Upload
vannga
View
272
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENARIK KESIMPULAN
MATA PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V
SD NEGERI PAJANG 4 LAWEYAN
SURAKARTA TAHUN AJARAN
2011/2012
SKRIPSI
Oleh :
DZAKIYYATUR ROHMAH
K7108134
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Dzakiyyatur Rohmah
NIM : K7108134
Jurusan/Program Studi: Ilmu Pendidikan/Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN MENARIK KESIMPULAN MATA PELAJARAN IPA
PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PAJANG 4 LAWEYAN
SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012“ ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Dzakiyyatur Rohmah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENARIK KESIMPULAN
MATA PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V
SD NEGERI PAJANG 4 LAWEYAN
SURAKARTA TAHUN AJARAN
2011/2012
Oleh :
DZAKIYYATUR ROHMAH
K7108134
Skripsi
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu
Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Dzakiyyatur Rohmah. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENARIK KESIMPULAN MATA PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PAJANG 4 LAWEYAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Juli 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan mata pelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme pada siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 yang berjumlah 30 siswa. Sumber data berasal dari guru dan siswa. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif, yaitu keterkaitan antara tiga komponen antara lain: reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan mata pelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012. Hal ini terbukti dengan meningkatnya keterampilan menarik kesimpulan mata pelajaran IPA khususnya materi sifat-sifat cahaya dari sebelum tindakan dan sesudah dilaksanakannya tindakan. Pada saat pra tindakan nilai rata- rata sebesar 64,73, pada siklus I meningkat menjadi 70,04, dan pada siklus II meningkat menjadi 75,87. Sedangkan untuk presentase ketuntasan siswa menurut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 67, pada saat pratindakan siswa yang tuntas sebanyak 11 siswa atau 36,67% dari jumlah keseluruhan 30 siswa. Pada siklus I presentase ketuntasan menunjukkan peningkatan sebesar 26,66% yaitu dari siswa yang tuntas sebanyak 11 siswa atau 36,67% pada saat pratindakan, meningkat menjadi 19 siswa atau 63,33% pada saat siklus I dari jumlah keseluruhan 30 siswa. Pada siklus II presentase ketuntasan kembali menunjukkan peningkatan sebesar 23,34%, yaitu dari siswa yang tuntas sebanyak 19 siswa atau 63,33% pada saat siklus I, meningkat menjadi 26 siswa atau 86,67% pada saat siklus II dari jumlah keseluruhan 30 siswa.
Simpulan penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran konstruktivisme meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 Tahun Ajaran 2011/2012. Kata kunci: model pembelajaran konstruktivisme, keterampilan menarik kesimpulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Dzakiyyatur Rohmah. THE APLICATION OF CONSTRUCTIVE LEARNING MODEL TO IMPROVING THE ABILITY IN TAKING INFERENCE ON LEARNING IPA FOR THE 5TH GRADERS OF SD NEGERI PAJANG 4 LAWEYAN SURAKARTA ACADEMIC YEAR OF 2011/2012. Thesis. Faculty of Education Sebelas Maret University. Surakarta. July 2012.
The objective of this research is to improve the ability in taking inference on learning IPA by applying the constructive learning model for the 5th of SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta academic year of 2011/2012.
This research is Classroom Action Research. The research was done in two cycles. Each cycle consists of planning, the implementation steps, observation, and reflection. The subject of this research is the 5th graders of SD Negeri Pajang 4 which consists of 30 students. The data of this report is collected from the teachers and students. Data collection technique is done by doing the observation, interview, test, and documentation. Data analysis technique is the interactive analysis model – the relationship between the three components, there are: data reduction, data presentation, and taking the conclusion or verification.
The result of this research shows that the constructive learning model is able to improve the ability in taking inference on learning IPA for the 5th graders of SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta academic year of 2011/2012. It is proven by the increase of ability in taking the inference on learning IPA; especially in learning the characteristic of ray material, before – after doing the implementation steps. Before the implementation step begins, the average mark is 64.73, on the cycle I increased by 70,04, and on the II cycle increased by 75,87. Meanwhile, for the passing grade percentage of the students according to passing grade is 67. In this case, before the implementation step begins, only 11 students (36,67%) were passing the grade. On the cycle I, the passing grade percentage is increasing by 26,66% there are; 19 students (63,33%) were passing the grade. For the cycle II the passing grade percentage is increasing by 23,34% there are; 26 students (86,67%) were passing the grade.
The conclusions of this research is the application of constructive learning model is improving the ability in taking inference on learning IPA for the 5th graders of SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta academic year of 2011/2012.
Key words: the constructive learning model, the ability in taking inference.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
Susungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, jika kaum tersebut
tidak merubah nasib yang ada pada diri mereka sendiri.
(QS. Ar Rodu Ayat 11).
Ilmu itu lebih baik dari pada harta. Ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga
harta. Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta terhukum. Harta itu kurang apabila
dibelanjakan, tapi ilmu bertambah apabila dibelanjakan.
(Ali Bin Abi Thalib)
Kebanyakan milyuner mendapat nilai B atau C di kampus. Mereka membangun
kekayaan bukan dari IQ semata, melainkan kreativitas dan akal sehat.
(Thomas Stanley).
Nilai seseorang itu ditentukan dari keberaniannya memikul tanggung jawab,
mencintai hidup dan pekerjaannya.
(Kahlil Gibran)
Sukses merupakan sebuah proses bukan hasil.
Jadi jangan mudah puas dengan apa yang kita peroleh sekarang.
(Dzakiyyatur Rohmah)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Dengan Menyebut Nama Allah SWT teriring doa dan ungkapan syukur
Alhamdulillah, Kupersembahkan karya sederhana ini kepada :
Keluarga Besarku Tercinta
Ayah dan Ibu (Suparti S.Pd), adik-adikku (Zumrotul Muthmainah dan Dewi
Rochanatul A.), serta Azzam al Barra, kalian yang selalu memberikan
dorongan, nasehat, menjadi tempatku bersandar dan selalu
menghiburku dalam menjalani hidup sehingga
membuatku lebih kuat dan tegar.
Sahabat-Sahabat Terbaikku
Ria Hari Fitriani, Indah Dwi Hastuti, Sri Wuryani, Alfiah Fitrika Lusianti, Ina
Nurjanah, dan sahabat-sahabatku kelas C angkatan 2008 yang selalu
memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
Keluarga Besar SD Negeri Pajang 4
Tempatku menimba ilmu untuk pengalaman profesiku.
Almamaterku PGSD FKIP UNS Surakarta
Tempatku belajar mengenai pengalaman, pengetahuan dan kedewasaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul:
“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENARIK
KESIMPULAN MATA PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SD
NEGERI PAJANG 4 LAWEYAN SURAKARTA TAHUN AJARAN
2011/2012”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahanndari berbagai pihak.
Untuk itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu
Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
4. Sekretaris Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu
Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
5. Drs. Kartono, M.Pd, Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,
saran, serta dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik dan lancar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6. Drs. Tri Budiarto, M.Pd, Pembimbing II yang telah bersabar memberikan
bimbingan serta dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik dan lancar.
7. Kepala SD Negeri Pajang 4 yang telah memberikan bantuan serta saran
kepada penulis melakukan penelitian tindakan kelas.
8. Tiwi Askundari, S.Pd.SD, Guru Kelas V SD Negeri Pajang 4 yang telah
memberikan bantuan serta saran kepada penulis selama melakukan
penelitian tindakan kelas.
9. Para siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 yang telah bersedia untuk
berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.
10. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................. ii
HALAMAN PENGAJUAN ................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................. v
HALAMAN ABSTRAK ..................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ......................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................ x
DAFTAR ISI ...................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ....................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ..................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................... 7
A. Kajian Teori ................................................................. 7
1. Hakikat Model Pembelajaran Konstruktivisme ....... 7
a. Pengertian Model Pembelajaran ........................ 7
b. Pengertian Model Pembelajaran Konstruktivisme 8
2. Hakikat Keterampilan Menarik Kesimpulan .......... 14
a. Pengertian Keterampilan ……………………… 14
b. Pengertian Keterampilan Menarik Kesimpulan 15
3. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Kelas V SD 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Penelitian yang Relevan ............................................... 25
C. Kerangka Berpikir ....................................................... 27
D. Hipotesis Tindakan ...................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN ................................................... 30
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................... 30
B. Subjek Penelitian………………………. ..................... 30
C. Data dan Sumber Data ............................................... 31
D. Pengumpulan Data ..................................................... 32
E. Uji Validitas Data ...................................................... 33
F. Analisis Data ............................................................. 34
G. Indikator Kinerja Penelitian ........................................ 35
H. Prosedur Penelitian .................................................... 35
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN .................... 41
A. Deskripsi Pratindakan ................................................. 41
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus ......................... 43
1. Siklus 1 .................................................................. 44
2. Siklus 2 .................................................................. 58
C. Diskripsi Hasil Penelitian ............................................ 71
D. Pembahasan Hasil Penelitian........................................ 74
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ........................ 78
A. Simpulan .................................................................... 78
B. Implikasi ..................................................................... 78
C. Saran ........................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 81
LAMPIRAN ................................................................................... 84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Perbandingan Pembelajaran yang Bersifat Tradisional dan
Konstruktivis .............................................................................. 12
2.2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
IPA Semester II .......................................................................... 23
4.1 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Keterampilan Menarik
Kesimpulan Siswa Sebelum Diterapkan Model
Pembelajaran Konstruktivisme. .................................................. 42
4.2 Aktivitas Siswa Siklus I .............................................................. 51
4.3 Data Pengamatan Keterampilan Menarik Kesimpulan
Siswa.......................................................................................... 52
4.4 Hasil Tes Keterampilan Menarik Kesimpulan Sebelum
Tindakan dan Siklus I ................................................................. 52
4.5 Perbandingan Nilai aktivitas, Pengamatan Keterampilan
Menarik Kesimpulan dan Nilai test Sebelum Tindakan dan
Sesudah Diberikan Tindakan Siklus I ......................................... 53
4.6 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Keterampilan Menarik
Kesimpulan Siklus I ................................................................... 54
4.7 Perbandingan Ketuntasan Keterampilan Menarik
Kesimpulan Siswa Kelas V SD Negeri Pajang 4 antara
Sebelum dan Sesudah Tindakan ................................................. 56
4.8 Aktivitas Siswa Siklus II ............................................................ 66
4.9 Hasil Pengamatan Keterampilan Menarik Kesimpulan
Siklus II...................................................................................... 66
4.10 Hasil Tes Keterampilan Menarik Kesimpulan Siswa................... 66
4.11 Perbandingan Nilai Aktivitas, Pengamatan Keterampilan
Menarik Kesimpulan dan Tes Keterampilan Menarik
Kesimpulan Siswa Siklus I Dan Siklus II ................................... 67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4.12 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Tes Keterampilan Menarik
Kesimpulan Siswa Siklus II ........................................................ 69
4.13 Perbandingan Ketuntasan Keterampilan Menarik
Kesimpulan Siswa Kelas V SD Negeri Pajang 4 antara
Siklus I dan Siklus II .................................................................. 70
4.14 Perbandingan Ketuntasan Pra Tindakan, Siklus I dan
SiklusII....................................................................................... 75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Skema Keterampilan Menyimpulkan (inverensi) .............................. 19
2.2 Skema Kerangka Berpikir ................................................................. 28
3.1 Model PTK (Suharsimi Arikunto, dkk, 2006: 16) ............................. 37
4.1 Grafik Frekuensi Nilai Tes Keterampilan Menarik Kesimpulan
Siswa Sebelum Diterapkan Model Pembelajaran Konstruktivisme. ... 42
4.2 Grafik Perbandingan Nilai Akhir Keterampilan Menarik
Kesimpulan Siswa Sebelum Tindakan dan Siklus I ........................... 54
4.3 Grafik Frekuensi Nilai Tes Keterampilan Menarik Kesimpulan
Siswa Kelas V Siklus I ...................................................................... 55
4.4 Grafik Perbandingan Ketuntasan Keterampilan Menarik
Kesimpulan Siswa antara Pra Tindakan/Pre Test dan Siklus I ............ 56
4.5 Grafik Perbandingan Nilai Akhir Aktivitas, Pengamatan
Keterampilan Menarik Kesimpulan dan Nilai test Siswa antara
Siklus I dan Siklus II ......................................................................... 68
4.6 Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Tes Keterampilan Menarik
Kesimpulan Siswa Siklus II ............................................................... 69
4.7 Grafik Perbandingan Nilai Ketuntasan Keterampilan Menarik
Kesimpulan Siswa antara Siklus I dan Siklus II ................................. 70
4.8 Grafik Perbandingan Ketuntasan Pra Tindakan, Siklus I dan
SiklusII ............................................................................................. 76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kisi-Kisi Soal Pra Tindakan ........................................................... 84
2. Soal Pra Tindakan Materi Sifat-Sifat Cahaya .................................. 86
3. Kunci Jawaban Soal Pra Tindakan ................................................. 91
4. Silabus .......................................................................................... 92
5. RPP Siklus I Pertemuan 1 .............................................................. 95
6. RPP Siklus I Pertemuan 2 .............................................................. 108
7. RPP Siklus II Pertemuan 1 ............................................................ 118
8. RPP Siklus II Pertemuan 2 ............................................................ 131
9. Hasil Wawancara Guru Sebelum Menerapkan Model
Pembelajaran Konstruktivisme ....................................................... 142
10. Hasil Wawancara Guru Setelah Menerapkan Model
Pembelajaran Konstruktivisme ....................................................... 144
11. Nilai Pengamatan Keterampilan Menarik Kesimpulan Pra
Tindakan ........................................................................................ 146
12. Nilai Pengamatan Keterampilan Menarik Kesimpulan Siklus I
Pertemuan I .................................................................................... 147
13. Nilai Pengamatan Keterampilan Menarik Kesimpulan Siklus I
Pertemuan 2 ................................................................................... 148
14. Nilai Pengamatan Keterampilan Menarik Kesimpulan Siklus II
Pertemuan I .................................................................................... 149
15. Nilai Pengamatan Keterampilan Menarik Kesimpulan Siklus II
Pertemuan 2 ................................................................................... 150
16. Rata-Rata Nilai Pengamatan Keterampilan Menarik
Kesimpulan Siklus I ....................................................................... 151
17. Rata-Rata Nilai Pengamatan Keterampilan Menarik
Kesimpulan Siklus II ...................................................................... 152
18. Rubrik Penilaian Pengamatan Keterampilan Menarik
Kesimpulan Siswa .......................................................................... 153
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19. Nilai Tes Keterampilan Menarik Kesimpulan Pra Tindakan ........... 158
20. Nilai Tes Keterampilan Menarik Kesimpulan Siklus I .................... 159
21. Nilai Tes Keterampilan Menarik Kesimpulan Siklus II ................... 160
22. Nilai Aktivitas Siswa di Dalam Kelas Pra Tindakan ....................... 161
23. Aktivitas Siswa di Dalam Kelas Siklus I Pertemuan I ..................... 162
24. Aktivitas Siswa di Dalam Kelas Siklus I Pertemuan 2 .................... 163
25. Aktivitas Siswa di Dalam Kelas Siklus II Pertemuan I .................... 164
26. Aktivitas Siswa di Dalam Kelas Siklus II Pertemuan 2 ................... 165
27. Rata-Rata Aktivitas Siswa di Dalam Kelas Siklus I ........................ 166
28. Rata-Rata Aktivitas Siswa di Dalam Kelas Siklus II ....................... 167
29. Rubrik Penilaian Aktivitas Siswa di Dalam Kelas .......................... 168
30. Nilai Hasil Diskusi Kelompok Siklus I Pertemuan 1 ....................... 170
31. Nilai Hasil Diskusi Kelompok Siklus I Pertemuan 2 ....................... 171
32. Nilai Hasil Diskusi Kelompok Siklus II Pertemuan 1 ..................... 172
33. Nilai Hasil Diskusi Kelompok Siklus II Pertemuan 2 ..................... 173
34. Nilai Diskusi Kelompok Siklus I Dan II ......................................... 174
35. Pedoman Penilaian Kemampuan Guru .......................................... 175
36. Lembar Penilaian Kemampuan Guru ............................................. 188
37. Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Guru Siklus I
Pertemuan 1 .................................................................................. 191
38. Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Guru Siklus I
Pertemuan 2 ................................................................................... 195
39. Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Guru Siklus II
Pertemuan 1 ................................................................................... 199
40. Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Guru Siklus II
Pertemuan 2 ................................................................................... 203
41. Rata-Rata Nilai Pelaksanaan Pembelajaran Guru Siklus I ............... 207
42. Rata-Rata Nilai Pelaksanaan Pembelajaran Guru Siklus II .............. 208
43. Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................................. 209
44. Hasil Pekerjaan Siswa ................................................................... 210
45. Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran ............................................ 214
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah proses memproduksi sistem nilai dan budaya kearah
yang lebih baik, antara lain dalam pembentukan kepribadian, keterampilan dan
perkembangan intelektual siswa. Dalam lembaga formal proses reproduksi sistem
nilai dan budaya ini dilakukan terutama dengan mediasi proses belajar mengajar
sejumlah mata pelajaran di kelas. Salah satu mata pelajaran yang turut berperan
penting dalam pendidikan wawasan, keterampilan dan sikap ilmiah sejak dini bagi
anak adalah mata pelajaran IPA.
IPA sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dasar merupakan
program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan
sikap dan nilai ilmiah pada siswa, serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran
Tuhan Yang Maha Esa. Sejalan dengan itu tujuan pembelajaran IPA di sekolah
dasar antara lain agar : (i) siswa memiliki konsep-konsep IPA dan keterkaitannya
dalam kehidupan sehari-hari. (ii) siswa memiliki keterampilan proses untuk
mengembangkan pengetahuan dan gagasan tentang alam sekitarnya. (iii) siswa
mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan
suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. (iv) siswa mengenal
dan dapat memupuk rasa cinta tehadap alam sekitar sehingga menyadari
kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
Mata pelajaran IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan pengetahuan berupa
konsep-konsep atau teori-teori saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan
dan pemecahan permasalahan alam sekitar. Mata pelajaran IPA diharapkan dapat
menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan
pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembelajaran IPA berupaya membangkitkan minat manusia agar mau
meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh
rahasia yang tak habis-habisnya. Khusus untuk IPA di SD hendaknya membuka
kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu siswa secara alamiah.
Sebagaimana kita ketahui mata pelajaran IPA adalah upaya untuk
mengungkap permasalahan dan rahasia alam melalui teori dan konsep-konsep.
