21
PENERAPAN METODE DISKUSI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN BERDASAR PENGALAMAN SISWA DI KELAS V SDN TONDOMULO III KEC. KEDUNGADEM KAB. BOJONEGORO TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Patekur, S.Pd SDN Tondomulo III Kedungadem Desa Tondomulo, Kec. Kedungadem, Kab. Bojonegoro Email : [email protected] Abstark : Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SD pada umumnya kegiatan menulis karangan belum menghasilkan suatu karangan yang baik, karena karangan dapat dinyatakan baik, jika dapat memenuhi beberapa kriteria, antara lain penggunaan ejaan, kosa kata, kalimat yang efektif dengan paragraf yang padu, serta dapat dipahami/dimengerti oleh pembaca. Pembelajaran bahasa Indonesia yang biasa digunakan adalah metode ceramah dan pemberian tugas. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan digunakan metode diskusi, agar ada perbaikan-perbaikan dalam pembelajaran, sehingga karangan siswa mendapat hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Kemampuan siswa V di SDN Tondomulo, Kec. Kedungadem Kab. Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018 dalam membuat karangan masih masih kurang. Hal tersebut ditunjukkan dengan perolehan nilai pada materi tentang mengarang yang menyebutkan bahwa dari 23 siswa, yang dinyatakan tuntas dalam belajar hanya 10 anak atau 43 % saja, sedangkan 13 anak atau 57 % siswa dinyatakan tidak tuntas dalam belajar, karena nilai yang diperoleh masih di bawah KKM, yaitu 70. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasarkan pengalaman siswa dengan menerapkan metode diskusi. Hal tersebut terbukti dengan adanya peningkatan kemampuan menulis karangan berdasarkan pengalaman siswa setelah menerapkan metode diskusi. Data yang diperoleh setelah menerapkan metode diskusi adalah pada siklus I kesesuaian judul memiliki nilai rata-rata 72,00; tata bahasa memiliki nilai rata-rata 73,00; ejaan memiliki nilai rata-rata 73,00; struktur kalimat memiliki nilai rata-rata 76,00; kosa kata memiliki nilai rata-rata 74,00. Dari hasil kelima indikator tersebut dapat diambil nilai rata-rata keseluruhan siklus pertama adalah 74,00. Dan pada siklus II data yang diperoleh adalah kesesuaian judul memiliki nilai rata-rata 83,00; tata bahasa memiliki nilai rata-rata 84,00; ejaan memiliki nilai rata-rata 83,00; struktur kalimat memiliki nilai rata-rata 83,00; kosa kata memiliki nilai rata-rata 84,00. Dari hasil kelima indikator tersebut dapat diambil nilai rata-rata keseluruhan siklus pertama adalah 83,00. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka disarankan kepada guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia hendaknya tidak dilakukan secara monoton dengan metode ceramah tetapi dapat dilakukan dengan metode diskusi, bermain peran, demonstrasi dan sebagainya dengan menggunakan pembelajaran yang inovatif. Metode diskusi dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa Indonesia hendaknya dilakukan secara terpadu agar mencakup semua aspek kebahasaan. Kata Kunci: kemampuan menulis karangan berdasar pengalaman, metode diskusi Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan, serta ekspresi. Bahasa memungkinkan manusia untuk saling berhubungan (komunikasi), saling berbagi pengalaman, saling belajar dari orang lain, memahami orang lain, menyatakan diri dan meningkatkan kemampuan intelektual. Kemampuan menulis merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat produktif, artinya kemampuan menulis ini merupakan kemampuan yang menghasilkan tulisan. Menulis adalah kegiatan yang memerlukan kemampuan berbahasa yang bersifat kompleks. Menulis merupakan salah satu kemampuan yang perlu dimiliki oleh siswa sekolah dasar. Memiliki kemampuan menulis memungkinkan siswa untuk mengkomunikasikan ide atau gagasan dan pengalaman ke berbagai pihak, terlepas dari ikatan ruang dan waktu. Pada umumnya ilmu pengetahuan, berbagai kejadian, berbagai penemuan dapat kita peroleh melalui tulisan. Dalam penulisan kita harus berusaha menyampaikannya dalam kata-kata. 183

PENERAPAN METODE DISKUSI SEBAGAI UPAYA … · Patkur, Penerapan metode diskusi sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasar pengalaman siswa di kelas V SDN Tondomulo

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENERAPAN METODE DISKUSI SEBAGAI UPAYA … · Patkur, Penerapan metode diskusi sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasar pengalaman siswa di kelas V SDN Tondomulo

Patkur, Penerapan metode diskusi sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasar pengalaman siswa di kelas V SDN Tondomulo III Kecamatan Kedungadem Kabupaten

Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018

1

PENERAPAN METODE DISKUSI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN BERDASAR PENGALAMAN

SISWA DI KELAS V SDN TONDOMULO III KEC. KEDUNGADEM

KAB. BOJONEGORO TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Patekur, S.Pd

SDN Tondomulo III Kedungadem

Desa Tondomulo, Kec. Kedungadem, Kab. Bojonegoro

Email : [email protected]

Abstark : Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SD pada umumnya kegiatan menulis karangan

belum menghasilkan suatu karangan yang baik, karena karangan dapat dinyatakan baik, jika dapat

memenuhi beberapa kriteria, antara lain penggunaan ejaan, kosa kata, kalimat yang efektif dengan

paragraf yang padu, serta dapat dipahami/dimengerti oleh pembaca. Pembelajaran bahasa Indonesia

yang biasa digunakan adalah metode ceramah dan pemberian tugas. Oleh karena itu, dalam penelitian

ini akan digunakan metode diskusi, agar ada perbaikan-perbaikan dalam pembelajaran, sehingga

karangan siswa mendapat hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Kemampuan siswa V

di SDN Tondomulo, Kec. Kedungadem Kab. Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018 dalam membuat

karangan masih masih kurang. Hal tersebut ditunjukkan dengan perolehan nilai pada materi tentang

mengarang yang menyebutkan bahwa dari 23 siswa, yang dinyatakan tuntas dalam belajar hanya 10

anak atau 43 % saja, sedangkan 13 anak atau 57 % siswa dinyatakan tidak tuntas dalam belajar,

karena nilai yang diperoleh masih di bawah KKM, yaitu 70. Penelitian ini bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasarkan pengalaman siswa dengan menerapkan

metode diskusi. Hal tersebut terbukti dengan adanya peningkatan kemampuan menulis karangan

berdasarkan pengalaman siswa setelah menerapkan metode diskusi. Data yang diperoleh setelah

menerapkan metode diskusi adalah pada siklus I kesesuaian judul memiliki nilai rata-rata 72,00; tata

bahasa memiliki nilai rata-rata 73,00; ejaan memiliki nilai rata-rata 73,00; struktur kalimat memiliki

nilai rata-rata 76,00; kosa kata memiliki nilai rata-rata 74,00. Dari hasil kelima indikator tersebut

dapat diambil nilai rata-rata keseluruhan siklus pertama adalah 74,00. Dan pada siklus II data yang

diperoleh adalah kesesuaian judul memiliki nilai rata-rata 83,00; tata bahasa memiliki nilai rata-rata

84,00; ejaan memiliki nilai rata-rata 83,00; struktur kalimat memiliki nilai rata-rata 83,00; kosa kata

memiliki nilai rata-rata 84,00. Dari hasil kelima indikator tersebut dapat diambil nilai rata-rata

keseluruhan siklus pertama adalah 83,00. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka

disarankan kepada guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia hendaknya tidak dilakukan secara

monoton dengan metode ceramah tetapi dapat dilakukan dengan metode diskusi, bermain peran,

demonstrasi dan sebagainya dengan menggunakan pembelajaran yang inovatif. Metode diskusi dalam

penelitian ini dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa

Indonesia hendaknya dilakukan secara terpadu agar mencakup semua aspek kebahasaan.

Kata Kunci: kemampuan menulis karangan berdasar pengalaman, metode diskusi

Pada hakikatnya belajar bahasa

adalah belajar berkomunikasi, baik secara

lisan maupun tulisan, serta ekspresi. Bahasa

memungkinkan manusia untuk saling

berhubungan (komunikasi), saling berbagi

pengalaman, saling belajar dari orang lain,

memahami orang lain, menyatakan diri dan

meningkatkan kemampuan intelektual.

Kemampuan menulis merupakan

salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis

yang bersifat produktif, artinya kemampuan

menulis ini merupakan kemampuan yang

menghasilkan tulisan. Menulis adalah

kegiatan yang memerlukan kemampuan

berbahasa yang bersifat kompleks. Menulis

merupakan salah satu kemampuan yang perlu

dimiliki oleh siswa sekolah dasar. Memiliki

kemampuan menulis memungkinkan siswa

untuk mengkomunikasikan ide atau gagasan

dan pengalaman ke berbagai pihak, terlepas

dari ikatan ruang dan waktu. Pada umumnya

ilmu pengetahuan, berbagai kejadian,

berbagai penemuan dapat kita peroleh

melalui tulisan.

Dalam penulisan kita harus berusaha

menyampaikannya dalam kata-kata.

183

Page 2: PENERAPAN METODE DISKUSI SEBAGAI UPAYA … · Patkur, Penerapan metode diskusi sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasar pengalaman siswa di kelas V SDN Tondomulo

184 Jurnal Karya Pendidikan Volume 3, Nomor 3 Juni 2017 hlm 183-202

Penyampaian yang berupa kata-kata inilah

yang banyak tidak dikuasai oleh seorang

murid Sekolah Dasar, karena sebagian besar

murid Sekolah Dasar tidak menguasai /

memahami kosa kata yang didengar.

Perbendaharaan kata atau kosa kata

seseorang dapat ditambah dengan banyaknya

mereka berkomunikasi, baik secara lisan

maupun tulisan.

Kemampuan-kemampuan yang

diperlukan untuk menulis karangan dapat

diperoleh melalui proses panjang.

Kemampuan menulis mulai ditanamkan di

tingkat SD, dimulai dengan pengenalan

lambang-lambang bunyi, kemudian kegiatan

pengembangan kosa kata. Penguasaan kosa

kata siswa SD kelas V hendaknya sekitar

6.000 kata (Alim, 1996:10).

Pengalaman di lapangan selama ini

menunjukkan bahwa banyak siswa SD yang

mengalami kesukaran menyatakan pendapat,

mengekspresikan, dan menulis buah pikiran

atau pendapatnya. Pelajaran mengarang

untuk siswa di SD pada umumnya lebih

difokuskan pada kegiatan sehari-hari atau

pengalaman yang dialami oleh siswa di

sekitar lingkungannya. Oleh karena itu siswa

dituntut untuk mampu menuangkan pikiran,

gagasan, atau ide-idenya dalam bentuk suatu

karangan. Kemampuan dasar untuk

menggunakan bahasa Indonesia sebagai

sarana komunikasi dan peningkatan ilmu

belum mencapai standar minimal. Tujuan

umum dalam pengajaran bahasa dan sastra

Indonesia di antaranya adalah siswa mampu

menulis karangan secara runtut.

Salah satu tujuan khusus lingkup

penggunaan bahasa dalam pengajaran Bahasa

dan Sastra Indonesia di SD adalah siswa

mampu menuliskan informasi sesuai dengan

konteks keadaan. Siswa SD diharapkan

mampu membuat karangan sesuai informasi

yang diperoleh.

Dalam pembelajaran bahasa

Indonesia di SD pada umumnya kegiatan

menulis karangan belum menghasilkan suatu

karangan yang baik, karena karangan dapat

dinyatakan baik, jika dapat memenuhi

beberapa kriteria, antara lain penggunaan

ejaan, kosa kata, kalimat yang efektif dengan

paragraf yang padu, serta dapat

dipahami/dimengerti oleh pembaca.

Hal ini merupakan masalah yang

sering dihadapi oleh guru dalam

pembelajaran menulis karangan di SD.

