14
1 Penulis 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika/2017 PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTS ITTIHADULULUM LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Oleh Ririn Ambarwati 1 , Sukasno, M.Pd 2 , Sri Handayani, M.Pd 3 . Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan MIPA STKIP-PGRI Lubuklinggau ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII MTs Ittihadululum Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017”. Permasalahan dalam penelitian adalah apakah hasil belajar matematika siswa kelas VII MTs Ittihadululum Lubuklinggau setelah diterapkan model kooperatif tipe Jigsaw secara signifikan tuntas?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar matematika siswa kelas VII MTs Ittihadululum Lubuklinggau setelah diterapkan model kooperatif tipe Jigsaw. Jenis penelitian yang digunakan berbentuk eksperimen semu (quasi eksperiment) dengan desain eksperimen yang digunakan one group pretes dan postes design. Populasinya seluruh kelas VII MTs Ittihadululum Lubuklinggau tahun pelajaran 2016/2017 berjumlah 102 siswa dengan sampel penelitian diambil secara random sampling yaitu kelas VII 1 berjumlah 31 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes berbentuk essay yang berjumlah delapan butir soal. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji-t satu sampel pada taraf signifikansi α = 0,05. Berdasarkan analisis data, dapat disimpulkan hasil belajar matematika siswa kelas VII MTs Ittihadululum Lubuklinggau setelah diterapkan model kooperatif tipe Jigsaw secara signifikan tuntas. Rata-rata hasil belajar matematika sebesar 68,48 dan persentase ketuntasan mencapai 83,87%. Kata kunci: Model Kooperatif Tipe Jigsaw, Matematika. PENDAHULUAN Pendidikan memiliki peranan penting dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa terutama dalam mendidik siswa untuk bisa memecahkan masalah. Dewey (dalam Huda, 2011:3) menjelaskan bahwa pendidikan merupakan sebuah proses dinamis dan berkelanjutan yang bertugas memenuhi kebutuhan siswa dan guru sesuai dengan minat mereka masing- masing. Pendidikan, khususnya sekolah harus memiliki sistem pembelajaran yang menekankan pada proses dinamis yang didasarkan pada upaya meningkatkan keingintahuan siswa tentang dunia. salah satu permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah rendahnya kualitas hasil belajar ditandai oleh pencapaian prestasi siswa yang belum mencapai ketuntasan (Sanjaya, 2010:139). Matematika merupakan mata pelajaran yang disusun dengan penalaran deduktif yang membutuhkan pemahaman konsep secara bertahap. Menurut Wardhani (2010:3) Matematika yang dipelajari di sekolah adalah matematika yang materinya dipilih sedemikian rupa agar

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_RIRIN.pdf · 1Penulis 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika/2017 PENERAPAN

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_RIRIN.pdf · 1Penulis 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika/2017 PENERAPAN

1Penulis 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika/2017

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTS ITTIHADULULUM LUBUKLINGGAU

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Oleh Ririn Ambarwati1, Sukasno, M.Pd2, Sri Handayani, M.Pd3.

Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan MIPA STKIP-PGRI Lubuklinggau

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII MTs Ittihadululum Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017”. Permasalahan dalam penelitian adalah apakah hasil belajar matematika siswa kelas VII MTs Ittihadululum Lubuklinggau setelah diterapkan model kooperatif tipe Jigsaw secara signifikan tuntas?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar matematika siswa kelas VII MTs Ittihadululum Lubuklinggau setelah diterapkan model kooperatif tipe Jigsaw. Jenis penelitian yang digunakan berbentuk eksperimen semu (quasi eksperiment) dengan desain eksperimen yang digunakan one group pretes dan postes design. Populasinya seluruh kelas VII MTs Ittihadululum Lubuklinggau tahun pelajaran 2016/2017 berjumlah 102 siswa dengan sampel penelitian diambil secara random sampling yaitu kelas VII1 berjumlah 31 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes berbentuk essay yang berjumlah delapan butir soal. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji-t satu sampel pada taraf signifikansi α = 0,05. Berdasarkan analisis data, dapat disimpulkan hasil belajar matematika siswa kelas VII MTs Ittihadululum Lubuklinggau setelah diterapkan model kooperatif tipe Jigsaw secara signifikan tuntas. Rata-rata hasil belajar matematika sebesar 68,48 dan persentase ketuntasan mencapai 83,87%. Kata kunci: Model Kooperatif Tipe Jigsaw, Matematika.

