16
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 110-125 110 PENGARUH NILAI BELANJA HEDONIS DAN UTILITARIAN TERHADAP LOYALITAS DESTINASI WISATA DENGAN KEPUASAN BELANJA SECARA KESELURUHAN SEBAGAI VARIABEL MEDIASI PADA DESTINASI WISATA KOTA SABANG IRBAHANI SAMIRNA 1 , SYARIFAH EVI ZUHRA 2 1,2) Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala e-mail: [email protected] ABSTRACT The aims of this study are to investigate the effect of hedonic shopping value and utilitarian shopping value on destination loyalty with overall shopping satisfaction as mediation variable. Tourist of travel destination in Sabang city is taken as sample in this study. The method of this study’s non-probability technique. Hierarchical Linear Modeling methods of analysis are used to determine influence of the variables involved. The result of this study indicates that hedonis shopping value have positive effect on destination loyalty, utilitarian shopping value have positive effect on destination loyalty, hedonic shopping value and utilitarian shopping value have positive effect on destination loyalty with overall shopping satisfaction as mediation variable. In addition obtained results that overall shopping satisfaction has partial mediated the effect of hedonic shopping value to destination loyalty and overall shopping satisfaction has partial mediated the effect of utilitarian shopping value to destination loyalty. Keyword: Hedonic Shopping Value, Utilitarian Shopping Value,Overall Shopping Satisfaction, Destination Loyalty PENDAHULUAN Keragaman budaya dan perbedaan lingkungan membuat banyak orang dibelahan dunia ini yang melakukan perjalanan ke berbagai tempat yang belum pernah dikunjunginya.Melihat sesuatu yang unik yang memiliki nilai keindahan merupakan suatu kebutuhan dari manusia karena manusia juga memiliki sifat ingin tahu.Kepadatan rutinitas dan segala aktivitas yang dijalani setiap harinya juga mendorong manusia untuk berlibur sejenak melepaskan diri dari rutinitas sehari-hari dan menyegarkan kembali pikiran nya dengan berwisata. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela dan bersifat sementara, dari tempat tinggal ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk bersenang-senang, memenuhi rasa ingin tahu, menikmati objek dan daya tarik wisata serta tujuan-tujuan lainnya.

PENGARUH NILAI BELANJA HEDONIS DAN UTILITARIAN …

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 110-125

110

PENGARUH NILAI BELANJA HEDONIS DAN UTILITARIAN

TERHADAP LOYALITAS DESTINASI WISATA DENGAN

KEPUASAN BELANJA SECARA KESELURUHAN SEBAGAI

VARIABEL MEDIASI PADA DESTINASI WISATA KOTA

SABANG

IRBAHANI SAMIRNA1, SYARIFAH EVI ZUHRA2

1,2)Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala

e-mail: [email protected]

ABSTRACT

The aims of this study are to investigate the effect of hedonic shopping value and

utilitarian shopping value on destination loyalty with overall shopping satisfaction as

mediation variable. Tourist of travel destination in Sabang city is taken as sample in this

study. The method of this study’s non-probability technique. Hierarchical Linear

Modeling methods of analysis are used to determine influence of the variables involved.

The result of this study indicates that hedonis shopping value have positive effect on

destination loyalty, utilitarian shopping value have positive effect on destination loyalty,

hedonic shopping value and utilitarian shopping value have positive effect on destination

loyalty with overall shopping satisfaction as mediation variable. In addition obtained

results that overall shopping satisfaction has partial mediated the effect of hedonic

shopping value to destination loyalty and overall shopping satisfaction has partial

mediated the effect of utilitarian shopping value to destination loyalty.

Keyword: Hedonic Shopping Value, Utilitarian Shopping Value,Overall Shopping

Satisfaction, Destination Loyalty

PENDAHULUAN

Keragaman budaya dan perbedaan lingkungan membuat banyak orang

dibelahan dunia ini yang melakukan perjalanan ke berbagai tempat yang belum

pernah dikunjunginya.Melihat sesuatu yang unik yang memiliki nilai keindahan

merupakan suatu kebutuhan dari manusia karena manusia juga memiliki sifat

ingin tahu.Kepadatan rutinitas dan segala aktivitas yang dijalani setiap harinya

juga mendorong manusia untuk berlibur sejenak melepaskan diri dari rutinitas

sehari-hari dan menyegarkan kembali pikiran nya dengan berwisata.

Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut

yang dilakukan secara sukarela dan bersifat sementara, dari tempat tinggal ke

daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau mencari nafkah melainkan

hanya untuk bersenang-senang, memenuhi rasa ingin tahu, menikmati objek dan

daya tarik wisata serta tujuan-tujuan lainnya.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 110-125

111

Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang

menjadi perhatian pemerintah. Hal ini disebabkan pariwisata mempunyai peran

yang sangat penting dalam pembangunan Indonesia yaitu untuk meningkatkan

pendapatan devisa negara pada khususnya dan pendapatan masyarakat pada

umumnya, perluasan kesempatan serta lapangan kerja, dan mendorong kegiatan-

kegiatan industri penunjang dan industri-industri sampingan lainnya. Serta

memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan

Indonesia.Selain itu juga dapat meningkatkan persaudaraan atau persahabatan

nasional dan internasional.

Di Indonesia sendiri banyak destinasi wisata yang ditawarkan tak

terkecuali destinasi wisata dari provinsi Aceh. Salah satu destinasi wisata di Aceh

yang cukup menarik perhatian wisatawan adalah kota Sabang. Yang mana Sabang

adalah salah satu kota di ujung barat Indonesia, tepatnya di provinsi Aceh.

Pariwisata di kota sabang terus mengalami pertumbuhan dan peningkatan

setiap tahun nya, baik dalam jumlah wisatawan yang datang berkunjung maupun

jumlah tempat perbelanjaan souvenir dan oleh-oleh. Jumlah wisatawan baik lokal

maupun asing sejak tahun 2010 hingga tahun 2014 terus meningkat. Pada tahun

2014 jumlah wisatawan asing dan lokal yang datang mencapai 516.616

wisatawan, dan jumlah ini lebih banyak bila di bandingkan 5 tahun sebelumnya.

Pada tahun 2010 jumlah wisatawan yang berkunjung hanya mencapai 125.578

wisatawan dan jumlah ini terus bertambah hingga mencapai 404.606 wisatawan

pada tahun 2013. Jumlah wisatawan lokal yang berkunjung ke Kota Sabang pada

tahun 2014 sejumlah 512.992, yang berarti lebih banyak dibandingkan dengan

jumlah wisatawan asing yang hanya berjumlah 3.624 wisatawan. Selama tahun

2014 jumlah wisatawan lokal naik cukup signifikan. Kedatangan wisatawan lokal

biasanya lebih banyak pada bulan tertentu, yaitu awal dan akhir tahun, bulan libur

sekolah dan bulan libur lebaran. (Sumber: sabangkota.bps.go.id).

Seiring dengan peningkatan jumlah wisatawan, maka juga terjadi

peningkatan pertumbuhan pelaku-pelaku usaha souvenir, oleh-oleh, kerajinan

tangan dan juga toko-toko yang menyediakan barang utilitarian yang lebih mudah

dijangkau oleh wisatawan. Pada tahun 2012, jumlah toko souvenir meningkat

menjadi 14 toko souvenir dan menjadikan Sabang berada di peringkat kedua

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 110-125

112

sebagai Kota dengan toko souvenir terbanyak setelah Kota Banda Aceh (Sumber:

acehprov.go.id). Hal ini juga memicu para pelaku usaha dalam memberikan

produk yang lebih baik lagi baik dalam segi kreatifitas dan inovasi, kemudahan

untuk dijangkau, dan lebih bervariasi.

Pertumbuhan dan perkembangan jumlah toko souvenir dan para pelaku

usaha di bidang ini tidak lepas dari tingginya minat wisatawan untuk berbelanja di

Sabang. Pacific Association of Travel Agent (PATA) menyebutkan bahwa salah

satu alasan sesorang melakukan perjalanan wisata yaitu dikarenakan

pembelanjaan yang menarik (Good Shopping) (Sumber: pata.org).

Bisa dibilang, belanja merupakan faktor penarik tujuan wisata penting

untuk pengalaman perjalanan wisata (Littrell et al. 2004; Yu dan Littrell, 2005).

Bahkan, belanja diperingkatkan sebagai kegiatan di waktu luang yang utama bagi

para wisatawan (Hong dan Littrell, 2003). Penelitian sebelumnya melaporkan

bahwa pengeluaran belanja berjumlah hampir sepertiga dari total biaya perjalanan

(Kim dan Littrell, 2001; Wong dan Law, 2003).

Wisatawan membeli berbagai macam barang ketika mereka melakukan

perjalanan wisata. Mereka berbelanja kerajinan tangan daerah, barang-barang

seni, souvenir dan barang-barang utilitarian seperti pasta gigi dan sabun untuk

penggunaan sehari-hari. Belanja juga menghibur wisatawan selagi mereka

melihat-lihat pemandangan di sekitar toko-toko lokal dan pusat perbelanjaan

ketika mencari kesenian dan makanan khas destinasi wisata tersebut. Selagi

berbelanja, mereka dapat mengobrol dan melakukan tawar-menawar dengan

pemilik atau penjaga toko, sehingga mereka bisa mendapatkan kesempatan untuk

berinteraksi dengan penduduk setempat. Sehingga, kegiatan belanja tidak hanya

menghibur namun juga dapat memperkaya pengalaman wisata.

