25
Pengaruh Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Tingkat Kesehatan Perbankan Syariah Dwi Cahya Widiyanata Universitas Brawijaya Abstract: This study aims to observe the effect of the devaluation of Indonesian Rupiah on the level of risk-based bank rating of Islamic Banking in Indonesia. There are four factors studied; they are capital, asset quality, earnings and liquidity. These four factors are outlined in seven dependent variable (the ratio of CAR, EAQ, NOM, ROA, ROA, STM and FDR) and one independent variable (foreign exchange rate). This study uses MANOVA (Multivariate Analysis of Variance) to determine the effect. The result shows that the devaluation of Indonesian Rupiah does not significantly affect the level of risk based-bank rating of Islamic Banking. Based on the tests of Between-subject effects, the devaluation of Indonesian Rupiah does not affect asset quality and liquidity factors of Islamic banking significantly. Meanwhile the capital and earnings factor are significantly influenced by the devaluation of Indonesian rupiah. Keywords: foreign exchange rate, risk-based bank rating of islamic banking, capital, asset quality, earnings, liquidity, MANOVA

Pengaruh Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Tingkat

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengaruh Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Tingkat

Pengaruh Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Tingkat Kesehatan

Perbankan Syariah

Dwi Cahya Widiyanata

Universitas Brawijaya

Abstract: This study aims to observe the effect of the devaluation of Indonesian

Rupiah on the level of risk-based bank rating of Islamic Banking in Indonesia.

There are four factors studied; they are capital, asset quality, earnings and

liquidity. These four factors are outlined in seven dependent variable (the ratio of

CAR, EAQ, NOM, ROA, ROA, STM and FDR) and one independent variable

(foreign exchange rate). This study uses MANOVA (Multivariate Analysis of

Variance) to determine the effect. The result shows that the devaluation of

Indonesian Rupiah does not significantly affect the level of risk based-bank rating

of Islamic Banking. Based on the tests of Between-subject effects, the devaluation

of Indonesian Rupiah does not affect asset quality and liquidity factors of Islamic

banking significantly. Meanwhile the capital and earnings factor are significantly

influenced by the devaluation of Indonesian rupiah.

Keywords: foreign exchange rate, risk-based bank rating of islamic banking,

capital, asset quality, earnings, liquidity, MANOVA

Page 2: Pengaruh Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Tingkat

PENDAHULUAN

Pada tahun 2015 Indonesia mengalami pelemahan nilai tukar yang sangat

dalam. Adanya pelemahan rupiah ini juga mendapat perhatian lebih dari

pemerintah, khususnya dari Kementrian Keuangan (Kemenkeu) sebagai pihak yang

terkait dengan kebijakan-kebijakan keuangan di Indonesia. Menurut Fetai

(2013:111) karakteristik dari terjadinya krisis keuangan adalah terjadinya krisis

perbankan dan krisis mata uang. Berdasarkan apa yang sudah peneliti jelaskan

mengenai keadaan nilai tukar mata uang rupiah pada tahun 2015, dapat dikatakan

bahwa Indonesia bisa saja terkena krisis keuangan jika perbankan tidak mampu

bertahan ditengah krisis melemahnya nilai tukar mata uang rupiah yang sedang

terjadi di Indonesia.

Indonesia sendiri sudah pernah mengalami krisis keuangan pada tahun 1998.

Sejarah mencatat, awal mula dari krisis keuangan ini sendiri adalah ketika pada juli

1997 Indonesia mengalami gejolak nilai tukar yang akhirnya menyebabkan

pencabutan ijin usaha 16 bank pada tanggal 1 November 1997. Krisis keuangan

yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 – 1999 memang sangat mengguncang

dunia perbankan nasional. Namun ada yang menarik dari krisis perbankan yang

terjadi pada saat itu. Berdasarkan laman www.muamalat.co.id, Bank Muamalat

menyatakan bahwa ketika banyak bank-bank di Indonesia menerima bantuan dana

BLBI untuk dapat bertahan, Bank Muamalat bisa tetap betahan tanpa menerima

dana BLBI. Hal ini tentu saja bisa menjadi sebuah pembelajaran bagi bangsa

Indonesia bahwa sistem perbankan syariah ternyata lebih tahan terhadap krisis

keuangan.

Page 3: Pengaruh Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Tingkat

Walaupun begitu, bukan berarti perbankan syariah anti terhadap krisis. Krisis

perbankan yang menimpa bank konvensional bisa saja berdampak sistemik pada

perbankan syariah karena pada dasarnya baik perbankan konvensional maupun

syariah memerlukan kepercayaan masyarakat dalam kelangsungan usahanya.

Kemampuan perbankan syariah dalam menghadapi krisis tidak terlepas dari aturan-

aturan yang mengatur mengenai perbankan syariah. Harahab et al., (2010:6)

menyatakan bahwa perkembangan landasan hukum perbankan syariah dibagi

menjadi empat periode, yaitu: Periode sebelum tahun 1992, Periode 1992-1998,

Periode 1992-2008, Periode setelah 2008. PSAK syariah terus mengalami

perkembangan dari tahun ke tahun. Selain itu, sejak tahun 2008 PSAK juga terus

mengalami pembaharuan. Pada dasarnya setiap pembaharuan selalu menimbulkan

dampak, baik dampak positif maupun negatif. Salah satu contoh dampak positif dari

pembaharuan adalah perubahan aturan perbankan syariah yang mampu membuat

perbankan syariah benar-benar menjalankan usahanya sesuai prinsip syariah.

