Upload
others
View
22
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA (SMK3) DI PT. X REGIONAL SUMATERA TAHUN 2017
SKRIPSI
OLEH
DWI RESTI WAJMA
NIM : 131000488
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Universitas Sumatera Utara
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA (SMK3) DI PT. X REGIONAL SUMATERA TAHUN 2017
Skripsi ini diajukan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH
DWI RESTI WAJMA
NIM : 131000488
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Universitas Sumatera Utara
i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENERAPAN
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
(SMK3) DI PT.X REGIONAL SUMATERA TAHUN 2017” ini beserta
seluruh isinya adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk
memperoleh kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun. Adapun bagian-
bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain
yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan
etika penulisan ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan
dalam skripsi ini siap menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Juli 2017
Dwi Resti Wajma
131000488
Universitas Sumatera Utara
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan Judul
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PT. X REGIONAL SUMATERA
TAHUN 2017
Yang disiapkan dan dipertahankan oleh :
DWI RESTI WAJMA
NIM. 131000488
Disahkan oleh :
Komisi Pembimbing
Universitas Sumatera Utara
iii
ABSTRAK
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) berfungsi
untuk melindungi pekerja dari resiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT. X Regional Sumatera.
Jenis penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode
wawancara mendalam (in-depth interview) menggunakan alat bantu voice
recorder. Informan diambil dengan teknik purposive sampling, informan
merupakan orang yang mengetahui pelaksanaan SMK3 berjumah 4 orang yaitu
Manager HCM, staff HSE, Manager Operation, dan Manager Maintenance.
Variabel penelitian yaitu Kebijakan K3, Perencanaan K3, Implementasi dan
Operasi K3, Pemeriksaan Kinerja K3, dan Peninjauan SMK3.
Hasil penelitian menunjukkan pada penetapan kebijakan K3 sesuai dengan
OHSAS 18001 dimana perusahaan memiliki kebijakan K3 yang teintegrasi
dengan kebijakan Mutu dan Lingkungan, perencanaan K3 belum sesuai karena
belum ditetapkanya Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3),
implementasi dan operasi K3 sudah sesuai dengan OHSAS 18001, pemeriksaan
kinerja serta peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3 sudah sesuai karena
dilakukan secara berkala.
Perusahaan disarankan untuk membentuk Panitia Pembina Keselamatan
dan Kesehatan Kerja dan melaksanakan pelatihan keselamatan dan kesehatan
kerja sesuai kebutuhan.
Kata Kunci: Informan, K3, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
Universitas Sumatera Utara
iv
ABSTRACT
The Occupational Safety and Health Management System have a function
to protect workers from risk of occupational injuries and occupational diseases
This research aims to find out the implementation of Occupational Safety and
Health Management System at PT. X Regional Sumatera.
The type of this research is qualitative by using in-depth interview method
using voice recorder tool. The informants are selected with purposive sampling
technique, is an informant who is considered to know the implementation of
Occupational Safety and Health Management System, The number of informants
involved was as many as 4 people that is HCM Manager, HSE staff, Operations
Manager, and Maintenance Manager. The research variables are Determination
OH&S Policy, OH&S Planning, Implementation OH&S Plan, Monitoring and
Evaluation OH&S Performance, and review and improvement OH&S
performance.
The result of the research showed on the Determination OH&S Policy is
accordance with the OHSAS 18001 policy where the company has the OH&S
Policy which is integrated with the policy of Quality and Environment, the
planning of OH&S is not suitable because the safety and health organizing
committee has not set yet, the implementation and OH&S operation is in
compliance with OHSAS 18001, As well as the review and improvement of OH&S
Management System performance is appropriate because it is done periodically.
Company are advised to establishing the safety and health organizing
committee and adjusting the occupational safety and health training according to
the needs.
Keywords: Informants, OH&S, Occupational Safety and Health Management
System
Universitas Sumatera Utara
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya yang telah memberikan kesempatan penulis untuk dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul: “Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Di PT. X Regional
Sumatera Tahun 2017”.
Penulis menyadari bahwa di dalam pelaksanaan penulisan ini banyak
mengalami kesulitan-kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan dan
arahan dari dosen pembimbing maka penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kelemahan serta kekurangan-kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan
masukan serta saran yang bersifat membangun di masa yang akan datang.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan
dan motivasi dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M. Hum selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M. Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat
3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M. Kes selaku Ketua Jurusan Departemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
4. Dra. Lina Tarigan,Apt.M.S, sebagai Dosen Pembimbing I, Ketua Penguji, dan
Dosen Penasehat Akademik, terima kasih atas bimbingan dan dukungan Ibu
kepada penulis selama penulisan skripsi.
5. dr. Halinda Sari Lubis, MKK, sebagai Dosen Pembimbing II dan Anggota
Penguji, terima kasih atas bimbingan dan dukungan Ibu kepada penulis
selama penulisan skripsi.
Universitas Sumatera Utara
vi
6. Ir. Kalsum, M. Kes, sebagai Anggota Penguji , terima kasih atas bimbingan
dan dukungan Ibu kepada penulis selama penulisan skripsi.
7. Eka Lestari Mahyuni, SKM., M.Kes, sebagai Anggota Penguji , terima kasih
atas bimbingan dan dukungan Ibu kepada penulis selama penulisan skripsi.
8. Seluruh Bapak dan Ibu staf pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU
9. Seluruh pegawai PT. X Regional Sumatera yang telah banyak membantu
penulis sehingga penelitian ini dapat terlaksana.
10. Kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Wajlis dan Ibunda Yusmanelli
atas limpahan kasih sayang, nasihat, motivasi serta dukungan yang tak pernah
putus kepada penulis.
11. Kakak dan Adik tersayang, Lara Sofhy Wahyuni dan Asri Qhornelis Putri
atas segala dukungan,pengertian dan perhatiannya.
12. Kepada seluruh teman dan sahabat yang telah memberi dukungan dan
motivasi, yang namanya tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
13. Dan semua pihak yang membantu selesainya skripsi ini.
Demikianlah yang penulis dapat sampaikan, atas segala kesalahan dan
kekurangannya penulis mohon maaf sebesar-besarnya.
Medan, Juli 2017
Dwi Resti Wajma
Universitas Sumatera Utara
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
ABSTRAK ............................................................................................................. iii
ABSTRACT ............................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................. v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................. xiii
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 6
2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ........................................ 6
2.1.1 Definisi K3 ......................................................................... 6
2.1.2 Tujuan K3 ........................................................................... 6
2.2 Sistem Manajemen Keelamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) .... 7
2.2.1 Definisi SMK3 ................................................................... 7
2.2.2 Tujuan SMK3 ..................................................................... 8
2.3 Penerapan SMK3 ........................................................................... 9
2.3.1 Penetapan Kebijakan K3 .................................................. 10
2.3.2 Perencanaan K3 ................................................................ 12
2.3.3 Pelaksanaan Rencana K3 ................................................. 15
2.3.4 Pemantauan Dan Evaluasi Kinerja K3 ............................. 26
2.3.5 Peninjauan Dan Peningkatan Kinerja SMK3 ................... 27
2.4 Proses SMK3 ................................................................................ 29
Universitas Sumatera Utara
viii
2.4.1 Kebijakan K3 .................................................................... 31
2.4.2 Perencanaan ...................................................................... 32
2.4.3 Implementasi dan Operasi ................................................ 34
2.4.4 Pemeriksaan ..................................................................... 40
2.4.5 Tinjauan Manajemen ........................................................ 43
2.5 Kerangka Konsep ......................................................................... 43
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 44
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................. 44
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 44
3.3 Instrumen Penelitian..................................................................... 44
3.4 Informan Penelitian ...................................................................... 45
3.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ............................................... 45
3.6 Definisi Operasional..................................................................... 46
3.7 Metode Analisis Data ................................................................... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................... 48
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................ 48
4.1.1 Visi dan Misi Perusahaan ................................................. 49
4.1.2 Struktur Organisasi ........................................................... 50
4.1.3 Tenaga Kerja dan Jam Kerja ............................................ 50
4.2 Karakteristik Informan ................................................................. 51
4.3 Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja .......................................................................................... 52
4.3.1 Kebijakan K3 .................................................................... 52
4.3.2 Perencanaan K3 ................................................................ 55
4.3.3 Implementasi dan Operasi ................................................ 58
4.3.4 Pemeriksaan Kinerja K3 ................................................... 63
4.3.5 Tinjauan Manajemen ........................................................ 68
BAB V PEMBAHASAN ...................................................................................... 70
5.1 Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di PT. X Regional Sumatera ............................................... 70
5.1.1 Kebijakan K3 ............................................................................... 70
5.1.2 Perencanaan K3 ............................................................................ 71
5.1.3 Implementasi dan Operasi ............................................................ 71
5.1.4 Pemeriksaan Kinerja K3 .............................................................. 74
5.1.5 Peninjauan dan Peningkatan Kinerja K3...................................... 75
Universitas Sumatera Utara
ix
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 76
6.1 Kesimpulan ...................................................................................... 76
6.2 Saran ................................................................................................ 77
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 78
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Tenaga Kerja PT. X Regional Sumatera ............................................. 50
Tabel 4.2 Distribusi Informan Berdasarkan Jabatan di PT. X Regional
Sumatera .............................................................................................. 51
Tabel 4.3 Distribusi Informan Berdasarkan Masa Kerja di PT. X Regional
Sumatera .............................................................................................. 51
Tabel 4.4 Matriks Pernyataan Informan tentang Kebijakan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di PT. X Regional Sumatera Tahun 2017 ................ 53
Tabel 4.5 Matriks Pernyataan Informan tentang Perencanaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di PT. X Regional Sumatera Tahun 2017 ................ 55
Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Informan tentang Implementasi dan Operasi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. X Regional Sumatera Tahun
2017 ..................................................................................................... 58
Tabel 4.7 Matriks Pernyataan Informan tentang Pemeriksaan Kinerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. X Regional Sumatera Tahun
2017 ..................................................................................................... 63
Tabel 4.8 Matriks Pernyataan Informan tentang Tinjauan Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. X Regional Sumatera Tahun
2017 ..................................................................................................... 68
Universitas Sumatera Utara
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Siklus Manajemen ............................................................................. 29
Gambar 2.2 Kerangka Konsep .............................................................................. 43
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. X Regional Sumatera ................................. 50
Gambar 5.1 Struktur Organisasi TIM OPKD PT. X Regional Sumatera ............. 73
Universitas Sumatera Utara
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Permohonan Menjadi Informan
Lampiran 2. Pernyataan Kesediaan Menjadi Informan
Lampiran 3. Pedoman Wawancara
Lampiran 4. Hasil Wawancara Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) di PT. X Regional Sumatera Tahun
2017
Lampiran 5. Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 6. Surat Keterangan Selesai Melaksanakan Penelitian
Lampiran 7. Layout Jalur Evakuasi
Lampiran 8. Quality Management System
Lampiran 9. Hasil Dokumetasi
Universitas Sumatera Utara
xiii
DAFTAR ISTILAH
Singkatan : Singkatan dari
K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
OHSAS : Occupational Health and Safety Assestment Serries
ISO : International Standardization Organization
P2K3 : Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan kerja
ILO : International Labour Organization
APD : Alat Pelindung Diri
KPI : Key Performancy Indicator
QHS : Quality Health and Safety
KDO : Konsistensi Disiplin Operasi
HSE : Health and Safety Environment
STO : Site Team Office
APAR : Alat Pemadam Api Ringan
P3K : Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
SOP : Standart Operation Procedure
OPKD : Operasi Keadaan Darurat
SDM : Sumber Daya Manusia
Universitas Sumatera Utara
xiv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Dwi Resti Wajma
Tempat lahir : Pekanbaru
Tanggal lahir : 15 Agustus 1995
Agama : Islam
Anak ke : 2 dari 3 bersaudara
Nama Ayah : Wajlis
Suku Bangsa Ayah : Minang
Nama Ibu : Yusmanelli
Suku Bangsa Ibu : Minang
Riwayat Pendidikan
Tahun 1999-2001 : TK IT Mutiara Duri
Tahun 2001-2007 : SD IT Mutiara Duri
Tahun 2007-2010 : SMPS Cendana Mandau
Tahun 2010-2013 : SMAS Cendana Mandau
Tahun 2013-2017 : S-1 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan laporan ILO, setiap tahun ada lebih dari 250 juta kecelakaan di
tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit karena bahaya di tempat
kerja. Terlebih lagi, 1,2 juta pekerja meninggal akibat kecelakaan dan sakit di
tempat kerja. Angka menunjukkan, biaya manusia dan sosial dari produksi terlalu
tinggi. Kerugian tahunan akibat kecelakaan kerja dan penyakit yang berhubungan
dengan pekerjaan di beberapa negara dapat mencapai 4 persen dari produk
nasional bruto (PNB). Biaya langsung dan tidak langsung dari dampak yang
ditimbulkannya meliputi: biaya medis; kehilangan hari kerja; mengurangi
produksi; hilangnya kompensasi bagi pekerja; biaya waktu / uang dari pelatihan
dan pelatihan ulang pekerja; kerusakan dan perbaikan peralatan; rendahnya moral
staf; publisitas buruk; serta kehilangan kontrak karena kelalaian.
Pada tahun 2015 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan mencatat bahwa kasus kecelakaan kerja peserta program
Jaminan Kecelakaan Kerja tahun ini menurun. Hal tersebut dapat dilihat dari
jumlah kasus di tahun 2014 yang mencapai 53.319 kasus, Sementara tahun 2015
berjumlah 50.089 kasus. Namun pada awal tahun 2016 data Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mengatakan angka kecelakaan kerja di
Indonesia masih tinggi, dimana hingga akhir 2015 telah terjadi kecelakaan kerja
sebanyak 105.182 kasus. Sementara itu, untuk kasus kecelakaan berat yang
Universitas Sumatera Utara
2
mengakibatkan kematian tercatat sebanyak 2.375 kasus dari total jumlah
kecelakaan kerja.
Mengantisipasi hal ini, pemerintah telah mencanangkan upaya peningkatan
keselamatan dan kesehatan kerja misalnya dengan mewajibkan penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Namun sejauh ini,
kondisi K3 di Indonesia masih memprihatinkan. Menurut data depnakertrans,
pada tahun 2007 jumlah perusahaan yang terdaftar sebanyak 190.267, tetapi yang
sudah memenuhi kriteria baru mencapai 643 perusahaan (Ramli, 2009).
Dewasa ini aspek K3 telah menjadi isu global yang berpengaruh terhadap
perdagangan dan arus barang antar negara. Isu K3 menjadi salah satu hambatan
non tarif dalam sistem perdagangan dunia di samping isu lingkungan, produk
bersih, HAM, pekerja anak dan pengupahan. Disamping itu, negara-negara tujuan
ekspor Indonesia mengeluarkan persyaratan keselamatan yang ketat terhadap
produk yang masuk ke negaranya.
Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja disetiap
perusahaan atau tempat kerja perlu mendapat perhatian semua pihak sesuai
dengan amanat Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Apabila Penerapan SMK3 dilakukan secara benar akan terwujud kondisi kerja
yang aman, nyaman dan meningkatkan kualitas serta produksi kerja sekaligus
menciptakan hubungan kerja yang harmonis (Depnakertrans RI, 2008).
Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Pasal 86 Ayat 1 dan 2 menyatakan
bahwa perusahaan harus mempersiapkan sarana dan prasarana sebagai upaya
Universitas Sumatera Utara
3
pencegahan kecelakaan kerja dan program-program yang dapat mengurangi angka
kecelakaan kerja di perusahaan. Salah satu programnya adalah program
keselamatan dan kesehatan kerja para tenaga kerja. Pasal 87 ayat (1) menyebutkan
bahwa setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
Selanjutnya ketentuan mengenai penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 50 Tahun 2012 Pasal 5 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap perusahaan wajib
menerapkan SMK3 di perusahaannya dan berlaku bagi perusahaan yang
mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang atau mempunyai
tingkat potensi bahaya tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian Azmi (2008) tentang penerapan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja oleh P2K3 untuk meminimalkan
kecelakaan kerja menyebutkan bahwa perlu dilakukan sosialisasi tentang SMK3
dan penerapan SMK3 ke tenaga kerja khususnya tenaga kerja produksi. Jika
perusahaan dan tenaga kerja mempunyai komitmen yang kuat dalam
melaksanakan SMK3 maka penerapan SMK3 dapat dilakukan secara optimal dan
kecelakaan kerja dapat terus diminimalkan.
