Upload
others
View
57
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH MEMBACA SHOLAWAT WAHIDIYAH
TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PENGGUNA
NARKOBA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)
Oleh:
ATIK MARDIANI KHOLILAH
NIM: 1113104000048
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA1438
H/2017 M
ii
LEMBAR PERNYATAAN
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
Undergraduate Thesis, May 2017
Atik Mardiani Kholilah, Student Number: 1113104000048
The Influnce of Reading Salawat Wahidiyah towards Anxiety Levels for Drug
Abusers
xvii + 116 Pages + 11Attachments
ABSTRACT
Drugs arecompound of chemical agents which affect the function of the body,
especially the function of the brain. Mental disorder which often founded is anxiety.
The effort to decrease anxiety for drug abusers could be done with a spiritual
approach, one of them by reading salawat wahidiyah. The aim of this study is to
determine the influence of reading salawat wahidiyah towards anxiety levels for drug
abusers. This study usequasi-experimentmethod by pre and post test without control
group which performed in 20 sample of drugs abusers on rehabilitation program.
Measurement of anxiety used the questionnaire by Hamilton Anxiety Scale. The data
would be analyzed by using wilcoxon with significance level 0,05. The result showed
significancy of decreasing anxiety levels between before and after treatment
(p=0.000). It could be concluded that reading salawat wahidiyah could reduced the
anxiety for drug abusers on rehabilitation programs.Researcher suggests for further
research to explore the benefits of salawat wahidiyah to reduce other mental
disorders.
Keywords : salawat, anxiety, drugs abuse, spirituality, relaxation meditation
Reference : 105references (2005-2016)
iv
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Mei 2017
Atik Mardiani Kholilah, NIM: 1113104000048
Pengaruh Membaca Sholawat Wahidiyah terhadap Tingkat Kecemasan pada
Pengguna Narkoba
xvii + 116 Halaman + 11 Lampiran
ABSTRAK
Narkoba merupakan bahan kimia yang jika dikonsumsi akan memengaruhi fungsi dan
dapat merusak tubuh terutama otak sehingga berakibat pada gangguan mental.
Gangguan mental yang sering ditemukan adalah kecemasan. Upaya untuk mengatasi
kecemasan pada pengguna narkoba bisa dilakukan dengan pendekatan spiritual, salah
satunya dengan membaca sholawat wahidiyah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh membaca sholawat wahidiyah terhadap tingkat kecemasan pada
pengguna narkoba yang mengikuti program rehabilitasi. Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain quasi experiment dengan one
group pretest posttest design pada 20 orang sampel yang menjalani program
rehabilitasi di Panti Sosial Pamardi Putra Khusnul Khotimah. Kecemasan diukur
menggunakan kuesioner skala kecemasan Hamilton. Kemudian data dianalisis
menggunakan wilcoxon dengan tingkat kemaknaan 0,05.Hasil penelitian
menunjukkan nilai (p=0,000) < 0,05 dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
membaca sholawat wahidiyah terhadap kecemasan pada pengguna narkoba. Peneliti
menyarankan pada penelitian selanjutnya untuk menggali manfaat sholawat
wahidiyah untuk mereduksi gangguan mental lainnya.
Kata kunci : sholawat, kecemasan, pengguna narkoba, meditasi relaksasi
Referensi : 105 referensi (2005-2016)
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN
vi
PERNYATAAN PENGESAHAN
vii
LEMBAR PENGESAHAN
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Atik Mardiani Kholilah
Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 31 Agustus 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Ds. Ngabab Rt/Rw 004/001 Kecamatan Pujon
Kabupaten Malang, Jawa Timur
Nomor HP : 081231265375
Email : [email protected]
Fakultas / Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Program Studi Ilmu Keperawatan
Pendidikan Formal
2000 – 2001 Raudhotul Atfal Thoriqotussa‟adah Malang
2001 – 2007 Madrasah Ibtidaiyah Thoriqotussa‟adah Malang
2007 – 2010 Madrasah Tsanawiyah Sunan Bonang Malang
2010 – 2013 Madrasah Aliyah IHSANNIAT Jombang
2013 – Sekarang
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil‟alamiin, selayaknya diucapkan pujian penuh syukur atas
nikmat, rahmat, hidayah dan taufiq dari Tuhan Yang Maha Berkehendak serta untaian
sholawat penuh cinta kepada Rasulullah berkat syafaatnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan proposal penelitian dengan judul pengaruh membaca
sholawat wahidiyah terhadap tingkat kecemasan pada pengguna narkoba.
Dengan penuh kesadaran, penulis mengakui banyaknya kesulitan dan tantangan
dalam menyelesaikan proposal ini sehingga masih ditemukan kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu, segala bentuk masukan dan komentar akan penulis terima
demi perbaikan. Akhirnya, penulis berterimakasih kepada semua pihak yang telah
andil dalam penyelesaian proposal penelitian ini. Rangkaian ucapan terimakasih
penulis sampaikan kepada:
1. Prof. DR H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, MSc, selaku Ketua Program Studi danIbu
Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN SyarifHidayatullah.
3. Ns.Uswatun Khasanah, S.Kep, MNS dan Ibu Ratna Pelawati, S.Kp, M.Biomed,
selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan arahan, masukan dan
bimbingan sehingga membuat segala kesulitan dapat penulis selesaikan.
4. Ibu Ratna Pelawati, S.Kp, M.Biomed, selaku pembimbing akademik yang selalu
memberikan pencerahan untuk terus bertahan dalam menghadapi semester demi
semester perkuliahan.
5. Orang tua saya, Bapak Isma‟il (Alm) dan Ibu Badriyah yang telah memberikan
segenap kasih sayang, yang tak terhingga. Terimakasih atas didikan, teladan dan
dukungan yang tak mungkin terbalaskan.
x
6. Kakak-kakak saya beserta keluarga kecil mereka, Nurul Musyafa‟ah (Mbak
Uyun), Ana Masfufah (Mbak Ana), Khusnul Mustofiah (Mbak Top) dan Sa‟adatun
Nasikah (Mbak Ikah) tempat saya berkeluh kesah. Dengan penuh kasih, keluh itu
mereka ubah menjadi pematik semangat bagi penulis. Memberikan keberanian
kepada penulis untuk melesat bersama cita-cita.
7. KH. Ahmad Masruh IM dan Nyai Hj. Latifah Masruh, M.Si, selaku pengasuh
Pesantren At-Tahdzib (PA) Jombang dan segenap keluarga besar KH. Ihsan Mahin
serta jajaran pengurus PA yang membekali penulis dengan segudang pengetahuan
dan samudra hikmah.
8. Kementerian Agama RI yang telah memberikan beasiswa penuh selama proses
perkuliahan di PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. CSS MoRA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, BHLW, BPMW Pusat dan BPMW
DKI Jakarta, HMPSIK, DEMA FKIK UIN Jakarta dan DEMA UIN Jakarta, tentu
saja tak lupa PMII Komfakes tempat menerima pelajaran dan menyampaikan
pengajaran yang tidak diberikan di bangku perkuliahan. Semoga tetap bersinergi
dalam harmoni.
10. Sahabat-sahabat seperjuangan tercinta angkatan 2013 PSIK UIN Jakarta yang
senantiasa berbagi suka duka, canda tawa, ilmu dan pengalaman berharga selama
pembelajaran kuliah maupun dalam proses kegiatan lainnya.
11. Serta seluruh pihak yang telah mendukung kelancaran proposal skripsi ini hingga
selesai.
Atas bantuan serta segala dukungan yang telah diberikan, semoga Allah SWT.
senantiasa membalas dengan pahala yang berlimpah. Sangat besar harapan saya
proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca. Semoga
kita semua senantiasa diberikan petunjuk, limpahan rahmat, hidayah, serta inayah
yang tak terhingga oleh Allah SWT.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ciputat, 28 Mei 2017
Atik Mardiani Kholilah
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................................ ii
ABSTRACT ............................................................................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................................................. iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................................................. v
PERNYATAAN PENGESAHAN ............................................................................................. vi
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................................vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................................................... xiv
DAFTAR BAGAN .................................................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................ xvii
BAB I .......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 10
C. Tujuan penelitian .......................................................................................................... 10
D. Manfaat penelitian ........................................................................................................ 11
E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................................. 12
BAB II ....................................................................................................................................... 13
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................... 13
A. Konsep Umum Kecemasan ........................................................................................... 13
1. Pengertian Kecemasan .............................................................................................. 13
2. Respon Kecemasan ................................................................................................... 14
3. Faktor yang Memengaruhi Kecemasan ..................................................................... 17
xii
4. Pengaruh Kecemasan terhadap Kondisi Biologis ..................................................... 20
5. Kecemasan pada Pengguna Narkoba ........................................................................ 21
6. Terapi Modalitas Gangguan Neurosis secara Umum ................................................ 25
7. Perawatan secara Garis Besar Menghadapi Kecemasan ........................................... 26
B. Konsep Umum Narkoba................................................................................................ 28
1. Pengertian Narkotika dan Prekursor Narkotika ........................................................ 28
2. Rentang Respon Gangguan Penggunaan Narkoba .................................................... 29
3. Penyalahgunaan Narkoba .......................................................................................... 30
4. Faktor-faktor yang Menyebabkan Perilaku Penggunaan Narkoba ........................... 31
5. Dampak Penggunaan Narkoba .................................................................................. 33
6. Rehabilitasi PenggunaNarkobaNarkoba ................................................................... 35
7. Karakteristik Pengguna Narkoba pada Program Rehabilitasi ................................... 45
8. Pengaruh Narkoba terhadap Kondisi Psikologis menurut Agama Islam .................. 46
C. Konsep Umum Shalawat ............................................................................................... 49
1. Pengertian Sholawat .................................................................................................. 49
2. Jenis Shalawat ........................................................................................................... 50
3. Khasiat dan Keutamaan Shalawat ............................................................................. 51
4. Pengaruh Sholawat terhadap Kecemasan.................................................................. 52
5. Sholawat Wahidiyah ................................................................................................. 54
D. Kerangka Teori ............................................................................................................. 65
BAB III ..................................................................................................................................... 67
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA .............................................................................. 67
A. Kerangka Konsep .......................................................................................................... 67
B. Hipotesa ........................................................................................................................ 68
C. Definisi Operasional ..................................................................................................... 69
BAB IV ..................................................................................................................................... 70
METODE PENELITIAN .......................................................................................................... 70
A. Desain Penelitian .......................................................................................................... 70
B. Populasi, Sampel dan Sampling .................................................................................... 72
xiii
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................................ 73
D. Alat Pengumpul Data .................................................................................................... 73
E. Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................................................................ 75
F. Etika Penelitian ............................................................................................................. 77
G. Prosedur Penelitian ....................................................................................................... 80
H. Pengolahan Analisa Data .............................................................................................. 82
BAB V ...................................................................................................................................... 85
HASIL PENELITIAN .............................................................................................................. 85
A. Gambaran Tempat Penelitian ........................................................................................ 85
B. Gambaran Proses Penelitian.......................................................................................... 86
C. Analisa Univariat .......................................................................................................... 88
D. Analisis Bivariat ............................................................................................................ 91
BAB VI ..................................................................................................................................... 93
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 93
A. Analisa Univariat .......................................................................................................... 93
B. Analisa Bivariat ............................................................................................................ 97
BAB VII .................................................................................................................................. 104
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................... 104
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 104
B. Saran ........................................................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 2.1 Kriteria tingkat ketergantungan narkoba 31
Tabel3.1 Definisi Operasional 69
Tabel 5.1 Gambaran usia responden 89
Tabel 5.2 Gambaran tingkat pendidikan responden 89
Tabel 5.3 Gambaran kecemasan pada pengguna narkoba sebelum
dilakukan intervensi di PSPP Khusnul Khotimah
90
Tabel 5.4 Analisa Beda Rata-rata Perubahan Tingkat Kecemasan
Pengguna Narkoba Saat Pre-test dan Post-test
92
xv
DAFTAR BAGAN
halaman
Bagan 2.1 Rentang respon ansietas 15
Bagan 2.2 Rentang respon gangguan penggunaan narkoba 29
Bagan 2.3 Kerangka teori 66
Bagan 3.1 Kerangka konsep 67
Bagan 4.1 Rancangan penelitian 71
xvi
DAFTAR SINGKATAN
BNN : Badan Narkotika Nasional
GABA : Asam Aminobutirat Gaba
Ham-A : Hamilton Anxiety Scale
NAZA : Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif
PSW : Penyiar Sholawat Wahidiyah
RSKO : Rumah Sakit Ketergantungan Obat
PSPP : Panti Sosial Pamardi Putra
WBS : Warga Binaan Sosial
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Pesetujuan Responden
Lampiran 2 : Kuesioner kecemasan HAM
Lampiran 3 : Hasil Uji Validitas
Lampiran 4 : Rekapitulasi Skor Kecemasan Responden
Lampiran 5 : Analisa Univariat
Lampiran 6 : Analisa Bivariat
Lampiran 7 : Perizinan Tempat Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Narkoba atau narkotika merupakan zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan
(Badan Narkotika Nasional, 2011). Narkoba termasuk golongan bahan kimia atau
zat yang ketika masuk kedalam tubuh akan mempengaruhi fungsi yang dapat
merusak tubuh terutama otak. Narkoba adalah bentuk bahan adiktif hal tersebut
karena narkoba dapat menimbulkan kecanduan kepada penggunanya (Fitriyani &
Trianasari, 2016).
Penyalahgunaan narkoba merupakan penggunaan zat-zat atau bahan
dengan tujuan bukan untuk pengobatan atau penelitian. Penggunaan ini adalah
dalam bentuk menggunakan tanpa takaran yang tepat dan dosis yang tidak wajar.
Pengguna biasanya melakukan ini untuk mendapatkan ketenangan sesaat,
merasakan kebebasan, tidak memikirkan masalah, ingin mendapatkan kekuatan
dan meningkatkan kepercayaan diri. Ketika hal tersebut dilakukan secara terus
menerus maka yang terjadi adalah ketergantungan atau kecanduan (Fitriyani &
Trianasari, 2016). Ketidaksiapan secara mental, ketidaktahuan akan dinamika
2
media sosial serta tekanan-tekanan yang buruk menggiring pada penggunaan
narkoba (Eskasasnanda, 2014).
Jumlah pengguna narkoba di Indonesia dari tahun 2004 ke 2008 naik
sekitar 29% yaitu 2,8 juta orang menjadi 3,3 juta pada tahun 2008 (BNN,2011).
Pada 2014 jumlah pengguna narkoba diperkirakan ada sebanyak 3,8 juta sampai
4,1 juta orang yang pernah pakai narkoba pada kelompok usia 10-59 tahun di
Indonesia. Dengan bahasa lain ada sekitar 1 dari 44 sampai 48 orang dari mereka
yang berusia 10-59 tahun masih atau pernah pakai narkoba di tahun 2014
(BNN,2014). Dengan angka tersebut, diperkirakan angka prevalensi berkisar
antara 2,1% sampai 2,25% (BNN, 2015).
Masalah-masalah yang ditimbulkan akibat penggunaan narkoba sangat
kompleks. Tidak hanya pada diri pengguna narkoba saja, tetapi masalah juga
berdampak negatif pada keluarga pengguna, masyarakat dan negara. Bagi
keluarga, pengguna narkoba akan merepotkan dan menjadi beban (Anggreni,
2015). Bagi masyarakat, pengguna narkoba cenderung melakukan tindak
kriminal agar memiliki uang untuk membeli narkoba (BNN, 2015). Di sisi lain
masih ada sekitar seperempat masyarakat yang merasa terancam bahaya
peredaran narkoba di lingkungan tempat tinggalnya karena berbagai alasan
seperti ada teman/tetangga yang memakai narkoba, ada yang meninggal karena
narkoba, dan ada bandar/pengedar di lingkungan tempat tinggalnya (BNN,
2016). Bagi Negara, biaya sosial yang terjadi akibat pengguna narkoba
diperkirakan sekitar Rp. 6,9 trilyun pada tahun 2014. Biaya sosial tersebut
3
meningkat sekitar 14% dari tahun 2008. Komponen biaya ekonomi yang
dikeluarkan antara lain adalah biaya konsumsi narkoba, biaya terapi dan
rehabilitasi, biaya produktifitas yang hilang, kematian akibat narkoba dan
tindakan kriminalitas (BNN, 2015).
Dampak negatif penggunaan narkoba tidak hanya dirasakan secara fisik,
penggunaan narkoba juga berakibat pada gangguan mental. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Sitorus (2013) tentang komorbiditas pengguna narkoba jenis
komorbiditas tertinggi adalah hepatitis C sebanyak 2,7%; TB paru, HIV/AIDS,
DHF, dan depresi masing-masing 0,4%; psikotik akut 6,7%; skizofrenia 9%; dan
gangguan bipolar 0,9% (Sitorus, 2013). Penelitian ini menunjukkan pengaruh
penggunaan narkoba terhadap status kesehatan mental sangat signifikan. Menurut
Direktorat Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan pada tahun 2010
tercatat sebanyak 6.854 pasien kunjungan rawat jalan di rumah sakit karena
gangguan mental dan perilaku yang disebabkan oleh opioida. Dari jumlah
tersebut 4,89% pasien diantaranya merupakan kasus baru (Kemenkes, 2014).
Dampak penggunaan narkoba terhadap kesehatan tubuh jika digunakan secara
terus menerus atau melebihi takaran mengakibatkan ketergantungan sehingga
terjadi kerusakan organ tubuh seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal
(Wulandari et al, 2015). Sedang gangguan perilaku/mental sosial yang terjadi
seperti mudah tersinggung, marah, sulit mengendalikan diri dan hubungan
dengan keluarga dan sesama terganggu. Terjadi gangguan mental seperti
paranoid dan psikosis (BNN, 2011).
4
Gangguan mental atau psikiatri yang sering ditemukan pada pengguna
narkoba adalah kecemasan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hanifa (2013)
pada pasien rawat inap di RSKO Jakarta yang mengkonsumsi narkoba 26,2%
mengalami kecemasan berat, 38,1% mengalami kecemasan sedang, 19,0%
mengalami kecemasan ringan dan 16,7% tidak mengalami kecemasan (Hanifa,
2013). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bukhori (2015) mengenai tingkat
kecemasan pasien rehabilitasi narkoba di Al-Kamal Sibolangit Centre
Rehabilitation For Drug Addict Sumatera Utara menunjukkan responden yang
mengalami cemas berat sebesar 9,8%, cemas sedang 36,6%, dan cemas ringan
48,9% (Bukhori, 2015).
Kecemasan merupakan kekhawatiran pada objek yang tidak jelas yang
dimanifestasikan dengan perubahan fisik dan psikologis pada individu yang
mengalaminya. Kecemasan yang dirasakan penggunaan narkoba merupakan hasil
dari pemikiran dan keyakinannya bahwa ia tidak dapat bertahan menghadapi
stres tanpa bantuan narkoba. Keyakinan ini membuat pengguna narkoba
memiliki tingkat toleransi stres yang rendah dan sering kali terjerumus pada
penggunaan narkoba berulang atau relaps. Seperti penelitian yang dilakukan oleh
Syuhada (2012) kecemasan merupakan salah satu faktor internal yang
menyebabkan pengguna narkoba mengalami relaps. Data yang diambil dari BNN
menunjukkan tahun 2007 tingkat relaps sebesar 95% sedangkan pada tahun 2008
mencapai 90% (Syuhada, 2015).
5
Semua pecandu dan korban penggunaan narkoba sesuai dengan Undang-
Undang Narkotika Nomor 35 Tahun 2009, wajib menjalani rehabilitasi medis
dan rehabilitasi sosial di rumah sakit atau lembaga rehabilitasi yang
diselenggarakan oleh instansi pemerintahan atau masyarakat. Selain melalui
pengobatan dan/atau rehabilitasi medis, penyembuhan pecandu narkotika melalui
pendekatan keagamaan dan tradisional (Sitorus, 2013). Rehabilitasi medis adalah
suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk membebaskan pecandu
dari ketergantungan narkotika. Rehabilitasi sosial adalah suatu proses kegiatan
pemulihan secara terpadu baik secara fisik, mental maupun sosial agar bekas
pecandu narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan
masyarakat (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009).
Selama menjalani proses rehabilitasi, para pecandu narkoba seringkali mendapat
masalah sehingga para pecandu merasa tertekan. Hal ini dapat berdampak buruk
bagi kesehatan fisik dan psikologis para pecandu dan dapat menurunkan kualitas
hidup para pecandu di panti rehabilitasi sehingga perlu adanya terapi (Noviarini,
Dewi, & Prabowo, 2013).
Penyembuhan pecandu NAPZA dapat dilakukan dengan terapi ataupun
rehabilitasi. Pendekatan terapi religi dalam hal ini Islam yang merupakan agama
terbesar di Indonesia efektif bagi pecandu yang melibatkan kesadaran, emosi
jiwa sehingga remaja akan menemukan kebermaknaan diri, melibatkan seluruh
aspek dengan penyadaran Al-Qur‟an dan Hadist (Fitriyani & Trianasari, 2016).
Beberapa terapi religi telah digunakan dalam rehabilitasi narkoba. Seperti metode
6
rehabilitasi yang diterapkan di Panti Rehabilitasi Cacat Mental dan Sakit Jiwa
Nururssalam Demak yaitu berupa terapi dzikir (Shofa, 2015).
Sesuatu yang memabukkan dalam Alquran disebut khamar menurut
prespektif islam, artinya sesuatu yang dapat menghilangkan akal. Meskipun
bentuknya berbeda namun cara kerja khamar dan narkoba sama saja. Keduanya
memabukkan, merusak fungsi akal manusia (Syafi‟i, 2009). Dalam surat Al-
Maidah ayat 90 dijelaskan:
اش١طب ع سجس ا٤صل صبة ا٤ ١سش ا ش خ ب ا ا إ آ ب از٠ ٠ب أ٠
ح رف فبجزج عى
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah
termasuk perbuatan syaitan, maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapatkan keberuntungan”. (QS. Al-Maidah: 90)
Pelaku penyalahgunaan narkoba dalam agama islam dipandang sebagai
orang yang mengikuti hawa nafsunya dan hukumnya adalah berdosa. Dosa
sendiri secara psikologis merupakan beban bagi seseorang yang melakukannya.
Akibat dosa yang dilakukannya itu, tidak jarang mengakibatkan stress/depresi,
yang pada gilirannya mendatangkan penyakit. Hal ini dapat dimaknai dari
pemahaman tentang al-ran (noktah/titik hitam), yang secara fisik dapat dimaknai
sebagai bakteri atau bibit penyakit. Dengan demikian, dosa adalah bibit penyakit
secara fisik maupun secara psikis. Cara ampuh untuk menghilangkan bibit
7
penyakit itu, tidak lain kecuali dengan taubat (Syukur, 2012). Salah satu cara
untuk bertobat adalah dengan banyak mengingat Allah seperti yang tercantum
dalam Al-Qur‟an surat Ar-Ra‟du: 28-29:
“(28). (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah
hati menjadi tenteram.
(29). Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka
kebahagiaan dan tempat kembali yang baik”.