Penulisan karangan di SD pada umumnya

lebih difokuskan pada kegiatan sehari-hari,

atau pengalaman yang dialami, tetapi pada

kenyataanya kegiatan menulis karangan

berdasar pengalaman hasil yang diperoleh

masih rendah.

Banyak faktor yang mempengaruhi

masalah tersebut di atas. Di antaranya adalah,

1) kurangnya kosa kata/perbendaharaan kata

yang dimiliki siswa, sehingga penggunaan

kosa-kata dalam karangan masih rendah, 2)

kurangnya keberanian untuk menyampaikan

gagasan/ide-ide, sehingga kemampuan

menuangkan ide/gagasan dalam karangan

masih rendah, 3) kurangnya keberanian

untuk menyampaikan pengalaman yang

pernah dialami kepada orang lain, sehingga

kemampuan menulis karangan berdasar

pengalaman masih rendah.

Pembelajaran bahasa Indonesia yang

biasa digunakan adalah metode ceramah dan

pemberian tugas. Oleh karena itu, dalam

penelitian ini akan digunakan metode

diskusi, agar ada perbaikan-perbaikan dalam

pembelajaran, sehingga karangan siswa

mendapat hasil yang sesuai dengan apa yang

diharapkan.

Kemampuan siswa V di SDN

Tondomulo, Kec. Kedungadem Kab.

Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018

dalam membuat karangan masih masih

kurang. Hal tersebut ditunjukkan dengan

perolehan nilai pada materi tentang

mengarang yang menyebutkan bahwa dari 23

siswa, yang dinyatakan tuntas dalam belajar

hanya 10 anak atau 43 % saja, sedangkan 13

anak atau 57 % siswa dinyatakan tidak tuntas

dalam belajar, karena nilai yang diperoleh

masih di bawah KKM, yaitu 70.

Berdasarkan data data di atas, maka

metode diskusi merupakan salah satu cara

yang akan digunakan pada penelitian ini agar

anak didik lebih optimal dalam

mengungkapkan gagasan dalam bentuk

kalimat. Diharapkan dengan metode diskusi,

anak didik dapat menerima gagasan dari

anggota diskusi sehingga gagasan yang

terbentuk dalam kalimat-kalimat dapat

dituangkan dalam karangan.

Page 3: PENERAPAN METODE DISKUSI SEBAGAI UPAYA … · Patkur, Penerapan metode diskusi sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasar pengalaman siswa di kelas V SDN Tondomulo

Patekur, Penerapan Metode Diskusi Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Berdasar Pengalaman Siswa Di Kelas V Sdn Tondomulo III Kec. Kedungadem

Kab. Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018

185

Berdasarkan uraian di atas, maka

penulis mangajukan judul ―penerapan

metode diskusi sebagai upaya meningkatkan

kemampuan menulis karangan berdasar

pengalaman siswa di kelas V SDN

Tondomulo, Kec. Kedungadem Kab.

Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018‖

Rumusan Masalah

Dari berbagai masalah yang ada

dalam pembelajaran menulis karangan, maka

secara operasional permasalahan tersebut

dapat dirumuskan sebagai berikut:

Apakah metode diskusi dapat meningkatkan

kemampuan menulis karangan berdasar

pengalaman siswa di kelas V SDN

Tondomulo, Kec. Kedungadem Kab.

Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018?

Tujuan Penelitian

Ada pun tujuan akhir dari penelitian

ini adalah untuk meningkatkan kemampuan

menulis karangan berdasar pengalaman siswa

melalui metode diskusi di kelas V SDN

Tondomulo, Kec. Kedungadem Kab.

Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian tindakan

kelas ini adalah :

1. Manfaat praktis:

a. Bagi Siswa: Meningkatkan kemampuan

menulis karangan berdasar pengalaman

b. Bagi Guru: Memperoleh alternatif

metode dalam pembelajaran bahasa

Indonesia

c. Bagi Sekolah: Meningkatkan

kemampuan siswa dalam menulis

karangan

d. Bagi peneliti: Memperoleh

wawasan/temuan baru yang dapat

digunakan untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam menulis

karangan.

2. Manfaat teoretis:

a. Hasil penelitian yang berupa laporan

bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan, karena penelitian ini

berangkat dari teori-teori.

b. Apabila penelitian menunjukkan hasil

yang positif akan menunjang teori-teori

yang sudah ada.

KAJIAN PUSTAKA

Variabel dalam penelitian tindakan kelas

ini memiliki relasi dengan banyak pengertian

dan referensi. Topik-topik yang terkait dengan

variabel penelitian dalam laporan ini adalah

kemampuan menulis karangan berdasar

pengalaman siswa, metode diskusi, dan

peningkatan kecakapan siswa dalam menulis

karangan. Lebih terperinci, kemampuan

menulis karangan berdasar pengalaman siswa,

akan dijelaskan kajian pustaka yaitu

pengertian tema, mengarang (kata, kalimat,

kerangka karangan, paragraf, ejaan dan tanda

baca serta jenis-jenis karangan), dan

pengalaman siswa. Sedangkan dalam metode

diskusi akan dijelaskan beberapa kajian

pustaka yaitu pengertian metode, macam-

macam metode, dan pengertian diskusi.

Peningkatan kemampuan akan dijelaskan

kajian pustaka tentang pengertian kemampuan

dan peningkatan. Masing-masing pengertian

tersebut akan diuraikan sebagai berikut :

A. Kemampuan Menulis Karangan

Berdasar Pengalaman Siswa

1. Tema

Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (1990:921) tema adalah pokok

pikiran; dasar cerita (yang dipercakapkan,

dipakai sebagai dasar mengarang,

menggubah sajak dsb). Dengan demikian,

tema merupakan gagasan dasar tempat

beradanya topik. Dalam proses penulisan

karangan, tema merupakan gagasan dasar

yang menjadi tumpuan topik karangan.

2. Mengarang

Menurut A.Widyamartaya

(1990:9) mengarang adalah kegiatan yang

kompleks. Mengarang dapat kita pahami

sebagai ―keseluruhan rangkaian kegiatan

seseorang mengungkapkan gagasan dan

menyampaikan melalui bahasa tulis kepada

pembaca untuk dipahami tepat seperti yang

dimaksud pengarang ― (definisi Akademi

kepengarangan, A. Widyamartaya, 1990:9)

Page 4: PENERAPAN METODE DISKUSI SEBAGAI UPAYA … · Patkur, Penerapan metode diskusi sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasar pengalaman siswa di kelas V SDN Tondomulo

186 Jurnal Karya Pendidikan Volume 3, Nomor 3 Juni 2017 hlm 183-202

Sementara itu masih dalam A.

Widyamartaya, (1990:9) disebutkan tiga

bidang dalam kegiatan mengarang, yaitu zat

(subtance), siasat (strategi), dan gaya (style).

Zat atau substansi dalam kegiatan

mengarang adalah unsur-unsur atau bagian-

bagian integral atau bahan-bahan

pembentuk karangan. Siasat atau strategi

adalah tindakan-tindakan yang kita atur

langkah demi langkah untuk mencapai suatu

maksud. Sedangkan yang dimaksud dengan

gaya adalah penampilan dari hasil karangan

tersebut beserta corak penuturan yang

mendatangkan daya guna, yaitu sanggup

menyampaikan pengalaman batin dengan

efek sebesar-besarnya. Gaya (style)

menyangkut ejaan, diksi, perhubungan kata,

susunan kalimat, majas/kiasan, aspek,

pengharkatan, susunan paragraf,

perhubungan paragraf, penyajian, dan

perwajahan.

Gambar 1. Diagram Unsur-unsur,

Siasat, dan Gaya

Gambar 2. Diagram Unsur-unsur Mengarang

dan Saling Kaitannya.

Ada pun kegiatan mengarang

sangat erat dengan berbagai unsur dalam

mengarang. Yaitu kata, pilihan kata,

kalimat, kerangka karangan, paragraf, dan

ejaan. Semua unsur-unsur ini hendaknya

terdapat dalam setiap karangan sehingga

menghasilkan karangan yang baik dan dapat

dipahami isinya oleh pembaca.

a. Kata

Sebuah kata akan mendukung

terbentuknya kalimat efektif apabila kata itu

memiliki kesanggupan untuk mewadahi

gagasan yang akan diungkapkan penutur

dengan tepat dan memiliki kesanggupan

untuk menimbulkan kembali gagasan itu

dengan tepat pula pada benak (pikiran atau

perasaan) mitra tutur (Suparno, 2007:2.4).

Jadi kata merupakan unsur penyusun

kalimat yang berfungsi sebagai label bagi

pengalaman yang berhubungan dengan

suatu hal atau tindakan.

Mengingat adanya kemudahan dan

kesukaran yang ada pada siswa SD

berkenaan penggunaan kata, maka

sebaiknya dalam penyusunan karangan

untuk bacaan digunakan kata-kata yang

dikuasai siswa .

b. Pilihan kata

Suatu karangan merupakan media

komunikasi antara penulis dan pembaca.

Komunikasi tersebut hanya akan

berlangsung dengan baik selama pembaca

mengartikan kata dan rangkaian kata-kata

sesuai dengan maksud penulis. Karena itu

kita perlu berhati-hati dalam memilih

kata-kata yang dipergunakan dalam

tulisan.

Dalam memilih kata ada dua

persyaratan pokok yang harus

diperhatikan, yaitu ketepatan dan

kesesuaian. Persyaratan ketepatan

menyangkut makna, aspek logika kata-

kata; kata-kata yang dipilih harus secara

tepat mengungkapkan apa yang ingin

diungkapkan. Sedangkan persyaratan

kesesuaian menyangkut kecocokan antara

kata-kata yang dipakai dengan

kesempatan/situasi dan keadaan pembaca

( Akhadiah, 1988:83).

c. Kalimat

Langkah-langkah

Kerangka

Karangan

Pola-pola

Teknik-teknik

Dsb.

Zat Sias

at

Gay

a

IDE

PENGARANG

MASYARAKAT

PEMBACA

Bentuk bentuk :

1. Penceritaan

2. Pelukisan

3. Pemaparan

4. Perbincangan

Segi segi : 1. Azaz

2. Aturan

3. Teknik

4. Rangka

5. Langkah

Aspek-aspek :

1. Kosakata

2. Gramatika

3. Retorika

Page 5: PENERAPAN METODE DISKUSI SEBAGAI UPAYA … · Patkur, Penerapan metode diskusi sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasar pengalaman siswa di kelas V SDN Tondomulo

Patekur, Penerapan Metode Diskusi Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Berdasar Pengalaman Siswa Di Kelas V Sdn Tondomulo III Kec. Kedungadem

Kab. Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018

187

Bloomfield dalam John Lyons

(1995:169) mendefinisikan kalimat

sebagai ―Sesuatu bentuk bahasa bebas,

yang oleh karena suatu konstruksi

gramatikal tidak termasuk dalam suatu

bentuk bahasa yang lebih besar‖. Jadi

kalimat adalah satuan deskripsi bahasa

yang paling besar. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (1990:380) kalimat

adalah kesatuan ujar yang

mengungkapkan suatu konsep pikiran dan

perasaan.

Dari semua pernyataan di atas

dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah

susunan kata yang memiliki arti atau

makna. Kalimat dibagi dalam beberapa

jenis yaitu:

(1) Kalimat Tunggal: Kalimat yang

terdiri atas S-P, S-P-O, S-P-K, dan S-

P-O-K

(2) Kalimat Majemuk Setara: Kalimat

yang terdiri atas S1 – P1 – S2-P2, S1-

S2-P-O, S-P1-P2-O dan S-P-O1-O2

(3) Kalimat Majemuk Bertingkat:

Kalimat yang terdiri dari : S: (s-p) –

P, S-P-O: (s-p), S-P-O-K:(s-p)

Untuk tingkat SD sebaiknya

disesuaikan dengan kemampuan siswa.

