Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENGARUH PEMBERIAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS
TERHADAP KADAR ENZIM TRANSAMINASE
PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI RSUD
KABUPATEN KARANGANYAR
TAHUN 2018
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH
DWI HANDRIYATI
NIM 2173098
PROGRAM STUDI D III FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL
SURAKARTA
2020
ii
PENGARUH PEMBERIAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS
TERHADAP KADAR ENZIM TRANSAMINASE
PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI RSUD
KABUPATEN KARANGANYAR
TAHUN 2018
THE EFFECT OF GIVING ANTI TUBERCULOSIS DRUGS TO
LEVELS OF TRANSAMINASE ENZYMES IN PULMONARY
TUBERCULOSIS PATIENTS IN DISTRICT OF
KARANGANYAR IN 2018
KARYA TULIS ILMIAH DIAJUKAN SEBAGAI PERSYARATAN MENYELESAIKAN
JENJANG PENDIDIKAN DIPLOMA III FARMASI
OLEH
DWI HANDRIYATI
NIM 2173098
PRODI D III FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL
SURAKARTA
2020
iii
KARYA TULIS ILMIAH
PENGARUH PEMBERIAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS
TERHADAP KADAR ENZIM TRANSAMINASE
PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI RSUD
KABUPATEN KARANGANYAR
TAHUN 2018
Disusun Oleh :
DWI HANDRIYATI
NIM 2173098
Telah disetujui untuk diajukan pada ujian KaryaTulis Ilmiah
Pembimbing Utama
Hartono, S.Si, M.Si., Apt
iv
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Mengakui kekurangan diri sendiri adalah tangga
menghadapi cita-cita dan berusaha mengisi
kekurangan adalah keberhasilan yang luar biasa”
Hamka
“Berdiri dengan mengandalkan kaki sendiri lebih
kokoh dari pada bersandar pada orang lain”
Fydor Dotxevski
“Tiada kekayaan lebih utama dari akal, tiada
kepayahan lebih menyedihkan daripada kebodohan
dan tiada warisan lebih berharga daripada
pendidikan.”
vii
PRAKATA
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala
karena atas limpahan rahmat, hidayah serta karuniaNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “PENGARUH PEMBERIAN
OBAT ANTI TUBERKULOSIS TERHADAP KADAR ENZIM
TRANSAMINASE PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI RSUD
KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2018” dengan baik dan lancar.
Karya Tulis Ilmiah disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
program pendidikan sebagai Ahli Madya Farmasi di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Nasional Surakarta. Penulis menyadari bahwa semua yang
dilaksanakan tidak akan berhasil dengan baik tanpa dorongan, dukungan, bantuan
serta bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang setinggi- tingginya kepada :
1. Hartono, S.Si, M.Si. Apt. Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Nasional Surakarta dan pembimbing yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan studi dan penelitian Karya Tulis Ilmiah
ini.
2. Iwan Setiawan, M.Sc.Apt., selaku Ketua Program Studi D III Farmasi.
3. Retnowati A, S.Farm., Apt dan Avianti Eka Dewi Aditya. P, M.Sc.,Apt
selaku penguji yang telah memberi masukan dan saran kepada penulis untuk
menyelesaikan studi dan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Segenap dosen, asisten dosen dan staf karyawan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Nasional Surakarta yang telah membantu penulisan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
viii
5. Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar yang telah mengijinkan penulis
untuk melakukan penelitian dan mengambil data sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Orang tua dan keluarga penulis tercinta, yang telah banyak membantu
memberikan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan studi dan
penelitian Karya Tulis lmiah ini.
7. Rekan - rekan instalasi farmasi RSUD Kabupaten Karanganyar dan rekan –
rekan Reguler C yang saya cintai.
8. Rekan-rekan Rekam Medik RSUD Kabupaten Karanganyar yang telah banyak
membantu pengambilan sampel penelitian ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih kurangan
sempurna, oleh karena itu demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca.
Akhir kata, penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca supaya bisa menambah pengetahuan dan
wawasan berpikir Ilmiah.
