Upload
dinhtu
View
245
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE JIGSAW II UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
KELAS VIIIA MTs NU UNGARAN
skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
oleh
Susanto
4201408001
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang
panitia ujian skripsi.
Semarang, 26 Februari 2013
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Langlang Handayani, M.App. Sc. Isa Akhlis, M.Si.
NIP. 19680722 199203 2 001 NIP. 19700102 199903 1 002
iii
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIIIA MTs. NU Ungaran
disusun oleh
Susanto
4201408001
telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada
tanggal 26 Februari 2013.
Panitia:
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Wiyanto, M.Si. Dr. Khumaedi, M. Si.
NIP. 19631012 198803 1 001 NIP. 19630610 198901 1 002
Ketua Penguji
Dra. Dwi Yulianti, M.Si.
NIP. 19600722 198403 2 001
Anggota Penguji / Anggota Penguji /
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Dra. Langlang Handayani, M.App. Sc. Isa Akhlis, M.Si.
NIP. 19680722 199203 2 001 NIP. 19700102 199903 1 002
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II untuk Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa Kelas VIIIA MTs. NU Ungaran” ini bebas plagiat.
Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Semarang, 26 Februari 2013
Susanto
NIM. 4201408001
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Sabarlah dan peliharalah kesungguhan belajar dan kerja kerasmu, akan manis
sekali jika engkau berhasil membuktikan bahwa engkau lebih besar daripada
semua orang yang hari ini mengecilkanmu (Mario Teguh).
Jangan pernah mengatakan sulit, karena tak ada yang sulit di dunia ini
(Mohamad Siswoyo).
Jika tekanan dalam hidup semakin berat, maka lapangkanlah hatimu. Niscaya
bebanmu akan terasa lebih ringan (Susanto).
PERSEMBAHAN
Ayah dan Ibu tercinta.
Mas Agus, Mba Winda, dan keponakanku Gwin
dan Hafiz, kalian keluarga hebatku.
Deby Wulan, kaulah mimpiku berikutnya.
Error Community: Arya, Indri, Ade, Dini, Ponco,
Sasa, hitam putih kisah kita akan slalu terkenang.
Sahabatku: Adit, Bujang, Komar, Bidin, Yayan,
Cenon, Ardi, Agung, Seto, Rizal, Avan, dan Umar,
hari ini, esok, dan seterusnya kalian sahabatku.
Teman-teman Fisika 2008, yakinlah kita sukses.
Teman-teman PPL SMA TN 2011, kenangan indah
telah terukir rapi dalam diaryku
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah atas segala karunia yang telah diberikan Allah
SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II untuk Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa Kelas VIIIA MTs NU Ungaran”. Pada kesempatan ini, penulis
ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan masukan dan bantuan dalam proses penelitian dan penyusunan
skripsi ini. Penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., rektor Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk
menyelesaikan studi strata I Jurusan Fisika FMIPA UNNES.
2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si., dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang
telah memberi ijin untuk melaksanakan penelitian.
3. Dr. Khumaedi, M.Si., ketua Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri
Semarang yang telah membantu dalam hal administrasi.
4. Dra. Langlang Handayani, M.App.Sc., dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis selama
menyusun skripsi.
5. Isa Akhlis, M.Si., dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk
membimbing serta mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi.
6. Dra. Dwi Yulianti, M.Si, dosen penguji yang telah memberikan masukan
serta mengarahkan penulis dalam penyempurnaan skripsi.
vii
7. Kedua orang tuaku yang selalu mendoakan dan memberi semangat demi
terselesaikannya skripsi ini.
8. Keluarga besar MTs NU Ungaran atas kerjasama dan dukungannya dalam
penelitian ini.
9. Sahabat-sahabatku yang selalu menemani, membantu, dan memberikan
semangat demi terselesaikannya skripsi ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu dan memberi semangat demi kelancaran penulisan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, masih
banyak kelemahan dan kekurangan, maka dari itu penulis mengharap masukan
dan saran dari pembaca. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi penulis sendiri pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Semarang, 26 Februari 2013
Penulis
viii
ABSTRAK
Susanto. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIIIA MTs NU Ungaran.
Skripsi, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Dra. Langlang Handayani,
M.App.Sc, dan Pembimbing II Isa Akhlis, M.Si.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II, Motivasi Belajar,
Prestasi Belajar.
Berdasarkan hasil observasi di kelas VIIIA MTs NU Ungaran diketahui
bahwa prestasi belajar masih rendah dan keaktifan siswa masih kurang. Menurut
guru IPA kelas VIIIA hal ini dikarenakan kurangnya motivasi belajar siswa.
Motivasi yang masih rendah harus segera ditingkatkan karena motivasi
merupakan prediktor terbaik prestasi belajar. Dengan adanya motivasi maka
aktivitas meningkat sehingga prestasi belajar juga meningkat.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar dan prestasi
belajar IPA siswa kelas VIIIA MTs NU Ungaran pada pokok bahasan cahaya
melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II merupakan model pembelajaran teman
sebaya yang bekerja dengan membagi suatu materi menjadi bagian-bagian yang
dibahas dalam beberapa kelompok yang disebut kelompok ahli, materi tersebut
kemudian disatukan kembali dalam sebuah kelompok yang disebut kelompok
asal. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II diakhiri dengan pemberian reward
kepada kelompok asal dengan nilai rata-rata tertinggi. Peningkatan motivasi
belajar dilihat melalui indikator motivasi belajar siswa, sedangkan peningkatan
prestasi belajar siswa diketahui melalui perhitungan uji gain dari nilai kognitif,
kemudian dikategorikan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas dua pertemuan dengan
empat tahap kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Berdasarkan hasil penelitian, motivasi belajar siswa mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II. Prestasi belajar siswa pada penelitian ini
mengalami peningkatan dengan kategori sedang. Simpulan dari penelitian ini
adalah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa dan prestasi belajar siswa secara signifikan.
ix
ABSTRACT
Susanto. 2013. The Application of Cooperative Learning Technique Jigsaw II in
Improving Student Learning Motivation at Grade VIIIA MTs NU
Ungaran. Final Project. Department of Physics, Faculty of Mathematics
and Natural Sciences, Semarang State University. Advisor I Dra. Langlang
Handayani, M.App.Sc., and Advisor II Isa Akhlis, M.Sc.
Keywords: Cooperative Learning Technique Jigsaw II, Learning Motivation,
Learning Achievement.
Based on observation, it was known that learning achievement and also
learning participation of the eight grade student at MTs NU Ungaran was
relatively low. According to the science teacher, it was due to the lack of student
learning motivation. The low learning motivation should be enhanced, because
learning motivation is the best predictor of learning achievement. Learning
motivation can increase student activity and later on can increase student
achievement.
This study aims to improve the learning motivation and learning
achievement of the VIIIA grade students at MTs NU Ungaran on the subject of
light through the implementation of cooperative learning technique-Jigsaw II.
Cooperative learning technique-Jigsaw II is a peer learning model working by
dividing the learning material into some parts. Each part of the learning materials
is discussed in some groups called the expert group. The material is then put back
together in a group known as the original group. Cooperative learning technique-
Jigsaw II ends with the reward to the original group with the highest average
mark. The Increasing of learning motivation is viewed through student motivation
indicators, while the increasing of student achievement is known by calculating
the result of gain test from the cognitive mark, and the result is then categorized
according to predetermined criteria.
This study used classroom action research conducted in two cycles. Each
cycle consisted of two meetings with the four phases of activities, they are
planning, implementation, observation and reflection.
Based on the results of the study, students' motivation has increased from
cycle I to cycle II. Student achievement in the study had an increase in the
medium category. Conclusions from this research is the type of Jigsaw II
cooperative learning can improve student motivation and student achievement
significantly.
Based on the final analysis it can be concluded that the cooperative
learning technique Jigsaw II can improve student learning motivation and student
learning achievement significantly.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
PERNYATAAN .......................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................................ vi
ABSTRAK .................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 4
1.5 Penegasan Istilah ................................................................... 5
1.6 Pembatasan Masalah ............................................................. 6
1.7 Sistematika Penulisan Skripsi ............................................... 6
xi
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II ............................... 8
2.2 Motivasi Belajar ................................................................... 11
2.3 Prestasi Belajar ...................................................................... 12
2.4 Kajian Materi ........................................................................ 13
2.5 Kerangka Berpikir ................................................................. 43
2.6 Hipotesis Tindakan................................................................ 45
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ...................................................................... 46
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................... 46
3.3 Subjek Penelitian ................................................................... 46
3.4 Faktor yang diteliti ................................................................ 46
3.5 Prosedur Penelitian................................................................ 47
3.6 Metode Pengumpulan Data ................................................... 49
3.7 Analisis Uji Coba Instrumen ................................................. 50
3.8 Metode Analisis Data ............................................................ 55
3.9 Indikator Keberhasilan .......................................................... 58
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ..................................................................... 59
4.2 Pembahasan ........................................................................... 64
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan ............................................................................... 70
5.2 Saran ...................................................................................... 70
xii
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 71
LAMPIRAN ................................................................................................ 74
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 3.1 Rentang Persentase Motivasi Belajar..……………………….... 56
Tabel 4.1 Data Indikator Motivasi Belajar Siswa ……………………….. 61
Tabel 4.2 Data Angket Motivasi Belajar Siswa.………………………… 62
Tabel 4.3 Data Prestasi Belajar Siswa..........…………………………….. 63
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Hukum pemantulan …..…………………………………..... 15
Gambar 2.2 Pemantulan pada cermin......................…………………..... 16
Gambar 2.3 Pemantulan baur...........……………………........................ 16
Gambar 2.4 Gelombang datar yang dipantulkan pada cermin datar….. 18
Gambar 2.5 Pembiasan cahaya................................................………..... 18
Gambar 2.6 Pembiasan dari medium rapat ke kurang rapat....………… 20
Gambar 2.7 Penerapan prinsip Huygens.........................………………. 20
Gambar 2.8 Geometri penurunan hukum pemantulan dengan prinsip
Fermat................................................................................... 23
Gambar 2.9 Pembiasan dari prinsip Fermat.............................................. 24
Gambar 2.10 Geometri pembiasan prinsip Fermat.................................... 25
Gambar 2.11 Grafik waktu yang ditempuh cahaya dari A ke B....……..... 26
Gambar 2.12 Pembentukan bayangan oleh cermin datar……..………..... 28
Gambar 2.13 Bayangan sistem koordinat di cermin datar........................ 29
Gambar 2.14 Diagram sinar untuk menentukan bayangan di cermin
datar.....................................................................………..... 29
Gambar 2.15 Sinar dari sebuah obyek P yang dipantulkan oleh cermin
cekung.................................................................………..... 30
Gambar 2.16 Geometri untuk menghitung jarak bayangan ......………… 30
Gambar 2.17 Diagram sinar untuk cermin cekung..........………………. 32
Gambar 2.18 Bayangan maya yang dibentuk oleh cermin cekung........... 33
Gambar 2.19 Diagram sinar cermin cembung.......................................... 34
xv
Gambar 2.20 Bayangan pembiasan pada permukaan lengkung berbeda
medium................................................................................ 35
Gambar 2.21 Geometri hubungan posisi bayangan dengan posisi obyek
pada pembiasan lengkung tunggal............................…...... 35
Gambar 2.22 Geometri menentukan perbesaran lateral...……………..... 37
Gambar 2.23 Pembiasan pada dua permukaan lensa................................ 39
Gambar 2.24 Letak fokus lensa bikonveks dan bikonkaf.......................... 40
Gambar 2.25 Diagram sinar lensa cembung.............................................. 41
Gambar 2.26 Diagram sinar lensa cekung ..................................…..…… 42
Gambar 2.27 Kerangka Berpikir Penelitian.......................………………. 45
Gambar 4.1 Grafik Indikator Motivasi Belajar Siswa ............................. 62
Gambar 4.2 Grafik Motivasi Belajar Siswa .............................................. 63
Gambar 4.3 Grafik Prestasi Belajar Siswa ............................................... 64
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus ................................................................................................... 75
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 ....................................... 78
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2 ....................................... 83
4. Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar .................................... ................... 88
5. Angket Motivasi Belajar ................................... ................................... 89
6. Kisi-kisi Soal Uji Coba Siklus 1 ........................................................... 92
7. Soal Uji Coba Siklus 1 .......................................................................... 95
8. Kunci Jawaban Soal Uji Coba Siklus 1................................................. 99
9. Analisis Butir Soal Uji Coba Siklus 1 .................................................. 100
10. Contoh Perhitungan Validitas, Daya Pembeda, Taraf Kesuksran,
dan Reliabilitas Soal Uji Coba Siklus 1 ................................................ 101
11. Kisi-kisi Soal Uji Coba Siklus 2 ........................................................... 106
12. Soal Uji Coba Siklus 2 .......................................................................... 108
13. Kunci Jawaban Soal Uji Coba Siklus 2................................................. 112
14. Analisis Butir Soal Uji Coba Siklus 2 .................................................. 113
15. Contoh Perhitungan Validitas, Daya Pembeda, Taraf Kesuksran,
dan Reliabiltas Soal Uji Coba Siklus 2 ................................................. 114
16. Lembar Observasi Keaktifan Siswa ...................................................... 119
17. Kisi-kisi Soal Siklus 1 ........................................................................... 121
18. Soal Siklus 1 .......................................................................................... 124
19. Kunci Jawaban Soal Siklus 1 ................................................................ 128
20. Kisi-kisi Soal Siklus 2 ........................................................................... 129
xvii
21. Soal Siklus 2 .......................................................................................... 131
22. Kunci Jawaban Soal Siklus 2 ................................................................ 134
23. Daftar Nama Siswa Uji Coba Soal ....................................................... 135
24. Daftar Nama Siswa Penelitian............................ .................................. 136
25. Daftar Nama Kelompok Asal Siklus 1 .................................................. 138
26. Daftar Nama Kelompok Ahli Siklus 1 .................................................. 139
27. Daftar Nama Kelompok Asal Siklus 2 .................................................. 140
28. Daftar Nama Kelompok Ahli Siklus 2 .................................................. 141
29. Rekap Data Motivasi Belajar Siswa Pra Siklus .................................... 142
30. Rekap Data Motivasi Belajar Siswa Siklus 1 ........................................ 143
31. Rekap Data Motivasi Belajar Siswa Siklus 2 ........................................ 144
32. Uji Gain Indikator Motivasi Belajar Siswa Pra Siklus ke Siklus 1 ....... 145
33. Uji Gain Indikator Motivasi Belajar Siswa Siklus 1 ke Siklus 2 ......... 146
34. Rekap Data Nilai Prestasi Belajar Siswa Siklus 1 ................................ 147
35. Rekap Data Nilai Prestasi Belajar Siswa Siklus 2 ................................ 148
36. Uji Gain Prestasi Belajar Siswa ............................................................ 149
37. Rekap Data Observasi Keaktifan Siswa Siklus 1 .................................. 150
38. Rekap Data Observasi Keaktifan Siswa Siklus 2 .................................. 151
39. Lembar Observasi Guru Siklus 1 .......................................................... 152
40. Lembar Observasi Guru Siklus 2 .......................................................... 154
41. Dokumentasi ......................................................................................... 156
42. Surat Penetapan Dosen Pembimbing .................................................... 157
43. Surat Ijin Penelitian ............................................................................... 158
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
MTs NU (Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama) Ungaran merupakan
madrasah setingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) yang telah memiliki
akreditasi A, namun salah satu kelas di sekolah ini masih memiliki masalah
belajar pada mata pelajaran IPA. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru IPA
kelas VIIIA MTs NU Ungaran dan observasi terdapat beberapa masalah dalam
pembelajaran, yakni: (1) siswa tidak menyiapkan diri sebelum pembelajaran
dimulai walaupun materi pelajaran yang akan diajarkan pada pertemuan
berikutnya sudah diketahui, (2) aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih
rendah. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya respons siswa ketika diberikan
permasalahan oleh guru, (3) siswa belum memiliki ketertarikan terhadap
pembelajaran IPA yang dapat dilihat dari tingkat keaktifan siswa dan tingkat
perhatian siswa pada saat pelajaran berlangsung, dan (4) rata-rata hasil ulangan
kelas VIIIA hanya mencapai 61,70 dengan 72,50% siswa yang masih mendapat
nilai di bawah nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yaitu 68,00.
Keaktifan siswa dan ketertarikan yang masih kurang dalam pembelajaran
merupakan salah satu indikator bahwa siswa masih kurang memiliki motivasi
belajar. Penelitian yang dilakukan Fyans dan Maerh yang dikutip oleh Siregar dan
Nara (2010: 52) menyatakan bahwa diantara tiga faktor, yaitu latar belakang
1
2
keluarga, kondisi atau konteks sekolah, dan motivasi, maka faktor yang terakhir
merupakan prediktor yang paling baik untuk prestasi belajar. Menurut Sardiman
(2010), dalam motivasi belajar terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan,
menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap serta perilaku pada individu
untuk belajar. Motivasi belajar yang masih rendah harus segera ditingkatkan
karena seperti yang diungkapkan di atas bahwa motivasi merupakan prediktor
terbaik untuk prestasi belajar.
Untuk meningkatkan motivasi belajar maka proses pembelajaran harus
menggunakan model pembelajaran yang sesuai. Pembelajaran harus dapat
memotivasi siswa untuk belajar dan membantu satu sama lain. Pembelajaran
harus dapat mengkondisikan kegiatan kelas sedemikian rupa sehingga siswa dapat
berdiskusi dan berdebat mendalami konsep. Pembelajaran seperti ini dapat
membuat siswa benar-benar memahami konsep dan membuat siswa saling
menjaga dan saling mengambil tanggung jawab satu sama lain. Pembelajaran
yang demikian terdapat pada pembelajaran kooperatif.
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah Jigsaw II. Model ini
merupakan pengembangan model pembelajaran Jigsaw sebelumnya. Model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II merupakan model pembelajaran kooperatif
dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 6 orang
secara heterogen dan bekerja bersama, saling bergantung positif, dan bertanggung
jawab atas ketuntasan bagian materi pembelajaran yang harus dipelajari dan
disampaikan kepada anggota kelompok yang lain.
3
Jigsaw II mengutamakan kerjasama kelompok dan diskusi untuk
mendapatkan suatu penghargaan (reward). Adanya reward ini diharapkan dapat
memotivasi siswa untuk belajar dan memiliki tanggung jawab untuk mampu
menerangkan materi kepada temannya sehingga kelompoknya menjadi juara.
Dengan model pembelajaran Jigsaw II diharapkan prestasi belajar siswa juga
meningkat.
Penelitian mengenai Jigsaw II sebelumnya pernah dilakukan oleh Sahin
(2010). Penelitian ini menyimpulkan bahwa kelas eksperimen yang menggunakan
pembelajaran tipe Jigsaw II lebih efektif dalam hal peningkatan prestasi belajar
daripada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran tipe Jigsaw.
Seperti halnya Sahin, penelitian Jigsaw II juga pernah dilakukan oleh
Siregar, et al (2010). Penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, hasil belajar dan keaktifan siswa
mengalami peningkatan dari siklus ke siklus.
Dari uraian di atas peneliti melakukan penelitian mengenai Jigsaw II
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw II untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Kelas VIII MTs NU Ungaran”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
4
1. Apakah melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, motivasi
belajar siswa kelas VIIIA MTs NU Ungaran pada mata pelajaran IPA pokok
bahasan cahaya meningkat?
2. Jika motivasi belajar siswa kelas VIIIA MTs NU Ungaran pada mata
pelajaran IPA mengalami peningkatan melalui model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw II, apakah prestasi belajar siswa juga meningkat?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Meningkatkan motivasi belajar IPA pokok bahasan cahaya siswa kelas
VIIIA MTs NU Ungaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw II.
2. Meningkatkan prestasi belajar IPA pokok bahasan cahaya siswa kelas VIIIA
MTs NU Ungaran melalui peningkatan motivasi belajar menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Siswa
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II diharapkan dapat
meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran IPA.
5
2. Guru
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II diharapkan dapat menjadi
alternatif bagi guru dalam penyampaian materi IPA pokok bahasan cahaya.
1.5 Penegasan Istilah
Untuk menghindari agar tidak terjadi salah penafsiran istilah dalam
penelitian ini dan persoalan yang dibahas tidak menyimpang dari tujuan semula
maka perlu diberi penegasan istilah sebagai berikut:
1.5.1 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dalam penelitian ini merupakan
model pembelajaran teman sebaya yang bekerja dengan membagi suatu materi
menjadi bagian-bagian yang dibahas dalam beberapa kelompok yang disebut
kelompok ahli, materi tersebut kemudian disatukan kembali dalam sebuah
kelompok yang disebut kelompok asal. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II
diakhiri dengan pemberian reward kepada kelompok asal dengan nilai rata-rata
tertinggi.
1.5.2 Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari bahasa latin “movere”, yang berarti menggerakkan.
Menurut Wlodkowski dalam Siregar dan Nara (2010: 49), motivasi adalah sesuatu
yang menyebabkan atau menimbukan perilaku tertentu dan yang memberi arah
pada tingkah laku tersebut. Sedangkan menurut Anni dan Rifa‟i (2009: 157),
motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan
6
seseorang untuk belajar. Motivasi belajar dalam penelitian ini merupakan kondisi
yang menyebabkan perilaku siswa untuk belajar.
1.5.4 Prestasi Belajar
Menurut Tu‟u (2004: 75), prestasi belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya
ditunjukkkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi
belajar dalam penelitian ini adalah standar tes untuk mengukur pengetahuan
(aspek kognitif) yang dicapai di dalam pembelajaran.
1.6 Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini ada pembatasan masalah bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II diterapkan pada pokok bahasan cahaya.
1.7 Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika skripsi ini terdiri dari 3 bagian yaitu :
(1) Bagian Awal
Bagian ini terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan, motto,
persembahan, abstrak, kata pengantar dan daftar isi.
(2) Bagian Isi
Bagian isi terdiri dari 5 bab, yaitu:
a. Bab I Pendahuluan, mencakup uraian semua hal yang berhubungan
dengan penelitian, meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan
7
penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, pembatasan masalah
dan sistematika skripsi.
b. Bab II Landasan Teori, mencakup teori-teori yang mendukung
penelitian.
c. Bab III Metode Penelitian, mencakup hal-hal yang berkaitan dengan
penelitian, meliputi: lokasi penelitian, obyek penelitian, desain
penelitian, tehnik pengambilan data, uji coba instrumen penelitian dan
metode analisis data.
d. Bab IV Hasil Penelitian, yaitu hasil penelitian yang berupa uraian hasil-
hasil penelitian serta pembahasannya.
e. Bab V Kesimpulan dan Saran, mencakup simpulan dari hasil penelitian
dan saran yang diambil sehubungan dengan penelitian tersebut.
(3) Bagian Akhir
Bagian ini berisi daftar pustaka dan lampiran.
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II
2.1.1 Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif sering dinamakan “pembelajaran teman
sebaya”. Nur dan Wikandari (2000: 25) menjelaskan bahwa pembelajaran
kooperatif mengacu pada metode pengajaran dengan siswa bekerja bersama dalam
kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Isjoni (2012: 15) menyatakan
bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran dengan siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4 sampai 6
orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam
belajar.
Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan suatu pembelajaran teman sebaya dengan siswa belajar dan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 siswa agar siswa saling
membantu dalam mempelajari sesuatu. Pengelompokan siswa dalam
pembelajaran kooperatif merupakan salah satu cara agar siswa saling berbagi
pendapat, berargumentasi, dan mengembangkan berbagai alternatif pandangan
dalam upaya pembangunan pengetahuan.
