Upload
others
View
28
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PEMBERIAN MINUM AIR PUTIH DINGIN TERHADAP
PENGURANGAN MUAL MUNTAH SETELAH KEMOTERAPI
PADA PASIEN KANKER PAYUDARA
DI RSUP M. DJAMIL PADANG
HALAMAN TESIS LUAR
TESIS
OLEH :
WELLA JUARTIKA
BP. 1721312070
PROGRAM STUDI S2 KEPERAWATAN
PEMINATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
FAKULTAS KEPERAWATAN - UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG 2019
ii
TESIS
HALAMAN JUDUL TESIS DALAM
PENGARUH PEMBERIAN MINUM AIR PUTIH DINGIN TERHADAP
PENGURANGAN MUAL MUNTAH SETELAH KEMOTERAPI
PADA PASIEN KANKER PAYUDARA
DI RSUP M. DJAMIL PADANG
Tesis ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Magister Keperawatan
OLEH:
WELLA JUARTIKA
BP. 1721312070
PROGRAM STUDI S2 KEPERAWATAN
PEMINATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
FAKULTAS KEPERAWATAN - UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG 2019
iii
PANITIA SIDANG TESIS
PROGRAM STUDI S2 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS
Padang, 22 Juli 2019
PEMBIMBING I
(dr. Pramana Khalilul Harmi, Sp.OT, M.Kes)
PEMBIMBING II
(Ns. Rika Fatmadona, M.Kep, Sp.KMB)
ANGGOTA
(Hema Malini, S.Kp, MN, PhD)
(Ns. Ayuro Cumayunaro, M.Kep, Sp.KMB)
(Reny Prima Gusti, S.Kp, M.Kes)
v
HALAMAN PENGESAHAN
Tesis ini di ajukan oleh :
Nama Mahasiswa : Wella juartika
BP : 1721312070
Judul Penelitian : Pengaruh Pemberian Minum Air Putih Dingin Terhadap
Pengurangan Mual Muntah Setelah Kemoterapi Pada
Pasien Kanker Payudara Di RSUP M. Djamil Padang.
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister
Keperawatan pada Program Studi S2 Keperawatan, Fakultas Keperawatan,
Unversitas Andalas.
DEWAN PENGUJI
No. Nama Keterangan Tanda
Tangan
1. Dr. dr. Susmiati, M.Biomed Ketua Penguji
2. dr. Pramana Khalilul Harmi, Sp.OT, M.Kes Anggota Penguji
3. Ns. Rika Fatmadona, M.Kep, Sp.KMB Anggota Penguji
4. Hema Malini, S.Kp, MN, PhD Anggota Penguji
5. Ns. Ayuro Cumayunaro, M.Kep, Sp.KMB Anggota Penguji
6. Reni Prima Gusty, S.Kp, M.Kes Anggota Penguji
Ditetapkan : Padang
vi
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Tesis : Pengaruh Pemberian Minum Air Putih Dingin Terhadap
Pengurangan Mual Muntah Setelah Kemoterapi Pada
Pasien Kanker Payudara Di RSUP M. Djamil Padang.
Nama Mahasiswa : Wella Juartika
No. BP : 1721312070
Tesis ini diuji dan dipertahankan didepan sidang panitia ujian akhir magister
keperawatan pada Program Studi S2 Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas dan Dinyatakan Lulus pada tanggan 22 Juli 2019.
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
(dr. Pramana Khalilul Harmi, Sp.OT, M.Kes)
(Ns. Rika Fatmadona, M.Kep, Sp.KMB)
Mengetahui,
Ketua Program Studi
S2 Keperawatan
(Dr. Yulastri Arif, S.Kp., M.Kep)
Dekan,
(Prof. Dr. dr. Rihanda Machmud, M.Kes., FISPH., FISCM)
vii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS
Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang saya tulis dengan judul “Pengaruh
Pemberian Minum Air Putih Dingin Terhadap Pengurangan Mual Muntah Setelah
Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara di RSUP M. Djamil Padang” adalah
hasil karya sendiri dan bukan merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain kecuali
kutipan yang sumbernya dicantumkan. Jika dikemudian hari pernyataan yang saya
buat ini ternyata tidak betul, maka status kelulusan dan gelar yang saya peroleh
menjadi batal dengan sendirinya.
Padang, 22 Juli 2019
Yang membuat pernyataan,
Wella Juartika
viii
PROGRAM STUDI S2 KEPERAWATAN
PEMINATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS
Tesis, 22 Juli 2019
Wella Juartika
Pengaruh Pemberian Minum Air Putih Dingin Terhadap Pengurangan Mual
Muntah Setelah Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara di RSUP dr.M.Djamil
Padang.
xiii + 68 hal + 4 Skema + 12 tabel + 15 lampiran
ABSTRAK
Mual muntah setelah kemoterapi masih menjadi masalah utama yang mengganggu
proses pengobatan kanker, khususnya kanker payudara. Ada 2 hal yang dapat
dilakukan untuk mengurangi mual muntah yaitu secara farmakologi dan non
farmakologi. Minum air putih dingin merupakan salah satu cara non farmakologi
pada pasien yang mengalami mual muntah setelah kemoterapi. Tindakan tersebut
dapat menurunkan mual muntah acut dan delayed akibat kemoterapi. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian minum air putih dingin
terhadap mual muntah setelah kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP
M.Djamil Padang. Penelitian ini merupakan time series. Pengambilan sampel
dengan cara consecutive sampling dan penentuan kelompok intervensi dan kontrol
dengan randomisasi alokasi subjek sederhana. Sampel penelitian berjumlah 38
responden, terdiri dari 19 responden sebagai kelompok intervensi yang dilakukan
terapi pemberian minum air putih dingin selama 3 hari dan 19 responden sebagai
kelompok kontrol. Pengujian perbedaan penurunan rata-rata skor mual muntah
pada kelompok intervensi menggunakan uji repeated measure anova. Hasil
penelitian menunjukkan penurunan rata-rata pada kelompok intervensi yaitu 0,000
(α < 0,05). Kesimpulan secara signifikan minum air putih dingin dapat menurunkan
mual muntah setelah kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP M.Djamil
Padang. Disarankan minum air putih dingin dapat diterapkan sebagai bagian dari
intervensi keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien yang
mengalami mual muntah setelah kemoterapi.
Kata Kunci : Minum Air Putih Dingin, Kemoterapi, Mual Muntah
Daftar Pustaka : 69 (1990-2018)
ix
MAGISTER PROGRAM STUDY
MEDICAL SURGICAL NURSING
FACULTY OF NURSING ANDALAS UNIVERSITY
Thesis, 22 July 2019
Wella Juartika
The Influence of Giving Cold Drinking Water to Reduction of Vomiting Nausea
After Chemotherapy in Breast Cancer Patients in RSUP Dr. M. Djamil Padang.
xiii + 68 things + 4 scheme + 12 tables + 15 attachments
ABSTRACT
Nausea, vomiting after chemotherapy is still a major problem that interferes with
the process of treating cancer, especially breast cancer. There are 2 things that can
be done to reduce nausea, vomiting, pharmacologically and non-
pharmacologically. Drinking cold water is one of the non-pharmacological ways
in patients who experience nausea, vomiting after chemotherapy. These actions can
reduce acute nausea and vomiting delayed due to chemotherapy. The purpose of
this study was to determine the effect of drinking cold water to nausea and vomiting
after chemotherapy in breast cancer patients in RSUP M.Djamil Padang. This
research is a time series. Sampling by consecutive sampling and determination of
intervention and control groups by randomization of simple subject allocations. The
research sample consisted of 38 respondents, consisting of 19 respondents as an
intervention group who were treated with cold drinking water for 3 days and 19
respondents as a control group. Testing the difference in decrease in the average
score of nausea and vomiting in the intervention group using the repeated measure
anova test. The results showed an average decrease in the intervention group of
0,000 (α <0.05). The conclusion significantly drinking cold water can reduce
nausea and vomiting after chemotherapy in breast cancer patients in RSUP
M.Djamil Padang. It is recommended that drinking cold water be applied as part
of nursing intervention in providing nursing care to patients who experience
nausea, vomiting after chemotherapy.
Keywords : Drinking Cold Water, Chemotherapy, Nausea Vomiting
Bibliography : 69 (1990-2018)
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas kesehatan dan keselamatan
yang diberikan hari ini, sehingga peneliti mampu menyelesaikan tesis penelitian
yang berjudul “Pengaruh pemberian minum air putih dingin terhadap pengurangan
mual muntah setelah kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP M.Djamil
Padang”.
Pada kesempatan ini peneliti juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. dr. Rizanda Machmud, M.Kes., FISPH., FISCM, selaku Dekan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Andalas.
2. Ibu Dr. Yulastri Arif, M.Kep, selaku Kaprodi S.2 Keperawatan Fakultas
Keperawatan Universitas Andalas yang telah memberikan peneliti kesempatan
untuk menyusun tesis ini.
3. Dr. dr. Susmiati, M.Biomed selaku ketua komisi penguji yang telah
memberikan saran dan arahannya.
4. dr. Pramana Khalilul Harmi, Sp.OT, M.Kes dan Ns. Rika Fatmadona, M.Kep,
Sp.KMB sebagai komisi pembimbing yang telah memberikan berupa masukan,
saran, kritik dan motivasi sehingga tesis ini terwujud.
5. Ibu Hema Malini, S.Kp, MN, PhD, Ibu Ns. Ayuro Cumayunaro, M.Kep,
Sp.KMB dan Ibu Reni Prima Gusti, S.Kp, M.Kes selaku komisi penguji yang
telah memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan penelitian ini.
6. Ibu Ka. Instalasi IDT dan Ka. Ruangan Kemoterapi RSUP M.Djamil yang telah
memberikan kesempatan pada peneliti untuk melakukan penelitian.
7. Bapak/ Ibu staf administrasi dan dosen tenaga pendidik Program Studi S.2
Keperawatan Fakultas keperawatan Universitas Andalas yang telah banyak
membantu peneliti.
8. Bapak dan Ibu Dosen Keperawatan Medikal Bedah yang telah membantu
memberikan wawasan kepada peneliti untuk mengembangkan penelitian ini.
9. Mama Desriwati, Adik-adikku Vuska Retno Sari S.H, Velia Danisti, Afif
Martha, Oom Kartono, Oom Ermadi dan semua saudara untuk support selama
penelitian.
xi
10. Terspesial Ns. Dian Ismaya, S.Kep, M.Si sudah menjadi kakak yang terbaik,
selalu mendukung dan mendengarkan keluh kesah selama penelitian ini.
11. Semua teman-teman seperjuangan KMB yang membantu dalam penyelesaian
tesis yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa penyusunan tesis ini masih belum sempurna, oleh karena
itu pada kesempatan ini peneliti mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaannya. Penelitian juga berharap semoga semua hasil
penelitian yang dituangkan dalam tesis ini dapat bermanfaat bagi rumah sakit. Serta
Allah Swt membalas semua kebaikan dan senantiasa melimpahkan rahmat serta
hidayahnya kepada kita semua dalam penyelesaian tesis ini.
Padang, 22 Juli 2019
Peneliti
xii
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN TESIS LUAR ...................................................................................... i
HALAMAN JUDUL TESIS DALAM ................................................................... ii
PANITIA SIDANG TESIS ................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. v
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... vi
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
ABSTRACT ............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR SKEMA ................................................................................................ xv
DAFTAR GRAFIK .............................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... xviii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. xix
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 8
A. Kanker payudara ...................................................................................... 8
B. Kemoterapi ............................................................................................ 12
C. Minum Air Putih Dingin untuk Mengurangi Mual Muntah .................. 21
D. Kerangka Teori ...................................................................................... 26
BAB III. KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI
OPERASIONAL ..................................................................................... 27
A. Kerangka Konsep .................................................................................. 27
B. Hipotesis ................................................................................................ 27
xiii
C. Definisi Operasional .............................................................................. 28
BAB IV. METODE PENELITIAN ...................................................................... 30
A. Jenis Penelitian ...................................................................................... 30
B. Populasi dan Sampel .............................................................................. 30
C. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 34
D. Etika Penelitian ...................................................................................... 35
E. Alur Penelitian ....................................................................................... 38
F. Alat Pengumpulan Data ......................................................................... 39
G. Instrumen Penelitian .............................................................................. 39
H. Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................................. 40
I. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................. 40
J. Pengolahan dan Analisa Data ................................................................ 43
BAB V. HASIL PENELITIAN ............................................................................ 47
A. Univariat ................................................................................................ 47
B. Analisa Bivariat ..................................................................................... 50
BAB VI. PEMBAHASAN .................................................................................... 55
A. Inteprestasi dan Diskusi Hasil Penelitian .............................................. 55
B. Implikasi Penelitian ............................................................................... 68
C. Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 69
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 71
A. Kesimpulan ............................................................................................ 71
B. Saran ...................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 73
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Hal
Tabel 2.1 Potensi Emetik Agen Kemoterapi............................................. 18
Tabel 3.1 Defenisi Operasional................................................................. 28
Tabel 4.1 Uji Normalitas........................................................................... 45
Tabel 4.2 Uji Homogenitas....................................................................... 45
Tabel 4.3 Analisa Bivariat......................................................................... 46
Tabel 5.1 Disribusi Frekuensi Menurut Karakteristik Responden (Usia,
Pendidikan, Stadium dan Siklus Kemoterapi) Pasien Kanker
Payudara di RSUP M.Djamil Padang Tahun 2019 (N=38)......
48
Tabel 5.2 Rerata Skor Mual Muntah Pengukuran 12 jam sampai dengan
Pengukuran 72 jam pasien Kanker Payudara pada Kelompok
Intervensi di RSUP M. Djamil Padang Tahun 2019 (N=
38)..............................................................................................
49
Tabel 5.3 Rerata Skor Mual Muntah Pengukuran 12 jam sampai dengan
Pengukuran 72 jam Pasien Kanker Payudara pada Kelompok
Kontrol di RSUP M. Djamil Padang Tahun 2019 (N=
38)..............................................................................................
49
Tabel 5.4 Pengaruh Pemberian Minum Air Putih Dingin Terhadap Mual
Muntah Setelah Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara di
RSUP M.Djamil Padang tahun 2019 (n=19)............................
51
Tabel 5.5 Penurunan Rerata skor mual muntah setelah kemoterapi pasien
kanker payudara pada kelompok intervensi di RSUP M.Djamil
Padang Tahun 2019 (n=19).......................................................
52
Tabel 5.6 Mual Muntah Setelah Kemoterapi Pada Pasien Kanker
Payudara di RSUP M.Djamil Padang tahun 2019
(n=19).......................................................................................
53
Tabel 5.7
Perbandingan Rerata Skor Mual Muntah Antara Kelompok
Intervensi dan Kontrol di RSUP M.Djamil Padang Tahun 2019
(N=38).....................................................................................
54
xv
DAFTAR SKEMA
Nomor Hal
Skema 2.1 Kerangka Teori ................................................................................ 26
Skema 3.1 Kerangka Konsep ............................................................................. 27
Skema 4.1 Desain Penelitian ............................................................................. 30
Skema 4.2 Desain Alur Penelitian ..................................................................... 38
xvi
DAFTAR GRAFIK
Nomor Hal
Grafik 5.1 Skor mual muntah kelompok intervensi dan kontrol ....................... 49
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Jadwal Penelitian
Lampiran 2 : Lembar permohonan menjadi responden
Lampiran 3 : Informed consent
Lampiran 4 : Kisi- kisi Penelitian
Lampiran 5 : Kuesioner Penelitian
Lampiran 6 : Izin Uji Etik (Fakultas Keperawatan UNAND)
Lampiran 7 : Izin Penelitian (Fakultas Keperawatan UNAND)
Lampiran 8 : Keterangan lolos kaji etik (RSUP M. Djamil Padang)
Lampiran 9 : Izin melakukan penelitian (RSUP M. Djamil Padang)
Lampiran 10 : Nota Dinas (RSUP M. Djamil Padang)
Lampiran 11 : Keterangan selesai penelitian (RSUP M.Djamil Padang)
Lampiran 12 : Lembar Konsultasi Hasil Penelitian Pembimbing I
Lampiran 13 : Lembar Konsultasi Hasil Penelitian Pembimbing II
Lampiran 14 : Master Tabel
Lampiran 15 : Hasil SPSS
Lampiran 16 : Hasil Observasi Responden
xviii
DAFTAR ISTILAH
5-HT3 : 5-hydroxytryptamine
INVR : Instrument Nausea, Vomiting and retching
RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat
WHO : World Health Organization
xix
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : WELLA JUARTIKA
Tempat dan Tanggal Lahir : Kerinci, 22 November 1990
Alamat : RT. 002 Desa Koto Baru Semurup Kec. Air
Hangat Kab. Kerinci Prov. Jambi.
Asal Institusi : STIKes Syedza Saintika Padang
Riwayat Pendidikan:
1. SD Negeri Sungai Bahar Jambi, lulus tahun 2002
2. SMP N 7 Air Hangat, lulus tahun 2005
3. SMA N 1 Air Hangat, lulus tahun 2008
4. AKPER Bina Insani Sakti Kerinci, lulus tahun 2011
5. STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG, lulus tahun 2015
6. STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG, lulus tahun 2017
Riwayat Pekerjaan:
1. RSUD Mayjen H.A Thalib Kab. Kerinci, 1 Juni 2012-Sekarang.
2. Fakultas DIV Keperawatan Anestesiologi Universitas Baiturahmah, 31 Agustus
2019- Sekarang.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker payudara merupakan penyebab kematian tertinggi pada wanita. Menurut
WHO jumlah penderita kanker payudara sebanyak 522.000 jiwa pada tahun
2012, terjadi peningkatan pada tahun 2015 menjadi sebanyak 571.000 jiwa
(WHO, 2018). Salah satu negara maju dengan angka kejadian tertinggi yaitu
Amerika Serikat pada 2017 diperkirakan ada 252.710 kasus baru dan sekitar
40.610 wanita diperkirakan meninggal akibat kanker payudara (American
Cancer Society, 2018b). Indonesia juga menjadi negara yang menyumbang
jumlah penderita sebanyak 61.682 orang, salah satunya daerah Sumatra Barat
2.285 orang (Kemenkes RI, 2013).
Di Sumatra Barat, RSUP M.Djamil Padang merupakan salah satu Rumah Sakit
yang menjadi pusat rujukan untuk beberapa daerah (Jambi, Bengkulu, Padang
dan Pekanbaru). Berdasarkan data jumlah pasien kanker payudara di RSUP
M.Djamil Padang pada tahun 2014 (3.323 pasien), 2015 (1.225 pasien), 2016
(4.241 pasien), pada tahun 2017 dari Januari sampai September 1.721 pasien.
Pasien Rawat Jalan yang menjalani kemoterapi pada tahun 2016 (614 orang) dan
pada tahun 2017 dari januari sampai september sebanyak 510 orang. Rata-rata
pasien kanker payudara yang dikemoterapi dalam 1 bulan lebih kurang 56 orang
(Rekam Medik RSUP M.Djamil Padang, 2018).
Kanker payudara merupakan penyakit dengan gangguan perumbuhan sel-sel
dipayudara diluar kendali. Penyakit ini memerlukan tindakan yang segera agar
tidak menyebar atau bertambah parah. Beberapa tindakan dapat dilakukan yaitu
pembedahan, kemoterapi, radioterapi dan terapi hormon (White, Duncan &
Baumle, 2013). Kemoterapi merupakan salah satu cara yang paling banyak di
gunakan dan efektif dalam mengatasi kanker karena membunuh sel-sel kanker
sampai tidak tersisa (Priestman, 2012).
Secara umum kemoterapi menyebabkan mual muntah. Mual muntah berbeda-
beda keparahannya, tergantung dari jenis dari obat yang digunakan. Obat dengan
dosis tinggi dan sedang adalah ciplastin dan doxorubicin yang dapat
menyebabkan mual muntah 70% - 90% pasien (Bayo et al., 2012). Mual
merupakan bagian dari pertahanan tubuh terhadap racun atau toksin yang masuk.
Muntah merupakan refleks melindungi untuk mengusir atau menghilangkan
racun dari usus sebelum penyerapan (Aapro, 2015).
Mual muntah setelah kemoterapi dikatergorikan menjadi acut, delayed dan
antisipatory. Mual muntah akut adalah gejala mual muntah yang terjadi kurang
dari 24 jam setelah pemberian kemoterapi. Mual muntah delayed adalah waktu
timbulnya gejala mual muntah setelah 24 jam sampai 6 hari setelah kemoterapi.
Anticipatory adalah gejala mual muntah yang terjadi sebelum kemoterapi
(Aapro, 2015).
Beberapa faktor terlibat dalam etiologi mual muntah termasuk jenis terapi seperti
terapi opioid, kelainan metabolik, iritasi gastrointestinal, peningkatan tekanan
intrakraial yang disebabkan oleh tumor itu sendiri atau oleh adanya metastasis
dan pengobatan atau terapi syaraf (Aapro, 2015). Mual muntah sangat
bergantung pada rangsangan saraf vagal aferen. Kemudian, P-substansi,
cholecystokinin dan yang paling penting 5-hydroxytryptamine (5-HT3),
dipisahkan dari sel-sel enterochromaffin yang terdapat di mukosa
gastrointestinal sebagai respon kemoterapi. Mediator ini berikatan dengan 5-
HT3 dan reseptor neurokinin-1 (NK1) yang terletak di ujung saraf aferen vagal
(Aapro, 2015; Bayo et al., 2012).
Dampak apabila mual muntah terjadi berkepanjangan di khawatirkan akan
muncul kondisi yang membahayakan yakni dehidrasi, perburukan status nutrisi,
kualitas hidup menurun dan fungsi fisik (Isenring, 2016), gangguan jadwal
perawatan (20% menunda pengobatan), penurunan kepatuhan, 30-40% pasien
melaporkan mual yang tidak terkontrol dan muntah sering mengalami rawat
inap, peningkatan biaya perawatan dan hilangnya hari kerja (Perry & Doll, 2012;
Jhaveri & Salahudeen, 2015). Sejalan dengan penelitian Clark Snow, Afronti, &
Rittenverg (2018) yang mengatakan masih ada 20% pasien mengalami
perubahan kemoterapi karena mual muntah dan melaporkan kunjungan ke gawat
darurat / Rumah Sakit karena mual muntah yang tidak terkontrol.
Mual muntah dapat diatasi dengan terapi farmakologi dan nonfarmakologi
(Jordan, Sippel, & Schmoll, 2007). Terapi farmakologi diberikan anti emetik
berupa ondasentron. Secara non farmakologi menurut American Cancer Society
(2018e) menganjurkan salah satu treatment yaitu air minuman dingin, roti
kering dan yogurt.
Air putih dingin merupakan minuman yang paling disenangi dan dipilih, karena
jenis air yang tidak mengandung banyak resiko atau kontra indikasi terhadap zat
lain (Muaris, 2014). Berdasarkan review Eccles, Du-plessis, Dommels, &
Wilkinson (2013) mengatakan bahwa ransangan dingin pada mulut dapat
memberikan rasa menyenangkan, hal ini terkait dengan rasa haus dan efek
menyegarkan. Hal ini didukung oleh penelitian Pangesti & Sofiani (2016)
dengan melakukan untuk membandingkan tiga jenis minuman dingin dengan
suhu 100C -150C pada 30 pasien kanker payudara yang sudah menjalani
kemoterapi dimana terbagi menjadi 3 kelompok dengan minuman es teh manis,
jus melon dan es susu. Pada penelitian ini dijelaskan bahwa minuman dingin
memberikan efek kesenangan, membuka nafsu makan dan menstabilkan emosi.
Dimana secara umum minuman dingin menimbulkan respon tubuh untuk
melakukan vasokontriksi agar tidak terjadi pengeluaran kalori yang berlebihan.
Hal ini diperkuat oleh Adams & Casa (2013) bahwa penggunaan suhu 150C pada
minuman mempengaruhi konsumsi cairan dalam mempertahankan hidrasi yang
optimal.
Minum air dalam keadaan perut kosong, dapat melewati usus besar dan masuk
ke aliran darah dalam waktu 5 menit (terutama jika air lebih dingin dibandingkan
air hangat). Namun apabila minum air dilakukan bersamaan dengan makan,
kemungkinan harus menunggu hingga 45 menit sebelum air masuk ke usus
karena perut usus harus mencerna makanan terlebih dahulu. Secara keseluruhan
rata-rata dibutuhkan 5 menit hingga total 120 menit agar air menyerap
sepenuhnya ke dalam aliran darah sejak diminum (Jéquier & Constant, 2010;
Muaris, 2014; Popkin, D’Anci, & Rosenberg, 2010).
Minum air putih dingin juga mempengaruhi hormon endorfin dan serotonin yang
mempengaruhi kesenangan (Eccles et al., 2013). Hormon endorfin dan
serotonin merupakan reseptor yang menstimulus CTZ dan pusat muntah
(Gonella, Berchialla, Bruno, & Di Giulio, 2014; Gordon, Legrand, & Walsh,
2014). Kelebihan dari penggunaan minum air putih dingin salah satunya adalah
aman. Namun kebutuhan minum tidak bisa disamakan, berdasarkan penelitian
(Oakley & Baird, 2015) dijelaskan pengaturan dalam jumlah air minum tidak
bisa ditentukan besarannya karena setiap individu berbeda disesuaikan dengan
kebutuhan dari tubuh. Pemberian minum air putih dingin memiliki kandungan
yang sama dengan air minum kemasan yang sudah sesuai dengan standar. Air
yang kita minum bukan hanya memuaskan dahaga, tetapi juga bermafaat bagi
tubuh yaitu sebagai komponen utama darah yang memasok sel dengan oksigen
dan nutrisi serta membawa limbah keluar tubuh.
Berdasarkan studi awal pada tanggal 29 Mei 2018 Ruang Kemoterapi RSUP
M.Djamil Padang. Dari sepuluh pasien kanker payudara setelah kemoterapi,
semuanya mengeluh mual dan muntah dengan derajat sedang dan berat. Dari 7
pasien yang yang mengalami mual muntah 4 orang pernah tidak ingin
melanjutkan kemoterapi. Sebanyak 3 orang pasien mengalami rawat inap
berulang akibat mual muntah selama seminggu, pasien malas minum, makan dan
merasa bahwa kemoterapi memperberat masalah kesehatannya.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada perawat Ruangan Kemoterapi,
didapatkan bahwa selama ini untuk mengatasi mual diberikan terapi antiemetik
(tindakan kolaborasi), belum pernah diterapkan terapi non farmakologi seperti
minum air dingin. Berdasarkan hal tersebut peneliti melakukan penelitian
tentang pengaruh pemberian minum air putih dingin terhadap pengurangan mual
muntah setelah kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP M. Djamil
Padang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka pertanyaan penelitian yang akan dijawab pada
penelitian ini adalah : “Apakah ada pengaruh pemberian minum air putih dingin
dingin terhadap pengurangan mual muntah setelah kemoterapi pada pasien
kanker payudara di RSUP M.Djamil Padang?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Identifikasi pengaruh pemberian minuman air putih dingin terhadap
pengurangan mual muntah setelah kemoterapi pada pasien kanker payudara
di RSUP M.Djamil Padang.
