95
PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL WAKTU PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) NASA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) SKRIPSI OLEH TEUKU AGUSSIMAR 08C10407009 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2016

PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL WAKTU ...repository.utu.ac.id/336/1/I-V.pdfPemberian Pupuk Organik Cair (Poc) Nasa Dan Interval Waktu Pemberian Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (

  • Upload
    others

  • View
    19

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

  • PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL WAKTU

    PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) NASA

    TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO

    (Theobroma cacao L.)

    SKRIPSI

    OLEH

    TEUKU AGUSSIMAR 08C10407009

    PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

    FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR

    MEULABOH, ACEH BARAT

    2016

  • PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL WAKTU

    PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) NASA

    TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO

    (Theobroma cacao L.)

    SKRIPSI

    OLEH

    TEUKU AGUSSIMAR 08C10407009

    Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk

    Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada

    Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar

    PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

    FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR

    MEULABOH, ACEH BARAT

    2016

  • LEMBARAN PENGESAHAN

    Judul : Pengaruh Konsentrasi Dan Interval Waktu

    Pemberian Pupuk Organik Cair (Poc) Nasa Dan

    Interval Waktu Pemberian Terhadap

    Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.)

    Nama Mahasiswa : TEUKU AGUSSIMAR

    N I M : 08C10407009

    Program Studi : Agroteknologi

    Menyetujui :

    Komisi Pembimbing

    Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

    Ir. Rusdi Faizin, M.Si NIP. 196308111992031001

    Aboe B.Saidi, S.Hut.,M.Si. NIDN. 01-1606-7003

    Mengetahui,

    Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Prodi Agroteknologi,

    Ir. Rusdi Faizin, M.Si NIP. 196308111992031001

    Iwandika Syah Putra, SP.MP NIP. 198104202015041002

    Tanggal Lulus : 31 maret 2016

  • LEMBARAN PENGESAHAN PENGUJI

    Skripsi/tugas akhir dengan judul :

    Pengaruh Konsentrasi Dan Interval Waktu Pemberian Pupuk Organik Cair (Poc)

    Nasa Dan Interval Waktu Pemberian Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao

    (Theobroma cacao L.)

    Disusun oleh :

    Nama Mahasiswa : TEUKU AGUSSIMAR

    N I M : 08C10407009

    Fakultas : Pertanian

    Program Studi : Agroteknologi

    Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 31 Maret 2016 dan

    dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.

    Susunan Dewan Penguji :

    1. Ir. Rusdi Faizin, M.Si

    Pembimbing I/Ketua Tim Penguji …………………………………………

    2. Aboe B.Saidi, S.Hut.,M.Si

    Pembimbing II …………………………………………

    3. Jekki Irawan, SP.MP

    Penguji Utama …………………………………………

    4. Wira Hadiyanto, SP. M.Si

    Penguji Anggota …………………………………………

    Meulaboh, 31 Maret 2016

    Ketua Prodi Agroteknologi,

    Iwandikasyah Putra, SP.MP

    NIP. 19810420 201504 1 002

  • LEMBARAN PERNYATAAN KEASLIAN

    Saya yang bertanda tangan dibawah ini

    Nama Mahasiswa : TEUKU AGUSSIMAR

    Nomor Induk Mahasiswa : 08C10407009

    Program Studi : Agroteknologi

    Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pengaruh Konsentrasi Dan Interval Waktu

    Pemberian Pupuk Organik Cair (Poc) Nasa Dan Interval Waktu Pemberian Terhadap

    Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.)” benar berdasarkan hasil penelitian,

    pemikiran dan pemaparan asli dari saya sendiri, baik untuk naskah laporan maupun

    kegiatan penelitian yang tercantum sebagai bagian dari skripsi ini. Seluruh ide, atau

    materi dari sumber lain telah dikutip dengan cara penulisan referensi yang sesuai.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari

    terdapat peyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia

    menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena

    skripsi ini dan sanksi lain sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Teuku

    Umar.

    Meulaboh, 31 Maret 2016

    Saya yang membuat pernyataan,

    Teuku Agussimar 08C10407009

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Tanaman kakao (Theobroma cacao L) adalah salah satu family Sterculiceae

    dari genus Theobroma, berasal dari Amazone dan daerah-daerah tropis lainnya di

    Amerika Tengah dan Amerika Selatan (Soenaryo, et al 2005). Di Indonesia

    tanaman kakao didatangkan oleh bangsa Spanyol sekitar abad XV. Pada tahun

    1938 mulai ditanam secara intensif di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Sejalan

    dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi penggunaan kakao

    semakin meningkat baik sebagai bahan makanan maupun sebagai bahan minuman

    (Gunawan, 2007).

    Kakao merupakan salah satu dari sekian banyak tanaman yang mempunyai

    peluang cukup besar bagi perdagangan, baik di dalam maupun di luar negeri. Pada

    tahun 2011, volume ekspor kakao Indonesia mencapai 436,9 ribu ton dengan nilai

    ekspor US$ 1,410 milyar (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2012). Pada tahun

    2013 produksi kakao Indonesia meningkat hingga 750 ribu ton, sehingga naik dari

    peringkat tiga ke peringkat dua menggeser Ghana. Oleh karena itu kakao

    merupakan salah satu komoditas andalan yang penting bagi perekonomian

    nasional (Departemen Pertanian, 2013).

    Di Indonesia tanaman kakao merupakan tanaman perkebunan yang

    memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan merupakan komoditi penting sebagai

    bahan ekspor penghasil devisa Negara setelah gas dan minyak bumi. Tanaman

    kakao ditanam dalam bentuk skala besar, baik perkebunan rakyat, pemerintah

    maupun swasta. Meningkatnya usaha dibidang pembudidayaan kakao ini telah

  • 2

    dapat meningkatkan devisa bagi negara melalui ekspor, juga merupakan tempat

    tersedianya lapangan kerja bagi penduduk dan sumber penghasilan bagi petani

    kakao, khususnya di daerah-daerah sentra produksi untuk mendorong dalam aspek

    kehidupan sosial ekonomi. Pada tahun 1980 pemerintah memberikan perioritas

    terhadap produksi kakao sebagai salah satu mata dagangan yang dikembangkan

    secara cepat (Siregar dan Sarif, 2006).

    Upaya mencapai sasaran pengembangan dan produksi yang diharapkan

    perlu dilakukan pengelolaan kebun yang lebih baik, disamping pemeliharaan dan

    pemilihan bahan tanaman yang sesuai pada areal perluasan. Salah satu penunjang

    untuk mencapai tujuan peningkatan produksi adalah pelaksanaan pembibitan

    dengan sempurna. Karena dengan mengadakan pembibitan yang baik dan

    sempurna akan menghasilkan suatu tanaman yang baik pula (Nasaruddin,2004).

    Dalam rangka meningkatkan produktifitas tanaman kakao maka yang

    harus dilakukan dengan cara memilih benih, persemaian, pemeliharaan,

    pemindahan kecambah ke dalam polibag, dan seleksi bibit. Benih yang baik

    berasal dari pohon berbuah lebat (berumur 7 – 10 tahun), dan bagian tengah buah

    yang telah masak. Sebelum disemaikan biji dibersihkan dari daging buah, dan

    dicuci, ciri-ciri biji yang memenuhi syarat yaitu; tidak berwarna ungu, tidak

    terlalu gepeng, berisi penuh/tidak hampa, harus utuh dan tidak pecah atau luka

    (Goenadi, 2005).

    Salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil pembibitan

    tanaman kakao yang baik adalah dengan melakukan pembibitan yang baik dan

    pemberian pupuk yang sesuai dengan kebutuhan pembibitan tanaman kakao.

  • 3

    Pemupukan salah satu teknologi yang digunakan untuk menambah unsur hara

    bagi tanaman agar diperoleh pertumbuhan dan hasil tanaman yang baik

    ( Harjadi, 2006)

    Hal ini disebabkan pemupukan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan

    dan produksi tanaman kakao. Salah satu ketersediaan unsur hara dalam tanah dan

    pada tanaman dapat dilakukan dengan cara pemupukan. Pemupukan dapat

    dilakukan melalui tanah dan daun, salah satu pupuk yang beredar dipasaran

    antara lain POC Nasa yang sebagai sumber hara bagi tanaman dengan anjuran 1-2

    cc/l air dengan interval pemberian 7-14 hari setelah tanam (Lingga dan Massono,

    2001).

    Pupuk organik cair yang digunakan dalam penelitian ini adalah POC Nasa

    yang merupakan pupuk organik lengkap. POC Nasa digunakan dengan cara

    disemprotkan pada bagian tanaman seperti, bagian bawah daun, permukaan daun,

    ranting, dan batang tanaman hingga cukup basah (merata). organik POC Nasa

    dapat memenuhi nutrisi pada tanaman antara lain : Unsur Hara Makro dan Mikro,

    Zat Pengatur Tumbuh serta Mikro Organisme tanah. Pupuk POC Nasa sangat

    cocok untuk berbagai jenis tanaman seperti, sayuran, Buah-buahan, tanaman hias,

    padi, palawija, dan lain-lain dalam membantu proses potosintesis tanaman,

    sehingga dalam proses pematangan buah sempurna (Anonymous, 2010).

    Pupuk adalah sumber makanan tanaman, nutrisi, hara dan menyediakan

    bahan baku yang diperlukan tanaman dalam jumlah dan komposisi yang

    proporsional sesuai dengan kebutuhan tanaman pada waktu yang tepat.

    Berdasarkan defenisi memupuk tersebut diatas, bisa kita simpulkan bahwa dalam

  • 4

    meberikan bahan baku ke tanaman kita harus memperhatikan jumlah, komposisi

    bahan baku yang proporsional dan saat pemberiannya juga harus diperhatikan

    waktu yang tepat sesuai kebutuhan tanaman pada fase yang benar (vegetatif atau

    generatif).

    Pemberian pupuk harus dilakukan secara tepat dan sesuai konsentrasi

    yang dianjurkan, karena pemberian pupuk yang berlebihan akan menyebabkan

    keracunan pada tanaman, apabila proses memupuk ini tidak sesuai dengan

    defenisi tersebut, maka hasil yang diperoleh juga tidak optimal (Lingga, 1999).

    Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam prinsip pengaplikasian

    pupuk melalui daun adalah konsentrasi dan waktu pemberian. Menurut Lingga

    (1999), pemberian unsur hara melalui daun, dengan kosentrasi yang tepat akan

    menentukan manfaat dari unsur tersebut. Apabila konsentrasi kurang atau

    berlebihan dari konsentrasi anjuran maka pertumbuhan bibit kemungkinan akan

    semakin buruk. Demikian juga dengan waktu pemberian apabila pemberian unsur

    hara daun dengan interval yang terlalu sering dapat menyebabkan phytotoxisitas

    disamping dapat menyebabkan pemborosan dan pada akhirnya pertumbuhan bibit

    menjadi tidak sempurna (abnormal).

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair

    melalui daun memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik

    dibandingkan dengan pemberian melalui tanah. Semakin tinggi dosis pupuk yang

    diberikan maka kandungan unsur hara yang diterima oleh tanaman akan semakin

    tinggi, begitu juga dengan semakin seringnya frekuensi aplikasi pupuk daun yang

    dilakukan pada tanaman, maka kandungan unsur hara juga semakin tinggi.

  • 5

    Namun, pemberian dengan dosis yang berlebihan justru akan mengakibatkan

    timbulnya gejala kelayuan pada tanaman (Hasibuan, 2010).

    Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian, apakah

    kosentrasi POC Nasa dan Interval Waktu pemberian pupuk berpengaruh terhadap

    pertumbuhan bibit kakao.

    1.2. Tujuan penelitian

    Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kosentrasi pupuk daun

    POC Nasa dan Interval Waktu pemberian terhadap pertumbuhan bibit kakao,

    serta nyata tidaknya interaksi antara kedua faktor tersebut.

    1.3. Hipotesis

    1. Kosentrasi POC Nasa berpengaruh terhadap pertumbuhan pembibitan

    tanaman kakao.

