Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI UNTUK MENCEGAH STROKE
TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU POPULASI LANSIA DI
POSYANDU SRIKANDI, DUSUN BURIKAN DAN POSYANDU BUAH
APEL, DUSUN KEBOAN, YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Adi Wijaya
NIM : 068114117
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
ii
PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI UNTUK MENCEGAH STROKE
TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU POPULASI LANSIA DI
POSYANDU SRIKANDI, DUSUN BURIKAN DAN POSYANDU BUAH
APEL, DUSUN KEBOAN, YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Adi Wijaya
NIM : 068114117
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
iii
THE EFFECTS OF EDUCATION GIVEN FOR PREVENT STROKE BY
BEHAVIORAL CHANGING IN ELDERLY PEOPLE IN POSYANDU
SRIKANDI, DUSUN BURIKAN AND POSYANDU BUAH APEL, DUSUN
KEBOAN, YOGYAKARTA
SKRIPSI
Presented as Partitial Fulfilment of the Requirement
to Obtain Sarjana Farmasi (S.Farm)
In Faculty of Pharmacy
By:
Adi Wijaya
NIM : 068114117
FACULTY OF PHARMACY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2009
iv
v
vi
“Janganlah takut, hai kamu kawanan
kecil! Karena Bapamu telah berkenan
memberikan kamu Kerajaan itu.”
(Lukas 12:32)
Karya ini aku persembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus,
Papa di Surga, Mama, kakak-kakak, keponakan,
Sahabat-sahabat dan teman-temanku,
Almamaterku.
vii
viii
PRAKATA
Puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus
karena hanya dengan anugerah, berkat, kasih, dan pertolongan-Nya penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul ”Pengaruh
Pemberian Edukasi untuk Mencegah Stroke terhadap Perubahan Perilaku Populasi
Lansia di Posyandu Srikandi, Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel, Dusun
Keboan Yogyakarta”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Ilmu Farmasi (S.Farm).
Terselesaikannya penulisan laporan akhir ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak yang telah membantu penulis. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberi anugerah, rahmat, dan kekuatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini
hingga selesai.
2. Bupati Sleman c.q BAPPEDA Sleman, Dinas Pol PP, dan Tibmas Kabupaten
Sleman yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di Kabupaten
Sleman.
3. Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Bidang Perencanaan SDM Bappeda
Kabupaten Sleman, Puskesmas Mlati II yang telah memberikan izin dan
informasi tentang posyandu yang berada di Kabupaten Sleman khususnya di
kelurahan Sumberadi.
4. Kepala Kecamatan Mlati yang telah memberikan izin untuk melakukan
penelitian di Kecamatan Mlati.
ix
5. Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada yang telah memberikan izin penelitian dan
mengeluarkan keterangan kelaikan etik (ethical clearance).
6. Kelurahan Sumberadi yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian
di Desa Sumberadi.
7. Kepala Dusun Burikan dan Kepala Dusun Keboan yang telah memberikan izin
untuk melakukan penelitian di Posyandu Srikandi Dusun Burikan dan
Posyandu Buah Apel di Dusun Keboan.
8. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
9. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan petunjuk, saran, arahan, dan bimbingan kepada penulis dalam
proses penyusunan skripsi ini.
10. dr.Fenty, M.Kes., Sp.PK. selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan
saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.
11. dr. Arina Ismah Afiati yang telah memberikan ceramah, petunjuk, dan
masukan yang berguna dalam proses penyusunan skripsi.
12. Romo Drs. Petrus Sunu Hardiyanta, S.J., S.Si. yang telah memberikan
petunjuk dan bimbingan mengenai statistik untuk pengolahan data.
13. Mas Narto, Mas Dwi, dan Pak Mukhmin yang selalu meluangkan waktunya
untuk membantu dalam membuatkan surat pengantar untuk melakukan
penelitian, memintakan tanda tangan Dekan untuk keperluan surat menyurat.
x
14. Seluruh lansia Posyandu Srikandi di Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel
di Dusun Keboan yang telah bersedia hadir, mengikuti acara ceramah, dan
menjadi responden dalam penelitian ini..
15. Seluruh kader Posyandu Srikandi di Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel
di Dusun Keboan yang telah membantu saat pelaksanaan pengambilan darah
dan acara ceramah.
16. Mamaku tercinta atas kasih sayang, perhatian, dukungannya baik moril
maupun materiil, motivasi, doa, dan segala pernyertaanya serta segala
sesuatunya yang tidak dapat diuraikan satu-persatu.
17. Kakak-kakakku : Candra Wijaya, S.E., Robby Wijaya, S.T., Vera Tri
Handayani, S.E., Lanny Wijaya, S.E., Yohanes Setiawan Prasetyo, S.T. yang
memberikan perhatian, dukungan, kasih sayang yang selalu ada saat suka
maupun duka.
18. Keponakanku Patrick Alvaro Prasetyo dan Prince Aaron Prasetyo yang selalu
membuat kangen meskipun sangat sibuk dalam menyelesaikan skripsi ini.
19. Teman-teman seperjuangan : Anna yang selalu panik dalam menyelesaikan
skripsi, Dissa yang menjadi bendahara bagi kelompok, Dottie yang selalu
membuat kami tertawa dengan tingkah lakunya, Vika yang suka tertawa lepas,
Nimo yang manja, yang telah bersama-sama melalui segala sesuatunya dengan
kebersamaan, suka duka, dan canda tawa dalam proses berjalannya penelitian
dan penyusunan skripsi ini.
xi
20. Mas Iwan dan Mas Sugeng atas persaudaraan yang terjalin selama selama ini,
diskon yang diberikan, dan pinjaman tempat sebagai basecamp pembuatan
property penelitian
21. Teman-teman kelas B angkatan 2006, khususnya kelompok praktikum C dan
D atas persahabatannya selama ini.
22. Teman-teman FKK kelas B angkatan 2006, atas kebersamaannya dalam
proses belajar dan saling membangun dalam presentasi.
23. Serta semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan
dan kelemahan karena keterbatasan pikiran, tenaga, dan waktu penulis. Untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Akhir
kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca semua.
Yogyakarta, 16 Oktober 2009
Penulis
xii
xiii
INTISARI
Stroke adalah penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung koroner dan keganasan, dengan demikian diperlukan adanya pemberian edukasi yang berguna untuk meningkatkan pengetahuan mengenai faktor-faktor risiko terjadinya stroke terutama untuk lansia.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh edukasi terhadap perubahan perilaku Lansia di Posyandu Srikandi, Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel, Dusun Keboan, Yogyakarta. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental semu (Quasi-Experimental research), dengan desain nonrandomized pretest-posttest intervention with control group design. Kriteria inklusi subjek penelitian ini adalah pria dan wanita berusia diatas 60 tahun yang aktif mengikuti kegiatan posyandu lansia dan belum pernah mengalami penyakit stroke, penyakit ginjal atau penyakit jantung kongestif. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Data yang diperoleh dikaji dengan analisis meliputi analisis deskriptif dan statistik menggunakan Independent Sampels T-test atau Mann-Whitney U test untuk uji beda 2 kelompok sedangkan Paired T-test atau Wilcoxon untuk uji beda 1 kelompok dengan taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan (+0,97), sikap (+0,03), dan tindakan (+0,04) pada kelompok perlakuan, namun secara statistik peningkatannya adalah tidak bermakna. Tidak terdapat perbedaan perilaku yang signifikan antara kelompok kontrol dan perlakuan.
Kata kunci : stroke, lansia, edukasi, perilaku
xiv
ABSTRACT
Stroke was the third caused of death after coronary heart disease and cancer. In stead of that, its need education method to increase knowledge about stroke risk factors.
This research was done to know the effect of education to behavioural changing in elderly people in in Posyandu Srikandi, Dusun Burikan and Posyandu Buah Apel, Dusun Keboan, Yogyakarta. This is a Quasi-Experimental research, with nonrandomized pretest-posttest intervention with control group design. The research subject were elderly which over 60, active in posyandu lansia, and never have stroke, heart disease, or congestive heart disease. The instrument of this research is a quesioner. Data analysis done by Independent Sampels T-test or Mann-Whitney U test for the differences of 2 groups with 95% confidence level.
The result of this research shows that there are increase knowledge variable (+0,97), attitude variable (+0,03), and action variable (+0,04) in intervention group, but statistically the differences between intervention group and control group are not significant.
