Upload
others
View
17
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH DUA SISTEM OLAH TANAH DAN APLIKASIHERBISIDA TERHADAP RESPIRASI TANAH PADA PERTANAMAN
UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz.)
( Skripsi)
Oleh
KEMAS MUHAMMAD FAHMI
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2016
ABSTRAK
PENGARUH DUA SISTEM OLAH TANAH DAN APLIKASI HERBISIDATERHADAP RESPIRASI TANAH PADA PERTANAMAN UBI KAYU
(Manihot esculenta Crantz.)
Oleh
KEMAS MUHAMMAD FAHMI
Tanah sebagai salah satu sumberdaya alam yang sangat penting dan perlu mendapat
perhatian sungguh-sungguh agar terhindar dari kerusakan yang dapat menurunkan
produktivitasnnya. Banyak usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan
produktivitas tanah, salah satunya adalah melalui modifikasi cara dan intensitas
pengolahan tanah. Dengan adanya pengolahan tanah pada lahan pertanaman, maka
akan berpengaruh terhadap laju atau tingkat respirasi tanah. Pengolahan tanah serta
aplikasi herbisida diharapkan mampu meningkatkan aktivitas mikroorganisme di
dalam tanah. Penelitian bertujuan untuk menduga pengaruh sistem olah tanah dan
aplikasi herbisida terhadap aktivitas mikroorganisme tanah, dalam hal ini respirasi
tanah. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
Universitas Lampung pada bulan Juni 2014 – April 2015 dengan menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) secara faktorial yang terdiri dari dua faktor, yaitu
sistem olah tanah dan aplikasi herbisida. Sistem olah tanah terdiri dari olah tanah
minimum (T0) dan olah tanah maksimum (T1), sedangkan aplikasi herbisida terdiri
dari non aplikasi herbisida (H0) dan aplikasi herbisida (H1). Data yang diperoleh diuji
homogenitas ragamnya dengan uji Barlett dan aditivitasnya dengan uji Tukey.
Kemas Muhammad Fahmi
Data dianalisis dengan ANARA dan dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara perlakuan sistem olah
tanah dan aplikasi herbisida terhadap respirasi tanah pada 3 dan 6 BST, tetapi tidak
pada 10 BST. Hasil respirasi tanah pada 3 BST, perlakuan olah tanah maksimum
lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan olah tanah minimum. Pada 6 BST
perlakuan herbisida memiliki nilai respirasi lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan
tanpa herbisida. Tidak terdapat korelasi antara respirasi tanah dengan C-organik
tanah, kadar air tanah, serta suhu tanah.
Kata kunci: Herbisida, Respirasi tanah, Sistem olah tanah.
PENGARUH DUA SISTEM OLAH TANAH DAN APLIKASI
HERBISIDA TERHADAP RESPIRASI TANAH PADA PERTANAMAN
UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz.)
Oleh
KEMAS MUHAMMAD FAHMI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 01 November 1993 sebagai anak
keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Kemas Romli dan Ibu
Masayu Iriani. Riwayat pendidikan penulis dimulai dari Pendidikan Taman
Kanak-kanak (TK) Cendrawasih yang diselesaikan pada tahun 1999, selanjutnya
menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Sawah
Lama pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 5 Bandar
Lampung pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Al-Azhar 3
Bandar Lampung pada tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis diterima di Jurusan
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui seleksi Ujian
Mandiri (UM).
Penulis menjalani Praktik Umum (PU) di Balai Penelitian Tanaman Sayuran
(BALITSA) pada bulan Juli hingga Agustus tahun 2014 dan melaksanakan Kuliah
Kerja Nyata (KKN) di Desa Dente Makmur, Kecamatan Dente Teladas,
Kabupaten Tulang Bawang pada bulan Januari hingga Februari tahun 2015.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif pada organisasi yang ada di kampus.
Penulis menjadi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM-
FP) pada tahun periode 2012-2013, anggota Lembaga Studi Mahasiswa Pertanian
(LS-MATA) periode 2012-2013. Penulis juga aktif di organisasi luar kampus,
yaitu Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Pertanian Unila sebagai Departmen
Kepemudaan periode 2013-2014, Wasekum Bidang Hubungan Alumni
Komunikasi Umat periode 2014-2015, dan Sekretaris Umum periode 2015-2016.
Ketua bidang di Komunitas Integritas (KOIN) Universitas Lampung. Selama
kuliah, penulis dipercayai untuk membantu dosen sebagai asisten dosen, yaitu
pada mata kuliah Dasar Dasar Ilmu Tanah, Survey Tanah Evaluasi Lahan, dan
Fisiologi Tumbuhan.
“Berangkat dengan penuh keyakinanBerjalan dengan penuh keikhlasan
Istiqomah dalam menghadapi cobaanYAKIN, IKHLAS, ISTIQOMAH”.
(Kemas Fahmi, 2016)
“Sesuatu yang belum dikerjakan seringkali tampak mustahil, kita baruyakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik”.
(Evelyn Underhill)
“You’ll never change your life until you change something you dodaily. The secret of your success is found in your daily”.
(John C. Maxwell)
“Jenius adalah 1 % inspirasi dan 99 % keringat. Tidak ada yangmenggantikan kerja keras”.
(Anonim)
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan berkat dah rahmat-Nya
skripsi ini dapat terselesaikan.
Penulis persembahkan karya sederhana buah perjuangan dan kerja keras kepada
Ayahanda tercinta Kemas Romli dan Ibunda tercinta Masayu Iriani yang telah
memberikan doa dan dukungan serta kasih sayang yang tidak ternilai. Kakak-
kakakku Nyimas Dewi Handayani, S.P., Kemas Muhammad Andri Kurniawan,
S.Pi., dan Kemas Muhammad Fahri, S.P. atas doa, kasih sayang, nasehat, dan
semangat yang tulus.
Almamaterku tercinta, Universitas Lampung
SANWACANA
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdullilahirabbil ‘alamin, segala puji hanya kepada Allah SWT, Rabb
semesta alam yang telah memberikan rahmat serta hidayah sehingga penulis dapat
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH DUA SISTEM
OLAH TANAH DAN APLIKASI HERBISIDA TERHADAP RESPIRASI
TANAH PADA PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz.)”.
Shalawat teriring salam semoga selalu terlimpah kepada Nabi Muhammad S.A.W.
beserta keluarga, sahabat, dan para penerus risalahnya yang mulia.
Banyak pihak yang telah memberikan sumbangsih, bantuan, nasihat, serta saran-
saran yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini, karena itu dengan rendah
hati penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga nilainya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.S., M.Agr.Sc., selaku Dosen Pembimbing
Pertama atas bimbingan, saran, arahan, nasehat, dan motivasi yang diberikan.
2. Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Kedua atas
bimbingan, saran, arahan, nasehat, dan motivasi yang diberikan.
