Upload
fatur-a-flava
View
35
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/16/2019 Peng Asap An
http://slidepdf.com/reader/full/peng-asap-an 1/18
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH
Perhitungan BPM dan BPA suatu industri
Oleh :
FatkhurohmanNIM A1H010061
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2013
7/16/2019 Peng Asap An
http://slidepdf.com/reader/full/peng-asap-an 2/18
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas air merupakan kondisi kualitatif air yang diukur dan diuji
berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan
peraturan perundang-perundangan yang berlaku (Pasal 1 Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor : 115 Tahun 2003). Kualitas air dapat
dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik,
kimia, dan mikrobiologis. Parameter fisik menyatakan kondisi fisik ataukeberadaan bahan yang diamati secara visual. Yang termasuk dalam parameter
fisik ini dalah kekeruhan, kandungan partikel, warna, rasa, bau, suhu, dan
sebagainya. (Masduqi,2009).
Menurut Acehpedia (2010), kualitas air dapat diketahui dengan melakukan
pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah uji
kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna). Pengelolaan kualitas
air adalah upaya pemaliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan
sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kondisi air tetap dalam kondisi
alamiahnya.
Menurut Lesmana (2001), suhu pada air mempengaruhi kecepatan reaksi
kimia, baik dalam media luar maupun dalam tubuh ikan. Suhu makin naik, maka
reaksi kimia akan ssemakin cepat, sedangkan konsentrasi gas akan semakin turun,
termasuk oksigen. Akibatnya, ikan akan membuat reaksi toleran dan tidak toleran.
Naiknya suhu, akan berpengaruh pada salinitas, sehingga ikan akan melakukan
prosess osmoregulasi. Oleh ikan dari daerah air payau akan malakukan yoleransi
yang tinggi dibandingkan ikan laut dan ikan tawar.
Manurut Anonymaus(2010), laju peningkatan pH akan dilakukan
oleh nilai pH awal. Sebagai contoh : kebutuhan jumlah ion karbonat perlu
ditambahkan utuk meningkatkan satu satuan pH akan jauh lebih banyak apabila
awalnya 6,3 dibandingkan hal yang sama dilakukan pada pH 7,5. kenaikan pH
7/16/2019 Peng Asap An
http://slidepdf.com/reader/full/peng-asap-an 3/18
yang akan terjadi diimbangi oleh kadar Co2 terlarut dalan air. Sehingga, Co2
akan menurunkan pH.
B. Tujuan
1. Menentukan besar Beban Pencemaran Maxsimum(BPM)suatu limbah
industry,
2. Menetukan besar Beban Pencemaran Sebenarnya(BPA)suatu limbah industry,
3. Menyimpulkan apakah industry tersebut memenuhi baku mutu limbah cair.
7/16/2019 Peng Asap An
http://slidepdf.com/reader/full/peng-asap-an 4/18
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Kualitas Air
Kualitas air adalah kondisi kalitatif air yang diukur dan atau di uji
berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan
parameter kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan
mikrobiologis(Masduqi,2009).
Menurut Acehpedia (2010), kualitas air dapat diketahui dengan melakukan
pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah uji
kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna). Pengelolaan kualitas
air adalah upaya pemaliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan
sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kondisi air tetap dalam kondisi
alamiahnya.
2. Hubungan Antar Kualitas Air
Menurut Lesmana (2001), suhu pada air mempengaruhi kecepatan reaksi
kimia, baik dalam media luar maupun dalam tubuh ikan. Suhu makin naik, maka
reaksi kimia akan ssemakin cepat, sedangkan konsentrasi gas akan semakin turun,
termasuk oksigen. Akibatnya, ikan akan membuat reaksi toleran dan tidak toleran.
Naiknya suhu, akan berpengaruh pada salinitas, sehingga ikan akan melakukan
prosess osmoregulasi. Oleh ikan dari daerah air payau akan malakukan yoleransi
yang tinggi dibandingkan ikan laut dan ikan tawar.
Manurut Anonymaus(2010), laju peningkatan pH akan dilakukan oleh
nilai pH awal. Sebagai contoh : kebutuhan jumlah ion karbonat perlu ditambahkan
utuk meningkatkan satu satuan pH akan jauh lebih banyak apabila awalnya 6,3
dibandingkan hal yang sama dilakukan pada pH 7,5. kenaikan pH yang akan
7/16/2019 Peng Asap An
http://slidepdf.com/reader/full/peng-asap-an 5/18
terjadi diimbangi oleh kadar Co2 terlarut dalan air. Sehingga, Co2 akan
menurunkan pH.
