Upload
lethuy
View
230
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PEMUPUKAN FOSFOR TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PEGAGAN
(Centella asiatica (L.) Urban) DI DATARAN TINGGI
ANDRIA AFRIDA
A24052776
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
RINGKASAN
ANDRIA AFRIDA. Pengaruh Pemupukan Fosfor terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Tanaman Pegagan (Centella asiatica L. Urban) di Dataran
Tinggi. (Dibimbing oleh MUNIF GHULAMAHDI).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemupukan fosfor
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pegagan, serta memperoleh
informasi dosis optimum pupuk fosfor yang dapat meningkatkan pertumbuhan
dan produksi tanaman pegagan (Centella asiatica L. Urban) di dataran tinggi.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2008-April 2009 di Kebun
Percobaan Gunung Putri Cipanas Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik
(Balittro), Pacet, Kabupaten Cianjur, pada jenis tanah Andisols dengan ketinggian
tempat 1 500 m di atas permukaan laut (dpl).
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Kelompok Lengkap
Teracak (RKLT) dengan satu faktor yaitu pemupukan fosfor. Dosis pupuk fosfor
yang digunakan terdiri atas 5 taraf yaitu 0, 30, 60, 90, dan 120 kg P2O5/ha.
Percobaan ini menggunakan 5 ulangan dengan 5 petak setiap ulangan sehingga
total satuan percobaan adalah 25 satuan percobaan.
Bahan tanam yang digunakan adalah bibit pegagan aksesi Boyolali. Bibit
ditanam di lapang dengan jarak tanam 30 cm x 40 cm dengan ukuran petakan
2 m x 3 m sehingga terdapat 50 tanaman per petak. Jadi total bibit yang digunakan
sebanyak 1 250 bibit.
Hasil analisis tanah pada awal penelitian menunjukkan bahwa tanah pada
lokasi penelitian memiliki pH tanah masam. Kandungan C-organik, N-total, P-
tersedia, Ca, dan K tergolong sedang. Unsur Mg dan Na tergolong rendah. Unsur
mikro berada dalam kondisi rendah sampai sangat tinggi.
Pemupukan fosfor berpengaruh nyata meningkatkan jumlah daun tanaman
induk dan panjang daun pada umur 4 MST, jumlah bunga tanaman induk pada
umur 6 dan 16 MST, dan tebal daun pada umur 8 MST. Perlakuan pemupukan
30 kg P2O5/ha memiliki nilai lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya pada
peubah jumlah daun tanaman induk.
Pemupukan fosfor berpengaruh nyata meningkatkan bobot basah dan
kering total, serta bobot basah dan kering terna panen ubinan 6 BST. Pemupukan
fosfor juga berpengaruh sangat nyata meningkatkan bobot kering daun panen
ubinan 6 BST. Pemupukan fosfor dosis 60 kg P2O5/ha berbeda nyata dengan
perlakuan tanpa pemupukan terhadap peubah bobot basah dan kering total, bobot
basah dan kering terna, serta bobot kering daun. Dosis optimum untuk
meningkatkan produksi tanaman pegagan di dataran tinggi adalah
63.51 ± 2 kg P2O5/ha.
PENGARUH PEMUPUKAN FOSFOR TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PEGAGAN
(Centella asiatica (L.) Urban) DI DATARAN TINGGI
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
ANDRIA AFRIDA
A24052776
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
Judul : PENGARUH PEMUPUKAN FOSFOR TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN
PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban) DI DATARAN
TINGGI
Nama : ANDRIA AFRIDA
NIM : A24052776
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS
NIP 19590505 198503 1 004
Mengetahui,
Plh Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB
Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M.Sc
NIP 19610202 198601 1 001
Tanggal Lulus: ...........................................
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 12 April 1987 di Lhokseumawe, Nanggroe
Aceh Darussalam. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan
Bapak Anwar dan Ibu Badriah.
Pada tahun 1999 penulis lulus dari Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN)
Kutablang, dan pada tahun 2002 penulis menyelesaikan pendidikan di SMPN 1
Lhokseumawe. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 1 Lhokseumawe pada tahun
2005.
Tahun 2005 penulis diterima di IPB melalui jalur USMI (Undangan
Seleksi Masuk IPB). Selanjutnya tahun 2006 penulis diterima di Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama menjalani studi di IPB,
penulis pernah menjadi staf Departemen Internal Himpunan Mahasiswa
Agronomi (Himagron) periode 2006/2007, staf Departemen Pengembangan
Sumber Daya Manusia Ikatan Mahasiswa Tanah Rencong (IMTR) periode
2006/2007, Sekretaris IMTR peroide 2007/2008, dan Ketua Asrama Mahasiswi
Aceh Malahayati periode 2007/2008. Pada tahun 2008 penulis menjadi asisten
praktikum lapangan Ekologi Pertanian selama satu semester.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah memberi
rahmat dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini
berjudul “Pengaruh Pemupukan Fosfor terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) di Dataran Tinggi”. Skripsi
ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih
penulis tujukan kepada:
1. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS. selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan arahan dan bimbingan selama penyusunan tugas akhir
penulis.
2. Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, MS. selaku dosen penguji dan pembimbing
akademik yang telah membimbing penulis selama studi di IPB.
3. Dr. Ir. Herdhata Agusta yang telah bersedia menjadi dosen penguji.
4. Bapak Hermanto dan Bapak Budi Hartoyo serta seluruh pegawai Kebun
Percobaan Balittro Gunung Putri atas bantuannya selama penelitian.
5. Ayah, bunda, adikku andri dan ulfa serta seluruh keluarga atas doa, cinta,
motivasi, dan kasih sayang yang selalu tercurah untuk penulis.
6. Arifka Yusri atas doa, semangat, dukungan, serta kebersamaannya selama
ini.
7. Seluruh putri Malahayati (K’Mala, Desna, Siti, Dara, Ami, dan Alvi,
Kandi), Bu Mamah, dan seluruh crew Leuser atas segala dukungan dan
kebersamaannya.
8. Mila, Ima, Rina, Mbok, dan seluruh teman-teman Agronomi dan
Hortikultura’42 atas semua bantuan dan kebersamaan yang terjalin selama
ini.
Bogor, Agustus 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ viii
PENDAHULUAN ............................................................................... 1
Latar Belakang ......................................................................... 2
Tujuan ...................................................................................... 2
Hipotesis ................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 3
Botani Tanaman Pegagan ......................................................... 3
Ekologi Tanaman ..................................................................... 3
Potensi Tanaman ...................................................................... 4
Pemupukan ............................................................................... 5
Fosfor ....................................................................................... 5
Tanah Andisols di Dataran Tinggi ........................................... 6
BAHAN DAN METODE ................................................................... 8
Waktu dan Tempat ................................................................... 8
Bahan dan Alat ......................................................................... 8
Metode Penelitian..................................................................... 8
Pelaksanaan .............................................................................. 9
Pengamatan .............................................................................. 10
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 13
Kondisi Umum Penelitian ........................................................ 13
Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam............................................... 15
Peubah Pertumbuhan Tanaman ................................................ 18
Komponen Produksi ................................................................. 25
Pembahasan .............................................................................. 28
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 32
Kesimpulan .............................................................................. 32
Saran ......................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 33
LAMPIRAN ......................................................................................... 36
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Hasil Analisis Tanah Awal ......................................................... 13
2. Rekapitulasi Sidik Ragam pada Peubah Pertumbuhan (RKLT) . 15
3. Rekapitulasi Sidik Ragam pada Komponen Produksi (RKLT) ... 18
4. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Induk pada Berbagai
Umur Tanaman ............................................................................ 18
5. Rata-rata Panjang Tangkai Daun pada Berbagai Umur
Tanaman ...................................................................................... 19
6. Rata-rata Panjang Daun pada Berbagai Umur Tanaman ............. 20
7. Rata-rata Lebar Daun Induk pada Berbagai Umur Tanaman ...... 20
8. Rata-rata Diameter Tangkai Daun pada Berbagai Umur
Tanaman ...................................................................................... 21
9. Rata-rata Tebal Daun pada Berbagai Umur Tanaman ................ 21
10. Rata-rata Jumlah Sulur Primer pada Berbagai Umur
Tanaman ..................................................................................... 22
11. Rata-rata Panjang Sulur Primer pada Berbagai Umur
Tanaman ..................................................................................... 22
12. Rata-rata Jumlah Buku pada Berbagai Umur Tanaman .............. 23
13. Rata-rata Jumlah Bunga Tanaman Induk pada
Berbagai Umur Tanaman ............................................................ 24
14. Rata-rata Jumlah Sulur Sekunder pada Berbagai Umur
Tanaman ...................................................................................... 24
15. Rata-rata Bobot Basah dan Kering Panen Ubinan 5 BST ........... 25
16. Rata-rata Bobot Basah dan Kering Panen Ubinan 6 BST ........... 26
17. Dosis Optimum Tiap Peubah ...................................................... 27
18. Kandungan Fosfor Jaringan ........................................................ 28
19. Rata-rata Kadar Air Panen Ubinan 6 BST .................................. 28
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Siput Telanjang (a) Frost injury pada Tanaman (b) ................... 15
2. Pengaruh Pupuk P terhadap Bobot Kering
Biomassa Total Tanaman Pegagan .............................................. 26
3. Pengaruh Pupuk P terhadap Bobot Kering Terna
Tanaman Pegagan ........................................................................ 27
4. Pengaruh Pupuk P terhadap Bobot Kering Daun
Tanaman Pegagan ........................................................................ 27
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Data Klimatologi di Kebun Percobaan Gunung Putri
Tahun 2008 dan 2009 .................................................................. 37
2. Kriteria Sifat Kimia Tanah .......................................................... 37
3. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Induk ........................... 37
4. Analisis Ragam Panjang Tangkai Daun ...................................... 38
5. Analisis Ragam Panjang Daun .................................................... 39
6. Analisis Ragam Lebar Daun ........................................................ 40
7. Analisis Ragam Diameter Tangkai Daun .................................... 41
8. Analisis Ragam Tebal Daun ........................................................ 42
9. Analisis Ragam Jumlah Sulur Primer ......................................... 42
10. Analisis Ragam Panjang Sulur Primer ........................................ 43
11. Analisis Ragam Jumlah Buku ..................................................... 44
12. Analisis Ragam Jumlah Bunga Tanaman Induk ......................... 45
13. Analisis Ragam Jumlah Sulur Sekunder ..................................... 46
14. Analisis Ragam Komponen Produksi Panen Ubinan 5 BST ...... 47
15. Analisis Ragam Komponen Produksi Panen Ubinan 6 BST ...... 47
16. Hasil Uji Polinomial Ortogonal .................................................. 48
17. Analisis Ragam Kadar Air Panen Ubinan 6 BST ....................... 48
18. Analisis Korelasi Komponen Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Pegagan ....................................................................................... 49
19. Denah Percobaan ........................................................................ 50
20. Penanaman (a) Aplikasi Pupuk N, P, dan K (b) ......................... 51
21. Kondisi Lahan pada 2 MST (a) dan 8 MST (b) ......................... 51
22. Pengaruh Pemupukan Fosfor pada 14 MST .............................. 51
23. Pertumbuhan Tanaman pada 4 MST (a) 6 MST (b) 8MST (c)
10 MST (d) 12 MST (e) 14 MST (f) dan 16 MST (g) ................ .... 52
24. Pengaruh Pemupukan Fosfor pada Panen Ubinan 6 BST .......... 52
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keanekaragaman hayati
yang tinggi. Salah satu potensi tumbuhan yang saat ini sedang dikembangkan
adalah tumbuhan yang berkhasiat obat. Hal tersebut didukung oleh letak Indonesia
yang berada di daerah khatulistiwa sehingga memiliki potensi flora dan iklim
yang sesuai terhadap berbagai jenis tanaman obat. Peningkatan permintaan
masyarakat terhadap tanaman obat memunculkan berbagai jenis obat baik
tradisional maupun modern yang berbahan baku tanaman obat. Salah satu
tanaman obat yang berpotensi untuk dikembangkan adalah pegagan (Centella
asiatica (L.) Urban). Tanaman ini telah lama dimanfaatkan sebagai obat
tradisional baik dalam bentuk bahan segar, kering maupun yang sudah dalam
bentuk ramuan atau jamu. Salah satu pabrik jamu memerlukan lebih kurang
100 ton pegagan setiap tahunnya. Pegagan merupakan bahan baku yang
digunakan pada sepuluh jenis jamu yang beredar di pasaran dengan kadar
simplisia yang dicantumkan dalam kemasannya antara 15-25% (Januwati dan
Yusron, 2005).
Penduduk pada beberapa daerah di India sangat senang membuat serbuk
dari pegagan yang sudah dikeringkan. Khasiatnya adalah untuk mempertajam
ingatan, menyehatkan badan, dan membuat awet muda (Winarto dan Surbakti,
2003). Di Australia telah dibuat obat dengan nama gotu kola yang bermanfaat
sebagai antipikun dan antistress. Selain itu di Cina pegagan dimanfaatkan untuk
memperlancar sirkulasi darah, bahkan dianggap lebih bermanfaat dibandingkan
dengan ginko biloba atau ginseng yang berasal dari Korea (Januwati dan Yusron,
2005).