    2. Interval waktu pemberian berpengaruh terhadap pertumbuhan pembibitan

    tanaman kakao.

    3. Terdapat interaksi antara kosentrasi POC Nasa dan interval waktu pemberian

    terhadap pertumbuhan dan hasil pembibitan tanaman kakao.

  • 6

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Botani Tanaman Kakao

    Menurut Tjitrosoepomo (1988), botani tanaman Kakao adalah sebagai

    berikut.

    Divisi : Spermatophyta

    Anak Divisi : Angiospermae

    Kelas : Dicotyliledoneae

    Anak Kelas : Dialypetalae

    Bangsa : Marvales

    Suku : Sterculiaceae

    Marga : Theobroma

    Jenis : Theobroma cacao L.

    2.2. Marfologi Tanaman Kakao

    1. Akar

    Akar kakao adalah akar tunggang. Pertumbuhan akar bisa sampai 8 meter

    kearah samping dan 15 kearah bawah. Kakao yang diperbanyak secara vegetative

    pada awal pertumbuhannya tidak menumbuhkan akar tunggang, melainkan akar-

    akar serabut yang banyak jumlahnya. Setelah dewasa tanaman tersebut akan

    menumbuhkan dua akar yang menyerupai akar tunggang (Nassaruddin, 2004).

    Sistem perakaran kakao sangat berbeda tergantung dari keadaan tanah

    tempat tanaman tumbuh. Pada tanah-tanah yang permukaan air tanahnya dalam

    terutama pada lereng-lereng gunung, akar tunggang tumbuh panjang dan akar-

    akar lateral menembus sangat jauh kedalam tanah. Sebaliknya pada tanah yang

  • 7

    permukaan air tanahnya tinggi, akar tunggang tumbuh tidak begitu dalam dan akar

    lateral berkembang dekat permukaan tanah (Nasaruddin, 2004).

    2. Batang dan Cabang

    Diawal pertumbuhannya tanaman kakao yang diperbanyak dengan biji

    akan membentuk batang utama sebelum tumbuh cabang-cabang primer. Letak

    pertumbuhan cabang-cabang primer disebut jorquette, dengan ketinggian yang

    ideal 1,2 – 1,5 meter dari permukaan tanah dan jorquette ini tidak terdapat pada

    kakao yang diperbanyak secara vegetatif. Ditinjau dari segi pertumbuhannya,

    cabang-cabang pada tanaman kakao tumbuh kearah atas dan samping. Cabang

    yang tumbuh kearah atas disebut cabang Orthotrop dan cabang yang tumbuh

    kearah samping disebut dengan Plagiotrop. Dari batang dan kedua jenis cabang

    tersebut sering ditumbuhi tunas-tunas air (Chupon) yang banyak menyerap energi,

    sehingga bila dibiarkan tumbuh akan mengurangi pembungaan dan pembuahan.

    (Siregar, 2006 ).

    3. Daun

    Salah satu sifat khusus daun kakao yaitu adanya dua persendian

    (articulation) yang terletak di pangkal dan ujung tangkai daun. Dengan

    persendian ini dilaporkan daun mampu membuat gerakan untuk menyesuaikan

    dengan arah datangnya sinar matahari. Bentuk helai daun bulat memanjang

    (oblongus) ujung daun meruncing (acuminatus) dan pangkal daun runcing

    (acutus). Susunan daun tulang menyirip dan tulang daun menonjol ke

    permukaan bawah helai daun. Tepi daun rata, daging daun tipis tetapi kuat

    seperti perkamen. Warna daun dewasa hijau tua bergantung pada kultivarnya,

  • 8

    panjang daun dewasa 30 cm dan lebarnya 10 cm, permukaan daun licin dan

    mengkilap, (Siregar, 2006 ).

    4. Bunga

    Bunga kakao tergolong bunga sempurna, terdiri atas daun kelopak (Calyx)

    sebanyak 5 helai dan benang sari ( Androecium) berjumlah 10 helai. Diameter

    bunga 1,5 centimeter. Bunga disangga oleh tangkai bunga yang panjangnya 2 – 4

    centimeter. Tanaman kakao dalam keadaan normal dapat menghasilkan bunga

    sebanyak 6000 – 10.000 pertahun tetapi hanya sekitar lima persen yang dapat

    menjadi buah (Siregar, 2006 ).

    5. Buah dan Biji

    Warna kulit biji basah coklat kekuningan dengan alur pada kulit biji tegas,

    jumlah alur pada kulit biji rata-rata 15,4. Jumlah biji per buah 30 – 35. Berat biji

    basah tanpa pulp rata-rata 2,54 gram. Warna kotiledon biji dominan putih tetapi

    terdapat beberapa biji ungu muda (Satriono, 2009).

    2.3. Syarat Tumbuh Kakao

    1. Tanah

    Tanah merupakan komponen hidup dari tanaman yang sangat penting

    dalam kehidupan tanaman, fungsi tanah yang utama adalah memberikan unsur

    hara, baik unsur bagai medium pertukaran maupun sebagai tempat memberikan

    air, juga sebagai tempat berpegang dan betopang untuk tumbuh tegak tanaman.

    Tanaman kakao untuk tumbuhanya memerlukan kondisi tanah yang mempunyai

    kandungan bahan organ yang cukup, lapisan olah yang dalam untuk membantu

    pertumbuhan akar, sifat fisik yang baik seperti struktur tanah yang gembur juga

  • 9

    sistem dreinase yang baik, pH tanah yang ideal berkisar antara 6 – 7

    (Hardjowigeno, 2007).

    Sifat-sifat tanah yang memengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman

    adalah sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Sifat kimia tanah meliputi kadar unsur

    hara mikro dan makro tanah, kejenuhan basa, kapasitas pertukaran kation, PH

    atau keasaman tanah, dan kadar bahan organik relatif mudah diperbaiki

    dengan teknologi yang ada. Sementara itu, sifat tanah yang meliputi

    tekstur, struktur, konsistensi, kedalaman efektif tanah (slum), dan akumulasi

    endapan suatu (konkresi) relatif sulit diperbaiki meskipun teknologi perbaikannya

    telah ada (Soetanto,2001).

    2. Iklim

    Lingkungan yang sesuai untuk tanaman kakao dapat tumbuh pada garis

    lintang 10o

    LS sampai 10o LU, pada ketinggian 0 s/d 600 meter dari permukaan

    laut. Curah hujan yang dikehendaki adalah 1500 s/d 2500 mm/tahun dengan

    bulan kering kurang dari tiga bulan (

  • 10

    POC Nasa berfunsi multiguna yaitu selain terutama dipergunakan untuk semua

    jenis tanaman pangan (padi,palawijadll) horti (Sayuran,buah,bunga) dan tahunan

    (Coklat,kelapa sawit) juga untuk ternak/unggas dan ikan/udang. Kandungan unsur

    hara mikro dalam 1 liter POC Nasa mempunyai fungsi setara dengan kandungan

    unsur hara mikro 1 ton pupuk kandang. Kandungan yang dimiliki POC Nasa

    berangsur-angsur akan memperbaiki konsistensi (kegemburan) tanah yang keras

    serta melarutkan SP-36 dengan cepat. Kandungan Hormon/Zat pangatur tumbuh

    (Auxin, Gibrerelin dan Sitokinin) akan mempercepat perkecambahan biji,

    pertumbuhan akar, perbanyak umbi, fase vegetatif/pertumbuhan tanaman serta

    memperbanyak dan mengurangi kerontokan bunga dan buah. Aroma khas POC

    Nasa akan mengurangi serangan hama (insek). POC Nasa akan memacu

    perbanyakan senyawa untuk meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan

    penyakit. Jika serangan hama penyakit melebihi ambang batas pestisida tetap

    digunakan secara bijaksana POC Nasa hanya mengurangi serangan hama penyakit

    bukan untuk menghilangkan sama sekali (Anonymus, 2010).

    Pupuk organik cair yang digunakan dalam penelitian ini adalah POC Nasa

    yang merupakan pupuk organik lengkap. POC Nasa digunakan dengan cara

    disemprotkan pada bagian tanaman seperti, bagian bawah daun, permukaan daun,

    ranting, dan batang tanaman hingga cukup basah (merata). Kandungan unsur hara

    dalam pupuk organik cair POC Nasa adalah N, P2O5, K2O ± 0,18 %, C organik

    lebih dari 4 % zn 41,04 ppm, Cu 8,43 ppm, Mn 2,42 ppm, Co 2,54 ppm, Fe 0,45

    ppm, S 0,12 %, Ca 60,40 ppm, Mg 16,88 ppm, Cl 0,29 %, Na 0,15 %, B 60,84

    ppm, Si 0,01 %, Al 6,38 ppm, NaCl 0.98 %, Se 0,11 ppm, Cr < 0,06 ppm, Mo <

    0,2 ppm, V

  • 11

    Protein 0,72 %, Pupuk organik cair (POC) Nasa adalah pupuk organik cair hasil

    penemuan yang luar biasa dalam dunia pertanian. Berdasarkan penelitian pupuk

    organik POC Nasa dapat memenuhi nutrisi pada tanaman antara lain : Unsur Hara

    Makro dan Mikro, Zat Pengatur Tumbuh serta Mikro Organisme tanah. Pupuk

    POC Nasa sangat cocok untuk berbagai jenis tanaman seperti, sayuran, Buah-

    buahan, tanaman hias, padi, palawija, dan lain-lain dalam membantu proses

    potosintesis tanaman, sehingga dalam proses pematangan buah sempurna.

    Dosis yang dianjurkan dalam pengaplikasian POC Nasa pada tanaman

    buah-buahan dan perkebunan adalah 1-2 cc/liter air, dengan interval waktu

    pemberian 2-4 minggu sekali. Dosis ini diambil dari lebel pada kemasan POC

    Nasa tersebut.

    Manfaat dan keunggulan POC Nasa adalah :

    1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman serta kelestarian

    lingkungan/tanah.

    2) Menggemburkan tanah yang dulunya keras

    3) Melarutkan sisa-sisa pupuk kimia dalam tanah, sehingga dapat

    dimanfaatkan oleh tanaman

    4) Memberikan semua jenis unsur makro dan unsur mikro lengkap bagi

    tanaman

    5) Dapat mengurangi jumlah penggunaan Urea, Sp-36, dan KCl ± 12,5 %, -

    25 %.

    6) Setiap 1 liter POC Nasa memiliki fungsi unsur hara mikro setara dengan 1

    ton pupuk kandang

  • 12

    7) Memacu pertumbuhan tanaman, merangsang pembungaan dan pembuahan

    serta mengurangi kerontokan bunga dan buah

    8) Membantu perkembangan mikroorganisme tanah yang bermanfaat bagi

    tanaman

    9) Membantu mengurangi tingkat serangan hama dan penyakit tanaman

    2.5. Peran Unsur Hara pada Tanaman

    2.5.1. Peran Unsur N (Nitrogen)

    Peranan unsur nitrogen (N) bagi tanaman guna untuk merangsang

    pertumbuhan tanaman secara keseluruhan dan juga berfungsi untuk sintesa asam

    amino dan protein dalam tanaman selain itu juga merangsang pertumbuhan

    vegetatif serta merupakan pembentukan klorofil yang mempengaruhi zat hijau

    daun. Jenis pupuk ini didominasi oleh unsur nitrogen (N), yang disuplai oleh urea

    NH4 dan CO2 adanya unsur lain yang terdapat didalamnya lebih bersifat sebagai

    pengikat (Denidi, 2007).

    Sutanto (2002) menyatakan unsur hara N berfungsi untuk sintesa asam

    amino dan protein dalam tanaman serta merangsang pertumbuhan vegetatif

    (warna hijau daun, panjang daun, lebar daun) dan pertumbuhan vegetatif batang

    (tinggi dan ukuran batang). Tanaman yang kekurangan unsur N. Gejalanya :

    pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun sempit, pendek dan

    tegak, daun-daun tua cepat menguning dan mati.

    2.5.2. Peran Unsur Phospat (P)

    Peran Unsur Phospat berfungsi untuk pengangkutan energi hasil

    metabolisme dalam tanaman dan juga merangsang pembungaan dan pembuahan.

