136
PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN TERMINAL DI KOTA MEDAN TESIS Oleh: HIZRAH HANIM LUBIS 157046017/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019 Universitas Sumatera Utara

PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

  • Upload
    others

  • View
    17

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN TERMINAL

DI KOTA MEDAN

TESIS

Oleh:

HIZRAH HANIM LUBIS

157046017/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Universitas Sumatera Utara

Page 2: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

NURSES’ EXPERIENCE IN PROVIDING TERMINAL CARE

IN MEDAN

THESIS

BY :

HIZRAH HANIM LUBIS

157046017/SURGICAL MEDICAL NURSING

NURSING FACULTY MASTER’ STUDY PROGRAM

FACULTY OF NURSING

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Universitas Sumatera Utara

Page 3: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN TERMINAL

DI KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan (M.Kep)

dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi Keperawatan Medikal Bedah

pada Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

Oleh

HIZRAH HANIM LUBIS

157046017/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Universitas Sumatera Utara

Page 4: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

Universitas Sumatera Utara

Page 5: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

Telah diuji

Pada Tanggal 07 Februari 2019

KOMISI PENGUJI TESIS

Ketua : Dra. Nurmaini, M.K.M., Ph.D

Anggota : 1. Nunung Febriany Sitepu, S.Kep., Ns., MNS

2. Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D

3. Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp., MNS

Universitas Sumatera Utara

Page 6: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

Universitas Sumatera Utara

Page 7: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

i

Judul Tesis : Pengalaman Perawat Memberikan Perawatan Terminal di Kota

Medan

Nama : Hizrah Hanim Lubis

NIM : 157046017

Program Studi : Magister Keperawatan

Minat Studi : Keperawatan Medikal Bedah

Tahun : 2019

Pengalaman Perawat Memberikan Perawatan Terminal di Kota Medan

ABSTRAK Pasien terminal adalah pasien yang dalam keadaan menderita penyakit dengan stadium lanjut yang

penyakit utamanya tidak bisa diobati kembali dan bersifat progresif. Pengobatan yang diberikan

hanya bersifat menghilangkan gejala dan keluhan, memperbaiki kualitas hidup, dan pengobatan

penunjang lainnya. Pada pasien yang mengalami kondisi terminal harapan dan pengobatan serta

usaha memperpanjang harapan hidup menurun, kondisi ini membuat perawat dan keluarga

mengalami sedih, ketakutan, merasa bersalah dan merasa gagal sehingga meningkatkan

kecemasan. Perawat membutuhkan pendekatan secara holistik dalam memberikan perawatan

penyakit terminal pada pasien dan keluarga meliputi kebutuhan fisik, emosi dan spiritual. Perawat

merupakan salah satu tim perawatan terminal yang harus memiliki pengetahuan dan keterampilan

dalam memberikan perawatan terminal yang terbaik untuk pasien dan keluarga. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah design kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dengan

tekhnik wawancara. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode

wawancara secara mendalam (indepth interview) yang dilakukan oleh peneliti sendiri dengan

durasi 60-90 menit dan metode observasi dengan jumlah partisipan12 orang perawat yang bekerja

di ruang paliatif dengan menggunakan tehnik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan

tiga tema yaitu memberikan dukungan spiritual, memberikan pelayanan dengan baik, dan

melakukan kolaborasi multidisiplin ilmu Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi perawat

dalam melayani pasien menjelang ajal yang mempunyai kebutuhan yang beragam dalam

perawatannya, tidak hanya masalah fisik namun masalah psikologis, spiritual, dan dukungan

social

Kata kunci : Pengalaman, Perawatan terminal, Kanker

Universitas Sumatera Utara

Page 8: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

ii

Thesis Title : Nurses’ Experience in Providing Terminal Care in

Medan

Name : Hizrah Hanim Lubis

Student ID : 157046017

Study Program : Magister Keperawatan

Interest in Study : Keperawatan Medikal Bedah

Year : 2019

Nurses’ Experience in Providing Terminal Care in Medan

ABSTRACT

A terminal patient one who suffers from the last stage of sickness which is progressive and cannot

be cured. Medication is only given to temporarily move the symptom and complaint, to improve

quality of life, and to give any other supporting medication. In patients who experience terminal

hope and treatment conditions and efforts to prolong life expectancy to decline, this condition

makes nurses and families experience sadness, fear, feeling guilty and feeling like a failure that

increases anxiety. Nurses need a holistic approach in providing terminal disease care to patients

and families including physical, emotional and spiritual needs. The nurse is one of the terminal

care teams who must have the knowledge and skills to provide the best terminal care for patients

and families. The research used qualitative phenomenological method. The data were gathered by

conducting in-depth interviews in duration of 60-90 minutes and observation on 12 nurses as the

informants who worked in plaintive wards, taken by using purposive sampling technique. The

result of the research showed that there were 3 themes: providing spiritual support, providing

nurses’ care, and collaboration. It is recommended that nurses use this research in motivating

them to take care of patients who are dying and who have various needs for their nursing, not only

for their physical problems but also for their psychological, spiritual, and social supports.

Keywords: Experience, Terminal Care, Cancer

Universitas Sumatera Utara

Page 9: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena dengan berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan

judul ―Pengalaman Perawat Memberikan Perawatan Penyakit Terminal di Kota

Medan‖, disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar

Magister Ilmu Keperawatan di Program Studi Magister Ilmu Keperawatan

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini tidak akan dapat diselesaikan

dengan baik tanpa bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, saya ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU. Terima

kasih atas kesempatan yang telah beliau berikan kepada penulis dalam

meningkatkan aktualisasi diri selama masa pendidikan.

2. Dewi Elizadiani Suza, S.Kep., MNS., Ph.D selaku Ketua Program Studi Magister

Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan USU.

3. Dra. Nurmaini, M.K.M., Ph.D selaku dosen pembimbing I. Terimakasih telah

memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis dalam mengerjakan tesis ini

hingga selesai.

4. Nunung Febriany Sitepu, S.Kep, Ns, MNS selaku dosen pembimbing II yang

tidak henti-hentinya memberikan pengarahan, bimbingan dan motivasi kepada

penulis sejak awal penulisan hingga selesai tesis ini.

5. Ayah, Ibu, dan Keluarga penulis yang telah banyak memberikan dukungan

materil dan moril dalam penyelesaian tesis ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

iv

6. Rekan-rekan Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara Angkatan V 2015/2016 dan semua pihak yang tidak

dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dan memberi

dorongan untuk menyelesaikan tesis ini.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan tesis ini dan harapan

penulis semoga tesis ini bermanfaat demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya

profesi keperawatan.

Medan, Januari 2019

Penulis

Hizrah Hanim Lubis

Universitas Sumatera Utara

Page 11: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ................................................................................................ i

ABSTRACT .............................................................................................. ii

KATA PENGANTAR .............................................................................. iii

DAFTAR ISI ............................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ vi

DAFTAR TABEL..................................................................................... vii

DAFTAR SKEMA ................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ x

BAB 1 PENDAHULUAN

Latar belakang ................................................................................ 1

Permasalahan.................................................................................. 9

Tujuan penelitian ............................................................................ 9

Manfaat penelitian .......................................................................... 9

Bagi praktik keperawatan ................................................... 10

Bagi peneliti selanjutnya .................................................... 10

Bagi institusi pendidikan .................................................... 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Konsep penyakit terminal .............................................................. 11

Definisi ............................................................................... 11

Penyakit terminal ............................................................... 12

Jenis-jenis penyakit terminal .............................................. 13

Efek fisik dan psikis pasien terminal ................................. 13

Fase- fase menjelang kematian .......................................... 14

Manifestasi klinik ............................................................... 16

Hal- hal yang perlu diperhatikan dengan pasien penyakit

terminal .............................................................................. 20

Tujuan perawatan pada pasien terminal ............................. 21

Konsep bimbingan pada pasien terminal .......................... 22

Komunikasi terapeutik pada klien dengan penyakit kronis 24

atau penyakit terminal .......................................................

Komunikasi dengan pasien sesuai dengan tahapan berduka 25

Asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit terminal 27

Konsep fenomenologi .................................................................... 37

Konsep teori ................................................................................... 44

Kerangka konseptual ...................................................................... 49

BAB 3 METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ............................................................................... 50

Lokasi dan waktu penelitian........................................................... 51

Lokasi penelitian ................................................................ 51

Waktu penelitian ................................................................ 51

Partisipan ........................................................................................ 52

Pengumpulan data .......................................................................... 52

Metode pengumpulan data ................................................. 54

Tehnik pengumpulan data .................................................. 55

Alat pengumpulan data ...................................................... 55

Universitas Sumatera Utara

Page 12: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

vi

Variabel dan definisi operasional ................................................... 57

Metode analisa data ........................................................................ 57

Tingkat keabsahan data (Trustworthiness)..................................... 58

Pertimbangan etik........................................................................... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................... 63

Karakteristik demografi partisipan .............................................. 63

Pengalaman perawat memberikan perawatan terminal.............. 64

BAB V PEMBAHASAN .......................................................................... 77

Keterbatasan peneliti .................................................................... 85

Implikasi penelitian ...................................................................... 85

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.................................................. 88

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 90

LAMPIRAN .............................................................................................. 94

A. Penjelasan Tentang Penelitian.................................................. 95

B. Lembar Persetujuan Menjadi Partisipan .................................. 97

C. Kuesioner Data Demografi ...................................................... 98

D. Panduan Wawancara ................................................................ 99

E. Format Catatan Lapangan ........................................................ 100

Universitas Sumatera Utara

Page 13: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar

1. Diagram Sistem Adaptasi Manusia ................................................. 47

Universitas Sumatera Utara

Page 14: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

viii

DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema

1. Manusia sebagai sistem adaptif ....................................................... 46

2. Kerangka Konseptual ....................................................................... 49

Universitas Sumatera Utara

Page 15: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel

1. Data demografi ................................................................................ 64

2. Matriks tema.................................................................................... 77

Universitas Sumatera Utara

Page 16: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran

1. Instrumen Penelitian........................................................................ 95

2. Biodata Expert ................................................................................. 101

3. Izin Penelitian................................................................................... 104

Universitas Sumatera Utara

Page 17: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kondisi terminal sering digunakan untuk menggambarkan pasien pada

kondisi hidup yang terbatas dimana kematian sulit untuk dihindari. Perawatan

penyakit terminal ditujukan untuk menutupi atau menyembunyikan keluhan

pasien, dan memberikan kenyamanan ketika tujuan penatalaksanaan tidak

mungkin disembuhkan (Muckaden, 2011).

Pasien terminal adalah pasien yang dalam keadaan menderita penyakit

dengan stadium lanjut yang penyakit utamanya tidak bisa diobati kembali dan

bersifat progresif (meningkat). Pengobatan yang diberikan hanya bersifat

menghilangkan gejala dan keluhan, memperbaiki kualitas hidup, dan pengobatan

penunjang lainnya. Pasien terminal yang menghadapi penyakit kronis

beranggapan bahwa maut sering kali menggugah rasa takut. Rasa semacam ini

didasari oleh berbagai macam faktor, seperti ketidakpastian akan pengalaman

selanjutnya, adanya rasa sakit, kecemasan, dan kegelisahan tidak akan berkumpul

lagi dengan keluarga dan lingkungan sekitarnya (Ali Yafie, 1996).

Pada kondisi terminal, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya

mengalami berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat

badan, gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan

spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka

kebutuhan pasien pada stadium terminal suatu penyakit tidak hanya pemenuhan

atau pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap

kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan. Respon klien dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 18: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

2

kondisi terminal sangat individual tergantung kondisi fisik, psikologis, sosial yang

dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda. Hal

ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien terminal.

(Smeltzer & Suzanne, 2014)

Pada kondisi terminal klien dihadapkan pada berbagai masalah pada fisik.

Gejala fisik yang ditunjukan antara lain perubahan pada penglihatan,

pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi, kulit, tanda-tanda vital, mobilisasi, dan

nyeri. Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang terjadi pada klien,

klien mungkin mengalami berbagai gejala selama berbulan-bulan sebelum terjadi

kematian. Perawat harus tanggap terhadap perubahan fisik yang terjadi pada klien

terminal karena hal tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan

kemampuan klien dalam pemeliharaan diri. (Smeltzer & Suzanne, 2014)

Seseorang yang menghadapi kondisi terminal cenderung menjalani hidup

dengan merespon terhadap berbagai kejadian dan orang disekitarnya sampai

kematian itu terjadi. Perhatian utama pasien terminal sering bukan pada kematian

itu sendiri tetapi lebih pada kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh, pengalaman

nyeri yang menyakitkan atau tekanan psikologis yang diakibatkan ketakutan akan

perpisahan, kehilangan orang yang dicintai. Orang yang telah lama hidup sendiri,

terisolasi akibat kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat

memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan. Atau

sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal

yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai. Sedangkan yang

lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau

mengalami penderitaan sepanjang hidup.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

3

Kondisi terminal adalah kondisi yang sangat rumit seperti kerentanan

kehidupan fisik, emosional dan spiritual dan ketidakamanan pada akhir

kehidupan mereka. Kondisi terminal merupakan situasi yang tidak hanya

dibatasi pada kondisi kronik seperti gagal ginjal, kondisi onkologi, dan proses

penuaan. (Dong & Fu, 2014).

Pengobatan dan perawatan penyakit terminal adalah spesialisasi yang

diakui dan fokusnya meredakan gejala pada orang yang penyakitnya tidak dapat

disembuhkan (fase terminal). Intervensi (tindakan) yang mungkin diberikan untuk

meringankan penderitaan pasien meliputi tindakan bedah, kemoterapi, dan

monitoring gejala (WHO, 1990).

Perawatan penyakit terminal bertujuan meningkatkan kualitas hidup

pasien dan keluarga mereka dalam menghadapi masalah/ penyakit yang

mengancam jiwa, melalui pencegahan, penilaian sempurna dan pengobatan rasa

sakit masalah, fisik, psikososial dan spiritual (Kemenkes RI, 2007).

Masalah di akhir kehidupan sangat beragam mulai dari usaha

memperpanjang hidup pasien yang sekarat sampai teknologi eksperimental

canggih. Pengobatan paliatif dapat juga diberikan pada pasien segala usia, dari

anak-anak dengan penyakit kanker sampai orang tua yang hampir meninggal. Satu

aspek dalam pengobatan paliatif yang memerlukan perhatian lebih adalah kontrol

rasa sakit. WHO menekankan bahwa dalam memberikan pelayanan paliatif

harus berpijak pada pola sebagai berikut: 1) meningkatkan kualitas hidup dan

menganggap kematian sebagai proses yang normal, 2) tidak mempercepat

atau menunda kematian, 3) menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang

menganggu, 4) menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual, 5)

Universitas Sumatera Utara

Page 20: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

4

mengusahakan agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya, 6)

mengusahakan dan membantu mengatasi suasana duka cita pada keluarga

(Dzauzi et al., 2011).

Dalam memberikan perawatan penyakit terminal perawat sebagai

manusia biasa dapat mengalami perasaan emosional seperti kesedihan dan

kecemasan saat memberikan perawatan paliatif, sehingga cepat menimbulkan

kehilangan semangat (merasa gagal). Peningkatan kejadian ini terjadi saat di

rumah sakit. Tantangan dan hambatan kedepan bagi perawat profesional akan

muncul dalam memberikan perawatan paliatif pada pasien dan keluarga.

WHO (2011), menyatakan bahwa pada tahun 2011, lebih dari 29 juta orang

(29.063.194) meninggal dunia akibat penyakit terminal. Perkiraan jumlah orang

yang membutuhkan perawatan paliatif sebesar 20.4 juta orang. Proporsi terbesar

94% pada orang dewasa sedangkan 6% pada anak-anak. Apabila dilihat dari

penyebaran penyakit yang membutuhkan perawatan paliatif adalah penyakit

jantung (38,5%) dan kanker (34%) kemudian diikuti oleh gangguan pernapasan

kronik (10,3%), HIV/AIDS (5,7%) dan diabetes (4,5%).

Berdasarkan penelitian tentang pengalaman pasien, keluarga dan

perawat di New York yang dilakukan oleh Cypress (2011) memunculkan

tema: 1) keluarga sebagai unit, 2) mamastikan perawatan fisik, 3) perawatan

fisiologi, 4) dukungan psikososial, dan 5) transformasi. Sementara penelitian

kualitatif yang dilakukan oleh Calvin et al. (2009) tentang pengalaman perawat

terhadap perawatan teminal dengan masalah kardiovaskular memunculkan tema:

1) kelelahan pemberian obat, 2) kehadiran dukungan keluarga, dan 3) mengetahui

wewenang dokter. Penelitian lain dengan desain penelitian kualitatif deskriptif

Universitas Sumatera Utara

Page 21: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

5

memunculkan tema: 1) mengalami kesulitan, 2) diskusi pengambilan keputusan,

3) memberikan semangat kepada pasien, 4) dukungan keluarga, dan 5) dukungan

perawat.

Menghadapi pasien yang dalam kondisi antara hidup dan mati kadang

menimbulkan dilema. Meminta petimbangan keluarga pasien, seringkali tidak

menyelesaikan masalah justru menimbulkan masalah baru. Pasien yang menuju

akhir hidupnya, dan keluarganya, memerlukan asuhan yang terfokus akan

kebutuhan mereka yang unik. Pasien dalam tahap terminal dapat mengalami

gejala yang berhubungan dengan proses penyakit atau terapi kuratif atau

memerlukan bantuan yang berhubungan dengan masalah-masalah psikososial,

spiritual dan budaya yang berkaitan dengan kematian dan proses kematian.

Keluarga dan pemberi pelayanan dapat diberikan kelonggaran dalam melayani

anggota keluarga pasien yang sakit terminal atau membantu meringankan rasa

sedih dan kehilangan.

Dalam memberikan perawatan paliatif perawat sebagai manusia biasa

dapat mengalami perasaan emosional seperti kesedihan dan kecemasan saat

memberikan perawatan paliatif, sehingga cepat menimbulkan kehilangan

semangat (merasa gagal). Peningkatan kejadian ini terjadi saat di rumah sakit.

Tantangan dan hambatan kedepan bagi perawat profesional akan muncul

dalam memberikan perawatan paliatif pada pasien dan keluarga.

Perawat dalam memberikan perawatan paliatif menghadapi perasaan

emosional termasuk rasa sakit, stres dan kelelahan ketika merawat pasien

sekarat. Perawat perlu mengembangkan kompetensi dan keyakinan dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 22: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

6

memberika perawatan dan mengelola serta mampu mengatasi kesedihan

untuk keberhasilan perawatan pasien. (Rushton et al, 2006)

Penelitian Brunelli dan Mulligan (2004) menyatakan bahwa proses

kesedihan bagi perawat berbeda dengan kesedihan dengan anggota keluarga.

Ketika mengalami kesedihan perawat menemukan diri mereka dalam peran yang

saling bertentangan. Pada satu sisi mereka adalah orang-orang yang harus tetap

kuat dalam memberikan dukungan, pada sisi lain mereka juga terpengaruh oleh

hilangnya seseorang yang pernah berhubungan erat dengannya akibatnya perawat

mengadopsi mekanisme koping yang tidak efektif seperti menghindari diri dari

pengalaman yang dapat mengakibatkan perasaan emosional.

Penelitian Wright dan Hogan (2008) yang menyatakan pemimpin

perawatan mengenali bahwa perawat mengalami kesedihan ketika pasien mereka

meninggal dan banyak perawat yang minimal dalam menghadapi proses

kesedihan sementara penelitian Davies et al (2008) menyatakan bahwa hambatan

dalam memberikan perawatan terminal yaitu akses terbatas penyedia perawatan

terminal, ketidakpastian dalam prognosis dan hasil pengobatan dan kurangnya

komunikasi serta hambatan dari pemberi perawatan. Sejalan dengan penelitian di

atas banyak penelitian telah mencatat bahawa kurangnya pendidikan dan pelatihan

keterampilan adalah penghalang untuk perawatan terminal (Ogle et al., 2003).

Rumah sakit bertanggung jawab memfasilitasi perawat dalam memberikan

asuhan pada akhir kehidupan pasien seperti mempertimbangkan tempat asuhan

atau pelayanan yang diberikan, tipe pelayanan yang diberikan dan kelompok

pasien yang dilayani. Rumah sakit mengembangkan proses untuk mengelola

pelayanan akhir hidup seperti memastikan bahwa gejala-gejalanya akan dilakukan

Universitas Sumatera Utara

Page 23: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

7

asesmen dan dikelola secara tepat, memastikan bahwa pasien dengan penyakit

terminal dilayani dengan hormat dan respek, melakukan asesmen keadaan pasien

sesering mungkin sesuai kebutuhan untuk mengidentifikasi gejala-gejala,

merencanakan pendekatan preventif dan terapeutik dalam mengelola gejala-gejala,

mendidik pasien dan staf tentang pengelolaan gejala-gejala.

Pasien yang dalam proses kematian mempunyai kebutuhan khusus untuk

dilayani dengan penuh hormat dan kasih. Untuk mencapai ini semua staf harus

sadar akan uniknya kebutuhan pasien dalam keadaan akhir kehidupannya.

Perhatian terhadap kenyamanan dan martabat pasien mengarahkan semua aspek

asuhan selama stadium akhir hidup. Asuhan akhir kehidupan yang diberikan

rumah sakit termasuk pemberian pengobatan yang sesuai dengan gejala dan

keinginan pasien dan keluarga, menyampaikan isu yang sensitif seperti autopsi

dan donasi organ, menghormati nilai yang dianut pasien, agama dan preferensi

budaya, mengikutsertakan pasien dan keluarganya dalam semua aspek pelayanan,

memberi respon pada masalah-masalah psikologis, emosional, spiritual dan

budaya dari pasien dan keluarganya.

Rumah sakit staf harus menyadari akan kebutuhan pasien yang unik pada

akhir hidupnya seperti dijelaskan dalam salah satu instrumen akreditasi rumah

sakit pada bagian Hak Pasien dan Keluarga (HPK) disebutkan bahwa rumah sakit

mengevaluasi mutu asuhan akhir kehidupan, berdasarkan evaluasi persepsi

keluarga dan staf, terhadap asuhan yang diberikan

Pelayanan perawatan terminal yang diberikan oleh perawat akan memiliki

kualitas yang baik apabila asuhan keperawatan yang diberikan dapat memenuhi

kebutuhan pasien. Pelayanan tersebut dapat dicapai dengan memperhatikan

Universitas Sumatera Utara

Page 24: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

8

pendidikan dan pelatihan yang dimiliki oleh perawat. Pendidikan dan pelatihan

tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi persepsi (Efendi & Makhfudli,

2015).

Persepsi terjadi dari cara berpikir seseorang dalam memahami informasi

yang didapat melalui stimulus panca indera. Proses yang terintegrasi tersebut

menyebabkan stimulus yang sama tetapi dapat menimbulkan persepsi yang

berbeda oleh masing-masing individu. Penelitian persepsi tenaga kesehatan

mengenai terminal kanker pernah dilakukan di Timur Tengah. Sebagian besar

mereka menganggap bahwa perawatan terminal merupakan hal penting yang

harus disembunyikan dari pasien agar dapat mengurangi tekanan psikologisnya.

