Upload
abdurraafi-maududi-dermawan
View
3.569
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH
PENGARUH GLOBALISASI DAN MODERNISASI TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
TUGAS MATA KULIAH ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASARDOSEN : PROF. DR. H. MASHUDI, M.Pd
Disusun Oleh :ABDURRAAFI’ MAUDUDI DERMAWAN
NIM. I21110005
PROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURAPONTIANAK
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan ini, manusia senantiasa mempelajari dan melakukan
perubahan-perubahan terhadap kebudayaannya sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi lingkungan. Hal ini adalah sesuatu yang wajar sebab kebudayaan
diciptakan dan diajarkan dari satu generasi ke generasi berikutnya untuk
memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri, baik secara perorangan maupun
berkelompok. Dari kenyataan ini, tidak ada satupun kebudayaan dan
perwujudan kebudayaan yang bersifat statis (tidak mengalami perubahan).
Hubungan perubahan sosial dengan perubahan kebudayaan yang
menyangkut perubahan masyarakat dan kebudayaannya, seringkali kesulitan
memisahkan antara perubahan sosial dengan perubahan budaya. Sebab tidak
ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya. Perubahan
sosial dan budaya mempunyai satu aspek yang sama. Dari bentuk perubahan
dibedakan dari segi perubahan sosial lambat dan cepat, perubahan sosial kecil
dan perubahan sosial direncanakan dan tidak direncanakan.
Faktor yang bisa menyebabkan terjadinya proses perubahan sosialisasi
dari perubahan jumlah penduduk, penemuan-penemuan baru, pertentangan
masyarakat, pemberontakan dan reformasi. Modernisasi bisa merubah dari
masa pra modern menuju masa modern. Modernisasi mencakup proses sosial
budaya yang ruang lingkupnya sangat luas sehingga batas-batasnya tidak bisa
ditetapkan secara mutlak.
Globalisasi merupakan suatu tatanan mendunia yang tercipta akibat
adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga unsur-unsur
budaya suatu kelompok masyarakat bisa dikenal dan diterima oleh kelompok
masyarakat lainnya.
Adanya pertukaran unsur-unsur budaya karena globalisasi ini
mengakibatkan dampak-dampak yang besar bagi masyarakat. Hal ini
merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk dapat menyikapi secara
bijaksana. Globalisasi merupakan suatu gejala terbentuknya sistem organisasi
dan komunikasi yang mengikuti sistem nilai dan kaidah yang sama antara
masyarakat di seluruh dunia karena adanya kemajuan transportasi dan
komunikasi sehingga memperlancar interaksi antar warga dunia. Selain proses
modernisasi dan globalisasi, ada juga proses yang disebut reformasi, proses
dimana perbaikan atau penataan ulang terhadap faktor rehabilitasi yang
terdapat pada masyarakat. Dengan kemajuan teknologi dan komunikasi yang
bisa merubah semuanya untuk lebih baik dan terarah. Dan didasarkan pada
perencanaan pada proses disorganisasi, problem, konflik antar kelompok dan
hambatan-hambatan terhadap perubahan.
Mereka beranggapan bahwa kebanyakan masyarakat hanya meniru
pada masyarakat atau negara lain yang sudah modern. Ini menunjukkan,
seharusnya negara modern menolong mereka melalui social engineering baik
secara langsung maupun tidak langsung, merupakan bagian dari
perkembangan masyarakat dengan modernisasi dan globalisasi yang dapat
merubah untuk menjadi lebih baik dan maju.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian tersebut, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perubahan sosial budaya terhadap perkembangan masyarakat?
2. Faktor-faktor apa saja yang bisa mempengaruhi perubahan sosial budaya
di masyarakat ?
3. Bagaimana pengaruh dan dampak globalisasi terhadap sosial dan budaya
masyarakat ?
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah mengetahui perubahan sosial
budaya pada perkembangan masyarakat Indonesia untuk menghadapi
modernisasi dan globalisasi dengan mengetahui :
1. Dampak perubahan sosial budaya pada modernisasi dan globalisasi.
2. Perkembangan masyarakat dengan adanya kemajuan teknologi.
3. Manfaat dari modernisasi dan globalisasi di masyarakat.
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk kepentingan praktis,
yaitu untuk membantu pengambilan keputusan bagi pembuat kebijakan
tentang perubahan sosial budaya yang terjadi pada masyarakat Indonesia
sehingga bisa dilakukan langkah-langkah agar perubahan sosial budaya yang
diharapkan bisa dilakukan dan dilaksanakan terutama pada perkembangan
masyarakat.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Perubahan Sosial dan Budaya
Para ahli sosiologi pernah mengklasifikasikan masyarakat menjadi
masyarakat yang statis dan dinamis. Masyarakat statis merupakan masyarakat
yang mengalami sedikit sekali perubahan dan perubahan pun berjalan lambat.
Adapun masyarakat dinamis merupakan masyarakat yang mengalami berbagai
perubahan secara cepat. Oleh karena itu, pada masa tertentu, suatu masyarakat
dapat dianggap sebagai masyarakat yang statis, sedangkan masyarakat lainnya
dianggap sebagai masyarakat yang dinamis. Segala perubahan yang terjadi
tidak terlalu berarti kemajuan (progress), namun dapat pula berarti sebagai
kemunduran (regress).
Saat ini ketika teknologi komunikasi semakin modern, teknologi
komunikasi banyak mempengaruhi terjadinya perubahan. Informasi semakin
lama semakin mudah didapat dan komunikasi pun menjadi lebih mudah
dilakukan. Penemuan-penemuan baru di bidang teknologi yang terjadi di suatu
tempat dapat dengan cepat diketahui oleh masyarakat lain yang jauh dari
tempat tersebut.
Sejumlah ahli sosiologi mengemukakan pendapatnya tentang perubahan
sosial. William F. Ogburn tidak memberikan pengertian konkrit, apa itu
perubahan sosial. Menurutnya, perubahan sosial mencakup unsur-unsur
kebudayaan, baik yang materiil maupun yang immaterial, terutama
menekankan pengaruh yang besar dari unsur-unsur kebudayaan materiil
terhadap kebudayaan immaterial.
Adapun Mac Iver lebih senang membedakan antara utilitarian elements
dan cultural elements yang didasarkan pada kepentingan-kepentingan manusia
yang primer dan sekunder. Semua kegiatan dan ciptaan manusia dapat
diklasifikasikan ke dalam kedua kategori tersebut. Sebuah mesin ketik, alat
pencetak, komputer atau sistem keuangan merupakan utilitarian elements
karena manusia tidak menginginkan benda-benda tersebut secara langsung
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Walaupun benda-benda tersebut dapat
dipakai untuk memenuhi kebutuhannya. Cultural elements merupakan
ekspresi dari jiwa yang terwujud dalam cara-cara hidup dan berfikir, pergaulan
hidup, seni kesusastraan, agama, rekreasi, dan hiburan.
B. Proses Globalisasi dan Modernisasi
Untuk menguraikan proses globalisasi, kita harus menelusuri sejarah
negara-negara Eropa Barat terlebih dahulu, sebab proses globalisasi tidak
hanya berlangsung pada saat ini, melainkan sudah dimulai sejak masa lampau.