2. Tujuan Khusus
Dengan penelitian ini, peneliti ingin mengetahui :
a. Diketahui distribusi frekuensi responden (usia, pendidikan, siklus
kemoterapi).
b. Diketahui rerata skor mual muntah setelah kemoterapi pada pasien kanker
payudara kelompok intervensi pemberian minum air putih dingin.
c. Diketahui rerata skor mual muntah setelah kemoterapi pasien kanker
payudara kelompok kontrol (tidak diberikan intervensi).
d. Diketahui pengaruh minum air putih dingin terhadap pengurangan mual
muntah setelah kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP
M.Djamil Padang.
e. Diketahui perbedaan skor mual muntah setelah kemoterapi kelompok
kontrol dan kelompok intervensi pemberian minum air putih dingin.
D. Manfaat Penelitian
1. Pendidikan
a. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi tindakan yang dapat digunakan
dalam melakukan perawatan pasien terutama dalam aplikasi ilmu
keperawatan medikal bedah.
b. Memberikan penjelasan bagaimana sistematika pengaruh pemberian
minuman dingin terhadap mual muntah setelah kemoterapi.
2. Pelayanan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi perawat, tim
medis dan tenaga kesehatan lain dalam mengurangi mual muntah setelah
kemoterapi pada pasien kanker payudara.
3. Profesi Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman untuk penelitian
kedepannya dalam pengetahuan penerapan pemberian minuman dingin
terhadap mual muntah setelah kemoterapi.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kanker payudara
1. Defenisi Kanker Payudara
Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh pada payudara. Tumor ini
merupakan sel-sel yang tumbuh diluar kendali. Tumor dapat dirasakan seperti
massa dan dapat terlihat dari hasil x-ray. Kanker payudara dimulai di bagian-
bagian jaringan dari payudara yang terdiri dari kelenjar untuk memproduksi
susu yang disebut dengan lobulus dan menghubungkan lobulus ke puting
(Hiler, Mina, & Mina, 2016; American Cancer Society, 2018).
2. Faktor resiko kanker payudara
Menurut White et al (2013) tidak ada penyebab tunggal dari kanker payudara.
Sebuah kombinasi faktor genetik, hormonal, dan lingkungan dapat
meningkatkan risiko perkembangannya. Sebagaimana dinyatakan
sebelumnya kanker payudara dapat diwariskan secara genetik merupakan
risiko yang signifikan. Sekitar 5% hingga 10% kasus kanker payudara
berkembang sebagai akibat mutasi genetik.
Berbagai faktor resiko kanker payudara menurut Perry & Doll (2012)
diantaranya adalah:
a. Faktor hormon. Hormon estrogen merupakan faktor yang diduga
memegang peranan dalam proses kejadian kanker payudara.
9
b. Pernah menggunakan obat hormonal yang lama.
c. Pemakaian kontrasepsi oral
d. Wanita yang bekerja pada malam hari mempunyai peluang 60% terkena
kanker payudara. Cahaya lampu yang kusam pada malam hari dapat
menekan produksi melatonin noctural pada otak sehingga hormon
estrogen yang di produksi oleh ovarium meningkat. Padahal melatonin
dapat menekan pertumbuhan sel kanker payudara.
e. Faktor usia. Wanita berusia di atas 30 tahun yang mendapatkan haid
pertama pada umur kurang dari 10 tahun dan wanita yang mengalami
menopause setelah usia 50 tahun, mempunyai kemungkinan lebih besar
mendapatkan kanker payudara.
f. Wanita yang tidak pernah melahirkan anak.
g. Wanita yang melahirkan anaknya sesudah usia 35 tahun.
h. Wanita yang tidak pernah menyusui anaknya.
i. Terapi radiasi pada daerah dada dan payudara pernah dimiliki.
j. Riwayat keluarga. Beberapa riwayat keluarga yang dianjurkan untuk
deteksi dini yaitu ibu atau saudara perempuan terkena kanker payudara
atau kanker yang berhubungan dari ibu atau ayah, kanker ovarium,
endometrium, kolorektal, prostat, tumor otak, leukimia dan sarkoma.
k. Pernah mengalami infeksi, trauma/ benturan.
3. Stadium kanker payudara
Menurut White et al (2013) tahap-tahap stadium kanker payudara biasanya
di tandai dengan skala 0-IV. Stadium 0 berarti kanker tersebut merupakan
10
jenis yang tidak menyebar yang tetap tinggal di tempat awal dimana
kanker tumbuh. Sedangkan stadium IV berarti kanker tersebut telah
menyebar hingga keluar dari payudara sampai di bagian lain dari tubuh 0.
a. Stadium 0
Kanker payudara pada stadium ini disebut juga dengan carsinoma in
situ. Ada tiga jenis carsinoma in situ yaitu ductal carsinoma in situ
(DCIS), lobular carsinoma in situ (LCIS) dan penyakit pagel puting
susu.
b. Stadium 1
Pada stadium I, kanker umumnya sudah mulai terbentuk. Stadium I
kanker payudara dibagi ke dalam duaa bagian tergantung ukuran dan
beberapa faktor lainnya.
Stadium IA. Tumor berukuran 2 cm atau lebih kecil dan belum
menyebar keluar payudara.
Stadium IB. Tumor berukuran sekitar 2 cm dan tidak berada pada
payudara melainkan pada kelenjar getah bening.
c. Stadium II
Pada stadium II, kanker umumnya telah tumbuh membesar. Stadium II
dibagi dalam dua bagian yaitu:
Stadium IIA. Kanker berukuran sekitar 2-5 cm dan ditemukan pada 3
lajur kelenjar getah bening.
Stadium IIB. Kanker berukuran sekitar 2-5 cm dan ditemukan menyebar
pada 1-3 lajur kelenjar getah bening dan terletak di dekat tulang dada.
11
d. Stadium III
Pada tahap ini, kanker dibagi menjadi tiga stadium yaitu:
Stadium IIIA. Kanker berukuran lebih dari 5 cm dan ditemukan pada 4-
9 lajur kelenjar getah bening dan di area dekat tulang dada.
Stadium IIIB. Ukuran kanker sangat beragam dan umumnya telah
menyebar ke dinding dada hingga mencapai kulit sehingga
menimbulkan infeksi pada kulit payudara (inflammatory breast
cancer).
Stadium IIIC. Ukuran kanker sangat beragam dan umumnya telah
menyebar ke dinding dada dan kulit payudara sehingga mengakibatkan
pembengkakan atau luka. Kanker juga mungkin sudah menyebar ke 10
lajur kelenjar getah bening atau getah bening yang berada di bawah
tulang selangka atau tulang dada.
e. Stadium IV
Pada stadium IV kanker telah menyebar dari kelenjar getah bening menuju
aliran darah dan mencapai organ lain dari tubuh seperti otak, paru-paru,
hati atau tulang.
4. Penatalaksanaan Kanker Payudara
Pengobatan kanker payudara terdiri dari beberapa yaitu operasi, radiasi,
kemoterapi, hormonal terapi dan biologi terapi (White et al., 2013).
Kemoterapi merupakan pengobatan yang responsif pada kanker payudara,
sehingga kemoterapi mendapat tempat dan salah satu modal utama dalam
pengobatan kanker payudara (Perry & Doll, 2012).
12
B. Kemoterapi
Kemoterapi kanker adalah pengobatan kanker menggunakan obat antikanker.
Obat-obatan ini sering digunakan sebagai bagian dari terapi multimodality yaitu
bersama dengan operasi dan radioterapi. Prosesnya kemungkinan akan
berlangsung lama, di mana agen tunggal atau kemoterapi kombinasi diberikan
pada interval dalam dosis atau dalam siklus dan sangat tergantung pada jenis dan
karakteristik tumor. Pemantauan pasien berlangsung sepanjang proses sehingga
respon terapi tumor atau insiden perkembangan tumor dapat dilacak dan tujuan
pengobatan dapat disesuaikan dengan benar (Perry & Doll, 2012).
1. Kemoterapi Doxorubicin (Adryamicin)
a. Defenisi
Menurut Perry & Doll (2012) doxorubicin adalah agen tunggal paling aktif
dalam pengobatan kanker payudara. Obat ini merupakan antrasiklin
antibiotik antitumor.
b. Cara kerja doxorubicin
Doxorubicin menghasilkan tingkat respons obyektif 52% pada pasien yang
sebelumnya tidak diobati dan 28% pada pasien yang pernah menjalani
kemoterapi sebelumnya (Lovitt, Shelper, & Avery, 2018). Doxorubicin
bekerja dengan mengikat DNA sel kanker dan memblok enzim yang
penting seperti topoisomerase II. Ini membuat DNA menjadi kusut dan sel
kanker tidak dapat membelah dan tumbuh. Doxorubicin ini juga
merupakan vesicant, yaitu zat kimia yang menyebabkan jaringan menjadi
13
rusak dan melepuh jika zat tersebut keluar dari vena (Denard, Lee, & Ye,
2012).
c. Siklus pemberian
Pemberiannya menggunakan jadwal dosis standar untuk doxorubicin 50
hingga 75 mg per m2 IV setiap 21-28 hari, kejadian kardiomiopati
meningkat secara dramatis setelah dosis kumulatif 450 mg per m2
terlampaui. Infus-doxorubicin berkelanjutan pada kanker payudara
stadium lanjut dikaitkan dengan lebih sedikit cardiotoxicity (Lovitt et al.,
2018).
d. Efek Samping
Doxorubicin memiliki efek samping yang tidak diinginkan seperti
toksisitas jantung, alopecia yang hampir universal dan tanda korosi jika
obat tersebut menginfiltrasi kulit. Ini telah mendorong pencarian untuk
analog yang kurang beracun, equipoten dan untuk metode untuk
mengurangi toksisitas jantung doxorubicin. Efek samping umum lainnya
adalah rambut rontok, mielosupresi, mual muntah (70% pasien),
mukositis, esofagitis, diare, reaksi kulit dan pembengkakan serta
kemerahan lokal sepanjang vena di mana obat ini disampaikan (Lovitt et
al., 2018).
2. Mual Muntah Akibat Kemoterapi
a. Defenisi
Mual muntah adalah rasa yang tidak menyenangkan pada bagian
belakang tenggorokan dan epigastrium dan pengeluargan isi lambung dari
dalam rongga mulut (Aapro, 2015).
14
b. Klasifikasi Mual Muntah
Menurut Aapro (2015) dan Hilarius et al (2012) klasifikasi mual muntah
adalah:
1. Mual muntah akut, mual dan muntah akut terjadi dalam beberapa menit
hingga beberapa jam setelah menerima kemoterapi dan biasanya tidak
bertahan lebih dari 24 jam. Gejala biasanya mencapai intensitas
maksimum 5-6 jam setelah menerima kemoterapi.
2. Mual muntah yang tertunda terjadi lebih dari 24 jam setelah kemoterapi
dan berakhir 6-7 hari. Hal ini lebih mungkin terjadi ketika obat
kemoterapi tertentu digunakan atau diberikan dalam dosis yang lebih
tinggi.
3. Mual muntah antisipatif terjadi sebelum permulaan siklus kemoterapi
baru pada individu yang telah menjalani kemoterapi sebelumnya. Hal
ini diyakini sebagai respons terkondisi yang biasanya terjadi setelah 3-
4 siklus kemoterapi sebelumnya, dan juga disebut sebagai mual yang
terkondisi, terpelajar atau psikologis. Biasanya dipicu oleh rasa, bau,
penglihatan, atau pikiran yang dipelajari oleh individu untuk dikaitkan
dengan gejala negatif yang dialami dalam siklus kemoterapi
sebelumnya.
4. Breaktrouhg mual muntah adalah istilah yang mengacu pada muntah
yang terjadi meskipun penggunaan obat-obatan untuk mencegah mual
dan muntah dan mungkin memerlukan "penyelamatan" (pemberian
obat atau obat lain untuk mengontrol kondisi) dengan obat anti-mual
dan muntah.
15
5. Refractory mual muntah mengacu pada muntah yang terjadi dalam
siklus pengobatan setelah penggunaan obat anti-muntah atau
"penyelamatan" yang tidak berhasil dalam siklus pengobatan
sebelumnya. Untungnya, mual muntah refraktori hanya terjadi pada
sebagian kecil kasus.
c. Faktor risiko mual muntah
Menurut Feyer & Jordan (2011); Navari et al (2016) faktor risiko terkait
pasien untuk emesis setelah kemoterapi yaitu:
1. Pengalaman sebelumnya emesis yang tidak dikendalikan dengan baik.
Pasien dengan pengalaman mual muntah sebelumnya lebih mungkin
mengembangkan mual muntah sebagai respons terhadap hal baru
perawatan kemoterapi. Tingkat efek samping yang sebelumnya dialami
adalah penting. Jika kontrol emetik cukup selama kemoterapi
sebelumnya, persentase pasien yang tidak pengalaman emesis dalam
kursus kemoterapi berikutnya lebih besar daripada bagi pasien yang
pengobatan antiemetik sebelumnya yang tidak cukup.
2. Kelamin dan usia adalah salah satu faktor prognostik terpenting dari
mual muntah; wanita lebih cenderung untuk mual muntah dari laki-laki.
Usia juga merupakan faktor risiko penting, karena pasien yang lebih
muda (<50 tahun) mengalami lebih parah mual muntah dibandingkan
pasien yang lebih tua (> 65 tahun).
3. Asupan alkohol, Riwayat penggunaan alkohol ringan, pasien dengan
riwayat asupan alkohol sebanyak 0,1 ml per hari dengan riwayat 1 tahun
terakhir.
16
4. Riwayat motion sickness, pasien yang rentan terhadap mabuk
perjalanan melaporkan frekuensi, keparahan, dan durasi yang lebih
besar mual muntah setelah perawatan.
5. Kecemasan, riwayat sebelumnya kemoterapi yang diinduksi emesis,
riwayat mabuk perjalanan, emesis selama kehamilan sebelumnya.
d. Patofisiologi mual muntah setelah kemoterapi
Beberapa faktor terlibat dalam etiologi mual muntah termasuk jenis terapi
seperti terapi opioid, kelainan metabolik, iritasi gastrointestinal,
peningkatan tekanan intracraial yang disebabkan oleh tumor itu sendiri
atau oleh adanya metastasis dan pengobatan atau terapi syaraf. Dalam
beberapa tahun terakhir meningkatnya pengetahuan fisiologi muntah dan
neurotransmiter yang terlibat telah memungkinkan pengembangan obat
antiemetik spesifik (Aapro, 2015).
Respon reflek muntah menyemburkan isi perut melalui mulut, biasanya
dimulai dari sensasi mual. Pusat sistem saraf menerima dan memproses
rangsangan emetik (Perry & Doll, 2012). Sistem ini menghasilkan sinyal
eferen yang dikirim ke sejumlah organ dan jaringan dalam proses yang
akhirnya hasil muntah. Proses muntah tidak tergantung pada area yang
unik tetapi melibatkan beberapa daerah pada tubuh (Bayo et al., 2012).
Daerah-daerah ini adalah zona pemicu kemoreseptor dan pusat muntah di
otak, serta vagal aferen jalur dan sel enterochromaffin di sistem
gastrointestinal (Silbernagl & Lang, 2016).
17
Zona pemicu kemoreseptor juga dikenal sebagai daerah postrema yang
terletak di dalam ventrikel keempat di otak (Aapro, 2015). Opioid dan
agonis dopaminergik dapat mengikat lokal reseptor dan menghasilkan
emesis sebagai akibat dari permeabel/ membran yang memungkinkan
cairan masuk yang relatif menjadi penghalang darah otak di daerah ini.
Induser lainnya termasuk peptida dan metabolit berasal dari agen
kemoterapi (Perry & Doll, 2012).
Beberapa area saraf di dalam medula otak mengkoordinasikan refleks
muntah. Aksi muntah dikendalikan dan diintegrasikan oleh pusat muntah.
Pusat ini bereaksi terhadap rangsangan aferen dari berbagai bagian tubuh,
seperti saluran cerna, korteks otak, batang otak yang lebih tinggi dan
terutama chemoreceptor zona pemicu dan aparatus labirin (Bayo et al.,
2012).
CINV tergantung pada rangsangan saraf vagal aferen. P-substansi,
cholecystokinin dan yang paling penting 5-hydroxytryptamine (5-HT3),
dipisahkan dari enterochromaffin sel-sel di mukosa gastrointestinal
sebagai respon kemoterapi. Mediator ini berikatan dengan 5-HT3 dan
reseptor neurokinin-1 (NK1) yang terletak di ujung saraf aferen vagal
(Hilarius et al., 2012; White et al., 2013).
18
e. Kemoterapi berdasarkan emetogenik
Berdasarkan emetogenik ada 4 tingkatan obat kemoterapi yang digunakan
(Navari, 2016a). Tingkatan tersebut tergambar pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.1
Potensi Emetik Agen Kemoterapi
Potensi
Emetogenik Agen-agen tipikal
Definisi (tidak
Pencegahan CINV)
Tinggi Cisplatin, dacarbazine,
melphalan (dosis tinggi),
nitrogen mustard,
cyclophosphamide plus
anthracycline, oxaliplatin
Hampir semua pasien
mengalami emesis
Moderat Anthracyclines,
carboplatin, carmustine
(dosis tinggi),
siklofosfamid, ifosfamide,
irinotecan, metotreksat
(dosis tinggi), topotecan,
adryamicin, doxorubicin
Terjadi emesis pada >
70% pasien
Rendah Etoposide, 5-fluorouracil,
gemcitabine, mitoxantrone,
taxanes, vinblastine,
vinorelbine
Terjadi emesis pada 10-
70% pasien
Minimal Bortezomib, hormones,
vinca alkaloids, bleomycin
Terjadi emesis <10 %
pasien
Sumber: Navari (2016)
Neurotransmitter dan obat antiemetik
Berbagai reseptor mengambil bagian dalam proses kompleks muntah. Tiga
kelompok utama reseptor neurotransmitter terlibat dalam proses ini yaitu
termasuk dopamin, serotonin dan reseptor P-substansi (Priestman, 2012).
Antiemetik yang sudah diketahui efek pada reseptor dopamin seperti
fenotiazin, benzamide dan butyrophenone groups. Obat-obatan lainnya
seperti metoclopramide, sejenis benzamide, tidak hanya mempengaruhi
19
reseptor dopamin tetapi juga reseptor serotonin. Antagonis reseptor 5-HT3
bekerja pada saluran pencernaan dan sistem saraf pusat, berperan penting
dalam proses muntah melalui jalur vagal aferen. Reseptor NK1 (target P-
substansi) adalah mayor lain penentu CINV dan antagonis spesifik telah
dikembangkan (Aapro, 2015).
Penatalaksanaan mual muntah
Ada dua pelaksanaan dalam mengatasi mual muntah yaitu secara farmakologi
dan non farmakologi. Adapun penjalasannya yaitu:
a. Farmakologi
Dalam pelaksanaan farmakologi menggunakan peresepan anti emetik
dalam mengurangi mual muntah. Menurut American Cancer Society
(2018) respon antiemetik berbeda pada setiap orang, sama halnya terhadap
respon kemoterapi. Tidak ada obat yang dapat mencegah maupun
mengatasi mual muntah setelah kemoterapi sepenuhnya. Beberapa obat
emetik yang digunakan yaitu ondansentron, metocloperamid, fenotiasin
dan histamin (Navari, 2016b).
Berbagai reseptor mengambil bagian dalam proses kompleks muntah. Tiga
kelompok utama reseptor neurotransmitter terlibat dalam proses ini yaitu
termasuk dopamin, serotonin dan reseptor P-substansi. Antiemetik yang
sudah diketahui efek pada reseptor dopamin seperti fenotiazin, benzamide
dan butyrophenone groups (Feyer & Jordan, 2011). Obat-obatan lainnya
seperti metoclopramide, sejenis benzamide, tidak hanya mempengaruhi
20
reseptor dopamin tetapi juga reseptor serotonin (Aapro, Jordan, & Feyer,
2013).
Antagonis reseptor 5-HT3 sangat relevan sebagai reseptor ini, terletak di
saluran pencernaan dan sistem saraf pusat, memainkan peran penting
dalam proses muntah melalui jalur vagal aferen (Molassiotis, Aapro, &
Dicato, 2013). Reseptor NK1 (target P-substansi) adalah mayor lain
penentu CINV dan antagonis spesifik telah dikembangkan. Aprepitant
adalah agen pertama di kelas obat ini (Aapro et al., 2013). Antiemetik
dengan mekanisme lain tindakannya adalah kortikosteroid, benzodiazepin,
kanabinoid dan antihistamin (Navari, 2016b).
Menurut Navari (2016b) ada beberapa emetik yang dipakai dalam
mencegah dan juga mengatasi mual muntah pada pasien kemoterapi
berdasarkan rekomentasi ASCO (American Society of Clinical Oncology)
yaitu 1) highly emetogenic agents: kombinasi NK-1 receptor antagonist
(hari ke 1-3) untuk aprepitan; hanya hari ke 1 untuk fosaprepitan, 5HT3
receptor antagonist (hanya hari ke 1), dan dexamethasone (hari ke 1-3 atau
1-4). 2) moderately emetogenity agents: kombinasi palonosentron (hanya
hari ke 1) dan dexamethasone (hari ke tiga). 3) low emetogenic agents:
dosis tunggal 8 mg dexamethasone sebelum kemoterapi.
21
b. Non farmakologi
Tindakan non farmakologi dalam mengurangi mual muntah yaitu dengan
menggunakan terapi komlementer dan saran American Cancer Society
(2018). Penggunaan terapi komplementer sudah dibuktikan oleh beberapa
penelitian, namun terapi ini membutuhkan biaya yang cukup memberatkan
pasien. Berdasarkan American Cancer Society (2018) & (Pangesti &
Sofiani, 2016) banyak cara yang bisa dilakukan salah satunya pemberian
minuman dingin.
C. Minum Air Putih Dingin untuk Mengurangi Mual Muntah
Air adalah zat pelarut tempat terjadinya hampir semua reaksi biologis (selain
yang menjadi lipid membran), sehingga air merupakan 50-70% massa tubuh
(Ward, Clarke, & Linden, 2009). Air minum adalah air yang digunakan untuk
konsumsi manusia. Menurut Departemen Kesehatan adapun syarat-syarat air
minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung
mikroorganisme yang berbahaya dan tidak mengandung logam berat.
Berdasarkan penelitian The Indonesian Regional Hydration Study (THIRST)
berkaitan dengan konsumsi air minum yang berhubungan dengan pengaruhnya
terhadap dehidrasi. Adapun manfaat dari minum air putih bagi kesehatan adalah
melumasi sendi, membentuk ludah dan lendir, memberikan oksigen ke seluruh
tubuh, meningkatkan kesehatan dan kecantikan kulit, sebagai bantal otak,
sumsum tulang dan jaringan snsitif lainnya, mengatur suhu tubuh, melancarkan
22
sistem pencernaan, membersihkan sisa-sisa tubuh, membantu menjaga tekanan
darah, dan memperlancar saluran udara (IHWG, 2017).
Tujuan dari mengkonsumsi minum air putih dingin adalah mempercepat
rehidrasi, mempercepat penyerapan cairan, mengurangi stres fisiologis dan
mempercepat pemulihan tenaga karena lelah (Shirreffs, 2009). Menurut
(Saltmarsh, 2001) saat meminum air kita akan melepaskan histamin, gatrin dan
serotonin. Suhu air merupakan penentu dari jumlah yang dikonsumsi. Suhu ideal
yang secara budaya paling ideal adalah 50C - 150C.
Minum air putih dingin juga bermanfaat menjaga tubuh dalam mempertahankan
suhu dan energi sepanjang hari (Lee, Shirreffs, & Maughan, 2008; Olsen, 2018).
Air putih dingin memberikan kesegaran yang mempengaruhi sensorik dari tubuh
manusia (Zellner & Durlach, 2002). Minuman yang membangkitkan kesenangan
dan kepuasan sebagai asupan makanan dan minuman yang merangsang berbagai
masukan sensorik seperti rasa dan bau dan distensi perut yang diprogram untuk
menyebabkan kesenangan dan rasa kenyang. Minum dingin juga populer
terutama dalam cuaca panas. Sensasi dingin sangat terkait dengan persepsi
menyegarkan, di mana kata 'menyegarkan' berarti 'menghidupkan kembali' atau
'mengembalikan' atau 'menggiurkan', dan aspek menyegarkan pendinginan
terkait dengan faktor-faktor fisiologis seperti rasa haus-quenching (Labbe et al.,
2009).
23
Berdasarkan penelitian Pangesti & Sofiani (2016) minuman dingin lebih cepat
penyerapannya pada tubuh. Upaya untuk merehidrasi cairan yang hilang dari
mual dan muntah setelah kemoterapi. Minuman dingin memberikan rasa segar
dan dapat meningkatkan nafsu makan yang berguna untuk pengendalian
rberaktivitas dan psikologi sehingga keadaan emosi pasien bisa stabil. Suhu
minuman dingin yang digunakan adalah 10-150C.
Pemeliharaan makanan yang cukup dan asupan cairan sangat penting. Saran
harus ditawarkan dalam kaitannya dengan apa yang pasien dapat mengharapkan
(misalnya mual dirangsang oleh persiapan makanan dan memasak bau). Saran
yang bisa ditawarkan dengan penggunaan minuman dingin disaat yang tepat dan
makanan yang memerlukan persiapan minim, yang hasilnya dapat dilaporkan
oleh pasien sebagai membantu sementara mengalami mual muntah (Middleton
& Lennan, 2011).
Berdasarkan penelitian Pangesti & Sofiani (2016) minuman dingin memberikan
efek menyenangkan dalam mengurangi mual muntah. Menurut Aapro et al.,
(2013) efek menyenangkan ini di pengaruhi oleh serotonin dan endorfine.