Sedangkan pembaharusan yang negatif adalah sebaliknya. pembaharuan yang

berdampak negatif inilah yang harusnya dihindari.

Berdasarkan pemahaman kami, ada kecenderungan bahwa aturan-aturan

mengenai perbankan syariah cenderung menjauhi prinsip-prinsip syariah dan

hampir menyamai prinsip-prinsip bank konvensional. Rahmanti (2013:62)

menyatakan bahwa ada dua faktor yang memicu mengapa perbankan syariah masih

diidentikkan dengan perbankan konvensional, yaitu karena faktor standard dan

SDM. Standar yang berupa PSAK syariah dinilai belum sepenuhnya syar’i dan

Page 4: Pengaruh Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Tingkat

implementatif. Alasan kedua terkait dengan pemahaman SDM perbankan syariah

tentang syariah.

Atas dasar itulah, peneliti akhirnya merasa perlu untuk meneliti keadaan

perbankan syariah saat ini. Peneliti ingin mengetahui sejauh mana tingkat kesehatan

perbankan syariah ditengah melemahnya nilai tukar rupiah yang sangat tajam.

Indikator-indikator yang akan digunakan dalam peelitian ini akan disesuaikan

dengan aturan-aturan terkait perbankan syariah yang ada di Indonesia. Menurut

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 13/24/DPNP tentang Sistem Penilaian

Tingkat Kesehatan Bank Umum menjelaskan bahwa ada empat faktor penilaian

tingkat kesehatan Bank Umum berdasarkan prinsip syariah. Empat faktor tersebut

adalah Profil Risiko (risk profile), Good Corporate Governance (GCG),

Rentabilitas (earnings); dan Permodalan (capital).

Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dibuatlah rumusan masalah

yaitu, apakah dampak melemahnya nilai tukar rupiah pada tahun 2015 berpengaruh

pada tingkat kesehatan perbankan syariah yang ada di Indonesia?

Peran uang dalam perekonomian

Uang tentulah merupakan sosok utama dalam sebuah perekonomian suatu

negara atau bahkan dunia. Setiap kegiatan ekonomi seperti jual-beli, simpan-

meminjam, investasi ataupun kegiatan ekonomi lainnya pastinya sangat

memerlukan uang sebagai alat tukar, alat penyimpanan nilai, satuan hitung dan

Page 5: Pengaruh Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Tingkat

ukuran pembayaran yang tertunda. Menurut Solikin et al., (2002:42) peran uang

dalam perekonomian dapat dilihat dari dua sektor yang saling berkaitan, yaitu

sektor riil (barang dan jasa) dan sektor moneter (uang). Pada sektor riil, uang

digunakan untuk kegiatan ekonomi masyarakat seperti jual-beli, simpan-

meminjam, investasi dan lain sebagainya. Pada sektor moneter, jumlah uang yang

beredar digunakan oleh bank sentral dan pemerintah untuk mengontrol sebuah

perekenomian. Salah satu contohnya adalah uang yang beredar digunakan sebagai

salah satu dasar untuk penentuan besarnya tingkat suku bunga.

Peran perbankan syariah dalam perekonomian

Pada dasarnya bank syariah lebih diharapkan untuk mampu memberikan

pengaruh pada sektor riil perekonomian dan mampu bertahan ditengah krisis

keuangan. Mampunya bank syariah untuk bertahan disebabkan oleh banyak hal.

Salah satunya adalah dikarenakan krisis keuangan biasanya berpengaruh pada

sektor moneter. Jika bank syariah benar-benar melakukan kegiatan operasional

sesuai dengan prinsip-prinsip syariah yang ada, seharusnya krisis keuangan tidak

akan terlalu berpengaruh terhadap bank syariah. Hal ini karena pada dasarnya bank

syariah lebih banyak bergerak di sektor riil daripada sektor moneter.

PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Berdasarkan kenyataan yang terjadi, ada kecenderungan bahwa aturan-aturan

mengenai perbankan syariah cenderung menjauhi prinsip-prinsip syariah dan

hampir menyamai prinsip-prinsip bank konvensional yang pada dasarnya sangat

Page 6: Pengaruh Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Tingkat

rentan terhadap krisis keuangan. Rahmanti (2013:62) menyatakan bahwa ada dua

faktor yang memicu mengapa perbankan syariah masih diidentikkan dengan

perbankan konvensional, yaitu karena faktor standard dan SDM. Standar yang

berupa PSAK syariah dinilai belum sepenuhnya syar’i dan implementatif. Alasan

kedua terkait dengan pemahaman SDM perbankan syariah tentang syariah.

Contoh dari kecenderungan perbankan syariah yang menyamai bank

konvensional adalah perdebatan antara penggunaan revenue sharing dan profit loss

sharing pada akad mudharabah. Selain itu, munculnya aturan mengenai murabahah

berbasis pembiayaan yang pada penerapannya menggunakan PSAK konvensional

(PSAK 50,55 dan 60) juga menimbulkan perdebatan. Penggunaan akad

mudharabah pada tabungan pun pada dasarnya juga masih menjadi perdebatan.

