Upload
doandieu
View
232
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENGARUH KEAHLIAN SISTEM INFORMASI AUDITOR DAN
KEMAMPUAN AUDITOR INVESTIGATIF TERHADAP EFEKTIFITAS
PELAKSANAAN PROSEDUR AUDIT DALAM PEMBUKTIAN
KECURANGAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Sebagai Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Trio Hidayat
1112082000074
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
iii
LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
v
LEMBAR PENYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Trio Hidayat
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 14 Juni 1994
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Jl Gandaria 1 RT 07/02 No 32, Jakarta Timur
Nomor HP : 0812824011263
Email : [email protected]
PENDIDIKAN
SD Negeri Percontohan 011 Pekayon Tahun 2006
SMP Negeri 251 Jakarta Timur Tahun 2009
SMA Islam PB Soedirman Jakarta Tahun 2012
PENGALAMAN ORGANISASI
Institusi Posisi Periode
Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi
UIN Jakarta
Anggota Divisi
Humas
2014/2015
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “Pengaruh Keahlian Sistem Informasi Auditor dan Kemampuan
Auditor Investigatif terhadap Efektifitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam
Pembuktian Kecurangan”. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, Sang Teladan yang telah membawa
kita ke dari zaman kegelapan menuju zaman yang cerah dan pebuh kebaikan.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus di selesaikan sebagai syarat
guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu
dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur Alhamdullilah
penulis hanturkan atas kekuatan Allah SWT yang telah di anugaerahkan. Selain
itu, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan baik berupa moril
maupun materil serta doa yang tidak henti-hentinya.
2. Uda Dedy dan Uni Feri yang telah menyemangati dan memberikan banyak
motivasi serta do’a terbaiknya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
3. Bapak Dr. Arief Mufraini Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Zuwesty Eka Putri, SE, M.Ak sebagai dosen pembimbing skirpsi I yang
telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, kritik, dan saran
selama proses penyusunan skripsi.
5. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak selaku Ketua Juruan Akuntnasi, yang juga
banyak memberikan saran terhadap penulis.
viii
6. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
yang telah banyak meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan penulis
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis
selama masa perkuliahan
8. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, khususnya bagian akademik yang telah membantu
dalam kegiatan administrasi penulis
9. Untuk Adam, Dio, Dirga, Niko, Mang Abeh, Bahadur, Afrendo, Ricat,
Firman, Ryanwp, Eko, Dedy, Rendy, Dante, Emdro, Jefians, Kiki, Sinta,
Novi, Kiky, Nia, Aryani, Aizha, Gadis, Acid, Alica, Arany, dan Aurel terima
kasih atas dukungan, canda tawa, dan persahabatan yang luar biasa, bersama
kalian yang tidak ada habisnya, yang biasa saja menjadi luar biasa. Semoga
Allah selalu menjaga persahabatan kita sampai nanti. Aamiin
10. Cindy, Riri, Isti, Fazla, Fanni, Iqbal, dan Galih serta teman – teman
Akuntansi 2012 yang telah memberikan semangaat dan motivasi. Semoga
selalu berjalan dalam kebaikan
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi
ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya
bidang penelitian di Indonesia
Jakarta, Desember 2017
(Trio Hidayat)
ix
Influence of Expertise Information System Skill of Auditor and Investigative
Auditor's Ability to Effectiveness of Implementation of Audit Procedure in
Proof of Fraud
By: Trio Hidayat
ABSTRACT
The purpose of this study is to analyze and test hypotheses about the
Influence of Expertise Information Systems Auditor and Investigative Auditor's
Ability to Effectiveness of Implementation of Audit Procedure in Fraud Proofing.
Respondents in this study are employees of the investigative division of the
Supreme Audit Board of the Republic of Indonesia (BPK RI). In this research,
sampling method using convenience sampling technique. Data collected through
questionnaires distributed to 50 respondents in BPK RI. Data were analyzed
using Multiple Regression with the help of SPSS 22 software program.
The result of this research reveals that (1) The expertise of Auditor's
Information System has no significant effect on the effectiveness of
Implementation of Audit Procedure in Fraud Proofing, (2) The ability of the
Investigative Auditor has significant effect on the Effectiveness of Implementation
of Audit Procedure in Fraud Proof, (3) Auditor and Ability of the Investigative
Auditor simultaneously have a significant effect on the effectiveness of the
Implementation of Audit Procedures in Fraud Proofing.
Keywords: Auditor Information System, Investigative Audit, Fraud Triangel,
Effectiveness of Implementation of Audit Procedure in Final Proofing
x
Pengaruh Keahlian Sistem Informasi Auditor dan Kemampuan Auditor
Investigatif terhadap Efektifitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam
Pembuktian Kecurangan
Oleh: Trio Hidayat
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa dan menguji hipotesis
mengenai Pengaruh Keahlian Sistem Informasi Auditor dan Kemampuan Auditor
Investigatif terhadap Efektifitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian
Kecurangan. Responden dalam penelitian ini adalah pegawai dari divisi
investigative Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI). Dalam
penelitian ini metode pengambilan sampel menggunakan teknik convenience
sampling. Data yang dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner kepada 50
responden di BPK RI. Data dianalisis menggunakan Regresi Berganda dengan
bantuan program software SPSS 22.
Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa, (1) Keahlian Sistem
Informasi Auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap Efektifitas Pelaksanaan
Prosedur Audit dalam Pembuktian Kecurangan, (2) Kemampuan Auditor
Investigatif berpengaruh signifikan terhadap Efektifitas Pelaksanaan Prosedur
Audit dalam Pembuktian Kecurangan, (3) Pengaruh Keahlian Sistem Informasi
Auditor dan Kemampuan Auditor Investigatif secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap Efektifitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian
Kecurangan.
Kata Kunci: Sistem Informasi Auditor , Audit Investigatif, Fraud Triangel,
Efektifitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian Kecurangan
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF ........................................................... iii
LEMBAR PENYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .........................................................................................vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................................................ ix
ABSTRAK ......................................................................................................................... x
DAFTAR ISI...................................................................................................................... xi
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................................. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................... 8
1. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 8
2. Manfaaat Penelitian ............................................................................................ 8
BAB II .............................................................................................................................. 10
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................. 10
A. Tinjauan Literatur .............................................................................................. 10
1. Grand Theory ................................................................................................... 10
2. Auditing ........................................................................................................... 11
3. Akuntansi Forensik ......................................................................................... 13
4. Audit Invesitgatif ............................................................................................ 15
5. Prosedur Audit ................................................................................................ 16
6. Keahlian Auditor ............................................................................................ 18
7. Keahlian Sistem Informasi Auditor .............................................................. 19
8. Efektivitas ........................................................................................................ 22
9. Prosedur Pelaksanaan Audit Investigasi ...................................................... 23
10. Kecurangan (Fraud) ................................................................................... 24
B. Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................................ 26
C. Kerangka Pemikiran .......................................................................................... 28
D. Rumusan Hipotesis ............................................................................................. 29
xii
BAB III ............................................................................................................................. 33
METODOLOGI PENELITIAN .................................................................................... 33
A. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................................. 33
B. Metode Pemilihan Sample .................................................................................. 33
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................................ 33
D. Metode Analisis Data .......................................................................................... 34
E. Uji Hipotesis ........................................................................................................ 37
F. Operasionalisasi Penelitian ................................................................................ 39
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian..................................................... 43
B. Hasil Uji Insturmen ............................................................................................ 46
1. Hasil Uji Statistik Deskiptif ............................................................................ 46
2. Hasil Uji Kaualitas Data ................................................................................. 48
3. Hasil Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 51
4. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ............................................................. 55
5. Hasil Uji Hipotesis ........................................................................................... 56
BAB V .............................................................................................................................. 62
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 62
B. Saran .................................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 65
Lampiran ......................................................................................................................... 68
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan tujuan dari
bangsa Indonesia sejak Negara ini mulai berdiri. Kesejahteraan untuk rakyat
akan tercipta bilamana proses pembangunan nasional dapat berjalan dengan
lancar dan sebagaimana mestinya. Oleh karena itu segala bentuk hal yang
dapat menghambat proses pembangunan nasional perlu di tangani dengan
baik Salah satu yang dapat mengganggu proses pembangunan nasional adalah
kejahatan kerah putih (white collar crime). Hal ini seperti yang dikatakan
oleh Mantan Ketua Panitia Seleksi KPK Destry Damayantiberita yang dikutip
dari news detik.com pada 5 Juni 2015 “…bahwa setiap peningkatan 1
peringkat di indeks persepsi korupsi, pertumbuhan ekonomi kita bisa turun
sampai 0,9 persen. Ini berbahaya bagi ekonomi kita”.
Menurut Indonesia Corruption Watch (ICW) (2008) kejahatan kerah putih
(white collar crime) adalah istilah temuan Hazel Croal untuk menyebut
berbagai tindak kejahatan di lembaga pemerintahan yang terjadi, baik secara
struktural yang melibatkan sekelompok orang maupun secara individu. Hazel
Croal mendefinisikan kejahatan kerah putih sebagai penyalahgunaan jabatan
yang legitim sebagaimana telah ditetapkan oleh hukum.
Umumnya, skandal kejahatan kerah putih sulit dilacak karena dilakukan
pejabat yang punya kuasa untuk memproduksi hukum dan membuat berbagai
keputusan vital. Kejahatan kerah putih terjadi dalam lingkungan tertutup,
yang memungkinkan terjadinya sistem patronase (kekuasaan memberikan
berbagai tugas kepada mesin birokrasi di semua tingkatan). White collar
crime dibedakan dari blue collar crime. Jika istilah white collar crime
ditujukan bagi aparat dan petinggi negara, blue collar crime dipakai untuk
menyebut semua skandal kejahatan yang terjadi di tingkat bawah dengan
kualitas dan kuantitas rendah.
2
Indonesia sebagai Negara dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik,
bahkan seperti yang dilansir detik finance pada selasa 30 Agustus 2016, Sri
Mulyani mengatakan bahwa RI merupakan negara dengan pertumbuhan
ekonomi terbaik ke 3 di dunia. Hal ini tentunya membuat Indonesia memiliki
peluang besar menuju pembangunan nasional yang baik. Akan tetapi
pembangunan ekonomi di Indonesia juga dapat menemui hambatan. Seperti
yang dikatakan mantan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara (Menpan)
dan Reformasi Birokrasi Azwar Abubakar (id.beritasatu.com, 23 februari
2012) bahwa budaya korupsi dan lemahnya infrastruktur merupakan masalah
bangsa yang menghambat pembangunan di negara ini (Indonesia). Bahaya
hambatan pembangunan ekonomi yang disebabkan oleh korupsi ini pun
muncul seiring dengan hasil suervei oleh Transparency International (TI)
pada tanggal 25 Januari 2017 yang menempatkan posisi Indonesia pada
urutan 16 dari 30 negara asia pasifik, serta urutan 90 dari 176 negara dunia
yang disurvei perihal indeks persepsi korupsi. Meskipun skor yang didapat
oleh Indonesia setiap tahunnya membaik akan tetapi skor tersebut masih
dibawah rata-rata. Seperti skor rata-rata untuk Asia Pasifik adalah 43,05 dan
untuk dunia 42,95 sedangkan pada tahun 2016 indonesia mendapat skor 37
setelah pada tahun sebelumnya 36.
Melihat data yang disampaikan oleh Transparency International (TI),
tentunya korupsi yang masih ada di Indonesia dan akan menghambat proses
pertumbuhan maupun pembangunan nasional dimana yang berujung pada
kesejahteraan sosial tidak akan tercipta. Selain itu terdapat juga data yang
dipaparkan oleh ICW pada februari 2016, ICW melakukan pemantauan
terhadap Penanganan Kasus Korupsi tahun 2015. Dinyatakan bahwa
Kerugian Negara akibat kasus korupsi mencapai Rp. 3,1 triliun. Dari jumlah
kerugian negara tersebut, sebesar Rp. 1,2 triliun didapat pada paruh pertama
tahun 2015. Sedangkan pada semester kedua tahun 2015 mencapai Rp. 1,8
triliun. Adapun dari jumlah 550 kasus korupsi, tersangka yang terlibat kasus
tersebut berjumlah 1.124 orang.
3
Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan
Pemberantasan Korupsi berisi mengenai tindakan pemerintah yang
memerintahakan semua aparat di pusat dan daerah menjalankan langkah-
langkah apapun untuk memberantas korupsi. Upaya tersebut antara lain
meningkatkan upaya pengawasan dan pembinaan aparatur untuk meniadakan
perilaku koruptif di lingkungan kerja, memberikan dukungan maksimal
terhadap upaya-upaya penindakan korupsi yang dilakukan Kepolisian Negara
Republik Indonesia, Kejaksaan Republik Indonesia, dan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan cara mempercepat pemberian
informasi yang berkaitan dengan perkara tindak pidana korupsi dan
mempercepat pemberian izin pemeriksaan terhadap saksi atau tersangka.
Korupsi memang tidak akan bisa benar-benar dihilangkan, namun harapan
untuk mengurangi korupsi seharusnya dapat segera terwujud (Listyo, 2005).
Sebagai badan yang memiliki tujuan yang sama untuk memberantas tindak
pidana korupsi, Kepolisian Negara Republik Indonesia, Badan Pemeriksa
Keuangan RI (BPK-RI), Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP), Komisi Pemberantas Korupsi (KPK), Kejaksaan dan Pengadilan
harus membuktikan kecurigaan mereka kepada seseorang mengenai apakah
seseorang benar-benar tersangka korupsi atau tidak.
Melakukan pengusutan tindak pidana diluar bidang hokum pengadilan
dapat dibantu oleh seorang ahli. Adapun ahli ekonomi atau ahli keuangan
yang dapat membantu adalah seorang auditor. Hal ini sesuai dengan pasal 1
butir 20 KUHAP bahwa keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan
seseorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk
membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan.
Lantas dengan permasalahan seperti ini, auditor yang bagaimanakah yang
dapat membantu menangani kasus korupsi? Dalam membuktikan apakah
seseorang melakukan korupsi harus didukung oleh alat bukti yang kuat, untuk
memperoleh alat bukti yang kuat diperlukan metode yang tepat dan relevan
salah satu metode yang dapat digunakan yaitu jasa auditor forensic (Uminah,
2014). Dalam hal ini auditor forensik memberikan kontribusi dalam
4
pengungkapan korupsi, dengan penerapan secara efektif kerugian negara
dapat ditemukan. Berdasarkan Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Nomor 17/K/I-XIII.2/12/2008 tentang Petunjuk Teknis Pemeriksaan
Investigatif, penghitungan kerugian negara atau daerah merupakan suatu
pemeriksaan investigatif yang dilakukan untuk menghitung nilai kerugian
negara atau daerah yang terjadi akibat penyimpangan dalam pengelolaan
keuangan negara atau daerah dengan membandingkan antara kondisi dan
kriteria.
Pelaksanaan audit investigasi berbeda dengan pelaksanaan general audit
karena audit ini berhubungan langsung dengan proses litigasi. Hal ini
menyebabkan tugas dari seorang auditor investigatif lebih berat daripada
tugas auditor dalam general audit. Selain harus memahami tentang
pengauditan dan akuntansi, auditor investigatif juga harus memahami tentang
hukum dalam hubungannya dengan kasus penyimpangan atau kecurangan
yang dapat merugikan keuangan Negara (Karyono, 2013:132).