8
9
Adapun ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu:
1. Siswa dalam sebuah kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi
belajar sesuai kompetensi dasar yang ingin dicapai.
2. Pembagian kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang
berbeda-beda, baik yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, maupun
rendah. Dalam pembagian kelompok, diusahakan anggota kelompok berasal
dari budaya dan suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.
3. Adanya penghargaan yang lebih menekankan pada kelompok dari pada
masing-masing individu.
Menurut Siregar dan Nara (2010: 115) pendekatan belajar kooperatif juga
menganut lima prinsip utama yaitu:
...Prinsip pertama adalah saling ketergantungan positif yang artinya
keberhasilan kelompok merupakan hasil kerja seluruh anggotanya.
Prinsip kedua adalah tanggung jawab perseorangan yang muncul
ketika seorang anggota kelompok bertugas untuk menyajikan yang
terbaik di hadapan guru atau teman sekelasnya. Prinsip ketiga adalah
interaksi tatap muka yang merupakan kegiatan membahas suatu
masalah bersama, saling mengajarkan jika ada anggota kelompok
yang masih bingung. Prinsip keempat adalah komunikasi antar
anggota yang merupakan kunci keberhasilan kelompok. Karena
pembelajaran ini bergantung pada kesediaan untuk mendengarkan dan
kemampuan mengutarakan pendapat. Prinsip terakhir adalah evaluasi
proses secara kelompok: setiap anggota harus mengevaluasi proses
kerja kelompok dan hasil kerja sama agar selanjutnya bisa bekerja
sama dengan lebih efektif.
Beberapa konsep yang melandasi model pembelajaran kooperatif, yaitu:
1. Team reward: tim akan mendapat hadiah bila mereka mencapai kriteria
tertentu yang ditetapkan.
2. Individual accountability: keberhasilan tim bergantung dari hasil belajar
individual dari semua anggota tim. Pertanggung jawaban berpusat pada
10
kegiatan anggota tim dalam membantu belajar satu sama lain dan memastikan
bahwa setiap anggota siap untuk kuis atau penilaian lainnya tanpa bantuan
teman sekelompoknya.
3. Equal opportunity for success: setiap siswa memberikan kontribusi kepada
timnya dengan cara memperbaiki hasil belajarnya sendiri yang terdahulu.
Kontribusi dari semua anggota kelompok dinilai.
2.1.2 Jigsaw II
Jigsaw II merupakan pengembangan dari model pembelajaran Jigsaw.
Jigsaw II menurut Nur (2005: 64) merupakan suatu model pembelajaran dengan
membagi suatu materi menjadi beberapa bagian (section) yang dibahas, kemudian
bagian-bagian itu “disatukan“ kembali dalam suatu diskusi pleno. Perbedaan
mendasar Jigsaw II dengan Jigsaw terletak pada adanya kompetisi untuk
mendapatkan reward. Reward diberikan kepada kelompok asal dengan nilai rata-
rata evaluasi tertinggi pada setiap akhir siklus.
Menurut Siregar dan Nara (2010: 116), model Jigsaw II memiliki
beberapa tahapan antara lain persiapan, pembelajaran, evaluasi, penghitungan
skor, dan penghargaan. Penjelasan tahapan model pembelajaran Jigsaw II sebagai
berikut:
...tahap pertama adalah persiapan yang meliputi pembagian bahan
ajar, pembagian kelompok asal dan ahli. Tahap kedua adalah
pembelajaran yang meliputi membaca, diskusi kelompok ahli, dan
laporan di kelompok asal. Tahap ketiga adalah evaluasi yang
diberikan pada akhir pembelajaran. Tahap keempat adalah
perhitungan poin dengan menghitung perolehan nilai setiap siswa
kemudian disatukan dengan teman satu kelompok dan nilainya dirata-
rata. Tahap terakhir adalah penghargaan yang diberikan kepada
kelompok dengan nilai rata-rata tertinggi.
11
Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw II merupakan model pembelajaran teman sebaya yang bekerja dengan
membagi suatu materi menjadi bagian-bagian yang dibahas dalam beberapa
kelompok yang disebut kelompok ahli. Materi yang telah dibagi tersebut
kemudian disatukan kembali dalam sebuah kelompok yang disebut kelompok
asal. Pembelajaran tipe Jigsaw II diakhiri dengan pemberian reward kepada
kelompok asal dengan nilai rata-rata tertinggi.
2.2 Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari bahasa latin “movere”, yang berarti menggerakkan.
Menurut Wlodkowski dalam Siregar dan Nara (2010: 49), motivasi adalah suatu
kondisi yang menyebabkan atau menimbukan perilaku tertentu dan yang memberi
arah pada tingkah laku tersebut. Sardiman (2010) menjelaskan tentang motivasi
belajar yang merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar
sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai.
Dari uraian di atas, motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang
menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar.
Jadi motivasi belajar merupakan kondisi yang menyebabkan perilaku siswa untuk
belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat akan memiliki energi
untuk melakukan kegiatan belajar. Dalam motivasi belajar terkandung adanya
keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan
sikap serta perilaku pada individu belajar.
12
Meskipun motivasi merupakan suatu kekuatan, namun motivasi bukanlah
merupakan suatu substansi yang dapat diukur. Untuk dapat mengukur motivasi
dapat dilakukan dengan melihat indikator dalam kondisi-kondisi tertentu. Menurut
Sudaryono (2012: 127) beberapa indikator motivasi belajar yaitu berusaha unggul,
menyelesaikan tugas dengan baik, rasional dalam memilih keberhasilan,
menyukai tanggung jawab, dan menerima tanggung jawab pribadi.
2.3 Prestasi Belajar
Prestasi belajar digunakan sebagai indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang dikuasai peserta didik. Prestasi belajar menurut Tu‟u (2004: 75)
merupakan
...hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan
tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah. Prestasi belajar berbeda
dengan motivasi belajar, yang dinilai dari prestasi belajar adalah aspek
kognitifnya karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam
pengetahuan, pemahaman, sintesa, dan evaluasi.
Sedangkan menurut Slameto (2008: 54), prestasi belajar merupakan hasil yang
dicapai siswa dalam bentuk nilai. Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa
prestasi belajar merupakan hasil belajar kognitif siswa yang berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam pengetahuan, pemahaman, sintesa, dan evaluasi yang
diwujudkan dalam bentuk nilai.
13
2.4 Kajian Materi
2.4.1 Kelajuan Cahaya
Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat
mata dengan panjang gelombang sekitar 380–750 nm. Pada tahun 1860 James
Clerk Maxwell menyatakan teori matematika tentang gelombang elektromagnetik
dengan cepat rambat gelombang elektromagnetik sama dengan cepat rambat
cahaya yaitu 3 × 108 m/s, oleh karena itu Maxwell berkesimpulan bahwa cahaya
merupakan gelombang elektromagnetik.
Upaya mengukur kelajuan cahaya dimulai oleh Galileo. Galileo mencoba
menghitung kecepatan cahaya dengan bantuan dari pembantunya, yang disuruh
berdiri di sebuah puncak bukit dan galileo akan berdiri di puncak bukit yang lain.
Galileo akan mencoba mengedipkan lentera dan pembantunya akan mencoba
menghitung selisih waktu yang dibutuhkan sebelum pembantu diseberang melihat
kedipan cahaya itu dan merespon dengan menghidupkan lampunya. Usaha
tersebut tentu saja gagal, karena kecepatan cahaya yang sangat besar sehingga
perlu jarak yang sangat besar pula untuk menghitungnya.
Pada 1670 seorang astronom dari Denmark bernama Ole Roemer,
melakukan sebuah pengamatan yang sangat teliti pada sebuah satelit Jupiter
bernama Io. Waktu orbit Io terhadap Jupiter adalah 1,76 hari. Waktu ini hampir
konstan tiap kali orbitnya. Tapi ada kalanya dalam setahun Io mengorbit lebih
cepat atau lebih lambat. Ia menemukan bahwa waktu orbit Io berhubungan dengan
jarak Jupiter terhadap Bumi, semakin dekat maka waktu orbit Io semakin cepat,
begitu juga sebaliknya. Roemer menyimpulkan bahwa ini berhubungan dengan
14
kecepatan cahaya atau waktu yang dibutuhkan antara bayangan obyek (Jupiter dan
Io) untuk sampai ke mata (Bumi). Dari perhitungan ini Roemer mendapat angka
sekitar 300.000 km/detik.
Pengukuran nonastronomi pertama dilakukan oleh Fizeau tahun 1849.
Metode Fizeau kemudian diperbaiki oleh Faucault tahun 1850 yang
bereksperimen menggunakan cermin rotasi untuk mengukur kelajuan cahaya di
udara dan di air.
Pengukuran dengan cara lain dilakukan oleh Michelson, dia melakukan
percobaan-percobaan dari tahun 1877 hingga tahun 1926 untuk menyempurnakan
metode yang digunakan Foucault dengan penggunaan cermin rotasi untuk
mengukur waktu yang dibutuhkan cahaya pada 2 kali jarak tempuh antara Gunung
Wilson dan Gunung San Antonio, di California. Hasil pengukuran menunjukkan
299.796.000 meter/detik yang kemudian biasa dibulatkan menjadi 3 × 108 m/s.
2.4.2 Pemantulan
Ketika gelombang dari tipe apapun mengenai sebuah penghalang datar
seperti misalnya sebuah cermin, gelombang-gelombang baru dibangkitkan dan
bergerak menjauhi penghalang tersebut. Fenomena ini disebut pemantulan.
Pemantulan terjadi pada bidang batas dua medium berbeda, sebagian energi
datang dipantulkan dan ditransmisikan.
15
Gambar 2.1 Hukum pemantulan (Tipler, 2001)
Gambar 2.1 memperlihatkan sebuah sinar yang mengenai sebuah
permukaan udara kaca yang mulus. Sudut i antara sinar datang garis normal (garis
yang tegak lurus permukaan) disebut sudut datang, bidang yang dibatasi oleh dua
garis ini disebut bidang datang. Sinar dipantulkan terletak di bidang datang
tersebut dan membentuk sudut r dengan garis normal yang sama dengan sudut
datang seperti ditunjukkkan pada gambar. Hasil ini disebut dengan hukum
pemantulan. Hukum ini berlaku untuk semua jenis gelombang.
Laju cahaya di dalam medium seperti misalnya kaca, air, atau udara
ditentukan oleh oleh indeks bias (n), yang didefinisikan sebagai perbandingan laju
cahaya dalam ruang hampa (c) terhadap laju tersebut dalam medium (v).
𝑛 =𝑐
𝑣 2.1
Pada kasus khusus saat sudut datang garis normal (i = r = 0˚), intensitas
yang dipantulkan adalah
𝐼 = 𝑛1 − 𝑛2
𝑛1 + 𝑛2
2
𝐼0 2.2
dengan 𝐼0 adalah intensitas datang 𝑛1 dan 𝑛2 adalah indeks bias dari kedua media.
i Udara
Kaca
r
i = r
16
Gambar 2.2 Pemantulan pada cermin (Tipler, 2001)
Gambar 2.2 memperlihatkan sebuah berkas kumpulan sempit sinar
cahaya datar sebuah sumber titik P yang dipantulkan dari sebuah permukaan
datar. Sesudah pemantulan, sinar-sinar tersebut menyebar secara tepat seolah-olah
sinar-sinar tersebut datang dari titik P’ di belakang permukaan cermin. Titik P’
disebut bayangan dari titik P. Ketika sinar-sinar memasuki mata, mereka tidak
bisa dibedakan dari sinar-sinar yang menyebar dari sebuah sumber pada P’
seakan-akan tidak ada permukaan yang memantulkannya.
Pemantulan dari permukaan licin disebut pemantulan spekuler (cermin).
Pemantulan spekuler tersebut berbeda dengan pemantulan difusi (menyebar) yang
diilustrasikan gambar 2.3. Pemantulan baur terjadi pada permukaan yang kasar,
sinar-sinar memasuki mata sesudah memantul dari berbagai titik berbeda pada
permukaan, sehingga tidak ada bayangan.
Gambar 2.3 Pemantulan baur (Tipler, 2001)
Bidang pantul
P‟
P Mata
Cermin
17
Hukum pemantulan dapat diturunkan dari prinsip Huygens. Gambar 2.4
memperlihatkan bidang gelombang datar AA’ yang mengenai sebuah cermin pada
titik A. Seperti yang terlihat dari gambar, sudut ∅1 antara bidang gelombang
dengan cermin adalah sama dengan sudut datang 𝜃1, yang merupakan sudut antara
yang tegak lurus cermin dan sinar-sinar yang tegak lurus terhadap bidang-bidang
gelombang tersebut. Menurut prinsip Huygens, setiap titik pada bidang
gelombang yang diberikan dapat dianggap sebagai titik dari anak gelombang
sekunder. Posisi pada bidang gelombang sesudah waktu t ditemukan dengan
membangun anak gelombang (gelombang-gelombang kecil) dengan radius ct
dengan pusatnya pada bidang gelombang AA’. Gelombang-gelombang kecil yang
tidak mengenai cermin membentuk bagian gelombang baru BB’. Gelombang-
gelombang kecil yang tidak mengenai cermin dipantulkan dan membentuk bagian
bidang-bidang BB’. Dengan kontruksi yang serupa, bidang gelombang C”CC’
didapatkan dari gelombang-gelombang kecil Huygens yang berasal dari bidang
gelombang B”BB’. Gambar 2.4 adalah pembesaran dari sebagian gambar 2.3 yang
menunjukkan bagian orisinil bidang gelombang AP yang mengenai cermin selama
waktu t. Pada saat ini, gelombang kecil dari titik P mencapai cermin pada titik B,
dan gelombang-gelombang kecil dari titik A mencapai titik B”. Gelombang yang
dipantulkan BB” membuat sudut ∅𝑟 dengan cermin yang besarnya sama dengan
18
sudut 𝜃𝑟 antara sinar-sinar yang dipantulkan dan garis normal terhadap cermin.
Segitiga-segitiga ABP dan BAB” dua-duanya adalah segitiga siku-siku dengan
sudut AB dan sisi-sisi yang sama AB”=BP=ct. Jadi segitiga-segitiga ini sebangun,
dan sudut ∅1 dan ∅𝑟 sama, menyiratkan bahwa sudut pantul 𝜃𝑟 menyamai sudut
datang 𝜃1.
Gambar 2.4 Gelombang datar yang dipantulkan pada cermin datar (Tipler, 2001)
2.4.3 Pembiasan
Pembiasan adalah pembelokan atau perubahan arah rambat cahaya ketika
melalui bidang batas dua medium yang berbeda kerapatannya.
Gambar 2.5 Pembiasan cahaya (Tipler, 2001)
i
i’
Udara
Kaca
r
∅1
𝜃1
A B C
B’’
C’’ B’
C’
A’
19
Gelombang yang ditransmisikan adalah gelombang hasil interferensi dari
gelombang-gelombang datang dan gelombang yang dihasilkan oleh penyerapan
dan radiasi ulang energi cahaya oleh atom-atom dalam medium tersebut. Untuk
kasus gambar 2.5, ada sebagian ketertinggalan fase antara gelombang yang
diradiasikan kembali dan gelombang datang. Demikian juga ada ketertinggalan
fase antara gelombang hasil dan gelombang datang. Ketertinggalan ini berarti
bahwa posisi puncak gelombang dari gelombang yang dilewatkan diperlambat
relatif terhadap posisi puncak gelombang dari gelombang datangdi dalam medium
tersebut. Jadi kecepatan gelombang yang dilewatkan lebih kecil dari kecepatan
gelombang datang. Indeks bias adalah perbandingan laju cahaya di ruang hampa
terhadap laju cahaya di dalam medium, besarnya selalu lebih dari satu. Sebagai
contoh laju cahaya di dalam kaca kira-kira dua pertiga dari laju cahaya diruang
bebas, jadi indeks bias kaca kira-kira n = c/v = 3/2.
Karena frekuensi cahaya di medium kedua sama dengan frekuensi atang
atom-atom menyerap dan meradiasi ulang cahaya tersebut pada frekuensi yang
sama tetapi laju gelombang berbeda maka panjang gelombang yang
ditransmisikan berbeda dari panjang gelombang cahaya datang. Jika 𝜆 adalah
panjang gelombang cahaya di ruang hampa, panjang gelombang di dalam medium
𝜆′ dengan indeks bias n adalah
𝜆′ =𝑣
𝑓=
𝑐𝑛
𝑓=
𝜆
𝑛 2.3
20
Gambar 2.6 Pembiasan dari medium rapat ke kurang rapat (Tipler, 2001)
Gambar 2.6 menunjukkan cahaya yang mengenai sebuah udara kaca
yang rata. Sudut i’ disebut sudut bias. Dari gambar dapat dilihat bahwa sudut bias
lebih kecil dari sudut datang i. Jadi, sinar dibelokkan mendekati garis normal.
Namun jika berkas cahaya datang dari dalam kaca dan dibiaskan ke udara maka
sudut bias lebih besar dari sudut datang atau sinar dibelokkan menjauhi garis
normal.
Gambar 2.7 Penerapan prinsip Huygens (Tipler, 2001)
Untuk menghubungkan sudut bias i’ dengan indeks bias dua media 𝑛1
dan 𝑛2 dan dengan sudut datang i dapat digunakan prinsip Huygens. Gambar 2.7
menunjukkan sebuah gelombang datar yang mengenai permukaan udara kaca.
Kita menerapkan prinsip Huygens untuk menemukan bidang gelombang dari
gelombang yang ditransmisikan. Garis AP menunjukkan sebagian bidang
i
Udara
Kaca
r
i’
∅1
∅2
𝜃1
𝜃1
𝑃
𝑣1𝑡
𝑣2𝑡
𝐴 𝐵
𝐵′
21
gelombang dalam medium 1 yang mengenai permukaan kaca dengan sudut datang
𝜃1. Pada waktu t anak gelombang dari P menempuh jarak 𝑣1t dan mencapai titik B
pada garis AB yang memisahkan kedua medium, anak gelombang (gelombang
kecil) dari titik A menempuh jarak lebih pendek 𝑣2t menuju medium kedua.
Bidang gelombang baru BB’ tidak sejajar dengan bidang gelombang asal AP
disebabkan laju 𝑣1 dan 𝑣2 berbeda. Dari segitiga APB,
sin 𝜙1 =𝑣1𝑡
𝐴𝐵
atau
𝐴𝐵 =𝑣1𝑡
sin 𝜙1=
𝑣1𝑡
sin 𝜃1
dengan melihat kenyataan bahwa sudut 𝜙1 sama dengan sudut 𝜃1. Dengan cara
serupa, dari segitiga AB’B,
sin 𝜙2 =𝑣2𝑡
𝐴𝐵
atau
𝐴𝐵 =𝑣2𝑡
sin 𝜙2=
𝑣2𝑡
sin 𝜃2
dengan 𝜃1 = 𝜃2 adalah sudut bias. Dengan menyamakan kedua nilai untuk AB,
didapatkan
𝑠𝑖𝑛 𝜃1
𝑣1=
𝑠𝑖𝑛 𝜃2
𝑣2 2.4
dengan mensubtitusi 𝑣1 = 𝑐𝑛1 dan 𝑣2 = 𝑐
𝑛2 pada persamaan ini dan
mengalikannya dengan c, didapatkan
𝑛1 sin 𝜃1 = 𝑛2 sin 𝜃2 2.5
22
Hasil ini ditemukan secara eksperimental oleh Willebord Snell pada
tahun 1621 yang kemudian dikenal sebagai hukum Snellius atau hukum
pembiasan.
2.4.4 Prinsip Fermat
Perambatan cahaya juga dapat dijelaskan melalui prinsip yang
dinyatakan oleh Pierre de Fermat pada abad ke-17 yang menyatakan bahwa
lintasan yang dilalui oleh cahaya untuk merembat dari satu titik ke titik lain
adalah sedemikian rupa sehingga waktu perjalanannya minimum. Namun
pernyataan ini tidak mencakup semua kasus. Waktu yang dilalui kadang
maksimum. Prinsip Fermat yang lebih lengkap adalah lintasan yang dilalui cahaya
untuk merambat dari satu titik ke titik lain adalah sedemikian rupa sehingga waktu
perjalanan itu tidak berubah sehubungan dengan variasi-variasi dalam lintasan
tersebut. Ciri-ciri penting dari sebuah lintasan yang tidak berubah adalah bahwa
waktu yang diperlukan sepanjang lintasan-lintasan terdekat akan kira-kira sama
seperti sepanjang lintasan yang sebenarnya.
Berikut ini pemakaian prinsip Fermat untuk menurunkan hukum-hukum
pemantulan dan pembiasan.
23
2.4.4.1 Pemantulan
Gambar 2.8 Geometri penurunan hukum pemantulan dengan
prinsip Fermat (Tipler, 2001)
Gambar 2.8 mengasumsikan bahwa cahaya meninggalkan titik A,
mengenai sebuah cermin, dan menuju titik B. Problem prinsip Fermat untuk
pemantulan adalah pada titik manakah P pada Gambar 2.8 cahaya harus mengenai
cermin dengan waktu tersingkat dari titik A ke titik B. Karena cahaya melalui
medium yang sama maka waktu akan minimum jika jaraknya minimum.
Pada Gambar 2.8 jarak APB sama dengan jarak A’PB, dengan A’ adalah
bayangan dari suber A. Titik A’ terletak sepanjang tegak lurus dari A ke cermin
dan sama jauhnya di belakang cermin. Jelas bahwa jika kita mengubah titik P,
jarak A’PB adalah paling pendek jika titik A’, P, dan B terletak pada sebuah garis
lurus. Hal ini dapat dilihat dari Gambar 2.8 ketika sudut datang sama dengan
sudut pantul.
A B
A
’
A B
A’
24
2.4.4.2 Pembiasan
Gambar 2.9 Pembiasan dari prinsip Fermat (Tipler, 2001)
Gambar 2.9 memperlihatkan lintasan-lintasan yang mungkin dilalui
cahaya dari titik A di udara menuju titik B di dalam kaca. Titik 𝑃1 berada pada
garis lurus antara A dan B, tetapi lintasan ini bukan satu-satunya waktu perjalanan
tersingkat karena cahaya melaju dengan kecepatan lebih kecil di dalam kaca. Jika
dilihat pada bagian kanan 𝑃1, panjang lintasan total lebih besar, namun jarak yang
dilalui di dalam medium yang lebih lambat memiliki lintasan lebih sedikit
daripada 𝑃1. Jelas bahwa lintasan yang sedikit ke kanan dari lintasan garis lurus
memerlukan waktu yang lebih sedikit karena waktu yang didapat melelui jarak
yang lebih pendek di dalam kaca daripada kehilangan waktu melewati jarak yang
lebih panjang di udara.
Ketika titik perpotongan lintasan digerakkan ke kanan titik 𝑃1, waktu
yang diperlukan untuk melalui dari A ke B berkurang sehingga dicapai minimum
pada titik 𝑃𝑚𝑖𝑛 . Di luar titik ini, waktu yang dihemat dengan melalui jarak yang
lebih pendek di dalam kaca bukan pengganti bagi waktu yang lebih besar yang
dibutuhkan untuk jarak yang lebih besar yang dilalui di udara.