Berawal dari adanya permasalahan alam yang jelas dan membutuhkan jawaban,
oleh karenanya diperlukan peran aktif siswa dalam pembelajaran IPA merupakan
suatu keharusan. Karena akan memberikan pengalaman dan pengetahuan berharga
bagi siswa.
Dalam memecahan masalah IPA serangkaian kegiatan yang harus
dilakukan adalah menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan
hipotesis, mengumpulkan data dan menganalisis informasi, membuat referensi
dan merumuskan persoalan atas suatu persoalan atau permasalahan alam yang
jelas membutuhkan jawaban untuk dipecahkan. Sehingga dalam kegiatan
pembelajaran lebih menekankan pada aktivitas siswa untuk mencari, menemukan
dan memecahkan suatu permasalahan. Namun dalam pelaksanaannya akan
ditemukan berbagai kendala, dan salah satunya adalah kemampuan siswa untuk
memberikan kesimpulan akhir tentang jawaban atas pertanyaan yang telah
dipecahkan.
Kemampuan siswa menarik kesimpulan tentang jawaban atas
permasalahan alam, akan membantu siswa memahami konsep dan teori IPA serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, diharapkan siswa mampu
mengembangkan pengetahuan serta gagasan tentang alam sekitarnya.
Setelah diadakan pengamatan di kelas V SD Negeri Pajang 4, kenyataan
menunjukkan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran IPA masih bersifat
konvensional, yakni pembelajaran yang biasa dilakukan oleh para guru.
Pembelajaran konvensional (tradisional) pada umumnya memiliki kekhasan
tertentu, misalnya lebih mengutamakan hafalan dari pada pengertian,
mengutamakan hasil dari pada proses. Guru belum menerapkan pembelajaran
yang inovatif, dimana siswa belum berperan aktif dalam kegiatan belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengajar. Selain itu guru belum variatif dalam penyajian materi terkadang
mengakibatkan siswa merasa jenuh dan tidak bersemangat dalam belajar sehingga
siswa merasa kesulitan dalam mengerti, memahami dan menghafal konsep-
konsep. Serta pembelajaran masih berpusat pada guru (central teaching).
Berdasarkan data hasil wawancara (lampiran 9 halaman 142) terhadap
kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi
pelajaran IPA di kelas V, masih terdapat banyak kekurangan, antara lain siswa
kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran, guru kurang dapat menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan karena masih mengandalkan ceramah dalam
menyampaikan materi, dan sedikitnya praktek yang dilakukan guru. Hal inilah
yang membuat siswa tidak mampu untuk membangun pemahamannya sendiri dan
berlatih menyusun pengetahuan dalam pikirannnya sendiri. Beberapa siswa
memang sudah aktif dalam pembelajaran tetapi ketika guru memberikan
pertanyaan yang lebih tinggi tingkatannya siswa kesulitan untuk menjawabnya,
kalau pun bisa menjawab mereka ragu dan tidak percaya diri untuk
mengungkapkan jawabannya.
Berdasarkan data nilai yang diperoleh peneliti, nilai yang dicapai oleh
siswa dalam pembelajaran IPA terutama dalam hal keterampilan menarik
kesimpulan pada konsep dasar mendeskripsikan sifat-sifat cahaya kurang
memuaskan. Karena hasil belajar yang dicapai oleh 30 siswa sebagian besar
tergolong rendah dan belum sesuai dengan tujuan kompetensi yang akan dicapai,
yaitu pencapaian nilai ketuntasan 67. Dari jumlah 30 siswa yang mendapat nilai
67 ke atas (kategori tuntas) sebanyak 11 siswa (36,67%), yang mendapat nilai
kurang dari 67 (kategori belum tuntas) sebanyak 19 siswa (63,33%).
Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19 halaman 158.
Variasi dalam penggunaan model dan metode pembelajaran sangat penting
karena hal ini akan menarik perhatian siswa dalam menerima materi
pembelajaran. Dalam hal ini dibutuhkan model pembelajaran yang menyenangkan
dan memancing keaktifan siswa. Maka dari itu guru harus cermat dalam memilih
model pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan setiap mata pelajaran dan materi
yang disampaikan model pembelajaranya pun tidak semua sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan di atas, guru kelas V SD
Negeri Pajang 4 perlu melakukan perbaikan pengajaran. Salah satunya dengan
menerapkan model pembelajaran konstruktivisme untuk meningkatkan
keterampilan menarik kesimpulan pada siswa kelas V SD Negeri Pajang 4. Alasan
penulis menggunakan model pembelajaran konstruktivisme, karena pembelajaran
yang mengacu pada pandangan konstruktivisme lebih memfokuskan pada
kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Dengan kata
lain siswa lebih berpengalaman untuk mengkonstruksikan atau membangun
sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.
Menurut pandangan konstruktivisme keberhasilan belajar bukan hanya
bergantung lingkungan atau kondisi belajar melainkan juga pada pengetahuan
awal siswa. Pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru
ke siswa, namun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman
nyata. Hal ini sesuai dengan apa yang dilakukan oleh Piaget yaitu belajar
merupakan proses adaptasi terhadap lingkungan yang melibatkan asimilasi, yaitu
proses bergabungnya stimulus kedalam struktur kognitif. Bila stimulus baru
tersebut masuk kedalam struktur kognitif diasimilasikan, maka akan terjadi proses
adaptasi yang disebut kesinambungan dan struktur kognitif menjadi bertambah.
Dalam pembelajaran konstruktivisme siswa dituntut secara aktif
mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan tersebut dapat
diperoleh melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran dimana siswa melakukan
pengamatan atau pengalaman secara langsung. Pengamatan yang dilakukan oleh
siswa tersebut tidak akan menjadi pengetahuan jika mereka tidak mampu
menafsirkan dan menyimpulkan apa yang telah diperolehnya. Dengan demikian
jelas bahwa tahap berfikir anak usia SD harus dikaitkan dengan hal-hal nyata dan
pengetahuan awal siswa yang telah dibangun mereka dengan sendirinya.
Diterapkannya model pembelajaran konstruktivisme ini diharapkan
mampu meningkatkan keterampilan proses sains siswa yang mencakup
keterampilan mengamati, mengelompokkan, komunikasi, mengklasifikasi,
mengukur, memprediksi dan diakhir pembelajaran adalah keterampilan menarik
kesimpulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan latar belakang di atas, mendorong penulis untuk mengambil
fokus penelitian dengan judul “Penerapan model pembelajaran
konstruktivisme untuk meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan
mata pelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 Laweyan
Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka dalam penelitian
ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
Apakah dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme dapat
meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan mata pelajaran IPA pada siswa
kelas V SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012?
C. Tujuan penelitian
Sesuai dengan permasalahan penelitian yang telah dirumuskan, maka
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan:
Untuk meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan mata pelajaran
IPA pada siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran
2011/2012.
D. Manfaat penelitian
Dari penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat atau
sumbangan bagi dunia pendidikan baik yang bersifat teoritis maupun yang bersifat
praktis manfaat-manfaat tersebut antara lain :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
a. Dapat menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan
serta lebih mendukung teori-teori yang sudah ada sebelumnya
sehubungan dengan masalah yang diteliti khususnya pada mata
pelajaran IPA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan atau referensi bagi peneliti
selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi siswa
1) Meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan mata pelajaran IPA.
2) Model pembelajaran konstruktivisme dapat memberikan pengalaman
baru dan diharapkan memberikan kontribusi terhadap peningkatan
prestasinya terutama dalam hal menarik kesimpulan.
3) Dapat meminimalisir tingkat masalah belajar IPA yang dihadapi
peserta didik.
4) Peserta didik menjadi senang mempelajari IPA.
b. Manfaat bagi guru
1) Mengembangkan potensi guru dalam pembelajaran IPA dengan
menerapkan model pembelajaran konstruktivisme.
2) Sebagai upaya peningkatan pengalaman kreativitas guru dalam
memilih dan menerapkan model pembelajaran.
3) Dapat digunakan sebagai acuan guru untuk mengatasi masalah belajar
IPA peserta didik.
c. Manfaat bagi sekolah
1) Dapat digunakan sebagai acuan bagi perbaikan kualitas pembelajaran
di kelas dalam meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan mata
pelajaran IPA dan mata pelajaran lainnya.
2) Mewujudkan pembelajaran yang efektif di sekolah.
3) Sebagai dorongan bagi sekolah untuk meningkatkan prestasi belajar
peserta didik khususnya mata pelajaran IPA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Model Pembelajaran Konstruktivisme
a. Pengertian Model Pembelajaran
Pembelajaran akan bermakna bagi peserta didik apabila guru mengetahui
tentang objek yang akan diajarkannya sehingga dapat mengajarkan materi tersebut
dengan penuh dinamika dan inovasi dalam proses pembelajarannya. Salah satu
inovasi yang dapat dilakukan oleh guru adalah pemilihan model pembelajaran
yang tepat. Dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat maka tujuan
pembelajaran akan dengan mudah tercapai sesuai dengan harapkan. Anitah
berpendapat “Model pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk
penyampaian pelajaran” (2009: 45). Sedangkan Sukarno berpendapat “Model
pembelajaran merupakan pegangan praktis pada pengelolaan pembelajaran di
dalam kelas yang mencakup semua komponen pokok yang harus dipertimbangkan
oleh tenaga pengajar” (2006: 144).
Suprijono berpendapat “Model pembelajaran ialah pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial”
(2009: 46). Suharno, sukardi, chodijah, dan suwalni (mengutip simpulan Joyce
dan Weil, 1980) berpendapat “Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola
yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (suatu rencana pembelajaran
jangka panjang) merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing
pembelajaran di kelas atau yang lain” (1994: 25-26).
Menurut Winataputra (2001) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (Sugiyanto, 2009: 3). Sedangkan Arends menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan–tujuan pengajaran, tahap – tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Trianto, 2010: 51). Menurut Sudrajat, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas
oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus dari
penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran (2008). Sedangkan
Joyse dan Weil mendefinisikan pengertian model pembelajaran adalah sebagai
berikut:
Models of teaching are really models of learning. As we help students acquire information, ideas, skills, values, ways of thinking, and means of expressing themselves, we are also teaching them how to learn. In fact, the most important long-term outcome of instruction may be the students’ increased capabilities to learn more easily and effectively in the future, both because of the knowledge and skill they have acquired and because they have mastered learning processed (1996: 7).
Dari pendapat Joyse dan Weil dapat diartikan, model pembelajaran
merupakan aktualisasi dari model belajar. Yang hakekatnya membantu para
peserta didik memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana
untuk mengekspresikan dirinya, dan juga mengajar cara-cara bagaimana mereka
belajar. Pada kenyataanya, hasil jangka panjang yang paling penting dari instruksi
mungkin kemampuan peserta didik meningkat untuk belajar lebih mudah dan
efektif di masa depan, baik karena pengetahuan dan keterampilan yang telah
mereka peroleh dan karena mereka telah menguasai proses belajar.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah suatu prosedur yang disusun secara sistematis yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan dan melaksanakan suatu
pembelajaran di kelas maupun tutorial untuk mencapai tujuan pembelajaran.
b. Pengertian Model Pembelajaran Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun. Muijs & Reynolds berpendapat
“Konstruktivisme adalah pembelajaran yang didasarkan pada premis bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
murid-murid mengkonstruksikan pengetahuan secara aktif dan tidak menerimanya
begitu saja dari guru” (2008: 110).
Mayer (1992) dan Hendry (1996) dalam jurnalnya berpendapat bahwa
“According to the constructivist theory, knowledge is being actively constructed
by the individual and knowing is an adaptive process, which organises the
individual’s experiential world”. Uraian tersebut menjelaskan bahwa menurut
teori konstruktivis, pengetahuan dikonstruksi secara aktif oleh seseorang dan
mengetahui adalah proses yang adaptif yang mengorganisir dunia berdasarkan
pengalaman seseorang.
Sejalan dengan pendapat tersebut Smith & Elley (mengutip simpulan Genevieve Marie Johnson, 2004) berpendapat “For constructivists, the emphasis is on learning processes as opposed to learning products. The process by which a student determines a particular answer is more important than retrieval of objective solutions. Student error is viewed as a mechanism of gaining insight into how students organize their experiential world” (1995). Berdasarkan uraian tersebut, konstruktivisme mengandung arti pembelajaran yang penekanannya pada proses belajar bukan produk belajar. Proses di mana seorang siswa menentukan jawaban tertentu lebih penting dari pengambilan solusi objektif. Kesalahan siswa dipandang sebagai mekanisme untuk mendapatkan wawasan tentang bagaimana siswa mengatur dunia pengalaman mereka.
Sa’ud berpendapat “Konstruktivisme adalah proses membangun dan
menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan
pengalaman” (2008: 168). Sependapat dengan itu Yamin menyatakan bahwa
“Pembelajaran konstruktivisme adalah kegiatan yang bukan hanya memindahkan
pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan suatu kegiatan yang
memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya” (2008: 3). Sedangkan
menurut Trianto model pembelajaran konstruktivisme pada dasarnya menekankan
pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif
proses belajar mengajar (2007).
Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik kognitif ini hanya dapat diatasi melalui pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Proposal dan laporan penelitian tindakan kelas ipa sd.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian
model pembelajaran konstruktivisme adalah suatu proses belajar mengajar dimana
siswa sendiri aktif secara mental, membangun pengetahuannya, yang dilandasi
oleh struktur kognitif yang dimilikinya. Guru lebih berperan sebagai fasilitator
dan mediator pembelajaran. Penekanan tentang belajar dan mengajar lebih
berfokus terhadap suksesnya siswa mengorganisasi pengalaman mereka.
Beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivistik
yaitu:
1) Mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang relefan.
2) Mengutamakan proses. 3) Menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial. 4) Pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman.
(Jauhar, 2011: 37)
Secara garis besar, prinsip-prinsip konstruktivisme yang diterapkan dalam
belajar mengajar adalah :
1) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri. 2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya
dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar. 3) Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep ilmiah. 4) Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses
kontruksi berjalan lancar. 5) Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa. 6) Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah
pertanyaan. 7) Mencari dan menilai pendapat siswa. 8) Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa. Teori pembelajaran konstruktivisme menurut Surianto, 2009
Menurut peneliti dari semua itu prinsip yang paling penting adalah guru
tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa
harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat
membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi
sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa. Cara tersebut antara lain dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan
strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar.
Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut pandangan
konstruktivisme, Driver dan Bell mengajukan karakteristik sebagai berikut:
1. Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan.
2. Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa.
3. Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal.
4. Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas.
5. Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber (Jauhar, 2011: 40)
Karakteristik konstruktivisme diatas sesuai dengan prinsip-prinsip
konstruktivisme. Menurut prinsip konstruktivistik, seorang pengajar berperan
sebagai mediator dan fasilitator yang membantu proses belajar siswa agar berjalan
dengan baik. Tekanan ada pada siswa yang belajar bukan bukan pada disiplin
ataupun guru yang mengajar. Yamin menjabarkan fungsi mediator dan fasilitator
dalam beberapa tugas sebagai berikut:
1) Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses dan penelitian. Karena itu jelas member kuliah atau ceramah bukan tugas utama seorang guru atau dosen.
2) Menyediakan atau menyediakan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa dan membantu merekan untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya dan mengkomunikasikan gagasan ilmiah mereka, Watt & Pope (1989). Menyediakan sarana yang merangsang siswa berpikir secara produktif. Menyediakan pengalaman dan kesempatan yang paling mendukung proses belajar siswa.guru atau dosen menyemangati murid atau mahasiswa. Guru perlu menyediakan pengalaman konflik, Tobin, Tippinss & Gallard (1994).
3) Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan apakah pemikiran si siswa jalan atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan siswa itu berlaku untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan. Guru membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan murid. (2008: 17)
Brooks dan Brooks (1999) memberikan perbandingan menarik antara kelas
konstruktivis dan tradisional. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 2.1: Perbandingan Pembelajaran yang Bersifat Tradisional dan
Konstruktivis.
Tradisional konstruktivis Kegiatan-kegiatannya terutama bersandar pada textbooks
Kegiatan-kegiatannya terutama bersandar pada materi-materi hands on
Presentasi materi dimulai dengan bagian-bagian, kemudian pindah ke keseluruhan
Presentasi materi dimulai dengan keseluruhan, kemudian pindah ke bagian-bagian
Menekankan pada keterampilan-keterampilan dasar
Menekankan pada ide-ide besar
Guru menekankan tentang harus diikutinya kurikulum yang pasti
Guru mengikuti pertanyaan-pertanyaan murid
Guru mempresentasikan informasi kepada murid
Guru menyiapkan sebuah lingkungan belajar, dimana murid dapat menemukan pengetahuan
Guru berusaha membuat murid memberikan jawaban yang benar
Guru berusaha membuat murid mengungkapkan sudut pandangan dan pemahaman mereka, sehingga mereka dapat memahami pembelajaran mereka
Asesmen dilihat sebagai sebuah kegiatan tersendiri dan terjadi melalui testing
Asesmen dilihat sebagai sebuah kegiatan yang diintegrasikan dengan belajar mengajar dan terjadi melalui portofolio dan observasi
(Muijis dan Reynolds, 2008: 105)
Dari tabel diatas dapat dilihat perbedaan antara pembelajaran yang bersifat
tradisional dan pembelajaran yang bersifat konstruktivisme. Dapat disimpulkan
bahwa untuk meningkatkan pengetahuan murid guru membutuhkan cara-cara baru
yang lebih inovatif. Dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme
diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang materi yang telah
dipelajari.
Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tyler
mengemukakan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran,
sebagai berikut:
1) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri.
2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru.
4) Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa.
5) Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka.
6) Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
(Jauhar, 2011: 43)
Hal-hal tersebut hendaknya diperhatikan serta dilaksanakan oleh guru
untuk memperoleh pembelajaran yang bersifat konstruktivisme. Namun dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran secara konstruktivisme akan ditemukan
kelebihan dan kelemahan. Menurut peneliti kelebihan dan kelemahan model
pembelajaran konstruktivisme adalah sebagai berikut:
1) Kelebihan
a) Dapat memberikan kemudahan kepada siswa dalam mempelajari
konsep IPA.
b) Melatih siswa berfikir kritis dan kreatif.
2) Kelemahan
a) Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa
hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ilmuan
sehingga menyebabkan miskonsepsi.
b) Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun
pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama
dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda-beda.
c) Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua
sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan
kreatifitas siswa.