Penelitian Faradisi (2012) membandingkan keefektivan terapi murotal
dan terapi musik terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pra operasi yang
memperoleh hasil terdapat perbedaan signifikan, sehingga pemberian terapi
murotal lebih efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien dibandingkan
dengan terapi musik (Faradisi, 2012). Terapi religius yang dapat menurunkan
tingkat kecemasan juga dibuktikan oleh penelitian Silviani (2015) pada anak
presirkumsisi, Abdillah (2015) dan Utomo (2015) pada mahasiswa saat
menghadapi ujian dan penelitian Syafi‟ah (2015) pada ibu hamil primigravida
trimester III.
Penelitian yang dilakukan oleh Chambers (2015) menyimpulkan bahwa
spiritualitas mempunyai faktor signifikan yang dapat mencegah dari penggunaan
8
zat adiktif dan dapat mendukung pemulihan dari kecanduan zat adiktif
(Chambers, 2015). Studi yang dilakukan oleh Chaer (2014) tentang terapi inabah
dan pecandu di suralaya menyebutkan terapi dzikir dilaksanakan setelah sholat,
baik fardhu maupun sunnah yang bilangannya minimal 165 kali, utamanya lebih
yang diakhiri pada bilangan ganjil. Pada proses dzikir tidak sedikit para pecandu
menitikan air mata, baik pada proses dzikir jahar maupun dzikir khofi(Chaer,
2014).
Salah satu terapi religius yang digunakan untuk menurunkan kecemasan
adalah dengan membaca sholawat. Sholawat memiliki efek yang baik terhadap
kesehatan, sebagai terapi penyembuhan penyakit, dan berpengaruh terhadap
psikologis seseorang. Sholawat yang dilakukan dengan penuh keikhlasan, khusu,
tepat, dan kontinyu diyakini dapat menumbuhkan persepsi dan motivasi positif
dan mengefektifkan coping, yaitu suatu mekanisme untuk mengatasi perubahan
yang dihadapi atau beban yang diterima (Maksum & El-Kaysi, 2009a). Salah
satu faedah membaca sholawat adalah dihilangkan kesulitan dan kesusahan
dalam hidupnya. Rasulullah bersabda: “Perbanyak membaca sholawat untukku.
Sesungguhnya yang demikian itu akan melepaskan semua kesulitan dan
hilangnya segala kesusahan” (Watiniyah, 2016).
Sholawat wahidiyah adalah rangkaian doa-doa Sholawat Nabi seperti
tertulis dalam Lembaran Sholawat Wahidiyah, termasuk kaifiyah (cara dan adab
atau tatakrama) dalam mengamalkannya. Sholawat Wahidiyah berfaedah
menjernihkan hati, dan ma‟rifat (sadar) kepada Alloh dan Rosul-Nya (Sanusi,
9
2010). Bagi siapa saja yang telah mengamalkan sholawat wahidiyah akan
memperoleh ketenangan dan ketenteraman batin (Mufid, 2006). Ajaran sholawat
wahidiyah mencakup bidang hukum islam (syari‟at), moral (akhlak) dan hakikat
kebenaran (haqiqot/ma‟rifat) (Zamhari, 2010).
Selain faedah membaca sholawat wahidiyah yang sesuai dengan tujuan
peneliti, dalam pengamalannya sholawat wahidiyah sangat mudah, bahkan untuk
orang yang sulit ataupun tidak bisa membaca huruf hijaiyah. Dalam tuntunan
sholawat wahidiyah dijelasakan bahwa bagi yang belum bisa membaca sholawat
wahidiyah secara keseluruhan maka boleh membaca bagian yang sudah bisa
dibaca lebih dahulu. Misalnya membaca surah Fatihah saja atau membaca YAA
SAYYIDII YAA ROSUULALLOH diulang berkali-kali selama 30 menit
(Penyiar Sholawat Wahidiyah, 2014). Untuk tujuan keseragaman dalam prosedur
penelitian ini, peneliti memilih bacaan YAA SAYYIDII YAA
ROSUULALLOH.
Peneliti melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui masalah yang
dialami pengguna narkoba. Studi pendahuluan di lakukan di Rumah Sakit
Ketergantungan Obat Jakarta pada 10 orang pengguna narkoba dengan
menggunakan kuesioner Hamilton Anxiety Scale. Hasil dari studi pendahuluan
didapatkan 8 orang mengalami kecemasan ringan dan 2 orang mengalami
kecemasan sedang.
10
B. Rumusan Masalah
Para pengguna narkoba selain mengalami ketergantungan dan dampak
kesehatan yang buruk juga mempunyai komorbiditas gangguan mental. Salah
satu gangguan mental yang terlihat adalah gangguan kecemasan. Kecemasan
dapat diintervensi dengan terapi menggunakan pendekatan religius. Membaca
sholawat adalah salah satu terapi religius untuk menurunkan kecemasan. Dengan
diketahuinya pengaruh membaca sholawat diharapkan dapat membantu
mengurangi tingkat kecemasan para pengguna narkoba.
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah diketahuinya
pengaruh membaca sholawat terhadap perubahan tingkat kecemasan pada
pengguna narkoba yang mengikuti program rehabilitasi.
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya tingkat kecemasan pada pengguna narkoba yang
mengikuti program rehabilitasi sebelum dilakukan intervensi membaca
sholawat.
b. Diketahuinya tingkat kecemasan pada pengguna narkoba yang
mengikuti program rehabilitasi setelah dilakukan intervensi membaca
sholawat.
11
c. Diketahuinya pengaruh membaca sholawat terhadap tingkat kecemasan
pada pengguna narkoba yang mengikuti program rehabilitasi.
D. Manfaat penelitian
1. Penelitian
a. Memperluas dan memperdalam bidang kajian psikiatri khususnya
tentang terapi religius, dan kecemasan pada pengguna narkoba.
b. Masukan bagi ilmu keperawatan jiwa untuk menambah wawasan dan
wacana yang dapat dijadikan pertimbangan dan pemikiran pada
penelitian-penelitian selanjutnya.
2. Pelayanan kesehatan
a. Memberikan masukan bagi Rumah Sakit Ketergantungan Obat atau
Yayasan-yayasan serta panti-panti yang memberikan layanan
rehabilitasi narkoba mengenai gambaran masalah gangguan kecemasan
bagi pengguna narkoba.
b. Memberikan masukan dalam hal penatalaksanaan pengguna narkoba di
masa mendatang.
c. Sebagai alternatif terapi tambahan di bidang kesehatan psikiatri dalam
penanganan narapidana atau pengguna narkoba.
12
3. Instansi pendidikan keperawatan
a. Penelitian ini dapat dijadikan sebagi salah satu intervensi psikoreligius
dalam menurunkan kecemasan dalam praktik keperawatan khususnya
pada keperawatan jiwa.
b. Penelitian ini dapat dikenalkan kepada mahasiswa keperawatan
sebagai terapi alternatif dalam menurunkan kecemasan.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh membaca
sholawat wahidiyah terhadap tingkat kecemasan pengguna narkoba di Panti
Sosial PAMARDI PUTRA KHUSNUL KHOTIMAH. Populasi penelitian ini
adalah penyalah guna narkoba yang menjalani program rehabilitasi. Penelitian ini
dilakukan dengan desainpre eksperimental rancangan pre dan post test without
control group. Data yang dikumpulkan merupakan data primer yang diperoleh
dengan cara mengajukan pertanyaan tertutup melalui kuesioner yang akan
dijawab oleh pengguna narkoba yang menjalani program rehabilitasi.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Umum Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan
Cemas (ansietas) adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak
didukung oleh situasi. Tidak ada objek yang diidentifikasi sebagai stimulus
ansietas (Videback, 2008). Ansietas adalah pengalaman individu yang bersifat
subjektif yang sering bermanifestasi sebagai perilaku yang disfungsional yang
diartikan sebagai perasaan “kesulitan” dan kesusahan terhadap kejadian yang
tidak diketahui dengan pasti (Varcarolis & Carson, 2006). Kecemasan atau
ansietas adalah perasaan tidak santai yang samar-samar karena
ketidaknyamaan atau rasa takut disertai suatu respons (penyebab tidak spesifik
atau tidak diketahui) (Yusuf, Fitryasari, & Nihayati, 2015).
Kecemasan adalah kondisi kejiwaan yang penuh dengan kekhawatiran
dan ketakutan akan apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan dengan
permasalahan yang terbatas maupun hal-hal yang aneh. Emosi seperti sedih
dan sakit umumnya akan hilang dengan hilangnya penyebab kemunculannya,
namun tidak dengan kecemasan. Kecemasan umumnya bersifat akut dan
inilah permasalahan yang sedang banyak dihadapi pada masa ini (Musfir,
2005).
14
Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak
berdaya sehingga tidak ada objek yang spesifik. Keadaan dialami secara
subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas
berbeda dengan rasa takut yang merupakan penilaian intelektual terhadap
sesuatu yang berbahaya. Cemas adalah respon terhadap penilain tersebut.
Kapasitas untuk menjadi cemas perlu untuk bertahan hidup, tetapi tingkat
kecemasan yang parah tidak sejalan dengan kehidupan (Stuart, 2012).
Karakteristik utama dari gangguan kecemasan umum adalah perasaan cemas
dan takut yang berlangsung terus menerus serta tidak dapat dikendalikan,
perasaan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi dan rasa ketakutan yang
sangat kuat yang muncul pada sebagian besar hari selama periode enam bulan,
dan tidak disebabkan oleh sesuatu yang berkaitan dengan fisik, seperti
penyakit, obat-obatan atau karena meminum terlalu banyak kopi. Gejala
gangguan tersebut meliputi kesulitan untuk dapat beristirahat, atau merasa
teragitasi, kesulitan untuk berkonsentrasi, iritability, perasaan tegang yang
berlebihan, gangguan tidur dan kecemasan yang tidak diinginkan (Wade &
Tavris, 2007).
2. Respon Kecemasan
Respon kecemasan dapat dilihat dari 4 komponen:
a. Komponen emosional-subjektif, meliputi: perasaan tertekan dan
ketakutan.
15
b. Komponen kognitif, meliputi: pikiran ketakutan dan perasaan
ketidakmampuan.
c. Respon fisiologis, meliputi: peningkatan denyut jantung dan tekanan
darah, ketegangan otot, ketidakteraturan pernapasan, mual, mulut kering,
diare.
d. Respon perilaku, meliputi: menghindari situasi dan terganggunya kinerja
(Passer & Smith, 2007).
Bagan 2.1 Rentang respon ansietas
Respon Adaptif Respon Maladaptif
(Pieter & Lubis, 2012)
Individu mempunyai kemampuan untuk berespon terhadap suatu
ancaman berbeda satu sama lain. Perbedaan ini berimplikasi terhadap
perbedaan tingkat kecemasan. Tingkat kecemasan meliputi: kecemasan ringan,
kecemasan sedang, kecemasan berat dan sangat berat(Asmadi, 2008).
Setiap individu berbeda dalam menghadapi setiap stimuls. Namun,
walaupun berbeda bentuk, semua kecemasan memiliki satu gejala utama, yaitu
tetap takut atau timbul perasaan khawatir dalam situasi di mana kebanyakan
orang tidak akan merasa terancam (Nasir & Muhith, 2011).
Antisipasi Sangat berat Berat Sedang Ringan
16
Gejala-gejala kecemasan menurut tingkatan (Pieter & Lubis, 2012)
a. Kecemasan ringan
Gejala fisik yang dialami pada kecemasan ringan adalah sesekali
sesak napas, nadi dan tekanan darah naik, gangguan ringan pada lambung,
mulut berkerut dan bibir gemetar. Orang dengan kecemasan ringan masih
mampu menerima stimulus yang kompleks dan berkonsentrasi sehingga
masih dapat menyelesaikan masalahnya. Persepsi pada kecemasan ringan
masih meluas, terkadang suara tinggi dan adanya tremor halus pada tangan.
b. Kecemasan sedang
Pada kecemasan sedang, gejala fisik yang dialami adalah mulut
kering, anoreksia, diare atau konstipasi. Kadang mengalami napas pendek
dan tekanan darah naik juga insomnia. Orang dengan kecemasan sedang
berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya sehingga tidak mamapu
menerima rangsangan dan persepsi mulai menyempit. Merasa gelisah dan
tidak aman.
c. Kecemasan berat
Gejala fisik yang dialami oleh orang dengan kecemasan berat adalah
napas pendek, tekanan darah naik, berkeringat, sakit kepala, penglihatan
kabur dan mengalami ketegangan. Lapangan persepsi mereka sangat
sempit sehingga tidak mampu menyelesaikan masalah. Mereka juga
meraakan terancam dengan verbalisasi cepat.
d. Kecemasan sangat berat
17
Gejala fisik yang dilami pada kecemasan kecemasan sangat berat
adalah napas pendek, tekanan darah naik, aktivitas motoric meningkat dan
ketegangan. Gejala psikologi yang dialami meliputi lapangan persepsi
sangat sempit, hilangnya rasional, tidak dapat melakukan aktivitas,
perasaan tidak aman atau terancam semakin meningkat, menurunnya
hubungan dengan orang lain dan tidak dapat mengendalikan diri.
3. Faktor yang Memengaruhi Kecemasan
a. Faktor predisposisi
Berbagai teori yang dikembangkan untuk menjelaskan penyebab
ansietas adalah:
1) Dalam pandangan psikoanalitik yang dikemukakan oleh Sigmund
Freud, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua
elemen kepribadian id dan super ego. Id mewakili dorongan insting
dan impuls primitive individu, sedangkan superego mencerminkan hati
nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya individu.
Ego atau aku, berfungsi mediator antara tuntutan id dan super ego.
Menurut teori psikoanalitik ansietas merupakan konflik emosional
yang terjadi antara id dan superego, yang berfungsi memperingatkan
ego tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi (Riyadi & Purwanto,
2009).
18
2) Menurut pandangan interpersonal yang dikemukakan oleh Sullivan,
ansietas timbul dari perasaan takut dari tidak adanya penerimaan dan
penolakan interpersonal. Hal ini juga berhubungan dengan trauma
perkembangan seperti perpidahan kehilangan yang menimbulkan
individu tidak berdaya. Seseorang dengan harga dirirendah biasanya
sangat mudah mengalami perkembangan ansietas berat (Riyadi &
Purwanto, 2009).
3) Menurut pandangan perilaku ansietas merupakan hasil frustasi dari
segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli perilaku menganggap
ansietas sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan
untuk menghindari rasa sakit. Ahli teori pembelajaran meyakini bahwa
individu yang sejakkecil terbiasa dalam kehidupannya dihadapkan
pada ketakutan yang berlebihan akan menunjukkan kemungkinan
ansietas berat pada kehidupan masa dewasanya. Ahli teori konflik
memandang ansietas sebagai pertentangan antara dua kepentingan
yang berlawanan. Mereka meyakini adanya hubungan timbal balik
antara konflik dan ansietas. Konflik menimbulkan ansietas dan
ansietas menimbulkan perasaan tidak berdaya yang pada akhirnya akan
meningkatkan konflik yang dirasakan (Riyadi & Purwanto, 2009).
4) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan
hal yang bisa terjadi dalam satu keluarga. Teori ini juga tumpang
19
tindih antara gangguan ansietas dengan depresi (Riyadi & Purwanto,
2009).
5) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor
khusus untuk benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu
mengatur ansietas. PenghambatanGABA juga mempunyai peran
penting dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas,
sebagaimana dengan endorphin. Selain itu telah dibuktikan bahwa
kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai
predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan
gangguan fisik selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk
mengatasi stresor (Riyadi & Purwanto, 2009).
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi berikut:
1) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan
identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang
(Yusuf et al., 2015).
c. Faktor sosiokultural
Faktor-faktor sosial dan budaya yang dapat mempengaruhi kecemasan
yaitu:
20
1) Hubungan interpersonal
2) Faktor sosial-ekonomi dan etnik
3) Perbedaan budaya
4) Jenis kelamin (Santrock, 2005).
4. Pengaruh Kecemasan terhadap Kondisi Biologis
Menurut(Sadock, 2012) kecemasan dapat mempengaruhi sistem tubuh melalui:
a. Sistem saraf otonom
Stimulasi sistem saraf otonom menimbulkan gejala tertentu.
Kardiovaskular (takikardi), gastrointestinal (diare) dan pernapasan
(takipne). Pada sepertiga abad ke-20, Walter Cannon menunjukkan bahwa
kucing yang terpajan dengan anjing menggonggong menunjukkan tanda
perilaku dan fisiologis yang takut disebabkan pelepasan epinefrin dari
adrenal. Teori James Lange menyatakan bahwa ansietas subjektif
merupakan respon terhadap fenomena perifer. Sekarang ini telah menjadi
pengertian umum bahwa ansietas sistem saraf pusat mendahului
manifestasi perifer ansietas, kecuali jika seorang pasien memiliki penyebab
perifer spesifik, misalnya bila terdapat feokromositoma. Sistem saraf
otonom pada sejumlah pasien dengan gangguan ansietas, terutama mereka
dengan gangguan panik, menunjukkan peningkatan tonus simpatik,
beradaptasi lambat terhadap stimulus berulang dan berespon berlebihan
terhadap stimulus sedang (Sadock, 2012).
21
b. Neurotransmitter
Tiga neurotransmiter utama yang terkait ansietas berdasarkan studi hewan
dan respon terhadap terapi obat adalah norepinefrin, serotonin dan GABA.
Banyak informasi ilmu saraf dasar mengenai ansietas diperoleh dari
percobaan hewan yang melibatkan paradigma perilaku dan agen psikoaktif.
Satu model hewan untuk ansietas adalah uji konflik, yaitu hewan diberikan
stimulus positif (contohnya makanan) bersamaan dengan stimulus negative
(contohnya kejut listrik), obat ansiolitik (contohnya benzodiazepam)
cenderung memudahkan adaptasi hewan dengan stiuasi ini, sedangkan obat
lain (contohnya amfetamin) merusak lebih jauh respon perilaku
hewan(Sadock, 2012).
5. Kecemasan pada Pengguna Narkoba
Kecemasan yang dirasakan penggunaan narkoba merupakan
manifestasi dari keyakinan irasional yang dimiliki, yaitu bahwa ia tidak dapat
bertahan menghadapi stres dan kecemasan tanpa bantuan narkoba. Keyakinan
irasional ini membuat pengguna narkoba memiliki toleransi stres yang rendah
dan kecemasan yang tidak wajar. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada
umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai
perubahan fisiologis (misalnya gemetar, detak jantung meningkat, ketegangan
pada otot tubuh) dan psikologis (misalnya gelisah, merasa rendah diri, bingung,
22
sulit berkonsentrasi). Inilah yang pada akhirnya mengganggu aktivitas mereka
dalam mengikuti program rehabilitasi(Siburian, Veronika, & Kaloeti, 2010).
Seseorang yang telah menyalahgunakan zat mengalami kesulitan
melepaskan diri dari zat. Hal ini dikarenakan saat berhenti menggunakan zat
orang tersebut akan mengalami gejala putus zat. Secara psikologis putus zat
menimbulkan kecemasan, kegelisahan, depresi mental dan gejala psikis
lainnya(Mudzkiyyah, Nashori, & Sulistyaribi, 2014)(Pristiwiyanto, 2010).
Pandangan masyarakat terhadap pengguna narkoba juga menjadi
penyebab kecemasan. Sering kali pengguna narkoba merasa dikucilkan, dijauhi
bahkan tidak dianggap oleh keluarga sendiri dan masyarakat sekitar tempat
tinggal mereka. Hal ini menyebabkan pengguna narkoba merasa cemas dan
berpikir negatif terhadap dirinya sendiri dan orang lain (Noviarini et al., 2013).
Kecemasan pada pengguna narkoba sering terjadi karena narkoba
berpengaruh langsung terhadap otak. Otak berkomunikasi di semua bagian
otak dengan cara yang sama. Bagaimanapun, berbagai bagian yang berbeda-
beda dari otak bertanggung jawab mengkoordinir dan melaksanakan fungsi-
fungsi spesifik, dimana area-area tertentu dari otak itu lebih mudah
dipengaruhi oleh narkoba dibandingkan zat lainnya.
Daerah-daerah di otak yang banyak terlibat dalam proses adiksi dan
dipengaruhi narkoba adalah batang otak, korteks otak besar dan sistem limbik.
23
a. Batang otak mengendalikan fungsi-fungsi penting kehidupan, seperti
denyut jantung, bernafas dan tidur.
b. Bagian terdepan otak, korteks otak besar atau otak depan memproses
informasi dari panca indera dan merupakan pusat berpikir dan penilaian
dari otak. Dia memperkuat kemampuan kita berpikir, merencanakan,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
c. Sistem limbik berisi sirkuit ganjaran otak. Sistem limbik menghubungkan
sejumlah struktur-struktur otak yang mengendalikan dan mengatur
kemampuan untuk merasa senang. Perasaan senang memotivasi kita
untuk mengulangi perilaku-perilaku seperti makan, aksi-aksi yang bersifat
penting bagi eksistensi.
Sistem limbik diaktifkan ketika kita melaksanakana aktivitas diatas
dan ketika menggunakan narkoba. Sebagai tambahan, sistem limbik
bertanggung jawab atas persepsi dari emosi yang lain, baik hal positif maupun
hal negatif yang menjelaskan perubahan suasana hati akibat narkoba.
Sistem limbik terbagi menjadi area-area yang mengontrol fungsi-
fungsi khusus. Berbagai area memproses informasi dari indera-indera kita
yang membuat kita mampu melihat, mencium, merasa, mendengar dan
mencicipi sesuatu.
Sirkuit ganjaran otak didalam sistem limbik memegang peranan
penting dalam berkembangnya adiksi. Semua penyalahgunaan narkoba
24
menyasar kepada sistem ganjaran otak, baik langsung maupun tidak langsung
dengan cara membanjirinya dengan dopamine dan/atau transmitter-transmiter
lain.
Ketika beberapa zat penyalahgunaan itu diambil, mereka dapat
melepaskan 2 sampai 10 kali jumlah dopamine lebih banyak dari yang
ganjaran alami lakukan. Dalam beberapa kasus, ini terjadi cukup cepat (seperti
ketika zat dihisap atau disuntikkan). Efek yang terjadi juga bisa bertahan lebih
lama daripada yang dihasilkan oleh ganjaran alami. Stimulasi yang berlebihan
dari sirkuit-sirkuit ganjaran ini menghasilkan efek-efek euforia yang dicari
oleh orang yang menyalahgunakan zat psikoaktif dan mengajarkan mereka
untuk mengulangi perilaku tersebut. Efek hasil sirkuit kesenangan otak itu
mengerdilkan kesenangan yang dihasilkan oleh perilaku alami seperti makan
dan seks.
Overstimulasi sistem ganjaran ini bahkan menjadi sangat kompleks,
mendorong otak untuk mencoba melakukan kompensasi dan mengembalikan
keseimbangan. Otak melakukan penyesuaian terhadap berlimpahnya produksi
dopamin dan neurotrasmiter lain dengan menghasilkan lebih sedikit dopamin
atau dengan mengurangi banyaknya reseptornya yang dapat menerima dan
memancarkan sinyal. Sebagai hasilnya, dampak dopamine pada sistem
ganjaran di otak seorang yang menyalahgunakan zat menjadi jauh menurun
dan kemampuan untuk menikmati kesenangan secara normal berkurang.
