55
PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA EPIDEMIOLOGI Disusun oleh : Prof. Dr. drh. Pratiwi Trisunuwati, MS Dr. drh. Masdiana C.P., M.App.Sc drh. Rositawati Indrati, MP Nama : Nim : Kelas : No. Absen : Kelompok : LABORATORIUM EPIDEMIOLOGI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2021

PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

PENGANTAR PRAKTIKUM

DAN

LAPORAN SEMENTARA

EPIDEMIOLOGI

Disusun oleh :

Prof. Dr. drh. Pratiwi Trisunuwati, MS

Dr. drh. Masdiana C.P., M.App.Sc

drh. Rositawati Indrati, MP

Nama :

Nim :

Kelas :

No. Absen :

Kelompok :

LABORATORIUM EPIDEMIOLOGI

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2021

Page 2: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

KATA PENGANTAR

Setelah mengalami beberapa perubahan baik materi maupun format yang

diperlukan, maka Buku Pengantar ini diterbitkan lagi. Buku Pengantar

Praktikum ini disusun dengan mengkaitkan teori supaya dapat berguna dan

bermanfaat untuk mahasiswa setelah mengalami proses belajar. Selama

proses belajar mengajar, isi buku menjadi acuan didalam Satuan Acara

Praktikum yang harus dipertanggung jawabkan oleh setiap mahasiswa

secara perorangan didalam kelompok.

Buku Pengantar ini sekaligus sebagai buku tugas yang harus diselesaikan

mahasiswa, dengan demikian setiap mahasiswa akan mengerti tugasnya

masing-masing dan merupakan bahan ujian akhir semester.

Saran dan kritik membangun akan diterima dengan baik, demi perbaikan buku

dimasa datang.

Tim Pengajar Mata Kuliah Epidemiologi

Page 3: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

TATA TERTIB PRAKTIKUM

Setiap mahasiswa harus mematuhi peraturan yang dibuat oleh kelompok pengajar Epidemiologi. 1. Mengikuti pre test sebelum praktikum 2. Selama mengikuti praktikum harus memakai baju praktikum 3. Dilarang memakai kaos oblong, sandal, makan dan minum didalam

laboratorium selama kegiatan praktikum. 4. Selama praktikum berlangsung wajib menjaga kebersihan ruangan,

peralatan dan bahan-bahan praktikum. 5. Kerusakan alat atau pecah karena kecerobohan praktikan, biaya

penggantinya akan dibebankan pada praktikan. 6. Pratikan wajib mengerjakan dan menyerahkan tugas dan laporan

praktikum tepat pada waktunya. 7. Setiap pelanggaran peraturan akan dikenakan sanksi. 8. Pengambilan sample boleh dilakukan oleh anggota kelompok yang sama 9. Setiap mahasiswa mengerjakan sendiri setiap tugas, bukan merupakan

wakil kelompok, kecuali pengamatan susu mastitis dan uji yogurt 10. Penandatanganan oleh asisten setelah setiap selesai kegiatan dan

dinyatakan disetujui 11. Tidak diperkenankan membuat foto copy lembar tugas, atau

penandatanganan dengan kertas lain 12. Melakukan responsi pratikum setelah semua kegiatan diselesaikan 13. Mematuhi waktu sesuai dengan jadwal 14. Tidak boleh berganti kelompok, kecuali sakit dan alasan dapat diterima

oleh pengajar 15. Setelah melakukan praktikum dilakukan ujian praktikum 16. Bagi yang mengulang harus melapor dengan menunjukkan kartu puas

untuk bebas praktikum (minimal nilai pratikum ≥ 50,00, dinyatakan tidak menggulang pratikum)

17. Harus bersikap sopan dan mematuhi peraturan yang ada dilaboratorium Epidemiologi

Page 4: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... i

TATA TERTIB PRAKTIKUM ...................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1. Bagaimana Menilai Terjangkitnya Penyakit ........................................ 2

BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG PENYAKIT

Penyakit Non Infeksius .............................................................. 5

Penyakit Infeksius .................................................................... 6

BAB III TINJAUAN EPIDEMIOLOGIS SUATU PENYAKIT

Angka Prevalensi dan Angka insidensi ...................................... 9

Distribusi Geografi.............................................................................. 10

BAB IV CARA PENGIRIMAN DAN PENYIMPANAN BAHAN

Pengawetan Bahan ................................................................. 16

Pengiriman Bahan ................................................................... 17

BAB V ANTIBIOTIK DAN OBAT-OBATAN KIMIA

5.1 Uji Yoghurt .............................................................................. 23

BAB VI KESIMPULAN ....................................................................... 25

BAB VII MATERI PRAKTIKUM

Tugas I Pengiriman Bahan ................................................................... 26

Tugas II Pengamatan Telur Cacing Dalam Tinja .......................................... 30

Tugas III Pengamatan Pada Kerokan Mukosa Usus .................................... 32

Tugas IV Pengamatan Scabiosis Pada Kulit ................................................. 34

Tugas V Pengamatan Susu Mastitis ..................................................... 36

Tugas VI Pemeriksaan Antibiotik dan Obat-obatan Kimia

Dalam Air Susu ....................................................................... 38

Gambar Telur Cacing Pada Sapi ................................................................... 40

Gambar Telur Cacing Pada Domba Dan Kambing ....................................... 43

Gambar Telur Cacing Pada Unggas .............................................................. 44

Gambar Berbagai Jenis Ektoparasit Pada Hewan ........................................ 45

Gambar Protozoa ................................................................................ 46

Page 5: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 47

Page 6: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 1

BAB I PENDAHULUAN

Pemahaman pada konsep epidemiologi harus diawali dengan pengetahuan

ilmu-ilmu yang mendasar antara lain anatomi, phisiologi yang menjadi dasar

pijakan dalam ilmu manajemen ternak. Untuk mempelajari lebih lanjut tentang

konsep epidemiologi, maka perlu mengenal apa yang disebut dengan

penyakit dan aspek-aspek yang terkait. Pemahaman sakit dan sehat harus

terlebih dulu di ketahui. terlebih dahulu secara prinsip. Dikatakan ternak

dalam kondisi sehat apabila keadaan phisiologis stabil atau secara medis

disebut homeostatis, dapat bertumbuh dan berkembang serta berproduksi

dengan optimal. Metabolis kerja intra sel dan matriks ekstra seluler, diikuti

dengan pergantian bagian-bagian yang rusak atau mati dengan sel-sel yang

baru untuk menunjang stabilitas kehidupan ternak. Sedangkan apa yang

disebut sakit adalah kondisi yang menunjukkan adanya gangguan phisiologis

yang dinyatakan dengan gangguan regulasi fungsi sistem orag tubuh terlihat

dalam kelemahan fisik, nampak gejala klinis sehingga tidak dapat mencapai

penampilan produktivitas optimal. Penyebab penyakit dapat dibagi menjadi

aspek infeksius dan non infeksius. Masuk dalam kategori penyakit infeksius

adalah apabila disebabkan oleh agen penyebab penyakit (agent of

infectious), menyerang dan berdampak terhadap stabilitas phisiologis dan

kerusakan organ tubuh (pathogenesa) . Sedangkanpenyakit non infeksius

merupakan kondisi sakit yang disebabkan faktor-faktor lain, misalnya

Page 7: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 2

kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

hormonal. Keadaan-keadaan tersebut diatas akan memberikan akibat

gangguan phisiologis yang dapat teramati secara jelas atau perlu dengan

bantuan pemeriksaan laboratorium. Sebagai akibat adalah terjadinya

penurunan produksi sehingga menurunkan keuntungan atau bahkan berakhir

dengna kematian (case fatally rate).

