Upload
hoangtuyen
View
227
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH KONSERVATISME AKUNTANSI, REAL EARNINGS
MANAGEMENT DAN INFORMATION ASYMMETRY TERHADAP
RETURN SAHAM
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2013-2015)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
Fitri Dwi Febrianti
NIM : 1113082000058
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
ii
iii
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Senin , 27 Juli 2017 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Fitri Dwi Febrianti
2. NIM : 1113082000058
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Konservatisme Akuntansi, Real Earnings
Management, dan Information Asymmetry terhadap Return
Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015)
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Fitri Dwi Febrianti
2. Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 18 Febuari 1996
3. Alamat : Komplek Puri Pamulang Blok
C3 No 6 RT 002/025,
Pamulang Barat, Tangerang Selatan 15417
4. Telepon : 085695319364
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD (2002-2008) : SDN Pamulang Permai
2. SMP (2008-2010) : SMPN 3 Tangerang Selatan
3. SMA (2010-2013) : SMAN 6 Tangerang Selatan
4. S1 (2013-2017) : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Dr. Sugiyanto, SE.,MM
2. Tempat & Tanggal Lahir : Kebumen, 08 Oktober 1966
3. Ibu : Lilis Mardiawati
4. Tempat & Tanggal Lahir : Garut, 14 Januari 1971
6. Alamat : Komplek Puri Pamulang Blok C3 No 6
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Wakil Bendahara Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi Periode
2014-2015.
2. Bendahara Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi Periode 2015-
2016.
3. Anggota Ikatan Mahasiswa Akuntansi Indonesia (IMAI) Simpul
Jakarta 2014-2017.
vii
ABSTRACT
The Effect of Accounting Conservatism, Real Earnings Management and Information
Aymmetry In Stock Returns (Study on Manufacturing Companies Listed on Indonesia
Stock Exchange During The Years 2013-2015)
This study aims to analyze the influence of accounting conservatism, real
earnings management, and information asymmetry on stock returns. This study
uses the sample of all manufacturing companies listed on the Indonesia Stock
Exchange during the period 2013 to 2015. The total number of companies used
as research samples are 47 companies with observations for 3 years. Pursuant to
purposive sampling method, total of research sample is 141 financial report and
annual report.
This research is a kind of quantitative scientific research using scientific
research in the form of positive economy. Data collection method used is
secondary data, that is the data obtained by researchers indirectly through
intermediary media and literature study, this research data obtained from
www.idx.co.id and some corporate website. This research uses purposive
sampling method. Hypothesis testing in this study using multiple linear
regression analysis with the help of SPSS software version 22.
Based on the result of multiple regression analysis with 5% significance
level, the result of this research concludes: (1) Conservatism with accrual-based
conservatism proportion has significant negative effect to stock returns with
significance value 0,032 <0.050. (2) real earnings management with a
discretionary cash flow proxy no affects the stock returns with a significance
value of 0.050. (3) information asymmetry with proxy of bid-ask spread has no
significant effect on stock returns with significance value 0,453>0.05.
Keywords : Conservatism, Real Earnings Management, Information
Asymmetry, Stock Returns.
viii
ABSTRAK
Pengaruh Konservatisme Akuntansi, Real Earnings Management dan
Information Aymmetry Terhadap Return Saham
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2013-2015)
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh konservatisme
akuntansi, real earnings management, dan information asymmetry terhadap return
saham. Penelitian ini menggunakan sampel seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2013 sampai 2015. Jumlah
seluruh perusahaan yang dijadikan sampel penelitian adalah 47 perusahaan
dengan pengamatan selama 3 tahun. Berdasarkan metode purposive sampling,
total sampel penelitian adalah 141 laporan keuangan dan laporan tahunan.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian ilmiah kuantitatif dengan
menggunakan penelitian keilmuan berupa ekonomi positif. Metode pengumpulan
data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu merupakan data yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung melalui media perantara dan studi pustaka, data
penelitian ini diperoleh dari www.idx.co.id dan beberapa website perusahaan.
Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Pengujian hipotesis
dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan bantuan
software SPSS versi 22.
Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dengan tingkat signifikansi 5%
maka hasil penelitian menyimpulkan: (1) Konservatisme dengan proksi accrual-
based conservatism berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham dengan
nilai signifikansi 0,032 < 0.050. (2) real earnings management dengan proksi arus
kas diskresioner tidak berpengaruh terhadap return saham dengan nilai
signifikansi 0,050. (3) information asymmetry degan proksi bid-ask spread tidak
berpengaruh terhadap return saham dengan nilai signifikansi 0,453 > 0.05.
Kata kunci : Konservatisme, Real Earnings Management, Information
Asymmetry, Return Saham.
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan berkah, rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya.
Skripsi dengan judul “Pengaruh Konservatisme Akuntansi, Real
Earnings Management, dan Information Asimmetry terhadap Kinerja
Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2013 – 2015)“ ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang tela membantu
dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Kedua orang tua yang paling saya cintai yaitu Ayahanda Sugiyanto Hadi
Suwito dan Ibunda Lilis Mardiawati yang dengan ikhlas memberikan
dukungan dengan penuh kasih sayang selalu mencurahkan perhatian, cinta,
bimbingan, nasihat, serta dukungan moril maupun materil serta doa tiada
henti kepada penulis.
2. Kakak dan adik saya Gianti Nuke Sanjaya dan Raisya Fachira yang
senantiasa selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.
3. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc. M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Dosen Pembimbing Skripsi dan
Ketua Jurusan Akuntansi yang telah meluangkan waktu, mencurahkan
perhatian, membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis.
Terima kasih atas semua saran yang telah Ibu berikan selama proses
penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.
x
5. BapakHepi Prayudiawan, SE., MM., Ak selaku Sekertaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
6. Seluruh Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
yangtelah banyak memberikan ilmu-ilmu kepada penulis.
7. Seluruh staff Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan bantuan kepada penulis.
8. Untuk sahabat-sahabatku yang selalu menemani suka duka, memberikan
canda tawa, support, dan doa hingga 7 tahun ini. Terimakasih Andi
Christina, Olivia Rosali, Sofiani Retnoningtyas, Monalisa Yohana Pau
Adu, Shofa Amalia, dan Riski Pramita.
9. Teman seperjuangan dari awal semester hingga sekarang WABAH (Ara, Iel,
Jehan, Sita, Mutha) yang saling membantu dalam menyelesaikan tugas tugas
kuliah. Terimakasih sudah menjadi sahabat yang baik dimasa kuliah.
10. Terimakasih untuk partner Pratama Aditya Haryanto yang selalu memberikan
dukungan, canda tawanya dan doa agar segera menyelesaikan skripsi ini tepat
waktu.
11. Teman-teman jurusan Akuntansi Angkatan 2013 khususnya Akuntansi B.
12. Pihak–pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini yang tidak
dapat saya sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang akuntansi.
Jakarta, 27 Juli 2017
Fitri Dwi Febrianti
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ............................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ..................................................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 9
A. Tinjauan Literatur......................................................................................... 9
1. Teori Nilai Perusahaan ......................................................................... 10
2. Teori Information Asymmetry .............................................................. 12
3. Teori Signal .......................................................................................... 15
4. Teori Agensi ......................................................................................... 17
5. Konservatisme ...................................................................................... 20
a. Konsep Konservatisme................................................................. 20
b. Definisi Konservatisme ................................................................ 25
c. Ukuran Konservatisme ................................................................. 30
6. Real Earnings Managemet ................................................................... 32
a. Konsep Real Earnings Management .............................................. 32
b. Definisi Real Earnings Management ............................................. 36
c. Ukuran Real Earnings Management .............................................. 37
7. Information Asymmetry ........................................................................ 39
xii
a. Konsep Information Asymmetry ..................................................... 39
b. Definisi Information Asymmetry .................................................... 39
c. Ukuran Information Asymmetry ..................................................... 40
8. Return Saham ....................................................................................... 44
a. Konsep Return Saham .................................................................... 44
b. Definisi Return Saham ................................................................... 45
c. Ukuran Return Saham .................................................................... 46
B. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 48
C. Keterkaitan Antar Variabel ........................................................................ 52
1. Pengaruh Konservatisme Terhadap Return Saham .............................. 52
2. Pengaruh Real Earnings Management Terhadap Return Saham ......... 53
3. Pengaruh Information Asymmetry Terhadap Return Saham ................ 54
D. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 56
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 58
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 58
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 58
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 59
D. Metode Analisis Data ................................................................................. 60
1. Analisis Statistik Deskriptif ................................................................. 60
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 60
d. Uji Normalitas ................................................................................ 61
e. Uji Multikolinearitas ...................................................................... 62
f. Uji Autokorelasi ............................................................................. 63
g. Uji Heterokedastisitas ..................................................................... 63
3. Analisis Regresi Linear Berganda ........................................................ 64
4. Pengujian Hipotesis .............................................................................. 65
a. Uji Statistik T ................................................................................. 65
E. Operasional Variabel .................................................................................. 66
1. Vatiabel Terikat .................................................................................. 66
2. Variabel Bebas .................................................................................... 68
a. Konservatisme ............................................................................... 68
xiii
b. Real Earnings Management .......................................................... 69
c. Information Asymmetry ................................................................. 70
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ....................................................... 72
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................... 72
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ................................................................... 75
1. Uji Analisis Statistik Deskriptif ........................................................... 75
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 77
3. Pengujian Hipotesis .............................................................................. 84
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 99
A. Kesimpulan ................................................................................................ 99
B. Saran ......................................................................................................... 100
Daftar Pustaka .................................................................................................... 101
Lampiran ............................................................................................................ 105
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu 48
3.1 Pengukuran Operasional Variabel Penelitian 71
4.1 Rincian Perolehan Sampel Penelitian 73
4.2 Sampel Data Penelitian 73
4.3 Statistik Deskriptif 75
4.4 Hasil Uji Normalitas Dengan Uji Komogrov – Smirnov 79
4.5 Hasil Uji Multikolinearitas 80
4.6 Hasil Autokorelasi 81
4.7 Hasil Uji Statistik t 84
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Landasan Teori 11
2.2 Kerangka Pemikiran 57
4.1 Hasil Uji Normalitas Dengan Histogram Normal 78
4.2 Hasil Uji Normalitas Dengan Grafik Normal Plot 78
4.3 Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Grafik Scatterplot 83
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Informasi kinerja perusahaan merupakan informasi yang sangat
penting dalam pengambilan keputusan ekonomi, dan juga informasi
tersebut merupakan sarana bagi pemegang saham untuk memahami bahwa
perusahaan telah menghasilkan sumber daya ekonomi seoptimal mungkin
dan memberikan indikasi seberapa baik manajemen telah melaksanakan
tanggung jawab dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki
perusahaan secara efisien dan efektif. Kinerja perusahaan merupakan suatu
gambaran hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional
dalam upaya memanfaatkan sumber daya yang dimiliki perusahaan selama
suatu periode waktu tertentu.
Kinerja perusahaan dapat diukur dari sisi keuangan maupun non-
keuangan. Dalam penelitian ini, ukuran kinerja perusahaan yang
digunakan adalah return saham. Dasar pertimbangan pemilihan ukuran
return saham bahwa pemegang saham memiliki motivasi untuk
menanamkan modalnya dengan harapan memperoleh imbal balik (return)
yang sesuai dengan modal yang ditanamkan.
Informasi tentang kinerja perusahaan yang diserap pemegang saham
terkadang sulit untuk dipahami keandalan dan keakuratannya karena
terdapat konflik kepentingan antara manajemen dan pemegang saham.
Yang mana kondisi ini mencerminkan adanya information asymmetry.
2
Sering terjadinya beberapa kasus skandal akuntansi yang terjadi di
dalam negeri, kasus pelanggaran oleh beberapa akuntan, serta kurangnya
pemahaman di pasar modal. Yang menjadi fenomena dalam penelitian ini
adalah dikarenakan menurunnya opini publik, kepercayaan dan penilaian
publik terhadap kinerja perusahaan. Khususnya perusahaan-perusahaan
yang berada di pasar modal. Selain itu, belum optimalnya kepuasan opini
publik terhadap investor, emiten, sekuritas, dan juga analis.
Kasus PT Kimia Farma yang merupakan kasus rekayasa keuangan dan
malpraktik akuntansi, dimana melibatkan pelaporan keuangan yang
berawal dari terdeteksi adanya manipulasi seperti manajemen laba. Kasus
PT Kimia Farma merupakan salah satu bentuk manipulasi dengan
penyajian laporan keuangan yang overstated yang terjadi di Indonesia.
Kasus mark-up laporan keuangan PT Kimia Farma yang
melebihsajikan laba bersih yang seharusnya Rp. 99,594 miliar dicatat
senilai Rp. 132 miliar (Rahmawati dalam Brilianti, 2013 ). Kasus tersebut
disebabkan karena kurangnya penerapan prinsip konservatisme akuntansi.
Dari kasus yang telah terjadi menghasilkan beberapa pemikiran yang
mendukung diperlukannya prinsip konservatisme pada laporan keuangan,
karena pihak-pihak yang berkepentingan ingin menetralisir sikap
optimisme para manajer perusahaan dalam melaporkan hasil usahanya.
Artinya laporan keuangan yang dihasilkan akan bersifat pesimis atau
konservatif.
3
Information Asymmetry juga dapat terjadi dalam kondisi dimana
manajemen sebagai orang dalam dapat menggunakan keuntungan
informasi dengan tujuan merugikan kepentingan pemegang saham (Huang,
2008). Manajemen selaku agen diberikan otoritas oleh pemegang saham
selaku prinsipal untuk mengelola sumber daya yang dimiliki perusahaan.
Dalam kesepakatan kontrak, diharapkan bahwa manajemen dapat
memaksimalkan utilitas kepada prinsipal, dan prinsipal menjamin adanya
insentif yang diberikan kepada manajemen. Oleh karena itu, prinsipal
memerlukan informasi tentang kinerja perusahaan yang telah dicapai oleh
pihak manajemen, namun seringkali informasi yang disampaikan oleh
manajemen tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Hal
ini disebabkan karena manajemen juga ingin memaksimalkan utilitasnya
sendiri. Kondisi ini sesuai dengan teori keagenan yaitu antara manajemen
dan pemilik mempunyai kepentingan yang berbeda (Jensen, 1976), dan ini
diperkuat oleh (Lambert, 2001) yang menyatakan bahwa perusahaan yang
memisahkan fungsi pengelolaan dan kepemilikan akan rentan terhadap
konflik keagenan.
Informasi tentang kinerja perusahaan dapat dipengaruhi oleh faktor-
faktor seperti konservatisme (Kazemi, 2011), dan real earnings
management (Gunny, 2010). Hal ini disebabkan karena manajemen dapat
memilih dan mengubah kebijakan akuntansi, estimasi akuntansi, dan
koreksi kesalahan untuk meningkatkan relevansi dan keandalan laporan
keuangan entitas. Daya banding laporan keuangan sepanjang waktu, dan
4
daya banding laporan keuangan entitas dengan laporan keuangan entitas
lainnya.
Karakteristik yang mempengaruhi kinerja perusahaan adalah
konservatisme akuntansi. Konservatisme membuat laba menjadi lebih bisa
diprediksi sehingga laba menjadi lebih berkualitas, dan selanjutnya akan
meningkatkan return saham. Hal ini bertentangan dengan (Salehi dan
Zareijam, 2011) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
konservatisme dan return saham.
Meskipun konservatisme akuntansi telah meningkat dalam beberapa
dekade terakhir, namun kegunaannya masih menjadi kontroversi di antara
berbagai peneliti (Penman dan Zhang, 2002). Di satu sisi (Chi et at., 2009)
serta (LaFond dan Watts, 2008) mendukung asumsi bahwa konservatisme
akuntansi dapat mengurangi terjadinya information asymmetry, sehingga
dapat digunakan sebagai mekanisme untuk meningkatkan nilai perusahaan
dan ekuitas. Di sisi lain, (Wang, 2013) menyatakan bahwa konservatisme
akuntansi menghasilkan laba saat ini terlalu rendah dan laba masa depan
terlalu tinggi, sehingga mempengaruhi netralitas dan relevansi dari
pengungkapan informasi keuangan dan selanjutnya akan meningkatkan
information asymmetry antara orang dalam dan orang luar perusahaan.
Karakteristik lain yang mempengaruhi kinerja perusahaan adalah
real earnings management. Peneliti yang menguji pengaruh real earnings
management terhadap kinerja perusahaan telah dilakukan antara lain
(Gunny, 2010), (Cohen dan Zarowin, 2010), dan (Graham, 2005). (Gunny,
5
2010) memberikan bukti empiris bahwa real earnings management
mempengaruhi kinerja perusahaan masa depan. (Cohen dan Zarowin,
2010) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki biaya produksi
abnormal positif pada saat tahun pelaksanaan SEO (seasoned equity
offering) mengalami penurunan kinerja satu tahun pasca SEO. (Graham,
2005) menjelaskan bahwa dalam melakukan earning management,
manajemen puncak lebih menyukai bentuk real earnings management
dibandingkan dengan accrual earning management untuk mencapai target
laba karena real earnings management lebih sulit terdeteksi karena
kesamaannya dengan keputusan bisnis normal dan ketidakpastian yang
melekat dalam lingkungan bisnis.
Berdasarkan praktik yang ada, seringkali perhatian pengguna laporan
keuangan hanya ditujukan kepada informasi laba, tanpa memperhatikan
bagaimana dan dari mana laba tersebut dihasilkan. Manajemen selaku
pengelola perusahaan memiliki kewajiban memberikan informasi
mengenai kondisi perusahaan kepada pemegang saham, namun dalam hal
ini informasi yang disampaikan terkadang tidak sesuai dengan kondisi
perusahaan yang sebenarnya, sehingga terjadi information asymmetry.
Dalam hal ini information asymmetry antara manajemen dengan pemilik
atau pemegang saham memberikan kesempatan kepada manajemen
melakukan earning management (Richardson, 2000). Pemahaman
implikasi real earnings management tidak hanya penting bagi pemegang
saham, tetapi juga bagi regulator dan penyusun kebijakan yaitu real
6
earnings management dapat digunakan untuk membatasi kebijakan dalam
manajemen laba akuntansi (Gunny, 2010).
Penelitian (Lambert et al., 2006) menunjukkan bahwa information
asymmetry tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Disisi lain,
(Easley dan O’Hara, 2004) menegaskan bahwa information asymmetry
berperngaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Mengingat bukti empiris
mengenai hubungan information asymmetry dan kinerja perusahaan masih
terbatas serta memberikan hasil yang berbeda, hal ini memberikan peluang
untuk dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara
information asymmetry dan kinerja perusahaan.
B. Perumusan Masalah
Penelitian ini bermaksud untuk menguji bukti empiris mengenai
pengaruh konservatisme, real earnings management dan information
asymmetry terhadap kinerja perusahaan. Permasalahan penelitiannya
adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh konservatisme terhadap return saham?
2. Apakah terdapat pengaruh real earnings management terhadap return
saham?
3. Apakah terdapat pengaruh information asymmetry terhadap return
saham?
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka secara
rinci, tujuan penelitian ini sebagai berikut:
a. Menganalisis pengaruh konservatisme terhadap return saham.
b. Menganalisis pengaruh real earnings management terhadap
return saham.
c. Menganalisis pengaruh information asymmetry terhadap return
saham.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, bagi regulator, dan bagi praktisi
keuangan, sebagai berikut:
a. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara
teoritis berupa penambahan pengetahuan mengenai return saham
dengan memberikan bukti empiris yang lebih komprehensif atas
pengaruhnya terhadap konservatisme, real earnings managemen
dan information asymmetry.
b. Bagi regulator
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan
dan umpan balik bagi regulator untuk mengevaluasi kualitas
pelaporan keuangan perusahaan yang go public di Bursa Efek
8
Indonesia (BEI) dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Jadi
secara khusus penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi
regulator dalam hal meningkatkan pengawasan terhadap
fleksibilitas kebijakan atas metode dan estimasi akuntansi yang
berlaku. Secara umum, kebijakan atas metode dan estimasi
akuntansi yang diaplikasikan terhadap konservatisme, real
earnings managemet, dan information asymmetry. Perlu dipantau
secara lebih ketat sehingga regulator diharapkan dapat menciptakan
lingkungan kondusif bagi investor agar pasar modal menjadi lebih
stabil dan iklim investasi di Indonesia dapat meningkat.
c. Bagi praktisi Keuangan
Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi secara praktis
bagi para pemakai laporan keuangan terutama dalam menganalisis
dan membuat keputusan investasi kedalam perusahaan melalui
instrumen pasar modal (khususnya saham) secara lebih bijaksana.
Bagi manajemen diharapkan memberikan manfaat khususnya
peningkatan wawasan tentang penggunaan berbagai ukuran dari
konservatisme, real earnings management, dan information
asymmetry. Dengan demikian, manajemen dapat melaporkan
kinerja perusahaan dengan kualitas yang lebih baik dan tidak
menyesatkan para pengguna laporan keuangan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
Teori yang menjadi landasan penelitian ini dikaji secara berurutan
dimulai dari teori dasar (grand theory), teori level menengah (middle
theory) dan konsep variable. Untuk memudahkan penjabaran teori serta
konsep yang dimaksud, maka dibuatkan kerangka yang menjadi landasan
teori. Secara garis besar, landasan teori dimaksud dapat dilihat pada
Gambar berikut.
Gambar 2.1
Landasan Teori
Grand
Theory
Agency Theory
Jensen and Mecling
(1976)
Middle
Theory
Return Saham
Information
Asymmetry
(Bid-ask Spread)
Konservatisme
(Accrual-Based
Conservatism)
Real Earnings
Management
(Arus Kas
Diskresioner)
Concept
The Value of The Firm Theory
Duran (1952)
Asymmetris
Information Theory
Akerlof (1970)
Signal Theory
Spence (1976)
10
1. Teori Nilai Perusahaan
Duran (1952) memperkenalkan teori nilai perusahaan yang
dikaitkan dengan teori struktur keuangan. Teori nilai perusahaan
memandang perusahaan sebagai satu set kontrak antara banyak pihak,
dimana struktur keuangan perusahaan mempunyai pengaruh cukup
besar terhadap nilai perusahaan. Ide dari teori nilai perusahaan adalah
pembuat keputusan mempunyai reaksi yang sama maupun berbeda
terhadap perusahaan yang menggunakan utang dalam struktur
modalnya. Struktur modal memiliki tiga komponen, yaitu (1) modal
yang memiliki bunga (utang), (2) modal saham biasa, dan (3) modal
saham preferen. Variabel-variabel yang mempengaruhi nilai
perusahaan adalah biaya modal (cost of capital) dan biaya utang (cost
of debt).
Duran (1952) memperkenalkan nilai perusahaan dengan tiga
pendekatan, yaitu laba bersih (Net Profit Approach), pendekatan
pendapatan operasi bersih (Net Operating Income Approach), dan
pendekatan tradisional (Traditional Approach). Pendekatan pertama
merupakan pendekatan laba bersih memiliki asumsi bahwa biaya
modal saham (cost of equity) dan biaya utang (cost of debt) dianggap
konstan sehingga perusahaan dapat meningkatkan utang. Kenaikan
utang membuat biaya modal rata-rata mengalami penurunan mendekati
biaya utang dan mengalami peningkatan setelah mencapai pada level
tertentu, dan kondisi ini meningkatkan nilai perusahaan. Pendekatan
11
kedua menggunakan asumsi bahwa biaya rata-rata modal dan biaya
utang tetap sehingga biaya modal mengalami peningkatan sejalan
dengan meningkatnya utang karena risiko yang dihadapi perusahaan
semakin tinggi. Pengambil keputusan tidak mempertimbangkan biaya
modal rata-rata karena konstan sepanjang masa, dan kondisi ini tidak
meningkatkan nilai perusahaan. Pendekatan ketiga memiliki asumsi
bahwa perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal ketika
nilai perusahaan maksimum atau struktur modal yang membuat biaya
modal rata-rata menjadi minimum. Kejadian ini bisa terjadi karena
risiko perusahaan sampai level tertentu tidak mengalami perubahan.
Nilai perusahaan mengalami peningkatan, dan sampai pada level
tertentu terjadi struktur modal yang optimal dan selanjutnya akan
menurunkan nilai perusahaan.
Penelitian ini menggunakan teori nilai perusahaan dengan
pertimbangan bahwa (1) konservatisme merupakan konsep kehati-
hatian untuk menjaga agar laba dan aset tidak dinyatakan terlalu tinggi
serta beban dan utang dinyatakan tidak terlalu rendah sehingga laporan
keuangan yang disajikan memiliki kualitas informasi keuangan tinggi
dan selanjutnya akan mempengaruhi nilai perusahaan, (2) real
earnings management, dan information asymmetry juga
mempengaruhi nilai perusahaan.
12
2. Teori Information Asymmetry
Akerlof (1970) memperkenalkan teori information asymmetry
melalui “The market for lemons”. Akerlof menghubungkan kualitas
dan ketidakpastian serta mengembangkan ide atau gagasan information
asymmetry dengan memberikan contoh pasar mobil bekas. Untuk
memperlihatkan adanya masalah adverse selection dan bagaimana
signaling dapat memberikan solusi, (Akerlof, 1970) menganalisis
pasar mobil bekas di mana keberadaan mobil berkualitas rendah
(istilah lemon) dapat mengganggu kerja pasar dan dapat membuat
keadaan menjadi lebih buruk. Masalah muncul information asymmetry
lebih baik tentang kualitas produk barang yang dijual dibandingkan
dengan pembeli. Kondisi ini dikenal sebagai adverse selection, yaitu
situasi dimana ketika dua atau lebih individu sepakat melakukan
perdagangan, dan salah satu dari individu tersebut kebetulan memiliki
beberapa informasi lain yang tidak dimiliki oleh individu lainnya.
