmul mad
wal qashar. “Menurut bahasa mad adalah ziyadah
yang artinya menambah. Adapun menurut istilah
adalah:
وت بحرف من حروف المد واللین أو بحرف من إ طالة الص حرفي اللین فقط
“Memanjangkan suara dengan salah satu dari huruf mad dan lin atau dengan salah satu huruf lin saja.”26
Bacaan mad menurut ahli qira‘at adalah
membaca panjang lebih dari satu alif. Sedangkan
qashr yaitu menahan, yakni membaca huruf panjang
tidak lebih dari satu alif.
Berdasarkan pengertian diatas, tentunya
dapat di ambil suatu kesimpulan bahwa pembahasan
ahkâmul mad wal qashr yaitu mengenai panjang
dan pendek suatu bacaan “antara mad dan qashr
adalah pembeda antara huruf yang dibaca panjang
lebih dari satu alif atau hururf yang dibaca panjang
tidak lebih dari satu alif (dua harakat). Maka untuk
26 Abu Ya’la Kurnaedi, Tajwid Lengkap Asy-Syafi’i, (Jakarta:
Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2013) h. 309
38
dapat membedakan keduanya sudah bisa dilihat dari
tanda-tandanya.”27
Contoh bacaan mad dan qashr.
Mad hukum membacanya 5 harakat, seperti: ،حنفاء
وجاء
Qashr hukum membacanya dua harakat, seperti: ،فیھ
دون كان،
Adapun penjelasan mengenai pembagian Hukum
Mad beserta contohnya sebagai berikut:
1. Mad Thâbi‘î ( طبیعي مد )
Apabila ada alif ( ا ) terletak sesudah fathah ( ― ◌ )
atau ya’ sukun ( ي ) sesudah kasrah ( ― ◌ ) atau wau
sukun ( و ) sesudah dhammah ( ― ◌ ) dan tidak
bertemu dengan hamzah, sukun dan tasydid, maka
dihukumi mad thâbi‘î. Mad artinya panjang, thâbi‘î
artinya biasa.
Cara membacanya harus sepanjang dua harakat.
contoh :
سمیع - یقول - ب كتا
27 A. Munir dan Sudarsono, Ilmu Tajwid dan Seni Baca Al-
Qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), cet. Ke-I, h. 48
39
2. Mad Wâjib Muttashil ( متصل مدواجب )
Apabila ada huruf mad bertemu dengan hamzah ( ء
) didalam satu kalimat atau kata. Cara membacanya
wajib panjang sepanjang 4 atau 5 harakat atau dua
setengah kali mad thâbi‘î.
Contoh : جيء - جآء - سوآء
3. Mad Jâiz Munfashil ( مدجائزمنفصل)
Apabila ada huruf mad bertemu dengan hamzah (ء)
tetapi hamzah itu di lain kalimat. Jâiz artinya: boleh.
Munfashil artinya terpisah. Cara membacanya 4
harakat atau 5 harakat seperti mad wajib muttashil.
Contoh: أنزل بما أنتم لاو
4. Mad Lâzim Mutsaqqal Kilmi ( كلمي مثقل زم لامد )
Apabila ada huruf mad bertemu dengan huruf yang
bertasydîd di dalam satu kata, maka cara
membacanya harus panjang 6 harakat.
Contoh: آلین لاو الصاخة ،الض
5. Mad Lâzim Mukhaffaf Kilmi ( كلمي مخفف زم لامد )
Apabila ada huruf mad bertemu dengan huruf mati
(sukun), maka cara membacanya sepanjang 6
harakat.
40
Contoh: نلاآ
6. Mad Layyin ( لین مد )
Apabila ada wau sukun ( و ) atau ya’ sukun ( ي )
sedang huruf sebelumnya yaitu berharakat fathah
dan setelahnya berupa huruf mati/sukun tidak asli
yang di sebabkan waqaf, maka cara membacanya
sekedar lunak dan lemas 2, 4 atau 6 harakat.
Contoh: خوف من
7. Mad ‘Âridh Lissukûn ( كون عارض مد للس )
Apabila ada huruf mad, sesudahnya berupa huruf
mati (sukun) tidak asli (karena peristiwa waqaf),
maka cara membacanya ada 3 macam :
a. Dibaca panjang 6 harakat.
b. Dibaca 4 harakat yakni dua kali mad thâbi‘î.
c. Dibaca 2 harakat seperti mad thâbi‘î biasa .
Contoh : والناس ، خالدون ،بصیر
8. Mad Shilah Qashîrah ( قصیرة صلة مد )
Apabila ada hâ` dhamîr ( ھ ) sedang sebelum hâ` ada
huruf hidup (berharakat) dan setelahnya berupa
huruf hidup yang bukan hamzah, maka cara
41
membaca panjangnya harus panjang 2 harakat
seperti mad thâbi‘î.
Contoh: لھ شریكلا كان انھ
9. Mad Shilah Thawîlah ( ویلةط صلة مد )
Apabila ada huruf mad shilah qashîrah bertemu
dengan hamzah ( ء ), maka membacanya seperti
Mad Jâiz Munfashil .
Contoh: اخلده لھ ،باذنھلاا عنده
10. Mad ‘Iwadh ( عوض مد )
Apabila ada huruf mad alif yang menjadi pengganti
fathah tanwîn ketika waqaf, dengan syarat yang di
tanwîn bukan tâ marbuthah maka cara membacanya
seperti mad thâbi‘î.
Contoh: حكیما یماعل ،بصیرا سمیعا
11. Mad Badal ( بدل مد )
Yaitu apabila ada huruf mad sebelumnya berupa
hamzah ( ء ), maka cara bacanya seperti mad
thâbi‘î.
Contoh: إیمان ،آدم
42
12. Mad Lâzim Harfi Mustsaqal ( مثقل حرف لازم مد )
Yaitu apabila pada permulaan surat dari Al-Qurˊan
terdapat salah satu atau lebih dari antara huruf yang
delapan (hurûf hijaîyah yang menjadi
fawâtihussuwar), yakni
م – ك – ل – س – ع – ص – ق - ن , cara membacanya
seperti Mad Lâzim yaitu 6 harakat.
Contoh : huruf lâm pada آلم
13. Mad Lâzim Harfi Mukhaffaf ( مخفف حرف لازم مد )
Yaitu apabila ada permulaan surat dari Al-Qurˊan
ada terdapat huruf mad yang sesudahnya berupa
huruf mati asli yang tidak di idghamkan.
Contoh : huruf mîm pada حم
14. Mad Tamkîn ( تمكین مد )
Apabila ada yâ` sukun ( ي ) yang didahului dengan
yâ` yang bertasydîd dan harakatnya kasrah.