1. Bagaimana menilai terjangkitnya suatu penyakit?

Cara penilaian sangat tergantung kepada tujuan akhirnya, apakah dalam

mencapai pengobatan individuil, populasi atau menyusun strategi

pencegahan penyakit atau dengan tujuan yang lain. Salah satu upaya

penilaian penyakit dengan skala lokasi, waktu dan populasi tertentu,

merupakan standart studi epidemiologi. Untuk mendapatkan hasil yang

maksimal diperlukan interaksi berbagai bidang ilmu dalam mengolah data

dan menetukan tindakan yang tepat. Penilaian secara kelompok (populatif)

akan memberikan hasil yang lebih terarah untuk tindakan pencegahan

penyakit secara lebih luas yang akan mengarah terhadap kebijakan

pemerintah dalam pengendalian penyakit tertentu. Berbagai data harus fi

analisis untuk memutuskan cara yang lebih mudah dicapai, tepat dan

bermanfaat. Ketika pertahanan (respon imun) tubuh rendah, maka bahan

yang bersifat racun sebagai produk samping dari organisme (mis : LPS dari E

coli) dapat mengakibatkan radang usus (enteritis) atau terjadi diare. Oleh

Page 8: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 3

karena itu disimpulkan bahwa kejadian penyakit merupakan ketidak

seimbangan dan interaksi beberapa faktor sehingga berakibat terjangkitnya

suatu penyakit, seperti gambar dibawah ini :

(a) Agent as separate causal factor

(b) Agent as component of environment

Gambar 1. Interaksi faktor (triad) penyebab penyakit

Host Agent

Disease

Enviroment

Host Agent

Disease

Page 9: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 4

Manajemen pemeliharaan ternak yang kurang tepat, pakan yang tidak

rasional atau pemilihan bibit yang kurang selektif, akan memberikan

kesempatan lebih besar berjangkitnya suatu penyakit. Dengan demikian

upaya penanggulangan penyakit selalu akan menyangkut masalah-masalah

yang berkaitan dengan manajemen ternak. Pemilihan bibit merupakan hal

yang sangat penting, termasuk pemilihan daerah dengan klimat yang sesuai

sebaiknya menjadi pertimbangan sebelum melakukan usaha peternakan.

Epidemiologi ternak yang di ajarkan sebagai salah satu Materi Kuliah (wajib)

dalam kurikulum Fakulktas Peternakan merupakan sebagian dari ilmu

Epidemiologi secara utuh, mempunyai tujuan agar mahasiswa mengenal

berbagai upaya dalam mencegah kejadian penyakit pada usaha peternakan

berdasarkan menejemen kesehatan ternak. Sehingga perlu di perkenalkan

beberapa jenis penyakit yang umum terjadi di Indonesia, penyakit strategic

(SK Mentan tentang PHMS), cara pengenalan secara dini, pengiriman

sampel ke laboratorium dan konsep vaksinasi.

Page 10: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 5

BAB II. PENGERTIAN UMUM TENTANG PENYAKIT

Pada Bab I telah di jelaskan bahwa penyakit dapat diakibatkan oleh penyebab

yang bersifat infeksius dan non infeksius. Untuk menjadi lebih jelas, Bab II

akan mengulas secara umum tentang hal tersebut.

Penyakit non Infeksius

Kelompok penyakit ini terjadi tidak disebabkan oleh agen penyakit, sehingga

seringkali disebut dengan penyakit metabolik. Penyakit metabolik dapat

terjadi karena disfungsi organ atau gangguan nutrisi (malnutrisi, defisiensi

nutrisi, intoksikasi). Di bawah ini merupakan contoh dari kelompok penyakit

metabolik :

1. Gangguan metabolisme tubuh karena kegagalan kerja organ atau sistema

misalnya Hyperthyroidismus, Diabetes inspidus dan Kiste ovarium.,

corpus luteum persisten

2. Gangguan metabolisme karena kekurangan zat tertentu, diakibatkan

karena asupan ke dalam tubuh kurang, misalnya Paralisis puerpureum,

Milk fever, Rachitis, Ketosis dan Hypocalcemia.

3. Gangguan metabolisme karena adanya produk racun atau produk lain

misalnya zat semacam hormon, yang berasal dari luar maupun dalam

tubuh.

Page 11: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 6

Internal : apabila racun tersebut merupakan produk yang dihasilkan oleh

organ sebagai akibat disfungsi organ, atau dihasilkan oleh mikroorganisme

didalam tubuh, termasuk juga kemungkinan berasal dari cacing.

Eksternal : apabila racun tersebut berasal dari luar tubuh, misalnya racun

yang terkandung didalam pakan ternak, salah satu diantaranya aflatoxin dari

bahan pakan asal kang-kacangan, cyanida dari daun singkong atau yang lain.

Kondisi sakit yang disebut diatas dapat bersifat ringan sampai dapat berakibat

dengan kematian. Untuk menetapkan jenis penyakit, dilakukan dengan

pemeriksaan pathologi klinis misalnya pemeriksaan kadar gula darah, kadar

ureum darah, PCV (Packed cell volume) atau uji-uji yang lain.

Sering kali juga terjadi panyakit yang bersifat sekunder, artinya merupakan

akibat samping dari penyebab utama. Misalnya terjadi kerusakan jaringan

oleh karena perusakkan mekanis, kemudian terkontaminasi oleh

mikroorganisme lain, sehingga akhirnya dapat menyebabkan terjadinya

gangguan terhadap kondisi phisiologi.