3. Dr. Ir. Henrie Buchari, M.Si., sebagai Dosen Penguji Skripsi, atas saran,
arahan dan nasehatnya.
4. Radix Suharjo, S.P., M.Agr., PhD., sebagai Dosen Pembimbing Akademik
atas bimbingan, saran, arahan, nasehat, dan motivasi yang diberikan.
5. Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., sebagai Ketua Jurusan Agroteknologi
atas segala masukan, arahan dan nasehatnya.
6. Pof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung atas semua bimbingan dan bantuan yang diberikan.
7. Seluruh karyawan di Jurusan Agroteknologi atas bantuannya.
8. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Kemas Romli, dan Ibunda Masayu
Iriani, serta Kakak – kakak saya Fahri, Andri, maci’ Dewi dan seluruh
keluarga besar yang telah memberikan kasih sayang, motivasi, dan doa yang
tiada henti-hentinya.
9. Sahabat-sahabatku Hafiz Luthfi, Breri Harisandro, Noval Ardiansyah,
Tandaditya A.A, Geraldo Sandy W, Shinta Fitrihanny, Wita Monica terima
kasih atas dukungan dan semangatnya.
10. Teman-teman angkatan 2011: Oki, Benny, Genadi, Heru, Akbar, Bayu, Arpin,
Andrestu, Gede, Susan, Sherly, Sasha, Uty, Getha, Husna, Indah, Shella,
Irene, Hiday, Mufli, Ucha dan seluruh teman-teman yang tidak dapat
disebutkan satu per satu, terimakasih atas kebersamaan dan semangatnya
selama ini.
11. Rekan-rekan mahasiswa/i Jurusan Agroteknologi angkatan 2009, 2010, dan
2012 terimakasih atas kebersamaannya.
12. Himpunan mahasisa islam (HmI) Cabang Bandarlampung Komisariat
Pertanian Unila sebagai tempat saya belajar yang nyaman serta kanda yunda
dan adinda atas kebersamaan, canda tawa, dan semangatnya.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan karya ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah
diberikan dan tetap menanamkan semangat untuk berbuat baik dalam diri kita.
Semoga karya kecil yang masih jauh dari kesempurnaan ini dapat memberikan
manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Penulis meminta maaf jika ada
kesalahan dan kepada Allah SWT penulis mohon ampun.
Bandar Lampung, April 2016Penulis,
Kemas Muhammad Fahmi
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR TABEL ....................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................. 4
1.3 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 4
1.4 Hipotesis ........................................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 7
2.1 Pengolahan Tanah ............................................................................ 7
2.2 Herbisida .......................................................................................... 9
2.3 Tanaman Ubi Kayu .......................................................................... 10
2.4 Respirasi Tanah ................................................................................ 11
III. BAHAN DAN METODE .................................................................... 15
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 15
3.2 Alat dan Bahan ................................................................................. 15
3.3 Rancangan Percobaan ...................................................................... 15
3.4 Sejarah Lahan Penelitian .................................................................. 16
3.5 Pelaksanaan Penelitian ..................................................................... 17
3.5.1 Penyiapan Lahan ................................................................... 173.5.2 Petak Percobaan .................................................................... 183.5.3 Pengukuran Respirasi Tanah ................................................. 18
vi
3.5.4 Analisis Laboratorium .......................................................... 193.5.5 Perhitungan Respirasi Tanah ................................................ 203.5.6 Variabel Pengamatan ............................................................ 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 22
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................... 22
4.1.1 Respirasi Tanah ..................................................................... 224.1.2 Korelasi antara C-Organik Tanah, Kadar Air Tanah, dan
Suhu Tanah dengan Respirasi Tanah .................................... 26
4.2 Pembahasan .................................................................................... 27
V. KESIMPULAN ...................................................................................... 33
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 33
5.2 Saran ............................................................................................... 33
PUSTAKA ACUAN .................................................................................... 34
LAMPIRAN ................................................................................................. 38-48
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman1. Tata letak percobaan .......................................................................... 18
2. Tata letak botol film dan sungkup yang beralaskan dan tidakberalaskan plastik ............................................................................... 28
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman1. Pengaruh dua sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap
respirasi tanah saat 3 BST pada pertanaman ubi kayu(Manihot esculenta Crantz.) ............................................................. 22
2. Pengaruh dua sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadaprespirasi tanah saat 6 BST pada pertanaman ubi kayu(Manihot esculenta Crantz.) ............................................................. 23
3. Pengaruh dua sistem olah tanah dan aplikasi herbisida padapertanaman ubi kayu terhadap C-organik, kadar air tanah, dansuhu tanah ......................................................................................... 26
4. Uji korelasi antara respirasi tanah dengan C-organik, kadar air tanah,dan suhu tanah .................................................................................. 27
5. Hasil pengamatan pengaruh olah tanah dan aplikasi herbisidaterhadap respirasi tanah CO2-C (mg jam-1 m-2) pada 3 BST ............ 39
6. Hasil uji homogenitas respirasi tanah CO2-C (mg jam-1 m-2) pada3 BST ................................................................................................ 39
7. Hasil analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan aplikasiherbisida terhadap respirasi tanah CO2-C (mg jam-1 m-2)pada 3 BST ....................................................................................... 40
8. Hasil pengamatan pengaruh olah tanah dan aplikasi herbisidaterhadap respirasi tanah CO2-C (mg jam-1 m-2) pada6 BST ................................................................................................ 40
9. Hasil uji homogenitas respirasi tanah CO2-C (mg jam-1 m-2) pada6 BST ................................................................................................ 40
10. Hasil analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan aplikasiherbisida terhadap respirasi tanah CO2-C (mg jam-1 m-2)pada 6 BST ...................................................................................... 41
viii
11. Hasil pengamatan pengaruh olah tanah dan aplikasi herbisidaterhadap respirasi tanah CO2-C (mg jam-1 m-2) pada 10 BST ......... 41
