16
E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen Vol. 4, No. 3, 2019 Agustus: 434-445 434 PENGARUH KONSENTRASI KEPEMILIKAN DAN ASIMETRI INFORMASI TERHADAP UNDERPRICING SAHAM PADA SAAT INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK INDONESIA 1 Rahmah Fardila, 2 Syarifah Rahmawati 1) Mahasiswa Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala 2) Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala 1 e-mail: [email protected] Abstract: The purpose of this study was to analyze the effect of internal ownership concentration and information asymmetry of the underpricing of shares in an Initial Public Offering (IPO) in the Indonesia Stock Exchange (IDX). This study used a purposive sampling technique with certain criteria, and obtained 93 samples of 155 companies who was listed in the Indonesia Stock Exchange (IDX) in 2008-2017. The method of analysis used in this study was the method of multiple linear analysis (Multiple Linear Regression). The results showed that: (1) the ownership concentration has negative and significant effect to Underpricing,. Where the market can find out the high concentration of ownership when the IPO is something that is not too attractive for investors. Majority shareholders try to increase proceedings by making prices higher during the IPO. (2) Information Asymmetry has a significant and significant effect on Underpricing, where illiquid stocks must compensate in the form of a high rate of return.. keywords : Underpricing, ownership concentration, information asymmetry Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan dan Asimetri Inforrmasi terhadap Underpricing Saham pada saat Initial Offering Public (IPO) di Bursa Efek Indonesia.. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan beberapa kriteria sehingga diperoleh 93 sampel dari 225 perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia pada 2008- 2017. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Konsentrasi Kepemilikan berpengaruh negatif signifikan terhadap Underpricing. Dimana pasar dapat mengetahui konsentrasi kepemilikan yang tinggi saat IPO sebagai sesuatu yang tidak terlalu menarik bagi investor. Pemegang saham mayoritas mencoba untuk meningkatkan proceed dengan membuat harga lebih tinggi saat IPO. (2) Asimetri Informasi berpengaruh dan signifikan terhadap Underpricing, dimana saham yang tidak likuid harus memberikan kompensasi berupa tingkat return yang tinggi. Kata Kunci : Underpricing, Konsentrasi Kepemilikan, Asimetri Informasi PENDAHULUAN Salah satu alternatif sumber pendanaan yang dapat digunakan perusahaan adalah dengan menawarkan sahamnya kepada masyarakat melalui pasar modal. Proses penawaran saham perdana kepada publik melalui pasar perdana dikenal dengan istilah Initial Public Offering (IPO) selanjutnya saham dapat diperjual belikan pada pasar sekunder di bursa efek, akan tetapi permasalahan muncul ketika saham perusahaan diperdagangkan di pasar sekunder. Pada pasar perdana, efek dijual dengan harga emisi, sehingga perusahaan yang menerbitkan emisi hanya memperoleh dana dari penjualan tersebut. (Subagyo, et al 1999:116). Seringkali harga saham perusahaan yang go public mengalami underpricing, yaitu adanya selisih antara harga saham di pasar sekunder dengan harga saham di

PENGARUH KONSENTRASI KEPEMILIKAN DAN ASIMETRI …

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH KONSENTRASI KEPEMILIKAN DAN ASIMETRI …

E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 4, No. 3, 2019 Agustus: 434-445

434

PENGARUH KONSENTRASI KEPEMILIKAN DAN ASIMETRI

INFORMASI TERHADAP UNDERPRICING SAHAM PADA SAAT

INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK INDONESIA

1 Rahmah Fardila, 2Syarifah Rahmawati

1) Mahasiswa Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala

2) Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala 1 e-mail: [email protected]

Abstract: The purpose of this study was to analyze the effect of internal ownership concentration

and information asymmetry of the underpricing of shares in an Initial Public Offering (IPO) in the

Indonesia Stock Exchange (IDX). This study used a purposive sampling technique with certain

criteria, and obtained 93 samples of 155 companies who was listed in the Indonesia Stock Exchange

(IDX) in 2008-2017. The method of analysis used in this study was the method of multiple linear

analysis (Multiple Linear Regression). The results showed that: (1) the ownership concentration

has negative and significant effect to Underpricing,. Where the market can find out the high

concentration of ownership when the IPO is something that is not too attractive for investors.

Majority shareholders try to increase proceedings by making prices higher during the IPO. (2)

Information Asymmetry has a significant and significant effect on Underpricing, where illiquid

stocks must compensate in the form of a high rate of return..

keywords : Underpricing, ownership concentration, information asymmetry

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan dan Asimetri

Inforrmasi terhadap Underpricing Saham pada saat Initial Offering Public (IPO) di Bursa Efek

Indonesia.. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan beberapa kriteria

sehingga diperoleh 93 sampel dari 225 perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia pada 2008-

2017. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Konsentrasi Kepemilikan berpengaruh negatif signifikan

terhadap Underpricing. Dimana pasar dapat mengetahui konsentrasi kepemilikan yang tinggi saat

IPO sebagai sesuatu yang tidak terlalu menarik bagi investor. Pemegang saham mayoritas mencoba

untuk meningkatkan proceed dengan membuat harga lebih tinggi saat IPO. (2) Asimetri Informasi

berpengaruh dan signifikan terhadap Underpricing, dimana saham yang tidak likuid harus

memberikan kompensasi berupa tingkat return yang tinggi.

Kata Kunci : Underpricing, Konsentrasi Kepemilikan, Asimetri Informasi

PENDAHULUAN

Salah satu alternatif sumber

pendanaan yang dapat digunakan

perusahaan adalah dengan menawarkan

sahamnya kepada masyarakat melalui

pasar modal. Proses penawaran saham

perdana kepada publik melalui pasar

perdana dikenal dengan istilah Initial

Public Offering (IPO) selanjutnya saham

dapat diperjual belikan pada pasar

sekunder di bursa efek, akan tetapi

permasalahan muncul ketika saham

perusahaan diperdagangkan di pasar

sekunder. Pada pasar perdana, efek dijual

dengan harga emisi, sehingga perusahaan

yang menerbitkan emisi hanya

memperoleh dana dari penjualan tersebut.

