Upload
others
View
22
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENGARUH INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN SOSIAL TERHADAP
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DI KAWASAN TIMUR
INDONESIA
(PERIODE 2011 – 2017)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi Syarat
Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
ZAKI MUBAROK
NIM: 1113084000046
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H / 2019 M
i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Zaki Mubarok
NIM : 113084000046
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ekonomi Pembangunan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini,saya :
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa pemilik izin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat di pertanggung jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan
sesungguhnya.
Jakarta, 14 Oktober 2019
Zaki Mubarok
1113084000046
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Pribadi
Nama Lengkap : Zaki Mubarok
Tempat Tanggal Lahir : Kuningan, 28 Februari 1995
Alamat : Jl. Peninggaran Barat III. No.19
RT 013/011. Kebayoran Lama Utara.
Jakarta Selatan
Nomor Handphone : 087886663485
Email : [email protected]
Latar belakang Keluarga
Nama Ayah : Drs. H. Nuril Anwar HMA. M.Si
Tempat Tanggal Lahir : Cilimus, 18 Agustus 1956
Nama Ibu : Hj. Saodah. S.Ag
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 17 September 1963
Anak Ke - dari - : 4 dari 4 bersaudara
Pendidikan
1. SDN 13 Jakarta : 2001 - 2007
2. MtsN 13 Jakarta : 2007 - 2010
3. MAN 4 Jakarta : 2010 - 2013
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2013 - 2019
iii
ABSTRACT
This study aims to analyze the effect of economic and social infrastructure on
Gross Regional Domestic Product in the provinces of Eastern Indonesia in the 2011-2017
period. This study uses panel data with the Random Effect Model (REM) approach. The
results show that Gross Regional Domestic Product can be explained by electricity
infrastructure, road infrastructure, and education infrastructure at 84.68% (R2).
Simultaneously the variables Electricity infrastructure, road length and education have a
significant effect on Gross Regional Domestic Product of 96.68% (F-Statistics). But
partially shows that (1) Electricity Infrastructure and Road infrastructure have positive
and significant effect on Economic Growth (2) Educational Infrastructure has a positive
but not significant effect on Gross Regional Domestic Product this is due to the lack of
increase in educational facilities and facilities causing low quality of human capital
(Human Capital ) which will ultimately result in a low level of productivity resulting from
each economic activity.
This study uses a 95% confidence level.
Keywords: Electric Infrastructure, Road Infrastructure, Education Infrastructure, Gross
Regional Domestic Product, Random Effect Model (REM)
iv
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh infrastruktur
ekonomi dan sosial terhadap Produk Domestik Regional Bruto di provinsi –
provinsi Kawasan Timur Indonesia peiode 2011 – 2017. Penelitian ini
menggunakan data panel dengan pendekatan Random Effect Model (REM). Hasil
menunjukan bahwa Produk Domestik Regional Bruto dapat dijelaskan oleh
infrastruktur listrik, infrastruktur jalan, dan infrastruktur pendidikan sebesar
84,68% (R2). Secara simultan variabel Infrastruktur listrik, panjang jalan dan
pendidikan berpengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto
sebesar 96,68% (F-Statistik). Namun secara parsial menunjukan bahwa (1)
Infrastruktur Listrik dan infastruktur Jalan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Produk Domestik Regional Bruto (2) Infrstruktur Pendidikan
berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap Produk Domestik Regional
Bruto hal ini dikarenakan kurangnya peningkatan sarana dan sarana pendidikan
menyebabkan rendahnya mutu modal manusia (Human Capital) yang pada
akhirnya akan mengakibatkan rendahnya tingkat produktivitas yang dihasilkan
dari setiap kegiatan ekonomi.
Penelitian ini menggunakan tingkat kepercayaan 95%.
Kata kunci : Infratruktur Listrik, Infrastruktur Jalan, Infrastruktur Pendidikan,
Produk Domestik Regional Bruto, Random Effect Model (REM)
v
KATA PENGANTAR
Assalamualikum Wr. Wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
―PENGARUH INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN SOSIAL TERHADAP
PRODUK REGIONAL DOMESTIK BRUTO DI KAWASAN TIMUR
INDONESIA PERIODE 2011-2017” dengan baik. Tak lupa pula shalawat serta
salam penulis panjatkan ke hadirat baginda Rasulullah SAW yang telah menjadi
suritauladan bagi segenap seluruh makhluk alam semesta.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-
syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna baik dalam proses
maupun isinya, penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa doa,
dukungan, serta bimbingan dari orang-orang yang berada di sekeliling penulis .
Oleh karena itu, izinkan penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Orang tua penulis yang selalu sabar menjaga, merawat dan mendidik
penulis dengan penuh rasa sayang dan kesabaran, sehingga penulis bisa
tumbuh besar dan bisa sampai ke tahap ini. Terima kasih juga untuk
abangku dan kakaku yang selalu mensuport penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE., Ak., CA., M.Si., BKP., QIA., CRMP, selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Muhammad Hartana I Putra, M.Si selaku Ketua Kaprodi Ekonomi
Pembangunan dan Bapak Deni Pandu nugraha, M. Sc selaku Sekretaris
Jurusan Ekonomi Pembangunan yang selalu membina dalam penyelesaian
penulisan skripsi ini.
4. Fahmi Wibawa, MBA selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan
waktu, memberikan arahan, serta ilmu yang bermanfaat, sehingga skripsi
ini dapat selesai dengan baik. Semoga bapak selalu diberikan rahmat dan
karunia oleh Allah SWT.
vi
5. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis yang selalu
memberikan ilmu yang bermanfaat
6. Seluruh jajaran karyawan dan Staff UIN Syarif Hidayatullah yang telah
melayani dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
7. Seluruh kawan- kawan seperjuangan Mahasiswa Jurusan Ekonomi
Pembangunan maupun jurusan lainnya yang senantiasa membantu dan
memberikan semangat kepada penulis
8. Seluruh kawan- kawan di luar kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang juga memberikan dukungan dan doa kepada penulis
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna karena
keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang membangun
demi pencapaian yang lebih baik.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, 14 Oktober 2019
Zaki Mubarok
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................. i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. ii
ABSTRACT ........................................................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 9
C. Tujuan penelitian .......................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 12
A. Landasan Teori Produk Domestik Regional Bruto .................................... 12
1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto ........................................ 12
2. Teori – teori Produk Domestik Regional Bruto ..................................... 12
B. Landasan Teori Infrastruktur...................................................................... 18
1. Pengertian Infrastruktur .......................................................................... 18
2. Infrastruktur Listrik ................................................................................ 22
3. Infrastruktur Jalan ................................................................................... 21
4. Infrastruktur Pendidikan ......................................................................... 23
C. Hubungan Infrastruktur dengan Pertumbuhan Ekonomi ........................... 34
D. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 34
E. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 37
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 37
B. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 37
C. Metode Analisis Data ................................................................................. 37
1. Pendekatan Penelitian ............................................................................. 37
2. Analisis Data Panel................................................................................. 38
3. Estimasi Model Data Panel .................................................................... 40
4. Pemilihan Model Data Panel ..................................................................... 40
viii
5. Uji Hipotesis ........................................................................................... 43
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................... 46
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................... 46
1. Kondisi Gografis .................................................................................... 46
B. Penemuan dan Pembahasan ....................................................................... 48
1. Analisis Deskriptif Antar Variabel ......................................................... 48
2. Analisis Model Pertumbuhan Ekonomi dengan Variabel Bebas .......... 52
3. Analisis Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi dengan variabel bebas
Infrastruktur Listrik, Infrastruktur Jalan dan Infrastruktur Sekolah. ............. 62
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 66
A. Kesimpulan ................................................................................................ 66
B. Saran ........................................................................................................... 67
1. Bagi pemerintah Provinsi – provinsi KTI .............................................. 67
2. Bagi Masyarakat ..................................................................................... 68
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 69
LAMPIRAN ......................................................................................................... 73
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah satu indikator keberhasilan
pembangunan dalam suatu perekonomian nasional. salah satu indikator untuk
melihat pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi. Secara umum, pertumbuhan
ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan dalam kemampuan dari suatu
perekonomian untuk memproduksi barang dan jasa. Dapat dikatakan bahwa
pertumbuhan ekonomi lebih merujuk pada perubahan yang kuantitatif
(quantitative change) dan biasanya indikator untuk mengetahui kemajuan
perekonomian secara nasional dapat dilihat pada nilai Produk Domestik Bruto
(PDB) dan untuk wilayah atau provinsi dapat dilihat pada nilai Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) (Warsilan & Noor, 2015).
Produk Regional Domestik Bruto yang positif menunjukkan adanya
peningkatan aktivitas perekonomian sebaliknya Produk Domestik Regional Bruto
yang negatif menunjukkan adanya penurunan dalam aktivitas perekonomian
(Maqin, 2011).
Menurut Adi Pramono (2011) masalah infrastruktur seringkali dituding
menjadi penghambat investasi yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi di
Indonesia. Penarikan minat foreign direct investment ke Indonesia masih sulit
dilakukan karena masih banyaknya hambatan yang dihadapi dalam merealisasikan
investasi, diantaranya adalah masalah keterbatasan infrastruktur. Indonesia masih
mengalami ketimpangan di berbagai daerah dilihat dari nilai investasi dan
produksi di masing-masing daerah
Pembangunan infrastruktur merupakan public service obligation, yaitu sesuatu
yang seharusnya menjadi kewajiban pemerintah karena infrastruktur merupakan
prasarana publik paling primer dalam mendukung kegiatan ekonomi suatu negara.
2
Infrastruktur menjadi penentu tingkat efesiensi dan efektifitas kegiatan
ekonomi serta merupakan prasyarat agar berputarnya roda perekonomian dengan
baik (Maqin, 2011).
Dengan infrastruktur yang memadai, biaya produksi, transportasi, komunikasi
dan logistik semakin murah, jumlah produksi yang dilakukan produsen
meningkat sehingga laba usaha meningkat, dengan demikian infrastruktur dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat. Ketersediaan infrastuktur juga
mempercepat pemerataan pembangunan melalui penyesuaian kebutuhan terhadap
infrastruktur di setiap daerah (Suroso, 2015)
Pembangunan infrastruktur mempunyai dampak terhadap suatu laju kegiatan
ekonomi, baik secara tangible dan intangible dengan harapan meberikan dampak
multiplier effect terhadap segala aspek dalam pembangunan. Infrastruktur sendiri
merupakan prasayarat bagi sektor-sektor lain untuk berkembang dan juga sebagai
sarana penciptaan hubungan satu dengan yang lainnya (Warsilan dan Akhmad
Noor, 2015).
Adanya keterkaitan yang sangat erat antara perkembangan infrastruktur
dengan kegiatan ekonomi. Peningkatan infrastruktur akan meningkatkan
mobilitas penduduk, mempercepat laju pengangkutan barang, memperbaiki
kualitas dari jasa pengangkutan tersebut, meningkatkan kualitas dan kuantitas
sarana pembangunan serta meningkatkan efisiensi penggunaan sarana
pembangunan yang akan berdampak pada berkurangnya daerah-daerah tertinggal.
Sehingga dapat diartikan infrastruktur merupakan jantung dari sebuah
perekonomian, tanpa adanya infrastruktur maka sebuah perekonomian tidak dapat
berjalan dengan baik. Oleh karena itu pemerintah pusat maupun daerah memiliki
anggaran tersendiri khusus untuk infrastruktur.
3
Tabel 1.1
Kesenjangan Infrastruktur di Daerah Indonesia
Daerah Suplai Listrik Suplai Air Suplai Jalan
% Peringkat % Peringkat % Peringkat
Sumatra 66 3 9 4 51 3
Jawa/Bali 73 1 12 3 71 1
Nusa Tenggara 32 7 9 5 49 4
Kalimantan 67 2 12 2 36 6
Sulawesi 63 4 14 1 54 2
Maluku 55 5 9 6 40 5
Papua 38 6 3 7 19 7
Sumber : Diolah dari Badan Pusat Statistik 2017
Berdasarkan Tabel 1.1 diatas, secara umum terdapat kesenjangan yang
sangat besar antar daerah dalam akses infrastruktur. Dalam infrastruktur berupa
suplai listrik, daerah Papua dan Nusa Tenggara merupakan daerah yang cukup
tertinggal. Sedangkan untuk infrastruktur berupa suplai air, hanya wilayah Papua
yang terlihat minim sekali aksesnya. Yang terakhir adalah infrastruktur berupa
jalan raya, Papua dan Kalimantan memiliki peringkat paling rendah.
Maka dari itu permasalahan infrastruktur menjadi isu yang sangat penting
dalam tujuan pembangunan nasional mengenai kesenjangan antar wilayah dan
ketertinggalan suatu daerah. Hal ini yang kemudian harus menjadi perhatian
khusus pemerintah dalam rangka menciptakan pembangunan yang inklusif dan
berkesinambungan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.78 Tahun 2014 tentang
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, yang merupakan daerah tertinggal
4
adalah daerah kabupaten yang masyarakat serta wilayahnya kurang berkembang
dibandingkan daerah lain dalam skala nasional. Menurut Badan Perencanaan
Nasional (Bappenas, 2016) Suatu daerah ditetapkan sebagai daerah tertinggal
berdasarkan kriteria :
a. Perekonomian masyarakat
b. Sumber daya manusia
c. Sarana dan Prasarana
d. Kemampuan keuangan daerah
e. Aksesibilitas
f. Karakteristik daerah
Salah satu realisasi dan peran pemerintah dalam memfasilitasi dan
mendukung pertumbuhan infrastruktur adalah dengan mengalokasikan anggaran
belanja terutama untuk pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur dasar.
Beberapa kajian menunjukan bahwa ketersediaan infrastruktur yang kurang
memadai merupakan masalah utama dalam meningkatkan GDP (Gross Domestic
Product) sebagaimana dalam (McRae, 2015) .Selain meningkatkan pembangunan
ekonomi, infrastruktur pembangunan jalan, pasokan listrik yang memadai dan
peningkatan fasilitas pendidikan juga mampu mempengaruhi secara dominan
terhadap direct saving, dengan tersedianya pasokan listrik yang memadai dan
akses jalan mampu berdampak pada kualitas pembangunan manusia yang bermutu
(Brenneman& Kerf, 2012).
Permasalahan terkait infrastruktur sosial, seperti kesehatan dan pendidikan
keduanya memiliki pengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap
kualitas hidup masyarakat. Dampak secara langsungnya adalah mampu
meningkatkan tingkat produktivitas ekonomi menuju kenaikan tingkat
pertumbuhan dan pendapatan. Infrastruktur sosial juga menjadi sarana investasi
berupa sumber daya manusia yang membantu mendukung pemanfaatan
infratruktur fisik (United Nations, 2011). Untuk itu, fungsi pemerintah melalui
kebijakan desentralisasi fiskal, peran pemerintah daerah dibutuhkan untuk
5
mendukung dan mempercepat pembangunan regional besrta permasalahan
ketimpangan yang ada.
Perbaikan kualitas modal manusia tergantung pada tersedianya infrastruktur
untuk menunjang investasi pada sumber daya manusia. dan infrastruktur jalan
merupakan barang publik yang dapat disediakan pemerintah dalam rangka
memenuhi kebutuhan masyarakat. Ketersediaan infastruktur jalan yang layak akan
mempermudah aksesibilitas masyarakat menjadi lebih baik karena dengan
infrastruktur jalan yang layak dapat mendukung perkembangan pembanguan dan
pada akhirnya akan meningkatkan produktifitas pertumbuhan ekonomi. Jaringan
infrastruktur yang terintegrasi dengan baik akan melancarkan distribusi kegiatan
ekonomi dan secara jangka panjang dapat menjadi media pemerataan
pembangunan.