Contoh : حیییتم النبیین
15. Mad Farq ( فرق مد )
Yaitu bertemunya dua hamzah yang satu hamzah
istifhâm dan yang kedua hamzah washal pada lâm
43
alif ma’rifat, cara membacanya sepanjang 6 harakat.
Dinamakan mad Farq karena yufarriq
(membedakan) antara kalimat yang bentuknya
khabar (berita) dengan kalimat yang bentuknya
istifhâm (pertanyaan).”28
Contoh : خیرامایشركوناللهاء , لكم اذن اللهءا قل
ین ءالذكر قل
3) Hukum nûn mati dan tanwîn
1. Izhhâr Halqi
Yaitu apabila ada nûn mati atau tanwîn bertemu
dengan salah satu hurûf halqi yakni : hamzah,
ha, kha, ‘ain, ghain, ha ( غ ع خ ح ه ء ) maka
hukum bacaannya adalah izhhâr halqi yang
berarti harus dibaca terang dan jelas seperti
contoh izhhâr dibawah ini:
حلیم غفور , منھ , ن أم من
2. Idghom bighunnah
Idgham bighunnah adalah apabila ada nûn mati
atau tanwîn bertemu dengan salah satu huruf
yâ`, nûn, mîm, dan wâwu ( و م ن ي ) maka hukum
28 Abu Ya’la Kurnaedi, Tajwid Lengkap Asy-Syafi’i, h. 361
44
bacaannya disebut idghom bighunnah) ( إدغام
yang berarti harus dibaca dengan (بغنة
dimasukkan kedalam salah satu huruf yang
empat itu dengan suara mendengung. Seperti
contoh dibawah ini:
منع من , نور من , یقول من
3. Idghom Bilaghunnah
Idgham Bilaghunnah adalah apabila ada nûn
mati dan tanwîn bertemu dengan salah satu
huruf lâm (ل) dan ra (ر) maka hukum bacaannya
adalah idghom bilâghunnah ( بلاغنة إدغام ) yang
membacanya dengan cara memasukkan dengan
tanpa mendengung. Seperti contoh dibawah ini:
لم من , ربھم من
4. Iqlâb
Iqlâb yaitu apabila ada nûn mati atau tanwîn
bertemu dengan huruf bâ` (ب) maka hukum
bacaannya adalah iqlâb (إقلاب) yang
membacanya dengan cara huruf nûn atau tanwîn
itu dibalik atau ditukar menjadi suara mîm ( م ).
Seperti contoh iqlâb berikut:
45
بررة كرام , بصیر سمیع
5. Ikhfâ`
Ikhfâ` apabila ada nûn mati atau tanwîn bertemu
dengan huruf yang 15 di bawah ini maka hukum
bacaannya adalah Ikhfâ` yang cara membacanya
adalah samar-samar. Huruf Ikhfâ` yang 15
antara lain:
ك ق ف ظ ط ض ص ش س ز ذ د ج ث ت
Contoh Ikhfâ`:
نفسكم أ , منكم, جوع من
4) Hukum mîm sukun
1. Ikhfâ` Syafawî شفوي إخفاء
yang dinamakan ikhfâ` syafawî adalah apabila
mîm sukun ( م ) bertemu dengan huruf ba ( ب ).
Ikhfâ` yaitu samar, sedangkan syafawî yaitu
bibir. Jadi apabila mîm sukun bertemu dengan
hurûf bâ` ( ب ) maka suara mîm sukunnya harus
dibaca samar antara mîm ( م ) dan bâ` ( ب ), di
tahan kira kira dua ketukan.
Cara membaca bacaan ikhfâ` syafawî:
1. Suara mîm mati disamarkan.
46
2. Disertai dengan mendengung.
contoh bacaan ikhfâ` syafawî adalah:
( باسط وكلبھم) (بحجارة ترمیھم) (بینھم احكم )
2. Idghom mutamatsilain/Idgham Mîmi میم إدغام
Dikatakan idghom mîmi karena huruf mîm
sukun itu bertemu dengan huruf mîm juga.
Idghom itu mendengung, dan mîmi itu karena
mîm sukun bertemu dengan huruf mîm itu
sendiri.
Cara membacanya maka suara mîm sukunnya
dimasukan kepada mîm yang ada di hadapannya
dan disertai dengan ghunnah (dengung dari
pangkal hidung)
contoh bacaan idghom mîmi:
( فئة من كم ) (من أم )
3. Izhhâr Syafawî شفوي إظھار
Idzhar syafawî adalah mengucapkan huruf mîm
yang bersukun dari makhrajnya dengan tanpa
ghunnah. Huruf bacaan Idzhar Syafawî adalah
semua huruf hijaiyah selain huruf bâ` ( ب ) dan
mîm ( م ) yang jumlahnya ada 26 Huruf yaitu :
47
ل ك ق ف غ ع ظ ط ض ص ش س ز ر ذ د خ ح ج ث ت ء
ي ه و ن
5) Hukum Bacaan Alif Lâm
1. Alif Lâm Syamsiah
Pembagian lâm ta’rîf yang pertama adalah alif
lâm syamsiyah yang berarti alif lâm ( ال ) yang
bertemu dengan salah satu huruf syamsiyah.
Huruf-huruf lâm syamsiah ada 14, yaitu: ذ د ث ت
ن ل ظ ط ض ص ش س ز ر
Cara Membacanya adalah huruf lâm tidak
dibaca (dileburkan) dan huruf syamsiah setelah
lâm harus di tasydîd ( ـــ ). Contohnya مسیة الـش
dibaca asysyamsiah bukan alsamsiah. Pada
dasarnya huruf alif yang mengikuti huruf lam
tidak berharakat. Namun, jika di awal kalimat
(ibtida’), huruf alif tersebut diberi harakat
fathah, tetapi jika di tengah kalimat, huruf
alifnya tidak diberi harakat. Contoh: حمـن الر
حیم Alif lâm pertama, berada di awal maka) الر
alif tersebut diberi harakat atas. Sedangkan alif
lam kedua berada di tengah kalimat dan alifnya
tidak diberi harakat.
48
Berikut contoh bacaan alif lam syamsiah
Cara التكاثر :Contohnya ت Bertemu dengan ال
bacanya: at-takâtsur
Cara الثاقب :Contohnya ث Bertemu dengan ال
bacanya: ats-tsâqib
ین :Contohnya د Bertemu dengan ال Cara الد
bacanya: ad-dîn
كر :Contohnya ذ Bertemu dengan ال Cara الذ
bacanya: adz-dzikr
حمن :Contohnya ر Bertemu dengan ال Cara الر
bacanya: ar-rahmân
یتون :Contohnya ز Bertemu dengan ال Cara الز
bacanya: az-zaitûn
میع :Contohnya س Bertemu dengan ال Cara الس
bacanya: as-samî’
Cara الشمس :Contohnya ش Bertemu dengan ال
bacanya: asy-syamsu
الحات :Contohnya ص Bertemu dengan ال Cara الص
bacanya: ash-shâlihât
الین :Contohnya ض Bertemu dengan ال Cara الض
bacanya: adh-dhâllîn
Cara الطاعة :Contohnya ط Bertemu dengan ال
bacanya: ath-thâ‘ah
49
Cara الظالمین :Contohnya ظ Bertemu dengan ال
bacanya: azh-zhâlimîn
Cara اللیل :Contohnya ل Bertemu dengan ال
bacanya: al-lail
Cara الناس :Contohnya ن Bertemu dengan ال
bacanya: an-nâs
2. Alif lâm Qamariyah
Pembagian lâm ta’rif yang kedua adalah Alif
lâm syamsiyah yang berarti alif lâm (ال) yang
dirangkai dengan salah satu huruf qamariyah.