Dalam pelaksanaan audit investigasi, maka auditor investigatif harus
memiliki kemampuan untuk membuktikan adanya kecurangan yang
kemungkinan terjadi dan sebelumnya telah terdeteksi oleh berbagai pihak.
Prosedur dan teknik yang digunakan dalam proses penyelidikan harus sesuai
dengan ketentuan-ketentuan dalam standar yang berlaku. Hal tersebut
tentunya berpengaruh terhadap pengumpulan dan pengujian bukti-bukti yang
dilakukan terkait kasus penyimpangan atau kecurangan yang terjad.
Agar tujuan audit investigasi dapat tercapai secara efektif, auditor
mempunyai beberapa tanggung jawab umum yang harus dipenuhi,
diantaranya audit investigasi dilaksanakan oleh para petugas yang secara
bersama-sama mempunyai keahlian yang diperlukan. Auditor harus memiliki
kemampuan untuk membuktikan adanya kecurangan yang kemungkinan
terjadi dan sebelumnya telah diindikasikan oleh berbagai pihak. Kemampuan
yang harus dimiliki oleh auditor investigasi dalam mengungkap kecurangan
khususnya tidak bisa dipelajari melainkan dilatih berdasarkan pengalaman.
Auditor harus peka terhadap semua hal yang tidak wajar baik hal itu
5
dirasakan terlalu besar, terlalu kecil, terlalu sering, terlalu rendah, terlalu
banyak, terlalu sedikit, maupun kesan yang janggal. Kemudian auditor harus
meneliti hal tersebut untuk merekonstruksi apa yang menyebabkan hal
tersebut dan apa akibatnya.
Maraknya kasus mengenai korupsi, maka pemerintah juga terus
membangun sistem keuangan dan tatakelola yang semakin maju. Akan tetapi
hal ini membuat dilema baru untuk auditor. Teknologi informasi yang
digunakan oleh perusahaan baik besar maupun kecil telah berubah menjadi
sangat rumit dan kompleks. Pengembangan pada Teknologi Informasi (TI)
telah secara signifikan merubah metode yang digunakan perusahaan untuk
mengumpulkan dan melaporkan informasi. Oleh karena itu, auditor
menghadapi banyak lingkungan TI yang mengatur data dalam media
elektronik dibandingkan data dalam media kertas (Cerullo dan Cerullo, 2003).
Peningkatan kompleksitas kegiatan bisnis mengakibatkan semakin
tingginya risiko kesalahan interprestasi dan penyajian laporan keuangan. Hal
ini menyulitkan para pengguna laporan keuangan dalam mengevaluasi
kualitas laporan keuangan, dimana mereka harus mengandalkan laporan
auditor independen atas laporan keuangan yang diaudit untuk memastikan
kualitas laporan keuangan tersebut.
Berikut beberapa contoh kasus fraud yang ditopang menggunakan IT.
Pada tahun 1982 telah terjadi penggelapan uang di bank melalui komputer
sebagaimana diberitakan “Suara Pembaharuan” edisi 10 Januari 1991 tentang
dua orang mahasiswa yang membobol uang dari sebuah bank swasta di
Jakarta sebanyak Rp. 372.100.000,00 dengan menggunakan sarana komputer.
Perkembangan lebih lanjut dari teknologi komputer adalah berupa computer
network yang kemudian melahirkan suatu ruang komunikasi dan informasi
global yang dikenal dengan internet.
Roper, Red_Skwyre, dan Dragov Tiga orang ini adalah inti dari jaringan
kejahatan dunia maya dengan memeras uang dari bank-bank, Kasino-kasino
internet, dan berbagai bisnis berbasis web lainnya. Strategi mereka sederhana,
yakni meng-hack dan menahan proses transaksi rekening untuk sebuah
6
tebusan sebesar 40.000 dollar. Didakwa menyebabkan kerusakan langsung
lebih dari 2 juta poundstarling dan kerusakan-kerusakan tidak langsung
sekitar 40 juta poundstarling. Dalam bulan Oktober 2007, trio itu dinyatakan
bersalah dan dijatuhi hukuman delapan tahun penjara
Namun ironisnya, pada kondisi di lapangan tidak banyak para auditor yang
bisa memanfaatkan akses dari peranan teknologi informasi dalam mengaudit
sistem informasi yang berbasis pada komputerisasi akuntansi baik pada saat
input, proses sampai dengan output. Mengingat brainware dibidang auditor
yang mengenal teknologi informasi masih relatif sedikit karena walaupun
teknologi informasi sudah menjadi umum dalam dunia bisnis namun tidaklah
banyak yang sesuai dapat menjawab standar keilmuan. Misalnya dalam
memenuhi kebutuhan audit sistem informasi komputerisasi akuntansi dimana
peluang ini masih jarang diminati para programmer yang memahami ilmu
ekonomi dan akuntansi yang juga diberikan keahlian dalam bidang
pemrograman komputer (Nugroho, 2009).
Auditor selalu dihadapkan dengan tugas-tugas yang kompleks, banyak,
berbeda-beda dan saling terkait satu dengan lainnya. (Pradutaningrum dan
Januarti, 2012). AICPA (2001) menyatakan bahwa auditor laporan keuangan
dianjurkan untuk mengubah strategi audit terkait dengan perubahan yang
diakibatkan oleh teknologi informasi (TI) yang digunakan klien. Menurut
Rios-Figueroa dan Cardona (2013), auditor menggunakan penilaian
profesional untuk mengumpulkan dan melakukan evaluasi bukti dalam
menerbitkan opini atas kewajaran laporan keuangan perusahaan.
Institut Akuntan Publik Indonesia (2013) dalam Standar Audit 620
Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor (Para. A4-A9) menjelaskan jika
keahlian di suatu bidang selain akuntansi atau audit diperlukan untuk
mendapatkan bukti audit kompeten yang cukup dan tepat, auditor harus
menentukan apakan ia perlu menggunakan pekerjaan seorang pakar auditor.
Auditor harus memperoleh suatu pemahaman yang cukup tentang bidang
keahlian pakar untuk memungkinkan auditor dalam: a) menentukan sifat,
ruang lingkup, dan objektivitas pekerjaan pakar untuk tujuan auditor; dan b)
7
mengevaluasi kecukupan pekerjaan tersebut untuk tujuan auditor. (Para. A21-
A22). Oleh karena itu auditor harus meningkatkan kompetensinya yaitu
dengan menambah keahlian dan pengalaman auditnya dalam bidang pakar
tersebut.
Menurut Abdolmohammadi dan Wright (1987), keahlian audit
menyangkut keahlian teknis dan keahlian non teknis. Keahlian teknis
merupakan kemampuan mendasar dari seorang auditor yang berupa
pengetahuan prosedural dan kemampuan klerikal lainnya dalam lingkup
akuntansi dan auditing secara umum. Sedangkan keahlian non teknis
merupakan kemampuan dari dalam diri seorang auditor yang banyak
dipengaruhi oleh faktor personal dan pengalaman. Keahlian auditor juga
dapat bertambah seiring dengan pengalaman kerja maupun praktek audit yang
telah dilakukannya.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti termotivasi untuk melakukan
penelitian ini karena pertama, kemampuan auditor investigatif semakin
dituntut dimana maraknya kasus korupsi yang ada di dindonesia. Kedua,
semakin kompleksnya cara-cara yang digunakan seseorang untuk melakukan
fraud menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Ketiga, tuntutan
untuk seorang auditor investigatif untuk menggunakan perangkat teknologi
dalam melakukan audit. Dan yang terakhir adalah, sampai saat pembuatan
penelitian ini, peneliti belum menemukan penelitian dengan judul ini.
Melihat fenomena yang ada dan alasan-alasan tersebut peneliti termotivasi
untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Keahlian Sistem
Informasi Auditor dan Kemampuan Auditor Investigatif terhadap
Efektifitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian
Kecurangan”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan permasalahan yang hendak diteliti
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh keahlian sistem informasi auditor terhadap efektifitas
pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan?
8
2. Bagaimana pengaruh kemampuan auditor investigative terhadap efektifitas
pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan?
3. Bagaimana pengaruh kemampuan auditor investigative dan keahlian sistem
infromasi auditor terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam
pembuktian kecurangan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Bedasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
a. Menganalisa pengaruh keahlian sistem informasi auditor terhadap
efektifitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian
kecurangan.
b. Menganalisa pengaruh kemampuan auditor investigative terhadap
efektifitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian
kecurangan.
c. Menganalisa pengaruh kemampuan auditor investigative dan
keahlian sistem infromasi auditor terhadap efektivitas pelaksanaan
prosedur audit dalam pembuktian kecurangan.
2. Manfaaat Penelitian
Adapun peneliitan ini dibuat dengan harapan dapat bermanfaat
bagi beberapa kalangan. Manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi dua
yakni dapat berkontribusi secara teoritis dan prkatis.
a. Kontribusi Teoritis
1) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai
bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk
menambah ilmu pengetahuan.
2) Masyarakat, sebagai sarana untuk menambah wawasan
mengenai auditing, khususnya audit investigatif dengan
memberikan bukti empiris tentang pengaruh kemampuan auditor
investigative dan keahlian sistem infromasi auditor terhadap
9
efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian
kecurangan.
3) Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak
yang akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik
ini.
4) Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta
menambah referensi mengenai auditing, terutama tentang
auditor eksternal sehingga diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi penulis di masa dating.
b. Kontribusi Praktis
1) BPK-RI dan BPKP sebagai masukan untuk mendorong kinerja
auditor forensik dalam memberikan hasil temuan audit agar
lebih efektif dalam pembuktian kecurangan.
2) Akademisi, sebagai bahan pengajaran untuk meningkatkan
minat mahasiswa dalam mata kuliah audit, mengingat besarnya
peran dan kebutuhan akan audit forensic
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Grand Theory
a. Teori Fraud Triangle
Teori fraud triangle merupakan teori yang harus dimasukkan ke dalam
rencana audit kecurangan. Teori ini menyatakan bahwa kecurangan terjadi
karena adanya tiga elemen seperti tekanan, kesempatan, dan pembenaran.
Tiga elemen kecurangan hidup bersama pada tingkat yang berbeda di dalam
organisasi dan mempengaruhi setiap individu secara berbeda (Vona,
2008:7).
Teori ini kemudian dikembangkan secara skematis oleh Association of
Certified Fraud Examiners (ACFE). ACFE menggambarkan fraud dalam
bentuk fraud tree. Fraud tree ini biasanya disajikan dalam bentuk bagan.
Fraud tree mempunyai tiga cabang utama, yaitu corruption, asset
misappropriation, dan fraudulent statements (Tuanokotta, 2012:197).
Pengukuran tiga elemen fraud triangle tidak sesederhana mengukur
temperatur seseorang. Proses audit harus mengidentifikasi dan memahami
bagaimana kondisi kecurangan tersebut menyebabkan kemungkinan
terjadinya kecurangan yang sebenarnya (Vona, 2008:8). Oleh karena itu,
dibutuhkan auditor yang kompeten dalam mendeteksi dan membuktikan
terjadinya kecurangan.
Teori tersebut menjadi dasar bagi Auditor Investigatif dalam
penelusurannya untuk membuktikan suatu kecurangan yang terjadi. Auditor
Investigatif harus memiliki kemampuan yang memadai untuk mengungkap
suatu kecurangan. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti menggunakan
teori fraud triangle sebagai grand theory dalam penelitian ini.
11
b. Teori Atribusi
Teori yang dikembangkan oleh Fritz Heider (1958) ini mempelajari
proses bagaimana seseorang menginterpretasikan sesuatu peristiwa, alasan,
atau sebab perilakunya. Perilaku seseorang oleh kombinasi antara kekuatan
internal dan eksternal.
Hal yang sama dikemukakan Robbins (2003) bahwa teori atribusi
merupakan dari penjelasan cara cara manusia menilai orang secara
berlainan, tergantung pada makna apa yang dihubungkan ke suatu perilaku
tertentu. Pada dasarnya teori ini menyarankan bahwa jika seseorang
mengamati perilaku seseorang individu, orang tersebut berusaha
menentukan apakah perilaku itu disebabkan oleh faktor internal atau
eksternal yang tergantung pada tiga faktor.
Kekhususan (ketersendirian), merujuk pada apakah seseorang individu
memperlihatkan perilaku-perilaku yang berlainan. Yang ingin diketahui
adalah apakah perilaku ini luar biasa atau tidak. Jika luar biasa, maka
kemungkinan besar pengamat memberikan atribusi eksternal kepada
perilaku tersebut. Jika tidak, kelihatannya hal ini akan dinilai sebagai sifat
internal.
Konsensus, yaitu jika semua orang yang menghadapi suatu situasi yang
serupa bereaksi dengan cara yang sama. Konsistensi dicari dari tindakan
seorang apakah orang tersebut memberikan reaksi yang sama dari waktu ke
waktu. Makin konsistensi perilaku, maka hasil pengamatan semakin
cenderung untuk menghubungkan dengan sebab-sebab internal.
2. Auditing
Auditing adalah pemeriksaan laporan keuangan yang dilakukan oleh
pihak yang independen dimana hasil pemeriksaan laporan keuangan yang
dilakukan oleh auditor dapat memberikan informasi kepada para pemakai
laporan keuangan.
Menurut Alvin A. Arens, Elder dan Beasley (2011:4) mengemukakan
definisi Auditing ialah “Auditing is the accumulation and evaluation of
evidience about information to determine and report on the degree of
12
correspondence between the information and established criteria. Auditing
should be done by a competent, independent person”
Diterjemahkan adalah “Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti
tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian
antar informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus
dilakukan oleh orang yang kompeten dalam deskripsi”.
Moenaf Regar (2006) juga memberikan pengertian auditing sebagai:
”Serangkaian pemeriksaan kegiatan yang bebas dilakukan oleh akuntan
untuk meneliti daftar keuangan dari suatu perusahaan yang dilaksanakan
menurut norma pemeriksaan akuntan untuk dapat memberikan (atau
menolak memberikan) pendapat mengenai kewajaran dari daftar keuangan
yang diperiksa.”
Menurut Soekrisno Agoes (2004:3) mendefinisikan auditing sebagai
berikut:
Suatu pemeriksaan yang dilakukan scara kritis dan sistematis, oleh pihak
independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen,
beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti bukti pendukungnya, dengan
tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan tersebut.
Kemudian dapat disimpulkan beberapa unsur penting dari pengertian
auditing:
Proses sistematik, Auditing merupakan suatu proses sistematik, yaitu
berupa suatu rangkaian langkah atau prosedur yang logis, berkerangka dan
terorganisasi.
Audit dilakukan untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara
obyektif. Proses sistematik tersebut ditunjukan untuk memperoleh bukti
yang mendasari pernyataan yang dibuat oleh seorang individu, serta untuk
mengevaluasi tanpa memihak atau berprasangka terhadap bukti-bukti
tersebut.
Audit harus dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen.
Seorang auditor harus cukup qualified untuk memahami criteria yang
13
digunakan dan cukup kompeten untuk mengetahui berapa jumlah dan jenis
bukti yang dibutuhkan untuk mengambil kesimpulan. Seorang auditor juga
harus memiliki sikap mental yang independen.
