Upload
yulia
View
379
Download
41
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Laporan Praktikum Anatomi Fisiologi Tumbuhan
Citation preview
PENETAPAN KADAR CO2 JARINGAN TUMBUHAN
PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN
OLEH :
Yulia
(F05109031)
Kelompok : 2
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PONTIANAK
2011
ABSTRAK
Untuk mengetahui kadar CO2 pada kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus),
maka dilakukanlah percobaan Penatapan Kadar CO2 pada Kecambah Kacang Hijau
(Phaseolus radiatus). Metode yang digunakan adalah dengan menitrasi larutan NaOH dengan
HCL. Laju respirasi dipengaruhi oleh suhu dan kadar O2 yang ada. Suhu dan ketersediaan O2
di dalam botol selai yang tertutup rapat mempengaruhi laju respirasi dari kecambah pada tiap
perlakuan, yang dapat dilihat dari kadar CO2 yang dihasilkan. Suhu dalam oven yang panas
dengan ketersediaan O2 mengganggu proses respirasi kecambah sehingga CO2 yang
dihasilkan lebih sedikit dari yang berada pada suhu ruang.
Kata Kunci :CO2, O2, Respirasi dan Laju Respirasi.
1
PENDAHULUAN
Respirasi berasal dari kata latin yaitu respirare yang berarti bernafas. Reaksi respirasi
merupakan reaksi katabolisme yang memecah molekul-molekul gula menjadi molekul
anorganik berupa CO2 dan H2O (Salisbury, 1995). Pernapasan adalah suatu proses untuk
mengubah zat-zat menjadi energi pada organisma, menjadi perhatian karena
pernapasan adalah salah satu bagian dasar proses hidup (Umbara, 2008).
Pantastico (1989) menerangkan respirasi dibedakan dalam tiga tingkat :
(1) pemecahan polisakarida menjadi gula sederhana;
(2) oksidasi gula menjadi asam piruvat; dan
(3) transformasi piruvat dan asam-asam organik lainnya secara aerobik menjadi CO2,
air dan energi.
Dikemukakan juga bahwa besar kecilnya respirasi dapat diukur dengan menentukan
jumlah substrat yang hilang, O2 yang diserap, CO2 yang dikeluarkan, panas yang dihasilkan
dan energi yang timbul.
Fotosintesis menyediakan molekul organik yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan
mahluk hidup lainnya. Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk memecah
senyawa-senyawa organik menjadi CO2, H2O dan energi . Respirasi dan metabolisme karbon
yang terkait di dalamnya melepas energi yang tersimpan di dalam senyawa karbon dengan
cara yang terkontrol untuk digunakan oleh sel. Pada waktu yang bersamaan, respirasi
menghasilkan banyak senyawa karbon yang dibutuhkan sebagai prekursor untuk biosintesis
senyawa organik lainnya. Respirasi aerob merupakan proses yang umum terjadi dalam
hampir semua organisme eukariot, dan secara umum proses respirasi di dalam tumbuhan
mirip dengan apa yang dijumpai di dalam hewan dan eukoriot tingkat rendah, tetapi beberapa
aspek khusus dari respirasi tumbuhan membedakannya dari respirasi hewan. Respirasi aerob
adalah proses biologi yang memobilisasi dan mengoksidasi molekul organik secara
terkontrol. Selama respirasi, energi bebas dilepas dan disimpan sementara dalam bentuk ATP
yang siap digunakan untuk aktifitas sel dan perkembangan tumbuhan (Tjitrosomo 1987).
Substrat respirasi meliputi senyawa karbohidrat, glukosa, fruktosa, sukrosa, pati, lipid,
asam-asam organik, dan protein. Proses respirasi yang dominan terjadi pada bagian tumbuhan
yang sedang aktif tumbuh dan melakukan metabolisme, yaitu: tunas, biji yang berkecambah,
ujung tunas, ujung akar, serta kuncup bunga. Hubungan respirasi dengan lintasan
2
metabolisme lain di dalam tumbuhan dapat dilihat melalui glikolisis, lintasan pentosa fosfat,
serta siklus asam sitrat (Achmad, 2010).
Faktor yang mempengaruhi laju respirasi ada dua, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal meliputi tingkat perkembangan, susunan kimia jaringan, ukuran
produk, pelapis alami dan jenis jaringan. Sedangkan faktor eksternal meliputi suhu, gas
etilen, ketersediaan O2 dan CO2. Laju respirasi menentukan daya tahan produk yang disimpan
sehingga produk yang laju respirasinya rendah umumnya disimpan lebih lama dalam kondisi
yang baik. Respirasi pada tumbuhan ditandai oleh penurunan konsentrasi gas O2 dan
peningkatan konsentrasi CO2 dalam chamber.