Perhatikan uraian tentang proses tersebut :
1) Masa Kapitalisme
Kapitalisme berasal dari bahasa Latin, kapital berarti kepala atau
modal pokok dalam perniagaan. Jadi, kapitalisme adalah paham atau
sistem ekonomi yang modalnya bersumber pada tanah dan modal berada
pada tangan swasta (di Eropa pertama-tama pada kaum bangsawan dan
biara atau Gereja), dan semata-mata bertujuan untuk mencapai keuntungan
sebanyak-banyaknya. Istilah ini berasal dari seorang sosialis Perancis
bernama Louis Blanc (1811 – 1882). Kapitalisme terbagi atas dua bagian,
kapitalisme lama dan kapitalisme modern.
a) Kapitalisme lama
Paham ini berkembang sejak abad ke-11, ketika perdagangan
internasional mulai dilakukan. Kapitalisme lama menjelma menjadi
imperialisme lama, yang ingin menguasai dunia. Ada tiga dorongan
yang menyebabkan timbulnya imperialisme lama yaitu God, Gospel,
dan Glorious.
1. Gold (emas)
Para imperialisme dari Eropa ini terdorong untuk mencari emas
sebagai lambang kekayaan pada saat ini. Emas tidak ditentukan di
Eropa, tetapi diluar Eropa (Afrika, Amerika, dan Asia).
2. Gospel (menyiarkan agama)
Kaum agama Kristen (Nasrani) terdorong oleh ajaran injil :
“.........pergilah, jadikan semua bangsa muridku dan baptislah
mereka.........”. Berdasarkan perintah Tuhan ini, banyak misionaris
dan zending pergi ke seluruh muka bumi ini untuk
mengembangkan agama Nasrani.
3. Glorious (kejayaan)
Penermuan benua baru akan membawa kejayaan suatu bangsa,
baik dalam bentuk kekayaan materiil maupun nama besar yang
diabadikan dunia. Pelopor imperialis lama ialah Portugis, Spanyol,
Belanda, Inggris, Perancis dan Jerman.
b) Kapitalisme Modern
Kapitalisme modern ditandai dengan adanya revolusi industri di
Inggris yang berlangsung tahun 1750 – 1850. Kemajuan ilmu
pengetahuan alam mendorong penemuan-penemuan di bidang
teknologi, antara lain ditemukannya mesin-mesin. Misalnya James
Watt menemukan mesin uap, dan sebagainya. Jadi, revolusi industri
membawa perubahan besar dalam bidang produksi yang dahulu
dikerjakan dengan tangan, kemudian diubah dengan menggunakan
mesin.
Revolusi industri menghasilkan produksi yang lebih cepat, lebih baik
kredibilitasnya, dan lebih murah. Selain itu juga membutuhkan bahan
mentah yang lebih banyak.
Oleh karena hasil produksi jauh lebih banyak, maka akibatnya terjadi
over produksi (kelebihan hasil pabrik), sehingga barang harus dijual
keluar negeri. Timbulnya imperialisme modern, di satu pihak karena
adanya over produksi.
2) Neo Imperialisme
Imperialisme dalam bentuk baru ialah suatu bentuk penjajahan yang
terutama dalam bentuk ekonomi. Negara-negara bekas jajahan telah
mencapai kemerdekaan secara politik, tetapi masih memiliki
ketergantungan dalam bidang perekonomian. Kebutuhan ini makin lama
makin meningkat, karena negara-negara bekas jajahan (disebut dunia
ketiga) tersebut dalam perekonomian merupakan negara miskin dan
cenderung terus menerima bantuan (berwujud utang) yang makin
membengkak. Sungguh suatu ironi memperbandingkan cita-cita atau
tujuan negara-negara penjajah sekarang. Mereka menjajah dengan cara
yang kelihatan lebih halus. Mereka membuat sedemikian rupa, sehingga
terjadi “ketergantungan” kepada negara barat baik secara langsung
maupun tidak langsung. Termasuk yang tampak adalah masalah budaya
dan peradaban, lebih khusus lagi ketergantungan dalam bidang ilmu dan
teknologi yang mempunyai konsekuensi ketergantungan ekonomi, apalagi
kekuatan militer. Ketergantungan ini mereka kemas dengan istilah-istilah
berikut :
a) Modernisasi
Menurut Dr. A. Qodri Azizy, MA.
Istilah modern secara bahasa berarti baru, kekinian, akhir, up-to-date,
atau semacamnya. Dapat pula dikatakan sebagai kebalikan dari lama,
kolot, atau semacamnya. Istilah modern juga bisa dikaitkan dengan
karakteristik. Oleh karena itu, istilah modern ini dapat diterapkan pada
manusia dan juga untuk lainnya: dari konsep bangsa, sistem politik,
ekonomi, negara, kota, lembaga (sekolah, rumah sakit, dan lain-lain),
barang, sampai pada perilaku, sifat, dan hampir apa saja. Kita dapat
memberi predikat negara sebagai negara modern, kita juga dapat
menyebut pakaian dan rumah yang modern, dan juga bisa menyebut
musik yang modern.
Jadi istilah modernisasi menyangkut semua aspek kehidupan, terutama
ditandai dengan kepercayaan terhadap sains (ilmu pengetahuan),
perencanaan, sekularisme, dan kemajuan.
Istilah ini diberi pengertian oleh Samuel Huntington sebagai hal yang
mempunyai tiga proses berikut :
1. Penggantian sejumlah besar dari hal-hal yang tradisional, bersifat
keagamaan, kekeluargaan, dan kekuasaan politik atas dasar etnik
dengan satu kekuasaan nasional dan sekuler.
2. Munculnya fungsi-fungsi politik harus dikelola dengan hierarki
administratif yang baru dan dipilih atas dasar kemampuan atau
prestasi bukan asal usul mereka.
3. Meningkatkan partisipasi politik oleh kelompok-kelompok sosial
dari seluruh masyarakat melalui perkembangan institusi baru,
seperti partai politik dan kelompok interest dalam rangka
partisipasi tersebut.
C. Definisi Globalisasi
Pengertian globalisasi dapat dibedakan atas dua hal yaitu :
1) Sebagai Alat
Globalisasi merupakan wujud keberhasilan ilmu dan
teknologi, terutama di bidang komunikasi. Globalisasi sebagai alat
juga mengandung hal-hal yang positif apabila dipergunakan untuk
tujuan yang baik. Namun hal tersebut juga dapat mengandung hal-
hal negatif bila dipergunakan untuk tujuan yang tidak baik. Jadi
tergantung siapa yang menggunakan dan apa tujuannya.
2) Sebagai Ideologi
Globalisasi sebagai ideologi berarti sudah mempunyai arti
tersendiri dan netralitasnya sangat sedikit. Globalisasi sebagai
ideologi pasti memihak suatu kepentingan sehingga akan
menimbulkan akibat, baik yang setuju maupun yang tidak setuju.