Sedangkan huruf-huruf alif lâm qamariah ada 14
yaitu: ي ھـ و م ق ك ف غ ع خ ح ج ب ا
Cara Membacanya adalah huruf lâm di beri
sukun sehingga suaranya jelas. Contohnya القمریة
di baca al qamariyah.
Berikut contoh alif lâm qamariyah:
Cara الأحد :Contohnya ا Bertemu dengan ال
bacanya: al-ahad
Cara البصیر :Contohnya ب Bertemu dengan ال
bacanya: al-bashîr
Cara الجمال :Contohnya ج Bertemu dengan ال
bacanya: al-jamâl
50
Cara الحمد :Contohnya ح Bertemu dengan ال
bacanya: al -hamdu
Cara الخیر :Contohnya خ Bertemu dengan ال
bacanya: al-khair
Cara العصر :Contohnya ع Bertemu dengan ال
bacanya: al-‘ashr
Cara الغفور :Contohnya غ Bertemu dengan ال
bacanya: al-ghafûr
Cara الفیل :Contohnya ف Bertemu dengan ال
bacanya: al-fîl
Cara القارعة :Contohnya ق Bertemu dengan ال
bacanya: al-qâri‘ah
Cara الكوثر :Contohnya ك Bertemu dengan ال
bacanya: al-kautsar
Cara المؤمن :Contohnya م Bertemu dengan ال
bacanya: al-mu`min
Cara الوھاب :Contohnya و Bertemu dengan ال
bacanya: al-wahâb
Cara الھمزة :Contohnya ھـ Bertemu dengan ال
bacanya: al-humazah
Cara الیوم :Contohnya ي Bertemu dengan ال
bacanya: al-yaum
51
6) Hukum Bacaan Ghunnah
Ghunnah menurut bahasa adalah mendengung.
Menurut Istilah ghunnah adalah suara yang nyaring
atau jelas yang keluar dari lubang hidung. Atau
perpaduan antara dua huruf yang sama yang
pertama mati atau disukun dan yang kedua
berharakat kemudian ditulis menjadi satu huruf dan
disertai berdengung dalam membacanya. Huruf
ghunnah itu ada dua yaitu mîm ( م ) dan nûn ( ن )
yang bertasydid.
Contoh: ا ةن ج , ومم
3. Tingkatan dalam Membaca Al-Qurˊan
Terdapat perbedaan pendapat dalam hal ini.
Menurut para ulama qurra` (ahli qiroat), bahwasannya
tingkatan membaca Al-Qurˊan itu ada empat tingkatan:
a. At-Tahqîq
b. At-Tartîl
c. Al-Hadr
d. At-Tadwîr
52
1) At-Tahqîq
Menurut bahasa, tahqîq adalah tarqîq dan ta’kîd
(teliti dan menguatkan). Adapun menurut
istilah, tahqîq adalah:
تـيان بالشي نان مع المبالغة في الإ ء على حقه القراءة بتـؤدة واطمئـ
من غير زيادة ولا نـقصان، وهو يصلح في مقام التـعليم
“Membaca dengan lambat dan tenang dengan
benar-benar memberikan haknya secara benar
dan maksimal tanpa ada tambahan dan
pengurangan. Tingkatan ini cocok digunakan
dalam proses belajar mengajar.”29
Adapun menurut Muhammad Ibn ‘Alawi Al-
Maliki Al-Hasani tahqiq yaitu “membaca seperti
halnya tartil tetapi lebih tenang dan perlahan-
lahan, tempo ini hanya boleh dipakai untuk
belajar (latihan) dan mengajar, tidak boleh
dipakai pada waktu shalat atau menjadi
imam.”30 Menurut ulama tajwid, tempo bacaan
ini diperdengarkan/ diberlakukan sebagai
29 Abu Ya’la Kurnaedi, Tajwid Lengkap Asy-Syafi‘i, h. 28 30 Muhammad Ibn ‘Alawi Al-Maliki Al-Hasani, Samudera Ilmu
Al-Qur’an, (Bandung: Mizan Media Utama, 2001), h.51
53
metode dalam proses belajar mengajar, sehingga
diharapkan murid dapat melihat dan
mendengarkan cara guru membaca huruf demi
huruf menurut semestinya sesuai dengan
makhrajnya dan sifatnya serta hukum-
hukumnya, seperti panjang, samar, dengung,
dan lain sebagainya.
2) At-Tartîl
“Menurut bahasa, tadwîr adalah menjadikan
sesuatu dengan bentuk melingkar. Adapun
menurut istilah:
تـوسط القراءة بـين التحقيق والحدر
“Bacaan yang sedang yaitu antara tahqiq
(perlahan) dan hadr (cepat).”31
Tingkatan bacaan ini adalah yang paling bagus,
karena dengan bacaan itulah Al-Qurˊan
diturunkan. Allah berfirman:
“Dan kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).” (QS. Al-Furqân[25]: 32)
31 Abu Ya’la Kurnaedi, Tajwid Lengkap Asy-Syafi‘i, h. 29
54
3) At-Tadwir
وهو مرتـبة متـوسطة بـين التـرتيل والحدر. “Bacaan yang sedang tidak terlalu cepat atau tidak terlalu lambat, pertengahan antara al-hadr dan at-tartil”32
4) Al-Hadr
Menurut bahasa, hadr adalah as-sur‘ah (cepat).