(Subagyo, et al 1999:116).

Seringkali harga saham perusahaan

yang go public mengalami underpricing,

yaitu adanya selisih antara harga saham di

pasar sekunder dengan harga saham di

Page 2: PENGARUH KONSENTRASI KEPEMILIKAN DAN ASIMETRI …

E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 4, No. 3, 2019 Agustus: 434-445

435

pasar perdana atau pada saat IPO. Beatty

(1989) menyatakan bahwa terjadinya

underpricing disebabkan oleh adanya

informasi asimetri. Untuk meminimalkan

terjadinya informasi asimetri antara

investor dengan perusahaan yang akan go

public tersebut maka perusahaan yang

akan go public diwajibkan menerbitkan

prospektus yang berisi berbagai informasi

perusahaan yang bersangkutan. Dari data

pada table 1.1 dapat dilihat sebanyak 224

perusahaan melakukan IPO pada tahun

2008-2017. Dari 224 perusahaan yang

melakukan listing di Bursa Efek Indonesia

: 183 perusahaan mengalami

underpricing, 33 perusahaaan mengalami

overpricing, dan 7 perusahaan yang

mengalami harga saham yang netral.

Perusahaan paling banyak mengalami

underpricing yaitu pada tahun 2017,

dimana 37 Perusahaan listing, 32

perusahaan yang mengalami

underpricing, dan perusahaan melakukan

IPO meningkat dari tahun sebelumnya

yang hanya berjumlah 15 perusahaan.

Dari fenomena tersebut dapat disimpulkan

bahwa setiap tahun di Indonesia lebih

separuh dari separuh jumlah perusahaan

yang melakukan IPO telah mengalami

underpricing.

Underpricing bisa disebabkan oleh

berbagai macam faktor seperti konsentrasi

kepemilikan (kepemilikan mayoritas) dan

asimetri informasi.. Perusahaan dengan

kepemilikan terkonsentrasi (concentrated)

adalah perusahaan yang dikuasai oleh

pemegang saham yang memiliki proporsi

kepemilikan saham terbesar dari total

saham yang beredar (Atmaja et al 2009).

Pemegang saham terbesar juga dapat

mempengaruhi harga saham perdana

perusahaan ketika terjadi kesepakatan

harga antara emiten dengan pihak

underwriter. Adanya konsentrasi

kepemilikan dalam suatu perusahaan,

dapat memunculkan agency problem

antara pemegang saham pengendali dan

pemegang saham minoritas (Shleifer dan

Vishny, 1997). perusahaan tersebut

dikuasai oleh pemegang saham yang

memiliki proporsi kepemilikan saham

perusahaan minimal 20% dari total saham

yang beredar (Atmaja et al., 2009).

Asimetri informasi dapat terjadi karena

perbedaan gap di antara investor yang

memiliki banyak informasi dengan

investor yang kurang atau bahkan tidak

memiliki informasi mengenai prospek

Tabel 1.Jumlah Perusahaan yang mengalami Underpricing periode 2008-2017

Tahun Jumlah IPO

(Perusahaan)

Overpricing

(Perusahaan)

Netral

(Perusahaan)

Underpricing

(Perusahaan)

2008 19 3 - 16

2009 13 4 1 8

2010 23 1 - 22

2011 25 8 1 16

2012 22 1 1 20

2013 30 8 2 20

2014 23 2 1 20

2015 17 2 1 15

2016 15 1 - 14

2017 37 3 - 32

Total 225 33 7 184

Situs :www.ebursa.com diolah 2018

Page 3: PENGARUH KONSENTRASI KEPEMILIKAN DAN ASIMETRI …

E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 4, No. 3, 2019 Agustus: 434-445

435

serta kondisi perusahaan di masa depan

(Gao et al., 2008). Investor dengan

informasi yang lebih baik terhadap

prospek perusahaan akan melakukan

pembelian saham emiten pada saat

penawaran umum perdana dengan

harapan dapat memperoleh return awal

(initial return), Bid-ask spread

mencerminkan informasi asimetri.

Amihud dan Mendelson (1986)

mengemukakan bahwa terdapat

hubungan yang positif antara bid ask

spread dengan imbal hasil yang

diharapkan.. Peneliti lainnya seperti Stoll

(1978) memberikan bukti bahwa bid-ask

spread yang digunakan sebagai proksi

dari informasi asimetri tidak saja

dipengaruhi oleh harga dan jumlah

saham yang diperdagangkan (volume),

tapi juga deviasi harganya.

Ada dua teori untuk menjelaskan

fenomena underpricing yaitu signaling

theory dan agency theory. Teori sinyal

(signaling theory) menunjukan adanya

hubungan asimetri antara manajemen

dengan berbagai pihak yang

berkepentingan terhadap informasi

perusahaan (Raharja & Sari, 2008).

Adanya konsentrasi kepemilikan dalam

suatu perusahaan berarti adanya

pemegang saham pengendali yang

mempunyai kontrol aktif terhadap

perusahaan. Perusahaan yang menjual

sahamnya ke publik akan mengakibatkan

perubahan struktur modal perusahaan.

Dari penjelasan diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa konsentrasi

kepemilikan berpengaruh positif terhadap

underpricing, dimana semakin tinggi

konsentrasi kepemilikan maka semakin

tinggi underpricing. Bid ask spread

mencerminkan asimetri informasi, dimana

semakin tinggi likuiditas dan harga

saham, maka semakin kecil biaya

kepemilikan suatu sekuritas semakin

tinggi volume perdagangan dan harga

suatu saham maka semakin kecil spread

antara harga jual dengan harga beli saham

Semakin tinggi risiko likuiditas maka

semakin tinggi informasi asimetri yang

dihadapi oleh market maker akibat

ketidakpastian apakah informasi baru

akan ada (Easley dan O’hara, 1987). Oleh

karena itu, asimetri berpengaruh

signifikan terhadap underpricing.