Setidaknya ada tiga alasan utama mengapa infrastruktur penting dalam
sebuah integrasi ekonomi. Alasan pertama adalah ketersedian infrastruktur yang
baru merupakan mesin utama pembangunan ekonomi. Kedua, untuk memperoleh
manfaat yang penuh dari integrasi, ketersediaan jaringan infrastruktur sangat
penting dalam memperlancar aktifitas perdagangan dan investasi. Alasan ketiga
adalah perhatian terhadap perbaikan infrastruktur juga penting untuk mengatasi
kesenjangan pembangunan ekonomi antar daerah. Infrastruktur terdiri dari
beberapa subsektor, infrastruktur dalam bentuk jalan dan transportasi merupakan
cukup penting untuk menunjang kehidupan masyarakat.
Pentingnya sebuah infrastruktur dalam suatu daerah yaitu untuk
memajukan dan meningkatkan perekonomian daerah itu sendiri serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kemajuan suatu daerah dapat diukur
melalui kegiatan ekonomi dengan menggunakan indikator Produk Domestik
Regional bruto.
6
Tabel 1.2
PDRB Menurut Wilayah tahun 2017
Daerah %
Jawa 58,49%
Sumatera 21,66%
Kalimantan 8,20%
Sulawesi 6,11%
Bali dan Nusa Tenggara 3,11%
Maluku dan Papua 2,43%
Sumber: Badan Pusat Statistik 2017
Berdasarkan data tabel 1.2 dapat dilihat Produk Domestik Regional Bruto
pada tahun 2017 dengan presentase tertinggi yaitu pulau jawa sebesar 58,49%.
Pulau Jawa memegang setengah lebih dari pertumbuhan PDRB seluruh Indonesia,
hal ini dikarenakan pusat pertumbuhan ekonomi masih berpusat di Pulau Jawa.
Hal tersebut mengindikasikan rendahnya PDRB dari pulau-pulau di luar Pulau
Jawa. Dari sudut pandang tersebut, menunjukkan bahwa keseimbangan itu belum
dapat diwujudkan, hampir dalam segala aspek pembangunan. Oleh karena itu,
seringkali timbul kecemburuan dan sering diekspresikan dalam bentuk yang
beragam.
Tabel 1.3
PDRB Atas Dasar Harga Konstan KTI dan KBI (Rupiah)
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
KBI 5914164 6281321 6641467 6995094 7341493 7728594 8135465
KTI 1369463 1452001 1488313 1557460 1632173 1771136 1860753
Indonesia 7283628 7733321 8129780 8552554 8973665 9499730 9996218
7
Sumber : Diolah dari BPS RI (2017)
Berdasarkan tabel 1.3 dapat dilihat perbedaan yang cukup signifikan
PDRB atas Dasar Harga Konstan antara Kawasan Barat Indonesia dengan
Kawasan Timur Indonesia selama tujuh tahun. PDRB Kawasan Barat Indonesia
menyumbang lebih besar di bandingkan PDRB Kawasan Timur Indonesia. Hal ini
dapat disimpulkan ketimpangan PDRB antara KTI dan KBI memang cukup
mencolok pada sertiap tahunnya.
Tabel. 1.4.
Perbandingan Infrastruktur KBI DAN KTI
KBI KTI
Infrastruktur 2011 2017 2011 2017
Jalan 295660 318014 205780 221339
Listrik 73589,57 202591,9 14159,31 23422,22
Pendidikan 181279 189380 66101 71951
Sumber : Diolah dari BPS RI (2017)
Berdasarkan tabel 1.4 tentang perbandingan infrastruktur Kawasan Barat
Indonesia dengan Kawasan Timur Indonesia. Maka telah terjadi ketimpangan
infrastruktur antara KBI dan KTI. Kondisi Infastruktur jalan KBI dan KTI yang
diwakili dengan Panjang jalan negara, provinsi dan kabupaten kota dalam kondisi
jalan baik dan sedang mengalami ketimpangan yaitu KBI sebesar 318014 relatif
lebih tinggi di bandingkan dengan KTI yaitu 221339. Sedangkan Infrastruktur
listrik dengan indikator jumlah seluruh energi listrik yang di salurkan lebih
banyak KBI yaitu sebanyak 202.591,9 Mega Watt sedangkan KTI hanya
23.422,22 Mega Watt. Infrastruktur Pendidikan yang diwakili dengan Jumlah
Sekolah. Jauh lebih banyak jumlah Sekolah KBI yaitu sebanyak 189.380 unit
sedangkan KTI hanya ada 71.951 unit.
8
Kawasan Timur Indonesia (KTI) adalah sebuah kawasan yang relatif
tertinggal. Kesenjangan pembangunan dengan Kawasan Barat Indonesia (KBI)
masih cukup tampak. Kinerja pembangunan dan pelayanan publik di KTI
meskipun menunjukkan tren posisitf, namun belum mampu mendekatkan pada
capaian pembangunan KBI. Kawasan Timur Indoenesia identik dengan
ketertinggalan,keterbalakangan, keterisolasian, dan kemiskinan. Selain
kesenjangan pembangunan kesenjangan KTI dan KBI dapat dilihat dari dua aspek
besar, yaitu kependudukan dan kegiatan usaha (Muljono, 2010). Jumlah penduduk
yang berada di KTI hanya seperempat dari jumlah penduduk KBI, atau dapat
dikatakan jumlah penduduk KBI sebesar 80% sedangkan KTI adalah 20%.
Kawasan Timur Indonesia itu sendiri terdiri dari 17 provinsi yang
merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dari suatau negara dan
berbangsa yang bernama Indonesia. Oleh karena itu sesuai dengan hukum alam
tersebut, maka perlunya keseimbangan pembangunan antar kawasan, jika ingin
memperkuat suatu bangsa dan negara dalam bingkai NKRI (Iskandar Andi
Nuhung, 2010).
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian guna membahas persoalan sosial ekonomi, dalam hal
ini perkembangan infrastruktur jalan, listrik, maupun pendidikan khususnya yang
terdapat di daerah KTI (Kawasan Timur Indonesia) dalam pembangunan ekonomi
lingkup nasional. Penulis ingin melihat apakah pembangunan dalam lingkup
nasional memberikan dampak permanfaatan yang optimal atau tidak terhadap KTI
(Kawasan Timur Indonesia). Adapun judul penelitian tersebut adalah
“PENGARUH INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN SOSIAL TERHADAP
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DI KAWASAN TIMUR
INDONESIA”
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh Infrastruktur jalan secara parsial terhadap
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kawasan Timur
Indonesia pada periode 2011-2017?
2. Bagaimana pengaruh Infrastruktur listrik secara parsial terhadap
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kawasan Timur
Indonesia pada periode tahun 2011-2017?
3. Bagaimana pengaruh Infrastruktur pendidikan secara parsial terhadap
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kawasan Timur
Indonesia pada periode 2011-2017?
4. Bagaimana pengaruh infrastruktur jalan, listrik, dan pendidikan secara
simultan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di KTI
pada periode 2011-2017?
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan
bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Infrsatruktur Jalan secara parsial
terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kawasan Indonesia
Timur periode 2011-2017
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Infrastruktur Listrik secara parsial
terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kawasan Timur
Indonesia periode 2011-2017
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Infrstruktur pendidikan secara
parsial terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kawasan
Timur Indonesia periode 2011-2017
10
4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh infrastruktur jalan, Listrik, dan
pendidikan secara simultan terhadap Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) di Kawasan Timur Indonesia periode 2011-2017
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Memberikan gambaran kepada pemerintah tentang pengaruh infrstruktur
terhadap kemiskinan sehingga bisa diambil kebijakan-kebijakan guna
membantu dalam pembangunan di Indonesia
2. Manfaat Teoritis dan Akademis
Menambah pengetahuan bagi perkembangan studi Ekonomi Pembangunan
tentang keterkaitan antara infrastruktur terhadap kemiskinan. Sehingga
penelitian ini bisa dijadikan referensi untuk menentukan penelitian
selanjutnya yang terkait dengan variabel yang bersangkutan
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)
1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto.
Indikator penting untuk dapat mengetahui kondisi ekonomi suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu ialah menggunakan data Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), dapat menggunakan atas dasar harga
berlaku ataupun atas dasar harga konstan. Menurut Sukirno (2000),
pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan output per kapita dalam jangka
yang panjang, penekanannya ialah pada tiga aspek yakni proses, output per
kapita, serta jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi merupakan proses,
bukan hanya gambaran ekonomi sesaat. Pembangunan daerah serta
pembangunan sektoral harus dilaksanakan sejalan agar pembangunan
sektoral yang berada di daerah-daerah dapat berjalan sesuai dengan potensi
serta prioritas daerah.Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan
jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dan jasa
dalam suatu wilayah, menerapkan jumlah seluruhnilai barang dan jasa akhir
yang dihasilkan seluruh unit ekonomi. PDRB sendiri dapat diartikan
sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha
atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa oleh seluruh unit
ekonomi di suatu wilayah (BPS, 2016)
Adapun pembangunan daerah dilaksanakan guna meminimalisir
ketimpangan pertumbuhan ekonomi antar daerah, tujuan pembangunan sendiri
haruslah mencakup sasaran berikut, yakni : usaha meratakan pembangunan
diseluruh daerah agar pembangunan antar daerah merata, pengarahan
pembangunan daerah sesuai kemampuan aspirasi serta potensi daerah untuk
kepentingan perkembangan nasional maupun daerah itu sendiri, lanjut
mengembangkan hubungan ekonomi antar daerah yang saling menguntungkan
agar supaya terjalin ikatan ekonomi yang kuat antar daerah guna menokohkan
13
kesatuan ekonomi nasional, kemudian yang terakhir yakni membina daerah-
daerah minus, perbatasan serta tanah kritis dengan program khusus (Sanusi,
1987).
Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kesejahteraan
masyarakat yang diukur dengan besarnya pertumbuhan produk domestik
regional bruto perkapita (PDRB perkapita) (Zaris, 1987).
Semakin tinggi nilai PDRB suatu daerah maka ini menunjukkan tingginya
tingkat pertumbuhan ekonomi serta menggambarkan bahwa daerah tersebut
mengalami kemajuan dalam perekonomian. Pada hakekatnya pertumbuhan
ekonomi suatu daerah dapat terjadi ketika penentu-penentu endogen (faktor
dari dalam daerah) maupun eksogen (faktor dari luar daerah) bersangkutan
serta berkombinasi. Pendekatan yang biasa digunakan dalam menjelaskan
pertumbuhan regional ialah dengan menggunakan model-model ekonomi
makro (Afrizal, 2013).
PDRB atas dasar harga konstan dipakai untuk dapat mengetahui
pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun atau dengan kata lain pertumbuhan
ekonomi setiap tahunnya (Sukirno, 2005). Sedangkan menurut BPS (2016)
PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai tambah barang dan jasa
yang dihitung menggunakan harga yang berlaku setiap tahun, sedangkan
PDRB atas dasar harga konstan menggambarkan nilai tambah barang dan jasa
yang dihitung dengan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai
dasarnya. PDRB atas dasar harga berlaku dapat diperuntukkan sebagai
gambaran untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedangkan PDRB
atas dasar harga konstan diperuntukkan melihat pertumbuhan ekonomi dari
tahun ke tahun.
Kuncoro (2004) menyatakan bahwa pendekatan pembangunan tradisional
lebih diartikan sebagai pembangunan yang mana lebih menitik beratkan pada
peningkatan PDRB suatu provinsi, kabupaten maupun kota. Sedangkan untuk
pertumbuhan ekonomi sendiri dapat dilihat dari pertumbuhan angka PDRB.
14
Nasution (2010) dalam Rahman (2015) menyatakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan PDRB di Indonesia yakni Pendapatan Asli
Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi Hasil (DBH), Inflasi,
Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN),
Pengeluaran Pemerintah Daerah, serta Tenaga Kerja.
Perubahan tahun dasar dalam penyusunan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) telah dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dari tahun
2000 menjadi tahun 2010. Tahun dasar ini dilakukan perubahan karena selama
sepuluh tahun terakhir telah terjadi banyak perubahan baik tatanan global
maupun lokal yang berpengaruh pada perekonomian nasional.
PDRB tahun dasar 2010 ini mengacu pada Sistem Neraca Nasional (SNN)
2008. SNN 2008 merupakan rekomendasi internasional mengenai bagaimana
penyusunan ukuran aktivitas ekonomi yang sesuai dengan standar neraca baku
yang mana didasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi.Menurut BPS (2016),
salah satu indikator ekonomi makro yang dapat menunjukkan kondisi
perekonomian daerah setiap tahunnya ialah data PDRB. Dari data PDRB ini
berguna untuk :
a. PDRB atas dasar harga berlaku (nominal) menunjukkan kemampuan
sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Nilai PDRB
yang besar akan menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang
besar, ini berlaku sebaliknya.
b. PDRB atas dasar harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan
laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun
ke tahun.
c. Dalam distribusi PDRB atas dasar harga berlaku berdasarkan lapangan
usaha menunjukkan struktur ekonomi atau peranan setiap lapangan usaha
dalam suatu daerah. Lapangan usaha sendiri memiliki peran besar dalam
menunjukkan basis ekonomi suatu daerah.
d. Dalam PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai
PDRB per kepala atau per satu orang penduduk
15
e. Dalam PDRB per kapita atas dasar harga konstan bermanfaat untuk
mengetahui pertumbuhan yang nyata ekonomi per kapita penduduk suatu
daerah.
Menurut Tarigan (2004), cara untuk menghitung angka-angka PDRB
terdapat tiga pendekatan yang dapat digunakan, yang dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Pendekatan Produksi, PDRB merupakan jumlah nilai tambah atas barang
dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu
daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).
b. Pendekatan Pendapatan, PDRB ialah jumlah balas jasa yang diterima oleh
faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu
daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).
c. Pendekatan Pengeluaran, PDRB merupakan semua komponen permintaan
akhir yang terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga
swasta nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukkan modal tetap domestik
bruto, perubahan inventori dan ekspor neto.
Tiga pendekatan yang telah dijelaskan diatas merupakan metode langsung
dalam menghitung angka-angka PDRB, adapun metode tidak langsungnya
dalam menghitung angka-angka PDRB. Metode tidak langsung merupakan
metode penghitungan alokasi yakni dengan cara mengalokasikan PDB menjadi
PDRB provinsi ataupun sebaliknya yakni PDRB provinsi menjadi PDRB
kabupataen atau kota dengan menggunakan berbagai indikator produksi
maupun indikator lainnya yang sesuai sebagai alokator. (Sukirno, 2000)
Metode alokasi ini terkadang terpaksa dipakai dalam memperkirakan data
provinsi serta kabupaten atau kota untuk jenis kegiatan tertentu yang mana
memiliki sistem pelaporan terpusat atau cabang usaha yang memiliki kantor
pusat di daerah lain.(Pertiwi, 2016)
16
Dalam menghitung angka-angka PDRB menggunakan metode tidak
langsung ini alokator yang dapat dipakai didasarkan pada :
1. Nilai produksi
2. Jumlah produksi
3. Tenaga kerja
4. Penduduk
5. Alokator lainnya yang dianggap sesuai dengan daerah tersebut.
PDRB atas dasar harga konstan bermanfaat dalam perencanaan ekonomi,
proyeksi serta menilai pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan maupun per
lapangan usaha. PDRB atas dasar harga konstan dapat pula mencerminkan
kuantum produksi pada tahun berjalan yang dinilai berdasarkan pada tahun dasar.