Laju respirasi dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu di antara 0-35° C kecepatan reaksi
akan berlangsung dua atau tiga kali lebih besar untuk tiap kenaikan suhu 10° C (Wills et al.,
1981). Penurunan suhu penyimpanan akan menurunkan laju respirasi tumbuhan karena
penurunan suhu dapat menurunkan kecepatan reaksi kimia yang terjadi di dalam jaringan
tumbuhan. Laju pernapasan adalah berat CO2 yang dihasilkan per satuan berat bahan pada
selang waktu tertentu, dengan dimensi satuannya mg CO2/kg.jam. Dengan pengukuran O2
dan CO2 dimungkinkan untuk mengevaluasi sifat proses pernapasan (Umbara, 2008).
Temperatur merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi produksi
CO2 yang akan menyebabkan peningkatan produksi CO2, sejalan dengan meningkatnya suhu.
CO2merupakan salah satu hasil / produk dari respirasi. Respirasi dan fotosintesis sangat
berpengaruh dengan temperatur. Sedikit perubahan temperatur akan mempengaruhi laju
fotosintesis dan respirasi. Beberapa jenis tanaman mengalami ini, temperatur akan
mempengaruhi fotosintesis yang juga akan mempengaruhi laju respirasi atau sebaliknya
(Atkin, 2007).
Proses respirasi diawali dengan adanya penangkapan O2 dari lingkungan. Oksigen
yang digunakan dalam respirasi masuk ke dalam setiap sel tumbuhan dengan jalan difusi
melalui ruang antar sel, dinding sel, sitoplasma dan membran sel. Demikian juga halnya
dengan CO2 yang dihasilkan respirasi akan berdifusi ke luar sel dan masuk ke dalam ruang
antar sel. Sedangkan untuk menghitung respirasi dapat menggunakan koefisian respirasi
(KR), yaitu perbandingan CO2 dengan O2 (Kamariyani 1984).
3
PENGERTIAN RESPIRASI
1. Proses keseluruhannya merupakan reaksi oksidasi-reduksi, yaitu senyawa yang
dioksidasi menjadi CO2, sedangkan O2 yang diserap direduksi membentuk H2O.
2. Respirasi merupakan oksidasi (dgn produk yg sama seperti pembakaran) yang
berlangsung di medium air, dengan pH mendekati netral, pada suhu sedang, dan tanpa
asap.
3. Pati, fruktan, sukrosa atau gula lainnya, lemak, asam organik, dan pada keadaan
tertentu bahkan protein dapat bertindak sebagai substrat respirasi.
4. Sejalan dengan berlangsungnya pemecahan, kerangka karbon-antara disediakan untuk
menghasilkan berbagai produk esensial (Pomantow, 2009).
Kecambah melakukan pernapasan untuk mendapatkan energi yang dilakukan dengan
melibatkan gas oksigen (O2) sebagai bahan yang diserap atau diperlukan dan menghasilkan
gas karbondioksida (CO2), air (H2O) dan sejumlah energy (Putra, 2010).
Oksigen sangat penting dalam perkembangan kecambah, karena kecambah
melakukan respirasi aerob untuk memecahkan cadangan makanan dalam endosperma yang
kaya akan lemak. Cadangan makanan yang digunakan dalam respirasi ini, berfungsi sebagai
substrat yang dapat menghasilkan energi dalam menyokong proses pembelahan sel dan
metabolisme sel lainnya (tahap awal pertumbuhan) (Achmad, 2010).
Karena kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) merupakan suatu organisme
yang walaupun ia masih belum berkembang dengan sempurna tetapi sudah bisa melakukan
pernapasan. Untuk mengetahui kadar CO2 pada kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus),
maka dilakukanlah percobaan Penatapan Kadar CO2 pada Kecambah Kacang Hijau
(Phaseolus radiatus).
4
MATERIAL DAN METODA
A. Alat dan Bahan
Pada praktikum ini, digunakan beberapa alat, diantaranya yaitu Beaker Glass,
Gelas Ukur, Pipet Tetes, Botol Selai, Neraca, Bulb, Pipet Volume, Corong, Buret,
Oven dan Erlenmeyer.