Endorfin memberikan kesenangan dan serotonin. Serotinin disebut juga dengan
neurotransmitter. Serotonin terutama dalam sistem saraf enterik yang terletak di
saluran cerna (pencernaan). Serotonin di produksi di sistem saraf pusat
khususnya di nuklei raphe yang terletak di batang otak. Selain itu, serotonin di
simpan dalam trombosit darah dan dilepaskan selama agitasi dan vasokontriksi,
dimana serotonin dianggap sebagai penyumbang perasaan bahagia. Perasaan
24
bahagia atau menyenangkan yang juga dipengaruhi oleh hormon endorfin
sehingga minum air putih dingin yang akan menghalangi atau memblok 5-HT3
pada CTZ untuk mengendalikan mual muntah (Aapro, 2015).
Kebutuhan air minum
Kebutuhan air dalam tubuh manusia 60-70% dari berat badan. Ada cara lain
dalam menghitung kebutuhan air setiap orang yaitu 30 ml (mililiter) per kg
(kilogram). Dengan demikian kebutuhan air dalam tubuh manusia berbeda-beda
(Popkin et al., 2010).
Rumus menghitung keseimbangan cairan adalah:
1. Intake / cairan masuk : mulai dari cair infus, minum, kandungan cairan dalam
makanan pasien, volume obat-obatan, termasuk obat suntik, albumin dan lain-
lain.
2. Output / cairan keluar : feses dan urine, dalam 24 jam, jika dipasang kateter
maka dihitung dalam ukuran urobag, muntah dan keringat.
3. Insensible Water Loss (IWL) : jumlah cairan keluarnya tidak disadari dan
sulit dihitung yaitu jumlah keringan, uap hawa nafas. Rumus IWL: (15 x BB)/
24 jam. IWL kenaikan suhu: [(10% x Cairan Masuk) x suhu kenaikan] + IWL
normal per 24 jam
4. Air metabolisme (AM) = 5 cc/kgBB/hari
5. Balance cairan: Intake – output (normal balance cairan ± 100 cc) (Angraini
& Putri, 2016).
25
Prosedur pemberian minum air putih dingin
Menurut Pangesti & Sofiani (2016); Cancer Care Ontario (2016); Evi q (2015);
O’ brien (2008) prosedur pemberian minum air putih dingin ini adalah:
1. Pasien dilakukan pemeriksaan KU, BB, TB.
2. Pasien diberikan informasi tentang kebutuhan cairan/ minum dalam 24 jam.
3. Sebelum pasien diberikan minum cairan diukur dengan termometer mencapai
suhu 150C.
4. Pasien diberikan minum saat mual muntah mereda selama 15-30 menit, hal
ini dikarenakan menghindari adanya aspirasi saat menelan cairan.
5. Minum dalam jumlah sedikit-sedikit namun sering pada siang hari. Pada
keadaan mual mulai membaik tambahkan perlahan-lahan tingkatan
jumlahnya (dicobakan sebanyak 1 sendok / 3 cc apabila pasien merasa
nyaman dilanjutkan dengan jumlah yang lebih banyak).
6. Kebutuhan minimal per hari (air putih dingin suhu 150C). Minuman diberikan
secara berkala untuk menjaga agar pasien tetap terhidrasi.
7. Pisahkan antara minum dan makanan setidaknya 30 menit setelahnya.
26
D. Kerangka Teori
Kemoterapi
Darah
Neurotransmitters
including :
Serotonin (5-HT3)
Substance P
Dopamin
Kanker Payudara
Sistem
Gastrointestinal
Enterochromaffin
Cells
Saraf aferen visceral
5-HT3 (Serotonin)
Substansi P
Sistem Saraf
Pusat
Chemotrigger Zone (di
Nukleus tractus solitarius
dan postrema)
Pusat muntah
Reflek muntah
CINV
Dehidrasi, Rawat berulang,
ketidakseimbangan cairan,
kelemahan dan lain-lain
Pemberian minum
air putih dingin
Merehidrasi
Menjaga agar
tetap hidrasi
Memstimulus
kesenangan
Mempengaruhi
hormon endorfine dan
serotinin
Mual muntah
berkurang
Sumber: Aapro et al (2013); Becker (2010); Navari
(2016b); Priestman (2012b)
Skema 2.1
Kerangka Teori
27
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Skema 3.1
Kerangka Konsep
B. Hipotesis
Hipotesis dari hasil penelitian ini adalah ada pengaruh pemberian minuman
dingin terhadap pengurangan sensasi mual muntah setelah kemoterapi pada
pasien kanker payudara.
Variabel Perancu
1. Usia
2. Pendidikan
3. Stadium
4. Siklus kemoterapi
Pemberian Minum air
putih dingin
Skor
Mual muntah
28
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Defenisi Operasional
Variabel
Penelitian
Defenisi
Operasional
Alat
Ukur
Cara
Ukur
Hasil
Ukur
Skala
Ukur
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Variabel Independen
Minum air
putih dingin
Air minum yang
diberikan pada
pasien kanker
payudara dengan
suhu 150C
Pengukur
suhu
minuman
Gelas ukur
Coldbox/
Termos Es
Termo-
meter
minuman
1. Kontrol,
apabila tidak
diberikan
minum air
putih dingin
2. Intervensi,
apabila
diberikan
minum air
putih dingin
Ordinal
Variabel Dependen
Mual,
muntah
Mual adalah
perasaan tidak
enak di
tenggorokan dan
perut. Muntah
adalah
pengeluaran isi
perut dari dalam
mulut. Retching
adalah muntah-
muntah tanpa ada
yang dikeluarkan.
Kuesioner
Rhodes
INVR
Mengisi
kuesioner
tentang:
Rhodes
INVR
Skor mual
merupakan
penjumlahan skor
dari 8 pertanyaan
tentang mual,
muntah dan
retching yang
berkisar dari 0-32
Rasio
Variabel Perancu
Usia Umur yang
dihitung sejak
tanggal lahir
sampai saat
penelitian
Kuesioner
Data
demografi
Mengisi
kuesioner
1. Dewasa Awal
(26-35 tahun)
2. Dewasa akhir
(36-45 tahun)
3. Masa lansia
Awal (46-55
tahun)
(Khairina, 2016)
Ordinal
29
Tabel 3.1 Lanjutan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pendidikan Jenjang
pendidikan yang
telah diselesaikan
responden
Kuesioner
data
demografi
Mengisi
Kuesioner
Tingkat
Pendidikan:
1.Pendidikan
rendah (SD-SMP)
Ordinal
2.Pendidikan
tinggi (SMA-
PT)
(Wardani,56uyrt7
8 Sarwani, &
Masfiah, 2014)
Stadium Tingkatan
keparahan
berdasarkan hasil
penilaian medis
Kuesioner
data
pasien
Mengisi
kuesioner
berdasar-
kan data
rekam
medik
Stadium II
Stadium III
(Navari, 2016b)
Ordinal
Siklus
Kemote-
rapi
Tahapan
kemoterapi yang
tidak terputus
sampai dosis obat
yang diperlukan
tercapai
Kuesioner
data
demografi
Mengisi
Kuesioner
Nilai dalam
frekuesi
Ordinal
30
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif desain quasy experiment
dengan time series Pada penelitian ini akan membagi 2 kelompok menjadi
kelompok perlakuan dan kelompok lain yaitu kontrol sebagai pembanding.
Dimana, setiap kelompok perlakuan akan dilakukan post test dan kelompok
kontrol juga akan di lakukan pengukuran. Setelah dilakukan perlakuan pada
salah satu kelompok akan dilakukan pengukuran hasil dari intervensi sebagai
bentuk pengukuran pengaruh (Dharma, 2015) .
R1: --- X1 – O1–X2---O2-- X3----O3---X3---O4--X3---O5 ---X6-------O6
R2: ---------- O7 ------O8------------O9---------O10--------O11-----------O12
Skema 4.1
Desain Penelitian
Keterangan:
R1 : Responden/ subjek penelitian kelompok intervensi (pemberian minum
air putih) dingin)
R2 : Responden/ subjek penelitian kelompok kontrol
X1-6 : Perlakuan Intervensi (pemberian minum air putih dingin)
O1-6 : Pengukuran kelompok Intervensi (pemberian minum air putih
dingin)
O7-12: Pengukuran kelompok kontrol
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua pasien kanker
payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP M.Djamil Padang.
31
Pengambilan populasi melalui buku catatan laporan daftar nama pasien
diruangan kemoterapi.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Dahlan, 2013).
Pada pendelitian eksperimen, subjek penelitian dipilih berdasarkan kriteria
eligibilitas tertentu (kriteria inklusi dan ekslusi).
Kriteria Inklusi:
a. Pasien berusia di atas 26-55 tahun
b. Kooperatif
c. Mengalami mual muntah akut atau delayed
d. Mampu mengenal tempat, orang dan waktu
e. Pasien mampu menulis maupun membaca
f. Menggunakan obat kemoterapi doxorubicin via intravena
g. Pasien yang berada di kota padang, hal ini untuk memudahkan pemantauan
serta observasi.
h. Menggunakan antiemetik minimal ondasentron, dexametasone dan
ranitidin.
Kriteria Eksklusi:
a. Penderita kanker lain seperti pencernaan, hati atau pankreas karena pasien
dengan penyakit tersebut lebih rentan mengalami mual muntah.
b. Mengalami pusing, vertigo
c. Stadium IV (empat)
d. Pengalaman sebelumnya emesis yang tidak dikendalikan dengan baik.
Pasien dengan pengalaman mual muntah sebelumnya lebih mungkin
32
mengembangkan mual muntah sebagai respons terhadap hal baru
perawatan kemoterapi. Tingkat efek samping yang sebelumnya dialami
adalah penting. Jika kontrol emetik cukup selama kemoterapi sebelumnya,
persentase pasien yang tidak pengalaman emesis dalam kemoterapi
berikutnya lebih besar daripada bagi pasien yang pengobatan antiemetik
sebelumnya yang tidak cukup.
e. Jenis kelamin dan usia adalah salah satu faktor prognostik terpenting dari
mual muntah; wanita lebih cenderung untuk mual muntah dari laki-laki.
Usia juga merupakan faktor risiko penting, karena pasien yang lebih muda
(<50 tahun) mengalami lebih parah mual muntah dibandingkan pasien
yang lebih tua (> 65 tahun).
f. Asupan alkohol, riwayat penggunaan alkohol ringan, pasien dengan
riwayat asupan alkohol sebanyak 0,1 ml per hari dengan riwayat 1 tahun
terakhir.
g. Riwayat motion sickness, pasien yang rentan terhadap mabuk perjalanan
melaporkan frekuensi, keparahan dan durasi yang lebih besar mual muntah
setelah perawatan.
h. Kecemasan, riwayat sebelumnya kemoterapi yang diinduksi emesis,
riwayat mabuk perjalanan, emesis selama kehamilan sebelumnya.
Besaran sampel dalam penelitian ini, pengambilan sampel didasarkan dengan
hipotesis menguji perbedaan mean (skala interval atau rasio) antara 2
kelompok. Perhitungan jumlah sampel yang akan digunakan adalah dengan
rumus (Dharma, 2011) :
33
n = [(𝑍1−𝛼/2+𝑍1−𝛽)𝑥𝜎]
𝜇1−𝜇2]2
Keterangan:
n : Jumlah Sampel
𝑍1−
𝛼2 : Standar normal devisiasi untuk α
𝑍1−𝛽 : Standar normal deviasi untuk β
𝜇1-𝜇2 : Beda mean yang dianggap bermakna secara klinik antara
sebelum perlakuan (pretest) dan setelah perlakuan
(posttest)
𝜎 : Tingkat kemaknaan (berdasarkan literatur)
Pada penelitian ini berdasarkan penelitian Pangesti & Sofiani (2016), nilai
level of significant (α)= 0,05 (standar deviasi α = 1,96). Power of test sebesar
90% (β = 1-0,9= 0,1) dengan standar normal deviasi β = 1,282. Estimasi
standar deviasi dari beda mean kedua kelompok berdasarkan literatur adalah:
𝜇1-𝜇2= 3. Peneliti berharap dapat menurunkan menjadi 3 kali mual muntah
dengan penggunaan minuman dingin. Estimasi standar deviasi dari beda
mean = 4.
Maka besar sampel yang di butuhkan adalah:
n = [(𝑍1−𝛼/2+𝑍1−𝛽)𝑥𝜎]
𝜇1−𝜇2]2
n = [(1,96+1,282)𝑥 4
3]2 = 18,66 ͌ 19
Pada penelitian ini jumlah sampel minimal sampel yang diperlukan adalah
sebesar 19 orang perkelompok, sehingga total sampel berjumlah 38 orang.
Jumlah sampel yang dikoreksi/ drop out:
n’ = n/ 1-f = 38 / 1-0,1 = 42 orang.
3. Cara pengambilan sampel
34
Peneltian ini akan digunakan probability sampling (sample random) yaitu
dilakukan secara acak pemilihan sampel. Consecutive sampling merupakan
metode yang dipakai dalam pengambilan sampel. Consecutive sampling
adalah suatu metode pemilihan sampel yang dilakukan dengan memilih
semua individu yang ditemui dam memenuhi kriteria pemilihan sampai,
jumlah sampel yang diinginkan terpenuhi (Dharma, 2015).
Penelitian ini dilakukan pada pasien kanker payudara di RSUP M.Djamil
Padang tepatnya di Ruang Kemoterapi. Pasien yang dijadikan kelompok
kontrol dan intervensi dilakukan dengan cara sistematis oleh peneliti. Peneliti
melihat buku catatan laporan ruangan untuk daftar nama pasien yang
mempunyai jadwal kemoterapi dengan kanker payudara.
Sampel penelitian yang menjadi kelompok intervensi dan kelompok kontrol
dilakukan dengan teknik randomisasi alokasi subjek sederhana. Setelah
memberikan persetujuan melalui informed consent, peneliti melakukan
randomisasi dengan menggunakan urutan ganjil dan genap urutan nomor
absen pada catatan peneliti, maka responden masuk ke kelompok intervensi
merupakan nomor ganjil. Sementara jika yang berada pada nomor genap,
maka responden masuk kelompok kontrol.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
35
Penelitian ini dilakukan di RSUP M. Djamil Padang khususnya di Ruang
Kemoterapi. Penelitian ini juga dilakukan sejak bulan 19 Februari – 19 April
2019.
D. Etika Penelitian
Etika penelitian keperawatan sangat penting karena penelitian keperawatan
berhubungan langsung dengan manusia, sehingga perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1. Informed Consent
Informed consent merupakan lembar persetujuan yang diberikan kepada
pasien (responden) dengan tujuan izin penelitian. Informed consent yaitu
persetujuan untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian setelah
mendapatkan penjelasan yang lengkap dan terbuka dari peneliti tentang
keseluruhan pelaksanaan penelitian.
Adapun langkah-langkah dalam melakukan proses Informed consent adalah:
a. Peneliti mempersiapkan formulir persetujuan yang akan di tanda tangani
oleh responden/ keluarga (pendamping), dimana isi dari Informed consent
tersebut adalah penjelasan tentang judul penelitian, tujuan dan manfaat
penelitian, permintaan kepada subjek untuk berpartisipasi dalam
penelitian, penjelasan prosedur penelitian, penjelasan tentang jaminan
kerahasiaan, pernyataan persetujuan dari subjek untuk ikut serta dalam
penelitian.
36
b. Memberikan penjelasan langsung kepada subjek mencakup seluruh
penjelasan yang tertulis dalam formulir informed consent dan penjelasan
lain yang diperlukan untuk memperjelas pemahaman responden tentang
pelaksanaan penelitian.
c. Memberikan kesempatan kepada subjek untuk bertanya tentang aspek-
aspek yang belum di pahami dari penjelasan peneliti dan menjawab
seluruh pertanyaan subjek dengan terbuka.
d. Memberikan waktu yang cukup kepada responden untuk menentukan
pilihan mengikuti atau menolak ikut serta sebagai subjek penelitian.
e. Meminta subjek untuk menanda tangani formulir informed consent, jika
ia menyetujui ikut serta dalam penelitian.
2. Tanpa nama (Anonimity)
Pada penelitian ini, tidak dicantumkan nama lengkap namun hanya inisial
responden, tanpa alamat dan hanya menuliskan kode pada lembar kuesioner.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Berdasarkan hasil penelitian, semua data yang didapatkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya digunakan untuk ujian kualifikasi dan
dilihat oleh pembimbing. Peneliti melakukan ini menyangkut privasi pasien
menyangkut identitas, alamat dan informasi oleh orang lain.
4. Menghormati keadilan dan inklusivitas
Berdasarkan proses penelitian, peneliti melakukan prinsip keterbukaan
dalam penelitian mengandung makna bahwa penelitian dilakukan secara
jujur, tepat, cermat, hati-hati dan dilakukan secara professional. Sedangkan
prinsip keadilan mengandung makna bahwa penelitian memberikan
37
keuntungan dan beban secara merata sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan subjek yaitu setiap responden dijelaskan secara adil, kemudian
diberikan alat pengukur suhu (Kintang) dan menggunakan tempat pendingin
yang sudah dijelaskan dahulu untuk mempertahankan suhu minuman. Setelah
penelitian ini dilakukan dan hasil dari penelitian secara statistik maupun
observasi ada pengaruh pemberian minum air putih dingin terhadap
pengurangan mual muntah, sehingga peneliti kembali memberikan informasi
kepada pasien untuk menggunakan hasil penemuan tersebut.
5. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan
Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap penelitian harus
mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi subjek penelitian
dan populasi dimana hasil penelitian akan diterapkan (beneficence).
Kemudian meminimalisir risiko/ dampak yang merugikan bagi subjek
penelitian (nonmaleficience). Setelah penelitian ini mendapatkan hasil,
penjelasan dilakukan kepada kelompok kontrol. Selama proses penelitian
berlansung peneliti tidak menemukan adanya pasien yang mengalami
kenaikan suhu maupun adanya peningkatan denyut nadi.
38
E. Alur Penelitian
Skema 4.2
Desain Alur Penelitian
Jumlah pasien kanker Payudara
yang menggunakan kemoterapi
doxorubicin (N= 42)
Kelompok kontrol (n=19) Kelompok Intervensi (n=19)
Tidak dilakukan pemberian
minum air dingin
Dilakukan pemberian minum
air dingin
Post test Skor mual muntah
Survey pendahuluan
Random Sampling
Jumlah sampel yang
dibutuhkan (n= 38)
Random Alokasi
Pengolahan data dan
interprestasi
39
F. Alat Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah:
1. Karakteristik dari sampel meliputi karakteristik usia, pendidikan, stadium dan
siklus kemoterapi.
2. Data mual muntah
G. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner
Mual muntah pada penelitian ini diukur dengan mengggunakan kuesioner
yang INVR (Rhodes index nausea, vomiting and retching) (Rhodes &
Roxanne, 1990). Kuesioner INVR ini terdiri dari 8 pertanyaan, dimana ada 8
pertanyaan untuk mengukur mual muntah dengan 5 skala likert yaitu 0-4.
Kuesioner akan diisi oleh pasien setelah diberikan pemberian minuman
dingin. Kuesioner akan dievaluasi sebanyak 6 kali per 12 jam, melalui
observasi lansung dan via telepon untuk melihat apakah ada pengurangan
mual muntah atau tidak.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner INVR Rhodes.
Kuesioner ini merupakan kuesioner baku yang banyak digunakan dalam
penelitian yang berhubungan dengan mual muntah, sehingga peneliti tidak
melakukan uji validitas dan uji reliabilitas kembali. Berdasarkan penelitian
Alafafsheh & Ahmad (2016) hasil uji validitas didapatkan semua item
pertanyaan valid (r>0,88) dan hasil uji reliabiliti dengan nilai r Alpha (0.97),
hal ini lebih besar dibandingkan r tabel.
40
2. Peneliti menggunakan alat ukur suhu kintang yang disediakan sendiri oleh
peneliti dalam melakukan pengukuran suhu minum.
H. Uji Validitas dan Reliabilitas
Kuesioner tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas karena kuesioner telah
baku.
I. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur dari pengumpulan data meliputi tahap persiapan, pelaksanaan dan
evaluasi yaitu :
1. Tahap persiapan
a. Peneliti mengurus surat izin penelitian di Program Magister Keperawatan
dan selesai pada tanggal 13 Februari 2019.
b. Melakukan uji etik di bagian Etik di RSUP M.Djamil Padang sebelum
melakukan penelitian pada tanggal 13 Februari 2019.
c. Memasukkan surat izin penelitian dan mendapatkan surat izin penelitian
dikeluarkan pada tanggal 19 Februari 2019.
d. Meminta izin kepada Kepala Instalasi, Kepala Ruangan dan DPJP
Ruangan Kemoteraopi pada tanggal 19 Februari 2019.
e. Peneliti akan melakukan menjelaskan kepada pihak yang terkait dalam
penelitian ini. Peneliti akan menjelaskan tujuan penelitian, manfaat serta
prosedur yang akan dilakukan dalam pemberian minum air putih dingin
kepada pasien dengan kanker payudara.
41
2. Tahap pelaksanaan
a. Peneliti memilih responden yang sesuai dengan kriteria inklusi.
b. Peneliti menentukan kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Orang
tua/ pendamping dari kelompok intervensi diberi penjelasan tentang
pemberian minum air putih dingin sedangkan kelompok kontrol tidak
diberikan tindakan pemberian air minum dingin.
c. Peneliti memberi informasi tentang penelitian dan meminta kesediaan
pendamping/ orang tua/ anak dari kelompok intervensi, untuk terlibat
dalam penelitian ini, memberikan minum air putih dingin, memantau serta
melaporkan mual muntah pasien.
d. Peneliti mempersilahkan untuk menandatangani lembar persetujuan baik
kelompok intervensi maupun kelompok kontrol.
e. Peneliti mulai melakukan pengisian data saat berada di Rumah Sakit.
f. Sebelum kemoterapi dimulai peneliti menjelaskan bagaimana cara
pemberian minum air putih untuk responden dan menanyakan fasilitas alat
pendingin makanan/ minuman di rumah. Apabila tidak ada peneliti
memfasilitasi tempat dan juga batu es (pendingin) dan gelas ukur (plastik
ukur). Peneliti menanyakan kembali cara memberikan intervensi yang
telah diajarkan kepada pendamping.
1) Peneliti memberikan penjelasan kembali tentang pemberian minum air
putih dingin, tujuan dan cara melakukan intervensi serta cara mengisi
kuesioner.
2) Peneliti melakukan pemeriksaan TTV dan menghitung kebutuhan
cairan.
42
3) Memastikan pasien memiliki fasilitas alat pendingin minuman atau
tidak. Apabila tidak ada akan dipinjamkan coldbox atau pasien
memiliki termos tertutup di rumah.
4) Pemberian minum dimulai saat mual mereda (mual pertama) setelah
kemoterapi. Minuman suhu 150C (diukur dengan alat kintang)
diberikan 3 ml/ 1 sendok, apabila pasien merasa mual sudah mulai
mereda tingkatkan jumlah cairan.
5) Apabila pasien akan makan, hindari pemberian minum selama 15-30
menit sebelum dan sesudah makan.
6) Setelah kemoterapi peneliti memberikan minum air putih dingin.
Responden dianjurkan untuk minuman sedikit-sedikit selama 24 jam
sebanyak jumlah kebutuhan pasien yang sudah di ukur.
7) Setelah 12 jam pertama dari mulai pemberian minum dilakukan
pengisian kuesioner pertama, kemudian 12 jam berikutnya pengisian
kuesioner kedua dan seterusnya sampai pengisian kuesioner ke enam.
g. Peneliti memberikan instrumen mual muntah (Rhodes INVR) kepada
pendamping, menjelaskan cara pengisiannya serta memberikan alat tulis
yanga dibutuhkan.
h. Peneliti melakukan pemantauan mual muntah via telp dan kunjungan
kerumah pada hari ketiga setelah mual dan muntah dimulai dan memeriksa
instrumen yang dilakukan oleh pendamping.
43
3. Evaluasi
Pada tahap ini peneliti memeriksa hasil pengisian kuesioner pasien. Peneliti
mengucapkan terima kasih kepada pendamping dan responden atas
keterlibatannya dalam penelitian, baik kelompok kontrol maupun intervensi.
J. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan data
Menurut Notoadmodjo (2012) pengolahan data dilakukan setelah
pengumpulan data selesai dilakukan. Terdapat beberapa langkah yang
digunakan dalam pengolahan dengan menggunakan komputer yaitu :
a. Editing
Hasil wawancara, angket atau pengamatan dari lapangan dilakukan
penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Pada penelitian ini editing
dilakukan oleh peneliti dengan memeriksa kuesioner INVR.
b. Coding
Setelah semua kuesioner diedit atau disunting. Selanjutnya peneliti
melakukan pengkodean atau coding, yakni mengubah bentuk kalimat atau
huruf menjadi data atau angka bilangan. Pada penelitian ini perubahan data
yang dilakukan mengikuti rencana hasil ukur yang telah disusun dalam
defenisi operasional. Berdasarkan usia dilakukan pengkodingan 1: dewasa
awal, 2: dewasa akhir dan 3: lansia awal. Kemudian pendidikan
pengkodingannya adalah 1: rendah dan 2: tinggi. Pengkodingan stadium
adalah 1: stadium I dan 2: stadium II. Untuk pengkodingan siklus
44
kemoterapi dengan 1: siklus 1, 2: siklus 2, 3: siklus 3, 4: siklus 4, 5: siklus
5 dan 6 : siklus 6.
c. Entry Data
Data merupakan jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang
masuk dalam bentuk kode (angka atau huruf) digmasukkan ke dalam
program atau software komputer ini bermacam-macam, masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Salah satu paket yang di gunakan
program SPSS for Windows.
d. Tabulating
Tabulasi merupakan penyajian data dalam bentuk tabel yang terdiri dari
beberapa baris dan beberapa kolom. Tabel ini digunakan untuk
memaparkan sekaligus beberapa variabel hasil observasi, survei atau
penelitian sehingga data mudah dibaca dan dimengerti.
e. Cleaning
Cleaning merupakan kegiatan pengecekan data yang sudah dimasukkan
untuk memeriksa ada atau tidaknya kesalahan. Kesalahan sangat mungkin
terjadi saat memasukkan data. Cara untuk membersihkan data adalah
dengan mengetahui data yang hilang (mising data), mengetahui variasi dan
konsistensi data.
2. Analisa Data
Menurut Notoatmodjo (2012) data yang telah diolah baik pengolahan maupun
menggunakan komputer, tidak ada maknanya tanpa dianalisa. Menganalisa
data tidak sekedar mendeskripsikan dan menginterprestasikan data yang telah
diolah.