Hipotesis yang diajukan mengenai peengaruh melemahnya nilai mata uang

terhadap perbankan adalah:

Ha1 :Tingkat kesehatan perbankan syariah (capital, asset quality, earnings, dan

liquidity) dipengaruhi oleh perubahan nilai valuta asing.

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 13/24/DPNP tentang Sistem

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum menjelaskan bahwa ada empat faktor

penilaian tingkat kesehatan Bank Umum berdasarkan prinsip syariah. Empat faktor

tersebut adalah Profil Risiko (risk profile), Good Corporate Governance (GCG),

Rentabilitas (earnings); dan Permodalan (capital). Penelitian ini hanya akan

mencakup tiga faktor, yaitu Profil Risiko (risk profile), Rentabilitas (earnings); dan

Permodalan (capital). Hal ini dikarenakan informasi mengenai Good Corporate

Governance (GCG) adalah informasi yang termasuk ke dalam informasi yang

Page 7: Pengaruh Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Tingkat

rahasia karena informasi tersebut mengenai manajemen yang ada di bank yang

bersangkutan.

Permodalan

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 13/24/DPNP penilaian atas

faktor Permodalan meliputi evaluasi terhadap kecukupan Permodalan dan

kecukupan pengelolaan Permodalan. Dalam melakukan perhitungan Permodalan,

Bank wajib mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai

Kewajiban Penyediaan Modal Minimum bagi Bank Umum. Selain itu, dalam

melakukan penilaian kecukupan Permodalan, Bank juga harus mengaitkan

kecukupan modal dengan Profil Risiko Bank. Semakin tinggi Risiko Bank, semakin

besar modal yang harus disediakan untuk mengantisipasi Risiko tersebut.

Ketika akan melakukan penilaian, Bank perlu mempertimbangkan tingkat,

trend, struktur, dan stabilitas Permodalan dengan memperhatikan kinerja peer

group serta kecukupan manajemen Permodalan Bank. Penilaian dilakukan dengan

menggunakan parameter/indikator kuantitatif maupun kualitatif. Dalam

menentukan peer group, Bank perlu memperhatikan skala bisnis, karakteristik,

dan/atau kompleksitas usaha Bank serta ketersediaan data dan informasi yang

dimiliki.

Hipotesis yang diajukan mengani pengaruh melemahnya nilai tukar rupiah

terhadap tingkat kesehatan perbankan syariah adalah:

Ha2 :Tingkat kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) dipengaruhi

oleh perubahan nilai valuta asing.

Page 8: Pengaruh Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Tingkat

Profil risiko (Risk profile)

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor:13/24/NPDP tahun 2011

penilaian faktor Profil Risiko merupakan penilaian terhadap Risiko inheren dan

kualitas penerapan Manajemen Risiko dalam aktivitas operasional Bank. Risiko

yang wajib dinilai terdiri atas 8 (delapan) jenis Risiko yaitu Risiko Kredit, Risiko

Pasar, Risiko Operasional, Risiko Likuiditas, Risiko Hukum, Risiko Stratejik,

Risiko Kepatuhan, dan Risiko Reputasi. Penelitian ini sendiri hanya akan mengkaji

dari sudut pandang risiko kredit dan risiko likuiditas.

a. Risiko Kredit

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor:13/24/NPDP tahun 2011 Risiko

Kredit adalah Risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi

kewajiban kepada Bank. Risiko kredit pada umumnya terdapat pada seluruh

aktivitas Bank yang kinerjanya bergantung pada kinerja pihak lawan

(counterparty), penerbit (issuer), atau kinerja peminjam dana (borrower). Risiko

Kredit juga dapat diakibatkan oleh terkonsentrasinya penyediaan dana pada debitur,

wilayah geografis, produk, jenis pembiayaan, atau lapangan usaha tertentu.

Parameter yang akan digunakan pada risiko kredit ini adalah kualitas penyediaan

dana dan kecukupan pencadangan atau kualitas aset produktif.

Sudah menjadi kewajiban bagi perbankan syariah di Indonesia untuk

mengungkapkan semua informasi dengan sebenar-benarnya dan tidak ada yang

ditutup-tutupi. Oleh karena itulah kualitas aset produktif perbankan syariah perlu

untuk dihitung. Perhitungan ini akan mencakup seberapa kemampuan perbankan

Page 9: Pengaruh Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Tingkat

syariah untuk menutup kerugian yang diakibatkan adanya aktiva produktif yang

bermasalah.

Hipotesis yang diajukan mengenai pengaruh melemahnya nilai tukar rupiah

terhadap tingkat kualitas aset produktif adalah:

Ha3 :Tingkat kualitas aktiva produktif (KAP) dipengaruhi oleh perubahan nilai

valuta asing.

b. Risiko Likuiditas

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor:13/24/NPDP tahun 2011 Risiko

Likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban

yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas, dan/atau dari aset likuid

berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi

keuangan Bank. Risiko ini disebut juga Risiko likuiditas pendanaan (funding

liquidity risk). Risiko Likuiditas juga dapat disebabkan oleh ketidakmampuan Bank

melikuidasi aset tanpa terkena diskon yang material karena tidak adanya pasar aktif

atau adanya gangguan pasar (market disruption) yang parah. Risiko ini disebut

sebagai Risiko likuiditas pasar (market liquidity risk).

