Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE. REPUTASI KAP, DAN
INSVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP KUALITAS
LABA
(Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
VANIA EKA PUTRI
NIM. 1111082000059
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436H/2015M
ii
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, REPUTASI KAP, DAN
INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP KUALITAS LABA
(Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
VANIA EKA PUTRI
NIM. 1111082000059
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Yahya Hamja, MM Yessy Fitri, S.E.,M.Si.,Ak.,CA
NIP.19490602 197803 1 001 NIP. 19760924 200604 2 002
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436H/2015M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Senin, 6 April 2015 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswi:
1. Nama : Vania Eka Putri
2. NIM : 1111082000059
3. Jurusan : Akuntansi/ Audit
4. Judul Skripsi : Pengaruh Corporate Governance, Reputasi KAP, dan
Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Kualitas
Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real
Estate yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode
2010-2013)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswi tersebut diatas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melaksanakan ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 6 April 2015
1. Rizqon Halal Syah Aji, M.Si (…………………………………)
NIP. 19790405 201101 1 005 Penguji I
2. Yusro Rahma, SE.,M.Si (………………………………...)
NIP. 19800506 200801 2 016 Penguji II
3. Abdul Hamid Cebba, MBA,CPA (…………………………………)
NIP. 19620502 199303 1 003 Penguji III
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini, Selasa 25 Agustus 2015 telah melakukan ujian skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Vania Eka Putri
2. NIM : 1111082000059
3. Jurusan : Akuntansi/ Audit
4. Judul Skripsi : Pengaruh Corporate Governance, Reputasi KAP,
dan Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap
Kualitas Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan
Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 2010-2013).
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 Agustus 2015
1. Dr. Ade Sofyan Mulazid
NIP. 19750101 200501 1 008
(___________________________)
Ketua
2. Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA
NIP. 19720516 200901 1 006
(___________________________)
Sekretaris
3. Yusar Sagara, SE., M.Si, Ak., CA., CMA
NIDN. 2009058601
(___________________________)
Penguji Ahli
4. Dr. Yahya Hamja, MM
NIP. 19490602 197803 1 001
(___________________________)
Pembimbing I
5. Yessy Fitri, SE., M.Si., Ak., CA
NIP. 19760924 200604 2 002
(___________________________)
Pembimbing II
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama : Vania Eka Putri
No. Induk Mahasiswa : 1111082000059
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan dalam penulisan skripsi ini saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebut sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas
karya ini.
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui
pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan ternyata memang ditemukan
bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Agustus 2015
Vania Eka Putri
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Vania Eka Putri
2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 22 April 1994
3. Alamat : Komplek Pinang Indah. Jalan Sejahtera
Blok A.99 No. 15 RT.05/RW.02.
Pinang Indah – Tangerang. 15145
4. Telepon : 0813-1908-6660
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Negeri Bojong 01 Tangerang 1999-2005
2. SMP Negeri 3 Tangerang 2005-2008
3. SMA Negeri 3 Tangerang 2008-2011
4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011-2015
III. PENDIDIKAN NON FORMAL
1. Kursus Bahasa Inggris di Boston Course Indonesia, Tangerang
2. Kursus Bahasa Inggris di Global English, Pare – Kediri
3. Kursus Konsultan Pajak Brevet A dan B di Sekolah Tinggi Akuntansi
Negara (STAN), Bintaro-Jakarta.
IV. PENGALAMAN ORGANISASI DAN KEPANITIAAN
1. Anggota Pramuka SMP Negeri 3 Tangerang, Periode 2006-2007
2. Anggota Pergerakkan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat
Fakultas Ekonomi dan Bisnis (KOMFEIS) tahun 2011.
3. Anggota Departemen Kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Jurusan
(HMJ) Akuntansi UIN Jakarta, Periode 2012-2013.
vii
4. Anggota Departemen Sosial dan Agama Pergerakkan Mahasiswa Islam
Indonesia (PMII) Komisariat Fakultas Ekonomi dan Bisnis
(KOMFEIS) UIN Jakarta, Periode 2012-2013.
5. Anggota Ikatan Mahasiswa Akuntansi Indonesia (IMAI) Simpul
Jakarta tahun 2012.
6. Anggota Departemen Komunikasi dan Informasi Ikatan Mahasiswa
Akuntansi Indonesia (IMAI) Simpul Jakarta, Periode 2012-2013.
7. Ketua Pelaksana Manajemen Organisasi PMII KOMFEIS tahun 2012.
8. Bendahara Dekan Cup Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta
tahun 2012.
9. Panitia Orientasi Pengenalan Akademik dan Kampus (OPAK) Jurusan
Akuntansi UIN Jakarta tahun 2012.
10. Koordinator Acara Masa Penerimaan Mahasiswa Baru PMII
KOMFEIS tahun 2012.
11. Bendahara Umum Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Akuntansi,
Periode 2013-2014.
12. Panitia Seminar Nasional Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta
tahun 2013.
13. Wakil Ketua Pelaksana Orientasi Pengenalan Akademik dan Kampus
(OPAK) Jurusan Akuntansi UIN Jakarta tahun 2013.
14. Ketua Pelaksana Accounting Fair UIN Jakarta tahun 2014.
15. Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Akuntansi Indonesia (IMAI) Simpul
Jakarta, Periode 2013-2014.
16. Divisi Acara Kuliah Kerja Nyata UIN Jakarta tahun 2014.
17. Badan Pimpinan Nasional Ikatan Mahasiswa Akuntansi Indonesia
(IMAI), Periode 2014-2016.
18. Bendahara Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Jakarta, Periode 2014-2015.
viii
ABSTRACT
The Effect of Corporate Governance, KAP Reputation, and Investment
Opportunity Set (IOS) on Earnings Quality.
The research aims to obtain emperical evidence about the effect of
corporate governance. Corporate governance meant is the existenc of
independent commissioner’s, audit committee independent, institutional
ownership, and managerial ownership, also KAP reputation and Investment
Opportunity Set (IOS) on earnings quality.
This research is quantitative. The data source of this research is
secondary data such as company financial statements obtained from the Indonesia
Stock Exchange website.The sample of this research are property and real estate
companies listed on Indonesia Stock Exchange (IDX) in 2010 to 2013 periods.
Data collection method in this research using the literature study and study
documentation in the form of the annual financial report, reference books, the
internet and others. The sample methods used is purposive sampling . After
conducted on a selection purposive sampling , there are 25 companies that meet
the criterias required by the samples during a period of observation for 4 years
.On a sampling purposive , the total sample the end was 88 company .The testing
of hypotheses in this research in a linear regression multiple analysis by using
application statistics Statistical Package for Social Science ( SPSS ) version 21 as
a test . The analytical methods used include descriptive statistical test, classical
assumption (normality test, multikolinearity test, heterokedasticity test,
autocorrelation test), and hypothesis testing.
The results of these research from multiple regressions indicate that
institutional ownership and managerial ownership have significant effect on
corporate earnings. While investment opportunity set (IOS), independent
commissioner’s, and audite committee haven’t significant effect on earnings
quality.
Keywords: independent commissioner, audit committee independent, institutional
ownership, managerial ownership, KAP reputation, investment opportunity set
(IOS), earnings quality, modified jones model
ix
ABSTRAK
Pengaruh Corporate Governance, Reputasi KAP, dan Investment Opportunity
Set (IOS) Terhadap Kualitas Laba
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh
tata kelola perusahaan. Tata kelola perusahaan yang dimaksud yaitu adanya
komisaris independen, komite audit independen, kepemilikan institusional, dan
kepemilikan manajerial, serta reputasi KAP dan Peluang Investasi (IOS) terhadap
kualitas laba.
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif. Sumber data
penelitian ini adalah data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan
yang diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia. Sampel penelitian ini adalah
perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada periode 2010-2013. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan studi pustaka dan studi dokumentasi yaitu berupa laporan keuangan
tahunan, buku referensi, internet dan lain sebagainya. Metode penentuan sampel
yang digunakan adalah metode purposive sampling. Setelah dilakukan seleksi
berdasarkan metode purposive sampling, terdapat 25 perusahaan yang memenuhi
kriteria-kriteria sampel yang dibutuhkan dengan periode pengamatan selama 4
tahun. Berdasarkan metode purposive sampling, jumlah sampel akhir adalah 88
perusahaan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode
analisis regresi linear berganda dengan menggunakan aplikasi statistik Statistical
Package for Social Science (SPSS) versi 21 sebagai alat uji. Metode analisis yang
digunakan antara lain uji statistik deskriptif, uji asumsi klasik (uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi), dan uji hipotesis.
Hasil penelitian dari regresi menunjukkan bahwa kepemilikan institusional
dan kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba.
Sementara peluang investasi (IOS), reputasi KAP, komisaris independen, dan
komite audit independen tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba
Kata kunci: komisaris independen, komite audit independen, kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, reputasi KAP, investment opportunity set
(IOS), kualitas laba, modified jones model.
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Salawat serta salam dipanjatkan kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi inspirasi bagi penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun
dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis tidak lepas
dari bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun
tidak langsung oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Ibu Novida Chandra dan Bapak Dwi Atmoko,
yang tak pernah henti mecurahkan cinta dan kasih sayang, memberikan
dukungan penuh untuk setiap langkah yang penulis jalani, serta do’a,
nasehat, dan perhatian yang tak terhingga untuk penulis. Terima kasih ma..
pa.. karya kecil ini kakak persembahkan untuk mama dan papa.
2. Adikku tersayang, Rhesa Ananda Putra. Terima kasih untuk setiap doa dan
semangat yang telah diberikan kepada penulis. Terima kasih ca, karna selalu
menjadi motivasi buat kakak agar menjadi lebih baik dalam segala hal.
3. Kekasih hati, Arif Yusri SE., Ak., CA. Terima kasih untuk setiap doa,
dukungan, nasehat, dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis.
Terima kasih sayang untuk semuanya. Love you.
4. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, LC., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA. Selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sekaligus
Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu, mencurahkan
xi
perhatian, membimbing, berdiskusi, memberikan pengarahan serta nasihat
dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas semua saran dan ilmu yang
telah ibu berikan selama kuliah, penyusunan skripsi sampai terlaksananya
sidang skripsi.
6. Bapak Hepi Prayudiawan, S.E., Ak., MM., CA. selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Terima kasih pak atas semua saran dan nasehat yang telah bapak berikan.
7. Bapak Dr. Yahya Hamja., MM selaku Dosen Pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk mengarahkan, memberikan masukan-
masukan, nasihat, serta membimbing penulis hingga terselesaikannya skripsi
ini. Terima kasih atas ilmu yang telah Bapak berikan selama ini.
8. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
9. Kakak ku tersayang, Amanda Ayu Davita Widyastika. Terima kasih untuk
setiap waktu, doa, dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.
Terima kasih karna selalu ada buat aku kak.
10. Senior terajaib, Lukmanul Hakim SE. Terima kasih untuk setiap doa dan
waktu yang telah diberikan kepada penulis. Terima kasih ya bang atas semua
ledekannya selama ini, itu semua jadi penyemangat tersendiri untukku.
Terima kasih juga sudah sabar menampung keluh kesahku. Terima kasih
cingmang.
11. Perempuan-perempuanku tersayang, najmi, mpit, pipit, ratri, lala, liliek dan
eva. Terima kasih untuk setiap doa, semangat, dan nasehat yang telah
diberikan kepada penulis. Thank you for everything girls.
12. Keluarga besar Ikatan Mahasiswa Akuntansi Indonesia (IMAI), HMJ
Akuntansi, Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dan sahabat-
sahabat PMII. Terima kasih karna telah banyak memberikan pelajaran dan
pengalaman berharga untuk penulis.
13. Keluarga KKN Sapulidi
14. Saudara- saudara Akuntansi B
15. Semua teman-teman Akuntansi 2011 yang telah berjuang bersama-sama.
xii
16. Semua pihak yang membantu yang tidak bisa disebutkan satu per satu oleh
penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran dan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, Agustus 2015
(Vania Eka Putri)
xiii
DAFTAR ISI
Halaman Judul .............................................................................................. i
Lembar Pengesahan Skripsi ......................................................................... ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensi ................................................... iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi .............................................................. iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah .............................................. v
Daftar Riwayat Hidup .................................................................................. vi
Abstract ........................................................................................................... viii
Abstrak ........................................................................................................... ix
Kata Pengantar ............................................................................................. x
Daftar Isi ........................................................................................................ xiii
Daftar Tabel ................................................................................................... xvi
Daftar Gambar .............................................................................................. xvii
Daftar Lampiran ........................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 12
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 13
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 15
A. Tinjauan Literatur ..................................................................... 15
1. Teori Agensi ........................................................................ 15
2. Laporan Keuangan .............................................................. 16
3. Kualitas Laba ....................................................................... 22
4. Corporate Governance ....................................................... 28
5. Komisaris Independen ......................................................... 30
6. Komite Audit ...................................................................... 31
7. Kepemilikan Institusional .................................................... 34
xiv
8. Kepemilikan Manajerial ...................................................... 35
9. Reputasi KAP ...................................................................... 36
10. Investment Opportunity Set (IOS) ....................................... 37
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ............. 40
C. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu .............................................. 45
D. Kerangka Pemikiran .................................................................. 50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 52
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 52
B. Metode Penentuan Sampel ....................................................... 52
C. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 53
D. Metode Analisis ......................................................................... 54
1. Statistik Deskriptif .............................................................. 54
2. Uji Asumsi Klasik .............................................................. 55
a. Uji Normalitas .............................................................. 55
b. Uji Heteroskedastisitas ................................................. 56
c. Uji Multikolonieritas .................................................... 56
d. Uji Autokorelasi ............................................................ 57
3. Koefisien Determinasi ......................................................... 58
4. Uji Hipotesis ........................................................................ 58
a. Pengujian dengan Analisis Regresi Berganda ............... 58
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ................... 59
c. Uji Statistik t ................................................................. 60
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ........................................ 60
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ........................................... 68
A. Data Objek Penelitian ............................................................... 68
1. Deskripsi Objek Penelitian ................................................. 68
B. Analisis dan Pembahasan ......................................................... 70
1. Hasil Uji Statistik Desriptif ................................................ 70
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ...................................................... 71
a. Uji Normalitas ............................................................... 72
xv
b. Uji Multikolonieritas .................................................... 73
c. Uji Heteroskedastisitas ................................................. 74
d. Uji Autokorelasi ........................................................... 75
3. Hasil Uji Koefisien Determinasi ......................................... 76
4. Hasil Uji Hipotesis ............................................................. 77
a. Hasil Uji F .................................................................... 77
b. Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji
Statistik t) ...................................................................... 77
c. Pembahasan .................................................................. 79
1) Pengaruh Independensi Dewan Komisaris terhadap
Kualitas Laba .......................................................... 79
2) Pengaruh Komite Audit Independen terhadap
Kualitas Laba .......................................................... 83
3) Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap
Kualitas Laba .......................................................... 84
4) Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap
Kualitas Laba .......................................................... 84
5) Pengaruh Reputasi KAP terhadap Kualitas Laba ... 85
6) Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS)
terhadap Kualitas Laba ........................................... 86
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 87
A. Kesimpulan ............................................................................... 87
B. Implikasi ................................................................................... 88
C. Saran ......................................................................................... 89
Daftar Pustaka ............................................................................................... 91
Lampiran ....................................................................................................... 95
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ................................................ 46
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel .......................................................... 66
Tabel 4.1 Tahapan Seleksi Sampel Penelitian ............................................ 68
Tabel 4.2 Daftar Nama Perusahaan ............................................................ 69
Tabel 4.3 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ............................................... 70
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas ................................................................... 72
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolonieritas ......................................................... 73
Tabel 4.6 Hasil Uji Heterokedastisitas ........................................................ 74
Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi Durbin-Watson ...................................... 75
Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi ................................................. 76
Tabel 4.9 Hasil Uji F (ANOVA) ................................................................. 77
Tabel 4.10 Hasil Uji Statistik t ..................................................................... 78
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran ......................................................... 50
Gambar 4.1 Hasil Uji Durbin-Watson ............................................................. 75
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Sampel Perusahaan .......................................................... 95
Lampiran 2 Daftar Rincian Data Perusahaan ................................................. 97
Lampiran 3 Hasil Output SPSS ..................................................................... 114
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, terdapat perbedaan pandangan
dan cara pelaku ekonomi dalam melakukan pengaturan keuangannya. Seperti
halnya berinvestasi, kini para investor atau pemilik modal di Indonesia telah
banyak beralih pada investasi berbentuk saham. Hal tersebut didukung dengan
perkembangan teknologi yang semakin maju. Majunya perkembangan
teknologi memberikan kemudahan bagi seseorang yang ingin mulai
berinvestasi. Selain itu, bertambah banyaknya perusahaan yang sudah go
public juga ikut mendorong investor untuk berinvestasi dalam bentuk saham.
Namun, sebelum melakukan investasi terdapat banyak pertimbangan yang
harus dilakukan oleh seorang investor, salah satunya yaitu memilih saham
dengan laporan keuangan yang baik. Salah satu sumber informasi yang
menjadi pertimbangan investor dalam memilih saham yang akan di beli adalah
informasi mengenai laba perusahaan (Simamora, 2014).
Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.1 menyatakan
laba memiliki manfaat untuk menilai kinerja manajemen, membantu
mengestimasi kemampuan laba yang representative dalam jangka panjang,
memprediksi laba dan menaksir resiko dalam investasi atau kredit. Para
pemakai informasi laporan keuangan akan melihat kualitas laba di sebuah
entitas untuk menentukan suatu keputusan, karena laba merupakan salah satu
2
unsur laporan keuangan yang dapat digunakan sebagai indikator untuk
mengukur kinerja manajer dalam membuat laporan keuangan dan selain itu
karena laba juga memiliki nilai prediktif. Sebagai indicator pengukuran
kinerja manajer dan juga memiliki nilai prediktif maka laba yang disajikan
haruslah laba yang berkualitas. Laba yang berkualitas merupakan laba yang
disajikan sesuai dengan kondisi sebenarnya tanpa ada intervensi dari pihak-
pihak yang berkepentingan (Taruno, 2013).
Laba yang tidak menyajikan fakta sebenarnya tentang kondisi ekonomi
perusahaan dapat diragukan kualitasnya (Paulus, 2012). Jika hal tersebut
terjadi maka dapat menyebabkan kesalahan pengambilan keputusan bagi pihak
yang memerlukan informasi laba perusahaan baik investor maupun kreditor.
Hal ini dapat terjadi karena adanya konflik keagenan (agency conflict).
Konflik keagenan muncul sebagai akibat adanya pemisah antara kepemilikan
perusahaan dan pengelolaan perusahaan yang menimbulkan adanya perbedaan
kepentingan antara pihak agen (manajer perusahaan) dan pihak prinsipal
(pemilik perusahaan). Adanya konflik keagenan juga memotivasi manajemen
untuk melaporkan laba yang baik untuk memaksimalkan keuntungan mereka.
Hal tersebut akan menghasilkan kualitas laba yang rendah (Siahaan, 2013).
Pada dasarnya manajer secara moral bertanggung jawab untuk
mengoptimalkan keuntungan para pemilik, namun disisi lain manajer juga
mempunyai kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka
(Puteri, 2012).
3
Dalam Agustiningsih (2009) begitu pentingnya informasi laba, maka
kualitas laba dari suatu perusahaan seharusnya menjadi pusat perhatian
investor dan kreditur. Laba yang berkualitas adalah laba yang persisten, yaitu
laba yang berkelanjutan, lebih bersifat permanen dan tidak transitori.
Sementara dalam kaitannya dengan prediktabilitas, laba yang berkualitas
adalah laba yang mempunyai kemampuan tinggi dalam memprediksi laba dan
kualitas laba tersebut akan bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi,
bisnis, atau investasi.
Mengingat begitu pentingnya kualitas laba tersebut maka para investor
dan kreditur seharusnya tidak hanya melihat laporan keuangan perusahaan
dengan berfokus pada laba perusahaan saja, tanpa memperhatikan prosedur
yang digunakan untuk menghasilkan informasi mengenai laba tersebut.
Kondisi yang demikian ini menyebabkan para manajer perusahaan melakukan
tindakan-tindakan yang membuat laporan keuangan menjadi baik, dengan
tujuan menjaga kelangsungan hidup perusahaan, agar berjalan secara stabil
yang bertujuan menarik perhatian para investor untuk berinvestasi.
Adanya konflik keagenan dapat diatasi dengan adanya tata kelola
perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) Siallagan dan
Machfoedz (2006) dalam Simamora (2014). Good Corporate Governance
merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis,
yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan
komisaris, para pemegang saham dan stakeholders lainnya. Good Corporate
Governance juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi sasaran-
4
sasaran dari suatu perusahaan dan sebagai suatu sarana untuk menentukan
teknik monitoring kinerja (Darmawati dkk, 2004). Namun, Kaihatu (2006)
dalam penelitiannya terhadap mekasisme Good Corporate Governance dan
penerapannya di Indonesia mengungkapkan bahwa dari berbagai hasil
penelitian lembaga independen menunjukkan pelaksanaan Corporate
Governance di Indonesia masih sangat rendah.