Sedangkan, bahan yang digunakan adalah Aluminium Foil, Kain Kassa,
Benang, Phaseolus radiatus (Kecambah), NaOH 10M, HCL 1M, Indikator PP dan
BaCl2 0,2M.
B. Metode
NaOH 10M diamsukkan ke dalam 6 botol selai yang berbeda dengan masing-
masing sebanyak 10ml. Kemudian kecambah ditimbang sebanyak 5gr, dibungkus
dengan kain kassa dan masukkan ke delam botol dengan posisi tergantung (jangan
terkena NaOH), lalu ditutup dengan aluminium foil dan ditutup dengan tutup botolnya
(jangan ada udara). 3 botol dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 40oC, sedangkan
3 botol lainnya diletakkan pada suhu ruangan, semuanya dibiarkan selama 24 jam.
Setelah 24 jam, dari masing-masing botol diambil NaOH sebanyak 2ml, ditambah 3
tetes indicator PP dan BaCl2 sebanyak 0,5ml, kemudian dititrasi dengan HCL 1M
hingga larutan berubah menjadi berwarna pink.
Kadar CO2=1.000 ×VolumeTitran× Mr Sampel
1.000 ×Volume Sampel
5
DATA PENGAMATAN
PerlakuanVolum Titran
(ml)Kadar CO2 (mg/kg.jam)
Respirasi Kecambah pada
Suhu Oven (40oC)
1,2 24
13,6 272
5,6 112
Rata-rata 6,8 136
Respirasi Kecambah pada
Suhu Ruang (25oC)
16,1 322
3,5 70
11,4 228
Rata-rata 10,33 206,66
PEMBAHASAN
6
Pada dasarnya, proses respirasi bertujuan untuk mendapatkan energi yang digunakan
dalam metabolisme dan proses pertumbuhan serta perkembangan untuk menjadi sebuah
tanaman dewasa. Semakin besar suatu tanaman, maka makin besar pula kebutuhannya akan
energi sehingga dalam respirasinya memerlukan oksigen yang banyak pula. Faktor-faktor
yang mempengaruhi proses respirasi suatu organisme antara lain: umur atau usia organisme
tersebut, bobot dari kegiatan yang dilakukan, ukuran organisme itu sendiri, keadaan
lingkungan sekitar, serta cahaya juga mempengaruhi rata-rata pernapasan (Dwidjoseputro
1986).
Pada praktikum ini digunakan bahan Kecambah Kacang Hijau (Phaseolus radiatus)
untuk menetapkan laju respirasi yang dapat dilihat dari banyaknya kadar CO2. Kadar CO2
tersebut dapat diketahui dari hasil titrasi sampel (NaOH) dangan menggunakan HCL.
Semakin banyak CO2 yang dihasilkan, maka semakin banyak pula HCL yang digunakan
untuk titrasi, yang manunjukkan laju respirasi dari kecambah tersebut. NaOH di sini berperan
dalam mengikan CO2.
Dari hasil titrasi dapat diketahui bahwa kadar CO2 pada kecambah yang diberi
perlakuan dengan dimasukkan kedalam oven dengan suhu 40oC selama 24 jam menghasilkan
lebih sedikit CO2, yaitu sebanyak 136 mg/kg.jam, dibanding kadar CO2 yang dihasilkan oleh
kecambah yang diberi perlakuan diletakkan pada suhu ruang, yaitu 25oC sebanyak 206,66
mg/kg.jam.
Absorbsi CO2 dari campuran biogas ke dalam larutan NaOH dapat dilukiskan sebagai
berikut:
I. CO2(g) CO2(g) (1)
II. CO2(g) + NaOH(aq) NaHCO3(aq) (2)
NaOH(aq) + NaHCO3 Na2CO3(s) + H2O(l) (3)
CO2(g) + 2NaOH(aq) Na2CO3(s) + H2O(l) (4)
Dalam kondisi alkali atau basa, pembentukan bikarbonat dapat diabaikan karena bikarbonat
bereaksi dengan OH- membentuk CO32- (Van Bhat, 1999).
7
Saat sampel dititrasi dengan HCL, maka terjadi reaksi :
(1) CO2(g) + 2NaOH(aq) Na2CO3(s) +
H2O(l) (4)
(2) Na2CO3(s)+ BaCl2 (l) 2NaCl(l)+ BaCO3(aq)
BaCO3(aq) + 2HCl(l) BaCl 2(l) + CO2(g) + H2O(l)
Pada paraktikum ini, laju respirasi dipengaruhi oleh suhu dan kadar O2 yang ada.