  • 13

    Selain itu juga merangsang pertumbuhan akar, pembentukan biji, pembelahan sel

    tanaman dan memperbesar jaringan sel. (Anonymous, 2010).

    Phospat merupakan hara tanaman esensial dan diambil oleh tanaman

    dalam bentuk ion anorganik : H2PO4 dan HPO4-2

    . Phospat diperlukan dalam

    perkembangan akar, untuk mempertahankan vigor tanaman, untuk pembentukan

    benih, dan pengontrolan kematangan tanaman. Phospat juga merupakan

    komponen esensial yang bersama-sama memerankan bagian penting dalam

    fotosintesis dan penyerapan ion serta sebagai transportasi dalam tanaman. Phospat

    juga merupakan bagian esensial dari asam nukleat. (Denidi, 2007).

    2.5.3. Peran Unsur Kalium (K)

    Peran Unsur kalium (K) Berfungsi dalam proses fotosintesa, pengangkutan

    hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air yang disuplai oleh KCl atau

    kalium sulfat (KNO3). Kalium juga meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman

    terhadap penyakit (Denidi, 2007).

    Sutanto (2002) menyatakan bahwa unsur hara Kalium berfungsi dalam

    pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air. Meningkatkan

    daya tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit tanaman yang kekurangan

    unsur K. Gejalanya : batang dan daun menjadi lemas/rebah, daun berwarna hijau

    gelap kebiruan tidak hijau segar dan sehat, ujung daun menguning dan kering,

    timbul bercak coklat pada pucuk daun.

    2.6. Mekanisme Penyerapan Unsur Hara

    2.6.1. Penyerapan Melalui Akar

    Tanaman menyerap unsur hara dari dalam tanah umumnya dalam bentuk

    ion yang diabsorbsi oleh akar. Gerakan unsur hara di dalam tanah menuju

  • 14

    permukaan akar bersama-sama gerakan masa air. Gerakan air dalam tanah menuju

    ke permukaan akar tanaman berlangsung terus menerus karena air terus di serap

    oleh tanaman dan menguap melalui proses transpirasi (Hardjowigeno, 2007).

    Difusi, tanaman menyerap ion dari sekitar bulu-bulu akar sehingga kadar

    air disekitar akar rendah. Terjadinya perpindahan ion disebabkan kosentrasi ion

    disekitar bulu akar rendah kerena terus diserap oleh akar yang terus ke daun dan

    bagian tanaman lainnya. Pupuk yang diberikan lewat tanah tidak semuanya

    diserap oleh akar tanaman karena sebagian difiksasi oleh tanah misalnya unsure P

    difiksasi oleh Al, Fe atau Ca dan unsur K difiksasi oleh mineral liat dan

    sebagainya tercuci bersama air atau tererosi bersama butir-butir tanah (Hakim et.

    al., 1986).

    2.6.2. Penyerapan Hara Melalui Daun

    Penyerapan unsur hara lewat daun umumnya melalui stomata dan

    dikhususkan pada unsur-unsur hara makro yang berwujud gas, seperti C, O, N,

    dan S. Pada tanaman stomata merupakan tempat pertukaran gas CO2 dan O2

    dengan atmosfer. Hara tanaman dalam bentuk gas seperti SO2, NH3, dan NO2

    dapat masuk lewat dun terutama lewat stomata (Harjadi, 2006).

    Unsur hara yang masuk ke dalam tanaman kerena adanya proses difusi dan

    osmosis melalui lubang stomata. Proses membuka dan menutupnya stomata di

    atur oleh turgor dan mekanisme absorbsi unsur hara dimulai dengan proses

    difusimelalui stomata dengan bantuan kultikula. Sedangkan protoplasma akan

    membantu transportasi secara pasif kesemua tubuh tanaman (Dwijosapoetro,

    1995).

  • 15

    2.7. Interval Waktu Pemberian

    Pemupukan secara intensif merupakan salah satu kunci untuk

    meningkatkan hasil tanaman. Tetapi, bukan berarti pemupukan harus dilakukan

    secara berlebihan. Sebab dengan pemupukan yang berlebihan hasil yang diperoleh

    akan menjadi sebalinya (Hardjadi, 2006).

    Pengambilan unsur hara selama pertumbuhan tanaman tidaklah sama

    banyaknya, tergantung pada tingkat pertumbuhan tanaman itu. Ada waktu yang

    tumbuhnya tanaman sangat giat dan cepat sehingga pertukaran zatnya pun

    intensif, pada masa tersebut tanaman akan banyak mengambil unsure hara

    makanan (Suriatna, 1992).

    Keberhasilan bercocok tanam dipengaruhi oleh banyak factor. Salah

    satunya adalah pemupukan, baik cara, dosis maupun waktu pemberiannya

    (Prihmantoro, 2000).

    Penempatan pupuk yang tepat dan saat pemberian merupakan factor yang

    penting dalam pemupukan. Tanggapan tanaman, penghindaran kerusakan dan

    pemberian yang ekonomis harus diperhatikan. Agar efektif, pupuk harus diberikan

    di tempat dan saat tanaman memerlukannya (Hardjadi, 2006)

    Prihmantoro (2000) menyatakan bahwa satu hal yang perlu diperhatikan

    dalam pemupukan adalah frekuensi dan dosis yang diberikan harus sesuai dengan

    aturan atau rekomendasi yang diberikan pada label atau perhitungan yang

    disesuaikan dengan kondisi tanah dan fase pertumbuhan tanaman,

    Sebelum pupuk daun diaplikasikan, sebelumnya harus diencerkan dengan

    konsentrasi tertentu sesuai dosis yang dianjurkan untuk tanaman (Lingga dan

    Marsono, 2001).

  • 16

    Pemberian pupuk dengan dosis yang semakin tinggi mengakibatkan

    penimbunan unsure hara yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi

    tanaman. Setiap penambahan tiap pupuk menghasilkan peningkatan hasil panen

    yang secara progresif makin mengecil yang akhirnya mencapai suatu asimtop

    (Gardner, dkk. 1991).

  • 17

    III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

    3.1. Tempat Dan Waktu Penilitian

    Penilitian dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas

    Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat, mulai dari tanggal 3 Oktober 2015 sampai

    dengan tanggal 12 Januari 2016.

    3.2. Bahan dan Alat Penelitian

    1. Bahan

    Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

    a. Benih Kakao

    Benih yang digunakan dalam penelitian adalah benih kakao varietas lokal

    yang berasal di Desa Pulo Ie, Kecamatan Kuala, Kabupaten Nagan Raya.

    b. Tanah

    Tanah yang digunakan sebagai tempat media tanam adalah tanah mineral (top

    soil) yang diambil di Desa Pasi Jambu, Kecamatan Kaway XVI, Kabupaten

    Aceh Barat.

    c. Polybag.

    Polybag yang digunakan adalah ukuran 10 x 20 cm berwarna hitam.

    d. Pupuk POC Nasa

    Pupuk organik cair (POC) Nasa yang akan digunakan dalam penilitian ini

    adalah POC Nasa, pupuk ini diperoleh dari Toko Pertanian Meulaboh.

    e. Pengendalian Hama dan Penyakit

  • 18

    Pengendalian hama dan penyakit akan dilakukan apabila bibit tanaman

    terditeksi serangan maka digunakan bahan pestisida Sevin 85 SP dan Dithane

    M-45

    2. Alat-alat

    Alat yang digunakan dalam melakukan penelitian antara lain : parang,

    cangkul, hand spayer, meteran (alat ukur), timbangan, gunting, pisau, gergaji,

    paku, caliper, palu, ajir, tali nilon, paranet, tiang kayu, papan nama dan alat tulis

    menulis.

    3.3. Rancangan Percobaan

    Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) pola

    factorial 3 x 3 dengan 3 ulangan, setiap kombinasi perlakuan terdapat 3 tanaman.

    Dengan demikian dalam penelitian ini terdapat 3 x 3 x 3 = 27 unit, dimana

    masing-masing unit terdiri dari 3 jumlah sampel tanaman.

    Faktor yang diteliti adalah pengaruh kosentrasi pupuk organik cair Nasa

    (N) dan interval waktu pemberian (I). Faktor kosentrasi POC Nasa (N) terdiri

    dari 3 taraf yaitu :

    N1 = 1 cc l-1

    air

    N2 = 2 cc l-1

    air

    N3 = 3 cc l-1

    air

    Faktor Interval Waktu pemberian (I) yang terdiri dari 3 taraf yaitu :

    I1 = 7 hari sekali

    I2 = 14 hari sekali

    I3 = 21 hari sekali

  • 19

    Sedangkan susunan kombinasi perlakuan antara perbandingan konsentrasi

    POC Nasa dan Interval Waktu pemberian dapat dilihat pada tabel 1.

    Table 1. Susunan kombinasi perlakuan antara konsentrasi POC Nasa dan interval

    waktu pemberian.

    No Kombinasi

    Perlakuan

    Perlakuan

    Konsentrasi Pupuk

    Organik Cair (POC) Nasa

    (cc l-1

    air))

    Interval Waktu

    Pemberian

    (hari sekali)

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    N1 I1

    N1 I2

    N1 I3

    N2 I1

    N2 I2

    N2 I3

    N3 I1

    N3 I2

    N3 I3

    1

    1

    1

    2

    2

    2

    3

    3

    3

    7

    7

    7

    14

    14

    14

    21

    21

    21

    Model persamaan matematis yang akan digunakan adalah :

    Yijk = µ + βi + Nj+ Ik + (NI)jk + εijk

    Keterangan :

    Yijk = Nilai pengamatan untuk POC Nasa taraf ke-j, Interval waktu

    pemberian ke-k dan ulangan ke-i.

    µ = Nilai tengah umum

    βi = Pengaruh ulangan ke-I (i = 1, 2 dan 3)

    Nj = Pengaruh konsentrasi POC Nasa ke-k (k =1, 2 dan 3)

    Ik = Pengaruh Interval waktu pemberian ke-j (j = 1, 2 dan 3)

  • 20

    (NI)jk = Pengaruh interaksi taraf POC Nasa ke-j, taraf interval waktu

    pemberian ke-k

    εijk = Galat percobaan untuk ulangan ke-I, faktor media tanam taraf

    ke-j dan faktor dosis pupuk daun taraf ke-k.

    Apabila uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka akan dilanjutkan

    dengan uji lanjut yaitu uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%, dengan

    persamaan sebagai berikut :

    BNT =

    Dimana :

    BNT = beda nyata terkecil pada taraf 5%.

    t;dbg0,05 = Nilai baku t pada taraf 5%; ( jumlah perlakuan p dan derajat

    bebas galat).

    KTg = Kuadrat Tengah galat

    r = Jumlah Ulangan

    3.4. Pelaksanaan Penelitian

    1. Persiapan lahan

    Lahan dibersihkan dari rumput, gulma, dan sisa-sisa tanaman lain hingga

    bersih.

    2. Tanah lapisan atas (top soil) dibersihkan dari rumput dan sampah, kemudian

    dikeringkan terlebih dahulu lalu diayak. Selanjutnya tanah dicampur dengan

    pupuk kandang perbandingan 3 : 1, lalu diaduk secara merata kemudian

    diisikan dalam polybag masing-masing sebanyak 5 kg tanah. Setelah kantong

  • 21

    plastik tersebut terisi tanah, kemudian disusun sesuai dengan bagan percobaan.

    Dalam setiap satuan percobaan digunakan tiga polybag.

    3. Pembuatan Naungan

    Naungan di buat dari paranet sebagai peneduh, serta tiang kayu sebagai

    penyangga dengan ketinggian 2 meter, panjang 10 meter dan lebar 4 meter.

    Naungan dibuat menghadap ke bahagian Timur dengan tinggi bahagian depan

    200 cm dan tinggi bahagian belakang 150 cm

    4. Penyemaian

    Benih diambil 2/3 bagian dari panjang buah dibagian tengah, kemudian

    digosok dengan abu sekam sampai pulp hilang semua kemudian dicuci dengan

    air. Benih ditanam tegak pada tempat pesemaian dengan calon akar disebelah

    bawah. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari.

