Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 110-125
110
PENGARUH NILAI BELANJA HEDONIS DAN UTILITARIAN
TERHADAP LOYALITAS DESTINASI WISATA DENGAN
KEPUASAN BELANJA SECARA KESELURUHAN SEBAGAI
VARIABEL MEDIASI PADA DESTINASI WISATA KOTA
SABANG
IRBAHANI SAMIRNA1, SYARIFAH EVI ZUHRA2
1,2)Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala
e-mail: [email protected]
ABSTRACT
The aims of this study are to investigate the effect of hedonic shopping value and
utilitarian shopping value on destination loyalty with overall shopping satisfaction as
mediation variable. Tourist of travel destination in Sabang city is taken as sample in this
study. The method of this study’s non-probability technique. Hierarchical Linear
Modeling methods of analysis are used to determine influence of the variables involved.
The result of this study indicates that hedonis shopping value have positive effect on
destination loyalty, utilitarian shopping value have positive effect on destination loyalty,
hedonic shopping value and utilitarian shopping value have positive effect on destination
loyalty with overall shopping satisfaction as mediation variable. In addition obtained
results that overall shopping satisfaction has partial mediated the effect of hedonic
shopping value to destination loyalty and overall shopping satisfaction has partial
mediated the effect of utilitarian shopping value to destination loyalty.
Keyword: Hedonic Shopping Value, Utilitarian Shopping Value,Overall Shopping
Satisfaction, Destination Loyalty
PENDAHULUAN
Keragaman budaya dan perbedaan lingkungan membuat banyak orang
dibelahan dunia ini yang melakukan perjalanan ke berbagai tempat yang belum
pernah dikunjunginya.Melihat sesuatu yang unik yang memiliki nilai keindahan
merupakan suatu kebutuhan dari manusia karena manusia juga memiliki sifat
ingin tahu.Kepadatan rutinitas dan segala aktivitas yang dijalani setiap harinya
juga mendorong manusia untuk berlibur sejenak melepaskan diri dari rutinitas
sehari-hari dan menyegarkan kembali pikiran nya dengan berwisata.
Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut
yang dilakukan secara sukarela dan bersifat sementara, dari tempat tinggal ke
daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau mencari nafkah melainkan
hanya untuk bersenang-senang, memenuhi rasa ingin tahu, menikmati objek dan
daya tarik wisata serta tujuan-tujuan lainnya.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 110-125
111
Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang
menjadi perhatian pemerintah. Hal ini disebabkan pariwisata mempunyai peran
yang sangat penting dalam pembangunan Indonesia yaitu untuk meningkatkan
pendapatan devisa negara pada khususnya dan pendapatan masyarakat pada
umumnya, perluasan kesempatan serta lapangan kerja, dan mendorong kegiatan-
kegiatan industri penunjang dan industri-industri sampingan lainnya. Serta
memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan
Indonesia.Selain itu juga dapat meningkatkan persaudaraan atau persahabatan
nasional dan internasional.
Di Indonesia sendiri banyak destinasi wisata yang ditawarkan tak
terkecuali destinasi wisata dari provinsi Aceh. Salah satu destinasi wisata di Aceh
yang cukup menarik perhatian wisatawan adalah kota Sabang. Yang mana Sabang
adalah salah satu kota di ujung barat Indonesia, tepatnya di provinsi Aceh.
Pariwisata di kota sabang terus mengalami pertumbuhan dan peningkatan
setiap tahun nya, baik dalam jumlah wisatawan yang datang berkunjung maupun
jumlah tempat perbelanjaan souvenir dan oleh-oleh. Jumlah wisatawan baik lokal
maupun asing sejak tahun 2010 hingga tahun 2014 terus meningkat. Pada tahun
2014 jumlah wisatawan asing dan lokal yang datang mencapai 516.616
wisatawan, dan jumlah ini lebih banyak bila di bandingkan 5 tahun sebelumnya.
Pada tahun 2010 jumlah wisatawan yang berkunjung hanya mencapai 125.578
wisatawan dan jumlah ini terus bertambah hingga mencapai 404.606 wisatawan
pada tahun 2013. Jumlah wisatawan lokal yang berkunjung ke Kota Sabang pada
tahun 2014 sejumlah 512.992, yang berarti lebih banyak dibandingkan dengan
jumlah wisatawan asing yang hanya berjumlah 3.624 wisatawan. Selama tahun
2014 jumlah wisatawan lokal naik cukup signifikan. Kedatangan wisatawan lokal
biasanya lebih banyak pada bulan tertentu, yaitu awal dan akhir tahun, bulan libur
sekolah dan bulan libur lebaran. (Sumber: sabangkota.bps.go.id).