Menurut BPS (2014) PDRB atas dasar harga konstan ini dapat dihitung dengan
beberapa metode sebagai berikut, yakni:
a. Revaluasi
Revaluasi merupakan perhitungan PDRB atas dasar harga konstan dengan
mengalikan kuantum pada tahun berjalan dengan harga tahun dasar dengan
rumus berikut:
Okt= PtX Ho
NTBkt= Okt–Kkt
Dimana :
Okt= output konstan tahun berjalan
NTBkt= nilai tambah bruto konstan tahun berjalan
Pt= produksi barang/jasa tahun berjalan
Ho= harga barang/jasa tahun dasar
Kkt= konsumsi antara konstan tahun berjalan
17
b. Ekstrapolasi
Ekstrapolasi merupakan penghitungan PDRB atas dasar harga konstan
dengan mengalikan nilai tahun dasar dengan suatu indeks produksi, yakni
sebagai berikut:
Okt= Oko X IPt
NTBkt= Okt–Kkt
Dimana :
Okt= output konstan tahun berjalan
Oko= output konstan tahun dasar
NTBkt= nilai tambah bruto konstan tahun berjalan
IPt= indeks produksi barang/jasa tahun berjalan
Menurut Muliza dkk (2017) Produk Domestik Regional Bruto merupakan
salah satu indikator penting untuk mengetahui perkembangan perekonomian di
suatu daerah dalam suatu periode tertntu, baik atas dasar harga berlaku maupun
atas dasar harga konstan.
PDRB merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah barang dan jasa yang
dihasilkan oleh seluruh unit usaha yang timbul akibat adanya aktivitas ekonomi
dalam suatu wilayah tertentu. Penghitungan angka-angka PDRB dapat
menggunakan tiga pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan Produksi
PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh
berbagai unit produksi di wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun).
b. Pendekatan Pendapatan
PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi
di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).
18
c. Pendekatan Pengeluaran
PDRB adalah semua komponen permintaan akhir dalam jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun), yang dirinci sebagai berikut:
1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga nirlaba
2. Konsumsi pemerintah
3. Pembentukan modal tetap domestik bruto
4. Perubahan stok dan ekspor neto
Perhitungan PDRB dibedakan menjadi dua yaitu PDRB Atas Dasar Harga
Berlaku (ADHB) dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). PDRB Atas
Dasar Harga Berlaku (ADHB) menunjukkan pendapatan yang memungkinkan
dapat dinikmati oleh penduduk suatu daerah serta menggambarkan nilai tambah
barang dan jaa yang dihitung menggunakan harga pada tahun yang bersangkutan.
Angka ini digunakan untuk menganalisis pola atau struktur ekonomi di wilayah
tersebut. Sedangkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) menggambarkan
perkembangan produksi riil barang dan jasa yang dihasilkan oleh kegiatan
ekonomi daerah tersebut. Angka ini digunakan untuk mengetahui pertumbuhan
ekonomi dari tahun ke tahun.
B. Landasan Teori Infrastruktur
1. Pengertian Infrastruktur
Menurut Warsilan dan Akhmad Noor (2015) infrastruktur merujuk pada
sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-
bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2017) infrastruktur dapat diartikan
sebagai sarana dan prasarana umum. Sarana umum diketahui sebagai fasilitas
publik seperti: jalan, sanitasi, rumah sakit, dsb.
19
Menurut World Bank Report 1994 Infrastruktur adalah istilah umum untuk
banyak kegiatan yang disebut ―modal sosial‖ oleh ekonom pembangunan seperti
Paul Rosentein Rodan, Ragnar Nurske, dan Albert Hirschman.Infrastruktur dibagi
menjadi 3 golongan yaitu:
a. Infrastruktur Ekonomi meliputi public utilities (telekomunikasi, air minum,
sanitasi, dan gas) public works (bendungan, saluran irigasi, dan drainase)
serta trasnportasi (jalan, kereta api, pelabuhan, dan bandara)
b. Infrastruktur Sosial meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan dan
rekreasi
c. Infrastruktur Administrasi meliputi penegak hukum, control administrasi,
dan koordinasi serta kebudayaan
Selain itu menurut Faisal Basri (2009) dalam Fauzani Zamzani (2014) ada yang
membagi infrastruktur menjadi infrastruktur keras fisik, keras non fisik, dan lunak
a. Infrastruktur keras fisik meliputi jalan raya rel, rel kereta api, bandara,
pelabuhan, bendungan, dan saluran irigasi
b. Infrastruktur keras non fisik meliputi air bersih, listrik, telekomunikasi, dan
energi
c. Infrastruktur lunak meliputi nilai, norma, dan hukum
Menurut Grigg (2003) infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas-
fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang
dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem
ekonomi masyarakat. Ada enam kategori besar infrastruktur menurut Grigg, yaitu:
a. Kelompok jalan (jalan, jalan raya, jembatan)
b. Kelompok pelayanan transportasi (transit, jalan rel, pelabuhan, bandar
udara)
c. Kelompok air (air bersih, air kotor, semua sistem air, termasuk jalan air
d. Kelompok manajemen limbah ( sistem manajemen limbah padat)
e. Kelompok bangunan dan fasilitas olahraga luar
f. Kelompok produksi dan distribusi energi (listrik dan gas)
20
Pemerintah melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia No 4 tahun 2016
menjelaskan tentang percepatan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan.
Tujuan dipercepatnya pembangunan infrastruktur listrik tidak lain untuk
mendorong peningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sehingga terciptanya
pemerataan dan kesejahteraan yang akan dirasakan oleh masyarakat Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi inklusif merupakan pertumbuhan ekonomi yang tidak
hanya melihat dari perubahan PDB maupun PDRB Perkapita melainkan tingkat
kesejahteraan masyarakatnya yang dapat dilihat dari jumlah penduduk miskin.
Infrastruktur adalah sektor yang memegang peranan penting untuk pertumbuhan
yang inklusif serta penyediaan akses terhadap pelayanan publik. Secara umum
kinerja infrastruktur dapat mengimbangi kinerja rata-rata nasional. Walaupun
sebagain besar desa telah memiliki akses jalanan, namun sebagian besar
mengalami kerusakan, setidaknya seperlima dari jumlah jalan kabupaten/kotanya
(World Bank Report ,2011).
Definisi lain mengenai infrastruktur menurut Tatom (1993) dalam Tunjung
Hapsari (2011) yaitu bahwa infrastruktur mengacu pada fasilitas kapital fisik dan
termasuk pula kerangka kerja organisasional, pengetahuan dan teknologi yang
penting untuk organisasi masyarakat dan pembangunan ekonomi mereka.
Infrastruktur meliputi undang-undang, sistem pendidikan dan kesehatan publik ;
sistem distribusi dan perawatan air ; pengumpulan sampah dan limbah,
pengolahan dan pembuangannya ; sistem keselamatan publik, seperti pemadam
kebakaran dan keamanan ; sistem komunikasi, sistem transportasi dan utilitas
publik.
Menurut Mandala Harefa (2015) infrastruktur tidak kalah penting dengan
pendidikan dan kesehatan, infrastruktur merupakan suatu sarana (fisik) pendukung
agar pembangunan ekonomi suatu negara dapat terwujud. Infrastruktur terdiri dari
beberapa subsektor, beberapa diantaranya yang cukup dominan dalam
pembangunan ekonomi adalah perumahan dan transportasi. Infrastruktur juga
menunjukkan seberapa besar pemerataan pembangunan terjadi. Suatu negara
dengan pertumbuhan ekonomi tinggi akan mampu melakukan pemerataan
21
pembanguan kemudian melakukan pembangunan infrastruktur keseluruh bagian
wilayahnya. Perekonomian yang terintegrasi membutuhkan pembangunan
infrastruktur.
2. Infrastruktur Jalan
Didalam laporan statistik Indonesia (2015) jalan raya merupakan salah satu
prasarana penting dalam transportasi darat. Hal ini karena fungsi strategis yang
dimilikinya, yaitu sebagai penghubung antar satu daerah dengan daerah lain. Jalan
sebagai penghubung antara sentra-sentra produksi dengan daerah pemasaran.,
sangat dirasakan sekali manfaatnya dalam rangka meningkatkan perekonomian
suatu wilayah.
Menurut laporan statistik transportasi (2015) jalan terbagi menjadi tiga jenis
jalan, yaitu:
a. Jalan Nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem
jaringan jalan primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan
jalan strategis nasional serta jalan tol
b. Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan
primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota
kabupaten/kota, atau antaribukota kabupaten/kota dan jalan strategis
provinsi
c. Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan
primer yang tidak termasuk pada jalan nasional dan jalan provinsi yang
menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamata
d. Jalan antar ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan
lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam
wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
Menurut Krismanti Tri Wahyuni (2009) infrastruktur jalan sebagai salah
satu infrastruktur pengangkutan beperan dalam merangsang pertumbuhan
ekonomi karena ketersediaan jalan akan meminimalkan modal komplementer
sehingga proses produksi dan distribusi akan lebih efisien. Pembangunan
22
prasarana jalan turut akan meningkatkan pertumbuhan wilayah-wilayah baru
dengan meningkatnya volume lalu lintas. Sebaiknya prasarana jalan yang buruk
dan rusak akan menghambat alokasi sumber daya, pengembangan industri,
pendistribusian faktor produksi, barang dan jasa yang pada akhirnya akan
mempengaruhi pendapatan.
Pembangunan prasarana jalan turut berperan dalam merangsang
tumbuhnya wilayah-wilayah baru yang akhirnya akan menimbulkan bangkitan
jalan (trip generation) baru yang akan meningkatkan volume lalu lintas yang
terjadi. Tumbuhnya kota-kota baru dalam mengantisipasi kebutuhan masyarakat
akan perumahan dan lingkungan yang memadai tentunya membutuhkan akses
baru untuk memberikan pelayanan terhadap wilayah tersebut (Adi Pramono Sidik,
2011).
3. Infrastruktur Listrik
Listrik merupakan salah satu bentuk energi terpenting dalam perkembangan
kehidupan manusia modern, baik untuk kegiatan rumah tangga, pendidikan,
kesehatan, usaha, industri, maupun kegiatan lainnya dari mulai komunitas
pengguna di kota besar sampai ke pelosok pedesaan. Perkembangan kebutuhan
energi listrik dari waktu ke waktu semakin bertambah luas dan besar sejalan
dengan pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat.
Dalam hubungannya dengan peningkatan output, beberapa penelitian
menjelaskan bahwa pembangunan infrastruktur listrik memberikan kontribusi
dalam peningkatan perekonomian suatu bangsa. Adi Pramono Sidik (2011)
meneliti tentang hubungan antara infrastruktur ekonomi seperti jalan dan listrik
terhadap pertumbuhan ekonomi dengan pendekatan data panel dan menggunakan
variabel terikat PDB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan
positif dan signifikan antara infrastruktur listrik dan jalan terhadap pertumbuhan
ekonomi.
23
4. Infrastruktur Pendidikan
Pendidikan merupakan upaya yang terorganisir, berencana dan berlangsung
kontinu (terus menerus sepanjang hayat) ke arah membina manusia/anak didik
menjadi insan paripurna, dewasa dan berbudaya (civilized). Terorganisir memiliki
makna bahwa pendidikan tersebut dilakukan oleh usaha sadar manusia dengan
dasar dan tujuan yang jelas, ada tahapannya dan ada komitmen bersama. Adapun
berencana mengandung arti bahwa pendidikan itu direncanakan sebelumnya,
dengan suatu perhitungan yang matang dan berbagai sistem pendukung yang
disiapkan. Sementara berlangsung kontinu berarti bahwa pendidikan itu
berlangsung terus menerus sepanjang hayat, yaitu sepanjang manusia hidup di
muka bumi.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 menggariskan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkaan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadiaan, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Adapun Sistem Pendidikan Nasional
adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pentingnya pendidikan yang berkualitas semakin disadari, sebab terciptanya
kualitas manusia dan kualitas masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri hanya
dapat diwujudkan jika pendidikan masyarakat berhasil ditingkatkan.Namun
demikian, mutu pendidikan dan kualitas SDM di negara kita masih jauh tertinggal
dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, terlebih jika dibandingkan dengan
negara-negara maju. Sampai saat ini, lemahnya kualitas SDM masih menjadi
permasalahan utama dalam pembangunan dan daya saing bangsa. hal tersebut
menyebabkan rendahnya daya saing global bangsa Indonesia. Padahal, akselerasi
arus globalisasi dan semakin terbukanya pasar dunia, Indonesia dihadapkan pada
persaingan yang semakin luas dan ketat (Mutofin 2015).
24
Berbagai upaya memang sudah banyak dilakukan oleh pemerintah untuk
memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan nasional. Upaya tersebut
diantaranya dengan dikeluarkannya UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, UU No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, PP No 74
tahan 2008 tentang guru, Permendiknas No 16 tahun 2007 tentang kualifikasi
akademik guru, Pelaksanaan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
(MPMBS), Kepmendiknas no. 044/U/2002 tahun 2002 tentang Dewan Pendidikan
dan Komite Sekolah, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dan Program
Wajib Belajar 9 tahun dengan sasaran semua anak usia 7 hingga 15 tahun, untuk
mengikuti pendidikan 6 tahun di sekolah dasar dan 3 tahun di sekolah lanjutan
pertama.
25
A. Penelitian Sebelumnya
Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya
No. Tahun Nama Judul
Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. 2012 Youdhi Permadi
Ma’ruf, Ir.
Jeluddin Daud,
M.Eng
Pengaruh
Investasi
Infrastruktur
Jalan
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi di
Pesisir
Selatan
Sumatra Barat
2006-2010
-
Mengggunaka
n variabel
Panjang jalan
-
menggunakan
variabel
pertumbuhan
ekonomi
-Investasi
-Objek
penelitian
berupa
kabupaten/kota
menunjukkan bahwa infrastruktur pekerjaan
umum, termasuk infrastruktur jalan positif
bagi pertumbuhan ekonomi wilayah. penelitian
ini infrastruktur jalan
berkontribusi positif pada delapan macam
indikator pertumbuhan ekonomi, yaitu:
(a) Jasa, (b) Transportasi dan Komunikasi,
(c) Industri Pengolahan, (d) Pertambangan dan
Penggalian, (e) Konstruksi/Bangunan,
(f) Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan
Perikanan, (g) Listrik, Gas, dan Air Bersih,
serta (h) Perdagangan, Hotel, dan restoran
26
No. Tahun Nama Judul
Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
2. 2011 Adi pramono
sidik
Pengaruh
Pembangunan
Infrastruktur
Jalan dan
Listrik
terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi di
Kalimantan
Tahun 1994-
2008
-
menggunakan
variabel
infrastruktur
jalan
-
menggunakan
variabel
listrik
-
menggunakan
variabel
pertumbuhan
ekonomi
-
menggunakan
-ruang lingkup
penelitian
berupa pulaun
(Kalimantan)
-perbedaan
tahun
penelitian
-Berdasarkan hasil regresi ekonometrika data
panel dapat diketahui elastisitas infrastruktur
jalan maupun infrastruktur listrik terhadap
pertumbuhan ekonomi di Kalimantan.
Dengan dilakukan perhitungan sumber
pertumbuhan dapat diketahui pula kontribusi
masing-masing infrastruktur dan juga total
faktor produktivitas terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kalimantan dalam periode 1994-
2008.
27
No. Tahun Nama Judul
Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
data panel
meodel
regresi
3. 2014 Novi
Maryaningsih
Oki Hermansyah
Myrnawati dkk
Pengaruh
Infrastruktur
terhadap
pertumbuhan
ekonomi di
Indonesia
-Terdapat
variabel
infrastruktur
-
menggunakan
data panel
-ruang lingkup
penelitan
nasional(indon
esia)
-menggunakan
metode GMM-
first difference
-kondisi infrastruktur jalan dan listrik
berdampak signifikan terhadap pertumbuhan
pendapatan per kapita, namun tidak demikian
dengan pelabuhan. Terakhir, investasi terbukti
secara empiris sebagai faktor pendorong
pertumbuhan ekonomi Indonesia.
4 2014 Rindang Bangun
Prasetyo
dan Muhammad
Firdaus
Pengaruh
infrastruktur
pada
pertumbuhan
ekonomi di
-
menggunakan
data panel
-
menggunakan
-ruang lingkup
penelitia
nasional
(Indonesia )
-
-kegiatan perekonomian di Indonesia masih
bersifat padat karya sehingga kebijakan-
kebijakan yang bersifat meningkatkan
lapangan pekerjaan
untuk menyerap tenaga kerja akan lebih
28
No. Tahun Nama Judul
Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Indonesia variabel
pertumbuhan
ekonomi
efektif dalam peningkatan pertumbuhan
ekonomi.