25
Inilah alasan mengapa orang yang menyalahgunakan narkoba akhirnya merasa
cemas dan tertekan dan tidak dapat merasakan hal-hal yang sebelumnya
mendatangkan rasa senang(Kemensos, 2016).
6. Terapi Modalitas Gangguan Neurosis secara Umum
Psikoterapi adalah jenis pengobatan yang dilakukan oleh seorang
terapis yang terlatih khusus kepada seorang pasien dengan memakai cara
profesional yang dilandasi hubungan terapis – pasien yang khas, sehingga
keluhan pasien tersebut dapat dialihkan, diringankan atau disembuhkan,
mengembangkan kepribadian secara positif. Untuk memperbaiki mental pasien
secara klinis, tidak berkaitan dengan fisik atau organik.
Beberapa bentuk dasar dari psikoterapi adalah:
a. Psikoterapi jenis sugesti/suportif (supportive)
Psikoterapi jenis sugesti merupakan bentuk psikoterapi yang sangat
sederhana dan tidak mengikuti masa silam maupun alam tak sadar dari
penderita. Psikoterapis berusaha untuk ikut mencarikan jalan keluar yang
logis sesuai dengan kemampuan pasien dalam mengenal gangguan yang
dihadapi, serta mencari mekanisme pertahanan yang lebih baik dalam
menghadapi penyelesaian masalah.
b. Psikoterapi jenis analisa (insight oriented)
Psikoterapi jenis analisa merupakan jenis psikoterapi yang perlu
mengupas alam tak sadar pasien karena diperlukan perubahan mendasar
26
guna melakukan adaptasi pasien dalam menghadapi konflik internalnya.
Cara ini menyita waktu yang lama. Selain itu motivasi maupun intelegensi
yang cukup dari pasien sangatlah menentukan sejauh mana terapi jenis ini
mencapai keberhasilan.
c. Psikoterapi jenis perilaku (behavior therapy)
Terapi ini mempunyai landasan utama pada teori belajar/learning
theory. Perilaku yang aneh pada seseorang sebenarnya merupakan akibat
yang tidak dikehendaki oleh orang tersebut tetapi merupakan hasil dari cara
belajar menghadapi situasi tertentu yang cenderung keliru. Tingkat
keberhasilan cukup tinggi dengan menggunakan terapi ini.
d. Terapi kelompok
Keberhasilan jenis terapi kelompok banyak ditentukan oleh
terapis/pimpinan kelompok khususnya oleh pengalaman, pengertian dan
kepribadian.
e. Terapi keluarga
Pada dasarnya berfungsi untuk memelihara kestabilan keluarga
karena sifat seorang pasien cenderung menyimpang dapat lepas dari peran
keluarga (Ibrahim, 2012).
7. Perawatan secara Garis Besar Menghadapi Kecemasan
Apabila pasien mengalami gangguan panik dan GAD (General Anxiety
Disorder – Gangguan Cemas Umum), kita dapat melakukan perawatan pada
27
penyebab kepanikan awal untuk selanjutnya diambil tindakan. Menurut
(Ibrahim, 2012), pendekatan untuk perawatan kecemasan dibagi menjadi 5
teknik, yaitu:
a. Relaksasi dan hubungan teknik langsung
Relaksasi dapat mengurangi ansietas dan berusaha untuk
mengadakan perubahan pada pola hidup dan kebiasaan yang dapat
menyebabkan kecemasan. Sholawat merupakan salah satu amalan dalam
agama islam untuk mencapai relaksasi (Asmadi, 2008).
b. Pendekatan kognitif
Gangguan kecemasan secara klinis merupakan hasil dari cara pasien
mengolah informasi pada situasi yang dianggap sebagai suatu ancaman.
Proses kognitif penting untuk mempertimbangkan termasuk penilaian dan
asumsi yang berkenaan pada situasi yang khusus dan aturan-aturan yang
menghasilkan problem situasi. Asumsi-asumsi ini diubah menjadi
kebiasaan sebagai contoh, pasien memutuskan, “jika ragu, lebih baik
diam”. Tujuan dari teori kognitif adalah:
1) Untuk membantu pasien menyadari apa yang ia pikirkan.
2) Untuk menguji mereka apakah ada gangguan kognitif.
c. Latihan kemampuan dan penanggulangannya
d. Perubahan gaya hidup
e. Farmakoterapi (Ibrahim, 2012).
28
B. Konsep Umum Narkoba
1. Pengertian Narkotika dan Prekursor Narkotika
Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
mendefinisikan dan menetapkan berbagai jenis narkotika dan prekursor
narkotika sebagai berikut:
a. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yag berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan (BNN,
2011). Narkoba termasuk golongan bahan kimia atau zat yang ketika
masuk kedalam tubuh akan mempengaruhi fungsi yang dapat merusak
tubuh terutama otak. Narkoba adalah bentuk bahan adiktif hal tersebut
karena narkoba dapat menimbulkan kecanduan kepada penggunanya
(Fitriyani & Trianasari, 2016)
b. Prekursor narkotika
Prekursor narkotika adalah zat atau bahan pemula atau bahan
kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan narkotika (BNN, 2011).
29
2. Rentang Respon Gangguan Penggunaan Narkoba
Bagan 2.2 Rentang respon gangguan penggunaan narkoba(Yusuf et al.,
2015)
EksperimentalRekreasional Situasional PenggunaanKetergantungan
a. Eskperimental adalah kondisi penggunaan tahap awal, yang disebabkan
rasa ingin tahu. Biasanya dilakukan oleh remaja, yang sesuai tumbuh
kembangnya ingin mencari pengalaman baru atau sering juga dikatakan
sebagai taraf coba-coba.
b. Rekreasional adalah penggunaan zat adiktif pada waktu berkumpul
dengan teman sebayanya, misalnya waktu pertemuan malam mingggu,
ulang tahun dan sebagainya. Penggunaan ini bertujuan untuk rekreasi
bersama teman sebayanya.
c. Situasional merupakan penggunaan zat yang merupakan cara untuk
melarikan diri atau mengatasi masalah yang dihadapi. Biasanya individu
menggunakan zat bila sedang dalam konflik, stress dan frustasi.
d. Penggunaan adalah penggunaan zat yang sudah bersifat patologis, sudah
mulai digunakan secara rutin, paling tidak sudah berlangsung selama 1
bulan, sudah terjadi penyimpangan perilaku, serta mengganggu fungsi
peran di lingkungan sosialnya, pendidikan, dan pekerjaan. Walaupun
pasien menderita cukup serius akibat menggunakan, pasien tersebut tidak
mampu untuk menghentikan.
30
e. Ketergantungan adalah penggunaan zat yang sudah cukup berat, sehingga
telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik
ditandai dengan kondisi toleransi dan sindroma putus zat (Yusuf et al.,
2015).
3. Penyalahgunaan Narkoba
Banyak konsep dan definisi operasional penyalahgunaan narkoba,
ada yang melalui pendekatan frekuensi pemakaian narkoba ataupun tingat
ketergantungan melalui pengukuran berbagai indikator psikologis maupun
mental (BNN, 2015). Menurut (Fitriyani & Trianasari, 2016), penggunaan
narkoba lebih pada menggunakan zat-zat atau bahan dengan tujuan bukan
untuk pengobatan atau penelitian. Penggunaan ini adalah dalam bentuk
menggunakan tanpa takaran yang tepat dan dosis yang tidak wajar. Dalam
(BNN, 2011) menjelasakan penggunaan narkoba adalah pemakaian narkoba
di luar indikasi medik, tanpa petunjuk/resep dokter, secara teratur atau
berkala sekurang-kurangnya selama 1 bulan.
Substance Abuse and Mental Health Services Administration (2008)
dalam (BNN, 2015) membagi perilaku pakai zat atas tiga kategori, yaitu:
a. Pengguna seumur hidup (lifetime use), minimal sekali pakai narkoba
dalam seumur hidup, termasuk pengguna 30 hari atau 12 bulan yang lalu.
b. Pengguna tahun lalu (past year use), waktu pakai narkoba terakhir kali
dalam 12 bulan lalu termasuk 30 hari lalu sebelum wawancara.
31
c. Pengguna sebulan lalu (past month use), waktu pakai narkoba terakhir
dalalm 30 hari yang lalu sebelum wawancara
Tabel 2.1 Kriteria tingkat ketergantungan dari berbagai sumber:
Kandel, 1975 dalam (BNN, 2015)
Experimental Occasi
onal
Casual Moderate
use
Regular Heavy
user
Habitual,
cronic
1-2 kali
(Mizner,
1973)
3-9 kali
(Mizne
r)
1-20 kali
(Stanton)
10-29 kali
(Mizner)
Minimal 1
kali per
minggu
(Johnson)
21-199
kali
(Stanton)
>200 kali
(Stanton)
1-2 kali
(Josephson,
1973)
3-59 kali
(Josephson,
1973)
Satu atau
lebih dari 1
bulan
(Johnson)
.30 kali
(Mizner)
3 kali
seminggu
dalam 3
tahun atau
lebih
ataupakai
tiap hari
selama 2
tahun
(Hochman,
1973)
1-9 kali
(Josephson,
1972)
10-59 kali
(Josephson,
1972)
>60 kali
(Josephs
on)
<1 kali dlm 1
bulan
(Johnson)
10 kali satu
tahun terakhir
(Hochman&
Brill, 1973)
3 kali per
minggu
atau >1
bln pakai
(Robins)
Min 1 kali per
bulan
(Johnson)
4. Faktor-faktor yang Menyebabkan Perilaku Penggunaan Narkoba
a. Faktor predisposisi
1) Faktor biologis
Kecenderungan keluarga, terutama pengguna alkohol
32
Perubahan metabolisme alkohol yang mengakibatkan respons
fisiologis yang tidak nyaman
Varian gen DRD2 yang tampak berkaitan dengan transmisi
alkoholisme
2) Faktor psikologis
Tipe kepribadian ketergantungan oral
Harga diri rendah sering berhubungan dengan penganiayaan
pada masa kanak-kanak
Kebiasaan maladaptif yang dipelajari secara berlebihan
Mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit
Sifat keluarga, termasuk tidak stabil, tidak ada contoh peran
yang positif, kurang rasa percaya, tidak mampu
memperlakukan anak sebagai individu, dan orang tua yang
adiksi
3) Faktor sosiokultural
Ketersediaan dan penerimaan sosial terhadap penggunaan
obat
Ambivalensi sosial tentang penggunaan atau penggunaan
berbagai zat, seperti tembakau, alkohol, dan mariyuana
Sikap, nilai, norma, dan sanksi budaya
Kebangsaan, etnis, dan agama
33
Kemiskinan dengan keluarga yang tidak stabil dan
keterbatasan kesempatan (Stuart, 2012).
5. Dampak Penggunaan Narkoba
a. Dampak kesehatan
Organ tubuh yang paling banyak dipengaruhi adalah sistem
saraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang dan organ lain
seperti jantung, paru-paru, hati, ginjal, dan panca indera. Tetapi
sebenarnya penyalahguanaan narkoba membahayakan seluruh tubuh.
Sudah terlalu banyak kasus kematian terjadi akibat pemakaian
narkoba, terutama karena pemakaian berlebihan (over dosis) dan
kematian karena AIDS (akibat pemakaian narkoba melalui jarum
suntik bersama dengan orang yang sudah terinfeksi HIV). Juga banyak
remaja meninggal karena penyakit, kecelakaan dan perkelahian akibat
pengaruh narkoba (Sumiati, 2009).
b. Dampak psikologis
Ketergantungan pada narkoba menyebabkan orang tidak bisa
berpikir dan bertingkah laku normal. Perasaan, pikiran dan
perilakunya dipengaruhi oleh zat yang dipakainya. Berbagai gangguan
psikis atau kejiwaan yang serig dialami oleh mereka yang
menyalahgunakna narkoba antara lain rasa tertekan, cemas, ketakutan,
ingin bunuh diri, kasar, marah, agresif, pergaulan yang terbatas karena
34
lebih mudah bergaul dengan sesama pengguna narkoba dan lain-lain.
Gangguan jiwa ini bisa sementara tetapi bisa juga selamanya.
Gangguan psikologis yang paling jelas adalah pengguna tidak bisa
berhenti untuk terus menerus menggunakan narkoba (Sumiati, 2009).
c. Dampak emosi
Narkoba ialah zat yang dapat mengubah mood seseorang
(mood altering substance). Saat menggunakan narkoba, mood,
perasaan serta emosi seseorang ikutterpengaruh. Jenis-jenis narkoba
yang termasuk kelompok uppers, seperti shabu-shabu bisa
memunculkan perilaku agresif yang berlebihan dan kekerasan,
terutama bila orang ini memilki temperament emosional. Hal ini,
mengakibatkan tingginya domestic violence dan perilaku
abusive(Pieter, Janiwarti, & Saragih, 2011).
Dikarenakan pikiran pecandu yang terobsesi pada narkoba dan
penggunaan narkoba, maka mereka tidak akan takut melakukan tindak
kekerasan terhadap orang yang mencoba menghalanginya, ditambah
pula kondisi emosional seorang pecandu narkoba sangat labil dan bisa
berubah kapan saja (Pieter et al., 2011).
d. Dampak sosial
1) Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh
lingkungan.
2) Merepotkan dan menjadi beban keluarga.
35
3) Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram (Anggreni,
2015).
6. Rehabilitasi PenggunaNarkobaNarkoba
Pada tahap rehabilitasi medis, terpidana wajib menjalani 3 (tiga)
tahap perawatan, yaitu program rawat inap awal, program lanjutan dan
program pasca rawat. Pada program rawat inap awal, terpidana wajib
menjalani rehabilitasi rawat inap selama sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan.
Setelah melewati program rawat inap awal, seorang terpidana dapat
menjalani program rawat inap lanjutan ataupun program rawat jalan,
tergantung pada derajat keparahan adiksinya sesuai dengan hasilpengkajian
lanjutan(Hawari, 2012).
Program rawat inap lanjutan diberikan pada pasien dengan salah satu
atau lebih kondisi seperti ini, yaitu pola penggunaan ketergantungan, belum
menunjukkan stabilitas mental emosional pada rawat inap awal, mengalami
komplikasi fisik dan atau psikiatri, dan atau pernah memiliki riwayat terapi
rehabilitasi beberapa kali sebelumnya (Hawari, 2012).
Sedangkan program rawat jalan diberikan pada pasien dengan salah
satu atau lebih kondisi sebagai berikut, yaitu memiliki pola penggunaan yang
sifatnya reaksional, zat utama yang digunakan adalah ganja atau amfetamin,
atau zat utama yang digunakan adalah opioda, namun yang bersangkutan telah
berada dalam masa pemulihan sebelum tersangkut tindak pidana, atau secara
36
aktif menjalani program terapi rumatan sebelumnya, berusia di bawah 18
tahun, dan atau tidak mengalami komplikasi fisik dan atau psikiatrik(Hawari,
2012).
Pasien yang mengikuti program lanjutan rawat jalan harus melakukan
kontrol pada unit rawat jalan sarana rehabilitasi medis terpidana narkotika
dengan frekuensi setidaknya 2 (dua) kali seminggu tergantung pada
perkembangan kondisi pasien untuk memperoleh pelayanan intervensi
psikososial, pencegahan kekambuhan dan terapi medis sesuai kebutuhan serta
menjalani tes urine secara berkala atau sewaktu-waktu(Hawari, 2012).
Ketika pecandu telah melewati masa rehabilitasi, maka pecandu
tersebut berhak untuk menjalani rehabilitasi sosial milik pemerintah atau
masyarakat, atau dengan lembaga swadaya masyarakat yang memberikan
layanan pasca rawat(Hawari, 2012).
Sarana rehabilitasi medis terpidana narkotika wajib melaporkan
informasi tentang pecandu penyalahgunaan narkotika yang menjalani program
rehabilitasi medis di tempatnya dengan mengikuti sistem informasi kesehatan
nasional yang berlaku. Dalam hal terjadi kondisi khusus dimana pecandu
narkotika yang menjalani program rehabilitasi medis melarikan diri, tidak
patuh terapi, melakukan kekerasan yang membahayakan nyawa orang lain
atau melakukan pelanggaran hukum, maka rumah sakit penerima rehabilitasi
medis terpidana wajib memberikan laporan kepada pihak kejaksaan yang
menyerahkan(Hawari, 2012).
37
Hasil yang diharapkan setelah mereka selesai menjalani program
rehabilitasi adalah antara lain:
1) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME
2) Memiliki kekebalan fisik maupun mental terhadap NAZA.
3) Memiliki keterampilan
4) Dapat kembali berfungsi secara wajar (layak) dalam kekhidupan sehari-
hari baik di rumah (keluarga), di sekolah/kampus, di tempat kerja maupun
di masyarakat(Hawari, 2012).
Program-program rehabilitasi mempunyai tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Tahap rehabiliatsi medis.
Program ini merupakan bentuk pengobatan dan perawatan yang
selanjutnya disebut residen yang mengalami ketergantungan narkoba.
Program ini meliputi: detoksifikasi, merupakan suatu program untuk
menghilangkan racun-racun dalam tubuh akibat pemakaian narkoba.
Metode yang digunakan berupa terapi alternatif dengan mengonsumsi D5.
D5 merupakan ramuan dari bahan-bahan alami yang berfungsi untuk
menetralkan dan membuang racun-racun dalam tubuh sehingga dapat
menghilangkan rasa sakaw dan sugesti. Rehabilitasi medis pada intinya
merupakan proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk
membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika.
38
Jika pecandu mengurangi atau menghentikan penggunaan
narkoba, ia akan mengalami gejala putus zat, yang terdiri atas gejala fisik
dan psikologis. Gejala itu tergantung pada jenis narkoba yang dipakai.
Berat atau ringannya gejala tergantung pada seberapa banyak
pecandu itu menggunakan narkoba. Narkoba yang paling mudah (cepat)
menimbulkan ketergantungan adalah opioida (putaw). Gejala putus zat
yang paling hebat menimbulkan rasa nyeri adalah gejala putus opioida
(heroin, putaw). Gejala yang paling membahayakan adalah gejala putus
obat tidur, obat penenang atau alkohol (minuman keras).
1) Gejala putus zat penekan saraf pusat/depresansia (obat penenang,
obat tidur dan alkohol) adalah mual, muntah, lemah, letih, denyut
jantung cepat, tekanan darah naik, lidah, tangan, dan kelopak mata
bergetar, banyak keringat, cemas, dan mudah tersinggung. Kadang-
kadang ia tidak ingat akan suatu kejadian (amnesia). Gejala timbul 24
jam setelah penggunaan terakhir dan berlangsung sampai 3-10 hari,
tergantung pada jenis zat yang dipakai.
2) Gejala putus opioida berupa keluar air mata, hidung basah, menguap
berulang kali, nyeri seluruh badan (otot, sendi, tulang), gelisah, tidak
bisa tidur, mual, muntah, diare, demam ringan, takut air, tekanan
darah sedikit meningkat, dan nadi sedikit bertambah cepat. Gejala
mulai muncul 3-4 jam sesudah penggunaan terakhir, memuncak
sesudah 8-10 jam, berlangsung sampai hari ke-3 lalu mereda.
39
3) Gejala putus zat stimulansia (ekstasi, sabu, kokain) adalah perasaan
hati tertekan, sedih, mudah tersinggung, cemas, gangguan tidur.
Nafsu makan bertambah. Dan pikiran untuk bunuh diri. Gejala mulai
timbul 24 jam setelah penggunaan terakhir dan mencapai puncaknya
dalam 2-4 hari.
4) Gejala putus ganja biasanya ringan seperti mudah tersinggumg, tidak
suka makan, tidur terganggu, banyak berkeringat, gemetar, mual,
muntah dan diare(Martono & Harlina, 2006).
b. Kegiatan pengobatan dan perawatan penyakit.
Kegiatan ini dilakukan oleh dokter dan perawat di poliklinik jika
residen mengalami gangguan kesehatan. Poliklinik menyediankan
program rawat inap dan rawat jalan bagi residen.
c. Tahap rehabilitasi sosial
Rehabilitasi sosial merupakan suatu kegiatan pembianan yang
bertujuan untuk membimbing narapidana mengembangkan sikap
kemasyarakatan dan menanmkan sikap sosial sehingga nantinya mereka
kembali ke masyarakat dan tidak mengulangi tindakan pengulangan
penyalahgunaan narkoba setelah bebas. Dalam rehabilitasi sosial, proses
kegiatan pemulihan secara terpadu, baik fisik, mental maupaun sosial
agar mantan pecandu narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosial
dalam kehidupan bermasyarakat.
40
d. Rehabilitasi Psikiatri
Dengan rehabilitasi psikiatri dimaksudkan agar peserta rehabilitasi
yang semula berperilaku maladaptif berubah menjadi adaptif atau dengan
kata lain sikap dan tindakan antisosial dapat dihilangkan, sehingga
mereka dapat bersosialisasi dengan baik, dengan sesama rekannya
maupaun personil yang membimbing dan mengasuhnya.
Meskipunmereka telah menjalani terapi, rasa ingin memakai
NAZA lagi atau “sugesti” (craving) masih sering muncul, juga keluhan
lain seperti kecemasan dan atau depresi serta tidak bisa tidur (insomnia)
merupakan keluhan yang sering disampaikan di kala menjalani konsultasi
dengan psikiater/dokter. Oleh karena itu terapi psikofarmaka masih dapat
dilanjutkan dengan catatan jenis obat psikofarmaka yang diberikan tidak
bersifat adiktif (menimbulkan ketagihan) dan tidak menimbulkan
dependensi (ketergantungan).
Dalam rehabilitasi psikiatri ini yang penting adalah psikoterapi
baik secara individual maupun secara berkelompok. Untuk mencapai
tujuan psikoterapi (Hawari, 2012).
e. Tahap rehabilitasi kerohanian atau rehabilitasi psiko spiritual.
Ini merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Program ini merupakan
kegiatan keagamaan yang meliputi agama Islam, Kristen dan Budha dan
program keterampilan. Program keterampilan merupakan pembekalan
41
intelektual dan keahlian yang dapat menunjang residen saat mereka bebas
(Hawari, 2008b).
Salah satu hal yang menyebabkan penggunaan narkoba yaitu
ketika individu mulai melupakan Allah SWT. Dengan melupakan Allah,
setiap individu akan melupakan kontrol terhadap dirinya sendiri (Khalid,
2008) sebagaimana Allah menyebutkan dalam Al-Qur‟an Surah Al-
Hashr:19:
الفاسقون همأولئكأن فسهمفأنساهاللهنسواكالذين تكونواولا
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah,
lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah
orang-orang yang fasik” (QS. Al-Hasyr: 19)
Metode yang dijalankan oleh Hawari, D (1997) dalam terapi dan
rehabilitasi pasien ketergantungan NAZA adalah sistem terpadu yang
merupakan integrasi terapi medis, terapi psikiaitri/psikologik, terapi sosial
dan terapi psikolreligius (agama/keimanan)/ motto yang digunakan adalah
berobat dan bertobat.
