Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM TEACHING DENGAN
MEDIA GRUP FACEBOOK TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR
SISWA DALAM MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL
KELAS X DI SMK N 1 NGABLAK
Artikel Ilmiah
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer
Oleh:
LATIF NURUL HUDHA
702011090
Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
2015/2016
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM TEACHING DENGAN
MEDIA GRUP FACEBOOK TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR
SISWA DALAM MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL
KELAS X DI SMK N 1 NGABLAK
1) Latif Nurul Hudha
2) Elizabeth Sri Lestari
Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email: 1)
Abstract Subjects digital simulation is a subject that tends to implement practical activities using the
computer. Problems occur more students accessing social networking facebook. To overcome
these problems, applied media Facebook group learning model Teaching Team. By applying
media Facebook Group on Teaching Team teaching model, expected to be used to see the level of
activity of student learning. This study is a research experiment, using the control class and
experimental class held at SMK N 1 Ngablak. The purpose of this study was to determine whether
media Facebook groups can help to improve students' learning activeness in the subjects of digital
simulation. Research results obtained in the form of observation sheets and sheets of
questionnaires from both classes last two meetings. From the results of the study at a meeting of
the two shows, the results of the control class observation sheet shows three an increase, three a
decrease and one remained outcome of the first meeting. Likewise with the three experimental
class experienced an increase, three a decrease and one remained outcome of the first meeting.
The results of the second meeting questionnaire sheet shows the control class does not decline,
only seen two statements with the results of the fixed and the rest has increased. For the
experimental group, there appear the two decline, two fixed income and the remaining increase.
Keywords: Media Facebook Group, Team Teaching learning model, students' learning activeness.
Abstrak Mata pelajaran simulasi digital merupakan mata pelajaran yang cenderung menerapkan kegiatan
praktik menggunakan komputer. Permasalahan terjadi siswa lebih banyak mengakses jejaring
sosial facebook. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diterapkan media Grup Facebook dengan
model pembelajaran Team Teaching. Dengan menerapkan media Grup Facebook pada model
pembelajaran Team Teaching, diharapkan dapat digunakan untuk melihat tingkat keaktifan belajar
siswa. Penelitian ini merupakan penelitian Eksperimen, dengan menggunakan kelas kontrol dan
kelas eksperimen yang dilaksanakan di SMK N 1 Ngablak. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk
mengetahui, apakah media Grup Facebook dapat membantu untuk meningkatkan keaktifan belajar
siswa dalam mata pelajaran simulasi digital. Hasil penelitian yang didapatkan berupa lembar
observasi dan lembar angket dari kedua kelas yang berlangsung dua pertemuan. Dari hasil
penelitian pada pertemuan kedua menunjukkan, hasil lembar observasi kelas kontrol menunjukkan
tiga peningkatan, tiga penurunan dan satu hasil tetap dari pertemuan pertama. Begitu juga dengan
kelas eksperimen mengalami tiga peningkatan, tiga penurunan dan satu hasil tetap dari pertemuan
pertama. Hasil dari lembar angket pertemuan kedua menunjukkan kelas kontrol tidak mengalami
penurunan, hanya terlihat dua pernyataan dengan hasil tetap dan selebihnya mengalami
peningkatan. Untuk kelas eksperimen, justru terlihat adanya dua penurunan, dua hasil tetap, dan
selebihnya meningkat. Kata kunci: Media Facebook Grup, model pembelajaran Team Teaching, keaktifan belajar siswa.
1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Pendidikan Teknik
Informatika dan Computer Universitas Kristen Satya Wacana 2 Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
1
1. Pendahuluan
SMK N 1 Ngablak merupakan sekolah yang memiliki tiga program studi
keahlian, yaitu, pertanian (APKJT), peternakan (ATU), dan pemasaran
(PMSR). Terletak di desa Babrik, Kelurahan Bandungrejo, Kecamatan
Ngablak, Kabupaten Magelang, tepatnya terletak di Jl. Raya Magelang-
Kopeng Km. 26. Sarana dan prasarana di SMK N 1 Ngablak antara lain
seperti lahan praktek pertanian, ternak unggas, dan swalayan sebagai tempat
praktek pemasaran. Sarana dan prasarana pendukung lainnya sebenarnya
sudah cukup lengkap, dengan adanya jaringan internet di Laboratorium
komputer, wifi dan komputer yang memadai. Namun sarana dan prasarana
yang ada belum dimanfaatkan secara maksimal untuk membantu proses
belajar mengajar di SMK N 1 Ngablak, terutama untuk mata pelajaran
Simulasi Digital. Proses belajar mengajar di SMK N 1 Ngablak menerapkan
model pembelajaran Team Teaching untuk mata pelajaran produktif seperti,
mata pelajaran peternakan, pertanian, pemasaran dan simulasi digital.
Penerapan model pembelajaran Team Teaching menempatkan dua guru
dalam satu kelas, satu guru memberikan materi dan guru lainnya mengawasi
kegiatan belajar mengajar secara bergantian. Penggunaan media dalam
pembelajaran masih menggunakan Microsoft office Power Point.
Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran Simulasi Digital di
SMK N 1 Ngablak, model pembelajaran Team Teaching yang selama ini
diterapkan di SMK N 1 Ngablak dirasakan sudah sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh para guru. Hal tersebut dinilai dari kegiatan di kelas. Dengan
menerapkan model pembelajaran Team Teaching guru dapat mengkondisikan
kelas agar pada saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung menjadi
lebih tenang dan terkontrol. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan
menggunakan model pembelajaran Team Teaching, dikarenakan Team
Teaching sudah berhasil pada penerapannya di SMK N 1 Ngablak.