Suhu dan ketersediaan O2 di dalam botol selai yang tertutup rapat mempengaruhi laju
respirasi dari kecambah pada tiap perlakuan, yang dapat dilihat dari kadar CO2 yang
dihasilkan. Suhu dalam oven yang panas dengan ketersediaan O2 mengganggu proses
respirasi kecambah sehingga CO2 yang dihasilkan lebih sedikit dari yang berada pada suhu
ruang.
Kadar CO2 yang dihasilkan pada kecambah yang diberi perlakuan dengan dimasukkan
kedalam oven 40o selama 24 jam lebih sedikit disbanding kecambah pada suhu ruang,
disebabkanpada peningkatan suhu mencapai 40oC atau lebih, laju repirasi melahan menurun,
karena enzim yang diperlukan mulai mengalami denaturasi, sehingga memperlambat
metabolic yang terjadi. Bila suhu meningkat sampai 30 atau 35oC, laju respirasi akan
meningkat, tapi lebih lambat. Hal ini terjadi karena pada suhu yang tinggi inilah laju penetrasi
O2 ke dalam sel lewat kutikula atau periderma mulai menghambat respirasi saat reaksi kimia
berlangsung dengan cepat (Salisbury,1995).
8
KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1. Suhu mempengaruhi laju respirasi tumbuhan.
2. Kadar O2 juga mempengaruhi laju respirasi.
3. Kadar CO2 yang dihasilkan kecambah pada perlakuan dengan dimasukkan ke dalam
oven bersuhu 40oC lebih sedikit bila dibandingkan dengan kadar CO2 yang dihasilkan
kecambah pada suhu ruang.
4. Banyaknya HCL yang digunakan untuk titrasi menunjukkan banyaknya kadar CO2
pada sampel.
5. NaOH yang dipakai berperan dalam mengikat CO2 yang dilepaskan oleh kecambah.
9
REFERENSI
Achmad, Balie. 2010. Penetapan Kuosien Respirasi Jaringan Tumbuhan.
http://arcturusarancione.wordpress.com/2010/06/28/penetapan-kuosien-respirasi-
jaringan-tumbuhan/. (Diakses, Sabtu 7 Mei 2011).
Atkin O. K., Scheurwater I, Pons T. L. 2006. Respiration as a percentage of daily
photosynthesis in whole plants is homeostatic at moderate, but not high, growth
temperatures. Journal compilation 368.
Dwidjoseputro. 1986. Biologi. Erlangga. Jakarta.
Pantastico, E. B. 1986. Fisiologi Pasca Panen dan Pemanfaatan Buah - buahan dan Sayur-
sayuran Tropika dan Subtropika. Kamariyani, penerjemah. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
Putra, Issanto. 2010. Penetapan Kuosien Jaringan Tumbuhan.
http://4thena.wordpress.com/category/fisiologi-tumbuhan/. (Diakses, Sabtu 7 Mei
2011).
Salisbury, Frank B. dan Ross, Cleon W. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : Penerbit ITB.
Tjitrosomo.1987. Botani Umum 2. Bandung: Penerbit Angkasa.
Umbara, Danu S. 2008. Pengembangan Teknik Modified Atmosphere Packaging untuk Sayuran Campuran Terolah Minimal. http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:VXsSje3QQaQJ:repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/13949/DANU%2520UMBARA%2520S_F2008.pdf?sequence%3D2+kuosien+respirasi+tumbuhan+kecambah+pdf&hl=id&gl=id. (Diakses, Sabtu 7 Mei 2011).
Wills RHH, Lee TH, Graham D, Glasson WBM, Hall EG. 1981. Postharvest. An
Introduction to the Physiology and Handling of Fruits and vegetables. New South
Wales University Press Limited. Kensington, N.S.W. Australia.
10
LAMPIRAN
Perhitungan Kadar CO2 :
Kadar CO2=1.000 ×VolumeTitran× Mr Sampel
1.000 ×Volume Sampel
Oven 1 : 1000× 1,2× 40
1000 ×2
= 480002000
= 24
Oven 2 : 1000× 13,6 × 40
1000 ×2
= 544000
2000 = 272
Oven 3 : 1000× 5,6 × 40
1000 ×2
= 224000
2000 = 112
Ruang 1 : 1000× 16,1× 40
1000 ×2
= 644000
2000 = 322
Ruang 2 : 1000× 3,5 ×40
1000 ×2
= 140000
2000 = 70
Ruang 3 : 1000× 11,4× 40
1000 ×2
= 456000
2000 = 228
11