Penyakit Infeksius

Sebagai penyebab penyakit atau bibit penyakit dapat berupa bakteri, virus,

protozoa, jamur, cacing atau ektoparasit. Beberapa contoh penyakit infeksius

dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :

Page 12: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 7

Tabel 1. Contoh Penyakit dan Penyebabnya

Disebabkan oleh bakteri

Nama Penyakit Bakteri

Antraks = Radang Limpa Bacillus anthracis

Boutvuur = Radang Paha Clostridium chauvei Malleus = Ingus Ganas Malleomices mallei

Tubercolosis Mycobacterium tubercolusis

Brucellosis = Bang’s Disease Brucella abortus Septichaemia haemoragica Pasteurella multocida

Disebabkan oleh virus

Nama Penyakit Bakteri

Cacar = Pox Vaccinia variola Rabies = Gila Anjing Herpes virus Apthae epizootica = Penyakit mulut dan Rhinovirus

kuku Paramyxovirus New Castle Disease = Tetelo

Untuk lebih mengenal penyakit, ditugaskan untuk membaca dan mempelajari

buku Pengantar Penyakit Pada Ternak dan Penanggulangannya (Pratiwi dan

rosita, 1990). Pengantar Ilmu Penyakit Hewan (Pratiwi, 2011), Animal Disease

and Preventive Health care (Pratiwi, 2016).

Page 13: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 8

BAB III TINJAUAN EPIDEMIOLOGIS SUATU PENYAKIT

Tinjauan epidemiologis berorientasi pada daerah (lokasi) yang terbatas dan

berorientasi pada sejenis penyakit tertentu atau beberapa penyakit yang

bersifat terkait. Untuk melakukan tinjauan ini, maka dilakukan pengumpulan

data dari berbagai faktor (lihat Gambar 1.). Minimal data yang harus

dikumpulkan ialah :

a. Angka prevalensi, angka insidensi

b. Distribusi geografis

c. Susceptibilitas species , bangsa, kelamin dan umur

d. Status imunologi dari populasi

e. Peranan vektor, hospes atau hospes intermedier

f. Pengaruh klimat (suhu, kelembaban curah hujan)

g. Pengaruh manajemen

h. Imunisasi dan pengobatan

Dari data tersebut, dapat diperhitungkan dengan rumus perkiraan studi

epidemiologi. Dengan kesimpulan yang didapat, maka dapat dipertimbangkan

dan diputuskan tindakan yang harus diambil, dalam kelompok ternak yang

diamati. Tindakan yang diambil, antara lain ialah :

1. Pengobatan secara masal

2. Immunisasi disekitar daerah yang terserang atau terancam

Page 14: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 9

3. Penutupan daerah yang terserang, keluar masuk ternak, bahanpakan

ternak atau alat-alat yang digunakan

4. Pembatasan mutasi ternak

5. Pemusnahan ternak didaerah terserang

6. Manajemen penggembalaan

Kejadian wabah perlu mendapat perhatian yang cermat, agar tidak keliru

dengan penyakit non infeksius. Defisiensi mineral atau vitamin dapat terjadi

karena mutu vegetasi yang kurang baik akibat tanah yang kurang memadai.

Angka Prevalensi dan Angka Insidensi

Perhitungan ini dilakukan berdasarkan pengertian bahwa ilmu Epidemiologi

ialah multi disiplin, mengukur jumlah kejadian serta kualitas penyakit untuk

dapat menjelaskan kondisi dalam kelompok yang diukur. Agar suatu hitungan

dapat menjelaskan kelompok, maka perhitungan harus dapat dilihat dalam

bentuk proporsi terhadap kelompoknya. Variabel yang diukur dalam jumlah

dibagi dengan jumlah keseluruhan kelompoknya, variabel yang diukur dalam

jumlah dibagi dengan jumlah keseluruhan kelompoknya. Sebagai contoh

kasus tuberkulosis pada kelompok sapi perah disuatu desa ditemukan

sebesar 100 ekor, dari jumlah ternak 3000 ekor. Maka angka 100 tersebut

diperhitungkan terhadap jumlah ekor dalam kelompok dikalikan 100%. Untuk

mendapatkan angka yang lebih terinci didalam jumlah tadi, misalnya dengan

kelompok umur atau kelamin tertentu. Pada perhitungan yang lebih spesifik

Page 15: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 10

ini digunakan dalam menentukan umumnya menggunakan angka insidensi

dinyatakan dalam bentuk persentase.

Jumlah penderita penyakit

ANGKA PREVALENSI = Populasi ternak yang diteliti

X 100%

Keterangan : waktu pada saat perhitungan

Angka prevalensi ini menjelaskan suatu pada waktu tertentu, merupakan

potret keadaan tersebut pada saat yang dikehendaki. Menjawab tentang

tuberkolosis pada sapi perah, maka angka prevalensinya ialah 100 dibagi

3000 kali 100 % = 3,33% Untuk yang lebih menciri dilakukan perhitungan lain

untuk menentukan angka insidensi dengan memperhitungkan populasi

beresiko.

ANGKA INSIDENSI =

Jumlah penderita penyakit

Jumlah populasiberesiko

X 100%

Keterangan : dalam periode waktu tertentu

Angka kematian atau mortalitas menggambarkan jumlah ternak yang mati

didalam kelompok pada suatu periode tertentu. Sedangkan untuk merinci

lebih jauh, didapatkan rumusan lain misalnya Age Specific Mortality Rate,

yaitu pemantauan jumlah kematian pada umur tertentu, digunakan Case

Fatality Rate.

Page 16: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 11

Distribusi Geografi

Untuk mengenal penyakit yang terjadi, perlu mempertimbangkan kondisi

geografis. Hal ini menyangkut pada kemungkinan tumbuh kembang

mikroorganisme pada kondisi alam tertentu. Baik untuk perkembangan

maupun untuk hospes intermedier yang membantu didalam siklus hidupnya.

Sebagai contoh misalnya Fasciola hepatica tidak banyak menular atau tidak

akan menimbulkan penyakit Distomatosis pada ternak didaerah yang kering,

tidak berawa-rawa karena tidak ada siput air (Lymnaea trucantula) yang

berperan terhadap kehidupan miracidium. Antraks dan Boutvuur akan lebih

banyak didapatkan berjangkit kembali pada daerah berkapur, karena dua

jenis penyakit tersebut tahan terhadap daerah berkapur dan bertahan hidup

pada daerah berkapur dan pada daerah anaerob. Pada kondisi tersebut akan

membentuk spora, terutama apabila kondisi tidak memungkinkan. Dengan

demikian akan muncul penyakit yang bersifat sporadis, artinya penyakit

tersebut tidak akan hilang sama sekali, dan kemungkinan akan muncul pada

saat tertentu.

1. Kesesuaian bangsa, kelamin dan umur

Berbagai penyakit pada umumnya mempunyai sifat spesifikasi kondisi yang

sesuai untuk dapat berkembang dan tumbuhnya bibit penyakit, sehingga akan

berakibat adanya pengaruh keseimbangan untuk munculnya bibit penyakit.

