Upload
phungtuong
View
251
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
PENERIMAAN MASYARAKAT BETAWI MUSLIM
TERHADAP KESENIAN MUSIK GAMBANG
KROMONG DAN TARI RONGGENG BLANTEK DI
PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU
BABAKAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum)
Oleh :
SITI USWATUN CHASANAH
1110022000014
PROGRAM STUDI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
i
ABSTRAK
SITI USWATUN CHASANAH
Penerimaan Masyarakat Betawi Muslim Terhadap Kesenian Musik
Gambang Kromong dan Tari Ronggeng Blantek di Perkampungan Budaya
Betawi Setu Babakan
Kuatnya asumsi bahwa Betawi identik dengan Islam, telah memberikan pengaruh
pada sikap masyrakat Betawi muslim khusunya di Perkampungan Budaya Betawi
Setu Babakan dan masyarakat Betawi secara keseluruhan dalam menerima dan
memilih bentuk kesenian yang mampu mewakili identitas etnis mereka. Dalam
penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif-analitis
dengan pendekatan sosio-budaya untuk mengetahui kronologi peristiwa, proses
serta faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat Betawi dalam menerima
kesenian gambang kromong dan tari ronggeng blantek. Berangkat dari kuatnya
asumsi bahwa Betawi identik dengan Islam maka masalah pokok dalam penulisan
skripsi ini adalah, bahwa ada indikator nilai-nilai Islam dalam kesenian gambang
kromong dan tari ronggeng blantek sehingga masyarakat Betawi yang identik
dengan Islam dengan mudah dapat menerima dua kesenian tersebut. Berdasarkan
hasil riset yang dilakukan penulis, bahwasannya proses penerimaan tari Ronggeng
Blantek dan Gambang Kromong pada masyarakat muslim Betawi di
Perkampungan Budaya Betawi Setu Bababakan didasari pada konsistensi yang
kuat serta pengejawantahan sikap dan perilaku masyarakat muslim Betawi
terhadap Islam. Serta adanya peran pemerintah daerah dalam menjaga dan
melestarikan kesenian tersebut. Kini seni musik gambang kromong dan tari
ronggeng blantek telah melekat sebagai kesenian masyarakat Betawi.
Kata kunci : Betawi, Islam, Kesenian, Gambang Kromong, Ronggeng Blantek.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT yang selalu melimpahkan
kasih dan sayang-Nya, semoga rahmat dan hidayah-Nya selalu tercurah kepada
kita semua, amin. Shalawat serta salam senantiasa kita persembahkan kepada
junjungan alam baginda Rasulullah SAW, keluarga serta sahabat, semoga kita
sebagai ummatnya mendapat pertolongannya kelak, amin.
Sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi dan mencapai gelar Strata
Satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah adalah membuat karya
tulis ilmiah dalam bentuk skripsi. Dalam rangka itulah penulis menyusun skripsi
ini dengan judul : PROSES PENERIMAAN MASYARAKAT BETAWI
MUSLIM TERHADAP KESENIAN MUSIK GAMBANG KROMONG DAN
TARI RONGGENG BLANTEK DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI
SETU BABAKAN.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, begitu banyak penulis temui
rintangan dan hambatan. Sungguh pun begitu Alhamdulillah atas kerja keras
semangat dan dukungan dari semua pihak akhirnya skripsi ini dapat penulis
selesaikan dengan baik. Oleh karena itu izinkan penulis untuk menghaturkan
ucapan terimakasih serta penghargaan kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dan memberikan dukungn moril dan materil, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini tanpa kendala yang berarti.
1. Kepada ayahanda tersayang Bapak Sutrisno Susanto yang telah
membimbing, membantu dan memotivasi penulis unuk menjadi pribadi
yang tangguh, bersemangat, bermanfaat bagi keluarga, nusa dan bangsa.
Besar harapan penulis untuk membuat ayahanda selalu bangga . Tak luput
juga penulis haturkan terimakasih banyak untuk Ibunda tersayang Ibu Siti
Asngadah yang telah melahirkan, membimbing, mendoakan dan yang
setiap malamnya tak pernah bosan mendoakan dan menemani penulis
menyelesaikan skripsi ini. Semoga suatu hari penulis mampu
membahagiakan dan membanggakan Ayah dan Ibunda tersayang, semoga
Allah selalu membalas semua kebaikan dan perjuangan mereka
iii
2. Kepada dosen pembimbing Dr. H. Abdul Chair dan Drs. H. M. Maruf
Misbah MA, yang dengan sabar dan penuh dedikasi tinggi selalu
membimbing penulis dalam menyelesaikan materi skripsi ini.
3. Kepada seluruh civitas akademik Fakultas Adab dan Humaniora, kepada
Ketuaa jurusan dan sekertaris jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam,
Pembimbing Akademik Drs Saidun Derani MA, Ibu Awalia Rahma, yang
selalu bersedia meluangkan waktu bagi penulis untuk bertanya dan
meminta solusi atas beberapa kendala yang penulis hadapi.
4. Kepada Ibu Wiwiek Widiyastuti selaku koreografer tari Ronggeng
Blantek, beserta jajaran pengurus segyo Pengkajian dan Pengembangan
Masyarakat, Bapak Abdul Rachem berserta staffnya di Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, yang telah meluangkan waktunya
bagi penulis untuk mendapatkan informasi yang akurat guna kebutuhan
data skripsi ini.
5. Kepada Bapak Sardi Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Suku Dinas
Kebudayaan Walikota Jakarta Selatan yang telah memberikan referensi
dan arahan kepada penulis untuk menemui tokoh-tokoh dengan
kompetensi mumpuni dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Kepada budayawan Betawi di Lembaga Kebudayaan Betawi, bang Yahya
Andi Saputra, Bang Yovie selaku Sekertaris Jendral LKB beserta
jajarannya yang telah mempermudah jalan bagi penulis dalam
mendapatkan sumber-sumber primer terkait penulisan skripsi ini.
7. Kepada seluruh pengurus Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan,
bang Indra dan Dokter H Sibroh, yang selalu meluangkan waktu dan
membantu penulis dalam mendapatkan berbagai sumber, informasi dan
lain hal terkait keadaan di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.
Tak lupa kepada tokoh agama setempat Bang Gumin Has, penulis ucapkan
terimakasih.
8. Kepada seniman Betawi di Sanggar Seni Setu Babakan bang Andi
Supardi, dengannya penulis lebih memahami bentuk fisik dan segala detail
mengenai tari Ronggeng Blantek dan Gambang Kromong di
Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.
iv
9. Kepada para senior Sejarah dan Kebudayaan Islam, para senior BEM
Fakultas Adab dan Humaniora, kanda dan yunda HMI Komisariat Adab
dan Humaniora, teman-teman KKN Cendikiawan, serta kawan-kawan SKI
angkatan 2010, Anto, Lidya, Iwan, Endi, Firman, Dede, Okta, Ela, Rina,
Wulan, Nurjannah, Dian, Hana Hanifah, Hana Nurrahmah, Fitri, Tati dan
Irna yang tak hentinya memberikan dukungan,semangat,doa dan tawa
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dalam hangatnya
ikatan keluarga. Bila Siti Nurbaya memiliki Syamsul Bahri, Srikandi
memiliki Arjuna, maka penulis juga memiliki laki-laki pendamping yang
menjadi tempat penulis becerita, berdiskusi, belajar dan terus berproses
dalam menyelesaikan skripsi ini. Kepadanya tak lupa penulis sampaikan
terimakasih.
Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis memahami bahwa skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan. Semoga tulisan ini bisa memberikan manfaat
kepada siapa saja yang menjadikan ini sebagai bahan bacaan mereka dan dapat
menjadikan tulisan ini sebagai referensi.
Jakarta , 10 Agustus 2014
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah ............................................................ 8
2. Pembatasan Masalah ........................................................... 11
3. Perumusan Masalah ............................................................ 12
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................... 12
D. Tinjauan Pusataka ............................................................... 13
E. Pendekatan dan Landasan Teori ......................................... 15
F. Sistematika Penulisan ......................................................... 18
BAB II. POTRET MUSIK DAN TARI BETAWI
A. Gambaran Umum Musik dan Tari Betawi ........................... 21
1. Musik Gambang Kromong ............................................ 25
2. Tari Ronggeng Blantek .................................................. 33
B. Unsur-unsur Islam dalam Musik Gambang Kromong dan
Tari Ronggeng Blantek ....................................................... 58
C. Hubungan Nilai Islam dengan Musik Gambang Kromong dan
Tari Ronggeng Blantek ....................................................... 65
BAB III. ETNIS BETAWI DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI
SETU BABAKAN
A. Sejarah Etnis Betawi di Perkampungan Budaya
Betawi di Perkampungan Setu Babakan ............................. 68
vi
B. Gambaran Umum Masyarakat Betawi di Perkampungan Budaya
Betawi Setu Babakan
1. Kondisi Geografis Perkampungan Budaya Betawi
Setu Babakan ................................................................ 74
2. Kehidupan Ekonomi Masyarakat Betawi Perkampungan
Budaya Betawi Setu Babakan ......................................... 75
3. Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Betawi
Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan ................. 76
C. Penerimaan Kesenian Gambang Kromong dan Tari Ronggeng
Blantek di Perkampungan Budaya Betawi Setu
Babakan .......................................................................... 83
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 89
B. Saran-saran ............................................................................ 91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1
PENERIMAAN MASYARAKAT BETAWI MUSLIM TERHADAP
KESENIAN MUSIK GAMBANG KROMONG DAN TARI RONGGENG
BLANTEK DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masyarakat Betawi adalah suatu kelompok masyarakat dengan identitas
etnis dan budaya yang terbentuk berdasarkan perpaduan beberapa suku bangsa
dengan budaya dan adat istiadat yang berbeda. Dari masa ke masa masyarakat
Betawi terus berkembang dengan ciri budaya yang kian hari kian mapan sehingga
mudah dibedakan dengan kelompok etnis lain.
Masyarakat Betawi lahir dan terbentuk di Batavia. Terjadinya perkawinan
antar etnis di Batavia pada masa itu semakin memperlemah identitas etnis mereka.
Selain itu identifikasi individu maupun kelompok terhadap suatu agama juga
merupakan salah satu unsur yang menyebabkan melunturnya identitas etnis. Dan
pada akhirnya identifikasi yang kuat terhadap Islam mampu menjelaskan
kesamaan identitas mereka.
Islam memang sejak lama telah mewarnai kehidupan penduduk Batavia.