Seiring dengan peningkatan jumlah wisatawan, maka juga terjadi
peningkatan pertumbuhan pelaku-pelaku usaha souvenir, oleh-oleh, kerajinan
tangan dan juga toko-toko yang menyediakan barang utilitarian yang lebih mudah
dijangkau oleh wisatawan. Pada tahun 2012, jumlah toko souvenir meningkat
menjadi 14 toko souvenir dan menjadikan Sabang berada di peringkat kedua
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 110-125
112
sebagai Kota dengan toko souvenir terbanyak setelah Kota Banda Aceh (Sumber:
acehprov.go.id). Hal ini juga memicu para pelaku usaha dalam memberikan
produk yang lebih baik lagi baik dalam segi kreatifitas dan inovasi, kemudahan
untuk dijangkau, dan lebih bervariasi.
Pertumbuhan dan perkembangan jumlah toko souvenir dan para pelaku
usaha di bidang ini tidak lepas dari tingginya minat wisatawan untuk berbelanja di
Sabang. Pacific Association of Travel Agent (PATA) menyebutkan bahwa salah
satu alasan sesorang melakukan perjalanan wisata yaitu dikarenakan
pembelanjaan yang menarik (Good Shopping) (Sumber: pata.org).
Bisa dibilang, belanja merupakan faktor penarik tujuan wisata penting
untuk pengalaman perjalanan wisata (Littrell et al. 2004; Yu dan Littrell, 2005).
Bahkan, belanja diperingkatkan sebagai kegiatan di waktu luang yang utama bagi
para wisatawan (Hong dan Littrell, 2003). Penelitian sebelumnya melaporkan
bahwa pengeluaran belanja berjumlah hampir sepertiga dari total biaya perjalanan
(Kim dan Littrell, 2001; Wong dan Law, 2003).
Wisatawan membeli berbagai macam barang ketika mereka melakukan
perjalanan wisata. Mereka berbelanja kerajinan tangan daerah, barang-barang
seni, souvenir dan barang-barang utilitarian seperti pasta gigi dan sabun untuk
penggunaan sehari-hari. Belanja juga menghibur wisatawan selagi mereka
melihat-lihat pemandangan di sekitar toko-toko lokal dan pusat perbelanjaan
ketika mencari kesenian dan makanan khas destinasi wisata tersebut. Selagi
berbelanja, mereka dapat mengobrol dan melakukan tawar-menawar dengan
pemilik atau penjaga toko, sehingga mereka bisa mendapatkan kesempatan untuk
berinteraksi dengan penduduk setempat. Sehingga, kegiatan belanja tidak hanya
menghibur namun juga dapat memperkaya pengalaman wisata.
Pengalaman emosional turis (dalam hal berbelanja) memainkan peran
penting dalam mempengaruhi kepuasan destinasi wisata dan niat untuk
merekomendasikan (Hosany dan Gilbert, 2010). Belanja mempengaruhi keadaan
emosional turis, merangsang interaksi antara tuan rumah dan tamu, dan
memberikan kontribusi terhadap perekonomian daerah. Para peneliti pariwisata
berpendapat bahwa belanja adalah kontributor utama dalam kepuasan pengunjung
dan pengalaman destinasi secara keseluruhan (Croes et al, 2010; Dwyer et al.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 110-125
113
2004; Fallon dan Schofield, 2006; Gallarza dan Gil Saura, 2006; Huang dan
Sarigollu, 2008; Yuksel dan Yuksel, 2007.
Memahami hubungan antara pengalaman belanja wisatawan dan loyalitas
destinasi sangatlah penting mengingat persaingan destinasi wisata yang semakin
kompetitif, para manajer destinasi wisata dan pejabat pemerintahan
mendedikasikan lebih banyak sumber daya untuk meningkatkan kepuasan
pengunjung dan loyalitas destinasi.
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Nilai Belanja Hedonis
Scarpi (2006) mendeskripsikan hedonisme sebagai sisi bergembira,
fantasi, keingintahuan, kenikmatan, kesenangan dan hiburan dari kegiatan belanja
itu sendiri daripada penyelesaian tugas atau pemenuhan kebutuhan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Babin dan Attaway (2000) bahwa nilai
belanja hedonis menggambarkan nilai yang didapatkan dari pengalaman
berbelanja itu sendiri terlepas dari kegiatan yang berhubungan dengan
penyelesaian tugas.