Adanya kelemahan dalam penggunaan model konstruktivisme dapat
diatasi dengan beberapa cara. Cara mengatasi kelemahan model konstruktivisme
antara lain :
a. Guru mendampingi siswa selama kegiatan mengkonstruksi berlangsung.
Serta mengawasi dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hal ini sesuai dengan tugas guru dalam konstruktivisme adalah sebagai
mediator dan fasilitator.
b. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang sama rata
kemampuan berpikirnya. Sehingga diharapkan waktu yang dibutuhkan
dalam mengkonstruksi pengetahuannya tidak terlalu lama. Serta guru
memberi batasan waktu yang tegas agar siswa tidak membuang waktu
secara percuma.
c. Guru menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam proses
pembelajaran.
2. Hakikat Keterampilan Menarik Kesimpulan
a. Pengertian Keterampilan
Kata keterampilan sama artinya dengan cekatan. Syah “Keterampilan
adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot
(neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniyah seperti
menulis, mengetik, olah raga dan sebagainya” (2010: 117). Syah (mengutip
simpulan Reber) berpendapat “Keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-
pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai
dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu” (2010: 117).
Soemarjadi (2008) mengungkapkan bahwa terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu pekerjaan dengan cepat dan benar. Seseorang yang melakukan sesuatu dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan terampil. Demikian pula apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar tetapi lambat, juga tidak dapat dikatakan terampil (hlm. 2). Sardiman berpendapat “Keterampilan bersifat jasmani dan rohani.
Keterampilan adalah koordinasi dari gerakan fisik dan teknik dengan penghayatan
untuk mencari jawaban yang cepat dan tepat. Keterampilan dapat dididik, yaitu
dengan banyak melatih kemampuan” (2006: 27). Sesuai dengan pendapat tersebut,
Sukardi juga menyatakan bahwa keterampilan akan menghasilkan tindakan dalam
bentuk lain yang bersifat jasmani dan rohani, yaitu nilai dan sikap (2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Reber mengemukakan bahwa keterampilan adalah kemampuan melakukan
pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi sesuai dengan keadaan
untuk mencapai hasil tertentu. Sehinggga keterampilan bukan hanya meliputi
gerakan motorik melainkan juga pengejawentahan fungsi mental yang bersifat
kognitif (Dalyono, 2005: 214). Hamalik menyebutkan bahwa keterampilan
memiliki tiga karakteristik, yakni menunjukkan ikatan (a chain) respons motorik,
melibatkan koordinasi gerakan tangan dan mata, dan menuntut kaitan-kaitan
organisasi menjadi pola-pola respon yang kompleks (2010).
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
keterampilan adalah suatu kemampuan seseorang untuk melakukan suatu hal yang
bersifat jasmani dan rohani yang dilakukan dengan cepat, cekat dan tepat dalam
menyelesaikan suatu hal untuk menghasilkan nilai dan sikap tertentu. Seseorang
yang dapat melakukan sesuatu dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan
terampil. Demikian pula, apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan
benar tetapi lambat juga tidak dapat dikatakan terampil. Jadi, keterampilan itu
berlandaskan pada ketepatan tertentu sehingga seseorang tidak akan merasakan
kesulitan-kesulitan yang berarti dalam pekerjaannya.
b. Pengertian Keterampilan Menarik Kesimpulan
Sebelum kita membahas mengenai keterampilan menarik kesimpulan,
terlebih dahulu kita akan membahas mengenai keterampilan proses sains. Sains
seringkali didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan seorang ilmuwan.
Keterampilan proses adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan diantaranya adalah mengamati, mengukur, menarik kesimpulan, mengendalikan variabel, merumuskan hipotesis, membuat grafik dan tabel data, membuat definisi operasional, dan melakukan eksperimen. (Iskandar, 2001: 5)
Funk mengatakan bahwa ada berbagai keterampilan dalam keterampilan proses, keterampilan-keterampilan tersebut terdiri dari keterampilan-keterampilan dasar (basic skills) dan keterampilan-keterampilan terintegrasi (integrated skills). Keterampilan-keterampilan dasar terdiri dari enam keterampilan, yakni : mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Sedangkan keterampilan-keterampilan terintegrasi terdiri dari : mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar-variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisa penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen. (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 140)
Keterampilan-keterampilan dasar dalam keterampilan proses adalah:
1) Keterampilan mengamati ( Observation skills )
Observasi adalah keterampilan proses dasar sains yang sangat penting
untuk mengenal dunia luar yang menakjubkan. Iskandar berpendapat “Mengamati
dalam IPA adalah proses mengumpulkan informasi mempergunakan semua alat
pengindera atau mempergunakan instrument untuk membantu alat pengindera”
(2001: 5).
Menurut Dimyati dan Mudjiono mengamati memiliki sifat utama, yakni
sifat kualitatif dan kuantitatif. Mengamati bersifat kualitatif apabila dalam
pelaksanaannya hanya menggunakan pancaindra untuk memperoleh informasi”
(2006). Contohnya adalah menentukan warna (penglihatan), mengenali suara
jangkrik (pendengaran) dll. Sedangkan mengamati bersifat kuantitatif apabila
dalam pelaksanaannya selain menggunakan pancaindra, juga menggunakan
peralatan lain yang memberikan informasi khusus dan tepat. Contohnya adalah
menghitung panjang ruang kelas dengan satuan ukuran tegel, menentukan suhu air
yang mendidih dengan bantuan thermometer, dll.
2) Keterampilan komunikasi ( Communication skills )
Keterampilan mengomunikasikan adalah keterampilan untuk
menyampaikan apa yang ada di dalam pikiran dan perasaan kepada orang lain,
baik secara lisan maupun tertulis. Dimyati dan Mudjiono berpendapat
“Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh
fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau
suara visual” (2006: 143). Contoh-contoh kegiatan dari keterampilan
mengkomunikasikan adalah mendiskusikan suatu masalah, membuat laporan,
membaca peta, dan kegiatan lain yang sejenis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Keterampilan mengklasifikasi ( Classification skills )
Diperlukan adanya pengelompokan atau penggolongan yang teratur untuk
memahami secara menyeluruh sejumlah objek, peristiwa, dan makhluk hidup di
sekeliling kita, sangat. Dimyati dan Mudjiono berpendapat “Mengklasifikasikan
merupakan keterampilan proses untuk memilah berbagai objek peristiwa
berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga didapatkan golongan/ kelompok
sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud” (2006: 143). Contohnya adalah
mengklasifikasikan makhluk hidup selain manusia menjadi dua kelompok:
binatang dan tumbuhan, mengklasifikasikan binatang menjadi binatang beranak
dan bertelur, dll.
4) Keterampilan mengukur ( Measurement skills )
Keterampilan mengamati dan menggunakan alat berkaitan dengan
keterampilan mengukur. Dimyati dan Mudjiono berpendapat “Mengukur dapat
diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu
yang telah ditetapkan sebelumnya” (2006: 144). Contohnya adalah mengukur
panjang garis, mengukur berat badan, dll.
5) Keterampilan memprediksi ( Prediction skills )
Prediksi adalah satu perkiraan apa yang akan terjadi. Dimyati dan
Mudjiono berpendapat “Memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau
membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang,
berdasarkan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hubungan
antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan” (2006: 144).
Contohnya adalah berdasarkan pola-pola waktu terbitnya matahari yang telah
diobservasi dapat diprediksikan waktu terbitnya matahari pada tanggal tertentu,
dll.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6) Keterampilan menarik kesimpulan ( Inference skills )
Kita akan mengenal lingkungan sekitar lebih baik jika kita dapat
memahami dan menafsirkan kejadian-kejadian yang terjadi. Dimyati dan
Mudjiono berpendapat “Menarik kesimpulan dapat diartikan sebagai suatu
keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan
fakta, konsep, dan prinsip yang diketahui” (2006: 145). Kegiatan yang
menampakkan keterampilan menarik kesimpulan antara lain: berdasarkan
pengamatan diketahui bahwa api lilin mati setelah ditutup dengan gelas rapat-
rapat, siswa dapat menyimpulkan bahwa lilin dapat menyala bila ada oksigen.
Pada bab ini yang akan kita kaji lebih dalam adalah mengenai
keterampilan menarik kesimpulan. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai
keterampilan menarik kesimpulan.
Abruscato berpendapat “inferring is using logic to draw conclutions from
what we observe” yang artinya menyimpulkan adalah menggunakan akal
pemikiran untuk menarik kesimpulan dari apa yang telah kita amati (1995: 45).
Sependapat dengan itu Jauhar berpendapat “Menarik kesimpulan adalah
proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian
hipotesis” (2011: 68). Shinta Dewi berpendapat bahwa menarik kesimpulan
merupakan percobaan untuk menjelaskan atau untuk menginterpretasi hasil
pengamatan atau menyampaikan penyebab dari sesuatu yang diamati (2008).
Sedangkan Dimyati dan Mudjiono berpendapat “Menarik kesimpulan dapat
diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau
peristiwa berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip yang diketahui (2006: 145).
Menurut Iskandar menarik kesimpulan (inferensi) adalah kesimpulan setelah melakukan observasi dan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Jadi inferensi mencakup tiga komponen yaitu : observasi yang merupakan pernyataan-pernyataan yang dibuat mempergunakan semua alat pengindera dan alat bantu pengindera, pengetahuan sebelumnya atau pengetahuan yang diorganisasikan secar mental dalam struktur kognitif atau disebut juga skemata, dan kesimpulan (2001: 5-6).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
INVERENSI
Menarik kesimpulan secara umum dapat diartikan sebagai upaya dalam
menginterpretasikan atau menjelaskan segala hal yang kita amati. Hal ini sejalan
dengan Rustaman, A dan Rustaman, N bahwa menarik kesimpulan termasuk
dalam keterampilan menginterpretasi atau menafsirkan.
repository.upi.edu/operator/upload/s_bio_043960_chapter2.pdf Hasanah
mengutip kesimpulan Gega, 2009: 14-15)
Kita menggunakan pengalaman-pengalaman masa lalu untuk membentuk
model mental terhadap dunia sekitar kita. Pengalaman baru hanya akan bermakna
jika kita dapat menghubungkannya dengan pengertian yang telah dimiliki
sebelumnya. Menginferensi berarti membangun hubungan antara apa yang
diobservasi secara langsung dan apa yang telah diketahui dari pengalaman masa
lampau. Hal tersebut dapat kita lihat pada gambar 2.1 berikut:
Gambar 2.1. Skema Keterampilan Menarik Kesimpulan (inverensi)
Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa Inferensi adalah suatu
pernyataan yang didasari alasan logis dan untuk menjelaskan dan menafsirkan
hasil observasi. Setiap inferensi harus selalu didasarkan pada hasil observasi. Oleh
sebab itu setiap melakukan inferensi perlu selalu diingat : (1) lakukan sebanyak
mungkin observasi terhadap objek atau peristiwa, (2) hubungkan pengalaman-
pengalaman masa lalu yang relevan dengan objek atau peristiwa untuk
mengintegrasikan informasi yang diperoleh dari hasil observasi, dan (3) bedakan
pernyataan inferensi yang disusun dengan observasi dan prediksi, misalnya, “dari
hasil yang saya amati saya simpulkan ….”, “dari hasil observasi dapat dijelaskan
bahwa ….”, “penjelasan yang mungkin sepanjang yang diamati ….”.
Apa yang langsung diamati melalui alat
indera
Apa yang diketahui melalui pengalaman
masa lalu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5 indikator yang digunakan dalam keterampilan menarik kesimpulan. Indikator tersebut antara lain :
1) Membuat pernyataan berdasarkan informasi dari data hasil pengamatan.
2) Menemukan pola atau kecenderungan dalam suatu observasi berdasarkan data hasil pengamatan.
3) Mengidentifikasi adanya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain berdasarkan data hasil pengamatan.
4) Mengidentifikasi pola atau hubungan antar variabel terhadap seluruh data hasil pengamatan.
5) Membuat data secara umum (generalisasi) berdasarkan data hasil pengamatan.
repository.upi.edu/operator/upload/s_bio_043960_chapter2.pdf menurut Hasanah mengutip dari simpulan Harlen, 2009: 15)
Indikator-indikator yang dikemukakan oleh Harlen di atas, digunakan
sebagai indikator dalam mengetahui kemampuan siswa dalam menarik
kesimpulan.
Dengan demikian, keterampilan menarik kesimpulan merupakan dasar dari
pengembangan sains yang dapat dilatihkan secara langsung ataupun tidak
langsung. Jika dalam proses belajar mengajar siswa melakukan pengamatan, hasil
pengamatannya tidak akan menjadi pengetahuan apabila siswa tersebut tidak
mampu menafsirkan dan menyimpulkan apa yang telah diperolehnya. Dengan
dilatihkannya keterampilan dalam menarik kesimpulan, diharapkan mampu
mengajak siswa untuk mengetahui atau paling tidak menerima pembuktian
berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan. Sehingga terbentuk pengetahuan
baru yang telah diperoleh oleh siswa tersebut. Hal ini sejalan dengan
perkembangan teori konstruktivisme yang memandang bahwa siswa belajar sains
dengan cara mengkonstruksi pengertian atau pemahaman baru tentang fenomena
dari pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
pengertian keterampilan menarik kesimpulan adalah upaya untuk
menginterpretasi atau menjelaskan hal-hal yang telah diamati dan didasarkan
pada pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya dengan cepat, cekat dan tepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Kelas V SD
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan terjemahan dari kata-kata
bahasa Inggris “Natural Science” secara singkat sering disebut “science” .
Natural berarti alamia, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan
alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau
science secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini. Ilmu yang
mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. (Iskandar, 2001: 2)
Iskandar (mengutip simpulan Robin Kerrod ) berpendapat “Science is the
broad field of human knowledge, acquired by systematic observation and
experiment, and explained by means of rules, laws, principles, theories, and
hyphotheses” (2001:2). Artinya Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan
manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang
sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-
prinsip, teori-teori dan hipotesis-hipotesis.
Abruscato berpendapat “Science is the knowledge gathered through the
systematic use of a group of proseces. This knowledge is shaped by the values and
attitude that underline scientific enterprise” (1995: 16). Pengetahuan yang
didapat secara sistematik menggunakan proses kelompok. Pengetahuan ini
dibentuk oleh nilai-nilai dan sikap. Anak-anak harus mengetahui proses
pengetahuan itu dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dan bagaimana
pengetahuan itu diterapkan dalam masyarakat. Aplikasi pengetahuan dalam
masyarakat dikenal sebagai teknologi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah suatu ilmu yang
berhubungan erat dengan lingkungan alam dan kehidupan manusia. Ilmu
pengetahuan ini didapat dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik,
serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip,
teori-teori dan hipotesis-hipotesis.
Menurut Permendiknas (2006) tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) di SD adalah :
1) Memahami konsep IPA dan keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam sekitar.
3) Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian di lingkungan sekitar.
4) Bersifat ingin tahu, terbuka, kritik, mawas diri, bertanggung jawab, dan mandiri.
5) Mampu menerapkan konsep IPA untuk menjelaskan gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
6) Mampu menerapkan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
7) Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar sehingga menyadari kebesaran dan keagungan tuhan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPA di
SD adalah untuk menguasai konsep, keterampilan tentang IPA dan menumbuhkan
minat untuk mengenal dan mempelajari alam serta dapat menerapkan dan
memanfaatkan metode ilmiah dalam kehidupan sehari-hari.
Kompetensi Rumpun Mata Pelajaran Sains (IPA) berkaitan dengan
pencapaian kompetensi yang meliputi kerja ilmiah dan penguasaan konsep yakni
pemahaman dan penerapannya. Dari kompetensi rumpun mata pelajaran ini
kemudian dijabarkan menjadi kompetensi yang lebih operasional dan lebih
mencerminkan aspek-aspek khusus pencapai tujuan mata pelajaran. Menurut
kurikulum KTSP, pembelajaran IPA memiliki ruang lingkup, tujuan dan tujuan
yang harus tercapai. Ruang lingkup materi pembelajaran IPA SD kelas V semester
II berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasarnya dapat dilihat pada
tabel 2.2 dibawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 2.2: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA
Semester II
No
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. 5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya
5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak, dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gerak dan gaya magnet)
5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat.
2. 6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model
6.1 Mendeskripsikan Sifat-Sifat Cahaya
6.2. Membuat Suatu Karya/Model, Misalnya Periskop atau Lensa dari Bahan Sederhana dengan Menerapkan Sifat-Sifat Cahaya
3. 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam.
7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan
tanah karena pelapukan.
7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah.
7.3 Mendeskripsikan struktur bumi.
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam
masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Pengajaran IPA untuk
anak-anak SD harus dimodifikasi agar anak-anak dapat mempelajarinya. Ide-ide
dan konsep-konsep harus disederhanakan agar sesuai dengan kemampuan anak
untuk memahaminya. Hal ini karena struktur kognitif anak-anak tiak dapat
dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuwan. Dalam pengajaran IPA anak-
anak harus diberi kesempatan untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses
IPA, sebab diharapkan mereka dapat berfikir dan memiliki sikap ilmiah.
Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar sudah diberikan sejak kelas I, namun
untuk penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti mengambil pelajaran IPA
Kelas V Semester II khususnya materi cahaya dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pengajaran (KTSP).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan
lingkungan sekitanya. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu
mengutamakan peran siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga
pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dan
guru sebagai fasilitator dan mediator dalam pembelajaran tersebut. Guru
berkewajiban untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran IPA. Tujuan ini tidak terlepas dari hakikat IPA sebagai
produk, proses dan sikap ilmiah. Oleh sebab itu, pembelajaran IPA perlu
menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat.
Suprijono (mengutip simpulan Cronbach) berpendapat “Learning is shown
by change in behavior as a result of experience” (2009:2). Belajar sebagai suatu
aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman”.
Kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif, dimana siswa membangun
sendiri pengetahuannya. Siswa mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari, ini
merupakan proses menyesuaikan konsep-konsep dan ide-ide baru dengan
kerangka berfikir yang telah ada dalam pikiran mereka. Dalam hal ini siswa
membentuk pengetahuan mereka sendiri dan guru membantu sebagai mediator
dan fasilitator dalam proses pembentukan itu. Hal tersebut sesuai dengan prinsip
belajar konstruktivistik.
Penggunaan model pembelajaran konstruktivisme diharapkan dapat
membantu siswa untuk lebih paham dan menguasai materi yang telah dipelajari.
Hal ini dapat diketahui apabila prestasi belajar ipa tinggi serta peran aktif siswa
dalam mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam kehidupannya.