Beragamnya sistem manajemen K3 yang dikembangkan berbagai lembaga
atau institusi, mendorong timbulnya keinginan untuk menetapkan suatu standard
yang dapat digunakan secara global. Perkembangan konsep sistem manajemen K3
mendorong timbulnya kebutuhan untuk menetapkan suatu standard sistem
manajemen K3 yang dapat digunakan sebagai acuan bersama yang kemudian
Universitas Sumatera Utara
4
melahirkan OHSAS 18001. Sejak diperkenalkan standard ini telah berkembang
pesat dan digunakan secara global.
PT. X Regional Sumatera merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
konstruksi pembangunan dan manage service pengelolaan infrastruktur jaringan
yang berada di Medan, Sumatera Utara. PT. X aktif dalam penyediaan jasa
konstruksi penggelaran jaringan akses broadband termasuk sebagai lessor
penyediaan Network Terminal Equipment (NTE) serta menyediakan pekerjaan
jasa manage service operasi dan pemeliharaan (OM, Operation & Maintenance)
jaringan akses broadband. Berdasarkan survei pendahuluan yang sudah dilakukan,
PT X Regional Sumatera telah melaksanakan SMK3 menurut versi OHSAS
18001:2007 sejak tahun 2014. Pada data kecelakaan kerja PT. X Regional
Sumatera terdapat kasus kecelakaan kerja sepanjang 3 tahun terakhir ini, yaitu
tahun 2015 sebanyak satu kali kejadian kecelakaan; tahun 2016 sebanyak
sembilan kali kejadian kecelakaan; dan tahun 2017 sebanyak satu kali kejadian
kecelakaan kerja.
Dari uraian hal-hal tersebut penulis berkeinginan meneliti tentang penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT. X Regional
Sumatera.
1.2 Permasalahan Penelitian
Berdasarkan latar belakang maka permasalahan dalam penelitian ini adalah
“Bagaimana Penerapan SMK3 di PT. X Regional Sumatera Tahun 2017”.
Universitas Sumatera Utara
5
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah adalah untuk mengetahui pelaksanaan
SMK3 di PT. X Regional Sumatera, berdasarkan OHSAS 18001:2007.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui penetapan kebijakan K3 di PT. X Regional Sumatera.
2. Untuk mengetahui perencanaan K3 di PT. X Regional Sumatera.
3. Untuk mengetahui pelaksanaan rencana K3 di PT. X Regional Sumatera.
4. Untuk mengetahui pengukuran dan pemantauan kinerja K3 di PT. X Regional
Sumatera.
5. Untuk mengetahui peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3 di PT. X
Regional Sumatera
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Sebagai masukan kepada perusahaan dalam meningkatkan penerapan SMK3
di perusahaan
2. Menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang keilmuan dan
mengembangkan teori yang telah didapat dalam perkuliahan khususnya
dibidang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
3. Dapat menjadi bahan referensi untuk melakukan penelitian lain yang
sejenis.
Universitas Sumatera Utara
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keselataman dan Kesehatan Kerja (K3)
2.1.1 Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara filosofi adalah suatu pemikiran
dan upaya untuk menjamin keadaan, keutuhan, dan kesempurnaan, baik jasmani
maupun rohani manusia serta karya dan budayanya tertuju pada kesejahteraan
manusia pada umumnya dan tenaga kerja khususnya.
Keselamatan kerja didefinisikan sebagai upaya perlindungan pekerja, orang
lain di tempat kerja dan sumber produksi agar selalu dalam keadaan selamat
selama dilakukan proses kerja. Sedangkan kesehatan kerja diartikan sebagai
lapangan kesehatan yang mengurusi masalah-masalah kesehatan secara
menyeluruh bagi masyarakat pekerja. Menyeluruh dalam arti upaya-upaya
preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif, higiene, penyesuaian faktor manusia
terhadap pekerjaannya, serta upaya lainnya(Triwibowo, 2015).
2.1.2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Secara umum tujuan K3 adalah untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat
dan produktif. Selain itu, untuk menciptakan lingkungan kerja yang higienis,
aman, dan nyaman yang dikelola oleh tenaga kerja sehingga sehat, selamat, dan
produktif.
Universitas Sumatera Utara
7
The Joint ILO/WHO Committee On Occupational Health telah menetapkan
tujuan dari K3 antara lain:
1. Memberikan pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan tingkat yang
setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun kesejahteraan social
masyarakat pekerja di semua lapangan kerja.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh kondisi lingkungan kerjanya.
3. Memberi perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari kemungkinan
bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan
4. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjaanya. Untuk mewujudkan
tenaga kerja yang sehat dan produktif dapat digunakan dua pendekatan, yakni
pendekatan pengendalian pengaruh faktor fisik, kimia, dan biologi terhadap
tenaga kerja dengan sasaran lingkungan kerja bersifat teknis. Sedangkan
pendekatan konsep kesehatan kerja untuk menciptakan tenaga kerja yang
sehat dan produktif , dengan sasaran mencegah penyakit akibat kerja yang
bersifat medis.
2.2 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
2.2.1 Definisi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3)
Menurut Kepmenaker No. 05 tahun 1996, Sistem Manajemen K3 adalah
bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur
Universitas Sumatera Utara
8
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan
sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang aman efisien dan produktif.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) menurut
OHSAS 18001: 2007 adalah bagian dari suatu sistem manajemen dan organisasi
yang digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan K3 dan
mengelola risiko-risiko K3.
2.2.2 Tujuan SMK3
Tujuan berbagai Sistem Manajemen K3 dapat digolongkan sebagai berikut
(Ramli, 2009):
1. Sebagai alat ukur kinerja K3 dalam organisasi
Sistem Manajemen K3 digunakan untuk menilai dan mengukur kinerja
penerepan K3 dalam organisasi. Dengan membandingkan pencapaian K3
organisasi dengan prasyarat tersebut, organisasi dapat mengetahui tingkat
pencapaian K3. Pengukuran ini dilakukan melalui audit manajemen K3.
2. Sebagai pedoman implementasi K3 dalam organisasi
Beberapa bentuk Sistem Manajemen K3 yang digunakan sebagai acuan
misalnya ILO OHSMS Guidelines, API HSEMS Guidelines, Oil and Gas
Producer Forum (OGP) HSEMS Guidelines, ISRS dari DNV, dan lainnya.
3. Sebagai dasar penghargaan (awards)
Universitas Sumatera Utara
9
Sistem Manajemen K3 juga digunakan sebagai dasar untuk pemberian
penghargaan K3 atas pencapaian kinerja K3, penghargaan K3 diberikan
oleh instansi pemerintah maupun lembaga independen lainnya seperti
Swords of Honour dari British Safety Council, Five Star Safety Rating
System dari DNV atau National Safety Council Award dan SMK3 dari
Depnakertrans RI. Karena bersifat penghargaan maka penilaian hanya
berlaku untuk periode tertentu.
4. Sebagai sertifikasi
Sistem Manajemen K3 dapat digunakan untuk sertifikasi penerapan
Manajemen K3 dalam organisasi. Sertifikasi diberikan oleh lembaga
sertifikasi yang telah diakreditasi oleh lembaga akreditasi.
2.3 Penerapan SMK3
Penerapan sistem manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen secara
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, kegiatan perencanaan, tanggung
jawab pelaksanaan, prosedur dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan penerapan, pencapaian pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3
dalam rangka pengendalaian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
tercapainya tempat kerja dan lingkungan kerja yang aman, efisien dan produktif.
Di Indonesia telah ditetapkan suatu pedoman atau standar bagi setia perusahaan
dalam menerapkan SMK3 yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 tentang penerapan SMK3. Kewajiban penerapan
SMK3 berlaku bagi perusahaan yang mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit
100 (seratus) orang atau yang mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.
Universitas Sumatera Utara
10
Pelaksanaan SMK3 (Pasal 6 PP RI No.50 Tahun 2012) meliputi :
1. Penetapan Kebijakan K3
2. Perencanaan K3
3. Pelaksanaan Rencana K3
4. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3
5. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3.
Lima Tahapan Pelaksanaan SMK3
2.3.1 Penetapan Kebijakan K3
1. Penyusunan kebijakan K3 dilakukan melalui :
a. Tinjauan awal kondisi K3; dan
b. Proses konsultasi antara pengurus dan wakil pekerja/buruh.
2. Penetapan kebijakan K3 harus:
a. Disahkan oleh pucuk pimpinan perusahaan;
b. Tertulis, tertanggal dan ditanda tangani;
c. Secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3;
d. Dijelaskan dan disebarluaskan kepada seluruh pekerja/buruh, tamu,
kontraktor, pemasok, dan pelanggan;
e. Terdokumentasi dan terpelihara dengan baik;
Universitas Sumatera Utara
11
f. Bersifat dinamik; dan
g. Ditinjau ulang secara berkala untuk menjamin bahwa kebijakan tersebut
masih sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam perusahaan dan
peraturan perundang-undangan.
3. Untuk melaksanakan ketentuan penetapan kebijakan K3, pengusaha
dan/atau pengurus harus:
a. Menempatkan organisasi K3 pada posisi yang dapat menentukan
keputusan perusahaan;
b. Menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas dan sarana-sarana
lain yang diperlukan di bidang K3;
c. Menetapkan personil yang mempunyai tanggung jawab, wewenang dan
kewajiban yang jelas dalam penanganan K3;
d. Membuat perencanaan K3 yang terkoordinasi;
e. Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3.
4. Ketentuan tersebut pada penetapan kebijakan K3 diadakan peninjauan ulang
secara teratur.
5. Setiap tingkat pimpinan dalam perusahaan harus menunjukkan komitmen
terhadap K3 sehingga SMK3 berhasil diterapkan dan dikembangkan.
6. Setiap pekerja/buruh dan orang lain yang berada di tempat kerja harus
berperan serta dalam menjaga dan mengendalikan pelaksanaan K3.
Universitas Sumatera Utara
12
2.3.2 Perencanaan K3
1. Pengusaha menyusun rencana K3 berdasarkan:
a. Hasil penelaahan awal
Hasil penelaahan awal merupakan tinjauan awal kondisi K3
perusahaan yang telah dilakukan pada penyusunan kebijakan.
b. Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko.
Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan penilaian risiko harus
dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana.
c. Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya
1) Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya harus:
ditetapkan, dipelihara, diinventarisasi dan diidentifikasi oleh
perusahaan; dan
2) Disosialisasikan kepada seluruh pekerja/buruh.
d. Sumber daya yang dimiliki.
Dalam menyusun perencanaan harus mempertimbangkan sumber
daya yang dimiliki meliputi tersedianya sumber daya manusia yang
kompeten, sarana dan prasarana serta dana.
2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat:
a. Tujuan dan Sasaran
Universitas Sumatera Utara
13
Tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan ditinjau kembali secara
teratur sesuai dengan perkembangan. Tujuan dan sasaran K3 paling
sedikit memenuhi kualifikasi:
a. Dapat diukur;
b. Satuan/indikator pengukuran; dan
c. Sasaran pencapaian.
Dalam menetapkan tujuan dan sasaran K3, pengusaha harus
berkonsultasi dengan:
1) Wakil pekerja/buruh;
2) Ahli K3;
3) P2K3; dan
4) Pihak-pihak lain yang terkait.
b. Skala Prioritas
Skala prioritas merupakan urutan pekerjaan berdasarkan tingkat risiko,
dimana pekerjaan yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi
diprioritaskan dalam perencanaan.
c. Upaya Pengendalian Bahaya
Upaya pengendalian bahaya, dilakukan berdasarkan hasil penilaian
risiko melalui pengendalian teknis, administratif, dan penggunaan alat
pelindung diri.
d. Penetapan Sumber Daya
Universitas Sumatera Utara
14
Penetapan sumber daya dilaksanakan untuk menjamin tersedianya
sumber daya manusia yang kompeten, sarana dan prasarana serta dana
yang memadai agar pelaksanaan K3 dapat berjalan
e. Jangka Waktu Pelaksanaan
Dalam perencanaan setiap kegiatan harus mencakup jangka waktu
pelaksanaan.
f. Indikator Pencapaian
Dalam menetapkan indikator pencapaian harus ditentukan dengan
parameter yang dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang
sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian tujuan
penerapan SMK3.
g. Sistem Pertanggung Jawaban
Sistem pertanggung jawaban harus ditetapkan dalam pencapaian
tujuan dan sasaran sesuai dengan fungsi dan tingkat manajemen
perusahaan yang bersangkutan untuk menjamin perencanaan tersebut
dapat dilaksanakan. Peningkatan K3 akan efektif apabila semua pihak
dalam perusahaan didorong untuk berperan serta dalam penerapan dan
pengembangan SMK3, dan memiliki budaya perusahaan yang mendukung
dan memberikan kontribusi bagi SMK3. Berdasarkan hal tersebut
pengusaha harus:
Universitas Sumatera Utara
15
1) Menentukan, menunjuk, mendokumentasikan dan
mengkomunikasikan tanggung jawab dan tanggung gugat di bidang
K3 dan wewenang untuk bertindak dan menjelaskan hubungan
pelaporan untuk semua tingkatan manajemen, pekerja/buruh,
kontraktor, subkontraktor, dan pengunjung;
2) Mempunyai prosedur untuk memantau dan mengkomunikasikan
setiap perubahan tanggung jawab dan tanggung gugat yang
berpengaruh terhadap sistem dan program K3; dan
3) Memberikan reaksi secara cepat dan tepat terhadap kondisi yang
menyimpang atau kejadian-kejadian lainnya.
2.3.3 Pelaksanaan Rencana K3
Pelaksanaan rencana K3 harus dilaksanakan oleh pengusaha dan/atau
pengurus perusahaan atau tempat kerja dengan:
1. Menyediakan sumber daya manusia yang mempunyai kualifikasi; dan
2. Menyediakan prasarana dan sarana yang memadai.
1. Penyediaan Sumber Daya Manusia
a. Prosedur Pengadaan Sumber Daya Manusia
Dalam penyediaan sumber daya manusia, perusahaan harus membuat
prosedur pengadaan secara efektif, meliputi:
1) Pengadaan sumber daya manusia sesuai kebutuhan dan memiliki
kompetensi kerja serta kewenangan dibidang K3 yang dibuktikan
melalui:
Universitas Sumatera Utara
16
a) Sertifikat K3 yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang;
dan
b) Surat izin kerja/operasi dan/atau surat penunjukan dari instansi
yang berwenang.
2) Pengidentifikasian kompetensi kerja yang diperlukan pada setiap
tingkatan manajemen perusahaan dan menyelenggarakan setiap
pelatihan yang dibutuhkan;
3) Pembuatan ketentuan untuk mengkomunikasikan informasi K3
secara efektif;
4) Pembuatan peraturan untuk memperoleh pendapat dan saran para
ahli; dan
5) Pembuatan peraturan untuk pelaksanaan konsultasi dan keterlibatan
pekerja/buruh secara aktif.
b. Konsultasi, Motivasi dan Kesadaran
Dalam menunjukkan komitmennya terhadap K3, pengusaha
dan/atau pengurus harus melakukan konsultasi, motivasi dan
kesadaran dengan melibatkan pekerja/buruh maupun pihak lain yang
terkait di dalam penerapan, pengembangan dan pemeliharaan SMK3,
sehingga semua pihak merasa ikut memiliki dan merasakan hasilnya.
c. Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat
Bentuk tanggung jawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan
K3, harus dilakukan oleh perusahaan dengan cara:
Universitas Sumatera Utara
17
1) Menunjuk, mendokumentasikan dan mengkomunikasikan
tanggung jawab dan tanggung gugat di bidang K3;
2) Menunjuk sumber daya manusia yang berwenang untuk
bertindak dan menjelaskan kepada semua tingkatan
manajemen, pekerja/buruh, kontraktor, subkontraktor, dan
pengunjung meliputi:
a). Pimpinan yang ditunjuk untuk bertanggung jawab harus
memastikan bahwa SMK3 telah diterapkan dan hasilnya
sesuai dengan yang diharapkan oleh setiap lokasi dan jenis
kegiatan dalam perusahaan;
b). Pengurus harus mengenali kemampuan tenaga kerja
sebagai sumber daya yang berharga dan dapat ditunjuk
untuk menerima pendelegasian wewenang dan tanggung
jawab dalam menerapkan dan mengembangkan SMK3;
3) Mempunyai prosedur untuk memantau dan
mengkomunikasikan setiap perubahan tanggung jawab dan
tanggung gugat yang berpengaruh terhadap sistem dan
program K3;
4) Memberikan reaksi secara cepat dan tepat terhadap kondisi
yang menyimpang atau kejadian-kejadian lainnya.
d. Pelatihan dan Kompetensi Kerja
Universitas Sumatera Utara
18
Pelatihan dan kompetensi Kerja, dilakukan dengan melakukan
pengidentifikasian dan pendokumentasian standar kompetensi kerja
K3. Standar kompetensi kerja K3 dapat diidentifikasi dan
dikembangkan sesuai kebutuhan dengan:
1) Menggunakan standar kompetensi kerja yang ada;
2) Memeriksa uraian tugas dan jabatan;
3) Menganalisis tugas kerja;
4) Menganalisis hasil inspeksi dan audit; dan
5) Meninjau ulang laporan insiden.