3. Parameter Kualitas Air
3.1 Parameter Fisika
a) Kecerahan
Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan
proses fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi
menunjukkan daya tembus cahaya matahari yang jauh kedalam Perairan.. Begitu
pula sebaliknya(Erikarianto,2008).
b) Suhu
Menurut Nontji (1987), suhu air merupakan faktor yang banyak mendapat
perhatian dalam pengkajian- pengkajian kaelautan. Data suhu air dapat
dimanfaatkan bukan saja untuk mempelajari gejala-gejala fisika didalam laut,
tetapi juga dengan kaitannya kehidupan hewan atau tumbuhan. Bahkan dapat juga
dimanfaatkan untuk pengkajian meteorologi. Suhu air dipermukaan dipengaruhi
oleh kondisi meteorologi. Faktor- faktor metereolohi yang berperan disini adalah
curah hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin, dan
radiasi matahari. Dan masih banyak lagi parameter-parameter fisik lainnya seperti
bau,warna, rasa, dan lain-lain.
3.2 Parameter Kimia
a). pH
Menurut Andayani(2005), pH adalah cerminan derajat keasaman yang
diukur dari jumlah ion hidrogen menggunakan rumus pH = -log (H+). Air murni
terdiri dari ion H+dan OH- dalam jumlah berimbang hingga Ph air murni biasa 7.
Makin banyak banyak ion OH+ dalam cairan makin rendah ion H+ dan makintinggi pH. Cairan demikian disebut cairan alkalis. Sebaliknya, makin banyak H+
makin rendah PH dan cairan tersebut bersifat masam. Ph antara 7 – 9 sangat
memadai kehidupan bagi air tambak. Namun, pada keadaan tertantu, dimana air
dasar tambak memiliki potensi keasaman, pH air dapat turun hingga mencapai 4.
7/16/2019 Peng Asap An
http://slidepdf.com/reader/full/peng-asap-an 6/18
b). DO
Menurut Wibisono (2005), konsentrasi gas oksigen sangat dipengaruhi
oleh suhu, makin tinggi suhu, makin berkurang tingkat kelarutan oksigen. Dilaut,
oksigen terlarut (Dissolved Oxygen / DO) berasal dari dua sumber, yakni dari
atmosfer dan dari hasil proses fotosintesis fitoplankton dan berjenis tanaman laut.
Keberadaan oksigen terlarut ini sangat memungkinkan untuk langsung
dimanfaatkan bagi kebanyakan organisme untuk kehidupan, antara lain pada
proses respirasi dimana oksigen diperlukan untuk pembakaran (metabolisme)
bahan organik sehingga terbentuk energi yang diikuti dengan pembentukan Co2
dan H20.
c). BOD
Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya
oksigen yang diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik,
pada kondisi aerobik. Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik
ini digunakan oleh organism sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh dari
proses oksidasi (PESCOD,1973).
d). CO2
Karbondioksida (Co2), merupakan gas yang dibutuhkan oleh tumbuh-
tumbuhan air renik maupun tinhkat tinggi untuk melakukan proses fotosintesis.
Meskipun peranan karbondioksida sangat besar bagi kehidupan organisme air,
namun kandungannya yang berlebihan sangat menganggu, bahkan menjadi racu
secara langsung bagi biota budidaya, terutama dikolam dan ditambak(Kordi dan
Andi,2009).
3.1 Parameter Biologi
Indikator utama yang dipakai dalam menentukan kualitas perairan berdasarkan parameter biologi adalah keberadaan bakteri Escerichia coli.
Bakteri ini biasanya terdapat dalam tinja manusia maupun hewan dan sangat
jarang ditemui di tempat yang bebas dari pencemaran tinja. Bakteri E.coli ini
sangat peka terhadap proses disinfeksi dibandingkan dengan protozoa dan
virus yang menyebabkan penyakit perut (Irianti dan Sasimartoyo, 2006).
7/16/2019 Peng Asap An
http://slidepdf.com/reader/full/peng-asap-an 7/18
III. METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Data praktikum BOD dan COD
2. Kertas
3. Kalkulator
B. Cara Kerja
1. Menghitung besarnya beban pencemaran maksimum dari sampel sesuaiketentuan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup N0:
03/MENLH/1998.