Key word : stroke, elderly, education, behaviour
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ii
PAGE TITLE iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv
HALAMAN PENGESAHAN v
HALAMAN PERSEMBAHAN vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI vii
PRAKATA viii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA xii
INTISARI xiii
ABSTRACT xiv
DAFTAR ISI xv
DAFTAR TABEL xvii
DAFTAR GAMBAR xviii
DAFTAR LAMPIRAN xix
BAB I PENGANTAR 1
A. Latar Belakang 1
B. Permasalahan 3
C. Keaslian Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 5
E. Tujuan Penelitian 5
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA 7
A. Stroke 7
xvi
B. Edukasi 16
C. Perilaku 18
D. Kuesioner 26
E. Validitas dan Reliabilitas 27
F. Landasan Teori 28
G. Hipotesis 30
BAB III METODE PENELITIAN 31
A. Jenis dan Rancangan Penelitian 31
B. Variabel Penelitian 32
C. Definisi Operasional 32
D. Subjek Penelitian 33
E. Tempat Penelitian 33
F. Waktu Penelitian 33
G. Instrumen Penelitian 33
H. Tatacara Penelitian 34
I. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 61
A. Kesimpulan 61
B. Saran 62
DAFTAR PUSTAKA 63
LAMPIRAN 65
BIOGRAFI 122
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jenis Pernyataan dan Pengelompokan Pernyataan Berdasarkan
Variabel dalam Kuesioner yang Disusun Bersifat Favorable dan
Unfavorable 37
Tabel 2. Karakteristik Umur 47
Tabel 3. Karakteristik Jenis Kelamin 48
Tabel 4. Karakteristik Tingkat Pendidikan 49
Tabel 5. Karakteristik Kebiasaan Merokok 51
Tabel 6. Karakteristik Tekanan Darah 52
Tabel 7. Perbedaan Perilaku Dilihat dari Selisih Rerata antara Pretest
dengan Posttest 53
Tabel 8. Perbedaan Signifikansi antara Kelompok Perlakuan dengan
Kelompok Kontrol pada Nilai Pretest dan Nilai Posttest 57
Tabel 9. Manfaat Ceramah dan Edukasi secara Personal 60
Tabel 10. Tindakan Setelah Ceramah dan Edukasi secara Personal 60
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Hubungan Perilaku dengan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan 18
Gambar 2. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Sebelum dan Setelah
Diberikan Ceramah terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap,
dan Tindakan 29
Gambar 3. Skema Rancangan Pretest-Posttest Intervention with Control
Group Design 31
Gambar 4. Selisih Rerata Pretest-Posttest 56
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner 65
Lampiran 2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 69
Lampiran 3. Nilai Pretest Kelompok Kontrol 70
Lampiran 4. Nilai Pretest Kelompok Perlakuan 71
Lampiran 5. Nilai Posttest Kelompok Kontrol 72
Lampiran 6. Nilai Posttest Kelompok Perlakuan 73
Lampiran 7. Karakteristik Umur 74
Lampiran 8. Karakteristik Jenis Kelamin 75
Lampiran 9. Karakteristik Tingkat Pendidikan 76
Lampiran 10. Karakteristik Kebiasaan Merokok 77
Lampiran 11. Karakteristik Tekanan Darah 78
Lampiran 12. Perbedaan Perilaku Kelompok Kontrol Dilihat dari Selisih Nilai
Rerata dan Signifikansi untuk Setiap Variabel Perilaku 79
Lampiran 13. Perbedaan Perilaku Kelompok Perlakuan Dilihat dari Selisih
Nilai Rerata dan Signifikansi untuk Setiap Variabel Perilaku 85
Lampiran 14. Perbedaan Signifikansi antara Kelompok Perlakuan dengan
Kelompok Kontrol pada Nilai Pretest dan Nilai Posttest untuk
Setiap Variabel Perilaku 91
Lampiran 15. Skema Penentuan Uji Signifikansi Berdasarkan Uji Normalitas
Data 109
Lampiran 16. Surat Izin BAPPEDA 110
Lampiran 17. Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearance) 111
xx
Lampiran 18. Leaflet Bagian Depan 112
Lampiran 19. Leaflet Bagian Belakang 113
Lampiran 20. Materi Ceramah 114
Lampiran 21. Dokumentasi Kegiatan 119
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Stroke adalah penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung koroner
dan keganasan. Stroke juga merupakan penyakit yang paling sering menimbulkan
kecacatan dan problem kesehatan masyarakat di seluruh dunia (Dhamija, Mittal,
dan Bansal, 2000; Japardi, 2002; Banerjee dan Kumar, 2006). Data statistik WHO
pada tahun 2004 menunjukkan 15 juta orang menderita stroke di seluruh dunia
setiap tahunnya dan dari jumlah tersebut, 5 juta orang meninggal sedangkan 5 juta
orang lainnya mengalami cacat permanen. Stroke menyebabkan 650.000 kematian
setiap tahun di Eropa. Insiden stroke mulai menunjukkan penurunan di negara-
negara maju karena adanya upaya menjaga tekanan darah dan mengurangi
kebiasaan merokok, namun tingkat stroke secara keseluruhan tetap tinggi karena
penuaan penduduk (Mackay & Mensah, 2004).
Penelitian berskala cukup besar dilakukan oleh Survey ASNA di 28
Rumah Sakit seluruh Indonesia. Analisa penelitian ini, kita memperoleh gambaran
dan profil stroke di Indonesia, distribusi demografik dan gambaran faktor risiko,
gambaran klinis, morbiditas dan mortalitasnya di Indonesia. Penderita laki-laki
lebih banyak dari perempuan dan profil usia dibawah 45 tahun cukup banyak
yaitu 11,8%, usia 45-64 tahun berjumlah 54,2% dan diatas usia 65 tahun 33,5%
(Rasyid dan Soertidewi, 2007).
2
Angka kejadian stroke di Indonesia meningkat tajam dari urutan ketiga
penyebab kematian menjadi urutan pertama, melampaui penyakit yang selama ini
mendominasi angka kematian terbesar di Indonesia seperti jantung dan kanker.
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia saat
ini dan jika tidak ada upaya penanggulangan yang lebih baik, maka jumlah
penderita stroke pada tahun 2020 diprediksi akan meningkat dua kali lipat (Haris,
2007).
Stroke menjadi tantangan utama untuk tenaga kesehatan maupun tenaga
medis karena dalam 6th world stroke congress tahun 2008 dikatakan bahwa stroke
menjadi penyebab kematian kedua dan merupakan penyebab utama terjadinya
kecacatan di seluruh dunia. Penyakit serebrovaskuler ini tidak selalu membunuh
seseorang dengan cepat, tetapi faktanya sangat membahayakan, merusak otak, dan
dapat melumpuhkan badan (Dhamija, Mittal, dan Bansal, 2000; Japardi, 2002;
Banerjee dan Kumar, 2006; Bettschart & Kofler, 2008). Penyakit stroke tidak
mengenal usia, jenis kelamin, serta status sosial. Serangannya bisa dialami oleh
siapapun, apalagi jika kita tidak menjaga kesehatan (Fatimah, 2009).
Pola hidup dan gaya hidup manusia dewasa semakin mengarah kepada
gaya hidup pragmatis. Semuanya memenuhi kebutuhan secara instan dan praktis,
hal ini tentu akan membawa konsekuensi. Konsekuensi yang paling rentan adalah
masalah kesehatan, dengan pola hidup yang tidak sehat dan gaya hidup pragmatis,
maka segala penyakit akan datang menyerang. Bermula dari kelebihan kolesterol,
kelelahan karena kurang istirahat, tingkat stress yang tinggi, dan hipertensi, maka
timbullah berbagai penyakit seperti stroke (Auryn, 2007).
3
Berdasarkan gambaran tersebut, maka perlu adanya intervensi berupa
pemberian edukasi yang berguna untuk meningkatkan pengetahuan mengenai
faktor-faktor risiko terjadinya stroke dan edukasi tentang pola hidup sehat
sehingga dapat mencegah terjadinya stroke. Pada penelitian ini digunakan
populasi lansia dikarenakan pada usia ini sangat rentan terserang stroke.
Penelitian ini dilakukan di Posyandu Srikandi Dusun Burikan dan
Posyandu Buah Apel Dusun Keboan, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati,
Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Pemilihan posyandu lansia Srikandi dikarenakan
adanya pendampingan yang telah dilakukan oleh fakultas Farmasi USD, dan
anggota posyandu lansia ini cukup aktif serta mempunyai motivasi yang tinggi
untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan
kualitas hidup. Pemeriksaan faktor-faktor risiko terkait stroke dilakukan di
laboratorium klinik Pramita Utama. Pramita Utama yang merupakan salah satu
laboratorium di Yogyakarta yang telah terakreditasi.
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang muncul:
a. Seperti apakah karakteristik lansia di Posyandu Srikandi Dusun Burikan
dan Posyandu Buah Apel Dusun Keboan yang menjadi responden dalam
penelitian ini dilihat dari umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
kebiasaan merokok, dan tekanan darah?
b. Apakah terdapat perubahan perilaku lansia di Posyandu Srikandi Dusun
Burikan dan Posyandu Buah Apel Dusun Keboan setelah pemberian
intervensi berupa ceramah dan edukasi secara personal?
4
c. Seperti apakah perubahan tindakan lansia di Posyandu Srikandi Dusun
Burikan dan Posyandu Buah Apel Dusun Keboan setelah pemberian
intervensi berupa ceramah dan edukasi secara personal?
2. Keaslian Penelitian
Sejauh penelusuran pustaka yang telah dilakukan, penelitian tentang pengaruh
pemberian edukasi terhadap perubahan perilaku populasi lansia Posyandu
Srikandi di Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel di Dusun Keboan, Desa
Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Yogyakarta belum pernah
dilakukan. Penelitian yang terkait dengan masalah edukasi dan stroke telah
dilakukan oleh peneliti lain dengan judul berikut ini:
a. Pengaruh Pemberian Edukasi tentang Sindrom terhadap Perilaku
Masyarakat di Dusun Krodan, Sleman, Yogyakarta (Kajian Faktor Usia,
Jenis Kelamin, dan Tingkat Pendidikan) oleh Maduma Maria Magdalena
(2008).
b. Implementing a Community Education Program on Stroke for Health Care
Providers and Consumers oleh Karen Richardson-Nassif, Robert Swartz,
dan Mildred Reardon (2002).
Penelitian tersebut berbeda pada hal tujuan penelitian, subjek penelitian,
waktu penelitian, lokasi penelitian, dan kajian penelitian. Penelitian yang
dilakukan saat ini ingin melihat pengaruh pemberian edukasi berupa ceramah
yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal terhadap perubahan perilaku
populasi lansia di Posyandu Srikandi, Dusun Burikan dan Posyandu Buah
5
Apel, Desa Sumeradi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Yogyakarta
tahun 2009.
3. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
a. Manfaat teoritis
Mengetahui pengaruh pemberian edukasi dengan metode ceramah dan
edukasi secara personal terhadap perubahan perilaku populasi lansia
terkait dengan pencegahan stroke.
b. Manfaat praktis
1) Meningkatnya pengetahuan masyarakat khususnya mengenai penyakit
stroke dan pencegahannya sehingga usia harapan hidup dapat
meningkat dengan kesehatan yang baik.