Ada tiga fase yang menunjukkan eksistensi Islam di Batavia, pertama saat Sunda
Kelapa berhasil ditaklukkan oleh Fatahillah. Pada fase itu seluruh kehidupan
2
sosial, ekonomi, politik di Jakayakarta didasari pada ajaran Islam dan mendapat
pengawasan langsung dari Kesultanan Cirebon.1
Kedua, sejak banyaknya masjid dan pusat-pusat kegiatan Islam yang
didirikan pada abad ke 18.2 Selain menggambarkan perkembangan Islam di
Batavia, masjid-masjid itu juga menggambarkan adanya percampuran berbagai
kelompok etnis yang menjadi landasan bagi munculnya kelompok etnis baru yang
kemudian mengidentifikasikan diri mereka sebagai orang Islam di Batavia.3
Ketiga, semakin populernya penggunaan bahasa melayu Betawi pada abad
ke 19, yang disebabkan karena menghilangnya pengaruh bahasa Portugis
Mardjiker. Sepertinya penggunaan bahasa melayu betawi ini berkaitan erat
dengan proses Islamisasi orang Betawi. Mereka bukan saja menggunakan bahasa
melayu menjadi bahasa komunikasi sehari-hari masyarakat Betawi, akan tetapi
mereka telah mengadopsi Islam sebagai pandangan hidup.4
Pesan egalitarian dan kesamaan derajat sosial yang dibawa oleh ajaran Islam
ternyata diterima dengan baik oleh masyarakat Betawi. Dengan demikian seiring
semakin menguatnya identifikasi orang Betawi terhadap Islam, bahasa Melayu
menjadi semakin populer sebagai bahasa pergaulan sehari-hari masyarakat Betawi
1Muhammad Zafar Iqbal, Islam di Jakarta Studi Sejarah Islam dan Budaya Betawi, (Jakarta
: Disertasi Program Pasca Sarjana IAIN, tidak diterbitkan 2002, h.iii. 2Abdul Azis, Islam dan Masyarakat Betawi, Jakarta: LP3S, 2002, h.45.
3Masjid pertama yang didirikan adalah Masjid Al-mansur di Kampung Sawah, Jembatan
Lima pada tahun 1777, lalu Masjid Pekojan yang didirikan di Perkampungan Arab pada tahun
1755, pada tahun 1761 berdiri Masid Kampung Angke di perkampungan orang-orang bali tinggal,
kemudian masjid Kebon Jeruk yang didirikan oleh peranakan Cina Islam tahun 1786, dan masjid
yang didirikan orang-orang Banda di Kampung Banda tahun 1789. 4Catatan seorang pelancong dari Surakarta Raden Arya Sastradarma yang menuliskan
pengalamannya selama di Batavia pada tahun 1870 dalam buku berjudul Kawontenan Ing Nagari
Batawi. Ia menemukan bahwa penduduk umumnya berbahasa melayu dalam percakapan sehari-
hari dan mereka menyebut dirinya dengan sebutan orang Islam.
3
dan masyarakat lain yang tinggal di Jakarta.5 Maka dapat dikatakan bahwa Islam
telah membuka jalan bagi perkembangan kebudayaan Melayu di kalangan orang-
orang Betawi di Jakarta saat itu. Fenomena seperti ini dikatakan oleh Bondan
Kanumoyoso bahwa: Identifikasi yang kuat terhadap suatu agama dapat
menegasikan kesamaan identitas etnis .6
Sejarah panjang Jakarta sedari awal perkembangannya memang telah
menjadi tempat bertemunya varian etnis, budaya maupun agama antar kelompok.
Memasuki era modernisasi, kini Jakarta dihadapkan pada globalisasi budaya dan
tingkat urbanisasi yang kian hari jumlahnya semakin meningkat. Alih-alih peran
Islam dalam kehidupan masyarakat Betawi secara cepat atau lambat akan terkikis
sebagai akibat modernisasi, namun pada kenyataannya terjadi keadaan yang
sebaliknya.
Bangunan-bangunan fisik tidak hentinya berdiri di seluruh Jakarta, deru
mesin-mesin industrialis dan kepulan asap kendaraan setiap hari semakin
memenuhi wajah baru Jakarta. Namun di tengah proses perubahan itu masih tetap
mengakar kuat pada denyut jantung Jakarta nafas keagamaannya.7
Betawi dan Islam memang merupakan dua sisi dari sebuah mata uang.8
Peran Islam yang signifikan dan pengaruhnya pada setiap lini kehidupan
masyarakat Betawi nampak pada peneguhan identitas Betawi dengan Islam yang
5Abdul Azis, Islam dan Masyarakat Betawi, h 30.
6Kutipan diambil dalam kata pengantar Bondan Kanumoyoso pengajar Departeman Sejarah
FIB UI, kandidat Doktor Sejarah Leden University, hasil penelitian Lance Castles yang telah
diterjemahkan dalam buku berjudul Profil Etnik Jakarta. 7Ridwan, Saidi, Orang Betawi dan Modernisasi Jakarta, LSIP: Jakarta, 1994, h 29.
8Yasmine Z Shahab, Konflik Identitas:Etnis dan Religi, dalam Yasmine Z Shahab, Identitas
dan Otoritas : Rekontruksi Tradisi Betawi (Depok, Laboratorium Antropologi FISIP UI, 2004) h
119.
4
terlihat jelas pada proses rekacipta tradisi Betawi yang ramai bermunculan sejak
tahun 1970-an.
Dalam proses rekacipta tradisi Betawi ini nilai Islam semakin ditekankan
pada setiap tradisi hasil kreasi anak Betawi. Berbagai upacara keagamaan,
kesenian, dan hiburan masyarakat Betawi baik yang asli dalam artian tidak
dikurangi atau ditambahkan dengan unsur-unsur luar Betawi, maupun tradisi yang
dihasilkan dari proses rekacipta, kesemuanya itu dapat diterima dan diakui oleh
seluruh lapiasan masyarakat Betawi apabila tidak bertentangan dengan nilai Islam.
Masyarakat Betawi secara aktif hanya menerima, memilih dan mengakui
kreasi baru pada seni dan budaya Betawi yang bernuansa Islam, atau setidaknya
tidak berbenturan dengan nilai-nilai Islam. Dalam penulisan skripsi ini penulis
membatasi objek kajian pada seni musik gambang kromong dan tari ronggeng
blantek.
Pemilihan objek gambang kromong didasari oleh beberapa faktor
diantaranya: pertama gambang kromong adalah jenis musik tradisional Betawi
yang pertama kali masuk dan diperkenalkan oleh para peranakan Cina.9 Kemudian
pada tahun 1800 gambang kromong mulai dikombinasikan dengan instrumen
musik pribumi.10
Kedua karena gambang kromong adalah salah satu musik karawitan Betawi
yang sampai saat ini masih bertahan dan banyak digunakan dalam setiap acara
9Berdasarkan hasil wawancara dengan peranakan Cina di Jakarta Phoa Kian Soe, beliau
mengatakan bahwa bangsa Tionghoa sejak sekitar tahun 1300 telah masuk ke Pulau Jawa, Madura
dan Bali untuk berdagang maupun menyebarkan agama. Mereka turut serta membawa instrumen
musik gambang untuk mengisi waktu luangnya.. 10
Data milik Lembaga Kebudayaan Betawi, berupa transkip wawancara dengan salah satu
tokoh keturunan Cina di Jakarta, bernama Phoa Kian Soe, beliau seorang penulis naskah film
dokumenter Anak Naa Beranak Naga: Gambang Kromong Akultuasi Budaya Tionghoa-Betawi
5
kebetawian. Ketiga karena perkembangan gambang kromong yang penulis rasa
unik.11
Keempat, adanya indikator nilai-nilai Islam pada seni musik gambang
kromong sebagai wujud representatif marwah budaya Betawi.12
Proses panjang akulturasi musik gambang kromong sebagai perpaduan
unsur Cina dan pribumi, sampai masa perkembangannya yang sempat menerima
penolakan dari masyarakat Betawi, pada akhirnya telah menarik perhatian penulis
untuk mengungkap faktor apa saja yang melatarbelakangi diterimanya gambang
kromong bagi setiap masyarakat Betawi sebagai musik karawitan mereka.
Selanjutnya pemilihan tari ronggeng blantek sebagai objek penulisan skripsi
ini berdasarkan beberapa faktor, pertama keberhasilan Ronggeng Blantek sebagai
pelopor jenis tari kreasi Betawi yang diprakasai oleh pemerintah daerah, dalam
hal ini para seniman Betawi bersama Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Provinsi DKI Jakarta.13
Kedua, karena Ronggeng Blantek adalah satu-satunya jenis tari kreasi
Betawi yang diawal kemunculannya telah menuai banyak penghargaan, baik
11
Sebelum maraknya pertunjukan gambang kromong pada acara pemerintah maupun acara
yang diselenggarakan oleh masyarakat Betawi pasca tahun 1970-an, perlu diketahui bahwa
gambang kromong sempat mendapat penolakan dari masyarakat Betawi, Terkait beberapa unsur
dalam penampilannya yang tidak mewakili marwah budaya betawi, dengan kata lain tidak sesuai
dengan nilai-nilai Islam
12Tidak seperti musik karawitan Samrah, Gambus maupun Rebana yang memang sejak
awal kemunculannya telah dipengaruhi oleh musik dan budaya bangsa Melayu yang notebene
berpedoman pada nilai-nilai Islam.
13Ronggeng Blantek merupakan tari kreasi baru hasil produksi Dinas Kebudayaan DKI
Jakarta bersama ibu Wiwiek Widiyastuti. Tari kreasi ini sengaja diciptakan pada tahun 1978
sebagai jawaban bahwa masyarakat Betawi dengan budayanya masih tetap eksis di Jakarta, di
tengah anggapan masyarakat lain bila Betawi mulai terpinggirkan keberadaanya.
6
dalam tingkatan nasional maupun internasional.14
Banyaknya penghargaan yang
diperoleh tari Ronggeng Blantek, menjadi indikasi bahwa tari Ronggeng Blantek
telah berkembang dengan baik dan membanggakan sejak masa awal diciptakan
sampai dengan masa perkembangannya mampu meraih berbagai penghargaan di
tengah masyarakat luas.
Ketiga, adanya indikator nilai-nilai Islam, nilai moral dan kesopanan pada
gerak, busana, maupun komposisi lagu dalam penampilan tari ronggeng blantek.15
Dalam proses pembuatannya sang koreografer benar-benar memperhatikan setiap
unsur gerak, busana dan komposisi musik dalam tari rongeng blantek untuk tetap
berada pada koridor nilai-nilai Islam sebagai marwah budaya Berawi. Sehingga
saat ini tari ronggeng blantek telah diterima oleh seluruh lapisan masyarakat
Betawi muslim mapun masyrakat di luar Betawi.
Nilai-nilai Islam sebagai pandangan hidup mayoritas etnis Betawi telah
memberikan pengaruh besar pada berbagai jenis kesenian dan budaya Betawi,
tidak terkecuali pada poses penerimaan masyarakat Betawi terhadap musik
gambang kromong yang pada mulanya sempat mendapat penolakan, juga pada
tari ronggeng blantek yang merupakan tari kreasi baru.16
14
Berikut adalah prestasi tari ronggeng blantek, juara pertama lomba tari remaja se-DKI
Jakarta tahun 1978, juara pertama festival kesenian anak tingkat nasional tahun 1979, juara
pertama pekan tari daerah tingkat nasional tahun 1985, juara pertama mewakili Indonesia dalam
Festival Folklore Internasional. ke 33 di Sicilia tahun 1987 15
Tidak seperti tari zapin atau tari blenggo yang memang sejak awal kemunculannya telah
mendapat diakui sebagai salah satu tari betawi, karena dalam penampilannya sarat dengan unsur-
unsur melayu Islam. 16
Ridwan Saidi, Profil Orang Betawi, Asal Muasal, Kebudayaan dan Adat Istiadatnya, PT
Gunara Jakarta: Jakarta, 2001, h 139
7
Kuatnya asumsi bahwa Betawi identik dengan Islam telah melapangkan
jalan atas pengakuan masyarakat Betawi terhadap musik gambang kromong dan
tari Ronggeng Blantek yang memiliki indikator Islam dalam penampilannya.17
Identifikasi Betawi terhadap Islam dalam berbagai aspek kehidupannya
termasuk kesenian Betawi, agaknya sesuai dengan apa yang dikatakan oleh
Clifford Geertz bahwa agama adalah realitas sosial yang eksis dan
termanifestasikan dalam setiap aktivitas kemanusiaan. Dengan demikian agama
tidak bisa dilepaskan dari segala aspek kemanusiaan dan segala perubahan yang
bersifat alami atau manusiawi.18
Berdasarkan beberapa sumber dan bukti penelitian di lapangan penulis
berkesimpulan bahwa adanya indikator nilai-nilai Islam dalam kesenian gambang
kromong dan ronggeng blantek, maka kesenian tersebut dengan mudah dapat
diterima oleh masyarakat Betawi yang identik dengan Islam.