12. Hasil uji homogenitas respirasi tanah CO2-C (mg jam-1 m-2) pada10 BST ............................................................................................ 42
13. Hasil analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan aplikasiherbisida terhadap respirasi tanah CO2-C (mg jam-1 m-2) pada10 BST ............................................................................................ 42
14. Pengaruh pengolahan tanah dan herbisida terhadap C-organiktanah (%) pada 3 BST ..................................................................... 43
15. Pengaruh pengolahan tanah dan herbisida terhadap suhu tanah (0C)pada 3 BST ...................................................................................... 43
16. Pengaruh pengolahan tanah dan herbisida terhadap kadar airtanah (%) pada 3 BST ..................................................................... 43
17. Pengaruh pengolahan tanah dan herbisida terhadap C-organiktanah (%) pada 6 BST ..................................................................... 44
18. Pengaruh pengolahan tanah dan herbisida terhadap suhu tanah (0C)pada 6 BST ...................................................................................... 44
19. Pengaruh pengolahan tanah dan herbisida terhadap kadar airtanah (%) pada 6 BST ..................................................................... 44
20. Pengaruh pengolahan tanah dan herbisida terhadap C-organiktanah (%) pada 10 BST ................................................................... 45
21. Pengaruh pengolahan tanah dan herbisida terhadap suhu tanah (0C)pada 10 BST .................................................................................... 45
22. Pengaruh pengolahan tanah dan herbisida terhadap kadar airtanah (%) pada 10 BST ................................................................... 45
23. Uji korelasi antara C-organik tanah (%) dengan respirasi tanah pada3 BST .............................................................................................. 46
24. Uji korelasi antara C-organik tanah (%) dengan respirasi tanah pada6 BST .............................................................................................. 46
25. Uji korelasi antara C-organik tanah (%) dengan respirasi tanah pada10 BST ............................................................................................ 46
26. Uji korelasi antara suhu tanah (0C) dengan respirasi tanah pada3 BST .............................................................................................. 46
ix
27. Uji korelasi antara suhu tanah (0C) dengan respirasi tanah pada6 BST .............................................................................................. 47
28. Uji korelasi antara suhu tanah (0C) dengan respirasi tanah pada10 BST ............................................................................................ 47
29. Uji korelasi antara kadar air tanah (%) dengan respirasi tanah pada3 BST .............................................................................................. 47
30. Korelasi antara kadar air tanah (%) dengan respirasi tanah pada6 BST .............................................................................................. 47
31. Korelasi antara kadar air tanah (%) dengan respirasi tanah pada10 BST ............................................................................................ 48
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah sebagai salah satu sumberdaya alam yang sangat penting dan perlu
mendapat perhatian sungguh-sungguh agar terhindar dari kerusakan yang dapat
menurunkan produktivitasnnya. Kerusakan tanah dapat terjadi karena kesalahan
dalam pengelolaannya. Banyak usaha yang dapat dilakukan untuk
mempertahankan produktivitas tanah, salah satunya adalah melalui modifikasi
cara dan intensitas pengolahan tanah (Yasin, 2007). Segala sesuatu yang
diperlakukan ke dalam tanah akan mempengaruhi sifat-sifat tanah, salah satu sifat
yang harus diperhatikan adalah sifat biologi tanah.
Respirasi tanah merupakan indikator penting pada suatu ekosistem, meliputi
seluruh aktivitas yang berkenaan dengan proses metabolisme di dalam tanah,
dekomposisi sisa tanaman dalam tanah, dan konversi bahan organik tanah menjadi
CO2. Respirasi tanah menggambarkan aktivitas mikroorganisme tanah. Respirasi
tanah adalah proses hilangnya CO2 dari tanah ke atmosfer, terutama yang
dihasilkan oleh mikroorganisme tanah dan akar tanaman. Hal ini dipengaruhi
tidak hanya oleh faktor biologis seperti vegetasi dan faktor lingkungan, antara lain
suhu, kelembaban, pH, tetapi juga lebih kuat oleh faktor buatan manusia
(Fang dkk., 1998). Respirasi tanah merupakan aliran karbon terbesar kedua di
2sebagian besar ekosistem setelah fotosintesis. Respirasi tanah yang meliputi akar
dan respirasi mikroba diperkirakan kontribusinya 60-90% dari total respirasi
ekosistem yang ada di lahan pertanian beriklim sedang (Goulden dkk., 1996).
Respirasi dapat dikaitkan dengan status kesehatan tanah. Laju respirasi tanah
dapat diukur dalam sistem dinamis maupun statis. Teknik pengukuran yang
canggih umumnya menggunakan IRGA (infra red gas analyser), tetapi teknik ini
masih relatif mahal. Untuk aplikasi yang lebih sederhana di lapangan, Tongway
dkk. (2003) menggunakan pengukuran larutan 0,5 N KOH yang dapat menjerap
CO2 dalam inverted box sebagai teknik pendekatan yang mudah diaplikasikan dan
relatif lebih murah.
Pengukuran emisi gas rumah kaca seperti CO2, CH4 dan N2O menjadi fokus
penelitian karena diduga berperan dalam perubahan iklim global. Peningkatan
konsentrasi gas CO2, CH4 dan N2O di atmosfer dapat disebabkan oleh emisi
antropogenik dari penggunaan bahan bakar fosil sebagai sumber energi dan
sebagian kecil dari perubahan penggunaan lahan. Karbon dioksida (CO2) adalah
salah satu dari gas rumah kaca penting yang mempengaruhi pemanasan global
(IPCC, 2013).
Pengolahan tanah dapat diartikan sebagai kegiatan manipulasi mekanik terhadap
tanah untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
Berbagai sistem olah tanah akan berpengaruh terhadap kadar bahan organik tanah
dan laju respirasi tanah. Handayani (1999), menyatakan bahwa sistem olah tanah
dapat mempengaruhi kuantitas CO2 dalam tanah. Sistem olah tanah maksimum
3membuat struktur tanah menjadi gembur, aerasi baik sehingga dapat
meningkatkan aktivitas mikroorganisme dan laju respirasi tanah, sehingga CO2
dilepas ke udara semakin tinggi.
Pengendalian gulma secara manual masih banyak dilakukan oleh petani di
Indonesia, namun hal tersebut tidak didukung oleh tenaga kerja yang profesional
atau paham cara olah tanah yang baik. Selain itu, permasalahan gulma menjadi
semakin besar karena umumnya petani mempersiapkan lahan dengan cara
mengolah tanah minimum. Pengendalian gulma secara manual akan menjadi
tidak efisien bila lahan pertanaman cukup luas, maka penggunaan herbisida
diharapkan dapat mengurangi tenaga kerja dan waktu yang relatif singkat.
Adapun cara kerja dari herbisida, herbisida yang langsung masuk ketanah dan
mematikan akar gulma. Oleh karena itu herbisida mampu menekan pertumbuhan
gulma (Listyobudi, 2011). Pengaruh gulma terhadap respirasi tanah yaitu dengan
tidak adanya gulma maka tingkat respirasi tanah akan lebih tinggi karena CO2
yang lebih bebas atau banyak menghilang ke atmosfer dibandingkan dengan
permukaan tanah yang terdapat gulma.