Sehingga hal ini tidak sesuai dengan standar peraturan perundang-undangan dan

program pelatihan perawatan terminal (Khalil, 2012).

Penelitian lain tentang perawatan terminal juga pernah dilakukan di Inggris,

mereka mempersepsikan pelayanan keperawatan paliatif merupakan hal penting

untuk membantu pasien mencapai kematian yang damai. Mereka memberikan

pelayanan berstandar tinggi dengan pendekatan multidisiplin. Pelayanan tersebut

dapat tercapai dengan baik apabila ada hubungan terbuka antara pasien, keluarga

dan layanan lainnya (Austin, 2000).

Dampak positif yang ditimbulkan dari persepsi perawat mengenai perawatan

paliatif berupa terciptanya hubungan yang baik antara perawat-pasien,

meningkatkan keberanian perawat dalam merawat pasien paliatif, perawat

memiliki sikap yang baik, perawat mampu membuat pasien bertahan dengan

nyerinya, pasien memiliki upaya untuk bertahan, pasien tidak mencari kesalahan

perawat dan pasien memperoleh dukungan spiritual (Kendall, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Page 25: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

9

Berdasarkan uraian diatas pengalaman perawat dalam memberikan

perawatan penyakit terminal perlu digali sehingga dapat menjadi solusi bagi

perawat dan manajemen dalam memberikan pelayanan yang berpusat pada pasien.

Permasalahan

Pada pasien yang mengalami kondisi terminal harapan dan pengobatan serta

usaha memperpanjang harapan hidup menurun, kondisi ini membuat perawat dan

keluarga mengalami sedih, ketakutan, merasa bersalah dan merasa gagal sehingga

meningkatkan kecemasan. Pada tahap ini, perawat membutuhkan pendekatan

secara holistik dalam memberikan perawatan penyakit terminal pada pasien dan

keluarga meliputi kebutuhan fisik, emosi dan spiritual.

Perawat merupakan salah satu tim perawatan terminal yang harus memiliki

pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan perawatan terminal yang

terbaik untuk pasien dan keluarga. Melihat berbagai fenomena diatas maka

peneliti tertarik untuk mengeksplorasi lebih dalam bagaimana pengalaman

perawat memberikan perawatan terminal di kota Medan dengan desain kualitatif

dengan menggunakan pendekatan fenomenologi.

Tujuan Penelitian

Mengeksplorasi pengalaman perawat dalam memberikan perawatan

penyakit terminal di Kota Medan.

Manfaat Penelitian

Bagi praktik keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan

dalam rangka meningkatkan profesionalisme keperawatan dalam melakukan

asuhan keperawatan pada pasien terminal.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

10

Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai data dasar untuk selanjutnya

terutama untuk mengembangkan instrument penelitian untuk menilai pengalaman

perawat dalam memberikan perawatan penyakit terminal.

Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan menambah ilmu pengetahuan dan sebagai

bahan bacaan serta sumber informasi tentang pengalaman perawat dalam

memberikan perawatan penyakit terminal.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

11

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Perawatan Terminal

Definisi

Perawatan terminal adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

dukungan dan perawatan yang diberikan selama waktu mendekati kematian

dimana perawatan tersebut diberikan tanpa menunggu pasien mengalami

kegawatan nafas. Salah satu penyebab perawatan terminal adalah penyakit kronis

yang membutuhkan hari perawatan yang lama bahkan sampai dengan beberapa

bulan (Ichikyo, 2012). Sementara pengertian perawatan terminal menurut Noome,

Dijkstra, Leeuen dan Vloet 2015 menyatakan bahwa perawatan terminal adalah

sebagai perawatan dan dukungan pelayanan yang diberikan kepada pasien dan

keluarga dengan penyakit serius untuk mengambil keputusan dalam mengakhiri

pengobatan.

Kondisi terminal merupakan kondisi progrefis penyakit yang menuju kearah

kematian. Contohnya seperti penyakit jantung, dan kanker atau penyakit terminal

dimana harapan hidup tipis, tidak ada lagi obat-obatan, tim medis sudah menyerah

dan kondisi ini sudah mengarah kepada kematian (White, 2002).

Titik sentral dari perawatan adalah pasien sebagai manusia seutuhnya,

bukan hanya penyakit yang dideritanya. Perhatian ini tidak dibatasi pada pasien

secara individu, namun diperluas sampai mencakup keluarganya. Untuk itu

metode pendekatan yang terbaik adalah melalui pendekatan terintegrasi dengan

mengikutsertakan beberapa profesi terkait. Dengan demikian, pelayanan pada

pasien diberikan secara paripurna, hingga meliputi segi fisik, mental, sosial, dan

Universitas Sumatera Utara

Page 28: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

12

spiritual. Maka timbulah pelayanan perawatan terminal yang mencakup pelayanan

terintegrasi antara dokter, perawat, terapis, petugas sosial-medis, psikolog,

rohaniwan, relawan, dan profesi lain yang diperlukan.

Pelawatan terminal menekankan bahwa pelayanan terminal berpijak pada

pola dasar berikut ini: 1) meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian

sebagai proses yang normal; 2) tidak mempercepat atau menunda kematian; 3)

menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu; 4) menjaga

keseimbangan psikologis dan spiritual; 5) berusaha agar penderita tetap aktif

sampai akhir hayatnya; dan 6) berusaha membantu mengatasi suasana dukacita

pada keluarga.

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari perawatan terminal

adalah untuk mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya,

meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan dukungan kepada

keluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum

meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual, serta tidak stres

menghadapi penyakit yang dideritanya.

Penyakit terminal

Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian

berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual

bagi individu (Carpenito, 2006). Penyakit terminal adalah suatu penyakit yang

tidak bisa disembuhkan lagi. Kematian adalah tahap akhir kehidupan. Kematian

bisa datang tiba-tiba tanpa peringatan atau mengikuti periode sakit yang panjang.

Kondisi Terminal adalah Suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan

melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi

Universitas Sumatera Utara

Page 29: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

13

individu (Carpenito,2006). Pasien Terminal adalah pasien-pasien yang dirawat,

yang sudah jelas bahwa mereka akan meninggal atau keadaan mereka makin lama

makin memburuk (Stevens et al., 1999).

Pendampingan dalam proses kematian adalah suatu pendampingan dalam

kehidupan, karena mati itu termasuk bagian dari kehidupan. Manusia dilahirkan,

hidup beberapa tahun, dan akhirnya mati. Manusia akan menerima bahwa itu

adalah kehidupan, dan itu memang akan terjadi, kematian adalah akhir dari

kehidupan (Stevens et al., 1999).

Jenis-jenis penyakit terminal

Jenis-jenis penyakit terminal antra lain: 1) diabetes militus; 2) penyakit

kanker; 3) congestif renal failure; 4) stroke; 5) AIDS; dan 6) akibat kecelakaan

fatal.

Efek Fisik dan Psikhis Pasien Terminal

Pada kondisi terminal klien dihadapkan pada berbagai masalah pada fisik.

Gejala fisik yang ditunjukan antara lain perubahan pada penglihatan,

pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi, kulit, tanda-tanda vital, mobilisasi, dan

nyeri. Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang terjadi pada klien,

klien mungkin mengalami berbagai gejala selama berbulan-bulan sebelum terjadi

kematian. Perawat harus tanggap terhadap perubahan fisik yang terjadi pada klien

terminal karena hal tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan

kemampuan klien dalam pemeliharaan diri.

Seseorang yang menghadapi kondisi terminal akan menjalani hidup yang

merespon terhadap berbagai kejadian dan orang disekitarnya sampai kematian itu

terjadi. Perhatian utama pasien terminal sering bukan pada kematian itu sendiri

Universitas Sumatera Utara

Page 30: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

14

tetapi lebih pada kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri

yang menyakitkan atau tekanan psikologis yang diakibatkan ketakutan akan

perpisahan, kehilangan orang yang dicintai. Orang yang telah lama hidup sendiri,

terisolasi akibat kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat

memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan. Atau

sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal

yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai. Sedangkan yang

lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau

mengalami penderitaan sepanjang hidup.

Fase-Fase menjelang kematian

Denial (fase penyangkalan/pengingkaran dan pengasingan diri)

Dimulai ketika orang disadarkan bahwa ia akan meninggal dan dia tidak

dapat menerima informasi ini sebagai kebenaran dan bahkan mungkin

mengingkarinya. Reaksi pertama setelah mendengar, bahwa penyakitnya diduga

tidak dapat disembuhkan lagi adalah, "tidak, ini tidak mungkin terjadi dengan

saya." Penyangkalan ini merupakan mekanisme pertahanan yang biasa ditemukan

pada hampir setiap pasien pada saat pertama mendengar berita mengejutkan

tentang keadaan dirinya. Hampir tak ada orang yang percaya, bahwa kematiannya

sudah dekat, dan mekanisme ini ternyata memang menolong mereka untuk dapat

mengatasi shock khususnya kalau peyangkalan ini periodik.

Normalnya, pasien itu akan memasuki masa-masa pergumulan antara

menyangkal dan menerima kenyataan, sampai ia dapat benar-benar menerima

kenyataan, bahwa kematian memang harus ia hadapi.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

15

Anger (fase kemarahan)

Terjadi ketika pasien tidak dapat lagi mengingkari kenyataan bahwa ia akan

meninggal. Jarang sekali ada pasien yang melakukan penyangkalan terus menerus.

Masanya tiba dimana ia mengakui, bahwa kematian memang sudah dekat. Tetapi

kesadaran ini seringkali disertai dengan munculnya ketakutan dan kemarahan.

"Mengapa ini terjadi dengan diriku?", "mengapa bukan mereka yang sudah tua,

yang memang hidupnya sudah tidak berguna lagi?" kemarahan ini seringkali

diekspresikan dalam sikap rewel dan mencari-cari kesalahan pada pelayanan di

rumah sakit atau di rumah.Bahkan kadang-kadang ditujukan pada orang-orang

yang dikasihinya, dokter, pendeta, maupun Tuhan. Seringkali anggota keluarga

menjadi bingung dan tidak mengerti apa yang harus dilakukan. Umumnya mereka

tidak menyadari, bahwa tingkah laku pasien tidak masuk akal, meskipun normal,

sebagai ekspresi dari frustasi yang dialaminya.Sebenarnya yang dibutuhkan pasien

adalah pengertian, bukan argumentasi-argumentasi dari orang-orang yang

tersinggung oleh karena kemarahannya.

Bargaining (fase tawar menawar)

Ini adalah fase di mana pasien akan mulai menawar untuk dapat hidup

sedikit lebih lama lagi atau dikurangi penderitaannya.

Depresion (fase depresi)

Setelah ternyata penyakitnya makin parah, tibalah fase depresi.Penderita

merasa putus asa melihat masa depannya yang tanpa harapan.Sebagai orang

percaya memang mungkin dia mengerti adanya tempat dan keadaan yang jauh

lebih baik yang telah Tuhan sediakan di surga. Namun, meskipun demikian

perasaan putus asa masih akan dialami.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

16

Acceptance (fasemenerima)

Tidak semua pasien dapat terus menerus bertahan menolak kenyataan yang

ia alami. Pada umumnya, setelah jangka waktu tertentu mereka akan dapat

menerima kenyataan, bahwa kematian sudah dekat, sehingga mereka mulai

kehilangan kegairahan untuk berkomunikasi dan tidak tertarik lagi dengan berita

dan persoalan-persoalan di sekitarnya. Pasien-pasien seperti ini biasanya

membosankan dan mereka seringkali dilupakan oleh teman-teman dan

keluarganya, padahal kebutuhan untuk selalu dekat dengan keluarga pada saat-

saat terakhir justru menjadi sangat besar

Manifestasi klinik

Manifestasi klinik pada pasien tahap terminal, antara lain: 1) fisik: a)

gerakan pengindraan menghilang secara berangsur-angsur dari ujung kaki dan

ujung jari, b) aktifitas dari gastri intestinal berkurang, c) reflek mulai menghilang,

d) kulit kebiruan dan pucat, e) denyut nadi tidak teratur dan lemah, f) nafas

berbunyi keras dan cepat mendengkur, g) penglihatan mulai kabur, h) pasien

kadang-kadang kelihatan rasa nyeri, dan i) pasien dapat tidak sadarkan diri; 2)

psikososial: a) respon kehilangan (rasa takut diungkapkan dengan ekspresi wajah,

ketakutan. cemas diungkapkan dengan cara menggerakan otot rahang dan

kemudian mengendurkannya. rasa sedih diungkapkan dengan menangis), b)

hubungan dengan orang lain (kecemasan timbul akibat ketakutan akan

ketidakmampuan untuk berhubungan secara interpersonal serta akibat penolakan).

Respon pasien menjelang kematian

Respon pasien dalam kondisi terminal sangat individual

tergantung kondisi fisik, psikologis, sosial yang dialami, sehingga dampak yang

Universitas Sumatera Utara

Page 33: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

17

ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat

kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien terminal.Perawat harus memahami

apa yang dialami pasien dengan kondisi terminal, tujuannya untuk dapat

menyiapkan dukungan dan bantuan bagipasien sehingga pada saat-saat terakhir

dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan

damai.

Menurut Doka (2013) respon terhadap penyakit yang mengancam

hidup dibagi kedalam empat fase: 1) fase prediagnostik: terjadi ketika diketahui

ada gejala atau faktor resiko penyakit, 2) fase akut: terpusat pada kondisi

krisis. Pasien dihadapkan pada serangkaian keputusasaan, termasuk kondisi

medis, interpersonal, maupun psikologis, 3) fase kronis: pasien bertempur dengan

penyakit dan pengobatannya, 4) fase terminal: dalam kondisi ini kematian bukan

lagi hanya kemungkinan tetapi pasti terjadi. Gambaran masalah yang dihadapi

oada kondisi terminal anntara lain: a) oksigenasi: respirasi irregular, cepat atau

lambat, sirkulasi perifer menurun, perubahan mental; agitasi-gelisah, tekanan

darah menurun, hypoksia, akumulasi secret, nadi ireguler, b) eliminasi: konstipasi,

medikasi atau imobilitas memperlambat peristaltik, kurang diet serat dan asupan

makanan juga mempengaruhi konstipasi, c) nutrisi dan cairan: asupan makanan

dan cairan menurun, peristaltic menurun, distensi abdomen, kehilangan BB, bibir

kering dan pecah-pecah, lidah kering dan membengkak, mual, muntah, cegukan,

dehidrasi terjadi karena asupan cairan menurun, d) suhu: ekstremitas dingin,

kedinginan menyebabkan harus memakai selimut, e) sensori: penglihatan menjadi

kabur, refleks berkedip hilang saat mendekati kematian, menyebabkan kekeringan

pada kornea, pendengaran menurun, kemampuan berkonsentrasi menjadi

Universitas Sumatera Utara

Page 34: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

18

menurun, pendengaran berkurang, sensasi menurun, f) nyeri: ambang nyeri

menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra vena, pasien harus selalu

didampingi untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kenyaman, g) kulit

dan morbilitas: seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah pada kulit

sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi yang sering, h) psikologis:

pasien terminal dan orang terdekat biasanya mengalami banyak respon emosi,

perasaaan marah dan putus asa seringkali ditunjukan. Problem psikologis lain

yang muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan, hilang control diri,

tidak mampu lagi produktif dalam hidup, kehilangan harga diri dan harapan,

kesenjangan komunikasi/ barrier komunikasi, i) perubahan social spiritual:

pasien mulai merasa hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal dan

menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi

peredaan terhadap penderitaan

Pokok- pokok perawatan terminal: 1) Peningkatan kenyamanan:

kenyamanan bagi pasien menjelang ajal termasuk pengenalan dan peredaan

distress psikobiologis. Perawat harus memberikan bimbingan kepada keluarga

tentang tindakan penenangan bagi pasien sakit terminal. Kontrol nyeri penting

karena mengganggu tidur, nafsu makan, mobilitas, dan fungsi psikologis.

Pemberian kenyamanan bagi pasien terminal juga mencakup pengendalian gejala

penyakit dan pemberian terapi. Klien mungkin akan bergantung pada perawat dan

keluarganya untuk pemenuhan kebutuhan dasarnya, sehingga perawat bisa

memberikan bimbingan dan konseling bagi keluarga tentang bagaimana cara

memberikan kenyamanan pada klien. 2) pemeliharaan kemandirian: tempat

perawatan yang tepat untuk pasien terminal adalah perawatan intensif, pilihan lain

Universitas Sumatera Utara

Page 35: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

19

adalah perawatan hospice yang memungkinkan perawatan komprehensif di

rumah. Perawat harus memberikan informasi tentang pilihan ini kepada keluarga

danpasien. Sebagian besar pasien terminal ingin mandiri dalam melakukan

aktivitasnya. Mengizinkan pasien untuk melakukan tugas sederhana seperti

mandi, makan, membaca, akan meningkatkan martabat pasien. Perawat tidak

boleh memaksakan partisipasi pasien terutama jika ketidakmampuan secara fisik

membuat partisipasi tersebut menjadi sulit. Perawat bias memberikan dorongan

kepada keluarga untuk membiarkan pasien membuat keputusan. 3) pencegahan

kesepian dan isolasi: perawat membutuhkan kesabaran dan pengalaman untuk

merespon secara efektif terhadap pasien menjelang ajal. Untuk mencegah

kesepian dan penyimpangan sensori, perawat meningkatkan kualitas lingkungan.

Lingkungan harus diberi pencahayaan yang baik, keterlibatan anggota keluarga,

teman dekat dapat mencegah kesepian. Keluarga atau penjenguk harus

diperbolehkan bersama pasien menjelang ajal sepanjang waktu. Perawat

memberikan bimbingan kepada keluarga untuk tetap/ selalu bersama klien

menjelang ajal, terutama saat-saat terakhir hidupnya. 3) peningkatan ketenangan

spiritual: peningkatan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari

sekedar meminta rohaniawan. Ketika kematian mendekat, pasien sering mencari

ketenangan. Perawat dan keluarga dapat membantu pasien mengekspresikan nilai

dan keyakinannya. pasien menjelang ajal mungkin mencari untuk menemukan

tujuan dan makna hidup sebelum menyerahkan diri kepada kematian. Pasien

mungkin minta pengampunan baik dari yang maha kuasa atau dari anggota

keluarga. Perawat dan keluarga memberikan ketenangan spiritual dengan

menggunakan keterampilan komunikasi, empati, berdoa dengan pasien, membaca

Universitas Sumatera Utara

Page 36: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

20

kitab suci, atau mendengarkan musik. 4) dukungan untuk keluarga yang berduka:

anggota keluarga harus didukung melewati waktu menjelang ajal dan kematian

dari orang yang mereka cintai. Semua tindakan medis, peralatan yang digunakan

pada pasien harus diberikan penjelasan, seperti alat bantu nafas atau pacu jantung.

Kemungkinan yang terjadi selama fase kritis pasien terminal harus dijelaskan

pada keluarga

Hal-hal yang perlu diperhatikan dengan pasien penyakit terminal

yaitu:

Faktor predisposisi

Faktor yang mempengaruhi respon psikologis pasien pada penyakit

terminal, sistem pendekatan bagi pasien. Ras Kerud telah mengklasifikasikan

pengkajian yang dilakukan yaitu: a) riwayat psikososial, b) banyaknya distress

yang dialami dan respon terhadap krisis, c) kemampuan koping, d) tingkat

perkembangan, dan e) adanya reaksi sedih dan kehilangan.

Faktor sosio cultural

Pasien mengekspresikan sesuai tahap perkembangan, pola kultur terhadap

kesehatan, penyakit dan kematian yang dikomunikasikan baik secara verbal

maupun nonverbal.

Faktor presipitasi

Faktor presipitas antara lain: 1) prognosa akhir penyakit yang menyebabkan

kematian; 2) faktor transisi dari arti kehidupan menuju kematian; 3) support dari

keluarga dan orang terdekat; dan 4) hilangnya harga diri karena kebutuhan tidak

terpenuhi sehingga pasien menarik diri, cepat tersinggung dan tidak ada semangat

hidup

Universitas Sumatera Utara

Page 37: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

21

Faktor perilaku

Faktor perilaku antara lain: 1) respon terhadap pasien; 2) respon terhadap

diagnose; dan 3) isolasi social.

Mekanisme koping

Denial

Denial adalah mekanisme koping yang berhubungan dengan penyakit fisik

yang berfungsi sebagai pelindung pasien untuk memahami penyakit secara

bertahap adalah: 1) tahap awal (initial Stage) tahap menghadapi ancaman terhadap

kehilangan ―saya harus meninggal karena penyakit ini‖; 2) tahap kronik (kronik

stage) persetujuan dengan proses penyakit ―aku menyadari dengan sakit akan

meninggal tetapi tidak sekarang‖ terjadi secara mendadak dan timbul perlahan-

lahan; 3) tahap akhir (finansial stage) menerima kehilangaan ―saya akan

meninggal‖ kedamaian dalam kematian sesuai kepercayaan.

Regresi

Mekanisme pasien untuk menerima ketergantungan fungsi perannya

Kompensasi

Suatu tindakan dimana pasien tidak mampu mengatasi keterbatasan karena

penyakit yang dialami.

Belum menyadari (clossed awereness)

Pasien dan keluarga tidak menyadari kemungkinan akan kematian tidak

mengerti mengapa pasien sakit.

Tujuan perawatan pada pasien terminal

Universitas Sumatera Utara

Page 38: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

22

Tujuan perawatan pada pasien terminal antara lain: 1) membantu pasien

untuk hidup lebih nyaman dan sepenuhnya sampai meninggal; 2) membantu

keluarga memberi support pada pasien; dan 3) membantu pasien dan keluarga

untuk menerima perhatian.

Konsep bimbingan pada pasien terminal

Dalam melakukan perawatan keluarga dan orang terdekat klien harus

dilibatkan, bimbingan dan konsultasi tentang perawatan diperlukan. Pokok –

pokok dalam memberikan bimbingan dan konseling dalam perawatan pasien

terminal terdiri dari :

Peningkatan kenyamanan

Kenyamanan bagi klien menjelang ajal termasuk pengenalan dan peredaan

distress psikobiologis. Perawat harus memberikan bimbingan kepada keluarga

tentang tindakan penenangan bagi klien sakit terminal. Kontrol nyeri terutama

penting karena mengganggu tidur, nafsu makan, mobilitas, dan fungsi psikologis.

Ketakutan terhadap nyeri umum terjadi pada klien kanker. Pemberian

kenyamanan bagi klien terminal juga mencakup pengendalian gejala penyakit dan

pemberian terapi. Klien mungkin akan bergantung pada perawat dan keluarganya

untuk pemenuhan kebutuhan dasarnya, sehingga perawat bisa memberikan

bimbingan dan konseling bagi keluarga tentang bagaimana cara memberikan

kenyamanan pada klien.