Hasil identifikasi kompetensi kerja digunakan sebagai dasar
penentuan program pelatihan yang harus dilakukan, dan menjadi
dasar pertimbangan dalam penerimaan, seleksi dan penilaian kinerja.
2. Menyediakan Prasarana Dan Sarana Yang Memadai
Prasarana dan sarana yang disediakan meliputi:
a. Organisasi/Unit yang bertanggung jawab di bidang K3
Perusahaan wajib membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat P2K3 yang bertanggung
jawab di bidang K3. P2K3 adalah badan pembantu di tempat kerja yang
merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan tenaga kerja atau
Universitas Sumatera Utara
19
pekerja/buruh untuk mengembangkan kerjasama saling pengertian dan
partisipasi efektif dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan tenaga kerja
atau pekerja/buruh yang susunannya terdiri dari Ketua, Sekretaris dan
Anggota. P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan
baik diminta maupun tidak kepada pengusaha atau pengurus mengenai
masalah keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Anggaran
Perusahaan harus mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan K3
secara menyeluruh antara lain untuk:
1) Keberlangsungan organisasi K3;
2) Pelatihan SDM dalam mewujudkan kompetensi kerja; dan
3) Pengadaan prasarana dan sarana K3 termasuk alat evakuasi,
peralatan pengendalian, peralatan pelindung diri.
c. Prosedur operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta
pendokumentasian
1) Prosedur operasi/kerja harus disediakan pada setiap jenis
pekerjaan dan dibuat melalui analisa pekerjaan berwawasan K3
(Job Safety Analysis) oleh personil yang kompeten.
2) Prosedur informasi K3 harus menjamin pemenuhan kebutuhan
untuk:
Universitas Sumatera Utara
20
a) Mengkomunikasikan hasil dari sistem manajemen, temuan
audit dan tinjauan ulang manajemen dikomunikasikan pada
semua pihak dalam perusahaan yang bertanggung jawab dan
memiliki andil dalam kinerja perusahaan;
b) Melakukan identifikasi dan menerima informasi K3 dari luar
perusahaan; dan
c) Menjamin bahwa informasi K3 yang terkait dikomunikasikan
kepada orang-orang di luar perusahaan yang membutuhkan.
Prosedur pelaporan informasi yang terkait harus ditetapkan
untuk menjamin bahwa pelaporan yang tepat waktu dan
memantau pelaksanaan SMK3 sehingga kinerjanya dapat
ditingkatkan. Prosedur pelaporan terdiri atas:
a) Prosedur pelaporan internal yang harus ditetapkan untuk
menangani:
• Pelaporan terjadinya insiden;
• Pelaporan ketidaksesuaian;
• Pelaporan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja;
• Pelaporan identifikasi sumber bahaya.
b) Prosedur pelaporan eksternal yang harus ditetapkan untuk
menangani:
a. Pelaporan yang dipersyaratkan peraturan perundang
undangan; dan
Universitas Sumatera Utara
21
b. Pelaporan kepada pemegang saham atau pihak lain yang
terkait. Laporan harus disampaikan kepada pihak
manajemen dan/atau pemerintah.
3) Pendokumentasian kegiatan K3 digunakan untuk:
a) Menyatukan secara sistematik kebijakan, tujuan dan sasaran
K3;
b) Menguraikan sarana pencapaian tujuan dan sasaran K3;
c) Mendokumentasikan peranan, tanggung jawab dan
prosedur;
d) Memberikan arahan mengenai dokumen yang terkait dan
menguraikan unsur-unsur lain dari sistem manajemen
perusahaan; dan
e) Menunjuk bahwa unsur-unsur SMK3 yang sesuai untuk
perusahaan telah diterapkan.
d. Instruksi kerja
Instruksi kerja merupakan perintah tertulis atau tidak tertulis
untuk melaksanakan pekerjaan dengan tujuan untuk memastikan
bahwa setiap pekerjaan dilakukan sesuai persyaratan K3 yang telah
ditetapkan.
Kegiatan dalam pelaksanaan rencana K3 paling sedikit meliputi:
1. Tindakan Pengendalian
Universitas Sumatera Utara
22
Tindakan pengendalian harus diselenggarakan oleh setiap
perusahaan terhadap kegiatan-kegiatan, produk barang dan jasa yang
dapat menimbulkan risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Tindakan pengendalian dilakukan dengan mendokumentasikan
dan melaksanakan kebijakan:
a. Standar bagi tempat kerja;
b. Perancangan pabrik dan bahan; dan
c. Prosedur dan instruksi kerja untuk mengatur dan mengendalikan
kegiatan produk barang dan jasa.
Pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dilakukan melalui:
a. Identifikasi potensi bahaya dengan mempertimbangkan:
i. Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi
bahaya; dan
ii. Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin
dapat terjadi.
b. Penilaian risiko untuk menetapkan besar kecilnya suatu risiko
yang telah diidentifikasi sehingga digunakan untuk menentukan
prioritas pengendalian terhadap tingkat risiko kecelakaan atau
penyakit akibat kerja.
c. Tindakan pengendalian dilakukan melalui:
Universitas Sumatera Utara
23
1) Pengendalian teknis/rekayasa yang meliputi eliminasi,
subtitusi, isolasi, ventilasi, higienitas dan sanitasi;
2) Pendidikan dan pelatihan;
3) Insentif, penghargaan dan motivasi diri;
4) Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan insiden dan
etiologi; dan
5) Penegakan hukum.
2. Perancangan dan Rekayasa
Tahap perancangan dan rekayasa meliputi :
a. Pengembangan;
b. Verifikasi;
c. Tinjauan ulang;
d. Validasi; dan
e. Penyesuaian.
Dalam pelaksanaan perancangan dan rekayasa harus
memperhatikan unsure-unsur:
a. Identifikasi potensi bahaya;
b. Prosedur penilaian dan pengendalian risiko kecelakaan dan
penyakit akibat kerja; dan
c. Personil yang memiliki kompetensi kerja harus ditentukan dan
diberi wewenang dan tanggung jawab yang jelas untuk
melakukan verifikasi persyaratan smk3.
Universitas Sumatera Utara
24
3. Prosedur dan Instruksi Kerja
Prosedur dan instruksi kerja harus dilaksanakan dan ditinjau ulang
secara berkala terutama jika terjadi perubahan peralatan, proses atau
bahan baku yang digunakan oleh personal dengan melibatkan para
pelaksana yang memiliki kompetensi kerja dalam menggunakan
prosedur.
4. Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan
Perusahaan yang akan menyerahkan sebagian pelaksanaan
pekerjaan kepada perusahaan lain harus menjamin bahwa perusahaan
lain tersebut memenuhi persyaratan K3. Verifikasi terhadap
persyaratan K3 tersebut dilakukan oleh personal yang kompeten dan
berwenang serta mempunyai tanggung jawab yang jelas.
5. Pembelian/Pengadaan Barang dan Jasa
Sistem pembelian/pengadaan barang dan jasa harus:
a. Terintegrasi dalam strategi penanganan pencegahan kecelakaan
dan penyakit akibat kerja;
b. Menjamin agar produk barang dan jasa serta mitra kerja
perusahaan memenuhi persyaratan K3; dan
c. Pada saat barang dan jasa diterima di tempat kerja, perusahaan
harus menjelaskan kepada semua pihak yang akan menggunakan
Universitas Sumatera Utara
25
barang dan jasa tersebut mengenai identifikasi, penilaian dan
pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
6. Produk Akhir
Produk akhir berupa barang atau jasa harus dapat dijamin
keselamatannya dalam pengemasan, penyimpanan, pendistribusian,
dan penggunaan serta pemusnahannya.
7. Upaya Menghadapi Keadaan Darurat Kecelakaan dan Bencana
Industri
Perusahaan harus memiliki prosedur sebagai upaya menghadapi
keadaan darurat kecelakaan dan bencana industri, yang meliputi:
a. Penyediaan personil dan fasilitas P3K dengan jumlah yang
cukup dan sesuai sampai mendapatkan pertolongan medik;
dan
b. Proses perawatan lanjutan.
Prosedur menghadapi keadaan darurat harus diuji secara berkala
oleh personil yang memiliki kompetensi kerja, dan untuk instalasi
yang mempunyai bahaya besar harus dikoordinasikan dengan instansi
terkait yang berwenang untuk mengetahui kehandalan pada saat
kejadian yang sebenarnya.
8. Rencana dan Pemulihan Keadaan Darurat
Universitas Sumatera Utara
26
Dalam melaksanakan rencana dan pemulihan keadaan darurat
setiap perusahaan harus memiliki prosedur rencana pemulihan
keadaan darurat secara cepat untuk mengembalikan pada kondisi yang
normal dan membantu pemulihan tenaga kerja yang mengalami
trauma.
2.3.4 Pemantauan Dan Evaluasi Kinerja K3
Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dilaksanakan di perusahaan meliputi:
1. Pemeriksaan, Pengujian, dan Pengukuran
Pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran harus ditetapkan dan dipelihara
prosedurnya sesuai dengan tujuan dan sasaran K3 serta frekuensinya disesuaikan
dengan obyek mengacu pada peraturan dan standar yang berlaku. Prosedur
pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran secara umum meliputi:
a. Personil yang terlibat harus mempunyai pengalaman dan keahlian yang
cukup;
b. Catatan pemeriksaan, pengujian dan pengukuran yang sedang
berlangsung harus dipelihara dan tersedia bagi manajemen, tenaga kerja
dan kontraktor kerja yang terkait;
c. Peralatan dan metode pengujian yang memadai harus digunakan untuk
menjamin telah dipenuhinya standar K3;
Universitas Sumatera Utara
27
d. Tindakan perbaikan harus dilakukan segera pada saat ditemukan
ketidaksesuaian terhadap persyaratan K3 dari hasil pemeriksaan,
pengujian dan pengukuran;
e. Penyelidikan yang memadai harus dilaksanakan untuk menemukan
penyebab permasalahan dari suatu insiden; dan
f. Hasil temuan harus dianalisis dan ditinjau ulang.
2. Audit Internal SMK3
Audit internal SMK3 harus dilakukan secara berkala untuk mengetahui
keefektifan penerapan SMK3. Audit SMK3 dilaksanakan secara sistematik dan
independen oleh personil yang memiliki kompetensi kerja dengan menggunakan
metodologi yang telah ditetapkan. Frekuensi audit harus ditentukan berdasarkan
tinjauan ulang hasil audit sebelumnya dan bukti sumber bahaya yang didapatkan
di tempat kerja. Hasil audit harus digunakan oleh pengurus dalam proses tinjauan
ulang manajemen.
Hasil temuan dari pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja serta audit
SMK3 harus didokumentasikan dan digunakan untuk tindakan perbaikan dan
pencegahan. Pemantauan dan evaluasi kinerja serta audit SMK3 dijamin
pelaksanaannya secara sistematik dan efektif oleh pihak manajemen.
2.3.5 Peninjauan Dan Peningkatan Kinerja SMK3
Untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan yang berkesinambungan guna
pencapaian tujuan SMK3, pengusaha dan/atau pengurus perusahaan atau tempat
kerja harus:
Universitas Sumatera Utara
28
1. Melakukan tinjauan ulang terhadap penerapan SMK3 secara berkala;
dan
2. Tinjauan ulang SMK3 harus dapat mengatasi implikasi K3 terhadap
seluruh kegiatan, produk barang dan jasa termasuk dampaknya terhadap
kinerja perusahaan.
Tinjauan ulang penerapan SMK3, paling sedikit meliputi:
1. Evaluasi terhadap kebijakan K3;
2. Tujuan, sasaran dan kinerja K3;
3. Hasil temuan audit SMK3; dan
4. Evaluasi efektifitas penerapan SMK3, dan kebutuhan untuk pengembangan
SMK3.
Perbaikan dan peningkatan kinerja dilakukan berdasarkan pertimbangan:
1. Perubahan peraturan perundang-undangan;
2. Tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar;
3. Perubahan produk dan kegiatan perusahaan;
4. Perubahan struktur organisasi perusahaan;
5. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk epidemologi;
6. Hasil kajian kecelakaan dan penyakit akibat kerja;
7. Adanya pelaporan; dan/atau
8. Adanya saran dari pekerja/buruh.
Universitas Sumatera Utara
29
2.4 Proses SMK3
Sistem manajemen K3 terdiri atas 2 unsur pokok yaitu proses manajemen
dan elemen-elemen implementasinya. Proses SMK3 menjelaskan bagaimana
sistem manajemen tersebut dijalankan atau digerakkan. Sedangkan elemen
merupakan komponen-komponen kunci terintegrasi satu dengan lainnya
membentuk satu kesatuan sistem manajemen (Ramli, 2010).
OHSAS 18001, menggunakan pendekatan kesisteman mulai dari
perencanaan, penerapan, pemantauan dan tindakan perbaikan yang mengikuti
siklus PDCA (Plan-Do-Check-Action) yang merupakan proses peningkatan
berkelanjutan.
Gambar 2.1 Siklus Manajemen
Sumber : (Ramli, 2010)
Elemen implementasi dari sistem manajemen K3 menurut OHSAS 18001
adalah sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
30
1. Kebijakan K3
2. Identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan menentukan pengendaliannya.
3. Persyaratan hukum dan lainnya.
4. Objektif K3 dan program K3.
5. Sumberdaya, peran, tanggung jawab, akuntabilitas, dan wewenang.
6. Kompetensi, pelatihan, dan kepedulian.
7. Komunikasi, partisipasi dan konsultasi.
8. Pendokumentasian.
9. Pengendalian dokumen.
10. Pengendalian operasi.
11. Tanggap darurat.
12. Pengukuran kinerja dan pemantauan.
13. Evaluasi kesesuaian.
14. Penyelidikan insiden, ketidaksesuaian, tindakan koreksi, dan langkah
pencegahan.
15. Pengendalian rekaman.
16. Internal audit.
17. Tinjauan manajemen.
Sebagai suatu kesisteman, semua elemen tersebut saling terkait dan
berhubungan sehingga harus dijalankan secara terpadu agar kinerja K3 yang
diinginkan dapat tercapai.
Sistem Manjamenen K3 dimulai dengan penetapan kebijakan K3 oleh
manajemen puncak sebagai perwujudan komitmen manajemen dalam mendukung
Universitas Sumatera Utara
31
penerapan K3. Selanjutnya kebijakan K3 dikembangkan dalam perencanaan yang
baik agar proses SMK3 berjalan terarah (guided), efisien, dan efektif. Dari hasil
perencanaan tersebut dilakukan penerapan dan operasional, melalui pengerahan
semua sumber daya yang ada, serta melakukan berbagai program dan langkah
pendukung untuk mencapai keberhasilan. Secara keseluruhan, hasil penerapan K3
harus ditinjau ulang secara berkala oleh manajemen puncak untuk memastikan
bahwa SMK3 telah berjalan sesuai dengan kebijakan dan strategi serta
mengetahui kendala yang mempengaruhi pelaksanaannya (Ramli, 2010).
2.4.1 Kebijakan K3
Kebijakan merupakam persyaratan utama dalam semua sistem
manajemen seperti Manajemen Lingkungan, Manajemen Mutu, dan lainnya.
Kebijakan meruoakan roh dari semua sistem, yang mampu memberikan
spirit dan daya gerak untuk keberhasilan suatu usaha. Karena itu OHSAS
18001 mensyaratkan ditetapkannya kebijakan K3 dalam organisasi oleh
manajemen puncak.
Kebijakan K3 (OH&S Policy) merupakan perwujudan dari komitmen
pucuk pimpinan yang memuat visi dan tujuan organisasi, komitmen dan
tekad untuk melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja, kerangka dan
program kerja.
Suatu kebijakan hendaknya ada implementasi atau tindak lanjutnya
sehingga tidak sia sia belaka. Frank bird dalam bukunya “Commitment”,
menyebutkan bahwa komitmen adalah niat atau tekad untuk
Universitas Sumatera Utara
32
melaksanakansesuatu yang menjadi daya dorong yang sangat kuat untuk
mencapai tujuan.
2.4.2 Perencanaan (Plan)
1. Identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan menentukan
pengendaliannya
a. Identifikasi bahaya
Identifikasi bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahui
potensi bahaya yang ada dilingkungan kerja. Dengan mengeahui sifat
dan karakteristik bahay, kita dapat lebih berhati-hati, waspada dan
melakukan langkah-langkah pengaman agar tidak terjadi kecelakaan.