Kandungan kimia yang sudah diketahui dalam pegagan antara lain
asiatikosida, thankunisida, isothankunisida, madekassosida, brahmosida,
brahminosida, asam madekasat, meso-inosetol, sentelosida, karetenoid, garam K,
Na, Ca, Fe, velarin, tanin, mucilago, resin, pektin, gula, protein, fosfor, dan
vitamin B. Di samping itu, pegagan mengandung sedikit vitamin C dan sedikit
minyak atsiri (Winarto dan Surbakti, 2003).
Peningkatan produktivitas tanaman memerlukan penelitian teknik
budidaya secara menyeluruh sehingga produk tanaman yang dihasilkan
berkualitas tinggi dan terjamin. Salah satu bentuk teknik budidaya yaitu
kesesuaian lingkungan tumbuh seperti ketersediaan hara fosfor dalam tanah.
Tisdale et al. (1985) menyatakan bahwa hara fosfor berperan penting dalam
pembentukan akar untuk penyerapan air dan hara, peningkatan jumlah klorofil
daun sehingga dapat berfotosintesis dengan baik dan menghasilkan fotosintat.
Oleh karena itu, pemupukan fosfor diduga dapat meningkatkan pertumbuhan dan
produksi bahan kering. Namun ketersediaan hara fosfor umumnya rendah pada
tanah-tanah masam seperti tanah Andisols. Hasil analisis tanah pada tanah
Andisols di lokasi penelitian (Kebun Percobaan Gunung Putri Cipanas) memiliki
pH tanah sangat masam, C-organik sedang, status hara P rendah (1.22 ppm), dan
unsur hara mikro tinggi (Sutardi, 2008). Hal ini disebabkan karena tanah Andisols
mempunyai sifat andik atau retensi fosfor tinggi sehingga sebagian besar fosfor
diikat oleh unsur Fe dan Al (Hardjowigeno, 2003). Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian khusus tentang pemupukan fosfor sehingga dapat diketahui
pengaruh pemupukan fosfor dan dosis optimum hara fosfor pada tanaman
pegagan.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemupukan
fosfor terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pegagan, serta memperoleh
informasi dosis optimum pupuk fosfor yang dapat meningkatkan pertumbuhan
dan produksi tanaman pegagan di dataran tinggi.
Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang berbeda
dengan pemberian pupuk fosfor pada berbagai dosis dan terdapat dosis optimum
pemupukan fosfor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
pegagan di dataran tinggi.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Pegagan
Pegagan diklasifikasikan ke dalam famili Umbelliferae (Apiaceae), genus
Centella dengan nama spesies Centella asiatica L. (Urban) dan mempunyai
sinonim Hydrocotyle asiatica L. Pes. (Winarto dan Surbakti, 2003). Tanaman ini
mempunyai banyak nama lokal di Indonesia antara lain daun tapak kuda, pegagan
(Sumatera); gagan-gagan, gangganan, kerok batok, pantegowang, panigowang,
rendeng (Jawa); antanan gede, calingan rambat (Sunda); kostekosan (Madura);
daun tongke-tongke (Bugis); dan kori-kori (Halmahera). Pegagan dikenal secara
internasional dengan nama asiatic pennywort, indian pennywort atau gotu cola
(Heyne, 1987).
Pegagan merupakan tumbuhan terna yang menahun dengan batang sangat
pendek. Stolon tumbuh dari batang yang menjalar horizontal di atas permukaan
tanah dan berbuku-buku. Pada buku yang menyentuh tanah akan keluar akar dan
tunas yang akan tumbuh menjadi tumbuhan baru. Daun pegagan tersusun secara
basalis (roset) dengan 2-10 daun tunggal per tanaman berbentuk seperti ginjal
berukuran 2-5 cm x 3-7 cm. Tangkai daun tegak dan sangat panjang berukuran
9-17 cm dengan bagian dalam berlubang serta bagian pangkal melekuk ke dalam
dan melebar seperti pelepah (Santa dan Prajogo, 1992). Bunga tersusun dalam
karangan berupa payung yang muncul dari ketiak daun. Pada tiap karangan
terdapat tiga buah bunga. Kelopak bunga berwarna hijau dan mahkota bunga
berwarna merah. Buah berukuran kecil, berwarna kuning coklat, dan berbentuk
lonjong. Tumbuhan ini berkembangbiak dengan biji dan sulur batang atau stolon
(Djauhariya dan Hernani, 2004).
Ekologi Tanaman
Pegagan merupakan tumbuhan iklim tropik yang tumbuh di dataran rendah
sampai ketinggian 2 500 m di atas permukaan laut (dpl). Tanaman ini dapat
tumbuh di tempat-tempat terbuka, pada tanah yang lembab dan subur, misalnya di
padang rumput, tegalan, tepi parit, di antara batu-batu, dan di tepi-tepi jalan
(Widowati et al., 1992). Pegagan menghendaki kondisi tanah yang lembab dan
subur, kelembaban udara yang diinginkan antara 70-90% dengan rata-rata
temperatur 20-250C dan tingkat kemasaman tanah (pH) netral antara 6-7 (Winarto
dan Surbakti, 2003).
Januwati dan Yusron (2005) menyatakan bahwa tanaman pegagan tumbuh
baik di tempat dengan naungan yang cukup. Pada tempat tersebut tanaman akan
tumbuh dengan helaian daun lebih besar dan tebal dibanding di tempat terbuka,
sedangkan pada tempat yang kurang cahaya helaian daun akan menipis dan
berwarna pucat. Selain itu untuk memperoleh daun yang lebar diperlukan
kelembaban dan kesuburan tanah yang cukup.
Potensi Tanaman
Pegagan mengandung bermacam-macam bahan kimia yaitu valerin,
minyak atsiri 1%, asiatikosida (glikosida triterpenoid), saponin, sentelosida, gula,
protein, mineral, tanin, pektin 17.25%, vitamin B, asam triterpen, minyak lemak,
alkaloid hidrokotilina, kalsium oksalat, dan amygdalin (Santa dan Prajogo, 1992).
Tanaman ini bermanfaat untuk revitalisasi tubuh dan pembuluh darah serta
memperkuat struktur jaringan tubuh. Tanaman ini juga dikenal sebagai brain tonic
(obat antilupa) karena berdasarkan uji klinis terbukti pegagan bisa merevitalisasi
pembuluh darah sehingga peredaran darah ke otak lancar.
Pegagan bersifat menyejukkan atau mendinginkan, menambah tenaga,
menimbulkan selera makan, dan menenangkan saraf. Tanaman ini juga memiliki
efek farmakologis sebagai antiinfeksi, antiracun, penurun panas, peluruh air seni,
antilepra, dan antisifilis. Efek farmakologis berupa antilepra dan antisifilis berasal
dari kandungan triterpenoid yaitu asiatikosida dan velarin. Daun pegagan
digunakan sebagai tonikum untuk menambah energi dan meningkatkan stamina.
Selain itu daun pegagan juga digunakan untuk perawatan kulit (Winarto dan
Surbakti, 2003).
Pemupukan
Pupuk adalah bahan yang diberikan ke dalam tanah baik organik maupun
anorganik untuk mengganti kehilangan unsur hara dari dalam tanah dan bertujuan
untuk meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan faktor lingkungan yang
baik (Sutedjo, 1994). Manfaat pupuk adalah menyediakan unsur hara yang kurang
atau bahkan tidak tersedia di tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman.
Pemupukan adalah setiap usaha pemberian pupuk yang bertujuan menambah
persediaan unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk meningkatkan
produksi dan mutu hasil tanaman (Marsono dan Sigit, 2001).
Pemupukan harus memperhatikan beberapa hal yaitu karakteristik tanaman
yang akan dipupuk, jenis tanah yang akan dipupuk, jenis pupuk yang digunakan,
dosis pupuk yang diberikan, waktu pemupukan, dan cara pemupukan
(Hardjowigeno, 2003). Berdasarkan bahan pembuatannya, pupuk digolongkan
menjadi pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik merupakan pupuk
yang berasal dari hasil pelapukan sisa makhluk hidup, sedangkan pupuk anorganik
adalah pupuk yang berasal dari bahan mineral atau senyawa kimia yang telah
diubah melalui proses produksi sehingga menjadi bentuk senyawa kimia yang
dapat diserap tanaman. Pupuk anorganik memiliki kadar unsur hara yang tinggi,
daya higroskopisitasnya tinggi, mudah larut dalam air sehingga lebih mudah
diserap tanaman (Agromedia, 2007).
Fosfor
Fosfor merupakan bagian yang esensial dari berbagai gula fosfat yang
berperan dalam reaksi-reaksi pada fase gelap fotosintesis, respirasi, dan berbagai
proses metabolisme lainnya. Fosfor juga merupakan bagian nukleotida (RNA dan
DNA) dan fosfolipida penyusun membran (Lakitan, 2008). Selain itu fosfor
berperan sebagai penyusun metabolit dan senyawa kompleks, aktivator, kofaktor
atau penyusun enzim, serta berperan dalam proses fisiologi (Soepardi, 1983).
Fosfor diserap tanaman dalam bentuk ion H2PO4-
atau HPO42-
, tergantung
pH larutan tanah. Pada pH 7.22 jumlah ion H2PO4- sama dengan HPO4
2-, di bawah
pH 7.22 sebagian besar dalam bentuk ion H2PO4- dan di atas pH 7.22 sebagian
besar dalam bentuk ion HPO42-
. Tanaman menyerap ion H2PO4- lebih cepat dari
pada ion HPO42-
. Senyawa fosfat organik dapat diserap tanaman, akan tetapi
dalam jumlah kecil (Tisdale et al., 1985).
Fosfor berperan dalam pembagian sel dan pembentukan lemak serta
albumin, pembentukan bunga, buah, dan biji, kematangan tanaman, melawan
pengaruh buruk nitrogen, perkembangan akar halus dan akar rambut,
meningkatkan kualitas tanaman dan ketahanan terhadap penyakit (Soepardi,
1983). Kadar P rendah pada tanaman berakibat kahat P sehingga mengurangi
sintesis protein, sebab P adalah sumber energi untuk mengubah asimilat menjadi
nukleoprotein. Kekahatan ini menyebabkan terjadinya penimbunan gula pada
bagian vegetatif tanaman yang mendorong pembentukan antosianin sehingga
warna daun berubah menjadi hijau tua. Daun tua berwarna coklat gelap dan gugur
(Salisbury dan Ross, 1995).
Havlin (2005) menyatakan bahwa fosfor di dalam tanaman bersifat mobil
sehingga jika terjadi kahat fosfor dari daun akan dipindahkan ke daun yang lebih
muda. Hal ini mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan tanaman tidak
mampu berproduksi secara optimal. Kadar fosfor di dalam tanaman 0.1-0.5%
lebih rendah dari kadar nitogen dan kalium. Marschner (1985) menyatakan bahwa
kebutuhan fosfor untuk pertumbuhan optimum tanaman berkisar 0.3-0.5% dari
berat kering tanaman selama pertumbuhan vegetatif, pada konsentrasi lebih tinggi
dari 1% dalam bahan kering kemungkinan tanaman akan keracunan.
Tanah Andisols di Dataran Tinggi
Berdasarkan sistem taksonomi tanah, tanah Andosol dikenal sebagai
Andisols yang mempunyai epipedon histik dan sifat andik (Soil Survey Staff,
1999). Andisols di Indonesia mempunyai sifat yang berbeda dari satu tempat
dengan tempat lainnya, hal ini disebabkan karena keragaman yang tinggi dari
bahan induk dan keadaan iklim (Sjarif dan Widjaja, 1994).
Tanah Andisols merupakan tanah yang berwarna hitam kelam sangat
porous, mengandung bahan organik dan liat amorf terutama alofan. Karakteristik
tanah Andisols diantaranya adalah memiliki kandungan bahan organik yang
tinggi, pH 4.5-6, bobot isi rendah, mempunyai konsistensi gembur, kurang plastis,
dan tidak lengket. Tanah Andisols memiliki kejenuhan basa sekitar 20-40%,
kapasitas tukar kation dan kapasitas tukar anion tinggi, serta kadar fosfor rendah
karena terfiksasi (Rachim dan Suwardi, 1999). Hardjowigeno (2003) menyatakan
bahwa tanah Andisols adalah tanah-tanah yang umumnya berwarna hitam
(epipedon mollik atau umbrik) dan mempunyai horison kambik, bulk density
kurang dari 0.85 g/cm3, banyak mengandung bahan amorf atau lebih dari 60%
terdiri dari abu vulkanik atau bahan pyroklastik. Rendahnya kandungan unsur
fosfor pada tanah masam seperti Andisols disebabkan karena pada tanah masam
biasanya mengandung ion-ion Al3+
, Fe3+
, dan Mn2+
terlarut dan tertukarkan dalam
jumlah yang cukup nyata. Hal ini mengakibatkan unsur fosfor terikat sehingga
tidak tersedia bagi tanaman (Tan, 1992).