Dalam suatu karangan kalimat bukan

sekedar untaian kata yang berstruktur dan

mengandung gagasan atau pesan. Kalimat

dalam karangan adalah kalimat yang

hidup, kalimat yang dapat berinteraksi

dengan pembaca. Kalimat dalam karangan

adalah kalimat yang mewakili penulis.

Kalimat demikian itulah yang disebut

kalimat efektif.

Jika dilihat dari segi bentuk dan

proses terjadinya, kalimat membentuk

struktur atau pola yang terdiri dari unsur-

unsur yang teratur. Kalimat yang polanya

salah menurut tata bahasa, jelas tidak

efektif. Namun kalimat yang menurut tata

bahasa betul polanya belum tentu efektif

(Razak, 1985 :3).

d. Kerangka Karangan

Menurut Suparno (2007:3.8)

kerangka karangan (out line) adalah

kerangka tulis yang menggambarkan

bagian-bagian atau butir-butir isi karangan

dalam tataan yang sistematis. Karena

tataannya yang sistematis itu, kerangka

karangan sudah menggambarkan organisasi

isi karangan.

Beberapa manfaat kerangka karangan

yang baik adalah:

(1) Memungkinkan kita mengarang

secara terarah karena isi kerangka

sebenarnya menggambarkan arah

sebuah karangan.

(2) Untuk menghindari kerja ulang.

(3) Memungkinkan kita dapat

memasukkan dan menempatkan

materi tulisan yang baru kita temukan

dalam bab atau sub bab tertentu.

(4) Memungkinkan kita dapat bekerja

lebih fleksibel dari segi penyelesaian

hasil karangan.

e. Paragraf

Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (1990:648) paragraf adalah

bagian bab dalam suatu karangan (biasanya

mengandung ide pokok dan dimulai

penulisannya dengan garis baru); alinea.

Menurut A. Widyamartaya (1990:32)

paragraf adalah sekelompok kalimat yang

saling berkaitan dan yang mengembangkan

satu gagasan. Sedangkan paragraf menurut

Mustakim (1994:112) adalah istilah lain dari

alinea yang dapat diberi pengertian sebagai

suatu bentuk pengungkapan gagasan yang

terjalin dalam rangkaian beberapa kalimat.

Dari ketiga definisi tersebut di atas

dapat disimpulkan bahwa paragraf

merupakan untaian kalimat, bagian dari

karangan yang berisi gagasan atau gagasan

dasar yang diungkapkan dalam kalimat

topik dan sejumlah gagasan pengembang

yang diungkapkan dalam kalimat-kalimat

pengembang. Paragraf juga dapat disebut

alinea. Bentuk penulisan paragraf dibedakan

atas :

(1) Penanda Paragraf.

Untuk mengidentifikasikan sebuah

paragraf maka digunakan penanda

paragraf.

(a). Paragraf ditandai dengan permulaan

kalimat yang menjorok ke dalam,

kira-kira lima atau tujuh spasi mesin

ketik.

Page 6: PENERAPAN METODE DISKUSI SEBAGAI UPAYA … · Patkur, Penerapan metode diskusi sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasar pengalaman siswa di kelas V SDN Tondomulo

188 Jurnal Karya Pendidikan Volume 3, Nomor 3 Juni 2017 hlm 183-202

Gambar 3. Paragraf Menjorok ke Dalam

(b). Perenggangan juga dapat digunakan

untuk menandai paragraf.

Gambar 4. Paragraf Merenggang

(c). Gabungan (menjorok dan

peregangan)

Gambar 5. Paragraf Gabungan

(2) Jenis-jenis Paragraf (Suparno, 2007:3.22) kriteria yang

lazim digunakan dalam penjenisan

paragraf adalah posisi atau tempat

kalimat topik dalam paragraf. Berdasar

kriteria tersebut ada tiga jenis yang perlu

kita ketahui. Tiga jenis paragraf tersebut

adalah:

(a) Paragraf deduktif yaitu paragraf

yang memiliki kalimat topik pada

bagian awal paragraf dan kalimat –

kalimat pengembang setelah

kalimat topik. Hal ini berarti

gagasan dasar dikemukakan lebih

dulu dan gagasan-gagasan

pengembang isi paragraf

dikemukakan kemudian.

(b) Paragraf induktif yaitu paragraf

yang memiliki kalimat topik pada

bagian akhir paragraf. Hal ini

berarti bahwa informasi dalam

paragraf diawali dengan gagasan-

gagasan pengembang dan diakhiri

dengan gagasan dasar.

(c) Paragraf kombinasi antara deduktif

dan induktif, yaitu paragraf yang

memiliki dua kalimat topik yang

ditempatkan pada bagian awal dan

bagian akhir. Dua kalimat topik itu

memiliki gagasan dasar yang sama,

hanya redaksi pengungkapannya

berbeda. Kalimat-kalimat

pengembang berada di antara dua

kalimat topik itu.

(3) Syarat-Syarat Paragraf yang baik

Mustakim (1994:115)

menyebutkan bahwa paragraf yang baik

hendaknya memenuhi dua kriteria yaitu

kesatuan (kohesi) dan kepaduan

(koherensi).

(a) Kesatuan (kohesi): Suatu paragraf

hendaknya hanya mengandung satu

gagasan utama yang diikuti

beberapa gagasan pengembangan

atau penjelas.

(b) Kepaduan (koherensi): Kepaduan

suatu paragraf dapat diketahui dari

susunan kalimat yang sistematis,

logis, dan mudah dipahami.

Kepaduan dapat diwujudkan dengan

menggunakan sarana pengait kalimat

dalam paragraf yang berupa:

(a) Penggantian.

Penggantian merupakan sarana pengait

kalimat dalam paragaraf yang berupa

penyulihan atau penggantian dengan

menggunakan kata ganti, kata penunjuk

atau kata lain yang mempunyai ciri

yang tersirat pada kalimat sebelumnya.

Kata ganti yang dapat dipakai adalah

dia, kalian, mereka, dan ia. Sedangkan

kata penunjuk adalah kata-kata yang

sejenis ini, itu, di atas, di bawah, dan

sebagainya.

(b) Pengulangan.

Pengulangan merupakan sarana pengait

atau pengikat kalimat dalam paragraf

yang dilakukan dengan cara mengulang

bagian kalimat sebelumnya.

(c) Penghubung antarkalimat.

Penghubung antarkalimat merupakan

ungkapan yang digunakan untuk

menghubungkan antara kalimat yang

satu dan kalimat yang lain dalam

sebuah paragraf. Beberapa ungkapan

itu misalnya: oleh karena itu, oleh

sebab itu, meskipun begitu, namun,dan

sebagainya.

Page 7: PENERAPAN METODE DISKUSI SEBAGAI UPAYA … · Patkur, Penerapan metode diskusi sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasar pengalaman siswa di kelas V SDN Tondomulo

Patekur, Penerapan Metode Diskusi Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Berdasar Pengalaman Siswa Di Kelas V Sdn Tondomulo III Kec. Kedungadem

Kab. Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018

189

f. Ejaan dan Tanda Baca

Penggunaan bahasa Indonesia

secara baik dan benar dalam tulis menulis

harus ditunjang oleh penerapan peraturan

ejaan yang berlaku dalam Bahasa

Indonesia, yaitu Ejaan Yang

Disempurnakan. Ejaan dan pungtuasi

(tanda baca) berperan sampai batas-batas

tertentu, menggantikan beberapa unsur

non bahasa yang diperlukan untuk

memperjelas gagasan atau pesan. Yang

perlu diperhatikan dalam penggunaan

ejaan dan tanda baca adalah:

(1) Pemakaian huruf dan penulisan

huruf

(2) Penulisan kata

(3) Penulisan unsur serapan

(4) Tanda baca

3. Jenis-Jenis Karangan

Dari sudut bentuk wacana karangan dibagi

menjadi empat yaitu:

a. Deskripsi

Deskripsi atau pemerian merupakan

sebuah bentuk tulisan yang bertalian

dengan usaha para penulis untuk

memberikan perincian – perincian dari

objek yang sedang dibacakan ( Keraf,

1981:93) Dengan demikian dapat

disimpulkan karangan deskripsi adalah

bentuk karangan yang berupa pemaparan

atau penggambaran dengan kata-kata

secara jelas dan terperinci.

b. Eksposisi

Eksposisi atau pemaparan adalah salah

satu bentuk tulisan atau retorika yang

berusaha untuk menerangkan dan

menguraikan suatu pokok pikiran, yang

dapat memperluas pandangan atau

pengetahuan seseorang yang membaca

uraian tersebut (Keraf, 1981:93). Dapat

disimpulkan bahwa eksposisi merupakan

bentuk karangan yang berupa uraian

(paparan) tentang maksud dan tujuan.

c. Argumentasi

Argumentasi adalah suatu bentuk retorika

yang berusaha untuk mempengaruhi sikap

dan pendapat orang lain, agar mereka itu

percaya dan akhirnya bertindak sesuai

dengan apa yang diinginkan oleh penulis

atau pembicara (Keraf, 1983:3). Jadi

bentuk karangan yang dapat memberi

alasan untuk memperkuat suatu pendapat

atau gagasan merupakan argumentasi.

d. Narasi :

Narasi merupakan suatu bentuk wacana

yang berusaha mengisahkan suatu

kejadian atau peristiwa sehingga tampak

seolah-olah pembaca melihat atau

mengalami sendiri peristiwa itu (Keraf,

1983:135). Dengan demikian yang

dimaksud dengan narasi adalah bentuk

karangan yang berupa penceritaan suatu

cerita atau kejadian.

Pada karangan siswa sekolah dasar

diharapkan dapat membentuk salah satu

dari jenis karangan tersebut di atas.

Namun pada penelitian ini jenis karangan

berdasar pengalaman siswa difokuskan

pada bentuk karangan narasi.

4. Pengalaman Siswa

Pengalaman adalah sesuatu yang

pernah dialami, (dijalani, dirasai,

ditanggung) Kamus Besar Bahasa Indonesia

(1990:19). Dari definisi tersebut

disimpulkan bahwa pengalaman siswa

adalah sesuatu yang pernah dialami atau

dirasakan oleh siswa dalam hidupnya.

Jadi yang dimaksud dengan

kemampuan menulis karangan berdasar

pengalaman siswa adalah kecakapan siswa

dalam menuangkan gagasasan secara tertulis

tentang sesuatu yang pernah dialami agar

dapat dipahami oleh orang lain atau

pembaca.

B. Metode Diskusi

1. Pengertian Metode

Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (1990:580) metode artinya

cara yang teratur dalam berpikir baik-

baik untuk mencapai maksud. Upaya

untuk mengimplementasikan rencana

yang sudah disusun dalam kegiatan

nyata, agar tujuan yang telah disusun

dapat tercapai secara optimal, disebut

metode (Sanjaya, 2008:126). Jadi

metode digunakan untuk merealisasikan

strategi yang telah ditetapkan. Dengan

demikian, bisa terjadi dalam satu strategi

Page 8: PENERAPAN METODE DISKUSI SEBAGAI UPAYA … · Patkur, Penerapan metode diskusi sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasar pengalaman siswa di kelas V SDN Tondomulo

190 Jurnal Karya Pendidikan Volume 3, Nomor 3 Juni 2017 hlm 183-202

pembelajaran digunakan beberapa

metode. Berdasar pengertian tersebut

diatas maka pengertian metode adalah

suatu cara yang digunakan untuk

mencapai suatu tujuan pembelajaran

yang telah direncanakan.

2. Macam-macam Metode

Dalam mengajarkan Bahasa

Indonesia digunakan multi metode. Yang

dimaksud dengan multi metode yaitu

berbagai macam metode pengajaran.