Disinilah timbulnya benturan dan pertentangan.
a) Ancaman
Dengan alat komunikasi seperti TV, parabola,
telepon, VCD, DVD, dan internet, kita dapat berhubungan
dengan dunia luar. Dengan parabola atau internet, kita
dapat menyaksikan hiburan porno dari kamar tidur. Kita
dapat terpengaruh oleh segala macam bentuk yang sangat
konsumtif. Anak-anak kita dapat terpengaruh oleh segala
macam film kartun dan film-film yang seharusnya tidak
dilihat. Kita pun dapat dengan mudah terpengaruh oleh
gaya hidup seperti yang terjadi di sinetron-sinetron kita
(terutama sekali yang bertemakan keluarga) yang lebih dari
90% menebar nilai-nilai negatif dengan ukuran
keberagaman dari setiap agama. Meskipun harus disadari
pula bahwa televisi juga banyak menayangkan program-
program pengajian, ceramah, diskusi, dan berita yang
mengandung nilai positif bahkan agamis. Adegan
kekerasan (violence) akan lebih berkesan di benak anak-
anak dibandingkan dengan petuah agama.
b) Tantangan
Pengaruh globalisasi yang memberikan nilai-nilai
positif wajib kita serap, terutama yang tidak menyebabkan
benturan dengan budaya kita, misalnya disiplin, kerja
keras, menghargai orang lain, rasa kemanusiaan,
demokrasi dan kejujuran. Kita wajib menyaring yang baik
dan sesuai dengan kepribadian dan moral bangsa kita
terima, sebaliknya yang buruk kit atolak.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Perubahan Sosial dan Budaya
Perubahan sosial dan budaya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-
faktor yang mempengaruhi perubahan kebudayaan terdiri dari faktor yang
mendorong dan faktor yang menghambat terjadinya perubahan sosial budaya
seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Faktor-faktor itu bisa berasal
dari dalam maupun dari luar masyarakat. Berikut diuraikan faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan sosial budaya.
Diantara berbagai faktor yang mendorong terjadinya perubahan sosial
budaya :
1. Kontak dengan kebudayaan lain. Masyarakat yang sering melakukan
kontak dengan kebudayaan lain akan mengalami perubahan yang cepat.
Kontak dengan kebudayaan lain ini berhubungan dengan difusi, yaitu
proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu ke individu lain
atau dari satu masyarakat ke masyarakat lain.
2. Sistem pendidikan formal yang maju. Pada jaman modern sekolah
semakin memegang peran penting dalam melakukan perubahan-perubahan
pada para murid yang juga merupakan anggota masyarakat secara
keseluruhan. Melalui pendidikan, seseorang diajar berbagai kemampuan
dan nilai-nilai yang berguna bagi manusia, terutama untuk membuka
pikirannya terhadap hal-hal baru.
3. Toleransi. Perubahan sosial budaya yang cepat akan terjadi pada
masyarakat yang sangat toleran terhadap perbuatan atau masyarakat yang
berperilaku menyimpang, baik yang positif maupun negatif, dengan
catatan bukan merupakan delik hukum.
Masyarakat yang memiliki toleransi cenderung lebih mudah menerima
hal-hal yang baru.
4. Sistem stratifikasi terbuka. Sebagaimana telah kita pelajari pada bagian
terdahulu, sistem pelapisan sosial terbuka pada masyarakat akan
memberikan peluang sebesar-besarnya kepada individu untuk naik ke
kelas sosial yang lebih tinggi melalui berbagai usaha yang diperbolehkan
oleh kebudayaannya.
5. Penduduk yang heterogen. Pada masyarakat yang heterogen atau
masyarakat yang berbasis latar belakang kebudayaan, ras, dan ideologi akn
mudah mengalami pertentangan-pertentangan yang mengundang
keguncangan. Keadaan ini akan mendorong terjadinya perubahan dalam
masyarakat.
6. Ketidakpuasan masyarakat terhadap berbagai bidang kehidupan.
Ketidakpuasan ini, baik dalam sistem kemasyarakatan, ekonomi, politik,
dan keamanan, akan mendorong masyarakat melakukan perubahan sistem
yang ada dengan cara menciptakan sistem baru agar sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhannya.
7. Orientasi ke masa depan. Umumnya masyarakat beranggapan bahwa
masa yang akan datang berbeda dengan masa sekarang, sehingga mereka
berusaha menyesuaikan diri, baik yang sesuai dengan keinginannya,
maupun keadaan yang buruk sekalipun. Untuk itu, perubahan-perubahan
harus dilakukan agar dapat menerima masa depan.
8. Pandangan bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk
memperbaiki hidupnya. Terdapat suatu ajaran atau keyakinan di
masyarakat yang menyebutkan bahwa yang dapat mengubah atau
memperbaiki keadaan nasib manusia adalah manusia itu sendiri, dengan
bimbingan Tuhan. Jika seseorang ingin berubah niscaya ia harus
berusaha. Usaha ini ke arah penemuan-penemuan baru dalam bentuk cara-
cara hidup atau pun pola interaksi di masyarakat.
Selain dari itu faktor-faktor yang bisa menghambat perkembangan di
masyarakat dari perubahan sosial budaya diantaranya :
1. Kurang berhubungan dengan masyarakat lain. Masyarakat yang
kurang memiliki hubungan dengan masyarakat lain umumnya adalah
masyarakat terasing atau terpencil. Dengan keadaan seperti ini, mereka
tidak mengetahui perkembangan-perkembangan yang terjadi pada
masyarakat lain.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat. Keterlambatan
perkembangan ilmu pengetahuan di suatu kelompok masyarakat dapat
disebabkan karena masyarakat tersebut berada di wilayah yang terasing,
sengaja mengasingkan diri atau lama dikuasai (dijajah) oleh bangsa lain
sehingga mendapat pembatasan-pembatasan dalam segala bidang.
3. Sikap masyarakat yang sangat tradisional. Suatu sikap yang
mengagung-agungkan tradisi lama serta anggapan bahwa tradisi tidak
dapat diubah akan sangat menghambat jalannya proses perubahan,
keadaan tersebut akan menjadi lebih parah apabila masyarakat yang
bersangkutan dikuasai oleh golongan konservatif.
4. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam kuat. Dalam
suatu masyarakat, selalu terdapat kelompok-kelompok yang menikmati
kedudukan tertentu. Biasanya, dari kedudukan itu mereka mendapatkan
keuntungan-keuntungan tertentu dan hak-hak istimewa.
5. Rasa takut akan terjadi kegoyahan pada integrasi sosial yang telah
ada. Integrasi sosial mempunyai derajat yang berbeda. Unsur-unsur luar
dikhawatirkan akan menggoyahkan integrasi sosial dan menyebabkan
perubahan-perubahan pada aspek tertentu dalam masyarakat.
6. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis. Di dalam masyarakat
menganggap pandangan hidup atau keyakinan yang telah menjadi ideologi
dan dasar integrasi mereka dalam waktu lama dapat terancam oleh setiap
usaha perubahan unsur-unsur kebudayaan.
7. Prasangka pada hal-hal baru atau asing (sikap tertutup). Prasangka
seperti ini umumnya terdapat pada masyarakat yang pernah dijajah oleh
bangsa-bangsa asing, mereka menjadi sangat curiga terhadap hal-hal yang
datang dari luar sebab memiliki pengalaman pahit sebagai bangsa yang
pernah dijajah, umumnya unsur-unsur baru yang masuk berasal dari dunia
barat.