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Percobaan dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 sampai April 2009 di
Kebun Percobaan Gunung Putri Cipanas Balai Penelitian Tanaman Obat dan
Aromatik (Balittro), Pacet, Kabupaten Cianjur, pada jenis tanah Andisols dengan
ketinggian tempat 1 500 m dpl. Analisis tanah, analisis pupuk, pengamatan panen,
dan analisis kandungan fosfor pada jaringan daun dilakukan di Laboratorium
Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro), Cimanggu, Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah bibit pegagan aksesi Boyolali, pupuk urea,
pupuk SP-18, dan pupuk KCl. Peralatan yang digunakan adalah alat budidaya
tanaman, alat ukur, timbangan analitik, dan jangka sorong digital.
Metode Penelitian
Percobaan ini menggunakan metode Rancangan Kelompok Lengkap
Teracak (RKLT) dengan satu faktor dan diulang sebanyak lima kali. Pengolahan
data akan dilakukan dengan RKLT dengan faktor tunggal adalah pemupukan
fosfor. Pemupukan fosfor terdiri dari lima taraf sehingga terdapat 25 satuan
percobaan. Dosis pupuk fosfor yang digunakan yaitu 0, 30, 60, 90, dan
120 kg P2O5/ha. Denah Lahan percobaan dapat dilihat pada Lampiran 19.
Model aditif linier yang digunakan adalah:
Yij = μ + Pi + βj + εijk
Dimana :
Yij = Pengamatan pada pemupukan P ke-i dan ulangan ke-j
μ = Rataan umum
Pi = Pengaruh pemupukan P pada taraf ke-i
βj = Pengaruh ulangan pada taraf ke-j
εijk = Pengaruh galat percobaan pada pemupukan P pada taraf ke-i dan
ulangan ke-j
Pengaruh dari pemupukan fosfor dapat diketahui dengan menggunakan
uji F pada taraf kesalahan 5%. Apabila terdapat pengaruh nyata terhadap peubah
yang diamati maka setiap perlakuan dibandingkan dengan menggunakan uji lanjut
Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kesalahan 5%. Analisis korelasi
dilakukan untuk mengetahui keeratan hubungan linear dari dua peubah. Uji
polinomial ortogonal untuk menentukan kurva respon hubungan peubah. Dosis
optimum pemupukan fosfor dapat diketahui dengan melakukan analisis regresi.
Pelaksanaan
Persiapan Lahan
Kegiatan diawali dengan pengambilan contoh tanah untuk analisis kimia
tanah. Kegiatan dilanjutkan dengan pembersihan lahan dari gulma dan pengolahan
tanah. Selanjutnya dibuat petakan dengan ukuran 2 m x 3 m sebanyak 25 petakan
dengan luas lahan 200 m2.
Penanaman
Penanaman dilakukan satu minggu setelah pengolahan tanah. Bibit
pegagan yang digunakan adalah aksesi Boyolali yang berumur satu bulan. Jarak
tanam yang digunakan adalah 30 cm x 40 cm dan jarak antar petak adalah 50 cm.
Populasi tanaman pada satu petakan adalah 50 tanaman, sehingga jumlah bibit
yang ditanam adalah 1 250 bibit. Kegiatan penanaman dapat dilihat pada
Lampiran 20a.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan saat penanaman dengan dosis P sesuai perlakuan,
sepertiga dosis Urea 300 kg/ha dan setengah dosis KCl 220 kg/ha (Lampiran 20b).
Pupuk dicampur dan diaplikasikan pada larikan di sekitar lubang tanam. Pada saat
tanaman berumur 40 dan 80 hari setelah tanam (HST) dilakukan pemupukan urea
kembali, sedangkan pada 60 HST dilakukan pemupukan KCl kembali.
Pemeliharaan
Pengendalian hama dan penyakit tidak dilakukan pada penelitian ini
karena tidak ada hama dan penyakit penting yang menyerang tanaman.
Pemeliharaan yang dilakukan adalah penyulaman tanaman dan penyiangan gulma.
Penyulaman dilakukan 2 minggu setelah tanam (MST). Penyiangan gulma
dilakukan dua minggu sekali secara manual yaitu dengan mencabut langsung
dengan tangan.
Panen
Panen dilakukan dua kali yaitu pada saat tanaman berumur 5 dan 6 bulan
setelah tanam (BST). Pemanenan dilakukan dengan cara mengambil seluruh
bagian tanaman. Panen yang dilakukan merupakan panen ubinan dengan luas
ubinan 1 m x 1 m.
Pengamatan
Pengamatan dimulai pada minggu ke-2 sampai minggu ke-16 dengan
mengambil 6 tanaman contoh per satuan percobaan. Pengamatan yang dilakukan
meliputi:
Pengamatan yang dilakukan pada 2 sampai 16 MST
1. Jumlah daun tanaman induk
Pengamatan jumlah daun tanaman induk dilakukan dengan menghitung
jumlah daun yang sudah terbuka penuh pada tanaman induk.
2. Panjang tangkai daun
Pengamatan panjang tangkai daun dilakukan dengan mengukur panjang
tangkai daun terpanjang dari pangkal sampai ujung tangkai daun tanaman
induk.
3. Panjang daun
Pengamatan panjang daun dilakukan dengan mengukur daun secara
horisontal daun terbesar yang muncul pada tanaman induk.
4. Lebar daun
Pengamatan lebar daun dilakukan dengan mengukur daun secara vertikal
daun terbesar yang muncul pada tanaman induk.
5. Jumlah sulur primer
Pengamatan jumlah sulur primer tanaman induk dilakukan dengan
menghitung jumlah sulur primer yang muncul pada tanaman induk.
6. Panjang sulur primer
Pengamatan panjang sulur primer dilakukan dengan mengukur panjang
sulur primer terpanjang yang muncul dari tanaman induk.
7. Jumlah buku
Pengamatan jumlah buku dilakukan dengan menghitung jumlah buku pada
sulur primer terpanjang pada tanaman induk.
Pengamatan yang dilakukan pada 2 sampai 12 MST
8. Tebal daun
Pengamatan tebal daun dilakukan dengan mengukur tebal pada daun
terbesar yang ada pada tanaman induk dengan jangka sorong digital.
9. Diameter tangkai daun
Pengamatan diameter tangkai daun dilakukan terhadap tangkai daun
terpanjang pada tanaman induk. Pengukuran diameter tangkai daun diukur
kira-kira 2 cm dari pangkal tangkai daun dengan jangka sorong digital.
Pengamatan yang dilakukan pada 6 sampai 16 MST
10. Jumlah bunga tanaman induk
Pengamatan jumlah bunga tanaman induk dilakukan dengan menghitung
bunga yang muncul dari tanaman induk.
Pengamatan yang dilakukan pada 8 sampai 16 MST
11. Jumlah sulur sekunder
Pengamatan jumlah sulur sekunder dilakukan dengan menghitung jumlah
sulur sekunder yang terbentuk pada sulur primer terpanjang pada tanaman
induk.
Pengamatan Panen
12. Analisis kandungan fosfor pada jaringan daun
Analisis kandungan fosfor pada jaringan daun dilakukan dengan
mengambil daun ke-3 pada panen 5 BST (Ghulamahdi et al., 2008). Daun
tanaman yang diambil terletak di luar ubinan.
13. Bobot basah dan kering panen ubinan
Pada panen ubinan 5 BST hanya dilakukan pengamatan bobot basah dan
kering total, sedangkan pada panen ubinan 6 BST dilakukan pengamatan
bobot basah dan kering total, bobot kering terna, bobot kering akar, dan
bobot kering daun. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven
pada suhu 600C selama 3 hari.
14. Kadar Air Panen Ubinan
Kadar air panen ubinan dihitung dengan menggunakan rumus:
Kadar Air = {(Bobot Basah Tanaman – Bobot Kering Tanaman)/Bobot
Basah Tanaman} X 100%
%100xLy
N
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kodisi Umum Penelitian
Berdasarkan data primer dari Kebun Percobaan Gunung Putri Cipanas,
suhu udara rata-rata selama penelitian ini berkisar antara 15.78-23.750C dengan
suhu maksimum terjadi pada bulan Maret, sedangkan suhu minimum terjadi pada
bulan Februari. Curah hujan pada saat penelitian berkisar 721.5-1 602 mm/bulan
dan jumlah hari hujan berkisar antara 13-18 hari. Curah hujan tertinggi terjadi
pada bulan Februari yaitu 1 602 mm/bulan, sedangkan curah hujan terendah
terjadi pada bulan Maret yaitu 721.5 mm/bulan (Lampiran 1). Selama penelitian
berlangsung penyediaan air cukup sehingga sangat mendukung pertumbuhan
tanaman. Pertumbuhan tanaman setiap 2 MST dapat dilihat pada Lampiran 23.
Tabel 1. Hasil Analisis Tanah Awal
Sifat
Tanah
Satuan Nilai Uji Tanah Metode/Ekstraktan
pH H2O 5.11 (Masam) pH meter
pH KCl 5.01 PH meter
C-Organik (%) 2.46 (Sedang) Kurmies
N-Total (%) 0.22 (Sedang) Kjeldahl
C/N Ratio 11.18 (Sedang) -
P-tersedia (ppm) 20.32 (Sedang) Bray-1
Ca (me/100 g) 7.34 (Sedang) 1 N NH4Oac pH 7.0
Mg (me/100 g) 0.84 (Rendah) 1 N NH4Oac pH 7.0
K (me/100 g) 0.30 (Sedang) 1 N NH4Oac pH 7.0
Na (me/100 g) 0.24 (Rendah) 1 N NH4Oac pH 7.0
Total 8.72 -
Al (me/100 g) 0 1 N KCl
KTK (me/100 g) 12.63 1 N NH4Oac pH 7.0
KB (%) 38.46 -
Fe (ppm) 16 100.00 (Sangat Tinggi) 0.05 N HCl
Mn (ppm) 164.26 (Sangat Tinggi) 0.05 N HCl
Cu (ppm) 23.55 (Rendah) 0.05 N HCl
Zn (ppm) 31.61 (Sedang) 0.05 N HCl
Tekstur -
Pasir (%) 77.83 Pipet
Debu (%) 13.40 Pipet
Liat (%) 8.77 Pipet Sumber: Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik
Hasil analisis tanah pada awal penelitian menunjukkan bahwa tanah pada
lokasi penelitian memiliki pH tanah masam. Kandungan C-organik, N-total,
P-tersedia, Ca, dan K tergolong sedang. Unsur Mg dan Na tergolong rendah.
Unsur mikro berada dalam kondisi rendah sampai sangat tinggi. Kriteria sifat
kimia tanah dapat dilihat pada Lampiran 2. Analisis sifat fisik tanah andisols
menunjukkan kandungan liat (8.77%), debu (13.40%), dan pasir (77.83%).
Tekstur pasir yang tinggi menyebabkan rendahnya daya pengikat air dan
penyangga hara. Tanaman tidak hanya membutuhkan hara yang cukup dan
seimbang untuk dapat tumbuh baik dan berproduksi tinggi, tetapi juga
memerlukan lingkungan fisik tanah yang cocok supaya akar tanaman dapat
berkembang dengan bebas, proses-proses fisiologi bagian tanaman yang berada di
dalam tanah dapat berlangsung dengan baik, dan tanaman berdiri tegak (Islamie
dan Utomo, 1995).
Persentase daya tumbuh tanaman di lahan adalah 99.12% dari total
tanaman. Curah hujan yang tinggi pada awal pertumbuhan (berkisar
731-1 161.5 mm/bulan) sangat mendukung pertumbuhan tanaman. Januwati dan
Yusron (2005) menyatakan bahwa pegagan tidak tahan terhadap tempat yang
kering karena sistem perakarannya yang dangkal. Oleh karena itu faktor yang
penting dalam pengembangan pegagan adalah curah hujan.
Gulma yang terdapat di lahan pertanaman seperti Axonopus compressus,
Borreria alata, Artemisia annua, dan lain-lain. Pengendalian gulma dilakukan dua
minggu sekali secara manual yaitu dengan mencabut langsung dengan tangan.
