Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE
GOVERNANCE (GCG) DAN UKURAN PERUSAHAAN
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN BANK UMUM SYARIAH
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Halimatu Sa’diyah
11140820000106
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
ii
PENGARUH IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE
GOVERNANCE (GCG) DAN UKURAN PERUSAHAAN
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN BANK UMUM SYARIAH
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Halimatu Sa’diyah
11140820000106
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing 1
Pembimbing 2
Nur Wachidah, SE., MS. Ak
NIDN. 2005078501
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Kamis, 3 Mei 2018 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa/i:
Nama : Halimatu Sa’diyah
No. Induk Mahasiswa : 11140820000106
Jurusan : Akuntansi
Judul Skripsi : Pengaruh Implementasi Good Corporate
Governance (GCG) dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Nilai Perusahaan Bank Umum Syariah
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan
ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 3 Mei 2018
1. Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA (............................................)
NIP : 19760924 200604 2 002 Penguji I
2. Zuwesty Eka Putri, SE., M.Ak (............................................)
NIP : 19800416 200901 2 006 Penguji II
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Selasa, 27 Agustus 2019 telah dilakukan Uji Skripsi atas mahasiswa/i:
Nama : Halimatu Sa’diyah
No. Induk Mahasiswa : 11140820000106
Jurusan : Akuntansi
Judul Skripsi : Pengaruh Implementasi Good Corporate
Governance (GCG) dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Nilai Perusahaan Bank Umum Syariah
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 29 Agustus 2018
1. Yessi Fitri,SE.,M.Si.,Ak.,CA. (............................................)
NIP : 19760924 200604 2 002 Ketua
2. Dr. Rini, SE, Ak, M.Si, CA (............................................)
NIP : 19760315 200501 2 002 Sekretaris
3. Yusro Rahma, M.Si.
NIP : 19800506 200801 2 016
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Halimatu Sa’diyah
NIM : 11140820000106
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya ilmiah orang lain tanpa menyebutkan
sumber asli atau tanpa menyebut pemilik karya
4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini
Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Agustus 2019
Yang Menyatakan,
(Halimatu Sa’diyah)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
II. PENDIDIKAN
1. SD Perjuangan Terpadu
2. SMP Negeri 9 Depok
3. SMK Ekonomika
4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
:
:
:
:
Tahun 2002 – 2008
Tahun 2008 – 2011
Tahun 2011 – 2014
Tahun 2014 - 2019
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah
2. Ibu
3. Anak ke-
:
:
:
Asmali Enan
Aliyah
Lima dari lima bersaudara
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Marching Band SMK Ekonomika 2011 – 2014
2. Anggota Korps Penegak Disiplin SMK Ekonomika
3. Bendahara Marching Band UIN Jakarta 2016-2018
4. Anggota Divisi Konsumsi Kegiatan Gebyar Lomba Akuntansi
(GALAKSI) 2015
5. Sekertaris KKN AURUM 83 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017
1. Nama
2. Tempat, Tanggal Lahir
3. Jenis Kelamin
4. Alamat
5. Telepon
6. Email
:
:
:
:
:
:
Halimatu Sa’diyah
Depok, 27 Juli 1996
Perempuan
Kp. Grogol RT. 01/01 No. 43, Kel.
Rangkapan Jaya Kec. Pancoran Mas,
Depok.
089609908161
vii
THE EFFECT OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)
IMPLEMENTATION AND FIRM SIZE ON FIRM VALUE OF ISLAMIC
BANKING
ABSTRACT
This study aims to examine the effect of sharia supervisory board, sharia
supervisory board meeting, audit committee, audit committee meeting, risk
monitoring committee, risk monitoring committee meeting, and firm size on firm
value of Islamic bank in Indonesia during the period 2014 – 2018. The sample of
this study was chosen by purposive sampling. Based on the mentioned criteria, 8
companies were selected as the sample of this study. This hypothesis testing in this
study used multiple regression model. The result shows that sharia supervisory
board, audit committee, audit committee meeting, and risk monitoring committee
have an effect on firm value. However, sharia supervisory board meeting, risk
monitoring committee meeting, and firm size have no effect on firm value.
Keywords : good corporate governance, sharia supervisory board, sharia
supervisory board meeting, audit committee, audit committee meeting, risk
monitoring committee, risk monitoring committee meeting, firm size, firm value
viii
PENGARUH IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE
(GCG) DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN BANK UMUM SYARIAH
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dewan pengawas syariah, rapat
dewan pengawas syariah, komite audit, rapat komite audit, komite pemantau risiko,
rapat komite pemantau risiko, dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan
Bank Umum Syariah di Indonesia selama periode 2014-2018. Sampel penelitian ini
dipilih dengan menggunakan purposive sampling. Berdasarkan kriteria tersebut
maka sebanyak 8 perusahaan terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini.
Pengujian hipotesis ini menggunakan model regresi berganda. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dewan pengawas syariah, komite audit, rapat komite audit dan
komite pemantau risiko berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Sedangkan rapat
dewan pengawas syariah, rapat komite pemantau risiko dan ukuran perusahaan
tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Kata kunci : good corporate governance, dewan pengawas syariah, rapat dewan
pengawas syariah, komite audit, rapat komite audit, komite pemantau risiko, rapat
komite pemantau risiko, ukuran perusahaan, nilai perusahaan
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya.
Skripsi dengan judul “Pengaruh Implementasi Good Corporate Governance
(GCG) dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan Bank Umum
Syariah” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Ekonomi pada Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi terutama
kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Asmali dan Ibu Aliyah yang senantiasa
selalu memberikan doa, kasih sayang, dan motivasi yang tiada henti kepada
penulis serta dukungan moril maupun materiil kepada penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
2. Kakak dan kakak ipar penulis, Nur’aini Malik, Agus, Firmansyah, Yanti,
Yusuf, Susi, Dayat dan Lily atas motivasi dan dukungan terhadap penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Bapak Prof. Dr. Amilin, M.Si., Ak., CA., QIA., BKP., CRMP selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.si., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si selaku Sekertaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
6. Ibu Dr. Rini, SE, Ak, M.Si, CA dan Ibu Nur Wachidah, SE., MS. Ak selaku
Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya
untuk membina, memberikan arahan dan pembelajaran serta memberikan
nasihat dan semangat selama menjalankan perkuliahan hingga proses
penulisan skripsi.
7. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA selaku Dosen Pembimbing
Akademik. Terima kasih atas waktu yang diberikan untuk membimbing dan
mengarahkan penulis selama menjadi mahasiswa di Jurusan Akuntansi.
8. Seluruh Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat luas kepada penulis.
Semoga ilmu yang diberikan bisa bermanfaat bagi penulis di kemudian hari.
9. Seluruh staff Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah membantu penulis dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan
lain-lain.
10. M. Fadly S.Hi Rauf yang selalu setia menemani penulis disaat suka maupun
duka, serta memberikan doa, perhatian, dan dukungan yang tiada henti
dalam setiap proses untuk menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih telah
memberikan kebahagiaan dan selalu menjadi yang terbaik.
11. Sahabat-sahabat setia dari awal perkuliahan hingga sekarang Nisrina,
Zavita, Dinda yang selalu membantu penulis dalam perkuliahan dan
menjadi tempat berbagi cerita kehidupan yang penuh drama ini.
Terimakasih telah memberi warna di masa perkuliahan penulis.
12. Sahabat-sahabat penulis “Pelow” Firas, Shiva, Julia, Dinda, Kiki, Yolan,
dan Anggi yang selalu memberi dukungan, menemani dalam suka maupun
duka dan memberikan canda tawa.
13. Asmi Lidya Pradipta Rahayu yang selalu memberikan dukungan, berbagi
ilmu, dan banyak membantu dalam proses pembuatan skripsi ini.
14. Teman-teman Akuntansi angkatan 2014 yang telah memberikan banyak
cerita, berbagi ilmu, dan memberikan banyak insipirasi selama ini.
15. Teman-teman KKN AURUM 83 yang telah memberikan banyak kenangan
dan pembelajaran.
xi
16. Pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini yang tidak
dapat saya sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh.
Jakarta, Agustus 2019
Halimatu Sa’diyah
xii
DAFTAR ISI
COVER
COVER DALAM .......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................ iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ..................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vi
ABSTRACT ..................................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Penelitian ................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 9
xiii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 10
A. Landasan Teori .................................................................................... 10
1. Agency Theory ................................................................................ 10
2. Perbankan Syariah .......................................................................... 11
3. Nilai Perusahaan............................................................................. 15
4. Good Corporate Governance (GCG)............................................. 17
5. Dewan Pengawas Syariah .............................................................. 21
6. Rapat Dewan Pengawas Syariah .................................................... 23
7. Komite Audit .................................................................................. 23
8. Rapat Komite Audit ....................................................................... 25
9. Komite Pemantau Risiko ............................................................... 26
10. Rapat Komite Pemantau Risiko ..................................................... 28
11. Ukuran Perusahaan ......................................................................... 28
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ......................................................... 30
C. Keterkaitan Antar Variabel dan Pengembangan Hipotesis .................. 35
D. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 41
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 43
A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 43
B. Metode Penentuan Sampel .................................................................. 43
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 44
D. Metode Analisis Data .......................................................................... 45
E. Operasional Variabel Penelitian .......................................................... 53
xiv
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 57
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................................... 57
1. Deskripsi Objek Penelitian ............................................................. 57
2. Deskripsi Sampel Penelitian .......................................................... 57
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ............................................................ 59
1. Uji Analisis Statistik Deskriptif ..................................................... 59
2. Uji Asumsi Klasik .......................................................................... 63
a. Hasil Uji Normalitas ................................................................ 63
b. Hasil Uji Multikolinearitas ....................................................... 68
c. Hasil Uji Heterokedastisitas ..................................................... 69
d. Hasil Uji Autokorelasi .............................................................. 72
3. Analisis Hasil Regresi Linear Berganda ........................................ 73
4. Hasil Pengujian Hipotesis .............................................................. 75
C. Pembahasan ......................................................................................... 78
1. Pengaruh Dewan Pengawas Syariah terhadap Nilai Perusahaan ... 78
2. Pengaruh Rapat Dewan Pengawas Syariah terhadap Nilai
Perusahaan ...................................................................................... 80
3. Pengaruh Komite Audit terhadap Nilai Perusahaan ....................... 81
4. Pengaruh Rapat Komite Audit terhadap Nilai Perusahaan ............ 83
5. Pengaruh Komite Pemantau Risiko terhadap Nilai Perusahaan .... 84
6. Pengaruh Rapat Komite Pemantau Risiko terhadap Nilai
Perusahaan ...................................................................................... 85
7. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan ............. 86
xv
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 88
A. Kesimpulan ......................................................................................... 88
B. Saran .................................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 91
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 96
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu .................................................... 30
Tabel 3.1 Definisi Operasional ....................................................................... 54
Tabel 4.1 Kriteria Penentuan Sampel.............................................................. 58
Tabel 4.2 Sampel Data Penelitian .................................................................. 58
Tabel 4.3 Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif ............................................ 59
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas ..................................................................... 65
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier ............................................. 68
Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinearitas............................................................. 69
Tabel 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan White-Test .......................... 70
Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi dengan Run Test ........................................ 73
Tabel 4.9 Hasil Uji Regresi Linear Berganda ............................................... 74
Tabel 4.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi ................................................... 75
Tabel 4.11 Hasil Uji Statistik F ....................................................................... 76
Tabel 4.12 Hasil Uji Statistik t ....................................................................... 77
Tabel 4.13 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis .......................................... 87
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran .................................................................... 41
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Grafik Histogram ....................................... 64
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Grafik Normal P-Plot ................................ 65
Gambar 4.3 Hasil Uji Normalitas Grafik Histogram Setelah Outlier ............. 66
Gambar 4.4 Hasil Uji Normalitas Grafik Normal P-Plot Setelah Outlier....... 67
Gambar 4.5 Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Scatterplot ........................ 70
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Daftar Nama Bank Umum Syariah Sampel .......................... 96
LAMPIRAN 2 Hasil Output SPSS ................................................................ 97
LAMPIRAN 3 Perhitungan Variabel Dewan Pengawas Syariah .................. 104
LAMPIRAN 4 Perhitungan Variabel Rapat Dewan Pengawas Syariah ........ 105
LAMPIRAN 5 Perhitungan Variabel Komite Audit ...................................... 106
LAMPIRAN 6 Perhitungan Variabel Rapat Komite Audit ........................... 107
LAMPIRAN 7 Perhitungan Variabel Komite Pemantau Risiko ................... 108
LAMPIRAN 8 Perhitungan Variabel Rapat Komite Pemantau Risiko ......... 109
LAMPIRAN 9 Perhitungan Variabel Ukuran Perusahaan............................. 110
LAMPIRAN 10 Perhitungan Variabel Nilai Perusahaan................................. 111
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan perekonomian yang pesat di suatu negara tidak terlepas
dari peran sektor perbankan. Oleh karena itu, kemajuan suatu bank di suatu
negara dapat pula dijadikan ukuran kemajuan negara bersangkutan. Semakin
maju suatu negara, maka semakin besar peranan perbankan dalam
mengendalikan negara tersebut (Kasmir, 2012: 1). Demikian pula dengan
negara berkembang seperti Indonesia dimana ketergantungan dunia usaha
terhadap sektor perbankan tampaknya semakin tinggi. Berdasarkan data
statistik BI, rata-rata pertumbuhan pinjaman yang diberikan bank umum dan
BPR di berbagai sektor usaha selama 10 tahun terakhir (2004-2013) sebesar
23%. Angka tersebut menunjukkan bahwa usaha apapun, baik dalam bidang
industri, perdagangan, jasa, konstruksi, pertambangan, pertanian, dan
sebagainya amat tergantung pada pembiayaan dari bank (Devi, 2013).
Di Indonesia, bank terdiri dari dua jenis yaitu bank konvensional dan
bank syariah yang masing-masing memiliki perbedaan yang signifikan.
Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Bank Konvensional adalah
bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank
konvensional akan dijalankan berdasarkan standar operasional perbankan
yang telah ditetapkan Pemerintah dan tunduk pada aturan hukum yang
2
berlaku di Indonesia. Sedangkan pengertian Bank Syariah menurut Undang-
undang No.10 tahun 1998 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran. Semua kegiatan operasional yang dijalankan di bank
syariah akan dilakukan berdasarkan ketentuan yang telah dikeluarkan melalui
fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang diambil berdasarkan ketentuan-
ketentuan syariat Islam.
Saat ini industri perbankan syariah di Indonesia mulai berkembang
dengan pesat dan merata di tengah-tengah banyaknya bank konvensional
yang ada. Salah satu faktor utama yaitu Indonesia merupakan negara dengan
penduduk muslim terbesar di dunia. Dengan mayoritas penduduk yang
beragama Islam ini menjadikan Indonesia sebagai pasar yang potensial dalam
pengembangan keuangan syariah. Contohnya PT BRI Syariah (BRIS) yang
baru saja melantai di bursa efek pada bulan Mei lalu. BRI Syariah merupakan
emiten bank syariah dengan status anak usaha Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) pertama yang melakukan penawaran saham perdana atau Innitial
Public Offering (IPO). BRI Syariah melepas 2,6 miliar lembar saham baru
atau sebesar 27 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO
dengan harga sebesar Rp 510 per saham dan mengalami kenaikan 19,61%
menjadi Rp 610 per saham pada saat pertama kali ditransaksi di Bursa Efek
Indonesia. Dan selama masa penawaran umum pada 2-3 Mei 2018,
perusahaan mengalami kelebihan permintaan (oversubscribe) hingga dua kali
dari total saham yang diberikan (www.cnbcindonesia.com).
3
Suatu perusahaan tentu menginginkan perusahaannya terus mengalami
perkembangan, memiliki nilai perusahaan yang tinggi dan terus meningkat
dari waktu ke waktu, serta memiliki kinerja keuangan yang baik. Dalam
proses memaksimalkan nilai perusahaan akan muncul konflik kepentingan
antara manajer dan pemegang saham yang sering disebut agency problem.
Bukan suatu hal yang baru jika manajer terkadang memiliki tujuan dan
kepentingan lain yang bertentangan dengan tujuan perusahaan yaitu
mensejahterakan para pemegang saham. Perlakuan manajer ini akan
mengakibatkan penambahan biaya perusahaan yang tentunya akan
menyebabkan penurunan keuntungan dan berpengaruh terhadap harga saham
sehingga menurunkan nilai perusahaan (Anggraini, 2013).
Nilai perusahaan dapat diukur dengan berbagai aspek, diantaranya
harga saham perusahaan. Menurut Diyah dan Widanar (2009), harga saham
perusahaan mencerminkan penilaian investor keseluruhan atas setiap ekuitas
yang dimiliki. Ada beberapa indikator yang menggambarkan nilai
perusahaan, salah satunya Earning per Share (EPS). EPS adalah rasio yang
menunjukkan seberapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor
atau pemegang saham per saham (Darmadji dan Fakhruddin, 2001: 139).
EPS memberikan informasi kepada para pihak luar (eksternal) seberapa jauh
kemampuan perusahaam menghasilkan laba untuk tiap lembar yang beredar.
Apabila EPS yang dibagikan kepada para investor tinggi, maka menandakan
bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang
baik kepada pemegang saham, sedangkan jika EPS yang dibagikan rendah
4
maka menandakan bahwa perusahaan tersebut gagal memberikan
kemanfaatan sebagaimana diharapkan oleh pemegang saham.
