Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH ADVERSITY QUOTIENT, DUKUNGAN SOSIAL,
DAN RELIGIUSITAS TERHADAP PENYESUAIAN DIRI
MAHASISWA BARU PERANTAU UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh :
Nadyah Pramestari
NIM : 11150700000006
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
iii
iv
v
MOTTO
“Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah
pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-
orang yang paling tinggi derajatnya jika kamu
beriman”.
(Q.S Al-Imran :139)
BERTINDAK DALAM SEMANGAT
DI ATAS SEMUA KELEMAHAN DIRI,
MENGUBAH ORANG BIASA MENJADI PEMENANG
(Mario Teguh)
PERSEMBAHAN :
Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua dan sahabat-sahabt yang
selalu mendukung dan selalu menjadi motivasi agar saya dapat menjadi insan
yang lebih baik dalam hal dunia maupun akhirat. Semoga kami termasuk orang-
orang yang selalu diberkahi oleh Allah SWT.
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
B) Oktober 2019
C) Nadyah Pramestari
D) Pengaruh Adversity Quotient, Dukungan Sosial, dan Religiusitas terhadap
Penyesuaian Diri Mahasiswa Baru Perantau UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
E) xiv + 94 halaman + lampiran
F) Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh adversity quotient
(control, origin& ownership, reach, endurance), dukungan sosial
(emotional or esteem support, tangible or instrumental support,
informational support, companionship support), dan religiusitas (daily
spiritual experience, value, belief, religious/spiritual coping) terhadap
penyesuaian diri mahasiswa baru perantau UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa baru perantau UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang merupakan mahasiswa perantau yang berdomisili
di asrama, kontrakan atau kost. Pengambilan sampel menggunakan teknik
non-probability sampling terhadap 264 orang. Pengukuran variable
menggunakan alat ukur, yaitu Skala penyesuaian diri yang dikembangkan
oleh Schneider (1960), Adversity Response Profile (ARP) yang
dikembangkan oleh Stoltz (2000), Skala dukungan sosial yang
dikembangkan oleh Sarafino (2011), dan Multidimensional Measurement of
Religiousness/Spirituality for Use in Health Research yang dikembangkan
oleh Fetzer (2000).
Setelah dilakukan analisis, ditemukan pengaruh yang signifikan dari
variabel adversity quotient, dukungan sosial, dan religiusitas dengan nilai
signifikansi sebesar 0,000 atau p<0,05 terhadap penyesuaian diri mahasiswa
baru perantau. Jadi, pada hipotesis mayor dalam penelitian ini diterima. Dari
koefisen regresi terdapat tiga aspek yang berpengaruh secara signifikan,
yaitu control, origin & ownership, reach, dan endurance. Berdasarkan hasil
penelitian ini, maka disarankan agar penelitian selanjutnya menganalisis
pengaruh dari IV atau variabel lain diluar variabel dalam penelitian ini
sehingga proporsi varians yang lebih tinggi bias didapatkan.
G) Bahan bacaan: 54; 7 Buku + 36 Jurnal + 9 Skripsi + 2 Artikel
vii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) Oktober 2019
C) Nadyah Pramestari
D) The Effect of Adversity Quotient, Social Support, and Religiosity on the
Adjustment of Overseas Students
E) Xiv + 94 pages + appendix
F) This study aims to measure the influence of adversity quotient (control,
origin & ownership, reach, endurance), social support (emotional or esteem
support, tangible or instrumental support, informational support,
companionship support), and religiosity (daily spiritual experience, value,
belief, religious / spiritual coping) to the adjustment of new student
immigrants of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta migrants. The population of
this research is the new student immigrants of UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, who are overseas students who live in dormitories, rented houses or
boarding houses. Sampling using non probability sampling techniques of
264 people. The measurement of variables uses measurement tools, namely
the adjustment scale developed by Schneider (1960), the Adversity
Response Profile (ARP) developed by Stoltz (2000), the social support scale
developed by Sarafino (2011), and the Multidemnsional Measurement of
Religiousness / Spirituality for Use in Health Research developed by Fetzer
(2000).
After analyzing, found a significant effect of the variable adversity
quotient, social support, and religiosity with a significance value of 0,000
or p <0.05 on the adjustment of new students migrants. So, the major
hypothesis in this study was accepted. From the regression coefficient, there
are three aspects that significantly influence, namely control, origin &
ownership, reach, and endurance. Based on the results of this study, it is
recommended that future studies analyze the effect of external variables so
that a higher proportion of variance can be obtained.
G) References: 54; 7 Books + 36 Journals + 9 Thesis + 2 Articles
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillah, segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
skripsi berjudul “Pengaruh Adversity Quotient, Dukungan Sosial, dan Religiusitas
Terhadap Penyesuaian Diri Mahasiswa Baru Perantau UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, beserta para sahabat, keluarga dan para pengikutnya.
Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak diperoleh dengan mudah
tanpa perjuangan yang panjang. Dalam penyusunan skripsi ini tentunya penulis
dibantu oleh berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Zahratun Nihayah, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta beserta seluruh jajarannya.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag., M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dari awal hingga
akhir, memberikan ilmu, mengarahkan, memberi saran serta ide-ide kepada
penulis agar mampu menghasilkan skripsi yang bermutu dan berkualitas.
3. Ibu Desi Yustari Muchtar, M.Psi, selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang
telah membimbing sejak awal perkuliahan, dan selalu memberikan semangat dan
motivasi untuk menyelesaikan perkuliahan dengan baik.
4. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
mengajar dan memberi ilmu kepada penulis selama perkuliahan, merupakan
jasa-jasa yang sangat besar, dan juga Staff Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini.
5. Seluruh responden yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi kuisioner
penelitian. Terima kasih banyak penulis ucapkan, semoga ketulusan dan
kejujuran kalian dalam mengisi kuesioner dibalas oleh Allah SWT dengan
kebaikan yang lebih.
ix
6. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Bani Machtum dan Ibunda Meta Azriani
yang selalu memberikan dukungan moril maupun materil, serta doa-doa yang
selalu dipanjatkan agar penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
Kepada saudara-saudara tersayang, terutama Adek Anugrah Pramesta, terima
kasih atas perhatian dan semangat yang selalu kalian berikan sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktunya.
7. Terima kasih kepada teman-teman kosanku (Kak Ulfa, Kak Nunuy, Kak Novi)
yang telah memberikan semangat, motivasi dan doa kepada penulis. Terima
kasih atas kebersamaanya yang telah memberikan warna di masa-masa kuliah
8. Terima kasih juga kepada teman-teman seperbimbinganku (Rana, Ridha, Lita,
dan Tiwi) yang telah berjuang bersama dalam menyelesaikan skripsi. Suka dan
duka telah kita rasakan bersama, saling membantu, saling menguatkan, saling
memotivasi sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh teman-teman angkatan 2015 yang telah membantu memberikan
dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya. Semoga Allah SWT
membalas kebaikan yang telah diberikan. Tidak ada hal yang sempurna di dunia
ini, begitu pun dalam proses penyelesaian skripsi ini sehingga penulis menerima
adanya saran dan kritik atas penelitian yang dilakukan. Penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat untuk seluruh pihak.
Jakarta, Oktober 2019
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i
LEMBARAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………….. ii
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG MUNAQOSYAH……………….. iii
LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………………………………... v
ABSTRAK…………………………………………………………………. vi
KATA PENGANTAR…………………………………………………….. viii
DAFTAR ISI………………………………………………………………. x
DAFTAR TABEL…………………………………………………………. xii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………. xiii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. xiv
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………… 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………………. 14
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian………………………………………… 18
1.3.2 Manfaat Penelitian……………………………………….. 18
BAB 2 LANDASAN TEORI 19
2.1 Penyesuaian Diri…………………………………………………. 19
2.1.1 Definisi Penyesuaian Diri………………………………… 19
2.1.2 Aspek-Aspek Penyesuaian Diri…………………………... 21
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri…… 22
2.1.4 Pengukuran Penyesuaian Diri……………………………. 24
2.2 Adversity Quotient………………………………………………... 26
2.2.1 Pengertian Adversity Quotient……………………………. 26
2.2.2 Aspek-Aspek Adversity Quotient………………………… 27
2.2.3 Pengukuran Adversity Quotient………………………….. 29
2.3 Dukungan Sosial………………………………………………….. 30
2.3.1 Pengertian Dukungan Sosial……………………………… 30
2.3.2 Aspek-Aspek Dukungan Sosial…………………………… 31
2.3.3 Pengukuran Dukungan Sosial…………………………….. 32
2.4 Religiusitas………………………………………………………... 33
2.4.1 Pengertian Religiusitas……………………………………. 33
2.4.2 Aspek-Aspek Religiusitas………………………………… 34
2.4.3 Pengukuran Religiusitas…………………………………... 36
2.5 Kerangka Berpikir………………………………………………… 37
xi
2.6 Hipotesis Penelitian………………………………………………. 42
BAB 3 METODE PENELITIAN 44
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel……………... 44
3.2 Variabel Penelitian………………………………………………... 44
3.3 Instrumen Pengumpulan Data…………………………………….. 49
3.3.1 Teknik Penulisan Data……………………………………. 49
3.3.2 Instrumen Penelitian………………………………………. 50
3.4 Pengujian Validitas Konstruk…………………………………….. 54
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Penyesuaian Diri…………………. 56
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Adversity Quotient……………….. 57
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Dukungan Sosial…………………. 60
3.4.4 Uji Validitas Konstruk Religiusitas………………………. 62
3.5 Teknik Analisis Data……………………………………………… 64
BAB 4 HASIL PENELITIAN 67
4.1 Karakteristik Subjek Penelitian…………………………………… 67
4.2 Hasil Analisis Deskriptif………………………………………….. 68
4.2.1 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian…………………….. 71
4.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian…………………………………….. 73
4.3.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian……………………… 73
4.3.2 Pengujian Hipotesis Minor………………………………... 75
4.3.3 Pengujian Proporsi Varians……………………………….. 80
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 83
5.1 Kesimpulan………………………………………………………. 83
5.2 Diskusi……………………………………………………………. 83
5.3 Saran……………………………………………………………… 87
5.3.1 Saran Teoritis…………………………………………….. 87
5.3.2 Saran Praktis……………………………………………… 87
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 90
LAMPIRAN………………………………………………………………… 95
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skor untuk Pernyataan Positif dan Negatif Skala Likert………… 50
Tabel 3.2 Blue Print Skala Penyesuaian Diri……………………………….. 51
Tabel 3.3 Blue Print Skala Adversity Quotient…………………………….. 52
Tabel 3.4 Blue Print Skala Dukungan Sosial………………………………. 53
Tabel 3.5 Blue Print Skala Religiusitas…………………………………….. 54
Tabel 3.6 Muatan Faktor Skala Penyesuaian Diri………………………….. 57
Tabel 3.7 Muatan Faktor Dimensi Control…………………………………. 58
Tabel 3.8 Muatan Faktor Dimensi Origin & Ownership…………………… 58
Tabel 3.9 Muatan Faktor Dimensi Reach…………………………………… 59
Tabel 3.10 Muatan Faktor Dimensi Endurance……………………………... 59
Tabel 3.11 Muatan Faktor Dimensi Emotional or Esteem Support…………. 60
Tabel 3.12 Muatan Faktor Dimensi Tangible or Instrumental Support…….. 61
Tabel 3.13 Muatan Faktor Dimensi Informational Support………………… 61
Tabel 3.14 Muatan Faktor Dimensi Companionship Support………………. 62
Tabel 3.15 Muatan Faktor Dimensi Daily Spiritual Experience..................... 62
Tabel 3.16 Muatan Faktor Dimensi Value…………………………………... 63
Tabel 3.17 Muatan Faktor Dimensi Belief…………………………………… 63
Tabel 3.18 Muatan Faktor Dimensi Religious/Spiritual Coping…………….. 64
Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian…………………………………… 67
Tabel 4.2 Analisis Deskriptif………………………………………………… 69
Tabel 4.3 Norma Kategorisasi………………………………………………. 71
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ……………….................... 72
Tabel 4.5 Tabel R-Square……………………………………………………. 73
Tabel 4.6 Tabel ANOVA…………………………………………………….. 74
Tabel 4.7 Tabel Koefisien Regresi Independent Variabel…………………… 75
Tabel 4.8 Tabel Proporsi Varians Setiap Independent Varibel……………… 80
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Ilustrasi Kerangka Berpikir…………………………………… 37
xiv
LAMPIRAN
LAMPIRAN………………………………………………………………… 95
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian…………………………………………… 96
Lampiran 2 Syntax LISREL………………………………………………… 102
Lampiran 3 Path Diagram LISREL………………………………………… 107
Lampiran 4 Tabel SPSS……………………………………………………… 114
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap individu menginginkan pendidikan yang lebih baik setelah menyelesaikan
pendidikan sebelumnya. Hal ini yang membuat setiap individu pergi ke daerah lain
atau biasa disebut merantau untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dan
berkualitas. Santrock (2003), mengungkapkan bahwa masa transisi dari sekolah
menengah atas menuju ke perguruan tinggi melibatkan hal-hal yang positif
sekaligus negatif. Transisi dalam kehidupan menghadapkan individu pada
perubahan-perubahan dan tuntutan-tuntutan sehingga diperlukan adanya
penyesuaian diri.
Setiap manusia mempunyai kebutuhan penyesuaian diri, baik dengan dirinya
sendiri yang berupa pemuas kebutuhan fisiologik dan psikologik maupun terhadap
tuntutan sosial. Tuntutan ini ditanggapi secara bervariasi oleh mahasiswa. Tidak
semua mahasiswa siap dengan tantangan itu. Mahasiswa yang memiliki
kemampuan penyesuaian diri yang baik menunjukkan perilaku yang sesuai dengan
tuntutan akademik dan norma-norma yang berlaku di lingkungannya. Banyak
perubahan yang dialami mahasiswa perantau, seperti pola hidup, interaksi sosial,
tuntutan untuk hidup secara mandiri, serta memiliki rasa tanggung jawab terhadap
tindakan-tindakan yang dilakukannya, sehingga mahasiswa perantau harus mampu
menyesuaikan diri.
Mahasiswa yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang
baru, akan menyebabkan banyak konflik dan fokus yang dihadapi bukan hanya
2
masalah akademik saja, tetapi juga masalah lain diluar akademik.
Ketidakmampuan seseorang untuk mengubah diri sesuai dengan norma atau
tuntutan lingkungan dimana dia hidup akan berdampak seperti kesulitan bergaul,
minder, dan tertutup. Kegagalan mahasiswa dalam melakukan penyesuaian diri di
lingkungan perguruan tinggi banyak dialami oleh mahasiswa baru, adapun akibat
dari kegagalan dalam menyesuaikan diri di perguruan tinggi yaitu dalam sebuah
penelitian yang dilakukan oleh Wintre dan Bowers (2007) bahwa pada sebuah
universitas di Kanada menemukan bahwa dari 944 mahasiswa, 57,9% diantaranya
berhasil menyelesaikan pendidikannya hingga mendapatkan gelar, 9% tetap
terdaftar sebagai mahasiswa, dan 33.1% tidak berhasil menyelesaikan
pendidikannya hingga selesai. Kemudian berita yang dilansir vivanews.com pada
tahun 2010, jumlah mahasiswa yang mengalami putus studi di Institut Teknologi
Bandung (ITB) mencapai 5-10% tiap tahunnya dan sebagian besar mahasiswa ITB
dikeluarkan akibat gagal bersosialisasi serta beradaptasi dengan lingkungan. Selain
itu dalam sebuah penelitian yang dilakukan di sebuah Universitas Publik di
Malaysia, Ahmad, Noran Fauziah, Azemi, Mohd. Zailani tahun 2002 menemukan
bahwa masalah penyesuaian yang dihadapi oleh mahasiswa tahun pertama
termasuk kesulitan dalam pendaftaran, kesulitan dalam memahami buku yang
ditulis dalam bahasa inggris dan masalah dalam menghadiri kuliah di pagi hari
(Abdullah, Elias, Uli, Mahyuddin, 2010).
Hal ini, akan membuat individu mengalami depresi dan stress dalam bertahan
hidup, karena mahasiswa kurang berhasil dalam menyesuaikan diri dengan dirinya
sendiri maupun dengan lingkungannya. Jackson dan Finey (2002), mengatakan
3
bahwa masa transisi ke perguruan tinggi dapat menjadi pengalaman yang sangat
menekan dan periode transisi tersebut mengakibatkan mahasiswa tahun pertama
lebih rentan untuk mengalami gejala psychological distress. Hal serupa juga
dikemukakan oleh Gall, Evans, dan Bellerose (2002) bahwa masa transisi ke
perguruan tinggi dapat menjadi sebuah sumber stress dan ketegangan bagi
mahasiswa. Dengan kata lain kesulitan dalam beradaptasi dan mengatasi masalah-
masalah pada mahasiswa tahun pertama dapat berdampak pada kesehatan mental
mereka. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh UCLA terhadap lebih dari
300.000 mahasiswa tingkat pertama di lebih dari 500 kampus dan Universitas
ditemukan bahwa saat ini terdapat lebih banyak mahasiswa tingkat pertama yang
mengalami stress dan depresi karena tidak bisa menyesuaikan diri dengan baik,
(Santrock, 2003).
Setiap individu mempunyai keinginan untuk mengubah diri menjadi lebih baik.
Hal ini disebabkan oleh bermacam faktor misalkan lingkungan tempat tinggalnya
kurang baik, ingin mencari pengalaman hidup serta ingin menuntut ilmu yang lebih
tinggi di perguruan tinggi. Santrock (Lingga & Tuapattinaja, 2012), menyatakan
fenomena ini juga dianggap sebagai usaha pembuktian kualitas diri sebagai orang
dewasa yang mandiri dan bertanggung jawab dalam membuat keputusan. Untuk
menempuh pendidikan tersebut, tidak sedikit mahasiswa yang rela meninggalkan
kampung halamannya untuk menempuh pendidikan diperguruan tinggi diluar kota,
seperti halnya mahasiswa yang berasal dari Pulau Sumatera yang berkuliah di Pulau
Jawa. Pulau Jawa menjadi salah satu tempat tujuan utama para mahasiswa yang
berasal dari daerah untuk melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi.
4
Haber & Runyon (dalam Fitri dan Kustanti, 2018) menyebutkan bahwa
gambaran diri yang positif merupakan salah satu aspek penyesuaian diri individu.
Penyesuaian diri dikatakan efektif apabila ditandai dengan seberapa baik individu
mampu menghadapi situasi dan kondisi yang yang selalu berganti. Mahasiswa
perantau yang belajar di Perguruan tinggi telah berada pada lingkungan yang
setahap lebih luas dibandingkan saat duduk di bangku sekolah menengah. Bertemu
dengan banyak orang yang mempunyai latar belakang budaya yang berbeda-beda
di lingkungan tempat merantau, mereka akan berhadapan dengan harapan dan
tuntutan tertentu dari lingkungan yang harus dipenuhinya. Seseorang yang memiliki
penyesuaian diri yang efektif, mampu untuk mencapai tingkat keakraban yang
cocok dalam membina hubungan sosialnya. Mereka biasanya mampu dan selalu
merasa nyaman ketika berinteraksi dengan orang lain, sekaligus mampu mengelola
serta membangun hubungan dengan orang lain, sehingga mereka dapat
memperlihatkan sikap serta tingkah laku yang menyenangkan dan dapat diterima
oleh kelompok atau lingkungannya.
Dalam penelitian yang dilakukan Fitriyani (2008) menyatakan bahwa
penyesuaian diri sosial sangat diperlukan oleh mahasiswa perantauan, karena
mahasiswa perantauan menghadapi perubahan dilingkungan baru yang berbeda
adat, norma, dan kebudayaan, sehingga penyesuaian diri yang baik dibutuhkan
agara diterima oleh kelompok serta masyarakat di sekitarnya.
Mahasiswa perantau juga memiliki kebutuhan, harapan dan tuntutan didalam
dirinya yang harus diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan. Hal-hal yang
tidak biasa dilakukan dirumah akan dilakukan ditempat merantau, karena harus
5
memenuhi tuntutan perubahan yang berada di sekelilingnya. Mahasiswa perantau
perlu bersosialisasi dengan teman yang berasal dari berbagai daerah tentunya
berbeda bahasa, adat istiadat, dan cara berkomunikasi baik lingkungan tempat
tinggal maupun lingkungan kampus. Perubahan-perubahan tersebut menyebabkan
permasalahan penyesuaian diri pada mahasiswa perantau.
Wu, Garza dan Guzman (2015) mengemukakan banyak penelitian
mengeksplorasi tantangan dan rintangan yang dialami oleh siswa internasional yang
menghadiri institusi pendidikan tinggi di AS. Kesulitan-kesulitan ini termasuk;
kesulitan bahasa, kesulitan menyesuaikan diri dengan budaya akademik,
kesalahpahaman, dan komplikasi dalam komunikasi dengan fakultas dan teman
sebaya; stres, kecemasan, perasaan terisolasi, pengalaman sosial, kejutan budaya,
kesulitan keuangan, kurangnya akomodasi yang tepat, isolasi dan kesepian, dan
adaptasi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Banyak orang yang tidak dapat
mencapai kebahagiaan dalam hidupnya karena ketidakmampuannya dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Lee, Koeske, Sales (2004), menemukan bahwa banyak penelitian menyatakan
bahwa menyesuaikan diri dengan kebudayaan “tuan rumah” sangat sulit dan
membuat stres. Mahasiswa yang berasal dari luar daerah harus menyesuaikan diri
dengan kebudayaan baru, pendidikan yang baru, dan lingkungan sosial yang baru.
Penelitian yang dilakukan oleh Lin dan Yi (dalam Lee, Koeske, Sales, 2004)
melaporkan mahasiswa yang berasal dari luar daerah mengalami masalah yang
unik, yaitu stres yang disebabkan tidak familiar dengan gaya dan norma sosial yang
6
baru, perubahan pada sistem dukungan, dan masalah intrapersonal dan
interpersonal yang disebabkan oleh proses penyesuaian diri.
Seperti halnya masalah yang dikemukakan oleh seorang mahasiswi Fakultas
Psikologi UIN Jakarta perantau asal Padang dalam hasil wawancara singkat yang
dilakukan pada tanggal 02 Oktober 2018, mengatakan bahwa masalah yang
dikeluhkan adalah kesulitan dalam proses adaptasi, harus dapat mengatur waktu
dan uang sendiri, serta ada perasaan rindu akan suasana rumah. Hal yang sama juga
diutarakan oleh mahasiswi perantau asal Belitung yang mengatakan bahwa harus
hidup mandiri, misalnya pagi-pagi harus menyiapkan sarapan sendiri, terus harus
dapat mengatur waktu dan keuangan, tidak jarang juga timbul perasaan homesick.
Faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah : 1) Faktor fisiologis,
seperti fisik dan tempramen; 2) Faktor Psikologis, yaitu berdasarkan pengalaman,
cara belajar, determinasi diri, dan konflik; 3) Faktor perkembangan dan kematangan
yang mempengaruhi setiap aspek kepribadian individu, seperti emosional, sosial,
moral, keagamaan, dan intelektual; 4) Faktor lingkungan, yang mencakup keluarga,
hubungan dengan orang tua, hubungan dengan saudara, hubungan dengan
lingkungan masyarakat sekitar; 5) Faktor budaya dan agama.