B
A
𝑃𝑚𝑖𝑛
𝑃1
25
Gambar 2.10 Geometri pembiasan prinsip Fermat (Tipler, 2001)
Gambar 2.10 menunjukkan geometri untuk menentukan lintasan dengan
waktu tersingkat. Jika 𝐿1 adalah jarak yang dilalui di medium 1 dengan indeks
bias 𝑛1 dan 𝐿2 adalah jarak yang dilalui di medium 2 dengan indeks bias 𝑛2,
waktu bagi cahaya melalui lintasan total AB adalah
𝑡 =𝐿1
𝑣1+
𝐿2
𝑣2=
𝐿1
𝑐𝑛1
+𝐿2
𝑐𝑛2
=𝑛1𝐿1
𝑐+
𝑛2𝐿2
𝑐 2.6
Untuk menemukan 𝑃𝑚𝑖𝑛 dilakukan dengan mengekspresikan waktu
sehubungan dengan parameter tunggal yang menunjukkan posisi titik 𝑃𝑚𝑖𝑛 .
Dilihat dari jarak 𝑥 pada gambar 2.13, didapatkan
𝐿12 = 𝑎2 + 𝑥2 dan 𝐿2
2 = 𝑏2 + 𝑑 − 𝑥 2 2.7
a
b
d
𝑥
(𝑑 − 𝑥)
𝐿1
𝐿2
𝑃𝑚𝑖𝑛 𝜃1
𝜃2
A
B
26
Gambar 2.11 Grafik waktu yang ditempuh cahaya dari A ke B (Tipler, 2001)
Gambar 2.11 menunjukkan waktu 𝑡 sebagai fungsi 𝑥. Pada nilai 𝑥 dengan
waktu minimum, kemiringan grafik ini adalah nol.
𝑑𝑡
𝑑𝑥= 0
dengan mendiferensiasikan masing-masing bagian di dalam persamaan 2.6
terhadap 𝑥 didapatkan
𝑑𝑡
𝑑𝑥=
1
𝑐 𝑛1
𝑑𝐿1
𝑑𝑥+ 𝑛2
𝑑𝐿2
𝑑𝑥
dengan mengganti 𝑑𝑡
𝑑𝑥= 0, didapatkan
𝑛1
𝑑𝐿1
𝑑𝑥+ 𝑛2
𝑑𝐿2
𝑑𝑥= 0 2.8
penurunan-penurunan ini dapat dihitung dari persamaan 2.7, didapatkan
2𝐿1
𝑑𝐿1
𝑑𝑥= 2𝑥
atau
𝑥 𝑃𝑚𝑖𝑛
t
𝑥 𝑃𝑚𝑖𝑛
A
B
27
𝑑𝐿1
𝑑𝑥=
𝑥
𝐿1
namun 𝑥
𝐿1 , adalah sin 𝜃1 dengan 𝜃1 adalah sudut datang, jadi
𝑑𝐿1
𝑑𝑥= sin 𝜃1
dengan cara serupa, didapatkan
2𝐿2
𝑑𝐿2
𝑑𝑥= 2 𝑑 − 𝑥 −1
atau
𝑑𝐿2
𝑑𝑥=
𝑑 − 𝑥
𝐿2= − sin 𝜃2
dengan 𝜃2 adalah sudut bias. Jadi persamaan 2.8 menjadi
𝑛1 sin 𝜃1 + 𝑛2(−sin 𝜃2) = 0
atau
𝑛1 sin 𝜃1 = 𝑛2 sin 𝜃2
yang merupakan hukum Snellius.
2.4.5 Cermin Datar
Gambar 2.12 menunjukkan seberkas cahaya sempit yang memancar dari
sebuah sumber titik P dan dipantulkan dari sebuah cermin datar. Setelah
pemantulan, sinar-sinar tersebut menyebar tepat seolah-olah datang dari titik P‟ di
belakang bidang datar dari cermin tersebut. Titik P’ disebut bayangan dari titik P.
Saat sinar-sinar memasuki mata, sinar-sinar tersebut tak dapat dibedakan dari
sinar-sinar yang menyebar dari sebuah sumber di P’ tanpa kehadiran cermin.
Bayangan ini disebut bayangan maya karena bayangan tidak benar-benar
28
memancar darinya. Titik bayangan P’ dan titik P memiliki jarak yang sama secara
tegak lurus dengan bidang kaca dari bidang ke objek tersebut.
Gambar 2.12 Pembentukan bayangan oleh cermin datar (Tipler, 2001)
Cermin datar memiliki sifat pembalikan kanan-kiri yang merupakan
akibat dari pembalikan kedalaman. Bayangan sistem koordinat segiempat
sederhana yang memiliki sumbu 𝑥 dan 𝑦-nya sejajar bidang cermin ditunjukkan
pada Gambar 2.13. bayangan-bayangan dari anak panah sepanjang sumbu 𝑥 dan 𝑦
sejajar dengan anak panah obyek tersebut, tetapi bayangan sumbu 𝑧 berhadapan
langsung terhadap anak panah obyek sepanjang sumbu 𝑧. Cermin mengubah
sistem koordinat tangan kanan untuk i × j = k, dengan i, j, dan k adalah masing-
masing vektor satuan sepanjang sumbu-sumbu 𝑥, 𝑦, 𝑧, menjadi sistem koordinat
tangan kiri dengan i × j = -k.
P’
P Mata
Cermin
29
Gambar 2.13 Bayangan sistem koordinat di cermin datar (Tipler, 2001)
Gambar 2.14 menunjukkan sebuah anak panah dengan tinggi 𝑦 berdiri
sejajar bidang cermin deengan jarak 𝑠 dari cermin. Bayangan dapat ditentukan
dengan menggambar dua buah sinar, satu sinar digambar tegak lurus cermin.
Sinar tersebut mengenai cermin pada titik 𝐴 dan dipantulkan kembali ke dirinya
dan sinar yang lain mengenai cermin. Sinar tersebut dipantulkan dengan sudut 𝜃
yang sama dengan sumbu 𝑥. Perpanjangan sinar ini menentukan letak bayangan
ujung anak panah dengan jarak bayangan yang sama di belakang cermin seperti
obyeknya di depan cermin.
Gambar 2.14 Diagram sinar untuk menentukan bayangan
cermin datar (Tipler, 2001)
y
s
Cermin
s’
y’ 𝜃
𝜃
A
P P’
30
2.4.6 Cermin Melengkung
Gambar 2.15 menunjukkan kumpulan sinar dari sebuah sumber titik 𝑃
pada sumbu sebuah cermin cekung yang memantul dari cermin tersebut dan
mengumpul pada titik 𝑃′. Sinar-sinar tersebut kemudian menyebar dari titik ini
seolah-olah ada obyek pada titik tersebut. Bayangan ini disebut bayangan nyata
karena cahaya memang betul-betul memancar dari titik bayangan tersebut.
Bayangan tersebut dapat diamati melalui layar atau film yang diletakkan pada titik
bayangan. Sedangkan sebuah bayangan maya seperti yang dihasilkan cermin datar
tak dapat ditangkap layar karena tak ada cahaya disana. Meskipun ada beda
bayangan nyata dan maya, bayangan akan terlihat sama oleh mata.
Gambar 2.15 Sinar dari sebuah obyek P yang
dipantulkan oleh cermin cekung (Tipler, 2001)
Gambar 2.16 menunjukkan sebuah sinar dari titik objek 𝑃 yang
memantul pada cermin cekung dan melalui titik bayangan 𝑃′. Titik 𝐶 adalah pusat
kelengkungan cermin.
Gambar 2.16 Geometri untuk menghitung jarak bayangan (Tipler, 2001)
P
P „
A V
𝛼 𝛽
𝜃 𝜃
𝛾
𝑠′
𝑟
𝑠
𝑃 𝑃′ 𝐶
𝐴
𝑉
31
Sinar-sinar yang datang dan yang dipantulkan membentuk sudut-sudut
yang sama dengan garis radial 𝐶𝐴 yang tegak lurus permukaan cermin. 𝑠 adalah
jarak obyek dengan cermin dan 𝑠′ adalah jarak bayangan dengan cermin, dan 𝑟
adalah jari-jari kelengkungan cermin. Sudut 𝜃 adalah sudut luar segitiga 𝑃𝐴𝐶
sehingga sama dengan 𝛼 + 𝜃.
𝛽 = 𝛼 + 𝜃 2.9
Demikian juga dari segitiga 𝑃𝐴𝑃′
𝛾 = 𝛼 + 2𝜃 2.10
Dengan menghilangkan 𝜃 dari persamaan-persamaan tersebut, maka
2𝜃 = 𝛾 − 𝛼 = 2𝛽 − 2𝛼 2.11
atau
2𝛽 = 𝛼 + 𝛾 2.12
Dengan memakai pendekatan 𝛼 =𝑙
𝑠, 𝛽 =
𝑙
𝑟, dan 𝛾 =
𝑙
𝑠′ ,
1
𝑠+
1
𝑠′=
2
𝑟 2.13
Penurunan rumus ini didasarkan pada anggapan bahwa sudut-sudut yang dibuat
oleh sinar-sinar datang dan sinar-sinar yang dipantulkan dengan sumbu-sumbu
tersebut adalah kecil.
Saat jarak obyek adalah lebih besar dari jari-jari kelengkungan cermin
maka suku 1
𝑠 pada persamaan 2.13 menjadi lebih kecil dari
1
2𝑟 dan dapat
diabaikan. Untuk 𝑠 = ∞, jarak bayangan adalah 𝑠 =1
2𝑟 , jarak ini disebut panjang
fokus 𝑓 dari cermin tersebut.
32
𝑓 =𝑟
2 2.14
Dengan menggunakan panjang fokus, persamaan cermin tersebut menjadi
1
𝑠+
1
𝑠′=
1
𝑓 2.15
Untuk menentukan letak bayangan dapat dicari dengan menggunakan
diagram sinar. Ada empat sinar utama yang dapat digunakan yaitu:
A. Sinar sejajar, digambar sejajar dengan sumbu utama cermin. Sinar ini
dipantulkan melalui titik fokus cermin.
B. Sinar fokus, digambar melalui titik fokus cermin. Sinar ini dipantulkan sejajar
sumbu utama cermin.
C. Sinar radial, digambar melalui pusat kelengkungan cermin. Sinar ini
mengenai cermin tegak lurus permukaannya dan kemudian dipantulkan
kembali pada pusat kelengkungan cermin.
D. Sinar pusat, digambar pada verteks cermin tersebut. Sinar ini memantul
dengan sudut yang sama terhadap sumbu utama.
Gambar 2.17 Diagram sinar untuk cermin cekung (Tipler, 2001)
Gambar 2.17 menunjukkan bahwa bayangan yang dihasilkan tersebut
dibalik dan memiliki ukuran yang tidak sama dengan obyeknya. Perbandingan
antara ukuran bayangan terhadap ukuran obyek didefinisikan sebagai perbesaran
𝑦
A
B
F M
C
𝑦′
𝜃 𝜃 𝑦′
𝐷
𝑦
𝑠
𝑠′
𝑠
𝑠′
33
lateral dari bayangan tersebut. Sebuah perbandingan dari segitiga yag dibentuk
sinar datang, sumbu utama, dan obyek dengan segitiga yang dibentuk oleh sinar
pantul, sumbu utama, dan bayangannya menunjukkan bahwa perbesaran lateral
𝑦′𝑦 sama dengan perbandingan 𝑠′ 𝑠 .
Saat sebuah obyek berada di antara cermin dan titik fokusnya, sinar-sinar
yang dipantulkan dari cermin tersebut tidak mengumpul namun kelihatan
menyebar dari sebuah titik di belakang cermin. Bayangan yag dibentuk dalam hal
ini adalah maya dan tegak seperti yang diilustrasikan Gambar 2.18.
Gambar 2.18 Bayangan maya yang dibentuk oleh cermin cekung (Tipler, 2001)
Untuk kasus 𝑠 kurang dari 1
2𝑟, sehingga jarak bayangan 𝑠′ menjadi
bernilai negatif. Baik cermin cekung maupun cembung bayangan nyata hanya
terbentuk di sisi-sisi yang sama dengan obyek. Bayangan maya terbentuk
dibelakang cermin tanpa ada berkas cahaya. Berikut adalah konvensi tanda,
- 𝑠 bertanda (+) jika obyek berada di depan cermin (obyek nyata)
- 𝑠 bertanda ( - ) jika obyek berada di belakang cermin (obyek maya)
- 𝑠′ bertanda (+) jika bayangan berada di depan cermin (obyek nyata)
- 𝑠′ bertanda ( - ) jika bayangan berada di belakang cermin (obyek maya)
- 𝑟, 𝑓 bertanda (+) jika pusat kelengkungan dan fokus berada di depan cermin
(cermin cekung)
M F
y y’
34
- 𝑟, 𝑓 bertanda ( - ) jika pusat kelengkungan dan fokus berada di belakang
cermin (cermin cembung)
Perbesaran bayangan lateral dirumuskan dengan,
𝑚 =𝑦′
𝑦=
𝑠′
𝑠 2.16
Selain cermin yang melengkung ke dalam, adapula cermin yang
melengkung keluar yang disebut sebagai cermin cembung. Cermin cembung
merupakan cermin yang memiliki bagian pemantul cahaya yang melengkung
keluar. Cermin cembung bersifat menyebarkan cahaya. Gambar 2.19
menunjukkan diagram sinar untuk sebuah obyek di depan cermin cembung. Sinar
yang menuju pusat kelengkungan cermin C dipantulkan kembali ke dirinya
sendiri. Sinar sejajar sumbu utama A dipantulkan seolah-olah berasal dari titik
fokus F yang berada di belakang cermin. Sinar yang menuju titik fokus cermin B
dipantulkan sejajar sumbu utama cermin. Dari gambar tersebut terlihat bahwa
bayangan berada di belakang cermin yang berarti maya. Sifat bayangan yang
terbentuk adalah maya, tegak, dan lebih kecil dari obyeknya.
Gambar 2.19 Diagram sinar cermin cembung (Tipler, 2001)
C
A
B
M F
y
y’
35
2.4.7 Pembentukan Bayangan Melalui Pembiasan
Pembentukan bayangan oleh pembiasan pada permukaan melengkung
yang memisahkan dua medium dengan indeks bias 𝑛1 dan 𝑛2 diilustrasikan pada
Gambar 2.20. pada gambar ini 𝑛2 lebih besar dari 𝑛1 sehingga gelombang-
gelombang berjalan lebih lambat di medium kedua dan hanya sinar-sinar paraksial
yang mengumpul ke satu titik. Sebuah persamaan yang menghubungkan jarak
bayangan ke jarak obyek, jari-jari kelengkungan, dan indeks bias dapat diturunkan
dengan menerapkan hukum Snellius untuk pembiasan pada sinar-sinar ini dan
memakai pendekatan sudut kecil.
Gambar 2.20 Bayangan pembiasan pada permukaan lengkung
berbeda medium (Tipler, 2001)
Geometri penurunan ini ditunjukkan pada gambar 2.21. sudut-sudut 𝜃1
dan 𝜃2 dihubungkan oleh hukum Snellius.
Gambar 2.21 Geometri hubungan posisi bayangan dengan posisi
obyek pada pembiasan lengkung tunggal (Tipler, 2001)
𝑛1 sin 𝜃1 = 𝑛2 sin 𝜃2
𝜃1 𝜃2
𝑛1 𝑛2
𝑠 𝑠′
𝑃 𝑃′ 𝐶 𝛼 𝛽
𝛾 𝐴
𝜃1 𝜃2
𝑛1 𝑛2
𝑠 𝑠′
𝑃 𝑃′
𝐶
36
dengan memakai pendekatan sudut kecil sin 𝜃 = 𝜃 didapatkan
𝑛1𝜃1 = 𝑛2𝜃2 2.17
dari segitiga ACP’ didapatkan
𝛽 = 𝜃2 + 𝛾 =𝑛1
𝑛2𝜃1 + 𝛾 2.18
hubungan lain untuk 𝜃1dari segitiga PAC :
𝜃1 = 𝛼 + 𝛽 2.19
dengan menghilangkan 𝜃1 dari persamaan 2.18 dan 2.19 didapatkan
𝑛1𝛼 + 𝑛1𝛽 + 𝑛2𝛾 = 𝑛2𝛽
atau
𝑛1𝛼 + 𝑛2𝛾 = 𝑛2−𝑛1 𝛽 2.20
dengan memakai pendekatan sudut-sudut kecil 𝛼 =𝑙
𝑠, 𝛽 =
𝑙
𝑟, 𝛾 =
𝑙
𝑠′, didapatkan
𝑛1
𝑠+
𝑛2
𝑠′=
𝑛2 − 𝑛1
𝑟
Pada pembiasan, bayangan nyata dibentuk di belakang permukaan yang
disebut sebagai sisi transmisi. Sedangkan bayangan maya terjadi pada sisi datang
di depan permukaan. Berikut adalah konvensi tanda pada pembiasan,
- 𝑠 bertanda (+) (obyek nyata) untuk obyek di depan permukaan (sisi datang)
- 𝑠 bertanda (-) (obyek maya) untuk obyek berada di belakang permukaan (sisi
transmisi)
- 𝑠′ bertanda (+) (bayangan nyata) untuk bayangan berada di belakang
permukaan (sisi transmisi)
- 𝑠′ bertanda ( - ) (bayangan maya) untuk bayangan berada di depan permukaan
(sisi datang)
37
- 𝑟, 𝑓 bertanda (+) jika pusat kelengkungan dan fokus berada di belakang
permukaan (sisi transmisi)
- 𝑟, 𝑓 bertanda ( - ) jika pusat kelengkungan dan fokus berada di depan
permukaan (sisi datang)
Gambar 2.22 menunjukkan sebuah sinar dari puncak obyek ke puncak
bayangan. Sinar tersebut dibelokkan mendekati garis normal saat melewati
permukaan tersebut, sehingga 𝜃2 kurang dari 𝜃1. Sudut-sudut ini dihubungkan
menggunakan hukum Snellius.
𝑛1 sin 𝜃1 = 𝑛2 sin 𝜃2
Gambar 2.22 Geometri menentukan perbesaran lateral (Tipler, 2001)
Ukuran obyek dan bayangan dihubungkan dengan sudut menjadi,
tan 𝜃1 =𝑦
𝑠
tan 𝜃2 =𝑦′
𝑠′
tanda (-) muncul karena 𝑦′ negatif. Dengan hanya memperhatikan sinar-sinar
paraksial dengan sudut kecil, sinus dari sudut kecil sama dengan tangen dari sudut
kecil itu. Dengan pendekatan ini hukum Snellius menjadi
𝑛1
𝑦
𝑠= 𝑛2
−𝑦′
𝑠′
sehingga perbesarannya menjadi
𝑦 𝜃1
𝜃2
𝑠′
𝑠 𝑦′
𝑛1 𝑛2
38
𝑚 =𝑦′
𝑦= −
𝑛1𝑠′
𝑛2𝑠 2.21
2.4.8 Lensa Tipis
Lensa adalah benda transparan (bening) yang dibatasi dengan dua
permukaan lengkung. Lensa tipis dicirikan sebagai lensa yang ketebalannya
dianggap kecil bila dibandingkan dengan jarak-jarak yang berhubungan dengan
sifat-sifat lensa seperti jari-jari kelengkungan permukaan lensa, panjang fokus
pertama dan panjang fokus kedua, jarak benda dan jarak bayangan. Ketebalan
lensa tipis dapat diabaikan.
Sebuah lensa dianggap sangat tipis berindeks bias 𝑛 dengan udara pada
kedua sisinya, memiliki jari-jari kelengkungan lensa 𝑟1 dan 𝑟2. Jika sebuah obyek
berada pada jarak 𝑠 dari permukaan pertama lensa, maka jarak bayangan 𝑠1′ yang
disebabkan pembiasan pada permukaan pertama. Ditentukan dengan
persamaan 2.22:
1
𝑠+
𝑛
𝑠′1=
𝑛 − 1
𝑟1 2.22
Gambar 2.23 menunjukkan bahwa saat jarak bayangan 𝑠′2 untuk
permukaan pertama adalah negatif, yang menunjukkan bahwa bayangan maya
yang terjadi di sebelah kiri permukaan. Sinar-sinar pada kaca dibiaskan dari
permukaan pertama menyebar seolah-olah datang dari titik bayangan 𝑃′1. Sinar-
sinar tersebut mengenai permukaan kedua dengan sudut-sudut sama seolah ada
sebuah obyek pada titik bayangan ini. Bayangan untuk permukaan pertama
kemudian menjadi obyek untuk permukaan kedua. karena ketebalan lensa
diabaikan maka jarak obyek adalah sama dengan 𝑠′1 namun karena jarak obyek di
39
depan permukaan adalah positif dan bayangan adalah negatif, maka jarak obyek
untuk permukaan kedua adalah 𝑠2 = −𝑠′1. Persamaan 2.22 kemudian dituliskan
untuk permukaan kedua dengan 𝑛1 = 𝑛, 𝑛 = 1, dan 𝑠 = −𝑠′1. Jarak bayangan
untuk permukaan kedua adalah jarak bayangan akhir 𝑠′ bagi lensa tersebut.
𝑛
−𝑠′1+
𝑛
𝑠′=
1 − 𝑛
𝑟2 2.23
Dengan menghilangkan jarak bayangan untuk permukaan pertama 𝑠′1
dengan menambahkan persamaan 2.22 dan 2.23 didapatkan
1
𝑠+
1
𝑠′= (𝑛 − 1)
1
𝑟1−
1
𝑟2 2.24
Dengan menganggap 𝑠 adalah tak hingga dan 𝑠′ adalah 𝑓 didapatkan
1
𝑓= (𝑛 − 1)
1
𝑟1−
1
𝑟2 2.25
Persamaan 2.25 disebut sebagai persamaan pembentukan lensa. Dengan
mensubstitusikan 1
𝑓 ke sisi kanan persamaan 2.24 didapatkan persamaan lensa tipis
yaitu:
1
𝑠+
1
𝑠′=
1
𝑓 2.26
Gambar 2.23 Pembiasan pada dua permukaan lensa (Tipler, 2001)
s’ s
𝑠2
𝑠′2
P P’ 𝑃′1
40
2.4.8.1 Titik Fokus dan Panjang Fokus
Gambar 2.24 Letak fokus lensa bikonveks dan bikonkaf (Giancolli)
Gambar 2.24 menunjukkan pembiasan cahaya oleh lensa bikonveks dan
bikonkaf. Sumbu utama pada lensa yaitu berupa garis lurus yang melewati pusat
lensa dan tegak lurus dengan permukaan lensa.
Titik fokus pertama F adalah suatu titik yang memiliki sifat bahwa
semua sinar yang berasal darinya atau yang menuju titik itu akan sejajar dengan
sumbu utama setelah mengalami pembiasan.
Setiap lensa tipis di udara memiliki dua titik fokus, satu di sisi masing-
masing, dan memiliki jarak yang sama dari pusat lensa. Titik fokus kedua F‟
adalah titik tempat berkas sinar-sinar sejajar sumbu utama bertemu setelah
dibiaskan atau titik yang seolah-olah sinar-sinar sejajar sumbu utama berasal dari
pembiasan oleh lensa.
Fokus pertama Fokus pertama
Fokus
kedua Fokus
kedua
41
Untuk lensa positif, titik fokus utama berada pada sisi datang dan titik
fokus kedua berada pada titik transmisi. Bidang fokus adalah bidang pada titik
fokus yang tegak lurus dengan sumbu utama.
Panjang fokus merupakan jarak antara titik fokus sampai pusat lingkaran.
Jarak fokus ini disimbolkan f dan f’, biasanya diukur dalam cm dan inchi, bernilai
positif untuk lensa konvergen dan bernilai negatif untuk lensa divergen. Untuk
lensa yang kedua medium permukaannya sama maka berlaku :
f = f’
2.4.8.2 Diagram-diagram Sinar untuk Lensa
Gambar 2.25 Diagram sinar lensa cembung (Giancolli)
Diagram-diagram sinar lensa cembung diilustrasikan seperti Gambar 2.25.