Bank Panin Dubai Syariah Tbk merupakan bank umum syariah pertama
yang menawarkan sahamnya di bursa efek. Harga saham pada tahun 2014
yang juga merupakan tahun pertama Bank Panin Dubai Syariah Tbk terdaftar
di BEI adalah 180 dan pada tahun 2015 harga saham perusahaan adalah 250,
yang artinya harga saham meningkat, maka nilai perusahaan akan meningkat
pula. Nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran
para pemegang saham. Pada tahun 2016 harga saham Bank Panin Dubai
Syariah Tbk adalah 120 (www.idx.co.id), yang artinya harga saham menurun,
maka nilai perusahaan akan mengalami penurunan pula. Terjadinya
penurunan nilai perusahaan menyebabkan pihak investor tidak menanamkan
modalnya di perusahaan tersebut karena laba bersih perusahaan yang
menurun. Untuk membentuk nilai perusahaan terdapat beberapa faktor yang
mampu meningkatkan nilai perusahaan, salah satunya adalah penerapan tata
kelola perusahaan atau Good Corporate Governance (GCG) dan ukuran
perusahaan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan ialah Good
Corporate Governance (GCG). GCG adalah menyelaraskan kepentingan
manajemen tingkat atas hingga tingkat yang lebih rendah, semua pemegang
saham dan pemangku kepentingan (Hassan et al, 2017). GCG pertama kali
dikenalkan di Indonesia oleh IMF (International Monetary Funds) dalam
rangka pemulihan ekonomi pasca krisis (Effendi, 2009: 7). Krisis yang
5
melanda Asia Timur pada waktu itu juga berdampak besar terhadap
Indonesia, salah satu penyebabnya adalah tidak adanya GCG di dalam
pengelolaan perusahaan. Baik praktisi maupun akademisi sepakat tentang
kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang prinsip-prinsip GCG sebagai
salah satu alasan mengapa pasar saham Indonesia tidak memiliki kontribusi
yang cukup terhadap perekonomian nasional. Diharapkan penerapan GCG di
Indonesia dapat meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan pemegang
saham tanpa mengesampingkan kepentingan pemangku kepentingan
(Suhadak et al, 2018).
Menurut Anggraini (2013), untuk mendukung terlaksananya GCG
penting adanya mekanisme perusahaan yang akan menjalankan fungsinya
sesuai ketentuan dan melaksanakan tugas serta tanggung jawabnya untuk
kepentingan perusahaan. Mekanisme good corporate governance (GCG)
memiliki kemampuan pengendalian yang dapat mensejajarkan perbedaan
kepentingan antara prinsipal dan agen sehingga dapat menghasilkan suatu
laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi yang berkualitas serta
memberikan pandangan yang lebih baik kepada investor dalam memberikan
penilaiaan terhadap perusahaan.
Indikator GCG dalam penelitian ini meliputi penilaian Dewan
Pengawas Syariah, Komite Audit, dan Komite Pemantau Risiko. Keberadaan
Dewan Pengawas Syariah berperan sangat penting dalam hal mengevaluasi,
mengawasi, dan mengarahkan kegiatan pada bank syariah agar menjalankan
operasional sesuai dengan prinsip-prinsip syariah yang ditetapkan oleh fatwa
6
syariah (Kodriyah dkk, 2017). Komite Audit dan Komite Pemantau Risiko
dibentuk dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab Dewan Komisaris (PBI No. 11/33/PBI/2009).
Dalam penelitian Suhadak et al (2018) menyimpulkan bahwa GCG
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Penelitian Connelly et al
(2017) juga menyimpulkan bahwa GCG berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan di salah satu kota dalam penelitiannya. Akan tetapi menurut Devi
(2013) GCG berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
Faktor lain yang mempengaruhi nilai perusahaan yaitu ukuran
perusahaan. Ukuran perusahaan dapat dilihat dengan menghitung seberapa
besar aset yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Ukuran perusahaan
dianggap mampu mempengaruhi nilai perusahaan. Karena semakin besar
ukuran atau skala perusahaan, maka akan semakin mudah pula perusahaan
memperoleh sumber pendanaan baik yang bersifat internal maupun eksternal.
Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Wulandari dkk (2017)
dan Prasetyorini (2013) yang menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan. Akan tetapi, menurut penelitian yang
dilakukan oleh Anggraini (2013) dan Rahayuningsih (2017) ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian dan data-data di atas yang
memberikan hasil yang berbeda atas penelitian yang satu dengan yang lainnya
(research gap) dan adanya fenomena bisnis, peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian lebih lanjut.
7
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis melakukan
penelitian yang berjudul “Pengaruh Implementasi Good Corporate
Governance (GCG) dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan
Bank Umum Syariah”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Good Corporate Governance yang diproksikan dengan dewan pengawas
syariah, rapat dewan pengawas syariah, komite audit, rapat komite audit,
komite pemantau risiko dan rapat komite pemantau risiko, serta ukuran
perusahaan yang diukur dengan log natural total aset, dan nilai perusahaan
yang diukur dengan EPS. Adapun tahun penelitian ini adalah periode 2014 –
2018 dengan pertimbangan tahun tersebut merupakan 5 tahun terakhir pada
saat penelitian dilakukan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan diteliti
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah dewan pengawas syariah berpengaruh terhadap nilai perusahaan
Bank Umum Syariah?
2. Apakah rapat dewan pengawas syariah berpengaruh terhadap nilai
perusahaan Bank Umum Syariah?
3. Apakah komite audit berpengaruh terhadap nilai perusahaan Bank Umum
Syariah?
4. Apakah rapat komite audit berpengaruh terhadap nilai perusahaan Bank
Umum Syariah?
8
5. Apakah komite pemantau risiko berpengaruh terhadap nilai perusahaan
Bank Umum Syariah?
6. Apakah rapat komite pemantau risiko berpengaruh terhadap nilai
perusahaan Bank Umum Syariah?
7. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan Bank
Umum Syariah?
C. Tujuan Penelitan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan
untuk membuktikan empiris atas hal-hal berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh dewan pengawas syariah terhadap nilai
perusahaan Bank Umum Syariah.
2. Untuk mengetahui pengaruh rapat dewan pengawas syariah terhadap nilai
perusahaan Bank Umum Syariah.
3. Untuk mengetahui pengaruh komite audit terhadap nilai perusahaan Bank
Umum Syariah.
4. Untuk mengetahui pengaruh rapat komite audit terhadap nilai perusahaan
Bank Umum Syariah.
5. Untuk mengetahui pengaruh komite pemantau risiko terhadap nilai
perusahaan Bank Umum Syariah.
6. Untuk mengetahui pengaruh rapat komite pemantau risiko terhadap nilai
perusahaan Bank Umum Syariah.
9
7. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan
Bank Umum Syariah.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah
diuraikan diatas, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Bank Umum Syariah, penelitian ini dapat dijadikan landasan dalam
menilai laporan keuangan bank dalam mengevaluasi tata kelola bank.
Selain itu, juga dapat digunakan untuk menjadi bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan untuk memaksimalkan nilai perusahaan.
2. Bagi Masyarakat, sebagai sarana informasi dan menambah pengetahuan
tentang good corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap nilai
perusahaan.
3. Bagi Akademik, penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi
keilmuan di bidang ekonomi perbankan syariah dan diharapkan dapat
mendukung penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan rasio keuangan
pada perbankan syariah.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Agency theory
Agency theory (teori keagenan) merupakan suatu hubungan yang
berdasarkan pada kontrak yang terjadi antar anggota dalam perusahaan,
yakni antara pemilik (principal) dan manajer (agent) sebagai pelaku utama.
Pemilik merupakan pihak yang memberikan mandat kepada manajer untuk
bertindak atas nama pemilik, sedangkan manajer merupakan pihak yang
diberi mandat oleh pemilik untuk menjalankan perusahaan (Jensen &
Meckling, 1976 dalam Ujiyantho & Pramuka, 2007).
Teori keagenan membahas adanya hubungan agensi dimana terdapat
pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan yang dilakukan oleh tenaga
profesional. Tujuan dari pemisahan pengelolaan dari pemilik perusahaan
ialah memaksimalkan keuntungan yang diperoleh perusahaan dengan
menggunakan biaya seminimal mungkin. Tenaga-tenaga profesional
bertugas untuk kepentingan perusahaan dan memiliki keluasaan dalam
menjalankan perusahaan dan tenaga profesional ini berperan sebagai agent-
nya pemegang saham. Pemilik perusahaan berperan sebagai pengawas dan
memonitor jalannya perusahaan. Teori agensi menjawab dengan
memberikan gambaran yang berpeluang terjadi antara agent dengan
11
principal (pemegang saham) maupun principal dengan principal
(Nofitasari dkk, 2015).
Hubungan agensi seperti ini rawan konflik, yaitu konflik
kepentingan pribadi. Konflik tersebut terjadi karena principal berusaha
menggunakan dana sebaik-baiknya dengan risiko sekecil mungkin,
sedangkan manajer sebagai agent cenderung mengambil keputusan
pengelolaan dana untuk memaksimalkan keuntungan yang sering
bertentangan dan cenderung mengutamakan kepentingannya sendiri (Devi,
2013). Dalam upaya mengatasi atau mengurangi masalah keagenan
tersebut, timbul biaya yang disebut dengan biaya keagenan (agency cost)
yang akan ditanggung baik oleh principal maupun agent. Dengan adanya
biaya-biaya di atas tentunya akan menyebabkan kerugian pada perusahaan
yang berdampak pada penurunan nilai perusahaan. Mengingat tujuan utama
perusahaan adalah memakmurkan pemegang saham dengan mencapai nilai
perusahaan yang optimal, maka diperlukan suatu mekanisme pengendalian
internal dan penerapan tata kelola perusahaan yang baik untuk
meminimalkan tindakan-tindakan yang dapat menyebabkan penurunan
nilai perusahaan tersebut (Wibowo dkk, 2004 dalam Devi, 2013).
2. Perbankan Syariah
Bank syariah merupakan bank yang beroperasi dengan prinsip-
prinsip islam. Di dalam operasinya bank syariah mengikuti aturan Al-
Qur’an, Al-Hadist dan regulasi dari pemerintah. Sesuai dengan perintah
12
dan larangan syariah, maka praktik-praktik yang mengandung unsur riba
dihindari, sedangkan yang diikuti adalah praktik-praktik bisnis yang
dilakukan di zaman Rasulullah (Martono, 2002: 94)
Menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan
syariah, definisi dari bank syariah adalah bank yag menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas
Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Bank Umum
Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran, sedangkan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran. Di samping itu, terdapat Unit Usaha
Syariah (UUS) yang merupakan unit kerja dari kantor pusat bank umum
konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor pusat bank
umum konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau
unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau
unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar
negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang
berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu dan/atau unit
syariah.
a. Fungsi Perbankan Syariah
Berdasarkan pasal 4 UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan
syariah, disebutkan bahwa bank syariah wajib menjalankan fungsi
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Bank syariah juga
13
dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitulmal, yaitu
menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana
sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.
Adapun fungsi perbankan syariah menurut Yaya dkk (2014:48) sebagai
berikut:
1) Manajer investasi
Bank syariah bertindak sebagai manajer investasi dari
pemilik dana (shahibul maal), sehingga dana yang dihimpun dapat
menghasilkan keuntungan yang akan dibagihasilkan antara bank
syariah dan pemilik dana. Imbalan yang diberikan kepada para
deposan bank syariah sangat bergantung pada pendapatan yang
diperoleh oleh bank sebagai mudharib dalam mengelola dana
mudharabah. Berbeda dengan bank konvensional, imbalan bank
konvensional kepada deposan memiliki sifat tetap tanpa
dipengaruhi kinerja bank dan jumlah dapat ditentukan di muka
karena hanya didasarkan pada persentase tertentu terhadap jumlah
uang yang disimpan di bank.
2) Investor
Dalam penyaluran dana, bank syariah berfungsi sebagai
investor (pemilik dana). Sebagai investor, penanaman dana yang
dilakukan oleh bank syariah harus dilakukan pada sektor-sektor
yang produktif dengan risiko yang minim dan tidak melanggar
ketentuan syariah.
14
3) Sosial
Dalam bank syariah menggunakan dua instrumen dalam
menjalankan fungsi sosialnya, yaitu instrumen Zakat, Infak,
Sadaqah, dan Wakaf (ZISWAF) dan instrumen qardul hasan.
Instrumen ZISWAF berfungsi untuk menghimpun ZISWAF dari
masyarakat, pegawai bank, serta bank itu sendiri. Sedangkan
instrumen Qardul hasan berfungsi untuk menghimpun dana dari
penerimaan yang tidak memenuhi kriteria halal serta dana infak dan
sedekah yang tidak ditentukan peruntukannya secara spesifik oleh
yang memberi.
4) Jasa keuangan
Seperti bank konvensional, bank syariah juga memberikan
layanan kliring, transfer, inkaso, pembayaran gaji, letter of
guarantee, letter of credit, dan lain sebagainya. Akan tetapi, dalam
hal mekanisme mendapatkan keuntungan dari transaksi tersebut,
bank syariah tetap harus menggunakan skema yang sesuai dengan
prinsip syariah.
b. Larangan dalam Kegiatan Bank Syariah
Kegiatan usaha yang berdasarkan prinsip syariah adalah kegiatan
usaha yang tidak mengandung unsur (Iskandar, 2013: 36):
1) Riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah (batil) antara
lain dalam transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama
kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan (fadhl), atau dalam
15
transaksi pinjam-meminjam yang mempersyaratkan nasabah
penerima fasilitas mengembalikan dana yang diterima melebihi
pokok pinjaman karena berjalannya waktu (nasi’ah).
2) Maisir, yaitu transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan
yang tidak pasti dan bersifat untung-untungan.
3) Gharar, yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki,
tidak diketahui keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada
saat transaksi dilakukan kecuali diatur lain dalam syariah.
3. Nilai Perusahaan
Salah satu tujuan perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai
perusahaan. Nilai perusahaan merupakan pandangan investor terhadap
tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga
saham. Meningkatnya nilai perusahaan adalah sebuah prestasi yang sesuai
dengan keinginan para pemiliknya, karena dengan meningkatnya nilai
perusahaan, maka kesejahteraan para pemilik juga akan meningkat.
Menurut Harmono (2009:233), nilai perusahaan adalah kinerja
perusahaan yang dicerminkan oleh harga saham yang dibentuk oleh
permintaan dan penawaran pasar modal yang merefleksikan penilaian
masyarakat terhadap kinerja perusahaan. Untuk mencapai nilai perusahaan
yang maksimum umumnya para pemilik menyerahkan pengelolaannya
kepada para profesional. Para profesional diposisikan sebagai manajer
ataupun komisaris (Retno, 2012).
16
Malik (2018) menyatakan ada beberapa aspek yang dijadikan
sebagai pedoman dalam memaksimalkan nilai perusahaan yaitu sebagai
berikut:
a. Menghindari risiko yang tinggi
Bila perusahaan sedang memaksimalkan operasi jangka panjang, maka
harus dihindari tingkat risiko yang tinggi. Proyek-proyek yang
memiliki kemungkinan laba yang tinggi tetapi mengandung risiko yang
tinggi perlu dihindari. Menerima proyek-proyek tersebut dalam jangka
panjang berarti suatu kegagalan yang dapat mematahkan kelangsungan
hidup suatu perusahaan.
b. Mengusahakan pertumbuhan
Apabila perusahaan dapat mengembangkan penjualan, hal ini dapat
berakibat terjadinya keselamatan usaha didalam persaingan pasar.
Perusahaan akan berusaha memaksimalkan nilai perusahaan secara
terus menerus untuk mengusahakan pertumbuhan dari penjualan dan
penghasilannya.
c. Mempertahankan tingginya harga saham pasar
Harga saham di pasar merupakan perhatian utama dari manajer
keuangan untuk memberikan kemakmuran kepada para pemegang
saham atau pemilik perusahaan. Manajer harus selalu berusaha ke arah
itu untuk mendorong masyarakat agar bersedia menanamkan uangnya
ke dalam perusahaan. Dengan pemilihan investasi yang tepat maka
perusahaan akan mencerminkan petunjuk sebagai tempat penanaman
17
modal yang bijaksana bagi masyarakat. Hal ini akan membantu
mempertinggi nilai dari perusahaan.
Nilai perusahaan dalam penelitian ini diukur menggunakan Earning
per Share (EPS). EPS adalah rasio perhitungan yang digunakan untuk
menunjukkan besar earning atau keuntungan yang diperoleh dari setiap
lembar saham yang ada. EPS merupakan komponen penting dalam
menganalisis perusahaan, karena menjadi salah satu indikator keberhasilan
perusahaan serta mempengaruhi proyeksi di masa yang akan datang.
Semakin tinggi EPS yang dibagikan kepada pemegang saham, maka
kemungkinan nilai perusahaan akan naik karena ada anggapan dari publik
bahwa perusahaan mampu memberikan kemakmuran bagi para pemegang
sahamnya lewat laba per lembar saham yang dibagikan.
4. Good Corporate Governance
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (2001),
Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang menetapkan
hubungan antara pemegang saham, pengurus pihak kreditur, pemerintah,
karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya
sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain
sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.
Sedangkan Prakarsa (2007) menjelaskan bahwa tata kelola
perusahaan yang baik (good corporate governance) adalah mekanisme
administratif yang mengatur hubungan-hubungan antara manajemen
18
perusahaan, komisaris, direksi, pemegang saham, dan kelompok-kelompok
kepentingan yang lain. Hubungan ini dimanifestasikan dalam bentuk aturan
permainan dan sistem insentif sebagai kerangka kerja yang diperlukan
untuk mencapai tujuan perusahaan, cara pencapaian tujuan serta
pemantauan kinerja yang dihasilkan.
