Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH MU’TAZILAH
TERHADAP KONSEP MUH{KAM-MUTASYA
i
ii
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
NOTA DINAS PEMBIMBING
SURAT PERYATAAN
HALAMAN PENGESAHAN
MOTTO
PERSEMBAHAN
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
ABSTRAK ..........................................................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................................
DAFTAR ISI………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 7
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................... 8
D. Telaah Pustaka ............................................................................ 9
E. Metode Penelitian ....................................................................... 12\
F. Sistematika Pembahasan ............................................................ 13
BAB II DESKRIPSI KRITIS KONSEP MUH{KAM-MUTASYAbih ............................... 15
B. Penentuan Ayat-ayat Muh}kama>t dan Ayat-ayat Mutasya>biha>t
C. Pengetahuan tentang Mutasya>bih …........................................ 32
26
iii
xiv
BAB III DESKRIPSI TENTANG MU’TAZILAH DAN AZ-
ZAMAKHSYARI
A. Sejarah Perkembangan Mu’tazilah…....................................
1. Pengertian Mu’tazilah ……………..................................
2. Asal-usul Kemunculan Mu’tazilah…...................................
3. Ajaran Mu’tazilah………………………………………….
4. Tokoh-tokoh Mu’tazilah…………………………………..
5. Perkembangan Mu’tazilah………………………................
B. Biografi az-Zamakhsyari………………………………………
1. Riwayat Hidup az-Zamakhsyari…………………………...
2. Karya-karya az-Zamakhsyari………………………………
3. Tafsir al-Kasysya>f………………………………………….
a. Latar Belakang Penulisan……………………………….
b. Sumber Penulisan…………………………………….....
c. Corak dan Metode Penafsiran…………………………...
BAB IV PENGARUH MU’TAZILAH TERHADAP KONSEP
MUH{KAM-MUTASYAbiha>t……………. 70
C. Asas Ajaran Mu’tazilah dalam Ta’wi>l Ayat-ayat Mutasya>biha>t
dalam al-Kasysya>f…………………………………………….. 76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………. ........................................................ …….. 87
B. Saran………… .......................................................................... 88
40
40
41
44
50
52
57
57
60
61
61
62
63
iv
xiv
DAFTAR PUSTAKA………. ................................................................. …….. 90
RIWAYAT HIDUP
v
MOTTO
Kenapa hari musti berubah lilin kecil dan
Keredupan gunung-gunung langit
Juga kerdip batu-batu di atas sana
Selimut-selimut bocah seperti pohon yang
kedinginan oleh siraman cahaya rembulan
Lalu dekap-dekap merayap dalam gelap
Menyusupi kelopak yang telungkup di atas bola
Ditendang dalam mimpi dan khayalan terdalam
Hingga seluruh dunia dan isinya
Dipermainkan dalam hitam putih
Satu persatu dicentang dari daftar
Suguhan pesta tawa
Dalam siang yang tak terang
Diganti bohlam-bohlam
Tanpa pijar
Hampir sekeras matahari
Lalu seruling merekam kebisuan hutan
Dijejak bocah-bocah akar
Diam.
MALAM
MENEMUI TUHAN DALAM DIAM MELAFALKAN HATI TANPA KALAM
PERSEMBAHAN
Untuk Lia Sholicha
PEDOMAN TRANSLITERASI
Peedoman transliterasi yang8 dipakai dalam penyusunan skripsi ini
merupaan gabungan atas bebrapa bagian dari pedoman yang telah ditetapkan,
diantaranya : Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia, nomor; 158 Tahun 1987 dan Nomor
0543b/U/1987, Tm Puslitbang Lektur Keagamaan, Pedoman Transliteraswi Arab-
Latin (Jaarta : Proyek Pengkajian dan Pengembangan Letur Pendidikan Agama
Depag, 2003) dan pedoman transliterasi yang disusun oleh Chamamah Soeratno
dewngan sedikit perubahan dari penulis.
I. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan
Ba‘ B Be
Ta' T Te
s\a S| Es (dengan titik di atas)
Jim J Je
H{a‘ H{{ Ha (dengan titik di bawah)
Kha' Kh Ka dan Ha
Dal D De
Z|al Z| Zet (dengan titik di atas)
Ra‘ R Er
Zai Z Zet
Sin S Es
Syin Sy Es dan Ye
S}}ad S{ Es (dengan titik di bawah)
D{ad D{ De (dengan titik di bawah)
T{a'> T{ Te (dengan titik di bawah)
Z{a' Z{ zet (dengan titik di bawah)
‘Ain ‘ koma terbalik ( di atas)
Ghain Gh Ge dan Ha
Fa‘ F Ef
Qaf Q Qi
Kaf K Ka
Lam L El
Mim M Em
Nun N En
Wawu W We
Ha’ H Ha
Hamzah ’ apostrof
Ya' Y Ye
II. Konsonan Rangkap Tunggal karena Syaddah ditulis Rangkap
ditulis muta’addidah
ditulis ‘iddah
III. Ta’ Marbutah diakhir kata
a. Bila dimatikan tulis h
ditulis H}ikmah
ditulis Jizyah
(ketentuan ini tidak diperlukan kata-kata Arab yang sudah terserap ke
dalam bahasa Indonesia, seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali bila
dikehendaki lafal aslinya)
b. Bila diikuti kata sandang ‚al‛ serta bacaan kedua itu terpisah, maka
ditulis h.
ditulis Kara>mah al-auliya>’
c. Bila Ta' marbu>t}ah hidup dengan harakat, fath}ah, kasrah, atau d}ammah
ditulis t.
ditulis Zaka>t al-fit}rah
IV. Vokal Pendek
fath}ah ditulis a
kasrah ditulis I
d{ammah ditulis u
V. Vokal Panjang
1 FATHAH + ALIF
ditulis
ditulis
a>
Ja>hiliyah
2 FATHAH + YA’MATI ditulis
ditulis
a>
Tansa>
3 FATHAH + YA’MATI
ditulis
ditulis
i>
Kari>m
4 DAMMAH + WA>WU MATI ditulis
ditulis
u>
Furu>d{
VI. Vokal Rangkap
1 FATHAH + YA’ MATI ditulis
ditulis
Ai
bainakum
2 FATHAH + WA>WU MATI ditulis
ditulis
Au
qaul
VII. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof
ditulis a antum
ditulis u’iddat
ditulis la’in syakartum
VIII. Kata sandang alif lam
a. Jika diikuti huruf Qomariyyah ditulis dengan menggunakan "al" dan
ditambahh tanda penghubung ‚-‚
ditulis al-Qur’a>n
ditulis al-Qiya>s
b. Jika dikuti huruf Syamsiyyah, ditulis sesua dengan bunyinya dan
ditambahan tanda penghubung ‚-‚
ditulis as-Sama>'
ditulis as-Syams
IX. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat ditulis menurut bunyi atau
pengucapannya
ditulis Z|awī al-Furu>d{
ditulis Ahl al-Sunnah
ABSTRAK
Mu’tazilah adalah golongan yang bersikap statis dalam hal politik pada
masa pertikaian antara Ali dan Aisyah. Namun dalam hal ideologi teologis
mereka lebih mengedepankan rasio dalam memahami al-Qur’an. Menurut
jumhur ulama’ salah satu fungsi al-Qur’an adalah sebagai sumber utama hukum
Islam. Sementara kaum Mu’tazilah menekankan bahwa posisi akal lebih utama
daripada al-Qur’an, sehingga al-Qur’an hanya menjadi bahan konfirmasi atau
pembanding. Faham yang diunggulkan sekte ini adalah us}u>l al-khamsah. Dalam banyak hal jumhur ulama’ banyak menentang faham yang mereka kembangkan.
