10
PENERIMAAN PERIKATAN DAN PERENCANAAN AUDIT Sebelum audit atas laporan keuangan dilaksanakan, auditor perlu mempertimbangkan apakah ia akan menerima atau menolak perikatan audit (audit engagement) dari calon kliennya. Jika auditor memutuskan untuk menerima perikatan audit dari calon kliennya, ia akan melaksanakan audit dalam beberapa tahap. Tahap-tahap audit atas laporan keuangan Proses audit atas laporan keuangan dibagi menjadi empat tahap berikut ini a. Penerimaan perikatan audit b. Perencanaan audit c. Pelaksanaan pengujian audit d. Pelaporan audit Tahap-tahap penerimaan perikatan audit Di dalam memutuskan apakah suatu perikatan audit dapat diterima atau tidak, auditor menempuh suatu proses yang terdiri dari enam tahap berikut ini: 1. Mengevaluasi integritas manajemen 2. Mengidentifikasi keadaan khusus dan resiko luar biasa 3. Menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit 4. Menilai independensi 5. Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran profesionalnya dangan kecermatan dan keseksamaan 6. Membuat surat perikatan audit Mengevaluasi integritas manajemen

Penerimaan Perikatan Dan Perencanaan Audit - IsA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Auditing I

Citation preview

PENERIMAAN PERIKATAN DAN PERENCANAAN AUDITSebelum audit atas laporan keuangan dilaksanakan, auditor perlu mempertimbangkan apakah ia akan menerima atau menolak perikatan audit (audit engagement) dari calon kliennya. Jika auditor memutuskan untuk menerima perikatan audit dari calon kliennya, ia akan melaksanakan audit dalam beberapa tahap.

Tahap-tahap audit atas laporan keuanganProses audit atas laporan keuangan dibagi menjadi empat tahap berikut ini

a. Penerimaan perikatan audit

b. Perencanaan audit

c. Pelaksanaan pengujian audit

d. Pelaporan audit

Tahap-tahap penerimaan perikatan audit

Di dalam memutuskan apakah suatu perikatan audit dapat diterima atau tidak, auditor menempuh suatu proses yang terdiri dari enam tahap berikut ini:

1. Mengevaluasi integritas manajemen

2. Mengidentifikasi keadaan khusus dan resiko luar biasa

3. Menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit

4. Menilai independensi

5. Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran profesionalnya dangan kecermatan dan keseksamaan

6. Membuat surat perikatan audit

Mengevaluasi integritas manajemen

Berbagai cara yang ditempuh oleh auditor dalam mengevaluasi integritas manajemen adalah:

1. Melakukan komunikasi dangan auditor pendahulu

2. Meminta keterangan pada pihak ketiga

3. Melakukan review terhadap pengalaman auditor di masa lalu dalam berhubungan dengan klien yang bersangkutan

Mengidentifikasi keadaan khusus dan resiko luar biasa

Berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan oleh auditor tentang kondisi khusus dan risiko luar biasa yang mungkin berdampak terhadap penerimaan perikatan audit dari calon klien dapat diketahui dengan cara:

a. Mengidentifikasi pemakai laporan audit

b. Mendapatkan informasi tentang stabilitas keuangan dan legal calon klien di masa depan

c. Mengevaluasi kemungkinan dapat atau tidaknya laporan keuangan calon klie yang diaudit

Menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit

Sebelum auditor menerima perikatan audit, ia harus mempertimbangkan apakah ia dan anggota tim auditornya memiliki kompetensi memadai untuk menyelesaikan perikatan tersebut, sesuai dengan standar auditing yang ditetapkan oleh IAI. Beberapa tahap yang dilakukan auditor untuk pertimbangan tersebut adalah:Mengidentifikasi tim audit:

a. Tim audi terdiri dari:

b. Seorang partner yang akan bertanggung jawab terhadap penyelesaian keseluruhan perikatan auditc. Satu atau lebih manajer yang akan mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan program audit

d. Staf assisten yang akan melaksanakan berbagai prosedur audit yang diperlukan dalam pelaksanaan program audit.

Mempertimbangkan kebutuhan konsultasi dan penggunaan spesialis untuk masalah:

a. Penilaian

b. Penentuan karakteristik fisik yang berhubungan dengan kuantitas yang tersedia

c. Penentuan nilai yang diperoleh dengan menggunakan teknik atau metode khusus

d. Penafsiran persyaratan teknis, peraturan atau persetujuan

Menilai independensi

Sebelum auditor menerima perikatan audit, ia harus memastikan bahwa setiap profesional yang menjadi anggota tim auditnya tidak terlibat atau memiliki kondisi yang menjadikan independensi tim auditornya diragukan.

Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran profesionalnya dangan kecermatan dan keseksamaan

Dalam mempertimbangkan penerimaan atau penolakan suatu perikatan audit, auditor harus mempertimbangkan apakah ia dapat melaksanakan audit dan menyusun laporan auditnya secara cermat dan seksama. Kecermatan dan keseksamaan penggunaan kemahiran profesional auditor ditentukan oleh beberapa hal:a. Penentuan waktu perikatan

b. Pertjmbangan jadwal pekerjaan lapangan

c. Pemanfaatan personel klien

Membuat surat perikatan audit

Surat perikatan audit dibuat oleh auditor untuk kliennya yang berfungsi untuk mendokumentasikan dan menegaskan penerimaan auditor atas penunjukan oleh klien, tujuan dan lingkup audit, lingkup tanggung jawab yang dipikul oleh auditor bagi kliennya, kesepakatan tentang reproduksi laporan keuangan auditan, serta bentuk laporan yang akan diterbitkan oleh auditor.PERENCANAAN AUDITSetelah auditor memutuskan untuk menerima perikatan audit dari kliennya, langkah berikutnya yang perlu ditempuh adalah merencanakan audit. Ada tujuh tahap yang harus ditempuh oleh auditor dalam merencankan auditnya:

a. Memahami bisnis dari industri klien

b. Melaksanakan prosedur analitik

c. Mempertimbangkan tingkat materialitas awal

d. Mempertimbangkan risiko bawaan

e. Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun pertama

f. Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan

g. Memahami pengendalian intern klien.

Memahami bisnis dari industri klien

Sebelum auditor melakukan verifikasi dan analisis transaksi atas akun-akun tertentu, ia perlu mengenal lebih baik industri tempat klien berusaha serta kekhususan bisnis klien. Beberapa sumber informasi bagi auditor untuk memahami bisnis dan industri klien:a. Pengalaman sebelumnya tentang entitas dan industrinya

b. Diskusi dengan orang dalam tentang entitas

c. Diskusi dengan personel dari fungsi audit intern dan review terhadap laporan auditor intern.

d. Diskusi dengan auditor lain dan dengan penasihat hukum atau penasihat lain yang telah memberikan jasa kepada entitas atau dalam industri

e. Diskusi dengan orang yang berpengetahuan di luar entitas

f. Publikasi yang berkaitan dengan industri

g. Perundangan dan peraturan yang secara signifikan berdampak terhadap entitas

h. Kunjungan ke tempat atau fasilitas pabrik entitas

i. Dokumen yang dihasilkan entitas

Melaksanakan prosedur analitik

Prosedur analitik meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat atau ratio yang dihitung dari jumlah-jumlah yang tercatat, dibandingkan dengan harapan yang dikembangkan oleh auditor. Tujuan prosedur analitik dalam perencanaan audit adalah membantu perencanaan sifat, saat, dan luas prosedur audit yang akan digunakan untuk memperoleh bukti tentang saldo akun atau jenis transaksi tertentu.

a. Tahap-tahap prosedur analitik

b. Mengidentifikasi perhitungan/perbandingan yang harus dibuat

c. Mengembangkan harapan

d. Melaksanakan perhitungan/perbandingan

e. Menganalisis data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan

f. Menyelidiki perbedaan signifikan yang tidak terduga dan mengevaluasi perbedaan tersebut.g. Menentukan dampak hasil prosedur analitik terhadap perencanaan audit.

Mempertimbangkan tingkat materialitas awal

Auditor perlu mempertimbangkan materialitas awal pada dua tahap: (1) tingkat laporan keuangan, dan (2) tingkat saldo akun.

Mempertimbangkan risiko bawaan

Dalam keseluruhan proses audit, auditor mempertimbangkan berbagai risiko, sesuai dengan tahap-tahap proses auditnya.

Risiko-risiko yang harus dipertimbangkan oleh auditor dalam setiap tahap proses auditnya adalah:

Tahap perencanaan audit: penaksiran risiko bawaan

Tahap pemahaman dan pengujian pengendalian intern: penaksiran risiko pengendalian

Tahap pelaksanaan pengujian substantif: penetapan risiko deteksi

Tahap penerbitan laporan audit: penilaian risiko audit

Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun pertama

Auditor harus memahami hal-hal bersyarat (configencies) dan komitmen yang ada pada awal tahun. Auditor harus memperoleh bukti audit kompeten yang cukup untuk meyakini bahwa:a. Saldo awal tidak mengandung salah saji yang mempunyai dampak material terhadap laporan keuangan berjalan.

b. Saldo penutup tahun sebelumnya telah ditransfer dengan benar ke tahun berjalan atau telah dinyatakan kembali.

c. Kebijakan akuntansi yang semestinya telah diterapkan secara konsisten.