Namun demikian, tidak semua bahaya dapat dikenali dengan mudah.
b. Penilaian risiko
Setelah melakukan identifikasi bahaya dilanjutkan dengan
penilaian resiko yang bertujuan untuk mengawasi besarnya resiko yang
bertujuan untuk mengevaluasi besarnya risiko serta scenario dampak
yang akan ditimbulkannya. Penilaian risiko digunakan sebagai langkah
saringan untuk menentukan tingkat risiko ditinjau dari kemungkinan
kejadian (likelihood) dan keparahan yang dapat ditimbulkan (severity).
c. Pengendalian risiko
Pengendalian resiko dilakukan terhadap seluruh bahaya yang
ditemukan dalam proses identifikasi bahaya dan mempertimbangkan
peringkat resiko untuk menentukan prioritas dan cara mengendalianya
Universitas Sumatera Utara
33
Pengendalian resiko merupakan langkah menetukan dalam
keseluruhan manajemen resiko. Berdasarkan hasil analisa dan evaluasi
resiko dapat ditentukan apakah suatu resiko dapat diterima atau tidak.
Jika resikonya dapat diterima, tentunya tidak diperlukan langkah
pengendalian lebih lanjut.
Berkaitan dengan resiko K3, pengendalian risiko dilakukan dengan
mengurangi kemungkinan atau keparahan dengan mengikuti hirarki
sebagai berikut.
2. Persyaratan hukum dan lainnya
Di Indonesia banyak dikeluarkan perundangan berkaitan dengan K3.
Sebagai paying hokum adalah Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja. Selanjutnya pemerintah melalui departemen teknis
mengeluarkan berbagai peraturan pelaksana, misalnya ketentuan K3 yang
berlaku di sector pertambangan, kelautan, industry kimia, kesehatan dan
perkebunan, jasa konstruksi dan lainya.
Untuk OHSAS 18001 mensyaratkan organisasi untuk mengidentifikasi
semua perundangan dan persyaratan K3 lainnya yang berlaku untuk
kegiatan usahanya. Disamping perundangan, juga termasuk acuan lainnya,
misalnya standar atau kode atau best practice dari lembaga atau organisasi
sejenis
3. Objektif K3 dan program K3
1. Objektif
Universitas Sumatera Utara
34
Objektif K3 harus memiliki kaitan dengan hasil identifikasi bahaya
yang telah dilakukan dan selaras dengan kebijakan organisasi serta
strategi bisnis yang dijalankan. Objektif K3 harus memenuhi kriteria
sebagai berikut:
1. Sederhana (Simple)
2. Terukur (Measurable)
3. Dapat dicapai (Achievement)
4. Realistis (Realistic)
5. Jangka waktu (Time Table)
2. Program K3
Untuk mencapai objektif yang telah ditetapkan , organisasi harus
menyusun program kerja yang merefleksikan kebijakan organisasi
Sebagaimana halnya dengan objektif K3, program kerja K3 harus
didokumentasikan dan dikomunikasikan kepada semua pihak terkait,
terutama mereka yang terlibat dalam pelaksanaannya.
2.4.3 Implementasi dan Operasi
1. Sumberdaya, peran, tanggung jawab, akuntabilitas, dan wewenang
Salah satu elemen penting dalam sistem manajemen K3 adalah
sumberdaya, peran , tanggung jawab, tanggung gugat, dan wewenang.
Banyak kecelakaan terjadi karena kurangnya sumberdaya, ketidakjelasan
tanggung jawab, tanggung gugat dan wewenang dalam melakukan atau
mengambil tindakan. Karena itu OHSAS 18001 mensyaratkan organisasi
untuk mengelola aspek ini dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
35
a. Peran dan tanggung jawab dalam K3
Peran dan tanggung jawab mengenai K3 harus ditetapkan secara
tertulis dan menjadi bagian integral dari uraian tugas dan jabatan
masing-masing. Dalam hal ini termasuk atau melekat (inherent)
tanggung jawab tentang K3 seperti menjalankan norma-norma K3 yang
berlaku dan melakukan pembinaan K3 bagi pekerja yang berada
dibawah pengawasannya. Peran utama dari fungsi K3 secara garis besar
adalah sebagai berikut.
1. Sebagai alat manajemen (management tool)
2. Sebagai agen pemenuhuan persyaratan (compliance agent)
3. Sebagai konsultan keselamatan (advisory body)
4. Sebagai pengendali rugi (loss control)
b. Komitmen Manajemen
Komitmen adalah tekad yang kuat untuk melaksanakan sesuatu,
dalam hhal ini K3 dalam organisasinya. Tanpa komitmen, kebijakan K3
yang telah disusun dengan baik tidak akan bermakna.
c. Sumberdaya
Tanpa sumberdaya yang memadai, program K3 tidak akan berjalan
dengan baik dan efektif. Karena itu, OHSAS 18001 mensyaratkan
manajemen untuk memastikan ketersedian sumberdaya yang penting
untuk menetapkan, menjalankan, memelihara dan meningkatkan system
manajemen K3.
Universitas Sumatera Utara
36
d. Management Representative
Organisasi harus menunjuk seorang atau lebih anggota manajemen
puncak dengan tanggung jawab spesifik untuk K3, disamping tanggung
jawab lainnya. Manajemen yang ditunjuk atau disebut juga
Management Representative (MR) adalah salah seorang atau lebih
anggota manajemen puncak untuk mengkoordinir pelaksanaan K3.
e. Peran Pekerja
Organisasi harus memastikan bahwa semua individu di tempat
kerja bertanggung jawab untuk aspek K3 yang berada dibawah
kendalinya termasuk mempedulikan persyaratan K3 perusahaan yang
berlaku.
2. Kompetensi, pelatihan, dan kepedulian
Pengetahuan( knowledge), kompetensi (skill), dan perilaku (attitude)
merupakan persyaratan utam untuk bekerja dengan aman dan selamat.
Karena itu, OHSAS 18001 menempatkan elemen ini sebagai salah satu
persyaratan keberhasilan penerapan K3 dalam organisasi.
a. Kompetensi
Banyak kecelakaan terjadi karena pekerja tidak memiliki
kompetensi yang cukup dalam melakukan pekerjaan. Kompetensi
merupakan persyaratan penting untuk menjaminagar pekerjaan
dilakukan dengan baik, mengikuti standar kerja yang berlaku serta
memenuhi persyaratan keselamatan.
b. Pelatihan
Universitas Sumatera Utara
37
Organisasi harus mengembangkan standar pelatihan bagi seluruh
individu di lingkungannya. Sesuai dengan philosofi K3 dari IASP
(International Association of Safety Professional) pekerja harus dilatih
mengenai K3. Pemahaman atau budaya K3 tidak datang dengan
sendirinya, namun harus dibentuk melalui pelatihan dan pembinaan
c. Kepedulian
Kompetensi dan pengetahuan saja belum mencukupi jika tidak
didukung oleh kepedulian atau perilaku aman dalam bekerja,
kepedulian mengenai aspek keselamatan dalam pekerjaan atau perilaku
sehari-hari merupakan landasan pembentukan budaya keselamatan
(safety culture).
3. Komunikasi, partisipasi dan konsultasi
1. Komunikasi
Aspek komunikasi sangat penting dalam K3. Banyak kecelakaan terjadi
akibat kurang baiknya komunikasi sehingga mempengaruhi kinerja K3
organisasi.
2. Partisipasi
Aspek K3 menyangkut seluruh pemangku kepentingan baik
internalmaupun eksternal organisasi. Untuk mencapai hasil pelaksanaan
K3 yang baik, diperlukan peran serta semua unsur tersebut khususnya
oara pekerja agar peduli, memahami dan pada akhirnya menjalankan
K3 mulai dari dirinya sendiri, teman sekerja dan lingkungan kerja
masing masing.
Universitas Sumatera Utara
38
3. Konsultasi
OHSAS 18001 mensyaratkan adanya proses konsultasi mengenai K3
dengan semua pihak baik pekerja, kontraktor dan pihak eksternal
lainnya. Konsultasi ini dimaksudkan untuk mendapatkan masukan
mengenai berbagai isu K3 yang timbul sebelum suatu keputusan atau
kebijakan ditetapkan.
4. Pendokumentasian
Banyak aspek K3 yang perlu didokumentasikan seperti proses dan
prosedur yang dijalankan dalam pengembangan SMK3. Berbeda dengan
sistem manajemen lainnya, dalam bidang K3 banyak dokumen yang bersifat
long life misalnya data atau dokumentasi mengenai kasus-kasus kecelakaan
atau insiden.
Dokumen ini perlu disimpan dengan baik karena diperlukan di masa
depan untuk membuat analisa kecelakaanatau menyusun program
penceghan kecelakaan. Oleh karena itu, perlu sistem dokumentasi yang baik
dimana semua dokumen penting terpelihara dan tersimpan dengan baik
sehingga mudah di peroleh untuk digunakan kembali.
5. Pengendalian dokumen
Dokumen mengenai K3 berbagai macam sangat berguna dan diperlukan
untuk mengukur kinerja K3 atau keperluan analisa dan pencegahan
dikemudian hari, jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, karena itu
perusahaan harus memiliki suatu prosedur untuk mengendalikan dokumen
dan rekaman yang ada.
Universitas Sumatera Utara
39
6. Pengendalian operasi
Kegiatan operasi merupakan sumber bahaya paling potensial dalam
organisasi. Sebagian besar kecelakaan atau insiden terjadi dalam kegiatan
operasi, karena itu dalam setiap sistem manajemen K3, pengendalian
operasi merupakan elemen yang sangat penting. Pengendalian operasi
meliputi:
a. Cara kerja aman (Save Working Practices)
b. Prosedur operasi aman (Safe Operating Procedures)
c. Pengadaan dan pembelian
d. Keselamatan kontraktor
7. Tanggap darurat
Tanggap darurat merupakan elemen penting dalam SMK3, untuk
menghadapi setiap kemungkinan yang dapat terjadi. Tujuan K3 adalah
untuk mencegah kejadian atau kecelakaan yang tidak diingankan. Namun
demikian, jika sistem pencegahan mengalami kegagalan sehingga terjadi
kecelakaan, hendaknya keparahan atau konsekuensi yang ditimbulkan dapat
ditekan sekecil mungkin.
Pengembangan suatu system tanggap darurat sekurangnya meliputi
elemen sebagai berikut:
1. Kebijakan
2. Identifikasi keadaan darurat
3. Perencanaan awal (preplanning)
4. Prosedur keadaan darurat
Universitas Sumatera Utara
40
5. Organisasi keadaan darurat
6. Prasarana keadaan darurat
7. Pembinaan dan pelatihan
8. Komunikasi
9. Investigasi dan system pelaporan
10. Inspeksi dan audit
2.4.4 Pemeriksaan
1. Pengukuran kinerja dan pemantauan
Pemantauan dan pengukuran untuk mengetahui bagaimana kondisi
pelaksanaan K3 dalam organisasi, apakah telah berjalan sesuai dengan
rencana atau terjadi penyimpangan yang tidak dinginkan. Berkaitan dengan
hal tersebut, OHSAS 18001 mensyaratkan adanya sistem dan prosedur
pemantauan dan pengukuran kinerja K3 secara berkala.
2. Evaluasi kesesuaian
Untuk memastikan bahwa semua perundangan dan persyaratan telah
terpenuhi dilakukan evaluasi secara berkala misalnya melalui audit
pemenuhan (compliance audit) terhadap persyaratan tersebut.Melalui
evaluasi tersebut, organisasi dapat mengetahui sejauh mana pemenuhan
perundangan dan persyaratan lainnya telah dicapai dan langkah kedepan
untuk memenuhinya.
3. Penyelidikan insiden, ketidaksesuaian, tindakan koreksi, dan
langkah pencegahan
i. Penyelidikan insiden
Universitas Sumatera Utara
41
Penyelidikan bertujuan untuk:
• Mencari faktor utama penyebab kejadian untuk mencegah
terulangnya kejadian serupa
• Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja yang mengalami
kecelakaan dengan melakukan penyelidikan dapatdiketahui faktor
penyebab utama, dan tidak menjadikan pekerja sebagai kambing
hitam penyebab kecelakaan,
• Sebagai bahan laporan kecelakaan kepada institusi terkait termasuk
kepentingan asuransi kecelakaan
• Mengetahui kelemahan yang ada dalam sistem manajemen K3.
ii. Ketidaksesuaian
Ketidaksesuaian dapatbersumber dari sistem manajemen K3, kondisi
fisik tempat kerja, individu, lingkungan dan faktor non teknis lainnya.
Semua ketidaksesuaian harus diidentifikasi dan dievaluasi dan
dikelompokkan. Dengan adanya data mengenai ketidaksesuaian ini,
manajemen akan memperoleh gambaran mengenai kondisi pelaksanaan
K3 dalam organisasi sekaligus prioritas yang diperlukan untuk
perbaikannya.
iii. Tindakan koreksi
Tindakan koreksi dimaksudkan untuk mengambil langkah
menghilangkan faktor dasar penyebab ketidaksesuaian, insiden atau
kecelakaan yang ditemukan untuk mencegah terulangnya kejadian
serupa.
Universitas Sumatera Utara
42
3. Langkah pencegahan
4. Pengendalian rekaman
Data pemeriksaan kesehatan pekerja akan diperlukan jika suatu ketika
yang bersangkutan mengalami penyakit akibat kerja. Organisasi diminta
untuk menentukan waktu retensi dari data arsip yang disimpan tergantung
jenis dan urgensinya. OHSAS 18001 mensyaratkan agar semua rekaman
tersebut dikelola dengan baik mulai dari identifikasi rekaman yang
diperlukan, penyimpanan, penarikan, perlindungan, retensi dan
pemusnahannya.
5. Internal audit
1. Organisasi harus memastikan bahwa audit internal untuk sistem
manajemen K3 dilakukan dalam selang waktu terencana untuk:
• Menentukan apakah sistem manajemen K3:
a) Memenuhi pengaturan manajemen K3 yang direncanakan
termasuk persyaratan dari standar OHSAS 18001
b) Dijalankan dan dipelihara dengan baik
c) Efektif dalam memenuhi kebijakan dan objektif organisasi.
• Memberikan informasi hasil audit untuk manajemen
2. Prosedur audit harus ditetapkan, dilaksanakan dan dipelihara yang
menyangkut:
• Tanggung jawab, kompetensi, persyaratan untuk perncanaan dan
melaksanakan audit, pelaporan hasil audil, dan menjaga rekaman
terkait
Universitas Sumatera Utara
43
• Menentukan kriteria audit, lingkup, kekerapan, dan metoda.
3. Pemilihan auditor dan kode etik audit untuk menjamin objektivitas dan
kenetralan proses audit.
2.4.5 Tinjauan manajemen
Tinjauan manajemen merupakan bagian penting dalam mata rantai SMK3
yang memastikan bahwa penerapan SMK3 telah berjalan sesuai dengan
rencana yang diharapkan, sehingga jika terjadi penyimpangan dapat segera
dilakukan penyempurnaan. Tinjauan manajemen dilakukan secara
menyeluruh dan tidak bersifat detail untuk isu tertentu.
2.5 Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Kerangka Konsep dalam penelitian ini adalah gambaran proses SMK3
berdasarkan OHSAS 18001 yang memiliki lima pendekatan dalam proses
penerapannya yaitu penetapan kebijakan, perencanaan, implementasi dan operasi,
pemeriksaan serta tinjauan manajemen oleh pihak manajemen K3 (SMK3) di PT.
X Regional Sumatera.
Proses SMK3
1. Penetapan Kebijakan
2. Perencanaan
3. Implementasi dan Operasi
4. Pemeriksaan
5. Tinjauan Manajemen
Universitas Sumatera Utara
44
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian kualitatif dengan metode
wawancara yang bertujuan untuk mengetahui penerapan SMK3 di PT. X
Regional Sumatera tahun 2017.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. X Regional Sumatera karena belum pernah
dilakukan penelitian tentang penerapan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja (SMK3) di PT. X Regional Sumatera Tahun 2017.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Maret hingga Juli 2017.
3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen utama atau alat penelitian yaitu; pedoman wawancara, buku
catatan, alat tulis, alat perekam suara, dan alat dokumentasi berupa kamera. Hal
ini diperlukan untuk memudahkan peneliti dalam pengambilan dan pengumpulan
data.