Prinsip-prinsip dasar penerapan good corporate governance yang
dikemukakan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (2006) yang
harus diterapkan oleh setiap perusahaan terdiri dari:
a. Transparency (Keterbukaan Informasi)
Hak-hak para pemegang saham yang harus diberi informasi dengan
benar dan tepat waktu mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta
dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan-perubahan yang
mendasar atas perusahaan dan turut memperoleh bagian dari
keuntungan perusahaan.
b. Accountability (Akuntabilitas)
Prinsip ini memuat kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggung
jawaban elemen perusahan. Apabila prinsip ini diterapkan secara
efektif, maka akan ada kejelasan akan fungsi hak, kewajiban dan
wewenang serta tanggung jawab antara pemegang saham, dewan
komisaris, dan juga dewan direksi.
c. Responsibility (Pertanggung jawaban)
Bentuk pertanggung jawaban perusahaan adalah kepatuhan perusahaan
terhadap peraturan yang berlaku.
19
d. Independency (kemandirian)
Suatu keadaan dimana para pengelola dalam mengambil keputusan
bersifat professional, mandiri, bebas dari konflik kepentingan dan
bebas dari tekanan atau pengaruh dari manapun yang bertentangan
dengan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
pengelolaan yang sehat.
e. Fairness (Kesetaraan dan Kewajaran)
Prinsip ini menuntut adanya perlakuan yang adil dan setara dalam
memenuhi hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian maupun
peraturan perundangan yang berlaku.
Menurut Sutojo (2008: 5) tujuan Good Corporate Governance
(GCG) adalah sebagai berikut:
a. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham.
b. Melindungi hak dan kepentingan pemegang kepentingan non-
pemegang saham.
c. Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham.
d. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja dewan pengurus dan
manjemen perusahaan.
e. Meningkatkan mutu hubungan dewan pengurus dengan manajemen
senior perusahaan.
20
Penerapan Good Corporate Governance di perusahaan memiliki
peranan yang besar dan manfaat yang bisa membawa perubahan positif
bagi perusahaan baik di kalangan investor, pemerintahan maupun
masyarakat umum. Menurut Indonesia Institute for Corporate Governance
(IICG) (2009), manfaat dari penerapan GCG ada empat, yaitu:
a. Meminimalkan agency cost
Selama ini para pemegang saham harus menanggung biaya yang
timbul akibat dari pendelegasian wewenang kepada manajemen. Biaya-
biaya ini bisa berupa kerugian karena manajemen menggunakan
sumber daya perusahaan untuk kepentingan pribadi maupun berupa
biaya pengawasan yang harus dikeluarkan perusahaan untuk mencegah
terjadinya hal tersebut.
b. Meminimalkan cost of capital
Perusahaan yang baik dan sehat akan menciptakan suatu referensi
positif bagi para kreditur. Kondisi ini sangat berperan dalam
meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung bila perusahaan
mengajukan pinjaman, selain itu dapat memperkuat kinerja keuangan
juga akan membuat produk perusahaan akan menjadi lebih kompetitif.
c. Meningkatkan nilai saham perusahaan
Suatu perusahaan yang dikelola secara baik dan dalam kondisi
sehat akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya.
21
d. Mengangkat citra perusahaan
Citra perusahaan merupakan faktor penting yang sangat erat
kaitannya dengan kinerja dan keberadaan perusahaan tersebut dimata
masyarakat dan khususnya para investor. Suatu perusahaan terkadang
akan menelan biaya yang sangat besar dibandingkan dengan
keuntungan perusahaan itu sendiri, guna memperbaiki citra perusahaan
tersebut.
5. Dewan Pengawas Syariah
Bank syariah harus menjalankan fungsinya dengan baik sesuai
dengan ketentuan perbankan yang berlaku dan juga sesuai pula dengan
prinsip syariah. Untuk menjamin terlaksananya prinsip syariah, dalam
aktifitas perbankan syariah terdapat salah satu pihak terafiliasi yaitu Dewan
Pengawas Syariah (DPS) yang memberikan jasanya kepada bank syariah.
Dewan Pengawas Syariah adalah suatu badan yang bertugas
mengawasi pelaksanaan keputusan Dewan Syariah Nasional (DSN) di
lembaga keuangan syariah. DPS diangkat dan diberhentikan di lembaga
keuangan syariah melalui RUPS setelah mendapat rekomendasi dari DSN
(Firdaus dkk, 2007:16).
Sedangkan menurut PBI No. 11/33/PBI/2009, Dewan Pengawas
Syariah adalah dewan yang bertugas memberikan nasihat dan saran kepada
direksi serta mengawasi kegiatan bank agar sesuai dengan prinsip syariah.
DPS berperan sebagai pengawas dari lembaga-lembaga keuangan syariah
22
seperti bank syariah, asuransi syariah, pasar modal syariah dan lain-lain,
agar semua lembaga tersebut berjalan sesuai dengan tuntunan syariat
Islam.
Tugas Dewan Pengawas Syariah adalah memberikan nasehat dan
saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan bank agar sesuai dengan
perinsip syariah. Dalam PBI No. 11/33/PBI/2009 dijelaskan pelaksanaan
tugas dan tanggung jawab DPS meliputi antara lain:
a. Menilai dan memastikan pemenuhan prinsip syariah atas pedoman
operasional dan produk yang dikeluarkan bank.
b. Mengawasi proses pengembangan produk baru bank agar sesuai
dengan fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia.
c. Meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama
Indonesia untuk produk baru bank yang belum ada fatwanya.
d. Melakukan review secara berkala atas pemenuhan Prinsip Syariah
terhadap mekanisme penghimpunan dana dan penyaluran dana serta
pelayanan jasa bank.
e. Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari satuan
kerja bank dalam rangka pelaksanaan tugasnya.
Fungsi DPS sesungguhnya sangat strategis, karena menyangkut
kepentingan seluruh umat Islam pengguna lembaga tersebut. Secara
emosional umat Islam akan selalu berpedoman pada keberadaan DPS
karena dari sinilah kepercayaan terhadap bank syariah tersebut
ditumbuhkan. Dengan kata lain lembaga inilah yang paling bertanggung
23
jawab atas kebenaran praktik bank syariah dengan prinsip-prinsip syariah
(Usamah, 2009).
6. Rapat Dewan Pengawas Syariah
Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Pengawas Syariah perlu
mengadakan rapat dengan Direksi untuk menjalin komunikasi yang baik
mengenai kegiatan bisnis perusahaan dan me-review standar yang sesuai
dengan syariah islam serta memberi nasihat kepada Direksi untuk
mengambil keputusan berdasarkan fatwanya.
Berdasarkan PBI No. 11/33/PBI/2009 rapat Dewan Pengawas
Syariah wajib diselenggarakan paling kurang 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
bulan. Artinya, Dewan Pengawas Syariah wajib menyelenggarakan rapat
minimal 12 (dua belas) kali dalam satu tahun. Seluruh keputusan Dewan
Pengawas Syariah yang dituangkan dalam risalah rapat merupakan
keputusan bersama seluruh anggota Dewan Pengawas Syariah. Rapat
Dewan Pengawas Syariah dalam penelitian ini diukur dari jumlah rapat
yang dilakukan Dewan Pengawas Syariah selama satu tahun.
7. Komite Audit
Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung
jawab kepada Dewan Komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan
fungsi Dewan Komisaris (Peraturan OJK 55/2015 pasal 1 ayat 1). Sarkar
et al. (2012) dalam Srairi (2015) menjelaskan bahwa Komite Audit
24
merupakan salah satu mekanisme tata kelola terpenting yang bertanggung
jawab untuk memastikan bahwa bank menghasilkan informasi yang
relevan, memadai, dan dapat dipercaya yang dirilis tepat waktu kepada
pemegang saham, kreditor, investor dan pemangku kepentingan lainnya.
Keberadaan Komite Audit diharapkan mampu meningkatkan kualitas
pengawasan internal perusahaan, serta mampu mengoptimalkan
mekanisme checks and balances, yang pada akhirnya ditujukan untuk
memberikan perlindungan yang optimum kepada para pemegang saham
dan para pemangku kepentingan lainnya (www.komiteaudit.or.id).
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 11/33/PBI/2009 pasal 42,
tugas dan tanggung jawab Komite Audit adalah sebagai berikut:
a. Melakukan evaluasi atas pelaksanaan audit intern dalam rangka menilai
kecukupan pengendalian intern termasuk kecukupan proses pelaporan
keuangan.
b. Melakukan koordinasi dengan Kantor Akuntan Publik dalam rangka
efektivitas pelaksanaan audit ekstern.
c. Mengevaluasi pelaksanaan tugas yang dilaksanakan oleh fungsi audit
internal.
d. Mengevaluasi pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas hasil temuan
audit dan/atau rekomendasi dari hasil pengawasan Bank Indonesia,
auditor internal, Dewan Pengawas Syariah, dan/atau auditor eksternal
guna memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris.
25
e. Memberikan rekomendasi mengenai penunjukan Akuntan Publik dan
Kantor Akuntan Publik kepada Dewan Komisaris.
Struktur dan keanggotaan Komite Audit yang tertuang dalam
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 Pasal 36 yaitu:
a. Anggota komite audit paling kurang terdiri dari:
1) Seorang Komisaris Independen;
2) Seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang
akuntansi keuangan; dan
3) Seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang
perbankan syariah.
b. Anggota Komite Audit wajib memiliki integritas dan reputasi keuangan
yang baik.
c. Komite Audit diketuai oleh Komisaris Independen.
d. Anggota Direksi dilarang menjadi anggota Komite Audit.
e. Mayoritas anggota Komisaris yang menjadi anggota Komite Audit
harus merupakan Komisaris Independen.
8. Rapat Komite Audit
Komite Audit dalam melaksanakan peran pengawasan atas proses
pelaporan keuangan dan pengendalian internal perlu melakukan rapat rutin
untuk melakukan koordinasi dan komunikasi.
26
Sebagaimana diatur dalam Peraturan OJK Nomor
55/POJK/.04/2015 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja
Komite Audit, rapat Komite Audit diadakan secara berkala paling sedikit 1
(satu) kali dalam 3 (tiga) bulan. Rapat Komite Audit dapat diselenggarakan
apabila dihadiri oleh lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah anggota. Setiap
rapat Komite Audit dituangkan dalam risalah rapat, termasuk apabila
terdapat perbedaan pendapat, yang ditandatangani oleh seluruh anggota
Komite Audit yang hadir dan disampaikan kepada Dewan Komisaris.
Rapat Komite Audit dalam penelitian ini diukur dari jumlah rapat yang
dilakukan Komite Audit selama satu tahun.
9. Komite Pemantau Risiko
Komite Pemantau Risiko adalah komite yang dibentuk oleh dan
bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam usaha mendukung
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris terkait penerapan
dan pengawasan manajemen risiko pada perusahaan.
Karena tingginya risiko yang melekat pada industri perbankan,
keberadaan Komite Pemantau Risiko dalam struktur organisasi telah
bersifat wajib berdasarkan peraturan yang sudah ditetapkan oleh
pemerintah. Industri perbankan juga memiliki pengaruh yang besar pada
masyarakat, karena sebagian besar dana yang dihimpun dan disalurkan oleh
bank adalah dari dan untuk masyarakat. Oleh sebab itu, Komite Pemantau
27
Risiko dibutuhkan untuk mendukung manajemen risiko dan stabilitas
perbankan.
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 pasal 39
tugas dan tanggung jawab Komite Pemantau Risiko paling kurang adalah
sebagai berikut:
a. Melakukan evaluasi tentang kebijakan manajemen risiko;
b. Melakukan evaluasi tentang kesesuaian antara kebijakan manajemen
risiko dengan pelaksanaan kebijakan tersebut;
c. Melakukan evaluasi pelaksanaan tugas Komite Manajemen Risiko dan
Satuan Kerja Manajemen Risiko, guna memberikan rekomendasi
kepada Dewan Komisaris.
Struktur dan keanggotaan Komite Pemantau Risiko yang tertuang
dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 Pasal 34 yaitu:
a. Anggota Komite Pemantau Risiko paling kurang terdiri dari:
1) Seorang Komisaris Independen;
2) Seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang
perbankan syariah; dan
3) Seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang
manajemen risiko.
b. Anggota Komite Pemantau Risiko wajib memiliki integritas dan
reputasi keuangan yang baik.
c. Komite Pemantau Risiko diketuai oleh Komisaris Independen.
d. Anggota Direksi dilarang menjadi anggota Komite Pemantau Risiko.
28
e. Mayoritas anggota Komisaris yang menjadi anggota Komite Pemantau
Risiko harus merupakan Komisaris Independen.
10. Rapat Komite Pemantau Risiko
Rapat yang dilakukan Komite Pemantau Risiko menunjukkan
keefektifannya dalam melakukan pengawasan dan proses evaluasi terhadap
manajemen risiko untuk melindungi perusahaan dari hal-hal yang dapat
merusak reputasinya.
Berdasarkan Peraturan OJK Nomor 55 /POJK.03/2016 tentang
penerapan tata kelola bagi bank umum, rapat komite diselenggarakan
sesuai dengan kebutuhan bank dan hanya dapat dilaksanakan jika dihadiri
oleh paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) dari jumlah anggota
komite termasuk 1 (satu) orang Komisaris Independen dan 1 (satu) orang
Pihak Independen. Rapat Komite Pemantau Risiko dalam penelitian ini
diukur dari jumlah rapat yang dilakukan Komite Pemantau Risiko selama
satu tahun.
11. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu ukuran yang menunjukan besar
kecilnya suatu perusahaan, antara lain total penjualan, rata-rata tingkat
penjualan, dan total aktiva. Pada umumnya perusahaan besar yang
memiliki total aktiva yang besar mampu menghasilkan laba yang besar
(Widjadja, 2009).
29
Perusahaan yang total aktivanya besar menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dan dianggap
memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain
itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih
mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total aset yang
kecil (Pangemanan dan Mawikere, 2011 dalam Ananda, 2016).
Menurut Prasetyorini (2013) ukuran perusahaan turut menentukan
tingkat kepercayaan investor. Semakin besar perusahaan, maka semakin
dikenal oleh masyarakat yang artinya semakin mudah untuk mendapatkan
informasi yang akan meningkatkan nilai perusahaan. Bahkan perusahaan
besar yang memiliki total aktiva dengan nilai aktiva yang cukup besar dapat
menarik investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.
30
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Adapun hasil sebelumnya dari penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam
Tabel 2.1
Tabel 2.1
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1 Suhadak et al.
(2018)
Stock return and
financial performance
as moderation
variable in influence
of good corporate
governance towards
corporate value
Variabel GCG, data
sekunder.
Variabel return saham.
Variabel GCG diukur
menggunakan komisaris
independen dan struktur
kepemilikan dan juga
menggunakan MBE dan
PER untuk nilai
perusahaan. Objek
penelitian perusahaan di
indeks LQ45.
GCG berpengaruh terhadap
nilai perusahaan.
Return saham dan kinerja
keuangan adalah variabel
pemoderasi dalam pengaruh
GCG pada nilai perusahaan.
2 Connelly et al.
(2017)
A tale of two cities:
Economic
development,
corporate governance
and firm value in
Vietnam
Variabel GCG, data
sekunder.
Variabel nilai perusahaan
diukur dengan
menggunakan Tobin’s Q
GCG berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan di
kota Ho Chi Minh, tetapi
berpengaruh negatif di kota
Hanoi.
31
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
3 Srairi (2015) Corporate
Governance
Disclosure Practices
and Performance of
Islamic Banks in GCC
Countries
Variabel Dewan
Pengawas Syariah,
Komite Audit, dan
Risk Management
Committee. Data
sekunder.
Variabel kinerja diukur
menggunakan ROA dan
ROE sebagai kinerja
operasi dan Tobin’s Q
sebagai market
performance.
Dewan direksi, dewan
pengawas syariah, dan risk
management berpengaruh
positif terhadap kinerja bank.
4 Hassan et al
(2017)
Corporate
Governance, Shariah
Advisory Boards and
Islamic Banks’
Performance
Variabel Dewan
Pengawas Syariah dan
Ukuran Perusahaan.
Data sekunder.
Variabel Ukuran Dewan
dan Komisaris
Independen
Ukuran dewan berpengaruh
negatif terhadap kinerja bank.
Dewan pengawas syariah
berpengaruh positif terhadap
kinerja bank.
Ukuran perusahaan dan
komisaris independen tidak
berpengaruh signifikan
terhadap kinerja bank.
5 Devi (2013) Pengaruh Mekanisme
Good Corporate
Governance (GCG)
dan Struktur
Kepemilikan terhadap
Nilai Perusahaan
Variabel Komite
Audit, data sekunder.
Variabel Dewan
Komisaris, Kepemilikan
Manajerial dan
Kepemilikan
Institusional. Sampel
perusahaan perbankan
yang listing di BEI
selama tahun 2010-2013.
Efektivitas dewan komisaris
dan komite audit berpengaruh
negatif signifikan terhadap
nilai perusahaan.
Kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional
berpengaruh tidak signifikan
terhadap nilai perusahaan.
32
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
6 Wulandari,
Rusli dan
Savitri
(2017)
Analisis Pengaruh
Good Corporate
Governance,
Corporate Social
Responsibility,
Ukuran Perusahaan
terhadap Nilai
Perusahaan dengan
Earnings Response
Coefficient Sebagai
Variabel Intervening
Variabel Ukuran
Perusahaan, data
sekunder.
Variabel Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan
Institusional, dan Earnings
Response Coefficient. Objek
penelitian perusahaan
perbankan yang terdaftar di
BEI tahun 2010-2014.
Kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, dan
ukuran perusahan tidak
berpengaruh terhadap
earnings response coefficient.
Corporate social
responsibility berpengaruh
negatif terhadap earnings
response coefficient.
Kepemilikan manajerial dan
earnings response coefficient
tidak berpengaruh terhadap
nilai perusahaan.
Kepemilikan institusional dan
ukuran perusahaan
berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan.
7 Prastuti dan
Budiasih
(2015)
Pengaruh Good
Corporate
Governance pada
Nilai Perusahaan
dengan Moderasi
Corporate Social
Responsibility
Variabel Komite
Audit, data
sekunder.