Perbedaan bangsa, kelamin dan umur akan memberikan respon yang

Page 17: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 12

berbeda pada masuknya bibit penyakit. Misalnya untuk caplak akan lebih

banyak menyerang Bos taurus bila dibandingkan dengan Bos indicus.

Perbedaan kelamin misalnya kecenderungan kasus hemophillia pada

manusia, jenis kelamin laki-laki yang diserang, tidak pada wanita. Demikian

pula perbedaan umur, akan memberikan gambaran perbedaan serangan

penyakit, misalnya Coccidiosis akan lebih banyak menyerang umur muda

pada periode starter dan grower dari pada ayam-ayam dewasa. Populasi

ternak dengan kekhususan tersebut dianggap sebagai populasi beresiko.

Contoh penyakit lain banyak mempengaruhi angka insidensi. Sehingga

dengan spesifikasi ini akan dapat diramalkan atau didiagnosa lebih tepat.

2. Status imunitas dari populasi atau kelompok ternak

Status imunitas dari kelompok ternak dapat terjadi karena vaksinasi secara

massal atau individuil, sehingga akan memberikan imunitas kepada anak-

anaknya pada tahapan tertentu. Demikian pula pada ternak yang sembuh dari

suatu penyakit akan dapat memiliki imunitas yang dapat memberikan ingatan

untuk menyusun ketahanan penyakit yang terkait.

3. Peran vektor atau hospes intermedier

Penularan penyakit kepada ternak yang lain akan lebih cepat terjadi apabila

keperluan biologis bibit penyakit tersebut terpenuhi, misalnya vektor transmisi.

Sebagai contoh untuk Fasciola, diperlukan siput yang sesuai untuk kehidupan

miracidium. Tanpa adanya siput, maka untuk melengkapi siklus hidupnya

Page 18: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 13

Fasciola akan mati dan tidak dapat berkembang. Dengan demikian penularan

atau angka morbiditas akan rendah, bahkan manusia memanfaatkan situasi

ini untuk menanggulangi penularan, yaitu dengan mematiakn siput agar siklus

hidup Fasciola terputus. Hospes intermedier atau vektor yang lain, misalnya

kecoa akan dapat menularkan cacing pita pada ayam. Berarti dengan

kebersihan sekitar kandang insecta, akan memgurangi kejadian penyakit.

4. Pengaruh klimat atau iklim

Iklim akan mempengaruhi keberhasilan perkembangbiakan mikroorganisme

tersebut apakah diperlukan suhu panas atau rendah, dan kelembaban tinggi

atau rendah. Sebagai contoh misalnya penyakit jamur akan tumbuh subur

pada keadaan kelembaban tinggi. Telur-telur cacing akan tumbuh menjadi

larva setelah tanah menjadi lembab dan tumbuh menjadi larva infektif untuk

masuk ke dalam tubuh ternak yang terinfeksi. Sedangkan saat kering pada

umumnya telur-telur cacing akan tetap bertahan tidak tumbuh tetapi tetap

hidup, menunggu hujan yang akan tiba.

5. Pengaruh manajemen

Pemeliharaan yang kurang tepat akan berakibat terhadap terjadinya

kesempatan serangan penyakit. Kemungkinan faktor pakan yang kurang,

bentuk kandang maupun bahan kandang yang tidak memenuhi syarat.

Kadang-kadang juga karena kurang benarnya cara pemerahan, sehingga

Page 19: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 14

dapat menyebabkan mastitis. Atau tidak pernah dilakukan potong kuku

sehingga akan memberikan kesempatan infeksi pada teracak.

Kondisi semacam itu menjadi pre disposisi kejadian suatu penyakit padfa

ternak, apakah infeksius atau non infeksius. Sehingga perlu di lakukan

pemahaman seberapa jauh tindakan menejemen yang benar agar tidak

muncul penyakit.

6. Immunitas dan manajemen kesehatan ternak

Dalam menejemen kesehatan ternak termasuk di dalamnya adalah

pemeliharaan atau environment secara global. Sanitasi dan higienen akan

sangant menentukan terjangkitnya penyaki karena memberikan kemungkinan

kemunculan agen penyakit.

Tindakan vaksinasi secara individual akan dapat dilacak seberapa jauh

tindakan pencegahan yang telah dilakukan. Kadang-kadang vaksinasi yang

kurang benar akan menyebabkan sumber penularan, karena mikroorganisme

yang dilemahkan tadi akan muncul menjadi kuat dan akan menyerang ternak

lain. Syarat mutlak tindakan vaksinasi dalah kondisi sehat, sehingga organ

limpoid dapat membentuk sel imun sesuai dengan kriteria kemampuan

vaksin dalam merangsang pembentukan antibody homolog.

Pengobatan terhadap penyakit tertentu sering kali dapat menyembuhkan,

tetapi akan berakibat lain yaitu kemungkinan ternak yang sembuh dapat

berperan sebagai karier. Kemungkinan akan menularkan penyakit kepada

Page 20: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 15

ternak yang lain yang mempunyai daya tahan tubuh rendah. Misalnya pada

ayam yang terserang NCD, dan sembuh karena pengobatan akan dapat

berperan sebagai karier. Demikian pula kesembuhan tersebut tidak menjamin

pemulihan produktivitas ternak seperti semula.

Sebenarnya memang pengetahuan tentang penyakit merupakan sesuatu

yang kompleks, oleh karena itu agar dapat memberikan pengobatan maupun

pencegahan yang tepat, perlu kiranya dilakukan tindakan-tindakan yang

membantu dalam diagnosa. Misalnya pemeriksaan laboratorium, inipun harus

didukung oleh tindakan yang tepat oleh petugas lapangan dalam teknis

pengiriman bahan. Dalam pengiriman sampel memerukan SOP pengiriman,

agar dapat di lakukan dengan tepat. Misalnya etiket harus jelas demikian pula

berita acara pemeriksaan lab. Demikian pula cara penambahan bahan untuk

pengiriman sesuai dengan tujuan.

Page 21: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 16

BAB IV. CARA PENGIRIMAN BAHAN DAN PENYIMPANAN BAHAN

Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk membantu dokter dalam

menentukan diagnosa dan pengobatan, dapat dilakukan oleh teknisi yang

terdidik dalam pengawasan dokter. Sedangkan tugas didaerah wabah antara

lain ialah memberikan informasi dan mengirim sampel dari ternak yang

terserang atau tersangka. Untuk menjaga keutuhan bahan tersebut maka

perlu dilakukan upaya yang harus diketahui oleh petugas lapangan. Berbagai

hal yang harus dilakukan ialah mencantumkan dalam berita acara

pemeriksaan : :

1. Nama dan alamat dokter hewan, pejabat yang ditunjuk, atau alamat

kepada Laboratorium Diagnostik penyakit harus jelas.