Universitas Sumatera Utara
45
3.4 Informan Penelitian
Informan penelitian ini ditentukan dengan non random sampling dengan
teknik purposive sampling yaitu informan dipilih berdasarkan pada suatu
pertimbangan kemampuan personal dan merupakan orang yang bertanggungjawab
pada unit kerjanya untuk memberikan jawaban yang tepat sehingga data yang
diperoleh lebih akurat. Sampel dalam penelitian ini adalah:
1. Manager HCM PT. X Regional Sumatera
2. Staff HSE (Health Safety and Environment) PT. X Regional Sumatera
3. Manager Operation PT. X Regional Sumatera
4. Manager Maintenance PT. X Regional Sumatera
3.5 Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini berupa data pernyataan informan yang
diperoleh melalui wawancara mendalam (in-depth interview) dengan
menggunakan panduan wawancara kepada informan untuk menggali
informasi tentang gambaran lima proses SMK3 di PT. X Regional Sumatera.
2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah profil perusahaan, data tenaga
kerja dan jam kerja, struktur organisasi perusahaan, dokumen K3 yang ada di
PT. X Regional Sumatera
Universitas Sumatera Utara
46
3.6 Definisi Operasional
Definisi operasional penelitian ini adalah :
5 (lima) proses penerapan SMK3 merupakan pedoman yang harus dijalankan oleh
perusahaan untuk menerapkan SMK3 antara lain:
a. Penetepan kebijakan adalah perwujudan dari komitmen pucuk pimpinan
yang memuat visi dan tujuan organisasi, komitmen dan tekad untuk
melaksanakan K3.
b. Perencanaan adalah penetapan tujuan, sasaran dan skala prioritas, upaya
pengendalian bahaya, penetapan sumber daya, indikator pencapaian,
sistem pertanggung jawaban.
c. Implementasi dan operasi harus dilaksanakan oleh pengusaha atau
pengurus perusahaan dengan menyediakan sumber daya manusia yang
mempunyai kualifikasi dan menyediakan prasarana dan sarana yang
memadai.
d. pemeriksaan adalah kegiatan pengukuran keberhasilan K3 yang telah
dilakukan dengan cara pemeriksaan, pengujian, pengukuran dan audit
internal SMK3.
e. Tinajauan Manajemen oleh pihak manajemen meliputi evaluasi
terhadap penerapan kebijakan K3, tujuan, sasaran dan kinerja, hasil
temuan audit SMK3, dan evaluasi efektivitas penerapan Sistem
Manajemen K3 serta kebutuhan untuk pengembangan SMK3.
3.7 Metode Analisis Data
Universitas Sumatera Utara
47
Analisis data menggunakan model Miles dan Huberman. Teknik analisis
data Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2012) antara lain:
1. Reduksi Data (data reduction)
Reduksi data berarti merangkum semua data yang diperoleh di PT. X
Regional Sumatera, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal
yang penting, mencari tema dan pola kemudian membuang data yang tidak
perlu.
2. Penyajian Data (data display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan
data. Penyajian data sebagai kumpulan informasi dan memberi kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan data. Bentuk penyajian data
berupa dalam bentuk tabel matriks dan kemudian diuraikan dalam bentuk teks
yang bersifat naratif.
3. Penarikan kesimpulan (conclusion drawing/verification)
Kesimpulan akan menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak
awal dengan didukung oleh bukti-bukti dan data-data yang valid dan
konsisten di lapangan maka kesimpulan yang akan dikemukakan akan
menjadi kesimpulan yang kredibel atau dapat dipercaya.
Universitas Sumatera Utara
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
PT. X merupakan anak perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
(Telkom) yang sahamnya dimiliki sepenuhnya oleh Telkom. PT. X bergerak di
bidang konstruksi pembangunan dan manage service pengelolaan infrastruktur
jaringan. PT. X didirikan pada tanggal 12 Desember 2012 (12/12/12) di hadapan
notaries Siti Safarijah, SH melalui akte nomor No.20 tanggal 26 November 2012
dengan kepedudukan perusahaan berada di Gedung Telkom Jakarta Barat Jl.
S.Parman Kav. 8 Jakarta Barat 11440. Dalam perkembangan usaha, kemudian
perusahaan ini memiliki wilayah cabang operasi PT. X yang berada di seluruh
Kawasan Nusantara yang terbagi dalam lima wilayah operasi, yaitu : 1) Wilayah
Operasi Sumatera, 2) Wilayah Operasi Jakarta – Banten, 3) Wilayah Operasi Jabar
– Jateng, 4) Wilayah Operasi Jatim – Bali – Mataram – Kupang, 5) Wilayah
Operasi Kalimantan – Sulawei – Maluku – Papua.
PT. X Regional Sumatera berlokasi di Jalan Gaharu Medan dimana
kegiatan operasi dijalankan dan sejak saat itu aktif dalam pekerjaan jasa
konstruksi penggelaran jaringan akses broadband termasuk sebagai lessor
penyediaan Network Terminal Equipment (NTE) serta menyediakan pekerjaan
jasa manage service operasi dan pemeliharaan (OM, Operation & Maintenance)
jaringan akses broadband.
Universitas Sumatera Utara
49
4.1.1 Visi dan Misi Perusahaan
A. Visi
Visi PT. X Regional Sumatera adalah “Becoming World Class Access
Network Services Company” yaitu perusahaan memiliki visi menjadi perusahaan
layanan jaringan akses yang berkelas dunia.
B. Misi
Misi PT. X Regional Sumatera adalah “Providing Excellent And Efficient
Access Network Deployment and Managed Services to Deliver Best Values For
Stakeholders” yaitu menyediakan penyebaran jaringan akses yang sempurna dan
efisien serta layanan yang dikelola untuk memberikan nilai yang terbaik bagi para
stakeholder.
4.1.2 Struktur Organisasi
Struktur Organisasi PT. X Regional Sumatera
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. X Regional Sumatera
Universitas Sumatera Utara
50
4.1.3 Tenaga Kerja dan Jam Kerja
Tabel 4.1 Distribusi Tenaga Kerja PT. X Regional Sumatera
Jabatan Jumlah
(orang)
GM/VP/PM 4
Manager 8
OSM 1
Site Manager / Off-1 6
Team Leader / Off-2 62
Teknisi/ Staff 461
Total 542
PT. X Regional Sumatera memiliki pekerja sebanyak 542 orang. Dari tabel
diatas diketahui pekerja pada PT. X Regional Sumatera terdiri atas GM atau
disebut General Manager sebanyak 4 orang, Manager sebanyak 8 orang, OSM
sebanyak 1 orang, Site Manager sebanyak 6 orang, Team Leader sebanyak 62
orang, dan teknisi atau staf sebanyak 461 orang.
Jam kerja para pekerja di PT. X Regional Sumatera adalah tujuh jam per
hari dari pukul 08.00 hingga 16.00 dan waktu istirahat pada pukul 12.00 sampai
13.00.
4.2 Karakteristik Informan
Gambaran karakteristik pekerja yang menjadi informan berdasarkan
jabatan atau tugas yang dikerjakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
51
Tabel 4.2 Distribusi Informan Berdasarkan Jabatan di PT. X Regional
Sumatera
Jabatan Jumlah
(orang)
Manager HCM Regional Sumatera 1
Staff HSE 1
Manager Operation Fiberzone Medan 1
Manager Maintenance Fiberzone Medan 1
Total 4
Dari tabel diatas dapat diketahui informan terdiri dari 1 orang manager
HCM Regional Sumatera, 1 orang Staff HSE, 1 orang Manager Fiberzone Medan,
dan 1 orang Manager Maintenance Fiberzone Medan.
Gambaran karakteristik pekerja yang menjadi informan dalam penelitian
ini berdasarkan masa bekerja adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Distribusi Informan Berdasarkan Masa Kerja di PT. X Regional
Sumatera
Masa Kerja Tahun Jumlah (orang)
Baru <6 1
Sedang 6-10 1
Lama >10 2
Total 4
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa informan yang memiliki masa
kerja dibawah 6 tahun berjumlah 1 orang, yang memiliki masa kerja enam sampai
sepuluh tahun berjumlah 1 orang, dan yang bekerja diatas 10 tahun ada sebanyak
2 orang, sehingga jumlah seluruhnya ada 4 orang informan.
Universitas Sumatera Utara
52
4.3 Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Sejak tahun 2014 PT. X Regional Sumatera telah melaksanakan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja berdasarkan OHSAS 18001:2007.
Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dilaksanakan untuk
merealisasikan visi PT. X menjadi perusahaan penyedia jaringan akses kelas
dunia. Setiap pegawai diwajibkan untuk memahami dan konsisten melaksanakan
tugas dan pekerjaannya sesuai dengan Manual Mutu, KPI, prosedur dan instruksi
kerja sehingga sistem yang dijalankan memenuhi persyaratan ISO 9001:2015 dan
OHSAS 18001:2007.
Pelaksanaan Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
berdasarkan (1) Kebijakan K3, (2) Perencanaan K3, (3) Implementasi dan Operasi
K3, (5) Tinjauan Manajemen.
4.3.1 Kebijakan K3
Kebijakan K3 ditetapkan sebagai bentuk komitmen manajemen dalam
pelaksanaan SMK3 untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan
sehat serta mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di
perusahaan. Adapun kebijakan QHS dari PT. X Regional Sumatera yaitu:
1. PT. X menjamin kepuasan setiap pelanggan, baik itu institusi maupun
pelanggan akhir serta kepuasan stakeholder melalui komitmenseluruh jajaran
PT. X dalam menerapkan Sistem Manajemen Integrasi QHS.
2. PT.X memiliki komitmen memberikan layanan melalui pengelolaan ekselen
jasa konstruksi dan pemeliharaan jaringan telekomunikasi broadband sesuai
Universitas Sumatera Utara
53
standar sistem manajemen QHS yang di tetapkan yang berorientasi kepada
tepat mutu, tepat waktu, dan tepat volume.
3. PT. X meningkatkan kinerja mutu dan K3 melalui perbaikan secara
berkesinambungan dalam rangka meningkatkan kepuasan pelanggan dan
stakeholder serta mendorong pencapaian tujuan perusahaan baik jangka
pendek maupun jangka panjang.
4. PT. X mengutamakan keselamatan kesehatan kerja dan selalu berupaya untuk
mencegah kecelakaan kerja serta penyakit akibat kerja.
5. PT. X memenuhi persyaratan pelanggan serta peraturan dan perundang-
undangan QHS.
6. PT. X akan selalu meninjau kesesuaian kebijakan dan sistem manajemen
QHS secara berkala sesuai dengan perkembangan perusahaan.
Hasil wawancara dengan informan mengenai kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.4 Matriks Pernyataan Informan tentang Kebijakan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja di PT. X Regional Sumatera Tahun 2017
Nomor Informan Pernyataan Informan
1
Kebijakan ditetapkan oleh head office di Jakarta. Jadi
kita di sini hanya mengikuti kebijakan dari pusat.
2
Peraturan mengikuti dari pusat yang menetapkan
menggunakan OHSAS.
3 Karena proses kerja yang memiliki resiko kerja maka
Universitas Sumatera Utara
54
perusahaan udah komitmen untuk membuat kebijakan
K3. Jadi dengan adanya penetepan kebijakan k3 disini
itu teknisi dilengkapi dengan APD. Baik dari sarung
tangan, body harness, sepatu safety dan lain. Proses
kerja biasa dilakukan di tempat tinggi seperti
memanjat tiang, sehingga pekerja harus bekerja dalam
bentuk tim dan dilengkapi dengan APD.
4
Kalo proses penetapan kebijakan ini dari HO,
Head Office yang menetapkan karena ini menyangkut
kesiapan alatnya. Setelah itu ditetapkan yang namanya
KDO. KDO adalah Konsistensi Disiplin Operasi yang
ada delapan butir yang harus dipegang pekerja baik
teknis dan non teknis itu harus dijalankan. Jadi dari
sana kita harus ingat untuk mengutamakan
keselamatan dan kesehatan kerja. Dengan adanya
kebijakan ini perusahan harus siap menyiapkan biaya
untuk sarana dan prasarana.
Berdasarkan matriks diatas diketahui bahwa PT. X Regional Sumatera
telah memiliki kebijakan K3. Manajemen sudah komitmen mematuhi peraturan
perundang-undangan dan peraturan lainnya yang terkait produk lingkungan, K3
dan melaksanakan perbaikan berkelanjutan agar sistem manajemen lebih efektif.
Universitas Sumatera Utara
55
4.3.2 Perencanaan K3
Untuk melakukan perencanaan keselamatan dan kesehatan kerja, PT. X
Regional Sumatera telah melakukan identifikasi bahaya, penilaian, dan
pengendalian risiko berdasarkan JSA. Hasil identifikasi bahaya, penilaian, dan
pengendalian risiko menjadi salah satu bahan untuk menetapkan program kerja
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Hasil wawancara dengan
informan mengenai perencanaan keselamatan dan kesehatan kerja dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 4.5 Matriks Pernyataan Informan tentang Perencanaan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja di PT. X Regional Sumatera Tahun 2017
Nomor Informan Pernyataan Informan
1
Perencanaan K3 dilaksanakan oleh teman-teman HSE
berkolaborasi dengan unit operation, dan sebagainya
karenakan HSE perlu melakukan kegiatan supervisory,
fungsi melakukan pengontrolan kemudiam melakukan
upaya preventif di area masing-masing. Untuk
identifikasi bahaya dan lainnya teman-teman HSE
berkolaborasi serta mencari informasi kepada unit
operation, maintenance dan constraction dan semua
unit yang ada dilapangan yang memiliki potensi
bahaya kerja lalu HSE melakukan fungsi kontrolnya.
Program K3 untuk lebih lanjut bisa ditanyakan kepada
teman HSE, yang jelas mereka setiap bulannya
melakukan update reporting, dari regional kemudian
dikirim ke pusat. Perusahaan menerapkan HSE
dikarenakan proses kerja yang banyak dilapangan
Universitas Sumatera Utara
56
bersifat fisik dan mengandung resiko kecelakaan kerja.
Oleh karena itu diminimalisir atau dikendalikan
bahaya kerja tadi dengan peraturan yang sudah disusun
dan disesuaikanlah. Untuk hal seperti APD itu
disediakan dari jakarta secara terpusat dengan cara
melakukan permintaan kebutuhan APD terhadap
teknisi yang ada di area masing-masing. Jadi
pengadaan di sini masih harus berkoordinir dengan
orang pusat di Jakarta.
2
Proses perencanaan dilaksanakan dengan melakukan
identifikasi bahaya terlebih dahulu. Proses pertama
yaitu merinci jenis pekerjaan masing-masing unit
seperti jenis pekerjaanya apa, alat kerjanya apa, lokasi
pekerjaannya seperti apa setelah itu dianalisa tingkat
bahayanya. Baru ditentukan pengendalian bahaya
selanjutnya seperti apa, barulah dilakukan tindakan
lanjutan apabila masih ada jenis bahaya yang tidak
bisa dielakkan agar ditentukan jenis APD. Persyaratan
hukum kita menggunakan OHSAS karena mengikuti
dari pusat. Beberapa tahun ini kita memang mengikuti
OHSAS, tapi kayaknya ditahun ini ada rencana mau
ngikutin SMK3 dari peraturan pemerintah.
3
Perencanaan K3 sebelumnya dilakukan dengan
identifikasi bahaya. Pekerja yang bekerja di lapangan
kan bekerja dengan memanjat tiang, masuk ke gorong-
gorong dan sebagainya. Maka kemudian ditentukan
apa jenis APDnya. Misalnya juga jika pekerja sedang
bekerja di lapangan maka mereka akan bekerja dalam
Universitas Sumatera Utara
57
bentuk tim.
4
Perancanaan ditentukan dan dilakukan oleh bagian
HSE karena mereka yang memiliki tanggung jawab
dan wewenang, kami nantinya menjaga K3 dari sisi
operasional. Dari kita hanya memberikan usulan,
saran, dan memberitahu kejadian-kejadian dilapangan.
Berdasarkan matriks diatas, diketahui bahwa perencanaan keselamatan dan
kesehatan kerja dilakukan dengan melakukan tinjauan awal kondisi K3. Tinjauan
awal dilaksanakan dengan melakukan observasi dan menggunakan daftar periksa
identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko dan identifikasi peraturan
perundangan dan persyaratan lainnya yang masih berlaku sebagai acuan di dalam
pelaksananaan sistem manajemen lingkungan, K3, dan mutu sehingga dapat
menetapkan sasaran mutu, lingkungan dan K3 termasuk hal-hal yang dibutuhkan
untuk memenuhi persyaratan produk, lingkungan dan K3di perusahaan.