45
a. Uji Normalitas
Tabel 4.1
Uji Normalitas Shapiro- Wilk
Pengukuran Kontrol Intervensi
n P value n P value
12 jam 19 0,872 19 0,651
24 jam 19 0,151 19 0,669
36 jam 19 0,581 19 0,114
48 jam 19 0,085 19 0,357
60 jam 19 0,905 19 0,901
72 jam 19 0,000 19 0,648
b. Uji Homogenitas
Tabel 4.1
Uji Homogenitas
Variabel n P value
Usia 19 0,072
Pendidikan 19 2,105
Stadium 19 0,398
Siklus kemoterapi 19 0,774
c. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan dengan cara mencari ditribusi frekuensi setiap
variabel penelitian untuk mengetahui proporsi atau gambaran dari variabel
independen maupun variabel dependen. Pada umumnya analisis ini hanya
menghasilkan distribusi dari persentase dari variabel. Variabel yang
dideskripsikan dalam penelitian ini adalah karakeristik sampel yang
meliputi usia, pendidikan dan siklus kemoterapi. Penyajian data kategorik
seperti usia dan pendidikan, penyajian numerik untuk siklus kemoterapi
dan skor mual muntah menggunakan nilai mean atau median, standar
deviasi dan total.
46
1) Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk membuktikan hipotesis penelitian
pengaruh pemberian minum air putih dingin terhadap pengurangan skor
mual muntah setelah kemoterapi pada pasien kanker payudara.
Sebelum uji bivariat dilakukan uji normalitas data menggunakan uji
Shapiro Wilk. Menurut Susilo, Aima, & Suprapti (2014) untuk uji
normalitas jumlah sampel kurang dari 50 menggunakan uji Sahpiro
Wilk. Hasil uji normalitas pada kelompok intervensi data berdistribusi
normal, sedangkan pada kelompok kontrol data tidak berdistribusi
normal.
Penggunaan uji statistik Uji Reapeated Anova digunakan untuk menguji
beda mean lebih dari 2 kelompok berpasangan yang terdistribusi normal
(Dahlan, 2017). Untuk mengetahui pengaruh tersebut digunakan Uji
Reapeated Anova dengan tingkat kesalahan 5% dilakukan untuk
melihat pengaruh dan selisih skor mual muntah pada kelompok
pemberian minum air putih dingin.
Tabel 4.1
Analisa Bivariat
No. Variabel Uji Statistik
1. Rerata skor mual muntah pada pasien
intervensi antara pengukuran 1, 2, 3, 4, 5 dan
6.
Uji Reapeated
Anova
2. Rerata skor mual muntah pada pasien kontrol
antara pengukuran 1, 2, 3, 4, 5 dan 6. Uji Friedman
3. Perbedaan rerata mual muntah pasien
kelompok intervensi dan kelompok kontrol
Uji
independent t
test
47
BAB V
HASIL PENELITIAN
Bab ini memaparkan hasil dari penelitian yang berjudul pemberian minum air putih
dingin terhadap mual muntah setelah kemoterapi pada pasien kanker payudara di
RSUP M.Djamil Padang yang dilakukan pada bulan 19 Februari sampai dengan 29
Maret 2019. Responden yang digunakan sesuai dengan kriteria inklusi yang
berjumlah 42 orang. Seluruh responden merupakan pasien dengan diagnosa kanker
payudara yang menjalani kemoterapi di Ruang Kemoterapi RSUP M.Djamil
Padang. Pengambilan data dilakukan di Ruang Kemoterapi dan intervensi
pemberian minum dingin dilakukan di rumah pasien masing-masing selama 3 hari.
Selama pemberian intervensi, pengukuran dimulai saat mual muntah muncul
kemudian dilakukan pengukuran sebanyak 6 kali per 12 jam (12 jam, 24 jam, 36
jam, 48 jam, 60 jam dan 72 jam). Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan
narasi yang didasarkan pada hasil analisis univariat dan bivariat yang telah di
rencanakan.
A. Univariat
Pada analisis univariat merupakan hasil data yang menggambarkan responden
berdasarkan karakteristik (usia, pendidikan, stadium dan siklus kemoterapi).
48
1. Karakteristik Responden
Tabel 5.1
Disribusi Frekuensi Menurut Karakteristik Responden (Usia,
Pendidikan, Stadium dan Siklus Kemoterapi) Pasien Kanker
Payudara di RSUP M.Djamil Padang Tahun 2019 (N=38)
Variabel Intervensi
(n=19)
Kontrol (n=19)
n % n %
Usia
Dewasa Awal 4 21,1 6 31,6
Dewasa Akhir 5 26,3 5 26,3
Lansia Awal 10 52,6 8 42,1
Pendidikan
Rendah 4 21,1 6 31,6
Tinggi 15 78,9 13 68,4
Stadium
II 8 42,1 7 36,8
III 11 57,9 12 63,2
Siklus
Kemoterapi
Siklus 1 5 26,3 3 15,8
Siklus 2 3 15,8 4 21,1
Siklus 3 3 15,8 3 15,8
Siklus 4 1 5,3 3 15,8
Siklus 5 3 15,8 3 15,8
Siklus 6 4 21,1 3 15,8
Berdasarkan tabel 5.1 kelompok intervensi lebih banyak pada usia lansia awal
yaitu 10 orang (52,6%), lebih dari separoh berpendidikan tinggi 15 orang
(78,9%), lebih dari separoh stadium III sebanyak 11 orang (57,9%) dan lebih
banyak pada siklus kemoterapi 1 sebanyak 5 orang (26,3%). Sedangkan pada
kelompok kontrol, lebih banyak responden berusia lansia awal 8 orang
(42,1%), lebih dari separoh pendidikan tinggi 13 orang (68,4%), lebih dari
separoh stadium II sebanyak 12 orang (63,2%) dan banyak pada siklus
kemoterapi ke 2 yaitu 4 orang (21,1%).
49
2. Rerata skor mual muntah pada pengukuran 12 jam sampai dengan
pengukuran 72 jam pada kelompok intervensi (pemberian minum air putih
dingin).
Tabel 5.2
Rerata Skor Mual Muntah Pengukuran 12 jam sampai dengan Pengukuran
72 jam Pasien Kanker Payudara pada
Kelompok Intervensi di RSUP M. Djamil
Padang Tahun 2019 (n=19)
Pengukuran Mean SD Minimal - Maksimal
12 Jam 18,26 2,130 14-22
24 Jam 14,00 2,000 10-18
36 Jam 12,05 1,545 10-15
48 Jam 9,84 1,864 7-13
60 Jam 6,37 1,802 3-10
72 Jam 3,05 1,471 0-6
Tabel 5.2 menunjukkan rata-rata mual muntah pada kelompok intervensi
tertinggi pada pengukuran 12 jam (18,26 dengan SD 2,130) dan terendah
pada pengukuran 72 jam (3,05 dengan SD 1,471).
3. Rerata skor mual muntah pada pengukuran 12 jam sampai dengan
pengukuran 72 jam pada kelompok kontrol.
Tabel 5.3
Rerata Skor Mual Muntah Pengukuran 12 jam sampai dengan Pengukuran
72 jam Keenam Pasien Kanker Payudara
pada Kelompok Kontrol di RSUP M. Djamil Padang
Tahun 2019 (n=19)
Pengukuran Median Minimal-Maksimal
12 Jam 20,00 12-25
24 Jam 20,00 11-26
36 Jam 19,00 15-22
48 Jam 19,00 14-26
60 Jam 21,00 15-28
72 Jam 18,00 3-22
50
Tabel 5.3 menunjukkan rata-rata mual muntah pada kelompok intervensi
tertinggi pada pengukuran 60 jam (21,00) dengan nilai min-mak (15-28) dan
terendah pada pengukuran 72 jam (18,00) dengan nilai min-mak (3-22).
B. Analisa Bivariat
1. Pengaruh pemberian minum air putih dingin terhadap selisih pengurangan
skor mual muntah setelah kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP
M.Djamil Padang.
Grafik 5.1
Skor Mual Muntah Kelompok intevensi dan kelompok kontrol
Berdasarkan grafik 5.1 terlihat penurunan dari pengukuran 12 jam sampai 72
jam, sedangkan kelompok kontrol terlihat adanya kenaikan pada pengukuran
60 jam yaitu pengukuran 36 jam.
18,14
1412,38
9,95
6,33
3,19
20 2019 19
21
18
0
5
10
15
20
25
12 Jam 24 Jam 36 Jam 48 Jam 60 Jam 72 Jam
Skor Mual Muntah
Intervensi Kontrol
51
Tabel 5.4
Pengaruh Pemberian Minum Air Putih Dingin Terhadap Mual Muntah
Setelah Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara
di RSUP M.Djamil Padang tahun 2019 (n=19)
Variabel Mean SD P- Value
Pengukuran
0,000
12 Jam 18,26 2,130
24 Jam 14,00 2,000
36 Jam 12,05 1,545
48 Jam 9,84 1,864
60 Jam 6,37 1,802
72 Jam 3,05 1,471
Berdasarkan tabel 5.4 terjadi penurunan rata-rata dari pengukuran 12 jam
(18,26 ± SD 2,130), pengukuran 24 jam (14,00 ± SD 2,000), pengukuran 36
jam (12,05 ± SD 1,545), pengukuran 48 jam (9,84 ± SD 1,864), pengukuran
(6,37 ± SD 1,802) dan pengukuran 72 jam (3,05 ± SD 1,471). Analisis lebih
lanjut menunjukkan adanya penurunan rata-rata antara pengukuran 12 jam,
pengukuran 24 jam, pengukuran 36 jam, pengukuran 48 jam, pengukuran 60
jam dan pengukuran 72 jam yang dilakukan intervensi pemberian minum air
putih dingin atau dengan kata lain secara signifikan bahwa pemberian minum
air putih dingin berpengaruh terhadap pengurangan skor mual muntah yaitu
0,000 (α < 0,05).
52
Tabel 5.5
Penurunan Rerata Skor Mual Muntah Setelah Kemoterapi Pasien
Kanker Payudara Pada Kelompok Intervensi di RSUP
M.Djamil Padang Tahun 2019 (n=19)
Variabel Mean
Difference 95% CI P- Value
Pengukuran
12 jam - 24 jam 4,143 3,053-5,232 0,000
12 jam - 36 jam 5,762 4,715-6,809 0,000
12 jam - 48 jam 8,190 6,998-9,383 0,000
12 jam - 60 jam 11,810 10,432-13,187 0,000
12 jam - 72 jam 14,952 13,629-16,275 0,000
24 jam - 36 jam 1,619 0,738-2,500 0,001
24 jam – 48 jam 4,048 2,919-5,176 0,000
24 jam - 60 jam 7,667 6,477-8,857 0,000
24 jam - 72 jam 10,810 9,827-11,792 0,000
36 jam - 48 jam 2,429 1,607-3,250 0,000
36 jam - 60 jam 6,048 5,166-6,929 0,000
36 jam - 72 jam 9,190 8,319-10,062 0,000
48 jam - 60 jam 3,619 2,617-4,621 0,000
48 jam - 72 jam 6,762 5,725-7,799 0,000
60 Jam - 72 jam 3,143 2,511-3,775 0,000
Berdasarkan tabel 5.5 pengukuran pertama dibandingkan dengan kedua
terjadi rata-rata penurunan skor sebesar 4,143. Pengukuran pertama
dibandingkan dengan ketiga terjadi rata-rata penurunan skor sebesar
5,762. Pengukuran pertama dibandingkan dengan keempat terjadi rata-rata
penurunan skor sebesar 8,190. Pengukuran pertama dibandingkan dengan
kelima terjadi rata-rata penurunan skor sebesar 11,810.
Pengukuran pertama dibandingkan dengan keenam terjadi rata-rata
penurunan skor sebesar 14,952. Pengukuran kedua dibandingkan dengan
ketiga terjadi rata-rata penurunan skor sebesar 1,619. Pengukuran kedua
53
dibandingkan dengan keempat terjadi rata-rata penurunan skor sebesar
4,048. Pengukuran kedua dibandingkan dengan kelima terjadi rata-rata
penurunan skor sebesar 7,667. Pengukuran kedua dibandingkan dengan
keenam terjadi rata-rata penurunan skor sebesar 10,810.
Pengukuran ketiga dibandingkan dengan keempat terjadi rata-rata
penurunan skor sebesar 2,429. Pengukuran ketiga dibandingkan dengan
kelima terjadi rata-rata penurunan skor sebesar 6,048. Pengukuran ketiga
dibandingkan dengan keenam terjadi rata-rata penurunan skor sebesar
9,190. Pengukuran keempat dibandingkan dengan kelima terjadi rata-rata
penurunan skor sebesar 6,762. Pengukuran keempat dibandingkan dengan
keenam terjadi rata-rata penurunan skor sebesar 3,143. Perbedaan
penurunan skor tersebut adalah nyata sebab nilai P-value < 0,005.
Tabel 5.6
Rerata Skor Mual Muntah Setelah Kemoterapi Pada kelompok kontrol
Pasien Kanker Payudara di RSUP M.Djamil Padang tahun 2019 (n=19)
Variabel Median Min-Mak P- Value
Pengukuran
0,144
12 Jam 20 12-25
24 Jam 20 11-26
36 Jam 19 15-22
48 Jam 19 14-26
60 Jam 21 15-28
72 Jam 18 3-22
Berdasarkan tabel 5.6 diperoleh data median pada kelompok kontrol skor
mual muntah pengukuran 12-24 jam sebesar 20, skor pengukuran 36-48
jam sebesar 19, skor pengukuran 60 jam sebesar 21 dan pengukuran 72
jam sebesar 18. Analisis lebih lanjut menunjukkan tidak adanya penurunan
antara pengukuran 12 jam, pengukuran 24 jam, pengukuran 36 jam,
54
pengukuran 48 jam, pengukuran 60 jam dan pengukuran 72 jam pada
kelompok kontrol yaitu 0,144 (α > 0,05).
2. Perbedaan rerata skor mual muntah kelompok kontrol dan kelompok
intervensi kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP M.Djamil
Padang.
Tabel 5.7
Perbandingan Rerata Skor Mual Muntah Antara Kelompok Intervensi
dan Kontrol di RSUP M.Djamil Padang
Tahun 2019 (N= 38)
Variabel Skor Mual Muntah
P-Value Mean SD
Intevensi 12,21 1,134 0,000
Kontrol 19,53 2,170
Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan adanya perbedaan rerata mual
muntah pada kelompok yang diberikan minum air putih dingin dengan
tidak dilakukan yaitu P value 0,000 (<0,05) .
55
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada bab ini menjelaskan pembahasan dan diskusi tentang hasil-hasil penelitian dan
membandingkan hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya atau teori-teori
yang mendukung atau berlawanan dengan temuan baru. Pembahasan diawali
dengan interpretasi dari diskusi hasil penelitian tentang gambaran karakteristik
responden yang meliputi usia, pendidikan, stadium dan siklus kemoterapi. Pada
bagian berikutnya dibahas tentang hasil analisis uji beda mean untuk skor mual
muntah pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Bagian akhir bab ini akan
membahas keterbatasan penelitian, implikasi dan tindak lanjut hasil penelitian yang
dapat diterapkan dan diaplikasikan pada praktek keperawatan dalam rangka
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada pasien kanker payudara yang
menjalani kemoterapi.
A. Inteprestasi dan Diskusi Hasil Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh pemberian minum air
putih dingin terhadap pengurangan mual muntah setelah kemoterapi pasien
kanker payudara di RSUP M.Djamil Padang. Keluhan responden tentang mual
muntah setelah menjalani pemberian minum air putih dingin selama 72 jam,
dibandingkan dengan responden yang tidak melakukan minum air putih dingin.
Berikut ini akan di uraikan interprestasi hasil penelitian dari semua variabel.
56
1. Pengaruh pemberian minum air putih dingin terhadap pengurangan mual
muntah setelah kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP M.
Djamil Padang.
Berdasarkan tabel 5.4 terjadi penurunan rerata dari pengukuran 12 jam
(18,26 ± SD 2,130), pengukuran 24 jam (14,00 ± SD 2,000), pengukuran 36
jam (12,05 ± SD 1,545), pengukuran 48 jam (9,84 ± SD 1,864), pengukuran
(6,37 ± SD 1,802) dan pengukuran 72 jam (3,05 ± SD 1,471). Analisis lebih
lanjut menunjukkan adanya penurunan rerata antara pengukuran 12 jam,
pengukuran 24 jam, pengukuran 36 jam, pengukuran 48 jam, pengukuran
60 jam dan pengukuran 72 jam yang dilakukan intervensi pemberian minum
air putih dingin atau dengan kata lain secara signifikan bahwa pemberian
minum air putih dingin berpengaruh terhadap pengurangan skor mual
muntah yaitu 0,000 (α < 0,05).
Hasil penelitian yang diperoleh sama dengan sebelumnya Pangesti &
Sofiani (2016) menunjukkan skor mengalami penurunan sebelum
pemberian yang terendah adalah 4 dan tertinggi adalah 7. Dan diketahui
jumlah mual muntah setelah pemberian minuman dingin 10-15 ºC terendah
adalah 1 dan tertinggi adalah 3, serta nilai p value = 0,000.
Pemberian minuman dingin lebih cepat diserap dalam tubuh dari pada air
hangat dan membantu dalam rehidrasi sehingga memberikan rasa segar
serta membuka nafsu makan dan menstabilkan emosi dalam mengatasi mual
muntah. Sesuai dengan teori Aapro (2015), bahwa mual muntah sering
terjadi setelah kemoterapi dilakukan. Mual muntah atau nama lainnya
57
adalah mual muntah merupakan mual muntah yang tidak dapat dikontrol
dan dapat mempengaruhi respon terapi terhadap tingkat kesembuhan kanker
tersebut. Respon reflek muntah dengan menyemburkan isi perut melalui
mulut, biasanya dimulai dari sensasi mual. Dimana mual merupakan
gangguan pada pusat sistem saraf menerima dan memproses rangsangan
emetik (Perry & Doll, 2012).
Sistem ini menghasilkan sinyal eferen yang dikirim ke sejumlah organ dan
jaringan dalam proses yang akhirnya hasil muntah. Proses muntah tidak
tergantung pada area yang unik tetapi melibatkan beberapa daerah pada
tubuh (Bayo et al., 2012). Daerah-daerah ini adalah zona pemicu
kemoreseptor dan pusat muntah di otak, serta vagal aferen jalur dan sel
enterochromaffin di sistem gastrointestinal (Silbernagl & Lang, 2016).
Berdasarkan penelitian Utaminingrum, Hakim, & Raharjo (2013)
menjelaskan mual muntah merupakan respon utama dan terbanyak setelah
pemberian agen kemoterapi baik fase akut maupun emesis. Dan
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kepatuhan dalam
mengkonsumsi antiemetik dengan respon terhadap mual muntah. Terapi
non farmakologi dapat menjadi salah satu pendamping dalam mengurangi
masalah mual muntah pada pasien setelah kemoterapi. Salah satunya adalah
minum air putih dingin yang direkomendasikan oleh beberapa asosiasi
kanker (American Cancer Society, 2018d; Cancer Care Ontario, 2016; Evi
58
Q, 2015). Penelitian ini merupakan salah satu cara yang baik diberikan pada
pasien mual muntah setelah kemoterapi.
Mual terjadi sampai lebih dari 6 jam sebanyak 7 kali lebih dan membuat
pasien merasa parah. Muntah yang dirasakan terjadi 7 kali lebih dan
membuat pasien menderita. Jumlah muntah yang keluar beragam dimulai
dari setengah cangkir sampai 3 cangkir lebih. Untuk mual muntah kosong
dirasakan sedikit membuat menderita sebanyak 5-6 kali dalam 12 jam
terakhir.
Dehidrasi dapat mempengaruhi kerja otak dimana 75% dari otak adalah air.
Adams & Casa (2013) menjelaskan suhu minuman telah terbukti
meningkatkan konsumsi cairan. Asupan cairan yang rendah bahkan mampu
mempengaruhi kognisi dan suasana hati (Benton, 2011). Efek dingin yang
diberikan juga menimbulkan efek kesenangan. Kesenangan ini dipengaruhi
oleh endorfine dan serotonin. Pada mual muntah serotonin berperan dalam
meransang pusat muntah. Apabila terjadi penurunan ransangan terhadap
serotonin, maka mual muntah juga akan berpengaruh (Navari, 2015;
Newman, 2017; Pangesti & Sofiani, 2016; Von Duvillard, Braun,
Markofski, Beneke, & Leithäuser, 2004).
Air masuk melalui tubuh dengan cara kita konsumsi. Sekitar 0,5 liter air
diproduksi setiap hari. Asupan air dari minum dapat bervariasi dalam batas
sangat luas dari 0,5 liter – 15 liter perhari. Air terus menghilang dari tubuh
59
melalui penguapan, muntah urin dan lain-lain. Saat keadaan muntah tubuh
akan mengeluarkan keringat dan kenaikan suhu tubuh akibat dari proses
pengeluaran muntah sehingga pusat otak bekerja mengontrol semua
kegiatan dari tubuh.
Suhu ideal sebenarnya mungkin dikondisikan secara budaya tetapi lebih
banyak air dikonsumsi pada suhu 50C - 150C. Shirreffs (2009) menjelaskan
bahwa dehidrasi dapat berdampak negatif pada aktivitas dan keseimbangan
cairan. Melakukan minum selama beraktivtas terbukti meningkatkan kinerja
saat aktivitas. Hasil penelitian Hosseinlou, Khamnei, & Zamanlu (2013)
mendukung penelitian ini dalam menggunakan suhu dingin. Dimana pada
suhu 150C membuat asupan cairan lebih tinggi (tingkat hidrasi optimal),
sehingga suhu ini sangat disarankan. Sehingga dari penelitian terdahulu
dapat kita jadikan sebagai acuan dimana dengan manjaga hidrasi tubuh
dapat mempertahankan dan meningkatkan aktivitas dari pasien yang
mengalami mual muntah.
Berdasarkan penemuan peneliti terhadap hasil observasi pasien mengikuti
instruksi dalam melakukan intervensi, jumlah perhitungan pemberian perlu
menjadi perhatian. Kebutuhan minum disesuakan dengan BB dan jumlah
yang dikeluarkan dari muntah, urin dan juga keringat untuk
menyeimbangkan cairan dalam tubuh untuk menjaga hidrasi. Berdasarkan
total jumlah minum kelompok intervensi diatas 800 - 1400 cc per 12 jam.
Sedangkan untuk kelompok kontrol lebih sedikit konsumsi air minum yaitu
60
100 – 1200 cc per 12 jam. Hal ini membuktikan bahwa minuman dingin
mempengaruhi jumlah cairan yang dikonsumsi.
Gambaran dari lembar observasi pada kelompok intervensi jumlah cairan
yang masuk terpantau dan sesuai dengan target yang di rencanakan.
Pemantauan yang dilakukan oleh keluarga yaitu dengan mencukupi
kebutuhan yang telah ditetapkan. Hasil pemantauan intake cairan yang
masuk yaitu di dapatkan dari minum yang diberikan dan juga air
metabolisme yang di dapatkan lansung dari tubuh pasien. Pada output secara
keseluruhan jumlah tertinggi dari muntah terbanyak yaitu 600 cc dan
menurun hingga akhir pengukuran. Pada lembar observasi pasien kontrol
intake terlihat juga dari minum air dan air metabolisme. Berbeda pada
output yang terlihat jumlah muntah pasien yang mencapai 860 cc.
Pada lembar observasi, mual muntah ditemukan pada waktu diatas jam
18.00 WIB yaitu setelah 6 - 8 jam. Hal ini sesuai dengan teori Aapro (2015)
CINV akut, mual dan muntah akut terjadi dalam beberapa menit hingga
beberapa jam setelah menerima kemoterapi dan biasanya tidak bertahan
lebih dari 24 jam. Gejala biasanya mencapai intensitas maksimum 5 - 6 jam
setelah menerima kemoterapi.
Mual muntah merupakan hal yang tidak diinginkan dalam menjalani
kemoterapi namun juga merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Kepatuhan
dalam terapi farmakologi dirasa belum dapat menghilangkan keluhan mual
61
muntah. Minum air putih dingin merupakan cara sederhana yang dapat
membantu mengurangi mual muntah. Minum mengatasi dehidrasi yang
disebabkan mual muntah.
Pada saat penelitian ini dilakukan, ada beberapa hal yang ditemukan seperti
adanya ketakutan akan air minum dengan suhu dingin. Pendapat dari
beberapa responden, bahwa air dingin dapat menyebabkan maag kambuh.
Dengan demikian mual muntah yang ada bukan hanya disebabkan oleh
induksi dari kemoterapi, tetapi juga dari psikis pasien itu sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian antara variabel perancu (usia, pendidikan,
stadium dan siklus kemoterapi) secara statitistik tidak didapatkan hubungan
dengan mual muntah yaitu nilai P value 0,308 (>0,005), namun padangan
peneliti bahwa dari beberapa variabel perancu memberikan kontribusi untuk
kejadian mual muntah. Berdasarkan usia, usia lanjut merupakan masa
dimana tejadi perubahan pada fungsi pencernaan dan respon tubuh terhadap
bahan-bahan yang masuk. Pendidikan mempengaruhi tingkat pemahaman
dan pengetahuan. Stadium berpengaruh karena besaran dosis yang diberikan
kepada pasien dan siklus kemoterapi hal ini mempengaruhi karena masa
periode sel normal kembali.
Mual muntah sebagian besar kelonpok intervensi berusia lansia awal yaitu
10 orang (52,6%). Begitu juga dengan kelompok kontrol terbanyak pada
lansia awal 8 orang (42,1%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
62
responden pada penelitian ini berusia 46-55 tahun. Secara uji statistik tidak
ada hubungan antara usia dengan kejadian mual muntah dimana hasil dari P
value (>0,05).
Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Syarif, (2009) dimana pada hasil
penelitiannya ditemukan rata-rata usia 49 tahun atau sama dengan lansia
awal. Didukung oleh hasil penelitian Molassiotis & Russell (2014) dimana
melakukan tindakan yang bertujuan untuk melakukan manajemen mual
muntah pada fase acute dan delayed, penelitian tersebut melaporkan data
usia responden berada pada rata-rata usia 49 tahun (lansia awal).
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rahmatya, Khambri, & Mulyani
(2015) melihat hubungan usia dengan gambaran klinik patologi kanker
payudara di Bagian Bedah RSUP M.Djamil Padang. Pada hasil
penelitiannya di temukan sebagian besar penderita berusia lebih dari 40
tahun (78,3%) atau rata-rata berusia 46,87 tahun. Faktor resiko kejadian
kanker payudara salah satunya adalah faktor usia. Usia <65 tahun dan dapat
meningkat hingga usia 80 tahun. Faktor lainnya yang berhubungan dengan
usia yaitu riwayat pribadi kanker payudara stadium awal di usia <40 tahun
(American Cancer Society, 2018b).