Penjual yang memasok mobil bekas ke pasar (penjual mengetahui
secara rinci seberapa baik atau buruk mobil yang dimiliki) dan pembeli
di pasar (dapat memeriksa mobil, namun pengetahuannya kurang
dibandingkan dengan pengetahuan penjual). Keseimbangan pasar
terjadi ketika permintaan dan penawaran bertemu. Dalam hukum
ekonomi, harga cenderung menurun ketika terdapat kelebihan produk
yang ditawarkan dan kesulitan menjual produk di pasar. Dilihat dari
sisi permintaan, harga merupakan indikasi kualitas rata-rata mobil
13
yang diperdagangkan. Namun nilai rata-rata dari mobil cenderung
menurun bahkan untuk kualitas mobil yang baik. Karena pembeli tidak
memiliki cara untuk mengetahui apakah mobil yang dibeli berupa
“lemon” (mobil dengan kualitas buruk). Dalam kondisi pasar mobil
bekas, harga rendah mendorong mobil dengan kualitas baik tetap
berada di pasar dan hal ini lebih lanjut menekan permintaan. Jadi
penjual hanya menyisakan mobil kualitas buruk yang ditawarkan
dengan harga lebih rendah. Penjual akan menahan mobil berkualitas
baik. Masalah ini tidak muncul di pasar mobil baru.
Tanpa adanya suatu jaminan kualitas, information asymmetry dan
perbedaan kualitas produk dapat berdampak pada hilangnya pasar
produk tersebut. Karena adanya ketidak-pastian kualitas maka
dipandang perlu memberikan insentif seperti garansi atau jaminan
yang diberikan oleh penjual untuk produk yang dijual, sehingga dapat
memperkecil information asymmetry, karena dengan adanya garansi
ini pembeli memperoleh informasi tambahan bahwa produk tersebut
telah memenuhi standar kualitas tertentu. Ketidak-mampuan sisi
penawaran pasar (yang memiliki informasi yang tersembunyi tentang
kualitas mobil) untuk mengkomunikasikan informasi yang bermakna
kepada pembeli akan merusak potensi perdagangan yang saling
menguntungkan. Keberadaan lemon menghambat berfungsinya pasar.
(Akerlof, 1970) menunjukkan bahwa ketidakmampuan minoritas untuk
mengamankan prospek pekerjaan yang layak, biaya eksternal dari
14
praktik bisnis tidak jujur, dan kesulitan negara-negara berkembang
membangun pasar modal, semua ini bisa dilihat sebagai manifestasi
dari masalah information asymmetry.
Menurut (Huang dan Skantz, 2008), information asymmetry
setidaknya dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu perspektif agensi dan
perspektif struktur pasar mikro. Pertama, dari perspektif agensi,
manajemen sebagai orang dalam dapat menggunakan keuntungan
informasi untuk merugikan pemegang saham luar sebagai sebuah
kelompok. Dalam hal ini manajemen mungkin menggunakan akrual
diskresioner untuk mengurangi laba sebelum skedul pemberian opsi
kompensasi untuk mengurangi harga saham, secara efektif melakukan
transfer kekayaan dari pemegang saham kepada manajemen ketika
akrual diskresioner dan harga saham berada dalam kondisi sebaliknya.
Secara umum, information asymmetry meningkat karena
pengungkapan perusahaan menjadi kurang kredibel, sehingga biaya
transaksi lebih tinggi, pasar menipis (thinner markets), dan likuiditas
lebih rendah.
Kedua, dari perspektif struktur pasar mikro, information
asymmetry terwujud ketika pelaku pasar memiliki informasi pribadi
yang superior (informed trader) dibandingkan dengan pelaku pasar
yang tidak atau kurang memiliki informasi (uninformed trader).
Informed trader biasanya tidak dipandang sebagai orang dalam
(insider) melainkan individu yang memperoleh informasi pribadi
15
melalui kegiatan pencairan informasi dengan biaya mahal. Informed
traders akan terlibat dalam pencairan informasi pribadi untuk
memperoleh keuntungan melalui perdagangan dengan uniformed
traders, jika manfaat yang diharapkan melebihi biaya perolehan
informasi pribadi. Information asimmetry antara informed trades dan
uniformed trades ada bahkan di pasar yang efisien.
Dalam kasus pasar modal, ide dasar teori information asymmetry
bahwa manajemen perusahaan akan menerbitkan saham tinggi dan
membeli saham ketika harga saham murah, karena pihak lain tidak
memiliki informasi tersebut.
Alasan penilitian ini menggunakan teori information asymmetry
karena information asymmetry akan mempengaruhi (1) harga saham
yang terjadi di bursa dipengaruhi faktor informasi dan (2) adanya
kebijakan pemerintah yang mempengaruhi lingkungan bisnis.
3. Teori Signal
Teori signal diperkenalkan oleh Spence (1973). Dalam
penelitiannya mengenai pasar tenaga kerja dihubungkan dengan
indicator ekonomi. Pada pasar tenaga kerja, terdapat information
asymmetry antara pemberi kerja dan pelamar tenaga kerja. Spence
memodelkan hiring tenaga kerja sebagai keputusan investasi dalam
kondisi tidak pasti. Pemberi tenaga kerja merasa tidak yakin dengan
kemampuan produktif tenaga kerja pada saat pertama kali diterima
bekerja, bahkan juga setelah tenaga kerja bekerja dalam periode
16
kontrak. Karena pemberi kerja tidak dapat membedakan secara jelas
keahlian potensial tenaga kerja maka ini merupakan signal. Pemberi
kerja membutuhkan waktu untuk menilai kemampuan produktif tenaga
kerja dengan memberikan kesempatan kepada tenaga kerja untuk
belajar dan pelatihan khusus.
Ross (1977) menghubungkan teori signal dengan masalah
information asymmetry antara manajemen dan investor, mengenai
struktur kapital perusahaan ditentukan oleh signal insentif dari
manajemen perusahaan. Manajemen dengan keuntungan informasi
memiliki insenif untuk memberi signal informasi pribadi melalui
pilihan tingkat utangnya. Perusahaan dengan arus kas yang diharapkan
lebih rendah merasa lebih mahal untuk menganggung tingkat utang
yang lebih tinggi (karena kebangkutan lebih mungkin terjadi)
dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan dengan arus kas yang
diharapkan rendah menemukan kemungkinan kebangkrutan lebih
tinggi. Dengan demikian, perusahaan bernilai tinggi dapat memberikan
signal informasi ini ke pasar dengan melakukan utang dalam jumlah
besar.
Ide atau gagasan teori information asymmetry bahwa eksekutif
puncak perusahaan yang mempunyai informasi bawaan (inner)
memiliki motif untuk mentransfer pengetahuannya kepada investor
luar, sehingga harga saham naik. Namun, manajemen tidak bisa hanya
mengumumkan kabar baik kepada investor, karena kemungkinan
17
menghadapi kecurigaan. Pengumuman informasi akuntansi dapat
memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik
di masa mendatang (berita baik) sehingga investor tertarik melakukan
perdagangan saham dan dapat meningkatkan aktivitas volume
perdagangan.
Alasan penelitian ini menggunakan teori signal adalah bahwa
setiap aksi korporasi yang dibuat perusahaan memberikan makna bagi
pihak luar. Makna yang diberikan oleh informasi tersebut dikenal
umum sebagai signal. Dapat berupa signal positif ataupun signal
negatif, yang diikuti dengan reaksi pasar. Jika signal positif, pasar
bereaksi sehingga meningkatkan harga saham yang selanjutnya
mempengaruhi kinerja perusahaan. Selanjutnya peningkatan nilai
saham mencerminkan peningkatan kinerja perusahaan, dalam hal ini
return saham, tingkat pengembalian ekuitas dan laba per saham akan
meningkat. Variabel yang mempengaruhi signal adalah kualitas
informasi yang diberikan oleh perusahaan (Manurung, 2012).
4. Teori Agensi
Teori agensi diperkenalkan oleh Jansen dan Meckling (1976). Ide
teori ini adalah adanya pemisahan antara kepemilikan dan
pengendalian perusahaan. Teori agensi menyatakan bahwa ada
hubungan keagenan sebagai suatu kontrak antara manajemen selaku
agen dengan pemilik sebagai principal perusahaan. Hubungan kerja
antara pihak yang memberi wewenang (principal) yaitu pemegang
18
saham dengan pihak yang menerima wewenang (agen) yaitu
manajemen, dalam bentuk kontrak kerjasama disebut “Nexus Of
Contract”. Principal memberikan kewenangan dan otoritas kepada
pihak agen untuk menjalankan perusahaan demi kepentingan pemiliki
atau principal. Kesepakatan antara principal dan agen diharapkan
dapat memaksimalkan utilitas principal dan dapat memuaskan serta
menjamin agen untuk dapat menerima insentif dari hasil aktivitas
pengelolaan perusahaan.
Agen selaku manajemen adalah pihak yang mengelolah
perusahaan sehingga mengetahui informasi internal lebih banyak
tentang perusahaan dibandingkan dengan principal (Jansen dan
Meckling, 1976). Oleh karena itu manajemen harus memberikan
informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik (principal),
namun informasi yang disampaikan manajemen terkadang tidak sesuai
dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya karena manajemen
cenderung melaporkan sesuatu dengan prioritas memaksimalkan
utilitasnya. Kondisi inilah yang menimbulkan information asymmetry,
yaitu terjadi kensenjangan yang disebabkan adanya kepentingan yang
berbeda, sehingga sering menimbulkan konflik kepentingan antara
principal dan agen. Konflik kepentingan antara manajemen dan
investor dapat menyebabkan alokasi sumber daya perusahaan tidak
optimal. Sebagaimana dinyatakan oleh (Lambert, 2001), teori agensi
mengevaluasi dampak dari konflik kepentingan antara principal dan
19
agen karena (1) kelalaian oleh agen, (2) pengalihan sumber daya oleh
agen dan principal dan (3) perbedaan horizon waktu antara agen dan
principal, dan (4) perbedaan risk aversion dari agen dan principal.
Penelitian ini menggunakan teori agensi dengan pertimbangan
bahwa (1) dilihat dari sumber pendanaan, maka pendanaan eksternal
perusahaan berasal dari utang dan saham, dan (2) dilihat dari teori
organisasi ada tiga pihak yang sangat terkait dalam perusahaan, yaitu
agen selaku pengelolah, invenstor selaku pemberi pinjaman dan
pemilik selaku penyetor modal atau dana ke perusahaan. Persoalan
yang timbul terkait dengan agen adalah masalah antara agen dengan
investor dan agen dengan pemilik. Dalam hal ini pihak manajemen
yang mengelola perusahaan selaku agen berperan dalam penentuan
kinerja perusahaan.
Manajemen melalui kebijakannya dapat menggunakan metode
akuntansi dan estimasi akuntansi yang diperolehkan oleh standar
akuntansi keuangan, berperan dalam penentuan konservatisme, real
earnings management, dan information asymmetry. Investor sangat
berkepentingan dengan kualitas informasi yang tergantung pada
konservatisme akuntansi, real earnings management dan information
asymmetry. Investor menyadari bahwa manajemen akan membuat
keputusan yang bertentangan dengan kepentingan terbaik dari investor.
Pemilik juga berkepentingan dengan, konservatisme akuntansi dalam
real earnings management dalam usaha untuk memaksimalkan
20
kepentingannya. Disisi lain, agen juga memiliki perilaku untuk
kepentingan diri sendiri.
5. Konservatisme
a. Konsep Konservatisme
Asumsi konsep konservatisme bahwa perusahaan menghadapi
ketidak-pastian ekonomi di masa depan, sehingga perlu kehati-
hatian untuk mengukur dan mengakui pendapatan, beban, aset dan
utang. Konservatisme merupakan reaksi yang memerlukan
pertimbangan sehat (prudent reaction) dalam menghadapi
ketidakpastian yang melekat pada perusahaan untuk mencoba
memastikan bahwa ketidakpastian dan risiko yang inheren dalam
lingkungan bisnis sudah cukup dipertimbangkan (Givoly dan
Hayn, 2000). Ketika kinerja perusahaan menunjukan ketidak-
pastian, prinsip konservatisme dapat menyebabkan aset bersih
terlalu rendah, dan hal ini bertentangan dengan karakteristik
kualitatif penyajian jujur (faithful representation) (Wang, 2013).
Menurut McConnell (2011), anggota Dewan IASB, pada tahun
2010 Dewan Standar Akuntansi Internasional (IASB) merevisi
kerangka konseptual dan menolak konsep konservatisme dan
kehati-hatian (prudence) dengan alasan konsep-konsep ini sudah
tidak sesuai dengan netralitas, salah satu aspek dari penyajian jujur
(faithful representation). Peringatan untuk berhati-hati (prudence)
kemungkinan akan menyebabkan bias. Suatu penyajian jujur
21
adalah lengkap, netral dan bebas dari kesalahan. Informasi akan
lengkap jika pengguna dapat memahami fenomena yang sedang
digambarkan. Hal ini mungkin memerlukan deskripsi dan
penjelasan serta gambaran numeric. Informasi akan netral jika
dalam pemilihan atau penyajian tanpa menimbulkan bias. Dengan
kata lain, tidak sengaja dilebih-lebihkan. Informasi netral tidak
berarti informasi yang tidak berdampak pada keputusan. Demikian
juga, bebas dari kesalahan dalam proses yang digunakan untuk
menghasilkan informasi dan tidak ada kesalahan dalam deskripsi.
IASB (2010) yang telah menghapuskan prinsip konservatisme
dari kerangka dasar akuntansi sebenarnya tidak menghilangkan
konservatisme secara menyeluruh. Bentuk kehati-hatian yang
dihilangkan dari kerangka kerja konseptual dan pelaporan
keuangan merupakan bentuk konservatisme tanpa syarat
(unconditional conservatism), bukan konservatisme bersyarat
(conditional conservatism) (Andre et al., 2013). Hal ini dipertegas
oleh (Beaver dan Ryan, 2005) bahwa adanya hubungan negatif
antara konservatisme tanpa syarat (unconditional conservatism).
Dari perspektif konseptual, kerangka IASB dan IFRS
mempromosikan konservatisme bersyarat dan membatasi
konservatisme bersyarat dan tanpa syarat dari pelaporan keuangan
tergantung dari aplikasi dan pengakuan dari prinsip-prinsip ini.
22
Beaver dan Ryan (2005) menjelaskan bahwa konservatisme
dibedakan menjadi konservatisme tidak bersyarat (unconditional
conservatism) dan konservatisme bersyarat (conditional
conservatism). Unconditional conservatism disebut juga ex post ex
ante atau news independent dan conditional conservatism disebut
ex post ex ante atau news dependent. Unconditional conservatism
terjadi ketika nilai buku aset bersih ditetapkan terlalu rendah
karena perusahaan melakukan pembebanan segera atas beban riset
dan pengembangan, beban pemasaran (iklan) atau penggunaan
metode pengalokasian bersifat akselerasi (beban penyusutan
dengan metode double declining method. Konservatisme jenis ini
menghasilkan laba persisten dalam jangka panjang karena
manajemen melakukan kebijakan akuntansi yang relatif konsisten.
Unconditional conservatism merupakan akuntansi
konservatisme yang berhubungan dengan laporan posisi keuangan
sehingga disebut juga balance sheet conservatism. Conditional
conservatism merupakan perbedaan waktu pengakuan berita baik
dan berita buruk yang disebut asimetris ketepatan waktu.
Conditional conservatism disebut juga sebagai earnings
conservatism. Konservatisme bersyarat merupakan agresivitas
yang lebih besar dalam pengakuan berita buruk dibandingkan
pengakuan kabar baik dan dianggap sebagai karakteristik kualitatif
utama pelaporan keuangan.
23
Beaver (2012) menemukan bukti bahwa konservatisme
bersyarat digunakan oleh perusahaan-perusahaan U.S dan
permintaan untuk akuntansi konservatif terus meningkat. Selain
itu, (Ball et al., 2000) menemukan bukti bahwa konservatisme
terjadi pada perusahaan-perusahaan di beberapa Negara lain,
dimana tingkat konservatisme tergantung pada berbagai faktor
kelembagaan.
Di Indonesia, Penghapusan konservatisme pada Prinsip Dasar
Penyusutan dan penyajian Laporan Keuangan dan digantikan
dengan pertimbangan sehat (prudence). Hal ini sesuai dengan
PSAK No. 25 par. 10, tentang Kebijakan Akuntansi, Perubahan
Estimasi Akuntansi, dan kesalahan yang menyatakan bahwa dalam
hal tidak ada PSAK yang secara spesifik berlaku untuk transaksi,
peristiwa atau kondisi lain, maka manajemen mengunakan
pertimbangannya dalam mengembangkan dan menerapkan suatu
kebijakan akuntansi yang menghasilkan informasi yang relevan,
dan andal. Andal yang dimaksud adalah (1) menyajikan secara
jujur posisi keuangan. Kinerja keuangan, dan arus kas, (2)
mencerminkan substansi ekonomi transaksi, peristiwa, atau kondisi
lainnya, dan bukan hanya bentuk hukum, (3) netral, yaitu bebas
dari bias, (4) pertimbangan sehat, dan (5) lengkap dalam semua hal
yang material.
24
Selanjutnya penerapan konservatisme bersyarat di Indonesia
diterapkan secara parsial. PSAK 14, Par.09 tentang Persediaan
menyatakan bahwa persediaan diukur berdasarkan biaya perolehan
atau nilai realisasi bersih neto, mana yang lebih rendah. Juga
PSAK 16, Par.61-62 tentang Aset Tetap menyatakan bahwa
metode penyusutan yang digunakan mencerminkan ekspektasi pola
pemakaian manfaat ekonomi masa depan aset oleh entitas, dan
perubahan metode penyusutan diperlakukan sebagai perubahan
estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK 25. PSAK 19 Par.08
tentang Aset Tidak Berwujud menyatakan bahwa amortisasi
merupakan alokasi sistematis jumlah tersusutkan aset tak berwujud
selama umur manfaatnya. Demikian juga PSAK 48, Par.09 tentang
penurunan Nilai Aset menyatakan bahwa pada setiap akhir periode
pelaporan, entitas menilai apakah terdapat indikasi aset mengalami
penurunan nilai. Jika terdapat indikasi penurunan nilai, maka
entitas mengestimasi jumlah terpulihkan aset tersebut. Berdasarkan
penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa konservatisme
di Indonesia masih dianggap perlu meskipun telah digantikan
dengan pertimbangan sehat (prudunce).
Dewan Standar Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (2012)
memandang pertimbangan sehat (prudence) sebagai bagian dari
karakteristik kualitatif Laporan Keuangan. Pertimbangan sehat
mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan perkiraan
25
dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau penghasilan tidak
dinyatakan terlalu tinggi (tidak melebihi nilai wajar) dan liabilitas
atau beban tidak dinyatakan terlalu rendah (tidak dibawah nilai
wajar).
Sebagai contoh, penyusun laporan keuangan adakalanya
menghadap ketidak-pastian peristiwa dan keadaan tertentu, seperti
ketertagihan piutang yang diragukan, perkiraan masa manfaat
pabrik serta peralatan, dan tuntutan atas jaminan garansi yang
mungkin timbul. Ketidakpastian semacam itu diakui dengan
mengungkapakan hakekat serta tingkatnya dan dengan
menggunakan pertimbangan sehat (prudence) dalam penyusunan
laporan keuangan (Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan). Namun demikian, DSAK-IAI (2012) tidak
memperkenankan penggunaan pertimbangan sehat untuk
membentuk cadangan tersembunyi atau melakukan penyisihan
berlebihan, sengaja menetapkan aset atau penghasilan lebih rendah
atau mencatat liabilitas atau beban lebih tinggi, sehingga laporan
keuangan memiliki kualitas tidak netral dan kurang andal.
b. Definisi Konservatisme
Secara tradisional, konservatisme akuntansi didefinisikan
sebagai “anticipate no profit, but anticipate all losses”. (Bliss,1924
dalam Watt, 2003:208). Anticipating no profit berarti tidak
mengakui keuntungan sebelum ada verifikasi klaim yang sah
26
terhadap pendapatan yang menghasilkan keuntungan. Ini berarti
konservatisme dalam bentuk ekstrim karena tidak boleh mengakui
keuntungan, namun mengakui setiap kerugian meskipun belum
direalisasi. Jadi keuntungan hanya akan diakui pada saat telah
direalisasi dan sampai adanya klaim yang sah terhadap
keuntungan tersebut.
Basu (1997) mendefinisikan konservatisme dalam akuntansi
sebagai kecenderungan akuntan yang mensyaratkan derajat
verifikasi yang lebih tinggi untuk mengakui kabar baik sebagai hal
yang menguntungkan dibandingkan dengan mengakui kabar buruk
sebagai hal yang merugikan. Konsep ini memiliki insentif untuk
melindungi investor karena dapat mengurangi dampak negatif dan
information asymmetry antara manajemen dan investor. Sebagai
contoh, akuntansi mengakui penurunan nilai aset sebagai respon
kabar buruk, Namun tidak dinaikan kembali ketika ada respon
kabar baik. Dengan kata lain, konservatisme menghasilkan
probabilitas lebih tepat waktu untuk pengakuan berita buruk
dibandingkan dengan berita baik.
Menurut Watts (2003), konservatisme sebagai asimetri dalam
kebutuhan verifikasi keuntungan dan kerugian. Ini berarti bahwa
ada perbedaan dalam kebutuhan untuk mengakui keuntungan dan
kerugian. Semakin besar perbedaan derajat verifikasi yang
diperlukan untuk mengakui keuntungan dibandingkan dengan
27
kerugian, semakin besar konservatisme. Konsekuensi penting dari
perlakuan asimetri konservatisme tentang keuntungan dan kerugian
adalah nilai aset bersih yang dinilai kurang secara terus-menerus.
Regulator pasar modal, penyusun standar dan akademisi
mengkritik konservatisme karena laba dalam periode berjalan
dinilai kurang dapat menyebabkan laba di masa depan lebih tinggi
karena adanya beban di masa depan yang dinilai kurang. Dengan
kata lain, konservatisme merupakan teknik kehati-hatian, dalam
arti melaporkan aset dan pendapatan tidak melebihi nilai wajarnya
dan melaporkan kewajiban dan beban tidak dibawah nilai
wajarnya.
Watts (2003) menjelaskan beberapa manfaat yang diberikan
oleh konsep konservatisme. Pertama, konservatisme merupakan
mekanisme kontrak yang efisien, dalam arti memberikan kontribusi
untuk memaksimalkan nilai perusahaan, karena membatasi
oportunisme manajerial dan mencegah bias manajerial.
Konservatisme membatasi oportunistik manajemen dalam hal
pembayaran kompensasi atau bonus untuk diri sendiri atau
pembayaran dividen bagi pihak lain seperti pemegang saham.
Kedua, konservatisme membatasi biaya litigasi yang mungkin
lebih ketika perusahaan melebih-lebihkan laba dan aset bersih.
Ketiga, konservatisme mengurangi nilai sekarang dari pajak
perusahaan, karena penghasilan kena pajak dan laba yang
28
dilaporkan umumnya terkait. Keempat, konservatisme dapat
mengurangi biaya politik untuk pembuat standar dan regulator dari
kritik jika jika perusahaan melebih-lebihkan pendapatan atau aset
bersih. Menurut (Lara et al., 2014), konservatisme membatasi
manipulasi laba, memberikan kontribusi untuk peningkatan
pengungkapan, dan peningkatan efisiensi investasi.
Zhang (2002), konservatisme akuntansi terjadi ketika
perusahaan memilih metode dan estimasi akuntansi dengan
menjaga nilai buku aset bersih agar tetap rendah. Interaksi antara
akuntansi konservatif, investasi dan laba merupakan penjelasan
yang terbaik untuk kasus akuntansi persediaan LIFO karena
interaksi efek dollar adalah transparan dalam pengungkapan
cadangan LIFO. Akuntansi LIFO menghasilkan persediaan dengan
jumlah lebih rendah di laporan posisi keuangan dibandingkan
dengan FIFO atau metode biaya rata-rata jika harga persediaan
meningkat di masa lalu. Hal ini menjadi lebih konservatif
dibandingkan jika terjadi kondisi kenaikan harga persediaan. Laba
tidak berpengaruh oleh LIFO jika nilai persediaan tidak berubah
selama periode laba, harga pokok penjualan adalah sama dengan
pembelian dalam periode tersebut, seperti halnya dengan FIFO.
Menurut cadangan LIFO, perbedaan akumulasi antara laba
dengan FIFO dan laba dengan LIFO tidak terpengaruh.
Namun, jika nilai persediaan meningkat, baik melalui pertumbuhan
29
fisik persediaan atau perubahan harga persediaan, laba menjadi
lebih rendah dengan LIFO. Dengan demikian, cadangan LIFO
meningkat. Jika nilai persediaan mengalami penurunan (sehingga
biaya persediaan LIFO lebih rendah berpengaruh ke harga pokok
penjualan), laba menjadi lebih tinggi dengan LIFO. Dengan
demikian, jika cadangan LIFO menurun dan laba meningkat
sebagai akibat dari fenomena nyata, penurunan nilai persediaan.
Namun, saat ini DSAK-IAI (2012) telah mengeluarkan dari
standar akuntansi keuangan perhitungan biaya perolehan
persediaan dengan menggunakan LIFO sejak 1 Januari 2008. Hal
ini sesuai dengan PSAK 14 tentang Persediaan Par. 24 yang hanya
memperkenankan perhitungan biaya perolehan dengan
menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar pertama (FIFO)
atau rata-rata tertimbang.