2) Meningkatnya pengetahuan kader Posyandu Srikandi Dusun Burikan
dan Posyandu Buah Apel Dusun Keboan sehingga dapat memberikan
pengetahuan tentang stroke kepada lansia.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui perubahan perilaku yang terukur dalam peningkatan
nilai pengetahuan, sikap, dan tindakan populasi lansia Posyandu Srikandi di
Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel di Dusun Keboan setelah diberikan
edukasi berupa ceramah tentang stroke.
6
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui karakteristik populasi lansia di Posyandu Srikandi Dusun
Burikan dan Posyandu Buah Apel Dusun Keboan dilihat dari umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, kebiasaan merokok, dan tekanan darah.
b. Mengetahui perubahan perilaku lansia di Posyandu Srikandi Dusun
Burikan dan Posyandu Buah Apel Dusun Keboan setelah pemberian
intervensi berupa ceramah dan edukasi secara personal.
c. Mengetahui tindakan yang akan dilakukan lansia Posyandu Srikandi
Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel Dusun Keboan setelah
pemberian intervensi berupa ceramah dan edukasi secara personal.
7
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Stroke
1. Definisi
Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak)
ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena
berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) mendefinisikan bahwa stroke merupakan gejala-gejala defisit fungsi
susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak (Fatimah,
2009).
Dalam istilah awam, stroke adalah serangan otak yang terjadi secara tiba-
tiba dapat mengakibatkan kelumpuhan sebelah bagian tubuh bahkan kematian.
Sindroma ini diberi nama “stroke”, yang artinya mendadak. Kadang stroke disebut
cerebrovascular accident (Sustrani, Alam, dan Hadibroto, 2006).
Istilah stroke digunakan untuk menamakan sindroma hemiparesis atau
hemiparalisis (lumpuh sebelah) akibat kerusakan pada pembuluh darah yang dapat
bangkit dalam hitungan detik hingga hari, tergantung pada jenis penyakit yang
menjadi penyebabnya. Stroke bukan merupakan nama penyakit, melainkan istilah
untuk menjelaskan kumpulan gejala yang muncul jika terdapat kerusakan pada
pembuluh darah otak (Fatimah, 2009).
8
2. Tanda dan Gejala
Sebagian besar pasien stroke dapat mengingat kembali gejala yang
dialami. Mulai dari rasa kesemutan, kehilangan pandangan sejenak, hingga
kehilangan keseimbangan sekejap yang tidak menyebabkan pasien jatuh. Namun,
seringkali gejala-gejala tersebut diabaikan, sehingga suatu saat dapat berubah
menjadi gejala yang tidak dapat diabaikan lagi (Sustrani et al., 2006).
Tanda dan gejala serangan stroke bervariasi, tergantung pada lokasi dan
besarnya kerusakan sel otak akibat kurangnya suplai oksigen. Sekitar 90% pasien
yang terserang stroke mengalami kelumpuhan separuh badan secara tiba-tiba.
Tanda dan gejala lainnya adalah tiba-tiba kehilangan rasa peka, bicara cadel,
gangguan berbicara, gangguan penglihatan, mulut tidak simetris, gangguan daya
ingat, nyeri kepala hebat, vertigo, kesadaran menurun, dan tanda atau gejala lain
yang menunjukkan adanya gangguan fungsi otak (Mulyatsih dan Ahmad, 2008).
3. Penyebab
Stroke adalah akibat gangguan peredaran darah otak. Penyebab stroke
yang sering terjadi adalah:
a. Pembuluh darah arteri yang tersumbat akibat adanya endapan benda-benda
darah pada dinding pembuluh.
b. Pembuluh darah pecah akibat kelemahan pada dinding pembuluh darah atau
kelainan pada keadaan darah sendiri.
c. Endapan pada dinding pembuluh darah atau pada dinding jantung yang terlepas
dan menyumbat pembuluh darah yang lebih kecil. Endapan yang lepas disebut
embolus (Mulyatsih dan Ahmad, 2008).
9
Stroke dapat terjadi karena aliran darah ke otak terputus. Otak manusia
sangat tergantung pada pasokan darah yang berkesinambungan dialirkan oleh
arteri. Asupan oksigen dan nutrisi akan dibawa oleh darah yang mengalir dalam
pembuluh darah yang menuju ke sel-sel otak. Jika selama beberapa menit aliran
darah atau aliran oksigen dan nutrisi terhambat, maka dapat terjadi stroke.
Penyempitan pembuluh darah menuju sel-sel otak menyebabkan aliran darah dan
asupan nitrisi ke otak akan berkurang. Selain itu, endapan lemak dapat terlepas
dalam bentuk gumpalan-gumpalan kecil yang suatu saat dapat menyumbat aliran
darah ke otak sehingga sel-sel otak kekurangan oksigen dan nutrisi. Hal tersebut
yang menjadi penyebab mendasar terjadinya stroke. Hipertensi merupakan
penyebab tekanan yang lebih besar pada dinding pembuluh darah sehingga
dinding pembuluh darah menjadi lemah dan pembuluh darah akan lebih mudah
pecah. Pembuluh darah yang pecah merupakan salah satu penyebab terjadinya
stroke (Auryn, 2007).
Para ahli kesehatan meyakini bahwa faktor keturunan secara genetik
merupakan salah satu penyebab stroke. Pada keluarga yang anggota keluarganya
menderita stroke, perlu adanya kewaspadaan terhadap faktor-faktor yang dapat
menyebabkan stroke. Namun demikian, stroke bukan merupakan penyakit
keturunan. Banyaknya kasus stroke dalam keluarga mungkin lebih disebabkan
faktor pola makan, gaya hidup, dan watak yang hampir sama (Fatimah, 2009).
4. Klasifikasi
Stroke diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu stroke iskemik
(ischemic stroke) dan stroke hemoragik (haemorrhagic stroke).
10
a. Stroke iskemik
Stroke iskemik disebabkan adanya penyumbatan pada pembuluh darah yang
menuju ke otak. Sumbatan ini dapat disebabkan oleh 2 hal. Yang pertama
adalah adanya penebalan pada dinding pembuluh darah (aterosklerosis) dan
bekuan darah bercampur lemak yang menempel pada dinding pembuluh darah
yang disebut thrombus. Yang kedua adalah akibat tersumbatnya pembuluh
darah otak oleh emboli, yaitu bekuan darah yang berasal dari thrombus di
jantung (Mulyatsih dan Ahmad, 2008).
b. Stroke hemoragik
Stroke hemoragik dapat terjadi karena pembuluh darah pecah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu
daerah di otak yang kemudian merusaknya (Auryn, 2007). Salah satu penyebab
stroke hemoragik adalah penyumbatan pada dinding pembuluh darah yang
rapuh (aneurisme), mudah menggelembung, dan rawan pecah. Umumnya
terjadi pada usia lanjut, tetapi yang paling umum kerapuhan terjadi karena
mengerasnya dinding pembuluh darah akibat tertimbun plak. Keadaan ini akan
lebih parah jika terdapat gejala hipertensi dan stress. Pembuluh darah yang
sudah rengas dengan sendirinya akan mudah retak atau pecah akibat adanya
tekanan darah yang naik secara tiba-tiba (Sustrani et al., 2006).
Berdasarkan gejalanya, stroke dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Stroke sementara
Stroke yang dapat sembuh dalam beberapa menit atau jam.
11
b. Stroke Ringan
Stroke yang dapat sembuh dalam waktu beberapa minggu.
c. Stroke Berat
Stroke yang dapat sembuh dengan meninggalkan cacat, tidak dapat sembuh
total, bahkan dalam beberapa bulan atau tahun kemudian dapat mengakibatkan
kematian (Fatimah, 2009).
5. Faktor Risiko
Stroke dapat terjadi karena adanya gangguan aliran darah ke bagian otak.
Jika ada daerah otak yang kekurangan suplai darah secara tiba-tiba, maka
penderita akan mengalami gangguan saraf otak sesuai daerah yang terkena.
Gangguan saraf dapat berupa lumpuh sebelah (hemiplegia), berkurangnya
kekuatan sebelah anggota tubuh (hemiparesis), gangguan bicara, gangguan rasa
(sensasi) di kulit sebelah wajah, lengan atau tungkai. Gangguan-gangguan tersebut
yang menjadi penyebab stroke dapat disebabkan karena berbagai hal. Berbagai hal
atau keadaan yang menyebabkan stroke itulah yang disebut dengan faktor risiko
stroke (Auryn, 2007).
Fatimah (2009) membagi faktor risiko stroke menjadi 2 kelompok.
a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
1) Usia
Semakin tua usia seseorang, maka semakin besar pula risiko terserang
stroke. Hal ini berkaitan dengan proses degenerasi (penuaan) yang terjadi
secara alami. Pada lansia, pembuluh darah lebih kaku karena adanya plak
(aterosklerosis).
12
2) Jenis kelamin
Laki-laki memiliki risiko yang lebih besar untuk terserang stroke dibanding
perempuan. Hal ini disebabkan laki-laki cenderung untuk merokok. Rokok
dapat merusak lapisan pembuluh darah tubuh.
3) Herediter
Hal ini terkait dengan riwayat stroke di keluarga. Seseorang dengan riwayat
stroke pada keluarga, memiliki risiko yang lebih besar untuk terserang
stroke dibandingkan seseorang yang tidak memiliki riwayat stroke pada
keluarga.
4) Ras atau etnik
Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa ras kulit putih memiliki peluang
yang lebih besar terserang stroke dibandingkan ras kulit hitam.
b. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
1) Hipertensi
Orang-orang yang tekanan darahnya tinggi memiliki peluang lebih besar
untuk mengalami stroke. Hipertensi merupakan penyebab terbesar
terjadinya stroke, karena seseorang yang hipertensi dapat mengalami
gangguan aliran darah tubuh, diameter pembuluh darah akan mengecil
(vasokonstriksi) sehingga darah yang mengalir ke otak akan berkurang.