Selama penelitian berlangsung tidak ada hama dan penyakit penting yang
menyerang tanaman. Hama yang menyerang hanya ulat pemakan daun, bekicot,
belalang (Valanga mausiena) dan siput telanjang (Vaginula bleekeri). Suhu yang
rendah pada saat penelitian menyebabkan tanaman mengalami frost injury (luka
beku) yaitu adanya bercak-bercak coklat kehitaman pada daun. Peristiwa ini
terjadi pada bulan Januari dan Februari. Di Indonesia, frost banyak terjadi di
dataran tinggi. Peristiwa frost menyebabkan pecahnya sel-sel daun terutama pada
daun yang masih muda dikarenakan sel membeku pada tanaman (Kartasapoetra,
2006). Suhu dingin menyebabkan lipid dalam membran sel mengalami pengalihan
fase dari cair ke kristal. Hal ini mengakibatkan jaringan rusak dan aktivitas enzim
terganggu. Jika suhu meningkat dengan cepat, maka membran kembali pada fase
kristal ke cair dan sel pulih kembali (Salisbury dan Ross, 1995). Unsur iklim yang
tidak serasi dapat mengakibatkan kelainan fisiologi pada tanaman yaitu suhu
rendah, suhu tinggi, kekurangan cahaya matahari, kelembaban tinggi, dan iklim
kering (Yudiarti, 2007). Kondisi lahan dan pengaruh pemupukan fosfor pada
petakan perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 21 dan 22.
Gambar 1. Siput Telanjang (a) Frost injury pada Tanaman (b)
Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemupukan fosfor berpengaruh
nyata terhadap jumlah daun tanaman induk dan panjang daun saat 4 MST, jumlah
bunga tanaman induk pada umur 6 dan 16 MST, dan tebal daun pada umur 8 MST
(Tabel 2).
Tabel 2. Rekapitulasi Sidik Ragam pada Peubah Pertumbuhan (RKLT)
Peubah P Koefisien Keragaman
Jumlah Daun Tanaman Induk
2 MST tn 12.70
4 MST * 14.06
6 MST tn 23.41
8 MST tn 22.24
10 MST tn 23.24
12 MST tn 20.31
14 MST tn 22.79
16 MST tn 25.62
Panjang Tangkai Daun
2 MST tn 13.74
4 MST tn 22.82 Keterangan: ** : Sangat nyata pada taraf 1%, * : Nyata pada taraf 5%, tn : Tidak Nyata
a b
Lanjutan Tabel 2. Rekapitulasi Sidik Ragam pada Peubah Pertumbuhan
(RKLT)
Peubah P Koefisien Keragaman
6 MST tn 21.16
8 MST tn 10.63
10 MST tn 12.98
12 MST tn 11.55
14 MST tn 10.24
16 MST tn 12.13
Panjang Daun
2 MST tn 8.63
4 MST * 6.75
6 MST tn 9.30
8 MST tn 9.56
10 MST tn 9.90
12 MST tn 11.21
14 MST tn 11.48
16 MST tn 8.97
Lebar Daun
2 MST tn 8.35
4 MST tn 7.29
6 MST tn 8.41
8 MST tn 9.76
10 MST tn 9.50
12 MST tn 9.32
14 MST tn 7.63
16 MST tn 9.42
Diameter Tangkai Daun
2 MST tn 15.37
4 MST tn 10.76
6 MST tn 12.86
8 MST tn 10.29
10 MST tn 16.25
12 MST tn 12.56
Tebal Daun
2 MST tn 14.31
4 MST tn 9.89
6 MST tn 13.94
8 MST * 9.33
10 MST tn 15.53
12 MST tn 13.04
Jumlah Sulur Primer
2 MST*) tn 16.65
4 MST tn 27.74
6 MST tn 27.50
8 MST tn 23.85
10 MST tn 17.97 Keterangan: ** : Sangat nyata pada taraf 1%, * : Nyata pada taraf 5%, tn : Tidak Nyata
Lanjutan Tabel 2. Rekapitulasi Sidik Ragam pada Peubah Pertumbuhan
(RKLT)
Peubah P Koefisien Keragaman
12 MST tn 18.02
14 MST tn 17.07
16 MST tn 17.67
Panjang Sulur Primer
2 MST *) tn 28.65
4 MST *) tn 16.74
6 MST tn 25.37
8 MST tn 24.82
10 MST tn 24.54
12 MST tn 21.49
14 MST tn 13.08
16 MST tn 16.36
Jumlah Buku
2 MST *) tn 17.87
4 MST *) tn 13.06
6 MST tn 22.01
8 MST tn 23.21
10 MST tn 21.33
12 MST tn 17.86
14 MST tn 19.70
16 MST tn 16.68
Jumlah Bunga Tanaman Induk
6 MST *) * 15.41
8 MST *) tn 13.69
10 MST tn 26.31
12 MST tn 24.45
14 MST tn 20.52
16 MST * 22.37
Jumlah Sulur Sekunder
8 MST *) tn 15.01
10 MST *) tn 17.53
12 MST *) tn 15.63
14 MST *) tn 14.02
16 MST tn 23.48 Keterangan: ** : Sangat nyata pada taraf 1%, * : Nyata pada taraf 5%, tn : Tidak Nyata
*) : Transformasi (X + 0.5)0.5
Pemupukan fosfor tidak berpengaruh nyata terhadap komponen produksi
pada panen ubinan 5 BST. Pada panen ubinan 6 BST, pemupukan fosfor
berpengaruh nyata terhadap bobot basah total dan terna, serta bobot kering total
dan terna. Perlakuan pemupukan fosfor juga berpengaruh sangat nyata pada bobot
kering daun panen ubinan 6 BST (Tabel 3).
Tabel 3. Rekapitulasi Sidik Ragam pada Komponen Produksi (RKLT)
Peubah P Koefisien Keragaman
Panen Ubinan 5 BST
Bobot Basah Total tn 21.15
Bobot Kering Total tn 22.69
Kandungan Fosfor Jaringan tn 12.26
Panen Ubinan 6 BST
Bobot Basah Total*) * 12.92
Bobot Kering Total *) * 13.62
Bobot Basah Terna * 12.87
Bobot Kering Terna * 13.73
Bobot Kering Daun ** 5.92
Bobot Kering Akar*) tn 17.46
Kadar Air Panen tn 2.39 Keterangan: ** : Sangat nyata pada taraf 1%, * : Nyata pada taraf 5%, tn : Tidak Nyata
*) : Transformasi (X + 0.5)0.5
Peubah Pertumbuhan Tanaman
Jumlah Daun Tanaman Induk
Pemupukan fosfor hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah daun
tanaman induk pada umur 4 MST (Lampiran 3). Perlakuan 30 kg P2O5/ha
memiliki jumlah daun tanaman induk terbanyak yaitu 6.40 daun/tanaman. Jumlah
daun tanaman induk pada perlakuan ini berbeda nyata dengan perlakuan 0, 60,
dan 90 kg P2O5/ha. Namun perlakuan ini tidak berbeda nyata dengan perlakuan
120 kg P2O5/ha (Tabel 4). Jumlah daun berkorelasi nyata dengan panjang tangkai
daun (Lampiran 18).
Tabel 4. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Induk pada Berbagai Umur
Tanaman
Umur Tanaman
(MST)
Dosis Pupuk P2O5 (kg/ha)
0 30 60 90 120
..............................helai daun/tanaman induk..............................
2 4.86 4.83 4.60 4.33 4.70
4 5.20b 6.40a 4.73b 4.83b 5.63ab
6 8.46 9.40 8.23 8.70 9.00
8 9.70 10.75 9.33 9.25 10.23
10 10.90 13.41 12.53 12.29 12.10
12 14.10 15.66 14.43 14.85 14.83
14 14.93 16.57 14.36 14.89 15.97
16 16.47 18.10 15.30 16.56 17.73 Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata pada uji
DMRT 5%
Panjang Tangkai Daun
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemupukan fosfor tidak
berpengaruh nyata terhadap panjang tangkai daun pada semua umur pengamatan
(Lampiran 4). Panjang tangkai daun berkisar antara 5.12 cm (perlakuan
0 kg P2O5/ha pada 14 MST) sampai 14.74 cm (perlakuan 120 kg P2O5/ha pada
2 MST). Setelah umur tanaman 6 MST rata-rata panjang tangkai daun
menunjukkan pertumbuhan yang lambat dan cenderung staknasi (Tabel 5).
Peningkatan panjang tangkai daun sangat nyata mempengaruhi panjang daun,
lebar daun, dan diameter tangkai daun (Lampiran 18). Musyarofah (2006)
menyatakan bahwa perbedaan naungan berpengaruh nyata terhadap panjang
tangkai daun, tetapi pemberian pupuk alami tidak berpengaruh nyata.
Tabel 5. Rata-rata Panjang Tangkai Daun pada Berbagai Umur Tanaman
Umur Tanaman
(MST)
Dosis Pupuk P2O5 (kg/ha)
0 30 60 90 120
.............................................cm.............................................
2 12.72 12.99 14.15 13.65 14.74
4 10.73 12.22 11.71 11.72 13.02
6 7.70 8.12 7.56 6.27 7.91
8 6.17 6.69 6.82 6.40 7.03
10 6.15 6.55 6.58 6.73 7.14
12 5.63 5.99 5.82 6.09 6.06
14 5.12 5.40 5.16 5.65 5.35
16 5.65 5.69 5.99 6.18 6.05
Panjang Daun
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemupukan fosfor berpengaruh
nyata terhadap panjang daun pada umur 4 MST (Lampiran 5). Panjang daun
terpanjang terjadi pada dosis 30 kg P2O5/ha yaitu sebesar 3.25 cm. Perlakuan ini
tidak berbeda nyata dengan perlakuan 0, 90, dan 120 kg P2O5/ha, namun akan
berbeda nyata dengan perlakuan 60 kg P2O5/ha (Tabel 6). Sutardi (2008)
melaporkan bahwa pemberian pupuk P2O5 berpengaruh nyata terhadap panjang
daun pada umur 2 dan 4 MST, akan tetapi setelah umur 6 sampai 16 MST tidak
berpengaruh nyata. Panjang daun berkorelasi nyata dengan diameter tangkai daun.
Panjang daun juga berkorelasi sangat nyata dengan lebar daun. Semakin panjang
daun maka lebar dan diameter tangkai daun semakin bertambah (Lampiran 18).
Tabel 6. Rata-rata Panjang Daun pada Berbagai Umur Tanaman
Umur
Tanaman
Dosis Pupuk P2O5 (kg/ha)
0 30 60 90 120
(MST) ..............................................cm...............................................
2 2.93 3.07 2.96 3.00 3.02
4 3.00ab 3.25a 2.89b 2.99ab 3.19a
6 2.87 2.69 2.62 2.67 2.95
8 2.86 2.79 2.79 2.85 3.06
10 2.95 3.03 3.00 3.07 3.31
12 2.98 3.09 3.11 3.08 3.19
14 2.72 2.49 2.82 2.79 2.69
16 2.81 2.85 2.84 2.79 2.98 Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata pada uji
DMRT 5%
Lebar Daun
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemupukan fosfor tidak
berpengaruh nyata terhadap lebar daun pada semua umur pengamatan
(Lampiran 6). Rata-rata lebar daun dapat dilihat pada Tabel 7. Sutardi (2008)
menyatakan bahwa pemberian pupuk fosfor tidak berpengaruh nyata terhadap
lebar daun pada umur 2 sampai 16 MST. Lebar daun berkorelasi positif nyata
dengan diameter tangkai daun dan jumlah bunga tanaman induk (Lampiran 18).
Tabel 7. Rata-rata Lebar Daun pada Berbagai Umur Tanaman
Umur Tanaman
(MST)
Dosis Pupuk P2O5 (kg/ha)
0 30 60 90 120
..............................................cm...............................................
2 5.39 5.67 5.43 5.52 5.44
4 5.06 5.54 5.14 5.13 5.36
6 4.74 4.86 4.64 4.61 4.98
8 4.81 4.80 4.75 4.85 5.03
10 4.88 5.05 5.10 5.11 5.50
12 5.06 5.10 5.21 5.11 5.44
14 4.51 4.43 4.47 4.65 4.62
16 4.90 4.93 4.78 4.68 5.05
Diameter Tangkai Daun
Pemupukan fosfor tidak berpengaruh nyata terhadap diameter tangkai
daun pada semua umur pengamatan (Lampiran 7). Diameter tangkai daun berkisar
antara 1.05 mm (perlakuan 0 kg P2O5/ha pada 2 MST) sampai 1.59 mm
(perlakuan 120 kg P2O5/ha pada 10 MST). Rata-rata diameter tangkai daun pada
berbagai umur tanaman dapat dilihat pada Tabel 8. Diameter tangkai daun
berkorelasi sangat nyata dengan panjang tangkai daun. Diameter tangkai daun
juga berkorelasi nyata dengan panjang dan lebar daun (Lampiran 18). Hal ini
diduga bahwa peningkatan diameter tangkai daun digunakan untuk mendukung
peningkatan luas daun.
Tabel 8. Rata-rata Diameter Tangkai Daun pada Berbagai Umur Tanaman
Umur Tanaman
(MST)
Dosis Pupuk P2O5 (kg/ha)
0 30 60 90 120
..............................................mm...............................................