Adapun menurut istilah, hadr adalah:
على قـواعد، ة فظ اح في القراءة مع م ع ا سر وهو الإ ومراعاتها بدقة، وليحذر القارئ فيه من بـتر حرف المد
أو ذهاب صوت الغنة أو اختلاس الحراكت “Bacaan cepat dengan tetap menjaga dan memperhatikan kaedah-kaedah tajwid dengan sangat cermat, dan hendaknya seseorang qari berhati-hati dari memotong huruf mad, menghilangkan suara ghunnah, atau ikhtilas (membaca sebagian harakat).33
4. Keutamaan Membaca Al-Qurˊan
Nabi SAW. memerintahkan untuk membaca
Al-Qurˊan dengan bentuk perintah yang mutlak. Tidak
membatasi usia, diperintahkan pada setiap waktu dan
32 Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an & Ilmu
Tajwid, h. 30 33 Abu Ya’la Kurnaedi, Tajwid Lengkap Asy-Syafi‘i, h. 29
55
kesempatan. Membaca Al-Qurˊan adalah ibadah yang
memiliki banyak keutamaan diantaranya:
a. Nabi SAW. bersabda:
ثـنا شعبة قال: حدثنا هال حد أخبـرنى علقمة حجاج بن منـبن مرثد سمعت سعد بن عبـيدة عن ابى عبد الرحمن
عن النبي صل الله عليه السلمى عن عثمان رضي الله عنه ركم من تـعلم القرآن وعلمه قال وأقـرأ أبو وسلم قال: خيـ
عبد الرحمن في إمرة عثمان حتى كان الحجاج قال وذاك الذي أقـعدني مقعدي هذا
“Orang yg paling baik di antara kalian adalah seorang yang belajar Al-Qurˊan dan mengajarkannya. Abu Abdirrahman membacakan (Al-Qurˊan) pada masa Utsman hingga Hajjaj pun berkata, Dan hal itulah yg menjadikanku duduk di tempat dudukku ini.” (HR. Bukhari)34
b. Pahala membaca Al-Qurˊan
عن عبد الله بن مسعود رضى االله عنه يـقول قال رسول الله له به صلى االله عليه وسلم من قـرأ حرفا من كتاب الله فـ
34 Al Imam Al Hafizh Ibnu Hajar al ‘Asqolani, Fathul Baari bi
Syarhi Shohih al Bukhari, (Mesir: Darul Hadits, 2004) cet. 9, h, 85
56
حسنة والحسنة بعشر أمثالها لا أقول الم حرف ولكن ألف )(رواه الترمذىميم حرف حرف ولام حرف و 35
“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi).
c. Perniagaan yang tidak pernah merugi
لون كتاب الله وأقاموا الصلاة وأنـفقوا مما رزقـناهم الذين يـتـ) ليـوفـيـهم أجورهم ٢٩سرا وعلانية يـرجون تجارة لن تـبور (
)٣٠فضله إنه غفور شكور (ويزيدهم من
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”. “Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Fathir[35]: 29-30).
35 Al Imam Abdurrahman bin Abdurrahim al Mubarakfury,
Tuhfatul Ahwadzi bi Syarhi Jami‘it Tirmidzi, (Mesir: Darul Hadits,2001), cet.7, h. 330
57
d. Dapat menentramkan hati
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”(Q.S. Ar-Ra’du [13]: 28).
5. Fungsi Al-Qur’an
Al-Qurˊan adalah kitab suci yang di turunkan
kepada manusia sebagai pedoman, petunjuk, obat,
nasihat, dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Allah SWT. berfirman:
“Hai manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-
58
penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”(Q.S. Yunus [10]: 57-58).
Al-Qurˊan merupakan kitab yang diturunkan
untuk membimbing umat manusia menuju jalan
keselamatan, mengeluarkan dari kegelapan menuju
cahaya hidayah dan petunjuk. Serta membimbing
kepada jalan yang lurus. Firman Allah SWT.:
“...Sesungguhnya Telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan.
Dengan Kitab Itulah Allah menûnjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menûnjuki
59
mereka ke jalan yang lurus.”(Q.S. Al-Mâidah [5]: 15-16).
Al-Qurˊan memiliki sekian banyak fungsi,
diantaranya adalah menjadi bukti kebenaran Nabi
Muhammad SAW. tentang kemukjizatan Al-Qurˊan.
Al-Qurˊan diwahyukan kepada Nabi Muhammad untuk
disampaikan kepada umatnya sebagai petunjuk hidup
seluruh umat manusia.
Fungsi Al-Qurˊan bagi manusia secara lebih
spesifik, Allah telah menjelaskan dalam firmanNya:
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)...” (QS. Al-Baqarah[2]: 185).
Berdasarkan ayat diatas, menurut para ulama
tiga fungsi utama Al-Qurˊan adalah:
a. Petunjuk bagi manusia (Hudan Linnâs)
Fungsi Al-Qurˊan sebagai petunjuk bagi
manusia menjelaskan tentang konsep dan tata cara
60
hidup yang akan mengantarkan manusia kepada
keselamatan. Allah berfirman:
“Alif laam miin. Kitab (Al-Qurˊan) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”. (QS. Al-Baqarah[2]: 1-2)
Diawal surat Al-Baqarah tersebut Allah
telah menyebutkan Al-Qurˊan sebagai petunjuk bagi
orang yang bertaqwa. Sedangkan pada ayat 185
Allah menyebutkan Al-Qurˊan sebagai petunjuk
bagi manusia, ini sifatnya umum. Baik yang
bertaqwa maupun tidak.
Adapun petunjuk bagi orang yang
bertaqwa, mempunyai arti bahwa mereka mampu
mengambil manfaat dan faidah dari Al-Qurˊan,
serta mampu menjadikan cahaya Al-Qurˊan sebagai
penerang bagi kehidupan. Sedangkan petunjuk bagi
manusia yaitu Al-Qurˊan sebagai penjelas bagi
mereka yang menghendaki petunjuk kebenaran,
untuk menûnjukkan mana jalan yang terbimbing
dan lurus.
61
Jadi, Al-Qurˊan merupakan dilâlah dan
irsyâd (penjelasan dan bimbingan) bagi seluruh
umat manusia.
b. Petunjuk terperinci (Bayyinat Minal Huda) Makna bayyinat minal huda yaitu
menerangkan tentang rincian petunjuk, yaitu berupa
rincian tentang realitas dan hukum-hukum praktis
untuk menyelesaikan perkara-perkara diantara
manusia. Allah berfirman:
“(Ini adalah) satu surat yang kami turunkan dan kami wajibkan (menjalankan hukum-hukum yang ada di dalam)nya, dan kami turunkan di dalamnya ayat ayat yang jelas, agar kamu selalu mengingatinya.”(QS. An-Nur [24]: 1)
c. Pembeda (Al-Furqân)
Al-Furqân artinya pembeda/pemisah. Al-
Qurˊan sebagai al-Furqân (pembeda) berfungsi
memisahkan antara al-haq (kebenaran) dan al-
bathil (kebatilan). Disebutkan didalamnya, manusia
62
akan terbelah menjadi dua kelompok besar, yaitu
kelompok orang-orang yang beriman dan kelompok
orang-orang yang kafir atau juga membedakan
antara kelompok pengikut Allah (hizbullah) dan
kelompok pengikut syaitan (hizbusysyaithan). Hal
ini ditegaskan oleh Allah dalam firmanNya:
“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-
63
bapak, atau anak-anak atau Saudara-saudara ataupun keluarga mereka. meraka Itulah orang-orang yang Telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. mereka Itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.” (Q.S. Al-Mujadilah [58]: 22)
“Syaitan Telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka Itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya golongan syaitan Itulah golongan yang merugi.”(Q.S. Al-Mujadilah [58]: 19).