Keadaan ini mengakibatkan berkurangnya suplai oksigen dan glukosa, jika
suplai berkurang secara terus-menerus maka jaringan otak akan mengalami
kematian.
13
2) Penyakit jantung
Berbagai penyakit jantung berpotensi menimbulkan stroke, faktor risiko ini
pada umumnya akan menimbulkan embolus. Embolus adalah sumbatan
aliran darah ke otak karena jantung melepas gumpalan darah, sel-sel atau
jaringan yang telah mati ke dalam aliran darah. Apabila penyakit jantung
yang ada diberi obat anti penggumpalan darah dengan dosis tidak terkontrol
dan tidak dilakukan kontrol terhadap waktu penggumpalan darah, maka
dapat muncul komplikasi serius yaitu perdarahan otak (Harsono, 1994).
3) Diabetes Mellitus
Penderita diabetes memiliki risiko 3 kali lipat terkena stroke dan mencapai
tingkat tertinggi pada usia 50-60 tahun. Namun, ada faktor penyebab lain
yang dapat memperbesar risiko stroke karena sekitar 40% penderita
diabetes pada umumnya juga mengidap hipertensi (Sustrani et al., 2006).
Penderita diabetes mellitus yang kekurangan insulin dapat mengalami
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Kekurangan
pemakaian glukosa dalam sel dan kenaikan glukoneogenesis dalam hati
menyebabkan hiperglikemia. Kenaikan lipolisis dalam hati, jaringan otot,
dan jaringan lemak menyebabkan kenaikan asam lemak bebas dalam
plasma, selanjutnya akan meningkatkan pembentukan kolesterol dan
lipoprotein dalam darah yang dapat mengakibatkan terjadinya
aterosklerosis (Mutschler, 1991).
Diabetes mellitus dapat mengakibatkan dinding pembuluh darah otak
menebal. Menebalnya dinding pembuluh darah otak akan mempersempit
14
lubang pembuluh darah dan mengganggu kelancaran aliran darah ke otak,
pada akhirnya menyebabkan kematian sel-sel otak (Harsono, 1994).
4) Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia dapat terjadi jika kadar kolesterol di dalam darah
berlebih. Kolesterol yang berlebih terutama jenis LDL, LDL yang berlebih
akan mengakibatkan terbentuknya plak pada pembuluh darah. Apabila plak
terus terbentuk, maka semakin lama plak akan semakin banyak dan
menumpuk sehingga mengganggu aliran darah (Fatimah, 2009). HDL
merupakan lipoprotein yang mengangkut kolesterol ke hati untuk diubah
menjadi asam empedu, jadi semakin tinggi HDL maka nilai kolesterol
rendah karena semakin banyak HDL yang membawa kolesterol ke hati dan
diubah menjadi asam empedu. LDL merupakan lipoprotein yang
mengangkut sebagian kolesterol darah dari hati ke jaringan. Kolesterol
yang telah dioksidasi oleh radikal bebas (oksi-LDL) dapat mengendap di
dinding pembuluh darah dan mengakibatkan aterosklerosis (Tjay dan
Rahardja, 2002). Memperbaiki tingkat kolesterol dapat dilakukan dengan
pola makan yang sehat dan olahraga teratur dapat menurunkan risiko
aterosklerosis dan stroke. Dalam kasus tertentu, dokter dapat memberikan
obat yang dapat menurunkan kolesterol (Sustrani et al., 2006).
5) Obesitas
Obesitas atau kegemukan merupakan salah satu faktor risiko stroke. Hal
tersebut terkait dengan tingginya kadar lemak dan kolesterol dalam darah
15
pada orang yang obesitas. Pada umunya kadar LDL seseorang yang
obesitas lebih tinggi dibanding kadar HDL.
6) Merokok
Merokok merupakan penyebab nyata seseorang terserang stroke, lebih
banyak terjadi pada usia dewasa muda daripada usia yang lebih tua. Risiko
stroke dapat menurun seketika jika berhenti merokok dan terlihat jelas
dalam periode 2-4 tahun setelah berhenti merokok. Merokok dapat memicu
produksi fibrinogen (faktor penggumpal darah) lebih banyak sehingga
menyebabkan terjadinya aterosklerosis. Pada pasien perokok, kerusakan
yang terjadi akibat stroke jauh lebih parah karena dinding bagian dalam
(endothelial) pada sistem pembuluh darah otak (serebrovaskular) biasanya
sudah menjadi lemah (Sustrani et al., 2006).
7) Alkohol
Alkohol yang dikonsumsi secara berlebihan dapat menyebabkan
meningkatnya risiko stroke, tetapi konsumsi alkohol yang tidak berlebihan
dapat memberikan manfaat berupa penurunan risiko stroke dengan
mengurangi daya penggumpalan platelet dalam darah. Akan tetapi disiplin
menggunakan manfaat alkohol dalam konsumsi cukup sulit dikendalikan
dan efek samping alkohol justru lebih berbahaya. Konsumsi alkohol secara
berlebihan dapat mempengaruhi kekentalan dan penggumpalan darah yang
akhirnya menyebabkan pendarahan di otak serta memperbesar risiko stroke
iskemik (Sustrani et al., 2006).
16
B. Edukasi
Edukasi dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian bahan atau
materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan untuk mencapai
perubahan perilaku (tujuan). Edukasi kesehatan sangat penting dalam menunjang
program-program kesehatan yang lain. Untuk memilih metode edukasi harus
memperhatikan subjek edukasi apakah itu merupakan individu, kelompok,
masyarakat/massa serta harus mempertimbangkan pendidikan formal. Ceramah
merupakan metode edukasi yang diberikan untuk kelompok besar, lebih dari 15
orang, metode ini sesuai untuk sasaran/subjek yang berpendidikan tinggi/rendah
(Notoatmodjo, 2003).
Penyuluhan kesehatan adalah upaya untuk mempengaruhi pengetahuan,
sikap, dan kebiasaan yang berkaitan dengan kesehatan agar individu / kelompok /
masyarakat mau dan mampu mengubah perilaku yang tidak baik mendukung nilai
hidup sehat menjadi berperilaku yang mendukung nilai hidup sehat (Pratomo,
1989).
Edukasi kesehatan merupakan suatu kegiatan atau usaha menyampaikan
pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu dengan cara
bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran dan
sebagainya melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau penyuluhan kesehatan.
Pendidikan atau penyuluhan kesehatan tersebut mengupayakan agar perilaku
individu, kelompok atau masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Edukasi kesehatan dilaksanakan melalui
penyuluhan massa, kelompok atau interpersonal yang tujuan akhirnya adalah agar
17
individu, kelompok atau masyarakat berada dalam kondisi derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya (Notoatmodjo, 2003).
Bentuk pendekatan atau edukasi yang digunakan antara lain:
1. Bimbingan dan penyuluhan
Cara ini terjadi kontak antara subjek penelitian dan peneliti yang lebih
intensif. Setiap masalah yang dihadapi subjek penelitian dapat diteliti oleh
peneliti sehingga dapat dibantu dalam penyelesaiannya. Pada akhirnya subjek
penelitian dapat menangkap dan menerimanya kemudian berdasarkan
kesadaran penuh pengertian dapat mengubah perilaku sehatnya.
2. Wawancara
Cara ini merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara
antara peneliti dengan subjek penelitian untuk menggali informasi mengapa ia
tidak atau belum menerima perubahan, apakah ia tertarik atau tidak terhadap
perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan
diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila
belum, maka perlu adanya penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
3. Ceramah
Ceramah merupakan metode edukasi yang harus memperhatikan subjek
edukasi apakah merupakan individu, kelompok atau masyarakat. Ceramah
merupakan metode yang baik untuk subjek penelitian yang berpendidikan
tinggi maupun rendah dan untuk kelompok besar. Yang dimaksud kelompok
besar di sini apabila subjek penelitian lebih dari 15 orang (Notoatmodjo,
2003).
18
C. Perilaku
Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku kesehatan terdiri dari perilaku sehat
yang berarti tindakan individu untuk menjaga dan meningkatkan kesehatannya
sedangkan perilaku sakit adalah reaksi individu jika menderita sakit (Sarwono,
1997).
Lingkungan Pengetahuan
↓↑
Individu → Perilaku Sikap
↑
Pengalaman Tindakan
Gambar 1. Hubungan Perilaku dengan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan
Proses pembentukan dan perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu:
1. Persepsi, adalah pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera. Setiap
orang mempunyai persepsi yang berbeda-beda meskipun mengamati objek
yang sama.
2. Motivasi yaitu suatu dorongan bertindak untuk mencapai suatu tujuan juga
dapat terwujud dalam bentuk perilaku.
Faktor-faktor internal yang mempengaruhi perilaku masyarakat menurut
Dharmmesta dan Handoko (2000) adalah sebagai berikut:
19
1. Faktor motivasi.
Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong individu
melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi seseorang
akan mewujudkan suatu tingkah laku yang diarahkan pada tujuan untuk
mencapai sasaran kepuasan.
2. Faktor pengalaman.
Pengalaman adalah proses ketika manusia menyadari dan menginterpretasikan
aspek lingkungannya. Hasil dari pengalaman individu akan membentuk suatu
pandangan tertentu terhadap suatu produk yang akan menciptakan proses
pengamatan dan perilaku pembelian yang berbeda-beda.
3. Faktor belajar.
Belajar merupakan perubahan-perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil
akibat adanya pengalaman. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara
manusia yang bersifat individual dengan lingkungan khusus tertentu. Proses
belajar pada suatu pembelian terjadi apabila konsumen ingin menanggapi dan
memperoleh suatu kepuasan, atau sebaliknya, tidak terjadi apabila konsumen
merasa dikecewakan oleh produk yang kurang baik.