4.3.3 Implementasi dan Operasi
Pelaksanaan rencana K3 dilakukan dengan memastikan tersedianya
Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten atas dasar pendidikan yang sesuai,
dan berpengalaman. Staff HSE diberi tanggung jawab dan wewenang dalam
menjalankan norma-norma K3 dan melakukan pembinaan K3 bagi pekerja. Dalam
pelaksaannya divisi bagian HSE bersama dengan manager-manager perusahaan
saling berkoordinir dalam pelaksanaan K3. Hasil wawancara dengan informan
Universitas Sumatera Utara
58
mengenai implementasi dan operasi keselamatan dan kesehatan kerja dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Informan tentang Implementasi dan Operasi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. X Regional Sumatera
Tahun 2017
Nomor Informan Pernyataan Informan
1
HSE melakukan sosialisasi terkait keselamatan kerja
dan itu sudah selesai dilakukan. Jadi setiap naker yang
baru, mereka selain dibekali pengetahuan terkait teknis
mereka juga dibekali hal-hal terkait keselamatan kerja.
Untuk sumberdaya dari segi teknisi kita tidak ada
standar, artinya memang kebutuhan kita saat itu rata-
rata memerlukan level SMK sederajat, walaupun ada
yang D3 dan S2 begitu. Karena kita bergerak
dijaringan akses maka cukup dengan pendidikan SMA
sederajat untuk perekrutan teknisi. Sedangkan untuk
HSEnya sendiri kita lebih mengutamakan yang D3
keatas, plus yang memiliki experience dibidang K3
dan memiliki sertifikasi K3 umum. Untuk semua
teknisi maupun pekerja semua ikut Classical Indihome
3Play yaitu maincorenya perusahaan kita di jaringan
akses itu, jadi disitu semua naker baik teknis maupun
non teknis ikut dan diberi materi termasuk tentang K3
terkait bahaya yang bisa kita kendalikan dalam
lingkungan kerja.
Setiap minggunya kita adakan KDO. Jadi kita apel
KDO, disampaikan itu delapan poin KDO, yang
pertama utamakan keselamatan kerja, selanjutnya
Universitas Sumatera Utara
59
datang lebih awal, dan seterusnya. Itu selalu kita
komunikasikan di apel setiap minggunya di hari rabu.
Disitu selalu disampaikan “safety first, safety first”,
lalu juga ada penyampaian KPA teknis dan briefing
per manajemen. Oleh manajemen juga selalu
diingatkan tentang keselamatan kerja. Kemudian setiap
hari, para teknisi dan team leader baik yang disini mau
pun di STO selalu melakukan briefing pagi. Jadi
mereka biasanya datang lebih awal. Kalau kita masuk
kerja jam delapan, mereka sekitar jam setengah
delapan mereka sudah hadir dan kemudian melakukan
apel. Diapel kita cek pasukan, briefing keselamatan
kerja dan sebagainya.
Untuk tanggap darurat kita sudah susun dan buat
timnya tapi ini belum ada karena harus mengajukan
anggaran dana dulu. Tapi kita udah pernah melakukan
pelatihan tanggap darurat untuk gempa bumi. Untuk
dokumentasi bisa dari tim HSE.
2
Sumberdaya K3 untuk saat ini belum ada P2K3nya.
Untuk komunikasi kita ada Safety talk, pengecekan
peralatan-peralatan kerja, pengecekan cara kerja
dilapangan, dan pemeriksaan. Para pekerja juga baik
teknis dan non teknis kita adakan pelatihan, jadi kita
ada kelas academinya. Ada sosialisasi K3, pelatihan
first rider, dan emergency drill. Kita juga sediakan
poster atau banner gitu untuk meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
60
kepedulian pekerja. Dokumentasi dilakukan ada yang
perbulan dengan laporan statistik seperti data
kecelakaan, data kegiatan. Upaya tanggap darurat kita
berikan pelatihan kemudian dibentuk tim pelaksaan
tanggap darurat, jadi jika terjadi keadaan darurat maka
nantinya tim ini yang bergerak.
3
Untuk teknisi ada yang berpengalaman dan ada juga
yang baru. Baik yang baru maupun yang
berpengalaman sama-sama kita latih di fiber academi
namanya. Jadi di pelatihan ini dilatih bagaimana cara
bekerja dan keselamatan kerja seperti menggunakan
alat pelundung diri yang benar. Untuk
pendokumentasian biasanya dilakukan oleh tim HSE,
dimana mereka menganilisa suatu kejadian dan
memberi rekomndasi supaya tidak ada kejadian seperti
itu lagi. Contohnya pernah ada teknisi bekerja di
gapura lalu kesetrum, lalu HSE yang beri rekomendasi
dan sosialisasi tentang bahaya tegangan. Untuk
tanggap darurat seperti kebakaran itu HSE yang
melakukan simulasi dan sebagainya.
4
Untuk sumberdaya sudah diambil yang berkualifikasi,
seperti bagian K3 yang dipilih yang sudah
tersertifikasi. Tugas manajer seperti saya dan Pak
Universitas Sumatera Utara
61
Erick itu memastikan kelengkapan teknisi saat bekerja
seperti APD, ada helm, body herness, sepatu boot dan
sebagainya. Misalnya ada yang tidak sesuai langsung
kita tegur. Setiap sebulan sekali kita ada apel besar,
jadi kita minta semua peralatan itu digunakan, APD
kita suruh pakai semua, kita lihat apakah mereka
menjaga barangnya. Jadi pelaksanaan sudah
dilaksanakan dan kami mengawasi benar. Mulai dari
supervisor, site management, dan ke atas kita awasi.
Dulunya kita ada yang namanya Marshall yang kita
ambil dari pensiunan angkatan udara, tugasnya itu
keliling mengecek tenaga kerja kita yang lagi bekerja.
Fungsi utamanya adalah apakah mereka bekerja
mamakai APD atau tidak dan sebagainya. Jadi dia
keliling bersama team leader atau supervisor.
Sebenarnya sekarang walaupun tanpa itu kita sudah
mewajibkan team leader untuk mengawasi dilapangan.
Awalnya memang susah, karena mereka mengeluh
ribet dan sebagainya. Lalu kita sampaikan bahwa
mereka merasa ribet karena belum biasa. Jadi
kebiasaan seperti itu yang kita tanamkan. Salah satu
jenis pelatihan kita perna mengundang konsultan dari
PLN. Jadi bagaimana cara bekerja dengan listrik, jika
Universitas Sumatera Utara
62
ada tegangan seberapa amannya.
Berdasarkan matriks diatas diketahui bahwa PT. X Regional Sumatera
memastikan adanya sumberdaya yang berkompeten. Pekerja baik yang teknis dan
non teknis diberi pelatihan, peningkatkan kepedulian dan konsultasi dari
perusahaan yang di awasi oleh manajemen. Hal ini dilakukan dengan mengadakan
apel setiap minggunya yang dihadiri seluruh pekerja di wilayah medan, dan safety
talk atau briefing setiap pagi di area masing-masing sebelum bekerja.
Dokementasi K3 mengenai data kecelakaan, pelatihan, pemeriksaan dan lainnya,
setelah melalui proses persetujuan selanjutnya dianalisa untuk dijadikan langkah
pencegahan di kemudian hari.pengendalian operasi dilakukan dengan memberikan
pelatihan kepada pekerja, memberikan APD, dan mewajibkan pekerja untuk
bekerja sesuai prosedur.
4.3.4 Pemeriksaan Kinerja K3
Pemeriksaan kinerja K3 pertama yaitu melakukan pemantauan
keselamatan dan kesehatan kerja. Pemantauan keselamatan dilaksanakan melalui
inspeksi K3 atau disebut Patrol HSE dan pengumpulan data kecelakaan kerja.
Patrol HSE terdiri dari inspeksi tempat kerja, peralatan pemadam atau APAR dan
peralatan P3K, pelaporan dan evaluasi serta tinjauan ulang hasil patrol HSE. Hasil
wawancara dengan informan mengenai pemeriksaan kinerja keselamatan dan
kesehatan kerja dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
63
Tabel 4.7 Matriks Pernyataan Informan tentang Pemeriksaan Kinerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. X Regional Sumatera
Tahun 2017
Nomor Informan Pernyataan Informan
1
Untuk pengukuran kinerja kita ada yang namanya
aplikasi sukses faktor untuk melihat KPI para pekerja
yang dilakukan enam bulan sekali. Jadi nanti ada poin-
poin yang saya isi nilai bobotnya. Untuk misalnya
kejadia insiden yang terjadi biasanya HSE langsung
berkoordinasi dengan tim maupun teknisi yang ada
dilapangan, teman korban dan team leader atau atasan
korban. Tim ini biasanya datang langsung ke lokasi.
Bagian HSE ini ada di masing-masing area, jadi nanti
setelah mereka identifikasi, tanggulangi, dan
diminimalisir, mereka akan report ke sini karena kita
pusat untuk bagian Sumatera, baru dikirim ke Jakarta.
Untuk audit itu ada internal eksternal. Untuk internal
dari Jakarta akan kesini untuk mengecek dan
mengaudit selain dokumen juga melakukan site visit.
2
Pemeriksaan dilaksanakan perbulan, kecelakaan kerja,
data jam kerja. Identifikasi dilaksanakan berdasarkan
form yang tersedia. Jika ada kejadian insiden kita
periksa berdasarkan form yang ada. Seperti ada data
saksi, korban, kondisi kecelakaan seperti apa, kondisi
lapangan atau tempat perkara, jadi nanti kita tanyakan
pada saksi dan korbannya. Setelah didapat
penyebabnya apa baru kita tentukan langkah
pencegahannya apa. Jadi kita per tiga bulan ada index
statistic insiden, jadi kita kelompokkan jenis
Universitas Sumatera Utara
64
kecelakaan dan dibidang apa yang paling tinggi
angkanya. Misalnya yang tinggi angka jatuh dari
ketinggian, maka itu akan jadi konsentrasi kita. Data
yang didapat selanjutnya akan disimpan menjadi
rekaman kita. Rekaman K3 biasaya disimpan selama 3
tahun. Audit internal dilaksanakan pusat dan regional.
Audit dilakukan dengan mencari ketidaksesuaian.
3
Pemantauan kerja kalau untuk teknisi sudah jelas, ada
yang pasang baru, ada memperbaiki gangguan,
maintenance. Untuk pasang baru mereka misalnya
harus menyelesaikan 3 work order, kalo gangguan 10
work order. Kemudian dalam bekerja kalau tembaga
misalnya berempat belas, kalau fiber tujuh orang satu
regu, sedangkan kalo gabungan sekitar sepuluh orang
satu regu. Dari sini jika mereka bekerja dapat
menyelesaikan work order maka kinerja dan
performanya akan meningkat, tapi jika tidak maka
akan dievaluasi dan dicari tahu kenapa. Bisa saja
pekerja sudah bekerja sesuai SOP tetapi alat kerja yang
kurang berarti bukan pekerjanya yang bermasalah.
Agar menghindari insiden maka sop pelaksanaan kerja
melalui proses yang panjang. Jadi pertama manajer
harus memastikan, kemudian harus adanya
persetujuan dari head office.
Di lapangan jika dijumpai pekerja yang bekerja tidak
menggunakan APD maka akan diberi peringatan-
peringatan secara verbal terlebih dahulu baru nanti
diberikan surat peringatan. Jika terjadi kejadian
kecelakaan maka nanti tim HSE yang akan datang
melakukan penyelidikan. Walaupun pekerja sudah
memakai APD lengkap tetapi jika terjadi insiden tetap
Universitas Sumatera Utara
65
akan dilakukan penyelidikan untuk melakukan
pencegahan karena kecelakan ini merupakan kejadian
yang tidak diinginkan baik oleh teknisi maupun
manajemen. Penyelidikan dilakukan tim HSE bersama
dengan teman setim korban.
4
Untuk pemeriksaan kinerja misalnya dengan
pengecekan kelengkapan APD. Jadi setiap enam bulan
kita ada penilaian tentang performa pekerja lewat team
leadernya. Jika terjadi kecelakaan kerja maka kita
selidikinya dengan wawancara dengan saksi.
Berdasarkan matriks di atas dapat diketahui pada pemeriksaan kinerja
dilaksanakan dengan melakukan pengukuran kinerja dan pemantauan, evaluasi
kesesuaian, melakukan penyelidikan insiden, langkah koreksi dan pencegahan
serta melakukan audit yang dilaksanakan oleh internal maupun eksternal. Pada
pemantauan dan pengukuran kinerja proses pelaksanaan dipantau secara berkala
dari waktu ke waktu dan diukur untuk memastikan bahwa sistem berjalan sesuai
dengan rencana. Pemeriksaan kinerja K3 juga dilaksanakan melalui audit internal
yang dilaksanakan oleh tim auditor pusat dan regional yang dilaksanakan secara
berkala.
Pemantauan juga dilakukan dengan melaksanankan penyelidikan insiden,
ketidaksesuaian, dan upaya pencegahan. Dalam penyelidikan tim datang langsung
ke lokasi insiden untuk mengidentifikasi kejadian dan selanjutnya dilakukan
langkah pencegahan. Pemantauan juga dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
tempat kerja yang mana kegiatan ini disebut dengan HSE Patrol. HSE Patrol
Universitas Sumatera Utara
66
bertujuan untuk mengetahui keadaan dan kelengkapan APD, Rambu K3, APAR,
P3K dan kondisi lingkungan. Kegiatan ini juga berfungsi untuk mengambil
langkah tindakan dan upaya pencegahan untuk mencegah timbulnya kecelakaan
dari bahaya yang ada.
Untuk mengukur kinerja K3 maka PT. X Regional Sumatera sudah melakukan
audit internal dan eksternal. Dari audit internal yang telah dilaksanakan maka
didapat temuan diantaranya:
1. Belum terkalibarasi Alat ukur (Pencahayaan/Luxmeter, Suhu/termometer
dan Kelembaban/Humadity) untuk pemantauan lingkungan kerja di
regional Sumbagut
2. Program Pemantauan sudah berjalan sesuai jadwal tetapi belum ada tindak
lanjut hasil dari pemantauan pengukuran. (ex : jika hasil pengukuran
cahaya kurang belum ada tindakan perbaikaan)
3. Belum terbuntuknya Struktur Organisasi & job desk P2K3 Regional
Sumbagut dan belum ada konsistensi komite/meeting reguler dengan HSE
Area
4. Belum berjalan secara konsisten Checklist kerja aman/JSA serta izin kerja
aman untuk pekerjaan non rutin dilapangan (mitra atau teknisi PT. X)
5. Muster point kantor regional Sumbagut terhalang oleh tiang FA outdoor
serta denah evakuasi masih kurang detail & Gudang Sumabgut Belum
terdapat Muster point serta denah evakuasi
6. Kotak P3K kantor Regional Sumbagut dan Gudang Regional Sumbagut
belum memenuhi peraturan dan persyaratan peruundangan terkait
Universitas Sumatera Utara
67
(Permenakertrans No.15 tahun 2008 Tentang Pertolongan Pertama pada
kecelakaan Kerja)
7. Belum adanya tong sampah yang membedakan antara sampah organik,
non organik dan limbah/B3.
8. Ditemukan alker salker seperti working platfon dengan kondisi yang
kurang baik
9. Program Training HSE belum disesuaikan kebutuhan organisasi OPKD
seperti Fire fighting, First aider dll
10. HIRADC Regional sumbagut masih dalam proses updating dari tahun
2016
11. Belum terdapatnya instruksi untuk tamu (Safety Sign Untuk tamu)
Dari audit eksternal yang dilaksanakan didapatkan hasil diantaranya:
1. Corrective action dari kondisi accident yang terjadi tidak selalu menjawab
akar masalah, contohnya pada accident tgl 4 Januari 2017 dimana kondisi
accident disebabkan oleh tidak adanya petugas yang memastikan kondisi
lalu lintas sehingga menyebabkan petugas cidera.
2. Tinjauan manajemen telah dilakukan tanggal 17 November 2016. Namun,
belum cukup bukti bahwa tinjauan manajemen tersebut telah
mempertimbangkan performa, termasuk kecenderungan dari pencapaian
sasaran mutu.
Universitas Sumatera Utara
68
3. Lift di Gedung Regional Sumatera, Medan adalah tanggung jawab
Telkom, sedangkan pihak PT. X belum memiliki data terkait izin dan
pengujian lift tersebut.
4. Terdapat stopper di salah satu anak tangga di Gedung Regional Sumatera-
Medan yang sudah copot tetapi tidak ada kondisi accident di area ini.