-infrastruktur baik listrik, jalan maupun air
bersih
mempunyai pengaruh yang positif terhadap
perekonomian di Indonesia.
5. 2014 Nugroho SBM Analisis
Pengaruh
Infrastruktur
Ekonomi dan
Sosial
terhadap
Produktivitas
Ekonomi
Indonesia
-Terdapat
variabel
pertumbuhan
ekonomi
-model
regresi
-ruang lingkup
penelitian
nasional
(Indonesia)
-periode waktu
penelitian
-variabel
pendidikan
menggunakan
-Pendidikan di proxy dengan Angka
Melek Huruf (AMH) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi diproxy dengan Produk Domestik
Bruto (PDB).
29
No. Tahun Nama Judul
Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
(AMH) angka
melek huruf
6. 2016 Agung Budi
Luhur Wibowo
Pengaruh
Infrastruktur
Ekonomi dan
Sosial
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi di
Indonesia
Tahun 2006 -
2013
-
menggunakan
variabel
pertumbuhan
ekonomi
-
menggunakan
data panel
-
menggunakan
variabel
jumlah
- ruang lingkup
penelitian
nasional
(Indonesia)
- periode tahun
penelitian
- menggunakan
model regresi
fem fixed effect
model.
-menunjukkan bahwa infrastruktur ekonomi
dan sosial
secara simultan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Secara parsial infrastruktur yang memiliki
pengaruh positif terbesar terhadap
pertumbuhan ekonomi berturut turut adalah
infrastruktur listrik, infrastruktur kesehatan dan
infrastruktur pendidikan, sedangkan
infrastruktur jalan tidak memiliki pengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Selain itu
30
No. Tahun Nama Judul
Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
sekolah,panja
ng jalan,daya
listrik
tersambung
penelitian ini juga menemukan bahwa
pertumbuhan ekonomi di mayoritas pulau
kawasan timur Indonesia yaitu Nusa Tenggara,
Sulawesi, Maluku dan Papua lebih kecil
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi
di semua pulau kawasan barat Indonesia.
7. 2018 Rusmusi
Dita,
ResmiHandayani
Pengaruh
Investasi,
Infrastruktur
Jalan, Air, dan
Pendidikan
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi di
Jawa Tengah
2010-2015
-Terdapat
variabel
Infrastruktur
Jalan dan
Pendidikan.
-Analisis
regresi data
panel
menggunakan
model
-Variabel
Investasi dan
Air
- ruang lingkup
penelitian
pulau (Jawa
Tengah)
- periode tahun
penelitian
Infrastruktur di Kondisi jalan, air,dan
pendidikan secara parsial memiliki pengaruh
positif Dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi Jawa Tengah
31
No. Tahun Nama Judul
Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
random effect
8. 2016 Annisa Tri
Hastuti
Analisisis
Kemiskinan
dan
Ketersediaan
Infrastruktur
di Pedesaan
Kawasan
Jalan Lintas
Selatan Jawa
Timur
Terdapat
variabel
Infrastruktur
jalan, listrik
Tidak terdapat
variabel
Disparitas
Hasilnya menunjukkan bahwa variabel jalan,
listrik dan air bersih secara signifikan positif
terhadap kemiskinan di Daerah Pedesaan Jawa
Timur. Hasil perbandingan antara KJLS dan
Non KJLS Region menunjukkan bahwa
wilayah ekonomi dan sosial selatan masih jauh
tertinggal
9 2011 R. Abdul Maqin Pengaruh
Kondisi
Infrastruktur
terhadap
Pertumbuhan
Terdapat
Variabel
listrilk, jalan
dan
Tidak terdapat
Variabel
Kesehatan
Penelitian ini menunjukan Infrastruktur Listrik
berpengaruh positif dan signifikan, dan
Infrastruktur jalan dan pendidikan memiliki
pengaruh positif tetapi tidak berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi,
32
No. Tahun Nama Judul
Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Ekonomi di
Jawa Barat
Pendidikan disisi lain infrastruktur kesehatan memiliki
korelasi negative dan tidak signifikan.
10. 2016 Armughana
Traveer dkk
Impact of
Infrastructure
on Economic
Growth of
Pakistan
Infrastruktur
dan
Pertumbuhan
Ekonomi
Bahwa pembangunan infrastruktur di Pakistan
memiliki kontribusi positif yang signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengalaman
dari Pakistan menunjukkan bahwa perlu
merancang sebuah kebijakan ekonomi yang
memperbaiki infrastruktur dan pembentukan
modal tetap bruto untuk pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan di negara-negara
berkembang.
11. 2012 Sakineh Sojoodi
dkk
The Role of
Infrastructure
in Promoting
Infrastruktur
jalan raya,
listrik dan
Infrastruktur
jalur kereta api
dan
Bahwa sarana transportasi yang memiliki
panjang jalur kereta api, jalan raya,
telekomunikasi memiliki dampak positif dan
33
No. Tahun Nama Judul
Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Economic
Growth in
Iran
pertumbuhaan
ekonomi
telekomunikasi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Iran,
namun kapasitas listrik tidak berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan output
perkapita.
12. 2002 Hadi Salehi
Esfahami
Institutions,
Infrastructure
and Economic
Growth
Infrastruktur
dan PDB
bahwa kontribusi layanan infrastruktur terhadap
PDB cukup besar dan pada umumnya melebihi
biaya penyediaan layanan tersebut.
34
C. Hubungan Infrastruktur dengan Produk Domestik Regional Bruto.
Berdasarkan Laporan Bappenas (2012) mengatakan bahwa Infrastruktur
merupakan roda penggerak kegiatan ekonomi. Dari alokasi pembiayaan publik
dan swasta, infrastrutktur dipandang sebagai lokomotif pembangunan nasional
dan daerah. Secara ekonomi makro ketersediaan dari jasa pelayanan infrastruktur
mempengaruhi marginal productivity of private capital, sedangkan dalam konteks
ekonomi mikro, ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur berpengaruh terhadap
pengurangan biaya produksi.
Infrastruktur juga berpengaruh dalam peningkatan kualitas hidup dan
kesejahteraan manusia, antara lain dalam peningkatan konsumsi, peningkatan
kemakmuran nyata dan terwujudnya stabilisasi makro ekonomi, yaitu
keberlanjutan fiskal, berkembangnya pasar kredit, dan pengaruhnya terhadap
pasar tenaga kerja.Selain itu peningkatan Infrastruktur juga akan memperngaruhi
pertumbuhan ekonomi yaitu ketika kenaikan infrastruktur meingkat sebesar 1%
maka akan mendorong peningkatan PDB sebesar 1% (Aunur Rofiq, 2014)
Menurut Asian Development Bank (2012), infrastruktur mendorong
pertumbuhan ekonomi dimana hal tersebut mengurangi kemiskinan secara
langsung dan tidak langsung. Pembangunan infrastruktur dapat (i) menciptakan
lapangan kerja (ii) mengurangi biaya produksi (iii) meningkatkan kapasitas
produksi (iv) menyediakan koneksi antar pasar (v) meningkatkan akses fasilitas
kunci.
D. Kerangka Pemikiran
Pengembangan infrastruktur merupakan indikator penting dalam sebuah
pembangunan ekonomi terlebih pada cara untuk peningkatan pertumbuhan
ekonomi. Infrastruktur ekonomi dalam penelitian ini menggunakan variabel
panjang jalan dan listrik. Variabel jalan itu sendiri terdiri dari panjang jalan
nasional, jalan provinsi dan jalan kabupaten kota dengan kondisi jalan baik dan
sedang menurut provinsi. Variabel listrik menggunakan indikator jumlah seluruh
energi listrik yang disalurkan menurut provinsi . Jalan dan listrik merupakan akses
35
utama masyarakat dalam menjalankan kegiatan ekonomi. Sedangkan infrastruktur
sosial dalam penelitian ini menggunakan variabel pendidikan yaitu jumlah
Sekolah.
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Ketersediaan dan
kondisi infrastruktur
Sosial Ekonomi
Listrik Jalan
Produk Domestik Regional Bruto
Pendidikan
Panel Data
Pemilihan Model
Uji Hipotesis
Hasil dan Kesimpulan
36
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka, hipotesis yang ditarik untuk faktor-faktor
yang memengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi di Kawasan Timur
Indonesia serta pengaruhnya adalah sebagai berikut:
1. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh panjang jalan secara parsial
terhadap PDRB di KTI pada tahun 2011-2017
H1 : Diduga terdapat pengaruh panjang jalan secara parsial terhadap
PDRB di KTI pada tahun 2011-2017
2. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh listrik secara parsial terhadap
PDRB di KTI pada tahun 2011-201
H1 : Diduga terdapat pengaruh listrik secara parsial terhadap PDRB
di KTI pada tahun 2011-2017
3. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh pendidikan secara parsial
terhadap PDRB di KTI pada tahun 2011-2017
H1 : Diduga terdapat pengaruh pendidikan secara parsial terhadap
PDRB di KTI pada tahun 2011-2017
4. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara panjang
jalan, listrik dan pendidikan secara simultan terhadap PDRB di KTI
pada tahun 2011-2017
H1 : Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara panjang jalan,
listrik, dan pendidikan secara simultan terhadap PDRB di KTI pada
tahun 2011-2017
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan model data panel. Penelitian ini fokus kepada 16
Provinsi yaitu Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara,
Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Periode yang
digunakan dalam penelitian ini selama periode 2011-20117. Objek dalam
penelitian ini menggunakan satu variabel dependen (terikat) dan tiga variabel
independen (bebas). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini
adalahPertumbuhan Ekonomi dengan satuan ukur PDRB Atas Dasar Harga
Konstan. Sedangkan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Jalan, Listrik, dan pendidikan yang dihitung berdasarkan jumlah sekolah.
B. Metode Pengumpulan Data
Sumber data berasal dari data sekunder yang diperoleh dari publikasi oleh
Badan Pusat Statistik, berupa data jalan, listrik, pendidikan dan kemiskinan.
Waktu penelitian adalah dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2017. Dengan
mencakup 16 Provinsi di Kawasan Timur Indonesia. Pengolahan data ini
dilakukan menggunakan E-Views 9. Jenis data yang digunakan adalah data panel.
Data panel (Gujarati, 2012) adalah kombinasi antara data runtut waktu (time
series) dan data silangtempat (cross section) dan model yang digunakan dalam
penelitian ini adalah model regresi berganda (multiple regression).
C. Metode Analisis Data
1. Pendekatan Penelitian
Sesuai dengan data yang telah diperoleh maka pendekatan yang sesuai
dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang
38
menekankan pada angka-angka dalam penelitiannya. Dari data angka yang
telah diperoleh maka diharap dapat memberikan kesimpulan yang tepat.
2. Analisis Data Panel
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah model analisis regresi
panel data dengan bantuan software Eviews ver 9 dan untuk mengetahui
tingkat signifikansi dari masing-masing koefisien regresi variabel independen
terhadap variabel dependen maka digunakan uji statistik.
Menurut Rosadi (2012) data panel atau pooled data merupakan kombinasi
dari data bertipe cross section dan data time series (yakni sejumlah variabel
diobservasi atas sejumlah kategori dan dikumpulkan dalam suatu jangka
waktu tertentu). Sehingga dapa disimpulkan analisis regresi data panel adalah
analisis regresi yang didasarkan pada data panel untuk mengamati hubungan
antara variabel terikat (dependen)dan variabel bebas (independen). Hal ini
sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan mengenai masalah Pertumbuhan
Ekonomi di Kawasan Timur Indonesia menggunakan studi kasus enam belas
provinsi dengan tahun yang akan diteliti dari tahun 2011-2017.
Model dengan data time series :
Yi = α + β Xi + ε ; t = 1,2,…,T,N : banyaknya data time series
Model dengan data cross section :
Yi = α + β Xi + ε ; i = 1.2,... N; N: banyaknya data cross section
Sehingga secara umum dalam model data panel dapat dituliskan sebagai
berikut:
Yit = α+ β Xit + εit ; i = 1,2,...N; dan t = 1,2,....,T
Dimana:
Y = variabel dependen
X = variabel Independen merupakan data time series
N = banyaknya variabel dependen merupakan data cross sectional
T = banyaknya waktu
N x T = banyaknya data panel
39
Penggunaan data panel pada penelitian memiliki beberapa keunggulan.
Keunggulan data panel menurut Baltagi dalam Gujarati (2012) antara lain:
1. Dapat mengontrol heterogenitas individu dengan memberikan variabel
spesifik-subjek
2. Dengan menggabungkan antara observasi runtur waktu dan seksi silang,
data panel memberi lebih banyak informasi, lebih banyak variasi, sedikit
kolinieritas antar variabel lebih banyak degree of freedom dan lebih
efisien.
3. Dengan mempelajari observasi seksi silang berulang-ulang, data panel
paling tepat untuk mempelajari dinamika perubahan.
4. Data panel paling baik untuk mendeteksi dan mengukur dampak yang
secara sederhana tidak bisa dilihat pada dat seksi silang murni dan runtut
waktu murni. Pemodelan data panel pada dasarnya menggabungkan
pembentukan model yang dibentuk berdasarkan runtut waktu (time
series) dan berdasarkan cross section
Menurut Iqbal, 2014 regresi data panel memberikan alternatif model,
Pooled Least Square, Fixed Effect dan Random Effect. Model Common Effect dan
Fixed Effect menggunakan pendekatan Ordinary Least Squared (OLS) dalam
teknik estimasinya, sedangkan Random Effect menggunakan Generalized Least
Square (GLS).
Metode Generalized Least Square adalah OLS pada variabel yang telah
ditransformasikan yang memenuhi asumsi-asumsi standar kuadrat sederhana
terkecil. Jadi, yang kemudian didapatkan oleh karena itu disebut sebagai estimator
GLS dan estimator tersebutlah yang BLUE (Gujarati, 2012:472).
Keuntungan penting dari data panel dibandingkan dengan time series atau
data cross-sectional adalah bahwa hal itu memungkinkan identifikasi paramater
tertentu atau pertanyaan, tanpa perlu untuk membuat asumsi yang membatasi atau
asumsi klasik (Verbeek 2004)
40
3. Estimasi Model Data Panel
Analisis data panel diketahui memiliki tiga pendekatan, yaitu : 1)
pendekatan OLS biasa (Pooles Least Square),2)pendekatan efek tetap
(Fixed Effect Model), dan 3) pendekatan efek acak (Random Effect Model).
a. Pendekatan Pooled Least Square(PLS)
Teknik yang digunakan dalam metode Common Effect hanya dengan
mengkombinasikan datatime series dan cross section. Dengan
hanya menggabungkan kedua jenis data tersebut maka dapat
digunakan metode OLS untuk mengestimasi model data panel.
b. Pendekatan Fixed Effect Model (FEM)
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Fixed
Effect. Metode dengan menggunakan variabel dummy untuk
menangkap adanya perbedaan intersep. Metode ini mengasumsikan
bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar perusahaan dan antar waktu,
namun intersepnya berbeda antar perusahaan namun sama antar waktu
(time invariant). Namun metode ini membawa kelemahan yaitu
berkurangnya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada
akhirnya mengurangi efisiensi parameter.
c. Pendekatan Random Effect Model (REM)
Tenik yang digunakan dalam Metode Random Effect adalah dengan
menambahkan variabel gangguan (error terms) yang mungkin saja
akan muncul pada hubungan antar waktu dan antar provinsi. Teknik
metode OLS tidak dapat digunakan untuk mendapatkan estimator yang
efisien, sehingga lebih tepat untuk menggunakan Metode Generalized
Least Square(GLS).