4. Faktor kepribadian dan konsep diri.
Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda yang mempengaruhi perilaku
pembeliannya. Kepribadian merupakan karakteristik psikologis yang berbeda
dari seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten atau
bertahan lama terhadap lingkungannya. Kepribadian berkaitan dengan konsep
diri atau citra pribadi (Kotler, 1997).
20
5. Faktor sikap.
Sikap biasanya memberikan penilaian (menerima atau menolak) terhadap objek
atau produk yang dihadapinya. Sikap adalah evaluasi, perasaan emosional, dan
kecenderungan tindakan yang menggantung atau tidak diuntungkan yang
bertahan lama dari seseorang terhadap objek atau gagasan tertentu (Kotler,
1997).
Menurut Notoatmodjo (2003), sebelum orang berperilaku baru, di dalam
diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:
1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
stimulus atau objek terlebih dahulu.
2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
3. Evaluation, yakni mempertimbangkan baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya, hal ini menunjukkan sikap responden yang lebih baik lagi.
4. Trial, yakni orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5. Adoption, yakni subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Menurut Notoatmodjo (2003), tujuan suatu pendidikan adalah
mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku, yang terdiri dari:
1. Ranah kognitif
Ranah kognitif adalah representasi dari apa yang dipercayai individu pemilik
sikap. Komponen ini berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku
atau apa yang benar bagi objek sikap. Kepercayaan datang dari apa yang telah
21
kita lihat atau kita ketahui. Berdasarkan apa yang kita lihat atau ketahui
terbentuk ide atau gagasan tentang karakteristik suatu objek, dan ini menjadi
dasar pengetahuan seseorang tentang apa yang diharapkan dari objek tertentu.
Tetapi kadang kepercayaan terbentuk karena kurang atau tidak adanya
informasi yang benar tentang objek yang dihadapi.
2. Ranah afektif
Ranah afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap
suatu objek sikap. Reaksi emosional banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau
apa yang kita percayai sebagai benar dan berlaku bagi objek.
3. Ranah psikomotor
Ranah psikomotor merupakan kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri
seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapi, banyak dipengaruhi
oleh kepercayaan dan perasaan terhadap suatu objek. Ranah psikomotor
meliputi bentuk perilaku yang dapat dilihat secara langsung, tetapi juga bentuk
perilaku pernyataan atau perkataan yang diucapkan seseorang mengenai suatu
objek (Azwar, 2007).
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu”, ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, dan penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia. Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Sebelum seseorang
mengadopsi perilaku, maka terlebih dahulu harus mengetahui arti dan manfaat
perilaku tersebut bagi dirinya dan keluarganya. Berdasarkan pengalaman dan
22
penelitian terdahulu terbukti bahwa 18 perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Notoatmodjo, 2003).
Menurut Dharmmesta dan Handoko (2000), pengetahuan merupakan
unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa individu yang akan menimbulkan
suatu gambaran, konsep, persepsi, dan fantasi terhadap segala hal yang diterima
dari lingkungannya melalui panca indera. Belajar didefinisikan sebagai perubahan
perilaku yang terjadi sebagai hasil akibat adanya pengalaman. Proses belajar
terjadi karena adanya interaksi antara manusia yang pada dasarnya bersifat
individual dengan lingkungan khusus tertentu.
Tingkat pengetahuan yang tercakup di dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, Oleh sebab itu, tahu
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan mengatakan.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
23
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap
objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini diartikan
sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip,
dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis merupakan kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi,
dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Secara definitif, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu ditentukan
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria
yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).
24
2. Sikap
Sikap adalah evaluasi, perasaan emosional, dan kecenderungan tindakan
yang menguntungkan atau yang tidak menguntungkan dalam waktu yang relatif
lama dari seseorang terhadap beberapa objek atau gagasan. Aspek psikologis yang
mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani yang pada
hakikatnya merupakan faktor keturunan (Kotler, 1997). Suatu sikap belum
otomatis terwujud dalam suatu tindakan, karena sikap dapat diwujudkan menjadi
suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung misalnya fasilitas. Sikap
masih merupakan reaksi tertutup dan merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap
objek sebagai penghayatan objek tersebut.
Struktur sikap itu sendiri terdiri atas empat tingkatan yaitu:
a. Menerima (Receiving)
Subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban ketika ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas
yang diberikan merupakan suatu indikasi dari sikap. Usaha untuk menjawab
pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar
atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
25
d. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara
langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan subjek terhadap
suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan
hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat subjek. (Sangat setuju, setuju, tidak
setuju, sangat tidak setuju) (Notoatmodjo, 2003).
3. Tindakan
Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung
atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas dan faktor pendukung
(Notoatmodjo, 2003). Teori aksi yang dikenal sebagai teori bertindak ini pada
awalnya dikembangkan oleh Max Weber, yang berpendapat bahwa individu
melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman,
dan penafsiran atas suatu objek stimulus atau situasi tertentu. Tindakan individu
ini merupakan tindakan sosial yang rasional, yaitu mencapai tujuan atau sasaran
dengan sarana-sarana yang paling tepat (Sarwono, 1997).
Menurut Notoatmodjo (2003), tindakan mempunyai beberapa tingkatan
sebagai berikut:
a. Persepsi (perception), mengenal dan memilih berbagai objek yang sehubungan
dengan tindakan yang diambil.
26
b. Respon terpimpin (guided response), dapat melakukan sesuai dengan urutan
yang benar dan sesuai dengan contoh adalah indikator tindakan yang kedua.
c. Mekanisme (mechanism), apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu
dengan benar secara otomatis, atau sesuatu yang sudah merupakan kebiasaan,
maka sudah mencapai tindakan tingkat tiga.
d. Adopsi (adoption), merupakan suatu tindakan yang sudah berkembang dengan
baik. Artinya tindakan tersebut sudah dimodifikasi tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut.
D. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien
bila peneliti tahu pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa
diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila
jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat
berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada
responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet. Adanya kontak
langsung antara peneliti dengan responden akan menciptakan kondisi yang cukup
baik, sehingga responden dengan sukarela akan memberikan data objektif dan
cepat (Sugiyono, 2008).
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian,
fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya
27
disebut sebagai variabel penelitian. Skala Likert dapat digunakan untuk
menjabarkan variabel yang akan diukur menjadi indikator variabel. Kemudian
indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item
instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item
instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif
sampai sangat negatif. Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat
dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda (Sugiyono, 2008).
E. Validitas dan Reliabilitas
Menurut Sugiyono (2008), hasil penelitian yang valid bila terdapat
kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi
pada objek yang diteliti. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan
untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur, maka uji validitas
digunakan untuk mengetahui sejauh mana data yang ditampung pada suatu
kuesioner akan mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas juga digunakan
untuk mengetahui kelayakan pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dalam
mendefinisikan suatu variabel. Uji validitas yang dilakukan adalah uji validitas isi
(content validity), dimana untuk menguji validitas butir-butir instrumen lebih
lanjut maka selanjutnya diujicobakan, dan dianalisis dengan analisis item atau uji
beda.
Menurut Azwar (2006), reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan
dan konsistensi subjek penelitian dalam menjawab hal yang terkait yang berkaitan
dengan kontruk-kontruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan
28
disusun dalam suatu bentuk kuesioner. Hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat
kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Instrumen yang reliabel adalah
instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama,
akan menghasilkan data yang sama. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien
reliabilitas (r) yang angkanya berada dalam rentang 0-1,0. Semakin tinggi nilai
koefisien reliabilitas/mendekati angka 1 berarti semakin tinggi nilai
reliabilitasnya. Dan sebaliknya, semakin rendah nilai koefisien reliabilitas/
menjauhi angka 1 berarti semakin rendah reliabilitasnya. Suatu kuesioner
dikatakan reliabel jika nilai Alpha > 0,60. Dalam pendekatan ini diperlukan
pembelahan tes menjadi 2 kelompok pertanyaan yang disebut metode belah dua
(split-half method). Pembelahan tes sedapat mungkin pada setiap belahan berisi
item dalam jumlah yang sama banyak (Azwar, 2006). Dalam suatu penelitian
metode belahan yang digunakan adalah pembelahan gasal-genap (odd-even splits).
Cara pembelahan ini diharapkan akan diperoleh 2 bagian yang setara dari segi isi
dan taraf kesukaran item-itemnya. Cara pembelahan ini juga menghindari
kemungkinan terjadinya pengelompokan item-item tertentu ke dalam salah satu
belahan saja.
F. Landasan Teori
Stroke merupakan istilah yang digunakan untuk menamakan sindroma
hemiparesis atau hemiparalisis akibat adanya kerusakan yang terjadi pada
pembuluh darah otak (serebrovaskuler). Angka kematian stroke tertinggi pada
kelompok usia >70 tahun, yaitu 79,57 per 100.000 populasi, kemudian diikuti
oleh kelompok rentang usia 51–70 tahun sebesar 29,74 per 100.000 populasi dan
29
terendah pada kelompok usia 30-50 tahun yaitu 9,19 per 100.000 populasi.
Penyandang stroke di Indonesia cenderung meningkat dalam dasawarsa terakhir,
dibuktikan dari banyaknya data yang berisi tentang prevalensi stroke di Indonesia.
Peningkatan kesadaran masyarakat untuk melakukan pola hidup sehat
dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dapat mengurangi angka
kematian dan prevalensi stroke karena faktor-faktor risiko stroke dapat terdeteksi
secara dini sehingga langkah penanganan dan pengobatan dapat segera dilakukan.
Upaya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat
tentang stroke dapat dilakukan dengan melakukan edukasi kesehatan mengenai
stroke. Edukasi dapat dilakukan dengan metode ceramah/penyuluhan. Melalui
ceramah dapat disampaikan secara jelas dan menyeluruh mengenai materi edukasi
yang ingin disampaikan. Adanya ceramah diharapkan mampu meningkatkan
perilaku masyarakat yang disertai peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan
untuk melakukan pencegahan stroke yaitu dengan cara pola hidup sehat dan
pemeriksaan kesehatan secara rutin.