Soeparwoto dkk (dalam Setyaningsih, 2014), menjelaskan bahwa terdapat
faktor yang mempengaruhi penyesuain diri, yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal meliputi motif, konsep diri, persepsi, sikap, inteligensi dan minat,
dan kepribadian. Faktor eksternal meliputi keluarga, kondisi sekolah, teman sebaya,
prasangka sosial, hukum dan normasosial.
7
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri dan kemampuan
menyesuaikan diri setiap orang berbeda, salah satunya adalah adalah faktor internal
yaitu intelegensi atau kecerdasan. Secara umum terdapat tiga kecerdasan dalam diri
manusia, yaitu kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan
spiritual (SQ). Selain bentuk kecerdasan IQ, EQ, SQ, ada satu kecerdasan untuk
mengatasi dan memperbaiki kesulitan dan masalah yang dihadapi yaitu kecerdasan
AQ. Stoltz (dalam Canviel, 2010 ) memberikan teori tentang adversity quotient
(AQ) dari seseorang tentang bagaimana menyelesaikan tantangan tersebut dan
berusaha untuk mengatasinya sehingga tidak mempengaruhi secara mendalam apa
yang akan dia capai dalam pekerjaannya dan menuju kehidupan. Dia
mendefinisikan AQ sebagai ukuran ketahanan dan kemampuan seseorang untuk
bertahan dalam menghadapi perubahan, stres, dan kesulitan yang konstan atau AQ
hanyalah ukuran bagaimana Anda merespons kesulitan.
Menurut Stoltz (2000), ada kerangka berpikir yang disebutnya dengan
Adversity Quotient (kecerdasan menghadapi rintangan atau daya juang). Adversity
Quotient memprediksi seberapa baik seseorang menahan kesulitan, mengatasinya,
dan meramalkan siapa yang akan dihancurkan; siapa yang akan melebihi dan tidak
memenuhi harapan mereka dalam kinerja dan potensi; dan siapa yang menyerah
dan menang (Canviel, 2010). Dalam penelitian Fitriany (2008), menunjukkan
bahwa mahasiswa perantauan yang memiliki daya juang (Adversity Quotient) tinggi
dapat melakukan penyesuaian sosial yang baik, sama halnya dengan penelitian yang
dilakukan oleh Faizatussholihah (2017), mengungkapkan adanya hubungan yang
8
signifikan antara adversity quotient terhadap penyesuaian sosial mahasiswa
perantau asal sumatera angkatan 2013-2016.
Stoltz (2000), mengungkapkan orang yang memiliki adversity quotient tinggi
tidak akan takut dalam menghadapi berbagai tantangan dalam proses meraih
kesuksesan. Bahkan dia akan mampu untuk mengubah tantangan yang dihadapi dan
menjadikannya sebagai peluang. Sedangkan, orang yang memiliki adversity
quotient rendah adalah orang yang sangat sulit untuk menyelesaikan persoalan dan
menganggap semuanya sia-sia, dan sulit untuk berhubungan dengan orang lain.
Dengan demikian dapat diduga bahwa mahasiswa perantau tahun pertama yang
mempunyai adversity quotient yang tinggi dapat mengembangkan potensi yang
dimiliki untuk mengatasi tantangan-tantangan ada dalam penyesuaian diri pada
lingkungan yang baru yaitu perguruan tinggi.
Selain faktor adversity quotient (AQ), terdapat faktor lain yang mempengaruhi
penyesuaian diri yaitu dukungan sosial. Dukungan yang dimaksud adalah dukungan
dari keluarga, dan teman dari lingkungan perguruan tinggi. Rosenthal (dalam
Jackson & Finney, 2002), mengemukakan bahwa remaja yang baru saja memasuki
lingkungan baru di perguruan tinggi pada umumnya sangat membutuhkan
dukungan sosial. Hal ini dikarenakan pada masa itu remaja membutuhkan sense of
belonging yang kuat sehingga peer group diyakini mampu membantu mengahadapi
respon stress tingkat tinggi.
Mahasiswa sebagai individu dan makhluk sosial membutuhkan kerjasama dan
bantuan orang lain, dalam hal ini mahasiswa membutuhkan bantuan dalam
penyesuaian dirinya di lingkungan perguruan tinggi. Bentuk bantuan yang
9
diberikan dapat berupa dukungan sosial. Ketika berhadapan dengan lingkungan
baru, mahasiswa membutuhkan dukungan sosial yang tinggi agar dapat
menyesuaiakan diri dengan lingkungan perguruan tinggi, baik secara akademik
maupun sosial. Cutrona (dalam Estiane, 2015), dukungan sosial yang baik dari
lingkungan dapat membantu mahasiwa baru dalam mengatasi permasalahan-
permasalahan dan menghadapi masa transisinya dengan baik.
Kondisi lingkungan sosial yang berkaitan dengan dukungan sosial juga
berpengaruh dalam proses penyesuaian setiap individu. Keadaan lingkungan yang
damai, tentram, penuh penerimaan, pengertian dan mampu memberi perlindungan
kepada setiap orang merupakan lingkungan yang akan memperlancar proses
penyesuaian diri individu. Brissette, Scheier, & Carver (2002), menyatakan bahwa
perbedaan kualitas lingkungan sosial berdampak secara kritis terhadap tingkat
penyesuaian diri yang lebih baik.
Banyaknya perubahan dan situasi yang dialami bisa menimbulkan masalah.
Dennis, Phinney, dan Chuateco (2005), menunjukkan bahwa kurangnya dukungan
sosial dari teman sebaya merupakan predictor negative untuk penyesuaian kuliah
pada mahasiswa minoritas. Bagi mahaiswa perantau, rasa rindu terhadap rumah
(Homesickness) merupakan masalah umum yang sering dirasakan. Selain itu,
mahasiwa perantau juga sering mengalami masalah keterbatasan keuangan saat
mereka kehabisan uang saat masih pertengahan bulan dan akan menunggu lama
sampai awal bulan. Keadaan yang seperti ini yang dirasakan mahasiwa akan
menjadi stressor bagi mahasiwa.
10
Ketika dihadapkan dengan stress, dukungan sosial menjadi faktor utama yang
membantu mahasiswa untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dalam
mengahadapi stressor yang ada di lingkungannya. Mahasiwa terus dituntut unuk
menyelesaikan permasalahannya. Sesuai yang diungkapkan dalam penelitian
Handono & Bashori (2013), bahwa adanya hubungan negatif yang signifikan antara
penyesuaian diri dan dukungan sosial dengan stres lingkungan pada santri baru.
Semakin tinggi tingkat penyesuaian diri dan dukungan sosial yang dimiliki santri,
maka semakin rendah stres lingkungannya. Begitu juga sebaliknya semakin rendah
tingkat penyesuaian diri dan dukungan sosial maka semakin tinggi stres lingkungan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hasan & Handayani (2014),
menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara dukungan
teman sebaya dengan penyesuaian diri siswa tunarungu di sekolah inklusi .Apabila
siswa tunarungu di sekolah inklusi mendapatkan dukungan sosial dari lingkungan
mereka, maka akan membuat siswa mampu mengembangkan kepribadiannya yang
sehat dan memiliki pandangan yang positif, sehingga mereka memiliki kemampuan
untuk melakukan penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri
maupun lingkungan.
Sejalan dengan penelitian sebelumnya, menurut penelitian yang dilakukan oleh
Rufaida & Kustanti (2017), menyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan
antara dukungan sosial teman sebaya dengan penyesuaian diri pada mahasiswa
rantau dari Sumatera di UNDIP. Kesimpulan penelitiannya, menyatakan
mahasiswa rantau UNDIP memiliki dukungan sosial teman sebaya yang tinggi,
sehingga penyesuaian diri yang dimiliki oleh mahasiswa rantau juga postif.
11
Sebaliknya, jika mahasiswa rantau UNDIP memiliki dukungan sosial teman sebaya
rendah, maka penyesuaian diri yang dimiliki oleh mahasiswa rantau negatif.
Selain dukungan sosial, faktor lain yang mempengaruhi penyesuaian diri
adalah religiusitas. Religiusitas dianggap sebagai sebuat aturan yang mutlak dengan
sebuah pegangan hidup dalam mencapai kebahagian hidup, dimana religiusitas
merupakan faktor yang mempengaruhi setiap individu dalam menjalanakan
aktivitas di kehidupan sehari-hari terutama dalam beragama. Kehidupan beragama
merupakan kehidupan kerohanian yang tercermin dalam kehidupan
keagamaan.Seseorang yang memiliki religiusitas tinggi biasanya menggunakan
agama sebagai referensi semua perilakunya, termasuk juga dalam penyesuaian
dirinya.
Jalaluddin (dalam Nadzir dan Wulandari, 2013)), religiusitas adalah suatu
keadaan yang ada dalam diri individu yang mendorongnya untuk bertingkah laku
dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama atau
religi. Nilai religi merupakan sistem nilai yang terbentuk dan dianggap bermakna
bagi manusia. Menurut Fetzer (2003), religiusitas adalah sesuatu yang
menitikberatkan pada masalah perilaku, sosial, dan doktrinal dari suatu agama yang
melibatkan sistem keyakinan dan ajaran-ajaran yang harus ditaati oleh setiap
pengikutnya.
Ketidakmampuan penyesuaian diri sebagai gangguan emosional atau
kepribadian, dikarenakan keinginan kuat manusia untuk lari dari kenyataan hidup
yang ada. Penyesuaian diri berarti mengubah diri sesuai dengan keadaan
lingkungan dan mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan diri. Akibatnya
12
timbulah stress, rasa cemas, kecewa, frustasi, hal ini disebabkan karena aturan yang
telah ditetapkan oleh Allah SWT banyak yang dilanggar oleh manusia. Banyak
manusia yang bersifat sombong, merasa dirinya mempunyai segalanya dan bisa
melakukan apa saja sehingga tidak mampu lagi mengontrol dan mengendalikan
dirinya sendiri.Akibat perbuatan-perbuatan negatif yang dilakukan oleh manusia,
mereka selalu merasa tidak nyaman, tidak tentram dan tidak bersahabat dengan
lingkungan mereka.
Dalam penelitian Nadzir & Wulandari (2013), menyatakan bahwa adanya
hubungan religiusitas dengan penyesuaian diri siswa pondok pesantren Rasyidiyah
Khalidiyah. Dalam penelitiannya menjelaskan bahwa fenomena ketidakmampuan
penyesuaian diri di temukan di pondok pesantren Rsaydiyah Khalidiyah seperti
belum bisa memanfaatkan waktu luang, masih ikut-ikutan dengan teman
sekelompoknya dalam hal yang negatif, sering berkelahi dengan teman sekelasnya
atau asramanya, mencuri barang teman lainnya, memalak teman sekalas maupun
teman asrama. Hal ini dikarenakan tingkat religiusitas siswa pada pondok pesantren
sangat rendah sehingga mereka berani melakukan hal-hal negatif dan merugikan
orang lain. Tapi, tidak semuanya menpunyai religiusitas negatif banyak juga santri
yang mempunyai tingkat religiusitas yang positif.
Krauz (2006), menjelaskan bahwa spiritualitas dan religiusitas merupakan
bagian penting dari tahap perkembangan masa dewasa, khususnya dalam lembaga
pendidikan tinggi. Penelitiannya terhadap anggota militer dan siswa sekolah
angkatan laut menemukan bahwa religiusitas sangat berperan terhadap penyesuaian
13
mereka. Hutapea (2014) mengatakan bahwa religiusitas memiliki hubungan yang
signifikan terhadap penyesuaian diri mahasiswa Indonesia di luar negeri.
Agama mempunyai peran penting bagi mahasiswa, melalui keyakinan terhadap
agamanya akan membuat setiap orang bisa lebih ikhlas dan sabar dalam
menghadapai peristiwa yang terjadi dalam hidupnya baik peristiwa sedih maupun
senang. Mahasiswa yang merantau harus bisa menerima keadaan dirinya sehingga
mahasiswa mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, individu yang
memiliki penyesuaian diri yang baik akan lebih menerima kondisi kelebihan dan
kekurangan yang ada pada dirinya dan lingkungannya, sehingga lebih merasa
bahagia.
Religiusitas merupakan dasar paling kuat yang dihubungkan dengan
kebahagiaan dan kesejahteraan. Individu yang memiliki komitmen tinggi dengan
agamanya akan lebih bahagia, lebih sehat, selalu memandang masalah yang terjadi
sebagai suatu yang positif dan melakukan penyesuaian diri dengan baik. Ketika
mahasiswa mengalami tekanan dari lingkungannya, mereka akan lebih dekat
dengan Tuhan mereka, dengan cara beribadah, berdoa, untuk menentramkan
perasaan mereka. Jika penyesuaian diri mereka buruk maka mereka akan
kehilangan kepercayaan diri, harga diri, sulit melakukan hubungan sosial dan
melakukan sesuatu yang negatif untuk menghilangkan tekanan yang mereka
rasakan tanpa mereka mendekatkan diri kepada Sang Pencipta-Nya.
UIN Syarif Hidayatullah merupakan lembaga pendidikan yang bebasis Islami.
Banyak mahasiswa dari berbagai lulusan seperti MAN, SMA, SMK, bahkan ada
yang berasal dari Pesantren.Latar belakang ekonomi juga berbeda-beda, dari
14
menengah kebawah sampai menegah ke atas. Dari paparan diatas tampak jelas,
bahwa mahasiswa UIN Jakarta berasal dari komunitas yang beragam yang artinya
juga memiliki implikasi beragama yang beragam pula terhadap kadar religiusitas
mereka dan pengaruhnya terhadap penyesuaian diri.
Dengan demikian, dapat di duga bahwa mahasiwa baru yang merantau
memasuki perguruan tinggi, semakin tinggi tingkat religiusitasnya, maka semakin
mudah untuk menyesuaikan dirinya dengan tekanan dan peraturan yang ada di
lingkungan baru, mereka percaya bahwa Tuhan akan membantu mereka dalam
setiap masalah, dan kegundahan yang dirasakan.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti tertarik mengadakan penelitian
yang berjudul “Pengaruh Adversity Quotient, Dukungan Sosial, dan Religiusitas
terhadap Penyesuaian Diri Mahasiswa Baru Perantau UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta”.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
Pembatasan dan perumusan masalah bertujuan agar peneliti tidak menyimpang dari
topik dan sasaran. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti membatasi
masalah pada pengaruh variabel independen, yaitu adversity quotient, dukungan
sosial dan religiusitas terhadap variabel depende, yaitu penyesuaian diri.
Adapun pembatasan mengenai definisi konstruk dari variabel penyesuaian diri,
adversity quotient, dukungan sosial, dan religiusitas yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Penyesuaian diri adalah suatu proses dan bukan keadaan yang statis sehingga
efektivitas dari penyesuaian diri itu sendiri ditandai dengan seberapa baik
15
individu mampu menghadapi situasi serta kondisi yang selalu berubah, dimana
individu merasa susai dengan lingkungan dan merasa mendapatkan kepuasan
dalam pemenuhan kebutuhannya.
2. Adversity quotient adalah suatu ukuran untuk mengetahui daya juang individu
dalam menghadapi kesulitan, kepercayaan diri dalam menguasai hidup dan
kemampuan untuk mengatasi tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam
memperoleh kesuksesan. Dalam penelitain ini aspek adversity quotient yang
dikemukakan oleh Stoltz (2000), adalah Kontrol (Control), Asal usul dan
Pengakuan (Origin and Ownership), Jangkauan (Reach), dan Daya Tahan
(Endurance).
3. Dukungan sosial adalah dukungan sebagai kenyamanan, perhatian, penghargaan
ataupun bantuan yang diterima individu dari orang lain, dimana orang lain disini
dapat diartikan sebagai individu perorangan atau kelompok. Dalam penelitian
ini aspek dukungan sosial yang dikemukakan oleh Sarafino dan Timothy (2011),
yang terdiri dari lima aspek, yaitu dukungan emosional (emotional or esteem
support), dukungan instrumental (tangible or instrumental support), dukungan
informasi (informational support), dan dukungan persahabatan (companionship
support).
4. Religiusitas adalah religiusitas adalah sesuatu yang lebih menitikberatkan pada
masalah perilaku, sosial, dan merupakan sebuah doktrin dari setaip agama atau
golongan. Karena doktrin yang dimiliki oleh setiap agama wajib diikuti oleh
setiap pengikutnya. Dalam penelitian ini aspek religusitas yang diambil menurut
teori Fetzer (2003) yang terdiri dari 12 aspek, tetapi peneliti hanya mengambil 4
16
aspek religiusitas, yaitu daily spiritual experience, value, belief,
religious/spiritual coping.
5. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun pertama pada UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka peneliti
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari variabel adversity quotient, dukungan
sosial dan religiusitas terhadap variabel penyesuaian diri mahasiswa baru
perantau UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari dimensi Kontrol (control) terhadap
penyesuaian diri mahasiswa baru perantau UIN Syarif Hidyatullah Jakarta?
3. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari dimensi Asal usul dan Pengakuan
(Origin and Ownership) terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau
UIN Syarif Hidyatullah Jakarta?
4. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari dimensi Jangkauan (Reach) terhadap
penyesuaian diri mahasiswa baru perantau UIN Syarif Hidyatullah Jakarta?
5. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari dimensi Daya Tahan (Endurance)
terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau UIN Syarif Hidyatullah
Jakarta?
6. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari dimensi emotional or esteem support
terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau UIN Syarif Hidyatullah
Jakarta?
17
7. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari dimensi tangible or instrumental
support terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau UIN Syarif
Hidyatullah Jakarta?
8. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari dimensi informational support
terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau UIN Syarif Hidyatullah
Jakarta?
9. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari dimensi companionship support
terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau UIN Syarif Hidyatullah
Jakarta?
10. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari dimensi daily spiritual experience
terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau UIN Syarif Hidyatullah
Jakarta?
11. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari dimensi value terhadap penyesuaian
diri mahasiswa baru perantau UIN Syarif Hidyatullah Jakarta?
12. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari dimensi belief terhadap penyesuaian
diri mahasiswa baru perantau UIN Syarif Hidyatullah Jakarta?
13. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari dimensi religious/spiritual coping
terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau UIN Syarif Hidyatullah
Jakarta?
14. Berapa jumlah kontribusi masing-masing variabel adversity quotient,
religiusitas, dan dukungan sosial terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru
perantau?
18
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh adversity quotient, dukungan
sosial, dan religiusitas terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, dan jumlah kontribusi dari variabel adversity quotient,
dukungan sosial, dan religiusitas terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru
perantau UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan khususnya
dibidang pengetahuan ilmu psikologi serta memperkaya hasil penelitian yang telah
ada dan sapat meberikan gambaran tentang faktor apa saja yang berperan sebagai
presictor penyesuaian diri.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi terkait
penyesuaian diri yang efektif bagi mahasiswa baru perantau khususnya mahasiswa,
masyarakat, dosen, dan orang tua.Penelitian ini juga memberikan pemahaman
tentang keterkaitan variabel adversity quotient, dukungan sosial, dan religiusitas
terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau.
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Penyesuaian diri
2.1.1 Definisi Penyesuaian Diri
Penyesuaian dirumuskan sebagai proses perilaku manusia untuk mempertahankan
keseimbangan antara berbagai kebutuhan dan tantangan lingkungan dan
keadaannya (Al-khatib et al., 2012). Artinya penyesuaian adalah elemen penting
dari kehidupan sosial. Mudasir & Gannaie (dalam Costa et al., 2018), penyesuaian
adalah ekspresi dan proses dari sikap individu dalam hubungannya dengan diri dan
lingkungannya untuk menciptakan keseimbangan dan harmonis. Penyesuaian
didefinisikan sebagai proses mengubah perilaku individu untuk mendapatkan
hubungan yang harmonis dengan lingkungannya. Tanggapan ini membawa
beberapa jenis perubahan yang terjadi. Perubahan ini dapat membangkitkan
perasaan tidak bahagia karena seseorang mencoba melakukan jenis keseimbangan
dan homeostasis baru antara individu dan lingkungannya.
Mehdizadeh dan Scott (2005) mendefinisikan penyesuaian diri sebagai suatu
proses yang mengaitkan interaksi antara karakteristik pribadi mahasiswa dengan
struktur komunitas tuan rumah. Menurut Schneider (1960), penyesuaian diri adalah
usaha yang mencakup respon mental dan tingkah laku individu, yaitu individu
berusaha keras agar mampu mengatasi konflik dan frustasi karena terhambatnya
kebutuhan dalam dirinya, sehingga tercapai keselarasan dan keharmonisan dengan
diri atau lingkungannya. Mereka terus menerus mengubah tujuannya sesuai dengan
keadaan lingkungannya. Individu mengubah tujuan dalam hidupnya seiring dengan
20
perubahan yang terjadi di lingkungannya. Usaha individu tersebut bertujuan untuk
memperoleh keselarasan dan keharmonisan antara tuntutan dalam diri dengan
lingkungan.
Haber dan Runyon (1994), penyesuaian diri adalah suatu proses dan bukan
keadaan yang statis sehingga efektivitas dari penyesuaian diri itu sendiri ditandai
dengan seberapa baik individu mampu menghadapi situasi serta kondisi yang selalu
berubah, dimana individu merasa susai dengan lingkungan dan merasa
mendapatkan kepuasan dalam pemenuhan kebutuhannya. Menurut Costa et al.,
(2018), penyesuaian dipahami sebagai pertemuan tuntutan psikologis dan perilaku
seseorang dan menerima diri sendiri. Ini berarti penyesuaian sebagai ekspresi dari
kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan perilaku dalam
hal penerimaan diri serta inklusivitas dalam keadaan kehidupan, menawan
penerimaan sosial dan partisipasi dalam kegiatan masyarakat dengan keseimbangan
dan harmoni.
Berdasarkan pengertian di atas, peneliti menggunakan pengertian yang
merujuk pada Haber dan Runyon (1994), penyesuaian diri adalah suatu proses dan
bukan keadaan yang statis sehingga efektivitas dari penyesuaian diri itu sendiri
ditandai dengan seberapa baik individu mampu menghadapi situasi serta kondisi
yang selalu berubah, dimana individu merasa susai dengan lingkungan dan merasa
mendapatkan kepuasan dalam pemenuhan kebutuhannya.
21
2.1.2 Aspek-Aspek Penyesuaian Diri
Menurut Schneiders (1960), menyatakan bahwa penyesuaian diri memiliki empat
aspek, yaitu:
1. Adaptation, artinya penyesuaian diri dipandang sebagai kemampuan seseorang
dalam beradaptasi. Individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik, berarti
memiliki hubungan yang memuaskan dengan lingkungannya. Penyesuaian diri
dalam hal ini diartikan dalam konotasi fisik.
2. Comformity, artinya seseorang dikatakan mempunyai penyesuaian diri baik bila
memenuhi kriteria sosial dalam hati nuraninya.
3. Mastery, artinya orang yang mempunyai penyesuian diri baik memiliki
kemampuan membuat rencana dan mengorganisasikan suatu respons diri
sehingga dapat menysusun dan menanggapi segala masalah dengan efisien.