Ubi kayu yang merupakan tanaman penting di Provinsi Lampung dijadikan
sebagai tanaman indikator dalam aplikasi sistem olah tanah dan herbisida yang
akan diukur respirasi tanahnya. Perbedaan sistem olah tanah dan aplikasi
herbisida pada pertanaman ubi kayu akan mempengaruhi respirasi tanah,
dikarenakan tanah yang diolah, pelepasan CO2 ke atmosfer lebih banyak
dibandingkan pada tanah yang tidak diolah. Pada tanah yang telah diolah terjadi
proses pembalikan tanah yang akan memudahkan CO2 terlepas. Aplikasi
4herbisida yang bertujuan untuk mematikan gulma atau tanaman pengganggu
lainnya, gulma yang telah mati menjadi mulsa. CO2 akan lebih banyak terlepas
dibandingkan pada tanah yang ditumbuhi dengan gulma.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Untuk menduga respirasi tanah pada dua sistem pengolahan tanah pada
pertanaman ubi kayu.
2. Untuk menduga respirasi tanah pada lahan yang diaplikasikan dan tidak
diaplikasikan herbisida pada pertanaman ubi kayu.
3. Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara sistem olah tanah dan aplikasi
herbisida terhadap respirasi tanah pada pertanaman ubi kayu.
1.3 Kerangka Pemikiran
Respirasi tanah merupakan suatu proses yang terjadi karena adanya kehidupan
mikrobia yang melakukan aktivitas hidup dan berkembang biak dalam suatu
massa tanah. Sinukaban (1986), tingkat respirasi tanah dapat dilihat dari sistem
olah tanah yang dilakukan. Olah tanah maksimum salah satu olah tanah yang
dapat meningkatkan respirasi tanah, karena dalam olah tanah maksimum terjadi
proses pembalikan tanah yang dapat membuat aktivitas mikrobia lebih baik.
Mikrobia dalam setiap aktivitasnya membutuhkan O2 atau mengeluarkan CO2
yang dijadikan dasar untuk pengukuran respirasi tanah. Laju respirasi tanah
maksimum terjadi setelah beberapa hari atau beberapa minggu populasi
5maksimum mikrobia dalam tanah, karena banyaknya populasi mikrobia
mempengaruhi keluaran CO2 atau jumlah O2 yang dibutuhkan mikrobia.
Dengan adanya pengolahan tanah pada lahan pertanaman, maka akan berpengaruh
terhadap laju atau tingkat respirasi tanah. Larson dan Osbone (1982); Suwardjo
dkk.(1989), melaporkan tentang pengolahan tanah melepaskan CO2 yang sangat
tinggi ke atmosfer dalam beberapa minggu, hal itu disebabkan banyaknya ruang
oksigen dalam pori-pori tanah akibat pengolahan tanah. Hal ini dikarenakan CO2
yang terlepas dari tanah ke atmosfer dalam jumlah yang besar akibat dari proses
pembalikan tanah. Lain halnya pada lahan tanpa olah tanah, jumlah CO2 yang
terlepas akan lebih sedikit, tetapi selain faktor dari pengolahan tanah, CO2 akan
tetap terlepas atau hilang ke atmosfer dikarenakan ada aktivitas mikroba tanah.
Tujuan dari pengaplikasian herbisida ialah untuk menekan pertumbuhan dan
mematikan gulma. Salah satu cara untuk menanggulangi gulma, menggunakan
herbisida glifosat. Pemakaian atau pemberian herbisida glifosat pada saat yang
tepat, mengurangi dampak negatifnya. Herbisida glifosat selain menanggulangi
gulma, juga memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Dengan kita
menyemprotkan herbisida maka gulma akan mati, lambat laun terjadi pelapukan
dan menjadi bahan organik untuk tanah. Jumlah CO2 yang hilang akan lebih
besar, karena CO2 mudah terlepas dengan tidak adanya gulma atau tanaman
pengganggu lainnya diatas permukaan tanah. Tanah pada lahan yang tidak
ditumbuhi oleh tumbuhan, memiliki suhu yang lebih tinggi dibandingkan yang
ditumbuhi karena tidak adanya tanaman yang menaungi tanah. Kadar air tanah
6akan lebih sedikit, apabila kadar air tanah yang rendah maka tingkat respirasi akan
tinggi begitupun sebaliknya (Savary dkk., 1997 ; 2000).
Pemakaian campuran herbisida dapat meningkatkan spektrun pengendalian
menurunkan dosis herbisida, campuran herbisida dengan berbahan aktif glifosat
akan mematikan gulma dengan jalan menghambat jalur biosintesa asam amino,
sedangkan herbisida berbahan aktif 2,4 – D dapat menghambat pertumbuhan
gulma dengan mempercepat respirasi. Sehingga adanya ke dua bahan aktif
tersebut dapat lebih mempercepat kematian gulma.
1.4 Hipotesis
Berdasarkan uraian dan tujuan di atas dapat disimpulkan hipotesis, yaitu :
1. Respirasi tanah lebih tinggi pada tanah dengan olah tanah maksimum.
2. Respirasi tanah lebih tinggi pada tanah dengan aplikasi herbisida.
3. Terjadi interaksi antara sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap
respirasi tanah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang
diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan
tanaman. Pada umumnya setiap tanah memiliki kandungan bahan organik yang
berbeda-beda sesuai dengan karakteristik tanahnya dan penggunaannya.
Perubahan vegetasi atau penggunaan lahan dan pola pengelolaan tanah
menyebabkan perubahan kandungan bahan organik tanah (Yasin, 2007).
Beberapa cara persiapan tanam yang baru diperkenalkan dan sudah memenuhi
kriteria pengolahan tanah konservasi yaitu pengolahan tanah minimum dan tanpa
olah tanah. Pengolahan tanah konservasi sangat efektif dalam menekan terjadinya
erosi dan aliran permukaan.
Pengelolaan lahan dengan olah tanah minimum merupakan usaha untuk dapat
menciptakan keadaan tanah yang baik. Dengan pengolahan tanah minimum
diharapkan dapat meningkatkan aerasi, menurunkan kepadatan tanah, untuk
meratakan lahan serta mematikan gulma (Ar-Riza, 2005). Pengolahan tanah dan
penggunaan herbisida suatu yang tepat untuk mengatasi kendala budidaya
tanaman ubi kayu. Aplikasi herbisida yang sesuai dapat merubah iklim mikro
tanah dan dapat menekan pertumbuhan gulma.
8Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan tanah secara intensif
menjadi penyebab utama terjadinya kerusakan tanah dan kekahatan bahan organik
tanah. Menurut Utomo (2006), pengolahan tanah yang dilakukan secara terus –
menerus dapat menimbulkan dampak negatif yaitu menyebabkan terjadinya
degradasi tanah, kerusakan struktur tanah, peningkatan terjadinya erosi tanah, dan
penurunan kadar bahan organik tanah yang berpengaruh terhadap keberadaan
biota bawah tanah.
Menurut Makalew (2008), untuk memperbaiki kerusakan tanah dalam upaya
meningkatkan produksi perlu dilakukan sistem olah tanah konservasi dalam
bentuk tanpa olah tanah (TOT) dan penambahan bahan organik ke dalam tanah.