Beralih pada Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, yang hadir
sebagai jawaban atas eksistensi dari masyarakat dan kebudayaan Betawi.
Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan hadir sebagai kawasan cagar budaya
Betawi yang diresmikan oleh Gubernur Jakarta tahun 2004.19
Perkampungan ini
adalah suatu kawasan yang sampai saat ini masih berpegang teguh pada nilai-
nilai budaya Betawi.
Setiap minggunya Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan mempunyai
agenda pagelaran seni budaya Betawi seperti: rebana, lenong, gambang kromong,
17
Yasmine Z Shahab, Sisi Otoritas dalam Proses Nasionalisasi Tradisi Lokal, dalam
Yasmine Z Shahab, Identitas dan Otoritas : Rekontruksi Tradisi Betawi, Depok: Laboratorium
Antropologi FISIP UI, 2004, h 91. 18
Zakiyudin Baidhawy, Agama dan Pluralitas Budaya Lokal, Surakarta: Pusat Studi
Budaya dan Perubahan Sosial , UMS, 2003, h 3. 19
Laporan Akhir Kajian Pembentukan Kelurahan Setu Babakan di Kecamatan Jagakarsa
Kota Administrasi Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta, Biro Tata Pemerintahan Sekreatariat
Daerah Provinsi Jakarta, Jakarta, 2011, h II-34
8
hadrah, tarian ronggeng blantek serta aneka jenis tari-tarian Betawi lain, silat
Beksi, dan berbagai bentuk seni Betawi lain yang kesemuanya itu memiliki ciri
khas tersendiri, yakni adanya nilai-nilai Islam dalam penampilannya.
Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan yang telah diintegrasikan
dalam unsur religius, dapat dilihat dari berbagai hasil kreasi seni dan tradisi
budaya Betawi yang dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat Betawi dan
non-Betawi, karena penampilan maupun pesan yang disampaikan sekalipun tidak
secara kontekstual mewakili nilai-nilai agama tertentu, dengan contoh Islam,
tetapi kesenian-kesenian itu tetap berada pada norma-norma kesopanan dan nilai-
nilai Islam. Hal menarik yang diambil dari penelitian ini adalah, terjadinya respon
religius terhadap kesenian lokal yang selama ini dianggap negatif.20
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis menduga kuat bahwasannya
masyarakat Betawi itu identik dengan Islam, mereka hanya menerima dan
memilih suatu kesenian yang dalam pertunjukkannya terdapat indikator nilai-nilai
Islam atau norma-norma kesopanan yang diajarkan Islam. Hal tersebut dapat
dibuktikan pada jenis pakaian, tata panggung, tata gerak dalam kesenian gambang
kromong dan tari ronggeng blantek.
20
Pada mulanya judul penulisan penelitian ini adalah Pelestarian Budaya Betawi Studi
Kasus Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, namun setelah bertemu dengan berbagai
narasumber baik sejarawan, budayawan yang spesifikasi keilmuannya adalah etnis Betawi. Saya
diberikan saran, anjuran, dan masukan untuk mengganti judul dengan spesifikasi kasus yang pada
akhirnya menjadi judul penulisan penelitian saya sekarang ini, yaitu : Penerimaan Masyarakat
Betawi Muslim terhadap kesenian Musik Gambang Kromong dan Tari Ronggeng Blantek di
Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.
9
Skripsi ini akan menjelaskan mengenai seni musik dan seni tari Betawi.
Berikut adalah macam-macam musik karawitan atau musik tradisional Betawi
berdasarkan kelompok bentuk penyajian dan instrumennya.21
1. Gambang Kromong
2. Gamelan Ajeg
3. Topeng
4. Tanjidor
5. Samrah
6. Keroncong Tugu
7. Gambus
8. Rebana Biang
9. Ketimpring
10. Sampyong
Kemudian berikut ini adalah tabel hasil identifikasi tari Betawi :
1. Kembang Topeng
2. Gegot
3. Topeng Kedok
4. Silat 1 (Beksi)
5. Blenggo Asli
6. Tapak Tangan
7. Cokek Sirih Kuning
8. Zapin Arab
21
Data ini penulis dapatkan dari hasil penyusunan standar dan kompetensi Karawitan dan
Tari Betawi milik Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta.
10
9. Ronggeng Blantek
10. Enjot-Enjotan
11. Gejruk Jidat
12. Nandak Ganjen
13. Gandes Kipas
14. Silat 2 (Pengasinan)
15. Lenggo Jikek
16. Topeng Gong
17. Lambang Sari
18. Wayang Botoh
19. Silat 3
20. Kotebang
Dari sekian banyak macam tari dan musik Betawi pada akhirnya penulis
memilih musik gambang kromong dan tari ronggeng blantek sebagai objek
penulisan skripsi.
Identifikasi yang kuat terhadap Islam pada akhirnya mengantar masyarakat
Betawi untuk menerima musik gambang kromong dan tari ronggeng blantek
sebgaai bentuk kesenian mereka. Mereka hanya mau menerima kesenian Betawi
hasil rekacipta tradisi pada tahun 1970-an apabila kesemua unsur dalam dua
kesenian tersebut berpedoman pada norma-norma kesopanan Islam. Hal ini
terbukti dengan penerimaan dan pengakuan masyarakat Betawi terhadap kesenian
gambang kromong setelah proses rekacipta tradisi Betawi dengan menghilangkan
beberapa bagian yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Selain itu pengakuan
terhadap tari ronggeng blantek sebagai salah satu jenis tarian Betawi yang sengaja
11
diciptakan pasca proses rekacipta tradisi Betawi, dapat dengan mudah diterima
dan diakui oleh mayoritas etnis Betawi karena memang dalam prakteknya tetap
berpedoman pada norma-norma kesopanan yang diajarkan Islam.
Proses penerimaan kesenian gambang kromong dan tari ronggeng blantek
secara berangsur-angsur ini mengidentifikasikan beberapa sebab akibat mengapa
kesenian yang sebelumnya ditolak bahkan tidak diakui, sekarang justru
dilestarikan dan mendapat pengakuan sebagai kesenian Betawi. Ini adalah sebuah
indikasi bahwa telah terjadi respon religius terhadap kesenian lokal yang selama
ini dianggap negatif, bahwa agama telah berpengaruh pada kesenian masyarakat.
2. Pembatasan Masalah
Terkait judul penulisan penelitian PENERIMAAN MASYARAKAT
BETAWI MUSLIM TERHADAP KESENIAN MUSIK GAMBANG
KROMONG DAN TARI RONGGENG BLANTEK DI PERKAMPUNGAN
BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, penulis membatasi masalah
berdasarkan tiga hal pokok, pertama, batasan spasial, yaitu batasan ruang yang
hanya meliputi wilayah yang terbatas pada perkampungan Betawi di sekitar danau
Setu Babakan. Kedua, batasan temporal berupa batasan tahun, yang dimulai dari
tahun 1970 hingga tahun 2010. Tahun-tahun tersebut adalah tahun dimana
kesenian Betawi seperti seni musik Gambang Kromong dan tari Blantek,
mengalami perpaduan dan perubahan signifikan dalam gaya, gerak dan nilai yang
telah bercampur dengan nilai-nilai agama. Ketiga, adalah tentang tema. Tema ini
hanya terfokus pada bagian tentang seni dan perubahannya ketika bertemu dengan
unsur agama, dalam hal ini gambang kromong dan tari ronggeng blantek di
Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.
12
3. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Mengapa kesenian Betawi di Setu Babakan dipadukan dengan nilai-
nilai Islam?
2. Bagaimanakah bentuk perubahannya?
3. Bagaimanakah respon masyarakat terhadap kesenian Betawi yang
telah bercampur dengan unsur-unsur Islam?
Masalah pokok dalam penulisan penelitian ini adalah, bagaimana proses
penerimaan masyarakat Betawi terhadap kesenian musik Gambang Kromong dan
tari Ronggeng Blantek di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menguraikan faktor apa saja yang
menyebabkan diterimanya kesenian musik gambang kromong dan tari ronggeng
blantek oleh masyarakat Betawi di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.
Adapun manfaat yang ingin penulis berikan melalui penulisan penelitian ini
adalah :
1. Memberikan informasi tentang bagaimana proses penerimaan
masyarakat Betawi muslim terhadap kesenian musik gambang kromong
dan tari ronggeng blantek di Perkampungan Budaya Betawi Setu
Babakan.
2. Menyumbangkan hasil pemikiran berupa karya sejarah dalam bentuk
skripsi bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Adab dan
Humaniora, Prodi Sejarah dan Kebudayaan Islam terkait dengan sejarah
lokal dengan tema sosial budaya.
13
3. Menjadi motivasi bagi para akademisi sejarah Islam untuk mengkaji
sejarah lokal dengan tema sejarah sosial-budaya.
D. Tinjauan Pusataka
Penulis telah mencari referensi tentang bagaimana peran dan pengaruh
Islam dalam proses penerimaan kesenian masyarakat Betawi terhadap kesenian
musik gambang kromong dan tari ronggeng blantek di Perkampungan Budaya
Betawi Setu Babakan. Belum ada pembahasan secara spesifik tentang peran
maupun pengaruh Islam di dalamnya.
Buku rujukan pertama adalah tulisan Ninuk Kleden berjudul Teater Lenong
Betawi-Studi Perbandingan Diakronik, yang memberi gambaran kepada penulis
mengenai kemunculan awal gambang kromong dan tari Ronggeng Blantek di
Jakarta.
Buku-buku karya Ridwan Saidi dengan tema Sejarah Jakarta dan Etnis
Betawi, berjudul Orang Betawi dan Modernisasi Jakarta, Sejarah Jakarta dan
Peradaban Melayu-Betawi, Profil Orang Betawi, Potret Budaya Manusia Betawi,
dan Masyarakat Betawi dan Tinjauan Sejarah. Buku-buku dengan judul tersebut
di atas tidak menjelaskan bagaimana nilai-nilai Islam sebagai identitas Betawi
berperan penting dalam proses penerimaan kesenian oleh masyarakat Betawi.
Walaupun demikian buku-buku tersebut memberikan inspirasi bagi saya
khususnya tentang sejarah lokal Jakarta fokus pada pembentukan etnis Betawi.
Selain itu buku Abdul Azis Islam dan Masyarakat Betawi, memang
menjelaskan bagaimana Islam menjadi faktor pembeda etnis Betawi dengan enis
lain di Jakarta pada masa kolonial, akan tetapi buku ini tidak menjelaskan
bagaimana hubungan Islam sebagai agama mayoritas etnis Betawi dan kaitannya
14
dengan peran Islam dalam kesenian Gambang Kromong dan tari Ronggeng
Blantek di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.