4. Individual variation, artinya ada perbedaan individual pada perilaku dan
responnya dalam menanggapi masalah.
Menurut Albert dan Emmons (dalam Kumalasari dan Ahyani, 2012), ada empat
aspek dalam penyesuaian diri, yaitu:
1. Aspek self knowledge dan self insight, yaitu kemampuan mengenal kelebihan
dan kekurangan diri. kemampuan ini harus ditunjukkan dengan emosional
insight, yaitu kesadaran diri dan kelemahan yang didukung oleh sikap yang sehat
terhadap kelemahan tersebut.
2. Aspek self objectivity dan self acceptance, yaitu apabila individu telah mengenal
dirinya, maka ia bersikap realistis yang kemudian mengarah pada penerimaan
diri.
22
3. Aspek self development dan self control, yaitu kendali diri berarti mengarahkan
diri, regulasi pada impuls-impuls, pemikiran-pemikiran, kebiasaan, emosi,
sikap, dan tingkah laku yang sesuai. Kendali diri bisa mengembangkan
kepribadian kearah kematangan, sehingga kegagalan dapat diatasi dengan
matang.
4. Aspek satisfaction, yaitu adanya rasa puas terhadap segala sesuatu yang telah
dilakukan, menganggap segala sesuatu merupakan suatu pengalaman dan bila
keinginan terpenuhi maka ia akan merasakan suatu keputusan dalam dirinya.
Menurut Haber dan Runyon (1994), penyesuaian diri terdapat lima aspek, yaitu:
1. Ketepatan persepsi terhadap realitas
Individu seringkali berhati-hati dalam mengatur tujuannya, sehingga individu
mampu menentukan tujuan yang sesuai dengan kemampuannya. Serta
mengharapkan individu dapat membuat penilaian terhadap konsekuensi pada
masing-masing tindakan dan yang paling penting adalah kemampuan untuk
mengenal konsekuensi atas tindakannya dan untuk menuntun perilaku individu
yang sesuai.
2. Kemampuan untuk mengatasi stress dan kecemasan
Individu mempunyai pengalaman dan kemampuan untuk mengatasi stress dan
kecemasan. Untuk mengukur penyesuaian diri adalah bagaimana individu
mengatasinya dengan mengatur kembali persoalan, dan konflik.
23
3. Gambaran diri yang positif
Gambaran diri yang positif berkaitan dengan penilaian individu tentang dirinya
sendiri. Individu mempunyai gambaran diri yang positif dapat dilihat melalui
penilaian pribadi maupun penilaian orang lain.
4. Kemampuan untuk mengekspresikan perasaan
Jika individu dapat mengekspresikan perasaannya, individu dapat memiliki
ekspresi emosi dan kontrol emosi yang baik.
5. Hubungan interpersonal yang baik
Sebagai makhluk sosial, individu memiliki hubungan interpersonal yang baik.
Individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik dapat membentuk hubungan
sosial dengan cara yang berkualitas dan bermanfaat.
Aspek-aspek penyesuaian diri dalam penelitian ini mengacu pada apa yang
dipaparkan oleh Haber dan Runyon (1994), karena menurut peneliti aspek-aspek
tersebut lebih mewakili aspek penyesuaian diri pada mahasiswa baru perantau UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri
Menurut Schneider (1960), faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri
yaitu:
1. Keadaan fisik
Kondisi fisik individu merupakan faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri,
sebab keadaan sistem-sistem tubuh yang baik merupakan syarat bagi terciptanya
penyesuaian diri yang baik. Adanya cacat fisik dan penyakit kronis akan
24
melatarbelakangi adanya hambatan pada individu dalam melaksanakan
penyesuaian diri.
2. Perkembangan dan kematangan
Bentuk-bentuk penyesuaian diri individu berbeda pada setiap tahap
perkembangan. Sejalan dengan perkembangannya, individu meninggalkan
tingkah laku infantil dalam merespon lingkungan. Hal tersebut bukan karena
proses pembelajaran semata, melainkan karena individu menjadi lebih matang.
Kematangan individu dalam segi intelektual, sosial, moral, dan emosi
mempengaruhi bagaimana individu melakukan penyesuaian diri.
3. Keadaan psikologis
Keadaan mental yang sehat merupakan syarat bagi tercapainya penyesuaian diri
yang baik, sehingga dapat dikatakan bahwa adanya frustrasi, kecemasan dan
cacat mental akan dapat melatarbelakangi adanya hambatan dalam penyesuaian
diri. Maka, dalam hal ini dibutuhkan daya juang pada setiap individu untuk
mencapai keselarasan atau terciptanya keharmonisan antara dirinya dengan
lingkungannya, sehingga tercapainya kesehatan mental yang baik. Keadaan
mental yang baik akan mendorong individu untuk memberikan respon yang
selaras dengan dorongan internal maupun tuntutan lingkungannya. Variabel
yang termasuk dalam keadaan psikologis di antaranya adalah pengalaman,
pendidikan, konsep diri, dan keyakinan diri, dan daya juang.
4. Keadaan lingkungan
Keadaan lingkungan yang baik, damai, tentram, aman, penuh penerimaan dan
pengertian, serta mampu memberikan perlindungan kepada anggota-anggotanya
25
merupakan lingkungan yang akan memperlancar proses penyesuaian diri.
Sebaliknya apabila individu tinggal di lingkungan yang tidak tentram, tidak
damai, dan tidak aman, maka individu tersebut akan mengalami gangguan dalam
melakukan proses penyesuaian diri. Keadaan lingkungan yang dimaksud
meliputi sekolah, rumah, dan keluarga. Sekolah bukan hanya memberikan
pendidikan bagi individu dalam segi intelektual, tetapi juga dalam aspek sosial
dan moral yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sekolah juga
berpengaruh dalam pembentukan minat, keyakinan, sikap dan nilai-nilai yang
menjadi dasar penyesuaian diri yang baik (Schneiders, 1960).
5. Tingkat religiusitas dan kebudayaan
Religiusitas merupakan faktor yang memberikan suasana psikologis yang dapat
digunakan untuk mengurangi konflik, frustrasi dan ketegangan psikis lain.
Religiusitas memberi nilai dan keyakinan sehingga individu memiliki arti,
tujuan, dan stabilitas hidup yang diperlukan untuk menghadapi tuntutan dan
perubahan yang terjadi dalam hidupnya (Schneiders, 1960). Kebudayaan pada
suatu masyarakat merupakan suatu faktor yang membentuk watak dan tingkah
laku individu untuk menyesuaikan diri dengan baik atau justru membentuk
individu yang sulit menyesuaikan diri.
6. Dukungan Sosial
Dukungan sosial sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan individu,
mengingat individu adalah makhluk sosial yang saling berhubungan satu dengan
lainnya. Dukungan sosial dapat berasal dari berbagai sumber, salah satunya
adalah peer group atau kelompok teman sebaya. Kelompok teman sebaya
26
memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan remaja baik secara
emosional maupun secara sosial.
2.1.4 Pengukuran Penyesuaian Diri
Banyak pengukuran penyesuaian diri yang telah dikembangkan oleh beberapa
peneliti. Salah satunya yaitu alat ukur penyesuaian diri ATCS disusun oleh Baker
dan Siryk (dalam Al-khatib, Awamleh, & Samawi, 2012). Selain itu, penyesuaian
diri diukur dengan menggunakan Psychological Adjustment Scale (PAS) yang
dikembangkan oleh Haber dan Runyon (dalam Mahmood, Ijaz, & Khan, 2015).
Aspek-aspeknya penyesuaian diri yaitu, persepsi yang akurat terhadap realitas,
kemampuan mengatasi stress dan kecemasan, gambaran diri yang positif,
kemampuan mengekspresikan perasaan dengan baik, dan hubungan interpersonal
yang baik.
Alat ukur lain yang digunakan adalah University Life Scale (ULS),
dikembangkan oleh Aladağ et al, (dalam Kagnici, 2012) untuk memastikan
seberapa baik siswa menyesuaikan diri dengan universitas, skala ULS terdiri dari
alat pengukuran tipe Likert 7-point dengan item mulai dari 1 (tidak cocok untuk
saya) dan 7 (cocok untuk saya dengan baik). Skor yang lebih tinggi menunjukkan
tingkat penyesuaian yang semakin sukses sedangkan skor yang lebih rendah
menunjukkan sebaliknya. Skala ini terdiri dari enam sub-dimensi secara total. Sub-
dimensi ini adalah sebagai berikut: (1) penyesuaian lingkungan universitas, (2)
penyesuaian emosional, (3) penyesuaian pribadi, (4) hubungan dengan lawan jenis,
(5) penyesuaian akademik, (6) penyesuaian sosial.
27
Berdasarkan berbagai uraian pengukuran mengenai penyesuain diri, peneliti
menggunakan skala penyesuaian diri yang akan diukur berdasarkan indikator
perilaku dan aspek-aspek penyesuaian diri yang dikemukakan oleh Haber dan
Runyon (1994).
2.2 Adversity Quotient
2.2.1 Pengertian Adversity Quotient
Amparo & Maureen (2015), adversity quotient adalah sains, teori, dan pendekatan
yang baik untuk menjadi lebih tangguh secara terukur. Pengukuran ini melihat
bagaimana seseorang berusaha untuk mengatasi kesulitan atau bagaimana
seseorang menanggapi tantangan dan menyelesaikannya. Stoltz (2001),
mendefinisikan adversity quotient yaitu suatu ukuran untuk mengetahui daya juang
individu dalam menghadapi kesulitan, kepercayaan diri dalam menguasai hidup dan
kemampuan untuk mengatasi tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam
memperoleh kesuksesan.
Parvathy & Praseeda (2014), adversity quotient adalah kapasitas untuk
menghadapi kesulitan dalam hidupnya. Karena itulah ilmu ketahanan manusia. Ini
menunjukkan seberapa baik seseorang bertahan dari kesulitan dan kemampuannya
untuk menang. Dengan memahami konsep ini, kita dapat lebih memahami
bagaimana kita dan orang lain bereaksi terhadap tantangan dan kesulitan dalam
semua aspek kehidupan kita. Adversity Quotient mengukur kemampuan kita untuk
menghadapi kesulitan. Pengukuran ini mencakup berbagai komponen seperti
kinerja, motivasi, pemberdayaan, kreativitas, produktivitas, pembelajaran, dll..
Huijuan (2009), mengartikan adversity quotient mengacu pada angka numerik yang
28
mewakili seberapa baik individu menghadapi dan mencoba mengatasi kesulitan dan
kapasitasnya untuk bertahan hidup dan bahkan menaklukkan tantangan.
Stoltz (dalam Fitriany, 2008) lebih lanjut mendefinisikan adversity quotient dalam
tiga bentuk :
a. Adversity quotient adalah kerangka kerja konseptual baru untuk memahami dan
meningkatkan semua segi kesuksesan dilandaskan pada penelitian yang
berbobot dan penting. Dengan menggabungkan pengetahuan praktis dan baru,
yang merumuskan kembali apa yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan.
b. Adversity quotient adalah suatu ukuran untuk mengetahui respon seseorang
terhadap kesulitan.
c. Adversity quotient adalah serangkaian peralatan yang memiliki dasar ilmiah
untuk memperbaiki respon seseorang terhadap kesulitan.
Berdasarkan pengertian diatas, peneliti menggunakan pengertian adversity quotient
yang dikemukakan oleh Stoltz (2001), mendefinisikan adversity quotient yaitu
suatu ukuran untuk mengetahui daya juang individu dalam menghadapi kesulitan,
kepercayaan diri dalam menguasai hidup dan kemampuan untuk mengatasi
tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam memperoleh kesuksesan
2.2.2 Aspek-Aspek Adversity Quotient
Menurut Stoltz (2001), adversity quotient memiliki empat dimensi dasar yaitu
control, origin & ownership, reach, dan endurance yang kemudian disingkat
menjadi CO2RE, berikut penjelasannya :
29
1. Control (C) atau kendali
Dimensi ini mengungkapkan berapa banyak kendali yang seseorang rasakan
terhadap sebuah peristiwa sulit. Perbedaan antara respon adversity quotient yang
rendah dan adversity quotient yang tinggi adalah individu yang memiliki AQ
tinggi akan merasakan kendali (control) yang lebih besar atas peristiwa dalam
hidupnya, sehingga mereka cenderung lebih semangat dan tetap berjuang sampai
ketitik puncak, daripada yang memiliki AQ rendah, individu akan merasakan
kendali yang lebih rendah atas peristiwa dalam hidup dan cenderung merespon
peristiwa dengan pesimis dan pasrah, menganggap mereka tidak dapat
melakukan apapun atau tidak mempunyai kendali apapun.
2. Origin & Ownership (O2) atau asal usul dan pangkuan
Dimensi ini mengungkapkan siapa atau apa yang menjadi asal-usul kesulitan dan
menjelaskan bagaimana seseorang memandang sumber masalah yang ada.
Apakah ia cenderung memandang masalah yang terjadi bersumber dari dirinya
atau ada faktor-faktor lain diluar dirinya. Individu yang memiliki adversity
quotient rendah cenderung melihat dirinya sendiri sebagai penyebab atau sumber
dari masalah yang terjadi.
Ownership menyatakan individu tidak terlalu menyalahkan diri sendiri, tetapi
tetap merasa bertanggung jawab untuk mengatasi kesulitan dan masalah yang
dialami.
3. Reach (R) atau jangkauan
Dimensi ini mempertanyakan sejauh mana kesulitan akan menjangkau bagian-
bagian lain dari kehidupan individu? Respon-respon dengan adversity quotient
30
rendah akan membuat kesulitan memasuki segi-segi lain dari kehidupan
seseorang. Semakin rendah skor R, semakin besar kemungkinan individu
menganggap peristiwa-peristiwa buruk sebagai bencana.Semakin tinggi skor R,
maka semakin besar kemungkinan individu membatasi jangkauan masalahnya
pada peristiwa yang dihadapi.
4. Endurance (E) atau daya tahan
Dimensi ini mempertanyakan dua hal yang berkaitan, yaitu berapa lamakah
kesulitan akan berlangsung? Dan berapa lamakah penyebab kesulitan itu akan
berlangsung? Semakin rendah skor E, semakin besar kemungkinan individu
menganggap kesulitan dan penyebab-penyebabnya akan berlangsung lama.
Individu yang melihat kemampuannya sebagai penyebab kegagalan cenderung
kurang bertahan dibandingkan dengan orang yang mengaitkan kegagalan dengan
usaha yang mereka lakukan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan aspek adversity quotient yang
dikemukan oleh Stoltz (2000), untuk mengukur sebarapa besar AQ dapat dihitung
melalui uji ARP (Adversity Response Profile). Terdapat sejumlah pertanyaan yang
kemudian akan dikelompokkan kedalam unsur control, origin & ownership, reach,
endurance, atau dengan akronim CO2RE, barulah kemudian akan didapatkan skor
AQ kita, dimana bila skor (0-59) adalah AQ rendah, (95-134) adalah AQ sedang,
(166-200) adalah AQ tinggi. Skor (60-94) adalah kisaran untuk peralihan dari AQ
rendah ke AQ sedang, dan kisaran (135-165) adalah peralihan dari AQ sedang ke
AQ tinggi.
31
2.2.3 Pengukuran Adversity Quotient
Dalam beberapa penelitian terdahulu ada beberapa alat ukur yang digunakan untuk
mengukur adversity quotient termasuk LEAD. Stoltz (2000), LEAD biasanya
digunakan dalam sebuah pelatihan-pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan
AQ individu. LEAD merupakan singkatan dari listen, explore, analyze, dan do yang
berisi pertanyaan yang dapat melatih kemampuan seseorang untuk membangun
kesadaran, melihat yang bereaksi terhadap permasalahan (Stoltz, 2000).
LEAD merupakan sebuah model perilaku rasional-emotif yang diadaptasi dari
penelitian-penelitian kognitif tentang kesadaran, bahwa seseorang individu tidak
perlu merasakan lagi semua rasa sakit di masa lalu agar dapat mengalami perbaikan-
perbaikan yang dramatis dalam kesehatan psikologis dan sifat tahan banting dengan
cara melatih diri untuk menantang dan mempertanyakan keyakinan-keyakinan
negatif terhadap diri sendiri, situasi saat ini dan situasi masa depan (Stoltz, 2000).
Selain itu, adversity quotient diukur menggunakan skala CO2RE yang
dikembangkan oleh Stoltz (2001), dalam bukunya.Skala adversity quotient yang
digunakan terdiri dari 25 item yang terdiri dari dimensi-dimensi AQ, yaitu control,
origin and ownership, reach dan endurance.
Dalam penelitian ini, untuk mengukur adversity quotient peneliti menggunakan
skala CO2RE yang dikembangkan oleh Stoltz (2001), dengan dimensi-dimensi
yaitu, control, origin and ownership, reach dan endurance.
32
2.3 Dukungan Sosial
2.3.1 Pengertian Dukungan Sosial
Gottlieb dan Bergen (2010), menyatakan bahwa dukungan sosial adalah sumber
daya sosial yang orang anggap tersedia atau yang sebenarnya diberikan kepada
mereka oleh nonprofesional dalam konteks kelompok pendukung formal dan
hubungan bantuan informal. Uchino (2006) menjelaskan bahwa dukungan sosial
merupakan paduan antara struktur kehidupan sosial individu dan fungsi-fungsi yang
lebih eksplisit di dalamnya. Selain itu, Thoits (dalam Kort-Butler, 2017) dukungan
sosial juga umumnya dikonseptualisasikan sebagai sumber daya sosial yang dapat
diandalkan individu ketika berhadapan dengan masalah-masalah kehidupan dan
stressor.
House dan Khan, (dalam Cohen, 2004) menjelaskan bahwa dukungan sosial
adalah pemberian sumber psikologis dan materi dari lingkungan untuk
meningkatkan kemampuan individu dalam mengatasi tekanan atau kesulitan.
Bernal et al. (2003), menurutnya dukungan sosial merupakan interaksi manusia di
mana adanya sumber daya sosial, emosional, instrumental, dan rekreasional yang
timbal balik
Letvak (2002), dukungan sosial dianggap sebagai konstruksi multidimensi.
Konsep dukungan sosial dioperasionalkan dalam berbagai cara: berdasarkan siapa
yang memberikan dukungan; kuantitas dan kualitas dukungan; ketersediaan
dukungan; dan kepuasan dengan dukungan. Sarafino & Timothy (2011)
mendefinisikan dukungan sosial sebagai kenyamanan, perhatian, penghargaan
33
ataupun bantuan yang diterima individu dari orang lain, dimana orang lain disini
dapat diartikan sebagai individu perorangan atau kelompok.
Dari beberapa pengertian dukungan sosial diatas, peneliti merujuk pengertian
dukungan sosial menurut Sarafino & Timothy (2011), dukungan sosial sebagai
kenyamanan, perhatian, penghargaan ataupun bantuan yang diterima individu dari
orang lain, dimana orang lain disini dapat diartikan sebagai individu perorangan
atau kelompok.
2.3.2 Aspek-Aspek Dukungan Sosial
Cotruna dan Russell (1987), mengembangkan alat ukur Weiss, The Provisions
Scale untuk mengukur ketersediaan dukungan sosial yang diperoleh dari hubungan
individu dengan orang lain. Adapun aspek-aspek tersebut antara lain:
1. Emotional Attachment (kelekatan emosional), yaitu dukungan yang berupa
pengekspresian dari kasih sayang dan cinta yang diterima individu yang dapat
memberikan rasa aman kepada individu yang menerima.
2. Social Integration (integrasi sosial), yaitu dukungan yang memungkinkan
memiliki perasaan suatu kelompok untuk berbagi minta, perhatian, serta
melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif secara bersama-sama. Hal ini dapat
memberikan rasa nyaman, aman dan senang.
3. Reassurance of Worth (penghargaan atau pengakuan), dukungan sosial ini
berbentuk pengakuan atau penghargaan terhadap kemampuan dan kualitas
individu. Dukungan ini akan membuat individu merasa dirinya diterima dan
dihargai.
34
4. Reliable Alliance (ikatan atau hubungan yang dapat diandalkan), yaitu dukungan
dimana individu mendapatkan jaminan bahwa ada individu lain yang dapat
diandalkan bantuannya ketika individu membutuhkan bantuan yang nyata dan
langsung. Individu yang menerima bantuan akan merasa tenang karena ia
menyadari ada orang yang dapat diandalkan.
5. Guidance (saran atau informasi), yaitu dukungan sosial ini berupa informasi,
saran, atau nasihat yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan mengatasi
permasalahan yang dihadapi. Dukungan ini juga dapat berupa pemberian
feedback.
6. Opportunity to Provide Nurturance (perasaan dibutuhkan orang lain), yaitu
dukungan yang berupa perasaan individu bahwa ia dibutuhkan oleh orang lain.
Jenis dukungan sosial ini memungkinkan seseorang untuk memperoleh perasaan
bahwa orang lain tergantung padanya untuk memperoleh kesejahteraan.
Menurut Sarafino & Timothy (2011) dukungan sosial terdiri atas lima aspek,
yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan
dukungan persahabatan.
1. Dukungan emosional (emotional or esteem support), mengacu pada bantuan
berbentuk empati, kepedulian, dan perhatian terhadap individu. Dukungan ini
meliputi perilaku seperti memberikan perhatian dan afeksi serta bersedia
mendengarkan keluh kesah orang lain.
2. Dukungan instrumental (tangible or instrumental support), mengacu pada
bantuan secara langsung dan nyata berupa materi atau jasa yang dapat digunakan
35
untuk memecahkan masalah-masalah praktis, seperti memberi atau
meminjamkan uang kepada orang lain.
3. Dukungan informasi (informational support), mengacu pada pemberian
informasi baik berupa nasihat, saran, atau cara-cara yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah.
4. Dukungan persahabatan (companionship support), dukungan yang mencakup
pada kesediaan waktu sekelompok untuk menghabiskan waktu bersama, dengan
demikian dapat memberikan rasa kebersamaan dalam suatu kelompok untuk
melakukan aktivitas sosial bersama.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan aspek dukungan sosial yang
dikemukakan oleh Sarafino dan Timothy (2011), karena menurut peneliti aspek-
aspek tersebut sesuai untuk mengukur dukungan sosial pada penelitian ini.
2.3.3 Pengukuran Dukungan Sosial
Pengukuran dukungan sosial sudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti
terdahulu, salah satunya yang dikembangkan oleh Sarason I, Levine, Basham,
Sarason B (1983), yaitu The Social Support Questionnaire (SSQ) yang berisikan 27
item yang dibuat untuk mengukur persepsi terhadap dukungan sosial dan keputusan
terhadap dukungan sosial yang didapatkan tersebut.
Selain itu, pengukuran dukungan sosial juga di kembangkan oleh Cohen et.al
(1985), yaitu skala Interpersonal Support Evaluation List (ISEL). Skala tersebut
mengukur dukungan yang diterima individu dari hubungan sosial sebagai
pencegahan stress dan skala ini terdiri dari 40 item. Menurut Sarafino & Timothy
(2011), pengukuran dukungan sosial terdiri dari empat dimensi, yaitu dukungan
36
emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi, dan dukungan
persahabatan.