Berobat dan bertobat mencakup 3 hal, yaitu:
a. Detokfikikasi
b. Terapi medis terhadap komplikasi paru, liver dan organ tubuh
lainnya.
42
c. Terapi terhadap gangguan mental dan perilaku akibat gangguanpada
sinyal pengantar saraf (neurotransmitter) pada sel-sel saraf otak yang
disebabkan karena NAZA.
Bertobat artinya mohon ampun ke hadirat Allah SWT dan berjanji
tidak akan mengulangi lagi mengonsumsi NAZA, karena NAZA haram
hukumnya baik dari segi agama maupun UU.
Pendekatan keagamaan pada pasien ketergantungan NAZA
ternyata dapat menekan angka kekambuhan. Penelitian yang telah
dilakukan oleh Hawari, D. et al (2000) selama 3 tahun terhadap 2.400
pasien ketergantungan NAZA yang dirawat inap di rumah sakit umum,
angka rawat inap ulang (kekambuhan) sebanyak 293 pasien. Angka ini
jauh lebih rendah dari angka yang diperoleh dari pattison, EM (1980)
yaitu 43,9%. Dari 293 pasien (12,21%) yang diwarat inap ulang tersebut
ternyata penyebab kekambuhan karena faktor teman sebanyak 171 pasien
(58,36%); karena faktor sugesti (craving) sebanyak 68 pasien (23,21%);
karena faktor stress sebanyak 54 pasien (18,43%).
Motivasi keagamaan guna meningkatkan keimanan bahwa NAZA
itu haram hukumnya dari segi agama dan UU membawa hasil sebagai
berikut:
a. 40% berhenti mengonsumsi NAZA karena motivasi agama
(keimanan);
43
b. 30% dapat mengatasi ketergantungan dan komplikasi fisik dan
psikologik;
c. 30% dapat mengatasi masalah atau tekanan keluarga, sosial dan
keuangan;
d. 75% dapat bertahan tidak mengonsumsi NAZA dalam kurun waktu 2
tahun.
Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa terapi
psikoreligius bila dijalankan dengan benar dapat memperkecil angka
kekambuhan (Hawari, 2008).
Biasanya orang yang sedang menderita sakit diliputi kecemasan
dan kesedihan. Kedua hal ini dapat memperberat penyakit yang sedang
dideritanya. Oleh karena itu selain obat anti cemas dan anti depresi yang
diberikan, pasien hendaknya berdo‟a sebagaimana ayat dan hadits berikut
ini yang artinya:
a. ل ١ ع ف خ ل ف ح ص ا ا ف ٠ س ز ٠ ش ش ج ل ا ١ س ش ا س ش ب
ض ح ٠
“Dan tidaklah kami mengutus para rosul melainkan untuk
menyampaikan kabar gembira dan memberikan peringatan. Maka,
barang suaoa yang beriman dan berbuat baik, bagi mereka tidak ada
kekhawatiran (kecemasan) dan tidak (pula) berduka cita dan bersedih
hati (depresi)” (Q.S Al An‟aam, 6: 48)
44
b. ا٤ع ز أ ل رحضا ا ل ر ١ ؤ ز و إ
“Dan janganlah kamu bersikap lemah, dan jangan (pula) bersedih hati
padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika
kamu orang yang beriman” (Q.S Ali Imran, 3:139)
Pada umumya orang yang sedang menderita sakit diliputi oleh
rasa cemas dan jiwa yang tidak tenang. Selain berobat pada ahlinya, maka
berdoa dan berzikir (mengingat Allah) dapat menenangkan jiwa yang
bersangkutan. Tuhan menganjurkan dalam keadaan bagaimanapun juga
hendaknya ketenangan jiwa tetap dijaga karena Allah menjanjikan pahala
surga, sebagaimana ayat dan hadits berikut yang artinya:
a. مة ا ئ رط أل ثزوش للا ثزوش للا لث ئ رط ا آ از٠
“(Yaitu), orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, dengan mengingat
Allah-lah hati menjadi tenteram” (Q.S Ar Ra‟d, 13:28).
b. ف خ بد ف ۷۲خ ١ ض ش خ ١ اض س ه ث س إ ع اسج ۷۲خ ئ ط ا س ف ب ا ز ٠ أ ب٠
۷۳ز ج خ اد ۷۲ بد ج ع
“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati
yang ridha lagi diridhaiNya. Maka masuklah ke dalam jamaah
hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surgaKu” (Q.S Al Fajr,
89: 27-30)
45
c. Bentengi hartamu dengan zakat, obati penyakitmu dengan sedekah
dan hadapi ujianmudengan do‟a” (HR. At Tabrani) (Hawari, 2008b).
7. Karakteristik Pengguna Narkoba pada Program Rehabilitasi
Karakteristik pengguna narkoba yang menjalani program rehabilitasi
menurut Badri (2016) dibagi menjadi empat fase:
a. Fase pertama
Pada fase pertama ini korban akan mengenali pengaruh narkoba terhadap
kesehatan fisik dan psikis dirinya. Dengan motivasi kuat dengan “no
drugs (tiak ada narkoba), no violent (tidak ada
kekerasan/ancaman/paksaan) dan no sex (tidak ada perlakuan seksual).
b. Fase kedua
Fase kedua atau Crame free, korban bebas dari keterikatan dan
keberadaan narkoba, karena mantan pecandu dan sesama pecandu tak
akan saling bertemu. Masing-masing terisolasi agar tidak terjadi transaksi
jual beli narkoba untuk menghindari ajakan kembali ke
penyalahgunaannya. Metodenya, bagaimana menanamkan prinsip pada
korban untuk menolak ajakan kembali pada penyalahgunaan narkoba.
c. Fase ketiga
Fase ketiga atau productivity, tahap tersebut mengupayakan kemampuan
korban penyalahguna agar lebih produktif dengan melakukan kegiatan-
46
kegiaitan positif, sehingga mampu membangun harapan dan cita-cita
baru.
d. Fase keempat
Fase keempat atau healthy life, bagaimana menanamkan pola hidup sehat
supaya terjadinya perubahan perilaku pada diri korban, baik secara fisik
maupun psikologis. Metodenya membangun jiwa disiplin diri korban
melalui ibadah, olahraga, dan silaturahim teratur dengan teman-teman
yang bersih dari penyalahguna narkoba, serta memberikan dukungan ke
arah hidup bebas narkoba (Badri, 2016).
8. Pengaruh Narkoba terhadap Kondisi Psikologis menurut Agama Islam
Dalam Agama Islam, pelaku penyalahgunaan narkoba dipandang
sebagai orang yang mengikuti hawa nafsunya yang dalam pengertian nafsu
dengan kekuatan as-syahwati, yaitu suatu daya yang berpotensi untuk
menginduksi diri dari segala yang menyenangkan. Prinsip kerja nafsu ini
mengikuti prinsip kesenangan (pleasure principle), walaupun terkadang hal
tersebut membahayakan. Dorongan seperti itu akan melahirkan kepribadian
Ammarah (Nafs al-Ammarah), yaitu kepribadian yang cenderung pada tabiat
jasad dan mengejar prinsip-prinsip kenikmatan (pleasureprinciple). Ia akan
menarik kalbu manusia untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang rendah
sesuai dengan naluri primitifnya. Sehingga ia merupakan tempat dan sumber
kejelekan dan akhlak tercela. Oleh sebab itu, ajaran Islam yang tertuang dalam
47
Al-Quran memberikan penjelasan yang berkaitan dengan nafsu di antaranya
dalam surat Yusuf ayat 53:
سث .9 بسح بسح ثبسؤ ال افس ل ا
“sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu
yang diberi rahmat oleh Tuhanku”. (Q.S. Yusuf: 53).
Dengan demikian identitas sebagai pengguna narkoba dimaknai
sebagai identitas negatif (-) dalam perspektif Islam. Perubahan identitas
pengguna narkoba dari titik negatif (-) tersebut dilakukan dengan pendekatan
Agama Islam, yaitu mengupayakan terjadinya perubahan dari nafsAmmarah
kepada nafs Muthmainnah (Hermawati, 2011).
Dosa sendiri secara psikologis merupakan beban bagi seseorang yang
melakukannya. Akibat dosa yang dilakukannya itu, tidak jarang
mengakibatkan stress/depresi, yang pada gilirannya mendatangkan penyakit.
Hal ini dapat dimaknai dari pemahaman tentang al-ran (noktah/titik hitam),
yang secara fisik dapat dimaknai sebagai bakteri atau bibit penyakit. Dengan
demikian, dosa adalah bibit penyakit secara fisik maupun secara psikis. Cara
ampuh untuk menghilangkan bibit penyakit itu, tidak lain kecuali dengan
taubat(Syukur, 2012).
Berbagai ritual sufistik, secara psikologis dapat dijadikan sebagai
bentuk psikoterapi, dengan didasarkan pada cabang psikoterapi transpersonal.
48
Selain itu, jika dikaitkan dengan dzikir sebagai pusat orbit sufi healing, maka
shalat, puasa, doa dan seterusnya, merupakan obat mujarab dalam
menyembuhkan berbagai penyakit(Syukur, 2012).
Sufi healing dipandang efektif dalam penyembuhan, sebab para sufi
menarik akar kesadaran manusia akan keberadaan dirinya sebagai metode
pengobatan. Hal ini dapat dipahami, sebab tasawuf, ketika dihubungkan
dengan kesehatan, maka garis hubungannya nampak jelas bersinggungan
sebagai dua hal yang saling mendukung. Para ilmuan Barat membuktikan
hubungan tersebut melalui berbagai penelitian, yang hasilnya sangat
mengejutkan, mereka sampai pada kesimpulan bahwa komitmen agama
(dalam arti intensitas menjalankan ritual keagamaan, baik dzikir maupun doa),
akan dapat mencegah datangnya penyakit, dan mempercepat
penyembuhannya. Efektivitasnya nampak pada kelebihan utama spiritualitas
yang menenangkan, dan mengajak para pasien untuk kembali pada fitrahnya,
sebagai manusia yang terdiri dari unsur jasmani dan ruhani. Oleh karena itu
dapat dipastikan bahwa pada masa yang akan datang, sufi healing akan
menjadi rujukan utama, baik dalam arti secara utuh sufi healing, atau dalam
bentuk pendamping dunia medis (Syukur, 2012).
49
C. Konsep Umum Shalawat
1. Pengertian Sholawat
Kata shallu berasal dari akar kata shalah (bentuk tunggal dari
shalawat), yang berarti menyebut yang baik, ucapan yang mengandung
kebajikan, do‟a dan curahan rahmat. Yushallun (bershalawat) artinya
yubarrikun (memberikan keberkahan) (Sudarmojo, 2013). Sholawat menurut
arti bahasa adalah: Do‟a, sedangkan menurut istilah adalah sholawat Allah
SWT, sholawat dari malaikat dan sholawat dari orang-orang yang beriman
(manusia dan jin) berupa permohonan rahmat dan kemuliaan kepada Allah
SWT untuk Nabi Muhammad SAW (Kamaluddin, 2016). Sesungguhnya umat
telah sepakat, dengan berpijak kepada Al-Qur‟an,hadist Rasulullah SAW,
pendapat ulama, dan perkataan orang-orang saleh, bahwa shalawat kepada
Nabi Muhammad SAW termasuk salah satu ketaatan yang paling utama dan
ibadah yang paling mulia (Khalil, 2009).
Terkait dengan sholawat untuk Rasulullah SAW, Allah telah
berfirman dalam Al-Qur‟an (Maksum & El-Kaysi, 2009b):
للا ب ١ س ا ر س ١ ا ع ا ص آ ٠ ز ب ٠ ب ا ٠ ج ا ع ص ٠ ز ى ئ ٣ إ
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Hai
orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah
salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzaab: 56)
50
Hanya shalawat ibadah yang Allah SWT sendiri juga melakukannya.
Jika Allah SWT memerintahkan orang-orang beriman untuk shalat atau
berhaji, Allah SWT tidak menjalankannya. Berbeda dengan shalawat,
Shalawat sedemikian dahsyatnya hingga Allah SWT menjalankannya sendiri,
dan memerintahkan malaikat dan manusia untuk bershalawat kepada
Rasulullah SAW (Assegaf, 2009). Sholawat kepada nabi merupakan pujian
yang ditujukan kepada Nabi Muhammad sebagai permohonan keberkahan dan
memberi penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Sholawat merupakan
ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah, sama halnya seperti melakukan
dzikir (Aini, 2014).
2. Jenis Shalawat
Secara umum, jenis shalawat ada dua (Sanusi, 2010):
a. Shalawat ma’tsurah, yaitu shalawat yang kalimatnya, cara membacanya,
waktu membacanya, serta keutamaannya dibuat oleh Rasulullah SAW.
Contoh:
“Allahumma shalli ‘ala Muhammadinin nabiyyil ummiyyi wa’ala alihii
wa sallim.” (Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan salam kepada
Muhammad, nabi yang ummidan kepada keluarganya)
b. Shalawat ghairu ma’tsurah, yaitu shalawat yang dibuat oleh para ulama
dan orang-orang saleh yang tidak diragukan dalam keilmuan dan
ketakwaannya. Contoh:
51
“Shalawat Munjiyat” yang diciptakan oleh Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani
dan Shalawat Fatih oleh Syekh Ahmad al-Tijami (Watiniyah, 2016).
Sholawat Wahidiyah termasuk shalawat ghairu ma’tsurah yang dianggit
oleh KH. Abdoel Madjid Ma‟roef (Huda, 2008).
3. Khasiat dan Keutamaan Shalawat
Diantara khasiat shalawat bagi kehidupan manusia adalah(Watiniyah,
2016):
a. Dikabulkan dan dimudahkan segala hajatnya. Rasulullah SAW besabda:
“Barang siapa bershalawat untukku dalam sehari seratus kali, Allah
mendatangkakn hajatnya seratus hajat, yang tujuh puluh untuk akhiratnya
dan yang tiga puluh untuk dunianya.” (HR. Ibnu Majah dari Jabir)
b. Menjadi sebab dikabulkannya doa. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya
doa itu terhenti antara langit dan bumi, tidak akan naik sedikit pun doa itu
ke atas sehingga engkau bershalawat untuk Nabimu." (HR.”Atturmudzi)
c. Diampuni dosanya oleh Allah. Rasulullah bersabda: “Barang siapa
membaca shalawat untukku pada tiap-tiap hari jum‟at, Allah mengampuni
dosanya meskipun dosa itu sebanyak buih lautan.” (HR. dari Zaid bin
Rafi‟).
d. Dihilangkan kesulitan dan kesusahan dalam hidupnya. Rasulullah
bersabda: “Perbanyaklah membaca shalawat untukku. Sesungguhnya
52
yang demikian itu akan melepaskan semua kesulitan dan hilangnya segala
kesusahan” (Watiniyah, 2016).
4. Pengaruh Sholawat terhadap Kecemasan
Di kalangan umat islam, keyakinan Tuhan (Allah) dapat membantu
mereka jika terjadi suatu hal yang salah dalam kehidupan seperti mengalami
masalah atau sakit. Mereka percaya, permohonan mereka akan diterima
sehingga dapat membantu mereka untuk memperkuat jiwa, tubuh, dan pikiran.
Setelah latihan meditasi dzikir dilakukan, rangsangan sistem saraf otonom
berkurang sehingga akan menurunkan respon fisiologis (Soliman &
Mohamed, 2013).
Pada waktu orang mengalami ketegangan dan kecemasan yang bekerja
adalah sistem syaraf simpatis, sedangkan pada waktu rileks yang bekerja
adalah sistem syaraf parasimpatetis. Relaksasi berusaha mengaktifkan kerja
syaraf parasimpatetis. Keadaan rileks menurunkan aktivitas amygdala,
mengendurkan otot, dan melatih individu mengaktifkan kerja sistem syaraf
parasimpatetis sebagai counter aktivitas sistem syaraf simpatetis. Relaksasi
merupakan salah satu teknik dalam terapi perilaku. Relaksasi merupakan
metode atau teknik yang digunakan untuk membantu manusia belajar
mengurangi atau mengontrol reaktivitas fisiologis yang menimbulkan masalah
bagi dirinya. Tujuan relaksasi adalah untuk mengurangi tingkat gejolak
53
fisiologis individu dan membawa individu ke keadaan yang lebih tenang baik
secara fisik maupun psikologis (Maimunah, 2011).
Pada prinsipnya, dalam tubuh manusia terdapat jaringan psiko-neuro-
endokrin yang berpengaruh pada faktor-faktor kejiwaan seseorang. Jaringan
ini berpengaruh pada sistem kekebalan tubuh. Dzikir yang antara lain
digunakan sebagai terapi psikoreligius akan mampu menaikkan kekebalan
tubuh manusia melalui jaringan psiko-neuro-endokrin tersebut. Respon
emosional yang positif atau dari pengaruh terapi psikoreligius dengan doa dan
dzikir ini berjalan mengalir dalam tubuh dan diterima oleh batang otak.
Setelah diformat dengan bahasa otak, kemudian ditransmisikan ke salah satu
bagian otak besar yakni thalamus, kemudian, Thalamus mentransmisikan
impuls hipokampus (pusat memori yang vital untuk mengkoordinasikan
segala hal yang diserap indera) untuk mensekresikan GABA (Gama Amino
Batiric Acid) yang bertugas sebagai pengontrol respon emosi, dan
menghambat asetilkolin, serotonin dan neurotransmiter yang lain yang
memproduksi sekresi kortisol. Sehingga akan terjadi proses homeostasis
(keseimbangan). Semua protektor yang ada di dalam tubuh manusia bekerja
dengan ketaatan beribadah, lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan
pandai bersyukur sehingga tercipta suasana keseimbangan dari
neurotransmitter yang ada di dalam otak (Sholeh, 2005).
Usaha penyembuhan dengan terapi keagamaan ini sangat tepat untuk
orang yang mengalami gangguan mental atau jiwa, lebih-lebih lagi korban
54
penyalahgunaan narkotika, karena korban penyalahgunaan narkotika yang
sakit bukan fisiknya saja akan tetapi mentalnya juga sakit dan bahkan lebih
parah. Karena itu terapi yang tepat adalah dengan terapi keagamaan walaupun
juga tidak meninggalkan terapi medisnya (Pristiwiyanto, 2010).Penelitian
yang dilakukan oleh Chambers (2015) menyimpulkan bahwa spiritualitas
mempunyai faktor signifikan yang dapat mencegah dari penggunaan zat
adiktif dan dapat mendukung pemulihan dari kecanduan zat adiktif
(Chambers, 2015).
5. Sholawat Wahidiyah
a. Pengertian sholawat wahidiiyah
Sholawat wahidiyah adalah rangkaian doa-doa Sholawat Nabi
SAW seperti tertulis dalam lembaran sholawat wahidiyah, termasuk
kaifiyah (cara dan adab/tatakrama) dalam mengamalkannya. Mulai
disiarkan dan diamalkan sejak 10 mei 1963 M (16 Dzulhijjah 1382 H).
Sholawat wahidiyah berfaedah menjernihkan hati, dan ma‟rifat (sadar)
kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW (PSW, 2012). Muallif
(pengarang) sholawat wahidiyah adalah Al-Mukarrom KH. Abdul Madjid
Ma‟roef, pengasuh pesantren Kedunglo, desa Bandarlor, kecamatan
Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur (PSW, 2012).
Sholawat wahidiyah, seperti sholawat-sholawat lain, boleh
diamalkan oleh siapa saja, tanpa syarat adanya sanad atau silsilah, karena
55
sanad dari segala sholawat adalah Shohibus Sholawat itu sendiri, yakni
Rasulullah SAW. Sholawat wahidiyah telah diijazahkan secara mutlak
oleh Muallifnya untuk diamalkan dan disiarkan dengan ikhlas (tanpa
pamrih) dan bijaksana, kepada masyarakat luas tanpa pandang bulu dan
golongan. Mengamalkan sholawat wahidiyah tidak disertai
syarat/ketentuan khusus yang mengikat, tetapi harus dengan adab
(tatakrama): hudlur dan yakin kepada Allah SAW, mahabbah dan
ta’dhim kepada Rasulullah SAW. Pengamalan sholawat wahidiyah
disebut mujahadah (PSW, 2012).
b. Sholawat wahidiyah dan terjemah
فبرحخ ا س ع١ ذ ص للاه ح ۷× إ حضشح س١ذ ب
Kami hadiyahkan ke haribaan pemimpin kami, Baginda Nabi
Muhammad Shollallohu „alaihi wasallam, bacaan Fatihah (membaca
surta Fatihsh 7 kali)
إ رعب ع للاه سض ١آءللاه سبئشأ ا أع ب زااض س حضشحغ
۷×افبرحخ
Dan kami hadiyahkan ke pangkuan Ghutsi Hadzaz Zaman, Para
Pembantu Beliau dan segenap kekasih Alloh, Radliyallohu Ta‟ala
„anahum, bacaan Fatihah (Baca Fatihah 7 kali)
56
ي ع ا ذ ح ثبسن ع س١ذ ب س اد، ص اجذ٠بج احذ٠باحذ، ٠ب ٠ب اه
ضب ر ف١ بد للا ع فس ثعذد حخ ذ ف و ح س١ذ ب ذاد × ا
“Yaa Alloh, yaa Tuhan Maha Esa, yaa Tuhan Maha Satu, yaa Tuhan
Maha Menemukan, yaa Tuhan Maha Pelimpah, limpahkan shalawat,
salam, barokah atas Junjungan kami Baginda Nabi Muhammad dan
atas Keluarga Baginda Nabi Muhammad pada setiap berkedipnya mata
dan naik turunnya nafas, sebanyak bilangan segala yang Allah Maha
Mengetahui dan sebanyak kelimpahan pemberian serta kelestarian
pemeliharaan-Nya.