8. Adat istiadat (kebiasaan). Adat istiadat atau kebiasaan merupakan pola
perilaku anggota masyarakat dalam memenuhi semua kebutuhan
pokoknya. Jika kemudian pola-pola perilaku tidak lagi efektif memenuhi
kebutuhan pokok, maka akan muncul krisis adat atau kebiasaan, yang
mencakup bidang kepercayaan, sistem pencaharian, pembuatan rumah dan
cara berpakaian.
B. Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Sosial dan Budaya
Kebudayaan merupakan suatu sistem. Artinya, bagian-bagian dari
kebudh itu saling berkaitan satu dengan lainnya. Perubahan satu unsur
kebudayaan akan mempengaruhi unsur-unsur yang lainnya. Hal ini bisa kita
lihat contohnya ketika program listrik masuk desa mula-mula dijalankan.
Masuknya listrik ke pedesaan yang sebelumnya tidak ada listrik, membawa
perubahan besar dalam kehidupan penduduk desa yang sebagian besar
bermata pencaharian sebagai petani atau pengrajin tradisional. Perubahan itu
begitu terasa pada peningkatan beragam kebutuhan akan barang-barang
elektronik (radio, televisi, kulkas).
Dengan memiliki perangkat elektronik tersebut, pola hidup mereka
mengalami perubahan. Waktu tidur berubah menjadi semakin larut, pranata-
pranata hiburan juga ikut mengalami perubahan. Ikatan-ikatan sosial
masyarakat desa menjadi semakin mengendur, karena mereka lebih banyak
menghabiskan waktunya di depan pesawat televisi dibandingkan dahulu yang
lebih banyak berinteraksi di luar dengan sesama warga. Pertunjukan seni
tradisional lebih banyak ditonton di televisi daripada melalui pertunjukan
langsung di panggung-panggung. Selain itu juga, dengan adanya penerangan
lampu. Dari kenyataan ini, perubahan-perubahan lainnya akan semakin
terbuka dan berlangsung secara beruntun.
Menurut Gillin dan Koenig, perubahan kebudayaan disebabkan oleh
beberapa faktor internal maupun eksternal sebagai berikut :
a. Faktor-faktor internal antara lain :
1. Adanya kejenuhan atau ketidakpuasan individu terhadap sistem nilai
yang berlaku di masyarakat.
2. [Adanya individu yang menyimpang dari sistem sosial yang berlaku.
Apabila hal ini dibiarkan, maka akan diikuti oleh individu-individu
lainnya sehingga mendorong perubahan.
3. Adanya perubahan dalam jumlah dan komposisi penduduk.
Pertumbuhan penduduk akan menyebabkan terjadinya perubahan
unsur penduduk lainnya, seperti rasio jenis kelamin dan beban
tanggungan hidup. Banyaknya pendatang dari etnis dan budaya lain
juga akan merubah struktur sosial karena penduduk menjadi lebih
heterogen.
b. Faktor-faktor eksternal antara lain :
1. Bencana alam antara lain gunung meletus, banjir, gempa bumi, atau
tsunami. Bencana alam dapat menyebabkan terjadinya perubahan
lingkungan fisik sehingga menuntut manusia melakukan adaptasi
terhadap lingkungan yang telah berubah tersebut. Biasanya untuk
bertahan ataupun mengalami suatu bencana alam, manusia terkadang
terlupa atau mungkin terpaksa melanggar nilai-nilai dan norma sosial
yang telah ada. Hal ini dilakukan semata-mata untuk tetap bertahan
dalam menghadapi perubahan lingkungan akibat bencana alam
tersebut.
2. Peperangan selalu berdampak pada tingginya angka kematian,
rusaknya berbagai sarana dan prasarana kebutuhan hidup sehari-hari,
terjadinya kekacauan ekonomi dan sosial, serta tergoncangnya mental
penduduk sehingga merasa frustasi dan tidak berdaya. Dalam
kenyataan yang lebih memprihatinkan, peperangan seringkali diakhiri
dengan penaklukan yang diikuti pemaksaan ideologi dan kebudayaan
oleh pihak atau negara yang menang. Semua ini akan mengubah
kehidupan masyarakat dan kebudayaannya.
3. Kontak dengan masyarakat lain yang berbeda kebudayaannya. Kontak
dapat terjadi antar etnis di dalam suatu kawasan atau yang berasal dari
tempat yang berjauhan. Interaksi antara orang atau kelompok yang
berbeda etnis dan kebudayaan yang tinggi akan memperluas
pengetahuan dan wawasan tentang budaya masing-masing, sehingga
dapat menimbulkan sikap toleransi dan penyesuaian diri terhadap
budaya lain tersebut. Sikap toleransi dan penyesuaian diri ini pada
akhirnya akan mendorong terjadinya perubahan kebudayaan.
C. Pengaruh Globalisasi pada Tatanan Sosial Budaya Masyarakat
Globalisasi telah membawa pengaruh yang luas terutama
perubahan perilaku masyarakat dalam berbagai hal. Misalnya, gaya hidup,
perjalanan, komunikasi, makanan, pakaian, nilai-nilai, dan tradisi.
1. Gaya Hidup
Arus globalisasi juga berdampak pada gaya hidup, baik itu
dampak negatif maupun positif. Arus globalisasi berdampak negatif
pada masyarakat, misalnya gaya masyarakat sehari-hari cenderung
bergaya hidup mewah. Dengan melihat tayangan-tayangan sinetron,
telenovela yang ada di TV membuat orang tidak menyesuaikan dengan
pendapatan rumah tangganya. Namun juga berdampak positif, misalnya
orang sekarang sangat menghargai waktu. Kamu tentu sering
mendengar ungkapan yang berbunyi time is money. Ungkapan itu
secara mudah berarti waktu adalah uang. Menghargai waktu sangat
penting. Begitu pentingnya waktu, mereka menyamakan waktu dengan
uang. Jadi waktu adalah sesuatu yang sangat berharga. Oleh karena itu,
banyak di kalangan kita yang menghargai waktu. Nah termasuk kamu,
apakah kamu juga memanfaatkan waktu itu dengan baik. Misalnya
waktu sekolah, waktu bermain, waktu belajar, dan sebagainya.
2. Transportasi
Bagi masyarakat sekarang, menempuh jarak yang jauh tidaklah
menjadi kendala. Berbagai sarana angkutan sudah tersedia dari yang
sederhana sampai yang canggih. Di era globalisasi ini, pergerakan
orang dan barang makin cepat dan mudah. Teknologi transportasi yang
berkembang dengan pesat memberikan pelayanan prima. Inilah
dampak positif dari arus globalisasi di bidang transportasi.
Transportasi darat, seperti bus, kereta api, dan sebagainya. Sedangkan
transportasi udara, yakni pesawat terbang memungkinkan perjalanan
jarak jauh dengan waktu tempuh yang singkat.