4.3.5 Tinjauan Manajemen
Untuk melihat hasil penerapan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja di PT. X Regional Sumatera melakukan peninjauan dan
peningkatan kinerja melalui rapat per manajemen secara berkala. Peninjauan dan
peningkatan kinerja K3 dilakukan dengan meninjau ulang dari evaluasi penerapan
SMK3 dan hasil temuan audit interal SMK3 di PT. X Regional Sumatera
untuk melakukan tahap perbaikan dan peningkatan kinerja. Hasil wawancara
dengan informan mengenai tinjauan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.8 Matriks Pernyataan Informan tentang Tinjauan Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. X Regional Sumatera
Tahun 2017
Nomor Informan Pernyataan Informan
1
Untuk peninjauan kita selalu melakukan briefing untuk
mengupayakan dan berusaha meningkatkan performa
pekerja kemudian diberi saran-saran oleh manajemen.
2 Peninjauan dilakukan dengan megontrol kejadian, jadi
Universitas Sumatera Utara
69
setelah ada temuan maka kita kontrol.
3
Ditinjau dengan mengingatkan kembali kepedulian
pekerja akan apd, jadi ada rapat evaluasi oleh
manajemen.
4 Peninajuan dilakukan dengan rapat antara team leader
mengenai kinerja dan performa pekerja.
Dari matriks di atas peninjauan manajemen dilakukan dengan melakukan
briefing atau rapat antar departmen. Dalam rapat evaluasi yang dilaksanakan maka
dievaluasi mengenai kinerja dan performa pekerja.
Universitas Sumatera Utara
70
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
PT. X Regional Sumatera
Sejak tahun 2014, PT. X Regional Sumatera telah mengimplementasikan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di seluruh lokasi
kerja berdasarkan OHSAS 18001:2007. Hal ini sudah sesuai dengan Undang-
Undang No.13 Tahun 2003 Pasal 87 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap
perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan dan juga PP No. 50
Tahun 2012 pasal 5 ayat (1) tentang perusahaan wajib menerapkan SMK3 bagi
yang memperkerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang atau
mempunyai potensi bahaya, dimana PT. X Regional Sumatera memiliki total
jumlah pekerja sebanyak 542 orang.
5.1.1 Kebijakan K3
Berdasarkan keterangan dari informan, penetapan kebijakan keselamatan
dan kesehatan kerja merupakan suatu bentuk komitmen perusahaan untuk
mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kebijakan K3 sendiri
telah ditetapkan oleh Head office yang menetapkan untuk melaksanakan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja berdasarkan OHSAS 18001:2007
dan seluruh pekerja di bagian regional sebagai pelaksananya. Kebijakan ini
Universitas Sumatera Utara
71
didokumentasikan dan dikomunikasikan dengan ditempatkan di beberapa tempat
seperti ruang kerja dan ruang rapa kantor serta dimasukkan ke dalam web
perusahaan agar dapat dibaca oleh semua pihak. Pelaksanaan SMK3 berguna
untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan sehat sehingga
pekerja terhindar dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Hal ini sesuai
dengan OHSAS 18001:2007 yang menyatakan kebijakan K3 (OH&S Policy)
merupakan perwujudan dari komitmen pucuk pimpinan yang memuat visi dan
tujuan organisasi, komitmen dan tekad untuk melaksanakan keselamatan dan
kesehatan kerja, kerangka dan program kerja.
5.1.2 Perencanaan K3
Berdasarkan OHSAS 18001:2007 perencanaan K3 harus dilaksanakan
dengan terlebih dahulu melakukan indentifikasi potensi bahaya dan penilaian
resiko di tempat kerja untuk menentukan upaya pengendalian resiko. Hal ini
sudah dilaksanakan oleh PT. X Regional Sumatera tetapi PT. X belum
membentuk struktur organisasi & job desk P2K3 Reg Sumbagut dan belum ada
konsistensi komite/meeting reguler dengan HSE Area.
Berdasarkan hasil penelitian proses perencanaan keselamatan dan
kesehatan kerja yang sudah dilaksanakan di PT. X Regional Sumatera yaitu
mengidentifikasi bahaya, melakukan penilaian resiko, pengecekan lokasi
pekerjaan dan menentukan pengendaliannya terlebih dahulu. Selanjutnya program
K3 disusun berdasarkan penilaian awal dan berdasarkan peraturan perundangan
dan persyaratan K3 yang terkait.
Universitas Sumatera Utara
72
5.1.3 Implementasi dan Operasi
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa PT. X Regional Sumatera
sudah melaksanakan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
berdasarkan OHSAS 18001:2007. SDM yang disediakan diberi tanggung jawab
dan wewenang untuk menjalankan, memelihara dan meningkatkan K3.
Pada PT. X pekerja telah diberikan APD secara lengkap dan setiap pekerja
diwajibkan untuk bekerja berdasarkan prosedur, mengetahui jenis bahaya dan
mengenakan APD bagi pekerja yang bekerja dilapangan. Ini merupakan peran dan
tanggung jawab pekerja terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Selain itu
dalam mengimplementasikan K3, PT. X memberikan pelatihan untuk
meningkatkan kompetensi, pengetahuan, dan kepedulian pada pekerja. PT. X juga
selalu melaksanakan apel dan briefing secara rutin sebagai sarana komunikasi dan
konsultasi antar pekerja. Setiap kegiatan yang dilaksanakan juga didokumentasi
agar nantinya bisa dijadikan bahan tinjauan untuk kedepan.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada upaya untuk
menghadapi keadaan darurat dengan dibetuknya Tim Tanggap Darurat yang
disebut OPKD (Operasi Keadaan Darurat). Tim ini diberi pelatihan dan simulasi
agar setiap anggota mengetahui peran dan tanggung jawabnya. . Berasarkan
Ramli (2010) menyatakan penanggulangan keadaan darurat tidak akan berhasil
jika tidak ditangani oleh petugas atau SDM yang kompeten dengan melakukan
upaya pembinaan dan pelatihan yang terencana dan berkesinambungan dikemas
dalam bentuk permainan peran atau uji coba dalam kondisi berbagai bentuk
skenario sehingga mengetahui peran dan tanggungjawabnya masing-masing.
Universitas Sumatera Utara
73
Struktur Organisasi Tim Operasi Keadaan Darurat
Gambar 5.1 Struktur Organisasi TIM OPKD PT. X Regional Sumatera
Selain pembentukan Tim Tanggap Darurat, perusahaan juga menyediakan
peralatan darurat sesuai dengan peraturan yang menyatakan peralatan, dan sistem
tanda bahaya keadaan darurat yang mana telah disediakan, diperiksa, diuji dan
dipelihara secara berkala. Adapun peralatan dan sistem tanda bahaya yang tersedia
di PT. X antara lain :
1. APAR (Alat Pemadam Api Ringan), di letakkan di berbagai tempat yang
mudah dijangkau. Dari hasil check list APAR diketahui bahwa telah
dilaksanakannya pemeriksaan APAR secara rutin yaitu setiap bulan dan
menunjukkan bahwa kondisi APAR yang tersedia dalam kondisi baik.
2. Kotak P3K, di letakkan di berbagai tempat yang mudah dijangkau. Dari
hasil check list kotak P3K diketahui bahwa telah dilaksanakannya
Universitas Sumatera Utara
74
pemeriksaan Kotak P3K secara rutin yaitu setiap bulan dan menunjukkan
bahwa kondisi kotak dan obat-obatan yang tersedia dalam kondisi baik.
3. Layout, Petunjuk/ rambu dan titik evakusi, seperti di lampiran yang
ditempelkan di tempat yang mudah dilihat agar memudahkan proses
evakuasi.
5.1.4 Pemeriksaan Kinerja K3
Berdasarkan hasil penelitian, pemeriksaan kinerja sudah sesuai dengan
OHSAS 18001:2007, dimana perusahaan telah melaksanakan pemantauan dan
pengukuran kinerja secara rutin. Tim HSE secara berkala melakukan patrol HSE
yang bertujuan untuk memastikan bahwa setiap potensi bahaya yang dapat timbul
dari kondisi tempat kerja, peralatan, bahan serta tindakan pekerja teridentifikasi
dan berguna untuk mengambil tindakan perbaikan serta pencegahan yang
diperlukan untuk mencegah timbulnya kecelakaan dari bahaya tersebut. Jika
terjadi suatu insiden maka akan langsung dilakukan penyelidikan untuk
mengidentifikasi kejadian, mencari ketidaksesuaian, dan menentukan langkah
pencegahan. Prosedur penyelidikan insiden sudah sesuai dengan OHSAS dimana
sekurang memuat: 1. Tanggung jawab dalam penyelidikan insiden termasuk
tindak lanjutnya; 2. Ketentuan mengenai pelaporan kejadian; 3. Prosedur
penyelidikan dan tindak lanjutnya. Penyelidikan insiden juga dilaksanakan
sesegera mungkin agar dapat ditentukan tindakan koreksi dan tindakan
pencegahan. Perusahaan juga sudah melaksanakan audit internal secara berkala
yang dilakukan oleh tim dari pusat dan regional serta audit eksternal yang
dilaksanakan oleh BSI.
Universitas Sumatera Utara
75
5.1.5 Peninjauan dan Peningkatan Kinerja K3
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hasil peninjauan yang
dilaksanakan digunakan untuk melakukan penyempurnaan/perbaikan terhadap
penyimpangan yang ditemukan. Tindakan perbaikan dilaksanakan dan menjadi
masukan dalam penyusunan program K3 selanjutnya demi peningkatan kinerja di
perusahaan. Hal ini sesuai dengan OHSAS 18001 yang menyatakan bahwa
tinjauan ulang SMK3 harus dapat mengatasi implikasi K3 terhadap seluruh
kegiatan, produk barang dan jasa termasuk dampaknya terhadap kinerja
perusahaan. OHSAS 18001 juga mensyaratkan agar tinjauan manajemen ini
dikomunikasikan dan dikonsultasikan dengan semua pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan SMK3.
Universitas Sumatera Utara
76
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, mengenai Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT. X Regional
Sumatera Tahun 2017, maka disimpulkan sebagai berikut :
1. Penetapan Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ditetapkan oleh
kantor pusat dan juga dilaksanakan di PT. X Regional Sumatera
2. Perencanaan Keselamatan dan kesehatan kerja dilaksanakan berdasarkan hasil
tinjauan awal kondisi K3, hasil identifikasi bahaya, penilaian dan
pengendalian risiko, persyaratan hukum dan perencanaan program K3.
Perencanaan belum sesuai dengan persyaratan hukum karena belum adanya
P2K3.
3. Implementasi dan Operasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja terdapat SDM
yang memiliki peran dan tanggung jawab, pelaksanaan pelatihan secara
berkala, komunikasi sacara rutin, dan adanya upaya tanggap darurat.
4. Pemeriksaan Kinerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja dilakukan
pengukuran dan pemantauan untuk evaluasi kesesuaian dengan melaksanakan
HSE Patrol. Penyelidikan Insiden untuk langkah pencegahan, dan Internal
Audit.
5. Peninjauan dan Peningkatan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja yaitu dengan rapat antar manajemen sebagai upaya peningkatan
performa dan kinerja K3.
Universitas Sumatera Utara
77
6.2 Saran
1. Untuk PT. X Regional Sumatera sebaiknya segera membentuk Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja agar sistem manajemen K3
berjalan dengan baik.
2. Perusahaan perlu memberikan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja
terutama pelatihan untuk tim tanggap darurat.
Universitas Sumatera Utara
78
DAFTAR PUSTAKA
Azmi, R. 2008. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakan Kerja Di PT
Wijaya Karya Beton Tahun 2008. Skripsi FKM USU. Medan.
Elisabeth, Y. 2012. Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Pekerja
Pada Bagian Produksi Mengenai Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT. Toba Pulp Lestari
Porsea Tahun 2012. Skripsi FKM USU. Medan.
BPJS Ketenagakerjaan. 2016. Angka Kasus Kecelakaan Kerja.
http://bpjsketenagakerjaan.go.id. Diakses Tanggal 18 Mei 2017.
Budiono, A.M.S., Jusuf, RMS., dan Pusparini, A. 2009. Bunga Rampai
Hiperkes & KK. Universitas Diponegoro Semarang. Semarang.
ILO, 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. http://ilo.org. Diakses Tanggal
22 April 2017.
Kemenkes. 2015. Situasi Kesehatan Kerja. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI.
Manulang, S. 1988. Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia.
Rineka Cipta. Jakarta.
Marpaung, J. 2005. Persepsi Tenaga Kerja Tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT. Inalum Kuala
Tanjung Tahun 2005. Skripsi FKM USU. Medan.
Moloeng, L. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. PT Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
OHSAS 18001: 2007. Occupational Health and Safety Management Systems –
Requirements. BSI. UK.
Universitas Sumatera Utara
79
Ramli, S. 2009. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
OHSAS 18001 Seri 01. Dian Rakyat. Jakarta.
Republik Indonesia. 1970. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13
tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor PER.15/MEN/VIII/2008 tentang
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di Tempat Kerja. Sekretariat
Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat
Pelindung Diri. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Jakarta.
Safety Sign Indonesia. 2015. Setiap 15 Detik, 1 Pekerja di Dunia Meninggal
Akibat Kecelakaan Kerja. http://SafetySign.co.id. Diakses Tanggal 4
Juli 2017.
Santoso, G. 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Prestasi
Pustaka Publisher. Jakarta.
Sidauruk, Tiur N. 2016. Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (SMK3) Di Bunut Rubber Factory Pt. Bakrie
Sumatera Plantations, Tbk Tahun 2016. Skripsi FKM USU. Medan.
Simangunsong, A.R.B. 2014. Analisis Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (Smk3) Di Pt Madjin Crumb
Rubber Factory Indrapura Kabupaten Batubara Tahun 2014.
Skripsi FKM USU. Medan.
Siswanto, B.S. 2003. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan
Administratif dan Operasional. Bumi Aksara. Bandung.
Universitas Sumatera Utara
80
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Alfabeta. Bandung.
Suma’mur, P.K. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes).
Sagung Seto. Jakarta.
Triwibowo, Cecep., Mitha Erlisya Pusphandani. 2015. Pengantar Dasar Ilmu
Kesehatan Masyarakat. Nuha Medika. Yogyakarta.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Permohonan Menjadi Informan
PERMOHONAN MENJADI INFORMAN
Kepada Yth.
Bapak selaku informan
Di tempat.
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Departemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat USU,
Nama : Dwi Resti Wajma
NIM : 131000488
Akan mengadakan penelitian tentang “Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT. X Regional Sumatera Tahun
2017”. Untuk itu saya mohon kesediaan Bapak untuk berpartisipasi menjadi
informan dalam penelitian ini. Segala hal yang bersifat rahasia akan saya
rahasiakan dan saya gunakan hanya untuk kepentingan penelitian ini.
Apabila Bapak bersedia menjadi informan, maka saya bermohon untuk
menandatangani lembar persetujuan yang tersedia. Atas perhatian dan
ketersediaan serta kerjasama yang baik dari Bapak saya ucapkan terima kasih.
Peneliti,
Dwi Resti Wajma
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Pernyataan Kesediaan Menjadi Informan
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI INFORMAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :
Usia :
Jabatan :
Pendidikan Terakhir :
Masa Kerja :
Dengan ini menyatakan bahwa saya telah mendapatkan penjelasan
mengenai maksud dari pengumpulan data untuk penellitian tentang “Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT. X Regional
Sumatera Tahun 2017”. Untuk itu, secara sukarela saya menyatakan bersedia
menjadi informan penelitian tersebut.
Adapun bentuk kesediaan saya adalah:
1. Bersedia ditemui dan memberi keterangan yang di perlukan untuk
keperluan penelitian
Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dengan
penuh kesadaran tanpa paksaan.
Medan, 2017
Informan
(…………………………………………)
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PT. X REGIONAL SUMATERA
TAHUN 2017
Petunjuk umum wawancara mengenai “Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT. X Regional Sumatera Tahun
2017”
1. Ucapan terimakasih kepada informan karena telah bersedia diwawancara.
2. Melakukan perkenalan dua arah, baik peneliti ataupun informan.
3. Menjelaskan terlebih dahulu maksud dan tujuan wawancara.
4. Menjelaskan bahwa pendapat atau saran dan pengalaman informan sangat
berharga.
5. Menjawab pertanyaan wawancara dengan jelas dan jujur sangat diharapkan
oleh peneliti.
6. Dalam wawancara tidak ada jawaban salah atau benar, serta dijaga
kerahasiaannya.
Universitas Sumatera Utara
IDENTITAS INFORMAN
Nama :
Jabatan :
PEDOMAN WAWANCARA
1. Bagaimana proses penetapan kebijakan K3
2. Bagaimana proses yang dilakukan pada tahap perencanaan K3 untuk
pelaksanaan SMK3
3. Bagaimana proses implementasi dan operasi K3 di PT. X Regional Sumbagut
4. Bagaimana proses pemeriksaan kinerja K3
5. Bagaimana proses peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Hasil Wawancara Pelaksanaan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT. X Regional Sumatera
Tahun 2017
Tabel 1. Matriks Pernyataan Informan tentang Penetapan Kebijakan K3 di
PT. X Regional Sumatera Tahun 2017
Informan 1
Manager HCM
Kebijakan ditetapkan oleh head office di Jakarta. Jadi
kita di sini hanya mengikuti kebijakan dari pusat.