Namun berdasarkan pengamatan yang dilakukan langsung pada proses
belajar mengajar, siswa lebih banyak menggunakan fasilitas internet
laboratorium komputer untuk mengkses Facebook. Keaktifan belajar siswa
pada saat pembelajaran berlangsung di laboratorium terlihat kurang.
Dikarenakan siswa lebih tertarik menggunakan internet yang ada
dibandingkan memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru. Sedangkan
pada saat pembelajaran di kelas, hanya sebagian kecil saja yang terlihat
mengakses sosial media melalui smartphone dengan menggunakan fasilitas
wifi sekolah, hanya sebagian kecil dari siswa yang mempunyai smartphone.
Untuk keaktifan belajar siswa pada saat pembelajaran di kelas dapat di
kategorikan baik.
2
Dari masalah di atas, ketertarikan siswa mengakses jejaring sosial media
terutama Facebook, menjadi alasan bagi peneliti untuk menggunakan Grup
Facebook sebagai media pembantu dalam mata pelajaran simulasi digital.
Penerapan Grup Facebook adalah untuk diukur, apakah berpengaruh terhadap
keaktifan belajar siswa. Selain berfungsi sebagai sarana posting materi dan
tanya jawab, Grup Facebook juga dapat digunakan sebagai penilaian
keaktifan siswa. Guru akan memposting materi yang belum diberikan di
kelas, dan memberikan beberapa pertanyaan dengan menggunakan media
tersebut. Media Facebook dipilih karena media tersebut dapat di akses
menggunakan hampir semua jenis handphone. Selain itu dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengakses media sosial, namun digunakan
untuk membantu proses pembelajaran, akan menciptakan suasana belajar
yang baru bagi siswa. Penggunaan media Grup Facebook ini merupakan
suatu upaya untuk mengajak siswa belajar, berdiskusi pada saat di luar jam
pelajaran dan untuk mengukur apakah dengan menerapkan media tersebut
dapat berpengaruh meningkatkan keaktifan belajar siswa.
Penelitian berlangsung dengan menggunakan dua kelas, satu kelas
sebagai kelas kontrol dan satu kelas lagi sebagai kelas eksperimen. Pemilihan
kelas kontrol dan eksperimen dilakukan oleh guru mata pelajaran simulasi
digital kelas X SMK N 1 Ngablak. Berdasarkan keterangan dari guru terkait,
kelas kontrol cenderung lebih unggul dalam keaktifan dan hasil belajar
dibandingkan dengan kelas eksperimen. Oleh karena itu dalam penelitian ini,
peneliti akan melihat pengaruh pengaruh dari penerapan media Grup
Facebook tersebut pada kelas eksperimen yang cenderung dibawah kelas
kontrol.
2. Tinjauan Pustaka Penelitian Candra Apriana, bertujuan untuk mengetahui efektivitas atau
kelayakan grup facebook sebagai penunjang proses pembelajaran pada mata
pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi kelas X di SMAN 1
Banjarharjo-Brebes [1]. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan grup facebook efektif sebagai sarana
pendukung pembelajaran mata pelajaran Teknologi Informasi dan
Komunikasi kelas X di SMAN 1 Banjarhajo.
Selain itu, penelitian Ato Illah bertujuan untuk meningkatkan keaktifan
belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri di kelas VIII-
B SMP Miftahul Iman Bandung [2]. Hasil dari penelitian yang diperoleh
adalah pelaksanaan penerapan model pembelajaran Inkuiri dalam
pembelajaran PAI telah mampu meningkatkan keaktifan belajar siswa.
Bentuk-bentuk keaktifan belajar siswa dapat diklasifikasikan dalam berbagai
3
bentuk kegiatan seperti mendengarkan penjelasan guru, dan aktif berdiskusi
dengan teman. Hal tersebut dilakukan siswa atas kehendak siswa sendiri
tanpa adanya tekanan dari guru atau pihak lainnya.
Beberapa persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan dua penelitian
terdahulu yaitu, menggunakan media Grup Facebook seperti yang digunakan
dalam penelitian Candra Apriana dan mata pelajaran yang hampir sama,
penelitian ini mengamati tentang keaktifan belajar siswa seperti dalam
penelitian yang dilakukan Ato Illah. Untuk perbedaannya, penelitian ini
menggunakan model pembelajaran Team Teaching sedangkan penelitian
Candra Apriana tidak menggunakan model pembelajaran dan tempat
penelitian yang berbeda. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ato Illah yaitu, model pembelajaran yang digunakan, mata pelajaran dan
dalam penelitian Ato Illah tidak menggunakan media.
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran
yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru
[3]. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar [4].
Team Teaching adalah strategi atau model pembelajaran yang dilakukan
lebih dari satu orang guru, dengan pembagian peran dan tanggung jawab
masing-masing. Team Teaching dapat diartikan sebagai kelompok dari dua
atau lebih guru yang bekerjasama untuk merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi kegiatan belajar bagi kelompok peserta didik yang sama [5].
Team Teaching (pengajaran beregu) adalah suatu pengajaran yang
dilaksanakan bersama oleh beberapa orang [6].