شف١ع لب ثبسن ع س١ذب س .ص ذ ا بأ و حج١جب اه ب
ا ثحم ه ا . سؤ ا ب و س ذ ص للا ع١ ح حأع١ب ل
ن لزحش لحس لجذ ع لس حذح. حز لش خثحشا رغشلبف ج
ل عشفزه ب ر زه ٠باهلل ع ب ر غفشره ٠باهلل ب رشصلب ر ب. ث إل سى
ع آ ثبسن ع١ س ص اه ٠باهلل سض ب ر حجزه ٠باهلل ب ر ٠باهلل
. عذد صحج ١ اح اش زه ٠آاسح احصب وزبثه. ثشح ه ع آأحبط ث
١ عب سة ا ذ لله ح ا ×۷
“Yaa Alloh, sebagaimana keahlian ada pada-Mu, limpahkanlah
shalawat salam barokah atas Junjungan kami, Pemimpin kami,
Pemberi syafa‟at kami, Kecintaan kamu dan Buah-jantung-hati kami,
Baginda Nabi Muhammad Shollallahu „alaihi wasallam yang sepadan
57
dengan keahlian Beliau, Kami bermohon kepada-Mu yaa Alloh,
dengan Hak kemuliaan Beliau, tenggelamkan kami di dalam pusat-
dasar-samudra Ke-Esaan-Mu, sedemikian rupa sehingga tiada kami
melihat dan mendengar, tiada kami menemukan dan merasa, tiada
kami bergerak atau berdiam, melainkan senentiasa merasa di dalam
Samudra Tuhid-Mu dan kami bermohon kepada-Mu yaa Alloh,
limpahilah kami ampunan-Mu yang sempurna yaa Alloh, ni‟mat
karunia-Mu yang sempurna yaa Alloh, sadar ma‟rifat kepada-Mu yang
sempurna yaa Alloh, ridho kepada-Mu serta memperoleh ridho-Mu
yang sempurna pula yaa Alloh. Dan sekali lagi yaa Alloh,
limpahkanlah shalawat salam dan barokah atas Baginda Nabi dan atas
Keluarga serta Sahabat Beliau, sebanyak bilangan segala yang diliputi
oleh ilmu-Mu dan termuat di dalam, Kitab-Mu dengan rahmat-mu yaa
Tuhan Maha Pengasih dari seluruh Pengasih, Segala puji bagi Alloh
Tuhan Seru Sekalian Alam
لب بد ك خ سا ع١ه
سث ذ اثذ ا فمذ ظ
ىب ب ب ذ شخص فئرشدو
¤
¤
¤
اسل لح ك اص خ ٠بشبفع ا
سح ادسو أص
اوب ٠بس١ذ س ١س
ي للا ٠بسس ٠بس١ذ ×۷
“Duhai Baginda Nabi Pemberi syafa‟at makhluq, ke pangkuanmu
shalawat dan salam Alloh ku sanjungkan. Duhai Nur-cahaya makhluq,
58
Pembimbing manusia. Duhai unsur dan jiwa makhluq; Bimbing,
bimbing dan didiklah diriku. Sungguh, aku manusia yang dholim
selalu; tiada arti diriku tanpa Engkau duhai Sayyidi, jika Engkau
hindari aku (akibat keterlaluan berlarut-larutku), pastilah, pastilah,
pastilah, pasti ku kan hancur binasa”
Duhai Utusan Alloh! Duhai pemimpin kami
للا س سل غ ب ا ¤ ٠آ ا٠ للا ع١ه سث ثئر
س١ذ ثظشح ظشا ا ١خ ¤ ع حضشح ا صخ
“Duhai Ghoutsu Zaman, ke pangkuanmu salam Alloh ku haturkan;
Bimbing, bombing dan didiklah diriku dengan idzin Allah; Dan
arahkan pancaran sinar nadhrohmu kepadaku yaa Sayyidi, radiasi batin
yang mewushulkan aku, sadar ke Hadirot Maha Luhur Tuhanku”
ع سل صلر ع١ه
خ ال خز ث١ذ ٠بس١ذ
¤
¤
ك حج١ت للا خ ٠بشبفع ا
ضذ ح١ز ف ذرضذ ث
ي للا ٠بس١ذ ۷× ٠بسس
“Duhai Baginda Nabi Pemberi syafa‟at makhluq, duhai Baginda Nabi
Kekasih Alloh, ke pangkuanmu sholawat dan salam Alloh ku
sanjungkan; jalanku buntu, usahaku tak menentu buat kesejahteraan
negeriku. Cepat, cepat, cepat raihlan tanganku yaa Sayyidi, tolonglah
diriku dan seluruh ummat ini!”
59
“Duhai Utusan Alloh! Duhai pemimpin kami”
ذ شف١ع ا٤ ح ع
١ عب شة ا احذ٠خ ثب
ب اف ث١ب ٠ب سث ة لش
¤
¤
¤
ب ٠بسث س ص اه
سشع١ الب اجع ا٢ي
ذب ا شافزح باغفش٠س ٠بسث
“Yaa Tuhan kami yaa Alloh, limpahkanlah sholawat salam atas
Baginda Nabi Muhammad Pemberi syafaat ummat, dan atas keluarga
Beliau; Dan jadikanlah ummat manusia cepat-cepat lari kembali
mengabdikan diri dan sadar kepada Tuhan Semesta Alam. Yaa Tuhan
kami, ampunilah segala dosa-dosa kami, dan tunjukilah kami,
pereratlah persaudaraan dan persatuan di antara kami, yaa Tuhan kami!
ثبسن اه ذح ٠بللا جب ا ز ف ، ذح ٠ب للا ج ا ز ب خمذ ۷×ف١
Yaa Alloh, limpahkanlah berkah di dalam segala makhluq yang
Engkau ciptakan dan di dalam negeri ini yaa Alloh, dan di dalam
mujahadah ini, yaa Alloh!
إسزغشاق
ISTIGHROOQ! (berdiam, tidak membaca apa-apa. Segala perhatian
tertuju hanya kepada Alloh! Pendengaran, perasaan, ingatan, fikiran,
penglihatan dan…. Segala-galanya dikonsentrasikan kepada Alloh!
Lain-lain tidak menjadi acara! Hanya “ALLOH”! titik.
Al-Faatihah! Kemudian membaca do‟a seperti dibawah ini:
60
ذ ملسو هيلع هللا ىلص ح س١ذب ثجب ه العظ ثحك اس بسم ميحرلا نمحرلا هللا.)اه
١آئه ٠باهلل ٠باهلل سآئشا ا اع ب زا اض س ثجشوخغ للا رعب ٠بللا سض
١غ ب ۳×ع اث رؤث١ش ف١ اجع زا ذاءب ١ عب ١ع ا غ ج ()فبه ع ۳×()ث
جبثخجذ٠ش ثب٤ ءلذ٠ش ش (۳×و
Dengan Asma Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Yaa Alloh, dengan Hak kebesaran Asma-Mu dan dengan kemuliaan
serta Keagungan Baginda Nabi Muhammad Shollallohu „alaihi
wasallam, dan dengan barokah Ghoutsu Haadza-Zaman wa A‟waanihi
serta segenap Auliya Kekasih-Mu yaa Alloh, yaa Alloh, yaa Alloh,
Rodliyalloohu Ta‟ala „anhum, sampaikanlah seruan kami ini kepada
jamii‟al „alamiin dan letakkanlah kesan yang merangsang di dalamnya.
Maka sesungguhnya Engkau Maha Kuasa berbuat segala sesuatu dan
Maha Ahli memberi ijabah”
اإ للا ل ب ۷×ففش ص وب جبط ا إ جبط ك ا ص حك آءا ج ل .×۳ –
افب رحخ
Larilah kembali kepada Alloh!
“Dan katakanlah (wahai Muhammad) perkara yang haq telah datang
dan musnahlah perkara yang batal. Sesungguhnya perkata yang batal
itu pasti musnah”. Alfaatihah (PSW, 2012).
c. Cara pengamalan sholawat wahidiyah
61
Cara pengamalan sholawat wahidiyah adalah sebagai berikut:
1) Diamalkan selama 40 hari berturut-turut. Setiap hari paling sedikit
menurut bilangan yang tertulis di belakangnya dalam sekali duduk
(satu kali kesempatan) boleh pagi, sore atau malam hari. Boleh
juga selama tujuh hari berturut-turut, namun bilangannya
diperbanyak menjadi 10 kali lipat.
2) Selesai 40 hari atau 7 hari, pengamalannya supaya diteruskan.
Bilangannya bisa dikurangi sebagian atau seluruhnya, namun lebih
utama jika diperbanyak. Boleh mengamalkan sendiri-sendiri, akan
tetapi berjamaan bersama keluarga dan masyarakat sangat
dianjurkan. Wanita yang sedang udzur bulanan (menstruasi) cukup
membaca sholawatnya saja tanpa membaca Al-Fatihah. Adapun
bacaan Fafirru Ilalloh dan Waqul…. Boleh dibaca, sebab disini
dimaksudkan sebagai do‟a.
3) Bagi mereka yang belum hafal boleh dengan membaca. Dan bagi
yang belum bisa membaca seluruhnya, sambil mempelajari, boleh
dan cukup membaca bagian mana yang sudah ia dapati terlebih
dahulu. Yang paling gampang / mudah yaitu membaca “YAA
SAYYIDII YAA ROSUULALLOOH” diulang-ulang selama kira-
kira sama waktunya dengan mengamalkan seluruhnya. Yaitu
kurang lebih 35 atau 30 menit.
62
Jika itupun misalnya terpaksa belum mungkin, boleh
berdiam saja selama waktu itu dengan memusatkan segala
perhatian, mengonsentrasikan diri sekuat-kuatnya kepada Allah
SWT dan merasa seperti berada di hadapan Nabi Besar
Muhammad SAW dengan lahir batin ta’dhim (memuliakan) dan
mahabbah (mencintai) setulus hati
4) Mengamalkannya harus dengan niat semata-mata beribadah
kepada Allah SWT dengan ikhlas tanpa pamrih suatu apapun.
Baik pamrih duniawi maupaun pamrih ukhrowi. Misalnya supaya
begini, supaya begitu, ingin pahala, ingin surga dan sebagainya.
Harus sungguh-sungguh ikhlas karena Allah. (PSW, 2014)
d. Adab-adab pengamalan sholawat wahidiyah
Mujahadah adalah pengamalah sholawat wahidiyah. Adapun
adab-adab atau tatakrama melaksanakan mujahadah adalah:
1) Dijiwai Lillah-Billah, Lirrosul-Birrosul
Lillah berarti segala amal perbuatan apa saja, baik yang
berhubungan langsung kepada Allah dan Rosul-Nya SAW
maupun yang berhubungan dengan masyarakat, dengan sesama
makhluk pada umumnya, baik yang wajib, yang sunnah maupun
yang mubah asal bukan perbuatan yang merugikan / bukan
perbuatan yang tidak diridhoi Allah, melaksanakannya supaya
63
didasari niat dan tujuan hanya mengabdikan diri kepada Allah
Tuhan yang Maha Esa dengan ikhlas tanpa pamrih (Lillahi
Ta’ala). Sedangkan penerapan Billah artinya, di dalam segala
perbuatan dan gerak gerik lahir maupun batin, dimanapun dan
kapan saja, supaya hati kita senantiasa merasa dan beri‟tikad
bahwa yang menciptakan dan menitahkan itu semua adalah Allah
SWT bukan dari kekuatan dan kemampuan sendiri tanpa
dititahkan oleh Allah (PSW, 2011).
Lirrasul artinya segala amal ibadah atau perbuatan apa
saja, asal tidak melanggar syari‟at Rosul, disamping disertai
dengan niat Lillah seperti diatas, supaya juga disertai dengan niat
“mengikuti tuntunan Rasulullah SAW”. Sedangkan penerapan
Birrasul artinya sadar dan merasa bahwa segala sesuatu termasuk
diri kita dan gerak gerik diri kita lahir maupun batin yang diridhoi
Allah, adalah sebab jasa Rasulullah SAW (PSW , 2011).
2) Hatinya hudlur berkonsentrasi kepada Allah
3) Istihdlor, yakni merasa hadir/berada di hadapan Rasulullah SAW,
wa Ghotsi Hadzaz Zaman, dengan ketulusan hati, ta’dhim
(memuliakan) mahabbah (mencintai) sedalam-dalamnya dan
semurni-murninya.
4) Tadzallul yakni meerendah diri, meraa hina sehina-hinanya akibat
perbuatan dosanya.
64
5) Tadhollum yakni merasa berlumuran dosa dan banyak berbuat
dholim. Dholim dan dosa terhaap Allah SWT, Rasulullah SAW
dan Ghoutsi Hadzaz Zaman, terhadap orang tua, anak, keluarga,
saudara, tetangga, terhadap bangsa, negara dan sebagainya
terhadap semua makhluk yang ada hubungan hak dengan kita.
6) Iftiqor yakni merasa butuh sekali, butuh terhadap maghfiroh atau
ampunan, perlindungan dan taufiq hidayah Allah SWT, butuh
terhadap syafa’at tarbiyah Rasulullao SAW, butuh terhadap
barokah nadhroh dan doa restu Ghoutsi Hadzaz Zaman wa
A’waanihi wasaa’iri Auliya’ Aahbabillah Rodhiyallahu Anhum.
7) Bersungguh-sungguh dan berkeyakinan bahwa
doanya/mujahadahnya dikabulkan oleh Allah Ta‟ala. Jangan ragu
dan jangan sekali-kali meninggalkan mujahadah/berdo‟a karena
belum adanya tanda-tanda diijabahi. Hal tersebut akan menjadi
penghambat ijabah.
8) Disamping memohon untuk dirinya sendiri dan keluarganya
supaya memohonkan pula bagi ummat dan masyarakat, bangsa
negara dan seterusnya. Bagi semua yang ada hubungan hak
dengan kita, terutama mereka yang kita rugikan, baik secara moril
atau materiil, baik masih hidup maupun yang sudah
meninggal(Tamsir, 2012).
65
D. Kerangka Teori
Bagan 2.3 Kerangka teori
Penggunaan Narkoba
Respon Fisiologis Respon Psikologis
↑ sekresi dopamin
Efek euforia
Mengurangi
kesenangan alami
Overstimulasi
sistem ganjaran
Otak melakukan
kompensasi
↓ dopamin
Diperlukan pemakaian
narkoba yg lebih banyak
untuk memperoleh efek
euforia yang sama
Mengikuti hawa
nafsu (as-syahwati)
Kepribadian ammarah
Identitas negatif
Dosa
Terapi psikoreligius
Cemas
Strategi
penanganan
Pendekatan kognitif
Latihan kemampuan
Perubahan gaya
hidup
Farmakoterapi
Relaksasi Relaksasi
Membaca sholawat:
- lingkungan yang tenang,
- do‟a yang dilafalkan
berulang-ulang,
- sikap yang pasif,
- posisi yang nyaman bisa
dengan duduk atau
terlentang
Dimodifikasi dari Iskandar (2010), Hermawati (2011),
Ibrahim (2012), Syukur (2012), Kemensos (2016),
67
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep (conseptual framework) adalah kerangka yang
menggambarkan hubungan antara satu atau lebih variabel independen dengan satu
variabel dependen (Lapau, 2012). Kerangka konsep dari penelitian ini terdiri dari
dua variabel, yaitu: variabel independen yaitu membaca shalawat wahidiyah dan
variabel dependen yaitu kecemasan pengguna narkoba.
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka konsep diatas peneliti ingin mengetahui apakah membaca
shalawat wahidiyah berpengaruh terhadap perubahan tingkat kecemasan pengguna
narkoba atau tidak berpengaruh terhadap perubahan tingkat kecemasan pengguna
narkoba.
Pre test Post test
Kecemasan pengguna
narkoba sebelum
dilakukan intervensi
Kecemasan pengguna
narkoba setelah
intervensi
Variable dependen
Variable independen
Intervensi: Membaca
sholawat wahidiyah
B. Hipotesa
Hipotesa adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua
atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam
penelitian (Nursalam, 2014). Adapun hipotesa dari penelitian yang diajukan
sehubungan dengan masalah diatas:
1. H0 = tidak ada pengaruh membaca shalawat wahidiyah terhadap
tingkat kecemasan pengguna narkoba
2. Ha = ada pengaruh membaca shalawat wahidiyah terhadap tingkat
kecemasan pengguna narkoba
69
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara Ukur Alat
Ukur
Hasil Skala
Independen
Shalawat
Wahidiyah
Membaca
“Yaa Sayyidii
Yaa
Rosuulallooh”
selama 30
menit + adab
(Lillah, Billah,
Lirrosul,
Birrosul),
hatimerasa
berada di
hadapan
Rasulullah
Mengobservasi
responden
dalam
membaca
sholawat
selama 40 hari.
Setiap harinya
selama 30
menit
Jam, cek
list
Responden
membaca
“Yaa Sayyidii
Yaa
Rosuulallooh”
diulang-ulang
kurang lebih
sebanyak 800
kali selama 30
menit setiap
hari sampai
genap 40 hari
-
Dependen
Kecemasan Manifestasi
dari keyakinan
irasional yang
dimiliki
pengguna
narkoba
bahwa ia tidak
dapat bertahan
menghadapi
stress tanpa
bantuan
narkoba
Tingkat
kecemasan
diukur dengan
kuesioner
Hamilton
Anxiety
Scale
(HAM-
A)
≤17 ringan,
18-24 sedang,
25-30 berat,
dan
>30 sangat
berat
(Advameg,
2007).
Ordinal
70
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian
yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain
dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2015). Penelitian eksperimen
merupakan studi epidemiologi analitik yang paling baik untuk melihat hubungan
sebab akibat karena peneliti dapat mengontrol status variabel “prediktor” pada
subjek-subjek yang diteliti (Nurbaeti & Utomo, 2010). Penelitian ini
menggunakan metode penelitian eksperimen.
Penelitian eksperimental semu (quasi eksperimen) secara khas mengenai
keadaan praktis, yang di dalamnya adalah tidak mungkin untuk mengontrol
semua variabel yang relevan, kecuali beberapa dari variabel tersebut. Desain ini
tidak mempunyai pembatasan yang ketat terhadap randomisasi, dan pada saat
yang sama dapat mengontrol ancaman validitas (Setiadi, 2013). Quasi
experiment design (tidak ada proses randomisasi) merupakan penelitian yang
dapat dilakukan pada kelompok populasi tertentu yang merupakan satu kesatuan
unit yang tidak dapat dipisahkan. Bentuk penelitian ini antara lain intervensi
komunitas, uji coba pelayanan kesehatan (Nurbaeti & Utomo, 2010). Pada
penelitian ini peneliti tidak mempunyai pembatasan yang ketat terhadap
randomisasi dan dilakukan pada kelompok populasi yang mempunyai kesatuan
71
unit sehingga penelitian ini berjenis penelitian eksperimen semu (quasi
eksperimen)
Pada penelitian ini sampel diobservasi terlebih dahulu kemudian
diberikan intervensi berupa membaca sholawat kemudian diobservasi kembali.
Penelitian ini menggunakan rancangan One Group pretest-posttest design.
Rancangan penelitian ini digambarkan sebagai berikut
Bagan 4.1 Rancangan penelitian
01 = pretest dilakukan pada hari ke-1 untuk mengukur tingkat kecemasan
pengguna narkoba sebelum dilakukan intervensi
X = intervensi membaca sholawat wahidiyah sebanyak kurang lebih 800x
dalam waktu 30 menit/hari dilakukan selama kurun waktu 40 hari
02 = posttest dilakukan pada hari ke-40 untuk mengetahui tingkat
kecemasan pengguna narkoba setelah dilakukan intervensi
Setelah diperoleh data diatas, kemudian membandingkan hasil skoring 01
dengan hasil skoring 02 untuk menentukan perbedaan yang timbul, jika
ditemukan perbedaan, sebagai akibat dari digunakannya variabel eksperimen X.
01 02
X intervensi membaca
sholawat wahidiyah
72
B. Populasi, Sampel dan Sampling
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek
yang mempunyai kuantitas, dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015). Populasi
adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi
objek penelitian atau populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada
suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah
penelitian (Riduwan & Akdon, 2013). Populasi pada penelitian ini adalah
pengguna narkoba yang menjalani program rehabilitasi di Panti Sosial PAMARDI
PUTRA KHUSNUL KHOTIMAH.
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2008). Pada penelitian ini
menggunakan teknik probability sampling dengan cara simple random sampling.
Probability sampling adalah teknik sampling untuk memberikan peluang yang
sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Simple
random sampling adalah cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan
menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota
populasi tersebut. Hal ini dilakukan apabila populasi dianggap homogen (Riduwan
& Akdon, 2013).
Kriteria sampel pada penelitian ini adalah:
1. Pengguna narkoba yang mengikuti program rehabilitasi di Panti Sosial
PAMARDI PUTRA KHUSNUL KHOTIMAH
73
2. Bersedia menjadi responden.
3. Mengalami kecemasan yang diukur dengan skala kecemasan Hamilton.
Jumlah minimum besar sampel pada penelitian eksperimen adalah 10-20
orang (Bums & Grove, 2005). Jadi besar sampel pada penelitian ini sebesar 20
orang. Untuk memperkecil resiko responden yang tidak bisa berkomitmen
mengikuti sholawat sampai 40 hari maka peneliti akan melebihkan jumlah
responden sebanyak 30 orang.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini akan dilakukan di Panti Sosial PAMARDI PUTRA
KHUSNUL KHOTIMAH. Dipilih tempat menurut kesepakatan peneliti dan
bagian pihak Panti Sosial setelah adanya pertemuan diantara keduanya. Penelitian
ini dilakukan selama 40 hari pada rentang bulan maret sampai april. Dilakukan
selama 30 menit setiap harinya pada waktu yang akan disepakati bersama antara
peneliti dan pihak Panti Sosial Pamardi Putra.
D. Alat Pengumpul Data
1. Naskah
Naskah berupa lembaran yang bertulisakan sholawat wahidiyah dalam
huruf hijaiyah beserta artinya. Serta huruf alphabet untuk memudahkan bagi
yang belum bisa membaca huruf hijaiyah. Lembaran sholawat wahidiyah ini
dipelajari sedikit demi sedikit selama proses intervensi berlangsung. Namun
dalam penerapannya, intervensi dilakukan dengan membaca lafadz “YAA
74
SAYYIDII YAA ROSUULALLOOH” yang tertera dalam kartu nida. Lafadz
ini merupakan ringkasan dari shalawat wahidiyah. Hal ini tercantum dalam
tata cara pengamalan sholawat wahidiyah dalam Bab II.
2. Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang telah disusun untuk
memperoleh data sesuai yang diinginkan peneliti. Jenis kuesioner pada
penelitian ini adalah kuesioner tertutup. Pada kuesioner tertutup, jawaban
sudah disediakan sehingga responden hanya memilih sesuai dengan
pendapatnya (Wasis, 2008).
Penelitian ini menggunakan kuesioner skala kecemasan Hamilton.
Hamilton Anxiety Scale (Ham-A) merupakan kuesioner skala kecemasan yang
terdiri dari 14 pertanyaan tentang suasana hati, ketegangan, ketakutan,
insomnia, konsentrasi, depresi, tonus otot, sensori somatik, gejala
kardiovaskuler, gejala sistem respirasi, gejala sistem genitourinaria, gejala
otonom dan perilaku (Videback, 2008).
Pada kuesioner kecemasan Hamilton, setiap pertanyaan mendapatkan
nilai 0 sampai 4, nilai 0 untuk jawaban yang tidak ada gejala, nilai 1 untuk
jawaban gejala ringan, nilai 2 untuk jawaban gejala sedang, nilai 3 untuk
gejala berat, dan nilai 4 untuk gejala sangat berat. Penilaian dilakukan dengan
cara menjumlahkan skor jawaban yang hasilnya dapat diketahui derajat
kecemasan seseorang. Skor 0 tidak mengalami kecemasan, ≤17 ringan, 18-24
75
sedang, 25-30 berat, dan >30 mengalami kecemasan sangat berat (Advameg,
2007).
Uji validitas dan reliabilitas pada kuesioner Ham-A telah dilakukan
pada penelitian Abdilah (2015). Korelasi tiap item pertanyaan pada kuesioner
kecemasan Hamilton lebih besar dari r table sehingga kuesioner dinyatakan
valid dan layak digunakan untuk penelitian. Reliabilitas pada kuesioner ini
menghasilkan nilai α = 0,787, angka tersebut lebih besar dari nilai konstanta
(0,6) sehingga kuesioner ini dianggap reliable dan dapat dipercaya (Abdillah,
2015).