Nilai belanja hedonis adalah perasaan senang, gembira dan puas yang
dirasakan konsumen saat berbelanja. Kepuasan dan kegembiraan tersebut
menimbulkan pengalaman belanja yang menyenangkan sehingga cenderung akan
diulangi lagi oleh konsumen kedepannya.
Nilai Belanja Utilitarian
Scarpi (2006) mendeskripsikan utilitarianisme berhubungan dengan tugas
dan pemenuhan kebutuhan daripada hiburan, dimana produk dibeli secara efisien
dan rasional.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Babin dan Attaway (2000) bahwa nilai
belanja utilitarian menggambarkan nilai yang berhubungan dengan penyelesaian
tugas dari pengalaman berbelanja tersebut.
Ryu et al. (2010) mengemukakan bahwa konsumsi utilitarian
dideskripsikan sebagai konsumsi yang berorientasi pada tujuan dimana terutama
didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan dasar atau untuk
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 110-125
114
menyelesaikan tugas fungsional.
Loyalitas Destinasi Wisata
Secara umum loyalitas dapat diartikan sebagai kesetiaan seseorang
terhadap suatu produk atau jasa tertentu.
Bodet (2008 dalam Nunkoo, 2013) mengindikasikan pembelian ulang atau
merekomendasikan ke orang lain umumnya sering diartikan sebagai loyalitas
konsumen.
Griffin (2005) menyatakan “loyalty is defined as non random purchase
expressed over time by some decision making unit”, yaitu loyalitas merupakan
wujud perilaku dari unit-unit pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian
secara terus-menerus terhadap barang atau jasa dari suatu perusahaan yang dipilih.
Oliver dalam Hurriyati (2005) menyatakan bahwa loyalitas adalah
komitmen konsumen bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau
melakukan pembelian ulang produk atau jasa terpilih secara konsisten di masa
yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran
mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku.
Morais (2005) mengemukakan bahwa loyalitas konsumen adalah
komitmen terhadap suatu merek toko, atau pemasok, berdasarkan sikap yang
sangat positif dan tercermin dalam pembelian ulang yang konsisten.
Kepuasan Belanja Secara Keseluruhan
Kotler (2001) mendeskripsikan kepuasan konsumen sebagai perasaan
senang atau kecewa seseorang yang berasal dari pembandingan suatu produk atau
jasa dengan harapan. Jika produk dibawah harapan maka konsumen menjadi tidak
puas, namun sebaliknya jika produk melebihi harapan maka konsumen akan
merasa puas dan senang. Basu Swastha (2000) mendefinisikan kepuasan
konsumen sebagai suatu dorongan keinginan individu yang diarahkan pada tujuan
untuk memperoleh kepuasan.Mowen dan Minor (2002) mengartikan kepuasan
pelanggan sebagai keseluruhan sikap yang ditunjukan konsumen atas barang dan
jasa setelah pelanggan tersebut memperoleh atau menggunakannya.Kotler dan
Keller (2007) menjelaskan bahwa kepuasan berhubungan dengan perasaan senang
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 110-125
115
atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja produk yang
dirasakan terhadap kinerja yang diharapkan.
Kotler (2000) menjelaskan pandangannya mengenai Satisfaction sebagai
salah satu indikator terbaik untuk meraih laba di masa yang akan datang. Hal
tersebut dikarenakan fakta yang menunjukan menarik konsumen baru lebih mahal
daripada mempertahankan konsumen yang ada sehingga menjadi pemicu para
pelaku wisata berupaya untuk menjaga kepuasan konsumen. Konsumen yang puas
akan memiliki rasa sensitif yang kecil dengan harga, berpeluang sedikit untuk
terpengaruh oleh serangan kompetitor dan setia kepada perusahaan lebih lama dari
pelanggan yang tidak puas. (Dimitriades, 2006).