    5. Pemindahan Kecambah ke Polybag

    Pemindahan kecambah ke polybag dilakukan sebelum kotiledon membuka.

    Sebelum kecambah dipindahkan ke polybag terlebih dahulu tanah dalam

    polybag disiram dengan air bersih hingga mendekati kapasitas lapang.

    Kecambah yang dipindahkan telah berumur 15 hari dan memiliki radikula

    1 cm.

    6. Aplikasi POC Nasa.

    Aplikasi POC dilakukan sesuai dengan dosis perlakuan yang dicobakan,

    aplikasi pertama dilakukan pada umur 10 HST dan diulang dengan interval

    waktu pemberian sesuai dengan perlakuan yang dicobakan, yaitu 7, 14 dan 21

    hari sekali..

  • 22

    7. Pemberian Pupuk Dasar

    Pupuk dasar diberikan 7 hari sebelum tanam. Pupuk dasar yang diberikan

    adalah Urea, SP-36 16,8, dan KCl. Pupuk dasar ditebar pada permukaan

    polybag, lalu diaduk agar tercampur rata dengan tanah.

    8. Pemeliharaan

    Dalam pemeliharaan yang perlu dilakukan adalah penyiraman, penyulaman

    dan pengendalian hama penyakit. Penyiraman dilakukan pada sore hari

    menurut keadaan cuaca setempat, penyulaman dilakukan pada umur tanaman

    7 hari setelah tanam, untuk menghindari gulma sebagai pengganggu tanaman

    dengan melakukan pembersihan. Untuk menjaga kemungkinan serangan

    hama dan penyakit maka bibit disemprot dengan Sevin 85 SP dan Dithane M-

    45 dengan konsentrasi 2 g/l air.

    3.5. Pengamatan

    Adapun pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain:

    1. Tinggi Bibit (cm)

    Tinggi bibit diukur pada umur 30, 60 dan 90 hari setelah tanam. Pengukuran dimulai

    dari pangkal batang yang sudah diberi tanda sampai ke titik tumbuh tertinggi.

    2. Diameter Pangkal Batang (mm)

    Diameter pangkal batang diukur pada umur 30, 60 dan 90 hari setelah tanam. Diukur

    dari pangkal batang yang telah diberi tanda.

  • 23

    3. Luas daun bibit (cm2)

    Pengukuran daun tanaman kakao diukur pada umur 60 dan 90 HST. Cara

    pengukuran dengan mengukur panjang (cm) x lebar (cm).

    4. Jumlah Daun (helai)

    Jumlah daun dihitung pada umur 60 dan 90 hari setelah tanam dengan

    menghitung semua daun yang tumbuh.

    5 Berat Berangkasan Basah (g)

    Berat berangkasan basah diamati pada umur 90 hari setelah tanam. Tanaman

    dibersihkan dari media dengan penyemprotan air, supaya akar-akarnya tidak

    ada yang putus. Setelah ditiriskan lalu ditimbang.

  • 24

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Hasil Penelitian

    4.1. 1. Pengaruh Konsentrasi POC Nasa

    Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 24)

    menunjukkan bahwa konsentrasi POC Nasa berpengaruh sangat nyata terhadap

    tinggi bibit, diameter pangkal batang, jumlah daun bibit kakao umur 60 dan 90

    hari setelah tanam (HST), luas daun pada umur 30, 60 dan 90 HST dan berat

    berangkasan basah pada umur 90 HST. Berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit

    kakao pada umur 30 HST. Berpengaruh tidak nyata terhadap diameter pangkal

    batang pada umur 30 HST,

    4.1.1. 1. Tinggi Tanaman (cm)

    Rata-rata tinggi bibit kakao pada berbagai konsentrasi POC Nasa pada

    umur 30,60 dan 90 HST setelah diuji BNT0,05 disajikan pada Tabel 2.

    Tabel 2. Rata-rata tinggi bibit kakao pada berbagai konsentrasi POC Nasa umur

    30, 60 dan 90 HST.

    Konsentrasi

    POC Nasa Tinggi Tanaman (cm)

    Simbol (cc l-1

    air) 30 HST 60 HST 90 HST

    N1

    N2 N3

    1,0

    2,0

    3,0

    25.88 a

    27.67 b

    26.59 ab

    30.69 a

    32.91 b

    32.63 b

    35.77 a

    39.63 b

    38.92 b

    BNT0,05 1,37 0,86 1,64

    Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama

    tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5% ( BNT 0,05).

    Tabel 2 menunjukkan bahwa tinggi bibit kakao tertinggi pada umur 30,

    60 dan 90 HST dijumpai pada konsentrasi POC Nasa 2,0 cc l-1

    air (N2) yang

    berbeda nyata dengan konsentrasi POC Nasa 1,0 cc l-1

    air (N1) namun tidak

    berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi POC Nasa 3,0 cc l-1

    air (N3).

  • 25

    Adapun hubungan antara tinggi bibit kakao pada berbagai konsentrasi

    POC Nasa pada umur 30, 60 dan 90 HST dapat dilihat pada Gambar 1.

    Gambar 1. Tinggi bibit kakao pada berbagai konsentrasi POC Nasa pada umur

    30, 60 dan 90 HST.

    Gambar 1 menunjukkan bahwa pada umur 30, 60 dan 90 HST tinggi

    bibit kakao akibat konsentrasi POC Nasa semakin meningkat. sampai pada

    konsentrasi POC Nasa 2,0 cc l-1

    air (N2) dan jika konsentrasi POC Nasa di

    tingkatkan menjadi 3,0 cc l-1

    air (N3 ) tinggi bibit kakao menurun.

    4.1.1. 2. Diameter Pangkal Batang (mm)

    Rata-rata diameter pangkal batang bibit kakao pada berbagai konsentrasi

    POC Nasa pada umur 30,60 dan 90 HST setelah diuji BNT0,05 disajikan pada

    Tabel 3.

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    45

    1,0 2,0 3,0

    Tin

    gg

    i B

    ibit

    Ka

    ka

    o (

    cm

    )

    Konsentrasi POC Nasa (cc l-1 air)

    30 HST

    60 HST

    90 HST

  • 26

    Tabel 3. Rata-rata diameter pangkal batang bibit kakao pada berbagai konsentrasi

    POC Nasa umur 30, 60 dan HST.

    Konsentrasi

    POC Nasa Diameter Pangkal Batang (mm)

    Simbol (cc l-1

    air) 30 HST 60 HST 90 HST

    N1

    N2 N3

    1,0

    2,0

    3,0

    2.33

    2.29

    2.81

    2.85 a

    4.00 c

    3.33 b

    4.00 a

    5.14 b

    4.85 b

    BNT0,05 0,42 0,48

    Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama

    tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5% ( BNT 0,05).

    Tabel 3 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang bibit kakao

    terbesar pada umur 30, 60 dan 90 HST dijumpai pada konsentrasi POC Nasa

    2,0 cc l-1

    air (N2) dimana pada umur 60 HST diameter pangkal batang bibit

    kakao berbeda nyata dengan konsentrasi POC Nasa 1,0 cc l-1

    air (N1) dan

    perlakuan konsentrasi POC Nasa 3,0 cc l-1

    air (N3) sedangkan pada umur 90

    HST diameter pangkal batang bibit kakao berbeda nyata dengan konsentrasi POC

    Nasa 1,0 cc l-1

    air (N1) namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan konsentrasi

    POC Nasa 3,0 cc l-1

    air (N3). Pada umur 30 HST diameter pangkal batang

    terbesar terdapat pada konsentrasi POC Nasa 2,0 cc l-1

    air (N2) meskipun

    secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan

    lainnya.

    Adapun hubungan antara diameter pangkal batang bibit kakao pada

    berbagai konsentrasi POC Nasa pada umur 30, 60 dan 90 HST dapat dilihat

    pada Gambar 2.

  • 27

    Gambar 2. Diameter Pangkal Batang bibit kakao pada berbagai konsentrasi

    POC Nasa pada umur 30, 60 dan 90 HST.

    Gambar 2 menunjukkan bahwa pada umur 30, 60 dan 90 HST diameter

    pangkal batang bibit kakao akibat konsentrasi POC Nasa semakin besar sampai

    pada konsentrasi POC Nasa 2,0 cc l-1

    air (N2) dan bila konsentrasi POC Nasa

    di tingkatkan menjadi 3,0 cc l-1

    air (N3 ) diameter pangkal batang bibit kakao

    mengecil.

    4.1.1.3. Luas Daun (cm2)

    Rata-rata luas daun bibit kakao pada berbagai konsentrasi POC Nasa

    pada umur 30, 60 dan 90 HST setelah diuji BNT0,05 disajikan pada Tabel 4.

    Tabel 4. Rata-rata luas daun bibit kakao pada berbagai konsentrasi POC Nasa

    pada Umur 30, 60 dan 90 HST.

    Konsentrasi

    POC Nasa Luas Daun (cm

    2)

    Simbol (cc l-1

    air) 30 HST 60 HST 90 HST

    N1

    N2 N3

    1,0

    2,0

    3,0

    3.28 a

    5.85 c

    4.22 b

    7.77 a

    12.30 c

    10.33 b

    15.38 a

    23.63 c

    20.65 b

    BNT0,05 0,70 0,67 1,72

    Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama

    tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5% ( BNT 0,05).

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    1,0 2,0 3,0

    Dia

    met

    er P

    an

    gk

    al B

    ata

    ng (

    mm

    )

    Konsentrasi POC Nasa (cc l-1 air)

    30 HST

    60 HST

    90 HST

  • 28

    Tabel 4 menunjukkan bahwa luas daun bibit kakao pada umur 30, 60

    dan 90 HST terluas dijumpai pada perlakuan konsentrasi POC Nasa 2,0 cc l-1

    air

    (N2) yang berbeda nyata dengan konsentrasi POC Nasa 1,0 cc l-1

    air (N1) dan

    perlakuan konsentrasi 3,0 cc l-1

    air (N3).

    Adapun hubungan antara luas daun bibit kakao pada berbagai konsentrasi

    POC Nasa pada umur 30, 60 dan 90 HST dapat dilihat pada Gambar 3.

    Gambar 3. Luas daun bibit kakao pada berbagai konsentrasi POC Nasa pada

    umur 30, 60 dan 90 HST.

    Gambar 3 menunjukkan luas daun bibit kakao akibat perlakuan

    konsentrasi POC Nasa semakin luas sampai pada konsentrasi POC Nasa 2,0

    cc l-1

    air (N2) dan bila konsentrasi POC Nasa di tingkatkan menjadi 3,0 cc l-1

    air

    (N3 ) rata-rata luas daun bibit kakao berkurang .

    4.1.1.4. Jumlah Daun (helai)

    Rata-rata jumlah daun bibit kakao pada berbagai konsentrasi POC Nasa

    pada umur 60 dan 90 HST setelah diuji BNT0,05 disajikan pada Tabel 5.

    0,00

    5,00

    10,00

    15,00

    20,00

    25,00

    1,0 2,0 3,0

    Lu

    as

    da

    un

    (cm

    2)

    Konsentrasi POC Nasa (cc l-1 air)

    30 HST

    60 HST

    90 HST

  • 29

    Tabel 5. Rata-rata jumlah daun bibit kakao pada berbagai konsentrasi POC Nasa

    pada umur 60 dan 90 HST.

    Konsentrasi

    POC Nasa Jumlah Daun (helai)

    Simbol (cc l-1

    air) 60 HST 90 HST

    N1

    N2 N3

    1,0

    2,0

    3,0

    12.44 a

    17.22 c

    14.22 b

    17.33 a

    22.78 b

    21.44 b

    BNT0,05 1,71 2,06

    Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama

    tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5% ( BNT 0,05).

    Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah daun bibit kakao terbanyak pada

    umur 60 HSt dan 90 HST dijumpai pada konsentrasi POC Nasa 2,0 cc l-1

    air

    (N2) dimana pada umur 60 HST jumlah daun bibit kakao berbeda nyata dengan

    konsentrasi POC Nasa 1,0 cc l-1

    air (N1) dan perlakuan konsentrasi POC Nasa

    3,0 cc l-1

    air (N3) sedangkan pada umur 90 HST jumlah daun bibit kakao berbeda

    nyata dengan konsentrasi POC Nasa 1,0 cc l-1 air (N1) namun berbeda tidak nyata

    dengan perlakuan konsentrasi POC Nasa 3,0 cc l-1

    air (N3).

    Adapun hubungan antara jumlah daun bibit kakao pada berbagai

    konsentrasi POC Nasa umur 60 dan 90 HST dapat dilihat pada Gambar 4.

    Gambar 4. Jumlah daun bibit kakao pada berbagai konsentrasi POC Nasa pada

    umur 15 dan 30 HST.

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    1,0 2,0 3,0

    Ju

    mla

    h D

    au

    n (h

    ela

    i)

    Konsentrasi POC Nasa (cc l-1 air)

    60 HST

    90 HST

  • 30

    Gambar 4 menunjukkan bahwa pada umur 60 dan 90 HST jumlah daun

    bibit kakao akibat perlakuan konsentrasi POC Nasa semakin banyak sampai pada

    konsentrasi POC Nasa 2,0 cc l-1

    air (N2) dan bila konsentrasi POC Nasa di

    tingkatkan menjadi 3,0 cc l-1

    air (N3 ) jumlah daun bibit kakao menjadi sedikit.

    4.1.1.5. Berat Berangkasan Basah (gr)

    Rata-rata biomassa bibit kakao pada berbagai konsentrasi POC Nasa

    pada umur 90 HST setelah diuji BNT0,05 disajikan pada Tabel 6.

    Tabel 6. Rata-rata berat berangkasan basah bibit kakao pada berbagai konsentrasi

    POC Nasa umur 90 HST.

    Konsentrasi POC Nasa Berat berangkasan basah (gr)

    Simbol (cc l-1

    air) 90 HST

    N1

    N2 N3

    1,0

    2,0

    3,0

    4.63 a

    8.11 c

    6.59 b

    BNT0,05 0,82

    Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama

    tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5% ( BNT 0,05).

    Tabel 6 menunjukkan bahwa berat berangkasan basah bibit kakao pada

    umur 90 HST terberat dijumpai pada konsentrasi POC Nasa 2,0 cc l-1

    air (N2),

    yang berbeda nyata dengan konsentrasi POC Nasa 1,0 cc l-1

    air (N1), dan

    perlakuan konsentrasi 3,0 cc l-1

    air (N3).

    Adapun hubungan antara berat berangkasan basah bibit kakao pada

    berbagai konsentrasi POC Nasa pada umur 90 HST dapat dilihat pada

    Gambar 5.

  • 31

    Gambar 5. Berat berangkasan basah bibit kakao pada berbagai konsentrasi POC

    Nasa pada umur 90 HST.

    Gambar 5 menunjukkan bahwa berat berangkasn basah bibit kakao

    akibat perlakuan berbagai konsentrasi POC Nasa semakin bertambah sampai pada

    konsentrasi POC Nasa 2,0 cc l-1

    air (N2) dan bila konsentrasi POC Nasa di

    tingkatkan menjadi 3,0 cc l-1

    air (N3 ) rata-rata berat berangkasan basah bibit

    kakao menjadi rendah .

    4.1.2. Pengaruh Interval Waktu Pemberian POC Nasa

    Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 24)

    menunjukkan bahwa interval waktu pemberian POC Nasa berpengaruh sangat

    nyata terhadap luas daun pada umur 60 dan 90 HST dan berat berangkasan basah

    bibit kakao pada umur 90 HST. Berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit kakao

    pada umur 30, 60 dan 90 HST, diameter pangkal batang pada umur 60 dan 90

    HST, jumlah daun bibit kakao pada umur 30, 60 dan 90 HST, luas daun bibit

    kakao pada umur 30 HST namun berpengaruh tidak nyata terhadap diameter

    pangkal batang pada umur 30 HST,

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    1,0 2,0 3,0

    Ber

    at

    Ber

    an

    gk

    asa

    n B

    asa

    h (

    gr)

    Konsentrasi POC Nasa (cc l-1 air)

    90 HST

  • 32

    4.1.2. 1. Tinggi Tanaman (cm)

    Rata-rata tinggi bibit kakao pada berbagai interval waktu pemberian

    POC Nasa pada umur 30,60 dan 90 HST setelah diuji BNT0,05 disajikan pada

    Tabel 7.

    Tabel 7. Rata-rata tinggi bibit kakao pada berbagai interval waktu pemberian

    POC Nasa umur 30, 60 dan 90 HST.

    Interval waktu

    pemberian POC Nasa Tinggi Tanaman (cm)

    Simbol (hari sekali) 30 HST 60 HST 90 HST

    I1

    I2 I3

    7

    14

    21

    25.52 a

    27.66 b

    26.96 b

    31.65 a

    32.73 b

    31.85 a

    37.55 a

    39.55 b

    37.22 a

    BNT0,05 1,37 0,86 1,64

    Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama

    tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5% ( BNT 0,05).

    Tabel 7 menunjukkan bahwa tinggi bibit kakao tertinggi pada umur 30,

    60 dan 90 HST dijumpai pada interval waktu pemberian POC Nasa 14 hari

    sekali (I2) dimana pada umur 30 HST tinggi bibit kakao berbeda nyata dengan

    perlakuan interval waktu pemberian 7 hari sekali ( I1) namun tidak berbeda nyata

    dengan perlakuan 21 hari sekali (I3), sedangkan pada umur 60 HST dan 90 HST

    tinggi bibit kakao berbeda nyata dengan perlakuan interval waktu pemberian 7

    hari sekali ( I1) dan perlakuan interval waktu 21 hari sekali (I3),.

    Adapun hubungan antara tinggi bibit kakao pada berbagai interval waktu

    pemberian POC Nasa pada umur 30, 60 dan 90 HST dapat dilihat pada

    Gambar 6.

  • 33

    Gambar 6. Tinggi bibit kakao pada berbagai interval waktu pemberian POC

    Nasa pada umur 30, 60 dan 90 HST.

    Gambar 6 menunjukkan bahwa pada umur 30, 60 dan 90 HST tinggi

    bibit kakao akibat interval waktu pemberian POC Nasa semakin meningkat.

    sampai pada interval waktu pemberian POC Nasa 14 hari sekali (I2) dan bila

    interval waktu pemberian POC Nasa di perjarang menjadi 21 hari sekali (I3 )

    tinggi bibit kakao menurun.

    4.1.2. 2. Diameter Pangkal Batang (mm)

    Rata-rata diameter pangkal batang bibit kakao pada berbagai interval

    waktu pemberian POC Nasa pada umur 30,60 dan 90 HST setelah diuji

    BNT0,05 disajikan pada Tabel 8.

    Tabel 8. Rata-rata diameter pangkal batang bibit kakao pada berbagai interval

    waktu pemberian POC Nasa umur 30, 60 dan HST.

    Interval waktu

    pemberian POC Nasa Diameter Pangkal Batang (mm)

    Simbol (hari sekali) 30 HST 60 HST 90 HST

    I1

    I2 I3

    7

    14

    21

    2.26

    2.77 2.40

    3.26 a

    3.70 b 3.22 a

    4.37 a

    5.03 b 4.59 ab

    BNT0,05 0,42 0,48

    Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama

    tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5% ( BNT 0,05).

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    45

    7 14 21

    Tin

    ggi B

    ibit

    kak

    ao (cm

    )

    Interval Waktu Pemberian POC Nasa (hari sekali)

    30 HST

    60 HST

    90 HST

  • 34

    Tabel 8 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang bibit kakao

    tertinggi pada umur 30, 60 dan 90 HST dijumpai pada interval waktu pemberian

    POC Nasa 14 hari sekali (I2) dimana pada umur 60 HST diameter pangkal

    batang bibit kakao berbeda nyata dengan perlakuan interval waktu pemberian 7

    hari sekali ( I1) dan perlakuan 21 hari sekali (I3), sedangkan pada umur 90 HST

    diameter pangkal batang berbeda nyata dengan perlakuan interval waktu

    pemberian 7 hari sekali ( I1) namun tidak berbeda nyata perlakuan 21 hari sekali

    (I3),dan pada umur 30 HST 30 HST diameter pangkal batang terbesar terdapat

    pada interval waktu pemberian POC Nasa 14 hari sekali (I2) meskipun secara

    statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

    Adapun hubungan antara diameter pangkal batang bibit kakao pada

    berbagai interval waktu pemberian POC Nasa pada umur 30, 60 dan 90 HST

    dapat dilihat pada Gambar 7.

    Gambar 7. Diameter Pangkal Batang bibit kakao pada berbagai interval waktu

    pemberian POC Nasa pada umur 30, 60 dan 90 HST.

    0,00

    1,00

    2,00

    3,00

    4,00

    5,00

    6,00

    7 14 21

    Dia

    met

    er P

    an

    gk

    al B

    ata

    ng

    (m

    m)

    Interval Waktu Pemberian POC Nasa (hari sekali)

    30 HSt

    60 HST

    90 HST

  • 35

    Gambar 7 menunjukkan bahwa pada umur 30, 60 dan 90 HST diameter

    pangkal batang bibit kakao akibat interval waktu pemberian POC Nasa semakin

    besar sampai pada interval waktu pemberian POC Nasa 14 hari sekali (I2) dan

    bila interval waktu pemberian POC Nasa di perjarang menjadi 21 hari sekali (I3 )

    diameter pangkal batang bibit kakao menjadi kecil.

    4.1.2.3. Luas Daun (cm2)

    Rata-rata luas daun bibit kakao pada berbagai interval waktu pemberian

    POC Nasa pada umur 30, 60 dan 90 HST setelah diuji BNT0,05 disajikan pada

    Tabel 9.

    Tabel 9. Rata-rata luas daun bibit kakao pada berbagai interval waktu pemberian

    POC Nasa pada Umur 30, 60 dan 90 HST.

    Interval waktu

    pemberian POC Nasa Luas Daun (cm

    2)

    Simbol (hari sekali) 30 HST 60 HST 90 HST

    I1

    I2 I3

    7

    14

    21

    4.10 a

    5.01 b

    4.25 a

    9.20 a

    11.07 c

    10.14 b

    17.89 a

    21.28 c

    20.50 b

    BNT0,05 0,70 0,67 1,72

    Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama

    tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5% ( BNT 0,05).

    Tabel 9 menunjukkan bahwa luas daun bibit kakao pada umur 30, 60

    dan 90 HST terluas dijumpai pada perlakuan interval waktu pemberian POC Nasa

    14 hari sekali (I2) yang berbeda nyata dengan interval waktu pemberian POC

    Nasa 7 hari sekali (I1) dan perlakuan interval waktu pemberian 21 hari sekali

    (I3).

  • 36

    Adapun hubungan antara luas daun bibit kakao pada berbagai interval

    waktu pemberian POC Nasa pada umur 30, 60 dan 90 HST dapat dilihat pada

    Gambar 8.

    Gambar 8. Luas daun bibit kakao pada berbagai interval waktu pemberian POC

    Nasa pada umur 30, 60 dan 90 HST.

    Gambar 8 menunjukkan luas daun bibit kakao akibat perlakuan interval

    waktu pemberian POC Nasa semakin luas sampai pada interval waktu pemberian

    POC Nasa 14 hari sekali (I2) dan bila interval waktu pemberian POC Nasa di

    tingkatkan menjadi 21 hari sekali (I3 ) rata-rata luas daun bibit kakao berkurang .

    4.1.2.4. Jumlah Daun (helai)

    Rata-rata jumlah daun bibit kakao pada berbagai interval waktu

    pemberian POC Nasa pada umur 60 dan 90 HST setelah diuji BNT0,05 disajikan

    pada Tabel 10.