Faktor likuiditas digunakan sebagai salah satu faktor penilai tingkat kesehatan

bank dikarenakan adanya risiko likuiditas yang dihadapi dunia perbankan. Sejarah

mancatat bahwa Indonesia pernah dikejutkan dengan 16 bank yang harus

dilikuidasi pada saat krisis keuangan tahun 1997 – 1999. Kejadian tersebut

merupakan sebuah indikasi bahwa faktor likuidasi haruslah diperhitungkan juga

oleh perbankan. Rasio yang digunakan adalah rasio short term mistmatch dan rasio

financing to deposit ratio.

Page 10: Pengaruh Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Tingkat

Hipotesis yang diajukan mengenai pengaruh melemahnya nilai tukar rupiah

terhadap tingkat likuiditas adalah:

Ha4 :Tingkat short term mistmatch (STM) dipengaruhi oleh perubahan nilai

valuta asing.

Ha5 :Tingkat financing to deposit ratio (FDR) dipengaruhi oleh perubahan

nilai valuta asing.

Rentabilitas (Earning)

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor:13/24/NPDP tahun 2011

penilaian faktor Rentabilitas meliputi evaluasi terhadap kinerja Rentabilitas,

sumber-sumber Rentabilitas, kesinambungan (sustainability) Rentabilitas, dan

manajemen Rentabilitas. Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat,

trend, struktur, stabilitas Rentabilitas Bank, dan perbandingan kinerja Bank dengan

kinerja peer group¸ baik melalui analisis aspek kuantitatif maupun kualitatif.

Penilaian terhadap faktor rentabilitas ini sangatlah banyak. Surat Edaran BI

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor:13/24/NPDP tahun 2011 menyebutkan 12

indikator yang bisa digunakan dalam penilaian faktor rentabilitas ini. Namun, dari

12 indikator tersebut hanya ada satu rasio utama. Rasio tersebut adalah Net

Operating Margin (NOM). Sedangkan untuk 13 rasio lainnya seperti Return on

Asset (ROA), rasio efisiensi kegiatan operasional (BOPO) dan lain sebagainya

adalah rasio penunjang.

Hipotesis yang diajukan mengenai pengaruh melemahnya nilai tukar rupiah

terhadap tingkat rentabilitas adalah:

Page 11: Pengaruh Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Tingkat

Ha6 :Tingkat pendapatan operasional bersih (net operating margin) dipengaruhi

oleh perubahan nilai valuta asing.

Ha7 :Tingkat return on asset (ROA) dipengaruhi oleh perubahan nilai valuta

asing.

Ha8 :Tingkat efisiensi kegiatan operational (BOPO) dipengaruhi oleh perubahan

nilai valuta asing.

METODOLOGI PENELITIAN

Populasi dan sampel

Populasi dari penelitian ini adalah semua perbankan syariah yang ada di

Indonesia. Cara pemilihan sampel yang peneliti pilih adalah metode purposive

sampling atau metode pemilihan sampel yang dipilih secara disengaja. Oleh sebab

itu, sampel yang dipilih adalah Bank Umum Syariah. Dasar pemilihan sampling ini

dipilih karena adanya penerbitan peraturan Bank Umum Syariah yang

menimbulkan perdebatan hingga dipilihlah Bank Umum Syariah sebagai sampel.

Definisi variabel operasional

Pada dasarnya, penelitian ini menggunakan 7 rasio yang mewakili tiga faktor

penilaian tingkat kesehatan perbankan syariah. Rasio pada faktor permodalan

menggunakan rasio KPMM atau CAR. Rasio pada profil risiko menggunakan rasio

kualitas aset produktif (KAP), short term mistmatch (STM) dan financing to

deposit ratio (FDR). Rasio pada faktor rentabilitas menggunakan rasio net

operating margin (NOM), return on asset (ROA) dan tingkat efisiensi kegiatan

Page 12: Pengaruh Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Tingkat

operasional (BOPO). Sedangkan untuk valuta asing yang digunakan adalah Dollar

AS. Hal ini didasarkan pada laporan IMF yang menyebutkan bahwa Dollar AS

adalah mata uang yang paling banyak digunakan di perdagangan internasional.

Statistik deskriptif

“Statistik deskriptif adalah metode mengatur, merangkum, dan

mempresentasikan data dengan cara yang informatif” (Lind et al,. 2013:6).

Uji multikolinieritas

Uji multikolenearitas atau analasis korelasi menurut Lind et al,. (2012:61)

adalah sekumpulan teknik untuk mengukur hubungan antara dua variabel. Hasil

dari pengukuran tersebut adalah koefisien korelasi. Uji ini pertama kali

diungkapkan oleh Karl Pearson. Masih menurut Lind et al,. (2012:63) koefisien

korelasi ini menunjukkan kekuatan hubungan antara dua himpunan variabel interval

berskala atau rasio berskala.

Uji normalitas

Pada dasarnya uji normalitas ini bertujuan untuk melihat apakah sebaran data

sudah terdistribusi dengan normal. Hair et al,. (1998:349) menyatakan bahwa salah

satu syarat dari uji multivarian haruslah berdistribusi normal. Berdasarkan

pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa uji normalitas ini sangat

diperlukan untuk menghindari adanya bias atau data yang tidak valid.