Surakarta, April 2020
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................... i
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KTI........................................ v
PERSEMBAHAN ...................................................................................... vi
PRAKATA .................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiii
INTISARI .................................................................................................... xiv
ABSTRACT ................................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang..................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................. 4
C. Tujuan .................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 5
A. Landasan Teori .................................................................... 5
1. Tuberkulosis ................................................................... 5
2. Hati ................................................................................. 18
3. Transaminase .................................................................. 20
B. Kerangka Teori .................................................................... 23
C. Hipotesis .............................................................................. 23
x
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 24
A. Desain Penelitian ................................................................. 24
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 24
C. Populasi dan Sampel............................................................ 25
D. Instrumen Penelitian ............................................................ 26
E. Variabel Penelitian .............................................................. 26
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ............................ 26
G. Alur Penelitian ..................................................................... 28
H. Analisis Data ...................................................................... 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 30
A. Karakteristik Pasien TB Paru berdasarkan usia di RSUD
Karanganyar ........................................................................ 30
B. Karakteristik Pasien TB Paru berdasarkan jenis kelamin di
RSUD Karanganyar ............................................................. 31
C. Karakteristik Kadar Enzim transaminase pada pasien TB Paru 32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 42
A. Kesimpulan .......................................................................... 42
B. Saran ................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 44
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
TABEL 1 Derajat keparahan hepatitis imbas OAT .................................. 18
TABEL 2 Karakteristik Sampel Berdasarkan Usia ................................... 30
TABEL 3 Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ................... 31
TABEL 4 Distribusi kadar SGOT menurut jumlah OAT (kombinasi OAT) 33
TABEL 5 Distribusi kadar SGPT menurut jumlah OAT (kombinasi OAT) 33
TABEL 6 Distribusi kadar SGOT menurut lama terapi............................ 35
TABEL 7 Distribusi kadar SGPT menurut lama terapi ............................ 35
TABEL 8 Distribusi jenis obat yang dikonsumsi selain OAT .................. 38
TABEL 9 Nilai analisa bivariat pengaruh pemberian OAT terhadap kadar
enzim transaminase (SGOT dan SGPT) .................................. 39
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Anatomi Hati ............................................................................ 18
Gambar 2 Kerangka Teori………………………………………………. . 23
Gambar 3 Alur penelitian………………………………………………... 28
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rekap Pengambilan Data
Lampiran 2. Kadar Transaminase Pasien Tuberkulosis Paru Sebelum dan
Sesudah pemberian Obat Anti Tuberkulosis
Lampiran 3. Hasil Uji analisis Kadar SGOT dan SGPT
xiv
Intisari
Penyakit Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan di dunia.
Berdasarkan Word Health Organization (WHO) Tuberkulosis menduduki
peringkat ke-10 penyebab kematian tertinggi. Di Indonesia pada tahun 2018
terjadi peningkatan dari 446.732 kasus menjadi 566.623 kasus. Provinsi Jawa
Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur memiliki jumlah kasus tertinggi. Dari 200
pasien TB yang mengkonsumsi obat anti tuberkulosis secara teratur 20%
mengalami gangguan fungsi hati. Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif
analitik dengan menggunakan data sekunder pasien Tuberkulosis di RSUD
Kabupaten Karanganyar pada tahun 2018. Jumlah sampel sebanyak 66 pasien
diambil dengan cara purposive sampling. Diperoleh hasil pasien TB paling
banyak adalah laki-laki (57,6%). Kelompok usia 46-65 tahun yang paling banyak
mengalami TB (43,9%). Peningkatan kadar transaminase terjadi pada penggunaan
4 kombinasi OAT dan pada lama terapi < 1 bulan dan 1-2 bulan pengobatan. Obat
Hepatoprotektor yang paling banyak dikonsumsi selain OAT (45,5%). Hasil uji
analisa menggunakan Wilcoxon test kadar SGOT sebelum dan sesudah
pengobatan OAT didapatkan signifikansi sebesar p= 0,151 (>0,05). Kadar SGPT
sebelum dan sesudah pengobatan OAT didapatkan signifikansi sebesar p= 0,108
(>0,05). Hal ini menunjukkan tidak ada pengaruh pemberian Obat Anti
Tuberkulosis terhadap kadar SGOT dan SGPT .
Kata kunci : Obat Anti Tuberculosis (OAT), SGOT, SGPT, Pasien
Tuberculosis, RS Kabupaten Karanganyar
xv
ABSTRACT
Tuberculosis (TB) is still a health problem in the world. Based on the Word
Health Organization (WHO) Tuberculosis is ranked 10th highest cause of death.