1. Sinar sejajar,yang digambarkan sejajar dengan sumbu utama, sinar ini akan
dibiaskan melalui titik fokus kedua F2.
2. Sinar pusat, yang digambar melalui pusat lensa akan diteruskan/tidak
dibiaskan.
3. Sinar fokus, yang digambar melalui titik fokus pertama F1 akan dibiaskan
sejajar sumbu utama.
Hasil perpotongan sinar-sinar bias tersebut membentuk satu titik ujung
bayangan.
F2 F1
1
2 3
y
y’
42
Gambar 2.26 Diagram sinar lensa cekung (Giancolli)
Untuk diagram-diagram sinar pada lensa cekung diilustrasikan seperti
Gambar 2.26.
1. Sinar sejajar, yang digambar sejajar sumbu utama, sinar ini menyebar dari
lensa seolah-olah berasal dari titik F2.
2. Sinar pusat, yang digambar melalui pusat lensa,sinar ini tidak bibiaskan.
3. Sinar fokus, yang digambar menuju titik F1, sinar ini memancar sejajar
sumbu utama.
2.4.8.3 Kekuatan Lensa
Kekutan lensa tipis dinyatakan dalam dioptri dan berbanding terbalik
dangan panjang fokus dalam meter. :
𝑷 =𝟏
𝒇 𝒅𝒊𝒐𝒑𝒕𝒓𝒊 =
𝟏
𝒑𝒂𝒏𝒋𝒂𝒏𝒈 𝒇𝒐𝒌𝒖𝒔 (𝒎)
Lensa dengan jarak titik fokus kecil akan memberikan sudut bias yang
besar atau dengan kata lain memiliki kekuatan yang besar. Sebaliknya lensa
Depan Belakang
43
dengan jarak titik fokus besar akan memberikan sudut bias yang kecil atau dengan
kata lain memiliki kekuatan yang kecil.
2.5 Kerangka Berpikir
Motivasi belajar, pembelajaran, dan prestasi belajar memiliki keterkaitan
yang sangat erat dalam proses pendidikan. Motivasi merupakan suatu kondisi
yang menyebabkan atau menimbukan perilaku tertentu dan yang memberi arah
pada tingkah laku tersebut, sedangkan pembelajaran adalah suatu proses yang
dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah
yang lebih baik. Suatu pembelajaran dapat dikatakan baik atau tidak, dapat dilihat
dari prestasi belajar.
Menurut Slameto (2008), motivasi belajar merupakan salah satu faktor
dari dalam siswa yang mempengaruhi prestasi belajar. Sedangkan pada
penelitian Fyans dan Maerh yang dikutip oleh Siregar dan Nara (2010)
didapatkan hasil bahwa motivasi merupakan prediktor terbaik prestasi belajar jika
dibandingkan dengan latar belakang dan kondisi sekolah.
Motivasi belajar juga mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Sardiman
(2010) mengungkapkan bahwa motivasi belajar merupakan keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar atau keaktifan
siswa.
Observasi yang dilakukan di kelas VIIIA MTs NU Ungaran mendapatkan
hasil bahwa kelas tersebut masih memiliki masalah belajar. Hal ini diindikasikan
dengan prestasi belajar yang masih dibawah KKM yaitu 68,00 dan keaktifan
siswa yang masih kurang saat pembelajaran. Keaktifan siswa yang masih kurang
44
mengindikasikan kurangnya motivasi belajar siswa, selanjutnya perlu diberikan
cara belajar lain menggunakan model pendekatan kooperatif.
Salah satu alternatif model pembelajaran kooperatif yang dapat
digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah model Jigsaw II.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II merupakan suatu model
pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk belajar mandiri dan berdiskusi
kelompok, adanya reward untuk kelompok terbaik di akhir siklus akan membuat
setiap siswa termotivasi agar dapat menjelaskan dengan baik materi yang telah
menjadi tugasnya kepada teman sekelompoknya. Dengan cara belajar seperti ini
diharapkan motivasi belajar meningkat yang berpengaruh terhadap peningkatan
prestasi belajar siswa. Dari uraian di atas kerangka berpikir dalam penelitian ini
secara singkat dapat digambarkan sebagai berikut:
45
Gambar 2.27 Kerangka Berpikir Penelitian
2.6 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan latar belakang masalah dan kerangka pikir maka
dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini yaitu dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw II maka motivasi belajar siswa kelas VIIIA MTs NU
Ungaran pada mata pelajaran IPA dapat meningkat. Sejalan dengan meningkatnya
motivasi belajar maka prestasi belajar juga mengalami peningkatan.
Tujuan Tercapai
OBSERVASI
Masalah Belajar:
1. Motivasi belajar masih rendah
2. Prestasi belajar masih rendah.
Teori motivasi Slameto mengatakan bahwa
motivasi merupakan suatu kondisi yang
menyebabkan seseorang melakukan sesuatu.
Pada penelitian Fyans dan Maerh disimpulkan,
motivasi merupakan prediktor terbaik prestasi
belajar”
Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw II
Motivasi Belajar
Meningkat
Prestasi Belajar Meningkat
46
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Pada penelitian ini digunakan metode Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus yang setiap siklusnya terdiri dari
dua kali pertemuan, pada setiap akhir siklus diadakan evaluasi dan dilakukan
penskoran untuk mengetahui kelompok yang mendapatkan reward.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada 23 Agustus 2012 sampai 10 September
2012. Tempat pelaksanaan penelitian adalah MTs NU Ungaran.
3.3 Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti pada penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA MTs
NU Ungaran tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah responden sebanyak 40
siswa.
3.4 Faktor yang diteliti
Faktor yang diteliti dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu:
1. Peningkatan motivasi belajar siswa yang diteliti menggunakan angket respon
siswa.
46
47
2. Prestasi belajar siswa yang dilihat dari nilai tes evaluasi.
3.5 Prosedur Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian
dilaksanakan dalam dua siklus, namun jika pada siklus kedua belum mengalami
peningkatan maka dilakukan siklus ketiga dengan koreksi pada siklus kedua. Tiap
siklus terdiri atas empat tahap kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan/observasi, dan refleksi (Arikunto, et al., 2009: 16).
3.5.1 Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan observasi awal dengan rincian seperti berikut,
a) Mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa dan guru. Identifikasi
dilakukan dengan melihat nilai ulangan harian siswa, wawancara terhadap
guru IPA tentang metode yang sering digunakan dalam pembelajaran serta
wawancara terhadap beberapa siswa sebagai sampel tentang pembelajaran
IPA selama ini.
b) Menyusun instrumen penelitian meliputi silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), angket motivasi belajar, tes evaluasi, lembar observasi,
daftar kelompok asal, dan daftar kelompok ahli.
c) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pelaksanaan.
3.5.2 Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan pada tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw II sesuai dengan perencanaan pada RPP. Tindakan yang
dilakukan guru adalah menjelaskan inti materi, mengorganisasikan siswa dalam
48
pembagian kelompok, dan membimbing diskusi siswa. Pada saat pelaksanaan
proses pembelajaran, observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa.
Sedangkan di setiap akhir siklus, guru memberikan tes untuk mengetahui hasil
belajar kognitif siswa, menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa, dan memberikan
reward kepada tim dengan nilai tertinggi. Tes yang diberikan berbentuk tes
pilihan ganda.
3.5.3 Pengamatan
Untuk dapat mengetahui jalannya pelaksanaan pembelajaran maka
dilakukan pengamatan/observasi terhadap siswa dan guru. Observasi dilakukan
untuk mengamati aktivitas siswa dan guru pada saat berlangsungnya
pembelajaran. Adapun aspek yang diamati pada siswa antara lain:
a) Mendengarkan dan memperhatikan teman yang menerangkan
b) Menyampaikan pertanyaan
c) Menyampaikan pendapat
d) Menjelaskan materi yang dikuasai kepada teman yang lain.
Observasi guru dilakukan dengan mengamati kegiatan guru pada saat
proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan guru yang diamati adalah kesesuaian
kegiatan dengan rencana pembelajaran, perilaku proses belajar mengajar,
perangkat proses belajar mengajar. Lembar observasi guru berisi beberapa aspek
yang diukur mulai dari persiapan, proses belajar mengajar, sampai kegiatan akhir.
49
3.5.4 Refleksi
Pada tahap ini semua hasil observasi dan evaluasi diolah dan
direfleksikan untuk mengukur tingkat keberhasilan dan mengoreksi kelemahan-
kelemahan selama pelaksanaan tindakan. Berdasarkan hasil refleksi ini, guru dan
peneliti bersama-sama merencanakan perbaikan pada pelaksanaan siklus
selanjutnya.
3.6 Metode Pengumpulan Data
3.6.1 Lembar Respon Siswa / Angket
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket langsung
tertutup karena responden hanya tinggal memberikan tanda check (√) pada salah
satu jawaban yang dianggap benar. Angket dibagikan dan diisi oleh siswa yang
berfungsi untuk mengetahui motivasi belajar siswa terhadap pelaksanaan
pembelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.
Untuk mengetahui validitas lembar observasi dalam penelitian ini
digunakan validitas konstruk (construct validity). Menurut Arikunto (2007: 65),
kevalidan suatu instrumen dapat terpenuhi karena instrumen tersebut telah
dirancang dengan baik, mengikuti teori dan ketentuan yang berlaku. Instrumen
yang berupa angket motivasi belajar telah disusun berdasarkan teori penyusunan
instrumen dan telah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing, sehingga secara
logis instrumen telah valid. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa validitas
logis yang berupa validitas konstruksi dalam penelitian ini tidak perlu diuji
kondisinya, tetapi langsung digunakan setelah instrumen tersebut selesai disusun.
50
3.6.2 Tes
Pada penelitian ini dilakukan tes untuk mengetahui indikasi terdapat
peningkatan prestasi belajar melalui peningkatan nilai setelah diberikan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.
Metode ini digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa
terhadap materi cahaya setelah diberi tindakan (post-test). Instrumen yang
digunakan adalah tes objektif yang berbentuk pilihan ganda dengan empat pilihan.
Sebelum soal-soal tersebut digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif
siswa, terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap soal-soal tersebut untuk
mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal.
Analisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal uji coba
siklus I dan II terdapat pada Lampiran 9 dan 14. Uji coba instrumen dilakukan
pada siswa kelas VIIIE MTs NU Ungaran tahun ajaran 2012/ 2013.
3.6.3 Lembar Observasi
Untuk melengkapi pengumpulan data evaluasi hasil maka dilaksanakan
observasi terhadap aktivitas siswa dan guru pada setiap pertemuan untuk
mengetahui jalannya pelaksanaan pembelajaran. Observasi dilakukan oleh
peneliti, guru kelas, dan tiga orang observer yang semuanya adalah rekan
mahasiswa seangkatan peneliti.
3.7 Analisis Uji Coba Instrumen
Sebelum penelitian terlebih dahulu diadakan uji coba instrumen tes
tertulis di kelas lain yang telah diberikan materi cahaya. Tujuan diadakan tes uji
51
coba adalah untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda soal, dan
tingkat kesukaran soal.
3.7.1 Validitas
Untuk mengetahui tingkat kevalidan soal berbentuk pilihan ganda pada
penelitian ini digunakan rumus
thitung = rpbis n − 2
1 − r2
(Sugiyono, 2004: 215)
dengan
rpbis =Mp − Mt
St
p
q
(Arikunto, 2007: 79)
Keterangan :
rpbis = koefisien korelasi poin biseral
Mp = skor rata-rata kelas yang menjawab benar pada butir soal
Mt = skor rata-rata total
St = standar deviasi skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar pada tiap butir soal
q = proporsi siswa yang menjawab salah pada tiap butir soal = (1- p)
Butir soal dikatakan valid jika hasil perhitungan memperoleh nilai
thitung >t𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 . Hasil thitung yang diperoleh dikonsultasikan dengan t𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan
=5%. Jika thitung >t𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka instrumen dikatakan valid. Hasil analisis
validitas soal pada uji coba soal diperoleh bahwa dari 30 soal yang diujicobakan
52
pada siklus I, 25 soal dikategorikan valid dan 5 soal dikategorikan tidak valid.
Pada siklus II, dari 30 soal yang diujicobakan, 25 soal dikategorikan valid dan 5
soal dikategorikan tidak valid. Contoh perhitungan validitas butir soal terdapat
pada Lampiran 10 dan 15.
3.7.2 Reliabilitas
Persamaan yang digunakan untuk mengetahui reliabilitas tes objektif
adalah:
r11 = n
n − 1 1 −
M(n − M)
n St2
(Arikunto, 2007: 100)
Keterangan:
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
M = skor rata-rata butir
n = banyaknya item soal
St2 = varians
Kriteria reliabilitas butir soal:
0,000 ≤ 𝑟11 ≤ 0,200 → sangat rendah
0,201 ≤ 𝑟11 ≤ 0,400 → rendah
0,401 ≤ 𝑟11 ≤ 0,600 → cukup
0,601 ≤ 𝑟11 ≤ 0,800 → tinggi
0,801 ≤ 𝑟11 ≤ 1,000 → sangat tinggi
Harga r11 dikonsultasikan dengan rtabel product moment dengan taraf signifikan
5%. Jika 𝑟11 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka perangkat tes dikatakan reliabel. Suatu soal dikatakan
reliabel jika tes tersebut dipercaya dan konsisten. Hasil analisis reliabilitas soal
pada uji coba soal siklus 1 dan 2 diperoleh bahwa soal yang diujicobakan
53
memiliki kriteria tinggi pada siklus 1 dan sangat tinggi pada siklus 2. Contoh
perhitungan reliabilitas instrumen terdapat pada Lampiran 10 dan 15.
3.7.3 Taraf Kesukaran
Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal digunakan indeks kesukaran
yang besarnya antara 0,00 – 1,00. Jika indeks kesukaran bernilai 0,00 berarti soal
tergolong sukar, namun jika indeks kesukaran bernilai 1,00 berarti soal terlalu
mudah. Besarnya indeks kesukaran dihitung dengan
P =B
JS
(Arikunto, 2007: 210)
Keterangan:
P : indeks kesukaran
B : banyaknya soal yang dijawab benar
JS : jumlah siswa yang menjawab benar
Hasil analisis tingkat kesukaran soal pada uji coba soal diperoleh bahwa
dari 30 soal yang diuji cobakan pada siklus 1, 2 soal dikategorikan sukar, 21 soal
dikategorikan sedang, dan 7 soal dikategorikan mudah. Pada siklus 2, dari 30 soal
yang diuji cobakan, 2 soal dikategorikan sukar, 23 soal dikategorikan sedang, dan
5 soal dikategorikan mudah. Contoh perhitungan tingkat kesukaran soal terdapat
pada Lampiran 10 dan 15.
3.7.4 Daya Pembeda Soal
Soal dikatakan baik jika dapat membedakan tingkat kemampuan
seseorang. Daya pembeda soal dirumuskan sebagai berikut:
54
DP =BA
JA−
BB
JB= PA − PB
(Arikunto, 2007: 213)
Keterangan :
DP = daya pembeda
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab
benar
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasi daya pembeda :
0,00 ≤ DP ≤ 0,20 : Jelek
0,21 ≤ DP ≤ 0,40 : Cukup
0,41 ≤ DP ≤ 0,70 : Baik
0,71 ≤ DP ≤ 1,00 : Baik Sekali
DP = negatif, semuanya tidak baik. Semua butir soal yang mempunyai nilai D
negatif sebaiknya dibuang.
Hasil analisis terhadap daya pembeda soal diperoleh bahwa dari 30 soal
pada siklus 1, 9 soal dikategorikan baik, 19 soal dikategorikan cukup, dan 2 soal
dikategorikan jelek. Dari 30 soal pada siklus 2, 19 soal dikategorikan baik dan 11
soal dikategorikan cukup. Contoh perhitungan daya pembeda soal terdapat pada
Lampiran 10 dan 15.
55
3.8 Metode Analisis Data
3.8.1 Respon Siswa (Angket)
Untuk menilai respon siswa terhadap pembelajaran digunakan angket
dengan menggunakan 4 indikator motivasi belajar yang setiap indikator diwakili
dengan 6 pernyataan. Skor pada angket menggunakan interval 1-5. Rata-rata skor
dari setiap aspek penilaian kemudian dikonversikan ke dalam bentuk kualitatif.
Adapun langkah-langkah menganalisis data angket motivasi belajar adalah :
Membuat tabulasi data
Menghitung persentase data menggunakan persamaan:
Nilai =skor yang diperoleh siswa
skor maksimal× 100
Mengkonversikan persentase data ke dalam bentuk kualitatif dengan cara:
1) Menentukan persentase skor maksimal dengan persamaan:
Nilai =skor maksimal setiap indikator × jumlah indikator
jumlah skor maksimal× 100%
Nilai =5 × 6
30× 100% = 100%
2) Menentukan persentase skor minimal dengan persamaan:
Nilai =skor minimal setiap indikator × jumlah indikator
jumlah skor maksimal× 100%
Nilai =1 × 6
30× 100% = 20%
3) Menentukan range persentase skor:
56
range = %maksimal − %minimal = 100% − 20% = 80%
4) Menentukan lebar interval:
lebar interval =range persentase
jumlah kriteria kualitatif=
80%
4= 20 %
5) Menentukan deskripsi kualitatif untuk setiap interval.
Berdasarkan perhitungan di atas, maka kriteria kualitatif motivasi belajar
siswa dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Rentang Persentase Motivasi Belajar
Nilai Kriteria
80,00% ≤ N ≤ 100,0% Sangat tinggi
60,00% ≤ N < 80,00% Tinggi
40,00% ≤ N < 60,00% Rendah
20,00% ≤ N < 40,00% Sangat rendah
(Arifin, 2011: 234)
3.8.2 Analisis hasil belajar kognitif siswa
Untuk menganalisis hasil belajar kognitif digunakan rumus
Nilai =Jumlah Benar
Jumlah Salah× 100
(Wiyanto, 2008: 83)
3.8.3 Perhitungan nilai rata-rata kelas
Untuk menghitung nilai rata-rata kelas digunakan rumus,
Nilai = Skor
peserta
57
(Wiyanto, 2008: 85)
3.8.4 Ketuntasan belajar klasikal
Untuk mengetahui ketuntasan belajar klasikal digunakan rumus,
P =S
N× 100%
Keterangan
P : Ketuntasan klasikal
S : Siswa tuntas
N : Siswa seluruhnya
(Wiyanto, 2008: 85)
3.8.5 Pengujian terhadap peningkatan prestasi belajar siswa
Untuk menguji peningkatan (gain) dirumuskan dengan
g =Spost − Spre
100% − Spre
Keterangan
g : gain
Spost : skor setelah pembelajaran
Spre : skor sebelum pembelajaran
Besarnya faktor-g dikategorikan sebagai berikut :
Tinggi = g > 0,7 atau dinyatakan dalam persen g > 70%
Sedang = 0,3 ≤ g ≤0,7 atau dinyatakan dalam persen
30% ≤ g ≤70%
Rendah = g > 0,3 atau dinyatakan dalam persen g < 30%
(Wiyanto, 2008: 86)
58
3.9 Indikator Keberhasilan
Tolok ukur keberhasilan PTK ini dapat dilihat dari peningkatan motivasi
belajar dan peningkatan prestasi belajar siswa akibat meningkatnya motivasi
belajar siswa. Indikator motivasi belajar dikatakan tercapai jika 62,50% siswa
menyukai pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw II (Depdiknas, 2003). Peningkatan prestasi belajar dilihat melalui hasil tes
siswa. Jika hasil tes mencapai 68% secara individu dan 85% secara klasikal maka
prestasi belajar dikatakan meningkat (Mulyasa, 2009: 99).
59
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II
Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.
Penelitian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II ini
dilaksanakan dalam 2 siklus dengan mengambil materi cahaya dengan rincian
sebagai berikut:
4.1.1.1 Siklus 1
Pada tahap observasi di kelas terdapat masalah motivasi belajar dan
prestasi belajar siswa yang masih rendah. Peneliti kemudian menyusun perangkat
pembelajaran seperti RPP pemantulan cahaya dan cermin, soal evaluasi, angket
motivasi belajar, dan lembar observasi keaktifan siswa.
Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan skenario pada RPP. Proses pembangkitan motivasi belajar siswa dilakukan
dengan beberapa cara yaitu: (1) apersepsi dengan mengaitkan materi yang akan
dibahas dengan aplikasi pada kehidupan sehari-hari, (2) penggunaan model
pembelajaran kooperatif, dan (3) pemberian reward untuk kelompok asal terbaik.
Setelah pembelajaran siklus 1 selesai, peneliti mengadakan evaluasi dan meminta
siswa untuk mengisi angket motivasi belajar.
59
60
Pada tahap pengamatan, peneliti dibantu oleh guru IPA kelas VIIIA dan
tiga orang rekan peneliti yaitu Fitriana Khaerunisa, Indri Nurwahidah, dan Arya
Dwi Candra mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran melalui lembar
keaktifan siswa. Saat mengajar kinerja peneliti juga diamati oleh guru IPA kelas
VIIIA melalui lembar observasi kinerja guru.
Pada tahap terakhir di siklus 1 yaitu refleksi peneliti masih menemukan
beberapa kekurangan, antara lain: (1) kemampuan siswa mengemukakan pendapat
dalam kelompok ahli yang masih kurang baik, (2) peneliti tidak memeriksa
kesiapan siswa, dan (3) peneliti tidak menyampaikan tujuan yang akan dicapai
siswa. Dari hasil refleksi ini dilakukanlah siklus 2.
4.1.1.2 Siklus 2
Pada tahap perencanaan siklus 2 guru merencanakan perbaikan dari
siklus 1. Salah satu kekurangan siklus 1 adalah kemampuan mengemukakan
pendapat dalam kelompok ahli maka dari itu peneliti menyiapkan form diskusi
berisi inti materi dan pertanyaan diskusi sesuai materi yang dibahas oleh masing-
masing kelompok ahli.
Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan skenario pada RPP. Proses pembangkitan motivasi belajar siswa dilakukan
dengan beberapa cara seperti pada siklus 1 yaitu: (1) pemberian penguatan tentang
hasil evaluasi pada siklus 1 yang tergolong baik, (2) apersepsi dengan mengaitkan
materi yang akan dibahas dengan aplikasi pada kehidupan sehari-hari, (3)
penggunaan model pembelajaran kooperatif, (4) menghindarkan kejenuhan pada
siswa dengan membahas pertanyaan diskusi pada setiap kelompok ahli, dan (5)
61
pemberian reward untuk kelompok asal terbaik. Setelah pembelajaran siklus 2
selesai, peneliti mengadakan evaluasi dan meminta siswa untuk mengisi angket
motivasi belajar.
Tahap pengamatan dilakukan seperti pada siklus 1 dengan tidak ada
perubahan. Pada tahap selanjutnya yaitu refleksi peneliti bersama guru merefleksi
pembelajaran dan menyimpulkan bahwa pembelajaran sudah sesuai dengan yang
direncanakan dan tidak dilakukan siklus berikutnya.
4.1.2 Motivasi Belajar Siswa
Data motivasi belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 4.1, Tabel 4.2,
Gambar 4.1, dan Gambar 4.2 berikut ini.
Tabel 4.1 Data Indikator Motivasi Belajar Siswa
Indikator Motivasi
Ketercapaian
Sebelum
Pembelajaran Siklus 1 Siklus 2
Berusaha unggul 48,42% 66,92% 78,58%
Menyelesaikan tugas dengan
baik 49,25% 69,58% 77,83%
Menyukai tantangan 49,83% 70,58% 79,42%
Menyukai situasi pekerjaan
dengan tanggungjawab,
umpan balik, dan resiko
tingkat menengah.