Variabel Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan
Institusional, dan Proporsi
Dewan Komisaris. Objek
penelitian perusahaan
pertambangan yang terdaftar
di BEI tahun 2009 – 2013.
Kepemilikan institusional dan
komite audit berpengaruh
negatif pada nilai perusahaan.
Kepemilikan manajerial dan
proporsi dewan komisaris
tidak berpengaruh pada nilai
perusahaan.
33
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
8 Onasis (2016) Pengaruh Tata Kelola
Perusahaan terhadap
Nilai Perusahaan pada
Perusahaan Sektor
Keuangan yang
Terdaftar di BEI
Variabel Komite
Komite, Rapat Komite
Audit dan Ukuran
Perusahaan. Data
sekunder.
Variabel Ukuran
Dewan Direksi, Dewan
Independen,
Kepemilikan Asing,
Kepemilikan
Manajerial, Umur
Perusahaan, Leverage,
dan ROA.
Dewan independen, komite
audit, rapat komite audit,
kepemilikan asing,
kepemilikan majanerial dan
ROA berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan.
Ukuran dewan direksi, ukuran
perusahaan, umur perusahaan,
dan leverage berpengaruh
negatif terhadap nilai
perusahaan.
9 Mangatas, Efni
dan
Rokhmawati
(2018)
Pengaruh Ukuran
Dewan, Proporsi
Wanita dalam Dewan,
Komite Audit
terhadap Nilai
Perusahaan dengan
Kinerja Keuangan
sebagai Variabel
Mediasi
Variabel Komite
Audit, data sekunder.
Variabel Ukuran
Dewan dan Proporsi
Wanita dalam Dewan.
Objek penelitian
perusahaan perbankan
yang terdaftar di BEI
tahun 2012-2016.
Ukuran dewan berpengaruh
negatif dan tidak signifikan
terhadap kinerja keuangan dan
nilai perusahaan. Proporsi
wanita dalam dewan
berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap kinerja
keuangan dan nilai perusahaan.
Komite audit berpengaruh
positif signifikan terhadap
kinerja keuangan dan nilai
perusahaan.
34
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
10 Anggraini
(2013)
Pengaruh Good
Corporate
Governance terhadap
Nilai Perusahaan
Variabel Komite
Audit dan Ukuran
Perusahaan. Data
sekunder.
Variabel Dewan
Komisaris dan Komisaris
Independen. Sampel
perusahaan Textile,
Garment yang Terdaftar
di BEI Periode 2009-
2012
Dewan komisaris dan dewan
komisaris independen
berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan.
Komite audit dan ukuran
perusahaan memiliki
berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan.
11 Prasetyorini
(2013)
Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Leverage,
Price Earning Ratio
dan Profitabilitas
Terhadap Nilai
Perusahaan
Variabel Ukuran
Perusahaan dan
Profitabilitas. Data
sekunder.
Variabel Leverage dan
Price Earning Ratio.
Variabel Nilai
Perusahaan diukur
dengan Tobin’s Q. Objek
penelitian perusahaan
industri dasar dan kimia
yang terdaftar di BEI
tahun 2008-2011.
Ukuran perusahaan, price
earning ratio, dan
prifitabilitas berpengaruh
positif terhadap nilai
perusahaan.
Leverage tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
12 Nofitasari dkk
(2015)
Pengaruh Good
Corporate
Governance dan
Kinerja Perusahaan
terhadap Nilai
Perusahaan
Variabel GCG dan
Kinerja Perusahaan.
Data sekunder.
Variabel Nilai
Perusahaan diukur
dengan PBV. Objek
penelitian perusahaan
BUMN yang terdaftar di
BEI tahun 2010-2013.
Good corporate governance
tidak berpengaruh terhadap
nilai perusahaan. Kinerja
perusahaan berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
35
C. Keterkaitan Variabel dan Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Dewan Pengawas Syariah terhadap Nilai Perusahaan
Dewan Pengawas Syariah bertugas untuk melakukan pengawasan
terhadap kepatuhan bank syariah dalam menjalankan kegiatan
operasionalnya sesuai aturan islam. Dengan adanya pengawasan yang baik
maka diharapkan bank dapat mematuhi ketentuan-ketentuan syariah yang
telah ditetapkan dan meminimalisir masalah agensi dalam perusahaan
tersebut. Adanya Dewan Penasehat Syariah juga dapat membantu
meningkatkan kinerja bank syariah dalam pasar keuangan modern yang
jenuh dari transaksi berbasis riba.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hassan et al. (2017) dan Srairi
(2015) menunjukkan bahwa Dewan Pengawas Syariah berpengaruh positif
terhadap kinerja bank syariah. Apabila kinerja bank baik, maka akan
mempengaruhi nilai pada perusahaan tersebut. Berdasarkan penjelasan
tersebut maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Dewan Pengawas Syariah berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
2. Pengaruh Rapat Dewan Pengawas Syariah terhadap Nilai Perusahaan
Sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan BI Nomor
11/33/PBI/2009, rapat Dewan Pengawas Syariah wajib diselenggarakan
paling kurang 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan.
Rapat Dewan Pengawas Syariah dilakukan untuk me-review standar
dan kegiatan bisnis perusahaan yang sesuai dengan syariah islam serta
memberi nasihat kepada Direksi untuk mengambil keputusan berdasarkan
36
fatwanya. Semakin banyak rapat yang dilakukan DPS mencerminkan
keefektifan dalam melaksanakan tugasnya, maka tata kelola perusahaan
semakin baik. Tata kelola perusahaan yang baik akan mempengaruhi nilai
perusahaan.
Penelitian yang dilakukan Hassan, et al. (2017) juga menyatakan
bahwa aktivitas dewan pengawas syariah berpengaruh positif terhadap
kinerja bank. Berdasarkan penjelasan tersebut maka diajukan hipotesis
sebagai berikut:
H2 : Rapat Dewan Pengawas Syariah berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
3. Pengaruh Komite Audit terhadap Nilai Perusahaan
Komite Audit bertugas untuk membantu Dewan Komisaris dalam
melakukan pengawasan terhadap internal perusahaan diantaranya review
sistem pengendalian internal perusahaan, memastikan kualitas laporan
keuangan, dan meningkatkan efektifitas fungsi audit. Anggota Komite
Audit yang independen diharapkan mampu memastikan pelaporan
keuangan yang berkualitas dan lebih dipercaya. Dalam industri perbankan
Komite Audit telah diwajibkan dan diatur dalam Peraturan BI Nomor
11/33/PBI/2009. Maka dari itu keberadaan Komite Audit diharapkan
mampu meningkatkan good corporate governance sehingga para
pemegang saham merasa aman terhadap investasinya di perusahaan
tersebut. Semakin baik tata kelola sebuah perusahaan, maka akan
meningkatkan nilai perusahaan.
37
Komite Audit beranggotakan paling minimal 3 orang. Penelitian
Prastuti dan Budiasih (2015) menunjukkan bahwa komite audit
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Adanya
jumlah Komite Audit yang kurang signifikan dapat menurunkan nilai
perusahaan, hal ini dimungkinkan karena Komite Audit yang terdapat
dalam perusahaan sampel juga merupakan anggota dari Komisaris
Independen. Karena keterbatasan jumlah Komite Audit inilah maka Komite
Audit belum mampu menjalankan perannya dalam mengawasi proses
pelaporan keuangan perusahaan, sehingga dapat menurunkan nilai
perusahaan. Berdasarkan penjelasan tersebut maka diajukan hipotesis
sebagai berikut:
H3 : Komite Audit berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
4. Pengaruh Rapat Komite Audit terhadap Nilai Perusahaan
Sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 55/POJK/.04/2015 tentang Pembentukan dan Pedoman
Pelaksanaan Kerja Komite Audit, rapat Komite Audit wajib dilakukan
secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.
Rapat Komite Audit dilaksanakan untuk memberi pengawasan yang
efektif terhadap proses audit dan mengevaluasi kesesuaian laporan
keuangan dengan standar yang berlaku. Kristanti dan Syafruddin (2012)
berpendapat bahwa dengan melakukan rapat secara periodik, Komite Audit
dapat mencegah dan mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dalam
pembuatan keputusan oleh manajemen karena aktivitas pengendalian
38
internal perusahaan dilakukan secara terus menerus dan terstruktur
sehingga setiap permasalahan dapat cepat terdeteksi dan diselesaikan
dengan baik oleh manajemen.
Menurut Sharma et al. (2009) Frekuensi rapat merupakan indikasi
tingkat ketekunan anggota komite audit dalam melaksanakan tugasnya,
sehingga semakin tinggi frekuensi mengindikasikan semakin responsif
terhadap permasalahan yang dihadapi perusahaan dan akan berpengaruh
terhadap kinerja dan nilai perusahaan. Penelitian Onasis (2016)
menemukan bahwa rapat komite audit berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Berdasarkan penjelasan tersebut maka diajukan hipotesis
sebagai berikut:
H4 : Rapat Komite Audit berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
5. Pengaruh Komite Pemantau Risiko terhadap Nilai Perusahaan
Aspek pengawasan merupakan kunci penting demi berjalannya
sistem manajemen risiko perusahaan yang efektif. Dewan komisaris
berperan dalam mengawasi penerapan manajemen risiko untuk
memastikan perusahaan memiliki program manajemen risiko yang efektif
(Krus dan Orowitz, 2009 dalam Andarini dan Januarti, 2012). Dewan
Komisaris membentuk Komite Pemantau Risiko untuk membantu
menjalankan tugasnya tersebut.
Di Indonesia sendiri, perkembangan Komite Pemantau Risiko mulai
meningkat. Pemerintah mulai memandatkan pembentukan Komite
Pemantau risiko sebagai komite pengawas risiko pada industri perbankan.
39
Keberadaan Komite Pemantau Risiko dapat meningkatkan kualitas
penilaian dan pengawasan risiko, serta mendorong perusahaan untuk
mengungkapkan risiko yang dihadapi sehingga mampu meningkatkan
good corporate governance sehingga para pemegang saham merasa aman
terhadap investasinya di perusahaan tersebut. Semakin baik tata kelola
sebuah perusahaan, maka akan meningkatkan nilai perusahaan.
Hasil penelitian Srairi (2015) menunjukkan bahwa Komite
Pemantau Risiko berpengaruh positif terhadap kinerja bank. Apabila
kinerja bank meningkat, maka akan nilai perusahaan akan meningkat pula.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
H5 : Komite Pemantau Risiko berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
6. Pengaruh Rapat Komite Pemantau Risiko terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55
/POJK.03/2016 tentang penerapan tata kelola bagi bank umum, rapat
komite diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan bank dan hanya dapat
dilaksanakan jika dihadiri oleh paling sedikit 51% (lima puluh satu persen)
dari jumlah anggota komite termasuk 1 (satu) orang Komisaris Independen
dan 1 (satu) orang Pihak Independen.
Rapat Komite Pemantau Risiko dilakukan untuk mengevaluasi
kebijakan manajemen risiko bank dengan pelaksanaan kebijakan tersebut.
Semakin sering rapat tersebut diselenggarakan, maka mengurangi
kemungkinan adanya risiko-risiko bank yang terjadi. Dalam hal ini Komite
Pemantau Risiko merupakan salah satu indikator didalam tata kelola
40
perusahaan. Apabila Komite Pemantau Risiko ini menjalankan tugasnya
dengan baik, maka tata kelola perusahaannya pun semakin baik dan akan
berpengaruh pada nilai perusahaan.
Hasil penelitian Suhadak et al. (2018) dan Connelly et al. (2017)
juga mengatakan bahwa tata kelola perusahaan berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan penjelasan tersebut maka diajukan
hipotesis sebagai berikut:
H6 : Rapat Komite Pemantau Risiko berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
7. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan ukuran besar kecilnya perusahaan
yang dapat dinilai dari total aktivanya. Semakin besar perusahaan maka
cenderung lebih banyak investor yang menaruh perhatian terhadap
perusahaan tersebut. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar
cenderung mengalami pertumbuhan yang baik. Menurut Prasetyorini
(2013), Perusahaan dengan pertumbuhan yang besar akan memperoleh
kemudahan untuk memasuki pasar modal karena investor menangkap
sinyal yang positif terhadap perusahaan yang memiliki pertumbuhan besar
sehingga respon yang positif tersebut mencerminkan meningkatnya nilai
perusahaan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari
dkk (2017) yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki
pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Ukuran perusahaan yang besar
41
akan memudahkan investor dalam mendapatkan informasi tentang keadaan
perusahaan yang dapat dilihat dari nilai perusahaannya. Berdasarkan
penjelasan tersebut maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
H7 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar
2.1.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Bersambung pada halaman selanjutnya
Pengaruh Good Corporate Governance, Profitabilitas dan Ukuran
Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan
Basis Teori:
1. Agency Theory
2. Bank Umum Syariah
3. Nilai perusahaan
4. Good Corporate Governance
5. Profitabiitas
6. Ukuran Perusahaan
42
Gambar 2.1 (Lanjutan)
Kerangka Pemikiran
Dewan Pengawas Syariah (X1)
Komite Pemantau Risiko (X5)
Nilai Perusahaan
(Y)
Komite Audit (X3)
Frekuensi Rapat Dewan
Pengawas Syariah (X2)
Frekuensi Rapat Komite Audit
(X4)
Frekuensi Rapat Komite
Pemantau Risiko (X6)
Ukuran Perusahaan (X7)
Metode Analisis Data: Regresi Berganda
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisa hubungan kausalitas yang digunakan untuk menjelaskan
pengaruh dari variabel independen, variabel independen di dalam penelitian
ini yaitu Good Corporate Governance (GCG), dan ukuran perusahaan
terhadap variabel dependen, yaitu nilai perusahaan. Jenis data yang
digunakan pada penelitian ini yaitu data sekunder.
Objek penelitian pada penelitian ini adalah Bank Umum Syariah di
Indonesia periode 2014-2018. Penelitian ini termasuk ke dalam kelompok
data time series dengan melihat dari dimensi waktu yang digunakan selama
periode penelitian yaitu empat tahun, dari tahun 2014 sampai dengan 2018.
B. Metode Penentuan Sampel
Setelah menentukan ruang lingkup penelitian, peneliti selanjutnya
menentukan populasi dan sampel. Populasi adalah keseluruhan kelompok
orang, kejadian, atau hal dan minat yang ingin peneliti investigasi (Sekaran,
2011:121). Sedangkan sampel adalah sub kelompok atau sebagian dari
populasi. Dengan mempelajari sampel, peneliti akan mampu menarik
kesimpulan yang dapat digeneralisasikan terhadap populasi penelitian
(Sekaran, 2011:123). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bank
44
Umum Syariah yang sudah terdaftar pada Bank Indonesia, terdiri dari 13
Bank Umum Syariah. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu (Noor, 2011: 55). Adapun pertimbangan yang
dimaksud sebagai berikut:
1. Perusahaan Bank Umum Syariah (BUS) yang terdaftar di Bank Indonesia
dalam periode 2014-2018.
2. Perusahaan Bank Umum Syariah (BUS) yang melampirkan laporan
keuangan tahunannya di website masing-masing bank dalam periode
2014-2018.
3. Perusahaan Bank Umum Syariah (BUS) yang sudah memenuhi ketentuan
dari variabel terkait.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder. Dimana data
sekunder adalah data yang diperoleh dan dibuat oleh pihak lain yang
dikumpulkan dalam kurun waktu tertentu dari suatu sampel. Pengumpulan
data adalah prosedur sistematik dan standar untuk memperoleh data yang
diperlukan. Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, digunakan:
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Penulis memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang
sedang diteliti melalui buku, jurnal, tesis, internet, dan juga perangkat lain
yang berkaitan dengan judul penelitian. Penulis juga mengambil data dari
45
buku-buku perpustakaan, seperti teori-teori yang berhubungan dan
mendukung dalam analisis penelitian ini untuk memperoleh landasan
teoritis secara komperehensif terkait Bank Umum Syariah.
2. Penelitian Laporan Keuangan
Data utama penelitian ini didapatkan melalui laporan keuangan dari
Bank Umum Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia untuk tahun 2014-
2018. Data tersebut diperoleh dari website resmi masing-masing bank.
D. Metode Analisis Data
Sugiyono (2010:206) menyatakan bahwa analisis data merupakan
kegiatan setelah data dari seluruh responden terkumpul. Priadana dan Muis
(2009:163) mengemukakan analisis data adalah proses penyusunan data agar
dapat ditafsirkan. Dalam penelitian kali ini, metode analisis yang digunakan
adalah dengan melakukan analisis kuantitatif yang dinyatakan dengan angka-
angka yang dalam perhitungan menggunakan metode statistik yang dibantu
dengan program pengolah data statistik, yaitu SPSS versi 24.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah analisis paling sederhana dalam statistik
(Winarno, 2015:28). Statistik deskriptif memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness
(Ghozali, 2016:19).
46
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui kelayakan
penggunaan model regresi yang digunakan dalam penelitian ini sehingga
tidak menimbulkan bias dalam analisis data. Pengujian asumsi klasik
meliputi:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai
residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka
uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali,
2016:154).
Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual data
berdistribusi normal ataukah tidak yaitu dengan melihat analisis
grafik histogram dan grafik Normal Probability Plot serta uji statistik
One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Apabila pada grafik normal
probability plot tampak bahwa titik-titik menyebar berhimpit di
sekitar garis diagonal dan searah mengikuti garis diagonal maka hal
ini dapat disimpulkan bahwa residual data memiliki distribusi normal
atau data memenuhi uji asumsi klasik normalitas. Sedangkan pada uji
statistik One Sample Kolmogorov-Smirnov Test, jika terdapat nilai
signifikansi > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi
normal secara multivariat (Latan dan Temalagi, 2013).
47
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara
variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi,
maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal
adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel
independen sama dengan nol (Ghozali, 2016:103).
Dengan demikian dapat disimpulkan uji ini dilakukan untuk
melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel
bebas dalam suatu model regresi berganda.