PENDAHULUAN

Pendidikan memiliki peranan penting dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa

terutama dalam mendidik siswa untuk bisa memecahkan masalah. Dewey (dalam Huda,

2011:3) menjelaskan bahwa pendidikan merupakan sebuah proses dinamis dan berkelanjutan

yang bertugas memenuhi kebutuhan siswa dan guru sesuai dengan minat mereka masing-

masing. Pendidikan, khususnya sekolah harus memiliki sistem pembelajaran yang

menekankan pada proses dinamis yang didasarkan pada upaya meningkatkan keingintahuan

siswa tentang dunia. salah satu permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah

rendahnya kualitas hasil belajar ditandai oleh pencapaian prestasi siswa yang belum mencapai

ketuntasan (Sanjaya, 2010:139).

Matematika merupakan mata pelajaran yang disusun dengan penalaran deduktif yang

membutuhkan pemahaman konsep secara bertahap. Menurut Wardhani (2010:3) Matematika

yang dipelajari di sekolah adalah matematika yang materinya dipilih sedemikian rupa agar

Page 2: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_RIRIN.pdf · 1Penulis 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika/2017 PENERAPAN

1

mudah dialihfungsikan kegunanannya dalam kehidupan siswa yang mempelajarinya.

Berhitung adalah cabang matematika yang membahas tentang bilangan dan operasi hitungnya

(penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, perpangkatan, penarikan akar, penarikan

logaritma).

Pada intinya tujuan siswa belajar matematika di sekolah adalah agar mampu

menggunakan atau menerapkan matematika yang dipelajari untuk memecahkan masalah

dalam kehidupan sehari-hari, bekal belajar matematika lebih lanjut dan bekal belajar

pengetahuan lain (Wardhani, 2010:10). Walaupun matematika memiliki peranan penting,

namun bagi anak-anak atau pelajar pada umumnya matematika merupakan pelajaran yang

paling ditakuti, kurang disenangi dan kurang diminati. Dampaknya siswa menjadi bosan dan

tidak tertarik untuk mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh guru. Sehingga tidak ada

motivasi dalam diri siswa untuk berusaha memahami materi pelajaran dan akhirnya

mempengaruhi hasil belajar. Untuk itu, proses belajar mengajar matematika yang baik dapat

dilakukan guru dengan cara menerapkan suasana belajar yang dapat membuat siswa antusias

terhadap persoalan yang ada, sehingga mereka mampu mencoba memecahkan

permasalahanya.

Berdasarkan studi pendahuluan di kelas VII MTs Ittihadululum Lubuklinggau

didapatkan bahwa siswa hanya menerima apa saja yang diberikan oleh guru dan sangat jarang

bertanya baik dengan gurunya maupun dengan teman yang lebih tahu jika mereka mengalami

kesulitan baik dalam belajar maupun mengerjakan soal latihan. Mareka hanya bisa menjawab

soal-soal yang sama persis dengan yang dicontohkan guru. Hal inilah yang menyebabkan

rendahnya hasil belajar matematika siswa. Rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas VII MTs

Ittihadululum Lubuklinggau sebesar 66,55. Hasil ini masih di bawah Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) yang di tetapkan sekolah yaitu 63, jumlah siswa sebanyak 102 sedangkan

siswa yang mencapai KKM adalah 40 siswa (39,22%) dari jumlah siswa, atau sisanya 62

siswa (60,78%) tidak mencapai KKM.