Pada pelaksanaan penelitian, terdapat dua pengajar yang masuk dalam
kelas yang sama, baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Dalam
kegiatan di kelas, pengajar saling bergantian memberikan materi, menjawab
pertanyaan siswa, dan juga mengawasi kegiatan kelompok siswa baik di
dalam maupun di luar kelas.
Media umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan
informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Istilah media ini
sangat popular dalam bidang komunikasi. Proses belajar mengajar pada
dasarnya juga merupakan proses komunikasi, sehingga media yang
digunakan dalam pembelajaran disebut media pembelajaran [7].
Pembelajaran apabila dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia,
adalah proses, cara perbuatan menjadikan orang atau mahkluk hidup belajar.
Pembelajaran merupakan kegiatan yang bertujuan membelajarkan siswa [8].
pembelajaran adalah kegiatan jamak karena melalui urutan dari penyusunan
kurikulum di pusat, pembuatan Analisis Materi Pelajaran (AMP), pembuatan
4
rencana mengajar, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, yaitu pembelajaran
dan evaluasi prestasi belajar. Di dalam rangkaian proses belajar tersebut,
kegiatan awal yang mendahului merupakan faktor penentu keberhasilan
kegiatan berikutnya [9].
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk
menyalurkan pesan. Gagne mengartikan media sebagai jenis komponen
dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar.
Senada dengan itu, Briggs mengartikan media sebagai alat untuk memberikan
perangsang bagi siswa agar terjadi proses belajar [7].
Media pembelajaran digunakan sebagai perantara untuk menyampaikan
materi dari pengajar untuk siswa.
Keaktifan belajar siswa merupakan salah satu unsur penting bagi
keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat
fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang
tidak dapat dipisahkan [10].
Keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal: (1) Turut serta dalam
melaksanakan tugas belajarnya; (2) Terlibat dalam pemecahan masalah; (3)
Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang
dihadapinya; (4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
pemecahan masalah; (5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan
petunjuk guru; (6) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang
sejenis; (7) Kesempatan menggunakann atau menerapkan apa yang diperoleh
dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya [11].
[10] penyusunan indikator pada lembar observasi didasarkan pada lima
klasifikasi keaktifan yang dapat dinilai secara objektif dalam pembelajaran.
Lima klasifikasi tersebut ialah:
a. Visual
b. Lisan
c. Mendengarkan
d. Menulis
e. Metrik
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan indikator seperti yang telah
di sampaikan di atas, namun dengan memberikan perubahan dari aslinya.
Perubahan tersebut dilakukan untuk menyesuaikan dengan kondisi tempat
penelitian berlangsung.
Adapun beberapa indikator yang telah dilakukan perubahan adalah
sebagai berikut: (1) Siswa mengamati demonstrasi guru di kelas; (2) Siswa
mengajukan pertanyaan; (3) Sisw mengemukakan pendapat; (4) Siswa
mendengarkan penjelasan guru; (5) Siswa memahami penjelasan guru; (6)
Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru di kelas; (7) Siswa melakukan
percobaan dengan benar.
5
Media sosial adalah konten online yang diciptakan oleh orang-orang
dengan menggunakan teknologi penerbitan yang bisa diatur dan banyak
diakses. Media sosial adalah pergeseran bagaimana orang menemukan,
membaca, dan berbagi berita, informasi dan konten, yang merupakan
perpaduan dari sosiologi dan teknologi, transformasi monolog (satu ke
banyak) menjadi dialog (banyak ke banyak) dan merupakan demokratisasi
informasi, mentransformasi masyarakat dari pembaca menjadi penerbit
konten. Lalu apa hubungannya dengan Facebook? Facebook merupakan salah
satu contoh media sosial pada kategori social networking. Jika melihat begitu
populer dan menariknya facebook bagi pengguna internet, begitu juga situs
media sosial lainnya pada kategori yang berbeda [12].
Group facebook ditujukan untuk komunitas yang memiliki kesamaan
minat untuk berkumpul. Tidak hanya hobi, pekerjaan yang sama, tetapi juga
komunitas penggemar produk, layanan, atau figur publik [12].
Jika mempunyai suatu minat yang sama dengan pengguna facebook
lainnya, maka dapat bergabung dengan kelompok tersebut. Namun jika tidak
menemukan grup dengan minat yang sama, dapat juga memulainya untuk
membuat grup baru [13].
Dalam penelitian ini, Grup Facebook akan digunakan sebagai media
posting materi pelajaran baik materi berupa artikel maupun video tutorial,
tanya jawab, dan juga posting PR bagi siswa.
3. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini,
peneliti akan memberikan materi pelajaran yang sama terhadap kelas kontrol
dan kelas eksperimen. Namun pada kelas eksperimen akan diterapkan media
Grup Facebook dalam pembelajaran. Peneliti akan berperan aktif pada
kegiatan di dalam grup bersama guru,. Grup Facebook digunakan sebagai
sarana pendukung dalam mata pelajaran simulasi digital, hal ini berguna
untuk mengukur tingkat keaktifan belajar siswa dalam mata pelajaran
simulasi digital dengan menerapkan media Grup Facebook.
Model penelitian eksperimen akan digunakan sebagai pedoman langkah-
langkah dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Berikut desain model pada
pelaksanaan penelitian eksperimen, sebagai berikut.
