22
PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP IDENTITAS NASIONAL BANGSA INDONESIA Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kewarganegaraan Oleh : Hedi Paramita 150510100157 FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP IDENTITAS NASIONAL BANGSA INDONESIA.docx

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP IDENTITAS NASIONAL BANGSA INDONESIA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kewarganegaraan

Oleh :

Hedi Paramita

150510100157

FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

JULI, 2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karuniaNya sehingga tugas makalah yang berjudul Pengaruh Globalisasi terhadap identitas nasional bangsa Indonesia ini dapat terselesaikan.

Saya selaku penyusunmakalah, alhamdulillah dapat menyelesaikan salah satu tugas makalah mata kuliah Kewarganegaraan, makalah inisayaajukan sebagai tugas untuk melaksanakan tugas sebagai mahasiswa.

Sebelumnya saya tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada Prof.Dr.Ir.H.E. Hidayat Salim, MS, selaku dosen mata kuliah kewarganegaraan, serta berbagai pihak yang membantu. Semoga dengan tersusunnya makalah ini, dapat membantu mahasiswa dalam memahami lebih lanjut mengenai Pengaruh dari globalisasi terhadap Identitas Nasional bangsa Indonesia.

Penulismenyadari bahwa penulisan dan penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu adanya masukan, pendapat, maupun kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan. Semoga makalah ini selain dapat menambah informasi juga dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Jatinangor,15 Juni 2014

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah bangsa yang kaya akan nilai-nilai budaya dan sejarah, yang tentunya budaya dan sejarah tersebut mempengaruhi semua aspek kehidupan dan memberikan serta membantu dalam pembentukan pola fikir dan paradigma masyarakat dalam bernegara dan bertanah air.

Globalisasiadalah hal yang terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman, yang merupakan proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek aspek kebudayaan lainnya. Kemajuan infrastruktur transportasi, telekomunikasi, dan teknologi, termasuk kemunculan internet dan telegraf, faktor utama dalam globalisasi yaitu semakin mendorong saling ketergantungan (interdependensi) aktivitas ekonomi dan budaya. Globalisasi merupakan berkembangnya atau majunya aspek tersebut secara global bertujuan untuk memudahkan aktivitas kehidupan manusia.

Banyaknya serapan globalisasi dari luar seperti aksesibilitas internet, berbagai macam pengaruh dari media massa dari budaya luar, apabila tidak dilandasi oleh rasa nasionalisme dan patriotisme yang kuat dari setiap individu sebagai warga negara, hal tersebut dapat mengikis identitas nasional bangsa Indonesia dengan adanya pengaruh dari luar. Arus globalisasi yang sangat kuat akan mempercepat disintegrasi nasional dan mengancam hilangnya jati diri bangsa akibat perkembangan zaman. Sudah hal yang sangat lazim kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari dampak negatif dari arus globalisasi itu. Sehingga diperlukan pembentukan dan menanam kuat karakter bangsa Indonesia seperti rasa nasionalisme dan patriotisme dengan mempertahankan identitas nasional.

1.2 Rumusan Masalah

Dari pernyataan latar belakang masalah tersebut timbul pertanyaan yang akan dibahas, diantaranya adalah :

Pengertian identitas nasional, muatan dan unsur-unsur identitas nasional.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Identitas Nasional

Secara harfiah identitas adalah ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri yang melekat pada sesuatu atau seseorang yang membedakannya dengan yang lain. Pengertian identitas pada hakikatnya merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri yang khas tersebut maka suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupannya (Koento Wibisono, 2005).

Dengan demikian identitas nasional suatu bangsa adalah ciri khas yang dimiliki suatu bangsa yang membedakannya dari bangsa lainnya. Namun demikian proses pembentukan Identitas nasional bukan merupakan sesuatu yang sudah selesai, tetapi sesuatu yang terbuka dan terus berkembang mengikuti perkembangan jaman. Akan terjadi pergeseran nilai dari identitas itu sendiri apabila identitas itu tidak dapat dijaga dan dilestarikan, sehingga mengakibatkan identitas global akan mempengaruhi nilai identitas nasional itu sendiri.

Secara umum terdapat beberapa dimensi yang menjelaskan kekhasan suatu bangsa. Unsur-unsur identitas itu secara normatif, berbentuk sebagai nilai, bahasa, adat istiadat, dan letak geografis.