Menurut Ferly (2013:4) Hasil belajar matematika siswa dapat dimaksimalkan dengan

berbagai cara, salah satunya dengan memaksimalkan proses pembelajaran dengan baik,

karena hasil belajar siswa dipengaruhi oleh proses pembelajaran. Untuk mengatasi hal

tersebut, maka guru harus membuat agar siswa aktif dan tertarik belajar matematika. Salah

satu cara untuk mengatasinya adalah dengan menciptakan kondisi belajar-mengajar yang

menarik, yang memberikan kesempatan siswa lebih aktif dan kreatif serta siswa dapat

membangun pengetahuan dan pemahamannya sendiri dari lingkungan belajarnya. Dalam

menciptakan kondisi belajar tersebut dapat digunakan suatu model pembelajaran yaitu model

Page 3: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_RIRIN.pdf · 1Penulis 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika/2017 PENERAPAN

2

pembelajaran kooperatif. Trianto (2010:55) mengatakan bahwa Cooperative learning atau

pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham

konstruktivisme.

Pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar dengan sejumlah siswa sebagai

anggota kelompok kecil 3-5 yang tingkat kemampuannya berbeda, untuk bekerja sama dalam

memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar. Salah satu model

pembelajaran kooperatif yang bisa digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw. Menurut Lie (dalam Rusman, 2010:218) pembelajaran kooperatif model Jigsaw

merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang

terdiri dari empat sampai enam orang yang memiliki tugas berbeda dan siswa bekerja sama

saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.

Model kooperatif tipe Jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif para ahli. Karena

anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Tetapi permasalahan

yang dihadapi setiap kelompok sama, setiap urusan dalam kelompok yang berbeda membahas

materi yang sama, kita sebut sebagai tim ahli yang bertugas membahas permasalahan yang

dihadapi, selanjutnya hasil pembahasan itu dibawa ke kelompok asal dan disampaikan pada

anggota kelompoknya (Rusman, 2010:219). Hal ini dipertegas oleh Silberman (2007:168)

yang mengatakan bahwa model pembelajaran Jigsaw merupakan sebuah teknik yang dipakai

secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknik “pertukaran dari kelompok ke kelompok”

dengan suatu perbedaan penting: setiap siswa mengajarkan sesuatu.

Berdasarkan yang dijelaskan di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw pada Pembelajaran Matematika

Siswa Kelas VII MTs Ittihadululum Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017”.

Permasalahan dalam penelititan ini adalah “Apakah hasil belajar matematika siswa kelas VII

MTs Ittihadululum Lubuklinggau setelah diterapkan model kooperatif tipe Jigsaw secara

signifikan tuntas?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar

matematika siswa kelas VII MTs Ittihadululum Lubuklinggau setelah diterapkan model

kooperatif tipe Jigsaw.

LANDASAN TEORI

Arti Jigsaw dalam bahasa inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya

dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran

kooperatif model jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa

melakukan suatu kegiatan belajar dengan bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai

Page 4: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_RIRIN.pdf · 1Penulis 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika/2017 PENERAPAN

3

tujuan bersama (Rusman, 2010:217). Seperti yang diungkapkan oleh Lie (dalam Rusman,

2010:218) bahwa pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini merupakan model belajar

kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai

enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan

bertanggung jawab secara mandiri.

Menurut Silberman (2007:168) model pembelajaran Jigsaw merupakan sebuah teknik

yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknik “pertukaran dari kelompok

ke kelompok” dengan suatu perbedaan penting: setiap siswa mengajarkan sesuatu. Menurut

Fathurrohman (2015:63) model kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu teknik pembelajaran

kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab

atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada

anggota lain dalam kelompoknya.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

Jigsaw adalah model pembelajaran dimana siswa belajar secara berkelompok yang memiliki

tanggung jawab atas penguasaan materi belajar yang ditugaskan kepadanya lalu mengajarkan

bagian materi tersebut kepada anggota kelompok lain.