In Indonesia in 2018 there was an increase from 446,732 cases to 566,623 cases.
The provinces of Central Java, West Java and East Java had the highest number of
cases. Of the 200 TB patients who consume anti-tuberculosis drugs regularly 20%
experience impaired liver function. This research is a descriptive analytic study
using secondary data of Tuberculosis patients in Karanganyar District Hospital in
2018. The total sample of 66 patients was taken by purposive sampling. Was
obtained the results of the most TB patients were men (57.6%). The 46-65 years
age group experienced the most TB (43.9%). Increased levels of transaminases
occur with the use of 4 combinations of OAT and <1 month duration of therapy
and 1-2 months of treatment. The most widely consumed Hepatoprotector drug
besides OAT (45.5%) . The results of the analysis test using the Wilcoxon SGOT
test before and after the treatment of OAT obtained significance of p = 0.151 (>
0.05). SGPT levels before and after OAT treatment showed significance of p =
0.108 (> 0.05). This shows there is no effect of giving Anti Tuberculosis
Medication to SGOT and SGPT levels.
Keywords : Anti Tuberculosis Therapy, SGOT, SGPT, Tuberculosis patients,
Karanganyar Regency Hospital
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman TB ini sebagian
besar menyerang organ paru (TB paru), tetapi juga dapat menyerang hampir
seluruh organ manusia. Tuberkulosis (TB) sampai dengan saat ini masih
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia walaupun
upaya penanggulangan TB telah dilaksanakan di banyak negara sejak tahun
1995 (Kemenkes, 2016).
Menurut laporan WHO tahun 2015, di tingkat global diperkirakan 9,6
juta kasus TB baru dimana 3,2 juta kasus diantaranya adalah perempuan.
Sebanyak 1,5 juta kematian karena TB 480.000 kasus adalah perempuan.
Pada kasus TB tersebut ditemukan 1,1 juta (12%) HIV positif dengan
kematian 320.000 orang (140.000 orang adalah perempuan) dan 480.000 TB
Resisten Obat (TB-RO) dengan kematian 190.000 orang. Indonesia termasuk
diantara lima negara dengan insiden kasus tertinggi.
Data Profil Kesehatan RI menunjukkan jumlah kasus tuberkulosis pada
tahun 2018 ditemukan sebanyak 566.623 kasus, meningkat bila dibandingkan
dengan semua kasus tuberkulosis yang ditemukan tahun 2017 sebesar
446.732 kasus. Jumlah kasus tertinggi dilaporkan terdapat di provinsi Jawa
Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kasus tuberkulosis di tiga provinsi
tersebut sebesar 44% dari jumlah seluruh kasus tuberkulosis di Indonesia
(Kemenkes, 2018). Berdasarkan WHO tuberkulosis masih menempati
peringkat ke-10 penyebab kematian tertinggi di dunia pada tahun 2016
(Kemenkes, 2018).
Tingkat mortalitas TB yang tinggi tidak terlepas dari pengaruh terapi
obat yang diberikan. Terapi obat yang diberikan untuk pasien TB berupa Obat
Anti Tuberkulosis (OAT), dimana obat-obat ini memberikan efek samping
pada penggunaannya. OAT dalam hal ini Isoniazid, Rifampicin dan
Pirazinamid memiliki kemampuan meracuni (hepatotoksik) dan merusak sel
hati. Apabila obat ini digunakan dalam bentuk kombinasi maka tingkat
toksisitasnya akan jauh lebih meningkat. Menurut Dyah Aryani dalam
penelitiannya, dari 200 pasien TB yang mengkonsumsi obat secara teratur
ternyata 20% mengalami gangguan fungsi hati. Gangguan fungsi hati ini
disinyalir akibat efek samping obat TB itu sendiri (Republika, 2019).
Untuk melihat gangguan fungsi hati dari konsumsi OAT dapat dilihat
dari kadar enzim transaminase. Pemeriksaan enzim transaminase yang umum
adalah aspartate transaminase (AST), yang di Indonesia lebih sering disebut
Serum Glutamic-Oxaloacetic Transaminase (SGOT) dan alanine
transaminase (ALT) yang biasanya disebut Serum Glutamic-Pyruvic
Transaminase (SGPT). Peningkatan kadar enzim transaminase membantu
mendiagnosis kerusakan sel hati. Kenaikan enzim transaminase bisa
disebabkan kerusakan hati oleh virus hepatitis, kerusakan karena kepekaan
terhadap obat tertentu atau bila pasokan darah kehati terganggu. Peningkatan
kadar transaminase tanpa gejala merupakan hal yang umum pada pemakaian
obat anti tuberkulosis, namun efek ini dapat menjadi fatal jika tidak dikenali
lebih awal.