Macam-macam metode yang kita kenal

adalah brain storming atau sumbang

saran, tanya jawab, ceramah, diskusi,

demonstrasi/peragaan dll. Pada materi

tertentu banyak digunakan metode

ceramah, sedangkan materi lain banyak

digunakan metode diskusi. Oleh karena

itu pada penelitian ini metode diskusi

yang digunakan adalah metode diskusi

kelompok

3. Diskusi

Diskusi berasal dari Bahasa

Latin yaitu discutio atau discusium yang

artinya tukar pikiran. Diskusi pada

dasarnya merupakan suatu bentuk tukar

pikiran yang teratur dan terarah, baik

dalam kelompok kecil maupun dalam

kelompok besar dengan tujuan untuk

mendapat suatu pengertian, kesepakatan

dan keputusan bersama mengenai suatu

masalah (Tarigan, 1997:7.13).

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia disebutkan bahwa diskusi

adalah pertemuan ilmiah untuk bertukar

pikiran mengenai sesuatu masalah.

Berdiskusi artinya bertukar pikiran. Ada

pun syarat-syarat yang harus

diperhatikan untuk melakukan diskusi

adalah:

a. ada masalah yang dibicarakan.

b. ada seseorang sebagai ketua diskusi

c. ada peserta sebagai anggota diskusi.

d. setiap anggota mengemukakan

pendapatnya dengan teratur.

e. kalau ada kesimpulan atau keputusan

harus disetujui oleh semua anggota.

Diskusi yang sifatnya melibatkan

sejumlah massa sehingga terjadi interaksi

massa, adalah diskusi yang bentuknya

berupa: diskusi panel, simposium,

seminar, lokakarya, dan brain storming.

4. Metode Diskusi

Berdasarkan pengertian-pengertian

tersebut di atas maka dapat disimpulkan

bahwa metode diskusi adalah suatu

metode pembelajaran yang membagi

siswa dalam bentuk kelompok untuk

melakukan tukar pikiran dalam

memecahkan masalah.

Mengingat jumlah siswa dalam

satu kelas cukup banyak, maka untuk

melibatkan individu , diskusi kelompok

lebih tepat. Selain untuk mencapai

efektivitas belajar, diskusi kelompok juga

dapat menghilangkan kejemuan siswa

belajar. Dengan diskusi kelompok dapat

pula diciptakan iklim yang memudahkan

penerimaan bahan pelajaran serta dapat

meningkatkan taraf berpikir siswa.

Diskusi kelompok juga lebih

memungkinkan siswa untuk memiliki

pengalaman yang lebih luas dan beraneka,

karena pengetahuan yang diperoleh dari

berdiskusi belum tentu didapat dari

membaca atau mendengarkan penjelasan

guru. Melalui diskusi kita pun dapat

belajar cara orang lain berpikir dan

memecahkan masalah.

Dalam berdiskusi peserta dapat

menguji argumentasi yang melandasi

gagasan sendiri atau gagasan yang

dilontarkan dalam diskusi. Peserta dapat

bertukar pikiran secara konstruktif.

5. Penerapan Metode Diskusi dalam

Pembelajaran Mengarang

Metode diskusi dalam

pembelajaran mengarang dilakukan untuk

melatih siswa mengungkapkan

gagasannya kepada anggota kelompok

sehingga dapat memudahkan siswa dalam

menuangkan gagasan dalam bentuk

tulisan. Setelah mendengarkan atau

membaca kalimat yang diungkapkan oleh

teman atau anggota kelompoknya

diharapkan siswa termotivasi dalam

menuangkan gagasannya dalam bentuk

kalimat baik secara lisan atau tulisan,

sehingga gagasan terpendam dalam diri

siswa akan tergali dengan sendirinya

tanpa dorongan dari orang lain. Tujuan

Page 9: PENERAPAN METODE DISKUSI SEBAGAI UPAYA … · Patkur, Penerapan metode diskusi sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasar pengalaman siswa di kelas V SDN Tondomulo

Patekur, Penerapan Metode Diskusi Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Berdasar Pengalaman Siswa Di Kelas V Sdn Tondomulo III Kec. Kedungadem

Kab. Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018

191

utama metode ini bukan hanya sekedar

hasil belajar, tetapi yang lebih penting

adalah proses belajar.

C. Kerangka Berpikir

Berangkat dari realita di lapangan,

yang menunjukkan begitu besarnya masalah

yang dihadapi siswa dalam mengarang, dan

demikian banyaknya unsur yang harus

dikuasai, agar karangan mereka

memuaskan, maka perlu dilakukan upaya

konkret oleh pendidik dalam memecahkan

masalah tersebut. Guru setidaknya

melakukan suatu proses dan terobosan

membentuk forum dan metode diskusi yang

efektif untuk bertukar pikiran guna

merangsang kecakapan dan keaktivan anak

dalam menulis karangan.

Kerangka berpikir dalam penelitian

ini, secara sederhana disajikan pada tabel

berikut:

Tabel 2.1, Kerangka Berpikir Penelitian

Variabel

bebas

Variabel tergantung Kriteria keberhasilan

Metode diskusi

Kemampuan menulis karangan berdasar

pengalaman siswa

Adanya peningkatan kecakapan siswa dalam

menulis karangan, hasil

karangan yang baik

D. Hipotesis Penelitian

Ada pun hipotesis dalam penelitian

ini adalah ―metode diskusi, dapat

meningkatkan kemampuan menulis

karangan berdasar pengalaman siswa kelas

V SDN Tondomulo, Kec. Kedungadem

Kab. Bojonegoro Tahun Pelajaran

2017/2018‖.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian

tindakan, oleh karena itu penelitian ini

dilakukan untuk memecahkan masalah

pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga

termasuk penelitian deskriptif, sebab

menggambarkan bagaimana tindakan dalam

memecahkan masalah dalam pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan yang

inovatif untuk mencapai hasil yang

diinginkan.

Penelitian ini dilakukan sendiri

langsung oleh peneliti sebagai pengajar

(guru) dalam pembelajaran di kelas,

layaknya proses belajar pada umumnya.

Dengan cara ini diharapkan dapat diperoleh

data yang seobjektif mungkin demi

kevalidan data yang diperlukan.

A. Subjek, Setting, dan Waktu Penelitian

1. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, subjek yang

akan dikenai tindakan adalah seluruh

siswa kelas V, SDN Tondomulo, Kec.

Kedungadem Kab. Bojonegoro Tahun

Pelajaran 2017/2018 dengan jumlah

siswa 23 anak.

2. Setting Penelitian

Penelitian dilakukan di kelas V

SDN Tondomulo, Kec. Kedungadem

Kab. Bojonegoro Tahun Pelajaran

2017/2018. Kelas .

3. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu

berlangsungnya penelitian atau saat

penelitian ini dilangsungkan. Penelitian

dilakukan pada semester satu tahun

pelajaran 2017/2018.

B. SASARAN PENELITIAN

Dalam penelitian ini peneliti ingin

mengetahui kemampuan menulis karangan

berdasar pengalaman melalui metode

diskusi. Keberhasilan penelitian pada

masing-masing siklus sesuai dengan kriteria

keberhasilan/pencapaian target, ada pun

kriteria pencapaian target penelitian masing-

masing siklus dapat peneliti gambarkan

sebagai berikut :

1) Siswa dinyatakan tuntas dalam belajar

jika memperoleh nilai ≥70

2) Siswa dinyatakan tidak tuntas dalam

belajar apabila memperoleh nilai < 70

3) Rata-rata kelas ≥75

4) Ketuntasan belajar siswa ≥75

C. Model Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan model Penelitian Tindakan.

Arikunto menjelaskan, penelitian tindakan

adalah penelitian tentang hal-hal yang

Page 10: PENERAPAN METODE DISKUSI SEBAGAI UPAYA … · Patkur, Penerapan metode diskusi sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasar pengalaman siswa di kelas V SDN Tondomulo

192 Jurnal Karya Pendidikan Volume 3, Nomor 3 Juni 2017 hlm 183-202

terjadi di masyarakat atau kelompok

sasaran, dan hasilnya langsung dapat

dikenakan pada masyarakat yang

bersangkutan. Ciri atau karakteristik utama

dalam penelitian tindakan adalah adanya

partisipasi dan kolaborasi antara peneliti

dengan anggota kelompok sasaran.

Penelitian tindakan adalah salah satu

strategi pemecahan masalah yang

memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk

proses pengembangan inovatif yang ―dicoba

sambil jalan‖ dalam mendeteksi dan

memecahkan masalah. Dalam prosesnya,

pihak—pihak yang terlibat dalam kegiatan

tersebut dapat saling mendukung satu sama

lain (Arikunto, 2006:90).

Penelitian tindakan akan dilakukan

melalui tahapan, sebagai berikut :

Tahap 1 :

Menyusun rancangan tindakan

(perencanaan), yang menjelaskan apa,

mengapa, kapan, dimana, oleh siapa,

dan bagaimana tindakan tersebut

dilakukan.

Tahap 2 :

Pelaksanaan tindakan, yaitu

implementasi atau penerapan isi

rancangan di dalam kancah, yaitu

mengenakan tindakan di kelas.

Tahap 3 :

Pengamatan. Guru atau peneliti

melakukan pengamatan balik terhadap

apa yang terjadi, ketika tindakan

berlangsung. Sambil melakukan

pengamatan balik ini, guru pelaksana

mencatat sedikit demi sedikit apa yang

terjadi.

Tahap 4 :

Refleksi, atau pantulan, yaitu kegiatan

untuk mengemukakan kembali apa yang

sudah terjadi. Refleksi dilakukan ketika

guru pelaksana sudah selesai melakukan

tindakan, kemudian berhadapan dengan

subjek penelitian (dalam hal ini siswa-

siswa yang diajar), untuk bersama-sama

mendiskusikan implementasi rancangan

tindakan. Termasuk ketika guru

mengatakan hal-hal yang dirasakan

sudah berjalan baik, dan bagian mana

yang belum. Di samping itu, juga sangat

penting artinya jika siswa yang dikenai

tindakan mengemukakan pendapat

tentang apa yang dialami, serta adanya

kemungkinan usul penyempurnaanya.

Menurut Kemmis & Mc Taggart dalam

Arikunto (2006:97) model penelitian

tindakan yang dimaksud

menggambarkan adanya empat langkah

(dan pengulangannya). Keempat

langkah tersebut merupakan satu siklus

atau putaran, artinya sesudah langkah

keempat, lalu kembali kesatu, dan

seterusnya.

Gambar 6. Bagan Siklus Tindakan

D. Rancangan Penelitian

Rancangan Penelitian Tindakan Kelas

yang dipilih yaitu model siklus yang

dilakukan secara berulang dan

berkelanjutan (siklus spiral); artinya

semakin lama diharapkan semakin

meningkat perubahan/pencapaian hasilnya.

Model siklus mengikuti rencana tindakan,

pengamatan (observasi), dan refleksi.