Pengalaman emosional turis (dalam hal berbelanja) memainkan peran

penting dalam mempengaruhi kepuasan destinasi wisata dan niat untuk

merekomendasikan (Hosany dan Gilbert, 2010). Belanja mempengaruhi keadaan

emosional turis, merangsang interaksi antara tuan rumah dan tamu, dan

memberikan kontribusi terhadap perekonomian daerah. Para peneliti pariwisata

berpendapat bahwa belanja adalah kontributor utama dalam kepuasan pengunjung

dan pengalaman destinasi secara keseluruhan (Croes et al, 2010; Dwyer et al.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 110-125

113

2004; Fallon dan Schofield, 2006; Gallarza dan Gil Saura, 2006; Huang dan

Sarigollu, 2008; Yuksel dan Yuksel, 2007.

Memahami hubungan antara pengalaman belanja wisatawan dan loyalitas

destinasi sangatlah penting mengingat persaingan destinasi wisata yang semakin

kompetitif, para manajer destinasi wisata dan pejabat pemerintahan

mendedikasikan lebih banyak sumber daya untuk meningkatkan kepuasan

pengunjung dan loyalitas destinasi.

KAJIAN KEPUSTAKAAN

Nilai Belanja Hedonis

Scarpi (2006) mendeskripsikan hedonisme sebagai sisi bergembira,

fantasi, keingintahuan, kenikmatan, kesenangan dan hiburan dari kegiatan belanja

itu sendiri daripada penyelesaian tugas atau pemenuhan kebutuhan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Babin dan Attaway (2000) bahwa nilai

belanja hedonis menggambarkan nilai yang didapatkan dari pengalaman

berbelanja itu sendiri terlepas dari kegiatan yang berhubungan dengan

penyelesaian tugas.

Nilai belanja hedonis adalah perasaan senang, gembira dan puas yang

dirasakan konsumen saat berbelanja. Kepuasan dan kegembiraan tersebut

menimbulkan pengalaman belanja yang menyenangkan sehingga cenderung akan

diulangi lagi oleh konsumen kedepannya.

Nilai Belanja Utilitarian

Scarpi (2006) mendeskripsikan utilitarianisme berhubungan dengan tugas

dan pemenuhan kebutuhan daripada hiburan, dimana produk dibeli secara efisien

dan rasional.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Babin dan Attaway (2000) bahwa nilai

belanja utilitarian menggambarkan nilai yang berhubungan dengan penyelesaian

tugas dari pengalaman berbelanja tersebut.

Ryu et al. (2010) mengemukakan bahwa konsumsi utilitarian

dideskripsikan sebagai konsumsi yang berorientasi pada tujuan dimana terutama

didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan dasar atau untuk

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 110-125

114

menyelesaikan tugas fungsional.

Loyalitas Destinasi Wisata

Secara umum loyalitas dapat diartikan sebagai kesetiaan seseorang

terhadap suatu produk atau jasa tertentu.

Bodet (2008 dalam Nunkoo, 2013) mengindikasikan pembelian ulang atau

merekomendasikan ke orang lain umumnya sering diartikan sebagai loyalitas

konsumen.

Griffin (2005) menyatakan “loyalty is defined as non random purchase

expressed over time by some decision making unit”, yaitu loyalitas merupakan

wujud perilaku dari unit-unit pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian

secara terus-menerus terhadap barang atau jasa dari suatu perusahaan yang dipilih.

Oliver dalam Hurriyati (2005) menyatakan bahwa loyalitas adalah

komitmen konsumen bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau

melakukan pembelian ulang produk atau jasa terpilih secara konsisten di masa

yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran

mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku.

Morais (2005) mengemukakan bahwa loyalitas konsumen adalah

komitmen terhadap suatu merek toko, atau pemasok, berdasarkan sikap yang

sangat positif dan tercermin dalam pembelian ulang yang konsisten.

Kepuasan Belanja Secara Keseluruhan

Kotler (2001) mendeskripsikan kepuasan konsumen sebagai perasaan

senang atau kecewa seseorang yang berasal dari pembandingan suatu produk atau

jasa dengan harapan. Jika produk dibawah harapan maka konsumen menjadi tidak

puas, namun sebaliknya jika produk melebihi harapan maka konsumen akan

merasa puas dan senang. Basu Swastha (2000) mendefinisikan kepuasan

konsumen sebagai suatu dorongan keinginan individu yang diarahkan pada tujuan

untuk memperoleh kepuasan.Mowen dan Minor (2002) mengartikan kepuasan

pelanggan sebagai keseluruhan sikap yang ditunjukan konsumen atas barang dan

jasa setelah pelanggan tersebut memperoleh atau menggunakannya.Kotler dan

Keller (2007) menjelaskan bahwa kepuasan berhubungan dengan perasaan senang

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 110-125

115

atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja produk yang

dirasakan terhadap kinerja yang diharapkan.