4. Pemilihan Model Data Panel
Dari ketiga teknik diatas kita harus memilih teknik terbaik yang digunakan
untuk data. Cara memilih salah satu dari tiga teknik yang ada sebagai berikut:
41
a. Uji Chow
Uji ini dilakukan untuk mengetahui model Pooled Least Square (PLS) atau
FEM yang akan digunakan dalam estimasi. Relatif terhadap Fixed Effect
Model, Pooled Least Square adalah restricted model dimana ia menerapkan
intercept yang sama untuk seluruh individu. Padahal asumsi bahwa setiap
unit cross section memiliki perilaku yang sama cenderung tidak realistis
mengingat dimungkinkan saja setiap unit tersebut memiliki perilaku yang
berbeda. Untuk mengujinya dapat digunakan restricted F-test, dengan
hipotesis sebagai berikut.
H0 :Model Pooled Least Square (PLS
H1 : Model Fixed Effects
Kriteria pengambilan keputusan: Tolak H0 jika P-value ≤ α.
Artinya model panel yang baik untuk digunakan adalah Fixed Effect
Model, dan sebaliknya jika H0 diterima, berarti model PLS yang dipakai
dan dianalisis. Namun jika H0 ditolak, maka model FEM harus diuji
kembali untuk memilih apakah akan memakai model FEM atau REM.
b. Uji Hausman
Untuk memilih model mana yang lebih cocok antara Fixed Effects ataukah
Random Effects, dapat digunakan Uji Hausman (Hausman Test) dengan
hipotesis:
H0 : model Random Effects lebih baik daripada Fixed Effects
H1 : model Fixed Effects lebih baik daripada Random Effects
Kriteria pengambilan keputusan: Tolak H0 jika P-value ≤ α.
Artinya model panel yang baik untuk digunakan adalah Fixed Effect
Model, dan sebaliknya jika H0 diterima, berarti model Random Effect
Model yang dipakai dan dianalisis. Namun jika H0 ditolak, maka model
REM harus diuji kembali untuk memilih apakah akan memakai model
REM atau PLS.
42
c. Uji Lagrange Multiplier
Untuk memilih model mana yang lebih cocok antara Random Effect Model
dengan Pooled Least Square, dapat digunakan Uji Lagrange Multiplier
dengan hipotesis.
H0 : Model Pooled Least Square
H1 : Random Effect Model
Uji Breusch Pagan ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat
efek cross section/time (atau keduanya) di dalam panel data (Rosadi,
2012). Kriteria pengambilan keputusan yakni jika nilai probabilitas
Breush-Pagan lebih kecil dari α maka tolak H0 yang berarti model yang
terbaik digunakan yaitu Random Effect Model. Namun jika terima H0 maka
model yang tepat untuk penelitian ini adalah Pooled Least Square.
d. Model Empiris
Model persamaan yang akan diestimasi pada penelitian ini sebagai berikut:
Yit = β0 + β1 X1it + β2 X2it+ β3 X3it + + eit
Keterangan :
Yit : PDRB Atas Dasar Harga Konstan pada tahun ke-t (%)
X1it : jumlah panjang jalan kondisi baik dan sedang (km)
X2it : Daya listrik tersambung menurut provinsi di KTI pada
Periode t (Gwh)
X3it : Jumlah sekolah (unit)
β0 : Intercept/Konstanta
β1β2β3 : Koefisien Regresi
eit : error term
Setelah model penelitian di estimasi maka akan diperoleh nilai dan
besaran dari masing-masing parameter dalam model persamaan diatas.
Nilai parameter parameter posistif atau negatif selanjutnya akan digunakan
untuk menguji hipotesis penelitian.
43
5. Uji Hipotesis
Uji Hipotesis ini digunakan untuk memeriksa atau menguji apakah
koefisien regresi yang didapat signifikan (berbeda nyata). Maksudnya
dari signifikan ini adalah suatu nilai koefisien regresi yang secara
statistik tidak sama dengan nol. Jika koefisien slope sama dengan nol,
berarti dapat dikatakan bahwa tidak cukup bukti untuk menyatakan
variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Ada dua
jenis uji hipotesis terhadap koefisien regresi yang dapat dilakukan antara
lain:
a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji t-statistic dilakukan untuk mengetahui pengaruh signifikansi
setiap variable independen terhadap variable dependen. Uji t
dilakukan dengan membandingkan t hitung terhadap t tabel dengan
ketentuan sebagai berikut:
H0 : β = 0, berarti tidak ada pengaruh positif dari masing-masing
variabel indpenden terhadap variabel dependen secara parsial
(individu).
H0 : β> 0, berarti ada pengaruh positif dari masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen secara parsial (individu).
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf
signifikansi 5% (α = 0,05) dengan kriteria penilaian sebagai berikut:
1. jika t hitung > t tabel maka H diterima dan H0 ditolak berarti ada
pengaruh yang signifikan dari masing-masing variabel independen
terhadap variabel dependen secara parsial (individu).Jika t hitung <
t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak berarti tidak ada pengaruh
yang signifikan dari masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependen secara parsial (individu).
44
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen secara bersama-sama (simultan) dapat berpengaruh
terhadap variabel dependen. Metode yang digunakan dengan
membandingkan nilai F hitung dengan F tabel dengan ketentuan
sebagai berikut:
H0 : β = 0, berarti tidak ada pengaruh signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen secara simultan (bersama-
sama).
H0 : β = 0, berarti ada hubungan yang signifikan dari variabel
indpenden terhadap variabel dependen secara simultan (bersama-
sama)
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf
signifikansi 5% (α = 0,05) dengan kriteria penilaian sebagai berikut:
1. Jika F hitung > F tabel maka H1 diterima dan H0 ditolak berarti
ada variabe independen secara bersama-sama mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
2. Jika F hitung < F tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak berarti
variabel independen secara bersama-sama tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
c. Koefisien Determinasi R2
Uji koefisien determinasi digunakan untuk menjelaskan seberapa
besar proporsi variasi variable dependen dapat dijelaskan oleh
variable independen. Nilai koefisien determinasi (Adjusted R2)
berkisar diantara nol dan satu (0 <Adj. R2 < 1). Nilai R
2 yang kecil
atau mendekati nol artinya kemampuan variable independen dalam
menjelaskan variable dependen sangat terbatas. Nilai Adjusted
R2
yang besar atau mendekati satu artinya variable independen
mampu memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
dalam menjelaskan perubahan variable dependen.
45
Nilai koefisien determinasi akan cenderung semakin besar bila
jumlah variabel bebas dan jumlah data yang diobservasi semakin
banyak. Oleh karena itu, maka digunakan ukuran adjusted R2,
untuk
menghilangkan bias akibat adanya penambahan jumlah variabel
bebas dan jumlah data yang diobservasi.
D. Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Satuan
PDRB Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga
konstan
%
Jalan Panjang jalan Negara, jalan provinsi, jalan
kabupaten/kota dengan kondisi baik dan sedang
Km
Jalan Jumlah Daya yang terdistribusi menurut provinsi Gwh
Pendidikan Jumlah Sekolah Unit
46
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Kondisi Gografis
Secara geografis Indonesia terletak di antara dua benua, Benua Asia dan
Australia, di antara dua samudera. Samudera Hindia dan Samudra Pasifik.
Berdasarkan Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 39 Tahun 2015 tentang Kode
dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan, secara administrasi wilayah
Indonesia terbagi atas 34 provinsi, 514 kabupaten/kota (416 kabupaten dan 98
kota), 7.094 kecamatan, 8412 kelurahan dan 74.0930 desa. Jumlah provinsi
bertambah satu dari tahun 2013, yaitu Provinsi Kalimantan Utara. Provinsi
Kalimantan Utara merupakan pemekaran dari Provinsi Kalimantan Timur.
Negara Indonesia memiliki 34 provinsi. Menurut Kementrian Perencanaan
Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional pembagian
wilayah Indonesia terbagi menjadi dua yaitu Kawasan Barat Indonesia dan
Kawasan Timur Indonesia.
Kawasan Timur Indonesia meliputi pulau kalimantan, pulau sulawesi, Nusa
Tenggara, Maluku dan Papua. Dan sedangkan Kawasan Barat Indonesia meliputi
pulau Jawa, pulau Sumatera dan pulau Bali. Ketimpangan dan kesenjangan yang
terjadi antar Kawasan Timur Indonesia dengan Kawasan Barat Indonesia sangat
terlihat jika kita bandingkan melalui PDRB.
1. Keadaan Penduduk
Menurut Badan Pusat Statistik 2017 hasil estimasi jumlah penduduk pada
tahun 2017 sebesar 261.890.900 jiwa yang terdiri atas 131.795.932 jiwa
penduduk laki-laki dan 130.094.968 jiwa penduduk perempuan.
47
Tabel 4.1
Populasi, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk KTI
No Provinsi Populasi (Jiwa) Luas Wilayah
(km2)
Kepadatan
(Jiwa/Km)
1 Nusa Tenggara Barat 4.955.600 18.572,32 267
2 Nusa Tenggara Timur 5.287.300 48.718,10 109
3 Kalimantan Barat 4.932.500 147.307,00 33
4 Kalimantan Tengah 2.605.300 153.564,50 17
5 Kalimantan Selatan 4.119.800 38.744,23 106
6 Kalimantan Timur 3.575.400 129.066,64 28
7 Kalimantan Utara 691.100 75.467,70 9
8 Sulawesi Utara 2.461.000 13.851,64 178
9 Sulawesi Tengah 2.966.300 61.841,29 48
10 Sulawesi Selatan 8.690.300 46.717,48 186
11 Sulawesi Tenggara 2.602.400 38.067,70 68
12 Gorontalo 1.168.200 11.257,07 104
13 Sulawesi Barat 1.331.000 16.787,18 79
14 Maluku 1.744.700 46.914,03 37
15 Maluku Utara 1.209.300 31.982,50 38
16 Papua Barat 915.400 102.955,15 9
48
No Provinsi Populasi (Jiwa) Luas Wilayah
(km2)
Kepadatan
(Jiwa/Km)
17 Papua 3.265.200 319.036,05 10
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2018
Berdasarkan tabel 4.1 populasi penduduk yang paling banyak di KTI provinsi
Nusa Tenggara Timur, sedangkan untuk populasi penduduk yang terendah di KTI
adalah provinsi Kalimantan Utara. Untuk luas wilayah terluas di KTI adalah
provinsi Papua dengan luas wilayah 309.934,40 km2
sedangkan untuk luas
wilayah terkecil di KTI adalah provinsi Gorontalo 12.165,44 km2.
B. Penemuan dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif Antar Variabel
a. Infrastruktur Jalan
Pada tahun 2017 panjang jalan Indonesia mencapai 539.353 kilometer.
Berdasarkan tingkat kewenangan pembinaan, jalan kabupaten/kota masih
merupakan bagian terbesar yaitu 434.395 kilometer atau 80,54 persen dari
total panjang jalan Indonesia. Sedangkan untuk jalan Negara dan provinsi
masing-masing 48.380 kilometer dan 57.064 kilometer atau 8,97 persen dan
10,58 persen.
49
Grafik 4.1 Jumlah Panjang Jalan
Sumber : Statistik Indonesia 2018
Berdasarkan grafik 4.1 terdapat peningkatan panjang jalan di Kawasan
Timur Indonesia. Jumlah panjang jalan negara menurut provinsi, panjang jalan
provinsi menurut provinsi dan panjang jalan kabupaten/kota menurut provinsi.
Periode 2011-2017 penambahan panjang jalan mengalami peningkatan
walaupun tidak banyak. Pemerintah terus melakukan pembenahan-pembenahan
dalam peningkatan akses jalan masyarakat. Hal ini terbukti peningkatan selama
7 tahun terakhir
1473
8
1823
4
1376
5
1793
9
1476
7
1333
3
1134
4 1361
4
8089
8525
19
46
4
2319
3
8019
9840
4599
5495
1838
7
1656
5
6819
6790
3255
3
3154
3
1169
0
1306
4
7218
1021
3
5348
7432
1614
9
2173
2
7998
1186
7
KA
LB
AR
KA
LB
AR
KA
LT
EN
G
KA
LT
EN
G
KA
LT
IM
KA
LT
IM
KA
LS
EL
KA
LS
EL
NT
B
NT
B
NT
T
NT
T
SU
LU
T
SU
LU
T
GO
RO
NT
AL
O
GO
RO
NT
AL
O
SU
LT
EN
G
SU
LT
EN
G
SU
LB
AR
SU
LB
AR
SU
LS
EL
SU
LS
EL
SU
LT
RA
SU
LT
RA
MA
LU
KU
MA
LU
KU
MA
LU
T
MA
LU
T
PA
PU
A
PA
PU
A
PA
PU
A_
BA
RA
T
PA
PU
A_
BA
RA
T
50
b. Infrastruktur listrik
Kebutuhan listrik yang semakin meningkat diharuskan juga peningkatan
energi listrik yang disalurkan. Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia pada
periode 2011-2017 peningkatan kapasitas listrik yang di salurkan cukup besar,
bila pada tahun 2011 kapasitas listrik yang disalurkan terpasang 14159,31
GwH, sedangkan pada tahun 2017 kapasitas listrik yang disalurkan meningkat
menjadi 23422,22 GwH. Energi listrik yang di distribusikan merupakan energi
yang disalurkan ke rumah tangga, industri, pemerintah dan sebagainya.
Grafik. 4.2 Jumlah Energi Listrik yang disalurkan KTI
Sumber: Statistik Listrik Indonesia, 2018
Berdasarkan data grafik 4.2 dapat dilihat peningkatan jumlah kapasitas
energi listrik yang disalurkan terpasang selama 7 tahun terakhir. Energi listrik
yang didistribusikan merupakan energi yang disalurkan kerumah tangga,
usaha industri, pemerintahan dll. Provinsi yang cukup banyak mengalami
peningkatan yaitu Sulawesi Selatan dengan jumlah 3246,42 GwH pada 2011,
1434
.72
2252
.06
64
9.9
5 1134
.95
2099
.6
3418
.33
1467
.13
2391
.87
837.
17
1677
.54
486.
91
855.
25
986.
62 15
44.8
7
236.
52
460.
13
574.
71
1068
.79
151.
52
312.
89
3246
.42
5172
.5
441
.08
850.
7
336.
69
463.
05
204.
67
237.
12
522.
8 868.
01
305.
08
533.
47
KA
LB
AR
KA
LB
AR
KA
LT
EN
G
KA
LT
EN
G
KA
LT
IM
KA
LT
IM
KA
LS
EL
KA
LS
EL
NT
B
NT
B
NT
T
NT
T
SU
LU
T
SU
LU
T
GO
RO
NT
AL
O
GO
RO
NT
AL
O
SU
LT
EN
G
SU
LT
EN
G
SU
LB
AR
SU
LB
AR
SU
LS
EL
SU
LS
EL
SU
LT
RA
SU
LT
RA
MA
LU
KU
MA
LU
KU
MA
LU
T
MA
LU
T
PA
PU
A
PA
PU
A
PA
PU
A_
BA
RA
T
PA
PU
A_
BA
RA
T
51
dan mengalami peningkatan menjadi 5172,5 GwH Pada tahun 2017. Selain
perkembangan kapasitas yang cukup meningkat penggunaan listrik bagi
wilayah-wilayah terpencil sudah mulai dilakukan. Terbukti sudah ada
beberapa desa terpencil di Provinsi Papua yang sudah mendapatkan listrik
yaitu Desa Bomopay Distrik Yaro dan Desa Parauto.
c. Pendidikan
Dalama mengurangi ketimpangan dan kesenjangan antara KBI dan KTI
pemerintah gencar melakukan pembangunan dalam segi Sumber Daya Manusia
(SDM) melalui fasilitas pendidikan. Tantangan lain dalam pendidikan yang
terdapat di KTI adalah kurangnya stimulasi bahan bacaan berkualitas
menyebabkan rendahnya mutu modal manusia (human capital) ,anak-anak disana
mengalami ketimpangan dalam hal wawasan, akses jalan yang sulit serta
kurangnya peningkatan sarana dan prasarana pendidikan juga menjadi tantangan
untuk memperbaiki kualitas pendidikan
Grafik 4.3 Jumlah sekolah
Sumber : Statistik Indonesia 2018
6481
7160
3918
4336
3737
3262
4466
4827
6145
6821
6621
7781
3398
3544
1527
4319
4296
5442
2066
2278
1021
3
1102
1
3655
4062
2831
3100
2192
2431
3172
3572
1418
1575
KA
LB
AR
KA
LB
AR
KA
LT
EN
G
KA
LT
EN
G
KA
LT
IM
KA
LT
IM
KA
LS
EL
KA
LS
EL
NT
B
NT
B
NT
T
NT
T
SU
LU
T
SU
LU
T
GO
RO
NT
AL
O
GO
RO
NT
AL
O
SU
LT
EN
G
SU
LT
EN
G
SU
LB
AR
SU
LB
AR
SU
LS
EL
SU
LS
EL
SU
LT
RA
SU
LT
RA
MA
LU
KU
MA
LU
KU
MA
LU
T
MA
LU
T
PA
PU
A
PA
PU
A
PA
PU
A_
BA
RA
T
PA
PU
A_
BA
RA
T
52
Berdasarkan grafik 4.3 pemerintah telah melakukan peningkatan kualitas
pelayan pendidikan berupa penambahan fasilitas-fasilitas pendidikan. Peningkatan
fasilitan pendidikan yaitu jumlah sekolah paling besar di gorontalo namun hal ini
menjadi perhatian untuk melakukan pemerataan pembangunan di daerah-daerah
lain. Namun terdapat penurunan jumlah sekolah di Kalimantan timur di sebabkan
oleh pemekaran pada tahun 2013 dimana sebagian daerah Kalimantan timur
dipecah menjadi provinsi baru yaitu Kalimantan utara.