Sesuai dengan model tersebut di atas

maka langkah kegiatan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Persiapan

(1) Mengidentifikasi masalah tentang

kemampuan siswa dalam menulis

karangan

Perencanaan

SIKLUS I

Perencanaan

Pengamatan

SIKLUS II

Pengamatan

Pelaksanaan

Refleksi

Refleksi

Pelaksanaan

Menyimpu

lkan Hasil Penelitian

Page 11: PENERAPAN METODE DISKUSI SEBAGAI UPAYA … · Patkur, Penerapan metode diskusi sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasar pengalaman siswa di kelas V SDN Tondomulo

Patekur, Penerapan Metode Diskusi Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Berdasar Pengalaman Siswa Di Kelas V Sdn Tondomulo III Kec. Kedungadem

Kab. Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018

193

(2) Merumuskan permasalahan secara

operasional, relevan dengan rumusan

masalah

(3) Merumuskan hipotesis tindakan,

dalam penelitian ini peneliti

menggunakan metode diskusi untuk

meningkatkan kemampuan menulis

karangan berdasar pengalaman

(4) Merencanakan pembelajaran yang

akan diterapkan dalam pembelajaran

(5) Menentukan materi pokok

pembelajaran

(6) Mengembangkan skenario

pembelajaran

(7) Menyiapkan sumber dan media

pembelajaran

(8) Menyusun alat evaluasi

(9) Mengembangkan format penilaian

(10) Mengembangkan format observasi

b. Rencana Tindakan

(1) Mengorganisasikan siswa

(2) Menyampaikan tujuan pembelajaran

yang ingin dicapai

(3) Mengajak siswa berkunjung ke

perpustakaan sekolah selama 10

menit sebagai bentuk pengalaman

siswa yang merupakan kegiatan rutin

setiap minggu

(4) Menyampaikan materi pembelajaran

tentang ejaan dan kerangka karangan

(5) Membacakan sebuah paragraf dari

penggalan karangan yang berdasar

pengalaman

(6) Membentuk siswa dalam beberapa

kelompok

(7) Setiap anggota kelompok membuat

satu kerangka karangan

(8) Setiap kelompok mendiskusikan

kerangka karangan untuk diurutkan

(9) Setiap kelompok mengembangkan

kerangka karangan yang telah

diurutkan menjadi paragraf yang

padu

(10) Setiap kelompok mempresentasikan

hasil diskusi yang berbentuk

karangan

c. Pengamatan

(1) Mencatat temuan-temuan saat

siswa melakukan diskusi

(2) Analisis hasil yang diperoleh oleh

siswa. Dalam hal ini yang dianalisis

adalah: hasil karangan siswa dalam

kelompok dan proses diskusi yang

dilakukan siswa. Hasil karangan

yang dinilai ada beberapa aspek

antara lain : kesesuaian isi dengan

judul, tata bahasa, ejaan, pilihan

struktur, dan kosa kata. Sedang

proses diskusi dinilai dengan

penilaian kinerja siswa

d. Refleksi

(1) Melakukan evaluasi terhadap hasil

temuan-temuan selama proses

pembelajaran

(2) Melaksanakan pertemuan dengan

teman sejawat untuk mediskusikan

temuan-temuan yang diperoleh

dalam proses belajar mengajar

(3) Melakukan revisi untuk perbaikan-

perbaikan pada siklus selanjutnya

2. Siklus 2

a. Persiapan

1) Menyusun RPP

2) Menentukan metode pembelajaran

3) Menyusun media

4) Menyusun instrument penilaian

b. Rencana tindakan

(1) Mengorganisasikan siswa

(2) Menyampaikan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai

(3) Menyampaikan materi

pembelajaran tentang

pengembangan kerangka karangan

(4) Siswa dibagi menjadi beberapa

kelompok

(5) Salah satu anggota kelompok

menceritakan tentang

pengalamannya

(6) Bernyanyi bersama lagu ― Pergi

Belajar ―

(7) Setiap kelompok menentukan judul

karangan berdasar pengalaman

(8) Setiap kelompok membuat

kerangka karang berdasar

pengalamannya

(9) Setiap kelompok mengembangkan

kerangka karangan menjadi

paragraf yang padu

(10) Setiap kelompok menyerahkan

hasil karangan

Page 12: PENERAPAN METODE DISKUSI SEBAGAI UPAYA … · Patkur, Penerapan metode diskusi sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasar pengalaman siswa di kelas V SDN Tondomulo

194 Jurnal Karya Pendidikan Volume 3, Nomor 3 Juni 2017 hlm 183-202

(11) Semua siswa membuat karangan

berdasarkan pengalaman sebanyak

dua paragraf

(12) Semua siswa menyerahkan hasil

karangan

c. Pengamatan

(1) Mencatat temuan-temuan yang ada

selama pembelajaran

(2) Analisis produk karangan siswa

baik kelompok maupun individu

serta penilaian kinerja siswa

d. Refleksi

(1) Melakukan evaluasi terhadap hasil

temuan-temuan selama proses

pembelajaran

(2) Melaksanakan pertemuan untuk

mendiskusikan dengan teman

sejawat tentang temuan-temuan

yang diperoleh dalam pembelajaran

(3) Melakukan kesimpulan hasil

penelitian

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat

atau fasilitas yang dipergunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar

pekerjaannya mudah dan hasilnya baik,

dalam arti lebih cermat, lengkap, sistematis

sehingga lebih mudah diolah

(Arikunto,1998:151). Instrumen yang

digunakan untuk menjaring data tentang

kemampuan mengarang berdasar

pengalaman siswa adalah instrumen yang

memuat aspek-aspek yang menunjukkan

ciri-ciri keberhasilan anak dalam membuat

karangan berdasar pengalaman, dengan

menggunakan skor perolehan yang berdasar

bobot yang telah ditentukan.

Dalam pengisian skor siswa

dilakukan oleh guru untuk mengukur tingkat

kemampuan siswa dalam menulis karangan

berdasar pengalaman, sesuai unsur-unsur

yang ditentukan. Instrumen ini digunakan

dalam setiap siklus. Instrumen lain yang

digunakan untuk penelitian ini terdapat pada

lampiran.

F. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode

pengumpulan data observasi. Observasi

yang paling efektif adalah melengkapinya

dengan format atau blangko pengamatan

sebagai instrumen. Format yang disusun

berisi item-item tentang kejadian atau

tingkah laku yang digambarkan akan terjadi

( Arikunto, 2006 : 229).Data yang telah

dicatat, dilakukan pertimbangan, kemudian

diadakan penilaian ke dalam suatu skala

bertingkat, seperti nilai skor, dan penilaian

atas reaksi / interpretasi skor.

Data yang diperlukan dalam

penelitian ini adalah hasil kerja siswa dalam

bentuk karangan dan proses kinerja siswa.

Untuk mendapatkan data yang diperoleh

peneliti menggunakan langkah-langkah

sebagai berikut:

a) Menyediakan pedoman penilaian

beserta rubrik penilaiannya

b) Memberikan tes kepada seluruh

subjek penelitian

c) Mengumpulkan hasil karangan siswa

dan lembar pengamatan kinerja siswa

d) Menghitung skor dengan

menggunakan rumus

%100umSkorMaksim

JumlahSkorN

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini

menggunakan analisis data penelitian

deskriptif, yaitu model analisis statistik

dengan proses pengolahan data yang

sederhana, dan dapat dinalar secara

gamblang (Arikunto, 2006:239). Apabila

datanya telah terkumpul, maka lalu

diklasifikasikan menjadi dua kelompok

data, yaitu data kuantitatif yang berbentuk

angka-angka, dan data kualitatif yang

dinyatakan dalam kata-kata atau simbol.

Data angka-angka (kuantitatif) yang

diperoleh dari instrumen dijumlahkan atau

dikelompokkan sesuai dengan bentuk

instrumen yang digunakan. Data kualitatif

yang berbentuk kata-kata, akan digunakan

untuk menyertai dan melengkapi gambaran

yang diperoleh dari analisis data kuantitatif.

Kegiatan yang terpenting dalam

pelaksanaan analisis data adalah mengolah

skor menjadi nilai. Ada pun tahap

analisisnya adalah sebagai berikut:

a) Menyusun tabel frekuensi untuk tiap-

tiap indikator

Page 13: PENERAPAN METODE DISKUSI SEBAGAI UPAYA … · Patkur, Penerapan metode diskusi sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasar pengalaman siswa di kelas V SDN Tondomulo

Patekur, Penerapan Metode Diskusi Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Berdasar Pengalaman Siswa Di Kelas V Sdn Tondomulo III Kec. Kedungadem

Kab. Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018

195

Menghitung mean (M) dengan rumus

n

fxM x 100%

M mean/nilai

f frekuensi

x nilai

n jumlah siswa

b) Menafsirkan hasil kerja siswa untuk

menentukan kemampuan siswa.

Menurut Nurgiyantoro (1987:364)

untuk menentukan tingkat

kemampuan siswa dapat digunakan

kriteria pada tabel berikut :

Tabel 3.1, Penentuan Kemampuan Siswa

dalam Menulis Karangan

Berdasar Pengalaman. No. Skor Nilai Keterangan

1. 10 100 Sempurna

2. 9 90 Baik sekali

3. 8 80 Baik

4. 7 70 Cukup

5. 6 60 Sedang

6. 5 50 Hampir sedang

7. 4 40 Kurang

8. 3 30 Kurang sekali

9. 2 20 Buruk

10. 1 10 Buruk sekali

H. JADWAL PENELITIAN

Tabel: 3.2 Jadwal Penelitian No Tahap Waktu

1 Tahap Awal 31 Oktober 2015

2 Siklus I 7 Nopember 2015

3 Siklus II 14 Nopember 2015

4 Pelaporan Mulai 16 s/d 23 Nopember

2015

BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. SIKLUS PERTAMA

Pada siklus pertama, peneliti

mengorganisasikan siswa dalam kelompok

besar yang terdiri dari 4–6 orang. Ada

empat kegiatan yang dilakukan pada siklus

pertama yaitu merancang kegiatan,

melaksanakan kegiatan, menganalisis data,

dan refleksi.

1. Rancangan Kegiatan

Siklus pertama dilaksanakan satu kali

pertemuan, selama 3 jam pelajaran atau 3

x 35 menit. Pada siklus pertama ini

peneliti menyampaikan materi sesuai

dengan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang telah

dipersiapkan. Tujuan pembelajaran pada

pertemuan ini adalah menulis karangan

berdasarkan pengalaman dengan

memperhatikan pilihan kata dan

penggunaan ejaan dengan topik tentang

perpustakaan. Pada pertemuan ini juga

dipersiapkan media pembelajaran yang

berupa: contoh karangan berdasar

pengalaman dari majalah anak, ruang

perpustakaan sebagai sarana untuk

menambah pengalaman siswa, format-

format penilaian dan lembar observasi.

Tugas siswa adalah menyusun

kerangka karangan dengan cara setiap

anggota diskusi menyumbangkan satu

kalimat untuk dapat dijadikan sebagai

kerangka karangan dan mengembangkan

menjadi paragraf yang padu sehingga

membentuk suatu karangan.Bentuk

penilaian pada siklus pertama ini adalah

penilaian unjuk kerja siswa secara

kelompok yang berupa karangan dengan

penilaian tiap indikator sesuai skor pada

rubrik penilaian.

2. Pelaksanaan Kegiatan

Siklus pertama dilaksanakan pada

tanggal 7 Nopember 2015 dengan waktu 3

jam pelajaran beberapa hal penting yang

dilakukan pada proses pembelajaran

adalah sebagai berikut.

(a) mengajak siswa berkunjung ke

perpustakaan secara bergiliran.

(b) siswa mengamati dan memperhatikan

contoh karangan berdasarkan pengalaman.

(c) siswa secara berkelompok membuat

kerangka karangan kemudian

mengembangkannya menjadi paragraf

yang padu.

(d) guru mengklarifikasi jika ada

permasalahan membuat kerangka

karangan serta mengamati kinerja siswa

dalam diskusi kelompok.

(e) siswa mempresentasikan hasil kerja di

depan kelas.

(f) menyimpulkan materi pembelajaran.

Page 14: PENERAPAN METODE DISKUSI SEBAGAI UPAYA … · Patkur, Penerapan metode diskusi sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasar pengalaman siswa di kelas V SDN Tondomulo

196 Jurnal Karya Pendidikan Volume 3, Nomor 3 Juni 2017 hlm 183-202

Dalam pelaksanaannya guru

berpedoman pada skenario pembelajaran

yang telah dirancang sebelumnya.

3. Hasil Analisis Data

Data yang diperoleh pada siklus

pertama adalah data hasil karangan siswa

kelas V secara kelompok. Data tersebut

adalah nilai rata-rata tiap indikator yang

telah ditentukan. Indikator yang dimaksud

adalah kesesuaian judul memiliki nilai rata-

rata 72,00; tata bahasa memiliki nilai rata-

rata 73,00; ejaan memiliki nilai rata-rata

73,00; struktur kalimat memiliki nilai rata-

rata 76,00; kosa kata memiliki nilai rata-

rata 74,00.

