Upload
jalaluddin
View
203
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Sekripsi Kesehatan,cerita bokep,video bokep,E-Book,Jurnal,Tutorial PS2
Citation preview
BAB I
PANDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini kemajuan yang pesat dalam berbagai
bidang kehidupan manusia yang meliputi bidang
ekonomi, teknologi, politik dan budaya serta
bidang-bidang lain membawa pengaruh tersendiri bagi
perkembangan manusia itu sendiri. Kehidupan yang
semakin sulit dan komplek serta semakin bertambah
stresor psikosoial akibat budaya masyarakat yang
semakin modern, menyebabkan manusia tidak dapat
menghindari tekanan-tekanan kehidupan yang mereka
alami (Saseno, 2001).
Soewadi (2002), manusia dalam kehidupannya
mengalami berbagai permasalahan yang dapat
mempengaruhi kondisi kejiwaannya, terlebih apabila
masalah yang dihadapi dirasakan oleh dirinya
merupakan sesuatu yang berat, hal ini bila
berkelanjutan dan akan bermuara pada suatu kondisi
yang akan mempengaruhi keseimbangan jiwanya.
Kesehatan jiwa merupakan suatu unsur yang sangat
penting yang harus dimiliki dalam diri setiap
2
manusia. Kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada
gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai
karakteristik yang positif yang menggambarkan
keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang
mencerminkan kedewasaan keperibadiannya (Yosep,
2007). Indikator sehat jiwa meliputi sikap yang
positif terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang,
memiliki aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan
diri, memiliki persepsi sesuai kenyataan dan
kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan
(Stuart & Laraia, 1998 dalam Yosep, 2007).
Problematika individu dengan dirinya sendiri,
ialah kegagalan bersikap berdisiplin dan
bersahabat dengan hati nuraninya sendiri, yakni
hati nurani yang selalu mengajak, menyeru dan
membimbing kepada kebaikan dan kebenaran kepada
Tuhannya. Sehingga muncul sikap was-was, ragu,
prasangka buruk lemah motifasi dan tidak mampu
bersikap mandiri dalam melakukan segala hal.
Halon (1994), menyatakan bahwa sehat itu
mencakup keadaan pada diri sesorang secara
menyeluruh untuk tetap mempunyai kemampuan tugas
fisiologis maupun psikologis penuh.
3
Kegagalan penyesuaian diri terhadap keadaan
atau peristiwa yang menyebabkan keadaan perubahan
dalam kehidupan seseorang berdampak pada timbulnya
keluhan-keluhan berupa stress, depresi dan cemas
(Hawari, 2001).
Menurut Prawirohardjo (2000), semua hal yang
dapat menyebabkan gangguan keseimbangan jiwa
disebut dengan faktor stress, yang akan menimbulkan
suatu ketegangan secara emosional yang membawa
kecemasan bagi individu yang bersangkutan dan akan
mengganggu kreativitas serta produktifitasnya.
Apabila kondisi ini berkelanjutan maka pada suatu
intensitas tertentu akan menimbulkan gangguan
afektif dan prilaku seperti kecemasan dan depresi.
Menurut Woolfolk dan Richardson (1979)
mengkatakan bahwa stress adalah suatu persepsi dari
ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya
ketidaksenangan yang menggerakkan, menyiagakan atau
mambuat aktif organisme.
Selye (1936 ) telah menggambarkan bahwa strees
adalah suatu sindrom biologic atau badaniah.
Didalam eksperimennya, seekor tikus percobaan
mengalami kedinginan pembedahan atau kerusakan sum-
4
sum tulang belakang, akan memperlihatkan suatu
sindroma yang khas. Gejala-gejala itu tidak
tergantung pada jenis zat yang menimbulkan
kerusakan, sindroma ini lebih merupan perwujudan
suatu keadaan yang dinamakan stress denagan gejala-
gejala sistembilogik mahluk hidup itu. Selye
menekankan bahwa stress terutama mewujudkan diri
sebagai suatu reaksi badaniah yang dapat diamati
dan diukur. Stres merupakan suatu reaksi
penyusuaian diri, suatu sindroma penyusuaian umum
terhadap rangsangan yang berbeda-beda.
Menurut Eugen Bleuler (Maramis, 1998 : 217)
Skizofrenia adalah suatu gambaran jiwa yang
terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni
antara proses pikir, perasaan dan perbuatan.
Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang
diseluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa,
syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus
meningkat. Pada study terbaru WHO di 14 negara
menunjukkan bahwa pada negara-negara berkembang,
sekitar 76-85% kasus gangguan jiwa parah tidak
dapat pengobatan apapun pada tahun utama (Hardian,
2008).
5
Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang demikian tinggi
dibandingkan dengan masalah kesehatan lain yang ada
dimasyarakat (Azrul,2001). Krisis ekonomi dunia
yang semakin berat mendorong jumlah penderita
gangguan jiwa di dunia, dan Indonesia khususnya
kian meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta atau
25% dari juta penduduk Indonesia mengalami gangguan
jiwa (Nurdwiyanti, 2008).
Berdasarkan rekapitulasi laporan tahunan Rumah
Sakit Jiwa Provinsi NTB yang menjalani rawat inap
tahun 2009 jumlah pasien skizofrenia sebanyak 978
orang, sedangkan pada tahun 2010 yang mengalami
gangguan jiwa berjumlah 446 , diantaranya gangguan
skizofrenia,dan depresif rata-rata pasien tiap
bulan sebanyak 60 orang (Laporan tahunan Rumah
Sakit Jiwa Provinsi NTB Tahun 2009).
Life review therapy mempunyai beberapa manfaat
medis, sosial, holistik yang berpengaruh terhadap
perbaikan kualitas hidup. Life review therapy adalah
“mengingat kembali masa-masa yang indah atau
mengembalikan daya ingat pada setiap pasien” dan
membantu meringankan kecemasan serta ketegangan yang
merupakan faktor penyebab beberapa penyakit terutama
6
skizofrenia. Proses ini menemukan bahwa melihat
kembali kehidupan sebelumnya merupakan salah satu
strategi untuk merawat masalah kesehatan jiwa pada
skizofrenia (Team creative “nutrisi jiwa”, 2008).
Life review therapy bertujuan untuk
meningkatakan gairah hidup dan harga diri dengan
menceritakan pengalaman hidupnya di masa lalu
sehingga pasien merasa tidak terbebani. Life review
therapy adalah bagian penting dari kehidupan membawa
seseorang untuk mengenang masa-masa yang sudah
lewat.
Melalui pengalaman mengingat kembali kehidupan
yang lalu, gejala yang sekarang dialami akan
berangsur hilang dan perasaan damai serta nyaman
yang mendalam akan muncul. Kadang-kadang ingatan
yang muncul berhubungan dengan trauma masa kanak-
kanak atau keadaan stres di dalam rahim. Akan tetapi
umumnya masalah-masalah yang dihadapi pada kehidupan
yang sedang dijalankanlah yang teratasi dengan
metode ini (Suchufi & Fauzi, 2008).
Dari fenomena di atas peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “ Pengaruh life review
therapy terhadap tingkat depresi pada pasien
Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB.
7
B.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah
ada pengaruh life review therapy terhadap tingkat
depresi pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi NTB ?.
C.Tujuan Penelitian
1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh Life Review Therapy
terhadap tingkat depresi pada pasien skizofrenia
di Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB.
2.Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tingkat depresi pada pasien
skizofrenia sebelum diberikan life review
therapy.
b. Mengidentifikasi tingkat depresi pada pasien
skizofrenia sesudah diberikan life review
therapy.
c. Mengidentifikasi adaya Pengaruh tingkat
depresi pada pasien skizofrenia sebelum dan
sesudah diberikan life review therapy.
D.Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
8
Dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
tentang ilmu keperawatan jiwa.
2. Bagi institusi pendidikan
Sebagai penyempurnaan kurikulkum dan penambahan
literature dalam pendidikan keperawatan jiwa.
3. Bagi Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB
Sebagai masukan dan salah satu sumber informasi
untuk lebih meningkatkan pemahaman mengenai
pengaruh life review therapy terhadap tingkat
depresi pada pasien dengan skizofrenia.
4. Peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
rujukan atau acuan untuk pengembangan penelitin
selanjutnya
E.Keaslian penelitian
Belum pernah dilakukan penelitian serupa di Rumah
Sakit Jiwa Provinsi NTB, namun terkait dengan
penelitian oleh Baiq Lilik Hidayati 2009, dengan
mengangkat topik “Pengaruh therapy tertawa Terhadap
Penurunan tingkat depresi Pada Penderita Skizofrenia
Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB”. Disain yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
Pre-Eksperimental Desain (Nondesain) dengan
rancangan penelitian “one group pre test-post test”,
9
Penelitian ini menggunakan tehnik porposive sampling
dan analisa yang digunakan uji t, dengan hasil
penelitian menyebutkan ada pengaruh therapy tertawa
terhadap penurunan tingkat depresi pada pasien
Skizoprenia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi
NTB.Penelitian yang dilakukan peneliti sekarang
adalah pengaruh life review terapy terhadap tingkat
depresi pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi NTB. Dengan menggunakan rancangan
penelitian Quasy Ekperimant dengan pendekatan
equivalent control group design. Jumlah populasi
yang digunakan oleh peneliti adalah 10 orang
responden dengan besar sampel yang di gunakan yaitu
sesuai dengan kriteria inklusi. Teknik sampling
dengan menggunakan total sampling dan analisa yang
digunakan uji t. Dengan metode dan analisas yang
peneliti gunakan diharapkan ada pengaruh life review
therapy terhadap tingkat depresi pada pasien
skizoprenia di RSJ Provinsi NTB.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TENTANG SKIZOFRENIA
1.Pengertian Skizofrenia
Skizofrenia adalah reaksi psikotik yang
mempengaruhi berbagai area fungsi individu,
termasuk berfikir dan berkomunikasi, menerima dan
menginterpretasikan realitas merasakan dan
menunjukkan emosi dan berperilaku dengan sikap
yang dapat diterima secara social (Isaacs, 2005).
Skizofrenia merupakan bentuk psikosis fungsional
yang paling berat dan menimbulkan disorganisasi
personalitas yang terbesar (Ingram, 1995).
Skizofrenia, merupakan suatu bentuk psikosa yang
sering dijumpai dimana-mana (Maramis, 2005).