Kerangka Konsep
Gambar 2. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Sebelum dan Setelah Diberikan Ceramah terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan
Pengetahuan, Sikap, dan tindakan
Ceramah Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan
30
G. Hipotesis
Ada perubahan perilaku yang signifikan dalam peningkatan pengetahuan,
sikap, dan tindakan populasi lansia Posyandu Srikandi di Dusun Burikan dan
Posyandu Buah Apel di Dusun Keboan, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati,
Kabupaten Sleman, Yogyakarta setelah pemberian intervensi berupa ceramah dan
dilanjutkan dengan edukasi secara personal.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan rancangan penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental semu (Quasi-
Experimental research) dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah non-
nonrandomized pretest-posttest intervention with control group design. Penelitian
ini termasuk dalam penelitian eksperimental semu karena tidak memungkinkan
untuk mengontrol semua hal yang berpengaruh dan mengalami kesulitan teknis
dan etik untuk dapat melakukan randomisasi subjek (Pratiknya, 2001). Penelitian
ini menggunakan jenis eksperimental semu untuk melihat pengaruh intervensi
berupa ceramah yang dilanjutkan dengan pemberian edukasi secara personal
terhadap perubahan pengetahuan tentang faktor-faktor risiko penyebab stroke,
perubahan sikap, dan tindakan lansia di Dusun Burikan dan Dusun Keboan.
Kelompok eksperimen: P
a--------------------------b Kelompok kontrol:
TP ak------------------------b
Gambar 3. Skema Rancangan Pretest-Posttest Intervention with Control Group Design
k
Keterangan : P : perlakuan ceramah TP : tanpa perlakuan a : pengukuran pretest tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan sebelum P ak
b : pengukuran posttest tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan setelah P
: pengukuran pretest tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan pada kelompok kontrol tanpa perlakuan
bk
: pengukuran posttest tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan pada kelompok kontrol tanpa perlakuan.
32
B. Variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas (independent): intervensi berupa ceramah yang dilanjutkan
dengan pemberian edukasi secara personal tentang stroke.
2. Variabel tergantung (dependent): pengetahuan, sikap, dan tindakan lansia di
Dusun Burikan dan Keboan, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten
Sleman, Yogyakarta tentang stroke.
C. Definisi Operasional
1. Stroke adalah penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) ditandai
dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena
berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak.
2. Responden dalam penelitian ini adalah semua orang yang berumur diatas 60
tahun di Dusun Burikan dan Keboan, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati,
Kabupaten Sleman, Yogyakarta yang aktif dalam mengikuti kegiatan
posyandu lansia, bersedia mengisi kuesioner, dan bersedia menghadiri acara
ceramah yang diadakan oleh peneliti, serta memenuhi kriteria inklusi.
3. Pemberian edukasi adalah suatu proses penyampaian bahan atau materi
kepada kelompok perlakuan melalui pemberian ceramah yang dilanjutkan
dengan edukasi secara personal yang bertujuan untuk mencapai perubahan
pola hidup terkait pencegahan stroke.
4. Perubahan perilaku terkait stroke adalah hasil dari berbagai macam
pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud
dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan yang diukur dengan
pemberian pretest dan posttest.
33
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang digunakan adalah lansia yang tergabung dalam
kelompok Posyandu Srikandi di Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel di
Dusun Keboan, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman,
Yogyakarta yang bersedia diambil darahnya, mengisi kuesioner, dan bersedia
menghadiri acara ceramah yang diadakan oleh peneliti, serta memenuhi kriteria
inklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pria dan wanita berumur 60
tahun ke atas yang aktif mengikuti kegiatan posyandu lansia. Kriteria eksklusi
dalam penelitian ini adalah pernah mengalami stroke, penyakit gagal ginjal atau
penyakit jantung.
E. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dusun Burikan dan Keboan, Desa Sumberadi,
Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
F. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai dari Bulan Juni - Oktober 2009 dengan
pengambilan data dilakukan bulan Juli - Oktober 2009.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian
ini adalah kuesioner, yang berisi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden.
34
H. Tata Cara Penelitian
1. Penentuan Subjek Penelitian
Subjek penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik purposive
sampling. Subjek penelitian dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan
tujuan untuk memperoleh satuan sampling yang memiliki karakteristik yang
dikehendaki (Setiawan, 2005).
Peneliti terlebih dahulu menetapkan jumlah subjek penelitian yang akan
diteliti, dimana terdiri dari 30 lansia Posyandu Srikandi, Dusun Burikan dan 30
lansia Posyandu Buah Apel, Dusun Keboan. Pembagian antara kelompok kontrol
dan perlakuan ditetapkan masing-masing kelompok terdiri dari 15 lansia
Posyandu Srikandi dan 15 lansia Posyandu Buah Apel. Pembagian ini juga
melihat adanya riwayat penyakit seperti asam urat, hipertensi, dan diabetes
mellitus. Kelompok kontrol dan perlakuan terdiri dari lansia sehat dan lansia
dengan riwayat penyakit dalam jumlah yang seimbang untuk memperoleh
karakteristik yang sama.
Jumlah keseluruhan subjek penelitian ini adalah 60 lansia, dimana jumlah
ini memenuhi syarat penelitian eksperimental. Menurut Gay (cit., Sevilla, 1993)
jumlah subjek penelitian suatu penelitian eksperimental minimal 15 orang untuk
setiap populasi.
2. Pengurusan Izin Penelitian
Pengurusan izin penelitian dilakukan untuk mendapatkan izin
melakukan penelitian pada populasi penelitian yaitu lansia Posyandu Srikandi
di Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel di Dusun Keboan, Desa
35
Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Proses
pengurusan izin penelitian dimulai dengan memasukkan permohonan izin dan
proposal penelitian ke bagian perizinan Bupati Sleman c.q BAPPEDA
Sleman. Kemudian secara berurutan dilanjutkan ke Dinas Pol PP dan Tibmas
Kabupaten Sleman, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Bidang
Perencanaan SDM Bappeda Kabupaten Sleman, Puskesmas Mlati II,
Kecamatan Mlati, Kelurahan Sumberadi, Kepala Dusun Burikan, dan Kepala
Dusun Keboan. Izin penelitian juga disampaikan kepada Komisi Etik
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada untuk memperoleh keterangan kelaikan etik (ethical
clearance).
3. Penelusuran Data Populasi
Tahap ini dilakukan dengan melakukan penelusuran data prevalensi
stroke di Kabupaten Sleman diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Sleman. Di Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman diperoleh data jumlah orang
berusia di atas 60 tahun yang menderita stroke dan dirawat di puskesmas
daerah Sleman sebanyak 214 orang yang menderita stroke dan jumlah
populasi di Kabupaten Sleman sampai pertengahan tahun 2008 sebanyak
938.694 orang.
Penelusuran data populasi dilanjutkan ke Kelurahan Sumberadi dan
diperoleh 15 data dusun di Desa Sumberadi, dimana masing-masing dusun
memiliki satu posyandu lansia, tetapi tidak diperoleh data mengenai jumlah
populasi lansia pada tahun 2008 di setiap dusun. Peneliti kemudian melakukan
36
observasi ke posyandu lansia di dua dusun yang paling dekat dengan
Posyandu Srikandi Dusun Burikan, yaitu Posyandu Buah Apel Dusun Keboan
dan Posyandu Dusun Warak. Posyandu Buah Apel Dusun Keboan memiliki
karakteristik demografi hampir sama dengan Posyandu Buah Apel Dusun
Keboan.
Penelusuran data populasi dilanjutkan melalui Kecamatan Mlati,
ditelusuri data mengenai populasi lansia yang ada di Dusun Burikan dan
Keboan, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati. Berdasarkan data yang diberikan,
diperoleh data jumlah populasi lansia yang ada di Desa Sumberadi berjumlah
1225 orang dari 6609 orang penduduk Kecamatan Mlati, dimana jumlah
penduduk lansia di Dusun Burikan berjumlah 91 orang dan di Dusun Keboan
berjumlah 70 orang. Data ini digunakan untuk menghitung jumlah sampel
minimum yang dibutuhkan pada penelitian ini.
4. Pembuatan Kuesioner
Pembuatan kuesioner meliputi tiga tahap, yaitu:
a. Pembuatan Kuesioner
Kuesioner yang dibuat terdiri dari empat bagian. Pada bagian
pertama kuesioner ingin diketahui karakteristik demografi responden. Pada
bagian kedua kuesioner menggambarkan pengetahuan responden tentang
stroke, dimana pada bagian ini diukur pemahaman responden tentang
definisi, penyebab, faktor risiko, gejala, dan upaya pencegahan terjadinya
stroke. Bagian ketiga kuesioner mengukur sikap responden mengenai
deteksi stroke dengan pemeriksaan kesehatan. Bagian keempat mengukur
37
perilaku responden yang terwujud dengan upaya pencegahan stroke,
perilaku untuk meneruskan pengetahuan yang telah diperoleh dari ceramah,
serta perilaku untuk menganjurkan lansia lain untuk mencegah terjadinya
stroke.