Sebagai salah satu ulama’ besar Mu’tazilah, az-Zamakhsyari
menghasilkan kitab al-Kasysya>f, karya monumental dalam bidang tafsir. Karya tersebut tidak dapat disangkal merupakan manivestasi militansi pembelaan
terhadap sekte Mu’tazilah yang dianutnya. Sesuai dengan muqaddimahnya,
mengenai karya tafsirnya tersebut az-Zamakhsyari mengatakan bahwa
penyusunan tafsir ini didorong oleh ulama’ Mu’tazilah, untuk kepentingan ajaran
sekte itu.
Persoalan muh}kam-mutasya>bih yang termasuk dalam keluarga ilmu tafsir al-Qur’an memberikan lahan yang cukup luas untuk menanamkan pengaruh
faham kemaz\haban. Tidak luput pula az-Zamakhsyari dalam hal ini terbawa oleh
nuansa kemaz\haban dalam mengungkap makna-makna tasybi>h. Mu’tazilah yang menjadi latar belakang utama penyusunan kitabnya juga tidak segan-segan
mendayagunakan az-Zamakhsyari. Pada tafsirnya az-Zamakhsyari menyikapi
ayat yang muh}kam dan yang mutasya>bih dengan menunjukan sisi-sisi pembelaan terhadap Mu’tazilah. Dalam penelitian ini dikaji sejauh mana pengaruh
Mu’tazilah terhadap az-Zamakhsyari dalam konsepsinya tentang muh}kam-mutasya>bih dalam al-Kasysya>f.
Dari penelitian ini, az-Zamakhsyari terpengaruh oleh Mu’tazilah terlihat
dari pengertian konsep muh}kam-mutasya>bih, yakni berpegang pada kebebasan kehendak (termasuk berpikir) dan keunggulan akal guna membongkar makna al-
Qur’an tanpa melepaskannya untuk diserahkan ta’wilnya kepada Tuhan. Kedua, dalam menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat az-Zamakhsyari menggunakan majaz dan tams}i>l untuk menolak kemungkinan makna yang musykil semisal sifat antropomorfistik ketuhanan. Dalam Mu’tazilah ayat-ayat harus rasional, jika
tidak sejalan dengan akal maka harus dicari dari segi kebahasaannya, meskipun
mengacuhkan makna z}ahir ayat. Ketiga, ayat yang ditemukan unsur dari kelima prinsip ajaran Mu’tazilah (us}u>l al-khamsah) di dalamnya, menjadi kesempatan az-Zamakhsyari mengobarkan makna untuk memperkuat maz\habnya, sehingga
al-Qur’an seakan menjadi alat legitimasi kemaz\haban bagi mereka.
i
KATA PENGANTAR
Dalam memaknai pertemuan dengan Anda, pembaca, segala puji bagi
Allah dalam tiap keadaan. Karena waktu kini terukir berbagai ajaran yang beliau
bawa, maka shalawat salam untuk Nabi Muhammad SAW.
Kehidupan ini dipenuhi harapan sekaligus kekhawatiran, maka dalam
setiap pencapaian terdapat penghargaan. Berjalan dengan penuh harap, agar
setiap langkah ditempuh untuk sampai pada sebuah tujuan. Ketika semua yang
menghadang terlewati maka siap menghembuskan nafas kepuasan tanpa kesah
penyesalan. Setelah tiba pada yang dituju, kesalahan yang ada dalam renungan
introspeksi menjadi pelajaran untuk melangkah lebih tegar dan sepenuh tenaga
pada perjalanan selanjutnya.
Pada kesekian jejak langkah penulis, alhamdulillah, terselesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul Pengaruh Mu’tazilah terhadap Konsep
Muh{kam-Mutasya>bih (studi analisis kitab tafsir al-Kasysya>f karya az-
Zamakhsyari). Pada pencapaian ini penulis menyadari banyak pihak yang turut
mengulurkan hingga menjabat tangan, dalam mendorong dan turut serta
membantu. Penulis mengucapkan banyak terimakasih.
Yogyakarta, 6 November 2013
Penulis
M. Maghfur Amin
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Umat Islam sepakat bahwa al-Qur’an s}a>lih} li kulli zama>n wa
maka>n,1 akan tetapi mereka memiliki pemahaman yang berbeda terhadap
pernyataan tersebut. Sebagian memahaminya secara tekstual, artinya
teks al-Qur’an saja yang akan bertahan sampai hari kiamat nanti.
Sementara sebagian yang lain memahaminya secara kontekstual, bahwa
yang akan lestari adalah isi dan kandungan Al-Qur’an. Namun, keduanya
tetap berangkat dari apresiasi terhadap al-Qur’an.
Pada zaman Nabi, usaha umat Islam dalam memahami al-Qur’an
tidak mengalami kesulitan yang berarti, karena mereka adalah orang
Arab yang memahami bahasa Arab. Sebagaimana firman Allah di dalam
al-Qur’an surat Yu>suf ayat 2 yang menjelaskan bahwa al-Qur’an
diturunkan dalam bahasa Arab. Selain itu, al-Qur’an sengaja diturunkan
dan mengiringi mereka, sehingga tidak ada jarak ruang dan waktu.