Hipotesis
Berdasarkan fenomena dan dari landasan teori yang telah dikemukakan
sebelumnya, dapat dinyatakan hipotesis yaitu:
Ha1: Nilai Belanja Hedonis berpengaruh terhadap Loyalitas Destinasi Wisata
H2: Nilai Belanja Utilitarian berpengaruh terhadap Loyalitas Destinasi Wisata
H3: Nilai Belanja Hedonis berpengaruh terhadap Kepuasan Belanja secara
Keseluruhan
H4: Nilai Belanja Utilitarian berpengaruh terhadap Kepuasan Belanja secara
keseluruhan
H5: Kepuasan Belanja secara Keseluruhan berpengaruh terhadap Loyalitas
Destinasi Wisata
H6: Nilai Belanja Hedonis berpengaruh terhadap Loyalitas Destinasi Wisata
dimediasikan oleh Kepuasan Belanja Secara Keseluruhan
H7: Nilai Belanja Utilitarian berpengaruh terhadap Loyalitas Destinasi Wisata
dimediasikan oleh Kepuasan Belanja Secara Keseluruhan
METODE PENELITIAN
Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004).Populasi
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 110-125
116
penelitian adalah wisatawan destinasi wisata Kota Sabang.
Penarikan Sampel
Teknik pengambilan sampel penelitian ini dilakukan secara non
probability sampling. Jenis non probability sampling yang dipilih adalah
purposive samplingyaitusetiap responden yang memenuhi kriteria sampel
dimasukan dalam penelitian ini dalam waktu yang telah ditentukan dengan
kecenderungan peneliti untuk memilih responden yang dianggap mengetahui
informasi dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap.
Dalam menentukan jumlah sampel, penulis menggunakan tabel tabel frekuensi
untuk pengambilan jumlah sampel dalam pengujian mediasi, dimana semakin
besar frekuensi nya maka semakin baik ukuran sampel dari populasi
tersebut.Ferdinand (2002) mengatakan ukuran sampel yang baik adalah 100-
200.Mengingat jumlah populasi yang tidak diketahui maka sampel ditentukan
sebanyak 100 sampel dimana jumlah ini sesuai dengan tabel frekuensi ukuran
sampel untuk pengujian mediasi MacKinnon dan Fritz (2007) dengan frekuensi
sejumlah 31.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang
dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama.Untuk
memperoleh data dan informasi yang sesuai dengan objek penelitian ini, penulis
melakukan kegiatan metode pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner
atau angket. Adapun keusioner adalah metode pengumpulan data yang dilakukan
untuk mengumpulkan data dengan cara membagi daftar pertanyaan kepada
responden untuk diberikan jawabannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Validitas
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah loyalitas destinasi wisata,
dimana untuk mengukur konstruk dari variabel tersebut telah dikembangkan
menjadi 7 item pertanyaan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel
terikat memiliki 7 item pertanyaan yang menunjukkan korelasi yang baik. Hal ini
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 110-125
117
dilihat dari nilai eigen 4,212dengan muatan faktor yang memiliki interval 0,830
hingga 0,911. Varians yang dapat dijelaskan (variance explained) pada faktor
sebesar 57,607%. Nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Samplig Adequency pada
variabel endogen sebesar 0,825 dan hasil uji Barlett’sTest of Sphercity
menunjukkan signifikan yaitu 0,00 (p<0,01).
Variabel mediasi dalam penelitian ini adalah emosi positif, dimana untuk
mengukur konstruk dari variabel tersebut telah dikembangkan menjadi 8 item
pertanyaan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel mediasi (emosi
positif) memiliki 8 item pertanyaan yang menunjukkan korelasi yang baik, artinya
semua item pertanyaan menunjukkan korelasi yang baik. Hal ini dilihat dari nilai
eigen 4,700 dengan muatan faktor yang memiliki interval 0,728 hingga 0,851.
Varians yang dapat dijelaskan (variance explained) pada faktor sebesar 60,175%.
Nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Samplig Adequency pada variabel mediasi
sebesar 0,863 dan hasil uji Barlett’sTest of Sphercity menunjukkan signifikan
yaitu 0,00 (p<0,01).
Variabel independen X1 dalam penelitian ini adalah nilai belanja hedonis.
Untuk mengukur konstruk dari variabel tersebut telah dikembangkan dengan 6
item pertanyaan, yang mana dari hasil penelitian menunjukkan bahwa 6 item
pertanyaan berkorelasi dengan baik terhadap konstruk. Hasil uji menunjukkan
semua item yang terlibat dalam muatan faktor tersebut memiliki korelasi terhadap
konstruk sehingga dapat menjadi suatu pengukuran yang tepat. Hal ini dilihat dari
nilai Eigen (4,053) yang lebih besar dari pada dengan muatan faktor loading
(loading factor) yang memiliki interval 0,854 hingga 0,933. Varians yang dapat
dijelaskan (variance explained) pada faktor adalah 67,549%. Nilai Kaiser-Meyer-
Olkin Measure of Sampling Adequency pada variabel X1 sebesar 0,882dan hasil
uji Barlett’s Test of Sphercity menunjukkan signifikan yaitu 0,00 (p<0,01).