Sistem olah tanah TOT dicirikan oleh persiapan lahan yang tidak melalui pengo-
lahan tanah, tanah yang terganggu tidak lebih dari 10 % dari permukaan, dan
residu tanaman sebelum pengolahan tanah berada di atas permukaan sebagai
pelindung tanah.
Tindakan olah tanah akan menghasilkan kondisi kegemburan tanah yang baik
untuk pertumbuhan akar, sehingga membentuk struktur dan aerasi tanah lebih
baik dibanding tanpa olah tanah. Namun, pengolahan tanah yang dilakukan secara
intensif dapat menurunkan kualitas tanah karena porositas tanah yang tinggi dan
kemantapan agregrat yang menurun.
Tanpa olah tanah populasi gulmanya lebih rendah dan menghasilkan kualitas
tanah yang lebih baik secara fisik maupun biologi (meningkatkan kadar bahan
organik tanah, kemantapan agregrat dan infiltrasi) serta hasil tanaman ubi kayu
yang relatif sama dibandingkan dengan perlakuan olah tanah intensif
9(Soekardi,1986). Dalam sistem tanpa olah tanah atau olah tanah minimum,
penggunaan herbisida untuk mengendalikan gulma tidak dapat dihindari.
2.2 Herbisida
Penurunan produksi yang diakibatkan oleh kehadiran gulma pada beberapa situasi
secara ekonomis lebih penting daripada penurunan produksi yang disebabkan oleh
insekta, cendawan, atau organisme pengganggu lainnya. Pengendalian gulma di
Indonesia umumnya dilakukan secara manual, namun hal tersebut tidak didukung
oleh tenaga kerja yang siap pada saat pengendalian gulma dilakukan sehingga
membuat pengendalian gulma terhambat. Pengendalian secara manual tersebut
akan menjadi tidak efisien bila lahan pertanaman cukup luas, maka penggunaan
herbisida diharapkan dapat mengurangi tenaga manusia, tepat waktu dan relatif
singkat (Yursida, 2013).
Gulma berpengaruh buruk terhadap tanaman karena dapat mengurangi hasil
produksi dan kualitas tanaman, disebabkan persaingan kebutuhan hidup seperti
unsur hara, air, cahaya, dan ruang tempat tumbuh. Keberadaan gulma di sekitar
tanaman budidaya tidak dapat dielakkan terutama apabila pertanaman tersebut
tidak dipelihara dengan baik. Herbisida adalah senyawa atau material yang
diaplikasikan pada lahan pertanian untuk menekan atau memberantas gulma yang
menyebabkan penurunan hasil produksi. Menurut Pane dan Jatmiko (2009)
faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam aplikasi herbisida di antaranya adalah
ketepat pemilihan herbisida, tepat jenis, tepat dosis, dan tepat waktu aplikasi.
Menurut Lystiobudi (2011) penggunaan jenis dan dosis herbisida yang tepat pada
lahan TOT dapat memberikan manfaat bagi petani, yaitu dapat mengendalikan
10gulma yang tumbuh seawal mungkin. Maka perlu adanya penelitian untuk
mengetahui macam dan dosis herbisida yang tepat untuk mengurangi pengaruh
buruk pada tanaman ubi kayu. Sehingga dapat menekan laju pertumbuhan gulma
dan memberi pengaruh terbaik terhadap hasil dan kualitas ubi kayu pada lahan
TOT.
2.3 Tanaman Ubi Kayu
Ubi kayu merupakan komoditas tanaman pangan potensial yang dibudidayakan
secara luas di Indonesia khususnya di Provinsi Lampung. Data luas panen,
produktivitas, dan produksi ubi kayu tahun 2008, menunjukkan bahwa Provinsi
Lampung merupakan penghasil utama ubi kayu di Indonesia dengan luas panen
318.969 ha, produktivitas 242,09 kwintal/ha, dan produksi ubi kayu 7.721.882 ton
(Hidayat dkk., 2006).
Tanaman Singkong merupakan tanaman yang memilki kandungan gizi yang
cukup lengkap. Kandungan zat dalam tanaman singkong ialah karbohidrat,
fosfor, kalsium, vitamin C, protein, zat besi dan vitamin B1. Seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan tanaman singkong
berkembang sebagai bahan baku industri pangan. Secara umum, Singkong
merupakan jenis tanaman yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai
bahan baku industri pangan (Salim, 2011).
Ubi kayu atau banyak orang yang menyebutnya singkong adalah keluarga
tanaman Euphorbiaceae yang hidup tahunan di daerah tropika dan subtropika.
Singkong pertamakali dikenal di Amerika selatan, semenjak jaman manusia
11prasejarah. Spesies singkong modern yang sudah dikembangkan saat ini telah
banyak dibudidayakan bahkan dapat ditemukan tumbuh liar di daerah Brasil
selatan. Di Indonesia sendiri, tanaman ubi kayu ini banyak dibudidayakan baik
untuk konsumsi rumah tangga maupun untuk memenuhi kebutuhan industri.
Di Indonesia, singkong merupakan makanan pokok ke tiga setelah padi-padian
dan jagung (Chalil, 2003). Untuk mendapatkan hasil produksi ubi kayu yang
tinggi, perlu diperhatikan sistem pengolahan tanahnya. Manfaat dari olah tanah
ini sendiri untuk memperbaiki struktur tanah yang rusak dan menyediakan unsur
hara yang cukup. Apabila tanah yang digunakan gembur maka umbi ubi kayu
akan mudah untuk tumbuh dan sebaliknya apabila tanahnya keras maka akan
menyulitkan umbi tanaman untuk tumbuh.
2.4 Respirasi Tanah
Pengukuran respirasi tanah ditentukan berdasarkan hilangnya CO2 atau jumlah O2
yang dibutuhkan oleh mikroorganisme. Laju respirasi maksimum biasanya terjadi
setelah beberapa hari atau beberapa minggu populasi maksimum mikrobia. Oleh
karena itu pengukuran respirasi tanah lebih mencerminkan aktivitas metabolik
mikrobia dibandingkan jumlah, tipe atau perkembangan mikrobia tanah.
Respirasi mikroorganisme tanah mencerminkan tingkat aktivitas mikroorganisme
tanah. Pengukuran respirasi (mikroorganisme) tanah merupakan cara yang
pertama kali digunakan untuk menentukan tingkat aktivitas mikroorganisme
tanah.
12Pengukuran respirasi telah mempunyai korelasi yang baik dengan parameter lain
yang berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme tanah seperti bahan organik
tanah, transformasi N, hasil antara, pH, dan rata-rata jumlah mikroorganisme
(Anas, 1995). Cara pengukuran respirasi tanah merupakan yang pertama kali
digunakan untuk menentukan tingkat aktivitas mikroorganisme tanah. Penetapan
respirasi tanah adalah berdasarkan penetapan jumlah CO2 yang dihasilkan oleh
mikroorganisme tanah dan jumlah O2 yang digunakan oleh mikroorganisme tanah.
