12
PENGARUH IKLIM ORGANISASI TERHADAP MOTIVASI PERUSAHAAN DAN KOMITMEN ORGANISASI SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP CSR (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) (STUDI PADA PT. BAKRIE SUMATERA PLANTATION Tbk. GROUP) OLEH Muh. Saleh Malawat (Dosen Kopertis Wil I SUMUT Dpk. UNA Kisaran - Direktur AMIK Royal Kisaran) Abstrak Kondisi Iklim organisasi, dan komitmen bisnis di lingkungan sekarang menunjukkan tingkat baik karena berada pada rentang rendah ke sangat tinggi. Hal ini berarti bahwa karyawan dan pimpinan memiliki partisipasi yang baik dalam rangka pengembangan perusahaan, struktur organisasi BSP dapat mengakomodir kebutuhan operasional perusahaan, serta penerapan aturan organisasi yang dilakukan dengan proporsional di PT. Bakrie Sumatera Pantation, Tbk., sudah baik. Berdasarkan analisis deskriptif bahwa motivasi menunjukkan hasil yang sangat baik karena masuk kedalam kategori rendah ke sangat tinggi. Hal ini mengisyaratkan bahwa sebagian besar atau mayoritas responden sudah memiliki motivasi yang tinggi. Hal ini menyatakan bahwa adanya supervisory support yang baik dalam perusahaan, sehingga dengan kondisi demikian karyawan merasa termotivasi dalam bekerja. Dan memperlihatkan bahwa penilaian terhadap komitmen menunjukkan hasil yang baik dan masuk kedalam kategori rendah ke tinggi. Kondisi CSR PT. Bakrie Sumatera Pantation, Tbk Sumatera Utara, berdasarkan analisis deskriptif bahwa penilaian terhadap CSR menunjukkan hasil yang baik dan masuk kedalam kategori rendah menuju tinggi. pembinaan kesejahteraan masyarakat dilingkungan PT. Bakrie Sumatera Pantation, Tbk Sumatera Utara, berdasarkan analisis deskriptif bahwa penilaian terhadap pembinaan kesejahteraan masyarakat menunjukkan hasil yang baik yang masuk kedalam kategori rendah menuju sangat tinggi. Pengaruh langsung variabel iklim organisasi terhadap CSR sebesar 5,34% sedangkan pengaruh tidak langsungnya sebesar 9,49% yaitu melalui 2 variabel yang lain yaitu variabel motivasi sebesar 4,56% dan komitmen sebesar 4,94%. Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial baik secara langsung atau tidak langsung dari variabel motivasi terhadap CSR. Pengaruh langsung motivasi terhadap CSR sebesar 10,56% dan pengaruh tidak langsung sebesar 13,08%, yaitu melalui iklim organisasi sebesar 4,56%, komitmen sebesar 8,52%. Kata Kunci :Iklim Organisasi, Motivasi, Komitmen, CSR PENDAHULUAN Perusahaan merupakan investasi dan inovasi yang penting dalam ko-evolusi gen-cultur manusia. Dimana dalam bentuk sekarang sebagai badan hukum, merupakan otonomi dari pemilik dan pengurusnya selalu tidak sempurna. Hal ini disebabkan karena kondisi reformasi yang belm sesuai dengan lakonnya otonomi yang sampai saat ini masih simpang siur mengakibatkan tumpang tindihnya inovasi

PENGARUH IKLIM ORGANISASI TERHADAP MOTIVASI …...tidak langsung dari variabel motivasi terhadap CSR. Pengaruh langsung motivasi terhadap CSR sebesar 10,56% dan pengaruh tidak langsung

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • PENGARUH IKLIM ORGANISASI TERHADAP MOTIVASI PERUSAHAAN

    DAN KOMITMEN ORGANISASI SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP

    CSR (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY)

    (STUDI PADA PT. BAKRIE SUMATERA PLANTATION Tbk. GROUP)

    OLEH

    Muh. Saleh Malawat

    (Dosen Kopertis Wil I SUMUT Dpk. UNA Kisaran - Direktur AMIK Royal Kisaran)

    Abstrak

    Kondisi Iklim organisasi, dan komitmen bisnis di lingkungan sekarang menunjukkan

    tingkat baik karena berada pada rentang rendah ke sangat tinggi. Hal ini berarti bahwa

    karyawan dan pimpinan memiliki partisipasi yang baik dalam rangka pengembangan

    perusahaan, struktur organisasi BSP dapat mengakomodir kebutuhan operasional

    perusahaan, serta penerapan aturan organisasi yang dilakukan dengan proporsional di

    PT. Bakrie Sumatera Pantation, Tbk., sudah baik.

    Berdasarkan analisis deskriptif bahwa motivasi menunjukkan hasil yang

    sangat baik karena masuk kedalam kategori rendah ke sangat tinggi. Hal ini

    mengisyaratkan bahwa sebagian besar atau mayoritas responden sudah memiliki

    motivasi yang tinggi. Hal ini menyatakan bahwa adanya supervisory support yang

    baik dalam perusahaan, sehingga dengan kondisi demikian karyawan merasa

    termotivasi dalam bekerja. Dan memperlihatkan bahwa penilaian terhadap komitmen

    menunjukkan hasil yang baik dan masuk kedalam kategori rendah ke tinggi.

