94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN GEOMETRIS PADA ANAK KELOMPOK B TK DESA TORIYO SKRIPSI Oleh : LIYA STYANINGRUM X8110028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

  • Upload
    voliem

  • View
    231

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP

BANGUN GEOMETRIS PADA ANAK KELOMPOK B

TK DESA TORIYO

SKRIPSI

Oleh :

LIYA STYANINGRUM

X8110028

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Juli 2012

Page 2: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Liya Styaningrum

NIM : X8110028

Jurusan/Program Studi : FKIP/Ilmu Pendidikan

Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul ” PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN

KONSEP BANGUN GEOMETRIS PADA ANAK KELOMPOK B TK DESA

TORIYO” ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri. Selain itu, sumber

informasi yang telah dikutip telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,

saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, Juli 2012

Yang membuat pernyataan

Liya Styaningrum

X8110028

ii

Page 3: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP

BANGUN GEOMETRIS PADA ANAK KELOMPOK B

TK DESA TORIYO

Oleh:

LIYA STYANINGRUM

X8110028

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Program Pendidikan Guru Anak Usia Dini

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Juli 2012

iii

Page 4: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul: Penerapan Model Contextual Teaching and Learning untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep Bangun Geometris Pada Anak Kelompok B TK

Desa Toriyo.

Disusun oleh:

NAMA : LIYA STYANINGRUM

NIM : X8110028

TANGGAL : 19 JULI 2012

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Ruli hafidah, S. Pd, M. Hum.

NIP 19790612 200912 2 002

Pembimbing II

Yudianto Sujana, S. Kom, M. Kom.

NIP 19810615 200812 1 003

iv

Page 5: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

Page 6: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

ABSTRAK

Liya Styaningrum. PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN GEOMETRIS PADA ANAK KELOMPOK B TK DESA TORIYO, Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli. 2012.

Tujuan penelitian yang akan dicapai adalah meningkatkan pemahaman konsep bangun geometris dengan penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL) pada anak kelompok B TK Desa Toriyo tahun pelajaran 2011-2012 .

Bentuk penelitian dalam skripsi ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang tediri dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari rencana, tindakan, observasi, dan refleksi. Sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok B TK Desa Toriyo Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan jumlah 18 anak. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II.Pengumpulan data menggunakan metode yang meliputi observasi, dokumentasi, dan tes. Dalam proses analisis data menggunakan model analisis interaktif yang meliputi reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/ verifikasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun geometris pada anak kelompok B TK Desa Toriyo pada tahun pelajaran 2011/2012. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar dan ketuntasan anak yang terus meningkat, dengan adanya peningkatan prosentase hasil belajar yang diperoleh anak kelompok B TK Desa Toriyo dari saat keadaan awal sampai kondisi akhir. Pada siklus I dari 18 anak sebanyak 14 siswa atau 77,89% mencapai nilai tuntas ( ● ). Pada siklus II dari 18 anak sebanyak 16 atau 88,90% mencapai nilai tuntas ( ● ), sesuai dengan indikator yang ditargetken oleh peneliti sebesar 80%. Simpulan penelitian ini adalah penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun geometris pada anak kelompok B TK Desa Toriyo.

Kata kunci: contextual teaching and learning, pemahaman konsep bangun geoometris, anak taman kanak-anak.

vi

Page 7: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

ABSTRACT

Liya Styaningrum. The Application of the Contextual Teaching and Learning Model to Improve the Understanding on the Concept of geometric shape at group B students of Toriyo kindergarten. Thesis: The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, Surakarta, July. 2012. The objective of the research is to improve the understanding on the Concept of geometric shape, through the application of Contextual Teaching Learning model at group B students of Toriyo kindergarten in the academic year of 2011/2012. The research used is a classroom action research. It was conducted in two cycles and each cycle consisted of four phases, namely: planning, implementation, observation, and reflection. The subjects of the research were 18 students of group B student’s in the Toriyo kindergarten in the academic year of 2011/2012. The data of the research were gathered through observation, documentation, and test. The observation aimed at investigating the activities of the teacher and the activeness of the students in the learning process with the Contextual Learning model. The data of the research were analyzed by using an interactive analysis consisting of three components, namely: data reduction, data display, and conclusion drawing or verification.

The results of the research show that the application of the Contextual Teaching and Learning model can improve the understanding on the concept of geometric shape at group B students of Toriyo kindergarten in the Academic Year of 2011/2012. This can be seen from the results of learning and increasing student, the improvement on the student’s achivement and passing grade was gained by group B TK Desa Toriyo in first cycle of the 18 students as much as 14 or 77,89% of students achieving the perfect score, in second cycle of 18 students by 16 students or 88,90% to get the perfect score, according to the indicators in the target by the reseachers by 80%. The conclusion of this reseaarch the application of the Contextual Teaching and Learning model can improve the understanding on the concept of geometric shape at group B students of Toriyo kindergarten.

Keywords: contextual teaching and learning, Understanding on the Concept of geometric shape, the kindergarten student

vii

Page 8: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

MOTTO

“Ketahuilah bahwa kemenangan itu selalu mengiringi kesabaran, jalan keluar

selalu mengiringi cobaan dan kemudahan itu selalu mengiringi kesusahan”.

(H.R. Tirmidzi)

“Hari-hari itu terdiri dari sekumpulan jam, rangkaian jam berasal dari sekumpulan

nafas, dan setiap hembusan nafas adalah kotak perhiasan. Maka jagalah jangan

sampai hembusan nafasmu hilang tanpa terisi amal satupun, hingga dihari kiamat

kelak, kau akan melihat kotakmu kosong dank au akan menyesal”.

(Abdul Faraj Ibnu Jauzi)

“Penghargaan tertinggi untuk kerja keras seseorang bukanlah apa yang ia

hasilkan, tetapi bagaimana ia berkembang karenanya”.

(John Ruskin)

” Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari

hari ini "

viii

Page 9: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

PERSEMBAHAN

Teriring syukurku pada-Mu, Kupersembahkan karya ini untuk :

♥ Ibu dan Bapak tersayang,

Doamu yang tiada terputus, kerja keras tiada henti, pengorbanan yang tak

terbatas dan kasih sayang tidak terbatas pula. Semuanya membuatku bangga

memiliki kalian. Tiada kasih yang seindah dan seabadi kasih sayangmu.

♥ Kakak dan adikku tersayang Prima, Ito, dan Okky.

Terima kasih untuk semangatnya kakak dan adik-adik ku tersayang.

♥ mas Hamzah, mbak etik

Bantuan dan semangat kalian yang slalu mendukungku hingga sampai pada akhir

skripsiku.

♥ Maz abbaz.

Terima kasih karena senantiasa mendorong langkahku dengan semangat dan selalu

disampingku baik disaat kutegar berdiri maupun saat kujatuh dan terluka.

♥ Teman-teman seperjuanganku S1-Transfer PAUD.

Terima kasih atas semangat, perjuangan dan kerjasamanya

 

ix

Page 10: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi dengan judul: ” Penerapan Model Contextual Yeaching and Learning Untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep Bangun Geometris Pada Anak Kelompok B TK

Desa Toriyo” .

Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan

gelar Sarjana Pendidikan Program Strata I (S1) PG-PAUD Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, dan pada

kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebalas Maret Surakarta.

3. Ketua Program Studi PG-PAUD Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebalas Maret Surakarta.

4. Ruli Hafidah, S.Pd., M.hum., selaku Pembimbing I, yang selalu memberikan

motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Yudianto Sujana, S,Kom., M. Kom., selaku Pembimbing II, yang selalu

memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Kepala TK Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Sukoharjo, yang telah memberi

kesempatan dan tempat guna pengambilan data dalam penelitian.

7. Ibu Sri Suwarti, S.Pd., dan ibu Sri Hartati, selaku guru TK Desa Toriyo.

8. Anak kelompok B TK Desa Toriyo atas bantuan dukungannya dalam penyusunan

skripsi ini.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu.

x

Page 11: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan. Untuk itu dengan senang hati penulis mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun untuk menjadi masukan dan sebagai tambahan

pengetahuan yang berguna bagi penulis dimasa mendatang.

Akhir kata, dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga

proposal skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Surakarta, 27 Juli 2012

Penulis

Liya Styaningrum

xi

Page 12: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

DAFTAR ISI Halaman

JUDUL ............................................................................................................ i

HALAMAN PERNYATAAN......................................................................... `ii

HALAMAN PENGAJUAN............................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... v

HALAMAN ABSTRAK................................................................................. vi

HALAMAN ABSTRACT.................................................................................. vii

HALAMAN MOTTO...................................................................................... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... . ix

KATA PENGANTAR .................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv

DAFTAR GRAFIK.......................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Rumusan Masalah....................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 4

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 6

A. Kajian Pustaka .......................................................................... 6

1. Tinjauan Contextual Teaching and Learning ...................... 6

a. Pengetian Model Pembelajaran...................................... 6

b. Pengertian Model Contextual Teaching and Learning .. 7

c. Dasar Teori Model Contextual Teaching and Learning 10

d. Komponen Model Contextual Teaching and Learning . 11

e. Pengertian Anak Usia Dini (AUD) ................................ 12

2. Pemahaman Konsep Bangun Geometris................................ 14

xii

Page 13: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

a. Pengertian Pemahaman Konsep..................................... 14

b. Pengertian Bangun Geometris ....................................... 15

c. Jenis-jenis Bangun Geometris........................................ 16

d. Tujuan pembelajaran bangun geometris pada AUD...... 19

B. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................... 20

C. Kerangka Berpikir....................................................................... 21

D. Hipotesis Tindakan ..................................................................... 23

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 24

A. Tempat dan waktu Penelitian....................................................... 24

B. Subjek Penelitian ......................................................................... 25

C. Data dan Sumber Data ................................................................. 25

D. Pengumpulan Data....................................................................... 25

E. Uji Validitas Data ........................................................................ 27

F. Analisis Data................................................................................ 27

G. Indikator Kinerja.......................................................................... 29

H. Prosedur Penelitian ...................................................................... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 35 A. Deskripsi Pra Tindakan................................................................ 35

B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus ......................................... 38

1. Deskripsi Hasil Siklus I ....................................................... 38

2. Deskripsi Hasil Siklus II....................................................... 53

C. Perbandingan Hasil Tindakan Tiap Siklus................................... 67

D. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 73

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN........................................ 75

A. Simpulan ...................................................................................... 75

B. Implikasi ...................................................................................... 75

C. Saran ............................................................................................ 76 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 78

LAMPIRAN

xiii

Page 14: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

DAFTAR GAMBAR

Gambar : Halaman

1. Persegi.................................................................................................. 16

2. Persegi Panjang.................................................................................... 16

3. Lingkaran............................................................................................. 16

4. Layang-layang...................................................................................... 17

5. Belah Ketupat....................................................................................... 17

6. Trapesium............................................................................................. 17

7. Kubus.................................................................................................... 18

8. Balok..................................................................................................... 18

9. Tabung................................................................................................... 18

10. Kerucut................................................................................................. 19

11. Bola...................................................................................................... 19

12. Bagan Kerangka Berpikir..................................................................... 22

13. Teknik Analisis Deskriptif Interaktif................................................. 29

xiv

Page 15: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

DAFTAR TABEL

Tabel : Halaman

1. Indikator Kinerja................................................. ............................... 30

2. Frekuensi nilai tes awal anak............................................................... 36

3. Tingkat keberhasilan anak prasiklus.................................................... 37

4. Frekuensi Data Nilai Anak Siklus I Pertemuan 1............................... 43

5. Prosentasi nilai siklus 1 pertemuan 1......................................... ........ 44

6. Frekuensi Data nilai Anak Siklus I Pertemuan 2................................. 45

7. Prosentasi nilai Siklus I Pertemuan 2................................................. 46

8. Frekuensi Perbandingan Ketuntasan siklus I Pertemuan 1 dan 2........ 48

9. Prosentasi Perbandingan siklus I pertemuan 1 dan 2............................ 49

10. Hasil penilaian guru siklis I Pertemuan 1........................................... 50

11. Hasil penilaian guru siklus I pertemuan 2........................................... 51

12. Frekuensi data nilai anak siklus II pertemuan 1................................... 58

13. Prosentasi nilai Siklus II pertemuan 1......................................... ..... 59

14. Frekuensi data nilai anak siklus II pertemuan 2.................................. 60

15. Prosentasi nilai siklus II pertemuan 2................................................. 60

16. Frekuensi perbandingan ketuntasan Siklus II Pertemuan 1 dan 2...... 62

17. Prosentasi perbandingan Siklus II Pertemuan 1 dan 2........................ 63

18. Hasil penilaian guru siklus II pertemuan 1......................................... 65

19. Hasil penilaian guru siklus II pertemuan 2........................................... 65

20. Perbandingan Ketuntasan Prasiklus, siklus I, dan siklus II.................. 68

21. Prosentasi perbandingan prasiklus, siklis I, siklus II........................... 69

22. Perbandingan kinerja guru siklus I dan siklus II.................................. 71

xv

Page 16: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

DAFTAR GRAFIK

Grafik : Halaman

1. Histogram Data nilai prasiklus ........................................................ 37

2. Hitogram data nilai anak siklus I pertemuan 1................................ 44

3. Histogram data nilai anak siklus I pertemua 2 ................................ 46

4. Histogram perbandingan siklus I pertemuan 1 dan 2......................... 59

5. Histogram data nilai siklus II pertemuan 2 ..................................... 61

6. Histogram perbandingan siklus II pertemuan 1 dan 2..................... 63

7. Histogram perbandingan prasiklus, siklus I, dan siklus 2 ............... 68

xvi

Page 17: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran : Halaman

1. Jadwal Penelitian ............................................................................. 80

2. Daftar nama peserta didik kelompok B TK Desa Toriyo................ 81

3. Daftar Guru TK Desa Toriyo .......................................................... 82

4. RKH siklus I pertemuan 1 ............................................................... 83

5. Bahan ajar ( skenario pembelajaran) Siklus I pertemuan 1............... 85

6. Lembar Kerja Anak siklus I pertemuan 1........................................ 88

7. Foto hasil karya anak siklus I pertemuan 1 ..................................... 89

8. Evaluasi kegiatan siklus I pertemuan 1 ........................................... 90

9. Data Nilai anak siklus I pertemuan 1 .............................................. 91

10. Lembar penilaian guru siklus I pertemuan 1 ................................... 92

11. RKH siklus I pertemuan 2 ............................................................... 94

12. Bahan Ajar ( Skenario Pembelajaran) Siklus I pertemuan 2........... 96

13. Lembar Kerja Anak siklus I pertemuan 2 ...................................... 100

14. Foto hasil karya anak siklus I pertemuan 2 ..................................... 101

15. Evaluasi kegiatan siklus I pertemuan 2............................................. 102

16. Data Nilai anak siklus I pertemuan 2............... ............................... 103

17. Lembar penilaian guru siklus I pertemuan 2................................. .. 104

18. RKH siklus II pertemuan 1.............................................................. 106

19. Bahan Ajar (scenario pembelajarn) siklus II Pertemuan 1............... 108

20. Lembar Kerja Anak siklus II pertemuan 1.................. ................... 112

21. Foto hasil karya anak siklus II pertemuan 1................................ .... 113

22. Evaluasi kegiatan siklus II pertemuan 1........................................... 114

23. Data Nilai anak siklus II pertemuan 1............................................... 115

24. Lembar penilaian guru siklus II pertemuan 1................................... 116

25. RKH siklus II pertemuan 2............................................................... 118

26. Bahan Ajar ( Skenario Pembelajaran) Siklus II pertemuan 2…….. 120

27. Foto hasil karya anak siklus II pertemuan 2.................................... 125

xvii

Page 18: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

28. Evaluasi kegiatan siklus II pertemuan 2............................................ 126

29. Data Nilai anak siklus II pertemuan 2................................................ 127

30. Lagu................................................................................................... 128

31. Lembar penilaian guru siklus I pertemuan 2.................................... 129

32. Foto Kegiatan Pembelajaran............................................................. 131

33. Surat keterangan Penelitian ............................................................. 133

34. Surat Permohonan Izin Penyusunan Skripsi..................................... 134

35. Surat Keputusan Dekan FKIP tentang Izin Penyusunan Skripsi .... 135

36. Surat Permohonan izin observasi .................................................... 136

37. Surat Permohonan Izin Penelitian..................................................... 137

xviii

Page 19: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak usia dini (AUD) mempunyai rasa ingin tahu dan sikap antusias yang

tinggi terhadap segala sesuatu yang belum mereka ketahui. Selain itu AUD juga

memiliki sikap berpetualang dan minat yang tinggi untuk dapat mengetahui hal yang

baru yang belum pernah anak kenal. Semua sikap tersebut, digunakan untuk

mengobservasi kegiatan sehari-hari di sekitar lingkungan mereka. Dengan demikian

secara tidak langsung anak mengalami suatu pembelajaran yang nyata, melalui

pengenalan hal-hal baru dan benda-benda yang ada di sekitar lingkungan. Pengenalan

hal-hal baru tersebut merupakan pengalaman positif di dalam proses pembelajaran,

untuk mengembangkan minat keilmuan anak.

