Upload
others
View
16
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH ADIKSI SMARTPHONE, FEAR OF
MISSING OUT (FoMO) DAN KONFORMITAS
TERHADAP PHUBBING
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh :
Putri Metsa Pemayun
NIM : 11150700000114
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019 M
ii
PENGARUH ADIKSI SMARTPHONE, FEAR OF MISSING OUT
(FoMO) DAN KONFORMITAS TERHADAP PHUBBING
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)
Oleh:
Putri Metsa Pemayun
NIM : 11150700000114
Pembimbing
Dr. Fadhilah Suralaga, M.Si
NIP. 19561223 198303 2 001
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul “PENGARUH ADIKSI SMARTPHONE, FEAR OF
MISSING OUT (FoMO) DAN KONFORMITAS TERHADAP PHUBBING”
telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 26 Juli 2019. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana psikologi (S.Psi) pada Fakultas
Psikologi.
Jakarta, 26 Juli 2019
Sidang Munaqasyah
Dekan/
Ketua Merangkap Anggota
Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si
NIP. 19620724 198903 2 001
Wakil Dekan/
Sekretaris Merangkap Anggota
Bambang Suryadi, Ph.D
NIP. 19700529 200312 1 002
Anggota
Nia Tresniasari, M.Si
NIP. 19841026 200912 2 004
Dr. Natris Idriyani, M.Psi
NIP. 19790723 200710 2 002
LEMBAR
Dr. Fadhilah Suralaga, M.Si
NIP. 19561223 198303 2 001
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 26 Juli 2019
Putri Metsa Pemayun
NIM : 11150700000114
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“MORE SPEAK, MORE ACTION”
-UNKNOWN-
”DREAM, BELIEVE AND MAKE IT
HAPPEN”
-AGNEZ MO-
PERSEMBAHAN :
Untuk cinta yang tak lekang oleh waktu,
mama, papa, dan kedua adikku
vi
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi (B) Juli 2019 (C) Putri Metsa Pemayun (D) Pengaruh Adiksi Smartphone, Fear of Missing Out (FoMO) dan Konformitas
terhadap Phubbing (E) xv + 77 halaman + 4 lampiran (F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh adiksi smartphone,
fear of missing out (FoMO), konformitas, dan faktor demografi terhadap phubbing. Populasi penelitian ini adalah generasi Y yang memiliki alat komunikasi dan berdomisili di JABODETABEK. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 301 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik non-probability sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala instrumen the phubbing scale (PS), smartphone addiction scale-short version (SAS-SV), fear of missing out scale (FoMOS), dan skala konformitas. Uji alat ukur yang digunakan adalah confirmatory factor analysis (CFA). Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan multiple regression analysis melalui IBM SPSS statistics 20. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada variabel adiksi smartphone, fear of missing out (FoMO), konformitas, dan faktor demografi terhadap phubbing sebesar 0,391 atau 39,1% sisanya 60,9% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Berdasarkan hasil uji hipotesis masing-masing variabel yang telah dilakukan terdapat satu variabel yang berpengaruh secara signifikan dari adiksi smartphone.
(G) Daftar bacaan : 25 ; buku : 5 + jurnal : 15 + skripsi : 1 + artikel : 4
vii
ABSTRACT
(A) Faculty of Psychology
(B) July, 2019 (C) Putri Metsa Pemayun (D) Influence Smartphone Addiction, Fear of Missing Out (FoMO) and Conformity on
Phubbing. (E) xv + 77 pages + 4 appendix (F) This study aims to determine whether there is an influence of smartphone
addiction, fear of missing out (FoMO), conformity, and demographic factors towards phubbing. The population of this research is generation Y who have communication devices and domiciles in JABODETABEK. The sample in this research is 301 people. Sampling using non-probability sampling techniques. Measuring tool used in this research is the scale of the phubbing scale instrument (PS), smartphone addiction scale-short version (SAS-SV), fear of missing out scale (FoMOS), and scale of conformity. Test the validity of measuring instrument used is the technique of confirmatory factor analysis (CFA). Hypothesis testing in this research using multiple regression analysis through IBM SPSS statistics 20. The results of this research indicate that there is a significant influence on smartphone addiction variables, fear of missing out (FoMO), conformity, and demographic factors to phubbing of 0,391 or 39,1% of the remaining 60,9% is influenced by other variables. Based on the results of the hypothesis testing of each variable that has been done, there are one variable significant influence on phubbing of smartphone addiction.
(G) Reading material : 25 ; books : 5 + journals : 15 + skripsi : 1 + articles : 4
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat
kuasa, rahmat, karunia, dan anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan lancar dan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam penulis
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW serta sahabat, keluarga, dan
pengikutnya hingga akhir zaman.
Allahumma shalli ‘ala saiyidinaa Muhammad wa’ala alisaiyidina Muhammad.
Dalam penyelesaian skripsi ini banyak pihak yang telah membantu. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Bapak Bambang Suryadi, Ph.D,
Wakil Dekan 1 Bidang Akademik Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, serta jajaran yang telah memfasilitasi mahasiswa dalam rangka
menciptakan lulusan terbaik yang berkualitas.
2. Ibu Dr. Fadhilah Suralaga, M.Si, dosen pembimbing skripsi. Terima kasih telah
membimbing, mengarahkan, dan memberi saran serta dukungan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini, sehingga penulis banyak dapat masukan,
motivasi dan wawasan yang berharga.
3. Ibu Solicha, M.Si, dosen pembimbing akademik. Terima kasih telah memberi
arahan dan semangat kepada penulis dengan selalu memberikan saran dan
motivasi dari awal perkuliahan hingga proses penyelesaian skripsi ini.
4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan ilmu dan wawasan bagi penulis dengan penuh rasa kesabaran.
ix
5. Para staf Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak
memberikan kemudahan dan bantuan bagi penulis dalam setiap proses
administrasi perkuliahan.
6. Seluruh pihak di dalam media sosial penulis yang telah bersedia meluangkan
waktunya untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Terima kasih atas
bantuannya, semoga Allah melancarkan segala urusan di dunia maupun akhirat
nanti.
7. Yang penulis hormati dan kasihi setelah Allah dan Rasul-Nya, tentunya
Mamaku Sari Hardini, Papaku Slamet Supriyadi, Adik-adikku Divo Prabowo
Dwiputra dan Monty Athaya Riadi. Ini adalah salah satu pencapaian yang
dapat penulis berikan untuk kalian. I love u somuch!
8. Dicky Jamalul Insan terima kasih telah menemani, membantu, dan membagi
waktunya mendengarkan keluh kesah penulis serta selalu memberikan
semangat dan saran yang membangun selama penyelesaian skripsi ini.
9. Teman-teman hariku, Nur, Indira, Hafizh, Bobby, Cindy, Cita, Disa, Lio,
Nadhifa, Nadia, Nadiva, Niki, Tirta, Yoyo, Vira, Ka Dian, Bang Lutfi, Bang
Jantri, Bang Endi. Terima kasih telah memberikan waktu, cerita, canda tawa,
dan pembelajaran yang sangat berharga.
10. Seluruh keluarga besar Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
angkatan 2015, khususnya kelas C, kak Afrizal Fauzan, dan kak Rahmat Dani.
Terima kasih atas segala bantuannya selama ini kepada penulis yang sudah
sabar menolong, meluangkan waktu, membagi ilmu sampai proses
penyelesaian skripsi ini.
x
11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini. Semoga segala bantuan, dukungan,
dan doanya kepada penulis, dibalas Allah dengan kebaikan yang berlimpah.
Penulis sangat besyukur atas segala bantuan yang diberikan, semoga Allah
selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih terdapat kekurangan yang akan menjadi bahan evaluasi untuk penulis agar
dapat jauh lebih baik lagi. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan untuk perbaikan kedepannya. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat
bagi penulis ataupun orang lain dan pihak yang berkepentingan.
Jakarta, 26 Juli 2019
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS..................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
1.2 Batasan dan Rumusan Masalah .......................................................... 7
1.2.1 Batasan masalah ...................................................................... 7
1.2.2 Rumusan masalah .................................................................... 8
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 9
1.3.1 Tujuan penelitian ..................................................................... 9
1.3.2 Manfaat penelitian ................................................................... 10
1.4 Sistematika Penulisan ........................................................................ 10
BAB 2 LANDASAN TEORI .............................................................................. 12 2.1 Phubbing ........................................................................................... 12
2.1.1 Definisi phubbing .................................................................... 12
2.1.2 Dimensi-dimensi phubbing ...................................................... 13
2.1.3 Faktor-faktor yang memengaruhi phubbing .............................. 14
2.1.4 Pengukuran phubbing .............................................................. 17
2.2 Adiksi Smartphone ............................................................................ 17
2.2.1 Definisi adiksi smartphone ...................................................... 17
2.2.2 Dimensi-dimensi adiksi smartphone ........................................ 19
2.2.3 Pengukuran adiksi smartphone................................................. 19
2.3 Fear Of Missing Out (FoMO) ............................................................ 20
2.3.1 Definisi fear of missing out (FoMO) ........................................ 20
2.3.2 Dimensi-dimensi fear of missing out (FoMO) .......................... 21
2.3.3 Pengukuran fear of missing out (FoMO) .................................. 22
2.4 Konformitas ...................................................................................... 22
2.4.1 Definisi konformitas ................................................................ 22
2.4.2 Dimensi-dimensi konformitas .................................................. 22
2.4.3 Pengukuran konformitas .......................................................... 23
2.5 Kerangka Berpikir ............................................................................. 23
2.6 Hipotesis Penelitian ........................................................................... 26
xii
BAB 3 METODE PENELITIAN....................................................................... 27
3.1 Populasi dan Sampel .......................................................................... 27
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ..................................... 27
3.3 Instrumen Pengumpulan Data ............................................................ 29
3.3.1 Skala phubbing ........................................................................ 30
3.3.2 Skala adiksi smartphone .......................................................... 31
3.3.3 Skala fear of missing out (FoMO) ............................................ 32
3.3.4 Skala konformitas .................................................................... 32
3.4 Uji Validitas Konstruk ....................................................................... 33
3.4.1 Uji validitas konstruk phubbing ............................................... 35
3.4.2 Uji validitas adiksi smartphone ................................................ 36
3.4.3 Uji validitas fear of missing out (FoMO) .................................. 37
3.4.4 Uji validitas konformitas .......................................................... 39
3.5 Teknik Analisis Data ......................................................................... 41
3.6 Prosedur Penelitian ............................................................................ 43
BAB 4 HASIL PENELITIAN ............................................................................. 45
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ................................................... 45
4.2 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ............................................... 45
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ................................................. 46
4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian ............................................................. 48
4.4.1 Analisis regresi variabel penelitian ........................................... 48
4.4.2 Pengujian proporsi varian masing-masing IV terhadap DV ...... 52
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN .............................................. 54
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 54
5.2 Diskusi ............................................................................................... 55
5.3 Saran ................................................................................................. 58
5.3.1 Saran teoritis ............................................................................. 58
5.3.2 Saran praktis ............................................................................. 59
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 60
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skor pengukuran skala............................................................................ 30
Tabel 3.2 Blue print skala phubbing ....................................................................... 31
Tabel 3.3 Blue print skala adiksi smartphone ......................................................... 31
Tabel 3.4 Blue print skala fear of missing out (FoMO) ........................................... 32
Tabel 3.5 Blue print skala konformitas ................................................................... 33
Tabel 3.6 Muatan faktor item untuk phubbing ........................................................ 35
Tabel 3.7 Muatan faktor item untuk adiksi smartphone .......................................... 36
Tabel 3.8 Muatan faktor item untuk relatedness ..................................................... 37
Tabel 3.9 Muatan faktor item untuk self ................................................................. 38
Tabel 3.10 Muatan faktor item untuk pemenuhan (compliance) ............................. 39
Tabel 3.11 Muatan faktor item untuk penerimaan (acceptance) .............................. 40
Tabel 4.1 Deskripsi sampel penelitian berdasarkan data demografis ....................... 45
Tabel 4.2 Tabel analisis deskriptif .......................................................................... 46
Tabel 4.3 Pedoman kategorisasi skor...................................................................... 47
Tabel 4.4 Kategorisasi skor variabel ....................................................................... 47
Tabel 4.5 Model summary analisis regresi .............................................................. 48
Tabel 4.6 Tabel ANOVA ....................................................................................... 49
Tabel 4.7 Koefisien regresi .................................................................................... 50
Tabel 4.8 Model summary proporsi varian tiap IV terhadap DV ............................. 52
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir .................................................................... 25
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian ............................................................................ 63
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ........................................................................... 64
Lampiran 3 Syntax Lisrel & Path Diagram Output CFA ........................................ 70
Lampiran 4 Output SPSS 20 Analisis Regresi Berganda ........................................ 76
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini dibahas latar belakang masalah, batasan dan rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman yang semakin modern membuat teknologi ikut terus
berkembang memenuhi kebutuhan manusia. Hal ini tentu membawa perubahan
pada diri seseorang khususnya cara berkomunikasi dengan orang lain. Jika era
kesukuan (tribal) orang berkomunikasi secara lisan dan bertatap muka maka pada
era digital ini, orang tidak lagi harus bertemu dengan lawan bicara untuk
menyampaikan pesan karena alat komunikasi seperti smartphone menjadi
perangkat yang mampu mengantarkan pesan tersebut dalam hitungan detik
(Hanika, 2015).
Hasil riset Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (laman
apjii.or.id, 2018) menunjukkan smartphone menjadi perangkat paling banyak
digunakan pengguna saat mengakses internet daripada komputer atau laptop. Di
area perkotaan (urban) kepemilikan smartphone mencapai 70,96%, sedangkan
penggunaan lainnya hanya mencapai 31,55%.
Smartphone dengan dilengkapi berbagai fitur menambah kemudahan para
penggunanya, seperti berkomunikasi melalui dunia maya (virtual), mencari
hiburan atau informasi, dan berbagi aktivitas sehari-hari melalui jejaring sosial.