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    7 14 21

    Lu

    as

    Dau

    n (cm

    2)

    Interval Waktu Pemberian POC Nasa (hari sekali)

    30 HST

    60 HST

    90 HST

  • 37

    Tabel 10.Rata-rata jumlah daun bibit kakao pada berbagai interval waktu

    pemberian POC Nasa pada umur 60 dan 90 HST.

    Interval waktu pemberian

    POC Nasa Jumlah Daun (helai)

    Simbol (hari sekali) 60 HST 90 HST

    I1

    I2 I3

    7

    14

    21

    13.67 a

    15.89 b

    14.33 ab

    19.56 a

    22.22 b

    19.78 a

    BNT0,05 1,71 2,06

    Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama

    tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5% ( BNT 0,05).

    Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah daun bibit kakao terbanyak pada

    umur 60 HST dan 90 HST dijumpai pada interval waktu pemberian POC Nasa

    2,0 cc l-1

    air (N2) dimana pada umur 60 HST jumlah daun bibit kakao berbeda

    nyata dengan interval waktu pemberian POC Nasa 7 hari sekali (I1) namun tidak

    berbeda nyata dengan perlakuan interval waktu pemberian POC Nasa 21 hari

    sekali (I3) sedangkan pada umur 90 HST jumlah daun bibit kakao berbeda nyata

    dengan interval waktu pemberian POC Nasa 7 hari sekali (I1) dan perlakuan

    interval waktu pemberian POC Nasa 21 hari sekali (I3).

    Adapun hubungan antara jumlah daun bibit kakao pada berbagai interval

    waktu pemberian POC Nasa umur 60 dan 90 HST dapat dilihat pada

    Gambar 9.

  • 38

    Gambar 9. Jumlah daun bibit kakao pada berbagai interval waktu pemberian

    POC Nasa pada umur 15 dan 30 HST.

    Gambar 9 menunjukkan bahwa pada umur 60 dan 90 HST jumlah daun

    bibit kakao akibat perlakuan interval waktu pemberian POC Nasa semakin

    banyak sampai pada interval waktu pemberian POC Nasa 14 hari sekali (I2)

    dan bila interval waktu pemberian POC Nasa di perjarang menjadi 21 hari sekali

    (I3 ) jumlah daun bibit kakao menjadi berkurang.

    4.1.2.5. Berat Berangkasan Basah (gr)

    Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 24) menunjukkan bahwa interval

    waktu pemberian POC Nasa berpengaruh sangat nyata terhadap berat berangkasan

    basah bibit kakao pada umur 90 HST.

    Rata-rata biomassa bibit kakao pada berbagai interval waktu pemberian

    POC Nasa pada umur 90 HST setelah diuji BNT0,05 disajikan pada Tabel 11.

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    7 14 21

    Ju

    mla

    h D

    au

    n (h

    elai)

    Interval Waktu Pemberian POC Nasa (hari sekali)

    60 HST

    90 HST

  • 39

    Tabel 11. Rata-rata berat berangkasan basah bibit kakao pada berbagai interval

    waktu pemberian POC Nasa umur 90 HST.

    Interval waktu pemberian

    POC Nasa Berat berangkasan basah (gr)

    Simbol (hari sekali) 90 HST

    I1

    I2 I3

    7

    14

    21

    5.77 a

    7.29 b

    6.26 a

    BNT0,05 0,82

    Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama

    tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5% ( BNT 0,05).

    Tabel 11 menunjukkan bahwa berat berangkasan basah bibit kakao pada

    umur 90 HST terberat dijumpai pada interval waktu pemberian POC Nasa 14

    hari sekali (I2), yang berbeda nyata dengan interval waktu pemberian POC Nasa

    7 hari sekali (I1), dan perlakuan interval waktu pemberian 21 hari sekali (I3).

    Adapun hubungan antara berat berangkasan basah bibit kakao pada

    berbagai interval waktu pemberian POC Nasa pada umur 90 HST dapat dilihat

    pada Gambar 10.

    Gambar 10.Berat berangkasan basah bibit kakao pada berbagai interval waktu

    pemberian POC Nasa pada umur 90 HST.

    0,00

    1,00

    2,00

    3,00

    4,00

    5,00

    6,00

    7,00

    8,00

    7 14 21

    Ber

    at

    Ber

    an

    gk

    asa

    n B

    asa

    h (

    gr)

    Interval Waktu Pemberia POC Nasa (hari sekali)

    90 HST

  • 40

    Gambar 10 menunjukkan bahwa berat berangkasn basah bibit kakao

    akibat perlakuan berbagai interval waktu pemberian POC Nasa semakin

    bertambah berat sampai pada interval waktu pemberian POC Nasa 14 hari sekali

    (I2) dan bila interval waktu pemberian POC Nasa di tingkatkan menjadi 21hari

    sekali (I3 ) rata-rata berat berangkasan basah bibit kakao menjadi rendah .

    4.2. Pembahasan.

    4.2.1. Pengaruh Konsentrasi POC Nasa

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan menunjukkan

    bahwa konsentrasi POC Nasa berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi bibit,

    diameter pangkal batang, jumlah daun bibit kakao umur 60 dan 90 hari setelah

    tanam (HST), luas daun pada umur 30, 60 dan 90 HST dan berat berangkasan

    basah pada umur 90 HST. Berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit kakao pada

    umur 30 HST. Berpengaruh tidak nyata terhadap diameter pangkal batang pada

    umur 30 HST.

    Dari berbagai perlakuan konsentrasi POC Nasa yang dicobakan maka

    perlakuan dengan konsentrasi 2,0 cc l-1

    air (P2) menunjukkan pertumbuhan bibit

    kakao yang terbaik. Hal ini karena pada konsentrasi tersebut unsur hara yang

    terkandung dalam pupuk POC yang dibutuhkan tanaman telah tersedia dalam

    jumlah yang cukup dan seimbang, sehingga dapat memicu pertumbuhan menjadi

    lebih baik. Soetedjo dan Kartasapoetra (1995) menyatakan bahwa bahwa

    pertumbuhan tanaman yang baik dapat tercapai apabila unsur hara yang

    dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan berada dalam bentuk tersedia,

  • 41

    seimbang dan dalam konsentrasi yang optimum serta didukung oleh faktor

    lingkungannya. Selanjutnya Harjadi (2006), menyatakan dengan tersedianya unsur

    hara yang lengkap dengan jumlah masing-masing unsur hara sesuai dengan

    kebutuhan tanaman akan dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan

    bagian- bagian vegetatif tanaman.

    Baiknya pertumbuhan bibit kakao pada konsentrasi POC Nasa 4,0 cc l-

    1air (P2) diduga karena unsur hara yang diberikan telah sesuai dengan kebutuhkan

    untuk pertumbuhan bibit kakao sehingga mampu mendorong pertumbuhan

    kearah yang lebih baik. Tanaman yang diberikan dosis pupuk dalam jumlah yang

    berlebihan, tidak lagi mendorong pertumbuhan untuk lebih aktif, tetapi sebaliknya

    mulai menekan laju pertumbuhan tanaman. Pada dosis yang lebih rendah belum

    cukup untuk mendorong pertumbuhan secara optimal sehingga pertumbuhan dan

    perkembangan tanaman juga tidak diperoleh secara optimal. Suseno (1981),

    menyatakan bahwa untuk pertumbuhan tanaman yang optimal diperlukan adanya

    keseimbangan unsur-unsur hara.

    Hasil penelitian juga menunjukkan terjadi penurunan pertumbuhan bibit

    kakao akibat peningkatan konsentrasi POC Nasa dari 4,0 cc l-1

    air (P2) menjadi

    6,0 cc l-1

    air (P3). Hal ini disebabkan pada konsentrasi tersebut ketersediaan unsur

    hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam keadaan berlebihan sehingga

    mengakibatkan adanya ketidak seimbangan dalam proses metabolisme tanaman,

    baik dalam proses fotosintesa maupun respirasi, yang selanjutnya akan

    menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi terganggu. Selanjutnya

    Setyamidjaja (1986), menambahkan bahwa efesiensi pemupukan yang optimal

  • 42

    dapat dicapai apabila pupuk diberikan dalam jumlah yang sesuai kebutuhan

    tanaman, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Bila pupuk diberikan

    banyak, maka larutan tanah akan terlalu pekat sehingga dapat mengakibatkan

    tanaman keracunan. Selanjutnya Dwijoseputro (1995) menambahkan bahwa,

    suatu tanaman menghendaki konsentrasi pupuk yang optimum dan bila

    konsentrasi tersebut dipertinggi, maka berlaku suatu hukum kenaikan hasil yang

    semakin berkurang.

    Rendahnya pertumbuhan bibit kakao pada konsentrasi POC Nasa 2,0 cc l-

    1 air (P1) hal ini disebabkan pada konsentrasi tersebut unsur hara yang diberikan

    belum mampu memenuhi kebutuhan tanaman untuk melaksanakan kegiatan

    metabolismenya. Akibatnya pertumbuhan tanaman cenderung menurun (lambat).

    pemupukan pada tanaman yang ditanam adalah menggunakan dosis yang tepat.

    Pemberian pupuk dengan Dosis yang tepat akan mampu mencukupi kebutuhan

    hara bagi tanaman. Unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman harus berada

    dalam kondisi yang berimbang sehingga penyerapan hara oleh tanaman lebih

    efektif. Menurut Harjadi (2006), penempatan pupuk yang tepat dengan dosis yang

    tepat merupakan faktor penting dalam pemupukan. Kemampuan tanaman dalam

    menyerap hara akan menambah kekuatan tumbuh bagi tanaman dan apabila

    unsur-unsur tersebut bekerja secara optimal maka pertumbuhan tanaman akan

    menjadi lebih baik pesat.

    Kandungan unsur-unsur hara (N, P, K) dalam pupuk POC Nasa yang

    diberikan dengan dosis yang sesuai kebutuhan tanaman akan memungkinkan

    tanaman dapat tumbuh dan berkembang lebih baik. Setyamidjaja (1986),

  • 43

    menyatakan bahwa unsur nitrogen berperan penting dalam merangsang

    pertumbuhan vegetative tanaman yaitu menambah tinggi tanaman dan

    merangsang pertumbuhan cabang. Sarief (1992), menambahkan bahwa nitrogen

    merupakan bahan penyusun protein, protoplasma dan pembentuk bagian tanaman

    seperti batang dan daun yang merupakan tempat aktivitas fotosintesis yang

    menghasilkan asimilat untuk pertumbuhan cabang.

    Hubungan antara jumlah unsur P dibutuhkan untuk pertumbuhan awal

    terutama dalam merangsang perakaran tanaman yang nantinya berguna untuk

    menopang tegaknya tanaman dan penyerapan unsur hara dari media tanam. Hal

    ini sesuai pernyataan Suseno (1981), bahwa unsur fosfor bagi tanaman berguna

    untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan sejumlah

    tanaman muda, fosfor juga merupakan bahan mentah untuk pembentuk sejumlah

    protein, membantu asimilasi dan pernafasan sekaligus mempercepat pembungaan.

    Fosfor diperlukan tanaman sebagai penyusun asam nukleat dan perkembangan

    jaringan meristem serta merangsang pertumbuhan akar. Fosfor berperan dalam

    proses fotosintesis, produksi karbohidrat dan pertumbuhan awal tanaman

    (Suseno,1981). Unsur hara yang cukup dan berimbang yang tersedia bagi tanaman

    menyebabkan aktivitas fisiologi tanaman semakin meningkat.

    Unsur kalium dalam POC Nasa yang diberikan dengan dosis optimal

    sangat berperan penting dalam proses asimilasi karbohidrat serta merangsang

    pertumbuhan. Suseno (1981), menyatakan bahwa ion kalium mempunyai

    pengaruh terhadap tingkat kandungan hidrat arang tumbuhan, kurangnya kalium

    dapat menghambat fotosintesis dan sintesa protein. Selanjutnya Lingga (1991),

  • 44

    menyatakan bahwa unsur kalium berfungsi dalam pembentukan protein dan

    karbohidrat.