51,83% 70,08% 77,83%
62
Gambar 4.1 Grafik Indikator Motivasi Belajar Siswa
Keterangan :
Indikator 1 : Berusaha unggul
Indikator 2 : Menyelesaikan tugas dengan baik
Indikator 3 : Menyukai tantangan
Indikator 4 : Menyukai situasi pekerjaan dengan tanggung jawab, umpan balik,
dan resiko tingkat menengah.
Tabel 4.2 Data Angket Motivasi Belajar Siswa
Keterangan Sebelum
Pembelajaran Siklus I Siklus 2
Nilai Tertinggi 85 113 117
Nilai Terendah 37 57 81
Rata-rata 59,80 83,15 94,1
Persentase siswa bermotivasi
tinggi 22,5% 85% 100%
Nilai Gain 0,4 0,3
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4
Sebelum Pembelajaran
Siklus 1
Siklus 2
63
Gambar 4.2 Grafik Motivasi Belajar Siswa
Berdasarkan data hasil penelitian tersebut peningkatan motivasi belajar
siswa dari sebelum dilakukan pembelajaran ke siklus 1 dan dari siklus 1 ke siklus
2 tergolong kategori sedang.
4.1.3 Prestasi Belajar Siswa
Data prestasi belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.3
berikut.
Tabel 4.3 Data Prestasi Belajar Siswa
Keterangan Siklus 1 Siklus 2
Nilai Tertinggi 88 100
Nilai Terendah 60 64
Rata-rata 73,50 86,10
Ketuntasan Klasikal 85% 97,5%
Gain Score 0,5
0
20
40
60
80
100
120
140
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
Nilai Rata-
rata
Ketercapaian
Sebelum Pembelajaran
Siklus 1
Siklus 2
64
Gambar 4.3 Grafik Prestasi Belajar Siswa
Berdasarkan data hasil penelitian tersebut peningkatan prestasi belajar
siswa dari siklus 1 ke siklus 2 tergolong kategori sedang.
4.2 Pembahasan
Indikator motivasi belajar siswa kelas VIIIA MTs NU Ungaran sebelum
dilakukan penelitian masih tergolong rendah seperti yang dapat dilihat pada
Tabel 4.1. Rendahnya motivasi sejalan dengan rendahnya rata-rata hasil ulangan
IPA kelas VIIIA yang hanya mencapai 61,70 dengan 72,50% siswa masih
mendapat nilai di bawah nilai KKM yaitu 68,00. Hal ini sesuai dengan pendapat
Biggs dan Tefler dalam Dimyati (2007) yang mengungkapkan bahwa motivasi
belajar yang lemah akan melemahkan kegiatan, sehingga mutu prestasi belajar
akan rendah. Dengan adanya motivasi belajar yang kuat maka prestasi belajar juga
dapat optimal.
Pada pembelajaran siklus 1 motivasi belajar meningkat secara signifikan
seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.1. Peningkatan motivasi belajar ini terjadi
0
20
40
60
80
100
120
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
Nilai Rata-
rata
Ketuntasan
Klasikal
Data Prestasi Belajar Siklus 1
Data Prestasi Belajar Siklus 2
65
karena diberikannya model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II sehingga siswa
termotivasi untuk dapat berpendapat dalam diskusi. Hal ini sejalan dengan
pendapat Isjoni (2012: 15) yang menyatakan bahwa belajar dengan model
kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi siswa untuk berani mengemukakan
pendapatnya, menghargai pendapat teman dan saling memberikan pendapat.
Selain itu upaya peningkatan motivasi belajar siswa pada penelitian ini
juga dilakukan dengan memberikan rangsangan dari luar berupa menjanjikan
reward kepada tim dengan nilai tertinggi pada setiap akhir siklus pembelajaran.
Pemberian reward pada setiap siklus pembelajaran bertujuan agar siswa lebih
termotivasi karena mendapat apresiasi dan tanda penghargaan dari guru atas hasil
belajarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2010: 89) yang
mengungkapkan bahwa salah satu cara menumbuhkan motivasi berprestasi adalah
memberikan hadiah. Pemberian hadiah dapat meningkatkan motivasi berprestasi
siswa, sehingga dengan motivasi berprestasi itu prestasi belajar siswa juga akan
meningkat.
Selain merangsang siswa berpendapat dan menjanjikan pemberian
reward, penumbuhan motivasi belajar siswa juga dilakukan dengan
menyampaikan apersepsi pada setiap awal pembelajaran dengan mengaitkan
materi yang akan dibahas dengan aplikasi pada kehidupan sehari-hari sehingga
siswa memiliki ketertarikan terhadap materi. Hal ini sejalan dengan pendapat Uno
(2008: 35) yang mengungkapkan bahwa salah satu teknik motivasi yang dapat
dilakukan dalam pembelajaran adalah menggunakan materi yang sudah dikenal
siswa sebagai contoh dalam belajar.
66
Untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus 1 dan memastikan
terjadinya peningkatan motivasi belajar karena penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw II dilakukan pembelajaran siklus 2. Setelah dilakukan
pembelajaran siklus 2 didapatkan hasil berupa peningkatan motivasi belajar siswa
seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Pembelajaran pada siklus 2 didasarkan dari refleksi siklus 1. Kekurangan
pada siklus 1 adalah kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam
kelompok ahli. Sebelumnya pada siklus 1, peneliti hanya memberikan form berisi
inti materi yang dipelajari siswa sehingga peneliti memperbaiki pembelajaran
siklus 2 dengan memberikan form berisi inti materi dan pertanyaan diskusi sesuai
materi yang dibahas oleh masing-masing kelompok ahli. Pemberian pertanyaan
diskusi ini berdampak positif terhadap siswa, hal ini terlihat saat siswa mulai
bingung ataupun saat konsentrasinya menurun. Ketika siswa diberikan pertanyaan
diskusi tentang hubungan materi pembelajaran dengan teknologi masa kini dan
yang mungkin di masa depan, siswa dapat kembali bersemangat belajar dengan
memberikan pertanyaan balik kepada guru sehingga suasana diskusi kembali
menjadi hidup. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamalik (2009: 161) yang
menyatakan bahwa cara memotivasi belajar siswa adalah menghubungkan
pengajaran dengan masa depan dan membuat kondisi menyenangkan dengan
menghindarkan terjadinya kejenuhan dan frustasi pada diri siswa.
Selain seperti pada siklus 1 dan pertanyaan diskusi dari guru, upaya
peningkatan motivasi belajar siswa pada siklus 2 dilakukan dengan mengingatkan
hasil tes yang telah dicapai pada siklus 1 yang sebagian besar siswa telah
67
mencapai ketuntasan dan masih ada kesempatan untuk menjadi tim yang terbaik
pada siklus 2 sehingga siswa termotivasi untuk bisa lebih baik lagi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Soemanto (2003) yang menyebutkan bahwa:
... pengenalan seseorang terhadap prestasi belajar adalah penting,
karena dengan mengetahui hasil yang telah dicapai maka siswa
akan lebih berusaha meningkatkan prestasi belajarnya. Dengan
demikian peningkatan prestasi belajar dapat lebih optimal karena
siswa tersebut termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajar
yang telah diraih sebelumnya.
Pendapat ini diperkuat oleh Anni dan Rifa‟i (2009: 170) yang menyatakan bahwa
tingkah laku yang diperkuat pada waktu yang lalu barangkali akan diulang
(reinforcing value of motivation). Misalnya jika siswa yang rajin belajar dan
mendapat nilai bagus diberi hadiah, maka siswa tersebut akan berusaha mendapat
nilai yang bagus kembali.
Motivasi belajar yang meningkat dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II juga dapat dilihat dari hasil observasi
keaktifan siswa pada lampiran 10 yang dapat dikategorikan aktif. Aktif
merupakan salah satu indikator bahwa siswa telah memilki motivasi belajar. Hal
ini sesuai dengan pendapat Syah (2008: 136) yang menyatakan bahwa motivasi
ialah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang
mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti
pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah.
Prestasi belajar siswa pada penelitian ini dapat dikatakan telah berhasil.
Ketuntasan klasikal pada siklus 1 mencapai 85% dan pada siklus 2 mencapai
97,5%. Pendapat ini sesuai dengan Mulyasa (2009: 99) yang menyatakan bahwa
68
keberhasilan kelas dapat dilihat dari sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa
yang ada di kelas tersebut telah mencapai ketuntasan individu.
Meningkatnya motivasi belajar siswa pada penelitian ini sejalan dengan
meningkatnya prestasi belajar siswa. Meningkatnya motivasi belajar siswa
berpengaruh pada proses pembelajaran, siswa lebih memperhatikan ketika guru
menjelaskan materi, siswa saling berargumentasi dan berdiskusi mengenai materi,
dan siswa tidak segan bertanya kepada guru mengenai materi yang belum siswa
pahami. Misalnya saat guru menunjukkan alat peraga berupa kacamata kemudian
melontarkan beberapa pertanyaan kepada siswa seperti "apa lensa yg dipakai?",
"bagaimana terbentuknya bayangan oleh lensa?", atau "mengapa ukuran kuat
lensa berbeda-beda?", saat itulah ketertarikan siswa sudah jelas terlihat melalui
cara mereka mencari tahu dengan membaca buku referensi dan memahaminya.
Apabila mereka belum dapat memahami sendiri, mereka akan saling bertanya
kepada teman mereka dan meminta penjelasan kepada guru. Dengan cara inilah
prestasi belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan dengan sendirinya.
Hal serupa juga diungkapkan oleh hasil penelitian Sahin (2010) yang menyatakan
dengan adanya pembelajaran kooperatif siswa lebih aktif dengan berdiskusi dan
menemukan solusi permasalahan.
Temuan ini sesuai dengan pendapat Hamalik (2009: 56) yang
menyebutkan bahwa motivasi belajar yang dimiliki siswa dalam setiap kegiatan
pembelajaran sangat berperan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Siswa
yang bermotivasi tinggi dalam belajar memungkinkan akan memperoleh hasil
belajar yang tinggi pula. Artinya semakin tinggi motivasinya, maka semakin
69
tinggi intensitas usaha dan upaya yang dilakukannya sehingga semakin tinggi
prestasi belajar yang diperolehnya. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II terjadi
peningkatan motivasi belajar siswa yang mendorong peningkatan prestasi belajar
siswa kelas VIIIA MTs NU Ungaran.
70
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, motivasi
belajar siswa kelas VIIIA MTs NU Ungaran pada mata pelajaran IPA pokok
bahasan cahaya meningkat
Seiring meningkatnya motivasi belajar siswa kelas VIIIA MTs NU Ungaran
pada mata pelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw II, prestasi belajar siswa juga mengalami peningkatan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat disampaikan adalah
sebagai berikut:
Guru perlu mempersiapkan alat peraga agar siswa dapat terlibat langsung
sehingga diskusi akan lebih menarik.
Guru perlu lebih memperhatikan pembagian kelompok serta heterogenitas
untuk mendukung diskusi.
70
71
DAFTAR PUSTAKA
Anni, C.T. & A. Rifa‟i. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES PRESS.
Arifin, Z. 2009. Evaluasi Instruksional Prinsip-Teknik-Prosedur. Bandung:
Rosdakarya.
Arikunto, S. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Bumi Aksara.
Chan, K.W. 2004. Using Jigsaw II in Teaching Program. Hongkong Teachers’
centre Journal, 3: 91-96.
Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian.
Jakarta: Depdiknas.
Dimyati & Moedjiono. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rinneka Cipta.
Hamalik, O. 2009. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik, O. 2009. Kurikulum dalam Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hanze, M. & R. Berger. 2007. Cooperative Learning, Motivational Effects, and
Student Characteristics: An Experimental Study Comparing Cooperative
Learning and Direct Instruction in 12th Grade Physics Classes. Learning
and Instruction Journal, 17: 29-41.
Isjoni. 2012. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mulyasa, H.E. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosdakarya.
72
Nur, M. & P.R. Wikandari. 2000. Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan
Pendekatan Kontruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Pusat studi
Matematika dan IPA Sekolah Universitas Negeri Surabaya.
Nur, M. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Studi Matematika dan
IPA Sekolah Universitas Negeri Surabaya.
Poerwadarmitra, W.J.S. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta:
Balai Pustaka.
Sahin, A. 2010. Effect of Jigsaw II Technique On Academic Achievement And
Attitudes To Written Expression Course. Educational Research and
Reviews Academic Journal, 5: 777-787.
Sardiman, A.M. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Siregar, E. & H. Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Siregar, S. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe
Jigsaw II Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran Teknik Mesin. Jurnal Penelitian dan Pengembangan, 4: 6.
Slameto. 2008. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rinneka Cipta.
Soemanto, W. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rinneka Cipta.
Sudaryono. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Tangerang: Graha Ilmu.
Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2004. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
73
Syah, M. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Rosdakarya.
Tipler, P.A. 2001. Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Tu‟u, T. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Uno, H.B. 2008. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Wiyanto. 2008. Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium. Semarang: UNNES PRESS.
Silabus
Sekolah : MTs NU Ungaran
Kelas : VIII
Mata Pelajaran : IPA Terpadu
Semester : 1 (satu)
Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari
Kompetensi
Dasar
Materi
Pokok/
Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran Indikator Pencapaian
Kompetensi
Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar Teknik
Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen
6.3 Menyelidiki sifat-
sifat cahaya dan
hubungannya dengan berbagai
bentuk cermin
dan lensa.
Cahaya Ceramah menjelaskan poin-poin
atau inti materi hukum
pemantulan dan berbagai pemantulan pada cermin datar,
cekung, dan cembung.
Diskusi kelompok tentang hukum
pemantulan cahaya dan pemantulan pada cermin datar,
cermin cekung, dan cermin
cembung.
Ceramah dan tanya jawab mengulas kembali materi hukum
pemantulan dan berbagai
pemantulan pada cermin datar, cekung, dan cembung.
Menjelaskan hukum
pemantulan cahaya.
Mendefinisikan jenis-jenis
pemantulan.
Menjelaskan pembentukan
dan sifat bayangan yang
dibentuk oleh cermin datar.
Mendiskripsikan
pembentukan dan sifat
bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung.
Mendiskripsikan pembentukan dan sifat
bayangan yang dibentuk oleh cermin cembung.
Mengoperasikan rumus 1
𝑓=
1
𝑠+
1
𝑠′ yang berhubungan
dengan perhitungan cermin
cekung dan cermin cembung.
Mengoperasikan rumus
Tes tulis
Tes tulis
Tes tulis
Tes tulis
Tes tulis
Tes tulis
Tes tulis
Tes pilihan
ganda
Tes pilihan
ganda
Tes pilihan
ganda
Tes pilihan
ganda
Tes pilihan
ganda
Tes pilihan ganda
Tes pilihan ganda
1. Berikut ini merupakan bunyi hukum
pemantulan:
i. i. Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
ii.
iii. ii. Sinar datang dan sinar pantul memiliki arah yang sama.
iv.
v. iii. Sudut sinar datang sama dengan sudut sinar pantul.
Pernyataan yang benar adalah...
a. i, ii, dan iii b. i dan ii
c. i dan iii
d. ii dan iii
2. Jika letak benda terhadap cermin datar
berjarak 5 cm, maka jarak bayangan ke cermin adalah...
a. 2,5 cm
b. 5 cm c. 10 cm
d. 50 cm
3. Benda di ruang II pada cermin cekung
sifat bayangannya adalah…
a. Nyata, terbalik, diperbesar b. Nyata, terbalik, diperkecil
10x40‟ Buku IPA
yang
relevan. .
75
Ceramah menjelaskan poin-poin
atau inti materi hukum pembiasan cahaya dan berbagai pembiasan
pada lensa cekung dan cembung.
Diskusi kelompok tentang hukum
pembiasan cahaya dan pembiasan pada lensa cekung dan cembung.
Ceramah dan tanya jawab mengulas kembali materi hukum
pembiasan cahaya dan berbagai pembiasan pada lensa cekung dan
cembung.
𝑀 = 𝑠𝑖
𝑠0 =
𝑖
𝑜 yang
berhubungan dengan
perhitungan cermin datar,
cermin cekung dan cermin cembung.
Menjelaskan aplikasi cermin datar, cermin cekung, dan
cermin cembung pada kehidupan sehari-hari.
Menjelaskan hukum pembiasan cahaya.
Mendiskripsikan
pembentukan dan sifat
bayangan yang dibentuk oleh lensa cekung.
Mendiskripsikan pembentukan dan sifat
bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung.
Mengoperasikan rumus 1
𝑓=
1
𝑠+
1
𝑠′ yang berhubungan
dengan perhitungan lensa
cekung dan lensa cembung.
Mengoperasikan rumus
𝑀 = 𝑠𝑖
𝑠0 =
𝑖
𝑜 yang
berhubungan dengan
perhitungan lensa cekung dan lensa cembung.
Menjelaskan aplikasi lensa cekung dan lensa cembung
pada kehidupan sehari-hari.
Tes tulis
Tes tulis
Tes tulis
Tes tulis
Tes tulis
Tes tulis
Tes tulis
Tes pilihan ganda
Tes pilihan
ganda
Tes pilihan
ganda
Tes pilihan
ganda
Tes pilihan ganda
Tes pilihan
ganda
Tes pilihan
ganda
c. Nyata, tegak, diperbesar
d. Maya, tegak, diperbesar
4. Suatu benda setinggi 24 cm berada di
depan cermin cembung, bayangan
yang dibentuk memiliki tinggi 6 cm. Perbesaran bayangan cermin cembung
tersebut adalah...
a. 4kali b. 2 kali
c. 0,5 kali
d. 0,25 kali
5. Jika perbesaran bayangan sebuah cermin
adalah 0,5 kali. Berapakah tinggi bayangan jika tinggi benda adalah 4
cm?
a. 8 cm b. 4 cm
c. 3,5 cm
d. 2 cm
6. Pembelokkan arah rambat cahaya dari
suatu medium ke medium lain yang berbeda kerapatannya disebut...
a. Pemantulan
b. Pembiasan c. Perbesaran
d. Pergeseran
7. Benda yang diletakkan 5 cm di depan
lensa cekung dengan fokus 10 cm
memiliki sifat bayangan... a. Maya, tegak, diperkecil
b. Nyata, tegak, diperkecil
c. Maya, tegak, diperbesar
d. Nyata, tegak, diperbesar
8. Sebuah benda setinggi 1 m diletakkan 50 cm di depan lensa cekung
sehingga terbentuk bayangan setinggi
25 cm. Perbesaran bayangan adalah...
76
a. 1 kali
b. 0,75 kali
c. 0,50 kali d. 0,25 kali
Karakter siswa yang diharapkan : Ketakwaan kepada Tuhan YME Disiplin
Tanggung jawab Kerjasama
77
78
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1
CAHAYA & PEMANTULAN
Sekolah : MTs NU Ungaran
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas : VIIIA
Alokasi Waktu : 5 x 40 menit
A. Standar Kompetensi
6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk
teknologi sehari-hari.
B. Kompetensi Dasar
6.3 Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin
dan lensa.
C. Indikator
1. Kognitif
a. Menjelaskan hukum pemantulan cahaya.
b. Mendefinisikan jenis-jenis pemantulan.
c. Menjelaskan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin
datar.
d. Mendiskripsikan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh
cermin cekung.
e. Mendiskripsikan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh
cermin cembung.
f. Mengoperasikan rumus 1
𝑓=
1
𝑠+
1
𝑠′ yang berhubungan dengan perhitungan
cermin cekung dan cermin cembung.
g. Mengoperasikan rumus 𝑀 = 𝑠𝑖
𝑠0 =
𝑖
𝑜 yang berhubungan dengan
perhitungan cermin cekung dan cermin cembung.
h. Menjelaskan aplikasi cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung
pada kehidupan sehari-hari.
2. Psikomotor
Mempresentasikan materi kepada siswa lainnya.
Lampiran 2
79
3. Afektif
a. Memiliki kemampuan berpikir logis dan berurutan dalam menjelaskan
materi kepada siswa lain.
b. Memiliki sikap disiplin dalam mengikuti pelajaran.
c. Memiliki tanggung jawab atas tugas yang diembannya.
d. Memiliki sikap mau bekerjasama dalam kelompok asal dan kelompok ahli.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kognitif
a. Siswa mampu menjelaskan hukum pemantulan cahaya.
b. Siswa mampu mendefinisikan jenis-jenis pemantulan.
c. Siswa mampu menjelaskan pembentukan dan sifat bayangan yang di bentuk
oleh cermin datar.
d. Siswa mampu menjelaskan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk
oleh cermin cekung.
e. Siswa mampu menjelaskan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk
oleh cermin cembung.
f. Siswa mampu mengoperasikan rumus 1
𝑓=
1
𝑠+
1
𝑠′ yang berhubungan dengan
perhitungan cermin cekung dan cermin cembung.
g. Siswa mampu mengoperasikan rumus 𝑀 = 𝑠𝑖
𝑠0 =
𝑖
𝑜 yang berhubungan
dengan perhitungan cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung.
h. Siswa mampu menyebutkan aplikasi cermin datar, cermin cekung, dan cermin
cembung pada kehidupan sehari-hari.
2. Psikomotor
Siswa mampu mempresentasikan materi kepada teman lainnya.
3. Afektif
a. Siswa memiliki kemampuan berpikir logis dan berurutan dalam menjelaskan
materi kepada siswa lain.
b. Siswa memiliki sikap disiplin dalam mengikuti pelajaran.
c. Siswa memiliki tanggung jawab atas tugas yang diembannya.
d. Siswa memiliki sikap mau bekerjasama dalam kelompok asal dan kelompok
ahli.
E. Materi Pembelajaran
1. Pengertian dan Sifat-sifat cahaya
2. Hukum Pemantulan Cahaya
80
3. Macam pemantulan cahaya
4. Cermin Datar
5. Cermin Cekung
6. Cermin Cembung
F. Model dan Metode Pembelajaran
1. Model : Jigsaw II
2. Metode : - Ceramah
- Diskusi
- Tanya jawab
G. Langkah Pembelajaran
Tahap Kegiatan Pembelajaran Waktu
Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam dan meminta ketua
kelas memimpin doa untuk menumbuhkan
sikap ketaqwaan kepada Tuhan YME.
2. Guru memeriksa kehadiran siswa dan meminta
siswa yang terlambat melapor ke ruang BK
untuk menumbuhkan sikap disiplin siswa.
3. Apersepsi
~ Guru bertanya kepada siswa tentang
pengalaman bercermin menggunakan
sendok.
~ Guru bertanya akibat yang terjadi jika tidak
ada kaca spion pada kendaraan bermotor.
Apersepsi digunakan untuk menumbuhkan
motivasi belajar siswa dengan mengaitkan
materi pembelajaran dengan kehidupan sekitar
siswa.
4. Guru menjelaskan tujuan materi pemantulan
cahaya dan cermin.
15 Menit
Inti 1. Guru memberikan gambaran tentang model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.
2. Guru menjelaskan pentingnya tanggungjawab
yang diemban oleh setiap siswa untuk dapat
menguasai materi sehingga dapat menjelaskan
kepada teman satu kelompok asalnya karena
85 Menit
81
satu kelompok itu tenggelam bersama dan
berenang bersama, sehingga bisa
memenangkan kelompoknya.
3. Guru membagi siswa dalam 6 kelompok
dengan meninjau heterogenitas siswa, setiap
kelompok terdiri dari 6-7 siswa yang
kemudian disebut kelompok Asal. Disini guru
juga mengingatkan pentingnya kerjasama
antar anggota agar dapat memenangkan
kelompoknya. (EKSPLORASI)
4. Guru menjelaskan secara singkat materi
pemantulan cahaya dan pemantulan cahaya
pada cermin datar, cekung, dan cembung.