Dengan adanya tata kelola perusahaan yang baik, diharapkan akan
meminimalkan terjadinya tindakan-tindakan negatif berupa manajemen laba
dengan begitu kualitas laba perusahaan juga akan meningkat dan dapat
dipercaya oleh pihak-pihak pemakai laporan keuangan. Ada empat mekanisme
Corporate Governance yang sering dipakai dalam berbagai penelitian
sebelumnya yang bertujuan untuk mengurangi konflik keagenan, yaitu
komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusional dan
kepemilikan manajerial (Siahaan, 2013).
Mekanisme pertama dari Good Corporate Governance adalah adanya
komisaris independen. Komisaris independen dalam perusahaan berperan
menjalankan fungsi pengawasan, sehingga dapat mempengaruhi tindakan-
tindakan manajemen dalam perusahaan (Puteri, 2012). Febiani (2012)
mengemukakan bahwa kemungkinan dilakukannya kecurangan atas pelaporan
keuangan akan menurun dengan adanya proses pemantauan atas pelaporan
keuangan sehingga membatasi tingkat manajemen laba dalam perusahaan.
Dalam beberapa tahun terakhir, skandal keuangan telah terjadi, hal ini
dikarenakan kepercayaan investor dalam sistem pelaporan keuangan telah
5
menurun (Moradi dan Nezami, 2011). Adanya fenomena skandal keuangan
menunjukkan bahwa laporan keuangan telah gagal dalam memenuhi
kebutuhan informasi kepada para pengguna laporan keuangan yang banyak
dipertimbangkan oleh para penggunaan laporan keuangan, dan tidak
menyajikan fakta yang sebenarnya tentang kondisi ekonomi dalam
perusahaan tersebut, sehingga informasi laba yang disajikan dapat
menyesatkan para pengguna laporan. Di Indonesia, skandal keuangan juga
pernah terjadi pada beberapa perusahaan diantaranya PT Telkom Tbk, PT
Indofarma Tbk, PT Lippo, dan PT Kimia Farma Tbk. Pos yang seharusnya
dicatatkan dalam kerugian, oleh perusahaan dibukukan sebagai pos yang
dapat menggelembungkan pendapatan. Menurut laporan keuangan tahun
2005, PT KAI mencatat laba sebesar Rp. 6,9 miliar, padahal perusahaan
tersebut seharusnya menderita kerugian sebesar Rp. 63 miliar (Farida, 2012).
Tidak hanya di Indonesia, skandal laporan keuangan juga terjadi di negara-
negara lain, salah satunya skandal laporan keuangan yang terjadi di Jepang
yaitu pada perusahaan Toshiba. Kondisi keuangan perusahaan elektronika
dan teknologi energi nuklir asal Jepang ini berbeda dari temuan komite
independen. Kondisi keuangan Toshiba sudah menyimpang. Keuntungan
perusahaan dibesar-besarkan hingga US$ 1,2 miliar selama periode lima
tahun. Penyimpangan tersebut baru terlihat pada April 2015, yang
menyebabkan saham Toshiba turun sebesar 20% (www.finance.detik.com).
Melihat kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam pelaporan
laporan keuangan, seluruh instrumen perusahaan sangat berpengaruh besar
6
dalam pengawasannya. Dalam sebuah perusahaan, praktik manajemen laba
dapat diminimalkan dengan mekanisme pengawasan yang baik. Dewan
komisaris secara luas dipercaya memainkan peranan penting khususnya
dalam memonitor manajemen tingkat atas (Andayani, 2010). Dewan
komisaris bertugas untuk menjamin terlaksananya strategi perusahaan,
mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan serta mewajibkan
terlaksananya akuntabilitas (FCGI, 2003) dalam Mawardi (2011). Secara
khusus, komisaris independen yang merupakan bagian dari dewan komisaris
sangat berperan dalam meminimumkan manajemen laba yang dilakukan oleh
pihak manajemen. Komisaris independen diharapkan mampu mendorong
dan menciptakan iklim yang lebih objektif, serta dapat menempatkan
kesetaraan (fairness) sebagai prinsip utama dalam memperhatikan
kepentingan pemegang saham minoritas dan stakeholders lainnya (Andayani,
2010).
Di Indonesia, pemerintah telah menekankan pentingnya peranan
pengawasan yang dilakukan oleh komisaris independen dalam mewujudkan
good corporate governance. Surat Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta
(BEJ) Nomor: Kep 315/BEJ/06-2000 perihal Peraturan No I-A, tentang
Pencatatan Saham dan Efek bersifat Ekuitas selain Saham yang diterbitkan
oleh Perusahaan Tercatat pada Bagian Ketentuan tentang Komisaris
Independen menyatakan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan
perusahaan yang baik (good corporate governance), perusahaan yang tercatat
di BEJ wajib memiliki komisaris independen yang jumlah proporsionalnya
7
sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham
pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-
kurangnya 30% dari jumlah seluruh anggota komisaris. Surat keputusan ini
berlaku efektif 30 Juni 2000. Dalam penugasannya, Dewan Komisaris harus
mendelegasikan beberapa tugas mereka kepada komite-komite. Adanya
komite-komite ini merupakan suatu sistem yang bermanfaat untuk dapat
melaksanakan pekerjaan Dewan Komisaris secara lebih rinci dengan
memusatkan perhatian Dewan Komisaris kepada bidang khusus perusahaan
atau cara pengelolaan yang baik (Governance) oleh manajemen. Komite-
komite yang pada umumnya dibentuk adalah Komite Kompensasi/Remunerasi
untuk badan eksekutif dalam perusahaan, Komite Nominasi, dan Komite
Audit.
Mekanisme yang kedua dari Good Corporate Governance adalah
perusahaan harus membentuk komite audit. Dalam pelaporan keuangan,
peranan dan tanggung jawab komite audit adalah mengawasi proses
pembuatan laporan keuangan, dengan memberi penekanan pada kepatuhan
terhadap standar dan policy akuntansi yang berlaku (Shalicha, 2012). Dengan
adanya pembentukan komite audit dalam perusahaan diharapkan proses
pengendalian dan pengawasan dalam perusahaan menjadi lebih baik dan
menghindari perusahaan dari kegiatan-kegiatan yang menyalahi aturan atau
kecurangan yang dapat merugikan berbagai pihak di dalam maupun pihak
diluar perusahaan.
8
Mekanisme Good Corporate Governance yang ketiga dan keempat
berada pada struktur kepemilikan saham dalam perusahaan. Struktur
kepemilikan saham dalam perusahaan juga dapat ikut mempengaruhi kualitas
laba. Kepemilikan saham dalam perusahaan terbagi dua yaitu kepemilikan
institusional dan kepemilikan manajerial. Kepemilikan institusional
merupakan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga
(perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi
lain). Investor institusional sering disebut investor yang canggih dan lebih
diandalkan sehingga seharusnya lebih dapat menggunakan informasi periode
sekarang dalam memprediksi laba masa depan dibanding investor non
institusional. Pemilik yang berasal dari institusi dianggap mampu mengawasi
setiap peristiwa yang terjadi dalam perusahaan dan lebih cepat tanggap apabila
terdapat perubahan yang ada dalam perusahaan (Simamora, 2014).
Hashim dan Devi (2008) menyebutkan bahwa dengan semakin
besarnya peranan corporate governance dalam perusahaan maka peran dari
investor institusional akan menjadi sangat penting. Hal ini terkait dengan
peran investor institusional dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja
perusahaan, mencegah terjadinya konflik kepentingan dari pemegang saham
minoritas perusahaan. Semakin besar kepemilikan oleh institusional maka
akan semakin besar peran kepemilikan institusional tersebut dalam mekanisme
corporate governance sehingga aspek pengawasan terhadap kinerja
perusahaan akan semakin meningkat.
9
Dalam Simamora (2014), kepemilikan manajerial yaitu saham
perusahaan yang dimiliki oleh manajemen perusahaan. Kepemilikan
manajerial menjadi penting karena manajer perusahaan juga memiliki saham
dalam perusahaan yang dikelolanya. Kepemilikan saham oleh manajer dalam
perusahaan biasanya disebut dengan kepemilikan manajerial. Kepemilikan
saham oleh manajer perusahaan diyakini mampu mencegah dan mengurangi
kemungkinan adanya praktek manajemen laba dalam perusahaan dan dapat
meningkatkan kualitas laba. Hal ini dikarenakan manajer yang ikut memiliki
saham dalam perusahaan akan berusaha untuk melakukan peningkatan kinerja
perusahaan untuk memajukan perusahaan yang dimilikinya sekaligus yang
dikelolanya sendiri.
Meningkatnya perhatian yang diberikan oleh para peneliti akademis
tentang mekanisme corporate governance setelah krisis keuangan Asia dan
skandal pelaporan keuangan bahwa corporate governance yang baik akan
mengekang perilaku tidak etis manajemen dari manajemen laba, sehingga
meningkatkan keandalan dan kegunaan kualitas informasi laba. Kehadiran
sistem governance yang baik dapat membantu dalam menjaga kepercayaan
investor terhadap integritas pasar modal (Hashim dan Devi, 2007).
Selain mengimplementasikan tata kelola perusahaan yang baik (Good
Corporate Governance), dalam meningkatkan keyakinan investor pada
kualitas laba perusahaan diperlukan peran seorang auditor independen yang
melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut. Data
perusahaan akan lebih mudah dipercaya oleh investor pemakai laporan
10
keuangan apabila laporan keuangan tersebut mencerminkan kinerja dan
kondisi perusahaan yang baik dan telah mendapat pernyataan wajar dari
auditor, dengan menggunakan laporan keuangan yang telah diaudit para
pemakai laporan keuangan dapat mengambil keputusan dengan benar sesuai
dengan kenyataan yang sesungguhnya (Susanto, 2009).
Faktor lain yang diyakini mampu mempengaruhi kualitas laba
perusahaan adalah reputasi KAP (kantor akuntan publik). Jika pengauditan
suatu perusahaan dilakukan oleh KAP yang memiliki nama baik, maka hasil
audit perusahaan akan memiliki tingkat kepercayaan yang lebih tinggi.
Menurut Susanto (2009) auditor berskala besar dan memiliki reputasi (nama
baik) dapat menyediakan kualitas audit yang lebih baik termasuk dalam
mengungkapkan masalah perusahaan demi menjaga reputasi mereka. Kantor
akuntan publik yang memiliki nama besar di Indonesia dikelompokkan dengan
istilah kantor akuntan publik big four. Kantor akuntan publik big four di
Indonesia merupakan kantor akuntan publik yang berafiliasi dengan kantor
akuntan publik yang telah dikenal baik di dunia internasional. Zukriyah (2012)
juga berpendapat bahwa kantor akuntan besar (big four) memiliki kualitas
yang lebih tinggi dalam pelatihan dan pengakuan internasional, sehingga akan
mempertinggi skala kepercayaan pada kantor akuntan tersebut dibandingkan
dengan kantor akuntan non-big four. Dengan kualitas tinggi yang ditawarkan
oleh kantor akuntan publik big four seharusnya kualitas informasi keuangan
hasil auditan KAP big four juga lebih tinggi sehingga kualitas laba yang
disajikan perusahaan ikut meningkat.
11
Selain mekanisme Good Corporate Governance dan reputasi KAP, ada
faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas laba, yaitu Investment
Opportunity Set (IOS). Investment Opportunity Set (IOS) merupakan salah
satu indikator yang dapat digunakan dalam mengukur kinerja ataupun nilai
dari suatu perusahaan. Norpratiwi (2007) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa IOS memiliki kandungan informasi yang dibutuhkan oleh investor di
pasar modal, karena IOS merupakan proksi realisasi pertumbuhan perusahaan
dan berhubungan dengan berbagai variabel kebijakan perusahaan, antara lain
kebijakan pendanaan, atau struktur utang, kebijakan dividen, kebijakan
leasing, dan kebijakan kompensasi. Perusahaan dihadapkan pada perencanaan
keputusan yang akan menimbulkan pengaruh besar di masa yang akan datang,
perusahaan yang baik diharapkan mampu mengambil keputusan yang tepat
atas peluang atau kesempatan yang muncul saat ini, agar di masa yang akan
datang peluang tersebut dapat terealisasi dan dapat memberikan keuntungan
lebih bagi perusahaan.
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh variabel corporate
governace (yaitu, independensi dewan komisaris, independensi komite audit,
kepemilikan institusional, dan kepemilikan manajerial) reputasi KAP, dan
investment opportunity set (IOS) dengan variabel kualitas laba pada
perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI pada periode 2010-
2013. Maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Corporate Governance, Reputasi KAP, dan Investment Opportunity Set
(IOS) terhadap Kualitas Laba”.
12
Penelitian ini mengacu pada peneliti sebelumnya, yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Paulus (2012). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Variabel pada penelitian ini adalah independensi dewan komisaris,
independensi komite audit, kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial, reputasi KAP, dan investment opportunity set (IOS), sedangkan
dipenelitian sebelumnya tidak memakai variabel komite audit dan reputasi
KAP .
2. Dalam penelitian kali ini penulis menggunakan populasi penelitian
perusahaan di industri Property dan Real Estate yang merupakan emiten di
Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2013. Pemilihan satu jenis
industri bertujuan untuk menghindari risiko bisnis yang mungkin terjadi
antara jenis industri yang berbeda. Alasan peneliti memilih perusahaan
yang bergerak di bidang ini adalah karena perusahaan yang bergerak di
bidang property dan real estate cukup banyak dilirik oleh para investor
untuk menginvestasikan dana milik mereka. Sedangkan objek penelitian
sebelumnya adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2008-2010.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang hendak
diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah independensi dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap
kualitas laba?
13
2. Apakah independensi komite audit berpengaruh signifikan terhadap
kualitas laba?
3. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap kualitas
laba?
4. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap kualitas
laba?
5. Apakah reputasi KAP berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba?
6. Apakah investment opportunity set (IOS) berpengaruh signifikan terhadap
kualitas laba?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
1. Pengaruh independensi dewan komisaris terhadap kualitas laba.
2. Pengaruh independensi komite audit terhadap kualitas laba.
3. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap kualitas laba.
4. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kualitas laba.
5. Pengaruh reputasi KAP terhadap kualitas laba.
6. Pengaruh investment opportunity set (IOS) terhadap kualitas laba.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan kontribusi,
baik kontribusi teoritis maupun kontribusi praktis.
14
1. Kontribusi Teoritis
a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan penulis dapat memberikan
kontribusi pikiran mengenai pengaruh corporate governance, reputasi
KAP, dan investment opportunity set (IOS) terhadap kualitas laba,
selain itu penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan
referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk ilmu
pengetahuan.
b. Sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta menambah referensi
mengenai auditing dan akuntansi, terutama tentang faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi kualitas laba, sehingga diharapkan dapat
bermanfaat bagi penulis dimasa yang akan datang.
2. Kontribusi Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan, dapat menjadi wacana serta referensi
bagi manajemen perusahaan dalam menentukan kebijakan-kebijakan
perusahaan serta dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan suatu keputusan.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan
oleh para investor dalam mengambil suatu keputusan investasi.
c. Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melaksanakan
penelitian dimasa yang akan datang serta sebagai penambah informasi
bagi para pembaca.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Agensi ( Agency Theory )
Teori keagenan menjelaskan hubungan antara agen (manajemen
suatu usaha) dan prinsipal (pemilik usaha). Menurut Hendriksen dan Breda
(2002) dalam Yudhanto (2013), yang dimaksud dengan teori agensi adalah
hubungan antara prinsipal dengan agen, yang dimaksud prinsipal adalah
pihak yang memberikan tugas yang wajib diselesaikan dalam kurun waktu
tertentu sesuai dengan kondisi kebutuhan dari prinsipal, dan yang
dimaksud agen disini adalah pihak yang menerima tugas atau pekerjaan
untuk diselesaikan dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan yang
diperintahkan oleh prinsipal, hubungan ini dapat lebih dari satu prinsipal
untuk memberikan tugas kepada agen yang akan mengerjakan tugas yang
diberikan. Analoginya seperti antara pemilik perusahaan dan manajemen
perusahaan itu (Hendriksen, 2000).
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan
keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan pemegang
saham (principal). Hubungan keagenan tersebut terkadang menimbulkan
masalah antara manajer dan pemegang saham. Konflik yang terjadi karena
manusia adalah makhluk ekonomi yang mempunyai sifat dasar
mementingkan kepentingan diri sendiri. Pemegang saham dan manajer
16
memiliki tujuan yang berbeda dan masing-masing menginginkan tujuan
mereka terpenuhi, akibat yang terjadi adalah munculnya konflik
kepentingan. Pemegang saham menginginkan pengembalian yang lebih
besar dan secepat–cepatnya atas investasi yang mereka tanamkan
sedangkan manajer menginginkan kepentingannya diakomodasi dengan
pemberian kompensasi atau insentif yang sebesar-besarnya atas kinerjanya
dalam menjalankan perusahaan.
Menurut Scott (1997), aplikasi agency theory dapat terwujud dalam
kontrak kerja yang akan mengatur proporsi hak dan kewajiban masing-
masing pihak dengan tetap memperhitungkan kemanfaatan secara
keseluruhan. Meskipun demikian, manajer tidak selalu bertindak sesuai
dengan keinginan stakeholder, sebagian dikarenakan oleh adanya moral
hazard (Praptitorini dan Januarti, 2007). Moral hazard timbul karena agen
diberi wewenang oleh pemilik untuk melakukan operasional perusahaan,
sehingga agen lebih banyak mempunyai informasi dibandingkan pemilik,
agen mungkin akan takut mengungkapkan informasi yang tidak
diharapkan oleh pemilik, sehingga terdapat kecenderungan untuk
memanipulasi laporan keuangan perusahaan (Januarti, 2009).
2. Laporan Keuangan
a. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan Keuangan pada awalnya bagi suatu perusahaan
hanyalah sebagai alat penguji dari pekerjaan pembukuan, tetapi untuk
selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja,
17
tetapi juga sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi
keuangan perusahaan tersebut, dimana dengan hasil analisa tersebut
pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil suatu keputusan.
Jadi untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan serta hasil-
hasil yang telah dicapai oleh perusahaan tersebut perlu adanya laporan
keuangan dari perusahaan yang bersangkutan (Sariningsih et.al, 2012).
Pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi
Indonesia melalui Standar Akuntansi Keuangan (2012:2) tentang
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan adalah
sebagai berikut:
“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan
keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat
disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas atau
laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan
yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu
juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan
laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industry dan
geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.”
Sedangkan pengertian laporan keuangan menurut Kieso
(2011:4), laporan keuangan adalah:
“Financial statement are the principal means through which a
company communicates it’s financial information to those outside it.
The statement provide a company’s history quantified in money terms.”
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
Laporan Keuangan adalah:
1) Merupakan produk akuntansi yang penting dan dapat digunakan
untuk membuat keputusan-keputusan ekonomi bagi pihak internal
dan eksternal.
18
2) Merupakan potret perusahaan, yaitu dapat menggambarkan kinerja
keuangan maupun kinerja manajemen perusahaan dalam setiap
kondisi.
3) Merupakan rangkaian aktivitas ekonomi perusahaan yang
diklasifikasikan dalam suatu periode perusahaan dalam kurun
waktu setahun.
4) Merupakan ringkasan dari suatu proses transaksi-transaksi
keuangan yang terjadi selama periode yang bersangkutan.
Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber
informasi yang penting disamping informasi lain seperti informasi
industri, kondisi perekonomian, pangsa perusahaan, kualitas
manajemen dan lainnya. Jadi setiap perusahaan go public diwajibkan
untuk mempublikasikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan
standar akuntansi keuangan dan telah diaudit oleh Kantor Akuntan
Publik (KAP) yang telah terdaftar di Badan Pengawasan Pasar Modal
(Bapepam).
b. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Publik
Indonesia (IAPI) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja keuangan serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan
yang bermanfaat bagi sejumlah pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan
19
manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atau
sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses
pencatatan yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi
keuangan buku bersangkutan. Menurut SFAC Nomor 1 tentang
Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises, tujuan
laporan keuangan untuk organisasi pencari laba adalah adalah:
1) Memberikan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan
pemakai lainnya dalam membuat keputusan secara rasional
mengenai investasi, kredit, dan lainnya.
2) Memberikan informasi untuk membantu investor atau calon
investor dan kreditor serta pemakai lainnya dalam menentukan
jumlah, waktu, dan prospek penerimaan kas dari dividen atau
bunga dan juga penerimaan dari penjualan, piutang, atau saham,
dan pinjaman yang jatuh tempo.
3) Memberikan informasi tentang sumber daya (aktiva) perusahaan,
klaim atas aktiva, dan pengaruh transaksi, peristiwa, dan keadaan
lain terhadap aktiva dan kewajiban.
4) Memberikan informasi tentang kinerja keuangan perusahaan
selama satu periode.