2. Cantumkan gejala penyakit dengan tanda-tanda klinis.

3. Pemeriksaan yang diinginkan (bakteriologis, pathologi klinis, pathologi

anatomi yang lain)

4. Keterangan tentang ternak yang terserang, misalnya umur, spesies,

kelamin dan bangsa

5. Jumlah ternak yang terserang dalam populasi

6. Jumlah kematian

7. Jenis bahan yang dikirim

8. Pengawet yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pemeriksaan

Page 22: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 17

9. Bila laporan hasil sangat diperlukan, dapat ditulis segera melalui telegram

atau telepon

Berita acara tersebut harus disertakan pada saat pengiriman bahan serta

beberapa keterangan harus ditempelkan pada botol atau pembungkus bahan

tersebut dalam bentuk etiket. yang ditempel pada botol atau kemasan bahan

yang di kirim tersebut. Etiket yang ditempel seharusnya cukup memberikan

informasi tentang jenis bahan, spesifikasi ternak dan pemeriksaan yang

dikehendaki. Sedapat mungkin pengirim bahan mempertimbangkan bahwa

pada hari libur umumnya tidak ada pemeriksaan atau dengan catatan khusus

(segera/CITO).

Pengawetan Bahan

Pengiriman bahan ke laboratorium diagnostik dapat berupa bahan segar atau

bahan yang diawetkan, tergantung pada berbagai kepentingan pemeriksaan.

Misalnya untuk keperluan bedah bangkai, maka bangkai yang dikirim secepat

mungkin sebelum 24 jam agar belum didapatkan perubahan pasca mati yang

berarti. Untuk pemeriksaan pathologi anatomi dilakukan pengawetan bahan

dengan zat yang tidak merusak, tetapi mempertahankan kondisi. Adapun dua

macam cara pengawetan ialah :

1. Pendinginan

Bahan yang dipakai : es, es kering

Page 23: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 18

Dengan es : (sekitar 40C) bahan dapat dimasukkan dalam kontainer,

kemudian dikelilingi dengan es yang diletakkan pada kontainer yang sedikit

lebih besar. Untuk memperllama pencairan es, dapat ditambahkan garam

dapur atau serbuk gergaji. Bahan yang diawetkan dengan cara ini misalnya

air susu, serum darah.

Dengan es kering atau dry ice: (- 20-300 C )bahan yang dikirim, dibungkus

rapi atau dalam kontainer yang dilapisi dengan bahan yang memisahkan

antara dry ice dengan bahan. Keadaan ini dipertahankan agar tidak terjadi

pembekuan yang tidak diinginkan. Untuk mencegah terjadinya pecahnya

kontainer maka perlu dipertimbangkan agar tidak ditutup terlalu rapat.

2. Mempergunakan bahan kimia

Bahan yang dipakai : alkohol, formalin, asam borat.

❒ Pengiriman contoh untuk pemeriksaan histopahatologi dapat

menggunakan larutan formalin 10 % atau Paraformaldehyda 4% dalam

phospat buffer saline. Caranya ialah dengan memotong jaringan yang

dicurugai kira-kira 1 cm2, masukkan kedalam larutan secepat mungkin

sejak kematian atau biopsi. Jumlah cairan tersebut dipersiapkan 10 kali

volume potongan jaringan tersebut. Bahan lain yang dapat digunakan

ialah alkohol 96 % atau 70 %, hanya saja bahan ini kurang baik apabila

dibandingkan dengan formalin, karena dapat mengeraskan jaringan akibat

dehydrasi jaringan. Bateri akan mati dengan larutan tersebut.

Page 24: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 19

❒ Pengiriman contoh bahan untuk pemeriksaan terhadap virus, dapat

digunakan gliserin 50 %. Sedang bahan yang dapat dipakai untuk

menghambat pertumbuhan bakteri ialah asam borat.. Virus akan tetap

hidup dengan gliserin.

Pengiriman Bahan

Pemilihan bahan contoh yang dikirim sangat tergantung kepada jenis penyakit

yang dicurigai, dipertimbangkan pula predileksi dari penyakit atau organ yang

diserang. Dengan pertimbangan-pertimbangan itulah dapat dipilih bahan

contoh apa yang diperiksa.

1. Tinja atau isi usus

Kasus helminthiasis hamper menyerang setiap ternak yang di pelihara,

karena mata rantai yang seringkali tidak di putus secara tuntas. Akibat dari

kecacingan sebenarnya cukup besar pada produksi, namun seringkali di

abaikan. Apabila ternak tersertang endoparasit, maka dapat ditentukan

keparahan dan jenis cacing apa yang menyerang pada ternak dengan

pemeriksaan tinja baik secara natif atau apung.

Tinja dapat dikirim dalam keadaan segar apabila tidak memerlukan waktu

yang lama, maka dapat disimpan dalam pendingin dengan termos berisi es.

Bila diperlukan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan, maka bahan

pengawet yang digunakan adalah formalin 5-10%. Pemeriksaan tinja pada

umumnya digunakan untuk meneliti adanya :

Page 25: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 20

● Telur cacing

● Larva

● Cacing dewasa

● Darah

● Oocyst protozoa

Pemeriksaan tinja dapat dilakukan antara lain dengan cara :

● Pemeriksaan sederhana atau native

● Pemeriksaan dengan pewarna

● Pemeriksaan dengan metode apung atau flotation methode

Pemilihan cara ini sangat tergantung pada tujuan pemeriksaan.

Interpretasi jumlah epg

Fasciola hepatica : sangat berarti berapapun ditemukan

Cacing paru2 : sangat berarti berapapun di temukan

Triichuris : >500 eggs/g feces

Coccidia : >1,000 oocysts/g feces

2. Air susu

Pada umumnya untuk pemeriksaan bakteriologi, air susu harus disimpan

dalam botol dan dimasukkan dalam kontainer sejuk yang (dengan es batu)

atau harus dalam keadaan segar, misalnya untuk penyakit mastitis.Air susu

tidak di sarankan ditambahkan dengan larutan kimiawi yang akan merusak

komposisi air susu, demikian pula tidak menggunakan system freezing.

Page 26: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 21

Pemeriksaan air susu yang menjadi asam oleh karena mastitis subklinis,

dapat di lakukan dengan konsep ikatan sel somatic dengan bahan uji misalnya

dengan CMT

3. Jaringan

Jaringan sebagai contoh yang harus diperiksa secara bakteriologis,

histopathologis atau parasitologis. Pemilihan jaringan tergantung pada

predileksi atau kesukaan organ yang diserang oleh penyebab penyakit

tersebut. Usahakan jaringan tidal lebih dari 4 jam harus sudah dipotong

secara benar dan dicelupkan kedalam larutan formalin 10 % atau

Paraformaldehyda 4% dalam phospat buffer saline (BSA) sebagai

pengawet untuk pemeriksaan histophatologis. Bahan seperti hati, limpa atau

ginjal harus dipotong kecil seperti kubus 1 cm tegak lurus pada permukaan

untuk melihat struktur anatominya. Botol atau kontainer yang dipakai lebih

baik bermulut lebar tetapi rapat agar mudah untuk mengambil potongan

jaringan yang terendam.