2. Analisis Model Produk Domestik Regional Bruto dengan Variabel Bebas
Infrastruktur listrik, infrastruktur jalan dan infrastruktur pendidikan
a. Uji Chow
Untuk mengetahui model panel yang terbaik untuk digunakan maka
menggunakan maka digunakan uji F-Restricted dengan cara melihat nilai
Probabilitas (P-Value) F-Statistik lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 5%.
Sebelum melihat nilai probabilitas (PValue) F-Statistik lebih keci dari tingkat
signifikansi α = 5 % terlebih dahulu dibuat hipotesisnya. Adapun hipotesis
adalah sebagai berikut:
H0 : Model PLS
H1 : Model Fixed Effect
Dari hasil berdasarkan metode Fixed Effect Model (FEM) dan Pooled Least
Square (PLS) diperoleh nilai probabilitas F-statistik yakni sebagai berikut:
Tabel 4.2
Hasil Uji Chow
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 8.499.591 (15,93) 0.0000
Cross-section Chi-square 96.686.284 15 0.0000
Sumber : Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 9.0
53
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diperoleh F-Statistika adalah 8.499591 dengan d.f
(15,93) dan nilai probabilitas F-statistik sebesar 0,0000 yang berarti bahwa nilai
probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat signifikansi alpha 5% (0,000 <
0,05). Maka H0 ditolak, sehingga model panel yang digunakan adalah Fixed
Effect Model.
b. Uji Hausman
Untuk mengetahui model panel terbaik maka digunakan uji hausman
pengujian ini untuk menentukan model yang terbaik untuk digunakan antara
FEM dan REM Uji Hausman memberikan penilaian dengan menggunakan
Chi-Square Statictic sehingga keputusan pemilihan model dapat ditentukan
dengan tepat. Sebelum membandingkan Chi-Square Statistic dan Chi-square
table terlebih dahulu dibuat hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H0 : Model Random Effect
H1 : Model Fixed Effect
Dari hasil berdasarkan metode Random Effect Model (REM) dan Model
Fixed Effect diperoleh nilai sebagai berikut:
Tabel 4.3
Hasil Uji Hausman
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 3.147945 3 0.3694
Sumber : Data diolah dengan E-views 9.0
Berdasarkan hasil Uji Hausman pada tabel diatas, didapatkan Chi Square
sebesar 3.147945 dengan probabilitas 0,3694 dan d.f 3. Dikarenakan nilai
probabilitas Chi Square statistik lebih besar dari nilai alpha 5% (0.3694 > 0.05)
maka gagal tolak H0. Dapat disimpulkan bahwa model penelitian adalah Random
Effect Model.Sehingga perlu dilakukan pengujian selanjutnya dengan Uji
Lagrange Multiplier.
54
c. Uji Lagrange Multiplier
Berdasarkan hasil dari Uji Chow dan Uji Hausman yang berbeda maka
perlu dilakukan pengujian ketiga yaitu Uji Lagrange Multiplier untuk
mengetahui metode panel yang terbaik dalam penelitian ini Maka dilihat
berdasarkan nilai Breusch Pagan. Sebelum melihat nilai probabilitas Breusch
Pagan lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 5%, terlebih dahulu dibuat
hipotesisnya. Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H0 : Model PLS
H1 : Random Effect Model
Dari hasil berdasarkan metode Pooled Least Square (PLS) dan Random
Effect Model diperoleh nilai probabiltas Breusch Pagan sebagai berikut:
Tabel 4.4
Hasil Uji Lagrange Multiplier
Test Hypothesis
Cross-section Time Both
Breusch-Pagan 75.38006 2.879621 78.25968
(0.0000) (0.0897) (0.0000)
Sumber : Data diolah dengan E-views 9.0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat nilai probabilitas Breusch Pagan lebih
kecil dari tingkat signifikan (0.000 < 0.05) maka dapat disimpulkan model yang
dapat digunakan untuk model peneltian adalah Random Effect Model.
55
d. Model Random Effect Model (REM)
Model data panel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan Random Effect Model (REM) dapat dijelaskan melalui persamaan
sebagai berikut:
Berdasarkan hasil Uji Chow, Uji Hausman dan Uji Lagrange Multiplier yang
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa model yang terbaik dalam penelitian
ini menggunakan metode Random Effect Model (REM).
Tabel 4.5
Hasil Estimasi Data Panel
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 3.186.547 1.009.689 3.155.969 0.0021
LNJALAN? 0.252489 0.108601 2.324.922 0.0219
LNLISTRIK? 0.803820 0.066039 1.217.189 0.0000
LNSEKOLAH? 0.013578 0.093157 0.145755 0.8844
Sumber : Hasil Pengolahan Data Dengan E-views 9.0
PDRB = +3.186547 + 0.252489LNJALAN + 0.803820LNLISTRIK +
0.013578LNSEKOLAH
Dari persamaan diatas maka, dapat diinformasikan :
1) Nilai konstan sebesar 3.186547 artinya jika variabel jalan, listrik
dan pendidikan nol, maka PDRB sebesar 3.186547 %
2) Koefisien jalan sebesar 0.252489 yang berarti setiap kenaikan satu
satuan maka akan menaikkan PDRB sebesar 0.252489 %
dengan asumsi faktor-faktor lain dianggap tetap.
3) Koefisien listrik sebesar 0.803820 yang berarti setiap kenaikan satu
satuan maka akan meningkatkan PDRB sebesar 0.803820 %
dengan asumsi faktor-faktor lain dianggap tetap.
56
4) Koefisien sekolah sebesar 0.013578 yang berarti setiap kenaikan
satu satuan maka akan meningkatkan PDRB sebesar 0.013578 %
dengan asumsi faktor-faktor lain dianggap tetap.
Tabel 4.6
Hasil Interpretasi Random Effect Model
Variable Coefficient Ind Effect Prob.
C 3.186547 0.0021
LNJALAN? 0.252489 0.0219
LNLISTRIK? 0.803820 0.0000
LNSEKOLAH? 0.013578 0.8844
Random Effects (Cross)
_GORONTALO—C 0.309272 3.495819
_KALBAR—C -0.273278 2.913269
_KALSEL—C -0.197493 2.989054
_KALTENG—C 0.191785 3.378332
_KALTIM—C -0.153775 3.032772
_MALUKU—C -0.143455 3.043092
_MALUT—C -0.082496 3.104051
_NTB—C -0.178235 3.008312
_NTT—C -0.001083 3.185464
_PAPUA—C 0.020241 3.206788
_PAPUA_BARAT—C 0.188729 3.375276
_SULBAR—C -0.008961 3.177586
_SULSEL—C -0.111809 3.074738
57
_SULTENG—C -0.077085 3.109462
_SULTRA—C -0.183344 3.003203
_SULUT—C 0.700986 3.887533
1) Provinsi Gorontalo
Diketahui nilai konstanta Gorontalo sebesar 3.495819. Artinya ketika variabel
panjang jalan, listrik dan pendidikan dianggap konstan. Maka nilai PDRB di
Gorontalo sebesar 3.495819 %.
2) Provinsi Kalimantan Barat
Diketahui nilai konstanta Kalimantan Barat sebesar 2.913269. Artinya ketika
variabel panjang jalan, listrik dan pendidikan dianggap konstan. Maka nilai
PDRB di Kalimantan Barat sebesar 2.913269 %.
3) Provinsi Kalimantan Selatan
Diketahui nilai konstanta Kalimantan Selatan sebesar 2.989054. Artinya
ketika variabel panjang jalan, listrik dan pendidikan dianggap konstan. Maka
nilai PDRB di Kalimantan Selatan sebesar 2.989054 %.
4) Provinsi Kalimantan Tengah
Diketahui nilai konstanta Kalimantan Tengah sebesar 3.378332. Artinya
ketika variabel panjang jalan, listrik dan pendidikan dianggap konstan. Maka
nilai PDRB di Kalimantan Tengah sebesar 3.378332 %.
5) Provinsi Kalimantan Timur
Diketahui nilai konstanta Kalimantan Timur sebesar 3.032772. Artinya ketika
variabel listrik panjang jalan. listrik dan pendidikan dianggap konstan. Maka
nilai PDRB di Kalimantan Timur sebesar 3.032772 %.
6) Provinsi Maluku
Diketahui nilai konstanta Maluku sebesar 3.043092. Artinya ketika variabel
panjang jalan, listrik dan pendidikan dianggap konstan. Maka nilai PDRB di
Maluku sebesar 3.043092 %.
58
7) Provinsi Maluku Utara
Diketahui nilai konstanta Maluku Utara sebesar 3.104051. Artinya ketika
variabel panjang jalan, listrik dan pendidikan dianggap konstan. Maka nilai
PDRB di Maluku Utara sebesar 3.104051 %.
8) Provinsi Nusa Tenggara Barat
Diketahui nilai konstanta Nusa Tenggara Barat sebesar 3.008312. Artinya
ketika variabel panjang jalan, listrik dan pendidikan dianggap konstan. Maka
nilai PDRB di Nusa Tenggara Barat sebesar 3.008312 %.
9) Provinsi Nusa Tenggara Timur
Diketahui nilai konstanta Nusa Tenggara Timur sebesar 3.185464. Artinya
ketika variabel panjang jalan, listrik dan pendidikan dianggap konstan. Maka
nilai PDRB di Kalimantan Barat sebesar 3.185464 %.
10) Provinsi Papua
Diketahui nilai konstanta Papua sebesar 3.206788. Artinya ketika variabel
panjang jalan, listrik dan pendidikan dianggap konstan. Maka nilai PDRB di
Papua sebesar 3.206788 %.
11) Provinsi Papua Barat
Diketahui nilai konstanta Papua Barat sebesar 3.375276. Artinya ketika
variabel panjang jalan, listrik dan pendidikan dianggap konstan. Maka nilai
PDRB di Kalimantan Barat sebesar 3.375276 %.
12) Provinsi Sulawesi Barat
Diketahui nilai konstanta Kalimantan Barat sebesar 3.177586. Artinya ketika
variabel panjang jalan, listrik dan pendidikan dianggap konstan. Maka nilai
PDRB di Sulawesi Barat sebesar 3.177586 %.
13) Provinsi Sulawesi Selatan
Diketahui nilai konstanta Kalimantan Barat sebesar 3.074738. Artinya ketika
variabel panjang jalan, listrik dan pendidikan dianggap konstan. Maka nilai
PDRB di Sulawesi Selatan sebesar 3.074738 %.
59
14) Provinsi Sulawesi Tengah
Diketahui nilai konstanta Kalimantan Barat sebesar 3.109462. Artinya ketika
variabel panjang jalan, listrik dan pendidikan dianggap konstan. Maka nilai
PDRB di Sulawesi Tengah sebesar 3.109462 %.
15) Provinsi Sulawesi Tenggara
Diketahui nilai konstanta Sulawesi Tenggara sebesar 3.003203. Artinya ketika
variabel panjang jalan, listrik dan pendidikan dianggap konstan. Maka nilai
PDRB di Sulawesi Tenggara sebesar 3.003203 %.
16) Provinsi Sulawesi Utara
Diketahui nilai konstanta Sulawesi Utara sebesar 3.887533. Artinya ketika
variabel panjang jalan, listrik dan pendidikan dianggap konstan. Maka nilai
PDRB di Sulawesi Utara sebesar 3.887533 %.
e. Uji F dan Interpretasi Hasil Analisis
Untuk menguji apakah variabel independen berpengaruh secara bersama-
sama terhadap variabel dependennya, maka digunakan uji F dengan cara
membandingkan F-statistik dengan F-tabel.
Tabel 4.7
Hasil Uji Simultan
Sumber : Data diolah dengan E-views 9.0
Berdasarkan tabel diatas, hasil regresi data panel menggunakan Random
Effect Model diperoleh nilai F-statistik sebesar 120.5493 dengan probabilitas
sebesar 0.000000, pada tingkat keyakinan α = 5%, k = 3, n = 84, sehingga
diperoleh F-tabel dengan nilai df1=3 dan df2=(84-1-3=80) maka berdasarkan
rumus excel =F.INV.RT(0,05;3;80) = 2.70. Maka terlihat bahwa F-Statistik > F-
tabel (120.5493 > 2.70), maka H0 ditolak artinya bahwa variable independen
secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap PDRB.
F-statistic 120.5493
Prob(F-statistic) 0.000000
60
f. Uji t Interpretasi Hasil Analisis
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah variabel independen listrik
(XI). Jalan (X2) dan Pendidikan (X3) berpengaruh secara parsial terhadap
variabel dependennya pertumbuhan ekonomi (Y) yaitu dengan membandingkan
masing-masing nilai t-statistik dari regresi dengan t-tabel dalam menolak atau
menerima hipotesis
Tabel 4.8
Hasil Uji Parsial
Variable Coefficient t-Statistic Prob.
C 3.186.547 3.155.969 0.0021
LNJALAN? 0.252489 2.324.922 0.0219
LNLISTRIK? 0.803820 1.217.189 0.0000
LNSEKOLAH? 0.013578 0.145755 0.8844
Sumber : Data diolah dengan E-views 9.0
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa infrastruktur listrik dan
Infrastruktur Jalan secara partial masing-masing mempengaruhi PDRB.
Sedangkan variabel Infrastruktur Pendidikan tidak memiliki pengaruh partial.
Berdasarkan tabel 4.7 dapat juga digunakan untuk membuktikan hipotesis
penelitian yang telah disusun.
Berdasarkan hasil estimasi yang diperoleh tersebut, maka pembuktian dari
hipotesis yang telah dipaparkan sebagai berikut:
1) H0 : Tidak terdapat pengaruh jalan secara parsial terhadap PDRB di KTI
pada tahun 2011-2017
H1 : Terdapat pengaruh jalan secara parsial terhadap PDRB di KTI pada
tahun 2011-2017
2) H0 : Tidak terdapat pengaruh listrik secara parsial terhadap PDRB di KTI
pada tahun 2011-2017
H1 : Terdapat pengaruh listrik secara parsial terhadap PDRB di KTI pada
tahun 2011-2017
61
3) H1 : Tidak terdapat pengaruh Jumlah Sekolah secara parsial terhadap
PDRB di KTI pada tahun 2011-2017
H0 : Terdapat pengaruh Jumlah Sekolah secara parsial terhadap PDRB di
KTI pada tahun 2011-2017
Berdasarkan hasil estimasi yang diperoleh tersebut, maka pembuktian dari
hipotesis yang telah dipaparkan sebagai berikut :
Interpretasi Uji Parsial berdasarkan dari perbandingan t-hitung dengan t-tabel.