Kriteria yang ditetapkan. Standar yang dipakai sebagai dasar untuk
menilai pernyataan dapat berupa:
a. Peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan legislative
b. Anggaran atau ukuran prestasi lain yang ditetapkan oleh
manajemen
c. Prinsip akuntansi yang lazim diterapkan (Generally accepted
accounting principles)
Pelaporan. Pelaporan merupakan alat untuk mengkomunikasikan
penemuan pada pihak yang berkepentingan. Laporan yang dilakukan dalam
bentuk tertulis ini dapat menaikkan atau menurunkan tingkat kepercayaan
masyarakat keuangan atas pernyataan yang dibuat oleh pihak yang menjadi
auditee.
3. Akuntansi Forensik
Akuntansi forensik adalah penerapan disiplin akuntansi dalam arti luas,
termasuk auditing pada masalah hukum untuk penyelesaian hukum di dalam
atau di luar pengadilan (Tuanakotta,2012:4). Akuntansi forensik dapat
diterapkan di sektor publik maupun swasta, sehingga apabila memasukkan
pihak yang berbeda maka akuntansi forensic menurut D. Larry Crumbey
dalam Tuanakotta (2012:5) dari Journal of Forensic Accounting menuliskan
“Simply put, forensic accounting is legally accurate accounting. That is,
accounting that is sustainable in some adverdarial legal proceding, or
within some judicial or administrative review.” (“secara sederhana
akuntansi forensik dapat dikatakan sebagai akuntansi yang akurat untuk
tujuan hukum, atau akuntansi yang tahan uji dalam kancah perseteruan
selama proses pengadilan, atau dalam proses peninjauan yudisial, atau
tinjauan administrative.”).
Definisi dari Crumbey menekankan bahwa ukuran dari akuntansi
forensik adalah ketentuan hukum dan perundang-undangan, berbeda dari
14
akuntansi yang sesuai dengan GAAP (Generally Accepted Accounting
Principles). Sedangkan menurut Bologna dan Lindquist yang dikutip dalam
(Crumbley & Nicholas, 2002) mendefenisikan akuntansi forensik sebagai
“forensic and investigative accounting is the application of financial skills
and an investigative mentality to unresolved issues, conducted within the
context of the rules of evidence”. Dengan terjemahan sebagai berikut,
akuntansi forensik dan investigasi adalah aplikasi kecakapan finansial dan
sebuah mentalitas penyelidikan terhadap isu-isu yang tak terpecahkan, yang
dijalankan dalam konteks rules of evidence”.
Dari beberapa pengertian akuntansi forensik di atas, dapat disimpulkan
bahwa akuntansi forensik adalah penerapan disiplin akuntansi yang
berdasarkan pada keterampilan-keterampilan dalam menginvestigasi dan
menganalisis yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah keuangan yang
dilakukan berdasarkan peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh hokum.
Seorang akuntan forensik menggunakan pengetahuannya tentang akuntansi,
studi hukum, investigasi dan kriminologi untuk mengungkap fraud,
menemukan bukti dan selanjutnya bukti tersebut akan dibawa ke pengadilan
jika dibutuhkan (Ramaswamy, 2007).
Akuntansi forensik pada sektor publik di Indonesia lebih menonjol
daripada akuntansi forensik pada sektor swasta. Secara umum akuntansi
forensik pada kedua sektor tidak berbeda, hanya terdapat perbedaan pada
tahap-tahap dari seluruh rangkaian akuntansi forensik terbagi-bagi pada
berbagai lembaga. Tuanakotta (2012:93) mengemukakan ada lembaga yang
melakukan pemeriksaan keuangan negara, ada beberapa lembaga yang
merupakan bagian dari internal pemerintahan, ada lembaga-lembaga
pengadilan, ada lembaga yang menunjang kegiatan memerangi kejahatan
pada umumnya, dan korupsi khususnya seperti (PPATK), dan lembaga-
lembaga lainnya seperti KPK. Juga ada lembaga swadaya masyarakat yang
berfungsi sebagai pressure group.
15
4. Audit Invesitgatif
Sudah dijelaskan pada bab awal bahwa akuntansi forensik pada awalnya
adalah perpaduan sederhana antara akuntansi dan hukum. Namun seiring
perkembangan, akuntansi forensik menjadi lebih kompleks karena selain
bidang akuntansi dan hukum yakni melibatkan satu bidang lagi yaitu audit.
Karena adanya kompleksitas di sektor bisnis dan perkembangan investasi
yang pesat hal inilah yang membuat risiko terjadinya fraud semakin tinggi.
Dimana fraud adalah penggelapan yang meliputi berbagai kecurangan
antara lain penipuan yang disengaja (intentional deceit), pemalsuan
rekening (falsification of account), praktik jahat (corrupt practices),
penggelapan atau pencurian (embezlement), korupsi (corruption) dan
sebagainya (Jones dan Bates,1990). Oleh karena itu untuk memperkecil
akibat fraud dan memperbaiki sistem pengendalian, perusahaan diharapkan
mengambil langkah yang tepat dengan melakukan audit investigasi.
Pelaksanaan audit investigasi lebih mendasarkan kepada pola pikir
bahwa untuk mengungkapkan suatu kecurangan auditor harus berpikir
seperti pelaku fraud itu sendiri, dengan mendasarkan pelaksanaan prosedur
yang ditetapkan baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, pelaporan
hingga tindak lanjut pemeriksaan. Untuk itu auditor harus memiliki
kemampuan untuk membuktikan adanya fraud yang terjadi dan sebelumnya
telah diindikasikan oleh berbagai pihak. Auditor harus peka terhadap semua
hal yang tidak wajar.
Auditor juga harus mempunyai kemampuan teknis untuk mengerti
konsep-konsep keuangan, dan kemampuan untuk menarik kesimpulan.
Paling penting bagi seorang auditor adalah kemapuan menyederhanakan
konsep-konsep keuangan sehingga orang-orang pada umumnya dapat
memahami apa yang dimaksudkannya.sehingga Tuanakotta merumus
auditor investigative (2007 :49) adalah “gabungan antara pengacara,
akuntan, kriminolog, dan detektif (atau investigator)”
16
Menurut Jack Bologna dan Paul Shaw yang dikutip oleh Amin Widjaya
dalam bukunya yang berjudul ”Audit Kecurangan (Suatu Pengantar)”
(2001:36)
“Forensic Accounting sometimes called fraud auditing or Investigative
accounting, is a skill that goes beyond the realm of corporation and
management fraud, embezzlement, or commercial bribery Indeed, forensic
accounting skills go beyond the general realm of white collar crime.”
Pendapat yang lain tentang audit Investigatif dikemukakan oleh Messier
(2003:17) yaitu Forensic audit is an audit to detection or deterrence of a
wide variety of fraudulent activities. The use of auditing to conduct forensic
audits has grown significantly, especially where the fraud involves financial
issues.
Association Of Certified Fraud Examiner seperti yang dikutip Amin
Wijaya (2001:36), mendefinisikan Audit Investigatif sebagai berikut :
“Fraud auditing is an initial approach (proactive) to detecting financial
fraud, using accounting records and information, analytical relationship
and an awareness of fraud perpetration and concealment effort.
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa audit Investigatif
merupakan suatu cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi dan
memeriksa kecurangan terutama dalam laporan keuangan yang
kemungkinan sedang atau sudah terjadi menggunakan keahlian tertentu dari
seorang auditor (teknik audit).
5. Prosedur Audit
Prosedur audit adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti
audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit
(Mulyadi,2002). Auditor melakukan prosedur ini agar tidak terjadi
penyimpangan dalam melakukan program audit. Standar pekerjaan lapangan
ketiga menyebutkan bahwa beberapa prosedur audit yang harus
dilaksanakan oleh auditor meliputi (Mulyadi dan kanaka,2002) yaitu,
17
a. Insepkesi
Inspeksi merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen atau
kondisi fisik sesuatu. Prosedur audit ini banyak dilakukan oleh
auditor. Dengan melakukan inspeksi terhadap sebuah dokumen,
auditor akan dapat menentukan keaslian dokumen tersebut.
b. Pengamatan
Pengamatan merupakan prosedur audit yang digunakan oleh auditor
untuk melihat atau menyaksikan pelaksanaan suatu kegiatan. Objek
yang diamati auditor adalah karyawan, prosedur, dan proses.
c. Permintaan Keterangan
Permintaan keterangan merupakan prosedur audit yang dilakukan
dengan meminta keterangan secara lisan. Bukti audit yang dihasilkan
dari prosedur ini adalah bukti lisan dan bukti dokumenter.
d. Konfirmasi
Konfirmasi merupakan bentuk penyelidikan yang memungkinkan
auditor memperoleh informasi secara langsung dari pihak ketiga yang
bebas. Disamping auditor memakai prosedur audit yang disebutkan
dalam standart tersebut, auditor melaksanakan berbagai prosedur audit
lainnya untuk mengumpulkan bukti audit yang akan dipakai sebagai
dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.
Kualitas dari auditor dapat diketahui dari seberapa jauh auditor
menjalankan prosedur-prosedur audit yang tercantum dalam program
audit (Weningtyas, et al,2006).
e. Penelusuran
Dalam melakukan prosedur audit ini, auditor melakukan penelusuran
sejak mula-mula data tersebut direkam pertama kali dalam dokumen,
dilanjutkan dengan pelacakan pengolahan data tersebut dalam proses
akuntansi. Prosedur audit ini terutama diterapkan dalam bukti
documenter.
f. Pemeriksaan Bukti Pendukung
18
Pemeriksaan bukti pendukung merupakan prosedur audit yang
meliputi, pertama, inspeksi terhadap dokumen-dokumen yang
mendukung suatu transaksi atau data keuangan untuk menentukan
kewajaran dan kebenarannya. Kedua, pembanding dokumen tersebut
dengan catatan akuntansi yang berkaitan.
g. Perhitungan
Prosedur audit ini meliputi : (1) perhitungan fisik terhadap sumber
daya berwujud seperti kas atau sediaan di tangan, dan (2)
pertanggungjawaban semua formulir bernomor urut tercetak.
Perhitungan fisik digunakan untuk mengevaluasi bukti fisik kuantitas
yang ada di tangan, sedangkan pertanggungjawaban formulir
bernomor urut tercetak digunakan untuk mengeavaluasi bukti
ddokumenter yang mendukung kelengkapan catatan akuntansi.
h. Scaning
Scanning merupakan review secara cepat terhadap dokumen, catatan
dan daftar untuk mendeteksi unsur-unsur yang tampak tidak biasa
yang memerlukan penyelidikan lebih mendalam.
i. Pelaksanaan Ulang
Prosedur audit ini merupakan pengulangan aktivitas yang
dilaksanakan oleh klien. Umumnya pelaksanaan ulang diterapkan
pada perhitungan dan rekonsiliasi yang telah dilakukan oleh klien.
j. Teknik Audit Berbantu Komputer
SA seksi 327 teknik audit berbantu komputer memberikan panduan
bagi auditor tentang penggunaan computer dalam audit ddi lingkungan
system informasi komputer.
6. Keahlian Auditor
Keahlian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007) adalah
kemahiran dalam suatu ilmu (kepandaian, pekerjaan). Keahlian
merupakan unsur penting yang harus dimiliki oleh seseorang auditor
untuk bekerja secara profesional. Hal tersebut ditegaskan dalam standar
umum pertama SA Seksi 210, SPAP (2015) audit harus dilaksanakan
19
oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis
yang cukup sebagai auditor.
Grippo dan Ibex (2003) dalam Digabriele (2008) menyatakan bahwa
sebagian besar keahlian auditor forensik datang dari kemampuannya
dalam bidang akuntansi dan audit, pajak, operasi bisnis, maajemen,
pengendalian intern, hubungan interpersonal, dan komunikasi
Keahlian menurut Standar Audit Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP) dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara (MENPAN) No.Per/05/M.PAN/03/2008 bahwa auditor
harus mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan kompetensi lainnya
yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawabnya dengan kriteria
auditor harus mempunyai tingkat pendidikan formal minimal Strata Satu
(S1) atau yang setara, memiliki kompetensi di bidang auditing, akuntansi,
administrasi pemerintahan dan komunikasi serta telah mempunyai
sertifikasi Jabatan Fungsional Auditor (JFA) serta mengikuti pendidikan
dan pelatihan profesional berkelanjutan (continuing professional
education)
Keahlian dapat disimpulkan sebagai dasar yang positif dimiliki
seorang auditor forensik untuk mendukung penugasannya dalam
perhitungan kerugian negara, pengungkapan kasus-kasus tersembunyi,
serta sebagai saksi ahli di pengadilan yang mengharuskan memiliki
pemikiran kritis, analisis deduktif, kemampuan komunikasi dalam lisan
dan tulisan, dan lain-lain. Young (2008) menyatakan bahwa auditor
forensik menguasai ketrampilan dalam banyak bidang. Beberapa auditor
forensik, sudah barang tentu, mengkhususkan diri pada bidang-bidang
tertentu seperti teknologi informasi.
7. Keahlian Sistem Informasi Auditor
Komputerisasi memberikan dampak terhadap audit laporan
keuangan, dukungan computer audit makin diperlukan oleh para akuntan,
20
atau para akuntan harus mulai makin conmputer literacy (paham hal-hal
teknis aplikasi komputer). Selain itu pendekatan atau cara pandang
terhadap sistem akuntansi yang semula stand alone, kini berubah menjadi
sistem informasi akuntansi makin terpadu dengan keseluruhan sistem
informasi perusahaan. Akibatnya area audit laporan keuangan makin
saling terkait dengan bidang operasional, teknologi informasi dan makin
luas ruang lingkupnya (Gondodiyoto, 2007). Pengetahuan teknologi
informasi dan akuntansi perlu diberikan pada berbagai tahapan maupun
tingkatannya masing-masing, antara lain:
a. Pre Post Qualification
Auditor pada masa yang akan datang akan bekerja tidak hanya secara
konvensional sebagai akuntan, melainkan tidak dapat menghindari
bekerja di lingkungan teknologi informasi. Perlu ditentukan standar
pengetahuan minimal bidang teknologi informasi dan secara
berkelanjutan perlu pelatihan dengan pengetahuan mengenai seni
teknologi informasi dalam aktivitas edukasi profesi yang
berkelanjutan
b. Conceptual Knowledge/Practical Skill
Pengetahuan teknologi informasi bersifat konsep maupun
keterampilan praktis. Pendidikan dan pelatihan harus memberikan
pengetahuan konsepsional dan technical skill, serta dasar-dasar untuk
pengembangan diri lebih lanjut.
SA Seksi 335 [PSA No. 57] Auditing dalam Lingkungan Sistem
Informasi Komputer, paragraf 04 sampai dengan pragraf 06 menjelaskan
tingkat keterampilan dan kompetensi auditor yang harus dimiliki bila
melaksanakan suatu audit dalam lingkungan sistem informasi komputer dan
memberikan panduan bila mendelegasikan pekerjaan kepada asisten dengan
keterampilan sistem informasi komputer atau bila menggunakan pekerjaan
yang dilaksanakan oleh auditor independen lain atau tenaga ahli yang
memiliki keahlian di bidang sistem informasi komputer.