Sifat dan lingkup bukti audit yang harus diperoleh auditor berkenaan dengan saldo awal tergantung pada:

a. Kebijakan akuntansi yang dipakai oleh entitas yang bersangkutan.

b. Apakah laporan keuangan entitas tahun sebelumnya telah diaudit, dan jika demikian, apakah pendapat auditor atas laporan keuangan berupa pendapat selain pendapat wajar tanpa pengecualian.

c. Sifat akun dan risiko salah saji dalam laporan keuangan tahun berjalan.

Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan

Tujuan akhir perencanaan dan pelaksanaan audit adalah adalah untuk mengurangi risiko audit ke tingkat yang rendah, untuk mendukung pendapat apakah, dalam semua hal yang material, laporan keuangan disajikan secara wajar. Tujuan ini diwujudkan melalui pengumpulan dan evaluasi bukti tentang asersi yang terkandung dalam laporan keuangan yang disajikan oleh manajeman.

Dalam perencanaan audit terhadap asersi individual atau golongan transaksi, auditor dapat memilih strategi audit awal:a. Primarily subtantive approach

b. Lower assessed level of control risk approach.

Memahami pengendalian intern klien.

Langkah pertama dalam memahami pengendalian intern klien adalah dengan mempelajari unsur-unsur pengendalian intern yang berlaku. Langkah berikutnya adalah melakukan penilaian terhadap efektivitas pengendalian intern dengan menentukan kekuatan dan kelemahan pengendalian intern tersebut. Jika auditor telah mengetahui bahwa pengendalian intern klien di bidang tertentu adalah kuat, maka ia akan mempercayai informasi keuangan yang dihasilkan. Oleh karena itu ia akan mengurangi jumlah bukti yang dikumpulkan dalam audit yang bersangkutan dengan bidang tersebut. Untuk mendukung keyakinannya atas efektivitas pengendalian intern tersebut, auditor melakukan pengujian pengendalian (test of control).PENGUJIAN AUDITDalam audit, auditor melakukan berbagai macam pengujian (test), yang secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 golongan berikut ini:

1. Pengujian analitik (analytical test)

2. Pengujian pengendalian (test of control)

3. Pengujian substantif (substantif test)

Pengujian analitik (analytical test)

Pengujian ini dilakukan oleh auditor pada tahap awal proses auditnya dan pada tahap review menyeluruh terhadap hasil audit. Pengujian ini dilakukan oleh auditor dengan cara mempelajari perbandingan dan hubungan antara data yang satu dengan data yang lain. Pada tahap awal proses audit, pengujian analitik dimaksudkan untuk membantu proses auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif.

Pengujian pengendalian (test of control)

Pengujian pengendalian merupakan prosedur audit yang dirancang untuk memverifikasi efektivitas pengendalian intern klien. Pengujian pengendalian terutama ditujukan untuk mendapatkan informasi mengenai:

a. Frekuensi pelaksanaan aktivitas pengendalian yang ditetapkan

b. Mutu pelaksanaan aktivitas pengendalian tersebut

c. Karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian tersebut

Pengujian Substantif (substantif test)

Pengujian substantif merupakan prosedur audit yang dirancang untuk menemukan kemungkinan kesalahan moneter yang secara langsung mempengaruhi kewajaran penyajian laporan keuangan. Kesalahan moneter yang terdapat dalam informasi yang disajikan dalam laporan keuangan kemungkinan terjadi kesalahan dalam:a. Penerapan prinsip akuntansi berterima umum di indonesia

b. Tidak diterapkannya prinsip akuntansi berterima umum di indonesia

c. Ketidakkonsistenan dalam penerapan prinsip akuntansi berterima umum di indonesia

d. Ketidak tepatan pisah batas (cutoff) pencatatan transaksi

e. Perhitungan (penambahan, pengurangan, pengalian, dan pembagian)

f. Pekerjaan penyalinan, penggolongan dan peringkasan informasi

g. Pencantuman pengungkapan (disclosure) unsur tertentu dalam laporan keuangan.

PENERIMAAN PERIKATANDAN

PERENCANAAN AUDIT

Untuk memenuhi tugas matakuliah Auditing I

ANGGOTA KELOMPOK :Muhamad Risqi W (125020300111039)Dita Wahyu

(145020304111005)Chandy Laksmana

(125020300111064)

Wawang Putra N

(125020300111011)FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2015