Dengan merealisasikan fungsi Al-Qurˊan
sebagai al-Furqân, maka akan mempertegas mana
kelompok yang menerima Al-Qurˊan dan mana
kelompok orang yang menentang Al-Qurˊan. Orang
yang menerima Al-Qurˊan, mereka akan berusaha
64
keluar dari kesesatan dengan petunjuk Allah,
mentaati perintah yang tertera di dalamnya dan
menjauhi laranganNya. Sedangkan bagi siapa saja
yang menentang Al-Qurˊan, mereka akan
mendapatkan balasan yang sepadan.
65
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan sejak Bulan Maret sampai
Bulan Juni 2016, bertempat di Pusat Pembelajaran Al-
Qurˊan (PPQ) Al-Muhajirin Bukit Pamulang Indah.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan deskriptif analisis. “Metode penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang dilakukan berdasarkan
paradigma, strategi, dan implementasi model secara
kualitatif.”1 Pendekatan kualitatif adalah suatu proses
penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada
metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan
masalah manusia. Metode deskriptif analisis yaitu
menganalisa data yang diperoleh dari hasil penelitian
berupa informasi dan data yang berkaitan dengan tema
penelitian.
1 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2008). h. 20
66 C. Populasi dan Sampel
“Populasi adalah himpunan yang lengkap dari
satuan-satuan atau individu-individu yang karakteristiknya
ingin kita ketahui.”2 Berdasarkan pengertian tersebut,
dapat diambil kesimpulan, populasi berarti keseluruhan
subyek penelitian yang memiliki karakteristik yang akan
diteliti. Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai
populasi yaitu siswa PPQ Al-Muhajirin Bukit Pamulang
Indah.
Sedangkan “sampel adalah sebagian anggota
populasi yang memberikan keterangan atau data yang
diperlukan dalam suatu penelitian.”3 Dalam penelitian
kualitatif, sampel tidak dinamakan sebagai responden,
tetapi sebagai narasumber, partisipan atau informan.
Teknik pengambilan sampel penelitian yang digunakan
yaitu Nonprobability Sampling yaitu “teknik pengambilan
sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan yang
sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel.”4 Kemudian teknik sampling yang
2 Prasetyo Irawan, dkk, Metode Penelitian, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2009), cet. 5, h. 5.3 3 Prasetyo Irawan, dkk, Metode Penelitian, h. 5.4 4 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2015), cet. 22, h. 218
67
digunakan adalah Puposive sampling yaitu ”teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan
tertentu.”5
D. Sumber Data
Data adalah deskripsi dari sesuatu dan kejadian
yang kita hadapi. Sumber data terbagi menjadi dua, yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang
diperoleh peneliti secara langsung, sementara data
sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber
yang sudah ada. Dalam penelitian ini digunakan kedua
sumber data tersebut diatas.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi atau pengamatan kegiatan adalah
setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran,
pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan
yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
Alasan peneliti melakukan observasi adalah
untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau
5 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
h. 219
68
kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu
mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu
melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu
melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.
2. Tes Lisan
Peneliti melakukan tes bacaan Al-Qurˊan pada
jam kegiatan baca tulis Al-Qurˊan berlangsung. Adapun
kriteria penilaian yang digunakan di PPQ Al-Mujarin
ini terbagi pada tiga bagian, yakni penilaian kelancaran,
tajwid, dan makhraj. Kriteria penilaian tersebut
digambarkan sebagai berikut:
a) Kriterian Penilaian Kelancaran
A+ Nilai 100 = Jika murid sangat lancar dalam
membaca dan kualitasnya sangat bagus.
A Nilai 90 = Jika murid lancar dalam membaca dan
kualitasnya bagus.
B+ Nilai 85 = Jika murid lancar dalam membaca
dan kualitasnya biasa saja.
B Nilai 80 = Jika murid lumayan lancar dalam
membaca.
C Nilai 70 = Jika murid dalam membaca kurang
lancar.
69
D Nilai 60- 60 kebawah = Jika murid dalam
membaca tidak lancar.
b) Kriteria Penilaian Tajwid
A+ Nilai 100 = Jika murid membaca tajwid benar
semua dan kualitasnya sangat bagus.
A Nilai 90 = Jika murid membaca tajwidnya bagus
semua.
B+ Nilai 85 = Jika murid membaca tajwidnya cukup
bagus, salah 1-2.
B Nilai 80 = Jika murid membaca tajwidnya salah
3-4.
C Nilai 70 = Jika murid membaca tajwidnya kurag
bagus, salah 5-6.
D Nilai 60 = Jika murid membaca tajwidnya kurang
bagus, salah 7 huruf atau lebih.
c) Kriteria Penilaian Makhraj
A+ Nilai 100 = Jika murid melafalkan dengan fasih
dan makhraj yang tepat serta kualitasnya sangat
bagus.
A Nilai 90 = Jika murid melafalkan dengan fasih
dan makhraj yang tepat.
70
B+ Nilai 85 = Jika murid melafalkan dengan fasih,
salah 1-2 huruf.
B Nilai 80 = Jika murid melafalkan dengan salah 3-
4 huruf.
C Nilai 70 = Jika murid melafalkan dengan salah 5-
6.
D Nilai 60 = Jika murid melafalkan dengan salah 7
huruf atau lebih.
3. Wawancara
Wawancara merupakan alat re-cheking atau
pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang
diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara
mendalam. Wawancara merupakan pertemuan untuk
bertukar informasi dan ide melalui pertanyaan dan
jawaban. Dalam penelitian ini peneliti mewawancarai
guru Baca Tulis Al-Qurˊan (BTQ) dan peserta didik
bidang tahsin.
4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode
pengumpulan data dengan melihat atau menganalisis
71
dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau
oleh orang lain tentang subjek.
Teknik dokumentasi dikumpulkan untuk
mengumpulkan data-data penelitian tentang yayasan,
guru, dan siswa dalam kegiatan pembelajaran baca tulis
Al-Qurˊan.
F. Teknik Analisis Data
“Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari
berbagai sumber, dengan menggunakan teknik
pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi),
dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya
jenuh.”6
Analisis data dalam penelitian ini dilakukakn
dalam beberapa tahapan, diantaranya:
1. Pengumpulam informasi, melalui observasi dan
wawancara.
2. Mereduksi data yang berarti merangkum, memilih hal-
hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting,
serta dicari tema dan polanya.
3. Penyajian, disajikan dalam bentuk deskriptif dari
sumber informasi yang terpilih.