2. Menentukan apakah sampel limbah sudah memenuhi standar Baku Mutu
Limbah Cair.
7/16/2019 Peng Asap An
http://slidepdf.com/reader/full/peng-asap-an 8/18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Perhitungan BPM dan BPA industry kertas
Tabel 1. Data Pemerintah
Parameter Kadar maksimum(mg/L) Beban pencemaran
maksimum(kg/hari.ha)
Bod5
Cod
50
100
4.3
8.6Debit limbah cair maksimum = 1 L/detik
Tabel 2. Data industry kertas (data lapangan)
Parameter Kadar maksimum(mg/L) Beban pencemaran
maksimum(kg/hari.ha)
Bod5
Cod
40
350
1.25
0.88
Debit limbah cair maksimum = 2.5 L/detik
Dengan luas lahan = 50 ha
Perhitungan BOD
a) BPM = (Cm)j × DM × A × F
= 50 × 1 × 50 × 0.086
= 215 kg/hari
b) BPA = (CA)j × DA × F
= 400 × 2.5 × 0.0086= 86 kg/hari
Kesimpulan dari perhitungan diatas diperoleh bahwa besarnya BPM > BPA
hal ini menyatakan bahwa limbah layak untuk dibuang secara langsung tanpa
pengolahan terlebih dahulu.
7/16/2019 Peng Asap An
http://slidepdf.com/reader/full/peng-asap-an 9/18
Perhitungan COD
a) BPM = (Cm)j × DM × A × F
= 100 × 1 × 50 × 0.086
= 430 kg/hari
b) BPA = (CA)j × DA × F
= 350 × 2.5 × 0.0086
= 75.25 kg/hari
Kesimpulan dari perhitungan diatas dapat disumpulkan bahwa BPA<BPM
maka parameter COD pada industri tersebut memenuhi baku mutu, sehingga
limbah dapat langsung dibuang langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.
7/16/2019 Peng Asap An
http://slidepdf.com/reader/full/peng-asap-an 10/18
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu mengenai “Perhitungan BPM dan BPA suatu
industry”. Pada praktikum ini praktikan menentukan BOD dan COD, dimana
dalam menentukan BOD ada dua perhitungan yaitu BPA dan BPM dimana nilai
dari perhitungan tersebut dapat kita gunakan sebagai indikasi layak tidaknya suatu
limbah untuk dibuang, begitupun juga dengan COD. Berikut penjelasan ringkas
mengenai indikasi dari BOD dan COD menggunakan perhitungan BPA dan BPM
yaitu :
Parameter BOD dan COD
BPM > BPA (limbah layak dibuang langsung tanpa pengolahan)
BPM < BPA (limbah harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang)
Dari praktikum kali ini diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1. Data Pemerintah
Parameter Kadar maksimum(mg/L) Beban pencemaran
maksimum(kg/hari.ha)
Bod5
Cod
50
100
4.3
8.6
Debit limbah cair maksimum = 1 L/detik
Tabel 2. Data industry kertas (data lapangan)
Parameter Kadar maksimum(mg/L) Beban pencemaran
maksimum(kg/hari.ha)
Bod5
Cod
40
350
1.25
0.88
Debit limbah cair maksimum = 2.5 L/detik
Dengan luas lahan = 50 ha
Perhitungan BOD
a) BPM = (Cm)j × DM × A × F
= 50 × 1 × 50 × 0.086
= 215 kg/hari
b) BPA = (CA)j × DA × F
7/16/2019 Peng Asap An
http://slidepdf.com/reader/full/peng-asap-an 11/18
= 400 × 2.5 × 0.0086
= 86 kg/hari
Perhitungan COD
a) BPM = (Cm)j × DM × A × F
= 100 × 1 × 50 × 0.086
= 430 kg/hari
b) BPA = (CA)j × DA × F
= 350 × 2.5 × 0.0086
= 75.25 kg/hari
Pada perhitungan BOD diperoleh nilai BPM = 215 kg/hari dan BPA= 86
kg/hari. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk BOD limbah dapat dibuang
secara langsung tanpa pengolahan. Sedangkan pada perhitungan COD diperoleh
nilai BPM = 430 kg/hari dan BPA 75.25 kg/hari, sehingga limbah layak untuk
dibuang secara langsung tanpa pangolahan terlebih dahulu.