Dengan mengkonstruksi pengetahuan dalam pembelajaran IPA melalui
pengalaman nyata siswa akan lebih menguasai materi yang diajarkan. Dengan
menerapkan model pembelajaran konstruktivisme diharapkan:
1. Siswa dapat mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri.
2. Siswa dapat berpikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih
kreatif dan imajinatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Siswa dapat mencoba gagasan baru.
4. Siswa mempunyai pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang
telah dimiliki.
5. Siswa dapat memikirkan perubahan gagasan mereka.
6. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Mengingat Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang
luas yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik, serta
dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-
teori dan hipotesis-hipotesis. Maka model pembelajaran konstruktivisme sangat
cocok apabila diterapkan dalam pembelajaran IPA. Dengan menggunakan model
pembelajaran konstruktivisme peneliti akan menerapkan dalam proses
pembelajaran IPA pada siswa kelas V khususnya materi mengenai cahaya. Selain
itu, dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme dimana siswa aktif
membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan pengematan atau percobaan
yang telah dilakukan, maka akan melatih keterampilan-keterampilan IPA
termasuk menarik kesimpulan.
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan/sesuai dengan penelitian yang akan
dilakukan peneliti, antara lain penelitian yang dilakukan oleh:
1. Siti Rokhati, (2010) yang berjudul “Peningkatan kemampuan siswa
memahami konsep pengurangan bilangan bulat melalui model pembelajaran
konstruktivisme di kelas IV SDN 03 Simpur Tahun 2010”. Kesimpulan dalam
penelitiannya bahwa dengan penerapan model pembelajaran konstruktivisme
dapat meningkatkan pemahaman konsep pengurangan bilangan bulat pada
siswa kelas IV SD Negeri 03 Simpur Belik Pemalang. Hal ini dibuktikan
dengan adanya kenaikan hasil tes formatif siswa kelas IV dari rata-rata 53,33
pada kondisi awal menjadi 84,95 pada akhir penelitian dan siswa yang tuntas
belajar bertambah dari 14 siswa atau 42 % menjadi 30 siswa atau 91 % dari 33
siswa. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
adalah variabel X yaitu model pembelajaran konstruktivisme, perbedaaannya
adalah kemampuan yang akan ditingkatkan. Dalam penelitian ini yang
ditingkatkan adalah kemampuan siswa memahami konsep pengurangan
bilangan bulat sedangkan penelti akan meningkatkan keterampilan menarik
kesimpulan.
2. Ngatirah, (2009) yang berjudul “Upaya peningkatan pemahaman konsep
energi pada mata pelajaran IPA melalui model pembelajaran konstruktivisme
siswa kelas IV SDN Nglorog 4 Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010”.
Kesimpulan dalam penelitiannya bahwa dengan model pembelajaran
konstruktivisme dapat meningkatkan pemahaman konsep mengenai energi
pada mata pelajaran IPA pada siswa kelas IV SDN Nglorog 4 Sragen. Hal ini
dibuktikan dengan adanya kenaikan hasil tes formatif siswa kelas IV dari rata-
rata hasil belajar siswa ada peningkatan sebesar 8,11% (dari 67,8 menjadi
73,3), jumlah siswa yang sudah tuntas ada 11 anak (73,33 %) dan yang belum
tuntas ada 4 anak (26,66 %). Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang
akan dilaksanakan adalah variabel X yaitu model pembelajaran
konstruktivisme, perbedaaannya adalah kemampuan yang akan ditingkatkan.
Dalam penelitian ini yang ditingkatkan adalah pemahaman konsep energi pada
mata pelajaran IPA sedangkan penelti akan meningkatkan keterampilan
menarik kesimpulan.
3. Annur Hasanah, (2009) yang berjudul “Kemampuan siswa dalam menarik
kesimpulan melalui praktikum guided inquiri pada konsep ekosistem”.
Kesimpulan dalam penelitiannya bahwa dengan praktikum guide inquiri dapat
meningkatkan kemampuan menarik kesimpulan siswa pada konsep ekosistem.
Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-
rata siswa 45,86 dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar 38,10%, siklus
I nilai rata-rata kelas 68,90 dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar
71,42%, dan siklus II rata-rata kelas meningkat menjadi 84,09 dengan
prosentase ketuntasan klasikal sebesar 85,71%. Persamaan penelitian ini
dengan penelitian yang akan dilaksanakan adalah variabel Y yaitu kemampuan
menarik kesimpulan, perbedaaannya adalah model pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
digunakan. Dalam penelitian ini model pembelajaran yang digunakan adalah
praktikum guided inquiri sedangkan peneliti akan menggunakan model
pembelajaran konstruktivisme.
Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian dan pendapat diatas, dapat
kami simpulkan bahwa model pembelajaran kostruktivisme dapat meningkatkan
pemahaman siswa mengenai konsep pengurangan bilangan bulat dan energy
gerak. Sehubungan dengan hal itu, kami merasa perlu untuk meningkatkan
keterampilan menarik kesimpulan peserta didik. Dalam penelitian ini penulis
menekankan pada penerapan model konstruktivisme untuk meningkatkan
keterampilan menarik kesimpulan mata pelajaran IPA pada siswa kelas V SD
Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012.
C. Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal, keterampilan menarik kesimpulan mata pelajaran IPA
siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 tergolong rendah, terbukti dari 63% siswa
memiliki nilai di bawah KKM. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya: Siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran, guru kurang
dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan karena masih
mengandalkan ceramah dalam menyampaikan materi, dan sedikitnya praktek yang
dilakukan guru.
Berdasarkan kondisi awal tersebut, Peneliti mencoba melakukan tindakan
dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme untuk dapat
meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan siswa mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam. Nantinya siswa akan belajar dengan lebih percaya diri,
menarik dan menyenangkan serta lebih mudah dalam pelaksanaan pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Peneliti akan merencanakan dua (2) siklus dalam
pembelajarannya. Dari setiap siklus akan diperoleh hasil persentase hasil belajar
siswa IPA. Pada siklus pertama dan kedua diharapkan keterampilan menarik
kesimpulan siswa meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Diharapkan pada kondisi akhir, dengan menerapkan model pembelajaran
konstruktivisme dapat meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan siswa
kelas V SD Negeri Pajang 4. Berdasarkan uraian tersebut, dapat peneliti
gambarkan kerangka berpikir penelitian seperti gambar 2.2 berikut ini:
Gambar 2.2 Skema Kerangka Berpikir
Keterampilan menarik
kesimpulan mata pelajaran
IPA siswa kelas V SD Negeri
Pajang 4 masih rendah.
1. Siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran.
2. Guru kurang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan karena masih mengandalkan ceramah dalam menyampaikan materi.
3. Sedikitnya praktek yang dilakukan guru.
Kondisi Awal
Meningkatkan
keterampilan menarik
kesimpulan melalui
model pembelajaran
konstruktivisme.
Siklus I:
Keterampilan menarik kesimpulan meningkat.
Tindakan
Siklus II:
Keterampilan menarik kesimpulan meningkat.
Melalui model pembelajaran konstruktivisme
keterampilan menarik kesimpulan mata pelajaran IPA
siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 dapat meningkat.
Kondisi Akhir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori, penelitian yang relevan, dan kerangka
berpikir di atas, peneliti dapat merumuskan hipotesis tindakan bahwa:
“Melalui penerapan model pembelajaran konstruktivisme dapat
meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan mata pelajaran IPA pada
siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran
2011/2012”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas V SD Negeri Pajang 4
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta semester II tahun ajaran 2011/ 2012. Peneliti
memilih tempat ini dikarenakan beberapa alasan diantaranya keterampilan
menarik kesimpulan mata pelajaran IPA pada SD tersebut rendah, menghemat
waktu, biaya, dan keberadaan sampel yang memudahkan peneliti memperoleh
data-data yang dibutuhkan, serta lokasinya mudah dijangkau oleh peneliti.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2011/2012
selama 6 bulan mulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2012. Adapun
waktu dan jenis kegiatan penelitian dapat dilihat pada lampiran 43 halaman 209.
B. Subjek Penelitian
Suwandi berpendapat “Subjek penelitian adalah siswa dan guru yang
terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran” (2011: 60). Subjek dalam penelitian ini
adalah siswa Kelas V SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta sebanyak 30 siswa
dengan jumlah sembilan belas (19) siswa laki-laki dan sebelas (11) siswa
perempuan. Semua siswa tersebut tidak ada yang ABK dan dalam kondisi normal.
Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah keterampilan menarik
kesimpulan mata pelajaran IPA. Peneliti hendaknya cermat dalam melakukan
pengamatan, khususnya pada objek yang ingin ditingkatkan.
Dari subjek dan objek penelitian tersebut dapat diketahui variabel dalam
penelitian ini, yaitu variabel bebas (x) adalah model pembelajaran
konstruktivisme dan variabel terikat (y) adalah keterampilan menarik kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mata pelajaran IPA. Sugiyono (2009) berpendapat “Variabel independen (bebas)
adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Sedangkan variabel
dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas” (hlm. 4).
Seperti dalam paparan bab II yang dimaksud model pembelajaran
konstruktivisme adalah suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif
secara mental, membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur kognitif
yang dimilikinya. Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan mediator
pembelajaran. Penekanan tentang belajar dan mengajar lebih berfokus terhadap
suksesnya siswa mengorganisasi pengalaman mereka. Sedangkan yang dimaksud
dengan keterampilan menarik kesimpulan adalah upaya untuk menginterpretasi
atau menjelaskan hal-hal yang telah diamati dan didasarkan pada pengetahuan
yang telah dimiliki sebelumnya dengan cepat, cekat dan tepat.
C. Data dan Sumber Data
Data penelitian yang akan dikumpulkan berupa data hasil wawancara,
temuan hasil observasi, dan hasil tes. Suwandi menyebutkan data penelitian
dikumpulkan dari berbagai sumber, yaitu dari informan (narasumber), tempat dan
peristiwa berlangsungnya aktivitas, dokumen atau arsip (2011). Dalam penelitian
ini data dikumpulkan dari berbagai sumber untuk memperoleh data yang valid
meliputi :
1. Informan atau narasumber, antara lain guru kelas V dan kepala sekolah SD
Negeri Pajang 4.
2. Siswa Kelas V SD Negeri Pajang 4 tahun ajaran 2011/2012.
3. Dokumen dan arsip, yang berupa kurikulum, silabus pembelajaran,
rencana pembelajaran yang dibuat guru, hasil kerja siswa dan buku
penilaian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan juga jenis sumber data
yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah :
1. Observasi
Sudjana (2009) berpendapat ”Observasi digunakan untuk mengukur
tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat
diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan” (hlm.
84). Observasi dilakukan pada guru dan murid kelas V SD Negeri Pajang 4 yang
menjadi subyek penelitian untuk mendapatkan gambaran secara langsung tentang
aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran keterampilan menarik kesimpulan
dalam kelas.
2. Tes
Suwandi (2011) berpendapat “Pemberian tes dimaksudkan untuk
mengukur sebarapa jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian
tindakan” (hlm. 64). Tes digunakan untuk mengetahui peningkatan pemahaman
konsep siswa dan dilaksanakan di akhir kegiatan tiap-tiap siklus. Soal tes ini
digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian siswa dalam keterampilan
menarik kesimpulan mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Pajang 4.
3. Wawancara
Wawancara atau diskusi dengan guru dilaksanakan setelah melakukan
pengamatan pertama terhadap kegiatan belajar mengajar (KBM) dimaksudkan
untuk memperoleh informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran (Suwandi, 2011: 62). Teknik wawancara ini akan
dilaksanakan pada semua informan. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana siswa menguasai materi dan mengetahui hambatan apa yang ditemui
serta memberi solusi untuk mengatasinya. Wawancara ini dilakukan peneliti
kepada guru kelas V SD Negeri Pajang 4 untuk memperoleh informasi mengenai
keterampilan menarik kesimpulan siswa di kelas secara umum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data ini diperoleh dari dokumen dan arsip. Dokumen
itu berupa daftar nilai, daftar hadir, dan arsip-arsip lain yang dimiliki guru, hal ini
berfungsi untuk mengetahui kondisi siswa sebelum dilakukan penelitian. Selain
itu juga dokumentasi berupa rekaman video yang dilaksanakan oleh peneliti
selama proses pembelajaran berlangsung (siklus 1 dan siklus 2).
E. Uji Validitas Data
Dalam penelitian, diperlukan adanya kebenaran data atau validitas data.
Maksudnya adalah data yang berhasil digali, dikumpulkan, dan dicatat dalam
kegiatan penelitian, harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan validitas isi dan trianggulasi dalam
menentukan keabsahan data. Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah :
1. Validitas Isi
Validitas isi adalah validitas yang berhubungan dengan kemampuan
instrumen untuk menggambarkan atau melukiskan secara tepat domain perilaku
yang akan diukur. Dalam penelitian ini untuk mengukur keterampilan menarik
kesimpulan siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 Tahun ajaran 2011/2012 digunakan
instrumen indikator keterampilan menarik kesimpulan siswa.
2. Trianggulasi
Moleong dalam Suwandi (2011: 65) triangulasi adalah teknik pemeriksaan
validitas data dengan memanfaatkan sarana di luar data itu. Berdasarkan pendapat
diatas teknik triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber data dan
triangulasi metode pengumpulan data. Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut
adalah:
a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber adalah data atau informasi yang diperoleh selalu
dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain, baik dari segi
koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda. Dari teknik ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diharapkan dapat memberi informasi yang tepat sesuai keadaan siswa. Sumber
data yang diperoleh peneliti berasal dari guru dan siswa yang ada di tempat
penelitian. Dalam kegiatan ini yang dilakukan peneliti adalah mengumpulkan
sumber data yang diperoleh dari guru dan siswa yang ada di tempat penelitian
yaitu di SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta.
b. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik yaitu peneliti mengumpulkan data sejenis dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda. Dari beberapa data
yang diperoleh lewat teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya
dibandingkan dan dapat ditarik kesimpulan agar diperoleh data yang lebih
kuat validitasnya. Dalam kegiatan ini yang dilakukan peneliti adalah
mengumpulkan data sejenis yang diperoleh dari berbagai teknik yang
digunakan, yakni observasi, tes dan wawancara. Kemudian data yang
diperoleh tersebut dibandingkan dan ditarik kesimpulan agar memperoleh data
yang lebih valid.
F. Analisis Data
Teknik analisis data merupakan suatu teknik untuk meneliti, memeriksa,
mempelajari, membandingkan data yang ada dan membuat interpretasi yang
diperlukan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data secara
interaktif. Teknik analisi data secar interaktif menurut Miles dan Huberman
(2007: 16), terdapat tiga langkah meliputi:
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul
dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dengan kata lain reduksi data
merupakan proses pemilihan data atau informasi dari keterampilan menarik
kesimpulan pada siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 yang relevan dengan
penelitian. Jika data tidak relevan maka data tersebut dibuang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dari pengambilan
tindakan. Penyajian data meliputi berbagai jenis matrik, grafik, jaringan, dan
bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang telah
disusun dalam suatu bentuk yang padu. Dengan demikian peneliti dapat
melihat apa yang terjadi, dan menentukan apakah menarik kesimpulan yang
benar ataukah harus melangkah melakukan analisis yang telah disajikan.
3. Menarik kesimpulan (Verifikasi)
Penarikan kesimpulan ini berdasarkan pada reduksi data dan penyajian
data. Setelah ditarik kesimpulan, maka peneliti tetap terbuka menerima
masukan dari orang lain.
G. Indikator Kinerja Penelitian
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang dijadikan acuan dalam
menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian (Sarwiji Suwandi, 2011: 66-
67). Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah meningkatnya keterampilan menarik kesimpulan mata pelajaran IPA pada
siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 dengan menggunakan model pembelajaran
konstruktivisme. Indikator penelitian ini bersumber dari kurikulum dan silabus
KTSP IPA kelas V serta Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu 67.
Pada siklus I pembelajaran dikatakan berhasil apabila keterampilan
menarik kesimpulan siswa secara klasikal meningkat. Pada siklus II pembelajaran
dikatakan berhasil apabila keterampilan menarik kesimpulan siswa secara klasikal
memperoleh nilai ≥67 mencapai 80%
H. Prosedur Penelitian
Suwandi (2011) berpendapat “Prosedur penelitian tindakan kelas pada
umumnya dilakukan dalam beberapa siklus, misalnya tiga siklus” (67). Oleh
karena itu, perlu digambarkan rancangan tindakan pada masing – masing siklus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sedangkan prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Tiap-tiap
siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang telah
didesain dalam faktor-faktor yang diselidiki. Berguna untuk mengetahui
permasalahan yang menyebabkan rendahnya keterampilan menarik kesimpulan
mata pelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 dilaksanakan ketika
kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru. Sesuai dengan pokok permasalahan
yang dirumuskan dalam judul penelitian, maka data yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah mengenai penerapan model pembelajaran konstruktivisme
yang dilaksanakan oleh guru. Data dikumpulkan dengan pengamatan pada saat
guru melaksanakan tugas mengajar. Prosedur pelaksanaan penelitian melalui
tahapan atau siklus, yang setiap siklus berisi empat langkah yaitu: (a) perencanaan
(planning); (b) penerapan tindakan (action); (c) mengobservasi dan mengevaluasi
proses dan hasil tindakan (observation and evaluation); dan (d) melakukan
refleksi (reflecting). Dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang
diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan).
Secara jelas langkah-langkah tersebut dapat digambarkan pada gambar 3.1 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 3.1 Model PTK (Arikunto, dkk, 2006: 16)
1. Siklus Pertama
a. Perencanaan
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Menentukan pokok bahasan, yaitu cahaya dan sifat-sifatnya.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
menerapkan model pembelajaran konstruktivisme.
3) Menyusun lembar observasi guru dan peserta didik selama penerapan
model pembelajaran konstruktivisme.
4) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran.
b. Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I ini direncanakan dalam 2 x pertemuan,
yakni melakukan praktek tentang sifat-sifat cahaya, mendemonstrasikan sifat
cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cekung dan cembung),
serta praktek membuat pelangi melalui percobaan..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Kegiatan Pendahuluan
a) Apersepsi
Siswa menjawab pertanyaan guru “Dapatkah kamu melihat,
membaca, dan menulis dalam keadaan gelap?
b) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
2) Kegiatan Inti
a) Siswa bertanya jawab dengan guru tentang cahaya dan sifat-sifatnya.
b) Guru membantu meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan
siswa materi cahaya dan sifat-sifatnya dengan menerapkan model
pembelajaran konstruktivisme.
c) Siswa secara berkelompok diberi penugasan mengenai materi yang
disampaikan dengan bantuan model pembelajaran konstruktivisme.
d) Siswa dan guru bersama-sama mengevaluasi hasil diskusi.