Selanjutnya, pengukuran dukungan sosial lain yang digunakan adalah alat ukur
Weiss yang dikembangkan oleh Cutrona dan Russel (1987), yaitu The Social
Provision Scale (SPS) untuk mengukur dukungan sosial yang diterima dalam
konteks hubungan interpersonal.
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan alat ukur yang
dikonstruksikan dengan menggunakan tiga dimensi sesuai dengan teori Sarafino
(2011), yaitu dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi,
dan dukungan persahabatan.
2.4 Religiusitas
2.4.1 Pengertian Religiusitas
Iddagoda dan Opatha (2017) religiusitas didefinisikan sebagai sejauh mana individu
tertentu percaya dan memuliakan pendiri, dewa atau dewi agama yang relevan,
mempraktikkan pengajaran yang relevan dan berpartisipasi dalam kegiatan yang
relevan. Huber dan Huber (2012), religiusitas adalah suatu kehidupan religius yang
di bentuk dan dilakukan secara keseluruhan melalui lima inti dimensi intellectual,
ideology, public practice, private practice, dan experience. Bergan dan McConatha
( dalam Iddagoda & Opatha, 2017) religiusitas mengacu pada berbagai dimensi
yang terkait dengan keyakinan dan keterlibatan agama. Diidentifikasi dua dimensi
yang terkait dengan religiositas, yaitu, keyakinan dan keterlibatan atau partisipasi
keagamaan.
37
King and Williamson (2005) menyatakan bahwa religiusitas juga dikenal
sebagai agama. Mereka mendefinisikan religiusitas sebagai kekuatan koneksi
seseorang atau keyakinan untuk agama mereka. "Koneksi seseorang" seperti ikatan
dengan agama. "Keyakinan untuk agama mereka" berarti keyakinan pada agama
mereka. Menurut Fetzer (2003), religiusitas adalah sesuatu yang lebih
menitikberatkan pada masalah perilaku, sosial, dan merupakan sebuah doktrin dari
setaip agama atau golongan. Karena doktrin yang dimiliki oleh setiap agama wajib
diikuti oleh setiap pengikutnya.
Dari pengertian para ahli diatas, peneliti menggunakan pengertian yang
merujuk pada Fetzer (2003), religiusitas adalah sesuatu yang lebih menitikberatkan
pada masalah perilaku, sosial, dan merupakan sebuah doktrin dari setaip agama atau
golongan. Karena doktrin yang dimiliki oleh setiap agama wajib diikuti oleh setiap
pengikutnya.
2.4.2 Aspek-Aspek Religiusitas
Fetzer (2003), dalam laporan penelitiannya yang berjudul “Multidimensional
Measurement of Religiousness/Spirituality for Use in Health Research”
menjelaskan terdapat 12 aspek religiusitas. Dalam penelitian ini, peneliti hanya
menggunakan empat dimensi religiusitas saja yaitu :
1. Daily spiritual experience
Fetzer (2003), merupakan dimensi yang memandang dampak agama dan
spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini daily spiritual experience
merupakan persepsi individu terhadap sesuatu yang berkaitan dengan transendon
dalam kehidupan sehari-hari dan persepsi terhadap interaksinya pada kehidupan
38
tersebut, sehingga daily spiritual experiences lebih kepada pengalaman
dibandingkan kognitif.
2. Value
Konsep value ini didasarkan pada pendekatan Merton (1968), yang
menggambarkan nilai sebagai tujuan, dan norma sebagai sarana untuk mencapai
tujuan tersebut. Konsep ini berupaya menilai sejauh mana perilaku seseorang
mencerminkan ekspresi normatif dari keyakinan atau agamanya sebagai nilai
akhir.
3. Belief
Idler (dalam Fetzer, 2003), konsep belief merupakan sentral dari religiusitas.
Religiusitas merupakan keyakinan akan konsep yang dibawa oleh suatu agama.
4. Religious/spiritual coping
Menurut Pragment (dalam Fetzer, 2003), merupakan coping stress dengan
menggunakan pola dan metode religius. Seperti dengan berdoa, beribadah untuk
menghilangkan stress, dan sebagainya. Menurut Pragment (dalam Fetzer, 2003),
bahwa religious/spiritual coping memiliki dua pola. Pola pertama yaitu positive
religious/spiritual coping yaitu metode berbuat baik menurut agama dalam
memahami dan menghadapi stressor dan pola negative religious/spiritual coping
yaitu coping yang merefleksikan kesungguhan beragama dalam rangka
melakukan coping.
39
2.4.3 Pengukuran Religiusitas
Ada beberapa alat ukur religiusitas yang dikembangkan oleh para ahli, yaitu:
1. King dan Hunt (1972), alat ukur yang dikembangkan terdiri dari 10 dimensi,
yaitu pengakuan dan komitmen, partisipasi berkenaan dengan jemaah,
pengalaman agama, hubungan pribadi dalam jemaah, komitmen mencari
pengetahuan agama, terbuka terhadap perkembangan agama, kedogmatisan,
orientasi ekstrinsik, perilaku dan sikap.
2. Huber dan Huber (2012), alat ukur yang dikembangkan yaitu the centrality of
religiosity scale (CRS) yang terdiri dari 5 dimensi.
3. Glock (1962), alat ukur yang dikembangkan terdiri dari 5 dimensi, yaitu
keyakinan, praktik agama, pengalaman, pengetahuan agama, dan konsekuensi.
4. Fetzer (2000), alat ukur yang dikembangkan adalah multidimensional
measurement of religiousness/spirituality for use in health research, terdiri dari
12 dimensi, yaitu daily spiritual experience, meaning, value, belief, forgiveness,
private religious practice, religious/spiritual coping, religious support, religious
spiritual history, commitment, organizational religiousness, religious
preference.
Dari beberapa pengukuran yang dikemukakan diatas, dalam penelitian ini peneliti
menggubakan alat ukur multidimensional measurement of religiousness/spirituality
for use in health researchyang dikemukakan oleh Fetzer (2000) yang tediri dari 12
dimensi. Namun, disini peneliti hanya menggunakan empat dimensi saja, yaitu
daily spiritual experience, value, belief, dan religious/spiritual coping, dikarenakan
peneliti ingin melihat peran agama dalam mempengaruhi tingkah laku individu dan
40
bagaimana cara individu bersosialisasi dengan lingkungannya dalam proses
penyesuaian diri.
2.5 Kerangka Berpikir
Penyesuaian dipahami sebagai pertemuan tuntutan psikologis dan perilaku
seseorang dan menerima diri sendiri. Ini berarti kemampuan individu untuk
memberikan respon mental atau tingkah laku yang baik sehingga dapat
menyelaraskan antara tuntutan dari dalam dirinya dengan tuntutan dari lingkungan
barunya. Individu harus berusaha untuk dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan agar dapat berinteraksi dengan baik dan dapat diterima di lingkungan
barunya.
Kehidupan sebagai mahasiswa perantau menghadapkan individu pada
perubahan dan tuntutan sehingga diperlukan adanya penyesuaian diri. Banyak
perubahan yang dialami mahasiswa perantau, seperti pola hidup, interaksi sosial,
tuntutan untuk hidup mandiri, serta memiliki rasa tanggung jawab terhadap
tindakan-tindakan yang dilakukannya. Sehingga mereka harus bisa menyesuaikan
diri untuk dapat bertahan agar mereka mampu menunjukkan perilaku yang sesuai
dengan tuntutan akademik dan norma-norma yang berlaku di lingkungannya.
Sebagaimana yang telah disampaikan diatas bahwa banyak faktor yang
mempengaruhi penyesuaian diri mahasiswa baru perantau, yaitu keadaan fisik,
perkembangan dan kematangan terutama kematangan dalam segi intelektual,
moral, sosial, dan emosi, faktor selanjutnya keadaan psikologis, kondisi lingkungan
sekitar, dan tingkat religiusitas dan kebudayaan. Dari keempat faktor diatas peneliti
ingin meneliti tiga dari empat faktor diatas, yang pertama adalah dari faktor internal
41
individu yaitu adversity quotient, dimana disini individu harus memiliki keadaan
psikologis yang baik. Kedua, adalah faktor kondisi lingkungan sekitar yang
didalamnya terdapat dukungan sosial. Ketiga, adalah faktor tingkat religiusitas.
Faktor internal yang mampu membantu individu dalam menghadapi tantangan
atau hambatan dalam meraih proses kesuksesan dalam penyesuaian diri adalah
adversity quotient. Ketika seseorang dihadapkan pada tantangan atau hambatan
didalam hidupnya, maka dia harus memiliki adversity quotient yang tinggi. Karena,
seseorang yang memiliki AQ yang tinggi, tidak akan takut dalam menghadapi
berbagai tantangan dalam proses meraih kesuksesan. Orang tersebut mampu
mengubah tatangan yang dihadapinya dan menjadikannya sebuah peluang agar
dapat mencapai kesuksesan dalam hidup. Mahasiswa baru perantu yang memiliki
daya juangnya (AQ) tinggi, mampu untuk mengatasi kesulitan, menguasai hidup
dan menjadikan kesulitan tersebut menjadi peluang, maka individu tersebut
dikatakan mempunyai penyesuaian diri yang baik. Sebaliknya, jika daya juangnya
(AQ) rendah, maka penyesuaian dirinya tidak baik karena rendahnya daya tahan
hidup, tidak mampu untuk mengatasi masalah dan kesulitan yang dihadapinya.
Didalam konsep adversity quotient, Stoltz (2000), untuk mengatasi tantangan,
hambatan, dan memperoleh kesuksesan, maka dibutuhkan dimensi-dimensi dari
adversity quotient, terdapat empat dimensi dasar, yaitu control (pengendalian),
origin & ownership (asal usul dan pengakuan), reach (jangkauan), dan endurance
(daya tahan) yang disingkat menjadi CO2RE.
Selanjutnya, selain faktor internal terdapat faktor eksternal yang dapat
memberikan kesejahteraan dalam diri seseorang yang juga mempengaruhi
42
penyesuaian diri mahasiswa baru perantau adalah religiusitas. Fetzer (2000),
religiusitas adalah sesuatu yang lebih menitikberatkan pada masalah perilaku,
sosial, dan merupakan sebuah doktrin dari setaip agama atau golongan. Karena
doktrin yang dimiliki oleh setiap agama wajib diikuti oleh setiap pengikutnya.
Ketika seseorang dalam kehidupan sehari-harinya selalu melakukan interaksi
dengan Tuhannya, maka dia akan menyadari bahwa keterlibatan Tuhannya sangat
penting dalam kehidupannya. Oleh karena itu, seseorang melakukan kewajiban
yang telah ditentukan dalam agama, secara tidak langsung akan meningkatkan
kesejahteraan hidup seseorang.
Religiusitas merupakan faktor yang memberikan suasana psikologis yang
dapat digunakan untuk mengatasi ketegangan psikis, mampu membantu mahasiswa
baru perantau dalam mengatasi tegangan psikis, seperti banyaknya tekanan dan
peraturan, kurangnya waktu istirahat, tekanan yang menuntut mahasiswa untuk
dapat mengerjakan kebutuhan kesehariannya sendiri. Faktor religiusitas juga dapat
membantu mahasiswa memiliki tujuan hidup yang terarah dan baik untuk dapat
menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi dan dapat menyesuaikan diri dengan
kondisi dan situasi di lingkungannya. Semakin tinggi tingkat religiusitas mahasiswa
baru perantau, maka semakin mudah bagi mahasiswa untuk menghadapi tuntutan
dan perubahan yang terjadi didalam hidupnya.
Berdasarkan teori Fetzer (2000) mengenai religiusitas, terdapat 12 dimensi,
namun dalam penelitian ini peneliti hanya menggunaka empat dimensi yaitu, daily
spiritual experience, value, belief, dan religious/spiritual coping, karena peneliti
ingin melihat konsep religiusitas subjek dari sudut pandang bagaimana mahasiswa
43
baru perantau dalam proses sosialisasi di lingkungannya dan bagaimana subjek
dalam menghadapi tuntutan dan perubahan lingkungan baru untuk mampu
menyesuaikan diri secara efektif.
Daily spiritual experience merupakan dimensi yang memandang dampak
agama dan spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Bagi mahasiswa baru perantau
kesabaran yang dapat membantunya untuk dapat menyesuaikan diri dalam
lingkungan baru tuntutan dan perubahan baru dalam hidupnya. Ketika mereka
merasa tidak mampu untuk mengatasi masalah atau tekanan yang ada dalam
lingkungan, mereka akan meyakini bahwa mereka bertawakal kepada Tuhannya,
mereka akan percaya bahwa setiap masalah yang dihadapi dalam kehidupan pasti
ada jalan keluar dengan bantuan dari Tuhannya. Timbulnya kepercayaan diri dan
harga diri seseorang akan berpengaruh terhadap penyesuaian dirinya.
Value sebagai dimensi dari religiusitas mengenai keimanan yang menanamkan
nilai hidup dalam diri seseorang, sehingga tertanam nilai saling tolong menolong
saling sayang menyayangi, saling mencintai. Dimensi ini dapat membantu
mahasiswa baru perantau dalam mengambil keputusan dan cara yang tepat untuk
mengatasi konflik atau tekanan yang ada. Ketika mahasiswa baru perantau memiliki
nilai hidup dengan pengaruh keimanan dalam memandang hidup yang dijalaninya,
mahasiswa baru perantau akan memandang positif dari setiap situasi dan kondisi
yang akan membantu mereka untuk dapat menyesuaikan diri dengan baik di
lingkungannya.
Belief sebagai dimensi dari religiusitas merupakan keyakinan atau konsep yang
dibawa agama dengan keyakinan maka akan tertanam dalam diri mahasiswa baru
44
perantau rasa bahagia dan kepercayaan diri, bahwa dengan keyakinannya
mahasiswa baru perantau memandang positif tentang dirinya, memandang bahwa
dapat menyesuaikan dan menyelaraskan antara tuntutan perubahan lingkungan
dengan kondisi dirinya. Dengan keyakinan dapat menambah rasa percaya diri
bahwa semua yang dialaminya telah ditetapkan Tuhan dan semua konflik dan
tekanan akan dapat diatasi.
Religious/Spiritual Coping, dimensi yang merupakan coping stress yang
menggunakan pola metode religiusitas. Dengan coping ini dapat membantu
mahasiswa baru perantau mengurangi gejala-gejala stress yang ada. Ketika
mengalami kegundahan hati, ketidaknyamanan dalam lingkungan, mereka akan
mengembalikannya kepada Tuhan, meminta kepada Tuhan dengan cara berdoa,
menjalankan shalat malam ataupun memperbanyak membaca Al-Quran. Hal
tersebut menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi konflik
psikis yang dialami. Dalam hal ini, mahasiswa baru perantau tidak hanya
melakukan coping dengan hanya meminta kepada Tuhan tetapi dilengkapi dengan
usaha dari dirinya sendiri untuk mengatasi konfliknya sendiri. Coping ini akan
membantu mahasiswa baru perantau untuk memperoleh ketenangan dan
kenyamanan agar dapat menyesuaikan dirinya dalam mengatasi tekanan yang ada
dilingkungannya.
Selanjutnya, faktor eksternal yang juga diduga dapat mempengaruhi
penyesuaian diri mahasiswa baru perantau adalah dukungan sosial, karena
dukungan sosial merupakan penerimaan, perhatian, kasih sayang yang didapat
mahasiswa baru perantau dari lingkungan sekitarnya. Berdasarkan penelitian
45
Sarafino (2011) mendefinisikan dukungan sosial sebagai kenyamanan, perhatian,
penghargaan ataupun bantuan yang diterima individu dari orang lain, dimana orang
lain disini dapat diartikan sebagai individu perorangan atau kelompok.
Didalam konsep dukungan sosial Sarafino (2011), terdapat empat aspek
dukungan sosial, yaitu dukungan emosional (emotional or esteem support),
dukungan instrumental (tangible or instrumental support), dukungan informasi
(informational support), dukungan persahabatan (companionship support).
Pada dimensi dukungan emosional (emotional or esteem support), peneliti
berasumsi bahwa dimensi ini memiliki pengaruh terhadap penyesuaian diri
mahasiswa baru perantau, karena semakin banyak individu mendapatkan rasa kasih
sayang, perhatian dan kepedulian, maka hal tersebut akan membuat individu
merasakan rasa aman, dapat berinteraksi dengan baik dan menunjang kepercayaan
diri mahasiswa baru perantau untuk dapat menyesuaikan diri di lingkungannya.
Selain itu, dimensi dukungan instrumental (tangible or instrumental support),
peneliti berasumsi bahwa dengan adanya pertolongan dan bantuan nyata dari orang-
orang disekitarnya, dan teman-temannya tersebut dapat diandalkan ketika individu
merasa kesusahan, baik berupa pemberian makanan, tindakan atau materi, maka
mahasiswa baru perantau akan merasakan ketenangan karena menyadari ada orang
yang dapat diandalkan untuk menolongnya apabila menghadapi masalah dan
kesulitan. Hal tersebut membantu mahasiswa baru perantau untuk menyesuaikan
diri dengan baik.
Dimensi dukungan informasi (informational support), juga memiliki pengaruh
terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau, karena ketika individu
46
mendapatkan nasihat, informasi, dan saran, mereka dapat memenuhi kebutuhan dan
mengatasi masalahnya dan mengambil keputusan yang paling tepat menurutnya.
Dengan demikian, individu akan merasa tenang untuk tinggal di lingkungannya.
Selanjutnya, dimensi dukungan persahabatan (companionship support), juga
memiliki pengaruh terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau. Mereka
yang memiliki kesamaan minat, rasa memiliki dalam suatu kelompok tertentu, dan
melakukan kegiatan secara bersama-sama, akan muncul didalam dirinya rasa
nyaman, perasaan senasib yang dapat membantu mereka untuk menyesuaikan diri
dengan baik di lingkungan baru.
Berdasarkan uraian diatas, dapat diduga bahwa penyesuaian diri mahasiswa
baru perantau dipengaruhi oleh adversity quotient, religiusitas dan dukungan sosial,
seperti bagan berikut ini :
47
p
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Adversity Quotient
Control
Origin & Ownership
Reach
Endurance
Religiusitas
Dukungan Sosial
Value
Belief
Religious/Spiritual
Coping
Daily Spiritual
Experience Penyesuaian Diri
Mahasiswa Baru
Perantau
Emotional or esteem
support
Tangible or
instrumental support
Informational support
Companionship support
48
2.6 Hipotesis Peneltian
Hipotesis Mayor
Ha: Ada pengaruh yang signifikan adversity quotient (control, origin & ownership,
reach, dan endurance), dukungan sosial (emotional or esteem support, tangible or
instrumental support, informational support, companionship support), dan
religiusitas (daily spiritual experience, value, belief, dan religious/spiritual coping)
terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Hipotesis Minor
Ha1: Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi Kontrol (control) terhadap
penyesuaian diri mahasiswa baru perantau UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.
Ha2: Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi Asal usul dan Pengakuan
(Origin and Ownership) terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau
UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.
Ha3: Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi Jangkauan (Reach) terhadap
penyesuaian diri mahasiswa baru perantau UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.
Ha4: Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi Daya Tahan (Endurance) terhadap
penyesuaian diri mahasiswa baru perantau UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.
Ha5: Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi dukungan emosional (emotional
or esteem support) terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau UIN
Syarif Hidyatullah Jakarta.
49
Ha6: Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi dukungan instrumental (tangible
or instrumental support) terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau
UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.
Ha7: Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi dukungan informasi
(informational support) terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau
UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.
Ha8: Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi dukungan persahabatan
(companionship support) terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau
UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.
Ha9: Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi daily spiritual experience terhadap
penyesuaian diri mahasiswa baru perantau UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.
Ha10: Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi value terhadap penyesuaian
diri mahasiswa baru perantau UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.
Ha11: Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi belief terhadap penyesuaian diri
mahasiswa baru perantau UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.
Ha12: Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi religious/spiritual coping
terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau UIN Syarif Hidyatullah
Jakarta.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru perantau yang sedang
menjalani pendidikan Strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Mahasiswa yang menjadi sampel pada penelitian ini memiliki karakteristik
sebagai berikut :
a. Mahasiswa baru perantau Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Mahasiswa perantau adalah mereka yang secara geografis berada diluar
Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) dimana mahasiswa
perantau tidak pulang kerumah dalam waktu singkat dikarenakan jarak yang jauh
dan harus menjalani proses perkuliahan.
c. Mahasiswa perantau yang tinggal di kos, kontrakan atau asrama
Tidak seluruh populasi penelitian yang ada di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Dalam penelitian
ini peneliti menggunakan sampel berjumlah 264 orang. Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik pengambilan sampel non probability sampling, yaitu
purposive sampling. Sampel dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan kesediaan
mereka untuk merespon.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel dibagi menjadi 2, yaitu independen variabel (variabel bebas) dan dependen
variabel (variabel terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah adversity
quotient (control, origin & ownership, reach, dan endurance), dukungan sosial
45
(emotional or esteem support, tangible or instrumental support, informational
support, companionship support), dan religiusitas (daily spiritual experience,
value, belief, dan religious/spiritual coping). Sedangkan variabel terikat dalam
penelitian ini yaitu penyesuaian diri.
Setelah menentukan variabel yang menjadi variabel independen dan variabel
dependen, maka selanjutnya peneliti menentukan definisi operasional dari variabel-
variabel penelitian yang kemudian akan digunakan dalam penelitian ini.
Penjelasan definisi operasional adalah sebagai berikut:
1. Penyesuaian diri
Penyesuaian diri adalah kemampuan seseorang dalam mengatasi dan menguasai
kebutuhan diri, ketegangan, frustasi, dan konflik untuk mencapai kebahagiaan,
keharmonisan, dan keselarasan pribadi dengan lingkungannya. Aspek-aspek
penyesuaian diri terdiri dari :
a. Persepsi terhadap realitas didefinisikan sebagai penilaian terhadap
konsekuensi pada tindakan yang dilakukan.
b. Kemampuan mengatasi stress dan kecemasan diartikan sebagai pengalaman
dan kemampuan dalam mengatasi kecemasan dan stress.
c. Gambaran diri yang positif didefinisikan sebagai penilaian individu tentang
dirinya sendiri.
d. Kemampuan mengekspresikan perasaan dengan baik dapat diartikan
memiliki ekspresi dan dapat mengontrol emosi dengan baik.
e. Hubungan interpersonal yang baik didefinisikan dapat membangun hubungan
sosial yang baik dengan cara yang berkualitas dan bermanfaat.
46
2. Adversity Quotient
Adversity quotient adalah suatu ukuran untuk mengetahui daya juang individu
dalam menghadapi kesulitan, kepercayaan diri dalam menguasai hidup dan
kemampuan untuk mengatasi tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam
memperoleh kesuksesan. Dalam penelitian ini adversity quotient akan diukur
yang memiliki empat dimensi, yaitu :
a. Control (C) atau kendali
Dimensi ini mengungkapkan berapa banyak kendali atau kontrol yang
seseorang rasakan terhadap sebuah peristiwa sulit.
b. Origin & Ownership (O2) atau asal usul dan pangkuan
Dimensi ini mengungkapkan siapa atau apa yang menjadi asal-usul kesulitan
dan menjelaskan bagaimana seseorang memandang sumber masalah yang
ada. Ownership menyatakan individu tidak terlalu menyalahkan diri sendiri,
tetapi tetap merasa bertanggung jawab untuk mengatasi kesulitan dan
masalah yang dialami.
c. Reach (R) atau jangkauan
Dimensi ini mempertanyakan sejauh mana kesulitan akan menjangkau
bagian-bagian lain dari kehidupan individu. Respon-respon dengan adversity
quotient rendah akan membuat kesulitan memasuki segi-segi lain dari
kehidupan seseorang.