2.Etiologi Skizofrenia
a.Keturunan
Dapat dipastikan bahwa factor keturunan
menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini
dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-
keluarga penderita skizofrenia dan terutama
anak-anak kembar satu telur. Angka kesakitan
11
bagi saudara tiri adalah 0,9%-1,8%, saudara
kandung 7-15%,anak dengan salah satu orang tua
menderita skizofrenia 7-16%, bila kedua orang
tua menderita skizofrenia 40-68%, kembar dua
telur (heterozigot) 2-15% kembar satu telur
(monozigot) 61-86 %.
b.Endokrin
Dulu skizofrenia diduga disebabkan oleh
gangguan endokrin. Teori ini muncul berhubungan
dengan timbulnya skizofrenia pada saat pubertas,
waktu kehamilan atau masa kehamilan.
c.Metabolisme
Ada orang yang menyangka bahwa skizofrenia
disebabkan oleh gangguan metabolisme, karena
penderitanya tampak pucat atau tidak sehat.
Ujung ekstremitas agak sianosis, nafsu makan
berkurang dan berat badan menurun.
3.Gejala-gejala Skizofrenia
Isaacs (2005) mengatakan bahwa gejala-gejala
skizofrenia terdiri dari :
a.Waham
Keyakinan yang keliru sangat kuat yang tidak
dapat dikurangi dengan logika.
b.Asosiasi longgar
12
Kurangnya hubungan yang logis antara fikiran
dan gagasan yang dapat tercermin pada berbagai
gejala.
c.Halusinasi yaitu persepsi yang keliru dan
melibatkan panca indera.
d.Ilusi yaitu salah menginterpretasikan stimulus.
4.Pembagian Skizofrenia
Menurut Kreaplin(dalam Maramis 2005), yaitu :
a.Skizofrenia simplexi
Sering kali timbul pertama kali pada masa
pubertas. Gejala utama skizofrenia jenis ini
adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan.
Gangguan proses pikir biasanya sukar ditemukan,
waham dan halusinasi jarang ditemukan, dimana
pada permulaannya penderita akan mulai kurang
memperhatikan keluarga atau mulai menarik diri
dari pergaulan.
b.Skizofrenia hebefrenik
Skizofrenia ini biasanya terjadi secara
perlahan-lahan atau sub akut dan sering timbul
pada masa remaja atau umur antara 15-25 tahun.
Gejala yang menyolok adalah gangguan proses
pikir, gangguan kemauan dan adanya personalisasi
atau double personality. Gejala lain yang timbul
13
yaitu gangguan psikomotor misalnya berperilaku
seperti anak-anak serta waham dan halusinasi.
c.Skizofrenia katatonik
Timbul pada umur antara 15-30 tahun biasanya
akut serta sering didahului oleh stress
emosional.
d.Skizofrenia paranoid
Gejala yang timbul pada skizofrenia jenis ini
biasanya bersifat konstan, dimana gejala-
gejalanya yang menyolok adalah waham primer yang
disertai dengan waham-waham sekunder serta
halusinasi.
e.Skizofrenia residual
Suatu keadaan skizofrenia dengan gejala-gejala
primernya, tetapi tidak jelas gejala-gejala
sekundernya. Keadaan ini akan timbul setelah
beberapa kali serangan skizofrenia.
f.Episode skizofrenia akut
Gejala skizofrenia jenis ini akan timbul
mendadak dimana pasien merasa seperti dalam
mimpi. Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan-
akan dunia luar dan dirinya sendiri berubah,
semuanya seakan-akan mempunyai suatu arti yang
khusus baginya (keadaan oneroid).
14
g.Skizofrenia skizo-afektif
Di samping gejala-gejala skizofrenia yang
menonjol terdapat juga gejala-gejala depresi
(skizo-depresip) atau gejala-gejala mania
(skizo-manik). Skizofrenia jenis ini cendrung
akan sembuh tanpa defek, tetapi mungkin juga
timbul serangan lagi.
5.Pengobatan
Pengobatan harus secepat mungkin dilakukan
karena keadaan psikotik yang lama akan menimbulkan
kemungkinan yang lebih besar, dimana penderita
akan mengalami kemunduran mental. Pengobatan yang
dapat diberikan yaitu :
a.Farmako Therapy
Neuroleptika dengan dosis rendah lebih
bermanfaat pada pasien dengan skizofrenia yang
menahun, sedangkan dosis tinggi lebih bermanfaat
bagi pasien dengan psikomotorik yang meningkat.
Pasien dengan skizofrenia menahun diberikan
neuroleptika dalam jangka waktu yang tidak
ditentukan lamanya dengan dosis yang naik turun
sesuai keadaannya.
15
b. Electro Confulsif Therapy (ECT)
ECT (Electro Confulsif Therapy) adalah suatu
pengobatan untuk menimbulkan kejang grand mal
secara arifisial dengan melewatkan aliran
listrik melalui elektrode yang dipasang pada
satu atau dua “Teples”. Jumlah yang paling umum
dilakukan pada pasien dengan gangguan afektif
antara 6 - 12 kali, sedangkan pada pasien
skizofrenia biasanya diberikan sampai 30 kali.
Indikasi utama pemberian ECT adalah untuk
depresi berat, disamping gangguan bipolar dan
skizofrenia (Stuart & Sundeen,1998).
c.Psiko Therapy dan rehabilitasi
Psiko Therapy yang dapat membantu pasien adalah
psiko Therapy suportif individual atau kelompok.
therapy kerja juga sangat baik untuk mendorong
pasien bergaul lagi dengan pasien lain, perawat
dan dokter.
6.Prognosa
Dahulu bila diagnosa skizofrenia dibuat, maka
ini berarti bahwa sudah tidak ada harapan bagi
orang yang bersangkutan dimana keperibadiannya
selalu akan mengalami kemunduran mental
(disorientasi mental). Dan bila pasien dengan
16
skizofrenia menjadi sembuh maka diagnosanya harus
diragukan.
B. TINJAUAN TENTANG DEPRESI
1.Pengertian Depresi
Menurut (Hawari, 2001) depresi adalah salah
satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan
(affektif mood disorder), yang ditandai dengan
kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah hidup,
perasaan tidak berguna, putus asa dan lain
sebagainya.
Suryantha Chandra (2002 : 8), depresi adalah
suatu bentuk gangguan suasana hati yang
mempengaruhi kepribadian seseorang. Depresi juga
merupakan perasaan sinonim dengan perasaan sedih,
murung, kesal, tidak bahagia dan menderita.
Individu umumnya menggunakan istilah depresi untuk
merujuk pada keadaan atau suasana yang melibatkan
kesedihan, rasa kesal, tidak mempunyai harga diri,
dan tidak bertenaga. Individu yang menderita
depresi aktifitas fisiknya menurun, berpikir
sangat lambat, kepercayaan diri menurun, semangat
dan minat hilang , insomnia, atau gangguan fisik
seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, rasa
17
sesak didada, hingga keinginan untuk bunuh diri
(John & James, 1990 : 2).
2. jenis – jenis depresi
a.Depresi menurut gejala : ( Hawari, 2001 ).
1) Depresi Neurotic
Depresi neurotic biasanya terjadi
sesudah mengalami peristiwa yang menyedihkan
tetapi yang jauh lebih berat dari pada
biasnya. Penderitanya sering kali dipenuhi
trauma emosional yang mendahului penyakit
misalnya keinginan orang yang dicintai,
pekerjaan, milik berharga, atau seorang
kekasih.
2) Depresi Pasca Kuasa
Orang yang mempunyai jabatan adalah
orang yang mempunyai kekuasaan, wewenang dan
kekuatan (power). Orang yang kehilangan
jabatan berarti orang yang kehilangan
kekuasaan dan kekuatan (powerless) artinya
sesuatu yang dimiliki dan dicintai kini telah
tiada(loss of love object). Dampak dari loss
of love object ini adalah terganggunya
keseimbangan mental emosional dengan
18
munculnya berbagai keluhan fisik (somatik),
kecemasan dan depresi.
3) Depresi pasca stroke
Di dalam pengalaman klinis sering
dijumpai bahwa pada pasien-pasien stroke
selain gejala-gejala kelainan saraf (misalnya
kelumpuhan alat gerak ataupun otot-otot muka
dan lain sebagainya), juga ditemukan mental-
emosional misalnya depresi, apati, euphoria
bahkan sampai mania. Gejala depresi yang
ditimbulkannya itu sebagai akibat lesi
(kerusakan) pada susunan saraf pusat otak dan
bisa juga akibat dari gangguan penyesuaian
(adjustment disorder) karena (impairment),
fisik dan kognitif pasca stroke.
4) Depresi siklotimik
Gejala atau ciri-ciri gangguan ini
termasuk kelompok depresi yang bercorak
siklotimik, oleh karena itu disebut pula
sebagai depresi siklotimik. Seseorang dengan
depresi siklotimik paling sedikit dalam kurun
waktu 2 tahun mengalami gangguan alam
perasaan (affect/mood) ini, yang mencakup
suatu saat yang bersangkutan dalam episode
19
depresif dan pada saat yang lain mengalami
episode hipomanik. Diantara keduanya itu ia
dapat dalam keadaan episode remisi (normal).
3. Gejala Klinis Depresi
Secara lengkap gejala klinis depresi adalah
sebagai berikut :
a.Afek disforik, yaitu persaan murung, sedih,
gairah hidup menurun, tidak semangat, merasa
tidak berdaya.
b.Perasaan bersalah, berdosa, penyesalan
c.Nafsu makan menurun
d.Berat badan menurun
e.Konsentrasi dan daya ingat menurun
4. Dampak Depresi
Menurut Wibisono (Lestari, 2003) sudah banyak
penelitian yang menyatakan bahwa depresi biasanya
akan disertai dengan penyakit fisik, seperti asma,
jantung koroner, sakit kepala dan maag.
Sedangkan menurut seorang ahli yang juga penulis
buku, yaitu Philip Rice (Lestari, 2003) depresi
akan meningkatkan resiko seseorang terserang
penyakit karena kondisi depresi yang cenderung
meningkatkan sirkulasi adrenalin dan kortisol,
sehingga menurunkan tingkat kekebalan tubuhnya,
20
selain itu penyakit menjadi mudah menghidap karena
orang yang terkena depresi sering kehilangan nafsu
makan, kebiasaan makanannya juga berubah (terlalu
banyak makan atau sulit makan), kurang
berolahraga, mudah lelah dan sulit tidur.