2.2 Dimensi dalam Identitas Nasional

Beberapa dimensi dalam identitas nasional antara lain:

1. Pola Perilaku

Gambaran pola perilaku yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari, Misalnya : adat istiadat, budaya, dan kebiasaan, ramah tamah, hormat kepada orang tua, dan gotong royong merupakan salah satu identitas nasional yang bersumber dari adat istiadat dan budaya. Semangat masyarakat tentang pola perilaku ini sudah mulai memudar, seiring dengan waktu budaya ramah tamah khas Indonesia serta semangat gotong royong sudah beralih wajah menjadi acuh tak acuh dan individualistis dan materialistis.

2. Lambang

Lambang merupakan sesuatu yang menggambarkan tujuan dan fungsi Negara. Lambang ini biasanya dinyatakan dalam undang-undang, Misalnya : Bendera, bahasa, dan lagu kebangsaan.

3. Alat-alat perlengkapan

Sejumlah perangkat atau alat-alat perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan yang berupa bangunan, peralatan dan teknologi, misalnya bangunan candi, Masjid, Gereja, peralatan manusia seperti pakaian adat, teknologi bercocok tanam dan teknologi transportasi seperti kapal laut, pesawat terbang, dan lainnya.

4. Tujuan yang Ingin dicapai

Identitas yang bersumber dari tujuan ini bersifat dinamis dan tidak tetap seperti budaya unggul, presentasi dalam bidang tertentu. Sebagai sebuah bangsa yang mendiami sebuah Negara, tujuan bersama bangsa Indonesia telah tertuang dalam pembukaan UUD 45, yakni kecerdasan dan kesejahteraan bersama bangsa Indonesia.

2.3 Muatan Unsur-unsur Identitas Nasional

Berikut merupakan muatan unsur-unsur identitas nasional, antara lain :

1. Pandangan hidup Bangsa, Kepribadian Bangsa, Filsafat Pancasila, dan Ideologi Negara.

2. Dasar Negara.

3. Norma Peraturan.

4. Rule of Law (Penegakan Hukum).

5. Hak dan Kewajiban WN, Demokrasi dan HAM.

6. Etika Politik.

7. Geopolitik dan Geostrategi Ketahanan Nasional

2.4 Unsur-unsur Pembentukan Identitas Nasional

Salah satu identitas bangsa Indonesia adalah ia dikenal sebagai sebuah bangsa yang majemuk. Kemajemukan Indonesia dapat dilihat dari sisi sejarah, kebudayaan, suku bangsa, agama dan bahasa.

1. Sejarah

Indonesia adalah Negara yang begitu kaya akan nilai sejarah, itu dapat dibuktikan dari berbagai tulisan pakar tentang sejarah perjuangan dan usaha dalam merebut kemerdekaan. Sejarah juga mencatat, sebelum menjadi sebuah identitas negara bangsa yang Modern, bangsa Indonesia pernah mengalami masa kejayaan yang gemilang. Semangat juang bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah menurut banyak kalangan telah menjadi ciri khas tersendiri bagi bangsa Indonesia yang kemudian menjadi salah satu unsur pembentuk identitas nasional Indonesia.

2. Kebudayaan

Aspek kebudayaan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional meliputi tiga unsur yaitu akal budi, peradaban dan pengetahuan. Akal Budi bangsa Indonesia, misalnya dapat dilihat pada sikap ramah dan santun bangsa Indonesia, sedangkan unsur identitas peradabannya, salah satunya tercermin dari keberadaan dasar negara Pancasila sebagai kompromi nilai-nilai bersama (shared values) bangsa Indonesia yang majemuk, sebagai bangsa maritim, kehandalan bangsa Indonesia dalam pembuatan kapal pinisi di masa lalu merupakan identitas pengetahuan bangsa Indonesia yang tidak memiliki oleh bangsa lain di dunia.

3. Suku Bangsa

Kemajemukan merupakan identitas lain bangsa Indonesia. Namun demikian, lebih dari sekedar kemajemukan yang bersifat alamiah tersebut, tradisi, tradisi bangsa Indonesia untuk hidup bersama dalam kemajemukan merupakan hal lain yang harus terus dikembangkan dan dibudayakan, kemajemukan alamiah bangsa Indonesia dapat dilihat pada keberadaan lebih dari 300 kelompok suku, beragam bahasa, budaya dan keyakinan yang mendiami kepulauan nusantara.