T-tabel didapatkan dari rumus excel =T.INV(0,05;83) =1.664 serta dengan nilai
signifikansi
1) Diketahui nilai t parsial variabel jalan terhadap PDRB sebesar 2.324922
jika dibandingkan dengan t-tabel sebesar 1.664 maka dapat disimpulkan
2.324992 > 1.664 adanya pengaruh variabel jalan terhadap PDRB. Selain
dengan nilai t-tabel uji parsial juga dilihat dari p value, diketahui p value
0.0219. Karena 0.0219 < 0.05 yang berarti H1 diterima dan tolak H0. Maka
variabel jalan signifikan dalam mempengaruhi variabel terikat PDRB di
dalam model.
2) Diketahui Nilai t parsial variabel listrik terhadap PDRB sebesar 12.17189
jika dibandingkan dengan t-tabel sebesar 1.664 maka dapat disimpulkan
12.17189> 1.664 yang artinya adanya pengaruh variabel listrik terhadap
PDRB. Selain dengan nilai t-tabel uji parsial juga dilihat dari p value,
diketahui p value 0.0000. Karena 0.0000 < 0.05 yang berarti H1 diterima
dan tolak H0. Maka variabel listrik signifikan dalam mempengaruhi
variabel terikat PDRB di dalam model.
3) Diketahui Nilai t parsial variabel sekolah terhadap PDRB sebesar
0.145755 jika dibandingkan dengan t-tabel sebesar 1.664 maka dapat
disimpulkan 0.145755< 1.664 yang artinya tidak berpengaruh variabel
sekolah terhadap PDRB. Selain dengan nilai t-tabel uji parsial juga dilihat
dari p value, diketahui p value 0.8844. Karena 0.8844 > 0.05 yang berarti
62
H1 ditolak dan terima H0. Maka variabel sekolah tidak signifikan dalam
mempengaruhi variabel terikat PDRB di dalam model.
Tabel 4.9
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
R-squared 0.846898
Sum squared resid 1.325.040
Sumber : Data diolah dengan Eviews 9.0
Berdasarkan tabel didapatkan koefisien determinasi sebesar 0.846898 atau
84%. Hal ini terlihat bahwa 84% PDRB di Kawasan Timur Indonesia dapat
dijelaskan oleh infrastruktur listrik, infrastruktur panjang jalan dan infrastruktur
sekolah. Sedangkan sisanya (100%-84%= 16%) PDRB dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
3. Analisis Ekonomi Produk Domestik Regional Bruto dengan variabel
bebas Infrastruktur Jalan, Infrastruktur dan Infrastruktur Pendidikan
a. Infrastruktur Jalan terhadap Pendapatan Regional Domestik Bruto
(PDRB)
Infrastruktur jalan yang diwakili dengan panjang jalan negara, panjang
jalan provinsi dan panjang jalan kabupaten/kota di Kawasan Timur Indonesia
memiliki berbagai kendala. Luas wilayah antar daerah yang satu dengan
daerah yang lain menjadi faktor kendala dalam peningkatan akses jalan.
Transportasi yang kurang memadai membuat fasilitas jalan yang tersedia
tidak dapat digunakan dengan baik. Pembangunan di Kawasan Timur
Indonesia bertujuan tidak hanya membuka daerah terisolasi, tapi juga untuk
mengurangi biaya angkutan logistik, sehingga mampu mengurangi tingkat
kemahalan harga dan mendorong pusat pertumbuhan ekonomi baru.
Variabel infrastruktur jalan menunjukan hubungan positif terhadap
Produk Regional Domestik Bruto (PDRB). Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh (Ma'ruf & Daud, M.Eng, 2012) yang menyatakan bahwa
63
infrastruktur jalan memiliki hubungan yang positif terhadap PDRB, apabila
infrastruktur jalan setiap daerah mengalami kenaikan maka akan memacu
kegiatan perekonomian sehingga dapat meningkatkan produksi barang dan
jasa dan meningkatkan kenaikan PDRB sebagai modal sosial masyarakat
merupakan lokomotif pembangunan nasional dan daerah, sehingga
pertumbuhan ekonomi yang tinggi sulit dicapai tanpa ketersediaan jalan yang
memadai.
Penelitian lain juga dilakukan oleh (Sidik, 2011) bahwa infrastruktur jalan
memiliki pengaruh yang positif terhadap PDRB, keberadaan jalan dengan
kapasitas yang mencukupi akan lebih memudahkan kegiatan dan aktivitas
ekonomi. Misalnya fasilitas jalan dipergunakan oleh petani untuk
mengangkut hasil panennya ke pasar, pegawai yang ingin masuk ke kantor
tepat waktu, pekerja yang ingin masuk ke tempat kerjanya, dan
distribusi bahan bangunan.
Jika kita bandingkan dari penelitian-penelitian sebelumnya, PDRB suatu
daerah dapat meningkat jika antar kota memiliki kemudahan akses sehingga
tercipta kegiatan ekonomi seperti perdagangan, dimana dengan adanta
perdagangan maka perputaran uang di daerah tersebut mengalami kenaikan
dan adanya peningkatan barang dan jasa. Selain kegiatan ekonomi juga
terbukanya lapangan kerja sehingga mengurangi pengangguran di daerah
tersebut.
b. Infrastruktur Listrik terhadap Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB)
Infrastruktur listrik yang diwakili kapasitas listrik yang disalurkan di
Kawasan Timur Indonesia memang belum sepenuhnya tertangani. Masih
banyak kekurangan dan kendala yang dihadapi pemerintah untuk
membangun infrastruktur listrik yang layak dan menyeluruh keseluruh
masyarakat yang berada di daerah kawasan timur Indonesia. Daerah yang
luas serta jarak yang cukup jauh antar desa yang satu dengan desa yang lain
menjadi salah satu kendala dalam membangun infrastruktur listrik di
64
Kawasan Timur Indonesia. Meskipun demikian pemerintah tetap
meningkatkan pembangunan fasilitas dan infrastruktur dasar ini di provinsi-
provinsi Indonesia.
Dalam penelitian ini infrastruktur listrik menunjukkan arah hubungan
yang positif terhadap kegiatan Ekonomi melalui PDRB. Hal ini berarti
hipotesis menyatakan bahwa Infrastruktur Listrik terhadap PDRB memiliki
hubungan, apabila infrastruktur listrik naik maka kegiatan rumah tangga,
industri dan usaha melalui nilai PDRB di Kawasan Timur Indonesia akan
mengalami kenaikan. Sehingga akan menaikkan produktivitas setiap
inidvidu atau kelompok dengan itu akan menyebabkan PDRB menjadi naik.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Hermansyah,
Maryaningsih, & dkk, 2014) yang menyatakan bahwa variabel listrik
berdampak signifikan terhadap pertumbuhan pendapatan perkapita.
Perbaikan kondisi infrastruktur listrik harus terus di tingkatkan karena
peningkatan produktivitas ekonomi dipengaruhi oleh pasokan energi listrik
dan melihat aspek geografis dan kebutuhan wilayah di kawasan timur
Indonesia.
Berbeda dengan penelitian penelitian yang dilakukan oleh (Sakineh,
2012 ) menyatakan bahwa kapasitas listrik tidak berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Iran, hal ini di karenakan tingginya
subsidi dalam konsumsi dan produksi energi listrik, yang mengurangi harga
listrik dan menjadikannya tidak efisien.
c. Infrastruktur Pendidikan terhadap Produk Regional Domestik
Bruto (PDRB)
Perkembangan pendidikan yang di wakili dengan jumlah sekolah di
Kawasan Timur Indonesia merupakan salah satu solusi yang harus
ditekankan oleh pemerintah. Isu mengenai sumber daya manusia (Human
Capital) sebagai pembangunan ekonomi sebenarnya telah dimunculkan oleh
Adam Smith pada tahun 1776, yang mencoba menjelaskan penyebab
kesehjateraan suatu negara dengan mengisolasi dua faktor, yaitu skala
65
ekonomi dan pembentukan kualitas sumber daya manusia. Faktor inilah
yang sampai saat ini telah menjadi isu utama tentang pentingnya pendidikan
dalam meningkatkan kegiatan ekonomi.
Variabel Pendidikan menunjukan hubungan yang positif namun tidak
signifikan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Abdul Muqin,
2011) yang menyatakan bahwa kurangnya peningkatan sarana dan sarana
pendidikan menyebabkan rendahnya mutu modal manusia (Human Capital)
yang pada akhirnya akan mengakibatkan rendahnya tingkat produktivitas
yang dihasilkan dari setiap kegiatan ekonomi.
Jika penulis analisis infrastruktur pendidikan itu dapat dilihat dari
kualitas sumber daya setiap individu/ sumber daya manusia yang
menyebabkan produktivitas dari setiap individu akan menjadi naik. Alasan
tidak signifikan karena pendidikan di Indonesia belum merata hal ini dapat
dilihat dari perbandingan ketersediaan infrastruktur sekolah di Kawasan
Barat Indonesia pada tahun 2017 terdapat 189.380 unit, sedangkan di
Kawasan Timur Indonesia ketersediaan infrastruktur sekolah pada tahun
2017 sebesar 71.951 unit. Pendidikan dapat terlihat hasilnya pada jangka
panjang, hubungan pendidikan terhadap PDRB positif karena jika
infrastruktur pendidikan naik maka akan meningkatkan sumber daya
manusia/ produktivitas dari setiap individu naik maka akan meningkatkan
PDRB.
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
infrastruktur listrik, infrastruktur jalan dan infrastruktur pendidikan
memiliki peran dan potensi yang besar dalam peningkatan pertumbuhan
ekonomi melalui nilai PDRB. Sehingga pemerintah perlu melakukan
kebijakan – kebijakan khusus untuk mengoptimalkan peran infrastruktur
tersebut sehingga dapat meningkatkan.PDRB.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan
sebelumnya, penulis memperoleh kesimpulan yang dapat diambil dari
penelitian mengenai Pengaruh Infrastruktur Ekonomi dan Sosial Terhadap
Produk Domestik Regional Bruto di Kawasan Timur Indonesia Periode 2011 –
2017 adalah sebagai berikut :
1. Infrastruktur listrik yang diukur dengan jumlah energi yang
tersambung dari keseluruhan sektor baik sektor rumah tangga
industri, rumah tangga pemerintah dll mempunyai hubungan yang
positif dan signifikan terhadap PDRB. Artinya semakin tiggi energi
listrik yang tersambung maka akan meningkatkan kegiatan
ekonomi melalui nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan.
2. Infrastruktur Jalan yang diukur dengan jumlah panjang negara,
panjang jalan provinsi dan panjang jalan kabupaten/kota dengan
kondisi baik dan sedang mempunyai hubungan yang positif
terhadap PDRB. Artinya semakin baik penyediaan jalan yang
tersedia maka akan menigkatkan kegiatan ekonomi melalui nilai
PDRB Atas Dasar Harga Konstan.
3. Infrastruktur Pendidikan yang dikur dengan jumlah sarana
pendidikan mempunyai hubungan yang positif namun tidak
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dengan tingkat
kepercayaa. Artinya Infrastruktur berpengaruh dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, namun nilai peningkatan
yang terjadi masih relatif kecil atau rendah. Sehingga masih
67
diperlukan optimalisasi sehingga dapat meningkatkan PDRB
secara signifikan..
4. Secara simultan variabel infrastruktur listrik, infrastruktur jalan dan
infrastruktur pendidikan secara bersama-sama berpengaruh
terhadap PDRB. Jika dilihat dari nilai R2
maka artinya variabel
listrik, jalan dan pendidikan memiliki pengaruh terhadap kegiatan
ekonomi melalui nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan. Sehingga
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam
penelitian ini.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan –kesimpulan diatas, maka diajukan beberapa
saran sebagai berikut :
1. Bagi pemerintah Provinsi – provinsi KTI
a. Infrastruktur listrik dan infrastruktur jalan memiliki pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap provinsi di Kawasan Timur Indonesia
yang diteliti, maka sebaiknya perlu ditingkatkan dan dioptimalakan
penyediaan infrastruktur listrik dan jalan untuk terwujudnya kegiatan
ekonomi yang merata serta terwujudnya pembangunan manusia yang
tinggi yang pada akhirnya berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan
bagi masyarakat di Kawasan Timur Indonesia.
Seperti penambahan anggaran untuk infrastruktur jalan agar
hubungan antara daerah satu dengan daerah yang lainnya terintergrasi
dengan baik. Sedangkan untuk infrastruktur listrik pemerintah
diharapkan lebih peduli terhadap daerah-daerah terpencil yang belum
mendapatkan aliran listrik seperti daerah yang berada di provinsi
Papua.
b. Infrastruktur Pendidikan memiliki pengaruh yang positif namun tidak
signifikan terhadap provinsi di Kawasan Timur Indonesia yang diteliti,
maka sebaiknya pemerintah membuat kebijakan dalam investasi
pendidikan guna meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
68
(Human Capital). PDRB tidak akan bisa tumbuh dengan baik jika
tidak ada program yang jelas tentang peningkatan mutu pendidikan.
Karena kualitas pendidikan dapat dilihat jika infrastruktur dan sumber
daya manusia nya memiliki kemudahan dalam melakukan kegiatan
pembelajaran. Oleh sebab itu pemerintah diharapkan memperbaiki
sekolah-sekolah yang sudah tidak layak serta membangun fasilitas
pendidikan yang memadai seperti adanya perpustakaan keliling,
tersedianya IPTEK.
2. Bagi Masyarakat
Kesadaran masyarakat dalam menggunakan infrastruktur yang telah
ada sangatlah penting. Masyarakat harus menggunakan segala
infrastruktur yang ada dengan optimal sehingga apa yang dilakukan
bersifat produktif dan ketersidaan infratsruktur tidak menjadi sesuatu yang
sia – sia.
1. Bagi Civitas Akademika
a. Dapat menggunakan variabel lain maupun daerah lain untuk
melihat faktor-faktor yang mempengaruhi PDRB.
b. Dapat menggunakan alat analisis lain sehingga dapat diketahui
pengaruh infrastruktur ekonomi dan sosial terhadap PDRB dengan
penjelasan dan hasil yang bereda dan lebih terperinci.
69
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik. (2016). Statistik Indonesia.
Badan Pusat Statistik Goront. (2016). Grorontaolo Dalam Angka 2016.
Badan Pusat Statistik Indonesia. (2016). Statistik Transportasi Indonesia.
Badan Pusat Statistik Kalimantan Tengah. (2016). Kalimantan Tengah Dalam
Angka.
Badan Pusat Statistik Maluku Utara . (2016). Maluku Utara Dalam Angka .
Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat. (2016). Nusa Tenggara Barat Dalam
Angka .
Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Timur. (2016). Nusa Tenggara Timur
Dalam Angka.
Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Barat . (2016). Kalimantan Barat
Dalam Angka.
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua. (2016). Prrovinsi Papua Dalam Angka.
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat. (2016). Papua Barat Dalam Angka.
Badan Pusat Statistik Sulawesi Barat. (2016). Sulawesi Barat Dalam Angka.
Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan. (2016). Sulawesi Selatan Dalam Angka.
Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah. (2016). Sulawesi Tengah Dalam Angka.
Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara . (2016). Sulawesi Utara Dalam Angka.
Baddan Pusat Statistik Maluku. (2016). Maluku Dalam Angka.
Adi, W., & Dkk. (2011). Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah di Sektor
Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan Melalui
peningkatan Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Tengah . Universitas
Diponegoro Seemarang.
Annisa, T. (2016). Analisis Kemiskinan dan Ketersediaan Infrastuktur di
Pedesaan Kawasan Jalan Lintas Selatan Jawa Timur. Universitas
Brawijaya Malang.
Bank, A. D. (2004).
Bank, W. (1994). Infrastucture Report.