(EKSPLORASI)
5. Guru kembali membagi 6 kelompok asal
menjadi 6 kelompok baru yang disebut sebagai
kelompok ahli. (EKSPLORASI)
6. Guru memberikan form materi kepada setiap
kelompok ahli untuk membahas materi yang
diberikan sesuai form yang diterima.
(EKSPLORASI)
7. Siswa berdiskusi membahas materi masing-
masing selama 20 menit. (ELABORASI)
8. Guru membimbing siswa jika mendapati
kesulitan dalam memahami materi.
(ELABORASI & KONFIRMASI)
9. Setelah 30 menit kelompok ahli berpisah dan
kembali ke kelompok asal. (EKSPLORASI)
10. Setelah semua kembali setiap siswa diminta
menjelaskan materi yang didapatnya kepada
teman satu kelompoknya secara merata selama
30 menit. (ELABORASI & KONFIRMASI)
11. Guru memastikan semua materi sudah
dijelaskan dengan membuka sesi tanya jawab
kepada siswa dan kembali menjelaskan materi
82
yang dianggap sulit oleh siswa.
(ELABORASI & KONFIRMASI)
12. Guru memberikan tes. (KONFIRMASI) 65 Menit
Penutup 1. Guru meminta siswa mengoreksi hasil tes
temannya secara silang.
2. Guru mengumumkan kelompok
pemenang siklus I dan memberikan
reward serta tak lupa mengucapkan
selamat dan mengingatkan agar siswa
menyiapkan diri di siklus berikutnya
karena masih ada reward yang akan
diberikan.
3. Guru mengucapkan terimakasih dan
memberi salam untuk menanamkan rasa
berterimakasih dan nilai religi.
45 Menit
H. Sumber Belajar
1. Buku IPA yang relevan
2. LKS IPA Terpadu kelas VIII yang dibuat oleh Kelompok Kerja Madrasah.
I. Penilaian Hasil Belajar
1. Teknik Penilaian
a. Tes tertulis.
b. Pengamatan langsung.
2. Bentuk Instrumen
a. Tes pilihan ganda.
b. Lembar Observasi.
83
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2
PEMBIASAN CAHAYA DAN LENSA
Sekolah : MTs NU Ungaran
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas : VIIIA
Alokasi Waktu : 5 x 40 menit
A. Standar Kompetensi
6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk
teknologi sehari-hari.
B. Kompetensi Dasar
6.3 Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin
dan lensa.
C. Indikator
1. Kognitif
a. Menjelaskan hukum pembiasan cahaya.
b. Mendiskripsikan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa
cekung.
c. Mendiskripsikan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa
cembung.
d. Mengoperasikan rumus 1
𝑓=
1
𝑠+
1
𝑠′ yang berhubungan dengan perhitungan
lensa cekung dan lensa cembung.
e. Mengoperasikan rumus 𝑀 = 𝑠𝑖
𝑠0 =
𝑖
𝑜 yang berhubungan dengan
perhitungan lensa cekung dan lensa cembung.
f. Menjelaskan aplikasi lensa cekung dan lensa cembung pada kehidupan
sehari-hari.
4. Psikomotor
Mempresentasikan materi kepada siswa lainnya.
5. Afektif
a. Memiliki kemampuan berpikir logis dan berurutan dalam menjelaskan
materi kepada siswa lain.
b. Memiliki sikap disiplin dalam mengikuti pelajaran.
c. Memiliki tanggung jawab atas tugas yang diembannya.
Lampiran 3
84
d. Memiliki sikap mau bekerjasama dalam kelompok asal dan kelompok ahli.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kognitif
a. Siswa mampu menjelaskan hukum pembiasan cahaya.
b. Siswa mampu menjelaskan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk
oleh lensa cekung.
c. Siswa mampu menjelaskan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk
oleh lensa cembung.
d. Siswa mampu mengoperasikan rumus 1
𝑓=
1
𝑠+
1
𝑠′ yang berhubungan dengan
perhitungan lensa cekung dan lensa cembung.
e. Siswa mampu mengoperasikan rumus 𝑀 = 𝑠𝑖
𝑠0 =
𝑖
𝑜 yang berhubungan
dengan perhitungan lensa cekung dan lensa cembung.
f. Siswa mampu menyebutkan aplikasi lensa cekung dan lensa cembung pada
kehidupan sehari-hari.
2. Psikomotor
Siswa mampu mempresentasikan materi kepada teman lainnya.
3. Afektif
a. Siswa memiliki kemampuan berpikir logis dan berurutan dalam menjelaskan
materi kepada siswa lain.
b. Siswa memiliki sikap disiplin dalam mengikuti pelajaran.
c. Siswa memiliki tanggung jawab atas tugas yang diembannya.
d. Siswa memiliki sikap mau bekerjasama dalam kelompok asal dan kelompok
ahli.
E. Materi Pembelajaran
1. Hukum Pembiasan Cahaya
2. Lensa Cekung
3. Lensa Cembung
F. Model dan Metode Pembelajaran
1. Model : Jigsaw II
2. Metode : - Ceramah
- Diskusi
- Tanya jawab
85
G. Langkah Pembelajaran
Tahap Kegiatan Pembelajaran Waktu
Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam dan meminta
ketua kelas memimpin doa untuk
menumbuhkan sikap ketaqwaan kepada
Tuhan YME.
2. Guru memeriksa kehadiran siswa dan
meminta siswa yang terlambat melapor ke
ruang BK untuk menumbuhkan sikap
disiplin siswa.
3. Apersepsi dan motivasi
a. Guru mengucapkan selamat kepada
pemenang siklus I dan kembali
mengingatkan adanya pembelajaran
serupa dan pemberian reward untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa.
b. Guru bertanya kepada siswa yang
berkacamata tentang jenis kacamata yang
dipakai untuk menumbuhkan motivasi
belajar dengan mengaitkan materi yang
akan dibahas dengan kehidupan sehari-
hari.
4. Guru menjelaskan tujuan materi pembiasan
cahaya dan lensa.
15 Menit
Inti 1. Guru menjelaskan secara singkat materi
pembiasan cahaya dan pembiasan cahaya
pada lensa cekung dan cembung.
(EKSPLORASI)
2. Guru membagi siswa dalam 6 kelompok
dengan meninjau heterogenitas siswa, setiap
kelompok terdiri dari 6-7 siswa yang
kemudian disebut kelompok Asal dengan
menanamkan motivasi untuk menjadi juara
pada akhir pembelajaran. (EKSPLORASI)
3. Guru kembali membagi 6 kelompok asal
85 Menit
86
menjadi 6 kelompok baru yang disebut
sebagai kelompok ahli. (EKSPLORASI)
4. Guru memberikan form materi dan form
diskusi kepada setiap kelompok ahli untuk
membahas materi yang diberikan sesuai
form yang diterima. (EKSPLORASI)
5. Siswa berdiskusi membahas materi selama
30 menit. Saat terlihat kejenuhan pada siswa,
guru mendekati dan menanyakan pertanyaan
pada form diskusi yang berisi kaitan materi
dengan kehidupan sehari-hari untuk
menumbuhkan motivasi belajar siswa.
(ELABORASI)
6. Guru membimbing siswa jika mendapati
kesulitan dalam memahami materi..
(ELABORASI & KONFIRMASI)
7. Setelah 30 menit kelompok ahli berpisah dan
kembali ke kelompok asal. (EKSPLORASI)
8. Setelah semua kembali setiap siswa diminta
menjelaskan materi yang didapatnya kepada
teman satu kelompoknya secara merata
selama 30 menit. (ELABORASI)
9. Guru memastikan semua materi sudah
dijelaskan dengan membuka sesi tanya
jawab kepada siswa dan kembali
menjelaskan materi yang dianggap sulit oleh
siswa. (ELABORASI & KONFIRMASI)
10. Guru memberikan tes kepada siswa.
(KONFIRMASI)
65 Menit
Penutup 4. Guru meminta siswa mengoreksi hasil tes
temannya secara silang.
5. Guru mengumumkan kelompok pemenang
siklus II dan memberikan reward serta tak
lupa mengucapkan selamat.
6. Guru mengucapkan terimakasih dan
45 Menit
87
memberi salam untuk menanamkan rasa
berterimakasih dan nilai religi.
H. Sumber Belajar
1. Buku IPA yang relevan
2. LKS IPA Terpadu kelas VIII yang dibuat oleh Kelompok Kerja Madrasah.
I. Penilaian Hasil Belajar
Teknik Penilaian
a. Tes tertulis.
b. Pengamatan langsung.
1. Bentuk Instrumen
c. Tes pilihan ganda.
d. Lembar Observasi.
88
Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar
No. Indikator No.Pernyataan Jumlah
Pertanyaan
1. Berusaha unggul 1, 2, 3, 4, 5, 6 6
2. Menyelesaikan tugas dengan baik 7, 8, 9, 10, 11, 12 6
3. Menyukai tantangan 13, 14, 15, 16,
17, 18
6
4. Menyukai situasi pekerjaan dengan
tanggungjawab, umpan balik, dan
resiko tingkat menengah.
19, 20, 21, 22,
23, 24
6
Lampiran 4
89
Angket Motivasi Belajar
Nama : Mata Pelajaran : IPA Terpadu
Kelas :
Petunjuk Pengisian
1. Sebelum mengisi pernyataan berikut, kami mohon untuk membacanya terlebih
dahulu.
2. Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan Anda dengan
membubuhkan tanda “Check” (√) pada kolom.
3. Keterangan pilihan jawaban:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
R : Ragu-ragu
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
No. PERNYATAAN SS S R TS STS
1. Bagi saya, keberhasilan dalam berprestasi
merupakan hal yang utama.
2. Saya berusaha mendapatkan nilai terbaik dalam
pelajaran IPA.
3. Saya berusaha mencari sumber bacaan lain
untuk menambah pengetahuan pelajaran IPA.
4. Saya belajar IPA dengan rajin, agar nilai
ulangan saya baik.
5. Saya bekerja keras agar prestasi saya lebih baik
dari teman-teman.
6. Saya berusaha mencapai sukses, agar sukses
saya menjadi panutan teman-teman saya.
Lampiran 5
90
No. PERNYATAAN SS S R TS STS
7. Terlambat dalam mengumpulkan tugas ke guru
merupakan hal tidak biasa bagi saya.
8.
Saya berusaha untuk mendapatkan cara
pemecahan terbaik terhadap setiap masalah yang
saya hadapi.
9. Saya berusaha untuk memperbaiki kinerja saya
pada masa lalu.
10. Saya selalu mengerjakan tugas dari guru.
11. Saya tidak pernah mencontek tugas teman.
12. Saya mengerjakan tugas dengan sungguh-
sungguh.
13. Untuk mencapai prestasi yang baik, saya
bersedia mengikui les-les di luar sekolah.
14. Saya ingin mendalami pelajaran IPA.
15. Persaingan yang baik dalam pelajaran IPA
membuat saya tertantang.
16. Apabila belajar IPA di kelas dengan metode
bermain sangat menyenangkan.
17. Saya ingin menjadi juara dipembelajaran IPA
kali ini.
18. Saya berusaha mengatasi setiap kendala saat
menemukan persoalan dalam pelajaran IPA.
19. Saya saling bertukar pendapat dan pikiran
masalah pelajaran IPA dengan teman-teman.
20. Saya berusaha untuk memikul setiap
tanggungjawab pribadi.
21. Melihat hasil nilai IPA saya yang memuaskan,
saya belajar lebih giat lagi.
22. Saya senang mengajarkan materi IPA kepada
91
No. PERNYATAAN SS S R TS STS
teman.
23. Kerjasama yang baik dalam bertukar pendapat
dan pikiran dalam kelas, sangat menyenangkan.
24. Saya lebih suka belajar kelompok dari pada
belajar sendiri.
Kisi-kisi Soal Uji Coba Siklus 1
SATUAN PENDIDIKAN : MTs NU Ungaran
MATA PELAJARAN : IPA FISIKA
KELAS/SEMESTER : VIII/1
TOPIK : CAHAYA
STANDAR KOMPETENSI : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.
KOMPETENSI DASAR : 6.3. Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa.
INDIKATOR TOPIK TINGKATAN BERPIKIR NO.
SOAL C1 C2 C3 C4 C5 C6
1. Menjelaskan hukum pemantulan
cahaya
Hukum pemantulan cahaya V 1
V 4
V 6
V 7
2. Mendefinisikan jenis-jenis
pemantulan.
Hukum pemantulan cahaya
V 5
3. Menjelaskan sifat dan
pembentukan bayangan pada
cermin datar
Cermin datar. V 8
V 11
92
Lam
piran
6
V 9
V 10, 25
4. Mendiskripsikan pembentukan dan
sifat bayangan yang dibentuk oleh
cermin cekung.
Cermin cekung. V 2, 19
V 3
V 12
V 27
5. Mendiskripsikan pembentukan dan
sifat bayangan yang dibentuk oleh
cermin cembung.
Cermin cembung. V 24
V 17, 29
6. Mengoperasikan rumus 1
𝑓=
1
𝑠+
1
𝑠′
dalam perhitungan cermin cekung
dan cermin cembung.
Persamaan cermin cekung dan
cermin cembung. V
13, 18, 22,
28
V 21
7. Mengoperasikan rumus 𝑀 = 𝑠𝑖
𝑠0 =
𝑖
𝑜 dalam perhitungan cermin
datar, cermin cekung dan cermin
cembung.
Persamaan cermin datar, cermin
cekung, dan cermin cembung.
V 14, 15, 23,
26, 30
8. Menjelaskan aplikasi cermin Aplikasi cermin cekung, dan
cermin cembung. V 16
93
95
Pilihlah salah satu jawaban yang benar
dengan memilih salah satu jawaban
dengan memberi tanda silang ( X ) pada
huruf a, b, c, atau d!
1. Berikut ini merupakan bunyi hukum
pemantulan:
i. Sinar datang, sinar pantul, dan
garis normal terletak pada satu
bidang datar.
ii. Bidang pantul tegak lurus dengan
garis normal.
iii. Sudut sinar datang sama dengan
sudut sinar pantul.
Pernyataan yang benar adalah... .
a. i, ii, dan iii
b. i dan ii
c. i dan iii
d. ii dan iii
2. Benda yang terletak diantara titik
fokus dan pusat kelengkungan cermin
pada cermin cekung sifat bayangannya
adalah… .
a. Nyata, terbalik, diperbesar
b. Nyata, terbalik, diperkecil
c. Nyata, tegak, diperbesar
d. Maya, tegak, diperbesar
3. Seberkas cahaya sejajar dijatuhkan
pada sebuah cermin cekung. Pada
cermin, berkas cahaya itu
mengalami…
a. Pembiasan sehingga sinarnya
menyebar
b. Pemantulan sehingga sinarnya
mengumpul
c. Pembiasan sehingga sinarnya
mengumpul
d. Pemantulan sehingga sinarnya
menyebar
4. Seberkas sinar datang mengenai
cermin datar, antara sinar datang dan
garis normal terbentuk sudut sebesar
30˚. Besar sudut pantulnya adalah... .
a. 15˚ c. 45˚
b. 30˚ d. 60˚
5. Perhatikan pernyataan berikut dengan
teliti.
i. Pemantulan sinar yang mengenai
dinding rumah yang tidak rata.
ii. Pemantulan cahaya pada keramik
mengkilat..
iii. Pemantulan cahaya pada cermin
datar.
iv. Pemantulan sinar yang mengenai
permukaan kayu yang kasar.
Pernyataan di atas yang merupakan
pemantulan baur adalah... .
a. i dan ii c. i dan iv
b. i dan iii d. ii dan iv
6. Terpencarnya cahaya akibat
pemantulan cahaya pada permukaan
yang tidak rata disebut... .
a. Pembiasan
b. Pemantulan teratur
c. Pemantulan baur
d. Pemantulan sempurna
7. Perhatikan gambar berikut ini
Besarnya sudut pantul (r) adalah... .
a. 50˚ c. 60˚
b. 40˚ d. 90˚
8. Perhatikan gambar berikut ini
Jika kata di atas dilihat melalui cermin
datar, bayangan kata menjadi... .
50˚
r
Garis Normal Sinar Datang Sinar Pantul
Cermin
Datar
Lampiran 7
Soal Uji Coba Siklus 1
96
e.
f.
g.
h.
9. Sifat bayangan yang dibentuk oleh
cermin datar adalah… .
a. Maya, tegak, sama besar,
berkebalikan
b. Nyata, tegak, sama besar,
berkebalikan
c. Nyata, tegak, diperbesar,
berkebalikan
d. Nyata, tegak, diperkecil,
berkebalikan
10. Sebuah benda setinggi 2 m berjarak 5
m dari sebuah cermin datar.
Berapakah tinggi dan jarak bayangan
pada cermin... .
a. 10 m dan 7 m c. 5 m dan 2 m
b. 7 m dan 10 m d. 2 m dan 5 m
11. Perhatikan gambar berikut
Bayangan yang terbentuk oleh cermin
datar adalah... .
a. c.
b. d.
12. Benda yang terletak diantara pusat
optik dan titik fokus pada cermin
cekung sifat bayangan yang terjadi
adalah… .
a. Nyata, terbalik, diperbesar
b. Nyata, terbalik, diperkecil
c. Nyata, tegak, diperbesar
d. Maya, tegak, diperbesar
Untuk soal nomor 14 s.d 16 perhatikan
kalimat berikut ini.
Sebuah benda terletak di depan sebuah
cermin cekung dengan jarak 30 cm. Jari-
jari cermin adalah 10 cm dan tinggi benda
adalah 10 cm.
13. Jarak bayangan dengan cermin
adalah... .
a. 6 cm c. 10 cm
b. 7 cm d. 35 cm
14. Perbesaran bayangan adalah... .
a. 6 kali c. 1
5 kali
b. 5 kali d. 1
6 kali
15. Tinggi bayangan adalah... .
a. 10 cm c. 2 cm
b. 5 cm d. 0,5 cm
16. Parabola menggunakan permukaan
yang cekung, dikarenakan untuk... .
a. Memfokuskan gelombang mikro
yang sejajar.
b. Memfokuskan gelombang mikro
yang baur.
c. Menyebarkan gelombang mikro
yang sejajar.
d. Menyebarkan gelombang mikro
yang baur.
B A
C D
D
D D
A
A A B
B
C
C C
B
A B
C D
Cermin
Datar
97
17. Suatu cermin cekung menghasilkan
bayangan bersifat nyata, terbalik,
sama besar. Letak benda yang
memiliki bayangan tersebut berada
di... .
a. Antara pusat optik dengan titik
fokus
b. Antara titik fokus dengan pusat
kelengkungan
c. Tepat di fokus cermin
d. Tepat di pusat kelengkungan
cermin
18. Sebuah benda berada pada jarak 10
cm dari cermin cekung, bayangan
yang terbentuk berada pada jarak 15
cm dari cermin. Jarak fokus cermin
adalah... .
a. 3 cm c. 6 cm
b. 5 cm d. 150 cm
19. Perhatikan gambar berikut ini
Bayangan yang dibentuk oleh cermin
cekung di atas adalah... .
a. Nyata, tegak, diperkecil
b. Nyata, tegak, diperbesar
c. Maya, tegak, diperkecil
d. Maya, tegak, diperbesar
20. Bayangan maya adalah... .
a. Bayangan yang terbentuk oleh
perpotongan sinar-sinar pantul.
b. Bayangan yang terbentuk oleh
perpotongan perpanjangan sinar-
sinar pantul.
c. Bayangan yang terbentuk oleh
sinar dari titik fokus.
d. Bayangan yang terbentuk dari sinar
pusat kelengkungan cermin.
21. Hubungan antara jarak benda ke
cermin (s), titik fokus (f), dan jarak
bayangan ke cermin (s‟) adalah... .
a. 𝑓 = 𝑠 + 𝑠′
b. 𝑓 =1
𝑠+ 𝑠′
c. 𝑓 =1
𝑠+
1
𝑠′
d. 1
𝑓=
1
𝑠+
1
𝑠′
22. Sebuah benda diletakkan 4 cm di
depan cermin cekung yang berjarak
fokus 6 cm. Letak bayangan yang
terbentuk adalah… di belakang cermin
a. 10 cm c. 24 cm
b. 12 cm d. 32 cm
23. Suatu benda setinggi 24 cm berada di
depan cermin cembung, bayangan
yang dibentuk memiliki tinggi 6 cm.
Perbesaran bayangan cermin cembung
tersebut adalah... .
a. 4 kali c. 0,5 kali
b. 2 kali d. 0,25 kali
24. Di bawah ini gambar yang tepat
mengenai pemantulan cermin
cembung, kecuali... .
a.
b.
c.
d.
F M
Bayangan
Benda
98
25. Jika letak benda terhadap cermin
datar berjarak 5 cm, maka jarak
bayangan ke cermin adalah... .
a. 2,5 cm c. 10 cm
b. 5 cm d. 50 cm
26. Sebuah benda yang tingginya 4 cm
berdiri 12 cm di depan lensa
cembung yang jarak fokusnya 4
cm, tinggi bayangannya adalah... .
a. 1 cm c. 16 cm
b. 2 cm d. 48 cm
27. Jika perbesaran bayangan sebuah
cermin adalah 0,5 kali. Jika tinggi
benda adalah 4 cm, maka tinggi
bayangan adalah... .
a. 8 cm c. 3,5 cm
b. 4 cm d. 2 cm
Untuk soal nomor 28 dan 29
perhatikan kalimat berikut ini. Sebuah cermin cembung memiliki
jari-jari kelengkungan 30 cm. Jika
benda diletakkan 10 cm di depan
cermin.
28. Jarak bayangan ke cermin adalah...
.
a. 30 cm c. 6 cm
b. 20 cm d. 3 cm
29. Sifat bayangan yang dibentuk
adalah... .
a. Maya, tegak, dan diperbesar
b. Maya, tegak, dan diperkecil
c. Nyata, tegak, dan diperkecil
d. Nyata, tegak, dan diperbesar
30. Sebuah benda diletakkan di muka
cermin cekung yang mempunyai
jarak fokus 15 cm. Agar bayangan
yang terbentuk 3 kali lebih besar
dan nyata, maka benda harus
diletakkan di depan cermin
sejauh….
a. 10 cm c. 20 cm
b. 15 cm d. 25 cm
99
Lampiran 8
Kunci Jawaban Soal Uji Coba Siklus 1
1. C
2. A
3. B
4. B
5. C
6. C
7. B
8. B
9. A
10. D
11. B
12. D
13. A
14. C
15. C
16. A
17. D
18. C
19. D
20. B
21. D
22. B
23. D
24. D
25. B
26. A
27. D
28. C
29. B
30. C
106
Keterangan:
C1 : Ingatan C4 : Analisis dan Sintesis
C2 : Pemahaman C5 : Evaluasi
C3 : Penerapan/aplikasi C6 : Mencipta/menghasilkan
Kisi-kisi Soal Uji Coba Siklus 2
SATUAN PENDIDIKAN : MTs NU UNGARAN
MATA PELAJARAN : IPA FISIKA
KELAS/SEMESTER : VIII/1
TOPIK : CAHAYA
STANDAR KOMPETENSI : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.
KOMPETENSI DASAR : 6.3. Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa.
INDIKATOR TOPIK TINGKATAN BERPIKIR NO.
SOAL C1 C2 C3 C4 C5 C6
1. Menjelaskan hukum pembiasan
cahaya.
Hukum pembiasan cahaya V 9
V 23
V 3, 24
2. Mendiskripsikan pembentukan dan
sifat bayangan yang dibentuk oleh
lensa cekung.