2 1.05 1.12 1.14 1.09 1.13
4 1.37 1.43 1.44 1.39 1.48
6 1.34 1.39 1.36 1.31 1.43
8 1.55 1.56 1.46 1.43 1.55
10 1.38 1.42 1.45 1.45 1.59
12 1.34 1.30 1.49 1.45 1.54
Tebal Daun
Hasil analisis ragam menunjukkan pemupukan fosfor berpengaruh nyata
terhadap tebal daun pada umur tanaman 8 MST (Lampiran 8). Perlakuan 30 kg
P2O5/ha memiliki tebal daun tertinggi yaitu sebesar 0.41 mm, perlakuan ini tidak
berbeda nyata dengan 0 dan 120 kg P2O5/ha. Namun akan berbeda nyata dengan
perlakuan 60 dan 90 kg P2O5/ha (Tabel 9). Musyarofah (2006) melaporkan bahwa
semakin tinggi naungan yang diberikan maka daun semakin tipis, sedangkan
pemberian pupuk alami pada pegagan tidak berpengaruh nyata terhadap tebal
daun.
Tabel 9. Rata-rata Tebal Daun pada Berbagai Umur Tanaman
Umur Tanaman
(MST)
Dosis Pupuk P2O5 (kg/ha)
0 30 60 90 120
..............................................mm...............................................
2 0.36 0.32 0.35 0.34 0.31
4 0.39 0.34 0.38 0.35 0.34
6 0.29 0.31 0.26 0.27 0.30
8 0.38ab 0.41a 0.32c 0.35bc 0.37abc
10 0.37 0.38 0.39 0.40 0.44
12 0.33 0.37 0.34 0.36 0.37 Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata pada uji
DMRT 5%
Jumlah Sulur Primer
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemupukan fosfor tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah sulur primer pada semua umur pengamatan
(Lampiran 9). Pertambahan umur tanaman secara umum akan meningkatkan
jumlah sulur primer (Tabel 10). Jumlah sulur primer berkorelasi sangat nyata
dengan jumlah daun tanaman induk. Semakin banyak sulur primer maka jumlah
daun tanaman induk akan bertambah. Jumlah sulur primer juga berkorelasi nyata
dengan bobot basah dan kering total, serta bobot kering terna (Lampiran 18).
Tabel 10. Rata-rata Jumlah Sulur Primer pada Berbagai Umur Tanaman
Umur Tanaman
(MST)
Dosis Pupuk P2O5 (kg/ha)
0 30 60 90 120
..................................sulur primer/tanaman.................................
2 0.97 0.90 0.70 0.87 0.57
4 1.37 1.50 1.20 1.30 1.17
6 2.50 2.56 1.76 2.03 2.03
8 3.23 3.23 3.00 2.93 2.97
10 4.27 4.57 4.07 3.96 3.73
12 5.46 5.67 5.27 5.19 4.63
14 6.23 5.47 4.77 5.35 5.27
16 6.50 7.02 6.67 6.49 5.70
Panjang Sulur Primer
Pemupukan fosfor tidak berpengaruh nyata terhadap panjang sulur primer
pada semua umur pengamatan (Lampiran 10). Panjang sulur primer memiliki
peningkatan yang linier mengikuti umur tanaman (Tabel 11). Peningkatan panjang
sulur primer sangat nyata mempengaruhi jumlah buku (Lampiran 18).
Tabel 11. Rata-rata Panjang Sulur Primer pada Berbagai Umur Tanaman
Umur Tanaman
(MST)
Dosis Pupuk P2O5 (kg/ha)
0 30 60 90 120
..............................................cm...............................................
2 6.45 6.44 6.21 6.42 3.72
4 17.48 17.81 14.99 15.38 13.38
6 31.23 32.11 26.48 26.18 30.82
8 46.39 45.76 38.29 39.35 43.09
10 57.44 58.92 50.73 54.99 56.29
12 64.74 63.71 58.91 60.52 66.39
14 67.80 64.40 61.16 60.32 65.24
16 65.16 69.94 62.19 72.57 71.89
Jumlah Buku
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemupukan fosfor tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah buku pada semua umur pengamatan
(Lampiran 11). Rata-rata jumlah buku pada berbagai umur tanaman disajikan pada
Tabel 12. Jumlah buku berkorelasi sangat nyata dengan jumlah sulur sekunder.
Peningkatan jumlah buku sangat nyata mempengaruhi jumlah sulur sekunder.
Semakin banyak jumlah buku yang terbentuk maka jumlah sulur sekunder
semakin meningkat (Lampiran 18).
Tabel 12. Rata-rata Jumlah Buku pada Berbagai Umur Tanaman
Umur Tanaman
(MST)
Dosis Pupuk P2O5 (kg/ha)
0 30 60 90 120
.....................................buku/sulur primer....................................
2 1.16 1.00 1.00 0.99 0.74
4 2.73 2.40 2.00 2.13 1.83
6 4.57 4.23 3.67 3.87 4.17
8 6.30 5.83 4.83 5.25 5.57
10 7.27 6.99 6.23 6.81 7.16
12 8.50 7.99 7.20 7.79 8.13
14 9.03 7.67 7.50 7.04 8.20
16 8.46 8.47 7.40 8.57 8.40
Jumlah Bunga Tanaman Induk
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemupukan fosfor berpengaruh
nyata terhadap jumlah bunga tanaman induk pada saat 6 dan 16 MST
(Lampiran 12). Pada 6 MST jumlah bunga tanaman induk tertinggi terjadi pada
perlakuan 30 kg P2O5/ha yaitu sebesar 1.1 bunga/tanaman. Perlakuan ini tidak
berbeda nyata dengan perlakuan 0, 90, dan 120 kg P2O5/ha. Namun akan berbeda
nyata dengan perlakuan 60 kg P2O5/ha. Pada saat umur 16 MST jumlah bunga
tanaman induk tertinggi terjadi pada dosis 120 kg P2O5/ha yaitu sebesar
4.6 bunga/tanaman. Perlakuan ini tidak berbeda nyata dengan perlakuan 0, 30, dan
60 kg P2O5/ha. Namun akan berbeda nyata dengan perlakuan 90 kg P2O5/ha. Rata-
rata jumlah bunga tanaman induk pada berbagai umur tanaman dapat dilihat pada
Tabel 13. Jumlah bunga tanaman induk berkorelasi nyata dengan jumlah daun dan
lebar daun (Lampiran 18).
Tabel 13. Rata-rata Jumlah Bunga Tanaman Induk pada Berbagai Umur
Tanaman
Umur Tanaman
(MST)
Dosis Pupuk P2O5 (kg/ha)
0 30 60 90 120
..................................bunga/tanaman induk..................................
6 1.05a 1.10a 0.43b 0.70ab 1.00ab
8 1.93 2.54 1.79 1.74 2.63
10 2.70 2.57 2.10 1.69 2.27
12 3.10 2.96 2.73 2.31 2.93
14 3.67 3.87 3.53 2.99 3.63
16 4.20a 4.34a 3.46ab 2.97b 4.60a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata pada uji
DMRT 5%
Jumlah Sulur Sekunder
Pemupukan fosfor tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah sulur
sekunder pada semua umur tanaman yang diamati (Lampiran 13). Rata-rata
jumlah sulur sekunder pada berbagai umur tanaman disajikan pada
Tabel 14. Santoso (2008) menyatakan bahwa pemupukan fosfor tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah sulur sekunder pada setiap umur tanaman
yang diamati. Jumlah sulur sekunder berkorelasi nyata dengan panjang sulur
primer. Jumlah sulur sekunder semakin banyak dengan bertambahnya panjang
sulur primer (Lampiran 18).
Tabel 14. Rata-rata Jumlah Sulur Sekunder pada Berbagai Umur Tanaman
Umur Tanaman
(MST)
Dosis Pupuk P2O5 (kg/ha)
0 30 60 90 120
...........................sulur sekunder/sulur primer............................
8 0.86 1.08 0.47 0.71 0.60
10 2.00 2.25 1.33 2.33 1.80
12 2.90 3.01 1.89 2.89 3.03
14 2.87 3.18 1.97 2.17 2.53
16 3.83 3.56 2.97 3.81 3.17
Komponen Produksi
Bobot Basah dan Kering Panen Ubinan
Pada panen 5 BST pemupukan fosfor tidak berpengaruh nyata terhadap
bobot basah dan kering total (Lampiran 14). Bobot basah total berkisar antara
755.50-946.10 g/m2 dan bobot kering total berkisar antara 128.40-173.32 g/m
2
(Tabel 15).
Tabel 15. Rata-rata Bobot Basah dan Kering Panen Ubinan 5 BST
Dosis Pupuk P2O5 (kg/ha) Bobot Total
Bobot Basah Bobot Kering
.....................................g/m2.........................................
0 755.50 128.42
30 937.10 173.32
60 946.10 172.21
90 883.70 156.50
120 867.60 155.49
Pemupukan fosfor berpengaruh nyata terhadap komponen produksi panen
ubinan 6 BST (Lampiran 15). Pemupukan fosfor dosis 60 kg P2O5/ha berbeda
nyata dengan perlakuan tanpa pemupukan pada umur panen 6 BST terhadap
peubah bobot basah dan kering total, serta bobot kering terna. Namun perlakuan
ini tidak berbeda nyata dengan perlakuan pemupukan pada dosis 30, 90, dan 120
kg P2O5/ha. Pemupukan fosfor berpengaruh sangat nyata pada peubah bobot
kering daun. Perlakuan Pemupukan fosfor dosis 60 kg P2O5/ha berbeda nyata
dengan perlakuan pemupukan pada dosis 0, 30, 90, dan 120 kg P2O5/ha pada
peubah bobot kering daun (Tabel 16). Perlakuan pemupukan fosfor ini akan
meningkatkan nilai komponen produksi pada dosis tertentu, dan selanjutnya akan
mengalami penurunan nilai dengan semakin banyaknya dosis pupuk yang
diberikan.
Tabel 16. Rata-rata Bobot Basah dan Kering Panen Ubinan 6 BST
Dosis P2O5
(kg/ha)
BB Total
BK Total
BB Terna BK Terna
BKD BK Akar
......................................................g/m2.
.............................................
0 427.40b 78.42b 371.20b 67.65b 27.68c 10.77
30 747.90a 145.74a 657.10a 127.46a 36.58b 18.28
60 755.30a 148.45a 679.00a 133.67a 45.17a 14.77
90 596.20ab 107.93ab 531.90ab 95.40ab 35.32b 12.53
120 590.70ab 107.62ab 515.70ab 92.85ab 33.78b 14.76 Keterangan: BB:Bobot Basah, BK: Bobot Kering, BKD: Bobot Kering Daun
Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada
uji DMRT 5%
Pemupukan fosfor pada tanaman pegagan nyata mempengaruhi bobot
kering total secara kuadratik dengan mengikuti persamaan kuadratik
Y = 88.0160 + 1.768500x – 0.0141658x2
(R2
= 0.201). Dosis optimum untuk
bobot kering total tanaman pegagan adalah 62.42 kg P2O5/ha (Gambar 2). Hasil
uji polinomial ortogonal disajikan pada Lampiran 16.
Gambar 2. Pengaruh Pupuk P terhadap Bobot Kering Total Tanaman Pegagan
Pemupukan fosfor pada tanaman pegagan nyata mempengaruhi bobot
kering terna secara kuadratik dengan mengikuti persamaan kuadratik
Y = 75.5620 + 1.67274x – 0.0134295x2
(R2
= 0.408). Dosis optimum untuk bobot
kering terna tanaman pegagan adalah 62.28 kg P2O5/ha (Gambar 3). Hasil uji
polinomial ortogonal disajikan pada Lampiran 16.
Gambar 3. Pengaruh Pupuk P terhadap Bobot Kering Terna Tanaman Pegagan
Pemupukan fosfor pada tanaman pegagan sangat nyata mempengaruhi
bobot kering daun secara kuadratik dengan mengikuti persamaan kuadratik
Y= 27.9026 + 0.410992x – 0.0031213x2 (R
2 = 0.631). Dosis optimum untuk bobot
kering daun tanaman pegagan adalah 65.84 kg P2O5/ha (Gambar 4). Hasil uji
polinomial ortogonal disajikan pada Lampiran 16.
Gambar 4. Pengaruh Pupuk P terhadap Bobot Kering Daun Tanaman Pegagan
Berdasarkan dosis optimum tiap peubah diperoleh rata-rata dosis optimum
untuk meningkatkan produksi tanaman pegagan adalah 63.51 ± 2 kg P2O5/ha
(Tabel 17).
Tabel 17. Dosis Optimum Tiap Peubah
No Peubah Dosis Optimum P2O5 (kg/ha)
1 Bobot kering total 62.42
2 Bobot kering terna 62.28
3 Bobot kering daun 65.84
Rata-rata 63.51
Kandungan Fosfor Jaringan
Pengamatan kandungan fosfor jaringan hanya dilakukan 1 kali yaitu pada
5 BST. Pemupukan fosfor tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan fosfor
dalam jaringan tanaman pegagan (lampiran 14). Rata-rata kandungan fosfor
jaringan dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Rata-rata Kandungan Fosfor Jaringan pada 5 BST
Dosis Pupuk P2O5 (kg/ha) Kandungan P Jaringan (%)
0 0.216
30 0.272
60 0.238
90 0.242
120 0.260
Kadar Air Panen Ubinan
Pengamatan kadar air panen ubinan hanya dilakukan pada 6 BST.