5. Psikodinamika
Psikodinamika adalah asumsi yang dibuat oleh
para ahli jiwa dan psikoanalisis, secara umum
bahwa prilaku manusia, terutama masalah-masalah
emosional terjadi karena konflik bawah sadar dan
insting dasar, yang komponennya terdiri atas :
energy psikis (kateksis) merupakan kekuatan yang
diperlukan untuk memfungsikan jiwa dan muncul dari
dorongan (mis, insting); insting (dorongan) adalah
gambaran atau keinginan psikologik yang sudah ada
sejak lahir dan mencakup pelestarian diri dan
spesies; ansietas merupakan respon terhadap
konflik bawah sadar atau ancaman terhadap ego,
mekanisme depresif adalah mekanisme jiwa (sebagian
besar dibawah sadar) yang bekerja melindungi ego
(Isaacs. 2005).
Dikemukakan bahwa setelah terjadinya
peristiwa kehilangan obyek yang dicintai pada
penderita akan terjadi perasaan yang sedih (efek
21
depresif). Secara spontan akan timbul reaksi dari
mekanisme pertahanan jiwa (defence mechanism) dari
penderita untuk mengatasi afek depresif tersebut.
Berdasarkan keberhasilan defence mechanism dalam
mengatasi afek depresif tersebut,maka cyrtyn
(1979) membagi proses depresi menjadi tiga fase,
yaitu :
a.Fase pertama
Pada kondisi ini defance mechanism masih mampu
dalam mengatasi afek depresif, sehingga depresi
baru terjadi dalam bentuk fantasi (khususnya
pada anak). Hal ini dapat diketahui lewat
gambaran, tulisan maupun cerita anak, yang pada
umumnya mengambil tema tentang kesalahan,
kehilangan, kesedihan, kekejaman, kematian dan
bunuh diri. Fase ini sebagai tahap yang timbul
paling awal dan hilang paling akhir.
b.Fase kedua
Tahapan ini terjadi apabila defence mechanism
kurang efektif dalam mengatasi afek depresif.
Depresi akan nampak dalam ekspresi verbal, baik
secara spontan maupun dari menjawab pertanyaan-
pertanyaan. Penderita mengemukakan tentang
tidak adanya harapan, tidak adanya pertolongan,
22
perasaan bersalah, perasaan tidak bahagia dan
perasaan tidak dicintai. Keadaan ini banyak
terjadi pada depresi berat yang bersifat akut
dan depresi ringan yang bersifat kronis.
c.Fase ketiga
Manifestasi dari keadaan ini berupa
keterlambatan psikomotor, roman muka yang sedih,
hiperaktif, agresif, kenakalan dan keluhan-
keluhan somatik yang umumnya berkisar pada
keluhan-keluhan sakit kepala, sesak nafas dan
keluhan tidak enak pada perut. Keadaan ini
banyak didapat pada depresi berat yang bersifat
kronis (Isaacs, 2005).
6. Alat Ukur Derajat Depresi
Untuk mengetahui sejauh mana derajat depresi
seseorang apakah ringan, sedang, berat atau berat
sekali, orang menggunakan alat ukur (instrument)
yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale
Depression (HDRS). Alat ukur ini terdiri dari 21
kelompok gejala yang masing-masing 17 kelompok
dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih
spesifik. Masing-masing kelompok gejala diberi
penilaian angka (skore) antara 0-4, yang artinya
adalah :
23
Nilai 0 = tidak ada gejala(keluhan)
1 = gejala ringan
2 = gejala sedang
3 = gejala berat
4 = gejala berat sekali
Penilaian atau pemakaian alat ukur ini
dilakukan oleh dokter (psikiater) atau orang yang
telah dilatih untuk menggunakannya melalui tehnik
wawancara langsung. Masing-masing nilai angka
(skore) dari ke-21 kelompok gejala tersebut
dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan itu dapat
diketahui derajat depresi seseorang, yaitu :
Total nilai (score) kurang dari
0–17 = tidak ada depresi.
18-24 = depresi ringan
25-34 = depresi sedang
35-51 = depresi berat
52-68 = depresi berat sekali
Adapun hal-hal yang dinilai dalam alat ukur HDR-S
ini adalah sebagai berikut :
1. Keadaan perasaan sedih, putus asa, tak
berdaya, tak berguna:
a. Perasaan ini hanya ada bila ditanya
24
b. Perasaan ini dinyatakan secara verbal
spontan
c. Perasaan yang nyata tanpa komunikasi
verbal, misalnya ekspresi muka, bentuk,
suara, dan kecendrungan menangis
d. Pasien menyatakan perasaan yang
sesungguhnya ini dalam komunikasi baik
verbal maupun non verbal secara spontan.
2. Perasaan bersalah
a. Menyalahkan diri sendiri, merasa sebagai
penyebab penderitaan orang lain
b. Ide-ide bersalah atau renungan tentang
kesalahan-kesalahan masa lalu
c. Sakit ini sebagai hukuman, waham bersalah
dan berdosa
d. Suara-suara kejaran atau tuduhan dan
halusinasi penglihatan tentang hal-hal yang
mengancamnya
3. Bunuh diri
a. Merasa hidup tak ada gunanya
b. Mengaharapkan kematian atau pikiran-pikiran
lain kearah itu
c. Ide-ide bunuh diri atau langkah-langkah
kearah itu
25
d. Percobaan bunuh diri
4. Gangguan pola tidur (initial insomnia)
a. Keluhan kadang-kadang sukar tidur, misalnya
lebih dari setengah jam baru masuk tidur
b. Keluhan tiap malam sukar tidur
5. Gangguan pola tidur (middle insomnia)
a. Penderita mengeluh gelisah dan terganggu
sepanjang malam
b. Terjadi sepanjang malam (bangun dari tempat
tidur kecuali bunag air kecil)
6. Gangguan pola tidur (late insomnia)
a. Bangun diwaktu dini hari tetapi dapat tidur
lagi
b. Bangun diwaktu dini hari tetapi tidak dapat
tidur lagi
7. Kerja dan kegiatan-kegiatannya
a. Pikiran/perasaan ketidak mampuan keletihan
atau kelemahan yang berhubungan dengan
kegiatan kerja atau hobi
b. Hilangnya minat terhadap pekerjaan/hobi
atau kegiatan lainnya, baik langsung atau
tidak penderita menyatakan kelesuan,
keragu-raguan dan rasa bimbang
26
c. Berkurangnya waktu untuk aktivitas menurun,
bila penderita tidak sanggup beraktivitas
sekurang-kurangnya 3 jam sehari dalam
kegiatan sehari-hari
d. Tidak bekerja karena sakitnya sekarang
(dirumah sakit) bila penderita tidak
bekerja sama sekali, kecuali tugas-tugas
dibangsal tanpa bantuan
8. Kelambanan (lambat dalam berfikir, berbicara,
gagal berkonsentrasi, aktivitas motorik
menurun)
a. Sedikit lamban dalam wawancara
b. Jelas lamban dalam wawancara
c. Sukar diwawancarai
d. Stupor (diam sama sekali)
9. Kegelisahan (agitasi)
a. Kegelisahan ringan
b. Memainkan tangan atau jari-jari, rambut dan
lain-lain
c. Bergerak terus tidak dapat duduk dengan
tenang
d. Meremas-remas tangan, menggigit kuku,
menarik-narik rambut, menggigit-gigit bibir
10. Kecemasan (ansietas somatik)
27
a. Sakit/nyeri otot, kaku, kedutan otot
b. Gigi menggerutuk
c. Suara tidak stabil
d. Tinitus (telinga berdenging)
11. Kecemasan (ansietas psikis)
a. Ketegangan subyektif dan mudah tersinggung
b. Menghawatirkan hal-hal kecil
c. Sikap kehawatiran yang tercermin diwajah
atau pembicaraannya
d. Ketakutan yang diutarakan tanpa ditanya
12. Gejala somatic (pencernaan)
a. Nafsu makan berkurang tetapi dapat makan
tanpa dorongan teman, merasa perutnya penuh
b. Sukar makan tanpa dorongan teman,
membutuhkan pencahar untuk buang air besar
13. Gejala somatic (umum)
a. Anggota gerak, punggung atau kepala terasa
berat
b. Sakit punggung, kepala dan otot-otot
hilangnya kekuatan dan kemampuan
14. Kelamin (genital)
a. Sering buang air kecil, terutama dimalam
hari dikala tidur
b. Tidak haid, darah haid sedikit sekali
28
c. Tidak ada gairah seksual (frigid)
d. Ereksi hilang
e. impotensi
15. Hipokondriasis (keluhan somatik/fisik yang
berpindah-pindah)
a. Pihayati sendiri
b. Preokupasi (keterpakuan) mengenai kesehatan
sendiri
c. Sering mengeluh membutuhkan pertolongan
orang lain
d. Delusi hipokondriasis
16. Kehilangn berat badan
a. Berat badan berkurang berhubungan dengan
penyakitnya sekarang
b. Kurang dari 0,5 kg seminggu
c. Lebih dari 0,5 kg seminggu
d. Tidak ternyatakan lagi kehilangan berat
badan
17. Insight (pemahaman diri)
a. Mengetahui sakit tetapi berhubungan dengan
penyebab-penyebab iklim, makanan, kerja
berlebihan, virus
18. Variasi harian
29
a. Adakah perubahan atau keadaan yang memburuk
pada waktu malam atau pagi
19. tderealisasi (perasaan tidak nyata/tidak
realistis)
20. Gejala-gejala paranoit
a. Kecurigaan
b. Pikiran dirinya menjadi pusat perhatian,
kejadian diluar tertuju pada dirinya
c. Waham kejaran
21. Gejala-gejala obsesi dan kompulasi
7. Penatalaksanaan Depresi
a. Therapy Psikofarmaka
Yang dimaksud dengan therapy psikofarmaka
adalah pengobatan untuk stress, depresi atau
cemas dengan mengguanakan obat-obatan
(farmaka) yang berfungsi memulihkan fungsi
gangguan neurotransmitter (penghantar signal
saraf) disusunan saraf pusat otak (limbic
system). System limbic tersebut merupakan
bagian dalam otak yang berfungsi mengatur alam
pikiran, alam perasaan dan perilaku atau
dengan kata lain mengatur fungsi psikis
(kejiwaan) seseorang. Cara kerja psikofarmaka
adalah dengan jalan memutuskan jaringan atau
30
sirkuit psiko-neuroimunologi, sehingga
stressor psikososial yang dialami oleh
seseorang tidak lagi mempengaruhi fungsi
kognitif, afektif, psikomotor dan organ-organ
tubuh lainnya.