Kotler (2000) menjelaskan pandangannya mengenai Satisfaction sebagai

salah satu indikator terbaik untuk meraih laba di masa yang akan datang. Hal

tersebut dikarenakan fakta yang menunjukan menarik konsumen baru lebih mahal

daripada mempertahankan konsumen yang ada sehingga menjadi pemicu para

pelaku wisata berupaya untuk menjaga kepuasan konsumen. Konsumen yang puas

akan memiliki rasa sensitif yang kecil dengan harga, berpeluang sedikit untuk

terpengaruh oleh serangan kompetitor dan setia kepada perusahaan lebih lama dari

pelanggan yang tidak puas. (Dimitriades, 2006).

Hipotesis

Berdasarkan fenomena dan dari landasan teori yang telah dikemukakan

sebelumnya, dapat dinyatakan hipotesis yaitu:

Ha1: Nilai Belanja Hedonis berpengaruh terhadap Loyalitas Destinasi Wisata

H2: Nilai Belanja Utilitarian berpengaruh terhadap Loyalitas Destinasi Wisata

H3: Nilai Belanja Hedonis berpengaruh terhadap Kepuasan Belanja secara

Keseluruhan

H4: Nilai Belanja Utilitarian berpengaruh terhadap Kepuasan Belanja secara

keseluruhan

H5: Kepuasan Belanja secara Keseluruhan berpengaruh terhadap Loyalitas

Destinasi Wisata

H6: Nilai Belanja Hedonis berpengaruh terhadap Loyalitas Destinasi Wisata

dimediasikan oleh Kepuasan Belanja Secara Keseluruhan

H7: Nilai Belanja Utilitarian berpengaruh terhadap Loyalitas Destinasi Wisata

dimediasikan oleh Kepuasan Belanja Secara Keseluruhan

METODE PENELITIAN

Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004).Populasi

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 110-125

116

penelitian adalah wisatawan destinasi wisata Kota Sabang.

Penarikan Sampel

Teknik pengambilan sampel penelitian ini dilakukan secara non

probability sampling. Jenis non probability sampling yang dipilih adalah

purposive samplingyaitusetiap responden yang memenuhi kriteria sampel

dimasukan dalam penelitian ini dalam waktu yang telah ditentukan dengan

kecenderungan peneliti untuk memilih responden yang dianggap mengetahui

informasi dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap.

Dalam menentukan jumlah sampel, penulis menggunakan tabel tabel frekuensi

untuk pengambilan jumlah sampel dalam pengujian mediasi, dimana semakin

besar frekuensi nya maka semakin baik ukuran sampel dari populasi

tersebut.Ferdinand (2002) mengatakan ukuran sampel yang baik adalah 100-

200.Mengingat jumlah populasi yang tidak diketahui maka sampel ditentukan

sebanyak 100 sampel dimana jumlah ini sesuai dengan tabel frekuensi ukuran

sampel untuk pengujian mediasi MacKinnon dan Fritz (2007) dengan frekuensi

sejumlah 31.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang

dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama.Untuk

memperoleh data dan informasi yang sesuai dengan objek penelitian ini, penulis

melakukan kegiatan metode pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner

atau angket. Adapun keusioner adalah metode pengumpulan data yang dilakukan

untuk mengumpulkan data dengan cara membagi daftar pertanyaan kepada

responden untuk diberikan jawabannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Validitas

Variabel dependent dalam penelitian ini adalah loyalitas destinasi wisata,

dimana untuk mengukur konstruk dari variabel tersebut telah dikembangkan

menjadi 7 item pertanyaan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel

terikat memiliki 7 item pertanyaan yang menunjukkan korelasi yang baik. Hal ini

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 110-125

117

dilihat dari nilai eigen 4,212dengan muatan faktor yang memiliki interval 0,830

hingga 0,911. Varians yang dapat dijelaskan (variance explained) pada faktor

sebesar 57,607%. Nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Samplig Adequency pada

variabel endogen sebesar 0,825 dan hasil uji Barlett’sTest of Sphercity

menunjukkan signifikan yaitu 0,00 (p<0,01).