Meskipun begitu, bukan berarti bahwa para sahabat bisa memahami
keseluruhan ayat al-Qur’an dan memiliki pemahaman yang sama. Jika
ada ayat-ayat yang tidak dapat dipahami, maka para sahabat bisa saling
1 Abdul Mustaqim, Epistemologi Tafsir Kontemporer, (Yogyakarta: LKiS
Yogyakarta, 2010), hlm. 54
2
bertanya di antara mereka.2 Atau jika tidak ada yang memahami, mereka
bisa menanyakan langsung kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
mubayyin (penjelas) yang menjelaskan kepada para sahabat tentang
maksud dan kandungan ayat tertentu.3
Ketika Nabi wafat, tidak ada tokoh tunggal yang mempunyai
otoritas sebagai penjelas ayat-ayat al-Qur’an, sehingga para sahabat
mulai melakukan ijtihad. Seiring dengan perjalanan waktu dan
perkembangan pemikiran manusia, maka pemahaman serta kebutuhan
terhadap perangkat-perangkat untuk membaca dan memahami al-Qur’an
pun terus berkembang—yang kemudian disebut dengan ‘ulu>mul Qur’a>n.4
2 Lihat antara lain, Muhammad bin Isma’il Abu Abdillah al-Bukhariy, al-Jami’ as-
shahi>h, cet. III, (Berirut: Dar Ibn Katsir, 1987), tahqi>q Mustafa Dib al-Bagh, juz. I, Hlm. 21, nomor 32, juz. III, hlm. 1226
3 Misalnya, penjelasan Nabi terhadap pertanyaan sahabat ketika turun al-An’a>m:
82. Para sahabat bertanya: ‚Siapa di antara kami yang tidak menz}a>limi dirinya sendiri?‛ Nabi menafsirkan kata z}ulm tersebut dengan syirk. Hal ini berdasarkan QS. Luqman: 13
4 Secara esensial ‘ulumul Qur’an telah ada semenjak masa Nabi, yaitu semenjak al-
Qur’an diturunkan. Namun, belum ada proses kodifikasi ilmu-ilmu al-Qur’an. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) belum mendesaknya kebutuhan untuk itu, (2)
kebanyakan para sahabat ummi dan sulitnya didapatkan alat-alat tulis, dan (3) adanya larangan Nabi untuk menuliskan segala sesuatu selain al-Qur’an. Nabi bersabda: ‚Janganlah kamu sekalian menulis dari ku. Barang siapa yang menulis dari ku selain al-Qur’an, maka hapuslah. Beritahukanlah kepada ku, jangan takut. Barang siapa yang berdusta kepada ku dengan sengaja, maka tunggulah tempat duduknya dari api neraka.‛ Larangan yang begitu keras ini dikarenakan ketakutan bercampurnya al-Qur’an dengan hal selain al-Qur’an. Lihat
Subhi as-Salih, Maba>h}is\ fi ‘Ulu>m al-Qur’a>n, (Beirut: Dar al-‘Ilm li al-Malayin, 1977), hlm. 119-120. Dalam konteks sebuah istilah, ulumul Qur’an baru dikenal pada akhir abad III dan
awal abad IV, yaitu ketika Muhammad bin Khalaf bin al-Murazban (w. 309 H) menyusun
kitab yang berjudul al-H{awi fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n. Lihat Fahd Abdurrahman ar-Rumi, Ulu>mul Qur’a>n; Studi Kompleksitas al-Qur’a>n, terj. Amirul Hasan dan Muhammad H{alabi, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 2003), Cet. III, hlm. 66. Setelah itu, karya-karya mengenai
ulumul Qur’an terus berkembang, baik karya yang membahas khusus satu tema, maupun
yang membahas banyak tema, seperti al-Burha>n fi>‘Ulu>m al-Qur’a>n karya az-Zarkasyi dan at-Tah}bi>r fi> ‘Ulu>m at-Tafsi>r karya as-Suyu>t}i yang, menurut Masjfuk Zuhdi, tercakup di dalamnya 102 ilmu, serta al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m al-Quran yang walau terdiridari 80 ilmu, akan tetapi dengan muatan yang padat, sehingga jika dirinci, maka akan terdapat 300 ilmu di
3
Pertama-tama ‘Us \ma>n bin ‘Affan yang telah meletakkan dasar
bagi yang dinamakan dengan ilmu rasm al-Qur’a>n (rasm al-‘Us \ma>ni).5
Kemudian Ali bin Abi Tha>lib dianggap sebagai peletak dasar ilmu
nahwu, yang kemudian diikuti oleh ilmu i’ra>b al-Qur’a>n.6 Tersebarnya
para sahabat ke berbagai penjuru untuk mengajarkan al-Qur’an
menjadikan transmisi ilmu ke generasi selanjutnya (ta>bi’i>n) kian pesat.
Hal ini terlihat dengan adanya lembaga-lembaga kajian yang lazim
disebut dengan Madrasah at-Tafsi>r.7
Setelah berakhirnya periode ta>bi’in, mulailah masa kodifikasi.
Kodifikasi ‘ulu>mul Qur’a>n melalui proses yang panjang untuk menjadi
dalamnya. Lihat Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an, (Surabaya: CV Karya Abditama, 1997), Cet. V, Hlm. 30
5 Islam telah menyebar ke berbagai penjuru dan mereka berbaur dengan orang-
orang yang tidak memahami bahasa Arab. Para sahabat diutus ke wilayah-wilayah baru
tersebut untuk mengajarkan al-Qur’an dan masalah-masalah keagamaan. Karena al-Qur’an
diturunkan dengan tujuh dialek, maka para sahabat mengajarkan dengan dialek tersebut.
Penduduk Syam membaca dengan lafal Ubay bin Ka’ab dan penduduk Irak dengan lafal
‘Abdulla>h bin Mas’u>d. Ketika perang menaklukkan Armenia dan Azerbaijan, yang dalam
pasukan ini berkumpul penduduk Syam dan Irak, maka terjadilah perselisihan akibat adanya
perbedaan dialek antara keduanya. Masing-masing mengklaim mereka lah yang benar dan
mengkafirkan yang lain. Huz\aifah al-Yama>ni merasa khawatir menyaksikan hal ini,
sehingga dia mengadukannya kepada khalifah ‘Usma>n bin ‘Affa>n. Ternyata ‘Usma>n juga
mengalami hal yang sama di Madinah, di mana para guru mengajarkan dengan bacaan
masing-masing, sehingga terjadi perselisihan dan pertengkaran. Akhirnya, setelah
bermusyawarah dengan sahabat yang lain, ‘Usma>n memutuskan untuk mengumpulkan al-
Qur’an menjadi satu dialek. Untuk itu dibentuklah panitia pengumpul al-Qur’an yang
diketuai oleh Zaid bin S|a>bit.‘Usman memerintahkan untuk mengumpulkan al-Qur’an di
dalam satu mushaf, yaitu mus}h}af al-Ima>m dan memerintahkan umat Islam untuk membakar semua tulisan selainnya. Lihat Fahd Abdurrah}ma>n ar-Ru>mi, ‘Ulu>mul Qur’a>n; Studi Kompleksitas al-Qur’an, terj. Ami>rul H{asan dan Muhammad H{alabi, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 2003), Cet. III, Hlm. 119-121 dan Muhammad ‘Abd al-‘Az}im az-Zarqani,
Mana>hil al-‘Irfa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n (t. t. p, ‘Isa al-Bab al-Halabi, t. t.), hlm. 30 6 Semakin banyaknya umat Islam yang berasal dari bangsa ‘ajam, ditakutkan
terjadi pembelokan bahasa Arab dan kesalahan dalam pembacaan al-Qur’an, maka ‘Ali
memerintahkan Abu Aswad ad-Du’ali untuk menyusun kaidah-kaidah bahasa Arab. Lihat
Muhammad ‘Abd al-‘Az}im az-Zarqani, Mana>hil al-‘Irfa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, Jilid. I, hlm. 30
7 Fahd Abdurrah}ma>n ar-Ru>mi, ‘Ulu>m al-Qur’a>n…, hlm. 58-60
4
seperti yang dikaji sekarang ini. Hal ini sesuai dengan kebutuhan dalam
memahami ayat-ayat al-Qur’an. Oleh karena itu, semakin jauh dari masa
diturunkannya al-Qur’an, semakin banyak pula ilmu yang dibutuhkan
agar dapat memahami al-Qur’an semaksimal mungkin—karena ikhtiar
manusia memahami pesan ilahi hanya bisa mencapai tingkat pemahaman
relatif dan tidak bisa mencapai pemahaman yang absolut. Begitu juga
dalam upaya mengungkap kandungan al-Qur’an yang siap menjadi kitab
ajaran yang sesuai menuntun dengan arah yang baik pada perkembangan
kehidupan manusia.