Therapy psikofarmaka yang banyak
digunakan adalah golongan anti cemas
(anxiolytic) dan obat golongan anti depresi
(anti depressant) yang juga berefek therapy
pada kondisi stress. Efek therapy anti
depresan memerlukan waktu yang relatif lebih
lama yakni 2-3 minggu, dengan perbaikan klinis
minimal 60-70% (Kaplan dan Sadock, dikutip
Habil, 1995).
Gejala - gejala stress, kecemasan dan
depresi sering kali berbaur, tumpang tindih
(overlapping), jarang dijumpai penderita
dengan stress murni tanpa disertai kecemasan
dan atau depresi, demikian pula dengan gejala-
gejala fisik (somatic) sebagai penyerta (co-
morbidity). Karena itu penderita dengan stress
sering mendapati therapy yang merupakan
kombinasi obat anti cemas dan depresi (Hawari,
2001).
31
b. Psiko Therapy
Menurut Hawari (2001), Pada penderita
yang mengalami stress, kecemasan atau depresi
selain diberikan therapy psikofarmaka (anti
cemas dan anti depresi) dan therapy somatik,
juga diberikan therapy kejiwaan (psikologik)
yang dinamakan psiko therapy. Psiko therapy
banyak jenisnya tergantung dari kebutuhan baik
individual maupun keluarga, misalnya :
1) Psiko Therapy suportif
Dengan therapy ini dimaksudkan untuk
memberikan motivasi, semangat dan dorongan
agar pasien yang bersangkutan tidak merasa
putus asa dan diberi keyakinan serta
percaya diri (self confidence) bahwa ia
mampu mengatasi stressor psikososial yang
sedang dihadapinya.
2) Psiko therapy re-edukatif
Dengan therapy ini dimaksudkan memberikan
pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai
bahwa ketidak mampuan mengatasi stress,
kecemasan dan depresinya itu dikarenakan
faktor psiko-edukatif. Dari therapy ini
diharapkan yang bersangkutan mampu
32
mengatasi stressor psikososial yang sedang
dihadapinya.
3) Psiko therapy re-konstruktif
Dengan therapy ini dimaksudkan untuk
memperbaiki kembali ( re-konstruksi )
keperibadian yang telah mengalami goncangan
akibat stressor psikososial yang tidak
mampu diatasi oleh pasien yang
bersangkutan.
4) Psiko therapy kognitif
Dengan therapy ini dimaksudkan untuk
memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berfikir secara rasional,
konsentrasi dan daya ingat. Selain dari
pada itu yang bersangkutan mampu mambedakan
nilai-nilai moral etika mana yang baik dan
mana yang buruk, dan mana yang haram dan
mana yang halal.
5) Psiko therapy psiko-dinamik
Dengan therapy ini dimaksudkan untuk
menganalisa dan menguraikan proses dinamika
kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa
seseorang itu tidak mampu menghadapi
stressor psikososial sehingga ia jatuh
33
sakit (stress, cemas dan atau depresi).
Dengan mengetahui dinamika psikologis itu
diharapkan yang bersangkutan mampu mencari
jalan keluarnya.
C. Tinjaua Tentang Life Review Therapy
Life review therapy adalah suatu therapy yang
bertujuan untuk menstimulus individu supaya
memikirkan tentang masa lalu sehingga pasien dapat
menyatakan lebih banyak tentang kehidupan mereka
kepada staf perawatan atau ahli therapy.
Selain Therapy di atas, therapy yang diterapkan
pada pasien umumnya adalah therapy kenangan. Therapy
ini berbentuk obrolan mengenai bagaimana kehidupan
pasien di masa lalu (Suchufi & Fauzi, 2008).
Melalui pengalaman mengingat kembali kehidupan
yang lalu, gejala yang sekarang dialami akan
berangsur hilang dan perasaan damai serta nyaman
yang mendalam akan muncul. Kadang-kadang ingatan
yang muncul berhubungan dengan trauma masa kanak-
kanak atau keadaan stress di dalam rahim. Akan
tetapi umumnya masalah-masalah yang dihadapi pada
kehidupan yang sedang dijalankanlah yang teratasi
dengan metode ini (Suchufi & Fauzi, 2008).
34
Pada penderita skizofrenia, melihat kembali
kehidupan (Life Review) sebelumnya merupakan proses
yang normal berkaitan dengan pendekatan terhadap
proses penyembuhan. Reintegrasi yang sukses dapat
memberikan arti dalam kehidupan dan mempersiapkan
seseorang untuk mati tanpa disertai dengan kecemasan
dan rasa takut. Hasil diskusi terakhir tentang
proses ini menemukan bahwa melihat kembali kehidupan
sebelumnya merupakan salah satu strategi untuk
merawat masalah kesehatan jiwa pada penderita
skizofrenia. (Team Creative "Nutrisi Jiwa”, 2008).
Life review therapy bertujuan untuk
meningkatakan gairah hidup dan harga diri dengan
menceritakan pengalaman hidupnya di masa lalu
sehingga pasien merasa tidak terbebani. Life review
therapy adalah bagian penting dari kehidupan membawa
seseorang untuk mengenang masa-masa yang sudah
lewat,akhirnya penting untuk membuat pasien
mengurangi stress dan ketegangan hidup sehari-hari
dengan memberikan penguatan, latihan dan pengertian
(Neil niven, 2000).
D. TINJAUAN TENTANG THERAPY MODALITAS
35
1. Pengertian Therapy Modalitas
Therapy modalitas merupakan therapy utama
dalam keperawatan jiwa. Therapy ini diberikan
dalam upaya mengubah prilaku – prilaku klien dari
prilaku maladaftif menjadi prilaku yang adaptif
(Depkes RI, 2000 ).
2. Jeis-jenis Therapy Modalitas
a. Therapy Individual
Therapy individual adalah penanganan klien
gangguan jiwa dengan pendekatan hubungan
individual antara seorang therapy dengan
seorang klien.
Selain itu klien juga diharapkan mampu
meredakan penderitaan (distress) emosional,
serta mengembangkan cara yang sesuai dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya. Tahapan hubungan
dalam therapy individual meliputi:
o Tahapan orientasi
o Tahapan kerja
o Tahapan terminasi
Tahapan orientasi dilaksanakan ketika perawat
memulai interaksi dengan klien. Yang pertama
harus dilakukan dalam tahapan ini adalah
36
membina hubungan saling percaya dengan klien.
Hubungan saling percaya sangat penting untuk
mengawali hubungan agar klien bersedia
mengekspresikan segala masalah yang dihadapi
dan mau bekerja sama untuk mengatasi masalah
tersebut sepanjang berhubungan dengan perawat.
Tahapan orientasi diakhiri dengan kesepakatan
antara perawat dan klien untuk menentukan
tujuan yang hendak dicapai dalam hubungan
perawat-klien dan bagaimana kegiatan yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Klien mengungkapkan apa yang dialaminya untuk
itu perawat tidak hanya memperhatikan konteks
cerita klien akan tetapi harus memperhatikan
juga bagaimana perasaan klien saat menceritakan
masalahnya. Dalam fase ini klien dibantu untuk
dapat mengembangkan pemahaman tentang siapa
dirinya, apa yang terjadi dengan dirinya, serta
didorong untuk berani mengambil resiko berubah
perilaku dari perilaku maladaptive menjadi
perilaku adaptif.
Setelah kedua pihak (klien dan perawat)
menyepakati bahwa masalah yang mengawali
terjalinnya hubungan terapeutik telah mereda
37
dan lebih terkendali maka perawat dapat
melakukan terminasi dengan klien.
b. Therapy Lingkungan
Therapy lingkungan adalah bentuk therapy yang
menata lingkungan agar terjadi perubahan
perilaku pada klien dari perilaku maladaptive
menjadi perilaku adaptif. Perawat menggunakan
semua lingkungan rumah sakit dalam arti
terapeutik. Bentuknya adalah memberi kesempatan
klien untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan
memfokuskan pada nilai terapeutik dalam
aktivitas dan interaksi.
Dalam therapy lingkungan perawat harus
memberikan kesempatan, dukungan, pengertian
agar klien dapat berkembang menjadi pribadi
yang bertanggung jawab. Klien juga dipaparkan
pada peraturan-peraturan yang harus ditaati,
harapan lingkungan, dan belajar bagaimana
berinteraksi dengan orang lain. Perawat juga
mendorong komunikasi dan pembuatan keputusan,
meningkatkan harga diri, belajar keterampilan
dan perilaku yang baru.
c. Therapy Biologis
38
Penerapan therapy biologis atau therapy
somatic di dasarkan pada model medical di mana
gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit.
Ada beberapa jenis therapy somatic gangguan
jiwa meliputi: pemberian obat (medikasi
psikofarmaka), intervensi nutrisi, electro
convulsive therapy (ECT), foto therapy, dan
bedah otak. Beberapa therapy yang sampai
sekarang tetap diterapkan dalam pelayanan
kesehatan jiwa meliputi medikasi psikoaktif dan
ECT.
d. Therapy Kognitif
Therapy kognitif adalah strategi memodifikasi
keyakinan dan sikap yang mempengaruhi perasaan
dan perilaku klien. Proses yang diterapkan
adalah membantu mempertimbangkan stressor dan
kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi
pola berfikir dan keyakinan yang tidak akurat
tentang stressor tersebut. Gangguan perilaku
terjadi akibat klien mengalami pola keyakinan
dan berfikir yang tidak akurat.
Untuk itu salah satu memodifikasi perilaku
adalah dengan mengubah pola berfikir dan
keyakinan tersebut. Fokus asuhan adalah
39
membantu klien untuk re-evaluasi ide, nilai
yang diyakini, harapan-harapan, dan kemudian
dilanjutkan dengan menyusun perubahan kognitif.
Ada tiga tujuan therapy kognitif meliputi:
o Mengembangkan pola berfikir yang
rasional. Mengubah pola berfikir tak rasional
yang sering mengakibatkan gangguan perilaku
menjadi pola berfikir rasional berdasarkan
fakta dan informasi yang aktual.
o Membiasakan diri selalu menggunakan
pengetesan realita dalam menanggapi setiap
stimulus sehingga terhindar dari distorsi
pikiran.
o Membentuk perilaku dengan pesan
internal. Perilaku dimodifikasi dengan
terlebih dahulu mengubah pola berfikir.