Variabel mediasi dalam penelitian ini adalah emosi positif, dimana untuk

mengukur konstruk dari variabel tersebut telah dikembangkan menjadi 8 item

pertanyaan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel mediasi (emosi

positif) memiliki 8 item pertanyaan yang menunjukkan korelasi yang baik, artinya

semua item pertanyaan menunjukkan korelasi yang baik. Hal ini dilihat dari nilai

eigen 4,700 dengan muatan faktor yang memiliki interval 0,728 hingga 0,851.

Varians yang dapat dijelaskan (variance explained) pada faktor sebesar 60,175%.

Nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Samplig Adequency pada variabel mediasi

sebesar 0,863 dan hasil uji Barlett’sTest of Sphercity menunjukkan signifikan

yaitu 0,00 (p<0,01).

Variabel independen X1 dalam penelitian ini adalah nilai belanja hedonis.

Untuk mengukur konstruk dari variabel tersebut telah dikembangkan dengan 6

item pertanyaan, yang mana dari hasil penelitian menunjukkan bahwa 6 item

pertanyaan berkorelasi dengan baik terhadap konstruk. Hasil uji menunjukkan

semua item yang terlibat dalam muatan faktor tersebut memiliki korelasi terhadap

konstruk sehingga dapat menjadi suatu pengukuran yang tepat. Hal ini dilihat dari

nilai Eigen (4,053) yang lebih besar dari pada dengan muatan faktor loading

(loading factor) yang memiliki interval 0,854 hingga 0,933. Varians yang dapat

dijelaskan (variance explained) pada faktor adalah 67,549%. Nilai Kaiser-Meyer-

Olkin Measure of Sampling Adequency pada variabel X1 sebesar 0,882dan hasil

uji Barlett’s Test of Sphercity menunjukkan signifikan yaitu 0,00 (p<0,01).

Variabel eksogen X2 dalam penelitian ini adalah nilai belanja utilitarian.

Untuk mengukur konstruk dari variabel tersebut telah dikembangkan dengan 5

item pertanyaan, yang mana dari hasil penelitian menunjukkan bahwa 5 item

pertanyaan berkorelasi dengan baik terhadap konstruk. Hasil uji menunjukkan

semua item yang terlibat dalam muatan faktor tersebut memiliki korelasi terhadap

konstruk sehingga dapat menjadi suatu pengukuran yang tepat. Hal ini dilihat dari

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 110-125

118

nilai Eigen (3,357) yang lebih besar dari pada dengan muatan faktor loading

(loading factor) yang memiliki interval 0,691 hingga 0,896. Varians yang dapat

dijelaskan (variance explained) pada faktor adalah 67,146%. Nilai Kaiser-Meyer-

Olkin Measure of Sampling Adequency pada variabel independen sebesar

0,749dan hasil uji Barlett’s Test of Sphercity menunjukkan signifikan yaitu 0,00

(p<0,01).

Reliabilitas

Reliabilitas untuk mengukur apakah instrument (kuisioner) dari penelitian

ini dapat dipercaya/handal atau tidak sebagai hasil penelitian yang baik maka

perlu dilakukan uji reliabilitas. Suatu konstruk atau variabel dikatakan handal

apabila nilai Cronbach Alphanya > 0,60 menurut Malhotra (2003). Berikut hasil

pengujian reliabilitas.

Tabel 1. Hasil Uji Reliabilitas

No Variabel Rata-rata Item Variabel Nilai

Alpha

Kehandalan

1 Loyalitas Destinasi

Wisata

3,957 7 0,888 Handal

2 Nilai Belanja

Hedonis

3,483 6 0,901 Handal

3 Nilai Belanja

Utilitarian

3,498 5 0,875 Handal

4 Kepuasan Belanja

Secara Keseluruhan

3,585 4 0,917 Handal

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 110-125

119

Dari hasi uji reliabilitas yang ditunjukkan pada Tabel 1, diperoleh nilai

Cronbach’s alpha masing-masing sebesar 0,888, 0,901, 0,875, dan 0,917. Dengan

demikian seluruhpertanyaan yang digunakan dalam variabel penelitian ini reliabel

(handal), karena telahmemenuhi Cronbanch’s Alpha dengan nilai alpha yang lebih

dari 0,60.

Regresi

Hasil analisis regresi dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Hasil Analisis Regresi

Menurut Hair, et. al., (2006) jika dalam penskalaan digunakan skala likert,

maka untuk koefisien korelasi digunakan nilai standardized coefficients, di mana

nilai konstantanya tidak perlu diinterpretasikan. Dari hasil output SPSS tersebut

dapat dibuat garis persamaan linear adalah sebagai berikut:

Z = 0,464 X1+ 0,392 X2

Maka dari persamaan tersebut dapat menjelaskan bahwa koefisien regresi

nilai belanja hedonis (X1) bernilai positif (0,464) artinya semakin baik nilai

belanja hedonis, maka akan meningkatkan kepuasan belanja secara keseluruhan

para wisatawan. Koefisien regresi nilai belanja utilitarian (X2) bernilai positif

(0,392) artinya nilai belanja utilitarian di destinasi wisata Kota Sabangakan

meningkatkan kepuasan belanja secara keseluruhan yang dimiliki wisatawan.