4. Agama

Keanekaragam Agama merupakan identitas lain dari kemajemukan alamiah Indonesia. Menyukuri nikmat kemajemukan pemberian Allah dapat dilakukan dengan salah satunya, sikap dan tindakan untuk tidak memaksakan keyakinan dan tradisi suatu agama, baik mayoritas maupun minoritas atas kelompok lainnya.

5. Bahasa

Bahasa adalah salah satu atribut identitas nasional Indonesia. Sekalipun Indonesia memiliki ribuan bahasa daerah, kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa penghubung (lingua franca) berbagai kelompok etnis yang mendiami kepulauan nusantara memberikan nilai identitas tersendiri bagi bangsa Indonesia.

2.5. Keterkaitan Globalisasi dengan Identitas Nasional

2.5.1 Globalisasi

a. Pengertian globalisasi

Secara umum globalisasi adalah suatu perubahan sosial dalam bentuk semakin bertambahnya keterkaitan antara masyarakat dengan faktor-faktor yang terjadi akibat transkulturisasi dan perkembangan teknologi modern. Istilah globalisasi dapat di terapkan dalam berbagai konteks sosial, budaya, ekonomi, dan sebagainya memahami globalisasi adalah suatu kebutuhan, mengingat majemuknya fenomena tersebut. Menurut Stiglitz sebagaimana dikutip Bahagijo dan Triwinowo (2006), disatu sisi globalisasi menbawa potensi dan akselerasi pertumbuhan ekonomi banyak negara, peningkatan standar hidup serta perluasan akses atas informasi dan teknologi, disisi lain telah membawa kesenjangan utara-selatan serta kemiskinan global.

Globalisasi merupakan fenomena berwajah majemuk, seperti diuraikan Scolte (2000), sebagai mana dikutip Bahagijo dan Triwibowo (2006), bahwa globalisasi sering diidentikkan dengan: 1. Internasionalisasi, yaitu hubungan antarnegara, meluasnya arus perdagangan dan penanaman modal; 2. Liberalisasi, yaitu pencabutan pembatasan-pembatasan pemeritah untuk membuka ekonomi tanpa pagar (borderless world) dalam hambatan perdagangan, pembatasan keluar masuk mata uang, kendali devisa dan ijin masuk suatu negara (visa); 3. Universalisasi, yaitu ragam hidup seperti makanan McDonald, kendaraan, di seluruh pelosok penjuru dunia; 4. Westernisasi atau Amerikanisasi yaitu ragam hidup dan budaya barat atau amerika; 5. De-teroterialisasi, yaitu perubahan-perubahan geografi sehingga ruang sosial dalam perbatasan, tempat dan jarak menjadi berubah.

2.5.2 Pengaruh Globalisasi terhadap identitas nasional

Adanya era Globalisasi dapat berpengaruh terhadap nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Era Globalisasi tersebut mau tidak mau, suka atau tidak suka telah datang dan menggeser nilai-nilai yang telah ada. Nilai-nilai tersebut baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif. Ini semua merupakan ancaman, tantangan dan sekaligus sebagai peluang bagi bangsa Indonesia untuk berkreasi, dan berinovasi di segala aspek kehidupan.

Di era globalisasi pergaulan antar bangsa semakin ketat. Batas antar negara hampir tidak ada artinya, batas wilayah tidak lagi menjadi penghalang. Di dalam pergaulan antar bangsa yang semakin kental itu akan terjadi proses alkulturasi, saling meniru dan saling mempengaruhi antara budaya masing-masing. Yang perlu kita cermati dari proses akulturasi tersebut apakah dapat melunturkan tata nilai yang merupakan jati diri bangsa Indonesia. Lunturnya tata nilai tersebut biasanya ditandai oleh dua faktor yaitu :

1. Semakin menonjolnya sikap individualistis yaitu mengutamakan kepentingan pribadi diatas kepentingan umum, hal ini bertentangan dengan azas gotong-royong.

2. Semakin menonjolnya sikap materialistis yang berarti harkat dan martabat kemanusiaan hanya diukur dari hasil atau keberhasilan seseorang dalam memperoleh kekayaan. Hal ini bisa berakibat bagaimana cara memperolehnya menjadi tidak dipersoalkan lagi. Bila hal ini terjadi berarti etika dan moral telah dikesampingkan.