    4.2.2. Pengaruh Interval Waktu Pemberian POC Nasa.

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan menunjukkan

    bahwa interval waktu pemberian POC Nasa berpengaruh sangat nyata terhadap

    luas daun pada umur 60 dan 90 HST dan berat berangkasan basah bibit kakao

    pada umur 90 HST. Berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit kakao pada umur 30,

    60 dan 90 HST, diameter pangkal batang pada umur 60 dan 90 HST, jumlah daun

    bibit kakao pada umur 30, 60 dan 90 HST, luas daun bibit kakao pada umur 30

    HST namun berpengaruh tidak nyata terhadap diameter pangkal batang pada umur

    30 HST.

    Dari berbagai perlakuan interval waktu pemberian POC Nasa yang

    dicobakan maka perlakuan dengan interval waktu pemberian 14 hari sekali (I2)

    menunjukkan pertumbuhan bibit kakao yang terbaik. Hal ini di duga karena

    interval waktu pemberian yang tepat telah memberikan pengaruh maksimal bagi

    tanaman, sehingga pupuk yang di semprotkan melalui daun dapat diserap oleh

    tanaman dan pemupukan melalui daun erat sekali kaitannya dengan keadaan pada

    saat penyemprotan pupuk. Menurut Schroth dan Sinclair (2003) tanaman yang

    memperoleh unsur hara dalam jumlah yang optimum serta waktu yang tepat,

    maka akan tumbuh dan berkembang secara maksimal. Masalah waktu dan metode

    pemupukan melalui daun merupakan hal yang penting untuk dalam menyerap

    unsur hara. Ketersediaan unsur hara yang cukup dan seimbang akan

  • 45

    mempengaruhi proses metabolism pada jaringan tanaman (Darmawan dan

    Baharsyah 1983).

    Perlakuan interval waktu pemberian POC Nasa (I2) memberikan pengaruh

    terhadap pertumbuhan bibit kakao, dimana dengan interval waktu pemberian

    pupuk yang tepat dapat meningkatkan aktifitas fotosintesis tanaman sehingga

    dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan hasil tanaman . Hal ini sesuai

    pernyataan Dwijosapoetro (1995) yang menyatakan tanaman membutuhkan unsur

    hara yang cukup pada fase vegetatif karena pada fase tersebut tanaman

    membutuhkan hasil fotosintesis dalam jumlah besar yang akan digunakan pada

    fase generatif untuk pembentukan bunga dan pembesaran buah yang akhirnya

    akan mempengaruhi berat buah per tanaman.

    Meningkatnya laju pertumbuhan bibit kakao pada interval waktu

    pemberian 14 hari sekali (I2) juga dikarenakan tanaman telah memanfaatkan

    unsur hara lebih efisien. Efisiensi pemanfaatan unsur hara sangat erat kaitannya

    dengan waktu pemberiannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hakim, et al

    (1986), yang menyatakan bahwa masalah waktu dan metode pemupukan

    merupakan hal yang penting guna meningkatkan efisiensi tanaman dalam

    menyerap pupuk yang diberikan. Sutejo dan Kartasapoetra (1995), menambahkan

    bahwa dalam pemberian pupuk melalui daun interval waktu pemberiannya perlu

    diatur secara seksama sesuai dengan kebutuhan tanaman.

    Rendahnya pertumbuhan bibit kakao pada interval waktu pemberian 21

    hari sekali (I3) diduga karena pada interval ini jumlah unsur hara yang diberikan

    dalam keadaan yang tidak cukup bagi tanaman, sehingga pertumbuhan menjadi

  • 46

    terganggu. Lebih lanjut Dwijoseputro (1995), menyatakan bahwa interval yang

    terlalu jarang menyebabkan ketersediaan hara bagi tanaman kurang terpenuhi,

    akibatnya pertumbuhan tanaman terganggu. Begitu juga bila pada interval waktu

    pemberian 7 hari sekali (I1), penyemprotan pupuk dilakukan pada awal fase

    vegetatif yang terlalu sering sehingga dianggap tidak efektif untuk meningkatkan

    pertumbuhan tanaman. Lingga (2001), menyatakan bahwa pemberian pupuk daun

    yang terlalu sering menyebabkan jumlah pupuk berlebih bagi tanaman sehingga

    pertumbuhan tanaman terganggu.

    4.3.3. Pengaruh Interaksi

    Dari hasil uji F pada analisis ragam (tabel lampiran bernomor genap)

    menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang tidak nyata antara konsentrasi POC

    Nasa dan interval waktu pemberian POC Nasa. Hal ini berarti perbedaan respons

    tanaman kakao akibat berbedanya konsentrasi POC Nasa tidak tergantung pada

    interval waktu pemberian pupuk POC Nasa.

  • 47

    V. KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan

    1. Konsentrasi POC Nasa berpengaruh nyata terhadap semua peubah

    pertumbuhan bibit kakao yang diamati. Pertumbuhan bibit kakao yang terbaik

    dijumpai pada konsentrasi POC Nasa 2,0 cc l-1

    air.

    2. Interval waktu pemberian POC Nasa berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit

    kakao yang diamati, Pertumbuhan bibit kakao terbaik dijumpai pada perlakuan

    interval waktu pemberian POC Nasa 14 hari sekali.

    3. Dari hasil penelitian ternyata tidak adanya interaksi antara konsentrasi POC

    Nasa dengan interval waktu pemberian POC Nasa terhadap pertumbuhan

    bibit kakao.

    5.2. Saran.

    1. Untuk memperbaiki pertumbuhan bibit kakao dapat dilakukan dengan

    menyemprotkan pupuk organic cair (POC) Nasa dengan konsentrasi 2,0 cc

    l-1

    air dan dengan perlakuan interval waktu penyemprotan 14 hari sekali.

    2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan POC Nasa

    terhadap pertumbuhan pada tanaman lainnya.

  • 24

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Hasil Penelitian

    4.1. 1. Pengaruh Konsentrasi POC Nasa

    Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 24)

    menunjukkan bahwa konsentrasi POC Nasa berpengaruh sangat nyata terhadap

    tinggi bibit, diameter pangkal batang, jumlah daun bibit kakao umur 60 dan 90

    hari setelah tanam (HST), luas daun pada umur 30, 60 dan 90 HST dan berat

    berangkasan basah pada umur 90 HST. Berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit

    kakao pada umur 30 HST. Berpengaruh tidak nyata terhadap diameter pangkal

    batang pada umur 30 HST,

    4.1.1. 1. Tinggi Tanaman (cm)

    Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan

    bahwa konsentrasi pupuk POC Nasa berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi

    bibit kakao umur 60 dan 90 HST dan berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit

    kakao pada umur 30 HST.

    Rata-rata tinggi bibit kakao pada berbagai konsentrasi POC Nasa pada

    umur 30,60 dan 90 HST setelah diuji BNT0,05 disajikan pada Tabel 2.

    Tabel 2. Rata-rata tinggi bibit kakao pada berbagai konsentrasi POC Nasa umur

    30, 60 dan 90 HST.

    Konsentrasi

    POC Nasa Tinggi Tanaman (cm)

    Simbol (cc l-1

    air) 30 HST 60 HST 90 HST

    N1

    N2 N3

    1,0

    2,0

    3,0

    25.88 a

    27.67 b

    26.59 ab

    30.69 a

    32.91 b

    32.63 b

    35.77 a

    39.63 b

    38.92 b

    BNT0,05 1,37 0,86 1,64

    Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama

    tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5% ( BNT 0,05).

  • 25

    Tabel 2 menunjukkan bahwa tinggi bibit kakao tertinggi pada umur 30,

    60 dan 90 HST dijumpai pada konsentrasi POC Nasa 2,0 cc l-1

    air (N2) yang

    berbeda nyata dengan konsentrasi POC Nasa 1,0 cc l-1

    air (N1) namun tidak

    berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi POC Nasa 3,0 cc l-1

    air (N3).

    Adapun hubungan antara tinggi bibit kakao pada berbagai konsentrasi

    POC Nasa pada umur 30, 60 dan 90 HST dapat dilihat pada Gambar 1.

    Gambar 1. Tinggi bibit kakao pada berbagai konsentrasi POC Nasa pada umur

    30, 60 dan 90 HST.

    Gambar 1 menunjukkan bahwa pada umur 30, 60 dan 90 HST tinggi

    bibit kakao akibat konsentrasi POC Nasa semakin meningkat. sampai pada

    konsentrasi POC Nasa 2,0 cc l-1

    air (N2) dan bila konsentrasi POC Nasa di

    tingkatkan menjadi 3,0 cc l-1

    air (N3 ) tinggi bibit kakao menurun.

    4.1.1. 2. Diameter Pangkal Batang (mm)

    Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 8, 10 dan 12) menunjukkan

    bahwa konsentrasi pupuk POC Nasa berpengaruh sangat nyata terhadap

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    45

    1,0 2,0 3,0

    Tin

    gg

    i B

    ibit

    Kak

    ao (

    cm)

    Konsentrasi POC Nasa (cc l-1 air)

    30 HST

    60 HST

    90 HST

  • 26

    diameter pangkal batang bibit kakao umur 60 dan 90 HST dan berpengaruh

    tidak nyata terhadap diameter pangkal batang bibit kakao pada umur 30 HST.

    Rata-rata diameter pangkal batang bibit kakao pada berbagai konsentrasi

    POC Nasa pada umur 30,60 dan 90 HST setelah diuji BNT0,05 disajikan pada

    Tabel 3.

    Tabel 3. Rata-rata diameter pangkal batang bibit kakao pada berbagai konsentrasi

    POC Nasa umur 30, 60 dan HST.

    Konsentrasi

    POC Nasa Diameter Pangkal Batang (mm)

    Simbol (cc l-1

    air) 30 HST 60 HST 90 HST

    N1

    N2 N3

    1,0

    2,0

    3,0

    2.33

    2.29

    2.81

    2.85 a

    4.00 c

    3.33 b

    4.00 a

    5.14 b

    4.85 b

    BNT0,05 0,42 0,48

    Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama

    tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5% ( BNT 0,05).

    Tabel 3 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang bibit kakao

    terbesar pada umur 30, 60 dan 90 HST dijumpai pada konsentrasi POC Nasa

    2,0 cc l-1

    air (N2) dimana pada umur 60 HST diameter pangkal batang bibit

    kakao berbeda nyata dengan konsentrasi POC Nasa 1,0 cc l-1

    air (N1) dan

    perlakuan konsentrasi POC Nasa 3,0 cc l-1

    air (N3) sedangkan pada umur 90

    HST diameter pangkal batang bibit kakao berbeda nyata dengan konsentrasi POC

    Nasa 1,0 cc l-1

    air (N1) namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan konsentrasi

    POC Nasa 3,0 cc l-1

    air (N3). Pada umur 30 HST diameter pangkal batang

    terbesar terdapat pada konsentrasi POC Nasa 2,0 cc l-1

    air (N2) meskipun

    secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan

    lainnya.

  • 27

    Adapun hubungan antara diameter pangkal batang bibit kakao pada

    berbagai konsentrasi POC Nasa pada umur 30, 60 dan 90 HST dapat dilihat

    pada Gambar 2.

    Gambar 2. Diameter Pangkal Batang bibit kakao pada berbagai konsentrasi

    POC Nasa pada umur 30, 60 dan 90 HST.

    Gambar 2 menunjukkan bahwa pada umur 30, 60 dan 90 HST diameter

    pangkal batang bibit kakao akibat konsentrasi POC Nasa semakin besar sampai

    pada konsentrasi POC Nasa 2,0 cc l-1

    air (N2) dan bila konsentrasi POC Nasa

    di tingkatkan menjadi 3,0 cc l-1

    air (N3 ) diameter pangkal batang bibit kakao

    mengecil.

    4.1.1.3. Luas Daun (cm2)

    Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 10) menunjukkan bahwa

    konsentrasi POC Nasa berpengaruh sangat nyata terhadap luas daun bibit kakao

    pada umur 30, 60 dan 90 HST.

    Rata-rata luas daun bibit kakao pada berbagai konsentrasi POC Nasa

    pada umur 30, 60 dan 90 HST setelah diuji BNT0,05 disajikan pada Tabel 4.