Metode pengukuran CO2 yang dihasilkan oleh mikroorganisme tanah dapat
digunakan untuk contoh tanah tidak terganggu maupun untuk contoh tanah
terganggu (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan, 2007).
Pengukuran respirasi di lapangan dilakukan dengan memompa udara tanah atau
dengan menutup permukaan tanah dengan tabung yang volumenya diketahui.
Selain itu, bisa juga dengan membenamkan tabung untuk mengambil contoh
udara di dalam tanah. Pengukuran di laboratorium meliputi penetapan CO2 yang
dihasilkan dari sejumlah contoh tanah yang kemudian diinkubasi dalam jangka
waktu tertentu. Tingkat respirasi tanah ditetapkan dari tingkat evolusi CO2.
Evolusi CO2 tanah dihasilkan dari dekomposisi bahan organik, dengan demikian,
tingkat respirasi adalah indikator tingkat dekomposisi bahan organik yang terjadi
pada selang waktu tertentu.
Metode yang mendasari pada pengukuran CO2 di dalam tanah pada periode waktu
tertentu, larutan KOH yang digunakan berfungsi sebagai penangkap CO2 dan
kemudian dititrasi dengan HCl. Jumlah HCl yang diperlukan untuk titrasi setara
dengan jumlah CO2 yang dihasilkan. Pelepasan CO2 sangat tergantung pada sifat
13fisik dan kimia tanah yang diteliti. Suhu dan kandungan air tanah mempengaruhi
kecepatan produksi CO2, kadar CO2 yang diukur pada dasarnya merupakan hasil
dari respirasi mikroba, binatang, akar tanaman, dan produksi CO2 abiotik. Dalam
pengukuran, perlu diusahakan agar struktur tanah tidak terganggu. Kondisi
lingkungan yang terganggu akan mempengaruhi populasi, keanekaragaman dan
aktivitas mikroba tanah (Hendri, 2014).
Ciri khas parameter aktivitas metabolik dari populasi mikroba tanah yang
berkorelasi positif dengan material organik tanah. Dengan meningkatnya laju
respirasi maka meningkatnya pula laju dekomposisi bahan organik yang
terakumulasi di tanah dasar, proses metabolisme yang menghasilkan produk sisa
berupa CO2 dan H2O dan pelepasan energi (Jauhiainen, 2012).
Menurut Kusyakov (2006), hasil dari proses dekomposisi sebagian digunakan
organisme untuk membangun tubuh, akan tetapi terutama digunakan sebagai
sumber energi atau sumber karbon utama, dimana proses dekomposisi dapat
berlangsung dengan aktifitas mikroorganisme, sehingga mikroorganisme
merupakan tenaga penggerak dalam respirasi tanah.
Penetapan CO2 yang berlangsung dengan KOH sebagai penangkap CO2, adalah
sebagai berikut:
KOH + CO2 → K2CO3 + H2O
K2CO3 + HCl → KCl + KHCO3
KHCO3 + HCl → KCl + H2O + CO2 (Alef, 1995).
14Lima kelompok utama mikroorganisme yang terdapat dalam tanah yaitu bakteri,
fungi, algae, protozoa, dan actynomicetes. Kondisi yang dapat mempengaruhi
jumlah bakteri dalam tanah yaitu kondisi pertumbuhannya, seperti temperatur,
kelembaban, aerasi, dan jumlah energi. Jumlah dan jenis bakteri dipengaruhi oleh
macam praktik pengelolaan (Alexander, 1977).
Organisme dalam tanah tidak menentu, baik jumlah ataupun aktivitasnya.
Adapun peran mikroorganisme tanah pada kesuburan tanah, Paul dan Clark
(1989) menerangkan bahwa mikroorganisme tanah merupakan faktor penting
dalam ekosistem tanah, karena berpengaruh terhadap siklus dan ketersediaan hara
tanaman serta stabilitas struktur tanah.
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2014 - April 2015 pada lahan percobaan
di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
Analisis vegetasi dan sampel tanah dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu ring sampel, cangkul, sabit, botol
film, timbangan, plastik, erlenmeyer, gelas ukur, pipet tetes, selotipe, kertas label,
buret, corong, dan penyungkup (toples). Sedangkan bahan yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu sampel tanah, KOH 0,1 N, penolptalin, aquades, HCl, metil
orange, dan aquades.
3.3 Rancangan Percobaan
Penelitian ini dirancang dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) secara
faktorial yang terdiri dari dua faktor yaitu sistem olah tanah dan aplikasi
herbisida. Sistem olah tanah terdiri dari olah tanah minimum (T0) dan olah tanah
16maksimum (T1). Sedangkan aplikasi herbisida terdiri dari non aplikasi herbisida
(H0) dan aplikasi herbisida (H1).
Dengan demikian terbentuk empat kombinasi perlakuan yaitu:
T0H0 = olah tanah minimum + non aplikasi herbisida
T0H1 = olah tanah minimum + aplikasi herbisida
T1H0 = olah tanah maksimum + non aplikasi herbisida
T1H1 = olah tanah maksimum + aplikasi herbisida
Setiap perlakuan diulang sebanyak empat kali, sehingga diperoleh 16 petak
percobaan.
Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam pada taraf 1% dan 5% yang
terlebih dahulu diuji homogenitas ragamnya dengan menggunakan Uji Bartlett
dan adivitasnya diuji dengan Uji Tukey. Rata-rata nilai tengah dari data diuji
dengan uji BNT pada taraf 1% dan 5%. Hubungan antara kelembaban, suhu
tanah, dengan respirasi tanah diketahui dengan uji korelasi.
3.4 Sejarah Lahan Penelitian
Lahan yang digunakan dalam penelitian ini terletak di Laboratorium Lapang
Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Perlakuan sistem olah tanah
dan aplikasi herbisida dimulai pada bulan Februari 2014, lahan ditanami jagung
yang panen pada Mei 2014. Pada bulan Juni 2014, dengan perlakuan yang sama
lahan ditanami dengan tanaman ubi kayu.