Adapun tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui pengaruh konsentrasi

kepemilikan terhadap underpricing saham

pada saat Initial Public Offering (IPO).

Dan untuk mengetahui pengaruh asimetri

informasi terhadap underpricing saham

pada saat Initial Public Offering (IPO).

TELAAH PUSTAKA DAN

HIPOTESIS

Asimetri Informasi

Asimetri informasi merupakan

kondisi di mana salah satu pihak memiliki

informasi yang lebih baik jika

dibandingkan dengan pihak-pihak yang

lain. De Lorenzo dan Fabrizio (2001)

menyatakan hampir semua penelitian

terdahulu menjelaskan terjadinya

underpricing akibat dari adanya asimetri

dalam distribusi informasi antara pelaku

IPO yaitu perusahaan, underwriter, dan

investor. Untuk mengukur underpricing

dapat digunakan initial return saham suatu

perusahaan yang dihitung dengan

menselisihkan harga penawaran dan harga

penutupan pada saat IPO dibagi dengan

harga penawaran pada hari itu. Semakin

tinggi initial return maka likuiditas akan

semakin tinggi pula (Li, et al., 2005).

Page 4: PENGARUH KONSENTRASI KEPEMILIKAN DAN ASIMETRI …

E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 4, No. 3, 2019 Agustus: 434-445

436

Menurut Jogiyanto (2010:417)

Indikator yang digunakan untuk mengukur

variabel asimetri informasi dapat dilihat dari

selisih harga beli terendah yang diajukan

oleh pembeli dan harga jual tertinggi yang

diminta oleh penjual. Dalam penelitian ini

asimetri informasi diukur menggunakan

bid-ask spread yang merupakan salah satu

ukuran dalam likuiditas yang mengukur

asimetri informasi terhadap underpricing

saham.

Amihud dan Mendelson (1986)

mengemukakan bahwa terdapat hubungan

yang positif antara bid ask spread dengan

imbal hasil yang diharapkan. Bid-ask

spread models adalah model yang

dikemukakan oleh Stoll (1989). Model ini

mengekplorasi tentang keterkaitan antara

bid-ask spread dengan karakteristik dari

pasar modal itu sendiri seperti volume

perdagangan, harga saham, jumlah market

maker (dealer), risiko dari sekuritas, dan

faktor lainnya (Stoll, 1989).

Signaling Theory

Kondisi underpricing ini merupakan

sebuah signal yang diberikan kepada

investor bahwa perusahaan teresbut

merukapan perusahaan yang bagus. Arti

dari Signal yang diberikan tersebut

memandakan bahwa perusahaan akan

memberikan keuntungan pada masa

mendatang (Allen dan Faulhaber, 1989).

Teori ini berkaitan dengan asimetri

informasi yang dapat terjadi apabila salah

satu pihak mempunyai sinyal informasi

yang lebih lengkap daripada pihak lain.

Menurut Enika (2013) signaling

theory menjelaskan bagaimana

seharusnya sinyal-sinyal keberhasilan

atau kegagalan manajemen (perusahaan)

disampaikan kepada pemilik

(investor).Berdasarkan teori ini

perusahaan dituntut memberikan

pengungkapan penuh kondisinya agar

investor dapat memperoleh informasi

yang mendorong keputusan investasi

mereka.

Agency Theory

Inti dari masalah agensi adalah

pemisahan manajemen dan keuangan,

atau - yang lebih standar - kepemilikan

dan kontrol. Pengusaha, atau manajer,

mengumpulkan dana dari investor baik

untuk digunakan secara produktif atau

untuk mencairkan kepemilikannya di

perusahaan. Pemodal membutuhkan

modal manajer khusus untuk

menghasilkan pengembalian dana

mereka. Manajer membutuhkan dana

pemodal, karena ia tidak memiliki modal

sendiri untuk diinvestasikan atau ingin

mencairkan kepemilikannya.

Fenomena yang sering terjadi di

Indonesia adalah fenomena agency

problem yang kedua yaitu ketika sebagian

besar perusahaan memiliki pemegang

saham mayoritas (konsentrasi

kepemilikan).Kendali absolut yang

dimiliki oleh pemegang saham mayoritas

digunakan untuk memutuskan harga

saham perdana perusahaan.,

Underpricing

Underpricing merupakan selisih

positif antara harga penutupan di pasar

sekunder di hari pertama setelah IPO dengan

harga penawaran perdana (saat IPO).Menurut

Ritter (1984) dalam underpricing diukur

dengan initial return yaitu selisih antara harga

saham pada hari pertama perdagangan di

pasar sekunder dengan harga penawaran

saham pada saat IPO, dibagi dengan harga

penawaran saat IPO..Ukuran ini juga

digunakan oleh beberapa peneliti seperti

Kumar (2010) dan Darmadi dan Gunawan

Page 5: PENGARUH KONSENTRASI KEPEMILIKAN DAN ASIMETRI …

E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 4, No. 3, 2019 Agustus: 434-445

437

(2012).Initial return dapat dirumuskan

sebagai berikut:

%sin

priceoffering

priceofferingpricegcloreturninitial

Keterangan :

IR : Initial Return

Closing Price : Harga penutupan pada

hari pertama di pasar

sekunder

Offering Price: Harga penawaran perdana

Asimetri Informasi

Asimetri informasi merupakan

komponen dari underpricing dimana Bid-

ask spreads adalah salah satu ukuran

dalam likuiditas pasar yang digunakan

secara luas dalam penelitian terdahulu

sebagai pengukuran asimetri informasi

antara manajemen dan pemegang saham

perusahaan (investor) (Rahmawati et al.