Dampak negatifnya, tingginya kemajuan di bidang transportasi
mengakibatkan padatnya arus lalu lintas. Dengan banyak perjalanan
yang dilakukan oleh berbagai alat transportasi, mengakibatkan
pencemaran udara yang diakibatkan oleh udara kotor dari knalpot.
3. Komunikasi
Di era global ini, komunikasi merupakan sesuatu hal yang
sangat penting. Komunikasi tidak mengenal waktu dan tempat. Kita
bisa berkomunikasi dengan orang lain kapan saja dan di mana saja.
Komunikasi ini cenderung mengurangi pertemuan orang per orang,
kelompok keluarga dengan kelompok keluarga lain. Mereka
mengandalkan pertemuan dengan melalui telepon atau HP. Pesawat
telepon seluler/HP ini dapat dibawa ke mana saja. Karena kecilnya,
sehingga orang dapat berkomunikasi kapan saja meskipun sedang
bepergian.
Pemakaian HP dalam era globalisasi juga berdampak positif
dan negatif. Dampaknya positif dengan cepat di mana saja dan kapan
saja, kita bisa berkomunikasi dengan keluarga, teman, kenalan,
hubungan bisnis dan siapa saja dengan cepat. Dampak negatifnya,
misalnya menjadi pemborosan, jika hanya digunakan untuk hal-hal
yang kurang bermanfaat. Di samping itu, HP juga berdampak
mengurangi silaturahmi (kunjungan antarkeluarga), sebab cukup
dengan kirim SMS atau telepon saja.
4. Pakaian
Arus globalisasi juga berdampak pada jenis dan model pakaian.
Dengan arus globalisasi, pakaian dengan mode yang sama dipakai oleh
orang di berbagai belahan dunia. Contohnya adalah celana jeans.
Celana jeans sudah mengglobal. Dalam kehidupan sehari-hari, di mana
saja baik itu laki-laki atau pun perempuan sudah terbiasa memakai
celana jeans. Padahal dulunya, jenis celana ini hanya digunakan oleh
orang-orang tertentu dan di tempat-tempat tertentu. Begitu juga dengan
baju kaos, yang lazim disebut T-Shirt. Jenis pakaian ini sudah menjadi
pakaian yang biasa dan dapat ditemukan di mana saja. Apakah
perubahan orang memakai pakaian akibat globalisasi telah berdampak
positif atau negatif? Jenis pakaian di luar contoh di atas masih banyak.
Misalnya, orang meniru pakaian yang sedang ”ngetren” saat itu. Kalau
di TV yang sedang ”ngetren” pakaian mini maka banyak masyarakat
berpakaian mini. Atau pakaian yang sedang ramai di kalangan remaja
yaitu pakaian yang seharusnya anggota badan itu tertutup. Jenis
pakaian ini tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat kita, jelas ini akan berdampak negatif. Akan tetapi dari
jenis pakaian, arus globalisasi juga berdampak positif. Kini, kita dapat
dengan mudah mendapatkan berbagai jenis, baik itu model, bahan atau
kualitas dan sebagainya.
5. Makanan
Masyarakat Indonesia yang ada di kota-kota besar banyak yang
mengkonsumsi makanan yang sebenarnya berasal dari negara lain
seperti ayam goreng (Mc Donald), pizza, spaghetti, dan hamburger.
Mereka lebih bangga atau menyukai makanan tersebut daripada
makanan khas Indonesia seperti nasi gudeg, nasi gandul, nasi pecel dan
lain-lain.
6. Nilai-nilai
Sebelum terjadi berbagai kemajuan pesat akibat pengaruh
globalisasi, masyarakat kita sangat menghargai dan menerapkan
nilainilai dan norma-norma yang berlaku sebagai masyarakat Timur.
Nilai dan norma yang ditanamkan oleh nenek moyang kita adalah
nilai-nilai dan norma-norma yang luhur, seperti sopan santun, tata
krama, kerukunan dan sebagainya. Oleh karena itu, kehidupan
masyarakat berlangsung secara teratur, alamiah, dan damai.
Setelah terjadi arus globalisasi, nilai-nilai dan norma-norma
yang berlaku mulai bergeser. Akibat pengaruh teknologi dan budaya
asing, nilai-nilai dalam kehidupan kemasyarakatan seperti nilai
kerukunan, gotong royong sekarang ini sudah mulai luntur. Apalagi di
kota-kota besar nilai-nilai semacam ini sudah jarang ditemui. Mereka
hidup dengan sendiri-sendiri. Namun di pedesaan nilai-nilai seperti itu
masih nampak. Dampak negatifnya, masyarakat cenderung lebih
bersifat individual.
7. Tradisi
Tradisi yang berlangsung di masyarakat lama kelamaan luntur.
Masyarakat sudah tidak begitu mengikuti tradisi yang ada. Misalnya
tradisi ”tedak siti” bagi bayi yang mulai berlatih berjalan, yaitu mulai
menempelkan kakinya di tanah. Tradisi ini berlangsung pada suku
Jawa! Sebaliknya, masyarakat khususnya generasi muda cenderung
menyukai adat dan tradisi asing. Misalnya, lagu pop dari Eropa atau
Amerika, lebih disukai daripada lagu daerah atau lagu nasional.
Demikian juga pakaian, generasi muda lebih suka memakai pakaian
ala barat daripada pakaian tradisional. Upacara adat pernikahan banyak
dipengaruhi budaya asing. Mereka banyak yang menyukai pakaian
pengantin bergaya Eropa.
8. Berkembangnya Kenakalan Remaja dan Kriminalitas
Perkembangan dan penerapan iptek telah mendorong terjadinya
globalisasi. Dengan berbagai macam media, setiap orang termasuk
para remaja mudah kena pengaruh nilai budaya lain, termasuk tingkah
laku kekerasan. Media massa dan terutama televisi disebut-sebut
sebagai salah satu media yang sangat besar pengaruhnya, khususnya
bagi remaja dan manusia pada umumnya.
Muncullah kenakalan remaja antara lain karena adanya
pengaruh dari luar melalui media massa termasuk film-film di televisi.
Begitu juga berbagai bentuk kriminalitas juga dipengaruhi oleh media
massa. Demikian uraian mengenai dampak penerapan IPTEK terhadap
lingkungan hidup. Jadi, jelas penerapan IPTEK memiliki banyak
keuntungan, tetapi juga ada dampak negatif yang harus dicari jalan
pemecahannya. Selain dampak positif, perkembangan sistem
informasi, komunikasi, dan transportasi juga memiliki dampak yang
negatif. Dengan adanya media informasi, komunikasi, dan transportasi
ternyata telah membawa pengaruh nilai-nilai sosial budaya luar yang
mulai menggeser budaya bangsa klasik yang adi luhung. Kehidupan
individualistik mulai berkembang dan menggeser nilai-nilai
kekerabatan dan gotong royong sebagian rakyat Indonesia.
Dengan semakin berkembangnya alat transportasi, juga
menimbulkan dampak negatif. Semakin banyaknya kendaraan
bermotor telah menimbulkan polusi, sehingga mengurangi
kenyamanan, menganggu kesehatan setiap pemakai jalan, sering
menimbulkan kecelakaan.