Studi lainnya adalah berbentuk laporan penelitian, yaitu Laporan Akhir
Kajian Pembentukan Kelurahan Setu Babakan di Kecamatan Jagakarsa Kota
Administratif Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta yang dilakukan oleh Biro Tata
Pemerintah Sekretariat Daerah Provinsi DKI Jakarta tahu 2001. Laporan ini
secara jelas dan rinci menjelaskan proses demi proses, aturan, kebijakan, putusan
pemerintah DKI Jakarta dalam pembentukan Perkampungan Budaya Betawi Setu
Babakan, akan tetapi laporan ini tidak menjelaskan adanya korelasi antara Islam
dan kesenian Betawi. Namun laporan ini merupakan rujukan yang berarti dalam
penulisan skripsi saya karena memiliki informasi yang kaya, sehingga penulis
mengeksplorasinya sesuai dengan kajian penulis.
Selanjutnya adalah buku Standar dan Kompetensi Karawitan dan Tari
Betawi, milik Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta. Buku ini
menjelaskan semua jenis musik dan tarian Betawi.
Dari beberapa buku dan kajian yang sekiranya relevan dengan tema
penulisan skripsi saya adalah studi Yasmine Zaki Shahab tentang identitas agama
dan budaya Betawi yang telah banyak memberikan informasi bagi penulis
mengenai kerangka nilai-nilai agama yang dipegang teguh oleh masyarakat
Betawi dan memiliki implikasi langsung pada corak kebudayaan dan kesenian
Betawi.
Untuk itu sejauh referensi yang saya temukan, karena penulis belum
menemukan buku-buku, jurnal, maupun hasil penelitian yang menjelaskan peran
maupun pengaruh Islam dalam proses penerimaan kesenian musik Gambang
15
Kromong dan tari Ronggeng Blantek di Perkampungan Budaya Betawi Setu
Babakan, maka penulis merasa bahwa tema yang penulis kembangkan ini akan
menjadi karya sejarah yang berbeda dan tidak sama dengan karya sejarah lainnya
sekalipun dengan tema serupa.
E. Pendekatan dan Landasan Teori
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode penelitian deskriptif
analitis, dengan pendekatan sosio-budaya untuk merekontrusksi peristiwa masa
lampau yang bersifat komperhensif 22
, mengetahui kronologi persitiwa, proses
serta faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat Betawi dalam menerima
kesenian musik gambang kromong dan tari ronggeng blantek.
Seni musik dan tari adalah produk kebudayaan dari hasil karya dan cipta
suatu kelompok masyarakat, sebagai salah bentuk eskpresi kehidupan23
Peneliti
berusaha menjelaskan variabel-variabel yang terjadi dan berlaku dalam bagian-
bagian kecil kebudayaan Betawi di Setu Babakan, oleh karena itu diperlukan teori
yang relevan bagi penelitian tersebut.
Teori yang dianggap relevan oleh peneliti dalam penelitian ini, yaitu teori
Disseminasi, yaitu teori tentang pengaruh agama terhadap bagian dari produk-
produk kebudayaan seperti seni musik dan seni tari. Menurut Triyono Bramantyo,
tentang seni adalah:
seni adalah sebuah ungkapan estetika dari sebuah kelompok masyarakat (etnis), sekaligus
simbol dan alat untuk berkomunikasi serta mengekspresikan apa yang telah dimilikinya
(kultur), untuk kemudian dituangkan dalam bentuk audio-visual. Segala bentuk perubahan
nilai, tidak dapat mempengaruhi unsur materialnya, hanya mempengaruhi unsur
22
Sartono Kartodirdjo, Pendekatan llmu Sosial dalam Metodelogi Sejarah, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 1992, h .4-5, 144-156 . 23
H.Th. Fischer, Pengantar Anthropologi Kebudayaan Indonesia, terj. Anas Makruf,
Jakarta: PT Pembangunan, 1960,h. 66-72.
16
penggeraknya saja berupa subyek, sebab subyeknya adalah manusia, sedangkan obyeknya
adalah seni itu sendiri.24
Pada dasarnya masyarakat Betawi telah mempunyai variabel-variabel
kebudayaannya sendiri yang berupa bahasa, arsitektur dan seni, yang meskipun
telah dipengaruhi oleh kebudayaan di sekitarnya seperti Sunda, Jawa dan Eropa,
orang-orang Betawi secara intensif mempertahankan kultur mereka dengan cara
asimiliasi budaya. Setelah Islam masuk, maka aspek-aspek dan sendi-sendi
kehidupan telah dipengaruhi unsur-unsur Islam, sebagai pembeda antaraEropa,
Sunda dan Jawa yang mempunyai kultur sendiri.25
Menurut Kuntowijoyo, nilai-nilai Islam tidak harus dilihat dan dimaknai
secara normatif dan bergaya Arab yang kering, namun Islam dimaknai dan
diwujudkan dalam bentuk lain yang mempengaruhi sistem dan budaya di tempat
dimana Islam itu masuk.
Unsur-unsur pembentuk seperti agama hanya mempengaruhi moral dan
etika dari subyeknya saja, yaitu para pelaku budayanya saja, semisal komunitas
Betawi Tugu, Betawi Koja, Condet dan bahkan komunitas Betawi di Setu
Babakan, namun secara umum nilai-nilai tersebut tidak dapat menghilangkan
unsur materialnya seperti seni musik dan seni tari, sehingga nuansa budayanya
akan terlihat kental akan unsur agama.
Adapun dalam penelitian ini penulis mengunakan metode pengumpulan data
yang meliputi 4 tahapan yaitu 26
:
24
Triyono Bramantyo, Disseminasi Musik Barat di Timur, Studi Historis Penyebaran Musik
Barat di Indonesia dan Jepang Lewat Aktivitas Missionaris Pada Abad Ke-16, terj. Emmanuel
Cahyo Kristanto, Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia, 2004. 25
Kuntowijoyo Muslim Tanpa Masjid: Esai-esai Agama, Budaya, dan Politik Dalam
Bingkai Strukturalisme Transendental, (Bandung: Mizan, 2001), hlm. 23.
26Muhamad Arif, Pengantar Kajain Sejarah, Bandung: Yrama Widya, 2011, h 32.
17
Heuristik, berupa kegiatan mengumpulkam sumber sejarah. Adapun sumber
yang penulis gunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa sumber, yaitu :
sumber primer yang bersifat tertulis, berupa sumber yang diterbitkan seperti
biografi, dokumen, naskah-naskah, sumber yang tidak diterbitkan seperti sumber
tertulis di arsip, dokumen negara, dokumen milik lembaga budaya Betawi,
kemudian wawancara dan pengamatan langsung.
Adapun sumber data sekunder berupa pandangan, buku-buku terkait, tesis,
disertasi, majalah, surat kabar, jurnal serta sumber elektronik dari website milik
instansi resmi derah maupun pemerintah.
Pengumpulan sumber-sumber yang dilakukan penulis dengan menggunakan
metode penelusuran kepustakaan (Library Research), yakni mengunjungi
beberapa lembaga yang memiliki koleksi buku maupun arisp terkait tema
penelitian ini, seperti Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) untuk
memperoleh data berupa arsip-arsip yang menjelaskan etnis Betawi, Perpustakaan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk mencari buku-buku, hasil
penelitian, tesis, jurnal, disertasi terkait dengan Islam dan etnis Betawi,
Perpusatakaan Fakultas Adab dan Humaniora, Perpustakaan Umum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta untuk mencari buku-buku maupun skrispi dengan tema
serupa, Perpustakaan Umum Universitas Indonesia untuk mencari hasil penelitian,
kajian, disertasi milik Yasmin Z Shahab dengan tema sejarah etnis Betawi di
Jakarta hubungannya dengan Islam, Perpustakaan penerbit Komunitas Bambu
untuk mencari buku-buku, jurnal maupun arsip dengan tema terkait, Perpustakaan
pribadi milik Drs Saidun Derani, M.A, Perpustakaan Dinas Kebudayan Pariwisata
dan Permuseuman DKI Jakarta, Perpustakaan Daerah Jakarta Selatan,
18
Perpustakaan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan untuk mencari hasil
penelitian maupun pelaporan mengenai sejarah terbentukmya Perkampungan
Budaya Betawi Setu Babakan.
Kemudian setalah mengumpulkan data-data, tahapan selanjutnya adalah
kritik sumber. Penulis berusaha membandingkan, menganalisis dan mengkritisi
beberapa sumber yang telah penulis dapat, baik sumber primer, sekunder maupun
sumber elektronik guna mendapat sumber yang valid dan relevan dengan tema
kajian.
Tahapan selanjutnya interpretasi data, yakni penulis melakukan analisa
sejarah untuk mengungkap masalah yang ada, dalam hal ini penulis berusaha
melihat fakta yang penulis dapat dari pengumpulan data dan kritik sumber,
sehingga memperoleh pemecahan atas masalah tersebut.
Terakhir penulis menuliskan hasil pemikiran dari penelitian serta
memaparkan hasil dari penelitian sejarah secara sistematik yang telah diatur
dalam pedoman penulisan skripsi, sehingga penelitian ini bukan hanya baik dari
segi isi tetapi juga baik dalam metode penulisannya. Tahapan terakhir ini disebut
dengan historiografi.27
F. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini, penulis membagi pembahasan ke dalam lima bab dan
didalamnya terdapat beberapa sub bab yang terdiri atas :
Bab I. Pendahuan
A. Latar Belakang Masalah
B. Permasalahan
27
Hariyono, Mempelajari Sejarah Secara Efektif, Yogyakata: Pustaka Jaya, 1995 h 109
19
1. Identifikasi Masalah
2. Pembatasan Masalah
3. Perumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
D. Tinjauan Pusataka
E. Pendekatan dan Landasan Teori
F. Sistematika Penulisan
BAB II. Potret Musik dan Tari Betawi
A. Gambaran Umum Musik dan Tari Betawi
1. Musik Gambang Kromong
2. Tari Ronggeng Blantek
B. Unsur-unsur Islam dalam Musik Gambang Kromong dan Tari
Ronggeng Blantek Hubungan Nilai Islam dengan Musik Gambang
Kromong dan Tari Ronggeng
BAB III. ETNIS BETAWI DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU
BABAKAN
A. Sejarah Etnis Betawi di Perkampungan Budaya Betawi di
Perkampungan Setu Babakan
B. Gambaran Umum Masyarakat Betawi di Perkampungan Budaya
Betawi Setu Babakan
1. Kondisi Geografis Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
2. Kehidupan Ekonomi Masyarakat Betawi Perkampungan Budaya
Betawi Setu Babakan
3. Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Betawi Perkampungan
Budaya Betawi Setu Babakan
C. Penerimaan Kesenian Gambang Kromong dan Tari Ronggeng Blantek
di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
Bab IV. PENUTUP
20
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
21
BAB II
POTRET MUSIK DAN TARI BETAWI
A. Gambaran Umum Musik dan Tari Betawi
Jakarta sebagai ibu kota Indonesia dalam sejarahnya telah menjadi muara
mengalirnya para pendatang dari seluruh penjuru Nusantara. Mereka datang
dengan membawa serta adat istiadat dan tradisi budaya mereka masing-masing.
Dan pada akhirnya mereka melebur ke dalam satu identitas baru. Identitas baru ini
adalah masyarakat Betawi.