Bentuk intervensi dalam therapy kognitif
meliputi mengajarkan untuk mensubstitusi
pikiran klien, belajar penyelesaian masalah dan
memodifikasi percakapan diri negatif.
e. Therapy Keluarga
Therapy keluarga adalah therapy yang
diberikan kepada seluruh anggota keluarga
sebagai unit penanganan (treatment unit).
40
Tujuan therapy keluarga adalah agar keluarga
mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran
utama therapy jenis ini adalah keluarga yang
mengalami disfungsi tidak bisa melaksanakan
fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya.
Proses therapy keluarga meliputi tiga tahapan
yaitu fase 1 (perjanjian), fase 2 (kerja), fase
3 (terminasi). Di fase pertama perawat dan
klien mengembangkan hubungan saling percaya,
isu-isu keluarga diidentifikasi, dan tujuan
therapy ditetapkan bersama. Kegiatan di fase
kedua atau fase kerja adalah keluarga dengan
dibantu oleh perawat sebagai therapy berusaha
mengubah pola interaksi di antara anggota
keluarga, meningkatkan kompetensi masing-masing
individual anggota keluarga, eksplorasi
batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-
peraturan yang selama ini ada. Therapy keluarga
diakhiri di fase terminasi di mana keluarga
akan melihat lagi proses yang selama ini
dijalani untuk mencapai tujuan therapy, dan
cara-cara mengatasi isu yang timbul. Keluarga
juga diharapkan dapat mempertahankan perawatan
yang berkesinambungan.
41
f. Therapy Perilaku
Anggapan dasar dari therapy perilaku adalah
kenyataan bahwa perilaku timbul akibat proses
pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya
dapat dipelajari dan disubstitusi dari perilaku
yang tidak sehat. Teknik dasar yang digunakan
dalam therapy jenis ini adalah:
o Role model
o Kondisioning operan
o Desensitisasi sistematis
o Pengendalian diri
o Therapy aversi atau releks kondisi
Teknik role model adalah strategi mengubah
perilaku dengan memberi contoh perilaku adaptif
untuk ditiru klien. Dengan melihat contoh klien
mampelajari melalui praktek dan meniru perilaku
tersebut. Teknik ini biasanya dikombinasikan
dengan teknik kondisioning operan dan
desensitisasi.
Kondisioning operan disebut juga penguatan
positif di mana therapy memberi penghargaan
kepada klien terhadap perilaku yang positif
yang telah ditampilkan oleh klien.
42
Therapy perilaku yang cocok untuk klien fobia
adalah teknik desensitisasi sistematis yaitu
teknik mengatasi kecemasan terhadap sesuatu
stimulus atau kondisi dengan secara bertahap
memperkenalkan/memaparkan pada stimulus atau
situasi yang menimbulkan kecemasan tersebut
secara bertahap dalam keadaan klien sedang
relaks. Makin lama intensitas pemaparan
stimulus makin meningkat seiring dengan
toleransi klien terhadap stimulus tersebut.
Hasil akhirnya adalah klien akan berhasil
mengatasi ketakutan atau kecemasannya akan
stimulus tersebut.
Untuk mengatasi perilaku dorongan perilaku
maladaptive klien dapat dilatih dengan teknik
pengendalian diri. Bentuk latihannya adalah
berlatih mengubah kata-kata negatif menjadi
kata-kata positif. Apabila ini berhasil maka
klien sudah memiliki kemampuan untuk
mengendalikan perilaku yang lain sehingga
menghasilkan terjadinya penurunan tingkat
distress klien tersebut.
43
E. KERANGKA KONSEP PENELITIAN
Keterangan :
= Tidak di Teliti
= Di Teliti
Gambar 2.1 : Bagan Kerangka Konsep Pengaruh Life Review
Therapy Terhadap Tingkat Depresi Pada
Pasien Skizoprenia di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi
Skizoprenia
Depresi
Therapy Modalitas
Therap
y Individual
Therap
y Lingkungan
Therap
y Biologis
Life
review therapy
Tingkat Depresi
Tidak Depresi Depresi Ringan Depresi Sedang Depresi Berat Depresi Berat
Sekali
Penurunan Depresi
44
F.HIPOTESIS
Hipotesa adalah suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan peneliti, sampai
terbukti melalui data yang dikumpulkan (Arikunto,
2006).
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah,
maka dapat diajukan suatu hipotesis yaitu:
Ha :Life review therapy berpengaruh terhadap
penurunan tingkat depresi pada pasien
skizofrenia
Ho : Life review therapy tidak berpengaruh terhadap
penurunan tingkat depresi pada pasien
skizofrenia
45
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan suatu cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata
kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data,
tujuan, dan kegunaan.
Metodologi penelitian ini bertujuan untuk menjawab
semua masalah yang ada. Ada beberapa hal penting yang
harus dicantumkan, yaitu subyek penelitian, populasi,
sampel, tehnik sampling, desain penelitian,
identifikasi variabel, dan definisi operasional serta
analisa data.
A. SUBJEK PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Ruman Sakit Jiwa
Provinsi dan yang menjadi subyek penelitian adalah
penderita skizofrenia dengan gejala depresi yang
sedang menjalani rawat inap sebanyak 100 orang.
B. POPULASI DAN SAMPEL
1.Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian
(Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini
adalah penderita skiofrenia yang mengalami
46
depresi, yang ada di ruang rawat inap yaitu di
ruang Mawar, Angsoka, Plamboyan, melati dan di
ruang Dahlia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi yang
berjumlah 10 orang.
2.Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi
yang diteliti (Arikunto, 2006). Penelitian ini
menggunakan tehnik total sampling yaitu semua
populasi dijadikan sampel(Nursalam, 2003). Dalam
penelitian ini yang menjadi sampelnya adalah
pasien skizofrenia yang mengalami depresi sebayak
10 orang yang ada di Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB
yang memenuhi keriteria inklusi dan eksklusi.
Dalam penelitian ini menggunakan kriteria
inklusi dan eksklusi.
1)Kriteria inklusi
Merupakan karakteristik umum subjek
penelitian dari suatu populasi target yang
terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003).
a)Penderita dengan diagnosa medis skizofrenia
b)Penderita dengan tingkah laku yang dapat
diajak bekerja sama
c)Pendidikan SD keatas atau tidak buta huruf
d)Menjalani rawat inap di ruang masing-masing
47
e)Tidak dalam tahap pemberian Elektro Kompulsif
Therapi (ECT)
f)Pasien skizoprenia yang mengalami depresi.
2)Kriteria ekslusi
Dalam penelitian ini kriteria ekslusinya
adalah sebagai berikut :
a)Penderita skizofrenia yang tidak bersedia
menjadi responden (menolak menjadi responden)
b)Penderita skizofrenia yang tidak kooperatif
(tingkah laku gaduh gelisah)
c)Penderita dengan riwayat menderita penyakit
kardiovaskuler
C. RANCANGAN PENELITIAN ATAU DISAIN
PENELITIAN
Rancangan penelitian adalah suatu rancangan yang
biasa digunakan oleh peneliti sebagai petunjuk dalam
merencanakan dan melaksanakan penelitian untuk
mencapai tujuan atau menjawab pertanyaan penelitian
(Nursalam, 2003).
Jenis penelitian yang di pakai dalam penelitian
ini adalah Quasy ekperiment yaitu rancangan yang
berupaya mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan
cara melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok
ekperiment(Nursalam, 2003).
48
Dengan pendekatan equivalent kontrol group
design, dimana satu kelompok diberi perlakuan life
review therapy selama 30 menit dimana perlakuannya 1
sesi dalam sehari, sebanyak 3 kali perlakuan dalam
seminggu,sedangkan kelompok yang satunya tidak
diberikan perlakuan (dijadikan kelompok kontrol).Dan
mencari hari lain untuk mengevaluasi kembali, guna
mendapatkan hasil yang maksimal apa yang telah
diberikan terhadap kelompok tersebut,
Bentuk eksperimen yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah peneliti yang menerapkan Life
Review Therapy yang terdiri dari tiga sesi, yaitu
membicarakan masa lalu ”sebelum mengalami depresi
(berdiskusi mengenai apa saja yang pernah
dilakukan), ”akan (kegiatan yang sering diikuti oleh
pasien dikampung masing – masing), “sedang
(kehidupan yg dijalaninya selama di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi NTB)
D. TEHNIK PENGUMPULAN DATA DAN
PENGOLAHAN DATA
1.Intsrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang
digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun
49
sosial yang dapat diamati (Notoadmodjo, S. 2005).
Instrumen penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dokumentasi, observasi dan
wawancara.
Wawancara merupakan suatu metode untuk
mendukung hasil dari observasi secara lisan,
sedangkan observasi sebagai metode pengumpulan
data dan untuk mengukur perubahan perilaku klien
sebelum dan sesudah diberikan life review therapy
dengan berpedoman skala HDRS.
Adapun instrumen yang akan digunakan dalam
penelitian adalah :
a. Uji validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukan tingkat kevalidasian dan keabsahan
suatu intrumen. Suatu instrument dikatakn valid
apabila mampu mengukur apa yang diingikan
(Arikunto, 2006). Tinggi rendahnya validitas
instrument menunjukan sejauh mana data yang
terkumpul tidak menyimpang dari gambaran
tentang variabel yang dimaksud.
Adapun uji validitas pada penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan komputer program
SPSS dengan versi 12,0.
50
b. Uji reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang
menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat
dipercaya atau diandalkan, yang menunjukkan
bahwa pengukuran itu konsisten atau tetap asas
(Notoatmodjo, 2002). Instrument yang dinyatakan
valid selanjutnya dilakukan uji reliabilitas
untuk mengetahui apakah alat ukur dapat
digunakan atau tidak. Dalam mengukur
reliabilitas menggunakan komputer program SPSS
dengan versi 12,0.
2. Teknik Pengolahan Data
a) Persiapan
Sebelum melakukan pengumpulan data, calon
peneliti mengajukan permohonan untuk
mendapatkan izin meneliti kepada Direktur RSJ
Propinsi NTB setelah terlebih dahulu
menjelaskan tujuan penelitian yang akan
dilakukan. Setelah mendapatkan izin, calon
peneliti mulai melakukan pengumpulan data kasus
klien dengan perubahan tingkat depresi yang
ingin diteliti oleh peneliti.
b) Pelaksanan
51
Pada kelompok control dan perlakuan
sebelumnya di ukur terlebih dahulu tingkat
depresi dari pasien skizofrenia yang sudah
menjadi sampel dengan menggunakan lembar
wawancara dan observasi, setelah itu untuk
kelompok perlakuan di berikan treatment life
review therapy selama 30 menit sedangkan untuk
kelompok control tidak diberikan treatment.