3) Kegiatan Penutup
a) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan pembelajaran.
b) Siswa mengerjakan soal evaluasi.
c) Guru memberikan penilaian dan penguatan.
c. Pengamatan / Observasi
Melakukan pengamatan/observasi kegiatan guru dan peserta didik selama
menerapkan model pembelajaran konstruktivisme. Observasi diarahkan pada
poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti.
d. Refleksi
Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi data
kaitannya dengan indikator kinerja siklus I. Peneliti menganalisis keterampilan
menarik kesimpulan siswa sesuai dengan nilai evaluasi saat pembelajaran pada
siklus I. Siswa yang mengalami peningkatan keterampilan menarik kesimpulan
baru 19 anak atau sekitar 63,33%. Sedangkan siswa yang belum tuntas adalah
sekitar 11 anak (36,67%). Hal ini membuktikan bahwa belum mencapai indikator
ketercapaian kinerja yaitu sebesar 80%, maka proses pembelajaran dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penerapan model pembelajaran konstruktivisme tersebut perlu diperbaiki lagi dan
disempurnakan pada siklus II.
2. Siklus Kedua
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus II meliputi rencana perbaikan pembelajaran yang
menerapkan model pembelajaran konstruktivisme yang didasarkan pada hasil
refleksi pada siklus I. Rencana perbaikan pada siklus II ini dilaksanakan untuk
memperoleh hasil yang lebih baik.
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan
masalah.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
menerapkan model pembelajaran konstruktivisme.
3) Menyusun lembar observasi aktivitas guru dan peserta didik selama
menerapkan model pembelajaran konstruktivisme.
4) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran.
b. Tindakan
Pada dasarnya tindakan yang dilaksanakan pada siklus II ini hampir sama
dengan siklus I, yakni pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
konstruktivisme. Perbedaannya hanya pada proses pembelajaran dan soal
instrumennya. Pelaksanaan tindakan siklus II ini terbagi dalam 2 x pertemuan pun
dengan materi yang sama, yakni melakukan praktek tentang sifat-sifat cahaya,
mendemonstrasikan sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin
lengkung (cekung dan cembung), serta praktek membuat pelangi melalui
percobaan.Adapun langkah-langkah yang dilakukan, yaitu:
1) Memperbaiki tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah
disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.
2) Guru menerapkan pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran konstruktivisme.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran konstruktivisme.
4) Melaksanakan evaluasi untuk mengetahui peningkatan keterampilan
menarik kesimpulan peserta didik.
c. Pengamatan / Observasi
Melakukan pengamatan/observasi kegiatan guru dan aktivitas peserta didik
selama penerapan model pembelajaran konstruktivisme. Observasi diarahkan pada
poin-poin dalam pedoman yang telah dipersiapkan oleh peneliti.
d. Tahap Refleksi
Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi data
kaitannya dengan indikator kinerja siklus I. Peneliti menganalisis keterampilan
menarik kesimpulan siswa sesuai dengan nilai saat evaluasi dan hasil observasi
saat pembelajaran. Pada siklus II siswa yang nilainya mencapai KKM sebanyak
26 siswa (86,67%) dan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 4 siswa
(13,33%). Sehingga keterampilan menarik kesimpulan siswa secara klasikal telah
mencapai indikator ketercapaian kinerja sebesar 80%, dan penelitian dihentikan
sampai disini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan
observasi dan wawancara. Observasi ini dilakukan kepada guru dan siswa saat
proses pembelajaran IPA kelas V SD Negeri Pajang 4 dengan tujuan untuk
mengetahui kondisi awal pembelajaran IPA yang dilakukan guru. Sedangkan
wawancara hanya dilakukan kepada guru kelas dengan tujuan untuk mengetahui
kondisi awal dan siswa pada mata pelajaran IPA baik mengenai aktivitas siswa
dalam pembelajaran maupun keterampilan menarik kesimpulan yang dimiliki
siswa. Jumlah siswa kelas V ada 30 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki dan
11 siswa perempuan.
Berdasarkan data hasil wawancara (lampiran 9 halaman 142) terhadap
kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi
pelajaran IPA di kelas V, masih terdapat banyak kekurangan, antara lain siswa
kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran, guru kurang dapat menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan karena masih mengandalkan ceramah dalam
menyampaikan materi, dan sedikitnya praktek yang dilakukan guru. Hal inilah
yang membuat siswa tidak mampu untuk membangun pemahamannya sendiri dan
berlatih menyusun pengetahuan dalam pikirannnya sendiri. Beberapa siswa
memang sudah aktif dalam pembelajaran tetapi ketika guru memberikan
pertanyaan yang lebih tinggi tingkatannya siswa kesulitan untuk menjawabnya,
kalau pun bisa menjawab mereka ragu dan tidak percaya diri untuk
mengungkapkan jawabannya.
Dari hasil tes keterampilan menarik kesimpulan siswa pada pre test
diketahui bahwa tingkat ketuntasannya baru sekitar 36,67 % atau hanya 11 siswa
saja yang tuntas. Dan rata-rata untuk nilai tes keterampilan menarik kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sebelum tindakan adalah 64,73 % (lampiran 19 halaman 158). Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1 distribusi frekuensi berikut ini :
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Keterampilan Menarik Kesimpulan
Siswa Sebelum Diterapkan Model Pembelajaran Konstruktivisme.
No Interval Nilai Frekuensi Prosentase
1 40-48 4 13,33 %
2 49-57 8 26,67 %
3 58-66 7 23,33 %
4 67-75 2 6,67 %
5 76-84 6 20 %
6 85-93 3 10 %
Jumlah 30 100 %
Dari tabel 4.1 tentang distribusi frekuensi nilai tes keterampilan menarik
kesimpulan sebelum diterapkan model pembelajaran konstruktivisme pada siswa
kelas V SD Negeri Pajang 4 yang telah diterangkan diatas dapat disajikan dalam
grafik pada gambar 4.1 dibawah ini :
Gambar 4.1 Grafik Frekuensi Nilai Tes Keterampilan Menarik Kesimpulan Siswa
Sebelum Diterapkan Model Pembelajaran Konstruktivisme.
4
87
2
6
3
0
2
4
6
8
10
40-48 49-57 58-66 67-75 76-84 85-93
frekuensi
interval nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan tabel 4.1 dan gambar 4.1 diatas, dapat diketahui bahwa siswa
yang mempunyai nilai keterampilan menarik kesimpulan lebih atau sama dengan
kriteria dalam pelajaran IPA yaitu 67 hanya 11 siswa atau 36,66 % dari jumlah
siswa kelas V. Sedang siswa yang lain kurang dari kriteria yang telah ditentukan.
Dalam penelitian ini , kriteria ketuntasan nilai keterampilan menarik kesimpulan
yang telah ditentukan sama dengan kriteria ketuntasan nilai pada mata pelajaran
IPA yaitu 67. Nilai ini juga didapat dari berbagai aspek baik dari aktivitas siswa,
pengamatan keterampilan menarik kesimpulan dalam mengikuti pembelajaran
maupun nilai tes keterampilan menarik kesimpulan siswa.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa masih rendahnya keterampilan
menarik kesimpulan yang dimiliki siswa dalam pelajaran IPA. Maka dari itu
diperlukan suatu pembaharuan yaitu dengan menerapkan model pembelajaran
konstruktivisme. Dengan model pembelajaran konstruktivisme diharapkan
keterampilan menarik kesimpulan yang dimiliki siswa akan meningkat. Apabila
siswa mampu terampil dalam menarik kesimpulan maka akan memudahkan
mereka dalam membangun pengetahuannya sendiri, melatih mereka untuk belajar
mandiri dan percaya diri, dapat mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks
dan mampu menganalisis serta menilai suatu fakta atau kejadian.
Analisis hasil nilai keterampilan menarik kesimpulan pre tes siswa kelas V
dari lampiran 19 halaman 156, diperoleh nilai rata-rata hasil nilai keterampilan
menarik kesimpulan siswa adalah 64,73 dimana hasil tersebut masih dibawah rata-
rata yang diinginkan peneliti yaitu sebesar 67 (KKM). Sedangkan besarnya
prosentase siswa tuntas tes keterampilan menarik kesimpulan pre test pada
pembelajaran IPA materi cahaya sebesar 36,66%.
Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan menarik
kesimpulan yang dimiliki siswa dalam pembelajaran IPA dengan mengambil
materi materi cahaya masih rendah. Maka dilakukan tindakan lanjutan untuk
meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan siswa kelas V SD Negeri Pajang
4 Laweyan Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
Proses penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Dimana setiap siklusnya
terdiri dari 2 kali pertemuan dan 4 tahapan yaitu: (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan, (3) pengamatan atau observasi, dan (4) refleksi.
1. Deskripsi Siklus I
Tindakan Siklus I dilaksanakan selama 1 minggu, tepatnya pada tanggal
26 dan 28 April 2012 dengan kompetensi dasar “Mendeskripsikan sifat-sifat
cahaya”, dengan sub pokok materi yaitu melakukan praktek tentang sifat-sifat
cahaya, mendemonstrasikan sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin
lengkung (cekung dan cembung), serta praktek membuat pelangi melalui
percobaan. Penelitian ini terdiri terdiri dari 4 tahapan. Adapun tahapan yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Tahap Perencanaan
Berdasarkan diskripsi data awal sebagai upaya untuk mengatasi
permasalahan mengenai keterampilan menarik kesimpulan siswa dalam
pembelajaran IPA maka peneliti membuat perencanaan dengan berpedoman
pada Standar Kompetensi mata pelajaran IPA, tahap perencanaan dilaksanakan
sebagai titik tolak pembelajaran untuk mengkondisikan dan membuat komitmen
atas peraturan dan konsekuensi yang akan dilaksanakan pada pembelajaran IPA
tentang sifat-sifat cahaya. Persiapan untuk siklus pertama yaitu sebagai berikut :
1) Sebelum melaksanakan penelitian terlebih dahulu peneliti menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan materi IPA kelas V yaitu
sifat-safat cahaya dengan menggunakan model pembelajaran
konstruktivisme yang disusun 2 kali pertemuan dan masing-masing
pertemuan 2 jam pelajaran (2x35 menit).
2) Menyusun lembar kerja siswa.
3) Menyiapkan alat,bahan dan media yang diperlukan dalam kegiatan
percobaan atau praktikum, berupa karton, cermin, sendok, pensil, plastik
bening, penggaris, lampu senter, gelas bening, gelas berwarna, gelas bening,
batu bata, kardus, air jernih, air berlumpur/keruh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Membuat lembar pengamatan guru (lampiran 36 halaman 188).
5) Membuat lembar pengamatan aktivitas belajar siswa (lampiran 29 halaman
168).
6) Setiap kali akan melaksanakan pembelajaran guru mempersiapkan ruangan
sebaik mungkin sehingga dapat mempermudah terciptanya suasana
pembelajaran dengan model pembelajaran konstruktivisme.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Pertemuan Pertama
Dalam tahap ini guru melaksanakan tindakan sesuai dengan jadwal yang
telah ditetapkan dan sesuai dengan RPP yang dibuat (lampiran 5 halaman 95).
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan mengacu pada penerapan model
pembelajaran konstruktivisme selama 2 x 35 menit. Pertemuan pertama pada
siklus I ini dilaksanakan pada hari kamis, 26 April 2012. Pada pertemuan ini
terdiri dari 6 indikator yaitu: Menyebutkan sifat-sifat cahaya, menjelaskan sifat
cahaya yang mengenai cahaya merambat lurus, menjelaskan sifat cahaya yang
mengenai cahaya menembus benda bening, menjelaskan sifat cahaya yang
mengenai cahaya dapat dibiaskan, menumbuhkan semangat siswa untuk
meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan, serta melakukan percobaan
cahaya merambat lurus, cahaya menembus benda bening dan pembiasan cahaya.
Adapun langkah-langkah siklus I sebagai berikut:
Kegiatan pembelajaran ini dimulai dengan mengkondisikan siswa terlebih
dahulu, mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan berdoa serta melakukan
absensi. Guru melakukan apersepsi untuk membuka ingatan siswa tentang sifat-
sifat cahaya. Setelah siswa mengetahui tentang sifat-sifat cahaya, guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai dalam pembelajaran ini.
Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang sifat-sifat cahaya secara garis
besarnya. Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai contoh sifat-sifat cahaya
yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bertujuan untuk mengeksplor
pengetahuan siswa mengenai sifat-sifat cahaya. Setelah itu siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok. Guru membagikan lembar kerja (LKS) yang berisi tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
hal-hal yang harus dilakukan siswa dalam praktikum. Guru memberikan
penjelasan tentang cara penggunaan alat peraga.
Siswa mulai mengkonstruksi pengetahuan mereka melalui kegiatan
eksperimen tentang sifat-sifat cahaya secara berkelompok. Percobaaan dilakukan
dengan membuktikan bahwa cahaya merambat lurus, cahaya menembus benda
bening dan cahaya dapat dibiaskan. Pada percobaan ini siswa masih sedikit
bingung dalam melaksanakan praktek dan guru pun ikut serta mendampingi dan
membimbing siswa dalam melakukan praktek sampai selesai sambil menilai
aktivitas siswa. Setelah selesai melakukan praktek siswa mulai mengerjakan
lembar kerja secara individu dan membuat sebuah kesimpulan yang hasilnya
disampaikan di depan kelas. Guru mengajak siswa untuk memberikan tanggapan
pada kelompok yang maju. Guru memberikan penguatan bagi siswa yang
mempresentasikan yaitu berupa pujian dan memberikan reward berupa tepuk
tangan kepada kelompok yang memiliki kinerja terbaik.
Pada akhir pembelajaran, guru bersama siswa membuat kesimpulan
berbagai percobaan yang telah dilakukan dan materi yang telah dipelajari yaitu
mengenai sifat-sifat cahaya. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang hal-hal yang belum jelas dan belum dimengerti. Untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran guru
memberikan evaluasi tertulis kepada siswa. Setelah evaluasi selesai, guru
merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, memberikan pekerjaan
rumah dan mengingatkan untuk giat belajar.
Pada pertemuan pertama ini siswa masih kebingungan untuk
melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran konstruktivisme. Dalam
pembelajaran sebelumnya mereka tidak pernah bekerja dengan menggunakan
model pembelajaran konstruktivisme secara bersama, sehingga dalam
melaksanakan pembelajaran dengan model ini siswa kurang menunjukkan
keaktifannya. Walaupun guru sudah memberikan pengarahan siswa masih
kebingungan dalam melaksanakan praktek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Pertemuan Kedua
Pada tahap pelaksanaan pembelajaran ini dilaksanakan sesuai dengan RPP
yang telah dibuat (lampiran 6 halaman 108). Pertemuan kedua dilaksanakan pada
hari Sabtu, 28 April 2012 selama 2 jam pelajaran yaitu 2x 35 menit.
Pada pertemuan kedua ini terdiri dari 4 indikator yaitu menjelaskan sifat
cahaya yang mengenai cahaya dapat dipantulkan, menumbuhkan semangat siswa
untuk meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan, melakukan percobaan
cahaya dapat dipantulkan yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung
(cekung dan cembung), serta membuat pelangi melalui percobaan.
Kegiatan pembelajaran ini dimulai dengan mengkondisikan siswa terlebih
dahulu, mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan berdoa serta melakukan
absensi. Guru melakukan apersepsi untuk membuka ingatan siswa tentang sifat
cahaya dapat dipantulkan yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung
(cekung dan cembung). Setelah siswa mengetahui tentang sifat-sifat cahaya,yang
mengenai cermin guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai
dalam pembelajaran ini. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang sifat
cahaya dapat dipantulkan yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung
(cekung dan cembung) secara garis besarnya. Guru bertanya jawab dengan siswa
mengenai contoh sifat cahaya dapat dipantulkan yang mengenai cermin datar dan
cermin lengkung (cekung dan cembung) dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
bertujuan untuk mengeksplor pengetahuan siswa mengenai sifat cahaya dapat
dipantulkan yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cekung dan
cembung). Setelah itu siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Guru
membagikan lembar kerja (LKS) yang berisi tentang hal-hal yang harus dilakukan
siswa dalam praktikum. Guru memberikan penjelasan tentang cara penggunaan
alat peraga.
Siswa mulai melaksanakan percobaan. Percobaan kali ini adalah
menentukan sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar, cermin cembung dan
cermin cekung serta membuat pelangi. Dalam melakukan praktek guru
mendampingi serta membimbing setiap kelompok. Setelah praktikum selesai,
siswa mendiskusikan hasil penyelidikan dan penemuan mereka dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
melaksanakan praktek. Kemudian perwakilan dari masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas.
Guru mengajak siswa untuk memberikan tanggapan pada kelompok yang
maju. Guru memberikan penguatan bagi siswa yang mempresentasikan yaitu
berupa pujian dan memberikan reward berupa tepuk tangan kepada kelompok
yang memiliki kinerja terbaik.
Pada akhir pembelajaran, guru bersama siswa membuat kesimpulan dari
praktikum yang telah dilakukan dan materi yang telah dipelajari yaitu mengenai
cahaya dapat dipantulkan yang mengenai cermin datar dan lengkung (cekung dan
cembung) serta penguraian cahaya. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas. Pada akhir siklus I ini guru
memberikan evaluasi berupa membuat rangkuman atau kesimpulan menyangkut
materi yang telah diajarkan.
Pada pertemuan kedua ini beberapa siswa mengalami peningkatan dalam
hal keantusiasan dan keaktifan. Beberapa kelompok sudah mampu mandiri dalam
melaksanakan praktek sesuai dengan prosedur yang telah dijelaskan. Tetapi masih
ada pula beberapa siswa atau kelompok yang bingung dalam melaksanakan
praktek, terbukti dari mereka yang sering bertanya atau memperhatikan kelompok
lain dalam praktikum.
c. Tahap observasi atau pengamatan
Selama pelaksanaan tindakan baik pada pertemuan pertama maupun
pertemuan kedua pada siklus I, observasi dilakukan oleh peneliti kepada siswa
dan guru kelas V kepada peneliti dalam kegiatan pembelajaran IPA kelas V
dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme. Observasi ini
difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran yaitu kegiatan yang dilakukan oleh
guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang dilaksanakan
dengan menggunakan alat bantu berupa lembar pengamatan atau observasi
aktivitas guru, aktivitas siswa, penilaian keterampilan menarik kesimpulan siswa
serta dokumentasi yang berupa foto dan video.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian
pelaksanaan pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dengan menerapkan
model pembelajaran konstruktivisme dengan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) yang telah disusun serta untuk mengetahui seberapa besar peningkatan
keterampilan menarik kesimpulan siswa melalui penerapan model pembelajaran
konstruktivisme.