Perkembangan ‘ulu>mul Qur’a>n ini terus berlanjut hingga zaman
kontemporer. Nama-nama bermunculan dari para Ulama yang telah
membuahkan pemikiran-pemikiran tentang al-Qur’an, baik yang sepakat
dan meneruskan konsep-konsep lama, maupun yang mengkritisi dan
mengevaluasi konsep-konsep lama yang dianggap tidak menjawab
tantangan zaman atau tidak sesuai dengan nilai-nilai universal al-Qur’an.
Di antara tokoh-tokoh studi al-Qur’an kontemporer adalah Ami>n al-
Khulli, Nas}r H>{amid Abu Zayd, Muh{ammad Syahru>r, dan Abdulla>h
Ah{mad an-Na’i>m.
Di antara konsep-konsep ‘ulu>mul Qur’a>n yang tidak pernah
berhenti menjadi perdebatan di kalangan ulama adalah konsep-konsep
seperti makkiy-madaniy, na>sikh-mansu>kh, dan muh}kam-mutasya>bih.
Perdebatan seputar konsep-konsep ini tidak pernah berhenti, selalu ada
5
pemahaman baru, baik mengenai makna konsep itu sendiri, maupun
mengenai pembagian ayat-ayatnya.
Perdebatan persoalan makkiy-madaniy, berputar pada persoalan
kriteria dan klasifikasi ayat, mana yang termasuk ayat-ayat makkiyyah
dan mana yang termasuk ayat-ayat madaniyyah. Konsep na>sikh-mansu>kh
lebih diperdebatkan lagi, pro-kontra persoalan ini telah bermula pada
zaman-zaman awal. Umat Islam sepakat bahwa tidak ada kontradiksi di
dalam ayat-ayat al-Qur’an. Meskipun ada ayat-ayat yang tampak seolah
kontradiktif, akan tetapi sebenarnya semuanya bisa dikompromikan.
Umumnya dalam proses kompromi inilah ulama’ berbeda pendapat.
Sebagian ulama’ mengkompromikan tanpa menyatakan ada ayat-ayat
yang dibatalkan, dihapus, atau tidak berlaku lagi dan sebagian yang lain
menyatakan sebaliknya.8 Selain itu, perdebatan juga muncul karena kata
naskh yang memiliki banyak arti.
Konsep muh}kam-mutasya>bih tidak kalah diperdebatkan
dibandingkan konsep-konsep sebelumnya. Bahkan merupakan salah satu
konsep yang kontroversial sepanjang sejarah antara ulama kalam, fiqih,
dan lainnya. Perdebatan ini tidak hanya terjadi pada tataran konsep
ulu>mul Qur’a>n, akan tetapi juga pada penafsiran, yaitu penafsiran
terhadap ayat al-Qur’an karena konsep ini mengambil dasarnya di dalam
al-Qur’an surat An ayat 7.
8 H{asbi as-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an Tafsir, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1954), hlm. 108-111
6
Perdebatan yang muncul di dalam konsep muh}kam-mutasya>bih
adalah seputar makna, penentuan ayat-ayatnya, dan sikap yang
diberlakukan pada keduanya, yaitu pemahaman terhadapnya diserahkan
kepada Allah atau akan dicari ta’wilnya. Pencarian makna dilakukan
dengan cara yang berbeda, yaitu dipahami secara tekstual untuk ayat-
ayat yang muh}kama>t dan dicari ta’wilnya untuk ayat-ayat yang
mutasya>biha>t. Hal ini karena pada ayat-ayat yang muh}kama>t, makna
dapat ditangkap langsung dari teks. Sedangkan pada ayat-ayat
mutasya>biha>t makna tidak jelas, melainkan tersembunyi.
Dalam penulisan kitab tafsirnya al-Kasysya>f ‘an H{aqa>’iq at-
Tanzin al–Aqa>wi>l fi Wuju>h at-Ta’wi>l, az-Zamakhsyari
didorong oleh permintaan suatu kelompok Mu’tazilah yang bernama al-
Fi>’ah an-Na>jiyah al-‘Adliyah .9 Seperti yang dikatakannya dalam
muqaddimah tafsir al-Kasysya>f: ‚… mereka menginginkan sebuah kitab
tafsir dan kemudian saya diminta untuk mengungkap hakekat makna al-
Qur’an dan semua kisah yang terdapat di dalamnya, termasuk aspek
ta’wilnya‛.10
Dengan dorongan tersebut, az-Zamakhsyari mulai menulis kitab
tafsirnya pada tahun 526 H. Gagasan penafsiran az-Zamakhsyari ini
mendapat sambutan hangat dari berbagai negeri. Desakan pengikut-
9 Malik Madani, ‚al-Kasysyaf. Tafsir Mu’tazilah dalam Literatur Kaum Sunni‛,
dalam Pesantren, Vol. VIII, No. I, 1991, hlm. 89 10
Az-Zamakhsyari, al-Kaysyaf ‘an Haqa’iq at-Tanzil wa ‘Uyun al-Aqawil fi Wuju at-Ta’wil (Tt.: Intisyarat Afab, tt.) hlm. 17-20
7
pengikut Mu’tazilah di Makkah dan atas dorongan al-H>{asan Ali ibn
H>{amzah ibn Wahha>s, az-Zamakhsyari> tergugah untuk menyelesaikan
penulisan tafsirnya. Sehingga pada tahun 528 H, dengan waktu penulisan
kurang lebih 30 bulan, al-Kasysya>f terselesaikan.11
Dengan beberapa pengamatan tersebut di atas, penulis ingin
meneliti lebih lanjut mengenai keterpengaruhan az-Zamakhsyari oleh
Mu’tazilah tentang konsep muh}kam-mutasya>bih. Sementara Mu’tazilah
dalam banyak hal mengedepankan kebebasan kehendak manusia.