Pada hakekatnya pembelajaran memiliki peran penting dalam mewujudkan

kepribadian anak. Melalui pembelajaran, AUD akan mulai mengenal hal-hal yang

baru yang belum mereka ketahui. Sebagaimana terdapat dalam Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Republik Indonesia UU No.20 Tahun 2009 tentang sistem

pendidikan nasional menyatakan bahwa Pendidikan AUD adalah suatu upaya

pembinan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun

untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak. Semua aspek perkembangan

anak tersebut membutuhkan rangsangan, dorongan, dukungan, dan semangat dari

seorang guru. Peran guru sangat penting untuk AUD dalam kegiatan pembelajaran di

TK.

Seorang guru TK dituntut memiliki kemampuan dalam memilih strategi untuk

mencapai kompetensi pembelajaran, yaitu dengan memilih model pembelajaran yang

tepat untuk menyampaikan materi yang akan diajarkan kepada AUD. Ketepatan

pemilihan model belajar ini sangat penting karena akan mendukung pencapaian

tujuan suatu kegiatan pembelajaran. Jika pemilihan model pembelajaran kurang tepat

maka tujuan pembelajaranpun menjadi kurang jelas dan tidak fokus pada sasaran.

Menurut Winata Putra, yang dikutip Sugiyanto (2008 : 7), model pembelajaran

1

Page 20: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk menciptakan tujuan belajar dari fungsi

sebagai pedoman bagi para guru dalam merencanakan serta dalam melaksanakan

aktivitas mengajar. Salah satu model pembelajaran yang dipakai oleh seorang guru

adalah Contextual Teaching and Learning (CTL).

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning adalah konsep belajar yang

mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi

dunia nyata anak. Model pembelajaran ini mendorong anak untuk menghubungkan

antara pengetahuan yang diperoleh dengan penerapan dalam kehidupan mereka

sendiri-sendiri. Dalam model pembelajaran ini, anak akan memiliki pengetahuan dan

ketrampilan baru ketika proses pembelajaran berlangsung, karena guru menggunakan

benda-benda nyata yang ada di sekitar lingkungan sekolah.

Salah satu contoh dalam mempelajari bangun datar dan bangun ruang yang

belum dipahami anak, maka seorang guru harus pandai menyampaikan materi

tersebut melalui pembelajaran yang riil. Dalam pembelajaran tersebut guru

menghubungkan materi yang disampaikan dengan benda di sekitar lingkungan

sekolah, yaitu mulai dari memberi pengetahuan awal tentang bangun geometris

sampai dengan anak dapat memahami tentang konsep bangun geometris.

Geometris adalah suatu bentuk geometri yang terletak pada bidang datar atau

suatu benda yang berbentuk dua dimensi. Contoh bangun geometris yaitu segitiga,

persegi, persegi panjang, lingkaran, kubus, balok, kerucut, dan lain-lain. Sebelum

mempelajari bangun-bangun tersebut, terlebih dahulu seorang guru harus

mengenalkan AUD pada titik, garis datar, garis tegak, dan garis lengkung supaya

anak dapat lebih mudah dalam membuat bangun geometris. Setelah anak mampu

membuat titik dan beberapa jenis garis, seorang guru harus pandai membawa AUD

tersebut untuk lebih kreatif dalam menghubungkannya dengan benda geometris di

lingkungan sekitar.

Seperti halnya di lingkungan sekitar TK Desa Toriyo Kecamatan Bendosari

Kabupaten Sukoharjo, banyak benda-benda nyata yang dapat digunakan untuk

meningkatkan pemahaman anak tentang konsep bangun geometris, misalnya papan

tulis, meja, pintu, almari, kotak kapur, bola, dan balok kayu. Namun pemahaman

2

Page 21: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

konsep bangun geometris pada AUD di TK Desa Toriyo masih sangat rendah. Hal ini

disebabkan karena guru di TK Desa Toriyo masih menggunakan model pembelajaran

konvensional. Pada model konvensional ini guru hanya menggunakan gambar

sebagai media pembelajaran tanpa menggunakan media pembelajaran yang nyata,

sehingga membuat pemahaman anak tentang konsep bangun geometris masih rendah.

Sebagai akibat dari pembelajaran konvensional, anak kurang tertarik dan

cenderung tidak memperhatikan pembelajaran yang diajarkan guru, khususnya pada

pembelajaran pemahaman konsep bangun geometris. Anak yang masih tidak

memperhatikan ketika pembelajaran berlangsung, menjadi faktor utama bagi guru

untuk mengubah model pembelajaran yang digunakan. Seperti kita ketahui,

tercapainya tujuan pembelajaran adalah tujuan utama guru dalam melaksanakan

proses pembelajaran. Dengan cara mengubah model pembelajaran konvensional

menjadi model pembelajaran Contextual Teaching and Learning, diharapkan dapat

meningkatkan perhatian anak dan pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman

dan hasil belajar anak tentang konsep bangun geometris.

Melalui kegiatan pembelajaran yang nyata tersebut sangat dibutuhkan oleh

AUD dan seorang guru dapat lebih mudah menyampaikan pengertian konsep bangun

geometris pada anak TK, melalui gambar-gambar nyata dan langsung, seperti

segitiga, persegi dan lingkaran. Sedangkan untuk geometris ruang, guru dapat

membawa balok kayu, dan kardus kapur. Dengan gambar dan benda nyata ini

diharapkan dapat memberikan gambaran tentang arti bangun geometris pada AUD.

Dari permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Contextual Teaching

and Learning Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Bangun Geometris

Pada Anak Kelompok B TK Desa Toriyo”.

3

Page 22: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka peneliti

dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

“Apakah penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat

meningkatkan pemahaman konsep bangun geometris pada anak Kelompok B TK

Desa Toriyo?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk

meningkatkan pemahaman konsep bangun geometris dengan penerapan model

Contextual Teaching and Learning (CTL) pada anak kelompok B TK Desa Toriyo.

D. Manfaat Hasil Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan referensi bagi peningkatan

kualitas pembelajaran dalam penerapan model Contextual Teaching and

Learning (CTL) untuk konsep bangun geometris pada anak TK.

b. Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

perkembangan ilmu pengetahuan dimasa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi anak TK Desa Toriyo

1) Meningkatkan pemahaman anak tentang konsep bangun geometris.

2) Meningkatkan kemampuan anak dalam menghubungkan bangun

geometris dengan benda-benda di kehidupan nyata.

b. Bagi Guru

1) Untuk memperbaiki pembelajaran yang diselenggarakan guru.

2) Dengan penelitian tindakan kelas ini guru dapat meningkatkan

kompetensi keprofesionalannya.

3) Dengan penelitian tindakan kelas ini guru menjadi lebih percaya diri.

4

Page 23: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

4) Dengan penelitian tindakan kelas ini guru mendapat kesempatan untuk

meningkatkan pengetahuan dan kompetensinya melalui penerapan CTL

pada pemahaman konsep bangun geometris anak.

c. Bagi Sekolah

1) Dapat meningkatkan kualitas pendidikan dalam pemahaman konsep

geometris melalui penerapan model CTL.

2) Memberi sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah.

3) Memperbaiki proses dan hasil belajar siswa.

5

Page 24: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Tinjauan Model Contextual Teaching and Learning (CTL)

a. Pengertian Model Pembelajaran

Pada hakekatnya pembelajaran memiliki peran penting dalam

mewujudkan kepribadian anak. Melalui pembelajaran, AUD akan mulai

mengenal hal yang baru yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya.

Pembelajaran memiliki arti suatu proses interaksi antara AUD dengan guru

beserta sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan

bantuan yang di berikan oleh seorang guru pada AUD untuk meningkatkan

pengetahuannya. Tujuan pembelajaran tersebut agar dapat terjadi proses

perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan bakat. Dengan kata

lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu AUD agar dapat belajar

dengan baik.

Model pembelajaran merupakan salah satu bagian dari keseluruhan sistem

belajar yang tidak dapat dipisahkan dari sistem lainnya. Menurut Joyce dalam

Triyanto (2007: 5)

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas/pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya: buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain. Setiap model pembelajaran mengarahkan guru mendesain pembelajaran untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Sugiyanto (2007: 24) “Model pembelajaran adalah suatu pola

instruksional yang memberikan proses spesifik dan penciptaan situasi lingkungan

tertentu yang mengakibatkan para siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan

khusus pada tingkah laku mereka”.

Menurut Nurulwati dalam Triyanto (2007: 5) “Model pembelajaran

adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

6

Page 25: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran

tertentu dan befungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para

pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar”.

Pendapat Arends dalam Triyanto (2007: 7) menyatakan “The term

teaching model refers a particular approach instruction that includes its goals,

syntax, environment, and management system”. Istilah model pengajaran

mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu, tujuan, sintaks,

lingkungan, dan pengelolaan.

Sedangkan menurut Berns and Erickson (2001) further Contextual

teaching and learning is defined as a conception of teaching and learning that

helps teachers relate subject matter content to real world situations.

Berdasarkan beberapa definisi model pembelajaran di atas dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan salah satu bagian dari

keseluruhan sistem belajar yang tidak dapat dipisahkan dari sub sistem yang lain.

Model pembelajaran berhubungan dengan perencanaan yang dipilih untuk

menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan instruksional tertentu. Hal

tersebut meliputi lingkup dan urutan kegiatan yang dipilih oleh guru dalam proses

belajar mengajar, agar dapat diberikan kemudahan dan fasilitas kepada siswa

dalam setiap mencapai tujuan pembelajaran. Ada berbagai macam pembelajaran,

salah satunya adalah Contextual Teaching And Learning (CTL). Kegiatan

pembelajaran ini merupakan kegiatan pembelajaran yang nyata dan akan lebih

mempermudah anak memahami sesuatu hal yang sedang diajarkan/dijelaskan.

b. Pengertian Model Contextual Teaching And Learning (CTL)

Landasan filosofi Contextual Teaching and Learning adalah

kontruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya

sekedar membaca, tetapi AUD harus mengkontruksi atau membangun

pengetahuan dibenak mereka sendiri melalui pengalaman nyata mereka.

Menurut Nurhadi, yang dikutip Sugiyanto dalam bukunya Model-model

pembelajaran inovatif (2008: 18), ”Contextual Teaching and Learning (CTL)

adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi

7

Page 26: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

yang diajarkan dan situasi dunia nyata anak, dan juga mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam

kehidupan mereka sendiri-sendiri”. Pengetahuan dan keterampilan siswa

diperoleh dari usaha siswa mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan

baru ketika ia belajar.

Johnson dalam Sugiyanto (2008: 18) menyatakan bahwa

CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut meliputi tujuh komponen berikut : 1) berfikir kritis dan kreatif, 2) membuat keterkaitan yang bermakna, 3) melakukan pekerjaan yang berarti, 4) melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, 5) melakukan kerjasama, 6) membantu individu untuk tumbuh dan berkembang dan menggunakan penilaian autentik.

Melalui tujuh komponen tersebut mereka dapat menghubungkan sendiri

pembelajaran yang mereka peroleh dengan keadaan nyata atau sebenarnya.

Secara tidak langsung anak akan berfikir kritis tentang materi yang sedang

mereka pelajari dan menghubungkan dengan keadaan lingkungan yang pernah

mereka alami.

Dalam memilih model pembelajaran, guru harus bisa memilih model

yang tepat untuk AUD, seperti yang dikemukakan oleh Wina Sanjaya (2008:

255) “Contextual Teaching Learning atau biasa disingkat CTL adalah suatu

strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara

penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya

dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat

menerapkannya dalam kehidupan mereka”.

Sedangkan menurut Berns and Erickson (2001) further Contextual

teaching and learning is defined as a conception of teaching and learning that

helps teachers relate subject matter content to real world situations.

Pendekatan kontekstual berlatar belakang bahwa anak belajar lebih bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan

8

Page 27: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak hanya berorientasi target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali anak untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian proses pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan prinsip membelajarkan – memberdayakan anak, bukan mengajar anak.

Dengan prinsip pembelajaran seperti itu, pengetahuan bukan lagi seperangkat fakta, konsep, dan aturan yang siap diterima anak, melainkan harus dikonstruksi (dibangun) sendiri oleh anak dengan fasilitas dari guru. Anak belajar dengan mengalami sendiri, mengkonstruksi pengetahuan, kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Anak harus tahu makna belajar dan menyadarinya, sehingga pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya dapat dipergunakan untuk bekal kehidupannya. Di sinilah tugas guru untuk mengatur strategi pembelajaran dengan membantu menghubung kan pengetahuan lama dengan yang baru dan memanfaatkannya. Anak menjadi subjek belajar sebagai pemain dan guru berperan sebagai pengatur kegiatan pembelajaran (sutradara) dan fasilitator.

CTL merupakan interaksi kolaboratif anak antara ilmu pengetahuan dengan kondisi area anak.Belajar dalam konteks CTL bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung. Melalui proses berpengalaman itu diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh, yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan juga psikiomotorik. Hal ini sesuai dengan pendapat Shawn dan Linda (2004) yang menyatakan bahwa “CTL is a collaborative interaction with students, a high level of science content with other content and skill areas. Furthermore, the CTL strategies were best implemented when teachers used them in conjunction with sound classroom management techniques.

Dengan demikian, pendekatan pembelajaran CTL menekankan pada

aktivitas secara penuh, baik fisik maupun mental. Dalam CTL, belajar bukanlah

kegiatan menghafal, mengingat fakta, mendemonstrasikan latihan secara

berulang melainkan proses berpengalaman dalam kehidupan nyata.

Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik simpulan bahwa

pembelajaran CTL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk

menolong AUD dalam melihat makna materi yang dipelajarinya dengan situasi

9

Page 28: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

kehidupan nyata. Sehingga materi yang dipelajari lebih kongkrit, bermakna, dan

mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan keseharian mereka.

c. Dasar Teori Model Contextual Teaching and Learning (CTL)

Dalam pembelajaran model CTL harus menggunakan dasar teori dari

Johnson, yang dikutip Sugiyanto (2008: 19) bahwa ada tiga pilar dalam sistem

Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu: 1) mencerminkan prinsip saling

ketergantungan, 2) mencerminkan diferensiasi, dan 3) mencerminkan prinsip

pengorganisasian diri.

Landasan Filosofi CTL adalah konstruktivisme yang mempunyai arti

filosopi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal.

AUD harus mengkonstruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri. Pengetahuan

tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proporsi yang terpisah,

tetapi mencerminkan ketrampilan yang dapat diterapkan.

Secara sederhana langkah penerapan pembelajaran kontekstual dalam kelas secara garis besar menurut Hadi Mulyono (2010: 128) adalah:

1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua tema 3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya 4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok) 5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran 6) Lakukan refleksi di akhir penemuan 7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

Dengan memilih konteks secara tepat, maka AUD dapat diarahkan

kepada pemikiran agar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka, dan lingkungan masyarakat luas.

Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu anak dalam mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan sesuatu yang baru bagi kelas

10

Page 29: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan dari hasil “menemukan sendiri” dan bukan dari “apa kata guru”.

Pembelajaran CTL dilaksanakan sebagai aplikasi dalam pemaknaan

belajar dan proses belajar dalam arti yang sesungguhnya. Hal ini didasarkan pada

landasan teoritis tentang belajar aktif yang tidak semata-mata menekankan pada

pengetahuan yang bersifat hapalan saja. Anak harus aktif mencari, menemukan

pengetahuan tersebut dengan keterampilan secara mandiri.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik

dalam contextual teaching and learning setelah pembelajaran berlangsung guru

berperan sebagai fasilitator, guru sekedar memberikan informasi untuk

merangsang pemikiran. Para AUD didorong untuk bertanya dan mengemukakan

ide-idenya.

d. Komponen Model Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pembelajaran berbasis Contextual Teaching and Learning menurut

Sanjaya, dalam Sugiyanto (2009: 21) melibatkan tujuh komponen pembelajaran.