Lensa cekung V 26
V 21, 22
V 8, 9, 30
106
Lam
piran
11
107
Keterangan:
C1 : Ingatan C4 : Analisis dan Sintesis
C2 : Pemahaman C5 : Evaluasi
C3 : Penerapan/aplikasi C6 : Mencipta/menghasilkan
3. Mendiskripsikan pembentukan dan
sifat bayangan yang dibentuk oleh
lensa cembung.
Lensa cembung V 12
V 13, 18, 19
V 24
4. Mengoperasikan rumus 1
𝑓=
1
𝑠+
1
𝑠′
dalam perhitungan lensa cekung
dan lensa cembung.
Persamaan lensa cekung dan lensa
cembung.
V 1, 4,7, 11,
16, 20, 27
5. Mengoperasikan rumus 𝑀 = 𝑠𝑖
𝑠0 =
𝑖
𝑜 dalam perhitungan lensa
cekung dan lensa cembung.
Persamaan lensa cekung dan lensa
cembung.
V 5, 6, 17,
23, 25, 28
6. Menjelaskan aplikasi lensa cekung
dan lensa cembung pada kehidupan
sehari-hari.
Aplikasi lensa cekung dan lensa
cembung. V 2
7. Mengoperasikan rumus 𝑃 =1
𝑓
dalam perhitungan kuat lensa.
Kekuatan lensa
V 14, 15
107
108
Pilihlah salah satu jawaban yang benar
dengan memilih salah satu jawaban
dengan memberi tanda silang ( X ) pada
huruf a, b, c, atau d!
1. Sebuah benda diletakkan 25 cm di
depan lensa cekung yang memiliki
jarak fokus 50 cm. Jarak bayangan
dengan pusat lensa adalah... bersifat
maya.
a. 25,7 cm c. 15,7 cm
b. 16,7 cm d. 10 cm
2. Perhatikan gambar di bawah ini
Lensa yang digunakan alat tersebut
adalah... .
a. Lensa cekung
b. Lensa datar
c. Lensa cembung
d. Prisma
3. Bila berkas sinar dari medium yang
lebih rapat ke medium yang kurang
rapat membentuk sudut bias 90˚, maka
sudut datangnya disebut... .
a. Sudut bias
b. Sudut batas
c. Sudut normal
d. Sudut pantul
Untuk soal nomor 4 s.d 6 perhatikan
kalimat berikut ini.
Sebuah benda terletak di depan sebuah
lensa cekung dengan jarak 30 cm. Jarak
fokus lensa adalah 6 cm dan tinggi benda
adalah 12 cm.
4. Jarak bayangan dengan lensa adalah...
bersifat maya.
a. 5 cm c. 10 cm
b. 6 cm d. 35 cm
5. Perbesaran bayangannya adalah... .
a. 6 kali c. 1
5 kali
b. 5 kali d. 1
6 kali
6. Tinggi bayangannya adalah... .
a. 10 cm c. 2 cm
b. 5 cm d. 1 cm
7. Sebuah benda berada pada jarak 10
cm di depan lensa cekung. Jika jarak
fokus lensa adalah 3 kali jarak benda,
maka jarak bayangan adalah... bersifat
maya.
a. 30
4 cm c.
4
30 cm
b. − 30
4 cm d. −
4
30 cm
8. Benda yang diletakkan 5 cm di depan
lensa cekung dengan fokus 10 cm
memiliki sifat bayangan... .
a. Maya, tegak, diperkecil
b. Nyata, tegak, diperkecil
c. Maya, tegak, diperbesar
d. Nyata, tegak, diperbesar
9. Sebuah benda setinggi 1 m diletakkan
50 cm di depan lensa cembung
sehingga terbentuk bayangan setinggi
25 cm. Jarak fokus lensa adalah... .
a. 75 cm c. 14,2 cm
b. 35 cm d. 10 cm
10. Pembelokan cahaya ketika berkas
cahaya melewati bidang batas dua
medium yang berbeda indeks biasnya
disebut... cahaya.
a. Pemantulan
b. Pembiasan
c. Perbesaran
d. Pergeseran
11. Jika seberkas cahaya datang dengan
sudut datang yang lebih besar dengan
sudut batas, maka... .
a. Cahaya akan dibiaskan menjauhi
garis normal.
b. Cahaya akan dibiaskan mendekati
garis normal.
Lampiran 12
Soal Uji Coba Siklus 2
109
c. Cahaya tidak akan
dibiaskan,melainkan dipantulkan.
d. Cahaya tidak akan dibiaskan dan
dipantulkan.
12. Bayangan yang dibentuk oleh lensa
cembung jika sebuah benda diletakkan
diantara titik fokus lensa dan di dua
kali fokus adalah... .
a. Nyata, tegak, diperkecil
b. Nyata, tegak, diperbesar
c. Nyata, terbalik, diperkecil
d. Nyata, terbalik, diperbesar
13. Perhatikan gambar berikut ini
Dari gambar di atas, sifat lensa
cembung adalah... .
a. Konvergen
b. Divergen
c. Dispersi
d. Interferensi
14. Jika perbesaran bayangan sebuah
lensa cembung adalah 0,5 kali dan
benda berada 4 cm di depan lensa,
maka besar kuat lensa adalah...
dioptri.
a. 3
4 c. 75
b. 4
3 d. 300
15. Sebuah lensa cembung memiliki kuat
lensa sebesar 2 dioptri, maka besar
fokus lensa tersebut adalah... cm
a. 0,5 c. 25
b. 20 d. 50
16. Sebuah benda diletakkan di depan
lensa cekung sejauh 2 kali jarak fokus
lensa. Jika jarak fokus adalah (2-x)
cm. Letak bayangan yang terbentuk
adalah… bersifat maya.
a. 4−2𝑥
3 cm c. 4 − 2𝑥 cm
b. 4+2𝑥
3 cm d. 4 + 2𝑥 cm
17. Suatu benda diletakkan pada jarak 10
cm di depan lensa cembung. Agar
terbentuk bayangan dengan
perbesaran 1 kali, besar jarak fokus
lensa adalah... .
a. 1 cm c. 10 cm
b. 5 cm d. 20 cm
18. Di bawah ini gambar yang tepat
mengenai pembiasan pada lensa
cembung, kecuali... .
a.
b.
c.
d.
19. Jika perbesaran bayangan sebuah
lensa cembung adalah 0,5 kali dan
benda diletakkan 4 cm di depan lensa,
maka jarak bayangan dengan lensa
adalah... .
a. 8 cm c. 3,5 cm
b. 4 cm d. 2 cm
F
1
F
2
F
2
F
1
F
1
F
2
F
1
F
2
F1
F2
F2
F2
F2 F1
F1
F1
110
20. Sebuah benda yang tingginya 2 cm
berdiri 6 cm di depan lensa cembung
yang jarak fokusnya 4 cm, perbesaran
bayangannya adalah... kali
a. 1 kali c. 3 kali
b. 2 kali d. 4 kali
21. Perhatikan gambar berikut
Pernyataan yang paling tepat untuk
gambar di atas adalah... .
a. Sinar datang sejajar sumbu utama
dibiaskan melalui titik fokus sisi
pertama.
b. Sinar datang sejajar sumbu utama
dibiaskan seolah-olah berasal dari
titik fokus sisi pertama.
c. Sinar datang melalui titik fokus sisi
pertama dibiaskan sejajar sumbu
utama.
d. Sinar datang menuju pusat
kelengkungan lensa diteruskan
tidak dibiaskan.
22. Perhatikan gambar berikut
Pernyataan yang tepat untuk gambar
di atas adalah... .
a. Sinar datang sejajar sumbu utama
dibiaskan melalui titik fokus sisi
pertama.
b. Sinar datang sejajar sumbu utama
dibiaskan seolah-olah berasal dari
titik fokus sisi pertama.
c. Sinar datang melalui titik fokus sisi
pertama dibiaskan sejajar sumbu
utama.
d. Sinar datang menuju pusat lensa
diteruskan tidak dibiaskan.
23. Perhatikan beberapa pernyataan
berikut.
I. Bila kita memasukkan
sebagian kayu kedalam air,
maka kita melihat kayu
membengkok.
II. Bila kita perhatikan dasar
kolam, kolam akan tampak
lebih dangkal.
III. Kita melihat wajah kita di
cermin.
IV. Pelangi yang muncul setelah
turun hujan.
Yang merupakan akibat dari adanya
pembiasan cahaya adalah pernyataan
nomor...
a. I, II, dan III
b. I, II, dan IV
c. I, III, dan IV
d. II, III, dan IV
24. Perhatikan gambar dibawah ini
Pernyataan yang paling tepat untuk
gambar adalah... .
a. Berkas sinar datang dari medium
rapat ke kurang rapat dibiaskan
menjauhi garis normal
b. Berkas sinar datang dari medium
rapat ke kurang rapat dibiaskan
mendekati garis normal
c. Berkas sinar datang dari medium
kurang rapat ke lebih rapat
dibiaskan menjauhi garis normal
d. Berkas sinar datang dari medium
kurang rapat ke lebih rapat
dibiaskan mendekati garis normal
i
r
Kaca
Udara
N
111
25. Suatu benda diletakkan di depan lensa
cembung sejauh 2 − 𝑥 . Agar
perbesaran bayangan menjadi 3 kali,
maka jarak fokus lensa adalah... cm
a. 6 − 3𝑥 c. 4
6−3𝑥
b. 4
8−4𝑥 d.
6−3𝑥
4
26. Lensa yang bersifat menyebarkan
berkas cahaya adalah… .
a. Bikonveks
b. Cekung
c. Cembung
d. Lensa lup
Untuk soal nomor 27 dan 29
perhatikan kalimat berikut ini. Sebuah benda diletakkan 10 cm di
depan lensa cembung dan memiliki
tinggi 5 cm. Jika jarak fokus 20 cm,
maka... .
27. Jarak bayangan adalah... bersifat
maya.
a. 240 cm c. 34 cm
b. 50 cm d. 20 cm
28. Tinggi bayangan adalah... .
a. 120 cm c. 10 cm
b. 50 cm d. 20 cm
29. Sifat bayangan yang dibentuk
adalah... .
a. Maya, terbalik, dan diperbesar
b. Maya, terbalik, dan diperkecil
c. Maya, tegak, dan diperkecil
d. Maya, tegak, dan diperbesar
30. Sebuah benda diletakkan 10 cm dari
lensa cembung yang memiliki 2F
sebesar 20 cm. Sifat bayangan yang
dibentuk adalah... .
a. Maya, terbalik, dan diperbesar
b. Maya, terbalik, dan diperkecil
c. Maya, terbalik, dan sama besar
d. Tidak terbentuk bayangan
112
Kunci Jawaban Soal Uji Coba Siklus 2
1. B
2. C
3. B
4. A
5. D
6. C
7. B
8. A
9. D
10. B
11. C
12. D
13. A
14. C
15. D
16. A
17. B
18. D
19. D
20. B
21. B
22. D
23. B
24. A
25. D
26. B
27. D
28. C
29. D
30. D
Lampiran 13
119
Lembar Observasi Keaktifan Siswa
Nama Siswa :
No Kemampuan
yang diamati
Indikator Skor Kriteria Penilaian
1 Mengemukakan
pendapat
Kemampuan siswa
mengemukakan
pendapat dalam
kelompok ahli
4 Siswa mengemukakan
pendapat 4-5 kali dengan
baik dan lancar 3 Siswa mengemukakan
pendapat 2-3 kali dengan
baik dan lancar 2 Siswa mengemukakan
pendapat sekali dengan baik
dan lancar 1 Siswa tidak pernah
mengemukakan pendapat 2 Menjelaskan Kemampuan siswa
menjelaskan dalam
kelompok asal
4 Siswa menjelaskan dengan
sistematis dan lancar.
3 Siswa menjelaskan dengan
sistematis namun kurang lancar.
2 Siswa menjelaskan dengan
lancar namun kurang sistematis.
1 Siswa kurang dapat
menjelaskan dengan sistematis
dan lancar.
3 Bertanya Identifikasi siswa
dalam memperoleh
informasi
4 Inisiatif siswa untuk bertanya
kepada guru dan teman
dengan kemauan sendiri
3 Siswa bertanya kepada guru
dikarenakan ada dorongan
dari teman
2 Siswa hanya berani bertanya
pada teman
1 Bersikap diam
4 Menanggapi Memberi tanggapan
pada saat
pembelajaran di kelas
4
Siswa memberi tanggapan
terhadap materi dalam setiap
sub bab materi minimal 3
tanggapan
3
Siswa memberi tanggapan
terhadap materi dalam setiap
sub bab materi minimal 2
tanggapan
Lampiran 16
120
2
Siswa memberi tanggapan
terhadap materi dalam setiap
sub bab materi minimal 1
tanggapan
1 Siswa sama sekali tidak
memberikan tanggapan
terhadap materi dalam setiap
sub bab
5 Menyimak
presentasi
Menyimak presentasi
dari siswa lain.
4
Siswa menyimak presentasi
dari 3-4 siswa dalam
kelompok asalnya.
3 Siswa hanya menyimak
presentasi dari 2 siswa dalam
kelompok asalnya.
2 Siswa hanya menyimak
presentasi dari seorang siswa
dalam kelompok asalnya.
1 Siswa tidak pernah
menyimak presentasi dari
semua siswa dalam
kelompok asalnya.
Nilai yang diperoleh adalah:
Skor total = ∑ Aspek yang dinilai x skor maksimal
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑥 100 %
Kriteria Penilaian:
Nilai Kriteria
81,25% ≤ N ≤ 100% Sangat baik
62,5% ≤ N ≤ 81,25 % Baik
43,75 ≤ N ≤ 62,5 % Cukup
25 % ≤ N ≤ 43,75 % Kurang baik
121
Keterangan:
C1 : Ingatan C4 : Analisis dan Sintesis
C2 : Pemahaman C5 : Evaluasi
C3 : Penerapan/aplikasi C6 : Mencipta/menghasilkan
Kisi-kisi Soal Siklus 1
SATUAN PENDIDIKAN : MTs NU Ungaran
MATA PELAJARAN : IPA FISIKA
KELAS/SEMESTER : VIII/1
TOPIK : CAHAYA
STANDAR KOMPETENSI : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.
KOMPETENSI DASAR : 6.3. Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa.
INDIKATOR TOPIK TINGKATAN BERPIKIR NO.
SOAL C1 C2 C3 C4 C5 C6
9. Menjelaskan hukum pemantulan
cahaya
Hukum pemantulan cahaya V 1
V 4
V 6
10. Mendefinisikan jenis-jenis
pemantulan.
Hukum pemantulan cahaya
V 5
11. Menjelaskan sifat dan
pembentukan bayangan pada
Cermin datar. V 7
121
Lam
piran
17
122
Keterangan:
C1 : Ingatan C4 : Analisis dan Sintesis
C2 : Pemahaman C5 : Evaluasi
C3 : Penerapan/aplikasi C6 : Mencipta/menghasilkan
cermin datar V 10
V 8
V 9
12. Mendiskripsikan pembentukan dan
sifat bayangan yang dibentuk oleh
cermin cekung.
Cermin cekung. V 2, 17
V 3
V 11
13. Mendiskripsikan pembentukan dan
sifat bayangan yang dibentuk oleh
cermin cembung.
Cermin cembung. V 21
V 16, 24
14. Mengoperasikan rumus 1
𝑓=
1
𝑠+
1
𝑠′
dalam perhitungan cermin cekung
dan cermin cembung.
Persamaan cermin cekung dan
cermin cembung.
V 12, 19, 23
15. Mengoperasikan rumus 𝑀 = 𝑠𝑖
𝑠0 =
𝑖
𝑜 dalam perhitungan cermin
datar, cermin cekung dan cermin
Persamaan cermin datar, cermin
cekung, dan cermin cembung.
V 13, 14, 22,
25
122
123
Keterangan:
C1 : Ingatan C4 : Analisis dan Sintesis
C2 : Pemahaman C5 : Evaluasi
C3 : Penerapan/aplikasi C6 : Mencipta/menghasilkan
cembung.
16. Menjelaskan aplikasi cermin
cekung, dan cermin cembung pada
kehidupan sehari-hari.
Aplikasi cermin cekung, dan
cermin cembung. V 15
V 18
123
124
Pilihlah salah satu jawaban yang benar
dengan memilih salah satu jawaban
dengan memberi tanda silang ( X ) pada
huruf a, b, c, atau d!
1. Berikut ini merupakan bunyi hukum
pemantulan:
i. Sinar datang, sinar pantul, dan
garis normal terletak pada satu
bidang datar.
ii. Bidang pantul tegak lurus dengan
garis normal.
iii. Sudut sinar datang sama dengan
sudut sinar pantul.
Pernyataan yang benar adalah... .
a. i, ii, dan iii
b. i dan ii
c. i dan iii
d. ii dan iii
2. Benda yang terletak diantara titik
fokus dan pusat kelengkungan cermin
pada cermin cekung sifat bayangannya
adalah… .
a. Nyata, terbalik, diperbesar
b. Nyata, terbalik, diperkecil
c. Nyata, tegak, diperbesar
d. Maya, tegak, diperbesar
3. Seberkas cahaya sejajar dijatuhkan
pada sebuah cermin cekung. Pada
cermin, berkas cahaya itu
mengalami…
a. Pembiasan sehingga sinarnya
menyebar
b. Pemantulan sehingga sinarnya
mengumpul
c. Pembiasan sehingga sinarnya
mengumpul
d. Pemantulan sehingga sinarnya
menyebar
4. Seberkas sinar datang mengenai
cermin datar, antara sinar datang dan
garis normal terbentuk sudut sebesar
30˚. Besar sudut pantulnya adalah... .
a. 15˚ c. 45˚
b. 30˚ d. 60˚
5. Perhatikan pernyataan berikut dengan
teliti.
i. Pemantulan sinar yang mengenai
dinding rumah yang tidak rata.
ii. Pemantulan cahaya pada keramik
mengkilat..
iii. Pemantulan cahaya pada cermin
datar.
iv. Pemantulan sinar yang mengenai
permukaan kayu yang kasar.
Pernyataan di atas yang merupakan
pemantulan baur adalah... .
a. i dan ii c. i dan iv
b. i dan iii d. ii dan iv
6. Perhatikan gambar berikut ini
Besarnya sudut pantul (r) adalah... .
a. 50˚ c. 60˚
b. 40˚ d. 90˚
7. Perhatikan gambar berikut ini
Jika kata di atas dilihat melalui cermin
datar, bayangan kata menjadi... .
a.
b.
50˚
r
Garis Normal Sinar Datang Sinar Pantul
Cermin
Datar
Lampiran 18
Soal Siklus 1
125
c.
d.
8. Sifat bayangan yang dibentuk oleh
cermin datar adalah… .
a. Maya, tegak, sama besar,
berkebalikan
b. Nyata, tegak, sama besar,
berkebalikan
c. Nyata, tegak, diperbesar,
berkebalikan
d. Nyata, tegak, diperkecil,
berkebalikan
9. Sebuah benda setinggi 2 m berjarak 5
m dari sebuah cermin datar.
Berapakah tinggi dan jarak bayangan
pada cermin... .
a. 10 m dan 7 m c. 5 m dan 2 m
b. 7 m dan 10 m d. 2 m dan 5 m
10. Perhatikan gambar berikut
Bayangan yang terbentuk oleh cermin
datar adalah... .
a. c.
b. d.
11. Benda yang terletak diantara pusat
optik dan titik fokus pada cermin
cekung sifat bayangan yang terjadi
adalah… .
a. Nyata, terbalik, diperbesar
b. Nyata, terbalik, diperkecil
c. Nyata, tegak, diperbesar
d. Maya, tegak, diperbesar
Untuk soal nomor 12 s.d 14 perhatikan
kalimat berikut ini.
Sebuah benda terletak di depan sebuah
cermin cekung dengan jarak 30 cm. Jari-
jari cermin adalah 10 cm dan tinggi benda
adalah 10 cm.
12. Jarak bayangan dengan cermin
adalah... .
a. 6 cm c. 10 cm
b. 7 cm d. 35 cm
13. Perbesaran bayangan adalah... .
a. 6 kali c. 1
5 kali
b. 5 kali d. 1
6 kali
14. Tinggi bayangan adalah... .
a. 10 cm c. 2 cm
b. 5 cm d. 0,5 cm
15. Parabola menggunakan permukaan
yang cekung, dikarenakan untuk... .
a. Memfokuskan gelombang mikro
yang sejajar.
b. Memfokuskan gelombang mikro
yang baur.
c. Menyebarkan gelombang mikro
yang sejajar.
d. Menyebarkan gelombang mikro
yang baur.
16. Suatu cermin cekung menghasilkan
bayangan bersifat nyata, terbalik,
diperbesar. Letak benda yang
memiliki bayangan tersebut berada
di... .
a. Antara pusat optik dengan titik
fokus
b. Antara titik fokus dengan pusat
kelengkungan
B A
C D
D
D D
A
A A B
B
C
C C
B
A B
C D
Cermin
Datar
126
c. Tepat di fokus cermin
d. Tepat di pusat kelengkungan
cermin
17. Perhatikan gambar berikut ini
Bayangan yang dibentuk oleh cermin
cekung di atas adalah... .
a. Nyata, tegak, diperkecil
b. Nyata, tegak, diperbesar
c. Maya, tegak, diperkecil
d. Maya, tegak, diperbesar
18. Bayangan maya adalah... .
a. Bayangan yang terbentuk oleh
perpotongan sinar-sinar pantul.
b. Bayangan yang terbentuk oleh
perpotongan perpanjangan sinar-
sinar pantul.
c. Bayangan yang terbentuk oleh
sinar dari titik fokus.
d. Bayangan yang terbentuk dari sinar
pusat kelengkungan cermin.
19. Sebuah benda diletakkan 4 cm di
depan cermin cekung yang berjarak
fokus 6 cm. Letak bayangan yang
terbentuk adalah… di belakang cermin
a. 10 cm c. 24 cm
b. 12 cm d. 32 cm
20. Suatu benda setinggi 24 cm berada di
depan cermin cembung, bayangan
yang dibentuk memiliki tinggi 6 cm.
Perbesaran bayangan cermin cembung
tersebut adalah... .
a. 4 kali c. 0,5 kali
b. 2 kali d. 0,25 kali
21. Di bawah ini gambar yang tepat
mengenai pemantulan cermin
cembung, kecuali... .
a.
b.
c.
d.
22. Sebuah benda yang tingginya 4 cm
berdiri 12 cm di depan lensa
cembung yang jarak fokusnya 4
cm, tinggi bayangannya adalah... .
a. 1 cm c. 16 cm
b. 2 cm d. 48 cm
Untuk soal nomor 23 dan 24
perhatikan kalimat berikut ini. Sebuah cermin cembung memiliki
jari-jari kelengkungan 30 cm. Jika
benda diletakkan 10 cm di depan
cermin.
23. Jarak bayangan ke cermin adalah...
.
a. 30 cm c. 6 cm
b. 20 cm d. 3 cm
24. Sifat bayangan yang dibentuk
adalah... .
a. Maya, tegak, dan diperbesar
b. Maya, tegak, dan diperkecil
c. Nyata, tegak, dan diperkecil
d. Nyata, tegak, dan diperbesar
25. Sebuah benda diletakkan di muka
cermin cekung yang mempunyai
jarak fokus 15 cm. Agar bayangan
yang terbentuk 3 kali lebih besar
F M
Bayangan
Benda
127
dan nyata, maka benda harus
diletakkan di depan cermin
sejauh….
a. 10 cm c. 20 cm
b. 15 cm d. 25 cm
128
Kunci Jawaban Soal Siklus 1
1. C
2. A
3. B
4. B
5. C
6. B
7. B
8. A
9. D
10. B
11. D
12. A
13. C
14. C
15. A
16. B
17. D
18. B
19. B
20. D
21. D
22. A
23. A
24. B
25. C
Lampiran 19
129
Keterangan:
C1 : Ingatan C4 : Analisis dan Sintesis
C2 : Pemahaman C5 : Evaluasi
C3 : Penerapan/aplikasi C6 : Mencipta/menghasilkan
Kisi-kisi Soal Siklus 2
SATUAN PENDIDIKAN : MTs NU Ungaran
MATA PELAJARAN : IPA FISIKA
KELAS/SEMESTER : VIII/1
TOPIK : CAHAYA
STANDAR KOMPETENSI : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.