6
Tabel 1. One-shot case study design [14] X O
Perlakuan terhadap variabel
independen
(Treatment of independent variable)
Pengamatan atau pengukuran terhadap
variabel dependen
(Observation or
measurement of dependent variable)
Keterangan :
X : Kelompok yang akan diberi stimulus dalam eksperimen
O : Kejadian pengukuran atau pengamatan.
Adapun alur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut.
Gambar 1. Alur Penelitian [15]
Penelitian ini terbagi menjadi empat tahap, untuk tahap pertama adalah
tahap perencanaan terdiri dari studi pendahuluan, perumusan masalah, dan
hipotesis. Kedua tahap pelaksanaan terdiri dari pengumpulan data,
penyusunan instrument, dan pemilihan desain penelitian. Ketiga tahap
pengamatan terdiri dari analisis data, perumusan kesimpulan, dan penyusunan
laporan. Keempat adalah tahap refleksi.
Populasi dan Sampel populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi
SMK N 1 Ngablak kelas X smester II tahun ajaran 2015/2016. Adapun
sampel penelitian ini yaitu keaktifan belajar simulasi digital siswa-siswi kelas
X ATU 1 berjumlah 33 siswa dan X ATU 2 berjumlah 31 siswa SMK N 1
Ngablak smester II tahun ajaran 2015/2016.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan:
1) Metode observasi pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui
secara langsung proses pembelajaran di kelas untuk kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Selain itu, dengan menggunakan metode observasi peneliti juga
dapat mengetahui bagaimana penerapan media Grup Facebook untuk kelas
eksperimen, apakah dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam mata
pelajaran simulasi digital dengan model pembelajaran team teaching.
Penilaian pada masing-masing indikator dilakukan dengan skala guttman
[14]. Pemberian skor dalam metode ini adalah sebagai berikut, skor tertinggi
1 (satu) dan terendah 0 (nol). Cara pemberian bobot nilai yaitu, nilai 1 untuk
jawaban “ya” dan nilai 0 untuk jawaban “tidak” sesuai dengan munculnya
indikator saat pembelajaran berlangsung [14].
7
2) Metode angket merupakan metode pengumpulan data berupa beberapa
pertanyaan yang akan diberikan kepada siswa baik dalam kelas kontrol
maupun kelas eksperimen. Pertanyaan dalam angket yang diberikan kepada
siswa berdasarkan dari lembar observasi. [14] Penilaian pada lembar angket
dilakukan dengan skala likert, skala likert tersebut digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial.
3) Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan
menggunakan foto, video, rekaman suara dan catatan-catatan selama proses
penelitian di lapangan. Metode dokumentasi ini digunakan pada saat
penelitian berlangsung, sebagai bukti bahwa pelaksanaan penelitian benar-
benar dilakukan.
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil Penelitian Pertemuan Pertama
Perencanaan: Menyiapkan instrument penelitian berupa lembar
observasi yang digunakan untuk menilai keaktifan belajar siswa.
Pelaksanaan: Penerapan RPP. Selanjutnya setelah proses
pembelajaran di kelas usai, peneliti dan guru akan berperan aktif di
dalam Grup Facebook yang telah dibuat sebelumnya (diterapkan untuk
kelas eksperimen).
Pengamatan: Terdapat dua hasil pengamatan, yaitu hasil
pengamatan kelas kontrol dan kelas eksperimen. demikian hasil
pengamatan penelitian dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Kelas Kontrol
Tabel 2. Lembar Observasi Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan
Pertama X ATU 1 (kelas kontrol)
No Indikator (%) Kategori
Keaktifan
1 Siswa mengamati demonstrasi guru di kelas 81.82 Tinggi
2 Siswa mengajukan pertanyaan 60.61 Cukup
3 Siswa mengemukakan pendapat 69.70 Baik
4 Siswa mendengarkan penjelasan guru 72.73 Baik
5 Siswa memahami penjelasan guru 66.67 Baik
6 Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru di kelas 84.85 Tinggi
7 Siswa melakukan percobaan dengan benar 87.88 Tinggi
Keaktifan Keseluruhan 74.89 Baik
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa keaktifan belajar
siswa pertemuan pertama pada kelas kontrol apabila dihitung dalam
presentase menunjukkan angka 74.89%, itu berarti keaktifan belajar
siswa pada kelas kontrol dapat dikategorikan baik, hanya kurang dari 1%
untuk dapat dikategorikan keaktifan belajar siswa tinggi. Tingkat
keaktifan belajar siswa dikategorikan tinggi pada tiga item indikator,
yaitu siswa mengamati demonstrasi sebesar 81.82%, kemudian indikator
8
siswa mengerjakan tugas di kelas sebesar 84.85%, selanjutnya siswa
melakukan percobaan dengan benar 87.88%. Namun, dalam proses tanya
jawab siswa terlihat kurang aktif, hal tersebut dibuktikan pada indikator
siswa mengajukan pertanyaan hanya mendapatkan presentase sebesar
60.61%.
Kelas Eksparimen Tabel 3. Lembar Observasi Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan
Pertama X ATU 2 (Kelas Eksperimen)
No Indikator (%) Kategori
Keaktifan
1 Siswa mengamati demonstrasi guru di kelas 87.10 Tinggi
2 Siswa mengajukan pertanyaan 54.84 Kurang
3 Siswa mengemukakan pendapat 70.98 Baik
4 Siswa mendengarkan penjelasan guru 77.42 Tinggi
5 Siswa memahami penjelasan guru 74.19 Baik
6 Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru di kelas 90.32 Tinggi
7 Siswa melakukan percobaan dengan benar 70.98 Baik
Keaktifan Keseluruhan 75.19 Tinggi
Berdasarkan tabel di atas, pertemuan pertama di kelas eksperimen
menunjukkan keaktifan tinggi dalam mengikuti proses pembelajaran
simulasi digital, dengan hitungan presentase yang menunjukkan jumlah
>75% tepatnya sebesar 75.19%. Keaktifan belajar siswa terlihat sangat
menonjol pada saat mengerjakan tugas di kelas. Namun siswa
menunjukkan kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan terhadap materi
yang disampaikan guru.