4. Parasit

Parasit yang berukuran besar dapat dimasukkan dalam botol atau pot

bermulut besar dengan pengawet formalin 5-10 %. Sedangkan ektoparasit

terutama pada kulit misalnya scabiosis dapat di ambil sampel sebagai bahan

pemeriksaan berupa kerokan kulit kecil dan terikat pada jaringan atau

kerokan, lebih baik dikirim bersama keropeng yang diambil dari tepi daerah

Page 27: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 22

terserang. Kerokan tersebut dimasukkan ke dalam pot kecil yang berisi larutan

KOH 10 % atau NaOH 10 % dengan maksud jaringan tersebut larut. Pada

endoparasit dapat di ambil dari kerokan usus dapat di simpan dalam larutan

pengawet atau kerokan segar sehingga dapat di identifikasi jenis larva cacing

maupun protozoa yang menempel dan masuk ke dalam jaringan usus

(endoparasit) atau kulit (ektoparasit).

5. Ternak pasca mati/post mortal

Pengiriman sebaiknya kurang dari 24 jam sejak kematian, agar sebelum

terjadi perubahan jaringan yang berarti, yang disebabkan oleh proses

kematian. Untuk memperlama kemungkinan, dapat disimpan didalam almari

es untuk dibekukan.

Pemeriksaan pasca mati diharapkan tidak melampaui masa busuk bangkai,

karena akan merubah tampilan jaringan organ sehingga sulit untuk di jadikan

acuan pathologi sistemik. Demikian pula pengawetan dengan formalin akan

mengaburkan perubahan jaringan lunak. Sehingga sebaiknya se segera

mungkin atau hanya dengan pendinginan bukan pembekuan.

Page 28: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 23

BAB V. RESIDU ANTIBIOTIK PADA PRODUK TERNAK

Penggunaan antibiotik pada peternakan sapi perah telah mengakibatkan

kemungfkinan residu antibiotik dalam air susu, daging dan produk olahanya,

yang dapat menimbulkan masalah bagi konsumen. Antibiotik antara lain

dipergunakan langsung pada ambing untuk pengobatan mastitis, injeksi untuk

pegobatan berbagai penyakit dan dipakai juga sebagai bahan tambahan

pakan.

Bagaimanapun teknik penggunaannya, sejumlah antibiotika akan ditemukan

dalam ambing sapi dan akibatnya adalah antibiotik kadang-kadang dijumpai

dalam air susu dan produk olahanya, apabila belum melalui masa ekskresi

dari tubuh ternak. Aplikasi melalui ambing dalam pengobatan mastitis yang

paling banyak dipilih, merupakan sebagian besar penyebab utama dalam air

susu dibandingkan dengan antibiotok jenis yang lain.

Tenggang waktu sampai antibiotik ditemukan dalam air susu setelah

pemberian pada ternak terjadi mulai dari beberapa jam sampai beberapa hari

tergantung pada jenis antibiotik ayang dipakai dan terutama cara penggunaan

obat tersebut. Oleh karena itu bagi sapi-sapi yang sedang diobati, sebaiknya

air susu yang diperah tidak dikirim ke tempat pengolahan susu atau

dikonsumsi. Apakah susu tersebut berasal dari ambing yang diobati maupun

ambing lainnya, agar benar-benar terjamin bahwa hanya air susu yang tidak

mengandung antibiotik. Jika sapi yang diobati dengan menggunakan

Page 29: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 24

antibiotik berdaya aktif lama, maka harus ada keterangan sejelas-jelasnya

pada peternak agar selama masa pengoatan air susu ini tidak dikirim ke pabrik

pengolahan air susu. Peraturan yang diterbitkan oleh Perda Jatim, air susu

segar baru di perbolehkan di jual kepada konsumen 7 hari setelah pengobatan

terakhir, walaupun secara teori pada 72 jam post pengobatan terakhir, air susu

sudah bebas dari residu antibiotic.

Antibiotik dan obat-obatan kimia bersifat stabil dalam air susu., baik pada

penyimpanan secara dingin sebelum air susu diolah maupun di pasteurisasi

tidak mengurangi secara efektif jumlah kadar antibiotik. Oleh karena itu

terdapatnya antibiotik dalam air susu dapat mengganggu proses fermentasi

dalam olahan susu. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa industri

pengolahan air susu mempermasalahkan antibiotik secara serius sejak awal.

Alasan lain tertentu mengapa hal tersebut dipermasalahkan adalah kaitannya

dengan kesehatan masyarakat.

Beberapa metode pembuatan produk olahan air susu berdasarkan aktivitas

mikroba tertentu, contohnya pemakaian asam laktat pada pembuatan yoghurt.

Sehingga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu teknik untuk mendeteksi

antibiotika dalam susu. Umumnya cara tersebut didasarkan pada

penghambatan tumbuhnya bakteri tertentu.

Page 30: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 25

Uji Yoghurt terhadap residu anti biotik

Uji didasarkan pada penghambatan pertumbuhan bakteri fermentasi

pembuatan yoghurt Apabila di dapatkan residu antibiotic, mjaka fermentasi

tidak akan terjadi.

Misalnya dalam air susu mengandung Penicilin 0,005 IU /ml, kemudian

dilakukan pemanasan sampai suhu 80-85oC dengan tujuan merusak

senyawa-senyawa bakteristatik yang secara alami terdapat dalam air susu,

yang juga dapat menghambat pertumbuhan yoghurt (walaupun sangat kecil

kemungkinannya). Setelah dipanaskan susu didinginkan mencapai suhu

45oC, kemudian diinokulasi dengan bakteri fermentasi yoghurt dan diinkubasi

pada suhu 42-45oC selama 3 jam. Apabila terjadi keasamam maka dapat

disimpulkan sementara bahwa susu segar tersebut tidak mengandung

antibiotic, sebaliknya apabila fermentasi tidak terjadi diimpulkan bahwa air

susu tersebut mengandung antibiotic yang menhambat perkembangan bakteri

Terdapat juga beberapa teknik pengujian sederhana terhadap keberadaan

residu antibiotic dengan prinsip keberhasilan perkembangan bakteri pada

suatu bahan. Apabila terjadi perkembangan bakteri, secara awal di katakan

bahwa bahan tersebut bebas dari residu, demikian sebalikny pada tidak terjadi

perkembangan bakteri post inokulasi artinya terdapat residu anti biotik pada

bahan yang diperiksa. .