Tak jarang dijumpai, seseorang tidak hanya menggunakan smartphone yang
dimiliki untuk mengisi kekosongan, namun berlanjut ketika melakukan dua
2
percakapan secara bersamaan, yaitu komunikasi secara langsung dan dalam dunia
maya, ketika sedang makan malam bersama atau kegiatan lain menempatkan
smartphone didekatnya untuk berjaga-jaga, dan tidak bisa melewati pertemuan
tanpa memeriksa smartphone terlebih dahulu (Timothy, 2018).
Timothy (laman healtline.com, 2018) menunjukkan bahwa seseorang yang
fokus dengan smartphone yang dimiliki saat bersama orang lain menjadi ancaman
empat kebutuhan dasar yang berdampak pada kesehatan mental, yaitu
belongingness, self-esteem, meaningful existence, dan control karena lawan bicara
merasa ditolak, diasingkan, dan dianggap tidak penting.
Ducharme (laman time.com, 2018) menunjukkan bahwa seseorang yang
memotong pembicaraan lawan bicara untuk melihat smartphone-nya membuat
komunikasi dua arah merasa kurang terhubung, dapat merusak kesehatan mental,
tidak baik untuk siapapun karena lawan bicara merasa sakit hati, dan dapat
merusak reputasi karena dianggap kurang sopan bila dilakukan. Fenomena ini
dikenal dengan phubbing.
Istilah phubbing berasal dari kata “phone” dan “snubbing”. Menurut
Karadag (2015) phubbing adalah perilaku seseorang yang melihat teleponnya saat
percakapan dengan orang lain, berurusan dengan teleponnya dan menghindari
komunikasi antar pribadi.
Hasil penelitian dari Ugur dan Koc (2015) menjelaskan bahwa 349
mahasiswa di Turki, sekitar 95% mengakui mereka menggunakan smartphone dan
melakukan phubbing di kelas setidaknya sekali atau dua kali, dan 32%
melakukannya setiap hari. Mereka juga memperhatikan temannya yang
3
melakukan phubbing di kelas, 98% responden mengatakan mereka
memperhatikan temannya melakukan phubbing setidaknya sekali atau dua kali
dan 41% mengatakan mereka memperhatikannya setiap hari.
Alto (2016) dilansir dari laman prnewswire.com menunjukkan hasil
Digital Habits Survey 2016 mengenai penggunaan smartphone pada masyarakat
di Amerika bahwa 68% responden merasa perlu memberitahukan seseorang yang
sedang makan malam dengan rekan dalam sebuah perusahaan untuk tidak boleh
melihat pesannya sampai selesai makan. Hanika (2015) menambahkan dengan
melakukan survei pada mahasiswa/i MIKOM UNDIP berjumlah 60 orang
ditemukan bahwa 82% dari keseluruhan responden pernah melakukan phubbing
ketika sedang makan atau kumpul bersama dan 64% atau 40 orang dari jumlah
responden merasa terganggu jika lawan bicara menggunakan smartphone.
Dampak dari phubbing ini menunjukkan tingkat relationship satisfaction
dan kepercayaan lawan bicara menjadi kurang bermakna dan empati akan
berkurang ketika salah satu individu menggunakan smartphone (Przybylski &
Weinstein, 2013; Roberts & David, 2016). Hasil penelitian Wang et al (2017)
pada orang dewasa China yang sudah menikah menunjukkan bahwa partner
phubbing (p-phubbing) memiliki hubungan yang negatif dengan relationship
satisfaction dan memiliki hubungan yang positif dengan depresi. Artinya, jika p-
phubbing memiliki tingkat rasa terabaikan yang tinggi oleh pasangannya maka
akan berdampak pada menurunnya kepuasan terhadap hubungan mereka yang
mengakibatkan p-phubbing mengalami depresi.
4
Ada banyak faktor yang mungkin memengaruhi phubbing antara lain
adiksi smartphone, adiksi internet, adiksi media sosial, adiksi game, fear of
missing out (FoMO), self-control, dan konformitas. Pada penelitian ini, penulis
memilih tiga faktor, yaitu adiksi smartphone, fear of missing out (FoMO), dan
konformitas.
Adiksi smartphone menjadi salah satu variabel yang memengaruhi
phubbing pada penelitian sebelumnya. Dalam setiap penelitian, variabel ini
menjadi faktor yang memiliki pengaruh paling besar terhadap phubbing dengan
berbagai macam perbedaan diantaranya populasi, sampel, atau budaya.
Hasil penelitian Karadag et al (2015) menunjukkan bahwa adiksi
smartphone memiliki pengaruh positif paling besar terhadap phubbing (γ1 =
0,50). Hal tersebut sejalan dalam penelitian yang dilakukan oleh
Chotpitayasunondh dan Douglas (2016) bahwa adiksi smartphone secara
signifikan memengaruhi phubbing (β = 0,45, p < 0,001). Hasil penelitian Fauzan
(2018) sejalan dengan penelitian sebelumnya bahwa variabel yang paling besar
pengaruhnya terhadap phubbing adalah adiksi smartphone sebesar 0,51 atau 51%.
Artinya, semakin tinggi seseorang mengalami kecanduan terhadap smartphone
maka akan meningkatkan kecenderungan untuk melakukan phubbing. Dalam hal
ini, adiksi smartphone memengaruhi seseorang untuk melakukan phubbing.
Selain itu, ada variabel lain yang memengaruhi phubbing yaitu fear of
missing out (FoMO) atau rasa takut kehilangan. Fear of missing out (FoMO)
menjadi faktor kedua dalam penelitian ini disebabkan karena variabel ini
5
membuat seseorang merasakan kecemasan dalam hatinya dan hal ini menjadi
suatu bentuk kepuasan hidup yang akhirnya mendorong untuk melakukan
phubbing.
Penelitian yang dilakukan oleh Chotpitayasunondh dan Douglas (2016)
menunjukkan bahwa variabel FoMO memiliki pengaruh positif terhadap phubbing
melalui adiksi smartphone (β = 0,33, p < 0,001). Artinya, terjadinya phubbing
karena FoMO melemahkan individu dengan membangkitkan rasa tidak aman dan
disebabkan terkait penggunaan smartphone secara terus-menerus (Carbonell,
Oberst, & Beranuy, 2013; Chotpitayasunondh & Dougles. 2016).
Chotpitayasunondh dan Douglas (2016) mengatakan bahwa model dalam
penelitian tersebut membuktikan variabel-variabel seperti fear of missing out
(FoMO), internet addiction, self-control berpengaruh signifikan terhadap
phubbing. Dalam hal ini, fear of missing out (FoMO) memengaruhi seseorang
untuk melakukan phubbing. Pada penelitian ini, penulis ingin membedakan
dengan penelitian sebelumnya yakni memprediksi bahwa fear of missing out
(FoMO) memiliki pengaruh langsung terhadap phubbing tanpa melalui
smartphone.
Variabel yang memengaruhi phubbing lainnya yaitu konformitas.
Penelitian terbaru yang dilakukan Khang et al. (Zhang et al, 2014) menunjukkan
bahwa seseorang menggunakan smartphone-nya untuk mendapatkan identitas dan
menghindari celaan dari teman-teman mereka. Dalam hal ini, faktor konformitas
memungkinkan lawan bicara akan mengikuti seseorang yang melakukan phubbing
untuk diakui keberadaannya. Akan tetapi, jika pengguna smartphone memiliki
6
tingkat konformitas yang tinggi, kemungkinan besar ia akan menjadi
ketergantungan dengan smartphone-nya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zhang et al. (2014) menunjukkan
bahwa konformitas memiliki pengaruh yang positif terhadap adiksi smartphone (β
= 0,145, t = 1,987). Dalam hal ini, konformitas memengaruhi seseorang untuk
melakukan phubbing. Berdasarkan penelitian tersebut, penulis memprediksi
bahwa konformitas memiliki pengaruh langsung terhadap phubbing tanpa melalui
adiksi smartphone.
Selain dari variabel-variabel yang telah diuraikan di atas, penulis
menggunakan variabel demografi yaitu jenis kelamin. Karadag et al. (2015)
mengatakan bahwa variabel jenis kelamin memberikan pengaruh yang signifikan
sebesar 14% terhadap phubbing dengan frekuensi perempuan lebih besar daripada
laki-laki. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Chotpitayasunondh &
Douglas (2016) mengatakan bahwa frekuensi perempuan dalam melakukan
phubbing secara signifikan (p = 0,001) lebih besar daripada laki-laki. Dalam hal
ini, jenis kelamin memengaruhi seseorang untuk melakukan phubbing.
Berdasarkan fenomena di atas, penulis memilih subjek penelitian pada
generasi Y. Millenial Generation atau generasi Y adalah kelompok anak muda
yang berusia belasan tahun hingga awal tiga puluhan, lahir awal 1980 hingga awal
2000 (Horovitz, 2012; Suryadi, 2015). Kunci karakteristik dari generasi Y yaitu
memiliki kecenderungan terhadap teknologi, dimana ada keuntungan dan kerugian
dalam kognitif, emosional, dan akibat dari interaksi sosial (Ruth N. Bolton, et al.,
2012). Selain variabel demografi pada jenis kelamin, dalam hal ini penulis ingin
7
menggunakan variabel usia untuk memprediksi bahwa usia memiliki pengaruh
langsung terhadap phubbing.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Adiksi
Smartphone, Fear of Missing Out (FoMO) dan Konformitas terhadap Phubbing”.
1.2 Batasan dan Rumusan Masalah
1.2.1 Batasan masalah
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari sasaran yang dikehendaki dan supaya
lebih terarah dan fokus, maka penulis membatasi hanya pada variabel yang akan
diteliti yaitu : phubbing, adiksi smartphone, fear of missing out (FoMO),
konformitas, dan faktor demografi.
Adapun pembatasan masalahnya yaitu :
a. Phubbing yang dimaksud dalam penelitian ini sesuai dengan teori Karadag
(2015) mengacu pada perilaku seseorang yang melihat teleponnya saat
percakapan dengan orang lain, berurusan dengan teleponnya dan menghindari
komunikasi antarpribadi.
b. Adiksi smartphone yang dimaksud dalam penelitian ini sesuai dengan teori
Kwon dan Yang (2013) mengacu pada perilaku kecanduan yang memiliki
kemungkinan menjadi masalah sosial yang umum karena itu menandakan
karakteristik kecanduan seperti intoleransi, penarikan diri, kesulitan
melakukan kegiatan sehari-hari, atau gangguan kontrol impuls.
8
c. Fear of missing out (FoMO) yang dimaksud dalam penelitian ini sesuai
dengan teori Przybylski et al. (2013) mengacu pada keinginan seseorang untuk
tetap terhubung secara terus menerus dengan apa yang dilakukan orang lain.
d. Konformitas yang dimaksud dalam penelitian ini sesuai dengan teori Myers
(2012) mengacu pada suatu bentuk perubahan perilaku atau kepercayaan agar
selaras dengan orang lain.
e. Faktor demografi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jenis kelamin
dan usia.
1.2.2 Rumusan masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan adiksi smartphone, fear of missing out
(FoMO), konformitas, dan faktor demografi terhadap phubbing?
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan adiksi smartphone terhadap phubbing?
3. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi relatedness dari fear of missing
out (FoMO) terhadap phubbing?
4. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi self dari fear of missing out
(FoMO) terhadap phubbing?
5. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi pemenuhan (compliance) dari
konformitas terhadap phubbing?
6. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi penerimaan (acceptance) dari
konformitas terhadap phubbing?
9
7. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi jenis kelamin dari faktor
demografi terhadap phubbing?
8. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi usia dari faktor demografi
terhadap phubbing?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh independent variable
(IV) terhadap dependent variable (DV) dengan menjawab semua rumusan
masalah yang tertera di atas sebagai berikut :
1. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan adiksi smartphone,
fear of missing out (FoMO), konformitas, dan faktor demografi terhadap
phubbing.
2. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan adiksi smartphone
terhadap phubbing.
3. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan dimensi relatedness
dari fear of missing out (FoMO) terhadap phubbing.
4. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan dimensi self dari fear
of missing out (FoMO) terhadap phubbing.
5. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan dimensi pemenuhan
(compliance) dari konformitas terhadap phubbing.
6. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan dimensi penerimaan
(acceptance) dari konformitas terhadap phubbing.
10
7. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan dimensi jenis kelamin
dari faktor demografi terhadap phubbing.
8. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan dimensi usia dari
faktor demografi terhadap phubbing.
1.3.2 Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan perkembangan ilmu
pengetahuan dalam wacana keilmuan psikologi mengenai pengaruh adiksi
smartphone, fear of missing out (FoMO), konformitas, dan faktor demografi
terhadap phubbing pada generasi Y. Selain itu, hasil penelitian ini dapat
dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan mampu mendorong minat pembaca yang
berkecimpung di bidang psikologi untuk melakukan penelitian mengenai
phubbing. Selain itu, hasil penelitian ini dapat digunakan bagi pembaca untuk
melakukan tindakan antisipasi terjadinya phubbing.
1.4 Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai isi dan materi yang dibahas,
maka penulis mengemukakannya dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB 1 : Pendahuluan, berisi latar belakang penelitian, batasan dan rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
11
BAB 2 : Landasan teori, mengemukakan teori-teori yang berhubungan dengan
permasalahan penelitian, kerangka berpikir, serta hipotesis penelitian.
BAB 3 : Metode penelitian, membahas populasi dan sampel, variabel penelitian
dan definisi operasional, instrumen pengumpulan data, pengujian
validitas konstruk, teknik analisis data, serta prosedur penelitian.
BAB 4 : Hasil penelitian menjelaskan gambaran umum subyek penelitian,
analisis deskriptif variabel penelitian, kategorisasi skor variabel
penelitian, serta hasil uji hipotesis penelitian.
BAB 5 : Kesimpulan, diskusi, dan saran menjelaskan lebih lanjut mengenai hasil
penelitian yang terdiri dari kesimpulan, diskusi, serta saran.