Arus informasi yang semakin pesat mengakibatkan akses masyarakat terhadap nilai-nilai asing yang negatif semakin besar. Apabila proses ini tidak segera dibendung akan berakibat lebih serius dimana pada puncaknya mereka tidak bangga kepada bangsa dan negaranya, bahkan jika semua ini tidak dapat dibendung maka akan mengganggu ketahanan di segala aspek bahkan mengarah kepada kreditabilitas sebuah ideologi. Sehingga diperlukan revitalisasi pancasila, kpembangunan masing-masing karakter warga negara sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila dan membangun sebuah konsep nasionalisme kebangsaan yang mengarah kepada konsep identitas nasional.

2.5.3 Keterkaitan Globalisasi dengan Identitas Nasional.

Dengan adanya globalisasi, intensitas hubungan masyarakat antara satu negara dengan negara yang lain menjadi semakin tinggi. Dengan demikian kecenderungan munculnya kejahatan yang bersifat transnasional menjadi semakin sering terjadi. Kejahatan-kejahatan tersebut antara lain terkait dengan masalah narkotika, pencucian uang (money laundering), peredaran dokumen keimigrasian palsu dan terorisme. Masalah-masalah tersebut berpengaruh terhadap nilai-nilai budaya bangsa yang selama ini dijunjung tinggi mulai memudar. Hal ini ditunjukkan dengan semakin merajalelanya peredaran narkotika dan psikotropika sehingga sangat merusak kepribadian dan moral bangsa khususnya bagi generasi penerus bangsa. Jika hal tersebut tidak dapat dibendung maka akan mengganggu terhadap ketahanan nasional di segala aspek kehidupan bahkan akan menyebabkan lunturnya nilai-nilai identitas nasional.

2.5.4 Keterkaitan Integrasi Nasional Indonesia dan Identitas Nasional

Masalah integrasi nasional di Indonesia sangat kompleks dan multidimensional. Untuk mewujudkannya diperlukan keadilan, kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah dengan tidak membedakan ras, suku, agama, bahasa dan sebagainya. Sebenarnya upaya membangun keadilan, kesatuan dan persatuan bangsa merupakan bagian dari upaya membangun dan membina stabilitas politik disamping upaya lain seperti banyaknya keterlibatan pemerintah dalam menentukan komposisi dan mekanisme parlemen.

Dengan demikian upaya integrasi nasional dengan strategi yang mantap perlu terus dilakukan agar terwujud integrasi bangsa Indonesia yang diinginkan. Upaya pembangunan dan pembinaan integrasi nasional ini perlu karena pada hakekatnya integrasi nasional tidak lain menunjukkan tingkat kuatnya persatuan dan kesatuan bangsa yang diinginkan. Pada akhirnya persatuan dan kesatuan bangsa inilah yang dapat lebih menjamin terwujudnya negara yang makmur, aman dan tentram. Jika melihat konflik yang terjadi di Aceh, Ambon, Kalimantan Barat dan Papua merupakan cermin dan belum terwujudnya Integrasi Nasional yang diharapkan. Sedangkan kaitannya dengan Identitas Nasional adalah bahwa adanya integrasi nasional dapat menguatkan akar dari Identitas Nasional yang sedang dibangun.

2.5.4 Paham Nasionalisme Kebangsaan

a. Paham Nasionalisme Kebangsaan

Dalam perkembangan peradaban manusia, interaksi sesama manusia berubah menjadi bentuk yang lebih kompleks dan rumit. Dimulai dari tumbuhnya kesadaran untuk menentukan nasib sendiri. Di kalangan bangsa-bangsa yang tertindas kolonialisme dunia, seperti Indonesia salah satunya, hingga melahirkan semangat untuk mandiri dan bebas untuk menentukan masa depannya sendiri. Dalam situasi perjuangan perebutan kemerdekaan, dibutuhkan suatu konsep sebagai dasar pembenaran rasional dari tuntutan terhadap penentuan nasib sendiri yang dapat mengikat keikutsertaan semua orang atas nama sebuah bangsa. Dasar pembenaran tersebut, selanjutnya mengkristal dalam konsep paham ideologi kebangsaan yang biasa disebut dengan nasionalisme. Dari sanalah kemudian lahir konsep-konsep turunannya seperti bangsa (nation), negara (state), dan gabungan keduanya yang menjadi konsep negara-bangsa (nation-state) sebagai komponen-komponen yang membentukIdentitas Nasional atau Kebangsaan.Sehingga dapat dikatakan bahwaPaham Nasionalisme atau Paham Kebangsaanadalahsebuah situasi kejiwaan dimana kesetiaan seseorang secara total diabdikan langsung kepada negara bangsa atas nama sebuah bangsa. Munculnya nasionalisme terbukti sangat efektif sebagai alat perjuangan bersama merebut kemerdekaan dari cengkeraman kolonial. Semangat nasionalisme diharapkan secara efektif oleh para penganutnya dan dipakai sebagai metode perlawanan dan alat identifikasi untuk mengetahui siapa lawan dan kawan.