Pemupukan fosfor tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air panen ubinan
6 BST (Lampiran 17). Kadar air panen ubinan 6 BST berkisar antara 80.79-
81.93%. Rata-rata kadar air panen ubinan 6 BST dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Rata-rata Kadar Air Panen Ubinan 6 BST
Dosis Pupuk P2O5 (kg/ha) KA Panen Total (%) KA Panen Terna (%)
0 81.79 81.93
30 80.88 80.94
60 80.79 80.93
90 81.44 81.57
120 81.72 81.91 Keterangan: KA: Kadar Air
Pembahasan
Pemupukan fosfor berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman
induk dan panjang daun saat umur tanaman 4 MST, jumlah bunga tanaman induk
saat 6 dan 16 MST, dan tebal daun saat 8 MST. Sutardi (2008) menyatakan bahwa
pemupukan fosfor tidak berpengaruh nyata pada semua peubah pertumbuhan
tanaman pegagan, kecuali terhadap nilai SPAD klorofil meter daun tua.
Perlakuan pemupukan 30 kg P2O5/ha menunjukkan nilai jumlah daun
tanaman induk lebih baik dibandingkan pada perlakuan lainnya. Fosfor
merupakan unsur yang berperan penting dalam proses pemecahan karbohidrat
untuk energi, penyimpanan dan peredarannya ke seluruh bagian tanaman dalam
bentuk ADP dan ATP. Unsur ini juga berperan dalam pembentukan akar
(Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Fosfor merupakan unsur yang berperan
sebagai penyusun metabolit dan senyawa kompleks, aktivator, kofaktor, serta
berperan dalam perkembangan akar halus dan akar rambut (Soepardi, 1983).
Pertumbuhan akar akan mendorong peningkatan jumlah unsur hara yang dapat
diserap oleh tanaman dan digunakan untuk proses metabolisme. Unsur hara yang
cukup akan menunjang pertumbuhan organ tanaman, termasuk jumlah daun
tanaman induk.
Pemupukan fosfor tidak berpengaruh nyata terhadap peubah panjang
tangkai daun, lebar daun, diameter tangkai daun, jumlah sulur primer, panjang
sulur primer, jumlah buku, jumlah sulur sekunder, kandungan fosfor jaringan,
serta bobot basah dan kering total panen ubinan 5 BST. Hal ini dapat diduga
karena penyerapan fosfor yang belum optimal oleh tanaman. Analisis tanah awal
menunjukkan pH tanah masam (5.11) dan kandungan Fe dan Mn yang tinggi
dalam tanah. Tan (1992) menyatakan bahwa semakin rendah pH maka semakin
besar konsentrasi Al, Fe, dan Mn yang dapat larut, sehingga mengakibatkan
semakin besar jumlah fosfor yang diikat. Soepardi (1983) juga menyatakan
ketersediaan pupuk fosfor anorganik sangat ditentukan oleh faktor pH tanah, besi,
aluminium, dan mangan larut, tersedianya kalsium, jumlah dan tingkat
dekomposisi bahan organik, serta kegiatan mikroorganisme.
Indranada (1989) menyatakan bahwa kebanyakan senyawa fosfor sangat
rendah sekali kelarutannya, tidak seperti senyawa nitrogen yang kelarutannya
cukup tinggi. Efisiensi pupuk fosfor relatif sangat rendah hanya berkisar 5 sampai
25% dari fosfor yang diberikan diserap oleh tanaman yang tumbuh pada saat
pemupukan. Menurut Hardjowigeno (2003) kelarutan menunjukkan mudah
tidaknya pupuk larut dalam air dan ini menunjukkan mudah tidaknya unsur yang
dikandung pupuk diambil oleh tanaman. Harjadi (1996) menyatakan pada
umumnya tanaman yang dipanen bagian vegetatifnya lebih responsif terhadap
pemupukan nitrogen dibandingkan pemupukan unsur lainnya. Santoso (2008)
melaporkan bahwa pemupukan fosfor tidak berpengaruh nyata terhadap diameter
tangkai daun, panjang tangkai bunga induk, jumlah sulur primer, jumlah sulur
sekunder, bobot basah dan kering biomassa, serta kandungan fosfor jaringan pada
pegagan.
Pada panen ubinan 6 BST bobot kering total dan terna berkorelasi nyata
terhadap komponen pertumbuhan jumlah daun tanaman induk dan jumlah sulur
primer, sehingga setiap pertambahan jumlah daun tanaman induk dan sulur primer
akan meningkatkan bobot kering total dan terna. Bobot kering daun berkorelasi
sangat nyata terhadap peubah jumlah daun tanaman induk sehingga semakin
banyak jumlah daun tanaman induk akan meningkatkan bobot kering daun
(Lampiran 18).
Pemupukan fosfor berpengaruh nyata terhadap komponen produksi panen
6 BST. Pengaruh pemupukan fosfor pada panen ubinan 6 BST dapat dilihat pada
Lampiran 24. Perlakuan pemupukan 60 kg P2O5/ha memberikan peningkatan pada
nilai bobot kering terna dan daun yaitu sebesar 97.59% dan 63.17% dibandingkan
dengan perlakuan tanpa pemupukan. Hal ini diduga karena curah hujan yang
tinggi menyebabkan fosfor dilarutkan oleh air (curah hujan 1 090 mm/bulan)
sehingga tersedia untuk tanaman dan memudahkan penyerapan unsur fosfor
secara difusi. Salah satu cara untuk meningkatkan keefisienan pengambilan fosfor
tanah yaitu dengan menurunkan kesukaran difusi melalui penambahan air ke
dalam tanah (Sabiham et al., 1983). Ketersediaan unsur hara sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Menurut Havlin et al. (2005) hara
fosfor berperan penting dalam penyimpanan dan transfer energi. Nyakpa et al.
(1988) juga menyatakan unsur fosfor dapat meningkatkan produksi tanaman atau
bahan kering, perbaikan kualitas hasil dan mempercepat masa pematangan.
Sutardi (2008) melaporkan bahwa perlakuan umur waktu panen dan pupuk P2O5
berpengaruh nyata terhadap produksi bobot basah dan kering tanaman pegagan,
akan tetapi kandungan asiatikosida tidak berbeda nyata.
Produktivitas tanaman pegagan pada perlakuan 60 kg P2O5/ha mencapai
6.79 ton terna basah/ha, 1.34 ton terna kering/ha, dan 451.70 kg daun kering/ha.
Hasil ini lebih rendah dari penelitian sebelumnya yang menggunakan pupuk
kandang atau pupuk organik sebagai pupuk dasar. Sutardi (2008) melaporkan
bahwa produktivitas pegagan pada perlakuan 108 kg P2O5/ha panen ubinan 4 BST
mencapai 6.94 ton terna basah/ha dan 1.85 ton terna kering/ha.
Pengaruh pemupukan fosfor terhadap komponen produksi pada 6 BST
mengikuti pola kuadratik. Pemberian pupuk fosfor dapat meningkatkan produksi
tanaman pegagan sampai 30 kg P2O5/ha, dan terus meningkat sampai perlakuan
60 kg P2O5/ha sehingga diperoleh titik optimum. Setelah titik optimum tersebut,
perlakuan pemupukan 90 dan 120 kg P2O5/ha selanjutnya menurunkan produksi
tanaman. Agustina (1990) menyatakan bahwa hubungan dosis pupuk dengan hasil
tanaman mengikuti pola kuadratik, artinya pemberian pupuk tertentu dapat
meningkatkan hasil tanaman sebaliknya dosis yang berlebihan akan
mengakibatkan menurunnya hasil tanaman. Hasil analisis regresi dari peubah
bobot kering total, terna, dan daun pada panen 6 BST menunjukkan bahwa dosis
optimum untuk meningkatkan produksi tanaman pegagan adalah
63.51 ± 2 kg P2O5/ha (Tabel 20). Bobot kering digunakan dalam menentukan
dosis optimum karena nilai status airnyanya tidak berubah, dan tanaman obat
seperti pegagan biasanya digunakan dalam bentuk simplisia (bentuk kering).
Menurut Goldsworthy (1996) berat kering telah diterima sebagai suatu ukuran.
Analisis pertumbuhan yang dinyatakan dengan berat kering digunakan untuk
mengukur kemampuan tanaman sebagai penghasil fotosintat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemupukan fosfor berpengaruh nyata meningkatkan jumlah daun tanaman
induk dan panjang daun pada umur 4 MST, jumlah bunga tanaman induk pada
umur 6 dan 16 MST, dan tebal daun pada umur 8 MST. Perlakuan pemupukan
30 kg P2O5/ha memiliki nilai lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya pada
peubah jumlah daun tanaman induk.
Pemupukan fosfor berpengaruh nyata meningkatkan bobot basah dan
kering total, serta bobot basah dan kering terna panen ubinan 6 BST. Pemupukan
fosfor juga berpengaruh sangat nyata meningkatkan bobot kering daun panen
ubinan 6 BST. Pemupukan fosfor dosis 60 kg P2O5/ha berbeda nyata dengan
perlakuan tanpa pemupukan terhadap peubah bobot basah dan kering total, bobot
basah dan kering terna, serta bobot kering daun. Dosis optimum untuk
meningkatkan produksi tanaman pegagan di dataran tinggi adalah
63.51 ± 2 kg P2O5/ha.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk menggunakan dosis
pemupukan fosfor adalah 63.51 ± 2 kg P2O5/ha untuk meningkatkan produksi
tanaman pegagan di dataran tinggi. Namun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
tentang pengaruh dosis optimum pupuk fosfor terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman pegagan dengan penambahan pupuk organik.
DAFTAR PUSTAKA
Agromedia. 2007. Petunjuk Pemupukan. Agromedia Pustaka. Jakarta. 100 hal.
Agustina, L. 1990. Nutrisi Tanaman. Rineka Cipta. Jakarta. 69 hal.
Djauhariya, E. dan Hernani. 2004. Gulma Berkhasiat Obat. Penebar Swadaya.
Jakarta. 128 hal.
Ghulamahdi, M., S.A. Aziz, N. Bermawie, dan O. Trisilawati. 2008. Studi
Penyiapan Standar Operasional Prosedur Budidaya untuk Produksi
Bioaktif Mendukung Standarisasi Mutu Pegagan. Laporan Penelitian.
Institut Pertanian Bogor dan Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. 71 hal.
Goldsworthy, P.R. dan N.M. Fisher. 1996. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik.
Terjemahan dari: The Physiology of Tropical Field Crops. Penerjemah:
Tohari dan Soedharoedjian. Penerbit Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. 874 hal.
Harjadi, M.M.S.S. 1996. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
197 hal.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. 286 hal.
Havlin, J.L., J.D. Beaton, S.L. Tisdale, and W.L. Nelson. 2005. Soil Fertility and
Fertilizers: An Introduction to Nutrient Management. Pearson Prentice
Hall. New Jersey. 515 p.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid III. Balai Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta. 567 hal.
Indranada, H.K. 1989. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bina Aksara. Jakarta.
90 hal.
Islamie, T. dan W.H Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP
Semarang Press. Semarang. 297 hal.
Januwati, M. dan M. Yusron. 2005. Budi daya tanaman pegagan.
http//balittro.litbang.deptan.go.id. [22 Maret 2008].
Kartasapoetra, A.G. 2006. Klimatologi: Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan
Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta. 101 hal.
Lakitan, B. 2008. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada.
Jakarta. 206 hal.
Leiwakabessy, F.M. dan A. Sutandi. 2004. Diktat Kuliah Pupuk dan Pemupukan.
Departemen Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
208 hal.
Marschner, H. 1985. Mineral Nutrition in Higher Plants. Academic Press.
London. 674 p.
Marsono dan P. Sigit. 2001. Pupuk Akar: Jenis dan Aplikasinya. Penebar
Swadaya. Jakarta. 96 hal.
Musyarofah, N. 2006. Respon Tanaman Pegagan (Centella asiatica L. Urban)
terhadap Pemberian Pupuk Alami di Bawah Naungan.
http://www.novelvar.com. [15 Mei 2009].
Nyakpa, Y., A.M. Lubis, M.A. Pulung, A.G. Amrah, A. Munawar. B.H. Go, dan
N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. Bandar
Lampung. 294 hal.
Rachim, D.A. dan Suwardi. 1999. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Jurusan
Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 186 hal.
Sabiham, S., S. Djokosudardjo, G. Soepardi. 1983. Diktat Kuliah Pupuk dan
Pemupukan. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor. 140 hal.
Salisbury, F.B. and C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 1. Terjemahan
dari: Plant Physiology. Penerjemah: D.R. Lukman dan Sumaryono.
Penerbit ITB. Bandung. 241 hal.
Salisbury, F.B. and C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. Terjemahan
dari: Plant Physiology. Penerjemah: D.R. Lukman dan Sumaryono.