Setelah diberikan perlakuan 3 kali pada setiap
kelompok treatment pada hari lain diukur
kembali perilaku pada kelompok treatment dan
control.
Data yang sudah dikelompokkan dibuat dalam
bentuk tabel sehingga mempermudah menganalisa
pengaruh dari variabel yang diteliti. Jika
hasilnya sudah terkumpul kemudian dilakukan uji
t-test.
E. IDENTIFIKASI VARIABEL DAN DEFINISI
OPERASIONAL
1. Identifikasi Variabel
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang
memberikan nilai beda terhadap sesuatu (benda,
manusia, dll) (Soeprapto, dkk 2000: 54, dalam
Nursalam, 2003).
52
a. Variabel independent (variabel bebas)
Variabel independent adalah variabel yang
nilainya menentukan variabel yang lain
(Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel independent adalah Life Review
Therapy.
b. Variabel dependent (variabel terikat)
Variabel terikat adalah variabel yang nilainya
ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2003).
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
dependent (variabel terikat)nya adalah tingkat
depresi yang menggambarkan tingkat gangguan
kejiwaan pada alam perasaan (affective mood
disorder) dengan menggunakan skala HDR-S,
yaitu:
Total nilai - 0 -17 = tidak ada depresi
Total nilai - 18-24 = depresi ringan
Total nilai - 25-34 = depresi sedang
Total nilai - 35-51 = depresi berat
Total nilai - 52-68 = depresi berat sekali
2. Definisi Operasional
a. Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah dampak dari pemberian treatment
(perlakuan) berupa perbedaan kemaknaan tingkat
53
depresi responden sebelum dan sesudah diberikan
Life review Therapy.
b. Life Review Therapy adalah terapi yang diyakini
mampu mengembalikan ingatan pada masa lalu yang
diberikan kepada pasien skizofrenia dengan
tujuan menurunkan tingkat depresi.
c. Depresi adalah salah satu bentuk gangguan
kejiwaan pada alam perasaan (affective mood
disorder).
d. Skizofrenia adalah reaksi psikotik yang
mempengaruhi berbagai area fungsi individu,
termasuk berfikir dan berkomunikasi, menerima
dan menginterpretasikan realitas merasakan dan
menunjukkan emosi dan berperilaku dengan sikap
yang dapat diterima secara social ( Isaacs,
2005).
e. Hamiltone Rating Scale for Depression (HDR-S)
Merupakan instrument untuk mengetahui derajat
depresi seseorang apakah ringan, sedang, berat
atau berat sekali yang dinyatakan dalam bentuk
skala pengukuran.
54
Tabel 3.1 : Identifikasi variabel dan definisi operasional
Pengaruh Life Review Therapy Terhadap Tingkat
Depresi pada Pasien Skizofrenia di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB.
VariableDefinisi
operasionalparameter Alat ukur
Skala
dataskor
Indevenden:Life Revie Therapy
Life Review Therapy adalah obrolan yang dilakukan bersama pasien skizofrenia yang mengalami depresi di RSJ Provinsi. Hal ini dilakukan untuk menginagt masa lalu sebelum ,akan,dan sedang mengalami depresi
Pedoman Life Review Therapy
Dependen :Tingkat depresi
Derajat yang menggambarkan gangguan kejiwaan pada alam perasaan (affective / mood)
1.Keadaan perasaan sedih, putus asa, tak berdaya, tak berguna
2.Perasaan bersalah
3.Bunuh diri4.Gangguan
pola tidur (initial insomnia)
5.Gangguan pola tidur (middle insomnia)
6.Gangguan pola tidur (late insomnia)
wawancara mengacu kepada skala HDR-S
ORDINAL
TTingkat Depresi
0=Tidak ada depresi
1=Depresi ringan
2= Depresi sedang
3= Depresi berat
4= Depresi berat sekali
55
7.Kerja dan kegiatan-kegiatannya
8.Kelambanan (lambat dalam berfikir, berbicara, gagal berkonsentrasi, aktivitas motorik menurun)
9.Kegelisahan(agitasi)
10. Kecemasan (ansietas somatik)
11. Kecemasan (ansietas psikis)
12. Gejala somatic (pencernaan)
13.Gejala somatic (umum)
14.Kelamin (genital)
15.Hipokondriasis (keluhan somatik/fisik yang berpindah-pindah)
16.Kehilangn berat badan
17.Insight (pemahaman diri)
18.Variasi harian
19.Tderealisasi (perasaan tidak nyata/tidak realistis)
20.Gejala-gejala paranoit
21.Gejala-gejala
56
obsesi dan kompulsi
F. ANALISA DATA
Dalam penelitian ini menggunakan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol t-test untuk menguji
signifikasi perbedaan mean, dilakukan secara manual
dengan rumus, sebagai berikut :
Keterangan :
X1 :Rata – rata sampel 1 ( Kelompok Eksperiment )
X2 :Rata – rata sampel 2 ( Kelompok Kontrol )
:Variasi Sampel 1
:Variasi Sampel 2
n1 :Jumlah Sampel 1
n2 :Jumlah Sampel 2
Pengujian dilakukan dengan tarap signifikan 5%
dimana diperoleh dari n1 + n2 – 2
Ha diterima jika terhitung > tabel, Ho ditolak dan
Ha ditolak jika terhitung < tabel, berarti Ho
diterima
57
G.KERANGKA KERJA
Gambar 3.2. Bagan Kerangka Kerja (Frame Work) Pengaruh
Life Review Therapy Terhadap Tingkat Depresi
Pada Pasien Skizoprenia Di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi NTB.
Sampel penelitianTehnik Pengumpulan
Data1.Studi dokumentasi2.Observasi
Hasil penelitian
Analisa statistik T-test
Tabulasi
Life ReviewTherapy
Total sampling
Pre test skala HDR-S
Post test skala HDR-S
Informed concent
Penderita skizoprenia
58
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian
Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian
dan pembahasan tentang pengaruh life review terapy
terhadap penurunan tingkat depresi pada pasien
skizoprenia di RSJ Provinsi NTB.
Hasil penelitian dikelompokkan menjadi data
umum dan data khusus. Data umum menjelaskan
karakteristik lokasi pengambilan sampel penelitian
dan karakteristik responden yang meliputi, umur,
jenis kelamin, Status marital, pendidikan, dan
pekerjaan. Data khusus menampilkan tingkat depresi
pasien sebelum diberikan life review terapy, tingkat
depresi pasien sesudah diberikan life review terapy
dan analisa pengaruh life review terapy terhadap
tingkat depresi pada pasien skizoprenia. Adapun
hasil penelitian yang didapatkan dari pengumpulan
data adalah sebagai berikut.
59
Data Umum
Karakteristik Lokasi Pengambilan Sampel
Penelitian.
Bangunan Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB
yang di bangun pada tahun 1985 di atas tanah
seluas 6000 m² terletak di jalan Ahmad Yani
No.1 Selagalas Kota Mataram.
Batas–batas lokasi bangunan :
a.Sebelah Utara dengan jalan Gora
b.Sebelah Timur dengan Sawah
c.Sebelah Selatan dengan Sawah
d.Sebelah Barat dengan jalan Ahmad Yani
Gedung Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB
memiliki luas 560 m² dengan konstruksi bangunan
berlantai satu.
Jumlah Tenaga kerja Pegawai Negeri Sipil
dan Tenaga Pegawai Tidak Tetap. Sejak di
berlakukan Otonomi Daerah seperti yang tertuang
dalam Undang-undang No. 22 tahun 1999, Struktur
Organisasi pada Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB
mengalami perubahan sesuai kebutuhan
organisasi, dengan di tetapkannya Perda No. 9
tahun 2008 tentang Pembentukan, Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Fungsi Susunan Organisasi dan
60
Tata Kerja Sekretariat Daerah Provinsi NTB,
sebagai konsekuensinya status Rumah Sakit Jiwa
menjadi Unit Pelayanan Teknis Daerah Provinsi
NTB. Jumlah Pegawai Rumah Sakit Jiwa Provinsi
NTB sebanyak 159 orang yang menyebar di 1
Ketatausahaan dan 3 Seksi.
Gambaran Umum Ruang Perawatan Rawat Inap.
a)Ruang Unit Gawat Darurat, Kapasitas Tempat
Tidur sebanyak 6 buah.
b)Ruang Melati, Kapasitas Tempat Tidur sebanyak
20 buah.
c)Ruang Mawar, Kapasitas Tempat Tidur sebanyak
20 buah.
d)Ruang Dahlia, Kapasitas Tempat Tidur sebanyak
20 buah.
e)Ruang Angsoka, Kapasitas Tempat Tidur
sebanyak 20 buah.
f)Ruang Flamboyan, Kapasitas Tempat Tidur
sebanyak 20 buah.
g)Ruang Anggrek (Narkoba), Kapasitas Tempat
Tidur sebanyak 4 buah.
Karakteristik Responden
Sampel penelitian ini sebanyak 10
responden. Karakteristik responden ini akan
61
diuraikan berdasarkan umur, pendidikan, dan
pekerjaan.
1) Distribusi responden berdasarkan umur
Distribusi jumlah responden berdasarkan umur
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur
No Umur
Kriteria
Kelompok
Eksperimen
t
Kelompok
Kontrol
N % N %
1 20-30 4 80 1 20
2 31-35 1 20 1 20
3 36-40 0 0 3 60
Total 5 100 5 100
Sumber : Data Primer 2011
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
bahwa dari kelompok eksperiment sebagian
besar responden mempunyai umur 20-30 sebayak
4 orang (80%), sedangkan yang berusia 31-35
adalah 1 responden (20%), begitu juga dengan
kelompok kontrol bahwa yang berusia 36-40
sebayak 3 orang (60%), sedangkan yang berusia
62
31-35 sebayak 1 orang (20%), dan usia dari
20-30 sebayak 1 orang (20%).
2) Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin responden dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
NoJenis Kelamin
KriteriaKelompok
EksperimentKelompok Kontrol
N % N %Laki-Laki 0 0 5 100Perempuan 5 100 0 0
Total 5 100 5 100Sumber : Data Primer 2011
Berdasarkan tabel di atas dapat
diketahui bahwa kelompok eksperiment yang
mempunyai jenis kelamin laki-laki yaitu
sebanyak 0 orang (0%) sedangkan yang
perempuan sejumlah 5 orang (100%). Dan
kelompok kontrol laki-laki sebanyak 5 orang
(100%), sedangkan perempuan sebayak 0 orang
(0%).