Berdasarkan komposisi pembentuk etnisnya yang heterogen, maka bentuk
kesenian Betawi juga memperlihatkan adanya unsur kesamaan maupun perbedaan
dengan bentuk kesenian asal daerahnya. Hal ini bukan berarti kesenian Betawi
sebagai hasil akuisisi masyarakat Betawi terhadap kesenian masyarakat lain. Akan
tetapi bagi masyarakat Betawi apapun yang tumbuh dan berkembang di dalam
kehidupan dirasakan mereka sebagai jati diri mereka seutuhnya. Karena semua
unsur dalam seni maupun budaya tersebut telah disesuaikan dengan kebutuhan
hidup maupun tata aturan mereka.
Berbicara ciri-ciri masyarakat Betawi atau ciri kebetawian maka kesenian
Betawi mampu merepresentasikannya dengan tepat, terutama pada seni
pertunjukan Betawi, musik karawitan Betawi, tari Betawi, makanan khas Betawi
dan lain sebagainya.1 Kesenian Betawi lahir dari akulturasi berbagai unsur etnis
dan suku bangsa yang ada di Betawi. Maka dalam seni musik Betawi terdapat
pengaruh dari bangsa Eropa, Tionghoa, Arab, Portugis, Melayu, Jawa dan Sunda.
1Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Profil Seni Budaya Betawi, Jakarta :
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, 2009, h.4.
22
Berikut adalah macam-macam musik karawitan atau musik tradisonal
Betawi berdasarkan kelompok bentuk penyajian dan instrumennya.2
NO Jenis
Reportoar
Kelompok
Reportoar
Tokoh
Karawitan
Keterangan
1 Gambang
Kromong
Gamelan Lampiran: Notasi
Lagu-lagu Gambang
Kromong
2 Ajeng Gamelan Boang Lampiran: Notasi
Lagu-lagu Gamelan
Ajeng Gong Bolong
3 Topeng Gamelan Edi dan Eda Lampiran: Notasi Lagu
Topeng
4 Tanjidor Melodis Said Lampiran: Lagu-lagu
Tanjidor
5 Samrah Melodis Wiwit Lampiran: Notasi
Lagu-lagu Samrah
6 Keroncong
Tugu
Melodis Andre Lampiran: Notasi
contoh lagu Keroncong
Tugu
7 Gambus Melodis Djafar MZ Lampiran: Lagu-lagu
Gambus
8 Rebana
Biang
Perkusi H Abd Rahman Lampiran: Notasi
Lagu-lagu Rebana
Biang
9 Ketimpring Perkusi H Moh Sibli Lampiran: Notasi
bentuk pukulan
ketimpring
10 Sampyong Perkusi Lampiran: Sampyong
Kemudian Berbicara sejarah tari Betawi, tari merupakan cabang seni Betawi
yang umumnya berasal dari pinggiran kota Jakarta (Betawi Udik)3, yang paling
banyak dikreasikan dan ditampilkan dalam acara Betawi. Bentuk-bentuk tari lama
Betawi banyak mendapat pengaruh kuat dari daerah Sunda. Terutama pada jenis
tari yang menjadi bagian dalam pertunjukan topeng Betawi. Tetapi Sunda bukan
satu-satunya budaya yang mempengaruhi bentuk tari Betawi, mengingat Betawi
2Data ini penulis dapatkan dari hasil penyusunan standar dan kompetensi Karawitan dan
Tari Betawi milik Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta. 3Adanya klasifikasi sosial dalam masyarakat Betawi yang terbagi dalam beberapa
kelompok. Kelompok Betawi Kota, tidak banyak orang Berawi kota yang berprofesi di bidang
seni. Lain halnya dengan kelompok Betawi Udik, karena kesenian Betawi justru muncul dari
kelompok ini. Maka kelompok Betawi Udik dilihat sebagai lahan yang kaya tradisi.
23
merupakan kelompok etnis yang terbentuk berdasarkan meleburnya beberapa
identitas etnis dan budaya beberapa bangsa beberapa kelompok. Maka sama
dengan musik karawitan Betawi, tari Betawi juga memiliki unsur dan pengaruh
budaya yang heterogen.
Pada umumnya karya-karya tari Betawi adalah hasil dari pengembangan
gerak dari berbagai daerah sekitar yang melingkupinya. Kondisi ini berkaitan
dengan letak geografis DKI Jakarta yang berdekatan dengan Bogor, Tangerang,
Bekasi, dan Depok. Beberapa wilayah tersebut memang termasuk dalam wilayah
persebaran masyarakat Betawi dewasa ini. Faktor geografis serta adanya interaksi
dan pertukaran budaya telah memberikan pengaruh pada perkembangan tari
Betawi sehingga menjadi lebih kompleks dan beragam.4 Pengaruh ini dapat
terlihat pada gerak, tata rias, busana, musik pengiring tari, lagu atau nyanyian
yang mengiringi tari serta pola lantainya.
Tari Betawi terdiri dari beberapa jenis kelompok tari seperti topeng, cokek
dan silat. Jenis kelompok tari topeng dan cokek tujuannya lebih kepada hiburan.
Sebuah hal baru adalah silat yang dimasukkan dalam kelompok jenis tari.
Awalnya fungsi silat adalah untuk bela diri, tetapi dewasa ini silat sudah mulai
dikreasikan dengan unsur gerak tari, maka banyak ragam tari Betawi yang
memiliki gerak silat di dalamnya. 5
4Wawancara dengan Bapak Abdulrachem bagian GIBANG (Pengkajian dan
Pengembangan) Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Senin 12 Mei 2014, pukul 13:30 5Wawancara dengan Ibu Wiwiek Widitastuti, 11 Mei 2014, pukul 13:00 . Dalam
mengkreasikan tari Ronggeng Blantek beliau membagi 3 bagian dalam tarian itu, bagian pertama
beliau katakan bagian manis, dimana seorang penari menari dengan lemah gemulai, dengan ritme
gerak santai. Bagian kedua saat ritme mulai cepat, gerakan penari terlihat lebih enerjik dan bagian
terakhir adalah bagian klimaks tari Ronggeng Blantek dengan memasukkan beberapa gerakan silat
Betawi. Tujuannya adalah pencapaian klimak pada bagian akhir tari.
24
Berikut ini adalah tabel hasil identifikasi tari Betawi :
NAMA TARI PENATA TARI JENIS TARI
Kembang Topeng Joko Topeng
Gegot Kartini Topeng
Topeng Kedok Kartini Topeng
Silat 1 (Beksi) Wahab Silat
Blenggo Asli Abdurahman Saabah Silat
Tapak Tangan Wiwiek Widiyastuti Silat
Cokek Sirih Kuning Wiwiek Widiyastuti Cokek
Zapin Arab Zainal Abidin Zapin
Ronggeng Blantek Wiwiek Widiyastuti Topeng
Enjot-enjotan Amung/Kartini/Andi Topeng
Gejruk Jidat Entong Kisan Topeng
Nandak Ganjen Entong Kisam Cokek
Gandes Kipas Dewi Kondangsih Cokek
Silat 2 (Pengasinan) Ali Sabeni Silat
Lenggo Jingkek Abdurachem Zapin
Topeng Gong Wiwiek Widiyastuti Topeng
Lambang Sari Wiwiek Widiyastuti Topeng
Lenggang Nyai Wiwiek Widiyastuti Cokek
Wayang Botoh Abdurachem Topeng
Silat 3 Ali Sabeni Silat
Kotebang Abdurachem Silat
Hasil identifikasi ini dikelompokkan berdasarkan jenisnya yaitu topeng,
cokek, zapin dan silat. Pengelompokan ini berdasarkan kriteria dan standarisasi
25
yang disetujui oleh para pakar pendidikan, budayawan, para ahli tari dan penata
tari.6
Latar belakang penciptaan sebuah tari kreasi baru adalah tuntutan kebutuhan
di tengah sedikitnya tradisi seni masyarakat Betawi, padahal identitas etnis
mereka sangat dibutuhkan di tengah pesatnya laju perkembangan Jakarta dengan
budayanya yang heterogen, komposisi penduduk dan keadaan sosial yang kian
hari beragam.
Dalam hal ini Pemerintah Daerah bersama praktisi profesional dan
masyarakat Betawi secara bersama-sama fokus melihat peluang pada daerah
Betawi Udik7, sebagai lahan yang kaya tradisi sehingga bisa dilakukan proses
rekacipta tradisi Betawi dan disesuaikan dengan tuntutan situasi kontemporer saat
ini agar bisa diterima masyarakat luas.
Berdasarkan gambaran umum mengenai musik karawitan dan tari Betawi,
pada akhirnya penulis memilih musik gambang kromong dan tari ronggeng
balntek sebagai objek penulisan skripsi ini.
1. Musik Gambang Kromong
6Penulis mendapatkan data ini langsung dari Bapak Abdulrachem di Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta bagian GIBANG. Setelah dikonfirmasi, data ini adalah isi dari
buku standar dan kompetensi karawitan dan tari betawi milik Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
DKI Jakarta yang dibuat pada bulan Desember tahun 2012. 7Betawi Udik adalah hasil pengelompokan masyarakat Betawi berdasarkan wilayah
geografis, akan tetapi faktor sosial, pendidikan dan keagamaan juga turut berperan. Masyarakat
Betawi Udik termasuk dalam klasfikikasi BetawiAbangan, dimana perempuan juga ikut serta
dalam sebuah tarian. Lai n halnya dengan kelompok Betawi Santri, mereka tidak menghendaki
kegiatan menari yang dilakukan oleh perempuan. Bukan berarti kelompok Betawi Santr tidak
memiliki kesenian tari, tari Zapin dan tari Blenggo hadir dari kelompok masyarakat Betawi Santri.
Karena kedua tarian ini dilakukan oleh penari laki-laki
26
Gambang Kromong merupakan salah satu seni musik Betawi hasil
perpaduan antara unsur pribumi dengan unsur non-pribumi yakni Tionghoa8.
Unsur Tionghoa dalam Gambang Kromong tampak pada alat musik gesek tehyan,
kongahyan dan sukong. Sedangkan yang lainnya terdiri dari alat musik pribumi
seperti gambang, kromong, gendang, kecrek, dan gong.9
Definisi Gambang Kromong berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia
diartikan dalam masing-masing kata, Gambang adalah alat musik pukul
tradisional, yang terbuat dari sebilah kayu terdiri dari 16-25 bilah yang panjang
dan besarnya tidak sama, dan dimainkan dengan alat pukul. Sedangkan Kromong
adalah gamelan khas Betawi, digunakan untuk mengiringi drama rakyat Betawi
yaitu lenong dan cokek.10
Asal mula musik Gambang Kromong tidak bisa terlepas dari akulturasi
budaya Tionghoa, dalam hal ini Nie Hoe Kong yang telah memiliki andil besar
dalam menghadirkan suatu perpaduan musik yang harmonis antara unsur pribumi
dan unsur Tionghoa. Nie Hoe Kong adalah seorang pemusik keturunan Tionghoa
8Awal mula kedatangan etnis Tionghoa di Jakarta telah terjadi sejak akhir masa kekuasaan
Dinasti Tang. Mereka mulai melakukan perjalanan ke Asia Tenggara (Indonesia). Tempat yang
pertama mereka datangi adalah Palembang, pada saat itu merupakan pusat perdagangan kerajaan
besar Sriwijaya. Kemudian mereka datang ke Pulau Jawa untuk mencari rempah-rempah. Banyak
dari mereka yang kemudian tinggal dan menetap di wilyah sekitar pelabuhan pantai utara Jawa
seperti Tuban, Surabaya, Gresik, Banten (Tangerang) dan Jakarta. Mereka datang bukan hanya
untuk berdagang tetapi mereka juga membawa dan menyebarkan agama dan kebudayaan mereka.