Page 13: Pengaruh Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Tingkat

Justifikasi statistik

Tujuan dari analisis-analisis yang sudah dilakukan pada dasarnya adalah untuk

menyimpulkan apakah hipotesis yang dimunculkan itu diterima atau tidak. Menurut

Lind et al,. (2013:377) ada lima langkah yang bisa dilakukan untuk pengujian

hipotesis. Langkah-langkah tersebut adalah menentukan hipotesis nol dan hipotesis

alternatif, memilih tingkat signifikansi, menentukan statistik pengujian,

merumuskan sebuah aturan keputusan dan yang terakhir adalah ambil sebuah

sampel lalu ambil keputusan manakah hipotesis yang diterima atau ditolak

Analisis regresi linier multivarian

Analisis regresi dipilih karena peneliti ingin mengetahui hubungan antara satu

variabel dengan variabel lainnya. Lebih spesifik lagi, penelitian ini menggunakan

analisis regresi linier multivarian. Menurut Johnson et al,. (2007:387) menyatakan

bahwa analisis regresi linier multivarian pada dasarnya digunakan ketika ada lebih

dari satu variabel terikat/dependen dalam suatu persamaan regresi. Jika ada lebih

dari satu variabel terikat/dependen dan lebih dari satu variabel bebas/independen

maka analisis regresinya disebut analisis regresi linier berganda multivarian. Atas

dasar itulah, model dasar analisis regresi linier multivarian yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah:

dimana:

Y = Variabel dependen KPMM, KAP, NOM, ROA, REO, STM, dan FDR

Z = Variabel Independen NVA

Page 14: Pengaruh Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Tingkat

β = Koefisien regresi

ε = error [selisih antara Y ̂ (statistik) dengan Y (data)]

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis data

Hasil statistik deskriptif dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Menurut aturan mengenai KPMM, rasio KPMM yang lebih besar dari 12%

bahwa tingkat modal secara signifikan lebih tinggi dari ketentuan KPMM yang

berlaku. Pada Rasio KAP, semakin sedikit nilai yang dihasilkan maka akan semakin

baik. Hal ini dikarenakan perbankan tersebut memiliki aset produktif bermasalah

yang sedikit. Menurut kriteria penilaian rasio KAP, KAP yang berada pada interval

4% - 7% memiliki tingkat KAP yang cukup baik namun akan mengalami penurunan

jika tidak ada perbaikan.

Menurut aturan mengenai NOM, rasio NOM yang berada dibawah 1%

menunjukkan bahwa kemampuan rentabilitas Bank Umum Syariah sangat rendah

untuk mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal. Menurut aturan

Page 15: Pengaruh Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Tingkat

mengenai ROA, rasio ROA yang berada diantara 0% - 0,5% menunjukkan bahwa

kemampuan rentabilitas Bank Umum Syariah rendah untuk mengantisipasi potensi

kerugian dan meningkatkan modal dan rasio ROA yang berada diantara 0,5% -

1,25% menunjukkan bahwa kemampuan rentabilitas yang cukup tinggi untuk

mengantisipasi potensi kerugian dan dan meningkatkan modal.

Menurut aturan mengenai BOPO, rasio BOPO yang lebih dari 89%

menunjukkan bahwa kemampuan rentabilitas yang sangat rendah untuk

mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal. Menurut aturan

mengenai STM, ketika rasio STM lebih dari 25% maka likuiditasnya dinilai sangat

baik. Ketika rasio STM berada diantara 20% - 25% maka likuiditasnya dinilai baik

dan ketika rasio STM berada diantara 15% - 20% maka likuiditasnya dinilai cukup

baik. Menurut aturan FDR, rasio yang diijinkan adalah 80% hingga 110% dengan

aturan bahwa semakin kecil nilainya semakin tidak likuid.

Hasil Uji Multikolinieritas dari peneltian ini adalah sebagai berikut:

Page 16: Pengaruh Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Tingkat

Berdasarkan tabel diatas dapat gambarkan bahwa hasil uji multikolenearitas

antar tujuh variabel dependen dengan variabel NVA cukup bervariatif. Begitu juga

hubungan antar variabel dependen juga cukup bervariatif.

Hasil uji normalitas pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Berdasarkan tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa data yang peneliti

peroleh memiliki distribusi yang normal walaupun masih ada nilai signifikansi

dari uji Shapiro-Wilk yang kurang dari 0,05. Adanya nilai signifikansi yang

kurang dari 0,05 pada dasarnya menunjukkan adanya sebaran data yang ekstrim.

Namun pada data diatas, niali signifikansi yang kurang dari 0,05 masih bisa

ditoleransi. Mayers (2013:326) mengungkapkan bahwa sebaran data yang sedikit

ekstrim masih bisa diterima normalitasnya.

Justifikasi statistik

Berdasarkan aturan mengenai penilaian tingkat kesehatan perbankan syariah,

nilai kredit yang dihasilkan adalah 89. Menurut kodifikasi Bank Indonesia

mengenai hasil penilaian tingkat kesehatan bank, nilai kredit yang berada diinterval

Page 17: Pengaruh Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Tingkat

81 hingga 100 diberikan kredit sehat. Jadi, tingkat kesehatan Bank Umum Syariah

pada tahun 2015 memiliki predikat sehat. Namun perlu menjadi catatan bahwa

penelitian yang peneliti lakukan ini tidak memperhitungkan faktor manajemen dari

Bank Umum Syariah.