3) Status Marital
Berdasarkan dari karakteristik Status
marital responden dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 4.3.Distribusi Karakteristik responden berdasarkan status marital
63
NoStatus Marital
KriteriaKelompok
EksperimentKelompok Kontrol
N % N %Kawin 3 60 1 20Duda 0 0 1 20
Tidak Kawin 2 40 3 60Total 5 100 5 100
Sumber: Data Primer Tahun 2011
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa
kelompok eksperiment berdasarkan status
marital adalah kawin yaitu sebanyak 3
responden (60%), sedangkat kelompok kontol
sebayak 1 responden ( 20),dan kelompok
eksperiment status marital duda sebyak 0
responden (0%) dan kelompok control sebayak 1
responden (20%, sedangkan yang tidak kawin
kawin untuk kelompok experiment sebanyak 2
responden (40%), dan kelompok control sebayak
3 respondent ( 60%).
4) Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan dari masing – masing
responden sebagai berikut :
Tabel 4.4. Distribusi Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
No Pendidikan
KriteriaKelompok
EksperimentKelompok Kontrol
N % N %1 Tidak
Sekolah1 20 1 20
64
2 SD 1 20 2 403 SLTP/SMP 1 20 1 204 SLTA/SMK 2 40 1 20
Total 5 100 5 100Sumber : Data Primer 2011
Dari tabel diatas maka dapat kita lihat
bahwa tingkat pendidikan untuk kelompok
eksperiment adalah sebagai berikut: Tidak
sekolah sebanyak 1 orang (20%), tingkat SD
sebanyak 1 orang (20%),sedangkan untuk
SLTP/SMP sebanyak 1 orang (20%), dan SLTA/SMK
sebanyak 2 orang (40%). Adapaun untuk
kelompok kotrol yang tidak sekolah sebanyak 1
orang (20%), SD sebanyak 2 orang (40%),
sedangkan untuk SLTP/SMP sebanyak 1 orang
(20%), dan untuk SLTA/SMK sebanyak 1 orang
(20%).
5) Jenis Pekerjaan
Adapun pekerjaan responden dapat dilihat
dari tabel dibawah :
Tabel 4.5. Distribusi Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan.
No Pekerjaan
KriteriaKelompok
EksperimentKelompok Kontrol
N % N %1 Tidak
Bekerja2 40 2 40
2 Buruh 1 20 1 203 Petani 2 40 2 40Total 5 100 5 100
65
Sumber: Data Primer 2011
Dari tabel diatas maka dapat dilihat
karakteristik pekerjaan responden adalah :
Untuk Kelompok eksperiment tidak bekerja
sebayak 2 responden (40%), buruh sebanyak 1
responden (20%), dan untuk petani sebanyak 2
responden (40%) dan untuk kelompok control
yang mendominasi karakteristik pekerjaan
responden adalah : Tidak bekerja sebayak 2
respondent (40%), selajutnya petani sebanyak
2 (40%), dan buruh sebanyak 1 responden
(20%).
2. Data Khusus
Data khusus menyajikan hasil yang
menggambarkan tentang pengaruh life review terapy
terhadap penurunan tingkat depresi pada pasien
skizoprenia di RSJ Provinsi NTB.
a. Tingkat Depresi pasien Skizofrenia sebelum
diberikan Life Review Therapy
Distribusi tingkat depresi pada pasien
skizofrenia sebelum dilakukan life review
therapy dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.6.Distribusi tingkat depresi pada pasien skizofrenia sebelum dilakukan life review therapy.
66
No Kategori Depresi
KriteriaKelompok
EksperimentKelompok Kontrol
N % N %1 Tidak Depresi 0 0 0 02 Depresi Ringan 0 0 0 03 Depresi Sedang 4 80 5 1004 Depresi Berat 1 20 0 05 Depresi Berat
sekali0 0 0 0
Total 5 100 5 100Sumber : Data primer 2011
Dari Tabel diatas dapat ditunjukkan bahwa
sebelum diberikan life review therapy
sebagian besar responden yang mempunyai
depresi sedang pada kelompok eksperiment
yaitu sebanyak 4 orang (80%)dan untuk depresi
berat sebanyak 1 orang (20%),sedangkan pada
kelompok kontrol yang mempunyai depresi
sedang sebanyak 5 orang (100%).
b. Distribusi Responden Berdasarkan setelah
pemberian life review therapy terhadap
penurunan tingkat depresi pada pasien
skizofrenia Di RSJ Propinsi NTB.
Distribusi penurunan tingkat depresi
pada pasien skizofrenia setelah diberikan
life review therapy dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
67
Tabel4.7.Distribusi tingkat depresi responden setelah diberikan life review therapy.
NoKategori Depresi
KriteriaKelompok
EksperimentKelompok Kontrol
N % N %1 Tidak Depresi 3 60 0 02 Depresi Ringan 2 40 5 1003 Depresi Sedang 0 0 0 04 Depresi Berat 0 0 0 0
5Depresi Berat sekali
0 0 0 0
Total 5 100 5 100Sumber: Data Primer 2011
Dari Tabel diatas dapat ditunjukkan
bahwa setelah diberikan life review therapy
sebagian besar responden mempunyai perubahan
tingkat depresi pada kelompok ekperiment yang
tidak ada depresi sebanyak 3 orang (60%) dan
yang depresi ringan sebanyak 2 orang (40%)dan
untuk kelompok control depresi ringan
sebanyak 5 orang (100%).
c. Distribusi Responden Berdasarkan Analisa
Pengaruh life review therapy terhadap
penurunan tingkat depresi pada pasien
skizofrenia Di RSJ Propinsi NTB.
Berdasarkan data-data khusus di atas,
maka dapat dilakukan analisa data sebagai
berikut:
68
Tabel. 4.8. Analisa Pengaruh life review therapy terhadap penurunan tingkat depresi pada pasien skizofrenia Di RSJ Propinsi NTB.
No
Mean eksperimen
t pre-test-post test
Mean control pre-test-post test
Beda rata-
rata
Pt-
hitung
t-tabel
Interprestasi
1 20,4 26,6 -6,2 0,05 22,12 2,896 t-hitung lebih dari t- tabel (22,12>2,896)Ho ditolak dan Ha diterima
Sumber: data primer 2011
Sesuai dengan tabel diatas menunjukkan
bahwa, hasil t-hitung sebesar 22,12 yang
dikonsultasikan dengan t-tabel dengan tingkat
kemaknaan 2,896 dan d.b = 2 (jumlah responden
5+5-2=8) didapatkan hasil sebesar 2,896. Hal
ini menunjukkan bahwa, Ho ditolak dan Ha
diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan
life review therapy terhadap penurunan tingkat
depresi pada pasien skizofrenia di RSJ Provinsi
NTB.
A. Pembahasan
1. Penentuan sampel
Berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa
peneliti memberikan perlakuan berupa life review
therapy terhadap 5 responden. Peneliti
69
menggunakan tehnik total sampling yaitu semua
populasi dijadikan sampel(Nursalam, 2003). Dengan
pendekatan equivalent kontrol group design, dimana
satu kelompok diberi perlakuan life review therapy
selama 30 menit, dan dimana dibeikan perlakuan 1
kali dalam sehari sebanyak 3 kali perlakuan,
sedangkan kelompok yang satunya tidak diberikan
perlakuan (dijadikan kelompok kontrol).
Setelah peneliti mendapatkan responden
selanjutnya diberikan life review therapy. Dengan
pemberian life review therapy, diharapkan pasien
yang mengalami depresi dapat mengingat kembali apa
saja yang pernah dilakukan sehingga mampu
mengendalikan atau menekan perasaan atau kejadian
yang pernah dialami sebelumnya sehingga peneliti
dapat melihat perkembangan dari masing-masing
responden selama pemberian therapy.
2. Data umum
a. Umur
Melihat hasil penelitian pada tabel 4.1
mengenai karakteristik usia dalam penelitian,
dapat diketahui bahwa secara teori belum dapat
menjelaskan umur mempengaruhi tingkat depresi.
b. Jenis kelamin
70
Melihat hasil penelitian pada tabel 4.2
mengenai karakteristik jenis kelamin subyek
penelitian, dapat diketahui bahwa secara teori
belum dapat menjelaskan jenis kelamin
mempengaruhi tingkat depresi.
c. Pendidikan
Melihat hasil penelitian pada tabel 4.4
mengenai karkteristik pendidikan subyek
penelitian, dapat diketahui bahwa subyek
penelitian yang paling banyak mengalami depresi
itu adalah subyek penelitian yang yang
berpendidikan sekolah menengah atas. Seperti
teori mengatakan semakin tinggi pendidikan
seseorang semakin mudah untuk dapat
menyelesaikan tekanan-tekanan yang dihadapinya
(Yasuma. 2001).
d. Pekerjaan
Melihat hasil penelitian pada tabel 4.5
mengenai karakteristik pekerjaan subyek
penelitian, dapat diketahui bahwa subyek
penelitian yang paling banyak bekerja sebagai
pepetani dan tidak bekerja. Rasmun (2001),
diketahui bahwa yang dapat membantu individu
beradaptasi dengan stressor yaitu salah satunya
71
ekonomi. Hal ini juga pada aset materi mengacu
kepada keuangan pada kenyataannya sumber
keuangan meningkatkan pilihan seseorang dalam
banyak situasi stress (Stuart, 1998).
3. Data khusus
a. Tingkat depresi pasien sebelum diberikan life
review Therapy
Berdasarlan table 4.5 jumlah responden
terbanyak adalah responden depresi sedang yaitu
sebanyak 4 orang (80%)dan depresi berat sebayak
1 orang (20%).
Berdasarkan tabel tersebut dapat
dijelaskan bahwa pasien yang depresi sedang
pada saat dilakukannya penelitian terlihat
tegang dan tidak dapat fokus dalam mengikuti
arahan yang diberikan oleh peneliti. Pasien
tampak gugup, pandangan tidak fokus dan pada
saat disentuh maupun diajak berbicara oleh
peneliti.