Masalah usia juga menjadi masalah efek samping yang diterima oleh
responden yang menerima kemoterapi. Salah satunya adalah mual muntah
63
setelah kemoterapi. Faktor resiko terjadinya mual muntah juga dipengaruhi
oleh masalah usia.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Tsuji et al (2018)
dimana penelitiannya dilakukan pada responden dengan rentang usia 24-83
tahun. Hasil penelitian ini mengungkapkan usia <60 tahun merupakan risiko
mual muntah yang signifikan yan terkait pada jenis fase akut dan tertunda.
Penggunaan antagonis reseptor 5-HT3 generasi pertama tanpa antagonis
reseptor NK-1 dinyatakan faktor resiko penting.
Menurut asumsi peneliti, usia secara tidak lansung mempengaruhi
neurotransmitter secara lansung. Hal ini adanya pengaruh dari
ketidaknyamanan dan zat opiat yang terkandung pada beberapa obat
kemoterapi sehingga memicu peningkatan ransangan 5-HT3.
Neurotransmitter mempengaruhi pusat muntah secara lansung dalam
kejadian mual muntah.
Sama halnya dengan pendidikan, berdasarkan pendidikan responden
kelompok intervensi lebih banyak pada pendidikan tinggi yaitu pada 15
orang (78,9%) dan kelompok kontrol 14 orang (64,8%).
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Sagita (2013) dimana
hasil penelitiannya adalah sebanyak 31,5 % tingkat SMA dan 26,6 tingkat
perguruan tinggi yang banyak mengalami kanker payudara. Sejalan dengan
64
penelitian Rif’atunnisa, Rachmawaty, and Sinrang (2017) melakukan
penelitian tentang faktor risiko terjadinya mual muntah lambat akibat
kemoterapi pada pasien kanker payudara dan ditemukan berpendidikan
sarjana (tinggi) sebanyak 28,3%.
Didukung oleh penelitian Sulastri, Huda, and Herlina (2016) yang
menjelaskan bahwa pendidikan berperan dalam mendukung perilaku tidak
terkecuali dibidang kesehatan. Hasil penelitian yang didapatkan pendidiakn
SMA sebanyak 60%. Pendidikan dari seseorang mempengaruhi dalam
menerima dan memahami suatu pengetahuan (Notoatmodjo, 2012).
Sebanyak 11 orang (57,9%) pada kelompok intervensi dan 12 orang
(63,2%) pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa stadium responden
terbanyak pada stadium III.
Sejalan dengan penelitian Yudissanta & Ratna (2012) dimana penelitian ini
menganalisis pemakaian kemoterapi pada pasien kanker payudara. Hasil
yang ditemukan dari penelitian ini banyak penderita pada stadium III.
Didukung oleh penelitian Sari, Hartoyo, & Wulandari (2015) melakukan
penelitian tentang penurunan mual muntah akut setelah pemberian aroma
terapi pappermint. Penelitian ini dilakukan pada bulan november 2014
dengan jumlah sampel 15 responden. Hasil yang didapatkan adalah pasien
dengan stadium III merupakan pasien terbanyak yang ditemukan yaitu
46,7%.
65
Menurut American Cancer Society (2018a) pada kanker payudara stadium
III adalah tumor yang lebih besar atau dapat tumbuh pada jaringan di
dekatnya (kulit diatas payudara atau otot di bawahnya) atau telah menyebar
ke banyak kelenjar getah bening di sekitarnya. Salah satu treatment yang
dilakukan pada stadium ini dimulai dengan terapi neoadjuvant atau sebelum
pembedahan dengan kemoterapi. Kemoterapi bertujuan untuk mengecilkan
ukuran tumor.
Berdasarkan hal tersebut dapat peneliti asumsikan bahwa pada stadium awal
gejala kanker payudara kurang dirasakan, sehingga tidak dilakukan deteksi
dini. Akibatnya banyak sekali ditemukan pasien terlambat bahkan takut
untuk memeriksakan kesehatan. Berdasarkan keadaan tersebut pasien
datang dengan keadaan dengan stadium lanjut.
Berdasarkan hasil penelitian tampak siklus kemoterapi kelompok intervensi
terbanyak pada siklus kemoterapi pertama sebanyak 5 orang (26,3%) dan
pada kelompok kontrol pada siklus kemoterapi kedua sebanyak 4 orang
(21,1%).
Penelitian yang sejalan dengan Rapoport (2017) dimana CINV tertunda
sangat komplek. Reflek yang dialami melibatkan jalur luaran dari kedua
sistem saraf pusat dan perifer. Masalah ini akan selalu muncul saat pasien
melakukan kemoterapi. Berdasarkan asumsi peneliti, siklus kemoterapi
66
tidak dapat disepelekan, dengan adanya pengalaman menjalani kemoterapi
mempengaruhi fisik maupun psikologis pasien.
2. Perbedaan rerata skor mual muntah kelompok intervensi dan kelompok
kontrol
Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata skor mual muntah setelah
kemoterapi pada kelompok intervensi berbeda dengan kelompok yang tidak
dilakukan pemberian minum air putih dingin 0,000 (p value < 0,05). Hasil
penelitian ini mendukung hipotesis penelitian yaitu rata-rata skor mual
muntah pada kelompok intervensi lebih rendah dari pada kelompok kontrol
0,144 (>0,05).
Mual muntah dipengaruhi oleh tiga kelompok utama reseptor
neurotransmitter terlibat dalam proses ini yaitu termasuk dopamin,
serotonin dan reseptor P-substansi (Priestman, 2012). Antiemetik yang
sudah diketahui efek pada reseptor dopamin seperti fenotiazin, benzamide
dan butyrophenone groups. Antagonis reseptor 5-HT3 bekerja pada saluran
pencernaan dan sistem saraf pusat, berperan penting dalam proses muntah
melalui jalur vagal aferen. Reseptor NK1 (target P-substansi) adalah mayor
lain penentu mual muntah dan antagonis spesifik telah dikembangkan
(Aapro, 2015).
67
Salah satu cara untuk mempengaruhi meningkatkan ransangan serotonin
adalah air minum dingin. Tujuan dari mengkonsumsi minum air putih
dingin adalah mempercepat rehidrasi, mempercepat penyerapan cairan,
mengurangi stres fisiologis dan mempercepat pemulihan tenaga karena lelah
(Shirreffs, 2009). Menurut (Saltmarsh, 2001) saat meminum air kita akan
melepaskan histamin, gatrin dan serotonin. Suhu air merupakan penentu
dari jumlah yang dikonsumsi. Suhu ideal yang biasa digunakan a paling
ideal adalah 50C - 150C.
Berdasarkan grafik 5.1 terlihat terjadi penurunan dan peningkatan antara
beberapa pengukuran pada kelompok kontrol. Hal ini di sebabkan oleh
jumlah air yang dikonsumsi. Pada kelompok intervensi, pendamping
memberikan cairan secara bertahap sehingga cairan terpenuhi untuk
mmenghidrasi, sedangkan pada kelompok kontrol jumlah cairan tidak
dipantau. Pada kelompok kontrol terlihat kepatuhan pemenuhan cairan pada
pada pasien apabila tidak diberikan manajemen pemberian. Bahkan air
minum yang digunakan adalah air minum putih biasa, sehingga tidak
memberikan keinginan untuk mengkonsumsi air putih terus menerus lebih
banyak. Jumlah cairan yang masuk mempengaruhi pengeluaran zat-zat
toksik yang masuk dalam tubuh dan jumlah out put yang keluar dari dalam
tubuh.
68
Menurut pandangan peneliti minum air putih dingin merupakan salah satu
alternatif dalam mengurangi mual muntah. Sebagai contoh dalam treatment
yang dapat dilakukan dirumah yang dikeluarkan oleh Amecrican Cancer
Society yang menyebutkan bahwa minum air dingin merupakan salah satu
cara yang dapat diaplikasikan untuk mengurangi mual muntah akibat
kemoterapi di rumah (American Cancer Society, 2018). Berdasarkan
penemuan tersebut, diharapkan agar minum air putih dingin dapat
diaplikasikan untuk membantu pasien dalam rangka menurunkan mual
muntah akibat kemoterapi.
B. Implikasi Penelitian
1. Penelitian Keperawatan
Peneliti belum pernah menemukan penelitian yang menggunakan air putih
dingin sebagai salah satu cara untuk mengurangi mual muntah pada pasien
kanker payudara. Oleh karena itu hasil penelitian ini juga dapat memberikan
pengetahuan baru dan data dasar bagi penelitian keperawatan dan dapat
menjadi rujukan untuk penelitian selanjutnya. Hasil penelitian ini dapat
menjadi masukan untuk menjadi standar operasional prosedur dalam
mengurangi mual muntah dan saran dalam diskusi untuk memperkaya cara
membantu atau mengurangi beban pasien kanker.
2. Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat berguna bukan hanya mengurangi mual muntah,
namun juga menjaga agar pasien tetap terhidrasi dengan baik. Penelitian ini
telah memberikan bukti bahwa minum air putih dingin dapat menurunkan
69
mual muntah akibat kemoterapi yang signifikan dibandingkan yang tidak
dilakukan kemoterapi. Sehingga dapat sebagai masukan atau pertimbangan
bagi perawat untuk dijadikan bagian dari intervensi keperawatan dalam
mengelola pasien yang mengalami mual muntah setelah kemoterapi (standar
prosedur operasional).
Hasil penelitian ini dapat membantu meningkatkan pengetahuan perawat
dalam menjalankan perannya dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Perawatan onkologi merupakan suatu hal yang sangat kompleks karena
kondisi pasien, sehingga membutuhkan perawatan yang komprehensif.
Sebagai pemberi pelayanan, perawat menjalankan fungsinya sebagai perawat
yang komprehensif. Sehingga tindakan tidak hanya kolaborasi tetapi perawat
juga mampu memberikan intervensi yang telah melewati proses penelitian.
3. Pendidikan Profesi Keperawatan
Aplikasi dalam keperawatan merupakan cara untuk menyelesaikan masalah
keperawatan mual muntah setelah kemoterapi yang dimulai dari
pembelajaran di Institusi pendidikan. Institusi pendidikan diharapkan dapat
memberikan dukungan terhadap peserta didik dalam menciptakan sesuatu
hal yang baru dan sederhana.
C. Keterbatasan Penelitian
1. Aturan Intervensi
Peneliti tidak dapat secara spesifik memantau penelitian yang dilakukan
karena pasien berada di rumah.
70
2. Kontrol Dehidrasi
Dalam penelitian ini tidak mengontrol dehidrasi yang dialami pasien dan
tidak mempertimbangkan aktifitas fisik yang dilakukan sehari-hari.
71
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Gambaran karakteristik terlihat bahwa banyak pada usia lansia awal baik pada
kelompok kontrol maupun intervensi.
2. Rata-rata skor mual muntah pada kelompok intervensi pemberian minum air
putih dingin semakin menurun dari pengukuran 24 jam sampai dengan
pengukuran 72 jam.
3. Rata-rata skor mual muntah pada kelompok kontrol tidak terjadi penurunan
atau kenaikan pada pengukuran 24 jam, terjadi peningkatan di pengukuran 36
jam dan pengukuran 48 jam dan pengukuran 60 jam, kemudian terjadi
penurunan di pengukuran 72 jam.
4. Ada pengaruh pemberian minum air dingin terhadap pengurangan mual
muntah setelah kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP M.Djamil
Padang.
5. Ada perbedaan skor mual muntah antara kelompok intervensi dengan
kelompok kontrol.
72
B. Saran
1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Memuat materi tentang terapi sederhana dan inovatif yang dapat digunakan.
Serta menyebarluaskan informasi dan pengetahuan tentang terapi yang
mudah didapatkan.
2. Bagi Pihak Rumah Sakit
Mengaplikasikan terapi dalam memberikan asuhan keperawatan yang
mengalami mual muntah akibat kemoterapi dengan mempertimbangkan hasil
pengetahuan sebagai acuan.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Perlunya penelitian lain yang membandingkan penggunaan dari minuman
yang sederhana dan mudah didapatkan oleh pasien. Serta diperlukan
dukungan dari pendamping atau keluarga terdekat pasien dalam menjalankan
kepatuhan terhadap terapi.
73
DAFTAR PUSTAKA
Aapro, M. (2015). Pathophysiology of Nausea and Vomiting. London: Spinger
Health Care. Retrieved from http://ime.springerhealthcare.com/wp-
content/uploads/Pathophysiology_CINV.pdf
Aapro, M., Jordan, K., & Feyer, P. (2013). Prevention of Nausea and Vomiting
Cancer Patient. London: Springer Healthcare.
Adams, william M., & Casa, D. J. (2013). The beverages temperature and influens
on hydration. Camelbak. Korea. Retrieved from http://ksi.uconn.edu
Alafafsheh, A., & Ahmad, M. (2016). Tool Development to Assess Nausea and
Vomiting Among Patients Receiving Chemotherapy. International Journal of
Care and Oncology, 3(1), 1–5. https://doi.org/10.15436/2377-0902.16.0
American Cancer Society. (2018a). About Breast Cancer. Retrieved from
https://www.cancer.org/content/dam/CRC/PDF/Public/8577.00.pdf
American Cancer Society. (2018b). Breast Cancer - Facts & Figures 2017-2018.
Retrieved from https://www.cancer.org/research/cancer-facts-statistics/all-
cancer-facts-figures/cancer-facts-figures-2018.html
American Cancer Society. (2018c). Chemotherapy-related Nausea and Vomiting
Types of chemo-related nausea and are used for chemotherapy, 1–5.
American Cancer Society. (2018d). Managing Nausea and Vomiting at Home What
to look for For nausea.
Angraini, F., & Putri, A. F. (2016). PEMANTAUAN INTAKE OUTPUT CAIRAN
PADA PASIEN GAGAL Pendahuluan Hasil Metode, 19(3), 152–160.
https://doi.org/DOI : 10.7454/jki.v19i3.475
Bayo, J., Fonseca, P. J., Hernando, S., Servitja, S., Calvo, A., Falagan, S., …
Barnadas, A. (2012). Chemotherapy-induced nausea and vomiting:
Pathophysiology and therapeutic principles. Clinical and Translational
Oncology, 14(6), 413–422. https://doi.org/10.1007/s12094-012-0818-y
Benton, D. (2011). Dehydration Influences Mood and Cognition : NUtriens, 3, 555–
573. https://doi.org/10.3390/nu3050555
Cancer Care Ontario. (2016). How to Manage Your Nausea and Vomiting.
Retrieved from www.cancercare.on.ca
Clark Snow, R., Afronti, M. Lou, & Rittenverg, C. N. (2018). Chemotherapy-
induced nausea and vomiting (CINV) and adherence to antiemetic guidelines:
results of a survey of oncology nurses. Support Care Cancer, 26(CrossMark),
557–564. https://doi.org/DOI 10.1007/s00520-017-3866-6
74
1
Dahlan, M. S. (2013). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Dahlan, M. S. (2017). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan (6th ed.). Jakarta:
Epidemiologi Indonesia.
Denard, B., Lee, C., & Ye, J. (2012). Doxorubicin blocks proliferation of cancer
cells through proteolytic activation of CREB3L1. ELife, 2012(1), 2011–2013.
https://doi.org/10.7554/eLife.00090
Dharma, K. K. (2015). Metodologi Penelitian Keperawatan: Panduan
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian (Revisi Tah). Jakarta: Trans
Info Media.
Eccles, R., Du-plessis, L., Dommels, Y., & Wilkinson, J. E. (2013). Cold pleasure
. Why we like ice drinks , ice-lollies and ice cream. Appetite, 71, 357–360.
https://doi.org/10.1016/j.appet.2013.09.011
evi Q. (2015). Nausea and Vomiting during cancer treatment. Retrieved from
www.cancerinstitute.org.au
Feyer, P., & Jordan, K. (2011). Update and new trends in antiemetic therapy: The
continuing need for novel therapies. Annals of Oncology, 22(1), 30–38.
https://doi.org/10.1093/annonc/mdq600
Garson, G. D. (2013). Validity and Reliability (2013th ed.). USA: Statistical
Associates Publishing. Retrieved from
http://gen.lib.rus.ec/book/index.php?md5=6F56482A24D706D28916B21C6
1A3135A
Gonella, S., Berchialla, P., Bruno, B., & Di Giulio, P. (2014). Are orange lollies
effective in preventing nausea and vomiting related to dimethyl sulfoxide? A
multicenter randomized trial. Supportive Care in Cancer, 22(9).
https://doi.org/10.1007/s00520-014-2227-y
Gordon, P., Legrand, S. B., & Walsh, D. (2014). Nausea and vomiting in advanced
cancer. European Journal of Pharmacology.
https://doi.org/10.1016/j.ejphar.2013.10.010
Hawkins, R., & Grunberg, S. (2009). Chemotherapy Induced Nausea and Vomiting:
Challenges and Opportunities for Improved Patient Outcomes. Clinical
Journal of Oncology Nursing, 13(1), 54–64.
https://doi.org/10.1136/bjo.2010.193169
75
1
Hilarius, D. L., Kloeg, P. H., Van Der Wall, E., Van Den Heuvel, J. J. G., Gundy,
C. M., & Aaronson, N. K. (2012). Chemotherapy-induced nausea and
vomiting in daily clinical practice: A community hospital-based study.
Supportive Care in Cancer, 20(1), 107–117. https://doi.org/10.1007/s00520-
010-1073-9
Hiler, S. M., Mina, A., & Mina, L. A. (2016). Breast Cancer Risk Factors. In Breast
Cancer Prevention and Treatment (pp. 5–12). USA: Springer International
Publishing Switzerland 2016. https://doi.org/10.1007/978-3-319-19437-0
IHWG. (2017). Indonesian Hydration Working Group. Retrieved from
http://ihwg.or.id
Isenring, L. (2016). Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting:
A Narrative Review to Inform Dietetics Practice. Journal of the
Academy of Nutrition and Dietetics, 116(5), 819–827.
https://doi.org/10.1016/j.jand.2015.10.020
Jéquier, E., & Constant, F. (2010). Water as an essential nutrient: The physiological
basis of hydration. European Journal of Clinical Nutrition.
https://doi.org/10.1038/ejcn.2009.111
Jhaveri, kenar D., & Salahudeen, A. K. (2015). Onconephrology: Cancer,
Chemotherapy and The Kidney.
Jordan, K., Sippel, C., & Schmoll, H.-J. (2007). Guidelines for Antiemetic
Treatment of Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting: Past, Present, and
Future Recommendations, 1143–1150.
https://doi.org/10.1634/theoncologist.12-9-1143
Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Laporan
Nasional 2013. Jakarta. https://doi.org/1 Desember 2013
Khairina, N. (2016). Analisis Fungsi Keanggotaan Fuzzy Tsukamoto Dalam
Menentukan Status Kesehatan Tubuh Seseorang. Sinkron, 1(1), 19–24.
Labbe, D., Almiron-Roig, E., Hudry, J., Leathwood, P., Schifferstein, H. N. J., &
Martin, N. (2009). Sensory basis of refreshing perception: Role of
psychophysiological factors and food experience. Physiology and Behavior,
98(1–2), 1–9. https://doi.org/10.1016/j.physbeh.2009.04.007
Lee, J. K. W., Shirreffs, S. M., & Maughan, R. J. (2008). Cold drink ingestion
improves exercise endurance capacity in the heat. Medicine and Science in
Sports and Exercise. https://doi.org/10.1249/MSS.0b013e318178465d
Lovitt, C. J., Shelper, T. B., & Avery, V. M. (2018). Doxorubicin resistance in
breast cancer cells is mediated by extracellular matrix proteins. BMC Cancer,
18(1), 41. https://doi.org/10.1186/s12885-017-3953-6
76
1
Middleton, J., & Lennan, E. (2011). induced nausea and vomiting. S12 British
Journal of Nursing, 20(17).
Molassiotis, A., Aapro, M., & Dicato, M. (2013). Evaluation of Risk Factors
Predicting Chemotherapy-Related Nausea and Vomiting : Results From a
European Prospective Observational Study. Journal of Pain and Symptom
Management, 47(1), 12–25.
https://doi.org/10.1016/j.jpainsymman.2013.06.012
Molassiotis, A., & Russell, W. (2014). The Effectiveness of Acupressure for the
Control and Management of Chemotherapy-Related Acute and Delayed
Nausea : A Randomized Controlled Trial. Journal of Pain and Symptom
Management, 47(1), 12–25.
https://doi.org/10.1016/j.jpainsymman.2013.03.007
Muaris, H. (2014). Infused Water: Tren Gaya Hidup Minum Air Putih. (Intarina &
Hardiman, Eds.). Jakarta: Gramedia Putaka Utama.
Navari, R. M. (2015). 5-HT3 receptors as important mediators of nausea and
vomiting due to chemotherapy. Biochimica et Biophysica Acta, 1848(10 Pt B),
2738–2746. https://doi.org/10.1016/j.bbamem.2015.03.020
Navari, R. M. (2016a). Introduction. In R. M. Navari (Ed.), Management of
Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting New Agents and New Uses of
Current Agents (pp. 1–4). New York, London: Spinger.
https://doi.org/10.1007/978-3-319-27016-6
Navari, R. M. (2016b). Management of Induced Nausea and Vomiting. London:
Adis. https://doi.org/DOI 10.1007/978-3-319-27016-6
Newman, V. (2017). The Effects of Cold Drinks on Digestion. Retrieved from
https://www.livestrong.com/article/541077-does-green-tea-cause-heart-
palpitations/
Notoadmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan (Revisi
2012). Jakarta: Rineka Cipta.
O’ brien, C. (2008). Nausea and Vomiting. Canadian Family Physician, 54, 861–
863.
Oakley, P. A., & Baird, M. L. (2015). Do Patients Drink Enough Water ? Actual
Pure Water Intake Compared to the Theoretical Daily Rules of Drinking Eight
8-Ounce Glasses and Drinking Half Your Body Weight in Ounces. Journal of
Water Resource and Protection, 7(July), 883–887.
https://doi.org/10.4236/jwarp.2015.711072
77
1
Olsen, N. (2018). What Are the Risks and Benefits of Drinking Cold Water?
Retrieved from https://www.healthline.com/health/is-drinking-cold-water-
bad-for-you
Pangesti, D. N., & Sofiani, Y. (2016). Eektifitas Perbandingan Pemberian Minuman
Dingin Terhadap Penurunan Sensasi Mual dan Muntah Setelah Kemoterapi
pada Klien Kanker Payudara di RS Umum dr. H. Abdul Moeloek Propinsi
Lampung, 7(2), 189–196.
Perry, M. C., & Doll, D. C. (2012). The Chemotherapy Source Book. USA: Wolters
Kluwer.
Popkin, B. M., D’Anci, K. E., & Rosenberg, I. H. (2010). Water, hydration, and
health. Nutrition Reviews, 68(8), 439–458. https://doi.org/10.1111/j.1753-
4887.2010.00304.x
Priestman, T. (2012). Cancer Chemotherapy in Clinical Practice (Second). New
York, London: Springer.
Rahmatya, A., Khambri, D., & Mulyani, H. (2015). Hubungan Usia dengan
Gambaran Klinikpatologi Kanker Payudara di Bagian Bedah RSUP Dr.
M.Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(2), 478–484. Retrieved from
http://jurnal.fk.unand.ac.id
Rapoport, B. L. (2017). Delayed Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting :
Pathogenesis , Incidence , and Current Management. Frontiers in
Pharmacology, 8(January), 1–10. https://doi.org/10.3389/fphar.2017.00019
Rhodes, V. A., & Roxanne, W. (1990). Nausea , Vomiting , and Retching : Complex
Problems in Palliative Care, 232–248.
Rif’atunnisa, Rachmawaty, R., & Sinrang, A. W. (2017). Faktor Resiko Terjadinya
Mual Muntah Lambat Akibat Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara.
Ilmiah Kesehatan, 11(4), 388–392.
Sagita, S. (2013). Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan Pasien Dengan Kanker
Payudara Stadium Dini di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Ciptomangunkusumo Jakarta Tahun 2012.
Saltmarsh, M. (2001). Thirst: or, why do people drink? Nutrition Bulletin, 26(1),
53–58. https://doi.org/10.1046/j.1467-3010.2001.00097.x
Sari, R. I., Hartoyo, M., & Wulandari. (2015). Pengaruh Aromaterapi Peppermint
terhadap Penurunan Mual Muntah Akut Pada Pasien Yang Menjalani
Kemoterapi di SMC RS Telogorejo. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan
Kebidanan.
78
1
Shirreffs, S. M. (2009). Hydration in sport and exercise: Water, sports drinks and
other drinks. Nutrition Bulletin, 34(4), 374–379.
https://doi.org/10.1111/j.1467-3010.2009.01790.x
Silbernagl, S., & Lang, F. (2016). Color Atlas of Pathophysiology. New York:
Thieme.
Sulastri, Huda, N., & Herlina. (2016). Efektifitas Hipnoterapi Terhadap Penurunan
Mual Muntah Pada Pasien Kemoterapi. Universitas Riau.
Susilo, W. H., Aima, M. H., & Suprapti, F. (2014). Biostatika Lanjut dan Aplikasi
Riset: Kajian Medikal Bedah pada Ilmu Keperawatan dengan Analsis Uji
Beda, Regresi Linier Berganda dan Regresi Logistik Aplikasi Program SPSS.
Jakarta: TIM.
Syarif, H. (2009). Pengaruh terapi akupresure terhadap mual muntah akibat
kemoterapi pada pasien kanker; A randomized clinical trial.
Tsuji, D., Suzuki, K., Kawasaki, Y., Goto, K., Matsui, R., & Seki, N. (2018). Risk
factors associated with chemotherapy-induced nausea and vomiting in the
triplet antiemetic regimen including palonosetron or granisetron for cisplatin-
based chemotherapy : analysis of a randomized , double-blind controlled trial.
Supportive Care in Cancer. https://doi.org/https://doi.org/10.1007/s00520-
018-4403-y
Utaminingrum, W., Hakim, L., & Raharjo, B. (2013). Evaluation Of Adherence and
Nausea Vomiting Response of Antiemetic Use In Breast Cancer Patients
Undergoing Chemotherapy At Prof. DR Margono Soekarjo Hospital.
Pharmacy, 10(02), 159–170.
Von Duvillard, S. P., Braun, W. A., Markofski, M., Beneke, R., & Leithäuser, R.
(2004). Fluids and hydration in prolonged endurance performance. Nutrition.
https://doi.org/10.1016/j.nut.2004.04.011
Ward, J. P. ., Clarke, R. W., & Linden, R. W. . (2009). At A Glance Fisiologi.