12
BAB 2
LANDASAN TEORI
Pada bab ini dijelaskan mengenai teori yang berkaitan dengan penelitian, yaitu
phubbing, adiksi smartphone, fear of missing out (FoMO), dan konformitas.
Selanjutnya, dipaparkan kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.
2.1 Phubbing
2.1.1 Definisi phubbing
Karadag (2015) menjelaskan bahwa phubbing adalah perilaku seseorang yang
melihat teleponnya saat percakapan dengan orang lain, berurusan dengan
teleponnya, dan menghindari komunikasi antar pribadi. Phubbing juga dapat
diartikan sebagai perilaku seseorang yang mengabaikan orang lain dengan
memusatkan perhatiannya pada telepon atau smartphone (Haigh, 2015;
Chotpitayasunondh, 2016).
Menurut Chotpitayasunondh (2016), phubbing melibatkan penggunaan
smartphone dalam pengaturan sosial dari dua orang atau lebih, dan lebih memilih
berinteraksi dengan smartphone dari pada seseorang yang hadir disekitarnya.
Carvajal (2012) menegaskan bahwa phubbing merupakan perilaku yang perlu
dihentikan untuk menyelamatkan hubungan interpersonal karena seharusnya
teknologi membantu seseorang untuk berkomunikasi, namun kini berdampak
sebaliknya.
Dampak dari phubbing ini menunjukkan tidak terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia untuk memiliki kontrol dan keterikatan ketika seseorang merasakan
bahwa pasangannya tidak ada, mungkin secara fisik bersama, namun tidak
13
sepenuhnya hadir untuk satu sama lain (Roberts & David, 2016). Przybylski et al
dalam Roberts & David (2016) menunjukkan bahwa tingkat relationship
satisfaction dan kepercayaan lawan bicara menjadi kurang bermakna dan empati
akan berkurang ketika salah satu individu menggunakan smartphone.
Hasil penelitian Wang et al (2017) pada orang dewasa China yang sudah
menikah menunjukkan partner phubbing (p-phubbing) memiliki hubungan yang
negatif dengan relationship satisfaction dan memiliki hubungan yang positif
dengan depresi. Artinya, semakin tinggi p-phubbing merasa terabaikan oleh
pasangannya maka akan berdampak pada menurunnya kepuasan terhadap
hubungan mereka yang mengakibatkan p-phubbing mengalami depresi.
Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan di atas, maka penulis
menggunakan teori phubbing dari Karadag (2015), yang menjelaskan bahwa
phubbing adalah perilaku seseorang yang melihat teleponnya saat percakapan
dengan orang lain, berurusan dengan teleponnya, dan menghindari komunikasi
antar pribadi.
Hal ini tampak seperti bagian dari kehidupan modern yang relatif tidak
berbahaya, namun nyatanya penelitian-penelitian terdahulu menemukan bahwa
perilaku ini memungkinkan dapat merusak hubungan dengan lawan bicara yang
berada disekitarnya dengan menghubungkan seseorang pada orang lain yang ada
di dalam dunia maya (virtual). Perilaku ini ditandai dengan dua dimensi, yaitu
gangguan komunikasi dan obsesi terhadap ponsel.
2.1.2 Dimensi-dimensi phubbing
Dimensi-dimensi phubbing menurut Karadag (2015) dibagi menjadi dua yaitu :
14
1) Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi yang disebabkan oleh individu yang
menggunakan smartphone-nya sebagai faktor yang mengganggu dalam
komunikasi tatap muka.
2) Obsesi terhadap ponsel
Obsesi terhadap ponsel disebabkan karena dorongan akan kebutuhan
menggunakan ponsel yang tinggi secara terus-menerus di lingkungan
yang sedang melakukan komunikasi tatap muka.
2.1.3 Faktor-faktor yang memengaruhi phubbing
Menurut Karadag (2015), phubbing dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1. Adiksi terhadap smartphone
Teknologi yang kini memfasilitasi kehidupan manusia menyebabkan
masalah dalam kehidupan manusia sebagai penggunanya. Di dunia
industri, manusia membutuhkan akses yang lebih cepat ke berbagai jenis
data, interaksi dan komunikasi, yang menyebabkan waktu, persepsi
kebutuhan, dan rasa senang dapat berubah.
Ketidakpuasan manusia untuk lebih banyak teknologi memiliki
konsekuensi seperti penggunaan teknologi yang berlebihan, tingkat
keterlibatan yang tinggi dalam teknologi, dan akhirnya kecanduan
teknologi. Smartphone yang telah dilengkapi dengan fitur komputer
memiliki efek signifikan di antara faktor lain sebagai objek kecanduan.
15
2. Adiksi terhadap internet
Selain menawarkan banyak kemudahan yang ditawarkan untuk kehidupan
sehari-hari, komputer menyebabkan efek negatif pada manusia dengan
menawarkan variasi dan kenyamanan melakukan berbagai hal di internet
dan bermain game. Perilaku individu yang berlebihan terhadap
penggunaan komputer telah mengarahkan para peneliti untuk menyelidiki
konsep kecanduan komputer.
Berbagai macam penelitian yang telah dilakukan para peneliti
menunjukkan bahwa komputer saja tidak masalah, tetapi itu menyebabkan
masalah karena berbagai macam aplikasi di dalamnya. Bermain game dan
tetap online dalam jangka waktu yang lama menjadi contoh dari kasus ini.
3. Adiksi terhadap media sosial
Media sosial, yang hampir menjadi kecanduan, adalah saluran komunikasi
di mana memiliki keterkaitan interaksi yang sangat kompleks, yang dapat
memiliki dampak besar pada orang-orang. Media sosial, yang mencakup
banyak elemen seperti game, komunikasi, pertukaran informasi, dan
berbagi multimedia, yang mendorong seseorang untuk tetap online,
membawa pengikutnya dari komputer beralih ke smartphone. Media sosial
di komputer membutuhkan pengguna tetap berada di meja, tetapi dengan
smartphone, setiap saat dapat dibawa kemana-mana. Aplikasi yang paling
sering digunakan adalah aplikasi game dan situs media sosial.
Dengan kata lain, media sosial memiliki tempat yang signifikan di
antara objek kecanduan smartphone. Terlepas dari kenyataan bahwa orang
16
mengakses media sosial melalui ponsel mereka, tetapi media sosial
hanyalah salah satu objek kecanduan dalam ponsel dan bahwa kecanduan
ponsel akan tetap bertahan walaupun media sosial tidak ada.
4. Adiksi terhadap game
Di antara faktor-faktor yang memengaruhi phubbing, kecanduan game
adalah sumber kecanduan lain yang sama pentingnya dengan kecanduan
ponsel. Individu yang tidak memiliki keterampilan manajemen waktu,
menggunakan ponsel untuk melarikan diri dari masalah, dan sebagai alat
relaksasi mental.
Kecanduan game yang mengacu pada game online, video game,
dan computer game, ternyata semuanya memiliki asal-usul yang sama,
mengacu pada bermain computer game, sejauh itu telah memengaruhi
kehidupan sehari-hari maka dianggap sebagai perilaku adiktif. Terlibat
dengan game untuk jangka waktu yang lama, diberi penghargaan bahkan
untuk kemajuan terkecil dalam game, level bervariasi sesuai dengan
kinerja seseorang, merupakan faktor-faktor yang dapat meningkatkan
kecanduan game.
5. Selain faktor-faktor di atas, fear of missing out (FoMO) menjadi salah satu
faktor dari dalam diri individu yang memengaruhi phubbing. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Chotpitayasunondh dan Douglas (2013)
mengatakan bahwa variabel-variabel seperti fear of missing out (FoMO),
internet addiction, self-control memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap phubbing.
17
6. Faktor lain yang berasal dari luar diri individu ialah konformitas. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Khang et al. (Zhang et al, 2014)
menunjukkan bahwa seseorang menggunakan smartphone-nya untuk
mendapatkan identitas dan menghindari celaan dari teman-teman mereka.
2.1.4 Pengukuran phubbing
Pada penelitian ini, penulis mengukur phubbing menggunakan adaptasi
dari alat ukur yang dikembangkan oleh Karadag (2015) yaitu
menggunakan the phubbing scale. Instrumen ini memiliki 10 item dengan
konsistensi internal berupa nilai reliabilitas cronbach alpha sebesar 0.87
(faktor 1 : lima item) dan 0.85 (faktor 2 : lima item).
2.2 Adiksi Smartphone
2.2.1 Definisi adiksi smartphone
Kwon dan Yang (2013) menjelaskan bahwa adiksi smartphone adalah
kecanduan terhadap smartphone yang memiliki kemungkinan menjadi
masalah sosial karena menandakan beberapa karakteristik kecanduan,
seperti intoleransi, penarikan diri, kesulitan melakukan aktivitas sehari-
hari, dan gangguan kontrol impuls.
Menurut Mok et al (2014), smartphone bisa menimbulkan masalah
ketika digunakan secara berlebihan. Misalnya, penggunaan smartphone
yang berlebihan dapat menyebabkan perilaku maladaptif yang terlihat
pada gangguan kontrol impuls dalam patologis yang dapat mengganggu
sekolah atau bekerja, mengurangi interaksi sosial dalam kehidupan nyata,
mengurangi kemampuan akademik, menyebabkan masalah dalam
18
hubungan, memengaruhi kesehatan fisik termasuk penglihatan yang kabur
dan nyeri di pergelangan tangan atau belakang leher.
Park & Lee (dalam Gokçearslan et al, 2016) memaparkan bahwa
adiksi smartphone dapat diartikan sebagai penggunaan smartphone yang
berlebihan dan sulit untuk dikendalikan, serta membawa pengaruh meluas
dalam kehidupan lain seseorang dengan cara yang negatif.
Menurut DSM V, adiksi memiliki beberapa kriteria, seperti adanya
keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa untuk menggunakan;
kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakannya, termasuk sejak
mulainya, usaha penghentian, atau pada tingkat sedang menggunakan;
adanya toleransi, berupa peningkatan penggunaan; mengabaikan
menikmati kesenangan atau minat lain, meningkatkan jumlah waktu yang
diperlukan untuk menggunakannya; dan tetap menggunakannya meskipun
ia menyadari adanya akibat yang merugikan kesehatannya.
Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan di atas, maka
penulis menggunakan teori adiksi smartphone dari Kwon dan Yang
(2013), yang menjelaskan bahwa adiksi smartphone adalah kecanduan
terhadap smartphone yang memiliki kemungkinan menjadi masalah sosial
karena menandakan beberapa karakteristik kecanduan, seperti intoleransi,
penarikan diri, kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari, dan gangguan
kontrol impuls.
19
2.2.2 Dimensi-dimensi adiksi smartphone
Dimensi-dimensi adiksi smartphone menurut Kwon dan Yang dibagi menjadi tiga
yaitu :
1) Gangguan kehidupan sehari-hari
Gangguan kehidupan sehari-hari seperti kehilangan pekerjaan yang
direncanakan, mengalami kesulitan konsentrasi di kelas atau saat bekerja,
mengalami sakit kepala atau penglihatan yang kabur, sakit pada
pergelangan tangan atau di bagian leher, dan mengalami gangguan tidur.
2) Penarikan diri
Penarikan diri seperti membuat seseorang menjadi mudah marah, gelisah,
dan tidak bisa menahan diri jika tidak menggunakan smartphone,
menggunakannya secara terus menerus dan tidak bisa lepas, serta menjadi
kesal dan marah ketika terganggu saat menggunakan smartphone.
3) Intoleransi
Intoleransi yang dimaksud adalah intoleransi yang didefiniskan sebagai
seseorang yang selalu berusaha untuk mengontrol penggunaan smartphone
tetapi selalu tidak berhasil dalam melakukannya.
2.2.3 Pengukuran adiksi smartphone
Pada penelitian ini, penulis mengukur adiksi smartphone menggunakan adaptasi
dari alat ukur yang dikembangkan oleh Kwon dan Yang (2013) yaitu
menggunakan smartphone addiction scale-short version (SAS-SV). Instrumen ini
memiliki 10 item dengan nilai rata-rata konsistensi internal reliabilitas cronbach
alpha sebesar 0,911.
20
2.3 Fear Of Missing Out (FoMO)
2.3.1 Definisi fear of missing out (FoMO)
Przybylski et al (2013) mengatakan bahwa fear of missing out (FoMO) adalah
suatu keadaan dimana seseorang memiliki keinginan untuk memainkan atau hanya
sebatas melihat media sosialnya agar tetap terhubung secara terus-menerus dengan
apa yang dilakukan orang lain dalam dunia maya.
Menurut JWT Marketing Communication dalam Abel et al, (2016), fear of
missing out (FoMO) adalah perasaan tidak nyaman dan terkadang semua yang
sedang dialami oleh seseorang bahwa ia merasa kehilangan informasi atas apa
yang dilakukan rekan-rekannya, kehilangan informasi yang ingin ia ketahui, atau
orang lain memiliki lebih banyak informasi yang lebih baik dari yang ia miliki.
Pada dasarnya FoMO adalah bentuk nyata dari seseorang yang sangat
peduli tentang apa yang dilakukan orang lain dan memikirkan hubungan dengan
perasaan yang ditinggalkan, takut akan apa yang orang lain pikirkan tentang
kehidupan pribadinya (JWT Marketing Communication; Abel et al., 2016).
Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan di atas, maka penulis
menggunakan teori fear of missing out (FoMO) dari Przybylski et al. (2013), yang
menjelaskan bahwa fear of missing out (FoMO) adalah suatu keadaan dimana
seseorang memiliki keinginan untuk memainkan atau hanya sebatas melihat media
sosialnya agar tetap terhubung secara terus-menerus dengan apa yang dilakukan
orang lain dalam dunia maya.