Fenomena yang sama juga terjadi dalam bentuk akuntansi
konservatisme lainnya. Menurut Penman dan Zhang (2002),
penyusutan dipercepat (yang melaporkan nilai aset bersih yang
lebih rendah) tidak memiliki pengaruh terhadap laba jika aset
berwujud tidak tumbuh, tetapi mengurangi laba (dan menciptakan
cadangan tersembunyi) jika investasi dalam aset meningkat, ceteris
paribus. Jika investasi menurun, akselerasi depresiasi menciptakan
laba melalui likuidasi cadangan tersembunyi. Pembebanan segera
atas pengeluaran riset dan pengembangan (R&D) dan iklan
30
merupakan hal konservatif, tetapi tidak mempengaruhi laba
dibandingkan dengan melakukan kapitalisasi dan amortisasi
pengeluaran jika pengeluaran tidak tumbuh. Namun, peningkatan
investasi riset dan pengembangan (R&D) dan iklan dengan
membebankan segera akan menekan laba, dan memperlambat
peningkatan pendapatan.
Beaver dan Ryan (2000) merumuskan sebagai perbedaan yang
persisten antara nilai pasar dan nilai buku yang berbeda dari
perbedaan temporer karena adanya keuntungan dan kerugian
ekonomi diakui dalam nilai buku secara bertahap dari waktu ke
waktu. Pengakuan lebih awal perubahan nilai wajar asset
keuangan, dan rugi penurunan nilai akan memberikan kesalahan
ukuran dalam pelaporan keuangan, tidak hanya karena salah
prediksi dan pertimbangan manajerial, namun juga karena secara
potensial disebabkan oleh asumsi sederhana dalam kontak yang
tidak lengkap.
c. Ukuran Konservatisme
Penelitian ini mengukur konservatisme bersyarat dengan
menggunakan metode konservatisme yaitu accrual-based
conservatism. Dasar pertimbangan menggunakan pengukuran ini,
bahwa dalam menghadapi ketidakpastian, ide untuk mendukung
prinsip konservatisme adalah karena (1) adanya sikap pesimistis
dianggap perlu untuk menetralkan sikap optimis manajemen dan
31
(2) penilaian aset dan laba yang berlebihan jauh lebih berbahaya
dibandingkan dengan penilaian yang kurang (Hendriksen dan Van
Breda, 1992).
Ball dan Shivakumar (2006) Peran akuntansi akrual dalam
akuntansi konservatif adalah pengakuan tepat waktu atas
keuntungan dan kerugian, terutama kerugian. Kerugian cenderung
diakui pada waktu terjadinya kerugian (non-cash basis) sehingga
menyebabkan laba menurun, sedangkan keuntungan ekonomi
biasanya diakui saat keuntungan sudah benar-benar terjadi, Jadi
keuntungan ekonomi diakui atau dihitung berdasarkan cash-basis.
Indikasi adanya penerapan konservatisme dapat dilihat melalui
adanya akrual negatif (net income lebih kecil daripada arus kas
operasi) yang konsisten terjadi selama beberapa tahun. Givoly dan
Hayn (2000) membagi akrual menjadi dua yaitu operating accrual
dan non-operating accrual. Operating accrual muncul dalam
laporan keuangan sebagai hasil dari kegiatan operasional
perusahaan, sedangkan non-operating accrual merupakan jumlah
akrual yang muncul di luar hasil kegiatan operasional perusahaan.
Givoly dan Hayn (2000) memperkenalkan metode akrual
untuk mengukur konservatisme dan menegaskan bahwa tanda dan
besaran akrual dari waktu ke waktu menunjukkan terjadinya
konservatisme, dimana konservatisme menghasilkan akrual negatif
terus menerus. Akrual yang dimaksud adalah perbedaan antara laba
32
bersih sebelum depresiasi atau amortisasi dan arus kas kegiatan
operasi. Semakin besar akrual negatif maka semakin konservatif,
karena konservatisme menunda pengakuan pendapatan dan
mempercepat pengeluaran biaya. Sedangkan penggunaan laba
sebagai ukuran konservatisme disebabkan oleh terjadinya
perubahan dari laba negatif periode sekarang menjadi laba positif
pada periode berikutnya.
6. Real Earnings Management
a. Konsep Real Earnings Management
Manajemen laba terjadi ketika manajemen menggunakan
pertimbangan (judgement) dalam menyusun laporan keuangan dan
penyusunan transaksi-transaksi untuk mengubah laporan keuangan,
sehingga menyesatkan stakeholders tentang kinerja ekonomi
perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil yang berkaitan dengan
kontrak yang sangat bergantung pada angka akuntansi (Healy dan
Wallen, 1999). Mekanisme manajemen laba dapat dikelompokkan
dalam tiga cara, yaitu (a) manajemen akrual (b) manajemen
aktivitas riil, dan (c) pergeseran klasifikasi.
Menurut (Healy, 1999), perusahaan melakukan manajemen
akrual dengan sengaja salah melaporkan laba menggunakan
fleksibilitas yang diperkenankan oleh standar keuangan untuk
mengubah laba yang dilaporkan tanpa mengubah arus kas masa
lalu yang mendasarinya. Manajemen akrual menggunakan pilihan
33
akuntansi sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum dengan
mencoba mengaburkan atau menutupi kinerja ekonomi yang
sebenarnya (Dechow dan Skinner, 2000). Real earnings
management mempengaruhi langsung arus kas. Perusahaan
melakukan real earnings management dengan menstruktur
peristiwa ekonomi dengan merubah arus kas yang mendasarinya.
Gunny (2010), manajemen akrual tidak dilakukan dengan
mengubah kegiatan operasi yang mendasari perusahaan, tetapi
dilakukan melalui pilihan metode akuntansi yang digunakan untuk
mewakili kegiatan tersebut, dan sebaliknya, real earnings
management mengakibatkan perubahan operasi yang mendasari
perusahaan dalam upaya untuk meningkatkan laba periode saat ini.
Manajemen memilih menggunakan real earnings management
dibandingkan manajemen akrual dengan beberapa alasan. Pertama,
pilihan akuntansi agresif ex post yang berhubungan dengana akrual
berada pada risiko tinggi bagi pengawasan securities and exchange
commission (SEC) dan class action litigation. Kedua, perusahaan
mungkin memiliki fleksibilitas terbatas untuk mengelola akrual.
Sebagai contoh, manajemen akrual dibatasi oleh operasi bisnis dan
manipulasi akrual dalam tahun-tahun sebelumnya. Ketiga,
manajemen akrual harus dilakukan pada akhir tahun fiskal atau
kuartal, dan manajemen menghadapi ketidakpastian sebagaimana
perlakuan akuntansi auditor akan memungkinkan pada saat itu.
34
Keputusan operasi dikendalikan oleh manajemen, sedangkan
pilihan akuntansi tunduk pada pengawasan auditor. Di sisi lain,
manajemen dapat memilih manajemen riil karena manajemen
akrual terjadi setelah akhir tahun fiskal ketika kebutuhan
manajemen laba adalah yang paling pasti, sementara keputusan
manajemen riil harus dilakukan sebelum akhir tahun fiskal.
Menurut Roychowdhury (2006), real earnings management
menyebabkan pengaruh jangka panjang terbesar terhadap
perusahaan sehingga manajemen lebih bersedia memanipulasi laba
melalui aktivitas riil dibandingkan memanipulasi akrual. Dilain
pihak, Hashemi dan Rabiee (2011) menyatakan bahwa hubungan
antara real earnings management dan manajemen laba akuntansi
bersifat komplementer dan manajemen melakukan real earnings
management sebelum melakukan manajemen laba akrual.
Penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Challen dan
Siregar (2012) membuktikan bahwa manajemen dapat
menggunakan baik manajemen laba akrual maupun real earnings
management sebagai substitusi (alternatif). Ketika manajemen
tidak dapat menggunakan manajemen laba akrual untuk
meningkatkan kinerja perusahaan karena perusahaannya diaudit
oleh auditor spesialis industri, maka manajemen menggantinya
dengan menggunakan manipulasi kegiatan riil untuk mencapai
target laba yang diinginkan. Hasil ini tercermin pada presentase
35
persediaan dan piutang dagang terhadap total aset perusahaan
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba
melalui manipulasi aktivitas riil.
Pergeseran klasifikasi merupakan metode yang relatif murah
bagi manajemen laba. Pertama, tidak seperti manajemen akrual
atau manajemen laba riil, tidak ada penyelesaian (settling-up) di
masa depan untuk manajemen laba di masa lalu. Jika manajemen
memutuskan untuk meningkatkan laba dengan menggunakan
peningkatan laba akrual, maka harus dilakukan pembalikan
(reverse). Pembalikan akrual ini mengurangi laba yang dilaporkan
di masa depan. Jika manajemen memutuskan untuk meningkatkan
laba dengan real earnings management, seperti mengurangi beban
penelitian dan pengembangan, maka ini mungkin mengarah ke
proyek-proyek yang menghasilkan laba lebih sedikit dan
mengurangi laba di masa depan. Sebaliknya, pergeseran klasifikasi
hanya melaporkan beban yang berulang (seperti beban administrasi
dan umum, beban pemasaran) kedalam klasifikasi tidak berulang
dengan item khusus dalam laporan laba rugi, yang tidak memiliki
implikasi untuk laba rugi di masa depan. Kedua, karena klasifikasi
pergeseran tidak mengubah laba bersih, maka berpotensi
kurangnya pengawasan oleh auditor dan regulator dibandingkan
manajemen laba yang mengubah laba bersih.
36
b. Definisi Real Earnings Management
Schipper (1989), peneliti pertama yang memasukkan real
earnings management dalam definisi manajemen laba.
Sebagaimana ditunjukkan Schipper dalam definisinya, bahwa
manajemen laba merupakan intervensi yang disengaja dalam
proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk
memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Ekstensi minor dari
definisi ini mencakup manajemen laba riil yang dilakukan melalui
waktu keputusan investasi atau pembiayaan untuk mengubah laba
yang dilaporkan atau beberapa bagian dari hal tersebut.
Ewert dan Wagenhofer (2005) mendefinisikan real earnings
management sebagai perubahan waktu atau strukturisasi transaksi
bisnis rill untuk merubah laba, dimana perubahan transaksi riil
menyimpang dari rencana kegiatan optimal dan membebankan
biaya riil bagi perusahaan.
Menurut Roychowdhury (2006), manajemen laba melalui
aktivitas riil merupakan penyimpangan dari aktivitas operasi
normal perusahaan yang dimotivasi oleh keinginan manajemen
untuk memberikan pemahaman yang salah kepada stakeholders
bahwa tujuan pelaporan keuangan tertentu telah dicapai melalui
ativitas operasi normal perusahaan. Menurut Gunny (2010), real
earnings management merupakan suatu tindakan yang dilakukan
oleh manajemen untuk mengubah waktu atau struktur transaksi
37
operasi, investasi dan/atau pembiayaan dalam upaya untuk
mempengaruhi output dari sistem akuntansi. Kegiatan real
earnings management sebagai tindakan yang bertujuan untuk
mengubah laba yang dilaporkan dalam arah tertentu, yang dapat
dicapai dengan mengubah waktu atau menstruktur transaksi
operasi, investasi, atau pembiayaan, dan memiliki konsekuensi
bisnis sub-optimal.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa real earnings management merupakan
tindakan manajemen yang disengaja dengan mengubah waktu atau
menstruktur transaksi operasi, investasi, atau pembiayaan dengan
tujuan untuk menyatakan laba tidak sesungguhnya.
c. Ukuran Real Earnings Management
Xu et al. (2007) mengelompokkan bentuk real earnings
management berdasarkan aktivitas, yaitu (1) Aktivitas operasi dan
investasi meliputi pengeluaran diskresioner (termasuk beban riset
dan pengembangan, beban umum dan administrasi), produksi,
persediaan dan penjualan, penjualan aset jangka panjang,
strukturisasi transaksi investasi dengan mengambil manfaat
alternatif pilihan akuntansi, dan (2) Aktivitas pembiayaan meliputi
pembelian kembali saham, opsi saham, instrument keuangan
(termasuk hedges dan debt-equity swaps) dan strukturisasi
transaksi pembiayaan dengan mengambil manfaat alternatif pilihan
38
akuntansi. Penelitian ini memfokuskan pada pengukuran tingkat
normal aktivitas operasi, yaitu arus kas diskresioner.
Real earnings management dapat dilakukan dengan
menggunakan arus kas operasi (Roychowdhury, 2006). Arus kas
operasi merupakan arus kas operasi yang ada pada laporan arus
kas. Menurut (Cohen dan Zarowin, 2010), perusahaan melakukan
pengelolaan penjualan di sekitar SEO dalam rangka menaikkan
laba yang dilaporkan dengan cara memberikan diskon dan
persyaratan kredit lunak. Manipulasi penjualan mengacu pada
perilaku manajemen yang mencoba untuk meningkatkan penjualan
selama tahun berjalan dalam upaya untuk meningkatkan penjualan
selama tahun berjalan dalam upaya untuk meningkatkan laba yang
dilaporkan (Gunny, 2010). Hal ini dapat dilakukan dengan
memberikan diskon harga atau memberikan persyaratan kredit
yang lebih lunak menjelang akhir tahun dalam upaya untuk
mempercepat penjualan dari tahun fiskal berikutnya ke tahun
berjalan. Jadi manajemen bersedia mengorbankan keuntungan
masa depan untuk mencatat penjualan tambahan periode berjalan.
Hal ini menyebabkan arus kas bersih dari aktivitas operasi
lebih rendah dari level normalnya dan menyebabkan arus kas
operasi abnormal negatif. Semakin rendah nilai arus kas operasi
abnormal maka semakin tinggi laba yang dilaporkan.
39
7. Information Asymmetry
a. Konsep Information Asymmetry
Salah satu faktor penting yang perlu dipertimbangkan investor
dalam melakukan investasi pada saham adalah likuiditas saham
(Akram, 2014), (Fathi et al., 2013), (Nahandi et al., 2012),
(Amihud dan Mendelson, 1986). Lukuiditas saham merupakan
kemampuan saham diperdagangkan di pasar modal dengan selisih
harga terkecil dan dalam waktu minimum (Akram, 2014). Menurut
(Nahandi et al., 2012), likuiditas saham mencerminkan
kemungkinan semakin cepat menjual saham dengan harga yang
rendah maka semakin likuid.
Surat berharga yang memiliki transaksi setiap hari dan
berulang memliki lukuiditas yang lebih dengan risiko yang rendah.
Saham yang kurang likuid kurang menarik bagi investor. Kecuali
saham memberikan manfaat yang lebih bagi pemilik. Liu (2006)
mendefinisikan lukiditas sebagai kemampuan menghubungkan
sejumlah besar surat berharga dengan biaya yang rendah, cepat,
dan perubahan harga yang rendah.
b. Definisi Information Asymmetry
Menurut (Jensen dan Meckling, 1976) dalam (Rahmawati,
2006) menambahkan bahwa jika kedua kelompok agen dan
principal tersebut adalah orang-orang yang berupaya
memaksimalkan utilitasnya, maka terdapat alasan yang kuat untuk
40
meyakini bahwa agen tidak akan selalu bertindak yang terbaik
untuk kepentingan principal. Principal dapat membatasinya
dengan menetapkan insentif yang tepat bagi agen dan melakukan
monitor yang didesain untuk membatasi aktivitas agen yang
menyimpang.
Information asymmetry adalah suatu kondisi dimana ada satu
pihak memiliki informasi yang lebih baik dari pada pihak yang
lain. Dalam konteks perusahaan, manajer memiliki informasi yang
lebih baik tentang kondisi perusahaan dibandingkan dengan
investor yang tidak terlibat dalam manajemen. Information
asymmetry akan memunculkan masalah salah pilih (adverse
selection) karena investor tidak mengetahui dengan pasti mana
perusahaan baik dan mana yang buruk.
c. Ukuran Information Asymmetry
Penelitian ini mengukur information asymmetry dengan
menggunakan proksi bid-ask spread yaitu faktor yang
dipertimbangkan investor untuk mengambil keputusan apakah
menahan atau menjual saham tersebut. Penelitian ini menggunakan
bid-ask spread untuk mengukur information asymmetry dengan
dua alasan. Pertama, bid-ask spread adalah selisih antara harga
tertinggi saham dimana pembeli bersedia membayar (Harga bid)
dan harga terendah saham dimana penjual bersedia menerima
(harga ask) Amihud dan Mendelson (2013). Perbedaan ini
41
memberikan kompensasi kepada market maker yang mengambil
resiko perdagangan dipasar dan menjamin likuiditas pasar. Secara
umum, semakin likuid saham, semakin kecil perbedaan antara
harga bid dan harga ask. Perbedaan harga ini digunakan sebagai
proksi information asymmetry karna ketidak-setaraan dalam
informasi yang dimiliki oleh pembeli dan seorang penjual yang
menyebabkan harga bid dan harga ask berbeda. Kedua, bid-ask
spread mencerminkan masalah informasi yang dihasilkan dari
transaksi antara investor yang memiliki informasi dengan dealer
dan investor kurang memiliki informasi Callahan et al. (1997).
Dengan kata lain, Bid-ask spread mengandung risiko
information asymmetry, yang dihadapi oleh dealer dan investor
yang kurang memiliki informasi ketika melakukan transaksi
dengan investor yang memiliki informasi. Hal ini sesuai dengan
risiko yang diterima oleh dealer dan investor meningkat. Bid-ask
spread meningkat dengan market maker’s risk aversion, ukuran
transaksi, risiko aset dan horison waktu atau bid-ask spread juga
mencerminkan dealear’s market power (Amihud dan Mendelson,
1986).
Investor perlu mengetahui seberapa besar perbedaan (Spread)
antara permintaan beli (bid) dengan harga tawaran jual (ask). Bid-
ask spread dapat digunakan sebagai proksi information asimmetry
karena dealer berinteraksi dengan dua jenis investor, yaitu investor
42
yang membutuhkan likuiditas (liquidity traders) dan investor yang
memiliki informasi (informed traders). Dealer memprediksi
keuntungan dari transaksi – transaksi dengan investor yang
membutuhkan likuiditas tetapi memprediksi kerugian keuangan
akibat transaksi dengan investor yang memiliki informasi dan
hanya melakukan transaksi jika bisa mendapatkan keuntungan.
Dengan demikian, dealer membuat spread antara harga bid dengan
harga ask untuk memaksimalkan perbedaan antara keuntungan
(dari transaksi dengan pedagang likuiditas) dan kerugian (dari
transaksi dengan investor yang memiliki informasi). Ketika dealer
merasa bahwa risiko information asymmetry (transaksi dengan
investor yang memiliki informasi meningkat), dealer akan
memperluas biaya adverse selection, sehingga meningkatkan bid-
ask spread.
Bid-ask spread adalah selisih antara harga beli tertinggi yang
menyebabkan investor bersedia untuk membeli saham tertentu
dengan harga jual rendah yang menyebakan investor bersedia
untuk menjual sahamnya (Hartono, 2013). Fabozzi dan Modigliani
(2006) mendefinisikan bid-ask spread sebagai selisih harga yang
ditawarkan oleh dealer dengan harga rendah. Pada saat ketidak-
pastian tentang adanya kejadian informasi, traders meningkatkan
bid-ask spread untuk melakukan offset kerugian potensial
perdagangan. Selanjutnya, selama horison waktu lama, maka
43
ketersediaan informasi spesifik perusahaan kemungkinan ada dan
karena itu informasi tidak diungkapkan dengan sempurna, sehingga
bid-ask spread dapat digunakan sebagai proksi untuk information
asymmetry antara manajemen dan pemegang saham. Bid-ask
spread merupakan cerminan dari biaya transaksi (Callahan et al.,
1997), dimana investor akan menahan saham yang dimilikinya
sampai harga saham mencapai tingkat harga tertentu, untuk
menutup biaya yang timbul dari transaksi saham yang dilakukan
dan berharap memperoleh keuntungan optimal .
Stoll (1989) menyatakan bahwa bid-ask spread merupakan
fungsi dari tiga komponen biaya, yaitu (1) biaya kepemilikan
saham, (2) biaya pemrosesan pesanan dan (3) biaya information
asymmetry. Biaya kepemilikan menunjukan trade-off antara
memiliki terlalu banyak saham dan memiliki sedikit saham. Biaya
kepemilikan saham mencerminkan risiko harga dan opportunity
cost terhadap pemilikan suatu sekuritas. Biaya pemrosesan pesanan
atau biaya pesanan merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan
berhubungan dengan proses perdagangan suatu sekuritas,
komunikasi pencatatan dan kliring transaksi. Biaya information
asymmetry merupakan biaya yang terjadi jika dealer melakukan
transaksi dengan investor yang memiliki informasi superior.
Penggunaan bid-ask spread sebagai proksi information
asymmetry karena adanya masalah keagenan dalam mekanisme
44
pasar modal. Investor yang mempunyai informasi (informed
investor) akan melakukan aksi jual ketika investor lain memiliki
sedikit informasi (uninformed investor) memasang harga bid
terlalu tinggi. Sebaliknya, investor yang memiliki informasi lebih
akan melakukan aksi beli ketika investor lain yang memiliki sedikit
informasi memasang harga ask terlalu rendah, sehingga investor
yang memiliki sedikit informasi akan mengalami risiko rugi.
Demikian juga kondisi ini akan terjadi terhadap dealer atau
pelaku pasar yang memiliki daya pikir terbatas terhadap persepsi
masa depan dan mengalami potensi kerugian ketika berhadapan
dengan investor yang memiliki informasi lebih. Hal ini
menimbulkan adverse selection dan mendorong dealer untuk
menutupi kerugian dari investor yang memiliki informasi lebih
dengan menimbulkan spread terhadap investor yang memiliki
sedikit informasi. Jadi information asymmetry yang terjadi antara
investor yang memiliki informasi lebih dan investor yang memiliki
informasi sedikit tercantum pada spread yang ditentukan.
8. Rerturn Saham
a. Konsep Return Saham
Pentingnya pengukuran kinerja perusahaan dapat dijelaskan
dengan teori agensi. Menurut teori agensi, pihak prinsipal selaku
pemilik perusahaan dan agen selaku manajemen yang mengelola
perusahaan sangat tergantung pada kinerja perusahaan (Jensen dan
45
Meckling, 1976). Manajemen selaku agen bertujuan memberikan
kekayaan kepada prinsipal atau pemilik perusahaan. Dalam
hubungan ini prinsipal menuntut pengembalian investasi yang
dipercayakan untuk dikelola oleh manajemen. Demikian juga,
kinerja perusahaan yang baik dapat berpengaruh positif terhadap
kompensasi yang diterima agen dari prinsipal, dan sebaliknya
kinerja perusahaan yang buruk akan berpengaruh negatif terhadap
kompensasi yang diterima agen dari prinsipal.
b. Definisi Return Saham
Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran secara utuh
dan menyeluruh atas hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh
kegiatan operasional dalam memanfaakan sumber daya yang
dimiliki perusahaan selama periode waktu tertentu. Dengan kata
lain, kinerja perusahaan adalah tingkat pencapaian hasil dalam
rangka mewujudkan tujuan perusahaan. Pengukuran kinerja
perusahaan merupakan hal penting dalam hubungan antara
perusahaan dengan para pemangku perusahaan.
Return saham merupakan pengembalian saham beserta
hasilnya dari pihak broker atau perusahaan kepada investor yang
telah melakukan investasi pada perusahaan tersebut akibat suatu
hal. Dalam dunia pasar saham, seorang investor yang melakukan
investasi dengan membeli saham tentu telah yakin betul dengan
segala risiko dan segala ketidakpastian yang akan didapatkan di
46
masa mendatang. Sebab, permainan bursa saham sedikit banyak
memang mengandalkan keberuntungan, meskipun ada cara cara
teknis yang dapat digunakan oleh investor untuk mendapatkan
hasil yang terbaik.
Dalam literatur kebijakan bisnis ada dua aliran utama
penelitian tentang faktor-faktor penentu dari kinerja perusahaan,
yaitu pertama, faktor penentu keberhasilan berdasarkan pada tradisi
ekonomi, menekankan pentingnya faktor pasar eksternal dalam
menentukan keberhasilan perusahaan, dan kedua adalah
berdasarkan pada paradigma perilaku dan sosiologis dan faktor
organisasi, dimana ketiganya cocok dengan lingkungan sebagai
faktor penentu utama kesuksesan (Hansen dan Wernerfelt, 1989).
Penelitian ini menggunakan proksi return saham untuk mengukur
kinerja perusahaan.
c. Ukuran Return Saham
Acheampong et al. (2014) menyatakan return menunjukkan
financial rewards yang diperoleh sebagai hasil melakukan
investasi. Sifat return teggantung pada bentuk investasi. Sebagai
contoh, perusahaan yang menginvestasikan dalam aset tetap dan
operasi bisnis mengharapkan return dalam bentuk laba sebelum
bunga dan pajak dan dalam bentuk kenaikan arus kas. Investor
yang membeli saham biasa mengharapkan return dalam bentuk
pembayaran dividen dan capital gain (jika harga saham mengalami
47
kenaikan), sedangkan investor yang membeli obligasi perusahaan
mengharapkan pembayaran bunga. Dalam penelitian ini, return
dihubungkan dengan saham yang dimiliki oleh investor.
Ang (2010) menyatakan bahwa return merupakan tingkatan
keuntungan pada investasi oleh investor. Para investor termotivasi
untuk berinvestasi dalam instrumen yang diinginkan dengan
harapan memperoleh return yang sesuai. Tanpa keuntungan yang
telah diklaim sebagai karakteristik investasi, investor tentu tidak
akan berinvestasi. Dengan demikian, setiap investasi dengan
harapan memperoleh manfaat yang diberikan baik dalam jangka
pendek ataupun jangka panjang, memiliki tujuan utama agar
mendapatkan return baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Menurut Hartono (2013), return terdiri dari yield (kas yang
dibayarkan secara periodik kepada pemegang saham dalam bentuk
dividen), dan keuntungan (kerugian) modal (selisih antara harga
saham pada saat pembelian dan penjualan). Pengertian return
menurut (Brigham et al., 2011) adalah ukuran kinerja keuangan
dari suatu investasi, sedangkan (Van Horne dan Wachowicz, 2008)
mendefinisikan return sebagai manfaat yang terbaik dengan
kepemilikan termasuk didalamnya dividen kas yang dibayarkan
tahun lalu, bersamaan dengan apresiasi biaya atau keuntungan
modal yang direalisasi pada akhir tahun.