3. Ceklist dan jam
Ceklist digunakan untuk memastikan responden mengikuti terapi
setiap harinya selama 40 hari. Sedangkan jam digunakan untuk memastikan
terapi telah dilakukan selama 30 menit setiap harinya.
E. Uji Validitas dan Reliabilitas
Prinsip Uji Validitas dan reabilitas adalah: Uji validitas kuesioner diambil
sekitar 30 orang, responden yang sudah digunakan untuk uji coba kuesioner, tidak
boleh digunakan untuk penelitian, serta jika ditemukan pertanyaan yang tidak
valid dan reliabel, bisa dibuang pertanyaannya atau kalimat diedit lalu dipakai
untuk penelitian atau pertanyaan tetap dipakai karena pertanyaan vital(Oktavia,
2015).
76
1. Uji Validitas
Validitas menunjukkan ketepatan pengukuran suatu instrumen, artinya
instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur (Sugiyono, 2015). Validitas adalah syarat mutlak bagi suatu alat ukur
agar dapat digunakan dalam suatu pengukuran. Suatu penelitian meskipun
didesain dengan tepat, namun tidak akan memperoleh hasil penelitian akurat
jika menggunakan alat ukur yang tidak valid(Oktavia, 2015).
Keputusan uji, bila r hitung (r pearson) ≥ r tabel maka pertanyaan
tersebut valid sehingga bisa digunakan dalam penelitian. Apabila r hitung (r
pearson) ≤ r tabel maka pertanyaan tersebut dinyatakan tidak valid(Riyanto,
2011).
Pada penelitian ini, uji coba instrument dilakukan pada 30 pengguna
narkoba yang juga mengikuti program rehabilitasi di Panti Sosial PAMARDI
PUTRA KHUSNUL KHOTIMAH. Pengguna narkoba yang dijadikan uji
validitas tidak termasuk responden penelitian. hasil korelasi tiap-tiap item
pertanyaan pada kuesioner kecemasan Hamilton berkisar antara 0,476 sampai
0,738. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan r tabel dengan nilai
signifikansi 5% dengan uji 2 sisi dan n=30 yaitu sebesar 0,349. Hal ini
menunjukkan seluruh r hitung bernilai lebih besar dari pada r tabel, sehingga
menunjukkan item pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan valid.
77
2. Uji Reliabilitas
Instrument penelitian selain harus memenuhi syarat validitas, juga
seharusnya memenuhi syarat reliabilitas, reliabilitas berarti sejauh mana alat
ukur mampu menghasilkan nilai yang sama atau konsisten walaupun
dilakukan pengukuran berulang atau beberapa kali pada subyek dan aspek
yang sama, selama aspek dalam subyek tersebut memang belum berubah
swarjana, 2012.
Hasil dari reabilitas menggunakan uji Cronbach‟s Alpha. Bila
Cronbach‟s Alpha ≥ konstanta (0,6), maka pertanyaan reliabel. Bila nilai
Cronbach‟s Alpha < konstanta (0,6), maka pertanyaan tidak reliabel (Oktavia,
2015). Hasil uji Cronbach‟s Alpha kuesioner Hamilton yang dicobakan pada
pengguna narkoba pada penelitian ini memperoleh hasil α = 0,881. Karena
nilai ini lebih besar dari pada nilai konstanta (0,6), maka dapat diambil
kesimpulan kuesioner ini reliabel digunakan dalam penelitian.
F. Etika Penelitian
Peraturan dan regulasi yang berhubungan dengan keterlibatan subjek
manusia dalam penelitian memastikan penelitian dilakukan secara sah dan etis.
Peneliti sendiri dan pemberi perawatan kepada pasien harus berkomitmen penuh
terhadap prinsip informed consent dan hak-hak pasien (Nurbaeti & Utomo, 2010).
Esensi dari masalah etika penelitian adalah keselamatan individu dan adanya
keuntungan yang dirasakan oleh responden atau subjek dalam penelitian.
78
1. Prinsip-prinsip dasar etika
Menurut (Nurbaeti & Utomo, 2010), prinsip-prinsip dasar etika yang
relevan dalam pelaksanaan penelitian meliputi:
a. Respect for Persons (menghormati orang)
Setiap orang mempunyai hak untuk menentukan sendiri terapi atau
pengobatan yang akan mereka jalani. Sehingga mereka berhak untuk
memilih berpartisipasi atau tidak berpartisipasi dalam penelitian. Hal ini
juga diterapkan oleh peneliti dengan memberikan inform concent terlebih
dahulu kepada calon responden. Peneliti hanya mengambil orang yang
menandatangani persetujuan terapi untuk dijadikan reponden penelitian.
b. Beneficence (kebaikan)
Dalam penelitian, peneliti juga dituntut untuk memaksimalkan
manfaat yang mungkin didapat oleh responden dan meminimalkan
kerugian dan bahaya yang mengkin terjadi. Hal ini dilakukan peneliti
dengan cara selalu memeberikan pengarahan dan mengingatkan
responden tentang tata cara prosedur terapi yang benar.
c. Justice(adil)
Setiap manusia harus diperlakukan dengan adil. Dalam penelitian
ini keadilan diaplikasikan dengan menjadikan semua Warga Binaan
Sosial PSPP Khusnul Khotimah sebagai calon responden yang berhak
memilih berpartisipasi atau tidak dalam penelitian
79
2. Masalah etika penelitian
Penelitian apapun, khususnya yang menggunakan manusia sebagai
subjek tidak boleh bertentangan dengan etika. Menurut (Nursalam, 2008),
beberapa masalah etika yang harus dilakukan pada penelitian adalah:
a. Infomed consent (Surat persetujuan)
Consent berasal dari bahasa latin Consentio yang artinya
persetujuan, izin, menyetujui, memberi izin/wewenang kepada seseorang
untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian informed concent dapat
diartikan sebagi izin atau pernyataan setuju dari pasien yang diberikan
secara bebas, sadar, dan rasional, setelah ia mendapat informasi yang
dipahami (Achadiat, 2007).
b. Confidentiality (Kerahasiaan)
Semua penelitian yang melibatkan manusia akan selalu
mengganggu kehidupan pribadi partisipan/responden. Peneliti wajib
menjaga kerahasiaan informasi atau data yang diberikan oleh partisipan,
termasuk menjaga privasi partisipan (Swarjana, 2012).
c. Anonymity(Tanpa nama)
Privasi partisipan dapat dilindungi dengan tidak menyebutkan
nama dengan cara mengelompokkan data tanpa menyebutkan nama setiap
partisipan (Swarjana, 2012).
80
G. Prosedur Penelitian
1. Prosedur administratif
a. Membuat surat izin penelitian dari Bidang Akademik Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
ditujukan kepada Dinas Sosial Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
b. Mengirimkan surat permohonan penelitian pada Dinas Sosial Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta.
c. Mengirimkan surat izin dari Dinas Sosial Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta kepada Panti Sosial PAMARDI PUTRA KHUSNUL
KHOTIMAH.
2. Prosedur teknis
a. Menyepakati waktu yang tepat untuk memberikan intervensi kepada
responden dengan pihak Panti Sosial PAMARDI PUTRA KHUSNUL
KHOTIMAH.
b. Melakukan pendataan jumlah pengguna narkoba yang menjalani program
rehabilitasi di Panti Sosial PAMARDI PUTRA KHUSNUL
KHOTIMAH.
c. Memberikan kuesioner kecemasan kepada pengguna narkoba untuk
mengetahui gambaran kecemasan mereka.
d. Menganalisis data yang diambil dari kuesioner dan membaginya ke dalam
dua kelompok: pengguna narkoba yang mengalami kecemasan dan
pengguna narkoba yang tidak mengalami kecemasan.
81
e. Menjelasakan kepada calon responden tentang tatacara intervensi beserta
manfaatnya sesuai etika penelitian dan memberikan lembar persetujuan.
f. Melakukan informed consent pada pengguna narkoba yang mengalami
kecemasan.
g. Memberikan lembaran sholawat wahidiyah dan kartu nida yang
bertuliskan “YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOOH”
h. Menjelaskan kepada responden cara membaca sholawat wahidiyah
beserta artinya.
i. Membaca sholawat wahidiyah secara berjama‟ah selama 40 hari, setiap
harinya dilakukan selama 30 menit pada waktu yang akan disepakati
bersama dengan pihak Panti Sosial PAMARDI PUTRA KHUSNUL
KHOTIMAH.
j. Memberikan kuesioner kecemasan kembali kepada responden sebagai
post test.
k. Mengumpulkan data dan selanjutnya data diolah dan dianalisa.
3. Prosedur intervensi
b. Memberikan lembaran sholawat wahidiyah dan kartu nida yang
bertuliskan “YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOOH”.
c. Menghadap kearah kiblat.
d. Pengarahan tentang adab membaca sholawat wahidiyah yakni Lillah-
Billah, Lirrosul-Birrosul dan sebagainya seperti yang tertulis dalam bab
II.
82
e. Dipimpin oleh imam untuk bertawasul kepada Rosulullah dan
Walitullah.Tawasul ini dengan cara menghadiahkan bacaan surah Al-
Fatihah kepada Rasulullah sebanyak 7 kali dan kepada Waliyullah
sebanyak 7 kali sesuai dengan tatacara mengamalkan sholawat wahidiyah
pada bab II. Do‟a untuk bertawasuljuga tertera dalam lembar sholawat
wahidiyah yang terdapat dalam bab II.Imam dipilih berdasarkan
rekomendasi dari Pembina keagamaan PSPP Khusnul Khotimah dengan
pertimbangan yang fasih dalam mengaji.
f. Membaca “YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOOH” mengikuti
bacaan imam selama 30 menit.
g. Setelah 30 menit membaca Alfatihah 1 kali.
H. Pengolahan Analisa Data
Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif yakni data
yang berhubungan dengan angka-angka, baik yang diperoleh dari hasil
pengukuran, maupun dari nilai suatu data yang diperoleh dengan jalan mengubah
data kualitatif ke dalam data kuantitatif. Data kuantitatif sering dikaitkan dengan
analisis statistik, sebab itu disebut data statistik (Notoatmodjo, 2010).
1. Pengolahan data
Pengolahan dan analisis data bertujuan untuk mengubah data menjadi
informasi (Wasis, 2008). Pengolahan data ini melalui tahap-tahap:
a. Editing
83
Secara umum editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan
perbaikan isian formulir (Notoatmodjo, 2010). Jangan sekali-kali
mengganti jawaban dan angka dengan maksud menyesuaikan dengan
keinginan peneliti. Mengganti data orisinal adalah perbuatan yang
melanggar prinsip kejujuran intelektual (Wasis, 2008).
b. Coding
Coding adalah usaha memberi kode-kode tertentu pada jawaban
responden (Wasis, 2008). Coding, yakni mengubah data berbentuk
kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan (Notoatmodjo,
2010).
c. Prossesing
Jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam
bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau
“software” komputer (Notoatmodjo, 2010).
d. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-
kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan
sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini
disebut pembersihan data (data cleaning) (Notoatmodjo, 2010).
2. Analisa data
a. Analisa univariat
84
Analisa univariat digunakan untuk menjabarkan secara deskriptif
mengenai distribusi frekuensi dan proporsi masing-masing variabel yang
diteliti, baik variabel bebas maupun variabel terikat. Analisa univariat
bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap
variabel penelitian (Sumantri, 2011). Analisis univariat diperlukan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan data secara sederhana (Budiharto,
2008).
Pengujian masing-masing variabel menggunakan tabel dan
diinterpretasikan berdasarkan hasil yang diperoleh. Analisis univariat
pada penelitian ini menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik
responden yang meliputi usia, tingkat pendidikan dan variabel kecemasan
sebelum dan sesudah intervensi.
b. Analisa bivariat
Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi. Analisa ini digunakan untuk menguji
hipotesis dengan menentukan hubungan variabel bebas dan variabel
terikat (Sumantri, 2011). Pada penelitian ini menggunakan jenis hipotesa
komparatif berpasangan dengan skala pengukuran kategorik (ordinal)
sehingga analisis bivariat yang digunakan pada penelitian ini adalah
Wilcoxon.
85
BAB V
HASIL PENELITIAN
Penjelasan berikut memaparkan hasil penelitian pengaruh membaca
sholawat wahidiyah terhadap kecemasan pada pengguna narkoba di panti sosial
PAMARDI PUTRA KHUSNUL KHOTIMAH. Penelitian ini dilakukan pada 20
orang yang mengalami kecemasan pada tahap rehabilitasi sosial. Penelitian ini
dilakukan dalam 40 hari berturut-turut selama kurang lebih 45 menit, dengan
rincian 15 menit penjelasan mengenai adab membaca sholawat wahidiyah dan
tujuannya serta 30 menit pembacaan sholawat wahidiyahnya.
A. Gambaran Tempat Penelitian
Panti sosial PAMARDI PUTRA KHUSNUL KHOTIMAH berdiri
sejak tahun 1973, dengan nama unit rehabilitasi sosial korban NAPZA.
Berlokasi di Sasana Tresna Werdha Budi Dharma Jl. RS Fatmawati Cilandak,
Jakarta Selatan. Di bawah naungan Departemen Sosial. Pada tahun 1975
berpindah ke Jl. S. Parman Kav-57 Slipi Jakarta Barat dengan nama Panti
Rehabilitasi Korban Narkotika Wisma Khusnul Khotimah. Dalam
perkembangannya, pada tahun 1979, nama Panti berubah menjadi Panti Sosial
PAMARDI PUTRA KHUSNUL KHOTIMAH. Tahun 1944 lokasi berpindah
ke Babakan Pocis III Serpong, Tangerang Selatan. Dengan adanya Likuidasi
86
Departemen Sosial, maka tahun 1999 PSPP Khusnul Khotimah dialihkan ke
pemerintah Provinsi DKI Jakarta c.q Dinas Provinsi DKI Jakarta.
Di PSPP Khusnul Khotimah ada beberapa fasilitas pendukung
kegiatan meliputi: pelayanan kebersihan Warga Binaan Sosial (WBS),
pelayanan konseling, pelayanan makanan dan gizi, konsultasi individual,
konsultasi kelompok (group work), manajemen kasus (case conference),
pelayanan medis, dan lain-lain. Untuk kesehatan psikologis WBSnya panti
sosial PAMARDI PUTRA KHUSNUL KHOTIMAH memberikan pelayanan
bimbingan psikologis juga pelayanan spiritual (bimbingan keagamaan). WBS
juga diajarkan keterampilan seperti: otomotif mobil dan motor, sablon,
berkebun dan bercocok tanam juga membuat keset. Untuk keluarga WBS
diberikan pelayanan kunjungan (home visit) dan bimbingan keluarga (family
support group).
B. Gambaran Proses Penelitian
Seperti yang dijelaskan dalam prosedur intervensi pada bab IV,
penelitian ini membutuhkan waktu selama 40 hari. Dalam prosesnya
mengalami beberapa kendala terutama dalam mencari responden yang
berkomitmen mengikuti penelitian ini sampai selesai. Sehingga responden
yang awalnya bersedia mengikuti sebanyak 30, hanya 20 orang yang berhasil
menyelesaikan prosedur intervensi selama 40 hari.
87
Antusias responden dalam penelitian pada mulanya sangat besar. Hal
ini mungkin terjadi karena pada mulanya banyak responden yang ingin tahu
seperti apa penelitian berlangsung.Kemudian selama beberapa hari mengalami
kemunduran terlihat dari ketidaktepatan waktu berkumpul untuk memulai
terapi. Sehingga harus menunggu beberapa saat dulu agar semua responden
terkumpul.Penyebab dari menurunnya antusias ini diperkirakan karena masih
belum adanya rasa trust antara peneliti dan responden. Peneliti sendiri masih
beradaptasi dengan responden yang semuanya laki-laki dengan latar belakang
pengguna narkoba sehingga pada mulanya peneliti merasa tidak nyaman di
lingkungan penelitian.
Setelah 20 hari intervensi, responden kembali berantusias dan
mengikuti dengan semangat. Hal ini bisa dilihat dari konsistennya responden
untuk mengikuti intervensi meskipun sering kali cuaca tidak mendukung.
Dalam proses ini sudah terbina trust antara responden dengan peneliti.
Seiring melakukan intervensi responden semakin terbuka terhadap
peneliti tentang respon yang dirasakannya selama dan setelah membaca
sholawat wahidiyah. sehingga peneliti dapat memperoleh sedikit gambaran
tentang hasil penelitian. Beberapa responden menginginkan agar terapi
membaca sholawat wahidiyah bersama terus dilakukan meskipun sudah
menyelesaikan penelitian selama 40 hari berturut-turut.
88
C. Analisa Univariat
Analisa univariat menjelaskan tingkat kecemasan pre test dan post test
pada pengguna narkoba dan gambaran perubahan jumlah responden yang
mengalami kecemasan disetiap tanda dan gejala kecemasan. Gambaran
kecemasan ditampilkan dalam tabel dengan tingkat kecemasan, jumlah dan
presentase. Sedangkan gambaran perubahan setiap tanda dan gejala
kecemasan ditampilkan dalam grafik.
1. Gambaran karakteristik responden
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan rentang
minimal sampel untuk penelitian eksperimen yaitu antara 10-20
responden. Karena penelitian membutuhkan waktu yang cukup lama,
yaitu selama 40 hari berturut-turut dan diperlukan komitmen yang kuat
maka peneliti mengambil 30 responden. Hal ini untuk mengantisipasi
adanya calon responden yang dipulangkan atau putus ditengah intervensi
sehingga tidak dapat dijadikan responden penelitian.
Akhirnya jumlah responden yang menjalani intervensi membaca
sholawat wahidiyah sampai selesai sebanyak 20 orang. Jumlah ini masih
bisa digunakan dalam penelitian eksperimen. Seluruh responden berjenis
kelamin laki-laki. Serta memiliki karakteristik berbeda berdasarkan usia
dan tingkat pendidikan.
a. Karakteristik responden berdasarkan usia
89
Tabel 5.1 Gambaran usia respondendi PSPP Khusnul Khotimah
(n=20)
Kategori Usia Jumlah Persentase (%)
Remaja awal 1 5%
Remaja akhir (17-25 tahun) 4 20%
Dewasa awal (26-35 tahun) 10 50%
Dewasa akhir (36-45 tahun) 5 25%
Total 20 100%
Dari tabel 5.1 diatas bisa disimpulkan mayoritas responden
berada pada tahap dewasa awal yaitu sebanyak 10 orang.Usia
termuda pada responden penelitian ini adalah 16 tahun atau disebut
juga dengan remaja awal. Masalah khas yang dihadapi pada remaja
awal yaitu masalah yang timbul akibat perubahan status dari anak-
anak menjadi remja seperti kemandirian dan adanya hak atau
kewajiban yang lebih besar atau lebih sedikit yang dibebankan oleh
orang tua kepada mereka.
b. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
Tabel 5.2 Gambaran tingkat pendidikan respondendi PSPP
Khusnul Khotimah (n=20)
Tingkat pendidikan Jumlah Persentase (%)
SD 8 40%
SMP 4 20%
SMA 8 40%
Total 20 100%
90
Dari tabel 5.2 diatas bisa disimpulkan mayoritas responden
berpendidikan SD dan SMA masing-masing berjumlah 8 orang dan
sisanya 4 orang berpendidikan SMP.
2. Gambaran kecemasan pada pengguna narkoba sebelum dan setelah
intervensi
Tabel 5.3
Gambaran kecemasan pada pengguna narkoba sebelum dilakukan
intervensi di PSPP Khusnul Khotimah (n=20)
Tingkat Kecemasan Pre-test Post-test
Jumlah Persen Jumlah Persen
Tidak cemas 0 0% 5 25%
Ringan 7 35% 12 60%
Sedang 5 25% 2 10%
Berat 4 20% 1 5%
Sangat berat 4 20% 0 0%
Total 20 100% 20 100%
Berdasarkan tabel 5.3hasil analisis gambaran kecemasan pengguna
narkoba di Panti Sosial PAMARDI PUTRA KHUSNUL KHOTIMAH
sebelum dilakukan intervensi membaca sholawat Wahidiyah semua
mengalami kecemasan meliputi: 7 orang (35%) mengalami kecemasan
ringan, 5 orang (25%) mengalami kecemasan sedang, 4 orang (20%),
91
mengalami kecemasan berat dan 4 orang juga (25%) mengalami
kecemasan sangat berat.
Tabel 5.3 tersebut juga menggambarkan hasil analisis
kecemasan pengguna narkoba di Panti Sosial PAMARDI PUTRA
KHUSNUL KHOTIMAH setelah dilakukan intervensi membaca
Sholawat Wahidiyah didapatkan 5 orang (25%) tidak mengalami
kecemasan, 12 orang (60%) mengalami kecemasan ringan, 1 orang (5%)
mengalami kecemasan berat dan tidak ada orang yang mengalami
kecemasan sangat berat (0%).
D. Analisis Bivariat
Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan
atau berkorelasi. Analisa ini digunakan untuk menguji hipotesis dengan
menentukan hubungan variabel bebas dan variabel terikat (Sumantri, 2011).
Analisis bivariat dilakukan untuk mengukur hubungan atau asosiasi untuk
mengukur sifat hubungan antar variabel. Dalam penelitian ini analisa bivariat
digunakan untuk menguji hipotesa peneliti, yaitu apakah membaca sholawat
Wahidiyah berpengaruh terhadap tingkat kecemasan pengguna narkoba atau
tidak. Penguji ini dilakukan dengan menganalisa perbedaan rata-rata skor
kecemasan pengguna narkoba sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.
Pada penelitian ini, perhitungan statistik beda rata-rata skor kecemasan
menggunakan uji wilcoxondengan tingkat kemaknaan 95% (alpha 0,005).
92
Analisa beda rata-rata perubahan skor kecemasan pengguna narkoba pre-test dan
post-test dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 5.4Analisa Beda Rata-rata Perubahan Tingkat Kecemasan
Pengguna Narkoba Saat Pre-test dan Post-test
Data N Mean Mean Rank Z p
Pre-test 20 20.55 10.50 -3.924 .000
Post-test 20 9.80
Hasil perhitungan wilcoxondiatas menghasilkan penuruunan skor
kecemasan secara nyata setelah dilakukan intervensi membaca sholawat
wahidiyah dengan rata-rata penurunan sebanyak 10,50 skor. Nilai p = 0.000
yang berarti nilai p < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perubahan
skor kecemasan secara nyata dengan perbedaan nilai yang signifikan, terdapat
perbedaan kecemasan setelah melantunkan sholawat Wahidiyah.
93
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan menjelaskan interpretasi hasil penelitian dan keterbataasn
penelitian. Interpretasi hasil akan membahas mengenai hasil penelitian yang akan
dikaitkan dengan teori, sedangkan keterbatasan akan menjelaskan keterbatasan yang
terjadi selama penelitian.