Wardani, N. I., Sarwani, S. D., & Masfiah, S. (2014). Faktor-faktor yang
berhubungan dengan tingkat pengetahuan kader kesehatan tentang thalasemia
di kecamatan sumbang kabupaten banyumas. Kesmasindo, 6(3), 194–207.
White, L., Duncan, G., & Baumle, W. (2013). Medical Surgical Nursing: An
Integrated Approach (Third Edit).
WHO. (2018). Cancer. Retrieved from http://www.who.int/cancer/en/
Yudissanta, A., & Ratna, M. (2012). Analisis Pemakaian Kemoterapi pada Kasus
Kanker Payudara dengan Menggunakan Metode. Jurnal Sains Dan Seni ITS,
79
1
1(1).
Zellner, D. A., & Durlach, P. (2002). What is refreshing? An investigation of the
color and other sensory attributes of refreshing foods and beverages. Appetite,
39(2), 185–186. https://doi.org/10.1006/appe.2002.0502
1
Lampiran I
JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN
No. Kegiatan Tahun 2018 Tahun 2019
Maret Mei Mei Juni Juli Agus Sep Okt Nov Des Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agus Sep
1. Memilih Judul
2. Studi Pendahuluan
3. Menyusun Proposal
4. Seminar Proposal
5. Revisi Proposal
6. Pelaksanaan Penelitian
7. Analisa Data
8. Seminar Hasil
9. Sidang Tesis
10. Perbaikan Tesis
11. Penyerahan
Padang, 22 Juli 2019
Wella Juartika
1
Lampiran 2
1. Persiapan Alat
Pengukur suhu minuman
Gelas/ plastik ukur
Air Putih dingin 150C (sesuai dengan kebutuhan pasien)
2. Persiapan Pasien
Lakukan interaksi awal melalui komunikasi interpersonal dengan pasien dan
keluarga.
Berikan penjelasan perawatan (pemberian minum air putih dingin) yang akan
dilakukan.
Anjurkan pasien untuk mengatakan keluhan apabila masih merasa mual.
3. Prosedur
Memastikan bahwa minum air putih dingin dapat dilakukan pada pasien
dengan menanyakan pasien ada riwayat alergi dingin atau tidak.
Pasien diberikan informasi tentang kebutuhan cairan/ minum dalam 24 jam.
Sebelum pasien diberikan minum cairan diukur dengan termometer minuman
mencapai suhu 150C.
Pasien diberikan minum saat mual muntah mereda selama 15-30 menit, hal
ini dikarenakan menghindari adanya aspirasi saat menelan cairan.
Minum dalam jumlah sedikit-sedikit namun sering pada siang hari. Pada
keadaan mual mulai membaik tambahkan perlahan-lahan tingkatan
jumlahnya (dicobakan sebanyak 1 sendok / 3 cc apabila pasien merasa
nyaman dilanjutkan dengan jumlah yang lebih banyak).
Kebutuhan minum pasien tercukupi. Minuman diberikan secara berkala untuk
menjaga agar pasien tetap terhidrasi.
PANDUAN MINUM AIR PUTIH DINGIN
1
Lampiran 3
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth.
Ibu Responden
Di
Tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ns. Wella Juartika, S.Kep
BP : 1721312070
Akan mengadakan penelitian dengan tentang “pengaruh pemberian minuman air
putih dingin terhadap pengurangan mual muntah setelah kemoterapi pada pasien
kanker payudara di RSUP M.Djamil Padang”.
Saya bermaksud meminta ibu (responden) untuk melakukan minuman dingin untuk
melihat respon terhadap pengurangan mual muntah dan meminta data/ informasi
yang nyata dan akurat dari ibu melalui pengisian kuesioner yang akan saya
lampirkan pada surat ini. Ibu berhak untuk berpartisipasi atau tidak dalam penelitian
ini, namun penelitian ini sangat berdampak terhadap kemajuan dalam bidang
keperawatan bila semua pihak ikut berpartisipasi. Bila ibu setuju terlibat dalam
penelitian ini, mohon menandatangani lembaran persetujuan menjadi responden
yang telah disediakan dan mohon menjawab pertanyaan dalam kuesioner dengan
sejujurnya. Kesediaan dan perhatian saudara sangat saya harapkan dan atas
partisipasinya saya ucapkan terima kasih.
Padang, _____________2019
Peneliti
Ns. Wella Juartika, S.Kep
1
Lampiran 4
LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya bersedia untuk
berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi Program Magister
Keperawatan pada Fakultas Keperawatan UNAND dengan judul “pengaruh
pemberian minuman air putih dingin terhadap pengurangan mual muntah setelah
kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP M.Djamil Padang”. Saya
mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini sangat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu keperawatan. Demikian pernyataan persetujuan menjadi
responden dari saya semoga dapat dipergunakan seperlunya.
Padang, ____________2019
Responden
(______________________)
1
Lampiran 5
LEMBAR KUESIONER PENELITIAN
1. Data Demografi
Petunjuk:
a. Jawablah semua pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda bulat
(O) pada tempat yang disediakan
b. Setiap pertanyaan diisi dengan 1 jawaban
c. Bila ada yang kurang dimengerti dapat di tanyakan pada peneliti.
Kode responden diisi oleh peneliti:
Nama Pasien :
Usia :
Pendidikan :
Alamat :
Stadium :
Siklus Kemoterapi :
2
2. Mual Muntah
Tanggal :
Petunjuk:Lingkari atau beri tanda (O) pada pilihan jawaban yang
menggambarkan bagaimana kondisi anda tentang mual muntah yang dialami.
1. No Pernyataan Pilihan jawaban
1. Pada 12 jam terakhir, saya muntah ... kali 2. 7 atau lebih 5-6 3-4 1-2 Saya
tidak
muntah
4 3 2 1 0
2. Pada 12 jam terakhir, dari saat muntah
(muntah kosong) helaan napas kering,
saya merasa sangat...... menderita
Tidak Sedikit Sedang Berat Parah
0 1 2 3 4
3. Pada 12 jam terakhir dari saat muntah,
saya merasa.... menderita
Parah Berat Sedang Sedik
it
Tidak
4 3 2 1 0
4. Pada 12 jam terakhir, saya merasa mual
atau tidak nyaman bagian perut ....
Tidak sama
sekali
1 jam atau
lebih.
2-3 jam 4-6
jam
Lebih
dari 6
jam
4 3 2 1 0
5. Pada 12 jam terakhir, dari mual/ sakit
pada bagian perut saya, saya merasa ...
menderita
Tidak Sedikit Sedang Berat Parah
0 1 2 3 4
6. Pada 12 jam terakhir, setiap kali saya
muntah saya menghasilkan ...
Sangat
banyak (3
cangkir atau
lebih
Banyak (2-
3 cangkir)
Sedang
(hingga
½ – 2
cangkir)
Sedik
it
(hing
ga ½
cangk
ir)
Saya
tidak
muntah
4 3 2 1 0
7. Pada 12 jam terakhir, saya merasa mual
atau tidak nyaman pada bagian perut ....
kali
7 atau lebih 5-6 3-4 1-2 Tidak
4 3 2 1 0
8. Pada 12 jam terakhir, saya mempunyai
periode muntah (muntah kosong) atau
helaan napas kering tanpa mengeluarkan
apapun ... kali
Tidak 1-2 3-4 5-6 7 atau
lebih
0 1 2 3 4
1
Lampiran 14
HASIL UJI SPSS
UNIVARIAT
1. Karakteristik Responden (Usia, Pendidikan, Stadium dan Siklus
Kemoterapi)
a. Usia
Statistics
Usia (Intervensi) Usia (Kontrol)
N Valid 19 19
Missing 0 0
Mean 2.32 2.11
Median 3.00 2.00
Std. Deviation .820 .875
Minimum 1 1
Maximum 3 3
Frequency Table
Usia (Intervensi)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Dewasa Awal 4 21.1 21.1 21.1
Dewasa Akhir 5 26.3 26.3 47.4
Lansia Awal 10 52.6 52.6 100.0
Total 19 100.0 100.0
1
Usia (Kontrol)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Dewasa Awal 6 31.6 31.6 31.6
Dewasa Akhir 5 26.3 26.3 57.9
Lansia Awal 8 42.1 42.1 100.0
Total 19 100.0 100.0
b. Pendidikan
Frequency Table
Statistics
Pendidikan
(Intervensi)
Pendidikan
(Kontrol)
N Valid 19 19
Missing 0 0
Mean 1.79 1.68
Median 2.00 2.00
Std. Deviation .419 .478
Minimum 1 1
Maximum 2 2
Pendidikan (Intervensi)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Rendah 4 21.1 21.1 21.1
Tinggi 15 78.9 78.9 100.0
Total 19 100.0 100.0
1
Pendidikan (Kontrol)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Rendah 6 31.6 31.6 31.6
Tinggi 13 68.4 68.4 100.0
Total 19 100.0 100.0
1
c. Stadium
Frequency Table
Stadium (Intervensi)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2 8 42.1 42.1 42.1
3 11 57.9 57.9 100.0
Total 19 100.0 100.0
Stadium (kontrol)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2 7 36.8 36.8 36.8
3 12 63.2 63.2 100.0
Total 19 100.0 100.0
Statistics
Stadium
(Intervensi) Stadium (kontrol)
N Valid 19 19
Missing 0 0
Mean 2.58 2.63
Median 3.00 3.00
Std. Deviation .507 .496
Minimum 2 2
Maximum 3 3
1
d. Siklus Kemoterapi
Statistics
Siklus Kemoterapi
(Intervensi)
Siklus Kemoterapi
(Kontrol)
N Valid 19 19
Missing 0 0
Mean 3.32 3.42
Median 3.00 3.00
Std. Deviation 1.974 1.742
Minimum 1 1
Maximum 6 6
Frequency Table
Siklus Kemoterapi (Intervensi)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 5 26.3 26.3 26.3
2 3 15.8 15.8 42.1
3 3 15.8 15.8 57.9
4 1 5.3 5.3 63.2
5 3 15.8 15.8 78.9
6 4 21.1 21.1 100.0
Total 19 100.0 100.0
1
Siklus Kemoterapi (Kontrol)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 3 15.8 15.8 15.8
2 4 21.1 21.1 36.8
3 3 15.8 15.8 52.6
4 3 15.8 15.8 68.4
5 3 15.8 15.8 84.2
6 3 15.8 15.8 100.0
Total 19 100.0 100.0
2. Rerata Skor Mual Muntah Setelah Kemoterapi pada Kelompok
Intervensi (pemberian minum air putih dingin)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
INVR 12 Jam (Intervensi) 19 14 22 18.26 2.130
INVR 24 Jam (Intervensi) 19 10 18 14.00 2.000
INVR 36 Jam (Intervensi) 19 10 15 12.05 1.545
INVR 48 Jam (Intervensi) 19 7 13 9.84 1.864
INVR 60 Jam (Intervensi) 19 3 10 6.37 1.802
INVR 72 Jam (Intervensi) 19 0 6 3.05 1.471
Valid N (listwise) 19
1
3. Rerata Skor Mual Muntah Setelah Kemoterapi pada Kelompok
Kontrol
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
INVR 12 Jam (Kontrol) 19 12 25 19.26 3.619
INVR 24 Jam (kontrol) 19 11 26 20.58 3.469
INVR 36 Jam (Kontrol) 19 15 22 18.42 1.981
INVR 48 Jam (Kontrol) 19 14 26 19.21 3.938
INVR 60 Jam (Kontrol) 19 15 28 20.74 3.229
INVR 72 Jam (Kontrol) 19 3 22 17.79 4.049
Valid N (listwise) 19
1
UJI NORMALITAS DATA
1. Uji normalitas rerata skor mual muntah kelompok intervensi
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
INVR 12 Jam (Intervensi) 19 100.0% 0 .0% 19 100.0%
INVR 24 Jam (Intervensi) 19 100.0% 0 .0% 19 100.0%
INVR 36 Jam (Intervensi) 19 100.0% 0 .0% 19 100.0%
INVR 48 Jam (Intervensi) 19 100.0% 0 .0% 19 100.0%
INVR 60 Jam (Intervensi) 19 100.0% 0 .0% 19 100.0%
INVR 72 Jam (Intervensi) 19 100.0% 0 .0% 19 100.0%
1
Descriptives
Statistic Std. Error
INVR 12 Jam (Intervensi) Mean 18.26 .489
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 17.24
Upper Bound 19.29
5% Trimmed Mean 18.29
Median 18.00
Variance 4.538
Std. Deviation 2.130
Minimum 14
Maximum 22
Range 8
Interquartile Range 3
Skewness -.037 .524
Kurtosis -.155 1.014
INVR 24 Jam (Intervensi) Mean 14.00 .459
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 13.04
Upper Bound 14.96
5% Trimmed Mean 14.00
Median 14.00
Variance 4.000
Std. Deviation 2.000
Minimum 10
Maximum 18
Range 8
Interquartile Range 3
Skewness -.186 .524
Kurtosis -.197 1.014
INVR 36 Jam (Intervensi) Mean 12.05 .354
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 11.31
Upper Bound 12.80
5% Trimmed Mean 12.00
Median 12.00
Variance 2.386
Std. Deviation 1.545
Minimum 10
Maximum 15
1
Range 5
Interquartile Range 2
Skewness .509 .524
Kurtosis -.466 1.014
INVR 48 Jam (Intervensi) Mean 9.84 .428
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 8.94
Upper Bound 10.74
5% Trimmed Mean 9.82
Median 10.00
Variance 3.474
Std. Deviation 1.864
Minimum 7
Maximum 13
Range 6
Interquartile Range 3
Skewness .198 .524
Kurtosis -.906 1.014
INVR 60 Jam (Intervensi) Mean 6.37 .413
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 5.50
Upper Bound 7.24
5% Trimmed Mean 6.35
Median 6.00
Variance 3.246
Std. Deviation 1.802
Minimum 3
Maximum 10
Range 7
Interquartile Range 3
Skewness .079 .524
Kurtosis -.287 1.014
INVR 72 Jam (Intervensi) Mean 3.05 .337
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 2.34
Upper Bound 3.76
5% Trimmed Mean 3.06
Median 3.00
Variance 2.164
Std. Deviation 1.471
Minimum 0
1
Maximum 6
Range 6
Interquartile Range 2
Skewness .017 .524
Kurtosis .043 1.014
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
INVR 12 Jam (Intervensi) .128 19 .200* .964 19 .651
INVR 24 Jam (Intervensi) .165 19 .185 .965 19 .669
INVR 36 Jam (Intervensi) .173 19 .136 .920 19 .114
INVR 48 Jam (Intervensi) .148 19 .200* .947 19 .357
INVR 60 Jam (Intervensi) .111 19 .200* .977 19 .901
INVR 72 Jam (Intervensi) .146 19 .200* .964 19 .648
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
2. Uji normalitas rerata skor mual muntah kelompok kontrol
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
INVR 12 Jam (Kontrol) 19 100.0% 0 .0% 19 100.0%
INVR 24 Jam (kontrol) 19 100.0% 0 .0% 19 100.0%
INVR 36 Jam (Kontrol) 19 100.0% 0 .0% 19 100.0%
INVR 48 Jam (Kontrol) 19 100.0% 0 .0% 19 100.0%
INVR 60 Jam (Kontrol) 19 100.0% 0 .0% 19 100.0%
INVR 72 Jam (Kontrol) 19 100.0% 0 .0% 19 100.0%
1
Descriptives
Statistic Std. Error
INVR 12 Jam (Kontrol) Mean 19.26 .830
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 17.52
Upper Bound 21.01
5% Trimmed Mean 19.35
Median 20.00
Variance 13.094
Std. Deviation 3.619
Minimum 12
Maximum 25
Range 13
Interquartile Range 6
Skewness -.230 .524
Kurtosis -.510 1.014
INVR 24 Jam (kontrol) Mean 20.58 .796
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 18.91
Upper Bound 22.25
5% Trimmed Mean 20.81
Median 20.00
Variance 12.035
Std. Deviation 3.469
Minimum 11
Maximum 26
Range 15
Interquartile Range 5
Skewness -.727 .524
Kurtosis 2.152 1.014
INVR 36 Jam (Kontrol) Mean 18.42 .454
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 17.47
Upper Bound 19.38
1
5% Trimmed Mean 18.41
Median 19.00
Variance 3.924
Std. Deviation 1.981
Minimum 15
Maximum 22
Range 7
Interquartile Range 3
Skewness .011 .524
Kurtosis -.932 1.014
INVR 48 Jam (Kontrol) Mean 19.21 .903
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 17.31
Upper Bound 21.11
5% Trimmed Mean 19.12
Median 19.00
Variance 15.509
Std. Deviation 3.938
Minimum 14
Maximum 26
Range 12
Interquartile Range 8
Skewness .435 .524
Kurtosis -.990 1.014
INVR 60 Jam (Kontrol) Mean 20.74 .741
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 19.18
Upper Bound 22.29
5% Trimmed Mean 20.65
Median 21.00
Variance 10.427
Std. Deviation 3.229
Minimum 15
Maximum 28
1
Range 13
Interquartile Range 4
Skewness .254 .524
Kurtosis .113 1.014
INVR 72 Jam (Kontrol) Mean 17.79 .929
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 15.84
Upper Bound 19.74
5% Trimmed Mean 18.38
Median 18.00
Variance 16.398
Std. Deviation 4.049
Minimum 3
Maximum 22
Range 19
Interquartile Range 3
Skewness -2.837 .524
Kurtosis 10.480 1.014
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
INVR 12 Jam (Kontrol) .107 19 .200* .975 19 .872
INVR 24 Jam (kontrol) .176 19 .124 .901 19 .050
INVR 36 Jam (Kontrol) .141 19 .200* .960 19 .581
INVR 48 Jam (Kontrol) .161 19 .200* .914 19 .088
INVR 60 Jam (Kontrol) .126 19 .200* .977 19 .905
INVR 72 Jam (Kontrol) .277 19 .000 .696 19 .000
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
1
UJI HOMOGENITAS/ KESETARAAN KELOMPOK INTERVENSI DAN
KELOMPOK KONTROL
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Usia .330a 1 35 .569
Pendidikan 2.702b 1 35 .109
Stadium .148c 1 35 .703
Siklus_Kemoterapi 1.315d 1 35 .259
a. Groups with only one case are ignored in computing the test of
homogeneity of variance for Usia.
b. Groups with only one case are ignored in computing the test of
homogeneity of variance for Pendidikan.
c. Groups with only one case are ignored in computing the test of
homogeneity of variance for Stadium.
d. Groups with only one case are ignored in computing the test of
homogeneity of variance for Siklus_Kemoterapi.
1
BIVARIAT
1. Pengaruh Pemberian Minum air putih dingin terhadap pengurangan mual muntah setelah kemoterapi pada
pasien kanker payudara.
RAPEATED ANOVA (Kelompok Intervensi)
General Linear Model
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
INVR 12 Jam (Intervensi) 18.26 2.130 19
INVR 24 Jam (Intervensi) 14.00 2.000 19
INVR 36 Jam (Intervensi) 12.05 1.545 19
INVR 48 Jam (Intervensi) 9.84 1.864 19
INVR 60 Jam (Intervensi) 6.37 1.802 19
INVR 72 Jam (Intervensi) 3.05 1.471 19
Multivariate Testsb
Effect Value F Hypothesis df Error df Sig.
factor1 Pillai's Trace .983 1.639E2a 5.000 14.000 .000
Wilks' Lambda .017 1.639E2a 5.000 14.000 .000
Hotelling's Trace 58.540 1.639E2a 5.000 14.000 .000
Roy's Largest Root 58.540 1.639E2a 5.000 14.000 .000
a. Exact statistic
b. Design: Intercept
Within Subjects Design: factor1
Mauchly's Test of Sphericityb
Measure:MEASURE_1
Within
Subjects
Effect Mauchly's W
Approx. Chi-
Square df Sig.
Epsilona
Greenhouse-
Geisser Huynh-Feldt Lower-bound
factor1 .230 23.665 14 .052 .702 .893 .200
Tests the null hypothesis that the error covariance matrix of the orthonormalized transformed dependent variables is proportional to
an identity matrix.
a. May be used to adjust the degrees of freedom for the averaged tests of significance. Corrected tests are displayed in the Tests of
Within-Subjects Effects table.
b. Design: Intercept
Within Subjects Design: factor1
1
Tests of Within-Subjects Effects
Measure:MEASURE_1
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
factor1 Sphericity Assumed 2808.912 5 561.782 205.736 .000
Greenhouse-Geisser 2808.912 3.511 800.097 205.736 .000
Huynh-Feldt 2808.912 4.466 629.009 205.736 .000
Lower-bound 2808.912 1.000 2808.912 205.736 .000
Error(factor1) Sphericity Assumed 245.754 90 2.731
Greenhouse-Geisser 245.754 63.193 3.889
Huynh-Feldt 245.754 80.381 3.057
Lower-bound 245.754 18.000 13.653
Tests of Within-Subjects Contrasts
Measure:MEASURE_1
Source factor1
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
factor1 Linear 2777.507 1 2777.507 609.004 .000
Quadratic .424 1 .424 .170 .685
Cubic 20.071 1 20.071 8.120 .011
Order 4 10.857 1 10.857 4.709 .044
Order 5 .053 1 .053 .029 .866
Error(factor1) Linear 82.093 18 4.561
Quadratic 44.886 18 2.494
Cubic 44.495 18 2.472
Order 4 41.500 18 2.306
Order 5 32.780 18 1.821
Tests of Between-Subjects Effects
Measure:MEASURE_1
Transformed Variable:Average
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Intercept 12800.561 1 12800.561 2.080E3 .000
Error 110.772 18 6.154
Estimated Marginal Means
2. Grand Mean
Measure:MEASURE_1
Mean Std. Error
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
10.596 .232 10.108 11.085
1
1.factor1
Estimates
Measure:MEASURE_1
factor1 Mean Std. Error
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
1 18.263 .489 17.236 19.290
2 14.000 .459 13.036 14.964
3 12.053 .354 11.308 12.797
4 9.842 .428 8.944 10.740
5 6.368 .413 5.500 7.237
6 3.053 .337 2.344 3.762
1
Pairwise Comparisons
Measure:MEASURE_1
(I)
factor1
(J)
factor1
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.a
95% Confidence Interval for
Differencea
Lower Bound Upper Bound
1 2 4.263* .639 .000 2.920 5.606
3 6.211* .469 .000 5.226 7.195
4 8.421* .641 .000 7.074 9.768
5 11.895* .700 .000 10.423 13.366
6 15.211* .624 .000 13.900 16.521
2 1 -4.263* .639 .000 -5.606 -2.920
3 1.947* .492 .001 .913 2.982
4 4.158* .589 .000 2.921 5.395
5 7.632* .618 .000 6.334 8.929
6 10.947* .474 .000 9.951 11.944
3 1 -6.211* .469 .000 -7.195 -5.226
2 -1.947* .492 .001 -2.982 -.913
4 2.211* .402 .000 1.367 3.054
5 5.684* .446 .000 4.747 6.622
6 9.000* .412 .000 8.135 9.865
4 1 -8.421* .641 .000 -9.768 -7.074
2 -4.158* .589 .000 -5.395 -2.921
3 -2.211* .402 .000 -3.054 -1.367
5 3.474* .521 .000 2.380 4.568
6 6.789* .538 .000 5.658 7.921
5 1 -11.895* .700 .000 -13.366 -10.423
2 -7.632* .618 .000 -8.929 -6.334
3 -5.684* .446 .000 -6.622 -4.747
4 -3.474* .521 .000 -4.568 -2.380
6 3.316* .325 .000 2.633 3.998
6 1 -15.211* .624 .000 -16.521 -13.900
2 -10.947* .474 .000 -11.944 -9.951
3 -9.000* .412 .000 -9.865 -8.135
4 -6.789* .538 .000 -7.921 -5.658
5 -3.316* .325 .000 -3.998 -2.633
Based on estimated marginal means
*. The mean difference is significant at the ,05 level.
a. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).
1
Multivariate Tests
Value F Hypothesis df Error df Sig.