Uji MANOVA

Sebelum Uji MANOVA dilakukan, ada beberapa asumsi yang harus

diperhatikan. Namun memang penelitian ini tidak bisa memenuhi semua asumsi-

asumsi yang diharuskan. Menurut Mayers (2013:323) ada beberapa asumsi yang

harus dipenuhi:

a) Variabel independen harus berupa kategori, minimal ada dua grup.

Penelitian ini memakai nilai valuta asing (NVA) sebagai variabel

independennya. NVA di dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga grup/kelompok.

Data dengan nilai antara Rp12.500,- hingga Rp 13.000,- dikategorikan pada

kelompok Rp 12.500,-. Data dengan nilai antara Rp13.000,- hingga Rp 13.500,-

dikategorikan pada kelompok Rp 13.000,-. Sedangkan untuk data dengan nilai lebih

dari Rp 13.500,- dikategorikan pada kelompok Rp 13.500,-.

b) Variabel dependen harus berupa interval atau rasio dan memiliki distribusi

yang normal.

c) Tidak boleh terlalu banyak outliers.

Outliers yang dimaksudkan adalah distribusi data yang tidak normal. Pada uji

normalitas memang ditemukan adanya beberapa data yang distribusinya tidak

normal. Namun jumlahnya tidak terlalu banyak.

Page 18: Pengaruh Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Tingkat

d) Harus ada korelasi antara variabel-variabel dependen yang ada.

Korelasi ini bisa dilihat pada uji multikolenearitas yang sudah dilakukan

sebelumnya. Jika mengacu pada asumsi Mayers, tentu masih ada dalam

penelitiannya ini yang antar variabel dependennya memiliki hubungan korelasi

negatif yang lebih dari korelasi negatif sedang. Namun hal ini memang tidak bisa

dihindari karena memang variabel dependen yang digunakan memang cukup

banyak. Jadi wajar saja kalau ada korelasi yang melebihi batas yang seharusnya.

Namun menurut peneliti ini bukan menjadi masalah karena variabel dependen yang

memiliki hubungan korelasi negatif yang lebih dari korelasi negatif sedang tidaklah

terlalu banyak.

e) Harus ada hubungan homogenitas pada variannya.

Menurut Gudono (2012:45) homogenitas pada varian ini berarti varian nilai

variabel dependen pada berbagai level prediktor (variabel independen) relatif tidak

beda. Tes yang dapat dilakukan untuk memastikan homogenitas tersebut adalah

Bartlett’s Test. Berikut ini adalah hasil dari uji tersebut:

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling

Adequacy. .474

Bartlett's Test of

Sphericity

Approx. Chi-Square 92.188

df 21

Sig. .000

Bartlett’s Test menunjukkan bahwa variabel-variabel dependen yang

digunakan sudah memiliki hubungan homogenitas.

f) Korelasi antar variabel dependen haruskah sama antar grupnya atau linier.

Page 19: Pengaruh Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Tingkat

Gudono (2012:46) mengungkapkan bahwa hubungan antar variabel-variabel

dependen, hubungan antar kovariat dan hubungan variabel dependen dengan

kovariat adalah linier. Uji yang digunakan untuk mengetahui hal tersebut adalah tes

Box’s M. Berikut ini adalah hasilnya:

Tabel 4.21 hasil Box's Test

Box's M 16.146

F 1.351

df1 6

df2 289.487

Sig. .234

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan antar variabel-

variabel dependen, hubungan antar kovariat dan hubungan variabel dependen

dengan kovariat adalah linier. Hal ini karena nilai sig yang dihasilkan lebih dari

0,001.

Berikut ini hasil uji MANOVA yang telah peneliti lakukan:

Effect Value F

Hypothes

is df

Error

df Sig.

Partial Eta

Squared

NVA_2 Pillai's Trace 1.420 1.399 14.000 8.000 .324 .710

Wilks' Lambda .030 2.051a 14.000 6.000 .193 .827

Hotelling's Trace 17.419 2.488 14.000 4.000 .196 .897

Roy's Largest

Root 16.506 9.432b 7.000 4.000 .023 .943

Page 20: Pengaruh Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Tingkat

Menurut Mayers (2013:322) Uji Wilk’s Lambda biasa digunakan ketika

variabel independen memiliki lebih dari dua kelompok. Berdasarkan Uji Wilk’s

Lambda maka Ho1 diterima dan Ha1 ditolak.

Berdasarkan hasil tes Between-Subjects Effects terlihat ada pengaruh yang

signifikan antara perubahan nilai valuta asing dengan rasio KPMM. Hal ini

didasarkan pada nilai signifikan dari uji tersebut yang kurang dari 0,05. Jadi, Ho2

ditolak dan Ha2 diterima. Berikut ini adalah hasil dari uji tersebut:

Sourc

e

Depende

nt

Variable

Type III

Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig.