Tujuh komponen tersebut adalah sebagai berikut :

1) Konstruktivisme yaitu pengetahuan siswa dibangun oleh dirinya sendiri atas

dasar pengalaman, pemahaman konsep, persepsi, perasaan siswa, dan bukan

dibangun atau diberikan oleh orang lain. Jadi, guru hanya berperan dalam

menyediakan kondisi atau memberikan suatu permasalahan.

2) Inkuiri adalah proses pembelajaran didasarkan pada penemuan baru melalui

proses berfikir secara sistematis.

3) Bertanya adalah bagian inti dari belajar dan menemukan pengetahuan.

Dengan adanya rasa ingin tahu itu pengetahuan selalu dapat berkembang.

4) Masyarakat belajar (learning community) adalah didasarkan pada pendapat

Vygotsky, dalam Sugiyanto (2008: 22), bahwa pengetahuan dan pengalaman

anak dengan banyak dibentuk komunikasi dengan orang lain.

5) Pemodelan (modelling) adalah proses pembelajaran dengan memperagakan

suatu contoh yang dapat ditiru oleh siswa.

6) Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan oleh guru untuk mengumpulkan

informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan oleh siswa.

11

Page 30: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik simpulan bahwa

Contextual Teaching and Learning adalah konsep belajar yang berupa sebuah

proses pendidikan bertujuan membantu peserta didik untuk dapat melihat makna

di dalam materi. Suatu kegiatan pembelajaran yang nyata yang akan

mempermudah anak memahami suatu hal yang dijelaskan oleh pendidik.

e. Pengertian Anak Usia Dini (AUD)

Anak Usia Dini (AUD) adalah anak yang rentang usianya antara empat

sampai enam tahun, yang masih memiliki sifat rasa ingin tahu dan memiliki pola

fikir imajinatif atau khayalan. Semua itu merupakan bagian perkembangan

manusia secara keseluruhan. Perkembangan pada usia ini mencakup

perkembangan fisik dan motorik, kognitif, sosial emosional, serta bahasa. Masa

ini menurut Ebbec (1998: 18) merupakan masa pertumbuhan yang paling hebat

dan sekaligus paling sibuk. Pada masa ini anak sudah memiliki ketrampilan dan

kemampuan walaupun belum sempurna. Usia dini sering kali juga disebut fase

fundamental yang akan menentukan kehidupannya di masa akan datang.

Anak Usia Dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun.

Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter

dan kepribadian anak (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 7). Usia dini merupakan

usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia

dini disebut sebagai usia emas (golden age). Makanan yang bergizi yang

seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan

perkembangan tersebut.

Ketika anak mencapai tahapan usia dini (3 sampai 6 tahun), terdapat ciri

yang sangat berbeda dengan usia bayi. Perbedaannya terletak pada penampilan,

proporsi tubuh, berat, dan panjang badan, serta kemampuan yang dimilikinya.

(http://infoini.com/2012/pengertian-anak-usia-dini.html/ diunduh 20/02/2012)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa AUD adalah anak usia

4-6 tahun yang masih banyak mengalami perubahan fisik maupun psikis, serta

memiliki sifat unik dan memiliki pola fikir imajinatif atau khayalan.

Berikut ini karakteristik masing-masing aspek perkembangan AUD

menurut Masitoh (2007: 212). Karakteristik perkembangan AUD sebagai berikut :

12

Page 31: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

1) Perkembangan fisik dan motorik

Perkembangan ini dapat dilihat dari pertumbuhan anak yang dapat dilihat

secara fisik dan melalui kemampuan-kemampuan anak.

2) Perkembangan kognitif

Dilihat dari tahapan menurut Piaget, yang dikutip Masitoh (2007: 213) bahwa

“Anak Usia Dini berada pada tahapan pra-operasioanal, yaitu tahapan anak

belum menguasai operasi mental secara logis. Periode ini ditandai dengan

berkembangnya kemampuan menggunakan sesuatu yang lain dengan

menggunakan simbol-simbol. Melalui kemampuan ini anak mampu

berimajinasi atau berfantasi tentang berbagai hal.”

3) Perkembangan Emosi

Perkembangan emosi berhubungan dengan seluruh aspek perkembangan

anak. Pada tahap ini emosi anak usia prasekolah lebih rinci atau terdiferensiasi

dan anak cenderung mengekspresikan emosi dengan bebas dan terbuka,

misalnya sikap marah sering mereka perlihatkan dan sering berebut perhatian

guru.

4) Perkembangan sosial

Adalah perkembangan perilaku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-

aturan masyarakat di mana AUD itu berada. Perkembangan sosial diperoleh

AUD melalui kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respons

terhadap dirinya. Bagi anak prasekolah, kegiatan bermain menjadikan fungsi

sosial anak semakin berkembang.

5) Perkembangan bahasa

Anak prasekolah biasanya telah mampu mengembangkan keterampilan

berbicara melalui percakapan yang dapat memikat orang lain. Mereka dapat

menggunakan bahasa dengan berbagai cara seperti bertanya, berdialog dan

menyanyi. Sejak usia dua tahun anak sangat berminat untuk menyebut nama

benda. Minat tersebut terus berlangsung sehingga dapat menambah

perbendaharaan kata.

13

Page 32: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

2. Pemahaman Konsep Bangun Geometris

a. Pengertian Pemahaman Konsep

Dalam pendidikan anak Usia Dini kita sebagai guru harus menyesuaikan

dengan perkembangan anak. Woodruf (2008: 13) mendefinisikan konsep adalah

suatu gagasan/ide yang relatif sempurna dan bermakna. Hal ini merupakan suatu

pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang berasal dari cara seseorang

membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda melalui

pengalamannya (setelah melakukan persepsi terhadap objek/benda). Pada tingkat

konkrit, konsep merupakan suatu gambaran mental dari beberapa objek atau

kejadian yang sesungguhnya. Pada tingkat abstrak dan komplek, konsep

merupakan sintesis sejumlah kesimpulan yang telah ditarik dari pengalaman

dengan objek atau kejadian tertentu.

Selain itu, konsep dapat diartikan sebagai hal/sesuatu yang abstrak

dimana mereka menghilangkan perbedaan dari segala sesuatu dalam ekstensi,

memperlakukan seolah-olah mereka identik.  Pengertian konsep sendiri adalah

universal dimana mereka bisa diterapkan secara merata untuk setiap ekstensinya.

Konsep juga dapat diartikan pembawa arti.  Konsep bisa dinyatakan dengan

‘Hund’ dalam bahasa Jerman, ‘chien’ dalam bahasa Prancis, ‘perro’ dalam

bahasa Spanyol. Konsep merupakan peta perencanaan untuk masa depan

sehingga bisa dijadikan pedoman dalam melangkah ke depan. Konsep biasanya

dipakai untuk mendeskripsikan dunia empiris yang diamati oleh peneliti, baik

berupa benda maupun gejala sosial tertentu yang sifatnya abstrak.

(http://definisi-pengertian.blogspot.com/pengertian-konsep.html/diunduh

Jadi dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa konsep adalah suatu istilah

yang mengandung maksud mengungkapkan arti dari suatu objek, peristiwa atau

gagasan. Sedangkan pemahaman konsep adalah proses mengerti / mengetahui

suatu istilah dari suatu objek (konsep) yang dipelajari dengan mendalam melalui

pemikiran sendiri

14

Page 33: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

b. Pengertian Bangun Geometris

Bangun adalah subruang yang digunakan secara paripurna oleh suatu

objek pada ruang dimana objek itu berada. Subruang yang dimaksud memiliki

batas-batas eksternal tertentu yang disarikan dari sifat-sifat lain semisal warna, isi,

susunan bahan, juga dari sifat-sifat spasial lainnya yang dimiliki oleh objek yang

dimaksud (kedudukan dan kecenderungan di dalam ruang; ukuran). Kendall

(2009: 11) mendefinisi bangun adalah semua informasi geometri yang tersisa

pada saat lokasi, skala, dan efek putar disaring dari suatu objek.

Bangun sederhana dua dimensi dapat digambarkan oleh titik, garis, kurva,

bidang, dan seterusnya, sedangkan suatu bangun yang titik-titiknya dimiliki oleh

bidang yang sama disebut gambar bidang. Sebagian besar bangun yang muncul di

dalam dunia fisika adalah kompleks.

Geometri (dari bahasa Yunani geo= bumi, metria= pengukuran) berarti

pengukuran tentang bumi, adalah cabang dari matematika yang mempelajari

hubungan di dalam ruang. Dari pengalaman, atau mungkin secara intuitif, orang

dapat mengetahui ruang dari ciri dasarnya, yang diistilahkan sebagai aksioma

dalam geometri.

Menurut SetyaRini (2010: 3) geometris menempati posisi khusus dalam

kurikulum matematika menengah, karena banyaknya konsep-konsep yang

termuat di dalamnya. Dari sudut pandang psikologi, geometri merupakan

penyajian abstraksi dari pengalaman visual dan spasial, misalnya bidang, pola,

pengukuran dan pemetaan. Sedangkan dari sudut pandang matematik, geometri

menyediakan pendekatan-pendekatan untuk pemecahan masalah, misalnya

gambar-gambar, diagram, sistem koordinat, vektor, dan transformasi. Geometri

juga merupakan lingkungan untuk mempelajari struktur matematika.

Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik simpulan bahwa bangun

geometri adalah subruang yang memiliki ukuran tertentu. Dari ukuran yang

berbeda-beda itu geometri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu geometri datar dan

geometri ruang.

15

Page 34: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

c. Jenis-jenis Geometri

Geometri dibagi menjadi dua, geometri datar dan geometri ruang. Geometri datar

adalah suatu bangun yang hanya memiliki bentuk 2 (dua) dimensi atau dengan

kata lain bangun tersebut hanya berbentuk bidang rata dan tidak memiliki isi,

sedangkan geometri ruang adalah bangun tiga dimensi yang terdapat ruang

didalamnya menurut Purnomosidi, Wiyanto & Endang Supadminingsih ( 2009:11)

1). Jenis Geometri Datar :

a). Persegi adalah sebuah bangun yang yang terdiri atas empat sisi yang sama

panjang atau segi empat yang semua sisinya sama panjang, berikut adalah

gambar persegi.

Gambar 1. Persegi

b). Persegi panjang adalah sebuah bangun yang terdiri atas dua sisi sama

panjang dan dua sisi sama lebar, berikut adalah gambar persegi panjang.

Gambar 2. Persegi panjang

c). Lingkaran adalah sebuah bangun yang memiliki ukuran sudut 360 derajat,

berikut adalah gambar lingkaran.

Gambar 3. Lingkaran

16

Page 35: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

d). Layang-layang adalah segi empat yang dapat dibentuk dari dua segitiga

sama kaki yang alasnya sama panjang dengan cara menghimpit alasnya,

berikut adalah gambar layang-layang.

Gambar 4. Layang-layang

e). Belah Ketupat adalah segi empat yang diagonal-diagonalnya merupakan

sumbu simetri, berikut adalah gambar belah ketupat.

Gambar 5. Belah Ketupat

f). Trapesium adalah segi empat yang tepat memiliki sepasang sisi yang

berhadapan dan sejajar.

Gambar 6. Trapesium

17

Page 36: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

2). Jenis Geometri Ruang :

a). Kubus adalah sebuah benda ruang yang dibatasi oleh enam buah persegi

yang berukuran sama, berikut ini adalah gambar kubus.

Gambar 7. Kubus

b). Balok adalah sebuah benda ruang yang dibatasi oleh tiga pasang (enam

buah) persegi panjang dimana setiap pasang persegi panjang saling sejajar

(berhadapan) dan berukuran sama, berikut adalah gambar balok.

Gambar 8. Balok

c). Tabung merupakan bentuk gabungan lingkaran dan sisi melengkung,

berikut ini adalah gambar tabung.

Gambar 9. Tabung

18

Page 37: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

d). Kerucut adalah bangun ruang yang mempunyai 2 sisi kerucut, yaitu alas

yang berupa lingkaran dan bidang melengkung yang disebut selimut.

Gambar 10. Kerucut

e). Bola termasuk bangun ruang yang sisinya berupa permukaan dan berupa

bidang lengkung, berikut ini adalah gambar bola.

Gambar 11. Bola

Dari beberapa geometri datar di atas dapat diubah untuk menjadi

geometri ruang, seperti pengenalan bentuk kubus yang terbuat dari bangun datar

persegi, topi kerucut yang terbuat dari segitiga, bola yang tebuat dari lingkaran.

Anak Usia dini belum sampai untuk mempelajari bangun geometri ruang, mereka

cukup dapat mengenal terlebih dahulu bangun geometri datar seperti segitiga,

persegi, persegi panjang, dan lingkaran.

d. Tujuan Pembelajaran Pemahaman Konsep Bangun Geometris Untuk

Anak Usia Dini (AUD)

Tujuan pembelajaran geometris adalah agar anak memperoleh rasa

percaya diri mengenai kemampuan matematikanya, menjadi pemecah masalah

yang baik, dapat berkomunikasi secara matematik, dapat bernalar secara

19

Page 38: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

matematik, dan dapat mengembangkan kecerdasan majemuk. Melalui

Pembelajaran konsep bangun geometris dapat mengembangkan kecerdasan

majemuk khususnya pada kecerdasan visual spasial. Menurut Tadkiroatun

Musfiroh (2005:65) kecerdasan visual spasial adalah kecerdasan yang memiliki

manfaat luar biasa dalam kehidupan manusia. Hampir semua pembelajaran yang

menghasilkan karya nyata memerlukan sentuhan kecerdasan visual spasial ini,

maka dari itu peneliti menggunakan hasil karya untuk mengukur ketuntasan anak

tentang pemahaman konsep bangun geometris.

Sedangkan Budiarto (2008: 19) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran

geometri adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis,

mengembangkan intuisi keruangan, menanamkan pengetahuan untuk menunjang

materi yang lain, dan dapat membaca serta menginterpretasikan argumen-

argumen matematik.

Pada dasarnya geometri mempunyai peluang yang lebih besar untuk

dipahami anak dibandingkan dengan cabang matematika yang lain. Hal ini karena

ide-ide geometri sudah dikenal oleh anak sejak sebelum mereka masuk sekolah,

misalnya garis, bidang, dan ruang. Meskipun demikian, bukti-bukti di lapangan

menunjukkan bahwa hasil belajar geometri masih rendah dan perlu ditingkatkan.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Menurut penelitian tindakan kelas yang sudah dilakukan oleh Saudari Hersie

Minarsih PuspitaHati (2010) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran

Kontekstual dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis pada Siswa

Kelas II SD Negeri Tegalmade 02 Mojolaban Sukoharjo” menyimpulkan : (a)

bahwa penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan

kemampuan menulis bebas pada siswa kelas II, (b) kemampuan menjelaskan

pengertian dari puisi, puisi bebas, dan langkah-langkah menulis puisi bebas

serta kemampuan untuk menulis sebuah puisi bebas pada siswa kelas II

meningkat, yaitu terlihat dengan adanya peningkatan nilai rata-rata kelas yang

pada tes awal dilakukan sebesar 60,00 dan 66,43. Siklus I meningkat menjadi

74,43 dan Siklus II meningkat serta mencapai optimal sebesar 80,07.

20

Page 39: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

2. Menurut penelitian tindakan kelas yang sudah dilakukan oleh Saudara Tanto

Al Rijanto (2010) dengan judul “Peningkatan Pemahaman Konsep Gaya

Magnet Melalui Model Pembelajaran Kontekstual pada Siswa Kelas II SDN

Guci 02 Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2009/2010” menyimpulkan: (a).

Penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan pemahaman

konsep gaya magnet. Pada kegiatan pra siklus rata-rata nilai 64,58, pada siklus

I rata-rata nilai mencapai 75,69 dan pada siklus II meningkat menjadi 84,95,

(b) Model pembelajaran kontekstual juga dapat meningkatkan keaktifan dan

keterampilan proses pada siswa. Hasil penelitian persentase keaktifan dan

keterampilan proses pada siklus I mencapai 60% dan pada siklus II mencapai

75%. Berdasakan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan

penerapan model pembelajran kontekstual; dapat meningkatkan pemahaman

konsep gaya magnet pada siswa kelas V SD Negeri Guci 02 Kabupaten Tegal.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berfikir dalam penelitian ini yaitu pemahaman konsep bangun

geometris pada anak kelompok B TK Desa Toriyo Kecamatan Bendosari yang

masih kurang / rendah pada kondisi awal. Selain itu, guru masih menerapkan

metode konvensional dalam pembelajaran, sehingga pemahaman anak tentang

konsep bangun geometris masih terbatas. Oleh karena terbatasnya pemahaman

anak tentang pemahaman konsep bangun geometris, maka diadakan suatu

tindakan pembelajaran dengan penerapan model Contextual Teaching and

Learning (CTL) melalui dua siklus. Dengan model CTL ini secara tidak langsung

anak akan mengkaitkan konsep bangun geometris dengan benda-benda nyata

pada kehidupan sehari-hari.