Khusus dari segi kualitas, air bersih yang digunakan harus memenuhi
syarat secara fisik, kimia, mikrobiologi(Athena dkk, 2004). Menurut Sutrisno
dan Suciastuti (2002), persyaratan secara fisik meliputi air harus jernih, tidak
berwarna, rasanya tawar, tidak berbau, temperatur normal dan tidak
mengandung zat padatan. Persyaratan secara kimia meliputi derajat keasaman,
kandungan oksigen, bahan organik (dinyatakan dengan BOD, COD, TOC),
mineral atau logam, nutrien/hara, kesadahan dan sebagainya (Kusnaedi, 2002).
Adapun Penilaian kualitas perairan secara biologi dapat menggunakan
organisme sebagai indikator (Sutjianto, 2003). Indikator utama yang dipakai
dalam menentukan kualitas perairan berdasarkan parameter biologi adalah
keberadaan bakteri Escerichia coli . Bakteri ini biasanya terdapat dalam tinjamanusia maupun hewan dan sangat jarang ditemui di tempat yang bebas dari
pencemaran tinja. Bakteri E. coli ini sangat peka terhadap proses disinfeksi
dibandingkan dengan protozoa dan virus yang menyebabkan penyakit perut
(Irianti dan Sasimartoyo, 2006).
Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter ini
meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis.
7/16/2019 Peng Asap An
http://slidepdf.com/reader/full/peng-asap-an 12/18
1. Parameter Fisika
a. Daya Hantar Listrik (DHL)
DHL adalah bilangan yang menyatakan kemampuan larutan cair untuk
menghantarkan arus listrik. Kemampuan ini tergantung keberadaan ion, total
konsentrasi ion, valensi konsentrasi relatif ion dan suhu saat pengukuran.
Biasanya makin tinggi konduktivitas dalam air, maka air akan terasa payau
sampai asin. Walaupun dalam baku mutu air tidak ada batasnya, tetapi untuk nilai-
nilai yang ekstrim perlu diwaspadai (Mahida, 1984).
b. Total Padatan Terlarut (TDS)
Menurut Fardiaz (1992), Total padatan terlarut (TDS) menunjukkan
banyaknya partikel padat yang terdapat di dalam air. Padatan ini terdiri dari
senyawa anorganik dan organik yang larut dalam air, mineral dan garam-
garamnya. Tingginya nilai parameter TDS dapat mengindikasikan bahwa daerah
aliran sungai tersebut telah terjadi penggundulan hutan, dan akan mengakibatkan
pendangkalan/sedimentasi di dalam sungai.
c. Kecerahan
Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan
proses fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi
menunjukkan daya tembus cahaya matahari yang jauh kedalam Perairan.. Begitu
pula sebaliknya(Erikarianto,2008).
d. Suhu
Menurut Nontji (1987), suhu air merupakan faktor yang banyak mendapat
perhatian dalam pengkajian- pengkajian kaelautan. Data suhu air dapat
dimanfaatkan bukan saja untuk mempelajari gejala-gejala fisika didalam laut,
2. Parameter Kimiaa. Derajat Keasaman (pH)
PH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan asam
atau basa sesuatu larutan. PH juga merupakan satu cara untuk menyatakan
konsentrasi ion H+. Dalam penyediaan air, pH merupakan satu faktor yang harus
dipertimbangkan mengingat bahwa derajat keasaman dari air akan sangat
mempengaruhi aktivitas pengolahan yang akan dilakukan, misalnya dalam
7/16/2019 Peng Asap An
http://slidepdf.com/reader/full/peng-asap-an 13/18
melakukan koagulasi kimiawi, pelunakan air (water softening) dan pencegahan
korosi.
b. Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut adalah banyaknya gas oksigen yang larut dalam air.
Oksigen terlarut merupakan kebutuhan mendasar bagi kehidupan tumbuhan dan
hewan di dalam air. Kehidupan makhluk hidup di dalam air tergantung dari
kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang
dibutuhkan untuk kehidupan makhluk hidup. Oksigen terlarut dapat berasal dari
fotosintesis tumbuhan air yang jumlahnya tergantung dari tumbuhannya dan dari
udara yang masuk dalam air dengan kecepatan tertentu. Kelarutan oksigen di
dalam air tergantung pula pada suhu. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah
akan mengakibatkan hewan air yang membutuhkan oksigen akan mati, sebaliknya
bila kadar oksigen terlalu tinggi dapat mengakibatkan proses pengkaratan
(Fardiaz, 1992).