Tabel 3. Analisis Pengaruh Nilai Belanja Hedonis dan Nilai Belanja Utilitarian

Terhadap Loyalitas Destinasi Wisata dengan Kepuasan Belanja Secara

Keseluruhan Sebagai Variabel Mediasi

Coefficientsa

,591 ,258 2,294 ,024

,426 ,077 ,464 5,533 ,000

,432 ,092 ,392 4,678 ,000

(Constant)

NBH(X1)

NBU(X2)

Model

1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: KB (Z)a.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 110-125

120

Dari tabel tersebut (model 2) dapat dibuat garis persamaan linear adalah

sebagai berikut:

Y = 0,382 X1 + 0,369 X2

Maka dari persamaan tersebut dapat menjelaskan bahwa berdasarkan hasil

nilai standardized coefficients tidak terdapat nilai konstanta, hanya terdapat nilai

koefisien regresi nilai belanja hedonis (X1) yaitu sebesar 0,382, dan koefisien

regresi nilai belanja utilitarian (X2) sebesar 0,369.

Koefisien regresi nilai belanja hedonis (X1) bernilai positif (0,382) artinya

semakin nilai belanja hedonis yang dirasakan para wisatawan maka akan semakin

tinggi terjadinya loyalitas destinasi wisata. Koefisien regresi nilai belanja

utilitarian (X2) bernilai positif (0,369) artinya ketika nilai belanja utilitarian para

wisatawan baik maka dapat meningkatkan terjadinya loyalitas destinasi wisata.

Sedangkan pada tabel selanjutnya (model 3), dapat dibuat garis persamaan

linear sebagai berikut:

Y =0,217 X1+ 0,229 X2 + 0,356 Z

Maka dari persamaan regresi tersebut dapat menjelaskan bahwa koefisien

regresi kepuasan belanja secara keseluruhan (Z) bernilai positif (0,356) artinya

semakin baik kepuasan belanja secara keseluruhan yang dirasakan oleh wisatawan

destinasi wisata Kota Sabang, maka akan semakin tinggi terjadinya loyalitas

destinasi wisata.

PENUTUPAN

Berdasarkan analisis hasil yang telah dilakukan pada penelitian ini maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Coefficientsa

1,920 ,231 8,302 ,000

,270 ,069 ,382 3,915 ,000 ,580 1,725

,313 ,083 ,369 3,783 ,000 ,580 1,725

1,758 ,227 7,735 ,000

,153 ,076 ,217 2,024 ,046 ,441 2,269

,195 ,088 ,229 2,219 ,029 ,473 2,114

,275 ,087 ,356 3,151 ,002 ,395 2,530

(Constant)

NBH(X1)

NBU(X2)

(Constant)

NBH(X1)

NBU(X2)

KB (Z)

Model

1

2

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: LDW(Y)a.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 110-125

121

1. Nilai belanja hedonis berpengaruh signifikan terhadap loyalitas destinasi

wisata.

2. Nilai belanja utilitarian berpengaruh signifikan terhadap loyalitas destinasi

wisata.

3. Nilai belanja hedonis berpengaruh signifikan terhadap kepuasan belanja

secara keseluruhan.

4. Nilai belanja utilitarian berpengaruh signifikan terhadap kepuasan belanja

secara keseluruhan.

5. Kepuasan belanja secara keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap

loyalitas destinasi wisata.

6. Kepuasan belanja secara keseluruhan memediasi secara parsial (partial

mediation) pengaruh nilai belanja hedonis terhadap loyalitas destinasi

wisata.

7. Kepuasan belanja secara keseluruhan memediasi secara parsial (partial

mediation) pengaruh nilai belanja utilitarian terhadap loyalitas destinasi

wisata.

Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran-saran yang dapat diberikan

adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai belanja hedonis dan nilai

belanja utilitarian memberikan pengaruh yang signifikan positif terhadap

loyalitas destinasi wisata. Nilai belanja hedonis merupakan faktor internal

yang dapat dikendalikan dan faktor yang sangat penting diperhatikan oleh

manajer destinasi wisata dan pemerintah kota Sabang, karena nilai belanja

hedonis merupakan faktor internal yang dapat dikontrol dan berpengaruh

dalam keputusan pemilihan destinasi wisata yang dilakukuan oleh

wisatawan. Oleh karenanya untuk dapat terus meningkatkan terjadinya

loyalitas destinasi wisata dari wisatawan makanilai belanja hedonis dan

nilai belanja utilitarian pada destinasi wisata kota Sabangharus terus

dikembangkan dan ditingkatkan.

2. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa faktor kepuasan belanja

secara keseluruhan dapat memperkuat terjadinya loyalitas destinasi wisata

pada wisatawan destinasi wisata kota Sabang, oleh karena itu diharapkan

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 110-125

122

agar manajer destinasi wisata dan pemerintah kota Sabang dapat

meningkatkan pengalaman berbelanja wisatawan yang dapat

meningkatkan kepuasan belanja secara keseluruhan wisatawan yang akan

menikngkatkan loyalitas destinasi wisata kota Sabang.

REFERENSI

Ailawadi, K. L., Neslin, S. A., & Gedenk, K. (2001). Pursuing the value-

conscious consumer: store brands versus national brand promotions. Journal

of marketing, Vol. 65 (1), 71-89.

Babin, B. J., Lee, Y. K., Kim, E. J., & Griffin, M. (2005). Modeling consumer

satisfaction and word-of-mouth: restaurant patronage in Korea. Journal of

Services Marketing, Vol. 19 (3), 133-139.

Baron, R. M., & Kenny, D. A. (1986). The moderator–mediator variable

distinction in social psychological research: Conceptual, strategic, and

statistical considerations. Journal of personality and social psychology, Vol.

51 (6), 1173.

Bigne, J. E., Sanchez, M. I., & Sanchez, J. (2001). Tourism image, evaluation

variables and after purchase behaviour: inter-relationship. Tourism

management, Vol. 22 (6), 607-616.

Carpenter, J. M. (2008). Consumer shopping value, satisfaction and loyalty in

discount retailing. Journal of Retailing and Consumer Services, Vol. 15 (5),

358-363.

Cassel, C., & Eklöf, J. A (2001) Modelling customer satisfaction and loyalty on

aggregate levels: Experience from the ECSI pilot study. Total quality

management. Vol. 12 (7-8), 834-841.

Chen, J. S., & Gursoy, D (2001) An investigation of tourists' destination loyalty

and preferences. International Journal of Contemporary Hospitality

Management. Vol. 13 (2), 79-85.

Chi, C. G. Q., & Qu, H. (2008). Examining the structural relationships of

destination image, tourist satisfaction and destination loyalty: An integrated

approach. Tourism management, Vol. 29 (4), 624-636

del Bosque, I. R., & San Martín, H. (2008). Tourist satisfaction a cognitive-

affective model. Annals of tourism research, Vol. 35 (2), 551-573.

Dimitriades, Z. S. (2006). Customer satisfaction, loyalty and commitment in

service organizations: Some evidence from Greece. Management Research

News, Vol. 29 (12), 782-800.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 110-125

123

Dwyer, L., Mellor, R., Livaic, Z., Edwards, D., & Kim, C. (2004). Attributes of

destination competitiveness: A factor analysis. Tourism Analysis, Vol. 9, 1–

2.

Fallon, P., & Schofield, P. (2006). The dynamics of destination attribute

importance. Journal of Business Research, Vol. 59, 709–713.

Ferdinand, A. (2002). Structural equation modeling dalam penelitian manajemen.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Griffin, J. (2005). Customer Loyalty: How To Keep It, How To Earn It. Edisi

Revisi. Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Gallarza, M. G., & Gil Saura, I. (2006). Value dimensions, perceived value,

satisfaction and loyalty: An investigation of university students' travel

behaviour. Tourism Management, Vol. 27, 437–452.

Hawkins, D. I., Best, R. J., & Coney, K. A. (2010). Consumer behavior. Mcgraw

Hill Higher Educat.

Hennig-Thurau, T., Gwinner, K. P., & Gremler, D. D. (2002). Understanding

relationship marketing outcomes an integration of relational benefits and

relationship quality. Journal of service research, Vol. 4 (3), 230-247.

Hong, Y., & Littrell, M. A. (2003). Product and process orientations to tourism

shopping. Journal of Travel Research, Vol. 42, 11-25.

Hosany, S., & Gilbert, D. (2010). Measuring tourists' emotional experiences

toward hedonic holiday destinations. Journal of Travel Research, Vol. 49,

513–526.

Huang, R., & Sarigöllü, E. (2008). Assessing satisfaction with core and secondary

attributes. Journal of Business Research, Vol. 61, 942–949.

Hurriyati, R. (2005). Bauran Pemasaran dan Loyalitas Pelanggan. Bandung: CV.

Alfabeta.

Imam, G. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Jang, S. S., & Feng, R. (2007). Temporal destination revisit intention: The effects

of novelty seeking and satisfaction. Tourism management, Vol. 28 (2), 580-

590.