Kenaikan enzim transaminase akibat obat khususnya pemakaian obat
OAT harus selalu dipantau (sievert, 2010). Studi yang dilakukan Bouazzi
(2016) menyatakan bahwa 24,6% dari sampel TB yang diambil mengalami
hepatotoksisitas. Setiap individu memiliki kerentanan yang berbeda, sehingga
efek samping berupa gangguan fungsi hati juga beragam waktu timbulnya.
Biasanya hepatitis imbas OAT akan timbul setelah pemakaian 1-2 bulan
pemakaian OAT.
Penelitian Sri Eko Rahayudi dkk di Puskesmas Pati, hasil pengukuran
kadar SGOT pada pasien sesudah pengobatan OAT 2 bulan didapatkan rata-
rata 26,10 U/L, kadar SGPT didapatkan rata-rata 24,38 U/L dan ada
hubungan yang kuat pada kadar SGOT dan SGPT sesudah pengobatan OAT
2 bulan fase awal.
Berdasarkan latar belakang, peneliti perlu melakukan penelitian
bagaimana pengaruh pengobatan tuberkulosis paru terhadap peningkatan
kadar enzim transaminase pada pasien TB Paru di RSUD Kabupaten
Karanganyar. Untuk mengetahui apakah pasien TB Paru di RSUD Kabupaten
Karanganyar juga mengalami peningkatan kadar enzim transaminase setelah
pemberian OAT. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi
pengobatan TB Paru dapat sembuh dan mencegah kerusakan hati yang
mungkin dapat terjadi.
B. Perumusan Masalah
Bagaimanakah pengaruh pemberian obat anti tuberkulosis terhadap kadar
enzim transaminase pada pasien tuberkulosis paru di RSUD Kabupaten
Karanganyar tahun 2018?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh pemberian obat anti tuberkulosis terhadap kadar
enzim transaminase pada pasien tuberkulosis paru di RSUD Kabupaten
Karanganyar tahun 2018.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi RSUD Kabupaten Karanganyar
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk masukan dalam rangka
meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya pencegahan sedini mungkin
terhadap kasus hepatotoksik pada pemberian OAT untuk pasien
tuberkulosis.
2. Bagi Pendidikan
Penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan farmasi,
khususnya dalam bidang farmasi komunitas.
3. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan penulis tentang kadar enzim transaminase
(SGPT) pada pasien TB Paru.
4. Bagi Peneliti lain
Sebagai rujukan pengembangan penelitian selanjutnya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik yaitu suatu
metode penelitian yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi
gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah
terkumpul sebagaimana adanya, kemudian hasil penelitian diolah dan
dianalisis untuk diambil kesimpulan (Sugiono, 2009). Sumber data penelitian
menggunakan data rekam medik rawat jalan dan rawat inap pasien
tuberkulosis di RSUD Kabupaten Karanganyar periode tahun 2018. Data akan
dikelola dengan menggunakan lembar kerja penelitian.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di bagian Rekam Medik RSUD Kabupaten
Karanganyar.
2. Waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan November-Februari 2020.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh data rekam medik pasien yang
didiagnosa Tuberkulosis di RSUD Kabupaten Karanganyar pada tahun
2018 sebanyak 222 orang.
2. Besarnya Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut
prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya.
Besarnya sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yang
memenuhi krieria inklusi dan eksklusi.
Pengambilan sampel penelitian ditentukan dengan metode purposive
sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan suatu pertimbangan
tertentu yang dibuat oleh peneliti berdasarkan ciri atau sifat populasi yang
sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2010).
3. Kriteria inklusi dan eksklusi
a. Kriteria inklusi
1) Pasien TB paru tanpa penyakit penyerta hepatitis, kanker hati.
2) Pasien tuberkulosis yang mengkonsumsi OAT (INH, Rifampisisn,
Pirasinamid, Etambutol, Streptomicin) dalam bentuk tunggal
maupun kombinasi.