c. Alkalinitas
Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa
penurunan nilai pH larutan. Alkalinitas merupakan pertahanan air terhadap
pengasaman. Alkalinitas dalam air disebabkan oleh ion-ion karbonat (CO32-),
bikarbonat (HCO3-), hidroksida (OH-), borat (BO33-), fosfat (PO43-), silika
(SiO44-), dan sebagainya. Dalam air alam, alkalinitas sebagian besar disebabkan
oleh adanya bikarbonat, sisanya oleh karbonat dan hidroksida (Linsley, 1995).
d. Nitrat
Sutrisno (1987) mengatakan, Adanya Nitrat (NO3) dalam air adalah
berkaitan erat dengan siklus Nitrogen dalam alam. Dalam siklus tersebut dapat
diketahui bahwa Nitrat dapat terjadi baik dari N2 atmosfer maupun dari pupuk (fertilizer) yang digunakan dan dari oksidasi NO2 (Nitrit) oleh bakteri dari
kelompok nitrobacter. Nitrat yang terbentuk dari proses tersebut adalah
merupakan pupuk bagi tanaman. Nitrat yang kelebihan dari yang dibutuhkan oleh
kehidupan tanaman terbawa oleh air yang merembes melalui tanah, sebab tanah
tidak mempunyai kemampuan untuk menahannya. Hal ini mengakibatkan
terdapatnya konsentrasi Nitrat yang relatif pada air tanah.
7/16/2019 Peng Asap An
http://slidepdf.com/reader/full/peng-asap-an 14/18
Metode pengolahan air limbah dilakukan sesuai dengan karakteristik
pencemar yang terkandung di dalamnya. Terdapat tiga proses dasar yang
digunakan dalam pengolahan air limbah, yaitu proses fisika, kimia, dan biologi.
1. Proses Fisika
Proses fisika digunakan untuk menyisihkan polutan yang berupa solid
(padatan). Proses ini melibatkan fenomena fisik seperti pengendapan maupun
pengapungan. Penyisihan padatan memanfaatkan berat jenis padatan. Jika berat
jenisnya lebih besar dari air, maka proses penyisihannya dilakukan melalui
pengendapan. Sebaliknya, jika berat jenisnya lebih rendah dari air, proses
penyisihan dilakukan melalui proses pengapungan.
2. Proses Kimia
Dalam proses kimia, pengolahan limbah dilakukan dengan cara menambahkan
bahan-bahan kimia tertentu ke dalam air limbah untuk menggabungkan atau
mengikat partikel-partikel sehingga akhirnya memiliki massa yang lebih besar .
Partikel gabungan ini biasa disebut flok. Flok yang terbentuk kemudian disisihkan
dari dalam air limbah melalui proses pengendapan.
3. Proses Biologi
Pengolahan air limbah dengan proses biologi memanfaatkan mikroorganisme
untuk mengkonsumsi polutan-polutan yang berupa zat organik. Zat-zat organik ini
merupakan makanan bagi mikroorganisme yang diperlukan untuk pertumbuhan.
Jenis pengolahan secara biologi dapat dibedakan berdasarkan cara
mikroorganisme tumbuh di dalam unit pengolahan limbah. Cara tumbuh
mikroorganisme dapat secara melekat (attached growth) maupun tersuspensi
(suspended growth). Mikroorganisme yang tumbuh secara melekat akan
membutuhkan media sebagai tempat menempel. Media-media yang ditumbuhimikroba tersebut nantinya akan berfungsi sebagai filter untuk menyaring polutan
dari dalam air limbah.
Beberapa metode pengolahan air limbah yang memenuhi terminologi
pengolahan air limbah secara alami yaitu: pengolahan air limbah dengan
proses anaerobik, kolam stabilisasi, rawa buatan dan kolam tumbuhan air.
a. Pengolahan Air Limbah dengan Proses Anaerobik
7/16/2019 Peng Asap An
http://slidepdf.com/reader/full/peng-asap-an 15/18
Meskipun pengolahan air limbah secara anaerobik telah dikenal sejak
hampir 2000 tahun yang lalu di India dan Cina dalam bentuk tangki
penguraian untuk limbah kotoran hewan, proses ini cukup lama diabaikan
sebagai salah satu alternatif pengolahan limbah. Hal ini dikarenakan, proses
anaerobik dianggap tidak efisien dan terlalu lambat untuk mengolah air limbah
yang semakin hari semakin bertambah banyak volumenya (Nayono, 2005).