Pemeliharan kemandirian

Tempat perawatan yang tepat untuk pasien terminal adalah perawatan

intensif, yang memungkinkan perawatan komprehensif di rumah. Perawat harus

memberikan informasi tentang pilihan ini kepada keluarga dank lien. Sebagian

Universitas Sumatera Utara

Page 39: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

23

besar klien terminal ingin mandiri dalam melakukan aktivitasnya. Mengizinkan

pasien untuk melakukan tugas sederhana seperti mandi, makan, membaca, akan

meningkatkan martabat klien. Perawat tidak boleh memaksakan partisipasi klien

terutama jika ketidakmampuan secara fisik membuat partisipasi tersebut menjadi

sulit. Perawat bisa memberikan dorongan kepada keluarga untuk membiarkan

klien membuat keputusan.

Pencegahan kesepian dan isolasi

Perawat membutuhkan kesabaran dan pengalaman untuk merespon secara

efektif terhadap klien menjelang ajal. Untuk mencegah kesepian dan

penyimpangan sensori, perawat mengintervensi untuk meningkatkan kualitas

lingkungan. Lingkungan harus diberi pencahayaan yang baik, keterlibatan anggota

keluarga, teman dekat dapat mencegah kesepian. Keluarga atau penjenguk harus

diperbolehkan bersama klien menjelang ajal sepanjang waktu. Perawat

memberikan bimbingan kepada keluarga untuk tetap/ selalu bersama klien

menjelang ajal, terutama saat-saat terkhir hidupnya.

Peningkatan ketenangan spiritual

Peningkatan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari sekedar

meminta rohaniawan. Ketika kematian mendekat, klien sering mencari

ketenangan. Perawat dan keluarga dapat membantu klien mengekspresikan nilai

dan keyakinannya. Klien menjelang ajal mungkin mencari untuk menemukan

tujuan dan makna hidup sebelum menyerahkan diri kepada kematian. Klien

mungkin minta pengampunan baik dari yang maha kuasa atau dari anggota

keluarga. Selain kebutuhan spiritual ada juga harapn dan cinta, cinta dapat

diekspresikan dengan baik melalui perawatan yang tulus dan penuh simpati dari

Universitas Sumatera Utara

Page 40: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

24

perawat dan keluarga. Perawat dan keluarga memberikan ketenangan spiritual

dengan menggunakan ketrampilan komunikasi, empati, berdoa dengan klien,

membaca kitab suci, atau mendengarkan musik.

Dukungan untuk keluarga yang berduka

Anggota keluarga harus didukung melewati waktu menjelang ajal dan

kematian dari orang yang mereka cintai. Semua tindakan medis, peralatan yang

digunakan pada klien harus diberikan penjelasan, seperti alat bantu nafas atau

pacu jantung. Kemungkinan yang terjadi selama fase kritis pasien terminal harus

dijelaskan padakeluarga.

Komunikasi terapeutik pada klien dengan penyakit kronis atau

penyakit terminal

Seseorang dengan penyakit kronis atau dengan penyakit terminal akan

mengalami rasa berduka dan kehilangan. Seorang perawat harus mampu

memahami hal tersebut. Komunikasi dengan klien penyakit terminal dan kronis

merupakan komunikasi yang tidak mudah. Perawat harus memiliki pengethauan

tentang penyakit yang mereka alami serta pengetahuan tentang proses berduka

dan kehilangan. Sehingga pada saat berkomunikasi perawat menggunakan konsep

komunikasi terapeutik.

Saat berkomunikasi dengan klien dengan kondisi seperti itu bisa jadi akan

timbul penolakan dari klien. Dalam menghadapi kondisi tersebut, perawat

menggunakan komunikasi terapetik. Membangun hubungan saling percaya dan

caring dengan klien dan keluarga melaui penggunaan komunikasi terapeutik

membentuk dasar bagi intervensi pelayanan paliatif (Potter & Perry, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Page 41: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

25

Dalam berkomunikasi, perawat hendaknya menggunakan komunikasi

terbuka dan jujur dan menunjukkan rasa empati. Perawat juga harus bisa menjadi

pendengar yang baik, tetap berpikiran terbuka, serta amati respon verbal dan

nonverbal klien dan keluarga. Saat berkomunikasi mungkin saja klien akan

menghindari topik pembicaraan, diam, atau mungkin saja menolak untuk

berbicara. Hal tersebut adalah respon umum yang mungkin terjadi. Respon

berduka yang normal seperti kesedihan, mati rasa, penyangkalan, marah, membuat

komunikasi menjadi sulit. Jika klien memilih untuk tidak mendiskusikan

penyakitnya saat ini, perawat harus mengizinkan dan menyampaikan bahwa klien

bisa kapan saja mengungkapkannya.

Beberapa klien tidak akan mendiskusikan emosi karena alasan pribadi atau

budaya, dan klien lain ragu-ragu untuk mengungkapkan emosi mereka karena

orang lain akan meninggalkan mereka (Potter & Perry, 2010). Memberi

kebebasan klien memilih dan menghormati keputusannya akan membuat

hubungan terapeutik dengan klien berkembang. Terkadang klien perlu mengatasi

berduka mereka sendirian sebelum mendiskusikannya dengan orang lain. Ketika

klien ingin membicarakan tentang sesuatu, susun kontrak waktu dan tempat yang

tepat.

Komunikasi dengan pasien terminal sesuai dengan tahapan berduka

Denial

Pada tahap ini kita dapat mempergunakan teknik komunikasi: 1) listening

(dengarkan apa yang diungkapkan pasien); 2) silent (mengkomunikasikan minat

perawat pada pasien secara non verbal); 3) broad opening (mengkomunikasikan

topik/pikiran yang sedang dipikirkan pasien).

Universitas Sumatera Utara

Page 42: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

26

Angger

Pada tahap ini kita dapat mempergunakan tekhnik komunikasi listening:

perawat berusaha dengan sabar mendengar apapun yang dikatakan pasien dengan

cara bargaining: a) focusing, b) bantu pasien mengembangkan topik atau hal yang

penting, c) sharing perception, dan d) menyampaikan pengertian perawat dan

mempunyai kemampuan untuk meluruskan kerancuan.

Acceptance

Pada tahap ini kita dapat menggunkan dengan cara: 1) Informing

(membantu dalam memberikan penkes tentang aspek yang sesuai dengan

kesejahteraan atau kemandirian pasien); 2) broad opening (komunikasikan

kepada pasien tentang apa yang dipikirkannya dan harapan-harapannya); 3)

focusing (membantu pasien mendiskusikan hal yang mencapai topik utama dan

menjaga agar tujuan komunikasi tercapai).

Persiapan pasien

Fase denial

Fase deniel terdiri dari: 1) beri keamanan emosional yaitu dengan

memberikan sentuhan dan ciptakan suasana tenang; dan 2) menganjurkan pasien

untuk tetap dalam pertahanan dengan tidak menghindar dari situasi sesungguhnya.

Fase anger

Fase anger meliputi: 1) membiarkan pasien untuk mengekspresikan

keinginan, menggambarkan apa yang akan dan sedang terjadi pada mereka; dan 2)

beri perhatian dan lingkungan yang nyaman dan cegah injuri.

Universitas Sumatera Utara

Page 43: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

27

Fase bargaining

Fase bargainning antara lian: 1) ajarkan pasien agar dapat membuat

keputusan dalam hidupnya yang bermakna; dan 2) dengarkan pasien pada saat

bercerita tentang hidupnya.

Fase depresi

Fase depresi antara lain: 1) perlakukan pasien dengan sabar, penuh perhatian

dan tetap realitas; dan 2) kaji pikiran dan perasaan serta persepsi pasien jika ada

asal pengertian harusnya diklarifikasi.

Fase acceptance

Fase acceptance antara lain: 1) bina hubungan saling percaya; dan 2)

pertahankan hubungan pasien dengan orang-orang terdekat.

Intervensi dengan keluarga

Intervensi dengan keluarga yang dilakukan pada pasien dengan penyakit

terminal antara lain: 1) bantu keluarga untuk mengenal koping pasien dalam

melewati fase ini; 2) bantu keluarga dalam melewati proses kematian, resolusi

yang dapat dilakukan setelah kematian; dan 3) fokus aspek sosial.

Asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit terminal

Pengkajian

Pengkajian pada klien dengan penyakit terminal, menggunakan pendekatan

holistik yaitu suatu pendekatan yang menyeluruh terhadap klien bukan hanya pada

penyakit dan aspek pengobatan dan penyembuhan saja akan tetapi juga aspek

psikososial lainnya. Salah satu metode untuk membantu perawat dalam mengkaji

Universitas Sumatera Utara

Page 44: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

28

data psikososial pada klien terminal yaitu dengan menggunakan metode

―PERSON‖.

Personal Strenghat yaitu kekuatan seseorang ditunjukkan melalui gaya

hidup, kegiatannya atau pekerjaan contoh yang positif: bekerja ditempat yang

menyenangkan bertanggung jawab penuh dan nyaman dan bekerja dengan siapa

saja dalam kegiatan sehari-hari. Contoh yang negative seperti kecewa dalam

pengalaman hidup, bekerja dengan siapa saja dalam kegiatan sehari-hari.

Emotional Reaction yaitu reaksi emosional yang ditunjukkan dengan klien.

Contoh yang positif seperti binggung tetapi mampu memfokuskan keadaan

sedangkan contoh yang negative seperti tidak berespon (menarik diri). Respon to

Stress yaitu respon klien terhadap situasi saat ini atau dimasa lalu. Contoh yang

positif seperti memahami masalah secara langsung dan mencari informasi,

menggunakan perasaannya dengan sehat misalnya: latihan dan olah raga.

Sedangkan contoh yang negative seperti menyangkal masalah dan pemakaian

alkohol. Support System yaitu: keluarga atau orang lain yang berarti. contoh yang

positif mencari dukungan keluarga, aktif di lembaga masyarakat sedangkan

contoh yang negatif seperti tidak mempunyai dukungan keluarga.

Optimum Health Goal yaitu: alasan untuk menjadi lebih baik (motivasi)

Contoh yang positif: menjadi orang tua, melihat hidup sebagai pengalaman positif

sedangkan contoh yang negative seperti memandang hidup sebagai masalah yang

terkuat dan berfikiran tidak mungkin mendapatkan yang terbaik. Nexsus yaitu:

bagian dari bahasa tubuh mengontrol seseorang mempunyai penyakit atau

mempunyai gejala yang serius.Contoh yang positif seperti melibatkan diri dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 45: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

29

perawatan dan pengobatan sedangkan coontoh yang negative seperti tidak

berusaha melibatkan diri dalam perawatan serta menunda keputusan.\

Pengkajian yang perlu diperhatikan pasien dengan penyakit terminal

menggunakan pendekatan meliputi.

Faktor predisposisi

Yaitu faktor yang mempengaruhi respon psikologis klien pada penyakit

terminal, sistem pendekatan bagi klien. Klas Kerud telah mengklasifikasikan

pengkajian yang dilakukan yaitu: riwayat psikosisial, termasuk hubungan-

hubungan interpersonal, penyalahgunaan zat, perawatan psikiatri sebelumnya,

banyaknya distress yang dialami dan respon terhadap krisis, kemampuan koping,

sosial support sistem termasuk sumber-sumber yang ada dan dibutuhkan support

tambahan, ingkat perkembangan, fase penyakit cepat terdiagnosa, pengobatan dan

post pengobatan, identitas kepercayaan diri, pendekatan nilai-nilai dan filosofi

hidup, adanya reaksi sedih dan kehilangan, pengetahuan klien tentang penyakit,

pengalaman masa lalu dengan penyakit, persepsi dan wawasan hidup respon klien

terhadap penyakit terminal, persepsi terhadap dirinya, sikap, keluarga, lingkungan,

tersedianya fasilitas kesehatan dan beratnya perjalanan penyakit dan kapasitas

individu untuk membuat psikosial kembali dalam penderitaan.

Fokus sosiokultural

Pasien mengekpresikannya sesuai dengan tahap perkembangan, pola kultur

atau latar belakang budaya terhadap kesehatan, penyakit, penderitaan dan

kematian yang dikomunikasikan baik secara verbal maupun non verbal. Faktor-

faktor yang mempengaruhi terjadinya reaksi klien terminal, yaitu: prognosa akhir

penyakit yang menyebabkan kematian, faktor transisi dari arti kehidupan menuju

Universitas Sumatera Utara

Page 46: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

30

kematian support dari keluarga dan orang terdekat, hilangnya harga diri, karena

kebutuhan tidak terpenuhi sehingga klien menarik diri, cepat tersinggung dan

tidak ada semangat hidup. Selain itu etiologi dari penyakit terminal dapat

merupakan faktor predisposisi, diantaranya penyakit kanker, enyakit akibat infeksi

yang parah/ kronis, Congestif Renal Failure (CRF), stroke multiple sklerosis,

akibat kecelakaan yang fatal

Faktor perilaku

Bila klien terdiagnosa penyakit terminal maka klien akan mengalami krisis

dan keadaan ini mengakibatkan keadaan mental klien tersinggung sehingga secara

langsung dapat menganggu fungsi fisik/penurunan daya tahan tubuh.

Respon terhadap diagnose

Biasanya terjadi pada klien yang terdiagnosa penyakit terminal adalah shock

atau tidak percaya perubahan konsep diri klien terancam, ekspresi klien dapat

berupa emosi kesedihan dan kemarahan.

Isolasi sosial

Pada klien terminal merupakan pengalaman yang sering dialami, klien

kehilangan kontak dengan orang lain dan tidak tahu dengan pasti bagaimana

pendapat orang terhadap dirinya.

Mekanis koping

Denial

Adalah mekanisme koping yang berhubungan dengan penyakit fisik yang

berfungsi pelindung kien untuk memahami penyakit secara bertahap, tahapan

tersebut adalah: tahap awal (initial stage) yaitu tahap menghadapi ancaman

terhadap kehilangan ―saya harus meninggal karena penyakit ini‖, tahap kronik

Universitas Sumatera Utara

Page 47: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

31

(kronik stage). Persetujuan dengan proses penyakit ―aku menyadari dengan sakit

akan meninggal tetapi tidak sekarang‖ dan tahap akhir (finansial stage) yaitu

menerima kehilangan ―saya akan meninggal‖ kedamaian dalam kematiannya

sesuai dengan kepercayaan.

Regresi

Mekanisme klien untuk menerima ketergantungan terhadap fungsi perannya.

Mekanisme ini juga dapat memecahkan masalah pada peran sakit klien dalam

masa penyembuhan.

Kompensasi

Suatu tindakan dimana klien tidak mampu mengatasi keterbatasannya

karena penyakit yang dialami.

Selain dari faktor-faktor yang mempengaruhi diatas, yang perlu dikaji

saat pengkajian pada klien terminal singkat “kesadaran“ antara lain adalah:

Belum menyadari (closed awereness)

Yaitu klien dan keluarga tidak menyadari kemungkinan akan kematian,

tidak mengerti mengapa klien sakit, dan mereka yakin klien akan sembuh.

Berpura-pura (mutual pralensa)

Yaitu klien, keluarga, perawat dan tenaga kesehatan lainnya tahu prognosa

penyakit terminal.

Menyadari (open awereness)

Yaitu klien dan keluarga menerima/mengetahui klien akan adanya kematian

dan merasa tenang mendiskusikan adanya kematian.

Diagnosa Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

Page 48: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

32

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien penyakit terminal antara

lain: 1) anxietas/ cemas berhubungan dengan antisipasi kehilangan, konflik yang

tidak terselesaikan, rasa takut, 2) isolasi diri berhubungan dengan perasaan tidak

berharga, perasaan meninggalkan aktivitasnya, menarik diri, 3) perubahan rasa

nyaman berhubungan dengan nyeri fisiologi atau emosional, 4) depresi

berhubungan dengan keadan fisik yang bertambah peran dan kunjungan keluarga

yang tidak teratur, 5) gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan

perubahan status mental, denial, kehilangan kepercayaan (trust), depresi, riwayat

keterampilan komunikasi verbal, 6) menarik diri/ isolasi diri berhubungan dengan

ketidakmampuan mengekpresikan perasaannya, 7) tidak efektifnya koping

individu berhubungan dengan rasa bersalah, rasa takut, gangguan mood, gangguan

mengambil keputusan, 8) Tidak efektifnya koping keluarga berhubungan dengan

rasa takut, 9) ketidakmampuan mengekpresikan perasaannya berhubungan dengan

denial, aspek fisik perawatan klien, 10) perubahan proses keluarga berhubungan

dengan perubahan peran, kehilangan anggota keluarga, stress financial, 11) takut

(kematian atau ketidak tahuan) berhubungan dengan hilang control, tidak

memprediksi masa depan, 12) antisipasi berduka berhubungan dengan antisipasi

kehilangan, rasa takut, perubahan self image, 13) disfungsi berduka berhubungan

dengan kehilangan rasa bersalah, marah, konflik yang tidak terselesaikan, 14)

putus harapan berhubungan dengan melihat harapan hidup, perubahan fisik dan

mental, hilang control, merasa hidup sendiri, 15) Gangguan peran b.d. perubahan

fungsi, 16) Potensial self care defisit berhubungan dengan ilangnya fungsi mental,

meningkatnya ketergantungan pada orang lain tentang perawatan, 17) gangguan

self konsep berhubungan dengan kehilangan fungsi fisik/ mental, meningkatnya

Universitas Sumatera Utara

Page 49: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

33

ketergantungan pada orang lain tentang perawatan, 18) dystress spiritual

berhubungan dengan rasa salah yang tak terselesaikan, marah yang tidak

terselesaikan, perasaan putus harapan dan putus pertolongan, ketidakmampuan

untuk memaafkan diri dari orang lain

Perencanaan Keperawatan

Tujuan perawatan pada pasien terminal adalah membantu klien untuk hidup

lebih nyaman dan sepenuhnya sampai meninggal, membantu keluarga memberi

support pada pasien, membantu klien dan keluarga untuk menerima perhatian.

Kriteria hasil dan manajemen efektif adalah koping yang efektif, pasien dan

keluarga yang tidak mengetahui kematian, ditandai dengan: Percakapan antara

keluarga dan klien tentang hari terakhir dan jam terakhir yang disukai, percakapan

antara klien dan keluarga tentang kepercayaan spiritual dan tentang adanya

kematian dan interaksi antara klien dan keluarga yang berhubungan dengan arti

kehidupan dan ketakutan yang berhubungan dengan kematian.

Proses pemisahan yang berguna bagi klien dan keluarga, ditandai dengan

klien memberi kenang-kenangan pada anggota keluarga, klien mengucapkan

selamat tinggal pada tiap-tiap anggota keluarga, perubahan ekspresi verbal tentang

cinta antara kelurga dan klien, klien membuang semua harapannya, diskusi antara

klien dan pasangannya tentang bagaimana mengelakan kematian pada anaknya

dan bagaimana anak berpartisipasi dalam upacara pemakaman, tidak ada ekpresi

dystress berhubungan dengan nyeri, komunikasi dengan pengunjung meskipun

klien menjadi pendengar, berusaha memberikan perhatian dan sedikit komentar,

menonton TV atau membaca sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Page 50: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

34

Intervensi keperawatan

Komunikasi

Pada tahap denial gunakan teknik komunikasi listening (dengarkan apa yang

diungkapkan klien ), pertahankan kontak mata, observasi komunikasi non verbal.

Tahap Angger, pada tahap ini kita dapat mempergunakan teknik komunikasi

listening seperti perawat berusaha dengan sabar mendengarkan apapun yang

dikatakan klien lalu diklarifikasikan. Tahap bargaining yang dapat dilakukan

perawat adalah membantu klien mengembangkan topik atau hal yang penting,

menyampaikan pengertian perawat dan mempunyai untuk kemampuan

meluruskan kerancuan. Pada tahap acceptance perawat dapat membantu dalam

memberikan pendidikan kesehatan tentang aspek yang sesuai dengan

kesejahteraan dan kemandirian klien seperti melaksanakan kegiatan sesuaai

dengan kemampuan, lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, menggunakan unakan

waktu luang dengan aktivitas bermanfaat dan pemikiran positif menyampaikan

pada klien tentang apa yang dipikirkan dan harapan-harapannya. Selanjutnya

dalah tahap focusing pada tahap ini perawat dapat membantu klien mendiskusikan

hal yang menjadi topik utama dan menjaga agar tujuan komunikasi tercapai.

Persiapan klien

Fase denial beri keamanan emosional yaitu dengan memberikan sentuhan

dan ciptakan suasana tenang, Konfirmasikan rasa takut terhadap sesuatu yang

tidak diketahuinya dengan menanyakan kepada klien apa yang dipersepsikannya

tentang kehidupan setelah mati.

Universitas Sumatera Utara

Page 51: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

35

Intervensi dengan keluarga

Bantu klien untuk mengerti tentang pentingnya komunikasi diantara klien

dan keluarga, berikan support yang bermutu yang didapatkan dengan cara berbagi

pengalaman dan perasaan, bantu keluarga untuk mengenal koping klien dalam

melewati fase ini, beri keyakinan yang realistik bahwa hubungan yang terbuka

dan jujur adalah hal penting bagi klien dalam melewati fase ini, bantu keluarga

dalam melewati proses kematian, resolusi yang dapat dilakukan setelah kematian.

Intervensi untuk pemberi asuhan

Adakan pertemuan untuk mengemukakan atau mengekpresikan perasaan

pemberi asuhan tentang kematian yang sudah dekat (study mengidentifikasikan

staf yang merawat klien dengan penyakit terminal lebih suka menjauh atau tidak

sering berada dekat dengan klien), pertemuan tim atau penulisan laporan tentukan

apa yang telah dikatakan kien bagi pengetahuan dengan lainnya yang akan

berinteraksi dengan klien.

Evaluasi

Asuhan keperawatan dapat dievaluasi melalui apakah klien ―terminal‖

ditinggal sendirian lebih dari klien yang ―non terminal‖ ketika anggota staf merasa

tidak nyaman disekitar klien ―drying‖ maka mereka tidak dapat memberikan

perawatan yang baik pada mereka. Sehingga klien lebih senang ditinggal

sendirian. Evaluasi tingkat kenyamanan klien baik fisik, emosi dan spiritual dapat

memberikan/menjadikan bukti bahwa perawatan yang efektif meskipun klien

mme gaya/pola mereka sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Page 52: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

36

Evaluasi perawat dapat menjadi pendengar yang baik, mengkaji pertanyaan

untuk menentukan iterest (rasa tertarik), kebutuhan-kebutuhan dan tugas-tugas

klien serta anggota keluarga, berkomunikasi secara teratur dengan anggota

keluarga klien, bertindak sebagai penengah antara dokter, klien dan keluarga,

menjamin kenyamanan fisik dan emosi, mensupport spiritual keluarga,

menemukan cara untuk membuat masa-masa terakhir klien menjadi sangat

berguna, merawat klien dengan penuh respek dan menjaga martabatnya,

membantu klien mengontrol dirinya semaksimal mungkin, tidak memberikan

informasi (rahasia) sebanyak mungkin kecuali bagi klien yang siap

mendengarnya, membimbing klien dalam pendekatannya menerima kematian,

mengembangkan dan menggunakan support bagi dirinya untuk tetap empati

terhadap kien dying, berbagi kenyamanan dengan menggunakan humor-humor

natural, menemukan keunikan setiap klien.