47
d. Endurance (E) atau daya tahan
Dimensi ini mempertanyakan dua hal yang berkaitan, yaitu berapa lamakah
kesulitan akan berlangsung? Dan berapa lamakah penyebab kesulitan itu akan
berlangsung?.
3. Dukungan Sosial
Dukungan sosial adalah persepsi individu terhadap dukungan yang diterimanya
saat ia menghadapi tekanan, masalah dan cobaan dalam hidup. Diukur melalui 4
dimensi, yaitu:
a. Dukungan emosional (emotional or esteem support), mengacu pada bantuan
berbentuk empati, kepedulian, dan perhatian terhadap individu.
b. Dukungan instrumental (tangible or instrumental support), mengacu pada
bantuan secara langsung dan nyata berupa materi atau jasa yang dapat
digunakan untuk memecahkan masalah-masalah praktis.
c. Dukungan informasi (informational support), mengacu pada pemberian
informasi baik berupa nasihat, saran, atau cara-cara yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan masalah.
d. Dukungan persahabatan (companionship support), dukungan yang mencakup
pada kesediaan waktu sekelompok untuk menghabiskan waktu bersama,
dengan demikian dapat memberikan rasa kebersamaan dalam suatu kelompok
untuk melakukan aktivitas sosial bersama.
48
4. Religiusitas
Religiusitas adalah keadaan seseorang dalam memahami, menghayati, dan
mengamalkan ajaran agama yang dianut kedalam kehidupannya. Terdiri dari
empat dimensi religiusitas, yaitu:
a. Daily spiritual experience adalah persepsi individu terhadap sesuatu yang
berkaitan dengan transcendental dalam kehidupan sehari-hari.
b. Value adalah pengaruh keimanan terhadap nilai-nilai hidup, seperti
mengajarkan tentang nilai cinta, saling menolong, saling melindungi, dan
sebagainya yang digunakan untuk mengambil suatu keputusan dan cara
hidup.
c. Belief adalah keyakinan dan kepercayaan terhadap ajaran agama.
d. Religious/spiritual coping adalah coping stress dengan menggunakan pola
metode religius, seperti berdoa, beribadah untuk menghilangkan stress.
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
3.3.1 Teknik Penulisan Data
Instrument pengumpulan data yang digunakan berupa kuisioner. Dalam bentuk
skala Likert, yaitu dengan pilihan jawaban sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak
sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Subjek diminta untuk memilih salah satu
dari pilihan jawaban yang masing-masing jawaban menunjukkan kesesuaian
pernyataan yang diberikan dengan keadaan yang dirasakan oleh subjek. Model
skala Likert ini terdiri dari pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif
(unfavorable). Perhitungan skor tiap-tiap pilihan jawaban adalah sebagai berikut:
49
Tabel 3.1
Skor untuk Pernyataan Positif dan Negatif Skala Likert
Kategori Favorable Unfavorable
Sangat Sesuai (SS) 4 1
Sesuai (S) 3 2
Tidak Sesuai (TS) 2 3
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4
3.3.2 Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan empat skala, yaitu:
1. Skala Penyesuaian Diri
Pengukuran penyesuaian diri pada penelitian ini menggunakan alat ukur skala
penyesuaian diri yang dikembangkan oleh Schneider (1960), yang memiliki
tujuh dimensi, yaitu mampu mengontrol emosionalitas yang berlebihan,
mengatasi mekanisme psikologis, mengatasi frustasi pribadi, pertimbangan
rasional dan kemampuan mengarahkan diri (self-direction), kemampuan untuk
belajar, kemampuan menggunakan pengalaman masa lalu, dan sikap realistik
dan objektif. Adapun blue print dari skala penyesuaian diri sebagai berikut
50
Tabel 3.2
Blue Print Skala Penyesuaian Diri
No Aspek Indikator No.Item
Jumlah Fav Unfav
1 Ketepatan
persepsi terhadap
realitas
Menentukan tujuan
secara realistis sesuai
kemampuan
Mengenali konsekuensi
dan mengarahkan
tingkah laku sesuai
dengan konsekuensinya
3, 2
1, 4
4
2 Kemampuan
mengatasi stress
dan kecemasan
Mampu mengatasi
masalah yang dihadapi
Mampu bertahan dan
menerima kegagalan
yang dialami
6, 7, 17
5, 8
5
3 Gambaran diri
yang positif
Persepsi tentang diri
positif
Menyadari dan
mengakui kekurangan
diri
Menyadari dan
mengakui kelebihan diri
9
11 16
10, 19
5
4 Kemampuan
mengekspresikan
perasaan
Mengidentifikasi emosi
Mengekspresikan emosi
dengan baik dan
memperhatikan
keadaan lingkungan
12, 15
13, 14 22
5
5 Hubungan
interpersonal yang
baik
Mampu berinteraksi
dengan orang lain
Merasa nyaman
berinteraksi dengan
orang lain
Mampu mencapai
kecocokan dan
keakraban dalam
hubungan sosial
21
18 23, 25
20 24
6
Total 25
2. Skala Adversity Quotient
Pengukuran adversity quotient pada penelitian ini menggunakan alat ukur
Adversity Response Profile (ARP), yang dikembangkan oleh Stoltz (2000),
memiliki empat dimensi yaitu control, origin & ownership, reach, dan
endurance (CO2RE), yang konteks penggunaanya dalam bidang industri dan
51
organisasi. Untuk mengukur adversity quotient mahasiswa perantauan
diperlukan alat ukur yang sesuai dengan konteks tersebut. Oleh karena itu,
peneliti berusaha memodifikasi ARP untuk mahasiswa perantau, tanpa
mengubah kontruks, bentuk dan jumlah soal, tata cara/administrasi maupun
skoring agar semua dimensi skala memiliki karakteristik yang sama dan sesuai
dengan karakteristik yang diperlukan untuk mahasiswa baru perantau.
Tabel 3.3
Blue Print Skala Adversity Quotient
No Aspek Indikator Nomor Item Jumlah
item Fav Unfav
1 Control Mengendalikan peristiwa sulit 2, 3, 4 1, 8
5
2 Origin
&
Ownership
Mengungkapkan akar masalah
yang terjadi
Melihat sumber masalah yang
terjadi
6, 10
7 9
4
3 Reach Jangkauan dalam melihat suatu
masalah
Jangkauan dalam membatasi
masalah
11,
12, 5
13, 14
5
4 Endurance Daya tahan dalam menghadapi
kesulitan
Kekuatan dalam menghadapi
penyebab kesulitan yang
terjadi
15, 16
17
18 4
Total
18
3. Skala Dukungan Sosial
Skala dukungan sosial dalam penelitian ini, dikembangkan sendiri oleh peneliti
dengan mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Sarafino (2011),
yaitu dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi, dan
dukungan persahabatan. Skala dukungan sosial berjumlah 18 item, masing-
masing terdiri atas 4 item mengukur dimensi dukungan emosional, 4 item
52
mengukur dimensi dukungan instrumental, 4 item mengukur dimensi dukungan
informasi, dan 4 item mengukur dimensi dukungan persahabatan.
Tabel 3.4
Blue Print Skala Dukungan Sosial
No Aspek Indikator Nomor Item
Jumlah Fav Unfav
1 Dukungan
Emosional
Dukungan yang berasal
dari empati
Dukungan yang berasal
dari kepedulian
3, 4
1, 2,
5
5
2 Dukungan
Instrumental
Bantuan yang diberikan
berupa materi
Bantuan yang diberikan
berupa tindakan
8
6, 7
9, 10 5
3 Dukungan
Informasi
Dukungan dengan
memberi nasihat
Dukungan dengan
memberi petunjuk
14
11,
13
12
4
4 Dukungan
Persahabatan
Dorongan teman
sekelompok
Aktivitas sosial bersama
15,
19
16
17, 18
5
Total 19
4. Skala Religiusitas
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan adaptasi dari skala yang
dikembangkan oleh Fetzer (2000), “Multidimensional Measurement of
Religiousness/Spirituality for Use in Health Research”, yang mengungkapkan
12 dimensi dari religiusitas. Akan tetapi, dalam penelitian ini peneliti memilih
empat dimensi yang dianggap terkait, yaitu daily spiritual experience, value,
belief, religious/spiritual coping, dan terdiri dari 32 item. Setiap dimensi
memiliki karakteristik skala yang berbeda. Untuk kepentingan penelitian ini,
peneliti melakukan modifikasi agar semua dimensi skala memiliki karakteristik
yang sama. Adapun blue print skala religiusitas sebagai berikut :
53
Tabel 3.5
Blue Print Skala Religiusitas
No Aspek Indikator No.
Item Jumlah
1 Daily spiritual
experience
Merasakan adanya Tuhan
Persepsi inividu terhadap
sesuatu yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari
1, 2, 3 4, 5 5
2 Value Meyakini pentingnya agama
untuk dijadikan tujuan hidup
Mengerjakan sesuatu
berdasarkan ajaran agama
7*, 8 9. 10*, 11
5
3 Belief Percaya akan kebenaran Allah
Percaya akan pertolongan
Allah
12, 13,
6 14, 15*, 16, 22*
7
4 Religious
spiritual
coping
Beribadah ataupun berdoa
dalam menghadapi stress atau
tekanan
17, 18,
19, 20,
21*
5
Total 22
Ket: (*) Unfavorable
3.4 Pengujian Validitas Konstruk
Sebelum melakukan analisis data, peneliti melakukan pengujian terhadap validitas
konstruk dari keempat instrument yang digunakan, yaitu 1) penyesuaian diri; 2)
adversity quotient; 3) dukungan sosial; 4) religiusitas. Untuk menguji validitas
konstruk alat ukur pada penelitian ini, peneliti menggunakan Confirmatory Factor
Analysis (CFA) dengan bantuan software Lisrel 8.70 (Joreskog dan Sorbom, 1999).
Adapun logika dari CFA (Umar, 2012):
1. Dilakukan uji CFA dengan nilai Chie-Square tidak signifikan (p>0.05) berarti
semua item hanya mengukur satu faktor saja. Namun jika nilai Chi-Square
signifikan (p<0.05), maka perlu dilakukan modifikasi terhadap model
pengukuran yang diuji sesuai dengan langkah kedua.
54
2. Jika nilai Chi-Square signifikan (p<0.05) maka dilakukan modifikasi model
pengukuran dengan cara membebaskan parameter berupa korelasi kesalahan
pengukuran. Ini terjadi ketika suatu item mengukur selain konstruk yang ingin
diukur atau item tersebut juga mengukur hal lain (mengukur lebih dari satu
konstruk atau multidimensional). Setelah beberapa kesalahan pengukuran
dibebaskan untuk saling berkorelasi, maka akan diperoleh model yang fit, model
terakhir inilah yang akan digunakan pada langkah selanjutnya.
3. Jika telah diperoleh model yang fit, maka dilakukan analisis item dengan melihat
apakah muatan faktor item tersebut signifikan dan mempunyai koefisien positif.
4. Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, maka dilakukan olah data untuk
mendapatkan faktor skornya. Selanjutnya melakukan pengolahan data dengan
tidak mengikutsertakan skor mentah dari item yang dieliminasi.
Terdapat kriteria item yang baik pada CFA (Umar, 2012) yaitu:
1. Menguji apakah item signifikan atau tidak mengukur apa yang hendak diukur
dengan menggunakan T-test. Melihat signifikan tidaknya item tersebut,
mengukur faktornya dengan melihat nilai t bagi koefisien muatan faktor item.
Pebandingannya adalah jika t>1.96 maka item tersebut tidak akan di drop dan
sebaliknya.
2. Melihat koefisien muatan faktor dari item. Jika item tersebut sudah diskoring
dengan favourable, maka nilai koefisien muatan faktor harus bermuatan positif
atau sebaliknya. Apabila item favourable terdapat muatan faktor item bernilai
negatif maka item tersebut akan di drop dan sebaliknya.
55
3. Apabila kesalahan pengukuran item terlalu banyak berkorelasi maka item
tersebut akan di drop. Sebab, item yang demikian selain mengukur yang hendak
diukur, ia juga mengukur hal yang lain (multidimensi).
3.4.1 Uji Validitas konstruk skala penyesuaian diri
Uji validitas konstruk skala penyesuaian diri dilakukan menggunakan software
Lisrel untuk menguji 25 item yang bersifat unidimensional, artinya hanya
mengukur penyesuaian diri. Berdasarkan pengujian dan proses modifikasi sebanyak
163 kali diperoleh diperoleh nilai chi-square sebesar 133,73; degree of freedom (df)
sebanyak 112; p-value sebesar 0,07909; dan RMSEA sebesar 0,027.
Nilai p-value>0,05 dan nilai RMSEA<0,05 sudah sesuai dengan kriteria
model fit, artinya model dengan satu faktor (unidimensional) seluruh item hanya
mengukur satu faktor yaitu penyesuaian diri. Selanjutnya, peneliti ingin melihat
item mana yang memang mengukur apa yang hendak diukur atau valid dan mana
yang tidak valid dengan kriteria item valid yaitu memiliki nilai t-value>1,96.
Adapun factor loading, standard error, dan t-value dari masing-masing item tertera
pada tabel berikut:
56
Tabel 3.6
Muatan faktor skala penyesuaian diri
No Faktor Loading St. Error T-Value Keterangan
1 0.63 0.05 11.73 Valid
2 0.48 0.06 8.62 Valid
3 0.56 0.06 10.08 Valid
4 0.25 0.06 4.16 Valid
5 0.78 0.05 14.93 Valid
6 0.62 0.06 11.11 Valid
7 0.83 0.05 16.64 Valid
8 0.52 0.06 8.68 Valid
9 0.76 0.05 14.79 Valid
10 -0.14 0.06 -2.38 Tidak Valid
11 -0.17 0.06 -2.88 Tidak Valid
12 0.36 0.06 6.13 Valid
13 0.58 0.06 10.00 Valid
14 0.66 0.06 11.88 Valid
15 0.69 0.05 12.76 Valid
16 0.75 0.06 14.52 Valid
17 0.84 0.05 17.12 Valid
18 0.73 0.05 13.80 Valid
19 0.10 0.06 1.52 Tidak Valid
20 0.11 0.06 1.75 Tidak Valid
21 0.50 0.06 8.47 Valid
22 0.50 0.06 9.09 Valid
23 0.42 0.06 6.99 Valid
24 0.14 0.06 2.26 Valid
25 0.53 0.06 9.31 Valid
Keterangan: Valid = T-value>1,96, Tidak Valid = T-Value<1,96
Berdasarkan tabel 3.5 nilai muatan faktor item nomor 1 sampai 20, ada empat item
yang tidak memenuhi kriteria yaitu item 10, 11, 19, dan 20 tidak memenuhi kriteria
nilai t-value>1,96 maka akan di drop.
3.4.2 Uji validitas kosntruk skala adversity quotient
3.4.2.1 Dimensi control
Dimensi control memerlukan 3 kali modifikasi hingga dapat memperoleh model
fit. Model yang sudah fit memiliki nilai chi-square sebesar 1,02; degree of freedom
(df) sebanyak 2; p-value sebesar 0,59907; dan RMSEA sebesar 0,00. Dari total 5
57
item terdapat dua item yang kriteria nilai t-value<1,96 yaitu item 1, dan item 4,
maka item tersebut harus di eliminasi. Adapun factor loading, standard error, dan
t-value dari masing-masing item tertera pada tabel berikut:
Tabel 3.7
Muatan faktor dimensi control
No Faktor Loading St. Error T-Value Keterangan
1 0.02 0.06 0.32 Tidak Valid
2 0.99 0.17 5.73 Valid
3 0.56 0.10 5.79 Valid
4 -0.33 0.10 -3.19 Tidak Valid
5 0.38 0.07 5.80 Valid
Keterangan: Valid = T-value>1,96, Tidak Valid = T-Value<1,96
3.4.2.2 Dimensi origin & ownership
Pada dimensi origin & ownership, diperlukan modifikasi model sebanyak datu kali
untuk memperoleh model yang fit. Adapun model yang sudah fit memiliki nilai chi-
square sebesar 0,00; degree of freedom (df) sebanyak 1; p-value sebesar 0,95661;
dan RMSEA sebesar 0,000. Dari total 4 item terdapat satu item yang kriteria nilai
t-value<1,96 yaitu item 4, maka item tersebut harus di eliminasi. Adapun factor
loading, standard error, dan t-value dari masing-masing item tertera pada tabel
berikut:
Tabel 3.8
Muatan faktor skala dimensi origin & ownership
No Faktor Loading St. Error T-Value Keterangan
1 0.51 0.12 4.39 Valid
2 0.32 0.07 4.35 Valid
3 0.56 0.20 4.35 Valid
4 -0.01 0.06 -0.16 Tidak Valid
Keterangan: Valid = T-value>1,96, Tidak Valid = T-Value<1,96
3.4.2.3 Dimensi reach
Untuk dimensi reach, diperlukan tiga kali modifikasi agar dapat memperoleh model
fit. Model yang telah fit memiliki nilai chi-square sebesar 2,82; degree of freedom
58
(df) sebanyak 1; p-value sebesar 0,24392; dan RMSEA sebesar 0,040. Dari total 5
item terdapat satu item yang kriteria nilai t-value<1,96 yaitu item 5, maka item
tersebut harus di eliminasi. Adapun factor loading, standard error, dan t-value dari
masing-masing item tertera pada tabel berikut:
Tabel 3.9
Muatan faktor dimensi reach
No Faktor Loading St. Error T-Value Keterangan
1 0.64 0.07 8.95 Valid
2 0.86 0.10 8.22 Valid
3 0.18 0.07 2.43 Valid
4 0.56 0.06 9.03 Valid
5 -0.12 0.07 -1.62 Tidak Valid
Keterangan: Valid = T-value>1,96, Eliminasi = T-Value<1,96
3.4.2.4 Dimensi endurance
Pada dimensi endurance, diperlukan modifikasi model sebanyak satu kali untuk
memperoleh model yang fit. Adapun model yang sudah fit memiliki nilai chi-
square sebesar 0,82; degree of freedom (df) sebanyak 1; p-value sebesar 0,36476;
dan RMSEA sebesar 0,000. Dari total 4 item terdapat satu item yang kriteria nilai
t-value<1,96 yaitu item 4, maka item tersebut harus di eliminasi. Adapun factor
loading, standard error, dan t-value dari masing-masing item tertera pada tabel
berikut:
Tabel 3.10
Muatan faktor skala dimensi endurance
No Faktor Loading St. Error T-Value Keterangan
1 0.80 0.08 10.43 Valid
2 0.58 0.07 8.25 Valid
3 0.61 0.07 8.54 Valid
4 -0.26 0.07 -3.60 Tidak Valid
Keterangan: Valid = T-value>1,96, Tidak Valid = T-Value<1,96
59
3.4.3 Uji validitas konstruk skala dukungan sosial
3.4.3.1 Dimensi emotional or esteem support
Dimensi emotional or esteem support memerlukan 1 kali modifikasi hingga dapat
memperoleh model fit. Model yang sudah fit memiliki nilai chi-square sebesar
5,89; degree of freedom (df) sebanyak 4; p-value sebesar 0,20753; dan RMSEA
sebesar 0,42. Adapun factor loading, standard error, dan t-value dari masing-
masing item tertera pada tabel berikut:
Tabel 3.11
Muatan faktor dimensi emotional or esteem support
No Faktor Loading St. Error T-Value Keterangan
1 0.62 0.06 11.04 Valid
2 0.94 0.05 20.18 Valid
3 0.92 0.05 19.32 Valid
4 0.72 0.05 13.32 Valid
5 0.86 0.05 17.16 Valid
Keterangan: Valid = T-value>1,96, Tidak Valid = T-Value<1,96
3.4.3.2 Dimensi tangible or instrumental support
Pada Untuk dimensi tangible or instrumental support, diperlukan dua kali
modifikasi agar dapat memperoleh model fit. Model yang telah fit memiliki nilai
chi-square sebesar 3,47; degree of freedom (df) sebanyak 3; p-value sebesar
0,32465; dan RMSEA sebesar 0,024. Dari total 5 item terdapat satu item yang
kriteria nilai t-value<1,96 yaitu item 5, maka item tersebut harus di eliminasi.
Adapun factor loading, standard error, dan t-value dari masing-masing item tertera
pada tabel berikut:
60
Tabel 3.12
Muatan faktor dimensi tangible or instrumental support
No Faktor Loading St. Error T-Value Keterangan
1 0.97 0.05 20.33 Valid
2 0.79 0.05 14.88 Valid
3 0.84 0.05 16.32 Valid
4 0.14 0.07 2.14 Valid
5 -0.34 0.06 -5.55 Tidak Valid
Keterangan: Valid = T-value>1,96, Eliminasi = T-Value<1,96
3.4.3.3 Dimensi informational support
Untuk dimensi informational support, diperlukan dua kali modifikasi agar dapat
memperoleh model fit. Model yang telah fit memiliki nilai chi-square sebesar 0,00;
degree of freedom (df) sebanyak 0; p-value sebesar 1,00; dan RMSEA sebesar
0,000. Dari total 5 item terdapat satu item yang kriteria nilai t-value<1,96 yaitu item
2, maka item tersebut harus di eliminasi. Adapun factor loading, standard error,
dan t-value dari masing-masing item tertera pada tabel berikut:
Tabel 3.13
Muatan faktor dimensi informational support
No Faktor Loading St. Error T-Value Keterangan
1 0.34 0.08 4.08 Valid
2 -0.41 0.09 -4.43 Tidak Valid
3 0.89 0.16 5.67 Valid
4 1.34 0.23 5.76 Valid
Keterangan: Valid = T-value>1,96, Eliminasi = T-Value<1,96
3.4.3.4 Dimensi companionship support
Pada dimensi companionship support, diperlukan modifikasi model sebanyak tiga
kali untuk memperoleh model yang fit. Adapun model yang sudah fit memiliki nilai
chi-square sebesar 1,50; degree of freedom (df) sebanyak 2; p-value sebesar
0,47288; dan RMSEA sebesar 0,000. Dari total 5 item terdapat dua item yang
kriteria nilai t-value<1,96 yaitu item 3 dan 4, maka item tersebut harus di eliminasi.