9. Adanya Kesenjangan Sosial
Perkembangan industri dapat meningkatkan pendapatan dan
membuka lapangan kerja. Tetapi juga memunculkan kesenjangan
sosial di masyarakat. Muncullah kelompok masyarakat pemilik modal
yang kaya bahkan menjadi konglomerat, tetapi juga ada kelompok
masyarakat yang tidak memiliki ketrampilan. Mereka yang tidak
menguasai teknologi akan semakin ketinggalan dan hidup miskin.
Terjadilah jurang perbedaan yang begitu dalam antara si kaya dan si
miskin. Hal ini dapat mendorong kecemburuan sosial dan kerawanan
keamanan.
D. Dampak Globalisasi Terhadap Sosial Budaya
Dizaman ini globalisasi di indonesia sangat mempengaruhi Sosial
Budaya Indonesia. Nilai-nilai moral bangsa Indonesia yang terdahulu
terkenal dengan adat ketimuran bangsa Indonesia yang mempunyai nilai-
nilai budaya yang luhur, adab kesopanan yang tinggi, saat ini karena
pengaruh globalisasi yg disusupin oleh gaya kapitalis dan misi satu negara
yang sudah masuk ke dalam kebudayaan Indonesia dengan segala
pemikiran liberalis yang akhirnya mengikis nilai-nilai budaya Indonesia
yang bermartabat menuju pada moral bangsa yg rendah, karena tidak
sesuai dengan idiologi Pancasila yg memiliki dasar ke Tuhanan dan telah
dilanggar dengan pemikiran-pemikiran liberalis yang bebas
mendefinisikan makna ke Tuhanan dan kebebasan menjalankan ibadah
sesuai dengan pemikiran-pemikiran yg liberal yaitu berdasarkan hasil
pemikiran individu atau kelompok dan bukan berdasarkan aturan hukum
ke Tuhanan yang diajarkan oleh suatu agama. Terutama perubahan ini
terlihat sekali memasuki wilayah aturan agama yang dipeluk oleh
mayoritas masyarakat Indonesia yaitu Islam. Kebebasan berfikir dan
mendefinisikan amalan ibadah yang tidak sesuai dengan aturan/hukum
yang sudah ditetapkan dalam ajaran islam ini, nampak jelas sekali sedang
diupayakan untuk dirusak dan di selewengkan dengan mengatas-namakan
toleransi dan hak asasi manusia dalam menjalankan amalan ibadahnya
menurut keyakinannya sendiri dan dari hasil pemikirannya sendiri yang
sudah dipengaruhi oleh gaya pemikiran Liberal yang mengusung
kebebasan tanpa batas dan ini bertentangan sekali dengan norma-norma
agama yang diajarkan pada umumnya dan norma ajaran islam pada
khususnya yang mempunyai batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar
karena dasar keimanan kepada Allah swt.
Pengaruh globalisasi di Indonesia yg sudah didominasi oleh gaya
kapitalis dan pemikiran liberalis secara perlahan sudah berusaha
menggrogoti nilai-nilai ideology Pancasila yang memiliki arti kemanusian
yang adil dan beradab dengan menimbulkan banyak perubahan pada nilai-
nilai kemanusiaan yang beradab kepada nilai pemikiran Liberalis dan
memberikan dampak kemerosotan moral menjadi tidak beradab yaitu
dengan maraknya pornografi dan pornoaksi yang mengatasnamakan seni
dan menungkir balikan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia dengan adat
ketimurannya yang dahulu selalu menjaga nilai kemanusiaan yg beradab,
namun kini pengaruh kapitalis yang mengusung pemikiran liberalis
dengan kebebasan tanpa batas, sesungguhnya sudah menurunkan arti
peradaban bangsa Indonesia yang dahulu selalu dijunjung tinggi menjadi
negara dengan kemerosotan moral yang cukup tajam dan tidak sesuai
dengan Ideologi Pancasila yang menganut faham ke Tuhanan YME yg
seharusnya mengikat tiap-tiap individu masyarakat/bangsa dengan nilai-
nilai ke Tuhanan yang sudah digariskan dalam satu ajaran agama yang
mengikat dengan batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar. Dan gaya
kapitalis dan liberalis sudah melanggar makna kemanusiaan yg beradab
menjadi tidak beradab dengan melokalisir tempat-tempat perjudian dan
perzinahan, dan mulai maraknya satu kelompok yang ingin melegalkan
kaum homoseksual agar diakui keberadaannya di Indonesia, jelas
bertentangan sekali dengan Ideologi Pancasila, khususnya sila ke Tuhanan
YME dan kemanusiaan yg adil dan beradab.
E. Sikap Selektif Terhadap Pengaruh Globalisasi
Kita menyadari bahwa tidak semua kebudayaan barat itu baik dan
cocok untuk bangsa kita. Namun juga tidak semua kebudayaan barat itu
jelek, yang jelek pasti kita tolak (tangkal).
Kita memaklumi bahwa sering kebudayaan yang jelek (misalnya
kebebasan yang negatif dan kekerasan) itu justru yang menarik dan
berkesan dari pada kebudayaan yang baik. Untuk itu diperlukan filter
(penyaring) dengan alat, yaitu nilai-nilai Pancasila, agama, norma-norma
kebudayaan, kepribadian bangsa, dan potensi Pancasila yang ada.
Caranya bagaimana ? Berikut hal-hal yang perlu dilakukan oleh
bangsa kita khususnya para tokoh agama, masyarakat, pendidik, dan
pemimpin.
1. Jika globalisasi itu memberi pengaruh, nilai, dan praktik yang
positif, maka seharusnya menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia
untuk mampu menyerapnya, terutama sekali hal-hal yang tidak
mengalami benturan dengan budaya lokal atau nasional, khususnya
nilai agama. Dengan kata lain, bagaimana agar nilai-nilai positif
yang ada dapat pula dipraktekkan di tengah-tengah masyarakat kita,
seperti budaya disiplin, kebersihan, tanggung jawab, egalitarianisme,
kompetisi, kerja keras, menghargai orang lain, saling membantu,
demokrasi dan semacamnya. Disinilah seharusnya kita mampu
memberi bimbingan ke arah yang lebih baik.
2. Selanjutnya, bagaimana kita mampu memberi
pendidikan kepada anak-anak dan bangsa kita agar mereka tahu nilai
negatifnya yang harus dihindari dan sebaliknya, mengetahui nilai-
nilai yang positif dan bermanfaat untuk bangsanya. Ini berarti
berkaitan dengan banyak aspek termasuk pendidikan, kemauan
politik, hukum, dan contoh dari para pemimpin kita.
3. Menumbuhkan kembali kesadaran akan arti dan tujuan hidup di
dunia. Kita memaklumi bahwa sebagian besar kebudayaan barat
menekankan pada kenikmatan di dunia (hedonisme) yang sifatnya
hanya sementara saja. Jelas hal tersebut bertentangan dengan
landasan agama. Manusia diciptakan di dunia ini dengan sempurna
sebagai hamba Tuhan dan sebagai pengelola bumi. Kita wajib
mengabdi kepada Tuhan untuk memperoleh ridha-Nya, sehingga
keselamatan di dunia dan di akhirat dapat kita raih.