Perbandingan Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan Pertama Tabel 4. Perbandingan Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan Pertama
Kelas Kontrol dan Eksperimen
No Indikator (%) Selisih
(%) Kontrol Eksperimen
1 Siswa mengamati demonstrasi guru di
kelas 81.82 87.10 5.28
2 Siswa mengajukan pertanyaan 60.61 54.84 5.77
3 Siswa mengemukakan pendapat 69.70 70.98 1.28
4 Siswa mendengarkan penjelasan guru 72.73 77.42 4.69
5 Siswa memahami penjelasan guru 66.67 74.19 7.52
6 Siswa mengerjakan soal yang diberikan
guru di kelas 84.85 90.32 4.47
7 Siswa melakukan percobaan dengan benar 87.88 70.98 16.9
Keaktifan Keseluruhan 74.89 75.19 0.3
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan keaktifan
keseluruhan kelas kontrol sebesar 74.89%, yang berarti keaktifan belajar
siswa pada kelas kontrol dikategorikan baik. Sedangkan pada kelas
eksperimen dengan menerapkan media Grup Facebook dengan
menunjukkan presentase sebesar 75,19%, dan dalam kategori tinggi
9
sehingga pada kelas eksperimen dikatakan memenuhi kriteria
keberhasilan dimana >75% siswa kelas dapat mengikuti proses
pembelajaran simulasi digital secara aktif. Selisih keaktifan belajar siswa
keseluruhan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen hanya terpaut
sedikit, yaitu 0.3% saja.
Refleksi: Dalam kegiatan ini, peneliti dapat mengevaluasi proses
pembelajaran pada pertemuan pertama yang telah dilaksanakan. Hal ini
berguna untuk memperbaiki proses pembelajaran pada pertemuan
berikutnya, sangat penting dilakukan untuk mengetahui kekurangan
dalam penerapan media Grup Facebook dalam mata pelajaran simulasi
digital dengan menggunakan model pembelajaran Team Teaching.
Hasil Penelitian Pertemuan Kedua
Perencanaan: Menyiapkan instrument penelitian berupa lembar
observasi yang digunakan untuk menilai keaktifan belajar siswa.
Pelaksanaan: Penerapan RPP yang telah disusun sebelumnya, pada
pelaksanaan di kelas peneliti hanya mengamati dan menilai keaktifan
belajar siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung (diterapkan
untuk kelas kontrol dan eksperimen). selanjutnya setelah proses
pembelajaran di kelas usai, peneliti dan guru akan berperan aktif di
dalam Grup Facebook yang telah dibuat sebelumnya (diterapkan untuk
kelas eksperimen).
Pengamatan: Terdapat dua hasil pengamatan, yaitu hasil
pengamatan kelas kontrol dan kelas eksperimen. demikian hasil
pengamatan penelitian dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Kelas Kontrol
Tabel 5. lebar Observasi Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan Kedua
X ATU 1 (kelas kontrol)
No Indikator (%) Kategori
Keaktifan
1 Siswa mengamati demonstrasi guru di kelas 75.76 Tinggi
2 Siswa mengajukan pertanyaan 69.70 Baik
3 Siswa mengemukakan pendapat 72.73 Baik
4 Siswa mendengarkan penjelasan guru 72.73 Baik
5 Siswa memahami penjelasan guru 69.70 Baik
6 Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru di kelas 78.79 Tinggi
7 Siswa melakukan percobaan dengan benar 69.70 Baik
Keaktifan Keseluruhan 72.73 Baik
Hasil dari pengamatan kelas kontrol pada pertemuan kedua
menunjukkan penurunan keaktifan belajar siswa secara keseluruhan.
Pada pertemuan pertama keaktifan belajar siswa sebesar 74.89%, pada
pertemuan kedua menurun menjadi 72.73%. Namun apabila dilihat satu
10
persatu item indikator keaktifannya, ada beberapa item indikator
keaktifan yang mengalami peningkatan.
Kelas Eksparimen Tabel 6. Lembar Observasi Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan
Kedua X ATU 2 (Kelas Eksperimen)
No Indikator (%) Kategori
Keaktifan
1 Siswa mengamati demonstrasi guru di kelas 77.42 Tinggi
2 Siswa mengajukan pertanyaan 77.42 Tinggi
3 Siswa mengemukakan pendapat 74.19 Baik
4 Siswa mendengarkan penjelasan guru 87.10 Tinggi
5 Siswa memahami penjelasan guru 67.74 Baik
6 Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru di kelas 83.87 Tinggi
7 Siswa melakukan percobaan dengan benar 70.98 Baik
Keaktifan Keseluruhan 76.97 Tinggi
Berbeda dengan kelas kontrol, kelas eksperimen justru mengalami
peningkatan keaktifan belajar siswa secara keseluruhan. Dari hasil
keseluruhan keaktifan belajar siswa pada pertemuan pertama sebesar
75.19%, kelas eksperimen meningkat menjaadi 76.96% pada pertemuan
kedua. Namun terlihat ada beberapa item indikator keaktifan kelas
eksperimen yang menurun pada pertemuan kedua.