Evaluasi pada pasien klien dapat mempertahankan kontrol nyeri,

berinteraksi dengan keluarga, teman-teman dan staf perawatan, berdiskusi dan

mengekpresikan rasa takutnya, mempersiapkan dirinya terhadap kematian,

melakukan aktivitas yang dirasakan sangat bermanfaat bagi dirinya,

mengekpresikan perasaan-perasaaannya dengan cara yang tepat, mengembangkan

dan menggunakan support spiritualnya, mengembangkan dan menggunakan

support sosialnya, menjawab pertanyaan dokter,m enemukan cara untuk

mengekpresikan keunikan pribadinya dalam menghadapi kematian atau ―lifing

dying‖.

Setelah kepulanganya dari rumah sakit, klien dan keluarga dapat dirujuk

untuk follow-up dan support melalui organisasi-organisasi seperti: hospice,

Universitas Sumatera Utara

Page 53: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

37

konselor pribadi, kelompok support masyarakat dan kunjungan organisasi

perawat. Dengan adanya tahap-tahap seperti diatas maka perawat harus dapat

memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan masa-masa yang klien alami/

hadapi. Pendekatan psikososial sangat penting untuk diterapkan dalam

menghadapi klien terminal dengan mengikutsertakan faktor fisik, psikis, sosial,

spiritual serta budaya klien.

Meskipun setiap penderita memiliki keunikan sendiri yang berakar pada

jenis kelamin, pengalaman hidup, umur, fase hidup, sumber-sumber kekuatan dan

dukungan lainnya, kepercayaan, budaya dan sebagainya. Semua petugas

kesehatan yang merawat/ mendampingi penderita harus mampu menanggani

berbagai masalah umum yang utama.

Konsep Fenomenologi

Istilah fenomenologi secara etimologis berasal dari kata Fenomena dan

logos. Fenomena berasal dari kata kerja Yunani ―phainesthai‖ yang berarti

menampak, dan terbentuk dari akar kata fantasi, fantom, dan fosfor yang artinya

sinar atau cahaya. Dari kata itu terbentuk kata kerja, tampak, terlihat karena

bercahaya. Dalam bahasa kita berarti cahaya. Secara harfiah fenomena diartikan

sebagai gejala atau sesuatu yang menampakkan.

Fenomena dapat dipandang dari dua sudut. Pertama, fenomena selalu

―menunjuk ke luar‖ atau berhubungan dengan realitas di luar pikiran. Kedua,

fenomena dari sudut kesadaran kita, karena fenomenologi selalu berada dalam

kesadaran kita. Oleh karena itu dalam memandang fenomena harus terlebih

dahulu melihat ―penyaringan‖ (ratio), sehingga mendapatkan kesadaran yang

murni (Moeryadi, 2009). Donny (2005) menuliskan fenomenologi adalah ilmu

Universitas Sumatera Utara

Page 54: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

38

tentang esensi-esensi kesadaran dan esensi ideal dari obyek-obyek sebagai

korelasi dengan kesadaran.

Fenomenologi juga merupakan sebuah pendekatan filosofis untuk

menyelidiki pengalaman manusia. Fenomenologi bermakna metode pemikiran

untuk memperoleh ilmu pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan

yang ada dengan langkah-langkah logis, sistematis kritis, tidak berdasarkan

apriori/prasangka, dan tidak dogmatis. Fenomenologi sebagai metode tidak hanya

digunakan dalam filsafat tetapi juga dalam ilmu-ilmu sosial dan pendidikan.

Dalam penelitian fenomenologi melibatkan pengujian yang teliti dan

seksama pada kesadaran pengalaman manusia. Konsep utama dalam

fenomenologi adalah makna. Makna merupakan isi penting yang muncul dari

pengalaman kesadaran manusia. Untuk mengidentifikasi kualitas yang essensial

dari pengalaman kesadaran dilakukan dengan mendalam dan teliti (Smith et al,

2009).

Prinsip-prinsip penelitian fenomenologis ini pertama kali diperkenalkan

oleh Husserl. Husserl mengenalkan cara mengekspos makna dengan

mengeksplisitkan struktur pengalaman yang masih implisit. Konsep lain

fenomenologis yaitu Intensionalitas dan Intersubyektifitas, dan juga mengenal

istilah Phenomenologic Hermeneutic yang diperkenalkan oleh Heidegger. Setiap

hari manusia sibuk dengan aktifitas dan aktifitas itu penuh dengan pengalaman.

Esensi dari pengalaman dibangun oleh dua asumsi (Smith, et al 2009).

Pertama, setiap pengalaman manusia sebenarnya adalah satu ekspresi dari

kesadaran. Seseorang mengalami sesuatu. Ia sadar akan pengalamannya sendiri

yang memang bersifat subyektif. Kedua, setiap bentuk kesadaran selalu

Universitas Sumatera Utara

Page 55: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

39

merupakan kesadaran akan sesuatu. Ketika melihat mobil melewati kita, kita

berpikir siapa yang mengemudikannya, mengharapkan memiliki mobil seperti itu,

kemudian menginginkan pergi dengan mobil itu. Sama kuatnya antara ingin

bepergian dengan mobil seperti itu, ketika itu pula tidak dapat melakukannya. Itu

semua adalah aktifitas yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, sebuah sikap

yang natural. Kesadaran diri merefleksikan pada sesuatu yang dilihat, dipikirkan,

diingat dan diharapkan, inilah yang disebut dengan menjadi fenomenologi.

Penelitian fenomenologis fokus pada sesuatu yang dialami dalam kesadaran

individu, yang disebut sebagai intensionalitas. Intensionalitas (intentionality),

menggambarkan hubungan antara proses yang terjadi dalam kesadaran dengan

obyek yang menjadi perhatian pada proses itu. Dalam term fenomenologi,

pengalaman atau kesadaran selalu kesadaran pada sesuatu, melihat adalah melihat

sesuatu, mengingat adalah mengingat sesuatu, menilai adalah menilai sesuatu.

Sesuatu itu adalah obyek dari kesadaran yang telah distimulasi oleh persepsi dari

sebuah obyek yang ―real‖ atau melalui tindakan mengingat atau daya cipta (Smith

et al, 2009).

Intensionalitas tidak hanya terkait dengan tujuan dari tindakan manusia,

tetapi juga merupakan karakter dasar dari pikiran itu sendiri. Pikiran tidak pernah

pikiran itu sendiri, melainkan selalu merupakan pikiran atas sesuatu. Pikiran

selalu memiliki obyek. Hal yang sama berlaku untuk kesadaran. Intensionalitas

adalah keterarahan kesadaran (directedness of consciousness). Dan intensionalitas

juga merupakan keterarahan tindakan, yakni tindakan yang bertujuan pada satu

obyek.

Universitas Sumatera Utara

Page 56: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

40

Smith, et al (2009) menuliskan bahwa menurut Heidegger pandangan lain

dalam konsep fenomenologi adalah mengenai person (orang) yang selalu tidak

dapat dihapuskan dari dalam konteks dunianya (person-in-context) dan

intersubyektifitas. Keduanya juga merupakan central dalam fenomenologi.

Intersubyektifitas berhubungan dengan peranan berbagi (shared), tumpang tindih

(overlapping) dan hubungan alamiah dari tindakan di dalam alam semesta.

Polit dan Beck (2012) menyatakan bahwa terdapat dua jenis penelitian

fenomenologi yaitu fenomenologi deskriptif dan fenomenologi interpretif.

Descriptive phenomenology

Fenomenologi deskriptif dikembangkan oleh Husserl pada tahun 1962. Jenis

penelitian ini menekankan pada deskripsi pengalaman yang dialami oleh manusia

berdasarkan apa yang didengar, dilihat, diyakini, dirasakan, diingat, dievaluasi,

dilakukan, dan seterusnya. Fokus utama fenomenologi deskriptif adalah

‗knowing’. Penelitian ini memiliki empat langkah, yaitu bracketing, intuiting,

analyzing, dan describing.

Bracketing merupakan proses mengidentifikasi dan membebaskan diri dari

teori-teori yang diketahuinya serta menghindari perkiraan-perkiraan dalam upaya

memperoleh data yang murni. Intuting merupakan langkah kedua dimana peneliti

tetap terbuka terhadap makna yang dikaitkan dengan fenomena yang dialami oleh

partisipan. Analyzing merupakan proses analisa data yang dilakukan melalui

beberapa fase seperti; mencari pernyataan-pernyataan signifikan kemudian

mengkategorikan dan menemukan makna esensial dari fenomena yang dialami.

Describing merupakan tahap terakhir dalam fenomenologi deskriptif. Langkah ini

peneliti membuat narasi yang luas dan mendalam tentang fenomena yang diteliti.

Universitas Sumatera Utara

Page 57: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

41

Fenomenologist dalam proses analisis data untuk fenomenologi deskriptif

adalah Collaizi (1978), Giorgi (1985), dan Van Kaam (1959). Ketiga

fenomenologis tersebut berpedoman pada Filosofi Husserl yang mana fokus

utamanya adalah mengetahui gambaran sebuah fenomena.

Interpretive phenomenology

Interpretive Phenomenology dikembangkan oleh Heidegger pada tahun

1962. Filosofi yang dianut oleh Heidegger berbeda dengan Husserl. Inti

filosofinya ditekankan pada pemahaman dan interpretif (penafsiran), tidak sekedar

deskripsi pengalaman manusia. Pengalaman hidup manusia merupakan suatu

proses interpretif dan pemahaman yang merupakan ciri dasar keberadaan manusia.

Penelitian interpretif bertujuan untuk menemukan pemahaman dari makna

pengalaman hidup dengan cara masuk ke dalam dunia partisipan. Pemahaman

yang dimaksud adalah pemahaman setiap bagian dan bagian-bagian secara

keseluruhan.

Van Manen adalah ahli fenomonelogi interpretif yang berpedoman pada

filosofi Heiddegrian. Metode analisis datanya menggunakan kombinasi

karakteristik pendekatan fenomenologi deskriptif dan interpretif (Polit & Beck,

2012). Van Manen (2006) dalam Polit dan Beck (2012) menekankan bahwa

pendekatan metode fenomenologi tidak terpisahkan dari praktik menulis.

Penulisan hasil analisa kualitatif merupakan suatu upaya aktif untuk memahami

dan mengenali makna hidup dari fenomena yang diteliti yang dituangkan dalam

bentuk teks tertulis. Teks tertulis yang dibuat oleh peneliti harus dapat

mengarahkan pemahaman pembaca dalam memahami fenomena tersebut. Van

Manen juga mengatakan identifikasi tema dari deskripsi partisipan tidak hanya

Universitas Sumatera Utara

Page 58: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

42

diperoleh dari teks tertulis hasil transkrip wawancara, tetapi juga dapat diperoleh

dari sumber artistik lain seperti literatur, musik, lukisan, dan seni lainnya yang

dapat menyediakan wawasan bagi peneliti dalam melakukan interpretasi dan

pencarian makna dari suatu fenomena.

Penelitian kualitatif termasuk fenomenologi perlu ditingkatkan kualitas dan

integritas dalam proses penelitiannya. Oleh karena itu, perlu diperiksa bagaimana

tingkat keabsahan data pada penelitian kualitatif termasuk fenomenologi. Tingkat

keabsahan data dikenal dengan istilah Thusthworthiness of Data.

Menurut Lincoln dan Guba (1985) bahwa untuk memperoleh hasil

penelitian yang dapat dipercaya dan mempertahankan kepadatan data (rigor)

maka data divalidasi dengan 4 kriteria yaitu: derajat kepercayaan (credibilty),

keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability) dan kepastian

(confirmability). Keabsahan data penelitian kualitatif ini dapat dicapai sejak

melakukan penelitian, pengkodingan atau analisis data, dan presentasi hasil

temuan.

Credibility berarti keyakinan pada kebenaran dan interpretasi data. Lincoln

dan Guba (1985) menyatakan bahwa kredibiltas suatu penelitian dapat dicapai

sejak proses penelitian dilakukan melalui beberapa teknik seperti prolonged

engagement; catatan lapangan yang komprehensif (comprehensive field note);

hasil rekaman dan transkrip (audotaping dan verbatim transcription); triangulasi

data atau metode,; saturasi data; dan member checking. Kredibilitas pada saat

proses pengkodingan atau analisis data dapat dilakukan dengan teknik transkripsi

yang rigor, adanya pengembangan buku kode (intercoder book); triangulasi dari

peneliti lain, teori, analisis; peer review/debriefing. Sedangkan pada saat

Universitas Sumatera Utara

Page 59: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

43

presentasi hasil temuan, kredibilitas dapat dicapai melalui teknik dokumentasi dari

peneliti, dokumentasi refleksi.

Dependability berarti stabilitas atau reliabilitas dari data yang diperoleh dari

waktu ke waktu (Lincoln & Guba, 1985). Dependability sangat bergantung pada

credibility karena apabila dilakukan pengulangan penelitian dengan partisipan dan

konteks yang sama, akan mempunyai hasil yang sama dengan syarat data yang

diperoleh kredibel. Dependability dapat dilakukan selama proses penelitian

melalui teknik dokumentasi yang baik (careful documentation) dan triangulasi

data atau metode. Sedangkan pada saat proses pengkodingan atau analisis data,

dependability dilakukan audit (inquiry audit).

Lincoln dan Guba (1985) menyatakan bahwa Transferability berarti

bagaimana suatu penelitian dapat dilakukan di tempat lain. Seorang peneliti harus

dapat menyediakan deskripsi data yang baik pada laporan penelitiannya sehingga

pengguna lainnya dapat mengevaluasi data kedalam konteks yang lain. Saat

proses penelitian, transferability dapat dicapai melalui catatan lapangan yang

komprehensif dan saturasi data. Sedangkan pada saat presentasi hasil temuan

dapat dicapai melalui thick description dan upaya peningkatan kualitas

dokumentasi.

Confirmability yang dinyatakan Lincoln dan Guba (1985) mempunyai

objektivitas, yang mana adanya kesamaan tentang akurasi data, relevansi, atau

makna yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Kriteria ini dilaksanakan dengan

menetapkan bahwa data mewakili informasi yang diberikan partisipan, saat proses

penelitian, confirmability dapat dilakukan dengan strategi pendokumentasian yang

cukup baik (careful documentation). Confirmability juga dapat dilakukan selama

Universitas Sumatera Utara

Page 60: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

44

proses pengkodingan atau analisis data, yaitu dengan cara mengembangan suatu

kode (codebook), triangulasi (investigator, teori, dan analisis, peer review, dan

inquiry audit.

Konsep Teori

Kerangka teori untuk penelitian ini adalah Roy Adaptasi Model (RAM). Ini

adalah teori yang sistematis yang menggambarkan interaksi antara individu dan

lingkukngan untuk mencapai adaptasi. RAM mendefenisikan adaptasi sebagai

―proses dan hasil dimana fikiran dan perasaan individu menggunakan kesadaran

dan pilihan untuk membuat manusia dan integrasi lingkungan‖. Individu tersebut

digambarkan holistic, sebagai sistem adaftive yang merupakan‖ keseluruhan

bagian yang berfungsi sebagai kesatuan untuk beberapa tujuan‖ (Roy &

Andrews,1999, dalam Tomey & Alligood, 2006)

Manusia secara terus menerus mendapat pengalaman dari lingkungannnya,

sehingga pada akhirnya sebuah respon terbentuk dan terjadi adaptasi. Respon

adaptasi berupa adaptif dan maladaptive. Respon adaptif meningkatkan integrasi

dan menolong manusia untuk mencapai tujuan-tujuan dari adaptasi yaitu

kelangsungan hidup, pertumbuhan, reproduksi, keahlian dan perubahan sedangkan

respin maladaptive gagal mencapai tujuan adaptif.

Menurut Roy, lingkungan adalah kondisi, keadaan yang mempengaruhi

perkembangan dan perilaku individu atau kelompok dengan beberapa

pertimbangan saling menguntungkan individu dan sumber daya alam. Dalam hal

ini, perubahan lingkungan dapat menstimulasi individu untuk berespon adaptif.

Lingkungan adalah input bagi individu sebagai system adaptif yang melibatkan

antara faktor internal dan eksternal, faktor- faktor ini mungkin memiliki pengaruh

Universitas Sumatera Utara

Page 61: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

45

sedikit atau banyak, negatif atau positif. Namun tuntutan perubahan lingkungan

meningkatkan energi untuk beradaptasi dengan situasi. Faktor lingkungan yang

memiliki efek terhadap individu dikategorikan menjadi stimuli fokal, kontekstual,

dan residual. a) Stimuli fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan

individu dan akan mempunyai pengaruh kuat terhadap individu. b) stimuli

kontekstual yaitu stimulus yang dialami individu baik internal maupun eksternal

yang dapat mempengaruhi situasi. Rangsangan ini muncul secara bersamaan

dimana dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal (presifitasi). c)

Stimuli residual yaitu stimulus yang merupakan ciri tambahan yang ada atau

sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan lingkungan yang sukar

dilakukan observasi (Roy & Andrews,1999, dalam Tomey & Alligood, 2006)

Ada dua subsistem yang saling berhubungan dalam teori Roy. Pertama,

fungsional atau proses control subsistem yang terdiri dari regulator dan kognator.

Kedua, system effector yang terdiri dari empat mode adaptif yaitu, fisiologis,

konsep diri, fungsi peran, dan interdependen. Roy menggambarkan regulator dan

kognator sebagai koping. Regulator koping subsistem merupakan metode adaptif

fisiologis yang melibatkan system saraf, kimia, dan endokrin. Kognator koping

subsistem merupakan kognitif-emotif koping. Kognator subsistem diperoleh

melalui persepsi dan pengolahan informasi, pembelajaran, penilaian dan emosi

(Roy & Andrews,1999, dalam Tomey & Alligood, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Page 62: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

46

Input Kontrol Processes Effectors Output

Feedback

Skema 1. Manusia sebagai sistem adaptif

Fisiologis berfokus pada interaksi manusia terhadap lingkungan untuk

memenuhi kebutuhan dasar seperti oksigen, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan

istirahat, dan perlindungan. Konsep diri fokus terhadap pada aspek psikososial

dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan

integritas psikis antara persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep

diri individu meliputi physicalself (sensasi dan gambaran tubuh) dan personalself

(konsistensi diri, ideal diri, dan moral-etika-spiritual diri) (Roy & Andrews,1999,

dalam Tomey & Alligood, 2006).

Fungsi peran digambarkan bagaimana peran seseorang dalam mengenal

pola-pola interaksi sosial dalam berhubungan dengan orang lain yang dicerminkan

dalam peran 1) peran primer menentukan perilaku seseorang dalam periode waktu

dan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, dan tahap perkembangan seperti menjadi

seorang wanita dewasa. 2) peran sekunder merupakan perpanjangan dari peran

primer dan berhubungan dengan penyelesaian tugas seperti menjadi seorang isteri.

3) peran tersier merupakan peran yang dipilih secara bebas oleh seseorang, dan

Stimuli

adaptor

level

Coping

mechanism

Regulaor

cognator

Physiological

function

Selft-concept

Role function

interdependence

Adaptive and

ineffective

responses

Universitas Sumatera Utara

Page 63: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

47

sering dikaitkan dengan pemnuhan tugas kecil dalam pengenmbangan seseorang,

misalnya peran dalam organisasi. Fokusnya bagaimana seseorang dapat

memerankan dirinya di masyarakat sesuai kedudukannya. Interdependen

digambarkan seperti kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang kasih

saying, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada tingkat

individu maupun kelompok. (Roy & Andrews,1999, dalam Tomey & Alligood,

2006).

Skema 2. Diagram Sistem Adaptasi Manusia

Berkenaan dengan sistem social manusia, Roy secara luas

mengkategorikan proses control kedalam subsistem penyeimbang dan pembaru.

Sistem penyeimbang sejalan dengan regulator subsistem dari individu yang

memperhatikan keseimbangan. Untuk mempertahankan sistem, stabilizer

subsistem terlibat dalam struktur organisasi, nilai budaya dan pengaturan dari

aktivitas sehari-hari dan memperlihatkan kreatifitas, perubahan dan pertumbuhan.

Universitas Sumatera Utara

Page 64: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

48

Kerangka Konseptual

Fenomena yang dihadapi perawat dalam memberikan perawatan penyakit

terminal dimana perawat perawat memiliki peran yang lebih besar dalam

perawatan penyakit terminal seperti menghubungkan dan menjadi perantara

komunikasi antara dokter dengan pasien atau anggota keluarga untuk proses

pembuatan keputusan.

Dalam memberikan perawatan terminal perawat sebagai manusia biasa

dapat mengalami perasaan emosional seperti kesedihan dan kecemasan saat

memberikan perawatan paliatif, sehingga cepat menimbulkan kehilangan

semangat (merasa gagal). Hal ini dikategorikan sebagai stimuli sehingga

diperlukan mekanisme koping yang baik agar tidak berujung pada stres,

merasa gagal dan ketidakpuasan dalam memberikan pelayanan penyakit

terminal.

Proses kontrol dan koping akan memunculkan prilaku adaptasi bagi

perawat. Perilaku ni ditentukan oleh kemampuan penerimaan dan

penyesuaian diri terhadap kondisi yang dialami. Perilaku adaptif akan tampak

pada pasien yang menggunakan koping secara optimal dan kemampuan

menerima serta menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.

Perilaku adaptasi pada perawat yang memberikan penyakit terminal

meliputi: 1) adaptasi fisiologis: kemampuan melakukan aktivitas, kemampuan

memberikan pelayanan yang baik; 2) adaptasi konsep diri meliputi: gambaran diri

terhadap tamplan diri, harga diri dan deal diri akibat keterbatasan fisik serta

tingkat depresi yang dialami; 3) adaptasi peran meliputi: menerima perubahan dan

Universitas Sumatera Utara

Page 65: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

49

melakukan peran baru sesuai kemampuannya; 4) adaptasi interdependen meliputi:

interaksi dengan keluarga, kelompok dan masyarakat.

Skema 3. Kerangka Konseptual

Faktor- Faktor Pencetus

Diabetes militus, penyakit kanker, gagal ginjal, stroke, aids,

cedera kepala berat, gagal jantung

Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang normal,

tidak mempercepat atau menunda kematian, menghilangkan nyeri dan keluhan lain

yang menganggu, menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual, berusaha agar

penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya.