Ghozali (2016:104) menyatakan bahwa ada beberapa cara yang
digunakan untuk mendeteksi multikolinearitas dalam model regresi
penelitian ini yaitu dilihat dari Tolerance atau Variance Inflation
Faktor (VIF) dan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Jika nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel
independen dalam model regresi.
2) Jika nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10, maka dapat
disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antar variabel
independen dalam model regresi.
48
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual
pengamatan kepengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak
terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2016:134).
1) Grafik Scatterplot
Menurut Ghozali (2016:136) untuk mendeteksi ada atau
tidaknya heterokedastisitas yaitu dapat dilihat pada grafik
scatterplot. Dasar analisis :
a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk
suatu pola yang beraturan (bergelombang, melebar,
kemudian menyempit), maka telah terjadi heterokedastisitas.
b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas
dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka mengindikasikan
tidak terjadi heterokedastisitas.
2) Uji White
Uji White adalah uji deteksi non-linearitas yang
dikembangkan dari model neural network yang ditemukan oleh
White (1989). Pada prinsipnya uji White mirip dengan kedua uji
Park maupun uji Glejser.
49
Uji White dilakukan dengan meregresikan residual kuadrat
(U2t) dengan variabel independen, variabel independen kuadrat,
dan perkalian (interaksi) variabel independen (Ghozali,
2016:139). Dengan persamaan regresi sebagai berikut:
U2t = b0 b1 + X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 +
b7X7 + b8 X12 + b9 X2
2 + b10 X32 + b11 X4
2 + b12 X5
2 + b13 X62
+ b14 X72 + b15 X1X2X3X4X5X6X7
Dari persamaan regresi ini dapatkan nilai R2 untuk menghitung
c2, dimana c2 = n x R2 (Gujarati, 2003). Pengujiannya adalah jika
c2 hitung < c2 tabel, maka hipotesis alternatif adanya
heterokedastisitas dalam model ini ditolak.
d. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2016:107) uji ini bertujuan menguji apakah
dalam model regresi ada kolerasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi, model
regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
Pengujian dilakukan dengan uji statistik non-parametrik Run
Test, yang bertujuan untuk menguji apakah antar residual terdapat
korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan
korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random.
Ketentuan dari pengujian ini adalah jika p value ≤ 0,05 (signifikan pada
0,05) berarti residual tidak acak atau terdapat hubungan korelasi antar
50
residual. Jika p value ≥ 0,05 berarti residual random atau tidak terdapat
hubungan korelasi antar residual.
3. Metode Analisis
a. Analisis Regresi Linier Berganda
Menurut Ghozali (2016:94) analisis regresi pada dasarnya
adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat)
dengan satu atau lebih variabel independen, dengan tujuan untuk
mengestimasi atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata
variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang
diketahui.
Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap nilai
perusahaan, maka digunakan alat teknik regresi linier berganda yang
dimasukkan variabel independen dan dependen ke model persamaan
regresi sebagai berikut :
Keterangan :
Y : Nilai Perusahaan
α : Konstanta
X1 : Dewan Pengawas Syariah
X2 : Rapat Dewan Pengawas Syariah
X3 : Komite Audit
X4 : Rapat Komite Audit
Y = α ± β1Xi ± β2Xi ± β3Xi ± β4Xi ± β5Xi ± β6Xi ± β7Xi ± β8Xi ± ei
51
X5 : Komite Pemantau Risiko
X6 : Rapat Komite Pemantau Risiko
X7 : Ukuran Perusahaan
β1,2,3,4,5,6,7 : Koefisien regresi dari setiap variabel independen
ei : error term
b. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur konstribusi
variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti
variabel-variabel independen mampu dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi
yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen
(Ghozali, 2016:96).
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa uji
koefisien determinasi adalah untuk mengetahui kontribusi variabel
independen terhadap variabel dependen.
4. Uji Hipotesis
a. Uji Parsial (Uji t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Tingkat signifikansi
yang digunakan adalah sebesar 5% atau 0,05.
52
Menurut Ghozali (2016:97) kriteria pengujian yang digunakan
adalah sebagai berikut:
1) Ha ditolak apabila signifikan t hitung > 0,05, artinya variabel
bebas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
terikat.
2) Ha diterima apabila signifikan t hitung < 0,05, artinya variabel
bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.
b. Uji Simultan (Uji F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model
memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen
atau terikat. Tingkat signifikansi yang digunakan adalah sebesar 5%
atau 0,05.
Menurut Ghozali (2016:96) kriteria pengujian yang digunakan
adalah sebagai berikut:
1) Ha ditolak apabila nilai signifikansi probabilitas pada hasil output
analisis SPSS untuk uji F > 0,05, artinya variabel bebas secara
bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel terikat.
2) Ha diterima apabila nilai signifikansi probabilitas pada hasil
output analisis SPSS untuk uji F < 0,05, artinya variabel bebas
secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel terikat.
53
E. Operasional Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua
jenis variabel, yaitu:
1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen sering disebut dengan variabel terikat yaitu
variabel yang disebabkan atau dipengaruhi oleh adanya variabel bebas/
variabel independen. Besarnya perubahan pada variabel dependen
tergantung dari besarnya variabel bebas atau independen. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah Nilai Perusahaan yang diukur
dengan Earning per Share (EPS).
2. Variabel Independen (X)
Variabel independen yaitu variabel yang menjadi sebab terjadinya
atau terpengaruhinya variabel dependen. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah Good Corporate Governance (GCG) dan Ukuran
Perusahaan.
Definisi operasional dari masing-masing variabel akan dijelaskan
sebagai berikut:
54
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Pegukuran Variabel Skala
1 Nilai
Perusahaan
Nilai perusahaan
merupakan nilai
jual perusahaan
atau nilai tambah
bagi pemegang
saham yang
tercermin dari
harga saham
pasarnya.
(Herawaty, 2008)
EPS=
(Awaliyah dan Safriliana, 2016)
Rasio
2
Dewan
Pengawas
Syariah
Dewan Pengawas
Syariah adalah
dewan yang
bertugas
memberikan
nasihat dan saran
kepada direksi
serta mengawasi
kegiatan bank
agar sesuai
dengan prinsip
syariah.
(PBI No.
11/33/PBI/2009)
Jumlah anggota Dewan
Pengawas Syariah perusahaan
yang disebutkan dalam laporan
tahunan
(Kholid dan Bachtiar, 2015)
Rasio
3
Rapat
Dewan
Pegawas
Syariah
Rapat Dewan
Pengawas Syariah
wajib
diselenggarakan
paling kurang 1
(satu) kali dalam
1 (satu) bulan.
(PBI No.
11/33/PBI/2009)
Jumlah rapat yang
diselenggarakan oleh Dewan
Pegawas Syariah dalam satu
tahun
(Widayuni dan Harto, 2014)
Rasio
55
Tabel 3.1 (Lanjutan)
4 Komite
Audit
Komite yang
dibentuk oleh
Dewan Komisaris
dalam rangka
mendukung
efektivitas
pelaksanaan tugas
dan tanggung
jawabnya.
(PBI No.
11/33/PBI/2009)
Jumlah anggota Komite Audit
perusahaan yang disebutkan
dalam laporan tahunan
(Kholid dan Bachtiar, 2015)
Rasio
5
Rapat
Komite
Audit
Rapat Komite
Audit diadakan
secara berkala
paling sedikit 1
(satu) kali dalam
3 (tiga) bulan.
(Peraturan OJK
No. 55/POJK/.04/
2015)
Jumlah rapat yang
diselenggarakan oleh Komite
Audit dalam satu tahun
(Onasis, 2016)
Rasio
6
Komite
Pemantau
Risiko
Komite yang
dibentuk oleh
Dewan Komisaris
dalam rangka
mendukung
efektivitas
pelaksanaan tugas
dan tanggung
jawabnya.
(PBI No.
11/33/PBI/2009)
Jumlah anggota Komite
Pemantau Risiko perusahaan
yang disebutkan dalam laporan
tahunan
(Srairi, 2015)
Rasio
56
Tabel 3.1 (Lanjutan)
7
Rapat
Komite
Pemantau
Risiko
Rapat komite
diselenggarakan
sesuai dengan
kebutuhan bank
dan hanya dapat
dilaksanakan jika
dihadiri oleh
paling sedikit
51% (lima puluh
satu persen) dari
jumlah anggota
komite termasuk
1 (satu) orang
Komisaris
Independen dan 1
(satu) orang Pihak
Independen.
(Peraturan OJK
Nomor 55
/POJK.03/2016)
Jumlah rapat yang
diselenggarakan oleh Komite
Pemantau Risiko dalam satu
tahun
(Onasis, 2016)
Rasio
8 Ukuran
Perusahaan
suatu ukuran yang
menunjukan besar
kecilnya suatu
perusahaan,
antara lain total
penjualan, rata-
rata tingkat
penjualan, dan
total aktiva.
Widjaja, 2009)
Log n Total Aset
(Srairi, 2015)
Rasio
57
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Umum
Syariah (BUS) yang ada di Indonesia selama periode 2014-2018. Objek
yang berhasil diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 8 bank umum
syariah dengan total data 40 laporan keuangan perusahaan. Fokus
penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh implementasi good
corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan
pada bank umum syariah.
2. Deskripsi Sampel Penelitian
Objek yang digunakan dalam penelitian dipilih menggunakan
metode purposive sampling. Sehingga sampel dalam penelitian ini dapat
merepresentasikan tujuan penelitian. Berdasarkan kriteria sampel yang
telah ditetapkan didapatkan total 9 perusahaan yang memenuhi kriteria
sampel dan hanya 8 perusahaan saja yang dapat diolah. Data diperoleh
melalui www.sahamok.com dan website masing-masing bank.
Berikut ini adalah perincian perolehan sampel kriteria-kriteria yang
telah ditetapkan dan ditampilkan dalam Tabel 4.1.
58
Tabel 4.1
Kriteria Penentuan Sampel
No. Kriteria Jumlah
1 Bank umum syariah yang ada di Indonesia dalam
periode 2014-2018
13
2 Bank Umum Syariah (BUS) yang tidak
melampirkan laporan keuangan tahunannya di
website masing-masing bank
(1)
3 Bank umum syariah yang tidak memiliki data yang
dibutuhkan dalam penelitian
(3)
4 Bank umum syariah yang memenuhi kriteria 9
5 Bank umum syariah yang teridentifikasi sebagai
outlier
(1)
6 Total bank umum syariah yang akan dianalisis 8
Total sampel data selama 5 tahun dari tahun 2014
sampai dengan tahun 2018
40
Sumber: Data Sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat bahwa sampel yang
digunakan dalam penelitian ini berjumlah 8 perusahaan. Sampel tersebut
dipilih karena telah memenuhi kriteria yang ditentukan sesuai dengan
kebutuhan analisis penelitian. Daftar nama perusahaan yang digunakan
dalam penelitian ini dijelaskan dalam Tabel 4.2 dengan nama perusahaan
sebagai berikut:
Tabel 4.2
Sampel Data Penelitian
No. Kode Nama Perusahaan
1 BCAS BCA Syariah
2 BNIS BNI Syariah
3 BRIS BRI Syariah
4 BSB Bank Syariah Bukopin
5 BSM Bank Syariah Mandiri
6 BMI Bank Muamalat Indonesia
7 BPDS Bank Panin Dubai Syariah
8 BVS Bank Victoria Syariah
Sumber: Diolah dari berbagai sumber
59
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Uji Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran
atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, maksimum dan minimum (Ghozali, 2016). Variabel-variabel
yang digunakan dalam penelitian ini antara lain good corporate
governance dan ukuran perusahaan sebagai variabel independen, dan
nilai perusahaan sebagai variabel dependen.
Tabel 4.3
Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
EPS 40 -176,051 184731,935 19428,52800 44564,462540
DPS 40 2 3 2,25 ,439
RDPS 40 9 30 15,00 4,793
KA 40 2 7 4,05 1,449
RKA 40 4 27 13,25 5,714
KPR 40 2 7 3,98 1,250
RKPR 40 2 59 13,88 10,859
SIZE 40 1.379.265.628.842 98.341.116.000.000 30,27038 1,286459
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan tabel hasil statistik deskriptif diperoleh total data
sebanyak 40 data observasi yang berasal dari perkalian periode 5 tahun
penelitian dari 2014 sampai 2018 dengan jumlah sampel sebanyak 8
perusahaan. Tabel 4.3 menggambarkan statistik deskriptif untuk variabel
independen (DPS, RDPS, KA, RKA, KPR, RKPR, SIZE) dan variabel
dependen (EPS).
60
Hasil statistik deskriptif terhadap variabel independen dewan
pengawas syariah yang diproksikan dengan DPS menunjukan nilai
minimum sebesar 2 dan nilai maksimum sebesar 3 dengan nilai rata-rata
(mean) sebesar 2,25 dan nilai standar deviasi sebesar 0,439. Hal ini
menunjukan bahwa pada data sampel yang berjumlah 40, dewan
pengawas syariah memiliki nilai paling rendah sebesar 2 yaitu pada yaitu
pada BCA Syariah, BNI Syariah, BRI Syariah, Bank Syariah Bukopin,
Bank Panin Syariah dan Bank Victoria Syariah, di tahun 2014 hingga
2018, dan nilai tertinggi sebesar 3 diperoleh dari Bank Muamalat
Indonesia dan Bank Syariah Mandiri di tahun 2014 hingga 2018. Nilai
rata-rata dewan pengawas syariah berjumlah 2,25, artinya rata-rata bank
syariah di Indonesia pada periode 2014–2018 memiliki dewan pengawas
syariah sebanyak 2 anggota, nilai standar deviasi, 0,439 maka suatu
sampel akan berjarak plus 0,439 atau minus 0,439 dari nilai rata-rata.
Hasil statistik deskriptif terhadap variabel independen rapat dewan
pengawas syariah yang diproksikan dengan RDPS menunjukan nilai
minimum sebesar 9, nilai maksimum rapat dewan pengawas syariah
sebesar 30 dan nilai rata-rata (mean) sebesar 15,00 yang artinya jumlah
rapat dewan pengawas syariah pada bank syariah di Indonesia periode
2014 - 2018 rata-rata dilakukan sebanyak 15 kali dalam setahun dan nilai
standar deviasi sebesar 4,793 maka suatu sampel akan berjarak plus
4,793 atau minus 4,793 dari nilai rata-rata.
61
Hasil statistik deskriptif terhadap variabel independen komite audit
yang diproksikan dengan KA menunjukan nilai minimum sebesar 2 yang
diperoleh dari Bank Syariah Bukopin pada tahun 2014 dan 2018, nilai
maksimum sebesar 7 yaitu BRI Syariah pada tahun 2015 dan Bank
Syariah Mandiri pada tahun 2015, 2017, dan 2018. Nilai rata-rata (mean)
sebesar 4,05 yang menunjukkan bahwa rata-rata komite audit yang
dimiliki oleh bank syariah di Indonesia periode 2014-2018 adalah
sebanyak 4 anggota, nilai standar deviasi sebesar 1,449 maka suatu
sampel akan berjarak plus 1,449 atau minus 1,449 dari nilai rata-rata.
Hasil statistik deskriptif terhadap variabel independen rapat komite
audit yang diproksikan dengan RKA menunjukan nilai minimum sebesar
4, nilai maksimum rapat komite audit sebesar 27 dan nilai rata-rata
(mean) sebesar 13,25 yang artinya jumlah rapat komite audit bank
syariah di Indonesia periode 2014 - 2018 rata-rata dilakukan sebanyak 13
kali dalam setahun dan nilai standar deviasi sebesar 5,714 maka suatu
sampel akan berjarak plus 5,714 atau minus 5,714 dari nilai rata-rata.
Hasil statistik deskriptif terhadap variabel independen komite
pemantau risiko yang diproksikan dengan KPR menunjukan nilai
minimum sebesar 2 yang diperoleh dari Bank Syariah Bukopin pada
tahun 2018, nilai maksimum sebesar 7 yaitu pada Bank Syariah Mandiri
pada tahun 2018. Nilai rata-rata (mean) sebesar 3,98 yang menunjukkan
bahwa rata-rata komite pemantau risiko yang dimiliki oleh bank syariah
di Indonesia periode 2014-2018 adalah sebanyak 4 anggota, nilai standar
62
deviasi sebesar 1,250 maka suatu sampel akan berjarak plus 1,250 atau
minus 1,250 dari nilai rata-rata.
Hasil statistik deskriptif terhadap variabel independen rapat komite
pemantau risiko yang diproksikan dengan RKPR menunjukan nilai
minimum sebesar 2, nilai maksimum rapat komite pemantau risiko
sebesar 59 dan nilai rata-rata (mean) sebesar 13,88 yang artinya jumlah
rapat komite pemantau risiko bank syariah di Indonesia periode 2014 -
2018 rata-rata dilakukan sebanyak 14 kali dalam setahun dan nilai
standar deviasi sebesar 10,859 maka suatu sampel akan berjarak plus
10,859 atau minus 10,859 dari nilai rata-rata.
Hasil statistik deskriptif terhadap variabel independen ukuran
perusahaan yang diproksikan dengan SIZE menunjukan nilai minimum
sebesar 1.379.265.628.842, nilai maksimum sebesar 98.341.116.000.000
dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 30,27038 dan nilai standar deviasi
sebesar 1,286459. Nilai minimum terjadi pada Bank Victoria Syariah
tahun 2015, hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2015 Bank Victoria
Syariah memiliki aset paling rendah. Sedangkan, nilai maksimum terjadi
pada Bank Syariah Mandiri tahun 2018 yang menunjukkan bahwa pada
tahun tersebut Bank Syariah Mandiri memiliki aset paling tinggi.