Dengan kesadaran tersebut kita akan sanggup :
a. Mengatur diri, yaitu mengikuti aturan atau pedoman yang benar;
b. Mengekang diri (mengendalikan diri), sehingga tenggang rasa,
rendah hati, dan kejujuran akan terwujud dalam kehidupan ini;
c. Merasakan kenikmatan lahir dan batin yang merupakan
kenikmatan hakiki, yaitu dapat berbuat baik kepada Tuhan Yang
Maha Esa, maupun kepada sesama manusia.
4. Dapat mempertanggung-jawabkan apa yang diperbuat di dunia
Konsep dan praktik tanggung jawab merupakan hal yang serius dan
mendasar. Inilah kelemahan bangsa Indonesia yang belum berhasil
menanamkan ajaran tanggung jawab bagi bangsanya (baik lewat
pendidikan formal, non formal, maupun informal), sehingga yang
tampak sekarang adalah ekses reformasi, bukan keberhasilan
reformasi. Akibat masih melemahnya tanggung jawab (bahkan
mungkin belum tertanam), maka yang tampak adalah kepentingan
pribadi dan kelompok atau golongan. Bahkan banyak terjadi
permainan kotor dan melanggar hukum, hanya demi kepentingan
tersebut.
Adapun tanggung jawab, baik serta formalitas administrasi maupun
yang memiliki konsekuensi di akhirat, tetap menjadi tanggung jawab
pribadi masing-masing. Kita tidak boleh terbawa arus tanpa tujuan
yang pasti, sebab semua akan dituntut dan dimintai pertanggung-
jawaban.
Banyak orang yang tidak menyadari perjalanan hidup ini, sehingga
membuat kerusakan terhadap dirinya sendiri, keluarga atau orang lain,
bahkan terhadap bangsanya. Sebaiknya apa yang kita perbuat tidak
membawa kerugian, melainkan membawa manfaat bagi diri sendiri,
keluarga, maupun orang lain.
F. Aspek-aspek Positif dan Negatif dari Globalisasi
Pengaruh globalisasi harus kita hadapi dan direspons. Ada tiga sikap
dalam merespons globalisasi.
1. Respons dengan sikap anti modernisasi atau anti barat. Kita menolak
semua pengaruh barat. Bahkan ada pandangan ekstrem yang menganggap
kebudayaan barat sebagai musuh.
2. Respons yang menjadikan kebudayaan barat menjadi kiblat dan “role
model” untuk masa depan, bahkan menjadikannya way of life mereka.
3. Respons yang bersikap selektif, artinya tidak secara otomatis menerima
atau menolak kebudayaan barat, mereka dapat menerima kebudayaan
barat selama tidak harus mengorbankan agama, kepribadian, dan
kebudayaan yang ada. Sebaliknya mereka akan menolak kebudayaan
barat yang tidak sesuai dengan kebudayaan yang dimiliki.
Berdasarkan hal tersebut, akhirnya kita dapat menentukan sikap
sebagai berikut :
1. Aspek-aspek positif yang diterima
a. Di bidang sosial budaya
Perkembangan yang demikian cepat dalam ilmu dan teknologi,
terutama di bidang komunikasi, transportasi, dan informasi akan
dapat menebus batas-batas wilayah, budaya dan waktu. Di era
globalisasi ini berarti terjadi pertemuan dan gesekan nilai-nilai sosial
budaya. Melalui proses seleksi nilai-nilai sosial budaya yang positif
wajib kita terima, seperti kerja keras, disiplin, kejujuran,
penghargaan terhadap karya atau kerja orang lain, optimistis,
kemandirian, kesungguhan, tanggung jawab, law enforcement,
ketaatan terhadap aturan, dan nilai-nilai agama. Nilai-nilai yang
diterima akan diserap sehingga memperkaya budaya kita.
b. Di bidang ilmu dan teknologi
Kita menyadari bahwa di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
masih tertinggal jauh dari negara-negara yang telah maju. Justru era
globalisasi ini merupakan peluang baik untuk dapat menyerap ilmu
dan teknologi, sehingga kita akan dapat bersaing (berkompetisi)
dalam menghasilkan barang-barang yang berkualitas dengan harga
murah.
c. Di bidang mental
Sikap mental seperti pasrah, menyerah, ketergantungan, kongkow-
kongkow, dan santai wajib kita ubah menjadi sikap kerja keras,
disiplin dalam segala hal, serta menghargai dan menggunakan waktu
sebaik-baiknya.
Hal tersebut merupakan kunci kemajuan dan keberhasilan dalam
pembangunan bangsa, bangsa yang maju pasti mempunyai sikap
mental tersebut. Sebagai contoh negara Jepang, Korea, Hongkong,
dan Singapura.
d. Di Bidang Ekonomi
Kompetisi atau persaingan bebas adalah kunci, seperti AFTA (Asean
Free Trade Agreement) atau perjanjian kawasan perdagangan bebas
ASEAN yang berlaku di tahun 2003 dan APEC (Asian Pacific
Economy Cooperation) atau kerja sama ekonomi Asia Pasifik yang
berlaku di tahun 2020. Lalu timbul pertanyaan : sudah siapkah kita
menghadapi era liberalisme perdagangan tersebut ? jika sudah,
berarti kita akan tetap survive (hidup) akan dicukupi dari produksi
luar negeri. Akibatnya bangsa kita akan tergantung sepenuhnya pada
bangsa kita.
e. Di Bidang Ideologi (politik)
Salah satu konsekuensi dari era globalisasi adalah keharusan untuk
berhubungan dengan bangsa lain. Kita akan dihadapkan dengan
berbagai ideologi bangsa lain, seperti separatisme. Oleh sebab itu,
harus mempunyai ketahanan ideologi dan kesaktian Pancasila
melalui sejarah. Pancasila merupakan ideologi nasional, pandangan
hidup bangsa (falsafah bangsa), dan dasar negara yang harus
dipertahankan. Sejarah telah membuktikan bahwa menyimpang dari
Pancasila akan membawa bencana bagi bangsa dan negara, seperti
pada tahun 1949 – 1959 (masa liberalisme) dan pada tahun 1959 –
1965 (masa demorasi terpimpin).
f. Di bidang Pertahanan dan Keamanan
Persatuan dan kesatuan akan membawa kejayaan bangsa, sebaliknya
perpecahan akan membawa kehancuran terhadap negara ini.
Persatuan dan kesatuan akan membawa rasa aman, damai, tentram
dan sejahtera. Banyak faktor di era globalisasi yang akan
menimbulkan benturan dan gesekan dengan budaya lain, seperti
individualistis, sekularisme, dan gaya hidup serba bebas (dalam arti
negatif). Oleh sebab itu kita harus waspada, kita harus dapat
mengatasi setiap hambatan, ancaman, gangguan, dan tantangan.