Tabel 1. Jenis Pernyataan dan Pengelompokan Pernyataan Berdasarkan Variabel dalam Kuesioner yang Disusun Bersifat Favorable dan Unfavorable
Variabel No pertanyaan Jenis pertanyaan
Favorable Unfavorable Pengetahuan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 12, 13 1, 2, 5, 6 3, 4, 7, 12, 13
Sikap 8, 9, 10, 11, 15 9, 10, 11, 15 8 Tindakan 14, 16, 17, 18, 19, 20 14, 16, 17, 18, 19,
20 -
Sistem penilaian dibagi menjadi dua cara yaitu pernyataan favorable dan
unfavorable. Penilaian untuk pernyataan yang favorable adalah SS = 4, S =
3, TS = 2, STS = 1 sedangkan untuk pernyataan yang unfavorable adalah
SS = 1, S = 2, TS = 3, STS = 4. Pernyataan disusun dengan skala Likert
yang dimodifikasi dari 5 pilihan menjadi 4 pilihan yaitu SS (sangat setuju),
S (setuju), TS (tidak setuju), STS (sangat tidak setuju). Modifikasi skala
Likert dilakukan dengan menghilangkan pilihan jawaban di tengah yaitu
ragu-ragu (R). Hal ini dilakukan karena kategori jawaban di tengah
memiliki arti ganda yang tidak diharapkan dalam suatu instrumen, dapat
diartikan belum dapat memberi jawaban, bisa juga diartikan netral.
Jawaban di tengah juga menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah,
terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas arah kecenderungan jawabannya,
38
setuju atau tidak setuju. Selain itu, adanya modifikasi ini dilakukan untuk
melihat kecenderungan pendapat responden ke arah setuju atau tidak setuju.
Kuesioner perlu diuji sebelum digunakan sebagai instrumen
penelitian. Uji yang dilakukan meliputi uji validitas, uji reliabilitas dengan
menghitung nilai Alpha Cronbach, dan uji pemahaman bahasa.
b. Uji Validitas
Uji validitas dari setiap butir pernyataan dalam kuesioner pada
penelitian ini diukur menggunakan uji statistik dengan analisis Pearson
Product Momen pada tingkat kepercayaan 95%. Analisis ini menunjukkan
validitas hubungan antar setiap butir pernyataan. Setiap butir pernyataan
dinyatakan valid jika koefisien korelasi (r) bernilai positif dan r tabel < r
hitung. Nilai r tabel pada tingkat kepercayaan 90% adalah 0,205 sedangkan
nilai r tabel pada tingkat kepercayaan 95% adalah 0,36. Dalam penelitian
ini diperoleh koefisien korelasi antara 0,272-0,653.
Uji validitas dilakukan kepada lansia-lansia di Kabupaten Sleman
Yogyakarta di luar sampel penelitian sebanyak 56 orang. Uji validitas ini
dilakukan di Perumahan Candi Gebang, Perumahan Candi Sari, Perumahan
Jambu Sari, Petinggen, Patang Puluhan, Desa Warak. Setelah dilakukan
tiga kali uji validitas, maka diperoleh kuesioner yang valid. Dari uji
validitas diperoleh hasil bahwa dari 20 butir pernyataan kuesioner terdapat
dua butir pernyataan yang masih belum valid. Untuk kedua butir
pernyataan tersebut dilakukan professional adjustment sehingga dapat
digunakan sebagai instrumen penelitian.
39
c. Uji Reliabilitas
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan internal konsistensi
dalam estimasi reliabilitas, dimana dalam pendekatan ini hanya
memerlukan satu kali tes kepada suatu kelompok individu sebagai subjek.
Koefisien korelasi yang diperoleh adalah 0,505. Kemudian dilanjutkan
menghitung Formula Spearman-Brown yang merupakan formula koreksi
terhadap koefisien korelasi antara dua bagian tes. Koefisien reliabilitas
dalam penelitian ini diukur menggunakan uji statistik dengan analisis
reliabilitas yang menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Nilai koefisien
reliabilitas dalam penelitian ini adalah 0,6711.
5. Pembuatan Leaflet
Leaflet yang digunakan dalam penelitian ini berfungsi sebagai media
pemberian edukasi secara personal tentang pencegahan stroke kepada
responden. Isi leaflet adalah hal-hal yang berkaitan dengan stroke, yaitu
definisi, akibat, dan pencegahannya. Leaflet dibuat semenarik mungkin, jelas,
singkat, dan lengkap dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.
Leaflet lebih banyak mencantumkan gambar karena responden sudah berumur
lanjut, sehingga diharapkan lebih mudah dalam memahami isi leaflet.
6. Pelaksanaan Intervensi
a. Penyebaran undangan untuk lansia yang digunakan sebagai sampel
Undangan untuk menghadiri pengambilan sampel darah disebarkan
pada populasi lansia di Posyandu Srikandi dan Posyandu Buah Apel
beberapa hari sebelum pengambilan sampel darah dilaksanakan. Undangan
40
untuk mengikuti ceramah disebarkan setelah pengambilan darah selesai dan
hanya disebarkan pada populasi lansia yang tergabung dalam kelompok
perlakuan. Undangan untuk mengambil hasil pemeriksaan darah disebarkan
pada lansia yang tergabung dalam kelompok kontrol, pengambilan hasil
pemeriksaan darah dilaksanakan pada hari yang berbeda dengan pemberian
ceramah pada kelompok perlakuan. Hal ini bertujuan agar kelompok
kontrol tidak mengetahui adanya intervensi berupa ceramah yang diberikan
kepada kelompok perlakuan.
b. Pengambilan sampel darah tahap pertama dan pengambilan pretest
Pengambilan sampel darah tahap pertama dilakukan pada kelompok
perlakuan dan kontrol oleh petugas dari Laboratorium Pramita Utama
Yogyakarta. Pada saat pengambilan darah berlangsung, pretest dibagikan
pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan yang sedang
menunggu.
c. Pemberian intervensi berupa ceramah dan edukasi secara personal
Pemberian intervensi berupa ceramah yang dilanjutkan dengan
edukasi secara personal dilakukan pada kelompok perlakuan. Pemberian
edukasi dilaksanakan beberapa hari setelah pengambilan sampel darah.
Ceramah diberikan oleh dokter dari Laboratorium Pramita Utama
Yogyakarta yang berkompeten, dilanjutkan dengan tanya jawab atau
pertanyaan interaktif dua arah antara nara sumber dengan kelompok
perlakuan. Edukasi secara personal dari rumah ke rumah (door to door)
dilakukan setiap dua minggu sekali selama dua bulan. Edukasi secara
41
personal dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam serta
mengingatkan kelompok perlakuan terkait dengan stroke dan
pencegahannya, sehingga dapat mempengaruhi perilaku subjek uji untuk
menjaga kesehatannya. Leaflet diberikan pada saat pertama kali dilakukan
edukasi secara personal agar penyampaian informasi lebih efektif.
d. Pengambilan posttest dan pengambilan sampel darah tahap kedua
Pengambilan sampel darah tahap kedua dilakukan pada kelompok
perlakuan dan kontrol oleh petugas dari Laboratorium Pramita Utama
Yogyakarta. Posttest pada kelompok kontrol dan perlakuan dilakukan dua
bulan setelah pengambilan sampel darah tahap pertama. Tepatnya posttest
diberikan pada hari yang sama dengan pengambilan sampel darah tahap
kedua.
7. Pengambilan Data
a. Pretest
Pretest dilakukan terhadap semua responden sebelum dilakukan intervensi
berupa ceramah yang dilanjutkan dengan pemberian edukasi secara
personal. Pretest dilakukan untuk mengetahui pengetahuan, sikap, tindakan
dasar/awal dari responden.
b. Posttest dua bulan setelah intervensi
Posttest dilakukan dua bulan setelah intervensi pada responden baik pada
kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol. Posttest pada kelompok
perlakuan dilakukan untuk melihat peningkatan perilaku, untuk melihat
konsistensi pengetahuan dan sikap setelah dua bulan menerima edukasi
42
kesehatan berupa ceramah yang dilanjutkan dengan pemberian edukasi
secara personal tentang stroke.
8. Pengolahan Data
a. Manajemen data
Untuk menjamin keakuratan data, dilakukan beberapa kegiatan
proses manajemen data yaitu:
1) Editing
Melakukan pemeriksaan kuesioner hasil penelitian apakah sudah
lengkap isi jawabannya. Juga dilakukan pemilihan kuesioner yang
memenuhi kriteria inklusi sampel untuk digunakan dalam pengolahan
data selanjutnya.
2) Processing
Dalam penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan cara
menjumlahkan angka dari setiap item pernyataan yang dijawab oleh
responden. Pengelompokan item pernyataan dalam kuesioner
didasarkan pada variabel-variabel yang akan diteliti yaitu pengetahuan,
sikap, dan tindakan. Kemudian melakukan pemindahkan isi data dari
kuesioner ke program komputer.
3) Cleaning
Melakukan pemeriksaan kembali data yang dimasukkan ke program
komputer untuk diperiksa kembali kebenarannya.
43
b. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan melakukan uji normalitas dengan
Kolmogorov-Smirnov, kemudian uji Signifikansi satu kelompok untuk
mengetahui signifikansi ada pengaruh intervensi (ceramah dan pemberian
edukasi secara personal) yang berupa peningkatan pengetahuan, sikap, dan
tindakan. Paired t-test (data terdistribusi normal) dan Wilcoxon (data yang
terdistribusi tidak normal). Uji signifikasi kelompok perlakuan (ceramah
dan pemberian edukasi secara personal) dengan kontrol untuk mengetahui
ada-tidaknya perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol-
perlakuan untuk setiap variabel. Dua sampel independent t-test (data
terdistribsui normal) dan Mann Whitney U-Test (data terdistribusi tidak
normal). Analisis data karakteristik responden dilakukan dengan uji Chi-
square untuk mengetahui ada-tidaknya perbedaan karakteristik yang
signifikan antara kelompok kontrol dan perlakuan.
I. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian
1. Sulitnya mendapat tanggapan dari lansia dimana banyak lansia yang tidak
menghadiri kegiatan pengambilan sampel darah dan ceramah jika tidak
terdapat rekomendasi dari Kepala Dusun setempat.