Variabel eksogen X2 dalam penelitian ini adalah nilai belanja utilitarian.
Untuk mengukur konstruk dari variabel tersebut telah dikembangkan dengan 5
item pertanyaan, yang mana dari hasil penelitian menunjukkan bahwa 5 item
pertanyaan berkorelasi dengan baik terhadap konstruk. Hasil uji menunjukkan
semua item yang terlibat dalam muatan faktor tersebut memiliki korelasi terhadap
konstruk sehingga dapat menjadi suatu pengukuran yang tepat. Hal ini dilihat dari
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 110-125
118
nilai Eigen (3,357) yang lebih besar dari pada dengan muatan faktor loading
(loading factor) yang memiliki interval 0,691 hingga 0,896. Varians yang dapat
dijelaskan (variance explained) pada faktor adalah 67,146%. Nilai Kaiser-Meyer-
Olkin Measure of Sampling Adequency pada variabel independen sebesar
0,749dan hasil uji Barlett’s Test of Sphercity menunjukkan signifikan yaitu 0,00
(p<0,01).
Reliabilitas
Reliabilitas untuk mengukur apakah instrument (kuisioner) dari penelitian
ini dapat dipercaya/handal atau tidak sebagai hasil penelitian yang baik maka
perlu dilakukan uji reliabilitas. Suatu konstruk atau variabel dikatakan handal
apabila nilai Cronbach Alphanya > 0,60 menurut Malhotra (2003). Berikut hasil
pengujian reliabilitas.
Tabel 1. Hasil Uji Reliabilitas
No Variabel Rata-rata Item Variabel Nilai
Alpha
Kehandalan
1 Loyalitas Destinasi
Wisata
3,957 7 0,888 Handal
2 Nilai Belanja
Hedonis
3,483 6 0,901 Handal
3 Nilai Belanja
Utilitarian
3,498 5 0,875 Handal
4 Kepuasan Belanja
Secara Keseluruhan
3,585 4 0,917 Handal
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 110-125
119
Dari hasi uji reliabilitas yang ditunjukkan pada Tabel 1, diperoleh nilai
Cronbach’s alpha masing-masing sebesar 0,888, 0,901, 0,875, dan 0,917. Dengan
demikian seluruhpertanyaan yang digunakan dalam variabel penelitian ini reliabel
(handal), karena telahmemenuhi Cronbanch’s Alpha dengan nilai alpha yang lebih
dari 0,60.
Regresi
Hasil analisis regresi dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Hasil Analisis Regresi
Menurut Hair, et. al., (2006) jika dalam penskalaan digunakan skala likert,
maka untuk koefisien korelasi digunakan nilai standardized coefficients, di mana
nilai konstantanya tidak perlu diinterpretasikan. Dari hasil output SPSS tersebut
dapat dibuat garis persamaan linear adalah sebagai berikut:
Z = 0,464 X1+ 0,392 X2
Maka dari persamaan tersebut dapat menjelaskan bahwa koefisien regresi
nilai belanja hedonis (X1) bernilai positif (0,464) artinya semakin baik nilai
belanja hedonis, maka akan meningkatkan kepuasan belanja secara keseluruhan
para wisatawan. Koefisien regresi nilai belanja utilitarian (X2) bernilai positif
(0,392) artinya nilai belanja utilitarian di destinasi wisata Kota Sabangakan
meningkatkan kepuasan belanja secara keseluruhan yang dimiliki wisatawan.
Tabel 3. Analisis Pengaruh Nilai Belanja Hedonis dan Nilai Belanja Utilitarian
Terhadap Loyalitas Destinasi Wisata dengan Kepuasan Belanja Secara
Keseluruhan Sebagai Variabel Mediasi
Coefficientsa
,591 ,258 2,294 ,024
,426 ,077 ,464 5,533 ,000
,432 ,092 ,392 4,678 ,000
(Constant)
NBH(X1)
NBU(X2)
Model
1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: KB (Z)a.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 110-125
120
Dari tabel tersebut (model 2) dapat dibuat garis persamaan linear adalah
sebagai berikut:
Y = 0,382 X1 + 0,369 X2
Maka dari persamaan tersebut dapat menjelaskan bahwa berdasarkan hasil
nilai standardized coefficients tidak terdapat nilai konstanta, hanya terdapat nilai
koefisien regresi nilai belanja hedonis (X1) yaitu sebesar 0,382, dan koefisien
regresi nilai belanja utilitarian (X2) sebesar 0,369.