Perawatan terminal

Stimulus fokal

Beban kerja

Workplace

Stimulus

Kontekstual

Ketidakpuasan

terhadap sistem

pelayanan

kesehatan, adanya

SPO dan kebijakan

Stimulus Residual

Pola koping masa

lalu

Mekanisme Koping

1. Mekanisme

koping adaptif

2. Mekanisme

koping

maladaptif

3. Manajemen

stress

Karakteristik individu dan

lingkungan

Penyesuaian diri

Fisik fisiologis

Kelelahan, aktivitas

istirahat,

perlindungan

Konsep diri

Sensasi dan body

image, konsistensi

diri, moral etik

spiritual

Interdependen

Relationship yang

spsifik dan adanya

dukungan

Universitas Sumatera Utara

Page 66: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

50

BAB 3

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini mengenai pengalaman perawat dalam memberikan perawatan

penyakit terminal. Studi ini menggunakan rancangan kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi. Pendekatan ini dipilih agar pengalaman partisipan dapat

dieksplorasi menjadi lebih terungkap sehingga gambaran pengalaman perawat

dalam memberikan perawatan penyakit terminal dapat tergambar secara nyata.

Selain itu, penelitian ini melakukan eksplorasi, analisis dan deskripsi secara

langsung fenomena perawat dalam memberikan perawatan penyakit terminal

dengan sebebas mungkin dari sebuah intuisi yang tidak bias diukur secara

langsung (Spiegelberg, 1975, dalam Streubertb& Carpenter, 2011).

Fenomenologi deskriptif adalah pengalaman yang secara sadar dialami oleh

partisipan dan hal-hal termasuk mendengar, melihat, percaya, merasa, mengingat,

memutuskan, mengevaluasi, dan bertindak (Polit & Beck, 2012). Peneliti

melakukan langkah-langkah dengan kaidah fenomenologi deskriptif yaitu

mengidentifikasi tiga langkah dalam proses fenomenologi deskriptif, yaitu

intuiting, analyzing,dan describing. Pada langkah pertama, intuiting, peneliti

menyatu secara total dengan fenomena perawat dalam memberikan perawatan

penyakit terminal dengan mempelajari berbagai literatur. Proses pengumpulan

data, peneliti menjadi alat pengumpul data dan mendengarkan deskripsi yang

diberikan perawat selama wawancara berlangsung. Selanjutnya data tentang

pengalaman ditranskripkan dan ditelaah berulang-ulang. Pada langkah kedua,

Universitas Sumatera Utara

Page 67: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

51

analyzing, peneliti mengidentifikasi esensi fenomena pengalaman dengan

mengeksplorasi hubungan dan keterkaitan antara elemen-elemen tertentu dengan

fenomena tersebut. Selanjutnya pada langkah ketiga, describing, peneliti

mengkomunikasikan dan memberikan gambaran tertulis dari elemen atau esensi

yang kritikal dideskripsikan secara terpisah dan kemudian dalam konteks

hubungannya terhadap satu sama lain dari pengalaman perawat tersebut

(Spiegelberg, 1975, dalamStreubertb& Carpenter, 2011).

Menggunakan pendekatan fenomenologi adalah untuk menggali persepsi,

pengalaman hidup dan pemahaman esensi hidup seorang individu. Metode ini

sangat tepat digunakan untuk menggali fenomena perawat dalam memberikan

perawatan penyakit terminal karena setiap pasien memiliki persepsi tersendiri

tentang pengalaman hidupnya sesuai dengan pandangannya terhadap diri sendiri.

Dengan metode ini diharapkan dapat dihasilkan berbagai tema tentang perawat

dalam memberikan perawatan penyakit terminal.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di kota Medan dengan mengambil data perawat

yang bekerja di ruang perawatan paliatif melalui database perawat di rumah sakit

tersebut. Penelitian dilakukan di Murni Teguh Memorial Hospital Medan.

Waktu penelitian

Waktu penelitian dimulai pada bulan Juli- September 2018. Proses analisa

data dilakukan Oktober 2018.

Universitas Sumatera Utara

Page 68: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

52

Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah perawat yang memberikan perawatan

penyakit terminal. Pada penelitian kualitatif jumlah partisipan harus didasarkan

pada kebutuhan informasi. Oleh karena itu prinsip dalam pengambilan sampel

adalah saturasi data yaitu sampling sampai pada suatu titik kejenuhan dimana

tidak ada informasi baru diperoleh dan redundansi tercapai (Polit & Beck, 2012).

Secara definitif agar hasil penelitian lebih kredibel dan dapat dipercaya,

dibutuhkan minimum 10-20 partisipan (Saldana, 2011).

Penelitian yang dilakukanoleh Paganini, dan Bousso (2015), melakukan

wawancara terhadap 14 partisipan pada studi fenomenologi sudah terjadi saturasi

data, sehingga partisipan dalam penelitian ini 10-15 orang.

Pengambilan partisipan dilakukan dengan menggunakan purposive

sampling. Strubert dan Carpenter (2011) menyatakan bahwa purposive sampling

yaitu pemilihan individu sebagai partisipan dalam penelitian berdasarkan

pengetahuan dan kemampuanya tentang fenomena yang akan dikaji dan bersedia

untuk membagi pengetahuan tersebut.

Semua partisipan yang dipilih dalam penelitian ini adalah perawat yang

memiliki karakteristik sebagai berikut: bersedia menjadi partisipan, tidak

mengalami gangguan komunikasi, sehat fisik dan mental.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan metode, alat dan prosedur

pengumpulan data sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Page 69: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

53

Metode pengumpulan data

Data atau informasi yang menjadi bahan baku penelitian untuk diolah

merupakan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh

melalui serangkaian kegiatan, yaitu wawancara mendalam, sedangkan data

sekunder adalah data yang diperoleh melalui pengumpulan atau pengolahan data

yang bersifat studi dokumentasi.

Tehnik pengumpulan data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

metode wawancara secara mendalam (indepth interview) yang dilakukan oleh

peneliti sendiri dengan durasi 60-90 menit dan metode observasi. Metode

Wawancara mendalam (in-depth interveiw) atau disebut juga sebagai wawancara

tak terstruktur yang bertujuan untuk memperoleh bentuk-bentuk informasi tertentu

dari semua partisipan, tetapi susunan kata dan urutannya disesuaikan dengan ciri-

ciri tiap partisipan. Metode wawancara mendalam menggunakan panduan

wawancara yang berisi butir-butir pertanyaan untuk diajukan kepada partisipan.

Hal ini dapat memudahkan peneliti untuk melakukan wawancara, menggali

informasi, keterangan, dan data sewaktu berada di lokasi penelitian (Ghony&

Almansyur, 2012). Peneliti membebaskan partisipan untuk mengungkapkan

pengalamannya atas pertanyaan yang diajukan selama proses wawancara sehingga

data yang diperoleh merupakan informasi yang alamiah sesuai dengan

pengalaman partisipan.

Universitas Sumatera Utara

Page 70: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

54

Prosedur pengumpulan data meliputi kegiatan sebagai berikut:

Pilot study

Wawancara terhadap partisipan pertama, peneliti melakukan pilot study

pada 1 partisipan yang bertujuan sebagai latihan dalam melakukan teknik

wawancara setelah itu, hasil wawancara dari pilot study dibuat dalam bentuk

transkrip selanjutnya dikonsultasikan kepada pembimbing dan setelah mendapat

persetujuan dari pembimbing kemudian peneliti melanjutkan wawancara kepada

partisipan berikutnya.

Prolonged engagement

Peneliti melakukan pendekatan (prolonged engagement) kepada partisipan.

Pendekatan prolonged engagement dilakukan peneliti selama kurang lebih 1

minggu dengan tujuan untuk meningkatkan hubungan saling percaya antara

peneliti dan partisipan sekaligus tahap pengenalan situasi dan kondisi. Pada tahap

ini peneliti memperkenalkan diri, membina komunikasi yang baik dengan

partisipan.

Setelah itu peneliti mendatangi pastisipan kembali dengan waktu yang

berbeda dimana peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan maksud, tujuan dan

pengumpulan data yang dilakukan terhadap partisipan. memberikan informed

concent untuk mendapatkan persetujuan menjadi partisipan dalam penelitian ini.

Kemudian jika partisipan bersedia untuk menjadi partisipan dilanjutkan dengan

membuat kontrak waktu dan tempat untuk wawancara. Semua wawancara

dilakukan ditempat yang tenang, nyaman, dan menjaga privasi partisipan. Peneliti

meminta izin terlebih dahulu untuk merekam percakapan selama wawancara

berlangsung.

Universitas Sumatera Utara

Page 71: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

55

Pertanyaan yang diajukan selama wawancara berdasarkan panduan

wawancara yang telah ada. Kemudian peneliti melanjutkan mengajukan berbagai

pertanyaan dengan menggunakan tehnik probing. Tehnik probing yang dilakukan

selama wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan. Peneliti

menggunakan teknik diam sebagai cara untuk memberikan kesempatan kepada

partisipan mengingat kembali dan menceritakan pengalamannya. Peneliti juga

berupaya untuk tidak mengarahkan jawaban partisipan dan membiarkan partisipan

mengungkapkan pengalamannya secara bebas terhadap pertanyaan yang diajukan

selama proses wawancara sehingga data yang diperoleh merupakan informasi

alamiah yang sesuai dengan pengalaman partisipan.

Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data pada penelitian ini adalah kuesioner data demografi,

panduan wawancara, lembar observasi, dan field note. Alat pengumpulan data

utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan kata lain peneliti sebagai

instrumen penelitian. Peneliti menggunakan studi fenomenologi dengan

menggunakan dirinya sendiri untuk mengumpulkan data yang ―kaya‖ tentang

pengalaman perawat dalam meberikan perawatan penyakit terminal dan

mengembangkan hubungan antara peneliti dengan partisipan dalam wawancara

intensif.

Peneliti menggunakan menggunakan kuesioner data demografi partisipan

yang mencakup inisial, usia partisipan, jenis kelamin partisipan, status

kepegawaian, lama bekerja. Selain itu, peneliti juga menggunakan panduan

wawancara selama proses pengumpulan data.

Universitas Sumatera Utara

Page 72: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

56

Panduan wawancara tersebut berisi pertanyaan yang diajukan kepada

partisipan, dimana pertanyaan tersebut dibuat sendiri oleh peneliti. Panduan

wawancara dibuat berdasarkan landasan teori yang relevan dengan masalah yang

akan digali dalam penelitian. Panduan wawancara dibuat mendalam, dimulai

dengan pertanyaan terbuka, dan tidak bersifat kaku. Pertanyaan dapat berkembang

sesuai dengan proses yang sedang berlangsung selama wawancara tanpa

meninggalkan landasan teori yang telah ditetapkan. Panduan wawancara dibuat

untuk memudahkan peneliti supaya jalannya wawancara terarah dan sesuai

dengan tujuan penelitian. Selain itu panduan wawancara digunakan untuk

mengingatkan peneliti terhadap pokok permasalahan yang dibahas (Speziale &

Carpenter,2003).

Hal-hal yang ditanyakan terkait mengenai pengalaman perawat dalam

memberikan perawatan penyakit terminal. Panduan wawancara tersebut akan

dilakukan content validity oleh 3 expert.

Catatan lapangan (field note) juga digunakan peneliti untuk mengumpulkan

data catatan lapangan yang merupakan catatan tertulis tentang apa yang didengar,

dilihat, dialami, dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap

data dalam penelitian kualitatif berupa dokumentasi respon non-verbal selama

proses wawancara berlangsung (Polit & Beck,2012). Hasil catatan lapangan pada

penelitian ini berisi tanggal, waktu, suasana tempat, deskripsi atau gambaran

partisipan, serta respon non-verbal partisipan selama proses wawancara. Hasil

catatan lapangan tersebut memperkuat temuan observasi sehingga memperkaya

data yang diperoleh. Peneliti menggunakan alat perekan suara recorder untuk

merekam percakapan selama wawancara, kemudian hasil wawancara diketik

Universitas Sumatera Utara

Page 73: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

57

dalam bentuk transkrip. Alat bantu lainnya yang peneliti gunakan adalah kertas

dan pulpen untuk mencatat hal-hal penting terkait kata-kata kunci dan kejadian

yang penting.

Variabel dan Defenisi Operasional

Definisi operasional dari pengalaman perawat dalam memberikan perawatan

penyakit terminal adalah pengalaman atau persepsi perawat dalam memberikan

perawatan penyakit terminal selama bertugas memberikan asuhan keperawatan.

Metode Analisis Data

Metode analisa data dalam penelitian ini dilakukan secara analisis isi

(content analysis). Dokumen yang berisi ―pengalaman― dapat dianalisis dengan

menggunakan content analysis artinya bahwa tema-tema, isu-isu, dan motif-motif

yang terkandung didalamnya dapat dipisahkan, dihimpun, dan diinterpretasikan.

Untuk memudahkan dalam pengorganisasian data maka proses analisa data akan

dilakukan dengan bantuan komputerisasi. Adapun tahapan analisis data kualitatif

menurut Colaizzi (1978), (dalam Streubert & Carpenter, 2011) sebagai berikut: 1)

membaca seluruh deskripsi wawancara yang telah diungkapkan oleh partisipan.

Dalam proses analisis ini, pernyataan partisipan ditranskrip dari audio rekaman

wawancara dari masing-masing kelompok partisipan, 2) melakukan ekstraksi

terhadap pernyataan signifikan (pernyataan yang secara langsung berhubungan

dengan fenomena yang diteliti). Setiap pernyataan dalam transkrip partisipan yang

berhubungan langsung dengan fenomena yang diteliti dianggap signifikan.

Pernyataan yang signifikan di ekstraksi dari masing-masing transkrip dan

diberikan nomor, 3) menguraikan makna yang terkandung dalam pernyataan

signifikan. Dalam tahap analisis ini peneliti berupaya untuk memformulasikan

Universitas Sumatera Utara

Page 74: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

58

kembali pernyataan signifikan umum diekstraksi dari transkrip partisipan, 4)

menggabungkan makna yang dirumuskan ke dalam kelompok tema. Peneliti

menetapkan atau mengatur makna yang telah dirumuskan kedalam kelompok

sejenis. Dengan kata lain, makna yang dirumuskan dikelompokkan kedalam

kelompok tema. Artinya, beberapa pernyataan mungkin berhubungan, 5)

mengembangkan sebuah deskripsi tema dengan lengkap yaitu, deskripsi yang

komprehensif dari pengalaman yang diungkapkan partisipan. Sebuah deskripsi

yang lengkap dikembangkan melalui sintesis dari semua kelompok tema dan

makna yang dirumuskan dan dijelaskan oleh peneliti, 6) mengidentifikasi

landasan struktur dari fenomena tersebut. Struktur dasar mengacu kepada esensi

dari fenomena pengalaman yang diungkapkan dengan analisis ketat dari setiap

deskripsi lengkap dari fenomena tersebut, dan 7) kembali ke partisipan untuk

melakukan validasi. Pertemuan untuk tindak lanjut dibuat antara peneliti dengan

masing-masing partisipan untuk tujuan memvalidasi esensi dari fenomena dengan

partisipan. Setiap perubahan yang dibuat disesuaikan dengan umpan balik

partisipan untuk memastikan makna yang dimaksudkan partisipan tersampaikan

dalam struktur dasar dari fenomena tersebut. Integrasi dari informasi tambahan

oleh partisipan untuk dimasukkan ke dalam deskripsi final dari fenomena yang

terjadi saat ini.

Tingkat Keabsahan Data (Thrustworthiness)

Lincoln dan Guba (1985) menyatakan bahwa penelitian kualitatif termasuk

fenomenologi perlu ditingkatkan kualitas dan integitas dalam proses penelitian

melalui tingkat keabsahan data (thrusthworhiness of data). Tingkat keabsahan

Universitas Sumatera Utara

Page 75: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

59

data yang dilakukan pada penelitian adalah credibility, dependability,

transferability, dan confirmability.

Credibility pada penelitian ini dicapai sejak proses penelitian dilakukan

melalui beberapa teknik yaitu prolonged engagement, catatan lapangan yang

komprehensif, hasil rekaman dan transkrip, triangulasi data atau metode, dan

member checking. Prolonged engagement pada penelitian ini adalah mengadakan

pertemuan dengan partisipan selama 2 jam setiap pertemuan. Peneliti bertemu

dengan partisipan 2 kali dalam seminggu selama 1 minggu sebelum pengumpulan

data. Hal ini bertujuan agar terjalin hubungan saling percaya antara peneliti

dengan partisipan, sehingga partisipan dapat dengan aman dan nyaman

memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti.

Catatan lapangan juga merupakan salah satu aspek kredibilitas berupa

dokumentasi non-verbal selama wawancara untuk menambahkan informasi dari

hasil wawancara. Hasil wawancara yang direkam dan transkrip juga memperkuat

kredibilitas penelitian ini.

Credibility dipertahankan dengan cara member checking yang akan

dilakukan kepada partisipan untuk memvalidasi hasil tematik yang telah

ditemukan. Member checking dilakukan dengan membawa kembali laporan akhir

atau deskripsi atau tema-tema spesifik yang telah dianalisa peneliti kepada

partisipan dan meminta partisipan membaca dan melihat keakuratan tema yang

muncul tersebut, menanyakan kepada partisipan, apakah diantara tema yang

muncul yang tidak sesuai dengan persepsi partisipan. Partisipan diberikan hak

untuk mengubah, menambah atau mengurangi kata kunci atau tema yang sudah

diangkat. Selain itu, untuk lebih meyakinkan partisipan dengan kata kunci dan

Universitas Sumatera Utara

Page 76: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

60

tema yang diangkat, peneliti juga akan memperdengarkan hasil wawancara yang

telah direkam kepada setiap partisipan (Creswell, 1998).

Dependability yaitu apabila dilakukan penelitian pada partisipan yang sama

dalam konteks yang sama menghasilkan hasil yang sama. Oleh karena itu selama

proses penelitian dependability dilakukan melalui teknik pendokumentasian yang

baik (careful documentation) dan metode triangulasi. Dependability dalam hal ini

akan dilakukan dengan cara menyerahkan semua hasil transkrip kegiatan

penelitian kepada pembimbing tesis dan kemudian mendiskusikan kata kunci,

kategori, sub tema, dan tema-tema yang sesuai dengan tujuan dari penelitian

sehingga terbentuk sebuah analisa data.

Confirmability yang dilakukan pada penelitian ini adalah audit trial.

Selama proses penelitian berlangsung, peneliti berusaha mempertahankan

pendokumentasian dengan baik seperti jika terdapat hal-hal yang kurang jelas,

peneliti melakukan konfirmasi kepada partisipan. Selain itu hasil temuan tema

diperlihatkan kepada partisipan dan dilakukan validasi oleh partisipan. Audit trial

diperkuat dengan peneliti juga menyerahkan hasil temuan selama proses

penelitian kepada pembimbing untuk dikonfirmasi sehingga lebih objektif.

Transferability yaitu bagaimana penelitian ini dapat dilakukan di tempat

yang lain. Transferability yang dilakukan pada penelitian ini melalui penyediaan

laporan penelitian sebagai thick description. Thick description proses penelitian

berarti peneliti menyimpan semua arsip dan materi selama proses penelitian.

Authencity mengacu pada sejauh mana peneliti dengan adil dan tepat

menunjukkan kenyataan yang terjadi. Keaslian dari hasil penelitian ditemukan

ketika laporan tersebut dapat menyampaikan perasaan pastisipan selama

Universitas Sumatera Utara

Page 77: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

61

memberikan pelayanan perawatan penyakit terminal. Authencity dalam penelitian

ini dibuktikan dengan tanpa merubah kata-kata maupun pernyataan yang

disampaikan partisipan sehingga maksud dan tujuan penyampaiannya dapat

tercapai. Hal ini dapat dilihat dari transkip wawancara masing- masing parisipan.

Pertimbangan Etik

Pengambilan data dilakukan setelah peneliti mendapatkan rekomendasi dari

Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara. Setelah mendapatkan izin, selanjutnya peneliti mencari partisipan yang

sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Partisipan dalam hal ini

adalahperawat yang bertugas di ruang perawatan penyakit terminal.

Selanjutnya, peneliti menjelaskan tujuan dari penelitian dan memberikan

informed consent berisi informasi penelitian, menjelaskan tujuan penelitian,

prosedur, resiko, ketidaknyamanan dan keuntungan serta harapan atas patisipasi

individu dalam penelitian. Secara operasional, peneliti memberikan lembaran

informed consent yang bila disetujui partisipan ditandatangani dan bila tidak,

partisipan bebas atas tindakannya. Individu memiliki kebebasan untuk memilih

tanpa kontrol eksternal, ia dapat menentukan apakah akan berperan serta dalam

penelitian ini atau tidak, ia dapat saja menarik diri dari penelitian tanpa ada

konsekuensi (Creswell, 2003).

Hak privasi dan martabat (Right to privacy and dignity) dilakukan peneliti

dengan menyapa/memperlakukan partisipan sesuai dengan keinginan mereka

untuk diperlakukan. Memberikan lingkungan yang dapat menjamin kenyamanan

partisipan untuk mendapatkan privasi saat pengambilan data/wawancara

dilakukan, lokasi dan waktu disepakati sesuai dengan yang diinginkan partisipan.

Universitas Sumatera Utara

Page 78: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

62

Demi menjaga privasi, wawancara dihentikan sementara disaat adanya gangguan

datang. Wawancara kembali dilanjutkan setelah kondisi kembali kondusif dan

partisipan bersedia diwawancara tak lama kemudian.

Keberadaan anonimity (tanpa nama) pada partisipan diberikan agar identitas

subjek tidak dihubungkan bahkan oleh peneliti sendiri dengan resonnya. Subjek

hanya diberikan kode nomor. Identitas individu tidak akan dihubungkandengan

informasi serta tidak dipublikasikan dengan bebas (confidentiality). Perekaman

dan pengolahan data diolah langsung oleh peneliti.

Pada pelaksanaan hak mendapatkan perlakuan yang sama (Right to fair

treatment) individu diperlakukan adil, dan mendapatkan perlakuan yang sama.

Lingkungan penelitian dikondisikan agar memenuhi prinsip keterbukaan yaitu

kejelasan prosedur penelitian. Sebagai contoh dalam prosedur penelitian, peneliti

mempertimbangkan aspek keadilan, siapa pun partisipan, baik perempuan atau

laki-laki mendapatkan hak dan perlakuan yang sama baik sebelum, selama,

maupun sesudah berpartisipasi dalam penelitian.

Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek

(nonmaleficence). Dalam penelitian ini peneliti meminimalisir hal tersebut hanya

terkait dengan pengumpulan data berupa wawancara pada partisipan.

Ketidaknyamanan yang mungkin terjadi selama proses wawancara seperti

kelelahan, bosan, diantisipasi peneliti dengan memberitahukan hak partisipan

terkait dengan kebebasan memilih waktu dan tempat, bebas untuk berhenti

sewaktu-waktu apabila ada urusan, untuk kemudian dilanjutkan lagi wawancara

sesuai kesepakatan.