Kedudukan akal yang diasumsikan bahwa akal mampu menentukan baik
buruk tanpa perantara Rasul. Sehingga wahyu hanya berfungsi sebagai
sarana konfirmasi. Jika konsep seperti itu menjadi suatu epistemologi
yang berpengaruh dalam proses seorang mufassir dalam memahami al-
Qur’an, maka ideologi dasar tersebut akan menghasilkan resepsi yang
berbeda terhadap al-Qur’an dan kandungannya. Produk tafsirnya tentu
berbeda pula.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut dirumuskan pertanyaan-pertanyaan
yang akan dijawab di dalam skripsi ini. Adapun rumusan masalah sebagai
berikut:
1) Sejauh mana pengaruh Mu’tazilah dalam konsepsi az-Zamakhsyari
tentang muh}kam-mutasya>bih?
11
Az-Zamakhsyari, al-Kasysya>f, (CD Program al-Maktabah asy-Sya>milah), jilid IV, Hlm. 304
8
2) Bagaimana metode analisa (ta’wi>l) az-Zamahsyari terhadap ayat-ayat
muh}kama>t dan mutasyabiha>t?
3) Dalam ayat-ayat tentang apa pengaruh Mu’tazilah tampak dalam
penafsiran az-Zamakhsyari terhadap ayat-ayat muh}kama>t dan
mutasyabiha>t?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan target yang ingin dicapai
peneliti dalam menjawab pertanyaan yang diangkat dalam rumusan
masalah. Sebagai tujuan penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui pengaruh Mu’tazilah terhadap konsepsi az-
Zamakhsyari tentang muh}kam-mutasya>bih.
2) Untuk mengatahui bagaimana metode analisa (ta’wi>l) az-
Zamahsyari terhadap ayat-ayat muh}kama>t dan mutasyabiha>t?
3) Untuk mengetahui dalam ayat-ayat tentang apa pengaruh
Mu’tazilah tampak dalam penafsiran az-Zamakhsyari terhadap
ayat-ayat muh}kama>t dan mutasyabiha>t?
2. Kegunaan Penelitian
a. Penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan keilmuan,
khususnya dalam ilmu-ilmu al-Qur’an dan tafsir serta ilmu tafsir.
Dimana az-Zamakhsyari adalah sosok ilmuwan yang cukup
kontributif sesuai ekspertasi di bidang keilmuannya.
9
b. Hasil penelitian ini dapat menjadi pijakan dan inspirasi bagi
peneliti selanjutnya, khususnya di bidang ‘ulu>mul-Qur’a>n
terkhusus lagi mengenai muh}kam-mutasya>bih.
c. Pembahasan muh}kam-mutasya>bih sendiri perlu pengembangan
baik dalam bidang konsep maupun aplikasi penafsiran, karena
perangkat ini termasuk ‘pisau bedah’ dalam membongkar
kandungan al-Qur’an. Penelitian ini akan memberikan gambaran
tentang perspektif yang ada dalam bidang keilmuan al-Qur’an.
D. Telaah Pustaka
Kontribusi az-Zamakhsyari dalam dunia keilmuan sudah sangat
masyhur. Telah banyak karyanya digali dan diteliti untuk kepentingan
keilmuan, baik dalam bentuk buku atau pun karya tulis dalam studi di
berbagai Perguruan Tinggi.
Banyak tulisan-tulisan yang mengangkat tentang pemikiran az-
Zamakhsyari dan tafsir al-Kasysya>f-nya. Di antaranya tulisan Fauzan
Naif ‚Pandangan az-Zamakhsyari tentang Kebebasan Manusia‛. Tulisan
tersebut mengemukakan dua pembahasan pemikiran az-Zamakhsyari,
yaitu tentang pembebasan manusia dalam perbuatannya, serta kedudukan
dan peran akal. Pembahasan pertama, Fauzan menjelaskan bahwa
kebebasan kehendak manusia (h}urriyyah al-ira>dah), yang dalam
praktiknya berwujud perbuatan (fi’il) tidak ada sangkut pautnya dengan
kehendak bebas manusia sendiri. Sementara dalam pembahasan kedua,
10
diterangkan bahwa akal mampu secara mandiri mengetahui baik dan
buruk tanpa bantuan Rasul. Sehingga wahyu hanyalah sebagai media
konfirmasi. Pendapat ini memperkuat asumsi kemerdekaan manusia.12
Dalam tulisan Fauzan Naif yang lain berjudul ‘Al-Kasysya>f karya
az-Zamakhsyari’, dibahas seputar latar belakang tokoh Mu’tazilah, yakni
az-Zamakhsyari dan kelebihan tafsir al-Kasysyaf, baik dari sisi
metodologisnya maupun contoh penafsirannya.13
Selain itu Sa’ad Abdul Wah}id juga membahas ‚Zamakhsyari dan
Tafsir al-Kasysya>f‛. Pembahasan yang disajikan sebenarnya tidak jauh
berbeda dengan tulisan Fauzan, namun Sa’ad lebih menyoroti retorika
az-Zamakhsyari. Jika diperhatikan dengan cermat penafsiran az-
Zamakhsyari menjelaskan bahwa al-Qur’an mengandung balaghah yang
tinggi, al-Qur’an banyak menggunakan retorika dengan menggunakan
isti’a>rah, maja>z dan bentuk retorika lainnya.14
Sedangkan tulisan yang membahas muh}kam-mutasya>bih antara
lain adalah tulisan Syamsu Rizal Panggabean yang berusaha menjelaskan
konsep muh}kam-mutasya>bih dengan mengungkap makna historis kedua
terma tersebut di dalam al-Qur’an.15
Syahrur di dalam karya besarnya al-
12
Fauzan Naif, ‚Pandangan az-Zamakhsyari tentang Kebebasan Manusia‛ dalam
Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an dan Hadis, Vol. ,1, No. 1 Juli 2000, hlm. 33-45
13
Fauzan Naif, ‘Al-Kasysya>f karya az-Zamakhsyari’, dalam A. Rofiq (Ed.), Studi Kitab Tafsir (Yogyakarta: Teras, cet. I, 2004), hlm. 43-61
14 Sa’ad Abdul Wahid, ‘Zamakhsyari dan Tafsir al-Kasysyaf dalam M. Amin
Abdullah dkk., Rekonstruksi Metodologi Ilmu-ilmu Keislaman, (Yogyakarta: Suka Press, 2003), hlm. 269
11
Kita>b wa al-Qur’a>n; Qira>’ah Mu’a>shirah membagi al-Qur’an menjadi
tiga bagian, yaitu ayat-ayat muh}kama>t, ayat-ayat mutasya>biha>t, dan
ayat-ayat yang tidak termasuk jenis muh}kam dan tidak pula termasuk
jenis mutasya>bih.16
Nas}r H{ami>d Abu> Zayd dalam tulisannya Mafhu>m an-Nas};
Dira>sah fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n bisa dianggap sebagai pembuka jalan dalam
mengevaluasi konsep tradisional muh}kam-mutasya>bih. Menurutnya,
kedua terma ini merupakan hasil dialektika realitas dengan teks, bukan
teks dengan realitas.17
Sedangkan El-Ma’i{amdi Yazi’—yaitu dengan mengembalikan
ayat-ayat yang mutasya>biha>t kepada ayat-ayat yang muh}kama>t—dengan
tambahan bahwa ayat yang muh}kam (satu ayat) juga harus dikembalikan
kepada ayat-ayat muh}kama>t yang lainnya.