Partial

Eta

Squared

NVA_

2

KPMM 1.663 2 .832 33.572 .000 .882

Berdasarkan hasil tes Between-Subjects Effects terlihat tidak ada pengaruh

yang signifikan antara perubahan nilai valuta asing dengan rasio KAP. Hal ini

didasarkan pada nilai signifikan dari uji tersebut yang lebih dari 0,05. Jadi, Ho3

diterima dan Ha3 ditolak. Berikut ini adalah hasil dari uji tersebut:

Sourc

e

Depende

nt

Variable

Type III

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Partial

Eta

Squared

NVA_

2

KAP .001 2 .000 .008 .993 .002

Berdasarkan hasil tes Between-Subjects Effects terlihat tidak ada pengaruh

yang signifikan antara perubahan nilai valuta asing dengan rasio KAP. Hal ini

Page 21: Pengaruh Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Tingkat

didasarkan pada nilai signifikan dari uji tersebut yang lebih dari 0,05. Jadi, Ho7

diterima dan Ha4 ditolak. Berikut ini adalah hasil dari uji tersebut:

Sourc

e

Depende

nt

Variable

Type III

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Partial

Eta

Squared

NVA_

2

STM 23.507 2 11.754 1.691 .238 .273

Berdasarkan hasil tes Between-Subjects Effects terlihat tidak ada pengaruh

yang signifikan antara perubahan nilai valuta asing dengan rasio KAP. Hal ini

didasarkan pada nilai signifikan dari uji tersebut yang lebih dari 0,05. Jadi, Ho8

diterima dan Ha5 ditolak. Berikut ini adalah hasil dari uji tersebut:

Sourc

e

Depende

nt

Variable

Type III

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Partial

Eta

Squared

NVA_

2

FDR 2.568 2 1.284 .946 .424 .174

Berdasarkan hasil tes Between-Subjects Effects terlihat ada pengaruh yang

signifikan antara perubahan nilai valuta asing dengan rasio NOM. Hal ini

didasarkan pada nilai signifikan dari uji tersebut yang kurang dari 0,05. Jadi, Ho4

ditolak dan Ha6 diterima. Berikut ini adalah hasil dari uji tersebut:

Sourc

e

Depende

nt

Variable

Type III

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Partial

Eta

Squared

NVA_

2

NOM .179 2 .089 10.498 .004 .700

Page 22: Pengaruh Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Tingkat

Berdasarkan hasil tes Between-Subjects Effects terlihat ada pengaruh yang

signifikan antara perubahan nilai valuta asing dengan rasio ROA. Hal ini didasarkan

pada nilai signifikan dari uji tersebut yang kurang dari 0,05. Jadi, Ho5 ditolak dan

Ha7 diterima. Berikut ini adalah hasil dari uji tersebut:

Sourc

e

Depende

nt

Variable

Type III

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Partial

Eta

Squared

NVA_

2

ROA .133 2 .067 9.375 .006 .676

Berdasarkan hasil tes Between-Subjects Effects terlihat ada pengaruh yang

signifikan antara perubahan nilai valuta asing dengan rasio BOPO. Hal ini

didasarkan pada nilai signifikan dari uji tersebut yang kurang dari 0,05. Jadi, Ho6

ditolak dan Ha8 diterima. Berikut ini adalah hasil dari uji tersebut:

Sourc

e

Depende

nt

Variable

Type III

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Partial

Eta

Squared

NVA_

2

BOPO 5.787 2 2.893 6.328 .019 .584

KESIMPULAN

Perbankan syariah di Indonesia memiliki kemampuan untuk menghadapi krisis

mata uang. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya pengaruh yang signifikan dari

melemahnya nilai tukar rupiah terhadap tingkat kesehatan perbankan. Tingkat

kesehatan perbankan syariah pada 2015 juga menunjukkan bahwa perbankan

syariah masih dalam kondisi sehat ditengah melemahnya nilai tukar rupiah dan

Page 23: Pengaruh Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Tingkat

melemahnya perekonomian global. Berdasarkan hubungan antara rasio KAP, STM

dan FDR dengan Nilai Valuta Asing, dapat disimpulkan bahwa melemahnya nilai

tukar rupiah tidak mempengaruhi tingkat kualitas aset dan tingkat likuiditas

perbankan syariah di Indonesia. Walaupun begitu berdasarkan hubungan antara

rasio KPMM, NOM, ROA dan BOPO dengan Nilai Valuta Asing, dapat

disimpulkan bahwa melemahnya nilai tukar rupiah mempengaruhi tingkat

permodalan dan kemampuan perbankan syariah untuk menghasilkan laba.

Jika dikaji secara riil, tentu peran perbankan syariah dalam menjaga tingkat

kesehatannya tidak terlepas dari dukungan pemerintah dan Bank Indonesia. Pada

tahun 2015, Pemerintah Indonesia dan Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan-

kebijakan untuk menjaga stabilitas ekonomi masyarakat ditengah melemahnya

perekonomian global. kebijakan-kebijakan yang terkait dengan perbankan syariah

adalah Kebijakan Ekonomi Jilid V yang dikeluarkan oleh pemerintah dan paket

Kebijakan September 1.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Genap 2 dekade, Bank Muamalat Luncurkan Logo Baru. (Online),

(http://www.muamalat.co.id), diakses 28 Oktober 2015.