Universitas Sumatera Utara

Page 79: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

63

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian ini diuraikan bertujuan untuk menjelaskan pengalaman

perawat dalam memberikan perawatan terminal di kota Medan. Bab ini

menjelaskan tentang deskripsi karakteristik data demografi partisipan dan hasil

tema yang diperoleh dari wawancara mendalam (in-depth interview) dengan

perawat yang memeberikan perawatan terminal di kota Medan.

Karakteristik Demografi Partisipan

Partisipan dalam penelitian berjumlah 12 perawat yang memenuhi kriteria

penelitian seperti bersedia menjadi partisipan, tidak mengalami gangguan

komunikasi, sehat fisik dan mental, bekerja diruangan perawatan paliatif . Hasil

penelitian berdasarkan karakteristik partisipan yang akan dipaparkan mencakup

usia partisipan, jenis kelamin partisipan, jabatan partisipan, lama bertugas

partisipan, pelatihan yang telah diikuti partisipan.

Data yang diperoleh menunjukkan umumnya partisipan berusia 23-33

tahun sebanyak 10 orang (84%), jenis kelamin partisipan keseluruhan adalah

perempuan 12 orang (100%), umumnya jabatan partisipan sebagai perawat

pelaksana sebanyak 8 orang (66.6%), umumnya lama bertugas partisipan adalah

1-2 tahun sebanyak 6 orang (50.0%), umumnya pelatihan yang pernah diikuti

partisipan adalah perawatan palliatif sebanyak 7 orang (58.3%). Data demografi

partisipan ditampilkan secara rinci dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Universitas Sumatera Utara

Page 80: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

64

Tabel 1 Karakteristik Demografi Partisipan

Data demografi F %

Usia

23- 33 tahun 10 84

34-43 tahun 1 8,3

44- 53 tahun 1 8,3

Jenis kelamin

Laki- laki - 0

Perempuan 12 100

Jabatan

Kepala ruangan 2 16,7

Kepala tim /penanggungjawab shift 2 16,7

Perawat pelaksana 8 66,6

Lama bertugas

1-2 tahun 6 50,0

3-4 tahun 5 41,7

5-6 tahun 1 8,3

Pelatihan yang pernah diikuti

Perawatan paliatif 7 58,3

Belum mengikuti pelatihan 5 41,7

Pengalaman Perawat Memberikan Perawatan Terminal Di Kota Medan

Hasil wawancara berupa transkrip tertulis dilakukan content analysis

dengan bantuan software Welf-QDA. Berdasarkan hasil analisis ditemukan

beberapa tema yaitu: 1) memberikan perawatan spiritual; 2) melakukan peran

sesuai kemampuan; 3) melakukan kolaborasi dalam pemberian perawatan

terminal. Tema-tema ini akan dibahas secara terperinci untuk memaknai

pengalaman perawat memberikan perawatan terminal.

Memberikan dukungan spiritual

Pemenuhan perawatan spiritual pada pasien terminal merupakan kegiatan

yang dilakukan oleh perawat melalui sikap dan tindakan dalam praktek

keperawatan berdasarkan nilai- nilai keperawatan spiritual yang mengakui

martabat manusia, kebaikan, keikhlasan, belas kasih sayang, ketenangan dan

kelemahlembutan. Hal tersebut tergambar dari sub-tema yaitu: 1) memberikan

Universitas Sumatera Utara

Page 81: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

65

semangat, keyakinan kepada Tuhan, berkomunikasi dengan pasien: motivasi dan

berdoa. Masing-masing kategori dijelaskan sebagai berikut:

Memberikan semangat

Motivasi

Dalam memberikan pelayanan terminal perawat sering menjumpai pasien

putus asa, tidak memiliki tujuan dalam hidupnya, menganggap dirinya dijauhi

Tuhan, dan tidak melakukan kegiatan ibadah. Dalam kondisi ini membuat

semangat perawat akan mencari makna tentang apa yang terjadi dan dapat

mengakibatkan seseorang merasa sendiri dan terasing. Mengahadapi pasien putus

asa dalam kehidupan nya membuat perawat menyukuri kehidupan nya dan

menimbulkan motivasi memberikan pelayanan. Untuk itu diharapkan perawat

mengintegrasikan perawatan spiritual kedalam proses keperawatan dengan penuh

kasih sayang. Pernyataan ini sesuai dengan ungkapan partsipan:

“Kita sebagai perawat kadang kasihan kali lihat pasien- pasien yang

merasa Tuhan gak adil. Kadang ya gitu awak bersyukur masih diberi

kesehatan kadang kasihan lihat pasien yang merasa gak berguna lagi

pengen mati aja, sering juga dengar mereka bilang kok aku lah yang sakit

gini ya sus. Banyak kali dosaku ya makanya aku dihukum gitu katanya, ya

sebagai perawat awak semangatin lah kak”......... (Partisipan 1)

Apabila kondisi pasien menunjukkan putus asa maka perawat mencari

anggota keluarga yang paling disenangi atau disayangi pasien. Perawat dan

keluarga melakukan diskusi untuk proses perawatan pasien. Perawat memberikan

motivasi dan penjelasan kepada keluarga tentang kondisi pasien. Hal ini dilakukan

karena jika kondisi putus asa berkepanjangan dapat menjadi penyulit dalam

perawatan pasien

Universitas Sumatera Utara

Page 82: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

66

Partisipan lain mengungkapakan bahwa dirinya merasa bersyukur karena

Tuhan memberikan kesehatan dan dapat menjalankan aktivitas dengan baik.

Pasien terminal membuat perawat termotivasi memberikan pelayanan terminal

yang lebih baik lagi melalui harapan dan doa yang berikan pasien sehingga

perawat lebih termotivasi lagi memberikan yang terbaik

Hal ini dibuktikan dengan penyataan:

“Kalo dilihat pasien- pasien disini kasihan kali. Gak banyak yang bisa

dilakukannya lagi, anak nya gak ada yang sabar menjaganya, kita senang

bisa menjalani hidup, kita juga sering didoakan pasien kiranya kita diberi

kesehatan sama Tuhan biar bisa berguna, karna kalo dilihat hidup itu

cuma sementara jadi termotivasi awak berbuat baik dan selalu

bersyukur”........(Partisipan 5)

Menumbuhkan kecintaan pada Tuhan

Berdoa

Setiap manusia memiliki dimensi spiritual dan semua pasien memiliki

kebutuhan spiritual dan kebutuhan ini menonjol pada saat keadaan stress

emosional, sakit, atau bahkan menjelang kematian. Ketika pasien menjelang ajal

maka perawat harus tanggap akan kebutuhan spiritual pasien dan berespon dengan

tepat. Pemenuhan kebutuhan pasien dapat meningkatkan perilaku koping dan

memperluas sumber-sumber kekuatan pada perawat. Rasa puas memberikan

perawatan tergambarkan dari sikap selalu mendoakan agar pasien kuat menjalani

proses kematian dengan tenang dan keluarga juga menerima kondisi pasien setiap

operan shift yang dilakukan perawat. Pernyataan ini sesuai dengan ungkapan:

“Sebagai perawat aku selalu berdoa agar pasien ini tenang menjalani

perawatan, apa yang kita kasih dapat menolongnya aku bersyukur bisa kerja

disini karna aku lebih banyakmendoakan orang. Kalo doa yang baik

mendatangkan yang baik juga untuk awak nantinya apalagi ini orang sakit. Terus

pas operan shift kami selalu doa bersama menurut agama masing masing untuk

pasien pasien kami.” (Partisipan 1).

Universitas Sumatera Utara

Page 83: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

67

Partisipan lain mengatakan bahwa sejak bekerja di unit perawatan paliatif

membuat nya lebih mencintai Tuhan karena melihat sebagian besar klien terminal

ingin mandiri dalam melakukan ibadah tetapi kadang aktifitas ibadahnya

terganggu oleh kondisinya.

“Dulu sebelum disini pernah juga aku di ruangan jantung, tapi disini aku

semakin dekat rasanya sama Tuhan, yang kulihat disekelilingku orang yang lemah

yang pengen beribadah tapi gak sanggu, lah awak sehat tapi sholat aja sering

tinggal tinggal .” (Partisipan 3).

Perawat bisa memberikan dorongan kepada klien dalam beribadah dan

memfasilitasi pasien untuk dapat melaksanakannya. Seorang partisipan merasa

bersalah karena tidak bisa memfasilitasi pasien dalam beribadah

“Pengalaman yang membuat aku rasanya kayak tertampar kali, aku

merasa perlu mendalami ilmu agamaku lagi, adalah satu pasien yang bertanya

sama ku cara bertayammum tapi aku gak bisa ajarkan, ,malu kali aku seharusnya

perawat disini harus bisa mengajarkannya. Ini lah jadi pelajaran buat ku.”

(Partisipan 7).

Seorang partisipan mengungkapkan bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual

pada pasien dipenuhi oleh perawat. Pernyataan ini sesuai dengan ungkapan:

“Pasien terminal kan otomatis dia tidak mampu untuk mengerjakan

sesuatu apa yang dibutuhkan untuk dirinya misalnya memberikan makan atau

mandi, mobilisasi ringan nah termasuk juga kadang dia lupa berdoa, sholat bagi

yang muslim. Jadi kami ajak berdoa misalnya sebelum injeksi sebelum vital sign.”

(Partisipan 1).

Beberapa partisipan mengungkapan bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual

pasa pasien dilakukan perawat saat operan shift . Pernyataan ini sesuai dengan

ungkapan:

“Pokoknya kebutuhan spiritual itu misalnya kami ajak berdoa bersama

setelah operan shift. Kami berdoa setiap pagi. . .” (Partisipan 2).

“kadang ada juga yang bilang kok gak berdoa kita pagi ini sus, kadang

masih operan bu nanti kita berdoa kami bilang lah”. . . . .” (Partisipan 6).

Universitas Sumatera Utara

Page 84: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

68

Berkomunikasi dengan pasien

Marah

Fase anger atau kemarahan terjadi ketika pasien tidak dapat lagi

mengingkari kenyataan bahwa ia akan meninggal dimana ia mengakui bahwa

kematian memang sudah dekat. Tetapi kesadaran ini seringkali disertai dengan

munculnya ketakutan dan kemarahan yang tidak jarang diekspresikan dalam sikap

rewel dan mencari-cari kesalahan pada pelayanan di rumah sakit atau di rumah.

Bahkan kadang-kadang ditujukan pada orang-orang yang disekitarnya termasuk

keluarga dan perawat. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan:

― Pas dia tau dia sudah masuk terminal kadang marah- marah, pernah

aku dilempar kursi sama keluarganya, itulah yang jadi kenangan kali sampai

sekarang, dia merasa kita gak becus menyembuhkan nya padahkan emang dari

kemo udah tanya dia itu.............. (partisipan 3).

:Yang paling gak enaknya dokter kan menyampaikan kalau dia sakit

terminal tinggal nunggu aja giliran dokter keluar aku yang menghadapi marah-

marahnya. Tapi sebgagai perawat aku tau ini tugasku, kudengarkan aja pasien

dan keluarganya gak mau ku sela cakapnya, tapi sambil ku tunjukkan sikap

pengertianku abis tu kucari diantara keuarga siapa yang paling dituakan baru

kuajak ngomong ku jelaskan kembali pelan-pelan dan kalau gak bisa

kupanggillah karu ku.............. (Partisipan 4)

Depresi

Fase depresi adalah fase dimana pasien merasa putus asa melihat masa

depannya yang tanpa harapan. Pada fase depresi tidak banyak yang dilakukan oleh

perawat hanya sebagai pendengar yang baik dan menunggu fase depresi berakhir.

Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan:

“Pasien depresi gak mau diajak ngomong, biarkan ajalah dulu dengan

kesedihannya tapi tetap kita berikan pelayanan seperti biasa lama lama pasien

kan bisa berubah tapi itu dia gak bisa ditebak kapan

berubahnya...........(Partisipan 2)

Universitas Sumatera Utara

Page 85: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

69

“Aku kalau pasiennya depresi gak mau diapa apain keluarganya lah yang

awak ajak cakap karna takut juga kadang dia tiba tiba menjerit, marah bukan

apa-apa nanti terganggu pasien lain..........(Partisipan 6)

Bargaining (fase tawar menawar)

Fase bargaining atau tawar menawar adalah fase di mana pasien akan

mulai menawar kemarahannya. Pasien mulai mendiskusikan dengan perawat

bagaimana agar dirinya dapat hidup sedikit lebih lama lagi dengan mengurangi

penderitaannya sehingga dapat meninggal dengan tenang. Hal ini sesuai dengan

pernyataan partisipan:

“Kadang semalam abis dia marah- marah paginya awak operan awak

tanya kabarnya, baru kan kita tanyakan lah apakah kita bisa berdiskusi apa aja

keluhannya, kadang ada pasien yang lama kali baru terbuka tapi ada juga yang

bilang jadi apalah sus yang bisa saya lakukan biar bisa menjalani ini

semua??.................... (Partisipan 2)

“Kalau sudah terima dia sama kondisinya jadi enak diajak diskusi,

kooperatif dalam proses perawatan, ada dulu pasien ku yang hilang apapun yang

terbaik untukmku sus aku mau lah menerimanya............(Partisipan 5)

Menerima

Tidak semua pasien dapat terus menerus bertahan menolak kenyataan. Pada

umumnya setelah jangka waktu tertentu mereka akan dapat menerima kenyataan

bahwa kematian sudah dekat sehingga mereka mulai terbuka untuk

berkomunikasi. Fase ini dapat digunakan perawat untuk menumbuhkan semangat

pasien untuk menjalani proses perawatannya. Dalam berkomunikasi perawat

hendaknya menggunakan komunikasi terbuka dan jujur dan menunjukkan rasa

empati. Perawat juga harus bisa menjadi pendengar yang baik tetap berpikiran

terbuka serta amati respon verbal dan nonverbal klien dan keluarga. Pernyataan

ini sesuai dengan ungkapan:

―Memberikan dukungan, mengajak cerita, biar dia jangan merasa

sendiri….”(Partisipan 5)

Universitas Sumatera Utara

Page 86: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

70

―Memberikan motivasi, yang kedua pendekatan, dan pendekatan ini bisa

secara rohani, ataupun curhat-curhat atau bagaimana…”(Partisipan 7)

―Ya seperti yang kita ketahui pasien yang terminal itu pasti semangatnya

juga kurang, sensitif juga, kita beri motivasi, semangat” (Partisipan 5).

Seorang partisipan mengatakan bahwa pasien sangat membutuhkan

komunikasi. Pernyataan ini sesuai dengan ungkapan:

“Karena kan mereka butuhnya komunikasi, kalo masalah terapi sih ya

paling itu-itu aja”…… (Partisipan 5).

Pada fase acceptance atau menerima perawat akan lebih mudah

memberikan perawatan terminal kepada pasien. Perawat akan berdiskusi dengan

pasien dan keluarga tentang perawatan yang akan dijalani. Kontribusi pasien dan

keluarga dalam perawatan terminal dapat meningkatkan proses perawatan

sehingga pasien tidak bosan menjalani pertawatan jangka panjang

Memberikan pelayanan dengan baik

Fenomena yang dihadapi perawat dalam memberikan perawatan penyakit

terminal dimana perawat perawat memiliki peran yang lebih besar dalam

perawatan penyakit terminal seperti menghubungkan dan menjadi perantara

komunikasi antara dokter dengan pasien atau anggota keluarga untuk proses

pembuatan keputusan. Dalam memberikan perawatan terminal perawat

sebagai manusia biasa dapat mengalami perasaan emosional seperti

kesedihan dan kecemasan saat memberikan perawatan paliatif, sehingga

cepat menimbulkan kehilangan semangat (merasa gagal). Hal ini

dikategorikan sebagai stimuli sehingga diperlukan mekanisme koping yang

baik agar tidak berujung pada stres, merasa gagal dan ketidakpuasan dalam

memberikan pelayanan penyakit terminal. Hal tersebut tergambar dari sub-tema

Universitas Sumatera Utara

Page 87: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

71

yaitu: 1) memberikan pelayanan dengan baik dengan kategori: beban kerja dan

dukungan tim. Masing-masing kategori dijelaskan sebagai berikut:

Beban kerja

Beban kerja merupakan kondisi membebani yang dialami pekerja dalam

bekerja baik secara fisik maupun non fisik. Beban kerja penting diketahui sebagai

dasar untuk mengetahui kapasitas kerja perawat agar terdapat keseimbangan

antara tenaga perawat dengan beban kerja Beban kerja yang dilakukan tenaga

kerja dapat diperberat oleh kondisi lingkungan kerja yang tidak mendukung secara

fisik maupun non fisik. Tenaga perawat di ruang paliatif merupakan salah satu

tenaga kerja yang tidak lepas dari beban kerja. Tenaga perawat melakukan

berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan medis keperawatan maupun

non medis yang menunjangnya. Tenaga perawat tersebut bekerja dalam tiga shift

kerja, yaitu shift pagi, shift sore, dan shift malam, sehingga kondisi shift kerja

yang berbeda tersebut dapat mempengaruhi perbedaan beban kerja yang

diterimanya.

Partisipan mengatakan bahwa sebaiknya diperhatikan lagi kebutuhan

tenanga perawat. Pernyataan ini sesuai dengan ungkapan:

“Setidaknya diperbanyak lah karena untuk merawat paliatif ini kan gg

cukup satu orang kadang shift pagi awak sendiri yang dilapangan yang

lainnya berkas, kepala ruangankan sering rapat gag ke pasie lagi ….”

(Partisipan 8).

“Jam kerja mau nya kan, kadang lama kali awak pulang, misalnya

paskanlah, kerjaan terlalu banyak. Pokoknya tenaga perawatnya

ditambahi gitu.…” (Partisipan 4).

Universitas Sumatera Utara

Page 88: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

72

Partisipan lain juga mengatakan agar tenaga perawat dapat ditambahkan.

Pernyataan ini sesuai dengan ungkapan:

―Kami udah sering buat permintaan penambahan perawat tapi belum

terealisasi dinas pagi awak kadang pulang jam 5 sore karna gag siap siap

urusin pasien.” (Partisipan 9).

Partisipan juga mengatakan mereka agar penambahan perawat perlu

karena pasien terminal memiliki ketergantungan total. Pernyataan ini sesuai

dengan ungkapan:

“Kalau bisa sih kita kan disini kan memang onkologi, ada yang kemo,

kalau bisa sih kami ada lah penambahan tenaga istilahnya pasien yang

didalam ini semua kebetuhan nya harus awak penuhi supaya sama sama

enak kerja,….” (Partisipan 9).

Partisipan lain mengatakan mereka agar penambahan perawat perlu

karena pasien terminal memiliki ketergantungan total. Pernyataan ini sesuai

dengan ungkapan:

“Kalau bisa sih kita kan disini kan memang onkologi, ada yang kemo,

semua kebutuhan kita penuhi, ini itu kita yang urus belum lagi akreditasi,

laporan lagi terlalu banyak yang diurus. Kadang aku merasa gagal gak

bisa memberikan yang terbaik untuk pasien tapi gimana lagi bukan nya

ditambah perawatnya. Stres juga lama lama pulang gak sesuai jam,….”

(Partisipan 2).

Dukungan tim

Konflik sering terjadi dalam tatanan asuhan keperawatan. Konflik yang

terjadi antar staf dengan staf, staf dengan pasien, staf dengan keluarga dan

pengunjung, staf dengan dokter. Setiap hari perawat menjalani tugas dengan

banyak resiko penyebab stres yang dapat mempengeruhi kinerja perawat.

Universitas Sumatera Utara

Page 89: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

73

Diperlukan koping yang baik dalam menjalani kondisi yang dihadapi

perawat. Proses kontrol dan koping akan memunculkan prilaku adaptasi bagi

perawat. Perilaku ini ditentukan oleh kemampuan penerimaan dan

penyesuaian diri terhadap kondisi yang dialami. Perilaku adaptif akan tampak

pada perawat yang menggunakan koping secara optimal dan kemampuan

menerima serta menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Hal ini sesuai

dengan pernyataan partisipan:

―awak disini kerja, masih butuh makan kadang gak enaknya kenak

marah sama pasien, pasien gag sabaran tapi yaudahlah mau gimana lagi

kita disini melayani jadi kita harus sabar, saling membantu dengan kawan

yang lain.....(Partisipan 1)

Partisipan lain mengungkapkan pernah mendapat perlakuan yang tidak

baik seperti dilempar kursi ketika keluarga tidak menerima kematian

keluarganya. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan:

―Pernah yang paling gak bisa kulupakan aku dilkepmar kursi karna

dianggap gak becus merawat ibunya. Aku nangis kesakitan, langsung

kepru ku dan teman lani datang membantu aku, sempat mau

kulaporkan tapi teman- temanku meredakan emosi ku bahwa itu lah

resiko kita sebagai perawat mereka langsung menyekesaikan masalah

dengan pasien itu, abg itu datang nangis- nangis minta maaf samaku,

entah kenapa hati ku langsung luluh aku harus paham kondisi

kehilangan mereka dan kami pun di shift itu saling

menguatkan.(Partisipan 5)

Partisipan lain mengungkapakan harus banyak bersabar dalam merawat

pasien terminal. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan:

―Ya harapan saya sebagai perawatya banyak belajar bersabar lah disini,

karena kan kita kan gak Cuma satu watak keluarga atau pasien aja yang

kita hadapi, berbagai watak disinikan jadi bersabar ya menerima

curahan, curahan pasien ataupun keluarga gitu....... (Partisipan 4)

Melakukan kolaborasi dalam pemberian perawatan terminal

Titik sentral dari perawatan adalah pasien sebagai manusia seutuhnya,

bukan hanya penyakit yang dideritanya. Perhatian ini tidak dibatasi pada pasien

secara individu namun diperluas sampai mencakup keluarganya. Untuk itu metode

Universitas Sumatera Utara

Page 90: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

74

pendekatan yang terbaik adalah melalui pendekatan terintegrasi dengan

mengikutsertakan beberapa profesi terkait. Dengan demikian pelayanan pada

pasien diberikan secara paripurna hingga meliputi segi fisik, mental, sosial, dan

spiritual. Maka timbulah pelayanan perawatan terminal yang mencakup pelayanan

terintegrasi antara dokter, perawat, terapis, petugas sosial-medis, psikolog,

rohaniwan, relawan, dan profesi lain yang diperlukan.

Kolaborasi dengan dokter

Kolaborasi dengan dokter merupakan hubungan terintegrasi antara dokter

dengan perawat. Partisipan menyatakan kolaborasi antara dokter dengan perawat

dilakukan berkesinambungan dan terdokumentasi dalam rekam medis pasien.

Pernyataan ini sesuai dengan ungkapan:

“Kita harus kolaborasi semuanya, kolaborasi antara dokter, sama

perawat ka itu berkesinambungan. Apalagi ini hanya untuk meningkatkan

kualitas hidupnya saja. Sikit-sikit dia mengeluh kesakitan, jadi kita pun

mengkaji dan kita atasi secara kebutuhan keperawatan nya baru kita

diskusikan ke dokter tentang kondisi pasien kita. .” (Partisipan 6).