Dari hasil kelima indikator tersebut

dapat diambil nilai rata-rata keseluruhan

siklus pertama adalah 74,00. Berdasarkan

nilai rata-rata tersebut maka pada siklus

pertama ini ada peningkatan jika dibanding

dengan nilai rata-rata pada kondisi awal

yang hanya mencapai 64,00. Namun

peningkatannya masih kurang dari target

yang ditetapkan, sehingga penelitian ini

perlu dilanjutkan ke siklus kedua untuk

mencapai hasil maksimal sesuai target yang

telah ditentukan.

4. R e f l e k s i

Ada beberapa hal yang ditemukan

selama proses pada siklus pertama

berlangsung, antara lain: (a) siswa sangat

antusias mendapat giliran mengunjungi

perpustakaan, (b) masih ada beberapa siswa

yang belum mampu mengeluarkan gagasan

secara tertulis, (c) setelah membuat

kerangka karangan dengan berdiskusi,

siswa mulai menemukan kemudahan dalam

menyusun kerangka karangan, (d) guru

kekurangan waktu untuk menyelesaikan

tahapan skenario pembelajaran. Hal ini

disebabkan karena guru lebih banyak

membimbing siswa untuk membuat

kerangka karangan.

Kekurangan-kekurangan yang

ditemukan pada pelaksanaan proses

pembelajaran pada siklus ini, baik

kekurangan dari aspek siswa maupun

kekurangan dari aspek guru diupayakan

untuk dapat diperbaiki dengan tujuan

mengoptimalkan pembelajaran untuk

mendukung peningkatan kemampuan siswa

dalam menulis karangan berdasarkan

pengalaman.

B. SIKLUS KEDUA Berdasarkan hasil siklus pertama

disusun rancangan kegiatan untuk siklus

kedua. Pada siklus kedua siswa

diorganisasikan dalam kelompok kecil

yang berjumlah dua orang sehingga siswa

lebih aktif dalam membuat kerangka

karangan berdasar pengalaman. Pada

siklus kedua ini bentuk pengalaman siswa

digali dengan cara menyanyikan lagu

berjudul ‖Pergi Belajar‖. Pada siklus kedua

ini masing-masing kelompok juga

mempresentasikan hasil kerja kelompok.

Selain membuat karangan secara kelompok

siswa juga membuat karangan secara

individu untuk mengetahui kemampuannya

dalam menulis karangan berdasarkan

pengalaman. Ada empat kegiatan yang

dilakukan pada siklus kedua adalah

merancang kegiatan, melaksanakan

kegiatan, menganalisis data, dan refleksi.

1. Rancangan Kegiatan

Materi yang disampaikan pada siklus

kedua ini sesuai dengan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang

telah dipersiapkan. Untuk menghindari

waktu yang tidak sesuai maka pada RPP

ditulis penggunaan waktu untuk tahapan

pembelajaran. Tujuan pembelajaran pada

siklus kedua sama dengan siklus pertama

yaitu menulis karangan berdasar

pengalaman dengan memperhatikan

pilihan kata dan penggunaan ejaan. Media

yang dipersiapkan pada siklus ini sama

dengan siklus pertama hanya ditambah

dengan foto-foto pribadi yang dimiliki

siswa.

2. Pelaksanaan Kegiatan

Siklus kedua dilaksanakan pada

tanggal 14 Nopember 2015 selama tiga

jam pelajaran atau 3 x 35 menit. Beberapa

hal penting yang dilakukan pada proses

pembelajaran siklus ini adalah: guru

mengorganisasikan siswa menjadi

beberapa kelompok kecil yang terdiri dua

orang, dalam diskusi kelompok siswa

Page 15: PENERAPAN METODE DISKUSI SEBAGAI UPAYA … · Patkur, Penerapan metode diskusi sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasar pengalaman siswa di kelas V SDN Tondomulo

Patekur, Penerapan Metode Diskusi Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Berdasar Pengalaman Siswa Di Kelas V Sdn Tondomulo III Kec. Kedungadem

Kab. Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018

197

membuat karangan dengan topik pergi

belajar.

Secara individual siswa membuat

karangan berdasar pengalaman masing-

masing. Guru mengklarifikasi jika ada

permasalahan saat siswa membuat

karangan dan melakukan pengamatan

terhadap hasil kerja siswa. Setelah selesai

mengarang guru menentukan hasil

karangan yang baik untuk dibacakan

siswa di depan kelas.

3. Hasil Analisis Data

Data yang diperoleh pada siklus kedua ini

adalah nilai rata-rata tiap indikator pada

karangan siswa secara kelompok maupun

individu. Berdasar data yang diperoleh

nilai rata-rata tiap indikator secara

kelompok adalah 64 sedang nilai rata-rata

tiap indikator secara individu memperoleh

74. Berdasar kedua nilai rata-rata tiap

indikator baik secara kelompok maupun

individu maka dapat disimpulkan bahwa

hasil perolehan pada siklus kedua

mencapai nilai rata-rata 83. Perolehan

nilai rata-rata tiap indikator pada siklus II

ada peningkatan jika dibanding dengan

nilai rata-rata tiap indikator siklus I yang

memiliki rata-rata 74.

4. R e f l e k s i

Ada beberapa hal yang dilakukan

selama proses siklus kedua berlangsung,

antara lain: (a) melakukan tanya jawab

dengan siswa tentang hal-hal yang belum

dikuasai siswa seperti mengungkapkan

gagasan / ide secara tertulis dalam bentuk

kalimat dengan struktur kalimat yang

tepat, (b) menanyakan kesulitan-kesulitan

yang ditemui siswa kemudian guru

menjelaskan, (c) siswa senang dengan

pelajaran mengarang secara diskusi hal ini

dapat dibuktikan dengan keaktifan dalam

berdiskusi, (d) melakukan tukar pendapat

dengan observer tentang metode yang

digunakan dalam penelitian in, (e) siswa

tampak termotivasi untuk membuat

karangan sendiri setelah menyelesaikan

tugas kelompok.

Pada proses siklus kedua ini, siswa

menunjukkan kemajuan dalam melakukan

diskusi kelompok, lebih mudah menggali

dan menemukan ide atau tema karangan

berdasarkan pengalaman.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Berdasar hasil observasi yang

dilakukan peneliti pada penelitian tindakan

kelas yang berjudul ‖Peningkatan Kemampuan

Menulis Karangan Berdasar Pengalaman

Siswa melalui Metode Diskusi di Kelas V

SDN Tondomulo, Kec. Kedungadem Kab.

Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018‖

siswanya berjumlah 23 orang.

Penelitian yang dilakukan ini

dimulai dengan tes karangan berdasar

pengalaman untuk mengetahui kondisi awal

siswa. lebih jelasnya diperinci pada tabel

berikut ini.

Tabel 5.1. Tes Karangan Siswa Berdasarkan

Pengalaman Tahap Awal No Nama Siswa Aspek Jumla

h

Nilai

Rata-

rata

Ketuntasan

K J TB E SK KK T BT

1 Denni Indra K 50 50 55 60 50 265 53 √

2 Abdul Malik F 60 50 50 60 60 270 54 √

3 Aries Prasetya D 75 70 70 75 70 360 72 √

4 Ardik Dwi Y 50 50 60 50 60 270 54 √

5 Auliyah Budhi P 50 50 50 50 50 250 50 √

6 Bima Eka P 50 60 60 50 60 280 56 √

7 Dendi Dwi S 70 75 70 70 75 360 72 √

8 Diana Safitri 60 60 50 60 60 290 58 √

9 Dita Novianti 60 70 70 70 75 345 69 √

10 Indra Maulana S 70 75 70 75 70 360 72 √

11 Putri Nur L 70 70 80 75 80 375 75 √

12 Rany Vendra K 60 50 60 60 55 285 57 √

13 Risma Bayu T 60 70 75 70 75 350 70 √

14 Riki Adrianto N 70 75 80 75 70 370 74 √

15 Rosali Dewi A 60 60 50 60 60 290 58 √

16 Ricky Pratama 50 60 60 50 60 280 56 √

17 Reyvaldo A. 60 70 75 75 70 350 70 √

18 Risma Nuramin 50 50 50 60 50 260 52 √

19 Samsul Nur R 60 50 50 50 60 270 54 √

20 Santi Hayati 75 70 70 80 70 365 73 √

21 Aura Imam A 80 75 75 80 70 380 76 √

22 Anisa Faradila R 60 60 60 65 50 295 59 √

23 M. Abdul Majid 75 80 80 80 75 390 78 √

Jumlah 1425 1450 1470 1500 1475 7310 1462 1

0

13

Rata-rata (%) 62 63 64 65 64 318 64 4

3

57

Keterangan

KJ = Kesesuaian Judul

TB = Tata Bahasa

E = Ejaan

SK = Struktur Kalimat

KK = Kosa Kata

T = Tuntas

BT = Belum Tuntas

Tabel 5.2. Rata-rata Nilai Tiap Indikator

(Kondisi Awal) No Indikator Nilai

1 Kesesuaian Judul 62

2 Tata Bahasa 63

3 Ejaan 64

4 Struktur Kalimat 65

5 Kosa kata 64

Rata-rata Nilai 64

A. Siklus Pertama

1. Rancangan Kegiatan

Page 16: PENERAPAN METODE DISKUSI SEBAGAI UPAYA … · Patkur, Penerapan metode diskusi sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasar pengalaman siswa di kelas V SDN Tondomulo

198 Jurnal Karya Pendidikan Volume 3, Nomor 3 Juni 2017 hlm 183-202

Pada siklus pertama ini peneliti

melakukan beberapa persiapan sesuai

dengan rancangan yaitu mempersiapkan

rencana pelaksanaan pembelajaran dan

model pembelajaran yang akan digunakan,

media yang berupa karangan berdasar

pengalaman yang diambil dari majalah anak

serta persiapan pengorganisasian siswa agar

proses pembelajaran berjalan lancar.

Penelitian ini menggunakan metode diskusi

oleh karena itu pengorganisasian siswa

sangat perlu diperhatikan. Pada

pembelajaran siklus ini siswa mengarang

secara kelompok dengan topik tentang

perpustakaan.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan siklus pertama

dilakukan pada tanggal 7 Nopember 2017

dengan menggunakan waktu 3 x 35 menit

atau 3 jam pelajaran dengan jumlah siswa

sebanyak 23 orang. Siswa diajak berkunjung

ke perpustakaan kemudian melakukan

diskusi dengan kelompok. Keaktifan siswa

sangat baik saat mendapat giliran

menyumbangkan sebuah kalimat yang akan

digunakan untuk membuat kerangka

karangan.

Siklus pertama ini bertujuan untuk

mengetahui seberapa jauh peningkatan

kemampuan siswa menulis karangan

berdasar pengalaman dengan menggunakan

metode diskusi. Hasil yang diperoleh pada

siklus pertama adalah penilaian secara

individu dan kelompok. Peningkatan yang

akan diukur adalah dari hasil kondisi awal

siswa sebelum dikenai tindakan dan hasil

siklus pertama setelah dilakukan tindakan.

3. Pengamatan/Observasi

Hasil observasi adalah aktivitas

guru dalam pengelolaan pembelajaran.

Ada pun data yang dihasilkan dalam

pengamatan ini adalah pada kegiatan awal

telah melaksanakan sesuai dengan kegiatan

yang terdapat pada perencanaan (RPP).

Pada kegiatan ini sebagian besar guru telah

melaksanakan pembelajaran sesuai dengan

perencanaan pada RPP. Aspek yang masih

kurang adalah kurang optimalnya

penggunaan alokasi waktu. Guru

melaksanakan pembelajaran melebihi

waktu yang telah ditentukan dalam RPP.