Pada pertemuan pertama siklus I, siswa belum terbiasa dalam mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme secara
bersama di kelas. Saat pembelajaran dimulai, sebenarnya siswa sudah
menunjukkan kesiapan untuk mengikuti pembelajaran. Tetapi dalam kegiatan
praktek masih banyak siswa yang tidak memperhatikan dan bermain sendiri. Jika
guru memberikan pertanyaan hanya beberapa siswa yang menjawabnya, bahkan
ada yang cenderung diam tidak bisa menjawab atau diam karena malu untuk
menjawab. Ketika guru mengajak siswa untuk praktek, mereka sangat
bersemangat. Masing-masing kelompok diberikan lembar kerja siswa yang berisi
panduan untuk melaksanakan praktek. Dan tentunya guru masih ikut banyak
membimbing satu per satu siswa yang belum paham langkah-langkah dalam
praktek ini. Dalam melakukan praktek pun masih banyak terjadi hal-hal di luar
kegiatan praktek seperti bermain sendiri dengan alat dan bahan yang disediakan,
bercerita sendiri, bahkan pasif tidak melakukan kegiatan apapun. Hal ini
menyebabkan kehilangan banyak waktu untuk sesuatu yang tidak bermanfaat dan
saat waktu telah habis mereka belum sempat untuk mempresentasikan hasil kerja
mereka.
Pada pertemuan kedua siklus I juga tidak jauh beda dengan pertemuan
pertama, tetapi mulai ada sedikit peningkatan yaitu mengenai kesiapan siswa
dalam mengikuti pembelajaran dengan berkelompok dan bereksperimen.
Beberapa siswa sudah menunjukkan semangatnya untuk mulai melaksanakan
praktek tetapi masih ada pula siswa yang pasif diam tidak melakukan apa-apa,
bermain sendiri ataupun bercerita sendiri. Akan tetapi siswa sudah mulai
menunjukkan sikap bekerja sama dalam kelompok untuk melaksanakan praktek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hal tersebut ditunjukkan dengan berkurangnya pertanyaan-pertanyaan tentang
prosedur praktek dan praktek pun dapat berjalan dengan lancar melalui bimbingan
guru. Selain itu nilai tes keterampilan menarik kesimpulan siswa pelan-pelan
sudah ada peningkatan ketika sebelum diterapkannya tindakan .
Berdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran dan lampiran 20
halaman 159 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata tes keterampilan menarik
kesimpulan siswa pada siklus I adalah 70,04. Pada siklus I ini, nilai rata-rata tes
keterampilan menarik kesimpulan juga belum memenuhi kriteria minimum yang
telah ditetapkan. Dari 30 siswa kelas V, 19 siswa atau sekitar 63,33% yang telah
melebihi atau sama dengan KKM.
Berdasarkan lampiran 41 halaman 207 kemampuan guru dalam
melaksanakan pembelajaran pada siklus I antara lain :
1) Guru telah mempersiapkan ruangan, sumber belajar serta media pembelajaran
dengan cukup baik.
2) Guru telah memperiksa kesiapan siswa untuk belajar dengan baik.
3) Guru telah melakukan kegiatan absensi dengan baik.
4) Guru menyampaikan konpetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana
kegiatan dengan sangat baik.
5) Penguasaan materi guru sangat baik.
6) Guru mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan dengan baik.
7) Guru menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki belajar dan
karakteristik siswa dengan cukup baik.
8) Dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang
akan dicapai dan karakteristik siswa terlihat cukup baik.
9) Guru melaksanakan pembelajaran secara runtun dengan sangat baik.
10) Dalam menguasai kelas guru sudah baik.
11) Guru dalam melaksanakan pembelajaran yang bersifat konstektual sudah
baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12) Guru melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya
kebiasaan positif (dampak pengiring) dengan baik.
13) Penggunaan waktu oleh guru sesuai yang telah direncanakan sudah baik
14) Guru menggunakan media dan sumber yang efektif dan efisien dengan sangat
baik.
15) Guru menghasilkan pesan yang menarik dengan baik.
16) Dalam pembelajaran guru sangat baik dalam melibatkan siswa dalam
pemanfaatan media dan sumber belajar.
17) Guru dalam melaksanakan pembelajaran yang bersifat konstektual sudah
baik.
18) Dalam menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran guru sangat
baik.
19) Dalam menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa guru sudah baik.
20) Guru sudah baik dalam menunjukkan hubungan antara pribadi yang kondusif.
21) Guru cukup baik dalam menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa
dalam belajar.
22) Dalam penilaian proses guru cukup baik dalam hal memantau kemajuan
siswa.
23) Guru dalam melaksanakan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)
sangat baik.
24) Ketika mengajar guru sudah baik dalam penggunaan bahasa lisan dan tulis
secara jelas, baik benar, dan lancar.
25) Dalam menyampaikan pesan guru sudah cukup baik menggunakan gaya yang
sesuai.
26) Di akhir pembelajaran guru melaksanakan refleksi, membuat rangkuman, dan
melaksanakan tindak lanjut dengan baik.
Dari hasil observasi terhadap guru diperoleh rata-rata observasi untuk
siklus I sebesar 3,41 dan tergolong dalam kategori cukup baik. Untuk lebih
lengkapnya, lembar observasi guru pada saat pelaksanaan tindakan siklus I dapat
dilihat pada lampiran 37-38 halaman 191-195.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari data observasi aktivitas (lampiran 27 halaman 166) pada akhir siklus I
diperoleh data hasil aktivitas siswa dalam tabel 4.2 sebagai berikut :
Tabel 4.2 Aktivitas Siswa Siklus I
Keterangan Pertemuan Pertama Pertemuan Kedua
Nilai terendah 50 55
Nilai tertinggi 80 85
Jumlah 1905 2110
Rata-rata 63,5 70,33
Secara umum, aktivitas siswa di siklus 1 sudah cukup baik yaitu dengan
rata-rata 66,91 dan tergolong dalam kategori sedang. Dari siklus I pertemuan
pertama rata-rata aktivitas siswa adalah 63,5 sedangkan di pertemuan kedua rata-
ratanya menjadi 70,33. Dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua mengalami
peningkatan aktivitas sebesar 6,83 %.
Sedangkan pengamatan untuk keterampilan menarik kesimpulan siswa
(lampiran 16 halaman 151) diperoleh data dalam tabel 4.3berikut:
Tabel 4.3 Data pengamatan keterampilan menarik kesimpulan siswa
Keterangan Pertemuan I Pertemuan II Nilai Terendah 50 50 Nilai Tertinggi 80 80
Jumlah 1785 2030 Rata-rata 59,5 67,67
Data-data aktivitas dan pengamatan keterampilan menarik kesimpulan
siswa pada pertemuan I dan pertemuan II ini kemudian dibuat rata-rata akhir
siklus I. Rata-rata yang dihasilkan adalah 63,59. Untuk nilai hasil tes keterampilan
menarik kesimpulan siswa didapatkan hasil seperti yang tertera dalam tabel 4.4
berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.4 Hasil Tes Keterampilan Menarik Kesimpulan Sebelum Tindakan dan
Siklus I
Keterangan Sebelum tindakan Siklus I Nilai terendah 40 48 Nilai tertinggi 90 90 Jumlah 1942 2101 Rata-rata 64,73 70,04
Pada siklus I ini, nilai tes keterampilan menarik kesimpulan sudah
mengalami peningkatan jika dibandingkan pada saat sebelum tindakan. Nilai tes
keterampilan menarik kesimpulan siklus I ini memiliki nilai terendah 48 dan nilai
tertinggi 90. Rata-rata yang dihasilkan adalah 70,04 dan mengalami peningkatan
sebesar 5,31 dari sebelum tindakan. Selanjutnya nilai akhir sebelum tindakan dan
Siklus I dibandingkan untuk mengetahui adanya peningkatan atau tidak
keterampilan menarik kesimpulan siswa. Perbandingan nilai akhir sebelum
tindakan dan Siklus I dapat dilihat dalam tabel 4.5:
Tabel 4.5 Perbandingan Nilai aktivitas, Pengamatan Keterampilan Menarik
Kesimpulan dan Nilai test Sebelum Tindakan dan Sesudah Diberikan
Tindakan Siklus I
Keterangan
Sebelum Tindakan Siklus I
Aktivitas siswa
Pengamatan keterampilan
menarik kesimpulan
test keterampilan
menarik kesimpulan
Aktivitas siswa
Pengamatan keterampilan
menarik kesimpulan
test keterampilan
menarik kesimpulan
Nilai terendah
40 40 40 52,5 50 48
Nilai Tertinggi
80 80 90 82,5 80 90
Rata-rata nilai
54,83 54,83 64,73 66,91 63,58 70,04
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan tabel nilai perbandingan pre tes dan sesudah Siklus I dapat
digambarkan dalam grafik pada gambar 4.2 di bawah ini:
Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Nilai Akhir Keterampilan Menarik Kesimpulan
Siswa Sebelum Tindakan dan Siklus I
Prosentase nilai hasil tes keterampilan menarik kesimpulan siswa pada
siklus I ini dapat dilihat dalam tabel 6 sebagai berikut :
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Keterampilan Menarik Kesimpulan
Siklus I
No Interval nilai Frekuensi Prosentase 1 48-55 3 10 % 2 56-63 5 16,67 % 3 64-71 10 33.33 % 4 72-79 5 16,67 % 5 80-87 6 20 % 6 88-95 1 3,33 %
Jumlah 30 100 %
40
52,5
80 82,5
40
50
80 80
4048
90 90
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
sebelum tindakan siklus I
nilai terendah aktivitasnilai tertinggi aktivitasnilai terendah keterampilan menarik kesimpulannilai tertinggi keterampilan menarik kesimpulannilai terendah tes keterampilan menarik kesimpulannilai tertinggi tes keterampilan menarik kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, dapat disajikan dalam bentuk grafik pada
gambar 4.3 sebagai berikut :
Gambar 4.3 Grafik Frekuensi Nilai Tes Keterampilan Menarik Kesimpulan Siswa
Kelas V Siklus I
Berdasarkan tabel 4.6 dan gambar 4.3 di atas dapat diketahui bahwa pada
siklus I ini siswa yang mendapatkan nilai 48-55 ada 3 siswa, yang mendapat nilai
56-63 ada 5 siswa,yang mendapat nilai 64-71 ada 10 siswa, yang mendapat nilai
72-79 ada 5 siswa, yang mendapat nilai 80-87 ada 6 siswa dan yang mendapat
nilai 88-95 ada 1 siswa dan rata-rata kelas adalah 70,04
d. Tahap refleksi
Data-data yang diperoleh dari observasi di atas, dianalisis untuk
mengetahui ada tidaknya peningkatan dari pre test dan setelah tindakan yaitu
siklus I.
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dibuat perbandingan ketuntasan keterampilan
menarik kesimpulan siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 sebelum diterapkannya
model pembelajaran konstruktivisme dan setelah diterapkannya model
3
5
10
56
1
0
2
4
6
8
10
12
48-55 56-63 64-71 72-79 80-87 88-95
Frekuensi
Interval nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran IPA. Berikut dituliskan pada
tabel 4.7 yaitu tabel perbandingan pra silus dan siklus I sebagai berikut:
Tabel 4.7 Perbandingan Ketuntasan Keterampilan Menarik Kesimpulan Siswa
Kelas V SD Negeri Pajang 4 antara Sebelum dan Sesudah Tindakan
Nilai sebelum tindakan Nilai siklus I Keterangan Jumlah siswa
yang tuntas Persentase
( %) Jumlah siswa yang tuntas
Persentase (%)
11 36,67 % 19 63,33 %
Keterampilan menarik
kesimpulan meningkat 26,66 %
Berdasarkan tabel 4.7 diatas, agar lebih jelas tentang meningkatnya
keterampilan menarik kesimpulan siswa dari pra tindakan ke siklus I digambarkan
dalam grafik pada gambar 4.4 sebagai berikut:
Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Ketuntasan Keterampilan Menarik Kesimpulan
Siswa antara Pra Tindakan/Pre Test dan Siklus I
Berdasarkan tabel 4.7 dan gambar 4.4 di atas dapat dikemukakan bahwa
setelah dilaksanakannya siklus I jumlah siswa yang mencapai ketuntasan adalah
19 siswa, meningkat 8 orang siswa dari sebelum dilaksanakan model
0
5
10
15
20
pra tindakan Siklus I
11
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pembelajaran konstruktivisme. Sebelum tindakan prosentase ketuntasannya hanya
36,67 % atau 11 siswa dari jumlah siswa kelas V. Sedangkan setelah
dilaksanakannya siklus I, jumlah siswa yang keterampilan menarik kesimpulannya
sudah mencapai kriteria ketuntasan bertambah menjadi 8 siswa yaitu menjadi 19
siswa (63,33 % dari jumlah siswa kelas V).
Dari uraian di atas diketahui bahwa sudah ada peningkatan keterampilan
menarik kesimpulan siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 yaitu dari 36,67 %
menjadi 63,33 %. Jadi mengalami peningkatan sebesar 26,66 %. Akan tetapi
peningkatan ini masih belum maksimal, belum mencapai indikator kinerja yang
diharapkan yang ditetapkan oleh peneliti. Sehingga diperlukan adanya tindakan
penelitian siklus II.
Beberapa tindakan yang perlu direfleksikan ke dalam tindakan selanjutnya
(siklus II) agar pelaksanaan pembelajaran IPA dengan model pembelajaran
konstruktivisme dapat meningkat dalam hal ini keterampilan menarik kesimpulan
siswa, antara lain berupa :
1) Guru harus lebih mempersiapkan kegiatan pembelajaran menjadi lebih baik
lagi.
2) Guru harus mempersiapkan media pembelajaran, alat dan bahan yang lebih
menarik serta mudah digunakan untuk kegiatan eksperimen.
3) Guru harus memvariasikan pembelajaran secara individual, kelompok dan
klasikal lebih baik lagi.
4) Guru harus memberi petunjuk yang jelas saat siswa melaksanakan praktek
sehingga tidak menimbulkan banyak pertanyaan.
5) Guru harus mengelola pelaksanaan percobaan lebih baik lagi dengan
memberikan peraturan-peraturan selama pelaksanaan percobaan untuk
menghindari aktivitas yang kurang baik seperti bermain sendiri.
6) Dalam pembelajaran guru harus lebih memperhatikan siswa agar siswa
terbiasa menggunakan keterampilan menarik kesimpulannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Deskripsi Siklus II
Berdasarkan refleksi tindakan pada siklus I, maka siklus II ini akan
dilaksanakan dengan alokasi waktu yang sama yaitu 2 x 35 menit dengan 4
pertemuan agar hasil yang diperoleh lebih optimal, maka diadakan siklus II ini
untuk lebih memantapkan hasil peningkatan keterampilan menarik kesimpulan
siswa. Kompetensi Dasar pada siklus ini adalah mendeskripsikan sifat-sifat
cahaya. Dengan sub pokok materi yaitu melakukan praktek tentang sifat-sifat
cahaya, mendemonstrasikan sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin
lengkung (cekung dan cembung), serta praktek membuat pelangi melalui
percobaan.. Siklus II dilaksanakan selama 1 minggu yaitu tanggal 30 April dan 3
Mei 2012. Pembelajaran dirancang untuk 2 kali pertemuan masing masing
pertemuan 2x35 menit, jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran siklus II
sebanyak 30 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.
a. Tahap perencanaan
1) Sebelum melaksanakan penelitian terlebih dahulu peneliti menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPA dengan materi sifat-sifat
cahaya dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme yang
disusun 2 kali pertemuan dan masing-masing pertemuan 2x 35 menit. Siklus II
dengan kompetensi dasar mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. Pertemuan
pertama dengan sub pokok materi yaitu melakukan praktek tentang sifat-sifat
cahaya, dan pertemuan kedua dengan sub pokok materi mendemonstrasikan
sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cekung dan
cembung), serta praktek membuat pelangi melalui percobaan..
2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) di dan instrument tes keterampilan
menarik kesimpulan yang mengacu pada refleksi siklus I, sehingga dalam
penyusunan akan lebih baik sesuai dengan yang diharapkan.
3) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan praktek dengan
model pembelajaran konstruktivisme.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Setiap kali akan melaksanakan percobaan guru mempersiapkan, menata, dan
mengatur ruangan sebaik mungkin sehingga dapat mempermudah pelaksanaan
kegiatan konstruktivisme.
b. Tahap pelaksanaan atau tindakan
1) Pertemuan Pertama
Pada tahap pelaksanaan pembelajaran ini dilaksanakan sesuai dengan
rencana pembelajaran (RPP) yang telah dibuat pada tahap perencanaan (lampiran
7 halaman 118). Pertemuan pertama dilakanakan pada hari Senin, tanggal 30 April
2012 selama 2 jam pelajaran ( 2 x 35 menit).
Pada pertemuan ini terdiri dari 6 indikator yaitu Menyebutkan sifat-sifat
cahaya, menjelaskan sifat cahaya yang mengenai cahaya merambat lurus,
menjelaskan sifat cahaya yang mengenai cahaya menembus benda bening,
menjelaskan sifat cahaya yang mengenai cahaya dapat dibiaskan, menumbuhkan
semangat siswa untuk meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan, serta
melakukan percobaan cahaya merambat lurus, cahaya menembus benda bening
dan pembiasan cahaya.
Kegiatan pembelajaran ini dimulai dengan mengkondisikan siswa terlebih
dahulu, mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan berdoa serta melakukan
absensi. Guru melakukan apersepsi untuk membuka ingatan siswa tentang sifat-
sifat cahaya. Setelah siswa mengetahui tentang sifat-sifat cahaya, guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai dalam pembelajaran ini.
Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang sifat-sifat cahaya secara garis
besarnya. Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai contoh sifat-sifat cahaya
yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bertujuan untuk mengeksplor
pengetahuan siswa mengenai sifat-sifat cahaya. Setelah itu siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok. Guru membagikan lembar kerja (LKS) yang berisi tentang
hal-hal yang harus dilakukan siswa dalam praktikum. Guru memberikan
penjelasan tentang cara penggunaan alat peraga.