2.3.2 Dimensi-dimensi fear of missing out (FoMO)
Dimensi-dimensi dari FoMO menurut Prybylski et al. dibagi menjadi dua yaitu :
21
1) Relatedness
Relatedness (kedekatan atau keinginan untuk berhubungan dengan orang
lain) adalah kebutuhan seseorang untuk merasakan perasaan tergabung,
terhubung, dan kebersamaan dengan orang lain. Kondisi seperti pertalian
yang kuat, hangat, dan peduli dapat memuaskan kebutuhan untuk
pertalian, sehingga individu merasa ingin memiliki kesempatan lebih
dalam berinteraksi dengan orang-orang yang dianggap penting dan terus
mengembangkan kompetensi sosialnya.
2) Self
Kebutuhan psikologis akan self (diri sendiri) berkaitan dengan competence
dan autonomy. Competence didefinisikan sebagai keinginan yang melekat
pada individu untuk merasa efektif dalam berinteraksi dengan
lingkungannya mencerminkan kebutuhan untuk melatih kemampuan dan
mencari tantangan yang optimal. Sementara autonomy didefinisikan
sebagai pengalaman merasakan adanya pilihan, dukungan dan kemauan
yang berkaitan dengan memulai, memelihara, dan mengakhiri keterlibatan
perilaku. Tindakan ini dijalankan dengan diri sendiri tanpa terikat atau
mendapat kontrol dari orang lain (individu adalah inisiator dan sumber
dari perilakunya).
2.3.3 Pengukuran fear of missing out (FoMO)
Pada penelitian ini, penulis mengukur fear of missing out (FoMO)
menggunakan adaptasi dari alat ukur yang dikembangkan oleh Prybylski et al
dalam Al-Menayes (2016) yaitu menggunakan fear of missing out (FoMO) scale.
22
Instrumen ini memiliki delapan item dengan nilai rata-rata konsistensi internal
reliabilitas cronbach alpha sebesar 0,827 (faktor 1 : lima item) dan 0,724 (faktor 2
: tiga item).
2.4 Konformitas
2.4.1 Definisi konformitas
Menurut Cialdini dan Goldstein (2014), konformitas dapat diartikan sebagai
tendensi untuk mengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai dengan
perilaku orang lain. Myers (2012) mengatakan bahwa konformitas adalah suatu
bentuk perubahan perilaku atau kepercayaan agar selaras dengan orang lain.
Konformitas tidak hanya sekedar bertindak atau berpikir sesuai dengan
yang dilakukan oleh orang lain yang berbeda dari biasa kita lakukan jika kita
sendiri, melainkan juga dipengaruhi oleh bagaimana mereka bertindak (Myers,
2012).
Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan di atas, maka penulis
menggunakan teori konformitas dari Myers (2012), yang menjelaskan bahwa
konformitas adalah suatu bentuk perubahan perilaku atau kepercayaan agar selaras
dengan orang lain.
2.4.2 Dimensi-dimensi konformitas
Dimensi-dimensi konformitas menurut Myers (2012) dibagi menjadi dua yaitu :
1) Pemenuhan (compliance)
Pemenuhan (compliance) adalah konformitas yang termasuk pada
mengikuti suatu harapan atau permintaan yang dilakukan kelompok
sementara di dalam diri tidak menyetujui hal tersebut. Seseorang
23
mematuhi untuk mendapatkan penghargaan atau menghindari hukuman
agar diterima atau disukai oleh orang lain.
2) Penerimaan (acceptance)
Penerimaan (acceptance) adalah konformitas yang termasuk pada
melakukan suatu tindakan atau meyakini sesuai dengan tekanan kelompok
yang diterimanya. Pada bentuk acceptance, konformitas terjadi karena
kelompok menyediakan informasi penting untuk menjawab ketika
seseorang tidak tahu harus berbuat apa.
2.4.3 Pengukuran konformitas
Pada penelitian ini, penulis mengukur konformitas menggunakan adaptasi
dari alat ukur yang dikembangkan oleh Myers dalam Fauzan (2018). Instrumen ini
memiliki 10 item dengan nilai rata-rata konsistensi internal reliabilitas cronbach
alpha sebesar 0,642.
2.5 Kerangka Berpikir
Phubbing merupakan perilaku seseorang yang mengabaikan orang lain di
lingkungan sekitarnya dengan lebih fokus pada smartphone yang dimiliki
sehingga orang lain merasa terabaikan. Perilaku ini tentu tidak diharapkan terjadi
ketika sedang bertemu atau berkumpul dengan orang lain karena memiliki
dampak. Adapun dampak dari phubbing, yaitu menurunnya kepuasan dalam
berhubungan dengan orang lain karena merasa terabaikan, kepercayaan orang lain
karena merasa tidak diperhatikan, dan empati orang lain akan berkurang karena
menggunakan smartphone saat berkumpul.
24
Dalam hal ini ada beberapa faktor yang diduga memengaruhi phubbing
diantaranya adiksi smartphone, fear of missing out (FoMO), dan konformitas.
Faktor pertama yang memengaruhi phubbing yaitu adiksi smartphone yang
merupakan penggunaan smartphone secara berlebihan tanpa adanya batasan
waktu dan sulit untuk dikendalikan, serta akan membawa efek negatif untuk diri
sendiri. Variabel ini memiliki pengaruh yang besar terhadap phubbing karena
ketika individu sedang bersama orang lain, ia akan tetap memainkan smartphone-
nya dan seakan tak bisa lepas.
Berbagai macam dampak yang muncul dari adiksi smartphone, seperti
mengalami kesulitan untuk meninggalkan smartphone-nya bahkan ketika malam
hari, pemikiran seseorang yang adiksi terhadap smartphone terus menerus tertuju
pada aktivitas berinternet atau penggunaan smartphone lainnya sehingga sulit
untuk fokus terhadap aktivitas yang lebih bermanfaat, dan menyebabkan fokus
seseorang terpaku pada satu hal yang disenangi, misal bermain media sosial atau
game hingga larut malam sehingga waktu tidur terganggu.
Faktor kedua yang diduga memengaruhi phubbing yaitu fear of missing
out (FoMO). Variabel ini memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap
phubbing dengan menunjukkan perasaan seseorang yang gelisah apabila melihat
orang lain melakukan atau merasakan yang lebih baik dari dirinya sehingga secara
terus menerus mengecek smartphone-nya. Dengan begitu, seseorang dikatakan
memiliki tingkat fear of missing out (FoMO) yang tinggi apabila ia melakukan
phubbing dengan memiliki rasa takut akan tertinggal informasi yang sedang
25
dilakukan orang lain dalam dunia maya walaupun sedang berkumpul dengan
orang lain secara tatap muka.
Faktor ketiga yang diduga memengaruhi phubbing yaitu konformitas yang
diartikan sebagai perilaku individu yang mengikuti perilaku dan pikiran orang lain
dikarenakan suatu tekanan. Ketika seseorang melakukan phubbing dan orang di
sekitarnya merasa terabaikan, itu bisa membuat lawan bicara ikut untuk
memainkan smartphone mereka.
Penulis menyajikan kerangka teoritis untuk mempermudah memahami
permasalahan yang sedang diteliti dalam bentuk bagan yang menunjukkan
hubungan masing-masing variabel sebagai berikut :
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
Adiksi Smartphone
Fear Of Missing Out
Relatedness
Self
Konformitas
Penerimaan
(acceptance)
Pemenuhan
(compliance)
PHUBBING
Faktor Demografi
Jenis kelamin
Usia
26
2.6 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori yang telah dibahas sebelumnya, maka diajukan hipotesis yang
akan diuji secara empiris. Hipotesis tersebut sebagai berikut :
Major : Ada pengaruh signifikan adiksi smartphone, fear of missing out (FoMO),
konformitas, dan faktor demografi terhadap phubbing.
Minor :
Ha1 : Ada pengaruh signifikan adiksi smartphone terhadap phubbing.
Ha2 : Ada pengaruh signifikan dimensi relatedness dari fear of missing out
(FoMO) terhadap phubbing.
Ha3 : Ada pengaruh signifikan dimensi self dari fear of missing out (FoMO)
terhadap phubbing.
Ha4 : Ada pengaruh signifikan dimensi pemenuhan (compliance) dari
konformitas terhadap phubbing.
Ha5 : Ada pengaruh signifikan dimensi penerimaan (acceptance) dari
konformitas terhadap phubbing.
Ha6 : Ada pengaruh signifikan dimensi jenis kelamin dari faktor demografi
terhadap phubbing.
Ha7 : Ada pengaruh signifikan dimensi usia dari faktor demografi terhadap
phubbing.
27
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah responden yang termasuk
generasi Y. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah responden yang lahir
tahun 1980-2000, memiliki alat komunikasi, berdomisili di JABODETABEK, dan
bersedia menjadi subjek penelitian. Pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan teknik non-probability sampling. Pengambilan data menggunakan
kuesioner online (google form) yang di sebar melalui media sosial instagram,
twitter, dan facebook. Jumlah sampel penelitian yang digunakan sebanyak 301
responden.
Akurasi dalam pengambilan data melalui tiga media sosial ini dilakukan
agar responden yang mengisi terbukti memiliki kecenderungan terhadap
perkembangan teknologi yang dibuktikan dengan memiliki alat komunikasi yang
dilengkapi dengan internet, memiliki akun jejaring sosial, mengakses atau login
atas dasar keinginan sendiri dengan berbagai tujuan pribadi.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel penelitian ini terdiri atas satu variabel terikat atau dependent variable
(DV) dan tujuh variabel bebas atau independent variable (IV). Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah phubbing, sedangkan variabel bebas dalam penelitian
ini adalah dimensi-dimensi adiksi smartphone, fear of missing out (FoMO),
konformitas, dan faktor demografi.
28
Setelah penulis menentukan variabel terikat dan variabel bebas, maka
selanjutnya disusun definisi operasional dari variabel-variabel yang kemudian
digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Phubbing
Phubbing yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku seseorang yang
melihat teleponnya saat percakapan dengan orang lain, berurusan dengan
teleponnya, dan menghindari komunikasi antar pribadi. Variabel ini secara
operasional diukur dengan the phubbing scale, meliputi dimensi gangguan
komunikasi dan obsesi terhadap ponsel.
2. Adiksi smartphone
Adiksi smartphone yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kecanduan
terhadap smartphone yang memiliki kemungkinan menjadi masalah sosial karena
menandakan beberapa karakteristik kecanduan, seperti intoleransi, penarikan diri,
kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari, dan gangguan kontrol impuls. Variabel
ini secara operasional diukur dengan smartphone addiction scale-short version
(SAS-SV), meliputi dimensi gangguan kehidupan sehari-hari, penarikan diri, dan
intoleransi.
29
3. Fear of missing out (FoMO)
Fear of missing out (FoMO) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu
keadaan dimana seseorang memiliki keinginan untuk memainkan atau hanya
sebatas melihat media sosialnya agar tetap terhubung secara terus-menerus dengan
apa yang dilakukan orang lain dalam dunia maya. Variabel ini secara operasional
diukur dengan fear of missing out (FoMO) scale, meliputi dimensi relatedness
dan self.
4. Konformitas
Konformitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu bentuk perubahan
perilaku atau kepercayaan agar selaras dengan orang lain. Variabel ini secara
operasional diukur dengan skala konformitas, meliputi dimensi pemenuhan
(compliance) dan penerimaan (acceptance).
5. Faktor demografi
Faktor demografi yang dimaksud dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin
dan usia.
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
kuesioner. Kuesioner adalah salah satu jenis alat pengumpul data berupa sejumlah
daftar yang berisi suatu rangkaian pernyataan.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk skala model
Likert, dengan pilihan jawaban sangat tidak sesuai (STS), tidak sesuai (TS), sesuai
(S), dan sangat sesuai (SS).
30
Subjek diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang
masing-masing jawaban menunjukkan kesesuaian pernyataan yang diberikan
dengan keadaan yang dirasakan oleh subjek.
Model skala Likert ini terdiri atas pernyataan yang sesuai dengan indikator
(favorable) dan pernyataan yang tidak sesuai dengan indikator (unfavorable).
Perhitungan skor tiap-tiap pilihan jawaban adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1
Skor Pengukuran Skala Alternatif Jawaban Favorable Unfavorable
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4
Tidak Sesuai (TS) 2 3
Sesuai (S) 3 2 Sangat Sesuai (SS) 4 1
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari empat skala
sebagai berikut :
3.3.1 Skala phubbing
Pada skala ini, penulis menggunakan skala yang digunakan oleh Karadag (2015)
bernama the phubbing scale. Alat ukur terdiri dari 10 item yang dibagi menjadi
dua dimensi, yaitu gangguan komunikasi (lima item) dan obsesi terhadap ponsel
(lima item). Item-item tersebut selanjutnya diadaptasi dan diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia.
31
Tabel 3.2
Blue Print Skala Phubbing No. Dimensi Indikator Item Jumlah
Fav Unfav
1. Gangguan komunikasi
-Menatap layar smartphone ketika bersama orang lain
-Sibuk menggunakan smartphone
ketika bersama teman
-Orang lain merasa terganggu
terkait penggunaan smartphone
1, 2, 3, 4, 5 - 5
2. Obsesi
terhadap
ponsel
-Memegang smartphone terus-
menerus
-Merasa ada yang kurang tanpa
smartphone
-Aktivitas sosial berkurang terkait
intensitas penggunaan smartphone
6, 7, 8, 9,
10 - 5
Total 10
3.3.2 Skala adiksi smartphone
Pada skala ini, penulis menggunakan skala yang digunakan oleh Kwon dan Yang
(2013) bernama smartphone addiction scale-short version (SAS-SV). Alat ukur
terdiri dari 10 item yang dibagi menjadi tiga dimensi, yaitu gangguan kehidupan
sehari-hari (tiga item), penarikan diri (tiga item), dan intoleransi (empat item).
Item-item tersebut selanjutnya diadaptasi dan diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia.