61
Adapun factor loading, standard error, dan t-value dari masing-masing item tertera
pada tabel berikut:
Tabel 3.14
Muatan faktor skala dimensi companionship support
No Faktor Loading St. Error T-Value Keterangan
1 0.70 0.09 8.16 Valid
2 0.82 0.10 8.33 Valid
3 0.01 0.06 0.10 Tidak Valid
4 -0.07 0.06 -1.23 Tidak Valid
5 0.53 0.06 8.27 Valid
Keterangan: Valid = T-value>1,96, Tidak Valid = T-Value<1,96
3.4.4 Uji validitas konstruk skala religiusitas
3.4.4.1 Dimensi daily spiritual experience
Dimensi daily spiritual experience memerlukan 1 kali modifikasi hingga dapat
memperoleh model fit. Model yang sudah fit memiliki nilai chi-square sebesar
6,15; degree of freedom (df) sebanyak 4; p-value sebesar 0,18808; dan RMSEA
sebesar 0,45. Adapun factor loading, standard error, dan t-value dari masing-
masing item tertera pada tabel berikut:
Tabel 3.15
Muatan faktor dimensi daily experience
No Faktor Loading St. Error T-Value Keterangan
1 0.93 0.05 19.59 Valid
2 0.90 0.05 19.00 Valid
3 0.97 0.05 21.23 Valid
4 0.91 0.05 19.09 Valid
5 0.90 0.05 18.66 Valid
Keterangan: Valid = T-value>1,96, Tidak Valid = T-Value<1,96
3.4.4.2 Dimensi value
Pada Untuk dimensi value, diperlukan satu kali modifikasi agar dapat memperoleh
model fit. Model yang telah fit memiliki nilai chi-square sebesar 6,48; degree of
freedom (df) sebanyak 4; p-value sebesar 0,16633; dan RMSEA sebesar 0,049. Dari
62
total 5 item terdapat satu item yang kriteria nilai t-value<1,96 yaitu item 4, maka
item tersebut harus di eliminasi. Adapun factor loading, standard error, dan t-value
dari masing-masing item tertera pada tabel berikut:
Tabel 3.16
Muatan faktor dimensi value
No Faktor Loading St. Error T-Value Keterangan
1 0.44 0.06 6.90 Valid
2 0.83 0.06 14.78 Valid
3 0.74 0.06 12.76 Valid
4 0.08 0.07 1.22 Tidak Valid
5 0.76 0.06 13.19 Valid
Keterangan: Valid = T-value>1,96, Eliminasi = T-Value<1,96
3.4.4.3 Dimensi belief
Untuk dimensi belief, diperlukan empat kali modifikasi agar dapat memperoleh
model fit. Model yang telah fit memiliki nilai chi-square sebesar 10,74; degree of
freedom (df) sebanyak 9; p-value sebesar 0.29374; dan RMSEA sebesar 0,027. Dari
total 7 item terdapat dua item yang kriteria nilai t-value<1,96 yaitu item 5 dan 7,
maka item tersebut harus di eliminasi. Adapun factor loading, standard error, dan
t-value dari masing-masing item tertera pada tabel berikut:
Tabel 3.17
Muatan faktor dimensi belief
No Faktor Loading St. Error T-Value Keterangan
1 0.94 0.05 20.21 Valid
2 0.99 0.05 21.93 Valid
3 0.86 0.05 17.39 Valid
4 0.93 0.05 19.90 Valid
5 -0.60 0.06 -10.71 Tidak Valid
6 0.96 0.05 21.00 Valid
7 -0.50 0.06 -8.77 Tidak Valid
Keterangan: Valid = T-value>1,96, Eliminasi = T-Value<1,96
63
3.4.4.4 Dimensi religious/spiritual coping
Pada dimensi religious/spiritual coping, diperlukan modifikasi model sebanyak dua
kali untuk memperoleh model yang fit. Adapun model yang sudah fit memiliki nilai
chi-square sebesar 2,27; degree of freedom (df) sebanyak 2; p-value sebesar
0,51850; dan RMSEA sebesar 0,000. Dari total 5 item terdapat satu item yang
kriteria nilai t-value<1,96 yaitu item 5, maka item tersebut harus di eliminasi.
Adapun factor loading, standard error, dan t-value dari masing-masing item tertera
pada tabel berikut:
Tabel 3.18
Muatan faktor skala dimensi religious/spiritual coping
No Faktor Loading St. Error T-Value Keterangan
1 0.67 0.06 11.26 Valid
2 0.68 0.06 11.81 Valid
3 0.89 0.05 17.24 Valid
4 0.83 0.05 15.46 Valid
5 -0.61 0.06 -10.38 Tidak Valid
Keterangan: Valid = T-value>1,96, Tidak Valid = T-Value<1,96
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data digunakan untuk menguji hipotesis penelitian mengenai pengaruh
adversity quotient, dukungan sosial, dan religiusitas terhadap penyesuaian diri
mahasiswa baru perantau UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Teknik analisis data
yang digunakan peneliti dalam mengolah data adalah multiple regression analysis
atau analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda merupakan analisis regresi
dengan satu variabel dependen dan lebih dari satu variabel independent. Rumus
regresi berganda pada penelitian ini adalah:
64
Y = a + 𝑏1𝑋1 + 𝑏2𝑋2 + 𝑏3𝑋3 + 𝑏4𝑋4 + 𝑏5𝑋5 + 𝑏6𝑋6 + 𝑏7𝑋7 + 𝑏8𝑋8 + 𝑏9𝑋9+
𝑏10𝑋10+ 𝑏11𝑋11+ 𝑏12𝑋12
Keterangan:
Y = Nilai prediksi Y (Religiusitas)
a = Intercept (kostan)
b = Koefisien regresi
𝑋1= Control
𝑋2= Origin & Ownership
𝑋3= Reach
𝑋4= Endurance
𝑋5= Dukungan emosional
𝑋6= Dukungan instrumental
𝑋7= Dukungan informasi
𝑋8= Dukungan persahabatan
𝑋9= Daily spiritual experience
𝑋10= value
𝑋11= Belief
𝑋12= Religious/spiritual coping
Penilaian terhadap model regresi yang dihasilkan ditinjau pada beberapa
pengujian berikut:
1. 𝑅2 (Koefisien Determinasi)
Nilai menunjukkan besarnya proporsi pengaruh independent variable
terhadap dependent variable. Dalam melihat proporsi, dikalikan dengan
100% sehingga didapatkan nilai proporsi pegaruh dalam bentuk persen. Sisa
dari persentasi merupakan faktor lain yang mempengaruhi dependent
variable yang tidak diuji dalam penelitian ini. Table modal summary dalam
SPSS juga menunjukkan nilai Standart Error of Estimate dimana semakin
kecil nilai SEE, maka model regresi semakin tepat dalam memprediksi
dependent variable. Nilai diperoleh dari rumus berikut:
𝑅2 = 𝑆𝑆𝑟𝑒𝑔
𝑆𝑆𝑦
65
2. Uji F
Pada tabel ANOVA akan diperoleh nilai F dan nilai signifikasi (sig.).
Nilai Sig & lt; 0.05 menunjukkan bahwa keseluruhan independent variable
secara simultan memiliki pengaruh terhadap dependent variable. Nilai Sig
& lt; 0.05 juga menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (signifikan.
Rumus dalam perhitungan nilai F sebagai berikut:
F = 𝑅2/𝑘
(1−𝑅2)/(𝑁−𝑘−1)
K merupakan jumlah IV dan N merupakan jumlah sampel.
3. Uji t
Interpretasi koefisen parameter independent variable dapat dilakukan
dengan menggunakan unstandardized coefficients maupun standardized
coeffiecients. Nilai koefisien yang didapatkan dari masing-masing dimensi
pada variabel menunjukka arah hubungan serta besaran koefisien masing-
masing dimensi pada model regresi. Adapun terdapat nilai signifikansi
untuk mengetahui apakah masing-masing dimensi berpengaruh secara
signifikan terhadap dependent variable. Uji t dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
t = 𝑏
𝑆𝑏
Nilai b pada rumus tersebut adalah koefisien regresi dan Sb adalah standard
error dari b.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Subjek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini terdiri dari 264 responden dengan jenis kelamin laki-
laki berjumlah 112 orang dan perempuan sebanyak 152 orang. Subyek dalam
penelitian ini merupakan mahasiswa baru perantau. Data yang disajikan peneliti
menggunakan tabel yang mengkategorikan beberapa demografi dari responden
yaitu jenis kelamin, usia, tempat tinggal dan uang saku. Informasi mengenai
presentase dari karakteristik subjek penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1
Karakteristik subjek penelitian
No Karakteristik Subjek Jumlah Persentase (%)
1 Jenis Kelamin
Laki-laki 112 42.42%
Perempuan 152 57.58%
2 Usia
17 – 18 Tahun 195 73.86%
19 – 20 Tahun 69 26.13%
3 Tempat Tinggal
Kontrakan 49 18.56%
Kost 206 78.03%
Pesantren/Asrama 9 3.40%
4 Uang Saku
< Rp 2.000.000,00 197 74,62%
Rp 2.000.000,00 – Rp 3.000.000,00 67 25,37%
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan responden laki-laki sebesar 42,42% dan
responden perempuan sebesar 57,58%. Jumlah laki-laki yang berpartisipasi dalam
penelitian ini adalah 112 orang dan jumlah perempuan yang berpartisipasi dalam
penelitian ini adalah 152 orang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa responden
dalam penelitian ini didominasi oleh responden yang berjenis kelamin perempuan.
68
Responden yang dipilih dalam penelitian ini merupakan mahasiswa baru
perantau yang memiliki rentan usia 17-20 tahun, dimana jumlah responden yang
berumur 17-18 tahun adalah 195 orang dengan persentase 73,86%, dan jumlah
responden yang berumur 19-20 tahun adalah 69 orang dengan persentase 26,13%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden pada penelitian ini berusia
17-18 tahun.
Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa responden pada penelitian ini berdomisili
di kontrakan, kostan, dan pesantren/asrama. Responden yang berdomisili di
kontrakan berjumlah 49 orang dengan persentase 18,56%, responden yang
berdomisili di kost sebanyak 206 orang dengan persentase 78,03%, dan responden
yang berdomisili di pesantren/asrama berjumlah 9 orang dengan persentase 3,40%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa responden dalam penelitian ini lebih banyak
berdomisili di kostan.
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden yang mendapatkan
uang saku < Rp 2.000.000,00/bulan berjumlah 197 orang dengan persentase sebesar
74,62%. Responden yang mendapatkan uang saku Rp 2.000.000,00/bulan – Rp
3.000.000,00/bulan berjumlah 67 orang dengan persentase sebesar 25,37%. Maka,
dapat disimpulkan bahwa responden pada penelitian ini lebih banyak mendapatkan
uang saku < Rp 2.000.000,00/bulan.
4.2 Hasil Analisis Deskriptif
Sebelum diuraikan secara detail mengenai beberapa sub bab selanjutnya, perlu
dijelaskan bahwa skor yang digunakan dalam analisis statistik adalah skor murni (t-
score) yang merupakan hasil proses konversi dari raw score. Proses ini ditujukan
69
agar mudah dalam membandingkan antar skor hasil pengukuran variabel-variabel
yang diteliti. Dengan demikian semua raw score pada setiap variabel harus
diletakkan pada skala yang sama. Secara teknis komputasinya yang ditempuh
adalah dengan melakukan transformasi dari raw score menjadi z-score. Untuk
menghilangkan bilangan negatif dari z-score, semua skor ditransformasi ke skala T
yang semuanya positif dengan menetapkan harga mean = 50 dan standar deviasi =
10.
Selanjutnya untuk menjelaskan gambaran umum tentang statistik deskriptif
dari variabel-variabel dalam penelitian ini, indeks yang menjadi patokan adalah
nilai minimal dan maksimal, mean, dan standar deviasi (SD) dari masing-masing
variabel. Nilai tersebut disajikan dalam Tabel 4.2. penelitian ini menggunakan
LISREL untuk menguji validitas menggunakan CFA (Confirmatory Factor
Analysis).
Tabel.4.2
Analisis Deskriptif
No. N Min Max Mean Std.Dev
1. Penyesuaian Diri 264 15.19 67.00 50 9.64728
2. Control 264 21.37 60.78 50 9.15385
3. Origin & Ownership 264 30.82 67.27 50 8.33601
4. Reach 264 25.73 67.10 50 8.67849
5. Endurance 264 26.32 65.95 50 8.15001
6. Emotional or esteem support 264 19.62 62.18 50 9.52318
7. Tangible or instrumentional support 264 24.38 64.38 50 9.32244
8. Informational support 264 21.10 63.15 50 8.71842
9. Companionship support 264 24.91 66.98 50 8.43868
10. Daily spiritual experience 264 30.83 60.17 50 9.71509
11. Value 264 35.90 71.62 50 8.73708
12. Belief 264 32.35 61.07 50 9.76564
13. Religious/spiritual coping 264 19.85 60.32 50 9.03880
70
Pada Tabel 4.2 didapat informasi mengenai responden yang terlibat dalam
penelitian ini sebanyak 264 orang. Dependent variabel yaitu penyesuaian diri
memiliki skor terendah sebesar 15,19 dan skor tertinggi sebesar 67,00. Variabel
Control memiliki skor terendah sebesar 21,37 dan skor tertinggi sebesar 60,78.
Variabel Origin & Ownership memiliki skor terendah sebesar 30,82 dan skor
tertinggi sebesar 67,27. Variabel Reach memiliki skor terendah sebesar 25,73 dan
skor tertinggi sebesar 67,10. Variabel Endurance memiliki skor terendah sebesar
26,32 dan skor tertinggi sebesar 65,95. Variabel Emotional or esteem support
memiliki skor terendah sebesar 19,62 dan skor tertinggi sebesar 62,18. Variabel
Tangible or instrumentional support yang memiliki skor terendah 24,38 dan skor
tertinggi 64,38. Variabel Informational support memiliki skor terendah 21,10 dan
skor tertinggi 63,15. Variabel Companionship support memiliki skor terendah
sebesar 24,91 dan skor tertinggi sebesar 66,98. Variabel Daily spiritual experience
memiliki skor terendah 30,83 dan skor tertinggi 60,17. Variabel Value memiliki
skor terendah sebesar 35,90 dan skor tertinggi sebesar 71,62. Variabel Belief
memiliki skor terendah sebesar 32,35 dan skor tertinggi sebesar 61,07. Variabel
Religious/spiritual coping memiliki skor terendah 19,85 dan skor tertinggi sebesar
19,85 dan skor tertinggi sebesar 60,32. Nilai rata-rata yang diperoleh keseluruhan
variabel adalah 50,00 dan standar deviasi 10,00.
71
4.2.1 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Kategorisasi variabel bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok
yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang
diukur. Kontinum jenjang ini contohnya adalah dari rendah ke tinggi yang akan
peneliti gunakan dalam kategorisasi variabel penelitian. Sebelum mengkategorisasi
skor masing-masing variabel, terlebih dahulu ditetapkan norma dari skor dengan
menggunakan mean dan standar deviasi yang berlaku untuk semua variabel seperti
pada Tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3
Norma Kategorisasi
No. Kategori Rumus
1. Rendah X < Mean
2. Tinggi X > Mean
Setelah norma kategorisasi tersebut didapatkan, selanjutnya akan dijelaskan
perolehan nilai persentase kategorisasi untuk variabel penyesuaian diri, control,
origin & ownership, reach, endurance, emotional or esteem support, tungible or
instrumentional support, informational support, companionship support, daily
spiritual experience, value, belief, dan religious/spiritual coping. Dengan
menggunakan norma yang telah ditetapkan, ketegorisasi skor masing-masing
variabel diperoleh hasil seperti pada tabel 4.4 berikut:
72
Tabel 4.4
Kategorisasi Skor VAriabel Penelitian
No. Dimensi Rendah Tinggi
Jumlah % Jumlah %
1 Penyesuaian Diri 105 39.8 159 60.2
2 Control 147 55.7 117 44.3
3 Origin & Ownership 127 48.1 137 51.9
4 Reach 85 32.2 179 67.8
5 Endurance 120 45.5 144 54.5
6 Emotional or esteem support 143 54.2 121 45.8
7 Tangible or instrumentional support 81 30.7 183 69.3
8 Informational support 156 59.1 108 40.9
9 Companionship support 102 38.6 162 61.4
10 Daily spiritual experience 128 48.5 136 51.5
11 Value 126 47.7 138 52.3
12 Belief 99 37.5 165 62.5
13 Religious/spiritual coping 139 52.7 125 47.3
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 264 responden, terlihat
bahwa 60,2% responden memiliki penyesuaian diri mahasiswa baru perantau yang
cenderung tinggi. Selanjutnya Control pada mahasiswa baru perantau cenderung
rendah dengan skor 55,7%. Original & ownership mahasiswa baru perantau dengan
skor 51,9% menunjukkan skor yang cenderung tinggi. Reach mahasiswa baru
perantau yang cenderung tinggi dengan skor 67,8%. Endurance mahasiswa baru
perantau dengan skor 54,5% yang cenderung tinggi. Emotional or esteem support
mahasiswa baru perantau yang cenderung rendah dengan skor 54,2%. Tangible or
instrumentional support mahasiswa baru perantau cenderung tinggi dengan skor
69,3%. Informational support mahasiswa baru perantau cenderung rendah dengan
skor 59,1%. Companionship support mahasiswa baru perantau cenderung tinggi
dengan skor 61,4%. Daily spiritual experience mahasiswa baru perantau cenderung
tinggi dengan skor 51,5%. Value mahasiswa baru perantau cenderung tinggi dengan
73
skor 52,3%. Belief mahasiswa baru perantau cenderung tinggi dengan skor 62,5%.
Religious/spiritual coping mahasiswa baru perantau cenderung rendah dengan skor
52,7%.
4.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian
4.3.1 Analisis regresi variabel penelitian
Pada tahap uji hipotesis penelitian, peneliti menggunakan analisi regresi berganda
atau disebut sebagai Multiple Regression (R-Square). Dalam melakukan analisis
regresi, peneliti menggunakan bantuan software SPSS versi 21. Seperti yang telah
disebutkan pada bab 3, terdapat tiga hal yang dapat dilihat dalam melakukan
analisis regresi. Pertama, dengan menggunakan analisis regresi, peneliti dapat
melihat seberapa besar (%) pengaruh yang diberikan independent variable terhadap
dependent variable dengan melihat nilai R-square. Kedua, melihat apakah seluruh
independent variable yang digunakan berpengaruh signifikan terhadap dependent
variable melalui uji F. Ketiga, melihat signifikansi dari setiap koefisien regresi dari
masing-masing independent variable yang digunakan melalui uji t.
Langkah pertama yang peneliti lakukan ialah melihat seberapa besar
independent variable berpengaruh terhadap dependent variable dengan melihat
besaran R-Square. Adapun besarnya R-Square dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5
Tabel R-Square Model R R Square Adjudted R Square Std. Erros of the Estimete
1. .840 .706 .692 5.35090
Berdasarkan tabel 4.5 diatas, analisis regresi menghasilkan nilai R-Square
sebesar 0,706 atau 70,6%. Dengan demikian besarnya pengaruh dari control, origin
74
& ownership, reach, endurance, emotional or esteem support, tangible or
instrumentional support, informational support, companionship support, daily
spiritual experience, value, belief, dan religious/spiritual coping terhadap
penyesuaian diri ialah sebesar 70.6% sedangkan sisanya 29.4% dipengaruhi oleh
variabel lain diluar penelitian ini.
Setelah mengetahui besarnya pengaruh seluruh independent variable
terhadap dependent variable, langkah selanjutnya ialah menghitung signifikansi
model penelitian dengan seluruh independent variable melalui uji F. Adapun hasil
uji F dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6
Tabel ANOVA
Model Sum f Squares DF Mean Square F Sig.
1. Regression 17290.747 12 1440.896 50.324 .000
Residual 7186.665 251 28.632
Total 24477.412 263
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, taraf signifikansi (p < 0,05), pada penelitian ini
adalah sebesar 0,000. Adapun syarat model dapat dikatakan signifikan apabila p <
0,05. Dengan demikian, hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang
signifikan dari control, origin & ownership, reach, endurance, emotional or esteem
support, tangible or instrumentional support, informational support,
companionship support, daily spiritual experience, value, belief, dan
religious/spiritual coping terhadap penyesuaian diri ditolak, artinya terdapat
pengaruh yang signifikan dari control, origin & ownership, reach, endurance,
emotional or esteem support, tangible or instrumentional support, informational
support, companionship support, daily spiritual experience, value, belief, dan
75
religious/spiritual coping terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.3.2 Pengujian hipotesis minor
Uji hipotesis minor yaitu dengan melihat nilai koefisien variabel menggunakan uji
t. Sama halnya dengan uji F, koefisien variabel dikatakan signifikan apabila nilai p
< 0,05. Adapun hasil perhitungan koefisien masing-masing variabel terhadap
penyesuaian diri dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7
Koefisien Regresi Independent Variabel
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std.Error Beta
(Constant) -4.277 8.197 -.522 .602
1. Control .253 .049 .240 5.158 .000
2. Origin & Ownership .230 .052 .199 4.423 .000
3. Reach .319 .064 .287 4.987 .000
4. Endurance .167 .054 .141 3.090 .002
5. Emotional or esteem
support -.005 .050 -.005 -.102 .918
6. Tangible or
instrumeational support -.045 .048 -.043 -.929 .354
7. Informational support .025 .059 .023 .427 .670
8. Companionship support .088 .050 .077 1.780 .076
9. Daily spiritual
experience .139 .100 .140 1.391 .166
10. Value .-.105 .080 -.096 -1.326 .186
11. Belief -.092 .100 -.093 -.923 .357
12. Religious/spiritual
coping .113 .067 .105 1.676 .095
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dipaparkan persamaan regresi sebagai berikut :
Penyesuaian Diri = 4,277 + 0,253 control* + 0,230 origin & ownership* + 0,319
reach* + 0,167 endurance* - 0,005 emotional or esteem support - 0,045 tangible
or instrumentional support + 0,025 informational support + 0,088 companionship
76
support + 0,139 daily spiritual experience - 0,105 value - 0,092 belief + 0,113
religious/spiritual coping.
Keterangan: signifikan (*)
Pada tabel 4.7 terdapat 4 koefisien regresi yang signifikan, yaitu control, origin &
ownership, reach, endurance. Variabel lainnya menghasilkan koefisien regresi
yang tidak signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien yang diperoleh pada masing-
masing independent variabel adalah sebagai berikut :
1. Variabel control
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,253 dengan signifikansi sebesar 0,000
(sig < 0,05). Artinya Ho yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan
control terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau “ditolak”, maka
control memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyesuaian diri mahasiswa
baru perantau. Arah positif menunjukkan bahwa semakin tinggi control, maka
semakin tinggi pula penyesuaian diri mahasiswa baru perantau.
2. Variabel origin & ownership
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,230 dengan signifikansi sebesar 0,000
(sig < 0,05). Artinya Ho yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan
origin & ownership terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau
“ditolak”, maka origin & ownership memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
penyesuaian diri mahasiswa baru perantau. Areah positif menunjukkan bahwa
semakin tinggi origin & ownership, maka semakin tinggi pula penyesuaian diri
mahasiswa baru perantau.
77
3. Variabel reach
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,319 dengan signifikansi sebesar 0,000
(sig < 0,05). Artinya Ho yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan
reach terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau “ditolak”, maka reach
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru
perantau. Arah positif menunjukkan bahwa semakin tinggi reach, maka semakin
tinggi pula penyesuaian diri mahasiswa baru perantau.
4. Variabel endurance
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,167 dengan signifikansi sebesar 0,002
(sig < 0,05). Artinya Ho yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan
endurance terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau “ditolak”, maka
endurance memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyesuaian diri
mahasiswa baru perantau. Arah positif menunjukkan bahwa semakin tinggi
endurance, maka semakin tinggi pula penyesuaian diri mahasiswa baru
perantau.