6 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
h. 243
72
4. Tahap akhir adalah dengan menarik kesimpulan yang
dapat disampaikan kepada orang lain.
73
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pusat Pengkajian Al-Qurˊan (PPQ)
Al-Muhajirin Pamulang
1. Sejarah Singkat Berdirinya PPQ Al-Muhajirin
Pusat Pembelajaran Al-Qurˊan (PPQ) Al-
Muhajirin berlokasi di komplek Bukit Pamulang Indah
tepatnya di Mesjid Al-Muhajirin Bukit Pamulang Indah.
PPQ Al-Muhajirin ini merupakan bagian dari program
bidang pendidikan Yayasan Al-Munawwarah.
Yayasan Al-Munawwarah telah berdiri sejak
tahun 1986, saat ini telah di pimpin oleh Bapak Bambang
Cahyono H.S. PPQ Al-Muhajirin sendiri merupakan
kegitan pendidikan di bawah naungan Bidang Pendidikan
dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Yayasan Al-Munawwarah yang diketuai oleh Bapak Ade
Cahyana. Bergabung dengan kepengurusan DKM Mesjid
Al-Muhajirin, sehingga menghasilkan nama “Pusat
Pembelajaran Al-Qurˊan (PPQ) Al-Muhajirin”.1
1 Hasil wawancara dengan ketua Yayasan Al-Munawwarah Bpk.
Bambang Cahyono.
74
Lahirnya PPQ Al-Muhajirin pada Tahun 2013
diawali oleh kegiatan remaja sekitar komplek yang disebut
Resminda. Dengan ide yang di pelopori oleh Bapak Djoko
Prabowo sebagai ketua Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Yayasan Al-Munawwarah untuk kegiatan belajar Al-
Qurˊan serta di bantu dalam perkembangannya oleh Ustadz
Daud Lintang dalam membimbing kegiatan belajar Al-
Qurˊan tersebut.
Kegiatan pertama pembelajaran Al-Qurˊan ini
awalnya hanya beranggotakan 7-10 orang saja dari anggota
Resminda sendiri. Seiring berjalannya waktu,
perkembangan PPQ Al-Muhajirin sampai saat ini memiliki
dua kelompok kelas yaitu tahfidz dan tahsin dengan
beranggotakan warga sekitar, baik anggota kepengurusan
remaja Resminda atau bukan. Mulai dari anak usia dini,
remaja, dewasa, hingga usia lanjut yang ingin bergabung
belajar Al-Qurˊan disana.
Untuk kelas tahsin dibagi menjadi dua kelas yaitu
A dan B. Kelas A untuk pemula yang masih belajar
mengenal huruf hijaiyah beranggotakan laki-laki dan
perempuan yang berjumlah 18 orang dan kelas B bagi
yang mulai belajar huruf sambung baik laki-laki dan
75
perempuan yang berjumlah 20 orang usia tingkat SD
antara 7 sampai 10 tahun.
Cita-cita besar PPQ Al-Muhajirin yaitu
mengembangkan kegiatan pembelajaran Al-Qurˊan ini
dengan melahirkan Rumah Tahfidz dan Rumah Panti.
B. Deskripsi Data
1. Hasil Observasi
Peneliti mengumpulkan data dengan observasi
secara langsung ke lapangan, serta mengamati situasi,
keadaan, kondisi, dan aktifitas guru dan siswa kelas
tahsin dalam kegiatan pembelajaran Al-Qurˊan di PPQ
Al-Muhajirin Pamulang. Dengan observasi ini peneliti
menemukan:
a. Kegiatan pembelajaran Baca Tulis Al-Qurˊan (BTQ)
dilakukan tiga hari dalam satu minggu, yaitu hari
senin, selasa dan kamis. Dilakukan dengan cara
talaqqi dari buku panduan yang disebut Iqra’.
b. Setelah praktik bacaan Al-Qurˊan secara talaqqi,
beberapa siswa yang sudah mampu menghafal surat-
surat pendek secara klasikal kemudian di talaqqi
hafalannya, selanjutnya siswa diberikan tugas
menulis huruf-huruf hijaiyah tunggal atau huruf
sambung, sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
76
c. Dalam dua hari kegiatan belajar Al-Qurˊan yaitu
senin dan selasa, diadakan kajian tajwid secara
intensif di dalam kelas selama 60 menit. Hal ini
bertujuan agar siswa mampu memahami,
mempraktikan, dan mengaplikasikan ilmu tajwid
serta sifat-sifat huruf yang tepat dalam bacaan Al-
Qurˊannya.
d. Bagi siswa kelas tahsin yang sudah mampu
membaca Al-Qurˊan dengan baik, maka akan
dinaikkan ke kelas tingkat tahfidz untuk belajar
menghafal Al-Qurˊan.
2. Hasil Wawancara
a. Hasil wawancara dengan Guru BTQ
1) Kegiatan pembelajaran talaqqi Al-Qurˊan di PPQ
Al-Muhajirin Pamulang diiringi dengan semangat
antusias para pesertanya. Tidak dilihat dari
seberapa kemampuan anak dalam membaca,
namun memperhatikan keinginan anak dalam
belajar dan pemberian motivasi guru kepada anak
agar gemar mengaji dan mempelajari Al-Qurˊan
untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-
Qurˊan siswa.
77
2) Kegiatan kajian tajwid untuk belajar Al-Qurˊan
juga mendapat antusias yang tinggi dari siswa.
Karena kegiatan belajar Al-Qurˊan jadi tidak
bersifat monoton hanya talaqqi bacaan saja,
namun menghasilkan variasi dalam belajar
khususnya dalam bidang ilmu tajwid dengan
metode-metode tertentu yang digunakan.
3) Dengan penerapan metode bagdadi, terdapat
beberapa kemajuan dari kualitas bacaan Al-
Qurˊan siswa sehingga lebih sadar makhraj dan
sifatnya. Untuk perkembangannya harus diadakan
kegiatan kelas yang lebih intensif dan sistematis
untuk mencapai hasil yang lebih maksimal.
4) Kegitan belajar Al-Qurˊan ini mendapat dukungan
dari pihak yayasan, orangtua dan peserta didik,
meskipun sarana dan pra sarana serta manajemen
watunya belum kondusif.
5) Untuk kegiatan talaqqi dan kajian tajwid perlu
mendapat perhatian dan perlu di tingkatkan, yaitu
dengan pengelompokkan yang terorganisir,
pengelompokkan kelas dengan tingkatan
kemampuan siswa, serta meningkatkan sarana dan
pra sarana yang mendukung kegiatan.
78
b. Wawancara dengan 3 orang siswa yang memiliki
tingkat kemampuan bacaan Al-Qurˊan tinggi, sedang
dan rendah. (setelah mengikuti kelas tajwid dengan
Metode Bagdadi).