Tabel 3.3
Blue Print Skala Adiksi Smartphone No. Dimensi Indikator Item Jumlah
Fav Unfav
1. Gangguan
kehidupan
sehari-hari
-Tidak dapat menyelesaikan
pekerjaan
-Mengalami kesulitan konsentrasi
-Adanya gangguan fisik/gangguan
tidur
1, 2, 3 - 3
2. Penarikan
diri
-Tidak bisa menahan diri untuk tidak
menggunakan smartphone
-Merasa gelisah tanpa smartphone
4, 5, 6 - 3
3. Intoleransi -Tidak berhasil mengontrol diri
menggunakan smartphone
-Tidak memiliki batas waktu menggunakan smartphone
7, 8, 9,
10
- 4
Total 10
32
3.3.3 Skala fear of missing out (FoMO)
Pada skala ini, penulis menggunakan skala yang dikembangkan oleh Prybylski et
al. dalam Al-Menayes (2016) bernama fear of missing out scale (FoMOS). Alat
ukur terdiri dari delapan item yang dibagi menjadi dua dimensi, yaitu relatedness
(lima item) dan self (tiga item). Item-item tersebut selanjutnya diadaptasi dan
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Tabel 3.4
Blue Print Skala Fear of Missing Out (FoMO) No. Dimensi Indikator Item Jumlah
Fav Unfav
1. Relatedness -Rasa ingin
terhubung dengan
orang lain
-Ingin memiliki
kesempatan lebih
untuk berinteraksi
1, 2, 3, 4, 5 - 5
2. Self -Tidak dapat
membaur dengan
orang lain
6, 7, 8 - 3
Total 8
3.3.4 Skala konformitas
Pada skala ini, penulis menggunakan skala konformitas yang dikembangkan oleh
Myers dalam Fauzan (2018). Alat ukur ini terdiri dari 10 item yang dibagi
menjadi dua dimensi, yaitu pemenuhan (compliance) (lima item) dan penerimaan
(acceptance) (lima item).
33
Tabel 3.5
Blue Print Skala Konformitas No. Dimensi Indikator Item Jumlah
Fav Unfav
1. Pemenuhan
(compliance)
-Mengikuti perilaku kelompok
agar diakui
-Mengikuti kemauan dalam
kelompok agar disukai
1, 2, 3, 4,
5
- 5
2. Penerimaan
(acceptance)
-Mengikuti perilaku kelompok
sesuai dengan kenginan sendiri
-Melakukan tindakan karena
kepercayaan terhadap kelompok
6, 7, 8, 9,
10
- 5
Total 10
3.4 Uji Validitas Konstruk
Sebelum melakukan analisis data, penulis melakukan pengujian terhadap validitas
konstruk dari keempat instrumen yang digunakan, yaitu 1) phubbing; 2) adiksi
smartphone; 3) fear of missing out (FoMO); 4) konformitas. Pengujian validitas
konstruk instrumen pengukuran dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
analisis faktor berupa confirmatory factor analysis (CFA). Pengujian analisis CFA
seperti ini dilakukan dengan bantuan software LISREL 8.70. Adapun logika CFA
dilakukan adalah sebagai berikut (Umar, 2016) :
1. Bahwa ada sebuah konsep yang didefinisikan secara operasional sehingga
dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk mengukurnya.
Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap faktor ini
dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya.
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga
tiap subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun
subtes bersifat unidimensional.
3. Dengan data yang tersedia, dapat diestimasi matriks korelasi antar item
yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional. Matriks korelasi
34
ini disebut sigma (∑), kemudian dibandingkan dengan matriks dari data
empiris, yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar (unidimensional)
maka tentunya tidak ada perbedaan antara matriks ∑ dan matriks S, atau
bisa juga dinyatakan dengan ∑ - S = 0.
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan
chi square. Jika hasil chi square tidak signifikan (p > 0,05), maka hipotesis
nihil tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tersebut
dapat diterima bahwa item ataupun sub tes instrumen hanya mengukur satu
faktor saja.
5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan
atau tidak mengukur apa yang hendak diukur, dengan menggunakan t-test.
Jika hasil t-test tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sebaiknya item yang demikian di drop.
Dalam penelitian kali ini, penulis menggunakan taraf kepercayaan 95%
sehingga item yang dikatakan signifikan adalah item yang memiliki t-
value lebih dari 1,96 (t > 1,96).
6. Terakhir, apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan
faktornya negatif, maka item tersebut harus didrop. Sebab hal ini tidak
sesuai dengan sifat item, yang bersifat positif (favorable).
35
3.4.1 Uji validitas konstruk phubbing
Penulis menguji apakah 10 item dari skala phubbing bersifat unidimensional,
artinya seluruh item benar-benar hanya mengukur phubbing. Dari hasil awal
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan
Chi-Square = 337,74, df = 35, P-value = 0,00000, RMSEA = 0,170. Setelah
dilakukan modifikasi terhadap model, kesalahan pengukuran di beberapa item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-
Square = 35,01, df = 26, P-value = 0,11152, dan RMSEA = 0,034. Artinya model
satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja
yaitu phubbing.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya dalam
mengukur apa yang hendak diukur dan menentukan apakah item tesebut perlu di-
drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap muatan
faktor, jika nilai t > 1,96, maka item tersebut signifikan dan begitu sebaliknya.
Koefisien muatan faktor untuk item phubbing dapat dilihat dalam tabel 3.6
sebagai berikut :
Tabel 3.6
Muatan Faktor Item untuk Phubbing No. Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
Item 1 0.62 0.06 10.27 √
Item 2 0.78 0.05 14.49 √
Item 3 0.33 0.06 5.08 √
Item 4 0.76 0.06 13.57 √
Item 5 0.21 0.06 3.32 √ Item 6 0.63 0.06 11.04 √
Item 7 0.30 0.06 4.72 √
Item 8 0.43 0.06 6.89 √
Item 9 0.48 0.06 8.01 √
Item 10 0.51 0.06 8.63 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan
36
Berdasarkan tabel 3.6, nilai t untuk koefisien seluruh item memenuhi
signifikansi t > 1,96. Selanjutnya penulis melihat muatan faktor dari item, apakah
ada yang negatif atau tidak, ternyata tidak terdapat item yang muatan faktornya
negatif. Artinya, ke-10 item tersebut valid untuk mengukur apa yang hendak
diukur. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh item dapat disertakan dalam
pengolahan selanjutnya.
3.4.2 Uji validitas adiksi smartphone
Penulis menguji apakah 10 item dari skala adiksi smartphone bersifat
unidimensional, artinya seluruh item benar-benar hanya mengukur adiksi
smartphone. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu
faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 214,05, df = 35, P-value = 0,00000,
RMSEA = 0,131. Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, kesalahan
pengukuran di beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan Chi-Square = 34,41, df = 28, P-value = 0,18758, dan
RMSEA = 0,028. Artinya model satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item
hanya mengukur satu faktor saja yaitu adiksi smartphone. Hasil pengujiannya
terdapat dalam tabel 3.7 sebagai berikut :
Tabel 3.7
Muatan Faktor Item untuk Adiksi Smartphone No. Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
Item 1 0.43 0.06 7.04 √
Item 2 0.49 0.06 8.23 √
Item 3 0.34 0.06 5.86 √
Item 4 0.71 0.06 12.80 √
Item 5
Item 6
Item 7
Item 8
Item 9
Item 10
0.85
0.68
0.69
0.38
0.61
0.61
0.05
0.05
0.05
0.06
0.05
0.06
16.49
12.72
13.01
6.51
11.17
10.58
√
√
√
√
√
√
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan
37
Berdasarkan tabel 3.7, nilai t untuk koefisien seluruh item memenuhi
signifikansi t > 1,96. Selanjutnya penulis melihat muatan faktor dari item, apakah
ada yang negatif atau tidak, ternyata tidak terdapat item yang muatan faktornya
negatif. Artinya, ke-10 item tersebut valid untuk mengukur apa yang hendak
diukur. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh item dapat disertakan dalam
pengolahan selanjutnya.
3.4.3 Uji validitas fear of missing out (FoMO)
a. Dimensi relatedness
Penulis menguji apakah lima item yang ada bersifat unidimensional, artinya
seluruh item benar-benar hanya mengukur variabel relatedness. Dari hasil awal
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan
Chi-Square = 65,90, df = 5, P-value = 0,00000, RMSEA = 0,202.
Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, kesalahan pengukuran di
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit
dengan Chi-Square = 1,34, df = 3, P-value = 0,71997, dan RMSEA = 0,000. Hasil
pengujiannya terdapat dalam tabel 3.8 sebagai berikut :
Tabel 3.8
Muatan Faktor Item untuk Relatedness No. Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
Item 1 0.81 0.05 14.86 √
Item 2 0.46 0.06 7.96 √
Item 3 0.51 0.06 8.85 √
Item 4 0.92 0.05 17.11 √
Item 5 0.40 0.06 6.84 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.8, nilai t untuk koefisien seluruh item memenuhi
signifikansi t > 1,96. Selanjutnya penulis melihat muatan faktor dari item, apakah
38
ada yang negatif atau tidak, ternyata tidak terdapat item yang muatan faktornya
negatif. Artinya, kelima item tersebut valid untuk mengukur apa yang hendak
diukur. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh item dapat disertakan dalam
pengolahan selanjutnya.
b. Dimensi self
Penulis menguji apakah tiga item yang ada bersifat unidimensional, artinya
seluruh item benar-benar hanya mengukur variabel self. Dari hasil awal analisis
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata langsung fit dengan Chi-
Square = 0,00, df = 0, P-value = 1,00000, RMSEA = 0,000. Hasil pengujiannya
terdapat pada tabel 3.9 sebagai berikut :
Tabel 3.9
Muatan Faktor Item untuk Self No. Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
Item 6 0.66 0.06 10.42 √
Item 7 0.62 0.06 10.00 √
Item 8 0.79 0.07 12.18 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.9, nilai t untuk koefisien seluruh item memenuhi
signifikansi t > 1,96. Selanjutnya penulis melihat muatan faktor dari item, apakah
ada yang negatif atau tidak, ternyata tidak terdapat item yang muatan faktornya
negatif. Artinya, ketiga item tersebut valid untuk mengukur apa yang hendak
diukur. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh item dapat disertakan dalam
pengolahan selanjutnya.
39
3.4.4 Uji validitas konformitas
a. Dimensi pemenuhan (compliance)
Penulis menguji apakah lima item yang ada bersifat unidimensional, artinya
seluruh item benar-benar hanya mengukur variabel pemenuhan (compliance). Dari
hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak
fit dengan Chi-Square = 79,19, df = 5, P-value = 0,00000, RMSEA = 0,222.
Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, kesalahan pengukuran di beberapa
item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan
Chi-Square = 0,32, df = 2, P-value = 0,85119, dan RMSEA = 0,000. Hasil
pengujiannya terdapat dalam tabel 3.10 sebagai berikut :
Tabel 3.10
Muatan Faktor Item untuk Pemenuhan (Compliance) No. Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
Item 1 0.34 0.06 5.34 √
Item 2 0.41 0.07 6.01 √
Item 3 0.61 0.06 10.53 √
Item 4 0.85 0.06 14.82 √
Item 5 0.71 0.06 11.93 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.10, nilai t untuk koefisien seluruh item memenuhi
signifikansi t > 1,96. Selanjutnya penulis melihat muatan faktor dari item, apakah
ada yang negatif atau tidak, ternyata tidak terdapat item yang muatan faktornya
negatif. Artinya, kelima item tersebut valid untuk mengukur apa yang hendak
diukur. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh item dapat disertakan dalam
pengolahan selanjutnya.
40
b. Dimensi penerimaan (acceptance)
Penulis menguji apakah lima item yang ada bersifat unidimensional, artinya
seluruh item benar-benar hanya mengukur variabel penerimaan (acceptance). Dari
hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak
fit dengan Chi-Square = 95,31, df = 5, P-value = 0,00000, RMSEA = 0,245.
Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, kesalahan pengukuran di beberapa
item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan
Chi-Square = 0,81, df = 2, P-value = 0,66562, dan RMSEA = 0,000. Hasil
pengujiannya terdapat dalam tabel 3.11 sebagai berikut :
Tabel 3.11
Muatan Faktor Item untuk Penerimaan (Acceptance) No. Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
Item 6 0.46 0.07 6.79 √
Item 7 0.54 0.07 7.50 √
Item 8 0.39 0.07 5.73 √
Item 9 0.75 0.09 8.14 √
Item 10 0.85 0.09 9.10 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.11, nilai t untuk koefisien seluruh item memenuhi
signifikansi t > 1,96. Selanjutnya penulis melihat muatan faktor dari item, apakah
ada yang negatif atau tidak, ternyata tidak terdapat item yang muatan faktornya
negatif. Artinya, kelima item tersebut valid untuk mengukur apa yang hendak
diukur. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh item dapat disertakan dalam
pengolahan selanjutnya.
41
3.5 Teknik Analisis Data
Dalam menguji hipotesis penelitian, penulis menggunakan analisis regresi
berganda. Dalam hal ini yang dijadikan DV (variabel yang dianalisis variannya)
adalah phubbing, sedangkan yang dijadikan IV (prediktor) adalah adiksi
smartphone, fear of missing out (FoMO), konformitas, dan faktor demografi.
Setelah melakukan analisis faktor dengan metode confirmatory factor
analysis (CFA), maka didapatkan data variabel yang berupa true-score yang
selanjutnya dijadikan input untuk dianalisis dengan regresi berganda. Karena
dalam penelitian ini dilakukan pengujian hipotesis dengan analisis statistik, maka
hipotesis penelitian yang ada diubah menjadi hipotesis nihil. Hipotesis nihil inilah
yang diuji dalam analisis statistik nantinya.
Pada penelitian ini digunakan analisis regresi berganda dimana terdapat
lebih dari satu variabel bebas untuk memprediksi variabel terikat. Pada penelitian
ini terdapat tujuh variabel bebas (independent variable) dan satu variabel terikat
(dependent variable). Adapun persamaan regresi berganda untuk penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e
keterangan :
Y = Nilai prediksi Y (phubbing)
a = intercept (konstan)
b = koefisien regresi untuk masing-masing X
X1 = adiksi smartphone
X2 = relatedness
42
X3 = self
X4 = pemenuhan (compliance)
X5 = penerimaan (acceptance)
X6 = jenis kelamin
X7 = usia
e = residu
Melalui analisis regresi berganda ini akan diperoleh nilai R2, yaitu
koefisien determinasi yang menunjukan besarnya proporsi (presentase) varians
dari DV yang bisa dijelaskan oleh bervariasinya IV secara keseluruhan.