3) Sudah menjalani pengobatan tuberkulosis 1-3 bulan.
4) Pasien tuberkulosis yang diperiksa SGOT/SGPT sebelum dan
sesudah pemakaian OAT.
b. Kriteria eksklusi
Data rekam medis pasien yang tidak lengkap.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu
data rekam medik pasien tuberkulosis di RSUD Kabupaten Karanganyar
tahun 2018.
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar enzim transaminase
yaitu kadar SGOT dan kadar SGPT
2. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian obat OAT.
3. Variabel Luar
Variabel luar yang diteliti adalah karakteristik pasien, lama pemakaian
obat OAT, jumlah pemakaian OAT, jenis pemakaian obat selain OAT.
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:
1. Obat Anti Tuberkulosis adalah obat yang digunakan dalam terapi
tuberkulosis pada pasien rawat inap dan rawat jalan di RSUD Kabupaten
Karanganyar.
2. Pasien tuberkulosis adalah pasien yang mendapat terapi Obat Anti
Tuberkulosis (OAT) rawat inap dan rawat jalan di RSUD Kabupaten
Karanganyar.
3. Enzim transaminase adalah enzim yang dilepaskan di aliran darah karena
adanya proses kerusakan hepar, jantung, pankreas, otot dan ginjal.
4. Kadar SGOT adalah kadar SGOT penderita tuberkulosis paru yang
menerima pengobatan OAT selama 1-3 bulan yang tercatat dalam rekam
medis pasien di RSUD Kabupaten Karanganyar.
5. Kadar SGPT adalah kadar SGPT penderita tuberkulosis paru yang
menerima pengobatan OAT selama 1-3 bulan yang tercatat dalam rekam
medis pasien di RSUD Kabupaten Karanganyar.
6. Rumah sakit adalah institusi yang memberikan pelayanan kesehatan
tempat pasien tuberkulosis memeriksakan diri yaitu RSUD Kabupaten
Karanganyar.
7. Lama pengobatan OAT adalah rentang waktu antara pasien mulai
mengkonsumsi OAT hingga mengalami perubahan kadar SGOT dan
SGPT yang tercatat dalam rekam medik pasien di RSUD Kabupaten
Karanganyar selama 1-3 bulan.
8. Jumlah obat adalah sejumlah OAT yang digunakan dalam pengobatan TB
paru dalam bentuk tunggal maupun kombinasinya yang tercatat dalam
rekam medik pasien di RSUD Kabupaten Karanganyar.
9. Jenis obat adalah jenis obat yang diterima pasien tuberkulosis paru yang
menjalani pengobatan di RSUD Kabupaten Karanganyar yang tercatat
dalam rekam medik.
10. Kadar SGOT pada pasien tuberkulosis dinyatakan normal bila masuk
dalam rentang nilai 5-35 U/I.
11. Kadar SGPT pada pasien tuberkulosis dinyatakan normal bila masuk
dalam rentang nilai 5-35 U/I.
G. Alur Penelitian
Gambar 3. Alur Penelitian
Perijinan dan
pengambilan data
Hasil Penelitian
Pengolahan data
Pengambilan data
Penulisan hasil
penelitian
H. Analisa Data
1. Cara pengumpulan data
Pengumpulan data melalui pencatatan rekam medik di bangsal rawat
inap dan rawat jalan RSUD Kabupaten Karanganyar meliputi resep
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dan kelengkapan data pasien (seperti
karakteristik, lama pengobatan dan hasil pemeriksaan laboratorium)
2. Pengolahan Data
Data yang diperoleh dibuat rekapitulasi dalam sebuah tabel yang
memuat identitas pasien, Jumlah Obat Anti Tuberkulosis yang
digunakan (kombinasi OAT), jenis obat selain OAT yang digunakan,
lama pengobatan, nilai SGOT dan SGPT sebelum dan sesudah
pengobatan. Data yang sudah diperoleh, kemudian dilakukan analisis
univariat untuk mengetahui prosentase jumlah penderita TB (usia dan
jenis kelamin). Kemudian dilanjutkan analisis bivariat untuk
mengetahui perbedaan SGOT dan SGPT sebelum dan sesudah
pemakaian OAT dengan metode uji Wilcoxon Rank Test, sebagai uji
alternative Pairing t Test dimana sebaran data tidak memenuhi asumsi
normalitas.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUD Karanganyar tahun
2018 diperoleh hasil bahwa presentase pasien laki-laki lebih banyak dari
perempuan dengan perbandingan 57,6% berbanding 42,4%. Prevalensi
kejadian Tuberkulosis tertinggi pada kelompok umur 46-65 tahun.