Penerbit ITB. Bandung. 343 hal.
Santa, I.G.F. dan E.W. Prajogo. 1992. Studi Taksonomi Centella asiatica (L)
Urban. Warta Tumbuhan Obat Indonesia 1(2): 46-47.
Santoso, G. 2008. Pengaruh Waktu Panen dan Pemupukan Fosfor terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pegagan (Centella asiatica L.
Urban). Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 48 hal.
Sjarif, S. dan H. Widjaja.1994. Penentuan Metode Analisa P Tanah untuk
Pendugaan Kebutuhan Pupuk P pada Andisols. Laporan Penelitian.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 52 hal.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 591 hal.
Soil Survey Staff. 1999. Kunci Taksonomi Tanah. Edisi Kedua. Pusat Penelitian
Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
286 hal.
Sutardi. 2008. Kajian Waktu Panen dan Pemupukan Fosfor terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Asiatikosida Tanaman Pegagan (Centella asiatica L. Urban)
di Dataran Tinggi. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 82 hal.
Sutedjo, M.M. 1994. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. 173 hal.
Tan, K. H. 1992. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Terjemahan dari: Principles of Soil
Chemistry. Penerjemah: D.H. Goenadi. Penerbit Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta. 295 hal.
Tisdale, S.L., W.L. Nelson, and J.D Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizers. 4th
Edition. Mcmillan Publishing Company. New York. 754 p.
Widowati, L., Pudjiastuti, D. Indrari, dan D. Sundari. 1992. Beberapa informasi
khasiat keamanan dan fitokimia tanaman pegagan, Centella asiatica (L.)
Urban. Warta Tumbuhan Obat Indonesia 1(2):39-42.
Winarto, W.P. dan M. Surbakti. 2003. Khasiat dan Manfaat Pegagan, Tanaman
Penambah Daya Ingat. Agromedia Pustaka. Jakarta. 64 hal.
Yudiarti, T. 2007. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Graha Ilmu. Yogyakarta. 120 hal.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Klimatologi di Kebun Percobaan Gunung Putri Tahun 2008
dan 2009
Bulan Suhu (0C) Rata-rata Curah Hujan
(mm)
Hari Hujan
Min Maks
Oktober 16.15 23.16 19.85 731.00 14
November 15.90 22.84 19.37 1 161.50 18
Desember 16.12 22.68 19.40 797.00 18
Januari 16.11 23.08 19.60 955.50 16
Februari 15.78 21.62 18.70 1 602.00 17
Maret 16.28 23.75 20.01 721.50 13
April 16.30 23.50 19.90 1 090.00 17
Lampiran 2. Kriteria Sifat Kimia Tanah
Sifat Tanah Sangat
Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat
Tinggi
C (%) < 1 1-2 2.01-3.00 3.01-5.0 > 5
N (%) < 0.1 0.1-0.2 0.21-0.50 0.51-0.75 > 0.75
C/N (%) < 5 5-10 10-15 16-25 > 25
P2O5 HCl (me/100 g) < 10 10-20 21-40 41-60 > 60
P2O5 Bray-1 (ppm) < 10 10-15 15-25 25-35 > 35
P2O5 Olsen (ppm) < 10 10-25 26-45 45-60 > 60
K2O HCl 25%
(me/100 g)
< 10 10-20 21-40 41-60 > 60
KTK (me/100 g) < 5 5-16 17-24 25-60 > 40
K (me/100 g) < 0.1 0.1-0.2 0.3-0.5 0.6-1.0 > 1.0
Na (me/100 g) < 0.1 0.1-0.3 0.4-0.7 0.8-1.0 > 1.0
Mg (me/100 g) < 0.4 0.4-1.0 1.1-2.0 2.1-8.0 > 8.0
Ca (me/100 g) < 2 2-5 6-10 11-20 > 20
KB (%) < 20 20-35 36-50 51-70 > 70
Kejenuhan Al (%) < 10 10-20 21-30 31-60 > 60
pH H2O Sangat
Masam
Masam Agak
Masam
Netral Agak
Alkalis
< 4.5 4.5-5.5 5.6-6.5 6.6-7.5 7.6-8.5 Sumber: Pusat Penelitian Tanah (2008)
Lampiran 3. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Induk
Umur
(MST)
Sumber
Keragaman
DB JK KT F
hitung
Pr KK
(%)
2 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
1.374
0.919
5.621
7.915
0.343
0.229
0.351
0.98
0.65
0.446
0.632
12.70
Lanjutan Lampiran 3. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Induk
Umur
(MST)
Sumber
Keragaman
DB JK KT F
hitung
Pr KK
(%)
4 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
14.439
9.287
9.089
32.816
3.609
2.321
0.568
6.35
4.09*
0.003
0.018
14.06
6 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
14.705
4.172
67.293
86.169
3.676
1.043
4.206
0.87
0.25
0.500
0.907
23.41
8 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
20.988
8.042
76.828
105.856
5.247
2.011
4.802
1.09
0.42
0.393
0.793
22.24
10 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
26.234
16.404
129.656
172.294
6.558
4.100
8.103
0.81
0.51
0.537
0.732
23.24
12 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
74.432
6.819
144.119
225.370
18.608
1.705
9.007
2.07
0.19
0.133
0.940
20.31
14 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
235.499
16.125
195.688
447.312
58.875
4.031
12.231
4.81
0.33
0.009
0.854
22.79
16 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
128.196
24.871
297.506
450.574
32.049
6.218
18.594
1.72
0.33
0.194
0.851
25.62
Keterangan: * = nyata pada taraf 5 %, ** = sangat nyata pada taraf 1%
Lampiran 4. Analisis Ragam Panjang Tangkai Daun
Umur
(MST)
Sumber
Keragaman
DB JK KT F hitung Pr KK
(%)
2 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
62.720
13.696
56.260
132.680
15.681
3.424
3.516
4.46
0.97
0.013
0.449
13.74
4 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
41.828
13.974
117.615
173.417
10.457
3.493
7.351
1.42
0.48
0.271
0.753
22.82
Lanjutan Lampiran 4. Analisis Ragam Panjang Tangkai Daun
Umur
(MST)
Sumber
Keragaman
DB JK KT F hitung Pr KK
(%)
6 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
27.588
10.458
40.405
78.451
6.897
2.615
2.525
2.73
1.04
0.066
0.419
21.16
8 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.614
2.312
7.928
10.854
0.154
0.578
0.495
0.31
1.17
0.867
0.362
10.63
10 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
1.591
2.526
11.842
15.959
0.397
0.632
0.740
0.54
0.85
0.710
0.512
12.98
12 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
2.063
0.747
7.488
10.299
0.516
0.186
0.468
1.10
0.40
0.389
0.806
11.55
14 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
2.122
0.933
4.777
7.833
0.530
0.233
0.298
1.78
0.78
0.183
0.554
10.24
16 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.247
1.072
8.233
9.553
0.061
0.268
0.514
0.12
0.52
0.973
0.721
12.13
Lampiran 5. Analisis Ragam Panjang Daun
Umur
(MST)
Sumber
Keragaman
DB JK KT F
hitung
Pr KK
(%)
2 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.734
0.055
1.069
1.859
0.183
0.013
0.066
2.75
0.21
0.065
0.930
8.63
4 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.367
0.445
0.684
1.496
0.092
0.111
0.048
2.15
2.60*
0.122
0.045
6.75
6 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.389
0.403
1.056
1.848
0.097
0.101
0.066
1.47
1.53
0.257
0.242
9.30
Keterangan: * = nyata pada taraf 5 %, ** = sangat nyata pada taraf 1%
Lanjutan Lampiran 5. Analisis Ragam Panjang Daun
Umur
(MST)
Sumber
Keragaman
DB JK KT F
hitung
Pr KK
(%)
8 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.184
0.248
1.205
1.638
0.046
0.062
0.075
0.61
0.82
0.659
0.529
9.56
10 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.078
0.397
1.480
1.956
0.019
0.099
0.092
0.21
1.07
0.929
0.402
9.90
12 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.201
0.121
1.926
2.248
0.050
0.030
0.120
0.42
0.25
0.794
0.904
11.21
14 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.523
0.329
1.542
2.394
0.131
0.082
0.096
1.36
0.86
0.292
0.511
11.48
16 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.246
0.116
1.049
1.406
0.061
0.027
0.066
0.94
0.42
0.468
0.791
8.97
Lampiran 6. Analisis Ragam Lebar Daun
Umur
(MST)
Sumber
Keragaman
DB JK KT F
hitung
Pr KK
(%)
2 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
2.717
0.251
3.364
6.332
0.679
0.063
0.210
3.23
0.30
0.040
0.875
8.35
4 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
1.656
0.815
2.346
4.817
0.414
0.203
0.147
2.82
1.39
0.060
0.282
7.29
6 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.980
0.486
2.571
4.038
0.245
0.122
0.161
1.52
0.76
0.242
0.568
8.41
8 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.419
0.233
3.589
4.243
0.105
0.058
0.224
0.47
0.26
0.759
0.899
9.76
Lanjutan Lampiran 6. Analisis Ragam Lebar Daun
Umur
(MST)
Sumber
Keragaman
DB JK KT F
hitung
Pr KK
(%)
10 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.492
1.052
3.796
5.340
0.123
0.263
0.237
0.52
1.11
0.723
0.387
9.50
12 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.363
0.459
3.738
4.561
0.091
0.115
0.234
0.39
0.49
0.814
0.741
9.32
14 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.186
0.893
1.913
2.993
0.223
0.047
0.120
1.87
0.39
0.166
0.813
7.63
16 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.435
0.402
3.365
4.203
0.109
0.100
0.210
0.52
0.48
0.724
0.752
9.42
Lampiran 7. Analisis Ragam Diameter Tangkai Daun
Umur
(MST)
Sumber
Keragaman
DB JK KT F
hitung
Pr KK
(%)
2 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.103
0.026
0.465
0.594
0.026
0.006
0.029
0.89
0.22
0.494
0.922
15.37
4 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.083
0.038
0.375
0.496
0.021
0.009
0.023
0.88
0.41
0.496
0.802
10.76
6 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.183
0.046
0.493
0.723
0.046
0.011
0.030
1.49
0.38
0.253
0.822
12.86
8 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.054
0.073
0.387
0.514
0.014
0.018
0.024
0.56
0.76
0.695
0.568
10.29
10 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.176
0.131
0.901
1.208
0.044
0.033
0.056
0.78
0.58
0.553
0.681
16.25
Lanjutan Lampiran 7. Analisis Ragam Diameter Tangkai Daun
Umur
(MST)
Sumber
Keragaman
DB JK KT F
hitung
Pr KK
(%)
12 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.183
0.201
0.512
0.897
0.046
0.050
0.032
1.43
1.57
0.268
0.230
12.56
Lampiran 8. Analisis Ragam Tebal Daun
Umur
(MST)
Sumber
Keragaman
DB JK KT F
hitung
Pr KK
(%)
2 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.029
0.008
0.036
0.074
0.007
0.002
0.002
3.19
0.88
0.042
0.495
14.31
4 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.010
0.010
0.021
0.041
0.003
0.003
0.001
2.03
1.94
0.139
0.153
9.89
6 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.018
0.010
0.025
0.053
0.004
0.002
0.002
2.78
1.60
0.063
0.223
13.94
8 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.011
0.021
0.019
0.052
0.003
0.005
0.001
2.41
4.61*
0.092
0.011
9.33
10 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.050
0.012
0.062
0.124
0.013
0.003
0.004
3.27
0.79
0.039
0.549
15.53
12 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.058
0.005
0.034
0.098
0.015
0.001
0.002
6.76
0.68
0.002
0.618
13.04
Keterangan: * = nyata pada taraf 5 %, ** = sangat nyata pada taraf 1%
Lampiran 9. Analisis Ragam Jumlah Sulur Primer
Umur
(MST)
Sumber
Keragaman
DB JK KT F
hitung
Pr KK
(%)
2*) Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.178
0.106
0.562
0.846
0.045
0.026
0.035
1.27
0.76
0.323
0.568
16.65
Lanjutan Lampiran 9. Analisis Ragam Jumlah Sulur Primer
Umur
(MST)
Sumber
Keragaman
DB JK KT F
hitung
Pr KK
(%)
4 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
1.189
0.358
2.103
3.650
0.297
0.089
0.131
2.26