2006). Pada penelitian ini, peneliti

mengambil periode 20 hari setelah

perusahaan melakukan IPO. Bid-asks

spreads dapat dirumuskan sebagai

berikut:

SPREAD = (aski,t– bidi,t)/{(aski,t+

bidi,t)/2} x 100

Keterangan:

Aski,t : harga permintaan tertinggi saham

perusahaan i yang terjadi pada

hari t

Bidi,t : harga penawaran terendah saham

perusahaan i yang terjadi pada

hari t

Konsentrasi kepemilikan

Kepemilikan terkonsentrasi adalah

proporsi kepemilikan saham yang

dipegang oleh pemegang saham terbesar

(Atmaja et al. 2009). Dimana pemegang

saham mayoritas memiliki wewenang

dalam penetapan harga pada saat IPO.

Variabel konsentrasi kepemilikan dilihat

dari persentase terbesar dengan masing-

masing kepemilikan minimal 20% dari

total saham yang beredar (Atmaja et al.,

2009).

Pemegang saham terbesar juga dapat

mempengaruhi harga saham perdana

perusahaan ketika terjadi kesepakatan

harga antara emiten dengan pihak

underwriter. Adanya konsentrasi

kepemilikan dalam suatu perusahaan,

dapat memunculkan agency problem

antara pemegang saham pengendali dan

pemegang saham minoritas (Shleifer dan

Vishny, 1997). Perusahaan tersebut

dikuasai oleh pemegang saham yang

memiliki proporsi kepemilikan saham

perusahaan minimal 20% dari total saham

yang beredar (Atmaja et al., 2009). Untuk

mengurangi resiko diambil alihnya hak

kontrol penuh atas perusahaan, pemegang

saham mayoritas membeli saham yang di

jual saat proses IPO. Harga penawaran

saham perdana yang murah, akan

membuka kesempatan pemegang saham

pengendali untuk mempertahankan

kontrol efektif atas perusahaan dengan

menambah kepemilikan jumlah saham

perusahaan tersebut. Hal ini untuk

mengantisipasi adanya pergeseran hak

kontrol atas perusahaan dari pemegang

saham mayoritas oleh investor baru yang

potensial, sehingga pemegang saham

mayoritas cenderung menerima penetapan

harga saham perdana dengan harga yang

murah (underpricing). Oleh karena itu

penelitian ini mengajukan hipotesis

sebagai berikut:

H1:Konsentrasi kepemilikan berpengaruh

positif terhadap underpricing saham

saat IPO.

Ketika terdapat asimetri informasi,

keputusan pengungkapan yang dibuat

Page 6: PENGARUH KONSENTRASI KEPEMILIKAN DAN ASIMETRI …

E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 4, No. 3, 2019 Agustus: 434-445

438

H1(+)

H2

Gambar 1. Model Kerangka Teoritis

oleh manajer dapat mempengaruhi harga

saham karena asimetri informasi antara

investor yang lebih informed dan kurang

informed akan menimbulkan biaya

transaksi dan mengurangi likuiditas dalam

pasar saham suatu perusahaan. Investor

dengan informasi yang lebih baik terhadap

prospek perusahaan akan melakukan

pembelian saham emiten pada saat

penawaran umum perdana dengan

harapan dapat memperoleh return awal

(initial return), Bid-ask spread

mencerminkan informasi asimetri.

Amihud dan Mendelson (1986)

mengemukakan bahwa terdapat hubungan

yang positif antara bid ask spread dengan

imbal hasil yang diharapkan. Pengertian

likuiditas yang paling sederhana adalah

kemampuan untuk melakukan transaksi

tanpa mengeluarkan biaya yang signifikan

Teori keuangan menyarankan bahwa

likuiditas saham berhubungan positif

terhadap harga ekuitas. Likuiditas yang

semakin meningkat akan menurunkan

biaya modal ekuitas dengan mengurangi

kompensasi yang diminta investor untuk

atas susahnya untuk menjual saham yang

dimilikinya tersebut (Amihud dan

Mendelson, 1986). Berdasarkan uraian di

atas peneliti mengajukan hipotesis sebagai

berikut:

H2: Asimetri informasi berpengaruh

signifikan terhadap underpricing

saham saat IPO.

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah

perusahaan yang go public di BEI pada

tahun 2008 sampai tahun 2017. Pada

penelitian ini penarikan sampel dilakukan

dengan menggunakan metode purposive

sampling, Dari criteria yang diberikan 93

perusahaan yang memenuhi sampel.

Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling dengan beberapa

kriteria sehingga diperoleh 93 sampel dari

225 perusahaan yang listing di Bursa Efek

Indonesia pada 2008-2017. Data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

data sekunder bersifat kuantitatif runtun

waktu, yaitu data yang diperoleh secara

tidak langsung dan telah dipublikasikan.

Data yang dikumpulkan adalah data

prospectus perusahaan, dan harga saham.

data bid ask spread

UnderpricingSaham

Asimetri

Informasi

Konsentrasi

Kepemilikan

Page 7: PENGARUH KONSENTRASI KEPEMILIKAN DAN ASIMETRI …

E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 4, No. 3, 2019 Agustus: 434-445

439

digunakan untuk mengukur asimetrri

informasi. Data yang digunakan untuk

mengukur informasi asimetri adalah data

harga saham tertinggi dan data harga

saham terendah. Data initial return adalah

harga saham di pasar perdana dan harga

saham penutupan di hari pertama pasar

sekunder.