Adapun untuk mendapatkan nilai R2 , digunakan rumus sebagai berikut :
R2 =
Di mana :
R2
= Proporsi varians yang bisa dijelaskan oleh keseluruhan IV
SSreg = Jumlah kuadrat regresi yang dapat dihitung jika koefisien regresi
telah diperoleh.
SSy = Jumlah kuadrat dari DV (Y)
43
3.6 Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga tahapan yaitu tahapan
persiapan, pelaksanaan, dan pengolahan data yang dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Tahap persiapan
Pada tahap awal, penulis membuat proposal penelitian. Proposal penelitian
terdiri dari :
a) variabel terikat dan variabel bebas yang akan diteliti,
b) perumusan masalah,
c) landasan teori yang digunakan,
d) penentuan subjek penelitian,
e) teknik dan metode yang akan digunakan,
f) penentuan alat ukur yang akan digunakan,
g) pembuatan kuesioner.
2. Tahap pelaksanaan
Selanjutnya dalam pelaksanaan penelitian, penulis melakukan
pengambilan data. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan
kuesioner online (google form) yang di sebar melalui media sosial
instagram, twitter, dan facebook. Pengambilan data ini dilaksanakan mulai
tanggal 17-21 April 2019.
3. Tahap pengolahan data
Setelah proses pengambilan data selesai dilakukan, penulis kemudian
melakukan pengolahan data dengan tahapan sebagai berikut :
44
a) Melakukan coding dan scoring atas jawaban skala yang telah di isi
oleh responden
b) Menginput data
c) Melakukan uji validitas dengan teknik confirmatory factor analysis
(CFA) menggunakan program LISREL 8.70.
d) Melakukan analisa data dengan metode analisis regresi berganda
(multiple regression analysis) menggunakan program IBM SPSS
statistics 20.
e) Membuat laporan hasil penelitian sekaligus kesimpulan, diskusi,
dan saran.
45
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 301 responden yang merupakan generasi Y.
Pada tabel 4.1 terdapat gambaran mengenai sampel penelitian sebagai berikut :
Tabel 4.1
Deskripsi Sampel Penelitian Berdasarkan Data Demografis Sampel Penelitian Frekuensi Presentase (%)
Jenis Kelamin
Pria
Wanita
Usia
18-21
22-35
112
189
125
176
37,2%
62,8%
41.5%
58,5%
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah responden
pria 112 orang (37,2%) dan responden wanita 189 orang (62,8%), sedangkan
jumlah responden usia 18-21 tahun 125 orang (41,5%) dan responden usia 22-35
tahun 176 orang (58,5%).
4.2 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian
Analisis deskriptif pada penelitian ini menggunakan skor berupa skor faktor. Skor
faktor didapatkan dengan mengubah seluruh skor item pada dimensi yang sama
menjadi satu skor yang disebut factor score pada software SPSS. Tujuan
penggunaan factor score ialah untuk menghindari estimasi bias dari kesalahan
pengukuran. Factor score kemudian diubah menjadi true score untuk
menghilangkan bilangan negatif.
Untuk menjelaskan gambaran umum tentang statistik deskriptif dari setiap
variabel dalam penelitian ini, indeks yang menjadi patokan adalah nilai minimal,
46
nilai maksimal dan standar deviasi (SD) dari masing-masing variabel. Gambaran
hasil analisis deskriptif dapat dilihat dalam tabel 4.2 sebagai berikut :
Tabel 4.2
Tabel Analisis Deskriptif N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Phubbing 301 27.48 76.83 50.0001 8.91451 Adiksi Smartphone 301 28.97 76.88 49.9999 9.22917
Relatedness 301 31.19 68.70 49.9999 9.06969
Self 301 27.11 68.35 49.9996 8.34757
Pemenuhan 301 41.04 84.18 50.0009 8.75695
Penerimaan 301 32.33 75.11 50.0011 8.66645
Valid N (listwise) 301
Berdasarkan data pada tabel 4.2 dilakukan kategorisasi skor variabel
penelitian, dapat diketahui bahwa dependen variabel yaitu phubbing memiliki
skor terendah sebesar 27,48, skor tertinggi sebesar 76,83, dan standar deviasi
sebesar 8,91451. Variabel adiksi smartphone memiliki skor terendah sebesar
28,97, skor tertinggi sebesar 76,88, dan standar deviasi sebesar 9,22917.
Variabel relatedness memiliki skor terendah sebesar 31,19, skor tertinggi
sebesar 68,70, dan standar deviasi sebesar 9,06969. Variabel self memiliki skor
terendah sebesar 27,11, skor tertinggi sebesar 68,35, dan standar deviasi sebesar
8,34757. Variabel pemenuhan (compliance) memiliki skor terendah sebesar
41,04, skor tertinggi sebesar 84,18, dan standar deviasi sebesar 8,75695. Variabel
penerimaan (acceptance) memiliki skor terendah sebesar 32,33, skor tertinggi
sebesar 75,11, dan standar deviasi sebesar 8,66645.
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Kategorisasi variabel memiliki tujuan untuk menempatkan individu ke dalam
kelompok-kelompok terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum
berdasarkan atribut yang diukur. Kontinum jenjang ini contohnya adalah dari
47
rendah ke tinggi yang akan penulis gunakan dalam kategorisasi variabel
penelitian. Norma kategorisasi skor dapat dilihat dalam tabel 4.3 sebagai berikut :
Tabel 4.3
Pedoman Kategorisasi Skor
Kategorisasi Norma
Rendah X < Mean – 1 SD
Sedang Mean – SD ≤ X ≤ Mean + 1 SD
Tinggi X > Mean + 1 SD
Setelah norma kategorisasi tersebut didapatkan, selanjutnya
dijelaskan perolehan nilai persentase kategorisasi untuk variabel phubbing,
gangguan kehidupan sehari-hari, penarikan diri, intoleransi, relatedness, self,
pemenuhan (compliance), dan penerimaan (acceptance) dalam tabel 4.4 berikut :
Tabel 4.4
Kategorisasi Skor Variabel
Variabel Frekuensi Prersentasi
Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi
Phubbing 40 218 43 (13.3%) (72.4%) (14.3%)
Adiksi Smartphone 38 223 40 (12.6%) (74.1%) (13.3%)
Relatedness 43 220 38 (14.3%) (73.1%) (12.6%)
Self 28 239 34 (9.3%) (79.4%) (11.3%)
Pemenuhan 0 271 30 (0.0%) (90.0%) (10.0%)
Penerimaan 35 216 50 (11.6%) (71.8%) (16.6%)
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa seluruh variabel berada pada
kategori sedang. Jika dilihat perbandingan antara yang tinggi dan rendah,
kategori phubbing cenderung lebih tinggi dengan frekuensi 43 (14,3%). Kategori
adiksi smartphone cenderung lebih tinggi dengan frekuensi 40 (13,3%). Kategori
relatedness cenderung lebih rendah dengan frekuensi 43 (14,3%). Kategori self
cenderung lebih tinggi dengan frekuensi 34 (11,3%). Kategori pemenuhan
(compliance) cenderung lebih tinggi dengan frekuensi 30 (10,0%). Kategori
penerimaan (acceptance) cenderung lebih tinggi dengan frekuensi 50 (16,6%).
48
4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian
4.4.1 Analisis regresi variabel penelitian
Pada tahapan ini penulis menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi
berganda (multiple regression analysis) dengan menggunakan software IBM
SPSS 20. Dalam melakukan analisis regresi ada tiga hal yang dilihat, yaitu
melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%) varians DV
yang dijelaskan oleh IV, kedua apakah secara keseluruhan IV berpengaruh secara
signifikan terhadap DV, kemudian terakhir melihat signifikan atau tidaknya
koefisien regresi dari masing-masing IV.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan beberapa tahapan. Langkah
pertama penulis melihat besaran R2
untuk mengetahui berapa persen varian DV
yang dijelaskan oleh IV. Selanjutnya untuk tabel yang berisi R2
dapat dilihat
dalam tabel 4.5 sebagai berikut :
Tabel 4.5
Model Summary Analisis Regresi
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .625a .391 .377 7.03830
a. Predictors: (Constant), Adiksi Smartphone, Relatedness, Self, Pemenuhan, Penerimaan, Jenis
Kelamin, Usia.
Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa diperoleh R-Square sebesar 0,391
atau 39,1%. Artinya, proporsi varian dari phubbing yang dijelaskan oleh,
seluruh IV dalam penelitian ini adalah sebesar 39,1%, sedangkan 60,9% lainnya
dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.
Langkah kedua penulis menganalisis dampak dari keseluruhan IV
terhadap DV (phubbing). Adapun hasil uji F dalam tabel 4.6 sebagai berikut :
49
Tabel 4.6
Tabel ANOVA
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 9326.004 7 1332.286 26.894 .000b
Residual 14514.548 293 49.538
Total 23840.552 300
a. Dependent Variable: Phubbing
b. Predictors: (Constant), Adiksi Smartphone, Relatedness, Self, Pemenuhan, Penerimaan,
Jenis Kelamin, Usia.
Pada data dalam tabel 4.6, diketahui bahwa nilai sig. pada kolom paling
kanan adalah sebesar 0,000. Dengan demikian diketahui bahwa nilai sig. < 0,05,
maka hipotesis nol (nihil) yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan
dari adiksi smartphone, fear of missing out (FoMO) (relatedness, self),
konformitas (pemenuhan (compliance), penerimaan (acceptance)), dan faktor
demografi (jenis kelamin, usia) terhadap phubbing ditolak.
Artinya, ada pengaruh yang signifikan dari adiksi smartphone, fear of
missing out (FoMO) (relatedness, self), konformitas (pemenuhan (compliance),
penerimaan (acceptance)), dan faktor demografi (jenis kelamin, usia) terhadap
phubbing.
Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi dari masing-masing IV.
Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang dihasilkan, dapat
dilihat melalui kolom sig. Jika sig. < 0,05 maka koefisien regresi yang dihasilkan
signifikan pengaruhnya terhadap phubbing, begitupun sebaliknya. Besarnya koefisien
regresi dari masing-masing independent variable (IV) terhadap dependent variable
(DV) pada tabel 4.7 sebagai berikut :
50
Tabel 4.7
Koefisien Regresi Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 12.756 5.122 2.491 .013
Adiksi Smartphone .578 .048 .598 12.110 .000*
Relatedness .033 .048 .034 .683 .495
Self .001 .054 .001 .027 .978
Pemenuhan .069 .051 .068 1.342 .181
Penerimaan -.025 .050 -.025 -.505 .614
Jenis Kelamin 1.716 .893 .093 1.921 .056
Usia .072 .108 .031 .666 .506
a. Dependent Variable: Phubbing
Keterangan: signifikan (*)
Pada tabel 4.7 dapat diketahui persamaan regresi sebagai berikut :
Phubbing’ = 12,756 + 0,578 (adiksi smartphone) + 0,033 (relatedness) + 0,001
(self) + 0,069 (pemenuhan (compliance)) - 0,025 (penerimaan (acceptance)) +
1,716 (jenis kelamin) + 0,072 (usia).
Dari persamaan regresi di atas, dapat dijelaskan bahwa dari tujuh IV
hanya adiksi smartphone yang signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi
yang diperoleh pada masing-masing IV yaitu :
1. Variabel adiksi smartphone
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,578 dengan signifikansi sebesar
0,000 (sig. < 0,05). Dengan demikian, adiksi smartphone memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap phubbing. Nilai koefisien regresi yang positif
menunjukkan arah hubungan yang positif antara adiksi smartphone dan
phubbing. Dari arah hubungan tersebut dapat diartikan jika adiksi smartphone
seseorang itu tinggi maka phubbing seseorang itu akan tinggi ataupun
sebaliknya.
51
2. Variabel relatedness
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,033 dengan signifikansi sebesar
0,495 (sig. > 0,05). Dengan demikian, relatedness memiliki pengaruh namun
tidak signifikan terhadap phubbing.
3. Variabel self
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,001 dengan signifikansi sebesar
0,978 (sig. > 0,05). Dengan demikian, self memiliki pengaruh namun tidak
signifikan terhadap phubbing.
4. Variabel pemenuhan (compliance)
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,069 dengan signifikansi sebesar
0,181 (sig. > 0,05). Dengan demikian, pemenuhan (compliance) memiliki
pengaruh namun tidak signifikan terhadap phubbing.
5. Variabel penerimaan (acceptance)
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,025 dengan signifikansi sebesar
0,614 (sig. > 0,05). Dengan demikian, penerimaan (acceptance) memiliki
pengaruh namun tidak signifikan terhadap phubbing.
6. Variabel jenis kelamin
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 1,716 dengan signifikansi sebesar
0,056 (sig. > 0,05). Dengan demikian, jenis kelamin memiliki pengaruh
namun tidak signifikan terhadap phubbing.
7. Variabel usia
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,072 dengan signifikansi sebesar
0,506 (sig. > 0,05). Dengan demikian, usia memiliki pengaruh namun tidak
52
signifikan terhadap phubbing.
4.4.2 Pengujian proporsi varian masing-masing IV terhadap DV
Penulis ingin mengetahui bagaimana proporsi varian dari masing-masing IV
terhadap DV yaitu phubbing. Besarnya proporsi varian terhadap phubbing dapat
dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut :
Tabel 4.8
Model Summary Proporsi Varian Tiap IV terhadap DV
Model R R
Square
Adjusted
R Square
Std.