    Kondisi CSR PT. Bakrie Sumatera Pantation, Tbk Sumatera Utara,

    berdasarkan analisis deskriptif bahwa penilaian terhadap CSR menunjukkan hasil

    yang baik dan masuk kedalam kategori rendah menuju tinggi. pembinaan

    kesejahteraan masyarakat dilingkungan PT. Bakrie Sumatera Pantation, Tbk

    Sumatera Utara, berdasarkan analisis deskriptif bahwa penilaian terhadap pembinaan

    kesejahteraan masyarakat menunjukkan hasil yang baik yang masuk kedalam

    kategori rendah menuju sangat tinggi. Pengaruh langsung variabel iklim organisasi

    terhadap CSR sebesar 5,34% sedangkan pengaruh tidak langsungnya sebesar 9,49%

    yaitu melalui 2 variabel yang lain yaitu variabel motivasi sebesar 4,56% dan

    komitmen sebesar 4,94%.

    Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial baik secara langsung atau

    tidak langsung dari variabel motivasi terhadap CSR. Pengaruh langsung motivasi

    terhadap CSR sebesar 10,56% dan pengaruh tidak langsung sebesar 13,08%, yaitu

    melalui iklim organisasi sebesar 4,56%, komitmen sebesar 8,52%.

    Kata Kunci :Iklim Organisasi, Motivasi, Komitmen, CSR

    PENDAHULUAN

    Perusahaan merupakan investasi dan inovasi yang penting dalam ko-evolusi

    gen-cultur manusia. Dimana dalam bentuk sekarang sebagai badan hukum,

    merupakan otonomi dari pemilik dan pengurusnya selalu tidak sempurna. Hal ini

    disebabkan karena kondisi reformasi yang belm sesuai dengan lakonnya otonomi

    yang sampai saat ini masih simpang siur mengakibatkan tumpang tindihnya inovasi

  • bagi organisasi atau perusahaan yang cerdas senantiasa bermanfaat sebagai sumber

    daya dari keunggulan potensi sumberdaya yang ada sehingga mengakibatkan

    terjadinya ketidakpastian. Kemampuan SDM yang menentukan arah dan kebijakan

    disebabkan oleh sumberdaya manusia yang serba kekurangan. Dengan demikian

    dapat menyebabkan target produksi perusahaan tidak tercapai sesuai planning

    program.

    Konsep Corporate Social Responsibility dipandang sebagai salah satu strategi

    komunikasi antara perusahaan dengan publiknya dan bagian dari tugas Public

    Relations untuk mengabdi pada kepentingan publik.

    Seiring dengan peradaban modern eksistensi suatu perusahaan atau dunia

    usaha terus menjadi sorotan. Salah satu isu penting yang masih terus menjadi

    perhatian dunia usaha hingga saat ini adalah soal tanggung jawab sosial perusahaan

    (Corporate Social Responsibility) yang disingkat CSR. Sebagai bagian dari

    konfigurasi hubungan antara dunia bisnis dan masyarakat, persoalan tanggung jawab

    sosial perusahaan mengalami rumusan konseptual yang terus berubah, sejalan

    dengan perkembangan yang dialami oleh dunia usaha itu sendiri.

    CSR pertama kali muncul dalam diskursus resmi-akademik sejak hadirnya

    tulisan Howard Bowen, Social Responsibility of the Businessmen tahun 1953 (Harper

    and Row, New York). CSR yang dimaksudkan Bowen mengacu kewajiban pelaku

    bisnis untuk membuat dan melaksanakan kebijakan, keputusan, dan berbagai

    tindakan yang harus mengikuti tujuan dan nilai-nilai dalam suatu masyarakat.

    Singkatnya, konsep CSR mengandung makna, perusahaan atau pelaku bisnis

    umumnya memiliki tanggung jawab yang meliputi tanggung jawab legal, ekonomi,

    etis, dan lingkungan. Lebih khusus lagi, CSR menekankan aspek etis dan sosial dari

    perilaku korporasi, seperti etika bisnis, kepatuhan pada hukum, pencegahan

    penyalahgunaan kekuasaan dan pencaplokan hak milik masyarakat, praktik tenaga

    kerja yang manusiawi, hak asasi manusia, keamanan dan kesehatan, perlindungan

    konsumen, sumbangan sosial, standar-standar pelimpahan kerja dan barang, serta

    operasi antar negara.Wacana CSR semakin terasa dengan diterbitkannya buku "Silent

    Spring" karangan Rachel Carson yang membahas pertama kalinya tentang persoalan

    lingkungan dalam tataran global. Karyanya menyadarkan bahwa tingkah laku

    korporasi mesti dicermati sebelum berdampak menuju kehancuran. Dalam The future

    Capitalism yang ditulis Lester Thurow tahun 1966. Menurutnya, kapitalisme-yang

    menjadi mainstream saat itu tidak hanya berkutat pada masalah ekonomi, namun

    juga memasukkan unsur sosial dan lingkungan yang menjadi basis apa yang nantinya

    disebut sustainable society.

    TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

    Manajemen

    Pada mulanya manajemen belum dapat dikatakan sebagai teori karena teori

    harus terdiri atas konsep-konsep yang secara sistematis dapat menjelaskan dan

    meramalkan apa yang akan terjadi dan membuktikan ramalan itu berdasarkan

    penelitian. Setelah beberapa zaman dipelajari manajemen telah memenuhi

    persyaratan sebagai bidang pengetahuan yang secara sistematis berusaha mamahami

    mengapa dan bagaimana orang-orang bekerja sama.

    Evolusi konsep, ide, dan pemikiran manajemen bermula pada 5.000 tahun

    sebelum Masehi di Mesir, Pada waktu itu, orang menggunakan catatan tertulis untuk

    perdagangan dan pemerintahan. Pada 300 SM- 300 Masehi masyarakat Roma

  • memanfaatkan komunikasi efektif dan pengendalian terpusat untuk keefektifan dan

    keefisienan. Tahun 1500, Machiaveli membuat pedoman pemanfaatan kekuasaan.

    Tahun 1776, Adam Smith menyatakan tentang pembagian kerja titik kunci badan

    usaha, kemudian tahun 1841 – 1925, Henry Fayol mengemukakan pentingnya

    administrasi.

    Organisasi

    Telah banyak definisi tentang organisasi yang dikemukakan para ahli

    diantaranya adalah Robbins (2008) yang menyatakan bahwa Organisasi adalah

    satuan sosial yang terkoordinasi secara sadar, terdiri dari dua orang atau lebih yang

    berfungsi atas dasar yang relatif kontiniu untuk mencapai suatu tujuan atau

    serangkain tujuan bersama). Organisasi adalah suatu sistem yang terdiri dari pola

    aktivitas kerja sama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang oleh

    sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan (Gito sudarmo,dkk :2007 dalam

    Sopiah (2008: 2).

    Organisasi merupakan suatu sistem

    Sistem adalah suatu integrasi elemen-elemen yang semuanya bekerja sama

    untuk mencapai suatu tujuan .Semua sistem mencakup tiga unsur utama, yaitu input,

    transformasi dan output. Sistem itu ada dua yaitu sistem yang tertutup dan sistem

    yang terbuka. Dimana sistem yang tertutup adalah sistem yang dapat mengendalikan

    operasinya sendiri sedangkan sistem terbuka adalah sistem yang tidak memilki

    kemampuan untuk mengendalikan dirinya sendiri.

    Organisasi adalah sistem yang terbuka dimana organisasi berinteraksi dengan

    lingkungannya. Faktor ekonomi, politik, hukum, sosial, budaya, alam, teknologi,

    informasi dan penduduk adalah faktor-faktor lingkungan yang memberikan

    kontribusi terhadap kemajuan atau kegagalan suatu organisasi.

    Tujuan

    Tujuan yang sama merupakan dasar bagi individu-individu untuk bergabung.

    Tujuannya untuk memberikan semangat dan memandu setiap elemen yang ada dalam

    organisasi untuk bergerak dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

    Perilaku manusia dalam organisasi adalah terarah pada tujuan, biasanya

    organisasi mempunyai satu atau lebih tujuan yang sifatnya formal dan dinyatakan

    dengan jelas. Tujuan organisasi yang utama dan strategi yang dipilih untuk mencapai

    tujuan tersebut adalah merupakan hasil dari proses keputusan yang bersifat politis.

    Lingkungan luar dapat mempengaruhi tujuan organisasi atau mengganggu

    kemantapan siklus masukan-transformasi-keluaran (Suryana Sumantri, 2007 : 9).

    Iklim Organisasi

    Robbins (1994:4) mengemukakan bahwa suatu organisasi merupakan

    kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan suatu batasan yang relatif

    dapat diidentifikasi, relatif bekerja terus menerus untuk mencapai suatu tujuan atau

    sekelompok tujuan. Batasan yang terakhir ini mengisyaratkan bahwa organisasi

    memiliki kriteria: 1) kesatuan sosial, 2) dikoordinasikan secara sadar, 3) memiliki

    batasan yang relatif dapat diidentifikasi, 4) bekerja yang secara relatif dilakukan

    secara terus-menerus, dan 5) mencapai suatu tujuan atau sekelompok tujuan.

  • Organisasi dapat dinyatakan pula sebagai sekumpulan orang-orang yang bekerja

    bersama-sama dalam suatu wahana yang terstruktur dan teratur untuk mencapai

    seperangkat tujuan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa organisasi sebagai

    kumpulan unit atau subsistem yang saling terkait, dan menyatu sebagai wahana

    untuk mencapai tujuan yang sama.

    Secara umum iklim organisasi diartikan sebagai persepsi terhadap lingkungan

    organisasi baik secara individu maupun kelompok (Patterson, 2004).