21

Page 40: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

Gambar 12. Bagan Kerangka Berpikir

Dalam kegiatan pembelajaran di TK Desa Toriyo, AUD terlihat kurang

antusias saat di kelas, ini disebabkan karena guru cenderung menggunakan

metode mengajar yang konvensional dan penggunaan alat peraga kurang

maksimal, sehingga AUD terlihat kurang semangat pada saat pembelajaran

berlangsung. Hal ini membuat pemahaman anak terbatas atau kurang

berkembang.

Kondisi awal

Guru masih menerapkan metode konvensional berupa gambar pada saat pembelajaran tentang pemahaman konsep bangun geometris sehingga

pemahaman AUD tentang konsep bangun masih terbatas

Kondisi akhir

Pemahaman AUD tentang konsep bangun geometris meningkat

Tindakan

Guru menerapkan CTL dalam pembelajaran pemahaman konsep bangun geometris yang dilaksanakan dalam dua siklus

Siklus II

Pada siklus II guru membawa bentuk geoemtri dengan contoh benda. Melalui tahapan : perencanaan, tindakan, observasi, refleksi

Siklus I

Melalui tahapan : perencanaan, tindakan, observasi, refleksi

22

Page 41: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

 

   

Proses pembelajaran akan dapat mencapai hasil yang lebih baik apabila

anak terdorong untuk mau melakukannya sendiri tanpa adanya paksaan dari orang

lain. Salah satu cara agar anak terdorong untuk belajar diantaranya adalah

menerapkan contextual teaching and learning dalam pembelajaran.

Melalui penerapan model pembelajaran ini, dapat meningkatkan

pemahaman konsep bangun geometris dengan berbagai kegiatan, yaitu : membuat

balok, kubus dan tabung dari karton secara sederhana, yang bahan-bahan untuk

pembuatan bangun tersebut sudah disediakan oleh guru. Dari kegiatan di atas

dapat meningkatkan pemahaman anak tentang macam-macam bangun geometris

secara langsung.

D. Hipotesis Tindakan

Sehubungan dengan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas dan

berdasarkan pada teori-teori dan kerangka berfikir, maka hipotesis tindakan yang

diajukan yaitu:

“Penerapan Contextual Teaching And Learning dapat meningkatkan pemahaman

konsep bangun geometris pada anak kelompok B TK Desa Toriyo”.

23

Page 42: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini berusaha mengkaji serta merefleksi secara kritis dan kolaborasi

suatu implementasi pembelajaran. Penelitian ini lebih menekankan pada kajian yang

benar-benar berawal dari situasi alamiah kelas.

Berdasarkan paradigma tersebut, maka metode yang digunakan adalah

metode penelitian tindakan kelas (classroom Action Research) yang terdiri atas

beberapa siklus dengan mengembangkan model yang dimodifikasi sesuai dengan

kebutuhan. Hal tersebut karena penelitian ini dilakukan secara kolaboratif, inkuiri,

reflektif dalam situasi yang nyata guna mencari dasar bagi kebutuhan praktis

khususnya dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep bangun geometris pada

anak.

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di TK Desa Toriyo, Desa Pancasan RT

01 RW 03, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, Kode pos 57526. TK

ini terletak di sebelah SDN Toriyo 1 dan masjid Al-Ikhlas yang sangat strategis

karena tidak jauh dari jalan raya dengan memiliki halaman yang luas sebagai

area untuk bermain AUD. TK Desa Toriyo ini memiliki empat ruang, yaitu kelas

A, kelas B, kantor Guru, dan Kamar mandi. AUD di TK Desa Toriyo berjumlah

40 yang terdiri dari kelas A 20 anak, kelas B 20 anak dan gurunya berjumlah

empat orang. Peran peneliti dalam penelitian ini sekaligus sebagai salah satu

guru di TK Desa Toriyo.

2. Waktu Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester II Tahun pelajaran 2011-

2012 yang dimulai dengan persiapan proposal sejak bulan Januari 2012 dan

berakhir pada bulan Juli 2012. Adapun jadwal penelitian pada lampiran 1.

24

Page 43: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

B. Subjek Penelitian

Sebagai subjek penelitian diambil satu kelas yaitu kelompok B pada bidang

pengembangan kognitif dengan kompetensi dasar anak mampu mengenal bangun

geometris sederhana dengan pembelajaran yang nyata. AUD kelompok B berjumlah

18 anak , terdiri dari 9 anak laki-laki dan 9 anak perempuan beserta guru dan kepala

sekolah TK Desa Toriyo Sukoharjo.

C. Data dan Sumber Data

1. Data

data diperoleh dari :

a. Daftar nilai kemampuan kelompok B TK Desa Toriyo Tahun Pelajaran

2011/2012 pada pemahaman konsep bangun geometris.

b. Informasi dari nara sumber yang terdiri dari anak kelompok B dan guru

kelas kelompok B TK Desa Toriyo serta didukung dari Kepala Sekolah

TK Desa Toriyo.

c. Hasil pengamatan dari pelaksanaan proses pembelajaran di kelas pada

pelajaran konsep bangun geometris.

2. Sumber Data

Sumber Data diperoleh dari :

a. Anak kelompok B TK Desa Toriyo, guru kelompok B, dan kepala

sekolah TK Desa Toriyo.

b. Kurikulum KTSP, Silabus, RKM, dan RKH

c. Buku penilaian perkembangan anak, Lembar Kerja Anak.

D. Pengumpulan Data

Menurut Hartono (2011: 35) berdasarkan data yang telah dikumpulkan, maka

teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain :

1. Observasi /Pengamatan

Observasi atau pengamatan adalah suatu kegiatan pemusatan perhatian

terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Observasi dapat

dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap.

25

Page 44: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

Pengamatan dilakukan terhadap guru ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar

di kelas maupun kinerja siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.

Berdasarkan dari pengertian di atas pengamatan atau observasi adalah

kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan alat indra untuk mengetahui sampai

dimana kegiatan belajar mengajar terlaksana. Observasi atau pengamatan dilakukan

secara langsung dan partisipatif dalam ruang kelas saat pembelajaran berlangsung

agar hasilnya seobyektif mungkin.

Teknik pengamatan ini dilakukan pada guru ketika mengajar di kelas dengan

menggunakan metode CTL dan media/alat peraga yang terdiri atas papan tulis, meja,

pintu, jendela, kotak kapur, balok angka, dan lain-lain.

2. Dokumentasi dan Perekaman Foto

Dokumentasi adalah catatan mengenai berbagai kejadian dimasa lalu yang

ditulis atau dicetak seperti surat, catatan harian dan dokumen lainnya yang relevan,

sedangkan metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan transkip nilai, buku anak, majalah anak, yang dapat menjadi

pendukung untuk mengetahui hasil belajar anak saat itu. Pada penelitian ini, peneliti

membuat daftar nilai kemampuan pemahaman konsep bangun geometris pada proses

pembelajaran untuk melihat perkembangan anak kelompok B.

Perekaman foto dalam penelitian ini diperoleh dari hasil perekaman proses

pembelajaran konsep bangun geometris pada anak-anak kelompok B TK Desa

Toriyo Kabupaten Sukoharjo.

3. Tes Unjuk Kerja

Menurut Suharsini Arikunto (2006: 150), tes adalah serentetan pertanyaan

atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan

intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individua tahu kelompok. Hal

ini dimaksudkan agar dapat diketahui peningkatan pemahaman anak terhadap konsep

bangun geometris pada pembelajaran sebelum menggunakan model kontekstual

maupun sesudahnya. Materi tes berisi tentang pemahaman konsep bangun geometris.

Dalam penelitian ini, peneliti memberi Lembar Kerja Anak (LKA) yang berisi soal

sederhana tentang gambar-gambar geometris, setelah peneliti selesai menjelaskan

pembelajaran bangun geometris.

26

Page 45: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

E. Uji Validitas Data

Adapun untuk kepentingan kesahihan data atau validitas data digunakan

teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan

memanfaatkan sarana diluar data itu untuk keperluan pengecekkan atau pembanding

data itu. Teknik triangulasi yang digunakan antara lain berupa trianggulasi sumber

dan triangulasi metode pengumpulan data.

Triangulasi data yaitu mengumpulkan data yang sejenis dari sumber yang

berbeda, sedangkan trianggulasi sumber yaitu dengan mencocokkan data yang

diperoleh dari informasi siswa, guru lain, dan sumber lain. Triangulasi metode yaitu

mengumpulkan data dengan metode pengumpulan data yang berbeda tetapi

mengarah pada sumber data yang sama. Dengan menggunakan metode observasi, tes

unjuk kerja dan dokumentasi diharapkan diperoleh hasil yang akurat. Sehingga

dalam penelitian perlu validitas data melalui informasi dari siswa, guru lain, dengan

pengamatan terhadap siswa.

F. Analisis Data

Menurut Milles dan Huberman dalam Sutopo (2002: 16 ), bahwa dalam

proses analisis terdapat tiga komponen utama yaitu reduksi data, sajian data, dan

kesimpulan. Tiga komponen tersebut adalah :

1. Reduksi Data

Dalam penelitian yang dilaksanakan, reduksi data merupakan proses

menyeleksi data yang diperoleh, pemfokusan, dan abstraksi data yang diperoleh dari

lapangan. Mereduksi data memiliki arti yaitu memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema, dan polanya. Proses ini

berlangsung sepanjang penelitian yang diawali sebelum pelaksanaan pengumpulan

data, artinya reduksi data sudah berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan

tentang kerangka kerja konseptual, melakukan pemilihan masalah dan juga

menentukan cara pengumpulan data yang akan digunakan. Peneliti memilih masalah

yang terjadi di TK Desa Toriyo, memfokuskan masalah di TK yaitu pemahaman

konsep bangun geometris pada anak kelompok B yang masih rendah.

27

Page 46: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

2. Penyajian Data

Dalam penelitian yang dilaksanakan peneliti, sajian data merupakan suatu

rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan

simpulan penelitian data dilakukan. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk

tabel, grafik, pictogram, dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut maka dapat

terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah

dipahami. Peneliti akan menyajikan sebuah data dalam bentuk tabel untuk setiap

hasil belajar anak.

3. Penarikan kesimpulan / Verifikasi

Dalam pengumpulan data, peneliti harus memahami arti berbagai hal yang

ditemui dengan melakukan pencatatan-pencacatatan, peraturan-peraturan, pola-pola,

pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan arahan sebab akibat, dan berbagai

proporsi. Kesimpulan yang perlu diverifikasi, dilakukan gerak pengulangan,

penelusuran data kembali dengan cepat, sebagai akibat pikiran kedua yang timbul

melintas pada peneliti pada waktu menulis dengan melihat kembali pada catatan hasil

penelitian. Verifikasi juga dapat berupa kegiatan yang dilakukan dengan lebih teliti.

Misalnya dengan berdiskusi atau saling memeriksa antar teman untuk

mengembangkan apa yang disebut dengan konsensus antar subjektif. Verifikasi

bahkan juga dapat dilakukan dengan usaha yang lebih luas yaitu dengan melakukan

replikasi dalam satuan data yang lain. Pada dasarnya makna data harus dapat diuji

validitasnya supaya kesimpulan penelitian menjadi kokoh. Peneliti harus melihat

kembali catatan hasil kemampuan konsep bangun geometris pada anak kelompok B

TK Desa Toriyo, sebelum peneliti membuat kesimpulan tentang pemahaman konsep

bangun geometris pada anak kelompok B.

28

Page 47: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

Adapun skema kerja analisa interaktif dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 13. Teknik Analisis Deskriptif Interaksi ( H.B.Sutopo, 2008: 96)

G. Indikator Kinerja Penelitian

Dalam penelitian indikator kinerja perlu ditargetkan, sedangkan menurut

Siswojo ( 2000:15) “Indikator kerja merupakan rumusan kerja yang akan dijadikan

acuan atau tolok ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian”.

Indikator kerja yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya

pemahaman konsep bangun geometris pada anak kelompok B TK Desa Toriyo tahun

ajaran 2011-2012.

Untuk mengukur keberhasilan tindakan, peneliti perlu merumuskan indikator

ketercapaian. Perumusan ketercapaian pada indikator yang ditetapkan dalam

penelitian ini adalah 80%. AUD dikatakan sudah memenuhi ketercapaian apabila

sudah paham tentang konsep bangun geometris dan dapat mengaitkan bangun

geometris tersebut dengan benda-benda disekitar mereka atau dengan keadaan nyata.

Pada lembar kerja anak ditulis nama anak, tanggal kegiatan sedangkan format

penilaian ditulis nama anak didik, aspek penilaian, dan keterangan hasil. Sesuai

dengan Pedoman Penilaian Di Taman Kanak-Kanak (2008: 7) sebagai berikut :

• : bila aspek penilaian terpenuhi.

√ : bila aspek penilaian belum semuanya terpenuhi.

ο : bila aspek penilaian tidak terpenuhi.

Pengumpulan data

Penyajian Data

Penarikan kesimpulan

Reduksi data

29

Page 48: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

Peneliti menggunakan penilaian tersebut diatas, mengikuti cara penilaian TK

tempat peneliti melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang sesuai dengan

kurikulum 2004.

ASPEK YANG

DIUKUR

PERSENTASE

SISWA YANG

DITARGETKKAN

CARA MENGUKUR

Pemahaman bentuk dan

jenis geometris

80% Diamati dari kegiatan

menjawab pertanyaan

guru.

Macam bangun geometris 80% Diamati dari kegiatan

menebutkan bentuk

bangun yang dibawa guru

Kemampuan anak dalam

mengaitkan bentuk

geometris

75% Diamati dari anak

menunjuk benda sesuai

bentuk geometris

Tabel 1. Indikator Kinerja Penelitian

H. Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan metode tindakan kelas yang terdiri dari siklus I dan

siklus II. Masing-masing siklus melalui tahap perencanaan, tindakan, observasi,

refleksi dan perencanaan perbaikan tindakan dalam siklus ulang. Penelitian tindakan

kelas ini dalam satu siklus akan dilaksanakan dengan dua kali pertemuan atau dua

kali tatap muka, sesuai dengan tahapannya. Dalam bentuk gambar prosedur dapat

dijelaskan sebagai berikut :

30

Page 49: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

Rekomendasi

Gambar 14. Bagan Prosedur Penelitian ( Hartono, 2011: 38 )

Siklus 1

1. Perencanaan Tindakan

a. Mengurus perijinan di TK / Kepala TK Desa Toriyo

b. Persiapan RKH

c. Mengumpulkan data yang diperlukan melalui teknik observasi, wawancara

dengan kepala sekolah dan guru lain

d. Menyiapkan media yang terdiri atas segitiga, persegi panjang, persegi,

lingkaran, jajar genjang, kotak kapur, balok angka, balok huruf, kalender

meja dan lain-lain.

2. Pelaksanaan Tindakan

a. Melakukan kegiatan pembelajaran tentang konsep bangun geometris dengan

memperkenalkan macam bangun geometris melalui benda disekitar. Adapun

langkah-langkah mengenalkan bangun geometris pada anak melalui

pembelajaran CTL yaitu sebagai berikut :

Perencanaan

Tindakan I

Observasi

Refleksi I

Perencanaan Ulang

Tindakan 2

Observasi 2

Refleksi 2

31

Page 50: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

1) Membawa benda-benda nyata seperti segitiga, persegi panjang,

persegi, lingkaran, jajar genjang, kotak kapur, balok angka, balok

huruf, kalender meja, dan lain-lain.

2) Mengajak anak mengamati objek atau benda geometris disekitar

yang akan dikenalkan pada anak.

3) Menyebutkan nama bangun geometris yang dibawa guru maupun

yang ada disekitar dengan satu persatu.