Menurut Aqib (2013:21) langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

sebagai berikut :

a. Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim. b. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda. c. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan. d. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/subbab yang sama

bertemu dengan kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka.

e. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.

f. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi. g. Guru memberikan evaluasi. h. Penutup.

Menurut Rusman (2010:218) langkah-langkah model pembelajaran Jigsaw adalah

sebagai berikut:

a. Siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang b. Tiap orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda c. Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk

kelompok baru (kelompok ahli) d. Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan

menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai e. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi

Page 5: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_RIRIN.pdf · 1Penulis 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika/2017 PENERAPAN

4

f. Pembahasan g. Penutup.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan langkah-langkah model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai berikut :

a. Siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang

b. Setiap siswa dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda.

c. Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru

(kelompok ahli)

d. Guru meminta siswa melakukan diskusi di dalam kelompok ahli selama 15 menit.

e. Setelah siswa melakukan diskusi pada kelompok ahli, masing-masing siswa diminta

untuk kembali ke kelompok asal.

f. Siswa yang sudah kembali pada kelompok asal diminta untuk mendiskusikan hasil yang

didapatnya pada saat di dalam kelompok ahli selamat 15 menit.

g. Masing-masing kelompok asal diminta untu melakukan diskusi kelas secara bergantian

selama 30 menit.

h. Guru memberikan evaluasi atas diskusi yang sudah dilakukan.

i. Guru menutup pelajaran.

Menurut Marthina (2013:2) kelebihan model pembelajaran Jigsaw adalah sebagai

berikut:

a. Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.

b. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengerjakan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain.

c. Menerima keragaman dan menjalin hubungan sosial yang baik dalam hubungan dengan belajar

d. Meningkatkan berkerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.

Menurut Marthina (2013:3) kekurangan model pembelajaran Jigsaw adalah sebagai

berikut:

a. Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet dalam pelaksanaan diskusi.

b. Membutuhkan waktu yang lebih lama, apalagi bila penataan ruang belum terkondisi dengan baik sehingga perlu waktu untuk merubah posisi yang dapat menimbulkan kegaduhan.

Page 6: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_RIRIN.pdf · 1Penulis 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika/2017 PENERAPAN

5

METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian merupakan rencana, struktur dan strategi penyelidikan yang

hendak dilakukan guna mendapatkan jawaban dari pertanyaan atau permasalahan penelitian

(Widi, 2010:211). Dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (quasi

eksperiment) yang dilaksanakan pada satu kelas eksperimen tanpa adanya kelompok

pembanding (kelompok kontrol). Metode eksperimen semu merupakan penelitian yang

mendekati percobaan sungguhan dimana tidak mungkin mengadakan kontrol atau

memanipulasikan semua variabel yang relevan (Nazir, 2009:73).

Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pretes dan

postes design. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu satu variabel bebas dan satu

variabel terikat. Menurut Arikunto (2010:159) bahwa variabel penelitian adalah segala

sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalam penelitian. Adapun variabel penelitian

ini sebagai variabel bebasnya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan variabel

terikatnya adalah hasil belajar matematika.

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII

MTs Ittihadululum Lubuklinggau tahun pelajaran 2016/2017 yang terdiri dari tiga kelas

berjumlah 102 siswa. Sampel dalam penelitian ini diambil secara acak atau random sampling

sebanyak satu kelas yang diberi perlakuan pembelajaran matematika dengan menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Peneliti menggunakan teknik random sampling

karena anggota populasi adalah homogen. Satu kelas yang terpilih menjadi sampel

berdasarkan hasil pengundian. Adapun sampel yang terpilih adalah kelas VII1 yang berjumlah

31 siswa.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik tes. Teknik tes diberikan

untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa. Tes dalam penelitian dilakukan sebanyak

dua kali, yaitu sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) materi yang diajarkan. Tes yang

digunakan dalam penelitian ini adalah tes esai dengan materi segiempat. Pre-test dilakukan

untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum dilakukan pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw, sedangkan post-test dilakukan untuk mengukur pencapaian siswa setelah

pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Dalam penelitian ini,

analisis data yang dilakukan terhadap data hasil belajar menggunakan uji-t.