    Karakteristik organisasi dijabarkan dalam kepribadian organisasi dan

    pengaruhnya terhadap motivasi dan tingkah laku dari anggota dalam suatu

    organisasi. Iklim organisasi adalah hasil dari interaksi antar struktur organisasi,

    sistem, budaya, tingkah laku pimpinan dan kebutuhan-kebutuhan psikologis

    karyawan (Pareek dalam Sivastav, 2006:125). Definisi lain dikemukakan oleh Moran

    & Volkwein (1992:20); Koys & DeCotiis (1991); De Witte & De Cock (1986);

    James & Jones dalam McMurray, et al. (2004:474) yang mendefinisikan iklim

    organisasi sebagai sebagai persepsi kolektif anggota organisasi tentang

    organisasinya dengan memperhatikan dimensi-dimensi seperti otonomi, kepercayaan

    (trust), kekompakan (cohesiveness), dukungan (support), pengenalan (recognition),

    inovasi (innovation) dan kewajaran (fairness).

    Luthans (1995:496-511) menyatakan bahwa iklim organisasi dapat dilihat

    dari budaya organisasi karena di dalam budaya organisasi dibicarakan hal-hal yang

    mencakup: a) perubahan organisasi, b) karakteristik organisasi, c) kreasi, d) contoh-

    contoh budaya organisasi dan memelihara/menjaga organisasi, e) prinsip-prinsip

    organisasi dan tipe-tipe organisasi. Budaya organisasi dapat dibentuk oleh mereka

    yang terlibat dengan organisasi (pemilik, pemimpin dan karyawan) dengan mengacu

    pada etika organisasi, peraturan kerja, dan struktur organisasi.

    Dukungan dan fasilitas

    Meliputi perencanaan dan koordinasi kerja, penekanan terhadap tujuan

    organisasi, keterbukaan dan kepedulian organisasi terhadap masalah dan kebutuhan

    karyawan serta kepercayaan dan umpan balik yang diberikan oleh organisasi

    kepada karyawan kesemuaanya ini merupakan kebijakan yang melahirkan komitmen

    demi mendukung program CSR pada perusahaan dimaksud serta yang di

    implimentasikan melalui semangat kerja, serta kerjasama dengan berbagai pihak

    dengan upaya untuk memperkecil tingkat kontraversi.

    Pengakuan dan penghargaan yang adil

    Menekankan pada pengakuan atas usaha dan kontribusi yang sudah diberikan

    karyawan terhadap organisasi serta keadilan dalam pemberian penghargaan atau

    imbalan. Keadilan kompensasi diukur dari persepsi karyawan tentang keadilan

    terhadap imbalan yang diterimanya dalam organisasi sebagai penghargaan atas

    pekerjaan yang telah dilakukan, yang dapat dinilai dengan uang dan mempuyai

    kecenderungan diberikan secara tetap. Gaji atau imbalan yang layak merupakan salah

    satu wujud pengakuan dan penghargaan terhadap kontribusi karyawan dan

    sejauhmana organisasi memperhatikan kesejahteraan individu dan peduli terhadap

    kebutuhan individu.

  • Motivasi

    Motivasi adalah hasil dari interaksi antara individu dengan situasi. Setiap

    individu memiliki pembangkit motivasi dasar dan tingkat motivasi yang berbeda-

    beda, di dalam waktu yang berbeda pula. Adapun definisi motivasi itu sendiri

    menurut Stephen P. Robbins adalah sebuah proses yang mempengaruhi intensitas,

    arah, dan ketekunan berusaha individu kearah pencapaian tujuan. (2001:155).

    Berbicara tentang motivasi maka kita harus membahas tentang teori-teori

    motivasi terlebih dahulu. Menurut Stephen P. Robbins teori motivasi terbagi kedalam

    dua kategori yaitu Teori-teori Awal Motivasi (Early Theories of Motivation) dan

    Teori-teori Kontemporer Motivasi (Contemporary Theories of Motivation). Yang

    termasuk kedalam Teori-teori Awal Motivasi adalah Teori Hierarki Kebutuhan

    Maslow, Teori X & Y McGregor, Teori Z dari William Ouchi, dan Teori Dua Faktor

    dari Herzberg. Sedangkan yang termasuk ke dalam Teori-teori Kontemporer

    Motivasi adalah Teori ERG dari Alderfer, Teori Kebutuhan dari McClelland, Teori

    Evaluasi Kognitif, Teori Penetapan Tujuan Edwin Locke, Teori Penguatan, Teori

    Keadilan dari Adam, dan Teori Pengharapan dari Vroom. (2001:156)

    Teori-teori Kontemporer Motivasi bukanlah teori-teori tentang motivasi yang

    baru dikembangkan, melainkan teori-teori yang menggambarkan bentuk terkini dari

    seni yang menjelaskan motivasi karyawan. (Stephen P. Robbins, 2001: 160) Salah

    satu teori Kontemporer Motivasi yang banyak mendapat dukungan kuat dari riset-

    riset akademik dan para manajer adalah Teori Penetapan Tujuan (Goal Setting

    Theory), yaitu sebuah teori tentang motivasi yang berdasarkan kepada observasi

    sederhana terhadap perilaku manusia bahwa orang-orang bertindak berdasarkan

    tujuan.