Oleh sebab itu sekarang ini banyak kita lihat kebudayaan lokal hasil akulturasi Tionghoa. Dalam
artikel Asal usul China Benteng, China Benteng, Kampung Teluk Naga, Tragedi China Benteng.
http://asalusulchinabenteng,chinabenteng,kampungteluknaga,tragedichinabenteng/htm (diakses 13
Mei 2014) 9Rachmat, Syamsudin dan Dahlan, Petunjuk Praktis Latihan Dasar Bermain Gambang
Kromon, Jakarta: Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, 1996, h.5 10
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta :
Balai Pustaka, 2005, h.329
http://asalusulchinabenteng,chinabenteng,kampungteluknaga,tragedichinabenteng/htm
27
yang tinggal di Jakarta pada pertengahan abad ke 18.11
Dia lah yang berhasil
menggabungkan beberapa alat musik yang berasal dari Cina dengan alat-alat
musik yang biasa dimainkan dalam gamelan seperti pelog dan selendro.
Pada saat itu musik Gambang Kromong hanya diperuntukkan sebagai
hiburan untuk mengiringi tari Cokek dan sebagai musik pengiring dalam
pertunjukan teater lenong Betawi.12
Persebaran Gambang Kromong sebagai seni
musik Betawi sekarang ini bukan hanya sebatas wilayah administratif DKI Jakarta
saja, melainkan sampai ke wilayah Bekasi, Karawang, Cibinong, Bogor,
Tangerang, Serang dan Sukabumi. 13
Berikut ini adalah instumen musik Gambang Kromong beserta nadanya :
1. Gambang14 :
11
Penulis mendapatkan data yang tidak diterbitkan oleh LKB, berupa hasil transkip
wawancara dengan etnis Tionghoa bernama Phoa Kian Soe, seorang penulis naskah film
dokumenter Anak Naga Beranak Naga, Gambang Kromong:Akulturasi Budaya Tionghoa Betawi.
Phoa Kian Shoe memaparkan bahwa tidak ada keterangan jelas tentang asal usul gambang
kromong sebagai musik akulturasi Betawi-Tionghoa. Tetapi ada satu pendapat umum yg
mengatakan bahwa Gambang Kromong mulai diperkenalkan oleh seorang keturunan Tionghoa
bernama Kapiten Nie Hoe Koeng yang tinggal di Jakarta. Pada saat itu gambang kromong
dimainkan untuk memeriahkan sebuah pesta, untuk memeriahkan acara pesta mereka membawa
lima musik orkes Gambang, singkat cerita setela pesta selesai, kelima alat musik tersebut
diserahkan oleh sang kapiten Nie Hoe Koeng. Alhasil terus berkembang menjadi musik gambang
kromong yang kita kenal sekarang ini, dengan akulturasi kromong sebagai alat musik asli pribumi. 12
Berdasarkan hasil wawancara dengan Sibroh Malisi selaku bagian pemasaran dan
kesenian Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, fungsi gambang kromong bukan sebatas
untuk pengiring tari cokek dan teater lenong saja, sekarang fungsinya dapat disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat Betawi, bisa untuk sekedar musik pembuka dalam acara formal ataupun
non-formal, bisa untuk syiar Islam atau menyampaikan berbagai hal positif lain, semua tergantung
kebutuhan si pengguna gambang kromong.
13http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/637/Gambang-Kromong (diakses 13
mei 2014)
14Dokumentasi penulis , dalam acara Festival Setu Babakan persembahan Suku Dinas
Pariwisata Kota Administrasi Jakarta Selatan, 9 Agustus 2014.
http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/637/Gambang-Kromong
28
Gambang adalah instrumen musik karawitan Betawi, terdiri dari delapan
belas bilah kayu dari jenis kayu Manggarawan, ke delapan belas bilah
kayu itu dibagi dalam tiga oktaf, nada terendah adalah liuh dan nada
tertinggi adalah siang.
2. Kromong dan tehyan
3. Kromong terdiri dari sepuluh buah gong kecil tersusun dalam dua baris,
terbuat dari perunggu atau kuningan, baris luar (dari nomor satu, dua dan
seterusnya) terdiri atas nda siang-liuh-ukong-che atau c-a-g-e-d, ditabuh
berbarengan dengan baris luar dan dalam . Teh-hian adalah instrumen
gesek berdawai dua, dilaras dengan nada siang (c) dan liuh (g)
4. Sukong
29
Sukong adalah instrumen gesek semacem rebab berukuran besar dengan
dua dawai yang berasal dari China, dilaras dalam nada su (a) dan kong (e).
Tabung bagian bawah biasanya terbuat dari cangkang buah gerenuk yang
keras.
5. Kong-a-hian
Kong-a-hian adalah instrumen gesek berdawai dua berukuran kecil, dilaras
dalam nada liuh (g) dan che (d)
6. Bangsing atau suling15 :
Bangsing atau Suling adalah salah satu instrumen musik dalam Gambang
Kromong, dimainkan dengan cara ditiup secara horizontal sejajar dengan
mulut
7. Dua buah gong berbahan dasar perunggu atau kuningan, yang
digantungkan, dilaras dengan nada siang (c)
15
Foto pada point enam adalah dokumentasi pribadi penulis dalam acara Festival Setu
Babakan tanggal 9 Agustus 2014, sebelah kiri adalah pemain suling gambang kromong kelompok
Jali Putra
30
8. Seperangkat Gendang yang dimainkan dengan cara ditabuh
9. Pan atau Kecrek
Pan atau Kecrek terbuat dari bilah-bilah logam tipis yang dipukul sehingga
menghasilkan bunyi crek-crek-crek
31
10. Sio-lo (Ningnong dan Ningning) , terdiri dari dua buah pringan kecil
canang.
Selain itu ada beberapa instrumen musik yang sudah tidak ditemukan lagi,
diantaranya : Ji-Hian (instrumen gesek berdawai dua), Sam-Hian (instrumen
gesek berdawai tiga), Gweh-Kim (semacam gitar berbentuk bulat berdawai dua).16
Nada dan laras dalam gambang kromong hanya memakai lima tangga nada
yang disebut pentatonic, kelima tangga nada itu memakai nama Tionghoa yaitu :
Liuh (sol=g), U (La=a), Siang (do=c), Che (re=d) dan Kong (mi=e). Lagu-lagu
yang dibawakan gambang kromong dibagi dalam tiga bagian yaitu Lagu Pobin,
Lagu Dalem dan Lagu Sayur. Lagu Pobin adalah generasi awal lagu-lagu yang
dibawakan gambang kromong, lagunya sebatas pada lagu-lagu instrumental
Tionghoa saja. Lagu pobin adalah lagu tertua dalam repertoar gambang kromong.
Kemudian Lagu Dalem, lagu dalem adalah lagu-lagu yang diciptakan
setelah lagu phobin, memiliki lirik sehingga bisa dinyanyikan tidak seperti lagu
phobin yang hanya instrumental saja. Contoh lagu dalem adalah: Poa-Si-Li-Tan,
Peca Piring, Semar Gunem, Mas Nona, Tanjung Burung, Burung Nuri dan Centeh
Manis Berduri. Setelah lagu dalem yang menjadi lagu klasik gambang kromong,
diciptakanlah lagu sayur. Lagu sayur diciptakan untuk keperluan ngibing.17
Contoh lagu sayur : Onde-onde, Glatik nguknguk, Surilang, Jali-jali, Stambul,
Centeh manis, Balo-balo, Ronggeng Manis, Akang Haji, Ronggen Buyut,
Blenderan, Lenggang Kangkung, Kicir-kicir dan Sirih Kuning.
16
Dokumen milik LKB, artikel ini ditulis oleh David Kwa seorang pemerhati etnis
Tionghoa, judul artikel ini Lebih Dalam Tentang Gambang Kromong dan Wayang Cokek. 17
Gambang kromong adalah instrumen musik pengiring dalam pertunjukan wayang dan tari
cokek, biasanya pertunjukan ini diperuntukan sebagai hiburan dalam sebuah pesta pernikahan.
Ngibing adalah istilah bagi penari cokek untuk menari bersama para tamu, menggunakan
selendang yang disebut cukin atau soder. Ngibing inilah salah satu unsur dalam pertunjukan
gambang kromong yang ditolak oleh masyarakat muslim Betawi, karena dianggap bertentangan
dengan nilai Islam.
32
Pada akhirnya penulis memilih gambang kromong sebagai objek penulisan
skripsi yang didasari oleh beberapa faktor, pertama gambang kromong adalah
jenis musik tradisional Betawi yang pertama kali masuk dan diperkenalkan oleh
masyarakat peranakan Cina. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang
peranakan Cina di Jakarta Phoa Kian Soe, beliau mengatakan bahwa bangsa
Tionghoa sejak sekitar tahun 1300 telah masuk ke Pulau Jawa, Madura dan Bali
untuk berdagang maupun menyebarkan agama. Dalam perjalanannya mereka turut
serta membawa instrumen musik salah satunya gambang untuk mengisi waktu
luang.18
Kemudian pada tahun 1800 gambang kromong mulai dikombinasikan
dengan instrumen musik pribumi.
Kedua karena gambang kromong adalah salah satu musik karawitan Betawi
yang sampai saat ini masih eksis. Ketiga karena proses perkembangan gambang
kromong yang penulis rasa unik. Sebelum maraknya pertunjukan gambang
kromong sejak tahun 1970-an pada acara-acara pemerintahan DKI Jakarta
maupun acara milik masyarkat Betawi, perlu diketahui bahwa gambang kromong
sempat mendapat penolakan dari masyarakat Betawi. Penolakan tersebut didasari
oleh nilai-nilai Islam yang dirasa tidak menjadi satu kesatuan dalam pertunjukan
musik gambang kromong.
Keempat karena gambang kromong sekarang ini mampu
mereperesentasikan marwah budaya Betawi yang dalam prosesnya setelah proses
rekacipta yang dilaksanakan tahun 70-an, gambang kromong telah mampu
18
Data milik Lembaga Kebudayaan Betawi, berupa transkip wawancara dengan salah satu
tokoh keturunan Cina di Jakarta, bernama Phoa Kian Soe, beliau seorang penulis naskah film
dokumenter Anak Naa Beranak Naga: Gambang Kromong Akultuasi Budaya Tionghoa-Betawi.
33
mengadopsi nilai-nilai Islam pada penampilannya. Tidak seperti musik karawitan
Samrah, Gambus maupun Rebana yang memang sejak awal kemunculannya telah
mendapat respon baik karena dalam penampilannya sarat dengan indikator Islam.
Proses panjang akulturasi musik gambang kromong sebagai perpaduan
unsur Cina dan pribumi, sampai masa perkembangannya yang sempat menerima
penolakan dari masyarakat Betawi, sebagai indikasi adanya proses penyesuaian
antara agama sebagai pedoman hidup dengan seni sebagai produk kebudayaan
suatau masyarakat, pada akhirnya menarik perhatian penulis untuk mengungkap
faktor apa saja yang melatarbelakangi diterimanya gambang kromong bagi setiap
masyarakat Betawi sebagai musik karawitan mereka.