Page 31: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 26

BAB VI. KESIMPULAN

Sebagai hand out menjelang praktikum Epidemiologi, maka teori yang sudah

di sajikan akan dikembangkan pada mata acara praktikum.

1. Sebagai pemahaman dasar sarjama peternakan semestinya memahami

tentang prinsip dasar tentang penyakit, pemeriksaan sederhana/lapang

untuk menetukan pemcegahan dari aspek menajemen. Atau sebelum

dilakukan pemeriksaan secadar nmedik oleh profesi yang di beri

kewenangan.

2. Cara pemilihan dan penanganan bahan untuk diperiksa sangat

menentukan keberhasilan dan ketepatan pemeriksaan.

3. Pengiriman bahan harus dengan kontainer yang memenuhi syarat dengan

bahan pengawet yang sesuai dengan etiket lengkap.

4. Pengiriman bahan untuk di periksa secara labporatorium harus dilakukan

sedini mungkin, hindarkan dari kontaminasi agar mendapatkan hasil yang

akurat sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diperlukan.

5. Residu antibiotik dapat terdeteksi pada produk ternak, apabila pengobatan

antibiotik dalam dosis tinggi dan terus menerus. Sehingga melewati

ambang batas kemampuan sistem ekskresi, atau kurang dari 72 sejak

pemberian antibiotika terakhir.

Page 32: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 27

BAB VII MATERI PRATIKUM

TUGAS I

PENGIRIMAN BAHAN

(Tugas individual)

Siapkan cara pengiriman 4 bahan/sampel untuk pemeriksaan laboratorium

sesuai dengan tujuan pemeriksaan.

HASIL KERJA SEMENTARA

I. Spesifikasi asal bahan buat pada etiket atau berita acara :

1. Tinja sapi untuk pemeriksaan endoparasit, identifikasi sederhana, pastikan bangsa, umur dan cara pemeliharaan

2. Bagian dari alat pencernaan usus ayam buras untuk pemeriksaan kerokan

mukosa usus terhadap larva cacing, cacing dewasa maupun protozoa.

Page 33: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 28

3. Kerokan kulit kelinci dan kambing untuk pemeriksaan scabiosis, sebutkan letak pengerokan.

4. Air susu mastitis dari keempat puting untuk pengamatan perubahan fisik

sebutkan dari laktasiu ke berapa, letak putting

Page 34: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 29

II. Cara pengawetan dan pengiriman bahan sesuai dengan tujuan

pemeriksaan

1. Tinja sapi (metode yang dikehendaki,) dengan bahan pengawet apa

2. Alat pencernaan usus ayam buras (sebutkan jenis ayam apa) dengan

bahan pengawet apa

Page 35: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 30

3. Kerokan kulit kelinci dan kambing (umur ternak) bahan pengawet apat

4. Air susu dari empat puting dari ambing yang sama

Paraf

Dosen/Asisten :

……………………

Page 36: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 31

TUGAS II

PENGAMATAN TELUR CACING DALAM TINJA

Bahan dan alat :

● Tinja baru (diambil dari rectum atau segar) satu sendok teh

● Cairan fisiologis atau air bersih

● Lidi atau gelas pengaduk ● Obyek glass dan penutup ● Mikroskop Cara kerja :

● Ambil obyek glass dan penutup, bersihkan

● Ambil tinja sapi satu ujung korek api, letakkan pada glass obyek ● Teteskan sedikit air, aduk pelan dengan lidi, buang bagian yang kasar

● Tutupkan gelas penutup, jangan sampai ada udara yang terperangkap ● Amati dibawah mikroskop, diperhatikan dan tentukan perkiraan jenis telur

cacing (dibandingkan dengan gambar)

● Gambarlah yang saudara lihat

HASIL KERJA SEMENTARA

Page 37: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 32

HASIL KERJA SEMENTARA

Paraf

Dosen/Asisten :

……………………

Page 38: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 33

TUGAS III

PENGAMATAN PADA KEROKAN MUKOSA USUS

Bahan dan alat :

● Siapkan usus ayam buras, keroklah dengan scalpel

● Cairan fisiologi atau air bersih

● Gelas obyek dan gelas penutup

● Mikroskop

Cara kerja:

● Pisahkan menjadi 3 bagian : proventrikulus, usus halus dan caecum ● Buka tiap bagian dengan gunting, kemudian keroklah bagian mukosa dengan scalpel

● Lakukan pemeriksaan seperti pada tugas II, tentukan apakah terdapat protozoa, larva cacing, cacing dewasa atau telur cacing pada sampel

● Tentukan jenis yang saudara lihat, gambarlah

HASIL KERJA SEMENTARA

Page 39: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 34

HASIL KERJA SEMENTARA

Paraf

Dosen/Asisten :

……………………

Page 40: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 35

TUGAS IV

PENGAMATAN SCABIOSIS PADA KULIT

Bahan dan alat : ● Siapkan kerokan kulit penderita kudisan (scabiosis) kelinci atau kambing

● KOH 10 %

● Gelas arloji atau pot plastik ● Mikroskop

Cara kerja:

● Ambil kerokan mukosa letakkan dalam pot atau gelas arloji

● Tambahkan KOH 10 %

● Aduk pelan kemudian diamkan 5-10 menit

● Buatlah preparat sederhana pada gelas obyek dengan penutup

● Lihat dibawah mikroskop

● Tentukan jenis ektoparasit yang terlihat, gambarlah

HASIL KERJA SEMENTARA

Page 41: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 36

HASIL KERJA SEMENTARA

Paraf

Dosen/Asisten :

……………………

Page 42: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 37

TUGAS V

PENGAMATAN SUSU MASTITIS

Bahan dan alat :

● Siapkan air susu mastitis dari empat puting

● Paddle dengan empat lubang

Cara kerja:

● Tuangkan air susu setiap puting pada setiap lubang pada paddle

● Aduk dan lihat apakah terdapat mucous/lendir

● Amati perubahan yang terjadi

● Cari cara pembacaan denganCMT

HASIL KERJA SEMENTARA

Pengamatan :

Kode Warna Bau Viskositas

Susu segar

Puting kanan depan

Puting kiri depan

Puting kanan belakang

Puting kiri belakang

Jelaskan perubahan yang terjadi :

a. Puting depan kiri

Page 43: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 38

b. Puting depan kanan

c. Puting belakang kiri

d. Puting belakang kanan

Paraf

Dosen/Asisten :

……………………

Page 44: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 39

TUGAS VI

PEMERIKSAAN RESIDU ANTIBIOTIK

DALAM AIR SUSU

Bahan dan alat :

● Tabung reaksi

● Pipet 1 ml

● Penangas air

● larutan penicillin 0,005 IU

● Starter yogurt aktif

Cara kerja:

● Sediakan 8 tabung reaksi, masing-masing diisi dengan 4 ml sampel air susu

● 4 tabung untuk sampel C1 (putting depan kanan ), C2 (putting depan kiri) , D1 (putting belakang kanan), D2 (putting belang kanan)

● 2 tabung untuk sampel A1 dan A2 ( sampel susu puting sehat) . ● 2 tabung yang tersisa untuk sampel B1 dan B2 diisi dengan sampel susu

mastitis.