Tabel 1
Siswa dengan kemampuan bacaan tinggi
Peneliti: Apakah anda suka kegiatan mengaji?
Siswa 1: Iya, senang.
Peneliti: Apakah anda suka mengikuti kegiatan kelas
tajwid dengan Metode Bagdadi?
Siswa 1: Suka, karena belajarnya seru, sambil liat
video dan nyanyi-nyanyi.
Peneliti: Mengapa anda senang belajar sambil
bernyanyi?
Siswa 1: Karena terdengarnya ramai dan kompak.
Peneliti: Apakah anda faham materi-materi yang
diajarkan dengan Metode Bagdadi?
Siswa 1: Faham, karena belajarnya sambil
bernyanyi, di kasih tahu tempat keluarnya huruf-
hurufnya darimana sambil praktek.
79
Siswa dengan kemampuan bacaan sedang
Peneliti: Apakah anda suka kegiatan mengaji?
Siswa 2: Senang, soalnya bisa ketemu teman-teman
di tempat ngaji.
Peneliti: Apakah anda suka mengikuti kegiatan kelas
tajwid dengan Metode Bagdadi?
Siswa 2: Suka, karena belajar makharijul huruf.
Peneliti: Mengapa anda senang belajar sambil
bernyanyi?
Siswa 2: Karena kalau nyanyi lebih semangat.
Peneliti: Apakah anda faham materi-materi yang
diajarkan dengan Metode Bagdadi?
Siswa 2: Faham, karena belajar huruf-huruf sama
makharijul hurufnya.
Siswa dengan kemampuan bacaan kurang
Peneliti: Apakah anda suka kegiatan mengaji?
Siswa 3: Senang.
Peneliti: Apakah anda suka mengikuti kegiatan kelas
tajwid dengan Metode Bagdadi?
Siswa 3: Suka, karena belajarnya sambil nonton
video dan bernyanyi.
Peneliti: Mengapa anda senang belajar sambil
80
bernyanyi?
Siswa 3: Karena aku senang bernyanyi.
Peneliti: Apakah anda faham materi-materi yang
diajarkan dengan Metode Bagdadi?
Siswa 3: Faham, soalnya belum di ajarkan
sebelumnya.
3. Hasil Penilaian Tes Lisan
Berdasarkan hasil analitis tes lisan bacaan Al-
Qurˊan dari 38 siswa usia tingkat SD (7-10 tahun)
sebagai responden dengan pembelajaran Metode
Bagdadi dari masing-masing aspek penilaian membaca
Al-Qurˊan di kelas tahsin PPQ Al-Muhjirin, diperoleh
hasil prosentase sebagai berikut.
Tabel 2
No. Kelancaran
Bacaan Tajwid Fashahah
1. 85 85 86
2. 79 80 82
3. 79 75 75
4. 70 76 77
5. 86 85 87
81
6. 82 81 81
7. 90 90 88
8. 80 77 80
9. 80 75 78
10. 77 75 77
11. 82 78 82
12. 82 80 82
13. 90 90 85
14. 85 82 82
15. 83 80 81
16. 85 82 80
17. 86 86 88
18. 88 87 87
19. 80 82 80
20. 82 82 82
21. 81 79 79
22. 76 75 76
23. 82 80 80
24. 80 76 76
25. 70 70 70
26. 85 80 82
27. 85 80 80
82
28. 83 82 84
29. 86 84 84
30. 80 80 80
31. 69 70 70
32. 84 80 80
33. 85 84 82
34. 85 82 85
35. 86 86 83
36. 85 85 80
37. 82 80 80
38. 85 85 85
Setelah diperoleh data mengenai kemampuan
membaca Al-Qurˊan dari 38 peserta didik kelas
tahsin PPQ Al-Muhajirin, penulis melakukan
perhitungan terhadap frekuensi dan prosentase dari
setiap kompetensi, maka penulis menetapkan
perhitungan sebagai berikut.
Kategori penilaian kemampuan membaca Al-
Qurˊan dalam aspek kelancaran.
83
Tabel 3
Skor F Nilai nyata Kategori Prosentase
61-70 3 69-70 Rendah 7.8%
71-80 7 76-80 Sedang 18.4%
81-90 28 81-90 Tinggi 73.6%
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwasannya hasil tes
kelancaran membaca Al-Qurˊan tingkat rendah
7.8%, tingkat sedang 18.4% dan tingkat tinggi
mencapai nilai maksimum yaitu mencapai 73.6%.
dapat dipahami bahwa siswa sudah mampu
mengenal huruf-huruf hijaiyah dengan baik.
8% 18%
74%
Rendah Sedang Tinggi
84
Kategori penilaian kemampuan membaca Al-
Qurˊan dalam aspek tajwid.
Tabel 4
Skor F Nilai nyata Kategori Prosentase
61-70 2 70 Rendah 5.2%
71-80 18 76-80 Sedang 47.3%
81-90 18 81-90 Tinggi 47.3%
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kemampuan
membaca terhadap aspek tajwid mencapai nilai
baik. Dimana kemampuan tingkat sedang mencapai
47.3% sama dengan tingkat kemampuan tinggi yang
5%
48%
47%
Rendah Sedang Tinggi
85
mencapai 47.3% dan kemampuan rendah mencapai
5.2%.
Kategori penilaian kemampuan membaca Al-
Qurˊan dalam aspek makhraj.
Tabel 5
Skor F Nilai nyata Kategori Prosentase
61-70 2 70 Rendah 5.2%
71-80 16 76-80 Sedang 42.1%
81-90 20 81-90 Tinggi 52.6%
Dari tabel diatas dapat dilihat hasil tes kemampuan
membaca terhadap makhraj mencapai kategori baik.
5%
42% 53%
Rendah Sedang Tinggi
86
Dimana tingkat kemampuan tinggi mencapai
52.6%, tingkat sedang 42.1% dan tingkat rendah
5.2%. Dapat dilihat, bahwasannya siswa sudah
mampu mengenal sifat huruf dengan baik.
87
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa:
Dengan memperhatikan hasil tes pada waktu evaluasi di
kelas tahsin menunjukkan bahwa hasil kemampuan
membaca Al-Qurˊan dengan pembelajaran metode bagdadi
hasilnya cukup baik. Dimana perolehan nilai rata-rata hasil
tes kemampuan membaca Al-Qurˊan dengan skor 61-70
(rendah) kelancaran 7.8%, tajwid 5.2%, dan makhraj 5.2%.
Skor 71-80 (sedang) mencapai nilai kelancaran 18.4%,
tajwid 47.3%, dan makhraj 42.1%. Skor 81-90 (tinggi)
dengan nilai kelancaran 73.6%, tajwid 47.3%, dan makhraj
52.6%. Hal ini menunjukkan bahwa Metode Bagdadi
memberikan kontribusi yang sangat baik dalam
meningkatkan kemampuan membaca Al-Qurˊan di PPQ
Al-Muhajirin Bukit Pamulang Indah.