Koefisien regresi nilai belanja hedonis (X1) bernilai positif (0,382) artinya
semakin nilai belanja hedonis yang dirasakan para wisatawan maka akan semakin
tinggi terjadinya loyalitas destinasi wisata. Koefisien regresi nilai belanja
utilitarian (X2) bernilai positif (0,369) artinya ketika nilai belanja utilitarian para
wisatawan baik maka dapat meningkatkan terjadinya loyalitas destinasi wisata.
Sedangkan pada tabel selanjutnya (model 3), dapat dibuat garis persamaan
linear sebagai berikut:
Y =0,217 X1+ 0,229 X2 + 0,356 Z
Maka dari persamaan regresi tersebut dapat menjelaskan bahwa koefisien
regresi kepuasan belanja secara keseluruhan (Z) bernilai positif (0,356) artinya
semakin baik kepuasan belanja secara keseluruhan yang dirasakan oleh wisatawan
destinasi wisata Kota Sabang, maka akan semakin tinggi terjadinya loyalitas
destinasi wisata.
PENUTUPAN
Berdasarkan analisis hasil yang telah dilakukan pada penelitian ini maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Coefficientsa
1,920 ,231 8,302 ,000
,270 ,069 ,382 3,915 ,000 ,580 1,725
,313 ,083 ,369 3,783 ,000 ,580 1,725
1,758 ,227 7,735 ,000
,153 ,076 ,217 2,024 ,046 ,441 2,269
,195 ,088 ,229 2,219 ,029 ,473 2,114
,275 ,087 ,356 3,151 ,002 ,395 2,530
(Constant)
NBH(X1)
NBU(X2)
(Constant)
NBH(X1)
NBU(X2)
KB (Z)
Model
1
2
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: LDW(Y)a.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 110-125
121
1. Nilai belanja hedonis berpengaruh signifikan terhadap loyalitas destinasi
wisata.
2. Nilai belanja utilitarian berpengaruh signifikan terhadap loyalitas destinasi
wisata.
3. Nilai belanja hedonis berpengaruh signifikan terhadap kepuasan belanja
secara keseluruhan.
4. Nilai belanja utilitarian berpengaruh signifikan terhadap kepuasan belanja
secara keseluruhan.
5. Kepuasan belanja secara keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap
loyalitas destinasi wisata.
6. Kepuasan belanja secara keseluruhan memediasi secara parsial (partial
mediation) pengaruh nilai belanja hedonis terhadap loyalitas destinasi
wisata.
7. Kepuasan belanja secara keseluruhan memediasi secara parsial (partial
mediation) pengaruh nilai belanja utilitarian terhadap loyalitas destinasi
wisata.
Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran-saran yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai belanja hedonis dan nilai
belanja utilitarian memberikan pengaruh yang signifikan positif terhadap
loyalitas destinasi wisata. Nilai belanja hedonis merupakan faktor internal
yang dapat dikendalikan dan faktor yang sangat penting diperhatikan oleh
manajer destinasi wisata dan pemerintah kota Sabang, karena nilai belanja
hedonis merupakan faktor internal yang dapat dikontrol dan berpengaruh
dalam keputusan pemilihan destinasi wisata yang dilakukuan oleh
wisatawan. Oleh karenanya untuk dapat terus meningkatkan terjadinya
loyalitas destinasi wisata dari wisatawan makanilai belanja hedonis dan
nilai belanja utilitarian pada destinasi wisata kota Sabangharus terus
dikembangkan dan ditingkatkan.
2. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa faktor kepuasan belanja
secara keseluruhan dapat memperkuat terjadinya loyalitas destinasi wisata
pada wisatawan destinasi wisata kota Sabang, oleh karena itu diharapkan
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 110-125
122
agar manajer destinasi wisata dan pemerintah kota Sabang dapat
meningkatkan pengalaman berbelanja wisatawan yang dapat
meningkatkan kepuasan belanja secara keseluruhan wisatawan yang akan
menikngkatkan loyalitas destinasi wisata kota Sabang.