    Motivasi merupakan hal yang sangat penting dan harus dimulai oleh setiap

    orang dalam rangka meningkatkan produktivitas kerjanya. Motivasi berasal dari

    bahasa latin ”Movere”, yang berarti bergerak (to move). Pada hakekatnya perilaku

    manusia dimotivasi oleh keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang merupakan

    tujuan dari kegiatan. Arti dari motivasi adalah sebagai kebutuhan, keinginan,

    dorongan, gerak hati diri seseorang. Sedangkan Reksohadiprojo dan Handoko (1996)

    mendefinisikan bahwa motivasia dalah keadaan dalam diri pribadi seseorang yang

    mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna

    mencapai suatu tujuan.

    Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah

    semangat atau dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu

    guna mencapai suatu tujuan yang dapat berpengaruh positif dalam mencapai kinerja.

    Komitmen

    Pengertian komitmen Kerja (organizational commitment) belum mempunyai

    pengertian yang utuh dan definisi yang baik. Angle dan Perry (1981) membuat

    rangkuman pengertian commitment dengan definisi yang komprehensif berdasarkan

    banyak studi terdahulu yang relevan, misalnya:

    a. Kanter (1968): menjelaskan tentang bermacam-macam fakta/gejala sebagai

    keinginan kuat seseorang anggota untuk memberikan kemampuan dan

    loyaltinya kepada sistem sosial/organisasi.

    b. Kiesler (1971) dan Salancik (1977): kesabaran/kepedulian ataspilihan yang

    tidak mungkin atas identiti sosial yang berbeda-bedaatau menolak suatu

    harapan khusus karena takut hukuman.

  • Lebih lanjut keanekaragaman arti dan dua pengertian dari konsep komitmen

    organisasi itu lebih baik untuk mengukur tingkah laku manusia dalam organisasi

    (Crewson, 1997; Steers & Porter, 1983).

    Komitmen Organisasi mencerminkan bagaimana seorang individu

    mengidentifikasikan dirinya dengan organisasi dan terikat dengan tujuan-tujuannya.

    Jerald Greenberg ( 2003:160) mendefinisikan, komitmen organisasi sejauh mana

    seorang individu mengidentifikasi dan terlibat dengan organisasi nya dan / atau tidak

    bersedia untuk meninggalkannya.

    Sejalan dengan pendapat di atas, Fred Luthans (2005:217) mendefinisikan

    komitmen organisasi sebagai : (1) suatu keinginan yang kuat untuk tetap menjadi

    anggota organisasi, (2) kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin untuk kepentingan

    organisasi, dan (3) kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap, nilai-nilai dan

    tujuan organisasi.

    Robbins & Judge (2007:100) mengatakan bahwa komitmen Organisasi

    adalah sebagai suatu keadaan dimana seorang karyawan memihak organisasi tertentu

    serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam

    organisasi tersebut. Dari sekian banyak definisi, berdasarkan hasil studi meta analisis

    terhadap beberapa penelitian yang pernah dilakukan para ahli.

    Sebagaimana dikemukakan dalam literatur-literatur yang telah ditelaah,

    komitmen organisasi dideskripsikan dalam dua tipe yaitu komitmen affective dan

    komitmen continuance. Penelitian sebelumnya melibatkan komitmen organisasi

    yang fokus pada komitmen afektif (Nouri dan Parker, 1998; Quirin et al., 2001

    dalam Ahmad dan Fatima., 2008).

    Dengan demikian, pada penelitian selanjutnya, termasuk pada penelitian ini

    juga menguji pengaruh komitmen afektif terhadap hubungan partisipasi anggaran

    dan kinerja. Komitmen affective didefinisikan sebagai kesediaan melakukan upaya

    secara terus-menerus untuk mencapai kesuksesan organisasi.

    Dari paparan di atas tampak jelas, pemahaman para ahli terhadap konstruk

    komitmen Organisasi semuanya sependapat bahwa, komitmen Organisasi dipandang

    sebagai suatu sikap yang dicirikan oleh : (1) keyakinan dan penerimaan terhadap

    nilai-nilai dan tujuan organisasi, (2) keinginan untuk memajukan organisasi, dan (3)

    keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi.

    Permasalahan komitmen Organisasi dosen telah menjadi isu kritis bersamaan

    dengan kuatnya arus informasi global, dimana lembaga pendidikan dituntut untuk

    menyesuaikan diri dengan lingkungan bisnis eksternal dan internal yang selalu

    berubah, manajemen baru, dapat saja terbentuk setiap saat, karyawan-karyawan baru,

    pekerjaan-pekerjaan baru, peluang-peluang baru serta ancaman-ancaman baru yang

    kesemuanya terus bermunculan.

    Menurut Jerald Grennberg (2003:161) dalam mengukur komponen komitmen

    Organisasi dengan menggunakan tiga jenis komponen yaitu :

    (1) Continuance commitment: the strength of a person's desire to continue

    working for an organization because he or she needs to do so and cannot

    afford to leave.

    (2) Affective commitment: the strength of a person's desire to work for an

    orgazation because he or she agrees with its underlying goals and value.

    (3) Normative commitment: the strength of a person's desire to continue working

    for an organization because he or she feels obligations from others to remain

    there.