5. Variabel emotional or esteem support
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,005 dengan signifikansi sebesar
0,918 (sig < 0,005). Artinya, Ho yang menyatakan tidak ada pengaruh yang
signifikan emotional or esteem support terhadap penyesuaian diri mahasiswa
baru perantau “diterima”, maka emotional or esteem support tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau.
78
6. Variabel tangible or instrumentional support
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,045 dengan signifikansi sebesar
0,354 (sig < 0,005). Artinya, Ho yang menyatakan tidak ada pengaruh yang
signifikan tangible or instrumentional support terhadap penyesuaian diri
mahasiswa baru perantau “diterima”, maka tangible or instrumentional support
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyesuaian diri mahasiswa
baru perantau.
7. Variabel informational support
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,025 dengan signifikansi sebesar 0,670
(sig < 0,005). Artinya, Ho yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan
informational support terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau
“diterima”, maka informational support tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau.
8. Variabel companionship support
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,088 dengan signifikansi sebesar 0,076
(sig < 0,005). Artinya, Ho yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan
companionship support terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau
“diterima”, maka companionship support tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau.
9. Variabel daily spiritual experience
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,139 dengan signifikansi sebesar 0,166
(sig < 0,005). Artinya, Ho yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan
daily spiritual experience terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau
79
“diterima”, maka daily spiritual experience tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau.
10. Variabel value
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,105 dengan signifikansi sebesar
0,186 (sig < 0,005). Artinya, Ho yang menyatakan tidak ada pengaruh yang
signifikan value terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau
“diterima”, maka value tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
penyesuaian diri mahasiswa baru perantau.
11. Variabel belief
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,092 dengan signifikansi sebesar
0,357 (sig < 0,005). Artinya, Ho yang menyatakan tidak ada pengaruh yang
signifikan belief terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau
“diterima”, maka belief tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
penyesuaian diri mahasiswa baru perantau.
12. Variabel religious/spiritual coping
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,113 dengan signifikansi sebesar
0,095 (sig < 0,005). Artinya, Ho yang menyatakan tidak ada pengaruh yang
signifikan religious/spiritual coping terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru
perantau “diterima”, maka religious/spiritual coping tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau.
80
4.3.3 Pengujian proporsi varians
Selanjutnya, peneliti mencoba untuk mengetahui proporsi varians untuk masing-
masing IV. Untuk mengetahui proporsi varians dari masing-masing IV, peneliti
melakukan perhitungan nilai R-Square Change dengan cara melakukan analisis
regresi satu per satu menggunakan metode stepwise. Dengan melakukan cari ini,
peneliti dapat mengetahui besarnya R-Square Change setiap kali menambahkan IV
ke dalam analisis regresi, Besar R-Square Change untuk masing-masing IV pada
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8
Proporsi Varians Setiap Independent Variabel
Model R R Square Adjusted
R Square
Std.
Error of
the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Chan
ge
1 ,636a ,405 ,403 7,45539 ,405 178,377 1 262 ,000*
2 ,693b ,480 ,476 6,98497 ,075 37,478 1 261 ,000*
3 ,788c ,621 ,617 5,97147 ,141 97,115 1 260 ,000*
4 ,814d ,663 ,658 5,64149 ,042 32,305 1 259 ,000*
5 ,820e ,672 ,666 5,57865 ,009 6,868 1 258 ,009*
6 ,821f ,674 ,667 5,56830 ,002 1,960 1 257 ,163
7 ,824g ,678 ,669 5,54631 ,004 3,042 1 256 ,082
8 ,825h ,681 ,671 5,53086 ,003 2,432 1 255 ,120
9 ,837b ,700 ,689 5,37840 ,019 15,663 1 254 ,000*
10 ,838c ,703 ,691 5,36455 ,003 2,313 1 253 ,130
11 ,839d ,703 ,690 5,37009 ,001 ,479 1 252 ,490
12 ,840e ,706 ,692 5,35090 ,003 2,811 1 251 ,095
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa dari 12 independent variabel
terdapat enam variabel yang memberikan sumbangan terbesar dan signifikan.
Berikut akan dijelaskan mengenai hasil proporsi varians dari setiap variabel
penelitian, yaitu :
81
1. Variabel control memberikan sumbangan sebesar 40,5% dalam varians
penyesuaian diri. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F =
178,377, df1 = 1, df2 = 262, dan sig. F change = 0,000.
2. Variabel origin & ownership memberikan sumbangan sebesar 7,5% dalam
varians penyesuaian diri. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan
F = 37,478, df1 = 1, df2 = 261, dan sig. F change = 0,000
3. Variabel reach memberikan sumbangan sebesar 14,1% dalam varians
penyesuaian diri. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F =
97,115, df1 = 1, df2 = 260, dan sig. F change = 0,000
4. Variabel endurance memberikan sumbangan sebesar 4,2% dalam varians
penyesuaian diri. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F =
32,305, df1 = 1, df2 = 259, dan sig. F change = 0,000
5. Variabel emotional or esteem support memberikan sumbangan sebesar 0,9%
dalam varians penyesuaian diri. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik
dengan F = 6,868, df1 = 1, df2 = 258, dan sig. F change = 0,009
6. Variabel tangible or instrumentional support memberikan sumbangan sebesar
0,2% dalam varians penyesuaian diri. Sumbangan tersebut tidak signifikan
secara statistik dengan F = 1,960, df1 = 1, df2 = 257, dan sig. F change = 0,163
7. Variabel informational support memberikan sumbangan sebesar 0,4% dalam
varians penyesuaian diri. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik
dengan F = 3,042, df1 = 1, df2 = 256, dan sig. F change = 0,082
82
8. Variabel companionship support memberikan sumbangan sebesar 0,3% dalam
varians penyesuaian diri. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik
dengan F = 2,432, df1 = 1, df2 = 255, dan sig. F change = 0,120
9. Variabel daily spiritual experience memberikan sumbangan sebesar 1,9% dalam
varians penyesuaian diri. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan
F = 15,663, df1 = 1, df2 = 254, dan sig. F change = 0,000
10. Variabel value memberikan sumbangan sebesar 0,3% dalam varians
penyesuaian diri. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan
F = 2,313, df1 = 1, df2 = 253, dan sig. F change = 0,130
11. Variabel belief memberikan sumbangan sebesar 0,1% dalam varians
penyesuaian diri. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan
F = 0,479, df1 = 1, df2 = 252, dan sig. F change = 0,490
12. Variabel religious/spiritual coping memberikan sumbangan sebesar 0,3%
dalam varians penyesuaian diri. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara
statistik dengan F = 2,811, df1 = 1, df2 = 251, dan sig. F change = 0,095
Urutan independent variabel yang signifikan memberikan sumbangan dari
terbesar hingga terkecil adalah variabel control (40,5%), origin & ownership
(7,5%), reach (14,1%), endurance (4,2%), emotional or esteem support (0,9%),
daily spiritual experience (1,9%).
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan penelitian yang telah diuraikan pada bab 4,
maka kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang
signifikan dari variabel adversity quotient (control, origin & ownership, reach,
endurance), dukungan sosial (emotional or esteem support, tangible or
instrumentional support, informational support, companionship support), dan
religiusitas (daily spiritual experience, value, belief, religious/spiritual coping)
terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Adapun dari semua independent variabel dalam penelitian ini, hanya ada
empat independent variabel yang berpengaruh positif terhadap penyesuaian diri
mahasiswa baru perantau UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu control, origin &
ownership, reach, endurance. Variabel penelitian yang memiliki pengaruh dan
signifikansi paling besar yaitu reach.
5.2 Diskusi
Pada bagian ini penulis akan membahas diskusi mengenai 12 independent variabel
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu control, origin & ownership, reach,
endurance, emotional or esteem support, tangible or instrumentional support,
informational support, companionship support, daily spiritual experience, value,
belief, dan religious/spiritual coping terhadap dependent variabel yaitu
84
penyesuaian diri serta akan membahas penelitian dan literatur terdahulu mengenai
12 independent variabel yang dikaitkan dengan dependent variabel.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dipaparkan pada bab 4,
diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan adversity quotient
(control, origin & ownership, reach, endurance), dukungan sosial (emotional or
esteem support, tangible or instrumentional support, informational support,
companionship support), dan religiusitas (daily spiritual experience, value, belief,
religious/spiritual coping) terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau
dengan signifikansi sebesar 0,000 dan nilai kontribusi variabel independen terhadap
variabel dependen sebesar 0,706 atau 70,6%, ini menunjukkan bahwa adversity
quotient, dukungan sosial, dan religiusitas memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau sebesar 70,6% dan sisanya
29,4% dipengaruhi oleh varibel lain diluar penelitian ini.
Hasil penelitian berdasarkan koefisien regresi masing-masing independent
varibel menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari control, origin
& ownership, reach, dan endurance terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru
perantau. Adapula berdasarkan sumbangan proporsi varians masing-masing
independent variabel terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau, terdapat
enam variabel yang signifikan, yaitu control, origin & ownership, reach,
endurance, emotional or esteem support, dan daily spiritual experience.
Dalam penelitian ini, variabel adversity quotient memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap penyesuaian diri. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Fitriany (2008), menunjukkan bahwa mahasiswa perantauan yang
85
memiliki daya juang (adversity quotient) tinggi dapat melakukan penyesuaian yang
baik, sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Faizatussholihah (2017),
mengungkapkan adanya hubungan yang signifikan antara adversity quotient
terhadap penyesuaian mahasiswa perantau asal Sumatera angkatan 2013-2016.
Semakin tinggi adversity quotient maka semakin baik dalam melakukan
penyesuaian diri bagi mahasiswa perantau. Studi pengaruh adversity quotient
dengan penyesuaian diri menunjukkan bahwa dalam menghadapi permasalahan
saat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dipengaruhi oleh ketahanan
seseorang dalam menghadapi masalah dan kecerdasannya untuk mengatasi masalah
tersebut, individu akan gagal melakukan penyesuaian ketika tidak memiliki
ketahanan terhadap kesulitan karena mereka kan mudah menyerah saat menemui
kendala dalam melakukan proses penyesuaian diri.
Variabel dukungan sosial pada penelitian ini tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap penyesuaian diri. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Mahmud (2017) yang menyatakan bahwa dukungan
sosial berpengaruh secara signifikan terhadap penyesuaian diri. Hal ini dikarenakan
menurut asumsi peneliti, responden pada penelitian ini tidak mudah memiliki rasa
kepercayaan dan kedekatan yang tinggi pada teman baru di lingkungan barunya.
Mereka cenderung lebih takut pada orang yang baru dikenal. Sehingga apapun yang
orang lain berikan mereka tidak akan dengan mudahnya percaya dan tidak merasa
aman kepada orang yang baru dikenal.
Adapun variabel religiusitas pada penelitian ini tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap penyesuaian diri. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
86
penelitian yang dilakukan oleh Mahmud (2017) yang menyatakan bahwa adanya
pengaruh positif religiusitas terhadap penyesuaian diri.
Pada penelitian ini, untuk meningkatkan adversity quotient maka
mahasiswa perantauan tersebut harus mampu dan mempunyai rasa pengendalian
diri, mengetahui akan penyebab dari kesulitan dan hambatan, mempunyai rasa
tanggung jawab untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi dan kesulitan yang datang
tidak mempengaruhi bidang kehidupan lainnya serta tetap bertahan dan berjuang
walaupun kesulitan dan hambatan tetap menghadang. Sedangkan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, seseorang harus mampu terlebih dahulu
untuk menyesuaikan diri pribadinya. Hal ini dapat dilihar dari bagaimana seseorang
menerima keadaan dirinya. Seseorang harus bisa hidup bermasyarakat, mematuhi
norma dan aturan yang berlaku di masyrakat tersebut dan mempunyai hubungan
sosial yang harmonis melalui interaksi dan komunikasi dengan lingkungan sekitar.
Secara keseluruhan pada hasil penelitian ini, penulis menemukan terdapat
perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Hal tersebut mungkin terjadi karena
adanya beberapa keterbatasan dan kelemahan didalam penelitian ini. Keterbatasan
dan kelemahan dalam penelitian ini seperti, kondisi dan situasi saat pengisian skala
yang tidak dapat dikontrol oleh penulis sehingga mungkin tidak kondusif,
responden yang kurang serius dalam proses pengisian skala sehingga respon
menjadi tidak berpola, serta kemungkinan tidak semua item dapat dipahami dengan
baik oleh responden.
87
5.3 Saran
Pada proses penulisan penelitian ini, penulis menyadari masih terdapat banyak
kelemahan dalam penelitian ini, maka penulis memberikan beberapa saran sebagai
bahan pertimbangan untuk menyempurnakan hasil penelitian selanjutnya.
5.3.1 Saran teoritis
1. Pada penelitian ini ditemukan bahwa proporsi varians dari penyesuaian diri yang
dijelaskan oleh semua independent variabel adalah sebesar 70,6%, sedangkan
sisanya 29,4% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini. Penulis
menyarankan untuk penelitian selanjutnya agar meneliti serta menganalisis
pengaruh variabel lain, untuk menghasilkan proporsi varians yang lebih besar
lagi.
2. Pada penelitian ini ditemukan ada empat variabel yang memiliki pengaruh
signifikan terhadap penyesuaian diri, yaitu control, origin & ownership, reach,
endurance, sehingga peneliti menyarankan agar variabel tersebut dapat
dijadikan referensi dalam penelitian selanjutnya.
3. Peneliti menyarankan agar penelitian selanjutnya dapat menggunakan sampel
yang bukan hanya berasal dari perguruan tinggi saja, tetapi dapat dari SMA dan
SMP, sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi yang lebih
luas dan diperoleh hasil yang lebih beragam dan komperhensif.
4. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur yang dibuat sendiri dengan
mengacu pada teori yang peneliti gunakan, sehingga alat ukur dalam penelitian
ini kurang akurat dan masih perlu diuji lagi kevalidanya. Peneliti menyarankan
88
untuk peneliti selanjutnya agar menggunakan alat ukur sesuai dengan alat ukur
yang sudah ditentukan oleh para ahli sesuai dengan teori yang digunakan.
5. Pada penelitian ini masih banyak variabel yang terkait secara teoritis dengan
penyesuaian diri yang tidak ikut dianalisis sebagai IV, peneliti menyarankan
penelitian selanjutnya menggunakan banyak variabel lain yang menjadi
penyebab penyesuaian diri. Hasil yang lebih komperhensif bertujuan untuk
mendapatkan pengetahuan tentang kemampuan penyesuaian diri mahasiswa
baru, serta upaya mendorong kemampuan menyesuaikan diri yang baik
seehingga membantu pihak kampus dalam memberi solusi kepada mahasiswa
barunya.
5.3.2 Saran praktis
Terkait dengan hasil penelitian, variabel yang memiliki pengaruh terhadsap
penyesuaian diri mahasiswa baru perantau adalah control, origin & ownership,
reach, dan endurance, sehingga dapat disarankan sebagai berikut :
1. Pada penelitian ini, ditemukan bahwa control memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau. Dalam hal ini, control
memang dibutuhkan, karena dengan adanya control yang tinggi mahasiswa baru
perantau akan mampu melakukan penyesuaian diri yang baik dengan lingkungan
dimana mereka tinggal.
2. Pada penelitian ini, ditemukan bahwa origin & ownership memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau. Dalam hal
ini origin, individu dengan adversity quotient yang rendah akan lebih mampu
menempatkan rasa bersalah, dan rasa bersalah dapat membantu individu untuk
89
belajar dan menyesuaikan tingkah laku dalam memperbaiki diri. Lain halnya
dengan ownership individu yang memiliki adversity quotient yang tinggi akan
mengambil tanggung jawab untuk memperbaiki keadaan, apapun penyebabnya.
3. Pada penelitian ini, ditemukan bahwa reach memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau. Individu yang memiliki
skor reach yang tinggi, maka semakin besar kemungkinan individu membatasi
jangkauan masalahnya pada peristiwa yang terjadi.
4. Pada penelitian ini, ditemukan bahwa endurance memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru perantau. Individu yang
memiliki skor endurance yang tinggi akan cenderung menjadi individu yang
yang kuat dan bertahan terhadap masalah yang mereka hadapi dan individu lebih
mampu menghargai usaha yang telah mereka lakukan.
90
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, C.M., Elias, H., Uli, J., & Mahyuddin, R. (2010). Relationship between
Coping and University Adjustment and Academic Achievement Amongst First
Year Undergraduates in a Malaysian Public University. International Journal
of Arts and Sciences, 3(11), 379-392.
Al-Khatib, Dr.B.A., Awamleh, Dr.H.S., & Samawi, Dr.F.S. (2012). Student’s
Adjustment to College Life at Albalqa Applied University. American
International Journal of Contemporary Research, 2(11).
Amparo., & Maureen, M. (2015). The Level of Adversity Quotient and Social Skills
of Student Leaders at De La Salle Lipa. A Thesis. College of Education, Arts
and Sciences.
Aprianti, I. (2012). Hubungan antara perceived social support dan psychological
well-being pada mahasiswa perantau tahun pertama di Universitas Indonesia.
Skripsi. Universitas Indonesia, Depok.
Bernal, G., Maldonado-Molina, M.M., & Scharron del Rio, M.R. (2003).
Development of A Brief Scale for Social Support: Reliability and Validity in
Puerto Rico. International Journal of Clinical and Health Psychology, 3(2),
251-264.
Brissette, I., Scheier, M.F., Carver, C.S. (2002). The Role of Optimism in Social
Network Development, Coping, and Psychological Adjustment During a Life
Transition. Journal of Personality and Social Psychology, Vol.82(1), 102-111.
Canivel, L.D. (2010). Principals’ Adversity Quotient: Styles, Performance and
Practices. College of Education, University of The Philippines.
Cohen, S. (2004). Social Relationship and Health. American Psychologist, 59(8),
676-684.
Cohen, S., Mermelstein, R., Kamarck, T., & Hoberman, H.M. (1985). Measuring
The Functional Components of Social Support. Social Support: Theory,
Research and Applications, 73-94.
91
Costa, A., Hanurawan, F., Atmoko, A., & Hitipeuw, I. (2018). The Impact of Self
Adjustment on Academic Achievement of The Students. Journal of Intensive
Studies on Languge, Literature, Art, and Culture; 2(1).
Cutrona, C.E., & Russell, D.W. (1987). The Provisions of Social Relationship and
Adaptation to Strezz. Advances in Personal Relationships, 1, 37-67.
Dennis, J.M., Phinney, J.S., & Chuateco, L.I. (2005). The Role of Motivation,
Parental Support, and Peer Support in The Academic Success of Ethnic
Minority First-Generation College Student. Journal of College Student
Development, 46(3), 223-236.
Estiane, U. (2015). Pengaruh Dukungan Sosial Sahabat terhadap Penyesuaian
Sosial Mahasiswa Baru di Lingkungan Perguruan Tinggi. Jurnal Psikologi
Klinis dan Kesehatan Mental, 4(1).
Faizatussholihah. (2017). Hubungan antara Adversity Quotient dengan
Penyesuaian Sosial Mahasiswa Perantau Asal Sumatera Angkatan 2013-2016.
Skripsi Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Fetzer, J.E. (2003). Multidimensional Measurement of Religiousness/Spirituality
for Use in Health Research. Fetzer Institute: National Institute on Aging
Working Group.
Fitri, R. & Kustanti, R. E. (2018). Hubungan antara Efikasi Diri Akademik dengan
Penyesuaian Diri Akademik pada Mahasiswa Rantau dari Indonesia Bagian
Timur di Semarang. Jurnal Empati Psikologi Universitas Diponegoro, 7(2),
66-77.
Fitriany, R. (2008). Hubungan Adversity Quotient dengan Penyesuaian Diri Sosial
pada Mahasiswa Perantauan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi Fakultas
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Gall, T.L., Evans, D.R., & Bellerose, S. (2000). Transition to First-Year University:
Patterns of Change in Adjustment Across Life Domains and Time. Journal of
Social and Clinical Psychology, 19(4), 544-567.
Glock, C.Y. (1962). On The Study of Religious Commitment. Religious Education:
The Official Journal of The Religious Education Association, 57(54), 98-110.
92
Gottlieb, B.H., & Bergen, A.E. (2010). Social Support Concepts and Measures.
Journal of Psychosomatic Research, 69, 511-520.
Handono, O.T., & Bashori, K. (2013). Hubungan antara Penyesuaian Diri dan
Dukungan Sosial terhadap Stres Lingkungan pada Santri Baru. Jurnal Empathy
Fakultas Psikologi, 1(2).
Hasan, S.A., & Handayani, M.M. (2014). Hubungan antara Dukungan Sosial
Teman Sebaya dengan Penyesuaian Diri Siswa Tunarungu di Sekolah Inklusi.
Jurnal Psikologi dan Perkembangan, 3(2).
Huber, S., & Huber, O.W. (2012). The Centrality of Religiosity Scale (CRS).
Journal of Religions, 3, 710-724.
Haber, A., & Runyon R.P. (1994). Psychology of adjusment. Jakarta: RajA
Grafindo Persada
Huijuan, Z. (2009). The Adversity Quotient and Academic Performance Among
College Students at ST. Josepgh’scollege, Quezon City. An undergraduate
thesis: Presented to The Faculty of The Departments of Arts and Sciences.
Hutapea, B. (2014). Stres Kehidupan, Religiusitas, dan Penyesuaian Diri Warga
Indonesia sebagai Mahasiswa Internasional. Makara Hubs-Asia, 18(1), 25-40.
Iddagoda, Y.A., & Opatha, H. (2017). Religiosity: Towards A Conceptualization
and An Operationalization. Sri Lankan Journal of Human Resource
Management, 7(1), 59-69.
Jackson, P.B. & Finney, M. (2002). Negative life events and psychological distress
among young adults. Social Psychology Quartely, 65(2), 186-201.
Kagnici, D.Y. (2012). The Role of Multicultural Personality in Predicting
University Adjustment of International Students in Turkey. International
Journal for The Advancement of Counselling.
King, J.E., & Williamson, I.O. (2005). Workplace Religious Expression,
Religiosity and Job Satisfaction: Clarifying a Relationship. Journal of
Management, Spirituality & Religion, 2(2), 173-198.
King, M., & Hunt, R. (1972). Measuring The Religious Variable: Replication.
Journal for The Scientific Study of Religion, 11(3), 240-251.
93
Kort-Butler, L.A. (2017). Social support theory. The Encyclopedia of Juvenile
Delinquency and Justice, 1–4.
Krauz, M.B. (2006). The Impact of Religiosity on Midshipman Adjustment an
Feelings of Acceptance. Theses and Dissertations: Lieutenant, United States
Navy.
Lee, J.S., Koeske, G.F., & Sales, E. (2004). Social Support Buffering of
Acculturative Stress: A Study of Mental Health Symptoms Among Korean
International Students. International Journal of Intercultural Relations, 28,
399-414.
Letvak, S. (2002). The Importance of Social Support for Rural Mental Health.
Issues in Mental Health Nursing, 23, 249-261.
Lingga, Ruth. W.W.L., & Tuapattinaja, J.M.R. (2012). Gambaran Virtue
Mahasiswa Perantau. Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara,
1(2).