Page 7: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_RIRIN.pdf · 1Penulis 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika/2017 PENERAPAN

6

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

1. Kemampuan Awal Siswa

Pre-test dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberikan

pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw. Soal pre-test yang digunakan berbentuk essay yang terdiri dari delapan soal. Pre-

test yang dilakukan diikuti oleh 31 siswa. Berdasarkan hasil perhitungan data per-test

(Lampiran C), rekapitulasi analisis data hasil pre-test dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Pre-test

No Kategori Keterangan

1 Nilai terendah 9 2 Nilai tertinggi 38 3 Rata-rata nilai 24,39 4 Simpangan baku 6,63 5 Jumlah siswa yang tuntas 0 siswa (0%)

Berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh data bahwa seluruh siswa mendapat nilai kurang

dari 63 (belum tuntas) dan rata-rata x nilai secara keseluruhan sebesar 24,39. Jadi,

dapat dikatakan bahwa kemampuan awal siswa sebelum penerapan model kooperatif tipe

Jigsaw termasuk kategori belum tuntas.

2. Kemampuan Akhir Siswa

Kemampuan akhir siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar

siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe

Jigsaw, suatu hasil belajar berada pada kategori tuntas ketika nilai siswa telah mencapai

KKM. Post-test dalam penelitian ini diikuti oleh 31 siswa di kelas yang telah ditentukan

sebagai sampel.

Berdasarkan hasil perhitungan data post-test (Lampiran C) rekapitulasi hasil tes

akhir siswa dapat dilihat dari Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Post-test

No Kategori Keterangan

1 Nilai terendah 47 2 Nilai tertinggi 82 3 Rata-rata nilai 68,48 4 Simpangan baku 8,19 5 Jumlah siswa yang tuntas 26 siswa (83,87%)

Page 8: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_RIRIN.pdf · 1Penulis 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika/2017 PENERAPAN

7

Dari Tabel 4.2 diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama

dengan 63 (tuntas) sebanyak 26 siswa (83,87%) dan rata-rata nilai secara keseluruhan

sebesar 68,48. Jadi, dapat dikatakan bahwa hasil kemampuan akhir siswa setelah

penerapan model kooperatif tipe Jigsaw termasuk kategori tuntas.

Jika dibandingkan dengan tes awal, maka terdapat peningkatan rata-rata nilai

sebesar 44,09 dan peningkatan persentase jumlah siswa yang tuntas sebesar 83,87%.

Perbandingan nilai rata-rata dan ketuntasan hasil belajar dapat dilihat pada Grafik 4.1.

Grafik 4.1 Peningkatan nilai rata-rata dan ketuntasan belajar

3. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis adalah proses pembuktian menguji kebenaran hipotesis

terhadap hasil penelitian. Hipotesis yang di uji dalam penelitian ini adalah “Hasil

belajar matematika siswa kelas VII MTs Ittihadululum Lubuklinggau setelah

diterapkan model kooperatif tipe Jigsaw secara signifikan tuntas”. Pada tahap ini

analisis yang dilakukan dalam pengujian hipotesis adalah :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data hasil tes siswa

berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui kenormalan data, digunakan uji

normalitas data dengan uji kecocokan 2 (chi-kuadrat). Berdasarkan ketentuan

perhitungan statistik mengenai uji normalitas data dengan taraf signifikansi α =

0,05, jika hitung2 < tabel

2 maka data berdistribusi normal, akan tetapi sebaliknya

jika hitung2 < tabel

2 maka data tidak berdistribusi normal. Berdasarkan hasil

perhitungan (lampiran C), hasil uji nomalitas data post-test dapat dilihat pada

Tabel 4.3.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Rata-rata Ketuntasan belajar

Tes awal

Tes akhir

68,48

24,39

83,87%

0%

Page 9: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_RIRIN.pdf · 1Penulis 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika/2017 PENERAPAN