Perbandingan Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan Kedua
Tabel 7. Perbandingan Keaktifan Belajar Siswa Pertemuan Kedua Kelas
Kontrol dan Eksperimen
No Indikator (%)
Selisih (%) Kontrol Eksperimen
1 Siswa mengamati demonstrasi guru di
kelas 75.76 77.42 1.66
2 Siswa mengajukan pertanyaan 69.70 77.42 7.72
3 Siswa mengemukakan pendapat 72.73 74.19 1.46
4 Siswa mendengarkan penjelasan guru 72.73 87.10 14.37
5 Siswa memahami penjelasan guru 69.70 67.74 1.96
6 Siswa mengerjakan soal yang
diberikan guru di kelas 78.79 83.87 5.08
7 Siswa melakukan percobaan dengan
benar 69.70 70.98 1.28
Keaktifan Keseluruhan 72.73 76.97 4.24
Dari tabel di atas, hasil keseluruhan keaktifan belajar siswa pada
pertemuan kedua menunjukkan kelas kontrol dikategorikan baik dengan
presentase sebesar 72.73%, dan kelas eksperimen masih dalam kategori
tinggi dengan hasil presentase sebesar 76.96%.
Dari hasil pertemuan pertama dan kedua, kelas eksperimen unggul
hasil keseluruhan keaktifan belajar siswa. Tetapi apabila dilihat satu
persatu item indikator keaktifan antara pertemuan pertama dan kedua,
11
kelas kontrol mengalami peningkatan pada beberapa item, dan kelas
eksperimen mengalami beberapa penurunan dalam beberapa item. Oleh
karena itu, penerapan Grup Facebook dengan model pembelajaran Team
Teaching pada mta pelajaran simulasi digital ini belum dapat dikatakan
berhasil.
Data Angket Selain data lembar observasi sebagai pengumpulan data, peneliti
juga menggunakan angket sebagai metode pengumpulan data sebagai
penguat data lembar observasi. Pernyataan yang tercantum dalam angket
merupakan pengembangan dari indikator yang sudah ditentukan pada
lembar observasi.
Tabel 8. Indikator Pernyataan Angket No Indikator Butir Jumlah
1 Siswa mengamati mendemonstrasikan guru di kelas 1, 2 2
2 Siswa mengajukan pertanyaan 3, 4 2
3 Siswa mengemukakan pendapat 5, 6 2
4 Siswa mendengarkan penjelasan guru di kelas 7, 8 2
5 Siswa memahami penjelasan guru 9, 10 2
6 Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru di kelas 11, 12, 13 3
7 Siswa melakukan percobaan dengan benar 14, 15 2
Angket dibagikan pada saat akhir pertemuan terhadap kedua kelas,
kelas kontrol dan eksperimen. Responden adalah kelas X ATU 1 (kelas
Kontrol) yang berjumlah 33 siswa, dan kelas X ATU 2 (kelas
eksperimen) yang berjumlah 31 siswa.
Adapun perbedaan penilaian pernyataan positif dan negatif sebagai
berikut.
Tabel 9. Skor Alternatif Jawaban [14].
Alternatif Jawaban Nilai
Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Kurang Setuju 2 3
Tidak Setuju 1 4
Contoh penilaian positif: “mengamati demonstrasi guru” apabila
presentase tinggi, menandakan bahwa banyak siswa yang memperhatikan
demonstrasi dari guru. Begitu juga sebaliknya.
Contoh penilaian negatif: “materi terlalu sulit” apabila presentase
tinggi, berarti banyak siswa yang menganggap bahwa materi yang
diberikan tidak lah sulit. Begitu juga sebaliknya.
12
Perhitungan Angket Pertemuan Pertama Tabel 10. Hasil perhitungan Angket Kelas Kontrol dan Eksperimen
Pertemuan Pertama
No Pernyataan Kontrol
(%)
Eksperimen
(%)
Selisih
(%)
1 Mengamati demonstrasi guru di kelas 78.03 84.68 6.65
2 Demonstrasi yang dilakukan guru di kelas
mudah dipahami 75.76 78.23 2.47
3 Mengajukan pertanyaan di kelas 73.48 85.48 12
4 Mengajukan pertanyaan di luar jam pelajaran 59.09 69.35 10.26
5 Memberikan pendapat dalam diskusi di kelas 75 78.23 3.23
6 Mengemukakan pendapat dalam diskusi di
luar kelas 55.30 64.52 9.22
7 Mendengarkan penjelasan guru di kelas 76.51 84.68 8.17
8 Memahami penjelasan guru 71.97 72.58 0.61
9 Materi yang diberikan guru terlalu sullit 71.97 72.58 0.61
10 Guru menjelaskan materi dengan baik 74.24 75 0.76
11 Mengerjakan tugas di kelas 69.70 72.58 2.88
12 Soal yang diberikan guru tidak ada dalam
materi pelajaran 75.76 83.87 8.11
13 Guru selalu memberikan tugas kelas 59.09 66.94 7.85
14 Guru memberikan contoh percobaan secara
jelas 76.51 81.45 4.94
15 Dapat melakukan percobaan dengan benar
sesuai contoh yang diberikan guru 71.97 79.03 7.06
Rata-rata 70.96 76.64 5.65
Dari tabel di atas, dapat dilihat dari data angket pertemuan pertama
yang diperoleh bahwa kelas eksperimen sedikit di atas kelas kontrol. Ada
beberapa indikator yang berhasil memenuhi krteria keberhasilan >75%
dalam kelas eksperimen seperti, mengamati demonstrasi guru 84,68%,
memahami demonstrasi guru 78,23%, mengajukan pertanyaan di kelas
85,48%, memberikan pendapat dalam diskusi kelas 78,23%,
mendengarkan penjelasan guru 84,68%, soal yang guru berikan sesuai
dengan materi 83,87%, guru memberikan contoh percobaan dengan jelas
81,45%, dan siswa dapat melakukan percobaan dengan benar 79,03%.