Kim, S., & Littrell,M. A. (2001). Souvenir buying intentions for self versus

others. Annals of Tourism Research, Vol. 28, 638–657.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 110-125

124

Kotler, P. (2009). Marketing management: A south Asian perspective. India:

Pearson Education.

Kotler, P., & Zaltman, G. (2001). Targeting prospects for a new product.

Marketing: Critical Perspectives on Business and Management, Vol. 4 (1),

328-350.

Littrell, M. A., Paige, R. C., & Song, K. (2004). Senior travellers: Tourism

activities andshopping behaviours. Journal of Vacation Marketing, Vol.10,

348–362.

Malhotra, N. K., Agarwal, J., & Peterson, M. (1996). Methodological issues in

cross-cultural marketing research: A state-of-the-art review. International

marketing review, Vol. 13 (5), 7-43.

Mohamad, M., Ali, A. M., Ab Ghani, N. I., Abdullah, A. R., & Mokhlis, S.

(2013). Positioning Malaysia as a tourist destination based on destination

loyalty. Asian Social Science, Vol. 9 (1), 286.

Morais, D. B., Dorsch, M. J., & Backman, S. J. (2005). Building loyal

relationships between customers and providers: A focus on resource

investments. Journal of Travel & Tourism Marketing, Vol. 18 (1), 49-57.

Mowen, J. C., & Minor, M. (2002). Perilaku konsumen. Alih Bahasa Lina Salim,

Edisi Kelima. Jakarta: PT. Erlangga.

Nunkoo, R., Smith, S. L., & Ramkissoon, H. (2013). Residents’ attitudes to

tourism: A longitudinal study of 140 articles from 1984 to 2010. Journal of

Sustainable Tourism, 21(1), 5-25.

Olaru, D., Purchase, S., & Peterson, N. (2008). From customer value to

repurchase intentions and recommendations. Journal of Business &

Industrial Marketing, Vol. 23 (8), 554-565.

Overby, J. W., & Lee, E. J. (2006). The effects of utilitarian and hedonic online

shopping value on consumer preference and intentions. Journal of Business

research, Vol. 59 (10), 1160-1166.

Overby, J. W., & Lee, E. J. (2006). The effects of utilitarian and hedonic online

shopping value on consumer preference and intentions. Journal of Business

research, Vol. 59 (10), 1160-1166

Parasuraman, A., Zeithaml, V. A., & Malhotra, A. (2005). ES-QUAL a multiple-

item scale for assessing electronic service quality. Journal of service

research, Vol. 7 (3), 213-233.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen

Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 110-125

125

Rintamäki, T., Kuusela, H., & Mitronen, L. (2007). Identifying competitive

customer value propositions in retailing. Managing Service Quality: An

International Journal, Vol. 17 (6), 621-634.

Scarpi, D. (2006). Fashion stores between fun and usefulness. Journal of Fashion

Marketing and Management: An International Journal, Vol. 10 (1), 7-24.

Setiadi, I., & Warmika, I. (2015). Pengaruh Fashion Involvement Terhadap

Impulse Buying Konsumen Fashion Yang Dimediasi Positive Emotion Di

Kota Denpasar. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, Vol. 4 (6).

Severt, D., Wang, Y., Chen, P. J., & Breiter, D. (2007). Examining the

motivation, perceived performance, and behavioral intentions of convention

attendees: Evidence from a regional conference. Tourism Management, Vol.

28 (2), 399-408.

Sun, X., Chi, C. G. Q., & Xu, H. (2013). Developing destination loyalty: The case

of Hainan Island. Annals of tourism research, Vol. 43, 547-577.

Swastha, B., & Handoko, H. (2000). Manajemen pemasaran: Analisa perilaku

konsumen. BPFE, Yogyakarta.

Tjiptono, F. (2003). Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi.

Tjiptono, F. (2004). Kepuasan dalam Pelayanan. Penerbit Salemba Empat,

Jakarta.

Wong, J., & Law, R. (2003). Difference in shopping satisfaction levels: A study

of tourists in Hong Kong. Tourism Management, Vol. 24, 401–410.

Yoon, Y., & Uysal, M. (2005). An examination of the effects of motivation and

satisfaction on destination loyalty: a structural model. Tourism management,

Vol. 26 (1), 45-56.

Yu, H., & Littrell, M. A. (2005). Tourists' shopping orientations for handcrafts.

Journal of Travel & Tourism Marketing, Vol. 18, 1–19.

Yüksel, A., & Yüksel, F. (2007). Shopping risk perceptions: Effects on tourists'

emotions, satisfaction and expressed loyalty intentions. Tourism

Management, Vol. 28, 703–713.