Variabel Operasional

Variabel operasional dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Dependen

-Underpricing

2. Variabel Independen

-Asimetri Informasi

-Kepemilikan Konsentrasi

Peralatan Analisis Data

Uji hipotesis dilakukan dengan

menggunakan Ordinary Least Square

(OLS) untuk menguji kelayakan model

persamaan regresi. .Dalam penelitian ini

semua asumsi klasik dalam model regresi

telah terpenuhi. Berikut adalah rumus

regresi linear berganda yang digunakan

dalam penelitian ini yang diolah dengan

SPSS:

i,t2i,t1i,1ti, eXXY

Dimana:

ti,Y = Underpricing

= Konstanta

21 = Koefisien regresi dari

setiap variabel

independen

t1i,X =Konsentrasi Kepemilikan

t2i,X = Bid-ask Spread

ei = Error Term

HASIL DAN PEMBAHASAN

Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan hasil

olahan statistik dari variabel-variabel

penelitian ini. Statistik deskriptif

diperlukan guna mengetahui gambaran-

gambaran dari variabel-variabel yang

diteliti, yaitu konsentrasi kepemilikan,

dan bid-ask Spread. Secara ringkas nilai

statistik deskriptif dari masing-masing

variabel dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 merupakan hasil

perhitungan statistic deskriptif 3 variabel

penelitian yaitu konsentrasi kepemilikan,

Spread, serta underpricing sebagai

variabel dependen. Dalam hasil pengujian

statistik deskriptif, rata-rata (mean) dari

variabel underpricing menunjukkan

bahwa initial return atau imbal hasil rata-

rata yang diperoleh investor pada hari

pertama perdagangan adalah minimal

sebesar 0.3%, initial return tertinggi

adalah sebesar 102Variabel Underpricing

memiliki nialai mean yang lebih besar dari

nilai standar deviasi, hal ini menunjukkan

distribusi data yang baik.

Variabel Konsentrasi Kepemilikan

memperoleh nilai persentase pemegang

saham mayoritas minimum 21% dan

maksimum 423% dengan rata-rata sebesar

56%. Hal tersebut menunjukkan bahwa

secara umum, saham yang dimiliki

perusahaan lebih terkonsentrasi dan

Tabel 2. Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

underpricing 155 .003472 1.021429 .31945566 .258743945

Own_cons 155 .2103 4.2361 .560568 .3510780

Spread 155 .00000 .294574 .04530266 .045941358

Valid N (listwise) 155

Sumber : Data diolah dengan SPSS (2019)

Page 8: PENGARUH KONSENTRASI KEPEMILIKAN DAN ASIMETRI …

E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 4, No. 3, 2019 Agustus: 434-445

440

pemegang saham terbesar menguasai

lebih dari 50% saham perusahaan-

perusahaan tersebut. Nilai rata-rata ini

lebih besar daripada nilai standar

deviasinya yaitu 35%. Hal ini

menunjukkan data tersebar dengan baik.

Variabel Spread menunjukkan

nilai selisih harga beli terendah dengan

harga jual tertinggi pada periode tertentu

pada sampel penelitian ini adalah

minimum 0% dan nilai maksimum dari

Spread sebesar 29%, dengan nilai rata-

rata 4,5%. Dimana nilai rata rata Spread

pada penelitian ini rendah dan

menandakan bahwa saham tersebut likuid.

Hal ini menunjukkan bahwa besarnya

nilai Bid-Ask Spread Saham yang

dijadikan sebagai sampel penelitian ini

berkisar antara 0,000 hingga 0,29. Nilai

rata-rata ini sama besar dengan nilai

standar deviasinya yaitu 4,5%. Hal ini

menunjukkan data tidak tersebar dengan

baik

Pengujian Hipotesis

Teknik analisis data dalam

penelitian ini menggunakan metode

analisis Regresi Linear Berganda

(Multiple Linear Regression). Analisis ini

dilakukan untuk membuktikan apakah ada

pengaruh antara variabel bebas terhadap

variabel terikat dengan persamaan kuadrat

terkecil (Ordinary Least Square).

Pengujian koefisien determinasi

(R2) dilakukan untuk melihat seberapa

besar variabel independen dapat

menjelaskan variabel dependen dalam

model regresi. Hasil perhitungan

koefisien determinasi dapat dilihat pada

Tabel 4. Berdasarkan tabel di atas dapat

diketahui bahwa nilai R square (R2)

adalah 0,315. Ini menunjukkan bahwa

variabel konsentrasi kepemilikan, spread,

mampu menjelaskan variabel

underpricing sebesar 31.5%. Sedangkan

sisanya yaitu sebesar 68,5% dijelaskan

oleh variabel-variabel lain diluar model

Dari Tabel 4, maka model dari penelitian

ini adalah :

Y = -0.121 -0.478 OWN_CONS + 0.491

SPREAD + ε

Tabel 3. Hasil Uji Regresi

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

B Std. Error Beta

1 (Constant) -.121 .150

Log_own_cons -.478 .172 -.243

Log_spread .491 .089 .485

Sumber : Data diolah dengan SPSS (2019)

Tabel 4. Hasil Pengujian Koefisien Determinasi (R2)

Model R R Square Adjusted R Square

1 .561 .315 300

Sumber : Data diolah dengan SPSS (2019)

Page 9: PENGARUH KONSENTRASI KEPEMILIKAN DAN ASIMETRI …

E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 4, No. 3, 2019 Agustus: 434-445

440

yang dianalisis seperti Return on Equity,

Return on Asset, reputasi underwriter,

ukuran perusahaan, jenis industri, umur,

BI rate, Inflasi, dsb.

Bertujuan melihat variabel

independen berpengaruh juga signifikan

atau tidak secara parsial, dilihat dari t

parsial (pada tabel ditunjukkan dengan t-

statistic), berikut hasil uji t dapat dilihat

pada Tabel 5. Berdasarkan pengujian

model di atas maka dapat disimpulkan

bahwa variabel konsentrasi kepemilikan

memiliki pengaruh negatif signifikan

terhadap variabel underpricing,. Dimana

tingkat signifikansinya lebih kecil dari 5%

dengan nilai coefficient yang negatif.

Variabel spread menunjukkan tingkat

signifikansi yang < 0,05 dan nilai

coefficient yang positif. Artinya spread

yang ditawarkan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap uderpricing pada

tingkat signifikansi 5%.