70
Brenneman, A., & Kerf, M. (2002). Infrastructure & amp: Proverty Linkages. In A
LiteratureReview. Washington: The World Bank, Retrieved From
http://ilo.org/wcmps5/groups/public/---ed emp/---emp_policy/---.
Fitri, A. (2012). Pengaruh Pendidikan, Pengagguran, dan Inflasi Tehadap Tingkat
Kemiskinan di Kawasan Timur Indonesia (KTT). Uin Syarif Hidayatullah
Jakarta .
Grigg, S. N. (2002). Water, Wastewater and Stormwater Infrastructure
Management. . A CRC Press Company. New York.
Gujarati, N. D., & Dawn C, P. (2012). Dasar - Dasar Ekonometrika, Edisi V Bku
dua. Jakarta: Salemba Empat.
Heri, P. (2009). Dampak Pembangunan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Kabupaten Bekasi. Institut Pertanian Bogor.
Hermansyah, O., Maryaningsih, N., & dkk. (2014). Pengaruh Infrastruktur
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Jhingan, M. (2004). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Krismantri, & Wahyuni, T. (2009). Analisis Pengaruh Infrastruktur Ekonomi dan
Sosial terhadap Produktivitas Ekonomi di Indonesia. Institut Pertanian
Bogor.
M.N, V., Sons Ltd, J., & Southem Gate, T. (2004). A Guide to Modern
Econometric (2nd ed). England: West Sussex PO19 8SQ.
Mankiw N, G. (2016). Makro Ekonomi . Jakarta: Erlangga.
Manurung, M., & Raharja, P. (2008). Pengantar Ilmu Ekonomi. Depok: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia .
Ma'ruf, Y. P., & Daud, M.Eng, I. (2012). Pengaruh Investasi Infrastruktur Jalan
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Wilayah di Kabupaten Pesisir Selatan
Provinsi Sumatera Selatan.
Mc, R. (2015 Page 35-66). Infrastructure Quality and The Subsidy Trap.
Retrieved from https://doi.org/10.1257/aer.20110572 American Economic
Review.
Michael P, T., & Stephen C, S. (2006). Pembangunan Ekonomi Edisi Kesembilan
. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Muliza, & Dkk,. (2017). Analisis Pengaruh Belanja Pendidikan, Belanja
Kesehatan, Tingkat Kemiskinan dan PDRB terhadap IPM di Provinsi
Aceh. Universitas Syiah Banda Aceh.
71
Muljono, S. (2010). Dampak Infrastruktur Jalan terhadap Perekonomian dan
Distribusi Intra dan Interregional Kawasan Barat dan Timur Indonesia
Suatu Analisis Model Interregional Social Accounting Matrix . Institut
Pertanian Bogor.
Nasional, B. P. (2012).
Nations, U. (2011). infrastructure for Economic Development and Proverty
Reduction in Africa.
Nuhung, I. A. (2010). Pertanian, Kemiskinan dan Kawasan Timur Indonesia.
Makasar: Segitiga Emas.
Nuraliyah. (2011). Peran Pengembangan Infrastruktur dalam Pengetasan
Kemiskinan di Indonesia Jawa dan Luar Jawa. Institut Pertanian Bogor.
R, A. M. (2014). Pengaruh Kondisi Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
di Jawa Barat. Trikonomika Jurnal, 10-18.
Rofiq, A. (2014). Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan Kebijakan dan
Tantangan Masa Depan. Jakarta: Republika.
Rosadi, D. (2012). Ekonometrika & Analisis Runtut Waktu Terapan dengan
Eviews. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Rosadi, D. (2012). Ekonometrika & Analisis Runtut Waktu Terapan dengan
Eviews. . Yogyakarta: CV Andi Offset.
s, N. G. (2002). Water, Watewatey, And Stromwater Infrastructure Management .
New York: A C R C Press Company.
Sadono, S. (2008). Makro ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Sakineh, S. (2012 ). The Role of Infrastructure in Promoting Economic Growth in
Iran.
Sidik, A. P. (2011). Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Listrik
terhadap Pertumbuhan Ekonomi 1994-2008.
sidik, P. a. (n.d.). Pengaruh pembangunan infrastruktur jalan dan listrik terhadap
pertumbuhan ekonomi di Kalimantan tahun 1994 - 2008 . Jakarta:
Universitas Indonesia.
Tunjung, H. (2011). Pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
W, W., & Noor, A. (2015). Peranan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi dan Implikasi pada Keebijakan Pembangunan di Kota
Samarinda. MIMBAR, Jurnal Sosial dan Pembangunan Vol. 31 , 359-366.
72
Warsilan, & Noor, A. (2015). Peranan Infrastruktur terhadap Pertumbuhan
Ekonomi dan Implikasi pada Kebijakan Pembangunan di Kota Samarinda.
. Universitas Mulawarman Samarinda.
73
LAMPIRAN
A. Data olahan
Tahun Provinsi
Listrik
(Gwh)
Jalan
(Km)
Jumah
sekolah (unit)
PDRB
ADHK
(milyar)
2011 Kalbar 1434.72 14738 6481 90797.59
2012 Kalbar 1603.72 14901 6673 96161.93
2013 Kalbar 1889.39 15345 6735 101980.34
2014 Kalbar 1862.44 15770 6877 107114.96
2015 Kalbar 1989.63 15750 6950 112324.86
2016 Kalbar 2120.845 17948 7055 118184.63
2017 Kalbar 2252.06 18234 7160 124294.36
2011 Kalteng 649.95 13765 3918 60492.93
2012 Kalteng 752.34 15176 4082 64649.17
2013 Kalteng 854.78 15253 4091 69410.99
2014 Kalteng 970.16 15054 4201 73724.52
2015 Kalteng 1048.64 15081 4242 78890.97
2016 Kalteng 1091.795 17447 4279 83900.24
2017 Kalteng 1134.95 17939 4336 89541.2
2011 Kaltim 2099.6 14767 3737 445264.42
2012 Kaltim 2334 15154 3774 469646.25
2013 Kaltim 2731.57 15661 3777 438532.91
2014 Kaltim 2815.55 15586 3144 446029.05
2015 Kaltim 3007.3 12463 3198 440676.36
2016 Kaltim 3212.815 12146 3206 439003.83
2017 Kaltim 3418.33 13333 3262 452741.91
2011 Kalsel 1467.13 11344 4466 91252.13
2012 Kalsel 1688.44 11552 4688 96697.84
74
Tahun Provinsi Listrik
(Gwh)
Jalan
(Km)
Jumah
sekolah (unit)
PDRB
ADHK
(milyar)
2013 Kalsel 1880.66 11687 4732 101850.54
2014 Kalsel 2092.23 12518 4766 106779.4
2015 Kalsel 2187.64 12805 4778 110863.12
2016 Kalsel 2289.755 13623 4803 115743.57
2017 Kalsel 2391.87 13614 4827 121855.76
2011 NTB 837.17 8089 6145 67379.14
2012 NTB 976.39 8067 6452 66340.81
2013 NTB 1133.33 8083 6468 69766.71
2014 NTB 1291.47 8135 6567 73372.96
2015 NTB 1402.3 8169 6487 89337.99
2016 NTB 1539.92 8223 6760 94524.29
2017 NTB 1677.54 8525 6821 94639.54
2011 NTT 486.91 19464 6621 46334.13
2012 NTT 567.32 20264 7030 48863.19
2013 NTT 639.57 20508 7117 51505.19
2014 NTT 702.26 21218 7331 54107.97
2015 NTT 749.76 21752 7285 56770.79
2016 NTT 802.505 22686 7634 59678.01
2017 NTT 855.25 23193 7781 62724.72
2011 Sulut 986.62 8019 3398 54910.9
2012 Sulut 1087.08 8174 3411 58677.59
2013 Sulut 1192.52 8607 3462 62422.5
2014 Sulut 1240.32 8952 3460 66360.76
2015 Sulut 1302.58 9488 3480 70425.33
2016 Sulut 1423.725 9742 3510 74764.66
75
Tahun Provinsi Listrik
(Gwh)
Jalan
(Km)
Jumah
sekolah (unit)
PDRB
ADHK
(milyar)
2017 Sulut 1544.87 9840 3544 79485.47
2011 Gorontalo 236.52 4599 1527 16669.09
2012 Gorontalo 293.13 4694 1526 17987.07
2013 Gorontalo 328.4 4814 1536 19367.57
2014 Gorontalo 366.08 5245 1553 20775.8
2015 Gorontalo 398.82 5885 1644 22068.8
2016 Gorontalo 429.475 5546 1572 23507.21
2017 Gorontalo 460.13 5495 4319 25090.34
2011 Sulteng 574.71 18387 4296 53546.69
2012 Sulteng 686.19 18387 4528 62249.53
2013 Sulteng 758.7 18790 4514 68219.32
2014 Sulteng 865.77 18045 4602 71677.53
2015 Sulteng 948.78 16234 4629 82787.2
2016 Sulteng 1008.785 16286 4694 91014.56
2017 Sulteng 1068.79 16565 5442 97474.86
2011 Sulbar 151.52 6819 2066 19027.5
2012 Sulbar 177.63 6915 2162 20786.89
2013 Sulbar 207.59 7039 2204 22227.39
2014 Sulbar 238.03 7573 2203 24195.65
2015 Sulbar 258.7 6942 2147 25964.43
2016 Sulbar 285.795 6409 2254 27524.77
2017 Sulbar 312.89 6790 2278 29347.19
2011 Sulsel 3246.42 32553 10213 185708.47
2012 Sulsel 3639.63 32779 10467 202184.59
2013 Sulsel 4156.49 32691 10583 217589.13
76
Tahun Provinsi Listrik
(Gwh)
Jalan
(Km)
Jumah
sekolah (unit)
PDRB
ADHK
(milyar)
2014 Sulsel 4339.22 32614 10689 233988.05
2015 Sulsel 4479.46 33215 10718 250802.99
2016 Sulsel 4825.98 31344 10812 269401.31
2017 Sulsel 5172.5 31543 11021 288814.17
2011 Sultra 441.08 11690 3655 53546.69
2012 Sultra 528.42 11859 3801 59785.4
2013 Sultra 621.64 11922 3811 64268.71
2014 Sultra 670.71 10370 3850 68291.78
2015 Sultra 703.59 11424 3906 72993.33
2016 Sultra 777.145 12725 3962 77745.51
2017 Sultra 850.7 13064 4062 83001.82
2011 Maluku 336.69 7218 2831 19597.39
2012 Maluku 397.49 7671 2898 21000.08
2013 Maluku 469.96 7794 2929 22100.94
2014 Maluku 480.08 8273 2964 23567.73
2015 Maluku 509.51 8342 2971 24859.2
2016 Maluku 486.28 9889 3004 26284.23
2017 Maluku 463.05 10213 3100 27813.96
2011 Malut 204.67 5348 2192 16002.45
2012 Malut 235.88 5750 2235 17120.07
2013 Malut 259.1 6200 2261 18208.74
2014 Malut 309.37 7123 2283 19208.76
2015 Malut 329.44 7100 2322 20380.3
2016 Malut 283.28 7076 2317 21556.68
2017 Malut 237.12 7432 2431 23210.86
77
Tahun Provinsi Listrik
(Gwh)
Jalan
(Km)
Jumah
sekolah (unit)
PDRB
ADHK
(milyar)
2011 Papua 522.8 16149 3172 106066.72
2012 Papua 600.67 16348 3264 107890.94
2013 Papua 713.26 16773 3372 117118.82
2014 Papua 724.78 17028 3290 121391.23
2015 Papua 763.32 18548 3284 130311.6
2016 Papua 815.665 18702 3356 142224.93
2017 Papua 868.01 21732 3572 148822.52
2011 Papua_barat 305.08 7998 1418 42867.19
2012 Papua_barat 346.65 8089 1410 44423.34
2013 Papua_barat 383.99 8147 1439 47694.23
2014 Papua_barat 430.63 8728 1470 50259.91
2015 Papua_barat 455.58 9430 1489 52346.49
2016 Papua_barat 494.525 9760 1506 54711.28
2017 Papua_barat 533.47 11867 1575 56902.62
78
B.Hasil
1. Uji Model Panel
A. Common Effect Model
Dependent Variable: LNPDRB
Method: Panel Least Squares
Date: 09/15/19 Time: 15:21
Sample: 2011 2017
Periods included: 7
Cross-sections included: 16
Total panel (balanced) observations: 112 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 3.544890 0.654358 5.417352 0.0000
LNJALAN 0.317942 0.098562 3.225812 0.0017
LNLISTRIK 0.825213 0.052207 15.80656 0.0000
LNSEKOLAH -0.126153 0.063575 -1.984316 0.0498 R-squared 0.854548 Mean dependent var 11.03800
Adjusted R-squared 0.850508 S.D. dependent var 0.883003
S.E. of regression 0.341406 Akaike info criterion 0.723573
Sum squared resid 12.58828 Schwarz criterion 0.820662
Log likelihood -36.52008 Hannan-Quinn criter. 0.762965
F-statistic 211.5047 Durbin-Watson stat 0.408351
Prob(F-statistic) 0.000000
79
B. Fixed Effect Model
Dependent Variable: LNPDRB
Method: Panel Least Squares
Date: 09/15/19 Time: 15:23
Sample: 2011 2017
Periods included: 7
Cross-sections included: 16
Total panel (balanced) observations: 112 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.919960 1.502734 1.277645 0.2046
LNJALAN 0.274376 0.122363 2.242314 0.0273
LNLISTRIK 0.794195 0.077053 10.30711 0.0000
LNSEKOLAH 0.154899 0.136332 1.136197 0.2588 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.938651 Mean dependent var 11.03800
Adjusted R-squared 0.926777 S.D. dependent var 0.883003
S.E. of regression 0.238938 Akaike info criterion 0.128160
Sum squared resid 5.309490 Schwarz criterion 0.589334
Log likelihood 11.82306 Hannan-Quinn criter. 0.315273
F-statistic 79.05134 Durbin-Watson stat 0.871403
Prob(F-statistic) 0.000000
C. Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: LM
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 8.499591 (15,93) 0.0000
Cross-section Chi-square 96.686284 15 0.0000
80
D. Random Effect Model
Dependent Variable: LNPDRB
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 09/15/19 Time: 15:25
Sample: 2011 2017
Periods included: 7
Cross-sections included: 16
Total panel (balanced) observations: 112
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 3.186547 1.009689 3.155969 0.0021
LNJALAN 0.252489 0.108601 2.324922 0.0219
LNLISTRIK 0.803820 0.066039 12.17189 0.0000
LNSEKOLAH 0.013578 0.093157 0.145755 0.8844 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.268983 0.5589
Idiosyncratic random 0.238938 0.4411 Weighted Statistics R-squared 0.770040 Mean dependent var 3.513233
Adjusted R-squared 0.763653 S.D. dependent var 0.491821
S.E. of regression 0.239101 Sum squared resid 6.174306
F-statistic 120.5493 Durbin-Watson stat 0.746608
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.846898 Mean dependent var 11.03800
Sum squared resid 13.25040 Durbin-Watson stat 0.347898
E. Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: LM
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 3.147945 3 0.3694
81
F. Uji Lagrange Multiplier
Lagrange Multiplier Tests for Random Effects
Null hypotheses: No effects
Alternative hypotheses: Two-sided (Breusch-Pagan) and one-sided
(all others) alternatives Test Hypothesis
Cross-section Time Both Breusch-Pagan 75.38006 2.879621 78.25968
(0.0000) (0.0897) (0.0000)
Honda 8.682169 -1.696944 4.939299
(0.0000) -- (0.0000)
King-Wu 8.682169 -1.696944 3.206635
(0.0000) -- (0.0007)
Standardized Honda 10.15231 -1.550300 2.206039
(0.0000) -- (0.0137)
Standardized King-Wu 10.15231 -1.550300 0.470053
(0.0000) -- (0.3192)
Gourierioux, et al.* -- -- 75.38006
(< 0.01)