Guru banyak membantu siswa untuk

membuat kerangka karangan. Di samping

itu siswa masih banyak bertanya tentang

kalimat yang dibuat dalam membuat

kerangka karangan sudah benar atau

belum. Kekurangan yang ditemukan juga

adalah masih ada siswa yang enggan

menyumbangkan kalimat untuk

mempercepat proses mengarang. Berikut

kami sajikan hasil nilai rata-rata tiap

indikator yang diperoleh pada siklus ini

seperti yang terlihat pada Tabel berikut.

Tabel 5.3. Tes Karangan Kelompok

Berdasarkan Pengalaman Siklus I No Nama Siswa Aspek Jumlah

Nilai Rata-rata K J TB E SK KK

1 Kelompok A 60 70 70 65 75 340 68

2 Kelompok B 70 75 80 80 75 380 76

3 Kelompok C 70 75 70 65 70 350 70

4 Kelompok D 60 50 60 70 60 300 60

Jumlah 260 270 280 280 280 1370 274

Rata-rata (%) 65 68 70 70 70 318 64

Tabel 5.4. Tes Karangan Siswa Berdasarkan

Pengalaman Siklus I No Nama Siswa Aspek Jumla

h

Nilai

Rata-

rata

Ketuntasan

K J TB E SK KK T B

T

1 Denni Indra K 60 60 60 70 70 320 64 √

2 Abdul Malik F 70 60 60 75 70 335 67 √

3 Aries Prasetya D 85 80 70 90 80 405 81 √

4 Ardik Dwi Y 60 60 75 70 75 340 68 √

5 Auliyah Budhi P 60 60 65 65 60 310 62 √

6 Bima Eka P 65 75 75 65 70 350 70 √

7 Dendi Dwi S 75 80 80 75 80 390 78 √

8 Diana Safitri 75 75 60 65 75 350 70 √

9 Dita Novianti 70 80 80 75 80 385 77 √

10 Indra Maulana S 80 90 80 75 70 360 72 √

11 Putri Nur L 70 70 80 80 90 390 78 √

12 Rany Vendra K 70 60 65 65 65 325 65 √

13 Risma Bayu T 70 80 80 75 75 380 76 √

14 Riki Adrianto N 85 90 90 90 80 435 87 √

15 Rosali Dewi A 70 75 65 70 70 350 70 √

16 Ricky Pratama 60 65 70 60 70 325 65 √

17 Reyvaldo A. 70 80 80 90 80 400 80 √

18 Risma Nuramin 60 60 65 70 60 315 63 √

19 Samsul Nur R 70 65 60 65 70 330 66 √

20 Santi Hayati 80 75 80 90 80 405 81 √

21 Aura Imam A 100 90 85 90 85 450 90 √

22 Anisa Faradila R 75 70 70 75 65 305 71 √

23 M. Abdul Majid 85 90 90 95 85 445 89 √

Jumlah 1665 1690 1685 1740 1705 8400 1690 15 8

Rata-rata (%) 72 73 73 76 74 365 74 65 35

Berdasar data tersebut di atas

disajikan Tabel 5.4, yang menunjukkan adanya

peningkatan ketuntasan belajar siswa dari

kondisi awal sebelum memperoleh tindakan

dengan ketuntasan belajar siswa pada siklus

pertama. Pada tahap awal hanya 43 %

sedangkan pada siklus I meningkat menjadi

65%

Tabel 5.5. Keaktifan Siswa Dalam Diskusi No A

s

p

e

k

Nila

i

Jum

lah

Sis

wa

Persentas

e (%)

1 K

e

rj

a

s

a

m

a

B 10 43 %

C 4 17 %

K 9 40 %

2 P

a

rt

is

i

p

B 11 48 %

C 7 30 %

K 5 22 %

Page 17: PENERAPAN METODE DISKUSI SEBAGAI UPAYA … · Patkur, Penerapan metode diskusi sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasar pengalaman siswa di kelas V SDN Tondomulo

Patekur, Penerapan Metode Diskusi Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Berdasar Pengalaman Siswa Di Kelas V Sdn Tondomulo III Kec. Kedungadem

Kab. Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018

199

a

si

3 G

a

g

a

s

a

n

/I

d

e

B 9 40 %

C 4 17 %

K 10 43 %

4 K

i

n

e

rj

a

B 8 35 %

C 8 35 %

K 7 30 %

Rubrik

Penilaian : I.

Kerjasam

a :

B = Mampu

bekerjasama dengan

teman dalam

menyelesaikan

masalah

C = Kurang mampu

bekerjasama dengan

teman dalam

menyelesaikan

masalah

K = Tidak mampu

bekerjasama dengan

teman dalam

menyelesaikan

masalah

II.

Partisipasi

:

B = Aktif memberi

ide kepada

kelompok dalam

menyelesaikan

masalah

C = Tidak aktif

memberi ide kepada

kelompok dalam

menyelesaikan

masalah

K = Tidak memberi

ide kepada

kelompok dalam

menyelesaikan

masalah III.

Gagasan /

Ide :

B =

Ma

mp

u

me

mbe

ri

gag

asa

n /

ide

dala

m

men

yele

saik

an

mas

alah

C = Kurang mampu

memberi gagasan /

ide dalam

menyelesaikan

masalah

K = Tidak mampu

memberi gagasan /

ide dalam

menyelesaikan

masalah

Kegiatan menulis ini sulit

diterapkan pada anak yang memiliki

kecerdasan kurang, karena mereka tidak

mampu menggali pikiran/gagasan untuk

dituangkan dalam bentuk tulisan. Meskipun

telah melakukan kegiatan mengulang

pengalaman seperti berkunjung ke

perpustakaan.

Metode diskusi membantu anak

lebih cepat menyelesaikan karangan. Hasil

karangan yang dilakukan dalam bentuk

kelompok menjadi lebih baik, karena daya

imajinasi anak diungkapkan secara bersama

dengan teman sebaya. Menulis karangan

dengan metode diskusi akan memudahkan

anak untuk belajar mengawali

mengungkapkan gagasan/ide dalam bentuk

tulisan. Metode diskusi dapat memberikan

kualitas yang baik dalam menulis karangan.

Page 18: PENERAPAN METODE DISKUSI SEBAGAI UPAYA … · Patkur, Penerapan metode diskusi sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasar pengalaman siswa di kelas V SDN Tondomulo

200 Jurnal Karya Pendidikan Volume 3, Nomor 3 Juni 2017 hlm 183-202

Penelitian ini menghadapi kendala

pada waktu pembelajaran artinya jika waktu

pembelajaran yang sempit kita sangat sulit

untuk mencapai hasil maksimal. Kegiatan

menulis karangan sebaiknya diberi waktu

yang cukup untuk mencapai hasil yang

maksimal. Dari segi positif waktu yang

cukup memberi peluang pada anak untuk

menuliskan gagasan/ide namun dari segi

negatifnya dengan waktu yang banyak akan

menyita waktu pelajaran yang lain.

4. Refleksi

Pada siklus pertama siswa tidak

senang saat guru menjelaskan tujuan

pembelajaran. Mereka menganggap bahwa

menulis karangan adalah sesuatu yang sulit

dilakukan. Hal ini dibuktikan dari hasil

pengamatan kinerja siswa bahwa yang

mendapat nilai B hanya 35%, nilai C ada

35%, dan nilai K ada 30 % . Oleh karena itu

mereka tampak tidak senang begitu

mendapat pembelajaran menulis karangan.

Saat kegiatan siklus pertama mulai

dilakukan mereka dengan seksama

mengikuti langkah – langkah yang harus

dilakukan. Setahap demi setahap telah

mereka lakukan kemudian tampak ada rasa

kebanggaan saat mereka menyelesaikan

karangan bersama kelompok. Berdasarkan

hasil pengamatan dan data-data yang

diperoleh dan disajikan di atas dapat diambil

kesimpulan bahwa pada siklus I terjadi

peningkatan kemampuan siswa dalam

menulis karangan berdasarkan pengalaman,

tetapi peningkatan tersebut belum

memenuhi target keberhasilan

pembelajaran. Untuk itu, peneliti bersama

dengan observer memutuskan untuk

melanjutkan pada siklus II

B. Siklus Kedua

1. Rancangan Kegiatan Persiapan siklus kedua hampir

sama dengan siklus pertama, yaitu

mempersiapkan rencana pelaksanaan

pembelajaran dan model pembelajaran yang

akan digunakan, media yang berupa

karangan berdasar pengalaman yang diambil

dari majalah anak serta persiapan

pengorganisasian siswa agar proses

pembelajaran berjalan lancar. Perbedaan

pada siklus kedua ada pada

pengorganisasian siswa. Pada siklus kedua

siswa dibagi menjadi kelompok kecil yang

terdiri dua sampai tiga orang serta mengajak

siswa menyanyikan lagu ‖Pergi Belajar‖

untuk mengingatkan pengalaman pada saat

berangkat ke sekolah.

2. Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan siklus kedua pada

tanggal 14 Nopember 2015 dengan

menggunakan waktu 3 x 35 menit atau 3

jam pelajaran. Pada kegiatan ini siswa sudah

tampak mengetahui langkah-langkah yang

perlu dilakukan dalam menulis sebuah

karangan berdasar pengalaman. Hal ini

terlihat saat guru memberikan tugas

mengarang bersama kelompok kecilnya.

Keaktifan siswa dalam kelompok sangat

baik sebelum mereka dikenai tindakan.

3. Pengamatan /Observasi

Hasil observasi terhadap kegiatan

guru dalam pengelolaan pembelajaran

adalah guru telah melakukan pembelajaran

sesuai dengan perencanaan pada Rencana

Pelaksanaan Pelaksanaan (RPP). Guru

memberikan waktu yang cukup kepada

siswa untuk membuat karangan berdasar

pengalaman dengan topik pergi belajar.

Pada siklus kedua ini siswa lebih senang

dalam menulis karangan karena sudah

mengetahui tahap mengarang dengan benar

sehingga perhatian pada pilihan struktur

kata dan penggunaan ejaan lebih tepat.

Siklus kedua ini bertujuan untuk

mengetahui seberapa jauh peningkatan

kemampuan siswa menulis karangan

berdasar pengalaman dengan menggunakan

metode diskusi dari siklus pertama ke siklus

dua. Hasil penilaian yang diperoleh pada

siklus kedua ini adalah penilaian kelompok

dan penilaian individu. Berikut kami sajikan

Tabel untuk mengetahui penilaian

kelompok dan penilaian individu yang

dilakukan pada siklus kedua.