4) Mengulang kembali nama bangun geometris dengan menunjuknya

secara langsung

5) Mengelompokkan bangun geometris sesuai dengan bentuknya.

b. Melakukan pemantauan dan pengamatan pada pelaksanaan pembelajaran

CTL pada pemahaman konsep bangun geometris dengan menunjuk nama

benda geometris tersebut.

c. Mengadakan evaluasi hasil pembelajaran tentang konsep bangun geometris,

yaitu dengan melihat mampu tidaknya anak menunjuk sambil menyebutkan

nama benda geometris tersebut. Hasil evaluasi tersebut selanjutnya dianalisis

berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, sehingga dapat diketahui

efektifitas dan tingkat keberhasilan anak.

3. Observasi

a. Pada tahap observasi, peneliti mengadakan pengamatan dengan melihat

keadaan awal anak di TK desa Toriyo. Dengan observasi peneliti dapat

mengetahui kemampuan awal anak tentang konsep bangun geometris.

b. Peneliti juga mengadakan pemantauan saat pembelajaran berlangsung dengan

melihat keadaan awal anak di TK desa Toriyo. Melalui observasi peneliti

juga dapat mengetahui sejauh mana kemampuan anak tentang konsep

bangun geometris.

4. Refleksi

a. Pada kegiatan ini peneliti menemukan prosentase keberhasilan anak secara

klasikal dan tingkat taraf anak sebagai bahan perbandingan siklus II. Prediksi

prestasi yang dicapai oleh anak kelompok B TK Desa Toriyo pada siklus I

adalah 70%.

32

Page 51: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

b. Jika dalam kegiatan pembelajaran pada siklus I ini didapatkan suatu kendala

yaitu adanya nilai anak yang belum mencapai hasil yang diharapkan atau

tindakan belum tercapai secara optimal, maka perlu adanya perbaikan pada

siklus II.

Siklus II

1. Perencanaan Tindakan

a. Tahap perencanaan dalam siklus II ini dipersiapkan rencana kegiatan harian

yang telah diperbaiki dan disempurnakan dari rencana kegiatan harian siklus

I.

b. Materi yang diajarkan masih sama dengan materi pada siklus I. Akan tetapi,

perencanaan pada siklus II ini merupakan perbaikan dari siklus I. Segala

sesuatu yang dipersiapkan pada siklus II, masih sama seperti siklus I. Hanya

saja, perencanaan siklus II lebih dipersiapkan lebih matang lagi untuk

memperbaiki kekurangan/ kelemahan pada siklus I yang berdasarkan hasil

analisis dan pembahasan siklus I dengan mengguunakan pembelajaran yang

lebih kreatif.

2. Pelaksanaan Tindakan

a. Tindakan pada siklus II sesuai dengan rencana kegiatan harian yang telah

disusun. Tindakan pada siklus II merupakan penyempurnaan tindakan pada

siklus I.

b. Pada tahap ini guru mengoptimalkan penggunaaan CTL untuk memperbaiki

kekurangan dan masalah yang muncul pada siklus I. Melalui pembelajaran ini

dapat melibatkan dan mengaktifkan anak dengan bimbingan guru, sehingga

pemahaman anak tentang konsep bangun geomeris dapat meningkat.

3. Observasi

a. Pada siklus II ini selama proses pembelajaran berlangsung, anak tetap

diamati.

b. Pengamatan dilakukan untuk melihat peningkatan pemahaman anak tentang

konsep bangun geometris.

33

Page 52: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

4. Refleksi

a. Pada kegiatan inti peneliti menentukan prosentase keberhasilan anak sebagai

bahan untuk menguji hipotesis.

b. Prediksi prestasi yang dicapai oleh anak kelompok B TK Desa Toriyo pada

siklus II adalah 80%, sehingga terjadi peningkatan 10% yaitu dari 70%

menjadi 80%.

c. Setelah itu, peneliti dapat mengetahui tingkat keberhasilan siswa mulai dari

siklus I dan II dan dapat digunakan sebagai pengujian hipotesis.

d. Apabila pada siklus II sudah berhasil , maka tidak perlu dilanjutkan ke siklus

III. Namun apabila pada siklus II belum berhasil maka akan diadakan

perbaikkan kembali pada siklus III.

34

Page 53: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

BAB IV

HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pratindakan

Penelitian ini dilaksanakan di TK Desa Toriyo Kecamatan Bendosari

Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012. TK ini terletak di sebelah SDN

Toriyo 1 dan masjid Al-Ikhlas yang sangat strategis karena tidak jauh dari jalan raya

dengan memiliki halaman yang luas sebagai area untuk bermain AUD. TK Desa

Toriyo ini memiliki empat ruang, yaitu kelas A, kelas B, kantor Guru, Kamar mandi.

AUD di TK Desa Toriyo berjumlah 40 dan gurunya berjumlah empat orang. Peran

peneliti dalam penelitian ini sekaligus sebagai salah satu guru di TK Desa Toriyo.

Anak-anak tersebut di atas, berasal dari kalangan atau latar belakang keluarga

yang berbeda. Sebagian besar anak dari kalangan keluarga perantau. Kedua orang

tuanya mencari nafkah di Jakarta maupun di luar Jawa, sehingga perhatian kepada

anak terhadap belajarnya kurang, akibatnya anak mengalami kendala atau mengalami

kesulitan dalam belajar. Salah satunya masih kurangnya pemahaman anak tentang

pemahaman konsep bangun geometris masih rendah. Hal inilah yang menjadikan

latar belakang guru untuk mengadakan penelitian pada anak kelompok B Taman

Kanak-Kanak Desa Toriyo dimana meteri tersebut diajarkan.

Berdasarkan hasil tes awal yang dilaksanakan guru menunjukkan tingkat

pemahaman anak kelompok B TK Desa Toriyo tentang konsep bangun geometris

masih rendah ditandai dengan tingkat ketuntasan 27,80% dari seluruh anak dan

masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan hasil tes awal anak kelompok B TK Desa

Toriyo hanya ada 5 siswa atau 27,80% yang bisa mencapai ketuntasan (●) dengan

kriteria nilai B+, 1 anak atau 5,60% setengah tuntas dengan criteria nila B (√), dan

ada 12 anak atau 66,60% siswa belum tuntas belajar karena masih dibawah kriteria

(O) yaitu apabila anak mampu mengenal, menyebutkan, dan menunjuk bentuk benda

geometris. untuk lebih jelasnya lihat tabel 2 dan 3 berikut:

35

Page 54: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

Tabel 2. Data Nilai Pra Siklus

Membuat bentuk segitiga dari kertas lipat Anak

No Absen Kriteria nilai Nilai Pra Siklus

1 B+ ●

2 B+ ●

3 B √

4 B- O

5 B+ ●

6 B- O

7 B- O

8 B- O

9 B- O

10 B- O

11 B- O

12 B- O

13 B- O

14 B- O

15 B+ ●

16 B+ ●

17 B- O

18 B- O

Kriteria Nilai : ● = dengan nilai B + jika anak mampu membuat bentuk segitiga

√ = dengan nilai B jika anak setengah dapat mmbuat bentuk segitiga

O = dengan nilai B – jika anak tidak dapat membuat bentuk segitiga

 

36

Page 55: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

Tabel 3. Tingkat Keberhasilan anak Pra Siklus

Membuat bentuk segitiga dari kertas lipat

Nomor Interval nilai Frekuensi (f) Prosentase

1 ○ 12 66,6 %

2 V 1 5,6 %

3 ● 5 27,8 %

Jumlah 18 100 %

Keterangan: (○) Tidak tuntas, (v) Setengah tuntas , (●)Tuntas

Berdasarkan tabel di atas, grafik tingkat keberhasilan kemampuan

menggambar anak pada kelompok B TK Desa Toriyo Kecamatan Bendosari

Sukoharjo belum sesuai dengan yang diharapkan. Adapun dari tabel di atas dapat

digambarkan grafik sebagai berikut:

Berdasarkan tabel tersebut lebih jelas dapat dilihat pada grafik 1 berikut:

121

5

Pra Tindakan

о √ •

Grafik 1. Histogram Data Nilai Pra siklus

Dari grafik dan tabel di atas ketuntasan dan hasil belajar yang diperoleh AUD

masih sangat rendah, hal tersebut karena dalam pembelajaran konsep bangun

geometris guru masih menerapkan model pembelajaran yang konvensional

 

37

Page 56: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

(ceramah) dan tanpa penggunaan media yang mendukung proses pembelajaran. Oleh

karena itu guru akan mengadakan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan

pemahaman konsep bangun geometris pada anak kelompok B TK Desa Toriyo

dengan penerapan model pembelajaran contextual teaching and learning. Dengan

penelitian tersebut diharapkan pemahaman konsep AUD kelompok B tentang bangun

geometris menjadi meningkat sehingga mendorong peningkatan hasil belajar dan

ketuntasan belajar AUD kelompok TK Desa Toriyo.

B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus

Pelaksanaan tindakan dalam penelitian dilakukan sebanyak dua siklus.

Masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Waktu dalam penelitian ini

dilakukan dari kegiatan awal sampai akhir, yaitu mulai dari jam 7.30 – 10.00 WIB.

Setiap siklus meliputi empat tahap, yaitu: (1) perencanaan (planning), (2)

pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observation), (4) refleksi (reflection).

1. Deskripsi Hasil Siklus I

a. Perencanaan

Perencanaan penelitian pada siklus 1 dilaksanakan pada hari Jumat,

27 April 2012 di TK Desa Toriyo. Dalam penelitian tindakan kelas peneliti

bertindak sebagai guru yang melaksanakan penelitian tindakan kelas

membuat rancangan tindakan yang akan dilaksanakan pada hari Selasa, 1 Mei

2012 dan pada hari Rabu, 8 Mei 2012. Dalam tahap perencanaan ini guru :

1). Menyusun rencana kegiatan harian dengan tema lingkunganku (lampiran 3

dan lampiran 8) untuk 2 pertemuan dan menentukan observer yaitu ibu Sru

Suwarti, S.Pd sebagai guru kelompok B TK Desa Toriyo.

2). Menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan selama pembelajaran meliputi :

a). Media pembelajaran nyata (segitiga, persegi, persegi panjang,

lingkaran, layang-layang).

b). Lembar kerja (lembar kerja anak dan lembar observasi aktivitas guru).

38

Page 57: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

b. Tindakan

Dalam tahap ini guru menerapkan pembelajaran dengan model

Contextual Teaching And Learning sesuai dengan rencana pembelajaran yang

telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan observer melakukan observasi

dari awal sampai akhir pembelajaran mengamati dan mengisi lembar

pengamatan yang telah dipersiapkan tentang aktivitas guru.

Pembelajaran yang telah disusun pada siklus I dibagi menjadi 2

pertemuan dengan kegiatan yang berbeda dengan rincian sebagai berikut:

1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 1 Mei

2012 dengan kegiatan berupa pengenalan benda geometris secara

langsung atau nyata. Pada pertemuan pertama observer melakukan

observasi dari awal sampai akhir pembelajaran mengamati dan mengisi

lembar pengamatan yang telah dipersiapkan tentang aktivitas guru yang

pelaksaanaannya sebagian besar AUD menunjuk langsung.

Sebagai kegiatan awal guru mengadakan tanya jawab tentang

bentuk-bentuk geometris dengan memperkenalkan bangun geometris

secara nyata dan kemudian guru memberikan tes awal (pre tes) untuk

mengukur pemahaman AUD tentang bangun geometris, sebelum

melaksanakan siklus pertama tepatnya pada hari senin 27 April 2012.

Guru juga menyampaikan tujuan yang akan dicapai dalam

kegiatan yang akan dilaksanakan pada pembelajaran geometris, yaitu

agar anak mampu mengenal bentuk geometris dan disesuaikan dengan

keadaan nyata di rumah. Pada pertemuan ini, anak diperkenalkan

dengan benda-benda nyata geometris dasar yang dibawa oleh guru.

Benda geometris dasar tersebut adalah persegi, persegi panjang, belah

ketupat, jajar genjang, segitiga, lingkaran yang semua benda geometris

tersebut dibuat guru dari karton berwarna. Setelah diperkenalkan

dengan benda geometris dasar tersebut, kemudian satu persatu anak

menunjuk langsung.

  

39

Page 58: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

Pada saat melakukan pengamatan, setiap AUD menunjuk

langsung dan menyebutkan bentuk benda tersebut. Kegiatan

pengamatan itu bertujuan untuk mengenalkan anak dengan benda

geometris di lingkungan sekitarnya (sebagai pengantar).

Setelah kegiatan pengamatan di lingkungan kelas kemudian

guru memberi Lembar Kerja Anak (LKA) untuk setiap AUD yang

dipandu guru untuk melipat dengan kertas lipat bentuk bangun

geometris khususnya bangun datar yang dibawa dan ditunjukkan guru

kemudian mengumpulkan LKA setelah selesai mengerjakan. Pada

setiap akhir kegiatan pembelajaran guru mengulas kembali yaitu dengan

AUD maju di depan kelas dan menunjuk benda geometris.

2) Pertemuan Kedua

Pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa, 8 Mei

2012 pembelajaran yang akan dilaksanakan ditekankan pada kegiatan

pengenalan bangun geometris dan kemudian dihubungkan langsung

dengan benda disekitar, seperti pintu dan papan tulis sebagai contoh

bangun persegi panjang dan holahop contoh bangun lingkaran.

Pada pelaksanaannya guru membawa bangun geometris yang

dibawa saat pertemuan pertama, kemudian guru mengulas kembali

dengan menyebutkan nama bangun geometris dengan menunjukkan

bangun. Setelah guru mengulas kembali, beberapa anak maju kedepan

dengan menunjuk bentuk bangun geometris yang dibawa oleh guru

sesuai dengan perintah guru, misal tunjukkan bentuk segitiga kemudian

anak tersebut menunjukkan bentuk segitiga.

Setelah beberapa anak maju kedepan untuk mewakili teman

yang lain guna mengetahui anak-anak yang memperhatikan pengenalan

bentuk bangun geometris yang diterangkan oleh guru. Selanjutnya

masing-masing anak akan mendapat giliran untuk maju kedepan

menunjuk bentuk bangun geometris dan kemudian menunjuk benda

yang ada disekitar mereka yang sesuai dengan bentuk yang disebutkan

 

40

Page 59: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

oleh guru. Seperti contoh anak menunjuk bentuk segitiga, kemudian

anak mengaitkan bentuk segitiga tersebut dengan benda nyata disekitar

mereka dengan mengambil kalender meja kemudian menyebutkan

dengan yakin bentuk kaleder meja adalah segitiga.

Setelah selesai anak maju untuk menunjuk bentuk benda

geometris dan mengaitkannya dengan benda nyata, guru memberikan

reward atau penghargaan seperti bintang, tepuk tangan ucapan bagus,

kepada anak agar mereka lebih bersemangat dalam mengikuti

pembelajaran.

Pada akhir pertemuan kedua (siklus 1) guru memberikan

evaluasi untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan pemahaman

anak tentang konsep bangun geometris setelah penerapan pembelajaran

dengan model CTL. Rencana pelaksanaan pembelajaran, instrumen

penilaian dan foto pada siklus I dapat dilihat pada lampiran ( 3, 6,7) .

c. Observasi

Observasi atau pengamatan dilakukan oleh observer. Observer

mengamati jalannya pembelajaran dari awal sampai akhir. Pengamatan yang

dilakukan meliputi aktivitas guru saat mengajar dengan menerapkan model

CTL pada pembelajaran bangun geometris. Dalam tahapan ini dilaksanakan

pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kontekstual yang dilaksanakan dengan

menggunakan alat bantu berupa lembar observasi, perekaman dengan kamera

foto dan video. Berdasarkan pengamatan dilapangan siklus I selama 2 kali

pertemuan diperoleh hasil sebagai berikut :

1) Hasil Tes Anak Siklus I

Hasil tes individual pada siklus I diketahui bahwa model

pembelajaran kontekstual (CTL) telah meningkatkan pemahaman anak

pada konsep bangun geometris. Data yang ada pada lampiran 2

menunjukkan bahwa rata-rata anak yang tuntas dalam kegiatan

pembelajaran sebesar 55,50%. Anak yang nilai tes individualnya telah

 

41

Page 60: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

mencapai Kriteria Ketuntasan yaitu nilai B+ (●) sebanyak 10 anak dari

jumlah 18 anak atau 55,50% . Sedangkan anak yang nilainya setengah

tuntas yaitu B (√) sebanyak 3 siswa dari 18 anak atau 16,60% dan anak

yang belum tuntas dalam pembelajaran konsep bangun geometris

dengan kriteria nilai B- (O) sebanyak 5 dari 18 jumlah anak atau

27,80%. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 6 dan 7 berikut:

 

42

Page 61: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

Tabel 4. Data Nilai Anak Melipat bentuk segitiga

Siklus I pertemuan 1

No Absen Kriteria nilai Siklus I pertemuan 1

1 B- O

2 B+ ●

3 B- O

4 B+ ●

5 B+ ●

6 B+ ●

7 B+ ●

8 B+ ●

9 B+ ●

10 B+ ●

11 B- O

12 B- O

13 B- O

14 B √

15 B+ ●

16 B+ ●

17 B √

18 B √

Kriteria Nilai :

● = dengan nilai B + jika anak mampu membuat bentuk segitiga

√ = dengan nilai B jika anak setengah dapat mmbuat bentuk segitiga

O = dengan nilai B – jika anak tidak dapat membuat bentuk segitiga

43

Page 62: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

Tabel 5. Prosentasi Data Nilai Anak Melipat bentuk segitiga

Siklus I Pertemuan 1

NO Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 O 5 27,80%

2 √ 3 16,60%

3 ● 10 55,60%

Jumlah 18 100%

Keterangan: (○) Tidak tuntas, (v) Setengah tuntas , (●)Tuntas

Dari data pada tabel di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut :

1). Anak yang mendapatkan nilai B- pada interval O sebanyak 5

anak.