Masdar Farid Mas’udi mencoba memahami konsep muh}kam dan
mutasya>bih dengan paradigma lain. Dalam pandangannya, ayat-ayat
muhkam lebih merujuk pada prinsip-prinsip dasar yang kebenarannya
bersifat universal, seperti tauhid, keadilan, persamaan hak, dan
kesetaraan manusia di hadapan hukum. Sedangkan ayat-ayat yang
15
Lihat Syamsu Rizal Panggabean, ‚Makna Muh}kam dan Mutasya>bih dalam al-Qur’a>n‛, Jurnal Ilmu dan Kebudayaan Ulumul Qur’an No. 7, Vol. II, 1990, hlm. 46
16
Muhammad Syahru>r, al-Kita>b wa al-Qur’a>n; Qira>’ah Mu’a>shirah, (Damaskus: al-Ahali li an-Nasyr wa at-Tauzi’, 1992), hlm. 56
17
Nas}r Hami>d Abu> Zayd, Mafhu>m an Nas}: Dira>sat fi ‘Ulu>m al-Qur’a>n, (Kairo: al-Hay’ah al-Mis}riyyah al-‘Ab, 1993), hlm 63
12
berkaitan dengan aspek aksiologis tentang bagaimana menerapkan ayat-
ayat yang termasuk dalam kategori muhkam ini. Artinya, ayat-ayat
mutasya>biha>t cenderung bersifat teknis-partikular sedangkan ayat-ayat
muh}kama>t bersifat normatif-universal. Menurut Masdar Farid, kategori
muhkam seharusnya lebih mengacu pada kandungan idealnya. Masdar
Farid mencontohkan, hukum potong tangan termasuk kategori
mutasya>biha>t, sedangkan muh}kama>t-nya adalah tuntutan untuk
menegakkan keadilan.18
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian kepustakaan (library
research) yang akan mencoba menjawab pertanyaan di dalam
rumusan masalah berdasarkan pembacaan dan interpretasi terhadap
data-data yang berhubungan dengan tema yang akan diteliti. Adapun
sumber-sumber yang dipakai terdiri dari sumber-sumber primer, yaitu
karya-karya az-Zamakhsyari yang berhubungan dengan tema
penelitian ini serta karya-karya utama di dalam ‘ulu>mul Qur’a>n yang
membahas tentang muh}kam-mutasya>bih. Adapun sumber-sumber
sekunder yaitu teks-teks lainnya yang secara langsung mengacu pada
tema ini.
18
Mas}dar Fari>d Mas’u>di, Agama Keadilan; Risalah Zakat (pajak) dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1991) hlm. 20-21. Lihat pula ‚Memahami Ayat Suci dengan
Pendekatan Transformasi‛, dalam Munawir Syadzili et. El., Polemik Reaktualisasi Ajaran
Islam, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1987), hlm. 182-184
13
2. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah teks tafsir al-Kasysya>f
karya az-Zamakhsyari.
3. Teknik Analisis Data
Penelitian ini bersifat deskriprif-kualitatif, yaitu berusaha
menggambarkan dan menjelaskan pemahaman terhadap penafsiran
ayat. Analisis deskriptif-kualitatif ini dilakukan dengan
menggunakan model yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman,
yakni analisis interaktif. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk
narasi.19
F. Sistematika Pembahasan
Penulisan penelitian ini akan disusun berdasarkan sistematika
sebagai berikut:
Bab satu, berisi pendahuluan sebagai landasan awal dalam
melakukan penelitian, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tela’ah pustaka, metode
penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab dua, pada bab ini dipaparkan secara kritis konsep muh}kam-
mutasya>bih yang dimulai dengan deskripsi-kritis tentang pemaknaan
konsep tersebut, penentuan ayat-ayatnya, dan perdebatan persoalan
19
Mathew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, Terj. Tjetjep Rohendi Rohidi (Jakarta: UI Press, 1992), hlm. 16-19
14
pengetahuan terhadap ayat-ayat mutasya>biha>t, serta akan dilihat
implikasi yang ditimbulkan oleh perdebatan seputar konsep tersebut.
Bab tiga, adalah ruang untuk memaparkan sejarah dan pemikiran
Mu’tazilah dan sekaligus paparan biografi az-Zamakhsyari. Dari sini
pembaca dapat memahami bagaimana seluk-beluk Mu’tazilah dan az-
Zamakhsyari. Pemaparan awal pada bab ini merupakan bahan analisis
untuk pembahasan bab selanjutnya.
Bab empat, pada bab ini akan dipaparkan anilisis kritis dengan
bahan-bahan pada bab II dan III, yakni sejauh mana pengaruh Mu’tazilah
terhadap konsep muh}kam-mutasya>bih yang dilihat dari karya salah satu
tokohnya, yakni az-Zamakhsyari. Dalam bab initerdapat sub bab
membahas tentang teologi rasional Mu’tazilah yang berdampak pada
pandangan az-Zamakhsyari tentang konsep muh}kam-mutasya>bi,
pengaruh Mu’tazilah dalam metode analisis (ta’wi>l) az-Zamakhsyari
terhadap ayat-ayat mutasya>biha>t, dan asas ajaran Mu’tazilah dalam
ta’wi>l ayat-ayat mutasya>biha>t dalam al-Kasysya>f.
Bab lima, merupakan bab penutup yang akan memberikan
kesimpulan terhadap diskusi sebelumnya dan saran-saran untuk
penelitian selanjutnya.
87
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Keterpengaruhan az-Zamakhsyari oleh Mu’tazilah tentang konsep
muhkam-mutasyabih adalah pada tataran bagaimana az-Zamakhsyari
memandang bahwa mutasyabih adalah ayat yang mempunyai banyak
kemungkinan makna yang menimbulkan keraguan, maka harus
dijelasakan dan bukan diserahkan ke Tuhan (ta’wil-nya). Artinya tidak
ada yang harus ditakutkan dalam mempergunakan akal untuk menggali
makna ayat-ayat al-Qur’an. Pandangan yang berprinsip pada rasionalitas
dan kebebasan kehendak manusia.
2. Dalam menjelaskan ayat-ayat mutasyabiha>t az-Zamakhsyari
menggunakan teori maja>z, isti’arah dan tams\i>l sebagai langkah ta’wil.
Hal itu dilakukan juga untuk menolak kemungkinan makna yang musykil
semisal ayat yang mengandung keterangan sifat antropomorfistik
ketuhanan. Sesuai prinsip Mu’tazilah di atas, makna ayat-ayat al-Qur’an
harus rasional. Jika makna z}ahir tidak sejalan dengan akal maka harus
dicari makna lain melalui anilisis linguistik. Karena wilayah bahasa
adalah wilayah yang bebas untuk mendirikan hujjah.