48
B. Penelitian Sebelumnya
Penelitian-penelitian terdahulu telah banyak dilakukan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
perusahaan. Berikut adalah rincian dari penelitian tersebut:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti
( Tahun ) Judul Penelitian
Metdologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1.
Nasir Akram
(2014)
The Effect of
Liquidity on Stock
Returns: An
Evidence From
Pakistan
- Alat uji regresi
logistic
- Alat ukur likuiditas
dengan bid-ask
spread
- Variabel
Information
Asymmetry dan
Kinerja Perusahaan
- Periode penelitian
- Sampel penelitian
- Variabel
konservatisme, real
earnings
management
Adanya Hubungan negatif antara
likuiditas dan return saham.
2. Juan Manuel
García Lara,
Beatriz García
Osma & Fernando
Penalva
(2014)
Information
Consequences of
Accounting
Conservatism
- Alat uji regresi
logistic
- Alat ukur likuiditas
dengan bid-ask
spread
- Variabel hubungan
Konservatisme dan
Information
Asymmetry
- Periode penelitian
- Variabel Real
earnings
management dan
Kinerja Perusahaan
Adanya hubungan positif yang signifikan
antara konservatisme terhadap
Information asymmetry.
Bersambung ke halaman berikutnya
49
Tabel 2.1 (lanjutan)
Penelitian Terdahulu
No Peneliti
( Tahun ) Judul Penelitian
Metdologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
3. Reyther Biki, R.
A. Damayanti,
Grace T. Pontoh
(2013)
Pengaruh
konservatisme
akuntansi terhadap
asimetri informasi
dimoderasi
kepemilikan
manajerial
dan kepemilikan
institusional
- Alat uji regresi
logistic
- Variabel hubungan
Konservatisme dan
Information
Asymmetry
- Periode penelitian
- Variabel Real
earnings
management dan
Kinerja Perusahaan
Asimetri informasi dapat dikurangi oleh
konservatisme akuntansi dengan cara
membatasi perilaku oportunistik
manajemen serta dapat mengurangi biaya
agensi (biaya yang terjadi untuk kegiatan
pengawasan manajemen yang dilakukan
oleh prinsipal) dan penerapan
konservatisme menghasilkan laba yang
rendah karena adanya sikap kehati-hatian
dalam pengakuan pendapatan serta biaya
yang akan terjadi.
4. Akbar Javadian
Kootanaee, Jalal
Seyyedi, Morteza,
Nedaei, Milad
Javadian,
Kootanaee
(2013)
Accounting
Conservatism and
Corporate
Governance’s
Mechanisms:
Evidence from
Tehran Stock
Exchange
- Alat uji regresi
logistic
- Variabel
Konservatisme dan
Kinerja Perusahaan
- Periode penelitian
- Sampel penelitian
- Variabel Information
Asymmetry, real
earnings
management
- Model Penelitian
Adanya pengaruh positif yang signifikan
antara tingkat leverage keuangan dan
profitabilitas terhadap konservatisme.
Bersambung ke halaman berikutnya
50
Tabel 2.1 (lanjutan)
Penelitian Terdahulu
No Peneliti
( Tahun ) Judul Penelitian
Metdologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
5. Younes Badavar
Nahandi, Mehdi
Zeynal, Azhdar
Maleki
(2012)
Survey The
Influence of Stock
Liquidity on the
Stock Return of
Corporations
Listed at The
Tehran stock
Exchange
- Alat uji regresi
logistic
- Alat ukur likuiditas
dengan bid-ask
spread
- Variabel
Information
Asymmetry dan
Kinerja Perusahaan
- Periode penelitian
- Sampel penelitian
- Variabel
konservatisme, real
earnings management
Adanya hubungan positif signifikan antara
bid-ask spread dan share turnover dengan
return saham. Temuan ini konsisten
temuan Pereira dan Zhang (2008).
6. Lambert dan
Verrecchi
(2012)
Information
asymmetry,
information
precision, and the
cost
of capital
- Alat uji regresi
logistic
- Variabel hubungan
Konservatisme dan
Information
Asymmetry
- Periode penelitian
- Variabel Real
earnings management
dan Kinerja
Perusahaan
Adanya konsekuensi yang merugikan dari
asimetri informasi berbanding terbalik
dengan tingkat persaingan investor dalam
saham.
7. Dwi Martani,
Narita Dini
(2010)
The Influence of
operating cash
flow and
investment cash
flow to the
accounting
conservatism
measurement
- Alat uji regresi
logistic
- Perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di Bursa
efek Indonesia
(BEI)
- Variabel
Konservatisme
- Periode penelitian
- Variabel Information
Asymmetry, real
earnings management
Adanya hubngan positif antara arus kas
aktivitas operasi dan arus kas aktivitas
investasi terhadap praktek akuntansi
konservatisme. Serta terdapat hubungan
positif yang signifikan untuk arus kas
operasi dan arus kas investasi terhadap
praktek akuntansi konservatisme.
51
Tabel 2.1 (lanjutan)
Penelitian Terdahulu
No Peneliti
( Tahun ) Judul Penelitian
Metdologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
8. Katherine a. gunny
( 2010 )
The Relation
Between Earnings
Management
Using
Real Activities
Manipulation and
Future
Performance:
Evidence from
Meeting Earnings
Benchmarks
- Alat uji regresi
logistic
- Variabel Earnings
Management dan
Kinerja Perusahaan
- Periode penelitian
- Variabel
Konservatisme dan
Information
Asymmetry
Bahwa real earnings management, secara
positif berhubungan dengan kinerja
perusahaan yang hanya memenuhi
benchmark laba, dan juga manajemen laba
real mempengaruhi kinerja perusahaan.
9. Richard Lambert,
Christian Leuz,
Robert E.
Verrecchia
(2006)
Accounting
Information,
Disclosure, and the
Cost of Capital
- Alat uji regresi
logistic
- Alat ukur likuiditas
dengan bid-ask
spread
- Variabel
Information
Asymmetry dan
Kinerja Perusahaan
- Periode penelitian
- Sampel penelitian
- Variabel
konservatisme, real
earnings
management
Tidak adanya pengaruh atribusi return
yang diharapkan terhadap asimetri
informasi.
Sumber:Diolah dari berbagai sumber
52
C. Keterkaitan Antar Variabel & Perumusan Hipotesis
1. Pengaruh Konservatisme terhadap Return Saham
Apabila laba akuntansi mencerminkan hasil operasi, ketepatan
waktu mengakui kerugian ekonomi lebih cepat dibandingkan dengan
ketepatan waktu untuk mengakui keuntungan ekonomi, sehingga
mengakibatkan terjadinya asimetris ketepatan waktu pengakuan. Hal
ini menyebabkan nilai asset bersih dinilai kurang secara terus-menerus,
dan laba dalam periode berjalan dinilai kurang (Watts, 2003). Kondisi
ini dapat menyebabkan laba di masa depan lebih tinggi karena adanya
beban di masa depan dinilai kurang, sehingga menyebabkan
ketidakinformatifan laba, dan selanjutnya akan mempengaruhi laba
yang dilaporkan.
Penelitian ini mengajukan argumen bahwa konservatisme
memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas
pelaporan informasi keuangan, terutama yang berkaitan dengan kinerja
perusahaan (Wang, 2013). Semakin tinggi konservatisme, maka
semakin rendah kinerja perusahaan. Jadi jika konservatisme meningkat
maka kinerja perusahaan perusahaan yang di proksi dengan return
saham dan arus kas operasi akan menurun. Dengan demikian, dalam
penelitian ini diduga bahwa konservatisme berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan. Jika kinerja perusahaan memburuk, maka return
saham dan arus kas operasi juga akan menurun.
53
Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah :
H1: Konservatisme akuntansi berpengaruh terhadap return
saham.
2. Pengaruh Real Earnings Management terhadap Return Saham
Kothari et al. (2012) membuktikan bahwa real earnings
management melalui pengurangan beban riset dan pengembangan
dapat merugikan bagi daya saing dan profitabilitas masa depan tetapi
dapat meningkatkan laba saat ini, marjin laba dan arus kas dari operasi.
(Li, 2010) menemukan adanya hubungan yang signifikan antara real
earnings management dan return saham periode berikutnya. Secara
khusus, saham perusahaan dengan tingkat arus kas operasi yang
abnormal rendah memiliki kinerja buruk dan sebaliknya saham
perusahaan dengan tingkat arus kas operasi yang abnormal tinggi
memiliki kinerja baik pada tahun berikutnya, sedangkan saham
perusahaan dengan tingkat beban produksi secara abnormal rendah
memiliki kinerja baik dan sebaliknya saham perusahaan dengan tingkat
biaya produksi secara abnormal tinggi memiliki kinerja buruk dalam
tiga tahun berikutnya dan akan mempengaruhi return saham.
Penelitian ini mengajukan argumen bahwa real earnings
management merupakan penyimpangan dari aktivitas operasi normal
perusahaan yang dimotivasi keinginan manajemen perusahaan untuk
memberikan pemahaman yang salah kepada stakeholders bahwa tujuan
pelaporan keuangan tertentu telah tercapai melalui aktivitas operasi
54
normal perusahaan (Roychowdhury, 2006). Jadi jika manajemen
perusahaan melakukan real earnings management, maka laba yang
disajikan dalam laporan keuangan bukan menunjukkan kinerja
perusahaan yang sebenarnya karena kualitas laporan keuangan yang
disajikan rendah. Dengan demikian, dalam penelitian ini diduga bahwa
real earnings management berpengaruh terhadap return saham.
Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah :
H2: Real earnings management berpengaruh terhadap return
saham.
3. Pengaruh Information Asymmetry terhadap Return Saham
Penelitian ini mengajukan argumen bahwa secara konseptual,
laporan keuangan harus memenuhi karakteristik kualitatif standar
akuntansi keuangan yaitu penyajian tepat (faithful representation).
Asimetri dalam kebutuhan derajat verifikasi yang lebih tinggi untuk
mengakui kabar baik sebagai hal yang menguntungkan dibandingkan
dengan mengakui kabar buruk sebagai hal yang merugikan (Watts,
2003). Semakin besar perbedaan derajat verifikasi yang diperlukan
untuk mengakui keuntungan dibandingkan dengan kerugian, semakin
besar information asymmetry.
Ketika information asymmetry tinggi, stakeholder mungkin tidak
memiliki informasi yang diperlukan untuk membatalkan laba yang
dimanipulasi. Hal ini menunjukan bahwa keberadaan perusahaan
dengan tingkat information asymmetry merupakan bukti dimana
55
pemegang saham tidak memiliki sumber daya yang cukup, insentif,
atau akses ke informasi yang relevan dengan manajemen, yang dapat
menimbulkan praktik information asymmetry.
Menurut teori agensi, agen selaku manajemen adalah pihak yang
mengelola perusahaan mengetahui informasi internal lebih banyak
tentang perusahaan dibandingkan dengan principal (Jensen dan
Macking, 1976). Oleh karena manajemen memiliki informasi yang
lebih, maka dengan menggunakan dasar teori agensi, dapat dikatakan
bahwa perilaku information asymmetry dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan. Tujuan manajemen tidak selalu sejalan dengan investor.
Karena mengetahui kinerja perusahaan di masa depan, manajemen
memiliki kesempatan untuk mengelola laba oportunis untuk
kepentingannya seperti maksimalkan bonus dan menghindari
pelanggaran perjanjian utang.
Secara konseptual, tingkat information asymmetry
menunjukan sumber daya yang tidak mencukupi dan informasi
pemegang saham atas tindakan memantau manajemen dapat
mendorong praktik manipulasi (Lasdi, 2013). Penelitian ini
mengarahkan pada dugaan yaitu asimetri informasi mendorong
investor meningkatkan bid-ask spread sebagai perlindungan diri.
Kedua, investor luar mungkin melihat bahwa perusahaan melakukan
“taking a big bath”, yang pada akhirnya mempengaruhi
keinformatifan laporan keuangan yang diterbitkan. Dengan demikian,
56
dalam ini diduga bahwa semakin tinggi asimetri, maka semakin rendah
kinerja perusahaan yang akan berdampak pada return saham.
Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah :
H3: Information asymmetry berpengaruh terhadap return
saham.
D. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh konservatisme, real
earnings management, dan information asymmetry terhadap return saham.
Berdasarkan tinjauan literatur yang disajikan sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa kinerja perusahaan dipengaruhi konservatisme, real
earnings management dan information asymmetry.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka kerangka teoritis yang diajukan
dalam penelitian ini disajikan dalam gambar. Gambar 2.2. menunjukan
bahwa return saham dipengaruhi oleh faktor-faktor konservatisme
akuntansi, real earnings management dan information asymmetry. Kinerja
perusahaan menggunakan proksi return saham. Konservatisme
menggunakan proksi accrual-based conservatism. Real earnings
management menggunakan proksi arus kas diskresioner. Information
asymmetry menggunakan proksi bid-ask spread.
57
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
Konservative
Accrual-Based
Conservatism
Real Earnings
Management
Arus Kas
Diskresioner
Return Saham
Information
Asymmetry
H1
Bid – ask Spread
H2
H1
H3
H1
Pengaruh Konservatisme, Real Earnings Management, dan
Information Asymmetry Terhadap Kinerja Perusahaan
Menurunnya opini publik, kepercayaan dan penilaian publik
terhadap Kinerja Perusahaan perusahaan di pasar Modal.
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
The Value of The Firm Theory
Duran (1952)
Asymmetris
Information Theory
Akerlof (1970)
Signal Theory
Spence (1976)
Agency Theory
Jensen and Mecling
(1976)
58
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan yang menyoroti
hubungan serta pengaruh antara variabel independen dengan variabel
dependen dalam penelitian ini. Penelitian ini didesain untuk menganalisis
mengenai pengaruh variabel independen yaitu konservatisme akuntansi,
real earnings management dan information asymmetry terhadap variabel
dependen yaitu return saham. Berdasarkan jenisnya, penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dimana data yang digunakan berupa
angka-angka yang diperoleh dengan mengakses website Bursa Efek
Indonesia di www.idx.co.id.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
sektor manufaktur yang terdaftar dan mempublikasikan laporan
tahunannya di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2015. Sedangkan
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling, yaitu
pengambilan sampel yang terbatas pada kriteria atau pertimbangan tertentu
yang dapat memberikan informasi yang diinginkan. Kriteria yang
digunakan untuk memilih sampel adalah:
59
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
2012-2015.
2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan untuk periode yang
berakhir pada tanggal 31 Desember.
3. Data laporan keuangan perusahaan yang dibutuhkan tersedia dan
lengkap selama 2012-2015.
4. Laporan keuangan perusahaan yang memiliki nilai buku ekuitas
positif. Karena nilai buku ekuitas negatif memiliki nilai kewajiban
lebih besar dari nilai aset perusahaan sehingga tidak mencerminkan
nilai ekuitas yang sebenarnya.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan cara teknik
pengumpulan dokumenter, yaitu penggunaan data yang berasal dari
dokumen-dokumen yang sudah ada. Hal ini dilakukan dengan cara
melakukan penelusuran dan pencatatan informasi yang diperlukan pada
data sekunder berupa laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan
sampel. Data pendukung lainnya diperoleh dengan menggunakan studi
pustaka dari jurnal-jurnal ilmiah serta literatur yang memuat pembahasan
berkaitan dengan penelitian ini. Data diperoleh dari www.idx.co.id yang
berupa laporan tahunan (annual report), dan laporan keuangan
perusahaan. Data return saham, dan bid-ask spread untuk Indonesia
diperoleh dari http://finance.yahoo.com. Data indeks harga saham
gabungan untuk Indonesia diperoleh dari website.www.idx.go.id.
60
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan lebih dari dua variabel independen,
dengan metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda
(multiple linear regression). Regresi linier berganda merupakan teknik
analisis data yang digunakan untuk melihat pengaruh dari dua atau lebih
variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil ini dikatakan valid dan tidak
bias jika asumsi klasik terpenuhi. Berikut ini merupakan penjelasan
mengenai tahapan-tahapan pengujian dalam penelitian ini.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemelencengan
distribusi) (Ghozali, 2015). Analisis statistik deskriptif digunakan
untuk mengetahui gambaran ringkas atas variabel yang digunakan
dalam penelitian.
2. Uji Asumsi Klasik
Untuk menguji kualitas dan kelayakan model regresi yang
digunakan, maka harus terlebih dahulu memenuhi uji asumsi klasik.
Hal tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa data yang diuji telah
terdistribusi secara normal dan tidak mengandung multikolinearitas,
heteroskedastisitas dan autokorelasi yang secara rinci dapat dijelaskan
sebagai berikut :
61
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel dependen dan variabel independen keduanya
memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.
Apabila asumsi ini dilanggar, maka uji statistik menjadi tidak valid
untuk jumlah sampel kecil. Adapun dua cara untuk mendeteksi
apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan uji
statistik dan analisis grafik (Ghozali, 2015).
Uji statistik yang digunakan adalah Kolmogorov-Smirnov test.
Kriteria nilai tersebut ditentukan jika signifikansi (α) < 5% maka
data tersebut tidak berdistribusi normal, sebaliknya jika signifikansi
(α) > 5% maka data berdistribusi normal. Sedangkan analisis grafik
dapat dilakukan dengan melihat jika data menyebar disekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik
histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas. Sedangkan jika data
menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi
normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas
(Ghozali, 2015).
62
b. Uji Multikolinearitas
Pengujian asumsi kedua adalah uji multikolinearitas yang
bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel
independen. Apabila variabel independen saling berkorelasi, maka
variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah
variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel
independen sama dengan nol. Ghozali (2015) menjelaskan cara
untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala multikolinearitas di
dalam model regresi, yaitu:
1) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika
antar variabel ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas
0,90), maka hal ini mengindikasikan adanya multikolonieritas.
2) Multikoloniaritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance
Inflation Factor (VIF). Nilai tolerance yang rendah sama
dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai
cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolonieritas adalah nilai Tolerance ≤ 0,10 atau sama
dengan nilai VIF ≥ 10. Regresi bebas dari masalah
multikoloniaritas jila nilai Tolerance > 0,10 atau sama dengan
nilai VIF < 10 (Ghozali, 2015).
63
c. Uji Autokorelasi
Pengujian asumsi keempat adalah uji autokorelasi. Uji
autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang
baik adalah yang bebas autokorelasi. Autokorelasi muncul karena
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama
lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan
pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya
(Ghozali, 2015).
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada
atau tidaknya autokorelasi adalah dengan penggunaan uji Durbin-
Watson (DW test). Jika d lebih kecil dibandingkan dengan dL atau
lebih besar dari dU (4-dL), maka dapat dikatakan H0 ditolak karena
terdapat autokorelasi. Namun, jika nilai DW berada diantara dL
dan dU berarti tidak terjadi autokorelasi (Ghozali, 2015).
d. Uji Heterokedastisitas
Pengujian asumsi ketiga adalah heteroskedastisitas yang
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
64
berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas
(Ghozali, 2015).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat
dilihat dengan menggunakan uji glejser. Dalam uji glejser
pengujian dapat dikatakan terbebas dari masalah heteroskedastisitas
jika nilai sig > 0,05. Selain itu pengujian heteroskedastisitas dapat
diketahui dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik
scatterplot. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang
membentuk gelombang, melebar, kemudian menyempit, maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Tetapi, jika tidak
ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas
(Ghozali, 2015).
3. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai
ketergantungan variabel dependen (terikat) terhadap satu atau lebih
variabel independen (variabel penjelas/bebas), dengan tujuan untuk
mengestimasi dan memprediksi rata-rata populasi atau nilai-nilai
variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang
diketahu (Ghozali, 2015). Dalam upaya menjawab permasalahan
dalam penelitian ini maka digunakan analisis regresi berganda
(Multiple Regression). Analisis regresi linear berganda berguna untuk
65
meramalkan pengaruh dua variabel prediktor atau lebih terhadap satu
variabel atau untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan
fungsional antara dua buah variabel bebas (X) atau lebih dengan
sebuah variabel terikat (Y), dalam penelitian ini dirumuskan
persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:
Y = α + β1 X 1 + β2 X2 + β3 X3 + e
Keterangan:
Y = Rerurn Saham
α = Konstanta
β1, β2, β3, β4, = Koefisien regresi
X1 = Konservatisme Akuntansi
X2 = Real Earnings Management
X3 = Information Asymmetry
X = Ukuran Perusahaan
e = error
Setelah diketahui persamaan regresi maka hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat ditafsirkan berdasarkan nilai
koefisien dari variabel bebas.
4. Pengujian Hipotesis
a. Uji Statistik T
Pengujian parsial atau uji t-statistik digunakan untuk
mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel independen secara
66
individual dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Pengujian
dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%).
Uji t dapat dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan
t hitung > t tabel maka H0 ditolak atau Ha diterima. Hal ini ditandai
nilai kolom signifikansi akan lebih kecil dari alpha. Artinya suatu
variabel independen mempunyai pengaruh secara parsial terhadap
variabel dependen. Dan sebaliknya, jika t hitung < t tabel maka H0
diterima atau Ha ditolak. Hal ini juga ditandai nilai kolom
signifikansi akan lebih besar dari nilai alpha. Artinya suatu variabel
independen tidak mempunyai pengaruh secara parsial terhadap
variabel dependen (Ghozali, 2015).
E. Operasional Variabel
1. Variabel Terikat
Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah return
saham. Return saham merupakan penghasilan yang diperoleh oleh
pemegang saham sebagai hasil dari investasinya di perusahaan tertentu
(Hartono, 2013). Return total merupakan return keseluruhan dari suatu
investasi dalam suatu periode tertentu, terdiri dari capital gain (loss)
dan yield (Hartono, 2013). Capital gain (loss) merupakan selisih dari
harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Yield
merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga
investasi periode tertentu dari suatu investasi. Penelitian ini
menggunakan investasi dalam bentuk saham, sehingga yield saham
67
merupakan persentase dividen terhadap harga saham periode
sebelumnya. Penelitian ini menghitung return saham dengan
menggunakan return total (total return). Penelitian ini menghitung
return total dengan menjumlahkan capital gain (loss) dan dividen
yield saham sesuain dengan perhitungan Hartono (2013) sebagai
berikut:
Return saham = 𝑯𝒂𝒓𝒈𝒂 𝒔𝒂𝒉𝒂𝒎 (𝒕) −𝑯𝒂𝒓𝒈𝒂 𝒔𝒂𝒉𝒂𝒎(𝒕−𝟏)
𝑯𝒂𝒓𝒈𝒂 𝒔𝒂𝒉𝒂𝒎(𝒕−𝟏)
Keterangan:
Pit = Harga saham satu periode (t)
Pit-1 = Harga saham satu periode (t-1)
Return saham diukur dengan nilai akumulasi return saham
tahunan selama 12 bulan sejak periode yang berakhir 3 bulan setelah
akhir tahun fiskal. Pendekatan ini digunakan untuk memastikan bahwa
harga saham sepenuhnya mencerminkan informasi yang dimuat dalam
laporan keuangan perusahaan tahunan (Hayn, 1995). Untuk
menghitung return saham tahun 2013 diperlukan akumulasi return
saham bulanan dari bulan Maret 2013 s.d maret 2014 dan dibagi
dengan 12 bulan. Jika nilai return saham tidak tersedia (missing), maka
digunakan nilai nol dan tidak menghapus observasi perusahaan- tahun
(Subramanyam, 1996).
Return saham = 𝑷(𝒕)− 𝑷(𝒕−𝟏)
𝑷𝒕−𝟏
68
2. Variabel Bebas
a. Konservatisme
Accrual-based Conservatism (CONACC). Konservatisme
berdasarkan akrual dihitung dengan menjumlahkan laba bersih sebelum
item luar biasa perusahaan i pada tahun t dengan beban penyusutan
dan mengurangkan arus kas operasi dan dibagi dengan rata-rata total
aset (Ahmed dan Duellman, 2011). Selanjutnya nilai akrual dibagi
dengan nilai akrual rata-rata selama periode 3 tahun ditengah pada
tahun t. Nilai ini dikalikan dengan negatif satu (-1) untuk
memastikan bahwa nilai yang lebih tinggi mengindikasikan
konservatisme yang lebih tinggi. Untuk menghitung CONACC tahun
2015 diperlukan data laporan keuangan tahun 2013-2016. Tujuan
dari perataan selama periode tertentu adalah untuk mengurangi
pengaruh dari nilai akrual yang besar yang bersifat temporer, karena
akrual memiliki kecenderungan untuk membalik (reverse) pada
periode satu hingga dua tahun (Richardson et al., 2005), (Lin dan
Tian, 2012). Penelitian ini menghitung konservatisme berbasis
akrual laba yang digunakan Lin dan Tian (2012) sebagai
berikut:
CONACCit = 𝐀𝐤𝐫𝐮𝐚𝐥(𝐢𝐭)
𝟑 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 × (−𝟏)
Akrualit = 𝑵𝑰𝑩𝑬(𝐢𝐭)+𝑫𝑬𝑷𝑹𝑵(𝐢𝐭)−𝑨𝑲𝑶(𝐢𝐭)
𝑻𝑨(𝐢𝐭)
69
Akrual = 𝑳𝒂𝒃𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉+𝑩𝒆𝒃𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒏𝒚𝒖𝒔𝒖𝒂𝒏−𝑨𝒓𝒖𝒔 𝒌𝒂𝒔 𝒐𝒑𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊
𝑹𝒂𝒕𝒂−𝒓𝒂𝒕𝒂 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒆𝒕
Konservatisme = 𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐤𝐨𝐧𝐬𝐞𝐫𝐯𝐚𝐭𝐢𝐬𝐦𝐞 𝐚𝐤𝐫𝐮𝐚𝐥 𝐩𝐞𝐫𝐮𝐬𝐚𝐡𝐚𝐚𝐧
𝟑 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 × (−𝟏)
Keterangan:
NIBEit = Laba bersih perusahaan (i) pada tahun (t)
DEPRNit = Beban depresiasi dan amortisasi perusahaan (i)
pada tahun (t)
AKOit = Arus kas operasi perusahaan (i) pada tahun (t)
TAit = Rata-rata total asset perusahaan (i) pada tahun
(t)
CONACCit = Nilai konservatisme akrual perusahaan (i) pada
tahun (t)
b. Real Earnings Management
Ukuran arus kas diskresioner merupakan fungsi linear dari
penjualan dan perubahan penjualan (Cohen dan Zarowin, 2008).