5) Memberikan informasi tentang bagaimana perusahaan
mendapatkan dan membelanjakan kas, tentang pinjaman dan
pengembaliannya, tentang transaksi yang mempengaruhi modal,
20
termasuk dividen dan pembayaran lainnya kepada pemilik, dan
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas dan
solvabilitas perusahaan.
6) Memberikan informasi tentang bagaimana manajemen perusahaan
mempertanggungjawabkan pengelolaan perusahaan kepada pemilik
atas penggunaan sumber daya (aktiva) yang telah dipercayakan
kepadanya.
7) Memberikan informasi yang berguna bagi manajer dan direksi
dalam proses pengambilan keputusan untuk kepentingan pemilik
perusahaan.
Berdasarkan tujuan laporan keuangan diatas dapat disimpulkan
bahwa dengan memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan, dapat
diketahui kondisi keuangan perusahaan tersebut secara menyeluruh.
Kemudian, laporan keuangan tidak hanya sekedar cukup dibaca saja,
tetapi juga harus dimengerti dan dipahami tentang posisi keuangan
perusahaan saat ini. Caranya adalah dengan melakukan analisis
keuangan melalui berbagai rasio keuangan yang lazim dilakukan.
c. Karakteristik Laporan Keuangan
Laporan keuangan bersifat historis serta menyeluruh dan
sebagai suatu progress report. Laporan keuangan terdiri dari data-data
yang merupakan hasil dari kombinasi antara fakta yang telah dicatat,
prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan dalam akutansi serta pendapat
pribadi. Oleh sebab itu, di dalam penyusunannya laporan keuangan
memiliki karakteristik tersendiri.
21
Karakteristik kualitas laporan keuangan sebagaimana yang
dinyatakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK:
2012) No.1 adalah:
1) Dapat dipahami
Kualitas penting informasi dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk dapat dipahami oleh pengguna. Untuk
maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang
memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta
kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang
wajar.
2) Relevan
Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi
memiliki kualitas relevan apabila dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pengguna, dengan membantu mengevaluasi peristiwa
masa lalu, masa kini dan masa depan.
3) Keandalan
Informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki
kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunaannya sebagai
penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat
disajikan.
22
4) Dapat dibandingkan
Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan
keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasikan
kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga
harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan
untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan
posisi keuangan secara relatif.
3. Kualitas Laba ( Earnings Quality)
Kualitas laba adalah jumlah yang dapat dikonsumsi dalam satu
periode dengan menjaga kemampuan perusahaan pada awal dan akhir
periode tetap sama (Schipper dan Vincent, 2003).
Knechel, Salterio, dan Ballou (2007), menyatakan bahwa kualitas
laba dalam akuntansi merujuk kepada kemasukakalan seluruh laba.
Kualitas laba adalah penilaian sejauh mana laba sebuah perusahaan itu
dapat diperoleh berulang-ulang, dapat dikendalikan, dan laik bank
(memenuhi syarat untuk mengajukan kredit/pinjaman pada bank). Kualitas
laba mengakui fakta bahwa dampak ekonomi transaksi yang terjadi akan
beragam diantara perusahaan sebagai fungsi dari karakter dasar bisnis
mereka, dan secara beragam dirumuskan sebagai tingkat laba yang
menunjukkan apakah dampak ekonomi pokoknya lebih baik dalam
memperkirakan arus kas atau juga dapat diramalkan (Paulus, 2012).
Dalam literatur penelitian akuntansi, terdapat berbagai pengertian
kualitas laba dalam perspektif kebermanfaatan pada pengambilan
23
keputusan (decision usefulness). Schipper dan Vincent (2003)
mengelompokkan konstruk kualitas laba dan pengukurannya berdasarkan
cara menentukan kualitas laba, yaitu berdasarkan: sifat runtun-waktu dari
laba, karakteristik kualitatif dalam rerangka konseptual, hubungan laba-
kas-akrual, dan keputusan implementasi. Empat kelompok penentuan
kualitas laba ini dapat diikhtisarkan sebagai berikut.
Pertama, berdasarkan sifat runtun-waktu laba, kualitas laba
meliputi: persistensi, prediktabilitas (kemampuan prediksi), dan
variabilitas. Atas dasar persistensi, laba yang berkualitas adalah laba yang
persisten yaitu laba yang berkelanjutan, lebih bersifat permanen dan tidak
bersifat transitori. Persistensi sebagai kualitas laba ini ditentukan
berdasarkan perspektif kemanfaatannya dalam pengambilan keputusan
khususnya dalam penilaian ekuitas. Kemampuan prediksi menunjukkan
kapasitas laba dalam memprediksi butir informasi tertentu, misalnya laba
di masa yang akan datang. Dalam hal ini, laba yang berkualitas tinggi
adalah laba yang mempunyai kemampuan tinggi dalam memprediksi laba
di masa yang akan datang. Berdasarkan konstruk variabilitas, laba
berkualitas tinggi adalah laba yang mempunyai variabilitas relatif rendah
atau laba yang smooth.
Kedua, kualitas laba didasarkan pada hubungan laba-kas-akrual
yang dapat diukur dengan berbagai ukuran, yaitu: rasio kas operasi dengan
laba, perubahan akrual total, estimasi abnormal/discretionary accruals
(akrual abnormal/ DA), dan estimasi hubungan akrual-kas. Dengan
24
menggunakan ukuran rasio kas operasi dengan laba, kualitas laba
ditunjukkan oleh kedekatan laba dengan aliran kas operasi. Laba yang
semakin dekat dengan aliran kas operasi mengindikasikan laba yang
semakin berkualitas. Dengan menggunakan ukuran perubahan akrual total,
laba yang berkualitas adalah laba yang mempunyai perubahan akrual total
kecil. Pengukuran ini mengasumsikan bahwa perubahan total akrual
disebabkan oleh perubahan discretionary accruals. Estimasi discretionary
accruals dapat diukur secara langsung untuk menentukan kualitas laba.
Semakin kecil discretionary accruals semakin tinggi kualitas laba dan
sebaliknya. Selanjutnya, keeratan hubungan antara akrual dan aliran kas
juga dapat digunakan untuk mengukur kualitas laba. Semakin erat
hubungan antara akrual dan aliran kas, semakin tinggi kualitas laba.
Ketiga, kualitas laba dapat didasarkan pada Konsep Kualitatif
Kerangka Konseptual (Financial Accounting Standards Board, FASB,
1978). Laba yang berkualitas adalah laba yang bermanfaat dalam
pengambilan keputusan yaitu yang memiliki karakteristik relevansi,
reliabilitas, dan komparabilitas /konsistensi. Pengukuran masing-masing
kriteria kualitas tersebut secara terpisah sulit atau tidak dapat dilakukan.
Oleh sebab itu, dalam penelitian empiris koefisien regresi harga dan return
saham pada laba (dan ukuran-ukuran terkait yang lain misalnya aliran kas)
diinterpretasi sebagai ukuran kualitas laba berdasarkan karakteristik
relevansi dan reliabilitas.
Keempat, kualitas laba berdasarkan keputusan implementasi
meliputi dua pendekatan. Dalam pendekatan pertama, kualitas laba
25
berhubungan negatif dengan banyaknya pertimbangan, estimasi, dan
prediksi yang diperlukan oleh penyusun laporan keuangan. Semakin
banyak estimasi yang diperlukan oleh penyusun laporan keuangan dalam
mengimplementasi standar pelaporan, semakin rendah kualitas laba, dan
sebaliknya. Dalam pendekatan kedua, kualitas laba berhubungan negatif
dengan besarnya keuntungan yang diambil oleh manajemen dalam
menggunakan pertimbangan agar menyimpang dari tujuan standar
(manajemen laba). Manajemen laba yang semakin besar mengindikasi
kualitas laba yang semakin rendah, dan sebaliknya.
a. Pengukuran Kualitas Laba
Konsep kualitas laba dari berbagai peneliti lain di ukur
menggunakan ukuran yang sangat berbeda-beda dan tidak secara
komprehensif mencermikan ukuran kualitas laba seperti yang terdapat
dalam karakteristik laporan keuangan (Surifah, 2010).
Berbagai ukuran kualitas laba dari berbagai peneliti
tersebut disampaikan oleh Velury (1999), Oleh karena berbagai
penelitian sebelumnya belum menilai kualitas laba secara
komprehensif, maka Velury (1999) menggunakan ukuran kualitas laba
sesuai dengan yang terdapat dalam karakteristik kualitatif informasi
keuangan (SFAC no.2), yaitu: 1) Nilai prediksi, yang diukur dengan
persistensi laba, 2) Nilai umpan balik, yang diukur dengan price
earnings ratio, 3) Tepat waktu, yang diukur dengan perbedaan antara
akhir tahun pajak dengan tanggal laporan, 4) Netral, diukur dengan
besarnya discretionary accruals, 5) kejujuran penyajian diukur
26
dengan rasio arus kas/laba. 6) Keterujian, diukur dengan pendapat
auditor. Berikut ini akan diuraikan berbagai ukuran laba yang
digunakan oleh Velury (1999).
1) Persistensi Laba
Dalam mengukur persistensi laba, Velury (1999) menggunakan
ukuran persistensi laba yang digunakan oleh Lev dan Thiagarajan
(1993), yaitu menggunakan analisis laporan keuangan sebagai
sinyal untuk memprediksi laba mendatang. Sinyal tersebut
mencakup perubahan persediaan, piutang, laba kotor, biaya
penjualan, pengeluaran modal, tingkat pajak efektif, metode
persediaan dan produktifitas penjualan. Sinyal yang menunjukkan
perubahan positif diberi tanda 1 (satu) dan Sinyal negatif diberi
tanda 0 (Nul). Presentase perubahan penjualan tahun sebelumnya
dibagi jumlah karyawan. Sinyal ini untuk mengukur perubahan
efisiensi tenaga kerja. Nilai negatif sinyal ini menunjukkan
peningkatan produktivitas tenaga kerja dan oleh karenanya
menguntungkan metode penilaian persediaan yang digunakan.
Penggunaan metode LIFO merupakan kebijakan yang konsisten
dengan konservatisme. Konservatisme dihubungkan dengan
tingginya kualitas laba.
2) Nilai Umpan balik.
Informasi keuangan memberikan nilai umpan balik berupa respon
pasar. Perubahan harga saham dipasar modal merupakan respon
dari perubahan laba perusahaan. Oleh karena itu nilai umpan
27
balik diukur dengan Price Earnings Ratio (PER), yang dihitung
sebagai berikut:
3) Tepat waktu (Timelines)
Ketepatan waktu suatu laporan keuangan diukur dengan
menggunakan perbedaan antara tanggal pengumuman laba
dengan akhir tahun fiskal. Apabila dilaporakan pada kuartal 1
skornya nol, dan bila dilaporkan pada kuartal 2, 3 dan 4 skornya 1.
4) Netral
Untuk mengukur apakah suatu laporan keuangan netral atau tidak,
digunakan discretionary accruals. Discretionary accruals
biasanya digunakan untuk menilai apakah manajer melakukan
manajemen laba atau tidak. Apabila manajemen melakukan
manajemen laba berarti laporan keuangan tidak netral atau me-
mihak pada salah satu pemakai dalam hal ini memihak pada
kepentingan pihak manajemen itu sendiri.
5) Kejujuran penyajian (Representational Faithfulness)
Diasumsikan bahwa perubahan laba yang berhubungan dengan
perubahan arus kas merupakan laba yang berkualitas tinggi. Oleh
karena itu kejujuran penyajian diukur dengan perhitungan sebagai
berikut:
28
6) Keterujian
Keterujian diukur dengan pendapat auditor. Pendapat wajar tanpa
pengecualian berarti kualitas labanya tinggi.
4. Corporate Governance
Di era globalisasi pasar modal, ketergantungan perusahaan publik
terhadap modal eksternal (equity maupun loans) untuk pendanaan
aktivitas operasi perusahaan, aktivitas investasi maupun aktivitas ekspansi
perusahaan semakin meningkat. oleh sebab itu, meyakinkan para pemberi
modal eksternal (investors) bahwa dana yang telah mereka investasikan
akan digunakan untuk mendanai aktivitas perusahaan dengan cara yang
paling tepat dan efisien menjadi fokus perhatian perusahaan. Disisi
investor, adanya kepastian akan tingkat pengembalian investasi
(investment yield) yang menguntungkan menjadi faktor utama
pertimbangan investor. Kepastian semacam itu dapat dihasilkan melalui
sistem corporate governance.
Corporate Governance (CG) seperti didefinisikan oleh Cadbury
Committee(dikutip dari Arifin, 2005) merupakan:
“A set of rules that define the relationship between shareholders,
managers, creditors, the government, employees and internal and
external stakeholders in respect to their rights and
responsibilities.”
(Seperangkat aturan yang mengatur hubungan antara pemegang
saham, manajer, kreditur, pemerintah, karyawan, dan pihak yang
berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal lainnya
yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka).
29
Untuk mencapai kinerja yang baik dan mendapatkan kualitas laba
yang tinggi, suatu perusahaan harus memenuhi prinsip-prinsip good
corporate governance menurut Komite Nasional Corporate Governance
(2006) terdiri dari:
a. Keadilan (fairness), yaitu menjamin perlindungan hak-hak para
pemegang saham termasuk hak-hak pemegang saham minoritas dan
para pemegang saham asing, serta menjamin terlaksananya komitmen
dengan para investor.
b. Transparansi (transparency), yaitu mewajibkan adanya suatu sistem
informasi terbuka, tepat waktu, jelas, dan dapat diperbandingkan yang
menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan, dan
kepemilikan perusahaan.
c. Akuntabilitas (accountability), yaitu menjelaskan peran dan
tanggungjawab, serta mendukung usaha menjamin penyeimbang
kepentingan manajemen dan pemegang saham sebagaimana diawasi
oleh dewan komisaris.
d. Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu memastikan dipatuhinya
peraturan serta ketentuan yang berlaku sebagai cerminan dipatuhinya
nilai-nilai sosial.
e. Independensi (independency), perusahaan harus dikelola secara
independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling
mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
30
5. Komisaris Independen
Menurut Undang-undang Perseroan Terbatas Pasal 97, komisaris
dibentuk sebagai organ perseroan yang bertugas melakukan tugas,
mengawasi kebijaksanaan direksi dalam menjalankan perseroan dan
memberikan nasihat kepada direksi dalam menjalankan kegiatan
pengurusan perseroan. Sedangkan komisaris independen yaitu merupakan
sebuah badan dalam perusahaan yang biasanya beranggotakan dewan
komisaris yang independen yang berasal dari luar perusahaan yang
fungsinya untuk menilai kinerja perusahaan secara luas dan keseluruhan,
komisaris independen bertujuan untuk menyeimbangkan dalam
pengambilan keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap
pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait (Simamora,
2014).
Komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris yang
tidak terafiliasi dengan pemegang saham pengendali, anggota direksi,
dewan komisaris lain, dan perusahaan itu sendiri baik dalam bentuk
hubungan bisnis maupun kekeluargaan. Dalam hal ini dewan komisaris
tidak boleh melibatkan diri dalam tugas-tugas manajemen dan tidak boleh
mewakili perusahaan dalam transaksi-transaksi dengan pihak ketiga. Salah
satu fungsi utama dari komisaris independen adalah untuk menjalankan
fungsi pengawasan yang bersifat independen terhadap kinerja manajemen
perusahaan.
31
6. Komite Audit
Keberadaan Komite Audit pada perusahaan publik di Indonesia
secara resmi dimulai sejak bulan Juni 2000 yang ditandai dengan
keluarnya Keputusan Direksi Bursa Efek Jakarta No: Ke-315/BEJ/06/2000
perihal: Peraturan Pencatatan Efek Nomor I-A: Tentang Ketentuan Umum
Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa.
Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan direksi
yang bertugas melaksanakan pengawasan independen atas proses laporan
keuangan dan audit ekstern. Dalam hal pelaporan keuangan, peran dan
tanggung jawab komite audit adalah memonitor dan mengawasi audit
laporan keuangan dan memastikan agar standar dan kebijakan keuangan
yang berlaku terpenuhi, memeriksa ulang laporan keuangan apakah sudah
sesuai dengan standar dan kebijakan tersebut dan apakah sudah konsisten
dengan informasi lain yang diketahui oleh anggota komite audit, serta
menilai mutu pelayanan dan kewajaran biaya yang diajukan auditor
eksternal (Putera, 2012).
Pada bagian ini dinyatakan bahwa dalam rangka penyelenggaraan
pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance),
perusahaan yang terdaftar di BEJ wajib memiliki Komisaris Independen,
Komite Audit, dan Sekretaris Perusahaan. Jumlah Komisaris Independen
proporsional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan
pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah Komisaris
Independen sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) dari jumlah
32
seluruh anggota komisaris. Di bagian lain peraturan ini juga disebutkan
bahwa Komisaris Independen sekaligus menjabat sebagai ketua Komite
Audit.
Komite audit merupakan salah satu unsur kelembagaan dalam
konsep Good Corporate Governance yang diharapkan mampu
memberikan kontribusi tinggi dalam level penerapannya. Keberadaan
komite audit diharapkan mampu meningkatkan kualitas pengawasan
internal perusahaan, serta mampu mengoptimalkan mekanisme checks and
balances, yang pada akhirnya ditujukan untuk memberikan perlindungan
yang optimum kepada para pemegang saham dan stakeholder lainnya
(IKAI, 2010).
Di Indonesia melihat betapa pentingnya keberadaan Komite Audit
yang efektif dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan perusahaan,
maka serangkaian ketentuan mengenai Komite Audit telah diterbitkan,
antara lain sebagai berikut:
a. Pedoman Good Corporate Governance (Maret, 2001) yang
menganjurkan semua perusahaan di Indonesia memiliki Komite Audit.
b. Surat Edaran BAPEPAM No. SE-03/PM/2000 yang
merekomendasikan perusahaan-perusahaan publik memiliki Komite
Audit, sebagaimana diperbaharui dengan Keputusan Ketua BAPEPAM
No. Kep-41/PM/2004 tanggal 24 September 2004 tentang Peraturan
Nomor IX.1.5: Pembentukkan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja
Komite Audit.
33
c. Kep. 339/BEJ/07-2001, yang mengharuskan semua perusahaan yang
listed di Bursa Efek Jakarta memiliki Komite Audit.
d. Keputusan Menteri BUMN No. KEP-103/MBU/2002 yang
mengharuskan semua BUMN mempunyai Komite Audit.
e. Keputusan Menteri BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002 yang
mengharuskan semua BUMN mempunyai Komite Audit.(Purwati,
2006).
Salah satu tujuan dari komite audit adalah untuk memberikan
ulasan objektif tentang informasi keuangan, dan Komite Audit Independen
dapat berkontribusi terhadap kualitas pelaporan keuangan. Perusahaan-
perusahaan yang memiliki insentif serta kemampuan untuk meningkatkan
Komite Audit dengan cara memiliki Komite Audit Independen lebih
banyak dari jumlah yang disyaratkan oleh undang-undang (Beasley dan
Salterio, 2001).
Di Indonesia, untuk menjamin Independensi Komite Audit,
BAPEPAM (2004), menetapkan persyaratan bagi pihak-pihak yang
menjadi anggota komite audit,yaitu:
a. Bukan merupakan orang dalam Kantor Akuntan Publik, Kantor
Konsultan Hukum atau pihak lain yang memberikan jasa Audit, jasa
non Audit dan atau jasa konsultasi lain kepada emiten atau perusahaan
publik yang bersangkutan dalam waktu enam bulan terakhir sebelum
diangkat oleh komisaris.
34
b. Bukan merupakan orang yang mempunyai wewenang dan tanggung
jawab untuk merencanakan, memimpin atau mengendalikan kegiatan
emiten atau perusahaan publik dalam waktu enam bulan terakhir
sebelum diangkat oleh komisaris, kecuali Komisaris Independen.
c. Tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada
emiten atau perusahaan publik. Dalam hal anggota Komite Audit
memperoleh saham akibat suatu peristiwa hukum maka dalam jangka
waktu paling lama enam bulan setelah diperolehnya saham tersebut
wajib mengalihkan kepada pihak lain.
d. Tidak mempunyai:
1) Hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai
derajat kedua, baik secara horizontal maupun secara vertikal
dengan komisaris.
2) Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak
langsung yang berkaitan dengan kegiatan emiten atau perusahaan
publik.
7. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan
oleh institusi keuangan seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun
dan investment banking, kepemilikan institusional memiliki kemampuan
untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara
efektif sehingga mengurangi tindakan manajemen untuk melakukan
manajemen laba (Wahyuningsih, 2009). Kepemilikan saham institusional
merupakan saham yang dimiliki oleh investor institusional.
35
Investor institusional sering disebut sebagai investor yang lebih
canggih (sophisticated) sehingga seharusnya lebih dapat menggunakan
informasi periode sekarang dalam memprediksi laba masa depan
dibanding investor non-institusional (Simamora, 2014). Investor
institusional diyakini mampu memonitor tindakan manajer dengan lebih
baik dibanding dengan investor individual. Kepemilikan institusional yang
tinggi akan meningkatkan pengelolaan laba. Jika pengelolaan laba yang
dilakukan perusahaan bersifat oportunis maka kepemilikan institusional
yang tinggi akan mengurangi kemungkinan terjadinya manajemen laba,
berkurangnya kemungkinan manajemen laba akan meningkatkan kualitas
laba yang dihasilkan oleh perusahaan.
8. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan saham perusahaan yang
dimiliki oleh manajemen secara pribadi maupun dimiliki oleh anak cabang
perusahaan bersangkutan afiliasinya (Herawaty, 2007). Kepemilikan
manajerial dalam perusahaan berpengaruh besar pada keputusan-
keputusan yang akan diambil oleh perusahaan kedepannya. Kepemilikan
manajerial juga menunjukkan tingkat kekuasaan manajer pada perusahaan,
jika semakin besar kepemilikan manajerial dalam perusahaan maka
kekuasaan manajer terhadap perusahaan semakin luas, pengaruh manajer
dalam perusahaan ikut bertambah besar. Namun, kekuasaan yang semakin
besar pada manajer juga menimbulkan tanggungjawab yang lebih besar
dalam menjalankan perusahaan. Dengan adanya kepemilikan saham oleh
36
manajer dalam perusahaan, manajer akan berusaha untuk meningkatkan
kinerjanya dan semakin termotivasi dalam memajukan perusahaan karena
dalam diri manajer timbul rasa ikut memiliki perusahaan melalui saham
perusahaan yang dimilikinya. Rasa ikut memiliki ini merupakan hal yang
sulit didapatkan apabila manajer tidak memiliki saham dalam perusahaan.
Selain itu, menurut Putera (2012) kepemilikan manajerial berperan
dalam membatasi perilaku menyimpang dari manajemen perusahaan
karena kepemilikan manajerial merupakan salah satu mekanisme yang
dapat digunakan agar pengelola melakukan aktivitas sesuai dengan
kepentingan pemilik perusahaan. Kepemilikan saham oleh manajemen
juga dapat meminimalkan konflik keagenan dalam perusahaan, karena
adanya kesamaan kepentingan antara manajemen dengan pemegang
saham.
9. Reputasi KAP
Reputasi kantor akuntan publik menunjukkan seberapa luas
dikenalnya nama suatu kantor akuntan publik dan seberapa baik nama
suatu kantor akuntan publik dalam pandangan pengguna jasa audit. Kantor
akuntan publik besar biasanya ditunjukkan pada kantor akuntan publik
yang memiliki cabang di berbagai negara. Karena kualitas audit kantor
akuntan publik besar yang tinggi sehingga kualitas informasi pada laporan
keuangan ikut meningkat, dengan begitu akan ikut meningkatkan kualitas
laba perusahaan dan menambah kepercayaan para pemakai informasi
laporan keuangan. Menurut Ramadhany (2004) perusahaan audit skala
37
besar lebih cenderung untuk mengungkapkan masalah-masalah yang ada
karena mereka lebih kuat menghadapi resiko proses pengadilan sehingga
independensi auditor tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
Di negara Indonesia kantor akuntan publik yang memiliki reputasi
baik di kelompokkan dengan istilah kantor akuntan publik big four, kantor
akuntan publik ini berafiliasi dengan akuntan publik lokal yang ada di
Indonesia (Yudhanto, 2013). Menurut Wikipedia, kantor akuntan publik
big four beserta afiliasinya terdiri atas:
a. Deloitte Touche Tohmatsu berafiliasi dengan KAP Osman Bing Satrio
b. Price Waterhouse Coopers berafiliasi dengan KAP Tanudireja,
Wibisana dan Rekan.
c. Erns & Young berafiliasi dengan KAP Purwantono, Suherman dan
Surja
d. Klynveld Peat Mavrick Goerdeler (KPMG) berafiliasi dengan KAP
Sidharta dan Widjaja.
10. Investment Opportunity Set (IOS)
Investment opportunity set menggambarkan luasnya kesempatan
atau peluang investasi bagi suatu perusahaan, namun sangat tergantung
pada pilihan expenditure perusahaan untuk kepentingan dimasa mendatang
(Paulus, 2012). Investment Opportunity Set (IOS) menurut Norpratiwi
(2007) adalah nilai kesempatan investasi yang merupakan nilai sekarang
dari pilihan-pilihan perusahaan untuk membuat investasi dimasa
mendatang. Pilihan investasi merupakan suatu kesempatan untuk
38
berkembang, namun seringkali perusahaan tidak selalu dapat
melaksanakan semua kesempatan investasi dimasa mendatang. Bagi
perusahaan yang tidak dapat menggunakan kesempatan investasi tersebut
akan mengalami suatu pengeluaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan
nilai kesempatan yang hilang. Secara umum Norpratiwi (2007)
mengatakan bahwa IOS menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau
peluang investasi bagi suatu perusahaan, namun sangat bergantung pada
pilihan expenditure perusahaan untuk kepentingan di masa yang akan
datang. Puteri (2012) menambahkan bahwa pilihan investasi masa depan
tidak semata mata hanya ditunjukkan dengan adanya proyek-proyek oleh
kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi juga dengan kemampuan
perusahaan dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungan
dibandingkan dengan perusahaan lain yang setara dalam suatu kelompok
industrinya.
Norpratiwi (2007) dan Paulus (2012) juga menyatakan bahwa
investment opportunity set (IOS) bersifat tidak dapat diobservasi
(unobservable), sehingga perlu dipilih suatu proksi yang dapat
dihubungkan dengan variabel lain dalam perusahaan. Dalam penelitian
Puteri (2012) terdapat 3 jenis proksi dalam menentukan IOS, yaitu:
a. Proksi IOS berbasis pada harga, merupakan proksi yang menyatakan
bahwa prospek pertumbuhan perusahaan sebagian dinyatakan dalam
harga pasar. Rasio-rasio tersebut antara lain:
1) Market to book value equity
2) Tobin’s Q
39
3) Ratio of property, plant, and equipment to firm value
4) Ratio of depreciation to firm value
5) Market to book value of assets
6) Earning to price ratio
b. Proksi IOS berbasis pada investasi, merupakan proksi yang percaya
pada gagasan bahwa suatu level kegiatan investasi yang tinggi
berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu perusahaan. Ratio-ratio
yang sering digunakan antara lain:
1) Ratio Investment to net sales as
2) Ratio capital expenditures to book value assets
3) Ratio capital expenditure to market value of assets
c. Proksi IOS berbasis pada varian (variance measurement) merupakan
proksi yang mengungkapkan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih
bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan
besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas return yang mendasari
peningkatan aset. Ukuran yang digunakan antara lain:
1) Varian return
2) Beta asset
Perusahaan yang memiliki fleksibilitas keuangan yang kuat bisa
mengambil manfaat dari investasi yang menguntungkan meskipun dalam
situasi sulit sekalipun. Selain itu, fleksibilitas keuangan yang kuat juga
membebaskan perusahaan dari kekhawatiran menyangkut kelangsungan
hidup dalam kondisi ekonomi yang buruk. Dalam kenyataannya,
40
perusahaan yang mempunyai fleksibilitas keuangan yang kuat seringkali
berkinerja lebih baik dalam situasi sulit karena mereka dapat mengambil
manfaat dari peluang yang tidak bisa dimanfaatkan oleh perusahaan lain
(White et.al, 2003)
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
Hubungan atau keterikatan antara variabel independen dan variabel
dependen dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Independensi Dewan Komisaris dengan Kualitas Laba
Mekanisme corporate governance diharapkan untuk mengurangi
konflik keagenan antara manajer dan pemilik yang berasal dari perbedaan
kepemilikan dan kontrol dari suatu perusahaan (Jensen dan Meckling,
1976), Mekanisme coporate governance juga mengembalikan
kepercayaan investor terhadap integritas pasar modal dan dengan demikian
menarik calon investor ke pasar-pasar (Hashim dan Devi, 2007).
Kehadiran komisaris independen dalam dewan diharapkan untuk
membatasi perilaku mementingkan diri sendiri dari manajemen dan sesuai
meningkatkan kualitas dilaporkan angka laba. Dalam studi lain, Beasley
(2006) menyimpulkan bahwa proporsi dewan komisaris di luar yang lebih
besar pada dewan mengurangi kemungkinan penipuan laporan keuangan.
Dalam penelitiannya, ia menemukan bahwa dewan komisaris independen
berhubungan negatif terhadap acrual discretionary. Farida (2012)
menyatakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Klein (2002), Chtourou
et.al (2001), Midiastuty dan Mahfoedz (2003) bahwa perusahaan yang
41
memiliki anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan atau
outside directors dapat mempengaruhi tindakan manajemen laba. Hal ini
menunjukan bahwa dengan proporsi dewan komisaris yang berasal dari
luar akan dapat meningkatkan peran pengawasan dari dewan komisaris.
Dengan adanya pengawasan ini, maka hasil laporan keuangan yang
dihasilkan perusahaan akan lebih berkualitas. Berdasarkan temuan dari
studi ini, hipotesis adalah sebagai berikut:
H1: Independensi Dewan Komisaris berpengaruh signifikan terhadap
Kualitas Laba
2. Independensi Komite Audit dengan Kualitas Laba
Anderson et al,(2003)mengatakan bahwa independensi komite
audit meningkatkan akurasi informasi keuangan perusahaan dan
memungkinkan pasar modal untuk menempatkan ketergantungan lebih
besar pada informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan. Direktur
independen yang membawahi komite audit akan memiliki insentif dan
kecenderungan yang lebih besar untuk menghindari kegiatan seperti salah
saji keuangan yang akan merusak reputasi mereka (Sori et.al 2008).
Siagian dan Tresnaningsih (2011) menunjukkan bahwa kualitas
laba yang dilaporkan akan meningkat jika tingkat independensi komite
audit juga meningkat. Dalam penelitian Suaryana (2005) mengemukakan
bahwa terjadi perbedaan koefisien respon laba antara perusahaan yang
membentuk komite audit dan perusahaan yang tidak membentuk komite
audit. Hasil ini menunjukan bahwa pasar menilai laba yang dilaporkan
oleh perusahan yang membentuk komite audit memiliki kualitas laba yang
42
lebih baik daripada laba yang dilaporkan oleh perusahaan yang tidak
membentuk komite audit. Hipotesis adalah sebagai berikut:
H2: Independensi Komite Audit berpengaruh signifikan terhadap Kualitas
Laba
3. Kepemilikan Institusional dengan Kualitas Laba
Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk
mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif
sehingga mengurangi tindakan manajemen melakukan manajemen laba.
Kepemilikan institusional merupakan jumlah saham perusahaan yang
dimiliki oleh investor yang berasal dari institusional. Investor yang berasal
dari institusional dianggap lebih ketat dalam mengawasi perilaku
manajemen dalam perusahaan dibandingkan investor yang tidak berasal
dari institusi. Semakin bertambahnya tingkat pengawasan pada menajemen
akan meminimalkan tindakan manajemen yang menyimpang dari
peraturan. Hal ini akan mempengaruhi kualitas laba perusahaan yang di
kelola oleh manajemen.
Penelitian Paulus (2012) menemukan bahwa terdapat pengaruh
negatif dan signifikan kepemilikan institusional terhadap kualitas laba.
Penelitian Puteri (2012) juga menemukan kepemilikan institusional
memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas laba.
H3 : Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap kualitas laba
perusahaan.
43
4. Kepemilikan Manajerial dengan Kualitas Laba
Kepemilikan manajerial perusahaan merupakan tingkat atau jumlah
kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh manajemen dalam
perusahaan itu sendiri. Kepemilikan manajerial dipercaya dapat
meminimalkan konflik keagenan yang berasal dari perbedaan kepentingan
antara manajemen perusahaan dan pemilik perusahaan, hal ini karena
manajer juga memiliki saham dalam perusahaan dan akan berusaha untuk
memajukan perusahaan karena manajer merupakan pemilik dari
perusahaan. Manajer kemungkinan akan meningkatkan kinerjanya agar
perusahaan memiliki prospek yang lebih baik di masa mendatang.
Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh kepemilikan manajerial
telah dilakukan oleh Febiani (2012). Kepemilikan Manajerial berpengaruh
signifikan positif terhadap kualitas laba, dengan adanya kepemilikan
manajerial maka laba berkualitas mengandung unsur discretionary accrual
yang kecil. Yonatan (2012) juga menemukan kepemilikan manajerial
berpengaruh positif terhadap kualitas laba.
H4 : Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap kualitas laba
perusahaan.
5. Reputasi KAP dengan Kualitas Laba
Reputasi kantor akuntan publik (KAP) merupakan nama baik yang
dimiliki oleh kantor akuntan publik, kantor akuntan publik dengan reputasi
baik biasanya merupakan kantor akuntan publik yang berafiliasi dengan
44
kantor akuntan publik internasional. Di Indonesia kantor akuntan publik
dengan reputasi baik dikelompokkan dalam istilah akuntan publik big four.
Fanny dan Sylvia (2007) mengemukakan bahwa reputasi sebuah
kantor akuntan publik mencerminkan kualitas dari jaminan yang
diberikannya, ketika sebuah kantor sudah memiliki reputasi yang baik
maka kantor akuntan publik tersebut akan berusaha mempertahankan
reputasinya dan menghindarkan diri dari hal-hal yang dapat merusak
reputasinya. Penelitian Yonatan (2012) dan Shalicha (2012) menemukan
bahwa reputasi KAP memiliki pengaruh positif terhadap kualitas laba,
karena KAP besar memiliki sumber daya lebih besar dari KAP kecil,
selain itu KAP yang telah memiliki reputasi baik cenderung berhati-hati
dalam memeriksa laporan keuangan, sehingga dapat menghasilkan kualitas
laba yang lebih baik.
H5 : Reputasi KAP berpengaruh terhadap kualitas laba perusahaan.
6. Investment Opportunity Set (IOS) dengan Kualitas Laba
Investment Opportunity Set (IOS) adalah nilai kesempatan investasi
yang merupakan nilai sekarang dari pilihan-pilihan perusahaan untuk
membuat investasi dimasa mendatang (Norpratiwi, 2007). Pilihan-pilihan
yang akan dilakukan perusahaan dimasa mendatang dapat mempengaruhi
nilai dari perusahaan itu sendiri.
Jika manajer telah melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan
keinginan prinsipal maka telah terjadi perbedaan kepentingan antara agen
dan prinsipal. Dengan adanya perbedaan kepentingan tersebut manajer
45
dapat melakukan hal-hal yang meningkatkan keuntungan bagi dirinya
sendiri yang kemungkinan akan merugikan pemilik perusahaan misalnya
melakukan manajemen laba, dengan adanya manajemen laba dalam
perusahaan akan mengakibatkan rendahnya kualitas laba perusahaan
sehingga para pemakai laporan keuangan akan melakukan kesalahan dalam
mengambil sebuah keputusan.
Penelitian sebelumnya oleh Puteri (2012) mengenai pengaruh
Investment Opportunity Set (IOS) terhadap kualitas laba menemukan
bahwa IOS berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba. Penelitian ini
menggunakan proksi rasio nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku
(MVE/BVE) yang menemukan semakin tinggi angka rasio MVE/BVE
maka semakin tinggi pula discreational accrual.
H6 : Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh terhadap kualitas laba
perusahaan.
C. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian terdahulu mengenai topik yang
berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat di tabel 2.1.
46
Tabel 2.1
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Al-Rassas &
Kamardin
(2015)
Directors
Independence,
Internal Audit
Function, Ownership
Concentration and
Earnings Quality in
Malaysia
Variabel komite
audit, kepemilikan
manajerial, reputasi
KAP
Variabel dewan komisaris
independen, kepemilikan
institusional, dan
Investment Opportunity
Set (IOS)
Hasil penelitian ini menemukan
bahwa komite audit berpengaruh
terhadap kualitas laba pada
perusahaan di malaysia
2. Siahaan
(2013)
The effect of
investment
opportunity set, the
presence of audit
committee, the
composition of
independent
commissioner, and
managerial ownership
on profit quality
Variabel dewan
komisaris
independen, komite
audit independen,
kepemilikan
manajerial, IOS,
kualitas laba
Variabel kepemilikan
institusional
Hasil menemukan bahwa dewan
komisaris independen dan komite
audit yang kompeten lebih
mungkin untuk melaporkan
angka keinformatifan laba. Hasil
penelitian juga menunjukkan
bahwa kepemilikan manajerial
dan IOS berpengaruh signifikan
terhadap kualitas laba.
Bersambung pada halaman selanjutnya
47
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
3. Farida
(2012)
Pengaruh Dewan
Komisaris Independen
terhadap Kualitas
Laba dengan
Konsentrasi
Kepemilikan sebagai
Variabel Pemoderasi
Variabel Dewan
Komisaris
Independen, Kualitas
Laba
Variabel Konsentrasi
Kepemilikan sebagai
pemoderasi
Dengan fungsi pengawasan yang
dilakukan oleh dewan komisaris
yang berasal dari luar perusahaan
dapat membatasi manajemen laba
yang dilakukan oleh pihak
manajemen. Maka dewan
komisaris independen juga
mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap manajemen
laba.
4. Paulus
(2012)
Analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi
Kualitas Laba
Menggunakan
variable
independensi
komisaris,
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional dan
investment
opportunity set
Tidak ada variabel komite
audit dan reputasi KAP
Terdapat pengaruh signifikan
positif variabel investment
opportunity set (IOS) terhadap
kualitas laba dan terdapat
pengaruh signifikan negatif
variable kepemilikan institusional
terhadap kualitas laba.
Bersambung pada halaman selanjutnya
48
Tabel 2.1(Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
5. Moradi
(2011)
Influence of
Ownership Structure
on Earning Quality in
the Listed Firms of
Tehran Stock
Exchange
Variabel
kepemilikan
institusional, dan
kualitas laba
perusahaan
Tidak menggunakan
variabel dewan komisaris
independen, komite audit,
reputasi KAP dan
investment opportunity set
Hasil dari penelitian ini yaitu
terdapat pengaruh signifikan
positif antara sentralisasi
kepemilikan dan kepemilikan
institusional dengan kualitas laba.
6. M dan
Ebrahimi
(2011)
Corporate
Governance and
Earnings
Informativeness:
Evidence
from Iran
Variabel
kepemilikan
manajerial
Tidak menggunakan
variabel independensi
dewan komisaris,
independensi komite audit,
kualitas audit, investment
opportunity set
Kepemilikan manajerial dan
institusional berpenguh terhadap
keinformatifan laba, ukuran
dewan juga berpengaruh pada
keinformatifan laba.
Bersambung pada halaman selanjutnya
49
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
7. S dan
Mashayekhi
(2010)
The Effects of
Corporate
Governance on
Earnings
Quality: Evidence
from Iran
Variabel
independensi dewan
komisaris dan
kualitas laba.
Tidak meneliti variabel
independensi komite audit,
kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional,
investment opportunity set
ukuran dewan yang besar
menghasilkan kualitas laba yang
lebih lemah dan peningkatan
jumlah komisaris independen
memperkuat kualitas laba
Namun, tidak menemukan
hubungan yang signifikan antara
struktur kepemimpinan dan
Kualitas laba perusahaan Iran.
8. Hashim dan
Devi (2008)
Board characteristics,
ownership structure
and earnings quality:
Malaysian evidence
Variabel dewan
komisaris
independen,
kepemilikan
manajerial dan
kualitas laba.
Tidak meneliti variabel
independensi komite audit,
kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional,
investment opportunity set
Hubungan yang signifikan positif
ditemukan antara kepemilikan
dewan institusional dan
kepemilikan keluarga dan
kualitas laba. Namun tidak ada
hubungan signifikan yang
ditemukan antara independensi
dewan komisaris dan kualitas
laba.
50
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
masalah yang penting. Berikut merupakan gambaran kerangka pemikiran dari
penelitian ini:
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Bersambung pada halaman selanjutnya
Pengaruh Corporate Governance, Reputasi KAP, dan
Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Kualitas Laba
Terjadinya skandal keuangan pada laporan keuangan yang
diterbitkan perusahaan go public yang telah gagal dalam memenuhi
kebutuhan informasi kepada para pengguna laporan keuangan.
Faktor-faktor corporate governance dapat mengurangi konflik agen dengan
pemegang saham, dengan meminimalisir manajer untuk tidak melakukan
praktik manajemen laba yang mempengaruhi kualitas laba, dan adanya faktor
Reputasi KAP dan investment opportunity set (IOS) dapat mempengaruhi
kualitas laba.
Basis Teori
51
Gambar 2.1(Lanjutan)
Variabel independen Variabel dependen
Corporate Governance:
Independensi dewan
komisaris (X1)
Independensi komite audit
(X2)
Kepemilikan Instutisional
(X3)
Kepemilikan Manajerial
(X4)
Reputasi KAP (X5)
Investment Opportunity
Set (IOS) (X6)
Kualitas
Laba (Y)
Kesimpulan, Implikasi dan Saran
Hasil dan Pembahasan
Metode Analisis:
Regresi Berganda
Uji Asumsi Klasik
52
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang
digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen, yaitu corporate
governance yang diukur dengan variabel independensi dewan komisaris,
independensi komite audit, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,
Reputasi KAP dan investment opportunity set (IOS) terhadap dependen, yaitu
kualitas laba. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan property dan real estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2013. Pengujian
hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear
berganda dengan menggunakan aplikasi statistik Statistical Package for Social
Science (SPSS) versi 21 sebagai alat uji.