Informan 2
Staff HSE
Peraturan mengikuti dari pusat yang menetapkan
menggunakan ohsas.
Informan 3
Manager Operation
Karena proses kerja yang memiliki resiko kerja maka
perusahaan udah komitmen untuk membuat kebijakan
K3. Jadi dengan adanya penetepan kebijakan k3 disini
itu teknisi dilengkapi dengan APD. Baik dari sarung
tangan, body harness, sepatu safety dan lain. Proses
kerja biasa dilakukan di tempat tinggi seperti memanjat
tiang, sehingga pekerja harus bekerja dalam bentuk tim
dan dilengkapi dengan APD.
Informan 4
Manager
Maintenance
Kalo proses penetapan kebijakan ini dari HO, Head
Office yang menetapkan karena ini menyangkut
kesiapan alatnya. Setelah itu ditetapka yang namanya
KDO. KDO adalah Konsistensi Disiplin Operasi yang
ada delapan butir yang harus dipegang pekerja baik
teknis dan non teknis itu harus dijalankan. Jadi dari sana
kita harus ingat untuk mengutamakan keselamatan dan
kesehatan kerja. Dengan adanya kebijakan ini perusahan
harus siap menyiapkan biaya untuk sarana dan
prasarana.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Matriks Pernyataan Informan tentang Perencanaan K3 di PT. X
Regional Sumatera Tahun 2017
Informan 1
Manager HCM
Perencanaan k3 dilaksanakan oleh teman-teman hse
berkolaborasi dengan unit operation, dan sebagainya
karenakan hse perlu melakukan kegiatan supervisory,
fungsi melakukan pengontrolan kemudiam melakukan
upaya preventiv di area masing-masing. Untuk
identifikasi bahaya dan lainnya teman-teman HSE
berkolaborasi serta mencari informasi kepada unit
operation, maintenance dan constraction dan semua unit
yang ada dilapangan yang memiliki potensi bahaya
kerja lalu HSE melakukan fungsi kontrolnya. Program
K3 untuk lebih lanjut bisa ditanyakan kepada teman
HSE, yang jelas mereka setiap bulannya melakukan
update reporting, dari regional kemudian dikirim ke
pusat. Perusahaan menerapkan HSE dikarenakan proses
kerja yang banyak dilapangan bersifat fisik dan
mengandung resiko kecelakaan kerja. Oleh karena itu
diminimalisir atau dikendalikan bahaya kerja tadi
dengan peraturan yang sudah disusun dan
disesuaikanlah. Untuk hal seperti APD itu disediakan
dari jakarta secara terpusat dengan cara melakukan
permintaan kebutuhan APD terhadap teknisi yang ada di
area masing-masing. Jadi pengadaan di sini masih harus
berkoordinir dengan orang pusat di Jakarta.
Informan 2
Staff HSE
Proses perencanaan dilaksanakan dengan melakukan
identifikasi bahaya terlebih dahulu. Proses pertama yaitu
merinci jenis pekerjaan masing-masing unit seperti jenis
pekerjaanya apa, alat kerjanya apa, lokasi pekerjaannya
Universitas Sumatera Utara
seperti apa setelah itu dianalisa tingkat bahayanya. Baru
ditentukan pengendalian bahaya selanjutnya seperti apa,
barulah dilakukan tindakan lanjutan apabila masih ada
jenis bahaya yang tidak bisa dielakkan agar ditentukan
jenis apd.
Persyaratan hukum kita menggunakan OHSAS karena
mengikuti dari pusat. Beberapa tahun ini kita memang
mengikuti OHSAS, tapi kayaknya diahun ini ada
rencana mau ngikutin SMK3 dari peraturan pemerintah.
Program k3 ada pelatihan, identifikasi bahaya,
pengendalian, pelatihanuntuk pekerja, pemeriksaan
seperti APAR, pemeriksaan proteksi gedung, dan
lingkungan kerja.
Informan 3
Manager Operation
Perencanaan k3 sebelumnya dilakukan dengan
identifikasi bahaya. Pekerja yang bekerja di lapangan
kan bekerja dengan memanjat tiang, masuk ke gorong-
gorong dan sebagainya. Maka kemudian ditentukan apa
jenis APDnya. Misalnya juga jika pekerja sedang
bekerja di lapangan maka mereka akan bekerja dalam
bentuk tim.
Informan 4
Manager
Maintenance
Perancanaan ditentukan dan dilakukan oleh bagian HSE
karena mereka yang memiliki tanggung jawab dan
wewenang, kami nantinya menjaga K3 dari sisi
operasional. Dari kita hanya memberikan usulan, saran,
dan memberitahu kejadian-kejadian dilapangan.
Tabel 3. Matriks Pernyataan Informan tentang Implementasi dan Operasi
K3 di PT. X Regional Sumatera Tahun 2017
Universitas Sumatera Utara
Informan 1
Manager HCM
HSE melakukan sosialisasi terkait keselamatan kerja
dan itu sudah selesai dilakukan. Jadi setiap naker yang
baru, mereka selain dibekali pengetahuan terkait teknis
mereka juga dibekali hal-hal terkait keselamatan kerja.
Untuk sumberdaya dari segi teknisi kita tidak ada
standar, artinya memang kebutuhan kita saat itu rata-rata
memerlukan level SMK sederajat, walaupun ada yang
D3 dan S2 begitu. Karena kita bergerak dijaringan akses
maka cukup dengan pendidikan SMA sederajat untuk
perekrutan teknisi. Sedangkan untuk HSEnya sendiri
kita lebih mengutamakan yang D3 keatas, plus yang
memiliki experience dibidang K3 dan memiliki
sertifikasi K3 umum. Untuk semua teknisi maupun
pekerja semua ikut Classical Indihome 3Play yaitu
maincorenya perusahaan kita di jaringan akses itu, jadi
disitu semua naker baik teknis maupun non teknis ikut
dan diberi materi termasuk tentang K3 terkait bahaya
yang bisa kita kendalikan dalam lingkungan kerja.
Setiap minggunya kita adakan KDO. Jadi kita apel
KDO, disampaikan itu delapan poin KDO, yang
pertama utamakan keselamatan kerja, selanjutnya
datang lebih awal, dan seterusnya. Itu selalu kita
komunikasikan di apel setiap minggunya di hari rabu.
Disitu selalu disampaikan “safety first, safety first”, lalu
juga ada penyampaian KPA teknis dan briefing per
manajemen. Oleh manajemen juga selalu diingatkan
tentang keselamatan kerja. Kemudian setiap hari, para
teknisi dan team leader baik yang disini mau pun di
STO selalu melakukan briefing pagi. Jadi mereka
biasanya datang lebih awal. Kalau kita masuk kerja jam
delapan, mereka sekitar jam setengah delapan mereka
Universitas Sumatera Utara
sudah hadir dan kemudian melakukan apel. Diapel kita
cek pasukan, briefing keselamatan kerja dan sebagainya.
Untuk tanggap darurat kita sudah susun dan buat timnya
tapi ini belum ada karena harus mengajukan anggaran
dana dulu. Tapi kita udah pernah melakukan pelatihan
tanggap darurat untuk gempa bumi. Untuk dokumentasi
bisa dari tim HSE.
Informan 2
Staff HSE
Sumberdaya K3 untuk saat ini belum ada P2K3nya.
Untuk komunikasi kita ada Safety talk, pengecekan
peralatan-peralatan kerja, pengecekan cara kerja
dilapangan, dan pemeriksaan. Para pekerja juga baik
teknis dan non teknis kita adakan pelatihan, jadi kita ada
kelas academinya. Ada sosialisasi K3, pelatihan first
rider, dan emergency drill. Kita juga sediakan poster
atau banner gitu untuk meningkatkan kepedulian
pekerja. Dokumentasi dilakukan ada yang perbulan
dengan laporan statistik seperti data kecelakaan, data
kegiatan. Upaya tanggap darurat kita berikan pelatihan
kemudian dibentuk tim pelaksaan tanggap darurat, jadi
jika terjadi keadaan darurat maka nantinya tim ini yang
bergerak.
Informan 3
Manager Operation
Untuk teknisi ada yang berpengalaman dan ada juga
yang baru. Baik yang baru maupun yang berpengalaman
sama-sama kita latih di fiber academi namanya. Jadi di
pelatihan ini dilatih bagaimana cara bekerja dan
keselamatan kerja seperti menggunakan alat pelundung
diri yang benar. Untuk pendokumentasian biasanya
dilakukan oleh tim hse, dimana mereka menganilisa
suatu kejadian dan memberi rekomndasi supaya tidak
ada kejadian seperti itu lagi. Contohnya pernah ada
Universitas Sumatera Utara
teknisi bekerja di gapura lalu kesetrum, lalu hse yang
beri rekomendasi dan sosialisasi tentang bahaya
tegangan. Untuk tanggap darurat seperti kebakaran itu
hse yang melakukan simulasi dan sebagainya.
Informan 4
Manager
Maintenance
Untuk sumberdaya sudah diambil yang berkualifikasi,
seperti bagian K3 yang dipilih yang sudah tersertifikasi.
Tugas manajer seperti saya dan pak erick itu
memastikan kelengkapan teknisi saat bekerja seperti
APD, ada helm, body herness sepatu boot dan
sebagainya. Misalnya ada yang tidak sesuai langsung
kita tegur. Setiap sebulan sekali kita ada apel besar, jadi
kita minta semua peralatan itu digunakan, APD kita
suruh pakai semua, kita lihat apakah mereka menjaga
barangnya. Jadi pelaksaan sudah dilaksanakan dan kami
mengawasi benar. Mulai dari supervisor, site
management, dan ke atas kita awasi. Dulunya kita ada
yang namanya Marshall yang kita ambil dari pensiunan
angkatan udara, tugasnya itu keliling mengecek tenaga
kerja kita yang lagi bekerja. Fungsi utamanya adalah
apakah mereka bekerja mamakai APD atau tidak dan
sebagainya. Jadi dia keliling bersama team leader atau
supervisor. Sebenarnya sekarang walaupun tanpa itu
kita sudah mewajibkan team leader untuk mengawasi
dilapangan. Awalnya memang susah, karena mereka
mengeluh ribet dan sebagainya. Lalu kita sampaikan
bahwa mereka merasa ribet karena belum biasa. Jadi
kebiasaan seperti itu yang kita tanamkan. Salah satu
jenis pelatihan kita perna mengundang konsultan dari
PLN. Jadi bagaimana cara bekerja dengan listrik, jika
ada tegangan seberapa amannya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4. Matriks Pernyataan Informan tentang Pemeriksaan Kinerja K3 di
PT. X Regional Sumatera Tahun 2017
Informan 1
Manager HCM
Untuk pengukuran kinerja kita ada yang namanya
aplikasi sukses faktor untuk melihat KPI para pekerja
yang dilakukan enam bulan sekali. Jadi nanti ada poin-
poin yang saya isi nilai bobotnya. Untuk misalnya
kejadia insiden yang terjadi biasanya HSE langsung
berkoordinasi dengan tim maupun teknisi yang ada
dilapangan, teman korban dan team leader atau atasan
korban. Tim ini biasanya datang langsung ke lokasi.
Bagian HSE ini ada di masing-masing area, jadi nanti
setelah mereka identifikasi, tanggulangi, dan
diminimalisir, mereka akan report ke sini karena kita
pusat untuk bagian Sumatera, baru dikirim ke Jakarta.
Untuk audit itu ada internal eksternal. Untuk internal
dari Jakarta akan kesini untuk mengecek dan mengaudit
selain dokumen juga melakukan site visit.
Informan 2
Staff HSE
Pemeriksaan dilaksanakan perbulan, kecelakaan kerja,
data jam kerja. Identifikasi dilaksanakan berdasarkan
form yang tersedia. Jika ada kejadian insiden kita
periksa berdasarkan form yang ada. Seperti ada data
saksi, korban, kondisi kecelakaan seperti apa, kondisi
lapangan atau tempat perkara, jadi nanti kita tanyakan
pada saksi dan korbannya. Setelah didapat penyebabnya
apa baru kita tentukan langkah pencegahannya apa. Jadi
kita per tiga bulan ada index statistic insiden, jadi kita
kelompokkan jenis kecelakaan dan dibidang apa yang
paling tinggi angkanya. Misalnya yang tinggi angka
jatuh dari ketinggian, maka itu akan jadi konsentrasi
Universitas Sumatera Utara
kita. Data yang didapat selanjutnya akan disimpan
menjadi rekaman kita. Rekaman K3 biasaya disimpan
selama 3 tahun. Audit internal dilaksanakan pusat dan
regional. Audit dilakukan dengan mencari
ketidaksesuaian.
Informan 3
Manager Operation
Pemantauan kerja kalo untuk teknisi sudah jelas, ada
yang pasang baru, ada memperbaiki gangguan,
maintenance. Untuk pasang baru mereka misalnya harus
menyelesaikan 3 work order, kalo gangguan 10 work
order. Kemudian dalam bekerja kalau tembaga misalnya
berempat belas, kalau fiber tujuh orang satu regu,
sedangkan kalo gabungan sekitar sepuluh orang satu
regu. Dari sini jika mereka bekerja dapat menyelesaikan
work order maka kinerja dan performanya akan
meningkat, tapi jika tidak maka akan dievaluasi dan
dicari tahu kenapa. Bisa saja pekerja sudah bekerja
sesuai sop tetapi alat kerja yang kurang berarti bukan
pekerjanya yang bermasalah. Agar menghindari insiden
maka sop pelaksanaan kerja melalui proses yang
panjang. Jadi pertama manager harus memastikan,
kemudian harus adanya persetujuan dari head office.
Di lapangan jika dijumpai pekerja yang bekerja tidak
menggunakan APD maka akan diberi peringatan-
peringatan secara verbal terlebih dahulu baru nanti
diberikan surat peringatan. Jika terjadi kejadian
kecelakaan maka nanti tim HSE yang akan datang
melakukan penyelidikan. Walaupun pekerja sudah
memakai APD lengkap tetapi jika terjadi insiden tetap
akan dilakukan penyelidikan untuk melakukan
pencegahan karena kecelakan ini merupakan kejadian
Universitas Sumatera Utara
yang tidak diinginkan baik oleh teknisi maupun
manajemen. Penyelidikan dilakukan tim HSE bersama
dengan teman setim korban.
Informan 4
Manager
Maintenance
Untuk pemeriksaan kinerja misalnya dengan
pengecekan kelengkapan APD. Jadi setiap enam bulan
kita ada penilaian tentang performa pekerja lewat team
leadernya. Jika terjadi kecelakaan kerja maka kita
selidikinya dengan wawancara dengan saksi.
Tabel 5. Matriks Pernyataan Informan tentang Tinjauan Manajemen K3 di
PT. X Regional Sumatera Tahun 2017
Informan 1
Manager HCM
Untuk peninjauan kita selalu melakukan briefing untuk
mengupayakan dan berusaha meningkatkan performa
pekerja kemudian diberi saran-saran oleh manajemen.
Informan 2
Staff HSE
Peninjauan dilakukan dengan megontrol kejadian, jadi
setelah ada temuan maka kita kontrol.
Informan 3
Manager Operation
Ditinjau dengan mengingatkan kembali kepedulian
pekerja akan apd, jadi ada rapat evaluasi oleh
manajemen.
Informan 4
Manager
Maintenance
Peninajuan dilakukan dengan rapat antara team leader
mengenai kinerja dan performa pekerja.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Surat Permohonan Izin Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Surat Keterangan Selesai Melaksanakan Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Layout Jalur Evakuasi
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Quality Management System
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Hasil Dokumetasi
Gambar 1. Kebijakan QHS
Gambar 2. Poster K3
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. Poster K3
Gambar 4. Poster K3
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5. Apel KDO
Gambar 6. Proses kerja Teknis
Universitas Sumatera Utara
Gambar 7. Proses kerja non teknis
Gambar 8. Rambu-rambu K3
Universitas Sumatera Utara
Gambar 9. APAR
Gambar 10.Kotak P3K
Universitas Sumatera Utara
Gambar 11. Wawancara dengan Manager HCM Regional Sumatera (Informan 1)
Gambar 12. Wawanca dengan Staff HSE (Informan 2)
Universitas Sumatera Utara
Gambar 13. Wawancara dengan Manager Operation Fiberzone Medan
(Informan 3)
Gambar 14. Wawancara dengan Manager Maintenance Fiberzone Medan
(Informan 4)
Universitas Sumatera Utara