REFERENSI
Ailawadi, K. L., Neslin, S. A., & Gedenk, K. (2001). Pursuing the value-
conscious consumer: store brands versus national brand promotions. Journal
of marketing, Vol. 65 (1), 71-89.
Babin, B. J., Lee, Y. K., Kim, E. J., & Griffin, M. (2005). Modeling consumer
satisfaction and word-of-mouth: restaurant patronage in Korea. Journal of
Services Marketing, Vol. 19 (3), 133-139.
Baron, R. M., & Kenny, D. A. (1986). The moderator–mediator variable
distinction in social psychological research: Conceptual, strategic, and
statistical considerations. Journal of personality and social psychology, Vol.
51 (6), 1173.
Bigne, J. E., Sanchez, M. I., & Sanchez, J. (2001). Tourism image, evaluation
variables and after purchase behaviour: inter-relationship. Tourism
management, Vol. 22 (6), 607-616.
Carpenter, J. M. (2008). Consumer shopping value, satisfaction and loyalty in
discount retailing. Journal of Retailing and Consumer Services, Vol. 15 (5),
358-363.
Cassel, C., & Eklöf, J. A (2001) Modelling customer satisfaction and loyalty on
aggregate levels: Experience from the ECSI pilot study. Total quality
management. Vol. 12 (7-8), 834-841.
Chen, J. S., & Gursoy, D (2001) An investigation of tourists' destination loyalty
and preferences. International Journal of Contemporary Hospitality
Management. Vol. 13 (2), 79-85.
Chi, C. G. Q., & Qu, H. (2008). Examining the structural relationships of
destination image, tourist satisfaction and destination loyalty: An integrated
approach. Tourism management, Vol. 29 (4), 624-636
del Bosque, I. R., & San Martín, H. (2008). Tourist satisfaction a cognitive-
affective model. Annals of tourism research, Vol. 35 (2), 551-573.
Dimitriades, Z. S. (2006). Customer satisfaction, loyalty and commitment in
service organizations: Some evidence from Greece. Management Research
News, Vol. 29 (12), 782-800.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 110-125
123
Dwyer, L., Mellor, R., Livaic, Z., Edwards, D., & Kim, C. (2004). Attributes of
destination competitiveness: A factor analysis. Tourism Analysis, Vol. 9, 1–
2.
Fallon, P., & Schofield, P. (2006). The dynamics of destination attribute
importance. Journal of Business Research, Vol. 59, 709–713.
Ferdinand, A. (2002). Structural equation modeling dalam penelitian manajemen.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Griffin, J. (2005). Customer Loyalty: How To Keep It, How To Earn It. Edisi
Revisi. Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Gallarza, M. G., & Gil Saura, I. (2006). Value dimensions, perceived value,
satisfaction and loyalty: An investigation of university students' travel
behaviour. Tourism Management, Vol. 27, 437–452.
Hawkins, D. I., Best, R. J., & Coney, K. A. (2010). Consumer behavior. Mcgraw
Hill Higher Educat.
Hennig-Thurau, T., Gwinner, K. P., & Gremler, D. D. (2002). Understanding
relationship marketing outcomes an integration of relational benefits and
relationship quality. Journal of service research, Vol. 4 (3), 230-247.
Hong, Y., & Littrell, M. A. (2003). Product and process orientations to tourism
shopping. Journal of Travel Research, Vol. 42, 11-25.
Hosany, S., & Gilbert, D. (2010). Measuring tourists' emotional experiences
toward hedonic holiday destinations. Journal of Travel Research, Vol. 49,
513–526.
Huang, R., & Sarigöllü, E. (2008). Assessing satisfaction with core and secondary
attributes. Journal of Business Research, Vol. 61, 942–949.
Hurriyati, R. (2005). Bauran Pemasaran dan Loyalitas Pelanggan. Bandung: CV.
Alfabeta.
Imam, G. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Jang, S. S., & Feng, R. (2007). Temporal destination revisit intention: The effects
of novelty seeking and satisfaction. Tourism management, Vol. 28 (2), 580-
590.
Kim, S., & Littrell,M. A. (2001). Souvenir buying intentions for self versus
others. Annals of Tourism Research, Vol. 28, 638–657.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 110-125
124
Kotler, P. (2009). Marketing management: A south Asian perspective. India:
Pearson Education.