Gambar 1. Pengolahan Air Limbah dengan Proses Anaerobik
Keterangan: (a). Upflow anaerobic filter, (b). Downflow anaerobic filter, (c).
Fluid bed, (d). Contact process, dan (e). Upflow anaerobic sludge blanket.
b. Pengolahan Air Limbah dengan Kolam Stabilisasi (Waste Stabilization Ponds)
Kolam stabilisasi didefinisikan sebagai kolam dangkal buatan manusia
yang menggunakan proses fisis dan biologis untuk mengurangi kandungan
bahan pencemar yang terdapat pada air limbah. Proses tersebut antara lain
meliputi pengendapan partikel padat, penguraian zat organik, pengurangannutrien (P dan N) serta pengurangan organisme patogenik seperti bakteri,
telur cacing dan virus (Polprasert, 1996; Pena-Varon and Mara, 2004).
7/16/2019 Peng Asap An
http://slidepdf.com/reader/full/peng-asap-an 16/18
Gambar 2. Pengolahan Air Limbah dengan Kolam Stabilisasi (Waste
Stabilization Ponds)
c. Pengolahan Air Limbah dengan Kolam Tumbuhan air (Macrophyte ponds)
Kolam tumbuhan air (makrofita= yaitu tumbuhan air yang relatif
berukuran lebih besar daripada alga) adalah sejenis kolam pematangan yang
memanfaatkan tumbuhan air yang terapung ataupun mengambang di dalam
air. Tumbuhan air yang dipergunakan pada sistem pengolahan ini mampu
menyerap nutrien anorganik (terutama P dan N) dalam jumlah yang relatif besar
(Pescod, 1992; Körner et al., 2003). Selain itu, sistem ini juga mampu untuk
mengurangi kandungan logam berat yang terdapat pada air limbah (Polprasert,
1996; Espinosa-Quinones et al., 2005).
Gambar 3. Pengolahan Air Limbah dengan Kolam Tumbuhan air (Macrophyte
ponds)
7/16/2019 Peng Asap An
http://slidepdf.com/reader/full/peng-asap-an 17/18
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Proses pengasapan merupakan kombinasi dari penggaraman, pengasapan, dan
pengeringan. Pengasapan bertujuan untuk memperpanjang masa simpan dari
ikan.
2. prinsip pengasapan yaitu :
Asap kayu terdiri dari uap dan padatan yang berupa partikel-partikel padat
yang amat kecil,
Keduanya memiliki komposisi kimia yang sama, tetapi dalam
perbandingan yang berbeda,
Senyawa-senyawa kimia yang menguap diserap bahan terutama dalam
bentuk uap (warna dan rasa),
Partikel-partikel padat tidak begitu penting pada proses pengasapan,
Asap akan mengawetkan karena adanya aksi desinfeksi dari formaldehid ,
asam asetat dan phenol yang terkandung dalam asap.
3. Beberapa faktor yang mempengaruhi mutu dari ikan asap yaitu :
a) Bahan mentah
b) Perlakuan-perlakuan pendahuluan
c) Pengeringan sebelum pengasapan
d) Jenis kayu yang digunakan sebagai sumber asap dan
e) Kontrol terhadap suhu dan jumlah asap dalam kamar pengasap.
B. Saran
Pelaksanaan praktikum cukup tertib hanya saja alat yang digunakan
kurang memadai sehingga kuarang efisiensi terhadap waktu.
7/16/2019 Peng Asap An
http://slidepdf.com/reader/full/peng-asap-an 18/18
DAFTAR PUSTAKA
http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/07/beberapa-parameter-kualitas-fisika-
dan.html
http://siicitra.blogspot.com/2011/04/kualitas-air.html
Sutjianto, R. 2003. Biodeversitas Plankton sebagai Indikator Kualitas
Perairan. FMIPA UNHAS. Makassar.
Sutrisno, T dan E, Suciastuti. 2002. Teknologi Penyediaan Air Bersih, Rineka
Cipta. Jakarta.
Crites, R.W., Middlebrooks, J. and Reed. S.W., 2006. Natural Wastewater Treatment Systems. Francis and Taylor: Boca Raton-USA.
Siebel,M.A. dan Gijzen, H.J., 2002. Application of Cleaner Production
Concepts in Urban Water Management. Environmental Technology and
Management Seminar. Bandung: ITB
Tim penyusun. 2013. Modul Praktikum Teknik Pengolahan Hasil Pertanian.
Fakultas Pertanian, UNSOED