21
a. Secara khusus, auditor harus memiliki pengetahuan memadai untuk
merencanakan, melaksanakan, dan menggunakan hasil penggunaan
TABK. Tingkat pengetahuan yang harus dimiliki oleh auditor
tergantung atas kompleksitas dan sifat TABK dan sistem akuntansi
entitas. Oleh karena itu, auditor harus menyadari bahwa penggunaan
TABK dalam keadaan tertentu dapat mengharuskan dimilikinya jauh
lebih banyak pengetahuan komputer dibandingkan dengan yang
dimilikinya dalam keadaan lain.
b. Menurut Hamid (2012) bagaimanapun sebuah perusahaan
mengoperasikan sistem secara manual, sistem yang terkomputerisasi,
atau paduan antara keduanya, auditor harus mengikuti Generally
Accepted Auditing Standards (GAAS):
c. Sebagai bagian dari menggunakan pengetahuan yang cukup atas
operasi perusahaan untuk perencanaan audit, auditor harus memiliki
pemahaman mengenai computer processing configuration, metode
dari pemrosesan dan hal yang berhubungan agar dapat menilai risiko
bawaan yang berkaitan dengan perencanaan audit.
d. Auditor harus mendapatkan pemahaman yang memadai dari semua
pengendalian yang berhubungan dengan aplikasi sistem akuntansi
yang signifikan dengan audit. Contohnya, auditor akan melakukan
pengujian atas pengendalian dari kebijakan dan prosedur internal
control (melingkupi baik sistem manual dan terkomputerisasi) yang
dapat meningkatkan reabilitas dari data dan informasi. Dari pengujian
pengendalian, auditor akan menilai risiko pengendalian untuk asersi
tertentu atas saldo akun atau level dari transaksi, dan menentukan
lingkup, waktu, dan luas dari prosedur substantif menurut materialitas
dan risiko bawaan. Prosedur ini dapat dilakukan menggunakan
komputer.
e. Auditor harus melaksanakan prosedur substantif yang telah ditentukan
sebelumnya untuk mengumpulkan bukti audit yang layak dan cukup
untuk asersi spesifik dalam saldo akun dan tingkat transaksi. Dalam
22
hal ini, auditor dapat mempertimbangkan menggunakan generalized
audit software packages jika dibutuhkan.
Standar Audit 315 mengenai Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko
Kesalahan Penyajian Material Melalui Pemahaman atas Entitas dan
Lingkungannya (par. 18) yaitu, auditor harus memperoleh pemahaman
tentang sistem informasi, termasuk proses bisnis yang terkait, yang relevan
dengan pelaporan keuangan, termasuk hal-hal sebagai berikut:
a. Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan terhadap
laporan keuangan;
b. Prosedur, baik dalam teknologi informasi maupun sistem manual,
yang olehnya transaksi dimulai, dicatat, diproses, dan dikoreksi
sebagaimana mestinya, diranser ke buku besar, dan dilaporkan dalam
laporan keuangan;
c. Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun spesifik dalam
laporan keuangan yang digunakan untuk memulai, mencatat,
memproses, dan melaporkan transaksi, hal ini mencakup koreksi
terhadap informasi yang salah dan bagaimana informasi tersebut
ditransfer ke buku besar. Catatan tersbut dapat dalam bentuk manual
atau elektronik;
d. Bagaimana sistem informasi menangkap peristiwa dan kondisi (selain
transaksi) yang signifikan terhadap laporan keuangan;
e. Proses pelaporan keuangan yang digunakan untuk menyusun laporan
keuangan entitas, termasuk estimasi akuntansi dan pengungkapan
yang signifikan;
f. Pengendalian di sekitar entri jurnal, termasuk entri jurnal non standar
yang digunakan untuk mencatat transaksi yang tidak berulang atau
tidak biasa, atau penyesuaian
8. Efektivitas
Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana
dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk
23
menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya.
Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran
yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran,
berarti makin tinggi efektivitasnya (Siagian, 2002:24).
Sementara itu Abdurahmat (2003:92) menyimpulkan “efektivitas
adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah
tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan
sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya”
Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian
dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan
dengan hasil yang telah dicapai. Efektivitas dapat dilihat dari berbagai
sudut pandang (view point) dan dapat dinilai dengan berbagai cara dan
mempunyai kaitan yang erat dengan efisiensi. Berdasarkan pendapat di
atas, bahwa efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting
karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan suatu
organisasi dalam mencapai sasaran atau tujuan yang diharapkan.
Sehubungan dengan hal-hal yang dikemukakan di atas, maka
secara singkat pengertian dari efektivitas adalah efektivitas melakukan
atau mengerjakan sesuatu tepat pada sasaran “doing the right things”.
Tingkat efektivitas itu sendiri dapat ditentukan oleh terintegrasinya
sasaran dan kegiatan organisasi secara menyeluruh, kemampuan adaptasi
dari organisasi terhadap perubahan lingkungannya.
Efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian
kecurangan dapat diartikan sejauh mana hasil audit tersebut dapat
menggambarkan proses suatu kegiatan yang dapat menghasilkan
hipotesis atas prosedur yang dilaksanakan dalam audit investigasi.
9. Prosedur Pelaksanaan Audit Investigasi
Pusdiklatwas BPKP (2008:77) menjelaskan bahwa prosedur audit
investigasi mencakup sejumlah tahapan yang secara umum dapat
24
dikelompokkan menjadi lima tahap yaitu penelahaan informasi awal,
perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, dan tindak lanjut.
Penelahaan informasi awal merupakan tahap awal yang dilakukan
oleh Auditor Investigatif dengan menelaah informasi yang berasal dari
pengaduan masyarakat, media massa, cetak, dan visual, pihak lembaga,
pihak aparat penegak hukum, serta hasil audit reguler. Apabila informasi-
informasi yang telah diperoleh dan ditelaah maka Auditor Investigatif
akan memutuskan apakah telah cukup bukti atau alasan untuk melakukan
audit investigasi dalam pembuktian kecurangan.
Setelah itu, Auditor Investigatif melakukan penetapan sasaran,
ruang lingkup dan susunan tim kemudian melaksanakan audit investigasi
tersebut. Sebelum laporan final audit investigasi disusun, materi hasil
audit investigasi tersebut dikonsultasikan terlebih dahulu dengan aparat
penegak hukum untuk mendapatkan pendapat hukum, apakah langkah
dan proses audit, bukti audit yang telah dikumpulkan sesuai dengan
peraturan hukum yang berlaku.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Auditor
Investigatif harus melakukan prosedur tersebut secara bertahap dalam
pelaksanaan audit investigasi untuk pembukitan kecurangan. Apabila
Auditor Investigatif telah melakukan proses-proses di atas, maka Auditor
tersebut dapat dikatakan telah memiliki kemampuan yang memadai
10. Kecurangan (Fraud)
Fraud merupakan salah satu bentuk irregularities. Secara singkat
fraud dinyatakan sebagai suatu penyajian yang palsu atau
penyembunyian fakta yang material yang menyebabkan seseorang
memiliki sesuatu. Menurut Bologna dan Lindquist (2013:4) fraud
didefinisikan sebagai penipuan yang disengaja umumnya diterangkan
sebagai kebohongan, penjiplakan, dan pencurian. Fraud dapat dilakukan
terhadap pelanggan, kreditor, pemasok, banker, investor, penjamin
asuransi, dan pemerintah
25
Definisi lain mengenai fraud dikemukakan oleh The Institute of
Internal Auditor yang dikutip oleh Karni (2002:34), “Kecurangan
mencakup suatu ketidakberesan dan tindakan ilegal yang bercirikan
penipuan disengaja. Ia dapat dilakukan untuk manfaat dan atau kerugian
organisasi oleh orang di luar atau di dalam organisasi.”
Sedangkan kecurangan manajemen dikemukakan oleh Sunarto
(2003:57) sebagai berikut, “Kecurangan dalam pelaporan keuangan yang
dilakukan untuk menyajikan laporan keuangan yang menyesatkan,
seringkali disebut kecurangan manajemen.”
Berdasarkan definisi tersebut, fraud dapat disimpulkan sebagai
kecurangan yang mengandung makna suatu penyimpangan dan perbuatan
melanggar hukum (illegal act), yang dilakukan dengan sengaja untuk
tujuan tertentu misalnya menipu atau memberikan gambaran keliru
(mislead) kepada pihak-pihak lain, yang dilakukan oleh orang-orang baik
dari dalam maupun dari luar organisasi. Kecurangan dirancang untuk
mendapatkan keuntungan baik pribadi maupun kelompok yang
memanfaatkan peluang-peluang secara tidak jujur, yang secara langsung
maupun tidak langsung merugikan orang lain.
26
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian terdahulu mengenai topic yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat
dalam tabel 2.1
NO Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1 Laras
Rahmayani
Kamaiah,
Susilatri,
(2014)
Pengaruh Kemampuan Auditor,
Skeptisme Profesional Auditor,
Teknik Audit Dan
Whistleblower Terhadap
Efektivitas Pelaksanaan Audit
Investigasi Dalam
Pengungkapan Kecurangan
Variabel kemampuan
auditor, dan
efektifitas
pelaksanaan audit
investigasi dalam
mengungkap
kecurangan,
Metode penelitian
Variabel skeptisme
auditor dan
whistleblower.
Objek penelitian
Berdasarkan perhitungan nilai koefesien
determinasi (R2) diperoleh nilai sebesar
0,839. Hal ini menunjukkan bahwa
variable independen memberikan
pengaruh sebesar 83.90% terhadap
dependen dan sisanya dipengaruhi oleh
variabel-variabel lain yang tidak
termasuk kedalam penelitian ini.
2 Mau dan
Kingsley
(2015)
The Role of Forensic
Investigation Professionals in
the Prevention of Fraud and
Corruption in Developing
Countrie
Variabel keahlian
akuntan forensic,
pengungkapan fraud
Variabel
profesionalisme
akuntan forensic,
objek penelitian
Hasil penelitian menunjukkan terdapat
pengaruh antara Profesional audit
forensic terhadap pencegahan
kecurangan dan korupsi sebesar 67%.
3 Arini Lestari
Patunru
(2014)
Pengaruh Kemampuan Auditor
Investigatif Terhadap Efektivitas
Pelaksanaan Prosedur Audit
Dalam Pembuktian Kecurangan
(Studi Kasus pada Perwakilan
Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan Provinsi
Sulawesi Selatan)
Variabel X1 dan Y
Metode penelitian
Objek penelitian,
jumlah sample
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kemampuan auditor investigatif memiliki
hubungan dan memiliki pengaruh
terhadap efektivitas pelaksanaan
prosedur audit dalam pembuktian
kecurangan sebesar 62,1%.
27
NO Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
4 Arika Hanna
Pratiwi
(2015)
Pengaruh Kemampuan Auditor
Investigatif Terhadap Efektivitas
Pelaksanaan Prosedur Audit
Dalam Pengungkapan Internal
Fraud
Variabel X1 Y nya
menggunakan
variable
pengungkapan
internal fraud
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kemampuan auditor investigatif di Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Tahun 2015 sudah baik karena sudah
memiliki kemampuan teknis,
kemampuan non teknis, dan kemampuan
khusus sehingga efektivitas pelaksanaan
prosedur audit dalam pengungkapan
internal fraud sudah berjalan dengan baik
5 Ming-Hsuan
Lee and
Mon-Chi Lio
(2014)
The impact of information and
communication technology on
public
governance and corruption in
China
Menggunakan
variable teknologi
sistem informasi
akuntansi
Metode penelitian,
variabel public
governance
The results showed that ICT had
a positive impact on the governance of
provincial governments in China. ICT
had two different effects on
corruption: ICT helped corruption cases
come to light and ultimately helped
reduce corruption
6 Dr. Bello
Ayuba,
Ibrahim Ali
Aliyu (2014)
The Role of Information
Communication Technology
(ICT) in Combating Corrupt
Business Activities in Nigeria
Menggunakan
variabel teknologi
sistem informasi
Objek penelitian,
metode penelitian
There is no doubt that the introduction of
ICT has played significant roles in
reshaping business activities in Nigeria
as it helps organizations (public and
private) in combating corrupt business
activities through electronic measures
such as e-governance, e-mails, e-
payment, e-examination, e-banking, e-
marketing, e-commerce and e-business.
28
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar
2.1 berikut:
rh
Pentingnya penerapan proseudur
audit yang efektif dalam
pembuktian kecurangan
Kecurangan (fraud) semakin
beragam dan melibatkan
kemajuan teknologi informaasi
GAP
Pengaruh Keahlian Sisitem Informasi Auditor dan Kemampuan Auditor Investigatif
terhadap Efektivtias Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian Kecurangan
Basis Teori: Teori Fraud Triangle dan Teori Atribusi
Metode Analisis: Regresi Berganda
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi, dan Saran
Keahlian Sistem
Informasi Auditor (X1)
Kemampuan Auditor
Investigasi (X2)
29
D. Rumusan Hipotesis
Perumusan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini bertujuan untuk
menguji Pengaruh Kemampuan Auditor Investigatif dan Keahlian Sistem
Informasi Auditor terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam
Pembuktian Kecurangan.
Berdasarkan pemikiran tersebut maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hubungan Keahlian Sistem Informasi Auditor terhadap Efektivitas
Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian Kecurangan
Auditor harus memiliki pengetahuan memadai tentang Sistem
Informasi Komputer untuk merencanakan, mengarahkan, melakukan
supervisi, dan me-review pekerjaan yang dilakukan untuk menerapkan
prosedur audit, tergantung atas pendekatan audit yang digunakan. SA
Seksi 335 (PSA No. 57) menjelaskan tingkat keterampilan dan
kompetensi auditor yang harus dimiliki bila melaksanakan suatu audit
dalam lingkup sistem informasi komputer.
Menurut Gondodiyoto (2007), pengetahuan teknologi informasi dan
akuntansi perlu diberikan pada tahapan pelatihan dan pendidikan.
Penelitian yang dilakukan Hunton et al. (2001) dalam Brazel (2004)
menyimpulkan ketika keahlian SIA meningkat, akan terjadi peningkatan
juga pada kinerja auditor dalam melakukan tugas yang berhubungan
dengan SIA. Auditor yang memiliki keahlian SIA yang lebih tinggi
seharusnya memiliki dasar pengetahuan yang dibutuhkan untuk
menyiapkan progam audit dan penganggaran waktu yang efektif dalam
lingkup SIA yang tinggi.
Melihat cakupan yang lebih luas Sofia (2013) mengatakan bahwa
Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) semakin dilihat oleh
pemerintah serta aktivis dan masyarakat sipil sebagai alat penting untuk
mempromosikan transparansi dan akuntabilitas serta untuk
mengidentifikasi dan mengurangi korupsi. Lebih lanjut TIK juga dapat
30
mendukung upaya kampanye dan membantu memobilisasi orang
melawan korupsi.
Sedangkan menurut Ming-Hsuan Lee and Mon-Chi Lio (2014)
mengungkapkan bahwa di Cina TIK memiliki dua efek yang berbeda
pada korupsi: TIK membantu kasus korupsi terungkap dan akhirnya
membantu mengurangi korupsi.
Berdasarkan dari beberapa paparan penelitian sebelumnya mengenai
pengaruh sistem informasi terhadap korupsi, maka patut diduga bahwa
sistem informasi auditor dapat berpengaruh terhadap Efektivtias
Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian Kecurangan.
Olehkarenanya hipotesis sementara dalam penelitian ini sebagai berikut:
H1: Keahlian Sistem Informasi Auditor berpengaruh terhadap Efektivitas
Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian Kecurangan
2. Hubungan Kemampuan Auditor Investigatif terhadap Efektivitas
Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian Kecurangan
Seorang auditor yang melaksanakan audit investigasi atau yang
disebut auditor investigatif harus memiliki kualitas, keterampilan dan
keahlian khusus serta kualitas mental dan fisik yang baik (Bologna dan
Lindguist, 1999). Pendapat ini didukung oleh Tuanakotta (2010:349)
yang mengemukakan bahwa seorang auditor yang melaksanakan audit
investigatif harus memiliki pengetahuan dasar, kemampuan teknis, dan
sikap mental.