Peningkatan kadar enzim transaminase tertinggi pada pemakaian 4
kombinasi OAT (INH, Rifampisin, pirazinamid dan Etambutol), dengan
lama terapi < 1 bulan dan 1-2 bulan. Obat hepatoprotektor yang paling
banyak dikonsumsi selain pengobatan Tuberkulosis (OAT).
2. Hasil uji analisa menggunakan Wilcoxon test kadar SGOT sebelum dan
sesudah pengobatan OAT didapatkan signifikansi sebesar p= 0,151
(>0,05). Kadar SGPT sebelum dan sesudah pengobatan OAT didapatkan
signifikansi sebesar p= 0,108 (>0,05). Hal ini berarti tidak terdapat
perbedaan kadar SGOT-SGPT yang signifikan sebelum dan sesudah
pengobatan dengan OAT. Sehingga tidak ada pengaruh pengobatan OAT
terhadap kadar enzim transaminase pada pasien TB Paru di RSUD
Kabupaten Karanganyar.
B. Saran
1. Bagi RSUD Kabupaten Karanganyar
Perlunya pemeriksaan kadar enzim transaminase secara berkala,
sebelum, maupun sesudah pemberian terapi Obat Anti Tuberkulosis
(OAT) dengan atau tanpa indikasi, untuk pengobatan yang lebih efektif.
2. Bagi Peneliti lain
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan penelitian selanjutnya
dengan jumlah sampel yang lebih besar dengan menambah variabel
seperti indek masa tubuh, riwayat konsumsi alkohol, ureum, dan
kreatinin.
DAFTAR PUSTAKA
Abata QA., 2014, ilmu penyakit dalam, yayasan PP Alfurqan, Jawa Timur, hal
202
Aminah, Siti., 2013, Perbedaan Kadar SGOT, SGPT, Ureum, dan Kreatinin pada
Pasien Penderita TB Paru Setelah Enam Bulan Pengobatan, Jurnal Analis
Keehatan, volume 2, Nomor 2, September 2013
Aladokter.com. Anemia Hemolitik, diakses tanggal 23 Februari 2020, https://
www.aladokter.com. Anemia Hemolitik
Ayu, R., 2014, Kadar Serum Glutamic Oxaloacetat Transaminase dan Serum
Glutamic Pyruvic Transaminase pada Pasien Tuberkulosis Paru selama Dua
Bulan Berjalannya Pemberian Obat Anti Tuberkulosis Kombinasi Dosis
Tetap, Jurnal e-Clinic (eCl), volume 2, Nomor 3, November 2014
Clarasanti I., M.CP. Wongkar dan B. J. Waleleng., 2014, Gambaran Enzim
Transaminase pada Pasien Tuberkulosis Paru yang diterapi dengan Obat-
0bat Anti Tuberkulosis di RSUP Prof. Dr. R. D. KandanauManado, Jurnale-
Clinic(eCl), volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016
Dalimarta, S, 2005, Tanaman Obat di Lingkungan Sekitar, Jakarta, Puspa Swara.
Dahlan, M Sopiyudin., 2001, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Salemba
Medika, Jakarta
Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan., 2007, Pharmaceutical Care untuk
Tuberkulosis, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Eksa Pendim, Wahyu Siswandari, dan Fajar Wahyu Pribadi, Pengaruh Pemberian
Simetidin Terhadap Kadar Sgot dan Sgpt Tikus Putih (rattus norveginus)
yang diberi Anti Tuberkulosis Rifampisin dan Isoniasid, 2010, Mandala of
Health, volume 4, nomor 2, 2010
Gaw et al., Biokimia Klinis, 2012, Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Goodman and Gilman, 2008, Manual Farmakologi dan Terapi, Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
Ike P., 2011, Hubungan Antara Pemberian Obat OAT dengan enzim transaminase pada Pasien Tuberkulosis Paru di RSUD Temanggung, Skipsi, Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Istiantoro, Y. H. dan Setiabudy, R., 2007, Tuberkulostatik Leprostatik dalam
Gunawan, S. G., Setiabudy, R., Nafrialdi, Elysabeth, Farmakologi dan
Terapi., Edisi 5, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.