Pernyataan terendah terdapat pada indikator mengemukakan pendapat
dalam diskusi di luar kelas 64,52%.
Hasil angket pertemuan pertama menunjukkan, bahwa siswa
menganggap penerapan Grup Facebook pada model pembelajaran Team
Teaching dalam mata pelajaran simulasi digital membantu mereka untuk
belajar dengan lebih aktif.
13
Perhitungan Angket Pertemuan Kedua
Tabel 11. Hasil perhitungan Angket Kelas Kontrol dan Eksperimen
Pertemuan Kedua
No Pernyataan Kontrol
(%)
Eksperimen
(%)
Selisih
(%)
1 Mengamati demonstrasi guru di kelas 79.54 82.26 2.72
2 Demonstrasi yang dilakukan guru di kelas
mudah dipahami 82.57 81.45 -1.12
3 Mengajukan pertanyaan di kelas 77.27 86.29 9.02
4 Mengajukan pertanyaan di luar jam pelajaran 71.97 71.77 -0.2
5 Memberikan pendapat dalam diskusi di kelas 75 79.03 4.03
6 Mengemukakan pendapat dalam diskusi di
luar kelas 69.70 69.35 -0.35
7 Mendengarkan penjelasan guru di kelas 77.27 78.22 0.95
8 Memahami penjelasan guru 73.48 83.06 9.58
9 Materi yang diberikan guru terlalu sullit 73.48 83.06 9.58
10 Guru menjelaskan materi dengan baik 74.24 83.06 8.82
11 Mengerjakan tugas di kelas 71.97 76.61 4.64
12 Soal yang diberikan guru tidak ada dalam
materi pelajaran 76.51 83.87 7.36
13 Guru selalu memberikan tugas kelas 69.70 67.74 -1.96
14 Guru memberikan contoh percobaan secara
jelas 78.79 81.45 2.66
15 Dapat melakukan percobaan dengan benar
sesuai contoh yang diberikan guru 81.06 80.64 -0.42
Rata-rata 75.50 79.19 3.69
Berdasarkan hasil angket pertemuan kedua, kelas eksperimen unggul
dalam perhitungan angket. Dengan hasil presentase pada kelas kontrol
sebesar 75.50%, dan hasil presentase kelas eksperimen adalah 79.19%.
Peningkatan dari kelas kontrol dan kelas eksperimen pada pertemuan
kedua sebesar 3.69%.
Pembahasan Hasil Penelitian
Lembar Observasi
Hasil keseluruhan dari lembar observasi kelas kontrol pertemuan
pertama menunjukkan presentase sebesar 74.89% kemudian pertemuan
kedua sebesar 72.73%, ini menunjukkan adanya penurunan 2.16%.
Sedangkan kelas eksperimen pertemuan pertama 75.19% meningkat
1.77% menjadi 76.96% pada pertemuan kedua.
Apabila dilihat satu persatu item indikatornya, akan terlihat kenaikan
dan penurunan kelas kontrol dan eksperimen dari pertemuan pertama ke
pertemuan kedua. Kelas kontrol mengalami penurunan pada 3 item
indikator sebagai berikut, indikator mengamati demonstrasi guru
menurun 6.04%, indikator siswa mengerjakan tugas menurun 6.06%, dan
indikator siswa melakukan percobaan menurun 18.18%. Adapun
indikator yang tidak mengalami penurunan atau kenaikan yaitu pada
indikator mendengarkan penjelasan guru. Kenaikan yang terjadi juga
terdapat pada 3 item indikator, indikator mengajukan pertanyaan naik
14
9.09%, indikator mengemukakan pendapat naik 3.03%, dan indikator
memahami penjelasan guru naik 3.03%.
Sedangkan untuk kelas eksperimen juga mengalami hal serupa, 3
item indikator menurun yaitu, indikator mengamati demonstrasi guru
menurun 9.68%, memahami penjelasan guru menurun 6.45%, dan siswa
mengerjakan tugas menurun 6.45%. Pada kelas eksperimen juga terjadi
ada indikator yang tidak mengalami penurunan dan kenaikan yaitu, pada
item indikator siswa melakukan percobaan. Kenaikan pada kelas
eksperimen antara lain, indikator mengajukan pertanyaan naik 22.58%,
indikator mengemukakan pendapat naik 3.21%, dan indikator
mendengarkan penjelasan guru naik 9.68%.
Data Angket
Data angket menunjukkan, kelas kontrol pertemuan pertama sebesar
70.96% pertemuan kedua 75.50%. Kelas eksperimen pada pertemuan
pertama sebesar 76.64% dan pertemuan kedua 79.19%.