B. Metode Penentuan Sampel
Metode penentuan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling,
yaitu tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh
dengan menggunakan pertimbangan tertentu, umumnya disesuaikan dengan
tujuan atau masalah penelitian (Indriantoro dan Bambang, 2002:131).
Populasi untuk penelitian ini adalah semua perusahaan dalam industri
property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2010-2013. Pemilihan satu jenis industri bertujuan untuk menghindari risiko
53
bisnis yang mungkin terjadi antara jenis industri yang berbeda. Alasan peneliti
memilih perusahaan yang bergerak di bidang ini adalah karena perusahaan
yang bergerak di bidang property dan real estate cukup banyak dilirik oleh
para investor untuk menginvestasikan dana milik mereka dan perusahaan yang
bergerak dalam bidang ini membutuhkan banyak modal dalam
mengembangkan usahanya. Perkembangan industry property dan real estate
saat ini menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat. Sehingga diperlukan
kualitas audit yang tinggi dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan
tersebut agar investor tidak salah dalam membuat keputusan investasinya.
Kriteria yang diperlukan adalah:
1. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan auditan selama empat tahun
berturut-turut, yaitu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013.
2. Laporan keuangan yang tidak mengalami delisting selama tahun 2010-
2013.
3. Laporan keuangan yang tersedia lengkap dari periode 2010-2013.
4. Laporan keuangan yang dipublikasikan memiliki informasi yang
konsisten.
5. Saham perusahaan aktif diperdagangkan dari periode 2010-2013.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua
cara yaitu studi pustaka dan studi dokumentasi.
54
1. Studi Pustaka
Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengolah
literatur, artikel, jurnal, hasil penelitian terdahulu, maupun media tertulis
lainnya yang berkaitan dengan topik pembahasan dari penelitian ini.
2. Studi Dokumentasi
Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengumpulkan seluruh data sekunder dan seluruh informasi yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam dokumen.
Sumber-sumber data dokumenter seperti laporan tahunan perusahaan yang
menjadi sampel penelitian. Data dalam penelitian ini didapatkan dari
website perusahaan yang diteliti dan di download melalui situs
www.idx.co.id
D. Metode Analisis
Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji asumsi
klasik dan uji hipotesis.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian
dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan.
Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan data dalam
bentuk tabel numerik dan grafik (Indriantoro dan Bambang, 2002:170).
Metode analisis data yang digunakan adalah dengan cara analisis
kuantitatif yang bersifat deskriptif yang menjabarkan data yang diperoleh
dengan menggunakan analisis regresi berganda untuk menggambarkan
55
fenomena atau karakteristik dari data, yaitu dengan memberikan gambaran
tentang pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laba. Metode
analisis data akan dilakukan dengan bantuan aplikasi komputer program
SPSS 21.
2. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini, maka
penelitian ini melakukan uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji
multikolinearitas dan uji autokorelasi. Adapun penjelasannya sebagai
berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel
dependen dan independen dalam model regresi tersebut terdistribusi
secara normal (Ghozali, 2013). Model regresi yang baik adalah yang
mempunyai distribusi data normal atau mendekati normal. Uji
normalitas pada penelitian ini didasarkan pada uji statistik sederhana
dengan melihat nilai kurtosis dan skewness untuk semua variabel
dependen dan independen. Untuk mengetahui apakah data terdistribusi
secara normal atau tidak adalah dengan melihat grafik normal P plot of
regression statistics atau dengan melihat histogram dari residualnya.
Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat
penyebaran data (titik pada sumbu diagonal dari grafik). Dalam grafik
grafik normal P plot of regression statistics, bila titik-titik menyebar di
sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, berarti model
regresi telah memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2013).
56
b. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah terjadinya varians yang berbeda
untuk variabel independen yang berbeda. Uji ini bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain (Ghozali, 2013). Model
yang baik adalah jika varians dari residual satu pengamatan
kepengamatan lain sama (homokedastisitas). Untuk mengetahui adanya
heteroskedastisitas dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji
Glejser.
Uji Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual
terhadap variabel independen dengan persamaan regresi:
Jika variabel independen signifikan secara statistic
mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi
heterokedastisitas dengan probabilitas signifikansi tingkat kepercayaan
5% (Ghozali, 2013).
c. Uji Multikolonieritas
Pengujian ini bertujuan untuk meneliti apakah pada model
regresi ditentukan adanya korelasi antar variabel independen. Model
regresi yang sahih (valid) adalah model regresi yang bebas dari
multikolonieritas. Multikolinearitas terjadi ketika variabel independen
yang ada dalam metode berkolerasi satu sama lain, ketika korelasi
Ut = α +βXt + vt
57
antar variabel independen sangat tinggi maka sulit untuk memisahkan
masing-masing pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen.
Dalam melakukan pengujian terhadap multikolinearitas. Dapat
dideteksi dengan menggunakan tolerance value dan variance inflation
factor (VIF), jika nilai tolerance value>0.10 dan VIF < 10 maka tidak
terjadi multikolonieritas (Ghozali, 2013).
d. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin Watson.
Pengujian ini bertujuan untuk meneliti apakah sebuah model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem auto korelasi. Auto korelasi muncul karena
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.
Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu)
tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering
ditemukan pada runtut waktu karena “gangguan” pada seseorang
individu/kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada
individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya (Ghozali,
2013).
Pada data crossection (silang waktu), masalah autokorelasi
relatif jarang terjadi karena “gangguan” pada observasi yang berbeda
58
berasal dari individu/kelompok yang berbeda. Model regresi yang baik
adalah yang bebas dari autokorelasi.
3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil
berarti kemampuan variabel variabel independen dalam menjelaskan
variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah
bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam
model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti
meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, banyak peneliti
menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R square pada saat
mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R square, nilai
adjusted R square dapat naik atau turun apabila satu variabel independen
ditambahkan ke dalam model.
4. Uji Hipotesis
a. Pengujian dengan Analisis Regresi Berganda
Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi besar
variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen
yang sudah diketahui besarnya (Imam Ghozali, 2013).
59
Persamaan regresi berganda dirumuskan:
Model:
Dimana:
Y = Kualitas Laba
a = Konstanta
b1, 2, 3, 4,5,6 = Koefisien regresi
X1 = Independensi dewan komisaris
X2 = Independensi komite audit
X3 = Kepemilikan manajerial
X4 = Kepemilikan institusional
X5 = Reputasi KAP
X6 = Investment Opportunity Set (IOS)
e = Error
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji F dilakukan untuk menguji apakah model regresi yang
digunakan fit. Dasar pengambilan keputusannya adalah:
1 Jika F-hitung < F-tabel, maka model regresi tidak fit (hipotesis
ditolak).
2 Jika F-hitung > F-tabel, maka model regresi fit (hipotesis diterima).
Uji F dapat juga dilakukan dengan melihat nilai signifikansi F
pada output hasil regresi menggunakan SPSS dengan significance
Y = a + b1X1 +b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + e
60
level 0,05 (α= 5%). Jika nilai signifikansi lebih besar dari α maka
hipotesis ditolak, yang berarti model regresi tidak fit. Jika nilai
signifikan lebih kecil dari α maka hipotesis diterima, yang berarti
bahwa model regresi fit.
c. Uji Statistik t
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas atau independen secara individual dalam
menerangkan variansi variabel dependen dan digunakan untuk
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji
pada tingkat signifikansi 0,05. Jika signifikansi t >0,05 maka Ha
ditolak namun jika signifikansi t < 0,05 maka Ha diterima dan berarti
terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan
variabel dependen (Ghozali, 2013).
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Operasionalisasi variabel penelitian adalah penentuan construct
sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasionalisasi
menjelaskan cara tertentu yang digunakan dalam suatu penelitian dalam
mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan penelitian lain
untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau
mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik. Pada bagian ini
akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang digunakan berikut
dengan operasional dan cara pengukurannya.
61
1. Kualitas laba (Y)
Variabel terikat penelitian ini adalah kualitas laba. Konsep kualitas
laba dari berbagai peneliti lain di ukur menggunakan ukuran yang sangat
berbeda-beda dan tidak secara komprehensif mencerminkan ukuran
kualitas laba seperti yang terdapat dalam karakteristik laporan keuangan.
Berbagai ukuran kualitas laba dari berbagai peneliti tersebut disampaikan
oleh Velury (1999).
Velury (1999) menggunakan ukuran kualitas laba sesuai dengan yang
terdapat dalam karakteristik kualitatif informasi keuangan (SFAC no.2),
yaitu: 1) Nilai prediksi, yang diukur dengan persistensi laba, 2) Nilai
umpan balik, yang diukur dengan price earnings ratio, 3) Tepat waktu,
yang diukur dengan perbedaan antara akhir tahun pajak dengan tanggal
laporan, 4) Netral, diukur dengan besarnya discretionary accruals, 5)
kejujuran penyajian diukur dengan rasio arus kas/laba, 6) Keterujian,
diukur dengan pendapat auditor.
Dalam penelitian ini, diuji dengan cara netral, yaitu diukur dengan
besarnya discretionary accruals yaitu dengan menggunakan Modified
Jones Model seperti pada penelitian Paulus (2012) dan Simamora (2014),
model ini dianggap lebih baik diantara model lain untuk mengukur
manajemen laba. Perhitungan pada Modified Jones Model adalah sebagai
berikut.
Total Accruals
𝑇𝐴𝐶𝐶𝑖𝑡 = 𝐸𝐵𝑋𝑇𝑖𝑡 − 𝑂C𝐹𝑖𝑡
62
Keterangan :
𝑇𝐴𝐶𝐶𝑖𝑡: Total accruals pada tahun t
𝐸𝐵𝑋𝑇𝑖𝑡 : Laba bersih sebelum pajak (earning before tax/extraordinary
Items and discontinued operations) pada tahun t
𝑂𝐶𝐹𝑖𝑡 : Arus kas dari aktivitas operasi (operating cash flow) pada tahun t
Estimasi dari parameter spesifik perusahaan, diperoleh melalui model
analisis regresi OLS (Ordinary Last Squares) berikut ini:
Keterangan :
𝑇𝐴𝐶𝐶𝑖𝑡 : Total accruals pada tahun t
𝑇𝐴𝑖𝑡−1 : Total assets untuk sampel perusahaan I pada akhir tahun t-1
∆𝑅𝐸𝑉𝑖𝑡 : Perubahan pendapatan (revenue) perusahaan I dari tahun t-1 ke
tahun t
∆𝑅E𝐶𝑖𝑡 : Perubahan piutang bersih (net receivable) pada perusahaan i dari
tahun t-1 ke tahun t
𝑃𝑃𝐸𝑖𝑡 : Gross property, plant and equipment perusahaan I pada tahun t
𝜀𝑖𝑡 : error
Non Discretionary Accruals
Dalam Modified Jones Model, non discretionary accruals dirumuskan
sebagai berikut.
𝑇𝐴𝐶𝐶𝑖𝑡/𝑇𝐴𝑖𝑡−1 = 𝛼1(1/𝑇𝐴𝑖t−1) – 𝛼2 ∆𝑅𝐸𝑉𝑖𝑡 − ∆𝑅𝐸𝐶𝑖𝑡/ 𝑇𝐴𝑖𝑡−1 +
𝛼3(𝑃𝑃𝐸𝑖𝑡/𝑇𝐴𝑖𝑡−1) + 𝜀𝑖𝑡
𝑁𝐷𝐴𝐶𝐶𝑖𝑡 = 𝛼1(1/𝑇𝐴𝑖𝑡−1) − 𝛼2 ∆𝑅𝐸𝑉𝑖𝑡 − ∆𝑅𝐸𝐶𝑖𝑡 /𝑇𝐴𝑖𝑡−1+𝛼3(𝑃𝑃𝐸𝑖𝑡/𝑇𝐴� m𝑡−1)
63
Keterangan :
𝑁𝐷𝐴𝐶𝐶𝑖𝑡 : Non discretionary accruals pada tahun t
𝑇𝐴𝑖𝑡−1 : Total assets untuk sampel perusahaan I pada akhir tahun t-1
∆𝑅𝐸𝑉𝑖𝑡 : Perubahan pendapatan (revenue) perusahaan I dari tahun t-1
ke tahun t
∆𝑅𝐸𝐶𝑖𝑡 : Perubahan piutang bersih (net receivable) pada perusahaan i
dari tahun t-1 ke tahun t
𝑃𝑃𝐸𝑖𝑡 : Gross property, plant and equipment perusahaan I pada tahun t
Discretionary Accruals
Karena total accruals terdiri dari discretionary accruals dan non
discretionary accruals dapat dirumuskan sebagai berikut.
Keterangan :
𝐷𝐴𝐶𝐶𝑖𝑡: Discretionary accruals perusahaan i pada tahun t
2. Indepedensi Dewan Komisaris (X1)
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak
berafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan
pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau
hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk
bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan (Komite Nasional
Kebijakan Governance, 2004). Proporsi dewan komisaris independen
dalam penelitian ini diukur dengan membagi jumlah dewan komisaris
independen dengan total jumlah dewan komisaris.
𝐷𝐴𝐶𝐶𝑖𝑡 = 𝑇𝐴𝐶𝐶𝑖𝑡/ 𝑇𝐴𝑖𝑡−1 − 𝑁𝐷𝐴𝐶𝐶𝑖𝑡
64
3. Independensi Komite Audit (X2)
Salah satu tujuan dari komite audit adalah untuk memberikan
ulasan objektif tentang informasi keuangan, dan Komite Audit
Independen dapat berkontribusi terhadap kualitas pelaporan keuangan
(Kirk, 2000).
Bryan et.al (2004) memberikan bukti empiris bahwa perusahaan
dengan anggota komite audit independen yang lebih banyak mengalami
angka keinformatifan laba. Siagian dan Tresnaningsih (2011)
menunjukkan bahwa keinformatifan laba yang dilaporkan akan
meningkat jika tingkat independensi komite audit juga meningkat.
Variabel ini diukur dari proporsi anggota komite audit non-
komisaris independen dengan seluruh anggota komite audit. Data untuk
variabel ini diperoleh dari laporan tahunan perusahaan.
4. Kepemilikan Institusional (X3)
Kepemilikan institusional adalah jumlah kepemilikan saham oleh
pihak institusi (investor institusional). Investor institusional dianggap
lebih mampu untuk mencegah terjadinya manajemen laba, dibandingkan
dengan investor individual. Kepemilikan institusional dihitung dengan
besarnya persentase saham yang dimiliki oleh investor institusional
(Paulus, 2012). Variabel kepemilikan institusional dalam penelitian ini
diukur dengan besarnya persentase saham yang dimiliki oleh investor
institusional di dalam perusahaan.
65
5. Kepemilikan Manajerial (X4)
Kepemilikan manajerial adalah tingkat kepemilikan saham pihak
manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan,
misalnya direktur dan komisaris (Yonatan, 2012). Kepemilikan
manajerial juga dapat diartikan sebagai persentase saham yang dimiliki
oleh manajer dan direktur perusahaan pada akhir tahun untuk masing-
masing periode pengamatan (Paulus,2012). Pengukuran variabel
kepemilikan manajerial pada penelitian ini dihitung berdasarkan besarnya
persentase saham yang dimiliki oleh pihak manajemen perusahaan.
6. Reputasi KAP (X5)
Variabel Reputasi KAP dalam penelitian ini merupakan variabel
dummy yang didasarkan pada apakah KAP yang melakukan audit
terhadap perusahaan termasuk dalam KAP big four atau non big four.
Perusahaan yang diaudit oleh KAP big four diberi angka 1 (satu),
sedangkan perusahaan yang tidak diaudit oleh KAP big four diberi angka
0 (null).
7. Investment Opportunity Set (IOS) (X6)
Investment opportunity set menggambarkan luasnya kesempatan
atau peluang investasi bagi suatu perusahaan, namun sangat tergantung
pada pilihan expenditure perusahaan untuk kepentingan dimasa
mendatang (Paulus, 2012). Perhitungan rasio market value to book value
of equity (MVE/BVE) diformulasikan sebagai berikut.
MVE/BE =
� � � � � � �
�
66
Tabel 3.1
Tabel Operasionalisasi Variabel
Variabel Indikator Skala Pengukuran
Komisaris
Independen
Proporsi komisaris independen
yang dibandingkan dengan
total jumlah komisaris
perusahaan
Skala Rasio
Komite
Audit
Independen
Proporsi komite audit
independen yang
dibandingkan dengan total
jumlah komite audit
perusahaan
Skala Rasio
Kepemilikan
Institusional
Kepemilikan Institusional
dihitung berdasarkan
persentase saham yang
dimiliki oleh investor
institusional dalam perusahaan
Skala Rasio
Kepemilikan
Manajerial
Kepemilikan Manajerial
dihitung berdasarkan
persentase saham yang
dimiliki oleh pihak
manajemen perusahaan
(manajer atau direktur)
Skala Rasio
Reputasi
KAP
Perusahaan yang diaudit oleh
KAP big four dan yang diaudit
oleh KAP non big four
(variable dummy, nilai 1 untuk
perusahaan yang diaudit oleh
KAP big four, dan nilai 0
untuk perusahaan yang diaudit
oleh KAP non big four).
Skala Nominal
67
Variabel Indikator Skala Pengukuran
Investment
Opportunity
Set (IOS)
Investment Opportunity Set
(IOS) dihitung dengan
menggunakan market value to
book value of equity yaitu
jumlah lembar saham yang
beredar dikali harga penutupan
saham dan dibagi total ekuitas.
Skala Rasio
Kualitas
Laba
Kualitas laba diukur dengan
besarnya discretionary
accruals yaitu dengan
menggunakan Modified Jones
Model
Skala Rasio
68
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Data Objek Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Populasi penelitian ini adalah perusahaan property dan real estate
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010 sampai 2013.
Perusahaan property dan real estate tersebut tidak keluar dari Bursa Efek
Indonesia (delisting) selama periode penelitian. Berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan pada bab sebelumnya, maka didapatkan sampel sebanyak
25 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013.
Tabel 4.1
Tahapan Seleksi Sampel Penelitian
Keterangan Jumlah
Jumlah perusahaan yang listing di industri property dan
real estate tahun 2010-2013
49
1) Pelanggaran Kriteria I
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan
keuangan periode 2010-2013
(7)
2) Pelanggaran Kriteria III
Laporan keuangan yang tidak lengkap dari 2010-
2013
(17)
Jumlah sampel penelitian terpilih 25
Periode Penelitian 4
Total Sampel Perusahaan 100
Data Outlier (12)
Total Sampel yang Digunakan 88
Sumber: Data sekunder diolah
69
Setelah melakukan tahapan seleksi sampel terdapat 25
perusahaan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Berikut ini
nama perusahaan propert dan real estate yang menjadi sampel tersebut:
Tabel 4.2
Daftar Nama Perusahaan
No. Kode Saham Nama Perusahaan
1 ASRI alam sutera reality tbk
2 BCIP bumi citra permai tbk
3 BIPP bhuawanatala indah permai tbk
4 BKDP bukit darmo property tbk
5 BKSL sentul city tbk
6 COWL cowell development tbk
7 CTRA ciputra development tbk
8 CTRP ciputra property tbk
9 CTRS ciputra surya tbk
10 DART duta anggada reality tbk
11 DILD intiland development tbk
12 DUTI duta pertiwi tbk
13 ELTY bakrieland development tbk
14 GMTD goa makassar tourism development tbk
15 GPRA perdana gapura prima tbk
16 JRPT jaya real property tbk
17 KIJA kawasan industri jababeka tbk
18 KPIG global land and development tbk
19 LAMI lami citra nusantara tbk
20 LPCK lippo cikarang tbk
21 MDLN modernland reality tbk
22 OMRE indonesia prima property tbk
23 PUDP pudjiati prestige tbk
24 PWON pakuwon jati tbk
25 RBMS rista bintang mahkota sejati tbk
Sumber: Data sekunder diolah
70
B. Analisis dan Pembahasan
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi
mengenai data yang dimiliki dan tidak bermaksud menguji hipotesis.
Analisis ini hanya digunakan untuk menyajikan dan menganalisis data
disertai dengan perhitungan agar dapat memperjelas keadaan atau
karakteristik data yang bersangkutan. Alat analisis yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu nilai terendah (minimum), nilai tertinggi (maximum),
rata-rata (mean) dan standar deviasi. Berikut hasil statistik deskriptif dari
variabel-variabel dalam penelitian ini:
Tabel 4.3
Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
KI 88 .25 .67 .4059 .09710
KA 88 .20 .67 .3586 .08883
INS 88 5.85 92.88 58.5625 22.41280
MNJ 88 .00 50.31 3.7168 10.61468
REP 88 .00 1.00 .2727 .44791
IOS 88 .66 15943.43 530.9332 2447.01899
DACC 88 .42 1.37 .8666 .18199
Valid N (listwise) 88
Sumber: Data diolah melalui SPSS
Berdasarkan hasil statistik deskriptif diatas, variabel independen
pertama yaitu independensi dewan komisaris (KI) memiliki nilai terendah
(minimum) sebesar 0,25 , nilai tertinggi (maximum) sebesar 0,67 , dan
memiliki rata-rata sebesar 0,4059 dengan standar deviasi sebesar 0,09710.