Penjualan dapat mewakili kegiatan bisnis rill. Rumus arus kas
diskresioner (Royehowdhury, 2006) sebagai berikut:
Arus kas diskresioner = 𝐀𝐫𝐮𝐬 𝐤𝐚𝐬 𝐨𝐩𝐞𝐫𝐚𝐬𝐢 𝐩𝐞𝐫𝐮𝐬𝐚𝐡𝐚𝐚𝐧 (𝐢) 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 (𝐭)
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒆𝒕 𝐩𝐞𝐫𝐮𝐬𝐚𝐡𝐚𝐚𝐧 (𝐢) 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 (𝒕−𝟏)
Keterangan:
CFOit = Arus kas operasi perusahaan (i) pada tahun (t)
Arus kas diskresioner = 𝑪𝑭𝑶(𝒊𝒕)
𝑻𝑨(𝒊𝒕−𝟏)
70
TAit-1 = Total asset perusahaan (i) pada tahun (t-1)
Arus kas operasi abnormal dihitung sebagai selisih antara
nilai aktual dengan nilai normalnya yang diestimasi dengan
persamaan arus kas operasi diskresioner. Jadi arus kas
operasi abnormal merupakan estimasi nilai residu arus kas
operasi. Konsisten dengan pengukuran Zhang (2012) serta Cohen
dan Zarowin (2008), arus kas operasi diskresioner abnormal
dikalikan dengan negatif satu (4), sehingga semakin tinggi nilai
arus kas operasi diskresioner abnormal, semakin tinggi
perusahaan melakukan manipulasi penjualan melalui pemberian
diskon. Koefisien arus kas operasi diskresioner abnormal diduga
bernilai positif.
c. Information Asymmetry
Likuiditas saham merupakan likuidnya saham yang dimiliki
seseorang sehingga dapat diubah menjadi uang tunai melalui
mekanisme pasar modal. Semakin likuid saham maka semakin
mudah saham tersebut dijual. Pengukuran likuiditas saham
dilakukan dengan menghitung bid ask spread. Semakin kecil bid-
ask spread, berarti semakin likuid saham dan sebaliknya.
Perhitungan bid-ask spread menurut rumus yang digunakan
Callahan et al. (1997) sebagai berikut:
Spreadit = 𝒂𝒔𝒌(𝒊𝒕)−𝒃𝒊𝒅 (𝒊𝒕)
(𝒂𝒔𝒌(𝒊𝒕)+ 𝒃𝒊𝒅 (𝒊𝒕))/ 𝟐
71
Spreadit = Harga jual terendah(𝒊𝒕) − Harga beli tertinggi (𝒊𝒕)
(Harga jual terendah(𝒊𝒕) + Harga beli tertinggi (𝒊𝒕))/ 𝟐
Keterangan :
Ask = Harga jual terendah yang menyebabkan investor setuju
untuk menjual saham (i) pada bulan (t)
Bid = Harga beli tertinggi yang menyebabkan investor setuju
untuk membeli saham (i) pada bulan (t)
Tabel 3.1
Pengukuran Operasional Variabel Penelitian
Variabel Indikator Skala Referensi
Konservatisme
( X1 )
Akrualit = 𝑵𝑰𝑩𝑬𝒊𝒕+𝑫𝑬𝑷𝑹𝑵𝒊𝒕−𝑨𝑲𝑶𝒊𝒕
𝑻𝑨𝒊𝒕
CONACCit = 𝐀𝐤𝐫𝐮𝐚𝐥(𝐢𝐭)
𝟑 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 × (−𝟏)
Rasio Li u dan Tian
(2012)
Real Earnings
Management
( X2 )
Arus kas diskresioner = 𝑪𝑭𝑶(𝒊𝒕)
𝑻𝑨(𝒊𝒕−𝟏) Rasio
Roychouwdhury
(2006)
Information
Asymmetry
( X3 )
Spreadit = 𝒂𝒔𝒌(𝒊𝒕)−𝒃𝒊𝒅 (𝒊𝒕)
(𝒂𝒔𝒌(𝒊𝒕)+ 𝒃𝒊𝒅 (𝒊𝒕))/ 𝟐 Rasio
Callahan et al
(1997)
Return Saham
( Y ) Return saham =
𝑷(𝒕)− 𝑷(𝒕−𝟏)
𝑷𝒕−𝟏 Rasio
Hartono
(2013)
72
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metode purposive sampling untuk
menentukan sampel. Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan
yang listing di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini mengambil sampel
selama 3 tahun, yaitu dari tahun 2012 – 2015. Penelitian secara purposive
sampling mengindikasi bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan representasi dari populasi yang ada serta sesuai dengan tujuan
dari penelitian. Data yang digunakan berasal dari annual report tahun
2012 – 2015 yang diakses melakui website seperti : yahoo.finance.com,
www.idx.co.id, dan Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM).
Penelitian ini menggunakan populasi seluruh perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang bergerak pada bidang Manufaktur.
Jumlah populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2015 sebesar 143 perusahaan. Dari jumlah observasi
yang memiliki nilai ekuitas negatif terdiri dari 8 perusahaan. Penelitian ini
menggunakan data perusahaan selama periode 2012 – 2015. Variable-
variabel return saham, konservatisme, dan real earnings management
memerlukan pengukuran dengan periode waktu masa lalu (t-1) dan masa
depan (t+1), sehingga periode sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 2013-2015. Ringkasan pemilihan sampel disajikan pada Tabel 4.1
berikut:
73
Tabel 4.1
Rincian Perolehan Sampel Penelitian
No Kriteria Jumlah
1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun
2015 143
2 Perusahaan manufaktur yang belum terdaftar sejak
2013 (9)
3 Perusahaan yang tidak mempunyai data lengkap dan
memenuhi kriteria (79)
4 Perusahaan yang memiliki nilai buku ekuitas negatif (8)
5 Jumlah Perusahaan yang memenuhi kriteria 47
Total sampel data selama tiga tahun penelitian dari
tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 141
Sumber:Data Sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat bahwa sampel yang
digunakan dalam penelitian ini berjumlah 141 perusahaan. Sampel tersebut
dipilih karena telah memenuhi kriteria yang ditentukan sesuai dengan
kebutuhan analisis penelitian. Daftar nama perusahaan yang digunakan
dalam penelitian ini yang dijelaskan dalam tabel 4.2 dengan nama
perusahaan sebagai berikut:
Tabel 4.2
Sampel Data Penelitian
No Kode Nama Perusahaan
1 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk
2 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk
3 IKAI Inti Keramik Alam Asri Industri Tbk
4 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk
5 MLIA Mulia Industrindo Tbk
6 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk
Bersambung ke halaman berikutnya
74
Tabel 4.2 (lanjutan)
Sampel Data Penelitian
No Kode Nama Perusahaan
7 BRPT Barito Pasific Tbk
8 BUDI Budi Starch and Sweetener Tbk d.h Budi Acid Jaya Tbk
9 DPNS Duta Pertiwi Nusantara
10 EKAD Ekadharma International Tbk
11 INCI Intan Wijaya International Tbk
12 SOBI Sorini Agro Asia Corporindo Tbk
13 SRSN Indo Acitama Tbk
14 TPIA Chandra Asri Petrochemical
15 UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk
16 ALKA Alaska Industrindo Tbk
17 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk
18 BAJA Saranacentral Bajatama Tbk
19 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk
20 CTBN Citra Turbindo Tbk
21 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk
22 INAI Indal Aluminium Industry Tbk
23 ISSP Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk
24 JPRS Jaya Pari Steel Tbk
25 KRAS Krakatau Steel Tbk
26 LION Lion Metal Works Tbk
27 LMSH Lionmesh Prima Tbk
28 NIKL Pelat Timah Nusantara Tbk
29 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk
30 TBMS Tembaga Mulia Semanan Tbk
31 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk
32 SMBR Semen Baturaja Persero Tbk
33 SMCB Holcim Indonesia Tbk d.h Semen Cibinong Tbk
34 SMGR SMGR ( Semen Indonesia Tbk d.h Semen Gresik Tbk
35 WTON Wijaya Karya Beton Tbk
36 AKKU Alam Karya Unggul Tbk
37 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk
38 APLI Asiaplast Industries Tbk
39 BRNA Berlina Tbk
40 IMPC Impack Pratama Industri Tbk Bersambung ke halaman berikutnya
75
Tabel 4.2 (lanjutan)
Sampel Data Penelitian
No Kode Nama Perusahaan
41 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk
42 SIAP Sekawan Intipratama Tbk
43 SIMA Siwani Makmur Tbk
44 TALF Tunas Alfin Tbk
45 TRTS Trias Sentosa Tbk
46 YPAS Yana Prima Hasta Persada Tbk
47 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk
Sumber:Diolah dari berbagai sumber
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Uji Analisis Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan metode dimana semua data yang
berhubungan dengan penelitian dikumpulkan dan dikelompokkan untuk
kemudian dianalisis dan diinterprestasikan secara objektif dengan
membandingkan nilai minimum, nilai maksimum dan rata-rata dari
sampel.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
konservatisme, real earnings management dan information asymmetry.
Return saham sebagai variabel independen. Berikut Tabel 4.3
merupakan analisis deskriptif untuk variabel yang digunakan dalam
penelitian ini.
76
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
KON 132 -,98300 ,64530 -,1478826 ,24736481
REM 132 -,37930 ,63820 ,0800780 ,12693781
IA 132 -,52630 2,00000 ,0820258 ,31287747
RETURN 132 -,00890 ,00750 -,0007402 ,00252378
Valid N (listwise) 132
Sumber:Output SPSS yang diolah.
a. Variabel Independen
1) Konservatisme Akuntansi
Hasil uji statistik pada tabel 4.3 menunjukan bahwa
konservatisme akuntansi dengan jumlah sampel (N) 132
memiliki nilai minimum sebesar -0,98300 yang diperoleh dari
Sekawan Intipratama Tbk pada tahun 2014 sedangkan nilai
maksimum 0,64530 yang diperoleh dari Unggul Indah Cahaya
Tbk pada tahun 2014. Nilai rata-rata (mean) konservatisme
akuntansi sebesar -0,1478826 dan standar deviasi sebesar
0,24736481.
2) Real Earnings Management
Hasil uji statistik pada tabel 4.3 menunjukan bahwa real
earnings management dengan jumlah sampel (N) 132 memiliki
nilai minimum sebesar -0,37930 yang diperoleh dari Alumindo
Light Metal Industry Tbk pada tahun 2013 sedangkan nilai
maksimum 0,63820 yang diperoleh dari Berlina Tbk pada tahun
77
2014. Nilai rata-rata (mean) real earnings management sebesar
0,0800780 dan standar deviasi sebesar 0,12693781.
3) Information Asymmetry
Hasil uji statistik pada tabel 4.3 menunjukan bahwa
information asymmetry dengan jumlah sampel (N) 132 memiliki
nilai minimum sebesar -0,37930 yang diperoleh dari
Saranacentral Bajatama Tbk pada tahun 2015 sedangkan nilai
maksimum 2,00000 yang diperoleh dari Indo Acitama Tbk pada
tahun 3013 dan 2014. Nilai rata-rata (mean) information
asymmetry sebesar 0,0820258 dan standar deviasi sebesar
0,31287747.
b. Variabel Dependen
Variabel Dependen pada penelitian ini adalah Return Saham.
Hasil uji statistik pada tabel 4.3 menunjukan bahwa variabel return
saham memiliki nilai minimum sebesar 0,00890 yang diperoleh dari
Sorini Agro Asia Corporindo Tbk tahun 2014 sedangkan nilai
maksimum sebesar 0,00750 yang diperoleh dari Surya Toto
Indonesia Tbk tahun 2015. Nilai rata-rata (mean) return saham
sebesar -0,0007402 dan standar deviasinya sebesar 0,00252378.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak. Sebab model regresi yang baik
78
memiliki data yang berditribusi normal. Ada 2 cara untuk
mendeteksi normalitas data yaitu dengan analisis grafik dan uji
statistik. Untuk menguji normalitas data dalam penelitian ini
menggunakan analisis grafik histogram dan grafik normal plot serta
menggunakan uji statistik dengan menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov (K-S).
Berikut ini grafik histogram dan grafik normal plot dari hasil
pengujian menggunakan SPSS.
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Dengan Histogram Normal
Sumber:Output SPSS yang diolah.
79
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas Dengan Grafik Normal Plot
Sumber:Output SPSS yang diolah.
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa grafik
histogram maupun grafik normal P-Plot memberikan pola distribusi
data yang normal. Pada gambar 4.1 di atas dapat dilihat bahwa
residual terdistribusi secara normal dan berbentuk simetris tidak
melenceng ke kanan atau ke kiri. Selanjutnya pada gambar 4.2
dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar dan berhimpit di sekitar
garis diagonal.
Uji normalitas data juga dilakukan melalui uji statistik yaitu uji
Kolmogorov-Smirnov untuk melengkapi uji grafik histogram dan
grafik normal P-Plot dalam mendeteksi normalitas data. Berikut
Tabel 4.4 menunjukan hasil dari uji Kolmogorov-Smirnov.
80
Table 4.4
Hasil Uji Normalitas Dengan Uji Kolmogrov – Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 132
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,00243985
Most Extreme Differences Absolute ,073
Positive ,051
Negative -,073
Test Statistic ,073
Asymp. Sig. (2-tailed) ,078c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber:Output SPSS yang diolah.
Asymp. Sig (2-tailed) pada hasil uji Kolmogorov-Smirnov
sebesar 0,078. Nilai tersebut lebih besar dari nilai signifikannya
yaitu 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal atau konsisten dengan uji grafik histogram dan
grafik normal P-Plot, maka model regresi dapat digunakan untuk
pengujian berikutnya.
b. Hasil Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinieritas dilakukan untuk melihat apakah terjadi
korelasi antara variabel bebas atau satu sama lainnya. Jika nilai
Tolerance > 0,1 dan VIF < 10, maka dapat dikatakan tidak terjadi
multikolinieritas antar variabel bebas. Berikut Tabel 4.5
menunjukan hasil dari uji multikolinieritas.
81
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients
a
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
KON ,999 1,001
REM ,999 1,001
IA ,999 1,001
a. Dependent Variable: RETURN
Sumber:Output SPSS yang diolah.
Berdasarkan hasil uji multikolinieritas di atas dapat dilihat
bahwa variabel bebas dalam penelitian ini tidak saling berkorelasi,
karena memiliki nilai Tolerance > 0,1 dan VIF < 10. Maka dapat
dikatakan tidak terjadi gejala multikolineritas antar variabel.
c. Hasil Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2013), uji autokorelasi bertujuan untuk
menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1
(sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini
timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu
observasi ke observasi lainnya.
Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya autokorelasi
adalah dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW). Nilai
Durbin Watson yang berada diantara nilai du dan 4 - du
menunjukkan model yang tidak terkena masalah autokorelasi.
82
Adapun hasil pengujian autokorelasi dengan menggunakan uji
Durbin–Watson (DW test) yaitu sebagai berikut:
Table 4.6
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 ,256a ,065 ,043 ,00246828 1,839
a. Predictors: (Constant), IA, REM, KON
b. Dependent Variable: RETURN
Autokorelasi
positif
Ragu-ragu Tidak Ada
Korelasi
Ragu-
ragu
Autokorelasi
negatif
0
dL dU 4-dU 4-dL
1,6696 1,7624 2,2376 2,3304
Nilai DW : 1,839 Sumber:Output SPSS yang diolah.
Uji autokorelasi dengan Durbin Watson menyatakan bahwa
autokorelasi tidak terjadi jika nilai du < d hitung < 4-du, dimana
nilai d hitung berada diantara nilai du dan 4-du. Berdasarkan tabel
4.6 diatas dapat diketahui bahwa hasil uji autokorelasi pada nilai
Durbin-Watson adalah 1,839. Nilai tersebut berada di antara nilai du
dan 4-du dimana nilai d hitung lebih besar dari (du) 1,7624 dan
kurang dari (4-du) 2,2376 sehingga dapat disimpulkan bahwa data
tidak mengandung gejala autokorelasi.
d. Hasil Uji Heterokedasrisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
83
pengamatan ke pengamatan yang lain. Salah satu cara untuk
mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan
melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen
yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Berikut ini adalah hasil
uji heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik scatterplot.
Gambar 4.3
Uji Heterokedastisitas Menggunakan Grafik Scatterplot
Sumber:Output SPSS yang diolah.
Dari gambar 4.3 uji heterokedastisitas menggunakan grafik
scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta
tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal
ini dapat disimpulkan bahwa pada model regresi ini tidak terjadi
heteroskedastisitas, sehingga model regresi ini layak dipakai untuk
memprediksi Return Saham berdasarkan variabel-variabel yang
84
mempengaruhinya, yaitu konservatisme, real earnings management,
dan information asymmetry.
3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan model analisis regresi berganda. Menurut Ghozali
(2015) regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh lebih
dari satu variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Dalam
penelitian ini pengujian hipotesis dilakukan dengan melakukan uji
signifikasi parameter individual (uji statistik t).
a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Pengujian parsial atau uji t digunakan untuk menunjukan
seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen yang
diuji pada tingkat signifikansi 0,05. Hasil uji t ditunjukan dalam
Tabel 4.7.
Tabel 4.7
Hasil Uji Statistik t Coefficients
a
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -,001 ,000 -4,554 ,000
KON -,002 ,001 -,185 -2,167 ,032
REM ,003 ,002 ,169 1,977 ,050
IA ,001 ,001 ,064 ,753 ,453
a. Dependent Variable: RETURN
Sumber:Output SPSS yang diolah.
85
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil
penelitian ini menunjukan bahwa konservatisme akuntansi
dengan proksi accrual-based conservatism (KON) memiliki
nilai thitung -2,167 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,032. Hal
tersebut menunjukkan bahwa tingkat siginfikansinya di bawah
0,05. Penelitian ini juga menunjukan arah negative, dilihat nilai
unstandardized coefficient beta sebesar -0,002. Dengan
demikian hipotesis pertama (H1) diterima, artinya
konservatisme akuntansi berpengaruh negatif terhadap return
saham. Semakin besar konservatisme akuntansi maka semakin
rendahnya kinerja perusahaan yang akan berpengaruh pada
return saham.
Penelitian ini mendukung temuan Sloan (1996) dan Beaver
(2002) bahwa konservatisme membuat laba menjadi lebih bisa
diprediksi sehingga laba menjadi lebih berkualitas, dan
selanjutnya akan meningkatkan return saham. Total atau
aggregate akrual (earnings aggressiveness) mengandung
informasi misspecified, sehingga investor melakukan reaksi
negatif. Accrual based conservatism mempengaruhi laba yang
dilaporkan, namun tidak mempengaruhi arus kas operasi. Hasil
penelitian ini juga mendukung temuan Shroff (2013) yang
menegaskan bahwa konservatisme memberikan pengaruh
negatif terhadap arus kas operasi. Penelitian ini konsisten
86
dengan temuan Sloan (1996) dan Beaver (2002) bahwa total
atau aggregate akrual (earnings aggressiveness) mengandung
informasi misspecified, sehingga investor melakukan reaksi
negatif. Serta adanya penegasan bahwa ada hubungan antara
konservatisme akuntansi dengan return saham.
Konservatisme memiliki peran yang sangat penting dalam
menentukan kualitas pelaporan informasi keuangan, terutama
yang berkaitan dengan kinerja perusahaan. Semakin tinggi
konservatisme, maka semakin rendah kinerja perusahaan. Dalam
penelitian ini terlihat bahwa konservatisme yang meningkat
maka kinerja perusahaan yang diproksi dengan return saham
dan arus kas operasi akan menurun. Kinerja perusahaan yang
menurun meggambarkan return saham dan arus kas operasi
yang menurun juga. Pengakuan segera terhadap kerugian
ekonomi dibandingkan dengan keuntungan ekonomi tidak
menjamin kualitas yang tinggi atas kinerja perusahaan. Semakin
besar perbedaan dalam derajat verifikasi untuk mengakui
keuntungan dibandingkan kerugian maka semakin besar
konservatisme. Akibatnya laba mengandung bias kebawah
karena pengakuan laba (asset) secara akrual lebih rendah
dibandingkan dengan arus kas operasi.
Semakin besar akrual negatif maka semakin besar
konservatif, karena konservatisme menunda pengakuan
87
pendapatan dan mempercepat pemakaian beban (Givoly dan
Hayn,2000). Secara periodik akrual cenderung memiliki nilai
negatif dan akumulasi nilai akrual cenderung menjadi
berkurang, hal ini menyebabkan laba menjadi kurang
berkualitas. Semakin besar perbedaan dalam derajat verifikasi
untuk mengakui keuntungan dibandingkan kerugian maka
semakin besar konservatisme.
Kebijakan konservatisme yang dilakukan oleh manajemen
diperbolehkan oleh penyusun standar selama tidak melanggar
standar akuntansi. Standar akuntansi masih memperbolehkan
penerapan conditional conservatism, yaitu agresivitas yang lebih
besar dalam pengakuan berita buruk dibandingkan dengan
pengakuan kabar baik. Manajemen menggunakan pertimbangan
dalam mengembangkan dan menerapkan kebijakan
konservatisme sehingga menghasilkan informasi yang relevan
dan andal.
Konservatisme memerlukan pertimbangan sehat dalam
menghadapi ketidakpastian yang melekat pada perusahaan,
terutama untuk mengukur dan mengakui pendapatan, beban
asset, dan utang. Pendapatan dan asset tidak dinyatakan terlalu
tinggi (tidak melebihi nilai wajar), serta beban dan utang tidak
dinyatakan terlaku rendah (tidak dibawah nilai wajar).
Konservatisme merupakan kebijaksanaan perusahaan, dan baik
88
pengguna laporan keuangan maupun auditor yang melakukan
pemeriksaan terhadap laporan keuangan tidak mempengaruhi
kebijakan konservatisme tersebut selama kebijakan tersebut
tidak bertentangan dengan standar akuntansi. Oleh karena itu
konservatisme berpengaruh negatif terhadap return saham.
Konservatisme merupakan konsep kehati-hatian untuk
menjaga agar laba dan aset tidak dinyatakan terlalu tinggi serta
beban dan utang dinyatakan tidak terlalu rendah sehingga
laporan keuangan yang disajikan memiliki kualitas informasi
keuangan tinggi dan selanjutnya akan mempengaruhi nilai
perusahaan. Ketika kinerja perusahaan menunjukan ketidak-
pastian, prinsip konservatisme dapat menyebabkan aset bersih
terlalu rendah, dan hal ini bertentangan dengan karakteristik
kualitatif penyajian jujur.
Hasil Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Salehi dan Zareijam (2011) yang menegaskan
bahwa tidak ada hubungan antara konservatisme dengan return
saham. Konservatisme itu membutuhkan pertimbangan yang
tepat dalam menghadapi ketidakpastian yang melekat di
perusahaan, terutama untuk pengukuran dan mengakui
pendapatan, biaya, aset, dan hutang. Pendapatan dan aset yang
tidak terlalu tinggi (tidak melebihi nilai wajar), serta beban
utang dan tidak disebutkan terlalu rendah (tidak dibawah nilai
89
wajar). Konservatisme adalah kebijakan perusahaan, dan kedua
pengguna laporan keuangan dan auditor yang melakukan
pemeriksaan dari laporan keuangan tidak dapat mempengaruhi
kebijakan konservatisme selama kebijakan tersebut tidak
bertentangan dengan standar akuntansi. Lebih jauh dapat
disimpulkan bahwa hasil yang bertentangan ini dapat saja
terjadi, karena pengguaan proksi konservatisme yang berbeda.
Berdasarkan pengujian uji t yang telah dilakukan, hasil
penelitian ini menunjukan bahwa real earnings management
dengan proksi arus kas diskresioner (REM) memiliki nilai thitung
1,977 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,050. Hal tersebut
menunjukkan bahwa tingkat siginfikansinya sama dengan 0,05.
Dilihat nilai unstandardized coefficient beta sebesar 0,003.
Dengan demikian hipotesis kedua (H2) ditolak, artinya real
earnings management tidak berpengaruh terhadap return saham.
Hasil penelitian ini mendukung temuan Li (2010) bahwa
arus kas operasi diskresioner memiliki pengaruh negatif
terhadap kinerja operasi perusahaan saat ini. Manipulasi
penjualan yang mengacu pada tindakan management untuk
meningkatkan penjualan dengan cara pemberian diskon dan
kemudahan pemberian kredit dalam upaya untuk meningkatkan
laba yang dilaporkan, tidak memberikan pengaruh terhadap
kinerja perusahaan yang diukur dengan return saham. Lebih
90
lanjut dapat disimpulkan bahwa tindakan real earnings
management yang diproksi dengan arus kas diskresioner tidak
direspon oleh investor.