Pillai's trace .983 1.639E2a 5.000 14.000 .000
Wilks' lambda .017 1.639E2a 5.000 14.000 .000
Hotelling's trace 58.540 1.639E2a 5.000 14.000 .000
Roy's largest root 58.540 1.639E2a 5.000 14.000 .000
Each F tests the multivariate effect of factor1. These tests are based on the linearly independent
pairwise comparisons among the estimated marginal means.
a. Exact statistic
1
KELOMPOK KONTROL
Friedman Test
Ranks
Mean Rank
INVR 12 Jam (Kontrol) 3.47
INVR 24 Jam (kontrol) 4.21
INVR 36 Jam (Kontrol) 2.87
INVR 48 Jam (Kontrol) 3.16
INVR 60 Jam (Kontrol) 4.26
INVR 72 Jam (Kontrol) 3.03
Test Statisticsa
N 19
Chi-Square 10.394
df 5
Asymp. Sig. .065
a. Friedman Test
Wilcoxon Signed Ranks Test
1
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
INVR 24 Jam (kontrol) - INVR 12
Jam (Kontrol)
Negative Ranks 7a 7.43 52.00
Positive Ranks 11b 10.82 119.00
Ties 1c
Total 19
INVR 36 Jam (Kontrol) - INVR 12
Jam (Kontrol)
Negative Ranks 9d 9.78 88.00
Positive Ranks 7e 6.86 48.00
Ties 3f
Total 19
INVR 48 Jam (Kontrol) - INVR 12
Jam (Kontrol)
Negative Ranks 10g 8.85 88.50
Positive Ranks 8h 10.31 82.50
Ties 1i
Total 19
INVR 60 Jam (Kontrol) - INVR 12
Jam (Kontrol)
Negative Ranks 8j 7.44 59.50
Positive Ranks 10k 11.15 111.50
Ties 1l
Total 19
INVR 72 Jam (Kontrol) - INVR 12
Jam (Kontrol)
Negative Ranks 9m 10.00 90.00
Positive Ranks 8n 7.88 63.00
Ties 2o
Total 19
INVR 36 Jam (Kontrol) - INVR 24
Jam (kontrol)
Negative Ranks 14p 11.29 158.00
Positive Ranks 5q 6.40 32.00
Ties 0r
Total 19
INVR 48 Jam (Kontrol) - INVR 24
Jam (kontrol)
Negative Ranks 12s 8.83 106.00
Positive Ranks 5t 9.40 47.00
Ties 2u
Total 19
INVR 60 Jam (Kontrol) - INVR 24
Jam (kontrol)
Negative Ranks 8v 6.88 55.00
Positive Ranks 7w 9.29 65.00
Ties 4x
Total 19
INVR 72 Jam (Kontrol) - INVR 24
Jam (kontrol)
Negative Ranks 11y 9.59 105.50
Positive Ranks 5z 6.10 30.50
Ties 3aa
Total 19
INVR 48 Jam (Kontrol) - INVR 36
Jam (Kontrol)
Negative Ranks 8ab 8.12 65.00
Positive Ranks 9ac 9.78 88.00
Ties 2ad
Total 19
INVR 60 Jam (Kontrol) - INVR 36
Jam (Kontrol)
Negative Ranks 2ae 8.50 17.00
Positive Ranks 16af 9.62 154.00
Ties 1ag
1
Total 19
INVR 72 Jam (Kontrol) - INVR 36
Jam (Kontrol)
Negative Ranks 9ah 8.33 75.00
Positive Ranks 7ai 8.71 61.00
Ties 3aj
Total 19
INVR 60 Jam (Kontrol) - INVR 48
Jam (Kontrol)
Negative Ranks 6ak 10.42 62.50
Positive Ranks 13al 9.81 127.50
Ties 0am
Total 19
INVR 72 Jam (Kontrol) - INVR 48
Jam (Kontrol)
Negative Ranks 9an 9.11 82.00
Positive Ranks 7ao 7.71 54.00
Ties 3ap
Total 19
INVR 72 Jam (Kontrol) - INVR 60
Jam (Kontrol)
Negative Ranks 13aq 11.15 145.00
Positive Ranks 6ar 7.50 45.00
Ties 0as
Total 19
a. INVR 24 Jam (kontrol) < INVR 12 Jam (Kontrol)
b. INVR 24 Jam (kontrol) > INVR 12 Jam (Kontrol)
c. INVR 24 Jam (kontrol) = INVR 12 Jam (Kontrol)
d. INVR 36 Jam (Kontrol) < INVR 12 Jam (Kontrol)
e. INVR 36 Jam (Kontrol) > INVR 12 Jam (Kontrol)
f. INVR 36 Jam (Kontrol) = INVR 12 Jam (Kontrol)
g. INVR 48 Jam (Kontrol) < INVR 12 Jam (Kontrol)
h. INVR 48 Jam (Kontrol) > INVR 12 Jam (Kontrol)
i. INVR 48 Jam (Kontrol) = INVR 12 Jam (Kontrol)
j. INVR 60 Jam (Kontrol) < INVR 12 Jam (Kontrol)
k. INVR 60 Jam (Kontrol) > INVR 12 Jam (Kontrol)
l. INVR 60 Jam (Kontrol) = INVR 12 Jam (Kontrol)
m. INVR 72 Jam (Kontrol) < INVR 12 Jam (Kontrol)
n. INVR 72 Jam (Kontrol) > INVR 12 Jam (Kontrol)
o. INVR 72 Jam (Kontrol) = INVR 12 Jam (Kontrol)
p. INVR 36 Jam (Kontrol) < INVR 24 Jam (kontrol)
q. INVR 36 Jam (Kontrol) > INVR 24 Jam (kontrol)
r. INVR 36 Jam (Kontrol) = INVR 24 Jam (kontrol)
s. INVR 48 Jam (Kontrol) < INVR 24 Jam (kontrol)
t. INVR 48 Jam (Kontrol) > INVR 24 Jam (kontrol)
u. INVR 48 Jam (Kontrol) = INVR 24 Jam (kontrol)
v. INVR 60 Jam (Kontrol) < INVR 24 Jam (kontrol)
w. INVR 60 Jam (Kontrol) > INVR 24 Jam (kontrol)
x. INVR 60 Jam (Kontrol) = INVR 24 Jam (kontrol)
y. INVR 72 Jam (Kontrol) < INVR 24 Jam (kontrol)
z. INVR 72 Jam (Kontrol) > INVR 24 Jam (kontrol)
aa. INVR 72 Jam (Kontrol) = INVR 24 Jam (kontrol)
ab. INVR 48 Jam (Kontrol) < INVR 36 Jam (Kontrol)
ac. INVR 48 Jam (Kontrol) > INVR 36 Jam (Kontrol)
ad. INVR 48 Jam (Kontrol) = INVR 36 Jam (Kontrol)
1
ae. INVR 60 Jam (Kontrol) < INVR 36 Jam (Kontrol)
af. INVR 60 Jam (Kontrol) > INVR 36 Jam (Kontrol)
ag. INVR 60 Jam (Kontrol) = INVR 36 Jam (Kontrol)
ah. INVR 72 Jam (Kontrol) < INVR 36 Jam (Kontrol)
ai. INVR 72 Jam (Kontrol) > INVR 36 Jam (Kontrol)
aj. INVR 72 Jam (Kontrol) = INVR 36 Jam (Kontrol)
ak. INVR 60 Jam (Kontrol) < INVR 48 Jam (Kontrol)
al. INVR 60 Jam (Kontrol) > INVR 48 Jam (Kontrol)
am. INVR 60 Jam (Kontrol) = INVR 48 Jam (Kontrol)
an. INVR 72 Jam (Kontrol) < INVR 48 Jam (Kontrol)
ao. INVR 72 Jam (Kontrol) > INVR 48 Jam (Kontrol)
ap. INVR 72 Jam (Kontrol) = INVR 48 Jam (Kontrol)
aq. INVR 72 Jam (Kontrol) < INVR 60 Jam (Kontrol)
ar. INVR 72 Jam (Kontrol) > INVR 60 Jam (Kontrol)
as. INVR 72 Jam (Kontrol) = INVR 60 Jam (Kontrol)
1
Test Statisticsc
INVR 24 Jam
(kontrol) -
INVR 12 Jam
(Kontrol)
INVR 36 Jam
(Kontrol) -
INVR 12 Jam
(Kontrol)
INVR 48 Jam
(Kontrol) -
INVR 12 Jam
(Kontrol)
INVR 60 Jam
(Kontrol) -
INVR 12 Jam
(Kontrol)
INVR 72 Jam
(Kontrol) -
INVR 12 Jam
(Kontrol)
INVR 36 Jam
(Kontrol) -
INVR 24 Jam
(kontrol)
INVR 48 Jam
(Kontrol) -
INVR 24 Jam
(kontrol)
INVR 60 Jam
(Kontrol) -
INVR 24 Jam
(kontrol)
INVR 72 Jam
(Kontrol) -
INVR 24 Jam
(kontrol)
INVR 48 Jam
(Kontrol) -
INVR 36 Jam
(Kontrol)
INVR 60 Jam
(Kontrol) -
INVR 36 Jam
(Kontrol)
INVR 72 Jam
(Kontrol) -
INVR 36 Jam
(Kontrol)
INVR 60 Jam
(Kontrol) -
INVR 48 Jam
(Kontrol)
INVR 72 Jam
(Kontrol) -
INVR 48 Jam
(Kontrol)
INVR 72 Jam
(Kontrol) -
INVR 60 Jam
(Kontrol)
Z -1.465a -1.039b -.131b -1.138a -.641b -2.548b -1.403b -.285a -1.952b -.548a -3.004a -.364b -1.314a -.728b -2.025b
Asymp. Sig. (2-tailed) .143 .299 .896 .255 .521 .011 .161 .776 .051 .584 .003 .716 .189 .467 .043
a. Based on negative ranks.
b. Based on positive ranks.
c. Wilcoxon Signed Ranks Test
2
PERBEDAAN KELOMPOK INTERVENSI DAN KELOMPOK KONTROL
Kruskal-Wallis Test
Ranks
Kelompok N Mean Rank
Pengukuran 12 Jam Intervensi 19 17.53
kontrol 19 21.47
Total 38
Pengukuran 24 Jam Intervensi 19 10.97
kontrol 19 28.03
Total 38
Pengukuran 36 Jam Intervensi 19 10.05
kontrol 19 28.95
Total 38
Pengukuran 48 Jam Intervensi 19 10.00
kontrol 19 29.00
Total 38
Pengukuran 60 Jam Intervensi 19 10.00
kontrol 19 29.00
Total 38
Pengukuran 72 Jam Intervensi 19 10.50
kontrol 19 28.50
Total 38
Test Statisticsa,b
Pengukuran 12
Jam
Pengukuran 24
Jam
Pengukuran 36
Jam
Pengukuran 48
Jam
Pengukuran 60
Jam
Pengukuran 72
Jam
Chi-Square 1.214 22.536 27.680 27.901 27.922 25.163
df 1 1 1 1 1 1
Asymp. Sig. .270 .000 .000 .000 .000 .000
a. Kruskal Wallis Test
1
Test Statisticsa,b
Pengukuran 12
Jam
Pengukuran 24
Jam
Pengukuran 36
Jam
Pengukuran 48
Jam
Pengukuran 60
Jam
Pengukuran 72
Jam
Chi-Square 1.214 22.536 27.680 27.901 27.922 25.163
df 1 1 1 1 1 1
Asymp. Sig. .270 .000 .000 .000 .000 .000
b. Grouping Variable: Kelompok
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Pengukuran 12 Jam Intervensi 19 17.53 333.00
kontrol 19 21.47 408.00
Total 38
Pengukuran 24 Jam Intervensi 19 10.97 208.50
kontrol 19 28.03 532.50
Total 38
Pengukuran 36 Jam Intervensi 19 10.05 191.00
kontrol 19 28.95 550.00
Total 38
Pengukuran 48 Jam Intervensi 19 10.00 190.00
kontrol 19 29.00 551.00
Total 38
Pengukuran 60 Jam Intervensi 19 10.00 190.00
kontrol 19 29.00 551.00
Total 38
Pengukuran 72 Jam Intervensi 19 10.50 199.50
kontrol 19 28.50 541.50
Total 38
1
Test Statisticsb
Pengukuran 12
Jam
Pengukuran 24
Jam
Pengukuran 36
Jam
Pengukuran 48
Jam
Pengukuran 60
Jam
Pengukuran 72
Jam
Mann-Whitney U 143.000 18.500 1.000 .000 .000 9.500
Wilcoxon W 333.000 208.500 191.000 190.000 190.000 199.500
Z -1.102 -4.747 -5.261 -5.282 -5.284 -5.016
Asymp. Sig. (2-tailed) .270 .000 .000 .000 .000 .000
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .284a .000a .000a .000a .000a .000a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
KONFONDING
1
cBetween-Subjects Factors
Value Label N
Usia (Intervensi) 1 Dewasa Awal 4
2 Dewasa Akhir 5
3 Lansia Awal 10
Pendidikan (Intervensi) 1 Rendah 4
2 Tinggi 15
Stadium (Intervensi) 2 8
3 11
Siklus Kemoterapi (Intervensi) 1 5
2 3
3 3
4 1
5 3
6 4
1
Descriptive Statistics
Usia (Intervensi)
Pendidikan
(Intervensi)
Stadium
(Interven
si)
Siklus
Kemoter
api
(Interven
si) Mean Std. Deviation N
INVR 12 Jam (Intervensi) Dewasa Awal Rendah 2 3 20.00 . 1
Total 20.00 . 1
3 2 19.00 . 1
Total 19.00 . 1
Total 2 19.00 . 1
3 20.00 . 1
Total 19.50 .707 2
Tinggi 2 1 15.00 . 1
Total 15.00 . 1
3 2 22.00 . 1
Total 22.00 . 1
Total 1 15.00 . 1
2 22.00 . 1
Total 18.50 4.950 2
Total 2 1 15.00 . 1
3 20.00 . 1
Total 17.50 3.536 2
3 2 20.50 2.121 2
Total 20.50 2.121 2
Total 1 15.00 . 1
2 20.50 2.121 2
3 20.00 . 1
Total 19.00 2.944 4
Dewasa Akhir Rendah 3 5 17.00 . 1
Total 17.00 . 1
Total 5 17.00 . 1
1
Total 17.00 . 1
Tinggi 2 1 18.50 2.121 2
Total 18.50 2.121 2
3 2 18.00 . 1
6 18.00 . 1
Total 18.00 .000 2
Total 1 18.50 2.121 2
2 18.00 . 1
6 18.00 . 1
Total 18.25 1.258 4
Total 2 1 18.50 2.121 2
Total 18.50 2.121 2
3 2 18.00 . 1
5 17.00 . 1
6 18.00 . 1
Total 17.67 .577 3
Total 1 18.50 2.121 2
2 18.00 . 1
5 17.00 . 1
6 18.00 . 1
Total 18.00 1.225 5
Lansia Awal Rendah 3 5 14.00 . 1
Total 14.00 . 1
Total 5 14.00 . 1
Total 14.00 . 1
Tinggi 2 3 16.50 .707 2
5 20.00 . 1
6 17.00 . 1
Total 17.50 1.732 4
3 1 18.00 .000 2
4 19.00 . 1
1
6 21.00 1.414 2
Total 19.40 1.673 5
Total 1 18.00 .000 2
3 16.50 .707 2
4 19.00 . 1
5 20.00 . 1
6 19.67 2.517 3
Total 18.56 1.878 9
Total 2 3 16.50 .707 2
5 20.00 . 1
6 17.00 . 1
Total 17.50 1.732 4
3 1 18.00 .000 2
4 19.00 . 1
5 14.00 . 1
6 21.00 1.414 2
Total 18.50 2.665 6
Total 1 18.00 .000 2
3 16.50 .707 2
4 19.00 . 1
5 17.00 4.243 2
6 19.67 2.517 3
Total 18.10 2.283 10
Total Rendah 2 3 20.00 . 1
Total 20.00 . 1
3 2 19.00 . 1
5 15.50 2.121 2
Total 16.67 2.517 3
Total 2 19.00 . 1
3 20.00 . 1
5 15.50 2.121 2
1
Total 17.50 2.646 4
Tinggi 2 1 17.33 2.517 3
3 16.50 .707 2
5 20.00 . 1
6 17.00 . 1
Total 17.43 1.902 7
3 1 18.00 .000 2
2 20.00 2.828 2
4 19.00 . 1
6 20.00 2.000 3
Total 19.38 1.768 8
Total 1 17.60 1.817 5
2 20.00 2.828 2
3 16.50 .707 2
4 19.00 . 1
5 20.00 . 1
6 19.25 2.217 4
Total 18.47 2.031 15
Total 2 1 17.33 2.517 3
3 17.67 2.082 3
5 20.00 . 1
6 17.00 . 1
Total 17.75 1.982 8
3 1 18.00 .000 2
2 19.67 2.082 3
4 19.00 . 1
5 15.50 2.121 2
6 20.00 2.000 3
Total 18.64 2.248 11
Total 1 17.60 1.817 5
2 19.67 2.082 3
1
3 17.67 2.082 3
4 19.00 . 1
5 17.00 3.000 3
6 19.25 2.217 4
Total 18.26 2.130 19
INVR 24 Jam (Intervensi) Dewasa Awal Rendah 2 3 12.00 . 1
Total 12.00 . 1
3 2 11.00 . 1
Total 11.00 . 1
Total 2 11.00 . 1
3 12.00 . 1
Total 11.50 .707 2
Tinggi 2 1 15.00 . 1
Total 15.00 . 1
3 2 16.00 . 1
Total 16.00 . 1
Total 1 15.00 . 1
2 16.00 . 1
Total 15.50 .707 2
Total 2 1 15.00 . 1
3 12.00 . 1
Total 13.50 2.121 2
3 2 13.50 3.536 2
Total 13.50 3.536 2
Total 1 15.00 . 1
2 13.50 3.536 2
3 12.00 . 1
Total 13.50 2.380 4
Dewasa Akhir Rendah 3 5 14.00 . 1
Total 14.00 . 1
Total 5 14.00 . 1
Total 14.00 . 1
Tinggi 2 1 15.00 1.414 2
1
Total 15.00 1.414 2
3 2 13.00 . 1
6 15.00 . 1
Total 14.00 1.414 2
Total 1 15.00 1.414 2
2 13.00 . 1
6 15.00 . 1
Total 14.50 1.291 4
Total 2 1 15.00 1.414 2
Total 15.00 1.414 2
3 2 13.00 . 1
5 14.00 . 1
6 15.00 . 1
Total 14.00 1.000 3
Total 1 15.00 1.414 2
2 13.00 . 1
5 14.00 . 1
6 15.00 . 1
Total 14.40 1.140 5
Lansia Awal Rendah 3 5 15.00 . 1
Total 15.00 . 1
Total 5 15.00 . 1
Total 15.00 . 1
Tinggi 2 3 11.00 1.414 2
5 12.00 . 1
6 13.00 . 1
Total 11.75 1.258 4
3 1 15.50 .707 2
4 18.00 . 1
6 14.50 .707 2
Total 15.60 1.517 5
Total 1 15.50 .707 2
3 11.00 1.414 2
1
4 18.00 . 1
5 12.00 . 1
6 14.00 1.000 3
Total 13.89 2.421 9
Total 2 3 11.00 1.414 2
5 12.00 . 1
6 13.00 . 1
Total 11.75 1.258 4
3 1 15.50 .707 2
4 18.00 . 1
5 15.00 . 1
6 14.50 .707 2
Total 15.50 1.378 6
Total 1 15.50 .707 2
3 11.00 1.414 2
4 18.00 . 1
5 13.50 2.121 2
6 14.00 1.000 3
Total 14.00 2.309 10
Total Rendah 2 3 12.00 . 1
Total 12.00 . 1
3 2 11.00 . 1
5 14.50 .707 2
Total 13.33 2.082 3
Total 2 11.00 . 1
3 12.00 . 1
5 14.50 .707 2
Total 13.00 1.826 4
Tinggi 2 1 15.00 1.000 3
3 11.00 1.414 2
5 12.00 . 1
6 13.00 . 1
Total 13.14 2.035 7
1
3 1 15.50 .707 2
2 14.50 2.121 2
4 18.00 . 1
6 14.67 .577 3
Total 15.25 1.488 8
Total 1 15.20 .837 5
2 14.50 2.121 2
3 11.00 1.414 2
4 18.00 . 1
5 12.00 . 1
6 14.25 .957 4
Total 14.27 2.017 15
Total 2 1 15.00 1.000 3
3 11.33 1.155 3
5 12.00 . 1
6 13.00 . 1
Total 13.00 1.927 8
3 1 15.50 .707 2
2 13.33 2.517 3
4 18.00 . 1
5 14.50 .707 2
6 14.67 .577 3
Total 14.73 1.794 11
Total 1 15.20 .837 5
2 13.33 2.517 3
3 11.33 1.155 3
4 18.00 . 1
5 13.67 1.528 3
6 14.25 .957 4
Total 14.00 2.000 19
INVR 36 Jam (Intervensi) Dewasa Awal Rendah 2 3 11.00 . 1
Total 11.00 . 1
3 2 15.00 . 1
1
Total 15.00 . 1
Total 2 15.00 . 1
3 11.00 . 1
Total 13.00 2.828 2
Tinggi 2 1 11.00 . 1
Total 11.00 . 1
3 2 12.00 . 1
Total 12.00 . 1
Total 1 11.00 . 1
2 12.00 . 1
Total 11.50 .707 2
Total 2 1 11.00 . 1
3 11.00 . 1
Total 11.00 .000 2
3 2 13.50 2.121 2
Total 13.50 2.121 2
Total 1 11.00 . 1
2 13.50 2.121 2
3 11.00 . 1
Total 12.25 1.893 4
Dewasa Akhir Rendah 3 5 12.00 . 1
Total 12.00 . 1
Total 5 12.00 . 1
Total 12.00 . 1
Tinggi 2 1 11.50 2.121 2
Total 11.50 2.121 2
3 2 12.00 . 1
6 13.00 . 1
Total 12.50 .707 2
Total 1 11.50 2.121 2
2 12.00 . 1
6 13.00 . 1
Total 12.00 1.414 4
1
Total 2 1 11.50 2.121 2
Total 11.50 2.121 2
3 2 12.00 . 1
5 12.00 . 1
6 13.00 . 1
Total 12.33 .577 3
Total 1 11.50 2.121 2
2 12.00 . 1
5 12.00 . 1
6 13.00 . 1
Total 12.00 1.225 5
Lansia Awal Rendah 3 5 11.00 . 1
Total 11.00 . 1
Total 5 11.00 . 1
Total 11.00 . 1
Tinggi 2 3 11.00 1.414 2
5 11.00 . 1
6 10.00 . 1
Total 10.75 .957 4
3 1 12.50 2.121 2
4 15.00 . 1
6 13.00 .000 2
Total 13.20 1.483 5
Total 1 12.50 2.121 2
3 11.00 1.414 2
4 15.00 . 1
5 11.00 . 1
6 12.00 1.732 3
Total 12.11 1.764 9
Total 2 3 11.00 1.414 2
5 11.00 . 1
6 10.00 . 1
Total 10.75 .957 4
1
3 1 12.50 2.121 2
4 15.00 . 1
5 11.00 . 1
6 13.00 .000 2
Total 12.83 1.602 6
Total 1 12.50 2.121 2
3 11.00 1.414 2
4 15.00 . 1
5 11.00 .000 2
6 12.00 1.732 3
Total 12.00 1.700 10
Total Rendah 2 3 11.00 . 1
Total 11.00 . 1
3 2 15.00 . 1
5 11.50 .707 2
Total 12.67 2.082 3
Total 2 15.00 . 1
3 11.00 . 1
5 11.50 .707 2
Total 12.25 1.893 4
Tinggi 2 1 11.33 1.528 3
3 11.00 1.414 2
5 11.00 . 1
6 10.00 . 1
Total 11.00 1.155 7
3 1 12.50 2.121 2
2 12.00 .000 2
4 15.00 . 1
6 13.00 .000 3
Total 12.88 1.246 8
Total 1 11.80 1.643 5
2 12.00 .000 2
3 11.00 1.414 2
1
4 15.00 . 1
5 11.00 . 1
6 12.25 1.500 4
Total 12.00 1.512 15
Total 2 1 11.33 1.528 3
3 11.00 1.000 3
5 11.00 . 1
6 10.00 . 1
Total 11.00 1.069 8
3 1 12.50 2.121 2
2 13.00 1.732 3
4 15.00 . 1
5 11.50 .707 2
6 13.00 .000 3
Total 12.82 1.401 11
Total 1 11.80 1.643 5
2 13.00 1.732 3
3 11.00 1.000 3
4 15.00 . 1
5 11.33 .577 3
6 12.25 1.500 4
Total 12.05 1.545 19
INVR 48 Jam (Intervensi) Dewasa Awal Rendah 2 3 10.00 . 1
Total 10.00 . 1
3 2 13.00 . 1
Total 13.00 . 1
Total 2 13.00 . 1
3 10.00 . 1
Total 11.50 2.121 2
Tinggi 2 1 8.00 . 1
Total 8.00 . 1
3 2 11.00 . 1
Total 11.00 . 1
1
Total 1 8.00 . 1
2 11.00 . 1
Total 9.50 2.121 2
Total 2 1 8.00 . 1
3 10.00 . 1
Total 9.00 1.414 2
3 2 12.00 1.414 2
Total 12.00 1.414 2
Total 1 8.00 . 1
2 12.00 1.414 2
3 10.00 . 1
Total 10.50 2.082 4
Dewasa Akhir Rendah 3 5 10.00 . 1
Total 10.00 . 1
Total 5 10.00 . 1
Total 10.00 . 1
Tinggi 2 1 8.50 .707 2
Total 8.50 .707 2
3 2 11.00 . 1
6 12.00 . 1
Total 11.50 .707 2
Total 1 8.50 .707 2
2 11.00 . 1
6 12.00 . 1
Total 10.00 1.826 4
Total 2 1 8.50 .707 2
Total 8.50 .707 2
3 2 11.00 . 1
5 10.00 . 1
6 12.00 . 1
Total 11.00 1.000 3
Total 1 8.50 .707 2
2 11.00 . 1
1
5 10.00 . 1
6 12.00 . 1
Total 10.00 1.581 5
Lansia Awal Rendah 3 5 12.00 . 1
Total 12.00 . 1
Total 5 12.00 . 1
Total 12.00 . 1
Tinggi 2 3 9.50 2.121 2
5 9.00 . 1
6 9.00 . 1
Total 9.25 1.258 4
3 1 8.00 1.414 2
4 13.00 . 1
6 8.50 2.121 2
Total 9.20 2.490 5
Total 1 8.00 1.414 2
3 9.50 2.121 2
4 13.00 . 1
5 9.00 . 1
6 8.67 1.528 3
Total 9.22 1.922 9
Total 2 3 9.50 2.121 2
5 9.00 . 1
6 9.00 . 1
Total 9.25 1.258 4
3 1 8.00 1.414 2
4 13.00 . 1
5 12.00 . 1
6 8.50 2.121 2
Total 9.67 2.503 6
Total 1 8.00 1.414 2
3 9.50 2.121 2
4 13.00 . 1
1
5 10.50 2.121 2
6 8.67 1.528 3
Total 9.50 2.014 10
Total Rendah 2 3 10.00 . 1
Total 10.00 . 1
3 2 13.00 . 1
5 11.00 1.414 2
Total 11.67 1.528 3
Total 2 13.00 . 1
3 10.00 . 1
5 11.00 1.414 2
Total 11.25 1.500 4
Tinggi 2 1 8.33 .577 3
3 9.50 2.121 2
5 9.00 . 1
6 9.00 . 1
Total 8.86 1.069 7
3 1 8.00 1.414 2
2 11.00 .000 2
4 13.00 . 1
6 9.67 2.517 3
Total 10.00 2.204 8
Total 1 8.20 .837 5
2 11.00 .000 2
3 9.50 2.121 2
4 13.00 . 1
5 9.00 . 1
6 9.50 2.082 4
Total 9.47 1.807 15
Total 2 1 8.33 .577 3
3 9.67 1.528 3
5 9.00 . 1
6 9.00 . 1
1
Total 9.00 1.069 8
3 1 8.00 1.414 2
2 11.67 1.155 3
4 13.00 . 1
5 11.00 1.414 2
6 9.67 2.517 3
Total 10.45 2.115 11
Total 1 8.20 .837 5
2 11.67 1.155 3
3 9.67 1.528 3
4 13.00 . 1
5 10.33 1.528 3
6 9.50 2.082 4
Total 9.84 1.864 19
INVR 60 Jam (Intervensi) Dewasa Awal Rendah 2 3 5.00 . 1
Total 5.00 . 1
3 2 8.00 . 1
Total 8.00 . 1
Total 2 8.00 . 1
3 5.00 . 1
Total 6.50 2.121 2
Tinggi 2 1 7.00 . 1
Total 7.00 . 1
3 2 3.00 . 1
Total 3.00 . 1
Total 1 7.00 . 1
2 3.00 . 1
Total 5.00 2.828 2
Total 2 1 7.00 . 1
3 5.00 . 1
Total 6.00 1.414 2
3 2 5.50 3.536 2
Total 5.50 3.536 2
1
Total 1 7.00 . 1
2 5.50 3.536 2
3 5.00 . 1
Total 5.75 2.217 4
Dewasa Akhir Rendah 3 5 4.00 . 1
Total 4.00 . 1
Total 5 4.00 . 1
Total 4.00 . 1
Tinggi 2 1 7.50 .707 2
Total 7.50 .707 2
3 2 10.00 . 1
6 6.00 . 1
Total 8.00 2.828 2
Total 1 7.50 .707 2
2 10.00 . 1
6 6.00 . 1
Total 7.75 1.708 4
Total 2 1 7.50 .707 2
Total 7.50 .707 2
3 2 10.00 . 1
5 4.00 . 1
6 6.00 . 1
Total 6.67 3.055 3
Total 1 7.50 .707 2
2 10.00 . 1
5 4.00 . 1
6 6.00 . 1
Total 7.00 2.236 5
Lansia Awal Rendah 3 5 7.00 . 1
Total 7.00 . 1
Total 5 7.00 . 1
Total 7.00 . 1
Tinggi 2 3 6.50 3.536 2
1
5 6.00 . 1
6 5.00 . 1
Total 6.00 2.160 4
3 1 6.00 .000 2
4 8.00 . 1
6 6.00 1.414 2
Total 6.40 1.140 5
Total 1 6.00 .000 2
3 6.50 3.536 2
4 8.00 . 1
5 6.00 . 1
6 5.67 1.155 3
Total 6.22 1.563 9
Total 2 3 6.50 3.536 2
5 6.00 . 1
6 5.00 . 1
Total 6.00 2.160 4
3 1 6.00 .000 2
4 8.00 . 1
5 7.00 . 1
6 6.00 1.414 2
Total 6.50 1.049 6
Total 1 6.00 .000 2
3 6.50 3.536 2
4 8.00 . 1
5 6.50 .707 2
6 5.67 1.155 3
Total 6.30 1.494 10
Total Rendah 2 3 5.00 . 1
Total 5.00 . 1
3 2 8.00 . 1
5 5.50 2.121 2
Total 6.33 2.082 3
1
Total 2 8.00 . 1
3 5.00 . 1
5 5.50 2.121 2
Total 6.00 1.826 4
Tinggi 2 1 7.33 .577 3
3 6.50 3.536 2
5 6.00 . 1
6 5.00 . 1
Total 6.57 1.718 7
3 1 6.00 .000 2
2 6.50 4.950 2
4 8.00 . 1
6 6.00 1.000 3
Total 6.38 2.066 8
Total 1 6.80 .837 5
2 6.50 4.950 2
3 6.50 3.536 2
4 8.00 . 1
5 6.00 . 1
6 5.75 .957 4
Total 6.47 1.846 15
Total 2 1 7.33 .577 3
3 6.00 2.646 3
5 6.00 . 1
6 5.00 . 1
Total 6.38 1.685 8
3 1 6.00 .000 2
2 7.00 3.606 3
4 8.00 . 1
5 5.50 2.121 2
6 6.00 1.000 3
Total 6.36 1.963 11
Total 1 6.80 .837 5
1
2 7.00 3.606 3
3 6.00 2.646 3
4 8.00 . 1
5 5.67 1.528 3
6 5.75 .957 4
Total 6.37 1.802 19
INVR 72 Jam (Intervensi) Dewasa Awal Rendah 2 3 3.00 . 1
Total 3.00 . 1
3 2 4.00 . 1
Total 4.00 . 1
Total 2 4.00 . 1
3 3.00 . 1
Total 3.50 .707 2
Tinggi 2 1 6.00 . 1
Total 6.00 . 1
3 2 1.00 . 1
Total 1.00 . 1
Total 1 6.00 . 1
2 1.00 . 1
Total 3.50 3.536 2
Total 2 1 6.00 . 1
3 3.00 . 1
Total 4.50 2.121 2
3 2 2.50 2.121 2
Total 2.50 2.121 2
Total 1 6.00 . 1
2 2.50 2.121 2
3 3.00 . 1
Total 3.50 2.082 4
Dewasa Akhir Rendah 3 5 3.00 . 1
Total 3.00 . 1
Total 5 3.00 . 1
Total 3.00 . 1
1
Tinggi 2 1 4.50 .707 2
Total 4.50 .707 2
3 2 4.00 . 1
6 3.00 . 1
Total 3.50 .707 2
Total 1 4.50 .707 2
2 4.00 . 1
6 3.00 . 1
Total 4.00 .816 4
Total 2 1 4.50 .707 2
Total 4.50 .707 2
3 2 4.00 . 1
5 3.00 . 1
6 3.00 . 1
Total 3.33 .577 3
Total 1 4.50 .707 2
2 4.00 . 1
5 3.00 . 1
6 3.00 . 1
Total 3.80 .837 5
Lansia Awal Rendah 3 5 2.00 . 1
Total 2.00 . 1
Total 5 2.00 . 1
Total 2.00 . 1
Tinggi 2 3 1.50 2.121 2
5 2.00 . 1
6 2.00 . 1
Total 1.75 1.258 4
3 1 3.00 1.414 2
4 5.00 . 1
6 2.50 .707 2
Total 3.20 1.304 5
Total 1 3.00 1.414 2
1
3 1.50 2.121 2
4 5.00 . 1
5 2.00 . 1
6 2.33 .577 3
Total 2.56 1.424 9
Total 2 3 1.50 2.121 2
5 2.00 . 1
6 2.00 . 1
Total 1.75 1.258 4
3 1 3.00 1.414 2
4 5.00 . 1
5 2.00 . 1
6 2.50 .707 2
Total 3.00 1.265 6
Total 1 3.00 1.414 2
3 1.50 2.121 2
4 5.00 . 1
5 2.00 .000 2
6 2.33 .577 3
Total 2.50 1.354 10
Total Rendah 2 3 3.00 . 1
Total 3.00 . 1
3 2 4.00 . 1
5 2.50 .707 2
Total 3.00 1.000 3
Total 2 4.00 . 1
3 3.00 . 1
5 2.50 .707 2
Total 3.00 .816 4
Tinggi 2 1 5.00 1.000 3
3 1.50 2.121 2
5 2.00 . 1
6 2.00 . 1
1
Total 3.14 2.035 7
3 1 3.00 1.414 2
2 2.50 2.121 2
4 5.00 . 1
6 2.67 .577 3
Total 3.00 1.309 8
Total 1 4.20 1.483 5
2 2.50 2.121 2
3 1.50 2.121 2
4 5.00 . 1
5 2.00 . 1
6 2.50 .577 4
Total 3.07 1.624 15
Total 2 1 5.00 1.000 3
3 2.00 1.732 3
5 2.00 . 1
6 2.00 . 1
Total 3.13 1.885 8
3 1 3.00 1.414 2
2 3.00 1.732 3
4 5.00 . 1
5 2.50 .707 2
6 2.67 .577 3
Total 3.00 1.183 11
Total 1 4.20 1.483 5
2 3.00 1.732 3
3 2.00 1.732 3
4 5.00 . 1
5 2.33 .577 3
6 2.50 .577 4
Total 3.05 1.471 19
1
Multivariate Testsc
Effect Value F Hypothesis df Error df Sig.