Untuk hasil statistik deskriptif variabel independen kedua menunjukkan
71
bahwa independensi komite audit (KA) memiliki nilai terendah (minimum)
0,20, nilai tertinggi (maximum) 0,67, dan memiliki rata-rata 0,3586 dengan
standar deviasi sebesar 0,08883. Hasil statistik deskriptif variabel
independen ketiga yaitu kepemilikan institusional (INS) menunjukkan
nilai terendah (minimum) 5,85, nilai tertinggi (maximum) 92,88, memiliki
nilai rata-rata 58,5625 dengan standar deviasi 22,41280. Hasil analisis
statistik deskriptif variabel independen keempat yaitu kepemilikan
manajerial (MNJ) menunjukkan nilai terendah (minimum) 0,00, nilai
tertinggi (maximum) 50,31, nilai rata-rata (mean) 3,7168 dan standar
deviasi sebesar 10,61468. Hasil analisis statistik deskriptif variabel
independen kelima yaitu reputasi KAP (REP) menunjukkan nilai terendah
(minimum) 0,00, nilai tertinggi (maximum) 1,00, nilai rata-rata (mean)
0,2727 dan standar deviasi sebesar 0,44791. Hasil analisis statistik
deskriptif variabel independen keenam yaitu investment opportunity set
(IOS) menunjukkan nilai terendah (minimum) 0,66, nilai tertinggi
(maximum) 15943,43, nilai rata-rata (mean) 530,9332 dan standar deviasi
sebesar 2447,01899. Hasil analisis statistik deskriptif untuk variabel
dependen yaitu kualitas laba (DACC) menunjukkan nilai terendah
(minimum) 0,42, nilai tertinggi (maximum) 1,37, nilai rata-rata (mean)
0,8666 dan standar deviasi sebesar 0,18199
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan dalam penelitian ini untuk menguji
apakah data memenuhi asumsi klasik. Hal ini untuk menghindari
72
terjadinya estimasi yang bias mengingat tidak semua data dapat diterapkan
regresi. Uji asumsi klasik yang telah dilakukan dan hasilnya adalah
sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel dependen
dan independen dalam model regresi tersebut terdistribusi secara
normal (Ghozali, 2013). Ukuran yang menjadi dasar apakah data
terdistribusi normal atau tidak bergantung pada tingkat signifikansinya.
Bila tingkat signifikansi >5% atau > 0,05 maka data tersebut dianggap
terdistribusi normal, sedangkan jika tingkat signifikan data < 0,05 maka
data terdistribusi tidak terdistribusi normal. Uji normalitas dalam
penelitian ini dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov yang hasilnya
data dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.4
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 88
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation .15387018
Most Extreme Differences
Absolute .104
Positive .104
Negative -.051
Kolmogorov-Smirnov Z .979
Asymp. Sig. (2-tailed) .293
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber :Data diolah melalui SPSS
73
Pada Tabel Uji Normalitas (Tabel 4.4), hasil uji Kolmogorov-Smirnov
menunjukkan hasil pengujian sebesar 0,293. Nilai signifikansi tersebut
lebih besar dari 0,05 atau 5% sehingga dapat dinyatakan bahwa data
terdistribusi secara normal.
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah adanya
korelasi antar variabel bebas (independen) dalam model regresi. Untuk
mendeteksi adanya masalah multikolonieritas dalam penelitian ini
dengan menggunakan Nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation
Factor). Regresi yang terbebas dari problem multikolonieritas apabila
nilai VIF <10 dan nilai tolerance>0.10, maka data tersebut tidak ada
multikolonieritas. Berikut ini tabel 4.5 disajikan hasil uji
multikolonieritas dengan menggunakan Nilai Tolerance dan VIF
(Variance Inflation Factor), yaitu:
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolonieritas
Model Collinearity Statistics
Kesimpulan Tolerance VIF
(Constant)
KI ,643 1,556 Tidak terjadi multikolonieritas
KA ,927 1,079 Tidak terjadi multikolonieritas
INS ,676 1,479 Tidak terjadi multikolonieritas
MNJ ,886 1,129 Tidak terjadi multikolonieritas
REP ,811 1,233 Tidak terjadi multikolonieritas
IOS ,723 1,384 Tidak terjadi multikolonieritas
Sumber: Data diolah melalui SPSS
74
Dalam tabel 4.5 menunjukkan hasil uji multikolonieritas
dengan nilai VIF berkisar antara 1,079 sampai 1,556. Sedangkan nilai
tolerance berkisar antara 0,643 sampai 0,927. Maka dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa model penelitian ini tidak terjadi
multikolonieritas.
c. Uji Heterokedastisitas
Pada tabel 4.6 dibawah ini merupakan hasil uji heterokedastisitas
dengan menggunakan uji Glejser untuk data kualitas laba. Uji Glejser
dilakukan untuk meregresi nilai absolute residual terhadap variabel
independen, Jika variabel independen signifikan secara statistik
mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi
heterokedastisitas dengan probabilitas signifikansi tingkat kepercayaan
5% (Ghozali, 2013).
Tabel 4.6
Hasil Uji Heterokedastisitas
Variabel Sig Keterangan
KI 0,240 Tidak terjadi heteroskedastisitas
KA 0,095 Tidak terjadi heteroskedastisitas
INS 0,111 Tidak terjadi heteroskedastisitas
MNJ 0,059 Tidak terjadi heteroskedastisitas
REP 0,125 Tidak terjadi heteroskedastisitas
IOS 0,293 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Sumber: Data diolah melalui SPSS
Berdasarkan tabel 4.6 diatas, semua variabel independen
memiliki angka signifikansi diatas 0.05. Hal ini mengindikasikan dalam
persamaan regresi tersebut tidak terjadi heterokedastisitas.
75
d. Uji Autokolerasi
Dari hasil pengujian autokolerasi menggunakan Durbin
Watson statistik. Maka didapatkan hasil seperti yang tertera dalam tabel
4.7 berikut ini:
Tabel 4.7
Hasil Uji Autokolerasi Durbin-Watson
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .534a .285 .232 .15947 1.042
a. Predictors: (Constant), X6, X2, X4, X3, X5, X1
b. Dependent Variable: Y
Sumber: Data diolah melalui SPSS
Pada gambar 4.1 dibawah ini merupakan hasil uji Durbin Watson
dengan menggunakan jumlah sampel 88 dan jumlah variabel independen 6.
Gambar 4.1
Hasil Uji Durbin-Watson
Ada Autokorelasi Tidak ada Autokorelasi Ada Autokorelasi
-2 1,042 2
Setelah dilakukan analisis data, diperoleh nilai durbin-watson
adalah sebesar 1, 042. Gambar 4.1 menunjukkan bahwa nilai DW lebih
kecil dari 2 dan lebih besar dari -2 atau -2 < 1,042 < 2. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa model regresi terlepas dari masalah autokolerasi, yang
menunjukkan dalam model regresi tidak ada kolerasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (Sarwono,
2013).
76
3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerapkan model regresi dalam menerangkan pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini
menggunakan variabel independen yaitu independensi dewan komisaris,
independensi komite audit, kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial, reputasi KAP, investment opportunity set (IOS), dan variabel
dependen yaitu kualitas laba. Adapun hasil uji koefisien Adjusted R
Square disajikan dalam tabel 4.8:
Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .534a .285 .232 .15947 1.042
a. Predictors: (Constant), X6, X2, X4, X3, X5, X1
b. Dependent Variable: Y
Sumber: Data diolah melalui SPSS
Pada tabel 4.8 memperlihatkan Adjusted R Square adalah
sebesar 0,232, hal ini berarti 23,2% variabel kualitas laba dapat dijelaskan
oleh variabel independensi dewan komisaris, independensi komite audit,
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, reputasi KAP, dan
investment opportunity set (IOS). Sedangkan sisanya yaitu sebesar (100%-
23,2% = 76,8 %) dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diketahui
dan tidak termasuk dalam analisa regresi pada penelitian ini.
77
4. Hasil Uji Hipotesis
a. Uji F (Model Fit)
Hasil uji F pada penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai
signifikansi pada tabel 4.9 hasil uji F berikut ini:
Tabel 4.9
Hasil Uji F (ANOVA)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression .822 6 .137 5.386 .000b
Residual 2.060 81 .025
Total 2.882 87
a. Dependent Variable: DACC b. Predictors: (Constant), IOS, KA, MNJ, INS, REP, KI
Sumber: Data diolah melalui SPSS
Pada tabel 4.9 diperoleh nilai signifikansi 0.000, nilai
signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa model
yang diregresi dapat digunakan layak untuk menguji data atau dapat
dikatakan bahwa variabel independensi dewan komisaris, independensi
komite audit, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,
reputasi KAP, dan investment opportunity set (IOS) secara bersama-
sama mempengaruhi kualitas laba.
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh masing-masing variabel independen secara individual
terhadap variabel dependen. Tabel 4.10 berikut ini menyajikan hasil uji
statistik t dalam penelitian ini, yaitu:
78
Tabel 4.10
Hasil Uji Statistik t
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) .866 .132 6.576 .000
KI -.320 .220 -.170 -1.455 .150
KA -.023 .200 -.011 -.113 .911
INS .003 .001 .377 3.298 .001
MNJ -.004 .002 -.226 -2.264 .026
REP -.082 .042 -.203 -1.941 .056
IOS -7.637E-006 .000 -.103 -.929 .356
a. Dependent Variable: DACC
Sumber: Data diolah melalui SPSS
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat hasil regresi berganda,
bahwa terdapat 2 variabel independen yaitu kepemilikan institusional
(INS) dan kepemilikan manajerial (MNJ) berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen kualitas laba. Sedangkan 4 variabel
independen lainnya yaitu independensi dewan komisaris (KI),
independensi komite audit (KA), reputasi KAP (REP), dan investment
opportunity set (IOS) tidak berpengaruh terhadap variabel dependen
kualitas laba.
Setelah melakukan uji t seperti yang tertera dalam tabel
4.10, maka persamaan regresi yang terbentuk dalam penelitian ini yaitu:
Y = 0,866 - 0,320X1- 0,023X2+0,003X3- 0,004X4 - 0,082X5 - 7,637E-
006X6
79
c. Pembahasan
1) Pengaruh Independensi Dewan Komisaris terhadap Kualitas Laba
Hasil pengujian variabel dewan komisaris independen
mempunyai signifikansi 0,150 lebih besar dari α =0.05. Hal ini
menunjukkan bahwa independensi dewan komisaris tidak
berpengaruh pada tingkat kepercayaan 5%. Hal ini menunjukkan
bahwa H1 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
independensi dewan komisaris (KI) tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kualitas laba perusahaan. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian lain yang telah dilakukan sebelumnya
oleh Simamora (2014) dan Paulus (2012) yang menemukan bahwa
komisaris independen tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kualitas laba. Penelitian ini juga mendukung penelitian
Puteri (2012) yang menyatakan bahwa pengangkatan komisaris
independen oleh perusahaan mungkin hanya dilakukan untuk
pemenuhan regulasi saja tetapi tidak dimaksudkan untuk
menegakkan good corporate governance (GCG) di dalam
perusahaan. Selain itu penelitian ini juga di dukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Rupilu (2011), Susanto et al. (2010),
Rachmawati dan Triatmoko (2007) dan Siallagan et al.(2006) yang
menunjukkan hasil yang sama, dalam penelitian tersebut
menghasilkan proporsi dewan komisaris independen tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laba.
80
Namun hasil penelitian ini tidak didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Boediono (2005), Farida (2012) dan Taruno
(2013), dimana hasil dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa
independensi dewan komisaris memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kualitas laba perusahaan, karena dewan komisaris
mempunyai peranan yang cukup penting dalam mengawasi
pelaporan keuangan dalam menghasilkan laba yang berkualitas.
Pengelolaan perusahaan yang baik memerlukan mekanisme
corporate governance yang bersinergi dan optimal. Namun dalam
hal tersebut tidak menjamin kesuksesan perusahaan dalam
mengelola sumber dayanya, yaitu diperlukan mekanisme yang lain
yaitu etika bisnis, etos kerja, dan kepastian hukum untuk menjamin
mekanisme telah berjalan sesuai dengan ketentuan dan bukan hanya
sebagai formalitas atas ketetapan yang berlaku (Taruno, 2013).
Hasil efektifitas dewan komisaris sebagai salah satu bagian
dari mekanisme internal dalam mengawasi pelaporan keuangan
dalam menghasilkan laba yang berkualitas memiliki pengaruh yang
tidak signifikan terhadap kualitas laba mengindikasikan bahwa
pengawasan yang dilakukan belum efektif.
Dewan komisaris independen sebagai instrumen dari
corporate governance pada dasarnya menyangkut masalah siapa
(who) yang seharusnya mengendalikan jalannya kegiatan korporasi
dan mengapa (why) harus dilakukan pengendalian terhadap jalannya
81
kegiatan korporasi. Yang dimaksud dengan siapa adalah para
pemegang saham, sedangkan “mengapa” adalah karena adanya
hubungan antara pemegang saham dengan berbagai pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan dan berhubungan dengan
masalah keagenan (Kaen, 2003 dalam Rupilu, 2011). Beasley
(1996) menyatakan bahwa masuknya dewan komisaris yang berasal
dari luar perusahaan seharusnya dapat meningkatkan efektivitas
dewan tersebut dalam mengawasi manajemen untuk mencegah
kecurangan laporan keuangan.
Selanjutnya Farida (2012) menyatakan bahwa semakin
besar proporsi dewan komisaris independen maka akan
menyebabkan menurunnya manajemen laba, sehingga kualitas laba
menjadi lebih tinggi. Hal ini dikarenakan fungsi pengawasan yang
dilakukan oleh dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan
dapat menurunkan tindakan manajemen dalam melakukan
manajemen laba. Dengan proporsi dewan komisaris independen
yang telah sesuai dengan peraturan yang berlaku dimana setiap
perusahaan go public harus memiliki dewan komisaris independen
sekurang-kurangnya 30% dari jumlah total dewan komisaris, hal ini
menunjukkan bahwa peran dewan komisaris yang berasal dari luar
perusahaan seharusnya dapat meningkatkan fungsi pengawasan dari
dewan komisaris.
82
Pengawasan komisaris independen yang tidak efektif akan
menambah masalah agensi yang timbul. Hal ini akan menjadikan
manajer atau agen tidak berhati-hati dan tidak transparan dalam
menjalankan perusahaan sehingga akan tercipta iklim yang tidak
objektif, yang tidak mendorong terwujudnya good corporate
governance yang mendukung kejujuran penyajian laporan keuangan
dengan kualitas laba yang baik pada perusahaan. Disamping itu,
laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan akan kurang
berkualitas, sehingga tidak dapat dipergunakan oleh pihak yang
berkepentingan untuk mengambil keputusan.
Penelitian Purwanti (2010), menemukan bukti empiris
pengaruh positif komisaris independen terhadap manajemen laba,
yang berarti semakin banyak komisaris independen maka
manajemen laba akan semakin tinggi, yang berarti bahwa adanya
dewan komisaris tidak selalu memiliki pengaruh positif terhadap
kualitas laba. Hal ini dikarenakan manajemen laba adalah kebalikan
dari kualitas laba, jika dewan komisaris independen berpengaruh
positif terhadap manajemen laba maka dewan komisaris independen
berpengaruh secara negatif terhadap kualitas laba. Dalam Budiono
(2005), dijelaskan bahwa penambahan anggota dewan komisaris
independen hanya sekedar memenuhi ketentuan formal, sementara
pemegang saham mayoritas masih memegang peranan penting
sehingga kinerja dewan tidak meningkat bahkan turun. Siregar dan
83
Utama (2005) dalam Purwanti (2010) juga menyatakan bahwa
pengangkatan dewan komisaris independen oleh perusahaan
mungkin hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tapi tidak
dimaksudkan untuk menegakkan Good Corporate Governance
(GCG).
2) Pengaruh Komite Audit Independen terhadap Kualitas Laba
Hasil pengujian variabel independensi komite audit (KA)
mempunyai signifikansi 0,911 lebih besar dari α =0.05. Hal ini
menunjukkan bahwa H1 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel independensi komite audit (KA) tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap kualitas laba perusahaan. Hasil ini
mendukung penelitian Ajward (2010), Hamdan et al (2013) dan
Rachmawati dan Triatmoko (2007). Namun hasil penelitian ini
tidak mendukung hasil penelitian dari Simamora (2014), Paulus
(2012), serta Siallagan dan Machfoedz (2006) yang menyatakan
bahwa komite audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kualitas laba perusahaan. Selain itu Widjaja dan Rovilla (2011)
dalam penelitiannya menyatakan bahwa kualitas laba perusahaan
sebelum memiliki komite audit akan berbeda dengan kualitas laba
suatu perusahaan setelah memiliki komite audit dalam tata kelola
perusahaannya. Hipotesis komite audit independen terhadap
kualitas laba ini ditolak. Pada hasil ini mungkin disebabkan karena
perusahaan sampel memiliki komite audit dengan kompetensi di
bidang akuntansi yang tidak cukup tinggi. Hal itu didukung oleh
84
pernyataan Qin dalam penelitian Susanto (2010) yang menyatakan
bahwa jumlah komite audit yang memiliki keahlian di bidang
akuntansi akan berpengaruh positif terhadap kualitas laba. Maka
dalam hal ini komite audit independen disimpulkan tidak
berpengaruh terhadap kualitas laba suatu perusahaan.
3) Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kualitas Laba
Hasil pengujian variabel kepemilikan institusional (INS)
mempunyai signifikansi 0,001 lebih kecil dari α =0.05. Hal ini
menunjukkan H3 diterima sehingga dapat diindikasikan bahwa
kepemilikan institusional mempunyai hubungan yang signifikan
terhadap kualitas laba perusahaan. Hasil ini didukung oleh
penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh M dan Ebrahimi
(2011) serta penelitian Hashim dan Devi (2008).
Namun tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Simamora (2014), Yushita dkk (2013), dan Paulus (2012) yang
menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh
signifikan terhadap kualitas laba perusahaan. Selain itu, Anggraini
(2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pihak institusional
tidak memiliki kekuatan dalam mempengaruhi apa yang dilaporkan
manajemen dalam laporan keuangan.
4) Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kualitas Laba
Hasil pengujian variabel kepemilikan manajerial (MNJ)
mempunyai signifikansi 0,026 lebih kecil dari α =0.05. Hal ini
85
menunjukkan bahwa H4 diterima. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel kepemilikan manajerial (MNJ) berpengaruh secara
signifikan terhadap kualitas laba perusahaan. Hasil ini mendukung
penelitian oleh M dan Ebrahimi (2011). Namun hasil penelitian ini
tidak mendukung hasil penelitian dari Simamora (2014), Paulus
(2012), dan Puteri (2012) yang menyatakan bahwa kepemilikan
manajerial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kualitas laba perusahaan. Rata-rata kepemilikan manajerial dalam
perusahaan dalam penelitian ini sebesar 13,62% yang
menyebabkan kepemilikan manajemen cukup mampu memberikan
kontribusi terhadap kualiatas laba perusahaan.
5) Pengaruh Reputasi KAP Terhadap Kualitas Laba
Hasil pengujian variabel reputasi KAP (REP) mempunyai
signifikansi 0,056 lebih besar dari α =0.05. Hal ini menunjukkan
bahwa H5 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
reputasi KAP (REP) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kualitas laba perusahaan. Hasil ini mendukung penelitian
Simamora (2014), Christiantie dan Yulius (2013) yang menyatakan
reputasi KAP yang semakin baik tidak menjamin laporan keuangan
auditan yang dihasilkan menjadi lebih baik. Hal ini karena setiap
kantor akuntan publik baik yang merupakan KAP big four maupun
KAP non big four akan berusaha melakukan audit sebaik-baiknya
untuk menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas.
86
6) Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Kualitas
Laba.
Hasil pengujian variabel investment opportunity set (IOS)
mempunyai signifikansi 0,356 lebih besar dari α =0.05. Hal ini
menunjukkan bahwa H6 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel investment opportunity set (IOS) tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap kualitas laba perusahaan. Hasil ini
mendukung penelitian Simamora (2014), Wulansari (2013), dan
Paulus (2012) yang menemukan investment opportunity set (IOS)
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas laba. Hal
tersebut dikarenakan tidak terdapat perbedaan yang terlalu jauh
antara nilai buku dengan nilai pasar dalam hal penilaian aset.
Sehingga investor tidak terlalu memperhatikan nilai investment
opportunity set (IOS) perusahaan, namun lebih memperhatikan
angka laba perusahaan tersebut.