Kemudian dikemukakan oleh Tuanakotta (2010:350) bahwa seorang
auditor investigatif menggunakan tujuh teknik audit dalam prosedur
pelaksanaannya yaitu memeriksa fisik, meminta konfirmasi, memerksa
dokumen, review anatikal, meminta informasi lisan atau tertulis dari
auditee, menghitung kembali, dan mengamati. Berdasarkan pernyataan-
pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang auditor yang
berkompeten dan melaksanakan prosedur audit yang sesuai, maka audit
tersebut akan efektif dalam pembuktian kecurangan.
31
Teori-teori yang dikemukakan di atas telah dibuktikan melalui
penelitian empiris yang dilakukan oleh Zuliha (2008) terhadap seluruh
auditor investigatif di Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) perwakilan
Jawa Barat. Hasilnya memberi indikasi bahwa kemampuan auditor
investigatif berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas
pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan. Signifikan
tersebut disebabkan oleh auditor investigatif yang berkompeten dan
melaksanakan prosedur audit investigasi yang sesuai.
Penelitian empiris lainnya dilakukan oleh Rika (2012) terhadap
seluruh auditor investigatif di Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) di Bandung, Jawa Barat. Hasilnya juga memberi
indikasi bahwa kemampuan auditor investigatif berpengaruh positif dan
signifikan terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam
pembuktian kecurangan. Pengaruh yang signifikan tersebut disebabkan
oleh sebagian besar auditor investigatif telah memiliki kemampuan dasar,
teknis, dan sikap mental serta melaksanakan prosedur audit yang tepat
dalam melakukan audit investigasi.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka hipotesis sementara
dalam penelitian ini sebagai berikut:
H2: Kemampuan Auditor Investigatif berpengaruh signifikan
terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian
kecurangan
3. Hubungan Keahlian Sisitem Informasi Auditor dan Kemampuan
Auditor Investigatif terhadap Efektivtias Pelaksanaan Prosedur
Audit dalam Pembuktian Kecurangan
Seorang auditor yang melaksanakan audit investigatif harus
memiliki pengetahuan dasar, kemampuan teknis, dan sikap mental
(Tuannakota, 2010). Salah satu diantara kemampuan tersebut adalah
mengenai kemampuan auditor dalam menggunakan sistem informasi atau
kemampuan IT yang baik. Auditor harus memiliki pengetahuan memadai
tentang Sistem Informasi Komputer untuk merencanakan, mengarahkan,
32
melakukan supervisi, dan me-review pekerjaan yang dilakukan untuk
menerapkan prosedur audit, tergantung atas pendekatan audit yang
digunakan. SA Seksi 335 (PSA No. 57) menjelaskan tingkat
keterampilan dan kompetensi auditor yang harus dimiliki bila
melaksanakan suatu audit dalam lingkup sistem informasi komputer.
Terlebih dalam era sekarang teknologi semakin maju, begitupun
dengan tindak kecurangan juga semakin beragam. oleh karenanya
perpaduan kemampuan auditor secara akal dan kemampuan seorang
auditor secara IT perlu dikombinasikan. Hingga penelitian ini dibuat,
peneliti belum menemukan hasil penelitian yang secara gamblang dan
persis mengenai kombinasi kemampuan auditor investigative dan
keahlian sistem informasi auditor terhadap efektivitas pelaksanaan
prosedur audit dalam pembuktian kecurangan. Akan tetapi dari hasil
beberapa penelitian, peneliti menduga adanya hubungan antara
Kemampuan Auditor Investigatif dan Keahlian Sisitem Informasi
Auditor terhadap Efektivtias Pelaksanaan Prosedur Audit dalam
Pembuktian Kecurangan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka hipotesis sementara
dalam penelitian ini sebagai berikut:
H3: Kemampuan Auditor Investigatif dan Keahlian Sistem Informasi
Auditor berpengaruh signifikan terhadap efektivitas pelaksanaan
prosedur audit dalam pembuktian kecurangan.
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang
digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen, yaitu
Kemampuan auditor investigative dan keahlian sistem informasi auditor
terhadap variabel dependen, yaitu efektivitas pelaksanaan prosedur audit
dalam pembuktian kecurangan. Populasi penelitian ini adalah auditor
investigative yang bekerja pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia. Waktu penelitian ini pada bulan Maret – Juni 2016.
B. Metode Pemilihan Sample
Sampel pada penelitian ini adalah auditor investigative yang
berkerja di BPK RI. Metode yang digunakan peneliti dalam pemilihan
sample penelitian adalah pemilihan sampel bertujuan (purposive
sampling), dengan teknik berdasarkan pertimbangan (judgement sampling)
yang merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang
informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu
(umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian) (Nur
Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002:131)
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti
menggunakan dua cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang
sedang diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, tesis, internet, dan
perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan,
peneliti memperoleh data langsung dari pihak pertama (data primer).
Pada
34
penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah auditor
investigative yang berkerja di BPK RI. Peneliti memperoleh data
dengan mengirimkan kuesioner kepada satuan/unit kerja secara
langsung ataupun melalui perantara. Data primer diperoleh dengan
menggunakan daftar pertanyaan yang telah terstruktur dengan tujuan
untuk mengumpulkan informasi dari auditor investigative yang
berkerja di BPK RI sebagai responden dalam penelitian
D. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan suatu proses penyederhanaan data ke
dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dengan
menggunakan metode kuantitatif, diharapkan akan didapatkan hasil
pengukuran yang lebih akurat tentang respon yang diberikan oleh
responden, sehingga data yang berbentuk angka tersebut dapat diolah
dengan menggunakan metode statistik.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara
menggambarkan sampel data yang telah dikumpulkan dalam kondisi
sebenarnya tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku umum
atau generalisasi. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan
skewness (kemencengan distribusi) (Imam Ghozali, 2013:19).
2. Uji Kualitas Data
Pengujian kualitas data terdapat dua macam pengujian, yaitu sebagai
berikut:
a. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner
dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pernyataan tersebut konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan 2 cara yaitu:
35
1) Repeated Measure atau pengukuran ulang. Disini seseorang akan
diberikan pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda,
kemudian dilihat apakah jawabannya tetap konsisten dengan
jawabannya
2) One shot atau pengukuran sekali saja, disini pengukurannya
hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan
pernyataan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pernyataan.
Untuk mengukur reliabilitas digunakan uji statistik Cronbach Alfa
(α). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai
Cronbach’s Alfa > 0,60. Sedangkan jika sebaliknya, data tersebut
dikatakan tidak reliabel (Ghozali, 2013:47-48)
b. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut. Pengujian validitas ini menggunakan nilai
signifikan di bawah 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa masing-
masing indikator pertanyaan pada kuesioner valid ketika nilai
signifikansinya di bawah 0,05 (Ghozali, 2013:52-55).
3. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini, maka
peneliti melakukan uji multikolonieritas, uji normalitas, dan uji
heteroskedastisitas.
a. Uji Multikolonieritas
Pengujian multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen
saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal.
Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi
36
antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali,
2013:105).
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolonieritas di dalam
model regresi dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF)
dan nilai Tolerance. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel
independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen
lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang
terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jika
nilai tolerance <0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10, maka dalam
model regresi tersebut terdapat multikolonieritas yang tidak dapat
ditoleransi dan variabel tersebut harus dikeluarkan dari model regresi
agar hasil yang diperoleh tidak bias (Ghozali, 2013:106)
b. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan
bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini
dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel
kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik
(Ghozali, 2013:160).
Analisis grafik menggunakan grafik histogram dan probability
plot. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi
normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Namun analisis grafik dapat menyesatkan jika tidak hati-hati
secara visual terlihat normal padahal secara statistik bisa sebaliknya.
Oleh sebab itu, dalam penelitian ini selain menggunakan analisis
grafik juga dilengkapi dengan uji statistik menggunakan non-
parametik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Dalam uji K-S dilihat dari
angka probabilitas signifikansi data residual. Jika angka probabilitas
37
kurang dari 0,05 maka variabel ini tidak berdistribusi secara normal
(Ghozali, 2011:164)
c. Uji Heteroskedastisidas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dapat dilihat jika
ada pola tertentu pada grafik scatterplot, seperti titik yang
membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar
kemudian menyempit) (Ghozali, 2013:139-143).
4. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinan (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinan adalah antara nol sampai satu. Apabila hanya terdapat satu
variabel independen maka R2 yang dipakai. Tetapi apabila terdapat dua
atau lebih variabel independen maka yang dipakai adalah Adjusted R2.
Setiap tambahan variabel independen, R2 akan meningkat tidak peduli
variabel tersebut berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel
dependen. Sedangkan nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila
satu variabel independen ditambahkan ke dalam model (Ghozali,
2013:97)
E. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model
regresi berganda. Model regresi berganda umumnya digunakan untuk
menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel
dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam persamaan
linier.
38
Variabel independen terdiri dari Kemampuan auditor investigative
dan keahlian sistem informasi auditor. Sedangkan variabel dependennya
adalah efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian
kecurangan. Persamaan regresi berganda dirumuskan sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Keterangan:
Y = Efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian
kecurangan
a = Konstanta
b = Koefisien regresi
X1 = Keahlian sistem informasi auditor
X2 = Kemampuan auditor investigative
e = Eror
Pengujian hipotesis ini melalui beberapa pengujian, yaitu:
a. Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen
atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terkait
(Ghozali, 2013:98). Dalam membandingkan probabilitas dengan
taraf nyata kurang dari 0,05. Jika probabilitas > 0,05, maka model
ditolak. Jika probabilitas < 0,05 maka model diterima
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji Statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas dan independen secara individu dalam
menerangkan variansi variabel dependen. Apakah variabel
independen berpengaruh secara nyata atau tidak (Ghozali, 2013:98).
Pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan melihat
probabilitasnya, yaitu:Jika probabilitas > 0,05, maka model ditolak.
Jika probabilitas < 0,05 maka model diterima.
39
F. Operasionalisasi Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel, yaitu variabel
independen dan variabel dependen. Variabel independen adalah variabel
yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain dimana dalam
penelitian ini adalah variabel dependen. Sedangkan variabel yang
dijelaskan atau dipengaruhi variabel independen.
Penelitian ini menguji pengaruh Keahlian sistem informasi auditor
(X1) dan Kemampuan auditor investigative (X2) terhadap Efektivitas
pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan (Y).
1. Keahlian Sistem Informasi Auditor (X1)
Keahlian adalah sebagai dasar untuk mendapatkan pengetahuan
yang dibutuhkan untuk menjadi seorang yang ahli (Abdolmohammadi
dan Shanteau, 1992). Keahlian Auditor atas SI menurut PSA No. 57
SA Seksi 335 Auditing Dalam Lingkungan Sistem Informasi
Komputer adalah pengetahuan memadai tentang SIK untuk
merencanakan, mengarahkan, melakukan supervisi, dan me-review
pekerjaan yang dilakukan. Sedangkan SAS No. 94 mengatakan
auditor berkemungkinan membutuhkan keahlian spesial untuk menilai
pengaruh dari sistem informasi terhadap audit, untuk memahami
pengendalian klien, dan untuk melakukan pengendalian dan pengujian
substantif (Tucker, 2001).
Dalam penelitian ini pengukuran keahlian Sistem Informasi
Auditor dilakukan dengan menggunakan enam indikator self
assessments yaitu pelatihan formal maupun informal, pengalaman,
jangka waktu, awal memulai, peranan penting dimasa yang akan
datang dan keahlian sistem informasi auditor yang kompleks. Variabel
ini diukur dengan mengadopsi instrumen yang digunakan Brazel
(2004). Variabel ini diukur menggunakan skala likert 5 poin dari
sangat sangat setuju (5), setuju (4), netral (3), tidak setuju (2) dan
sangat tidak setuju (1).
2. Kemampuan Auditor Investigatif (X2)
40
Pelaksanaan audit investigasi berbeda dengan pelaksanaan general
audit karena audit ini berhubungan langsung dengan proses litigasi.
Hal ini menyebabkan tugas dari seorang auditor investigatif lebih
berat daripada tugas auditor dalam general audit. Selain harus
memahami tentang pengauditan dan akuntansi, auditor investigatif
juga harus memahami tentang hukum dalam hubungannya dengan
kasus penyimpangan atau kecurangan yang dapat merugikan
keuangan Negara (Karyono, 2013:132).
Menurut (Tuanakotta:2010) mengemukakan bahwa kemampuan
auditor investigatif: “Auditor juga harus memiliki kemampuan yang
unik. Disamping keahlian teknis, seorang Auditor investigatif yang
sukses mempunyai kemampuan mengumpulkan fakta-fakta dari
berbagai saksi secara fair, tidak memihak, sahih (mengikuti ketentuan
perundang-undangan), dan akurat serta mampu melaporkan fakta-
fakta itu secara akurat dan lengkap.
. Variabel ini diukur dengan mengadopsi instrumen dari
Sulistiyowati (2003) dan Tuanakota (2007) dalam Rika (2012).
Variabel ini diukur menggunakan skala likert 5 poin dari sangat sangat
setuju (5), setuju (4), netral (3), tidak setuju (2) dan sangat tidak setuju
(1).
3. Efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan
(Y)
Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana
dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk
menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya.
Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya
sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati
sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya (Siagian, 2002:24).
Pusdiklatwas BPKP (2008:77) menjelaskan bahwa prosedur audit
investigasi mencakup sejumlah tahapan yang secara umum dapat
41
dikelompokkan menjadi lima tahap yaitu penelahaan informasi awal,
perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, dan tindak lanjut.
. Variabel ini diukur dengan mengadopsi instrumen dari Arens
(2008) dalam Rika (2012). Variabel ini diukur menggunakan skala
likert 5 poin dari sangat sangat setuju (5), setuju (4), netral (3), tidak
setuju (2) dan sangat tidak setuju (1).
Berikut ini adalah tabel ringkasan dari operasional variabel di atas:
Variabel Indikator Skala
Pengukuran
Keahlian Auditor
atas Sistem
Informasi
(X1)
Pelatihan informal dan formal atas lingkup SI yang
kompleks
Interval: 5 point skala
likert
Pengalaman melakukan audit dengan lingkup SI
yang komplek Jangka waktu melakukan audit dengan lingkup SI
yang kompleks Awalmemulai melakukan audit atas lingkup SI yang
kompleks Peranan penting atas audit atas lingkup SI yang
kompleks Keahlian SI yang lebih kompleks
Kemampuan
Auditor
Investigatif
(X2)
Memiliki background ilmu Akuntansi dan
Auditing
Interval: 5 point skala
likert
Menguasai teknik pengendalian intern.
Memiliki pengetahuan tentang investigative dan
kecurangan, teknik audit investigatif dan cara
memperoleh bukti
Menjaga kerahasiaan sumber informasi.
Memiliki pengetahuan tentang bukti, bahwa bukti
harus relevan dan kompeten.
Mengetahui masalah informasi dan teknologi
(hardware, software, maupun sistem), srta
memahami tentang cyber crime.
Memiliki jiwa skeptisme profesional, sikap yang
mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan
dan melakukan evaluasi secara kritis.
Auditor harus mengathui kontruksi
hukum(undang-undang)
Mempunyai pengetahuan tentang tidak pidana
korupsi
Mampu bertindak objektif dan independen, serta
netral, dan selalu menjungjung asas praduga tak
bersalah
Memiliki kemampuan membuat hipotesa.