Partial Eta
Squared
Intercept Pillai's Trace .997 2.358E2a 6.000 4.000 .000 .997
Wilks' Lambda .003 2.358E2a 6.000 4.000 .000 .997
Hotelling's Trace 353.718 2.358E2a 6.000 4.000 .000 .997
Roy's Largest Root 353.718 2.358E2a 6.000 4.000 .000 .997
UI Pillai's Trace .994 .823 12.000 10.000 .631 .497
Wilks' Lambda .145 1.084a 12.000 8.000 .469 .619
Hotelling's Trace 4.935 1.234 12.000 6.000 .419 .712
Roy's Largest Root 4.732 3.944b 6.000 5.000 .077 .826
PI Pillai's Trace .358 .371a 6.000 4.000 .866 .358
Wilks' Lambda .642 .371a 6.000 4.000 .866 .358
Hotelling's Trace .557 .371a 6.000 4.000 .866 .358
Roy's Largest Root .557 .371a 6.000 4.000 .866 .358
SI Pillai's Trace .757 2.077a 6.000 4.000 .250 .757
Wilks' Lambda .243 2.077a 6.000 4.000 .250 .757
Hotelling's Trace 3.116 2.077a 6.000 4.000 .250 .757
Roy's Largest Root 3.116 2.077a 6.000 4.000 .250 .757
SKI Pillai's Trace 1.980 .874 30.000 40.000 .645 .396
Wilks' Lambda .012 1.209 30.000 18.000 .343 .586
Hotelling's Trace 20.868 1.669 30.000 12.000 .174 .807
Roy's Largest Root 18.708 24.944b 6.000 8.000 .000 .949
a. Exact statistic
b. The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the significance level.
c. Design: Intercept + UI + PI + SI + SKI
1
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
F df1 df2 Sig.
INVR 12 Jam (Intervensi) .705 14 4 .721
INVR 24 Jam (Intervensi) 1.403 14 4 .403
INVR 36 Jam (Intervensi) 5.852 14 4 .050
INVR 48 Jam (Intervensi) 1.085 14 4 .521
INVR 60 Jam (Intervensi) 3.712 14 4 .107
INVR 72 Jam (Intervensi) 1.664 14 4 .332
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal
across groups.
a. Design: Intercept + UI + PI + SI + SKI
1
Tests of Between-Subjects Effects
Source Dependent Variable
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Partial Eta
Squared
Corrected Model INVR 12 Jam (Intervensi) 23.100a 9 2.567 .394 .909 .283
INVR 24 Jam (Intervensi) 56.132b 9 6.237 3.537 .037 .780
INVR 36 Jam (Intervensi) 23.751c 9 2.639 1.237 .378 .553
INVR 48 Jam (Intervensi) 40.737d 9 4.526 1.870 .183 .652
INVR 60 Jam (Intervensi) 19.920e 9 2.213 .517 .830 .341
INVR 72 Jam (Intervensi) 24.131f 9 2.681 1.629 .239 .620
Intercept INVR 12 Jam (Intervensi) 2442.423 1 2442.423 375.216 .000 .977
INVR 24 Jam (Intervensi) 1450.922 1 1450.922 822.938 .000 .989
INVR 36 Jam (Intervensi) 1159.212 1 1159.212 543.470 .000 .984
INVR 48 Jam (Intervensi) 880.897 1 880.897 363.854 .000 .976
INVR 60 Jam (Intervensi) 347.785 1 347.785 81.297 .000 .900
INVR 72 Jam (Intervensi) 106.255 1 106.255 64.545 .000 .878
UI INVR 12 Jam (Intervensi) 3.708 2 1.854 .285 .759 .060
INVR 24 Jam (Intervensi) 4.517 2 2.259 1.281 .324 .222
INVR 36 Jam (Intervensi) .006 2 .003 .001 .999 .000
INVR 48 Jam (Intervensi) 1.432 2 .716 .296 .751 .062
INVR 60 Jam (Intervensi) 11.180 2 5.590 1.307 .318 .225
INVR 72 Jam (Intervensi) 2.633 2 1.317 .800 .479 .151
PI INVR 12 Jam (Intervensi) 3.692 1 3.692 .567 .471 .059
INVR 24 Jam (Intervensi) 3.412 1 3.412 1.935 .198 .177
INVR 36 Jam (Intervensi) .517 1 .517 .242 .634 .026
INVR 48 Jam (Intervensi) 1.885 1 1.885 .779 .401 .080
INVR 60 Jam (Intervensi) 3.310 1 3.310 .774 .402 .079
INVR 72 Jam (Intervensi) 1.060 1 1.060 .644 .443 .067
SI INVR 12 Jam (Intervensi) 1.174 1 1.174 .180 .681 .020
INVR 24 Jam (Intervensi) 8.996 1 8.996 5.102 .050 .362
INVR 36 Jam (Intervensi) 3.469 1 3.469 1.626 .234 .153
INVR 48 Jam (Intervensi) .167 1 .167 .069 .798 .008
INVR 60 Jam (Intervensi) 3.433 1 3.433 .803 .394 .082
INVR 72 Jam (Intervensi) .773 1 .773 .470 .510 .050
1
SKI INVR 12 Jam (Intervensi) 6.864 5 1.373 .211 .949 .105
INVR 24 Jam (Intervensi) 32.271 5 6.454 3.661 .044 .670
INVR 36 Jam (Intervensi) 7.473 5 1.495 .701 .637 .280
INVR 48 Jam (Intervensi) 22.851 5 4.570 1.888 .192 .512
INVR 60 Jam (Intervensi) 16.111 5 3.222 .753 .604 .295
INVR 72 Jam (Intervensi) 16.858 5 3.372 2.048 .165 .532
Error INVR 12 Jam (Intervensi) 58.584 9 6.509
INVR 24 Jam (Intervensi) 15.868 9 1.763
INVR 36 Jam (Intervensi) 19.197 9 2.133
INVR 48 Jam (Intervensi) 21.789 9 2.421
INVR 60 Jam (Intervensi) 38.501 9 4.278
INVR 72 Jam (Intervensi) 14.816 9 1.646
Total INVR 12 Jam (Intervensi) 6419.000 19
INVR 24 Jam (Intervensi) 3796.000 19
INVR 36 Jam (Intervensi) 2803.000 19
INVR 48 Jam (Intervensi) 1903.000 19
INVR 60 Jam (Intervensi) 829.000 19
INVR 72 Jam (Intervensi) 216.000 19
Corrected Total INVR 12 Jam (Intervensi) 81.684 18
INVR 24 Jam (Intervensi) 72.000 18
INVR 36 Jam (Intervensi) 42.947 18
INVR 48 Jam (Intervensi) 62.526 18
INVR 60 Jam (Intervensi) 58.421 18
INVR 72 Jam (Intervensi) 38.947 18
a. R Squared = ,283 (Adjusted R Squared = -,434)
b. R Squared = ,780 (Adjusted R Squared = ,559)
c. R Squared = ,553 (Adjusted R Squared = ,106)
d. R Squared = ,652 (Adjusted R Squared = ,303)
e. R Squared = ,341 (Adjusted R Squared = -,318)
f. R Squared = ,620 (Adjusted R Squared = ,239)
1
Multiple Comparisons
Games-Howell
Dependent Variable
(I) Usia
(Intervensi)
(J) Usia
(Intervensi)
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
INVR 12 Jam (Intervensi) Dewasa Awal Dewasa Akhir 1.00 1.571 .810 -4.71 6.71
Lansia Awal .90 1.639 .852 -4.64 6.44
Dewasa Akhir Dewasa Awal -1.00 1.571 .810 -6.71 4.71
Lansia Awal -.10 .906 .993 -2.50 2.30
Lansia Awal Dewasa Awal -.90 1.639 .852 -6.44 4.64
Dewasa Akhir .10 .906 .993 -2.30 2.50
INVR 24 Jam (Intervensi) Dewasa Awal Dewasa Akhir -.90 1.295 .779 -5.46 3.66
Lansia Awal -.50 1.396 .933 -4.92 3.92
Dewasa Akhir Dewasa Awal .90 1.295 .779 -3.66 5.46
Lansia Awal .40 .891 .896 -1.95 2.75
Lansia Awal Dewasa Awal .50 1.396 .933 -3.92 4.92
Dewasa Akhir -.40 .891 .896 -2.75 1.95
INVR 36 Jam (Intervensi) Dewasa Awal Dewasa Akhir .25 1.094 .972 -3.33 3.83
Lansia Awal .25 1.088 .971 -3.27 3.77
Dewasa Akhir Dewasa Awal -.25 1.094 .972 -3.83 3.33
Lansia Awal .00 .767 1.000 -2.08 2.08
Lansia Awal Dewasa Awal -.25 1.088 .971 -3.77 3.27
Dewasa Akhir .00 .767 1.000 -2.08 2.08
INVR 48 Jam (Intervensi) Dewasa Awal Dewasa Akhir .50 1.258 .918 -3.46 4.46
Lansia Awal 1.00 1.220 .707 -2.86 4.86
Dewasa Akhir Dewasa Awal -.50 1.258 .918 -4.46 3.46
Lansia Awal .50 .952 .861 -2.10 3.10
Lansia Awal Dewasa Awal -1.00 1.220 .707 -4.86 2.86
Dewasa Akhir -.50 .952 .861 -3.10 2.10
INVR 60 Jam (Intervensi) Dewasa Awal Dewasa Akhir -1.25 1.493 .694 -5.71 3.21
Lansia Awal -.55 1.205 .894 -4.78 3.68
Dewasa Akhir Dewasa Awal 1.25 1.493 .694 -3.21 5.71
Lansia Awal .70 1.106 .808 -2.72 4.12
Lansia Awal Dewasa Awal .55 1.205 .894 -3.68 4.78
1
Dewasa Akhir -.70 1.106 .808 -4.12 2.72
INVR 72 Jam (Intervensi) Dewasa Awal Dewasa Akhir -.30 1.106 .961 -4.35 3.75
Lansia Awal 1.00 1.125 .675 -2.98 4.98
Dewasa Akhir Dewasa Awal .30 1.106 .961 -3.75 4.35
Lansia Awal 1.30 .569 .096 -.22 2.82
Lansia Awal Dewasa Awal -1.00 1.125 .675 -4.98 2.98
Dewasa Akhir -1.30 .569 .096 -2.82 .22
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 1,646.
2
Lampiran 15
No Nama
Waktu TTV BB (kg) / Kebutuhan Intake Output
Balance Cairan Mual/ TD N RR S
TB (cm) Minum 12
Jam
24
Jam
Air Total
12 Jam 24 Jam Feses IWL Total
Muntah (hari) Metabolisme Muntah Urin Muntah Urin
1 Ny. M 19.30 130/90 83 23 36,3 34/153 1.020 1400 1200 170 2770 450 600 120 1000 100 510 2780 -10
2 Ny. D 18.23 120/80 100 24 37 54/ 143 1.620 1500 1300 270 3070 400 500 650 600 100 810 3060 10
3 Ny. R 20.00 130/70 90 18 36,5 65/ 154 1.950 1200 1400 320 2920 120 1000 100 700 100 975 2995 -75
4 Ny. M 19.30 120/90 84 18 36 40/ 150 1.200 1400 1300 200 2900 400 1000 250 600 100 600 2950 -50
5 Ny. A 20.00 120/80 80 20 36 55/ 150 1.650 1700 900 275 2875 350 800 350 500 100 825 2925 -50
6 Ny. A 19.00 130/80 84 20 36,3 60/ 150 1.800 1500 1400 300 3200 280 800 140 1000 100 900 3220 -20
7 Ny. N 18.34 130/90 90 24 36,3 57/ 150 1.710 1200 1600 285 3085 600 800 120 600 100 855 3075 10
8 Ny. UK 19.30 110/90 100 24 36,5 54/ 165 1.620 1340 1600 270 3210 650 600 450 600 100 810 3210 0
9 Nn. SD 19.20 110/80 80 20 37 54/ 165 1.620 1400 1600 270 3270 600 1000 100 700 100 810 3310 -40
10 Ny. TM 19.00 130/70 86 18 36,3 44/ 158 1.320 1050 1100 220 2370 110 800 100 600 100 660 2370 0
11 Ny. PA 18.24 130/90 88 18 36 54/ 160 1.620 1200 1100 270 2570 300 800 120 500 100 810 2630 -60
12 Ny. A 19.00 120/90 100 20 36 45/ 160 1.350 1000 1300 225 2525 270 800 120 600 100 675 2565 -40
13 Ny. H 19.30 120/90 80 24 36,5 44/ 158 1.320 1450 1500 220 3170 660 500 450 800 100 660 3170 0
14 Ny. N 19.00 130/80 90 20 36,5 47/ 155 1.410 1000 1500 235 2735 340 500 320 800 100 705 2765 -30
15 Ny. N 20.00 120/90 96 18 36 52/ 160 1.560 1200 1100 260 2560 100 500 300 800 100 780 2580 -20
16 Nn. F 19.00 120/80 80 18 36 41/ 155 1.230 1300 1100 205 2605 600 500 100 700 100 615 2615 -10
17 Ny. A 18.20 130/90 96 20 36 40/ 145 1.200 1100 820 200 2120 120 300 200 800 100 600 2120 0
18 Ny. N 18.00 130/80 100 20 36 47/ 160 1.410 840 1000 235 2075 110 300 150 700 100 715 2075 0
19 Ny. D 20.00 130/70 90 20 36 51/ 155 1.530 1000 1200 255 2455 540 350 200 500 100 765 2455 0
1
No Nama
Waktu TTV BB (kg) / Kebutuhan Intake Output
Balance Cairan Mual/ TD N RR S
TB (cm) Minum 36
Jam
48
Jam
Air Total
36 jam 48 Jam Feses IWL Total
Muntah (hari) Metabolisme Muntah Urin Muntah Urin
1 Ny. M 19.30 130/90 83 23 36,3 34/153 1.020 950 1100 170 2220 110 700 100 700 100 510 2220 0
2 Ny. D 18.23 120/80 100 24 37 54/ 143 1.620 800 1340 270 2410 100 500 300 600 100 810 2410 0
3 Ny. R 20.00 130/70 90 18 36,5 65/ 154 1.950 960 1400 320 2680 150 600 260 600 100 975 2685 -5
4 Ny. M 19.30 120/90 84 18 36 40/ 150 1.200 810 1200 200 2210 150 600 110 650 100 600 2210 0
5 Ny. A 20.00 120/80 80 20 36 55/ 150 1.650 900 1400 275 2575 140 800 110 600 100 825 2575 0
6 Ny. A 19.00 130/80 84 20 36,3 60/ 150 1.800 1060 1200 300 2560 150 500 120 800 100 900 2570 -10
7 Ny. N 18.34 130/90 90 24 36,3 57/ 150 1.710 1000 1290 285 2575 120 600 100 800 100 855 2575 0
8 Ny. UK 19.30 110/90 100 24 36,5 54/ 165 1.620 1100 1100 270 2470 120 610 130 700 100 810 2470 0
9 Nn. SD 19.20 110/80 80 20 37 54/ 165 1.620 1200 1000 270 2470 200 650 110 600 100 810 2470 0
10 Ny. TM 19.00 130/70 86 18 36,3 44/ 158 1.320 800 1000 220 2020 120 640 100 400 100 660 2020 0
11 Ny. PA 18.24 130/90 88 18 36 54/ 160 1.620 1100 1200 270 2570 250 700 80 630 100 810 2570 0
12 Ny. A 19.00 120/90 100 20 36 45/ 160 1.350 900 1270 225 2395 600 500 120 400 100 675 2395 0
13 Ny. H 19.30 120/90 80 24 36,5 44/ 158 1.320 920 1250 220 2390 210 600 220 600 100 660 2390 0
14 Ny. N 19.00 130/80 90 20 36,5 47/ 155 1.410 880 850 235 1965 100 440 120 500 100 705 1965 0
15 Ny. N 20.00 120/90 96 18 36 52/ 160 1.560 1090 1400 260 2750 120 600 550 600 100 780 2750 0
16 Nn. F 19.00 120/80 80 18 36 41/ 155 1.230 910 1000 205 2115 100 400 100 800 100 615 2115 0
17 Ny. A 18.20 130/90 96 20 36 40/ 145 1.200 800 900 200 1900 100 400 100 600 100 600 1900 0
18 Ny. N 18.00 130/80 100 20 36 47/ 160 1.410 800 1200 235 2235 170 600 150 500 100 715 2235 0
19 Ny. D 20.00 130/70 90 20 36 51/ 155 1.530 1320 1500 255 3075 560 800 250 600 100 765 3075 0
1
No Nama
Waktu TTV BB (kg) / Kebutuhan Intake Output
Balance Cairan Mual/ TD N RR S
TB (cm) Minum 60
Jam
72
Jam
Air Total
60 Jam 72 Jam Feses IWL Total
Muntah (hari) Matabolisme Muntah Urin Muntah Urin
1 Ny. M 19.30 130/90 83 23 36,3 34/153 1.020 1000 1000 170 2170 10 550 10 1000 100 510 2180 -10
2 Ny. D 18.23 120/80 100 24 37 54/ 143 1.620 1010 1400 270 2410 100 600 0 800 100 810 2410 0
3 Ny. R 20.00 130/70 90 18 36,5 65/ 154 1.950 1200 1200 320 2400 130 400 0 800 100 975 2405 -5
4 Ny. M 19.30 120/90 84 18 36 40/ 150 1.200 800 1100 200 1900 0 600 0 600 100 600 1900 0
5 Ny. A 20.00 120/80 80 20 36 55/ 150 1.650 1000 1200 275 2200 15 600 0 750 0 825 2190 10
6 Ny. A 19.00 130/80 84 20 36,3 60/ 150 1.800 1200 1250 300 2450 80 800 0 600 100 900 2480 -30
7 Ny. N 18.34 130/90 90 24 36,3 57/ 150 1.710 1100 1500 285 2600 50 800 0 800 100 855 2605 -5
8 Ny. UK 19.30 110/90 100 24 36,5 54/ 165 1.620 1310 1300 270 2610 0 1000 0 700 100 810 2610 0
9 Nn. SD 19.20 110/80 80 20 37 54/ 165 1.620 850 1200 270 2050 80 600 0 500 100 810 2090 -40
10 Ny. TM 19.00 130/70 86 18 36,3 44/ 158 1.320 1000 1250 220 2250 70 800 0 600 100 660 2230 20
11 Ny. PA 18.24 130/90 88 18 36 54/ 160 1.620 800 1200 270 2000 50 400 30 600 100 810 1990 10
12 Ny. A 19.00 120/90 100 20 36 45/ 160 1.350 1000 1500 225 2500 100 1000 0 600 100 675 2475 25
13 Ny. H 19.30 120/90 80 24 36,5 44/ 158 1.320 940 1400 220 2340 80 1000 0 500 100 660 2340 0
14 Ny. N 19.00 130/80 90 20 36,5 47/ 155 1.410 860 1100 235 1960 60 600 0 500 100 705 1965 -5
15 Ny. N 20.00 120/90 96 18 36 52/ 160 1.560 850 800 260 1650 20 400 0 350 100 780 1650 0
16 Nn. F 19.00 120/80 80 18 36 41/ 155 1.230 800 650 205 1450 25 500 0 200 100 615 1440 10
17 Ny. A 18.20 130/90 96 20 36 40/ 145 1.200 900 850 200 1750 50 400 0 600 100 600 1750 0
18 Ny. N 18.00 130/80 100 20 36 47/ 160 1.410 1000 1050 235 2050 10 400 0 800 100 715 2025 25
19 Ny. D 20.00 130/70 90 20 36 51/ 155 1.530 1000 1450 255 2450 45 500 30 1000 100 765 2440 10