Hasil statistik deskriptif terhadap variabel dependen nilai
perusahaan yang diproksikan dengan EPS menunjukan nilai minimum
sebesar -176,051, nilai maksimum sebesar 184731,935 dengan nilai
63
rata-rata (mean) sebesar 19428,52800 dan nilai standar deviasi sebesar
44564,462540. Nilai minimum terjadi pada Bank Victoria Syariah pada
tahun 2014 sedangkan nilai maksimum terjadi pada BNI Syariah tahun
2016. Hal ini menunjukkan bahwa Bank Victoria Syariah memiliki nilai
perusahaan yang paling rendah. Sebaliknya, BNI Syariah memiliki nilai
perusahaan yang paling tinggi.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan
bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini
dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel
kecil (Ghozali, 2016:154). Ada dua cara untuk mendeteksi apakah
residual data berdistribusi normal ataukah tidak yaitu dengan melihat
analisis grafik histogram dan grafik Normal Probability Plot serta
uji statistik One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. (Latan dan
Temalagi, 2013).
Berikut ini grafik histogram dan grafik normal p-plot dari hasil
pengujian menggunakan SPSS:
64
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Grafik Histogram
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat bahwa grafik histogram
menunjukkan kemencengan yang berarti bahwa data tidak
terdistribusi normal. Untuk mendukung hasil analisis grafik
histogram di atas, maka dilakukan analisis terhadap grafik normal
probability plot yang dilihat dari penyebaran titik-titik di sekitar
garis diagonal. Apabila titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal
dan mengikuti arah garis diagonal maka dapat dikatakan data
terdistribusi normal dan sebaliknya. Hasil uji normalitas dengan
grafik normal probability plot dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut:
65
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas Grafik Normal P-Plot
Sumber: Output SPSS yang diolah
Dalam grafik normal probability plot di atas dapat disimpulkan
bahwa titik-titik terlihat menyebar jauh dari garis diagonal dan
dalam penyebarannya jauh dari garis diagonal.
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 45
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 147697,53680000
Most Extreme Differences Absolute ,220
Positive ,220
Negative -,140
Test Statistic ,220
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber: Output SPSS yang diolah
66
Hasil uiji normalitas di atas menunjukkan bahwa data tidak
terdistribusi normal karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05. Tidak
terpenuhinya distribusi normal ini dikarenakan terdapat beberapa
data outlier. Agar asumsi normal dapat terpenuhi, maka data-data
yang merupakan outlier harus dibuang. Untuk mendeteksi data mana
saja yang merupakan outlier, digunakan metode casewise
diagnostic.
Setelah dilakukan deteksi outlier dengan metode casewise
diagnostic, didapatkan perusahaan yang merupakan outlier yaitu
Bank BTPN Syariah. Data-data dari perusahaan tersebut dikeluarkan
dari penelitian sehingga data yang tersisa adalah 40 sampel, atau
terdiri dari 8 perusahaan. Berikut adalah hasil uji normalitas data
setelah outlier:
Gambar 4.3
Hasil Uji Normalitas Grafik Histogram Setelah Outlier
Sumber: Output SPSS yang diolah
67
Berdasarkan Gambar 4.3 di atas, terlihat bahwa bentuk
histogram menggambarkan data yang terdistribusi normal atau
mendekati normal karena membentuk seperti lonceng. Kemudian
untuk mendukung hasil analisis grafik histogram di atas, maka
dilakukan analisis terhadap grafik normal probability plot seperti
berikut:
Gambar 4.4
Hasil Uji Normalitas Grafik Normal P-Plot Setelah Outlier
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan gambar 4.4 dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar
dan berhimpit disekitar garis diagonal serta penyebarannya tidak
menjauh dari garis diagonal yang berarti bahwa data terdistribusi
normal.
Untuk lebih meningkatkan hasil uji normalitas data dan
melengkapi uji grafik histogram dan grafik normal P-Plot, maka
peneliti menggunakan uji statistik yaitu uji One Sample
68
Kolmogorov-Smirnov. Berikut Tabel 4.5 menunjukan hasil dari uji
One Sample Kolmogorov Smirnov:
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 40
Normal
Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation 31388,39635000
Most Extreme
Differences
Absolute ,119
Positive ,119
Negative -,068
Test Statistic ,119
Asymp. Sig. (2-tailed) ,157c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan nilai Asymp. Sig. (2-
tailed) pada hasil uji One Sample Kolmogorov-Smirnov sebesar
0,157. Nilai tersebut lebih besar dari nilai signifikansinya yaitu 0,05.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data penelitian sudah
berdistribusi normal dan memperkuat hasil analisis grafik.
b. Hasil Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah ada
atau tidaknya korelasi antar variabel independen dalam model
regresi. Uji multikolinieritas yang digunakan pada penelitian ini
adalah analisis nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor).
69
Berikut Tabel 4.7 menunjukan hasil dari uji multikolinearitas dengan
program SPSS:
Tabel 4.6
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 DPS ,440 2,270
RDPS ,843 1,186
KA ,249 4,015
RKA ,642 1,558
KPR ,244 4,103
RKPR ,555 1,803
SIZE ,265 3,780
a. Dependent Variables: EPS
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas di atas dapat terlihat
bahwa penelitian ini terbebas dari multikolinearitas karena memiliki
nilai Tolerance lebih dari 0,10 dan nilai VIF tidak lebih dari 10.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala
multikolinearitas antar variabel.
c. Hasil Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah nilai
dalam model regresi terdapat ketidaksamaan variance dari residual
suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Diagnostik adanya heteroskedastisitas dalam uji regresi dapat
diidentifikasi dari pola scatterplot dan uji white.
70
1) Analisis Grafik Scatterplot
Gambar 4.5
Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Scatterplot
Sumber: Output SPSS yang diolah
Dari grafik scatterplot pada gambar 4.5 di atas terlihat
bahwa titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y. Namun masih terdapat titik yang belum menyebar
merata atau masih berada pada satu tumpukan. Maka peneliti
akan menggunakan perhitungan uji white sebagai berikut:
2) Uji White
Tabel 4.7
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan White-Test
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,724a ,524 ,286 1378664861,00000
a. Predictors: (Constant), X1X2X3X4X5X6X7, RDPS2, RKA, KPR2, DPS, SIZE,
KA, RKPR2, RKA2, RKPR, RDPS, KPR, KA2
b. Dependent Variable: RES2
71
Berdasarkan tabel model summary maka dapat diketahui
nilai R Square yang akan digunakan untuk menghitung nilai C2.
Nilai R Square (R2) dikalikan dengan jumlah N yang akan
menghasilkan nilai C2.
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -17809484360,000 11666980770,000 -1,526 ,139
DPS -397219722,000 212808269,500 -,534 -1,867 ,073
RDPS -60499878,400 316164521,400 -,178 -,191 ,850
KA -499903962,700 1593809154,000 -,444 -,314 ,756
RKA -54623598,010 218399432,400 -,191 -,250 ,804
KPR -23394435,490 144382890,400 -,163 -,162 ,873
RKPR -116230627,800 121218778,600 -,773 -,959 ,346
SIZE 755171946,200 389726039,600 ,595 1,938 ,064
RDPS2 772607,104 8217625,724 ,085 ,094 ,926
KA2 43241544,670 174667430,400 ,360 ,248 ,806
RKA2 8995387,364 7291168,568 ,945 1,234 ,228
KPR2 1459389,673 2540776,874 ,517 ,574 ,571
RKPR2 1698518,750 1639625,047 ,638 1,036 ,310
X1X2X3X4X5X6X7 -4,310 7,986 -,378 -,540 ,594
a. Dependent Variable: RES2
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan tabel 4.7 model summary menunjukkan R2
sebesar 0,524 dengan jumlah N = 40, maka diperoleh nilai C2 =
0,524 x 40 = 20,96. Nilai C2 tabel dalam tingkat signifikan α =
0,05 adalah 55,758. Dikarenakan nilai C2 hitung = 20,96 < C2
72
tabel = 55,758 maka hal ini menandakan Ho ditolak atau model
persamaaan analisa jalur antara dewan pengawas syariah, rapat
dewan pengawas syariah, komite audit, rapat komite audit,
komite pemantau risiko, rapat komite pemantau risiko dan
ukuran perusahan terhadap nilai perusahaan terbebas dari
asumsi heteroskedastisitas. Pengujian ini menggunakan rumus
sebagai berikut:
U2t = b0 b1 + X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 +
b7X7 + b8 X12 + b9 X2
2 + b10 X32 + b11 X4
2 + b12 X5
2 + b13 X62
+ b14 X72 + b15 X1X2X3X4X5X6X7
d. Hasil Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode 1 dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan terjadi masalah autokorelasi
(Ghozali, 2016:107).
Dalam menguji masalah autokorelasi pada penelitian ini,
peneliti menggunakan cara Run Test. Berikut Tabel 4.8
menunjukkan hasil uji Run Test dengan program SPSS:
73
Tabel 4.8
Hasil Uji Autokorelasi dengan Run Test
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea -1360,15523
Cases < Test Value 20
Cases >= Test Value 20
Total Cases 40
Number of Runs 17
Z -1,121
Asymp. Sig. (2-tailed) ,262
a. Median
Sumber: Output SPSS yang diolah
Dari Tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa nilai signifikan
adalah sebesar 0,262 atau nilai Asymp Sig (2-tailed) lebih dari 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi linear pada
penelitian ini tidak terjadi autokorelasi.
3. Analisis Hasil Regresi Linear Berganda
Setelah pengujian model memenuhi uji asumsi klasik, kemudian
dilakukan pengujian analisis regresi linear berganda untuk mengetahui
pengaruh dewan pengawas syariah, rapat dewan pengawas syariah,
komite audit, rapat komite audit, komite pemantau risiko, rapat komite
pemantau risiko, ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan bank
syariah. Hasil regresi dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini:
74
Tabel 4.9
Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -291451,198 217807,119 -1,338 ,190
DPS -55302,920 19065,354 -,544 -2,901 ,007
RDPS -130,251 1260,749 -,014 -,103 ,918
KA -17502,432 7672,792 -,569 -2,281 ,029
RKA 3215,060 1211,871 ,412 2,653 ,012
KPR 23619,438 8988,711 ,663 2,628 ,013
RKPR 43,197 686,095 ,011 ,063 ,950
SIZE 12258,313 8386,149 ,354 1,462 ,154
a. Dependent Variable: EPS
Sumber : Output SPSS yang diolah
Berdasarkan hasil analisis regresi diatas maka diperoleh persamaan
regresi sebagai berikut:
Y = -291451,198 – 55302,920 X1 - 130,251 X2 - 17502,432 X3 +
3215,060 X4 + 23619,438 X5 + 43,197 X6 + 12258,313 X7
Keterangan :
Y = Nilai Perusahaan
X1 = Dewan Pengawas Syariah
X2 = Rapat Dewan Pengawas Syariah
X3 = Komite Audit
X4 = Rapat Komite Audit
X5 = Komite Pemantau Risiko
75
X6 = Rapat Komite Pemantau Risiko
X7 = Ukuran Perusahaan
4. Hasil Pengujian Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Koefisien determinasi dapat dilihat pada Tabel 4.10
berikut ini:
Tabel 4.10
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 ,710a ,504 ,395 34651,851310 2,127
a. Predictors: (Constant), SIZE, RKA, RDPS, RKPR, DPS, KA, KPR
b. Dependent Variable: EPS
Sumber : Output SPSS yang diolah
Berdasarkan hasil uji R2 pada tabel 4.10 besarnya adjusted R
Square adalah 0,395. Hal ini berarti sebesar 39,5% variasi variabel
dependen nilai perusahaan dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel
independen dewan pengawas syariah, rapat dewan pengawas
syariah, komite audit, rapat komite audit, komite pemantau risiko,
rapat komite pemantau risiko, dan ukuran perusahaan, sedangkan
61,5% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini. Contoh variabel Intellectual Capital yang dilakukan
76
oleh Awaliyah dan Safriliana (2016) dan juga variabel Corporate
Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh Wulandari dkk
(2017).
b. Uji Signifikansi Parameter Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah model penelitian
yang digunakan fit atau tidak. Hasil uji F dapat dilitah pada Tabel
4.11 berikut ini:
Tabel 4.11
Hasil Uji Statistik F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 39029635950,000 7 5575662279,000 4,643 ,001b
Residual 38424025580,000 32 1200750799,000
Total 77453661530,000 39
a. Dependent Variable: EPS
b. Predictors: (Constant), SIZE, RKA, RDPS, RKPR, DPS, KA, KPR
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan hasil uji statistik F pada tabel 4.11, diperoleh nilai
signifikansi 0,001. Karena nilai signifikansi jauh lebih kecil dari
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel dewan pengawas
syariah, rapat dewan pengawas syariah, komite audit, rapat komite
audit, komite pemantau risiko, rapat komite pemantau risiko dan
ukuran perusahaan secara bersama-sama berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
77
c. Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Uji statistik t digunakan untuk melihat seberapa jauh pengaruh
satu variabel independen secara individual dalam rangka
menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2016:97). Hasil
uji statistik t disajikan pada tabel 4.12 berikut ini:
Tabel 4.12
Hasil Uji Statistik t
coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t sig
B Std. Error Beta
1 (Constant) -291451,198 217807,119 -1,338 ,190
DPS -55302,920 19065,354 -,544 -2,901 ,007
RDPS -130,251 1260,749 -,014 -,103 ,918
KA -17502,432 7672,792 -,569 -2,281 ,029
RKA 3215,060 1211,871 ,412 2,653 ,012
KPR 23619,438 8988,711 ,663 2,628 ,013
RKPR 43,197 686,095 ,011 ,063 ,950
SIZE 12258,313 8386,149 ,354 1,462 ,154
a. Dependent Variable: EPS
Sumber : Output SPSS yang diolah
Berdasarkan hasil uji statistik t pada tabel 4.12 di atas, dari total
7 (tujuh) variabel yang dimasukkan model regresi, terdapat 4
(empat) variabel yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan bank
syariah karena memiliki nilai signifikansi kurang dari 0,05, yaitu
variabel dewan pengawas syariah dengan nilai signifikansi 0,007,
komite audit dengan nilai signifikansi 0,029, rapat komite audit
dengan nilai signifikansi 0,012, dan komite pemantau risiko dengan
nilai signifikansi 0,013. Sedangkan variabel rapat dewan pengawas
78
syariah yang memiliki nilai signifikansi 0,918, rapat komite
pemantau risiko yang memiliki nilai signifikansi 0,950, dan ukuran
perusahaan yang memiliki nilai signifikansi 0,154 tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan bank syariah karena memiliki nilai
signifikansi lebih dari 0,05.
C. Pembahasan
1. Pengaruh Dewan Pengawas Syariah terhadap Nilai Perusahaan
Pengaruh dewan pengawas syariah yang dilambangkan dengan DPS
terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan EPS berdasarkan
tabel 4.12 memiliki nilai signifikansi 0,007 atau lebih kecil dari 0,05.
Penelitian ini menunjukkan arah negatif, dilihat dari nilai standardized
coefficient beta sebesar -0,544. Dengan demikian hipotesis pertama (H1)
diterima, artinya dewan pengawas syariah berpengaruh terhadap nilai
perusahaan pada bank umum syariah di Indonesia. Namun semakin
tinggi jumlah DPS yang dimiliki perusahaan, maka nilai perusahaan akan
mengalami penurunan begitupun sebaliknya.
Dengan menggunakan sistem syariah, bank syariah wajib memiliki
dewan pengawas syariah di dalam strukturnya. Dewan pengawas syariah
merupakan bagian penting dalam bank syariah untuk mengawasi
kepatuhan bank syariah terhadap ketentuan syariah dalam setiap
aktivitasnya. Menurut Satifa dan Suprapto (2014) peran DPS dalam
perbankan syariah merupakan aspek yang sangat penting karena hal ini
79
menyangkut reputasi perbankan syariah dimata masyarakat sebagai
cerminan bagi bank syariah yang telah melaksanakan prinsip syariah
dalam kegiatannya.
Dalam penelitian ini bank syariah yang meningkatkan jumlah DPS-
nya justru menurunkan nilai perusahaan yang diukur dengan EPS. Jadi
ketika laba yang dihasilkan menurun, maka hal ini akan mempengaruhi
laba per lembar saham yang akan diterima investor. Ketika laba per
lembar saham bank umum syariah tidak menunjukkan nilai yang tinggi
maka minat investor untuk menanamkan modalnya akan semakin
menurun dimana harapan investor untuk memperoleh return yang tinggi
tidak dapat tercapai sehingga perusahaan dimata publik tidak mempunyai
nilai perusahaan yang baik. Hal ini terjadi karena adanya penambahan
beban gaji untuk anggota DPS. Pengeluaran yang dilakukan perusahaan
tidak lain untuk keberhasilan perusahaan dalam mengelola bisnisnya
agar semua kegiatan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan syariah dan
menghasilkan keuntungan yang optimal.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Hassan et al. (2017) dan Srairi (2015) yang menyatakan bahwa DPS
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Namun, penelitian ini tidak
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kholid dan Bachtiar (2015)
dan juga Widayuni dan Harto (2014).
80
2. Pengaruh Rapat Dewan Pengawas Syariah terhadap Nilai
Perusahaan
Pengaruh rapat dewan pengawas syariah yang dilambangkan dengan
RDPS terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan EPS
berdasarkan tabel 4.12 memiliki nilai signifikansi 0,918 atau lebih besar
dari 0,05. Penelitian ini menunjukkan nilai standardized coefficient beta
sebesar -0,014. Dengan demikian hipotesis kedua (H2) ditolak, artinya
rapat dewan pengawas syariah tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan pada bank umum syariah di Indonesia.
Dalam melaksanakan fungsinya, dewan pengawas syariah harus
mengadakan pertemuan minimal satu kali dalam satu bulan. Dengan
adanya rapat tersebut DPS dapat mengawasi dan memberi saran kepada
manajemen agar tidak keliru dalam pengambilan keputusan, dimana
setiap keputusan yang diambil harus sesuai dengan ketentuan syariah.