Salah satu partisipan menyatakan bahwa dalam berkomunikasi dengan

dokter sering mengalami komunikasi yang kurang baik. Pernyataan ini sesuai

dengan ungkapan:

“Kalau kolaborasi dengan dokter yang gak enaknya itu tentang

dipenjelasan penyakit. Kadang dokter ini gak bisa lama menjelaskan ke

pasien tentang kondisi terminalnya, sementara pertanyaan pasien ini

banyak, kalau disini penjelasan kondisi pasien kan dilakukan oleh dokter

tp sering awak jadi sasaran dokternya terlalu sibuk, awak dikerjar terus

sama pasien ini yang gak enak. .” (Partisipan 3).

Kolaborasi dengan ahli gizi

Salah satu tindakan yang dilakukan pada psien kanker adalah dengan

kemoterapi. Tujuan kemoterapi untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker,

tetapi efek samping dari kemoterapi berhubungan dengan saluran cerna seperti

Universitas Sumatera Utara

Page 91: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

75

kurangnya asupan makan dan gangguan pencernaan selama kemoterapi. Beberapa

partisipan mengatakan bahwa kolaborasi yang mereka lakukan kolaborasi dengan

ahli gizi untuk dapat memenuhi kebutuhan nutrisi pasien. Pernyataan ini sesuai

dengan uangkapan:

―Perawtaan terminal itu, kan kalo pasien terminal yang pastinya udah

taulah keluarganya jalan ke depannya itu gimana. Jadi kalo pasien udah

kemo pasien ini mual muntah gak selera makan. Jadi kami kolaborasi lah

sama orang gizi kira- kira makanan apa yang bisa dikonsumsi biar

terpenuhi nutrisi nya….”(Partisipan 3).

―Melalui catatan perkembangan pasien terintegrasi kami sampaikan ke

ahli gizi bahwa pasien sering gak menghabiskan diet nya karna kan ahli

gizi gak tau kalo dietnya gak dimakan karna bukan ahli gizi yang ngutip

diet lagi…..” (Partisipan 2).

“Kami lihat pasien mual, muntah, gak selera makan, trus kami bilang lah

sama ahli gizi yang visit tiap hari bahwa pasien itu mual, gak selera

makan nah ahli gizi langsung lah memberikan asuhan gizinya sama kayak

kita juga asuhan keperawatan ...” (Partisipan 2).

Kolaborasi dengan klinik nyeri

Rumah sakit Murni Teguh memiliki spesialisasi klinik nyeri yang

merupakan salah satu klinik unggulan di rumah sakit tersebut dimana untuk

mencapai misinya dalam memberikan pelayanan kesehatan berkualitas serta

menyeluruh kepada masyarakat terutama pelayanan onkologi dan kardiovaskuler.

Nyeri merupakan masalah yang dialami pasien terminal dengan diagnosa kanker.

Universitas Sumatera Utara

Page 92: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

76

Pasien dan keluarga dapat berkonsultasi dengan klinik nyeri sehingga

permasalahan nyeri pasien dapat ditangani.

Kolaborasi dengan rohaniawan

Pelayanan bimbingan kerohanian merupakan bagian integral dari bentuk

pelayanan kesehatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan bio-psyco-socio-

spiritual, yang komprehensif karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat

kebutuhan dasar spiritual. Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah

menjadi ketetapan WHO yang menyatakan aspek agama (spiritual) merupakan

salah satu unsur dari pengertian kesehatan seutuhnya. Untuk itu Rumah

Sakit mengadakan kegiatan pelayanan bimbingan rohani pasien di Rumah

Sakit sebagai langkah konkrit untuk membantu pasien dalam proses

penyembuhannya. Bimbingan rohani pasien adalah bentuk kegiatan yang

didalamnya terjadi proses bimbingan dan pembinaan rohani kepada pasien di

rumah sakit sebagai bentuk kepedulian kepada mereka yang sedang sakit.

Partisipan mengatakan bahwa kolaborasi yang mereka lakukan adalah kolaborasi

dengan tim rohaniawan. Pernyataan ini sesuai dengan uangkapan:

―Itulah kita bantu juga dengan tim rohani, ada kita tim rohaniawan, tim

komunitas kanker kita juga ada kita datangkan, ahli psikologi juga

ada…..” (Partisipan 1).

Partisipan lain juga mengatakan bahwa kolaborasi dengan rohaniawan

dilakukan apabila pasien meminta dan membutuhkan. Pernyataan ini sesuai

dengan ungkapan:

―Kita punya rohaniawan untuk semua agama yang diakui di Indonesia.

Kita akan tanyakan kepasien apakah mereka mau didoakan oleh

Universitas Sumatera Utara

Page 93: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

77

rohaniawan kita, kalau mau mereka isi form permintaan baru kita

hubungi rohaniawannya nya…..” (Partisipan 1).

Partisipan lain mengatakan bahwa kolaborasi dengan rohaniawan Tidak di

dokumentasikan apabila pasien atau keluarga membawa roaniawan sendiri

misalnya dari kelompok organisasi atau pengajian tetapi proses ini tetap

diperbolehkan manajemen rumah sakit. Pernyataan ini sesuai dengan ungkapan:

“Kadang pas kita tawarkan bahwa rumah sakit punya rohaniawan di

rumah sakit. Ada juga keluarga yang menolak karena mereka mau

rohaniawan yang dipilihnya, itu boleh gak apa apa tapi tidak di catat di

catatan kita…..” (Partisipan 1).

Tabel 2 Matriks Tema

Tema 1: Memberikan dukungan spiritual

Sub-tema:

1. Memberikan semangat

2. Keyakinan kepada Tuhan

3. Berkomunikasi dengan pasien

Kategori:

1. Motivasi

2. Berdoa dan Bersyukur dengan

kehidupan

1. Tema 2: Memberikan pelayanan dengan baik

Sub-tema:

1. Beban kerja

2. Dukungan tim

Tema 3: Melakukan kolaborasi dalam pemberian perawatan terminal

1. Kolaborasi dengan dokter

2. Kolaborasi dengan ahli gizi

3. Kolaborasi dengan klinik nyeri

4. Kolaborasi dengan rohaniawan

Universitas Sumatera Utara

Page 94: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

78

BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian ini berfokus pada pengalaman perawat dalam memberikan

perawatan terminal. Partisipan yang terpilih sesuai dengan kriteria inklusi

penelitian dan berasal dari wilayah kota Medan dan bekerja diruang paliatif.

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti mengidentifikasi terdapat lima tema.

Lima tema tersebut adalah: 1 Memberikan dukungan spiritual; 2) Memberikan

pelayanan dengan baik; 3) Melakukan kolaborasi dalam pemberian perawatan

terminal. Penelitian ini menemukan 3 tema utama yang merupakan hasil dari

penelitian ini. Tema-tema tersebut teridentifikasi untuk memberikan jawaban

berdasarkan pada tujuan penelitian. Pengalaman perawat dalam memberikan

perawatan terminal teridentifikasi dari seluruh tema pertama adalah memberikan

dukungan spiritual dengan sub tema memberikan semangat, keyakinan kepada

Tuhan, berkomunikasi dengan pasien . Kedua memberikan pelayanan dengan baik

dengan sub tema beban kerja dan dukungan tim. Ketiga melakukan kolaborasi

dalam pemberian perawatan terminal dengan kategori kolaborasi dengan dokter,

kolaborasi dengan ahli gizi, kolaborasi dengan klinik nyeri, kolaborasi dengan

rohaniawan.

Memberikan dukungan spiritual

Penelitian tentang keperawatan paliatif saat ini menunjukkan bahwa pasien

menjelang ajal mempunyai kebutuhan yang beragam dalam perawatannya, tidak

hanya masalah fisik namun masalah psikologis, spiritual, dan dukungan sosial

(Smith, 2003). Kebutuhan tersebut tidak lepas dari pentingnya peningkatan sikap

dalam merawat pasien dengan menjelang ajal. Keberhasilan perawatan pasien

Universitas Sumatera Utara

Page 95: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

79

menjelang ajal dipengaruhi oleh sikap perawat dalam proses perawatannya

(Gallagher et al, 2015)

Pada kondisi terminal klien dihadapkan pada berbagai masalah pada fisik.

Gejala fisik yang ditunjukan antara lain perubahan pada penglihatan,

pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi, kulit, tanda-tanda vital, mobilisasi, dan

nyeri. Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang terjadi pada klien,

klien mungkin mengalami berbagai gejala selama berbulan-bulan sebelum terjadi

kematian. Perawat harus tanggap terhadap perubahan fisik yang terjadi pada

klien terminal karena hal tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan

kemampuan klien dalam pemeliharaan diri.

Seseorang yang menghadapi kondisi terminal akan merespon terhadap

berbagai kejadian dan orang disekitarnya sampai kematian itu terjadi. Perhatian

utama pasien terminal sering bukan pada kematian itu sendiri tetapi lebih pada

kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri yang menyakitkan

atau tekanan psikologis yang diakibatkan ketakutan akan perpisahan, kehilangan

orang yang dicintai. Orang yang telah lama hidup sendiri terisolasi akibat kondisi

terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian

sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan. (Friedenberg 2011)

Perawatan terminal yang diberikan di RS Murni Teguh lebih menekankan

kepada peningkatan kualitas hidup pasien dan hal penting yang dijelaskan

sebelum pasien di rawat adalah persetujuan tidak dilakukan resusitasi apabila

pasien mengalami penurunan kesadaran.

Menurut teori adaptasi model oleh Roy, interaksi manusia terhadap

lingkungan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti oksigen, nutrisi, eliminasi,

Universitas Sumatera Utara

Page 96: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

80

aktivitas dan istirahat, dan perlindungan. Konsep diri fokus terhadap pada aspek

psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan

dengan integritas psikis antara persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan.

Konsep diri individu meliputi physicalself (sensasi dan gambaran tubuh) dan

personal self (konsistensi diri, ideal diri, dan moral-etika-spiritual diri) (Roy &

Andrews,1999, dalam Tomey & Alligood, 2006).

Fungsi peran digambarkan bagaimana peran perawat dalam mengenal pola-

pola interaksi sosial dalam berhubungan dengan orang lain yang dicerminkan

dalam peran 1) memenuhi kebutuhan dasar pasien, . 2) memberikan movitasi pada

pasien terminal dan keluarga. 3) membina hubungan yang baik dengan pasien.

Fungsi peran perawat tergambar dari pemenuhan tugas dalam interaksi dengan

seseorang ataupun kelompok.

Menurut Meilita, Kusman, dan Hana (2014) menyimpulkan bahwa perawat

perlu memberikan perawatan yang membantu pasien meninggal dengan tenang,

memberikan dukungan untuk keluarga, dan perawat lebih difokuskan untuk

memenuhi kebutuhan spiritual pada pasien, sehingga diperlukan pengetahuan

yang baik tentang perawatan pasien menjelang ajal termasuk pengetahuan tentang

bimbingan spiritual.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cypress (2009) beberapa

partisipan ada yang mengatakan pasien dan anggota keluarga merasakan

perawatan fisik dan kenyamanan sebagai salah satu kebutuhan prioritas dari

individu yang sakit kritis di ICU. Perawatan yang diberikan meliputi memandikan

pasien, perawatan mulut, mendorong sentuhan, mengobati rasa sakit, dan

Universitas Sumatera Utara

Page 97: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

81

memastikan kamar pasien bersih, sebagai cara memberikan perawatan fisik

kepada yang sakit kritis.

Memberikan pelayanan dengan baik

Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan profesional sebagai bagian

integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat

keperawatan dituju kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat baik

sehat maupun sakit (UU Keperawatan No 38 Tahun 2014). Mutu pelayanan

kesehatan di rumah sakit juga ditentukan oleh mutu pelayanan keperawatan.

Pelayanan keperawatan terutama diperuntukkan bagi pemenuhan kebutuhan dasar

manusia.

Pelaksanaan layanan keperawatan tidak terlepas dari fungsi-fungsi

manajemen keperawatan yang dilaksanakan secara efisien dan efektif. Ada lima

fungsi manajemen keperawatan yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian

(organizing), ketenagaan (staffing), pengarahan (actuating), pengawasan

(controling) (Marquisdan Huston , 2013). Masing-masing fungsi manajemen

tersebut saling keterkaitan satu sama lain dan dapat diterapkan baik oleh manajer

tingkat atas, menengeh maupun bawah. Dalam jajaran keperawatan dapat

diterapkan mulai dari Kepala bagian keperawatan sampai kepala ruangan

(Swansburg, 2000).

Rumah Sakit Murni Teguh dalam memberikan pelayanan keperawatan

menggunakan metode tim. Pelaksanaan metode tim menggunakan tim yang terdiri

dari anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap

kelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/ group yang terdiri dari

perawat profesional, teknikal, dan pelaksana dalam satu tim kecil yang saling

Universitas Sumatera Utara

Page 98: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

82

membantu. Metode ini didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota

kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan

keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang

tinggi.

Perawat secara terus menerus mendapat pengalaman dari lingkungannnya,

sehingga pada akhirnya sebuah respon terbentuk dan terjadi adaptasi. Respon

adaptasi berupa adaptif dan maladaptive. Respon adaptif meningkatkan integrasi

dan menolong manusia untuk mencapai tujuan-tujuan dari adaptasi yaitu

kelangsungan hidup, pertumbuhan, reproduksi, keahlian dan perubahan sedangkan

respon maladaptive gagal mencapai tujuan adaptif.

Menurut Roy, lingkungan adalah kondisi, keadaan yang mempengaruhi

perkembangan dan perilaku individu atau kelompok dengan beberapa

pertimbangan saling menguntungkan individu dan sumber daya alam. Dalam hal

ini, perubahan lingkungan dapat menstimulasi individu untuk berespon adaptif

atau maladaftif. Lingkungan menjadi hal yang paling penting dalam pemberian

pelayanan. Partisipan mengungkapakan bahwa prinsip atau fokus perawatan

terminal yang diberikan adalah dukungan dari tim dalam pemberian perawatan

terminal untuk mengurangi keluhan fisik dan meningkatkan kualitas hidup pasien

secara terus menerus.

Lingkungan kerja tidak selamanya menimbulkan respon adaftif kepada

perawat. Adakalanya lingkungan menjadi stimuli perawat menjadi respon

maladaftif seperti beban kerja yang berat, merasa gagal ketika perawatan yang

diberikan tidak berhasil. Dibutuhkan mekanisme koping yang baik untuk dapat

mengatasi respon maladaftif perawat.

Universitas Sumatera Utara

Page 99: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

83

Melakukan kolaborasi dalam pemberian perawatan terminal

Kolaborasi merupakan hubungan terintegrasi antara dokter dan gizi.

Beberapa partisipan menyatakan kolaborasi antara tenaga medis, gizi, dokter,

sama perawat dilakukan berkesinambungan dan terokumentasi dalam catatan

terintegrasi sehingga pelayanan dapat diberikan secara holistik.

Praktik kolaborasi tidak hanya dapat dilihat dari segi komunikasi dan

kerjasama dalam penanganan pasien saja, namun juga bisa dilihat pada lembaran

catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT). Lembaran terintegrasi ini

digunakan untuk mendokumentasikan asuhan dari beberapa profesi pemberi

pelayanan pasien yang diisi oleh dokter, perawat, ahli gizi, apoteker, fisioterapis

dan pemberi pelayanan lainnya. Dibutuhkan kolaborasi yang baik agar lembaran

terintegrasi lengkap sesuai dengan ketentuan yang ada sehingga dapat

mencegah terjadinya kesalahan informasi, koordinasi multidisipliner, dan

mencegah informasi berulang.

Perawat memiliki peran yang lebih besar dalam perawatan penyakit

terminal seperti menghubungkan dan menjadi perantara komunikasi antara

multidisiplin ilmu dengan pasien atau anggota keluarga untuk proses

perawatan. Kebutuhan akan keperawatan menjelang ajal di rumah sakit meningkat

seiring dengan peningkatan kejadian penyakit kronis (Todaro-Franceschi &

Spellmann, 2012). Perawatan menjelang ajal menurut Higgs (2010) sebagai suatu

istilah yang digunakan dalam penyebutan perawatan pasien dan keluarga dari aspek

klinis sampai sistem dukungan saat pasien menghadapi kematian.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Polohindang, Rattu,

Umboh, dan Tilaar (2012) di RS. Sam Ratulangi menunjukkan bahwa

Universitas Sumatera Utara

Page 100: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

84

kolaborasi dokter-perawat menurut informan sudah dilaksanakan, meskipun

masih banyak kendala, tetapi hasil observasi menunjukkan bahwa sebagian besar

proses kolaborasi belum diaplikasikan dalam pelayanan kesehatan di ruang rawat

inap.

Penelitian yang dilakukan Utami, L., Hapsari, S., & Widyandana di Ruang

Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih (2016). Hasil penelitian menunjukkan sikap

dokter dan perawat terhadap kolaborasi interprofesi di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Rapih didapatkan nilai p 0,752 (p>0,05), yang menunjukkan

secara statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Sehingga dapat

disimpulkan baik dokter maupun perawat memiliki sikap yang positif terhadap

kolaborasi interprofesi. Hal tersebut menunjukkan adanya kecenderungan sikap

dokter dan perawat yang semakin positif terhadap kolaborasi.

Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan proses penelitian yang dilalui, beberapa keterbatasan yang

teridentifikasi antara lain:

Keterbatasan kemampuan peneliti sebagai instrumen utama. Penelitian ini

merupakan pengalaman pertama bagi peneliti dalam melakukan penelitian

kualitatif. Karena dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan instrumen utama

dalam pengumpulan data, maka kemampuan dan pengalaman peneliti dalam

wawancara mendalam banyak mempengaruhi hasil yang didapat. Solusinya,

peneliti membuat catatan-catatan kecil mengenai inti dari setiap pernyataan

partisipan, agar dapat ditanyakan kembali kepada partisipan sehingga dapat

diperoleh gambaran fenomena secara mendalam.

Universitas Sumatera Utara

Page 101: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

85

Pemilihan tempat dan situasi wawancara kadang kurang tepat dan kurang

mendukung kebebasan partisipan untuk mengungkapkan perasaanya. Berdasarkan

pengalaman peneliti wawancara yang dilakukan di ruang edukasi sering

mengalami kendala karena ruangan digunakan untuk rapat harian. Solusinya

mencari ruangan lain untuk melakukan wawancara.

Implikasi Hasil Penelitian

Temuan dalam penelitian ini memiliki beberapa implikasi bagi praktik,

penelitian dan pendidikan keperawatan. Penelitian ini memberikan gambaran

mendalam tentang pengalaman perawat dalam memberikan perawatan terminal.

Pengalaman partisipan bervariasi dari tindakan yang dilakukannya, cara

berkomunikasi dengan pasien, dan harapannya terhapat pasien terminal. Implikasi

dari setiap komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Bagi praktik keperawatan

Penelitian ini memberikan gambaran mendalam mengenai pengalaman

perawat memberikan perawatan terminal. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa

perawat perlu memberikan perawatan yang membantu pasien meninggal dengan

tenang, memberikan dukungan untuk keluarga. Hal ini juga bermanfaat untuk

menyusun pedoman perawatan pasien terminal yang menjadi salah satu program

akreditasi rumah sakit bab hak pasien dan keluarga (HPK). Pedoman ini menjadi

penting agar dapat menjadi refrensi dalam keseragaman perawat memberikan

perawatan terminal.

Universitas Sumatera Utara

Page 102: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

86

Bagi penelitian keperawatan

Implikasi terhadap penelitian keperawatan juga terkait dengan penelitian

ini. Penelitian ini tergali empat tema yang berkaitan dengan pengalaman perawat

memberikan perawatan terminal. Kempat tema ini dapat dijadikan landasan atau

data dasar bagi penelitian selanjutnya. Perlu dikembangkan tema-tema yang ada

melalui perluasan variasi partisipan dan wilayah serta kualitas layanan rumah

sakit dan komunitas yang berbeda-beda.

Bagi pendidikan keperawatan

Penelitian ini dapat menjadi landasan mengembangkan materi

pembelajaran dalam asuhan keperawatan pada perawatan pasien terminal. Dalam

penelitian ini diperoleh tema yang berkaitan bagaimana pengalaman perawat

memberikan perawatan terminal. Melalui penelitian ini dapat dikembangkan

tentang format dan metode pengkajian keperawatan umumnya mengenai

kebutuhan psikologis pasien terminal, sehingga asuhan keperawatan yang

diberikan menjadi holistik dan komprehensif.

Universitas Sumatera Utara

Page 103: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

87

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penelitian ini mengungkapkan bahwa perawat dalam memberikan

perawatan terminal kepada pasien. Sikap dalam perawatan pasien merupakan hal

yang utama dimiliki oleh perawat dalam upaya peningkatan status derajat

kesehatan pasien menjelang ajal. Penelitian tentang perawatan terminal saat ini

menunjukkan bahwa pasien menjelang ajal mempunyai kebutuhan yang

beragam dalam perawatannya, tidak hanya masalah fisik namun masalah

psikologis, spiritual, dan dukungan sosial. Kebutuhan tersebut tidak lepas dari

pentingnya peningkatan sikap dalam merawat pasien dengan menjelang ajal.

Keberhasilan perawatan pasien menjelang ajal dipengaruhi oleh sikap perawat

dalam proses perawatannya. Penelitian ini memberikan pemahaman tentang

pengalaman perawat dalam memberikan perawatan terminal.

Saran

Bagi pendidikan magister keperawatan

Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan khususnya mahasiswa

keperawatan medikal bedah dalam merawat pasien terminal. Meningkatkan

mekanisme koping bagi mahasiswa untuk menghadapi pasien terminal dengan.

Bagi pelayanan keperawatan

Peningkatan pelayanan kesehatan khususnya oleh perawat dalam

memberikan perawatan seperti memberikan motivasi, bersyukur kepada

kehidupan, berkomunikasi yang baik sesuai dengan tahapan berduka pasien.

Universitas Sumatera Utara

Page 104: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

88

Selain itu juga perawat hendaknya berkolaborasi dengan multidisiplin ilmu untuk

memberikan pelayanan yang baik.

Bagi peneliti keperawatan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar penelitian selanjutnya

(evidence based) dan dapat lebih dikembangkan dengan menggunakan metode

penelitian lain seperti eksperimen atau action research.

Universitas Sumatera Utara

Page 105: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

89

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, K.L., & Burckhardt, C.S. (1999). Conceptualization and measurement

of quality of life as an outcome variable for health care intervention and

research. Journal of Advanced Nursing, 29, 298-306.

Brunelli., Mulligan. (2004) . Palliative Care Nursing: Principles and Evidence for

Practice 2nd ed. Open Univer- sity Press

Chesnay, M. D. (2015). Nursing Research Using Phenomenology Qualitative

Design and Methods in Nursing. Springer: New York.

Creswell, J. W. (2012). Qualitative inquiry & research design: choosing among

five approaches. USA: SAGE Publication.