2). Anak yang mendapatkan nilai B pada interval √ sebanyak 3

anak.

3). Anak yang mendapatkan nilai B+ pada interval ● sebanyak 10

anak.

Berdasarkan tabel tersebut lebih jelas dapat dilihat pada grafik 2 berikut:

5

3

10

о

Grafik 2. Histogram Data Nilai Siklus I Pertemuan

44

Page 63: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

Tabel 6. Data Nilai anak melipat segitiga dan persegi menjadi rumah

Siklus I pertemuan 2

No Absen Kriteria nilai Siklus I pertemuan 2

1 B+ ●

2 B+ ●

3 B √

4 B+ ●

5 B+ ●

6 B- ●

7 B+ ●

8 B+ ●

9 B+ ●

10 B √

11 B- O

12 B+ ●

13 B- O

14 B- ●

15 B+ ●

16 B+ ●

17 B- O

18 B+ ●

Kriteria Nilai :

● = dengan nilai B + dapat melipat segitiga, persegi menjadi rumah

√ = nilai B setengah dapat melipat segitiga, persegi jadi rumah

O = nilai B– dapat melipat segitiga, persegi jadi rumah tidak rapi

45

Page 64: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

Tabel 7. Prosentasi melipat segitiga dan persegi menjadi rumah

Siklus I Pertemuan 2

NO Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 O 3 16,67%

2 √ 2 11,11%

3 ● 13 72,22%

Jumlah 18 100%

Keterangan: (○) Tidak tuntas, (v) Setengah tuntas , (●)Tuntas

Dari data pada tabel di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut : 1) Anak yang mendapatkan nilai B- pada interval O sebanyak 3

anak.

2) Anak yang mendapatkan nilai B pada interval √ sebanyak 2

anak.

3) Anak yang mendapatkan nilai B+ pada interval ● sebanyak 13

anak.

Berdasarkan tabel tersebut lebih jelas dapat dilihat pada grafik 3 berikut:

3

2

13

о

Grafik 3. Histogram Data Nilai Siklus I Pertemuan 2

46

Page 65: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

Dari tabel 7 dan grafik 3 diketahui bahwa banyak anak yang

mendapat nilai B- (O) yaitu sebanyak 5 anak atau 27,80%. Pada tabel

5 diketahui bahwa anak yang mecapai ketuntasan adalah sebanyak 10

anak atau 55,50% dan anak yang setengah mencapai ketuntasan atau

(√) sebanyak 3 anak atau 16,60% . Sedangakan pada tabel 6 dan grafik

4 ketuntasan anak meningkat menjadi 72,22% dan anak yang belum

tuntas turun menjadi 16,60%.

Peningkatan hasil belajar dan ketuntasan belajar anak dalam

pemahaman konsep bangun geometris dengan penerapan model

pembelajaran CTL dan dengan pemanfaatan media dan lingkungan

sekitar sehingga hal tersebut bisa tercapai seperti pada tabel dan grafik

di atas.

Berdasarkan pembahasan pada siklus I dapat dibuat

perbandingan antara kegiatan awal dan siklus I yang dapat dilihat pada

tabel 8 dan grafik 4 dibawah ini :

47

Page 66: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

Tabel 8. Frekuensi Perbandingan Ketuntasan anak Melipat segitiga dan persegi

Prasiklus dan siklus I

Ketuntasan Siklus I No Absen Ketuntasan Prasiklus

Pertemuan 1 Pertemuan 2

1 ● O ●

2 ● ● ●

3 √ O √

4 O ● ●

5 ● ● ●

6 O ● ●

7 O ● ●

8 O ● ●

9 O ● ●

10 O ● √

11 O O O

12 O O ●

13 O O O

14 O √ ●

15 ● ● ●

16 ● ● ●

17 O √ O

18 O √ ●

Keterangan: (○) Tidak tuntas, (v) Setengah tuntas , (●)Tuntas

48

Page 67: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

Tabel 9. Perbandingan Ketuntasan anak Melipat segitiga dan persegi

Prasiklus dan siklus I

Anak yang

mendapat B+

(●)

Anak yang

mendapat B

(√)

Anak yang

mendapat B -

(O)

Ketuntasan

anak

Keadaan Awal 5 1 12 27,80%

SiklusI

pertemuan 1

10 3 5 55,50%

SiklusI

pertemuan 2

13 2 3 72,22%

Keterangan: (○) Tidak tuntas, (v) Setengah tuntas , (●)Tuntas

Berdasarkan tabel tersebut lebih jelas dapat dilihat pada grafik 4 berikut:

0

20

40

60

80

Tes Awal Siklus I/1 Siklus I/2

125 31 3 25

10 13

27.80 %

55.50 %

72.22%

о

Ketuntasan

Grafik 4. Histogram Perbandingan tes awal dan Siklus I

Dari tabel 8, 9 dan grafik 4 dapat dilihat adanya peningkatan

nilai dan prosentase ketuntasan anak kelompok B TK Desa Toriyo

tentang konsep bangun geometris. Dari tabel dan grafik tersebut masih

ada anak yang belum tuntas dalam mengenal bangun geometris sebelum

diadakan tindakan 12 anak dan setelah diadakan tindakan I berkurang

menjadi 5 anak yang belum mencapai nilai B+ (●), diiringi juga dengan

peningkatan prosentase ketuntasan anak yang awalnya anak yang tuntas

hanya 27,80%, pada siklus I pertemuan 1 meningkat menjadi 55,50%,

 

49

Page 68: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

pada pertemuan ke-2 ketuntasan meningkat menjadi 72,22% .

Peningkatan tersebut membuktikan bahwa dengan penerapan model

pembelajaran CTL dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun

geometris dan semangat belajar mereka juga meningkat.

2) Aktivitas Guru Pengamatan pada aspek aktivitas guru saat mengajar sesuai data

penilaian guru pada lampiran 13 diketahui rata-rata skor penilaian guru

adalah 3,51 dari 24 indikator yang terbagi dalam tujuh aspek. Masing-

masing indikator dinilai dengan skor 1 (kurang), 2 (cukup), 3 (baik),

dan 4 (sangat baik). Adapun hasil penilaian terhadap aktivitas guru pada

setiap aspek dapat dilihat pada tabel 10 dan 11.

Tabel 10. Hasil Penilaian Aktivitas Guru pada Siklus I pertemuan 1

No Aspek Rata-rata nilai

1 Kegiatan awal 3,00

2 Kegiatan Inti 3,25

3 Kegiatan Penutup 3,00

4 Penilaian selama Kegiatan Pembelajaran 3,25

5 Penggunaan Alat dan Media Pembelajaran. 3,25

6 Penguasaan Bahan Ajar 3,50

7 Sikap dalam Kegiatan Pembelajaran 3,33

Jumlah 24,58

Rata-rata akhir 3,51

50

Page 69: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

Tabel 11. Hasil Penilaian Aktivitas Guru pada Siklus I pertemuan 2

No Aspek Rata-rata nilai

1 Kegiatan awal 3,50

2 Kegiatan Inti 3,25

3 Kegiatan Penutup 3,33

4 Penilaian selama Kegiatan Pembelajaran 3,52

5 Penggunaan Alat dan Media Pembelajaran. 3,50

6 Penguasaan Bahan Ajar 4,00

7 Sikap dalam Kegiatan Pembelajaran 3,33

Jumlah 25,06

Rata-rata akhir 3,58

Dari hasil penilain guru di atas yang dilakukan oleh observer diperoleh

hasil 3,51 pada siklus I pertemuan 1 dan 3,58 dapat dikatakan aktivitas

guru baik. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan diiringi semangat anak

dalam mengikuti pembelajaran sehingga mendorong peningkatan

pemahaman anak pada konsep bangun geometris lebih meningkat. Hasil

belajar anak sebelum tindakan dengan ketuntasan sebesar 27,80%, pada

siklus I pertemuan I dan II meningkat menjadi 55,50% dan ketuntasan

72,22%.

Hal ini menunjukkan bahwa guru berhasil pada penerapan CTL.

Guru membawa contoh langsung bentuk benda geometris atau

pemodelan, dengan ini guru mengkontruktivisme pengetahuan anak

yaitu anak akan mengingat kembali bentuk benda geometris yang sudah

anak lihat sebelum pembelajaran CTL ini. Anak akan mulai belajar

mengenal hal baru atau inkuiri pada bentuk benda yang dibawa oleh

guru pada siklus I ini seperti contoh segitiga, persegi panjang, persegi,

jajarnjang, lingkaran. Dari benda yang dibawa guru tersebut secara

tidak langsung anak akan bertanya pada bentuk benda yang belum anak

kenal, mereka akan bertanya karena rasa ingin tahu yang besar. Pada

51

Page 70: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

akhir kegiatan antar siklus guru juga mengadakan penilaian nyata, yaitu

penilaian hasil karya anak.

Dari hasil tersebut membuktikan aktivitas guru mempengaruhi

peningkatan ketuntasan dan pemahaman anak. Untuk lebih

meningkatkan ketuntasan dan pemahaman anak pada konsep bangun

geometris, maka aktivitas guru perlu ditingkatkan pada siklus II, yaitu

dengan cara perencanaan yang lebih matang seperti dalam penyusunan

RKH, penyediaan media dan kegiatan dalam pembelajaran yang lebih

menarik untuk memancing semangat anak..

d. Refleksi

Data yang diperoleh melalui pengamatan dikumpulkan kemudian

dianalisis. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilaksanakan selama proses

pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi sebagai berikut :

Nilai rata-rata kelas dalam pemahaman konsep bangun geometris

anak sudah meningkat dengan nilai ketuntasan yaitu B+ atau (●), pada

siklus I ini nilai rata-rata kelas B+ atau (●) dengan jumlah anak 10 atau

55,50% pada pertemuan 1, sedangkan pada pertemuan kedua meningkat

menjadi 13 anak atau dengan prosentase 72,22% yang mencapai nilai

ketuntasab B+ atau (●). Rata-rata tersebut mengalami peningkatan

dibandingkan dengan rata-rata sebelum mengadakan tindakan, akan tetapi

rata-rata tersebut dikatakan masih kurang maksimal. Hal tersebut

dikarenakan pemahaman siswa mengenai perubahan lingkungan juga masih

kurang maksimal. Untuk mengatasi hal tersebut perlu diadakan siklus II

dengan kegiatan yang lebih bisa meningkatkan pemahaman konsep bangun

geometris pada anak.

Dari hasil penelitian siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2, maka

peneliti mengulas secara cermat bahwa ada beberapa anak yang belum

menunjukkan pemahaman konsep bangun geometris secara maksimal yang

ditandai dengan masih ada anak yang belum tuntas yaitu sebesar 27,80%

pada siklus I pertemuan 1 dan 16,60% pada pertemuan 2, untuk anak yang

 

 

52

Page 71: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

mencapai ketuntasan sebesar 55,50% pada pertemuan 1, 72,22% pada

pertemuan 2, sedangkan indikator ketercapaian mencapai 80%. Sehingga

berdasarkan hasil siklus I, guru melanjutkan siklus II dengan media yang

lebih nyata dan berusaha benda tersebut dekat dengan anak.

2. Deskripsi Hasil Siklus II

a. Perencanaan

Kegiatan perencanaan tindakan II dilaksanakan pada hari Senin 15

Mei 2012 TK Desa Toriyo. Peneliti membuat rancangan tindakan yang akan

dilaksanakan pada siklus selanjutnya.

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I diketahui bahwa pemahaman

anak pada konsep bangun geometris masih belum maksimal. Hal ini terlihat

dari rata-rata capaian nilai mereka yang masih berada dibawah KKM yang

disebabkan karena beberapa faktor yang antaranya karena kelemahan dalam

penerapan media pada saat pembelajaran. Oleh karena itu peneliti kembali

mengulang pembelajaran tentang pengenalan bangun geometris dengan

benda tiga dimensi yaitu benda yang memiliki panjang, lebar, dan tinggi.

Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan

(dengan alokasi waktu 2 x 30 menit setiap pertemuan). Untuk mengatasi

berbagai kekurangan yang ada pada siklus I, upaya yang dilakukan guru

adalah sebagai berikut : (1) guru sebaiknya memberikan dorongan dan

motivasi kepada anak agar mereka lebih semangat dan berminat dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran, (2) guru sebaiknya memberikan model

pembelajaran yang tepat, yang dapat menyenangkan siswa sehingga siswa

dapat lebih aktif, kreatif dan inovatif, (3) anak diberi kesempatan lebih

dalam proses pembelajaran, (4) media disediakan untuk anak lebih menarik

dan variasi macam bentuk geometrisnya.

Mengingat hasil analisis terhadap pemahaman anak tentang bangun

geometris pada siklus I masih ada sebagian siswa yang belum menunjukkan

hasil yang maksimal.

53

Page 72: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

Merencanakan tindakan pada siklus 2 yang berdasarkan perbaikan

pada siklus I dengan :

1). Membuat RKH (lampiran 18 dan lampiran 25) dan instrumen yang

semuanya disempurnakan berdasarkan hasil refleksi data pada siklus I

untuk memperbaiki kegiatan pada siklus I.

2). Menyiapkan media dan instrumen, antara lain:

a). Media pembelajaran untuk bangun ruang (balok, kubus, bola,

kerucut).

b). Alat (soal/lembar evaluasi).

c). Lembar kerja (lembar kerja siswa, lembar instrumen observasi

aktivitas guru).

b. Tindakan

Dalam tahap ini guru tetap akan menerapkan model pembalajaran

CTL seperti pada siklus I yang membedakan adalah dalam partisipasi anak

dalam proses pembelajaran. Pada siklus II ini anak akan lebih aktif

menyebut dan menunjuk bentuk bangun ruang dan bangun datar, karena

media yang disediakan lebih banyak dan menarik sehingga lebih

meningkatkan pemahaman mereka tentangkonsep bangun geometris.

Dalam pelaksanaan tindakan pada siklus II observer melakukan

observasi dari awal sampai akhir pembelajaran baik pada pertemuan

pertama maupun pertemuan kedua, observer mengamati dan mengisi lembar

pengamatan yang telah dipersiapkan tentang aktivitas guru.

1). Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan pada hari Rabu

17 Mei 2012 dengan materi tentang pengenalan bangun datar dan

bangun ruang. Sebagai awal kegiatan guru mengadakan tanya jawab

tentang bangun datar yang sudah dipelajari pada pertemuan I sebagai

apersepsi. Agar anak lebih semangat guru memberi reward atu

penghargaan untuk anak yang bisa maju kedepan untuk menunjuk

bentuk benda yang disebutkan ibu guru.

 

54

Page 73: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

Pada siklus kedua AUD tetap diperkenalkan dengan benda

geometris nyata yaitu dengan memperkenalkan bangun ruang secara

nyata. Yang membedakan praktek pada siklus 1 dan siklus 2 adalah

pada siklus 2 ini AUD mengenal langsung bangun ruang dan membuat

bangun ruang tersebut, sehingga anak dapat merasakan langsung apa

yang dipelajari.