Menurut Rismayani dan Nanda (2018) pertemuan yang dilakukan DPS
akan mencerminkan seberapa baik kinerja DPS dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa rapat dewan pengawas
syariah tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini
menunjukkan bahwa pertemuan yang rata-rata dilakukan sebanyak 15
kali dalam periode 2014-2018 kurang efektif. Hal tersebut
mengindikasikan jumlah rapat belum tentu mencerminkan kualitas dari
rapat tersebut. Adanya rangkap jabatan oleh DPS juga mempengaruhi
81
keefektifan rapat. Setiap lembaga syariah mewajibkan adanya DPS, akan
tetapi jumlah sumber daya manusianya tidak mumpuni sehingga banyak
DPS yang merangkap jabatan. Hal tersebut memungkinkan DPS tidak
dapat menghadiri rapat karena jadwal kegiatan yang bertabrakan dengan
perusahaan lainnya. Sehingga kegiatan rapat tersebut kurang efektif dan
keputusan yang dihasilkan kurang optimal.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rismayani dan Nanda (2018) yang menyatakan bahwa rapat DPS tidak
berpengaruh terhadap Kinerja Maqasid Syariah. Widayuni dan Harto
(2014) juga menemukan bahwa rapat DPS tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan Corporate Social Responsibility pada perbankan syariah
di Indonesia dan Malaysia.
3. Pengaruh Komite Audit terhadap Nilai Perusahaan
Pengaruh komite audit yang dilambangkan dengan KA terhadap
nilai perusahaan yang diproksikan dengan EPS berdasarkan tabel 4.12
memiliki nilai signifikansi 0,029 atau lebih kecil dari 0,05. Penelitian ini
menunjukkan arah negatif, dilihat dari nilai standardized coefficient
beta sebesar -0,569. Dengan demikian hipotesis ketiga (H3) diterima,
artinya komite audit berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada bank
umum syariah di Indonesia. Namun semakin tinggi jumlah komite audit
yang dimiliki perusahaan, maka nilai perusahaan akan mengalami
penurunan begitupun sebaliknya.
82
Komite audit bertugas untuk melakukan pengawasan dan
mengevaluasi proses pelaporan keuangan yang dilakukan manajemen
agar tidak terdapat kesalahan atau manipulasi data sehingga laporan
keuangan yang diberikan kepada para stakeholder berisi informasi yang
berkualitas dan dapat dipertanggung jawabkan.
Jumlah komite audit telah diatur dalam peraturan Bank Indonesia
yaitu minimal sebanyak 3 (tiga) orang. Akan tetapi dalam praktiknya,
banyak bank syariah yang memiliki komite audit lebih dari tiga orang.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa bank syariah sudah memahami
pentingnya keberadaan komite audit untuk meningkatkan nilai
perusahaannya.
Dalam penelitian ini bank syariah yang meningkatkan jumlah
komite auditnya justru menurunkan nilai perusahaan yang diukur dengan
EPS. Apabila laba yang dihasilkan menurun, maka akan mempengaruhi
laba per saham yang akan didapat oleh investor. Ketika laba per lembar
saham bank umum syariah tidak menunjukkan nilai yang tinggi maka
minat investor untuk menanamkan modalnya akan semakin menurun
dimana harapan investor untuk memperoleh return yang tinggi tidak
dapat tercapai sehingga perusahaan dimata publik tidak mempunyai nilai
perusahaan yang baik. Hal ini dikarenakan adanya penambahan biaya
gaji untuk anggota komite audit. Pengeluaran tersebut dilakukan semata-
mata untuk keberhasilan perusahaan dalam hal pengawasan pengelolaan
83
keuangan agar tata kelola perusahaannya baik dan menghasilkan
keuntungan yang optimal.
Hasil penelitian ini mendukung penelitan yang dilakukan oleh
Onasis (2016), Alqatamin (2018) dan Mangatas dkk (2018) yang
menyatakan bahwa komite audit berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Namun tidak mendukung penelitian dari Kholid dan Bachtiar (2015) dan
juga penelitian dari Prastuti dan Budiasih (2015) yang menyatakan
bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
4. Pengaruh Rapat Komite Audit terhadap Nilai Perusahaan
Pengaruh rapat komite audit yang dilambangkan dengan RKA
terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan EPS berdasarkan
tabel 4.12 memiliki nilai signifikansi 0,012 atau lebih kecil dari 0,05.
Penelitian ini menunjukkan arah positif, dilihat dari nilai standardized
coefficient beta sebesar 0,412. Dengan demikian hipotesis keempat (H4)
diterima, artinya rapat komite audit berpengaruh terhadap nilai
perusahaan pada bank umum syariah di Indonesia.
Rapat komite audit merupakan pertemuan yang dilakukan antar
anggota komite audit maupun pertemuan antara anggota komite audit
dengan dewan komisaris. Menurut Tornyeva dan Wereko (2012) dalam
Onasis (2016) jumlah rapat yang diselenggarakan oleh komite audit pada
suatu periode mencerminkan efektifitas komite audit dalam menjalankan
tanggung jawabnya.
84
Dengan dilaksanakannya rapat secara rutin, komite audit dapat
mencegah atau meminimalisir kesalahan informasi yang dituangkan
dalam laporan keuangan, sehingga informasi yang diterima stakeholder
dapat dipertanggungjawabkan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Onasis (2016) yang menyatakaan bahwa rapat komite audit berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan.
5. Pengaruh Komite Pemantau Risiko terhadap Nilai Perusahaan
Pengaruh komite pemantau risiko yang dilambangkan dengan KPR
terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan EPS berdasarkan
tabel 4.12 memiliki nilai signifikansi 0,013 atau lebih kecil dari 0,05.
Penelitian ini menunjukkan arah positif, dilihat dari nilai standardized
coefficient beta sebesar 0,663. Dengan demikian hipotesis kelima (H5)
diterima, artinya komite pemantau risiko berpengaruh terhadap nilai
perusahaan pada bank umum syariah di Indonesia.
Hal ini menunjukkan bahwa jumlah komite pemantau risiko
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Jumlah
komite pemantau risiko telah diatur dalam peraturan Bank Indonesia
yaitu minimal 3 orang yang terdiri dari pihak-pihak independen dan
diketuai oleh komisaris independen. Adanya komite pemantau risiko
sangat membantu manajemen dalam mencegah dan mengurangi risiko
yang mungkin terjadi pada bank, terutama risiko kredit atau dalam bank
85
syariah biasa disebut pembiayaan yang sangat melekat dalam dunia
perbankan dan butuh kebijakan yang efektif.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Srairi
(2015) yang menyatakan bahwa komite pemantau risiko berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan.
6. Pengaruh Rapat Komite Pemantau Risiko terhadap Nilai
Perusahaan
Pengaruh rapat komite pemantau risiko yang dilambangkan dengan
RKPR terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan EPS
berdasarkan tabel 4.12 memiliki nilai signifikansi 0,950 atau lebih besar
dari 0,05. Penelitian ini menunjukkan nilai standardized coefficient beta
sebesar 0,011. Dengan demikian hipotesis keenam (H6) ditolak, artinya
rapat komite pemantau risiko tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan pada bank umum syariah di Indonesia.
Rapat komite pemantau risiko dilakukan untuk membahas dan
mengevaluasi tentang kesesuaian antara kebijakan manajemen risiko
dengan pelaksanaan kebijakan tersebut dan memberikan perlindungan
yang memadai terhadap seluruh risiko yang dihadapi oleh perusahaan.
Rapat komite pemantau risiko tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan bank syariah. Maka dapat dikatakan rapat yang rata-rata
dilakukan sebanyak 14 kali ini kurang efektif. Hal tersebut mungkin
disebabkan karena tidak semua pertemuan komite pemantau risiko
dihadiri oleh anggota komite, sehingga tidak semua anggota memberikan
86
kontribusi dan pendapatnya. Dengan demikian hal tersebut
mempengaruhi pengambilan keputusan dan penanganan terhadap risiko
yang terjadi.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Alqatamin (2018) yang menyatakan bahwa rapat komite pemantau risiko
tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
7. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan
Pengaruh ukuran perusahaan yang dilambangkan dengan SIZE
terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan EPS berdasarkan
tabel 4.12 memiliki nilai signifikansi 0,154 atau lebih besar dari 0,05.
Penelitian ini menunjukkan nilai standardized coefficient beta sebesar
0,354. Dengan demikian hipotesis ketujuh (H7) ditolak, artinya ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada bank
umum syariah di Indonesia.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan yang besar belum
tentu akan menghasilkan keuntungan yang besar bagi para shareholder-
nya. Total aset yang besar belum tentu menunjukkan keberhasilan
produk-produk bank, justru dengan adanya aset yang besar bisa
terindikasi kredit macet karena tingginya pembiayaan sehingga return
yang didapatkan menjadi kecil.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Prasanjaya dan Ramantha (2013) dan juga Widayuni dan Harto (2014)
yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh
87
terhadap nilai perusahaan. Namun sebaliknya, penelitian ini tidak
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Wulandari dkk (2017) dan
Prasetyorini (2013).
Tabel 4.13
Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis
No. Hipotesis Hasil Pengujian
Hipotesis
1. H1 : Dewan Pengawas Syariah
berpengaruh terhadap nilai perusahaan
Diterima
2. H2 : Rapat Dewan Pengawas Syariah
berpengaruh terhadap nilai perusahaan
Ditolak
3. H3 : Komite Audit berpengaruh
terhadap nilai perusahaan
Diterima
4. H4 : Rapat Komite Audit berpengaruh
terhadap nilai perusahaan
Diterima
5. H5 : Komite Pemantau Risiko
berpengaruh terhadap nilai perusahaan
Diterima
6. H6 : Rapat Komite Pemantau Risiko
berpengaruh terhadap nilai perusahaan
Ditolak
7. H7 : Ukuran Perusahaan berpengaruh
terhadap nilai perusahaan
Ditolak
88
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh implementasi good
corporate governance terhadap nilai perusahaan bank syariah di Indonesia
periode 2014 hingga 2018. Penelitian ini dilakukan pada 8 Bank Umum
Syariah yang berada di Indonesia periode 2014 – 2018 dengan menggunakan
teknik purposive sampling. Analisis data dilakukan dengan analisis statistik
deskriptif dan regresi linear berganda menggunakan software SPSS versi 24.
Berdasaran hasil pengujian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dewan Pengawas Syariah berpengaruh terhadap nilai perusahaan Bank
Umum Syariah. Penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Hassan,
et al. (2017) dan Srairi (2015).
2. Rapat Dewan Pengawas Syariah tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan Bank Umum Syariah. Penelitian ini mendukung hasil
penelitian Rismayani dan Nanda (2018) dan juga Widayuni dan Harto
(2014).
3. Komite Audit berpengaruh terhadap nilai perusahaan Bank Umum
Syariah. Penelitian ini mendukung hasil penelitian Alqatamin (2018),
Onasis (2016) dan Mangatas dkk (2018).
89
4. Rapat Komite Audit berpengaruh terhadap nilai perusahaan Bank Umum
Syariah. Penelitian ini mendukung hasil penelitian Onasis (2016).
5. Komite Pemantau Risiko berpengaruh terhadap nilai perusahaan Bank
Umum Syariah. Penelitian ini mendukung hasil penelitian Srairi (2016).
6. Rapat Komite Pemantau Risiko tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan Bank Umum Syariah. Penelitian ini mendukung hasil
penelitian Alqatamin (2018).
7. Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan Bank
Umum Syariah. Penelitian ini mendukung hasil penelitian Widayuni dan
Harto (2014) dan Anggraini (2013).
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan kontribusi pada bidang pengembangan ilmu akuntansi.
Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan
mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan.
Penelitian di masa yang akan datang diharapkan dapat menyajikan hasil
penelitian yang lebih berkualitas lagi dengan adanya masukan terkait
beberapa hal berikut, yaitu:
1. Peneliti menyarankan agar pada penelitian selanjutnya untuk
menambahkan atau mengganti selain variabel yang telah dimasukkan
dalam penelitian ini. Proksi yang digunakan untuk mengukur good
corporate governance dalam penelitian ini hanya menggunakan
89
beberapa indikator dalam GCG. Penelitian selanjutnya dapat
menggunakan indikator GCG lainnya seperti Corporate Social
Responsibility (CSR), struktur kepemilikan modal, dan lainnya.
2. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah rentang waktu periode
penelitian agar hasil yang didapatkan lebih konsisten.
3. Peneliti selanjutnya disarankan untuk mengambil sampel di negara lain,
contohnya Malaysia. Sehingga hasilnya dapat dibandingkan antar kedua
negara tersebut.
91
DAFTAR PUSTAKA
Alqatamin, Rateb Mohammad. 2018. Audit Committee Effectiveness and Company
Performance : Evidence from Jordan. Accounting and Finance Research,
Vol. 7, No. 2, ISSN: 1927-5986.
Ananda, Anton Ferry. 2016. Determinan Profitabilitas Bank Melalui Z-Score,
Struktur Modal, Size, Risiko Kredit dan Permodalan pada Industri
Perbankan Nasional. Malang: Jurnal Ekonomi Modernisasi.
Andarini, Putri dan Januarti, Indira. 2012. Hubungan Karakteristik Dewan
Komisaris dan Perusahaan terhadap Keberadaan Komite Manajemen Risiko
pada Perusahaan Go Public Indonesia. Semarang: Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Indonesia Vol. 9 No. 1
Anggraini, Dina. 2013. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai
Perusahaan Pada Perusahaan Textile, Garment yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) Periode 2009-2012. Tanjung Pinang: Universitas
Maritim Raja Ali Haji.
Awaliyah, Novia dan Retna Safriliana. 2016. Pengaruh Intellectual Capital Pada
Nilai Perusahaan Perbankan. Malang: JRAK, ISSN: 2088-0685 Vol. 6
Connelly, J. Thomas, Piman Limpaphayom, Hien T. Nguyen, Thanh D. Tran. 2017.
A tale of two cities: Economic development, corporate governance and firm
value in Vietnam. Thailand: Research in International Business and Finance.
Darmadji Tjipto dan Hendry M Fakhruddin. 2001. Pasar Modal di Indonesia.
Jakarta: Salemba Empat.
Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Jakarta : Ghallia Indonesia.
Devi, Aslintania. 2013. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance (GCG)
dan Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan. Jakarta: Jurnal
TEKUN. Volume IV No. 02
Diyah, Pujiati dan Widanar, Erman. 2009. Pengaruh Struktur Kepemilikan
Terhadap Nilai Perusahaan: Keputusan Keuangan Sebagai Variabel
Intervening. Jurnal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi Ventura, Vol. 12. No. 1,
hal 71-86.
Effendi, Muh. Arief. 2009. The Power Of Corporate Governance: Teori dan
Implementasi. Jakarta: Salemba Empat.
Firdaus, Muhammad dkk. 2007. Sistem dan Mekanisme Pengawasan Syariah.
Jakarta: Renaisan.
Forum for Corporate Governance in Indonesia. 2001. Peranan Dewan Komisaris
dan Komite Audit Dalam Pelaksanaan Corporate Governance (Tata Kelola
Perusahaan). Jilid II
92
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Handayani, Bestari Dwi dan Yanto, Heri. 2013. Determinant Pengungkapan
Enterprise Risk Management. Semarang: Jurnal Keuangan dan Perbankan.
Vol.17, No.3
Harmono, 2009. Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard (Pendekatan
Teori, Kasus, dan Riset Bisnis). Jakarta: Bumi Aksara.
Hassan, Muhammad, Muhammad Rizwan dan Hafiz Muhammad Sohail. 2017.
Corporate Governance, Shariah Advisory Boards and Islamic Banks’
Performance. Pakistan: Pakistan Journal of Islamic Research, Vol 18.
Herawaty, Vinola. 2008. Peran Praktek Corporate Governance sebagai
Moderating Variabel dari Pengaruh Earning Management terhadap Nilai
Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10 No. 2, November,
2008, hal: 97-108.
Iskandar, Syamsu. 2013. Bank dan Lembaga Keangan Lainnya. Jakarta: In Media.
Juanda, Bambang. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis, Edisi Kedua.
Bogor: IPB Press.
Kaihatu, Thomas S. 2006. Good Corporate Governance dan Penerapannya di
Indonesia. Surabaya: Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol.8, No. 1
Kasmir. 2012. Dasar – Dasar Perbankan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kholid, Mumar Nur, dan Arief Bachtiar. 2015. Good Corporate Governance Dan
Kinerja Maqasid Syariah. JAAI, Vol. 19, No. 2, pp. 126–36
Kodriyah, Neneng Sri Suprihatin, dan Santi Octaviani. 2017. Peran Dewan
Pengawas Syariah, Komite Audit dan Dewan Komisaris Dalam Mendeteksi
Praktik Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi, Vol. 4, No. 2, pp. 59–64.
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). 2006. Pedoman Umum Good
Corporate Governance Indonesia.
Latan, Hengky dan Selva Temalagi. 2013. Analisis Multivariate Teknik dan
Aplikasi Menggunakan Program IBM SPSS 20,0. Bandung: Penerbit
Alfabeta.
Machfoedz, Mas’ud. 1994. Financial Ratio Analysis and The Prediction of
Earnings Changes in Indonesia. Kelola: Gajah Mada University Business
Review, No. 7/III/1994.
Malik, Akbar. 2018. Pengaruh Struktur Modal Dan Profitabilitas Terhadap Nilai
Perusahaan Pada Perusahaan Keramik Porselin Dan Kaca Listing Di Bursa
Efek Indonesia Periode 2009-2014, Jom Fisip, Vol. 5, No. 1
93
Mangatas, Maha Martabar dkk. 2018. Pengaruh Ukuran Dewan, Proporsi Wanita
Dalam Dewan, Komite Audit Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kinerja
Keuangan Sebagai Variabel Mediasi (Studi Subsektor Perbankan Di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2012-2016). Riau: Jurnal Tepak Manajemen Bisnis.