42
Variabel Indikator Skala
Pengukuran
Mampu mengumpulkan data untuk membuktikan
hipotesis.
Mengikuti standar Audit Investigatif
Bersikap independen.
Bersifat bebas dengan skeptic professional.
Efektivitas
Pelaksanaan
Prosedur Audit
Dalam
Pembuktian
Kecurangan
(Y)
Perencanaan pemeriksaan
Interval: 5 point skala
likert
Pelaksanaan pemeriksaan
Laporan pemeriksaan,
Tindak lanjut pemeriksaan.
Memeriksa fisik (physical examination)
Meminta kofrimasi (confirmation)
Memeriksa Dokumen (documentation)
Review analitikal (analytical review)
Meminta informasi lisan atau tertulis dari audite
(inquiness of the auditee)
Menghitung kembali (reperformance)
Mengamati (observation)
43
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai dari instansi Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI). Dimana jika
ditelisik lebih spesifik pegawai yang menjadi responden adalah auditor
yang berada pada bagian Auditor Investigatif
Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner
penelitian secara langsung dengan cara mendatangi responden.
Penyebaran serta pengembalian kuesioner dilaksanakan pada bulan
Agustus 2017.
Kuesioner yang disebarkan berjumlah 50 buah dan jumlah
kuesioner yang kembali sebanyak 43 kuesioner atau 86%, sedangkan
sisanya sebanyak 7 kuesioner atau 4% tidak kembali dengan alasan
bahwa pada tanggal tersebut responden tidak berada di BPK-RI serta
terdapat kesibukan dalam pekerjaan. Kuesioner yang dapat diolah
berjumlah 43 atau 100%. Gambaran mengenai data sampel disajikan
pada tabel 4.1
Tabel 4. 1 Data Sampel Penelitian
No Keterangan Jumlah Persentase
1. Jumlah kuesioner yang disebar 50 100%
2. Jumlah kuesioner yang kembali 43 86%
3. Jumlah kuesioner yang tidak
kembali
7 4%
4. Jumlah kuesioner yang dapat
diolah
43 100%
44
2. Karakteristik Profil Responden
Responden dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut
yakni tabel tabel dibawah ini yang menjelaskan deskripsi mengenai
identitas responden penelitian yang terdiri dari jenis kelamin, usia, latar
belakang pendidikan, jumlah jam kerja, lama bekerja, dan posisi.
Tabel 4. 2 Deskripsi Responden Jenis Kelamin
Berdasarka tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah responden
berdasarkan jenis kelamin didominasi oleh laki-laki, yaitu sebanyak 34
orang atau 79% sedangkan sisanya sejumlah 9 orang atau 21%
responden berjenis kelamin Perempuan.
Untuk distribusi berdasarkan usia, dapat digambarkan berdasarkan
tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4. 3 Deskripsi Responden Usia
Jumlah responden berdasarkan usia didominasi oleh responden
yang berusia 31 – 35 tahun tahun yaitu sebanyak 21 orang atau 49%,
kemudian untuk yang terkecil yakni responden dengan usia yaitu 46-50
tahun sebanyak 1 orang atau 2 %.
45
Selanjutnya adalah distribusi profil responden berdasarkan latar
belakang pendidikan, dapat digambarkan dari tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4. 4 Deskripsi Responden Latar Belakang Pendidikan
Berdasarkan pada tabel 4.4 bahwa responden dengan latar belakang
pendidikan Akuntansi jauh lebih bamyak dibandingkan dengan yang
lain, yakni dengan 31 orang atau sekitar 72%.
Berikutnya akan disajikan distribusi pfrofil responden berdasarkan
jumlah jam kerja, dapat digambarkan dari tabel 4.5 berikut ini:
Tabel 4. 5 Deskripsi Responden Jumlah Jam Kerja
Berdasarkan pada tabel 4.5 bahwa responden dengan jumlah jam
bekerja 0-40 jam per minggu nya jauh lebih bamyak dibandingkan
dengan yang lain, yakni dengan 32 orang atau sekitar 74 %.
Selanjutnya adalah distribusi profil responden berdasarkan lama
bekerja, dapat digambarkan pada gambar 4.6.
46
Tabel 4. 6 Deskripsi Responden Lama Bekerja
Berdasarkan pada tabel 4.6 bahwa responden dengan lama bekerja
6 – 10 tahun jauh lebih bamyak dibandingkan dengan yang lain, yakni
dengan 34 orang atau sekitar79 %.
Dan yang terakhir adalah distribusi profil responden berdasarkan
posisi, dapat dijelaskan melalui gambar 4.7
Tabel 4. 7 Deskripsi Responden Posisi
Berdasarkan pada tabel 4.7 bahwa responden dengan posisi sebagai
pemeriksa jauh lebih bamyak dibandingkan dengan yang lain, yakni
dengan 24 orang atau sekitar 56 %
B. Hasil Uji Insturmen
1. Hasil Uji Statistik Deskiptif
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi
Keahlian Sistem Informasi Auditor (X1), Kemampuan Auditor
Investigasi (X2), dan Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam
Pembuktian Kecurangan (Y) akan diuji secara deskriptif seperti yang
terlihat dalam tabel 4.8
47
Tabel 4. 8 Hasil Uji Statistik Deskriptif
Sumber: Data primer yang diolah, 2017
Tabel 4.8 menjelaskan bahwa pada variabel Keahlian Sistem
Informasi Auditor jawaban minimum responden sebesar 11 dan
maksimum sebesar 24, dengan rata-rata total jawaban 16,95 dan standar
deviasi 3,23 maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata jawaban
responden untuk variabel Keahlian Sistem Informasi Auditor adalah
kurang setuju. Variabel Kemampuan Auditor Investigasi jawaban
minimum responden sebesar 61 dan jawaban maksimum sebesar 94
dengan rata-rata total jawaban 82,67 dan standar deviasi 8,2 maka dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini
menjawab sering terkait Kemampuan Auditor Investigasi dan dapat
diartikan bahwa pegawai dalam Kemampuan Auditor Investigasi yang
ada sudah cukup baik.
Pada variabel Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam
Pembuktian Kecurangan jawaban minimum responden sebesar 61
jawaban maksimum sebesar 95, rata-rata total jawaban 79 dan standar
deviasi 8,3, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata responden dalam
melakukan Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian
Kecurangan sudah cukup baik karena rata-rata responden menjawab
sering.
48
2. Hasil Uji Kaualitas Data
a. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi dari
instrumen penelitian. Untuk mengukur reliabilitas digunakan uji
statistik Cronbach Alfa (α). Suatu variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Cronbach’s Alfa > 0,60. Sedangkan jika
sebaliknya, data tersebut dikatakan tidak reliabel (Ghozali, 2013:47-
48). Tabel 4.9 menunjukkan hasil uji reliabilitas untuk variabel
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 4. 9 Hasil Uji Realibilitas
Variabel Cronbach’s
Alpha Keterangan
Keahlian Sistem Informasi Auditor 0,805 Reliabel
Kemampuan Auditor Investigasi 0,921 Reliabel
Efektivitas Pelaksanaan Prosedur
Audit dalam Pembuktian Kecurangan
0,908 Reliabel
Sumber: Data primer yang diolah, 2017
Tabel 4.9 menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas ketiga
variabel menunjukan hasil diatas 0,6. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pertanyaan dalam kuesioner ini reliabel karena
mempunyai nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap item pertanyaan yang digunakan akan
mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti bila pertanyaan
itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang relatif sama
dengan jawaban sebelumnya.
b. Hasil Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya
suatu kuesioner. Suatu pertanyaan pada kuesioner dikatakan valid
jika tingkat signifikansinya dibawah 0,05 (Ghozali, 2013). Tabel
berikut menunjukkan hasil uji validitas dari tiga variabel yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu Keahlian Sistem Informasi
49
Auditor, Kemampuan Auditor Investigasi, dan Efektivitas
Pelaksanaan Prosedur Audit.
Tabel 4. 10 Hasil Uji Validitas Keahlian Sistem Informasi Auditor
Nomor Butir
Pertanyaan
Sig
(2-Tailed) Keterangan
KSIA1 0,000 Valid
KSIA 2 0,000 Valid
KSIA 3 0,000 Valid
KSIA 4 0,000 Valid
KSIA 5 0,000 Valid
KSIA 6 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah, 2017
Tabel 4.10 menunjukkan variabel remunerasi mempunyai
kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05.
Tabel 4. 11 Hasil Uji Validitas Kemampuan Auditor Investigasi
Nomor Butir
Pertanyaan
Sig
(2-Tailed) Keterangan
KAI1 0,000 Valid
KAI2 0,000 Valid
KAI3 0,000 Valid
KAI4 0,000 Valid
KAI5 0,000 Valid
KAI6 0,000 Valid
KAI7 0,001 Valid
KAI8 0,000 Valid
KAI9 0,000 Valid
KAI10 0,000 Valid
KAI11 0,000 Valid
50
Nomor Butir
Pertanyaan
Sig
(2-Tailed) Keterangan
KAI12 0,000 Valid
KAI13 0,000 Valid
KAI14 0,010 Valid
KAI15 0,000 Valid
KAI16 0,000 Valid
KAI17 0,000 Valid
KAI18 0,000 Valid
KAI19 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah, 2017
Tabel 4.11 menunjukkan variabel Efektivitas Pelaksanaan
Prosedur Audit dalam Pembuktian Kecurangan mempunyai kriteria
valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih
kecil dari 0,05.
Tabel 4. 12 Hasil UJi Validitas Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam
Pembuktian Kecurangan
Nomor Butir
Pertanyaan
Sig
(2-Tailed) Keterangan
EPA1 0,000 Valid
EPA2 0,000 Valid
EPA3 0,000 Valid
EPA4 0,000 Valid
EPA5 0,000 Valid
EPA6 0,000 Valid
EPA7 0,000 Valid
EPA8 0,000 Valid
EPA 9 0,000 Valid
51
Nomor Butir
Pertanyaan
Sig
(2-Tailed) Keterangan
EPA10 0,048 Valid
EPA11 0,000 Valid
EPA12 0,001 Valid
EPA13 0,000 Valid
EPA14 0,000 Valid
EPA15 0,000 Valid
EPA16 0,000 Valid
EPA17 0,000 Valid
EPA18 0,000 Valid
EPA19 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah, 2017
Tabel 4.12 menunjukkan variabel Efektivitas Pelaksanaan Prosedur
Audit dalam Pembuktian Kecurangan mempunyai kriteria valid untuk
semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05
3. Hasil Uji Asumsi Klasik
1. Hasil Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah adanya
korelasi antar variabel bebas (independen) dalam model regresi. Untuk
mendeteksi adanya masalah multikolonieritas dalam penelitian ini
dengan menggunakan Nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor
(VIF). Tabel berikut ini menyajikan hasil uji multikolonieritas dengan
menggunakan Nilai Tolerance dan VIF, yaitu:
52
Tabel 4. 13 Hasil Uji Multikolonieritas
Sumber: Data primer yang diolah, 2017
Berdasarkan tabel 4.13 diatas terlihat bahwa nilai tolerance
mendekati angka 1 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF)
disekitar angka 1 untuk setiap variabel, yang ditunjukkan dengan
nilai tolerance dan VIF untuk Kemampuan sisitem informasi auditor
(X1) adalah 0,986 dan 1,014. Variabel Kemampuan Auditor
Investigatif (X2) memiliki nilai tolerance 0,986 serta VIF 1,014.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model persamaan
regresi tidak terdapat problem multiko dan dapat digunakan dalam
penelitian ini.
2. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau
keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi
yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.
Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan
analisis grafik (histogram dan probability plot) dan uji statistik
Kolmogorov-Smirnov (K-S).
Dasar pengambilan keputusan pada uji grafik histogram dan
grafik normal p-plot adalah dengan melihat bentuk grafik dan
persebaran titik-titik residual. Sedangkan pengambilan keputusan
dalam uji K-S adalah dengan melihat nilai probabilitas signifikansi
data residual. Apabila angka probabilitas lebih dari 0,05 berarti data
terdistribusi secara normal. Adapun hasil uji normalitas
53
menggunakan Kolmogorov-Smirnov (K-S) dapat dilihat dalam tabel
4.14.
Tabel 4. 14 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Kolmogorov-Smirnov
Sumber: Data primer yang diolah, 2017
Menurut tabel 4.14 diatas, hasil uji (K-S) menunjukkan bahwa
data terdistribusi normal variabel Keahlian Sistem Informasi
Auditor, Kemampuan Auditor Investigatif dan Efektivitas
Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian Kecurangan. Hal ini
terlihat dari nilai probabilitas sebesar 0,200 lebih besar dari 0,05.
Sehingga model penelitian ini memenuhi uji asumsi klasik
normalitas. Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh pengujian
menggunakan grafik normal p-plot pada gambar 4.1 dan histogram
pada gambar 4.2.
54
Gambar 4. 1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot
Sumber: Data primer yang diolah, 2017
Gambar 4. 2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram
Sumber: Data primer yang diolah, 2017
Gambar 4.1 dan 4.2 memperlihatkan peny ebaran data yang
berada di sekitar garis diagonal dan bentuk grafik yang simetris tidak
condong ke kiri atau ke kanan. Hal ini menunjukkan bahwa model
regresi telah memenuhi asumsi normalitas.
c. Hasul Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah
dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari
55
residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari
residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas. Dalam penelitian ini uji
heteroskedastisitas menggunakan analisis grafik scatterplot dan uji
statistik menggunakan uji Glejser. Berikut hasil uji
heteroskedastisitas menggunakan grafik scatterplot.
Gambar 4. 3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Grafik
Scatterplot
Sumber: Data primer yang diolah, 2016 Berdasarkan gambar 4.3, grafik scatterplot menunjukkan bahwa
data tersebat di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y dan
tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada
model persamaan regresi, sehingga model regresi layak digunakan
untuk memprediksi Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam
Pembuktian Kecurangan. .
4. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel
56
independen. Adapun hasil uji koefisien determinasi untuk variabel
Keahlian Sistem Informasi Auditor dan Kemampuan Auditor
Investigasi, disajikan dalam tabel 4.15 di bawah ini:
Tabel 4. 15 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Sumber: Data primer yang diolah, 2017
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa nilai R Square sebesar 0,677. Hal
ini menandakan bahwa variasi variabel Keahlian Sistem Informasi
Auditor dan Kemampuan Auditor Investigasi mampu menjelaskan
67.7% variasi Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam
Pembuktian Kecurangan. Sedangkan sisanya, yaitu 32,3% dijelaskan
oleh variabel-variabel lain di luar model baik yang berasal dari faktor
internal maupun eksternal seperti Skeptisme professional auditor,
teknik audit, whistleblower (Laras, 2014) dan profesionalisme akuntan
forensic (Mau dan Kingsley, 2015) yang dapat mempengaruhi
Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian Kecurangan.
5. Hasil Uji Hipotesis
a. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen atau terkait.