Hal ini dapat dilihat dari hasil
wawancara dan observasi yang telah dilakukan
oleh peneliti, dimana pada pasien yang
mengalami depresi sedang mengatakan bahwa
akhir-akhir ini mudah merasa gelisah, susah
72
untuk fokus pada satu kegiatan yang sedang
dilakukan, gampang lelah dan marah. Selain itu
pasien juga mengatakan bahwa pasien mengalami
gangguan pada saat tidur, dimana pasien sering
terbangun tengah malam karena mimpi buruk
maupun pikiran-pikiran yang tidak jelas (masih
tertutup).
Depresi yang dirasakan oleh pasien tidak
hanya terungkap dari hasil wawancara yang telah
dilakukan oleh peneliti dengan pasien, tetapi
dapat juga dilihat dari hasil observasi kondisi
fisik pasien seperti pasien yang takut pada
saat behadapan, murung, pandangan tidak fokus
dan terlihat gelisah, lebih banyak menyendiri
dibandingkan menceritakan atau berbagi
masalahnya dengan orang lain.
Sesuai dengan pendapat Hawari (2001)
bahwa gangguan alam perasaan (mood disorder)
dalam kurun waktu tertentu bisa berubah dari
satu episode ke episode lain (bipolar), suatu
saat penderita masuk dalam episode manik
(berperilaku hiperaktif, agitasi dan cemas)
pada saat lain masuk dalam episode depresif
(perilaku hipoaktif, menarik diri).
73
Hal ini juga dapat dijelaskan menurut
Mu’tadin (2002), cara individu menangani
situasi yang mengandung tekanan tertentu
ditentukan oleh sumber daya individu yang
meliputi kesehatan fisik / energi, keterampilan
memecahakan masalah, keterampilan sosial dan
dukungan sosial dan materi.
Seperti yang diketahui bahwa orang yang
mengalami depresi karena kurangnya peran pasien
dalam kehidupan sehari-hari. Pasien akan merasa
dirinya sudah tidak mampu lagi. Ketidaksiapan
terhadap perubahan pola hidup ini bisa memacu
gangguan psikologis. Manifestasinya pasien
akan,merasa bersalah karena menganggur, murung,
rendah diri dan apatis (Hendriana A.K, 2005).
Berdasarkan uraian hasil dan teori diatas
dapat dibuat sebuah kesimpulan awal bahwa
pasien depresi dipengaruhi oleh banyak faktor
diantaranya adalah pendidikan, usia dan
pekerjaan. Depresi yang dirasakan oleh pasien
disebabkan karena kurangnya peran dalam
aktifitas sehari-hari dalam keluarga ( tidak
memiliki pekerjaan ).
74
b. Perubahan tingkat depresi pasien setelah
diberikan life review therapy.
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui
bahwa setelah dilakukan life review therapy
sebagian besar responden mengalami tidak
depresi yaitu sebanyak 3 orang (60%)dan depresi
ringan sebanyak 2 orang (40%).
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan
pasien yang mengalami depresi sedang sebelum
diberikan life review therapy mengalami
perubahan tidak depresi setelah diberikannya
life review therapy.
Hal ini dapat dilihat di hasil observasi
yang dilakukan oleh peneliti pada pasien yang
melngalami tingkat depresi sedang setelah
diberikannya life review therapy, dimana pasien
yang sebelumnya terlihat gelisah, tidak dapat
fokus terhadap kegiatan yang sedang
dilaksanakan, dan tidak mudah di ajak
komunikasi atau menjadi lebih rileks, sedikit
membuka diri, merasa tenang, dapat
berkomunikasi dengan lancar dan kemampuan
pasien dalam merespon dalam pemberian terapi.
Hasil wawancara yang telah dilakukan oleh
75
peneliti terhadap pasien juga diperoleh data
yang sama, dimana pasien mengatatakan lebih
tenang dan nyaman. Rasa tenang dan nyaman yang
dirasakan oleh pasien terlihat dari sikap dan
perilaku yang ditunjukkan oleh pasien, yaitu
pasien tampak tenang, pandangan mata fokus,
tidak gelisah serta lebih banyak senyum.
Seperti yang diketahui bahwa life review
therapy adalah mengingat kembali masa lalu dan
mengembalikan kesehatan mental, fisik,
emosional dan spritual (Halim, 2006).
Pelaksanaan life review therapy yang
dilakukan selama penelitian pada pasien
skizofrenia di RSJ NTB yang diberikan perlakuan
selama 30 menit terhadap 5 responden dengan
cara mengobservasi dan wawancara sejauh mana
pasien dapat merespon dan kemampuan pasien
dalam mengekspresikan perasaan pasien agar
dapat bersosialisasi dengan orang lain.
Roy dan Moleod (1981) menjelaskan tingkat
adaptasi sebagai standar variabel yang
mempunyai dampak stimulus baru dan tanggapan
dari tanggapan sebelumnya dibandingkan untuk
tanggapan selanjutnya output langsung dari
76
sistem, melibatkan aktivasi satu atau beberapa
mekanisme koping (subsystem kognator dan
regulator), yang kemudian menghasilkan perilaku
yang adaptif. Dalam memelihara integritas
seseorang, regulator dan kognator subsistem
diperkirakan sering bekerjasama(Roy, 1991).
Berdasarkan uraian hasil dan teori diatas
dapat dibuat kesimpulan awal bahwa pemberian
life review therapy dapat berpengaruh terhadap
perubahan tingkat depresi.
c. Analisa pengaruh life review therapy terhadap
perubahan tingkat depresi pada pasien
skizofrenia.
Berdasarkan tabel 4.8 dengan hasil
perhitungan menggunakan uji t pada pasien
skizofrenia sebelum dan sesudah life review
therapy diperoleh hasil t hitung sebesar 22,12
denganm db=2 diperoleh t tabel sebesar 2,986
atau t hitung lebih dari t tabel (22.12>2,896)
sehingga Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada
perbedaan perubahan tingkat depresi sebelum dan
sesudah diberikan life review therapy dengan
hasil Mean kelompok eksperiment sebesar 20,4
setelah diberikan life review therapy dan Mean
77
kontrol sebesar 26,6 yang tidak diberikan life
review therapy. Ada pengaruh pemberian life
review therapy terhadap tingkat depresi pada
pasien skizofrenia di RSJ Provinsi NTB.
Melihat kembali kehidupan (Life Review)
sebelumnya merupakan proses yang normal
berkaitan dengan pendekatan terhadap proses
penyembuhan. Reintegrasi yang sukses dapat
memberikan arti dalam kehidupan dan
mempersiapkan seseorang untuk mati tanpa
disertai dengan kecemasan dan rasa takut. Hasil
diskusi terakhir tentang proses ini menemukan
bahwa melihat kembali kehidupan sebelumnya
merupakan salah satu strategi untuk merawat
masalah kesehatan jiwa pada penderita
skizofrenia. (Team Creative "Nutrisi Jiwa”,
2008).
Input pada manusia sebagai suatu sistem
adaptasi adalah dengan menerima masukan dari
lingkuan luar dan linkungan dalam diri individu
itu sendiri. Input sebagai stimulus, merupakan
kesatuan informasi, bahan-bahan atau energi
dari lingkungan yang dapat menimbulkan respon.
Input atau stimulus termasuk variabel standar
78
yang berlawanan yang umpan baliknya dspat
dibandingkan.
Berdasarkan hasil penelitian di atas
sebagian besar responden berpindidikan SLTA /
SMK sebesar 2 orang (40%). Selain itu responden
rata-rata tidak bekerja sebesar 2 orang (40%)
atau hanya bekerja sebagai petani sebesar 2
orang (40%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
besar responden yang mengalami masalah terhadap
depresi adalah ekonomi dan pendidikan sesuai
hasil wawancara dan observasi yang didapatkan.
Kenyataannya sumber keuangan meningkatkan
pilihan seseorang dalam banyak situasi stress
yang dapat juga seseorang menjadi depresi.
Selain itu juga pada pendidikan berupa
pengetahuan dan intelegensi adalah sumber
individu seseorang untuk melihat cara lain
mengatasi stress (Stuart,1998).
Dalam life review therapy responden harus
diberikan dukungan, pengertian agar responden
dapat berkembang menjadi pribadi yang
bertanggung jawab. Responden juga dipaparkan
pada peraturan-peraturan yang harus ditaati dan
bagaimana berinteraksi dengan orang lain.
79
Perawat juga mendorong komunikasi dan pembuatan
keputusan, meningkatkan harga diri dan perilaku
yang baik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa data dan pembahasan hasil
penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Sebelum diberikan life reiew therapy sebagian
besar responden mempunyai tingkat depresi sedang
yaitu sebanyak 9 orang (90%), dan berat sebanyak 1
orang (10%).
2. Setelah dilakukan life reiew therapy sebagian
besar responden mengalami tidak depresi sebanyak 3
(30%),sedangkan tingkat depresi ringan yaitu
sebanyak 7 orang (70%).
3. Berdasarkan hasil analisis diperoleh hasil t-
hitung sebesar 22,12 yang dikonsultasikan dengan
t-tabel dengan taraf signifikan 0,05 dan db=8
(5+5-2=8) didapatkan hasil t-tabel yaitu sebesar
2.896 atau t-hitung lebih besar dari t-tabel
80
(22,12>2,896) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima,
artinya ada pengaruh life review therapy erhadap
penurunan tingkat depresi pada pasien skizofrenia.
B. Saran
1. Bagi Pasien
Diharapkan kepada pasien dapat menerapkan life
review therapy, baik secara individu dan mandiri
dengan dengan mengingat kembali masa- masa yang
indah sehingga dapat menurunkan tingkat depresi
dan pada akhirnya dapat bersosialisasi dengan
baik.
2. Bagi RSJ Propinsi NTB
Diharapkan kepada RSJ Provinsi NTB menyusun
standar operasional prosedur tentang teknik
pelaksanaan life review therapy yang kemudian
disosialisasikan pada semua perawat di ruangan,
sehingga perawat mampu melaksanakan peran dan
fungsinya secara mandiri terhadap penurunan
tingkat depresi.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai sumber bacaan dan kajian
pustaka untuk memperkaya ilmu keperawatan
khususnya tentang pengaruh life review therapy
81
terhadap penurunan tingkat depresi pada pasien
skizofrenia.
4.Bagi Peneliti Selanjutnya
Perlu ada panelitian lebih lanjut tentang
penurunan tingkat depresi pada pasien skizofrenia
yang ada di RSJ atau yang tinggal di rumah bersama
keluarga, yang dapat di gunakan sebagai pembanding
hasil penelitian yang sudah dilakukan demi
tercapai derajat kesehatan dan kesejahteraan yang
optimal.