2. Waktu penelitian harus mundur dari yang seharusnya karena sulitnya
mencocokkan waktu antara peneliti dengan lansia di Dusun Burikan dan
Keboan. Hal ini disebabkan adanya kegiatan Posyandu yang melibatkan
peran lansia.
44
3. Komunikasi dengan lansia yang harus menggunakan bahasa Jawa krama
inggil terutama pada saat pengisian kuesioner. Sebagian besar lansia tidak
dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik, sehingga lansia tidak
dapat mengisi kuesioner sendiri. Peneliti membantu mengisi kuesioner
tersebut dengan membacakan pernyataan kuesioner dalam bahasa Jawa karma
inggil agar lansia dapat mengerti.
4. Tempat pelaksanaan kegiatan ceramah dan pengambilan sampel darah karena
penelitian melibatkan dua dusun, selain itu jarak tempat pertemuan yang jauh
dari rumah beberapa lansia, sehingga lansia tidak bisa datang tepat waktu.
Mengatasi masalah tersebut dengan memilih rumah Kepala Dusun Burikan
sebagai tempat pelaksanaan ceramah dan pengambilan sampel darah karena
tempat ini luas dan diketahui oleh seluruh lansia dan menjemput subjek
penelitian yang tidak bisa datang sendiri ke tempat pelaksanaan ceramah dan
pengambilan sampel darah.
5. Pemberian edukasi secara personal dibagi menjadi tiga kelompok peneliti
sehingga ada kemungkinan informasi yang diberikan tidak sama antara satu
dengan yang lain. Membuat panduan tertulis mengenai apa yang akan
dibicarakan oleh peneliti kepada lansia sehingga diharapkan informasi yang
diberikan sama.
6. Sulitnya mengontrol hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil penelitian
misalnya latar belakang informasi yang pernah diterima oleh responden,
informasi yang diterima responden sebelum posttest selama dua bulan setelah
intervensi, kondisi fisik-psikis yang akan mempengaruhi hasil pengisian
45
kuisioner, interaksi antara kelompok kontrol dan perlakuan karena jarak
rumah yang berdekatan.
46
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemberian edukasi untuk mencegah stroke diberikan pada populasi lansia
Posyandu Srikandi Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel Dusun Keboan,
karena semakin bertambahnya umur maka daya berpikir, daya serap, dan daya
ingat seseorang akan mengalami penurunan. Tingkat pendidikan merupakan
faktor yang mempengaruhi daya tangkap responden terhadap informasi yang akan
diterima dan minat responden terhadap suatu tindakan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan, maka kemampuan dalam menangkap informasi dan melakukan
tindakan semakin tinggi. Stroke dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan
lansia mengenai risiko stroke, adanya pemberian edukasi dapat memberikan
pengaruh pada ranah kognitif lansia sehingga dapat mengubah pola pikir dan
kepercayaan lansia tentang pola hidup sehat. Perubahan pola pikir tentang pola
hidup sehat untuk mencegah stroke dapat mempengaruhi emosional (ranah
afektif) lansia yang pada akhirnya mendorong lansia untuk berperilaku (ranah
psikomotor).
A. Karakteristik Responden
Karakteristik lansia Posyandu Srikandi Dusun Burikan dan Posyandu
Buah Apel Dusun Keboan yang menjadi responden dalam penelitian ini meliputi
umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, kebiasaan merokok, dan tekanan darah.
Masing-masing karakteristik ini dilihat dalam kelompok perlakuan maupun
kelompok kontrol. Karakteristik yang sama antara kelompok kontrol dan
47
perlakuan dapat menunjukkan bahwa perubahan setiap variabel pengetahuan,
sikap, dan tindakan merupakan akibat dari adanya intervensi yang diberikan
terkait stroke.
1. Umur
Lansia Posyandu Srikandi Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel
Dusun Keboan yang menjadi responden dalam penelitian ini berumur mulai
dari 60 tahun hingga 93 tahun, dan dikelompokkan ke dalam 4 rentang umur.
Tabel 2. Karakteristik Umur
Responden Umur (tahun) p 60-69 70-79 80-89 90-99 Kontrol 14 13 2 1 0,97 Perlakuan 14 12 3 1
Responden yang termasuk dalam kelompok perlakuan terbanyak
berumur 60-69 tahun dengan jumlah 14 lansia (46,67%), umur 70-79 tahun 12
lansia (40,00%), umur 80-89 tahun 3 lansia (10,00%), dan umur 90-99 tahun 1
lansia (3,33%). Responden yang termasuk dalam kelompok kontrol terbanyak
berumur 60-69 tahun dengan jumlah 14 lansia (46,67%), umur 70-79 tahun 13
lansia (43,33%), umur 80-89 tahun 2 lansia (6,67%), dan umur 90-99 tahun 1
lansia (3,33%).
Berdasarkan uji statistik Chi-square terhadap umur pada kelompok
kontrol dan perlakuan diperoleh nilai p=0,97. Nilai p>0,05 menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan umur yang signifikan antara kelompok kontrol
dan perlakuan, artinya kelompok kontrol dan perlakuan memiliki pembagian
umur yang sama. Tidak terdapat perbedaan signifikan dalam karakteristik umur
antara kelompok kontrol dan perlakuan dapat menunjukkan adanya setiap
48
perubahan variabel perilaku merupakan akibat dari intervensi yang diberikan,
bukan merupakan akibat perbedaan karakteristik umur responden.
2. Jenis Kelamin
Lansia Posyandu Srikandi Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel
Dusun Keboan yang menjadi responden dalam penelitian ini terdiri dari 20 pria
dan 40 wanita.
Tabel 3. Karakteristik Jenis Kelamin
Responden Jenis Kelamin p Pria Wanita Kontrol 8 22 0,27 Perlakuan 12 18
Kelompok kontrol terdiri dari 22 wanita (73,33%) dan 8 pria
(26,67%). Kelompok perlakuan yang diberi intervensi ceramah dan edukasi
secara personal terdiri dari 18 wanita (60%) lebih banyak daripada pria 12
(40%). Secara umum persentase jumlah responden wanita lebih tinggi daripada
pria. Pada masing-masing kelompok baik kelompok kontrol maupun perlakuan
persentase jumlah responden wanita lebih tinggi daripada pria. Persentase
jumlah responden wanita yang lebih tinggi dapat disebabkan karena faktor
kesibukan. Pria yang berusia diatas 60 tahun di Dusun Burikan dan Keboan
banyak yang tidak aktif mengikuti kegiatan posyandu lansia karena alasan
waktu pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai dengan kesibukan mereka.
Uji statistik Chi-square terhadap jenis kelamin pada kelompok
perlakuan dan kontrol memberikan nilai p=0,27. Nilai p>0,05 menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan jenis kelamin yang signifikan antara kelompok
kontrol dan perlakuan, artinya kelompok kontrol dan perlakuan memiliki
49
pembagian jenis kelamin yang sama. Tidak terdapat perbedaan signifikan
dalam karakteristik jenis kelamin antara kelompok kontrol dan perlakuan dapat
menunjukkan adanya setiap perubahan variabel perilaku merupakan akibat dari
intervensi yang diberikan, bukan merupakan akibat perbedaan karakteristik
jenis kelamin responden.
3. Tingkat Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yang pernah ditempuh,
responden dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu: tidak sekolah, kurang dari
sama dengan SMP, dan lebih dari SMP.
Tabel 4. Karakteristik Tingkat Pendidikan
Responden Tingkat Pendidikan p Tidak sekolah ≤SMP >SMP Kontrol 17 12 1 0,33 Perlakuan 17 9 4
Pada kelompok kontrol, responden yang tidak sekolah berjumlah 17
lansia (56,67%), responden dengan tingkat pendidikan kurang dari sama
dengan SMP berjumlah 12 lansia (40%), dan lebih dari SMP berjumlah 1
lansia (3,33%). Responden pada kelompok perlakuan yang diberi intervensi
dengan metode ceramah mengenai stroke dan edukasi secara personal,
responden yang tidak sekolah berjumlah 17 lansia (56,67%), responden dengan
tingkat pendidikan kurang dari sama dengan SMP berjumlah 9 lansia (30%),
dan lebih dari SMP berjumlah 4 lansia (13,33%). Dilihat dari karakteristik
tersebut, lansia Posyandu Srikandi Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel
Dusun Keboan yang menjadi responden mempunyai tingkat pendidikan yang
rendah karena lebih dari 50% responden, baik kelompok kontrol maupun
50
perlakuan tidak bersekolah. Pada kelompok perlakuan terdapat 3 lansia yang
tingkat pendidikannya sarjana dan 1 lansia dengan tingkat pendidikan SMA,
sedangkan pada kelompok kontrol hanya ada 1 lansia dengan tingkat
pendidikan SMA dan tidak ada lansia dengan tingkat pendidikan sarjana.
Penelitian ini tidak menelusuri lebih jauh apakah responden yang
tidak sekolah memang tidak pernah bersekolah atau pernah bersekolah tetapi
tidak tamat. Penelusuran tingkat pendidikan responden terbatas pada
pendidikan terakhir yang dilakukan pada saat pengisian kuesioner.
Uji statistik Chi-square terhadap perbedaan tingkat pendidikan pada
kelompok kontrol dan perlakuan memberikan nilai p=0,33. Nilai p>0,05
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat pendidikan yang
signifikan antara kelompok kontrol dan perlakuan, artinya kontrol dan
perlakuan memiliki pembagian tingkat pendidikan yang sama. Tidak terdapat
perbedaan signifikan dalam karakteristik tingkat pendidikan antara kelompok
kontrol dan perlakuan dapat menunjukkan adanya setiap perubahan variabel
perilaku merupakan akibat dari intervensi yang diberikan, bukan merupakan
akibat perbedaan karakteristik tingkat pendidikan responden.
4. Kebiasaan Merokok
Responden dikelompokkan menjadi 2 kategori berdasarkan kebiasaan
merokok, yaitu merokok dan tidak merokok. Kelompok kontrol terdiri