0.68
0.108
0.615
27.74
6 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
1.362
2.330
5.748
9.440
0.341
0.582
0.359
0.95
1.62
0.462
0.217
27.50
8 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
2.748
0.437
8.595
11.780
0.687
0.109
0.537
1.28
0.20
0.319
0.933
23.85
10 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
6.536
1.994
8.761
17.291
1.634
0.498
0.548
2.98
0.91
0.051
0.481
17.97
12 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
16.545
3.052
14.298
33.896
4.136
0.763
0.894
4.63
0.85
0.011
0.512
18.02
14 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
13.359
5.591
13.685
32.635
3.339
1.398
0.855
3.90
1.63
0.021
0.214
17.07
16 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
13.753
4.714
20.963
39.429
3.438
1.178
1.310
2.62
0.90
0.074
0.487
17.67
Lampiran 10. Analisis Ragam Panjang Sulur Primer
Umur
(MST)
Sumber
Keragaman
DB JK KT F
hitung
Pr KK
(%)
2*) Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.715
1.146
8.459
10.322
0.179
0.287
0.529
0.34
0.54
0.848
0.707
28.65
4*) Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
1.111
1.175
7.139
9.425
0.277
0.294
0.446
0.62
0.66
0.653
0.630
16.74
Keterangan: *) = hasil transformasi (X + 0.5)0.5
Lanjutan Lampiran 10. Analisis Ragam Panjang Sulur Primer
Umur
(MST)
Sumber
Keragaman
DB JK KT F
hitung
Pr KK
(%)
6 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
95.287
157.909
888.155
1141.351
23.822
39.477
55.510
0.43
0.71
0.785
0.596
25.37
8 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
244.845
268.513
1785.930
2299.289
61.211
67.128
111.621
0.55
0.60
0.703
0.667
24.82
10 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
214.072
194.910
2986.273
3395.255
53.518
48.728
186.642
0.29
0.26
0.882
0.899
24.54
12 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
304.520
189.371
2920.831
3414.722
76.130
47.343
182.552
0.42
0.26
0.794
0.899
21.49
14 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
908.767
187.709
1113.488
2209.965
227.192
46.927
69.593
3.26
0.67
0.039
0.619
13.08
16 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
431.351
404.967
1999.777
2836.095
107.838
101.242
124.986
0.86
0.81
0.507
0.537
16.36
Lampiran 11. Analisis Ragam Jumlah Buku
Umur
(MST)
Sumber
Keragaman
DB JK KT F
hitung
Pr KK
(%)
2*) Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.148
0.089
0.736
0.973
0.037
0.022
0.046
0.80
0.48
0.541
0.749
17.87
4*) Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.271
0.247
0.728
1.247
0.068
0.062
0.045
1.49
1.36
0.252
0.292
13.06
6 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
4.501
2.410
13.034
19.946
1.125
0.602
0.815
1.38
0.74
0.285
0.579
22.01
Keterangan: *) = hasil transformasi (X + 0.5)0.5
Lanjutan Lampiran 11. Analisis Ragam Jumlah Buku
Umur
(MST)
Sumber
Keragaman
DB JK KT F
hitung
Pr KK
(%)
8 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
10.022
6.203
26.602
42.827
2.505
1.551
1.663
1.51
0.93
0.247
0.470
23.21
10 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
13.979
3.335
34.599
51.912
3.495
0.834
2.162
1.62
0.39
0.219
0.816
21.33
12 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
10.767
4.605
32.048
47.421
2.692
1.151
2.003
1.34
0.57
0.297
0.685
17.86
14 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
13.520
11.562
38.638
63.720
3.380
2.891
2.415
1.40
1.20
0.279
0.350
19.70
16 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
3.737
4.728
30.384
38.849
0.934
1.182
1.899
0.49
0.62
0.742
0.653
16.68
Lampiran 12. Analisis Ragam Jumlah Bunga Tanaman Induk
Umur
(MST)
Sumber
Keragaman
DB JK KT F hitung Pr KK
(%)
6*) Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.397
0.325
0.501
1.223
0.099
0.081
0.031
3.17
2.59*
0.042
0.046
15.41
8*) Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.142
0.363
0.774
1.278
0.035
0.091
0.048
0.73
1.88
0.583
0.164
13.69
10 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
2.776
3.210
5.677
11.662
0.694
0.803
0.355
1.96
2.26
0.150
0.108
26.31
12 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
6.150
1.871
7.544
15.565
1.537
0.468
0.472
3.26
0.99
0.039
0.440
24.45
Keterangan: * = nyata pada taraf 5 %, ** = sangat nyata pada taraf 1%
*) = hasil transformasi (X + 0.5)0.5
Lanjutan Lampiran 12. Analisis Ragam Jumlah Bunga Tanaman Induk
Umur
(MST)
Sumber
Keragaman
DB JK KT F hitung Pr KK
(%)
14 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
22.089
2.150
8.434
32.673
5.522
0.537
0.527
10.48
1.02
0.002
0.427
20.52
16 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
10.298
9.158
12.269
31.725
2.574
2.289
0.766
3.36
2.99*
0.035
0.041
22.37
Keterangan: * = nyata pada taraf 5 %, ** = sangat nyata pada taraf 1%
Lampiran 13. Analisis Ragam Jumlah Sulur Sekunder
Umur
(MST)
Sumber
Keragaman
DB JK KT F
hitung
Pr KK
(%)
8*) Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.057
0.242
0.439
0.737
0.014
0.061
0.027
0.52
2.21
0.724
0.114
15.01
10*) Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.069
0.373
1.169
1.612
0.017
0.093
0.073
0.24
1.28
0.913
0.319
17.53
12*) Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.183
0.364
1.242
1.788
0.046
0.091
0.077
0.59
1.17
0.676
0.360
15.63
14*) Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
1.077
0.477
0.925
2.478
0.269
0.119
0.058
4.66
2.06
0.011
0.134
14.02
16 Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
6.756
2.993
10.597
20.346
1.689
0.748
0.663
2.55
1.13
0.079
0.377
23.48
Keterangan: *) = hasil transformasi (X + 0.5)0.5
Lampiran 14. Analisis Ragam Komponen Produksi Panen Ubinan 5 BST
Sumber
Keragaman
DB JK KT F
hitung
Pr KK
(%)
Bobot Basah Total
Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
441074.776
116286.748
551836.924
1109198.449
110268.694
29071.687
34489.808
3.20
0.84
0.042
0.518
21.15
Bobot Kering Total
Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
11845.062
6585.110
20366.028
38796.199
2961.265
1646.278
1272.877
2.33
1.29
0.101
0.314
22.69
Kandungan Fosfor Jaringan
Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
0.006
0.009
0.014
0.029
0.001
0.002
0.001
1.56
2.55
0.233
0.079
12.26
Lampiran 15. Analisis Ragam Komponen Produksi Panen Ubinan 6 BST
Sumber
Keragaman
DB JK KT F hitung Pr KK
(%)
Bobot Basah Total*)
Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
673.882
125.574
156.519
955.975
168.470
31.393
9.782
17.22
3.21*
0.0001
0.0410
12.92
Bobot Kering Total*)
Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
126.644
31.163
32.793
190.599
31.661
7.791
2.049
15.45
3.80*
0.0001
0.0234
13.62
Bobot Basah Terna
Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
634.582
118.775
136.796
890.153
158.645
29.694
8.5497
18.56
3.47*
0.0001
0.0318
12.87
Bobot Kering Terna
Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
117.809
30.093
29.200
177.102
29.452
7.523
1.825
16.14
4.12*
0.0001
0.0175
13.73
Keterangan: * = nyata pada taraf 5 %, ** = sangat nyata pada taraf 1%
*) = hasil transformasi (X + 0.5)0.5
Lanjutan Lampiran 15. Analisis Ragam Komponen Produksi Panen Ubinan 6
BST
Sumber
Keragaman
DB JK KT F
hitung
Pr KK
(%)
Bobot Kering Daun
Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
105.078
792.907
71.422
969.408
26.269
198.226
4.464
5.88
44.41**
0.0041
0.0001
5.92
Bobot Kering Akar*)
Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
11.855
2.382
6.775
21.013
2.964
0.596
0.423
7.00
1.41
0.0019
0.2766
17.46
Keterangan: * = nyata pada taraf 5 %, ** = sangat nyata pada taraf 1%
*)= hasil transformasi (X + 0.5)0.5
Lampiran 16. Hasil Uji Polinomial Ortogonal
Peubah Pr > F
Linear Kuadratik Kubik Kuartik
Bobot kering total 0.7156 0.0152* 0.0771 0.6782
Bobot kering terna 0.7177 0.0112* 0.0923 0.5975
Bobot kering daun 0.0021 0.0001** 0.0808 0.1901 Keterangan: * = nyata pada taraf 5 %, ** = sangat nyata pada taraf 1%
Lampiran 17. Analisis Ragam Kadar Air Panen Ubinan 6 BST
Sumber
Keragaman
DB JK KT F hitung Pr KK
(%)
Kadar Air Bobot Total
Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
38.339
11.179
47.742
97.260
9.584
2.794
2.983
3.21
0.94
0.040
0.467
2.13
Kadar Air Bobot Terna
Ulangan
Fosfor
Galat
Total
4
4
16
24
46.865
14.196
60.364
121.426
11.716
3.549
3.772
3.11
0.94
0.045
0.466
2.39
Lampiran 18. Analisis Korelasi Komponen Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pegagan
Peubah JD PTD PD LD DTD TD JSP PSP JB JBT JSS BBT BKT BKN BKD BKA KFJ
JD 1.00
PTD 0.45* 1.00
PD 0.39 0.77** 1.00
LD 0.61** 0.71** 0.89** 1.00
DTD 0.17 0.51** 0.48* 0.40* 1.00
TD -0.46* 0.12 0.10 0.03 -0.02 1.00
JSP 0.71** 0.26 0.10 0.28 0.02 -0.39 1.00
PSP 0.18 0.37 0.38 0.28 0.28 0.03 0.14 1.00
JB 0.26 0.25 0.17 0.31 -0.07 -0.06 0.30 0.72** 1.00
JBT 0.43* 0.12 0.26 0.42* 0.22 -0.44* 0.29 -0.06 0.24 1.00
JSS -0.04 0.13 0.20 0.13 -0.09 0.07 0.18 0.45* 0.60** 0.06 1.00
BBT 0.44* -0.03 -0.25 -0.24 -0.36 -0.44* 0.42* 0.09 0.07 -0.05 -0.18 1.00
BKT 0.45* -0.04 -0.23 -0.21 -0.38 -0.46* 0.44* 0.06 0.09 0.03 -0.15 0.98** 1.00
BKN 0.46* -0.04 -0.24 -0.21 -0.38 -0.46* 0.45* 0.04 0.08 0.05 -0.16 0.97** 0.98** 1.00
BKD 0.60** -0.03 -0.20 -0.27 -0.24 0.18 0.03 -0.20 - 0.34 -0.36 -0.50* 0.47* 0.48* 0.49* 1.00
BKA 0.11 -0.01 -0.16 -0.17 -0.28 -0.32 0.29 0.26 0.20 -0.14 -0.01 0.88** 0.85** 0.81** 0.32 1.00
KFJ 0.25 -0.14 -0.01 0.09 0.04 -0.21 0.14 0.21 0.25 0.28 0.13 0.16 0.14 0.12 -0.21 0.35 1.00 Keterangan: JD : Jumlah Daun Tanaman Induk BKT : Bobot Kering Total
PTD : Panjang Tangkai Daun BKN : Bobot Kering Terna PD : Panjang Daun BKD : Bobot Kering Daun
LD : Lebar Daun BKA : Bobot Kering Akar
DTD : Diameter Tangkai Daun KFJ : Kandungan Fosfor Jaringan TD : Tebal Daun * : Berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95%
JSP : Jumlah Sulur Primer ** : Berbeda nyata pada taraf kepercayaan 99%
PSP : Panjang Sulur Primer JB : Jumlah Buku
JBT : Jumlah Bunga Tanaman Induk
JSS : Jumlah Sulur Primer
BBT : Bobot Basah Total
Lampiran 19. Denah Percobaan
III P1 III P3 V P4 V P2 V P0 II P3 II P1 IV P2 IV P4 IV P0 I P3 I P1
III P0 III P4 III P2 V P3 V P1 II P0 II P4 II P2 IV P3 IV P1 I P2 I P0 I P4
Keterangan:
I : Ulangan 1
II : Ulangan 2
III : Ulangan 3
IV : Ulangan 4
V : Ulangan 5
P0 : Pemupukan 0 kg P2O5/ha
P1 : Pemupukan 30 kg P2O5/ha
P2 : Pemupukan 60 kg P2O5/ha
P3 : Pemupukan 90 kg P2O5/ha
P4 : Pemupukan 120 kg P2O5/ha
U
Lampiran 20. Penanaman (a) Aplikasi Pupuk N, P, dan K (b)
Lampiran 21. Kondisi Lahan pada 2 MST (a) dan 8 MST (b)
Lampiran 22. Pengaruh Pemupukan Fosfor pada 14 MST
a b
a b
0 kg P2O5/ha 30 kg P2O5/ha 60 kg P2O5/ha
90 kg P2O5/ha 120 kg P2O5/ha
Lampiran 23. Pertumbuhan Tanaman pada 4 MST (a) 6 MST (b) 8 MST (c)
10 MST (d) 12 MST (e) 14 MST (f) dan 16 MST (g)
Lampiran 24. Pengaruh Pemupukan Fosfor pada Panen Ubinan 6 BST
60 kg P2O5/ha
30 kg P2O5/ha 0 kg P2O5/ha
120 kg P2O5/ha 90 kg P2O5/ha
a b c d
e f g