8

Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data Post-test

Data hitung2 Dk tabel

2 Kesimpulan Post-test 1,853 0,05 11,063 Normal

Dari Tabel 4.3 menunjukkan nilai hitung2 post-test sebesar 1,853. Data pre-

test dan post-test ini kurang dari pada nilai tabel2 (11,063). Berdasarkan kriteria

ketentuan pengujian normalitas dapat dikatakan bahwa data post-test berdistribusi

normal pada taraf signifikansi α = 0,05.

b. Uji Hipotesis

Hipotesis penelitian yang diuji adalah hasil belajar matematika siswa kelas

VII MTs Ittihadululum Lubuklinggau setelah diterapkan model kooperatif tipe

Jigsaw secara signifikan tuntas. Rumusan hipotesis statistik dalam penelitian ini

adalah :

H0 = rata-rata hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika

dengan menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw kurang dari 63 (µ <

63).

Ha = rata-rata hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika

dengan menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw lebih dari sama dengan

63 (µ ≥ 63).

Kriteria pengujiannya adalah jika t hitung < t tabel maka H0 terima dan Ha

ditolak, dan jika t hitung ≥ t tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima pada taraf

signifikasi yaitu 훼= 0,05 dan dk = n-1. Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran C),

hasil uji hipotesis untuk data post-test dapat dilihat pada Tabel 4.4

Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Uji-t

Data t hitung Dk t tabel Kesimpulan

Post-test 3,73 30 1,697 Ho ditolak dan Ha diterima

Pada Tabel 4.4 hasil analisis uji-t menunjukkan kemampuan akhir siswa

dengan thitung (3,73) > ttabel (1,697) dalam hal ini dapat dikatakan bahwa H0 ditolak

dan Ha diterima artinya rata-rata hasil belajar siswa kelas VII MTs. Negeri

Lubuklinggau setelah penerapan model kooperatif Jigsaw lebih dari atau sama

dengan 63. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat

diterima kebenarannya, sehingga dapat disimpulkan bahwa “hasil belajar

Page 10: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_RIRIN.pdf · 1Penulis 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika/2017 PENERAPAN

9

matematika siswa kelas VII MTs Ittihadululum Lubuklinggau setelah diterapkan

model kooperatif tipe Jigsaw secara signifikan tuntas”.

B. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar matematika

siswa kelas VII MTs Ittihadululum Lubuklinggau setelah diterapkan model kooperatif

tipe Jigsaw. Berdasarkan analisis data pre-test dapat dilihat bahwa tidak ada siswa yang

mendapatkan nilai lebih dari 63 (tuntas), analisis tersebut dapat diamati melalui

rekapitulasi hasil pre-test yang berdasarkan perhitungan di (lampiran C) dan dapat

diketahui hasil belajar matematika siswa kelas VII MTs Ittihadululum Lubuklinggau

sebelum penerapan model kooperatif tipe Jigsaw secara signifikan belum tuntas.

Setelah, diberikan pre-test maka dilanjutkan dengan menerapkan model

kooperatif tipe Jigsaw yang dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Sebelum proses

pembelajaran, terlebih dahulu peneliti menginformasikan kepada siswa cara belajar yang

akan ditempuh dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Pada pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 2017 diikuti 31 siswa.

Diawal pembelajaran peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran. Setelah itu peneliti

mengingatkan kembali materi sebelumnya yang telah dipelajari kemarin. Kemudian

peneliti menjelaskan bahwa pembelajaran pada hari ini menggunakan model kooperatif

tipe Jigsaw dan menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Pada kegiatan inti, peneliti memulai dengan menjelaskan materi persegi dan

persegipanjang. Pada awal pembelajaran peneliti memeriksa kesiapan siswa kemudian

memotivasi siswa dengan memberi penjelasan tentang pentingnya mempelajari materi

untuk menemukan persegi dan persegipanjang. Selanjutnya menjelaskan tujuan

pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar dan menyampaikan langkah-

langkah pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw.