Anonim. 2015. Laporan Keuangan Publikasi Bank. Bank Indonesia. (Online),

(http://www.bi.go.id), diakses 28 Oktober 2015.

Anonim. 2015. Paket Kebijakan Ekonomi V: Insentif Perpajakan, Revaluasi Aset,

dan Mendorong Perbankan Syariah. (Online), (http://www.ekon.go.id),

diakses 3 Maret 2016.

Anonim. 2015. Bank Indonesia Dukung Paket Kebijakan Pemerintah September 1.

(Online), (http://www.bi.go.id), diakses 3 Maret 2016.

Anderon, Sweeney dan Williams. 2011. Statistics For Bussiness and Economics

Iie. Mason: South-Western Cengage Learning.

Page 24: Pengaruh Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Tingkat

Claessens, Stijn dan Kose, M. Ayhan. 2013. Financial Crises: Explanations, Types,

and Implications. IMF Working Paper

Communications Department. 2015. Review of The Special Drawing Right (SDR)

Currency Basket. Washington, D.C.: International Monetary Fund

Darmawi, Herman. 2011. Manajemen Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara

Departemen Perizinan dan Informasi Perbankan. 2015. Statistik Perbankan

Indonesia Agustus 2015. Jakarta. Otoritas Jasa Keuangan.

Fetai, Besnik Taip. 2013. Monetary and Fiscal Response During The Financial

Crisis in Developing and Emerging Economics. International Journal of

Economics and Finance. Volume V;110-116.

Gudono. 2012. Analisis Data Multivariat. Yogyakarta: BPFE

Hair, Joseph F., Anderson, Rolph E., Tatham, Ronald L., Black, William C. 1998.

Multivariate Data Analysis. New Jersey: Prentice Hall.

Harahab, Sofyan S., Wiroso., Yusuf, Muhammad. 2010. Akuntansi Perbankan

Syariah. Jakarta: LPFE Usakti.

Johnson, Richard A. dan Wichern, Dean W. 2007. Applied Multivariate Statistical

Analysis. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Jurusan Akuntansi. 2008. Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Malang. Fakultas

Ekonomi Universitas Brawijaya.

Lind, Marchal dan Wathen. 2007. Teknik-Teknik Statistika dalam Bisnis dan

Ekonomi Menggunakan Kelompok Data Global. Terjemahan Chriswan

Sungkono. 2012 dan 2013. Jakarta: Salemba Empat.

Mayers, Andrew. 2013. Introduction To Statistics & SPSS in Psychology. New

Jersey: Pearson Education Limited

Mises, Ludwig Von. 1953. The Theory of Money and Credit. New Haven: Yale

University Press.

Novitasari, Handayani dan Susi. 2015. Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Dengan

Metode CAMELS terhadap Pertumbuhan Laba Pada Bank Umum Syariah

Periode 2011-2014. PortalGarudaIPI. (Online). (http://id.portalgaruda.org/),

diakses 8 Desember 2015.

Pusat Kebijakan Ekonomi Makro. 2015. Keterangan Pers: Perkembangan

Perekonomian Terkini. Jakarta. Kementrian Keuangan Republik Indonesia

Page 25: Pengaruh Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Tingkat

Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral. 2012. Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia:

Aset, Penilaian Kualitas aset dan Restrukturisasi Pembiayaan. Jakarta.

Bank Indonesia.

Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral. 2012. Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia:

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank. Jakarta. Bank Indonesia.

______.2006. Peraturan Bank Indonesia Nomor: 8/7/PBI/2006 Tentang

Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/13/PBI/2005 Tentang

Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum Berdasarkan Prinsip

Syariah.. Jakarta. Bank Indonesia.

______. 2011. Surat Edaran No. 13/24/DPNP Perihal Penilaian Tingkat

Kesehatan Bank Umum. Jakarta. Bank Indonesia.

______. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang

Perbankan Syariah. 2008. Jakarta: Disebarkan oleh Bank Indonesia.

______. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan. 2008.

Jakarta: Disebarkan oleh Badan Pengawan Keuangan dan Pembangunan.

Rahmanti, Virginia Nur. 2013. Mengapa Perbankan Syariah Masih Disamakan

dengan Perbankan Konvensional. Jurnal Ekonomi, Manajemen dan

Akuntansi Islam. Volume: 1; 1-74.

Rivai, Veithzal dan Arifin, Arviyan. 2010. Islamic Banking: sebuah konsep, teori

dan aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara

Rustam, Bambang Rianto. 2013. Manajemen Risiko Perbankan Syariah Di

Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Solikin dan Suseno. 2002. Uang: Pengertian, Penciptaan, dan Peranannya Dalam

Perekonomian. Jakarta: Bank Indonesia

Suseno dan Abdullah, Piter. 2003. Sistem dan Kebijakan perbankan Di Indonesia.

Jakarta: Bank Indonesia

Syaifuddin, Ahmad. 2013. Analisis Perbandingan Tingkat Kesehatan Bank Umum

Syariah di Indonesia Dengan Menggunakan Metode CAMELS. Portal

Garuda IPI. (Online), (http://id.portalgaruda.org/), diakses 8 Desember

2015.

Unit Khusus Museum Bank Indonesia. Tanpa tahun. Sejarah Bank Indonesia:

Perbankan Periode 1997-1999. Jakarta. Museum Bank Indonesia.