  • Ketiga jenis komponen komitmen Organisasi di ilustrasikan sebagai berikut :

    Gambar : 1

    Komponen Komitmen Organisasi

    Sumber : Jerald Greenberg (2003:162)

    Corporate Social Responsibility (CSR)

    Ide mengenai tanggungjawab Sosial Perusahaan yang lebih dikenal dengan

    istilah Corporate Social Responsibility (CSR) saat ini menjadi salah satu pembahasan

    yang sedang tren baik di masyarakat umum, kalangan akademisi, dan tentu saja para

    pelaku bisnis. Terlebih sejak diberlakukannya Undang Undang Perseroan Terbatas

    Nomor 40 tahun 2007 dimana termaktub mengenai kewajiban perusahaan untuk

    melakukan kegiatan CSR. Bahkan untuk memperoleh ISO 26000 yang akan

    diberlakukan tahun 2009 yang akan datang CSR adalah syarat mutlak yang harus

    dipenuhi sehingga ISO 26000 ini disebut pula sebagai ISO social responsibility.

    Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) mulai diperkenalkan oleh

    Bowen pada tahun 1953 dalam sebuah karya seminarnya mengenai tanggung jawab

    sosial pengusaha.

    Lebih jauh, Garriga dan Mele (2004) melakukan pemetaan teori-teori dan

    konsep-konsep mengenai CSR. Dalam kesimpulannya Garriga dan Mele (2004)

    menjelaskan bahwa CSR mempunyai fokus pada empat aspek utama yakni pertama,

    mencapai tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang berkelanjutan; kedua,

    menggunakan kekuatan bisnis secara bertanggung jawab; ketiga, mengintegrasikan

    kebutuhan-kebutuhan sosial dan; keempat berkontribusi ke dalam masyarakat

    dengan melakukan hal-hal yang beretika. Dengan demikian, menurut Garriga dan

    Mele (2004) teori-teori CSR secara praktis dapat digolongkan ke dalam empat

    kelompok teori yang berdimensi profit, politis, sosial dan nilai-nilai etis.

    Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang

    disebut Sustainability Reporting. Sustainability Reporting adalah pelaporan

    mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi

    dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable

    development). Sustainability Reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi,

    ORGANIZATIONAL COMMITMENT

  • lingkungan dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi (ACCA, 2004 dalam

    Anggraini, 2006). Sustainabilityreport harus menjadi dokumen strategik yang

    berlevel tinggi yang menempatkan isu, tantangan dan peluang Sustainability

    Development yang membawanya menuju kepada core business dan sektor

    industrinya.

    Intinya bahwa CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya

    untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan pula untuk

    pembangunan sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga, dan

    berkelanjutan.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil pengolahan dengan menggunakan menggunakan program lisrel dapat

    menggambarkan diagram jalur juga menghasilkan analisis pengaruh.

    Sumber : Hasil Analisis LISREL, 2013

    Gambar 2

    Analisis Konfirmatory (CFA)

    Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Motivasi Perusahaan

    Adapun persamaan regresinya sebagai berikut :

    Y1 = 0.799*X, Errorvar.= 0.361 , R² = 0.639

    (0.0886) (0.0837)

    9.021 4.310

    Berdasarkan pada persamaan struktur diatas dan persamaan sub-struktur 1

    dapat dijelaskan bahwa koefisien jalur variabel iklim organisasi terhadap motivasi

    perusahaan menunjukan hasil bahwa koefisien jalur iklim organisasi terhadap

    motivasi perusahaan sebesar 0,799, artinya jika iklim organisasi meningkat maka

    motivasi perusahaan akan meningkat sebesar 0,799, atau iklim organisasi akan

    memberikan kontribusi terhadap motivasi perusahaan sebesar 0,799

    Adapun besaran pengaruh total (koefisien determinasi) iklim organisasi

    terhadap motivasi perusahaan dinyatakan oleh besaran koefisien determinasi yang

    besarnya adalah 63,9% sedangkan pengaruh variabel lain di luar model adalah

    sebesar 36,1%.

    Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Komitmen Organisasional

  • Adapun persamaan regresinya sebagai berikut :

    Y2 = 0.845*X, Errorvar.= 0.286 , R² = 0.714

    (0.0874) (0.0739)

    9.667 3.874

    Berdasarkan pada persamaan struktur diatas dan persamaan sub-struktur 2

    dapat dijelaskan bahwa koefisien jalur variabel iklim organisasi terhadap komitmen

    organisasional menunjukan hasil bahwa koefisien jalur iklim organisasi terhadap

    komitmen organisasional sebesar 0,845, artinya jika iklim organisasi meningkat

    maka komitmen organisasional akan meningkat sebesar 0,845, atau iklim organisasi

    akan memberikan kontribusi terhadap komitmen organisasional sebesar 0,845

    Adapun besaran pengaruh total (koefisien determinasi) iklim organisasi

    terhadap komitmen organisasional dinyatakan oleh besaran koefisien determinasi

    yang besarnya adalah 71,4% sedangkan pengaruh variabel lain di luar model adalah

    sebesar 28,6%.