A. Analisa Univariat
1. Karakteristik Responden
a. Usia Responden
Responden dalam penelitian ini mayoritas berada dalam usia dewasa
awal, yaitu sebanyak 10 orang. Kelompok dewasa awal ini dihadapkan pada
pertanyaan bersifat keagamaan dari anak dan orang sekitarnya sehingga mereka
menyadari apa yang pernah diajarkan kepadanya pada masa kanak-kanak
dahulu, lebih dapat diterima pada masa dewasa daripada waktu remaja dan
masukan dari orang tua tersebut dipakai untuk memperdalam pengetahuan
keagamaan dan sebagai bekal kehidupannya (Hamid, 2009).
b. Tingkat Pendidikan Responden.
Tingkat pendidikan responden yang mengikuti penelitian ini berada
pada jenjang pendidikan awal dan menengah yaitu tingkat SD, SMP, SMA.
Meskipun dalam spiritual terdapat dimensi pengetahuan namun, pengetahuan
terhadap ajaran-ajaran agama yang dianut tidak hanya bisa diukur berdasarkan
tingkat pendidikan (Mayasari, 2014).
94
2. Tingkat Kecemasan Sebelum Dilakukan Intervensi
Narkoba merupakan zat yang dapat mempengaruhi fungsi yang dapat
merusak tubuh terutama otak sehingga menyebabkan perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Dampak dari
penggunaan narkoba dapat menyebabkan cemas. Kecemasan pada pengguna
narkoba merupakan keyakinan irasional bahwa ia tidak dapat bertahan tanpa
bantuan narkoba. Kelainan pada penyalahguna zat menjadi masalah serius di
banyak negara. 53% orang dengan penggunaan narkoba mengalami
setidaknya satu gangguan mental (Shanmugam & Winslow, 2013).
Penelitian ini menggunakan responden pengguna narkoba. Pengguna
narkoba mengalami gangguan pada otak berupa overstimulasi sistem
ganjaran. Overstimulasi ini menyebabkan otak melakukan penyesuaian
terhadap berlimpahnya produksi dopamin dan neurotrasmiter lain dengan
menghasilkan lebih sedikit dopamin atau mengurangi banyaknya reseptor.
Sebagai hasilnya kemampuan pengguna narkoba untuk menikmati kesenangan
secara normal menurun. Inilah yang menyebabkan pengguna narkoba
mengalami kecemasan (Kemensos, 2016).
Disisi lain, dalam pandangan islam menggunakan narkoba merupakan
suatu perbuatan dosa. Dosa sendiri merupakan stressor dan memiliki dampak
buruk bagi psikologis pelakunya. Akibatnya, pelaku dosa dapat mengalami
stress dan cemas. Hanifa (2013), dalam penelitiannya di Rumah Sakit
Ketergantungan Obat Jakarta menemukan bahwa pengguna narkoba
95
mengalami kecemasan dengan presentasi sebesar 83,3% (n=45) dengan 47
responden (Hanifa, 2013).
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa hasil kecemasan pada pengguna
narkoba, semua mengalami kecemasan dari tingkat ringan sampai sangat
berat. Hal ini senada dengan penelitian Bukhori (2016) yang menjelaskan
hanya ada 4 orang pengguna narkoba yang mengalami kecemasan. 18 orang
mengalami kecemasan ringan, 15 orang mengalami kecemasan sedang, dan 4
orang mengalami kecemasan berat. Hal ini menunjukkan bahwa hampir setiap
pengguna narkoba mengalami kecemasan (Bukhori, 2015).
3. Tingkat Kecemasan Setelah Dilakukan Intervensi
Relaksasi adalah pengobatan umum untuk masalah kecemasan.
Penurunan kecemasan dapat efektif jika latihan relaksasi dilakukan dengan
teratur. Relaksasi dapat bermanfaat bagi psikologis dan psikosomatik pasien
(Manzoni, Pagnini, Castelnuovo, & Molinari, 2008). Penelitian ini sesuai
dengan studi tentang relaksasi yang dilakukan oleh Manzoni (2008). Manzoni
(2008) melakukan tinjauan sistematis dengan meta-analisis pada 27 penelitian
tentang relaksasi yang menghasilkan kesimpulan latihan relaksasi yang
konsisten dapat mengurangi kecemasan secara signifikan. Penurunan paling
tinggi diperoleh dari relaksasi dengan meditasi (Manzoni et al., 2008).
Penelitian ini menggunakan teknik relaksasi meditasi atau relaksasi
secara mental yang dilakukan sambil membaca kata kebaikan (bacaan
96
sholawat). Meditasi merupakan metode latihan yang digunakan untuk melatih
perhatian untuk dapat meningkatkan taraf kesadaran, yang selanjutnya dapat
membawa proses-proses mental dapat lebih terkontrol secara sadar. Efek dari
meditasi antara lain meningkatkan gelombang alpha gelombang otak yang
terdapat pada kondisi tubuh yang rileks (Maghfiroh, 2015).
Penelitian ini menemukan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada
kecemasan pengguna narkoba yang menjalani program rehabilitasi sebelum
dan sesudah membaca sholawat wahidiyah. Penelitian ini merupakan
pembuktian secara kuantitatif dari penelitian-penelitian sebelumnya yang
menyatakan terapi psikoreligius khususnya terapi dzikir dan sholawat
menghasilkan efek yang positif bagi pengguna narkoba. Sebagaimana Allah
berfirman di dalam al-Qur‟an surat ar-Ra‟d ayat 28:
ة م ا ئ ثزوشللا ألثزوشللا رط ث ل ئ رط ا أ از٠
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi
tenteram” (A-Ra‟d: 28)
Hasil penelitian ini dikuatkan dengan hasil wawancara. Sebagian
responden yang mengikuti terapi sholawat wahidiyah menyatakan bahwa ada
perubahan perasaan menjadi tenang, lebih bertawakal atau pasrah kepada
Allah sehingga kekhawatiran berkurang. Hal ini sesuai dengan penelitian
Chaer (2014) yang menyebutkan bahwa terapi psikoreligius pada pengguna
97
narkoba akan diperoleh kesadaran spiritual. Responden menyadari bahwa
kedekatan dengan Tuhan melalui pelaksanan ibadah dapat meningkatkan dan
mempertahankan kepulihan mereka, meningkatkan kesadaran, dan
menimbulkan perasaan tenang (Chaer, 2014). Hasil wawancaramereka juga
menyatakan lebih berpikir positif untuk menyongsong masa depan dengan
harapan lebih baik. Shofa (2015) menyebutkan zikir mengandung kekuatan
spiritual (kerohanian) yang dapat membangkitkan rasa percaya diri dan rasa
optimism (harapan kesembuhan). Dua hal ini, yaitu rasa percaya diri (self
confident) dan optimisme, merupakan dua hal yang sangat esensial bagi
penyembuhan penyakit jiwa (Shofa, 2015).
B. Analisa Bivariat
Analisis bivariat pada penelitian ini membandingkan nilai kecemasan
sebelum dilakukan intervensi membaca sholawat dengan nilai kecemasan
setelah dilakukan intervensi pada responden. Kecemasan sendiri adalah salah
satu masalah yang sering ditemui dalam keperawatan. Dalam NANDA
(2014), kecemasan merupakan perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang
samar disertai respons autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu). Salah satu upaya untuk menangani kecemasan adalah
dengan melakukan teknik relaksasi. Relaksasi dapat membantu manusia
belajar mengurangi atau mengontrol reaktivitas fisiolgis yang menimbulkan
masalah bagi dirinya. Salah satu teknik relaksasi adalah relaksasi meditasi
98
dengan membaca sholawat. Penelitian ini ingin membuktikan ada atau
tidaknya pengaruh membaca sholawat terhadap kecemasan pengguna narkoba.
Hasil analisa uji statistik membuktikan bahwa terdapat pengaruh
membaca sholawat wahidiyah terhadap kecemasan pengguna narkoba yang
menjalani program rehabilitasi dengan (p<0,000) atau p <(α). Selama proses
intervensi membaca sholawat, responden mengulang bacaan “YAA
SAYYIDII YAA ROSUULALLOOH” secara bersama-sama selama 30 menit.
Dilakukan seriap hari berturut-turut selama 40 hari. Waktu pelaksanaanya
setelah sholat ashar berjamaah di masjid Khusnul Khotimah. Responden
membaca sholawat dengan duduk dan seluruhnya menghadap ke arah kiblat,
seperti shof sholat. Hal ini sesuai dengan teknik relaksasi yang diterangkan
oleh iskandar (2010). Iskandar (2010) menjelaskan relaksasi meditasi
memerlukan empat elemen dasar, yaitu: lingkungan yang tenang, do‟a atau
mantra yang dilafalkan berulang-ulang, sikap yang pasif, dan posisi yang
nyaman bisa dengan duduk atau terlentang (Iskandar, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Ali (2010) berhasil membuktikan terapi
relaksasi dapat mengurangi kecemasan. Penelitian ini dilakukan pada seorang
perempuan yang menderita kelelahan dan rasa sakit yang menghambat
pekerjaan dan kehidupan sosialnya sampai tingkat tertentu, setelah diperiksa
perempuan ini mengalami anxiety disorder sesuai kriteria DSM-IV. Setelah
dilakukan terapi relaksasi yang juga dilakukan sendiri di rumah, hasil
menunjukkan penurunan drastis pada tingkat kecemasan dan depresi (Ali &
99
Hasan, 2010). Meskipun menghasilkan kesimpulan yang sama, namun
terdapat perbedaan antara penelitian Ali (2010) dengan penelitian ini.
Diantaranya Ali (2010) menggunakan metode studi kasus pada 1 responden
sedangkan penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan 20
responden. Perbedaan juga pada peneliti ini menggunakan responden
pengguna narkoba.
Relaksasi meditasi mempunyai dampak positif bagi tubuh. Hal ini
sesuai dengan penelitian Magfiroh (2015). Penelitian Magfiroh (2015)
dilakukan pada 3 subyek yang mengalami stress. Ketiga subyek merasakan
dampak positif dikarenakan terapi meditasi yang teratur akan membantu
subyek dalam merilekskan tubuhnya serta pikiran subyek, karena meditasi
dapat meningkatkan sirkulai oksigen didalam tubuh, dan gelombang alpha
akan meningkat serta otot akan mengendur, sehingga kerja sarat simpatik dan
adrenalin menurun. Hal ini akan melancarkan darah dan juga meningkatkan
sistem imun (Magfiroh, 2015). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
Magfiroh (2015) adalah pada gangguan yang direduksi dengan meditasi
relaksasi. Magfiroh (2015) menjelaskan pengaruh meditasi relaksai terhadap
tingkat stres sedangkan pada penelitian ini terhadap tingkat kecemasan. Terapi
relaksasi meditasi juga dapat menurunkan kecemasan secara signifikan pada
berbagai macam responden, antara lain: pada pasien pre operasi bedah
onkologi (Renidayanti, 2016), pasien dengan skizofrenia (Kustanti & Widodo,
100
2008), lansia(Lasri & Widiani, 2013), dan pada penderita dispepsia
(Perwitaningrum & Prabandari, 2016).
Studi yang dilakukan Narimani (2012) menunjukkan keuntungan dari
kemampuan mengendalikan, dan regulasi emosi serta kecerdasan spiritual
sebagai pertahanan melawan dari kecanduan bahan adiktif (Narimani &
Pouresmali, 2012). Karena kecerdasan spiritual merupakan salah satu
pertahanan dalam melawan kecanduan zat adiktif maka pendekatan spiritual
dalam mereduksi akibat kecanduan zat perlu dilakukan. Salah satu pendekatan
spiritual bisa delakukan dengan membaca do‟a dan berdzikir.
Pendekatan terapi bio-psiko-spiritual untuk intervensi pada pengguna
narkoba meningkatkan ketahanan agar tidak menjadi pecandu kembali
(Nikoozadeh, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Mudzkiyyah (2014)
menunjukkan terapi dzikir Al-Fatihah dapat meningkatkan kesejahteraan
subjektif pecandu narkoba yang sedang dalam masa rehabilitasi (Mudzkiyyah
et al., 2014).
Dari sudut ilmu kesehatan jiwa doa dan dzikir merupakan terapi
psikiatri setingkat lebih tinggi daripada psikoterapi psikologi biasa. Hal ini
karena doa dan zikir mengandung unsur kerohanian/keagamaan/ketuhanan
yang dapat membangkitkan harapan (hope), rasa percaya diri (self confident)
dan keimanan (faith) pada diri seseorang yang sedang sakit, sehingga
kekebalan tubuh meningkat, sehingga mempercepat proses penyembuhan.
Dalam hal ini tidak berarti terapi dengan obat dan tindakan medis lainnya
101
diabaikan. Terapi medis disertai doa dan zikir merupakan pendekatan holistik
baru di dunia kedokteran modern (Hawari, 2008a).
Membaca sholawat dengan tenang dapat memberikan efek relaksasi
dengan cara mengurangi rangsangan syaraf otonom sehingga akan
menurunkan respon fisiologis (Soliman & Mohamed, 2013). Mempraktikkan
terapi meditasi secara benar akan merasakan manfaat menyehatkan tubuh,
pikiran serta sistem yang menggerakkan fungsi tubuh kita dari pembuluh
darah, saluran cerna sampai saluran pembuangan sisa-sisa metabolisme
(Iskandar, 2010).
Dalam sholawat wahidiyah diajarkan tentang adab-adab mengamalkan
sholawat wahidiyah, yaitu Lillah-Billah, Lirrosul-Birrosul, hudlur, istihdlor,
tadzallul, tadhollum seperti penjelasan pada bab 2 yang itu semuanya
termasuk usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah (tawakkal). Penelitian
tentang korelasi tawakal dengan kecemasan sudah dilakukan oleh Mucharam
(2006) yang menyimpulkan ada hubungan antara tawakal dengan kecemasan.
Dengan mengetahui gambaran tawakal akan dapat membantu pecandu untuk
melepaskan diri dari permasalahan kecanduan (Mucharam, 2006).
Pentingnya faktor agama di bidang psikiatri dan kesehatan jiwa dilihat
dari pernyataan Daniel X. Freedman, presedient the American psychiari
association, guru besar UCLA, dan editor Archives of general Psychiatric.
Dikatakan bahwa di dunia ini ada 2 lembaga besar yang berkepetingan dengan
kesehatan dan kesejahteraan manusia yaitu profesi kedokteran khususnya
102
kedokteran jiwa di satu pihak dan lembaga keagamaan di lain pihak (Hawari,
2008a).
Penelitian yang menggunakan pendekatan agama dalam menurunkan
kecemasan juga dilakukan oleh Murtafiah (2015). Murtafiah (2015)
menggunakan relaksasi islami untuk menurunkan kecemasan pada 14 ibu
hamil. Penelitian Murtafiah (2015) memperoleh hasil p=0,000. atau p<0,05
sehingga diperoleh kesimpulan terdapat pengaruh signifikan relaksasi islami
terhadap tingkat kecemasan pada ibu hamil (Murtafiah, 2015). Meskipun
sama menggunakan meditasi relaksasi, namun terdapat perbedaan penelitian
Murtafiah (2015) dengan penelitian ini. Murtafiah (2015) menggunakan
subyek ibu hamil sebagi responden penelitian, sedangkan penelitian ini
menggunakan pengguna narkoba. Penelitian untuk menurunkan kecemasan
pada ibu pre seksio sesaria juga dilakukan oleh Yuliza (2012). Yuliza (2012)
menggunakan terapi dzikir dengan nilai signifikan p=0,001 (Yuliza, 2012).
Sedangkan Damayanti dengan nilai p=0,023 sehingga menghasilkan
kesimpulan terapi meditasi islami dapat menurunkan kecemasan (Damayanti,
2010).
Penelitian tentang dzikir untuk menurunkan kecemasan juga dilakukan
oleh Fuadah (2014). Fuadah (2014) menggunkaan siswa yang akan mengikuti
Ujian Nasional sebagai subyek penelitian. Hasilnya dzikir dapat mengurangi
kecemasan dimana bisa menghasilkan ketenangan secara fisik dan mental saat
menghadapi Ujian Nasional (Fuadah, 2014). Hal ini juga didukung oleh
103
penelitian Kurniasari (2015) yang menunjukkan ada hubungan negated yang
signifikan antara kecemasan menjelang Ujian Nasional dengan intensitas
dzikir yang ditujukan dengan koefisien (rxy)= -0,530, p=0,001 (Kurniasari,
2016). Perbedaan penelitian Fuadah (2014) dan Kurniasari (2015) dengan
penelitian ini adalah subyek pada penelitian.
104
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan dan
dijelaskan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dari
penelitian ini adalah:
1. Rata-rata skor kecemasan pada pengguna narkoba yang menjalani program
rehabilitasi di Panti Sosial PAMARDI PUTRA KHUSNUL KHOTIMAH
sebelum dilakukan intervensi membaca sholawat adalah 20,55 dengan skor
terendah 1 dan tertinggi 42. Mayoritas tingkat kecemasan pada tingkat
kecemasan ringan sebanyak n=7 orang.
2. Rata-rata skor kecemasan pada pengguna narkoba yang menjalani program
rehabilitasi di Panti Sosial PAMARDI PUTRA KHUSNUL KHOTIMAH
setelah dilakukan intervensi membaca sholawat adalah 9,80 dengan skor
terendah 0 dan skor tertinggi 27. Mayoritas tingkat kecemaan pada tingkat
ringan sebanyak n=12 orang.
3. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa membaca sholawat memengaruhi
skor kecemasan pengguna narkoba yang menjalni program rehabilitasi di
Panti Sosial PAMARDI PUTRA KHUSNUL KHOTIMAH (p=0,000
t=5,593). Dengan nilai t hitung lebih besar dari pada t tabel (2,086)
menunjukkan ada perbedaan secara nyata antara rata-rata skor kecemasan
105
pengguna narkoba sebelum dan setelah dilakukan intervensi. Perbedaan rata-
rata tersebut mengarah pada nilai yang lebih kecil, sehingga dapat
disimpulkan bahwa membaca sholawat wahidiyah dapat menjadi alternatif
intervensi kecemasan pengguna narkoba yang menjalani program
rehabilitasi.
B. Saran
1. Pelayanan rehabilitasi narkoba
Penelitian ini menunjukkan bahwa pengguna narkoba mengalami
kecemasan. Kecemasan ini jika tidak ditangani menyebabkan relaps atau
penggunaan kembali narkoba setelah menjalani program rehabilitasi.
Mempertimbangkan hasil penelitin ini disarankan kepada pelayanan
rehabilitasi narkoba untuk memasukkan intervensi ddengan pendekatan
religius terutama membaca sholawat wahidiyah dalam menurunkan tingkat
kecemasan.
2. Peneliti selanjutnya
Terdapat beberapa saran untuk penelitian selanjutnya yang dapat
diambil dari penyusunan penelitian ini untuk memperoleh hasil yang lebih
baik yaitu: peneliti selanjutnya dapat menggunakan metode penelitian
kualitatif pada pengguna narkoba yang menjalani intervensi membaca
sholawat wahidiyah. Diharapkan intervensi membaca sholawat wahidiyah
tidak hanya diteliti dalam mereduksi kecemasan pengguna narkoba tetapi
106
menyangkut gangguan mental lain yang lebih luas. Diharapkan peneliti
selnajutnya menggunakan sholawat wahidiyah secara kesuluruhan tidak
hanya pada bagian YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH saja.
3. Institusi pendidikan keperawatan
Penelitian ini membuktikan terapi dengan pendekatan religius dapat
menjadi intervensi yang berpengaruh baik bagi kesehatan. Sebagai institusi
pendidikan keperawatan diharapkan mampu mengintegrasikan religiusitas
dalam tindakan keperawatan yang diajarkan kepada mahasiswanya sehingga
mahasiswa mampu mengaplikasikan dalam setiap tindakan.
4. Pengguna narkoba
Mempertimbangkan hasil penelitian ini, diharapkan pengguna
narkoba mau dan mampu menjalankan terapi untuk kesembuhan dari
kecanduan narkoba terutama terapi dengan pendekatan religius.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, M. (2015). Pengaruh Zikir Terhadap Skor Kecemasan Mahasiswa
Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Menghadapi Ujian Skill-lab.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Retrieved from
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/25599
Achadiat, C. M. (2007). Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran dalam tantangan
Zaman. Jakarta: EGC.
Advameg. (2007). Hamilton Anxiety Scale. Retrieved from
http://www.minddisorders.com/Flu-Inv/Hamilton-Anxiety-Scale.html
Aini, A. F. (2014). Living Hadis Dalam Tradisi Malam Kamis Majelis Shalawat
Diba‟ Bil-Mustofa. Ar-Raniry: International Journal of Islamic Studies, 2(1),
221–235.
Ali, U., & Hasan, S. (2010). The Effectiveness of Relaxation Therapy in the
Reduction of Anxiety Related Symptoms (a Case Study). International Journal
of Psychological Studies, 2(2), 202–209.
Anggreni, D. (2015). Dampak bagi pengguna narkotika, psikotropika dan zat adiktif
(napza) di kelurahan gunung kelua samarinda ulu. E-Journal Sosiarti-Sosiologi,
3(3), 37–51.
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Aplikasi Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Assegaf, H. A. (2009). Mukjizat Shalawat. Jakarta: Qultum Media.
Badan Narkotika Nasional. (2011). Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba bagi
Remaja Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia 2011. Jakarta: Pusat
Penelitian Data dan Informasi BNN RI.
Badan Narkotika Nasional. (2015). Laporan Akhir Survei Nasional Perkembangan
Penyalagunaan Narkoba Tahun Anggaran 2014. BNN-Republik Indonesia (Vol.
4). Jakarta: Pusat Penelitian Data dan Informasi BNN RI.
Badan Narkotika Nasional. (2016). Survei Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba pada
Kelompok Rumah Tangga di 20 Provinsi Tahun 2015. Jakarta: Pusat Penelitian
Data dan Informasi BNN RI.
Badri, M. (2016). Program Rehabilitasi bagi Penyalahgunaan Narkotika dalam
Perspektif Undang Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi, 16(3), 12–18.
Budiharto. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan dengan Contoh Bidang Ilmu
Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC.
Bukhori. (2015). Tingkat Kecemasan Pasien Rehabilitasi Narkoba Di Al- Kamal
Sibolangit Centre Rehabilitation For Drug Addict Kecamatan Sibolangit
Provinsi Skripsi. Universitsa Sumatera Utara.
Bums, N., & Grove, S. . (2005). The Practice of Nursing Research: Conduct,
Critique, and Utilization. Fifth Edition. Philadelphia: Elsevier Health Science.
Chaer, T. (2014). Terapi Inabah dan Pecandu. Al-Murabbi, 1(1), 60–76.
Chambers, H. (2015). Spirituality and Quaker Approaches to Substance Use and
Addiction. Religions, 6, 385–403. https://doi.org/10.3390/rel6020385
Damayanti, R. (2010). Pengaruh Mendengarkan Ayat Suci Al Qur’ An (Murratal)
Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Seksio Sesarea di Rs
Pku Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.
Eskasasnanda, I. D. P. (2014). Fenomena Kecanduan Narkotika. Sejarah Dan
Budaya, 54–71.