KOMPETENSI DASAR : 6.3. Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa.
INDIKATOR TOPIK TINGKATAN BERPIKIR NO.
SOAL C1 C2 C3 C4 C5 C6
8. Menjelaskan hukum pembiasan
cahaya.
Hukum pembiasan cahaya V 9
V 19
V 3
V 18
V 8, 25
9. Mendiskripsikan pembentukan dan Lensa cembung V 12
129
Lam
piran
20
130
Keterangan:
C1 : Ingatan C4 : Analisis dan Sintesis
C2 : Pemahaman C5 : Evaluasi
C3 : Penerapan/aplikasi C6 : Mencipta/menghasilkan
sifat bayangan yang dibentuk oleh
lensa cembung.
V 10, 15, 16
V 20
V 24
10. Mengoperasikan rumus 1
𝑓=
1
𝑠+
1
𝑠′
dalam perhitungan lensa cekung
dan lensa cembung.
Persamaan lensa cekung dan lensa
cembung.
V 1, 4,7, 11,
17, 22
11. Mengoperasikan rumus 𝑀 = 𝑠𝑖
𝑠0 =
𝑖
𝑜 dalam perhitungan lensa
cekung dan lensa cembung.
Persamaan lensa cekung dan lensa
cembung.
V 5, 6, 19,
21, 23
12. Menjelaskan aplikasi lensa cekung
dan lensa cembung pada kehidupan
sehari-hari.
Aplikasi lensa cekung dan lensa
cembung. V 2
13. Mengoperasikan rumus 𝑃 =1
𝑓
dalam perhitungan kuat lensa.
Kekuatan lensa
V 13, 14
13
0
131
Pilihlah salah satu jawaban yang benar
dengan memilih salah satu jawaban
dengan memberi tanda silang ( X ) pada
huruf a, b, c, atau d!
1. Sebuah benda diletakkan 25 cm di
depan lensa cekung yang memiliki
jarak fokus 50 cm. Jarak bayangan
dengan pusat lensa adalah... bersifat
maya.
a. 25,7 cm c. 15,7 cm
b. 16,7 cm d. 10 cm
2. Perhatikan gambar di bawah ini
Lensa yang digunakan alat tersebut
adalah... .
a. Lensa cekung
b. Lensa datar
c. Lensa cembung
d. Prisma
3. Bila berkas sinar dari medium yang
lebih rapat ke medium yang kurang
rapat membentuk sudut bias 90˚, maka
sudut datangnya disebut... .
a. Sudut bias
b. Sudut batas
c. Sudut normal
d. Sudut pantul
Untuk soal nomor 4 s.d 6 perhatikan
kalimat berikut ini.
Sebuah benda terletak di depan sebuah
lensa cekung dengan jarak 30 cm. Jarak
fokus lensa adalah 6 cm dan tinggi benda
adalah 12 cm.
4. Jarak bayangan dengan lensa adalah...
bersifat maya.
a. 5 cm c. 10 cm
b. 6 cm d. 35 cm
5. Perbesaran bayangannya adalah... .
a. 6 kali c. 1
5 kali
b. 5 kali d. 1
6 kali
6. Tinggi bayangannya adalah... .
a. 10 cm c. 2 cm
b. 5 cm d. 1 cm
7. Benda yang diletakkan 5 cm di depan
lensa cekung dengan fokus 10 cm
memiliki sifat bayangan... .
a. Maya, tegak, diperkecil
b. Nyata, tegak, diperkecil
c. Maya, tegak, diperbesar
d. Nyata, tegak, diperbesar
8. Sebuah benda setinggi 1 m diletakkan 50
cm di depan lensa cembung sehingga
terbentuk bayangan setinggi 25 cm. Jarak
fokus lensa adalah... .
a. 75 cm c. 14,2 cm
b. 35 cm d. 10 cm
9. Jika seberkas cahaya datang dengan
sudut datang yang lebih besar dengan
sudut batas, maka... .
a. Cahaya akan dibiaskan menjauhi
garis normal.
b. Cahaya akan dibiaskan mendekati
garis normal.
c. Cahaya tidak akan dibiaskan,
melainkan dipantulkan.
d. Cahaya tidak akan dibiaskan dan
dipantulkan.
10. Bayangan yang dibentuk oleh lensa
cembung jika sebuah benda diletakkan
diantara titik fokus lensa dan di dua
kali fokus adalah... .
a. Nyata, tegak, diperkecil
b. Nyata, tegak, diperbesar
c. Nyata, terbalik, diperkecil
d. Nyata, terbalik, diperbesar
11. Jika perbesaran bayangan sebuah
lensa cembung adalah 0,5 kali dan
benda berada 4 cm di depan lensa,
maka besar kuat lensa adalah...
dioptri.
Lampiran 21
Soal Siklus 2
132
a. 3
4 c. 75
b. 4
3 d. 300
12. Sebuah lensa cembung memiliki kuat
lensa sebesar 2 dioptri, maka besar
fokus lensa tersebut adalah... cm
a. 0,5 c. 25
b. 20 d. 50
13. Sebuah benda diletakkan di depan
lensa cekung sejauh 2 kali jarak fokus
lensa. Jika jarak fokus adalah 2 − 𝑥
cm. Letak bayangan yang terbentuk
adalah… bersifat maya.
a. 4−2𝑥
3 cm c. 4 − 2𝑥 cm
b. − 4−2𝑥
3 cm d. 4 + 2𝑥 cm
14. Suatu benda diletakkan pada jarak 10
cm di depan lensa cembung. Agar
terbentuk bayangan dengan
perbesaran 1 kali, besar jarak fokus
lensa adalah... .
a. 1 cm c. 10 cm
b. 5 cm d. 20 cm
15. Jika perbesaran bayangan sebuah
lensa cembung adalah 0,5 kali dan
benda diletakkan 4 cm di depan lensa,
maka jarak bayangan dengan lensa
adalah... .
a. 8 cm c. 3,5 cm
b. 4 cm d. 2 cm
16. Sebuah benda yang tingginya 2 cm
berdiri 6 cm di depan lensa cembung
yang jarak fokusnya 4 cm, perbesaran
bayangannya adalah... kali
a. 1 kali c. 3 kali
b. 2 kali d. 4 kali
17. Perhatikan gambar berikut
Pernyataan yang paling tepat untuk
gambar di atas adalah... .
a. Sinar datang sejajar sumbu utama
dibiaskan melalui titik fokus sisi
pertama.
b. Sinar datang sejajar sumbu utama
dibiaskan seolah-olah berasal dari
titik fokus sisi pertama.
c. Sinar datang melalui titik fokus sisi
pertama dibiaskan sejajar sumbu
utama.
d. Sinar datang menuju pusat
kelengkungan lensa diteruskan
tidak dibiaskan.
18. Perhatikan beberapa pernyataan
berikut.
I. Bila kita memasukkan
sebagian kayu kedalam air,
maka kita melihat kayu
membengkok.
II. Bila kita perhatikan dasar
kolam, kolam akan tampak
lebih dangkal.
III. Kita melihat wajah kita di
cermin.
IV. Pelangi yang muncul setelah
turun hujan.
Yang merupakan akibat dari adanya
pembiasan cahaya adalah pernyataan
nomor...
a. I, II, dan III
b. I, II, dan IV
c. I, III, dan IV
d. II, III, dan IV
19. Perhatikan gambar dibawah ini
Pernyataan yang paling tepat untuk
gambar adalah... .
i
r
Kaca
Udara
N
133
a. Berkas sinar datang dari medium
rapat ke kurang rapat dibiaskan
menjauhi garis normal
b. Berkas sinar datang dari medium
rapat ke kurang rapat dibiaskan
mendekati garis normal
c. Berkas sinar datang dari medium
kurang rapat ke lebih rapat
dibiaskan menjauhi garis normal
d. Berkas sinar datang dari medium
kurang rapat ke lebih rapat
dibiaskan mendekati garis normal
20. Suatu benda diletakkan di depan lensa
cembung sejauh 2 − 𝑥 . Agar
perbesaran bayangan menjadi 3 kali,
maka jarak fokus lensa adalah... cm
a. 6 − 3𝑥 c. 4
6−3𝑥
b. 4
8−4𝑥 d.
6−3𝑥
4
Untuk soal nomor 21 sampai 23
perhatikan kalimat berikut ini. Sebuah benda diletakkan 10 cm di
depan lensa cembung dan memiliki
tinggi 5 cm. Jika jarak fokus 20 cm,
maka... .
21. Jarak bayangan adalah... bersifat
maya.
a. 240 cm c. 34 cm
b. 50 cm d. 20 cm
22. Tinggi bayangan adalah... .
a. 120 cm c. 10 cm
b. 50 cm d. 20 cm
23. Sifat bayangan yang dibentuk
adalah... .
a. Maya, terbalik, dan diperbesar
b. Maya, terbalik, dan diperkecil
c. Maya, tegak, dan diperkecil
d. Maya, tegak, dan diperbesar
24. Sebuah benda diletakkan 10 cm dari
lensa cembung yang memiliki 2F
sebesar 20 cm. Sifat bayangan yang
dibentuk adalah... .
a. Maya, terbalik, dan diperbesar
b. Maya, terbalik, dan diperkecil
c. Maya, terbalik, dan sama besar
d. Tidak terbentuk bayangan
134
Kunci Jawaban Soal Siklus 2
1. B
2. C
3. B
4. A
5. D
6. C
7. A
8. A
9. D
10. B
11. C
12. D
13. C
14. B
15. D
16. D
17. B
18. D
19. A
20. B
21. D
22. D
23. C
24. D
25. D
Lampiran 22
135
NAMA SISWA KODE SISWA
AKSANA INDAH AVIA D UC-1
ALDEA VISTRA REZANIA UC-2
APRILIA KARTIKA DEWI UC-3
ARISKA FEBRIANA D. UC-4
DIAN KUSWORO UC-5
DIAN NUR ANGGRAENI UC-6
DILLA AFRIYANTI UC-7
FARIDYA DWI K. UC-8
FIFI SETIANIFA UC-9
FITRIA NOVITA SARI UC-10
IDA WULANDARI UC-11
LESTARI WIDYASTUTI UC-12
NADIA KUMALASARI UC-13
NADILA YULIANA UC-14
NUR FITRIANINGSIH UC-15
PRADITA KUSUMA DEWI UC-16
PUTRI INTAN SETIAWATI UC-17
RISKI ASRI MAWARNI UC-18
SANI RIZKI KURNIAWATI UC-19
SITI AISYAH UC-20
DIANA HASTUTI UC-21
SITI UBAIDILAH UC-22
SIVA DWININGSIH UC-23
TITA PANGESTI UC-24
TRI EVY OCTAVYANI UC-25
TYAS WAHYUNINGSIH UC-26
VIOLITTA DEMOHAM C UC-27
VITA ATIKA SARI UC-28
VITA ROHMATIKA UC-29
VITRIYA AVRIYANI S UC-30
Lampiran 23
Daftar Nama Siswa Uji Coba Soal
136
NO NAMA KODE
SISWA
1 AFDA KHOIRUL ANAM P-1
2 AGUS BASOIR P-2
3 AIDA FATIMAH P-3
4 AKHMAD SUKRI UMAMI P-4
5 AMALIA SAFITRI P-5
6 ARIF'AN P-6
7 ARINA ADDIBA P-7
8 AVIVATUL LUTVIANA L P-8
9 BAGAS RENO NUR R. P-9
10 BRYAN ADI N. P-10
11 CHRISTIANA DYAH S. P-11
12 FARHAL FUADI P-12
13 FATRI DINNA S. P-13
14 FITRA RISQI R. P-14
15 GASA PRAMUDIA INDRA P. P-15
16 IMAM BAHAIAKI P-16
17 IQBAL BURHANI P-17
18 ISNAINI KHUSNUL K P-18
19 ISTIANA NUR F. P-19
20 KARISMA INDAH L. P-20
21 KRISMONIA P-21
22 KURNIA RAHMA DHANI P-22
23 LAYYINATUS SIFA P-23
24 M. NUR FADZILAH P-24
25 M.CAHYO SAPUTRO P-25
26 MAHBUB ABDILLAH P-26
27 MERI DWI LESTARI P-27
28 MIMIN AMBARWATI P-28
29 MU'ALFAH P-29
30 MUNIF FAISAL F. P-30
31 NILA MUNIKA P-31
32 PUJI MAE A. P-32
33 RITA WIDIANTI P-33
34 RIZKI FAJAR YULIANTO P-34
35 RIZQI P-35
36 TIARA ANJANI S. P-36
37 TRI AGUS M. P-37
Lampiran 24
Daftar Nama Siswa Penelitian
Daftar Kelompok Asal Siklus 1
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2 KELOMPOK 3
AFDA KHOIRUL ANAM BRYAN ADI N. GASA PRAMUDIA INDRA P
AKHMAD SUKRI UMAMI KURNIA RAHMA DHANI MUNIF FAISAL F.
BAGAS RENO NUR R. FARHAL FUADI FATRI DINNA S.
ARIF'AN IMAM BAHAIAKI MAHBUB ABDILLAH
WIWIN SOCHIFAH YULI ATIKA NINGTYAS AMALIA SAFITRI
ISTIANA NUR F. MIMIN AMBARWATI WAHYU SETIYOWATI
CHRISTIANA DYAH S.
KELOMPOK 4 KELOMPOK 5 KELOMPOK 6
AGUS BASOIR RIZQI TRI AGUS M.
RITA WIDIANTI MERI DWI LESTARI AIDA FATIMAH
FITRA RISQI R. PUJI MAE A. KARISMA INDAH L.
NILA MUNIKA M.CAHYO SAPUTRO RIZKI FAJAR YULIANTO
LAYYINATUS SIFA KRISMONIA TIARA ANJANI S.
MU'ALFAH ARINA ADDIBA M. NUR FADZILAH
AVIVATUL LUTVIANA L ISNAINI KHUSNUL K
KURNIA RAHMA DHANI
138
Lam
piran
25
Daftar Kelompok Asal Siklus 1
AHLI HUKUM PEMANTULAN
AHLI CERMIN DATAR
AHLI CERMIN CEKUNG 1
AFDA KHOIRUL ANAM AKHMAD SUKRI UMAMI BAGAS RENO NUR R.
MIMIN AMBARWATI YULI ATIKA NINGTYAS IMAM BAHAIAKI
FATRI DINNA S. M. NUR FADZILAH MAHBUB ABDILLAH
AGUS BASOIR RITA WIDIANTI FITRA RISQI R.
M.CAHYO SAPUTRO ARINA ADDIBA KRISMONIA
KARISMA INDAH L. AMALIA SAFITRI TIARA ANJANI S.
ISNAINI KHUSNUL K
PUJI MAE A.
AHLI CERMIN CEMBUNG 1
AHLI CERMIN CEKUNG 2 AHLI CERMIN CEMBUNG 2
ARIF'AN WIWIN SOCHIFAH ISTIANA NUR F.
CHRISTIANA DYAH S. BRYAN ADI N. FARHAL FUADI
KURNIA RAHMA DHANI MUNIF FAISAL F. WAHYU SETIYOWATI
GASA PRAMUDIA INDRA P LAYYINATUS SIFA MU'ALFAH
NILA MUNIKA AVIVATUL LUTVIANA L MERI DWI LESTARI
RITA WIDIANTI RIZQI RIZKI FAJAR YULIANTO
TRI AGUS M. AIDA FATIMAH
139
Daftar Kelompok Ahli Siklus 1
Lam
piran
26
Daftar Kelompok Asal Siklus 2
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2 KELOMPOK 3
AFDA KHOIRUL ANAM BRYAN ADI N. GASA PRAMUDIA INDRA P
AKHMAD SUKRI UMAMI KURNIA RAHMA DHANI MUNIF FAISAL F.
BAGAS RENO NUR R. FARHAL FUADI FATRI DINNA S.
ARIF'AN IMAM BAHAIAKI MAHBUB ABDILLAH
WIWIN SOCHIFAH YULI ATIKA NINGTYAS AMALIA SAFITRI
ISTIANA NUR F. MIMIN AMBARWATI WAHYU SETIYOWATI
CHRISTIANA DYAH S.
KELOMPOK 4 KELOMPOK 5 KELOMPOK 6
AGUS BASOIR RIZQI TRI AGUS M.
RITA WIDIANTI MERI DWI LESTARI AIDA FATIMAH
FITRA RISQI R. PUJI MAE A. KARISMA INDAH L.
NILA MUNIKA M.CAHYO SAPUTRO RIZKI FAJAR YULIANTO
LAYYINATUS SIFA KRISMONIA TIARA ANJANI S.
MU'ALFAH ARINA ADDIBA M. NUR FADZILAH
AVIVATUL LUTVIANA L ISNAINI KHUSNUL K
KURNIA RAHMA DHANI
140
Lam
piran
27
Daftar Kelompok Asal Siklus 2
AHLI PEMBIASAN CAHAYA 1
AHLI LENSA CEKUNG 1
AHLI LENSA CEMBUNG 1
AFDA KHOIRUL ANAM AKHMAD SUKRI UMAMI BAGAS RENO NUR R.
MIMIN AMBARWATI YULI ATIKA NINGTYAS IMAM BAHAIAKI
FATRI DINNA S. M. NUR FADZILAH MAHBUB ABDILLAH
AGUS BASOIR RITA WIDIANTI FITRA RISQI R.
M.CAHYO SAPUTRO ARINA ADDIBA KRISMONIA
KARISMA INDAH L. AMALIA SAFITRI TIARA ANJANI S.
ISNAINI KHUSNUL K
PUJI MAE A.
AHLI LENSA CEKUNG 2
AHLI LENSA CEMBUNG 2 AHLI PEMBIASAN CAHAYA 2
ARIF'AN WIWIN SOCHIFAH ISTIANA NUR F.
CHRISTIANA DYAH S. BRYAN ADI N. FARHAL FUADI
KURNIA RAHMA DHANI MUNIF FAISAL F. WAHYU SETIYOWATI
GASA PRAMUDIA INDRA P LAYYINATUS SIFA MU'ALFAH
NILA MUNIKA AVIVATUL LUTVIANA L MERI DWI LESTARI
RITA WIDIANTI RIZQI RIZKI FAJAR YULIANTO
TRI AGUS M. AIDA FATIMAH
141
Daftar Kelompok Ahli Siklus 2
Lam
piran
28
152
Lembar Pengamatan Kinerja Guru Siklus 1
Nama guru : Susanto
Sekolah : MTs. NU Ungaran
Berilah tanda “Check” (√) pada nilai yang diperoleh oleh guru!
No Komponen yang dinilai Penilaian
Ya Tidak
No INDIKATOR/ASPEK YANG
DIAMATI
I PRA PEMBELAJARAN
1 Kesiapan ruang dan media pembelajaran
2 Memeriksa kesiapan siswa
II MEMBUKA PEMBELAJARAN
1 Melakukan kegiatan apersepsi
2 Menyampaian kompetensi (tujuan) yang
akan dicapai dan rencana kegiatan
III KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
1 Menjelasakan materi inti secara singkat
dan jelas
2 Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme
siswa dalam belajar
3
Menunbuhkan partisipasi aktif siswa
melalui interaksi guru, siswa, dan sumber
belajar
4 Membagi siswa menjadi 6 kelompok asal
dan 6 kelompok ahli
5 Merespon positif partisipasi siswa
6 Menunjukkan sikap terbuka terhadap
respon siswa
7 Menguasai kelas
8 Melaksanakan pembelajaran secara runtut
sesuai RPP
9 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
alokasi waktu yang direncanakan
10 Melakukan evaluasi pembelajaran
11 Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan
lancar
12 Menggunakan bahasa tulis yang baik dan
benar
Rata-rata III
IV. PENUTUP
1 Melakukan refleksi atau membuat
rangkuman dengan melibatkan siswa
2
Melaksanakan tindak lanjut dengan
memberikan arahan, atau kegiatan, atau
tugas sebagai bagian remidi/pengayaan
Rata-rata IV
Lampiran 39
153
Keterangan
Ya : Jika guru melakukan aktivitas tersebut
Tidak : Jika guru tidak melakukan aktivitas tersebut
Skor maksimal ideal = 18
Skor hasil pengamatan “Ya” = ...
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑔𝑢𝑟𝑢 =𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙× 100% =
18× 100% = ⋯
Pedoman Konversi:
Tingkat pengelolaan pembelajaran Kriteria
85%-100% Pengelolaan pembelajaran sangat baik
70%-84% Pengelolaan pembelajaran baik
60%-69% Pengelolaan pembelajaran cukup baik
50%-59% Pengelolaan pembelajaran kurang baik
< 50% Pengelolaan pembelajaran tidak baik
Semarang,
Observator
Isna Afiv, S.Pd
154
Lembar Pengamatan Kinerja Guru Siklus 2
Nama guru : Susanto
Sekolah : MTs. NU Ungaran
Berilah tanda “Check” (√) pada nilai yang diperoleh oleh guru!
No Komponen yang dinilai Penilaian
Ya Tidak
No INDIKATOR/ASPEK YANG
DIAMATI
I PRA PEMBELAJARAN
1 Kesiapan ruang dan media pembelajaran
2 Memeriksa kesiapan siswa
II MEMBUKA PEMBELAJARAN
1 Melakukan kegiatan apersepsi
2 Menyampaian kompetensi (tujuan) yang
akan dicapai dan rencana kegiatan
III KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
1 Menjelasakan materi inti secara singkat
dan jelas
2 Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme
siswa dalam belajar
3
Menunbuhkan partisipasi aktif siswa
melalui interaksi guru, siswa, dan sumber
belajar
4 Membagi siswa menjadi 6 kelompok asal
dan 6 kelompok ahli
5 Merespon positif partisipasi siswa
6 Menunjukkan sikap terbuka terhadap
respon siswa
7 Menguasai kelas
8 Melaksanakan pembelajaran secara runtut
sesuai RPP
9 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
alokasi waktu yang direncanakan
10 Melakukan evaluasi pembelajaran
11 Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan
lancar
12 Menggunakan bahasa tulis yang baik dan
benar
Rata-rata III
IV. PENUTUP
1 Melakukan refleksi atau membuat
rangkuman dengan melibatkan siswa
2
Melaksanakan tindak lanjut dengan
memberikan arahan, atau kegiatan, atau
tugas sebagai bagian remidi/pengayaan
Rata-rata IV
Lampiran 40
155
Keterangan
Ya : Jika guru melakukan aktivitas tersebut
Tidak : Jika guru tidak melakukan aktivitas tersebut
Skor maksimal ideal = 18
Skor hasil pengamatan “Ya” = ...
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑔𝑢𝑟𝑢 =𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙× 100% =
18× 100% = ⋯
Pedoman Konversi:
Tingkat pengelolaan pembelajaran Kriteria
85%-100% Pengelolaan pembelajaran sangat baik
70%-84% Pengelolaan pembelajaran baik
60%-69% Pengelolaan pembelajaran cukup baik
50%-59% Pengelolaan pembelajaran kurang baik
< 50% Pengelolaan pembelajaran tidak baik
Semarang,
Observator
Isna Afiv, S.Pd