● Siapkan larutan penicillin 0,5 IU/ml ● Panaskan seluruh tabung reaksi yang berisi sampel A1, A2, B1, B2, C1 .

C2, C3 dan C4 pada suhu 80oC-85oC selama 10 menit

● Dinginkan sampai mencapai suhu 45oC

● Tambahkan 3 % starter yogurt aktif pada semua tabung ● Masukkan ke incubator semua tabung pada temperatur 43oC selama 3- 4

jam (atau lebih)

● Amati perubahan yang terjadi : - Susu yang menjadi yogurt akan terjadi perubahan konsistensi dari encer

menjadi kental, berarti tidak ada antibiotika dalam susu - Susu tetap encer berarti ada antibiotik dalam susu

Page 45: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 40

HASIL KERJA SEMENTARA

1. Pengamatan sebelum inkubasi

Kode Warna Viskositas

2. Pengamatan setelah inkubasi

Kode Warna Viskositas Penilaian

Page 46: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2021 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 41

Tanda Tangan

Dosen/Asisten :

……………………

Page 47: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2019 Penuntun Praktikum Epidemiologi

42

lab epid Fak Peternakan UB

Sumber : Soulsby E.J.L., 1971

Eggs Worm Parasites Of Cattle (Original)

1. Schistosoma bovis

2. Eurytrema pancreaticum

3. Schistosoma spindalis

4. Schistosoma japonicum

5. Schistosoma indicum 6. Ornithobilharzia turkestanicum

7. Thelazia rodesii

8. Schistosoma nasalis

9. Oesophagustomum radiatum

10. Syngamus larygeus

11. Mecistocirrus digitatus

12. Fischoederius cohboldi

13. Bunosthomum phlebotonum

14. Carmyerius spatiosus

15. Gastrothylax crumenifer 16. Cooperia pectinita

17. Ascaris vitulorum

18. Fischoederius clongatus

Page 48: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2019 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 43

Ostertagia Haemonchus contortus

Trichosronylus spp Nematodirus

Trichuris spp

Trichostrongylus

Page 49: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2019 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 44

Fasciola spp

Paramphistomum

Moniezia

Paramphistomum

Page 50: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2019 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB

Sumber : Soulsby E.J.L., 1971

1. Fasciola hepatica 2. Paramphistomum cervi

3. Thysaniezia giardi

4. Moniezia expansa 5. Moniezia benedeni

6. Dicoceolium dendriticum

7. Strongyloides papillosus

8. Gongylonema pulchrum

9. Trichuris globulosa

10. Fasciola gigantica 11. Nematodirus spathiger

12. Gaigeria pachyscelis 45

14. Skrjabinema ovis

15. Acitellina centripunctata

16. Chabertia ovina 17. Haemonchus contortus 18. Bunostomum trigonocephalus

19. Oesophagustomum columbinarum

20. Cotylophoron cotylophorum

21. Fascioluides magna

22. Ostertagia circumcincta

23. Marshallagia marshalli

Page 51: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2019 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 46

Strongiloides avium 17. Amaebotaenia sphenoides Tetramers Americana 18. Hymenolepis carioca

Morfologi telur cacing:

1. Ascaridia galli

2. Heterakis galliae 3. Saburula brumpti

4. Prasthoganimus sp

5.

6.

7. Acuaria spiralis

8. Acuaria hanulosa

9. Gongylonema ingluvicola 10. Syngamus trachea

11. Harteria gallinarum

12. Oxyspirura mansoni

13. Capillaria annulala

14. Capillaria relusa 15. Capillaria columbae

16. Capillaria longicollis

19. Raillietina cesticillus

20. Choanotaenia infundibulum

21. Single egg ofC. infundibulum 22. Raillietina echinubothrida

23. Raillietina Terragona

24. Davainea proglottina

Page 52: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2019 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 47

C

Morfologi Ektoparasit

Sarcoptes scabiei

Psoroptes spp Mange-Scabies horioptes equi

Demodec spp ,

Page 53: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2019 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 48

Psoroptes

Morfologi protozoa usus - Eimeria sp.

Page 54: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2019 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 49

DAFTAR PUSTAKA

Campell. R.S.F., Copeman. D.B., Goddard. M.E., Johnson S.J. and Tranter.

W.P., 1983. Veterinary Epidemiology. A.U.I.D.P

Donal P. Conway and M. Elizabeth McKenzie, 2007.Poultry Coccidiosis

Diagnosticand Testing Procedures. Blackwell Publishing

Edsel Salvana, MD, DTM&H, 2010. Introduction of Parasitology

Friedman G.D., 1986. Primer of Epidemiology. Yayasan Essentia Medica.

Penerbit Buku-buku Ilmiah Kedokteran, Yogyakarta

Hansen J., Perry B., 1994. The Epidemiology, Diagnosis and Control of

Helmith Parasite Runimants. International Laboratory for research.

Ethiophia

Direktorat bina Kesehatan Hewan, Direktorat Jendral Peternakan,

Departement Pertanian. 1990. Manual Standart Metoda Diagnosa Laboratorium Kesehatan Hewan.

Lapage G. 2000. Monning’s Veterinary Helminthology and Entomology

Greenworld Publ

Soulsby E.J.L., 2012. Veterinary Helminthology Helminth, Arthopode and

Protozoa of Domesticated Animal Minig. Balliere, Tindal and Cassel. London

Trisunuwati P., Indrati R., 1990. Pengantar penyakit Pada Ternak dan

Penaggulangannya. Nuffic-Universitas Brawijaya. Madang

Page 55: PENGANTAR PRAKTIKUM DAN LAPORAN SEMENTARA ......Penuntun Praktikum Epidemiologi 2021 lab epid Fak Peternakan UB 2 kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan keseimbangan

2019 Penuntun Praktikum Epidemiologi

lab epid Fak Peternakan UB 50

Trocy P.M., Itard. J. and Morell P., 1989. Manual of Tropical Veterinary Parasitology. C.A.B International, U.K

Thrusfield, M , 2006 . Veterinary epidemiology

Tritschler.J and Bradrad LM, 2002 Parasites livestock fecal examination for

parasite eggs

Villarroe A, 2013 Internal Parasites in Sheep and Goats,