87
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh corporate
governance, reputasi KAP dan investment opportunity set (IOS) terhadap
kualitas laba perusahaan dengan sampel perusahaan property dan real estate
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010-2013. Berdasarkan
hasil pengujian statistik dengan menggunakan regresi linier berganda, maka
kesimpulan yang diperoleh sebagai berikut:
1. Variabel Dewan Komisaris Independen (KI) tidak berpengaruh siginfikan
terhadap kualitas laba perusahaan dengan nilai signifikansi 0,150 pada
tingkat kepercayaan 5%. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Simamora (2014), Paulus (2012) dan Puteri (2012).
2. Variabel komite audit independen (KA) tidak berpengaruh signifikan
terhadap kualitas laba perusahaan dengan nilai signifikansi 0,911 pada
tingkat kepercayaan 5%. Hasil ini mendukung penelitian Ajward (2010),
Hamdan et al (2013) dan Rachmawati dan Triatmoko (2007).
3. Variabel kepemilikan institusional (INS) berpengaruh signifikan terhadap
kualitas laba perusahaan dengan signifikansi 0,001 pada tingkat
kepercayaan 5%. Hasil ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang
telah dilakukan oleh M dan Ebrahimi (2011) serta penelitian Hashim dan
Devi (2008).
88
4. Variabel kepemilikan manajerial (MNJ) berpengaruh signifikan terhadap
kualitas laba perusahaan dengan signifikansi 0,026 pada tingkat
kepercayaan 5%. Hasil ini mendukung penelitian oleh M dan Ebrahimi
(2011).
5. Variabel reputasi KAP (REP) tidak berpengaruh signifikan terhadap
kualitas laba perusahaan dengan signifikansi 0,056 pada tingkat
kepercayaan 5%. Hasil ini mendukung penelitian Simamora (2014),
Christiantie dan Yulius (2013) yang menyatakan reputasi KAP yang
semakin baik tidak menjamin laporan keuangan auditan yang dihasilkan
menjadi lebih baik.
6. Variabel investment opportunity set (IOS) tidak berpengaruh signifikan
terhadap kualitas laba perusahaan dengan signifikansi 0,356 pada tingkat
kepercayaan 5%. Hasil ini mendukung penelitian Simamora (2014),
Wulansari (2013), dan Paulus (2012) yang menemukan investment
opportunity set (IOS) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas
laba.
B. Implikasi
Laba adalah informasi yang paling penting dalam laporan keuangan.
Maka dari itu setiap perusahaan harus memiliki laba yang berkualitas. Bagi
perusahaan, manajer berserta jajarannya untuk lebih bisa mengontrol laba
dalam perusahaan dan menyajikan laba dengan keadaan yang sebenarnya.
Karena aktivitas manajemen laba sekecil apapun akan mempengaruhi laba itu
berkualitas atau tidak, dan apabila dideteksi oleh investor dan pemilik saham
89
dalam perusahaan akan mengakibatkan kurangnya kepercayaan dan
berdampak buruk bagi perusahaan.
Dalam penelitian ini hanya menggunakan periode 4 tahun yaitu tahun
2010-2013 sehingga jumlah sampel masih tergolong kecil. Selain itu sampel
dalam penelitian ini menggunakan sub sektor dalam perusahaan property dan
real estate saja sehingga hasil penelitian tidak dapat digenerelisasi untuk
seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Nilai koefisien
determinasi dalam penelitian ini juga relatif kecil yaitu sebesar 23,2%. Hal
tersebut menunjukkan masih ada 76,8% faktor lainnya yang lebih berpengaruh
terhadap kualitas laba selain komisaris independen, komite audit independen,
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, reputasi KAP, dan
investment opportunity set (IOS).
C. Saran - saran
Penelitian mengenai kualitas laba di masa yang akan datang
diharapkan mampu memberikan hasil penelitian yang lebih berkualitas dengan
mempertimbangkan saran sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan untuk menggunakan
sampel seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai
populasi penelitian, sehingga jumlah sampel yang digunakan lebih banyak
dan dapat mempertinggi daya uji empiris.
2. Pengukuran terhadap variabel kualitas laba pada penelitian selanjutnya
dapat menggunakan alternatif proksi lain, seperti menggunakan
pengukuran persistensi laba.
90
3. Rendahnya nilai koefisien determinasi dari model yang diuji dalam
penelitian ini sehingga penelitian selanjutnya sebaiknya
mempertimbangkan untuk menggunakan atau menambahkan variabel lain
seperti likuiditas, ukuran perusahaan, risiko sistematis, laverage, growth
dan persistensi laba.
4. Bagi perusahaan, sebaiknya melakukan evaluasi atas penerapan tata kelola
perusahaan, apakah telah sesuai dengan standar dan prinsip-prinsip dalam
good corporate governance agar dapat menyajikan laporan keuangan yang
berkualitas.
91
DAFTAR PUSTAKA
Agustiningsih, Sri Wahyu. 2009. Pengaruh Income Smoothing terhadap
Keinformatifan Laba. Thesis, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Al-Rassas, Ahmed Hussein dan Hasnah Kamardin. 2015. Directors Independence,
Internal Audit Function, Ownership Concentration and Earnings Quality
in Malaysia. Asian Social Science. Vol. 11, No. 15. 2015
Anggraini, Glovita Brelian. 2010. Pengaruh Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional, Laverage dan Growth Terhadap Kualitas
Laba Perusahaan. Jurnal Ekonomi. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
Anderson, KL, DN, dan Gillan, ST. 2003. Board of commissioners Audit
Committees, and The Information Content Of Earnings. Working Paper.
Boediono, Gideon SB. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance dan dampak Manajemen laba dengan
menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII.
Christiantie, Jane dan Yulius Jogi Christiawan. 2012. Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance dan Reputasi KAP Terhadap Aktivitas
Manajemen Laba. Business Accounting Review. Vol, 1. 2013.
Darmawati, Deni Khomsiyah dan Rika Gelar Rahayu. 2004. Hubungan Corporate
Governance dan Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi
VII, Denpasar.
Fanny, Margaretta dan Sylvia Saputra.2005. Opini Audit Going Concern: Kajian
Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan,
dan Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi Pada Emiten Bursa Efek
Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo.
Farida, Dessy Noor. 2012. Pengaruh Dewan komisaris independenn terhadap
Kualitas Laba dengan Konsentrasi Kepemilikan Sebagai Variabel
Pemoderasi.ISSN 1411-1497. Prestasi Vol. 9 No.1 Juni.
Febiani, Siska. 2012. Konservatisme Akuntansi, Corporate Governance, dan
Kualitas Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Akuntansi. Vol. 1, No. 2, Maret 2012.
Ghozali, Imam. “AnalisisMultivariat dengan Program SPSS”. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro. 2013.
Hashim, Hafizah Aishah dan S Susela Devi. 2008. Board Independence, CEO
Duality and Accrual Management: Malaysian Evidence, Asian Journal of
Business and Accounting, 1(1), 27-46.
92
Herawaty, Susiana Arleen. Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme
Corporate Governance, Dan Kualitas Audit Terhadap Integritas
Laporan Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X. Maskassar.
Januarti, Indira. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor,
Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going
Concern (Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia). Jurnal Akuntansi. Universitas Diponegoro Semarang.
Jensen, M. C dan Meckling, W.H. 1976. Theory of the Firm: Managerial
Behavior, Agency Costs and Ownership Structure . Journal of Financial
Economics, Oktober, 1976, V. 3, No. 4, pp. 305-360. Avalaible:
http://papers.ssrn.com
Kaihatu, Thomas S. 2004. Good Corporate Governance dan Penerapannya di
Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 8, No. 1, Maret
2006: 1-9
Mashayekhi, Bita dan Mohammad S. Bazaz. 2010. The Effect of Corporate
Governance on Earnings Quality Evidence from Iran. Asian Journal of
Business and Accounting, 3(2), 2010, 71-100.
Moradi, Mohammad Ali dan Ahmad Nezami. 2011. Influence of Ownership
Structure on Earning Qualiy in the Listed Firm of Tehran Stock
Exchange. International Journal of Business Administration. Vol. 2, No.
4, November 2011.
Norpratiwi, Agustina M. V. 2007. Analisis Korelasi Investment Opportunity Set
Terhadap Return Saham (Pada Saat Pelaporan Keuangan Perusahaan).
Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Yogyakarta.
Paulus, Christian 2012. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laba.
Jurnal akuntansi. Universitas Diponegoro Semarang.
Praptitorini, Mirna Dyah dan Indira Januarti. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas
Audit, Debt Default, dan Opini Shopping Terhadap Penerimaan Opini
Going Concern. Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar.
Puteri, Anggia Paramitha. 2012. Analisis Pengaruh Investment Opportunity Set
(IOS) dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kualitas Laba
dan Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi. Fakultas Ekonomika dan
Bisnis. Universitas Diponegoro. Semarang.
Putra, Daniel Salfauz Tawakal. 2012. Pengaruh Independensi, Mekanisme
Corporate Governance, Kualitas Audit, dan Manajemen Laba Terhadap
Integritas Laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi. Fakultas Ekonomika
dan Bisnis. Universitas Diponegoro. Semarang.
93
Ramadhany, Alexander. 2004. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Mengalami Financial Distress Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal
Maksi, Vol. 4, Hlm. 146-160.
Sarikhani, Mehdi and Mahdi Ebrahimi. 2011. Corporate Governance and
Earnings Informativeness Evidence from Iran. International Research
Journal of Finance and Economics.
Sarwono, Jonathan. Jurus Ampuh SPSS untuk Riset Skripsi. PT Elex Media
Komputindo. Jakarta. 2013
Shalicha, Madinatush. Pengaruh Tenur Audit, Reputasi Kantor Akuntan Publik
(KAP), dan Komite Audit Terhadap Kualitas Laba. Jurnal Akuntansi.
Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Universitas Diponegoro. Semarang.
Siagian, F.T. and E. Tresnaningsih. 2011. The impact of independent
commissioners and independent audit committee on earnings quality
reported by Indonesian firms. Asian Rev. Account., 19: 192-207.
Siahaan, Fadjar O.P. 2013. The Effect of Investment Opportunity Set, the Presence
of Audit Committee, the Composition of Iindependent Commissioner, and
Managerial Ownership on Profit Quality. International Journal of
Business and Social Science. Vol. 4, No. 9, August 2013.
Siallagan, H. Dan Mas’ud Mahfoedz. 2006. Mekanisme Corporate Governance,
Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi IX.
IAI. Padang.
Simamora, Erikson dkk. 2014. Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS),
Mekanisme Good Corporate Governance dan Reputasi KAP Terhadap
Kualitas Laba Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Property and
Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2012). JOM
FEKON Vol. 1, No. 2. Oktober 2014.
Surifah. 2010. Kualitas Laba dan Pengukurannya. Jurnal Ekonomi, Manajemen
dan Akuntansi Vol.8 No.2 Mei-Agustus 2010. Fakultas Ekonomi.
Universitas Cokroaminoto. Yogyakarta.
Susanto, Yulius Kurnia. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan
Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 11, No. 3, Desember 2009, hal. 155-173.
Wahyuningsih, Panca. Pengaruh Struktur Kepemilikan Institusional dan
Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba. Fokus Ekonomi. Vol.
4, No. 2, Desember 2009, hal. 78-93.
94
Widjaja, Fendi Permana dan Rovilla El Maghviroh. 2011. Analisis Perbedaan
Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan Sebelum dan Sesudah Adanya
Komite Audit Pada Bank-Bank Go Public di Indonesia. The Indonesian
Accounting Review. Volume 1, No. 2, Juli 2011, hal 117-134.
Wulansari, Yenny. 2013. Pengaruh Investment Opportunity Set, Likuiditas dan
Laverage Terhadap Kualitas Laba pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI. Jurnal Ekonomi. Universitas Negeri Padang.
Yonatan, Yustina. 2012. Pengaruh Masa Penugasan Kantor Akuntan Publik ,
Kepemilikan Manajerial, dan Ukuran Kantor Akuntan Publik Terhadap
Kualitas Laba. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi. Vol. 1, No. 4, Juli
2012.
Yudhanto, Anggoro Adi. 2013. Faktor-Faktor Non Keuangan Yang
Mempengaruhi Dikeluarkannya Opini Going Concern. Jurnal Fakultas
Ekonomika dan Bisnis. Universitas Diponegoro. Semarang.
Yushita, Amanita Novi dkk. 2013. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance,
Kualitas Auditor Eksternal dan Likuiditas Terhadap Kualitas Laba. Jurnal
Ekonomika. Volume 9, No. 2, Oktober 2013.
Zukriyah, Aminatun. 2012. Pengaruh Reputasi Auditor, Tenure, Ukuran
Perusahaan, Opini Shopping, Pertumbuhan Perusahaan, Profitabilitas,
Likuiditas, Aktivitas, dan Laverage Terhadap Opini Going Concern (Studi
Kasus Pada Industri Dasar Yang Listing di BEI Tahun 2008-2010). Jurnal
Kajian Pendidikan & Akuntansi Indonesia Edisi II, Volume I. 2012.
Sumber Internet:
https://en.wikipedia.org/wiki/Big_Four_(audit_firms) diakses pada tanggal 10
April 2015
http://www.idx.co.id/id-id/beranda/perusahaantercatat/
laporankeuangandantahunan.aspx diakses pada tanggal 17 April 2015
http://finance.detik.com/read/2015/07/21/181140/2972287/1036/kasus-skandal-
keuangan-ceo-toshiba-mundur diakses pada tanggal 25 Juli 2015
95
LAMPIRAN 1
DAFTAR SAMPEL
PERUSAHAAN
96
DAFTAR SAMPEL PENELITIAN
No. Kode Saham Nama Perusahaan
1 ASRI alam sutera reality tbk
2 BCIP bumi citra permai tbk
3 BIPP bhuawanatala indah permai tbk
4 BKDP bukit darmo property tbk
5 BKSL sentul city tbk
6 COWL cowell development tbk
7 CTRA ciputra development tbk
8 CTRP ciputra property tbk
9 CTRS ciputra surya tbk
10 DART duta anggada reality tbk
11 DILD intiland development tbk
12 DUTI duta pertiwi tbk
13 ELTY bakrieland development tbk
14 GMTD goa makassar tourism development tbk
15 GPRA perdana gapura prima tbk
16 JRPT jaya real property tbk
17 KIJA kawasan industri jababeka tbk
18 KPIG global land and development tbk
19 LAMI lami citra nusantara tbk
20 LPCK lippo cikarang tbk
21 MDLN modernland reality tbk
22 OMRE indonesia prima property tbk
23 PUDP pudjiati prestige tbk
24 PWON pakuwon jati tbk
25 RBMS rista bintang mahkota sejati tbk
97
LAMPIRAN 2
DAFTAR RINCIAN
DATA PERUSAHAAN
98
Daftar Perusahaan yang Menerbitkan Laporan Keuangan Secara Lengkap
Periode 2009-2013
No. Kode
Saham 2009 2010 2011 2012 2013
1. ASRI
2. BCIP
3. BIPP
4. BKDP
5. BKSL
6. COWL
7. CTRA
8. CTRP
9. CTRS
10. DART
11. DILD
12. DUTI
13. ELTY
14. GMTD
15. GPRA
16. JRPT
17. KIJA
18. KPIG
19. LAMI
20. LPCK
21. MDLN
22. OMRE
23. PUDP
24. PWON
25. RBMS
99
HASIL PERHITUNGAN VARIABEL INDEPENDENSI DEWAN KOMISARIS
No. Perusahaan 2010 2011 2012 2013
1 ASRI 0.40 0.40 0.40 0.40
2 BCIP 0.33 0.33 0.33 0.33
3 BIPP 0.50 0.50 0.33 0.33
4 BKDP 0.50 0.50 0.50 0.50
5 BKSL 0.40 0.40 0.29 0.29
6 COWL 0.50 0.50 0.33 0.33
7 CTRA 0.50 0.50 0.40 0.50
8 CTRP 0.40 0.40 0.40 0.40
9 CTRS 0.50 0.33 0.25 0.50
10 DART 0.33 0.33 0.33 0.33
11 DILD 0.33 0.33 0.33 0.33
12 DUTI 0.40 0.33 0.33 0.33
13 ELTY 0.33 0.40 0.33 0.40
14 GMTD 0.60 0.60 0.20 0.22
15 GPRA 0.40 0.33 0.33 0.33
16 JRPT 0.40 0.40 0.40 0.40
17 KIJA 0.50 0.50 0.50 0.50
18 KPIG 0.33 0.33 0.33 0.33
19 LAMI 0.33 0.33 0.33 0.33
20 LPCK 0.60 0.60 0.50 0.57
21 MDLN 0.50 0.50 0.50 0.40
22 OMMRE 0.33 0.33 0.33 0.40
23 PUDP 0.33 0.33 0.33 0.33
24 PWON 0.67 0.67 0.67 0.67
25 RBMS 0.33 0.33 0.33 0.33
100
HASIL PERHITUNGAN VARIABEL INDEPENDENSI KOMITE AUDIT
No. Perusahaan 2010 2011 2012 2013
1 ASRI 0.33 0.33 0.20 0.33
2 BCIP 0.33 0.33 0.67 0.67
3 BIPP 0.67 0.33 0.67 0.33
4 BKDP 0.33 0.33 0.33 0.33
5 BKSL 0.50 0.33 0.33 0.33
6 COWL 0.33 0.33 0.33 0.33
7 CTRA 0.33 0.33 0.33 0.33
8 CTRP 0.33 0.33 0.33 0.33
9 CTRS 0.33 0.33 0.33 0.33
10 DART 0.33 0.33 0.33 0.33
11 DILD 0.25 0.25 0.25 0.33
12 DUTI 0.33 0.33 0.33 0.33
13 ELTY 0.33 0.33 0.33 0.33
14 GMTD 0.33 0.33 0.33 0.33
15 GPRA 0.50 0.50 0.50 0.50
16 JRPT 0.33 0.33 0.33 0.33
17 KIJA 0.33 0.33 0.33 0.33
18 KPIG 0.33 0.33 0.33 0.33
19 LAMI 0.33 0.33 0.33 0.33
20 LPCK 0.50 0.50 0.50 0.33
21 MDLN 0.33 0.33 0.33 0.33
22 OMMRE 0.33 0.33 0.33 0.33
23 PUDP 0.33 0.33 0.33 0.33
24 PWON 0.33 0.33 0.33 0.50
25 RBMS 0.33 0.33 0.33 0.33
101
HASIL PERHITUNGAN VARIABEL KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL
No. Perusahaan 2010 2011 2012 2013
1 ASRI 49.52 52.62 55.45 51.81
2 BCIP 58.03 52.47 60.40 52.43
3 BIPP 42.84 52.75 54.58 66.35
4 BKDP 42.16 42.16 42.16 42.16
5 BKSL 54.03 29.60 48.34 41.58
6 COWL 66.15 66.07 94.74 85.20
7 CTRA 38.71 38.71 38.71 38.71
8 CTRP 54.72 57.93 57.93 58.04