Tabel berikut ini menyajikan hasil uji statistik F untuk variabel Y,
X1, dan X2
57
Tabel 4. 16 Hasil Uji Statistik F
Sumber: Data primer yang diolah, 2017
Tabel di 4.16 menunjukkan nilai F hitung sebesar 45,026 dengan
tingkat signifikansi 0,000. Karena probabilitas signifikansi jauh lebih
kecil dari 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk
memprediksi Pengaruh Keahlian Sistem Informasi Auditor dan
Kemampuan Auditor Investigasi terhadap Efektivitas Pelaksanaan
Prosedur Audit dalam Pembuktian Kecurangan.
b. Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh
masing-masing variabel independen secara individual terhadap
variabel dependen. Tabel berikut ini menyajikan hasil uji statistik t
dalam penelitian ini:
Tabel 4. 17 Hasil Uji statistic t
Sumber: Data primer yang diolah, 2016
Berdarkan tabel 4.17 dapat dilihat bahwa hanya variabel independen
Kemampuan Auditor Investigasi (X2) yang berpengaruh terhadap
variabel dependen Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam
58
Pembuktian Kecurangan. Sedangkan Keahlian Sistem Informasi
Auditor (X1) tidak berpengaruh terhadap Efektivitas Pelaksanaan
Prosedur Audit dalam Pembuktian Kecurangan. Karena pada hasil
X1 nilai signifkansi yang di dapat senilai 0,865 jauh di atas 0,05.
Hipotesis 1: Keahlian Sistem Informasi Auditor berpengaruh
signifikan terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit
dalam Pembuktian Kecurangan
Hasil pengujian variabel Keahlian Sistem Informasi Auditor
mempunyai nilai sig 0,865 lebih dari 0,005. Hal ini menunjukan
bahwasanya Keahlian Sistem Informasi Auditor tidak berpengaruh
signifikan terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam
Pembuktian Kecurangan, dengan demikian H1 ditolak. Nilai beta
yang dihasilkan bernilai positif 0,039 atau senilai 3,9%.
Tidak berpengaruhnya Keahlian Sistem Informasi Auditor
terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian
Kecurangan mungkin dapat disebabkan karena beberapa faktor
diantaranya latar belakang pendidikan dari responden bukan berasal
dari bidang IT ataupun SI, melainkan berasal dari bidang ekonomi
dan hukum, oleh karena itu keahlian dalam penggunaan sistem
informasi dalam efektivtias pelaksanaan prosedur audit tidak begitu
berpengaruh.
Selain itu penelitian ini juga senada dengan tesis Kimmo (2012)
dari Aalto University Finlandia, yang menyatakan bahwa tidak hanya
dengan teknologi yang baik saja yang mampu meningkatkan kinerja
namun harus diikuti oleh kemampuan individu itu sendiri. Oleh
karena itu dibutuhkannya pelatihan sebelum suatu teknologi
diterapkan merupakan suatu keharusan bagi institusi agar teknologi
tersebut berjalan dengan baik. Sehingga keahlian dalam teknologi
tidak serta merta mengambil peran penting.
59
Akan tetapi penelitian ini sedikit berbeda dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Al-Eqab dan Adel (2013) yang menyatakan
penerapan teknologi informasi berpengaruh signifikan terhadap
efektivitas kerja, yang dalam penelitian tersebut efektivitas kerja
yang dimaksud adalah penerapan sistem informasi akuntansi. Hal ini
berbeda mungkin karena variabel dependen yang digunakan sejalan
dengan variabel independen yakni sama sama tentang teknologi.
Sedangkan peneliti mencoba menggabungkan sistem informasi
auditor dengan pengungkapan kecurangan.
Hipotesis 2: Kemampuan Auditor Investigasi berpengaruh
signifikan terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit
dalam Pembuktian Kecurangan.
Hasil pengujian variabel Kemampuan Auditor Investigasi
mempunyai nilai sig 0,000 kurang dari 0,005. Hal ini menunjukan
bahwasanya Kemampuan Auditor Investigasi memiliki pengaruh
signifikan terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam
Pembuktian Kecurangan, dengan demikian H1 diterima. Nilai beta
yang dihasilkan bernilai positif 0,845 yang artinya Kemampuan
Auditor Investigatif berpengaruh signifikan terhadap Efektivitas
Pelaksanaan Prosedur Audit senilai 84,5%. Arah positif dalam nilai
beta menunjukan bahwa semakin baiknya Kemampuan Auditor
Investigatif maka akan meningkatkan Efektivitas Pelaksanaan
Prosedur Audit dalam Pembuktian Kecurangan.
Adanya pengaruh Kemampuan Auditor Investigasi terhadap
Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian
Kecurangan mungkin dapat disebabkan karena responden yang ada
dalam penelitian ini memang berasal dari divisi Auditor Investigasi
di instansi BPK. Sehingga kemampuan dan pelaksanaan procedural
sudah menjadi kegiatannya sehari – hari. Ditambah dengan latar
belakang dari responden seorang akuntan dan rata – rata berada pada
60
usia matang sehingga kejelian dan kepatuhan terhadap pelaksaan
yang procedural terbilang tinggi
Dengan demikian hasil ini dapat mendukung pendapat
Tuanakotta (2010:349) yang mengemukakan bahwa seorang auditor
yang melaksanakan audit investigatif harus memiliki pengetahuan
dasar, kemampuan teknis, dan sikap mental. Hasil penelitian ini juga
konsisten dengan hasil penelitian dari Zuliha (2008) dan Rika
(2012).
Dari hasil penelitian tersebut jelas bahwasanya faktor
kemampuan dari individu juga menjadi faktor dalam terciptanya
kinerja yang baik. Karena sebaik apapun sistem yang dibangun,
kemampuan individu juga perlu diperhatikan.
Berdasarkan hasil uji t pada tabel 4.17 maka dapat diperoleh
model persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 9,440 + 0,039X1 + 0,845X2 + 7,988
Keterangan :
Y = Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam
Pembuktian Kecurangan
X1 = Keahlian Sistem Informasi Auditor
X2 = Kemampuan Auditor Investigatif
Hipotesis 3: Keahlian Sistem Informasi Auditor dan
Kemampuan Auditor Investigasi berpengaruh signifikan
terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam
Pembuktian Kecurangan.
Dari tabel 4.14 dapat diinterpretasikan bahwa Keahlian Sistem
Informasi Auditor dan Kemampuan Auditor Investigasi memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur
Audit dalam Pembuktian Kecurangan. dengan nilai signifikansi
0,000. Nilai signifikansi tersebt jauh lebih kecil dari 0,05 sehingga
dapat dismpulkan bahwa variabel independen tersebut memiliki
pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen.
61
Keahlian auditor dalam menggunakan sistem informasi ternyata
jika dikolaborasikan dengan kemampuan dasar auditor itu sendiri
ternyata sangat berdampak kepada efektivitas pelakasanaan prosedur
audit guna membuktikan kecurangan. Hal ini dapat terjadi
dimungkinkan karena pada era sekarang sistem yang ada dalam
pemerintah mayoritas sudah menggunakan data berbasis elektronik
(paperless). Sehingga kemamuan auditor itu sendiri juga harus
ditopang dengan kemampuan lain yang pada hal ini adalah sistem
informasi. Terlebih dalam penelitian ini yang menjadi responden
terbilang pada usia-usia matang yang mampu menyesuaikan dengan
perkembangan zaman untuk menggunakan teknologi dalam setia
pekerjaannya
Hal ini senanada dengan penelitian yang dilakukan Hunton et al
(2001) dalam Brazel (2004) menyimpulkan ketika keahlian SIA
meningkat, akan terjadi peningkatan juga pada kinerja auditor dalam
melakukan tugas yang berhubungan dengan SIA. Dengan
meningkatnya kinerja auditor maka meningkat tingkat efektivitas
kerja auditor tersebut.
Pernyataan ini juga diperkuat oleh hasil penelitian Syahfitri
(2014) yang mengatakan terdapat hubungan atau pengaruh yang
sangat kuat antara variabel kinerja pegawai terhadap kualitas
pelayanan public, dan bilamana kita analogikan bahwa setiap
pegawai dengan kinerja yang baik akan memberikan dampak yang
baik kepada organisasi dan siklus kerja dalam organisasi tersebut,
yang dalam hal penelitian ini adalah efektivitas prosedur audit dalam
membuktikan kecurangan.
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesuai dengan tujuan penulisan penelitian ini yaitu untuk mengetahui
pengaruh Keahlian Sistem Informasi Auditor dan Kemampuan Auditor
Investigasi terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam
Pembuktian Kecurangan. Responden penelitian ini berjumlah 43 pegawai
yang bekerja di Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI)
Pusat. Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan hasil pengujian
yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan analisa
regresi berganda, maka peneliti berusaha untuk membuat beberapa
kesimpulan berdasarkan analisis data yang sudah dilakukan pada bab
sebelumnya. Beberapa kesimpulan tersebut antara lain
1. Hasil pengujian variabel Keahlian Sistem Informasi Auditor
menunjukan bahwasanya Keahlian Sistem Informasi Auditor tidak
berpengaruh signifikan terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur
Audit dalam Pembuktian Kecurangan, dengan demikian H1 ditolak.
2. Hasil pengujian variabel Kemampuan Auditor Investigasi menunjukan
bahwasanya Kemampuan Auditor Investigasi memiliki pengaruh
signifikan terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam
Pembuktian Kecurangan, dengan demikian H1 diterima.
3. Diinterpretasikan bahwa Keahlian Sistem Informasi Auditor dan
Kemampuan Auditor Investigasi memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian
Kecurangan. dapat dismpulkan bahwa variabel Keahlian Sistem
Informasi Auditor dan Kemampuan Auditor Investigasi tersebut
memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel Efektivitas
Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian Kecurangan
63
B. Saran
Penelitian mengenai Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam
Pembuktian Kecurangan di masa mendatang diharapkan mampu
memberikan hasil penelitian yang lebih berkualitas, dengan
mempertimbangkan saran di bawah ini:
a) Saran Teoritis
1. Untuk penelitian selanjutnya disarnkan untuk menambahkan
variabel - variabel independen lainnya yang mempengaruhi
efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian
kecurangan, seperti pengalaman kerja auditor dan latar belakang
pendidikan auditor. Selain itu peneliti selanjutnya juga dapat
memodifikasi dengan menggunakan variabel moderasi ataupun
intervening. Karena hingga penelitian ini dibuat peneliti masih
sangat jarang menemukan variabel moderasi dan intervening dalam
meneliti efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian
kecurangan.
2. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk mendapatkan data
berupa wawancara dengan responden agar bisa mendapatkan data
yang lebih nyata dan bisa keluar dari pertanyaan-pertanyaan
kuesioner yang mungkin terlalu sempit atau kurang
menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.
3. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar mengambil refrensi
kueioner pada jurnal – jurnal yang sudah teruji dan terbukti seperti
pada jurnal yang sudah terindeks scopus maupun routers.
b) Saran Praktis
1. Untuk Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah khususnya
prodi akuntansi diharapkan mengadakan sebuah kuliah umum
mengenai efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam
pembuktian kecurangan. karena penting bagi mahasiswa
khususnya untuk jurusan akuntansi bilamana ingin
64
melanjutkan jenjang pendidikan atau karirnya dalam dunia
audit investigasi.
2. Untuk isntansi terkait dan yang sebidang tentang audit
investigasi, sebaiknya perlu diadakan kajian mendalam
mengenai faktor apa saja yang dapat memberikan pengaruh
kepada efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam
pembuktian kecurangan.
65
DAFTAR PUSTAKA
A, D. J. (2008). An Empirical Investigation of the Relevant Skills of Forensic
Accountants. Journal of Education for Business.
Abdolmohammadi, M., & A, W. (1987). An Examiniation of Effect of Experience
and Tax Complexcity on Audit Judgement. Journal of The Accounting
Review, 1-13.
Abdurahmat, F. (2003). Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Rikneka Cipta.
Agoes, S. (2004). Auditing. Jakarta: Salemba Empat.
Al Eqab, M., & Adel. (2013). The Impact of IT Sophistications on The Perceived
Usefulness Of Accounting Information Characteristics among Jordanian
Listed Companies. International Journal of Business and Social Science ,
143-155.
Alvin A, A., Randal J, E., & Beasley, M. (2011). Auditing and Assurance
Services, an Integrated Approach. New Jersey: Prentice-Hall.Inc.
Amin, W. (2001). Internal Auditing (Suatu Pengantar). Jakarta: Harvaindo.
Bologna, J., & Lindquist, R. J. (2013). Fraud auditing and forensic accounting:
new tools and techniques. Universitas Michigan: Wiley.
Brazel, J. F. (2004). The Effect of Computer Assurace Specialists Competence
and Auditor Accounting Information Sytem Expertise on Auditor Planning
Judgement . Drexel University.
Crumbley, D. L., & Nicholas, A. (2002). “Forensic Accounting : A New Growth
Area in Accounting. Ohio CPA Journal, 16.
Fritz, H. (1958). ThePpsychology of Interpersonal Relations. New York: Wiley.
Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS.
Semarang: Penerbit Universitas Diponegoro.
Gondodiyoto, S. (2007). Audit Sistem Informasi + Pendekatan CobIT. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
Hounton, J. E., Wright, A. M., & Wright, S. (2001). Business and Audit Risks
Associated with ERP Systems: Knwoledge Difference Betwen
Information System Audit Specialists and Financial Auditors. European
Conference on Accounting Information System.
66
Indriantoro, N., & Supomo, B. (2002). Metedologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta:
BPFE.
Isworo, N. (2009). Peran Teknologi Infromasi dalam Audit SIstem Informasi
Komputerisasi Akuntansi. Dinamika Informatika, I.
Karyono. (2013). Forensic Fraud. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Lee, M.-H., & Lio, M.-C. (2014). The impact of information and communication
technology on public governance and corruption in China. Information
Development, 1-15.
Listyo, Y. (2005). Profil Koruptor Berdasarkan Tinjauan Basic Human Values.
INTEGRITAS, 1-13.
Messier, W. F. (2003). Auditing & Assurance Services A Systematic Approach.
Prentice Hall, Inc.
Mulyadi. (2002). Auditing. Jakarta: Salemba Empat.
Prabadwipa, M., A, M., & Djumadi. (2014). Pengaruh Kemampuan Kerja dan
Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada Lembaga Penyiaran
Publik TVRI Kalimantan Timur. Administrative Reform, 471 - 482.
Raj, M. D., & Ramaswamy, M. (2007). Full Length Research Paper: Evaluation
of larvicidal activity of the leaf extract of aweed plant, Ageratina
adenophora against two important species of mosquitoes, Aedes aegypti
and Culex quinquefasciatus .
Rika, F. (2012). Pengaruh Kemampuan Auditor Investigatif Terhadap Efektivitas
Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian Kecurangan. Universitas
Pasundan.
Rios-Figueroa, Carmen, B., & Rogelio, J. C. (2013). Does Experience Affect
Auditors’ Professional Judgment? Evidence From Puerto Rico. Accounting
& Taxation, 5.
Sanyoto, G. (2007). Audit Sistem Informasi Pendekatan COBIT. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Sasa, A. A. (2012). Pengaruh Teknologi Informasi Dan Kemampuan Kerja
Pegawai Terhadap Kualitas Pelayanan Masyarakat Pada Dinas Kelautan,
Perikanan, Pertanian Dan Kehutanan (Dkp2k) Kota Batam. CBIS Journal,
2337 – 8794 .
Siagian, P. S. (2002). Kepemimpinan Organisasi dan Perilaku Administrasi.
Jakarta: Gunung Agung.
67
Siti, Z. (2008). Pengaruh Kemampuan Auditor Investigatif Terhadap Efektivitas
Pelaksanaan Prosedur Audit Dalam Pembuktian Kecurangan ( Studi Kasus
Pada Badan Pemeriksa Keuangan Bandung ). Universitas Widyatama.