    Pengaruh Motivasi Perusahaan dan Komitmen Organisasional terhadap CSR Adapun persamaan regresinya sebagai berikut :

    Z = 0.408*Y1 + 0.563*Y2, Errorvar.= 0.206 , R² = 0.794

    (0.108) (0.112) (0.0837)

    3.778 5.007 2.463

    Berdasarkan pada persamaan struktur di atas dan persamaan sub-struktur 3

    dapat dijelaskan bahwa koefisien jalur variabel independent terhadap dependen

    sebagai berikut :

    1. Untuk koefisien jalur motivasi perusahaan terhadap CSR sebesar 0,408,

    artinya jika motivasi perusahaan meningkat maka CSR meningkat sebesar

    0,408, atau motivasi perusahaan akan memberikan kontribusi terhadap

    peningkatan CSR sebesar 0,408.

    2. Untuk koefisien jalur komitmen organisasional terhadap CSR sebesar 0,563,

    artinya jika komitmen organisasional meningkat maka CSR meningkat

    sebesar 0,563, atau komitmen organisasional akan memberikan kontribusi

    terhadap peningkatan CSR sebesar 0,563.

    Berdasarkan hasil perhitungan nilai korelasi dan koefisien jalur yang telah

    dilakukan, maka dapat diketahui besarnya pengaruh langsung maupun tidak langsung

    Motivasi Perusahaan dan Komitmen Organisasional terhadap CSR. Adapun hasil

    perhitungan adalah sebagai berikut.

  • Tabel 1.0

    Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Motivasi Perusahaan dan Komitmen

    Organisasional terhadap CSR

    Variabel Pengaruh

    Langsung

    Pengaruh Tidak Langsung

    Melalui

    Total

    Pengaruh

    Tidak

    Langsung

    Pengaruh

    Total Motivasi Komitmen

    Motivasi 16,6% 15,5% 15,5% 32,2%

    Komitmen 31,7% 15,5% 15,5% 47,2%

    Total 48,3% 15,5% 15,5% 31,0% 79,4%

    Sumber : data diolah 2011

    Pengaruh langsung motivasi perusahaan terhadap CSR sebesar 16,6%,

    sedangkan pengaruh tidak langsung melalui komitmen organisasional sebesar 15,5%.

    Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh langsung lebih besar dari pada engaruh tidak

    langsungnya, sehingga dapat diartikan bahwa motivasi perusahaan lebih besar

    mempengaruhi secara langsung terhadap CSR hal ini mengindikasikan bahwa

    dengan motivasi yang tinggi dari perusahaan untuk mengeluarkan dana CSR guna

    menyejahterakan pegawai maupun masyarakat bisa tanpa melalui komitmen. Dengan

    demikian pengaruh motivasi perusahaan terhadap CSR dipengaruhi sebasar 32,2%.

    Pengaruh langsung komitmen organisasional terhadap CSR sebesar 31,7%,

    sedangkan pengaruh tidak langsung melalui motivasi perusahaan sebesar 15,5%. Hal

    ini menunjukkan bahwa pengaruh langsung lebih besar dari pada pengaruh tidak

    langsungnya, sehingga dapat diartikan bahwa komitmen organisasioanl lebih besar

    mempengaruhi secara langsung terhadap CSR hal ini mengindikasikan bahwa

    dengan komitmen merupakan bentuk kepedulian perusahaan terhadap pegawai dan

    masyarakat, dengan mempunyai komitmen yang tinggi maka perusahaan akan

    menyisihkan pendapatannya untuk kepentingan pegawai dan masyarakat sehingga

    mereka akan sejahtera. Dengan demikian pengaruh komitmen organisasiona terhadap

    CSR dipengaruhi sebasar 47,2%.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    1. Kondisi iklim organisasi, motivasi, dan komitmen bisnis masyarakat di

    lingkungan PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. Group.

    a. Berdasarkan rata-rata jawaban responden pada variabel iklim organisasi

    kerja sudah menunjukan tingkat baik, karena berada pada rentang rendah

    kesangat tinggi. Hal ini berarti bahwa karyawan dan pimpinan memiliki

    partisipasi yang baik dalam rangka pengembangan perusahaan, struktur

    organisasi BSP dapat mengakomodir kebutuhan operasional perusahaan,

    serta penerapan aturan organisasi yang dilakukan dengan proporsional di

  • PT. Bakrie Sumatera Pantation, Tbk., sudah baik. Untuk rata-rata

    terkecil diperoleh pernyataan bahwa pemberian reward pada karyawan

    yang berprestasi belum cukup baik.

    b. Berdasarkan pada analisis deskriptif bahwa motivasi menunjukkan hasil

    yang sangat baik karena masuk kedalam kategori rendah ke sangat

    tinggi. Hal ini mengisyaratkan bahwa sebagian besar atau mayoritas

    responden sudah memiliki motivasi yang tinggi. Hal ini menyatakan

    bahwa adanya supervisory support yang baik dalam perusahaan,

    sehingga dengan kondisi demikian karyawan merasa termotivasi dalam

    bekerja. Untuk rata-rata terkecil diperoleh pernyataan bahwa adanya

    dukungan fasilitas dalam rangka pengembangan perusahaan belum

    cukup baik.

    2. Kondisi CSR PT. Bakrie Sumatera Pantation, TbkSumateraUtara,

    berdasarkan analisis deskriptif bahwa penilaianterhadap CSR menunjukkan

    hasil yang baik dan masuk kedalam kategori rendah menuju tinggi. Hal ini

    mengindikasikan bahwa pada diri pimpinan dan karyawan tercipta

    kebanggaan menjadi bagian dari perusahaan. Untuk rata-rata terkecil

    diperoleh pernyataan bahwa kehangatan dalam pekerjaan terbentuk disetiap

    lini perusahaan dinyatakan belum cukup baik.