Hubungan Konsentrasi Kepemilikan

berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan

hubungan negative signifikan antara

konsentrasi kepemilikan dengan

underpricing. Sehingga H1 ditolak. Hasil

penilitian ini tidak sejalan dengan

penelitian Venkatesh dan Neupane (2009)

yang menyatakan bahwa konsentrasi

kepemilikan tidak memiliki hubungan

dengan underpricing. Neupane dan

Venkatesh (2005) juga mengatakan

bahwa investor melihat konsentrasi

kepemilikan yang tinggi saat IPO sebagai

sesuatu yang tidak terlalu menarik bagi

investor. Pemegang saham mayoritas

mencoba untuk meningkatkan proceed

dengan membuat harga lebih tinggi saat

IPO. Namun hasil penelitian ini sejalan

dengan Chen dan Strange (2004), disisi

lain, Chen dan Strange telah membuktikan

dalam konteks lingkungan peraturan yang

buruk bahwa rasio konsentrasi yang tinggi

menyebabkan initial return IPO yang lebih

rendah karena pasar mengidentifikasi

kemampuan pemegang saham dominan

untuk mengejar keuntungan pribadi

dengan mudah dan tanpa penalty.

Di negara berkembang, konteks

kelembagaan membuat penegakan

kontrak keagenan lebih mahal dan

bermasalah (North, 1990; Wright et al.,

2005). Ini menghasilkan prevalensi

kepemilikan perusahaan terkonsentrasi

(Dharwadkar et al., 2000). Kepemilikan

terkonsentrasi, dikombinasikan dengan

tidak adanya mekanisme tata kelola

eksternal yang efektif, menghasilkan

konflik yang lebih sering antara pemegang

saham pengendali dan pemegang saham

minoritas (Morck et al., 2005). Ini

kemudian dikenal sebagai model

Tabel 5. Hasil Uji statistic t

Model

Unstandardized

Cefficients

Standardized

Coeffients

t Sig. B

Std.

Error Beta

1 (Constant) -.121 .150 -.806 .423

Log_own_cons -.478 .172 -.243 -2.778 .007

Log_spread .491 0.89 .485 5.538 .000 Sumber : Data diolah dengan SPSS (2019)

Page 10: PENGARUH KONSENTRASI KEPEMILIKAN DAN ASIMETRI …

E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 4, No. 3, 2019 Agustus: 434-445

441

prinsipal-prinsipal (PP) dari tata kelola

perusahaan, yang berpusat pada konflik

antara pemegang saham pengendali dan

minoritas di sebuah perusahaan

(Dharwadkar et al., 2000).

La Porta, et al (1999) menyatakan

bahwa lemahnya penegakan hak-hak

kepemilikan oleh negara adalah

kemungkinan penyebab terkonsentrasinya

kepemilikan perusahaan-perusahaan di

Asia, karena mereka sering menghadapi

sistem hukum yang lemah, penegakan

hukum yang buruk, dan korupsi.

Demikian juga, sistem hak properti yang

lemah di Asia juga dapat menjelaskan

mengapa kelompok bisnis yang

dijalankan keluarga merupakan bentuk

organisasi yang dominan. Alasan terkait

lainnya untuk prevalensi kelompok di

Asia mungkin adalah pasar eksternal yang

kurang berkembang, baik pasar keuangan,

manajerial dan faktor-faktor lain, yang

cenderung mendukung pasar internal

untuk alokasi sumber daya (Claessens dan

Fan (2002).

Hasil pengujian hipotesis ini

bertentangan dengan agency theory yang

menyatakan bahwa pemegang saham

mayoritas sengaja untuk merendahkan

harga perdana saham agar pemegang

saham mayoritas tidak kehilangan kendali

absolut atas perusahaan. Hal ini

dikarenakan pemegang saham mayoritas

tidak ingin hak kontrol efektifnya di ambil

alih oleh investor baru yang potensial.

Oleh karena itu pemegang saham

mayoritas (pemegang kendali)

menggunakan hak kontrol efektifnya

untuk menetapkan harga penawaran

perdana yang rendah, sehingga mereka

bisa membeli kembali saham perusahaan

pada saat IPO. Darmadi dan Gunawan

(2013) menemukan hubungan yang tidak

signifikan antara konsentrasi kepimilikan

dengan underpricing.

Namun, temuan ini sejalan dengan

Chen dan Strange (2004) yang

menyatakan adanya hubungan negative

dan signifikan, Chen dan Strange

Berpendapat bahwa perusahaan yang

dikendalikan oleh pemegang saham

mayoritas memiliki premi IPO yang jauh

lebih kecil karena pasar memahami

dengan benar nilai hak control, dan

informasi ini akan tercermin dalam harga

pasar. Chen dan Strange menemukan

bahwa underpricing berhubungan negatif

dengan proporsi saham yang dipegang

oleh pemegang saham terbesar, yang

berarti bahwa investor luar merasakan

kemampuan yang tidak terhindarkan dari

pemegang saham pengendali untuk

mengejar keuntungan pribadi dengan

mengorbankan yang lain dan karena itu

cenderung menurunkan harga IPO. jika

kita meneliti data, terjadinya hubungan

negative antar konsentrasi kepemilikan

dengan underpricing memang

ditunjukkan oleh beberapa perusahaan,

seperti PT Indofood CBP Sukses Makmur

Tbk. memiliki proporsi saham sebesar

80% namun tingkat underpricing nya

sebesar 10%. PT Yanaprima Hastapersada

Tbk. Dimana memiliki proporsi saham

sebesar 89% dan tingkat underpricing nya

hanya 17%.

Hubungan asimetri informasi

terhadap underpricing saham saat IPO

diproksikan dengan spread berdasarkan

tabel 5 menunjukkan hubungan positif

dan signifikan. Sehingga H2 diterima.