Error of
the
Estimate
Change Statistics
R
Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .617a .380 .378 7.02965 .380 183.446 1 299 .000*
2 .618b .382 .377 7.03418 .001 .615 1 298 .433
3 .618c .382 .375 7.04601 .000 .000 1 297 .988
4 .619d .383 .375 7.05023 .001 .645 1 296 .423
5 .619e .383 .373 7.06008 .000 .175 1 295 .676
6 .625f .390 .378 7.03164 .007 3.391 1 294 .067
7 .625g .391 .377 7.03830 .001 .443 1 293 .506
Keterangan: signifikan (*)
Berdasarkan data dalam tabel 4.8 dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Variabel adiksi smartphone memberikan sumbangan sebesar 0,380 atau 38%
terhadap varian phubbing. Sumbangan tersebut signifikan dengan F Change
= 183,446, df1 = 1, dan df2 = 299 dengan Sig. F Change = 0,000 (Sig. F
Change < 0,05).
2. Variabel relatedness memberikan sumbangan sebesar 0,001 atau 0,1%
terhadap varian phubbing. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan F
Change = ,615, df1 = 1, dan df2 = 298 dengan Sig. F Change = 0,433 (Sig. F
Change > 0,05).
3. Variabel self memberikan sumbangan sebesar 0,000 atau 0% terhadap varian
phubbing. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan F Change = 0,000,
df1 = 1, dan df2 = 297 dengan Sig. F Change = 0,988 (Sig. F Change >
53
0,05).
4. Variabel pemenuhan (compliance) memberikan sumbangan sebesar 0,001
atau 0,1% terhadap varian phubbing. Sumbangan tersebut tidak signifikan
dengan F Change = 0,645, df1 = 1, dan df2 = 296 dengan Sig. F Change =
0,423 (Sig. F Change > 0,05).
5. Variabel penerimaan (acceptance) memberikan sumbangan sebesar 0,000
atau 0% terhadap varian phubbing. Sumbangan tersebut tidak signifikan
dengan F Change = 0,175, df1 = 1, dan df2 = 295 dengan Sig. F Change =
0,676 (Sig. F Change > 0,05).
6. Variabel jenis kelamin memberikan sumbangan sebesar 0,007 atau 0,7%
terhadap varian phubbing. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan F
Change = 3,391, df1 = 1, dan df2 = 294 dengan Sig. F Change = 0,067 (Sig.
F Change > 0,05).
7. Variabel usia memberikan sumbangan sebesar 0,001 atau 0,1% terhadap
varian phubbing. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan F Change =
0,443, df1 = 1, dan df2 = 293 dengan Sig. F Change = 0,506 (Sig. F Change
> 0,05).
54
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji hipotesis dapat diketahui bahwa hipotesis nihil yang
menyatakan tidak ada pengaruh dari seluruh independent variable (IV) terhadap
dependent variable (DV) ditolak. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah terdapat
pengaruh yang signifikan dari adiksi smartphone, fear of missing out (FoMO)
(relatedness, self), dan konformitas (pemenuhan (compliance), penerimaan
(acceptance)), faktor demografi (jenis kelamin, usia) terhadap phubbing.
Berdasarkan hasil uji hipotesis, dari signifikansi masing-masing koefisien
regresi terhadap DV, terdapat satu variabel yang nilai koefisien regresinya
signifikan, yaitu adiksi smartphone. Sedangkan enam variabel lain tidak
berpengaruh signifikan, yaitu relatedness dan self dari fear of missing out
(FoMO), pemenuhan (compliance) dan penerimaan (acceptance) dari
konformitas, serta jenis kelamin dan usia dari faktor demografi.
55
5.2 Diskusi
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya,
bahwa variabel adiksi smartphone, fear of missing out (FoMO) (relatedness, self),
dan konformitas (pemenuhan (compliance), penerimaan (acceptance)), faktor
demografi (jenis kelamin, usia) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
phubbing dengan nilai kontribusi IV terhadap DV sebesar 0,391 atau 39,1%. Hal
ini menunjukkan bahwa nilai kontribusi adiksi smartphone, fear of missing out
(FoMO), konformitas, dan faktor demografi sebesar 39,1% dan sisanya sebesar
60,9% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.
Berdasarkan hasil penelitian, variabel yang paling besar pengaruhnya
terhadap phubbing adalah adiksi smartphone. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Karadag (2015) bahwa smartphone memfasilitasi kehidupan
manusia yang menyebabkan masalah dalam kehidupan manusia tersebut, yang
menyebabkan penggunaan teknologi secara berlebihan, tingkat keterlibatan yang
tinggi dan akhirnya mengalami adiksi terhadap smartphone. Seseorang yang
memiliki adiksi terhadap smartphone cenderung melakukan phubbing yang
menunjukkan sikap tidak hormat terhadap seseorang yang sedang berkomunikasi
dengan mereka, mengabaikannya, dan lebih memilih lingkungan virtual daripada
kehidupan nyata.
Variabel lainnya adalah FoMO yang terdiri dari dimensi relatedness dan
self, memiliki pengaruh namun tidak signifikan terhadap phubbing. Artinya, pada
56
penelitian ini pengaruh variabel fear of missing out (FoMO) terhadap phubbing
sangat kecil.
Dalam hal ini, bisa jadi seseorang yang mengalami relatedness tinggi,
memiliki kecenderungan untuk tidak melakukan phubbing karena berusaha
memenuhi kedekatan atau keinginan untuk berhubungan dengan orang lain yang
berada di sekitarnya. Sedangkan, bisa jadi seseorang yang mengalami relatedness
rendah, memiliki kecenderungan untuk melakukan phubbing karena tidak
terpenuhi kedekatan atau keinginan untuk berhubungan dengan orang lain yang
berada di sekitarnya.
Selain itu, bisa jadi seseorang yang mengalami self tinggi, memiliki
kecenderungan untuk tidak melakukan phubbing karena berusaha memenuhi
keinginan yang melekat pada individu untuk merasa efektif dalam berinteraksi
dengan lingkungannya. Sedangkan, bisa jadi seseorang yang mengalami self
rendah, memiliki kecenderungan untuk melakukan phubbing karena tidak ada
pengalaman merasakan adanya pilihan, dukungan, dan kemauan yang berkaitan
dengan memulai, memelihara, dan mengakhiri keterlibatan perilaku dengan orang
lain.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian terdahulu dari Abel et al (2016)
yang mengatakan bahwa seseorang melakukan phubbing dikarenakan individu
lebih tertarik untuk membandingkan kehidupan mereka sendiri dengan kehidupan
yang mereka baca melalui posting online dan pengamatan dari gambar di situs
media sosial yang menyebabkan mereka merasa kurang puas dengan kehidupan
dan perilaku mereka. Rasa takut kehilangan informasi ini membuat individu
57
cenderung menjadi mudah marah, lebih cemas, dan ketidakcakapan untuk
berkomunikasi tatap muka.
Variabel selanjutnya adalah konformitas yang terdiri dari pemenuhan
(compliance) dan penerimaan (acceptance) memiliki pengaruh namun tidak
signifikan terhadap phubbing. Artinya, pada penelitian ini pengaruh variabel
konformitas memengaruhi phubbing sangat kecil. Dalam hal ini, seseorang yang
memiliki konformitas tinggi atau rendah bisa memiliki kecenderungan untuk
melakukan phubbing atau sebaliknya. Hal tersebut bisa jadi lebih dipengaruhi oleh
tingkat adiksi smartphone mereka. Hal ini tidak sejalan dengan pernyataan dari
Cialdini dan Goldstein (2004) yang menyatakan konformitas adalah tendensi
untuk mengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku
orang lain. Konformitas tidak hanya bertindak sesuai dengan tindakan yang
dilakukan orang lain untuk mendapat pengakuan, tetapi juga dipengaruhi oleh
keinginan mereka bertindak seperti orang lain.
Variabel terakhir adalah faktor demografi pada jenis kelamin dan usia.
Variabel jenis kelamin menunjukkan bahwa variabel ini berpengaruh namun tidak
signifikan terhadap phubbing. Hal ini tidak sejalan dengan pernyataan dari
Karadag et al. (2015) mengatakan bahwa variabel jenis kelamin memberikan
pengaruh yang signifikan sebesar 14% terhadap phubbing dengan frekuensi
perempuan lebih besar daripada laki-laki. Pada variabel usia menunjukkan bahwa
variabel ini juga berpengaruh namun tidak signifikan terhadap phubbing. Hal ini
tidak sejalan dengan pernyataan dari Ruth N. Bolton, et al. (2012) mengatakan
58
bahwa seseorang yang termasuk dalam usia generasi Y memiliki kecenderungan
terhadap teknologi yang membuat seseorang melakukan phubbing, namun tidak
ada perbedaan dari golongan usia mana yang lebih besar melakukan phubbing.
Berdasarkan diskusi yang telah dijelaskan di atas, penelitian ini
menjelaskan bagaimana hubungan antar variabel yang memiliki pengaruh
terhadap phubbing. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel-variabel
yang memengaruhi phubbing memiliki pengaruh 39,1% dari IV, namun 38%
adalah pengaruh dari adiksi smartphone. Berkaitan dengan hal ini dapat dikatakan
bahwa orang-orang yang melakukan phubbing lebih disebabkan karena mereka
teradiksi dengan smartphone. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih ada
60,1% variabel lain yang memengaruhi phubbing tidak diikutsertakan di dalam
penelitian ini. Penelitian ini sebenarnya bisa dikembangkan untuk penelitian yang
lebih luas dengan melakukan beberapa hal antara lain menganalisis phubbing
berdasarkan data demografis selain jenis kelamin dan usia, sehingga mendapatkan
gambaran responden dengan kualifikasi yang spesifik, menggunakan metode atau
pengambilan data yang lain dengan populasi yang jelas jumlah datanya, dan
meneliti variabel atau faktor lain yang diduga dapat memengaruhi phubbing.
5.3 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan beberapa saran
yang terbagi menjadi saran teoritis dan saran praktis.
5.3.1 Saran teoritis
Untuk pengembangan pada penelitian selanjutnya, penulis memberikan saran-
saran sebagai berikut :
59
1. Untuk penelitian selanjutnya, dapat memperhatikan faktor-faktor
demografis untuk diteliti lebih lanjut seperti pekerjaan dan status.
2. Untuk penelitian selanjutnya, dapat digunakan sampel yang memiliki
populasi yang jelas jumlah datanya dengan menggunakan metode lain atau
pengambilan data berupa kuesioner fisik.
3. Untuk penelitian selanjutnya, dapat meneliti variabel atau faktor lain yang
diduga dapat memengaruhi phubbing lebih kuat antara lain adiksi terhadap
internet, adiksi terhadap media sosial, adiksi terhadap game, dan self
control.
5.3.2 Saran praktis
Untuk dapat mengurangi perilaku phubbing, maka penulis menyarankan beberapa
saran sebagai berikut :
1. Diharapkan kepada responden dapat mengikuti aturan teknologi yang
ketat, seperti meletakkan alat komunikasi saat makan bersama atau
pertemuan lain untuk menghindari phubbing.
2. Diharapkan kepada responden dapat melakukan berbagai macam kegiatan
positif yang lebih bermanfaat dan menyenangkan bersama orang lain guna
memperluas sosialisasi dalam kehidupan nyata.
3. Diharapkan kepada responden dapat menjelaskan alasan melakukan
phubbing pada lawan bicara agar tidak tersinggung dan setelah itu
melakukan percakapan yang lebih bermakna.
60
DAFTAR PUSTAKA
Abel, J.P., Buff, C. L., Burr, S. A. (2016). Social media and the fear of missing
out: scale development and assessment. Journal of Business &
Economics Research, 14, 33-44.
Al-Menayes, J. (2016). The fear of missing out scale: validation of the Arabic
version and correlation with social media addiction. International
Journal of Applied Psychology. 6(2), 41-46.doi:
10.5923/j.ijap.20160602.04.
Alto, P. (2016). Phubbing explained: delvv survey reveals pressures behind
antisocial smartphone behavior. Diunduh pada tanggal 12 Oktober 2018
pukul 21:10 WIB dari https://www.prnewswire.com/news-
releases/phubbing-explained-delvv-survey-reveals-pressures-behind-
antisocial-smartphone-behavior-300301942.html
APJII. (2018). Pengguna & perilaku internet indonesia!: Survey 2018. Diunduh
pada tanggal 19 Juli 2019 pukul 14:52 WIB dari
https://apjii.or.id/survei
Carvajal (2012). Families and technologies: what about the phubbing in mexico?.
Horyzonty Wychowania, 16 (37), 59-69. doi:
10.17399/HW.2017.163704.
Chotpitayasunondh, V., & Douglas, K. M. (2016). How “phubbing” becomes the
norm: the antacedents and consequences of snubbing via smartphone.
Computer in Human Behavior, 63, 9-18.doi:10.1016/j.chb.2016.05.018
Cialdini, Robert. B. & Noah J. Goldstein. (2004). Social influence: Compliance
and conformity. Arizona State University, Tempe, Arizona 85287-
1104.
Ducharme, Jamie. (2018). „Phubbing‟ is hurting your relationships, here‟s what it
is. Diunduh pada tanggal 1 Juli 2019 pukul 18:37 WIB dari
https://time.com/5216853/what-is-phubbing/
Fauzan, A., A. (2018). Analisis psikometrik instrumen phubbing dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Skripsi.
Gokçearslan, S., Mumcu, F. K., Haslaman, T., Cevik, Y. D., (2016). Modelling
smartphone addiction: the role of smartphone usage, self-regulation,
general self-efficacy, and cyberloafing in university student. Computer
and Human Behavior, 63, 639-649.doi: 10.1016/j.chb.2016.05.091
61
Hanika, I., M. (2015). Fenomena phubbing di era milenia (ketergantungan
seseorang pada smartphone terhadap lingkungannya). Jurnal interaksi,
vol.4 no.1: 42-51
Karadag, E., Tosuntas, S. B., Erzen, E., Duru, P., Bostan, N., Sahin, B. M., et al.