Vol. 10 No. 2
Martono. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Yogyakata: Ekonisia.
Nofitasari, Nunung dkk. 2015. Pengaruh Good Corporate Governance dan Kinerja
Keuangan terhadap Nilai perusahaan. Malang: Jurnal Administrasi Bisnis.
Vol. 25 No. 1
Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya
Ilmiah. Jakarta: Kencana.
Onasis, Robin Kristie. 2016. Pengaruh Tata Kelola Perusahaan Terhadap Nilai
Perusahaan Pada Perusahaan Sektor Keuangan Yang Terdaftar Di BEI.
Batam: Bina Ekonomi. Vol. 20 No. 1
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 Tentang Bank Umum Syariah.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan Good
Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.04/2015 tentang Pembentukan
dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.03/2016 tentang Penerapan
Tata Kelola bagi Bank Umum.
Prakarsa, Wahyudi. 2007. Corporate Governance: Suatu Keniscayaan. Jurnal
Reformasi Ekonomi Vol.1 No. 2
Prasetyorini, Bhekti Fitri. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Price
Earning Ratio Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan. Surabaya:
Jurnal Imu Manajemen. Volume 1 Nomor 1
Prastuti, Ni Ketut Karlina dan Budiasih, I Gusti Ayu Nyoman. 2015. Pengaruh
Good Corporate Governance pada Nilai Perusahaan dengan Moderasi
Corporate Social Responsibility. Bali: E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana. Vol. 13 No. 3
Priadana, Moh. Sidik dan Saludin Muis. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan
Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rahayuningsih, Reny. 2017. Pengaruh Komite Audit, Board Size, Proporsi Dewan
Komisaris Independen, Leverage Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai
Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia. Semarang: Universitas Stikubank Semarang.
Retno M., Reny Dyah dan Denies Priantinah. 2012. Pengaruh Good Corporate
Governance dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap
94
Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 2007-2010). Jurnal Nominal, Vol. 1 No. 1
Sekaran, Uma. 2011. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Srairi, Samir. 2015. Corporate Governance Disclosure Practices and Performance
of Islamic Banks in GCC Countries. Journal of Islamic Finance, Vol. 4, No.
2, pp. 1–7.
Suhadak, Kurniaty, Siti Ragil Handayani and Sri Mangesti Rahayu. 2018. Stock
return and financial performance as moderation variable in influence of good
corporate governance towards corporate value. Malang: Asian Journal of
Accounting Research Emerald Publishing Limited.
Sugiyono. 2016. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
CV Alfabeta.
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011
Sutojo, Siswanto dan Aldridge E. John. 2008. Good Corporate Governance (Tata
Kelola Perusahaan yang Sehat). Jakarta: PT. Damar Mulia Pustaka.
The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG). 2009. Corporate
Governance Perception Index 2008. (www.iicg.org). Diunduh 10 September
2018
Ujiyantho, Muhammad Arief dan Pramuka, Bambang Agus. 2007. Mekanisme
Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Makassar:
UNHAS Makassar.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Usamah. 2009. Peran Kompetensi dan Model Pengorganisasian Dewan Pengawas
Syariah terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil pada Perbankan Syariah
di Indonesia. Semarang: Universitas Diponegoro.
Wati, Ni Kadek Ari Lina dan Darmayanti, Ni Putu Ayu. 2013. Pengaruh
Kepemilikan Manajerial Dan Kinerja Keuangan Terhadap Kebijakan
Dividen Dan Nilai Perusahaan. Bali: E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana.
Widayuni, Nisrina dan Puji Harto. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Perbankan Syariah di
Indonesia dan Malaysia. Semarang: Diponegoro Journal Of Accounting Vol.
3, No. 2
Widjaja, Indra dan Kasenda, Faris. 2009. Pengaruh Kepemilikan Institusional,
Aktiva Berwujud, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas terhadap Struktur
Modal pada Perusahaan Dalam Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Manajemen. Tahun XII. No. 2. Juni 2009. Hal 139 – 150
95
Winarno, Wing Wahyu. 2015. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan
Eviews. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Wulandari, Ika dkk. 2017. Analisis Pengaruh Good Corporate Governance,
Corporate Social Responsibility, Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan Earnings Response Coefficient Sebagai Variabel
Intervening Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei (2010 –
2014). Riau: Jurnal Ekonomi. Vol. 25, No. 3
www.komiteaudit.or.id
www.sahamok.com
Yaya, Rizal, dkk. 2014. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: Salemba Empat.
96
LAMPIRAN – LAMPIRAN
97
Lampiran 1
DAFTAR NAMA BANK SYARIAH SAMPEL
No. Kode Nama Perusahaan
1 BCAS BCA Syariah
2 BNIS BNI Syariah
3 BRIS BRI Syariah
4 BSB Bank Syariah Bukopin
5 BSM Bank Syariah Mandiri
6 BMI Bank Muamalat Indonesia
7 BPDS Bank Panin Dubai Syariah
8 BVS Bank Victoria Syariah
98
Lampiran 2
HASIL OUTPUT SPSS
Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif
Hasil Uji Normalitas Grafik Histogram dan Normal P-Plot
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
EPS 40 -176,051 184731,935 19428,52800 44564,462540
DPS 40 2 3 2,25 ,439
RDPS 40 9 30 15,00 4,793
KA 40 2 7 4,05 1,449
RKA 40 4 27 13,25 5,714
KPR 40 2 7 3,98 1,250
RKPR 40 2 59 13,88 10,859
SIZE 40 27,953 32,219 30,27038 1,286459
99
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 45
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 147697,53680000
Most Extreme Differences Absolute ,220
Positive ,220
Negative -,140
Test Statistic ,220
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Hasil Uji Normalitas Grafik Histogram dan Normal P-Plot Setelah Outlier
100
Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 40
Normal
Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation 31388,39635000
Most Extreme
Differences
Absolute ,119
Positive ,119
Negative -,068
Test Statistic ,119
Asymp. Sig. (2-tailed) ,157c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 DPS ,440 2,270
RDPS ,843 1,186
KA ,249 4,015
RKA ,642 1,558
KPR ,244 4,103
RKPR ,555 1,803
SIZE ,265 3,780
101
Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Scatterplot
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan White-Test
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,724a ,524 ,286 1378664861,00000
a. Predictors: (Constant), X1X2X3X4X5X6X7, RDPS2, RKA, KPR2, DPS, SIZE,
KA, RKPR2, RKA2, RKPR, RDPS, KPR, KA2
b. Dependent Variable: RES2
102
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -17809484360,000 11666980770,000 -1,526 ,139
DPS -397219722,000 212808269,500 -,534 -1,867 ,073
RDPS -60499878,400 316164521,400 -,178 -,191 ,850
KA -499903962,700 1593809154,000 -,444 -,314 ,756
RKA -54623598,010 218399432,400 -,191 -,250 ,804
KPR -23394435,490 144382890,400 -,163 -,162 ,873
RKPR -116230627,800 121218778,600 -,773 -,959 ,346
SIZE 755171946,200 389726039,600 ,595 1,938 ,064
RDPS2 772607,104 8217625,724 ,085 ,094 ,926
KA2 43241544,670 174667430,400 ,360 ,248 ,806
RKA2 8995387,364 7291168,568 ,945 1,234 ,228
KPR2 1459389,673 2540776,874 ,517 ,574 ,571
RKPR2 1698518,750 1639625,047 ,638 1,036 ,310
X1X2X3X4X5X6X7 -4,310 7,986 -,378 -,540 ,594
a. Dependent Variable: RES2
C2 hitung : R Square x n
0,524 x 40
20,96
C2 tabel : 55,758
20,96 < 55,758 = bebas heterokedastisitas
103
Hasil Uji Autokorelasi dengan Runs Test
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea -1360,15523
Cases < Test Value 20
Cases >= Test Value 20
Total Cases 40
Number of Runs 17
Z -1,121
Asymp. Sig. (2-tailed) ,262
a. Median
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 ,710a ,504 ,395 34651,851310 2,127
a. Predictors: (Constant), SIZE, RKA, RDPS, RKPR, DPS, KA, KPR
b. Dependent Variable: EPS
Hasil Uji Statistik F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 39029635950,000 7 5575662279,000 4,643 ,001b
Residual 38424025580,000 32 1200750799,000
Total 77453661530,000 39
a. Dependent Variable: EPS
b. Predictors: (Constant), SIZE, RKA, RDPS, RKPR, DPS, KA, KPR
104
Hasil Uji Statistik t
coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t sig
B Std. Error Beta
1 (Constant) -291451,198 217807,119 -1,338 ,190
DPS -55302,920 19065,354 -,544 -2,901 ,007
RDPS -130,251 1260,749 -,014 -,103 ,918
KA -17502,432 7672,792 -,569 -2,281 ,029
RKA 3215,060 1211,871 ,412 2,653 ,012
KPR 23619,438 8988,711 ,663 2,628 ,013
RKPR 43,197 686,095 ,011 ,063 ,950
SIZE 12258,313 8386,149 ,354 1,462 ,154
b. Dependent Variable: EPS
105
Lampiran 3
PERHITUNGAN VARIABEL DEWAN PENGAWAS SYARIAH
No Bank
Syariah
Dewan Pengawas Syariah
2014 2015 2016 2017 2018
1. BCAS 2 2 2 2 2
2. BNIS 2 2 2 2 2
3. BRIS 2 2 2 2 2
4. BSB 2 2 2 2 2
5. BSM 3 3 3 3 3
6. Muamalat 3 3 3 3 3
7. Panin 2 2 2 2 2
8. Victoria S 2 2 2 2 2
106
Lampiran 4
PERHITUNGAN VARIABEL RAPAT DEWAN PENGAWAS SYARIAH
No Bank
Syariah
Rapat Dewan Pengawas Syariah
2014 2015 2016 2017 2018
1. BCAS 17 15 14 14 14
2. BNIS 19 15 13 19 26
3. BRIS 12 14 12 12 12
4. BSB 11 16 12 14 13
5. BSM 17 15 12 9 9
6. Muamalat 12 12 12 12 12
7. Panin 16 16 22 27 9
8. Victoria S 30 12 13 23 16
107
Lampiran 5
PERHITUNGAN VARIABEL KOMITE AUDIT
No Bank
Syariah
Komite Audit
2014 2015 2016 2017 2018
1. BCAS 3 4 3 3 3
2. BNIS 5 4 6 4 3
3. BRIS 4 7 5 5 6
4. BSB 2 3 3 3 2
5. BSM 6 7 6 7 7
6. Muamalat 4 4 4 5 3
7. Panin 3 3 3 3 3
8. Victoria S 3 3 3 3 4
108
Lampiran 6
PERHITUNGAN VARIABEL RAPAT KOMITE AUDIT
No Bank
Syariah
Rapat Komite Audit
2014 2015 2016 2017 2018
1. BCAS 11 13 13 13 8
2. BNIS 23 24 23 13 15
3. BRIS 20 7 12 11 15
4. BSB 9 10 12 12 12
5. BSM 27 14 20 18 13
6. Muamalat 4 10 13 11 10
7. Panin 6 8 5 4 5
8. Victoria S 20 18 21 12 15
109
Lampiran 7
PERHITUNGAN VARIABEL KOMITE PEMANTAU RISIKO
No Bank
Syariah
Komite Pemantau Risiko
2014 2015 2016 2017 2018
1. BCAS 3 4 3 3 3
2. BNIS 5 5 6 6 4
3. BRIS 4 7 4 5 4
4. BSB 3 3 3 3 2
5. BSM 5 5 5 6 7
6. Muamalat 4 3 4 5 5
7. Panin 3 3 3 3 3
8. Victoria S 3 3 3 3 3
110
Lampiran 8
PERHITUNGAN VARIABEL RAPAT KOMITE PEMANTAU RISIKO
No Bank
Syariah
Rapat Komite Pemantau Risiko
2014 2015 2016 2017 2018
1. BCAS 12 11 12 12 6
2. BNIS 34 26 17 16 9
3. BRIS 16 7 12 12 11
4. BSB 7 10 12 12 12
5. BSM 19 14 59 38 36
6. Muamalat 2 6 6 6 6
7. Panin 6 9 6 9 8
8. Victoria S 10 10 10 12 17
111
Lampiran 9
PERHITUNGAN VARIABEL UKURAN PERUSAHAAN
No Bank Tahun Total Asset Log n Total
Asset
No Bank Tahun Total Asset
Log n Total
Asset
1 BCAS 2014 2.994.449.136.265 28,728 21 BSM 2016 78.831.721.590.271 31,998
2 BNIS 2014 19.492.112.000.000 30,601 22 Muamalat 2016 55.786.397.505.000 31,653
3 BRIS 2014 20.343.249.000.000 30,644 23 Panin 2016 8.757.963.603.000 29,801
4 BSB 2014 5.161.300.488.180 29,272 24 Victoria S 2016 1.625.183.249.354 28,117
5 BSM 2014 66.942.422.284.791 31,835 25 BCAS 2017 5.961.174.477.140 29,416
6 Muamalat 2014 62.413.310.135.000 31,765 26 BNIS 2017 34.822.442.000.000 31,181
7 Panin 2014 6.207.678.452.000 29,457 27 BRIS 2017 31.543.384.000.000 31,082
8 Victoria S 2014 1.439.983.332.188 27,996 28 BSB 2017 7.166.257.141.367 29,600
9 BCAS 2015 4.349.580.046.527 29,101 29 BSM 2017 87.939.774.000.000 32,108
10 BNIS 2015 23.017.667.000.000 30,767 30 Muamalat 2017 61.696.919.644.000 31,753
11 BRIS 2015 24.230.247.000.000 30,819 31 Panin 2017 .629.275.047.000 29,786
12 BSB 2015 5.827.153.527.325 29,394 32 Victoria S 2017 2.003.113.721.655 28,326
13 BSM 2015 70.369.708.944.091 31,885 33 BCAS 2018 7.064.008.145.080 29,586
14 Muamalat 2015 57.172.587.967.000 31,677 34 BNIS 2018 41.048.545.000.000 31,346
15 Panin 2015 7.134.234.975.000 29,596 35 BRIS 2018 37.915.084.000.000 31,266
16 Victoria S 2015 1.379.265.628.842 27,953 36 BSB 2018 6.328.446.529.189 29,476
17 BCAS 2016 4.995.606.338.455 29,240 37 BSM 2018 98.341.116.000.000 32,219
18 BNIS 2016 28.314.175.000.000 30,974 38 Muamalat 2018 57.227.276.046.000 31,678
19 BRIS 2016 27.687.188.000.000 30,952 39 Panin 2018 8.771.057.795.000 29,802
20 BSB 2016 7.019.598.576.013 29,580 40 Victoria S 2018 2.126.018.825.461 28,385
112
Lampiran 10
PERHITUNGAN VARIABEL NILAI PERUSAHAAN
No. Bank Tahun Laba Bersih Setelah
Pajak (Net Income)
Jumlah Saham
Beredar EPS
1 BCAS 2014 12.949.752.122 596.300 21.716,841
2 BNIS 2014 163.251.000.000 1.501.500 108.725,275
3 BRIS 2014 6.577.000.000 2.958.000.000 2,223
4 BSB 2014 8.661.952.636 5.698.137.000 1,520
5 BSM 2014 71.778.420.782 297.804.387 241,025
6 Muamalat 2014 57.173.347.000 10.207.702.335 5,601
7 Panin 2014 70.938.895.000 9.811.046.548 7,231
8 Victoria S 2014 (19.365.573.681) 110.000.000 -176,051
9 BCAS 2015 23.436.849.581 996.300 23.523,888
10 BNIS 2015 228.525.000.000 1.501.500 152.197,802
11 BRIS 2015 122.637.000.000 3.958.000.000 30,985
12 BSB 2015 27.778.475.573 9.698.137.000 2,864
13 BSM 2015 289.575.719.782 306.137.720 945,900
14 Muamalat 2015 74.492.188.000 10.207.702.335 7,298
15 Panin 2015 53.578.381.000 10.293.179.873 5,205
16 Victoria S 2015 (24.001.165.504) 160.000.000 -150,007
17 BCAS 2016 36.816.335.736 996.300 36.953,062
18 BNIS 2016 277.375.000.000 1.501.500 184.731,935
19 BRIS 2016 170.209.000.000 3.958.000.000 43,004
20 BSB 2016 32.709.937.326 11.698.137.000 2,796
21 BSM 2016 325.413.775.831 397.804.387 818,025
22 Muamalat 2016 80.511.090.000 10.207.702.335 7,887
23 Panin 2016 19.540.914.000 10.232.563.659 1,910
24 Victoria S 2016 (18.473.887.306) 210.000.000 -87,971
25 BCAS 2017 47.860.237.199 996.300 48.037,978
26 BNIS 2017 306.686.000.000 2.501.500 122.600,839
27 BRIS 2017 101.091.000.000 3.958.000.000 25,541
28 BSB 2017 1.648.071.412 17.698.137.000 0,093
29 BSM 2017 365.166.000.000 497.804.387 733,553
30 Muamalat 2017 26.115.563.000 10.207.702.335 2,558
31 Panin 2017 (968.851.297.000) 10.022.869.609 -96,664
32 Victoria S 2017 4.593.488.063 270.000.000 17,013
33 BCAS 2018 58.367.069.139 996.300 58583,829
34 BNIS 2018 41.608.000.000 2.501.500 16633,220
35 BRIS 2018 106.600.000.000 9.716.113.498 10,971
36 BSB 2018 2.245.096.221 17.698.137.000 0,127
37 BSM 2018 605.213.000.000 597.804.387 1012,393
38 Muamalat 2018 46.002.044.000 10.207.702.335 4,507
39 Panin 2018 20.788.229.000 23.959.037.851 0,868
40 Victoria S 2018 4.974.143.395 310.000.000 16,046