Soerjono, K. (2002). Auditing Audit Khusus dan Audit Forensik dalam Praktik.
Jakarta: FE UI.
Sofia, W. (2013, March 28). Technological innovations to identify and reduce
corruption. U4 Expert Answer, p. 376.
Stephen, P. R. (2003). Organizational Behaviour, Tenth Edition (Perilaku
Organisasi edisi Sepuluh). Jakarta: PT Macanan Jaya Cemerlang.
Suci, A. P., & Indira, J. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh
Terhadap Audit Judgement. Universtas Diponegoro.
Sunarto. (2003). Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Amus.
Syahfitri, N. H. (2014). Pengaruh Kinerja Pegawai Terhadap Kualitas Pelayanan
Publik di PDAM Tirtanadi Cabang SEI Agul Kota Medan. Universitas
Sumatera Utara.
Theodorus M, T. (2012). Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Jakarta:
Salemba Empat.
Tucker, G. (2001). IT and The Audit. Journal of Accountancy.
Uminah, H. (2014). Eksistensi Akuntansi Forensik dalam penyidikan dan
Pembuktian Tindak Pidana Korupsi. Unnes Law Journal, 3.
Virginia, M. C., & Michael, J. C. (2003). Impact of SAS No.94 on Computer
Audit Techniques. Information System Control Journal, 1.
Vona, L. W. (2008). Fraud Risk Assessment Building A Fraud Audit Program.
New Jersey: Wiley & Sons, Inc.
68
Lampiran
LAMPIRAN 1
SURAT KETERANGAN DARI BPK
69
70
LAMPIRAN 2
KUESIONER PENELITIAN
71
KUESIONER
PENGARUH KEMAMPUAN AUDITOR INVESTIGATIF
DAN KEAHLIAN SISTEM INFORMASI AUDITOR
TERHADAP EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROSEDUR
AUDIT DALAM PEMBUKTIAN KECURANGAN
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
Nomor :.................. (diisi oleh peneliti)
72
Sehubungan dengan tugas akhir saya berjudul “PENGARUH KEMAMPUAN
AUDITOR INVESTIGATIF DAN KEAHLIAN SISTEM INFORMASI AUDITOR TERHADAP
EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROSEDUR AUDIT DALAM PEMBUKTIAN KECURANGAN”,
saya mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk pengisian kuesioner. Kuesioner ini
digunakan sebagai bahan penelitian skripsi saya. Besar harapan saya Bapak/Ibu dapat
memberikan suatu respon yang sebenarnya atas pernyataan/pertanyaan tersebut
IDENTITAS RESPONDEN
Nama : ............................. Jenis Kelamin : Laki – laki Perempuan Usia : < 25 Tahun 41-45 Tahun 25-30 Tahun 46-50 Tahun 31-35 Tahun >50 Tahun 36-40 Tahun
Latarbelakang Pendidikan
: Akuntansi Manajemen Ilmu Ekonomi
Hukum Lainnya..........(sebutkan)
Posisi / Jabatan : ............................. Jumlah Jam Kerja : ............................. (dalam minggu)
Lama Bekerja : ................... Tahun
Status Kepegawaian : Kontrak/Out Source Pegawai Tetap Honorer Lainnya............(sebutkan)
Petunjuk Pengisian Kuesioner
Berilah tanda silang (X) pada pernyataan di bawah ini sesuai dengan penilaian
anda, dimana:
5 = Sangat Setuju (SS) 3 = Netral (N) 1 = Sangat Tidak Setuju
(STS)
73
4 = Setuju (S) 2 = Tidak Setuju (TS)
1. KEMAMPUAN AUDITOR DALAM SISTEM INFORMASI AUDITOR
NO PERNYATAAN SS S N TS STS
1 Dibandingkan dengan auditor lain , saya
menerima pelatihan informal dan formal lebih
banyak yang berhubungan dengan sistem
informasi akuntansi yang kompleks (ex: ERP
systems) semasa kerja saya.
2 Dibandingkan dengan auditor lain, saya
memiliki pengalaman yang lebih saat
melaksanakan audit dengan lingkup SIA yang
kompleks
3 Dibandingkan dengan auditor lain, sebagian
besar dari waktu saya adalah penugasan
auditing pada lingkup SIA yang kompleks.
4 Dibandingkan dengan auditor lain, saya
memulai melakukan audit atas lingkup SIA
yang kompleks semasa awal karir saya.
5 Dibandingkan dengan auditor lain, melakukan
audit atas SIA yang kompleks akan memainkan
peran yang penting pada karir saya dimasa
datang.
6 Dibandingkan dengan auditor lain, saya
memiliki keahlian SIA yang lebih tinggi.
Petunjuk Pengisian Kuesioner
Berilah tanda silang (X) pada pernyataan di bawah ini sesuai dengan penilaian
anda, dimana:
5 = Selalu (S) 3 = Kadang -Kadang (KK) 1 = Tidak Pernah
(TP)
4 = Sering (SR) 2 = Hampir Tidak Pernah (HTP)
2. KEMAMPUAN AUDITOR INVESTIGATIF
74
NO Pernyataan S SR KK HTP TP
1 Dalam melakukan audit investigatif anda
menerapkan Ilmu Auditing.
2 Anda melakukan pemahaman Standar
Operasional Prosedur (SOP).
3 Rekan mengerti setiap perkataan yang anda
katakan pada saat pemeriksaan
4 Memperhatikan teknik-teknik audit
investigasi dalam memperoleh bukti..
5 Anda merahasiakan segala sesuatu yang
berkaitan dengan informasi yang telah
diperoleh.
6 Anda melakukan evaluasi suatu bukti.
7 Anda memahami masalah teknologi informasi
yang berkaitan dengan kasus yang dihadapi
8 Anda memahami tentang cyber crime
9 Anda melakukan penelusuran lebih serius
dengan sikap curiga profesional (professional
skepticisme).
10 Anda melakukan analisis kasus sebelumnya
agar menambah wawasan atas kasus yang
akan datang
11 Jika tidak memiliki pengetahuan yang cukup
terhadap IT, anda menggunakan tenaga ahli
IT.
12 Anda mengetahui tentang hukum (undang-
undang) yang berkaitan dengan kasus yang
ditangani.
13 Anda bersikap independen dalam menghadapi
suatu kasus
14 Setelah melakukan audit investigasi, anda
memperoleh hipotesis pada suatu tahap
penyidikan.
15 Data-data dikumpulkan untuk membuktikan
hipotesis
16 Anda melaksanakan investigasi sesuai standar
yang berlaku umum
17 Anda memiliki sikap tidak mudah
mempercayai setiap pernyataan/jawaban yang
diberikan oleh tersangka setelah menemukan
beberapa bukti yang berkaitan dengan kasus
yang dihadapi.
18 Pada saat investigasi anda memiliki sikap
mental yang bebas dari pengaruh pihak luar
sehingga dapat bersikap tidak memihak dalam
75
NO Pernyataan S SR KK HTP TP
memberikan pendapat.
19 Melakukan evaluasi secara kritis bukti-bukti
audit.
3. EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROSEDUR AUDIT DALAM
PEMBUKTIAN KECURANGAN
NO Pernyataan S SR KK HTP TP
1 Melaksanakan telaahan atas pengendalian
intern
2 Merancang skenario kerugian dari indikasi
korupsi yang terjadi berdasarkan kelemahan
pengendalian intern yang telah teridentifikasi.
3 Program audit yang telah disusun
mempermudah pembagian tugas bagi tim
audit investigasi.
4 Dalam pelaksanaan audit investigasi, dituntut
untuk mengembangkan teknik-tekniknya
secara tepat..
5 Dalam pelaksanaan audit investigasi
dilakukan penelaahan ketentuan/perundang-
undangan yang berlaku
6 Menelaah dokumen yang mendukung
transaksi-transaksi.
7 Kerugian-kerugian keuangan Negara
diungkapkan dalam nilai uang yang dirinci
pertahun berjalan
8 Laporan hasil audit investigasi disusun
dengan tepat waktu
9 Rekomendasi yang anda berikan
dilaksanakan dengan baik oleh penegak
hukum
10 Pihak BPKP melaksanakan pemantauan atas
tindak lanjut rekomendasi yang telah
diberikan kepada penegak hukum.
11 Memperoleh gambaran yang wajar tentang
kecurangan yang terjadi dalam membuat
keputusan yang tepat mengenai tindakan
yang harus diambil
12 Auditor tidak bertanggung jawab terhadap
proses penyelesaian hukum yang dilakukan
selanjutnya oleh penyidik.
13 Memeriksa fisik dengan menghitung berbagai
76
komponen dalam laporan keuangan.
14 Melakukan konfirmasi piutang.
15 Memeriksa dokumen termasuk informasi
yang diolah kemudian disimpan secara
elektronik (digital).
16 Mempunyai gagasan untuk melakukan
review analytical.
17 Meminta informasi baik lisan maupun tertulis
kepada auditee.
18 Menghitung kembali atau reperform
19 Memberikan rekomendasi mengenai
bagaimana mengelola resiko terjadinya
kecurangan dengan tepat.
77
LAMPIRAN 3
JAWABAN KUESIONER
78
KIA 1
KIA 2
KIA 3
KIA 4
KIA 5
KIA 6
Totl X1
2 2 2 2 3 2 13
2 2 2 2 2 1 11
2 3 3 4 4 3 19
3 3 3 4 2 1 16
4 4 3 3 3 3 20
4 4 3 3 3 3 20
4 4 4 4 4 3 23
3 4 4 3 3 4 21
3 3 3 3 3 3 18
2 4 4 2 4 2 18
2 3 3 4 4 3 19
3 3 3 2 4 3 18
3 3 2 2 3 2 15
2 2 2 2 3 2 13
3 3 3 3 3 3 18
3 2 2 2 4 2 15
4 4 3 3 3 3 20
3 2 3 3 3 2 16
4 4 3 3 2 2 18
3 2 3 3 3 3 17
3 3 3 2 2 3 16
2 2 2 2 2 2 12
1 3 2 2 2 2 12
4 4 4 4 4 4 24
4 2 2 2 2 4 16
3 3 3 2 3 3 17
2 3 2 2 3 2 14
3 3 3 3 3 3 18
2 3 2 2 4 2 15
2 2 2 2 4 4 16
3 3 4 3 3 4 20
2 2 2 2 2 2 12
4 2 2 2 2 2 14
3 3 3 3 3 3 18
5 5 3 3 3 3 22
3 3 3 3 3 3 18
3 3 2 2 4 2 16
2 2 2 2 2 2 12
3 3 2 3 4 3 18
79
4 4 3 3 4 3 21
3 3 2 3 3 3 17
2 2 2 2 2 2 12
3 4 3 3 4 4 21
KAI 1 KAI 2 KAI 3 KAI 4 KAI 5 KAI 6 KAI 7 KAI 8 KAI 9 KAI 10 KAI 11 KAI 12 KAI 13 KAI 14 KAI 15 KAI 16 KAI 17 KAI 18 KAI 19 Totl X2
5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 93
3 5 4 5 5 4 4 4 5 3 4 3 5 5 5 5 5 5 5 84
5 5 4 4 4 5 3 3 5 4 4 4 5 1 5 5 5 5 5 81
4 5 3 3 5 5 4 5 3 4 5 4 5 3 5 5 5 4 4 81
4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 74
5 5 3 4 2 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 5 4 81
5 5 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 90
4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 71
5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 5 4 4 5 5 89
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 1 5 5 5 5 5 90
4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 79
5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 93
4 5 4 4 3 5 3 3 4 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 75
4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 70
5 5 4 5 5 5 4 3 5 5 3 4 5 5 5 5 5 5 5 88
5 5 4 5 4 5 3 3 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 82
5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 92
4 5 4 4 4 4 4 3 3 5 3 4 4 4 4 4 3 4 4 74
5 5 4 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 91
3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 5 4 4 4 5 5 3 4 4 72
5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5 4 88
5 5 5 5 5 4 3 3 3 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 85
5 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 83
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 76
4 4 4 4 2 2 4 3 3 2 2 4 4 4 3 3 4 4 4 64
4 5 4 4 4 5 4 3 5 5 4 4 5 4 4 4 4 5 5 82
5 5 4 4 5 5 3 3 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 86
5 5 4 4 5 5 3 3 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 86
4 5 4 4 5 5 3 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 87
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 76
5 5 4 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 90
5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 86
5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 91
3 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 76
5 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 3 4 5 5 89
4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 72
5 5 4 5 5 5 4 4 4 3 3 4 5 1 5 5 4 5 5 81
3 3 3 3 5 4 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 61
5 5 4 4 4 4 4 3 4 5 3 4 5 4 5 4 4 4 5 80
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 94
5 5 4 5 5 5 4 3 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 90
5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 91
5 5 4 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 91
80
EPA 1 EPA 2 EPA 3 EPA 4 EPA 5 EPA 6 EPA 7 EPA 8 EPA 9 EPA 10 EPA 11 EPA 12 EPA 13 EPA 14 EPA 15 EPA 16 EPA 17 EPA 18 EPA 19 Totl Y
5 5 5 5 5 5 5 4 4 1 5 5 5 3 5 5 5 5 5 87
5 4 4 4 5 5 4 4 4 1 4 4 5 4 4 4 5 4 4 78
5 4 5 5 5 5 4 4 4 1 5 2 4 4 4 4 5 5 4 79
3 3 4 3 5 4 5 4 4 3 4 4 4 4 5 5 5 3 3 75
3 4 4 4 4 4 4 4 3 1 4 1 4 4 4 4 4 4 4 68
4 4 5 5 4 5 5 5 4 4 4 3 4 4 4 5 5 4 5 83
5 5 5 5 5 5 5 4 4 3 5 4 5 5 5 5 5 5 5 90
4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 72
4 4 4 4 5 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 76
5 5 5 5 5 5 5 5 1 1 5 1 5 5 5 5 5 5 5 83
4 4 4 4 4 4 4 5 4 1 4 5 4 4 4 4 4 4 4 75
5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 90
5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 76
4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 1 3 4 4 4 4 4 3 69
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 95
5 5 5 5 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 78
4 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 3 88
4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 74
5 5 5 5 5 5 5 4 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 4 91
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 76
4 5 5 5 5 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 75
5 5 5 5 5 5 5 5 4 2 5 5 5 3 5 5 5 5 5 89
4 5 5 5 5 5 4 4 4 2 4 3 4 4 5 5 5 5 5 83
4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 73
3 3 2 3 3 4 4 4 3 1 4 4 3 3 4 4 3 4 4 63
4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 78
3 3 5 3 5 5 3 5 4 1 4 5 3 4 4 5 5 4 3 74
4 4 5 4 5 5 4 5 4 1 4 5 3 4 4 5 5 4 3 78
5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 4 84
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 76
5 4 4 5 5 5 4 5 3 3 5 3 5 5 4 5 5 5 5 85
4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 73
5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 93
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 75
5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 90
4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 69
5 4 5 5 4 4 4 5 5 1 4 4 5 4 5 4 5 5 5 83
3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 61
4 4 4 5 5 5 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 5 5 4 78
5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 4 5 5 4 89
5 5 5 5 5 5 4 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 92
5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 93
4 4 4 4 4 5 5 5 4 2 4 3 5 3 5 5 5 5 4 80
81
X1 X2
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,805 6
Y
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,908 19
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,921 19
82
83