Creswell, J. W. (2003). Research design: qualitative. Quantitative, and mixed

methods approaches, 2nd

, Edition. Thousand Oaks. CA: Sage Publications.

Cypress, B., S. (2011). Patient- Family-Nurse Intensive Care Unit Experience A

Roy Adaptation Model- Based Qualitative Study. Qualitative Research

Journal, 11(2), 3-16. https://doi.org/10.3316/QRJ1102003.

Davies., Et al. ( 2008). Attitudes toward care of the terminally ill : An educational

intervention. American Journal of Hospice & Palliative Care, 20: 13-22.

Djauzi, S. (2011). Perawatan Paliatif dan Bebas Nyeri Pada Penyakit Kanker.

Jakarta: YPI. Pers

Dong., Fu. (2014). The Neuroscience ICU Nurse‘s Perceptions about End Of

Life, volume 39, pages 143

Eric., Prommerand., Ficek., Brand. ( 2012). End of life care education, past and

present: a review of the literature. Nurse Education, 34: 31-42.

Enggune at al. (2014). Persepsi Perawat Neurosurgical Critical Care Unit

terhadap Perawatan Pasien Menjelang Ajal. Volume 2

Friedenberg., et al. (2011). Attitudes toward caring for dying patients: An

Universitas Sumatera Utara

Page 106: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

90

overview among Italian nursing students and preliminary psycho metrics of

the FATCOD-B scale. Journal of Nursing Education and Practice: 4. 1

8 8 -1 9 6

Gallagher, A., et al. (2015). Negotiated reorienting: a grounded theory of nurses'

end of life decision making in the intensive care unit. International Journal

of Nursing Studies, 52: 7 9 4 -8 0 3 .

Ghony, M., D., & Almanshur, F. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Grubb, Arthur, Grubb. (2015). Student nurses‘ experience of and attitudes towards

care of the dying: A cross-sectional study. Palliative Medicine, 30:83-88

Hajaroh, M. (2013). Paradigma, Pendekatan dan Metode Penelitian

Fenomenologi.

Higgins, Kirchhoff. (2010). Promoting a peacefull death in the ICU. School of

Nursing, University of Wisconsin. USA. Crit Care Nure Clins NA. Elsevier

Science (USA)

Ichikyo, M. (2012). The process used by surrogate decision makers to withhold

and withdrawal life-sustaining measures in an intensive care environment.

Journal Oncology Nursing Forum, 34(2), 331-339.

Kementerian Kesehatan RI. (2007). Kebijakan Perawatan Paliatif. Jakarta:

Kepmenkes RI. No. 812 Tahun 2007.

Kisori., L., C., & Gayle, C., L. (2016). Intensive Care Nurses‘ Experiences of End

Of Life Care. Intensive and Critical Care Nursing, 33, 30-38.

doi:10.1016/j.iccn.2015.11.002

Muckaden, M. et al., (2011). Pediatric palliative care: theory to practice. Indian

Journal of palliative, 1,52-60

Universitas Sumatera Utara

Page 107: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

91

Noome, Dijkstra, Leeven & Vloet. (2015). Development of an end-of-life

care/decision Pamphlet in the ICU. Chico:California State University,

Pagainini, M. C. & Bousso, R.S. (2015). Nurses‘ Autonomy in end of life

situations in intensive care units. Journal of nursing, 22, 803-814.

Potter & Perry. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2, Edisi 4.

Jakarta: EGC.

Polit, D.F., & Beck, C.T. (2012). Nursing Research: Generating and assesing

evidence for nursing practice. 9 ed. Philadelphia: Lippincott Williams and

Wilkins..

Rushton., et al. (2006). Nurses involvement in patients' dying and death: scale

devel-opment and validation. Journal of Death and Dying, 70: .278-300.

Tomey, Ann Mariner & Alligood, Martha Raile. (2006). Middle Range Theories:

Peaceful end of life theory.Missoury: Mosby

Smeltzer, S., & Bare. (2014). Brunner & suddarth’s textbook of medical surgical

nursing. Philadelphia: Lippincott.

Smith, J.A., Flowers, P., & Larkin, M. (2009). Interpretative phenomenological

analysis: Theory, method and research. Los Angeles, London, New Delhi,

Singapore, Washington: Sage.

Streubert, H.J., & Carpenter, D.R. (2011). Qualitative research in nursing

advancing the humanistic imperative. Philadelphia: Lippincott.

Stevens et all. (2011). Caring for patients and families at end of life: The

experiences of nurses during withdrawal of life-sustaining treatment.

Dynamics, 22(4), 31–35.

Ogle., et al.(2011). Effects of a palliative care intervention on clinical outcomes

in patients with advanced cancer. International Journal of Nursing

Studies.302: 741–749.

Universitas Sumatera Utara

Page 108: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

92

White, Latour. (2002) European intensive care: nurses‘ attitudes and beliefs

towards end-of-life care. Journal Nursing in Critical Care, 14(3), 110–

121.

Wright., Hogan. (2008). Providing end of life care to patients: critical care nurses‘

perceived obstacles and supportive behaviors. Journal Criticall Care

14:395—403.

World Health Organization. (2005). perawatan paliatif .

Universitas Sumatera Utara

Page 109: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

93

LAMPIRAN 1

Instrument Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Page 110: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

94

LAMPIRAN A

PENJELASAN TENTANG PENELITIAN

Judul Penelitian :

“Pengalaman Perawat Memberikan Perawatan Penyakit Terminal

di Kota Medan”

Peneliti : Hizrah Hanim Lubis

Nomor Handphone : 081260705890

Peneliti merupakan Mahasiswa Magister Ilmu Keperawatan Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara, mohon kesediaan bapak/ibu untuk

berpartisipasi dalam penelitian saya dengan judul ―Pengalaman Perawat

Memberikan Perawatan Perawatan Penyakit Terminal di Kota Medan‖, partisipan

ini sepenuhnya sukarela. Bapak/ ibu boleh memutuskan untuk berpartisipasi atau

menolak, tanpa ada konsekuensi atau dampak apapun.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan

pelayanan keperawatan pada pasien dengan kondisi terminal. Oleh karena itu,

diharapkan informasi yang mendalam dari pengalaman bapak/ ibu. Penelitian ini

tidak menimbulkan risiko apupun terhadap bapak/ ibu. Jika bapak/ ibu merasa

tidak nyaman selama wawancara, dapat memilih untuk tidak menjawab

pertanyaan yang diajukan peneliti atau mengundurkan diri dari partisipan.

Peneliti berjanji akan menjunjung tinggi dan menghargai bapak/ ibu dengan

cara menjamin kerahasiaan identitas dan data yang diperoleh baik dalam

pengumpulan data, maupun dalam penyajian laporan penelitian. Semua hasil

catatan atau data akan dimusnahkan setelah peelitian selesai dilakukan.

Universitas Sumatera Utara

Page 111: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

95

Saya sangat menghargai kesediaan bapak/ ibu menjadi partisipan dalam

penelitian ini. Untuk itu saya mohon kesediaanya untuk menandatangani lembar

persetujuan menjadi partisipan. Atas perhatian, kerjasama dan kesediaanya

menjadi partisipan, saya mengucapkan terima kasih banyak.

Universitas Sumatera Utara

Page 112: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

96

LAMPIRAN B

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN

Setelah membaca penjelasan penelitian ini dan mendapatkan jawaban atas

pertanyaan yang saya ajukan, maka saya mengetahui manfaat dan tujuan

penelitian ini, saya mengerti bahwa peneliti menghargai dan menjunjung tinggi

hak-hak saya sebagai responden.

Saya menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berdampak negatif bagi

saya. Saya mengerti bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini sangat besar

manfaatnya untuk menggali pengalaman saya sebagai pemberi pelayanan

keperawatan pada pasien dengan kondisi terminal.

Demikian pernyataan persetujuan ini saya tandatangani dengan sukarela

tanda ada paksaan dari siapapun.

Medan, …………………..2018

Partisipan,

………………….

Universitas Sumatera Utara

Page 113: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

97

LAMPIRAN C

KUESIONER DATA DEMOGRAFI

“Pengalaman Perawat Memberikan Perawatan Penyakit Terminal

di Kota Medan”

Petunjuk Pengisian:

Di bawah ini adalah data demografi yang dibutuhkan sebagai identitas

partisipan dalam penelitian. Isilah pernyataan di bawah ini sesuai keadaan Bapak/

Ibu yang sebenarnya, dengan member tanda checklist (√) pada kotak yang telah

disediakan.

No. Partisipan:

1. Usia partisipan : tahun

2. Jenis kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan

3. Jabatan : ( ) Kepala ruangan

( ) Kepala Tim/ Penanggung jawab shift

( ) Perawat pelaksana

4. Lamanya bertugas :

5. Pelatihan yang pernah diikuti :

Universitas Sumatera Utara

Page 114: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

98

LAMPIRAN D

PANDUAN WAWANCARA

“Pengalaman Perawat Memberikan Perawatan Penyakit Terminal

di Kota Medan”

Pertanyaan:

1. Bagaimana perawatan penyakit terminal yang bapak/ ibu berikan kepada

pasien ?

2. Bagaimana hubungan antar multidisiplin ilmu dalam memberikan

perawatan penyakit terminal?

3. Dengan tugas yang bapak/ ibu jalani saat ini, dukungan dari pihak

manajemen seperti apa yang bapak/ ibu harapkan ?

Universitas Sumatera Utara

Page 115: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

99

LAMPIRAN E

FORMAT CATATAN LAPANGAN

No. Partisipan:

Tempat wawancara: Waktu wawancara:

Suasana tempat saat akan dilakuka wawancara:

Gambaran partisipan saat dilakukan wawancara:

a. Posisi:

b. Non-verbal:

Gambaran respon partisipan saat wawancara berlangsung:

Respon partisipan saat interaksi:

Universitas Sumatera Utara

Page 116: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

100

LAMPIRAN 2

Biodata Expert

Universitas Sumatera Utara

Page 117: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

101

Universitas Sumatera Utara

Page 118: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

102

Universitas Sumatera Utara

Page 119: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

103

Universitas Sumatera Utara

Page 120: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

104

LAMPIRAN 3

Izin Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Page 121: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

105

Universitas Sumatera Utara

Page 122: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

106

Universitas Sumatera Utara

Page 123: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

107

Universitas Sumatera Utara

Page 124: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

108

Universitas Sumatera Utara

Page 125: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

109

Universitas Sumatera Utara

Page 126: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

110

Universitas Sumatera Utara

Page 127: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

111

Universitas Sumatera Utara

Page 128: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

112

Universitas Sumatera Utara

Page 129: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

113

Universitas Sumatera Utara

Page 130: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

114

Pengalaman Perawat Memberikan Perawatan Terminal di Kota Medan

Hizrah Hanim¹, Nunung Febriany² and Nurmaini3

¹ Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

² Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

email: [email protected]

Kata kunci: Pengalaman, Perawatan terminal, kanker

Abstrak:

Pasien terminal adalah pasien yang dalam keadaan menderita penyakit dengan

stadium lanjut yang penyakit utamanya tidak bisa diobati kembali dan bersifat

progresif. Pengobatan yang diberikan hanya bersifat menghilangkan gejala dan

keluhan, memperbaiki kualitas hidup, dan pengobatan penunjang lainnya. Pada

pasien yang mengalami kondisi terminal harapan dan pengobatan serta usaha

memperpanjang harapan hidup menurun, kondisi ini membuat perawat dan

keluarga mengalami sedih, ketakutan, merasa bersalah dan merasa gagal sehingga

meningkatkan kecemasan. Perawat membutuhkan pendekatan secara holistik

dalam memberikan perawatan penyakit terminal pada pasien dan keluarga

meliputi kebutuhan fisik, emosi dan spiritual. Perawat merupakan salah satu tim

perawatan terminal yang harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam

memberikan perawatan terminal yang terbaik untuk pasien dan keluarga. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah design kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi dengan tekhnik wawancara. Pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara secara mendalam (indepth

interview) yang dilakukan oleh peneliti sendiri dengan durasi 60-90 menit dan

metode observasi dengan jumlah partisipan12 orang perawat yang bekerja di

ruang paliatif dengan menggunakan tehnik purposive sampling. Hasil penelitian

menunjukkan tiga tema yaitu memberikan dukungan spiritual, memberikan

pelayanan dengan baik, dan melakukan kolaborasi multidisiplin ilmu Penelitian

ini diharapkan dapat memotivasi perawat dalam melayani pasien menjelang ajal

yang mempunyai kebutuhan yang beragam dalam perawatannya, tidak hanya

masalah fisik namun masalah psikologis, spiritual, dan dukungan social

Universitas Sumatera Utara

Page 131: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

115

Latar belakang

Kondisi terminal sering digunakan untuk menggambarkan pasien pada

kondisi hidup yang terbatas dimana kematian sulit untuk dihindari. Perawatan

penyakit terminal ditujukan untuk menutupi atau menyembunyikan keluhan

pasien, dan memberikan kenyamanan ketika tujuan penatalaksanaan tidak

mungkin disembuhkan (Muckaden, 2011).

Pasien terminal adalah pasien yang dalam keadaan menderita penyakit dengan

stadium lanjut yang penyakit utamanya tidak bisa diobati kembali dan bersifat

progresif (meningkat). Pengobatan yang diberikan hanya bersifat menghilangkan

gejala dan keluhan, memperbaiki kualitas hidup, dan pengobatan penunjang

lainnya. Pasien terminal yang menghadapi penyakit kronis beranggapan bahwa

maut sering kali menggugah rasa takut. Rasa semacam ini didasari oleh berbagai

macam faktor, seperti ketidakpastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa

sakit, kecemasan, dan kegelisahan tidak akan berkumpul lagi dengan keluarga dan

lingkungan sekitarnya (Ali Yafie, 2006).

Pada kondisi terminal, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya

mengalami berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat

badan, gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan

spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka

kebutuhan pasien pada stadium terminal suatu penyakit tidak hanya pemenuhan

atau pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap

kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan. Respon klien dalam

kondisi terminal sangat individual tergantung kondisi fisik, psikologis, sosial yang

dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda. Hal

ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien terminal.

(Smeltzer & Suzanne, 2001).

Pada kondisi terminal klien dihadapkan pada berbagai masalah pada fisik.

Gejala fisik yang ditunjukan antara lain perubahan pada penglihatan,

pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi, kulit, tanda-tanda vital, mobilisasi, dan

nyeri. Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang terjadi pada klien,

klien mungkin mengalami berbagai gejala selama berbulan-bulan sebelum terjadi

kematian. Perawat harus tanggap terhadap perubahan fisik yang terjadi pada klien

Universitas Sumatera Utara

Page 132: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

116

terminal karena hal tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan

kemampuan klien dalam pemeliharaan diri. (Smeltzer & Suzanne, 2001)

Seseorang yang menghadapi kondisi terminal cenderung menjalani hidup dengan

merespon terhadap berbagai kejadian dan orang disekitarnya sampai kematian itu

terjadi. Perhatian utama pasien terminal sering bukan pada kematian itu sendiri

tetapi lebih pada kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri

yang menyakitkan atau tekanan psikologis yang diakibatkan ketakutan akan

perpisahan, kehilangan orang yang dicintai. Orang yang telah lama hidup sendiri,

terisolasi akibat kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat

memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan. Atau

sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal

yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai. Sedangkan yang

lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau

mengalami penderitaan sepanjang hidup.

Metode

Penelitian ini menggunakan design kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.

Pendekatan ini dipilih agar pengalaman partisipan dapat dieksplorasi menjadi

lebih terungkap sehingga gambaran pengalaman perawat dalam memberikan

perawatan penyakit terminal dapat tergambar secara nyata. Partisipan dalam

penelitian ini brjumlah 12 orang perawat yang bertugas di ruang rawat paliatif.

Pengambilan partisipan dilakukan dengan menggunakan purposive sampling.

Strubert dan Carpenter (2011) menyatakan bahwa purposive sampling yaitu

pemilihan individu sebagai partisipan dalam penelitian berdasarkan pengetahuan

dan kemampuanya tentang fenomena yang akan dikaji dan bersedia untuk

membagi pengetahuan tersebut.

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode

wawancara secara mendalam (indepth interview) yang dilakukan oleh peneliti

sendiri dengan durasi 60-90 menit dan metode observasi

Semua partisipan yang dipilih dalam penelitian ini adalah perawat yang memiliki

karakteristik sebagai berikut: bersedia menjadi partisipan, tidak mengalami

gangguan komunikasi, sehat fisik dan mental.

Universitas Sumatera Utara

Page 133: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

117

Hasil

Hasil wawancara berupa transkrip tertulis dilakukan content analysis dengan

bantuan software Welf-QDA. Berdasarkan hasil analisis ditemukan beberapa tema

yaitu: 1) dukungan spritual; 2) memberikan pelayanan dengan baik; 3) melakukan

kolaborasi dalam pemberian perawatan terminal. Tema- tema ini akan dibahas

secara terperinci untuk memaknai pengalaman perawat memberikan perawatan

terminal

Tema 1: Memberikan dukungan spiritual

Sub-tema:

4. Memberikan semangat

5. Keyakinan kepada Tuhan

6. Berkomunikasi dengan pasien

Kategori:

3. Motivasi

4. Berdoa dan Bersyukur dengan

kehidupan

Tema 2: Memberikan pelayanan dengan baik

Sub-tema:

3. Beban kerja

4. Dukungan tim

Tema 3: Melakukan kolaborasi dalam pemberian perawatan terminal

5. Kolaborasi dengan dokter

6. Kolaborasi dengan ahli gizi

7. Kolaborasi dengan klinik nyeri

8. Kolaborasi dengan rohaniawan

Kesimpulan

Penelitian ini mengungkapkan bahwa perawat dalam memberikan perawatan

terminal kepada pasien . Sikap dalam perawatan pasien merupakan hal yang utama

dimiliki oleh perawat dalam upaya peningkatan status derajat kesehatan pasien

menjelang ajal. Penelitian tentang perawatan terminal saat ini menunjukkan

bahwa pasien menjelang ajal memp u nya i keb u t u ha n ya ng b er a ga m da la

m perawatannya, tidak hanya masalah fisik namun masalah psikologis, spiritual,

dan dukungan sosial. Kebutuhan tersebut tidak lepas dari pentingnya peningkatan

sikap dalam merawat pasien dengan menjelang ajal. Keberhasilan perawatan pasien

menjelang ajal dipengaruhi oleh sikap perawat dalam proses perawatannya.

Penelitian ini memberikan pemahaman tentang pengalaman perawat dalam

memberikan perawatan terminal.

Diskusi

Temuan penting dalam penelitian ini berkaitan dengan komunikasi pada pasien

sesuai dengan tahapan berduka . Meski tidak semua partisipan menyatakan bahwa

Universitas Sumatera Utara

Page 134: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

118

mereka tidak punya masalah besar dengan masalah komunikasi dengan pasien.

Perawat harus memperhatikan apakah kondisi pasien dan keluarga sudah

menerima kondisinya dan sudah paham terkait perawatan yang akan diberikan

selama pasien dirawat

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, K.L., & Burckhardt, C.S. (1999). Conceptualization and measurement

of quality of life as an outcome variable for health care intervention and research.

Journal of Advanced Nursing, 29, 298-306.

Chesnay, M. D. (2015). Nursing Research Using Phenomenology Qualitative

Design and Methods in Nursing. Springer: New York.

Creswell, J., W. (2012). Qualitative inquiry & research design: choosing among

five approaches. USA: SAGE Publication.

Creswell, J., W. (2003). Research design: qualitative. Quantitative, and mixed

methods approaches, 2nd

, Edition. Thousand Oaks. CA: Sage Publications.

Cypress, B., S. (2011). Patient- Family-Nurse Intensive Care Unit Experience A

Roy Adaptation Model- Based Qualitative Study. Qualitative Research Journal,

11(2), 3-16.

Djauzi, S., (2011). Perawatan Paliatif dan Bebas NyeriPada Penyakit Kanker.

Jakarta: YPI. Pers

Dong & Fu. (2014). The Neuroscience ICU Nurse‘s Perceptions about End Of

Life, volume 39, pages 143

Enggune at al. (2014). Persepsi Perawat Neurosurgical Critical Care Unit

terhadap Perawatan Pasien Menjelang Ajal. Volume 2

Ghony, M., D., & Almanshur, F. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Hajaroh, M. (2013). Paradigma, Pendekatan dan Metode Penelitian

Fenomenologi.

Higgins, Kirchhoff. (2010). Promoting a peacefull death in the ICU. School of

Nursing, University of Wisconsin. USA. Crit Care Nure Clins NA. Elsevier

Science (USA)

Universitas Sumatera Utara

Page 135: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

119

Ichikyo, M. (2012). The process used by surrogate decision makers to withhold

and withdrawal life-sustaining measures in an intensive care environment. Journal

Oncology Nursing Forum, 34(2), 331-339.

Kisori., L., C., & Gayle, C., L. (2016). Intensive Care Nurses‘ Experiences of End

Of Life Care. Intensive and Critical Care Nursing, 33,30-38. doi:10 .1016/j.iccn.

2015. 11.002

Muckaden, M. et al., (2011). Pediatric palliative care: theory to practice. Indian

Journal of palliative, 1,52-60

Noome, Dijkstra, Leeven & Vloet. (2015). Development of an end-of-life

care/decision Pamphlet in the ICU. Chico:California State University,

Pagainini, M. C. & Bousso, R.S. (2015). Nurses‘ Autonomy in end of life

situations in intensive care units. Journal of nursing, 22, 803-814.

Potter & Perry. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2, Edisi 4.

Jakarta: EGC.

Polit, D.F., & Beck, C.T. (2012). Nursing Research: Generating and assesing

evidence for nursing practice. 9 ed. Philadelphia: Lippincott Williams and

Wilkins..

Tomey, Ann Mariner & Alligood, Martha Raile. (2006). Middle Range Theories:

Peaceful end of life theory.Missoury: Mosby

Smeltzer, S., & Bare. (2002). Brunner & suddarth’s textbook of medical surgical

nursing. Philadelphia: Lippincott.

Smeltzer, S., & Bare. (2014). Brunner & suddarth’s textbook of medical surgical

nursing. Philadelphia: Lippincott.

Smith, J.A., Flowers, P., & Larkin, M. (2009). Interpretative phenomenological

analysis: Theory, method and research. Los Angeles, London, New Delhi,

Singapore, Washington: Sage.

Streubert, H.J., & Carpenter, D.R. (2011). Qualitative research in nursing

advancing the humanistic imperative. Philadelphia: Lippincott.

Stevens et all. (2011). Caring for patients and families at end of life: The

experiences of nurses during withdrawal of life-sustaining treatment. Dynamics,

22(4), 31–35.

Universitas Sumatera Utara

Page 136: PENGALAMAN PERAWAT MEMBERIKAN PERAWATAN …

120

White, Latour. (2002) European intensive care: nurses‘ attitudes and beliefs

towards end-of-life care. Journal Nursing in Critical Care, 14(3), 110–121.

Universitas Sumatera Utara