9 CTRS 62.66 62.66 62.66 62.66
10 DART 87.57 87.57 87.57 89.66
11 DILD 60.75 49.59 42.14 42.14
12 DUTI 85.31 85.31 85.31 88.56
13 ELTY 21.19 23.07 17.00 15.43
14 GMTD 65.00 65.00 65.00 65.00
15 GPRA 89.00 89.00 89.39 90.35
16 JRPT 79.12 79.12 79.12 79.12
17 KIJA 5.85 23.46 17.53 19.97
18 KPIG 58.50 61.60 63.80 77.43
19 LAMI 92.88 92.88 92.88 92.88
20 LPCK 42.20 42.20 42.20 42.20
21 MDLN 56.21 56.21 56.21 56.21
22 OMMRE 90.09 90.09 90.09 90.09
23 PUDP 59.64 59.64 59.64 59.64
24 PWON 80.89 83.38 70.36 52.19
25 RBMS 64.43 24.18 39.56 39.69
102
HASIL PERHITUNGAN VARIABEL KEPEMILIKAN MANAJERIAL
No. Perusahaan 2010 2011 2012 2013
1 ASRI 0.00 0.00 0.00 0.00
2 BCIP 0.00 0.00 0.00 0.00
3 BIPP 4.00 4.00 0.00 0.00
4 BKDP 15.72 15.72 15.72 15.72
5 BKSL 0.00 0.00 0.00 0.00
6 COWL 0.00 0.00 0.00 0.00
7 CTRA 0.20 0.20 0.20 0.20
8 CTRP 0.00 0.00 0.00 0.00
9 CTRS 0.00 0.00 0.00 0.00
10 DART 0.00 0.00 0.00 0.00
11 DILD 0.00 0.00 0.00 0.00
12 DUTI 0.00 0.00 0.00 0.00
13 ELTY 0.00 0.00 0.00 0.00
14 GMTD 0.00 0.00 0.00 0.00
15 GPRA 0.00 0.00 0.00 0.00
16 JRPT 0.70 0.00 0.00 0.00
17 KIJA 0.00 0.00 0.00 0.00
18 KPIG 0.00 0.00 7.35 3.60
19 LAMI 0.00 0.01 0.01 0.01
20 LPCK 0.00 0.00 0.00 0.00
21 MDLN 0.00 0.00 0.00 0.00
22 OMMRE 0.00 0.00 0.00 0.00
23 PUDP 26.91 26.91 26.91 26.91
24 PWON 0.00 0.00 0.03 0.03
25 RBMS 1.22 45.13 50.31 50.31
103
HASIL PERHITUNGAN VARIABEL REPUTASI KAP
No. Perusahaan 2010 2011 2012 2013
1 ASRI 0 0 0 0
2 BCIP 0 0 0 0
3 BIPP 0 0 0 0
4 BKDP 0 0 0 0
5 BKSL 0 0 0 0
6 COWL 0 0 0 0
7 CTRA 1 1 1 1
8 CTRP 1 1 1 1
9 CTRS 1 1 1 1
10 DART 1 1 1 1
11 DILD 0 0 0 0
12 DUTI 0 0 0 0
13 ELTY 0 0 0 0
14 GMTD 0 0 0 0
15 GPRA 0 0 0 0
16 JRPT 0 0 0 0
17 KIJA 0 0 0 0
18 KPIG 0 0 0 1
19 LAMI 0 0 0 0
20 LPCK 0 0 0 0
21 MDLN 0 0 0 0
22 OMMRE 1 1 1 1
23 PUDP 0 0 0 0
24 PWON 1 1 1 1
25 RBMS 0 0 0 0
104
HASIL PERHITUNGAN VARIABEL INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS)
No. Perusahaan 2010 2011 2012 2013
1 ASRI 1.990497721 4.43135366 4.24329269 4.91198513
2 BCIP 4.8967573 5.660669196 13.61430192 4.693192784
3 BIPP 7.718015382 2.986541013 8.68437195 3.680748186
4 BKDP 3.954432258 1.102802667 3.332716131 2.805594843
5 BKSL 3.631390261 3.728343842 8.616249452 4.302084553
6 COWL 7.389580724 1.971577662 4.740148515 2.765618237
7 CTRA 3.477124696 1.655182578 2.239135916 2.880816659
8 CTRP 1.289290324 2.214049659 2.229668029 2.38145439
9 CTRS 3.265507461 3.501742313 3.885627343 8.917241569
10 DART 3.393690404 3.237058539 2.01447348 3.188047455
11 DILD 6.146337305 4.030038473 2.218029888 2.810653336
12 DUTI 1.200374423 2.857757418 1.69326633 2.447042647
13 ELTY 3.231686727 1.934330037 1.79095634 1.039410227
14 GMTD 0.391578564 0.324916392 0.963495616 0.558754954
15 GPRA 3.401660591 0.659640448 0.950732806 1.532823313
16 JRPT 4069.264126 5301.744234 7.67525045 44.76183976
17 KIJA 3.108109012 1.700323631 2.371385818 2.385140513
18 KPIG 1.213661456 1.641550693 2.353610356 4.079887261
19 LAMI 2378.24187 3520.434707 3.555269764 3.086543321
20 LPCK 11.05351261 1.632995929 4.948304974 6.020660664
21 MDLN 3.937471941 4.519161049 2.933640771 7.09964622
22 OMMRE 9.097769182 3.135744401 4.528246384 5.766708759
23 PUDP 1.388970124 1.662314774 2.516406633 2.254676112
24 PWON 15127.42119 15943.42949 40.23553086 9.222627331
25 RBMS 0.9590984 0.908138442 0.852734363 1.573649072
105
PERHITUNGAN VARIABEL KUALITAS LABA TAHUN 2010
Perusahaan Tait TAit/Ait-1
(Y) 1/Ait-1 (X1) ∆REVit ∆RECit
(∆REVit -
∆RECit)/Ait-
1 (X2)
PPEit/Ait-1
(X3)
ASRI -466683.4984 -0.131092162 2.80902E-07 361585.7443 -10819.43666 0.104609227 -3411901.569
BCIP 41166.75421 0.246985037 5.99962E-06 10251.09718 -11035.71429 0.12771286 -154615.2069
BIPP -3138.296949 -0.016088225 5.12642E-06 -560.766557 -1793.385049 0.006318919 -134690.7129
BKDP 27232.95193 0.031620599 1.16112E-06 13597.67568 19778.71283 -0.007176897 -365920.9498
BKSL 249376.5737 0.089574218 3.59193E-07 280888.9813 12352.17586 0.096456431 -2755399.587
COWL 2501.178701 0.012053582 4.81916E-06 1559.909725 2909.175371 -0.006502328 -202101.0016
CTRA -168099.4658 -0.019651686 1.16905E-07 360315.8448 45001.40947 0.036861867 -6541056.802
CTRP 42673.9088 0.011685435 2.73831E-07 18252.67346 4719.892065 0.003705694 -2371215.639
CTRS 38966.89994 0.017176409 4.40795E-07 201848.4379 9850.569129 0.084631673 -1622603.543
DART -4614.693848 -0.001436116 3.11205E-07 34552.11889 -35.001877 0.010763688 -3133147.858
DILD 710209.7361 0.331854065 4.67262E-07 455897.1454 472557.5934 -0.007784795 -1995759.893
DUTI 112234.8596 0.025338024 2.25759E-07 4800.880125 6941.807049 -0.000483333 -4379945.973
ELTY 2434292.469 0.209986186 8.62617E-08 308551.6882 256038.0759 0.004529913 -5953209.36
GMTD -15680.32308 -0.051303967 3.27187E-06 55466.31087 2864.262188 0.172107025 -302583.6365
GPRA -78800.74036 -0.059553704 7.55751E-07 3959.864954 -115009.7832 0.089911379 -1313277.491
JRPT -351690.607 -0.136025521 3.86776E-07 111466.196 -33688.295 0.056142288 -2553650.172
KIJA -8544.968572 -0.002675321 3.13087E-07 204853.771 21274.83905 0.05747623 -1724041.963
106
KPIG 156198.1131 0.077779342 4.97953E-07 15421.9797 271107.3744 -0.127319347 -1479967.302
LAMI 2408.832 0.00394574 1.63803E-06 -5928.071 -1707.105 -0.006914071 -538170.817
LPCK -163195.2748 -0.105218001 6.44737E-07 81501.442 -6248.197167 0.056575422 -1495940.422
MDLN 24192.74943 0.013662782 5.64747E-07 -33025.14666 69551.71981 -0.057929974 -1647161.398
OMMRE 9932.028146 0.013333973 1.34252E-06 177840.5645 13803.38257 0.220223638 -613286.2274
PUDP 8125.848552 0.030546133 3.75913E-06 1737.989675 396.323973 0.005043498 -168035.3303
PWON -153.092031 -0.04403157 0.000287615 530.619579 78.849326 0.129935917 -2740.696622
RBMS -5073.080093 -0.04325743 8.52686E-06 4577.97862 1963.397598 0.022294159 -117020.1687
107
PERHITUNGAN VARIABEL KUALITAS LABA TAHUN 2011
Perusahaan TAit TAit/Ait-1 1/Ait-1 ∆REVit ∆RECit (∆REVit -
∆RECit)/Ait-1 PPEit/Ait-1
ASRI -747863.9315 -0.163004825 2.17961E-07 590112.514 6903.07717 0.127116643 -4246472.816
BCIP 43122.29251 0.224926539 5.21602E-06 -28823.415 3692.230427 -0.169602105 -178094.5589
BIPP 40024.5554 0.209149194 5.22552E-06 -4520.8407 613.249106 -0.026828299 -115378.5687
BKDP 5054.118412 0.004966976 9.82758E-07 -20053.303 -24542.6316 0.004411924 -505829.2398
BKSL 213216.0169 0.044287923 2.07714E-07 90504.008 107230.4003 -0.003474304 -4767936.025
COWL -31054.35241 -0.11633489 3.74617E-06 37975.0634 38788.53923 -0.003047419 -261433.9195
CTRA 296981.8594 0.031666776 1.06629E-07 473987.585 14596.37879 0.048984266 -7393673.206
CTRP 198869.3343 0.052012941 2.61543E-07 84174.187 6059.593632 0.020430348 -2014896.854
CTRS -29822.61654 -0.011429663 3.83255E-07 211468.312 55927.67334 0.059611706 -2227538.579
DART 132200.8677 0.051602032 3.90331E-07 190334.901 48225.41081 0.055469669 -2549103.47
DILD 425111.5733 0.092430845 2.17427E-07 96445.4449 -108015.531 0.04445539 -4427604.904
DUTI 115704.7914 0.024496262 2.11713E-07 110327.682 -12608.0951 0.026027159 -4676357.287
ELTY 1376294.212 0.080653916 5.86022E-08 649763.34 261926.3673 0.022728113 -11462982.27
GMTD -28824.41387 -0.080293028 2.78559E-06 70761.3699 -7768.93342 0.218753307 -356273.3161
GPRA 47077.31202 0.039738221 8.44106E-07 80141.0771 48211.58841 0.026951859 -1175024.192
108
JRPT 85814.773 0.026038269 3.03424E-07 119641.382 -1879.411 0.036872335 -3240089.572
KIJA -98446.7479 -0.029511679 2.99773E-07 550876.146 37217.20612 0.15398109 -1498904.302
KPIG 34968.76538 0.016716165 4.78031E-07 9867.66429 -191234.411 0.096133089 -1605177.844
LAMI 14470.712 0.023937188 1.65418E-06 30662.48 -1511.371 0.053221397 -538629.834
LPCK -176977.2995 -0.105972328 5.98791E-07 497795.208 11775.42714 0.291024033 -1619180.191
MDLN -48105.89379 -0.023666656 4.9197E-07 243311.846 513.889345 0.119449306 -1907961.281
OMMRE 75542.74604 0.098424269 1.3029E-06 -23864.058 -15346.3136 -0.011097727 -636161.9487
PUDP -21616.08272 -0.075770535 3.50529E-06 30842.8749 126.767418 0.107668718 -189073.779
PWON 123631.559 0.025084974 2.02901E-07 250096.852 -7019.266 0.052169133 -3269218.397
RBMS -13831.90587 -0.117917969 8.52507E-06 -56.609784 882.339098 -0.008004605 -116487.3366
109
PERHITUNGAN VARIABEL KUALITAS LABA TAHUN 2012
Perusahaan TAit TAit/Ait-1 1/Ait-1 ∆REVit ∆RECit
(∆REVit -
∆RECit)/Ait-
1
PPEit/Ait-1
ASRI -686569.546 -0.114284486 1.66457E-07 1065367.626 45.887 0.177330539 -5299427.358
BCIP 7024.937249 0.029573508 4.20979E-06 49489.06045 1484.97294 0.202087108 -222574.9552
BIPP -13131.20636 -0.067177628 5.11588E-06 4697.616811 -3965.91598 0.044321562 -190725.4603
BKDP -23038.15658 -0.023592856 1.02408E-06 -4319.645167 -2723.1836 -0.0016349 -463952.3659
BKSL -189124.5475 -0.035748745 1.89022E-07 164872.7204 186316.292 -0.004053312 -5164118.167
COWL -2679.25552 -0.006946807 2.59281E-06 130251.5586 78957.2101 0.13299663 -43811.7786
CTRA -698592.1471 -0.060616071 8.67689E-08 1144338.12 304532.165 0.072869038 -10284770.72
CTRP -100490.4926 -0.023290548 2.31769E-07 386632.7312 159058.409 0.052744598 -3668665.963
CTRS -302905.2068 -0.085832468 2.83364E-07 243690.7981 38727.5501 0.058079231 -3149949.598
DART 149873.515 0.036519832 2.43671E-07 427044.365 -2087.028 0.104566884 -3942922.464
DILD 99708.80553 0.017517636 1.75688E-07 322874.6911 -227832.919 0.096752695 -5414225.305
DUTI 91023.03896 0.017544288 1.92746E-07 451493.8582 1973.6468 0.086643033 -5143727.786
ELTY -1549073.137 -0.087478967 5.64718E-08 1022055.592 -694273.023 0.096924187 -14209940.58
GMTD -179365.0938 -0.368159605 2.05257E-06 50669.84984 -6625.32297 0.117602415 -484815.1244
GPRA 118528.6922 0.09587716 8.08894E-07 -32864.40427 29238.2798 -0.050234495 -1225718.331
JRPT 208082.357 0.05119614 2.46038E-07 208651.222 3409.897 0.050497138 -4032032.952
110
KIJA -196886.7418 -0.03517495 1.78656E-07 252315.7683 124088.698 0.022908504 -3459007.126
KPIG 47739.98983 0.024498804 5.13172E-07 328066.9362 -63225.1309 0.200799954 -1481444.259
LAMI 28885.304 0.048794431 1.68925E-06 -27387.721 -25124.823 -0.003822595 -526944.881
LPCK 25067.45732 0.012276183 4.89726E-07 110613.7005 -17688.2933 0.062832811 -1993653.356
MDLN 179266.9578 0.070967874 3.95878E-07 553130.6519 167564.737 0.152637126 -2098799.557
OMMRE 25398.0917 0.03440444 1.35461E-06 -58471.64031 12724.9981 -0.096443484 -610612.0513
PUDP 12722.70372 0.037337581 2.93472E-06 7398.95676 2333.84902 0.014864676 -229727.4174
PWON -466887.204 -0.081272531 1.74073E-07 687292.247 21713.148 0.115859457 -4900163.108
RBMS 1766.099801 0.012992026 7.35634E-06 26004.24997 8402.04544 0.129487756 -135338.2438
111
PERHITUNGAN VARIABEL KUALITAS LABA TAHUN 2013
Perusahaan TAit TAit/Ait-1 1/Ait-1 ∆REVit ∆RECit
(∆REVit -
∆RECit)/Ait-
1
PPEit/Ait-1
ASRI -1255274.63 -0.114674473 9.13541E-08 1237825.87 66582.239 0.106997898 -10144739.31
BCIP -61121.36522 -0.178944897 2.9277E-06 75014.0404 1289.95571 0.215841853 -325383.9506
BIPP 109162.066 0.611882528 5.60527E-06 29175.796 -2269.47939 0.176259165 -13338.5089
BKDP -39268.25723 -0.0436339 1.11117E-06 -2014.0682 -11744.4505 0.010812156 -890359.4993
BKSL 620416.5024 0.100811372 1.6249E-07 339282.603 203263.654 0.022101696 -4848738.664
COWL 65052.30486 0.036578524 5.62294E-07 19358.2277 64461.8124 -0.025361477 -1423275.536
CTRA 1401422.663 0.093282708 6.65629E-08 1754392.94 123720.65 0.10854222 -13244243.01
CTRP 23388.78873 0.003941571 1.68524E-07 621262.254 -23415.7583 0.108643687 -4794489.196
CTRS -117064.8253 -0.026436147 2.25825E-07 213103.71 -43406.7687 0.05792644 -4034281.509
DART 326996.193 0.076166759 2.32929E-07 -16335.259 -6839.395 -0.002211858 -4280003.914
DILD 183517.38 0.030125554 1.64156E-07 247969.474 52893.354 0.032022995 -5681920.287
DUTI 596708.7486 0.090516637 1.51693E-07 35358.3164 34306.2321 0.000159594 -6428245.615
ELTY -317832.6093 -0.020861136 6.56356E-08 398538.784 -89493.4651 0.032032292 -13614849.72
GMTD 570063.6354 0.632984113 1.11037E-06 61174.8835 -4240.11872 0.072635149 -896247.4078
GPRA 108911.5287 0.083122626 7.63212E-07 162160.78 -5593.70832 0.128032301 -1293513.816
JRPT 279479.81 0.05591541 2.0007E-07 213859.112 5341.251 0.041718083 -4962710.179
112
KIJA -741048.9519 -0.104700201 1.41286E-07 1338986.64 36939.4294 0.183961672 -4909417.271
KPIG 309009.7371 0.113239878 3.66461E-07 179085.828 11393.944 0.06145246 225313.8116
LAMI 25879.294 0.043209997 1.66967E-06 -8522.751 -382.566 -0.013591459 -564958.763
LPCK 652051.0173 0.230243958 3.53107E-07 314840.018 9266.48906 0.107900236 -2779436.028
MDLN 2855492.014 0.621851423 2.17774E-07 786176.982 -30744.6515 0.17790415 -3449782.51
OMMRE -27506.93066 -0.035537015 1.29193E-06 -45211.913 -93.148548 -0.058290262 -645129.1942
PUDP 8846.428502 0.024493208 2.76871E-06 1493.47389 1146.74872 0.000959982 -249071.6749
PWON -771870.279 -0.102020705 1.32173E-07 864400.269 28405.824 0.110496212 -6892724.063
RBMS -39741.59167 -0.260068772 6.54399E-06 -21184.261 -6048.99284 -0.099045117 -151484.7282
113
HASIL PERHITUNGAN VARIABEL KUALITAS LABA
No. Perusahaan 2010 2011 2012 2013
1 ASRI 0.827316568 0.762558647 0.767843647 0.812088958
2 BCIP 1.17461734 1.153871374 0.966566386 0.773680404
3 BIPP 0.674392751 0.81206258 0.908550013 0.686647444
4 BKDP 0.456497043 0.502074794 0.45153029 0.945711185
5 BKSL 1.079293303 1.034654335 0.940384411 0.888682091
6 COWL 0.986010837 0.86304108 0.106648577 0.836877907
7 CTRA 0.745031246 0.820044194 0.831782149 0.974857465
8 CTRP 0.660997582 0.578995695 0.826991279 0.811927821
9 CTRS 0.732411669 0.842285301 0.806750217 0.884604853
10 DART 0.973615441 1.046594863 0.997295743 1.073101994
11 DILD 1.264396948 1.055112848 0.968731808 0.962849171
12 DUTI 1.014150016 1.014544032 1.008975062 1.065637538
13 ELTY 0.723520094 0.752410288 0.71498212 0.872757771
14 GMTD 0.938709563 0.912138108 0.626957659 1.628154283
15 GPRA 0.932956431 1.031582663 1.087353531 1.070348279
16 JRPT 0.851665306 1.009159463 1.043228928 1.048802784
17 KIJA 0.537100287 0.419819339 0.582796578 0.588934077
18 KPIG 0.81473378 0.784041392 0.784733736 0.030671232
19 LAMI 0.885485921 0.914928744 0.938934823 0.986507261
20 LPCK 0.859269816 0.863577233 0.98861986 1.211683005
21 MDLN 0.94389221 0.914992956 0.901836723 1.373123722
22 OMMRE 0.836684351 0.927276534 0.861544093 0.797924489
23 PUDP 0.662213013 0.586986612 0.711523322 0.714100811
24 PWON 0.74419653 0.688412844 0.771714323 0.809013926
25 RBMS 0.954556666 0.875144825 1.008584866 0.73124716
114
LAMPIRAN 3
HASIL OUTPUT
SPSS
115
LAMPIRAN OUTPUT SPSS
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
KI 88 .25 .67 .4059 .09710
KA 88 .20 .67 .3586 .08883
INS 88 5.85 92.88 58.5625 22.41280
MNJ 88 .00 50.31 3.7168 10.61468
REP 88 .00 1.00 .2727 .44791
IOS 88 .66 15943.43 530.9332 2447.01899
DACC 88 .42 1.37 .8666 .18199
Valid N (listwise) 88
Hasil Uji Autokorelasi dan Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .534a .285 .232 .15947 1.042
a. Predictors: (Constant), IOS, KA, MNJ, INS, REP, KI
b. Dependent Variable: DACC
Hasil Uji Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression .822 6 .137 5.386 .000b
Residual 2.060 81 .025
Total 2.882 87
a. Dependent Variable: DACC
b. Predictors: (Constant), IOS, KA, MNJ, INS, REP, KI
116
Hasil Uji Parameter Individual (Uji t)
Hasil Uji Multikolonieritas
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
.643 1,556
.927 1,079
.676 1,479
.886
,811
,723
1,129
1,233
1,384
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) .866 .132 6.576 .000
KI -.320 .220 -.170 -1.455 .150
KA -.023 .200 -.011 -.113 .911
INS .003 .001 .377 3.298 .001
MNJ -.004 .002 -.226 -2.264 .026
REP -.082 .042 -.203 -1.941 .056
IOS -7.637E-006 .000 -.103 -.929 .356
a. Dependent Variable: DACC
117
Hasil Uji Normalitas
Hasil Uji Normalitas
Normal Probability Plot (P-P Plot)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 88
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation .15387018
Most Extreme Differences
Absolute .104
Positive .104
Negative -.051
Kolmogorov-Smirnov Z .979
Asymp. Sig. (2-tailed) .293
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
118
Hasil Uji Normalitas
Histogram
Hasil Uji Heterokedastisitas (Uji Glejser)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) .181 .075 2.400 .019
KI .149 .126 .145 1.185 .240
KA -.193 .114 -.172 -1.687 .095
INS -.001 .001 -.192 -1.610 .111
MNJ .002 .001 .207 1.988 .050
REP -.038 .024 -.169 -1.550 .125
IOS -4.981E-006 .000 -.122 -1.059 .293
a. Dependent Variable: ABS_RES
119
Hasil Uji Heteroskedastisitas Scatterplot