Langkah selanjutnya guru memperkenalkan terlebih dahulu

bentuk benda ruang yang guru bawa, dengan menghubungkan dari

bentuk dasar. Misal dari bentuk dasar lingkaran kita bisa membuat bola,

dari bentuk dasar persegi anak bisa membuat kubus, dari bentuk persegi

panjang anak bisa membuat balok. Membuat bangun ruang akan

dilaksanakan pada siklus II pertemuan kedua, hal ini dikarenakan guru

bisa melihat ketercapaian pembelajaran yang diberikan pada anak

khususnya bangun geometris dengan guru melihat pada hasil anak

dengan membuat bangun geometris. Pertemuan pertama ini masih

dikhususkan untuk anak mengingat kembali bentuk benda geometris

datar, kemudian dihubungkan dengan bentuk benda ruang yang dibawa

guru dan dihubungkan dengan benda sekitar.

Pada akhir pertemuan pertama anak akan diberi tugas untuk

mengerjakan LKA yang sudah disediakan guru. Untuk mengetahui

tingkat keberhasilan anak sudah bisa mengenal bangun geometris. Pada

pertemuan pertama siklus II ini tugas anak adalah meronce bentuk

geometris seperti segitiga, persegi, dan lingkaran sesuai dengan urutan

yang telah ditentukan oleh guru.

2). Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 20 Mei 2012.

Pada pertemuan kedua ini anak dikenalkan langsung dengan bentuk

bangun datar dan ruang melalui bekal yang mereka bawa, seperti tahu

berbentuk balok, tempat minum berbentuk tabung. Dengan bekal yang

mereka bawa, anak dapat mengaitkan langsung bentuk benda geometris

dengan benda nyata.

55 56

Page 74: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

Dalam pertemuan kedua ini yang bertepatan dengan hari Sabtu,

anak membawa bekal dari rumah untuk makan bersama. Dari bekal

tersebut guru juga dapat mengenalkan bentuk benda geomtris, dan

kemudian anak menyebutkan masing-masing bentuk makanan yang

mereka bawa. Langkah pertama guru memberi pada anak dengan

pertanyaan bentuk benda geometris yang guru tunjuk. Dari pertanyaan-

pertanyaan tersebut guru dapat melihat tingkat pemahamna anak

tentang bangun geometris sudah meningkat. Dengan bukti anak mampu

menyebutkan macam bentuk benda geometris yang guru tunjuk.

Selanjutnya guru memberi penjelasan untuk tugas hari ini yaitu

membuat bentuk bangun geometris ruang dengan menggunakan

plastisin. Jika anak mampu membuat bentuk bangun geometris dan

mampu mnyebutkan bentuknya, itu artinya perbaikkan yang

ddilaksanakan guru berhasil.

c. Obsevasi

Observasi atau pengamatan dilakukan oleh observer. Observer

mengamati jalannya pembelajaran dari awal sampai akhir. Pengamatan yang

dilakukan meliputi aktivitas guru dan pengenalan benda geometris nyata.

Berdasarkan pengamatan dilapangan siklus II selama 2 kali pertemuan

diperoleh hasil sebagai berikut :

1) Hasil Tes Anak Siklus II

Hasil tes individual pada siklus II diketahui bahwa model

pembelajaran kontekstual (CTL) telah meningkatkan pemahaman

konsep anak tentang bangun geometris yaitu bangun datar dan bangun

ruang. Data yang ada pada lampiran 2 menunjukkan bahwa rata-rata

nilai tes anak pada siklus II petemuan 1 sebesar 77,80% dan

menunjukkan adanya peningkatan pada pertemuan kedua yang sesuai

dengan target peneliti yaitu 88,90% dari target awal peneliti 80%. Pada

pertemuan pertama pada siklus II ada 2 anak atau 11,11% yang belum

tuntas dengan kriteria nilai B- (O) dan 2 anak atau 11,11% yang

setengah tuntas kriteria nilai B (√) . Sedangkan pada pertemuan kedua

57

Page 75: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

jumlah dan prosentase anak yang belum tunta dengan kriteria nilai B-

(O) berkurang hanya tinggal 1 anak atau 5,60%. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel 10 dan 11.

Tabel 12. Data Nilai Anak Meronce bentuk segitiga, persegi, lingkaran

Siklus II pertemuan 1

No Absen Kriteria nilai Siklus II pertemuan 1

1 B+ ●

2 B+ ●

3 B ●

4 B+ ●

5 B √

6 B+ ●

7 B+ ●

8 B+ ●

9 B+ ●

10 B+ ●

11 B+ ●

12 B √

13 B- O

14 B+ ●

15 B- O

16 B+ ●

17 B+ ●

18 B+ ●

Kriteria Nilai :

● = dengan nilai B + jika meronce geometris sesuai urutan

√ = dengan nilai B jika setengah dapat meronce bentuk geometris

O = dengan nilai B – jika tidak urut meronce bentuk geometris

58

Page 76: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

Tabel 13. Prosentase Nilai Anak Meronce bentuk segitiga, persegi, lingkaran Siklus II pertemuan 1

NO Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 O 2 11,10%

2 √ 2 11,10%

3 ● 14 77,80%

Jumlah 18 100%

Keterangan: (○) Tidak tuntas, (v) Setengah tuntas , (●)Tuntas

Dari data pada tabel diatas dapat didiskripsikan sebagai berikut :

1) Anak yang mendapatkan nilai B- pada interval O sebanyak 2 anak.

2) Anak yang mendapatkan nilai B pada interval √ sebanyak 2 anak.

3) Anak yang mendapatkan nilai B+ pada interval ● sebanyak 14 anak.

Berdasarkan tabel tersebut lebih jelas dapat dilihat pada grafik 7 berikut:

2

2

14

о

Grafik 5. Histogram Data Nilai Siklus II pertemuan 2

 

59

Page 77: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

Tabel 14. Data Nilai Anak Membuat bola dan persegi panjang dari plastisin

Siklus II pertemuan 2

No Absen Kriteria nilai Siklus II pertemuan 2

1 B+ ●

2 B+ ●

3 B+ ●

4 B+ ●

5 B+ ●

6 B+ ●

7 B+ ●

8 B+ ●

9 B+ ●

10 B+ ●

11 B+ ●

12 B- O

13 B √

14 B+ ●

15 B+ ●

16 B+ ●

17 B+ ●

18 B+ ●

Kriteria Nilai :

● = dengan nilai B + jika dapat membuat kubus, bola dengan plastisin

√ = dengan nilai B jika setengah dapat membuat bentuk kubus, bola

O = dengan nilai B – jika tidak dapat membentuk kubus, bola

60

Page 78: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

Tabel 15. Prosentase Nilai Anak Membuat bola dan persegi panjang dari plastisin Siklus II pertemuan 2

NO Interval Nilai Frekuensi Prosentase

1 O 1 5,55%

2 √ 1 5,55%

3 ● 16 88,90%

Jumlah 18 100%

Keterangan: (○) Tidak tuntas, (v) Setengah tuntas , (●)Tuntas

Berdasarkan tabel tersebut lebih jelas dapat dilihat pada grafik 8 berikut:

1 1

16

о

 

Grafik 6. Histogram Data Nilai Siklus II pertemuan 2

 

61

Page 79: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

Berdasarkan pembahasan pada siklus II dapat dibuat perbandingan

antara siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 yang dapat dilihat pada tabel 16

dan grafik 7.

Tabel 16. Perbandingan Ketuntasan Meronce dan membuat bentuk geometri

Siklus II Pertemuan 1 dan 2

Ketuntasan Siklus II No Absen

Pertemuan 1 Pertemuan 2

1 ● ●

2 ● ●

3 ● ●

4 ● ●

5 √ ●

6 ● ●

7 ● ●

8 ● ●

9 ● ●

10 ● ●

11 ● ●

12 √ O

13 O √

14 ● ●

15 O ●

16 ● ●

17 ● ●

18 ● ●

Keterangan: (○) Tidak tuntas, (v) Setengah tuntas , (●)Tuntas

62

Page 80: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

Tabel 17. Perbandingan Ketuntasan Meronce dan membuat bentuk geometri

Siklus II Pertemuan 1 dan 2

Anak yang

mendapat B+

(●)

Anak yang

mendapat B

(√)

Anak yang

mendapat B -

(O)

Ketuntasan

anak

SiklusII

pertemuan 1

14 2 2 77,80%

SiklusII

pertemuan 2

16 1 1 88,90%

Keterangan: (○) Tidak tuntas, (v) Setengah tuntas , (●)Tuntas

Berdasarkan tabel tersebut lebih jelas dapat dilihat pada grafik 4 berikut:

0102030405060708090

Siklus II/1 Siklus II/2

2 12 1

14 16

77.80 %88.90%

о

Ketuntasan

Grafik 7. Histogram Perbandingan Siklus II Pertemuan 1dan 2

Dari tabel 16 dan grafik 7 diketahui bahwa hasil belajar anak

kelompok B TK Desa Toriyo tentang pemahaman konsep bangun

geometris mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil belajar

pada siklus I. Dalam pelaksanaan siklus II kegiatannya menekankan

pada pengenalan bentuk benda geometris datar dan bentuk benda

geomtris ruang dengan menunjuk secara langsung, kemudian

membentuk bentuk geometris. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 16

dan grafik 7 dimana selalu ada peningkatan hasil belajar dan ketuntasan

anak kelompok B pada setiap siklusnya. Hasil tes pada siklus II

63

Page 81: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) telah

meningkatkan pemahaman konsep anak pada bangun geometris yang

dapat dilihat dari hasil belajar dan prosentase ketuntasan belajar anak

kelompok B. Sebanyak 16 atau 88,90% dari seluruh anak kelompok B

telah berhasil menyelesaikan Lembar Kerja Anak (LKA) dan tugas dari

guru yang berhubungan dengan bangun geometris dengan nilai sama

dengan atau di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = ●) dengan

rata-rata nilai B+. Dengan demikian target penilitian yaitu minimal

88,90% memperoleh nilai tuntas KKM telah tercapai.

Dengan tingkat ketuntasan anak pada siklus II sebesar 77,80%

pada pertemuan pertama dan 88,90% pada pertemuan kedua maka

penelitian ini berhasil mencapai target keberhasilan yang diharapkan

sebesar 80% anak tuntas dalam belajar. Hal itu membuktikan dengan

penerapan model pembelajaran kontekstual (CTL) dapat meningkatkan

pemahaman konsep pemahaman bangun geometris. Hal tersebut dapat

dilihat dan dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar dan

ketuntasan belajar yang diperoleh anak tiap siklus.

2) Aktivitas Guru

Pengamatan pada aspek aktivitas guru saat mengajar sesuai data

penilaian guru pada lampiran 14 diketahui rata-rata skor penilaian guru

adalah 3,70 pada siklus II pertemuan 1 dan 3,71 pada siklus II

pertemuan 2 dari 24 indikator yang terbagi dalam tujuh aspek. Masing-

masing indikator dinilai dengan skor 1 (kurang), 2 (cukup), 3 (baik),

dan 4 (sangat baik). Adapun hasil penilaian terhadap aktivitas guru pada

setiap aspek dapat dilihat pada tabel 18 dan 19.

 

 

64

Page 82: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

Tabel 18. Hasil Penilaian Aktivitas Guru pada Siklus II pertemuan 1

No Aspek Rata-rata nilai

1 Kegiatan awal 3,50

2 Kegiatan Inti 3,50

3 Kegiatan Penutup 3,50

4 Penilaian selama Kegiatan Pembelajaran 3,67

5 Penggunaan Alat dan Media Pembelajaran. 3,50

6 Penguasaan Bahan Ajar 4,00

7 Sikap dalam Kegiatan Pembelajaran 3,33

Jumlah 25,20

Rata-rata akhir 3,60

Tabel 19. Hasil Penilaian Aktivitas Guru pada Siklus II pertemuan 2

No Aspek Rata-rata nilai

1 Kegiatan awal 3,75

2 Kegiatan Inti 3,75

3 Kegiatan Penutup 3,65

4 Penilaian selama Kegiatan Pembelajaran 3,75

5 Penggunaan Alat dan Media Pembelajaran. 3,75

6 Penguasaan Bahan Ajar 4,00

7 Sikap dalam Kegiatan Pembelajaran 3,65

Jumlah 26,00

Rata-rata akhir 3,71

Aktivitas guru sangat menentukan keberhasilan dalam suatu

proses pembelajaran. Berdasarkan pengamatan oleh observer pada

siklus II ini penilaian aktivitas mencapai 3,71. Pada siklus II ini

aktivitas guru ditekankan pada peran serta anak dalam pembelajaran

guru hanya sebagai fasilitator dan motivator untuk mendukung

tercapainya tujuan pembelajaran. Seperti pada siklus II ini anak

 

65

Page 83: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

diberikan kesempatan yang lebih banyak untuk menunjuk, menyebut,

dan menghubungkan bentuk benda geometris dengan benda nyata

yanag ada pada lingkungan disekitar mereka, guru hanya mneyediakan

media memberi arahan dan petunjuk jika anak mengalami kesulitan.

Dengan kegiatan tersebut ternyata lebih efektif dalam peningkatan

pemahaman konsep bangun datar dan bangun ruang pada anak,

sehingga hasil belajar dan ketuntasan anak ikut meningkat seperti pada

siklus II ini ketuntasan anak meningkat menjadi 88,90% .

d. Refleksi

Berdasarkan pengamatan pada siklus II terhadap kenaikkan prosentase

nilai ketuntasan B+ (●) dari 27,80% sebelum mengadakan tindakan dan

menjadi 88,90% setelah melaksanakan tindakan, dapat dilihat antusias dan

semangat anak dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa

model pembelajaran kontekstual (CTL) dapat meningkatkan semangat anak

dalam pembelajaran sehingga akan mendukung untuk meningkatkan

pemahaman konsep pemahaman konsep bangun geometris.

Hasil penilaian terhadap guru saat proses pembelajaran pada siklus II

menunjukkan bahwa secara keseluruhan kegiatan guru sudah baik dalam

pelaksanaan pembelajaran. Dari hasil observasi dapat diketahui bahwa terdapat

kenaikan rata-rata nilai aktivitas guru pada setiap aspek. Sehingga pada akhir

siklus II diperoleh nilai 3,71. Hal tersebut mendukung peningkatan antusias

dan semangat anak dalam belajar serta peningkatan hasil belajar anak

kelompok B pada pemahaman konsep bangun geometris.

Dengan adanya peningkatan aktivitas guru pada siklus II yang

mendorong anak lebih aktif dan semangat mengikuti pelajaran membuat

pemahaman anak kelompok tentang konsep bangun geometris menjadi

meningkat ditandai dengan peningkatan hasil belajar dan prosentase ketuntasan

yang mencapai 88,90%.

Dalam pelaksanaan siklus II kegiatannya menekankan pada semangat

anak, seperti pengenalan benda geometris yang dibawa guru. Hal tersebut dapat

 

66

Page 84: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

dilihat pada grafik 8 dimana selalu ada peningkatan hasil belajar dan

ketuntasan anak kelompok B pada setiap siklusnya. Hasil tes pada siklus II

menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual

(CTL) telah meningkatkan pemahaman konsep bangun geometris yang dapat

dilihat dari hasil belajar dan prosentase ketuntasan belajar anak kelompok B,

sebanyak 16 anak atau 88,90% dari seluruh anak kelompo B telah berhasil

menyelesaikan tes dengan nilai sama dengan atau di atas Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM = B+ atau ●). Dengan demikian target penilitian yaitu minimal

80% anak memperoleh nilai tuntas KKM telah tercapai.