Siswa mulai melaksanakan kegiatan penemuan dan penelitian melalui
paktek. Percobaaan mengenai sifat-sifat cahaya ini menggunakan beberapa
media diantaranya yaitu: gambar contoh sifat-sifat cahaya, karton, cermin,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sendok, pensil, plastik bening, penggaris, lampu senter, gelas bening, gelas
berwarna, gelas bening, batu bata, kardus, air jernih, air berlumpur/ keruh.
Pada percobaan ini guru mengawasi dan membimbing satu per satu
kelompok sambil menilai aktivitas siswa dalam berkelompok dan kemampuan
kelompok itu sendiri. Guru juga menciptakan suasana yang harmonis agar setiap
kelompok dapat bekerja sama dengan baik. Siswa mendiskusikan hasil
percobaan kelompoknya untuk membuat kesimpulan dari tiap percobaan.
Perwakilan dari tiap-tiap kelompok mempresentasikan dan mendemonstrasikan
hasil kerja kelompoknya di depan kelas.
Selanjutnya guru mengajak siswa untuk memberikan tanggapan pada
kelompok yang maju. Guru memberikan penguatan bagi siswa yang
mempresentasikan yaitu berupa pujian dan memberikan reward berupa tepuk
tangan kepada kelompok yang memiliki kinerja terbaik.
Pada akhir pembelajaran, guru bersama siswa membuat kesimpulan
berbagai percobaan yang telah dilakukan dan materi yang telah dipelajari yaitu
mengenai sifat-sifat cahaya. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang hal-hal yang belum jelas. Untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam memahami materi pelajaran tentang gaya guru memberikan evaluasi tertulis
kepada siswa tentang sifat-sifat cahaya. Setelah evaluasi selesai, guru merefleksi
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dan memberikan pesan yang
bermanfaat bagi siswa.
Pada pertemuan pertama aktivitas siswa dalam berkelompok telah
mengalami peningkatan, yaitu mengenai keaktifan siswa saat mengikuti
pembelajaran, berani bertanya dan menjawab dan lain-lain. Selain itu beberapa
siswa juga mulai terlatih bertindak kreatif dalam praktikum maupun ketika
menjawab pertanyaan. Hal ini membuktikan bahwa siswa sudah jelas dan mampu
melaksanakan percobaan dan menarik kesimpulan dengan baik.
2) Pertemuan Kedua
Pada tahap pelaksanaan pembelajaran ini dilaksanakan sesuai dengan
rencana pembelajaran (RPP) yang telah dibuat pada tahap perencanaan (lampiran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8 halaman 131). Pertemuan kedua dilakanakan pada hari Kamis, tanggal 3 Mei
2012 selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit).
Pada pertemuan kedua ini terdiri dari 4 indikator yaitu menjelaskan sifat
cahaya yang mengenai cahaya dapat dipantulkan, menumbuhkan semangat siswa
untuk meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan, melakukan percobaan
cahaya dapat dipantulkan yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung
(cekung dan cembung), serta membuat pelangi melalui percobaan.
Kegiatan pembelajaran ini dimulai dengan mengkondisikan siswa terlebih
dahulu, mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan berdoa serta melakukan
absensi. Guru melakukan apersepsi untuk membuka ingatan siswa tentang sifat
cahaya dapat dipantulkan yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung
(cekung dan cembung). Setelah siswa mengetahui tentang sifat-sifat cahaya,yang
mengenai cermin guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai
dalam pembelajaran ini. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang sifat
cahaya dapat dipantulkan yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung
(cekung dan cembung) secara garis besarnya. Guru bertanya jawab dengan siswa
mengenai contoh sifat cahaya dapat dipantulkan yang mengenai cermin datar dan
cermin lengkung (cekung dan cembung) dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
bertujuan untuk mengeksplor pengetahuan siswa mengenai sifat cahaya dapat
dipantulkan yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cekung dan
cembung). Setelah itu siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Guru
membagikan lembar kerja (LKS) yang berisi tentang hal-hal yang harus
dilakukan siswa dalam praktikum. Guru memberikan penjelasan tentang cara
penggunaan alat peraga.
Guru mengamati dan membimbing kerja masing-masing kelompok dan
masing-masing siswa. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan tugas
melaksanakan praktek, maka perwakilan dari kelompok maju ke depan untuk
menyampaikan jawaban dari tugas yang mereka kerjakan.
Guru mengajak siswa untuk memberikan tanggapan pada perwakilan
kelompok yang maju. Guru memberikan penguatan bagi siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mempresentasikan yaitu berupa pujian dan memberikan reward berupa tepuk
tangan kepada kelompok yang memiliki kinerja terbaik.
Pada akhir pembelajaran, guru bersama siswa membuat kesimpulan
materi yang telah dipelajari yaitu mengenai sifat cahaya dapat dipantulkan yang
mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cekung dan cembung). Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang
belum jelas. Semua materi telah disampaikan dan dipahami dengan baik, maka di
akhir pembelajaran guru memberikan instrument tes siklus II yang berupa
menarik kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari dari pertemuan pertama
sampai pertemuan terakhir.
Pada pertemuan kedua ini aktivitas siswa dalam berkelompok telah
mengalami peningkatan yang cukup pesat yang ditandai dengan keaktifan semua
anggota kelompok dalam melaksakan praktek, mengerjakan tugas, dan lebih
bertanggung jawab. Bisa dikatakan semua siswa telah mengalami peningkatan
aktivitas meskipun dalam keterampilan menarik kesimpulan masih ada beberapa
siswa yang kurang. Namun, rata-rata siswa sudah mampu menjawab pertanyaan
guru dengan benar, sudah tidak malu dan ragu-ragu lagi dalam mengungkapkan
gagasan atau menyampaikan jawaban, serta telah mampu untuk bertindak
mandiri. Mereka telah terbiasa menggunakan keterampilan menarik
kesimpulannya berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki kemudian diolah
dengan pengetahuan baru yang diperoleh dari percobaan-percobaan yang
dilakukan dan tidak hanya sebatas mengandalkan hafalan.
c. Tahap observasi/ pengamatan
Selama pelaksanaan tindakan baik pada pertemuan pertama maupun
pertemuan kedua pada siklus II, observasi dilakukan oleh peneliti kepada siswa
dan guru kelas V kepada peneliti dalam kegiatan pembelajaran IPA kelas V
dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme. Observasi ini
difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran yaitu kegiatan yang dilakukan oleh
guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang dilaksanakan
dengan menggunakan alat bantu berupa lembar pengamatan atau observasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
aktivitas guru, aktivitas siswa, penilaian keterampilan menarik kesimpulan siswa,
dan dokumentasi yang berupa foto dan video.
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian
pelaksanaan pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dengan menerapkan
model pembelajaran konstruktivisme dengan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) yang telah disusun serta untuk mengetahui seberapa besar peningkatan
keterampilan menarik kesimpulan siswa melalui penerapan model pembelajaran
konstruktivisme.
Pada pertemuan pertama siklus II, siswa sudah mulai terbiasa dalam
mengikuti pembelajaran dengan kelompok dan bereksperimen. Saat pembelajaran
dimulai, siswa menunjukkan kesiapan yang baik dan semangat untuk mengikuti
pembelajaran. Ketika guru memberikan pertanyaan banyak siswa yang
mengacungkan tangan dan berebut untuk menjawabnya . Ketika guru mengajak
siswa untuk praktek, mereka mulai bersemangat. Mereka segera menempatkan
diri pada kelompoknya masing-masing. Masing-masing kelompok diberikan
Lembar Kerja Siswa yang berisi panduan untuk melaksanakan praktek. Dan
bimbingan guru sudah mulai berkurang dari pada bimbingan ketika siklus I.
Tetapi dalam berkelompok pun masih terjadi hal-hal di luar kegiatan praktek
seperti bermain sendiri dengan alat dan bahan yang disediakan, bercerita sendiri,
bercanda, tetapi sebagian besar siswa sudah aktif dalam melaksakan percobaan.
Setelah berkelompok dan mempelajari prosedur percobaan, siswa langsung
memulai percobaan dengan alat dan bahan yang telah disediakan karena telah
paham dengan petunjuk yang tertulis meskipun ada beberapa siswa yang masih
perlu bimbingan guru. Dalam percobaan ini semua kelompok dapat melaksanakan
percobaan dengan baik dan dapat membuat kesimpulan yang tepat.
Pada pertemuan II siklus II, tidak jauh berbeda dengan pertemuan pertama.
Antara pertemuan I dan II pada siklus II, mengalami peningkatan dalam hal
keseriusan, keaktifan, dan melaksanakan percobaan serta membuat kesimpulan.
Tetapi tetap masih ada pula yang kadang terlihat masih bermain sendiri dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengobrol. Akan tetapi secara keseluruhan sudah mengalami peningkatan dalam
hal aktivitas dan keterampilan menarik kesimpulan.
Berdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran dan lampiran 21
halaman 160 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata keterampilan menarik
kesimpulan siswa pada siklus II adalah 75,87. Pada siklus II ada 4 siswa yang
belum mencapai ketuntasan. Nilai mereka masih dibawah rata-rata ketuntasan
yaitu 67. Sudah ada 26 siswa atau 86,67 % dari jumlah siswa kelas IV yang telah
melebihi atau sama dengan KKM.
Dan berdasarkan lampiran 42 halaman 208 kemampuan guru dalam
melaksanakan pembelajaran antara lain:
1. Guru telah mempersiapkan ruangan, sumber belajar serta media
pembelajaran dengan sangat baik.
2. Guru telah memperiksa kesiapan siswa untuk belajar dengan sangat
baik.
3. Guru telah melakukan kegiatan absensi dengan baik.
4. Guru menyampaikan konpetensi (tujuan) yang akan dicapai dan
rencana kegiatan dengan sangat baik.
5. Penguasaan materi guru sangat baik.
6. Guru mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan dengan
baik.
7. Guru menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki
belajar dan karakteristik siswa dengan sangat baik.
8. Dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan)
yang akan dicapai dan karakteristik siswa dengan sangat baik.
9. Guru melaksanakan pembelajaran secara runtun dengan sangat baik.
10. Dalam menguasai kelas guru sudah baik.
11. Guru dalam melaksanakan pembelajaran yang bersifat konstektual
dengan sangat baik.
12. Guru melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya
kebiasaan positif (dampak pengiring) dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13. Penggunaan waktu oleh guru sesuai yang telah direncanakan sudah
baik
14. Guru menggunakan media dan sumber yang efektif dan efisien dengan
sangat baik.
15. Guru menghasilkan pesan yang menarik dengan baik.
16. Dalam pembelajaran guru sangat baik dalam melibatkan siswa dalam
pemanfaatan media dan sumber belajar.
17. Guru dalam melaksanakan pembelajaran yang bersifat konstektual
dengan sangat baik.
18. Dalam menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran guru
sangat baik.
19. Dalam menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa guru sudah
baik.
20. Guru sudah baik dalam menunjukkan hubungan antara pribadi yang
kondusif.
21. Guru cukup baik dalam menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa
dalam belajar.
22. Dalam penilaian proses guru sangat baik baik dalam hal memantau
kemajuan siswa.
23. Guru dalam melaksanakan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi
(tujuan) sangat baik.
24. Ketika mengajar guru sangat baik dalam penggunaan bahasa lisan dan
tulis secara jelas, baik benar, dan lancar.
25. Dalam menyampaikan pesan guru sudah cukup baik menggunakan
gaya yang sesuai.
26. Di akhir pembelajaran guru melaksanakan refleksi, membuat
rangkuman, dan melaksanakan tindak lanjut dengan sangat baik.
Dari hasil observasi terhadap guru pada siklus II diperoleh rata-rata
observasi sebesar 3,72. Yang berarti masuk dalam kriteria sangat tinggi. Untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
hasil observasi aktivitas bagi siswa pada siklus akhir siklus II (lampiran 28
halaman 167) diperoleh data dalam tabel 4.8 sebagai berikut :
Tabel 4.8 Aktivitas Siswa Siklus II
Keterangan Pertemuan I Pertemuan II Nilai terendah 60 65 Nilai tertinggi 85 100
Jumlah 2165 2495 Rata-rata 72,17 83,17
Aktivitas siswa di siklus II sudah baik jika dibandingkan dengan siklus I
yaitu dengan rata-rata 77,67 dan tergolong dalam kategori tinggi. Dari siklus II
pertemuan pertama rata-rata aktivitas siswa adalah 72,17 sedangkan di pertemuan
kedua rata-ratanya menjadi 83,17. Dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua
mengalami peningkatan aktivitas sebesar 11 %. Selengkapnya dapat dilihat dalam
lampiran 53. Data lebih lengkap tentang pengamatan keterampilan menarik
kesimpulan siswa siklus II ini dapat dilihat dalam tabel 4.9 dibawah ini :
Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Keterampilan Menarik Kesimpulan Siklus II
Keterangan Pertemuan I Pertemuan II
Nilai terendah 65 65
Nilai tertinggi 85 95
Jumlah 2240 2440
Rata-rata 74,67 81,34
Data-data aktivitas dan pengamatan keterampilan menarik kesimpulan
pada pertemuan I dan pertemuan II ini kemudian dibuat rata-rata akhir siklus II.
Nilai rata-rata yang diperoleh adalah 78,01 (lampiran 17 halaman 152). Untuk
hasil tes didapatkan hasil seperti yang terteta dalam tabel 4.10 berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.10 Hasil Tes Keterampilan Menarik Kesimpulan Siswa
Keterangan Siklus I Siklus II
Nilai terendah 48 65
Nilai tertinggi 90 95
Jumlah 2101 2276
Rata-rata 70,04 75,87
Selanjutnya nilai akhir sebelum tindakan dan Siklus II dibandingkan untuk
mengetahui adanya peningkatan atau tidak keterampilan menarik kesimpulan
siswa. Perbandingan nilai akhir Siklus I dan Siklus II dapat dilihat dalam tabel
4.11 berikut ini.
Tabel 4.11 Perbandingan Nilai Aktivitas, Pengamatan Keterampilan Menarik
Kesimpulan dan Tes Keterampilan Menarik Kesimpulan Siswa
Siklus I Dan Siklus II
Ket.
Sikus I Siklus II
Aktivitas siswa
Pengamatan keterampilan
menarik kesimpulan
Tes keterampilan
menarik kesimpulan
Aktivitas siswa
Pengamatan keterampilan
menarik kesimpulan
Tes keterampilan
menarik kesimpulan
Nilai terendah
52,5 50 48 62,5 65 65
Nilai Tertinggi
82,5 80 90 92,5 90 95
Rata-rata nilai
66,91 63,58 70,04 77,67 78,01 75,87
Berdasarkan tabel 4.11 tentang nilai perbandingan Siklus I dan Siklus II di
atas dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan rata-rata nilai aktivitas siswa dari
69,91 menjadi 77,67 ; pengamatan keterampilan menarik kesimpulan siswa dari
63,58 menjadi 78,01 dan pada hasil tes keterampilan menarik kesimpulan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70,04 menjadi 75,87 dengan rata-rata akhir ketiga aspek tersebut adalah 77,18
Dari tabel 4.11 di atas dapat dibuat grafik yang dapat dilihat pada gambar 4.5
berikut :
Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Nilai Akhir Aktivitas, Pengamatan
Keterampilan Menarik Kesimpulan dan Nilai test Siswa antara
Siklus I dan Siklus II
d. Tahap refleksi
Data-data yang diperoleh dari observasi di atas, dianalisis untuk
mengetahui ada tidaknya peningkatan dari yaitu siklus I dan siklus II.
Berdasarkan hasil tes yang dilaksanakan pada Siklus II di atas,
disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran konstruktivisme telah
menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menarik kesimpulan yang
baik/tinggi terhadap pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri Pajang 4 . Maka
52,5
62,5
82,5
92,5
50
65
80
90
48
65
9095
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Siklus I siklus II
nilai terendah aktivitas Nilai tertinggi aktivitas nilai terendah pengamatan keterampilan menarik kesimpulan nilai tertinggi pengamatan keterampilan menarik kesimpulan nilai terendah tes keterampilan menarik kesimpulannilai tertinggi tes keterampilan menarik kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini cukup pada siklus II. Hal ini diperkuat
dengan nilai rata-rata tes keterampilan menarik kesimpulan siswa selama
pembelajaran yang telah mencapai batas tuntas yaitu 26 siswa atau 86,67% siswa
dari 30 siswa sudah mendapatkan nilai diatas KKM yang ditentukan. Prosentase
nilai Siklus II ini dapat dilihat dalam tabel 4.12 dibawah ini:
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Tes Keterampilan Menarik
Kesimpulan Siswa Siklus II
No Interval Nilai Frekuensi Prosentase 1 65-70 9 30% 2 71-76 10 33,33 % 3 77-82 6 20% 4 83-88 2 6,67% 5 89-94 2 6,67% 6 95-100 1 3,33% Jumlah 30 100 %
Berdasarkan tabel 4.12 maka dapat digambarkan dalam grafik pada
gambar 4.6 di bawah ini
Gambar 4.6 Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Tes Keterampilan Menarik
Kesimpulan Siswa Siklus II
910
6
2 21
0
2
4
6
8
10
12
65-70 71-76 77-82 83-88 89-94 95-100
frekuensi
Interval Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan hasil pada Siklus I dan Siklus II maka dapat dibuat
perbandingan ketuntasan keterampilan menarik kesimpulan siswa kelas V SD
Negeri Pajang 4 dengan model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran
IPA. Berikut dituliskan pada tabel 4.13 yaitu tabel perbandingan ketuntasan siklus
I dan siklus II sebagai berikut :
Tabel 4.13 Perbandingan Ketuntasan Keterampilan Menarik Kesimpulan Siswa
Kelas V SD Negeri Pajang 4 antara Siklus I dan Siklus II
Nilai siklus I Nilai siklus II
Keterangan Jumlah siswa yang tuntas
Persentase ( %)
Jumlah siswa yang
tuntas
Persentase ( %)
19 63,33 % 26 86,67 %
Keterampilan menarik
kesimpulan siswa naik 23,34 %
Berdasarkan tabel 4.13 di atas, pada siklus II mengalami peningkatan
keterampilan menarik kesimpulan. Untuk lebih jelasnya tentang perbandingan
ketuntasan keterampilan menarik kesimpulan siswa dari siklus I ke siklus II
digambarkan dalam grafik pada gambar 4.7 berikut ini :
Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Nilai Ketuntasan Keterampilan Menarik
Kesimpulan Siswa antara Siklus I dan Siklus II
0
5
10
15
20
25
30
SiklusI Siklus II
1926
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap aktivitas siswa pada
pembelajaran siklus II, penggunaan model pembelajaran konstruktivisme yang
dilakukan selama pembelajaran berlangsung telah terlaksana dengan baik, hal
tersebut dapat kita lihat dari aktivitas guru dan siswa yang sudah sesuai dengan
prasyarat pembelajaran sekarang yaitu KTSP dengan pembelajaran PAIKEM.