Peneliti mengelompokkan siswa menjadi 5 orang yang terdiri dari 6 kelompok

asal dan 6 kelompok ahli. Kemudian memberikan setiap siswa dalam kelompok asal,

tugas yang berbeda tentang materi persegi dan persegipanjang untuk dipelajari.

Selanjutnya peneliti menugaskan anggota dari kelompok asal untuk bergabung dengan

kelompok lainnya membentuk kelompok ahli yang sesuai dengan pokok bahasan yang

sama, lalu melakukan diskusi kelompok ahli selama 15 menit. Setelah itu peneliti

meminta tiap anggota kembali ke kelompok asal dan meminta mereka melakukan diskusi

kelompok asal (induk) selama 15 menit kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelas

Page 11: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_RIRIN.pdf · 1Penulis 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika/2017 PENERAPAN

10

selama 30 menit. Pada pertemuan ini siswa terlihat lebih antusias dan semangat walaupun

masih ada sedikit kegaduhan pada saat pembagian kelompok. Namun hal tersebut masih

dapat dikendalikan pada saat siswa mulai mengerjakan tugasnya. Pada pertemuan

pertama ini hanya ada 2 kelompok yang dapat menyelesaikan tugas dengan baik dari

jumlah total 8 kelompok. Hal ini dikarenakan masih terdapat siswa di dalam

kelompoknya yang belum terbiasa dan kurang memahami tugasnya.

Pada pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 19 Mei 2017 diikuti 29 siswa

dengan materi yang diajarkan adalah jajargenjang dan trapesium. Pembelajaran

berpedoman pada rencana pelaksanaan pembelajaran, peneliti memeriksa kesiapan siswa

kemudian memotivasi siswa dengan memberi penjelasan tentang pentingnya mempelajari

materi jajargenjang dan trapesium. Selanjutnya menjelaskan tujuan pembelajaran yang

sesuai dengan kompetensi dasar dan menyampaikan langkah-langkah pembelajaran

dengan menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw. Pada pertemuan kedua siswa mulai

merasa nyaman dan sudah terbiasa dengan pembelajaran menggunakan model kooperatif

tipe Jigsaw serta memberikan respon positif terhadap kegiatan pembelajaran yang telah

dilakukan. Pada pertemuan ini ada 5 kelompok yang dapat menyelesaikan dan

menjelaskan tugasnya dengan baik dan benar.

Pada pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2017 diikuti 27 siswa.

Diawal pembelajaran peneliti mengingat kembali materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Sebelum kegiatan inti dimulai, peneliti menjelaskan kembali bahwa

pembelajaran pada hari ini sama seperti pada pertemuan sebelumnya yaitu menggunakan

model kooperatif tipe Jigsaw. Peneliti menjelaskan materi tentang belah ketupat dan

layang-layang, kemudian mengkoordinasi siswa untuk membentuk kelompok seperti

pertemuan sebelumnya.Pada pertemuan ini siswa sudah memperlihatkan kemampuannya

dalam pemahaman materi serta penyelesaian soal latihan. Pada pertemuan ini semua

kelompok yang dapat menyelesaikan dan menjelaskan tugasnya dengan baik dan benar.

Selama proses pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw,

siswa-siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar. Siswa tidak lagi pasif

menerima informasi dari peneliti, tetapi siswa menjadi lebih termotivasi dan aktif dalam

menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan peneliti sehingga hasil belajarnya dapat

meningkat. Model pembelajaran kooperatif tipe tipe Jigsaw adalah model pembelajaran

di mana siswa diberikan tugas sebagai penerima tamu yaitu menyajikan hasil kerja

kelompoknya kepada tamu tersebut dan sebagai tamu yaitu berkewajiban untuk bertamu

kepada semua kelompok. Hal ini sesuai dengan keunggulan model pembelajaran

Page 12: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_RIRIN.pdf · 1Penulis 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika/2017 PENERAPAN