Juliarta,I Gede., 2018, Gambaran Hepatotoksisitas (ALT/AST) Penggunaan Obat
Anti Tuberkulosis Lini Pertama dalam Pengobatan Pasien Tuberkulosis
Paru Rawat Inap di RSUP Sanglah Denpasar 2014, e-Jurnal Medik, vol 7,
nomor 10, Oktober, 2018.
Kemenkes RI., 2019, Profil Kesehatan I ndonesia 2018, Kementrian Republik
Indonesia http://www.pusdatin.kemkes.go.id diakses tanggal 22 September
2019
KemenKes RI., 2011, Pedoman Interprestasi Data Klinik, Kementrian Republik
Indonesia https://www.farmalkes,go.id diakses tanggal 22 September 2019.
Khadka, Thompson A,. 2009. The Study of Drug Induced Hepatotoxicity in ATT
Patiens Attending in National Tuberkulosis Center in Bhaktapur, Saarc J
Tuber Lung Dis HIV/AIDS 2009., 17-21.
Kishore, P.V, Palaian, Paudel R, Mishra P, Shankar, Prabhu, Drug Induced
Hepatitis with Anti Tuberkular Chemotherapi: Challager and Difficultis in
treatment: Khadmandu University, Medical Journal, Vol 5, No 2, Issue
18:256-260, 2007.
Kumar Pramod Avti, Kumar serender, Mohanpathak Chander, Kim Vaipei,
Smokeless tobacco impairis the antioxidant devence in Liver, Lung, and
Kidney of Rats. Oxfort. 2005.
Kusmiati, Meti., 2014, Gambaran Kadar SGOT Hati pada Penderita Tuberkulosis
Paru (TB Paru) yang Sedang Menjalani Pengobatan Obat Anti Tuberkulosis
(OAT) di Puskesmas Kawalu Tasikmalaya, Jurnal Kesehatan Bakti Tunas
Husada, volume 11, Nomor 1, Februari 2014
Lecy, C., F.,dkk, 2005, Drug Information Handbook, 14th
editionalexi-comp, USA
Lestari, Risky Hevina,. Gambaran Kadar Enzim Transaminase pada Pasien
Tuberkulosis yang Mendapatkan Terapi Obat Anti Tuberkulosis di Unit
Pengobatan Penyakit Paru-paru Provinsi Kalimantan Barat.
Livina G, Pontoh., 2016, Gambaran Kadar Bilirubin Pasien Tuberkulosis Paru
Selama Pengobatan di RSUP Prof. Dr. R. Kandanou Manado periode
Januari 2012- Desember 2014, Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 1,
Januari- April 2016.
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Media Aesculapius .
Jakarta.
Notoatmodjo., 2007, Metode Penelitian Kesehatan, Rineke Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo., 2010, Metode Penelitian Kesehatan, Rineke Cipta, Jakarta.
Nunes M, Hepatotoxicity of antiretroviral: Incidence, mecanisms and
management, J Hepat, 2006; 44: 132-139.
Nurazimah A., 2013, Prevalensi Pasien Tuberkulosis Paru yang mengalami
Hepatitis Imbas Obat OAT dan faktor resiko yang berhubungan di RSUP
Persahabatan dan RSPG Cisarua pada Tahun 2012, Skripsi, Fakultas
Kedokterandan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta, Jakarta
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia., 2006, Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan TB (Konsensus TB), Jakarta
Peraturan Menteri Republik Indonesia., 2016, Tentang Penanggulangan
Tuberkulosis, Kementrian Republik Indonesi, Jakarta.
Praditya EP. Profil Klinis Pasein Hepatitis Imbas OAT di RSUD Siti Hajar Medan
tahun 2012. Universitas Sumatera Utara: 2012. (JOM FK Volume 2, No 2,
Oktober 2015).
Riyanto, Agus., 2010, Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan, Nuha Medika,
Yogyakarta
Sievert W, 2010, Segala Sesuatu tentang Hepatitis, Jakarta, Arcar.
Toasmatmann et al., 2008, Antituberculosis drug-induced hepatotoxicity: concise
up to-date review. Journal of Gastroenterology and Hepatology.
2007;10:192-202