Secara garis besar terdapat tiga pemikiran besar tentang nasionalisme di Indonesia yang terjadi pada masa sebelum kemerdekaan yaitu paham ke-Islaman, Marxisme dan Nasionalisme Indonesia. Sejalan dengan naiknya pamor Soekarno dengan menjadi Presiden Pertama RI, kecurigaan diantara para tokoh pergerakan yang telah tumbuh di saat-saat menjelang kemerdekaan berkembang menjadi pola ketegangan politik yang lebih permanen antara negara melalui figur nasionalis Soekarno di satu sisi dengan para tokoh yang mewakili pemikiran Islam (sebagai agama terbesar pemeluknya di Indonesia) dan Marxisme di sisi yang lain

b. Paham Nasionalisme Kebangsaan sebagai paham yang mengantarkan pada konsep Identitas Nasional

Paham Nasionalisme atau paham Kebangsaan terbukti sangat efektif sebagai alat perjuangan bersama merebut kemerdekaan dari cengkeraman kolonial. Semangat nasionalisme dihadapkan secara efektif oleh para penganutnya dan dipakai sebagai metode perlawanan, seperti yang disampaikan olehLarry DiamonddanMarc F Plattner,para penganut nasionalisme dunia ketiga secara khas menggunakan retorika anti kolonialisme dan anti imperalisme. Para pengikut nasionalisme tersebut berkeyakinan bahwa persamaan cita-cita yang mereka miliki dapat diwujudkan dalam sebuah identitas politik atau kepentingan bersama dalam bentuk sebuah wadah yang disebut bangsa(nation).Dengan demikian bangsa atau nation merupakan suatu badan wadah yang di dalamnya terhimpun orang-orang yang mempunyai persamaan keyakinan dan persamaan lain yang mereka miliki seperti ras, etnis, agama, bahasa, dan budaya. Unsur persamaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas politik bersama atau untuk menentukan tujuan organisasi politik yang dibangun berdasarkan geopolitik yang terdiri atas populasi, geografis dan pemerintahan yang permanen yang disebut negara atau state.

Nation-stateatau negara-bangsa merupakan sebuah bangsa yang memiliki bangunan politik (political building)seperti ketentuan-ketentuan perbatasan teritorial, pemerintahan yang sah, pengakuan luar negeri dan sebagainya. Munculnya paham nasionalisme atau paham kebangsaan Indonesia tidak bisa dilepaskan dari situasi soisal politik dekade pertama abad ke-20. Pada waktu itu semangat menentang kolonialisme Belanda mulai bermunculan di kalangan pribumi. Cita-cita bersama untuk merebut kemerdekaan menjadi semangat umum di kalangan tokoh-tokoh pergerakan nasional untuk memformulasikan bentuk nasionalisme yang sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia.

Paham Nasionalisme di Indonesia yang disampaikan oleh Soekarno yang disuarakan adalah bukan nasionalisme yang berwatak sempit, tiruan dari Barat, atau berwatakchauvinism.Nasionalisme yang dikembangkan Soekarno bersifat toleran, bercorak ketimuran, dan tidak agresif sebagaimana nasionalisme yang dikembangkan di Eropa. Selain mengungkapkan keyakinan watak nasionalisme yang penuh nilai-nilai kemanusiaan, juga meyakinkan pihak-pihak yang berseberangan pandangan bahwa kelompok nasional dapat bekerja sama dengan kelompok manapun baik golongan Islam maupun Marxis. Sekalipun Soekarno seorang muslim tetapi tidak sekedar mendasarkan pada perjuangan Islam, menurutnya kebijakan ini merupakan pilihan terbaik bagi kemerdekaan maupun bagi masa depan seluruh bangsa Indonesia. Semangat nasionalisme Soekarno tersebut mendapat respon dan dukungan luas dari kalangan intelektual muda didikan barat semisal Syahrir dan Mohammad Hatta yang kemudian semakin berkembang paradigmanya sampai sekarang dengan munculnya konsep Identitas Nasional, sehingga bisa dikatakan bahwa Paham Nasionalisme atau Kebangsaan disini adalah merupakan refleksi dari identitas nasional.