Amihud (2002) menyatakan adanya

hubungan negatif dan signifikan antara

likuiditas dengan return saham, dimana

semakin likuid suatu saham, return yang

dihasilkan juga semakin kecil. Hal ini

Page 11: PENGARUH KONSENTRASI KEPEMILIKAN DAN ASIMETRI …

E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 4, No. 3, 2019 Agustus: 434-445

442

terjadi karena saham likuid dinilai

memiliki risiko yang lebih kecil

dibandingkan dengan saham tidak likuid,

sehingga return yang diberikan sebagai

kompensasi atas risiko yang rela investor

tanggung, juga lebih kecil. Booth dan

Chua (1986) menyatakan bahwa

underpricing dan oversubscription secara

positif berhubungan, karena semakin

underpriced suatu penawaran, semakin

menarik bagi investor. Likuiditas saham

berpengaruh negatif signifikan terhadap

underpricing. Hal ini terjadi karena

perusahaan yang menyediakan informasi

relevan yang dapat diperoleh investor baik

dari prospektus maupun publikasi lain

akan menyebabkan tingginya tingkat

transaksi saham yang dilakukan. Semakin

tinggi likuiditas maka semakin rendah

tingkat underpricing. Hal senada juga

disampaikan oleh Ellul & Pagano (2006)

yang menyatakan adanya pengaruh

likuiditas terhadap underpricing.Menurut

Ellul dan Pagano tidak likuidnya

aftermarket memperburuk risiko dan

meningkatkan komponen risiko premium

dari underpricing IPO. Hasil ini sejalan

dengan Nilmawati (2009) pada

penelitiannya menemukan hasil untuk

periode pengamatan jangka panjang,

terdapat hubungan positif artinya semakin

tinggi underpricing yang dialami suatu

perusahaan maka semakin tinggi spread,

tetapi secara statistic tidak signifikan.

Hasil Penelitian Nilmawati (2009)

menunjukkan bahwa koefisien regresi

underpricing menunjukkan arah yang

diharapkan secara teoretis yaitu

berpengaruh negatif pada spread dan

berpengaruh positif pada turn-over dalam

jangka pendek. Akan tetapi hal ini secara

statistik tidak signifikan. Dalam jangka

panjang koefisien yang dimaksud berubah

dari arah yang diharapkan, yaitu menjadi

berpengaruh positif pada spread dan

berpengaruh negatif pada turn-over dan

secara statistik juga tidak signifikan. Hasil

penelitian ini tidak mendukung temuan Li,

et al. (2005) yang menemukan bahwa

underpricing secara positif berpengaruh

pada turn-over dan secara negative

berpengaruh pada spread. Serta temuan

Booth & Chua (1986), bahwa initial

return (i) berpengaruh positif terhadap

likuiditas.

Menurut Aisyah dan Setyawati

(2017) Likuiditas saham berpengaruh

negatif signifikan terhadap underpricing.

Tingginya frekuensi jumlah transaksi

saham pada saat IPO dengan jumlah

saham beredar menunjukkan saham

tersebut diminati oleh para investor

sehingga dapat memperkecil selisih harga

pada saat harga penutupan suatu saham di

bursa dengan harga saham pada saat

penawaran saham perdana. Apabila

saham yang semula diharapkan likuid

berubah menjadi tidak likuid setelah

beberapa waktu diperdagangkan dipasar

sekunder harus memberikan tingkat return

yang lebih tinggi. Sehingga emiten akan

menjual sahamnya pada harga saham yang

lebih tinggi pada saham penawaran saham

perdana (IPO), hal ini menyebabkan

tingkat underprice yang semakin rendah.

Oleh karena itu, saham harus ditawarkan

dengan tingkat underpricing yang layak

mengkompensasi saham yang likuid

tersebut tersebut.

Asimetri informasi juga bukan

merupakan faktor utama di dalam

fenomena underpricing (Ritter dan

Welch, 2002). Penelitian yang dilakukan

oleh Adam (2009) menunjukkan bahwa

asimetri informasi secara parsial

berpengaruh terhadap underpricing.

Page 12: PENGARUH KONSENTRASI KEPEMILIKAN DAN ASIMETRI …

E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 4, No. 3, 2019 Agustus: 434-445

443

Ketika terdapat asimetri informasi,

keputusan pengungkapan yang dibuat

oleh manajer dapat mempengaruhi harga

saham karena asimetri informasi antara

investor yang lebih informed dan kurang

informed akan menimbulkan biaya

transaksi dan mengurangi likuiditas dalam

pasar saham suatu perusahaan. Likuiditas

yang semakin meningkat akan

menurunkan biaya modal ekuitas dengan

mengurangi kompensasi yang diminta

investor untuk atas susahnya untuk

menjual saham yang dimilikinya tersebut

(Amihud dan Mendelson, 1986).

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Konsentrasi kepemilikan memiliki

pengaruh negatif dan signifikan

terhadap Underpricing saham di

Bursa Efek Indonesia hasil penelitian

ini didukung oleh penelitian

sebelumnya dimana dapat terjelaskan

dalam konteks lingkungan peraturan

yang buruk bahwa rasio konsentrasi

yang tinggi menyebabkan initial

return IPO yang lebih rendah karena

pasar mengidentifikasi kemampuan

pemegang saham dominan untuk

mengejar keuntungan pribadi dengan

mudah dan tanpa penalty.

2. Asimetri informasi yang diproksikan

dengan Bid-ask Spread berpengaruh

positif signifikan terhadap

underpricing saham di Bursa Efek

Indonesia. Bid-ask Spread

mencerminkan kondisi likuidnya

suatu saham, semakin kecil bid-ask

spread makan semakin likuid saham

tersebut, likuiditas mencerminkan

asimetri informasi, namun, hasil yang

ditemukan bahwa bid-ask spread

berpengaruh positif terhadap

underpricing, dimana semakin tinggi

bid-ask spread semakin tinggi juga

underpricing. Saham yang tidak likuid

harus memberikan kompensasi berupa

tingkat return yang lebih tinggi.