    3. Kondisi pembinaan kesejahteraan masyarakat dilingkungan PT. Bakrie

    Sumatera Pantation, Tbk Sumatera Utara, berdasarkan analisis deskriptif

    bahwa penilaianterhadap pembinaan kesejahteraan masyarakat menunjukkan

    hasil yang baik yang masuk kedalam kategori rendah menuju sangat tinggi.

    Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan memberikan kontribusi bagi

    pembangunan ekonomi berkelanjutan, menggunakan kekuatan bisnis secara

    bertanggung jawab, angka buta huruf dan angka kematian berkurang seiring

    dilakukannya interfensi perusahaan terhadap kondisi lingkungan masyarakat.

    4. Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial, baik secara langsung atau

    tidak langsung dari variabel iklim organisasi terhadap CSR. Pengaruh

    langsung variabel iklim organisasi terhadap CSR sebesar 5,34% sedangkan

    pengaruh tidak langsungnya sebesar 9,49% yaitu melalui 2 variabel yang

    lain yaitu variabel motivasi sebesar 4,56% dan komitmen sebesar 4,94%.

    5. Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial baik secara langsung atau

    tidak langsung dari variable motivasi terhadap CSR. Pengaruh langsung

    motivasi terhadap CSR sebesar 10,56% dan pengaruh tidak langsung sebesar

    13,08%, yaitu melalui iklim organisasi sebesar 4,56%, komitmen sebesar

    8,52%. Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial baik secara

    langsung atau tidak langsung dari variable komitmen terhadap CSR.

    Pengaruh langsung sebesar 14,52% dan tidak langsungnya sebesar 27,97%,

    yaitu melalui iklim organisasi sebesar 4,94%, dan melalui motivasi 8,52%..

    6. Berdasarkan perhitungan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan secara

    linear antara iklim organisasi, motivasi dan komitmen terhadap CSR, atau

    dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh secara bersama-sama antara iklim

    organisasi, motivasi dan komitmen terhadap CSR sebesar koefisien

    determinasinya sebesar 66,44% dan pengaruh variabel diluar model sebesar

    33,56persen.

  • Saran

    1. Perusahaan diharapkan lebih memperhatikan pemberian reward pada

    karyawan yang berprestasi, agar karyawan dapat merasakan reward atau

    penghargaan yang diberikan oleh perusahaan.

    2. Harus mempertahankan supervisory support yang baik dalam perusahaan.

    3. Perlu dilengkapinya fasilitas guna mengembangkan perusahaan sehingga

    dengan fasilitas yang baik dan lengkap akan sangat mendukung usaha

    pengembangan perusahaan.

    4. Harus diciptakan pandangan yang sama antar karyawan mengenai komitmen

    sehingga semua karyawan dapat memiliki komitmen yang tinggi.

    5. Disarankan kepada perusahaan untuk memberikan kesadaran akan fungsi

    CSR memberikan kontribusi terhadap naiknya angka harapan hidup

    DAFTAR PUSTAKA

    Ali K. Al-Khalifa and S.E. Peterson, 2004, relationship between initial motivation,

    and satisfaction and performance in joint ventures, Europan Journal of

    Marketing, Vol 38, Number1/ 2, 2004.

    Dahli, L. dan Siregar, V. S. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap

    Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa

    Efek Indonesia pada Tahun 2005 dan 2006). Simposium Nasional

    Akuntansi XI. Pontianak.

    David, Fred R., 2001, Concepts of Strategic Management, Eighth Edition, Prentice-

    Hall Inc, New Jersey.

    Goleman, Daniel, 2000, Leadership That Gets Results, Harvard Business Review,

    USA.

    Hunger J. David dan Wheelan Thomas L., 2001, Manajemen Strategis, Edisi

    Pertama, Diterjemahkan oleh Yulianto Agung S., Penerbit Andi, Yogyakarta.

    Kotler, Philip dan Nancy Lee. 2005. Corporate Social Responsibility; Doing the

    Most Good for Your Company and Your Cause. New Jersey; John Wiley &

    Sons, Inc.

    Handoko, T. Hani, 2001, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia,

    Penerbit BPFE, Yogyakarta.

    Luthans, Fred, 2005, Organizational Behavior, Tenth Edition, McGraw-Hill

    Publishing Company, New York, USA.

    Mapisangka, Andi, 2009, Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup

    Masyarakat, JESP Vol. 1, No. 1

    Patricia, Milne, 2007, Motivation, incentives and organisational culture, Journal of

    Knowladge Management, Vol.11, No. 6, 2007

    Priyanto, Susiloadi, 2008, Implementasi Corporate Social Responsibility Untuk

    Mendukung Pembangunan Berkelanjutan, Spirit Publik Volume 4, Nomor

    2.

    Robbins, Stephen P., dan Judge Tomothy A, 2007, Organizational Behavior,

    Twelfth Edition, Preason Prentice Hall., New Jersey, USA.