B. Saran
Dari hasil kesimpulan diatas, penulis memberikan saran-
saran sebagai berikut:
1. Guru beserta dewan bidang pendidikan Pusat
Pembelajaran Al-Qurˊan (PPQ) Al-Muhajirin Bukit
88
Pamulang Indah harus terus berupaya meningkatkan
prestasi kemampuan belajar dan membaca Al-Qurˊan
peserta didiknya serta berupaya memprioritaskan
dalam pengamalan Al-Qurˊan dengan baik dan benar.
2. Menyeleksi peserta didik dengan pengelompokkan
kelas sesuai kemampuannya agar penyampaian materi
yang disampaikan seimbang.
3. Meningkatkan sarana dan prasarana untuk mendukung
kelancaran kegiatan pembelajaran Al-Qurˊan yang
efektif dan optimal.
89
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahhman bin Abdurrahim al Mubarakfury, Al Imam, Tuhfatul Ahwadzi bi Syarhi Jami‘it Tirmidzi, Mesir: Darul Hadits, 2001
Ahmadi, Iif Khoiru, dkk, Pembelajaran Akselerasi, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011
Al ‘Asqolani, Al Imam Al Hafizh Ibnu Hajar, Fathul Baari bi Syarhi Shohih al Bukhari, Mesir: Darul Hadits, 2004
Al Jurjani, A-Ta’rifat, Ath-Thaba’ah wa an-Nasyr wa At-Tauzi, Jeddah, t.p, t.t.
Al-Hasani, Muhammad Ibn ‘Alawi Al-Maliki, Samudera Ilmu Al-Qur’an, Bandung: Mizan Media Utama, 2001
Al-Qaththan, Manna Cholil, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Bogor: Litera Antar Nusa, 1986
Al-Shabuni, Muhammad Ali, Attibyan fii ‘Ulumil Qur’an, tt.p, Daarul Kutub Al-Islamiyah, 2003
Annuri, Ahmad, Panduan Tahsin Tilawah Al-Qurˊan & Ilmu Tajwid, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2008
Departemen agama RI, Al-Qur`an dan Terjemahnya, Bandung: Sygma, 2009
Djamarah, Syaiful Bahri, dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997
90 Djamarah, Syaiful Bahri, Pola Asuh Orang Tua dan
Komunikasi dalam Keluarga, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2014
Fathoni, Ahmad, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an, Jakarta: Fakultas Ushuluddin Institut PTIQ, 2012
Fathurrahman, Pupuh, dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Konsep Umum dan Konsep Islami, Bandung: Refika Adimata, 2010
Hamid bin ‘Abdil Hamid, Abi Nuran, Qa‘idah Bagdadiyah, As-Syariqah: Maktabah Shahabah, 2005
Kurnaedi, Abu Ya’la, Tajwid Lengkap Asy-Syafi’i, Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2013
M. Yusuf, Kadar, Tafsir Tarbawi Pesan-pesan Al-Qurˊan Tentang Pendidikan, Jakarta: Amzah, 2015
Munir, A dan Sudarsono, Ilmu Tajwid dan Seni Baca Al-Qur’an, Jakarta: Rineka Cipta, 1994
Prasetyo Irawan, dkk, Metode Penelitian, Jakarta: Universitas Terbuka, 2009
Rauf, Abdul Aziz Abdur, Pedoman Daurah Al-Qur’an, Jakarta: Markaz Al-Qur’an, 2010.
Respatiningrum, Dwi, www.edukasi.in/2015/09/metode-metode-pembelajaran-al-quran-a.html?m=1, diakses tanggal 17 Mei 2016
Shihab, M. Quraisy, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 2014.
91 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
Bandung: Alfabeta, 2015
Syarbini, Amirullah, dan Sumantri Jamhari, Kedahsyatan Membaca Al-Qur’an, Bandung: Ruang Kata, 2012
Syarifuddin, Ahmad, Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani, 2005
Tampubolon, Kemampuan Membaca Tenik Membaca Efektif dan Efisien, Bandung: Angkasa, 1986
Tarigan, Henry Guntur, membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung: Angkasa, 1979
Tim Pimpinan Pusat Jam’iyyatul Qurra` wal-Huffazh, Panduan Praktis Baca Tulis AL-Qur`an Metode Bagdadi, Jakarta: PP-JQH-NU, 2014
Tim Reality, Kamus Terbaru Bahasa Indonesia, Surabaya: Reality Publisher, 2008
Ulandari, Wike, “Efektifitas Metode Ummi Terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an”, Skripsi, Jakarta: Perpustakaan IIQ, 2015, t.d.
Umar, Bukhari, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah, 2011
Usman, M. Basyirudin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002
Wafiqni, Nafia dan Asep Ediana, Psikologi Perkembangan Anak Usia MI/SD, Jakarta: UIN Press, 2015
Yanggo, Huzaemah. T, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi, Jakarta: IIQ Press, 2011
92 Zubaidi, Bahrun Abu Bakar Ihsan, Tahapan Mendidik Anak,
Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2005
BERITA WAWANCARA
Hari/Tanggal : Senin, 13 Juni 2016
Waktu : 16.00-17.00
Nama Interview : 1) Nayla
2) Bintang
3) Tasya
Jabatan : Siswa/i kelas tahsin
Tempat : Masjid Al-Muhjirin Bukit Pamulang Indah
A. Isi Wawancara
Topik: Peran mengaji dan Metode Bagdadi
Peneliti: Apakah anda suka kegiatan mengaji?
Siswa 1: Iya, senang.
Siswa 2: Senang, soalnya bisa ketemu teman-teman di tempat
ngaji.
Siswa 3: Senang.
Peneliti: Apakah anda suka mengikuti kegiatan kelas tajwid
dengan Metode Bagdadi?
Siswa 1: Suka, karena belajarnya seru, sambil liat video dan
nyanyi-nyanyi.
Siswa 2: Suka, karena belajar makharijul huruf.
Siswa 3: Suka, karena belajarnya sambil nonton video dan
bernyanyi.
Peneliti: Mengapa anda senang belajar sambil bernyanyi?
Siswa 1: Karena terdengarnya ramai dan kompak.
Siswa 2: Karena kalau nyanyi lebih semangat.
Siswa 3: Karena aku senang bernyanyi.
Peneliti: Apakah anda faham materi-materi yang diajarkan
dengan Metode Bagdadi?
Siswa 1: Faham, karena belajarnya sambil bernyanyi, di kasih tahu tempat keluarnya huruf-hurufnya darimana sambil praktek.
Siswa 2: Faham, karena belajar huruf-huruf sama makharijul hurufnya.
Siswa 3: Faham, soalnya belum di ajarkan sebelumnya.