(2015). Determinants of phubbing, which is the sum of many virtual
addictions: a structural eqution model. Journal of Behavioral
Addictions, 4(2), 60-74.doi: 10.1556/2006.4.2015.005
Kwon, M., Yang, S., (2013). The smartphone addiction scale: development and
validation of a short version for adolescent. PLOS One, 8 (12), 1-7.doi:
10.1371/journal.pone.008355
Maslim, Rusdi. (2013). Gangguan jiwa, rujukan ringkas PPDGJ-III dan DSM-5.
Bagian ilmu kedokteran jiwa FK Unika Atma Jaya, Jakarta, hal. 38.
Mok, J. Y., et al. (2014). Latent class analysis of internet and smartphone
addiction in college students. Neuropsychiatric Disease and Treatment.
10, 817-828.
Myers, D. G., (2012). Social psychology: tenth edition. New York: Mc Graw Hill
Companies.
Przybylski, A. K., Murayama, K., DeHaan, C. R., Gladwell, V. (2013).
Motivational, emotional, and behavioral correlates of fear of missing out.
Computer in Human Behavior, 29, 1841-1848.
http://dx.doi.org/10.1016/j.chb.2013.02.014
Roberts, J. A., David, M. E. (2016) My life has become a major distraction from
my cell phone: partner phubbing and relationship satisfaction among
romantic partner. Computer in Human Behavior, 54, 134-141.
http://dx.doi.org/10.1016/j.chb.2015.07.058.
Ruth N. Bolton, et al. (2012). Understanding generation Y and their use of social
media: a review and research agenda. Journal of Service Management
Vol. 24 No. 3, 2013 pp. 245-267.
Suryadi, B. (2015). Generasi Y: karakteristik, masalah, dan peran konselor.
Conference Paper, 2.
Timothy J. Legg. (2018). How to identify and manage phubing. Diunduh pada
tanggal 1 Juli 2019 pukul 16:14 WIB dari
https://www.healthline.com/health/phubbing#effects-on-relationships
Ugur, N. G., Koc, T. (2015). Time for digital detox: misuse of mobile technology
and phubbing. Social and Behavioral Science, 195, 1022-1031
62
Wang, X., Xie, X., Wang, Y., Wang, P., Lei, L. (2017). Partner phubbing and
depression among married chinese adults: the roles of relationship
satisfaction and relationship length. Personality and Individual
Differences, 110, 12-17.doi: 10.1016/j.paid.2017.01.014
Umar, J. (2011). Confirmatory factor analysis: Bahan Ajar Perkuliahan. Fakultas
Psikologi UIN Jakarta.
Zhang, K. Z, Chen, C., Lee, M. K., (2014). Understanding the role of motives in
smartphone addiction. Pacific Asia Conference on Information System
(PACIS), 131.
63
Lampiran 1
Surat Izin Penelitian
64
Lampiran 2
Kuesioner Penelitian
Informed Consent
Assalamualaikum Wr. Wb.
Selamat pagi/siang/sore/malam
Saya mahasiswi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini saya
sedang melakukan penelitian untuk penyusunan tugas akhir (skripsi). Saya
meminta kesediaan Saudara/i untuk menjadi responden dalam penelitian ini
dengan cara mengisi kuesioner yang terdiri dari beberapa pernyataan.
Dalam hal ini, tidak ada jawaban benar atau salah. Setiap orang memiliki jawaban
yang berbeda. Oleh karena itu pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri
Saudara/i. Semua jawaban Saudara/i akan dijaga kerahasiaannya dan hanya
dipergunakan untuk keperluan penelitian. Bantuan Saudara/i dalam mengisi
kuesioner ini sangat berarti bagi kelancaran penelitian.
Atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
TTD Partisipan, Hormat Saya,
( ) (Putri Metsa Pemayun)
__________________________________________________________________
65
Identitas Responden
Nama/Inisial :
Usia (angka saja) :
No. HP (bila bersedia):
Pekerjaan* : Pelajar/mahasiswa / Karyawan negeri / Karyawan swasta /
Mengurus rumah tangga / Wirausaha / Lainnya ..........
Jenis Kelamin* : Pria / Wanita
Status* : Belum menikah / Menikah / Cerai
Domisili* : Jakarta / Bogor / Depok / Tangerang / Bekasi
*Coret yang tidak perlu
Petunjuk Pengisian Kuesioner
Berikut ini terdapat butir pernyataan. Baca dan pahami pernyataan di bawah ini
serta pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda. Berikan tanda
checklist (✔) pada salah satu dari empat pilihan jawaban yang tersedia dengan
keterangan :
KATEGORI KETERANGAN
SS Sangat Sesuai
S Sesuai
TS Tidak Sesuai
STS Sangat Tidak Sesuai
Bila Anda ingin mengubah jawaban, langsung berikan tanda checklist (✔) pada
pilihan jawaban yang baru dan coret (✔) pada jawaban Anda sebelumnya.
Contoh :
NO PERNYATAAN STS TS S SS
1 Saya tetap menatap layar handphone ketika
sedang bersama orang lain
✔
Contoh (jika ingin mengubah jawaban) :
NO PERNYATAAN STS TS S SS
1 Saya tetap menatap layar handphone ketika
sedang bersama orang lain
✔ ✔
Skala 1
Berikut ini terdapat butir-butir pernyataan. Baca dan pahami setiap pernyataan di
bawah ini serta pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda. Berikan
tanda checklist (✔) pada salah satu dari empat pilihan jawaban yang tersedia. Bila
Anda ingin mengubah jawaban, langsung berikan tanda checklist (✔) pada pilihan
jawaban yang baru dan coret (✔) pada jawaban Anda sebelumnya.
Adapun pernyataan dan pilihan jawaban pada skala ini adalah :
66
NO PERNYATAAN STS TS S SS
1 Saya tetap menatap layar
handphone ketika sedang
bersama orang lain
2 Ketika bersama teman, saya
sibuk menggunakan handphone
3 Orang-orang memprotes perilaku
saya mengenai penggunaan
handphone
4 Saya sibuk dengan handphone
saya saat sedang bersama teman
5 Saya pikir pasangan saya tidak
merasa kesal ketika saya sibuk
menggunakan handphone
6 Saya selalu memegang
handphone saya meski sedang
bersama orang lain
7 Hal pertama yang saya lakukan
ketika bangun tidur adalah
melihat pesan di handphone
8 Saya merasa ada yang kurang
ketika tidak ada handphone
9 Penggunaan handphone saya
terus meningkat setiap harinya
10 Waktu saya untuk berbagai
aktivitas sosial berkurang karena
handphone
67
Skala 2
Berikut ini terdapat butir-butir pernyataan. Baca dan pahami setiap pernyataan di
bawah ini serta pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda. Berikan
tanda checklist (✔) pada salah satu dari empat pilihan jawaban yang tersedia. Bila
Anda ingin mengubah jawaban, langsung berikan tanda checklist (✔) pada pilihan
jawaban yang baru dan coret (✔) pada jawaban Anda sebelumnya.
Adapun pernyataan dan pilihan jawaban pada skala ini adalah :
NO PERNYATAAN STS TS S SS
1 Saya lupa dengan tugas-tugas
karena penggunaan handphone
2 Saya sulit konsentrasi di kelas saat
sedang melakukan tugas/kerja
karena penggunaan handphone
3 Saat menggunakan handphone,
saya suka merasa sakit pada
pergelangan tangan atau leher
bagian belakang
4 Saya tidak bisa tahan tanpa
menggunakan handphone
5 Saya merasa gelisah jika tidak
memegang handphone
6 Saya terbayang-bayang
handphone saya walaupun sedang
tidak menggunakannya
7 Saya terus-menerus menggunakan
hp saya meskipun keseharian saya
terpengaruh oleh handphone
8 Saya terus menerus memeriksa
twitter atau facebook saya agar
tidak tertinggal topik pembicaraan
9 Saya menggunakan handphone
saya lebih dari yang saya
perkirakan
10 Orang-orang di sekitar saya
mengatakan kalau saya terlalu
banyak menggunakan handphone
68
Skala 3
Berikut ini terdapat butir-butir pernyataan. Baca dan pahami setiap pernyataan di
bawah ini serta pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda. Berikan
tanda checklist (✔) pada salah satu dari empat pilihan jawaban yang tersedia. Bila
Anda ingin mengubah jawaban, langsung berikan tanda checklist (✔) pada pilihan
jawaban yang baru dan coret (✔) pada jawaban Anda sebelumnya.
Adapun pernyataan dan pilihan jawaban pada skala ini adalah :
NO PERNYATAAN STS TS S SS
1 Saya takut orang lain lebih
memiliki pengalaman berharga
dari saya
2 Saya merasa cemas ketika tidak
mengetahui apa yang teman-teman
saya lakukan
3 Saya merasa gelisah ketika
melihat teman-teman bersenang-
senang tanpa saya
4 Saya takut ketika teman saya
memiliki pengalaman lebih
berharga dari saya
5 Terkadang, saya menghabiskan
waktu terlalu lama untuk
memikirkan yang sedang terjadi
6 Saya merasa sedih ketika
kehilangan informasi tentang
rencana untuk berkumpul bersama
orang terdekat
7 Ketika saya pergi liburan, saya
tetap ingin mengetahui apa yang
teman-teman saya sedang lakukan
8 Ketika saya kehilangan
kesempatan bertemu dengan
teman, saya merasa bimbang
69
Skala 4
Berikut ini terdapat butir-butir pernyataan. Baca dan pahami setiap pernyataan di
bawah ini serta pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda. Berikan
tanda checklist (✔) pada salah satu dari empat pilihan jawaban yang tersedia. Bila
Anda ingin mengubah jawaban, langsung berikan tanda checklist (✔) pada pilihan
jawaban yang baru dan coret (✔) pada jawaban Anda sebelumnya.
Adapun pernyataan dan pilihan jawaban pada skala ini adalah :
NO PERNYATAAN STS TS S SS
1 Saya rela melakukan apa saja
sesuai dengan apa yang
diinginkan orang lain agar
diterima di lingkungan
2 Saya ditekan untuk melakukan
hal konyol agar populer
3 Saya merokok ketika saya
bertemu dengan orang yang suka
merokok (perokok) meskipun
sebenarnya saya bukan perokok
4 Saya ikut menghadiri konser
dengan teman-teman daripada
belajar untuk ujian agar tidak
dijauhi teman-teman
5 Saya bolos kuliah untuk pergi
nonton karena ajakan dari teman-
teman
6 Saya berpakaian sesuai dengan
apa yang teman-teman saya suka
7 Saya biasanya mematuhi orang
tua saya
8 Saya biasanya melakukan apa
saja yang teman saya
perintahkan kepada saya
9 Saya mengikuti keinginan orang
tua saya bahkan ketika itu bukan
sesuatu yang ingin saya lakukan
10 Saya jarang melanggar peraturan
70
Lampiran 3
Syntax Lisrel & Path Diagram Output CFA
a. Phubbing
71
b. Dimensi Adiksi Smartphone
72
c. Relatedness
73
f. Self
74
g. Pemenuhan (compliance)
75
h. Penerimaan (acceptance)
76
Lampiran 4
Output SPSS 20 Analisis Regresi Berganda
Regression
Model Summary
Model R R
Square
Adjusted
R Square
Std.
Error of
the
Estimate
Change Statistics
R
Square
Change
F Change df1 df2 Sig. F
Change
1 ,625a ,391 ,377 7,03830 ,391 26,894 7 293 ,000
a. Predictors: (Constant),Adiksi Smartphone, Relatedness, Self, Pemenuhan, Penerimaan,
Jenis Kelamin, Usia
Model Summary
Model R R
Square
Adjusted
R Square
Std.
Error of
the
Estimate
Change Statistics
R
Square
Change
F
Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 ,617a ,380 ,378 7,02965 ,380 183,446 1 299 ,000
2 ,618b ,382 ,377 7,03418 ,001 ,615 1 298 ,433
3 ,618c ,382 ,375 7,04601 ,000 ,000 1 297 ,988
4 ,619d ,383 ,375 7,05023 ,001 ,645 1 296 ,423
5 ,619e ,383 ,373 7,06008 ,000 ,175 1 295 ,676
6 ,625f ,390 ,378 7,03164 ,007 3,391 1 294 ,067
7 ,625g ,391 ,377 7,03830 ,001 ,443 1 293 ,506
a. Predictors: (Constant), Adiksi Smartphone
b. Predictors: (Constant), Adiksi Smartphone, Relatedness
c. Predictors: (Constant), Adiksi Smartphone, Relatedness, Self
d. Predictors: (Constant), Adiksi Smartphone, Relatedness, Self, Pemenuhan
e. Predictors: (Constant), Adiksi Smartphone, Relatedness, Self, Pemenuhan, Penerimaan
f. Predictors: (Constant), Adiksi Smartphone, Relatedness, Self, Pemenuhan, Penerimaan,
Jenis Kelamin
g. Predictors: (Constant), Adiksi Smartphone, Relatedness, Self, Pemenuhan, Penerimaan,
Jenis Kelamin, Usia
77
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 12,756 5,122 2,491 ,013
AS ,578 ,048 ,598 12,110 ,000
RE ,033 ,048 ,034 ,683 ,495
SE ,001 ,054 ,001 ,027 ,978
CO ,069 ,051 ,068 1,342 ,181
AC -,025 ,050 -,025 -,505 ,614
JK 1,716 ,893 ,093 1,921 ,056
US ,072 ,108 ,031 ,666 ,506
a. Dependent Variable: Phubbing
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Phubbing 301 27,48 76,83 50,0001 8,91451
Adiksi Smartphone 301 28,97 76,88 49,9999 9,22917
Relatedness 301 31,19 68,70 49,9999 9,06969
Self 301 27,11 68,35 49,9996 8,34757
Pemenuhan 301 41,04 84,18 50,0009 8,75695
Penerimaan 301 32,33 75,11 50,0011 8,66645
Valid N (listwise) 301
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 9326,004 7 1332,286 26,894 ,000b
Residual 14514,548 293 49,538
Total 23840,552 300
a. Dependent Variable: Phubbing
b. Predictors: (Constant), Adiksi Smartphone, Relatedness, Self, Pemenuhan, Penerimaan,
Jenis Kelamin, Usia