C. Perbandingan Hasil Tindakan Tiap Siklus

1. Hasil belajar anak pada pemahaman konsep bangun geometris

Penilaian terhadap hasil belajar pemahaman konsep bangun geometris

pada anak kelompok B TK Desa Toriyo dilaksanakan pada setiap

pertemuan antar siklus, diharapkan agar guru dapat mengetahui

peningkatan anak kelompok B TK Desa Toriyo khususnya pada konsep

bangun geometris. Secara garis besar perbandingan antara jumlah anak

yang mencapai ketuntasan belajar konsep bangun geometris pada kondisi

awal sebelum diadakan tindakan, siklus I, dan siklus II mengalami

peningkatan. Nilai ketuntasan di atas dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

67

Page 85: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

Tabel 20. Perbandingan Ketuntasan anak melipat, meronce, dan membentuk

dari plastiisin bentuk segitiga dan persegi dari Prasiklus, Siklus I, Siklus II

Ketuntasan Siklus I Ketuntasan Siklus II No

Absen

Prasiklus Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 1 Pertemuan 2

1 ● ● ● ● ●

2 ● ● ● ● ●

3 √ √ √ ● ●

4 O ● ● ● ●

5 ● ● ● √ ●

6 O ● ● ● ●

7 O ● ● ● ●

8 O ● ● ● ●

9 O ● ● ● ●

10 O O √ ● ●

11 O O O ● ●

12 O O ● √ O

13 O O O O √

14 O √ ● ● ●

15 ● ● ● O ●

16 ● ● ● ● ●

17 O √ O ● ●

18 O O ● ● ●

Keterangan: (○) Tidak tuntas, (v) Setengah tuntas , (●)Tuntas

68

Page 86: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

Tabel 21. Perbandingan Ketuntasan anak melipat, meronce, dan membentuk

dari plastiisin bentuk segitiga dan persegi dari Prasiklus, Siklus I, Siklus II

Kondisi

Anak yang

mendapat B+

(●)

Anak yang

mendapat B

(√)

Anak yang

mendapat B -

(O)

Ketuntasan

anak

Keadaan Awal 5 1 12 27,80%

Siklus I/1 10 3 5 55,50%

Siklus I/2 13 2 3 72,22%

Siklus II/1 14 2 2 77,80%

Siklus II/2 16 1 1 88,90%

Keterangan: (○) Tidak tuntas, (v) Setengah tuntas , (●)Tuntas

Dari tabel di atas dapat disajikan grafik perbandingan nilai

ketuntasan tiap siklus adalah sebagai berikut:

Perbandingan Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II

Tes Awal Siklus I/1 Siklus I/2 Siklus II/1 Siklus II/2

о 12 5 3 2 1

√ 1 3 2 2 1

• 5 10 13 14 16Ketuntasan 27.8 55.5 72.22 77.8 88.9

125 3 2 11 3 2 2 15

10 13 14 1627.8%

55.5%

72.22%77.8%

88.9%

0

20

40

60

80

100

Tes Awal Siklus I/1 Siklus I/2 Siklus II/1 Siklus II/2

о

Ketuntasan

Grafik 8. Histogram Perbandingan Prasiklus, Siklus I dan Siklus II

 

69

Page 87: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

2 Kinerja Guru

Penelitian kinerja guru terdiri dari penilaian Rencana Kegiatan

Harian (RKH) yang mencakup tentang penilaian perencanaan guru dalam

menyiapkan materi ajar, media, dan instrument yang diperlukan dalam

kegiatan pembelajaran tersebut. Guru saat mengajar juga dinilai oleh

observer yaitu ibu Sru Suwarti, S.Pd sebagai guru kelompok B untuk

menilai ketepatan atau kesesuaian guru dengan RKH yang tersusun

dalam kegiatan keseluruhan.

Dalam RKH terdapat indikator yang diamati antara lain: (1).

kejelasan perumusan tujuan pembelajaran, (2). pemilihan materi ajar,

(3). pemilihan media, (4). kejelasan scenario, dan (5). kesesuaian teknik

dengan tujuan pembelajaran.

Sedangkan dalam penilaian saat guru mengajar, terbagi dalam 4

indikator yakni indikator dalam pra tindakan, kegiatan awal, kegiatan

inti, dan kegiatan akhir atau penutup, dan semua kriteria penilaian kinerja

guru terangkum menjadi satu lembar penilaian. Hasil penilaian kinerja

guru disetiap pertemuan adalah sebagai berikut, pada siklus I pertemuan

1 sebesar 3,51, siklus I pertemuan 2 sebesar 3,58, siklus II pertemuan

pertama 3,60 dan siklus II pertemuan 2 sebesar 3,71.

Peningkatan kinerja guru tersebut diiringi dengan peningkatan

ketuntasan anak kelompok B TK Desa Toriyo tentang pemahaman

konsep bangun geometris. Pada awal sebelum tindakan ibu Sri Suwarti,

S.Pd selaku guru kelas kelompok B TK Desa Toriyo masih menerapkan

model konvensional yakni hanya menggunakan gambar bukan dengan

benda nyata, ibu Sri Suwarti,S.Pd juga menyadari kemampuan belajar

anak pada bangun geometris dikelasnya rendah, maka perlu diadakan

perbaikkan. Peneliti yang bertindak sebagai guru yang melaksanakan

PTK menerapkan CTL untuk meningkatkan pemahaman konsep bangun

geometris. Pada awal tindakan yakni siklus I pertemuan 1 guru membawa

benda geometris bangun datar seperti segitiga, persegi, persegi panjang,

jajar genjang, laang-layang, dan lingkaran. Benda datar tersebut masih

70

Page 88: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

kurang memacu semangat anak pada pertemuan pertama, kemudian pada

pertemuan kedua guru membawa bangun datar tersebut beserta

contohnya, seperti contoh lingkaran guru membawa holahop, persegi

panjang guru membawa buku tulis, segitiga guru membawa kalender

meja. Benda tersebut tidak hanya untuk dikenalkan, namun anak-anak

diberi kesempatan untuk menunjuk dan memeganga langsung benda

tersebut sesuai dengan bentuk geometris yang diharapkan guru.

Setelah mengalami peningkatan pada siklus pertama, untuk siklus II

yang dilaksanakan pada semsester II akhir pada pengayaan tema

kebutuhanku sub tema makanan, guru membawa media yang lebih

menarik. Media yang digunakan guru dalam penerapan CTL pada siklus

II yakni benda bangun ruang, sesuai dengan tema kebutuhanku tema

makanan, guru membawa tahu, telur, tempat makan, dan tempat minum.

Guru memperkenalkan satu persatu benda tersebut sesuai dengan

bentuknya, seperti contoh tabung=botol minum, tempat makan=balok.

Setelah itu anak akan menjawab pertanyaan gru yakni dengan menunjuk

benda geometris sesuai dengan benda yang ada dilingkungan sekitar

kelas. Kinerja guru untuk meningkatkan pemahaman anak pada konsep

bangun geometris dengan penerapan CTL mengalami peningkatan

ditunjukkan dengan peningkatan ketuntasan anak pada setiap siklus

Perbandingan hasil kinerja guru dari setiap pertemuan antar siklus

baik sebelum kegiatan maupun sesudah kegiatan pembelajaran dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 22. Perbandingan Hasil kinerja guru pada siklus I dan Siklus II

No Tindakan Pertemuan Nilai

Pertemuan 1 3,51 1 Siklus I

Pertemuan 1 3,58

Pertemuan 1 3,60 2 Siklus II

Pertemuan 1 3,75

71

Page 89: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan pencapaian kinerja guru

mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan nilai ketuntasan anak

pada pemahaman konsep bangun geometris dengan kriteria yang sudah

ditentukan. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru

berhasil membawa anak untuk meningkatkan pemahaman konsep bangun

geomteris pada anak kelompok B TK Desa Toriyo.

Berdasarkan tabel 10 dan grafik 7 di atas dapat dilihat selalu

adanya peningkatan dari awal sebelum tindakan, siklus I dan siklus II.

Peningkatan itu dapat dilihat dari nilai anak, rata-rata nilai anak dan

ketuntasan belajar anak. Nilai ketuntasan B+ (●) dari awal sebelum

tindakan sampai siklus II selalu meningkat 5 anak pada awal atau

pratindakan, 10 anak pada siklus I pertemuan 1, 13 anak pada siklus I

pertemuan 2, 14 anak pada siklus II pertemuan 1, dan 16 anak yang pada

siklus II pertemuan 2. Naiknya nilai ketuntasan yang diperoleh anak

diikuti dengan naiknya prosentase nilai ketuntasan (●) pada anak.

Prosentase ketuntasan anak kelompok B yang meningkat, dilihat pada

awal sebelum tindakan ketuntasan anak sebesar 27,80% siklus I

pertemuan 1 55,50%, siklus I pertemuan 2 dengan kenaikan prosentase

menjadi 72,22%, untuk siklus II pertemuan 1 77,80% dan pada akhir

siklus II ketuntasan anak mencapai prosentase yang memuaskan yaitu

sebesar 88,90% dari jumlah anak.

Dengan tingkat ketuntasan anak pada siklus II sebesar 77,80%

pada pertemuan pertama dan 88,90% pada pertemuan kedua maka

penelitian ini berhasil mencapai target keberhasilan yang diharapkan

sebesar 80% anak tuntas dalam belajar. Hal itu membuktikan dengan

penerapan model pembelajaran kontekstual (CTL) dapat meningkatkan

pemahaman konsep pemahaman bangun geometris. Hal tersebut dapat

dilihat dan dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar dan

ketuntasan belajar yang diperoleh anak tiap siklus.

 

72

Page 90: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil pretest yang diberikan pada pra tindakan diperoleh hasil sebanyak 5

atau 27,70% anak yang berhasil memperoleh nilai tuntas Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM = B+). Tindakan yang dilakukan adalah penerapan model

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Pada siklus yang pertama

pertemuan 1, diperoleh hasil sebanyak 10 anak atau 55,50%, dan pada siklus pertama

pertemuan 2 mengalami peningkatan menjadi 13 anak atau 72,22% dari 18 jumlah

anak yang berhasil memperoleh nilai tuntas dengan rata-rata nilai B+. Sedangkan

pada siklus yang kedua pertemuan pertama diperoleh hasil sebanyak 14 atau 77,89%,

dan pada siklus II pertemuan 2 diperoleh hasil sebanyak 16 atau 88,90% dari 18

siswa yang berhasil memperoleh nilai tuntas dengan rata-rata nilai B+ atau (●).

Dengan ketuntasan mencapai 88,90% yang telah melewati indikator

keberhasilan sebanyak 80% anak harus tuntas, maka pembelajaran dan penelitian

dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual (CTL) untuk meningkatkan

pemahaman konsep bangun geometris pada anak kelompok B TK Desa Toriyo telah

berhasil.

Hasil pengamatan pada penelitian ini adalah penilaian terhadap guru yang

dilakukan oleh observer ditujukan pada aktivitas guru saat proses pembelajaran

dengan penerapan model pembelajaran kontekstual (CTL) untuk meningkatkan

pemahaman konsep bangun geometris pada anak. Dari hasil pengamatan diketahui

bahwa terdapat peningkatan rata-rata nilai aktivitas guru dari siklus I ke siklus II.

Penilaian aktivitas guru pada siklus I pertemuan 1 diperoleh angka sebesar 3,51, pada

pertemuan 2 sebesar 3,58 dan pada siklus II pertemuan 1 sebesar 3,68 dan pada

siklus II pertemuan 2 sebesar 3,71. Hal tersebut mendukung peningkatan semangat

dalam belajar serta peningkatan hasil belajar anak kelompok B tentang konsep

bangun geometris yaitu khusus pada pengenalan bentuk bangun geometris.

Dengan adanya peningkatan aktivitas guru pada siklus II yang mendorong

anak lebih semangat mengikuti pelajaran membuat pemahaman anak kelompok B

TK Desa Toriyo dalam pemahaman konsep bangun geometris meningkat ditandai

 

73

Page 91: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

dengan peningkatan hasil belajar dan prosentase ketuntasan anak kelompok B yang

mencapai 88,90%.

Hasil perhitungan prosentase perolehan nilai pada setiap siklus, maka dapat

disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL) dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun geometris pada

anak kelompok B TK Desa Toriyo. Sesuai dengan target peneliti 80% dari 18 anak

tuntas dalam pembelajaran bangun geometris, 2 anak yang belum tuntas dalam

pembelajaran bangun geometris, sehingga guru akan mangadakan pendekatan dan

bimbingan pada anak tersebut.

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian diketahui adanya peningkatan yang

meliputi penilaian terhadap aktivitas guru serta hasil belajar anak pada konsep

pemahaman konsep bangun geometris melalui penerapan model Contextual

Teaching and Learning (CTL).

Peneliti dapat menarik kesimpulan dengan penerapan model Contextual

Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun

geometris pada anak kelompok B TK Desa Toriyo pada tahun pelajaran 2011/2012,

sesuai dengan teori Sanjaya, dalam Sugiyanto (2009: 21), melalui tujuh komponen

pembelajaran CTL, yaitu pemodellan, kontruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat

belajar, dan penilaian nyata dapat meningkatkan ketuntasan anak. Hal tersebut dapat

dilihat dari hasil belajar dan ketuntasan anak yang terus meningkat, menurut teori

Tadkiroatun Musfiroh (2005:65), pembelajaran yang menghasilkan karya nyata

memerlukan sentuhan kecerdasan visual spasial. Salah satu tujuan pembelajaran

pemahaman konsep bangun geometris adalah untuk mengasah kecerdasan visual

spasial. Semua peningkatan dapat dilihat dengan adanya peningkatan prosentase

hasil belajar yang diperoleh anak kelompok B TK Desa Toriyo dari saat keadaan

awal sampai kondisi akhir. Sebesar 27,80% pada kondisi awal, 55,50% pada siklus I

pertemuan 1, 72,22% siklus II pertemuan 2, 77,80% siklus II pertemuan 1, dan

88,90% pada siklus II pertemuan 2. Hal ini menunjukkan ketercapaian indikator yang

ditargetkan oleh peneliti yaitu 80%, sedangkan hasil penelitian menunjukkan

ketuntasan anak 88,90%.

74

Page 92: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2

siklus dengan penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk

meningkatkan pemahaman konsep bangun geometris pada anak kelompok B TK

Desa Toriyo pada tahun ajaran 2011/2012 dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:

Dengan penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat

meningkatkan pemahaman konsep bangun geometris pada anak kelompok B TK

Desa Toriyo pada tahun pelajaran 2011/2012, sesuai dengan teori Sanjaya, dalam

Sugiyanto (2009: 21), melalui tujuh komponen pembelajaran CTL ketuntasan anak

meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar dan ketuntasan anak yang

terus meningkat, dengan adanya peningkatan prosentase hasil belajar yang diperoleh

anak kelompok B TK Desa Toriyo dari saat keadaan awal sampai kondisi akhir.

Sebesar 27,80% pada kondisi awal, 55,50% pada siklus I pertemuan 1, 72,22% siklus

II pertemuan 2, 77,80% siklus II pertemuan 1, dan 88,90% pada siklus II pertemuan

2. Hal ini menunjukkan ketercapaian indikator yang ditargetkan oleh peneliti yaitu

80%, sedangkan hasil penelitian menunjukkan ketuntasan anak 88,90%.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan dan data-data temuan hasil penelitian terbukti bahwa

model pembelajaran CTL dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun geomtris

pada anak kelompok B. Maka hasil penelitian dapat diimplikasikan sebagai berikut:

1. Implikasi Teoritis

Hasil penelitian menunjukkan pemahaman konsep bangun geometris

pada anak kelompok B TK Desa Toriyo dapat meningkat dengan penerapan

model Contextual Teaching and Learning (CTL). Hasil peneliian ini dapat

dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi guru TK dalam mengaitkan bentuk

bangun geometris dengan keadaan nyata anak. Penerapan CTL dalam

pembelajaran bangun geometris akan lebih menarik dan menyenangkan.

 

75

Page 93: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

2. Implikasi Praktis

Menunjukkan pentingnya penerapan model pembelajaran yang bervariasi

dan inovatif, salah satunya model Contextual Teaching and Learning (CTL) yang

sudah terbukti dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga

dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun geometris pada anak kelompok

B TK Desa Toriyo.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka peneliti menyampaikan

beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar dalam usaha

kita meningkatkan mutu pendidikan. Adapun saran-saran yang peneliti sampaikan

sebagai berikut:

1. Bagi Anak Usia Dini atau Anak TK

a. Dengan adanya penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL)

sebaiknya dimanfaatkan dengan baik oleh anak untuk mengaitkan bentuk

bangun geometris dengan benda nyata dilingkungan sekitar mereka.

b. Meningkatkan semangat pada saat pembelajaran sehingga akan

mempermudah dalam memahami pelajaran.

2. Bagi Guru

a. Dalam kegiatan pembelajaran guru hendaknya memilih dan menggunakan

model pembelajaran yang tepat. Di samping itu, guru sebaiknya dapat

menciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak sehingga anak lebih

termotivasi untuk belajar.

b. Usahakan mempunyai hubungan yang baik dengan anak, sehingga tidak ada

perasaan takut dan canggung anak kepada guru.

76

Page 94: PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/Penerapan...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

   

3. Bagi Sekolah

a. Pihak sekolah hendaknya sering mengadakan pembinaan bagi guru-gurunya

agar lebih memahami banyaknya model pembelajaran, sehingga akan

memperkaya pengetahuan guru dan berakibat pada kelancaran pembelajaran

di sekolah.

b. Pihak sekolah hendaknya lebih memperhatikan dalam pengadaan sarana

pembelajaran yang dapat digunakan dan yang lebih memudahkan anak dalam

belajar.

77