173.5 Pelaksanaan Penelitian
3.5.1 Penyiapan lahan
Persiapan lahan untuk petakan lahan yang diterapkan sistem olah tanah minimum
dan maksimum masing-masing terdiri dari dua bentuk, yaitu sistem olah tanah
minimum dengan aplikasi herbisida, sistem olah tanah minimum tanpa aplikasi
herbisida, sistem olah tanah maksimum dengan aplikasi herbisida dan sistem olah
tanah maksimum tanpa aplikasi herbisida. Persiapan lahan olah tanah minimum
dan maksimum dengan aplikasi herbisida diawali dengan penyemprotan herbisida
berbahan aktif isopropilamina glisofat + isopropilamina 2,4 D dengan dosis
160ml/l tangki (1 tangki= 16 liter), pemyemprotan herbisida dilakukan pada
waktu awal pertanaman, 3 BST, dan 6 BST. Pada lahan olah tanah minimum,
gulma yang telah mati dan serasah sisa tanaman jagung sebelumnya dibiarkan di
lahan sebagai mulsa. Tetapi pada lahan olah tanah maksimum dengan aplikasi
herbisida setelah dilakukan penyemprotan herbisida, kemudian lahan dicangkul
hingga bongkahan tanah menjadi gembur serta gulma dan sisa-sisa tanaman
pengganggu lainnya dibersihkan dari lahan.
Penanaman bibit ubi kayu dilakukan pada bulan Mei 2014. Bibit tanaman
ditanam dengan posisi tegak dengan jarak tanam 70 cm x 90 cm. Seminggu
setelah tanam dilakukan pemupukan dengan pupuk organik organonitrofos
sebanyak 5 t ha-1, pemupukan dilakukan dengan cara disebar. Setelah seminggu
kemudian dilakukan pemupukan kembali dengan pupuk kimia, yaitu Urea, TSP,
dan KCl. Masing-masing petakan lahan diberi pupuk dengan dosis 100 kg ha-1
18Urea, 300 kg ha-1 TSP, dan 200 kg ha-1 KCl dengan cara dilarik disisi tanaman ubi
kayu.
3.5.2 Petak Percobaan
Setelah dilakukan pengolahan tanah, selanjutnya dibuat petak percobaan sesuai
dengan perlakuan yang diterapkan.
Gambar 1. Tata letak percobaan
3.5.3 Pengukuran Respirasi Tanah
Beberapa metode telah dikembangkan untuk mengukur CO2 tanah, CO2 dari tanah
ke atmosfer dapat diukur dengan menggunakan metode ruang tertutup. Hendri
(2014) juga menggunakan metode ruang tertutup untuk pengukuran fluks CO2 dan
N2O dari tanah. Respirasi tanah menggambarkan aktivitas mikroorganisme
tanah, metode respirasi tanah masih sering digunakan karena cukup peka,
konsisten, sederhana, dan tidak memerlukan alat yang canggih dan mahal.
Langkah dalam pengambilan sampel untuk pengukuran CO2 atau respirasi tanah
yaitu botol film yang diisi 10 ml 0,1 N KOH, diletakkan di atas tanah dengan
keadaan terbuka di petak percobaan lalu ditutup dengan sungkup dan sungkup
tersebut dimasukkan ke dalam tanah sekitar 1 cm lalu pinggirnya dibunbun
Kelompok1 Kelompok 2 T0H0 T0H1 T1H0 T1H1
T0H0
T0H1 Kelompok 3 T1H0 T1H1 T0H0 T0H1
T1H0
T1H1 Kelompok 4 T0H1 T0H0 T1H1 T1H0
19dengan tanah agar tidak ada gas yang keluar dari sungkup. Hal yang sama
dilakukan untuk blanko KOH diletakkan di atas tanah yang telah dialasi dengan
plastik di sebelah KOH tanpa alas plastik.
Gambar 2. Tata letak botol film dan sungkup yang beralaskan dan tidakberalaskan plastik.
Setelah sungkup diletakkan, dibiarkan selama 2 jam. Setelah 2 jam, sungkupnya
dibuka dan botol yang berisi KOH langsung ditutup agar tidak terjadi kontaminan
dari gas CO2 dari lingkungan sekitarnya.
3.5.3 Analisis Laboratorium
Analisis dilaboratorium menggunakan metode Verstraete, sampel KOH yang telah
mengikat CO2 dari lapangan kemudian dianalisis di laboratorium dengan cara
dititrasi. Botol film (sampel) yang berisi KOH dimasukkan ke dalam erlenmeyer,
lalu dengan ditetesi 2 tetes penolptalin, dan kemudian dititrasi dengan 0,1 N HCl
hingga warna merah hilang. Volume HCl yang digunakan untuk titrasi tersebut
dicatat. Selanjutnya pada larutan tadi ditambah 2 tetes metyl orange, dan dititrasi
kembali dengan HCl sampai warna kuning berubah menjadi merah muda. Jumlah
20HCl yang digunakan pada tahap kedua ini berhubungan langsung dengan jumlah
CO2 yang difiksasi. Demikian juga dengan KOH dari sampel blanko dilakukan
prosedur yang sama dengan KOH sampel. Pengamatan respirasi dilakukan pada
pagi dan sore hari.
Reaksi kimia yang terjadi selama proses titrasi CO2 dan dilanjutkan dengan titrasi
menggunakan HCl adalah sebagai berikut :
1. Reaksi pengikatan CO2
CO2 + 2 KOH K2CO3 + H2O
2. Perubahan warna menjadi tidak berwarna (penolptalin)
K2CO3 + HCl KCl + KHCO3
3. Perubahan warna kuning menjadi merah muda (metyl orange)
KHCO3 +HCl KCl +H2O + CO2
3.5.5 Perhitungan Respirasi Tanah
Respirasi tanah dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
C − CO = (a − b) × t × 12T × π × rKeterangan :
C-CO2 = mg jam-1 m-2
a = ml HCl untuk sampel
b = ml HCl untuk blanko
t = normalitas (N) HCl
T = waktu ( jam)
r = jari-jari tabung toples (cm)
213.5.6 Variabel Penelitian
Variabel pengamatan pada penelitian ini diamati pada 3, 6, dan 10 BST (bulan
setelah tanam) meliputi :
1. Respirasi Tanah (Metode modifikasi Verstraete, Anas, 1987)
2. Kelembaban tanah
3. C-organik tanah
4. Suhu Tanah (oC)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Perlakuan olah tanah tidak berpengaruh terhadap respirasi tanah.
2. Perlakuan aplikasi herbisida tidak berpengaruh terhadap respirasi tanah.
3. Terdapat interaksi antara sistem olah tanah dan aplikasi herbisida pada 3 dan 6
BST, tetapi tidak pada 10 BST terhadap laju respirasi tanah pada pertanaman
ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.). Perlakuan olah tanah maksimum dengan
herbisida menunjukkan respirasi paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan
lainnya.
5.2 Saran
Saran penulis agar dilakukan penelitian lanjutan pada tanaman yang berbeda dengan
perlakuan yang sama agar dapat mengetahui nyata atau tidaknya pengaruh dua sistem
olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap respirasi tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Alef, K. 1995. Estimation of soil respiration. In K. Alef & P.Nannipieri (Eds.) Methods in Applied soil microbiology andBiochemistry. Academic Press. London, pp. 464-467.
Alexander, M. 1971. Introduction to Soil Microbiology. John Wiley and Sons.New York.