Mahmood, Dr.K., Ijaz, A., & Khan, Dr.M.A. (2015). Social Relations &
Psychological Adjustment among Adult Children of Parents with Depression
and Anxiety. Journal of Pharmacy and Alternative Medicine, 6.
Mahmud, A.D., (2017). Pengaruh Religiusitas dan Dukungan Sosial Terhadap
Penyesuaian Diri Mahasiswa Baru Perantau UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Mehdizadeh, N., & Scott, G. (2005). Adjustment Problems of Iranian International
Student in Scotland. International Education Journal, 6(4), 484-493.
Nadzir, A.I., & Wulandari, N.W. (2013). Hubungan Religiusitas dengan
Penyesuaian Diri Siswa Pondok Pesantren. Jurnal Psikologi Tabularasa, 8(2),
698-707.
Parvathy, U., & Praseeda, M. (2014). Relationship between Adversity Quotient and
academic problem among student teachers. Journal of Humanities and Social
Science, 19(11), 23–26.
Rufaida, H., & Kustanti, E.R. (2017). Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya
dengan Penyesuaian Diri pada Mahasiswa Rantau dari Sumatera di Universitas
Diponegoro. Jurnal Psikologi Empati, 7(3).
94
Santrock, J.W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Edisi 6 Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Sarafino, E.N., & Timothy, W.S. (2011). Health Psychology: Biopsychosocial
Interactions. Seventh Edition. New York: John Wiley & Sons Inc.
Sarason, I.G., Levine, H.M., Basham, R.B., & Sarason, B.R. (1983). Assessing
Social Support: The Social Support Questionnaire. Journal of Personality and
Social Psychology, 44(1), 127-139.
Schneiders. (1960). Personal Adjustment and Mental Health. New York: Holt
Reinhart.
Setyaningsih, H. (2014). Hubungan antara dukungan teman sebaya dengan
penyesuaian sosial pada mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Naskah Publikasi.
Stoltz, P. (2001). Adversity Quotient: Turning Your Obstaclesd into Opportunities.
Putting The Principles of AQ into Action: New York.
Stoltz, P. (2001). Adversity Quotient @ Work: Make Everday Challenges The Key
to Your Success. Putting The Principles of AQ into Action, Harper Collins:
New York.
Uchino, B.N. (2006). Social Support and Health: A Review of Physiological
Processes Potentially Underlying Links to Disease Outcomes. Journal of
Behavioral Medicine, 29(4).
Vivanews. (2010). Tiap Tahun, Ratusan Mahasiswa ITB Drop Out. Diakses tanggal
02 Juni 2010 dari https://www.viva.co.id/berita/nasional/155001-tiap-tahun-5-
10-mahasiswa-itb-drop-out.
Wintre, M. G., & Bowers, C. D. (2007). Predictors of persistence to graduation:
Extending a model and data on the transition to university model. Canadian
Journal of Behavioural Science, 39(3), 220-234.
Wu, H., Garza, E., & Guzman, N. (2015). International Student’s Challenge and
Adjustment to College. Education Research International, 1-9.
95
95
LAMPIRAN
96
LAMPIRAN 1
KUISIONER PENELITIAN
Assalamualaikum Wr. Wb
Saya Nadyah Pramestari mahasisiwi Program Strata-1 (S1) Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, sedang melakukan penelitian untuk memenuhi tugas
akhir (skripsi). Saya mengharapkan bantuan dari teman-teman mahasiswa/i aktif
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang merupakan mahasiswa baru perantau untuk
menjadi responden penelitian ini. Teman-teman dapat mengisi kuisioner ini dengan
mengikuti petunjuk pengisian yang telah diberikan. Pada pengisian kuisioner ini
tidak ada jawaban benar atau salah. Adapun data dan informasi yang teman-teman
berikan “hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja dan dijamin
kerahasiaannya”. Kesediaan teman-teman dalam mengisi kuisioner ini sangat
berarti bagi keberhasilan penelitian. Atas perhatian dan kerjasamanya, saya
ucapkan terima kasih.
Saya menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini,
*Nama/Inisal :
*Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan
*Usia :
*Fakultas :
*Domisili : a. Asrama/Pesantren b. Kontrakan
c. Kost
*Uang Saku : a. < Rp 2.000.000,00
b. Rp 2.000.000,00 – Rp 3.000.000,oo
*) lingkari pernyataan yang paling sesuai dengan diri saudara/i
………………………….
(Tanda tangan)
97
PETUNJUK PENGISIAN SKALA
1. Bacalah dan pahami setiap pernyataan dengan teliti
2. Beri tanda checklist ( √ ) pada kolom di sebelah kanan anda pada setiap
pernyataan YANG PALING SESUAI dengan keadaan anda saat ini.
3. Dalam hal ini, tidak ada jawaban yang benar dan salah. Semua jawaban
adalah baik. Adapun pilihan jawaban tersebut adalah:
STS = Sangat Tidak Sesuai
TS = Tidak Sesuai
S = Sesuai
SS = Sangat Sesuai
Contoh:
No Pernyataan STS TS S SS
1 Saya bangga dengan diri saya √
Jika pernyataan tersebut sesuai dengan diri anda, maka checklist ( √ ) pada
kolom S
98
SKALA 1
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya bisa menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada
2 Saya memiliki kemampuan dalam berprestasi untuk menjadi
sukses
3 Saya memahami setiap kekurangan yang saya miliki
4 Saya kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan
5 Saya bersyukur dengan kondisi diri saat ini
6 Saya tetap tenang ketika menghadapi masalah
7 Saya mampu bergaul dengan teman-teman
8 Kritikan orang lain dapat menjadi motivasi saya untuk
memperbaiki diri
9 Saya merasa nyaman dengan keadaan diri sendiri
10 Saya mengeluhkan kondisi diri saat ini
11 Saya senang menyendiri daripada bergabung bersama teman-
teman
12 Saya tetap bersikap baik terhadap orang yang berbicara buruk
tentang saya
13 Saya menanggapi kritik orang lain dengan senyuman
14 Saya menuruti saran yang diberikan orang lain
15 Saya mampu menyelesaikan masalah dengan pikiran yang
positif
16 Saya merasa puas dengan usaha yang saya lakukan
17 Saya yakin setiap masalah ada jalan keluarnya
18 Saya puas dengan komentar orang lain yang postif tentang saya
19 Saya merasa risih dengan keadaan diri saat ini
20 Saya merasa tersinggung dengan perkataan buruk orang lain
21 Saya menyapa teman-teman saa ketika bertemu
22 Jika marah, saya akan melihat situasi sekitar terlebih dahulu
23 Saat saya mengalami masalah teman-teman banyak yang
berusaha membantu
24 Saat ada waktu luang, saya lebih suka menyendiri daripada
berkumpul bersama teman-teman
25 Saya mampu berkomunikasi dengan baik dengan teman-teman
di lingkungan sekitar
99
SKALA 2
No Pernyataan SS S TS STS 1 Saya sulit mengendalikan diri saya
2 Dengan berusaha sungguh-sungguh hari ini, saya yakin
beberapa tahun lagi saya akan sukses
3 Seringkali saya berkeinginan untuk mencapai sesuatu
yang tidak mungkin dapat tercapai
4 Saya mampu menguasai diri jika ada masalah yang
datang
5 Kelebihan yang saya miliki membuat saya berharga
dimata orang lain
6 Saya bertanggung jawab dalam menyelesaikan masalah
7 Saya menyalahkan diri saya, dengan masalah yang
terjadi
8 Saya sulit untuk mengerjakan sebuah kegiatan dengan
baik dan cepat
9 Kekurangan diri saya merupakan penghambat bagi saya
untuk maju
10 Saya mampu untuk mengatasi masalah yang sulit
11 Saya dapat menyelesaikan apa yang telah saya
rencanakan untuk memecahkan masalah
12 Dengan kemampuan yang saya miliki saya dapat
menyelesaikan permasalahan yang ada
13 Saya merasa tidak dapat menyelesaikan rencana yang
sudah saya dibuat
14 Menyelesaikan tantangan adalah suatu hal yang dapat
saya capai
15 Saya tetap akan bertahan terhadap kesulitan yang saya
hadapi
16 Bagi saya masalah yang ada dapat saya terima
17 Semakin lama masalah itu ada, maka saya akan
semakin tangguh
18 Saya tidak kuat terhadap masalah yang menimpa saya
100
SKALA 3
No Pernyataan SS S TS STS
1 Perhatian orang terdekat terhadap saya membuat perasaan
saya nyaman
2 Setiap kali saya merasa ragu, orang tua saya selalu memberi
dorongan yang membuat saya kembali bersemangat
3 Setiap saya mengalami kesulitan, keluarga disekitar saya
selalu berempati terhadap saya
4 Bila saya sakit, teman-teman sangat perhatian terhadap saya
5 Kasih sayang yang diberikan keluarga terdekat, membuat
saya bersemangat untuk maju
6 Teman-teman saya membantu membimbing saya, bila saya
tidak bisa memecahkan masalah
7 Saya memiliki teman-teman yang pintar dan berprestasi,
sehingga mendorong saya untuk berprestasi
8 Saya sering mendapat bantuan dari teman dan keluarga saat
saya merasa kesulitan
9 Setiap ada masalah saya berusaha untuk menyelesaikannya
sendiri tanpa bantuan siapapun
10 Teman-teman saya tidak pernah membantu saya dalam
kesusahan
11 Keluarga saya memberikan informasi yang terbaik untuk
mengatasi masalah saya
12 Jika saya mengalami kesulitan, teman saya membantu saya
memikirkan bagaimana cara mengatasi masalah yang terjadi
13 Saya tidak pernah mendengarkan nasihat yang diberikan oleh
orang tua saya
14 Saran yang diberikan keluarga terdekat, selalu saya
dengarkan
15 Orang tua saya tidak pernah menasehati ketika saya berbuat
salah
16 Saya belajar bersama teman kelompok ketika mengalami
kesulitan
17 Saya selalu mengikuti setiap kegiatan belajar kelompok
bersama teman-teman
18 Saya merasa tidak diterima didalam teman kelompok
19 Saya sulit bersosialisasi bersama teman kelompok saya
20 Bila saya berkumpul dengan kelompok semangat belajar saya
meningkat
101
SKALA 4
No Pernyataan SS S TS STS
1 Merasakan kehadiran Allah membuat hati saya tenang
2 Kasih sayang Allah dapat saya rasakan
3 Saya tidak merasakan kehadiran Allah dalam kehidupan saya
4 Merasakan kelekatan dengan Allah membuat saya bahagia
menjalani kehidupan
5 Tingkah laku saya terkontrol karena Allah
6 Allah mencintau orang yang bertakwa
7 Keberkahan tidak saya dapatkan dengan memberi sedekah
8 Dengan keyakinan agama, arah hidup menjadi jelas
9 Semua tindakan yang saya lakukan sesuai dengan ajaran
agama
10 Menurut saya agama membatasi banyak hal
11 Tidak melampiaskan amarah semaunya adalah hal yang sesuai
bagi saya
12 Saya ikhlas menerima cobaan dari Tuhan
13 Agama menuntun saya untuk dapat membedakan mana yang
baik atau buruk
14 Segala sesuatu yang diperintahkan Allah, semata-mata demi
kebaikan manusia
15 Ketika mendapat cobaan, saya meragukan pertolongan Allah
16 Terdapat hikmah dibalik musibah yang saya alami
17 Shalat membawa ketenangan bagi saya
18 Berdoa adalah cara terbaik dalam mengatasi stress
19 Saya ragu shalat dapat mencegah orang berbuat jahat
20 Sabar membantu saya menerima kenyataan hidup
21 Bersabar membuat saya semakin menderita
22 Sulit bagi saya memahami hikmah dari setiap cobaan yang
ada
102
LAMPIRAN 2
Syntax dan Path Diagram CFA
1. Syntax Penyesuaian Diri
UJI VALIDITAS KONSTRUK PENYESUAIAN DIRI
DA NI=25 NO=264 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10
ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19
ITEM20 ITEM21 ITEM22 ITEM23 ITEM24 ITEM25
PM SY FI=PD.COR
MO NX=25 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
PENYE
FR TD 11 10 TD 19 4 TD 2 1 TD 24 11 TD 12 3 TD 25 23 TD 18 16 TD 24 22 TD 12
11 TD 12 10 TD 14 13
FR TD 13 12 TD 12 4 TD 3 2 TD 3 1 TD 19 10 TD 10 4 TD 18 11 TD 18 17 TD 21
17 TD 17 16 TD 24 7
FR TD 20 10 TD 20 16 TD 18 2 TD 21 1 TD 15 1 TD 14 9 TD 25 4 TD 19 8 TD 25
22 TD 5 1 TD 10 7
FR TD 8 4 TD 10 8 TD 8 7 TD 8 6 TD 8 5 TD 19 1 TD 19 17 TD 13 7 TD 15 14 TD
23 6 TD 20 5 TD 12 2
FR TD 4 2 TD 20 2 TD 11 4 TD 16 8 TD 19 11 TD 12 8 TD 10 2 TD 11 2 TD 10 3
TD 11 3 TD 10 1 TD 21 4
FR TD 21 19 TD 25 15 TD 19 5 TD 24 4 TD 24 19 TD 5 3 TD 18 4 TD 19 6 TD 19
16 TD 22 4 TD 6 1 TD 6 4
FR TD 15 13 TD 9 8 TD 18 15 TD 12 9 TD 20 6 TD 22 3 TD 16 3 TD 15 3 TD 20 8
TD 23 4 TD 23 13 TD 23 19
FR TD 25 19 TD 24 9 TD 11 9 TD 7 3 TD 17 3 TD 25 18 TD 23 1 TD 24 2 TD 25 1
TD 14 8 TD 13 8 TD 7 4
FR TD 5 4 TD 10 5 TD 24 10 TD 19 7 TD 24 8 TD 11 1 TD 12 1 TD 14 7 TD 17 10
TD 15 10 TD 17 12 TD 13 5
FR TD 16 11 TD 17 4 TD 24 16 TD 25 14 TD 21 15 TD 4 3 TD 21 10 TD 23 14 TD
21 5 TD 21 7 TD 16 5
FR TD 20 18 TD 10 9 TD 20 12 TD 25 24 TD 25 9 TD 25 12 TD 19 9 TD 14 4 TD 14
12 TD 19 14 TD 21 13
FR TD 19 13 TD 13 4 TD 10 6 TD 23 20 TD 20 13 TD 13 3 TD 23 8 TD 24 20 TD 20
11 TD 22 13 TD 20 7
FR TD 20 4 TD 18 14 TD 24 13 TD 13 11 TD 25 6 TD 23 5 TD 23 12 TD 12 6 TD 11
6 TD 14 11 TD 24 14
FR TD 14 3 TD 22 12 TD 24 23 TD 23 22 TD 23 9 TD 23 16 TD 15 8 TD 18 8 TD 21
20 TD 20 1 TD 21 11 TD 21 12
FR TD 22 1 TD 22 21
PD
OU SS TV MI AD=OFF
103
2. Syntax Control
UJI VALIDITAS KONSTRUK CONTROL
DA NI=5 NO=264 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5
PM SY FI=CONTROL.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
CONTROL
FR TD 4 1 TD 3 1 TD 4 2
PD
OU SS TV MI AD-OFF ME=UL
3. Syntax Origin & Ownership
UJI VALIDITAS KONSTRUK ORIGIN
DA NI=4 NO=264 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4
PM SY FI=OO.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
ORIGIN
FR TD 4 2
PD
OU SS TV MI AD=OFF ME=UL
4. Syntax Reach
UJI VALIDITAS KONSTRUK REACH
DA NI=5 NO=264 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5
PM SY FI=REACH.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
REACH
FR TD 5 3 TD 5 2 TD 3 2
PD
OU SS TV MI AD=OFF ME=UL
104
5. Syntax Endurance
UJI VALIDITAS KONSTRUK ENDURANCE
DA NI=4 NO=264 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4
PM SY FI=ENDURANCE.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
ENDURANCE
FR TD 4 3
PD
OU SS TV MI
6. Syntax Emotional or esteem support
UJI VALIDITAS KONSTRUK EOES
DA NI=5 NO=264 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5
PM SY FI=EOES.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
EOES
FR TD 5 4
PD
OU SS TV MI
7. Syntax Tangible or instrumental support
UJI VALIDITAS KONSTRUK TOIS
DA NI=5 NO=264 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5
PM SY FI=TOIS.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
TOIS
FR TD 5 4 TD 4 1
PD
OU SS TV MI
8. Syntax Informational support
UJI VALIDITAS KONSTRUK IS
DA NI=4 NO=264 MA=PM
105
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4
PM SY FI=IS.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
IS
FR TD 3 1 TD 4 3
PD
OU SS TV MI
9. Syntax Companioship support
UJI VALIDITAS KONSTRUK CS
DA NI=5 NO=264 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5
PM SY FI=CS.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
CS
FR TD 4 3 TD 4 1 TD 5 3
PD
OU SS TV MI AD=OFF ME=UL
10. Syntax Daily spiritual experience
UJI VALIDITAS KONSTRUK DSE
DA NI=5 NO=264 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5
PM SY FI=DSE.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
DSE
FR TD 3 1
PD
OU SS TV MI
11. Syntax Value
UJI VALIDITAS KONSTRUK VALUE
DA NI=5 NO=264 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5
PM SY FI=VALUE.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
106
LK
VALUE
FR TD 4 1
PD
OU SS TV MI
12. Syntax Belief
UJI VALIDITAS KONSTRUK BELIEF
DA NI=7 NO=264 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7
PM SY FI=CELIEF.COR
MO NX=7 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
BELIEF
FR TD 6 5 TD 3 2 TD 2 1 TD 7 5 TD 6 4
PD
OU SS TV MI
13. Syntax Religious/spiritual support
UJI VALIDITAS KONSTRUK RSC
DA NI=5 NO=264 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5
PM SY FI=RSC.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
RSC
FR TD 2 1 TD 4 1
PD
OU SS TV MI
107
LAMPIRAN 3
PATH DIAGRAM AGRESI
1. Path Diagram Variabel Penyesuaian Diri
108
1. Path Diagram Control
2. Path Diagram Origin & Ownership
109
3. Path Diagram Reach
4. Path Diagram Endurance
110
5. Path Diagram Emotional or esteem support
6. Path Diagram Tangible or instrumental support
111
7. Path Diagram Informational support
8. Path Diagram Companionship support
112
9. Path Diagram Daily spiritual experience
10. Path Diagram Value
113
11. Path Diagram Belief
12. Path Diagram Religious/spiritual coping
114
LAMPIRAN 4
Tabel SPSS
Tabel Analisis Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PENYESUAIAN.DIRI 264 15,19 67,00 50,0000 9,64728
CONTROL 264 21,37 60,78 50,0000 9,15385
ORIGIN_OWNERSHIP 264 30,82 67,27 50,0000 8,33601
REACH 264 25,73 67,10 50,0000 8,67849
ENDURANCE 264 26,32 65,95 50,0000 8,15001
EMOTIONAL_E_S 264 19,62 62,18 50,0000 9,52318
TANGIBLE_I_S 264 24,38 64,38 50,0000 9,32244
INFORMATIONAL_SUPPO
RT 264 21,10 63,15 50,0000 8,71842
COMPANIONSHIP_SUPPO
RT 264 24,91 66,98 50,0000 8,43868
DAILY_S_E 264 30,83 60,17 50,0000 9,71509
VALUE 264 35,90 71,62 50,0000 8,73708
BELIEF 264 32,35 61,07 50,0000 9,76564
REGIOUS_COPING 264 19,85 60,32 50,0000 9,03880
Valid N (listwise) 264
Tabel Kategorisasi Skor Varibel
C
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1,00 147 55,7 55,7 55,7
2,00 117 44,3 44,3 100,0
Total 264 100,0 100,0
115
OO
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1,00 127 48,1 48,1 48,1
2,00 137 51,9 51,9 100,0
Total 264 100,0 100,0
R
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1,00 85 32,2 32,2 32,2
2,00 179 67,8 67,8 100,0
Total 264 100,0 100,0
E
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1,00 120 45,5 45,5 45,5
2,00 144 54,5 54,5 100,0
Total 264 100,0 100,0
EM
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1,00 143 54,2 54,2 54,2
2,00 121 45,8 45,8 100,0
Total 264 100,0 100,0
T
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1,00 81 30,7 30,7 30,7
2,00 183 69,3 69,3 100,0
Total 264 100,0 100,0
116
IS
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1,00 156 59,1 59,1 59,1
2,00 108 40,9 40,9 100,0
Total 264 100,0 100,0
CS
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1,00 102 38,6 38,6 38,6
2,00 162 61,4 61,4 100,0
Total 264 100,0 100,0
D
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1,00 128 48,5 48,5 48,5
2,00 136 51,5 51,5 100,0
Total 264 100,0 100,0
V
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1,00 126 47,7 47,7 47,7
2,00 138 52,3 52,3 100,0
Total 264 100,0 100,0
117
B
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1,00 99 37,5 37,5 37,5
2,00 165 62,5 62,5 100,0
Total 264 100,0 100,0
RC
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1,00 139 52,7 52,7 52,7
2,00 125 47,3 47,3 100,0
Total 264 100,0 100,0
Tabel R-Square Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
R Square Change F Change df1 df2 Sig.
F
Chan
ge
1 ,822a ,675 ,661 5,61615 ,675 47,641 11 252 ,000
a. Predictors: (Constant), REGIOUS_COPING, ORIGIN_OWNERSHIP, COMPANIONSHIP_SUPPORT, ENDURANCE, EMOTIONAL_E_S,
TANGIBLE_I_S, REACH, INFORMATIONAL_SUPPORT, VALUE, DAILY_S_E, BELIEF
Tabel ANOVA
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 16529,038 11 1502,640 47,641 ,000b
Residual 7948,374 252 31,541
Total 24477,412 263
a. Dependent Variable: PENYESUAIAN.DIRI
b. Predictors: (Constant), REGIOUS_COPING, ORIGIN_OWNERSHIP,
COMPANIONSHIP_SUPPORT, ENDURANCE, EMOTIONAL_E_S, TANGIBLE_I_S, REACH,
INFORMATIONAL_SUPPORT, VALUE, DAILY_S_E, BELIEF
118
Tabel Koefisen Regresi
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -5,940 8,597 -,691 ,490
ORIGIN_OWNERSHIP ,295 ,053 ,255 5,580 ,000
REACH ,443 ,062 ,399 7,133 ,000
ENDURANCE ,149 ,057 ,126 2,637 ,009
EMOTIONAL_E_S ,033 ,052 ,032 ,636 ,525
TANGIBLE_I_S -,012 ,050 -,011 -,232 ,816
INFORMATIONAL_SUPPO
RT ,017 ,062 ,016 ,276 ,783
COMPANIONSHIP_SUPPO
RT ,085 ,052 ,074 1,637 ,103
DAILY_S_E ,230 ,103 ,231 2,229 ,027
VALUE -,069 ,083 -,063 -,832 ,406
BELIEF -,144 ,104 -,145 -1,379 ,169
REGIOUS_COPING ,091 ,070 ,085 1,290 ,198
a. Dependent Variable: PENYESUAIAN.DIRI
119
Tabel Proporsi Varians