Faradisi, F. (2012). Efektivitas Terapi Murotal dan Terapi Musik Klasik terhadap
Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Pra Operasi di Pekalongan. Jurnal Ilmiah
Kesihatan, V(2). https://doi.org/10.1533/9780857096326.index
Fitriyani, R., & Trianasari, D. (2016). Bimbingan dan Konseling Islami sebagai
Bagian Pendekatan bagi Remaja Pecandu Narkoba. PROSIDING.
Fuadah, A. Z. (2014). Kecemasan Siswa Menghadapi Ujian Nasional di UPTD
SMAN I Mojo Kediri : Kajian Fenomenologis Psikosufistik. Didaktika Religia,
2(2), 119–134.
Hamid, A. Y. (2009). Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Hanifa, F. (2013). Gambaran Tingkat Kecemasan pada Pasien Rawat Inap Pengguna
Metamfetamin (Shabu) di RSKO Jakarta Tahun 2013. UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Hawari, D. (2008a). Integrasi Agama dalam Pelayanan Medik. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Hawari, D. (2008b). Petunjuk Praktik Terapi (Detoksifikasi) Narkoba/NAZA dan
HIV/AIDS. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Hawari, D. (2012). Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol,
dan Zat Adiktif). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Hermawati, Y. (2011). Perubahan Identitas Pengguna Narkoba di Tempat Terapi
Spiritual (Studi Komunikasi Terapeutik Di Pondok Inabah II Panjalu Ciamis).
Jurnal Makna, 1(September 2010), 85–101.
Hidayat, A. A. (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Huda, S. (2008). Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah. Yogyakarta:
LKis Pelangi Aksara.
Ibrahim, A. S. (2012). Panik Neurosis dan Gangguan Cemas. Tangerang: Jelajah
Nusa.
Iskandar, M. (2010). Health Triad (Body, Mind, and System) Sehat, Antusias, Energik
Melalui Singkronisasi Tubuh, Pikiran dan Sistem Health Triad (Tiga Serangkai
Kesehatan) (Gramedia). Jakarta.
Kamaluddin, M. (2016). Rahasia Dahsyat Sholawat: Keajaiban Lafadz Rasululloh.
Yogyakarta: Pustaka Ilmu Semesta.
Kemensos. (2016). Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksi. Jakarta:
Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Narkoba.
Khalil, R. H. (2009). Mengungkap Rahasia 33 Shalawat kepada Nabi SAW. Bandung:
Mizania.
Kurniasari, N. (2016). Hubungan antara. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Kustanti, E., & Widodo, A. (2008). Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Perubahan
Status Mental Klien Skizofrenia. Berita Ilmu Keperawatan, 1(3), 131–136.
Lapau, B. (2012). Metode Penelitian Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan Skripsi,
Tesis dan Disertasi. Jakarta: Pustaka Obor Indonesia.
Lasri, & Widiani, E. (2013). Perbedaan Kecemasan Lansia Sebelum Sesudah Latihan
Relaksasi Meditasi Autogenik di Posyandu Karangwreda Arjuno Rw VI
Wilayah Puskesmas Arjuno Dinkes Kota Malang. Care, 1(April), 68–74.
Maghfiroh, N. H. (2015). Efektivitas Terapi Relaksasi Meditasi dalam Menurunkan
Tingkat Stres. INSIGH, 11(1).
Maimunah, A. (2011). Pengaruh Pelatihan Relaksasi Dengan Dzikir Untuk Mengatasi
Kecemasan Ibu Hamil Pertama. Psikologi Islam, 8(1), 1–22.
Maksum, S., & El-Kaysi, A. (2009a). Rahasia Sehat Berkah Shalawat: Terapi Ampuh
mencegah dan Menyembuhkan Penyakit. Yogyakarta: Best Publisher.
Maksum, S., & El-Kaysi, A. (2009b). Rahasia Shalawat Nabi. Yogyakarta: Mutiara
Media.
Manzoni, G. M., Pagnini, F., Castelnuovo, G., & Molinari, E. (2008). Relaxation
Training for Anxiety: a Ten-years systematic Review with Meta-Analysis. BMC
Psychiatry, 8, 41. https://doi.org/10.1186/1471-244X-8-41
Martono, & Harlina, L. (2006). 16 Modul Latihan Pemulihan Pecandu Narkob
Berbasis Masyarakat. Jakarta: Balai Pustaka.
Mayasari, R. (2014). Religiusitas Islam dan Kebahagiaan (Sebuah Telaah dengan
Perspektif Psikologi). Al-Munzir, 7(2).
Mucharam, M. F. (2006). Hubungan Tawakal dan Perilaku Asertif dengan
Kecemasan pada Pecandu Narkoba dalam Proses Pemulihan. Universitas
Indonesia.
Mudzkiyyah, L., Nashori, F., & Sulistyaribi, I. (2014). Terapi Zikir Al-Fatihah untuk
Meningkatkan Kesejahteraan Subjektif Pecandu Narkoba dalam Masa
Rehabilitasi. Intervensi Psikologi, 6, 1–22.
Mufid, A. S. (2006). Tangklukan, Abangan, dan Tarekat Kebangkitan Agama di
Jawa. Jakarta: Obor Indonesia.
Murtafiah, A. (2015). Efektivitas Pelatihan Relaksai Islami untuk Menurunkan
Kecemasan pada Ibu Hamil. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Musfir, A.-Z. (2005). Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani.
Narimani, M., & Pouresmali, A. (2012). The Comparison of Alexithymia and
Spiritual Intelligence in Addicts, Addicts under Methadone Treatment, and Non-
Addicts. General Psychology, 6, 4.
Nasir, A., & Muhith, A. (2011). Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa: Pengantar dan
Teori (1st ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Nikoozadeh, K. (2014). Bio-Psycho-Spiritual Modeling in Drug Dependents and
Compiling of Intervention Program for Promotion of Resiliency Based on
Cognitive Narratology and Positive Psychology. Research on Addiction, 10, 97–
144.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Noviarini, N. A., Dewi, M. P., & Prabowo, H. (2013). Hubungan Antara Dukungan
Sosial dengan Kualitas Hidup pada Pecandu Narkoba yang Sedang Menjalani
Rehabilitasi. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur Dan
Teknik Sipil, 5, 8–9.
Nurbaeti, I., & Utomo, W. B. (2010). Metodologi Penelitian daalm Bidang
Keperawatan. Tangerang Selatan: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Oktavia, N. (2015). Sistematika Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta: Deepublish.
Passer, M. W., & Smith, R. E. (2007). Psychology: The Science of Mind and
Behaviour (3rd ed.). New York: McGraw Hill.
Penyiar Sholawat Wahidiyah. (2011). Pedoman Pokok dan Ajaran Wahidiyah.
Jombang: DPP Penyiar Sholawat Wahidiyah.
Penyiar Sholawat Wahidiyah. (2012). Profil Wahidiyah. Jombang: DPP Penyiar
Sholawat Wahidiyah.
Penyiar Sholawat Wahidiyah. (2014). Tuntunan Mujahadah dan Acara-acara
Wahidiyah. Jombang: DPP Penyiar Sholawat Wahidiyah.
Perwitaningrum, C. Y., & Prabandari, Y. S. (2016). Pengaruh Terapi Relaksasi Zikir
terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan pada Penderita Dispepsia. Jurnal
Intervensi Psikologi, 8(2), 147–164.
Pieter, H. Z., Janiwarti, B., & Saragih, M. (2011). Pengantar Psikopatologi untuk
Keperawatan. Jakarta: Kencana.
Pieter, H. Z., & Lubis, N. L. (2012). Pengantar Paikologi dalam Keperawatan.
Jakarta: Kencana.
Pristiwiyanto. (2010). Psikoterapi Islam Ala Pondok Pesantren Suralaya Surabaya.
Jurnal Fikroh, 4, 72–91.
Renidayanti. (2016). Penurunan Stres Fisik dan Psikososial Pasien Pre- Operasi
Bedah Onkologi Melalui Meditasi Terapi di Salah Satu Rumah Sakit di Kota
Padang. Ners Jurnal Keperawatan, 12(1), 38–47.
RI, P. D. dan I. K. K. (2014). Gambaran Umum Penyalahguna Narkoba di Indonesia.
Jendela Data Dan Informasi Kesehatan.
Riduwan, & Akdon. (2013). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung:
Alfabeta.
Riyadi, S., & Purwanto, T. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Riyanto, A. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Sadock, B. J. (2012). Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta: EGC.
Santrock, J. W. (2005). Psychology (7th ed.). New York: McGraw Hill.
Sanusi, M. R. (2010). Kuliah Wahidiyah untuk Menjernihkan Hati dan Ma’rifat
Billah Wa Birosuulih. (13, Ed.). Jombang: DPP Penyiar Sholawat Wahidiyah.
Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Shanmugam, P. K., & Winslow, R. M. (2013). Integrated Psychosocial Treatment
Programme for Substance Abusers : Relapse Prevention and Social Anxiety
Diminution : A systematic Review of. Addiction Research and Therapy.
https://doi.org/10.4172/2155-6105.S7-004
Shofa, A. N. (2015). Metode Rehabilitasi Jiwa Bagi Pecandu Narkoba Di Panti
Rehabilitasi Cacat Mental Dan Sakit Jiwa Nurussalam Sayung Demak Dalam
Pandangan Psikoterapi Islam Skripsi. Universitas Islam Negeri Walisongo.
Sholeh, M. (2005). Agama sebagai Terapi Telaah Munuju Kedokteran Holistik.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Siburian, E., Veronika, D., & Kaloeti, S. (2010). Pengaruh Rational Emotive
Behavioral Therapy ( Rebt ) Dalam Menurunkan Kecemasan Menghadapi Masa
Depan Pada Penyalahguna Napza Di Panti Rehabilitasi. Jurnal Psikologi Undip,
7, 40–49.
Silviani, N. E. (2015). Pengaruh Terapi Mendengarkan Murottal AlQur’an terhadap
Tingkat Kecemasan Anak Presirkumsisi di Rumah Sunatan Bintaro. UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Sitorus, R. J. (2013). Komorbiditas Pecandu Narkotika. Kesehatan Masyarakat
Nasional, 8, 301–305.
Soliman, H., & Mohamed, S. (2013). Effects of Zikr Meditation and Jaw Relaxation
on Postoperative Pain, Anxiety and Physiologic Response of Patients
Undergoing Abdominal Surgery. Journal of Biology, 3(2), 23–38.
Stuart, G. W. (2012). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Sudarmojo, A. H. (2013). DNA Muhammad: Aktivasi Gen Positif dengan Shalawat.
Yogyakarta: Bentang Pustaka.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitati dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sumantri, A. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Sumiati. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien Penyalahguna dan
Ketergantungan Napza. Jakarta: Trans Info Media.
Swarjana, I. K. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: CV. Andi
Offset.
Syafi‟ah, M. (2015). Pengaruh Melantunkan Salawat Thibbil Qulub Terhadap
Perubahan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Primigravida Trimester Iii Dalam
Menghadapi Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tahun 2015.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Syafi‟i, A. (2009). Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam Pidana
Nasional. Hunafa, 6, 219–232.
Syuhada, I. (2015). Faktor Internal dan Intervensi pada Kasus Penyandang Relaps
Narkoba, 978–979.
Syukur, M. A. (2012). Sufi Healing: Terapi dalam Literatur Tasawuf. Walisongo,
20(November), 391–412.
Tamsir, M. Z. (2012). Panduan Keseragaman Mujahadah Wahidiyah. Jombang: DPP
Penyiar Sholawat Wahidiyah.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 (2009).
Utomo, I. M. (2015). Pengaruh Wudhu Terhadap Kecemasan Saat Menghadapi
Ujian Praktikum Pada Mahasiswi Keperawatan Uin Syarif Hidayatullah
Jakarta. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Varcarolis, E., & Carson, V. (2006). Foundations of Psychiatric Mental Health
Nursing (5th ed.). USA: Saunders Elsevier.
Videback, S. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Wade, C., & Tavris, C. (2007). Psikologi (9th ed.). Jakarta: Erlangga.
Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC.
Watiniyah, I. (2016). Kumpulan Sholawat Nabi Super Lengkap. Depok: Kaysa
Media.
Wulandari, C. M., Retnowati, D. A., Handojo, K. J., & Rosida. (2015). Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Penyalahgunaan Napza Pada Masyarakat Di Kabupaten
Jember. Jurnal Farmasi Komunitas, 2(1), 1–4.
Yuliza, R. (2012). Pengaruh Dzikir terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre
Operasi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Yusuf, A., Fitryasari, R. P., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Zamhari, A. (2010). Rituals of Islamic Spirituality. Canberra: ANU PRESS.
Lampiran 1
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI
RESPONDEN PENELITIAN
Judul : Pengaruh Melantunkan Sholawat Wahidiyah terhadap Perubahan Tingkat
Kecemasan Penyalahguna Narkoba
Peneliti : Atik Mardiani Kholilah
NIM : 1113104000048
Instalansi : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
Saya adalah mahasiswa keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, akan melakukan penelitian tentang “Pengaruh Melantunkan
Sholawat Wahidiyah terhadap Perubahan Tingkat Kecemasan Penyalahguna Narkoba”.
Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi
Keperawatan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Partisipasi saudara/i dalam penelitian ini bersifat suka rela. Saudara/i mempunyai hak
bebas untuk berpartisipasi atau menolak menjadi responden dan jika saudara/i tidak bersedia
menjadi responden maka saya akan tetap menghargai dan tidak akan mempengaruhi terhadap
prosen penelitian ini. Dan jika saudara/i bersedia, mohon untuk menandatangani lembaran
persetujuan ini.
Penelitian ini membutuhkan waktu 40 hari untuk melakukan terapi dengan menggunakan
sholawat wahidiyah. Setiap harinya dilakukan selama 30 menit. Untuk itu responden dimohon
untuk berkomitmen dari awal jika ingin mengikuti terapi ini sampai selesai.
Saya akan menjamin kerahasiaan identitas dan jawaban yang saudara/i berikan. Jika
saudara/i mempunyai pertanyaan mengenai penelitian ini, maka saya dengan senang hati akan
memberikan penjelasan.
Demikian permohonan ini disampaikan atas bantuan dan partisipasinya saya ucapkan
terimakasih.
Jakarta, Februari 2017
Responden
( ____________________)
Lampiran 2
LEMBAR KUESIONER
A. Data Demografi
Petunjuk pengisian:
Isilah pertanyaan di bawah ini dengan cara menulisakn jawaban pada pertanyaan
yang bertanda titik atau memberikan tanda checklist (√ ) pada kolom jawaban yang
disediakan
Jawablah pertanyaan berikut dengan jujur
Dimohon kepada responden untuk mengisi semua jawaban
Kode responden : ______________ (diisi peneliti)
1. Umur : ………Tahun
2. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan
3. Agama : Islam Katolik Protestan
Budha Hindu
4. Pekerjaan : Peg. Swasta Pegawai Negeri
Wiraswasta Pensiunan
Lainnya, sebutkan…………………
5. Hubungan dengan keluarga : Ayah Ibu
Anak Suami/istri
6. Tingkat pendidikan terakhir: SD SMA
SMP Perguruan Tinggi
B. Kuesioner Tingkat Kecemasan HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale)
Penyataan-pernyataan dibawah ini adalah daftar keluhan masalah yang kadang-
kadang kita alami sehari-hari.
Bacalah dengan cermat, berilah tanda checklist (√ ) pada kolom yang tersedia
disamping pernyataan yang sesuai untuk menggambarkan apa yang anda rasakan karena
adanya keluhan atau masalah yang sedang anda hadapi pada waktu anda mengikuti
program rehabilitasi narkoba.
Berikut cara penilaian kecemasan dengan memberikan tanda checklist (√) dengan
kategori:
0 = bila anda tidak ada gejala/keluhan (Tidak ada/TA)
1 = bila anda mengalami satu dari pilihan yang ada (Ringan/R)
2 = bila anda mengalami separuh dari gejala yang ada (Sedang/S)
3 = bila anda mengalami lebih dari separuh dari gejala yang ada (Berat/B)
4 = bila anda mengalami semua gejala (Sangat Berat/SB)
NO GEJALA YANG DIRASAKAN TA R S B SB Skor (diisi
peneliti)
1. Perasaan cemas (ansietas) yang saya alami
diantaranya seperti cemas, firasat buruk, takut
akan pikiran sendiri dan mudah tersinggung.
2. Ketegangan yang saya alami diantaranya seperti
merasa tegang, lesu, tidak bisa istirahat tenang,
mudah terkejut, mudah menangis, gemetar dan
gelisah.
3. Saya mengalami ketakutan pada gelap, orang
asing dan ditinggal sendiri.
NO GEJALA YANG DIRASAKAN TA R S B SB Skor (diisi
peneliti)
4. Saya mengalami gangguan tidur seperti sukar
masuk/mulai tidur, terbangun pada malam hari,
tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, mimpi
buruk atau pun mimpi menakutkan
5. Saya mengalami gangguan kecerdasan seperti
sukar konsentrasi, daya ingat menurun dan daya
ingat buruk.
6. Saya merasa depresi (murung) yang diantara
gejalanya seperti sedih, hilang minat, bangun
dini hari, perasaan berubah-ubah setiap hari.
7. Gejala somatik/fisik (otot) yang saya alami
seperti sakit dan nyeri diotot-otot, kaku, kedutan
otot, gigi gemerutuk, suara tidak stabil.
8. Gangguan fisik yang saya alami, gejalanya
seperti telinga berdenging, penglihatan kabur,
muka merah dan pucat, merasa lemas, perasaan
ditusuk-tusuk.
9. Gejala jantung dan pembuluh darah yang saya
rasakan seperti berdebar-debar, denyut jantung
cepat, nyeri di dada, rasa lesu/lemas, seperti mau
pingsan, denyut nadi mengeras, denyut jantung
menghilang (berhenti sekejap)
10. Gejala pernapasan yang saya alami diantaranya
rasa tertekan atau sempit dada, rasa tercekik dan
nafas pendek atau sesak.
NO GEJALA YANG DIRASAKAN TA R S B SB Skor (diisi
peneliti)
11. Gejala pencernaan yang saya rasakan
diantaranya sulit menelan, perut melilit,
gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan
sesudah makan, perasaan terbakar diperut, rasa
penuh atau kembung, mual muntah, sukar buang
air besar, dan berat badan menurun.
12. Gejala buang air kecil dan kelamin yang saya
alami diantaranya seperti sering buang air kecil
dan tidak dapat menahan air seni.
- Pada ibu gejala yang dirasakan diantaranya
tidak datang bulan (tidak ada haid, darah
haid berlebihan, darah haid amat sedikit,
masa haid berkepanjangan, masa haid amat
pendek, haid beberapa kali dalam sebulan,
menjadi dingin (frigid).
- Pada bapak gejala yang dirasakan
diantaranya seperti ejakulasi dini, ereksi
melemah dan impotensi.
13. Gejala autonomy yang saya alami diantaranya
mulut kering, muka merah, kepala pusing,
kepala terasa berat, kepala terasa nyeri, mudah
berkeringat dan bulu-bulu berdiri
14. tingkah laku yang saya alami diantaranya
gelisah, tidak tenang, jari gemetar, muka tegang,
otot tegang, muka merah, napas pendek
Lampiran 3
HASIL UJI VALIDITAS
NO PERTANYAAN SKOR
1. Perasaan cemas (ansietas) yang saya alami diantaranya seperti cemas, firasat
buruk, takut akan pikiran sendiri dan mudah tersinggung.
.511‟‟
2. Ketegangan yang saya alami diantaranya seperti merasa tegang, lesu, tidak bisa
istirahat tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar dan gelisah.
.506‟‟
3. Saya mengalami ketakutan pada gelap, orang asing dan ditinggal sendiri. .687‟‟
4. Saya mengalami gangguan tidur seperti sukar masuk/mulai tidur, terbangun pada
malam hari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, mimpi buruk atau pun
mimpi menakutkan
.623‟‟
5. Saya mengalami gangguan kecerdasan seperti sukar konsentrasi, daya ingat
menurun dan daya ingat buruk.
.553‟‟
6. Saya merasa depresi (murung) yang diantara gejalanya seperti sedih, hilang
minat, bangun dini hari, perasaan berubah-ubah setiap hari.
.693‟‟
7. Gejala somatik/fisik (otot) yang saya alami seperti sakit dan nyeri diotot-otot,
kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk, suara tidak stabil.
.738‟‟
8. Gangguan fisik yang saya alami, gejalanya seperti telinga berdenging,
penglihatan kabur, muka merah dan pucat, merasa lemas, perasaan ditusuk-tusuk.
.738‟‟
9. Gejala jantung dan pembuluh darah yang saya rasakan seperti berdebar-debar,
denyut jantung cepat, nyeri di dada, rasa lesu/lemas, seperti mau pingsan, denyut
nadi mengeras, denyut jantung menghilang (berhenti sekejap)
.623‟‟
10. Gejala pernapasan yang saya alami diantaranya rasa tertekan atau sempit dada,
rasa tercekik dan nafas pendek atau sesak.
.699‟‟
11. Gejala pencernaan yang saya rasakan diantaranya sulit menelan, perut melilit,
gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar
.686‟‟
diperut, rasa penuh atau kembung, mual muntah, sukar buang air besar, dan berat
badan menurun.
12. Gejala buang air kecil dan kelamin yang saya alami diantaranya seperti sering
buang air kecil dan tidak dapat menahan air seni.
- Pada ibu gejala yang dirasakan diantaranya tidak datang bulan (tidak ada
haid, darah haid berlebihan, darah haid amat sedikit, masa haid
berkepanjangan, masa haid amat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan,
menjadi dingin (frigid).
- Pada bapak gejala yang dirasakan diantaranya seperti ejakulasi dini, ereksi
melemah dan impotensi.
.473‟‟
13. Gejala autonomy yang saya alami diantaranya mulut kering, muka merah, kepala
pusing, kepala terasa berat, kepala terasa nyeri, mudah berkeringat dan bulu-bulu
berdiri
.632‟‟
14. Tingkah laku yang saya alami diantaranya gelisah, tidak tenang, jari gemetar,
muka tegang, otot tegang/mengeras, muka merah dan nafas pendek dan cepat.
.608‟‟
Lampiran 4
REKAPITULASI SKOR KECEMASAN RESPONDEN
Kode Responden Skor Pretest Skor Posttest
1 29 9
2 20 16
3 29 20
4 19 11
5 42 20
6 27 4
7 28 12
8 31 27
9 22 0
10 14 13
11 18 9
12 34 6
13 4 0
14 1 0
15 11 5
16 22 16
17 32 16
18 13 0
19 14 12
20 1 0
Lampiran 5
ANALISIS UNIVARIAT
Usia Responden
Pendidikan Terakhir Responden
Skor Kecemasan Pretest
Skor Kecemasan Posttest
Lampiran 5
ANALISA BIVARIAT
Uji Normalitas
Uji beda rata-rata
Lampiran 6
SURAT PERMOHONAN STUDI PENDAHULUAN
Lampiran 6
SURAT IZIN STUDI PENDAHULUAN
Lampiran 6
SURAT PERMOHONAN PENELITIAN
Lampiran 6
SURAT IZIN PENELITIAN