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    1,0 2,0 3,0

    Dia

    met

    er P

    angk

    al B

    atan

    g (

    mm

    )

    Konsentrasi POC Nasa (cc l-1 air)

    30 HST

    60 HST

    90 HST

  • 28

    Tabel 4. Rata-rata luas daun bibit kakao pada berbagai konsentrasi POC Nasa

    pada Umur 30, 60 dan 90 HST.

    Konsentrasi

    POC Nasa Luas Daun (cm

    2)

    Simbol (cc l-1

    air) 30 HST 60 HST 90 HST

    N1

    N2 N3

    1,0

    2,0

    3,0

    3.28 a

    5.85 c

    4.22 b

    7.77 a

    12.30 c

    10.33 b

    15.38 a

    23.63 c

    20.65 b

    BNT0,05 0,70 0,67 1,72

    Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama

    tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5% ( BNT 0,05).

    Tabel 4 menunjukkan bahwa luas daun bibit kakao pada umur 30, 60

    dan 90 HST terluas dijumpai pada perlakuan konsentrasi POC Nasa 2,0 cc l-1

    air

    (N2) yang berbeda nyata dengan konsentrasi POC Nasa 1,0 cc l-1

    air (N1) dan

    perlakuan konsentrasi 3,0 cc l-1

    air (N3).

    Adapun hubungan antara luas daun bibit kakao pada berbagai konsentrasi

    POC Nasa pada umur 30, 60 dan 90 HST dapat dilihat pada Gambar 3.

    Gambar 3. Luas daun bibit kakao pada berbagai konsentrasi POC Nasa pada

    umur 30, 60 dan 90 HST.

    Gambar 3 menunjukkan luas daun bibit kakao akibat perlakuan

    konsentrasi POC Nasa semakin luas sampai pada konsentrasi POC Nasa 2,0

    0,00

    5,00

    10,00

    15,00

    20,00

    25,00

    1,0 2,0 3,0

    Luas

    dau

    n (

    cm2)

    Konsentrasi POC Nasa (cc l-1 air)

    30 HST

    60 HST

    90 HST

  • 29

    cc l-1

    air (N2) dan bila konsentrasi POC Nasa di tingkatkan menjadi 3,0 cc l-1

    air

    (N3 ) rata-rata luas daun bibit kakao berkurang .

    4.1.1.4. Jumlah Daun (helai)

    Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 20 dan 22) menunjukkan

    bahwa konsentrasi POC Nasa berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun

    bibit kakao pada umur 60 dan 90 HST.

    Rata-rata jumlah daun bibit kakao pada berbagai konsentrasi POC Nasa

    pada umur 60 dan 90 HST setelah diuji BNT0,05 disajikan pada Tabel 5.

    Tabel 5. Rata-rata jumlah daun bibit kakao pada berbagai konsentrasi POC Nasa

    pada umur 60 dan 90 HST.

    Konsentrasi

    POC Nasa Jumlah Daun (helai)

    Simbol (cc l-1

    air) 60 HST 90 HST

    N1

    N2 N3

    1,0

    2,0

    3,0

    12.44 a

    17.22 c

    14.22 b

    17.33 a

    22.78 b

    21.44 b

    BNT0,05 1,71 2,06

    Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama

    tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5% ( BNT 0,05).

    Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah daun bibit kakao terbanyak pada

    umur 60 HSt dan 90 HST dijumpai pada konsentrasi POC Nasa 2,0 cc l-1

    air

    (N2) dimana pada umur 60 HST jumlah daun bibit kakao berbeda nyata dengan

    konsentrasi POC Nasa 1,0 cc l-1

    air (N1) dan perlakuan konsentrasi POC Nasa

    3,0 cc l-1

    air (N3) sedangkan pada umur 90 HST jumlah daun bibit kakao berbeda

    nyata dengan konsentrasi POC Nasa 1,0 cc l-1 air (N1) namun berbeda tidak nyata

    dengan perlakuan konsentrasi POC Nasa 3,0 cc l-1

    air (N3).

  • 30

    Adapun hubungan antara jumlah daun bibit kakao pada berbagai

    konsentrasi POC Nasa umur 60 dan 90 HST dapat dilihat pada Gambar 4.

    Gambar 4. Jumlah daun bibit kakao pada berbagai konsentrasi POC Nasa pada

    umur 15 dan 30 HST.

    Gambar 4 menunjukkan bahwa pada umur 60 dan 90 HST jumlah daun

    bibit kakao akibat perlakuan konsentrasi POC Nasa semakin banyak sampai pada

    konsentrasi POC Nasa 2,0 cc l-1

    air (N2) dan bila konsentrasi POC Nasa di

    tingkatkan menjadi 3,0 cc l-1

    air (N3 ) jumlah daun bibit kakao menjadi sedikit.

    4.1.1.5. Berat Berangkasan Basah (gr)

    Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 24) menunjukkan bahwa

    konsentrasi POC Nasa berpengaruh sangat nyata terhadap berat berangkasan

    basah bibit kakao pada umur 90 HST.

    Rata-rata biomassa bibit kakao pada berbagai konsentrasi POC Nasa

    pada umur 90 HST setelah diuji BNT0,05 disajikan pada Tabel 6.

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    1,0 2,0 3,0

    Jum

    lah D

    aun (

    hel

    ai)

    Konsentrasi POC Nasa (cc l-1 air)

    60 HST

    90 HST

  • 31

    Tabel 6. Rata-rata berat berangkasan basah bibit kakao pada berbagai konsentrasi

    POC Nasa umur 90 HST.

    Konsentrasi POC Nasa Berat berangkasan basah (gr)

    Simbol (cc l-1

    air) 90 HST

    N1

    N2 N3

    1,0

    2,0

    3,0

    4.63 a

    8.11 c

    6.59 b

    BNT0,05 0,82

    Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama

    tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5% ( BNT 0,05).

    Tabel 6 menunjukkan bahwa berat berangkasan basah bibit kakao pada

    umur 90 HST terberat dijumpai pada konsentrasi POC Nasa 2,0 cc l-1

    air (N2),

    yang berbeda nyata dengan konsentrasi POC Nasa 1,0 cc l-1

    air (N1), dan

    perlakuan konsentrasi 3,0 cc l-1

    air (N3).

    Adapun hubungan antara berat berangkasan basah bibit kakao pada

    berbagai konsentrasi POC Nasa pada umur 90 HST dapat dilihat pada

    Gambar 5.

    Gambar 5. Berat berangkasan basah bibit kakao pada berbagai konsentrasi POC

    Nasa pada umur 90 HST.

    Gambar 5 menunjukkan bahwa berat berangkasn basah bibit kakao

    akibat perlakuan berbagai konsentrasi POC Nasa semakin bertambah sampai pada

    0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

    1,0 2,0 3,0

    Ber

    at B

    eran

    gk

    asan

    Bas

    ah (

    gr)

    Konsentrasi POC Nasa (cc l-1 air)

    90 HST

  • 32

    konsentrasi POC Nasa 2,0 cc l-1

    air (N2) dan bila konsentrasi POC Nasa di

    tingkatkan menjadi 3,0 cc l-1

    air (N3 ) rata-rata berat berangkasan basah bibit

    kakao menjadi rendah .

    4.1.2. Pengaruh Interval Waktu Pemberian POC Nasa

    Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 24)

    menunjukkan bahwa interval waktu pemberian POC Nasa berpengaruh sangat

    nyata terhadap luas daun pada umur 60 dan 90 HST dan berat berangkasan basah

    bibit kakao pada umur 90 HST. Berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit kakao

    pada umur 30, 60 dan 90 HST, diameter pangkal batang pada umur 60 dan 90

    HST, jumlah daun bibit kakao pada umur 30, 60 dan 90 HST, luas daun bibit

    kakao pada umur 30 HST namun berpengaruh tidak nyata terhadap diameter

    pangkal batang pada umur 30 HST,

    4.1.2. 1. Tinggi Tanaman (cm)

    Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan

    bahwa interval waktu pemberian pupuk POC Nasa berpengaruh nyata terhadap

    tinggi bibit kakao umur 30, 60 dan 90 HST.

    Rata-rata tinggi bibit kakao pada berbagai interval waktu pemberian

    POC Nasa pada umur 30,60 dan 90 HST setelah diuji BNT0,05 disajikan pada

    Tabel 7.

  • 33

    Tabel 7. Rata-rata tinggi bibit kakao pada berbagai interval waktu pemberian

    POC Nasa umur 30, 60 dan 90 HST.

    Interval waktu

    pemberian POC Nasa Tinggi Tanaman (cm)

    Simbol (hari sekali) 30 HST 60 HST 90 HST

    I1

    I2 I3

    7

    14

    21

    25.52 a

    27.66 b

    26.96 b

    31.65 a

    32.73 b

    31.85 a

    37.55 a

    39.55 b

    37.22 a

    BNT0,05 1,37 0,86 1,64

    Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama

    tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5% ( BNT 0,05).

    Tabel 7 menunjukkan bahwa tinggi bibit kakao tertinggi pada umur 30,

    60 dan 90 HST dijumpai pada interval waktu pemberian POC Nasa 14 hari

    sekali (I2) dimana pada umur 30 HST tinggi bibit kakao berbeda nyata dengan

    perlakuan interval waktu pemberian 7 hari sekali ( I1) namun tidak berbeda nyata

    dengan perlakuan 21 hari sekali (I3), sedangkan pada umur 60 HST dan 90 HST

    tinggi bibit kakao berbeda nyata dengan perlakuan interval waktu pemberian 7

    hari sekali ( I1) dan perlakuan interval waktu 21 hari sekali (I3),.

    Adapun hubungan antara tinggi bibit kakao pada berbagai interval waktu

    pemberian POC Nasa pada umur 30, 60 dan 90 HST dapat dilihat pada

    Gambar 6.

  • 34

    Gambar 6. Tinggi bibit kakao pada berbagai interval waktu pemberian POC

    Nasa pada umur 30, 60 dan 90 HST.

    Gambar 6 menunjukkan bahwa pada umur 30, 60 dan 90 HST tinggi

    bibit kakao akibat interval waktu pemberian POC Nasa semakin meningkat.

    sampai pada interval waktu pemberian POC Nasa 14 hari sekali (I2) dan bila

    interval waktu pemberian POC Nasa di perjarang menjadi 21 hari sekali (I3 )

    tinggi bibit kakao menurun.

    4.1.2. 2. Diameter Pangkal Batang (mm)

    Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 8, 10 dan 12) menunjukkan

    bahwa interval waktu pemberian pupuk POC Nasa berpengaruh nyata terhadap

    diameter pangkal batang bibit kakao umur 60 dan 90 HST dan berpengaruh

    tidak nyata terhadap diameter pangkal batang bibit kakao pada umur 30 HST.

    Rata-rata diameter pangkal batang bibit kakao pada berbagai interval

    waktu pemberian POC Nasa pada umur 30,60 dan 90 HST setelah diuji

    BNT0,05 disajikan pada Tabel 8.

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    45

    7 14 21

    Tin

    gg

    i Bib

    it k

    akao

    (cm

    )

    Interval Waktu Pemberian POC Nasa (hari sekali)

    30 HST

    60 HST

    90 HST

  • 35

    Tabel 8. Rata-rata diameter pangkal batang bibit kakao pada berbagai interval

    waktu pemberian POC Nasa umur 30, 60 dan HST.

    Interval waktu

    pemberian POC Nasa Diameter Pangkal Batang (mm)

    Simbol (hari sekali) 30 HST 60 HST 90 HST

    I1

    I2 I3

    7

    14

    21

    2.26

    2.77

    2.40

    3.26 a

    3.70 b

    3.22 a

    4.37 a

    5.03 b

    4.59 ab

    BNT0,05 0,42 0,48

    Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama

    tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5% ( BNT 0,05).

    Tabel 8 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang bibit kakao

    tertinggi pada umur 30, 60 dan 90 HST dijumpai pada interval waktu pemberian

    POC Nasa 14 hari sekali (I2) dimana pada umur 60 HST diameter