2. Tari Ronggeng Blantek
Ronggeng Blantek adalah tari kreasi baru yang diproduksi oleh Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta sekitar tahun 80-an. Tari Betawi
ini dikreasikan oleh seorang koreografer handal bernama Wiwiek Widiyastuti.
Pemerintah DKI Jakarta sengaja meminta ibu Wiwiek Widyastuti dibantu
beberapa seniman lain untuk menciptakan tari kreasi baru ini, bersamaan dengan
tahun-tahun di saat masyarakat Betawi mulai sadar bahwa mereka harus tetap
eksis dan bertahan dengan menunjukkan identitas sosial dan budayanya di tengah
laju perkembangan Jakarta menuju kota metropolitan. Oleh karena itu, Pemerintah
Daerah DKI Jakarta melalui Loka Karya Tradisi Betawi tahun 1970 berusaha
membangkitkan kesadaran masyarakat Betawi atas eksistensinya, salah satunya
34
dengan mengkreasikan tari Ronggeng Blantek sebagai salah satu wujud seni tari
Betawi.19
Tari Ronggeng Blantek adalah tari kreasi yang diciptakan oleh ibu Wiwiek
Widiyastuti pada tahun 1985 atas instruksi Dinas Kebudayaan DKI Jakarta. Ibu
Wiwiek Widiyastuti ialah salah seorang seniman tari Betawi yang lahir di
Yogyakarta pada tanggal 31 Juli 1952. Beliau telah memulai karirnya sebagai
seniman tari sejak kelas 5 SD dengan bergabung bersama bengkel tari milik
seniman besar Indonesia bapak Bagong Kussudiarjo di Yogyakarta. Setelah
menamatkan pendidikannya di Akademi Seni Tari Indonesia di Jogja dan Institut
Kesenian Jakarta, beliau kemudian mengabdikan diri di Dinas Kebudayaan DKI
Jakarta.20
Tari Ronggeng Blantek adalah tari kreasi baru yang diangkat dari teater
rakyat Betawi yaitu Topeng Betawi21
, dimana dalam memulai sebuah pertunjukan
topeng biasanya sebagai pembuka diawali dengan sebuah pertunjukan tari yang
disebut Blantek22
, atau Ronggeng Blantek23
. Dalam perkembangannya tarian ini
menjadi tarian lepas, terpisah dari kesatuan pertunjukan topeng dan banyak
diminati oleh masyarakat sebagai tari pertunjukan pada acara penyambutan tamu.
19
Wawancara dengan Ibu Wiwiek Widiyastuti , Minggu 11 Mei 2014, pukul 13 : 00 20
http://www.tamanismailmarzuki.co.id/tokoh/wiwiek.html diakses 11 Mei 2014. 21
Topeng Betawi termasuk dalam seni pertunjukan rakyat atau teater rakyat yang tumbuh di
Jakarta dan sekitar daerah lainnya di Jawa Barat. Topeng Betawi selalu ditampilkan dalam bentuk
teater dan tari. Dalam penampilannya ada yang menggunakan topeng (dalam artian penutup wajah
= kedok) ada yang tidak. Pertunjukan Topeng terdiri dari beberapa bagian berbeda, setiap
bagiannya terdiri dari nyanyian, komedi, drama dan musik, dan dibawakan dengan percampuran
bahasa yang berbeda di setiap wilayahnya. Secara umum pembukaan teater topeng selalu diawali
dengan pertun jukan tari, dengan tidak ada pembicaraan di dalamnya sama sekali, kemudian
dilanjutkan dengan beberapa dialog dengan sedikit selingan tari. 22
Henry Spiller, Topeng Betawi : The Sounds of Bodies Moving, Asian Theatre Journal, vol
16, No 2 (Autumn, 1999), h. 260. ( http://www.jstor.org/stable/1124556 diakses 7 Januari 2014,
pukul 01:29) 23
Berdasarkan hasil wawancara dengan bang Andi pelatih tari di Sanggar Tari Setu
Babakan, arti Ronggeng adalah seorang primadona dalam pertunjukan teater atau dalam
pertunjukan tari.
http://www.tamanismailmarzuki.co.id/tokoh/wiwiek.htmlhttp://www.jstor.org/stable/1124556%20diakses%207%20Januari%202014
35
Berikut adalah deskripsi tari Ronggeng Blantek yang telah dirumuskan oleh
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta selama satu bulan,
terhitung dari bulan November sampai Desember tahun 2012.24
Tari Ronggeng
Blantek terdiri dari tiga puluh satu gerak yang terbagi dalam empat bagian, kaki,
badan, tangan dan kepala.
Susunan Gerak
Tari
Bagian Uraian Hitungan
1.Lenggang
Rongeh25
Kaki Dimulai dengan posisi kaki
kanan menyilang di depan kaki
kiri, kemudian melangkah
maju dengan lamgkah kaki kiri
menyilang di depan kaki kanan
dan berjaalan maju dengan
posisi kaki tetap merendah dan
sedikit diayun
1x8
dilakukan
sebanyak 8
kali
Badan Pada saat tangan kiri
digerakkan ke dalam, maka
badan digerakkan ke serong
samping kiri, dan pada saat
melangkah badan menghadap
depan.
Tangan Tangan kiri lurus ke samping
kiri, lalu diayunkan ke dalam
dengan posis telapak
menghadap luar dan
pergelangan tangan ditekuk,
kemudian diayunkan kembali
ke posisi samping pada saat
kaki berjalan maju.
Kepala Menghadap pergerakan tangan
kiri, kemudian menghadap
depan sambil mengayunkan
kepala (gedek) ke kanan dan ke
kiri dengan hadapan tetap ke
24
Bidang Pengkajian dan Pengembangan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI
Jakarta, Standar Kompetensi Karawitan dan Tari Betawi, Jakarta, Desember 2012, h 1-26. 25
Penamaan setiap gerakan dalam tari Betawi ini dilakukan oleh ibu Wiwiek saat awal mula
menciptakan pola dasar gerakan dalam tari Betawi. Saat itu beliau bersama pemerintah daerah
mengumpulkan semua seniman tari Betawi, mereka diminta menari dan menunjukkan setiap detail
gerakannya, sekaligus memberikan nama untuk setiap gerakan tersebut. Pada saat itu belum ada
penyeragaman gerak dari setiap gerakan yang dibawakan oleh para seniman yang memang asalnya
dari berbagai wilayah, maka pada saat itu mulai dirumuskanlah gerakan-gerakan dasar atau pakem
dasar tari Betawi.
36
depan.
2.Ogek Kaki Kedua kaki rapat dengan
telapak membentuk huruf V,
dan membuka lutut sehingga
posisi kaki menjadi merendah
2x8 (gerakan
dilakukan
sebanyak 2
kali putaran,
dimulai dari
lenggang
ronggeh
sampai ogek)
Badan Tegap menghadap ke depan
kemudian menggerakkan
badan (torso) ke kanan dan ke
kiri, dan memberikan efek
pada bahu ke kanan dan ke
kiri.
Tangan Tangan kiri direntangkan ke
samping sebatas pinggang, dan
tangan kanan memegang
selendang di pinggang sebelah
kanan, kemudian
menyampirkan selendang
dengan telapak kanan ketika
bahu bergerak ke kanan.
Kepala Menghadap ke bahu kanan
ketika badan (torso) bergerak
ke kanan, begitu pula
sebaliknya.
3.Selancar Ngepik
atas
Kaki Kaki kanan menyilang di
depan kaki kiri dengan posisi
merendah kemudian berjalan
maju dan mundur dengan
posisi tetap merendah.
Hitungan
cepat
dilakukan
sebanyak
4x8
Badan Tegap dan merendah, sedikit
condong ke depan, dan
membusungkan dada
Tangan Kedua tangan direntangkan ke
atas dengan posisi berada di
depan setinggi atas kepala,
kemudian menggerakan
telapak tangan dengan
memutar pergelangan tangan
ke arah luar dan dalam secara
bergantian
Kepala Menghadap ke arah kaki yang
melangkah
4.Selancar
Ronggeng
Kaki Posisi kedua kaki merendah
dengan membuka lutut
kemudian melangkah maju
1x8 maju,
1x8 mundu,
dilakukan
37
empat kali dan mundur empat
kali perlahan, dengan
menggenjot lutut naik turun
secara perlahan
sebanyak
4x8
Badan Tegap dan merendah,
membusungkan dada dengan
sedikit condong kedepan
Tangan Kedua tangan direntangkan ke
samping, masing-masing
sisinya sejajar pinggang,
kemudian menggerakkan
telapak tangan bergantian
dimulai dengan telapak tangan
kiri dengan memutar
pergelangan dari jari-jari yang
menghadap atas, kemudian
menghadap kebawah, begitu
pula sebaliknya
Kepala Menghadap ke tangan yang
memutarkan pergelangan
tangan
5.Pakblang Kaki Dengan posisi merendah kedua
kaki melangkah maju sebanyak
empat langkah, kemudian
jongkok dengan tumpuan kaki
kanan, dan bangun dengan
posisi kaki kanan merendah,
dan kaki kiri lurus ke samping
dengan telapak membuka
depan. Kemudian melangkah
mundur dengan sedikit
meloncat dan merendah,
kemudian diakhiri dengan
posisi kedua telapak kaki
sejajar, membuka lutut dan
merendahkan badan.
2x8 setiap
satu kali
putaran
gerak
Badan Tegap menghadap depan,
dengan dada membusung dan
sedikit condong ke depan
Tangan Dimulai dari tangan kiri
ditekuk ke bahu dan jari
telunjuk menyentuh bahu
dengan telapak menghadap
bawah, tangan kanan
direntangkan ke sampin kanan
sepinggang, lalu bergerak
bergantian sebanyak tiga kali.
Kemudian pada saat bangun
38
dari jongkok tangan kiri lurus
ke atas samping kiri dengan
telapak menghadap luar, dan
tangan kanan ditekukkan ke
bahu dengan jari telunjuk
menyentuh bahu. Pada saat
mundur, tangan bergerak
seperti selancar ngepeik atas
dan diakhiri dengan posisi
tangan kanan lurus ke depan,
menggerakkan telapak tangan
ke dalam, dan tangan kiri
berada di pinggang
Kepala Menghadap ke tangan yang
berada di bahu, pada saat
bangun dari jongkok
menghadap ke tangan kiri atas,
dan diakhiri dengan
menghadap ke depan
6.Selancar
Pakblang
Kaki Gerakan kaki sama dengan
gerakan selancar pakblang,
hanya pada saat akhir gerakan
kaki merendah, kemudian
sedikit menggenjot lutut,
mengikuti gerakan pinggul ke
kanan dan ke kiri
2x8 setiap
satu gerakan
(gerakan
dilakukan
sebanyak dua
putaran
mengulang)
Badan Sama pada gerakan selancar
pakblang, posisi badan tegap
dan merendah. Diakhiri
menggerakkan pinggul kekiri
sebanyak empat kali
Tangan Sama seperti gerakan selancar
pakblang, diakhiri dengan
tangan kanan lurus dan
menggerakkan telapak tangan
dengan memutar pergelangan
ke arah dalam, sementara
tangan kiri ditekuk ke
pinggang dan memegang
selendang kemudian
menyampirkan selendang
dengn telapak tangan
mengikuti goyangan pinggul
Kepala Sama seperti gerakan selancar
blonter
7.Ngepak blonter Kaki Dimulai kaki kanan merendah
dan kaki kiri berjinjit rendah di
samping kaki kanan, dan
39
diakhiri dengan posisi kaki
kanan dijinjit ke samping kaki
kiri, dengan posisi kedua kaki
merendah.