Adapun hasil angket, baik peningkatan maupun penurunan
pernyataan angket kelas kontrol dan eksperimen dari pertemuan pertama
ke pertemuan kedua sebagai berikut.
Tabel 12. Perubahan Hasil Angket kelas kontrol dan eksperimen
pertemuan pertama pertemuan kedua
No
Pertemuan
Kelas Kontrol
(%)
Naik
(%)
Turun
(%)
Pertemuan
Kelas
Eksperimen
(%)
Naik
(%)
Turun
(%)
1 2 1 2
1 78.03 79.54 1.51 - 84.68 82.26 - 2.42
2 75.76 82.57 6.81 - 78.23 81.45 3.22 -
3 73.48 77.27 3.79 - 85.48 86.29 0.84 -
4 59.09 71.97 12.88 - 69.35 71.77 2.42 -
5 75 75 - - 78.23 79.03 0.8 -
6 55.30 69.70 14.4 - 64.52 69.35 4.83 -
7 76.51 77.27 0.76 - 84.68 78.22 - 6.46
8 71.97 73.48 1.51 - 72.58 83.06 10.48 -
9 71.97 73.48 1.51 - 72.58 83.06 10.48 -
10 74.24 74.24 - - 75 83.06 8.06 -
11 69.70 71.97 2.27 - 72.58 76.61 4.03 -
12 75.76 76.51 0.75 - 83.87 83.87 - -
13 59.09 69.70 10.61 - 66.94 67.74 0.8 -
14 76.51 78.79 2.28 - 81.45 81.45 - -
15 71.97 81.06 9.09 - 79.03 80.64 1.61 -
Dari hasil angket yang diperoleh, dari semua pernyataan yang
terdapat pada lembar observasi kelas kontrol mengalami peningkatan,
tidak ada pernyataan yang menurun, namun ada 2 pernyataan yang tidak
mengalami perubahan hasil presentase. Dengan demikian dapat
15
disimpulkan bahwa kelas kontrol mengalami perubahan yang baik pada
pertemuan kedua.
Hasil angket kelas eksperimen menunjukkan adanya penurunan pada
2 pernyataan dalam lembar angket, dan 2 pernyataan yang tidak
mengalami perubahan hasil presentase lembar angket.
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa penerapan Grup Facebook belum dapat meningkatkan keaktifan
belajar siswa dalam mata pelajaran simulasi digital.
Hasil dari lembar observasi menunjukkan bahwa kelas eksperimen
lebih unggul dalam jumlah keseluruhan. Namun apabila dilihat dari item
indikator satu persatu, akan terlihat peningkatan dan penurunan baik
kelas kontrol maupun kelas eksperimen sama-sama pengalami
peningkatan dan penurunan.
Selain itu, hasil angket menunjukkan kelas kontrol sama sekali tidak
mengalami penurunan, hanya terlihat adanya 2 hasil pernyataan yang
tidak mengalami perubahan, hampir semua pernyataan dalam lembar
angket mengalami peningkatan. Sedangkan pada kelas eksperimen
terlihat, 2 pernyataan yang mengalami penurunan, 2 pernyataan tidak
mengalami perubahan dan selebihnya mengalami peningkatan.
6. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka untuk penelitian
selanjutnya agar lebih mempertimbangkan penggunaan media online
untuk meningktkan keaktifan belajar siswa. Akan lebih baik jika
penggunaan media online diterapkan pada saat proses belajar mengajar
berlangsung di dalam laboratorium komputer.
7. Daftar Pustaka
[1] Apriana, Candra, (2015). Pemanfaatan Jejaring Sosial Grup dalam
Facebook sebagai Sarana Pengelolaan Pembelajaran pada Mata
Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi Kelas X SMA (Siswa
Kelas X6 dan X7 SMAN 1 BANJARHARJO-BREBES), Semarang,
diakses tanggal 21 September 2015.
[2] Illah, Ato, (2012), Penerapan Model Inkuiri Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk Meningkatkan Keaktifan
Belajar Siswa. Bandung: Jurnal Tarbawi Vol. 1 No. 2, diakses tanggal
27 November 2015.
[3] Komalasari, Kokom, (2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan
Aplikasi, Bandung: PT. Refika Aditama.
[4] Suprijono, Agus, (2010). Cooperative Learning Teori & Aplikasinya
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
[5] Satya, Jati Prima, (2013), Evaluasi Pembelajaran Team Teaching pada
Program Keahlian Tehnik Instalasi Tenaga Listrik SMK N 2
16
Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, diakses
tanggal 9 Agustus 2015.
[6] Ahmadi, A, dan Prasetya, (2005), Strategi Belajar Mengajar.
Bandung: CV Pustaka Setia.
[7] Rahadi, Aristo (2003). Media Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas
Ditjen.
[8] Sanjaya, Wina, (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, Prenada Media Group.
[9] Arikunto, Suharsimi, dan Cepi Sarifuddin Abdul Jabar, (2010).
Evaluasi Program Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.
[10] A. M Sardiman, (2001), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar:
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
[11] Sudjana, Nana, (2004), Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar,
Bandung: Sinar Baru Algensindo. [12] Kurniali, Sartika (2009). Step by Step Facebook the Next Level.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo. [13] Sanjaya, Ridwan. (2009). Panduan Cepat Menguasai Facebook,
Jakarta: PT Elex Media Komputindo. [14] Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
[15] Dawson, Catherine (2010), Metode Penelitian Praktis Sebuah
Panduan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.