Penelitian ini tidak mendukung temuan Gunny (2010),
menyatakan real earnings management memiliki pengaruh
ekonomis yang signifikan terhadap kinerja operasi perusahaan
dimasa sekarang. Manajemen akrual tidak dilakukan dengan
mengubah kegiatan operasi yang mendasari perusahaan, tetapi
dilakukan melalui pilihan metode akuntansi yang digunakan
untuk mewakili kegiatan tersebut, dan sebaliknya, real earnings
management mengakibatkan perubahan operasi yang mendasari
perusahaan dalam upaya untuk meningkatkan laba periode saat
ini. manajemen akrual tidak dilakukan dengan mengubah
kegiatan operasi yang mendasari perusahaan, tetapi dilakukan
melalui pilihan metode akuntansi yang digunakan untuk
mewakili kegiatan tersebut, dan sebaliknya, real earnings
management mengakibatkan perubahan operasi yang mendasari
perusahaan dalam upaya untuk meningkatkan laba periode saat
ini.
Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan diskon harga
atau memberikan persyaratan kredit yang lebih lunak menjelang
akhir tahun dalam upaya untuk mempercepat penjualan dari
tahun fiskal berikutnya ke tahun berjalan. Jadi manajemen
91
bersedia mengorbankan keuntungan masa depan untuk mencatat
penjualan tambahan periode berjalan.
Hal ini menyebabkan arus kas bersih dari aktivitas operasi
lebih rendah dari level normalnya dan menyebabkan arus kas
operasi abnormal negatif. Semakin rendah nilai arus kas operasi
abnormal maka semakin tinggi laba yang dilaporkan.
Pemahaman implikasi real earnings management tidak hanya
penting bagi pemegang saham, tetapi juga bagi regulator dan
penyusun kebijakan yaitu real earnings management dapat
digunakan untuk membatasi kebijakan dalam manajemen laba
akuntansi.
Perusahaan melakukan pengelolaan penjualan di sekitar
SEO (seasoned equity offering) dalam rangka menaikkan laba
yang dilaporkan dengan cara memberikan diskon dan
persyaratan kredit lunak. Manipulasi penjualan mengacu pada
perilaku manajemen yang mencoba untuk meningkatkan
penjualan selama tahun berjalan dalam upaya untuk
meningkatkan penjualan selama tahun berjalan dalam upaya
untuk meningkatkan laba yang dilaporkan
Graham (2005) menjelaskan bahwa dalam melakukan
earning management, manajemen puncak lebih menyukai
bentuk real earnings management dibandingkan dengan
accrual earning management untuk mencapai target laba
92
karena real earnings management lebih sulit terdeteksi karena
kesamaannya dengan keputusan bisnis normal dan
ketidakpastian yang melekat dalam lingkungan bisnis.
Manajemen pendapatan riil mempengaruhi kinerja
perusahaan. Roychowdhury (2006) berpendapat real earnings
management dapat dilakukan dengan menggunakan arus kas
operasi pada laporan arus kas dan menyebabkan pengaruh
jangka panjang terbesar terhadap perusahaan sehingga
manajemen lebih bersedia memanipulasi laba melalui aktivitas
nyata dan mendefinisikannya sebagai keberangkatan dari praktik
operasional normal. Hal ini dimotivasi oleh keinginan manajer
untuk menyesatkan setidaknya beberapa pemangku kepentingan
untuk percaya bahwa sasaran pelaporan keuangan tertentu telah
dipenuhi dalam operasi normal. Manajemen laba riil terjadi
ketika manajer melakukan tindakan yang mengubah waktu atau
penataan transaksi operasi, investasi, dan / atau pembiayaan
dalam upaya mempengaruhi keluaran sistem akuntansi (Gunny,
2010).
Cohen dan Zarowin (2010) berpendapat perusahaan yang
memiliki biaya produksi abnormal positif pada saat tahun
pelaksanaan SEO (seasoned equity offering) mengalami
penurunan kinerja satu tahun pasca SEO. Challen dan Siregar
(2012) membuktikan bahwa manajemen menggunakan
93
manajemen laba akrual dan manajemen laba riil sebagai
pengganti. Bila manajemen tidak dapat menggunakan
manajemen laba akrual untuk meningkatkan kinerja perusahaan
karena perusahaan diaudit oleh auditor spesialis industri, maka
manajer menggantinya dengan manipulasi aktivitas nyata untuk
mencapai pendapatan yang diinginkan.
Berdasarkan praktik yang ada, seringkali perhatian
pengguna laporan keuangan hanya ditujukan kepada informasi
laba, tanpa memperhatikan bagaimana dan dari mana laba
tersebut dihasilkan. Manajemen selaku pengelola perusahaan
memiliki kewajiban memberikan informasi mengenai kondisi
perusahaan kepada pemegang saham, namun dalam hal ini
informasi yang disampaikan terkadang tidak sesuai dengan
kondisi perusahaan yang sebenarnya. Manajemen laba terjadi
ketika manajemen menggunakan pertimbangan (judgement)
dalam menyusun laporan keuangan dan penyusunan transaksi-
transaksi untuk mengubah laporan keuangan, sehingga
menyesatkan stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan
atau untuk mempengaruhi hasil yang berkaitan dengan kontrak
yang sangat bergantung pada angka akuntansi. Real earnings
management mempengaruhi langsung arus kas. Perusahaan
melakukan real earnings management dengan menstruktur
94
peristiwa ekonomi dengan merubah arus kas yang
mendasarinya.
Berdasarkan pengujian uji t yang telah dilakukan, hasil
penelitian ini menunjukan bahwa information asymmetry degan
proksi bid-ask spread (IA) memiliki nilai thitung 0,753 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,453. Hal tersebut menunjukkan
bahwa tingkat signifikansinya diatas 0,05. Dilihat nilai
unstandardized coefficient beta sebesar 0,001. Dengan demikian
hipotesis kedua (H3) ditolak, artinya information asymmetry
tidak berpengaruh terhadap return saham.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Lambert (2006) menunjukkan bahwa
information asymmetry tidak berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan. Tidak adanya pengaruh atribusi return yang
diharapkan terhadap asimetri informasi. Informasi tentang
kinerja perusahaan yang diserap pemegang saham terkadang
sulit untuk dipahami keandalan dan keakuratannya karena
terdapat konflik kepentingan antara manajemen dan pemegang
saham. Yang mana kondisi ini mencerminkan adanya
information asymmetry. Dan akan mempengaruhi return saham.
Information asymmetry juga terjadi di pasar keuangan. Dalam
corporate finance, information asymmetry mencerminkan orang
dalam perusahaan, dalam hal ini manajemen memiliki informasi
95
lebih baik atas nilai aset perusahaan dan peluang investasi
dibandingkan dengan pemegang saham. Investor yang kurang
informasi mungkin tidak dapat memproses informasi yang
terkandung dalam laba dibandingkan dengan investor yang
memiliki informasi lebih, dan hal ini menciptakan information
asymmetry. Information Asymmetry juga dapat terjadi dalam
kondisi dimana manajemen sebagai orang dalam dapat
menggunakan keuntungan informasi dengan tujuan merugikan
kepentingan pemegang saham (Huang, 2008).
Manajemen selaku agen diberikan otoritas oleh pemegang
saham selaku prinsipal untuk mengelola sumber daya yang
dimiliki perusahaan. Dalam kesepakatan kontrak, diharapkan
bahwa manajemen dapat memaksimalkan utilitas kepada
prinsipal, dan prinsipal menjamin adanya insentif yang
diberikan kepada manajemen. Oleh karena itu, prinsipal
memerlukan informasi tentang kinerja perusahaan yang telah
dicapai oleh pihak manajemen, namun seringkali informasi yang
disampaikan oleh manajemen tidak sesuai dengan kondisi
perusahaan yang sebenarnya. Hal ini disebabkan karena
manajemen juga ingin memaksimalkan utilitasnya sendiri.
Dari perspektif agensi, manajemen sebagai orang dalam
dapat menggunakan keuntungan informasi untuk merugikan
pemegang saham luar sebagai sebuah kelompok. Dalam hal ini
96
manajemen mungkin menggunakan akrual diskresioner untuk
mengurangi laba sebelum skedul pemberian opsi kompensasi
untuk mengurangi harga saham, secara efektif melakukan
transfer kekayaan dari pemegang saham kepada manajemen
ketika akrual diskresioner dan harga saham berada dalam
kondisi sebaliknya. Secara umum, information asymmetry
meningkat karena pengungkapan perusahaan menjadi kurang
kredibel, sehingga biaya transaksi lebih tinggi, pasar menipis
(thinner markets), dan likuiditas lebih rendah.
Namun, hasil penelitian ini tidak konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Easley dan O’Hara (2004) yang
menegaskan bahwa information asymmetry berperngaruh positif
terhadap kinerja perusahaan. Adanya information asymmetry
diantara investor meningkatkan perbedaan terhadap return yang
diharapkan. Dalam kasus pasar modal, ide dasar teori
information asymmetry bahwa manajemen perusahaan akan
menerbitkan saham tinggi dan membeli saham ketika harga
saham murah, karena pihak lain tidak memiliki informasi
tersebut. Information asymmetry akan mempengaruhi (1) harga
saham yang terjadi di bursa dipengaruhi faktor informasi.
Manajemen melalui kebijakannya dapat menggunakan metode
akuntansi dan estimasi akuntansi yang diperolehkan oleh standar
97
akuntansi keuangan, dan (2) adanya kebijakan pemerintah yang
mempengaruhi lingkungan bisnis.
Hal ini mencerminkan bahwa kualitas informasi akuntansi
dapat mempengaruhi biaya modal, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Efek langsung terjadi karena pengungkapan
kualitas yang lebih tinggi mempengaruhi kovarians yang dinilai
oleh perusahaan dengan arus kas perusahaan lain, yang tidak
dapat diukur. Efek tidak langsung terjadi karena pengungkapan
kualitas yang lebih tinggi mempengaruhi keputusan nyata
perusahaan, yang kemungkinan mengubah rasio perusahaan
terhadap arus kas masa depan yang diharapkan terhadap
kovarian arus kas ini dengan jumlah semua arus kas di pasar.
Berdasarkan tabel 4.7 maka model persamaan regresi
berganda yaitu sebagai berikut:
.
Hasil diatas dapat menjelaskan bahwa nilai konstanta
sebesar -0,001 dengan nilai negatif, yang berarti bahwa
pengungkapan kinerja perusahaan akan bernilai -0,001 jika
masing-masing ukuran konservatisme akuntansi, real earnings
management, dan information asymmetry bernilai 0.
Nilai koefisien regresi variabel konservatisme akuntansi
sebesar -0,002. Hal ini menggambarkan bahwa jika setiap
RETURN = -0,001 – 0,002 KON + 0,003 REM + 0,001 IA + e
98
kenaikan 1% variabel konservatisme akuntansi, dengan asumsi
variabel lain tetap maka akan menurunkan return saham sebesar
2%.
Variabel real earnings management memiliki koefisien
regresi sebesar 0,003. Hal ini menggambarkan bahwa jika setiap
kenaikan 1% variabel real earnings management, dengan
asumsi variabel lain tetap maka akan menaikkan pengungkapan
return saham sebesar 3%.
Sedangkan variabel Information Asymmetry memiliki
koefisiean regresi sebesar 0,001. Hal ini menggambarkan bahwa
jika setiap kenaikan 1% variabel information assymetry, dengan
asumsi variabel lain tetap maka akan menaikkan pengungkapan
return saham sebesar 1%.
99
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh konservatisme, real
earnings management, dan information asymmetry terhadap return saham.
Model penelitian ini menggunakan model regresi untuk menjelaskan
kinerja perusahaan dengan ukuran return saham. Model empiris tersebut
diuji menggunakan model regresi berbasis interaksi. Berdasarkan hasil
pengujian, penelitian ini menghasilkan temuan yang dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Hasil pengujian hipotesis pertama ditemukan bahwa variabel
konservatisme akuntansi (X1) berpengaruh negatif terhadap return
saham. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Sloan (1996) dan
Beaver (2002). Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan
penelitian Salehi dan Reijam (2011).
2. Hasil pengujian hipotesis kedua ditemukan bahwa variabel real
earnings management (X2) tidak berpengaruh terhadap return saham.
Penelitian ini konsisten dengan penelitian Li (2010). Namun hasil
penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Gunny (2010), dan
Roychowdhury (2006).
3. Hasil pengujian hipotesis ketiga ditemukan bahwa variabel information
asymmetry (X3) tidak berpengaruh terhadap return saham. Penelitian ini
konsisten dengan penelitian Lambert (2006) dan Huang (2008). Namun
100
hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Easley dan O’Hara
(2004).
B. Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Menambah sampel Negara Asean. Penelitian ini hanya terbatas pada
Negara Indonesia saja. Penelitian selanjutnya dapat menambah Negara
Asean lainnya yaitu Singapura, Philipina, Malaysia dan Thailand yang
dijadikan sampel penelitian. Diharapkan dapat menjadi lebih
komprehensif.
2. Memperluas sampel perusahaan menurut industri. Penelitian ini
menggunakan hanya perusahaan manufaktur saja. Penelitian
selanjutnya dapat menggunakan sampel perusahaan untuk semua
industri, kecuali industry keuangan karena memiliki karakteristik yang
berbeda.
3. Penelitian ini menghitung return saham tanpa mempertimbangkan
resiko. Oleh karena itu perlu menghitung return saham dengan
menggunakan ukuran risk adjusted return, sehingga hasil estimasi
diharapkan dapat lebih tepat.
101
DAFTAR PUSTAKA
Abbasi, S., Ajam, M., Qaleroudkhani, S.P., Mohammadi, K. (2013), The survey
of the relationship of earnings quality to information asymmetry: Evidence
from Tehran stock exchange. Switzerland Research Park Journal, 102(2),
63-73.
Acheampong, P., Agalega, E. and Shibu, A.K. “The Effect of Financial Leverage
and Market Size on Stock Returns on the Ghana Stock Exchange: Evidence
from Selected Stock in the Manufacturing Sector.” International Journal of
Financial Research, 2014.
Ahmed, A.S., Duellman, S. (2011), Evidence on the role of accounting
conservatism in monitoring managers investment decisions. Accounting and
Finance, 51, 609-633.
Ajward, A.R., Takehara, H. (2011), On the relationship between earnings quality
and the degree of information asymmetry. Japan Journal of Finance, 31(1),
76-98.
Akerlof, G. "The Market for Lemons: Quality Uncertainty and the Market
Mechanism." The Quarterly Journal of Economics, 1970. Akram, N. “The Effect of Liquidity on Stock Returns: An Evidence from
Pakistan.” Journal of Business and management, Vol.16, Issue 2, 2014.
Amihud, Y. And Mandelson, H. “Liquidity and Stock Returns.” Financial
Analysis Journal, 1986.
Andre, P., Filip, A. and Paugam, L. “Impact of Mandatory IFRS Adoption on
Conditional Conservatism in Europe.” ESSEC Working Paper, 2013.
Ang, R. “Buku Pintar Pasar Modal Indonesia.” Edisi 7, Media Soft Indonesia,
Jakarta, 2010.
Ball, R., Kothari, S.P and Robin, A. “The Effect of International Institutional
Factors on Properties of Accounting Earnings.” Journal of Accounting and
Economics, Vol.29, 2000.
Ball, R., Shivakumar, L. (2006). “The Role of Accruals in Asymmetrically Timely
Gain and Loss Recognition.” Journal of Accounting Research, Vol.44,
No.2., pp. 207-242.
Basu, S. (1997), The conservatism principle and the asymmetric timeliness of
earnings. Journal of Accounting and Economics, 24, 3-37.
102
Beaver, W.H., and Ryan, S.G. ”Biases and Lags in Book Value and Their Effects
on the Ability of the Book-to-Market Ratio to Predict Book Return on
Equity.” Journal of Accounting Research Vol.38, 2000
Beaver, W.H., Landsman, W.R. and Owens, E.L “Asymmetry in Earnings
Timeliness and Persistence: a Simultaneous Equations Approach.”
Review of Accounting Studies Vol.17, 2012.
Bhattacharya, N., Desai, H., Venkataraman, K. (2013), Does earnings quality
affect information asymmetry? Evidence from trading costs. Contemporary
Accounting Research, 30(2), 482-516.
Bhattacharya, U., Daouk, H., Welker, M. (2003), The world price of earnings
opacity. The Accounting Review, 78(3), 641-678.
Bliss, J.H. (1924), Management Through Accounts. New York: The Ronald Press
Co.
Brown, S., Hillegeist, S.A. (2007), How disclosure quality affects the level of
information. Review of Accounting Studies, 12, 443-477.
Callahan, C.M., Lee, C.M., Yohn, T.L. (1997), Accounting information and bid
ask spreads. Accounting Horizons, 11(4), 50-60.
Challen, A.E., Siregar, S.V. (2012), Audit quality on earning management and
firm value. Jounal of Financial and Banking, 14(1), 30-43.
Cohen, D.A., Zarowin, P. (2010), Accrual-based and real earnings management
activities around seasonal equity offerings. Journal of Accounting and
Economics, 50, 2-19.
Copeland, T.E., Weston, J.F., Shastri, K. (2005), Financial Theory and Corporate
Policy. 4th ed. Boston: Pearson Addison Wesley.
Dechow, P., Ge, W., Schrand, C. (2010), Understanding earnings quality: A
review of the proxies, their determinants and their consequences. Journal of
Accounting and Economics, 50(2-3), 344-401.
Dechow, P.M. (1994), Accounting earnings and cash flows as measures of firm
performance the role of accounting accruals. Journal of Accounting and
Economics, 18, 3-42.
Dechow, P.M., Kothari, S., Watts, R.L. (1998), The relation between earnings and
cash flows. Journal of Accounting and Economics, 25(2), 133-168.
Dechow, P.M., Schrand, C.M. (2004), Earnings Quality. Virginia: The Research
Foundation of CFA Institute.
103
Dechow, P.M., Skinner, D.J. (2000), Management: Reconciling the views of
accounting academics, practitioners, and regulators. Accounting Horizons,
14, 232-250.
Desai, H., Krishnamurthy, S., Venkataraman, K. (2006), Do short-sellers target
firms with poor earnings quality? Evidence from earnings restatements.
Review of Accounting Studies, 11(1), 71-90.
Demerjian, P.R., Lev, B., Lewis, M.F., McVay, S.E. (2013), Managerial ability
and earnings quality. The Accounting Review, 88(2), 463-498.
Diamond, D.W., Verrecchia, R.E. (1991), Disclosure, liquidity, and the cost of
capital. Journal of Finance, 46, 1325-1360.
Easley, D., O’Hara, M. (2004), Information and the cost of capital. The Journal of
Finance, 59(4), 1553-1583.
Eckel, N. (1981), The income smoothing hypothesis revisited. Abacus, 17(1), 28-
40.
Francis, J., LaFond, R., Olsson, P., Schipper, K. (2004), Cost of equity and
earnings attributes. The Accounting Review, 79(4), 967-1010.
Francis, J., LaFond, R., Olsson, P., Schipper, K. (2005), The market pricing of
accruals quality. Journal of Accounting and Economics, 35, 295-327.
Givoly, D., Hayn, C. (2000), The changing time-series properties of earnings,
cash flows and accruals: Has financial reporting become more conservative?
Journal of Accounting and Economics, 29(3), 287-320.
Ghozali, I. “Teori Akuntansi”, Semaranag: Badan Penerbit Universitas
Diponogero, 2015.
Gunny, K.A. (2010), The relation between earnings management using real
activities manipulation and future performance: Evidence from meeting
earnings benchmarks. Contemporary Accounting Research, 27(3), 855-888.
Hejazi, R., Ansari, Z., Sarikhani, M., Ebrahimi, F. (2014), The impact of earnings
quality and income smoothing on the performance of companies listed in
Tehran stock exchange. International Journal of Business and Social
Science, 2(17), 193-197.
Huang, Q., Skantz, T.R. (2008), The Quality of Pro Forma Earnings: An
Examination of the Adverse Selection Component. p1-50.
104
Ikatan Akuntan Indonesia. (2012), Standar Akuntansi Keuangan No. 25:
Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, Dan Kesalahan.
Jakarta.
Jayaraman, S. (2008), Earnings volatility, cash flow volatility and informed
trading. Journal of Accounting Research, 46(4), 809-851. Jensen, M.C.,
Meckling, W.H. (1976), Theory of the firm: Managerial behaviour, agency
costs and ownership structure. Journal of Financial Economics, 3(4), 305-
360.
Kazemi, H., Hemmati, H., Faridvand, R. (2011), Investigating the relationship
between. World Applied Sciences Journal, 12(9), 1385-1396.
Khaddaf, M., Lubis, A.F., Rahmanta, F.K.A. (2014), The effect of earnings
aggressiveness, earnings smoothing on return of stock. Journal of
Economics and Behavioral Studies, 6(6), 509-523.
Kim, O., Verrecchia, R.E. (1994), Market liquidity and volume around earnings
announcements. Journal of Accounting and Economics, 14, 41-67.
Kothari, S., Mizik, N., Roychowdhury, S. (2016), Managing for the moment: The
role of real activity versus accruals earnings management in SEO valuation.
The Accounting Review, 91(2), 559-586.
Lyimo, G.D. (2014), Assessing the measures of quality of earnings evidence from
India. European Journal of Accounting Auditing and Finance Research, 2(6),
17-28.
LaFond, R., Watts, R.L. (2008), The information role of conservatism.The
Accounting Review, 83, 447-478.
Lambert, R.A. (2001), Contracting theory and accounting. Journal of Accounting
and Economics, 32, 3-87.
Lasdi, L. (2013), The effect of information asymmetry on earnings management
through accrual and real activities during global financial crisis. Journal of
Economics, Business, and Accountancy Ventura, 16(2), 325-338.
Leland, H.E., Pyle, D.H. (1977), Informational asymmetries, financial structure,
and financial intermediation. The Journal of Finance, 32(2), 371-387.
Li, H. (2014), Top executives’ ability and earnings quality: Evidence from the
Chinese capital markets. International Journal of Financial Research, 5(4),
79-86.
105
Li, X. (2012), Real Earnings Management and Subsequent Stock Returns. Hong
Kong University of Science and Technology.
Lyimo, G.D. (2014), Assessing the measures of quality of earnings evidence from
India. European Journal of Accounting Auditing and Finance Research, 2(6),
17-28.
Mashayekhi, B., Abadi, M.M., Reza, H. (2010), The effect of accounting
conservatism on earning persistence. Journal of Accounting Review, 16(56),
107-124.
Melumad, N.D., Nissim, D. (2008), Line-item analysis of earnings quality.
Foundations and Trends in Accounting, 3(2-3), 87-221.
Myers, S.C. (1977), Determinants of corporate borrowing. Journal of Financial
Economics, 5, 147-175.
Penman, S.H., Zhang, X.J. (2002), Accounting conservatism, the quality of
earnings, and stock returns. The Accounting Review, 77(2), 237-264.
Radzi, S.N., Islam, M.A., Ibrahim, S. (2011), Earning quality in public listed
companies: A study on Malaysia exchange for securities dealing and
automated quotation. International Journal of Economics and Finance, 3(2),
233-244.
Richardson, V.J. (2000), Information asymmetry and earnings management: Some
evidence. Review of Quantitative Finance and Accounting, 15(4), 325-347.
Ross, S., Westereld, R., Jafe, J. (2013), Corporate Finance. 10th ed. New York:
The McGraw-Hill Companies, Inc.
Roychowdhury, S. (2006), Earnings management through real activities
manipulation. Journal of Accounting and Economics, 42, 335-370.
Salehi, M., Zareijam, A. (2011), A study of the effect of conservatism on stock
return: Evidence. Journal of Asian Business Strategy, 1(3), 31-44.
Shroff, P.K., Venkataraman, R., Zhang, S. (2013), The conservatism principle and
the asymmetric timeliness of earning. Contemporary Accounting Research,
20(1), 215-241.
Siegel, J.G. (1982), The quality of earnings: Concept - A survey. Financial
Analysts Journal, 38, 60-68.
Sloan, R.G. (1996), Do stock prices fully reflect information in accruals and cash
flows about future earnings? The Accounting Review, 71(3), 289-315.
106
Subramanyam, K. (1996), The pricing of discretionary accruals. Journal of
Accounting and Economics, 22(1-3), 249-281.
Spence, A.M. (1973), Job market signaling. Quarterly Journal of Economics, 87,
355-379.
Tucker, J.W., Zarowin, P.A. (2006), Does income smoothing improve earnings
informativeness? The Accounting Review, 81(1), 251-270.
Wang, J.L. (2013), Accounting conservatism and information asymmetry:
Evidence from Taiwan. International Business Research, 6(7), 32-43.
Watts, R.L. (2003), Conservatism in accounting part I: Explanations and
implications. Accounting Horizons, 17(3), 207-221.