3. Bagian-bagian al-Qur’an berupa ayat-ayat yang mengandung unsur dari
kelima prinsip ajaran Mu’tazilah (us\u>l al-khamsah) menjadi kesempatan
88
az-Zamakhsyari mengukuhkan makna untuk mempertkuat maz\habnya,
sehingga seakan al-Qur’an adalah alat legitimasi kemaz\haban.
B. Saran
1. Penelitian ini terbatas pada pembahasan mengenai seorang mufassir,
yakni az-Zamakhsyari. Penelitian ini menggunakan sudut pandang
keterpengaruhan az-Zamakhsyari oleh Mu’tazilah. Keterpengaruhan yang
dilihat menggunakan piranti filsafat (ontologis, epistemologis, aksiologis)
ini masih perlu pengembangan lebih lanjut. Pengembangan dapat
dilakukan, misalnya, dengan membidik keterpengaruhan az-Zamakhsyari
oleh Mu’tazilah dalam konsepsinya tentang muh}kam-mutasya>bih
menggunakan sudut pandang historis. Dapat juga dilakukan
pengembangan dengan sudut pandang kondisi sosial-politik atau sisi
spiritualitas az-Zamakhsyari. Tentunya itu akan menjadi pembahasan
yang menarik dan memberikan sumbangsih yang penting bagi khazanah
keilmuan al-Qur’an dan tafsir.
2. Banyak yang bisa digali dari konsep-konsep az-Zamakhsyari dalam
rangka pengembangan ‘ulu>mul Qur’a>n dan tafsir. Misalkan tentang
konsep na>sikh-mansu>kh menurut az-Zamakhsyari, atau pandangan az-
Zamakhsyari mengenai konsep makkiy-madaniy. Bisa juga penelitian
tentang asas ‘ulu>mul Qur’a>n yang lebih mendasar seperti konsep
kemu’jizatan al-Qur’an menurut az-Zamakhsyari. Az-Zamakhsyari
dengan pemikirannya cukup dipertimbangkan dalam kajian‘ulu>mul
89
Qur’a>n dan tafsir, karena h}ujjah- h}ujjah-nya menunjukkan ketajaman
berpikirnya.
3. Dalam pembahasan mengenai Mu’tazilah, penelitian selanjutnya dapat
memberikan perhatian dengan meneliti perkembangan Mu’tazilah saat
ini. Meskipun Mu’tazilah yang ditemukan saat ini tidak bisa dikatakan
sebagai ‚Mu’tazilah tulen‛. Namun ketika dikaitkan dengan pandangan
Mu’tazilah tentang konsep-konsep yang terdapat dalam ‘ulu>mul Qur’a>n
maka akan menjadi pembahasan yang penting untuk dikaji.
90
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahnya al-Aliyy Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2005
Al-Qur’an Digital, versi 2.0, 2004
Amin, Ahmad. Dhuhal Islam, jilid III, Kairo: t.p., 1952
Amin, Ahmad. Muhammad Abduh, Kairo: Muassasah Al-Khanji, 1960
As}faha>ni, ar-Ra>gib al.> dalam Mu’jam Mufrada>t Alfa>z} al-Qur’a>n, Beirut: Da>r al-Fikr, t. t.
Atjeh, Aboebakar . Ahlus Sunnah wal Jama’ah, (keyakinan dan I’tiqad), Jakarta: Baitul Mal, 1969
Baidan, Nasiruddin. Metodologi Penafsiran al-Qur’an, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998
Ba>qi, M. Fua>d ‘Abd al-, Mu’jam Garib al-Qur’a>n: Mustakhraja>t min S}ah}ih} al-Bukha>ri, t.t.p.: ‘Isa al-Ba>bi al-H{alabi, t.t.
Bukhariy, Muhammad bin Isma’il Abu Abdillah al-, al-Jami’ as-shahi>h, tahqi>q Mustafa Dib al-Bagh, Berirut: Dar Ibn Katsir, cet. III ,1987
Bukha>ri, Muhammad Ibn Isma>’il al-. al-Ja>mi’ as}-S}ah}i>h}, CD. Al-Maktabah asy-Sya>milah, al-Is}da>r as\-S|a>ni
Dosen Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga. Studi Kitab Hadits. Yogyakarta: TH Press, 2004
H{amawi, Syiha>b ad-Di>n ibn ‘Abdilla>h Ya>qu>t al-. Mu’jam al-Bulda>n, Beirut: Da>r S{adi>r, t.th
H}anbal, Ah}mad ibn. ‚Musnad Ah}mad, dalam CD Mausu>’ah al-Rija>l al-Syari>f
Hotsma, M. et. al. (ed.), First Encylopedia of Islam 1913-1936, , jilid VIII, Leiden: E.J. Brill, 1993
91
Izutsu, Toshihiko. Konsep Kepercayaan dalam Teologi Islam: Analisis Semantik Iman dan Islam, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1994
Juwaini, Mus}t}afa as-Sawi al-. Manhaj az-Zamakhsyari fi> Tafsi>r al-Qur’a>n, Mesir: Dar al Ma’a>rif, t.th.
Khu’i, al- ‚Tentang Otoritas Makna Literal (Zhawahir) al-Qur’an,‛ terj. M. S.
Nasrulloh, dalam al-Hikmah, No. 9, 1413 H
Kisa>’i, al Musytabiha>t al-Qur’a>n, disunting oleh M. Da>ud, t.t.: Da>r al-Mana>r, 1998
Machasin (ed.), Tuhan pun lalu Tertawa: Rasionalisasi Bacaan-bacaan Teks Suci Yogyakarta: LkiS, 1999
Madani, Malik. ‚al-Kasysyaf. Tafsir Mu’tazilah dalam Literatur Kaum Sunni‛, dalam Pesantren, Vol. VIII, No. I, 1991
Mah}mu>d, Muni>’ Abd al-H{ali>m. Manhaj al-Mufassiri>n, Mesir: Da>r al-Kutub, 1978 Manz}u>r, Al-‘Alla>mah ibn. Lisa>n al-‘Arab al-Muh}it}, jilid. I dan II, (t.t.p: t.p., 1389)
Martin, Richard C. dkk. Post-Mu’tazilah: Genealogi Konflik Rasionalisme dan Tradisionalisme Islam, terj. Muhammad Syukri Yogyakarta: IRCiSoD, 2002
Mas’u>di, Mas}dar Fari>d. Agama Keadilan; Risalah Zakat (pajak) dalam Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1991
Mas’u>di, Mas}dar Fari>d. ‚Memahami Ayat Suci dengan Pendekatan Transformasi‛,
dalam Munawir Syadzili et. El., Polemik Reaktualisasi Ajaran Islam,
Jakarta: Pustaka Panjimas, 1987
Miles, Mathew B. dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, Terj. Tjetjep Rohendi Rohidi, Jakarta: UI Press, 1992
Mustaqim, Abdul. Epistemologi Tafsir Kontemporer, Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2010\
Naif, Fauzan. ‚Pandangan az-Zamakhsyari tentang Kebebasan Manusia‛ dalam
Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an dan Hadis, Vol. ,1, No. 1 Juli 2000
92
Naif, Fauzan.‘Al-Kasysya>f karya az-Zamakhsyari’, dalam A. Rofiq (Ed.), Studi Kitab Tafsir ,Yogyakarta: Teras, cet. I, 2004
Nasution, Harun. Akal dan Wahyu dalam Islam, Jakarta: UI Press, 1986
Nasution, Harun. Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah Jakarta: UI-Press, 1987
Nasution, Harun. Teologi Islam, Jakarta, UI-Press, 1983
Nurcholis Madjid, ‚Kata Pengantar‛, dalam Komaruddin Hidayat, Menafsirkan Kehendak Tuhan, (Bandung: Teraju, 2004), Cet. II, Hlm. xx-xxi
Panggabean, Syamsu Rizal. ‚Makna Muh}kam dan Mutasya>bih dalam al-Qur’a>n‛,
Jurnal Ilmu dan Kebudayaan Ulumul Qur’an No. 7, Vol. II, 1990
Qit}fi, Jamal ad-Di>n Abi al-H{asan ‘Ali Ibn Yu>suf al-. Anbah aq-Ruwah ‘ala Anbah an-Nuh}a>t, jilid III, Kairo: Da>r al-Fikr al-‘Arabi, 1986
Rid}a, M. Rasyi>d. Tafsi>r al-Mana>r, juz III, Beirut: Da>r al-Ma’rifah, t.t.