Badan Tegap dan merendah, sedikit
condong ke depan dengan dada
membusung, kemudian
menggerakkan badan ke kiri
dan ke kanan dengan dimulai
gerakan ke kanan yang
mengakibatkan efek pada bahu
Tangan Pada saat kaki kanan
merendah, kedua tangan
disilangkan di samping kanan
bawah dengan telapak
menghadap luar. Kemudian
tangan kiri ditekuk ke depan
setinggi atas kepala dengan
jari-jari menghadap kanan dan
telapak menghadap ke depan,
dan tangan kanan ditekuk ke
pundak dengan jari telunjuk
menyentuh bahu dan telapak
menghadap bawah.
Kepala Menghadap depan dengan
menggerakkan kepala ke kanan
dan ke kiri dengan pandangan
ke depan mengikuti gerakan
badan (torso)
8.Tepak
Ngarojeng
Kaki Melangkah ke kanan dengan
posisi merendah dengan irama
makin lama makin cepat, dan
diakhiri dengan posisi kiri
merendah dan kaki kanan
berjinjit di samping kanan
dengan posisi merendah
Gerakan 1x8
Badan Tegap dan merendah dengan
membusungkan dada
Tangan Tangan kiri berada di pinggang
dengan memegang selendang
sambil menyampirkan
selendang, tangan kanan
diluruskan ke samping kanan
sejajar dengan pinggang,
kemudian menggerakkan
tangan dengan gerakan ayunan
tangan ke luar dan ke dalam.
Kemudian kedua tangan
40
disilangkan di samping kanan
sebatas pinggang, dan diakhiri
dengan posisi tangan seperti
selancar ngepik atas
Kepala Menghadap ke tangan kanan
dan diakhir dengan hadapan ke
depan
9.Kepak dua
tangan mundur
Kaki Setelah menbentuk sikap
kemudian melangkah mundur
perlahan dengan posisi kanan
menyilang berjinjit di belakang
kaki kiri yang posisinya
merendah, kemudian bergerak
dengan sedikit menggenjot
naik turun.
Gerakan 2x8
Badan Seteleh membentuk posisi,
badan menggerakkan (torso) ke
kanan dan ke kiri masing-
masing satu kali, dan saat
berjalan posisi badan tegap
merendah dengan menghadap
depan
Tangan Posisi tangan seperti possi
selancar ngepik atas, tetapi
menggerakkan pergelangan
tangan hanya sekali ke arah
dalam dan diakhiri dengan
telapak meghadap luar dengan
jari-jari saling berhadapan ke
dalam.
Kepala Pada saat badan bergerak
(torso), kepala bergerak
mengikuti pergerakan badan ke
kanan dan ke kiri. Lalu pada
saat kaki kiri melangkah,
kepala menunduk dan pada
saat kaki kanan melangkah
kepala menghadap ke depan
10.Koma Gelong Kaki Kaki kanan merendah,
kemudian kaki kiri diletakkan
di belakang kaki kanan dengan
posisi berjinjit, lalu memutar
dengan poros kaki kiri,
kemudian diakhiri dengan
posisi kedua kaki merendah
dan telapak membentuk huruf
V
Gerakan 1x8
Badan Tegap dan merendah dengan
41
dada membusung
Tangan Tangan kiri berada di samping
pinggang dengan posisi telapak
menghadap bawah dan jari-jari
menghadap depan. Tangan
kanan direntangkan lurus
sejajar sepinggang sebelah
kanan dengan telapak
menghadap kanan dan jari-jari
menghadap atas
Kepala Menghadap ke tangan kanan
11.Goyang Cendol
Ijo
Kaki Posisi kedua kaki sejajar
kemudian membuka lutut
hingga posisi menjadi
merendah dan telapak kaki
membentuk huruf V.26
Badan Tegap dan merendah dengan
membusungkan dada dan
sedikit condong ke depan.
Kemudian menggerakkan
pinggul ke kanan dan ke kiri
masing-masing satu kali
Tangan Kedua tangan memegang
selendang masing-masing
sisinya sambil memegang
selendang di pinggang dan
menyampirkan selendang
dengan mengepakkan telapak
tangan kanan ketika pinggul
bergoyang ke kanan, dan ke
kiri ketika pinggul bergoyang
ke kiri
Kepala Mengayun dan mengikuti
gerakan pinggul
12.Koma Gelong Kaki Kaki kanan merendah,
kemudian kaki kiri diletakkan
di belakang kaki kanan dengan
posisi berjinjit, lalu memutar
dengan poros kaki kiri dan
kemudian diakhiri dengan
posisi kedua kaki merendah
dan membentuk huruf V
Gerakan 1x8
Badan Tegap dan merendah dengan
dada membusung
26
Pada dasarnya sikap atau posisi siap dalam tari Ronggeng Blantek adalah badan tegap
menghadap ke depan, dengan sedikit membusungkan dada, posisi lutut sedikit ditekuk sehingga
badan merendah, dan telapak kaki membentuk huruf V. Hasil wawancara langsung dengan ibu
Wiwiek Widyastuti , 11 Mei 2014
42
Tangan Tangan kiri berada di samping
pinggang dengan possi telapak
menghadap bawah dan jari-jari
menghadap depan. Tangan
kanan direntangkan lurus
sejajar pinggang sebelah kanan
dengan telapak menghadap
kanan dan jari-jari menghadap
atas
Kepala Menghadap ke tangan kanan
13.Kewer kanan Kaki Posisi kedua kaki sejajar
kemudian membuka lutut
hingga posisi menjadi
merendah dan telapak kaki
membentuk huruf V
Gerakan 1x8
Badan Tegap dan merendah dengan
membusungkan dada dan
sedikit condong ke depan
Tangan Kedua tangan direntangkan ke
samping masing-masing
sisinya sejajar dengan
pinggang, kemudian tangan
kiri digerakkan ke atas
sehingga posisi akhirnya
ditekuk ke bahu dengan jari
telunjuk menyentuh bahu,
sementara tangan kanan tetap
ke samping, begitu pula
sebaliknya.
Kepala Menghadap ke tangan yang
berada di bahu
14.Koma Gleong Kaki Kaki kanan merendah,
kemudian kaki kiri diletakkan
di belakang kaki kanan dengan
posisi berjinit, lalu memutar
dengan poros kaki kiri dan
kemudian diakhiri dengan
posisi kedua kaki merendah
dan membentuk huruf V
Badan Tegap dan merendah dengan
dada membusung
Tangan Tangan kiri berada di samping
pinggang dengan possi telapak
menghadap bawah dan jari-jari
menghadap depan. Tangan
kanan direntangkan lurus
sejajar pinggang sebelah kanan
dengan telapak menghadap
43
kanan dan jari-jari menghadap
atas
Kepala Menghadap ke tangan kanan
15.Klewer dua
tangan
Kaki Posisi kedua kaki sejajar
kemudian membuka lutut
hingga posisi menjadi
merendah dan telapak kaki
membentuk huruf V
Gerakan 1x8
Badan Tegap dan merendah dengan
membusungkan dada dan
sedikit condong ke depan
Tangan Kedua tangan direntangkan ke
samping, masing-masing
sisinya sejajar dengan tinggi
pinggang, kemudian tangan
kanan lurus ke samping kanan
setinggi pinggang, kemudian
digerakkan ke bahu dengan jari
telunjuk menyentuh bahu,
sementara tangan kiri
diletakkan di pinggang dengan
memegang selendang,
kemudian menyampirkan
selendang ketika tangan kanan
di bahu
Kepala Menghadap ke tangan yang
berada di bahu
16.Koma Gleong Kaki Kaki kanan merendah,
kemudian kaki kiri diletakkan
di belakang kaki kanan dengan
posisi berjinjit, lalu memutar
dengan poros kaki kiri dan
kemudian diakhiri dengan
posisi kedua kaki merendah
dan membentuk huruf V
Badan Tegap dan merendah dengan
dada membusung
Tangan Tangan kiri berada di samping
pinggang dengan possi telapak
menghadap bawah dan jari-jari
menghadap depan. Tangan
kanan direntangkan lurus
sejajar pinggang sebelah kanan
dengan telapak menghadap
kanan dan jari-jari menghadap
atas
Kepala Menghadap ke tangan kanan
17.Kewer 1 variasi Kaki Berjalan di tempat dengan kaki Gerakan 1x8
44
kanan menyilang di depan kaki
kiri dengan sikap merendah,
kemudian setelah satu kali
delapan berpindah posisi
menjadi kaki kiri yang
menyilang di depan kaki kanan
dan tetap berjalan di tempat
dan merendah
Badan Tegap dan merendah dengan
posisi badan condong ke depan
Tangan Geakan tangan sama dengan
gerakan kewer kanan (pada
gerekan ke tiga belas). Tangan
kanan bergerak dan tangan kiri
di pinggang, setelah kaki
bertukar, maka posisi tangan
juga bertukar
Kepala Menghadap ke tangan yang
berada di bahu
18. Jingke tepak
blonter
Kaki Kaki kanan berada menyilang
di depan kaki kiri sebagai
tumpuan dengan posisi
merendah, sementara kaki kiri
berada di belakang kaki kanan
dengan posisi berjinjit.
Kemudian bergerak memutar
di tempat dengan gerakan naik
turun (menggenjot). Setelah
empat kali berjalan di tempat,
kemudian bertukar posisi kaki
menjadi. Kaki kiri di depan
sebagai tumpuan dan kaki
kanan menyilang di belakang
dengan posisi berjinjit.
Gerakan 2x8
dilakukan
sebanyak
tiga kali
Badan Tegap dan merendah dengan
membusungkan dada dan
sedikit condong ke depan
Tangan Tangan kanan berada di
pinggang dengan telapak
memegang selendang di
pinggang kanan, dan tangan
kanan lurus ke depan, dengan
telapak menghadap ke depan
dan jari-jari menghadap ke
atas. Kemudian tangan
digerakkan dengan
mengayunkan telapak tangan
dengan posisi tangan yang
45
tetap lurus. Kemudian tangan
kiri digerakkan ke depan
sehingga berada lurus ke depan
dengan telapak menghadap
depan dan jari-jari menghadap
ke atas, dan tangan kanan
berada di samping pinggang
kanan dengan memegang
selendang. Kemudan
menyampirkan selendang
ketika goyang ke kanan.
Kemudian bergerak sebaliknya
ketika berpindah kaki.
Kepala Menghadap depan dan pada
saat kaki berjinjit, kepala
menunduk akibat dari ayunan
kaki
19.Gibang
Ronggeng
Kaki Kaki kanan menyilang di
depan kaki kiri dengan sikap
merendah kemudian berjalan di
tempat
Gerakan 4x8
Badan Tegap dan merendah dengan
dada membusung dan sedikit
condong ke depan
Tangan Tangan kiri berada di samping
kiri sejajar bahu dengan
lekukan tangan ke depan,
telapak tangan menghad