Sehingga peneliti mengemukakan

beberapa saran, sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan , disarankan agar

dapat lebih memperhatikan faktor –

faktor yang mempengaruhi

Underpricing sebelum melakukan

Initial Public Offering, sehingga

perusahaan dapat menghindari

terjadinya Underpricing yang terlalu

besar dan menyebabkan tidak

maksimalnya modal yang diperoleh

perusahaan ketika listing di Bursa

Efek Indonesia.

2. Bagi Investor, disarankan agar

memperhatikan faktor – faktor yang

dapat memberikan Initial Return (IR)

yang tinggi sebelum berinvestasi di

pasar sekunder pada saham yang

melakukan Initial Public Offering,

sehingga investor bisa mendapatkan

keuntungan yang optimal.

3. Bagi Akademisi dan peneliti-peneliti

selanjutnya, disarankan agar

melakukan penelitian terhadap

Underpricing dengan faktor – faktor

lainnya sebagai variabel independen,

seperti Return on Asset, Reputasi

Underwriter, Umur dan sebagainya.

REFERENSI

Aggarwal, R., Leal, R., & Hernandez, F.

(1993). The aftermarket

performance of initial public

offerings in Latin America.

Page 13: PENGARUH KONSENTRASI KEPEMILIKAN DAN ASIMETRI …

E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 4, No. 3, 2019 Agustus: 434-445

444

Financial Management, 22,

42–53.

Allen, f., & faulhaber, g. R. (1989).

Signalling by underpricing in

the ipo market. Journal of

financial economics, 23(2),

303–323

Amihud, Yakov dan Mendelson,

Haim.(1986). Asset Pricing and

The Bid Ask Spread. Journal of

Financial Economics, 17 : 223-

249.

Atmaja, Setia., tanewski, g. A., & skully,

m. (2009). The role of

dividends, debt and board

structure in the governance of

family controlled firms.

Journal of business finance &

accounting, 36(7-8), 863–898.

Baron, d. P. (1982). A model of the

demand for investment banking

advising and distribution

services for new issues. The

Journal of Finance, 37(4), 955–

976.

Beatty,R.P.(1989). Auditor Reputation

and The Pricing of Initial Public

Offering. Accounting

Review,64(4), 693-709.

Chen, Jian., Strange, Roger, (2004). The

effect of ownership structure on

the underpricing of initial

public offering: Evidence from

Chinese Stock Markets. The

Management Centre Research

Papers, Kings College London,

Chi, J., & Padgett, C. (2002). Short-run

underpricing and its

characteristics in Chinese IPO

markets. ISMA Discussion

Papers in Finance, The

University of Reading, UK.

Darmadi, Salim dan Gunawan,

Randy.(2012). Underpricing

Board Structure, and

Ownership: An Empirical

Examination of Indonesian IPO

Firm. Working Paper.

Bappepam-LK dan DJP.

De Lorenzo, Massimo and Stefano

Fabrizio. (2001). Asymetric

Information and The Role of

Underwriter, The Prospectus

and The Analyst in

Underpricing of IPO. The

Italian Case.

Ellul, A. dan Pagano, M. (2006). IPO

Underpricing and After-Market

Liquidity. The Review of

Financial Studies, 19(2), 381-

421

Kumar, Venkata Vijay. (2010). A Study of

Undepricing of Initial Public

Offers (IPO) And Its Impact on

Performance of IPO Stocks in

Indian Financial Markets.

Social Science Research

Network

La Porta, R., F. L. D. Silanes, & A.

Shleifer. (1999). Corporate

Ownership Around The World.

The Journal of Finance. 54 (2),

471-517.

La porta, r., lopez-de-silanes, f., shleifer,

a., & vishny, r. W. (2000).

Agency problems and dividend

policies around the world. The

journal of finance, 55(1), 1–33.

Loughran, T., Ritter, J., (2002). Why don’t

issuers get upset about leaving

money on the tabel in IPOs?

Review of Financial Studies,

15, 413–443.

Modigliani, F. dan M. Miller. (1958). The

Cost of Capital, Corporate

Finance, and The Theory of

Investment. American

Economics Review, 48(3) 261-

297.

Neupane, S. dan Venkatesh, S. (2005).

Does Ownership Structure

Affect IPO Underpricing:

Evidence from Thai IPOs.

Asian Institute of Technology,

Bangkok.

Rock,K.(1986). Why New Issues Are

Underpriced. Journal of

Page 14: PENGARUH KONSENTRASI KEPEMILIKAN DAN ASIMETRI …

E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 4, No. 3, 2019 Agustus: 434-445

445

Financial Economic, 15, 187-

212.

Shleifer, A. & R. W. Vishny. (1997). A

Survey of Corporate

Governance. The Journal of

Finance. 52 (2), 737-783.

Singh, Priyanka dan Brajesh Kumar

(2012), “Short Run and Long

Run Dynamics of Initial Public

Offerings: Evidence from

India”, Jindal Journal of

Business Research, 1, 87-113.

Stoll,H.R (1989). Inferring the

Components of the Bid-Ask

Spread : Theory and Empirical

Test. Journal of Finance,

.44(1), 115-134.

Stoll,H.R.(1978). The Pricing of Security

Dealer Services: An Empirical

Study of NASDAQ Stock.

Journal of Finance, 1153-1172.

https://e-bursa.com (Diakses tanggal 30

Desember 2018)

https://idx.com (Diakses tanggal 30

Desember 2018)

https://id.beritasatu.com/home/strategi-

sukses-ipo/162255 (Diakses

tanggal 15 Desember 2018

Page 15: PENGARUH KONSENTRASI KEPEMILIKAN DAN ASIMETRI …
Page 16: PENGARUH KONSENTRASI KEPEMILIKAN DAN ASIMETRI …

E-ISSN: 2598-635X Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 4, No. 3, 2019 Agustus: 434-445

447