Rumi, Fahd Abdurrahman ar-. Ulu>mul Qur’a>n; Studi Kompleksitas al-Qur’a>n, terj. Amirul Hasan dan Muhammad H{alabi, Yogyakarta: Titian Ilahi Press, Cet. III, 2003
Sabt, Kha>lid ibn ‘Us|ma>n as-. Qawa>’id al-Tafsi>r: Jam’an wa Dira>satan, jilid. II, t. p.: Da>r ibn ‘Affa>n,1997
Salih, Subhi as- Membahas ilmu-ilmu al-Qur’an, alih bahasa Tim Pustaka Firdaus, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996
Salih, Subhi as-. Maba>h}is\ fi ‘Ulu>m al-Qur’a>n, Beirut: Dar al-‘Ilm li al-Malayin, 1977
Shiddieqy, H{asbi as-. Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an Tafsir, Jakarta: Bulan Bintang, 1954
Sumantri, Jujun. Filsafat Ilmu, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993
Software ‚Al-Quranul Kariim‛ versi 1.1, Abu Abdillah Salman Farisi
93
S{uyu>t}i, Imam Jalaluddin as-. Al-Itqa>n fi ‘Ulu>m al-Qur’a>n, jilid. II, Beirut: Da>r al-Fikr, 1979
Syahru>r, Muhammad. al-Kita>b wa al-Qur’a>n; Qira>’ah Mu’a>shirah, Damaskus: al-Ahali li an-Nasyr wa at-Tauzi’, 1992
T{abari, Ibnu Jarir At-. Ja>mi’ al-Baya>n fi Ta’wi>l al-Qur’a>n, Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t.t.
T}aba’t}aba’I, Sayd M. H}usain. Al-Mi>za>n fi Tafsi>r al-Qur’a>n, jilid III, Beirut: Mu’assasah al-A’la li al-Mat{bu’a>t, Cet. III, t. t.
Wahid, Saad Abdul. ‘Zamakhsyari dan Tafsir al-Kasysyaf dalam M. Amin Abdullah
dkk., Rekonstruksi Metodologi Ilmu-ilmu Keislaman, Yogyakarta: Suka Press, 2003
Zamakhsyari, Abu> al-Qasim Mahmud ibn Muhammad ibn Umar az-, al-Kasysya>f ‘an Haqa’iq at-Tanzil wa ‘Uyun al-Aqawil fi Wuju at-Ta’wil Tt.: Intisyarat Afab, tt.
Zamakhsyari, Abu> al-Qasim Mahmud ibn Muhammad ibn Umar az-. al-Kasysyaf, CD Program al-Maktabah asy-Syamilah, Jilid I, II, IV, V, VI, VII
Zarkasyi, Badruddi>n Muh}ammad bin ‘Abdulla>h az-. Al-Burha>n fi ‘Ulu>m al-Qur’a>n, Jld. I, Kairo: Mat{ba’ah ‘Isa al-Ba>bi al-Halabi, t. t.
Zarqani, Muhammad ‘Abd al-‘Az}im az-. Mana>hil al-‘Irfa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, jilid I dan II, t. t. P: ‘Isa al-Bab al-Halabi, t. t.,
Zarzu>r, ‘Adna>n Muh}ammad. ‚Muqaddimah al-Muh}aqqiq‛ dalam al-Jabba>r, Mutasya>bih al-Qur’a>n, ditahqiq oleh ‘Adna>n M. Zarzu>r, Kairo: Da>r at-
Tura>s|, 1185
Zayd, Abu. Tekstualitas al-Qur’an: Kritik terhadap Ulumul Qur’an, terj. Khoiron Nohdliyyin, Yogyakarta: LkiS, Edisi Revisi, 2003
Zayd, Nas}r Hami>d Abu.> Mafhu>m an Nas}: Dira>sat fi ‘Ulu>m al-Qur’a>n, (Kairo: al-Hay’ah al-Mis}riyyah al-‘Ab, 1993
Zuhdi, Masjfuk. Pengantar Ulumul Qur’an, Surabaya: CV Karya Abditama, Cet. V 1997
-
-
- ’
- ’ ’
-
-
- ’
-
-
-
- ’
-
- ’
- ’
-
-
-
-
- ’
-
- ’ ’
HALAMAN DEPANDAFTAR ISINOTA DINASSURAT PERNYATAANPENGESAHAN SKRIPSIMOTTOPERSEMBAHANPEDOMAN TRANSLITERASIABSTRAKKATA PENGANTARBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahB. Rumusan MasalahC. Tujuan dan Kegunaan PenelitianD. Telaah PustakaE. Metode PenelitianF. Sistematika Pembahasan
BAB II DESKRIPSI KRITIS KONSEP MUH{KAM-MUTASYAbihB. Penentuan Ayat-ayat Muh}kama>t dan Ayat-ayat Mutasya>biha>tC. Pengetahuan tentang Mutasya>bih
BAB III DESKRIPSI TENTANG MU’TAZILAH DAN AZ-ZAMAKHSYARIA. Sejarah Perkembangan Mu’tazilahB. Biografi az-Zamakhsyari
BAB IV PENGARUH MU’TAZILAH TERHADAP KONSEP MUH{KAM MUTASYAbiha>t 5C. Asas Ajaran Mu’tazilah dalam Ta’wi>l Ayat-ayat Mutasya>biha>t dalamal-Kasysya>f
BAB V PENUTUPA. KesimpulanB. Saran
DAFTAR PUSTAKARIWAYAT HIDUP