LAMPIRAN
107
Lampiran 1
DAFTAR SAMPEL SELURUH PERUSAHAAN
No Kode Nama Perusahaan
1 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk
2 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk
3 IKAI Inti Keramik Alam Asri Industri Tbk
4 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk
5 MLIA Mulia Industrindo Tbk
6 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk
7 BRPT Barito Pasific Tbk
8 BUDI Budi Starch and Sweetener Tbk d.h Budi Acid Jaya Tbk
9 DPNS Duta Pertiwi Nusantara
10 EKAD Ekadharma International Tbk
11 INCI Intan Wijaya International Tbk
12 SOBI Sorini Agro Asia Corporindo Tbk
13 SRSN Indo Acitama Tbk
14 TPIA Chandra Asri Petrochemical
15 UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk
16 ALKA Alaska Industrindo Tbk
17 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk
18 BAJA Saranacentral Bajatama Tbk
19 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk
20 CTBN Citra Turbindo Tbk
21 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk
22 INAI Indal Aluminium Industry Tbk
23 ISSP Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk
24 JPRS Jaya Pari Steel Tbk
25 KRAS Krakatau Steel Tbk
26 LION Lion Metal Works Tbk
27 LMSH Lionmesh Prima Tbk
28 NIKL Pelat Timah Nusantara Tbk
29 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk
30 TBMS Tembaga Mulia Semanan Tbk
31 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk
32 SMBR Semen Baturaja Persero Tbk
33 SMCB Holcim Indonesia Tbk d.h Semen Cibinong Tbk
Bersambung ke halaman berikutnya
108
No Kode Nama Perusahaan
34 SMGR SMGR ( Semen Indonesia Tbk d.h Semen Gresik Tbk
35 WTON Wijaya Karya Beton Tbk
36 AKKU Alam Karya Unggul Tbk
37 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk
38 APLI Asiaplast Industries Tbk
39 BRNA Berlina Tbk
40 IMPC Impack Pratama Industri Tbk
41 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk
42 SIAP Sekawan Intipratama Tbk
43 SIMA Siwani Makmur Tbk
44 TALF Tunas Alfin Tbk
45 TRTS Trias Sentosa Tbk
46 YPAS Yana Prima Hasta Persada Tbk
47 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk
109
Lampiran 2
PENGUKURAN GABUNGAN
PERUSAHAAN MANUFAKTUR 2013-2015
NILAI KONSERVATISME, REAL EARNINGS MANAGEMENT, KINERJA PERUSAHAAN
DAN INFORMATION ASYMMETRY
Keterangan:
KON : Konservatisme
REM : Real Earnings Management
KP : Kinerja Perusahaan
IA : Information Asymmetry
NO KODE TAHUN KON REM KP IA
1 AMFG 2013 -0.1676 0.1771 -0.0016 0.0031
2 ARNA 2013 -0.1016 0.2975 0.0100 0.0105
3 IKAI 2013 -0.2978 -0.0235 -0.0001 0.0392
4 KIAS 2013 -0.0708 0.0943 -0.0011 0.0078
5 MLIA 2013 -0.1331 0.0973 0.0081 0.0098
6 TOTO 2013 -0.0915 0.2106 0.0016 0.0060
7 BRPT 2013 -0.0090 0.0450 -0.0002 0.0137
8 BUDI 2013 -0.1136 0.0966 -0.0004 0.0098
9 DPNS 2013 -0.1369 -0.0026 0.0022 0.1922
10 EKAD 2013 -0.0630 0.0847 0.0011 0.0190
11 INCI 2013 -0.2596 0.0777 -0.0002 0.0215
12 SOBI 2013 0.2242 0.1295 0.0128 0.0313
13 SRSN 2013 -0.1374 0.1285 0.0000 2.0000
14 TPIA 2013 -0.1673 0.0912 -0.0032 0.1691
15 UNIC 2013 -0.5496 0.0079 -0.0005 0.0437
16 ALKA 2013 -0.0129 0.0034 0.0009 0.0000
17 ALMI 2013 -0.0181 -0.3793 -0.0008 0.0124
18 BAJA 2013 -0.0016 0.1318 0.0118 0.0041
19 BTON 2013 -0.0806 0.0763 -0.0021 0.0762
20 CTBN 2013 -0.1028 0.2003 0.0002 -0.0992
21 GDST 2013 -0.0948 0.1657 -0.0020 0.0106
22 INAI 2013 -0.0395 0.1015 0.0033 0.1471
23 ISSP 2013 -0.4205 0.0003 0.0011 0.0159
24 JPRS 2013 0.0016 0.1972 -0.0018 0.0083
25 KRAS 2013 -0.0658 0.0542 -0.0023 0.0043
26 LION 2013 -0.0395 0.1212 0.0015 0.0861
27 LMSH 2013 -0.5719 0.1075 -0.0024 0.1775 Bersambung ke halaman berikutnya
110
NO KODE TAHUN KON REM KP IA
28 NIKL 2013 -0.0604 -0.0042 -0.0025 0.0077
29 PICO 2013 -0.1535 -0.0100 -0.0040 0.0348
30 TBMS 2013 -0.0350 0.0276 0.0019 -0.0038
31 INTP 2013 -0.3293 0.2382 -0.0011 0.0011
32 SMBR 2013 -0.8507 0.2487 0.0003 0.0027
33 SMCB 2013 -0.0754 0.1859 -0.0022 0.0026
34 SMGR 2013 -0.0874 0.2275 -0.0011 0.0017
35 WTON 2013 -0.0430 0.0743 0.0000 0.0036
36 AKKU 2013 0.4657 0.1078 -0.0031 0.0050
37 AKPI 2013 -0.0662 0.2429 -0.0004 0.0084
38 APLI 2013 -0.0166 0.0402 0.0109 0.0503
39 BRNA 2013 0.0350 0.5703 0.0307 0.0101
40 IMPC 2013 -0.0102 0.0086 0.0005 0.0037
41 IPOL 2013 -0.4527 0.0617 0.0000 0.0084
42 SIAP 2013 -0.7376 0.0993 -0.0011 0.0295
43 SIMA 2013 -0.0208 0.5202 0.0049 0.0606
44 TALF 2013 -0.1016 0.0402 0.0014 0.0503
45 TRTS 2013 -0.0846 0.0810 0.0246 0.0228
46 YPAS 2013 -0.0846 -0.0604 -0.0017 0.0073
47 CPIN 2013 -0.7663 0.0059 -0.0014 0.0106
48 AMFG 2014 -0.1773 0.1594 0.0015 0.0157
49 ARNA 2014 -0.1274 0.2105 0.0006 0.0264
50 IKAI 2014 -0.2881 -0.0328 -0.0016 0.4946
51 KIAS 2014 -0.1045 0.0237 -0.0005 0.0506
52 MLIA 2014 -0.1853 0.0641 0.0024 0.0225
53 TOTO 2014 -0.0988 0.1762 0.0003 0.0183
54 BRPT 2014 -0.0284 0.0245 -0.0026 0.0067
55 BUDI 2014 -0.1506 0.0286 -0.0002 0.0168
56 DPNS 2014 -0.0590 0.0240 -0.0025 0.0268
57 EKAD 2014 -0.0761 0.0135 0.0032 0.0127
58 INCI 2014 -0.2857 0.0547 -0.0001 0.0521
59 SOBI 2014 0.1964 0.1426 -0.0089 0.0513
60 SRSN 2014 -0.1504 0.0286 0.0000 2.0000
61 TPIA 2014 -0.1737 0.0609 0.0001 0.0859
62 UNIC 2014 0.6453 0.1160 -0.0016 0.0068
63 ALKA 2014 0.0025 0.0779 0.0050 0.1221
64 ALMI 2014 0.0075 -0.3400 -0.0011 0.0150 Bersambung ke halaman berikutnya
111
NO KODE TAHUN KON REM KP IA
65 BAJA 2014 -0.0811 -0.0882 -0.0073 0.8410
66 BTON 2014 -0.0552 0.0434 -0.0002 0.1030
67 CTBN 2014 -0.1219 0.1097 0.0018 -0.0264
68 GDST 2014 -0.0541 0.1848 0.0020 0.0174
69 INAI 2014 -0.0425 0.0913 0.0017 0.0559
70 ISSP 2014 -0.2736 0.0310 -0.0031 0.0286
71 JPRS 2014 -0.1195 -0.2045 -0.0010 0.0157
72 KRAS 2014 -0.0776 -0.0010 -0.0002 0.0028
73 LION 2014 -0.0249 0.1240 -0.0023 0.0997
74 LMSH 2014 -0.2788 0.0706 0.0016 2.0000
75 NIKL 2014 -0.0464 -0.0886 -0.0018 0.0202
76 PICO 2014 0.0044 0.0393 0.0003 0.0813
77 TBMS 2014 -0.0300 0.0401 0.0019 0.2857
78 INTP 2014 -0.7014 0.2009 0.0025 0.0076
79 SMBR 2014 -0.7621 0.1046 0.0015 0.0031
80 SMCB 2014 -0.0848 0.1148 -0.0004 0.0055
81 SMGR 2014 -0.0856 0.2183 0.0014 0.0023
82 WTON 2014 -0.0423 0.0658 0.1200 0.0052
83 AKKU 2014 -0.0315 0.0879 -0.0005 0.0078
84 AKPI 2014 -0.0937 0.1632 -0.0009 0.0058
85 APLI 2014 -0.0285 0.0069 0.0007 0.0212
86 BRNA 2014 0.0422 0.6382 0.0036 0.0057
87 IMPC 2014 0.0066 0.0647 0.0037 0.0019
88 IPOL 2014 -0.4427 0.0520 0.0000 0.0030
89 SIAP 2014 -0.9830 0.0634 0.0009 0.0038
90 SIMA 2014 -0.0268 0.1894 0.0003 0.0243
91 TALF 2014 -0.1274 0.0069 0.0007 0.0212
92 TRTS 2014 -0.0081 0.0455 -0.0017 0.0136
93 YPAS 2014 -0.0081 -0.0333 -0.0011 0.0017
94 CPIN 2014 -0.6895 0.0141 0.0011 0.0412
95 AMFG 2015 -0.1842 0.0936 -0.0019 0.0396
96 ARNA 2015 -0.1147 0.0888 -0.0043 0.0086
97 IKAI 2015 -0.3241 -0.0318 -0.0003 0.0129
98 KIAS 2015 -0.1308 -0.0241 -0.0039 0.0116
99 MLIA 2015 -0.1795 0.0509 -0.0002 0.0667
100 TOTO 2015 -0.1002 0.1187 0.0075 0.0082
101 BRPT 2015 -0.0380 0.0346 -0.0057 0.0027 Bersambung ke halaman berikutnya
112
NO KODE TAHUN KON REM KP IA
102 BUDI 2015 -0.1105 0.0391 -0.0041 0.0102
103 DPNS 2015 -0.0553 0.0186 0.0010 0.1646
104 EKAD 2015 -0.0109 0.2454 -0.0022 0.0084
105 INCI 2015 -0.2101 0.1745 0.0028 0.0263
106 SOBI 2015 0.1005 -0.0485 -0.0024 0.0000
107 SRSN 2015 -0.0881 -0.1741 0.0000 0.0190
108 TPIA 2015 -0.2055 0.0544 0.0015 0.0022
109 UNIC 2015 -0.0115 0.0325 -0.0008 0.1176
110 ALKA 2015 -0.0324 0.0117 -0.0018 0.1262
111 ALMI 2015 -0.0060 0.5446 -0.0026 0.2909
112 BAJA 2015 -0.0569 0.0281 -0.0072 -0.5263
113 BTON 2015 -0.0691 -0.0087 -0.0019 0.0078
114 CTBN 2015 -0.1171 0.0804 -0.0001 0.0000
115 GDST 2015 -0.1268 -0.0290 -0.0043 0.0086
116 INAI 2015 -0.0710 0.0353 0.0016 0.0282
117 ISSP 2015 -0.5135 0.0317 0.0000 0.1143
118 JPRS 2015 -0.0425 -0.0121 -0.0050 0.0286
119 KRAS 2015 -0.0455 -0.0284 -0.0040 0.0067
120 LION 2015 -0.1573 0.0980 0.0013 0.0412
121 LMSH 2015 -0.4999 0.0780 -0.0091 0.0122
122 NIKL 2015 -0.0387 0.0819 -0.0063 0.0028
123 PICO 2015 0.0244 0.0947 -0.0020 0.0488
124 TBMS 2015 0.1193 0.3761 -0.0037 0.0681
125 INTP 2015 -0.9762 0.1748 -0.0011 0.0033
126 SMBR 2015 -0.7218 0.1785 -0.0024 0.0046
127 SMCB 2015 0.0028 0.0310 -0.0054 0.0110
128 SMGR 2015 -0.0748 0.2124 -0.0030 0.0027
129 WTON 2015 -0.1270 0.0584 -0.0037 0.0060
130 AKKU 2015 0.1210 0.0798 -0.0050 0.0116
131 AKPI 2015 -0.0834 0.1996 -0.0002 0.0011
132 APLI 2015 -0.0319 0.0307 -0.0022 0.0320
133 BRNA 2015 -0.1550 0.0659 0.0017 0.0033
134 IMPC 2015 0.0021 0.0506 0.0001 0.0016
135 IPOL 2015 -0.4474 0.0341 0.0001 0.0050
136 SIAP 2015 -0.5465 0.1071 -0.0019 0.0031
137 SIMA 2015 -0.0319 0.2473 -0.0033 0.0054
138 TALF 2015 -0.1147 0.0307 -0.0022 0.0320 Bersambung ke halaman berikutnya
113
NO KODE TAHUN KON REM KP IA
139 TRTS 2015 0.2471 0.2294 0.0006 0.0181
140 YPAS 2015 0.2471 0.0888 -0.0052 0.0070
141 CPIN 2015 -0.8369 0.0025 0.0016 0.0177
114
Lampiran 3
PENGUKURAN KONSERVATISME AKUNTANSI
PERUSAHAAN MANUFAKTUR 2013-2015
NILAI KONSERVATISME
NO KODE TAHUN NIBEit DEPRNit AKOit TAit Akrualit CONACCit
1 AMFG
2013 338358000 1993163000 551871000 3539393000 0.502812 -0.167604068
2014 458635000 2190072000 564250000 3918391000 0.531968 -0.177322529
2015 341346000 2385482000 366837000 4270275000 0.552656 -0.184218503
2 ARNA
2013 237697913883 387354243908 278878036499 1135244802060 0.304933 -0.101644485
2014 261879784046 458546093479 238937995916 1259938133543 0.382152 -0.127384001
2015 71209943348 533173517215 111918147182 1430779475454 0.344194 -0.114731241
3 IKAI
2013 -43088205688 461850896535 -11911956774 482057048870 0.893410 -0.297803375
2014 -26157472796 482722682136 8454256363 518546655125 0.864167 -0.288055696
2015 -108888289285 482722682136 -5442175876 390042617783 0.972398 -0.324132587
4 KIAS
2013 75360306268 609062567424 202177490839 2270904910518 0.212358 -0.070786082
2014 79640638204 683105891046 51975722177 2268246639101 0.313357 -0.104452311
2015 -163719244899 940524180496 -56748466971 2124390696519 0.392373 -0.130790977
5 MLIA
2013 -474045653 3982651311 638446530 7189899445 0.399193 -0.133064407
2014 130105818 4340386428 460633645 7215152320 0.555755 -0.185251742
2015 -155911654 4360760093 367602920 7125800277 0.538500 -0.179500097
6 TOTO
2013 236557513162 563596628375 320627072830 1746177682568 0.274615 -0.091538426
2014 295861032723 623073320724 307708638190 2062386924390 0.296368 -0.098789370
2015 285236780659 688745102230 240629138479 2439540859205 0.300611 -0.100203657 Bersambung ke halaman berikutnya
115
NO KODE TAHUN NIBEit DEPRNit AKOit TAit Akrualit CONACCit
7 BRPT
2013 -20737 179050 95482 2321070 0.027070 -0.009023281
2014 -1156 256161 56944 2325396 0.085173 -0.028391007
2015 5082 332122 80515 2253084 0.113928 -0.037975948
8 BUDI
2013 42886 991683 222244 2382875 0.340901 -0.113633741
2014 28524 1158595 68190 2476982 0.451731 -0.150576925
2015 21072 1158595 96860 3265953 0.331544 -0.110514654
9 DPNS
2013 66813230321 37850325901 -660730802 256372669050 0.410825 -0.136941648
2014 14528830097 39530683065 6455175786 268891042610 0.177040 -0.059013169
2015 9859176172 40822576279 5105993427 274483110371 0.166042 -0.055347375
10 EKAD
2013 39450652821 48714705021 23212236950 343601504089 0.189036 -0.063012065
2014 40985863205 57677258131 4641305865 411726182748 0.228360 -0.076120020
2015 47040256456 66664784036 100935448358 389691595500 0.032768 -0.010922819
11 INCI
2013 10331808096 105953870854 10276272893 136142063219 0.778668 -0.259555848
2014 11056884369 108017846998 -7581339094 147755842523 0.857198 -0.285732797
2015 16960660023 115674461191 25782575358 169546066314 0.630227 -0.210075740
12 SOBI
2013 132863 -868460 175351 1354507 -0.672531 0.224177013
2014 168057 -868460 223643 1568167 -0.589252 0.196417431
2015 145340 -926452 -108220 2231409 -0.301555 0.100518253
13 SRSN
2013 15994295 195278960 37888934 420782548 0.412052 -0.137350691
2014 14600316 204860014 9622985 464949206 0.451312 -0.150437469
2015 15504788 212969250 76732543 574073314 0.264324 -0.088108081 Bersambung ke halaman berikutnya
116
NO KODE TAHUN NIBEit DEPRNit AKOit TAit Akrualit CONACCit
14 TPIA
2013 11030 1099993 153843 1907438 0.501814 -0.167271492
2014 18439 1099993 116197 1923511 0.521045 -0.173681530
2015 26256 1226401 104714 1862386 0.616383 -0.205460988
15 UNIC
2013 301850863875 95267270340 26263427850 224924498308 1.648796 -0.549598805
2014 65773609594 71383932102 390603199014 130911945894 -1.936001 0.645333665
2015 43027221624 68979755880 105401404960 190832149063 0.034615 -0.011538190
16 ALKA
2013 315494 9530157 507543 241912806 0.038601 -0.012867044
2014 2659254 14343585 18833943 244879397 -0.007478 0.002492525
2015 1175538 15757855 2880134 144628405 0.097168 -0.032389347
17 ALMI
2013 22939050450 209183182095 82904022916 2752078000000 0.054220 -0.018073399
2014 1634820237 18395028880 92705285767 3212439000000 -0.022623 0.007541045
2015 73877488238 57674238036 92282045908 2189038000000 0.017939 -0.005979747
18 BAJA
2013 -102926436227 216929678460 108138926072 1253154170090 0.004680 -0.001559882
2014 18683712081 246474367422 -74385983999 1396097186955 0.243209 -0.081069825
2015 -11830669276 283003602246 27344372141 1428405405950 0.170700 -0.056899944
19 BTON
2013 25882922986 27775729132 11077976307 176136296407 0.241748 -0.080582815
2014 7630330090 28835438040 7643755010 174157547015 0.165494 -0.055164636
2015 6323778025 30108582576 -1520287645 183116245288 0.207260 -0.069086622
20 CTBN
2013 53363435 85069881 53761130 274429703 0.308539 -0.102846236
2014 34731032 90482743 30078890 260196857 0.365627 -0.121875524
2015 8532482 93427855 20917514 230679826 0.351322 -0.117107225 Bersambung ke halaman berikutnya
117
NO KODE TAHUN NIBEit DEPRNit AKOit TAit Akrualit CONACCit
21 GDST
2013 91885687801 439834412880 192924779196 1191496619152 0.284344 -0.094781447
2014 -13964803727 453973212593 220244499811 1354622569945 0.162233 -0.054077525
2015 -56108991583 467288362663 -39316274672 1183934183257 0.380507 -0.12683578
22 INAI
2013 5019540731 163475764292 77754740234 765881409376 0.118479 -0.03949287
2014 22058700759 174163418166 81915088114 897281657710 0.127393 -0.042464195
2015 129166716157 201198258795 47011856454 1330259296537 0.213006 -0.071001977
23 JKSW
2013 7968797416 22212542263 89950751 23853274497 1.261520 -0.420506752
2014 9631890621 22356032763 9380945088 27541000157 0.820848 -0.273616041
2015 23096657780 22464848428 8409440670 24116405326 1.540531 -0.513510271
24 JPRS
2013 15045492572 61720260951 78622516794 376540741943 -0.004931 0.001643703
2014 -6930478877 62875516326 -76997875467 370967708751 0.358368 -0.119455961
2015 -21989704979 63797608745 -4506620797 363265042157 0.127495 -0.042498377
25 KRAS
2013 -13600000 622596000 138875000 2383207000 0.197264 -0.065754674
2014 -154185000 758220000 -2298000 2604357000 0.232815 -0.077604952
2015 -326514000 758220000 -73922000 3702144000 0.136577 -0.045525692
26 LION
2013 85027065076 52314861896 52556704619 715316418231 0.118528 -0.039509426
2014 62857739316 62439453177 61833303338 849386664896 0.074717 -0.024905771
2015 58451801513 74752659138 59304153529 156552896764 0.472047 -0.157348961
27 LMSH
2013 14382899194 23741986390 13814790256 14169759871 1.715632 -0.571877377
2014 7403115436 26000715543 9999770412 27983119651 0.836364 -0.278787841
2015 808326453 28341730136 10910801951 12162068276 1.499684 -0.499894542 Bersambung ke halaman berikutnya
118
NO KODE TAHUN NIBEit DEPRNit AKOit TAit Akrualit CONACCit
28 NIKL
2013 503 23992 3203 117518 0.181181 -0.060393585
2014 -6832 21369 -11024 183629 0.139199 -0.046399715
2015 -4725835 28388891 9981907 117830117 0.116109 -0.038703034
29 PICO
2013 15439372429 264787235516 -5967845178 621400236614 0.460564 -0.153521266
2014 16226153752 0 24408903218 626626507164 -0.013058 0.004352805
2015 14975406018 0 59320891249 605788310444 -0.073203 0.024400980
30 TBMS
2013 -4478313 16814988 -5461001 169262315 0.105148 -0.035049495
2014 6965928 15615523 6792403 175577003 0.089927 -0.029975543
2015 5545692 13689220 66032777 130737763 -0.357952 0.119317388
31 INTP
2013 6469534 852731 5419268 1926041 0.988036 -0.329345273
2014 6814636 928719 5346841 1138900 2.104236 -0.701411889
2015 5644576 914495 5049117 515580 2.928651 -0.976217076
32 SMBR
2013 400401904 589671589 298064307 271141634 2.552206 -0.850735188
2014 394651537 557907013 283527338 292636086 2.286223 -0.762074176
2015 443414252 787023588 522628119 326866793 2.165438 -0.721812611
33 SMCB
2013 952305 6622789 2262247 23492666 0.226149 -0.075383058
2014 668869 7306727 1709438 24642847 0.254279 -0.084759660
2015 318875 533786 25921217 -0.008291 0.002763643
34 SMGR
2013 5354298521 8768208683 6047147495 30792884092 0.262248 -0.087415864
2014 5573577279 9955761784 6721170878 34314666027 0.256688 -0.085562717
2015 4525441038 11326033189 7288586537 38153118932 0.224435 -0.074811601 Bersambung ke halaman berikutnya
119
NO KODE TAHUN NIBEit DEPRNit AKOit TAit Akrualit CONACCit
35 WTON
2013 244610776 260510895 136320282 2860035083 0.128950 -0.042983318
2014 330046720 339829602 207946047 3639100184 0.126935 -0.042311767
2015 158568000 1997515000 458416000 4456098000 0.380976 -0.126992046
36 AKKU
2013 379186 -66499 721745 292773 -1.397183 0.46572773
2014 720000 -101557 592106 278864 0.094444 -0.031481335
2015 543300 -121856 511594 248276 -0.363104 0.121034553
37 AKPI
2013 4798778000000 18806324000000 12219782000000 57362244000000 0.198481 -0.066160359
2014 4832049000000 21491425000000 9364120000000 60306777000000 0.281218 -0.093739349
2015 2792439000000 24687857000000 12039161000000 61715399000000 0.250199 -0.083399688
38 APLI
2013 391351 1187037 448214 22665603 0.049863 -0.016620986
2014 1019451 1150943 110398 24074446 0.085568 -0.028522581
2015 1676469 1189171 512026 24621715 0.095591 -0.031863662
39 BRNA
2013 1150200000 212600000 1670935000 2936882000 -0.104919 0.034973031
2014 1419100000 23500000 1874402000 3412954000 -0.126519 0.042172851
2015 1780800000 252100000 224902000 3889291000 0.464866 -0.154955235
40 IMPC
2013 14253831 4962996 4284828 489042996 0.030533 -0.010177700
2014 16485858 5880302 33166235 542716065 -0.019900 0.006633349
2015 18018653 7045485 28816436 582241575 -0.006445 0.002148191
41 IPOL
2013 876785386000 18806324000000 90441516000 14428082567000 1.357954 -0.452651228
2014 1097417967000 21491425000000 111233377000 16924366954000 1.328121 -0.442707048
2015 596515405000 24687857000000 173222908000 18709870126000 1.342134 -0.447377941 Bersambung ke halaman berikutnya
120
NO KODE TAHUN NIBEit DEPRNit AKOit TAit Akrualit CONACCit
42 SIAP
2013 35311000000 7463000000 21250000000 9727000000 2.212810 -0.737603235
2014 38809000000 7794000000 14963000000 10728590909 2.949129 -0.983043044
2015 36710000000 7870000000 26290000000 11156136364 1.639456 -0.546485492
43 SIMA
2013 391351 1187037 165902 22665603 0.062318 -0.020772828
2014 1019451 1150943 233305 24074446 0.080462 -0.026820818
2015 1676469 1189171 512026 24621715 0.095591 -0.031863662
44 TALF
2013 237697913883 387354243908 278878036499 1135244802060 0.304933 -0.101644485
2014 261879784046 458546093479 238937995916 1259938133543 0.382152 -0.127384001
2015 71209943348 533173517215 111918147182 1430779475454 0.344194 -0.114731241
45 TRST
2013 2282202 42780 1538188 3099441 0.253850 -0.084616761
2014 1060563 43492 1031747 2993088 0.024158 -0.008052775
2015 900555 42801 2657452 2312017 -0.741385 0.247128491
46 YPAS
2013 2282202 42780 1538188 3099441 0.253850 -0.084616761
2014 1060563 43492 1031747 2993088 0.024158 -0.008052775
2015 900555 42801 2657452 2312017 -0.741385 0.247128491
47 CPIN
2013 1,316,857 127,050 79,237 593,593 2.298999 -0.766333161
2014 1,649,519 159,353 157,193 798,517 2.068433 -0.689477703