2. Aspek-aspek Negatif yang wajib ditolak
Kita telah masuk pada era globalisasi, dimana dunia seolah-olah tidak
memiliki lagi batas-batas wilayah, waktu dan budaya. Apa yang terjadi di
sana, terjadi juga di sini dalam waktu yang sama dan tidak ada sensor. Kita
dihadapkan pada suatu pilihan, menerima atau menolak. Dalam
menentukan pilihan wajib mempunyai filter (penyaring), yaitu agama
(iman), Pancasila, norma-norma budaya, dan kepribadian bangsa. Apabila
tidak, maka nilai-nilai kemaksiatan akan masuk dan merusak bangsa kita.
1) Di bidang sosial budaya
Dalam era globalisasi pergesekan dan saling mempengaruhi antar nilai
budaya tidak mungkin dihindari. Apabila kita bertahan, maka akan
menimbulkan sikap isolasi, ketertutupan, eksklusif, dan inferior (rasa
rendah diri). Tetapi apabila kita berperan aktif berarti akan
menghasilkan keterbukaan dan rasa lebih. Paling tidak kita dapat
bersikap akomodatif terhadap hal-hal yang masih bisa ditolerir.
Kita harus waspada karena imperialisme budaya jauh lebih berbahaya,
akibat prosesnya yang lama dan apabila sudah termakan akan
menghilangkan nilai-nilai dan identitas bangsa.
2) Di bidang ilmu dan teknologi
Kita menyadari ilmu dan teknologi dari dunia barat memang lebih
maju daripada yang kita miliki. Namun kita harus selektif, apakah ilmu
dan teknologi itu sesuai dengan norma-norma, kondisi, dan situasi
bangsa kita. Misalnya apakah penerapannya akan berdampak negatif
terhadap lingkungan dan menimbulkan pengangguran? Semua itu
perlu pengkajian lebih lanjut.
3) Di bidang mental
Gaya hidup kebarat-baratan wajib kita tolak, meskipun dikatakan
“modern”, seperti pengaruh model pakaian, rambut, makanan, dan
minuman tanpa memperhatikan yang halal atau yang haram.
4) Di bidang ekonomi
Salah satu ciri era globalisasi adalah adanya kompetisi (persaingan)
secara sehat, artinya berdasarkan peraturan yang berlaku. Kompetisi
dapat berlaku dalam kualitas, harga (murah), dan pelayanan (cepat,
tepat, dan sopan). Dengan kompetisi akan terjadi pengelompokan
perusahaan, yang kuat dan baik tetap hidup, yang lemah dan tidak baik
akan mati (gulung tikar). Terjadilah kesenjangan ekonomi dan sosial
yang semakin lebar dan dalam, sehingga sistem ekonomi dan sosial
berdasarkan UUD 1945 Pasal 33 tidak mungkin tercapai. Pertanyaan
adalah kemana perekonomian Indonesia akan dibawa dan oleh siapa?
5) Di bidang ideologi politik
pergeseran akan terjadi di bidang ideologi (politik) dalam era
globalisasi, karena maraknya paham-paham lain masuk ke bumi
Indonesia, seperti liberalisme, komunisme, sekularisme,
individualisme, egoisme, dan sebagainya. Semua ideologi asing
tersebut tentu bertentangan dengan ideologi Pancasila yang
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, kekeluargaan, gotong royong,
musyawarah untuk mufakat, dan lain sebagainya.
6) Di bidang pertahanan dan keamanan
Era globalisasi juga membawa budaya kekerasan dan tindakan
kejahatan yang makin meningkat, baik dari segi kualitas maupun
kuantitasnya, sehingga pendidikan agama perlu kita tingkatkan pula.
Pendidikan agama bukan hanya dalam segi pengetahuan, tetapi lebih
menekankan pada pengalaman yang dimulai sejak sedini mungkin.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan diatas dapat saya simpulkan sebagai berikut :
1. Globalisasi merupakan suatu tatanan mendunia yang tercipta akibat
adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga unsur-
unsur budaya suatu kelompok masyarakat bisa dikenal dan diterima oleh
kelompok masyarakat lainnya.
2. Globalisasi diambil dari kata globe, yang berarti bola dunia. Globalisasi
merupakan suatu gejala terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi
yang mengikuti sistem nilai dan kaidah yang sama antara masyarakat di
seluruh dunia karena adanya kemajuan transportasi memperlancar
interaksi antar warga dunia.
3. Pengaruh globalisasi yang memberi nilai-nilai positif wajib kita serap,
terutama yang tidak menyebabkan benturan dengan budaya kita, misalnya
disiplin, kerja keras, menghargai orang lain, rasa kemanusiaan, demokrasi.
4. Tidak semuanya pengaruh globalisasi dan modernisasi membawa
keburukan tetapi juga ada sisi praktis yang bisa diambil dari itu.
B. Saran
1. Filter (penyaring) yang paling mendasar adalah kita kembali kepada ajaran
agama. Keimanan dan ketakwaan yang teguh akan menyaring pengaruh
kebudayaan barat dan kebudayaan bangsa lain. Hal ini harus dilakukan
oleh segenap tokoh agama, masyarakat, pendidik dan para pemimpin.
2. Dengan penguasaan Iptek, kita akan tertinggal dari negara-negara maju.
Bahkan kita sejajar/sederajat dalam percaturan internasional.
3. Dengan Iptek akan membawa efisiensi tenaga dan biaya. Alangkah
mahalnya biaya yang harus dikeluarkan bila masih menggunakan cara
tradisional.
4. Dengan Iptek kita semakin sejahtera. Perhatikan di bidang automobil,
elektronika, dan pertanian.
5. Dengan adanya Iptek, kita akan lebih mudah mengoperasikan peralatan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim a. 2011. Globalisasi. http://staff.ui.ac.id/internal/130675257/publikasi/globalisasi.doc. 26 April 2011 pukul 10.11 WIB.
Anonim b. 2011. Modernisasi Terhadap Perubahan Sosial Budaya. http://tokobukuantikdanbekas.com/Lain-Lain/Modernisasi%20terhadap%20perubahan%20sosial%20budaya%20di%20masyarakat.doc. 26 April 2011 10.11 WIB.
Anonim c. 2011. Dampak Globalisasi Terhadap Sosial Budaya. http://images.tsga.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/TTEKHAooCIUAADRKCuE1/Dampak%20Globalisasi%20terhadap%20Sosial%20Budaya.doc?key=tsga:journal:35&nmid=405643662. 26 April 2011 10.20 WIB.
Anonim d. 2011. Perubahan Sosial pada Masyarakat. http://syair79.files.wordpress.com/2009/04/makalah-perubahan-sosial.doc. 26 April 2011 10.20 WIB.
Anonim e. 2011. Pengaruh Globalisasi Terhadap Perubahan Sosial Budaya. http://data.tp.ac.id/dokumen/MAKALAH+PENGARUH+GLOBALISASI+TERHADAP+perubahan+sosial+budaya+BANGSA+DAN+NEGARA. 26 April 2011 10.25 WIB
Azizy, A. Qodri, MA. 2003. Melawan Globalisasi – Reinterpretasi Ajaran Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Mu’in, Idianto. 2005. Sosiologi Jilid III. Jakarta : PT. Erlangga.
Samsudin. 2006. Kewarganegaraan. Surakarta : PT. Widya Duta Grafika.
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi : Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo.
Susanto, Phil, Astrid. 1978. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bandung : Bina Cipta.