Anas, I. dan D.A. Santosa. 1995. Penggunaan Ciri Mikroorganisme dalamMengevaluasi Degradasi Tanah. Kongres Nasional VI HITI. Desember1995. Serpong, hal 12-15.
Ar-Riza, I. 2005. Pedoman Teknis Budidaya Padi di Lahan Lebak. Balittra.Puslibang Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. 2007.Metode Analisis Biologi Tanah. Jawa Barat. Bogor.
Boyd, C.E. 1993. Shrimp Pond Bottom Soil and Sedimen Managemen. U.S.Wheat Assosiaties. Singapore, 255 p.
Chalil, D. 2003. Agribisnis Ubi Kayu di Propinsi Sumatera Utara. Jurusan SosialEkonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.Medan.
Fang, J., K. Zhao, dan S. Liu. 1998. Factors affecting soil respiration in referencewith temperature’s role in the global scale. Chinese Geograph Sci.8(3): 246-255.
Foth, H.D. 1995. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Erlangga, Jakarta. 374 hlm.
Goulden, M.L., J.W. Munger, S.M. Fan, B.C. Daube, dan S.C. Wofsy. 1996.Exchange of carbon dioxide by a deciduous forest: response to interannualclimate variability. Science 271: 1576–1578.
35Hakim, N., Y.M. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A. Dika,
G. Ban-Hong, dan H.H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah.Universitas Lampung. Jakarta. 488 hlm.
Handayani, I.P. 1999. Kuantitas Variasi Nitrogen Tersedia Pada Tanah SetelahPenebanga Hutan. J. Tanah Trop.V (8): 215-226.
Hidayat, B., Y.R. Widodo, dan C.U. Wirawati. 2006. Pengaruh Jenis Ubi Kayuterhadap Karakteristik Tepung Ubi Kayu (Cassava Flour) yangDihasilkan. Laporan Penelitian Hibah Kompetisi Pemda PropinsiLampung Tahun Anggaran 2006. Politeknik Negeri Lampung.
Hendri, J. 2014. Fluks CO2 Dari Penggunaan Lahan Hutan, dan HortikulturaPada Andisol Jawa Barat. Jawa Barat. Bogor.
IPCC [Intergovermental Panel on Climate Change]. 2013. ”Climate Change2013”The Physical Science Basis. T.F. Stocker, D. Qin, P. Gian-Kasper,M.B.T. Melinda, K.A. Simon, B. Judith, N. Alexander, Y. Xia, B. Vincent,dan M.M. Pauline. (Eds) Cambridge University Press, Cambridge, UK,1553 p.
Jauhiainen, J., A.Hooijer, dan S.E. Page. 2012. Carbon dioxide emissions from anAcacia plantation on peatland Sumatra, Indonesia. Biogeosciences 9: 617–630.
Kusyakov, Y. 2006. Sources of CO2 efflux from soil and review of partitioningmethods. Soil Biol. Biochem. 38: 425-448.
Larson, W.E. dan G.J. Osborne. 1982. Tillage Accomplishments and Potential inProducting Tillage Effect on Soil Physical Properties And Processes. ASAspecial publication No. 44 hlm.
Lystiobudi, R.V. 2011. Perlakuan Herbisida Pada Sistem Tanpa Olah TanahTerhadap Pertumbuhan, Hasil Dan Kualitas Hasil Tanaman JagungManis (Zea mays saccharata Sturt.). Universitas Pembangunan Nasional“Veteran”. Yogyakarta.
Makalew, A.D.N. 2008. Keanekaragaman Biota Tanah Pada AgroekosistemTanpa Olah Tanah (TOT). Makalah Falsafah Sains. IPB. 19 hlm.
Mulyani, M.S., A.G. Kartosapoetro, dan R.D.S. Sastroatmojo. 1991. MikrobiologiTanah. Rineka Cipta. Jakarta. 447 hlm.
36Notohadiprawiro, T. 2006. Twenty-Five Years Experience in Peatland
Development for Agriculture in Indonesia. Repro: Ilmu Tanah. UniversitasGadjah Mada.
Pane, H., dan S.Y. Jatmiko. 2009. Pengendalian Gulma Pada Tanaman Padi.Penelitian Dan Pengembangan Departemen Pertanian. Jakarta.
Paul, E.A. dan F.E. Clark. 1989. Soil Microbiology and Biochemistry. AcademicPress, Inc. London.
Salim, E. 2011. Mengolah Singkong Menjadi Tepung Mokaf. Lily Publisher,Jakarta.
Savary, S., R.K. Srivastava, H.M. Singh, dan F.A. Elazegui. 1997. ACharacterization of Rice Pests and Quantification of Yield Losses in theRice–Wheat System of India. Crop Protect. 16: 387-398.
Setyawan, D., R. Gilkes, dan D. Tongway. 2011. Nutrient cycling index inrelation to organic matter and soil respiration of rehabilitated mine sites inKelian, East Kalimantan. J. Trop. Soil 11(3): 209-214.
Sinukaban, N. 1986. Pengolahan tanah konservasi pada pertanian tanamanpangan. dalam prosiding lokakarya usahatani konservasi di lahan alang-alang, Podsolik merah kuning.Badan Litbangtan, Ditjen tanaman pangan,Ditjenbun Deptan, hal 1-15.
Suwardjo, H., A. Abdurachman, dan S. Abujamin. 1989. The use of crop residuemulch to minimize tillage frequency. Pemberitaan Penelitian Tanah danPupuk 8: 31 – 37.
Soekardi. 1986. Pembukaan Lahan dan Pengolahan Tanah. PenunjangPembangunan Nasional, Jakarta.
Tongway, D., N. Hindley, dan B. Seaborn. 2003. Indicators of ecosystemrehabilitation success. Stage two - verification of EFA indicators.Canberra: CSIRO Sustainable Ecosystems.
Utaminingsih, Suastika dan Hermaningsih. 1994. Pedoman Analisa Kualitas Airdan Tanah Sedimen Perairan Payau. Dirjen Perikanan, BBPBAP, Jepara.67 hlm.
37Utomo, M. 2006. Olah Tanah Konservasi. Pengelolaan Lahan Kering
Berkelanjutan. Universitas Lampung, Bandar Lampung. 25 hlm.
Xu, X., Y. Luo, dan J. Zhou. 2012. Carbon quality and the temperaturesensitivity of soil organic carbon decomposition in a tallgrass prairie. SoilBiol Biochem. 50: 142-148.
Yasin, S. 2007. Degradasi Lahan pada Kebun Campuran dan Tegalan. JurusanTanah Fakultas Pertanian Unand Padang. Padang.
Yursida. 2013. Efikasi Herbisida Penoksulam pada Budidaya Padi Sawah PasangSurut untuk Intensifikasi Lahan Suboptimal. Bogor.