11

kooperatif tipe Jigsaw diantaranya yaitu meningkatkan rasa tanggung jawab siswa

terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain, siswa tidak hanya

mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan

mengerjakan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain, menerima keragaman

dan menjalin hubungan sosial yang baik dalam belajar, serta meningkatkan berkerja

sama dalam belajar.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa

meningkat tetapi dalam pelaksanaannya model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

masih ada kendala yaitu beberapa siswa masih merasa malu-malu dan tidak percaya diri

dalam mengerjakan tugas dengan pasangan pada saat pembelajaran berlangsung dan juga

beberapa siswa masih kesulitan melakukan pergeseran. Walaupun ada kendala namun hal

ini tidak menyurutkan konsentrasi siswa dalam belajar. Hal ini dapat dilihat dari hasil

belajarnya, ada 26 siswa yang tuntas (83,87%) dan ada 5 siswa (16,13%) yang belum

mencapai kriteria ketuntasan minimal. Namun, hasil tersebut sudah mengalami

peningkatan.

Berdasarkan analisis secara statistik mengenai kemampuan akhir siswa

menunjukkan bahwa siswa kelas VII1 MTs Ittihadululum Lubuklinggau adalah tuntas

pada taraf signifikansi α = 0,05 karena thitung > ttabel yaitu (3,73) > ttabel (1,697) terbukti

bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dengan demikian hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini dapat

diterima kebenarannya, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa

kelas VII MTs Ittihadululum Lubuklinggau setelah diterapkan model kooperatif tipe

Jigsaw secara signifikan sudah tuntas. Sehingga dapat dinyatakan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat dijadikan alternatif dalam meningkatkan hasil

belajar matematika.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

matematika siswa kelas VII MTs Ittihadululum Lubuklinggau setelah diterapkan model

kooperatif tipe Jigsaw secara signifikan tuntas. Rata-rata hasil belajar matematika sebesar

68,48 dan persentase ketuntasan mencapai 83,87%.

Page 13: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_RIRIN.pdf · 1Penulis 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika/2017 PENERAPAN

12

DAFTAR PUSTAKA Aqib, Zainal. 2010. Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendekia.

__________. 2013. Model-model, Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif) .

Bandung: Yrama Widya. Anggraini, Neliyan. 2013. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Ditinjau dari

Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika. Universitas Negeri Lampung. 2 (2), 1-8.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Daryanto dan Rahardjo, Muljo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava

Media.

Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Fathurrohman, Muhammad. 2015. Model-model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: A-Ruzz Media.

Ferly, Riandra E. 2013. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking

Stick terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika, Universitas Lampung. 1 (2), 3-10.

Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar-Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Jihad, Asep dan Haris, Abdul. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo. Marthina. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Pemahaman

Konsep Matematis Siswa. Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika. Universitas Negeri Lampung, 1 (2), 1-8.

Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Riduwan. 2012. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula.

Bandung: Alfabeta. Rusman. 2010. Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model – Model Pembelajaran

Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Salamah, Umi. 2007. Membangun Kompetensi Matematika 1 untuk Kelas VII SMP dan MTs.

Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Silberman, Mel. 2007. Aktive Learning. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Page 14: PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_RIRIN.pdf · 1Penulis 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika/2017 PENERAPAN

13

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alpabeta. Sukino dan Simangunson. 2006. Matematika Untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suroto. 2012. Pembelajaran Matematika Model Kooperatif Tipe Jigsaw pada Materi Prisma dan Limas Kelas VIII. Jurnal Prodi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, 1 (1), 51-56.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Prenada Media. Wardhani, Sri. 2010. Implikasi Karakteristik Matematika dalam Penacapaian Tujuan Mata

Pelajaran Matematika di SMP/MTs. Yogyakarta: PPPPTK Matematika. Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara. Widi, Restu K. 2010. Asas Metodologi Penelitian. Surabaya: Graha Ilmu. Yulaelawati, Ella 2007. Kurikulum dan Pembelajaran, Filosofi Teori dan Aplikasi. Jakarta:

Pakar Raya.