Yang diprihatinkan disini adalah adanya perdebatan panjang tentang paham nasionalisme kebangsaan dimana mereka mempunyai kesepakatan perlunya paham nasionalisme kebangsaan namun dalam konteks yang berbeda mengenai masalah nilai atau watak nasionalisme Indonesia.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Globalisasi selain memberi dampak positif yaitu seperti kemajuan berbagai teknologi yang memudahkan manusia, juga memiliki dampak negatif karena penyebarannya, melalui berbagai media dan pengaruh budaya luar yang mempengaruhi identitas bangsa Indonesia. Pengaruh negatif akibat proses akulturasi tersebut dapat merongrong nilai-nilai yang telah ada di dalam masyarakat kita bahkan dapat mengganggu ketahanan di segala aspek dan mengarah kepada kreditabilitas sebuah ideologi. Sehingga upaya untuk membendung arus globalisasi yang sangat deras tersebut kita harus berupaya untuk menciptakan suatu kondisi (konsepsi) agar ketahanan nasional dapat terjaga. Dengan cara membangun sebuah konsep nasionalisme kebangsaan yang mengarah kepada konsep identitas nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Armawi Armaidy,Geostrategi Indonesia, 2005, Makalah disampaikan pada Kursus Calon Dosen Pendidikan Kewarganegaraan yang diselenggarakan oleh Depdiknas Dirjen Dikti di Jakarta pada tanggal 12-23 Desember 2005

Basri Chaidir, 2005,Pengetahuan Politik dan Strategi,Makalah disampaikan pada Kursus Calon Dosen Pendidikan Kewarganegaraan yang diselenggarakan oleh Depdiknas Dirjen Dikti di Jakarta pada tanggal 12-23 Desember 2005

Darmodiharjo Darji,Pokok-Pokok Filsafat Hukum, 1996, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Dijen Dikti, Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor : 43/Dikti/Kep./2006 tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian di perguruan Tinggi.

Kaelan, 2005,Filsafat Pancasila Sebagai Filsafat Bangsa dan Negara Indonesia, Makalah disampaikan pada Kursus Calon Dosen Pendidikan Kewarganegaraan yang diselenggarakan oleh Depdiknas Dirjen Dikti di Jakarta pada tanggal 12-23 Desember 2005

Laboratorium Pancasila IKIP Malang, 1996,Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi

Mansoer Hamdan,Pembelajaran Berbasisi Kompetisi (Implementasi KBK),Makalah disampaikan pada Kursus Calon Dosen Pendidikan Kewarganegaraan yang diselenggarakan oleh Depdiknas Dirjen Dikti di Jakarta pada tanggal 12-23 Desember 2005

Ruyadi Yadi, 2003,Pendidikan Pancasila,CV Maulana, Bandung.

Sastrapratedja, M, 2001,Pancasila Sebagai Visi dan Referensi Kritik Sosial, Universitas Sanata Dharma, Jokjakarta

Scholte, J.A. 2000. Globalization : A Critical Introduction. London : Macmillan Press LDT.

Setya, Nugraha. 2005. Identitas Nasional Aktualisasi Pengembangannya Melalui Revitalisasi Pancasila. Makalah. SUSCADOS PKn Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta. 13-23 Desember 2005.

Siswomihardjo, Koento Wibisono. 2005. Pancasila sebagai Dasar Etika Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara. Makalah. SUSCADOS PKn Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta. 13-23 Desember 2005.

Soegito AT, 2005,Hak dan Kewajiban Warga Negara,Makalah disampaikan pada Kursus Calon Dosen Pendidikan Kewarganegaraan yang diselenggarakan oleh Depdiknas Dirjen Dikti di Jakarta pada tanggal 12-23 Desember 2005

Soemiarno Slamet,Geopolitik Indonesia,Makalah disampaikan pada Kursus Calon Dosen Pendidikan Kewarganegaraan yang diselenggarakan oleh Depdiknas Dirjen Dikti di Jakarta pada tanggal 12-23 Desember 2005.

Triwibowo, Darmawan & Bahagijo, Sugeng, Mimpi Negara Kesejahteraan,Pustaka LP3ES, Jakarta, 2006

Winataputra, Udin S. 2005. Pendidikan Kewargaegaraan untuk Membangun Masyarakat Demokratis dan Berkeadaban. Makalah. SUSCADOS PKn Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta. 13-23 Desember 2005.