2015 1,979,278 194,717 34,197 852,288 2.510651 -0.836883776
121
Lampiran 4
PENGUKURAN REAL EARNINGS MANAGEMENT PERUSAHAAN MANUFAKTUR 2013-2015
ARUS KAS DISKRESIONER
NO KODE TAHUN CFOit TAit-1 Arus kas Diskresioner
1 AMFG 2013 551871000 3115421000 0.177141709
2014 564250000 3539393000 0.159419991
2015 366837000 3918391000 0.093619294
2 ARNA 2013 278878036499 937359770277 0.297514407
2014 238937995916 1135244802060 0.210472662
2015 111918147182 1259938133543 0.088828288
3 IKAI 2013 -11911956774 507425275145 -0.023475293
2014 -15834747540 482057048870 -0.032848285
2015 -16480938391 518546655125 -0.031782942
4 KIAS 2013 202177490839 2143814884435 0.094307345
2014 53807189894 2270904910518 0.023694162
2015 -56748466971 2352542603065 -0.024122185
5 MLIA 2013 638446530 6558655234 0.097344121
2014 460633645 7189899445 0.064066772
2015 367602920 7215152320 0.050948740
6 TOTO 2013 320627072830 1522663914388 0.210569824
2014 307708638190 1746177682568 0.176218400
2015 240629138479 2027288693678 0.118695053
7 BRPT 2013 95482 2120461 0.045028888
2014 56944 2321070 0.024533513
2015 80515 2325396 0.034624210
8 BUDI 2013 222244000 2299672000 0.096641608
2014 68190000 2382875000 0.028616692
2015 96860000 2476982000 0.039104039
9 DPNS 2013 -660730802 256396781317 -0.002576986
2014 6455175786 268891042610 0.024006660
2015 5105993427 274483110371 0.018602214
10 EKAD 2013 23212236950 273893467429 0.084749144
2014 4641305865 343601504089 0.013507816
2015 100935448358 411348790570 0.245376796
11 INCI 2013 10276272892 132278839073 0.077686446
2014 7451339094 136142063219 0.054732086
2015 25782575358 147755842523 0.174494456
12 SOBI 2013 175351000 1354507000 0.129457434
2014 223643000 1568167000 0.142614275
2015 -108220000 2231409000 -0.048498505 Bersambung ke halaman berikutnya
122
NO KODE TAHUN CFOit TAit-1 Arus kas Diskresioner
13 SRSN 2013 37888934 294789187 0.128528914
2014 9622985 335892150 0.028649032
2015 -76732543 440739212 -0.174099651
14 TPIA 2013 153843 1687115 0.091187026
2014 116197 1907438 0.060917838
2015 104714 1923511 0.054438992
15 UNIC 2013 1965090 248270710 0.007915110
2014 31243257 269269882 0.116029527
2015 7678960 236016596 0.032535678
16 ALKA 2013 507543 147882362 0.003432073
2014 18833943 241912806 0.077854262
2015 2880134 245297737 0.011741380
17 ALMI 2013 -713749446281 1881568513922 -0.379337473
2014 -935671862182 2752078229707 -0.339987378
2015 1749582272593 3212438981224 0.544627395
18 BAJA 2013 108138926072 820451474171 0.131804171
2014 -74385983999 842928433004 -0.088247093
2015 27344372141 974632970453 0.028056071
19 BTON 2013 11077976307 145100528067 0.076346906
2014 7643755010 176136296407 0.043396819
2015 -1520287645 174088741855 -0.008732831
20 CTBN 2013 53761130 268438471 0.200273567
2014 30078890 274151287 0.109716392
2015 20917514 260196857 0.080391109
21 GDST 2013 192924779196 1163971056842 0.165747059
2014 220244499811 1191496619152 0.184846936
2015 -39316274672 1357932144522 -0.028953048
22 INAI 2013 77754740234 765881409376 0.101523211
2014 81915088114 897281657710 0.091292503
2015 47011856454 1330259296537 0.035340371
23 JKSW 2013 89950751 262386019471 0.000342818
2014 9380945088 302951001725 0.030965222
2015 8409440670 265280458589 0.031700189
24 JPRS 2013 78622516794 398606524648 0.197243427
2014 -76997875467 376540741943 -0.204487501
2015 -4506620797 371964680410 -0.012115722
25 KRAS 2013 138875000 2561947000 0.054206820
2014 -2298000 2383207000 -0.000964247
2015 -73922000 2604357000 -0.028383973
26 LION 2013 52556704619 433497042140 0.121238900
2014 61833303338 498567897161 0.124021831
2015 59304153529 605165911234 0.097996520 Bersambung ke halaman berikutnya
123
NO KODE TAHUN CFOit TAit-1 Arus kas Diskresioner
27 LMSH 2013 13814790256 128547715366 0.107468190
2014 9999770412 141697598705 0.070571206
2015 10910801951 139915598255 0.077981312
28 NIKL 2013 -469000 110616000 -0.004239893
2014 -11024554 124420000 -0.088607571
2015 9981907 121939669 0.081859391
29 PICO 2013 -5967845178 594616098268 -0.010036468
2014 24408903218 621507483388 0.039273708
2015 59320891249 626626507164 0.094667063
30 TBMS 2013 5461001 197513161 0.027648796
2014 6792403 169262315 0.040129446
2015 66032777 175577003 0.376090125
31 INTP 2013 5419268 22755200 0.238155147
2014 5344607 26607200 0.200870704
2015 5049117 28885000 0.174800658
32 SMBR 2013 298064307 1198586407 0.248679866
2014 283527338 2711416335 0.104567983
2015 522628119 2928480366 0.178463931
33 SMCB 2013 2262247 12168517 0.185909836
2014 1709438 14894990 0.114765972
2015 533786 17195352 0.031042458
34 SMGR
2013 6047147000 26579084000 0.227515252
2014 6721171000 30792884000 0.218270267
2015 7288587000 34314666000 0.212404428
35 WTON
2013 178501456671 2401099745000 0.074341542
2014 192010242662 2917400751267 0.065815518
2015 222010242662 3802332940158 0.058387902
36 AKKU
2013 721745 6692256 0.107847787
2014 592106 6733787 0.087930610
2015 511594 6413864 0.079763774
37 AKPI
2013 12219782000 50300633000 0.242934955
2014 9364120000 57362244000 0.163245357
2015 12039161000 60306777000 0.199631975
38 APLI
2013 448214 11148254 0.040204861
2014 110398 15969503 0.006913052
2015 512026 16701440 0.030657596
39 BRNA
2013 1670935000 2929752000 0.570333257
2014 1874402000 2936882000 0.638228570
2015 224902000 3412954000 0.065896581
40 IMPC
2013 4189827 489042996 0.008567400
2014 35136527 542716065 0.064742006
2015 29459026 582241575 0.050595882 Bersambung ke halaman berikutnya
124
NO KODE TAHUN CFOit TAit-1 Arus kas Diskresioner
41 IPOL
2013 890181387000 14428083000000 0.061697828
2014 880753891000 16924367000000 0.052040581
2015 638388319000 18709870000000 0.034120404
42 SIAP
2013 21250000000 213994000000 0.099301850
2014 14963000000 236029000000 0.063394752
2015 26290000000 245435000000 0.107115937
43 SIMA
2013 387712041000 745306845000 0.520204589
2014 164246813000 867040802000 0.189433776
2015 246625414000 997443167000 0.247257610
44 TALF
2013 448214 11148254 0.040204861
2014 110398 15969503 0.006913052
2015 512026 16701440 0.030657596
45 TRST
2013 195989263645 2420793382029 0.080960757
2014 128022639236 2811620982142 0.045533392
2015 669463282892 2918133278435 0.229414910
46 YPAS
2013 -1538188 25460457 -0.060414784
2014 -1031747 30994411 -0.033288163
2015 2657452 29930882 0.088786291
47 CPIN
2013 79237 13417986 0.005905283
2014 157193 11179239 0.014061154
2015 34197 13636617 0.002507733
41 IPOL
2013 890181387000 14428083000000 0.061697828
2014 880753891000 16924367000000 0.052040581
2015 638388319000 18709870000000 0.034120404
42 SIAP
2013 21250000000 213994000000 0.099301850
2014 14963000000 236029000000 0.063394752
2015 26290000000 245435000000 0.107115937
43 SIMA
2013 387712041000 745306845000 0.520204589
2014 164246813000 867040802000 0.189433776
2015 246625414000 997443167000 0.247257610
44 TALF
2013 448214 11148254 0.040204861
2014 110398 15969503 0.006913052
2015 512026 16701440 0.030657596
45 TRST
2013 195989263645 2420793382029 0.080960757
2014 128022639236 2811620982142 0.045533392
2015 669463282892 2918133278435 0.229414910
46 YPAS
2013 -1538188 25460457 -0.060414784
2014 -1031747 30994411 -0.033288163
2015 2657452 29930882 0.088786291
47 CPIN
2013 79237 13417986 0.005905283
2014 157193 11179239 0.014061154
2015 34197 13636617 0.002507733
125
Lampiran 5
PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR 2013-2015
RETURN SAHAM
NO KODE TAHUN
Harga Penutupan Return Saham
30 Des (t-1) 30 Des (t) Rupiah Persen Desimal
1 AMFG
2013 8300 7000 -1300 -16% -0.001566
2014 7000 8050 1050 15% 0.001500
2015 8050 6550 -1500 -19% -0.001863
2 ARNA
2013 410 820 410 100% 0.010000
2014 820 870 50 6% 0.000610
2015 870 500 -370 -43% -0.004253
3 IKAI
2013 142 140 -2 -1% -0.000141
2014 140 118 -22 -16% -0.001571
2015 118 114 -4 -3% -0.000339
4 KIAS
2013 175 155 -20 -11% -0.001143
2014 155 147 -8 -5% -0.000516
2015 147 90 -57 -39% -0.003878
5 MLIA
2013 235 425 190 81% 0.008085
2014 425 525 100 24% 0.002353
2015 525 515 -10 -2% -0.000190
6 TOTO
2013 6650 7700 1050 16% 0.001579
2014 3850 3975 125 3% 0.000325
2015 3975 6950 2975 75% 0.007484
7 BRPT
2013 420 410 -10 -2% -0.000238
2014 410 303 -107 -26% -0.002610
2015 303 130 -173 -57% -0.005710
8 BUDI
2013 114 109 -5 -4% -0.000439
2014 109 107 -2 -2% -0.000183
2015 107 63 -44 -41% -0.004112
9 DPNS
2013 385 470 85 22% 0.002208
2014 470 353 -117 -25% -0.002489
2015 353 387 34 10% 0.000963
10 EKAD
2013 350 390 40 11% 0.001143
2014 390 515 125 32% 0.003205
2015 515 400 -115 -22% -0.002233
11 INCI
2013 245 240 -5 -2% -0.000204
2014 240 238 -2 -1% -0.000083
2015 238 305 67 28% 0.002815 Bersambung ke halaman berikutnya
126
NO KODE TAHUN Harga Penutupan Return Saham
30 Des (t-1) 30 Des (t) Rupiah Persen Desimal
12 SOBI
2013 810 1850 1040 128% 0.012840
2014 1850 200 -1650 -89% -0.008919
2015 2500 1900 -600 -24% -0.002400
13 SRSN
2013 50 50 0 0% 0.000000
2014 50 50 0 0% 0.000000
2015 50 50 0 0% 0.000000
14 TPIA
2013 4375 2975 -1400 -32% -0.003200
2014 2975 3000 25 1% 0.000084
2015 3000 3445 445 15% 0.001483
15 UNIC
2013 2000 1910 -90 -5% -0.000450
2014 1910 1600 -310 -16% -0.001623
2015 1600 1480 -120 -8% -0.000750
16 ALKA
2013 550 600 50 9% 0.000909
2014 600 900 300 50% 0.005000
2015 900 735 -165 -18% -0.001833
17 ALMI
2013 650 600 -50 -8% -0.000769
2014 300 268 -32 -11% -0.001067
2015 268 198 -70 -26% -0.002612
18 BAJA
2013 510 1110 600 118% 0.011765
2014 1110 297 -813 -73% -0.007324
2015 297 84 -213 -72% -0.007172
19 BTON
2013 700 550 -150 -21% -0.002143
2014 550 540 -10 -2% -0.000182
2015 540 435 -105 -19% -0.001944
20 CTBN
2013 4400 4500 100 2% 0.000227
2014 4500 5300 800 18% 0.001778
2015 5300 5225 -75 -1% -0.000142
21 GDST
2013 108 86 -22 -20% -0.002037
2014 86 103 17 20% 0.001977
2015 103 59 -44 -43% -0.004272
22 INAI
2013 450 600 150 33% 0.003333
2014 300 350 50 17% 0.001667
2015 350 405 55 16% 0.001571
23 JKSW
2013 88 98 10 11% 0.001136
2014 98 68 -30 -31% -0.003061
2015 68 68 0 0% 0.000000
24 JPRS
2013 330 270 -60 -18% -0.001818
2014 270 242 -28 -10% -0.001037
2015 242 120 -122 -50% -0.005041 Bersambung ke halaman berikutnya
127
NO KODE TAHUN Harga Penutupan Return Saham
30 Des (t-1) 30 Des (t) Rupiah Persen Desimal
25 KRAS
2013 640 495 -145 -23% -0.002266
2014 495 485 -10 -2% -0.000202
2015 485 293 -192 -40% -0.003959
26 LION
2013 10400 12000 1600 15% 0.001538
2014 12000 9300 -2700 -23% -0.002250
2015 930 1050 120 13% 0.001290
27 LMSH
2013 10500 8000 -2500 -24% -0.002381
2014 8000 9300 1300 16% 0.001625
2015 6450 575 -5875 -91% -0.009109
28 NIKL
2013 220 164 -56 -25% -0.002545
2014 164 134 -30 -18% -0.001829
2015 134 50 -84 -63% -0.006269
29 PICO
2013 260 155 -105 -40% -0.004038
2014 155 160 5 3% 0.000323
2015 160 128 -32 -20% -0.002000
30 TBMS
2013 6750 8000 1250 19% 0.001852
2014 8000 9500 1500 19% 0.001875
2015 9500 6000 -3500 -37% -0.003684
31 INTP
2013 22450 20000 -2450 -11% -0.001091
2014 20000 25000 5000 25% 0.002500
2015 25000 22325 -2675 -11% -0.001070
32 SMBR
2013 320 330 10 3% 0.000313
2014 330 381 51 15% 0.001545
2015 381 291 -90 -24% -0.002362
33 SMCB
2013 2900 2275 -625 -22% -0.002155
2014 2275 2185 -90 -4% -0.000396
2015 2185 995 -1190 -54% -0.005446
34 SMGR
2013 15850 14150 -1700 -11% -0.001073
2014 14150 16200 2050 14% 0.001449
2015 16200 11400 -4800 -30% -0.002963
35 WTON
2013 100 100 0 0% 0.000000
2014 100 1300 1200 1200% 0.120000
2015 1300 825 -475 -37% -0.003654
36 AKKU
2013 1590 1090 -500 -31% -0.003145
2014 1090 1040 -50 -5% -0.000459
2015 1040 515 -525 -50% -0.005048
37 AKPI
2013 19700 19000 -700 -4% -0.000355
2014 19000 17350 -1650 -9% -0.000868
2015 17350 16950 -400 -2% -0.000231 Bersambung ke halaman berikutnya
128
NO KODE TAHUN Harga Penutupan Return Saham
30 Des (t-1) 30 Des (t) Rupiah Persen Desimal
38 APLI
2013 2300 4800 2500 109% 0.010870
2014 4800 5150 350 7% 0.000729
2015 5150 4010 -1140 -22% -0.002214
39 BRNA
2013 2700 11000 8300 307% 0.030741
2014 11000 15000 4000 36% 0.003636
2015 15000 17600 2600 17% 0.001733
40 IMPC
2013 9100 9600 500 5% 0.000549
2014 9600 13125 3525 37% 0.003672
2015 13125 13300 175 1% 0.000133
41 IPOL
2013 600 600 0 0% 0.000000
2014 333 334 1 0% 0.000030
2015 398 400 2 1% 0.000050
42 SIAP
2013 7600 6800 -800 -11% -0.001053
2014 6800 7425 625 9% 0.000919
2015 7425 6000 -1425 -19% -0.001919
43 SIMA
2013 255 380 125 49% 0.004902
2014 380 390 10 3% 0.000263
2015 780 520 -260 -33% -0.003333
44 TALF
2013 4200 4800 600 14% 0.001429
2014 4800 5150 350 7% 0.000729
2015 5150 4010 -1140 -22% -0.002214
45 TRST
2013 1300 4500 3200 246% 0.024615
2014 4500 3720 -780 -17% -0.001733
2015 3720 3945 225 6% 0.000605
46 YPAS
2013 9800 8100 -1700 -17% -0.001735
2014 8100 7200 -900 -11% -0.001111
2015 7200 3470 -3730 -52% -0.005181
47 CPIN
2013 525 450 -75 -14% -0.001429
2014 450 500 50 11% 0.001111
2015 500 580 80 16% 0.001600
38 APLI
2013 2300 4800 2500 109% 0.010870
2014 4800 5150 350 7% 0.000729
2015 5150 4010 -1140 -22% -0.002214
39 BRNA
2013 2700 11000 8300 307% 0.030741
2014 11000 15000 4000 36% 0.003636
2015 15000 17600 2600 17% 0.001733
40 IMPC
2013 9100 9600 500 5% 0.000549
2014 9600 13125 3525 37% 0.003672
2015 13125 13300 175 1% 0.000133 Bersambung ke halaman berikutnya
129
NO KODE TAHUN Harga Penutupan Return Saham
30 Des (t-1) 30 Des (t) Rupiah Persen Desimal
41 IPOL
2013 600 600 0 0% 0.000000
2014 333 334 1 0% 0.000030
2015 398 400 2 1% 0.000050
42 SIAP
2013 7600 6800 -800 -11% -0.001053
2014 6800 7425 625 9% 0.000919
2015 7425 6000 -1425 -19% -0.001919
43 SIMA
2013 255 380 125 49% 0.004902
2014 380 390 10 3% 0.000263
2015 780 520 -260 -33% -0.003333
44 TALF
2013 4200 4800 600 14% 0.001429
2014 4800 5150 350 7% 0.000729
2015 5150 4010 -1140 -22% -0.002214
45 TRST
2013 1300 4500 3200 246% 0.024615
2014 4500 3720 -780 -17% -0.001733
2015 3720 3945 225 6% 0.000605
46 YPAS
2013 9800 8100 -1700 -17% -0.001735
2014 8100 7200 -900 -11% -0.001111
2015 7200 3470 -3730 -52% -0.005181
47 CPIN
2013 525 450 -75 -14% -0.001429
2014 450 500 50 11% 0.001111
2015 500 580 80 16% 0.001600
130
Lampiran 6
PENGUKURAN INFORMATION ASYMMETRY
PERUSAHAAN MANUFAKTUR 2013-2015
BID-ASK SPREAD
NO KODE TAHUN OFFER BID SPREAD
1 AMFG
2013 8200 8175 0.003053435
2014 6425 6325 0.015686275
2015 7075 6800 0.039639640
2 ARNA
2013 960 950 0.010471204
2014 575 560 0.026431718
2015 466 462 0.008620690
3 IKAI
2013 104 100 0.039215686
2014 116 70 0.494623656
2015 78 77 0.012903226
4 KIAS
2013 128 127 0.007843137
2014 81 77 0.050632911
2015 87 86 0.011560694
5 MLIA
2013 515 510 0.009756098
2014 450 440 0.022471910
2015 620 580 0.066666667
6 TOTO
2013 4175 4150 0.006006006
2014 6900 6775 0.018281536
2015 490 486 0.008196721
7 BRPT
2013 294 290 0.013698630
2014 298 296 0.006734007
2015 1855 1850 0.002699055
8 BUDI
2013 103 102 0.009756098
2014 60 59 0.016806723
2015 99 98 0.010152284
9 DPNS
2013 365 301 0.192192192
2014 340 331 0.026825633
2015 434 368 0.164588529
10 EKAD
2013 530 520 0.019047619
2014 397 392 0.012674271
2015 595 590 0.008438819 Bersambung ke halaman berikutnya
131
NO KODE TAHUN OFFER BID SPREAD
11 INCI
2013 235 230 0.021505376
2014 315 299 0.052117264
2015 308 300 0.026315789
12 SOBI
2013 2275 2205 0.031250000
2014 2000 1900 0.051282051
2015 2000 1960 0.000000000
13 SRSN
2013 50 0 2.000000000
2014 50 0 2.000000000
2015 53 52 0.019047619
14 TPIA
2013 3495 2950 0.169123351
2014 3705 3400 0.085855032
2015 22550 22500 0.002219756
15 UNIC
2013 1755 1680 0.043668122
2014 1480 1470 0.006779661
2015 2700 2400 0.117647059
16 ALKA
2013 0 0 0.000000000
2014 695 615 0.122137405
2015 160 141 0.126245847
17 ALMI
2013 244 241 0.012371134
2014 201 198 0.015037594
2015 189 141 0.290909091
18 BAJA
2013 247 246 0.004056795
2014 201 82 0.840989399
2015 189 324 -0.526315789
19 BTON
2013 545 505 0.076190476
2014 449 405 0.103044496
2015 129 128 0.007782101
20 CTBN
2013 4980 5500 -0.099236641
2014 5600 5750 -0.026431718
2015 0 0 0.000000000
21 GDST
2013 95 94 0.010582011
2014 58 57 0.017391304
2015 117 116 0.008583691
22 INAI
2013 365 315 0.147058824
2014 423 400 0.055893074
2015 720 700 0.028169014 Bersambung ke halaman berikutnya
132
NO KODE TAHUN OFFER BID SPREAD
23 JKSW
2013 127 125 0.015873016
2014 71 69 0.028571429
2015 74 66 0.114285714
24 JPRS
2013 241 239 0.008333333
2014 128 126 0.015748031
2015 142 138 0.028571429
25 KRAS
2013 465 463 0.004310345
2014 359 358 0.002789400
2015 745 740 0.006734007
26 LION
2013 10900 10000 0.086124402
2014 1000 905 0.099737533
2015 990 950 0.041237113
27 LMSH
2013 6900 5775 0.177514793
2014 560 0 2.000000000
2015 496 490 0.012170385
28 NIKL
2013 130 129 0.007722008
2014 50 49 0.020202020
2015 3580 3570 0.002797203
29 PICO
2013 146 141 0.034843206
2014 128 118 0.081300813
2015 210 200 0.048780488
30 TBMS
2013 7970 8000 -0.003757044
2014 7200 5400 0.285714286
2015 835 780 0.068111455
31 INTP
2013 23250 23225 0.001075847
2014 19750 19600 0.007623888
2015 15400 15350 0.003252033
32 SMBR
2013 371 370 0.002699055
2014 320 319 0.003129890
2015 2180 2170 0.004597701
33 SMCB
2013 1945 1940 0.002574003
2014 910 905 0.005509642
2015 915 905 0.010989011
34 SMGR
2013 14625 14600 0.001710864
2014 10825 10800 0.002312139
2015 9200 9175 0.002721088 Bersambung ke halaman berikutnya
133
NO KODE TAHUN OFFER BID SPREAD
35 WTON
2013 1375 1370 0.003642987
2014 970 965 0.005167959
2015 830 825 0.006042296
36 AKKU
2013 1000 995 0.005012531
2014 640 635 0.007843137
2015 1740 1720 0.011560694
37 AKPI
2013 18000 17850 0.008368201
2014 17300 17200 0.005797101
2015 23000 22975 0.001087548
38 APLI
2013 4890 4650 0.050314465
2014 3575 3500 0.021201413
2015 3490 3380 0.032023290
39 BRNA
2013 15000 14850 0.010050251
2014 17600 17500 0.005698006
2015 15125 15075 0.003311258
40 IMPC
2013 13700 13650 0.003656307
2014 13425 13400 0.001863933
2015 15500 15475 0.001614205
41 IPOL
2013 600 595 0.008368201
2014 334 333 0.002998501
2015 400 398 0.005012531
42 SIAP
2013 7750 7525 0.029459902
2014 6650 6625 0.003766478
2015 8125 8100 0.003081664
43 SIMA
2013 340 320 0.060606061
2014 208 203 0.024330900
2015 184 183 0.005449591
44 TALF
2013 4890 4650 0.050314465
2014 3575 3500 0.021201413
2015 3490 3380 0.032023290
45 TRST
2013 4000 3910 0.022756005
2014 3700 3650 0.013605442
2015 4470 4390 0.018058691
46 YPAS
2013 6875 6825 0.007299270
2014 3000 2995 0.001668057
2015 7150 7100 0.007017544 Bersambung ke halaman berikutnya
134
NO KODE TAHUN OFFER BID SPREAD
47 CPIN
2013 475 470 0.010582011
2014 620 595 0.041152263
2015 570 560 0.017699115
135
Lampiran 7
HASIL UJI SPSS
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
KON 132 -.98300 .64530 -.1478826 .24736481
REM 132 -.37930 .63820 .0800780 .12693781
IA 132 -.52630 2.00000 .0820258 .31287747
RETURN 132 -.00890 .00750 -.0007402 .00252378
Valid N (listwise) 132
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .256a .065 .043 .00246828 1.839
a. Predictors: (Constant), IA, REM, KON
b. Dependent Variable: RETURN
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .000 3 .000 2.986 .034b
Residual .001 128 .000
Total .001 131
a. Dependent Variable: RETURN
b. Predictors: (Constant), IA, REM, KON
136
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -.001 .000 -4.554 .000
KON -.002 .001 -.185 -2.167 .032 .999 1.001
REM .003 .002 .169 1.977 .050 .999 1.001
IA .001 .001 .064 .753 .453 .999 1.001
a. Dependent Variable: RETURN
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 132
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation .00243985
Most Extreme Differences Absolute .073
Positive .051
Negative -.073
Test Statistic .073
Asymp. Sig. (2-tailed) .078c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
137
138