Kotler, P., & Zaltman, G. (2001). Targeting prospects for a new product.
Marketing: Critical Perspectives on Business and Management, Vol. 4 (1),
328-350.
Littrell, M. A., Paige, R. C., & Song, K. (2004). Senior travellers: Tourism
activities andshopping behaviours. Journal of Vacation Marketing, Vol.10,
348–362.
Malhotra, N. K., Agarwal, J., & Peterson, M. (1996). Methodological issues in
cross-cultural marketing research: A state-of-the-art review. International
marketing review, Vol. 13 (5), 7-43.
Mohamad, M., Ali, A. M., Ab Ghani, N. I., Abdullah, A. R., & Mokhlis, S.
(2013). Positioning Malaysia as a tourist destination based on destination
loyalty. Asian Social Science, Vol. 9 (1), 286.
Morais, D. B., Dorsch, M. J., & Backman, S. J. (2005). Building loyal
relationships between customers and providers: A focus on resource
investments. Journal of Travel & Tourism Marketing, Vol. 18 (1), 49-57.
Mowen, J. C., & Minor, M. (2002). Perilaku konsumen. Alih Bahasa Lina Salim,
Edisi Kelima. Jakarta: PT. Erlangga.
Nunkoo, R., Smith, S. L., & Ramkissoon, H. (2013). Residents’ attitudes to
tourism: A longitudinal study of 140 articles from 1984 to 2010. Journal of
Sustainable Tourism, 21(1), 5-25.
Olaru, D., Purchase, S., & Peterson, N. (2008). From customer value to
repurchase intentions and recommendations. Journal of Business &
Industrial Marketing, Vol. 23 (8), 554-565.
Overby, J. W., & Lee, E. J. (2006). The effects of utilitarian and hedonic online
shopping value on consumer preference and intentions. Journal of Business
research, Vol. 59 (10), 1160-1166.
Overby, J. W., & Lee, E. J. (2006). The effects of utilitarian and hedonic online
shopping value on consumer preference and intentions. Journal of Business
research, Vol. 59 (10), 1160-1166
Parasuraman, A., Zeithaml, V. A., & Malhotra, A. (2005). ES-QUAL a multiple-
item scale for assessing electronic service quality. Journal of service
research, Vol. 7 (3), 213-233.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 110-125
125
Rintamäki, T., Kuusela, H., & Mitronen, L. (2007). Identifying competitive
customer value propositions in retailing. Managing Service Quality: An
International Journal, Vol. 17 (6), 621-634.
Scarpi, D. (2006). Fashion stores between fun and usefulness. Journal of Fashion
Marketing and Management: An International Journal, Vol. 10 (1), 7-24.
Setiadi, I., & Warmika, I. (2015). Pengaruh Fashion Involvement Terhadap
Impulse Buying Konsumen Fashion Yang Dimediasi Positive Emotion Di
Kota Denpasar. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, Vol. 4 (6).
Severt, D., Wang, Y., Chen, P. J., & Breiter, D. (2007). Examining the
motivation, perceived performance, and behavioral intentions of convention
attendees: Evidence from a regional conference. Tourism Management, Vol.
28 (2), 399-408.
Sun, X., Chi, C. G. Q., & Xu, H. (2013). Developing destination loyalty: The case
of Hainan Island. Annals of tourism research, Vol. 43, 547-577.
Swastha, B., & Handoko, H. (2000). Manajemen pemasaran: Analisa perilaku
konsumen. BPFE, Yogyakarta.
Tjiptono, F. (2003). Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi.
Tjiptono, F. (2004). Kepuasan dalam Pelayanan. Penerbit Salemba Empat,
Jakarta.
Wong, J., & Law, R. (2003). Difference in shopping satisfaction levels: A study
of tourists in Hong Kong. Tourism Management, Vol. 24, 401–410.
Yoon, Y., & Uysal, M. (2005). An examination of the effects of motivation and
satisfaction on destination loyalty: a structural model. Tourism management,
Vol. 26 (1), 45-56.
Yu, H., & Littrell, M. A. (2005). Tourists' shopping orientations for handcrafts.
Journal of Travel & Tourism Marketing, Vol. 18, 1–19.
Yüksel, A., & Yüksel, F. (2007). Shopping risk perceptions: Effects on tourists'
emotions, satisfaction and expressed loyalty intentions. Tourism
Management, Vol. 28, 703–713.