Tabel 5.6. Tes Karangan Kelompok

Berdasarkan Pengalaman Siklus II No Nama Siswa Aspek Jumlah

Nilai

Rata-

rata K J TB E SK KK

1 Kelompok

A

70 75 80 75 75 425 85

2 Kelompok

B

80 80 90 100 85 435 87

3 Kelompok

C

80 90 80 75 75 400 80

Page 19: PENERAPAN METODE DISKUSI SEBAGAI UPAYA … · Patkur, Penerapan metode diskusi sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasar pengalaman siswa di kelas V SDN Tondomulo

Patekur, Penerapan Metode Diskusi Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Berdasar Pengalaman Siswa Di Kelas V Sdn Tondomulo III Kec. Kedungadem

Kab. Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018

201

4 Kelompok

D

75 70 75 80 80 380 76

Jumlah 305 315 325 330 315 1640 328

Rata-rata (%) 76 79 81 83 79 410 82

Tabel 5.7. Tes Karangan Siswa Berdasarkan

Pengalaman Siklus II

No Nama Siswa Aspek Jumla

h

Nilai

Rata-

rata

Ketuntasan

K J TB E SK KK T BT

1 Denni Indra

K

70 75 70 75 80 370 74 √

2 Abdul Malik

F

80 70 70 90 80 390 78 √

3 Aries

Prasetya D

100 90 90 100 90 470 94 √

4 Ardik Dwi Y 70 70 85 75 90 390 78 √

5 Auliyah

Budhi P

70 70 75 75 70 360 72 √

6 Bima Eka P 70 80 75 70 80 375 75 √

7 Dendi Dwi S 85 100 90 80 100 455 91 √

8 Diana Safitri 80 90 70 70 80 390 78 √

9 Dita Novianti 80 90 100 80 90 440 88 √ 10 Indra

Maulana S

100 100 90 80 80 450 90 √

11 Putri Nur L 80 75 90 90 100 425 85 √ 12 Rany Vendra

K

75 70 70 70 70 355 71 √

13 Risma Bayu

T

80 90 90 90 80 430 86 √

14 Riki Adrianto

N

100 100 100 100 90 490 98 √

15 Rosali Dewi

A

75 80 70 80 90 395 79 √

16 Ricky

Pratama

70 70 70 70 70 350 70 √

17 Reyvaldo A. 80 100 90 100 90 460 92 √ 18 Risma

Nuramin

70 70 75 70 70 355 71 √

19 Samsul Nur R 80 70 70 70 80 360 72 √ 20 Santi Hayati 100 85 90 100 100 475 95 √ 21 Aura Imam A 100 100 95 100 100 495 99 √ 22 Anisa

Faradila R

85 80 80 85 70 400 80 √

23 M. Abdul

Majid

100 100 100 100 100 500 100 √

Jumlah 1900 1925 1905 1920 1950 9580 1916 23 0

Rata-rata (%) 83 84 83 83 84 417 83 10

0

0

Tabel 5.8. Keaktifan Siswa Dalam Diskusi No Aspek Nilai Jumlah

Siswa

Persentase

(%)

1 Kerjasama B 17 74 %

C 6 26 %

K - 0 %

2 Partisipasi B 19 83 %

C 4 17 %

K - 0 %

3 Gagasan/Ide B 19 83 %

C 4 17 %

K - 0%

4 Kinerja B 20 87 %

C 3 13%

K - 0%

4. Refleksi

Pada siklus kedua kendala yang

terjadi tidak ada dan kesulitan hanya

terdapat pada anak-anak tertentu yang

memiliki kecerdasan kurang. Di dalam kelas

yang sedang diteliti ini ada dua orang anak

yang memiliki kerdasan kurang. Hal ini

tidak menjadi kendala yang berarti untuk

melaksanakan tugas apa yang harus

dilakukan dan mampu membuat kerangka

karangan dari kegiatan yang sama saat pergi

ke sekolah.

Siswa sudah banyak yang

menunjukkan kesukaannya pada

pembelajaran mengarang. Hal ini

ditunjukkan pada sikap mereka saat

mendapat tugas mengarang dengan

kelompok kecil dan dapat dibuktikan pada

hasil pengamatan kinerja siswa yang

mendapat nilai B ada 87% dan mendapat

nilai C ada 13% . Mereka segera

membentuk kelompok dan menanyakan

tema apa yang akan dibuat karangan.

Kemudian segera menulis karangan sesuai

petunjuk. Berdasarkan hasil pengamatan

dan data-data yang telah terkumpul, maka

diputuskan bahwa pembelajaran dicukupkan

hanya sampai pada siklus II saja, karena

dinyatakan telah berhasil dan sesuai dengan

target yang ditentukan.

C. Pembahasan

1. Siklus I

Kemampuan siswa dalam menulis

karangan selalu mengalami peningkatan di

setiap tahap atau siklus. Hal itu terbukti

dengan meningkatnya kemampuan siswa

dalam menulis karangan dari tahap awal ke

siklus I. Berikut data peningkatan

kemampuan siswa dalam menulis karangan

pada setiap indikator penilaian.

Tabel 5.9. Peningkatan Rata-rata tiap

indikator No Indikator Tahap

Awal

Siklus I Peningkatan

1 Kesesuaian

Judul

62 72 10

2 Tata Bahasa 63 73 10

3 Ejaan 64 73 9

4 Struktur

Kalimat

65 76 11

5 Kosa kata 64 74 10

Rata-rata Nilai 64 74 10

Berdasar data tersebut di atas, yang

menunjukkan adanya peningkatan pada tiap

indikator antara rata-rata nilai dari kondisi

awal sebelum memperoleh tindakan dengan

nilai rata-rata pada siklus pertama.

Tabel 5.10. Peningkatan Ketuntasan

Belajar Siswa No Tahap Jumlah Siswa

Tuntas

Persentase

1 Tahap Awal 10 43

2 Siklus I 15 65

3 Peningkatan 5 Siswa 22%

Berdasar tabel tersebut diatas maka

dapat disimpulkan bahwa pada siklus

Page 20: PENERAPAN METODE DISKUSI SEBAGAI UPAYA … · Patkur, Penerapan metode diskusi sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasar pengalaman siswa di kelas V SDN Tondomulo

202 Jurnal Karya Pendidikan Volume 3, Nomor 3 Juni 2017 hlm 183-202

pertama terdapat peningkatan kemampuan

menulis karangan berdasar pengalaman

sebesar 22 %. Peningkatan tersebut belum

memenuhi KKM yang telah ditetapkan

yaitu dengan persentase katuntasan sebesar

75%. Hal ini perlu dilanjutkan ke siklus II.

2. Siklus II

Kemampuan siswa dalam menulis

karangan berdasarkan pengalaman pada

siklus II juga mengalami peningkatan jika

dibandingkan dengan pada tahap awal dan

pada siklus I. Berikut adalah hasil

rekapitulasi peningkatan kemampuan

siswa dalam mengarang berdasarkan

pengalaman

Tabel 5.11. Peningkatan Rata-rata tiap

indikator No Indik

ator

Tahap

Awal

Siklus

I

Siklus

II

Peningkatan

1 Keses

uaian

Judul

62 72 83 21 dari tahap awal, dan 11

dari siklus I

2 Tata

Bahas

a

63 73 84 21 dari tahap awal, dan 11

dari siklus I

3 Ejaan 64 73 83 19 dari tahap awal, dan 10

dari siklus I

4 Strukt

ur

Kalim

at

65 76 83 18 dari tahap awal, dan 7

dari siklus I

5 Kosa

kata

64 74 84 20 dari tahap awal, dan 10

dari siklus I

Rata-rata

Nilai

64 74 83 19 dari tahap awal, dan 9

dari siklus I

Tabel 5.12. Peningkatan Ketuntasan Belajar

Siswa No Tahap Jumlah

Siswa

Tuntas

Persentase

1 Tahap Awal 10 43

2 Siklus I 15 65

3 Siklus II 23 100

4 Peningkatan dibanding tahap awal 13 Siswa 57 %

5 Peningkatan dibanding siklus I 8 Siswa 35%

Berdasar tabel tersebut di atas maka

dapat disimpulkan bahwa pada siklus pertama

terdapat peningkatan kemampuan menulis

karangan berdasar pengalaman sebesar 23 %,

antara siklus pertama dan kedua terdapat

peningkatan kemampuan menulis karangan

berdasar pengalaman sebesar 35 %. Hal ini

menunjukkan bahwa hasil penelitian ini

terjadi peningkatan signifikan dan lebih tinggi

daripada yang diperkirakan. Dengan demikian

pada penelitian tindakan kelas ini dapat

dihentikan.

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan tersebut di atas

maka dapat disimpulkan bahwa metode

diskusi dapat meningkatkan kemampuan

menulis karangan berdasar pengalaman siswa

kelas V SDN Tondomulo, Kec. Kedungadem

Kab. Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018.

Nilai karangan siswa dengan metode

diskusi ini terbukti meningkat dari kondisi

awal sampai dengan siklus II dengan uraian

sebagai berikut: kesesuaian judul dari 62

menjadi 83; tata bahasa dari 63 menjadi 84;

ejaan dari 64 menjadi 83; struktur kalimat dari

65 menjadi 83; dan kosa kata dari 64 menjadi

84. Peningkatan dari kondisi awal ke siklus I

sebesar 22% dan dari siklus I ke siklus II

sebesar 35 %. Secara keseluruhan terjadi

peningkatan sebesar 57 %. Hal ini telah

melebihi dari target yang ditentukan.

Diskusi yang efektif dilakukan

dengan kelompok yang beranggotakan 4-6

orang. Peran guru dalam kegiatan diskusi

kelompok sebagai fasilitator sehingga siswa

akan lebih aktif dalam memecahkan masalah

sangat menentukan. Metode diskusi juga dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam

menuangkan gagasan secara tertulis.

B. SARAN

1. Bagi Guru

Pembelajaran Bahasa Indonesia

hendaknya tidak dilakukan secara monoton

dengan metode ceramah tetapi dapat

dilakukan dengan metode diskusi, bermain

peran, demonstrasi dan sebagainya dengan

menggunakan pembelajaran yang inovatif.

Metode diskusi dalam penelitian ini dapat

dijadikan sebagai alternatif pembelajaran

Bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa

Indonesia hendaknya dilakukan secara

terpadu agar mencakup semua aspek

kebahasaan.

2. Bagi peneliti lain

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai

sumber informasi bagi peneliti lain,

khususnya yang berkenaan dengan

perkembangan pembelajaran Bahasa

Indonesia dalam penulisan karangan.

Penelitian ini kami rasa masih perlu

ditingkatkan, sehingga tidak ada salahnya

jika ada peneliti lain mampu

mengembangkan penelitian ini untuk subjek

Page 21: PENERAPAN METODE DISKUSI SEBAGAI UPAYA … · Patkur, Penerapan metode diskusi sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasar pengalaman siswa di kelas V SDN Tondomulo

Patekur, Penerapan Metode Diskusi Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Berdasar Pengalaman Siswa Di Kelas V Sdn Tondomulo III Kec. Kedungadem

Kab. Bojonegoro Tahun Pelajaran 2017/2018

203

lain, guna peningkatan dalam proses

pembelajaran menulis karangan berdasar

pengalaman siswa.

3. Bagi sekolah

Hasil dari penelitian ini kami

harapkan dapat dijadikan sebagai salah

satu tolak ukur untuk mengetahui

kemampuan siswa dalam menulis

karangan. Sehingga dapat digunakan untuk

mengembangkan bakat siswa dalam

kegiatan menulis. Kegiatan menulis

merupakan salah satu kegiatan yang dapat

digunakan sekolah untuk meningkatkan

mutu siswa dalam pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti.dkk. Pembinaan

Kemampuan Menulis Bahasa

Indonesia. 1988. Erlangga Jakarta.

Alim, Djeniah. 1996. Lancar Berbahasa

Indonesia 3 : Petunjuk Guru SD kelas

5. Depdikbud. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur

Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik.

Rineka. Cipta, Jakarta.

Lyon, John.DiIndonesiakan oleh I Soetikno.

1995. Pengantar Teori Linguistik.

Gramedia . Jakarta.

Muliono, Anton dkk. 1990. Kamus Besar

Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.

Jakarta.

Mustakim. 1994. Membina Kemampuan

Berbahasa : Panduan Ke arah

Kemahiran Berbahasa. Gramedia.

Jakarta.

Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Penilaian Dalam

Pengajaran Bahasa dan Sastra

BPFE. Yogyakarta.

Poerwadarminta, W.J.S..1984. Kamus Umum

Bahasa Indonesia. Balai

Pustakan.Jakarta.

Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif Struktur,

Gaya dan Variasi.Gramedia. Jakarta.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran:

Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Kencana Prenada Media,

Jakarta.

Santosa, Puji dkk. 2007. Materi dan

Pembelajaran Bahasa Indonesia SD.

Universitas Terbuka. Jakarta.

Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodologi

Penelitian. Rajawali Pers. Jakarta.

Tarigan, Djago.1997. Kependidikan

Keterampilan Berbahasa.DepDikBud.

Universitas Terbuka Jakarta.