C. Deskripsi Hasil Penelitian
Menurut hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat didiskripsikan
bahwa ada peningkatan keterampilan menarik kesimpulan pada siswa kelas V SD
Negeri Pajang 4 dari pre test ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II, yang dapat
dilihat dari :
1. Data Hasil Keterampilan Menarik Kesimpulan siswa pra tindakan.
Pada pra tindakan ini hanya ada 11 siswa yang mencapai target ketuntasan.
Dari hasil analisis dan hasil observasi dan hasil evaluasi dari sebelum tindakan
diperoleh rata-rata aktivitas belajar siswa kategori rendah sebanyak 20 siswa atau
sekitar 66,67%, sedangkan untuk aktivitas belajar siswa kategori cukup Sebanyak
9 siswa atau 30%,untuk aktivitas belajar siswa kategori baik sebanyak 1 siswa
atau 3,33%. Sedangkan berdasarkan pengamatan keterampilan menarik
kesimpulan siswa selama pembelajaran didapatkan hasil sama seperti aktivitas
belajar siswa yakni sebagai berikut; siswa yang memperoleh kategori rendah
sebanyak 20 siswa atau 66,67%, siswa yang memperoleh kategori cukup sebanyak
9 siswa atau 30 %, siswa yang mendapat kategori baik sebanyak 1 siswa atau
3,33% Dari hasil test didapatkan data sebagai berikut siswa yang mendapat hasil
tes kategori tinggi sebanyak 5 siswa atau 16,67%, siswa yang mendapat nilai
sedang sebanyak 21 siswa atau 70 % dan untuk siswa yang mendapat nilai rendah
sebanyak 4 siswa atau 13,33%.
2. Data Aktivitas Siswa
a. Siklus I
Pada siklus I pertemuan I setelah diadakan tindakan dengan menggunakan
model pembelajaran konstruktivisme diperoleh hasil analisa dapat disimpulkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bahwa aktifitas siswa dalam pembelajaran, siswa yang mempunyai aktifitas tinggi
sebanyak 1 siswa atau 3,33%, siswa dengan kategori sedang sebanyak 26 siswa
atau 86,67%, dan siswa dengan aktivitas rendah sebanyak 3 siswa atau 10% dari
30 siswa. Dari pertemuan I ini didapatkan rata-rata sebanyak 63,5.
Pada pertemuan II siswa yang mempunyai aktivitas tinggi sebanyak 5 siswa
atau 16,67%, siswa yang mendapat nilai kategori sedang sebanyak 25 siswa atau
83,33% dari 30 siswa. Dari pertemuan II ini diperoleh rata-rata sebesar 70,33.
b. Siklus II
Siklus II merupakan lanjutan dari siklus sebelumnya untuk menetapkan
dan mencapai tujuan penelitian. Dari data observasi aktivitas siswa pada siklus II
pertemuan I diperoleh data sebagai berikut: siswa yang memiliki kategori
aktivitas belajar tinggi sebanyak 5 siswa atau 16,67%, siswa yang memiliki
kategori aktivitas belajar kategori sedang sebanyak 25 siswa atau 83,33% dari 30
peserta didik. Dari data aktivitas siswa diperoleh rata-rata sebanyak yaitu 72,17.
Aktivitas belajar siswa pada siklus II pertemuan II, terdapat siswa yang
memiliki kategori aktivitas belajar tinggi sebanyak 20 siswa atau 66,67 %, siswa
yang memiliki kategori aktivitas belajar sedang sebanyak 10 siswa atau 33,33%
dari 30 peserta didik. Dari data aktivitas tersebut didapatkan rata-rata pada
pertemuan II yaitu 83,17.
3. Data Hasil Pengamatan Keterampilan Menarik Kesimpulan
a. Siklus I
Berdasarkan pengamatan kemampuan berpikir kritis selama pembelajaran
didapatkan hasil sebagai berikut; siswa yang memperoleh kategori nilai tinggi
sebanyak 1 siswa atau 3,33%, siswa yang mendapat nilai kategori sedang
sebanyak 23 siswa atau 76,67% dan siswa dengan kategori rendah sebanyak 6
siswa atau 20%. Pada pertemuan I ini diperoleh rata-rata sebanyak 59,5.
Pada pertemuan II siswa yang mendapat nilai kategori tinggi sebanyak
3 siswa atau 10%, siswa yang mendapat nilai kategori sedang sebanyak 25 siswa
atau 83,33% dan siswa yang mendapat nilai kategori rendah sebanyak 2 siswa
atau 6,67% dari 30 siswa. Dari pertemuan II ini diperoleh rata-rata sebesar 67,67.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Siklus II
Pengamatan keterampilan menarik kesimpulan siswa pertemuan I
didapatkan hasil sebagai berikut: untuk siswa yang mendapat nilai kategori tinggi
sebanyak 8 siswa atau 26,67%, siswa yang mendapat nilai kategori sedang
sebanyak 22 siswa atau 73,33% dari 30 siswa. Dari pertemuan I ini diperoleh rata-
rata 74,67.
Pada pertemuan II siswa yang mendapat nilai kategori sangat baik
sebanyak 20 siswa atau 66,67 %, siswa yang memiliki kategori nilai baik
sebanyak 10 siswa atau 33,33% dari 30 peserta didik. Dari pertemuan II ini
didapatkan rata-rata sebanyak 81,34.
4. Data Hasil Test Keterampilan Menarik Kesimpulan
a. Siklus I
Hasil test keterampilan menarik kesimpulan didapatkan hasil sebagai
berikut; Siswa yang mendapat hasil tes kategori tinggi sebanyak 5 siswa atau
16,67%, siswa yang mendapat nilai sedang sebanyak 24 siswa atau 80 % dan
untuk siswa yang mendapat nilai rendah sebanyak 1 siswa atau 3,33%. Setelah
dilakukan siklus 1 dapat diketahui bahwa tingkat ketuntasan keterampilan menarik
kesimpulan siswa mengalami peningkatan sebesar 26,66% yaitu dari 36,67%
menjadi 63,33%. Dari 11 siswa pada pra siklus menjadi 19 siswa pada siklus I.
b. Siklus II
Sedangkan untuk test keterampilan menarik kesimpulan siswa yang
mendapat nilai kategori sedang sebanyak 22 siswa atau 73,33%, untuk kategori
nilai baik sebanyak 8 siswa atau 26,67%. Secara keseluruhan terjadi peningkatan
aktivitas maupun keterampilan menarik kesimpulan siswa. Tingkat ketuntasan
pada siklus II sebesar 86,67% atau sebanyak 26 siswa tuntas di atas KKM dari 30
siswa. Meningkat 7 siswa dari siklus I.
5. Observasi Kinerja Guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Siklus I
Pada siklus I ini nilai rata-rata kinerja guru adalah 3,41 yang berarti masuk
kategori baik. Secara keseluruhan kemampuan guru dalam mempersiapkan
pembelajaran sudah cukup baik, tetapi dalam pelaksanaan praktek guru kurang
bisa mengelola dengan baik. Selain itu guru kurang jelas dalam memberikan
petunjuk dan penjelasan berkaitan dengan praktek. Kekurangan-kekurangan inilah
yang perlu diatasi untuk perbaikan siklus II.
b. Siklus II
Pada Siklus II nilai rata-rata kinerja guru adalah 3,72 yang masuk kategori
sangat baik. Secara keseluruhan guru sudah mempersiapkan dan melaksanakan
pembelajaran dengan baik mulai dari mempersiapkan ruang, alat dan media
hingga memicu keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Namun dalam beberapa
hal ada yang perlu ditingkatkan lagi khususnya kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran secara berkelompok. Karena pembelajaran dengan
kelompok membutuhkan kesabaran dan pengelolaan yang bagus karena setiap
siswa diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam kelompoknya.
6. Data Hasil Wawancara Guru
Dari data wawancara dengan guru sebelum pembelajaran dengan model
pembelajaran konstruktivisme diketahui bahwa kondisi siswa kelas V SD Negeri
Pajang 4 memiliki keterampilan menarik kesimpulan siswa yang masih rendah.
Hal ini terlihat dalam pembelajaran ketika siswa kurang aktif dalam pelajaran,
siswa kurang antusias melakukan praktikum serta cara mengajar guru yang
menggunakan metode dan model yang monoton. Pemahaman siswa terhadap
materi IPA masih sebatas pada hal-hal yang bersifat informatif berdasarkan
penjelasan dari guru. Siswa masih kesulitan untuk menerima materi karena tidak
didukung dengan adanya media pembelajaran.
Setelah pembelajaran dengan model pembelajaran konstruktivisme ini,
perlahan-lahan siswa telah terlihat mengalami peningkatan keterampilan menarik
kesimpulan yang mereka miliki. Dalam pelajaran mereka sudah terlihat aktif,
sudah tidak merasa malu lagi dalam menyampaikan gagasan atau pendapat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Harapan lainnya semoga keterampilan menarik kesimpulan yang dimiliki siswa
tidak hanya nampak pada pelajaran IPA saja melainkan pada semua pelajaran
siswa sudah mulai terbiasa untuk membangun pengetahuan melalui praktek.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dan rumusan tujuan penelitian, yaitu
untuk meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan siswa dalam pembelajaran
IPA dan untuk mengetahui tingkat keefektifan model pembelajaran
konstruktivisme dalam hal tersebut maka dengan pelaksanaan tindakan dalam
pembelajaran dengan model pembelajaran konstruktivisme diharapkan dapat
membawa perubahan pada proses pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri Pajang
4 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta untuk kegiatan belajar mengajar atau KBM
selanjutnya.
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi dan hasil tes keterampilan
menarik kesimpulan dapat dilihat adanya peningkatan aktivitas siswa dalam
pembelajaran, peningkatan keterampilan menarik kesimpulan, serta peningkatan
nilai IPA di kelas V SD Negeri Pajang 4 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.
Peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran berdasarkan observasi
diantaranya: (1) minat siswa untuk melaksanakan praktek lebih tinggi; (2) siswa
cukup aktif dalam pembelajaran, memberikan rangkuman, dan dalam menerima
tugas; (3) siswa lebih aktif menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat,
mengajukan pertanyaan, dan mengerjakan LKS dari guru; (4) siswa lebih aktif
dan bersemangat dalam pembelajaran; (5) siswa lebih teliti dalam melaksanakan
praktek; (6) kerja sama antar anggota kelompok lebih baik, dan (7) siswa lebih
bertanggung jawab dalam kelompoknya .
Berdasarkan data dari sebelum tindakan, siklus I dan siklus II dapat
diketahui bahwa setiap siklus mengalami peningkatan. Pada pra tindakan siswa
yang tuntas diatas KKM ≥ 67 hanya 11 siswa atau 36,67 %, pada siklus I siswa
yang tuntas sebanyak 19 siswa atau 63,33 %, dan pada siklus II siswa yang tuntas
sebanyak 26 siswa atau 86,67 % dari 30 siswa. Namun ada 4 siswa atau 13,33 %
yang belum tuntas. Hal ini disebabkan karena keterampilan menarik kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
siswa tersebut sangat rendah, dan peneliti meminta bantuan kepada guru kelas
untuk membimbing mereka lebih lanjut. Data di atas disajikan dalam tabel 4.14
berikut ini :
Tabel 4.14 Perbandingan Ketuntasan Pra Tindakan, Siklus I dan Siklus II
Nilai pra tindakan Nilai siklus I Siklus II
Ket. Jumlah siswa yang tuntas
Persentase ( %)
Jumlah siswa yang tuntas
Persentase ( %)
Jumlah siswa yang lulus
Persentase (%)
11 36,67 % 19 63,33 % 26 86,67 %
Keterampilan menarik
kesimpulan siswa
meningkat 23,34 %
Berdasarkan tabel 4.14 di atas maka dapat digambarkan ke dalam grafik
pada gambar 4.8 sebagai berikut :
Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Ketuntasan Pra Tindakan, Siklus I dan Siklus II
0
5
10
15
20
25
30
Pra Tindakan Siklus I Siklus II
11
19
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan
bahwa adanya peningkatan keterampilan menarik kesimpulan siswa kelas V SD
Negeri Pajang 4 dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme. Hal
ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-peningkatan nilai yang diperoleh
siswa dari hasil observasi dan test keterampilan menarik kesimpulan yang
dilakukan oleh peneliti. Dari hasil penelitian, siswa yang memiliki keterampilan
menarik kesimpulan tinggi siswa tersebut aktif dalam kegiatan pembelajaran
terutama pada saat kelompok, selain itu nilai evaluasinya juga tinggi. Tetapi masih
ada beberapa siswa yang aktif dan hasil tesnya masih sedang, hal ini dikarenakan
daya tangkap siswa tersebut memang rendah atau kurang.
Hambatan-hambatan yang dihadapi selama penelitian ini diantaranya
adalah :
1. Siswa yang masih main-main dengan guru (peneliti) dan menganggap
sebagai teman sendiri membuat mereka sulit untuk serius dalam
pembelajaran.
2. Kondisi kelas yang terkadang ramai membuat guru (peneliti) kurang dapat
menguasai kelas.
Namun secara keseluruhan penelitian dapat berjalan dengan lancar.
Dengan demikian, penelitian ini dapat diajukan sebagai suatu rekomondasi bahwa
penerapan model pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan keterampilan
menarik kesimpulan siswa kelas V SD Negeri Pajang 4, Kecamatan Laweyan,
Kota Surakarta dan siswa kelas V sekolah dasar lain pada umumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan
dalam dua siklus dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme
sebagai upaya meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan IPA pada siswa
kelas V SD Negeri Pajang 4 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta Tahun Ajaran
2011/2012, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme
dapat meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan mata pembelajaran IPA
pada siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 laweyan Surakarta Tahun Ajaran
2011/2012. Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata aktivitas pada pra tindakan
yaitu 54,83 meningkat menjadi 66,91 pada siklus I dan 77,67 pada siklus II. Rata-
rata hasil pengamatan keterampilan menarik kesimpulan dari 54,83 pada pra
tindakan meningkat menjadi 63,58 pada siklus I dan 78,01 pada siklus II. Rata-
rata hasil tes keterampilan menarik kesimpulan juga mengalami peningkatan dari
64,73 pada pra tindakan meningkat menjadi 70,04 pada siklus I dan 75,87 pada
siklus II. Banyaknya siswa yang tuntas pada pra tindakan yaitu 11 siswa atau
36,67%, meningkat menjadi 19 siswa pada siklus I atau 63,33% dan menjadi 26
siswa atau 86,67% pada siklus II dari 30 siswa. Maka penelitian pada siklus II ini
telah mencapai target capaian. Untuk kinerja guru juga mengalami peningkatan
yakni dari 3,41 pada siklus I menjadi 3,72 pada siklus II.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian ini terbukti bahwa penerapan model
pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan keterampilan menarik
kesimpulan siswa. Sehubungan dengan penelitian ini maka dikemukakan
implikasi hasil penelitian sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Penggunaan model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran dapat
meningkatkan keaktifan dan pemahaman siswa dalam membangun
pengetahuan serta membuat kesimpulan pembelajaran.
2. Penggunaan model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran
menyebabkan proses pembelajaran menjadi menyenangkan dan aktif karena
siswa membangun pengetahuannya sendiri sehingga pengetahuan akan lebih
bertahan lama.
3. Penggunaan model pembelajaran konstruktivisme memudahkan siswa dalam
memahami konsep, materi dalam pelajaran IPA.
4. Pentingnya guru dalam menggunakan model pembelajaran konstruktivisme
dalam upaya untuk meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan siswa.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas mengenai penggunaan model
pembelajaran konstruktivisme pada siswa kelas V SD Negeri Pajang 4 Kecamatan
Laweyan Kota Surakarta, maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah
Sekolah dalam hal ini kepala sekolah selalu memotivasi guru untuk
menggunakan model pembelajaran konstruktivisme dalam membelajarkan IPA
agar siswa terbiasa membangun pengetahuannya sendiri melalui penemuan-
penemuan. Hal ini untuk meningkatkan keterampilan siswa khususnya menarik
kesimpulan. Dengan terampil menarik kesimpulan maka siswa akan cepat, cekat
dan tepat dalam menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari berdasarkan
pengetahuan yang telah dikonstruksi.
2. Bagi Guru
Dalam melaksanakan pembelajaran IPA guru hendaknya sering
mengajak siswa untuk melakukan praktek agar pemahaman siswa tidak sekedar
hafalan saja. Konsep-konsep dalam IPA tidak bisa diajarkan sekedar dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memberitahu, tetapi lebih utamanya adalah bagaimana mengajarkan siswa untuk
memperoleh konsep tersebut. Dengan kata lain pembelajaran IPA sangat
mengutamakan proses tidak hanya produknya. Agar pembelajaran IPA dapat
berlangsung aktif dan efektif guru diharapkan menggunakan model pembelajaran
konstruktivisme. Dengan penemuan inilah siswa akan terbiasa menggunakan
keterampilan menarik kesimpulannya. Anak akan mudah memahami materi
pelajaran karena mereka membangun sendiri pengetahuan mereka.
3. Bagi Siswa
Siswa hendaknya dapat berperan aktif dalam kegiatan praktek dan berani
menyampaikan ide atau pikiran pada saat proses pembelajaran. Selain itu siswa
hendaknya memanfaatkan media pembelajaran yang telah disiapkan, aktif
mengerjakan tugas individu maupun tugas kelompok yang diberikan guru, lebih
meningkatkan keterampilan proses IPA terutama keterampilan menarik
kesimpulan. Dalam belajar, janganlah hanya menghafalkan tetapi cobalah untuk
mengkontruksi pengetahuan tersebut melalui pengamatan serta didasarkan pada
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Di akhir kegiatan lakukanlah
kegiatan menarik kesimpulan. Kemudian mengaplikasikan hasil belajarnya ke
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, siswa dapat memperoleh hasil
belajar yang optimal.